PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

16
7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 1/16 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik's spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi dan kematian.(1) Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.(2) Sejak tahun 2002, kematian akibat campak di dunia mencapai 777.000. di antaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN. Di Indonesia 30.000 anak meninggal/ tahun akibat komplikasi campak. artinya tiap 20 menit - 1 anak meninggal. Setiap tahun, lebih dari 1 juta anak belum terimunisasi campak .(3) Indonesia adalah Negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara prioritas yang di identifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (>90%) di setiap kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak.(4) 

Transcript of PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

Page 1: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 1/16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan

demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik's spot) diikuti ruam

makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis

media, eksaserbasi dan kematian.(1)

Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya

vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta

orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan

dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun

masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.(2)

Sejak tahun 2002, kematian akibat campak di dunia mencapai 777.000. di antaranya

202.000 berasal dari Negara ASEAN. Di Indonesia 30.000 anak meninggal/ tahun akibat

komplikasi campak. artinya tiap 20 menit - 1 anak meninggal. Setiap tahun, lebih dari 1 juta

anak belum terimunisasi campak .(3)

Indonesia adalah Negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka

kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian, yang menyebabkan Indonesia

menjadi salah satu dari 47 negara prioritas yang di identifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk

melaksanakan akselerasi dan menjaga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk

kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (>90%) di setiap kabupaten/kota serta memastikan

semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak.(4) 

Page 2: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 2/16

2

1.2 Tujuan 

1.  Untuk mengetahui pengertian campak.

2. Untuk mengetahui Epidemiologi campak.

3. Untuk mengetahui etiologi dan patologi penyakit campak.

4. Untuk mengetahui gejala klinis dan langkah penegakan diagnosis campak.

5. Untuk mengetahui pengobatan penyakit campak.

6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis penyakit campak.

7. Untuk mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.

Page 3: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 3/16

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Campak

2.1.1 Definisi

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin),

yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia

dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.(5) Campak adalah penyakit

infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut,

demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian

diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

Menurut Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas 2007 campak adalah infeksi virus yang akut

yang bermanifestasi dalam 3 stadium yaitu stadium kataral, erupsi, dan konvalens.(6) 

2.1.2 Etiologi

Virus campak berasal dari genus  Morbilivirus dan family Paramyxoviridae. Virus

campak liar hanya patogen untuk primata. Kera dapat pula terinfeksi campak lewat darah atau

sekret nasofaring dari manusia. Hopkins, Koplan dan Hinman menyatakan bahwa campak tidak

mempunyai reservoir pada hewan dan tidak menyebabkan karier pada manusia. Virion campak

 berbentuk spheris, pleomorphic, dan mempunyai sampul (envelope) dengan diameter 100-250

nm. Virion terdiri dari nukleocapsid yaitu helix dari protein RNA dan sampul yang mempunyai

tonjolan pendek pada permukaannya. Tonjolan pendek ini disebut pepfomer, dan terdiri dari

Page 4: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 4/16

4

hemaglutinin (H) peplomer yang berbentuk bulat dan fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti

 bel (dumbbell-shape). Berat molekul dari single stranded RNA adalah 4,5 X 106.(7)

Virus campak terdiri dari 6 protein struktural, 3 tergabung dalam RNA yaitu

nukleoprotein (N), polymerase protein (P), dan large protein (L); 3 protein lainnya berhubungan

dengan sampul virus. Membran sampul terdiri dari M protein (glycosylated protein) yang

 berhubungan dengan bagian dalam lipid bilayer dan 2 glikoprotein H dan F. Glikoprotein H

menyebabkan adsorbsi virus pada reseptor host. CD46 yang merupakan complement regulatory

 protein dan tersebar luas pada jaringan primata bertindak sebagai reseptor glikoprotein H.

Glikoprotein F menyebabkan fusi virus pada sel host, penetrasi virus dan hemolisis. Dalam

kultur set, virus campak mengakibatkan cytopathic elect yang tcrdiri dari  stellate cell dan

multinucleated giant cell. Virus campak ini sangat sensitif pada panas dan dingin, cepat

inaktivasi pada suhu 37°C. Selain itu virus juga menjadi inaktif dengan sinar ultraviolet, ether,

trypsin dan p-propiolactone. Virus tetap infektif pada bentuk droplet di udara selama beberapa

 jam terutama pada keadaan dengan tingkat kelembaban yang rendah.(7)

2.1.3 Epidemiologi

Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui

udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

Campak ini juga merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa

(KLB). Laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT mengalami fluktuasi dalam

 periode 5 (lima) tahun dari tahun 2008  –   2012. Pada tahun 2007 kasus campak sebanyak 118

kasus, pada tahun 2008 menurun menjadi 77 kasus selanjutnya mengalami penurunan lagi pada

tahun 2009 menjadi 36 kasus. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 170 kasus dan pada tahun

2011 kembali meningkat lagi menjadi 967 kasus dan pada tahun 2012 kembali menurun menjadi

Page 5: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 5/16

5

114 kasus. Pada tahun 2012 kasus campak ini hanya menyerang 10 Kabupaten/Kota, dengan

 jumlah kasus tertinggi di Kab. Rote Ndao sebanyak 35 kasus menyusul Kabupaten Manggarai

Timur sebanyak 20 kasus.(8)

2.1.4 Patofisiologi

Virus campak menginfeksi dengan invasi pads. Epitel traktus respiratorius mulai dari

hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi local pada mukosa respiratorius

segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam leukosit pada system

retikukoendotelial. Setelah terjadi nekrosis pada sel retikuloendotelial sejumlah virus terlepas

kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel yang paling banyak terinfeksi adalah monosit. Jaringan

yang terinfeksi termasuk timus, lien, kelenjar limfe, hepar, kulit, konjungtiva dan paru. Setelah

terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam perjalanan penyakit sehingga

menyebabkan timbulnya gejala batuk dan koryza. Campak dapat secara langsung menyebabkan

croup, bronchiolitis dan pneumonia, selain itu adanya kerusakan respiratorius seperti edema dan

hilangnya silia menyebabkan timbulnya komplikasi otitis media dan pneumonia. Setelah

 beberapa hari sesudah seluruh mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik dan

kemudian timbul ruam pada kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan multinucleated giant cells, edema inter dan intraseluler, parakeratosis dan

dyskeratosis. Timbulnya ruam pada campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan

 penyakit menjadi tidak infeksius. Oleh sebab itu dikatakan bahwa timbulnya ruam akibat reaksi

hipersensitivitas host pada virus campak. Hal ini berarti bahwa timbulnya ruam ini lebih ke arah

imunitas seluler. Pernyataaan ini didukung data bahwa pasien dengan defisiensi imunitas seluler

yang terkena campak tidak didapatkan adanya ruam makulopapuler, sedangkan pasien dengan

agamaglobulinemia bila terkena campak masih didapatkan ruam makulopapuler.(7)

Page 6: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 6/16

6

2.1.5 Gejala Klinis

Secara garis besar penyakit campak dibagi menjadi 3 fase:

1.  Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 –  12 hari. Pada fase

ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apapun.

Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.

2.  Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu

seperti batuk, pilek dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila

melihat sesuatu, mata akan silau (fotofobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-

 bintik putih yang akan bertahan 3 –  4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. 1 –  

2 hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38 –  40,5 oC

3.  Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi

yang terjadi. Namun bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh melainkan

 bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan

kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga

tidak terlalu kecil.

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu: (9)

1.  Stadium kataral (prodormal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise,

 batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24

 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih

kelabu, sebesar ujung jarum timbul dan dikelilingi oleh eritema, pertama kali muncul

 pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3

atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara

Page 7: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 7/16

7

klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai

influenza.

2.  Stadium erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza

dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema atau titik merah di palatum durum dan

 palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema

yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema

timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian

 belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,

muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya

mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan

seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari. Terdapat pembesaran kelenjar getah

 bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit

splenomegali. Variasinya disebut “black measles” yaitu morbili yang disertai

 perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3.  Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)

yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak

Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun

sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. 

2.1.6 Diagnosis banding

2.1.7 Penegakan Diagnosis

Page 8: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 8/16

8

2.1.8 Pengobatan

2.1.9 Komplikasi

Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat replikasi

virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain. (9)(10) 

1.  Otitis Media Akut

Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder.

2.  Ensefalitis

Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau

dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup,

 pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai

Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah

infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan

virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah

infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2

tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa

virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah

vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.

3.  Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus,

Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih

muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya

tuberkulosis, leukemia dan lain-lain.

Page 9: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 9/16

9

4.  Kebutaan

Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang

akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan. 

2.1.10 Prognosis

BAB 3

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

3.1 Pencegahan (5 level of prevention against disease)

3.1.1 Pencegahan Primer

a. Promosi Kesehatan

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap

 prepatogenesisatau penyakit yang belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan

status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya

tahan tubuh.

1.  Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi

campak untuk semua bayi.

2.  Imnunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua

anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-

5 tahun.

b. Perlindungan umum dan spesifik

Page 10: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 10/16

10

Pencegahan ini dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko terhadap

 penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan

 belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit

Campak.

1.  Penyuluhan

Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai

Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota

keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan

kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi

 penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-

upaya menekan campak, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik, pengelolaan

Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak.

2.  Imunisasi

Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi

Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9  –   15 bulan. Vaksin yang

digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah.

Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh

diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia.

Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin

measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan,

sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan

 penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC,

Page 11: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 11/16

11

vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet

atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.

Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu:

a.  Imunisasi aktif

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi

 berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin

campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang

dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak

yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alumunium).

 Namun sejak tahun 1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah

dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat

sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles  yang hebat. Vaksin

yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone

strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais Moraten (1968).

Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,

secara subkutan,namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular

mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk

kombinasi denganondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,

rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung

campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama

diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis

epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-

Page 12: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 12/16

12

lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada

umumnya aman dan tetap efektif.

 b.  Imunisasi pasif

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,

globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk

 pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan  Immune serum

 globulin  (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15

ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang

sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan penyakit kronis, dan para

kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8

dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk

mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi

anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan

hematologi atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan

 jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.

c.  Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit

campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk

diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

3.1.2 Pencegahan Sekunder

a. Diagnosis awal dan perawatan tepat waktu

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya

komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk

Page 13: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 13/16

13

 pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-

kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang

telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah

 penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk

mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang

 peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. 

a.  Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah

 b.  Mencegah perluasan infeksi Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama

4 hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau

mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada

stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang

dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan resiko tinggi lainnya.

c.  Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik

untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi

infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

d.  Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni

 bronkhitis, otitis media, pneumonia, enselefalomieletis, abortus dan miokarditis yang

resivebel.

3.1.3 Pencegahan Tersier

a. Pembatasan ketidakmampuan

Page 14: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 14/16

14

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.

Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan

tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun

antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Dalam

 penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah :

1.  Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik

2.  Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepar

terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

3.  Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan

hidup dengan komplikasi kronik.

4.  Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat

diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.

b. Rehabilitasi

BAB 4

PENUTUP

4.1Kesimpulan

1.  Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi yang disebabkan oleh virus

campak, dari genus Morbilivirus dan family Paramyxoviridae.

2.  Sebagian besar kasus campak menyerang anak – anak dan menular melalui udara yang telah

terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

Page 15: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 15/16

15

3.  Di Indonesia 30.000 anak meninggal / tahun akibat komplikasi campak. Setiap tahun lebih dari 1

 juta anak belum terimunisasi campak. Di NTT campak juga merupakn penyakit menular yang

sering menyebabkan KLB dan saat ini Kasus tertinggi Di kabupaten Rote Ndao

4.  Penyakit campat terdiri dari 3 staduim yaitu stadium kataral/ prodormal, stadium erupsi, dan

stadium konvalesensi

5.  Pengobatan :

6.  Kpada penderita campak dapat terjadi komplikasi sebagai akibat replikasi virus atau karena

superinfeksi bakteri.

7.  Prognosis :

8.  Penyakit campak dapat dicegah dengan “ 5 level of prevention against disease “ yaitu

pencegahan primer ( promosi kesehatan, perlindungan umum dan spesifik), pencegahan

sekunder ( diagnosis awal dan perawatan tepat waktu), dan pencegahan tersier ( pembatasan

ketidakmampuan, dan rehabilitasi )

4.2 Saran

Daftar Pustaka

1. Chin. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Atlanta, USA: Centres For DiseaseControl and Prevention; 2000.

2. Burnett M. Measles, Rubeola [Internet]. 2007. Available from: http://www.e-emedicine.com

3. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

4. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.

5. Sepianessi E. Campak [Internet]. Available from:

http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/campak.html

6. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2007.

Page 16: PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

7/22/2019 PROYEK 05 EPIDEMIOLOGI

http://slidepdf.com/reader/full/proyek-05-epidemiologi 16/16

16

7. Tommy D. Campak. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR; 2000.

8. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2012. Dinas kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur; 2012.

9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kulia. Hassan dr.R, Alatas dr. H, Latief dr. A, Napitupulu dr. PM, Pudjiadi dr. A, Ghazali dr. MV, et al.,

editors. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak; 1985.

10. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Kampanye Penyakit Campak. Subdit

Imunisasi Direktorat Epim & Kesma, Direktorat Jenderal PP & PL Departemen KesehatanRI; 2006.