psap-01
-
Upload
muhammad-ikbal -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
description
Transcript of psap-01
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
B. Tujuan Pembelajaran Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu:
1. Memahami tujuan penyajian laporan keuangan;2. Memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan;3. Memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca;4. Memahami pengakuan aset dan kewajiban;5. Memahami pengukuran aset dan kewajiban;6. Memahami penyajian dan pengungkapan aset dan kewajiban dalam laporan keuangan.BAB IIPEMBAHASAN
STRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGANA. Jenis Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
b) Neraca,
c) Laporan Arus Kas (LAK),
d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu periode.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatu periode. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus/defisit
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode pelaporan.
Unsur-unsur dari LRA dapat digambar dalam tabel di bawah ini:
a. PendapatanRp xxx
b. BelanjaRp xxx
c. TransferRp xxx
d. Surpus (Defisit) = (a (b+c))Rp xxx
e. Pembiayaan (Neto)Rp xxx
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d f)Rp xxx
Akuntansi LRA ini lebih detail diatur dalam PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Mengenai neraca lebih detail dibahas dalam Bab III modul ini.3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Penyajian LAK dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas. 4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. CaLK sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
1). informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
2). ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3). informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
4). pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
5). pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
6). informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1). basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;2). sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan
3). setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
1). Pengakuan pendapatan;
2). Pengakuan belanja;
3). Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
4). Investasi;
5). Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
6). Kontrak-kontrak konstruksi;
7). Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
8). Kemitraan dengan fihak ketiga;
9). Biaya penelitian dan pengembangan;
10). Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
11). Dana cadangan;
12). Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.Suatu entitas pelaporan juga dapat mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
1). domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas tersebut beroperasi;
2). penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
3). ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.
Catatan atas Laporan Keuangan diatur secara detail dalam PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.B. Periode Pelaporan
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Penyajian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD diwajibkan untuk setiap periode tahun anggaran APBN/APBD, di mana dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dengan demikian, periode pelaporan keuangan tahunan adalah per tanggal 31 Desember untuk Neraca, dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember untuk LRA dan LAK.
Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas waktu penyampaian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga diwajibkan menyusun laporan keuangan interim, yaitu setidak-tidaknya setiap semester sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. C. Hubungan antar Komponen Laporan KeuanganPos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah saling terkait satu sama lain. 1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas.
Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.
2. Laporan Realisasi Anggaran dengan NeracaKeterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca adalah dalam penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA). SiLPA /SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan selisih antara surplus/defisit dan total pembiayaan akan dimasukkan pada perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar. Perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran dalam Neraca tersebut merupakan akumulasi SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.3.Neraca dengan Laporan Arus KasKeterkaitan antara Neraca dan LAK adalah dalam penyajian saldo kas. Selisih antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum Negara/Kas di Kas Daerah dalam Neraca merupakan kenaikan/penurunan kas sebagaimana yang disajikan dalam LAK. Dengan kata lain selisih saldo awal dan akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan kenaikan/penurunan kas dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir kas di Kas Umum Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.
4.Catatan atas Laporan Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari LRA, Neraca, dan LAK, karena CaLK menjelaskan/ mengungkapkan lebih rinci atas pos-pos dalam LRA, Neraca, dan LAK tersebut.NERACANeraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca disusun dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca disusun secara terpusat oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh SKPKD menjadi Neraca Daerah. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca SKPD dan SKPKD serta mengeliminasi akun-akun timbal balik.
Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat dirumuskan:Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan sebagai berikut:
Neraca
Aset Rp XXXKewajiban Rp XXX
Ekuitas Dana Rp XXX
Total Rp XXXTotal Rp XXX
A. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar. 1. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
1. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
2. berupa kas dan setara kas.
Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. a). Kas dan Setara Kas
Kas diakui pada saat diterima atau pada saat kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiah tersebut. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka kas tersebut dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan. Termasuk dalam klasifikasi kas adalah kas di bank, kas yang dipegang bendahara, dan deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan. Dalam neraca pemerintah daerah, kas biasanya disajikan meliputi kas di kas daerah, kas di bendahara penerimaan, dan kas di bendahara pengeluaran. Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kas meliputi Kas di Bendahara Penerimaan dan Kas di Bendahara Pengeluaran.Pada neraca SKPD, kas disajikan sebagai berikut:
Aset
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas
Kas di Bendahara PengeluaranRp XXX
Kas di Bendahara PenerimaanRp XXX
Total Kas dan setara kasRp XXX
Pada neraca, kas disajikan sebagai berikut:Kas dan Setara Kas
Kas di Kas Daerah Rp XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran*Rp XXX
Kas di Bendahara Penerimaan*Rp XXX
Deposito (2 bulan)**Rp XXX
Total Kas dan setara kasRp XXX
*) Rincian kas di bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada beberapa SKPD dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
**) Apabila pemerintah daerah memiliki deposito berjangka kurang dari 3 bulan pada beberapa bank, maka rincian atau daftar dari deposito tersebut dapat diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.b). Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek diakui pada saat terjadinya pemindahan kepemilikan, yaitu pada saat pemerintah menerima bukti investasi. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan. Jenis-jenis deposito beserta jangka waktunya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Akuntansi investasi jangka pendek diatur lebih detail dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.c). PiutangPos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Piutang dicatat sebesar nilai nominalnya. Penjualan aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil biasanya diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh pemerintah disebut sebagai Tagihan Penjualan Angsuran (TPA). Dalam neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TPA yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset lancar sebagai Bagian Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
d). Persediaan
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Jenis-jenis persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Sesuai dengan PSAP 01, Persediaan dicatat sebesar:
biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Akuntansi mengenai persediaan diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.
Secara keseluruhan, penyajian aset lancar dalam neraca adalah:Aset Lancar
KasRp XXX
Investasi Jangka PendekRp XXX
Piutang PajakRp XXX
Piutang RetribusiRp XXX
Bagian Lancar Tagihan Penjualan AngsuranRp XXX
Bagian Lancar Tagihan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti RugiRp XXX
PersediaanRp XXX
Total Aset LancarRp XXX
2. Aset Nonlancar
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk dalam aset nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar sebagaimana diuraikan terdahulu.Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. a). Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen. Akuntansi Investasi tidak diselenggarakan oleh SKPD tetapi hanya diselenggarakan oleh SKPKD pada pemerintah daerah.
Akuntansi Investasi Jangka Panjang diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.
Penyajian Investasi Jangka Panjang dalam neraca adalah:
Investasi Jangka Panjang
Investasi NonpermanenRp XXX
Pinjaman kepada Perusahaan NegaraRp XXX
Pinjaman kepada Perusahaan DaerahRp XXX
Investasi ObligasiRp XXX
Investasi Nonpermanen LainnyaRp XXX
Total Investasi NonpermanenRp XXX
Investasi PermanenRp XXX
Penanaman Modal PemerintahRp XXX
Investasi Permanen LainnyaRp XXX
Total Investasi PermanenRp XXX
Total Investasi Jangka PanjangRp XXX
b). Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Aset tetap terdiri dari: 1. Tanah 2. Peralatan dan Mesin3. Gedung dan Bangunan4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5. Aset Tetap Lainnya 6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Penyajian aset tetap dalam neraca adalah:
Aset Tetap
Tanah Rp XXX
Peralatan dan MesinRp XXX
Gedung dan BangunanRp XXX
Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp XXX
Aset Tetap Lainnya Rp XXX
Konstruksi dalam PengerjaanRp XXX
TotalRp XXX
Dikurangi:
Akumulasi Penyusutan(Rp XXX)
Total Aset TetapRp XXX
Jenis, umur, dan kondisi dari masing-masing aset tetap dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Akuntansi Aset Tetap diatur lebih rinci dalam PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.c). Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan diakui pada saat dilakukan penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud.Penyajian Dana Cadangan di neraca adalah:
Dana Cadangan
Dana CadanganRp XXX
Total Dana CadanganRp XXX
Informasi mengenai jenis dana cadangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.d). Aset Lainnya
Yang termasuk dalam aset lainnya adalah:
1. Aset Tak Berwujud 2. Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan
3. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan
4. Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan).
Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi :
Software komputer
Lisensi dan franchise
Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya
Hak jasa dan operasi
Aset tak berwujud dalam pengembangan.
Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak penjualan aset yang bersangkutan. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menggambarkan tagihan kepada pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan uang negara atau menghilangkan aset pemerintah. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak atau Surat Keputusan Pembebanan dari pejabat yang berwenang.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan diperoleh atas suatu aset yang dibangun dengan cara kemitraan pemerintah dan swasta berdasarkan perjanjian. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai sebesar nilai kontrak kerjasama antara pemerintah dengan pihak ketiga. Bentuk kemitraan tersebut antara lain Bangun Kelola Serah (BKS)/Built operate Transfer (BOT) , Bangun Serah Kelola (BSK)/Built Transfer Operate (BTO) dan bentuk kemitraan lainnya.Penyajian aset lainnya dalam neraca adalah:
Aset Lainnya
Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX
Tuntutan Perbendaraan/Tuntutan Ganti RugiRp XXX
Kemitraan dengan Pihak KetigaRp XXX
Aset Tak BerwujudRp XXX
Aset Lain-lain Rp XXX
Total Aset LainnyaRp XXX
Informasi mengenai jenis dari masing-masing komponen aset lainnya dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.B. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral (Bank Indonesia) pada tanggal neraca.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
1. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri atas:
a. Bagian lancar utang jangka panjang
Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka panjang yang diharapkan akan dibayar dua belas bulan sesudah tanggal pelaporan. Contohnya Pemerintah daerah XYZ meminjam uang kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp20 miliar pada tanggal 1 Oktober 2005. Pinjaman tersebut dibayar mulai tahun 2006 sampai 2015 (selama 10 Tahun). Pemda XYZ akan melaporkan Bagian Lancar Utang kepada Pemerintah Pusat sebesar yang akan dibayar pada tahun 2006 yaitu Rp2 miliar.b.Utang Bunga
Utang bunga merupakan utang yang timbul pada akhir periode pelaporan sehubungan dengan adanya bunga terutang akibat dari adanya pinjaman yang diambil pemerintah.
c.Utang PFK
Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah kurang menyetor kepada pihak lain atas pungutan Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang dilakukannya. Dengan kata lain Utang PFK adalah Penerimaan PFK dikurangi Pengeluaran PFK. Sebagai contoh, Pemerintah daerah ABC melakukan pemotongan dari gaji untuk iuran Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen) Rp10 juta selama tahun 2005. Tetapi Pemerintah daerah tersebut baru menyetor ke rekening PT Taspen sebesar Rp8 juta selama tahun 2005. Utang PFK yang dilaporkan adalah sebesar Rp2 juta.Khusus pada SKPD terdapat akun Uang Muka dari BUD sebagai akun lawan dari Kas Di bendahara Pengeluaran, dan Akun Pendapatan yang ditangguhkan sebagai akun lawan dari Kas Di Bendahara penerimaan.
Penyajian Kewajiban Jangka Pendek dalam neraca adalah:
Kewajiban Jangka Pendek
Bagian Lancar Utang Jangka PanjangRp XXX
Utang BungaRp XXX
Utang PFKRp XXX
Utang Jangka Pendek LainnyaRp XXX
Total Kewajiban Jangka PendekRp XXX
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:
1. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Penyajian Kewajiban Jangka Panjang di neraca adalah:
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri-PerbankanRp XXX
Utang Dalam Negeri-ObligasiRp XXX
Utang Luar NegeriRp XXX
Utang Jangka Panjang LainnyaRp XXX
Total Kewajiban Jangka PanjangRp XXX
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari masing-masing kewajiban jangka panjang dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Akuntansi kewajiban lebih rinci diatur dalam PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.C. Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas Dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.1. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari: Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun pasangan yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka pendek. Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan untuk menampung Kas di Bendahara Penerimaan. Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang dimaksudkan untuk menampung piutang lancar. Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari persediaan. Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, merupakan akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:
Ekuitas Dana Lancar
SiLPARp XXX
Pendapatan yang DitangguhkanRp XXX
Cadangan PiutangRp XXX
Cadangan PersediaanRp XXX
Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Rp XXX
Total Ekuitas Dana LancarRp XXX
2. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun pasangan dari Investasi Jangka Panjang.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun pasangan dari Aset Tetap, Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun pasangan Aset Lainnya. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (contra account), yang merupakan akun pasangan dari seluruh Utang Jangka Panjang.Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca adalah:
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka PanjangRp XXX
Diinvestasikan dalam Aset TetapRp XXX
Diinvestasikan dalam Aset LainnyaRp XXX
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka PanjangRp XXX
Total Ekuitas Dana LancarRp XXX
3. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ekuitas Dana Cadangan terdiri dari:
Penyajian Ekuitas Dana Investasi dalam neraca adalah:
Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana CadanganRp XXX
Total Ekuitas Dana CadanganRp XXX
CONTOH FORMAT NERACA
CONTOH AKUNTANSI PEMERINTAHANDalam contoh transaksi berikut ini, jurnal dibagi menjadi empat jenis, yaitu jurnal umum (kode JU), jurnal penyesuaian (kode JP), jurnal penutup LRA (kode CL), dan jurnal penutup LO (kode CO).Jurnal Umum (Kode JU)
1. Pada tanggal 15 Januari 2015 Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP UP sebesar Rp25.000.000 kepada PA melalui PPK SKPD. Pada hari yang sama PPK SKPD menerbitkan SPM UP, SPM ini diotorisasi dan langsung diserahkan oleh PA kepada BUD. Tanggal 16 Januari 2015 BUD menerbitkan SP2D UP.Jurnal LO
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
16 Jan1110301Kas di bendahara pengeluaran25.000.000
3130101 RK PPKD25.000.000
(Menerima SP2D UP)
2. Pada tanggal 1 Februari 2015 BUD menerbitkan SP2D LS Gaji sebesar Rp215.000.000, dengan rincian sebagai berikut: Gaji Pokok Rp180.000.000 Tunjangan Keluarga Rp17.000.000 Tunjangan Jabatan Rp18.000.000
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
1 Feb9110101Beban gaji pokok PNS180.000.000
9110102Beban tunjangan keluarga17.000.000
9110103Beban tunjangan jabatan18.000.000
3130101 RK PPKD215.000.000
1 Feb5110101Belanja gaji pokok PNS180.000.000
5110102Belanja tunjangan keluarga17.000.000
5110103Belanja tunjangan jabatan18.000.000
0000000 Perubahan SAL215.000.000
(Membayar gaji dan tunjangan)
3. Pada tanggal 26 Februari 2015 Bendahara pengeluaran SKPD Dinas Pariwisata membayar pembelian makanan dan minuman rapat dengan uang UP senilai Rp500.000.
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
26 Feb9121102Beban makan minum rapat500.000
1110301 Kas di bendahara pengeluaran500.000
5121102Belanja makan minum500.000
0000000 Perubahan SAL500.000
(Membeli makan minum rapat)
4. Pada tanggal 9 April 2015 Bendahara pengeluaran Dinas Pariwisata melakukan pembayaran dengan menggunakan uang UP atas belanja ATK sebesar Rp2.500.000
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
9 Apr9120101Beban ATK2.500.000
1110301 Kas di bendahara pengeluaran2.500.000
5120101Belanja ATK2.500.000
0000000 Perubahan SAL2.500.000
(Membeli ATK)
5. Pada tanggal 28 Mei 2015 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan dinyatakan bahwa Dinas Pariwisata memiliki pendapatan pajak hotel atas Hotel Purnama sebesar Rp80.000.000
Jurnal LO
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
28 Mei1130106Piutang pajak hotel80.000.000
8110601 Pendapatan pajak hotel-LO80.000.000
(Menerima SKP Daerah)
6. Pada tanggal 10 Juni 2015 Hotel Purnama membayar pajak hotel ke Dinas Pariwisata Rp30.000.000.
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
10 Jun1110201Kas di bendahara penerimaan30.000.000
1130106 Piutang pajak hotel30.000.000
0000000Perubahan SAL30.000.000
4110601 Pendapatan pajak hotel-LRA30.000.000
(Menerima pembayaran pajak hotel)
1. Pada tanggal 11 Juni 2015 Bendahara Penerimaan Dinas Pariwisata menyetorkan uang pajak tersebut ke rekening kas daerah.
Jurnal LO
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
11 Jun3130101RK PPKD30.000.000
1110201 Kas di bendahara penerimaan30.000.000
(Menyetorkan pajak hotel ke kas dearah)
2. Pada tanggal 9 September 2015 SKPD menerima SP2D LS Barang untuk pembelian kendaraan dinas bermotor senilai Rp250.000.000.
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
9 Sep1320401Kendaraan dinas bermotor perorangan250.000.000
3130101RK PPKD250.000.000
5220401Belanja modal pengadaan kendaraan dinas bermotor250.000.000
0000000Perubahan SAL250.000.000
(Membeli kendaraan bermotor)
3. Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUD menerbitkan SP2D LS untuk membayar sewa mesin eskavator untuk 1 tahun ke depan (periode 1 Oktober 2015 1 Oktober 2016) senilai Rp36.000.000
Jurnal LO dan LRA
TanggalAkunUraian AkunDebetKredit
1 Okt 9120901Beban sewa eskavator36.000.000
3130101RK PPKD36.000.000
5120901Belanja sewa eskavator36.000.000
0000000Perubahan SAL36.000.000
BAB III
KESIMPULANSistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. (Peraturan Pemerintahan tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pasal 1).
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP 105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002.
Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik, pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Usaha reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.STUDI KASUS LKPD KAB. LUMAJANG 2007 (AUDITED)
Laporan keuangan pemda LUMAJANG TA. 2007 telah diperiksa BPK RI. Hasil Audit menyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dilapangan seputar masalah perlakuan akuntansi pendapatan,pengeluaran pembiayaan , investasi dan hasil investasi (pendapatan deviden). Secara lengkap permasalahan sebagai berikut :
I. Pendapatan deviden tidak dicatat secara bruto sebesar Rp. 654.295.605,00
Kondisi
Pada saat TA. 2007 pemda Lumajang menganggarkan pendapatan dari laba atas penyertaan modal pada bank Jatim (deviden) dengan kode rekening 1.20.03.08.xx.xx.x.x.x.xx.xx sebesar Rp. 654.295.605,00 dengan realisasi sebesar Rp. 654.295.605,04 atau 100%. Sesuai dengan Surat Direksi Bank Jatim kepada BupatiLumajang selaku pemegang saham No. 045/xxx/xxx/xxx tanggal 20 Juli 2007 mengenai pembagian deviden PT Bank Jatim Tahun BUku 2006, besarnya deviden untuk kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :a. Cash Deviden Rp. 654.295.605.04
b. Stock Deviden Rp. 654.295.605,04
Jumlah deviden Rp. 1.308.591.210,08
Cash deviden telah dicatat pada Neraca dan LRA sebagai Kas dan Pendapatan dari Bagian Laba Atas Penyertaan Modal pad Bank Jatim (deviden). Sedangkan pendapatan stock deviden dicatat dalam Neraca sebagai Investasi Permanen-Penyertaan Modal Pemda (debit) dan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang (kredit), deviden belum dicatat di LRA sebagai pendapatan. Pendapatan Stock Deviden seharusnya dicatat secara bruto, yaitu mencatat deviden sebagai pendapatan (kredit) dan pengeluarannya diakui sebagai Pembiayaan Pengelolaan Penyertaan Modal (debit)
Kriteria ( Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :1. UU No. 17/2003 tanggal 5 April 2003 tentang keuangan Negara pada pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, transaparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
2. Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tanggal 10 November 2000 tentang p-engelolaan Keuangan Derah pada pasal 17 ayat (3) yang menyebutkan bahwa aseluruh pendapatan daerah, belanja daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD.
a. 3.Peraturan pemerintah Nomor 24/2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang SAP PSAP No.02 paragraf 25 yang menyebutkan bahwa pencatan pendqapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
3. Peraturan Mendagri No. 14/2006 tanggal 15 Mei 2004 tentang Pelaporan Pengelolaan Keuangan Daerah psl. 20 ayat (2) yang menyatakan bahwa seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD.Akibatnya ( Permasalahan di atas mengakibatkan Pendapataan Deviden dan Pembiayaan Pengeluaran Penyertaan Modal kurang catat sebesar Rp. 654.295.605,04.Sebab ( Hal tersebut disebabkan mekanisme penerimaan deviden dari Bank Jatim tidak berupa uang yang diserahkan, namun digunakan langsung untuk menambah pernyertaan modal Pemda.
TANGGAPAN INSTANSI/PEMDA LUMAJANG
Bahwa pada dasarnya pencatatan pendapatan deviden dan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal, telah kami laksanakan sesuai dengan SAP:
1. Di dalam Kerangka Konseptual SAP paragraph 39 disebutkan bahwa basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan Realisasi Anggaran (LRA) dana abasis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
2. Akuntansi Pendapatan sebagaimana diatur dalam PSAP 02 tentang LRA paragraph 22 disebutkan bahwa Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Derah dan paragraph 25 menyebutkan bahwa Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan atas bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Kami sudah melaksanakan kriteria tersebut dimana deviden tunai (cash deviden) sebesar Rp. 654.295.605,04 yang ditransfer oleh Bank Jatim ke Rekening kas Umum Daerah sudah dicatat sebagai pendapatan hasilpengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar jumlah bruto yang diterima kas daerah yaitu Rp.654.295.605,04 dan dilaporkan di LRA dan Laporan Arus Kas (LAK).
Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak kami catat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria di dalam Kerangka Konseptual dan PSAP 02 paragraph 22 dan 25 sebagaimana tersebut di atas.
3. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana di atur di paragraph 56 PSAP 02 disebutkan bahwa Pengeluaran pembiayan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Tambahan investasi atau penyertaan modal yang berasal dari deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 yang diterima dari Bank Jatim tidakkami catat sebagai pengeluaran pembiayaan dan tidak kami laporkan di LRA maupun LAK karena tidak memenuhi kriteria paragraph 56 PSAP 02, tetapi di catatan atas laporan keuangan sudah kami disclose bahwa pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan belum termasuk deviden atas penyertaan di Bank Jatim sebesar Rp. 654.295605,04
4. Kebijakan akuntansi investasi Kabupaten Lumajang terhadap investasi di Bank Jatim menggunakan metode biaya karena merupakan pemegang saham minoritas. Sehingga pengakuan hasil investasi berpedoman sebagaimana diatur dalam paragraph 37 PSAP 06 bahwa hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk deviden dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.
5. Dalam PSAP 06-12 menyebutkan bahwa : Pada penilaian investasi dengan menggunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi (a) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash deviden maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi di catat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi. (b) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham,maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi . Dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasi pada permanen akan bertambah.
PEMBAHASANHasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka panjang antara lain berupa cash dividen dan stock dividen. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan dan sekaligus pengurang nilai investasi pemerintah.
Dividen yang diterima dalam bentuk saham (stock dividend) tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah sehingga pada saat pembagian stock dividend tidak dilakukan pencatatan. Informasi tentang hal tersebut cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pada penilaian investasi dengan mempergunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi:
a. Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash dividend, maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi dicatat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi.
b. Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi, dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah. Berikut beberapa hal yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan kabupaten Lumajang mengenai pencatatan investasi atas saham minoritas di Bank Jatim:1. Akuntansi Pendapatan sebagaimana diatur dalam PSAP 02 tentang LRA paragraph 22 disebutkan bahwa Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Derah dan paragraph 25 menyebutkan bahwa Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan atas bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pemda Lumajang sudah melaksanakan kriteria tersebut dimana deviden tunai (cash deviden) sebesar Rp. 654.295.605,04 yang ditransfer oleh Bank Jatim ke Rekening kas Umum Daerah sudah dicatat sebagai pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar jumlah bruto yang diterima kas daerah yaitu Rp.654.295.605,04 dan dilaporkan di LRA dan Laporan Arus Kas (LAK).2. Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak dicatat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria di dalam Kerangka Konseptual dan PSAP 02 paragraph 22 dan 25 sebagaimana tersebut di atas karena pada transaksi tersebut tidak terdapat arus kas masuk atas dividen saham, sehingga Pemkab Lumajang tidak perlu melakukan pencatatan penerimaan deviden saham baik dalam LRA maupun LAK dalam aktivitas operasi.
Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak dicatat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria pendapatan yaitu seperti definisi pendapatan dalam PSAP 01: semua penerimaan Rekenis Kas umum Negara Daerah yang menambah ekuitas dana lancardan juga di PSAP 02 paragraph 22 Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum Negara/daerah dan paragraf 25 Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,, yang perlu dilakukan oleh Pemkab Lumajang adalah melakukan pengakuan hasil investasi berupa dividen saham yang akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana sesuai dengan paragraf 37 PSAP 06 tentang investasi pemerintah kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama pencatatannya dilakukan di neraca sesuai dengan paragraf 78 PSAP 01 tentang komposisi dari neraca atau dilaporkan dalam dalam laporan perubahan ekuitas sesuai dengan paragraf 20, 95, dan 96 PSAP 01.3. Kebijakan akuntansi akuntansi investasi kabupaten Lumajang terhadap investasi di Bank Jatim menggunakan metode biaya karena merupakan pemegang saham minoritas. Sehingga pengakuan hasil investasi berpedoman sebagaimana diatur dalam paragraph 37 PSAP 06 bahwa hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk deviden dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama Dan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan dividen saham yang dibagikan tidak menambahkan nilai investasinya, karena penambahan atas kepemilikan pemerintah sudah dicatat atau bertambah pada saat diumumkannya laba oleh perusahaan. Perubahan nilai investasi pemerintah dengan metode ekuitas, terjadi pada saat perusahaan mengumumkan adanya laba/rugi.4. Dan seperti yang telah dijelaskan di bagian awal bab ini, dalam PSAP 06 Paragraf 12 menyebutkan bahwa : Pada penilaian investasi dengan menggunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi (a) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash deviden maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi di catat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi. (b) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi . Dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasi pada permanen akan bertambah.
5. Untuk perlakuan atas dividen berupa saham Pemerintah perlu melakukan pencatatan Penyertaan Modal Pemerintah sebagai Pengeluaran Pembiayaan, hal ini tidak ada uang kas yang keluar dari Rekening Kas Umum Daerah Sehingga jurnal atas pencatatannya adalah sebagai berikut:
Penyertaan Modal Pemerintah
Rp. 654.295.605,04
EDI Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. PanjangRp. 654.295.605,04
6. Pengakuan terhadap penerimaan dividen saham diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan bahwa hasil investasi yang dibagikan berupa saham, sebesar bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi (tidak menambah besarnya proporsi nilai investasi) dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah.7. Pencatatan nya pada neraca adalah sebagai berikut:
1. ASET2. ASET LANCAR
3. ....
4. Investasi Jangka Pendek Rp XXX5. INVESTASI JANGKA PANJANG
6. Investasi Nonpermanen Rp YYY
7. Investasi Permanen Rp YYY
8. Jumlah Investasi Jk Panjang Rp YYYY9. KEWAJIBAN
10. ....11. EKUITAS
12. Ekuitas Dana Lancar
13. SILPA
Rp ZZZZ
14. EKUITAS DANA INVESTASI
15. Diinvestasikan dalam
16. Investasi Jangka Panjang Rp YYYY
17.
KESIMPULAN
Pada dasarnya penerapan akuntansi oleh Pemda Lumajang sudah sesuai dengan pengelolaan keuangan daerah yang baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 sebagai mana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjadi peraturan teknis perlakuan akuntansi pendapatan, pengeluaran pembiayaan, investasi dan hasil investasi (pendapatan deviden) pemerintah. BPK RI tidak memahami konsep perlakuan akuntansi pendapatan, pengeluaran pembiayaan, investasi dan hasil investasi pemerintah, sehingga BPK RI menyimpulkan laporan keuangan Pemda Lumajang TA 2007 terdapat penyimpangan, dan dikatakan bertentangan dengan UU No.17/2003, PP No.58/2005, PP No.24/2005, dan Permendagri No.14/2006 yang sebenarannya tidak bertentangan namun memenuhi ketentuan dalam peraturan-peraturan tersebut.PAGE
_1210640058.xlsSheet1
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No.Uraian20X120X0
1ASET
2
3ASET LANCAR
4Kas di Kas Daerahxxxxxx
5Kas di Bendahara Pengeluaranxxxxxx
6Kas di Bendahara Penerimaanxxxxxx
7Investasi Jangka Pendekxxxxxx
8Piutang Pajakxxxxxx
9Piutang Retribusixxxxxx
10Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negaraxxxxxx
11Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerahxxxxxx
12Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusatxxxxxx
13Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnyaxxxxxx
14Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuranxxxxxx
15Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugixxxxxx
16Piutang Lainnyaxxxxxx
17Persediaanxxxxxx
18Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17)xxxxxx
19
20INVESTASI JANGKA PANJANG
21Investasi Nonpermanen
22Pinjaman Jangka Panjangxxxxxx
23Investasi dalam Surat Utang Negaraxxxxxx
24Investasi dalam Proyek Pembangunanxxxxxx
25Investasi Nonpermanen Lainnyaxxxxxx
26Jumlah Investasi Nonpermanen (22 s/d 25)xxxxxx
27Investasi Permanen
28Penyertaan Modal Pemerintah Daerahxxxxxx
29Investasi Permanen Lainnyaxxxxxx
30Jumlah Investasi Permanen (28 s/d 29)xxxxxx
31Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30)xxxxxx
32
33ASET TETAP
34Tanahxxxxxx
35Peralatan dan Mesinxxxxxx
36Gedung dan Bangunanxxxxxx
37Jalan, Irigasi, dan Jaringanxxxxxx
38Aset Tetap Lainnyaxxxxxx
39Konstruksi dalam Pengerjaanxxxxxx
40Akumulasi Penyusutan(xxx)(xxx)
41Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40)xxxxxx
42
43DANA CADANGAN
44Dana Cadanganxxxxxx
45Jumlah Dana Cadangan (44)xxxxxx
46
47ASET LAINNYA
48Tagihan Penjualan Angsuranxxxxxx
49Tuntutan Ganti Rugixxxxxx
50Kemitraan dengan Pihak Ketigaxxxxxx
51Aset Tak Berwujudxxxxxx
52Aset Lain-Lainxxxxxx
53Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52)xxxxxx
54
55JUMLAH ASET (18+31+41+45+53)xxxxxxxx
56
57KEWAJIBAN
58
59KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
60Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)xxxxxx
61Utang Bungaxxxxxx
62Bagian Lancar Utang Jangka Panjangxxxxxx
63Utang Jangka Pendek Lainnyaxxxxxx
64Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (60 s/d 63)xxxxxx
65
66KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
67Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankanxxxxxx
68Utang Dalam Negeri - Obligasixxxxxx
69Utang Jangka Panjang Lainnyaxxxxxx
70Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (67 s/d 69)xxxxxx
71JUMLAH KEWAJIBAN (64+70)xxxxxx
72
73EKUITAS DANA
74
75EKUITAS DANA LANCAR
76Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)xxxxxx
77Pendapatan yang Ditangguhkanxxxxxx
78Cadangan Piutangxxxxxx
79Cadangan Persediaanxxxxxx
80Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek(xxx)(xxx)
81Jumlah Ekuitas Dana Lancar (76 s/d 80)xxxxxx
82
83EKUITAS DANA INVESTASI
84Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjangxxxxxx
85Diinvestasikan dalam Aset Tetapxxxxxx
86Diinvestasikan dalam Aset Lainnyaxxxxxx
87Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang(xxx)(xxx)
88Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87)xxxxxx
89
90EKUITAS DANA CADANGAN
91Diinvestasikan dalam Dana Cadanganxxxxxx
92Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91)xxxxxx
93JUMLAH EKUITAS DANA (81+88+92)xxxxxx
94
95JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (71+93)xxxxxxxx
_1210640091.xlsSheet1
Lampiran 1-b
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 01:
Penyajian Laporan Keuangan
Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No.Uraian20X120X0
1ASET
2
3ASET LANCAR
4Kas di Kas Daerahxxxxxx
5Kas di Bendahara Pengeluaranxxxxxx
6Kas di Bendahara Penerimaanxxxxxx
7Investasi Jangka Pendekxxxxxx
8Piutang Pajakxxxxxx
9Piutang Retribusixxxxxx
10Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negaraxxxxxx
11Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerahxxxxxx
12Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusatxxxxxx
13Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnyaxxxxxx
14Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuranxxxxxx
15Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugixxxxxx
16Piutang Lainnyaxxxxxx
17Persediaanxxxxxx
18Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17)xxxxxx
19
20INVESTASI JANGKA PANJANG
21Investasi Nonpermanen
22Pinjaman Jangka Panjangxxxxxx
23Investasi dalam Surat Utang Negaraxxxxxx
24Investasi dalam Proyek Pembangunanxxxxxx
25Investasi Nonpermanen Lainnyaxxxxxx
26Jumlah Investasi Nonpermanen (22 s/d 25)xxxxxx
27Investasi Permanen
28Penyertaan Modal Pemerintah Daerahxxxxxx
29Investasi Permanen Lainnyaxxxxxx
30Jumlah Investasi Permanen (28 s/d 29)xxxxxx
31Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30)xxxxxx
32
33ASET TETAP
34Tanahxxxxxx
35Peralatan dan Mesinxxxxxx
36Gedung dan Bangunanxxxxxx
37Jalan, Irigasi, dan Jaringanxxxxxx
38Aset Tetap Lainnyaxxxxxx
39Konstruksi dalam Pengerjaanxxxxxx
40Akumulasi Penyusutan(xxx)(xxx)
41Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40)xxxxxx
42
43DANA CADANGAN
44Dana Cadanganxxxxxx
45Jumlah Dana Cadangan (44)xxxxxx
46
47ASET LAINNYA
48Tagihan Penjualan Angsuranxxxxxx
49Tuntutan Ganti Rugixxxxxx
50Kemitraan dengan Pihak Ketigaxxxxxx
51Aset Tak Berwujudxxxxxx
52Aset Lain-Lainxxxxxx
53Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52)xxxxxx
54
55JUMLAH ASET (18+31+41+45+53)xxxxxxxx
56
57KEWAJIBAN
58
59KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
60Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)xxxxxx
61Utang Bungaxxxxxx
62Bagian Lancar Utang Jangka Panjangxxxxxx
63Utang Jangka Pendek Lainnyaxxxxxx
64Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (60 s/d 63)xxxxxx
65
66KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
67Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankanxxxxxx
68Utang Dalam Negeri - Obligasixxxxxx
69Utang Jangka Panjang Lainnyaxxxxxx
70Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (67 s/d 69)xxxxxx
71JUMLAH KEWAJIBAN (64+70)xxxxxx
72
73EKUITAS DANA
74
75EKUITAS DANA LANCAR
76Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)xxxxxx
77Pendapatan yang Ditangguhkanxxxxxx
78Cadangan Piutangxxxxxx
79Cadangan Persediaanxxxxxx
80Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek(xxx)(xxx)
81Jumlah Ekuitas Dana Lancar (76 s/d 80)xxxxxx
82
83EKUITAS DANA INVESTASI
84Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjangxxxxxx
85Diinvestasikan dalam Aset Tetapxxxxxx
86Diinvestasikan dalam Aset Lainnyaxxxxxx
87Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang(xxx)(xxx)
88Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87)xxxxxx
89
90EKUITAS DANA CADANGAN
91Diinvestasikan dalam Dana Cadanganxxxxxx
92Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91)xxxxxx
93JUMLAH EKUITAS DANA (81+88+92)xxxxxx
94
95JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (71+93)xxxxxxxx