order dan lain-lain.

104
BAB I KAS (CASH) PENDAHULUAN as adalah uang tunai, saldo giro perusahaan dan semua unsur yang dapat disamakan dengan uang tunai (dapat diterima sebagai alat pembayaran). Kas meliputi: Uang tunai (kertas/logam) baik yang ada ditangan perusahaan (Cash in hand) atau ada di bank (bank), Cek, demand deposit, money order dan lain-lain. Untuk memperoleh pendapatan, kas harus diubah terlebih dahulu menjadi persediaan, piutang dst. Sifat kas tidak memiliki identitas kepemilikan, sehingga mudah dipindah tangankan. Dengan kondisi ini maka manajemen harus mengelola kas dengan baik. Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan akuntansi untuk kas, pengendalian internal (internal contro) yang efektif atas kas merupakan keharusan. Sistem Pengendalian Internal terhadap Kas adalah semua sarana, alat, mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk: 1. Mengamankan, mencegah pemborosan dan penyalah gunaan kas 2. Menjamin ketelitian dan dapat dipercaya/tidaknya data akuntansi tentang kas 3. Mendorong dicapainya efisiensi, serta 4. Dipatuhinya kebijakan manajemen tentang kas. Pengawasan akuntansi berkaitan dengan mengamankan kekayaan perusahaan, menjamin ketelitian dan dapat dipercaya/tidaknya data akuntansi Pengawasan administrasi berkaitan dengan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen. Prinsip Yang Berkaitan Dengan Pengawasan Akuntasi 1. Karyawan yang jujur dan kompeten, serta memiliki tanggung jawab 2. Tanggung jawab yang terkait harus dilaksanakan oleh fungsi-fungsi yang terpisah 3. Fungsi akuntansi harus dipisahkan dari fungsi pelaksana

Transcript of order dan lain-lain.

Page 1: order dan lain-lain.

BAB I

KAS (CASH)

PENDAHULUAN

as adalah uang tunai, saldo giro perusahaan dan semua unsur

yang dapat disamakan dengan uang tunai (dapat diterima sebagai alat

pembayaran). Kas meliputi: Uang tunai (kertas/logam) baik yang ada ditangan

perusahaan (Cash in hand) atau ada di bank (bank), Cek, demand deposit, money

order dan lain-lain.

Untuk memperoleh pendapatan, kas harus diubah terlebih dahulu menjadi

persediaan, piutang dst. Sifat kas tidak memiliki identitas kepemilikan, sehingga

mudah dipindah tangankan. Dengan kondisi ini maka manajemen harus mengelola

kas dengan baik.

Untuk melindungi kas dan menjamin keakuratan catatan akuntansi untuk kas,

pengendalian internal (internal contro) yang efektif atas kas merupakan

keharusan. Sistem Pengendalian Internal terhadap Kas adalah semua sarana, alat,

mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk:

1. Mengamankan, mencegah pemborosan dan penyalah gunaan kas

2. Menjamin ketelitian dan dapat dipercaya/tidaknya data akuntansi tentang kas

3. Mendorong dicapainya efisiensi, serta

4. Dipatuhinya kebijakan manajemen tentang kas.

Pengawasan akuntansi berkaitan dengan mengamankan kekayaan perusahaan,

menjamin ketelitian dan dapat dipercaya/tidaknya data akuntansi Pengawasan

administrasi berkaitan dengan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap kebijakan

manajemen.

Prinsip Yang Berkaitan Dengan Pengawasan Akuntasi

1. Karyawan yang jujur dan kompeten, serta memiliki tanggung jawab

2. Tanggung jawab yang terkait harus dilaksanakan oleh fungsi-fungsi yang

terpisah

3. Fungsi akuntansi harus dipisahkan dari fungsi pelaksana

Page 2: order dan lain-lain.

4. Catatan akuntansi yang memadai harus terselenggara setiap saat

5. Melaksanakan rotasi tugas untuk karyawan yang melaksanakan kegiatan

klerikal

6. Adanya sistem otorisasi

7. Adanya kebiasaan yang baik dalam perusahaan

Pengawasan Internal Terhadap Kas Untuk Menjamin Bahwa

1. Adanya pemisahan antara bagian-bagian yang menangani kas

2. Semua kas yang diterima harus segera disetor ke bank

3. Pengeluaran kas harus ada otorisasi dan sesuai tujuan

4. Semua pengeluaran kas harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran yang

jumlahnya kecil menggunakan petty cash

1. PELAPORAN KAS

Walaupun pelaporan kas secara relative bersifat langsung, namun terdapat

sejumlah masalah yang perlu mendapat perhatian khusus. Masalah-masalah

ini berhubungan dengan pelaporan, yakni:

1. Kas yang dibatasi atau restriktif

a. Saldo Kompensasi, adalah saldo kas minimum yang harus tersedia dalam

rekening giro atau tabungan, bagi para nasabah yang meminjam uang kepada

bank yang bersangkutan.

b. Kas kecil, penggajian dan dana deviden, juga merupakan contoh kas yang

disisihkan untuk tujuan tertentu,.

c. Sertifikat deposito (certificates deposit / CDs), sertifikat deposito harus

diklasifikasikan sebagai investasi jangka pendek dan bukan kas. Sebab CDs

dapat dicairkan apbl telah jatuh tempo, hal ini berarti ada batasan penggunaan

kas .

d. Cek Mundur (Postdated Checks), cek yang dapat diuangkan pada tanggal

yang tercantum dalam cek tersebut. Cek mundur dapat diklasifikasikan sbg

kas setelah tanggal cek tersebut dapat diuangkan.

e. Cek kosong (Not sufficient funds), terjadi karena rekening koran perusahaan

yang mengeluarkan cek tidak mempunyai dana, cek dalam keadaan rusak atau

Page 3: order dan lain-lain.

kesalahan informasi yang tercantum dlam cek. Item ini lebih tepat dilaporkan

sebagai piutang daripada kas.

f. Biaya yang dibayar dimuka, item seperti perangko, uang muka karyawan,

asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, lebih tepat dilaporkan sebagai

biaya dibayar dimuka drpd kas.

g. Cek yang belum dikirimkan (undelivered checks), cek yang telah dibuat tetapi

belum diserahkan kepada pihak yang berhak menerima. Jika pada tanggal

neraca terdapat item seperti ini, maka dapat diklasifikasikan sebagai kas.

h. Kas yang dibatasi (restricted cash) diklasifikasi dalam kelompak Aktiva

Lancar atau Aktiva Jangka Panjang, tergantung pada tanggal ketersediaan

atau pengeluaran.

2. Overdraft Bank

Terjadi apabila suatu cek ditulis dalam jumlah yang melebihi rekening kas.

Hal itu harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban lancer dan biasanya

ditambahkan ke dalam jumlah yang dilaporkan sebagai hutang usaha.

3. Ekuivalen kas

Merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang:

1. Segera bisa dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui, dan

2. Begitu dekat dengan jatuh temponya sehingga risiko perubahan suku bunga

tidak signifikan.

1.1 Akuntansi Terhadap Kas

Untuk menampung transaksi yang menyangkut kas dalam perusahaan,

diselenggarakan akun/rekening berikut:

1. Kas atau Bank, digunakan untuk menampung transaksi penerimaan dan

pengeluaran kas melalui kasir (di dalam perusahaan), termasuk penerimaan

dari dan pengeluaran (setoran tunai ke bank).

2. Kas Kecil, Merupakan sejumlah dana yang dibentuk khusus untuk

pengeluaran yang bersifat rutin dan relatif kecil jumlahnya. Kas kecil yang

jumlahnya dibatasi itu, secara periodik atau setiap uang kas kecil hampir

habis diisi kembali.

Page 4: order dan lain-lain.

3. Selisih kas, digunakan untuk menampung perbedaan jumlah fisik kas

berdasarkan cash opname dengan jumlah kas menurut catatan

pembukuannya. Hal ini bersifat sementara saja, sebelum sebab terjadinya

selisih ditemukan.

1.2 Anggaran Kas

1.2.1 Pengertian Anggaran Kas

Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk

membiayai kegiatan umum perusahaan. Anggaran merupakan rencana keuangan

periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan

rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara

kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter untuk jangka waktu

tertentu.

Anggaran kas (Cash Budget) ialah anggaran yang merencanakan secara

lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahan dari waktu ke

waktu selama periode yang akan datang, baik perubahan yang berupa permintaan

kas, maupun perubahan yang berupa pengeluaran kas. Anggaran kas merupakan

alat penting dalam proses perencanaan dan pengendalian keuangan perusahaan,

karena di dalam nya terdapat estimasi penerimaan dan pengeluaran kas untuk

periode tertentu dimasa datang sehingga akan bisa diketahui kapan perusahaan

dalam keadaan defisit kas atau surplus kas.

1.2.2 Tujuan Utama Anggaran Kas

Memberikan taksiran posisi kas pada akhir setiap periode sebagai hasil dari

operasi yang dijalankan, yaitu dengan membandingkan uang kas mausk dan uang

kas keluar. Sehingga saldo kas akhir pada suatu periode akan sama dengan kas

awal ditambah penerimaan dan dikurangi dengan pengeluaran kasa dalam suatu

periode.

1. Mengetahui kelebihan atau kekurangan kas pada waktu nya. Defisit bila saldo

kas awal ditambah dengan penerimaan kas lebih kecil dari penegeluaran kas

dalam satu periode. Sehingga keadaan ini harus diwaspadai oleh perusahaan.

Page 5: order dan lain-lain.

2. Menentukan kebutuhan pembiayaan atau kelebihan kas menganggur untuk

investasi

3. Menyelaraskan kas dengan modal, pendapatan, beban, investasi dan utang

4. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang tersedia

akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membelanjaakan modal

kerjanya. Kemampuan membelanjakan modal kerja ini pada akhirnya juga

akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk menggunakan kebijakan kredit

sebagai upaya untuk meningkatkan volume penjualan.

1.2.3 Fungsi Anggaran Kas

1. Menunjukkan jumlah dan waktu kas perusahaan dimasa yang akan datang

2. Memberikan dasar untuk melakukan tindakan perbaikan jika jumlah kas

dalam anggaran tidak cocok dengan jumlah yang sebenarnya terjadi

3. Anggaran kas memberikan dasar evaluasi atas kinerja manajer keuangan

1.3 Sumber dan Penggunaan kas

Sumber Kas:

1. Hasil Penjualan produk/jasa secara tunai

2. Hasil penagihan piutang perusahaan

3. Pendapatan lain seperti bunga bank, jasa giro, deviden

4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti penjualan aktiva

5. Penerimaan diluar penghasilan seperti kredit bank, penjualan obligasi,

6. Penambahan modal sendiri oleh pemilik

Penggunaan Kas

1. Berbagai pembayaran untuk operasional perusahaan seperti biaya tenaga

kerja, biaya penjualan, dan biaya administrasi

2. Pembayaran pada kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya

3. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap

4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran deviden atau

pengembalian modal

5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, materai,

restitusi dan lainnya.

Page 6: order dan lain-lain.

1.4 Prosedur Penerimaan Kas

Penerimaan kas dalam perusahaan pada umumnya berasal dari transaksi

penjualan barang dengn pembayaran tunai dan penerimaan piutang dari debitor.

Secara umum hal-hal yang harus dilakukan dan diperhatikan sehubungan dengan

penerimaan kas adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan kas harus didukung dengan bukti yang telah mendapat

otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.

b. Semua kas yang diterima harus segera disetorkan ke bank. Tidak

dibenarkan menggunakan uang (kas) yang diterima secara langsung

sebelum disetorkan lebih dulu ke bank

c. Fungsi penyimpanan fisik kas harus dipisahkan dari fungsi pencatatan

d. Transaksi penerimaan kas di catat dalam buku jurnal penerimaan kas

menurut cara (metode) tertuntu, didukung oleh bukti penerimaan kas yang telah

diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang dan dilampiri dengan dokumen

transaksi yang terkait;

e. Tiap akhir periode tertentu (harian,mingguan,bulanan) dibuat laporan

penerimaan kas.

1.5 Prosedur Pengeluaran Kas

Dalam perusahaan yang mengelola kas dengan menerapkan sistem

voucher, semua pengeluaran kas dilakukan dengan menggunakan cek, termasuk

pengeluaran untuk pembentuk dan penggantian dana kas kecil. Bukti pengeluan

kas didukung oleh dokumen-dokumen yang terkait dengan transaksi.

1.5.1 Kas Kecil (Petty Cash)

Kas kecil adalah dana yang dibentuk untuk membiayai pengeluaran rutin

perusahaan dan jumlahnya relatif kecil.

Metode Pencatatan Kas kecil

1. Sistem dana tetap (imprest fund system)

2. Sistem dana berfluktuasi (Fluctuating fund system)

Sistem Dana Tetap (Imprest fund system)

Sistem dana tetap bekerja sebagai berikut:

Page 7: order dan lain-lain.

1. Seseorang yang ditugasi untuk mengawasi kas kecil diberikan sejumlah kecil

uang untuk melakukan pembayaran bernilai kecil. Transfer dana ke kas kecil

dicatat sbb;

Kas Kecil 300.000

Kas 300.000

2. Ketika pengeluaran dilakukan, pengawas kas kecil mendapatkan tanda terima

yang telah ditanda-tangani dari setiap individu yang menerima pembayaran

kas tersebut. Petugas ini tidak melakukan pencatatan sampai dana diisi

kembali.

3. Ketika kas kecil mulai menipis, pengawas dapat meminta tambahan kas dari

kasir umum untuk pengisian kembali yang didukung oleh tanda terima kas

kecil dan bukti pengeluaran lain.

Pencatatan transaksi dilakukan berdasarkan penerimaan kas kecil, Misalnya:

Beban perlengkapan kantor 42.000 -

Beban perangko 53.000 -

Beban Hiburan 76.000 -

Selisis Kas 2.000 -

Kas 173.000

4. Jika diputuskan bahwa jumlah kas yang terdapat dalam dana kas kecil

berlebihan, penyesuaian dibuat sebagai berikut.

Misal untuk penurunan dana kas kecil dari 300.000 menjadi 250.000.

Kas 50.000 -

Kas Kecil - 50.000

1. Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating fund system)

Pada sistem ini akun kas kecil dipakai untuk mencatat transaksi yang

mempengaruhi jumlah kas kecil, diantaranya:

1. Pembentukan dana kas kecil,

2. Penggunaan/pengeluaran dana kas kecil,

3. Pengisian dana kas kecil,

4. penambahan dana kas kecil, maupun

5. pengurangan/penarikan kembali dana kas kecil.

Page 8: order dan lain-lain.

Pencatatan dilakukan segera setelah terjadi pengeluaran kas kecil, tidak

ditangguhkan s.d. saat pengisian kembali dana kas kecil (spt pada sisitem dana

tetap). Akun kas kecil pada dasarya harus menunjukkan saldo pada setiap saat

sebesar jumlah dana kas kecil yang ada di kasir kas kecil. Oleh karena itu maka

pada sistem ini harus diselenggarakan buku jurnal khusus. Contoh kasus:

Pada tanggal 31 Desember 2005, PT. Shifa membentuk dana kas kecil sebesar Rp.

250.000. Berikut transaksi yang berhubungan dengan kas kecil bulan Des 2005:

5 Desember membayar rekening air & listrik Rp. 47.500

7 Desember membayar rekening telpon & Fax Rp. 125.250

9 Desember dibeli supplies kantor Rp. 17.500

12 Desember Biaya rapat dan pertemuan Rp. 31.250

19 Desember dibayar biaya makan/minum karyawan Rp. 25.000

20 Desember pengisian kembali dana kas kecil, cek sebesar Rp. 196.500

diserahkan kepada kasir kas kecil

23 Desember Dibayar biaya langganan koran Rp. 12.500

27 Desember dibeli Perangko sebesar Rp. 5.000

Jurnal yang dibuat

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1/12 Kas Kecil Kas (Bank)

Rp. 250.000Rp. 250.000

5/12 Biaya Listrik dan Listrik Kas Kecil

Rp. 47.000Rp. 47.000

7/12 Biaya Telp dan Fax Kas Kecil

Rp. 125.000Rp. 125.000

9/12 Supplies Kantor Kas Kecil

Rp. 17.500Rp. 17.500

10/12 Biaya Rapat & Pertemuan Kas Kecil

Rp. 31.250Rp. 31.250

19/12 Biaya Makan & Minum Karyawan Kas Kecil

Rp. 25.000Rp. 25.000

20/12 Kas Kecil Kas (Bank)

Rp. 196.500Rp. 196.500

23/12 Biaya Langganan Koran Kas Kecil

Rp. 12.500Rp. 12.500

27/12 Biaya Pos (Perangko) Kas Kecil

Rp 5.000Rp 5.000

Page 9: order dan lain-lain.

(Rp)

Tanggal Rincian Debit Kredit Saldo

1/12 Pembentukan Kas Kecil 250.000 250.000

5/12 Air & Listrik 47.500 202.500

7/12 Telepon & Fax 125.250 77.250

9/12 Supplies Kantor 17.500 59.750

12/12 Rapat & Pertemuan 31.250 28.500

19/12 Makan/Minum kary. 25.000 3.500

20/12 Pengisian kas kecil 196.500 200.000

23/12 Langganan Koran 12.500 187.500

27/12 Pos (Perangko) 5.000 182.500

Pada sistem dana berfluktuasi ini, pada akhir periode tetap harus dilakukan kas

opname. Apabila dari hasil kas opname ternyata jumlah dana kas kecil berbeda

dengan saldo menurut pembukuan, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian

(adjustment).

Contoh:

Pada tgl. 31/12 dilakukan kas opname dan ditemukan:

1. kas bon perjalanan dinas Direktur Utama Rp. 150.000 tertgl. 29/12

2. Uang kertas Rp. 24.750

3. Uang logam Rp. 6.250

4. Perangko yang belum terpakai Rp. 3.750

Karena dalam neraca, kas (termasuk kas kecil) harus disajikan sebesar jumlah

uang yang benar-benar ada, maka berdasar kas opname tadi perlu dibuat jurnal

penyesuaian sebagai berikut:

Jurnal penyesuaian:

Tanggal Keterangan Debit Kredit

31/12 Persediaan PerangkoUang muka perjalanan dinasSelisih kas*) Biaya Pos Kas Kecil

Rp. 3.750150.0001.500

Rp. 3.750151.500

Page 10: order dan lain-lain.

*) selisih kas: 182.500 – (150.000+31.000)

Dengan adanya jurnal ini, maka saldo akun kas kecil yang harus disajikan di

neraca per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp. 31.000, sesuai dengan dana kas

kecil yang ada (uang logam + uang kertas)

1.5.2 Rekonsiliasi Bank

Dalam pengelolaan kas perusahaan, setiap penerimaan perusahaan

sebaiknya harus disetorkan ke bank dan sebaliknya pengeluaran perusahaan harus

menggunakan cek. Praktek tersebut sering menyebabkan timbulnya perbedaan

antara: saldo kas menurut catatan perusahaan dan saldo kas menurut catatan bank.

Pada waktu akan menyusun laporan keuangan, perusahaan harus tahu saldo kas

(termasuk kas kecil) yang tepat untuk dilaporkan di Neraca.

Rekonsiliasi bank adalah skedul yang menjelaskan setiap perbedaan

antara catatan kas bank dengan catatan kas perusahaan. Apabila perbedaan ini

hanya berasal dari transaksi yang belum dicatat oleh bank, maka catatan kas

perusahaan dianggap yang benar. Namun apabila beberapa bagian dari perbedaan

itu berasal dari pos-pos lain, maka catatan bank atau catatan perusahaan harus

disesuaikan.

Berikut di bawah ini ikhtisar yang menyebabkan adanya perbedaan saldo

menurut catatan perusahaan dan bank:

NO KETERANGAN BUKU PERUSAHAAN BUKU BANK

1. Deposit in transit (Setoran dalam

perjalanan)

Sudah menambah saldo Kas Belum menambah saldo

Kas

2. Out standing check (Cek yang sudah

dikeluarkan oleh perusahaan tetapi belum

dicairkan)

Sudah mengurangi saldo

Kas

Belum mengurangi

saldo Kas

3. Kesalahan pencatatan Pengaruhnya tergantung jenis kesalahan pencatatannya

4. Tagihan wesel & Bunga langsung

ditagihkan bank

Belum menambah saldo Kas Sudah menambah saldo

Kas

5. Bunga giro bank Belum menambah saldo Kas Sudah menambah saldo

Kas

Page 11: order dan lain-lain.

6. Biaya administrasi bank Belum mengurangi saldo

Kas

Sudah mengurangi saldo

Kas

7. Not Sufficient Fund (NSF Check) ; Cek

kosong

Sudah menambah saldo kas,

harus dikurangi

Tidak mempengaruhi

8. Kekeliruan memasukkan setoran rekening

giro oleh bank

Sudah menambah saldo kas Belum menambah saldo

kas

Jenis dan tujuan rekonsiliasi bank

Jenis Rekonsiliasi Tujuan

Rekonsiliasi dua kolom Mencari saldo yang tepat/benar

Rekonsiliasi empat kolom Mencari saldo awal, penerimaan satu periode,

pengeluaran satu periode & saldo akhir yang sesuai

dengan catatan perusahaan

Rekonsiliasi Delapan kolom Mencari saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo

akhir yang tepat/ benar

Catatan: Rekonsiliasi dua kolom pada umumnya dibuat oleh perusahaan,

sedangkan rekonsiliasi empat dan delapan kolom dibuat oleh akuntan pemeriksa

(auditor).

CONTOH

PT. “VAN PERSIE” mempunyai kas dan menerima laporan bank untuk bulan

Januari 2003 sebagai berikut:

Laporan Bank:

Saldo 1 Januari Rp. 29.477.100

Penerimaan bulan Januari Rp. 106.062.000 (termasuk setoran 30 Desember 2002

yang diterima pada 2 Januari 2003 Rp. 2.577.000 dan wesel ditagihkan oleh bank

Rp. 2.492.500)

Page 12: order dan lain-lain.

Pengeluaran bulan Januari Rp. 120.640.500 (termasuk cek beredar bulan

desember 2002 yang baru dicairkan pada bulan Januari 2003 Rp. 4.052.500, Biaya

bank Rp. 15.800 dan biaya penagihan wesel Rp. 62.500, Serta Cek Kosong Rp.

594.700)

Saldo akhir bulan Januari 14.898.600

Catatan Perusahaan:

Saldo bulan Januari 28.001.600

Penerimaan bulan Januari Rp. 104.285.000 (termasuk setoran 31 Januari diterima

bank 1 Februari 2003 Rp. 3.292.500)

Pengeluaran bulan Januari Rp. 119.524.150 (termasuk cek beredar bulan Januari

belum dicairkan sampai akhir Januari Rp. 3.519.150)

Saldo Akhir Rp. 12.762.450

Perusahaan salah mencatat pengeluaran Rp. 230.000, dicatat Rp. 320.000 dalam

buku perusahaan (cek sudah ditulis dengan benar)

REKONSILIASI DUA KOLOM

Catatan Perusahaan Catatan Bank

Saldo sebelum disesuaikan Rp xxx,- Saldo sebelum disesuaikan Rp xxx,-

Ditambah: Ditambah:

1. Bank sudah menambah,

perusahaan belum

2. Kesalahan yang

menyebabkan

penambahan

Rp xxx,- 1. Perusahaan sudah

menambah, bank belum

2. Kesalahan yg menyebabkan

penambahan

Rp xxx,-

Rp xxx,-

Page 13: order dan lain-lain.

Rp xxx,-

Jumlah penambahan Rp xxx,- Jumlah penambahan Rp xxx,-

Dikurangi: Dikurangi:

1. Bank sudah mengurangi,

perusahaan belum

2. Kesalahan yg

menyebabkan

pengurangan

Rp xxx,-

Rp xxx,-

1. Perusahaan sudah

mengurangi, bank belum

2. Kesalahan yg menyebabkan

pengurangan

Rp xxx,-

Rp xxx,-

Jumlah pengurangan Rp xxx,- Jumlah pengurangan Rp xxx,-

Saldo yang benar Rp xxx,- Saldo yang benar Rp xxx,-

PT “VAN PERSIE”

RekonsiliasiMencari Saldo Yang Benar

Per 31 Januari 2003

Catatan Perusahaan Catatan Bank

Saldo (akhir) per

perusahaan

Rp. 12.762.450 Saldo (akhir) per Bank Rp. 14.898.600

Ditambah: Ditambah:

Wesel ditagihkan bank

Koreksi kesalahan

2.492.500

90.000

Setoran dalam perjalanan 3.292.500

Dikurangi: Dikurangi:

Biaya Bank

Biaya penagihan wesel

Cek kosong

(15.800)

(62.500)

(594.700)

Cek beredar (3.519.150)

Page 14: order dan lain-lain.

Saldo yang benar Rp. 14.671.950 Saldo yang benar Rp. 14.671.950

REKONSILIASI EMPAT KOLOM

PT “VAN PERSIE”

Rekonsiliasi Dari Saldo Bank ke Saldo Buku

(Saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir)

Periode bulan Januari 2003

Uraian Saldo awal

periode

Penerimaan satu

periode

Pengeluaran satu

periode

Saldo akhir

Saldo menurut

bank

Rp. 29.477.100 Rp. 106. 062.000 Rp. 120. 640. 500 Rp. 14.898.600

Setoran dalam

perjalanan:

1/1/2003 2.577.000 (2.577.000) - -

31/1/1988 3.292.500 - 3.292.500

Cek yang beredar

sampai:

1/1/2003 (4.052.500) - (4.052.500)

31/1/1988 - - 3.519.150 (3.519.150)

Wesel ditagihkan

bank

- (2.492.500) - (2.492.500)

Page 15: order dan lain-lain.

Biaya Penagihan - - - (62.500) 62.500

Biaya Adm Bank - - (15.800) 15.800

Cek kosong - - (594.700) 594.700

Kesalahan catat - - 90.000 (90.000)

Saldo per Perush. Rp. 28.001.600 Rp. 104. 285.000 Rp. 119.524.150 Rp. 12.762.450

REKONSILIASI DELAPAN KOLOM

PT “VAN PERSIE”

Rekonsiliasi Dari Saldo Bank ke Saldo Buku

(Saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir)

Periode bulan Januari 2003

Uraian Saldo awal

periode

Penerimaan satu

periode

Pengeluaran satu

periode

Saldo akhir

Saldo menurut

bank

Rp. 29.477.100 Rp. 106. 062.000 Rp. 120. 640. 500 Rp. 14.898.600

Setoran dalam

perjalanan:

1/1/2003 2.577.000 (2.577.000) - -

31/1/1988 3.292.500 - 3.292.500

Cek yang beredar

sampai:

1/1/2003 (4.052.500) - (4.052.500)

31/1/1988 - - 3.519.150 (3.519.150)

Saldo yg benar Rp. 28.001.600 Rp. 106.777.500 Rp. 120.107.150 Rp. 14.671.950

Saldo menurut Rp. 28.001.600 Rp. 104.285.000 Rp. 119.524.150 Rp. 12.762.450

Page 16: order dan lain-lain.

perusahaan

Wesel ditagihkan

bank

- 2.492.500 - 2.492.500

Biaya Penagihan - - - 62.500 (62.500)

Biaya Adm Bank - - 15.800 (15.800)

Cek kosong - - 594.700 (594.700)

Kesalahan catat - - (90.000) 90.000

Saldo per Perush. Rp. 28.001.600 Rp. 106.777.500 Rp. 120.107.150 Rp. 14.671.950

SOAL

1. Siapakah yang dijuluki sebagai Bapak Akuntansi ?

Jawab : yang dijuluki sebagai Bapak Akuntansi adalah Luca Paciolo

Saldo kas menurut buku PT. Karet Jaya di Jakarta per 31/12/2010 adalah

Rp. 3.321.650,- sedangkan menurut laporan bank (rekening koran) per

tanggal tersebut adalah sebesar Rp.2.575.000,-.

Dari perbandingan rekening koran dengan pencatatan perusahaan,

perbedaan tersebut disebabkan :

a. Perusahaan umumnya menyimpan seluruh uangnya di Bank kecuali

sebesar Rp. 200.000,- tidak disetorkannya

b. Pada tanggal 13/12/2010 diserahkan sebuah wesel tagih kepada bank

untuk ditagihkan kepada yang bersangkutan yaitu sebesar Rp. 600.000,-

dan pada tanggal tersebut perusahaan telah mencatatkannya dalam

penerimaan kas. Ternyata pada tanggal 30/12/2010 wesel tersebut ditolak

oleh yang bersangkutan (tidak dapat diuangkan) dan dikembalikan ke

perusahaan pada tanggal 5/1/2011. Untuk ini peruahaan dikenakan denda/

biaya penolakan sebesar Rp.14.900,- yang telah dibebankan oleh bank

pada bulan Desember 2010.

Page 17: order dan lain-lain.

c. Perusahaan dikenakan biaya administrasi bulan Desember 2010 sebesar

Rp. 7.720,-

d. Penyetoran kepada bank oleh perusahaan per 31/12/2011 sebesar

Rp.1.340.000,- oleh bank baru dicatat sebagai penerimaan tanggal

2/1/2011

e. Rekening perusahaan telah dibebani untuk cek yang berasal dari piutang

karena cek tersebut tidak dapat diuangkan sejumlah Rp.207.200,- yaitu

pada tanggal 26/12/2010.

f. Suatu cek untuk pembayaran piutang sebesar Rp.190.000,- telah

dibukukan oleh perusahaan sebesar Rp. 170.000,-

g. Cek no. 1645 untuk pembayaran utang sebesar Rp. 592.000,- dibukukan

oleh perusahaan Rp. 529.000,- dan cek no. 1677 untuk pembelian tunai

alat-alat tulis sebesar Rp. 42.100,- dibukukan oleh perusahaan sebesar

Rp.421.000,-

h. Bank pada tanggal 20/12/2010 telah menguangkan wesel tagih

Rp.500.000,- Wesel tersebut telah dikirimkan oleh perusahaan pada

tanggal 18/12/2010 ke bank untuk ditagihkan tetapi belum dibukukan oleh

perusahaan

i. Pada tanggal 31/12/2010 cek yang telah diterbitkan tetapi belum

diuangkan oleh penerimanya adalah sebagai berikut : No.1612 Rp.

106.660,- ; no. 1617 Rp. 126.500,- ; no. 1680 Rp. 62.000,- ; no. 1700 Rp.

189.430,- ; no. 1701 Rp. 302.680,-

2. Perintah : Susunlah Rekonsiliasi Bank dengan cara mencari saldo yang

benar!

Jawab

Page 18: order dan lain-lain.

INVESTASI JANGKA PENDEK

Pengertian Investasi Jangka Pendek

Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan pendapatan.

Oleh karena itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selama masa tidak

terpakainya kas tersebut.Karena jangka waktu tidak dipakainya kas itu relative

pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam jangka pendek.Investasi jangka

pendek bias dilakukan dalam bentuk deposito, sertifikat bank atausurat-surat

berharga yaitu saham dan obligasi.Di dalam neraca investasi jangka pendek

termasuk dalam kelompok aktiva lancar.

Pengertian Surat Berharga,Sifat-sifat Surat Berharga

Transaksi adalah Kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan

perusahaan.Artinya,mengakibatkan berubahnya jumlah atau komposisi persamaan

antara kekayaan dan sumber pembelanjaan.

Sifat-sifat surat berharga sebagai berikut :

Page 19: order dan lain-lain.

a. Mempunyai pangsa pasar yang stabil, sehingga mudah diperjualbelikan.

b. Pemiliknya bertujuan untuk dijual kembali dalam waktu cepat,

bilamana terjadi kebutuhan akan dana untuk kegiatan operasional perusahaan.

c.Akibatnya pemilikan surat berharga tadi bukan bertujuan untuk menguasai

perusahaan lain.

PencatatanPerolehan,PenilaianPenjualanMetodeHargaPokok

(LIFO,FIFO,AVERAGE)

Pencatatan Perolehan Surat Berharga (Saham)

Investasi dalam saham dimulai saat pembelian dan akhiri saat penjualan.Dalam

pembelian saham untuk menghitung harga perolehan adalah:

Lembarsaham x nilai nominal x % kurs + biayapembelian = harga perolehan atau

Lembar saham x harga kurs + biaya pembelian = harga perolehan

Biaya pembelian biasanya dapat berupa biaya komisi, biaya produksi atau biaya

materai.Pada saat saham tadi dijual kembali, yang harus diperhatikan adalah harga

perolehannya/ hargabelinya, apalagi bilamana pembelian terjadi lebih dari satu

kali. Maka pada saat penjualan dapat digunakan metode berikut:

1 .Metode LIFO

Adalah membebankan biaya dari pembelian terakhir dan memberikan biaya yang

paling tua di akun persediaan. Ada beberapa cara untuk menerapkan metode

LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan, angka yang berbeda untuk biaya bahan

baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir, dan laba, maka penting untuk

mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten.

*Kelebihan :

1.Mudah membandingkan kos sekarang dengan pendapatan sekarang.

2.Jika harga naik, harga barang konservatif

3.laba operasi tidak tercemar oleh untung/rugi fluktuasi harga

4.Jika harga berfluktuasi ,dapat meratakan laba tahunan.

Page 20: order dan lain-lain.

*Kelemahan :

1.Bertentangan dengan aliran fisik sesungguhnya

2.Tidak menunjukkan potensi jasa yang sesungguhnya /kos yang sudah usang.

2. Metode FIFO

Adalah Metode yang menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang

pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam

metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling

akhir.

Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan

adalah barang yang merekabeli.Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli

pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di

tangan (persediaanakhir) diasumsikan untuk biaya akhir.Karenanya, untuk

penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan

dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca.

Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang

mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali.FIFO merupakan metode

yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan.

3.Metode Average

Adalah Metode ini beranggapan, bahwa setiap terjadinya perubahan jumlah

persediaan barang, baik karena pembelian maupun karena adanya penjualan yang

dilakukan oleh perusahaan, sisa persediaan barang yang masih ada segera diambil

nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata barang yang masih ada diperoleh dengan jalan

membagi jumlah nilai persediaan barang yang masih ada dengan jumlah satuan

barang yang bersangkutan.Dengan demikian, harga pokok barang yang dijual,

dinilai berdasarkan harga rata-rata barang itu.

Page 21: order dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarso,S.R.1992.Akuntansi Suatu Pengantar.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Akbar Arus Silondae dan Wiraman B.Ilyas.2011.Pokok-pokok Hukum Bisnis.

Jakarta:Salemba Empat.

Nasarudin,M.I.,dkk.2008.Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.Jakarta:Kencana.

Soeroso,R.2002.Pengantar Akuntansi.Jakarta:Sinar Grafika.

http://pengertiandancontoh.blogspot.com/2013/03/pengertian-investasi-jangka-

pendek.html

http://www.academia.edu/4716169/INVESTASI_JANGKA_PENDEK

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/contoh-soal-persamaan-dasar-

akuntansi.html

Page 22: order dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE:

Yogyakarta

Harahap, Sofyan Syafri. 1997. Teori Akuntansi, Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada

http://cashbasic.blogspot.com/2011/12/asumsi-konsep-dasar-akuntansi.html

http://evaoktaviagunawan.wordpress.com/2011/12/18/konsep-dasar-

akuntansi/http://id.shvoong.com/humanities/h_history/1699638-sejarah-

perkembangan-akuntansi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi

http://ininella.wordpress.com/2012/01/08/anggaran-kas/

http://ininella.wordpress.com/2012/01/08/anggaran-kas/

http://www.geocities.com/bert_tons/akuntansi.html

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.

Jakarta.

Kieso, E Donald. Weygandt, J Terry dan Warfield, D Terry. 2002. Akuntansi

Intermediate. Edisi kesepuluh. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Kieso, E Donald. Weygandt, J Terry dan Warfield, D Terry. 2007. Akuntansi

Intermediate. Edisi keduabelas. Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Rosjidi. 1999. Teori Akuntansi. Tujuan, Konsep, dan Struktur. Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Somantri, Hendi. 2005. Memahami Akuntansi. Bandung : Armico.

Page 23: order dan lain-lain.

Yadiati, Winwin & Ilham Wahyudi. 2007. Pengantar Akuntansi, Jakarta :

Kencana

Penilaian dan pelaporan piutang

Piutang dagang dinilai dan dilaporkan sebesar nilai kas yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang (net realible value). Dalam menentukan penghapusan piutang ada dua metode, yaitu :

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)

Jumlah piutang merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktiva lancarnya. Dalam hal demikian, lebih baik menangguhkan pengakuan atas ketidaktertagihan sampai periode yang jumlah tersebut dianggap tidak berharga dan benar-benar dihapuskan sebagai beban.

Dalam metode penghapusan langsung, kerugian dari piutang tak tertagih dicatat pada saat perusahaan mendapat keyakinan bahwa piutang tidak akan dapat ditagih, diperoleh setelah perusahaan mendapat pemberitahuan resmi bahwa debitur telah dinyatakan pailit bahwa yang bersangkutan sudah tidak mampu lagi melunasi kewajibannya.

Dalam hal-hal tertentu, kadang-kadang suatu perusahaan tidak mengadakan penyisihan untuk penyisihan piutang tak tertagih yang mungkin terjadi. Hal ini dapat dibenarkan sepanjang diketahui bahwa kerugian yang mungkin timbul dari piutang adalah kecil, misalnya kalau sebagian besar penjualan dilakukan dengan tunai, atau apabila jumlah langganan sedikit dan terdiri dari perusahaan-perusahaan finansial sangat kuat. Dalam keadaan demikian, pada akhir tahun perusahaan tidak perlu membuat penyisihan untuk piutang-piutang yang mungkin tidak tertagih.

Jurnal untuk menghapuskan suatu perkiraan piutang tak tertagih sebagai berikut :

Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit

Beban piutang tak tertagih Xxx

Page 24: order dan lain-lain.

Piutang usaha xxx

Apabila suatu piutang yang telah dihapuskan di kemudian hari dapat ditagih kembali, maka piutang tersebut harus ditimbulkan.

Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit

Piutang usaha

Beban penyisihan piutang tak tertagih

xxx

xxx

Contoh 1 :

Pada tanggal 5 Agustus 1977 perusahaan X mendapat pemberitahuan dari instansi yang berwenang bahwa perusahaan Y (salah satu debitur perusahaan X) telah dinyatakan pailit. Piutang perusahaan X kepada perusahaan Y berjumlah sebesar Rp. 75.000,00 dan jumlah tersebut sudah dipastikan tidak akan dapat ditagih lagi. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan X untuk mencatat kerugian piutang ini adalah sebagai berikut :

1977

Agustus 5 Beban piutang tak tertagih ............. Rp 75.000,00

Piutang dagang ............................ Rp. 75.000,00

Kerugian piutang sebesar Rp. 75.000,00 di atas akan dicantumkan dalam laporan laba rugi perusahaan X untuk tahun buku 1977 meskipun piutang tersebut timbul sebelum tahun 1977.

Contoh 2 :

Diasumsikan bahwa utang Salon Rosana sebesar Rp. 4.200.000 yang telah jatuh tempo pada tanggal 10 Mei 2004 dalam ayat jurnal sebelumnya, kemudian dapat ditagih pada tanggal 21 November 2004. Ayat jurnal untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan dan penerimaan kas atas pembayaran piutang tersebut adalah sebagai berikut:

21 Piutang usaha

Beban piutang tak tertagih

Rp. 4.200.000

Rp. 4.200.000

2004

Nov

21 Kas

Piutang usaha

Rp. 4.200.00

Rp. 4.200.000

Metode penghapusan langsung digunakan oleh perusahaan yang menjual sebagian besar barang atau jasanya secara tunai atau menggunakan kartu kredit Master Card atau VISA yang dicatat sebagai penjual tunai. Dalam kasus tersebut, menjadi

Page 25: order dan lain-lain.

bagian kecil dari aset lancar dan beban piutang tak tertagih yang ada pun kecil. Contoh perusahaan semacam ini adalah restoran, supermarket, salon, dan toko-toko kecil.

Contoh 3 :

Pada tanggal 17 Mei 1986 oleh pimpinan suatu perusahaan (yang tidak menggunakan metode penyisihan dari piutang tak tertagih) diputuskan bahwa piutang dari PT Abadi sebesar Rp. 156.000 dihapuskan. Ayat jurnal yang perlu dibuat apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung adalah sebagai berikut:

Biaya piutang tak tertagih 156.000

Piutang dagang 156.000

Apabila suatu piutang telah dihapuskan ternyata kemudian dapat ditagih, maka piutang tersebut harus dinyatakan kembali. Misalkan piutang dari PT Abadi yang telah dihapuskan di atas, ternyata pada tanggal 1 Oktober 1986 dibayar oleh yang bersangkutan. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pencatatan penerimaan uang ini adalah sebagai berikut:

(1)

Piutang dagang Rp. 156.000

Biaya piutang tak tertagih Rp. 156.000

(2)

Kas Rp. 156.000

Piutang dagang Rp. 156.000

Seperti halnya dengan metode penyisihan, ada dua ayat jurnal yang perlu dibuat, yaitu ayat jurnal untuk menyatakan kembali piutang yang sebelumnya telah dihapuskan dan ayat jurnal untuk mencatat penerimaan uang dari penagihan piutang. Perbedaannya terletak pada perkiraan yang dikredit dalam ayat jurnal untuk menyatakan kembali piutang. Kalau pada metode penyisihan perkiraan yang dikredit adalah penyisihan piutang tak tertagih, dalam metode penghapusan langsung, perkiraan yang dikredit adalah penyisihan piutang tak tertagih.

b. Metode Penyisihan (Allowance for Doubtful Account Method)

Metode ini didasarkan pada pandangan bahwa kerugian piutang terjadi karena adanya kesalahan/kegagalan dalam menilai apakah calon pembeli pantas diberi kredit atau tidak. Dengan demikian kerugian yang terjadi akibat adanya piutang yang tak dapat

Page 26: order dan lain-lain.

di tagih harus menjadi beban periode di mana keputusan pemberian kredit dilaksanakan, yaitu periode di mana penjualan dilakukan.

Oleh karena besarnya kerugian yang sesungguhnya diderita belum dapat diketahui dengan pasti, maka kerugian piutang ditaksir jumlahnya pada tiap-tiap akhir periode akuntansi. Penaksiran besarnya kerugian piutang didasarkan atas pengalaman pada tahun-tahun yang lalu.

Apabila perusahaan menggunakan metode penyisihan piutang tak tertagih, maka pada tiap-tiap akhir periode akuntansi dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Beban piutang tak tertagih.................................xxxxxxxxxxxxx

Penyisihan piutang tak tertagih.............. xxxxxxxxxxxxxx

Rekening penyisihan piutang tak tertagih adalah rekening yang mempunyai saldo kredit, namun demikian rekening ini tidak merupakan hutang. Di dalam neraca, rekening ini dicantumkan sebagai pengurang terharap rekening piutang dagang.

Contoh 1 :

Firma Arista pada tanggal 31 Desember 1976 mempunyai piutang dagang sebesar Rp. 750.000 dan rekening penyisihan piutang tak tertagih berjumlah Rp. 60.000, informasi tersebut dicantumkan dalam neraca Firma Arista per 31 Desember 1976 sebagai berikut:

AKTIVA

Aktiva Lancar

Kas ........................................................ Rp 1.375.000

Piutang dagang ...................................... Rp 750.000

Penyisihan piutang tak tertagih ............. (Rp 60.000)

Rp 690.000

Contoh 2 :

Perusahaan IndoTioner memulai operasinya pada bulan Agustus dan memilih menggunakan tahun kalender sebagai tahun fiskalnya. Pada tanggal 31 Desember 2009, Indotoner memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp 1.000.000.000 termasuk beberapa piutang yang telah jatuh temponya. Akan tetapi, IndotTioner belum mengetahui piutang pelanggan mana yang dianggap tidak tertagih. Dengan menggunakan estimasi ini, ayat jurnal penyesuaian berikut ini dibuat pada tanggal 31 Desember 2009.

Page 27: order dan lain-lain.

40.000.0002009

Des

31 Beban piutang tak tertagih

Penyisihan piutang tak tertagih 40.000.000

Karena pengurangan sebesar Rp 40.000.000 dalam piutang merupakan angka estimasi, maka jumlah ini tidak dapat dikurangkan atau dikreditkan dari akun pelanggan tertentu. Sebagai gantinya, aset kontra yang disebut Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance for Doubtful Accounts) dikreditkan.

Sama seperti jurnal penyesuaian lainnya, ayat jurnal penyesuaian tersebut akan mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Pertama, ayat jurnal penyesuaian mencatat beban piutang tak tertagih sebesar Rp 40.000.000 yang akan dipadankan atau ditandingkan dengan pendapatan terkait periode tersebut di laporan laba rugi. Kedua, ayat jurnal penyesuaian mengurangi nilai piutang yang diharapkan dapat direalisasiksan menjadi kas. Jumlah ini, yaitu Rp 960.000.000 (Rp 1.000.000.000 – Rp 40.000.000), disebut nilai realisasi bersih (net realizable value) dari piutang yang akan dilaporkan di neraca.

Perhatikan bahwa setelah ayat jurnal penyesuaian dibuat, akun piutang usaha masih memiliki saldo sebesar Rp 1.000.000.000. Saldo ini mencerminkan jumlah utang pelanggan dan didukung oleh pelanggan individual dalam buku besar pembantu piutang. Akun kontra piutang, penyisihan piutang tak tertagih, memiliki saldo kredit sebesar Rp 40.000.000.

Mengestimasi Jumlah Piutang Tak Tertagih

Penaksiran mengenai jumlah kerugian piutang dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1) Pendekatan laba rugi (Income Statement Approach)

Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan penjualan kredit tahun berjalan dengan cara sebagai berikut :

Rumus : penyisihan piutang tak tertagih = X% x penjualan bersih

Penjualan bersih bisa diartikan sebagai total penjualan bersih yaitu meliputi penjualan tunai dan penjualan kredit, tetapi dapat juga diartikan sebagai penjualan kredit bersih. Secara teoritis pemakaian angka penjualan kredit bersih adalah lebih tepat karena piutang timbul dari penjualan kredit. Tetapi jika perbandingan antara penjualan kredit dan penjualan tunai dari tahun ke tahun hampir sama, maka pemakaian angka total penjualan bersih akan lebih praktis karena jumlah angka penjualaan kredit akan lebih sukar ditentukan dari pembukuan dibanding dengan menentukan angka total penjualan.

Contoh 1 :

Page 28: order dan lain-lain.

PT Mulia selama ini menggunakan metode penghapusan langsung di dalam mencatat transaksi kerugian piutangnya. Mulai tahun 1976 PT Mulia bermaksud untuk menggunakan metode penyisihan piutang tak tertagih. Di dalam menaksir besarnya kerugian piutang digunakan metode persentase dari penjualan bersih. Untuk menentukan persentase kerugian, maka digunakan data-data dari 5 tahun yang terakhir sebagai berikut :

TahunPenjualan

bersih

Penjualan kredit

bersih

Jumlah yang

dinyatakan sebagai

kekurangan

Diperoleh

kembali

1971

1972

1973

1974

1975

15.000.000

17.000.000

20.000.000

24.000.000

27.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

19.000.000

21.000.000

75.000

85.000

85.000

95.000

90.000

5.000

3.000

6.000

2.000

4.000

Jumlah 103.000.000 82.000.000 430.000 20.000

Berdasarkan data-data yang diambil dari pembukuan PT Mulia di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya kerugian piutang yang diderita oleh PT Mulia tiap-tiap tahun bisa dinyatakan sebagai berikut :

Persentase dari total penjualan bersih :

Persentase dari penjualan kredit bersih :

Pada tahun 1976, data-data dari pembukuan PT Mulia menunjukan sebagai berikut :

Penjualan ................................................................. Rp 25.000.000

Potongan penjualan .................................................. Rp 1.000.000

Retur penjualan dan potongan-potongan lain ............. Rp 2.000.000

Rp 430.000 – Rp 20.000 x 100% = 0,4% (dibulatkan)

Rp 103.000.000

Rp 430.000 – Rp 20.000 x 100% = 0,5%

Rp 82.000.000

Page 29: order dan lain-lain.

Seandainya PT Mulia menggunakan metode persentase dari total penjualan bersih, maka taksiran kerugian piutang untuk tahun 1976 adalah :

0,4% x (Rp 25.000.000 – Rp 3.000.000) = Rp 88.000

Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1976 adalah :

Beban piutang tak tertagih ............................. Rp 88.000

Penyisihan piutang tak tertagih ............ Rp 88.000

Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan pada laporan laba rugi (Income Statement Approach). Metode ini menitik beratkan pada penentuan jumlah yang ditaksir tidak akan bisa ditagih dari jumlah penjualan bersih yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan.

Contoh 2 :

Diketahui penjualan kredit bersih selama tahun 1985 berjumlah Rp 170.400.000 dan pimpinan perusahaan menetapkan bahwa penyisihan dihitung sebesar ¼ % dari penjualan. Piutang tak tertagih selama tahun 1985 dihitung sebagai : ¼ % x Rp 170.400.000 = Rp 426.000. Dalam metode prosentase penjualan, jumlah ini merupakan biaya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam kegiatan tahun berjalan. Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut :

Biaya piutang tak tertagih Rp 426.000

Penyisihan piutang tak tertagih Rp 426.000

Perhatikan bahwa dalam metode persentase penjualan, biaya piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo perkiraan penyisihan sebelum adanya ayat jurnal penyesuaian. Dalam metode persentase saldo piutang, jumlah biaya piutang tak tertagih ditentukan olehnya.

Apabila setelah beberapa waktu terlihat bahwa saldo perkiraan penyisihan piutang tak tertagih menjadi terlampau besar, oleh karena jumlah yang betul-betul dihapuskan lebih kecil, maka persentase yang diterapkan mungkin perlu direvisi.

2) Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)

Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan saldo piutang berdasarkan analisis umur piutang (Aging schedule analysis). Titik berat metode ini terletak pada penentuan besarnya penyisihan piutang tak tertagih yang akan dicantumkan dalam neraca. Penentuan besarnya penyisihan piutang tak tertagih ini dilakukan atas dasar pengalaman perusahaan pada tahun-tahun lalu.

Page 30: order dan lain-lain.

Misalkan data-data kerugian piutang yang diderita PT Mustika selama 5 tahun terakhir menunjukan sebagai berikut :

Tahun Saldo piutang dagang

per 31 Desember

Jumlah kerugian

piutang

1968

1969

1970

1971

1972

1.700.000

1.500.000

1.900.000

2.200.000

2.300.000

9.600.000

50.000

35.000

45.000

70.000

80.000

280.000

Angka-angka di atas menunjukan bahwa rata-rata kerugian karena adanya piutang yang rak dapat ditagih per tahun adalah 3% dari jumlah piutang dagang

pada akhir tahun ( x 100% = 3% ).

Persentase kerugian ini digunakan untuk menentukan penyisihan piutang tak tertagih pada tahun-tahun berikutnya. Contoh penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :

Contoh 1 : Mulai tahun 1973 PT Mustika memutuskan untuk menggunakan metode

penyisihan yang di tentukan berdasarkan persentase dari piutang dagang. Pada akhir tahun 1973 saldo rekening piutang dagang berjumlah Rp 2.500.000. Dengan demikian penyisihan piutang tak tertagih berjumlah 3% x Rp 2.500.000 = Rp 75.000. Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1973 adalah :

Beban piutang tak tertagih ..................Rp 75.000Penyisihan piutang tak tertagih Rp 75.000

Contoh 2 :

Pada tahun 1974, piutang dagang kepada CV Cempaka sebesar Rp 85.000 dinyatakan tidak dapat ditagih karena CV Cempaka dinyatakan pailit oleh pengadilan. Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang dalam pembukuan PT Mustika adalah sebagai berikut :

Penyisihan piutang tak tertagih ................ Rp 85.000

Piutang dagang ............................ Rp 85.000

Dengan demikian saldo rekening penyisihan piutang tak tertagih menjadi Rp 10.000 (debet).

Contoh 3 :

Page 31: order dan lain-lain.

Pada akhir tahun 1974 saldo rekening piutang dagang berjumlah Rp 2.200.000. penyisihan piutang tak tertagih harus berjumlah : 3% x Rp 2.200.000 = Rp 66.000.000. karena saldo penyisihan piutang tak tertagih menunjukan jumlah debet Rp 10.000, maka penyisihan piutang tak tertagih harus dikredit sebesar Rp 76.000 (Rp. 66.000 + Rp10.000). jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1974 :

Beban piutang tak tertagih ............................. Rp 76.000

Penyisihan piutang tak tertagih ............ Rp 76.000

Contoh 4 :

Pada tahun 1975, piutang kepada Abdul Kadir sebesar Rp 25.000 dihapuskan karena yang bersangkutan sudah tidak mampu lagi untuk melaksanakan kewajibannya. Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang dalan pembukuan PT Mustika adalah sebagai berikut :

Penyisihan piutang tak tertagih ..................... Rp 25.000

Piutang dagang ................................ Rp 25.000

Dengan demikian saldo rekening penyisihan piutang tak tertagih menjadi Rp 41.000 (kredit).

Contoh 5 :

Pada akhir tahun 1975 saldo rekening Piutang dagang berjumlah Rp 2.800.000. Penyisihan piutang tak tertagih harus berjumlah : 3% x Rp 2.800.000 = Rp 84.000. Karena saldo rekening penyisihan piutang tak tertagih menunjukan jumlah kredit Rp 41.000 maka rekening penyisihan piutang tak tertagih, harus dikredit Rp. 43.000 (Rp84.000 – Rp 41.000). Jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember 1975 adalah sebagai berikut :

Beban piutang tak tertagih .................. Rp 43.000

Penyisihan piutang tak tertagih Rp 43.000

Di samping berdasarkan rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir periode, penyisihan piutang tak tertagih juga dapat didasarkan atas persentase tertentu terhadap klasifikasi piutang pada akhir periode. Dalam keadaan demikian maka saldo piutang pada akhir periode perlu dikelompokan menurut golongan umur. Pengelompokan saldo piutang ke dalam golongan-golongan umur ini disebut dengan “menganalisa umur piutang” (aging the receivable). Contoh analisa piutang menurut umur nampak seperti terlihat pada tabel 12 – 1.

Page 32: order dan lain-lain.

Tabel 12 – 1 Analisa Umur Piutang

Lewat waktu (hari)

No Nama Debitur

Belum jatuh tempo

1 - 30 31 - 60 61 – 90 91 – 180181 – 365 365 Total

1 PT Agung Sejati 500.000 250.000 250.000 - - - - 1.000.000

2 PT Abadi 500.000 600.000 250.000 - 150.000 - - 1.500.000

3 Toko Bagus - 250.000 100.000 200.000 100.000 - - 650.000

4 CV Bayangkara 1.000.000 - - - - - - 1.000.000

5Firma Bambang & Co 750.000 - - - - - - 750.000

6 PT Dosni Roha - - - - 100.000 100.000 - 200.000

25 PT Kurnia - - - - - 135.000 100 235

26 PT Lubuk Sikaping 675.000 325.000 - - - - - 1.000.000

27 PT Merdeka 340.000 - - - - - - 340.000

28 Firma Nani Heru 515.000 - - - - - - 515.000

29PT Obor Pembangunan - 375.000 - - - - - 375.000

30 PT Pelita 240.000 - - - - - - 240.000

Total 7.873.000 2.240.000 785.000 567.000 425.000 248.000 112.000 12.250.000

Setelah setiap saldo piutang dikelompokan menurut umurnya, maka terhadap tiap-tiap kelompok diterapkan suatu persentase tertentu yang dianggap sebagai piutang tak tertagih. Persentase yang diterapkan untuk tiap-tiap kelompok umur tidak perlu harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung berdasarkan persentase terhadap saldo tiap-tiap kelompok umur ini merupakan penyisihan piutang tak tertagih yang harus diadakan. Contoh perhitungan penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan analisa umur piutang yang terdapat dalam tabel 12 – 1 adalah sebagai berikut :

Kelompok Umur Piutang Saldo

Persentase

tak

tertagih

Penyisihan piutang tak

tertagih

Page 33: order dan lain-lain.

Belum jatuh tempo 7.873.000 1 % 78.730

Lewat waktu 1 – 30 hari 2.240.000 3 % 67.200

Lewat waktu 31 – 60 hari 785.000 5 % 39.250

Lewat waktu 61 – 90 hari 567.000 10 % 56.700

Lewat waktu 91 – 180 hari 425.000 15 % 63.750

Lewat waktu 181 – 365 hari 248.000 20 % 49.600

Lewat waktu > 365 hari 112.000 50 % 56.000

12.250.000 411.230

Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk penyisihan piutang tak tertagih sebesar Rp 411.230 tidak berbeda dengan apa yang telah diterangkan di muka. Tahap pertama sebelum membuat ayat jurnal penyesuaian adalah menentukan biaya piutang tak tertagih yang harus didebit. Jumlah biaya piutang tak tertagih dapat dicari dengan melihat saldo perkiraan penyisihan sebelum dibuatkan ayat jurnal penyesuaian dan saldo yang seharusnya ada pada akhir tahun. Selisih antara kedua saldo tersebut di atas merupakan biaya piutang tak tertagih yang harus dibebankan ke tahun berjalan. Anggaplah bahwa sebelum ayat jurnal penyesuaian perkiraan penyisihan piutang tak tertagih bersaldo kredit sebesar Rp 87.650. Biaya piutang tak tertagih dihitung sebagai berikut :

Saldo penyisihan piutang tak tertagih

Yang seharusnya ada pada akhir tahun Rp 411.230

Saldo penyisihan piutang tak tertagih

Sebelum ayat jurnal penyesuaian Rp 87.650

Biaya piutang tak tertagih Rp 323.580

Kalau digambarkan hubungan antara penyisihan piutang tak tertagih dengan biaya piutang tak tertagih akan nampak sebagai berikut :

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Saldo sebelum

Jurnal penyesuaian Rp 87.650Pembebanan biaya

325.000

Page 34: order dan lain-lain.

Saldo akhir Rp 411.230 Piutang tak tertagih

Rp 411.230 Rp411.230

Beban Piutang Tak Tertagih

Pembebanan biaya

Piutang tak tertagih

Apabila perkiraan penyisihan piutang tak tertagih sebelum adanya jurnal penyesuaian bersaldo debit , maka biaya piutang tak tertagih yang harus dibebankan merupakan jumlah antara angka saldo tersebut dengan saldo yang seharusnya ada pada akhir tahun.

Penerimaan Kembali Piutang Tak Tertagih

Piutang kepada seorang debitur yang telah dihapus, kadang-kadang dapat diterima kembali. Jumlah yang dapat diterima kembali ini mungkin hanya sebagian dari piutang semula atau mungkin juga seharusnya. Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus bisa terjadi pada periode berikutnya. Jurnal untuk mencatat penerimaan kembali piutang yang telah dihapuskan adalah sebagai berikut :

a) Jika perusahaan menggunakan metode penyisihan piutang tak tertagih :

Piutang dagang ..................................... Rp xxx

Penyisihan piutang tak tertagih ..... Rp xxx

b) Jika perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung

1. Apabila penerimaan kemabali piutang terjadi pada periode yang sama

dengan periode di mana piutang tersebut dihapus :

Piutang dagang .................................. Rp xxx

Peyisihan piutang tak tertagih .... Rp xxx

2. Apabila penerimaan kembali piutang terjadi pada periode berikutnya :

Piutang dagang ................................. Rp xxx

Penerimaan kembali piutang ..... Rp xxx

Rp. 323.580

Page 35: order dan lain-lain.

Rekening penerimaan kembali piutang adalah merupakan rekening nominal dan saldonya dicantumkan dalam Laporan Laba Rugi di bawah kelompok penghasilan lain-lain (Penghasilan di luar operasi).

Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh cara pencatatan transaksi penerimaan kembali piutang yang telah dihapuskan.

Contoh 1 :

Pada tanggal 5 Juni 1975, piutang dagang kepada Moch. Sjukur sebesar Rp 75.000 dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih lagi. Pada tanggal 10 Oktober 1975, Moch. Sjukur menyatakan sanggup untuk membayar kembali seluruh kewajibannya. Dari jumlah tersebut pada tahap pertama Moch. Sjukur membayar Rp 40.000 dan sisanya akan dibayar 2 bayar lagi. Jurnal untuk mencataat transaksi di atas sebagai berikut :

METODE PENYISIHAN

5 Juni

1975 Penyisihan piutang tak tertagih ........................ Rp 75.000

Piutang dagang ..................................... Rp 75.000

(Untuk mencatat penghapusan piutang)

10 Okt

1975 Piutang dagang ................................................. Rp 75.000

Penyisihan piutang tak tertagih ............ Rp 75.000

(Untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan)

10 Okt

1975 Kas ................................................................... Rp 40.000

Piutang dagang .................................... Rp 40.000

(Untuk mencatat penerimaan kas dari piutang)

METODE PENGHAPUSAN LANGSUNG

5 Juni

Page 36: order dan lain-lain.

1975 Beban piutang tak tertagih .............................. Rp 75.000

Piutang dagang ................................... Rp 75.000

(Untuk mencatat penghapusan piutang)

10 Okt

1975 Piutang dagang ............................................... Rp 75.000

Beban piutang tak tertagih ................. Rp 75.000

(Untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan)

10 Okt

1975 Kas ................................................................ Rp 40.000

Piutang dagang ................................. Rp 40.000

(Untuk mencatat penerimaan kas dari piutang)

Contoh 2 :

Pada tanggal 12 September 1976 piutang dagang kepada Suparman sebesar Rp 60.000 dihapuskan karena yang bersangkutan sudah tidak mampu membayar. Tanggal 7 Januari 1977, Suparman menyatakan sanggup untuk membayar kembali hutangnya dan pada tanggal tersebut dia menyerahkan uang sebesar Rp 50.000 sebagai pembayaran pertama dan sisanya akan dibayar bulan depan.

Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut :

METODE PENYISIHAN

12 Sep

1976 Penyisihan piutang tak tertagih ......................... Rp 60.000

Piutang dagang ...................................... Rp 60.000

(Untuk mencatat penghapusan piutang)

7 Jan

1977 Piutang dagang .................................................. Rp 60.000

Penyisihan piutang tak tertagih ............. Rp 60.000

(Untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan)

7 Jan

Page 37: order dan lain-lain.

1977 Kas ................................................................... Rp 50.000

Piutang dagang .................................... Rp 50.000

(Untuk mencatat penerimaan kas dari piutang)

METODE PENGHAPUSAN LANGSUNG

12 Sep

1976 Beban piutang tak tertagih ............................... Rp. 60.000

Piutang dagang ..................................... Rp 60.000

(Untuk mencatat penghapusan piutang)

7 Jan

1977 Piutang dagang ................................................. Rp 60.000

Penerimaan kembali piutang ................ Rp 60.000

(Untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapus)

7 Jan

1977 Kas ..................................................................... Rp 50.000

Piutang dagang ...................................... Rp 50.000

(Untuk mencatat penerimaan kas dari piutang )

Soal :

1. Buatlah kode akun menggunakan system numerical dari nama akun di neraca

saldo perusahaan jasa berikut :

Kas perusahaan Kas kecil PiutangTanah dan bangunanKendaraanHutang Bank BRIModal AgungPendapatan jasaBeban listrik bulan November 2011Beban gaji karyawanBeban lain-lain

Page 38: order dan lain-lain.

Jawab :1110 Kas perusahaan 1120 Kas kecil 1200 Piutang1300 Tanah dan bangunan1400 Kendaraan2100 Hutang Bank BRI3100 Modal Agung4100 Pendapatan jasa5100 Beban listrik bulan November 20115120 Beban gaji karyawan5130 Beban lain-lain

2. PT Hanifah untuk tahun berakhir pada 31 Desember 2009 :1 Mar Menghapus piutang C. Yanuar Rp 3.650.000.12 Apr Menerima pembayaran sebagian piutang sebesar Rp 2.250.000 dari total

piutang Karina Budiman sebesar Rp 5.500.000 dan menghapus sisa piutang yang dianggap tak tertagih.

22 Juni Menerima pembayaran piutang sebesar Rp 3.650.000 dari C. Yanuar yang telah dihapuskan tanggal 1 Maret. Mencatat kembali piutang C. Yanuar dan menerima pembayaran kas.

7 Sep Menghapus piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat dalam satu ayat jurnal):Jason Bimasakti Rp 1.100.000 Sandy Nurmila Rp 1.360.000Santoso Budiman 2.220.000 Amir Wicaksana 990.000

Sari Nuriah 775.000

31 Des PT Hanifah menggunakan metode persentase dari penjualan kredit untuk mengestimasi beban piutang tak tertagih. Berdasarkan sejarah masa lalu dan rata-rata industri, 1,25% dari penjualan kredit dianggap tidak akan tertagih. Hanifah mencatat penjualan kredit selama tahun 2009 sebesar Rp 3.400.000.000

Buatlah ayat jurnal untuk metode penghapusan langsung dan metode penyisihan!

Jawab :

Page 39: order dan lain-lain.

Tanggal Metode penghapusan langsung

Mar 1

Apr 12

Juni 22

22

Sep 7

Des 31

Beban piutang tak tertagih

Piutang usaha - C. Yanuar

Kas

Beban piutang tak tertagih

Piutang usaha – Karina Budiman

Piutang usaha C. Yanuar

Beban piutang tak tertagih

Kas

Piutang usaha

Beban piutang tak tertagih

Piutang usaha – Jason Bimasakti

Piutang usaha – Santoso Budiman

Piutang usaha – Sari Nuriah

Piutang usaha – Sandy Nurmila

Piutang usaha – Amir Wicaksana

Tidak ada ayat jurnal

3.650.000

2.250.000

3.250.000

3.650.000

3.650.000

6.445.000

3.650.000

5.500.000

3.650.000

3.650.000

1.100.000

2.220.000

775.000

1.360.000

990.000

Page 40: order dan lain-lain.

Tanggal Metode penyisihan

Mar 1

Apr 12

Juni 22

22

Sep 7

Des 31

Penyisihan piutang tak tertagih

Piutang usaha - C. Yanuar

Kas

Penyisihan piutang tak tertagih

Piutang usaha – Karina Budiman

Piutang usaha C. Yanuar

Penyisihan piutang tak tertagih

Kas

Piutang usaha

Penyisihan piutang tak tertagih

Piutang usaha – Jason Bimasakti

Piutang usaha – Santoso Budiman

Piutang usaha – Sari Nuriah

Piutang usaha – Sandy Nurmila

Piutang usaha – Amir Wicaksana

Beban piutang tak tertagih

Penyisihan piutang tak tertagih

(Rp 3.400.000.000 x 0,0125 = Rp

42.500.000)

3.650.000

2.250.000

3.250.000

3.650.000

3.650.000

6.445.000

42.500.000

3.650.000

5.500.000

3.650.000

3.650.000

1.100.000

2.220.000

775.000

1.360.000

990.000

42.500.000

DAFTAR PUSTAKA

Page 41: order dan lain-lain.

Jusup, Haryono. 1987. Dasar-Dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta: Liberty

Reeve, James M. dkk. 2011. Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

SR, Soemarso. 1986. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Wibowo dan Abu bakar. 2002. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

PERSEDIAAN BARANG DAGANG

2.1 Pengertian Persediaan Barang Dagang

Pengertian Persediaan Barang Dagang menurut Warren (2005:452) dalam

Accounting Pengantar Akuntansi yaitu persediaan digunakan untuk

mengindikasikan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam

operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksiatau

yang disimpan untuk tujuan itu.

Page 42: order dan lain-lain.

Pengertian Persediaan Barang Dagang menurut Soemarso (2004:384)

dalam Akuntansi Suatu Pengantar adalah barang-barang yang dimiliki oleh

perusahaan untuk dijual kembali.

Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan

usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan

dijual. (Kieso dan Weygandt, 1995:491)

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) Persediaan adalah Aset :

a.Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi

atau pemberian jasa.

2.2 Ciri-ciri Persediaan Barang Dagang

Ciri-ciri Persediaan Barang Dagang Metode Fisik

a. setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan

barang

b. setiap terjadi penjualan docatat dengan mengkredit persediaan

c. setiap saat dapat diketahui junlah kuantitas sisa atau saldo persediaan

Ciri-ciri Persediaan Barang Dagang Medtode Perpetual

a. pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan

dalam suatu catatan tertentu

b. pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian

c. perhitungan persediaan akhir digunakan juga untuk perhitungan harga pokok

penjualan dengan jurnal penyesuaian.

2.3 Metode Harga Pokok

2.3.1 Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First in First Out)

Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang

pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam

Page 43: order dan lain-lain.

metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling

akhir.

Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena

pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang

dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang

sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk

penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan

dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode ini

konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk

menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas

digunakan dalam penilaian persediaan.

Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik

dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan

pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada

perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan

untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold

(COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari

transaksi yang terdahulu.

Ciri khas FIFO yaitu:

1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah,

2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi,

3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi

a. Perhitungan FIFO dengan metode perpetual

Transaksi penjualan tangal 10 januari 2013

Dijual 125 unit barang dagang, Harga Pokok penjualan dihitung sebagai

berikut:

HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

Page 44: order dan lain-lain.

100 unit x Rp 125.000 = Rp 12.500.000

25 Unit x Rp 130.000 = Rp 3.250.000

HPP transaksi penjualan tanggal 10 januari Rp 15.750.000

Transaksi Penjualan tangal 25 Januari 2013

Dijual 100 Unit barang dagang, Harga Pokok Penjualan dihitumg

sebagai berikut:

HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

50 unit x Rp 130.000 = Rp 6.500.000

50 Unit x Rp 135.000 = Rp 6.750.000

HPP transaksi penjualan tanggal 25 januari Rp 13.250.000

Dengan demikian HPP dalam bulan januari adalah = Rp 29.000.000

b. Perhitungan FIFO dengan metode fisik

Persediaan yang masih tersedia atau belum dijual sebanyak 155 unit

dengan rincian, barang yang dibeli tanggal 15 januari masih tersisa 30 unit

karena telah dijual 50 unit, barang yang dibeli tanggal 20 dan 30 januari

masih utuh karena belum terjual masing-masing sebanyak 50 unit dan 75

unit.

Nilai Persediaan barang dagang ahir dihitung dengan rumus;

= Jumlah fisik persediaan barang x Harga Per unit barang

=> 30 unit x Rp 135.000 = Rp 4.050.000

=> 50 unit x Rp 140.000 = Rp 7.000.000

=> 75 unit x Rp 145.000 = Rp 10.875.000+

Total ..................................= Rp 21.925.000

Page 45: order dan lain-lain.

2.3.2 Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last in First Out)

Metode LIFO membebankan biaya dari pembelian terakhir dan

memberikan biaya yang paling dtua di akun persediaan. Ada beberapa cara

untuk menerapkan metode LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan,

angka yang berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya

persediaan akhir, dan laba, maka penting untuk mengikuti prosedur yang

dipilih secara konsisten.

Ciri khas LIFO yaitu:

1. Mudah menandingkan biaya sekarang dengan pendapatan sekarang,

2. Jika harga naik, harga barang konservatif,

3. Laba operasi tidak tercemar oleh untung/rugi fluktuasi harga,

4. Jika harga berfluktuasi, dapat meratakan laba tahunan.

a. Perhitungan LIFO metode perpetual

Transaksi Penjualan tangal 25 Januari 2013

Dijual 100 Unit barang dagang, Harga Pokok Penjualan dihitung sebagai

berikut:

HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

75 unit x Rp 145.000 = Rp 10.875.000

25 Unit x Rp 140.000 = Rp 3.500.000

HPP transaksi penjualan tanggal 25 januari....................................Rp 14.375.000

Transaksi penjualan tangal 10 januari 2013

Dijual 125 unit barang dagang, Harga Pokok penjualan dihitung

sebagai berikut:

HPP = Jumlah fisik barang x Harga per unit

Page 46: order dan lain-lain.

25 unit x Rp 140.000 = Rp 3.500.000

80 Unit x Rp 135.000 = Rp 10.800.000

20 Unit x Rp 130.000 = Rp 2.600.000

HPP transaksi penjualan tanggal 10 januari.......................................Rp 16.900.000

Dengan demikian HPP dalam bulan januari adalah = Rp 31.900.000

b. Perhitungan LIFO metode fisik

Persediaan yang masih tersedia atau belum dijual sebanyak 155 unit

dengan rincian, barang yang dibeli tanggal 5 januari masih tersisa 55 unit karena

telah dijual 20 unit dan persediaan barang dagang awal sebesar 100 unit.

Dengan demikian nilai persediaan barang dagang ahir pada bulan januari

dengan metode MTKP adalah sebagai berikut:

Nilai Persediaan barang dagang ahir dihitung dengan rumus;

= Jumlah fisik persediaan barang x Harga Per unit barang

= 55 unit x Rp 130.000 = Rp 7.150.000

= 100 unit x Rp 125.000 = Rp 12.500.000+

Total ................................... = Rp 19.650.000

2.3.3 Metode Biaya Rata-rata (Average)

Metode average atau disebut juga metode rata-rata dibagi menjadi dua

yaitu metode rata-rata sederhana atau simple average method dan metode

rata-rata tertimbang atau weighted average method. Pada metode rata-rata

sederhana harga rata-rata barang per unit dihitung dengan membagi total

harga per satuan setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi

pembelian termasuk persediaan awal barang. Sedangkan nilai persediaan

barang diperoleh dari hasil perkalian harga rata-rata per unit barang

dengan sisa barang.

Pada metode rata-rata tertimbang harga per unit barang dihitung

dengan membagi jumlah harga pembelian barang yang tersedia untuk

Page 47: order dan lain-lain.

dijual dengan jumlah jumlah barang yang tersedia. Sedangkan nilai

persediaan ahir dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang tersedia

dengan harga rata-rata persatuan.

Metode Rata-rata sederhana

Metode Rata-rata tertimbang

2.3.4 Perbandingan Metode-metode Persediaan

- FIFO

1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah

2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi

3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi

4.Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO akan

mengakibatkan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi kebalikannya.

- LIFO

1. menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi

2. Menghasilkan laba kotor yang rendah

3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah

- Biaya rata-rata

Memperoleh hasil antara FIFO dan LIFO untuk ketiga konsep yang telah

diuraikan.

2.4 Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang

2.4.1Metode Fisik

Pada metode ini, apabila terjadi pembelian maka jurnalnya adalah

mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang. Jika terjadi

Harga rata-rata tiap unit = Jumlah jenis Harga :

Banyaknya jenis harga

Harga rata-rata tiap unit= jumlah harga barang : jumlah unit barang

Page 48: order dan lain-lain.

penjualan maka jurnalnya adalah mendebet rekening kas/ piutang dagang dan

mengkredit rekening penjualan. Untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan

inventarisasi.

Dari kedua metode di atas, metode persediaan periodik lebih sederhana

dan lebih mudah penyelenggaraannya bila dibandingkan dengan metode

perpetual. Namun ditinjau dari segi ketepatan dan kecepatan informasi yang

dihasilkan, metode persediaan perpetual jauh lebih unggul. Setiap saat persediaan

akhir dapat diketahui.

ciri-ciri :

a. pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan

dalam suatu catatan tertentu

b. pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian

c. perhitungan persediaan akhir digunakan juga untuk perhitungan harga pokok

penjualan dengan jurnal penyesuaian.

2.4.2 Metode Perpectual

Sistem pencatatan metode perpetual disebut juga metode buku adalah

sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan.

Setiap jenis barang dibuatkan kartu persediaan dan di dalam pembukuan

dibuatkan rekening pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa

diawasi dqari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening

yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang

dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap

perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan

sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom

saldo dalam rekening persediaan. Masing-masing kolom dirinci lagi untuk

kuantitasnya.

Penggunaan metode buku akan memudahkan penyusunan neraca dan

Page 49: order dan lain-lain.

laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan perhitungan

fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir.

ciri-ciri :

a. setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan

barang

b. setiap terjadi penjualan docatat dengan mengkredit persediaan

c. setiap saat dapat diketahui junlah kuantitas sisa atau saldo persedi

Aktiva Tetap Tak Berwujud

1. Pengertian Aktiva Tetap Tak Berwujud

Aktiva tetap tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang

secara phisik tidak dapat dinyatakan. Contoh aktiva tak berwujud adalah

hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan, biaya

ditangguhkan serta hak pengusaha sumber alam. Aktiva tak berwujud

Page 50: order dan lain-lain.

dapat diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh

perusahaan.

Apabila suatu aktiva tak berwujud diperoleh dengan membeli dari

pihak luar, maka di samping harga beli, yang termasuk sebagai harga

perolehan (cost) adalah biaya-biaya tambahan untuk mendapatkannya

seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaris serta biaya

administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tak berwujud

diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam

harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan dan fasilitas, biaya

gaji dan upah dan biaya tidak langsung seperti misalnya alokasi biaya

administrasi dan umum.

2. Jenis-Jenis Aktiva Tetap Tak Berwujud

Menurut Soemarso S.R (1990:52) jenis-jenis aktiva tetap tak berwujud

adalah sebagai berikut:

1. Hak Paten

Hak paten adalah hak yang diberikan oleh Pemerintah (Direktorat

Paten) kepada perusahan atau seseorang atas suatu penemuan baru.

Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.

2. Hak Cipta

Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh Pemerintah (Direktorat

Paten) kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan

seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan untuk selama penciptanya

masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia.

3. Hak Merek

Hak merek juga dikeluarkan oleh Diektorat Paten. Ketentuan

mengenai merek diatur melalui Undang-undang No. 21 tahun 1961.

Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang

digunakan untuk membedakan barang-barang produksi atau barang-

Page 51: order dan lain-lain.

barang pemiagaan seseorang atau perusahaan dengan barang orang

atau perusahaan lain.

4. Biaya Riset dan Pengembangan

Banyak perusahaan yang mengeluarkan biaya dalam jumlah besar

untuk riset dan pengembangan (research and development). Maksud

kegiatan ini adalah untuk menghasilkan produk baru sesuai

perkembangan keadaan dan permintaan. Biaya riset dan

pengembangan yang dilakukan secara rutin pada umumnya langsung

dibebankan sebagai biaya pada saat terjadinya. Biaya riset dan

pengembangan yang dapat diidentifikasikan secara spesifik, dapat

dikapitalisir terlebih dahulu. Apabila hasil riset sudah dapat dipastikan

gagal, baru dibebankan sebagai biaya. Apabila berhasil biaya riset ini

diamortisasikan.

5. Biaya Ditangguhkan

Biaya ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak dapat

dibebankan dalam periode terjadinya karena memberikan manfaat di

masa dating. Pos-pos yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya

pra operasi, biaya emisi saham dan biaya pendirian.

6. Goodwill

Goodwill merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang

mencerminkan kelebihan pembayaran atas aktiva yang dibutuhkan

perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud

yang merepresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai buku yang

dibayar oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan perusahaan lain.

Secara teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu

perusahaan pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya

sama dengan harga pembelian dikurangi nilai buku dari aktiva neto

perusahaan yang diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktiva perusahaan

yang diinginkan yang bisa didepresiasikan yang ditambahkan ke nilai

pasar wajar. Nilai pasar yang wajar akan sama dengan harga

pembelian.

Page 52: order dan lain-lain.

3. Pengertian Penyusutan (amortisasi)

Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak

terwujud dapat digolongkan sebagai : (a) aktiva tak berwujud yang adanya

dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau persetujuan, seperti

misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek; (b) aktiva tak berwujud

yang tak terbatas waktunya dan yang pada waktu perolehannya tidak ada

petunjuk mengenai usianya yang terbatas, seperti misalnya, biaya

pendirian dan biaya pra operasi. Amortisasi aktiva tak berwujud pada

umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus.

Seperti halnya penyusutan aktiva tetap berwujud, amortisasi aktiva

tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan

mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan

aktiva yang bersangkutan.

Pencatatan Penyusutan

Anggaplah bahwa untuk memperoleh suatu hak paten, perusahaan

telah mengeluarkan uang sebesar Rp 25.000.000. Perolehan ini dicatat

sebagai berikut :

(D) Hak paten 25.000.000

(K) Bank 25.000.000

Anggaplah juga bahwa masa manfaat hak paten tersebut adalah 10

tahun. Amortisasi tahunan dari hak paten ini, dengan demikian, adalah :

10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000. Ayat jurnal yang harus dibuat

adalah :

(D) Biaya amortisasi 2.500.000

(K) Hak paten 2.500.000

Pencatatan perolehan dan amortisasi hak cipta, hak merek, biaya

pendirian dan biaya pra operasi tidak berbeda dengan yang telah diuraikan

di atas.

Page 53: order dan lain-lain.

Untuk menggambarkan pencatatan biaya riset dan pengembangan,

anggaplah bahwa suatu perusahaan telah mengeluarkan biaya riset dan

pengembangan sebesar Rp 10.000.000 dalam tahun 199A dan Rp

12.000.000 selama tahun 199B. Biaya riset dan pengembangan ini

merupakan biaya rutin yang selalu dianggarkan oleh perusahaan. Ayat

jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai

berikut :

199A

(D) Biaya riset dan pengembangan 10.000.000

(K) Bank 10.000.000

199B

(D) Biaya riset dan pengembangan 12.000.000

(K) Bank 12.000.000

Apabila riset dan pengembangan tersebut di atas dilakukan untuk

suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasi secara spesifik, maka sisi

debit dari ayat-ayat jurnal di atas diganti dennga pos aktiva : biaya riset

dan pengembangan belum dialokasikan. Apabila, kemudian dapat

dipastikan bahwa riset dan pengembangan untuk produk spesifik tadi

dinyatakan gagal, ayat jurnal berikut perlu dibuat :

(D) Biaya riset dan pengembangan 22.000.000

(K) Biaya riset dan pengembangan

belum dialokasikan 22.000.000

contoh soal goodwill :

PT. Jujur menyajika data sebagai berikut :

Tahun Total Aktiva Laba

2004 2.000.000 150.000

2005 3.000.000 400.000

Page 54: order dan lain-lain.

2006 5.000.000 600.000

2007 6.000.000 750.000

2008 6.500.000 850.000

Diketahui laba normal industri dimana PT.Jujur berada adalah 10% dari

total aktiva. Hitunglah goodwill yang dimiliki PT.Jujur.

RATA-RATA selama lima tahun:

Total aktiva = (22.500.000)/5 = 4.500.000

Laba = (2.750.000)/5 = 550.000

1. Goodwill dihitung dengan cara mengkapitalisasi selisih laba.

Laba riil rata-rata 550.000

Laba normal = 10% x 4.500.000 450.000 -

Kelebihan laba 100.000

=========

Goodwill = (100.000)/10% = 1.000.000

==========

2. Goodwill dihitung dengan cara mengkapitalisasi laba.

Total aktiva yang seharusnya dimiliki PT.Jujur adalah =

(550.000)/10% 5.500.000

Total aktiva secara riil yang ada 4.500.000-

Goodwill 1.000.000

===========

Laba riil PT.Jujur (tanpa goodwill) adalah (550.000.000)/

(4.500.000.000) sebesar 12,22%. Sehingga 2,22% diatas laba normal.

Misal, pada tahun 2010 laba PT.Jujur (tanpa goodwill) turun menjadi

11,50%, maka pada tahun tersebut dilakukan penghapusan sebagian

Page 55: order dan lain-lain.

Goodwill (write off).

Biaya x

Goodwill x

Modal – PK x

Laba ditahan x

Daftar Pustaka

Reeve, James M., dkk. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Salemba

Empat

S.R. Soemarso. 1990. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku Dua Edisi Ketiga.

Jakarta : Salemba Empat

S.R, Soemarso. 1999. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta:

RINEKA CIPTA

S.R. Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengatar. Edisi Lima(Revisi).

Jakarta : Salemba Empat

Warren, Carl S., dkk. 2006. Pengantar Akuntansi. Edisi Dua Puluh Satu.

Jakarta: Salemba Empat

Page 56: order dan lain-lain.

INVESTASI JANGKA PANJANGA. Pengertian Investasi dan Investasi Jangka Panjang1. Pengertian InvestasiInvestasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang.” Pengertian investasi menurut Sunariyah (2003, p 4) “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.. Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012) investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan.2. Pengertian Investasi Jangka PanjangInvestasi Jangka Panjang adalah investasi dimana dana yang Anda masukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelah jangka waktu minimal 1 tahun atau Investasi jangka panjang sebagai penanaman sebagian kekayaan suatu perusahaan pada perusahaan lain dengan maksud untuk memperoleh pendapatan tetap dan atau untuk menguasai atau mengendalikan perusahaan tersebut.. Ada banyak bentuk investasi jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa contoh diantaranya: Properti merupakan salah satu investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. Harga properti akan terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Bagi Anda yang memiliki dana yang cukup besar, investasi ini patut menjadi pilihan.

Investasi jangka panjang dapat berupa:1. Penyertaan dalam bentuk saham, obigasi, dan surat berharga lainnya.2. Dana untuk melunasi utang jangka panjang, atau dana khusus lainnya.3. Aktiva lain-lain, seperti pembelian tanah dengan rencana penggunaan dimasa yang akan datang.B. Tujuan Investasi Jangka Panjang:1. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.2. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.3. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.4. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan.5. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.6. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.C. Bentuk-bentuk Investasi Jangka PanjangAda banyak pilihan bagi perusahaan untuk menetapkan bentuk investasi jangka panjangnya. Ada perusahaan yang memilih investasi pada tanah atau bangunan (bukan untuk operasi perusahaan) yang disebut dengan investasi properti. Ada juga yang memilih investasi dalam bentuk tabungan atau deposito, atau pilihan investasi yang lain yaitu pembelian saham atau obligasi. Investasi jangka panjang dapat dilakukan perusahaan dalam bentuk obligasi atau saham. Apabila diperbandingkan, kedua bentuk investasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Investasi jangka panjang dalam obligasi memberikan jaminan yang pasti atas penerimaan bunga selama kurun waktu tertentu. Bila

Page 57: order dan lain-lain.

tingkat bunga di pasaran menurun, tingkat bunga obligasi tidak berubah karena tingkat bunganya sudah ditetapkan dalam perjanjian awal.Di lain pihak, investasi jangka panjang dalam saham akan memberikan penghasilan yang lebih tinggi daripada tingkat bunga obligasi, apabila perusahaan mendapat keuntungan yang tinggi dan sebaliknya.D. Properti Investasi Jangka PanjangBerbagai macam properti bisa kita lihat, mulai dari tanah, rumah, ruko dan lain-lain. Yang paling penting di dalam mengambil investasi jangka panjang ini adalah kejelian Anda dalam melihat kondisi masa depan dari daerah tempat properti tersebut berada.Mengambil properti di daerah yang sedang berkembang pesat adalah salah satu cara untuk memperoleh keuntungan yang besar dari investasi ini secepat-cepatnya.Selain properti, investasi jangka panjang yang juga bisa Anda ambil adalah membeli dan menyimpan emas dan berbagai logam mulia. Harga emas dan logam mulia ini juga akan cenderung terus naik karena sifatnya yang berupa bahan tambang yang terbatas.Kondisi ekonomi dunia yang sering tidak stabil juga merupakan salah satu pemicu naiknya harga emas dan logam mulia. Oleh karena itu membeli dan menyimpan emas serta logam mulia untuk jangka panjang bisa menjadi alternatif yang bisa Anda pilih. Saham juga merupakan salah satu Investasi Jangka Panjang. Walau demikian, ada pula yang memperdagangkan saham dalam jangka pendek.E. Jenis- Jenis Investasi Jangka Panjanga. SahamSebuah perusahaan juga bisa mendapatkan dana dari para investor dengan mengeluarkan atau menerbitkan saham. Berbeda dengan obligasi, saham adalah sebuah pernyataan dan bukan merupakan surat hutang dan tidak ditebus penerbitnya.b. Reksa Dana (Mutual Funds)Para investor dapat melakukan nvestasi namun tidak langsung yakni menggunakan perantaraan perusahaan reksa dana. Dana-dana yang terkumpul dari para investor dalam jumlah yang cukup besar akan meningkatkan posisi tawa-menawar dari perusahaan reksa dana.c. Investasi Program PensiunPerusahaan asuaransi di Indonesi begitu banyak dan sudah menjamur dengan memasarkan dan memperkenalkan produk-produk unggulannya yang dipadukan dengan program investasi dana pensiun. Apabila tiba masa pensiun, investor akan mendapatkan sejumlah dana yang berasal dari hasil pengembangan dari pihak perusahaan asuransi. Namun investasi dan aprogram pensium ini tidak banyak meghasilkan bunga dibanding menabung pada sebuah bank tertentu yang sifat bunganya lebih besar dan tidak menentu dibanding dengan investasi dana pensiun. besar keuntungan dan bunga yang diperoleh tergantung dari besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi.d. Investasi EmasEmas yang termasuk dalam logam mulia 99,99% merupakan salah satu logam berharga dan langka yang kehadirannya dapat diterima oleh kalangan umum. Emas yang sifatnya mudah dibentuk dan sering digunakan sebagai perhiasan menjadikan emas sebagai alat investasi yang aman dan menguntungkan.Dalam keadaan yang tidak menentu, banyak orang beralin investasi ke emas karena emas memiliki nilai jual yang lebih stabil dan dianggap sebagai pengganti mata uang tanpa batasan asset yang penting dan aman kapan saja bisa diuangkan saat dibutuhkan. Nilai tukar US Dollar yang sama dan searah dengan emas, membuat investor beralih investasi ke emas dengan keuntungan yang berlipat apabila harga jual beli emas sedang melonjak naik.e. ObligasiObligasi adalah surat bukti telah memberikan pinjaman kepada pihak yang menerbitkan obligasi dan harus dilunasi pada tanggal jatuh temponya. Adakalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian keuntungan. Kalau diterima oleh pemegang obligasi yang berbentuk badan, dengan rekarakterisasoi sebagai deviden, bagian keuntungan yang diterima itu tidak dikenakkan pajak. Namun, bagi pembayar bunga yang direkarakterisasi

Page 58: order dan lain-lain.

sebagi deviden itu bukan merupakan biaya pengurang penghasilan. Karena pada saat jatuh temponya, obligasi akan dibayar (kembali) sejumlah nominalnya, agio obligasi merupakan kerugian bagi investor dan sebaliknya disagio merupakan penghasilan. Hal sebaliknya berlaku untuk perusahaan penerbit obligasi. Dalam praktek akuntansi komersial, dengan adanya agio dan disagio (diskonto) obligasi itu, investor mendapatkan penghasilan bunga efektif yang berbeda dengan tingkat bunga nominal. Perhitungan bunga efektif itu menghendaki adanya amortisasi agio dan disagio sebagai koreksi terhadap nilai buku obligasi. Bertujuan memperoleh bunga tetap setiap tahun selama masa investasi. Penyesuaian Bunga Berjalan & Amortisasi:• Jurnal penyesuaian terhadap bunga yg belum diterima jika tgl bunga tidak tepat pada tgl akhir periode akuntansi.• Jurnal penyesuaian terhadap amortisasi agio atau disagio, jika obligasi dibeli dengan harga diatas atau dibawah nilai nominal.Penjualan Investasi:• Selisih harga jual dan nilai buku investasi obligasi diakui sbg keuntungan & sebaliknya sbg kerugian.• Saat penjualan, Kas bertambah sebesar Harga Jual bersih + bunga (bila ada), sedang investasi obligasi berkurang.f. Investasi dalam Aktiva Lain-lainPerusahaan dapat melakukan investasi pada aktiva lain-lain, misalnya tanah dan bangunan atau properti. Selain karena ada kelebihan dana, investasi itu dimaksudkan untuk keperluan ekspansi masa yang akan datang. Penghasilan dari investasi itu pada umumnya merupakan penghasilan kena pajak. Begitu juga dengan keuntungannya apabila investasi itu dijual.

A. Pengertian, Ciri-Ciri dan Tujuan Investasi Jangka Panjang

Utang jangka panjang merupakan utang-utang yang jangka waktu

pelunasannya lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber

yang bukan dari kelompok aktiva lancar. Yang termasuk jenis utang

jangka panjang, misalnya utang obligasi, wesel jangka panjang, dan lain-

lain. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana

untuk investasi, seperti pembelian pertambahan aktiva tetap, menaikkan

jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau juga untuk

melunasi utang-utang yang lain.

1. Pengertian Obligasi

Menurut Gade dan Khaerul (2000:19), obligasi merupakan suatu janji

tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu

(tanggal kupon bunga). Surat obligasi merupakan pengakuan utang pihak

yang mengeluarkan (debitur) pada pihak yang membeli (investor) yang

menunjukkan jumlah nominal, bunga dan tanggal pembayarannya (tanggal

jatuh tempo).

Page 59: order dan lain-lain.

Menurut Warren (2006:174), obligasi (bond) adalah salah satu bentuk

dari promes atau wesel berbunga (interest bearing note). Obligasi juga

mensyaratkan pembayaran bunga periodik dan jumlah pokok (face value)

harus dilunasi pada tanggal jatuh tempo.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 859 Tahun 1987, obligasi

merupakan surat perjanjian pengakuan utang atas pinjaman yang

dilakukan emiten (issuer) kepada masyarakat dengan jangka waktu

minimal 3 tahun.

Menurut buku catatan, obligasi adalah surat bukti pengakuan hutang

dari pihak yang menerbitkan kepada pembeli/pemilik obligasi yang

bersangkutan. Dengan demikian, bagi pihak yang menerbitkan obligasi,

obligasi yang telah dikeluarkan (dijual) merupakan hutang sebesar jumlah

nominal yang tercantum di dalamnya. Hutang demikian kemudian disebut

“pinjaman obligasi”. Dengan kata lain “pinjaman obligasi” adalah

pinjaman yang diperoleh dengan cara menerbitkan obligasi. Jatuh tempo

pembayaran obligasi biasanya ditetapkan dalam waktu lebih dari 1 tahun,

sejak tanggal diterbitkannya. Oleh karena itu, pinjaman obligasi

digolongkan dalam hutang jangka panjang.

Penerbitan obligasi biasanya dilakukan jika perusahaan memerlukan

dana yang besar yang tidak dapat diperoleh dari 1 (satu) sumber,

sementara emisi saham sudah tidak memungkinkan lagi. Obligasi mungkin

dijual langsung kepada para penanam modal, dijual melalui lembaga-

lembaga keuangan, atau dalam hal obligasi dijamin oleh satu bank, dapat

saja obligasi yang diterbitkan seluruhnya dibeli oleh bank penjamin.

2. Ciri-Ciri Obligasi

Menurut Warren (2006:176), sebuah perusahaan yang menerbitkan

obligasi harus menandatangani kontrak, yang dikenal sebagai bond

indenture atau trust indenture dengan pemegang obligasi. Penerbitan

obligasi biasanya dibagi ke dalam sejumlah obligasi individual. Nilai

nominal obligasi disebut pokok (principal). Bunga obligasi mungkin

Page 60: order dan lain-lain.

harus dibayarkan secara tahunan, setengah tahunan, atau kuartalan.

Sebagian besar obligasi membayar bunga setengah tahunan.

Jika semua obligasi dari satu emisi tanggal jatuh tempo pada saat yang

sama, obligasi tersebut disebut obligasi berjangka. Jika obligasi jatuh

tempo pada beberapa tanggal yang berbeda, maka disebut sebagai obligasi

berseri (serial bond).

Obligasi yang bisa dipertukarkan dengan sekuritas lainnya, seperti

saham biasanya, disebut obligasi konvertibel (convertible bond). Jika

perusahaan penerbit obligasi memiliki hak untuk menebus atau menarik

obligasi sebelum jatuh tempo, maka obligasi tersebut disebut obligasi

yang dapat ditarik (callable bond). Obligasi yang diterbitkan atas dasar

kredit umum perusahaan dinamakan debenture bond.

3. Tujuan Investasi Jangka Panjang

Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya

didasarkan pada tujuan tertentu yang kemungkinan berbeda dengan

perusahaan lain. Salah satu tujuan investasi adalah untuk mencari

keuntungan. Secara umum tujuan investasi memang mencari untung, tetapi

bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang lain

selain untuk mencari untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi

bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara

lain seperti bunga, royalti, deviden, atauuang sewa dan lain-lainnya.

b. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan

ekspansi, kepentingan sosial.

c. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui

pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.

d. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk

produk yang dihasilkan.

e. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang

sejenis.

f. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

Page 61: order dan lain-lain.

B. Perhitungan dan Pencatatan dalam Obligasi Pada Saat : Perolehan dan

Penjualan

Obligasi yang dikeluarkan atau dijual dapat dicatat dengan dua cara,

yaitu:

1. Hanya mencatat obligasi yang terjual

Dalam cara ini, pengeluaran obligasi akan dicatat apabila obligasi

tersebut sudah terjual, sedangkan yang belum terjual tidak akan dicatat.

2. Obligasi yang terjual dan yang belum terjual dicatat.

Pada cara ini obligasi yang belum terjual dicatat dalam perkiraan

“obligasi yang belum terjual”. Jika obligasi tersebut telah terjual maka

perkiraan “obligasi yang belum terjual” dicatat di kredit.

a. Pencatatan transaksi penerbitan obligasi

Pada saat perusahaan menerbitkan obligasi, ada 2 (dua) cara

pencatatan yang dapat diterapkan, yaitu:

Jumlah obligasi yang diterbitkan tidak dicatatat dalam jurnal. Dengan cara

ini hanya obligasi yang dijual yang dicatat dalam buku besar, yaitu

dicatat kredit pada akun “pinjaman obligasi” sebesar harga

nominalnya, sementara obligasi yang belum dijual (belum beredar),

tidak akan terlihat dalam catatan buku besar (dicatat hanya yang

terjual).

Jumlah obligasi yang dicatat dalam jurnal, yaitu dengan mendebet akun

“obligasi yang belum beredar” dan mengkredit akun “otorisasi

pinjaman obligasi”, masing-masing seharga nominal obligasi yang

diterbitkan. Dengan cara ini, obligasi yang sudah diserahkan kepada

pembeli, akan tampak disisi kredit akun “obligasi yang belum

beredar”.

Ilustrasi:

Page 62: order dan lain-lain.

Pada tanggal 20 Maret 1999, PT. Satria menerbitkan 3.000 lembar

obligasi 15% nominal Rp 100.000,- tiap lembar. Obligasi tersebut mulai

dikeluarkan tanggal 1 April 1999. Jatuh tempo pembayaran tanggal 1

April 2004, bunga dibayar tiap tanggal 1 April dan 1 Oktober.

Transaksi tersebut dalam kedua cara di atas dicatat sebagai:Obligasi yang diterbitkan tidak dicatat di

jurnal

Obligasi yang diterbitkan dicatat di jurnal

20 Maret tidak ada jurnal. 20 Maret

Obligasi belum beredar Rp 100.000,-

Otorisasi pinjaman obligasi Rp 100.000,-

b. Pencatatan transaksi penjualan obligasi

Obligasi yang dijual dicatat kredit pada akun pinjaman obligasi atau

“obligasi yang belum beredar” sebesar harga nominalnya karena jumlah

nominal itulah yang merupakan jumlah hutang yang harus dibayar pada

tanggal jatuh tempo pembayaran obligasi. Jika hasil penjualan obligasi

lebih besar daripada jumlah nominalnya, selisih yang terjadi dicatat kredit

pada akun “agio obligasi” (Premium On Bond), sebaliknya jika hasil

penjualan obligasi lebih rendah daripada harga nominalnya, selisih yang

terjadi dicatat debet pada akun “disagio obligasi” (Discount On Bond).

Pada bab di muka telah dibahas bahwa dalam jual beli obligasi harus

diperhatikan adanya bunga obligasi yang sudah berjalan, yang harus

dibayar oleh pihak pembeli. Bagi perusahaan atau badan penerbit obligasi,

bunga berjalan yang harus diterima saat penjualan obligasi akan

mengurangi beban bunga pada periode yang bersangkutan. Oleh karena

itu, dicatat kredit pada akun “beban bunga”.

Ilustrasi:

Misalnya pada tanggal 1 Mei 1999, PT. Satria berhasil menjual 3.000

lembar obligasi 15% nominal Rp 100.000,-/lembar. Pembayaran bunga

tiap tanggal 1 April dan 1 Oktobe, kurs 105, provisi dan biaya-biaya Rp.

4.380.000,-.

Page 63: order dan lain-lain.

Perhitungan penjualan dari data pada contoh di atas:

Harga kurs 3.000 x Rp 100.000,- x 105/100 Rp 315.000.000,-

Provisi dan lain-lain Rp 4.380.000,- -

Hasil penjualan Rp 310.620.000,-

Bunga yang sudah berjalan (bulan 1/4 s/d 1/5)

Rp 300.000.000,- x 1/12 x 15% Rp 3.750.000,- +

Jumlah yang diterima PT. Satria Rp 314.370.000,

Hasil penjualan obligasi pada contoh di atas daripada harga nominal

obligasi yang dijual sehingga timbul agio Rp 310.620.000,- - Rp

300.000.000,- = Rp 10.620.000,-

Jurnal yang dibuat PT. Satria sebagai berikut:Jika jumlah obligasi yang diterbitkan tidak

dicatat dalam jurnal

Jika jumlah obligasi yang diterbitkan dicatat

dalam jurnal

1 Mei

Kas Rp 314.370.000,-

Pinjaman obligasi Rp 300.000.000,-

Agio obligasi Rp 10.620.000,-

Beban bunga Rp 3.750.000,-

1 Mei

Kas Rp 314.370.000,-

Obligasi belum beredar Rp 300.000.000,-

Agio obligasi Rp 10.620.000,-

Beban bunga Rp 3.750.000,-

Dalam hal obligasi dijual dengan kurs dibawah 100, maka akan timbul

disagio obligasi.

Ilustrasi:

Misalnya PT. Satria pada contoh dimuka, pada tanggal 1 Mei 1999

menjual dengan kurs 98. Provisi dan biaya lain-lain berjumlah Rp

3.204.000,-

Perhitungan penjualan sebagai berikut:

Harga kurs 3.000 x Rp 100.000,- x 98/100 Rp 294.000.000,-

Provisi dan lain-lain Rp 3.204.000,- -

Hasil penjualan Rp 290.796.000,-

Bunga yang sudah berjalan 1 bulan

Rp 300.000.000,- x 1/12 x 15% Rp 3.750.000,- +

Jumlah yang diterima PT. Satria Rp 294.546.000,-

Page 64: order dan lain-lain.

Disagio yang timbul pada transaksi penjualan obligasi di atas adalah

sebesar Rp 300.000.000,- - Rp 290.796.000,- = Rp 9.204.000,-

Jurnal yang dibuat PT. Satria sebagai berikut:Jika jumlah obligasi yang diterbitkan tidak

dicatat dalam jurnal

Jika jumlah obligasi yang diterbitkan dicatat

dalam jurnal

1 Mei

Kas Rp 294.546.000,-

Disagio obligasi Rp 9.204.000,-

Pinjaman obligasi Rp 300.000.000,-

Beban bunga Rp 3.750.000,-

1 Mei

Kas Rp 294.546.000,-

Disagio obligasi Rp 9.204.000,-

Obligasi belum beredar Rp 300.000.000,-

Beban bunga Rp 3.750.000,-

c. Pencatatan transaksi penjualan obligasi yang dipesan

Dalam hal obligasi dijual dengan dipesan lebih dahulu oleh pembeli,

obligasi baru dikeluarkan setelah pembeli melunasi seluruh harga

pembeliannya. Oleh karena itu, jumlah obligasi yang dipesan tidak dicatat

kredit pada akun “pinjaman obligasi” atau “obligasi belum beredar”, tetapi

untuk sementara dicatat kredit pada akun “obligasi yang dipesan”. Setelah

pembeli membayar lunas, dari tergantung cara pencatatan yang digunakan.

Ilustrasi:

1 Maret 1999, PT. Giri Mukti menerima pesanan 500 lembar

obligasi 15% yang diterbitkannya nominal tiap

lembar Rp 100.000,-. Pembayaran bunga tiap

tanggal 1 Maret dan 1 September. Kurs 105

termasuk provisi dan lain-lain. Sebagai pembayaran

pertama, diterima sebesar 60% dan sisanya akan

dilunasi tanggal 1 April 1999.

1 April 1999, PT. Giri Mukti menerima pelunasan harga obligasi

yang dipesan tanggal 1 Maret 1999. Obligasi yang

bersangkutan diserahkan kepada pemesan.

Perhitungan atas transaksi di atas:

Harga obligasi yang dipesan tanggal 1 Maret 1999

Harga kurs, 500 x Rp 100.000,- x 105/100 Rp 52.500.000,-

Page 65: order dan lain-lain.

Pembayaran pertama

60% x Rp 52.500.000,- Rp 31.500.000,- -

Piutang pada pemesan obligasi Rp 21.000.000,-

Agio yang timbul dari transaksi di atas adalah sebesar Rp 52.500.000,-

- Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-. Sementara jumlah yang diterima PT.

Giri Mukti pada tanggal 1 April 1999, sebagai pelunasannya obligasi yang

dipesan adalah sebesar 40% x Rp 52.500.000,- = Rp 21.000.000,-.

Jurnal untuk mencatat kedua transaksi di atas, sebagai berikut:Jika jumlah obligasi yang diterbitkan tidak

dicatat dalam jurnal

Jika jumlah obligasi yang diterbitkan dicatat

dalam jurnal

1 Maret 1999

Kas Rp 31.500.000,-

Piutang obligasi dipesan Rp 21.000.000,-

Obligasi dipesan Rp 50.000.000,-

Agio obligasi Rp 2.500.000,-

1 Maret 1999

Kas Rp 31.500.000,-

Piutang obligasi dipesan Rp 21.000.000,-

Obligasi dipesan Rp 50.000.000,-

Agio obligasi Rp 2.500.000,-

1 April 1999

Kas Rp 21.000.000,-

Piutang obligasi dipesan Rp 21.000.000,-

Obligasi dipesan Rp 50.000.000,-

Pinjaman obligasi Rp 50.000.000,-

(mencatat penyerahan obligasi)

1 April 1999

Kas Rp 21.000.000,-

Piutang obligasi dipesan Rp 21.000.000,-

Obligasi dipesan Rp 50.000.000,-

Obligasi belum beredar Rp 50.000.000,-

(mencatat penyerahan obligasi)

d. Penjualan Obligasi Sebelum Jatuh Tempo

Jika obligasi tersebut dijual sebelum jatuh tempo, maka harus

diperhitungkan laba atau ruginya. Harga jual obligasi merupakan kurs jual

dikurangi dengan biaya penjualan. Selisih antara harga jual obligasi

dengan nilai bukunya dicatat sebagai laba atau rugi penjualan obligasi.

Nilai buku obligasi dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jika agio = Harga Perolehan – Amortisasi Agio

Jika disagio = Harga Perolehan + Akumulasi Disagio

e. Pencatatan Utang Obligasi

Page 66: order dan lain-lain.

Apabila tanggal penjualan obligasi tidak sama dengan taggal kupon

bunga, maka terdapat bunga berjalan yang akan ditanggung oleh pembeli,

tetapi tidak termasuk ke dalam harga perolehan obligasi.

f. Pelunasan Obigasi Sebelum Jatuh Tempo

Utang obligasi dapat dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo. Obligasi

yang ditarik dari peredaran sebelum tanggal jatuh tempo dapat dipisahkan

menjadi dua, yaitu:

1. Obligasi yang ditarik tidak akan dijual kembali. Dalam hal ini

penarikan obligasi dicatat dengan mendebet utang obligasi sebesar

nilai nominalnya.

2. Obligasi yang ditarik untuk dijual kembali. Dalam hal ini obligasi

dicatat dengan mendebet Treasury bonds sebesar nilai nominalnya.

Selisih antara nilai nominal dengan harga jual dicatat sebagai agio

atau disagio.

Jumlah pelunasan obligasi biasanya tidak sama dengan nilai buku

obligasi, selisih antara jumlah pelunasan obligasi dengan nilai bukunya

dicatat sebagai laba atau rugi penarikan obligasi. Nilai buku obligasi

dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jika agio = Harga Jual – Amortisasi Agio

Jika disagio = Harga Jual + Amortisasi Disagio

g. Dana Pelunasan Obligasi (DPO)

Pada saat jatuh tempo semua obligasi yang diterbitkan perusahaan

harus dilunasi dengan data yang tersedia. Penyediaan dana perusahaan

untuk membayar obligasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Mengurus sendiri pengumpulan setiap periode, yaitu dengan cara

membukukan langsung dalam catatan perusahaan.

2. Dengan cara menyerahkan pengurusnya pada pihak lain (wali). Dalam

hal ini, perusahaan akan menerima laporan dana tersebut tiap

periodenya.

Page 67: order dan lain-lain.

C. Perhitungan dan Pencatatan Bunga

a. Amortisasi Agio dan Disagio Obligasi

Agio atau disagio obligasi merupakan penyesuaian terhadap tariff

bunga nominal selama umur obligasi, karena tarif bunga obligasi tidak

sama dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Agio obligasi yang

terjadi akan mengurangi biaya bunga obligasi yang dibayarkan selama

umur obligasi dan diamortisasi dengan mendebet Agio obligasi dan

mengkredit biaya bunga obligasi. Sedangkan disagio obligasi akan

menambah biaya bunga yang dibayarkan selama umur obligasi dan

diamortisasi dengan mendebet biaya bunga obligasi dan mengkredit

disagio obligasi.

Amortisasi agio atau disagio obligasi dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu:

1. Metode Garis Lurus (straight-line method)

Dalam hal ini amortisasi tiap periodenya sama, amortisasi agio atau

disagio dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Agio atau Disagio

Amortisasi per periode =

Umur Obligasi

2. Metode Bunga Efektif

Metode ini dipakai jika harga jual obligasi ditentukan dengan

tingkat bunga yang berlaku di pasar. Dalam metode iniamortisasi tiap

periodenya tidak sama, tergantung dari tingkat bunga efektif yang

berlaku di pasar. Amortisasi agio atau disagio dilakukan sengan cara

sebagai berikut:

Amortisasi per periode = Bunga Obligasi – Bunga Efektif

b. Nilai Sekarang dari Pembayaran Bunga Obligasi Periodik

Page 68: order dan lain-lain.

Nilai sekarang dari pembayaran bunga obligasi periodik adalah

nilai hari ini dari jumlah bunga yang akan diterima pada akhir setiap

periode pembayaran bunga. Serangkaian pembayaran kas yang tetap

tersebut disebut anuitas (annuity).

Nilai sekarang dari anuitas (present value of an annuity) adalah

jumlah nilai sekarang dari setiap arus kas.

Jumlah yang ingin dibayarkan pembeli untuk suatu obligasi adalah

jumlah nilai sekarang dari nilai nominal dan pembayaran bunga

periodik.

Ilustrasi:

Asumsi bahwa obligasi Rp 10.000.000,- dengan membayar bunga 10% per

tahun dan suku bunga pasar juga 10%. Selain itu, asumsikan juga bahwa

obligasi jatuh tempo pada akhir tahun kedua. Nilai sekarang dari pembayaran

bunga sebesar Rp 1.000.000,- (Rp 10.000.000,- x 10%) adalah Rp 1.735.600,-.

Nilai ini dapat ditentukan dengan menggunakan tabel nilai sekarang yang

diperlihatkan dalam tampilan di bawah ini.

Pembayaran bunga

Rp 1.000.000,- x 0,909090

Rp 1.000.000,- x 0,82645

Rp 909.100,-

Rp 1.735.600,-

Rp 826.500,-

Rp 1.000.000,-

Hari ini Akhir Tahun 1 Akhir Tahun 2

Rp 1.000.000,-

Page 69: order dan lain-lain.

Nilai sekarang dari pembayaran

bunga sebesar Rp 1.000.000,- yang diterima

setiap tahun selama 2 tahun

Daftar Pustaka

Gade, Muhammad dan Said Khaerul Wasif. 2000. Akuntansi Keuangan

Menengah II. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Soemarso,S. R. 2005. Akuntansi Suatu pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Reeve, Warren Fess. 2006. Pengantar Akuntansi Edisi 21. Jakarta: Salemba

Empat.

Ode, Limansyah. 2014. Tujuan Investasi Jangka Panjang.

http://www.scribd.com/doc/109462768/Tujuan-Investasi-Jangka-Panjang.

Diunduh tanggal 9 januari 2014.

Page 70: order dan lain-lain.

Akuntansi untuk Perusahaan Manufaktur (Manufacturing Firm Accounting) Pengertian Perusahaan Manufaktur

Menurut Soemarso (2009:270) Perusahaan Manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudiaan menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah kegiatan produksi. Perbedaan yang terdapat dalam akuntansi perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang, disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat oprasinya. Operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang, karena perusahaan manufaktuk membuat sendiri barang yang akan dijualnya. Ciri – ciri Perusahaan Manufaktur 1. Kegiatannya melakukan pembelian dan penjualan barang dagangan kepada masyarakat. 2. Pendapatan berasal dari hasil penjualan barang dagangan kepada masyarakat. 3. Terdapat perhitungan harga pokok penjualan, untuk menentukan besarnya laba atau rugi. 4. Beban oprasionalnya terdiri atas beban penjualan dan beban administrasi umum.

Page 71: order dan lain-lain.

Bahan Baku Tenaga kerja Langsung Biaya Overhead Proses Produksi Barang Jadi Siklus Kegiatan Pabrik

Kegiatan Produksi Perusahaan Manufaktur Pembelian Pemakaian Pembelian Pembebanan Pembebenan Pembelian Pembebanan Jenis Persediaan yang ada di Pabrik

Persediaan dalam perusahaan manufaktur terdiri dari 3 macam, yaitu: 1. Persediaan bahan baku (raw materials infentory)

Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang – barang yang di gunakan dalam proses produksi perusahaan yang bersangkutan. 2. Persediaan Barang dalam Proses (work in process)

Persediaan barang dalam proses terdiri dari bahan baku dan biaya – biaya produksi lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang baru sebagian selesai. 3. Persediaan Barang Jadi (finished goods inventory)

Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya produksi untuk barang-barang yang telah selesai di produksi tetapi belum dijual. Jenis Biaya yang selalu terjadi di Pabrik 1. Biaya Bahan Baku Langsung (direct raw materials) yaitu biaya untuk barang-barang yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan

Page 72: order dan lain-lain.

dengan barang jadi. Contoh bahan baku langsung adalah kayu pada perusahaan kayu atau tembakau pada perusahaan rokok.

Page 73: order dan lain-lain.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor) adalah biaya untuk tenaga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi.

Page 74: order dan lain-lain.

3. Biaya Overhead (overhead cost) biaya-biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenagakerja langsung. Contoh biaya overhed adalah (1) bahan pembantu ex. Perlengkapan pabrik (2) tenagakerja tidak langsung ex. Gaji mandor (3) biaya pemeliharaan dan perbaikan (4) listrik, air, telephon dan lain-lain.

Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya produksi barang yang telah diselesaikan dalam satu periode. Cara Pencataan Transaksi yang Terjadi

Dalam perusaan manufaktur, ada beberapa hal penting yang harus dicatat pada saat proses produksi. Hal tersebut yaitu pada saat pembeliaan bahan baku, pemakaian tenaga kerja langsung dan pemakaian biaya overhead. Bahan Baku Langsung Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian(untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Tenaga Kerja Langsung Pembayaran upah pada tenaga kerja langsung dicatat di dalam buku pengeluaran kas. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang belum dibayar. Pembebanan biaya tenagakerja langsung dilakukan dengan membuat jurnal penutup ke aku ikhtisar harga pokok produksi.

Page 75: order dan lain-lain.

Biaya Overhead Rincian biaya overhead ke dalam tiap-tiap biaya-biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead dicatat dalam buku pembelian, pembayaran dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead ke dalam produksi dilakukan dengan membuat pembanding atas akun yang bersangkutan. Akun lawannya adalah ikhtisar harga pokok produksi. Persediaan Barang Dalam Proses Proses produksi adalah kegiatan tang berlangsung terus-menerus. Persedian barang dalam proses, baik diawal maupun akhir periode dengan jalan melakukan perhitungan fisik. Laporan Harga Pokok Produksi Elemen – elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenagakerja langsung dan biaya overhead pabrik. Laporan harga pokok produksi dirancang untuk mamberikan informasi mengenai biaya – biaya tersebut. Rekening – rekening Khusus pada Perusahaan Manufaktur Rekening – rekening dalam buku besar sebuah perusahaan manufaktur, biasanya lebih banyak bila dibandingkan dengan rekening buku besar pada sebuah perusahaan dagang. Hal ini disebabkan oleh sifat operasi perusahaan manufaktur yang labih kompleks bila dibandingkan dengan perusahaan dagang. Berikut ini akan dijelaskan beberapa rekening yang biasa dijumpai dalam perusahaan manufaktur: Rekening Pembelian Bahan Baku

Apabila perusahaan menggunakan sistem akuntansi umum (sistem persediaan periodik) untuk kegiatan manufakturnya, maka semua biaya bahan langsung dicatatat dengan mendebet rekening Pembelian Bahan Baku. Apabila perusahaan menggunakan sistem voucher, maka dalam voucher register bisa disediakan kolom khusus untuk pendebetan ke dalam rekening Pembelian Bahan Baku ini. Hal yang sama juga bisa dilakukan

Page 76: order dan lain-lain.

bila perusahaan menggunakan jurnal khusus. Dengan cara ini, maka kita cukup membukukan sekali dalam sebulan dari total kolom khusus yang terdapat dalam voucher register atau jurnal khusus. Rekening Ikhtisar Biaya Produksi

Dalam perusahaan manufaktur biasanya digunakan satu buah rekening untuk menampung pembebanan semua biaya produksi, baik biaya produksi langsung maupun tidak langsung. Rekening ini didebet dengan biaya pemakaiaan bahan baku (kredit: Rekening Pembelian Bahan Baku), biaya tenaga kerja (kredit: Rekening Biaya Tenaga Kerja), dan biaya overhead pabrik (kredit: Rekening Biaya Overhead Pabrik). Pada akhir tahun, melalui jurnal penutup,rekening ini dikredit dengan persediaan akhir bahan baku, persediaan akhir barang dalam proses, dan sisanya dipindahkan ke rekening Rugi-Laba. Jumlah yang dipindahkan ke rekening Rugi-Laba ini mencerminkan harga pokok barang yang selesai diproduksi pada periode bersangkutan. Rekening Persediaan Bahan Baku

Apabila perusahaan menggunakan sistem akauntansi umum, maka persediaan bahan baku yang ada dalam persediaan (yang ada di gudang) harus ditentukan dengan cara melakukan perhitungan fisik pada persediaan. Jumlah persediaan yang ditentukan melalui perhitungan fisik tersebut, kemudian melalui jurnal penutup dicatat kedalam rekening Persediaan Bahan Baku. Jumlah saldo pada akhir periode yang nampak dalam rekening ini, akan menjadi saldo awal untuk periode berikutnya. Rekening Persediaan Barang dalam Proses

Setiap perusahaan manufaktur biasanya mempunyai sejumlah barang yang masih berada dalam proses pengerjaan. Barang – barang yang masih dalam keadaan belum selesai dikerjakan yang ada pada akhir periode disebut persediaan barang dalam proses. Apabila perusahaan menggunakan sisten akuntansi umum, maka penentuan jumlah barang dalam proses pada akhir periode dilakukan melalui perhitunggan fisik.

Page 77: order dan lain-lain.

Selanjutnya dengan jurnal penutup jumlah persediaan akhir barang proses dipindahkan ke rekening Persediaan Barang dalam Proses. Rekening Persediaan Barang Jadi

Apabila perusahaan menggunakan sistem akuntansi umum, maka penentuan persedian akhir barang jadi dilakukan melalui perhitungan fisik barang jadi yang ada pada akhir tahun. Selanjutnya melalui jurnal penutup, hasil perhutungan tersebut dicatat dengan mendebet rekening Persediaan Barang Jadi dan mengkredit rekening Rugi-Laba. Seperti halnya rekening Persediaan yang lain, rekening Persediaan Barang Jadi akan menjadi catatan barang jadi yang ada pada akhir suatu periode, akan menjadi awal untuk periode berikutnya. Ketiga rekening persediaan di atas dilaporkan dineraca pada kelompok aktiva lancar. Rekening perlenkapan pabrik juga merupakan suatu rekening aktiva yang digolongkan sebagai aktiva lancar. Pembuatan Laporan Keuangan Pabrik Ayat Jurnal Penyesuaian pada Perusahaan Manufaktur

Pembuatan ayat jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang. Untuk setiap ayat penyesuaian yang tercantum dalam kolom penyesuaian neraca lajur, harus dibuat jurnal penyesuaian yang formal dal jurnal umum. Neraca Lajur pada Perusahaan Manufaktur

Neraca lajur dalam perusahaan manufaktur ada enem lajur, yaitu lajur neraca saldo, ayat jurnar penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, harga pokok produksi, laba rugi dan neraca. Lajur yang perlu dipelajari adalah lajur harga pokok produksi, lajur tersebut untuk mengelompokkan atau mengumpulkan biaya – biaya produksi. Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur

Dengan telah selesainya pembuatan neraca lajur, maka laporan keuangan dapat diselesaikan dengan lebuh mudah. Pada umumnya laporan keuangan

Page 78: order dan lain-lain.

pada perusahaan manufaktur tidak terlalu berbeda dengan perusahaan dagang dan jasa, yang membedakan hanya pada laporan harga pokok produksi juga di neraca terdapat persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi yang tidak dimiliki oleh perusahaan dagang atau jasa. Laporan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Manufaktur

Laporan harga pokok produksi merupakan laporan yang menjelaskan tentang kegiatan manufaktur, khususnya tentang harga pokok produksi barang. Laporan Laba Rugi pada Perusahaan Manufaktur

Laporan laba rugi perusahaan manufaktur tidak jauh berbed dengan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada harga pokok penjualan. Untuk perusahaan manufaktur akun pembelian barang diganti dengan harga pokok produksi. Jurnal Penutup pada Perusahaan Manufaktur

Jurnal penutup yanh harus di buat untuk perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan perusahaan dagang yang telah dibahas sebelumnya. Termaksud dalam jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah penutupan akun – akun yang berhubungan dengan kegiatan produksi.

Page 79: order dan lain-lain.

Contoh Soal dan Penyelesaiannya 1. Data akun PT Sriwijaya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

Kas Rp 18.000 Bank Rp 136.000 Piutang dagang Rp 290.000 Persediaan bahan baku Rp 440.000 Persediaan dalam proses Rp 60.000 Persediaan barang jadi Rp 360.000 Pembayaran di muka Rp 80.000 Investasi jangka panjang Rp 150.000 Tanah Rp 250.000 Bangunan Rp 400.000 Akumulasi penyusutan-bangunan Rp 40.000 Pabrik Rp 2.300.000 Akumulasi penyusutan pabrik Rp 460.000 Kendaraan Rp 120.000 Akumulasi penyusutan-pabrik Rp 240.000 Peralatan Rp 80.000 Akumulasi penyusutan-peralatan Rp 20.000 Utang dagang Rp 262.000 Utang bank Rp 756.000 Utang beban Rp 36.000 Kredit bank Rp 3.000.000 Modal disetor Rp 2.000.000 Defisit Rp 313.000 Penjualan Rp 3.120.000 Pendapatan lain-lain Rp 800.000 Pembelian bahan baku Rp 2.600.000 Biaya buruh langsung Rp 90.000 Biaya overhead Rp 90.000 Beban penjualan Rp 90.000 Beban administrasi dan umum Rp 200.000 Beban lain-lain Rp 60.000 Data penyesuaian Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Persediaan pada tanggal 31 Desember 2011

Persediaan bahan baku Rp 270.000 Persediaan barang dalam proses Rp 90.000

Page 80: order dan lain-lain.

Persediaan barang jadi Rp 320.000 b. Penyusutan Aset terdiri dari penyusutan untuk bangunan Rp 20.000, pabrik Rp 460.000, kendaraan Rp 24.000 dan peralatan Rp 20.000. Biaya penyusutan ini dialokasikan ke biaya pabrik, beban penjualan dan beban administrasi dan umum dengan perbandingan 5:2:3. c. Sewa gedung sebesar Rp 40.000 untuk masa dua tahun sejak 1 Januari 2011, termasuk dalam pembayaran di muka. d. Biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar adalah: overhead Rp 30.000, penjualan Rp 14.000, administrasi dan umum Rp 8.000.

Diminta: 1. Buatlah neraca lajur dan jurnal penyesuaian. 2. Buatlah laporan harga pokok produksi. 3. Buatlah harga pokok penjualan. 4. Buatlah laporan laba rugi. 5. Buatlah neraca.

Penyelesaian: 1. Ayat Jurnal Penyesuaian Tanggal Keterangan Debit Kredit Des 31 Ikhtisar harga pokok

produksi 400.000

Persediaan bahan baku 400.000 Persediaan bahan baku 270.000 Ikhtisar harga pokok produksi 270.000 Ikhtisar harga pokok produksi 60.000 Persediaan barang dalam proses 60.000 Persediaan barang dalam proses 90.000 Ikhtisar harga pokok produksi 90.000 Ikhtisar laba rugi 360.000 Persediaan barang jadi 360.000 Persediaan barang jadi 320.000 Ikhtisar laba rugi 320.000 31 Biaya produksi 262.000 Biaya Penjualan 104.000 Beban adm dan umum 157.200

DAFTAR PUSTAKA

Reeve, dkk. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Page 81: order dan lain-lain.

Harahap, Sofyan Syafri. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Fess, Warreb Reeve. Accounting Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

http://yuliesti.wordpress.com/2011/06/12/akuntansi-bukti-bukti-transaksi/

(diakses tanggal 4 Januari 2014)

Anggaran investasi adalah rencana perusahaan di dalam suatu periode tertentu untuk membeli sejumlah barang yang akan digunakan di dalam proses produktif perusahaan di dalam jangka panjang.

Ciri-ciri anggaran investasi

1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka panjang -> Dana yang digunakan untuk investasi akan kembali kepada perusahaan sepanjang umur ekonomi aktiva tetap tersebut.

2. Investasi memerlukan dana yang cukup besar -> Diperlukan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran biaya operasional regular.

3. Investasi yang dilakukan menyangkut harapan terhadap hasil penjualan -> Tanpa adanya harapan, perusahaan tidak akan bersedia melakukan investasi

4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi akan berakibat jangka panjang -> Membuat keputusan investasi harus melalui pertimbangan yang matang, agar dampaknya, khususnya dampak negative, dapat teratasi.

Jenis investasi

1. Investasi penggantian -> Jika perusahaan menghadapi situasi seperti, perusahaan sampai juga pada akhir umur ekonomis dan umur teknis alat produksi, maka

Page 82: order dan lain-lain.

perusahaan harus mengalokasikan sejumlah dana untuk mengganti alat produksi yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi.

2. Investasi penambahan kapasitas -> Jika pertumbuhan penjualan yang dialami perusahaan lebih tinggi dari kapasitas prosduksi yang dimiliki, perusahaan memerlukan peralatan produksi yang memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari yang telah dimiliki. Berarti perusahaan harus membeli peralatan produksi baru yang sesuai dengan kapasitas produksi yang diperlukan.

3. Investasi penambahan jenis produk baru -> Misal, karena perusahaan melihat peluang baru di dalam celah usaha, maka perusahaan memerlukan peralatan produksi baru, yang belum dimiliki sebelumnya.

4. Investasi lain-lain -> Berbagai peluang usaha dan harapan pertumbuhan usaha yang dilihat oleh perusahaan akan memicu terjadinya investasi pada berbagai peralatan produksi.

Menilai kelayakan investasi

Dua hal yang perlu dipertimbangkan

1. Arus kas keluar bersih (net outflow of cash) à Jumlah dana yang diperlukan untuk investasi tertentu. Misalnya: suatu perusahaan membeli mesin baru seharga Rp800.000.000 dan menjual mesin lama seharga Rp125.000.000, maka jumlah arus kas keluar bersih adalah sebesar Rp675.000.000 (investasi bersih = 800.000.000 – 125.000.000).

2. Aliran kas masuk bersih tahunan (net annual inflows of cash) à Kas masuk yang berasal dari investasi baru tersebut, atau yang biasa disebut proceeds (keuntungan bersih sesudah pajak ditambah dengan biaya penyusutan).

Metode yang digunakan

1. Metode “payback period”

Menggunakan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang diperlukan untuk investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

periode payback dalam tahun= (investasi kas bersih)/(arus kas masuk bersih tahunan)

Contoh

mesin A sebesar Rp1.100.000.000 Proceeds Rp 200.000.000/th

mesin B sebesar Rp1.500.000.000 proceeds Rp 400.000.000/th

Mesin lama dapat dijual Rp300.000.000

Mesin A = 1.100.000.000-300.000.000 = 800.000.000

Mesin B = 1.500.000.000-300.000.000 = 1.200.000.000

Periode payback invest mesin A= 800.000.000/200.000.000=4 tahun

Periode payback invest mesin B= 1.200.000.000/400.000.000=3 tahun

Page 83: order dan lain-lain.

Jadi, investasi pada mesin A dipandang lebih baik dibandingkan pada mesin B, karena memberikan waktu pengembalian yang lebih cepat.

Kelemahan metode ini:

- mengabaikan time value of money

- mengabaikan besar dan waktu cash flows serta ekspektasi umur investasi

2. Metode “present value”

Mempergunakan proceeds yang telah didiskontokan atas dasar biaya modal yang dinginkan sebagai dasar penilaian investasi.

P= Vn/(1+r)^n

Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment).

Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan proyek A dan B, tiap proyek memerlukan investasi sebesar Rp 50.000.000,- biaya modal proyek itu adalah 10%. Cash flow investasi proyek A dan B sebagai berikut:

Tahun Proyek A (dalam ribuan) Proyek B (dalam ribuan)0 50.000 50.0001 25.000 8.0002 15.000 16.0003 12.000 18.0004 8.000 25.000

Hitung NPV tiap-tiap project?

Proyek A

NPV = -50.000 + (25.000/(1+0.1)¹) + (15.000/(1+0.1)²) + (12.000/(1+0.1)³) + (8.000/(1+0.1)^4)

NPV = – 50.000 + 22.727 + 12.396 + 9.015 + 5464 = -398

Proyek B

NPV = -50.000 + 7.272 + 13.222 + 13.523 + 17.075 = 1.092

Jika NPV positif, usulan proyek investasi dinyatakan layak, sedangkan jika NPV negatif dinyatakan tidak layak. jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.

3. Metode “accounting rate of return”

Page 84: order dan lain-lain.

Menggunakan laba yang dicantumkan di dalam laporan akuntansi sebagai dasar penghitungan, dengan cara membaginya dengan jumlah investasi yang diperlukan.

Tingkat pengembalian investasi= (laba bersih setelah pajak)/(total investasi)

Contoh

Mesin A seharga Rp2.500.000.000

Perlu bangunan Rp900.000.000

Perkiraan laba Rp280.000.000

Mesin B Rp3.000.000.000

Perlu bangunan Rp600.000.000

Perkiraan laba Rp360.000.000

Mesin A -> Tingkat pengembalian investasi= 280.000.000/3.400.000.000=8,2%

Mesin B -> Tingkat pengembalian investasi= 360.000.000/3.600.000.000=10%

Jadi, Investasi pada mesin B akan memberikan tingkat pengembalian investasi lebih tinggi, yaitu sebesar 10% dibandingkan dengan mesin A yang sebesar 8,2%. Karena itu investasi pada mesin B dinilai lebih menguntungkan dibandingkan pada mesn A.

Kelemahan ARR adalah:

(a) Mengabaikan nilai waktu uang

(b) Digunakannya konsep laba menurut akuntansi dan bukan kas

salah satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan investasi memang mencari untung, tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut: a) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya. b) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi, kepentingan sosial. c) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut. d) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan. e) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis. f) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

Perhitungan dan Pencatatan Bunga

Page 85: order dan lain-lain.

Bunga deposito berjangka akan diperhitungkan setelah deposito mengendap

minimal satu bulan sejak tanggal pembukaan. Untuk deposito yang dibuka pada tanggal

akhir bulan, maka pengambilan bunga/ pencairan nominal deposito dilakukan pada

tanggal/hari akhir bulan walaupun tanggalnya berbeda. Tetapi jika deposito berjangka

(lama) dan mengkredit deposito berjangka yang telah jatuh tempo. Deposito berjangka yang

sudah jatuh tempo merupakan sumber dana murah karena tidak ada biaya. Jika kembali

pada kasus diatas, maka akan di jurnal :

a). Dr. Deposito Berjangka – reni ………………………… 50.000.000 Cr. Deposito Berjangka yang sudah jatuh tempo … 50.000.000

b). Dr. Biaya Bunga Deposito Berjangka ………………… 750.000Cr. Bunga Deposito Berjangka termasuk Pajak yang akan dibayar ……………………… 750.000

Jika deposito yang jatuh tempo tersebut langsung dicairkan, maka jurnalnya adalah :

Dr. Deposito Berjangka ………………………………... 50.000.000Dr. Biaya Bunga Deposito Berjangka …………………. 750.000

Cr. Hutang Pajak PPh …………………………. 112.500Cr. Kas …………………………………………… 50.637.500

Jika deposito berjangka tersebut diperpanjang, maka dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Perpanjangan Otomatis (Automatic Rollover)

Perpanjangan ini dilakukan atas dasar permintaan deposan yang sudah dibuat atau

diperjanjikan pada saat pembukaan rekening deposito. Maka pihak bank tidak

perlu lagi menghubungi deposan ataupun sebaliknya.

b. Perpanjangan Biasa

Perpanjangan ini pada dasarnya menunggu keputusan deposan, artinya untuk

memperpanjang deposito berjangka deposan perlu datang ke bank atau pihak bank

yang menghubungi deposan.

Kedua cara perpanjangan tersebut tidak berbeda dalam pencatatannya. Jurnalnya yaitu :

Dr. deposito Berjangka – Reni (lama) ………………. 50.000.000Cr. Deposito Berjangka – Reni (baru) …… 50.000. 000

Page 86: order dan lain-lain.

Perhitungan dan pencatatan investasi dalam saham

” Metode “Harga Perolehan” diikuti untuk mencatat investasi saham-saham

perusahaan anak, maka hanya deviden atas saham-saham tersebut yang diakui sebagai

pendapatan oleh perusahaan induk. Dan laba atau rugi ataspemilikan modal hanya timbul

apabila sebagain atau seluruh jumlah saham yang dimiliki itu dijual. Kedua hal tersebut

merupakan perbedaan prinsipial antara kedua metode pencatatan investasi saham-saham

perusahaan anak.

Metode “harga perolehan”, saldo rekening Investasi saham perusahaan anak,tetap

jumlahnya, kecuali apabila terjadi penjualan atau pembelian tambahan atas saham-saham

yang dimiliki, karna “harga perolehan’’ hanya terjadi sekali pada saat pemilikan. Pada

metode harga perolehan, perusahaan induk tidak mencatat atas bagian laba yang diperoleh

perusahaan anak sampai dengan laba tersebut dibagikan sebagai deviden. Pada metode

harga perolehan bagain deviden yang dibagikan oleh perusahaan anak, dicatat bebit dalam

rekening Piutang Deviden (Kas), dengan rekening lawan kredit “Penghasilan Deviden

Penyajian-penyajian Rekening Investasi dalam Laporan Keuangan

Perusahaan IndukDi dalam neraca konsolidasi, tidak ada perbedaan antara metode pencatatan

terhadap investasi saham-saham perusahaan anak baik pada metode harga perolehan atau

pada metode equity. Kedua metode tersebut menghasilkan neraca yang menunjukkan posisi

keuangan yang sama, tapi kedua metode tersebut menghasilkan saldo dalam rekening

investasi saham dan rekening laba yang ditahan pada buku-buku perusahaan induk yang

berlainan. Hal ini mengakibatkan posisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda

dalam laporan keuangan individual perusahaan induk. Sehingga dalam

menginterpretasikan laporan keuangan tersebut sangat dipengarui oleh metode pencatatan

yang dipakai, khususnya terhadap informasi yang berhubungan dengan pemilikan saham-

saham perusahaan anak. Oleh sebab itu agar tidak menimbulkan interpretasi yang

bertentangan dalam laporan keuangan individualnya harus dinyatakan secara jelas (

footnote atau catatan tersendiri ) tentang metode pencatatan yang dipakai dalam

hubungannya dengan pemilikan saham perusahaan anak.

Bila memakai metode harga perolehan, maka perubahan-perubahan netto di dalam

hak-hak pemegang saham yang berasal dari ( pembagian) laba perusahaan anak sejak posisi

control dicapai harus disajikan secara terpisah didalam neraca. Jika sebagian dari

Page 87: order dan lain-lain.

perubahan netto iu terjadi dalam periode akuntansi yang sedang berjalan, maka harus

dilaporkan di dalam laporan Rugi Laba ( Perusahaan Induk ).

Jika memakai metode equity, maka laporan keuangan harus menyatakan tentang

metode pencatatan itu, harus dijelaskan juga mengenai harga perolehannya serta

menghasilkan deviden yang telah diterima dalam hubungannya dengan pemilikan saham-

saham perusahaan anak.

Semua itu diperlukan agar diketahui besarnya bagian keuntungan yang diperoleh

oleh perusahaan anak yang telah direalisasikan melalui pembagian deviden.

Evaluasi terhadap Metode Equity dan Metode Harga Perolehan ( Cost

Method )Metode harga perolehan, merupakan metode yang umumnya dipakai sebagai dasar

pencatatan maupun dasar penyusunan laporan keuangan individual, dalam hubungannya

dengan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak. Metode ini juga dianggap sebagai

metode yang konsisten dengan metode pencatatan yng dipakai pada jenis-jenis investasi

yang lain dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yuridis, juga adanya beberapa keberatan

terhadap metode equity.

Beberapa keberatan yang sering timbul sebagai akibat dari penggunaan metode equity :

a. Metode equity menyimpang dari praktek-praktek akuntansi yang lazim, kususnya didalam

pengkuan pengasilan.

b. Saldo rekening investasi saham, sebagi akibat dari mekanisme pencatatan tidak bisa

menunjukkan berapa besarnya/jumlahnya baik “ harga perolehan “ saham maupun “ nilai “

sahm-saham yang dimiliki tersebut. Semua ini disebabkan karena rekening investasi berisi

campuran antara data harga perolehan ( histories ) saham –saham pada tanggal pemilikan

dengan beberapa data penyesuaian sebagai akibat terjadinya perubahan atas saldo hak-hak

pemegang saham pada perusahaan anak.

c. Memerlukan analisa dan penyesuaian/koreksi secara khusus terhadap rekening-rekening

yang terlibat dalam hubungannya dengan pemilikan saham perusahaan anak tersebut.

Laporan Keuangan Perusahaan Anak yang telah Dikonsolidasikan di dalam

Neraca KonsolidasiMeskipun metode harga perolehan memiliki kelebihan dibanding metode equity,

tapi akan timbul persoalan apabila metode harga perolehan dipakai, ada satu atau lebih

investasi pada perusahaan anak tidak ikut dikonsolidasikan di dalam neraca konsolidasi.

Cara menyajikan investasi pada perusahaan anak yang tidak ikut dikonsoidasi di dalam

neraca konsolidasinya yaitu harus tetap disajikan sesuai “ harga perolehan “ atau harus

sesuai juga dengan perubahan yang terjadi pada ( saldo ) hak-hak para pemegang saham

dari perusahaan anak.

Page 88: order dan lain-lain.

Tujuan utama dari penyusunan laporan keuangan yang dikonsoidasi adalah untuk

menunjukkan posisi keuangan dan hasil usaha dari berbagai perusahaan afiliasi, yang

secara ekonomis merupakan satu kesatuan.

Maka pengakuan terhadap ( bagian ) laba perusahaan anak sejak terjadinya

pemilikan saham-saham dan kemudian mengabungkannya menjadi saldo dalam rekening-

rekening pembukuan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perusahaan yang

berafiliasi merupakan suatu keharusan.

Di dalam Laporan Rugi Laba yang dikonsolidasi, bagian laba ( rugi ) dari

perusahaan yang tidak dikonsolidasi harus disajikan secara terpisah. Saldo laba ( rugi ) dari

prusahaan anak ( yang tidak ikut dikonsolidasi ) digabungkan dengan saldo laba ( rugi )

dari perusahaan anak yang dikonsolidasi di dalam Laporan Rugi Laba Konsolidasi.

Bila keseluruhan pengaruh dari investasi pada perusahaan anak yang tidak ikut

dikonsolidasi dianggap material dalam hubungannya dengan posisi keuangan dan hasil

usaha yang dikonsolidasiakan, maka ikhtisar tentang aktiva, hutang, modal serta hasil usaha

dari perusahaan ( anak ) yang tidak ikut di konsolidasi tersebut, dapat disajikan baik dalam

bentuk footnote mupun lampiran tersendiri ( secara individual ataupun gabunggan antara

mereka).

Adapun pencatan di dalam metode perolehan:1. pada saat pembelian investasi ( sama dengan metode pemilikan )

2. pada saat perusahan anak memperoleh laba

Transaksi ini tidak perlu dicatat oleh perusahaan induk

3. pada saat perusahaan anak menderita rugi Transaksi ini tidak perlu dicatat oleh perusahaan induk

4. pada saat perusahaan anak membagi deviden

apabila

deviden tersebut berasal dari laba ditahan sebelum pemilikan, maka akan dicatat sebagai pengurang terhadap harga perolehan investasi:

Investasi Saham perusahaan anak xxx Kas xxx

Kas xxx Pendapatan / penghasilan deviden xxx

Page 89: order dan lain-lain.

Cont

oh:

Pada Tanggal 1 Jnuari 1980, PT I membeli 80% saham PT A dengan harga Rp 1.000.000.

Pada saat itu modal saham PT A yang telah beredar adalah sebesar nominal Rp 1.000.000

sedang rekening laba yang ditahan mempunyai saldo kredit Rp 200.000

Untuk semester pertama dalam tahun buku 1980 PT A memperoleh keuntungan Rp 200.000,

untuk semester kedua PT A melaporkan kerugian Rp 50.000. Pada tanggal 10 desember

1980 PT A mengumumkan pembagian deviden Rp 100.000.000 sedang pembayarannya

dilakukan pada tanggal 20 desember. Dari operasinya selama th 1980 PT I memperoleh

keuntungan Rp 250.000

a) Daftar lajur Neraca Konsolidasi per 1 Januari 1980

Sesaat setelah terjadi pemilikan saham-saham perusahaan anak untuk mudahnya dibuat

daftar lajurnya. Daftar lajur yang dibuat dengan metode equity dan metode perolehan

adalah sama.

PT I dan Perusahaan Anak PT A

Daftar Lajur untuk Neraca Konsolidasi

Kas xxx Investasi saham perusahaan anak xxx

Page 90: order dan lain-lain.

Per 1 Januari 1980

Eliminasi Neraca KonsolidasiRekening-rekening Neraca PT I PT A

Debit Kredit Debit KreditDebitInvestasi saham-saham PT AElim 80% modal saham Elim 80% laba ditahan SLHPDNB Macam –macam aktiva

KreditMacam-macam hutang Modal saham, PT ILaba yang ditaham PT IModal saham PT AElim 80% Pemegang saham minoritas 20%Laba yang ditahan PT AElim 80%Pemegang saham minoritas 20%

1.000.000---

2.500.0003.500.000

2.000.0001.000.0005.00.000

---

-

-

----

2.000.0002.000.000

800.000--

1.000.000--

200.000--

-----

----

800.000-

-160.000

-

-800.000160.000

--

------

---

--

40.0004.500.000

------

---

-----

2.800.0001.800.000

500.000--

200.000

--

40.0003.500.000 2.000.000 960.000 960.000 4.540.000 4.540.000

b) Jurnal-jurnal yang harus dibuat PT PI dalam hubungannya dengan pemilikan saham-saham PT PA selama tahun buku 1980, disajikan dalalm bentuk perbandingan dengan metode equity:

Transaksi Metode harga perolehan Merode Equity1 Jan 1980Pada saat pemilikan

Investasi saham PT PA Rp 1.000.000 Kas Rp 1.000.000

investasi saham PT PA Rp 1.000.000 Kas Rp 1.000.000

30 Juni 1980PT PA melaporkan laba Rp 200.000

PT PI tidak mencatatInvestasi saham PT PA Rp 160.000 Laba rugi PT PA Rp 160.000

10 Desember 1980 Piutang Deviden Rp 80.000 Piutang Deviden Rp 80.000

Page 91: order dan lain-lain.

PT PA mengumumkan deviden Rp 100.000

Penghasilan Deviden Rp 80.000 Penghasilan Deviden Rp 80.000

20 Desember 1980Pembayaran deviden oleh PT PA

Kas Rp 80.000 Piutang Deviden Rp 80.000

Kas Rp 80.000 Piutang Deviden Rp 80.000

31 Desember 1980PT PA melaporkan rugi Rp 50.000

PT PI tidak mencatat Laba rugi PT PA Rp 40.000 Investasi saham PT PA Rp 40.000

c) Penyusunan Neraca Konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1980 mengikuti prosedur :

Eliminasi terhadap saldo rekining investasi saham-saham,PT PA dengan saldo modal PT PA

dilakukan dengan bertitik tolak dari posisi pada saat pemilikan saham terjadi. Selisih antara

saldo rekening investasi saham-saham PT PA,dengan bagian pemilikannya atas hak-hak

pemegang saham merupakan selisih lebih atau kurang harga perolehan dari nilai buku

saham. Sedang sisa kredit hak-hak pemegang saham PT PA setelah dieliminasinya bagian

pemilikan perusahaan induk merupakan saldo hak-hak pemegang saham Minoritas.

Kemudian dibentuk daftar lajur Penyusunan Neraca Konsolidasi pada tanggal 31 Desember

1980, sebagai berikut:

PT I dan Perusahaan Anak PT A

Daftar Lajur untuk Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 1980

Eliminasi Neraca KonsolidasiRekening-rekening Neraca PT PI PT PA

Debit Kredit Debit KreditDebitInvestasi saham-saham PT PAElim 80% modal saham Elim 80% laba ditahan SLHPDNB Macam –macam aktiva

KreditMacam-macam hutang Modal saham, PT PILaba yang ditaham PT PIModal saham PT PAElim 80% Pemegang saham minoritas 20%Laba yang ditahan PT PAElim 80%Pemegang saham minoritas 20%Kenaikan saldo LYD PT PI ( 20% Rp 50.000)

1.000.000 ---

2.830.000 3.830.000

2.000.0001.000.000

830.000 -------

----

2.050.000 2.050.000

800.000--

1.000.000--

250.000 ---

------

----

800.000--

160.000--

-800.000160.000

--

----------

--

40.0004.880.000

------

----

-----

2.800.0001.000.000

830.000--

200.000--

50.00040.000

3.830.000 2.050.000 960.000 960.000 4.920.000 4.920.000Jurnal eliminasinya:

Page 92: order dan lain-lain.

Modal saham PT PA Rp 800.000

Laba Yang ditahan PT PA Rp 160.000

SLHPDNB Rp 40.000

Investasi saham PT PA Rp 1.000.000

Penjelasan Daftar lajur

1. Investasi saham-saham PT PA Rp 1.000.000 adalah harga perolehan untuk 80%

saham PT PA pada tanggal 1 januari 1980 yang oleh PT PI dicatat

Investasi saham PT PA Rp 1.000.000

Kas Rp 1.000.000

2. Macam-macam aktiva, PT PI Rp 2.830.000 terdiri dari saldo awal Rp 2.500.000

ditambah dengan laba operasi sendiri Rp 250.000 dan penghasilan deviden Rp

80.000

3. Macam –macam aktiva PT PA Rp 2.050.000 terdiri dari saldo Rp 2.000.000

ditambah dengan laba semester I Rp 200.000 dan dikurangi pembagian deviden Rp

100.000 serta rugi semester II Rp 50.000

4. Macam-macam Hutang PT PI Rp 2.000.000 dan PT PA Rp 800.000

5. Saldo LYD PT PI RP 830.000 terdiri dari saldo awal Rp 500.000 ditambah dengan

lava operaisi sendiri Rp 250.000 dan penghasilan deviden 80.000

6. Saldo LYD PT PA Rp 250.000 terdiri dari saldo awal Rp 200.000 ditambah laba

operasi 6 bulan pertama Rp 200.000 dan dikurangi dengan rugi operasi 6 bulan

kedua Rp 50.000 dan pembagian deviden Rp100.000

d. Neraca konsolidasi yang disusun atas dasar daftar lajur tersebut adalah sebagai berikut:

PI dan Perusahaan Anaknya (PT PA)Neraca Konsolidasi, 31 Desember 1980

AktivaMacam-macam aktiva Rp 4.880.000SLHPDNB saham PT PA Rp 40.000 Jumlah Aktiva Rp 4.920.000

Hutang dan ModalMacam-macam hutang Rp 2.800.000

Hak pemegang sahamPemegang saham minoritas: Modal Saham Rp 200.000 Laba yang ditahan Rp 50.000 Rp 250.000

Page 93: order dan lain-lain.

Perusahaan Induk : Modal Saham Rp 1.000.000 Laba yang ditahan Rp 870.000 Rp 1.870.000 Rp 2.120.000 Jumlah Hutang dan Modal Rp 4.920.000

Alternatif Teknik-Teknik Penyusunan Neraca Konsolidasi dengan Metode

Perolehan

Eliminasi terhadap bagian pemilikan pada perusahaan anak di dalam daftar neraca

lajur neraca konsidasi didasarkan pada posisi keuangan perusahaan anak, pada saat

terjadinya pemilikan saham-saham oleh perusahaan induk. Apabila terjadi kenaikan

kenaikan saldo laba yang ditahan pada perusahaan anak yang berasal dari laba operasi

yang belum/tidak dibagikan sebagai deviden, maka harus ditentukan besarnya bagian yang

harus diakui oleh perusahaan induk di dalam neraca yang dikonsolidasi.

Menambahkan kolom penyesuaian sebelum proses eliminasi dilakukan pada daftar

lajur penyusunan neraca konsolidasi. Kolom penyesuaian dipergunakan untuk

menyesuaikankenaikan atas hak-hak pemilikan pada perusahaan anak. Penyesuaian

tersebut adalah yang berhubungan dengan pemilikan saham-saham perusahaan anak,

khususnya terhadap saldo rekening investasi saham-saham perusahaan anak dengan saldo

laba yang ditahan perusahaan induk.

Dalam daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi rekening investasi saham-saham

perusahaan anak dan saldo laba yang ditahan perusahaan induk disesuaikan dengan bagian

atas kenaikan saldo laba yang ditahan perusahaan anak.

Pembagian deviden dari saldo Laba Yang Ditahan sebelum saat Pemilikan

Saham Dalam metode harga perolehan penghasilan atas investasi saham pada perusahaan

anak timbul apabila perusahaan anak membagikan laba yang diperoleh, Namun demikian

sangat dimungkinkan terjadinya pembagian deviden oleh perusahaan anak atas laba yang

diakumulasikan sebelum pemilikan saham-saham oleh perusahaan induk terjadi.

Deviden semacam ini terjadi dan oleh karena pencatatan investasi sahampada

metode harga perolehan bertitik tolak pada posisi keuangan pada saat terjadi pemilikan

saham. Maka tidak boleh diakui sebagai penghasilan bagi perusahaan induk. Pembagian

Page 94: order dan lain-lain.

deviden berakibat terjadinya perubahan posisi keunga pada perusahaan anak menjadi tidak

sesuai dengan posisi keuangan pada saat pemilikan saham- saham terjadi.

Contoh:

Neraca singkat PT Dani dan PT Dian pada tangal 1 juli 1977, yaitu sesaat setelah PT Dani

membeli 750 lembar saham-saham PT Dian dengan harga @ Rp 15.000

PT Dani PT DianAktiva

- Investasi saham-saham PT Dian- Macam-macam aktiva

Hutang dan modalMacam hutang Modal saham 1000@ Rp 10.000Laba yang ditahan

11.250.00013.750.00025.000.000

7.500.00010.000.000 7.500.00025.000.000

15.000.00015.000.000

2.000.00010.000.000 3.000.00015.000.000

Masing-masing perusahaan memperoleh laba:

- PT Dani Rp 1.250.000

- PT Dian Rp 750.000

PT Dian membagikan deviden Rp 1.000.000 pada akhir bulan Desember 1977

Pembagian Deviden ,Oleh PT Dani dicatat

Kas Rp750.000

Investasi Saham-saham PT Dian Rp 187.000

Penghasilan Rp 562.000

Perhitungan :

- Bagian deviden PY Dani 75% x 750.000 Rp 562.000

- Jumlah laba sebelum pemilikan sahamYang dibagikan

sebagai deviden 75% x (1.000.000-750.000) Rp 187.000

jumlah uang kas yang diterima PT Dani Rp 750.000

Page 95: order dan lain-lain.

Daftar lajur sesudah pembagian Deviden oleh PT Dian.

Eliminasi Neraca KonsolidasiRekening-rekening Neraca PT Dani PT Dian

Debit Kredit Debit KreditDebitInvestasi saham-saham PT DianElim 75% modal saham Elim 75% laba ditahan SLHPDNB Macam –macam aktiva

KreditMacam-macam hutang Modal saham, PT PILaba yang ditaham PT PIModal saham PT PAElim 80% Pemegang saham minoritas 20%Laba yang ditahan PT PAElim 80%Pemegang saham minoritas 20%

11.062.500 ---

11.750.000 26.812.000

7.500.00010.000.0009.312.500

------

----

14.750.000 14.750.000

2.000.000--

10.000.000--

2.750.000 --

------

----

7.500.000--

2.062.000-

-7.500.0002.062.000

--

---------

--

1.500.00030.500.000

------

---

-----

9.500.00010.000.0009.312.500

--

2.500.000--

687.500

26.812.000 14.750.000 9.562.500 9.562.500 32.000.000 32.000.000

Jurnal eliminasinya:

Modal saham PT Dian Rp 7.500.000

Laba yang ditahan PT Dian Rp 2.062.500

SLHPDNB Rp 1.500.000

Investasi Saham-saham PT Dian Rp 11.062.500

Persekutuan

Pengertian dan Ciri Firma dan CV

Firma adalah suatu bentuk persekutuan yang terdiri dari dua orang

atau lebih dengan nama bersama untuk melaksanakan usaha yang

tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap pemiliknya.

Ciri-ciri persekutuan Firma

1. Sekutu Firma (firmant)biasanya sudah saling kenal dan saling

percaya.

Page 96: order dan lain-lain.

2. Perjanjian Firma dapat dilakukan, baik dihadapan notaris maupun

di bawah tangan

3. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha

4. Adanya tanggung jawab dan risiko kerugian yang tidak terbatas.

CV (Commanditaire vennootschap) adalah bentuk badan usaha bisnis

yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai

tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di

antara anggotanya.

Ciri-ciri CV

1. Terdapat dua macam sekutu yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif

2. Biasanya CV berbentuk usaha dagang.

3. Terdapat perbedaan tanggung jawab antara sekutu aktif dengan

sekutu pasif

Cara pendirian Firma dan CV

Cara pendirian Firma

Berdasarkan pasal 22 KUHD menyatakan bahwa pesekutuan Firma

harus didirikan dengan akta autentik.Setelah akta pendirian dibuat maka

harus didaftarkan kepada panitera pengadilan negeri tempat Firma tersebut

berkedudukan.Kemudian, akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam

berita negara Republik Indonesia.

Cara pendirian CV

Prosedur pendirian CV sama halnya dengan prosedur pendirian

firma yakni pembuatan akta pendirian oleh notaris.Selanjutnya akta

pendirian didaftarkan kepada panitera pengadilan negeri tempat CV

tersebut berkedudukan .Setelah itu akta pendirian tersebut diumumkan

dalam berita negara Republik Indonesia.

Pembagian Laba atau Rugi

Page 97: order dan lain-lain.

Pembagian laba atau rugi atas usaha persekutuan merupakan hal

penting untuk disepakati dalam suatu perjanjian.

Pada umumnya,dasar dalam pembagian laba atau rugi dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Berdasarkan rasio modal masing-masing sekutu

2. Berdasarkan rasio sama besar

3. Berdasarkan perhitungan setelah dikurangi gaji,bunga bonus,yang

kemudian dibagi sesuai kesepakatan.

Contoh pembagian laba rugi sesuai rasio modal masing-masing sekutu

Anggun menyetorkan sejumlah uang sebesar Rp 100.000.000 dan Bagus

menyerahkan sebidang tanah senilai Rp 50.000.000 sedngkan Cantik

menyerahkan sebuah kendaraan yang senilai Rp 75.000.000.sebagaimana

ilustrasi sebelumnya,dalam satu periode kegiatan persekutuan

mendapatkan laba sebesar Rp 22.500.000 maka perhitungan pembagian

laba dan jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut

- Perhitungan bagian laba

Anggun :100.000.000/225.000.000×22.500.000=10.000.000

Bagus :50.000.000/225.000.000×22.500.000=5.000.000

Cantik :75.000.000/225.000.000×22.500.000=7.500.000

- Jurnalnya

Tanggal Keterangan ref

post

debit

(Rp)

kredit

(Rp)

2011 31 Ikhtisar laba rugi

persekutuan

22.500.00

0

-

Desember Modal Anggun - 10.000.0

00

Modal Bagus -

5.000.00

0

Modal Cantik -

Page 98: order dan lain-lain.

7.500.00

0

Contoh pembagian laba penjualan berdasarkan rasio sama besar :

Untuk soal yang sama jika disepakati oleh masing-masing sekutu dengan

menggunakan pembagian laba rugi dengan rasio sama besar maka bagian

untuk masing-masing adalah sebagai berikut :

- Perhitungan bagian laba

Perhitungan bagian laba sebesar Rp 22.500.000 dibagi kepada masing-

masing sekutu sebesar Rp 7.500.000 (1/3×22.500.00)

tanggal keterangan ref

post

debit

(Rp)

kredit

(Rp)

2011 31 Ikhtisar laba rugi

persekutuan

22.500.000 -

Des Modal Anggun - 7.500.000

Modal Bagus - 7.500.000

Modal Cantik - 7.500.000

Contoh pembagian laba rugi berdasarkan perhitungan setelah

dikurangi gaji,bonus,bunga modal,yang kemudian dibagi sesuai

kesepakatan :

Anggun menyetorkan sejumlah uang sebesar Rp 100.000.000 dan Bagus

menyerahkan sebidang tanah senilai Rp 50.000.000 sedngkan Cantik

menyerahkan sebuah kendaraan yang senilai Rp 75.000.000.Persekutuan

Sriwijaya mendapatkan laba pada tahun 2011 sebesar Rp 44.700.000 .

Perjanjian pembagian laba disepakati sebagai berikut :

1. Anggun diberi gaji Rp 1.000.000 dan bagus Rp 750.000 per bulan

2. Bunga sebesar 12% diberikan atas saldo awal modal masing-

masing sekutu

Page 99: order dan lain-lain.

3. Sisa laba dibagi sama

Pembagian laba persekutuan akan dibagi dengan perhitungan sebagai

berikut

(dalam ribuan)

Anggun Bagus Cantik Jumlah

Gaji setahun 12.000 9.000 0 21.000

Bunga modal 12% setahun 1.200 600 900 2.700

Jumlah gaji dan bunga

modal

13.200 9.600 900 23.700

Sisa laba dibagi sama (*) 7.000 7.000 7.000 21.000

Total bagian laba 20.200 16.600 7.900 44.700

(*) sisa laba dibagi sama untuk masing-masing sekutu adalah sebesar Rp

7.000.000 ((Rp 44.700.000-Rp 23.700.000)/3)

Jurnal uuntuk menutup akun laba rugi pada modal masing-masing sekutu

per 31 desember 2011 seperti berikut :

(dalam ribuan)

Tanggal Keterangan Ref

Post

Debit

(Rp)

Kredit

(Rp)

desember 31 Ikhtisar laba rugi

persekutuan

44.700 -

2011 Modal Anggun - 20.200

Modal Bagus - 16.600

Modal Cantik - 7.900

Pembagian Rugi

Apabila setelah dikurangi tunjangan –tunjangan untuk gaji dan bunga

modal laba bersih bersaldo negatif,maka saldo negatif ini juga dibagikan

kepada masing-masing sekutu menurut perbandingan pembagian

laba.Sebagai contoh anggaplah bahwa firma antono hanya memperoleh

Page 100: order dan lain-lain.

laba sebesar Rp 5.000.pembagian laba kepada masing-masing

sekutu,apabila ketentuan mengenai bunga modal dan gaji tidak berbagi

Antono Kholid Edi Total

Gaji Rp 1.200 Rp 3.600 Rp 6.000 Rp 10.000

Bunga modal 3.600 4.320 6.480 14.400

Total RP 4.800 Rp 7.920 Rp12.480 Rp 25.200

Pembagian

rugi yang

tersisa

(12.120) (4.040) (4.040) (20.200)

Rp 7.320 Rp 3.880 Rp 8.440 Rp 5.000

Terlihat bahwa total tunjangan untuk gaji dan modal berjumlah Rp 25.200

sedangkan laba bersih hanya 5.000.akibatnya laba ynag tersisa bersaldo

negatif sebesar 20.200.saldo negatif ini dibagikan kepada masing-masing

sekutu berdasarkan perbandingan 6:2:2.akibatnya laba yang diterima

antono bersaldo negatif sebesar Rp 7.320,sedang bagian laba kholid dan

edi masing-masing menjadi Rp 3.880 da Rp 8.440.

Ayat jurnal yang harus dibuat untuk pembagian laba ini adalah sebagai berikut:

Iktisar laba rugi 5.000 -

Modal antono 7.320 -

Modal kholid - 3.880

Modal edi - 8.440

Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun pada persekutuan sama dengan bentuk

perusahaan lainnya, yaitu laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan laporan

perubahan modal. Pada Laporan Keuangan, perincian pembagian laba harus

diungkapkan atau disajikan, biasanya ditambahkan pada laporan laba rugi atau

dibuat sebagai lampiran. Laporan perubahan modal pada persekutuan terdiri dari

beberapa sekutu yang modalnya dirinci untuk setiap anggota sekutu.

Berikut ini contoh laporan keuangan pada persekutuan Firma

Page 101: order dan lain-lain.

Firma Dagang Maju

Laporan Laba Rugi

Periode desember 2004

Pendapatan :

Penjualan Bruto Rp 169.730

Retur penjualan (Rp 2.140)

Potongan penjualan (Rp 1.825)

Penjualan bersih Rp 165.765

Harga Potongan Penjualan :

Persediaan barang dagang awal Rp 19.700

Pembelian Rp 80.000

Transport pembelian Rp 2.000

Rp 82.000

Retur pembelian (Rp 2.000)

Potongan pembelian (Rp 1.525)

Pembelian bersih Rp 78.475

Persediaan tersedia untuk dijual Rp 98.175

Persediaan barang dagang akhir (Rp 15.000)

Harga Pokok Penjualan (Rp 83.175)

Laba bruto Rp 82.590

Beban usaha :

Beban gaji Rp 26.000

Beban iklan dan promosi Rp 27.000

Beban pemeliharaan Rp 4.200

Beban penyusutan Rp 3.090

Beban listrik,air,dan telpon Rp 1.835

Beban asuransi Rp 910

Beban perlengkapan Rp 620

Beban serba-serbi Rp 190

Page 102: order dan lain-lain.

Total beban usaha (Rp 63.915)

Laba usaha Rp 18.675

Pendapatan (beban) lain-lain :

Pendapatan sewa Rp 1.200

Beban bunga (Rp 9.105)

Kerugian penjualan aktiva tetap (Rp 210)

Total pendapatan (beban) lain-lain neto (Rp 8.115)

Laba bersih Rp 10.560

Firma Dagang Maju

Laporan perubahan modal

Periode desember 2004

Modal

Rumantio

Modal

Baskoro

Modal Seman

Wijoyo

Total

Saldo awal Rp 19.200 Rp 19.200 Rp 9.600 Rp 48.000

Laba bersih Rp 4.224 Rp 4.224 Rp 2.112 Rp 10.560

Prive (Rp 2.700) (Rp 2.700) (Rp 1.350) (Rp 6.750)

Saldo akhir Rp 20.724 Rp 20.724 Rp 10.362 Rp 51.810

Firma Dagang Maju

Page 103: order dan lain-lain.

Neraca

Per 31 Desember 2004

Aktiva Pasiva

Aktiva lancar :

Kas Rp 18.590

Surat berharga Rp 4.000

Piutang dagang Rp 2.000

Persediaan barang dagang Rp 2.370

Perlengkapan Rp 15.000

Asuransi dibayar dimuka Rp 830

Total aktiva lancer Rp 43.440

Investasi Jangka Panjang Rp 20.000

Aktiva tetap :

Tanah 20.000

Gedung 130.000

Peralatan 7.950

157.950

Akumulasi penyusutan ( 9.270)

Total aktiva tetap(neto) Rp148.680

Kewajiban lancar:

Utang wesel 1.500

Utang dagang 8.415

Utang bank 50.000

Utang gaji 290

Utang bunga 105

Totalkewajiban

lancar 60.310

Kewajiban jangka panjang :

Utangobligasi 100.000

Total kewajiban Rp 160.310

Modal :

Modal Rumantio 20.724

Modal Baskoro 20.724

Modal Seman 10.362

Total Modal Rp 51.810

Total aktiva Rp212.120 Total pasiva Rp 212.120

DAFTAR PUSTAKA

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar.Jakarta: Salemba Empat.

Rusdarti. 2006.Ekonomi Fenomena di Sekitar Kita.Jakarta: Platinum

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Akuntansi suatu pengantar. Palembang: Salemba Empat.

Page 104: order dan lain-lain.