psikiatri

22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif. Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal yang sewajarnya. Aksi kompulsif adalah perilaku yang negatif, yang diperagakan berulang kali tanpa penyelesaian daripada tugas yang bermakna. Obsesif yang paling sering dijumpai adalah ketakutan akan kotoran, kuman, yang mengacu kepada ritual pembersihan secara kompulsif. Sekitar 70% pasien dengan gangguan obsesif- kompulsif menderita penyakit obsesif dan kompulsif keduanya, sedangkan kompulsif sendiri jarang dijumpai.¹ Setelah diyakini langka, gangguan obsesif- kompulsif memiliki prevalensi seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA (Epidemiological Catchment Area). Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran 1,7-4%. Prevalensi pada gangguan obsesif- kompulsif adalah sama pada berbagai ras dan etnis. Prevalensi keseluruhan gangguan obsesif-kompulsif 1

description

aaaaa

Transcript of psikiatri

Page 1: psikiatri

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang

dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.

Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran

seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran

tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal

yang sewajarnya. Aksi kompulsif adalah perilaku yang negatif, yang diperagakan

berulang kali tanpa penyelesaian daripada tugas yang bermakna. Obsesif yang

paling sering dijumpai adalah ketakutan akan kotoran, kuman, yang mengacu

kepada ritual pembersihan secara kompulsif. Sekitar 70% pasien dengan

gangguan obsesif-kompulsif menderita penyakit obsesif dan kompulsif keduanya,

sedangkan kompulsif sendiri jarang dijumpai.¹

Setelah diyakini langka, gangguan obsesif-kompulsif memiliki prevalensi

seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA (Epidemiological Catchment Area).

Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran

1,7-4%. Prevalensi pada gangguan obsesif-kompulsif adalah sama pada berbagai

ras dan etnis. Prevalensi keseluruhan gangguan obsesif-kompulsif adalah sama

pada pria dan wanita, walaupun gangguan tersebut lebih sering dijumpai pada

masa kanak-kanak atau remaja laki-laki dan lebih sering muncul pada wanita usia

dua puluh tahunan.²

Beberapa penelitian mengestimasikan bahwa gangguan obsesif-kompulsif

ditemukan sebesar 10% dari pasien berobat jalan di klinik psikiatri. Jumlah ini

menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif menempati urutan keempat gangguan

psikiatrik yang paling sering dijumpai setelah fobia, gangguan mental dan

perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif, dan gangguan depresif berat.³

1

Page 2: psikiatri

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif sering dipengaruhi oleh

gangguan mental lainnya. Prevalensi seumur hidup gangguan depresif berat pada

pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah 67% dan untuk pasien fobia

sosial sebesar 25%. Diagnosis psikiatrik lainnya yang sering komorbid dengan

gangguan obsesif-kompulsif termasuk gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan alkohol, gangguan ansietas menyeluruh, fobia spesifik, gangguan

panik, gangguan makan, dan gangguan kepribadian.³

2

Page 3: psikiatri

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi6

Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang

dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.

Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran

seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran

tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal

yang sewajarnya.

Gangguan obsesif-kompulsif adalah penyakit jiwa keempat yang paling umum,

dengan prevalensi seumur hidup dari 1 sampai 3%.

2.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum

adalah 2 sampai 3 persen. Dan beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan

obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik

psikiatrik. Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama kemungkinan terkena

untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena dari perempuan.4

Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki

onset usia yang agak lebih awal (rata-rata 19 tahun) dibandingkan wanita (rata

rata 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki

onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki

onset gejala setelah usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena

gangguan obsesif-kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan.4

Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang di antara golongan

kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk

3

Page 4: psikiatri

gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah

kira-kira 67 persen dan fobia sosial adalah kira-kira

2.3 Etiologi

Sudut Pandang Psikoanalisa

Obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan

agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet training

yang kasar. Individu menjadi terfikasi pada masa anal (Davison dan Neale,

2001)2. Freud mengemukakan beberapa mekanisme defensif utama yang

menentukan kualitas simtom yaitu isolasi, undoing dan reaksi formasi. Sedangkan

Adler memandang obsesif-kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.4

Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek

dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls

yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan

dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek

yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari

gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya.4

Undoing (meruntuhkan), adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan

dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat pikiran atau impuls

obsesional yang menakutkan. Reaksi formasi, melibatkan pola perilaku yang

bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan

impuls dasar.4

Sudut Pandang Cognitive Behavioral

Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah

perilaku yang dipelajari dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison

dan Neale, 2001). Ide lain yang muncul adalah kompulsif memeriksa terjadi

karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan

dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar

dilakukan dan yang imajinasi membuat seseorang memeriksa berkali-kali.

4

Page 5: psikiatri

Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan

untuk mengabaikan stimulus (Davison dan Neale, 2001).

Strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau

ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap,

karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang

menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola

perilaku kompulsif yang dipelajari.

Sudut Pandang Biologis

Davison dan Neale menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang

mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmiter

di otak, khususnya serotonin. Selain itu terdapat pula beberapa bukti tentang

keterlibatan faktor genetik dalam pembentukan gangguan. Data menunjukkan

bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang

mempengaruhi sistem neurotransmiter lain.

Penelitain klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin, sebagai

contoh, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinalis dan

afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang

berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan

berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan

obsesifkompulsif.4

2.4 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang cermat,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.²

Pada anamnesis perlu ditanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan

simtom obsesif, antara lain:²

- Apakah Anda pernah terganggu oleh pikiran yang tidak masuk akal dan

terus menerus mengganggu Anda walau Anda berusaha untuk tidak

memikirkannya?

- Ketika Anda memiliki pikiran tersebut, apakah Anda berusaha

mengeluarkannya dari pikiran Anda? Apa yang akan Anda lakukan?

5

Page 6: psikiatri

- Menurut Anda, darimana pikiran tersebut berasal?

Pertanyaan yang berhubungan dengan simtom kompulsif, antara lain:²

- Apakah ada pekerjaan yang harus Anda lakukan berulang kali dan tidak

dapat ditolak untuk dilakukan, seperti mencuci tangan berulang kali, menghitung,

mengecek sesuatu berulang kali untuk memastikan Anda telah melakukannya?

- Perilaku apa yang harus Anda lakukan?

- Mengapa Anda melakukan perilaku yang berulang tersebut?

- Berapa kali Anda melakukannya dan berapa lama durasi tersebut?

- Menurut Anda apakah pikiran atau aksi tersebut melebihi jumlah yang

normal?

- Efek apa yang terjadi pada hidup Anda?

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai:²

- Erupsi ekzema berhubungan dengan pencucian yang berlebihan.

- Rambut yang menipis disebabkan oleh trichotillomania atau pencabutan

rambut secara kompulsif.

- Ekskoriasi berhubungan dengan neurodermatitis atau pencabutan kulit

secara kompulsif.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu Positron Emission

Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), menunjukkan

peningkatan aliran darah dan aktivitas metabolik pada korteks orbitofrontal,

struktur limbik, kaudatus, dan thalamus, dengan predominan pada bagian kanan.²

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif berdasarkan DSMIV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder ed. 4)4

A. Salah satu obsesi atau kompulsi:

Obsesi seperti yang didefenisikan oleh (1),(2),(3), dan (4):

6

Page 7: psikiatri

Pikiran, impuls, atau bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami,

padasuatu saat selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuaim dan

menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

(1) Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata

kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

(2) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau

bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan

lain.

(3) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan

obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefenisikan oleh (1) dan (2):

(1) Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau

tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)

yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai

respons terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi

secara kaku.

(2) Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau

menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang

menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan

dengan cara yang realistik dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau

mencegah, atau jelas berlebihan.

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari

bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini

tidak berlaku bagi anak-anak.

C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas

menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara

bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik)

atau aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.

D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak

terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan

7

Page 8: psikiatri

makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada

penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika

terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu

penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau

fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat

gangguan depresi berat).

E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Sebutkan jika:

Dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode

terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan

atau tidak beralasan.

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III)

yaitu: 5

Untuk menegakkan diagnosa pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua

minggu berturut-turut.

Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu

aktivitas penderita.

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;

(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;

(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan

merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar

perasaan lega dari ketegangan atau ansietas, tidak dianggap sebagai

kesenangan seperti dimaksud diatas);

8

Page 9: psikiatri

(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.

Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala

depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat

menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala

depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.

Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari

gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan

depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.

Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi

sebagai diagnosis yang primer.

Pada gangguan menahun, maka prioritaas diberikan pada gejala yang paling

bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom

Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari

kondisi tersebut.

9

Page 10: psikiatri

2.5 Diagnosis Banding³

Beberapa diagnosa banding dari gangguan obsesif-kompulsif:

1. Tourette’s Disorder

Gejala karakteristik dari Tourette’s Disorder adalah tik motor dan vokal yang

sering dan sebenarnya muncul setiap hari. Tourette’s Disorder dan gangguan

obsesif-kompulsif mempunyai onset usia dan gejala yang sama. Sekitar 90%

orang dengan Tourette’s Disorder mempunyai simtom kompulsif, dan sebanyak

dua per tiga memenuhi kriteria diagnostik gangguan obsesif-kompulsif.

2. Kondisi psikiatrik lainnya

Diagnosa banding lain dari gangguan obsesif-kompulsif yaitu skizofrenia,

gangguan personalitas obsesif-kompulsif, fobia, dan gangguan depresi. Gangguan

obsesif-kompulsif dapat dibedakan dari skizofrenia dengan simtom yang kurang

aneh, dan tilikan pasien terhadap gangguan tersebut. Gangguan personalitas

obsesif-kompulsif tidak mempunyai derajat kerusakan fungsional berhubungan

dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya

hubungan antara pikiran obsesif dan kompulsi, terutama kompulsi menghindar.

Gangguan depresif berat kadang diasosiasikan dengan ide-ide asosiatif, tetapi

hanya pada pasien yang mengalami gangguan memenuhi kriteria diagnostik untuk

gangguan depresi berat.

10

Page 11: psikiatri

2.6 Terapi

Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:

1. Non-medikamentosa yaitu dengan terapi perilaku:

Terapi perilaku adalah tatalaksana lini pertama yang harus dijalani pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif. Sekitar 25% psien akan menolaknya, dan

25% lainnya lalai berobat, tetapi terapi perilaku harus disarankan kepada pasien

jika terdapat ahli terapi perilaku yang kompeten.2

Prinsip terapi perilaku pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah pencegahan paparan dan respons. Pasien akan mengurutkan situasi gangguan obsesif-kompulsif dimana menurutnya berbahaya, kemudian pasien secara sistematis diekspos dengan pemicu simtom dengan intensitas yang semakin meningkat, sedangkan pasien diwajibkan untuk menekan respons ritual pasien. Terapi perilaku ini cukup menantang dan sering menyusahkan pasien, tetapi ketika terlaksana dengan efektif, dapat memberikan hasil yang memuaskan.2

2. Medikamentosa

Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan untuk gangguan obsesif-

kompulsif pada tabel berikut.7

11

Page 12: psikiatri

Penggolongan obat anti obsesif-kompulsif:7

1. Golongan trisiklik

Contohnya clomipramine.

2. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)

Contohnya sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram.

Pemberian obat anti obsesif-kompulsif harus dimulai dengan dosis rendah

untuk penyesuaian efek samping. Clomipramine mulai dengan 25-50 mg/hari,

dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari, sampai tercapai dosis

efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif kompulsif. Dosis

pemeliharaan umumnya agak tinggi, meskipun sifatnya individual. Clomipramine

sekitar 100-200 mg/hari dan sertraline sekitar 100mg/hari, serta bertahan untuk

jangka waktu yang lama sambil dilakukan terapi perilaku. Sebelum dihentikan,

penggunaan dosis secara “tapering off” agar tidak terjadi kekambuhan dan

kesempatan yang luas untuk menyesuaikan diri.7

Lama pemberian obat anti obsesif-kompulsif adalah sekitar 2 sampai 3

bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari. Batas lamanya pemberian obat bersifat

individual, umumnya diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara

bertahap bila kondisi penderita sudah memungkinkan. Obat golongan trisiklik dan

SSRI tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan obat.

Efek samping obat anti obsesif-kompulsif sama seperti obat antidepresi

trisiklik, dapat berupa:

- Efek antihistaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,

kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll).

- Efek antikolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria,

penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardia, dll).

- Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik).

- Efek neurotoksis (tremor halus, kejang epileptik, agitasi, insomnia).

12

Page 13: psikiatri

2.7 Prognosis

Secara keseluruhan, 70% pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Walaupun demikian, gangguan obsesif-kompulsif tetap menjadi penyakit kronik,

dengan simptom yang dapat muncul secara tiba tiba selama masa hidup pasien.

Sekitar 15% pasien menunjukkan progersifitas yang buruk. Sekitar 5% pasien

dapat sembuh secara total.²

13

Page 14: psikiatri

BAB 3

KESIMPULAN

Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang

dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.

Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran

seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran

tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal

yang sewajarnya.

Terapi Gangguan obsesif-kompulsif dengan non-medikamentosa dan

medikamentosa. Pemberian obat anti obsesif-kompulsif harus dimulai dengan

dosis rendah untuk penyesuaian efek samping. Clomipramine mulai dengan 25-50

mg/hari, dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari, sampai

tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif kompulsif.

Prognosis Gangguan obsesif-kompulsif Secara keseluruhan, 70% pasien

menunjukkan perbaikan yang signifikan.

14

Page 15: psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Meng KS, 2006. Obsessive Compulsive Disorder. Diunduh pada tanggal 18

Desember 2013, dari www.med.nus.edu.sg/pcm/book/14.pdf.

2. Greenberg WM, 2006. Obsessive Compulsive Disorder. Diunduh pada tanggal

18 Desember 2013, dari http://emedicine.medscape.com/article/1934139-

overview

3. Sadock BJ, Sadock VA, 2003. Synopsis of Psychiatry. Ninth Edition. Volume I.

Philadelphia, Lippincott Williams & Willkins: 616-623.

4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb BA. Sinopsis Psikiatri. 2010.

Tanggerang :Binarupa Aksara.

5. Muslim,Rusdi.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan PPDGJ-III.

Jakarta : FK Unika Atma Jaya.

6. Grant JE, 2014. Obsessive–Compulsive Disorder. Diunduh 20 oktober 2014,

dari http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1402176

7. Maslim R, 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi

III. Jakarta: 47-51.

15