Psikologi Komunitas_2 New

download Psikologi Komunitas_2 New

of 26

Transcript of Psikologi Komunitas_2 New

PSIKOLOGI KOMUNITAS PENGAMPU: ARIF WIBISONO ADI

TUJUAN MATA KULIAH - Supaya mahasiswa memahami latar belakang timbulnya cabang baru dalam psikologi yang disebut Psikologi Komunitas. - Supaya mahasiswa memahami prinsip-prinsip utama dan pendekatan baru dalam penelitian di dalam Psikologi Komunitas.-

Supaya mahasiswa memahami prinsip-prinsip baru tersebut serta tehnik penelitian dalam Psikologi Komunitas dan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yang dapat digunakannya dalam Studi Lapangan pengganti Kuliah Kerja Nyata. Supaya mahasiswa dengan melaksanakan Studi Lapangan, seperti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata, dapat memahami aspirasi rakyat dan mampu merasakan amanat penderitaan rakyat, sehingga menjadi pejuang yang membela kelompok-kelompok rakyat yang tertindas dan yang terpinggirkan, dan dapat menjadi penyambung lidah rakyat serta menjadi salah seorang agen perubahan sosial (agents of social change).

-

-

Supaya mahasiswa setelah lulus sebagai sarjana psikologi, bukan menjadi intelektual menara gading atau intelektual salon, tapi dapat menjadi sarjana yang merakyat, rausyan fikr, atau ulul albab, yaitu sebagai Al-ulamau warotsatul anbiya (ilmuwan pewaris nabi), yang selalu berjuang untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, li ilaai kalimatillah, dan selalu berusaha untuk mensejahterakan masyarakat demi mendapatkan ridho Allah. BAB I. PENDAHULUAN (DEFINISI DAN SEJARAH)

DEFINISI PSIKOLOGI KOMUNITAS

Community Psychology is a psychological field that is interested in the health and well-being of all members of a community. It is concerned about deleterious environmental conditions and the impact of such problems on behavior. Its concern is not just to spotlight dangers but also to reinforce helpful practices that aid in the development of psychological competence. The work of community psychologists is focused on improving community life for all citizens, in preventing disorder, and in

promoting psychological well-being in the population. Unlike most clinical psychologists, community psychologists do not restrict the scope of their concern to those with established disorders. (Heller et al, 1984).

Psikologi Komunitas mempelajari bagaimana masyarakat kita menghasilkan penduduk yang kompeten atau sebaliknya disfungsional. Fokusnya adalah memahami faktor-faktor apa yang mempromosikan kesehatan mental positif dan juga faktorfaktor penyebab masalah kehidupan.(Yayah / Bond)

SEJARAH TIMBULNYA PSIKOLOGI KOMUNITAS

Kondisi Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an mengalami Krisis Multi Dimensi. Terjadi krisis dalam faktor-faktor yang bersifat makro, yaitu dalam Ipoleksosbudhankam.-

Masalah Rasisme yang makin meruncing. Orang-orang chauvinis kulit putih menginginkan Segregasi atau Apartheid, selain toilet yang terpisah for white only dan for colored , mereka juga menuntut bis

kota perlu dipisah juga. Tapi tokoh pejuang Integrasi dan persamaan hak: Dr Martin Luther King Jr yang menyebarkan pandangan-pandangannya dalam I have a dream, pengaruhnya makin meluas. Akhirnya orang-orang rasis takut, sehingga terjadi pembunuhan terhadap tokoh tersebut, sehingga masalah SARA meletus dan timbul kerusuhan dan kekerasan yang mengancam persatuan Amerika. - Tokoh Presiden Amerika pada waktu itu yang dianggap bijaksana John F. Kennedy, yang tidak mau menuruti saran-saran CIA untuk proyek-proyek rekayasa, justru dibunuh, sehingga menggoncangkan Amerika. - Sebagai superpower, Amerika Serikat sangat tersinggung dan jatuh harga dirinya, ketika membela Vietnam Selatan dan ingin menumpas gerilyawan Vietcong dari Utara, ternyata tak dapat mengalahkan, bahkan seolah terkalahkan, ketika Saigon dikepung dan akan dikuasai oleh Vietnam Utara dengan Ho Chi Min sebagai pemimpinnya, serdadu Amerika rebutan masuk pesawat terbang untuk menyelamatkan diri pulang ke Amerika bersama tokoh-tokoh Vietnam Selatan yang ikut lari terbirit-birit mengungsi ke Amerika.-

Dengan krisis multidimensi tersebut, patologi sosial di Amerika makin meluas dan sulit diatasi dengan prinsip psikologi lama, maka

psikologi perlu mengalami perubahanperubahan prinsip dan pergeseran paradigma secara konseptual. Antara lain psikolog klinis tak dapat lagi hanya bersikap reaktif melakukan treatment menunggu di kamar praktek saja. Hal seperti ini akan menjadikan mereka kewalahan. Yang sembuh satu, yang jatuh sepuluh. Akhirnya diadakan perubahan pendekatan, yaitu proaktif mencari sebab-sebab timbulnya masalah, dan lebih mendahulukan prevention daripada treatment.

Dua tonggak sejarah dalam perkembangan Psikologi Komunitas: 1965 : di Swampscott, Massachusets, pertemuan para psikolog klinis yang berminat mengembangkan Psikologi Komunitas. Terjadi perubahan-perubahan paradigma, dari therapy ke prevention, dari reactive ke proactive, dari memperhatikan pathologies ke strength, dari micro ke macro. Psikologi Komunitas menjadi sub cabang Psikologi Klinis. Tema pokok dalam pertemuan ini adalah Kesehatan Mental (Mental Hygiene). 1975: di Austin, Texas, pertemuan para peminat Psikologi Komunitas, tak terbatas pada psikolog klinis saja, juga psikolog-psikolog lainnya, bahkan dari disiplin ilmu lain juga banyak yang tertarik. Psikologi Komunitas resmi menjadi

cabang baru, bukan sub cabang lagi, tapi cabang baru penuh dari Psikologi. Tema pokok dalam pertemuan ini adalah Perubahan Sosial

BAB II. PRINSIP-PRINSIP UTAMA PSIKOLOGI KOMUNITAS Duffy & Wong menguraikan sepuluh prinsip utama Psikologi Komunitas, yang berbeda dengan prinsip psikologi sebelumnya. 1). Prevention Rather than Treatment. (Proactive Rather than Reactive). Yang diutamakan oleh Psikologi Komunitas adalah Pencegahan dan Proaktif lebih dulu, bukan lagi Terapi dan Reaktif semata. Memang dalam psikologi, pengembangan Prevention agak terlambat. Hal ini disebabkan tokoh-tokoh utama dalam psikologi kebanyakan terapis, seperti Freud, Adler, Jung, Rogers, Frankl dan lain-lain. Para Terapis biasanya mencurigai upaya-upaya Prevention, takut membikin sepi kegiatan terapinya, seperti dokter gigi yang dulu curiga terhadap iklan pepsodent yang dapat mencegah gigi berlubang, kalau berhasil takut bikin sepi prakteknya. Usaha prevention dalam psikologi, seperti dalam bidang kedokteran untuk penyakitpenyakit yang sebabnya tidak jelas, memakai Multiple Risk-Factor Theory, yaitu mencari beberapa faktor-faktor risiko yang dapat

menimbulkan masalah atau penyakit tersebut. Usaha prevention adalah mengurangi faktorfaktor risiko tersebut. Dalam Psikologi tingkat prevention:a.

Komunitas

dikenal

tiga

Primary Prevention. Belum ada tanda-tanda penyakit sudah diadakan usaha prevention, seperti jantung sehat. Secondary Prevention. Sudah ada indikasi bakal timbul penyakit tapi masih berupa diagnosis dini (early diagnosis). Dengan tindakan dini (early treatment), maka harapan sembuh masih besar. Tertiary Prevention. Sudah ada tanda-tanda penyakit, tapi belum parah, usaha prevention adalah mencegah penyakit tidak semakin parah.

b.

c.

2). Emphasis on Strengths and Competencies. Kalau dulu psikologi terutama memperhatikan dan mempelajari penyakitpenyakit dan abnormalitas manusia, prinsip baru Psikologi Komunitas lebih mengutamakan memperhatikan kekuatan dan kompetensi manusia. Hal ini sejalan dengan upaya prevention, yaitu menguatkan seseorang supaya tahan banting, supaya kebal, terhindar dari penyakit. Jadi semacam upaya imunisasi dan vaksinasi untuk memperkuat manusia. 3). Importance of the Ecological Perspective.

Dulu kalau ada masalah, dicari sebabsebabnya pada diri individu (blaming the individual), atau bahkan intrapsikis, bawah sadarnya, pengalaman trauma masa lampau, atau paling-paling memperhatikan lingkungan kecil, keluarga, salah asuh saja (blaming the environment). Psikologi Komunitas memperhatikan lingkungan yang lebih luas, perspektif ekologis. Urie Bronfenbrenner dalam Teori Perkembangan Ekologisnya, menguraikan seseorang individu dalam perkembangannya terpengaruh oleh faktor ekologis berupa sistemsistem yang melingkupi pertumbuhan dan perkembangan manusia:a.

Microsystem, seperti keluarga, dekat, guru, teman sekelas. Mesosystem, hubungan mikro sistem, misalnya guru dan orang tua.

tetangga

b.

antara beberapa hubungan antara

c.

Exosystem, keluarga yang tidak hidup bersama, kakek nenek, paman bibi yang tidak tinggal serumah, tetangga agak jauh, teman dan guru sesekolah, bukan sekelas. Macrosystem, faktor-faktor makro ini yang menjadi perhatian utama Psikologi Komunitas, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manusia sebagai suatu komunitas, seperti faktor Ipoleksosbudhankam. Kalau faktor seperti ini mengalami krisis, maka

d.

orang-orang anggota komunitas pun terpengaruh dan timbul masalah, seperti krisis multidimensi di Amerika yang akhirnya memunculkan Psikologi Komunitas untuk upaya mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkannya, dan Indonesia era prareformasi yang juga mengalami krisis multidimensi dalam faktor-faktor makro tersebut.e.

Chronosystem. Sejarah dan perkembangan.

4). Respect for Diversity Kalau dulu penguasa justru memperuncing perbedaan. Yang disukai diangkat, yang tidak disukai ditekan, seperti orang membelah bambu. Penjajah dan pemimpin otoriter justru melakukan politik devide et impera dan pendekatan winlose solution dan melakukan penyeragaman, contoh Orde Baru mengusahakan kuningisasi, dan menganak-tirikan merah dan hijau. Listrik akan masuk desa, kalau yang menang kuning. Psikologi Komunitas justru mendorong penguasa atau peneliti untuk menghargai Perbedaan atau Keberagaman (Kebhinekaan). Beda bukan berarti musuh. Maka dalam studi lapangan perbedaan yang ada di masyarakat harus dihargai, diusahakan kesehatan dan

kesejahteraan untuk semua Pendekatannya win-win solution. 5). Empowerment.

golongan.

Dulu dalam menolong cenderung membikin yang ditolong mbaru Psikologi Komunitas justru menolong orang supaya orang tersebut bisa berdiri sendiri, memberdayakan masyarakat, menolong orang supaya orang itu dapat menolong dirinya sendiri. (Citizen self help and mutual support). Dalam menolong tidak hanya memberi ikan terus, habis, diberi lagi, terus-terusan menjadi terikat. Tapi menolong dengan memberi kail / pancing dan mengajarinya untuk memancing ikan sendiri, sehingga menjadi berdaya serta mandiri, tidak tergantung terus. 6). Choice among Alternatives. Dulu dalam memberi resep atau membuat program cenderung berupa resep tunggal yang harus dilaksanakan tanpa ada pilihan atau alternatif lain, bersifat menggurui atau menyetir. Dalam Psikologi Komunitas yang cenderung bersifat bottom up dan bukan top down, cenderung memberi beberapa resep atau program, terutama yang datang dari bawah atau sesuai dengan aspirasi rakyat sendiri, dan mereka diberi kesempatan untuk memilih alternatif-alternatif tersebut. 7). Action Research.

Dulu penelitian bertujuan untuk testing the hypothesis, terutama untuk menambah teori yang bersifat akademik. Psikologi Komunitas mengadakan penelitian untuk mengetahui problem dan solusi yang diharapkan, kemudian merancang program aksi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota komunitas yang diteliti. Jadi penelitian bertujuan untuk suatu aksi, inilah action research. Indikator suksesnya suatu penelitian atau riset bukanlah pada laporan-laporan penelitian yang laris diterbitkan dalam jurnal, buku atau disampaikan dalam seminar-seminar, tapi dalam suatu aksi atau tindakan yang terbukti dapat mengubah nasib subyek penelitian atau komunitas yang dijadikan sasaran, yaitu peningkatan dalam segi kesehatan dan kesejahteraannya. Percuma peneliti terhadap komunitas yang dilingkupi kemiskinan, kemudian jadi terkenal, dipanggil ke sana sini untuk menyampaikan hasil penelitiannya sehinggga menjadi kaya raya, sementara daerah sasaran yang penuh kemiskinan, tetap miskin, tidak ada perubahan. 8). Social Change. Kalau dulu yang dipentingkan adalah perubahan perilaku individu, modifikasi perilaku, atau paling-paling perubahan lingkungan. Maka dalam Psikologi Komunitas, karena masalahmasalah sering disebabkan oleh krisis di bidang makrosistem, dalam mengatasinya terutama

dengan mendorong terjadinya perubahan sosial. Seperti dulu ketika terjadi krisis multidimensi di semenanjung Arabia, yang disebut jaman jahiliyah, Rasulullah dengan risalah yang diberikan Allah, telah mengadakan perubahan sosial besar-besaran, sehingga timbul komunitas baru yang lebih sehat dan sejahtera. Maka psikolog komunitas pun didorong untuk menjadi agents of social change. 9). Collaboration with Other Disciplines. Dulu psikologi cenderung eksklusif kerjasama intern psikologi saja. Dengan timbulnya Psikologi Komunitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota suatu komunitas, psikolog tak dapat membatasi khusus hanya di kalangan psikologi saja. Maka perlu kerjasama dengan disiplin ilmu lain yang berminat sama. Psikologi perlu kerjasama dengan, ilmu lain. 10). A Sense of Community. Walau dalam prinsipnya Psikologi Komunitas sangat menghargai kedaulatan rakyat, demokratis, bersifat bottom up, menghargai dan membiarkan kebhinekaan, memberi pilihanpilihan dari serangkaian alternatif, tapi prinsip komunitas tetap berusaha menyadarkan anggota komunitas untuk memiliki kebhinekaan, tapi harus dilandasi suatu perasaan tunggal ika. Unity in Diversity : Bhineka tunggal ika.

Untuk menjaga spirit se-komunitas ini, mereka harus disadarkan bahwa mereka sama-sama tinggal di satu kapal, kalau satu kamar mau semau gue, maka dapat mengancam seluruh penumpang kapal. Mereka harus disadarkan pada empat unsur: - Membership, Yang tinggal di komunitas tersebut, hendaknya merasa sebagai anggota komunitas itu. Jangan sampai tinggal di komunitas itu, tapi merasa anggota komunitas lain, sehingga menjadi anggota yang tidak bertanggung jawab, tidak ada kepedulian atau perhatian terhadap komunitas tersebut. - Influence, Harus disadari anggota komunitas saling pengaruh mempengaruhi. Salah satu anggota berbuat cemar, seluruh desa akan ikut tercemar. Seperti halnya satu kamar di kapal dilubangi, seluruh kapal dapat tenggelam. - integration, Harus ada rasa persatuan (integrasi). Tanpa ada rasa persatuan, komunitas dapat mengalami disintegrasi. - Emotional connection. Harus ditumbuhkan hubungan emosional sebagai sesama anggota satu komunitas. Sering simbol-simbol persatuan seperti

bendera dan lagu kebangsaan, atau ciri lokal, dapat menimbulkan hubungan emosional, sehingga membangkitkan perasaan sebagai sesama anggota.

BAB III. KONTEKS DAN TUJUAN PENELITIAN KOMUNITAS l. SCIENCE AND VALUES, Dulu: science value free (tanpa nilai)

misal penelitian dengan anjing tak diperhatikan anjingnya bull-dog atau pudel, penelitinya orang Rusia (Pavlov) atau orang Amerika atau orang Indonesia. Semua dianggap sama saja. Sekarang: science not value free. Yang penting diperhatikan adalah: values & biases of the researchers. Jadi sekarang justru secara eksplisit perlu memahami nilai-nilai dan bias dari periset dan dampak-dampaknya. Misal meneliti konflik agama di Ambon, yang diteliti ada nilai-nilai, orang Kristen dan orang Islam. Penelitinya juga punya nilai-nilai, orang Kristen dan orang Islam. Maka perlu diperhatikan bias yang dapat timbul pada peneliti. Harus diwaspadai timbulnya bias peneliti lebih percaya

omongan atau keterangan dari subyek yang beragama dan curiga terhadap subyek yang beragama lain. Dalam Komunitas sama justru bias seperti ini harus disadari dan sedapat mungkin dikendalikan atau dikurangi, supaya hasil penelitian lebih berimbang. 2. RELATION BETWEEN THE RESEARCHER AND THE SUBJECT Dulu : hubungan antara peneliti dan subyek yang diteliti ada jarak, Impersonal, seolah subyek disamakan dengan kelinci percobaan atau tikustikus yang diteliti, tak ada hubungan sama sekali. Sekarang: hubungan antara peneliti dengan subyek yang diteliti justru erat, metode partisipan, seolah peneliti termasuk salah satu anggota komunitas, ada hubungan partnership, cooperative, exchange, balance, take and give. Peneliti mendapatkan pengalaman berharga, anggota komunitas mendapatkan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Kalau dulu tujuan penelitian terutama dalam bidang akademik testing the hypothesis, sekarang terutama untuk mengetahui problem yang ada di komunitas serta solusi yang diharapkan, dan tujuan penelitian adalah melaksanakan program aksi yang dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota komunitas.

Maka sekarang indikator suksesnya penelitian adalah adanya perbaikan kehidupan anggota komunitas.

suatu dalam

Jadi peran peneliti dalam Psikologi Komunitas mengalami perubahan dari psikologi sebelumnya: 1). Isu atau problem penelitian distimulasi dari kebutuhan komunitas, bukan dari peneliti. 2). Penelitian adalah alat (tool) sosial. untuk aksi

3). Penelitian menuntut hasil yang bermanfaat. 4). Evaluasi aksi sosial bersifat etis. Karena peran (role) yang berubah dari peneliti komunitas ini, maka timbullah implikasiimplikasi: 1). Ada unsur politik terkait dalam penelitian komunitas. Maksudnya peneliti cenderung ikut kelompok oposisi atau dissent. 2). Periset mungkin tergoda meninggalkan peran sebagai periset dan secara penuh ingin memperjuangkan perubahan sosial, sebagai periset akademisi berubah menjadi pejuang. 3). Sukses peneliti sebagai akademisi terlihat dari laporannya yang dimuat di jurnal-jurnal atau buku-buku majalah, atau seminar-seminar, maka sukses peneliti komunitas terlihat dari

adanya hasil penelitian komunitas yang diteliti.

yang

nyata

untuk

BAB IV. METODE STUDI LAPANGAN 1.PRA (PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL) Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganlisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Robert Chambers (1996) mengartikan PRA sebagai suatu pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa. =Prinsip-prinsip PRA: 1) Belajar dari pengalaman masyarakat.

Para peneliti atau fasilitator pada awalnya justru belajar dari masyarakat desa secara langsung, kemudian secara bertahap saling memberikan ilmu dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan. 2) Berbuat bersama, berperan setara.

Menggunakan dan mengikuti proses belajar dengan tindakan yang fleksibel, improvisasi, dan penyesuaian yang wajar, tidak bersifat

menggurui apalagi memerintah secara tegas dan kaku. 3) Menyeimbangkan atau mengurangi bias.

Penelitian dan pelaksanaan program pembangunan model konvensional selama ini penuh dengan bias, seperti bias kota, bias ilmiah, dan bias birokrasi, bahkan bias politik. 4) Membuka kesadaran baru, tidak hanya masyarakat tetapi juga para peneliti dan fasilitator yang terlibat dapat menemukan kesadaran baru. 5) Penemuan dan membangun rasa percaya diri. 6) Solidaritas membangun kemitraan.

7) Memperkaya pengetahuan dan budaya lokal PRA dapat menjadi proses yang dapat digunakan untuk memperkaya pengetahuan dan budaya lokal serba beragam, setelah selama ini didominasi oleh pengetahuan asing dan budaya serba seragam. Keberagaman adalah kelestarian, merupakan prinsip penting dalam ekologi yang akhirakhir ini diterjemahkan dalam pembangunan berkelanjutan.

= Siklus Kegiatan PRA:

1. 2. 3. 4. 5.

S = Situation / Situasi. P = Problem / Problem. S = Solution / Solusi. P = Program / Program. E = Evaluation / Evaluasi.

= Data-data yang perlu dikumpulkan untuk memperjelas Situasi: 1.Spatial Data. Data mengenai Space, Ruang, batas-batas wilayah, peta, denah.

2.Time-Related Data. Data yang berhubungan dengan waktu, musiman, bulan-bulan tertentu, sejarah perkembangan, tonggak sejarah.

3.Social Data. Data sosial, demografis, pendidikan, agama, organisasi.

4.Technical Data. Data tehnik, alat-alat manual atau elektrikmesin, listrik, tilpon.

2.

FFA (FORCE FIELD ANALYSIS) ANALISA MEDAN KEKUATAN

Menurut Kurt Lewin tiap-tiap sesuatu itu mempunyai valensi atau nilai, yaitu nilai positif atau nilai negatif. Dalam Psikologi Komunitas nilai positif disebut Driving Forces (kekuatan pendorong), mendorong ke arah kesehatan dan kesejahteraan anggota komunitas, sedangkan nilai negatif disebut Restraining Forces (kekuatan penghambat), menghambat kesehatan dan kesejahteraan. = Current Situation: situasi kini + Driving Forces ++++++ Ideal Situation Kalau situasi kini pendorong atau penuh dengan kekuatan positif, maka dapat

berkembang menjadi situasi ideal, yang lebih baik dari situasi kini. + Restraining Forces ----- Worst Situation Kalau situasi kini penuh dengan kekuatan penghambat atau negatif, maka dapat berkembang menjadi situasi yang terburuk, lebih buruk dari situasi kini. Program aksi ditujukan pertama-tama untuk mengidentifikasi problem, kemudian memeriksa apa saja yang merupakan driving forces dan apa saja yang merupakan restraining forces. Upaya dilakukan untuk memperbanyak driving forces, dan memperkecil restraining forces dan mengatasi masalah. Komunitas didorong untuk menuju ke situasi ideal, dan mencegah untuk menuju ke situasi yang lebih buruk.

BAB V. PERUBAHAN SOSIAL (SOCIAL CHANGE) Paruh ke2 abad 20 Perubahan Sosial alami percepatan. Alasan-alasan untuk terjadinya Perubahan Sosial: - Penduduk yang makin beragam, Lansia makin banyak karena terjadi boom bayi, juga karena kemajuan kedokteran, usia harapan hidup makin panjang. Etnik lain berupa pendatang-pendatang baru makin banyak.

Mulai banyak penduduk penderita HIV/AIDS. - Sumber dana yang makin menipis, IDT- JPS Dana pemerintah untuk tampung orangorang gila jalanan makin tipis, maka perlu swasta yang kumpulkan dana untuk menolong orangorang.-

Accountability,

- Knowledge-based and Technological Change, Karena kemajuan perkembangan komputer. - Community Conflict, Di mana-mana sering terjadi Konflik SARA. - Dissatisfaction with Traditional Services, Maka butuh pendekatan-pendekatan baru atau alternatif. Psikologi Komunitas juga muncul gara-gara inginkan pendekatan alternatif ini: Ecological Perspective, Prevention rather than Treatment. - Desire for Diversity of Solutions. TYPES OF SOCIAL CHANGE: =1). SPONTANEOUS OR UNPLANNED SOCIAL CHANGE, contohnya: - Natural Disaster, (bencana alam). - Major Shifts in Population, (orang-orang Vietnam ke AS sehabis Saigon jatuh). - Demographic Shift, (boom bayi sehabis Perang Dunia II usai boom remaja boom lansia).

- Behavioral Shift, (akhir abad 20 terjadi perubahan perilaku yang cenderung lebih banyak kejahatan dan kekerasan). Dalam Perubahan Sosial yang Spontan dan Tidak Terencana ini, maka peran Psikolog Komunitas selain sebagai Konsultan, juga mengantisipasi masa depan. Perlu Forecasting, Future Studies. =2). PLANNED OR INDUCED SOCIAL CHANGE Inilah tugas utama Psikolog Komunitas, ikut merancang Perubahan Sosial yang direncanakan dan dirangsang untuk ditimbulkan pada suatu komunitas. Maka tugas Psikolog Komunitas terutama sebagai Konsultan, dan juga sering sebagai Partisipan pula, ikut terlibat sebagai Agen Perubahan Sosial. Metode 4 tahap untuk mendorong terjadinya Perubahan Sosial: 1. Open the Door, Establish a favorable climate for discussion and lay a foundation for further communication. (simbol : kunci). 2. Meet One Another, show others who you are and learn about their concern. (simbol: tangan yang berjabatan). 3. Talk to Each Other, Influence opinions with effective, concise message. (simbol: saling berkata satu sama lain). 4. Work Together for Change.

Lead others to actual involvement, by encouraging, reinforcing and supporting

their active political participation. (simbol: kumpulan orang banyak). Perlu pula diketahui mengapa Perubahan Sosial yang direncanakan dan ditimbulkan itu sering mengalami kegagalan, sebab-sebabnya antara lain: 1.Resistance to Change:-

Rigid, kaku, tidak mau berubah.

- Yang baru dianggap kurang menguntungkan, penghasilannya berkurang. - Kemalasan untuk berubah. 2.Program unwelcomed, 3.Leadership tidak solid, 4.Struktur masyarakat longgar. Langkah-langkah strategis untuk memudahkan perubahan sosial: 1). Mendorong Partisipasi Warga sebanyakbanyaknya, 2). Networking, membuat jaringan-jaringan ke beberapa LSM, 3). Konsultasikan ke agen-agen perubahan sosial yang profesional atau konsultan-konsultan. 4). Menggunakan sarana pendidikan dan penyebaran informasi untuk menghasilkan perubahan sosial atau mensukseskan program, misalnya imunisasi anak-anak dibantu oleh guru

dan sekolah dengan mengerahkan muridmuridnya untuk berpartisipasi. Pengumuman program-program aksi sosial lewat radio atau tv. 5). Mempengaruhi tokoh-tokoh yang menentukan Public Policy merupakan jalan untuk perubahan sosial. Misalnya pak Camat menentukan kotoran sapi sebagai pupuk menggantikan pupuk kimia yang dianggap punya efek samping yang berbahaya bagi kesehatan. Untuk mendorong terjadinya perubahan sosial, langkah pertama adalah menyadarkan anggota komunitas, untuk mau dan berani berubah. Paulo Freire pejuang perubahan sosial di Amerika Latin menyebut Penyadaran ini sebagai Conscientizacao. Dia mula-mula sebagai guru yang ingin memberantas buta huruf di kalangan penduduk yang miskin dan terbelakang, tapi kemudian dia sekaligus memberantas buta huruf politik, mereka disadarkan bahwa mereka mengalami penindasan dan pemiskinan. Menurut Paulo Freire ada tiga tingkat kesadaran: 1.Kesadaran Magis. Mereka menyadari nasib kemiskinan dan keterbelakangan mereka disebabkan oleh takdir yang harus diterima dengan rela. Orang-orang macam begini sulit diajak berjuang. 2.Kesadaran Naif.

Mereka sadar nasib mereka begini karena dieksploitasi oleh bangsa lain (kaum penjajah dan tuan tanah kulit putih), maka perjuangan mereka adalah membalikkan sejarah, nanti orang-orang kulit putih harus dijajah dan dieksploitasi oleh orang-orang kulit berwarna. Jadi cuma mengganti aktor dan korbannya, contoh lain Malcolm X dengan gerakan Black Muslimnya di awal perjuangan. 3.Kesadaran Kritis. Mereka mulai sadar pemiskinan dan keterbelakangan bukan karena aktor korban, kalau cuma mengganti aktor korban maka tidak akan menyelesaikan masalah. Yang penting justru mengganti sistemnya, sistem yang penuh eksploitasi dan penindasan harus diubah menjadi sistem yang penuh keadilan dan tidak ada diskriminasi. Malcolm X ketika naik haji mulai sadar, kalau cuma mengganti aktor korban maka akan timbul ketidakadilan baru, akhirnya dia berjuang untuk Islam yang penuh keadilan dan tidak diskriminatif, dan kemudian Black Muslim dibubarkan. Kesadaran Kritis inilah yang didorong oleh Paulo Freire untuk disebarluaskan di kalangan orang-orang tertindas.

BAB VI. LAPORAN STUDI LAPANGAN