Proyek Farmakologi Toksikologi

22

Click here to load reader

description

Tugas Makalah

Transcript of Proyek Farmakologi Toksikologi

Page 1: Proyek Farmakologi Toksikologi

MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

EFEK ANALGESIK JAMU MENSANA

DISUSUN OLEH :

Kelompok : D

Hari/tanggal : Rabu, 7 November 2012

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Proyek Farmakologi Toksikologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia ini pasti pernah mengalami sakit, mulai dari sakit yang

ringan sampai yang berat. Penyakit, banyak disebabkan oleh mikroorganisme yang

berada disekeliling kita yang akan masuk ke dalam tubuh seseorang apabila kondisi tubuh

seseorang sedang tidak baik sehingga seseorang akan sakit. Contoh penyakit yang

menimbulkan nyeri adalah sakit kepala, sakit gigi, menstruasi pada wanita, sakit

pinggang.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri adalah sensori subyektif dan

emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan

aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri dapat

memberikan efek yang bermanfaat dan efek yang merugikan. Di satu sisi nyeri dapat

memberikan efek yang bermanfaat karena digunakan sebagai alarm bagi tubuh bila ada

kelainan atau penyakit dalam tubuh. Jadi sesesorang akan sadar bahwa dirinya

mengalami suatu penyakit atau kelainan. Namun nyeri juga memiliki efek yang

merugikan karena mengganggu kualitas hidup dan mengurangi produktivitas

pasien.Rangsangan penimbulan nyeri umumnya memiliki kemampuan menyebabkan sel-

sel melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang

ujung saraf yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang

disebut prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif pada

rangsangan nyeri.

Apabila hal tersebut terus dibiarkan tanpa penanganan, maka dapat menggangu

aktivitas atau kerja mereka dan sakit yang dirasakan akan terasa semakin parah. Untuk

mencegah hal tersebut maka dapat digunakan obat analgesik yang dapat menghilangkan

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan kerja mereka.

Page 3: Proyek Farmakologi Toksikologi

Obat merupakan setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Setiap

obat memiliki efek tertentu. Obat analgesik merupakan obat yang bertujuan untuk

menghilangkan rasa sakit atau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

Percobaan kali ini untuk mengetahui efek obat atau senyawa yang dapat

mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Dengan

diketahuinya efek obat tersebut maka kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh obat

analgesik terhadap hewan uji yaitu kita dapat melihat bagaimana lama waktu obat

analgesik dalam hal ini adalah jamu mensana. Selain itu kita juga dapat melihat

bagaimana jamu mensana bekerja dalam hewan uji yaitu mencit. Dengan melakukan

percobaan ini maka kita dapat mengetahui respon mencit terhadap obat mensana dan

berapa dosis jamu yang efektif yang diberikan pada mencit.

Mensana perlu diteliti karena ingin diketahui apakah rasa nyeri haid yang banyak

diderita oleh para perempuan karena menstruasi dapat disembuhkan atau diatasi oleh

mensana.

B. Permasalahan

1. Apakah jamu mensana dapat memberikan efek analgesik pada mencit ?

2. Berapa dosis yang efektif dari jamu mensana terhadap efek analgesik dengan metode

rangsang kimia ?

C. Manfaat

1. Manfaat teoritis pada percobaan ini yaitu,

a) Dengan melakukan percobaan ini praktikan diharapkan mengetahui efek

analgesik yang ditimbulkan oleh mensana dengan menggunakan metode

rangsang kimia.

Page 4: Proyek Farmakologi Toksikologi

b) Dengan melakukan percobaan ini praktikan diharapkan mengetahui berapa

dosis yang efektif dari jamu mensana terhadap efek analgesik dengan metode

rangsang kimia.

2. Manfaat praktis pada percobaan ini yaitu,

a) Dengan melakukan percobaan ini praktikan diharapkan mengetahui efek

analgesik mensana dengan metode rangsang kimia dengan menghitung waktu

reaksi dan perpanjangan waktu reaksi.

b) Dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa jamu mensana

memberikan efek analgesik melalui pengujian terhadap mencit dengan metode

rangsang kimia.

Perbedaan metode ini adalah manfaat teoritis mengarah pada yang akan kita

dapatkan dari percobaan ini, sedangkan pada manfaat praktis dengan hasil percobaan ini

dapat memberikan pengetahuan baru baik pada diri sendiri maupun orang lain

(menginformasikan pada masyarakat).

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui efek analgesik yang ditimbulkan jamu mensana pada mencit

2. Untuk mengetahui dosis yang efektif dari jamu mensana terhadap efek analgesik

dengan metode rangsang kimia.

Page 5: Proyek Farmakologi Toksikologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analgesik

Analgetika adalah senyawa yang ada dalam dosis terapeutik yang meringankan atau menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika) dan analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi dan antireumatik (Mutschler, 1991).

Untuk mempengaruhi nyeri dengan obat, menurut pernyataan yang disebutkan di atas, terdapat kemungkinan-kemungkinan berikut:

1 Mencegah sensibilasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.

2 Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan memakai anestetika permukaan atau anestetika infiltrasi.

3 Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan anestetika konduksi.

4 Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat narcosis.

5 Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankuilansia, neurolepatika, antidepresiva) (Mutschler, 1991).

Analgesik dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu:

1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)

Analgetik narkotik mempunyai daya penghalang nyeri yang kuat sekali, sehingga dapat mengurangi kesadaran (mengantuk) dan memberikan perasaan

Page 6: Proyek Farmakologi Toksikologi

(habituasi). Mekanisme kerja analgesik narkotik berkaitan secara selektif pada banyak tempat di seluruh tubuh untuk menghasilkan efek farmakologi. Analgetik ini terutama di lobus otak yang terikat transmisi nyeri dalam perubahan reaktivitas rangsangan monoseptik. Contoh golongan ini adalah hidromorfin HCl, petinin HCl, morphin HCl (Mutschler, 1991).

2. Analgesik non narkotik

Penggunaan analgetika non narkotik (perifer) mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat tau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kombinasi dari dua atau lebih analgetika seringkali digunakan, karena terjadi efek potensial (Tjay, 2002).

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga pembentukan prostaglandin dari asam arahidonat terhambat atau menjadi berkurang. Prostaglandin sendiri berperan dalam proses terjadinya rasa nyeri, peningkatan suhu tubuh, dan inflamasi. Obat ini dapat menurunkan demam dengan menghambat biosintesis prostaglandin di daerah hipotalamus tempat pengatur suhu tubuh. Contoh obat golongan ini yakni parasetamol (Tjay, 2002).

Analgesik merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan saraf pusat melalui sumsum tulang belakang ke thalamus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsangan terasa sebagai nyeri. Sebagai mediator nyeri antara lain:

1. Histamin

2. Serotonin

3. Plasmikinin (antara lain brandikini)

4. Prostaglandin

5. Ion Kalium (Anief, 1995).

B. NYERI

Page 7: Proyek Farmakologi Toksikologi

Rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Senyawa tubuh dibebaskan dari sel-sel yang rusak yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang menyebabkan perangsang reseptor nyeri. Yang termaksud zat nyeri yang potensinya kecil adalah ion hidrogen. Pada penurunan pH di bawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada kenaikan konsentrasi ion H+

lebih lanjut (Mutschler, 1991).

C. METODE PENGUJIAN ANALGESIK

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan efek analgesik dari suatu senyawa dan tergantung dari rangsangan nyeri adalah :

1. Rangsangan panas

a. Metode Woolfe-Mac Doland

Metode ini menggunakan lempeng panas dari seng. Hewan coba diletakkan di atas lempeng panas tersebut pada suhu tertentu (50-600C) dalam silinder kaca, silinder kaca dimaksudkan agar hewan tetap berada di atas lempeng panas. Reaksi sakit ditunjukkan dengan gerakan-gerakan kaki belakang, depan atau keduanya yang merasa nyeri setempat.

b. Metode Eddy-Leimbach

Metode ini menggunakan lempeng panas, lempeng panas diletakkan di atas campuran etilformiat dan aseton mendidih yang dapat mempertahankan lempeng tersebut pada suhu 55-55,50C

c. Metode Grotto-Sulman

Metode ini menggunakan kotak plastik. Ekor hewan dibenamkan dalam penangas air pada suhu 500C. Respon nyeri didasarkan pada pergerakan ekor tersebut.

d. Metode jepit ekor D’ Amour dan Smith

Metode ini berdasarkan atas reaksi hewan terhadap rangsangan radiasi lampu osram 6460 bellphot. Rangsangan tesebut dikenakan pada bagian tengah ekor hewan tersebut. Alat analgesimeter terdiri dari silinder yang terdiri dari suatu alat pengatur cahaya, lensa dan lampu osram 6460 bellphot. Hewan yang akan digunakan diletakkan di dalam kandang kecil sedemikian rupa sehingga ekornya terletak diluar dan diletakkan di atas celah yang sempit. Bila hewan tenang, maka diberi rangsangan nyeri, reaksi jepit ekor terhadap rangsangan nyeri yang langsung dapat dibaca pada alat pembaca digital.

Page 8: Proyek Farmakologi Toksikologi

2. Rangsangan Tekanan (Rendall dan Sellito)

Metode ini berdasarkan tekanan yang diberikan pada ekor hewan dengan semprit yang berisi minyak mineral. Semprit tersebut dihubungkan dengan semprit lain dan suatu manometer air raksa sehingga membentuk pipa T. Respon ditandai dengan hewan meronta, bila ekornya diberi tekanan yang cukup besar.

3. Rangsangan Listrik (Nielsen)

Metode ini menggunakan rangsangan listrik yang dikenai pada ekor melaui elektroda yang dibalut emas. Elektroda dikaitkan dengan penjepit berpegas dan penjepit lain yang berkait pada wadah berisi hewan. Elektroda dapat masuk ke dalam ekor hewan sampai 25 mm dari pangkal ekor. Kejutan diberikan setiap detik sampai didapat respon hewan mencit.

4. Rangsangan Zat Kimia (Siegmund)

Metode ini menggunakan senyawa kimia yang dapat menimbulkan rasa nyeri seperti asam asetat, HCl 2%, 5-hidroksitriptamin, fenilbenzokuinon, bradikinin, dan lain-lain. Senyawa tersebut diberikan secara intraperitoneal 30 menit sebelum diberikan obat. Reaksi nyeri yang diperlihatkan oleh hewan antara lain; menggeliat, menggeser-geserkan perut pada alas kandang. Jumlah geliat langsung diamati selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit (Darmono, 2011).

D. ASETOSAL

Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang sampai kini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti demam kuat dan pada dosis rendah sekali berdaya menghambat agregasi trombosit. Pada dosis besar dari normal obat ini berkhasiat antiradang akibat gagalnya sintesa prostaglandin. Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung dan perdarahan samar(Tjay, 2007).

E. CMC

Page 9: Proyek Farmakologi Toksikologi

CMC adalah derivat karboksi yang viskositasnya tergantung dari tipenya. Di dalam tubuh, CMC sama sekali tidak bereaksi. Kadang kala zat ini digunakan pada penanganan obesitas untuk menghilangkan perasaan lapar tetapi efektivitasnya diragukan (Tjay,2007).

F. ASAM ASETAT

Asam asetat murni disebut asam asetat glacial karena senyawa ini padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glacial berupa cairan tidak berwarna, mudah terbakar (titik leleh 170C, titik didih 1180C) dan berbau pedas serta larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Asam asetat dalam industri digunakan dalam bahan baku sintesis serat dan plastik, dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut dan sebagai pereaksi (Somardjo, 2006).

G. JAMU

Obat tradisional atau jamu berasal dari alam dan khasiatnya belum terbukti secara ilmiah.Penggunaaanya hanya didasarkan pada data empirik semata, yaitu data pengalaman dari seseorang yang telah mengalami penyembuhan setelah meminum jamu. Jamu oleh para tenaga kesehatan modern dikatagorikan sebagai kelompok sarana pengobatan alternatif. Menurut Depkes RI, jamu adalah obat jadi atau obat yang terbungkus yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum data klinisnya (Harmanto, 2007).

H. MENSANA

Mensana merupakan campuran beberapa bahan herbal yang teruji secara klinis berkhasiat untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan menstruasi termasuk gejala sebelum (PMS), saat dan sesudah datang bulan. Komposisi dari tiap sachet 15 mL mengandung ekstrak Agni castii Fructus 20 mg, Curcuma domestica Rhizoma 250 mg, Zingiberis Rhizoma 100 mg dan Tamarindi Pulpa 750 mg. Fungsi dari masing-masing komposisi mensana yaitu Agni castii fructus yang merupakan tanaman asli dari daerah Mediterania, tanaman ini berguna untuk membuat siklus haid menjadi teratur, mengurangi gejala PMS, dan menstalgia (nyeri di daerah jaringan payudara). Curcuma domestica Rhizoma (kunyit) yaitu merupakan jenis rempah–rempah

Page 10: Proyek Farmakologi Toksikologi

yang dapat melancarkan menstruasi karena bersifat oksitoksik. Selain itu juga berguna untuk mengatasi keluhan nyeri ulu hati yang sering timbul menjelang mentruasi. Zingibersi Rhizoma (jahe) yaitu merupakan jenis rempah–rempah yang berguna sebagai analgesik (penghilang nyeri), entiemetik (antimual), dan menghangatkan badan. Tamarindus indica (asam) yaitu bahan herbal yang berkhasiat sebagai analgesik, dan laksatif. Selain itu, rasanya yang enak dapat menyegarkan tubuh dan mengurangi bau badan.

I. Landasan Teori

Analgetik merupakan suatu obat atau suatu senyawa yang digunakan dengan tujuan untuk mengurangi, menekan, meringankan rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa sakit atau nyeri dapat disebabkan oleh rangsangan mekanis fisik dan kimia. Apabila rangsangan ini melebihi ambang batas nyeri maka akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga mediator nyeri dilepaskan. Mediator rasa nyeri tersebut yang menyebabkan rasa nyeri muncul.

Obat Analgetik dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu obat analgetik golongan narkotik (analgetik sentral) dan obat analgetik golongan non narkotik. Obat analgetik golongan narkotik memiliki daya penghalang nyeri yang sangat kuat sehingga dapat mengurangi kesadaran (mengantuk). Mekanisme kerja obat analgetik golongan narkotik berkaitan secara selektif pada banyak tempat di seluruh tubuh untuk dapat menghasilkan efek farmakologis, tempat kerja utamanya di lobus otak.

Obat Analgetik golongan non narkotik berefek melalui mekanisme kerja yang menghambat biosintesis prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam keluarnya mediator kimiawi yang merangsang terjadinya nyeri. Efek analgetik dari obat golongan non narkotik jauh lebih rendah dibandingkan obat golongan narkotik. Pada obat golongan non narkotik tidak menimbulkan ketagihan dan efek samping sentral yang merugikan.

Mensana adalah jamu yang merupakan campuran beberapa bahan herbal yang teruji secara klinis berkhasiat untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan menstruasi termasuk gejala sebelum (PMS), saat dan sesudah datang bulan. Komposisi dari tiap sachet 15 mL mengandung ekstrak Agni castii Fructus 20 mg, Curcuma domestica Rhizoma 250 mg, Zingiberis Rhizoma 100 mg dan Tamarindi Pulpa 750 mg. Fungsi dari masing-masing komposisi mensana yaitu Agni castii fructus yang merupakan tanaman asli dari daerah Mediterania, tanaman ini berguna untuk membuat siklus haid menjadi teratur, mengurangi gejala PMS, dan menstalgia (nyeri di daerah jaringan payudara). Curcuma domestica Rhizoma (kunyit) yaitu merupakan jenis rempah–rempah yang dapat melancarkan menstruasi karena bersifat oksitoksik. Selain itu

Page 11: Proyek Farmakologi Toksikologi

juga berguna untuk mengatasi keluhan nyeri ulu hati yang sering timbul menjelang mentruasi. Zingibersi Rhizoma (jahe) yaitu merupakan jenis rempah–rempah yang berguna sebagai analgesik (penghilang nyeri), entiemetik (antimual), dan menghangatkan badan. Tamarindus indica (asam) yaitu bahan herbal yang berkhasiat sebagai analgesik, dan laksatif. Selain itu, rasanya yang enak dapat menyegarkan tubuh dan mengurangi bau badan.

Kegunaan untuk meredakan nyeri, sakit perut, dan sakit otot pinggang pada masa menstruasi, membantu melancarkan menstrusi, membantu menyegarkan badan. Mensana tidak boleh di konsumsi pada ibu hamil karena pada Curcuma domestica bersifat oksitoksik yang menyebabkan merangsang dan meningkatkan kontraksi uterus jika ibu hamil meminum mensana maka bayi dapat lahir prematur dan pada ibu hamil juga tidak mengalami mentruasi maka tidak disarankan untuk meminum mensana karena mensana untuk melancarkan menstruasi.

J. Hipotesis

H 1 : Jamu mensana dapat memberikan efek analgesik pada mencit dengan metode rangsang kimia.

Page 12: Proyek Farmakologi Toksikologi

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Experimental

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental murni

Page 13: Proyek Farmakologi Toksikologi

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Utama

a. Variable bebas : Volume dan dosis pemberian

Metode perlakuan yaitu metode rangsang kimia

b. Variable tergantung : Waktu reaksi

Jumlah geliat

2. Variable Pengacau

a. Variabel yang dikendalikan : Berat badan mencit (range 20-30 gram)

Umur mencit (range 1-2 bulan)

Galur mencit (galur swiss/afkir)

b. Variabel yang tidak dikendalikan : Keadaan fisiologis hewan uji

jumlah makanan yang dikonsumsi mencit

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Spuit injeksi (0,1-1ml)

b. Jarum oral (ujung tumpul)

c. Beaker glass

d. Stopwatch

Page 14: Proyek Farmakologi Toksikologi

2. Bahan

a. Hewan uji : mencit

b. Aquades peroral

c. Suspensi asetosal 0.5% dalam CMC 1% dosis 91 mg/kg BB

d. Jamu mensana:

Dosis pertama : 0,0728 mg/g BB

Dosis kedua : 0,1456 mg/g BB

Dosis ketiga : 0,2912 mg/g BB

e. Larutan steril asam asetat 1 % (50mg/kgBB)

D. Cara Kerja

Percobaan Rangsang Kimia :

1. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji (mencit)

a. Dibagi 5 mencit ke tiap sub kelompok praktikum dengan perlakuan :

Sebagai kontrol negatif : Mencit 1 diberikan larutan CMC Na 1%

Sebagai kontrol positif : Mencit 2 diberikan suspensi asetosal 0,5% dalam CMC

1%, dosis 91mg/kg BB per oral

Sebagai pengujian efek analgesik pertama : Mencit 3 diberikan mensana secara per

oral dengan dosis pertama yaitu 0,0728 mg/g BB pada mencit.

Sebagai pengujian efek analgesik kedua : Mencit 4 diberikan mensana secara per oral

dengan dosis kedua yaitu 0,1456 mg/g BB.

Page 15: Proyek Farmakologi Toksikologi

Sebagai pengujian efek analgesik ketiga : Mencit 5 diberikan mensana secara per oral

dengan dosis ketiga yaitu 0,2912 mg/g BB.

b. Diberi selang waktu 15 menit untuk proses absorbsi dan distribusi obat. Kemudian

seluruh mencit disuntik asam asetat 50 mg/kg BB secara intraperitonial.

c. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki ditarik ke

belakang), lalu catat jumlah kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit

selama 60 menit.

2. Analisis hasil :

a. Dibuat kurva mean Σ kumulatif geliat masing-masing perlakuan vs perlakuan

dihitung persen daya analgetik dengan rumus :

% Daya Analgetik = 100 – (O/K x 100)

dimana :

O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik

K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC (kontrol)

E. Tata Cara Analisis

a. Percobaan Rangsang Kimia

Setelah didapat data hasil percobaan efek analgesik dengan metode rangsang kimia maka

dihitung persen daya analgetik dengan rumus :

% Daya analgetik = 100 – (O/K x 100),

dimana :

Page 16: Proyek Farmakologi Toksikologi

O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik

K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC (kontrol)

dibandingkan daya analgetik asetosal dan jamu mensana

F. Daftar Pustaka

Anief, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, UGM Press, Yogyakarta, pp. 45,

47.

Darmono, S., 2011, Farmakologi Eksperimental, UI Press, Jakarta, pp. 65-67.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat , Edisi V, Penerbit ITB, Bandung, pp. 177-188.

Tjay,T. H., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi V, Gramedia, Jakarta, pp. 295-297.

Tjay, T. H., & Kirana R., 2007, Obat-obat penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek

Sampingnya, Gramedia, Jakarta, pp. 221, 307, 316.