New PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI...

89
SELF-SILENCING PADA PEREMPUAN MENIKAH DI TIMOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Zerlinda Christine Aldira Sanam 139114095 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of New PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI...

  • SELF-SILENCING PADA PEREMPUAN MENIKAH DI TIMOR

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

    Disusun oleh :

    Zerlinda Christine Aldira Sanam

    139114095

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan

    menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan

    meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”

    (Ulangan 31:8)

    “Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”

    Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

    “Some men say an army of horse and some men say an army of foot and some

    men say an army of ships is the most beautifull thing on the black earth.

    But I say it is what you love.”

    Sapho, Fragment 16

    “Demi mawar, duri-duri disirami."

    Naguib Mahfouz

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://www.goodreads.com/author/show/101823.Pramoedya_Ananta_Toerhttps://www.goodreads.com/work/quotes/1881100

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai

    dan memberikan kekuatan dalam hidup saya;

    Untuk bapa Max, mama Hembang, dan adik Nana tersayang yang tak henti henti

    memberikan semangat dan dukungan yang diperlukan;

    Untuk semua teman dan sahabat yang selalu membantu dan mendoakan;

    Serta untuk semua perempuan-perempuan hebat dimanapun kalian berada.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    SELF-SILENCING PADA PEREMPUAN MENIKAH DI TIMOR

    Zerlinda Christine Aldira Sanam

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada perempuan

    menikah di Timor serta mendeskripsikan bentuk-bentuk self-silencing yang muncul. Partisipan

    dalam penelitian ini adalah 6 perempuan menikah yang sejak lahir tinggal di Timor, memiliki

    orangtua beretnis Timor, serta menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor. Pengambilan

    data dilakukan dengan metodo wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan

    metode analisis isi kualitatif (AIK), menggunakan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah.

    Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara umum perempuan menikah di Timor mengalami

    self-silencing meskipun dengan kemunculan dimensi yang berbeda-beda pada setiap partisipan.

    Dimensi self-silencing yang muncul pada semua partisipan adalah dimensi silencing the self dan

    externalized self perception. Secara umum, dimensi self-silencing diurutkan dari yang paling

    sering muncul adalah silencing the self, externalized self perception, divided self, dan care as self

    sacrifice.

    Kata kunci : self-silencing, perempuan menikah, suku Timor.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    SELF-SILENCING AMONG TIMORESE MARRIED WOMEN

    Zerlinda Christine Aldira Sanam

    ABSTRACT

    This research aims to explore the self-silencing experience among Timorese married

    women and describe the emerging forms of self-silencing. The participants in this study are 6

    married women who live in Timor from birth, have Timorese parents, and marry Timorese men

    with Timorese ethnic custom. The data were collected by semi-structured interview method. Data

    analysis was done by qualitative content analysis method (QCA), using deductive approach,

    namely directional analysis. This study found that in general Timorese married women

    experienced self-silencing despite the differences of the emerging dimensions in each participant.

    The self-silencing dimension that appears in all participants is the silencing the self dimension and

    externalized self perception dimension. In general, self-silencing dimensions sorted from the most

    common are silencing the self, externalized self perception, divided self, and care as self sacrifice.

    Keyword : self-silencing, married women, Timorese

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kepada Tuhan dan Juruselamat saya Tuhan Yesus Kristus yang

    sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Penyusunan

    skripsi ini dapat berjalan dengan sukses, tidak lain karena bantuan dan dukungan

    dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

    terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

    1. Tuhan Yesus Kristus, untuk kekuatan dan pertolongannya selama proses

    pengerjaan skripsi.

    2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang

    telah memberi banyak ilmu dan bimbingan hingga akhir.

    3. Bapa, Mama, dan adikku tersayang yang setia menemani dan memberi

    dukungan dari awal pengerjaan skripsi hingga akhir. Only words is not

    enough to describe how much i love and adore you.

    4. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi , selaku Dekan Fakultas Psikologi, dan

    seluruh jajaran dekansi.

    5. Bapak T.M. Raditya Hernawa, M.Psi dan Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya,

    selaku Dosen Pembimbing Akademik.

    6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah

    mendidik, membimbing, membagikan ilmu, dan membagikan pengalaman

    sehingga dapat menjadi bekal peneliti untuk menghadapi masa depan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Bu Nanik, Mas Gandung, dan teman-teman asisten sekretariat fakultas

    Psikologi angkatan 2016-2017 yang senantiasa mendukung dan membantu

    dari awal pengerjaan skripsi hingga akhir

    8. Ibu Prof. Mien Ratu Oedjoe yang telah meluangkan waktu dan memberi

    akses pada peneliti untuk mencari literatur terkait topik penelitian.

    9. Mama Henny yang telah menyempatkan diri untuk berbagi

    pengalamannya dengan peneliti.

    10. Para partisipan dalam penelitian ini serta semua pihak yang membantu

    peneliti dalam proses pengambilan data.

    11. Sahabat “5 cm”, Fena ndutz, Ikma cangik, Samuel samidi, dan Randy

    bernard. Terima kasih untuk semua hari-hari yang kita lewatkan untuk

    tertawa dan berbagi pengalaman, karena hari-hari itulah yang membantu

    peneliti untuk terus semangat mengerjakan skripsi.

    12. Teman-teman yang mendampingi dan bersedia diganggu selama

    penulisan skripsi, sobat2 kelas B: Karin, Bunda, Claudia, Peni, Nana; Fita

    mabes, William tadus, serta teman-teman lain yang merasa sudah

    diganggu, kalian terbaiq!

    13. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi “Anak-anak profesor”:

    mbak Reka, mbak Ria, ko Rikjan, dll yang memberikan masukan serta

    bantuan untuk peneliti selama ini.

    14. Teman-teman IPA 3 SMA Kristen Mercusuar angkatan 2010, termasuk

    di dalamnya “Trio kobra” Alva dan Sintya untuk semua “kerecehan” dan

    kiriman foto tengah malam yang senantiasa membuat peneliti terhibur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    15. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam

    menyelesaikan tugas skripsi ini. Terimakasih, thankyou, kamsahamnida,

    Tuhan memberkati.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ........................................................................................................... viii

    HALAM PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

    1. Manfaat Teoretis ..................................................................................... 9

    2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 9

    3. Manfaat Kebijakan ................................................................................. 9

    BAB II ................................................................................................................... 10

    TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 10

    A. Perempuan Menikah di Timor ................................................................... 10

    B. Self-Silencing ............................................................................................. 14

    1. Definisi Self-Silencing ......................................................................... 14

    2. Dimensi Self-Silencing ......................................................................... 16

    a. Externalized Self Perception ....................................................... 16

    b. Care as Self Sacrifice .................................................................. 16

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    c. Silencing the Self ......................................................................... 17

    d. Divided Self ................................................................................. 17

    C. Kerangka Konseptual ................................................................................ 18

    BAB III ................................................................................................................. 20

    METODE PENELITIAN ...................................................................................... 20

    A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 20

    B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 21

    C. Partisipan ................................................................................................... 21

    D. Peran Peneliti ............................................................................................. 22

    E. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 23

    F. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................... 26

    G. Kredibilitas Penelitian ............................................................................... 28

    BAB IV ................................................................................................................. 30

    HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 30

    A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 30

    B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara .............................. 31

    C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 40

    1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor

    42

    2. Self-silencing ........................................................................................ 45

    a. Externalized Self Perception ....................................................... 45

    b. Care as Self-Sacrifice .................................................................. 47

    c. Silencing the Self ......................................................................... 48

    d. Divided Self ................................................................................. 50

    3. Temuan temuan Tambahan .................................................................. 51

    D. Pembahasan ............................................................................................... 53

    1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor

    53

    2. Self-silencing ........................................................................................ 55

    a. Silencing the self ......................................................................... 56

    b. Externalized self perception ........................................................ 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    c. Divided Self ................................................................................. 61

    d. Care as Self Sacrifice .................................................................. 63

    BAB V ................................................................................................................... 65

    PENUTUP ............................................................................................................. 65

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 65

    B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 67

    C. Saran .......................................................................................................... 67

    1. Bagi Perempuan Menikah di Timor ..................................................... 67

    2. Bagi Suami ........................................................................................... 67

    3. Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait .................................................. 67

    4. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 68

    DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 70

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Data Diri Partisipan ................................................................................. 22

    Tabel 2. Protokol Wawancara Istri ....................................................................... 24

    Tabel 3. Protokol Wawancara Suami .................................................................... 25

    Tabel 4. Kriteria Koding Self-Silencing ................................................................ 27

    Tabel 5. Partisipan Perempuan Menikah .............................................................. 30

    Tabel 6. Kerangka Analisis ................................................................................... 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Seorang tokoh feminis dari Perancis Simone De Beauvoir dalam bukunya

    Second Sex (2016) menulis mengenai kesenjangan status antara laki-laki dan

    perempuan dalam masyarakat dengan mendeskripsikan laki-laki sebagai “sang

    Subjek”, sementara perempuan sebagai “Sosok yang lain”. Sejak dahulu,

    perempuan telah memiliki status yang subordinat terhadap laki-laki, dan hal inilah

    yang kemudian disebut Beauvoir sebagai “kekalahan bersejarah yang besar dari

    kaum perempuan”.

    Ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat

    patriarki seringkali membuat perempuan menjadi tidak bebas dalam

    mengungkapkan dirinya. Carol Gilligan (dalam Jack, 2011) mengatakan bahwa

    perempuan menganggap bahwa kegagalan dalam hubungan sebagai kegagalan

    moral, sehingga demi menjaga keharmonisan dalam hubungan, perempuan

    seringkali memilih untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya ingin dikatakan.

    Penelitian Whiffen, Foot, dan Thompson (2007) menemukan bahwa demi

    menghindari konflik dalam pernikahannya, perempuan tidak hanya cenderung

    menyembunyikan kemarahannya, namun juga berpura-pura menyetujui pendapat

    pasangannya.

    Dalam psikologi, fenomena ini disebut sebagai self-silencing, yaitu suatu

    skema kognitif yang dimiliki seseorang untuk memendam perasaan, pikiran, atau

    perilaku yang dimilikinya demi menciptakan hubungan yang aman dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    memelihara hubungan tersebut. Individu yang tidak ingin dirinya

    melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan harapan orang lain sehingga

    merusak hubungan tersebut akan memilih untuk melakukan self-silencing atau

    membungkam diri (Jack & Dill, 1992).

    Menurut Jack dan Dill (1992), self-silencing memiliki empat dimensi yang

    mencerminkan tema besar self-silencing dalam narasi perempuan yaitu

    externalized self-perception, care as self-sacrifice, silencing the self, dan, the

    divided self. Externalized self perception adalah cara atau kecenderungan

    perempuan untuk menilai dirinya sendiri berdasarkan standar lingkungan. Care as

    self-sacrifice adalah kecenderungan perempuan untuk mengamankan

    kelekatannya terhadap orang lain dengan cara meletakkan kebutuhan orang lain di

    atas kebutuhannya sendiri. Silencing the self adalah kecenderungan perempuan

    untuk mengekang pengekspresian diri dan perilaku tertentu demi mengamankan

    hubungan, menghindari konflik, serta kemungkinan kehilangan relasi. Sedangkan

    the divided self adalah kecenderungan perempuan untuk menampilkan diri sebagai

    pribadi yang terlihat patuh demi menghidupi peran feminim, padahal di dalam

    dirinya timbul kemarahan dan rasa permusuhan.

    Teori self-silencing menyatakan bahwa skema kognitif tersebut tidak

    bersifat stabil atau merupakan trait yang permanen, melainkan bergantung pada

    konteks sosial dan hubungan yang dijalani saat ini (Jack & Ali, 2010). Konteks

    sosial dalam masyarakat patriarki yang meletakkan posisi perempuan tunduk

    terhadap laki-laki tentu dapat menyebabkan perempuan tidak bebas dalam

    mengungkapkan perasaannya, sehingga perempuan seringkali lebih memilih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    memendam perasaan atau perilakunya demi menciptakan dan memelihara

    hubungan yang aman dengan pasangannya. Ironi dari hal ini adalah skema yang

    seharusnya mengarah pada keintiman dan keamanan hubungan, malah

    menyebabkan ketidakpuasan perempuan dalam pernikahan, karena semakin

    perempuan membungkam dirinya, ia semakin merasakan depresi serta tidak puas

    dengan hubungannya tersebut (Uebelacker, Courtnage, & Whisman, 2003).

    Sistem masyarakat yang meletakkan posisi wanita tunduk terhadap laki-

    laki juga dapat ditemukan dalam budaya Nusa Tenggara Timur (NTT). Badan

    Pemberdayaan Perempuan NTT (2011, dalam Ashmad, Giroud, Bait, &

    Ragalawa, 2012) melaporkan bahwa masyarakat NTT merupakan masyarakat

    yang menganut sistem patriarki. NTT terdiri dari budaya yang beraneka ragam,

    namun secara umum posisi perempuan di NTT adalah subordinat/tunduk pada

    laki-laki. Perempuan lebih banyak tinggal di rumah dan hanya bisa mengambil

    bagian di tempat umum apabila diizinkan oleh suaminya. Timo (2008, dalam

    Ashmad, et al 2012) menyatakan bahwa terdapat nilai sosial di NTT bahwa

    perempuan bagaikan “Ume” yang artinya tertutup, sedangkan laki-laki terkait

    dengan “Lopo” yang artinya terbuka, di luar, atau terang-terangan. Hal ini seolah

    mengatakan bahwa perempuan seharusnya mengambil peran di dalam rumah,

    sementara laki-laki bertanggung jawab di area publik.

    Di NTT, khususnya di Timor, terdapat peran gender tradisional perempuan

    yaitu istri diharapkan mengikuti keputusan suami dan seringkali hanya bisa diam

    meskipun mereka dimarahi atau dipukuli. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi

    keterlibatan perempuan dalam self-silencing, karena self-silencing pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    perempuan sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan perempuan terhadap norma

    gender tradisional. Hal ini sesuai dengan penelitian Swim, Eyssell, Murdoch, dan

    Ferguson (2010) yang menemukan bahwa kecenderungan perempuan untuk

    membungkam diri sangat dipengaruhi oleh keyakinannya yang konsisten terhadap

    peran gender mengenai bagaimana perempuan seharusnya berperilaku dalam

    interaksi interpersonal. Hal ini juga didukung oleh penelitian Lutz-Zois, Dixon,

    Smidt, Goodnight, Gordon, dan Ridings (2013) yang menemukan bahwa

    perempuan memiliki skor yang tinggi dibandingkan laki-laki pada dimensi

    externalized self-perception, yaitu komponen yang merefleksikan penilaian

    terhadap diri dengan menggunakan standar eksternal yang berasal dari

    lingkungan.

    NTT juga memiliki berbagai permasalahan perempuan terkait dengan

    kakunya budaya patriarki yaitu pembagian kerja yang over burden bagi

    perempuan, serta kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT (Mien Ratu Oedjoe,

    komunikasi pribadi, 11 Juni, 2017) dimana sikap diam masih dipilih sebagai

    alternatif penyelesaian masalah (Oedjoe, Yohanes, Likadja, Soewarlan & Masu,

    2008). Pulau Timor sebagai salah satu pulau terbesar di NTT juga tidak terlepas

    dari permasalahan yang timbul dari kesenjangan status antara laki-laki dan

    perempuan tersebut.

    Oleh karena itu, melihat bahwa self-silencing merupakan skema kognitif

    pemeliharaan hubungan pada perempuan akibat adanya kesenjangan status antara

    laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan, dan apa saja dimensi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    self-silencing yang muncul dalam narasi perempuan NTT, khususnya di Timor

    yang menjunjung tinggi nilai-nilai patriarkis dalam kehidupan sehari-hari.

    Sejauh ini, peneliti belum menemukan penelitian yang membahas self-

    silencing pada perempuan di NTT. Kebanyakan penelitian perempuan di NTT

    terbatas pada penelitian-penelitian antropologis dan kurang membahas perempuan

    dari sisi psikologisnya, misalnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Oedjoe

    (2007) mengenai peran perempuan pedesaan di Nusa Tenggara Timur; penelitian

    Ashmad et al (2012) mengenai isu gender di NTT serta hubungannya dengan

    keamanan pangan dan nutrisi; penelitian mengenai hubungan antara perempuan

    dan keamanan pangan di kabupaten Belu, NTT (Alami, Raharjo, & Astuti, 2014);

    dan penelitian Longgy (2015) yang membahas mengenai budaya patriarki dan

    pendidikan anak perempuan di Lamaholot.

    Terkait dengan penelitian self-silencing, peneliti menemukan bahwa

    penelitian di Indonesia lebih banyak menggunakan metode kuantitatif, sehingga

    kurang menggali lebih dalam arti serta motivasi dibalik self-silencing yang

    dilakukan, misalnya seperti penelitian Susilowati (2014) yang meneliti keintiman

    sebagai mediator parsial dalam hubungan antara self-silencing dan kepuasan

    seksual, serta penelitian Widodo (2015) yang meneliti mindfulness sebagai

    mediator dalam hubungan antara kelekatan pada ibu dan self-silencing pada

    remaja laki-laki dan perempuan. Penelitian Widodo (2015) menyarankan untuk

    menggali arti dibalik self-silencing yang dilakukan oleh perempuan karena hasil

    penelitiannya menemukan bahwa terdapat perbedaan komponen kelekatan antara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    laki-laki dan perempuan dalam memprediksi self-silencing, sehingga diperlukan

    metode lain untuk meneliti self-silencing.

    Sudah ada penelitian yang meneliti self-silencing dan menggali arti dibalik

    self-silencing yang dilakukan oleh perempuan dengan latar belakang budaya

    tertentu di Indonesia, namun peneliti baru menemukannya pada perempuan

    dengan latar belakang budaya Jawa, yaitu penelitian Antari (2016) yang meneliti

    makna self-silencing pada perempuan Jawa. Penelitian tersebut menemukan

    bahwa perempuan Jawa melakukan self-silencing dan mengalami divided self.

    Self-silencing dalam budaya Jawa dianggap sebagai cara untuk menjaga

    harmonisasi, penenangan diri, pengelolaan emosi, dan refleksi diri. Penelitian ini

    menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menyasar pada perempuan dengan

    latar belakang budaya yang berbeda.

    Peneliti justru menemukan bahwa penelitian yang meneliti self-silencing

    pada perempuan lebih banyak dilakukan di luar negeri, misalnya penelitian Drat

    (2010) pada perempuan Polandia yang menemukan bahwa self-silencing

    digunakan sebagai strategi keamanan terhadap kesulitan eksternal dan stress, dan

    bukan terhadap penindasan yang dialami dalam lingkungan keluarga; penelitian

    Zoellner dan Hedlund (2010) pada perempuan Jerman yang menemukan bahwa

    self-silencing pada perempuan Jerman berinteraksi dengan konteks sosiokultural

    ketika perempuan Jerman tetap menghidupi standar sosial “perempuan yang

    baik”, serta penelitian Jack, Pokharel, dan Subba (2010) terhadap masyarakat

    Nepal yang menemukan bahwa self-silencing berhubungan dengan depresi pada

    perempuan di Nepal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Melihat bahwa belum ada penelitian yang membahas self-silencing pada

    perempuan di NTT khususnya di Timor dan masih kurangnya penelitian di

    Indonesia yang menggunakan metode kualitatif untuk menggali arti dibalik self-

    silencing yang dilakukan oleh perempuan, peneliti menganggap perlu untuk

    menggali bagaimana sikap diam dilakukan oleh perempuan di Timor dengan

    kajian psikologi lewat konsep self-silencing. Penelitian ini juga akan menggali

    sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan di Timor serta mengetahui apa

    saja dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi mereka dengan

    menggunakan metode kualitatif. Self-silencing yang timbul dari kesenjangan

    hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam lingkungan sosial terutama dalam

    budaya patriarki seperti di Timor membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal ini

    karena berdampak pada kesejahteraan psikologis perempuan. Dengan mengetahui

    secara lebih spesifik bentuk-bentuk serta konteks/domain self-silencing dilakukan

    oleh perempuan, keluarga terdekat maupun lembaga masyarakat dapat lebih

    mudah melakukan intervensi yang secara efektif dapat menyasar permasalahan

    perempuan.

    Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan Timor yang

    sejak lahir tinggal di Timor dan kedua orangtuanya beretnis Timor, sehingga

    partisipan dianggap telah memiliki nilai-nilai budaya Timor yang diterima dari

    orangtua maupun lingkungannya. Selain itu, partisipan yang dipilih juga

    merupakan perempuan yang menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor,

    sehingga diasumsikan bahwa kehidupan pernikahannya mengandung nilai-nilai

    budaya Timor.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain analisis isi

    kualitatif (AIK) dengan menggunakan pendekatan deduktif-terarah. Peneliti akan

    melakukan proses klasifikasi sistematik berupa coding pada teks untuk

    mengidentifikasikan suatu tema atau pola (Hsieh & Shannonm dalam

    Supratiknya, 2015).

    Prosedur pengambilan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

    adalah dengan metode wawancara semi terstruktur. Bentuk wawancara ini

    memungkinkan peneliti dan partisipan untuk terlibat dalam dialog dimana

    pertanyaan-pertanyaan bisa dimodifikasi sesuai dengan jawaban partisipan dan

    peneliti bisa menggali wilayah-wilayah yang menarik dan penting yang muncul

    (Smith, 2013).

    B. Pertanyaan Penelitian

    1. Sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan menikah di Timor?

    2. Apa saja dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi perempuan

    Timor?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada

    perempuan menikah di Timor serta mendeskripsikan bentuk-bentuk self-silencing

    yang muncul.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

    baru dalam bidang psikologi, terutama kajian mengenai self-silencing pada

    perempuan. Selain itu, penemuan baru yang terkait dengan budaya diharapkan

    dapat memberi wawasan baru dalam bidang psikologi lintas-budaya, khususnya

    pada etnis Timor yang masih memerlukan pembangunan dan pengembangan.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk

    pengembangan perempuan di NTT khususnya di Timor. Hasil penelitian ini juga

    diharapkan dapat menjadi bahan refleksi untuk perempuan Timor, sehingga dapat

    menumbuhkan kesadaran perempuan untuk “bersuara” meskipun berada dalam

    lingkungan yang patriarkis.

    3. Manfaat Kebijakan

    Penelitian ini diharapkan dapat membantu lingkungan keluarga terdekat

    perempuan maupun lembaga masyarakat dalam mengetahui penyebab sikap diam

    yang dilakukan oleh perempuan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

    dijadikan dasar bagi pemerintah maupun lembaga masyarakat terkait dalam

    menciptakan program-program kerja yang dapat mendorong perempuan-

    perempuan Timor untuk menyadari pentingnya menyuarakan pendapatnya dalam

    relasi dengan pasangan, dengan tetap mempertimbangkan adanya peran

    lingkungan atau nilai-nilai dalam masyarakat sebagai salah satu faktor yang

    mendorong perilaku self-silencing pada perempuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perempuan Menikah di Timor

    NTT terdiri dari 3 pulau utama yaitu Pulau Flores, Pulau Sumba dan

    Pulau Timor. NTT juga merupakan daerah yang terdiri dari berbagai budaya dan

    adat istiadat yang beranekaragam, namun secara umum masyarakatnya menganut

    sistem patriarki yang meletakkan posisi perempuan subordinat/tunduk pada laki-

    laki. Pulau Timor sebagai salah satu dari 3 pulau utama di provinsi NTT juga

    tidak terlepas dari praktek ini.

    Subordinasi perempuan di Timor meliputi anggapan bahwa perempuan

    tidak perlu sekolah tinggi-tinggi sebab nanti akan bertugas di dapur, melayani

    suami, keluarga, dan mengurus anak. Sejak kecil perempuan dididik untuk

    mengurus rumah tangga, memelihara anak, dan menenun. Sementara laki-laki

    memiliki peran sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, penerus marga,

    serta pihak yang mampu melaksanakan pekerjaan yang berat dan bernilai tinggi.

    Peran perempuan dalam area domestik telah dilakukan secara turun temurun

    melalui proses kebiasaan dari keluarga perempuan (Oedjoe, 2010).

    Bagi perempuan, terutama masyarakat pedesaan di NTT, pekerjaan rumah

    tangga dianggap kewajiban atau tugas alam bagi perempuan. Mereka bahkan

    merasa bahwa merupakan hal yang aneh jika anak laki-laki memasak, mencuci

    pakaian dan membersihkan rumah. Perempuan juga cenderung merasa bersalah

    jika mereka meninggalkan pekerjaan rumah tangga untuk suami atau anak laki-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://id.wikipedia.org/wiki/Floreshttps://id.wikipedia.org/wiki/Sumbahttps://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Barat

  • 11

    laki dalam keluarga. Bagi mereka, tugas perempuan dalam area domestik

    merupakan hal yang sudah sepatutnya. Secara umum perempuan menikah

    memiliki peran dalam kegiatan reproduksi, masalah-masalah sosial komunitas,

    dan dalam kegiatan produktif kecuali berburu satwa liar di hutan (Oedjoe, 2007).

    Subordinasi/domestifikasi perempuan juga tercermin dalam tradisi

    pernikahan masyarakat Timor yaitu belis, kasnono, dan “air susu”. Belis adalah

    mas kawin berupa sejumlah uang, hewan, dan barang yang diberikan oleh

    keluarga pihak pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan sebagai

    syarat sahnya suatu pernikahan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTT,

    1983). Belis dianggap sebagai imbalan jasa atau jerih payah orangtua, dan sebagai

    tanda penggantian nama si gadis. Penggantian ini menandakan bahwa nama

    keluarga si gadis telah diturunkan dan nama keluarga laki-laki dinaikkan

    Tradisi mengganti atau menurunkan nama keluarga gadis menjadi nama

    keluarga laki-laki inilah yang disebut sebagai kasnono. Penurunan dan penaikkan

    nama marga ini biasanya ditandai dengan penyerahan hewan dari keluarga laki-

    laki pada keluarga perempuan. Hal ini menandakan bahwa perempuan tersebut

    dianggap sudah menjadi bagian dari keluarga suaminya dan harus tunduk pada

    suami (H. Nope, wawancara personal, 30 Maret 2017).

    Selain belis dan kasnono, terdapat pula tradisi “air susu” yang bermakna

    sebagai penghargaan pada paman dari pihak perempuan (H. Nope, wawancara

    personal, 30 Maret 2017). Prosesi ini menunjukkan bahwa peran laki-laki (paman)

    sangat diutamakan. Dalam masyarakat Timor, paman dianggap sebagai pihak

    yang turut berperan dalam mendidik pengantin perempuan, sehingga pihak paman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan, yaitu pihak yang

    menentukan besaran belis.

    Pada suku Timor, belis yang biasa dimintakan oleh keluarga perempuan

    adalah berupa sejumlah uang, sirih pinang, hewan, serta selimut. Jumlah uang

    yang dimintakan biasanya berkisar antara ratusan ribu hingga puluhan juta.

    Nominal uang dan jumlah hewan yang diminta dari pihak laki-laki akan semakin

    tinggi apabila pengantin perempuan berasal dari keluarga terpandang atau

    menempuh pendidikan tinggi. Setelah kesepakatan dilaksanakan antara pihak

    laki-laki dan perempuan mengenai jumlah dan besarnya belis, pihak laki-laki akan

    berusaha memenuhinya dengan menggunakan kekayaannya sendiri atau

    mengundang keluarganya untuk menyumbang dalam bentuk uang atau hewan (H.

    Nope, wawancara personal, 30 Januari, 2018). Bagi sebagian besar masyarakat

    Timor, belis merupakan suatu kewajiban bagi laki-laki dan belis yang tidak

    dibayarkan akan menjadi “hutang” yang dibawa hingga anaknya kelak. Maka dari

    itu, penyelesaian adat ini dapat dilakukan sekaligus atau dengan cara mencicil,

    misalnya dengan membayar setelah menikah.

    Pada awalnya, tradisi belis merupakan tanda penghormatan pihak laki-

    laki terhadap keluarga perempuan yang telah merawat dan mendidik pengantin

    perempuan serta menandai pembukaan hubungan yang baru antara keluarga laki-

    laki dan perempuan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 1983).

    Namun seiring perubahan zaman, belis justru menempatkan perempuan tidak

    ubahnya objek komoditas. Karena perempuan adalah kepunyaan lelaki (ayah,

    saudara, paman), maka perempuan dapat dipertukarkan. Perempuan dalam adat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    belis diposisikan sebagai kaum lemah dan dapat dipindahkan dari suku

    orangtuanya ke suku suaminya dengan seolah-olah diberi harga tertentu oleh

    keluarganya. Perempuan juga tidak memiliki hak dalam forum resmi adat

    mengenai tawar menawar belis dan hanya bertugas melayani serta berkewajiban

    mengiyakan (Miten, 1994 dalam Aman, 2009).

    Pada masyarakat Timor saat ini, nominal dan jumlah belis telah menjadi

    semakin fleksibel menyesuaikan dengan kemampuan pihak laki-laki. Latar

    belakang sosial ekonomi masyarakat Timor yang tergolong miskin (Badan Pusat

    Statistik, 2017, p. 231) juga mempengaruhi hal ini, sehingga tidak jarang nominal

    belis dikurangi atau bahkan ditiadakan sehingga pihak keluarga hanya

    menjalankan kasnono dan air susu, atau hanya melakukan kasnono saja.

    Meskipun demikian, tidak jarang pihak keluarga perempuan tetap

    mempertahankan nilai belis yang diminta tanpa mempertimbangkan kemampuan

    finansial keluarga laki-laki. Belis yang sebenarnya merupakan penghargaan bagi

    perempuan malah menjadi ajang pertaruhan gengsi keluarga karena yang menjadi

    patokan bukanlah martabat perempuan melainkan harga diri keluarga, khususnya

    lelaki. Nominal belis yang terlalu memberatkan pihak laki-laki dapat

    menyebabkan timbulnya anggapan belis sebagai “beli putus” yang berarti seorang

    istri berada pada kontrol suami karena telah “dibeli” oleh suaminya. Persepsi

    negatif ini menghasilkan perlakuan yang negatif terhadap perempuan di dalam

    keluarga yang bahkan mengarah pada kekerasan (Nafi, Nurtjahyo, Kasuma,

    Parikesit, & Putra, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa sistem patriarki di

    NTT khususnya di Timor terjadi dalam 2 tataran umum yaitu anggapan

    masyarakat mengenai peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, serta

    dalam tradisi pernikahan masyarakat Timor. Kondisi-kondisi di atas diduga

    berpengaruh terhadap pola hubungan antara laki-laki dan perempuan khususnya

    dalam hubungan pernikahan. Dominansi laki-laki sebagai suami juga dipengaruhi

    oleh anggapan masyarakat mengenai peran perempuan yang kemudian

    diinternalisasi oleh perempuan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya,

    sebagai pihak yang sudah “dibeli” oleh pihak laki-laki, perempuan menikah dapat

    merasa bahwa dirinya telah menjadi milik suami dan harus selalu tunduk pada

    apapun keputusan suami. Ketimpangan hubungan antara suami dan istri dalam

    hubungan pernikahan inilah yang dapat menyebabkan perempuan mengekang

    pengekspresian pikiran, perasaan, dan perilakunya karena secara sosial mereka

    telah menjadi milik suami dan sepatutnya tunduk.

    B. Self-Silencing

    1. Definisi Self-Silencing

    Teori self-silencing muncul dari hasil penelitian longitudinal Dana Jack

    terhadap perempuan menikah yang mengalami depresi. Jack mendeskripsikan

    pengalaman-pengalaman apa saja yang menyebabkan perempuan mengalami

    depresi, termasuk di dalamnya pengalaman perempuan dalam membungkam

    pikiran, perasaan, dan perilaku yang mereka anggap bertentangan dengan

    keinginan pasangannya. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghindari konflik,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    mempertahankan relasi, dan untuk memastikan keamanan mereka secara fisik

    maupaun psikologis. Para perempuan tersebut juga menggambarkan bagaimana

    sikap diam yang mereka lakukan mengakibatkan mereka merasa kehilangan diri

    dan tersesat (Jack dan Ali, 2010). Meskipun pengalaman-pengalaman tersebut

    bersifat personal, Jack menyimpulkan bahwa hal ini bersumber dari budaya atau

    lingkungan, dan bersumber dari subordinasi perempuan terhadap laki-laki yang

    telah terjadi selama berabad-abad di dunia (Jack, 2011). Dari hasil penelitiannya

    tersebut, Jack kemudian merumuskan teori self-silencing, yaitu skema kognitif

    pemeliharaan hubungan yang terkait dengan kecenderungan perempuan untuk

    meletakkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri dan membungkam

    perasaan, pikiran, atau perilaku tertentu demi memelihara dan menciptakan

    hubungan yang aman dengan orang terdekatnya (Jack & Dill, 1992).

    Karena sifatnya yang bersumber dari nilai-nilai yang terdapat dalam

    lingkungan, teori ini mengasumsikan bahwa self-silencing tidak bersifat stabil

    dan bukan merupakan trait yang permanen dalam diri perempuan, melainkan

    bergantung pada konteks sosial dan hubungan yang dijalani saat ini. Dunia yang

    berpusat pada laki-laki atau male-centered mendikte perempuan mengenai siapa

    mereka maupun seperti apa “seharusnya” mereka berperilaku, terutama dalam

    relasi dengan orang terdekatnya. Self-silencing dipengaruhi oleh norma, nilai, dan

    gambaran wanita yang dianggap ideal, misalnya seperti menyenangkan orang lain,

    tidak mementingkan diri sendiri, dan penyayang. Self-silencing atau sikap diam

    muncul ketika perempuan tidak ingin dirinya melakukan tindakan yang tidak

    sesuai dengan harapan orang lain, atau ekspektasi sosial terhadap dirinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Pada saat perempuan melakukan self-silencing, mereka sebenarnya

    mengalami keterpisahan diri (divided-self) yaitu pertentangan antara diri yang

    sebenarnya dan diri yang harus ditampilkan. Mereka diminta untuk menyajikan

    tampilan sebagai sosok yang menyenangkan dan patuh pada standar-standar sosial

    mengenai perempuan yang baik, padahal sebenarnya di dalam dirinya sendiri

    terdapat rasa marah serta kebingungan (Jack & Ali, 2010).

    2. Dimensi Self-Silencing

    Berdasarkan tema-tema besar yang merefleksikan dinamika self-silencing

    dalam narasi perempuan, muncul 4 dimensi yang merefleksikan self-silencing

    yaitu: externalized self perception, care as self sacrifice, silencing the self, dan

    divided self (Jack & Dill, 1992).

    a. Externalized Self Perception

    Dimensi ini merefleksikan kecenderungan perempuan dalam melakukan

    penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan standar eksternal (Jack & Dill,

    1992). Standar ini berupa pandangan/penilaian orang lain, dimana perempuan

    hanya bisa menilai dirinya baik apabila orang lain, terutama orang terdekatnya

    memandang atau menilai dirinya baik.

    b. Care as Self Sacrifice

    Dimensi ini merefleksikan kecenderungan perempuan untuk

    mengorbankan dirinya demi mengamankan kelekatan dengan orang terdekatnya

    (Jack & Dill, 1992). Pengorbanan ini biasanya dilakukan perempuan dengan

    mengesampingkan kebutuhannya sendiri dan mengutamakan kebutuhan orang lain

    (Jack & Ali, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    c. Silencing the Self

    Dimensi ini terkait dengan kecenderungan perempuan untuk mengekang

    pengekspresian diri dan perilaku tertentu demi mengamankan hubungan,

    menghindari konflik serta kemungkinan kehilangan relasi dengan orang

    terdekatnya. Dimensi ini merefleksikan perilaku perempuan yang tidak

    mengekspresikan dirinya yang sebenarnya demi menghindari timbulnya

    permasalahan dalam hubungan dekat yang ia miliki (Jack & Ali, 2010).

    d. Divided Self

    Dimensi ini merupakan skema kognitif yang terkait dengan kecenderungan

    perempuan dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang terlihat patuh demi

    menghidupi peran feminim, meskipun sebenarnya di dalam dirinya timbul

    kemarahan dan rasa permusuhan (Jack & Dill, 1992). Skema ini juga terkait

    dengan bagaimana perempuan mengalami keterpisahan antara dirinya yang

    “palsu” dan “ diri sebenarnya”, akibat penyembunyian perasaan maupun

    pemikiran tertentu dalam relasinya. Pada perempuan, diri yang “palsu” ditandai

    dengan kepatuhan terhadap keinginan pasangan, meskipun “diri yang sebenarnya”

    memiliki perasaan tersembunyi berupa ingin melawan, marah, dan menantang

    (Jack & Ali, 2010).

    Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa self-silencing memiliki

    4 dimensi yang mencerminkan bagaimana perempuan menikah

    mengesampingkan kebutuhannya sendiri dan tidak mengekspresikan dirinya demi

    mempertahankan relasi dengan orang terdekatnya, dalam hal ini yaitu dengan

    suaminya. Relasi yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    hubungan pernikahan serta ekspektasi-ekspektasi sosial yang mengatur posisi

    perempuan dan bagaimana sepatutnya perempuan berperilaku dalam relasi intim

    dapat mendorong munculnya perilaku self-silencing pada perempuan.

    C. Kerangka Konseptual

    Sistem patriarki dalam masyarakat Timor (Badan Pemberdayaan

    Perempuan NTT 2011 dalam Ashmad, et al 2012) tercermin dalam 2 tataran

    umum masyarakat yaitu anggapan mengenai peran perempuan dalam masyarakat

    dan tradisi perkawinan masyarakat Timor. Kedua hal tersebut kemudian

    menyebabkan ketimpangan hubungan antara suami istri dalam pernikahan,

    dimana suami bersifat dominan, dan istri subordinat/tunduk pada suaminya.

    Subordinasi perempuan inilah yang kemudian dapat menyebabkan perempuan

    tidak bebas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaannya yang dianggap tidak

    sesuai dengan pasangannya dalam pernikahan. Hal inilah yang kemudian disebut

    Jack (1992) sebagai self-silencing. Self-silencing memiliki 4 dimensi yaitu

    externalized self perception, care as self sacrifice, silencing the self, dan divided

    self.

    Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengeksplorasi pengalaman self-

    silencing pada perempuan menikah serta melihat sejauh mana self-silencing

    dilakukan. Penelitian ini juga ingin mengetahui dimensi self-silencing apa saja

    yang muncul dalam narasi perempuan menikah dalam konteks Timor, NTT,

    dimana budaya patriarki mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

    Kesenjangan status laki-laki dan perempuan

    dalam masyarakat

    patriarki

    di Timor

    Anggapan mengenai peran perempuan:

    - Peran perempuan terbatas area domestik

    Ketimpangan hubungan

    dalam pernikahan

    Self-Silencing

    Externalized self-

    perception

    Care as self sacrifice

    Silencing the self

    The divided self

    Tradisi Pernikahan:

    -Kasnono

    - Air susu

    - Belis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis

    penelitian yang berusaha mengeksplorasi rangkaian kompleks faktor-faktor yang

    melingkupi konteks maupun fenomena pokok serta menggali atau mengungkap

    berbagai perspektif atau makna yang dimiliki oleh partisipan mengenai konsep

    atau fenomena yang dimaksud (Supratiknya, 2015). Salah satu karakteristik

    penelitian kualitatif adalah mengeksplorasi masalah dan mengembangkan

    pemahaman terperinci tentang suatu fenomena (Creswell, 2012), sehingga jenis

    penelitian ini sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam penelitian ini.

    Desain penelitian menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan

    pendekatan deduktif terarah, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara

    subjektif isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding

    atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon,

    2005 dalam Supratiknya, 2015). Peneliti memilih pendekatan deduktif terarah

    karena pendekatan ini cocok diterapkan ketika sudah ada teori maupun hasil-hasil

    penelitian sebelumnya mengenai suatu fenomena (Supratiknya, 2015). Dalam

    penelitian ini, peneliti ingin menguji kembali fenomena self-silencing dalam

    konteks baru dengan menggunakan kelompok subjek yang juga baru yaitu pada

    perempuan menikah di Timor.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    B. Fokus Penelitian

    Fokus dari penelitian ini adalah self-silencing pada perempuan menikah di

    Timor. Penelitian ini akan mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada

    perempuan menikah di Timor serta melihat dimensi-dimensi self-silencing apa

    saja yang muncul dari narasi mereka. Dimensi self-silencing menurut teori Jack

    adalah: Externalized self perception, care as self-sacrifice, silencing the self, dan

    the divided self.

    C. Partisipan

    Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan menikah

    yang sejak lahir tinggal di Timor, memiliki orangtua beretnis Timor, serta

    menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor. Dalam merekrut partisipan,

    peneliti mengunjungi beberapa tempat untuk mencari subjek yang memenuhi

    kriteria dalam penelitian ini. Peneliti mengunjungi beberapa tempat yaitu desa

    Camplong Dua, kelurahan Fatukoa, kelurahan Naioni, dan kelurahan Kelapa

    Lima. Peneliti memilih partisipan yang lancar berbahasa Indonesia untuk

    memudahkan dalam komunikasi antara peneliti dan partisipan.

    Dalam rangka memperoleh informasi tambahan mengenai pemahaman

    laki-laki terhadap adat istiadat pernikahan orang Timor serta pandangannya

    terhadap peran perempuan sebagai istri dalam rumah tangga, peneliti juga

    mewawancarai 4 orang suami dari beberapa partisipan. Partisipan suami yang

    dipilih memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Total partisipan dalam

    penelitian ini berjumlah 10 orang, yaitu 6 orang perempuan menikah, dan 4 orang

    suami.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Tabel 1

    Data Diri Partisipan

    Inisial Usia Pekerjaan Agama Asal daerah Pendidikan

    terakhir

    YM 25 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Naioni SMP

    NB 25 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Camplong II SMP

    YH 63 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Camplong II Tidak sekolah

    SR 53 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Amarasi SMA

    MA 49 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Fatukoa SD

    DA 37 Ibu rumah

    tangga

    Kristen

    Protestan

    Fatukoa SMP

    Partisipan yang suaminya

    diwawancarai

    D. Peran Peneliti

    Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen kunci yang

    memainkan peran dalam memperoleh data dari partisipan dan mengolah data

    tersebut. Peneliti turun sendiri turun sendiri ke lokasi penelitian dengan membawa

    instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau pedoman

    observasi, namun tetap peneliti sendirilah yang benar-benar mengumpulkan data

    (Supratiknya, 2015).

    Kaitan peneliti dengan lokasi penelitian adalah peneliti berasal dari keluarga

    dengan etnis Timor dan tinggal serta dibesarkan dalam keluarga yang sebagian

    besar berasal dari etnis Timor. Meskipun demikian, peneliti berusaha

    meminimalisir bias dengan cara tidak memilih partisipan penelitian dari keluarga

    dekat peneliti. Selain itu meskipun beretnis Timor, peneliti memiliki keluarga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    yang berdarah Jawa dari pihak ibu sehingga dapat melihat data secara lebih

    objektif.

    Dalam rangka merekrut partisipan, peneliti melakukan pendekatan terlebih

    dahulu pada partisipan untuk mengecek kesiapannya dalam melakukan

    wawancara. Setelah mendapatkan kesediaan dari partisipan, peneliti lalu

    menjelaskan gambaran penelitian secara umum dan memberikan lembaran

    informed consent yang kemudian ditandatangani oleh para partisipan. Dalam hal

    ini, peneliti berperan menjaga kerahasiaan data serta kepercayaan yang telah

    diberikan partisipan terhadap peneliti. Pada saat proses wawancara berlangsung,

    peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal partisipan. Setelah

    data terkumpul, peneliti kemudian melakukan transkripsi hasil wawancara.

    Isu sensitif yang mungkin muncul dalam penelitian ini adalah timbul

    perasaan sedih atau malu serta perasaan-perasaan lain yang dapat menyebabkan

    ketidaknyamanan dalam diri partisipan sebagai hasil dari pengungkapan-

    pengungkapan pengalaman pribadinya sebagai perempuan menikah.

    E. Metode Pengambilan Data

    Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data

    adalah dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Di dalam

    penelitian kualitatif, wawancara dilakukan ketika peneliti memberikan pertanyaan

    yang bersifat terbuka pada para partisipan, merekam jawaban yang diberikan,

    kemudian mentranskripsi dan menganalisis data yang diperoleh tersebut.

    Pertanyaan terbuka digunakan agar partisipan bisa lebih bebas menyuarakan

    pengalaman mereka tanpa dibatasi oleh bias peneliti atau temuan penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    sebelumnya (Cresswel, 2012). Wawancara yang dilakukan bersifat semi

    terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara.

    Peneliti memilih metode ini karena peneliti dapat bertatap muka langsung

    secara personal dengan partisipan sehingga menghindari timbulnya rasa enggan

    atau malu dari partisipan ketika mengungkapkan pengalaman pribadinya, terutama

    terkait dengan pengalamannya dalam relasi pernikahan.

    Sebelum wawancara dilakukan, peneliti menyiapkan prosedur perekaman

    data berupa protokol wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan

    pada partisipan yang didasarkan pada rumusan pertanyaan penelitian dan teori

    self-silencing yang digunakan peneliti. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam

    penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2

    Tabel 2

    Protokol Wawancara Istri

    Pertanyaan wawancara

    Praktek patriarki Apakah tanta juga mengalami prosesi belis? Coba

    ceritakan

    Probing: Berapa jumlah belis yang dimintakan?

    Apakah menggunakan adat air susu dan kasnono?

    Bagaimana pendapat tanta mengenai prosesi belis

    yang sudah dijalankan turun temurun dalam

    masyarakat Timor?

    Menurut tanta, apakah belis mempengaruhi

    kehidupan pernikahan tanta selama ini?

    Probing: Kalau ia dalam hal apa saja?

    Pertanyaan transisi Selama ini apa saja yang tanta lakukan untuk

    mempertahankan keharmonisan dalam rumah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    tangga?

    Pertanyaan inti

    Externalized self-

    perception

    Menurut tanta istri yang ideal itu seperti apa?

    Probing: Bagaimana tanta menilai diri tanta

    sebagai seorang istri? Hal apa yang

    mempengaruhi penilaian tanta tersebut?

    Care as self sacrifice Bagaimana pembagian peran dalam rumah tangga

    antara tanta dan suami?

    Probing: Bagaimana perasaan tanta mengenai

    pembagian tersebut? Apakah tanta merasa puas

    dengan hal tersebut? Mengapa?

    Silencing the self

    The divided self

    Apa yang biasanya tanta lakukan ketika berbeda

    pendapat dengan suami?

    Probing: Apakah tanta pernah memilih untuk

    diam? Mengapa? Dalam situasi apa saja biasanya

    tanta memilih untuk diam? Apakah sikap diam

    yang tanta lakukan mempengaruhi kehidupan

    pernikahan tanta?Bagaimana?

    Apa yang tanta rasakan saat memilih untuk

    diam?

    Apakah ada situasi tertentu dimana tanta

    melawan/menentang suami? Coba ceritakan

    Probing: Bagaimana perasaan tanta?

    Tabel 3

    Protokol Wawancara Suami

    Pertanyaan wawancara

    Praktek patriarki Bagaimana pendapat om mengenai prosesi adat

    yang sudah dijalankan turun temurun dalam

    masyarakat Timor?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Menurut om, apakah belis mempengaruhi

    kehidupan pernikahan om selama ini?

    Probing: Kalau ia dalam hal apa saja?

    Pertanyaan transisi Selama ini apa saja yang om lakukan untuk

    mempertahankan keharmonisan dalam rumah

    tangga?

    Pandangan mengenai

    peran perempuan

    Menurut om bagaimana seharusnya peran istri

    dalam rumah tangga?

    F. Analisis dan Interpretasi Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    isi kualitatif, yaitu suatu metode untuk mengungkap isi atau makna dari sebuah

    teks menurut atau sesuai konteksnya. AIK dapat digunakan untuk menganalisis

    pesan-pesan komunikasi baik yang bersifat tertulis, lisan, maupun visual

    (Supratiknya, 2015). Dalam penelitian ini, hasil wawancara akan ditranskripsikan

    menjadi data tertulis. Melalui AIK, teks atau kata-kata tersebut akan disaring ke

    dalam sejumlah kecil kategori yang mewakili aneka isi tertentu berdasarkan

    kesamaan makna sehingga diperoleh suatu deskripsi padat mengenai fenomena

    yang diteliti (Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya, 2015)

    Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

    deduktif-terarah. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengikuti

    langkah-langkah berikut (Supratiknya, 2018) :

    1. Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkripsi verbatim

    responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur;

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam

    transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line

    approach) dengan membandingkannya dengan konsep atau kriteria koding

    self-silencing yang dipakai oleh peneliti;

    3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori yaitu sejenis

    konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan

    tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan

    corpus data;

    4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan sub-

    subkategori dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar; sub-

    subkategori tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing

    subkategori dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkripsi

    verbatim sebagai bukti atau pendukung; sehingga diperoleh narasi yang utuh

    tentang fenomena yang diteliti.

    Tabel 4

    Kriteria Koding Self-Silencing

    Self-silencing pada perempuan menikah

    a. Externalized-self perception Kecenderungan perempuan untuk

    melakukan penilaian diri berdasarkan

    standar eksternal

    b. Care as self sacrifice

    Perempuan mengorbankan diri dengan

    memprioritaskan kebutuhan orang lain

    di atas kebutuhannya sendiri

    c. Self-silencing

    Kecenderungan perempuan mengekang

    pengekspresian pikiran, perasaan, dan

    perilaku demi keharmonisan hubungan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    d. Divided self

    Kecenderungan perempuan untuk

    menampilkan diri yang patuh meskipun

    sebenarnya dirinya merasa marah dan

    bermusuhan

    G. Kredibilitas Penelitian

    Peneliti menggunakan berbagai cara untuk memastikan data yang

    diperoleh dapat dipercaya atau kredibel. Pertama, peneliti mengidentifikasi bias

    yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini. Peneliti kemungkinan memiliki bias

    karena peneliti berasal dari NTT, beretnis Timor, dan melakukan pengambilan

    data di daerah asal peneliti. Meskipun demikian, peneliti berusaha untuk

    meminimalisir bias dengan tidak mengambil keluarga atau kenalan dekat peneliti

    sebagai partisipan.

    Kedua, peneliti memeriksa dengan seksama transkrip-transkrip rekaman

    wawancara sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang bisa terjadi

    selama proses transkripsi.

    Ketiga, peneliti melakukan thick description yaitu deskripsi mendalam

    dengan memaparkan secara rinci setting yaitu latar belakang partisipan, mulai dari

    usia, tingkat pendidikan, agama, asal daerah, tempat tinggal saat ini, serta usia

    pernikahan partisipan.

    Keempat, dalam proses pengodean peneliti memastikan bahwa tidak

    terjadi pergeseran pada definisi kode-kode, yaitu perubahan makna kode yang bisa

    terjadi selama pengodean. Peneliti berusaha membandingkan data dengan kode-

    kode yang berhasil dirumuskan serta membuat catatan-catatan tentang kode dan

    definisinya masing-masing. Peneliti juga mendiskusikan hasil temuan kode

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    dengan rekan peneliti yang mampu memahami logat dan bahasa yang digunakan

    oleh partisipan dengan baik agar tidak terjadi pergeseran makna serta membantu

    peneliti dalam menemukan adanya ketidak sesuaian, interpretasi yang berlebihan,

    atau kesalahan-kesalahan lainnya.

    Kelima, peneliti memastikan bahwa pertanyaan dan protokol wawancara

    yang digunakan efektif serta dapat memunculkan data yang padat. Peneliti

    melakukan beberapa kali revisi bahasa dan penggunaan kata yang digunakan agar

    sesuai, dapat diterima, dan dapat dipahami dengan baik oleh partisipan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan Januari hingga awal bulan

    Mei 2018. Pengambilan data menggunakan metode wawancara semi terstruktur

    dengan responden 6 orang perempuan menikah beretnis Timor. Peneliti juga

    menggali data tambahan dengan mewawancarai suami dari 4 partisipan. Semua

    partisipan merupakan ibu rumah tangga beragama Kristen Protestan yang sejak

    lahir tinggal di pulau Timor hingga menikah. Durasi wawancara bervariasi antara

    30 menit sampai 1 jam. Rangkuman waktu dan tempat diadakan wawancara

    disajikan di Tabel 5:

    Tabel 5

    Partisipan Perempuan Menikah

    No Partisipan

    Perempuan

    Menikah

    Waktu

    Wawancara Lokasi Wawancara

    1 YM 13 Januari 2018 Rumah Partisipan

    10 April 2018 Rumah Partisipan

    2 NB 7 April 2018 Rumah Partisipan

    6 Mei 2018 Rumah Partisipan

    3 YH 7 April 2018 Rumah Partisipan

    4 SR 16 April 2018 Rumah Partisipan

    10 Mei 2018 Rumah Partisipan

    5 MA 22 April 2018 Rumah Partisipan

    6 DA 28 April 2018 Rumah Partisipan

    Partisipan yang suaminya diwawancarai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara

    Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara tatap muka langsung

    dengan partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti memaparkan secara garis

    besar mengenai penelitian yang akan dilakukan. Peneliti kemudian menyerahkan

    surat pernyataan kesetujuan (informed consent) yang mencakup pemberian

    informasi lengkap mengenai penelitian, resiko-resiko, serta kesediaan partisipasi

    dalam penelitian. Setelah partisipan memberikan persetujuan setelah membaca

    informed consent, maka proses wawancara segera dilaksanakan.

    Partisipan pertama adalah YM. Partisipan merupakan seorang ibu rumah

    tangga berusia 25 tahun dan berpendidikan terakhir SMP. Sejak lahir partisipan

    dan suaminya tinggal di desa Naioni, dan ia juga berkenalan dengan suaminya di

    tempat yang sama. Sehari hari partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang

    mengurusi keperluan suami dan anaknya yang berusia 6 tahun. Suami partisipan

    bekerja sebagai penjaga ternak dan sesekali partisipan juga turut membantu

    suaminya untuk memberi makan ternak. Namun, karena kondisi partisipan pada

    saat diwawancarai sedang hamil besar maka partisipan lebih banyak bekerja di

    dalam rumah.

    Partisipan dan suaminya berkenalan secara singkat, dan setelah 6 bulan

    berpacaran mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2012. Pernikahan

    tersebut dilaksanakan dengan menyertakan prosesi adat lengkap berupa belis,

    kasnono, dan air susu. Belis yang diserahkan kepada orangtua partisipan adalah

    berupa uang Rp2,5 juta; air susu Rp2,5 juta, dan kasnono berupa penyerahan 1

    ekor sapi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada

    tanggal 13 Januari 2018 dan 10 April 2018. Pada wawancara yang pertama,

    partisipan menggunakan baju berwarna biru dan celana kain berwarna hitam.

    Wawancara dilaksanakan selama 25 menit di rumah partisipan disaat suami

    partisipan sedang pergi bekerja. Pada saat wawancara dilaksanakan, partisipan

    sedang mengandung 6 bulan sehingga sedikit kesulitan untuk duduk. Sesekali

    anak partisipan berlari ke arahnya namun partisipan menyuruh anaknya bemain di

    luar agar tidak mengganggu jalannya wawancara. Selama proses wawancara,

    peneliti seringkali mengingatkan partisipan agar mengeraskan suaranya karena

    suara partisipan cenderung pelan sehingga kemungkinan tidak dapat terekam

    dengan baik. Selama jalannya wawancara, partisipan dapat menjawab pertanyaan

    dengan baik dan jelas.

    Pada wawancara kedua, wawancara kembali dilaksanakan di rumah

    partisipan pada siang hari. Partisipan mengenakan baju berwarna ungu dan celana

    kain hitam. Partisipan sesekali mengeluhkan cuaca yang panas pada hari tersebut

    dan meminta ijin untuk mengambil kipas sebelum memulai wawancara. Selama

    proses wawancara, partisipan dapat menjawab secara jelas dan baik serta telah

    dengan sadar mengeraskan suaranya. Proses wawancara berlangsung selama 20

    menit.

    Partisipan kedua adalah NB. Partisipan berasal dari Desa Camplong II

    dan merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 25 tahun yang sehari-hari

    mengurusi rumah serta bekerja di kebun sedangkan suami partisipan bekerja

    sebagai tukang bangunan. Partisipan dan suaminya lahir dan besar di desa yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    sama, dan berkenalan sejak partisipan duduk di bangku SMP. Partisipan memiliki

    seorang anak berusia 5 tahun yang lahir pada saat partisipan duduk di kelas 2

    SMA. Ketika mengetahui bahwa dirinya hamil, partisipan kemudian memutuskan

    untuk berhenti dari sekolah. Pernikahan partisipan dan suaminya kemudian

    dilaksanakan pada tahun 2015 setelah kedua orangtua partisipan dan suaminya

    selesai merundingkan penyelesaian adat. Adat yang diserahkan oleh keluarga

    partisipan berjumlah Rp10,5 juta dengan rincian air susu sejumlah Rp7,5 juta;

    kasnono sejumlah Rp2,5 juta dan 1 ekor babi, serta uang belanja sehari-hari

    sebesar Rp500 ribu.

    Pada awalnya, keluarga partisipan meminta rangkaian adat sebesar Rp15

    juta, namun karena keluarga pihak laki-laki merasa tidak mampu maka akhirnya

    dilakukan pengurangan. Sejak awal, keluarga partisipan sudah memutuskan untuk

    tidak meminta belis karena nilai belis yang bisa mencapai Rp50 juta. Keluarga

    partisipan mempertimbangkan bahwa bisa saja pihak suami dan keluarganya

    menganggap hal tersebut sebagai “beli putus” yang dapat membatasi interaksi

    antara partisipan dan keluarga kandungnya serta mempersulit partisipan dalam

    kehidupan rumah tangganya sehari-hari.

    Partisipan beserta suami dan anaknya tinggal bersama dengan orangtua

    dari suaminya. Sehari-hari, partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang

    mengurusi kebutuhan suami, anak, dan juga mertuanya. Karena penghasilan

    keluarga mereka yang tidak menentu, partisipan juga turut bekerja di kebun untuk

    menghidupi kebutuhan sehari-hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Wawancara dilakukan dengan partisipan pada tanggal 7 April 2018 dan 6

    Mei 2018. Pada wawancara yang pertama partisipan mengenakan baju kaos

    berwarna merah dan celana jeans. Wawancara dilaksanakan selama 30 menit.

    Pada saat wawancara dilaksanakan, cuaca sedang hujan deras disertai petir

    sehingga peneliti dan partisipan harus mengeraskan suara serta mengulang

    beberapa pertanyaan agar dapat dipahami dengan baik. Disela-sela wawancara,

    partisipan mengenalkan anaknya dan menyuruh anaknya agar diam dan tidak

    mengganggu jalannya wawancara. Secara umum partisipan dapat memahami

    pertanyaan peneliti dengan baik serta antusias dalam menjawab. Pada wawancara

    yang kedua partisipan juga tetap mampu menjawab setiap pertanyaan yang

    ditanyakan dengan baik dan lugas, meskipun sesekali pembicaraan terputus

    karena partisipan harus mengurus anaknya.

    Partisipan ketiga adalah YH. Partisipan merupakan seorang ibu rumah

    tangga berusia 63 tahun yang berpendidikan terakhir sekolah dasar. Partisipan dan

    suaminya saling mengenal karena berasal dari desa yang sama yaitu desa

    Camplong II dan telah menjalani pernikahan selama 44 tahun. Partisipan dan

    suaminya memiliki 5 orang anak, dimana 3 di antaranya sudah menikah,

    sementara 2 anak yang lain masih tinggal bersama-sama dengan mereka. Sehari-

    hari partisipan bekerja sebagai penenun, sementara suaminya bekerja

    mengumpulkan kayu untuk dijual.

    Sebelum menikah, suami partisipan hanya mampu menyerahkan adat

    kasnono berupa satu buah selimut dan seekor sapi. Hal ini disebabkan karena latar

    belakang suami partisipan yang merupakan seorang yatim piatu serta tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    memiliki sanak saudara terdekat untuk membantunya menyelesaikan adat.

    Partisipan menganggap bahwa kasnono yang dijalaninya merupakan hal yang

    penting, karena kalau tidak dilakukan dapat menyebabkan anak-anaknya celaka.

    Meskipun demikian, partisipan sesekali tetap memikirkan tentang belis yang

    belum dilengkapi oleh suaminya. Partisipan merasa tidak tega untuk menuntut

    suaminya karena ia memahami keadaan suaminya yang kurang mampu dan tidak

    ingin menyakiti perasaan suaminya.

    Wawancara dilaksanakan pada tanggal 7 April 2018. Wawancara

    dilaksanakan selama 35 menit di rumah partisipan. Partisipan mengenakan baju

    berwarna putih dan kain sarung. Pada saat wawancara berlangsung, partisipan

    menyuruh cucunya untuk diam dan tidak mengganggu jalannya wawancara.

    Partisipan juga seringkali memelankan suaranya ketika diminta bercerita

    mengenai suaminya. Secara umum partisipan mampu menjawab pertanyaan

    dengan baik dan lugas, meskipun pada beberapa pertanyaan partisipan kurang

    mampu memahami sehingga peneliti harus menjelaskan dengan menggunakan

    kata-kata yang lebih mudah dipahami.

    Partisipan keempat adalah SR. Partisipan adalah seorang ibu rumah

    tangga berusia 53 tahun yang telah menikah selama 25 tahun. Partisipan

    berkenalan dengan suaminya saat mereka sama-sama duduk di bangku SMA.

    Partisipan dan suaminya berasal dari Desa Amarasi, namun setelah menikah

    mereka menetap di kota Kupang. Sehari-hari suami partisipan bekerja sebagai

    Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan. Partisipan memiliki 4

    orang anak yang terdiri dari 3 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Saat memutuskan untuk menikah, partisipan dan suaminya sempat

    mengalami permasalahan terkait penyelesaian adat. Karena adat di tempat asal

    partisipan yang tidak terlalu ketat terkait penyelesain adat serta orangtua

    partisipan yang memahami bahwa calon suami partisipan berasal dari keluarga

    yang kurang mampu, maka terjadi kesepakatan antara orangtua partisipan dan

    orangtua pihak laki-laki untuk menggabungkan semua prosesi adat dan diganti

    dengan uang sebesar Rp500 ribu yang kemudian diserahkan orangtua partisipan

    pada gereja. Menurut partisipan, penyelesaian adat dalam masyarakat Timor

    memang penting, namun jalan keluar bisa dicapai asalkan terjadi kesepakatan

    yang baik antara kedua keluarga.

    Wawancara dilaksanakan 2 kali, yaitu pada tanggal 16 April 2018 dan 10

    Mei 2018. Pada wawancara yang pertama partisipan mengenakan baju berwarna

    putih dan celana setengah lutut. Wawancara dilakukan selama 40 menit di rumah

    partisipan. Saat proses wawancara berlangsung, partisipan menjawab dengan

    lancar dan lugas. Sesekali partisipan menyuruh anaknya untuk tidak mengganggu

    jalannya wawancara. Partisipan juga seringkali tertawa ketika menceritakan

    pengalaman pribadinya. Pada wawancara kedua partisipan mengenakan baju

    kuning dan celana pendek berwarna hitam. Proses wawancara berlangsung dengan

    baik, meskipun sesekali partisipan menegur anaknya agar tidak bermain jauh dari

    rumah.

    Partisipan kelima adalah MA. Partisipan merupakan seorang ibu rumah

    tangga berusia 49 tahun yang berpendidikan terakhir sekolah dasar. Partisipan dan

    suaminya bertemu di gereja yang sama di desa Fatukoa, dan setelah 2 tahun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    menjalin hubungan mereka memutuskan untuk menikah. Suami partisipan bekerja

    sebagai petani dan peternak yang juga memiliki beberapa tanah, namun seringkali

    berperan sebagai tua adat yang bertugas sebagai pembicara dalam berbagai forum

    adat. Pernikahan mereka menghasilkan 2 orang anak yang masing-masing telah

    menikah namun tidak bertahan lama. Kedua anaknya tersebut kemudian memilih

    untuk bercerai dari pasangan masing-masing dan menitipkan anak mereka untuk

    diasuh oleh partisipan dan suaminya.

    Partisipan dan suaminya telah menikah secara adat pada tahun 1990,

    namun baru menikah secara gereja 3 tahun kemudian. Pada awal pernikahan,

    suami partisipan tidak langsung menyelesaikan adat, melainkan mencicil terlebih

    dahulu karena keterbatasan finansial. Sebelum menikah, suami partisipan

    menyerahkan uang berjumlah Rp50 ribu pada orangtua partisipan sebagai tanda

    permohonan ijin dari pihak laki-laki kepada orangtua perempuan untuk membawa

    perempuan ke rumahnya. Setelah 3 tahun menikah barulah suami partisipan

    menyelesaikan adat berupa belis, air susu, dan kasnono dengan total Rp.450 ribu

    dan 1 ekor sapi. Meskipun penyelesaian adat dilakukan dengan mencicil,

    partisipan merasa senang karena suaminya bisa menyelesaikan adat. Partisipan

    memandang penyelesaian adat terutama belis sebagai hal yang penting bagi orang

    Timor karena sebagai syarat sahnya pernikahan serta jaminan warisan bagi anak-

    anaknya nanti.

    Wawancara dilakukan pada tanggal 22 April 2018 di rumah partisipan dan

    berlangsung selama 54 menit. Pada saat wawancara partisipan mengenakan baju

    berwarna hitam dan celana berwarna ungu. Sesekali partisipan menegur cucunya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    untuk diam dan tidak mengganggu jalannya wawancara. Partisipan juga

    tersenyum saat peneliti menanyakan mengenai awal perkenalannya dengan

    suaminya. Partisipan juga sesekali memelankan suaranya ketika menceritakan

    pengalaman rumah tangganya dengan suaminya. Secara umum, partisipan mampu

    memahami pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan bercerita dengan lancar.

    Partisipan keenam adalah DA. Partisipan merupakan ibu rumah tangga

    berusia 37 tahun yang berpendidikan terakhir SMP. Partisipan dan suaminya telah

    menikah selama 17 tahun. Keduanya berasal dari lingkungan yang berdekatan di

    Desa Fatukoa sehingga memudahkan keduanya untuk berkenalan. Sehari-hari

    suami partisipan bekerja sebagai petani, namun ia juga merupakan seorang tuan

    tanah sekaligus kader dari salah satu partai politik. Partisipan dan suaminya

    memiliki 3 orang anak, yaitu 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.

    Anak laki-laki mereka duduk di bangku SMP, sedangkan 2 anak yang lain masih

    balita.

    Sebelum menikah, orangtua partisipan dan orangtua suaminya

    menyepakati uang air susu dan belis sebesar Rp15 juta, serta kasnono senilai 1

    ekor sapi. Menurut partisipan, adat merupakan hal yang penting bagi masyarakat

    Timor, sehingga meskipun terasa berat, tetap harus dijalankan. Partisipan juga

    menilai bahwa adat merupakan hal yang penting karena fungsinya sebagai

    jaminan harta warisan bagi anak-anaknya kelak. Meskipun demikian, partisipan

    juga merasa bahwa terdapat sisi negatif dari adat, yaitu lebih banyak masyarakat

    Timor yang lebih mengutamakan perkumpulan keluarga untuk melunasi adat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    daripada membiayai kebutuhan yang lebih penting, misalnya kebutuhan sekolah

    anak mereka.

    Wawancara dilakukan pada tanggal 28 April 2018 di rumah partisipan di

    desa Fatukoa. Pada saat wawancara partisipan mengenakan baju berwarna hitam

    bergaris dan celana pendek berwarna merah. Pada saat proses wawancara,

    partisipan menjawab pertanyaan sembari mengurus kedua anaknya yang masih

    balita, sehingga sesekali partisipan menunda menjawab pertanyaan untuk

    mengurusi anaknya. Partisipan juga seringkali berpikir cukup lama sebelum

    menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    C. Hasil Penelitian

    Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan temuan terkait konteks

    kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor serta

    mengeksplorasi bagaimana self-silencing dialami oleh perempuan menikah di

    Timor melalui dimensi-dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi mereka.

    Dalam melakuan analisis, peneliti melakukan beberapa langkah (Supratiknya,

    2018) yaitu: 1) membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkripsi

    verbatim responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur; 2)

    melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam transkripsi

    verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line approach)

    dengan membandingkannya dengan konsep self-silencing maupun patriarki yang

    dipakai oleh peneliti; 3) mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-

    subtema/kategori yaitu sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas

    dibandingkan kode, dengan tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang

    koheren dari keseluruhan corpus data; 4) memperhalus atau mempertajam analisis

    dengan cara menempatkan sub-subkategori dalam susunan hirarkis tertentu

    menjadi tema besar; sub-subkategori tersebut selanjutnya diberi label atau nama,

    masing-masing subkategori dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari

    transkripsi verbatim sebagai bukti atau pendukung; sehingga diperoleh narasi

    yang utuh tentang fenomena yang diteliti..

    Berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan peneliti seperti yang

    diuraikan di atas, maka dihasilkan kerangka analisis seperti yang disajikan di

    Tabel 6.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Tabel 6

    Kerangka Analisis

    TemaKategori Care as self-

    sacrifice

    (Mengorbankan

    diri)

    Subkategori Anggapan

    Masyarakat

    Tradisi

    Pernikahan

    Orangtua Lingkungan

    Masyarakat

    Mertua Mengorbankan

    kepentingan diri

    Mengamankan

    hubungan

    dengan mertua

    Mengamankan

    hubungan

    dengan suami

    Penenangan

    diri

    Proteksi diri Terhadap

    suami

    Terhadap

    Mertua

    Tunduk pada

    suami

    Adat merupakan

    hal sakral

    Penilaian orang

    lain

    Pengaruh

    keluarga

    mertua

    Menanggung

    sendiri

    permasalahan

    Tidak protes

    pada mertua di

    depan mertua

    Menghindari

    konflik

    Strategi

    coping

    Menjaga

    keselamatan

    diri

    Diam tapi

    marah

    Patuh pada

    mertua tapi

    marah

    Melaksanak-

    an pekerjaan

    domestik

    Belis merupakan

    penghargaan dari

    suami

    Norma

    Masyarakat

    Patuh pada

    mertua

    Patuh pada

    suami

    Marah pada

    suami tetapi

    merasa

    bersalah

    Belis tradisi yang

    menguntungkan

    Pengaruh Agama Menjaga

    perasaan suami

    Belis tidak perlu

    dilaksanakan

    Tidak

    memberitahukan

    permasalahan

    pada orangtua

    Belis bisa

    dinegosiasikan

    Temuan tambahan

    Muncul pada semua partisipan

    Pembungkaman diri yang dipengaruhi oleh standar eksternal

    Patriarki

    Kode Pengaruh

    orangtua

    Externalized Self-Perception

    ( Standar Eksternal)

    Divided Self

    (Perasaan yang

    bertentangan)

    Silencing the self

    (Motivasi membungkam diri)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat disajikan hasil penelitian sebagai berikut:

    1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat

    Timor

    Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor

    tercermin dalam 2 tataran umum yaitu anggapan mengenai peran serta tugas

    perempuan sebagai istri dalam masyarakat dan dalam tradisi pernikahan

    masyarakat Timor. Pada tataran anggapan masyarakat, ditemukan bahwa

    partisipan perempuan dalam penelitian ini menerima anggapan tersebut sebagai

    hal yang sepatutnya dilakukan sebagai seorang istri. Hal tersebut meliputi

    anggapan bahwa perempuan sebagai istri yang baik harus tunduk pada suami,

    misalnya pada kutipan berikut:

    P.YH. Artinya suaminya parentah istri harus tunduk pada suami.. supaya

    rumah tangga itu bahagia. (Artinya istri harus tunduk pada perintah suami

    agar rumah tangga bahagia).

    Perempuan juga dituntut untuk mampu melaksanakan pekerjaan-

    pekerjaan domestik seperti mengurus rumah, suami, dan anak-anaknya:

    P. MA. Kalo orangtua dong itu biasa kasih bahasa itu bilang laki-laki itu

    dia jalan dan ketemu air dimana dia bisa cuci muka, tapi perempuan itu

    dia di rumah dan jaga pariuk, piring sendok di rumah. (Orangtua memberi

    nasehat bahwa laki-laki bisa melakukan apa saja di luar rumah, tetapi

    tugas perempuan adalah tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan

    rumah).

    Di sisi lain, peneliti juga menemukan bahwa pada beberapa partisipan suami

    juga ditemukan pemahaman tradisional mengenai pembagian peran istri dan

    suami dalam rumah tangga:

    P.MK. Kalau istri dia pung peranannya untuk rumah tangga, kalau saya

    peranannya untuk kerja. Biasanya saya kerja, hasilnya ke istri baru istri

    mengelolanya seperti apa. (Istri berperan dalam area rumah tangga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    sedangkan saya bertugas untuk bekerja dan menyerahkan hasil kerja untuk

    dikelola istri).

    P.DN. Kalau di dapur itu peran pentingnya istri. Walaupun kita suami

    bawa datang 1 kontainer besar, tapi seorang isteri tidak mampu mengelola,

    itu contoh seperti angin tiup daun kering..dari tempat ini bisa pindahkan ke

    tempat sana. (Istri berperan penting dalam urusan dapur. Istri harus bisa

    mengelola hasil kerja suami dengan baik, jika tidak maka sebesar apapun

    hasil kerja maka akan tetap sia-sia).

    Pada tataran tradisi pernikahan, ditemukan meskipun semua partisipan

    memiliki pendapat yang sama mengenai betapa penting dan sakralnya

    menjalankan adat, namun pendapat partisipan bervariasi terkait dengan

    penyelesaian belis. Beberapa partisipan yaitu partispan YM, DA, dan MA

    beranggapan bahwa belis merupakan bentuk penghargaan pihak suami terhadap

    keluarga istri yang wajib dilakukan, namun dengan menerima belis bukan berarti

    mereka telah di “beli putus” oleh suaminya karena mereka selama ini dapat

    dengan bebas mengunjungi keluarganya sendiri:

    P.MA. (Kalau tanta ke ada acara di keluarga begitu tanta selama ini bisa

    pergi dengan bebas?)

    Bebas.(Ketika ada acara keluarga apakah tante bisa pergi dengan bebas?)

    Bebas.

    Pendapat partisipan MA juga di dukung oleh pernyataan suaminya yang

    beranggapan bahwa belis merupakan penghargaan suami terhadap istri dan

    keluarga istri:

    P.DN. Menurut saya belis ini penting, karena kawin tanpa belis atau kita

    kawin tanpa adat dianggap kita biadap, tidak tau berbudaya..itu kita punya

    adat Timor itu..supaya ada semacam penghargaan terhadap kita punya

    orangtua.

    Partisipan DA dan MA justru beranggapan bahwa pemberian belis

    merupakan tradisi yang menguntungkan karena dengan menerima belis maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    harta yang diperoleh selama pernikahan nantinya akan jatuh pada anak kandung

    mereka dan bukan pada keluarga suami:

    P.DA. Kalo adat tu memang bagus juga..ketong punya anak anak dong

    tu..kan biasanya orang Timor tu kasi adat tu ada dia punya warisan, ke ana

    laki-laki kan banyak to. (Adat bagus untuk dilaksanakan karena

    memudahkan untuk pengaturan warisan bagi orang Timor).

    Disisi lain, partisipan NB dan YH memiliki pandangan bahwa belis

    merupakan tradisi yang tidak perlu dilaksanakan karena lebih banyak

    memberatkan perempuan. Partisipan berpendapat bahwa nominal belis yang

    terlalu memberatkan pihak laki-laki justru dapat menimbulkan persepsi “beli

    putus” pada suami maupun keluarga suami yang berujung pada ketidakadilan

    pada perempuan dalam rumah tangga. Maka dari itu, kedua partisipan tersebut

    beranggapan bahwa belis tidak perlu dimintakan oleh keluarga perempuan. Hal

    tersebut tercermin dalam kutipan berikut:

    P.NB. Tapi kal