PSI_CH_Bagian IV.1-IV.4_I Made Bagus Wijaya Negara_125020300111086.docx
-
Upload
wimarakayana -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of PSI_CH_Bagian IV.1-IV.4_I Made Bagus Wijaya Negara_125020300111086.docx
NAMA : Wima RakayanaNIM :125020300111081
KERTAS KERJA IV.1a. Prosedur Permintaan Pembelian:
b. Prosedur Penerimaan Barang:
c. Prosedur Pembayaran Hutang:
d. Prosedur Stock Opname
KERTAS KERJA IV.2
1. Pengendalian Organisasi
Di dalam siklus pengeluaran Kas – Pembelian ini, pengendalian organisasi inti yang telah
diterapkan adalah pembagian tugas dan kewenangan dalam proses pemesanan, penerimaan
barang, pelunasan hutang, dan stock opname. Dan lagi, proses yang berbeda tersebut telah
memiliki alur yang lumayan baik dan mudah dimengerti.
2. Pengendalian Dokumentasi
Pengedalian dokumentasi yang telah diterapkan dalam siklus pengeluaran Kas – Pembelian
ini dilakukan dengan mengarsip dokumen transaksi dengan baik dan aman oleh seluruh
bagian atau divisi di dalam perusahaan yang pada akhirnya dokumen tersebut akan digunakan
sebagai dasar pencatatan akuntansi maupun laporan keuangan.
3. Pengendalian Akuntabilitas Aset
Pengendalian akuntabilitas asset yang telah dilakukan dalam prosedur ini adalah penetapan
bagian gudang sebagai penerima dan pencatatan kode barang yang datang dari supplier
maupun yang telah ada di gudang. Selain itu, stock opname juga dilakukan oleh bagian
gudang dengan bantuan bagian penjualan agar hasil perhitungan lebih sistematis dan akurat.
4. Pengendalian Praktek Manajemen
Penulis merasa, pengendalian praktek manajemen yang telah dilakukan masih terdapat di
proses arsip dan dokumentasi. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan dan prosedur yang
mewajibkan divisi perusahaan untuk mengarsip dan mendata hasil transaksi yang telah
terjadi. Namun dalam pengendalian praktek manajemen bidang evaluasi dan kontrol,
perusahaan masih memiliki banyak kekurangan.
5. Pengendalian Operasi Pusat Informasi
Sebenarnya, pengendalian operasi pusat informasi tidak terlalu terlihat nyata secara eksplisit
di dalam siklus pengeluaran Kas – Pembelian. Namun kita dapat melihat bahwa sebenarnya
semua informasi transaksi telah berjalan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang telah
ditetapkan.
6. Pengendalian Otorisasi
Pengendalian otorisasi telah dilakukan dengan baik. Pertama, bukti kas keluar harus
diotorisasi terlebih dahulu oleh pemilik piutang sebelum diproses lebih lajut. Di proses
penerimaan barangpun, bagian gudang harus mengotorisasi faktur yang diberikan oleh
supplier.
7. Pengendalian Akses
Penerapan Pengendalian akses telah dilaksanakan dengan baik dengan dibedakannya
tanggung jawab dan kewenangan yang berbeda divisi. Dengan demikian, asset dalam bentuk
kas maupun persediaan barang dagang dapat dijaga dengan baik.
KERTAS KERJA IV.3a. Ya. Adanya kelemahan pada Sistem Pengendalian Internal CV. Suju Lapan Sembilanb. Sistem Pengendalian Internal dapat dilihat dari 5 hal yaitu lingkungan pengendalian,
pengukuran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, aktivitas monitoring. Sistem Pengendalian Internal melambangkan suatu integritas perusahaan. Pada siklus pengeluaran CV. Suju Lapan Sembilan terdapat kelemahan pengendalian internal yaitu:
Lingkungan Pengendalian:Merupakan susunan dari standar proses dan struktur yang menyediakan dasar untuk terlaksananya pengendalian internal dalam organisasi. Pada siklus pengeluaran lingkungan pengendalian tidak berjalan begitu baik karena beberapa departemen tidak memiliki batasan tugas yang jelas. Seperti departemen keuangan dan akuntansi dimana bagian pengeluaran kas dan pencatatan yang menjadi satu. Departemen penjualan dan logistik masih berada dalam satu departemen yaitu departemen operasional. Dimana di dalam departemen operasional hak untuk otorisasi (dep. Penjualan) dan hak untuk meminta Surat Order Pembelian (dept.logistik) masih berada dalam satu atap.
Pengukuran Risiko:Kurangnya pengukuran risiko yang dilakukan oleh CV. Lapan Sembilan. Beberapa risiko yang terbesar adalah Risiko internal dan Risiko Operasional. Risiko internal meliputi:a. Kemungkinan Hutang yang jatuh tempo dan telat pembayaran akan sangat
tinggi karena adanya birokrasi yang berbelit dimana bukti kas keluar harus mendapat otorisasi pemilik.
b. Kemungkinan terjadinya konspirasi antara Keuangan dan Akuntansi karena pengeluaran kas dan pencatatan berada pada satu departemen.
c. Kemungkinan terjadi konspirasi antara departemen Penjualan dengan Logistik karena departemen ini masih dalam satu atap yaitu departemen Operasional. Penjualan dan Logistik dapat membuat suatu pembelian fiktif karena otorisasi Surat Order Pembelian dan Jumlah Barang berada di departemen Operasional.
Risiko operasional meliputi:
a. Kemungkinan terjadinya pembelian barang yang tidak perlu, yang berakibat pada persediaan yang tidak laku dan membengkak.
Aktivitas pengendalian:Kelemahan pada aktivitas pengendalian siklus pengeluaran adalah pemilik hanya melakukan pengendalian melalui laporan manajerial perusahaan. Hal tersebut memungkinkan beberpa departemen melakukan manipulasi terhadap laporan manajerial. Risiko tersebut dapat terjadi karena saling kontrol antar departemen tidak terjalin dengan baik. Fungsi dan tugas antar departemen juga memungkinkan adanya kesempatan manipulasi data. Prosedur Stock opname juga jarang dilakukan sehingga kemungkinan penyelewengan terhadap persediaan semakin besar.
Informasi dan komunikasi:Informasi dan komunikasi dokumen penting dan data-data penting sangat rentan untuk dimasuki oleh berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan akses terhadap data sangat longgar.
MonitoringTidak adanya evaluasi secara berkala terkait keempat aktivitas pengendalian pada siklus pengeluaran.
c. Moral Hazard:
Moral Hazard yang mungkin dilakukan oleh Supplier:
1. Kemungkinan supplier mengirim tagihan ke perusahaan pada saat telah lewat jatuh tempo agar perusahaan terkena denda. Kemungkinan ini bisa terjadi mengingat otorisasi bukti kas keluar yang berbelit-belit.
Moral Hazard yang mungkin dilakukan oleh Pegawai:
1. Kemungkinan terjadinya konspirasi antara Keuangan dan Akuntansi karena pengeluaran kas dan pencatatan berada pada satu departemen.
2. Kemungkinan terjadi konspirasi antara departemen Penjualan dengan Logistik karena departemen ini masih dalam satu atap yaitu departemen Operasional. Penjualan dan Logistik dapat membuat suatu pembelian fiktif karena otorisasi Surat Order Pembelian dan Jumlah Barang berada di departemen Operasional.
3. Kemungkinan saja pegawai pada departemen Logistik mengambil barang perusahaan secara diam-diam. Hal ini karena kontroling terhadap persediaan yang tidak terlalu ketat.
4. Kemungkinan didapati pembayaran hutang sebanyak dua kali pada supplier, hal ini bisa dikarenakan adanya Surat Order Pembelian fiktif yang dibuat departemen Penjualan.