New PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI...
Transcript of New PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI...
-
SELF-SILENCING PADA PEREMPUAN MENIKAH DI TIMOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Zerlinda Christine Aldira Sanam
139114095
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan
menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan
meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”
(Ulangan 31:8)
“Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Some men say an army of horse and some men say an army of foot and some
men say an army of ships is the most beautifull thing on the black earth.
But I say it is what you love.”
Sapho, Fragment 16
“Demi mawar, duri-duri disirami."
Naguib Mahfouz
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
https://www.goodreads.com/author/show/101823.Pramoedya_Ananta_Toerhttps://www.goodreads.com/work/quotes/1881100
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai
dan memberikan kekuatan dalam hidup saya;
Untuk bapa Max, mama Hembang, dan adik Nana tersayang yang tak henti henti
memberikan semangat dan dukungan yang diperlukan;
Untuk semua teman dan sahabat yang selalu membantu dan mendoakan;
Serta untuk semua perempuan-perempuan hebat dimanapun kalian berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
SELF-SILENCING PADA PEREMPUAN MENIKAH DI TIMOR
Zerlinda Christine Aldira Sanam
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada perempuan
menikah di Timor serta mendeskripsikan bentuk-bentuk self-silencing yang muncul. Partisipan
dalam penelitian ini adalah 6 perempuan menikah yang sejak lahir tinggal di Timor, memiliki
orangtua beretnis Timor, serta menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor. Pengambilan
data dilakukan dengan metodo wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan
metode analisis isi kualitatif (AIK), menggunakan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara umum perempuan menikah di Timor mengalami
self-silencing meskipun dengan kemunculan dimensi yang berbeda-beda pada setiap partisipan.
Dimensi self-silencing yang muncul pada semua partisipan adalah dimensi silencing the self dan
externalized self perception. Secara umum, dimensi self-silencing diurutkan dari yang paling
sering muncul adalah silencing the self, externalized self perception, divided self, dan care as self
sacrifice.
Kata kunci : self-silencing, perempuan menikah, suku Timor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
SELF-SILENCING AMONG TIMORESE MARRIED WOMEN
Zerlinda Christine Aldira Sanam
ABSTRACT
This research aims to explore the self-silencing experience among Timorese married
women and describe the emerging forms of self-silencing. The participants in this study are 6
married women who live in Timor from birth, have Timorese parents, and marry Timorese men
with Timorese ethnic custom. The data were collected by semi-structured interview method. Data
analysis was done by qualitative content analysis method (QCA), using deductive approach,
namely directional analysis. This study found that in general Timorese married women
experienced self-silencing despite the differences of the emerging dimensions in each participant.
The self-silencing dimension that appears in all participants is the silencing the self dimension and
externalized self perception dimension. In general, self-silencing dimensions sorted from the most
common are silencing the self, externalized self perception, divided self, and care as self sacrifice.
Keyword : self-silencing, married women, Timorese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan dan Juruselamat saya Tuhan Yesus Kristus yang
sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Penyusunan
skripsi ini dapat berjalan dengan sukses, tidak lain karena bantuan dan dukungan
dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, untuk kekuatan dan pertolongannya selama proses
pengerjaan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberi banyak ilmu dan bimbingan hingga akhir.
3. Bapa, Mama, dan adikku tersayang yang setia menemani dan memberi
dukungan dari awal pengerjaan skripsi hingga akhir. Only words is not
enough to describe how much i love and adore you.
4. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi , selaku Dekan Fakultas Psikologi, dan
seluruh jajaran dekansi.
5. Bapak T.M. Raditya Hernawa, M.Psi dan Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya,
selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah
mendidik, membimbing, membagikan ilmu, dan membagikan pengalaman
sehingga dapat menjadi bekal peneliti untuk menghadapi masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
7. Bu Nanik, Mas Gandung, dan teman-teman asisten sekretariat fakultas
Psikologi angkatan 2016-2017 yang senantiasa mendukung dan membantu
dari awal pengerjaan skripsi hingga akhir
8. Ibu Prof. Mien Ratu Oedjoe yang telah meluangkan waktu dan memberi
akses pada peneliti untuk mencari literatur terkait topik penelitian.
9. Mama Henny yang telah menyempatkan diri untuk berbagi
pengalamannya dengan peneliti.
10. Para partisipan dalam penelitian ini serta semua pihak yang membantu
peneliti dalam proses pengambilan data.
11. Sahabat “5 cm”, Fena ndutz, Ikma cangik, Samuel samidi, dan Randy
bernard. Terima kasih untuk semua hari-hari yang kita lewatkan untuk
tertawa dan berbagi pengalaman, karena hari-hari itulah yang membantu
peneliti untuk terus semangat mengerjakan skripsi.
12. Teman-teman yang mendampingi dan bersedia diganggu selama
penulisan skripsi, sobat2 kelas B: Karin, Bunda, Claudia, Peni, Nana; Fita
mabes, William tadus, serta teman-teman lain yang merasa sudah
diganggu, kalian terbaiq!
13. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi “Anak-anak profesor”:
mbak Reka, mbak Ria, ko Rikjan, dll yang memberikan masukan serta
bantuan untuk peneliti selama ini.
14. Teman-teman IPA 3 SMA Kristen Mercusuar angkatan 2010, termasuk
di dalamnya “Trio kobra” Alva dan Sintya untuk semua “kerecehan” dan
kiriman foto tengah malam yang senantiasa membuat peneliti terhibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
15. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan tugas skripsi ini. Terimakasih, thankyou, kamsahamnida,
Tuhan memberkati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
HALAM PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1. Manfaat Teoretis ..................................................................................... 9
2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 9
3. Manfaat Kebijakan ................................................................................. 9
BAB II ................................................................................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 10
A. Perempuan Menikah di Timor ................................................................... 10
B. Self-Silencing ............................................................................................. 14
1. Definisi Self-Silencing ......................................................................... 14
2. Dimensi Self-Silencing ......................................................................... 16
a. Externalized Self Perception ....................................................... 16
b. Care as Self Sacrifice .................................................................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
c. Silencing the Self ......................................................................... 17
d. Divided Self ................................................................................. 17
C. Kerangka Konseptual ................................................................................ 18
BAB III ................................................................................................................. 20
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 20
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 20
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 21
C. Partisipan ................................................................................................... 21
D. Peran Peneliti ............................................................................................. 22
E. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 23
F. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................... 26
G. Kredibilitas Penelitian ............................................................................... 28
BAB IV ................................................................................................................. 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 30
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 30
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara .............................. 31
C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 40
1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor
42
2. Self-silencing ........................................................................................ 45
a. Externalized Self Perception ....................................................... 45
b. Care as Self-Sacrifice .................................................................. 47
c. Silencing the Self ......................................................................... 48
d. Divided Self ................................................................................. 50
3. Temuan temuan Tambahan .................................................................. 51
D. Pembahasan ............................................................................................... 53
1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor
53
2. Self-silencing ........................................................................................ 55
a. Silencing the self ......................................................................... 56
b. Externalized self perception ........................................................ 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
c. Divided Self ................................................................................. 61
d. Care as Self Sacrifice .................................................................. 63
BAB V ................................................................................................................... 65
PENUTUP ............................................................................................................. 65
A. Kesimpulan ................................................................................................ 65
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 67
C. Saran .......................................................................................................... 67
1. Bagi Perempuan Menikah di Timor ..................................................... 67
2. Bagi Suami ........................................................................................... 67
3. Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait .................................................. 67
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 68
DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Diri Partisipan ................................................................................. 22
Tabel 2. Protokol Wawancara Istri ....................................................................... 24
Tabel 3. Protokol Wawancara Suami .................................................................... 25
Tabel 4. Kriteria Koding Self-Silencing ................................................................ 27
Tabel 5. Partisipan Perempuan Menikah .............................................................. 30
Tabel 6. Kerangka Analisis ................................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang tokoh feminis dari Perancis Simone De Beauvoir dalam bukunya
Second Sex (2016) menulis mengenai kesenjangan status antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat dengan mendeskripsikan laki-laki sebagai “sang
Subjek”, sementara perempuan sebagai “Sosok yang lain”. Sejak dahulu,
perempuan telah memiliki status yang subordinat terhadap laki-laki, dan hal inilah
yang kemudian disebut Beauvoir sebagai “kekalahan bersejarah yang besar dari
kaum perempuan”.
Ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat
patriarki seringkali membuat perempuan menjadi tidak bebas dalam
mengungkapkan dirinya. Carol Gilligan (dalam Jack, 2011) mengatakan bahwa
perempuan menganggap bahwa kegagalan dalam hubungan sebagai kegagalan
moral, sehingga demi menjaga keharmonisan dalam hubungan, perempuan
seringkali memilih untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya ingin dikatakan.
Penelitian Whiffen, Foot, dan Thompson (2007) menemukan bahwa demi
menghindari konflik dalam pernikahannya, perempuan tidak hanya cenderung
menyembunyikan kemarahannya, namun juga berpura-pura menyetujui pendapat
pasangannya.
Dalam psikologi, fenomena ini disebut sebagai self-silencing, yaitu suatu
skema kognitif yang dimiliki seseorang untuk memendam perasaan, pikiran, atau
perilaku yang dimilikinya demi menciptakan hubungan yang aman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
memelihara hubungan tersebut. Individu yang tidak ingin dirinya
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan harapan orang lain sehingga
merusak hubungan tersebut akan memilih untuk melakukan self-silencing atau
membungkam diri (Jack & Dill, 1992).
Menurut Jack dan Dill (1992), self-silencing memiliki empat dimensi yang
mencerminkan tema besar self-silencing dalam narasi perempuan yaitu
externalized self-perception, care as self-sacrifice, silencing the self, dan, the
divided self. Externalized self perception adalah cara atau kecenderungan
perempuan untuk menilai dirinya sendiri berdasarkan standar lingkungan. Care as
self-sacrifice adalah kecenderungan perempuan untuk mengamankan
kelekatannya terhadap orang lain dengan cara meletakkan kebutuhan orang lain di
atas kebutuhannya sendiri. Silencing the self adalah kecenderungan perempuan
untuk mengekang pengekspresian diri dan perilaku tertentu demi mengamankan
hubungan, menghindari konflik, serta kemungkinan kehilangan relasi. Sedangkan
the divided self adalah kecenderungan perempuan untuk menampilkan diri sebagai
pribadi yang terlihat patuh demi menghidupi peran feminim, padahal di dalam
dirinya timbul kemarahan dan rasa permusuhan.
Teori self-silencing menyatakan bahwa skema kognitif tersebut tidak
bersifat stabil atau merupakan trait yang permanen, melainkan bergantung pada
konteks sosial dan hubungan yang dijalani saat ini (Jack & Ali, 2010). Konteks
sosial dalam masyarakat patriarki yang meletakkan posisi perempuan tunduk
terhadap laki-laki tentu dapat menyebabkan perempuan tidak bebas dalam
mengungkapkan perasaannya, sehingga perempuan seringkali lebih memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
memendam perasaan atau perilakunya demi menciptakan dan memelihara
hubungan yang aman dengan pasangannya. Ironi dari hal ini adalah skema yang
seharusnya mengarah pada keintiman dan keamanan hubungan, malah
menyebabkan ketidakpuasan perempuan dalam pernikahan, karena semakin
perempuan membungkam dirinya, ia semakin merasakan depresi serta tidak puas
dengan hubungannya tersebut (Uebelacker, Courtnage, & Whisman, 2003).
Sistem masyarakat yang meletakkan posisi wanita tunduk terhadap laki-
laki juga dapat ditemukan dalam budaya Nusa Tenggara Timur (NTT). Badan
Pemberdayaan Perempuan NTT (2011, dalam Ashmad, Giroud, Bait, &
Ragalawa, 2012) melaporkan bahwa masyarakat NTT merupakan masyarakat
yang menganut sistem patriarki. NTT terdiri dari budaya yang beraneka ragam,
namun secara umum posisi perempuan di NTT adalah subordinat/tunduk pada
laki-laki. Perempuan lebih banyak tinggal di rumah dan hanya bisa mengambil
bagian di tempat umum apabila diizinkan oleh suaminya. Timo (2008, dalam
Ashmad, et al 2012) menyatakan bahwa terdapat nilai sosial di NTT bahwa
perempuan bagaikan “Ume” yang artinya tertutup, sedangkan laki-laki terkait
dengan “Lopo” yang artinya terbuka, di luar, atau terang-terangan. Hal ini seolah
mengatakan bahwa perempuan seharusnya mengambil peran di dalam rumah,
sementara laki-laki bertanggung jawab di area publik.
Di NTT, khususnya di Timor, terdapat peran gender tradisional perempuan
yaitu istri diharapkan mengikuti keputusan suami dan seringkali hanya bisa diam
meskipun mereka dimarahi atau dipukuli. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
keterlibatan perempuan dalam self-silencing, karena self-silencing pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
perempuan sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan perempuan terhadap norma
gender tradisional. Hal ini sesuai dengan penelitian Swim, Eyssell, Murdoch, dan
Ferguson (2010) yang menemukan bahwa kecenderungan perempuan untuk
membungkam diri sangat dipengaruhi oleh keyakinannya yang konsisten terhadap
peran gender mengenai bagaimana perempuan seharusnya berperilaku dalam
interaksi interpersonal. Hal ini juga didukung oleh penelitian Lutz-Zois, Dixon,
Smidt, Goodnight, Gordon, dan Ridings (2013) yang menemukan bahwa
perempuan memiliki skor yang tinggi dibandingkan laki-laki pada dimensi
externalized self-perception, yaitu komponen yang merefleksikan penilaian
terhadap diri dengan menggunakan standar eksternal yang berasal dari
lingkungan.
NTT juga memiliki berbagai permasalahan perempuan terkait dengan
kakunya budaya patriarki yaitu pembagian kerja yang over burden bagi
perempuan, serta kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT (Mien Ratu Oedjoe,
komunikasi pribadi, 11 Juni, 2017) dimana sikap diam masih dipilih sebagai
alternatif penyelesaian masalah (Oedjoe, Yohanes, Likadja, Soewarlan & Masu,
2008). Pulau Timor sebagai salah satu pulau terbesar di NTT juga tidak terlepas
dari permasalahan yang timbul dari kesenjangan status antara laki-laki dan
perempuan tersebut.
Oleh karena itu, melihat bahwa self-silencing merupakan skema kognitif
pemeliharaan hubungan pada perempuan akibat adanya kesenjangan status antara
laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan, dan apa saja dimensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
self-silencing yang muncul dalam narasi perempuan NTT, khususnya di Timor
yang menjunjung tinggi nilai-nilai patriarkis dalam kehidupan sehari-hari.
Sejauh ini, peneliti belum menemukan penelitian yang membahas self-
silencing pada perempuan di NTT. Kebanyakan penelitian perempuan di NTT
terbatas pada penelitian-penelitian antropologis dan kurang membahas perempuan
dari sisi psikologisnya, misalnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Oedjoe
(2007) mengenai peran perempuan pedesaan di Nusa Tenggara Timur; penelitian
Ashmad et al (2012) mengenai isu gender di NTT serta hubungannya dengan
keamanan pangan dan nutrisi; penelitian mengenai hubungan antara perempuan
dan keamanan pangan di kabupaten Belu, NTT (Alami, Raharjo, & Astuti, 2014);
dan penelitian Longgy (2015) yang membahas mengenai budaya patriarki dan
pendidikan anak perempuan di Lamaholot.
Terkait dengan penelitian self-silencing, peneliti menemukan bahwa
penelitian di Indonesia lebih banyak menggunakan metode kuantitatif, sehingga
kurang menggali lebih dalam arti serta motivasi dibalik self-silencing yang
dilakukan, misalnya seperti penelitian Susilowati (2014) yang meneliti keintiman
sebagai mediator parsial dalam hubungan antara self-silencing dan kepuasan
seksual, serta penelitian Widodo (2015) yang meneliti mindfulness sebagai
mediator dalam hubungan antara kelekatan pada ibu dan self-silencing pada
remaja laki-laki dan perempuan. Penelitian Widodo (2015) menyarankan untuk
menggali arti dibalik self-silencing yang dilakukan oleh perempuan karena hasil
penelitiannya menemukan bahwa terdapat perbedaan komponen kelekatan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
laki-laki dan perempuan dalam memprediksi self-silencing, sehingga diperlukan
metode lain untuk meneliti self-silencing.
Sudah ada penelitian yang meneliti self-silencing dan menggali arti dibalik
self-silencing yang dilakukan oleh perempuan dengan latar belakang budaya
tertentu di Indonesia, namun peneliti baru menemukannya pada perempuan
dengan latar belakang budaya Jawa, yaitu penelitian Antari (2016) yang meneliti
makna self-silencing pada perempuan Jawa. Penelitian tersebut menemukan
bahwa perempuan Jawa melakukan self-silencing dan mengalami divided self.
Self-silencing dalam budaya Jawa dianggap sebagai cara untuk menjaga
harmonisasi, penenangan diri, pengelolaan emosi, dan refleksi diri. Penelitian ini
menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menyasar pada perempuan dengan
latar belakang budaya yang berbeda.
Peneliti justru menemukan bahwa penelitian yang meneliti self-silencing
pada perempuan lebih banyak dilakukan di luar negeri, misalnya penelitian Drat
(2010) pada perempuan Polandia yang menemukan bahwa self-silencing
digunakan sebagai strategi keamanan terhadap kesulitan eksternal dan stress, dan
bukan terhadap penindasan yang dialami dalam lingkungan keluarga; penelitian
Zoellner dan Hedlund (2010) pada perempuan Jerman yang menemukan bahwa
self-silencing pada perempuan Jerman berinteraksi dengan konteks sosiokultural
ketika perempuan Jerman tetap menghidupi standar sosial “perempuan yang
baik”, serta penelitian Jack, Pokharel, dan Subba (2010) terhadap masyarakat
Nepal yang menemukan bahwa self-silencing berhubungan dengan depresi pada
perempuan di Nepal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Melihat bahwa belum ada penelitian yang membahas self-silencing pada
perempuan di NTT khususnya di Timor dan masih kurangnya penelitian di
Indonesia yang menggunakan metode kualitatif untuk menggali arti dibalik self-
silencing yang dilakukan oleh perempuan, peneliti menganggap perlu untuk
menggali bagaimana sikap diam dilakukan oleh perempuan di Timor dengan
kajian psikologi lewat konsep self-silencing. Penelitian ini juga akan menggali
sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan di Timor serta mengetahui apa
saja dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi mereka dengan
menggunakan metode kualitatif. Self-silencing yang timbul dari kesenjangan
hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam lingkungan sosial terutama dalam
budaya patriarki seperti di Timor membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal ini
karena berdampak pada kesejahteraan psikologis perempuan. Dengan mengetahui
secara lebih spesifik bentuk-bentuk serta konteks/domain self-silencing dilakukan
oleh perempuan, keluarga terdekat maupun lembaga masyarakat dapat lebih
mudah melakukan intervensi yang secara efektif dapat menyasar permasalahan
perempuan.
Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan Timor yang
sejak lahir tinggal di Timor dan kedua orangtuanya beretnis Timor, sehingga
partisipan dianggap telah memiliki nilai-nilai budaya Timor yang diterima dari
orangtua maupun lingkungannya. Selain itu, partisipan yang dipilih juga
merupakan perempuan yang menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor,
sehingga diasumsikan bahwa kehidupan pernikahannya mengandung nilai-nilai
budaya Timor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain analisis isi
kualitatif (AIK) dengan menggunakan pendekatan deduktif-terarah. Peneliti akan
melakukan proses klasifikasi sistematik berupa coding pada teks untuk
mengidentifikasikan suatu tema atau pola (Hsieh & Shannonm dalam
Supratiknya, 2015).
Prosedur pengambilan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan metode wawancara semi terstruktur. Bentuk wawancara ini
memungkinkan peneliti dan partisipan untuk terlibat dalam dialog dimana
pertanyaan-pertanyaan bisa dimodifikasi sesuai dengan jawaban partisipan dan
peneliti bisa menggali wilayah-wilayah yang menarik dan penting yang muncul
(Smith, 2013).
B. Pertanyaan Penelitian
1. Sejauh mana self-silencing dialami oleh perempuan menikah di Timor?
2. Apa saja dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi perempuan
Timor?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada
perempuan menikah di Timor serta mendeskripsikan bentuk-bentuk self-silencing
yang muncul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
baru dalam bidang psikologi, terutama kajian mengenai self-silencing pada
perempuan. Selain itu, penemuan baru yang terkait dengan budaya diharapkan
dapat memberi wawasan baru dalam bidang psikologi lintas-budaya, khususnya
pada etnis Timor yang masih memerlukan pembangunan dan pengembangan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk
pengembangan perempuan di NTT khususnya di Timor. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi bahan refleksi untuk perempuan Timor, sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran perempuan untuk “bersuara” meskipun berada dalam
lingkungan yang patriarkis.
3. Manfaat Kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu lingkungan keluarga terdekat
perempuan maupun lembaga masyarakat dalam mengetahui penyebab sikap diam
yang dilakukan oleh perempuan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan dasar bagi pemerintah maupun lembaga masyarakat terkait dalam
menciptakan program-program kerja yang dapat mendorong perempuan-
perempuan Timor untuk menyadari pentingnya menyuarakan pendapatnya dalam
relasi dengan pasangan, dengan tetap mempertimbangkan adanya peran
lingkungan atau nilai-nilai dalam masyarakat sebagai salah satu faktor yang
mendorong perilaku self-silencing pada perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perempuan Menikah di Timor
NTT terdiri dari 3 pulau utama yaitu Pulau Flores, Pulau Sumba dan
Pulau Timor. NTT juga merupakan daerah yang terdiri dari berbagai budaya dan
adat istiadat yang beranekaragam, namun secara umum masyarakatnya menganut
sistem patriarki yang meletakkan posisi perempuan subordinat/tunduk pada laki-
laki. Pulau Timor sebagai salah satu dari 3 pulau utama di provinsi NTT juga
tidak terlepas dari praktek ini.
Subordinasi perempuan di Timor meliputi anggapan bahwa perempuan
tidak perlu sekolah tinggi-tinggi sebab nanti akan bertugas di dapur, melayani
suami, keluarga, dan mengurus anak. Sejak kecil perempuan dididik untuk
mengurus rumah tangga, memelihara anak, dan menenun. Sementara laki-laki
memiliki peran sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, penerus marga,
serta pihak yang mampu melaksanakan pekerjaan yang berat dan bernilai tinggi.
Peran perempuan dalam area domestik telah dilakukan secara turun temurun
melalui proses kebiasaan dari keluarga perempuan (Oedjoe, 2010).
Bagi perempuan, terutama masyarakat pedesaan di NTT, pekerjaan rumah
tangga dianggap kewajiban atau tugas alam bagi perempuan. Mereka bahkan
merasa bahwa merupakan hal yang aneh jika anak laki-laki memasak, mencuci
pakaian dan membersihkan rumah. Perempuan juga cenderung merasa bersalah
jika mereka meninggalkan pekerjaan rumah tangga untuk suami atau anak laki-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
https://id.wikipedia.org/wiki/Floreshttps://id.wikipedia.org/wiki/Sumbahttps://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Barat
-
11
laki dalam keluarga. Bagi mereka, tugas perempuan dalam area domestik
merupakan hal yang sudah sepatutnya. Secara umum perempuan menikah
memiliki peran dalam kegiatan reproduksi, masalah-masalah sosial komunitas,
dan dalam kegiatan produktif kecuali berburu satwa liar di hutan (Oedjoe, 2007).
Subordinasi/domestifikasi perempuan juga tercermin dalam tradisi
pernikahan masyarakat Timor yaitu belis, kasnono, dan “air susu”. Belis adalah
mas kawin berupa sejumlah uang, hewan, dan barang yang diberikan oleh
keluarga pihak pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan sebagai
syarat sahnya suatu pernikahan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTT,
1983). Belis dianggap sebagai imbalan jasa atau jerih payah orangtua, dan sebagai
tanda penggantian nama si gadis. Penggantian ini menandakan bahwa nama
keluarga si gadis telah diturunkan dan nama keluarga laki-laki dinaikkan
Tradisi mengganti atau menurunkan nama keluarga gadis menjadi nama
keluarga laki-laki inilah yang disebut sebagai kasnono. Penurunan dan penaikkan
nama marga ini biasanya ditandai dengan penyerahan hewan dari keluarga laki-
laki pada keluarga perempuan. Hal ini menandakan bahwa perempuan tersebut
dianggap sudah menjadi bagian dari keluarga suaminya dan harus tunduk pada
suami (H. Nope, wawancara personal, 30 Maret 2017).
Selain belis dan kasnono, terdapat pula tradisi “air susu” yang bermakna
sebagai penghargaan pada paman dari pihak perempuan (H. Nope, wawancara
personal, 30 Maret 2017). Prosesi ini menunjukkan bahwa peran laki-laki (paman)
sangat diutamakan. Dalam masyarakat Timor, paman dianggap sebagai pihak
yang turut berperan dalam mendidik pengantin perempuan, sehingga pihak paman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan, yaitu pihak yang
menentukan besaran belis.
Pada suku Timor, belis yang biasa dimintakan oleh keluarga perempuan
adalah berupa sejumlah uang, sirih pinang, hewan, serta selimut. Jumlah uang
yang dimintakan biasanya berkisar antara ratusan ribu hingga puluhan juta.
Nominal uang dan jumlah hewan yang diminta dari pihak laki-laki akan semakin
tinggi apabila pengantin perempuan berasal dari keluarga terpandang atau
menempuh pendidikan tinggi. Setelah kesepakatan dilaksanakan antara pihak
laki-laki dan perempuan mengenai jumlah dan besarnya belis, pihak laki-laki akan
berusaha memenuhinya dengan menggunakan kekayaannya sendiri atau
mengundang keluarganya untuk menyumbang dalam bentuk uang atau hewan (H.
Nope, wawancara personal, 30 Januari, 2018). Bagi sebagian besar masyarakat
Timor, belis merupakan suatu kewajiban bagi laki-laki dan belis yang tidak
dibayarkan akan menjadi “hutang” yang dibawa hingga anaknya kelak. Maka dari
itu, penyelesaian adat ini dapat dilakukan sekaligus atau dengan cara mencicil,
misalnya dengan membayar setelah menikah.
Pada awalnya, tradisi belis merupakan tanda penghormatan pihak laki-
laki terhadap keluarga perempuan yang telah merawat dan mendidik pengantin
perempuan serta menandai pembukaan hubungan yang baru antara keluarga laki-
laki dan perempuan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 1983).
Namun seiring perubahan zaman, belis justru menempatkan perempuan tidak
ubahnya objek komoditas. Karena perempuan adalah kepunyaan lelaki (ayah,
saudara, paman), maka perempuan dapat dipertukarkan. Perempuan dalam adat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
belis diposisikan sebagai kaum lemah dan dapat dipindahkan dari suku
orangtuanya ke suku suaminya dengan seolah-olah diberi harga tertentu oleh
keluarganya. Perempuan juga tidak memiliki hak dalam forum resmi adat
mengenai tawar menawar belis dan hanya bertugas melayani serta berkewajiban
mengiyakan (Miten, 1994 dalam Aman, 2009).
Pada masyarakat Timor saat ini, nominal dan jumlah belis telah menjadi
semakin fleksibel menyesuaikan dengan kemampuan pihak laki-laki. Latar
belakang sosial ekonomi masyarakat Timor yang tergolong miskin (Badan Pusat
Statistik, 2017, p. 231) juga mempengaruhi hal ini, sehingga tidak jarang nominal
belis dikurangi atau bahkan ditiadakan sehingga pihak keluarga hanya
menjalankan kasnono dan air susu, atau hanya melakukan kasnono saja.
Meskipun demikian, tidak jarang pihak keluarga perempuan tetap
mempertahankan nilai belis yang diminta tanpa mempertimbangkan kemampuan
finansial keluarga laki-laki. Belis yang sebenarnya merupakan penghargaan bagi
perempuan malah menjadi ajang pertaruhan gengsi keluarga karena yang menjadi
patokan bukanlah martabat perempuan melainkan harga diri keluarga, khususnya
lelaki. Nominal belis yang terlalu memberatkan pihak laki-laki dapat
menyebabkan timbulnya anggapan belis sebagai “beli putus” yang berarti seorang
istri berada pada kontrol suami karena telah “dibeli” oleh suaminya. Persepsi
negatif ini menghasilkan perlakuan yang negatif terhadap perempuan di dalam
keluarga yang bahkan mengarah pada kekerasan (Nafi, Nurtjahyo, Kasuma,
Parikesit, & Putra, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa sistem patriarki di
NTT khususnya di Timor terjadi dalam 2 tataran umum yaitu anggapan
masyarakat mengenai peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, serta
dalam tradisi pernikahan masyarakat Timor. Kondisi-kondisi di atas diduga
berpengaruh terhadap pola hubungan antara laki-laki dan perempuan khususnya
dalam hubungan pernikahan. Dominansi laki-laki sebagai suami juga dipengaruhi
oleh anggapan masyarakat mengenai peran perempuan yang kemudian
diinternalisasi oleh perempuan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya,
sebagai pihak yang sudah “dibeli” oleh pihak laki-laki, perempuan menikah dapat
merasa bahwa dirinya telah menjadi milik suami dan harus selalu tunduk pada
apapun keputusan suami. Ketimpangan hubungan antara suami dan istri dalam
hubungan pernikahan inilah yang dapat menyebabkan perempuan mengekang
pengekspresian pikiran, perasaan, dan perilakunya karena secara sosial mereka
telah menjadi milik suami dan sepatutnya tunduk.
B. Self-Silencing
1. Definisi Self-Silencing
Teori self-silencing muncul dari hasil penelitian longitudinal Dana Jack
terhadap perempuan menikah yang mengalami depresi. Jack mendeskripsikan
pengalaman-pengalaman apa saja yang menyebabkan perempuan mengalami
depresi, termasuk di dalamnya pengalaman perempuan dalam membungkam
pikiran, perasaan, dan perilaku yang mereka anggap bertentangan dengan
keinginan pasangannya. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghindari konflik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
mempertahankan relasi, dan untuk memastikan keamanan mereka secara fisik
maupaun psikologis. Para perempuan tersebut juga menggambarkan bagaimana
sikap diam yang mereka lakukan mengakibatkan mereka merasa kehilangan diri
dan tersesat (Jack dan Ali, 2010). Meskipun pengalaman-pengalaman tersebut
bersifat personal, Jack menyimpulkan bahwa hal ini bersumber dari budaya atau
lingkungan, dan bersumber dari subordinasi perempuan terhadap laki-laki yang
telah terjadi selama berabad-abad di dunia (Jack, 2011). Dari hasil penelitiannya
tersebut, Jack kemudian merumuskan teori self-silencing, yaitu skema kognitif
pemeliharaan hubungan yang terkait dengan kecenderungan perempuan untuk
meletakkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri dan membungkam
perasaan, pikiran, atau perilaku tertentu demi memelihara dan menciptakan
hubungan yang aman dengan orang terdekatnya (Jack & Dill, 1992).
Karena sifatnya yang bersumber dari nilai-nilai yang terdapat dalam
lingkungan, teori ini mengasumsikan bahwa self-silencing tidak bersifat stabil
dan bukan merupakan trait yang permanen dalam diri perempuan, melainkan
bergantung pada konteks sosial dan hubungan yang dijalani saat ini. Dunia yang
berpusat pada laki-laki atau male-centered mendikte perempuan mengenai siapa
mereka maupun seperti apa “seharusnya” mereka berperilaku, terutama dalam
relasi dengan orang terdekatnya. Self-silencing dipengaruhi oleh norma, nilai, dan
gambaran wanita yang dianggap ideal, misalnya seperti menyenangkan orang lain,
tidak mementingkan diri sendiri, dan penyayang. Self-silencing atau sikap diam
muncul ketika perempuan tidak ingin dirinya melakukan tindakan yang tidak
sesuai dengan harapan orang lain, atau ekspektasi sosial terhadap dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Pada saat perempuan melakukan self-silencing, mereka sebenarnya
mengalami keterpisahan diri (divided-self) yaitu pertentangan antara diri yang
sebenarnya dan diri yang harus ditampilkan. Mereka diminta untuk menyajikan
tampilan sebagai sosok yang menyenangkan dan patuh pada standar-standar sosial
mengenai perempuan yang baik, padahal sebenarnya di dalam dirinya sendiri
terdapat rasa marah serta kebingungan (Jack & Ali, 2010).
2. Dimensi Self-Silencing
Berdasarkan tema-tema besar yang merefleksikan dinamika self-silencing
dalam narasi perempuan, muncul 4 dimensi yang merefleksikan self-silencing
yaitu: externalized self perception, care as self sacrifice, silencing the self, dan
divided self (Jack & Dill, 1992).
a. Externalized Self Perception
Dimensi ini merefleksikan kecenderungan perempuan dalam melakukan
penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan standar eksternal (Jack & Dill,
1992). Standar ini berupa pandangan/penilaian orang lain, dimana perempuan
hanya bisa menilai dirinya baik apabila orang lain, terutama orang terdekatnya
memandang atau menilai dirinya baik.
b. Care as Self Sacrifice
Dimensi ini merefleksikan kecenderungan perempuan untuk
mengorbankan dirinya demi mengamankan kelekatan dengan orang terdekatnya
(Jack & Dill, 1992). Pengorbanan ini biasanya dilakukan perempuan dengan
mengesampingkan kebutuhannya sendiri dan mengutamakan kebutuhan orang lain
(Jack & Ali, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
c. Silencing the Self
Dimensi ini terkait dengan kecenderungan perempuan untuk mengekang
pengekspresian diri dan perilaku tertentu demi mengamankan hubungan,
menghindari konflik serta kemungkinan kehilangan relasi dengan orang
terdekatnya. Dimensi ini merefleksikan perilaku perempuan yang tidak
mengekspresikan dirinya yang sebenarnya demi menghindari timbulnya
permasalahan dalam hubungan dekat yang ia miliki (Jack & Ali, 2010).
d. Divided Self
Dimensi ini merupakan skema kognitif yang terkait dengan kecenderungan
perempuan dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang terlihat patuh demi
menghidupi peran feminim, meskipun sebenarnya di dalam dirinya timbul
kemarahan dan rasa permusuhan (Jack & Dill, 1992). Skema ini juga terkait
dengan bagaimana perempuan mengalami keterpisahan antara dirinya yang
“palsu” dan “ diri sebenarnya”, akibat penyembunyian perasaan maupun
pemikiran tertentu dalam relasinya. Pada perempuan, diri yang “palsu” ditandai
dengan kepatuhan terhadap keinginan pasangan, meskipun “diri yang sebenarnya”
memiliki perasaan tersembunyi berupa ingin melawan, marah, dan menantang
(Jack & Ali, 2010).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa self-silencing memiliki
4 dimensi yang mencerminkan bagaimana perempuan menikah
mengesampingkan kebutuhannya sendiri dan tidak mengekspresikan dirinya demi
mempertahankan relasi dengan orang terdekatnya, dalam hal ini yaitu dengan
suaminya. Relasi yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
hubungan pernikahan serta ekspektasi-ekspektasi sosial yang mengatur posisi
perempuan dan bagaimana sepatutnya perempuan berperilaku dalam relasi intim
dapat mendorong munculnya perilaku self-silencing pada perempuan.
C. Kerangka Konseptual
Sistem patriarki dalam masyarakat Timor (Badan Pemberdayaan
Perempuan NTT 2011 dalam Ashmad, et al 2012) tercermin dalam 2 tataran
umum masyarakat yaitu anggapan mengenai peran perempuan dalam masyarakat
dan tradisi perkawinan masyarakat Timor. Kedua hal tersebut kemudian
menyebabkan ketimpangan hubungan antara suami istri dalam pernikahan,
dimana suami bersifat dominan, dan istri subordinat/tunduk pada suaminya.
Subordinasi perempuan inilah yang kemudian dapat menyebabkan perempuan
tidak bebas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaannya yang dianggap tidak
sesuai dengan pasangannya dalam pernikahan. Hal inilah yang kemudian disebut
Jack (1992) sebagai self-silencing. Self-silencing memiliki 4 dimensi yaitu
externalized self perception, care as self sacrifice, silencing the self, dan divided
self.
Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengeksplorasi pengalaman self-
silencing pada perempuan menikah serta melihat sejauh mana self-silencing
dilakukan. Penelitian ini juga ingin mengetahui dimensi self-silencing apa saja
yang muncul dalam narasi perempuan menikah dalam konteks Timor, NTT,
dimana budaya patriarki mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Kesenjangan status laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat
patriarki
di Timor
Anggapan mengenai peran perempuan:
- Peran perempuan terbatas area domestik
Ketimpangan hubungan
dalam pernikahan
Self-Silencing
Externalized self-
perception
Care as self sacrifice
Silencing the self
The divided self
Tradisi Pernikahan:
-Kasnono
- Air susu
- Belis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis
penelitian yang berusaha mengeksplorasi rangkaian kompleks faktor-faktor yang
melingkupi konteks maupun fenomena pokok serta menggali atau mengungkap
berbagai perspektif atau makna yang dimiliki oleh partisipan mengenai konsep
atau fenomena yang dimaksud (Supratiknya, 2015). Salah satu karakteristik
penelitian kualitatif adalah mengeksplorasi masalah dan mengembangkan
pemahaman terperinci tentang suatu fenomena (Creswell, 2012), sehingga jenis
penelitian ini sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam penelitian ini.
Desain penelitian menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan
pendekatan deduktif terarah, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara
subjektif isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding
atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon,
2005 dalam Supratiknya, 2015). Peneliti memilih pendekatan deduktif terarah
karena pendekatan ini cocok diterapkan ketika sudah ada teori maupun hasil-hasil
penelitian sebelumnya mengenai suatu fenomena (Supratiknya, 2015). Dalam
penelitian ini, peneliti ingin menguji kembali fenomena self-silencing dalam
konteks baru dengan menggunakan kelompok subjek yang juga baru yaitu pada
perempuan menikah di Timor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
B. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah self-silencing pada perempuan menikah di
Timor. Penelitian ini akan mengeksplorasi pengalaman self-silencing pada
perempuan menikah di Timor serta melihat dimensi-dimensi self-silencing apa
saja yang muncul dari narasi mereka. Dimensi self-silencing menurut teori Jack
adalah: Externalized self perception, care as self-sacrifice, silencing the self, dan
the divided self.
C. Partisipan
Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan menikah
yang sejak lahir tinggal di Timor, memiliki orangtua beretnis Timor, serta
menikahi pria Timor dengan tata cara etnis Timor. Dalam merekrut partisipan,
peneliti mengunjungi beberapa tempat untuk mencari subjek yang memenuhi
kriteria dalam penelitian ini. Peneliti mengunjungi beberapa tempat yaitu desa
Camplong Dua, kelurahan Fatukoa, kelurahan Naioni, dan kelurahan Kelapa
Lima. Peneliti memilih partisipan yang lancar berbahasa Indonesia untuk
memudahkan dalam komunikasi antara peneliti dan partisipan.
Dalam rangka memperoleh informasi tambahan mengenai pemahaman
laki-laki terhadap adat istiadat pernikahan orang Timor serta pandangannya
terhadap peran perempuan sebagai istri dalam rumah tangga, peneliti juga
mewawancarai 4 orang suami dari beberapa partisipan. Partisipan suami yang
dipilih memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Total partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 10 orang, yaitu 6 orang perempuan menikah, dan 4 orang
suami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Tabel 1
Data Diri Partisipan
Inisial Usia Pekerjaan Agama Asal daerah Pendidikan
terakhir
YM 25 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Naioni SMP
NB 25 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Camplong II SMP
YH 63 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Camplong II Tidak sekolah
SR 53 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Amarasi SMA
MA 49 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Fatukoa SD
DA 37 Ibu rumah
tangga
Kristen
Protestan
Fatukoa SMP
Partisipan yang suaminya
diwawancarai
D. Peran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen kunci yang
memainkan peran dalam memperoleh data dari partisipan dan mengolah data
tersebut. Peneliti turun sendiri turun sendiri ke lokasi penelitian dengan membawa
instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau pedoman
observasi, namun tetap peneliti sendirilah yang benar-benar mengumpulkan data
(Supratiknya, 2015).
Kaitan peneliti dengan lokasi penelitian adalah peneliti berasal dari keluarga
dengan etnis Timor dan tinggal serta dibesarkan dalam keluarga yang sebagian
besar berasal dari etnis Timor. Meskipun demikian, peneliti berusaha
meminimalisir bias dengan cara tidak memilih partisipan penelitian dari keluarga
dekat peneliti. Selain itu meskipun beretnis Timor, peneliti memiliki keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
yang berdarah Jawa dari pihak ibu sehingga dapat melihat data secara lebih
objektif.
Dalam rangka merekrut partisipan, peneliti melakukan pendekatan terlebih
dahulu pada partisipan untuk mengecek kesiapannya dalam melakukan
wawancara. Setelah mendapatkan kesediaan dari partisipan, peneliti lalu
menjelaskan gambaran penelitian secara umum dan memberikan lembaran
informed consent yang kemudian ditandatangani oleh para partisipan. Dalam hal
ini, peneliti berperan menjaga kerahasiaan data serta kepercayaan yang telah
diberikan partisipan terhadap peneliti. Pada saat proses wawancara berlangsung,
peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal partisipan. Setelah
data terkumpul, peneliti kemudian melakukan transkripsi hasil wawancara.
Isu sensitif yang mungkin muncul dalam penelitian ini adalah timbul
perasaan sedih atau malu serta perasaan-perasaan lain yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dalam diri partisipan sebagai hasil dari pengungkapan-
pengungkapan pengalaman pribadinya sebagai perempuan menikah.
E. Metode Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Di dalam
penelitian kualitatif, wawancara dilakukan ketika peneliti memberikan pertanyaan
yang bersifat terbuka pada para partisipan, merekam jawaban yang diberikan,
kemudian mentranskripsi dan menganalisis data yang diperoleh tersebut.
Pertanyaan terbuka digunakan agar partisipan bisa lebih bebas menyuarakan
pengalaman mereka tanpa dibatasi oleh bias peneliti atau temuan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
sebelumnya (Cresswel, 2012). Wawancara yang dilakukan bersifat semi
terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara.
Peneliti memilih metode ini karena peneliti dapat bertatap muka langsung
secara personal dengan partisipan sehingga menghindari timbulnya rasa enggan
atau malu dari partisipan ketika mengungkapkan pengalaman pribadinya, terutama
terkait dengan pengalamannya dalam relasi pernikahan.
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti menyiapkan prosedur perekaman
data berupa protokol wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan
pada partisipan yang didasarkan pada rumusan pertanyaan penelitian dan teori
self-silencing yang digunakan peneliti. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2
Tabel 2
Protokol Wawancara Istri
Pertanyaan wawancara
Praktek patriarki Apakah tanta juga mengalami prosesi belis? Coba
ceritakan
Probing: Berapa jumlah belis yang dimintakan?
Apakah menggunakan adat air susu dan kasnono?
Bagaimana pendapat tanta mengenai prosesi belis
yang sudah dijalankan turun temurun dalam
masyarakat Timor?
Menurut tanta, apakah belis mempengaruhi
kehidupan pernikahan tanta selama ini?
Probing: Kalau ia dalam hal apa saja?
Pertanyaan transisi Selama ini apa saja yang tanta lakukan untuk
mempertahankan keharmonisan dalam rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
tangga?
Pertanyaan inti
Externalized self-
perception
Menurut tanta istri yang ideal itu seperti apa?
Probing: Bagaimana tanta menilai diri tanta
sebagai seorang istri? Hal apa yang
mempengaruhi penilaian tanta tersebut?
Care as self sacrifice Bagaimana pembagian peran dalam rumah tangga
antara tanta dan suami?
Probing: Bagaimana perasaan tanta mengenai
pembagian tersebut? Apakah tanta merasa puas
dengan hal tersebut? Mengapa?
Silencing the self
The divided self
Apa yang biasanya tanta lakukan ketika berbeda
pendapat dengan suami?
Probing: Apakah tanta pernah memilih untuk
diam? Mengapa? Dalam situasi apa saja biasanya
tanta memilih untuk diam? Apakah sikap diam
yang tanta lakukan mempengaruhi kehidupan
pernikahan tanta?Bagaimana?
Apa yang tanta rasakan saat memilih untuk
diam?
Apakah ada situasi tertentu dimana tanta
melawan/menentang suami? Coba ceritakan
Probing: Bagaimana perasaan tanta?
Tabel 3
Protokol Wawancara Suami
Pertanyaan wawancara
Praktek patriarki Bagaimana pendapat om mengenai prosesi adat
yang sudah dijalankan turun temurun dalam
masyarakat Timor?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Menurut om, apakah belis mempengaruhi
kehidupan pernikahan om selama ini?
Probing: Kalau ia dalam hal apa saja?
Pertanyaan transisi Selama ini apa saja yang om lakukan untuk
mempertahankan keharmonisan dalam rumah
tangga?
Pandangan mengenai
peran perempuan
Menurut om bagaimana seharusnya peran istri
dalam rumah tangga?
F. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
isi kualitatif, yaitu suatu metode untuk mengungkap isi atau makna dari sebuah
teks menurut atau sesuai konteksnya. AIK dapat digunakan untuk menganalisis
pesan-pesan komunikasi baik yang bersifat tertulis, lisan, maupun visual
(Supratiknya, 2015). Dalam penelitian ini, hasil wawancara akan ditranskripsikan
menjadi data tertulis. Melalui AIK, teks atau kata-kata tersebut akan disaring ke
dalam sejumlah kecil kategori yang mewakili aneka isi tertentu berdasarkan
kesamaan makna sehingga diperoleh suatu deskripsi padat mengenai fenomena
yang diteliti (Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya, 2015)
Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deduktif-terarah. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengikuti
langkah-langkah berikut (Supratiknya, 2018) :
1. Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkripsi verbatim
responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam
transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line
approach) dengan membandingkannya dengan konsep atau kriteria koding
self-silencing yang dipakai oleh peneliti;
3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori yaitu sejenis
konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan
tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan
corpus data;
4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan sub-
subkategori dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar; sub-
subkategori tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing
subkategori dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkripsi
verbatim sebagai bukti atau pendukung; sehingga diperoleh narasi yang utuh
tentang fenomena yang diteliti.
Tabel 4
Kriteria Koding Self-Silencing
Self-silencing pada perempuan menikah
a. Externalized-self perception Kecenderungan perempuan untuk
melakukan penilaian diri berdasarkan
standar eksternal
b. Care as self sacrifice
Perempuan mengorbankan diri dengan
memprioritaskan kebutuhan orang lain
di atas kebutuhannya sendiri
c. Self-silencing
Kecenderungan perempuan mengekang
pengekspresian pikiran, perasaan, dan
perilaku demi keharmonisan hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
d. Divided self
Kecenderungan perempuan untuk
menampilkan diri yang patuh meskipun
sebenarnya dirinya merasa marah dan
bermusuhan
G. Kredibilitas Penelitian
Peneliti menggunakan berbagai cara untuk memastikan data yang
diperoleh dapat dipercaya atau kredibel. Pertama, peneliti mengidentifikasi bias
yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini. Peneliti kemungkinan memiliki bias
karena peneliti berasal dari NTT, beretnis Timor, dan melakukan pengambilan
data di daerah asal peneliti. Meskipun demikian, peneliti berusaha untuk
meminimalisir bias dengan tidak mengambil keluarga atau kenalan dekat peneliti
sebagai partisipan.
Kedua, peneliti memeriksa dengan seksama transkrip-transkrip rekaman
wawancara sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang bisa terjadi
selama proses transkripsi.
Ketiga, peneliti melakukan thick description yaitu deskripsi mendalam
dengan memaparkan secara rinci setting yaitu latar belakang partisipan, mulai dari
usia, tingkat pendidikan, agama, asal daerah, tempat tinggal saat ini, serta usia
pernikahan partisipan.
Keempat, dalam proses pengodean peneliti memastikan bahwa tidak
terjadi pergeseran pada definisi kode-kode, yaitu perubahan makna kode yang bisa
terjadi selama pengodean. Peneliti berusaha membandingkan data dengan kode-
kode yang berhasil dirumuskan serta membuat catatan-catatan tentang kode dan
definisinya masing-masing. Peneliti juga mendiskusikan hasil temuan kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
dengan rekan peneliti yang mampu memahami logat dan bahasa yang digunakan
oleh partisipan dengan baik agar tidak terjadi pergeseran makna serta membantu
peneliti dalam menemukan adanya ketidak sesuaian, interpretasi yang berlebihan,
atau kesalahan-kesalahan lainnya.
Kelima, peneliti memastikan bahwa pertanyaan dan protokol wawancara
yang digunakan efektif serta dapat memunculkan data yang padat. Peneliti
melakukan beberapa kali revisi bahasa dan penggunaan kata yang digunakan agar
sesuai, dapat diterima, dan dapat dipahami dengan baik oleh partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan Januari hingga awal bulan
Mei 2018. Pengambilan data menggunakan metode wawancara semi terstruktur
dengan responden 6 orang perempuan menikah beretnis Timor. Peneliti juga
menggali data tambahan dengan mewawancarai suami dari 4 partisipan. Semua
partisipan merupakan ibu rumah tangga beragama Kristen Protestan yang sejak
lahir tinggal di pulau Timor hingga menikah. Durasi wawancara bervariasi antara
30 menit sampai 1 jam. Rangkuman waktu dan tempat diadakan wawancara
disajikan di Tabel 5:
Tabel 5
Partisipan Perempuan Menikah
No Partisipan
Perempuan
Menikah
Waktu
Wawancara Lokasi Wawancara
1 YM 13 Januari 2018 Rumah Partisipan
10 April 2018 Rumah Partisipan
2 NB 7 April 2018 Rumah Partisipan
6 Mei 2018 Rumah Partisipan
3 YH 7 April 2018 Rumah Partisipan
4 SR 16 April 2018 Rumah Partisipan
10 Mei 2018 Rumah Partisipan
5 MA 22 April 2018 Rumah Partisipan
6 DA 28 April 2018 Rumah Partisipan
Partisipan yang suaminya diwawancarai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara tatap muka langsung
dengan partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti memaparkan secara garis
besar mengenai penelitian yang akan dilakukan. Peneliti kemudian menyerahkan
surat pernyataan kesetujuan (informed consent) yang mencakup pemberian
informasi lengkap mengenai penelitian, resiko-resiko, serta kesediaan partisipasi
dalam penelitian. Setelah partisipan memberikan persetujuan setelah membaca
informed consent, maka proses wawancara segera dilaksanakan.
Partisipan pertama adalah YM. Partisipan merupakan seorang ibu rumah
tangga berusia 25 tahun dan berpendidikan terakhir SMP. Sejak lahir partisipan
dan suaminya tinggal di desa Naioni, dan ia juga berkenalan dengan suaminya di
tempat yang sama. Sehari hari partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi keperluan suami dan anaknya yang berusia 6 tahun. Suami partisipan
bekerja sebagai penjaga ternak dan sesekali partisipan juga turut membantu
suaminya untuk memberi makan ternak. Namun, karena kondisi partisipan pada
saat diwawancarai sedang hamil besar maka partisipan lebih banyak bekerja di
dalam rumah.
Partisipan dan suaminya berkenalan secara singkat, dan setelah 6 bulan
berpacaran mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2012. Pernikahan
tersebut dilaksanakan dengan menyertakan prosesi adat lengkap berupa belis,
kasnono, dan air susu. Belis yang diserahkan kepada orangtua partisipan adalah
berupa uang Rp2,5 juta; air susu Rp2,5 juta, dan kasnono berupa penyerahan 1
ekor sapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada
tanggal 13 Januari 2018 dan 10 April 2018. Pada wawancara yang pertama,
partisipan menggunakan baju berwarna biru dan celana kain berwarna hitam.
Wawancara dilaksanakan selama 25 menit di rumah partisipan disaat suami
partisipan sedang pergi bekerja. Pada saat wawancara dilaksanakan, partisipan
sedang mengandung 6 bulan sehingga sedikit kesulitan untuk duduk. Sesekali
anak partisipan berlari ke arahnya namun partisipan menyuruh anaknya bemain di
luar agar tidak mengganggu jalannya wawancara. Selama proses wawancara,
peneliti seringkali mengingatkan partisipan agar mengeraskan suaranya karena
suara partisipan cenderung pelan sehingga kemungkinan tidak dapat terekam
dengan baik. Selama jalannya wawancara, partisipan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik dan jelas.
Pada wawancara kedua, wawancara kembali dilaksanakan di rumah
partisipan pada siang hari. Partisipan mengenakan baju berwarna ungu dan celana
kain hitam. Partisipan sesekali mengeluhkan cuaca yang panas pada hari tersebut
dan meminta ijin untuk mengambil kipas sebelum memulai wawancara. Selama
proses wawancara, partisipan dapat menjawab secara jelas dan baik serta telah
dengan sadar mengeraskan suaranya. Proses wawancara berlangsung selama 20
menit.
Partisipan kedua adalah NB. Partisipan berasal dari Desa Camplong II
dan merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 25 tahun yang sehari-hari
mengurusi rumah serta bekerja di kebun sedangkan suami partisipan bekerja
sebagai tukang bangunan. Partisipan dan suaminya lahir dan besar di desa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
sama, dan berkenalan sejak partisipan duduk di bangku SMP. Partisipan memiliki
seorang anak berusia 5 tahun yang lahir pada saat partisipan duduk di kelas 2
SMA. Ketika mengetahui bahwa dirinya hamil, partisipan kemudian memutuskan
untuk berhenti dari sekolah. Pernikahan partisipan dan suaminya kemudian
dilaksanakan pada tahun 2015 setelah kedua orangtua partisipan dan suaminya
selesai merundingkan penyelesaian adat. Adat yang diserahkan oleh keluarga
partisipan berjumlah Rp10,5 juta dengan rincian air susu sejumlah Rp7,5 juta;
kasnono sejumlah Rp2,5 juta dan 1 ekor babi, serta uang belanja sehari-hari
sebesar Rp500 ribu.
Pada awalnya, keluarga partisipan meminta rangkaian adat sebesar Rp15
juta, namun karena keluarga pihak laki-laki merasa tidak mampu maka akhirnya
dilakukan pengurangan. Sejak awal, keluarga partisipan sudah memutuskan untuk
tidak meminta belis karena nilai belis yang bisa mencapai Rp50 juta. Keluarga
partisipan mempertimbangkan bahwa bisa saja pihak suami dan keluarganya
menganggap hal tersebut sebagai “beli putus” yang dapat membatasi interaksi
antara partisipan dan keluarga kandungnya serta mempersulit partisipan dalam
kehidupan rumah tangganya sehari-hari.
Partisipan beserta suami dan anaknya tinggal bersama dengan orangtua
dari suaminya. Sehari-hari, partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi kebutuhan suami, anak, dan juga mertuanya. Karena penghasilan
keluarga mereka yang tidak menentu, partisipan juga turut bekerja di kebun untuk
menghidupi kebutuhan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Wawancara dilakukan dengan partisipan pada tanggal 7 April 2018 dan 6
Mei 2018. Pada wawancara yang pertama partisipan mengenakan baju kaos
berwarna merah dan celana jeans. Wawancara dilaksanakan selama 30 menit.
Pada saat wawancara dilaksanakan, cuaca sedang hujan deras disertai petir
sehingga peneliti dan partisipan harus mengeraskan suara serta mengulang
beberapa pertanyaan agar dapat dipahami dengan baik. Disela-sela wawancara,
partisipan mengenalkan anaknya dan menyuruh anaknya agar diam dan tidak
mengganggu jalannya wawancara. Secara umum partisipan dapat memahami
pertanyaan peneliti dengan baik serta antusias dalam menjawab. Pada wawancara
yang kedua partisipan juga tetap mampu menjawab setiap pertanyaan yang
ditanyakan dengan baik dan lugas, meskipun sesekali pembicaraan terputus
karena partisipan harus mengurus anaknya.
Partisipan ketiga adalah YH. Partisipan merupakan seorang ibu rumah
tangga berusia 63 tahun yang berpendidikan terakhir sekolah dasar. Partisipan dan
suaminya saling mengenal karena berasal dari desa yang sama yaitu desa
Camplong II dan telah menjalani pernikahan selama 44 tahun. Partisipan dan
suaminya memiliki 5 orang anak, dimana 3 di antaranya sudah menikah,
sementara 2 anak yang lain masih tinggal bersama-sama dengan mereka. Sehari-
hari partisipan bekerja sebagai penenun, sementara suaminya bekerja
mengumpulkan kayu untuk dijual.
Sebelum menikah, suami partisipan hanya mampu menyerahkan adat
kasnono berupa satu buah selimut dan seekor sapi. Hal ini disebabkan karena latar
belakang suami partisipan yang merupakan seorang yatim piatu serta tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
memiliki sanak saudara terdekat untuk membantunya menyelesaikan adat.
Partisipan menganggap bahwa kasnono yang dijalaninya merupakan hal yang
penting, karena kalau tidak dilakukan dapat menyebabkan anak-anaknya celaka.
Meskipun demikian, partisipan sesekali tetap memikirkan tentang belis yang
belum dilengkapi oleh suaminya. Partisipan merasa tidak tega untuk menuntut
suaminya karena ia memahami keadaan suaminya yang kurang mampu dan tidak
ingin menyakiti perasaan suaminya.
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 7 April 2018. Wawancara
dilaksanakan selama 35 menit di rumah partisipan. Partisipan mengenakan baju
berwarna putih dan kain sarung. Pada saat wawancara berlangsung, partisipan
menyuruh cucunya untuk diam dan tidak mengganggu jalannya wawancara.
Partisipan juga seringkali memelankan suaranya ketika diminta bercerita
mengenai suaminya. Secara umum partisipan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik dan lugas, meskipun pada beberapa pertanyaan partisipan kurang
mampu memahami sehingga peneliti harus menjelaskan dengan menggunakan
kata-kata yang lebih mudah dipahami.
Partisipan keempat adalah SR. Partisipan adalah seorang ibu rumah
tangga berusia 53 tahun yang telah menikah selama 25 tahun. Partisipan
berkenalan dengan suaminya saat mereka sama-sama duduk di bangku SMA.
Partisipan dan suaminya berasal dari Desa Amarasi, namun setelah menikah
mereka menetap di kota Kupang. Sehari-hari suami partisipan bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi pemerintahan. Partisipan memiliki 4
orang anak yang terdiri dari 3 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Saat memutuskan untuk menikah, partisipan dan suaminya sempat
mengalami permasalahan terkait penyelesaian adat. Karena adat di tempat asal
partisipan yang tidak terlalu ketat terkait penyelesain adat serta orangtua
partisipan yang memahami bahwa calon suami partisipan berasal dari keluarga
yang kurang mampu, maka terjadi kesepakatan antara orangtua partisipan dan
orangtua pihak laki-laki untuk menggabungkan semua prosesi adat dan diganti
dengan uang sebesar Rp500 ribu yang kemudian diserahkan orangtua partisipan
pada gereja. Menurut partisipan, penyelesaian adat dalam masyarakat Timor
memang penting, namun jalan keluar bisa dicapai asalkan terjadi kesepakatan
yang baik antara kedua keluarga.
Wawancara dilaksanakan 2 kali, yaitu pada tanggal 16 April 2018 dan 10
Mei 2018. Pada wawancara yang pertama partisipan mengenakan baju berwarna
putih dan celana setengah lutut. Wawancara dilakukan selama 40 menit di rumah
partisipan. Saat proses wawancara berlangsung, partisipan menjawab dengan
lancar dan lugas. Sesekali partisipan menyuruh anaknya untuk tidak mengganggu
jalannya wawancara. Partisipan juga seringkali tertawa ketika menceritakan
pengalaman pribadinya. Pada wawancara kedua partisipan mengenakan baju
kuning dan celana pendek berwarna hitam. Proses wawancara berlangsung dengan
baik, meskipun sesekali partisipan menegur anaknya agar tidak bermain jauh dari
rumah.
Partisipan kelima adalah MA. Partisipan merupakan seorang ibu rumah
tangga berusia 49 tahun yang berpendidikan terakhir sekolah dasar. Partisipan dan
suaminya bertemu di gereja yang sama di desa Fatukoa, dan setelah 2 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
menjalin hubungan mereka memutuskan untuk menikah. Suami partisipan bekerja
sebagai petani dan peternak yang juga memiliki beberapa tanah, namun seringkali
berperan sebagai tua adat yang bertugas sebagai pembicara dalam berbagai forum
adat. Pernikahan mereka menghasilkan 2 orang anak yang masing-masing telah
menikah namun tidak bertahan lama. Kedua anaknya tersebut kemudian memilih
untuk bercerai dari pasangan masing-masing dan menitipkan anak mereka untuk
diasuh oleh partisipan dan suaminya.
Partisipan dan suaminya telah menikah secara adat pada tahun 1990,
namun baru menikah secara gereja 3 tahun kemudian. Pada awal pernikahan,
suami partisipan tidak langsung menyelesaikan adat, melainkan mencicil terlebih
dahulu karena keterbatasan finansial. Sebelum menikah, suami partisipan
menyerahkan uang berjumlah Rp50 ribu pada orangtua partisipan sebagai tanda
permohonan ijin dari pihak laki-laki kepada orangtua perempuan untuk membawa
perempuan ke rumahnya. Setelah 3 tahun menikah barulah suami partisipan
menyelesaikan adat berupa belis, air susu, dan kasnono dengan total Rp.450 ribu
dan 1 ekor sapi. Meskipun penyelesaian adat dilakukan dengan mencicil,
partisipan merasa senang karena suaminya bisa menyelesaikan adat. Partisipan
memandang penyelesaian adat terutama belis sebagai hal yang penting bagi orang
Timor karena sebagai syarat sahnya pernikahan serta jaminan warisan bagi anak-
anaknya nanti.
Wawancara dilakukan pada tanggal 22 April 2018 di rumah partisipan dan
berlangsung selama 54 menit. Pada saat wawancara partisipan mengenakan baju
berwarna hitam dan celana berwarna ungu. Sesekali partisipan menegur cucunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
untuk diam dan tidak mengganggu jalannya wawancara. Partisipan juga
tersenyum saat peneliti menanyakan mengenai awal perkenalannya dengan
suaminya. Partisipan juga sesekali memelankan suaranya ketika menceritakan
pengalaman rumah tangganya dengan suaminya. Secara umum, partisipan mampu
memahami pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan bercerita dengan lancar.
Partisipan keenam adalah DA. Partisipan merupakan ibu rumah tangga
berusia 37 tahun yang berpendidikan terakhir SMP. Partisipan dan suaminya telah
menikah selama 17 tahun. Keduanya berasal dari lingkungan yang berdekatan di
Desa Fatukoa sehingga memudahkan keduanya untuk berkenalan. Sehari-hari
suami partisipan bekerja sebagai petani, namun ia juga merupakan seorang tuan
tanah sekaligus kader dari salah satu partai politik. Partisipan dan suaminya
memiliki 3 orang anak, yaitu 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.
Anak laki-laki mereka duduk di bangku SMP, sedangkan 2 anak yang lain masih
balita.
Sebelum menikah, orangtua partisipan dan orangtua suaminya
menyepakati uang air susu dan belis sebesar Rp15 juta, serta kasnono senilai 1
ekor sapi. Menurut partisipan, adat merupakan hal yang penting bagi masyarakat
Timor, sehingga meskipun terasa berat, tetap harus dijalankan. Partisipan juga
menilai bahwa adat merupakan hal yang penting karena fungsinya sebagai
jaminan harta warisan bagi anak-anaknya kelak. Meskipun demikian, partisipan
juga merasa bahwa terdapat sisi negatif dari adat, yaitu lebih banyak masyarakat
Timor yang lebih mengutamakan perkumpulan keluarga untuk melunasi adat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
daripada membiayai kebutuhan yang lebih penting, misalnya kebutuhan sekolah
anak mereka.
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 April 2018 di rumah partisipan di
desa Fatukoa. Pada saat wawancara partisipan mengenakan baju berwarna hitam
bergaris dan celana pendek berwarna merah. Pada saat proses wawancara,
partisipan menjawab pertanyaan sembari mengurus kedua anaknya yang masih
balita, sehingga sesekali partisipan menunda menjawab pertanyaan untuk
mengurusi anaknya. Partisipan juga seringkali berpikir cukup lama sebelum
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
C. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan temuan terkait konteks
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor serta
mengeksplorasi bagaimana self-silencing dialami oleh perempuan menikah di
Timor melalui dimensi-dimensi self-silencing yang muncul dalam narasi mereka.
Dalam melakuan analisis, peneliti melakukan beberapa langkah (Supratiknya,
2018) yaitu: 1) membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkripsi
verbatim responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur; 2)
melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam transkripsi
verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line approach)
dengan membandingkannya dengan konsep self-silencing maupun patriarki yang
dipakai oleh peneliti; 3) mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-
subtema/kategori yaitu sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas
dibandingkan kode, dengan tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang
koheren dari keseluruhan corpus data; 4) memperhalus atau mempertajam analisis
dengan cara menempatkan sub-subkategori dalam susunan hirarkis tertentu
menjadi tema besar; sub-subkategori tersebut selanjutnya diberi label atau nama,
masing-masing subkategori dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari
transkripsi verbatim sebagai bukti atau pendukung; sehingga diperoleh narasi
yang utuh tentang fenomena yang diteliti..
Berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan peneliti seperti yang
diuraikan di atas, maka dihasilkan kerangka analisis seperti yang disajikan di
Tabel 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Tabel 6
Kerangka Analisis
TemaKategori Care as self-
sacrifice
(Mengorbankan
diri)
Subkategori Anggapan
Masyarakat
Tradisi
Pernikahan
Orangtua Lingkungan
Masyarakat
Mertua Mengorbankan
kepentingan diri
Mengamankan
hubungan
dengan mertua
Mengamankan
hubungan
dengan suami
Penenangan
diri
Proteksi diri Terhadap
suami
Terhadap
Mertua
Tunduk pada
suami
Adat merupakan
hal sakral
Penilaian orang
lain
Pengaruh
keluarga
mertua
Menanggung
sendiri
permasalahan
Tidak protes
pada mertua di
depan mertua
Menghindari
konflik
Strategi
coping
Menjaga
keselamatan
diri
Diam tapi
marah
Patuh pada
mertua tapi
marah
Melaksanak-
an pekerjaan
domestik
Belis merupakan
penghargaan dari
suami
Norma
Masyarakat
Patuh pada
mertua
Patuh pada
suami
Marah pada
suami tetapi
merasa
bersalah
Belis tradisi yang
menguntungkan
Pengaruh Agama Menjaga
perasaan suami
Belis tidak perlu
dilaksanakan
Tidak
memberitahukan
permasalahan
pada orangtua
Belis bisa
dinegosiasikan
Temuan tambahan
Muncul pada semua partisipan
Pembungkaman diri yang dipengaruhi oleh standar eksternal
Patriarki
Kode Pengaruh
orangtua
Externalized Self-Perception
( Standar Eksternal)
Divided Self
(Perasaan yang
bertentangan)
Silencing the self
(Motivasi membungkam diri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat disajikan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat
Timor
Kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Timor
tercermin dalam 2 tataran umum yaitu anggapan mengenai peran serta tugas
perempuan sebagai istri dalam masyarakat dan dalam tradisi pernikahan
masyarakat Timor. Pada tataran anggapan masyarakat, ditemukan bahwa
partisipan perempuan dalam penelitian ini menerima anggapan tersebut sebagai
hal yang sepatutnya dilakukan sebagai seorang istri. Hal tersebut meliputi
anggapan bahwa perempuan sebagai istri yang baik harus tunduk pada suami,
misalnya pada kutipan berikut:
P.YH. Artinya suaminya parentah istri harus tunduk pada suami.. supaya
rumah tangga itu bahagia. (Artinya istri harus tunduk pada perintah suami
agar rumah tangga bahagia).
Perempuan juga dituntut untuk mampu melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan domestik seperti mengurus rumah, suami, dan anak-anaknya:
P. MA. Kalo orangtua dong itu biasa kasih bahasa itu bilang laki-laki itu
dia jalan dan ketemu air dimana dia bisa cuci muka, tapi perempuan itu
dia di rumah dan jaga pariuk, piring sendok di rumah. (Orangtua memberi
nasehat bahwa laki-laki bisa melakukan apa saja di luar rumah, tetapi
tugas perempuan adalah tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan
rumah).
Di sisi lain, peneliti juga menemukan bahwa pada beberapa partisipan suami
juga ditemukan pemahaman tradisional mengenai pembagian peran istri dan
suami dalam rumah tangga:
P.MK. Kalau istri dia pung peranannya untuk rumah tangga, kalau saya
peranannya untuk kerja. Biasanya saya kerja, hasilnya ke istri baru istri
mengelolanya seperti apa. (Istri berperan dalam area rumah tangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
sedangkan saya bertugas untuk bekerja dan menyerahkan hasil kerja untuk
dikelola istri).
P.DN. Kalau di dapur itu peran pentingnya istri. Walaupun kita suami
bawa datang 1 kontainer besar, tapi seorang isteri tidak mampu mengelola,
itu contoh seperti angin tiup daun kering..dari tempat ini bisa pindahkan ke
tempat sana. (Istri berperan penting dalam urusan dapur. Istri harus bisa
mengelola hasil kerja suami dengan baik, jika tidak maka sebesar apapun
hasil kerja maka akan tetap sia-sia).
Pada tataran tradisi pernikahan, ditemukan meskipun semua partisipan
memiliki pendapat yang sama mengenai betapa penting dan sakralnya
menjalankan adat, namun pendapat partisipan bervariasi terkait dengan
penyelesaian belis. Beberapa partisipan yaitu partispan YM, DA, dan MA
beranggapan bahwa belis merupakan bentuk penghargaan pihak suami terhadap
keluarga istri yang wajib dilakukan, namun dengan menerima belis bukan berarti
mereka telah di “beli putus” oleh suaminya karena mereka selama ini dapat
dengan bebas mengunjungi keluarganya sendiri:
P.MA. (Kalau tanta ke ada acara di keluarga begitu tanta selama ini bisa
pergi dengan bebas?)
Bebas.(Ketika ada acara keluarga apakah tante bisa pergi dengan bebas?)
Bebas.
Pendapat partisipan MA juga di dukung oleh pernyataan suaminya yang
beranggapan bahwa belis merupakan penghargaan suami terhadap istri dan
keluarga istri:
P.DN. Menurut saya belis ini penting, karena kawin tanpa belis atau kita
kawin tanpa adat dianggap kita biadap, tidak tau berbudaya..itu kita punya
adat Timor itu..supaya ada semacam penghargaan terhadap kita punya
orangtua.
Partisipan DA dan MA justru beranggapan bahwa pemberian belis
merupakan tradisi yang menguntungkan karena dengan menerima belis maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
harta yang diperoleh selama pernikahan nantinya akan jatuh pada anak kandung
mereka dan bukan pada keluarga suami:
P.DA. Kalo adat tu memang bagus juga..ketong punya anak anak dong
tu..kan biasanya orang Timor tu kasi adat tu ada dia punya warisan, ke ana
laki-laki kan banyak to. (Adat bagus untuk dilaksanakan karena
memudahkan untuk pengaturan warisan bagi orang Timor).
Disisi lain, partisipan NB dan YH memiliki pandangan bahwa belis
merupakan tradisi yang tidak perlu dilaksanakan karena lebih banyak
memberatkan perempuan. Partisipan berpendapat bahwa nominal belis yang
terlalu memberatkan pihak laki-laki justru dapat menimbulkan persepsi “beli
putus” pada suami maupun keluarga suami yang berujung pada ketidakadilan
pada perempuan dalam rumah tangga. Maka dari itu, kedua partisipan tersebut
beranggapan bahwa belis tidak perlu dimintakan oleh keluarga perempuan. Hal
tersebut tercermin dalam kutipan berikut:
P.NB. Tapi kal