psikiatri
-
Upload
agus-hutagaol -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of psikiatri
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang
dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.
Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran
seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran
tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal
yang sewajarnya. Aksi kompulsif adalah perilaku yang negatif, yang diperagakan
berulang kali tanpa penyelesaian daripada tugas yang bermakna. Obsesif yang
paling sering dijumpai adalah ketakutan akan kotoran, kuman, yang mengacu
kepada ritual pembersihan secara kompulsif. Sekitar 70% pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif menderita penyakit obsesif dan kompulsif keduanya,
sedangkan kompulsif sendiri jarang dijumpai.¹
Setelah diyakini langka, gangguan obsesif-kompulsif memiliki prevalensi
seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA (Epidemiological Catchment Area).
Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran
1,7-4%. Prevalensi pada gangguan obsesif-kompulsif adalah sama pada berbagai
ras dan etnis. Prevalensi keseluruhan gangguan obsesif-kompulsif adalah sama
pada pria dan wanita, walaupun gangguan tersebut lebih sering dijumpai pada
masa kanak-kanak atau remaja laki-laki dan lebih sering muncul pada wanita usia
dua puluh tahunan.²
Beberapa penelitian mengestimasikan bahwa gangguan obsesif-kompulsif
ditemukan sebesar 10% dari pasien berobat jalan di klinik psikiatri. Jumlah ini
menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif menempati urutan keempat gangguan
psikiatrik yang paling sering dijumpai setelah fobia, gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif, dan gangguan depresif berat.³
1
Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif sering dipengaruhi oleh
gangguan mental lainnya. Prevalensi seumur hidup gangguan depresif berat pada
pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah 67% dan untuk pasien fobia
sosial sebesar 25%. Diagnosis psikiatrik lainnya yang sering komorbid dengan
gangguan obsesif-kompulsif termasuk gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan alkohol, gangguan ansietas menyeluruh, fobia spesifik, gangguan
panik, gangguan makan, dan gangguan kepribadian.³
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi6
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang
dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.
Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran
seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran
tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal
yang sewajarnya.
Gangguan obsesif-kompulsif adalah penyakit jiwa keempat yang paling umum,
dengan prevalensi seumur hidup dari 1 sampai 3%.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum
adalah 2 sampai 3 persen. Dan beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan
obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik
psikiatrik. Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama kemungkinan terkena
untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena dari perempuan.4
Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki
onset usia yang agak lebih awal (rata-rata 19 tahun) dibandingkan wanita (rata
rata 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki
onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki
onset gejala setelah usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena
gangguan obsesif-kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan.4
Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang di antara golongan
kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif
umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk
3
gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah
kira-kira 67 persen dan fobia sosial adalah kira-kira
2.3 Etiologi
Sudut Pandang Psikoanalisa
Obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan
agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet training
yang kasar. Individu menjadi terfikasi pada masa anal (Davison dan Neale,
2001)2. Freud mengemukakan beberapa mekanisme defensif utama yang
menentukan kualitas simtom yaitu isolasi, undoing dan reaksi formasi. Sedangkan
Adler memandang obsesif-kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.4
Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek
dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls
yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan
dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek
yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari
gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya.4
Undoing (meruntuhkan), adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan
dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat pikiran atau impuls
obsesional yang menakutkan. Reaksi formasi, melibatkan pola perilaku yang
bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan
impuls dasar.4
Sudut Pandang Cognitive Behavioral
Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah
perilaku yang dipelajari dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison
dan Neale, 2001). Ide lain yang muncul adalah kompulsif memeriksa terjadi
karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan
dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar
dilakukan dan yang imajinasi membuat seseorang memeriksa berkali-kali.
4
Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan
untuk mengabaikan stimulus (Davison dan Neale, 2001).
Strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau
ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap,
karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang
menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola
perilaku kompulsif yang dipelajari.
Sudut Pandang Biologis
Davison dan Neale menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang
mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmiter
di otak, khususnya serotonin. Selain itu terdapat pula beberapa bukti tentang
keterlibatan faktor genetik dalam pembentukan gangguan. Data menunjukkan
bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang
mempengaruhi sistem neurotransmiter lain.
Penelitain klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin, sebagai
contoh, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinalis dan
afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang
berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan
berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan
obsesifkompulsif.4
2.4 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang cermat,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.²
Pada anamnesis perlu ditanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan
simtom obsesif, antara lain:²
- Apakah Anda pernah terganggu oleh pikiran yang tidak masuk akal dan
terus menerus mengganggu Anda walau Anda berusaha untuk tidak
memikirkannya?
- Ketika Anda memiliki pikiran tersebut, apakah Anda berusaha
mengeluarkannya dari pikiran Anda? Apa yang akan Anda lakukan?
5
- Menurut Anda, darimana pikiran tersebut berasal?
Pertanyaan yang berhubungan dengan simtom kompulsif, antara lain:²
- Apakah ada pekerjaan yang harus Anda lakukan berulang kali dan tidak
dapat ditolak untuk dilakukan, seperti mencuci tangan berulang kali, menghitung,
mengecek sesuatu berulang kali untuk memastikan Anda telah melakukannya?
- Perilaku apa yang harus Anda lakukan?
- Mengapa Anda melakukan perilaku yang berulang tersebut?
- Berapa kali Anda melakukannya dan berapa lama durasi tersebut?
- Menurut Anda apakah pikiran atau aksi tersebut melebihi jumlah yang
normal?
- Efek apa yang terjadi pada hidup Anda?
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai:²
- Erupsi ekzema berhubungan dengan pencucian yang berlebihan.
- Rambut yang menipis disebabkan oleh trichotillomania atau pencabutan
rambut secara kompulsif.
- Ekskoriasi berhubungan dengan neurodermatitis atau pencabutan kulit
secara kompulsif.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu Positron Emission
Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), menunjukkan
peningkatan aliran darah dan aktivitas metabolik pada korteks orbitofrontal,
struktur limbik, kaudatus, dan thalamus, dengan predominan pada bagian kanan.²
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif berdasarkan DSMIV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder ed. 4)4
A. Salah satu obsesi atau kompulsi:
Obsesi seperti yang didefenisikan oleh (1),(2),(3), dan (4):
6
Pikiran, impuls, atau bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami,
padasuatu saat selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuaim dan
menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
(1) Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata
kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
(2) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau
bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan
lain.
(3) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan
obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti
penyisipan pikiran).
Kompulsi seperti yang didefenisikan oleh (1) dan (2):
(1) Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau
tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)
yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai
respons terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi
secara kaku.
(2) Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau
menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang
menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau
mencegah, atau jelas berlebihan.
B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari
bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini
tidak berlaku bagi anak-anak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas
menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara
bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik)
atau aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.
D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan
7
makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada
penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika
terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu
penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau
fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat
gangguan depresi berat).
E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode
terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan
atau tidak beralasan.
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III)
yaitu: 5
Untuk menegakkan diagnosa pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktivitas penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
(a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
(b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar
perasaan lega dari ketegangan atau ansietas, tidak dianggap sebagai
kesenangan seperti dimaksud diatas);
8
(d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari
gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi
sebagai diagnosis yang primer.
Pada gangguan menahun, maka prioritaas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.
9
2.5 Diagnosis Banding³
Beberapa diagnosa banding dari gangguan obsesif-kompulsif:
1. Tourette’s Disorder
Gejala karakteristik dari Tourette’s Disorder adalah tik motor dan vokal yang
sering dan sebenarnya muncul setiap hari. Tourette’s Disorder dan gangguan
obsesif-kompulsif mempunyai onset usia dan gejala yang sama. Sekitar 90%
orang dengan Tourette’s Disorder mempunyai simtom kompulsif, dan sebanyak
dua per tiga memenuhi kriteria diagnostik gangguan obsesif-kompulsif.
2. Kondisi psikiatrik lainnya
Diagnosa banding lain dari gangguan obsesif-kompulsif yaitu skizofrenia,
gangguan personalitas obsesif-kompulsif, fobia, dan gangguan depresi. Gangguan
obsesif-kompulsif dapat dibedakan dari skizofrenia dengan simtom yang kurang
aneh, dan tilikan pasien terhadap gangguan tersebut. Gangguan personalitas
obsesif-kompulsif tidak mempunyai derajat kerusakan fungsional berhubungan
dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya
hubungan antara pikiran obsesif dan kompulsi, terutama kompulsi menghindar.
Gangguan depresif berat kadang diasosiasikan dengan ide-ide asosiatif, tetapi
hanya pada pasien yang mengalami gangguan memenuhi kriteria diagnostik untuk
gangguan depresi berat.
10
2.6 Terapi
Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:
1. Non-medikamentosa yaitu dengan terapi perilaku:
Terapi perilaku adalah tatalaksana lini pertama yang harus dijalani pasien
dengan gangguan obsesif-kompulsif. Sekitar 25% psien akan menolaknya, dan
25% lainnya lalai berobat, tetapi terapi perilaku harus disarankan kepada pasien
jika terdapat ahli terapi perilaku yang kompeten.2
Prinsip terapi perilaku pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah pencegahan paparan dan respons. Pasien akan mengurutkan situasi gangguan obsesif-kompulsif dimana menurutnya berbahaya, kemudian pasien secara sistematis diekspos dengan pemicu simtom dengan intensitas yang semakin meningkat, sedangkan pasien diwajibkan untuk menekan respons ritual pasien. Terapi perilaku ini cukup menantang dan sering menyusahkan pasien, tetapi ketika terlaksana dengan efektif, dapat memberikan hasil yang memuaskan.2
2. Medikamentosa
Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan untuk gangguan obsesif-
kompulsif pada tabel berikut.7
11
Penggolongan obat anti obsesif-kompulsif:7
1. Golongan trisiklik
Contohnya clomipramine.
2. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Contohnya sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram.
Pemberian obat anti obsesif-kompulsif harus dimulai dengan dosis rendah
untuk penyesuaian efek samping. Clomipramine mulai dengan 25-50 mg/hari,
dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari, sampai tercapai dosis
efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif kompulsif. Dosis
pemeliharaan umumnya agak tinggi, meskipun sifatnya individual. Clomipramine
sekitar 100-200 mg/hari dan sertraline sekitar 100mg/hari, serta bertahan untuk
jangka waktu yang lama sambil dilakukan terapi perilaku. Sebelum dihentikan,
penggunaan dosis secara “tapering off” agar tidak terjadi kekambuhan dan
kesempatan yang luas untuk menyesuaikan diri.7
Lama pemberian obat anti obsesif-kompulsif adalah sekitar 2 sampai 3
bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari. Batas lamanya pemberian obat bersifat
individual, umumnya diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara
bertahap bila kondisi penderita sudah memungkinkan. Obat golongan trisiklik dan
SSRI tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan obat.
Efek samping obat anti obsesif-kompulsif sama seperti obat antidepresi
trisiklik, dapat berupa:
- Efek antihistaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll).
- Efek antikolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria,
penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardia, dll).
- Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik).
- Efek neurotoksis (tremor halus, kejang epileptik, agitasi, insomnia).
12
2.7 Prognosis
Secara keseluruhan, 70% pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Walaupun demikian, gangguan obsesif-kompulsif tetap menjadi penyakit kronik,
dengan simptom yang dapat muncul secara tiba tiba selama masa hidup pasien.
Sekitar 15% pasien menunjukkan progersifitas yang buruk. Sekitar 5% pasien
dapat sembuh secara total.²
13
BAB 3
KESIMPULAN
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu gangguan ansietas yang
dikarakterisasi oleh pikiran obsesif persisten dengan atau tanpa aksi kompulsif.
Obsesif adalah ide-ide atau impuls yang berulang, yang memasuki pikiran
seseorang secara negatif dan berlawanan dengan keinginan pasien. Pemikiran
tersebut seringkali berupa hal yang tidak masuk akal, bertentangan dengan hal
yang sewajarnya.
Terapi Gangguan obsesif-kompulsif dengan non-medikamentosa dan
medikamentosa. Pemberian obat anti obsesif-kompulsif harus dimulai dengan
dosis rendah untuk penyesuaian efek samping. Clomipramine mulai dengan 25-50
mg/hari, dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25 mg/hari, sampai
tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif kompulsif.
Prognosis Gangguan obsesif-kompulsif Secara keseluruhan, 70% pasien
menunjukkan perbaikan yang signifikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Meng KS, 2006. Obsessive Compulsive Disorder. Diunduh pada tanggal 18
Desember 2013, dari www.med.nus.edu.sg/pcm/book/14.pdf.
2. Greenberg WM, 2006. Obsessive Compulsive Disorder. Diunduh pada tanggal
18 Desember 2013, dari http://emedicine.medscape.com/article/1934139-
overview
3. Sadock BJ, Sadock VA, 2003. Synopsis of Psychiatry. Ninth Edition. Volume I.
Philadelphia, Lippincott Williams & Willkins: 616-623.
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb BA. Sinopsis Psikiatri. 2010.
Tanggerang :Binarupa Aksara.
5. Muslim,Rusdi.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan PPDGJ-III.
Jakarta : FK Unika Atma Jaya.
6. Grant JE, 2014. Obsessive–Compulsive Disorder. Diunduh 20 oktober 2014,
dari http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1402176
7. Maslim R, 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
III. Jakarta: 47-51.
15