Provinsi Sulawesi Utara - bi.go.id · kegiatan sektor ini antara lain didorong oleh meningkatnya...

115
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2007 Kantor Bank Indonesia Manado Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Transcript of Provinsi Sulawesi Utara - bi.go.id · kegiatan sektor ini antara lain didorong oleh meningkatnya...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2007 Kantor Bank Indonesia Manado

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

0

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank.

Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank

Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai

”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi

ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan

masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter

yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun

dalam bentuk Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang

berisi kajian dan analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia

usaha, perbankan dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2007

BANK INDONESIA MANADO

Jeffrey Kairupan Pemimpin

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

1

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 19

Sisi Permintaan halaman 20

Sisi Penawaran halaman 29

Analisis LQ (Location Quatient) halaman 38

Analisis Shift Share Provinsi Sulawesi Utara halaman 40

Box 1 : Geliat KBI Manado untuk Menyelaraskan Program Pemberdayaan

Sektor Riil di Sulawesi Utara

halaman 43

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 45

Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 45

Inflasi Bulanan (Q-t-Q) halaman 51

Inflasi Zona Sulampua halaman 54

Box 2 : Pembentukan Forum Diskusi Inflasi

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008

halaman 56

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 60

Fungsi Intermediasi halaman 61

Risiko Kredit halaman 70

Perkembangan Bank Umum Syariah halaman 75

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 76

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Halaman 78

Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 78

Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 81

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 84

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 84

Penemuan Uang Palsu halaman 87

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 88

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 90

Pengangguran halaman 91

Kemiskinan halaman 94

Rasio Gini halaman 95

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 95

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

2

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH halaman 97

Pertumbuhan Ekonomi halaman 97

Inflasi halaman 105

LAMPIRAN halaman 107

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 112

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]

[email protected]

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

3

RINGKASAN EKSEKUTIF

Relatif terjaganya stabilitas nasional berimplikasi positif bagi

kelanjutan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selama Q4-

2007, perekonomian diperkirakan tumbuh 7,21% (y.o.y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama

tahun sebelumnya. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan akan

didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi sedangkan dari sisi

penawaran, sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR

merupakan lokomotif pertumbuhan. Peningkatan konsumsi

khususnya konsumsi rumah tangga selama triwulan antara lain

didorong oleh meningkatnya kebutuhan menjelang dan pada saat

perayaan hari-hari besar keagamaan (lebaran dan natal) serta

perayaan Tahun Baru 2008. Sedangkan, peningkatan konsumsi

perusahaan dan pemerintah dipicu oleh meningkatnya jumlah

realisasi belanja perusahaan dan pemerintah menjelang

berakhirnya Tahun Anggaran 2008. Sementara itu, kinerja

perdagangan luar negeri selama triwulan laporan juga

memperlihatkan perkembangan yang cukup baik tercermin kondisi

net ekspor walaupun terus dibayang-bayangi oleh peningkatan

impor khususnya yang berasal dari antar pulau/provinsi. Secara

agregat, perekonomian Sulawesi Utara sepanjang Tahun 2007

diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,42% (y.o.y), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan

hanya sebesar 6,3% (y.o.y)

Perekonomian Sulawesi Utara selama Q4-2007 diperkirakan tumbuh 7,21% (y.o.y)…

Laju perubahan harga (inflasi) Kota Manado menunjukkan tren

peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi Kota Manado tercatat

sebesar 10,13% (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang

masing-masing tercatat 7,82% (y.o.y) dan 5,09 (y.o.y). Demikian

pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan Nasional

yang masing-masing tercatat sebesar 7,40% (y.o.y) dan 6,59%

Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado menunjukkan tren peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi Kota Manado tercatat sebesar 10,13% (y.o.y)…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

4

(y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih tinggi. Sumber-

sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan,

penawaran dan impor.

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Selama Q4-2007, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan

tumbuh 7,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang

masing-masing tercatat 6,46% (y.o.y) dan 6,82% (y.o.y).

Kegiatan konsumsi tumbuh 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi

sebesar 3,15% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Meningkatnya kegiatan konsumsi tersebut terjadi baik pada

konsumsi swasta (rumah tangga dan perusahaan) maupun

pemerintah. Peningkatan kegiatan konsumsi rumah tangga

diantaranya disebabkan oleh terdapatnya perayaan hari besar

keagamaan (lebaran dan natal) serta Tahun Baru 2008.

Peningkatan konsumsi rumah tangga dapat pula dikonfirmasi

melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado,

dimana selama triwulan laporan indeks kondisi ekonomi

memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sedangkan perkembangan konsumsi pemerintah antara lain dapat

dikonfirmasi dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah

provinsi yang hingga akhir Q4-2007 diperkirakan telah mencapai

92,61% atau sebesar Rp760,36 milliar. Meningkatnya realisasi

belanja pemerintah tak lepas dari akan segera berakhirnya tahun

anggaran 2007 yang mendorong pemerintah untuk segera

merealisasikan berbagai kegiatan dan program yang telah

direncanakan sebelumnya.

Kegiatan konsumsi tumbuh 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi 3,15%. Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan konsumsi terjadi baik pada konsumsi swasta maupun pemerintah…

Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang terjadi di sebagian besar wilayah, kegiatan investasi tumbuh significant sebesar 23,35% (y.o.y) dengan kontribusi 4,59%...

Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang

terjadi di sebagian besar wilayah, kegiatan investasi yang tercermin

dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada

triwulan laporan tumbuh significant sebesar 23,35% (y.o.y)

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

5

dengan kontribusi 4,59%. Perkembangan kegiatan investasi antara

lain dapat dikonfirmasi dari perkembangan indeks penjualan

eceran khususnya bahan bangunan yang mengalami kenaikan

indeks dari 188,23 pada triwulan lalu menjadi 207,99 pada

triwulan laporan. Hal ini seiring pula dengan kenyataan yang ada

bahwa nilai dan volume penjualan semen pada 3 (tiga) distributor

utama di Sulawesi Utara dilaporkan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan lalu.

Kegiatan ekspor tumbuh rendah yaitu sebesar 0,23% (y.o.y)

dengan kontribusi 0,11%. Namun demikian pencapaian ini masih

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru

mengalami kontraksi. Perkembangan ekspor yang cukup baik

tersebut ternyata masih terus dibayang-bayangi oleh tingginya

kegiatan impor. Hal yang menggembirakan adalah sebagian besar

barang impor tersebut merupakan barang modal yang umumnya

diperuntukkan bagi kegiatan investasi. Berdasarkan jenisnya,

komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk bahan

makanan (baik nabati maupun hewani) serta minyak nabati dan

hewani (animal or vegetable fats and oils) diantaranya kopra,

minyak kelapa dan ikan dengan negara tujuan utama adalah

Belanda, China dan USA.

Kegiatan ekspor tumbuh rendah yaitu sebesar 0,23% (y.o.y) dengan kontribusi 0,11%. Namun demikian, pencapaian ini masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya…

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan

disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Hampir seluruh sektor

mencatat perkembangan yang positif melebihi kinerja di triwulan

sebelumnya. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan

dan PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif

pertumbuhan.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya…

Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) dengan andil 1,52% yang disumbangkan oleh seluruh sub sektor pembentuknya…

Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) dengan andil 1,52% yang

disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju

pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor tanaman bahan

makanan dan sub sektor peternakan. Peningkatan sub sektor

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

6

tanaman bahan makanan antara lain didorong oleh keberhasilan

program revitalisasi pertanian tercermin dari peningkatan jumlah

realisasi kredit jagung dimana s.d. posisi November 2007 telah

mencapai jumlah ± Rp11,5 milliar yang membiayai sebanyak 3.065

petani dan 198 kelompok tani.

Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus

memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Selama triwulan

laporan, sektor ini tumbuh 8,76% (y.o.y) dengan kontribusi

sebesar 1,37%. Pertumbuhan sektor bangunan antara lain dapat

dikonfirmasi dengan perkembangan indeks penjualan bahan

bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) dan data

penjualan semen oleh 3 (tiga) distributor utama yang cenderung

meningkat. Pertumbuhan sektor ini antara lain tercermin dari

meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain

mal, apartemen, hotel dan perumahan.

Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus memperlihatkan perkembangan yang cukup baik…

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat pertumbuhan cukup tinggi sebesar 8,10% (y.o.y)…

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan

salah satu sektor yang konsisten mencatat pertumbuhan

yang cukup tinggi yaitu sebesar 8,21% (y.o.y) dengan

kontribusi 1,37%. Perkembangan sektor ini antara lain dapat

dikonfirmasi dengan indeks Penjualan Eceran yang

memperlihatkan kenaikan indeks dari 143,96 di akhir Q3-

2007 menjadi 167,71 pada akhir Q4-2007. Meningkatnya

kegiatan sektor ini antara lain didorong oleh meningkatnya

permintaan masyarakat selama bulan puasa, hari raya

keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru

2008. Perkembangan sektor PHR ternyata seiring pula

dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing,

tingkat hunian hotel dan lama menginap wisatawan lokal

dan manca negara

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

7

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,22% (y.o.y)

dengan kontribusi 0,95%. Menurut sub sektornya, pertumbuhan

sektor ini didukung oleh sub sektor pengangkutan maupun sub

sektor komunikasi yang masing-masing tumbuh 7,25% (y.o.y) dan

6,93% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan antara lain

dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan kendaraan yang

menunjukkan peningkatan serta data perkembangan jumlah

kendaraan bermotor. Selain itu, perkembangan sub sektor

angkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian

bahan bakar minyak (BBM) yang menunjukkan peningkatan.

Sementara itu, pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain

tercermin dari pesatnya penggunaan sarana telepon seluler (mobile

phone) oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya

wilayah jangkauan. Hal ini antara lain terbukti dari pesatnya

pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di

beberapa lokasi terisolir.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7,22% (y.o.y) dengan kontribusi 0,95%...

Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,58% (y.o.y) yang

disumbangkan oleh sub sektor listrik maupun air bersih yang

masing-masing sebesar 6,82% (y.o.y) dan 5,67% (y.o.y). Hal ini tak

terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan

Desember 2007.

Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,58% (y.o.y) yang disumbangkan oleh sub sektor listrik maupun air bersih…

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh

significant selama triwulan laporan mencapai 8,03% (y.o.y).

Berdasarkan sub sektornya, seluruh sektor mencatat pertumbuhan

positif dengan sub sektor bank merupakan penyumbang terbesar.

Hal ini tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan

fasilitas perbankan antara berupa pembukaan kantor cabang baru

dan penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) yang

memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat

dalam berinteraksi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh significant selama triwulan laporan mencapai 8,03% (y.o.y)…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

8

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado hingga Desember

2007 sebesar 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu yang masing-

masing tercatat 7,82% (y.o.y) dan 5,09% (y.o.y). Dibandingkan

kota-kota lainnya di Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua),

inflasi tahunan Kota Manado relatif tinggi yaitu tertinggi ketiga

setelah inflasi Kota Ternate (10,43%) dan Kota Jayapura (10,34%).

Berdasarkan sumbangannya, Kota Makassar dan Kota Manado

memberikan sumbangan tertinggi yaitu masing-masing sebesar

2,40% dan 1,77% terhadap laju inflasi Zona Sulampua yang

tercatat sebesar 7,40% (y.o.y), sedangkan kota penyumbang inflasi

terendah adalah Kota Gorontalo dengan andil sebesar 0,44%.

Laju perubahan harga atau inflasi Kota Manado ingá Desember 2007 sebesar 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya…

Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi

permintaan, penawaran dan impor. Dari sisi permintaan, faktor

seasonal berupa perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan

natal) serta Tahun Baru 2008 menyebabkan meningkatnya

kebutuhan masyarakat khususnya untuk kelompok bahan

makanan. Dari sisi penawaran, tekanan harga bersumber dari

terganggunya pasokan beberapa komoditi antara lain beras, ikan

dan bumbu-bumbuan serta belum berjalan baiknya proses konversi

minyak tanah ke elpiji. Terganggunya pasokan beras antara lain

disebabkan oleh pergeseran masa tanam dan panen yang

mengakibatkan berkurangnya stock sedangkan terganggunya

pasokan ikan dan bumbu-bumbuan, lebih disebabkan oleh kurang

bersahabatnya iklim/cuaca selama triwulan laporan dimana

cenderung hujan dengan disertai angin kencang. Akibatnya para

petani dan nelayan mengalami kesulitan untuk bercocok tanam

dan melakukan kegiatan melaut. Selain itu, dampak kenaikan

harga minyak internasional yang terus menunjukkan tren hingga

hampir menyentuh level psikologis sebesar USD 100 per barel

menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang banyak

mengandung komponen impor. Sementara itu, tekanan inflasi

Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan, penawaran dan impor…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

9

selama triwulan laporan bersumber pula dari administered prices.

Kebijakan pemerintah untuk menaikan tarif angkutan kapal

penyeberangan antar provinsi rata-rata sebesar 18-20 persen per

tanggal 1 Desember 2007 menyebabkan biaya transportasi laut

meningkat selama triwulan laporan.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup

baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK, yang

disertai oleh perbaikan rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas

kredit (NPL). Kecenderungan menurunnya suku bunga acuan (BI

rate) hingga ke level 8,0 % per Desember 2007 telah diikuti oleh

penurunan suku bunga deposito 1 bulan dan kredit masing-masing

sebesar 7,03% dan 15,23%. Tingkat bunga ini relatif lebih rendah

dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana suku

bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit saat itu masing-

masing sebesar 7,13% dan 15,33%.

Kinerja perbankan pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan DPK yang disertai oleh perbaikan rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL)…

Dari sisi jumlah dana yang dihimpun, penurunan suku bunga yang

diikuti dengan penurunan plapond simpanan yang dijamin oleh LPS

(Lembaga Penjamin Simpanan) tidak serta merta menurunkan DPK

yang dihimpun perbankan. Sampai dengan November 2007,

jumlah DPK mencapai Rp6,55 triliun atau meningkat 0,78%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit tumbuh

4,19% mencapai jumlah Rp6.33 triliun. Berdasarkan sektor

ekonominya, penyaluran kredit produktif terutama ditujukan untuk

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dengan pangsa

32,64%, diikuti sektor jasa dunia usaha, pertanian dan konstruksi.

Berdasarkan lajunya, sektor pertanian mencatat pertumbuhan

tertinggi sebesar 29,35% mencapai jumlah Rp257 milliar. Hal ini

tak lepas dari keberhasilan program revitalisasi pertanian yang

dicanangkan oleh pemerintah daerah berupa pengembangan

komoditi jagung dan rumput laut yang mendapat dukungan

masyarakat perbankan.

Sampai dengan November 2007, jumlah DPK mencapai Rp6,55 triliun atau meningkat 0,78% dibandingkan triwulan sebelumnya…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

10

Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio

Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir

triwulan sebelumnya menjadi 96,63% pada November 2007.

Meningkatnya rasio LDR ini terutama disebabkan oleh

pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan

pertumbuhan dana. Peningkatan jumlah kredit ini ternyata juga

diiringi dengan membaiknya kualitas kredit yang disalurkan

tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah (NPL) dari

6,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,56%.

Fungsi intermerdiasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir triwulan sebelumnya menjadi 96,63% pada November 2007…

Pangsa kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) terhadap total kredit turun 2,83% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 61,59% atau sebesar Rp3.636 milliar…

Pangsa kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) terhadap

total kredit turun 2,83% dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi 61,59% atau sebesar Rp3.636 milliar. Namun demikian

berdasarkan nominalnya, total kredit UMKM pada November 2007

meningkat 0,09% dibandingkan triwulan sebelumnya dimana

sebagian besar peningkatan tersebut terjadi untuk jenis kredit kecil

dan menengah, masing-masing sebesar 8,21% dan 2,32%.

Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih

belum merata dan lebih banyak terfokus pada Kota Manado yang

menyerap 67,95% dari total kredit UMKM yang disalurkan di

wilayah Sulawesi Utara. Salah satu hal yang menjadi kendala dari

penyaluran kredit UMKM adalah masih relatif tingginya rasio kredit

bermasalah (NPL) UMKM khususnya pada jenis kredit mikro dan

kecil.

Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total

asset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset

perbankan secara keseluruhan. Adapun jumlah perbankan syariah

di wilayah Sulawesi Utara baru 2 (dua) bank yaitu Bank Syariah

Mandiri dan Bank Muamalat. Dibandingkan triwulan sebelumnya,

total aset perbankan syariah sedikit mengalami penurunan (2,01%)

menjadi Rp77,70 milliar. Namun, dana yang berhasil dihimpun

(DPK) mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp50,83 milliar

Kiprah perbankan syariah masih relatif kecil tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% dari total asset perbankan secara keseluruhan…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

11

atau naik 4,73%. Dari jumlah dana sebesar Rp50,83 milliar, baru

sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada masyarakat

tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang

hanya sebesar 22,54% atau hanya sebesar Rp11,45 milliar.

Jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah

kerja Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 16 BPR yang

keseluruhannya merupakan jenis bank konvensional. Kinerja BPR

selama triwulan laporan cukup baik tercermin dari peningkatan

total aset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total aset

BPR hingga November 2007 tercatat sebesar Rp160 milliar, dengan

jumlah dana dan kredit masing-masing sebesar Rp120 milliar dan

Rp131 milliar. Membaiknya kinerja BPR secara umum diiringi pula

dari membaiknya fungsi intermediasi perbankan tercermin dari

rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) seebsar 91,73% dan kualitas

kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing Loan)

dari 4,10% pada akhir triwulan lalu menjadi 3,89% di akhir

triwulan laporan. Namun demikian, secara keseluruhan pangsa BPR

masih jauh lebih kecil dibandingkan bank umum.

Kinerja BPR di Sulawesi Utara cukup menggembirakan, tercermin dari meningkatnya aset, DPK dan kredit serta membaiknya kualitas kredit…

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat

di wilayah Sulawesi Utara baik yang berasal dari pemerintah pusat

maupun daerah terus mengalami peningkatan. Hampir seluruh

kabupaten/kota bahkan provinsi pada Tahun 2007 ini mengalami

kenaikan anggaran dalam APBD bila dibandingkan tahun lalu. Dari

sisi nominal, persentase kenaikan APBD tertinggi dialami oleh Kab.

Talaud dan Kab. Minahasa, sedangkan terendah terjadi pada

tingkat provinsi dan Kab. Bolmong (untuk penerimaan) dan Kab.

Sangihe dan Kab. Bolmong (untuk belanja daerah). Secara

gabungan (seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan

APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun

dengan target belanja daerah sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan

Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di wilayah Sulawesi Utara yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah mengalami peningkatan...

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

12

demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang

nantinya akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.

Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp791,77 milliar atau meningkat 21,18% dibandingkan tahun sebelumnya…

Di tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun

2007 ditetapkan sebesar Rp791,77 milliar atau meningkat 21,18%

dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan dari sisi pengeluaran

ditetapkan sebesar Rp821,06 milliar atau meningkat 25,66%

dibandingkan tahun sebelumnya. Selama triwulan laporan, kinerja

keuangan daerah mengalami perkembangan yang sangat

significant dibandingkan triwulan sebelumnya. Bila sampai akhir

triwulan sebelumnya jumlah realisasi penerimaan baru mencapai

80,04% dari jumlah Rp791,77 milliar maka hingga 31 Desember

2007, diperkirakan jumlah realisasi mencapai 97,69%, atau

mencapai jumlah Rp773,47 milliar. Demikian pula dengan kinerja

pengeluaran pemerintah yang mencatat kenaikan realisasi dari

58,93% menjadi 92,61% atau berjumlah Rp760,36 milliar.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan aliran uang kartal di Bank Indonesia Manado selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow...

Perkembangan aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia

Manado selama triwulan laporan berada dalam kondisi net outflow

yang berarti aliran uang keluar (outflow) lebih besar dibandingkan

uang masuk (inflow). Hal ini merupakan pola musiman dimana

selama triwulan laporan berlangsung beberapa even yang

mendorong peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat

antara lain terdapatnya hari raya keagamaan (natal dan tahun

baru) serta perayaan menyambut Tahun Baru 2008. Selain itu

meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah dalam

membiayai berbagai proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup

tahun anggaran 2007, turut memberikan andil bagi peningkatan

penggunaan uang kartal di masyarakat.

Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran uang masuk

naik lebih dari 140% menjadi Rp225,51 milliar sedangkan aliran

Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya...

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

13

uang keluar naik lebih dari 552% menjadi Rp928,43 milliar. Secara

netto, aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia Manado

dalam keadaan net outflow sebesar Rp675,92 milliar meningkat

cukup significant dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp62,86 milliar. Selama triwulan laporan, net outflow

tertinggi terjadi di Bulan Desember 2007 sebesar Rp603,14 milliar,

sedangkan di Bulan Oktober 2007 hanya sebesar Rp90,32 milliar.

Kondisi berbeda terjadi pada di Bulan November 2007 yang justru

mengaami net inflow sebesar Rp17,54 millar. Besarnya net flow

yang terjadi pada Bulan Desember 2007 disebabkan oleh

meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat untuk

bertransaksi berkenaan dengan terdapatnya hari raya keagamaan

(lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008 selama

triwulan laporan.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada

triwulan laporan sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 29 lembar.

Berdasarkan jumlah lembarannya, jenis pecahan Rp100.000,- dan

Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling banyak

dipalsukan masing-masing sebesar 33,33% dari keseluruhan

lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah

penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah

semakin sempit pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah

yang secara konsisten disosialisasikan. Selain itu, peran serta aktif

masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil

membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan laporan sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya...

Perkembangan kliring lokal (tunai) selama triwulan laporan sedikit

menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

tercermin dari rata-rata nominal kliring penyerahan harian yang

naik tipis sebesar 0,26% menjadi Rp25,45 milliar per hari

walaupun dari segi rata-rata lembar warkat yang dikliringkan justru

Perkembangan kliring lokal (tunai) selama triwulan laporan sedikit menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

14

mengalami penurunan sebesar 4,63% menjadi 1.347 lembar per

hari. Meningkatnya rata-rata nominal kliring penyerahan tersebut

disebabkan oleh meningkatnya aktivitas masyarakat saat perayaan

hari besar keagamaan dan persiapan tahun baru 2008 serta

terdapatnya hari libur bersama selama triwulan laporan.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara di Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik…

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di

Tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya tercermin dari menurunnya

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka

ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh

menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat tercermin dari

tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret

2007. Salah satu program kerja pemerintah daerah yang

diperkirakan cukup memberikan dampak positif bagi berkurangnya

TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh

pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat

perbankan khususnya dari sisi pembiayaan.

Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan

perkembangan yang menurun, tercermin dari Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 12,35% di Tahun

2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa

sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak

tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan

dan jasa. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja /TPAK

menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 61,97% dari

sebelumnya 59,20%. Meningkatnya TPAK ini disebabkan oleh

pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang

lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia

15 tahun ke atas.

Perkembangan tingkat pengangguran memperlihatkan perkembangan yang menurun, tercermin dari angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

15

Sementara itu, angka kemiskinan belum menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret

2007 bahkan cenderung meningkat dibandingkan periode-periode

sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru

tercatat sebesar 192,2 ribu orang dengan persentase 8,93%

terhadap total penduduk maka pada Maret 2007 angka tersebut

sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasion

11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin

tersebut berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada

diperkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit demi sedikit mulai

mengalami pergeseran dimana bila Februari 2004 hampir 81,32%

penduduk miskin merupakan orang-orang yang tinggal di desa

maka pada Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang

hingga hanya 68,40%. Dengan demikian, peningkatan jumlah

penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah

perkotaan dibandingkan pedesaan.

Sementara itu, angka kemiskinan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan paling tidak hingga Maret 2007…

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang

diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan Q4 -

2007. Hal ini merupakan siklus musiman dimana laju pertumbuhan

ekonomi akan mencapai puncaknya di akhir tahun dan kembali

menurun di awal tahun. Beberapa faktor penyebab hal tersebut

adalah : kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat setelah

sebelumnya meningkat berkenaan dengan perayaan hari-hari besar

keagamaan dan tahun baru 2008, belum optimalnya operasional

perusahaan sehubungan dengan kembali normalnya permintaan

dan masih kecilnya realisasi belanja pemerintah daerah akibat

sebagian besar proyek masih dalam tahap perencanaan dan

tender. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi pada Q1-

2008 diperkirakan akan tetap tumbuh positif sebesar 6,2% (y.o.y),

atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,41% (y.o.y). Secara tahunan,

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan Q4-2007…

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

16

laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008

diperkirakan sebesar 6,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

Tahun 2007 lalu yang diperkirakan berada pada kisaran 6,42%

(y.o.y).

OUTLOOK INFLASI REGIONAL Tekanan harga di Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan tetap tinggi…

Tekanan harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan

cukup tinggi. Sumber tekanan inflasi diperkirakan berasal dari sisi

penawaran, sedangkan dari sisi permintaan relatif stabil karena

tidak adanya even hari raya/kegiatan lainnya yang significant.

Kondisi iklim yang cenderung hujan disertai angin kencang

diperkirakan akan menyebabkan terganggunya distribusi dan

pasokan barang baik yang melewati jalur darat, laut dan udara.

Kondisi demikian, diperkirakan akan berdampak pula baik bagi

para nelayan dan petani khususnya kesulitan dalam melaut dan

mencari ikan dan kemungkinan kegagalan panen akibat banjir dan

tanah longsor. Sementara itu, dampak kenaikan harga minyak

dunia yang telah melebihi level psikologis sebesar USD 100 per

barel diperkirakan akan berdampak bagi perekonomian nasional

dan regional Sulawesi Utara. Kenaikan harga minyak dunia ini akan

menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang

memiliki kandungan bahan impor yang tinggi. Selain itu,

kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya kebijakan

konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan

menyebabkan lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan

kebutuhan pokok. Dengan memperhatikan besaran inflasi selama

tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan inflasi pada triwulan

mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada

triwulan mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang

dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, diantaranya

Survei Penjualan Eceran (SPE) dimana sebagian besar responden

optimis bahwa harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan

mengalami kenaikan bahkan dengan level yang lebih tinggi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

17

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

tercermin dari meningkatnya indeks ekspektasi harga untuk 3

bulan y.a.d dari level 154 di akhir Tahun 2006 naik ke level 156

pada Desember 2007. Demikian pula indeks ekspektasi harga

untuk 6 bulan y.a.d yang naik dari level 156 di akhir Tahun 2006

naik ke level 160 pada Desember 2007.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

18

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kestabilitan ekonomi makro dan sistem keuangan nasional yang tetap terjaga hingga

triwulan IV-2007, menunjukkan ketahanan fundamental ekonomi nasional yang semakin

membaik dalam menghadapi meningkatnya tekanan eksternal khususnya yang bersumber

dari dampak lanjutan dari kasus subprime mortgage, melambungnya harga minyak dunia

dan gejolak pasar keuangan yang belum mereda. Berbagai indikator ekonomi makro dan

sistem keuangan nasional menunjukkan perbaikan kinerja. Walaupun pada bulan November

dan Desember 2007 terjadi peningkatan tekanan eksternal sebagai dampak dari

peningkatan harga minyak dunia yang sempat menyentuh angka psikologis sebesar USD

100 per barrel, namun secara keseluruhan masih dapat dikendalikan dan tidak berdampak

terlalu jauh bagi perekonomian nasional.

Relatif terjaganya stabilitas nasional tersebut berimplikasi positif bagi kelanjutan

pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Dalam triwulan IV-2007, perekonomian

diperkirakan tumbuh sebesar 7,21% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Secara agregat sepanjang Tahun 2007, perekonomian Sulawesi Utara

diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,42% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya sebesar 6,3% (y.o.y).

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan konsumsi

dan investasi. Peningkatan konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga antara lain

disebabkan oleh terdapatnya perayaan hari-hari besar keagamaan (lebaran dan natal)

selama triwulan laporan serta perayaan Tahun Baru 2008 sementara peningkatan konsumsi

perusahaan dan pemerintah berkenaan dengan akan berakhirnya tahun anggaran 2008

yang mendorong perusahaan dan pemerintah segera merealisasikan berbagai program dan

kegiatannya. Peningkatan investasi tercermin dari maraknya pembangunan pusat

perbelanjaaan, hotel, properti, dll. Selain itu meningkatnya realisasi belanja modal

pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran juga turut memberikan andil bagi

peningkatan kegiatan investasi.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

19

Dari sisi penawaran, berdasarkan sektornya, sebagian besar sektor menunjukkan

perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat, sektor pertanian,

sektor bangunan dan sektor PHR memberikan andil yang paling dominan. Perkembangan

sektor pertanian selama Tahun 2007 tak terlepas dari keberhasilan program revitalisasi

pertanian yang dijalankan oleh pemerintah daerah yang mendapat dukungan pula dari

masyarakat perbankan Sulawesi Utara khususnya dari sisi pembiayaan.

A. SISI PERMINTAAN

Perekonomian Sulawesi Utara selama Q4-2007 relatif cukup baik tercermin dari laju

pertumbuhan sebesar 7,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan

periode yang sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ini terutama disumbangkan oleh

kegiatan konsumsi dan investasi walaupun terus dibayang-bayangi oleh meningkatnya

impor. Namun demikian, secara umum nilai perdagangan Sulawesi Utara selama triwulan

laporan masih berada pada kondisi surplus perdagangan yang berarti kontribusi ekspor

(baik antar negara maupun antar pulau) masih lebih besar dibandingkan impor.

Tabel 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Persen)

2006

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Konsumsi 4.76 -5.31 2.37 2.80 2.90 3.39 4.67 3.50

Konsumsi Swasta 4.05 -11.97 2.15 2.30 2.52 2.59 3.97 2.88

Konsumsi Pemerintah 6.27 9.65 2.80 3.78 3.67 5.08 5.94 4.71

PMTB 13.11 11.52 14.70 8.52 15.56 24.75 23.35 18.64

Stok -22.00 83.09 81.72 -29.84 9.24 133.30 20.84 15.03

Ekspor 0.85 48.69 19.46 14.28 12.41 -0.91 0.23 5.59

Impor 2.81 28.37 21.54 10.59 12.17 4.25 2.16 6.71

PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42

2007200720062005JENIS PENGGUNAAN

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.2. Kontribusi per Kegiatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulawesi Utara (Persen)

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Konsumsi 3.51 -4.04 -0.17 1.91 2.03 2.43 3.15 2.42

Konsumsi Swasta 2.03 -6.30 -0.84 1.05 1.19 1.25 1.72 1.33

Konsumsi Pemerintah 1.49 2.26 0.67 0.87 0.84 1.17 1.43 1.10

PMTB 2.20 2.17 2.66 1.62 2.99 5.05 4.59 3.65

Stok -0.23 0.30 0.64 -0.72 0.16 1.16 0.13 0.20

Ekspor 0.36 16.91 7.85 5.86 5.35 -0.44 0.11 2.53

Impor 0.94 8.52 4.83 3.26 4.14 1.74 0.78 2.39

PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42

20052006 2007

20072006JENIS PENGGUNAAN

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

20

1. Konsumsi

Kegiatan konsumsi masih merupakan lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara yang dari

waktu ke waktu kontribusinya terus menunjukkan peningkatan. Tercatat laju pertumbuhan

konsumsi selama triwulan laporan sebesar 4,67% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 3,15%

terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan komponen pembentuknya,

konsumsi swasta yang mencakup rumah tangga dan perusahaan menyumbangkan hampir

54% dari total konsumsi, sedangkan sisanya berasal dari konsumsi pemerintah. Tercatat

konsumsi rumah tangga tumbuh 3,72% pada triwulan laporan. Beberapa faktor pendorong

meningkatnya konsumsi rumah tangga diantaranya adalah terdapatnya perayaan hari besar

keagamaan (lebaran dan natal) serta Tahun Baru 2008. Demikian pula halnya dengan

perkembanga konsumsi pemerintah yang dari waktu ke waktu terus mengalami

peningkatan yaitu dari laju 5,08% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya naik menjadi 5,94%

(y.o.y). Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah

provinsi yang hingga akhir Q4-2007 diperkirakan mencapai 92,61% atau sebesar Rp760,36

milliar. Bahkan belanja modal yang pada triwulan sebelumnya baru terealisasi sebesar

33,95% maka hingga akhir Q4-2007 telah terealisasi sebesar 85,40% atau sebesar

Rp129,63 milliar. Hal ini tak terlepas dari akan segera berakhirnya tahun anggaran 2007

yang mendorong pemerintah untuk segera merealisasikan berbagai kegiatan dan program

yang telah direncanakan sebelumnya.

Peningkatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari hasil Survey Ekspektasi

Konsumen (SEK) Kota Manado, dimana selama triwulan laporan indeks kondisi ekonomi

memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Bila pada akhir triwulan

lalu indeks kondisi ekonomi masih berada pada level 112,67 maka pada akhir triwulan

laporan ini naik hingga ke level 124,50. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum

tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi mengalami peningkatan (angka

indeks > 100 berarti optimis). Berdasarkan variabel penyusunnya, meningkatnya indeks

tersebut terutama tercermin dari meningkatnya indeks penghasilan dari 103 di akhir

triwulan sebelumnya naik ke level 148,5 di akhir triwulan laporan dan indeks ketersedian

lapangan kerja yang meningkat dari 103,5 naik menjadi 115,5 di akhir triwulan laporan

(indeks > 100 berarti pesimis). Satu-satunya variabel penyusun indeks kondisi ekonomi yang

mengalami penurunan adalah indeks pembelian bahan tahan lama (durable goods) yang

mengalami penurunan dari level 131,5 menjadi 109,50 yang berarti tidak tepat melakukan

pembelian durable goods saat ini karena adanya ekspektasi meningkatnya harga barang

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

21

kebutuhan pokok. Dapat disimpulkan bahwa membaiknya kondisi ekonomi selama triwulan

laporan lebih dikarenakan penilaian masyarakat bahwa tingkat penghasilan dan

ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih baik dibandingkan 3 bulan lalu. Adapun

perbaikan tingkat penghasilan ini diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya harga-

harga produk pertanian dan perkebunan di pasaran dunia seperti cengkeh, kopra dan pala

serta dampak dari pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan meningkatnya pemberian

kredit selama triwulan laporan.

Grafik 1.2.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini . Grafik 1.1.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

60

70

80

90

100

110

120

130

J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2005 2006 2007

60

80

100

120

140

160

J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

Penghasilan Saat IniPembelian Barang Tahan LamaKetersediaan Lap. Kerja

2005 2006 2007

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

2. Investasi

Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur dan krisis listrik yang terjadi, kegiatan investasi

yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan

laporan tumbuh 23,35% (y.o.y) dengan kontribusi 4,59% terhadap laju pertumbuhan

ekonomi secara umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dari

perkembangan indeks penjualan eceran khususnya bahan bangunan yang mengalami

kenaikan indeks dari level 188,23 pada akhir triwulan sebelumnya menjadi 207,99 pada

triwulan laporan. Hal ini seiring pula dengan perkembangan data volume penjualan semen

pada 3 (tiga) distributor utama di Sulawesi Utara yang mengalami kenaikan 6,78%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

22

Grafik 1.3. Indeks Penjualan Bahan Bangunan

Grafik 1.4. Penjualan Semen di 3 Distributor Utama (Ton)

-

50

100

150

200

250

J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D

Indeks Bangunan

20062005 2007

134,

700

126,

150

118,

000

112,

600

98,6

00

82,0

00

73,8

00

72,5

00

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07*)

Sumber : Disperindag Provinsi Sulut Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)

Guna lebih menggairahkan iklim investasi, pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Sulawesi

Utara telah mengambil beberapa langkah strategis khususnya berkaitan dengan

pembenahan sarana dan prasarana jalan dan air bersih. Selain itu telah dikeluarkan pula

berbagai kebijakan pemerintah daerah guna mendukung terciptanya iklim yang kondusif

untuk berinvestasi antara lain kemudahan pengurusan perijinan, perpajakan dan lainnya.

Salah satu contoh kemudahan perijinan yang diberikan oleh pemerintah

provinsi/kabupaten/kota adalah pemberian insentif berupa keringanan perpajakan/retribusi

bagi pada investor yang ingin menanamkan modalnya di sepanjang Danau Tondano dan

Kawasan Boulevard.

Nilai TransaksiGrafik 1.5.

Pertumbuhan Kredit Investasi (%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Direktorat Statistik *) s.d. November 2

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

J F M AM J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N

(%)

20062005 2007

146

13,0

39

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

2000 2001 2

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Grafik 1.6. Impor Barang Modal (USD)

Moneter Bank Indonesia 007

6,23

8

11,3

3716,6

73

36,9

07

4,04

6

60,4

74

002 2003 2004 2005 2006 2007*)

23

Kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan investasi masih relatif kecil walaupun selama

triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang membaik di mana bila pada akhir

triwulan sebelumnya tumbuh 20,97% (y.o.y) maka pada akhir triwulan laporan tumbuh

26,17% (y.o.y) dengan jumlah baki debet sebesar Rp651 milliar. Namun, hal yang

menggembirakan adalah struktur impor Sulawesi Utara ternyata hampir seluruhnya

merupakan jenis barang modal yang banyak digunakan dalam kegiatan investasi. Barang-

barang modal ini antara lain dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sampai

dengan posisi November 2007, nilai impor barang modal tercatat sebesar USD61,22 juta

atau telah lebih dari 65,84% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang hanya

sebesar USD36,91 juta

3. Ekspor – Impor

Perkembangan nilai tambah kegiatan ekspor dan impor selama triwulan laporan terus

menunjukkan peningkatan. Secara gabungan (antar provinsi maupun antar negara),

transaksi perdagangan selalu berada pada kondisi surplus. Surplus perdagangan ini

terutama berasal dari transaksi perdagangan luar negeri, sedangkan untuk transaksi

perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan

karena hampir 70% barang konsumsi masih didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara

terutama dari Provinsi Jawa Timur dan Makassar (seperti beras, bawang merah dan cabe).

Membaiknya kinerja perdagangan selama triwulan laporan antara lain didukung oleh relatif

stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US walaupun masih dibayang-bayangi oleh tren

meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga minyak dunia dan tingginya inflasi

dalam negeri.

Kegiatan ekspor selama triwulan laporan tumbuh 0,23% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar

0,11%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami kontraksi.

Pertumbuhan ekspor tersebut diiringi pula oleh peningkatan kegiatan impor khususnya

terhadap barang/komoditi yang berasal dari provinsi lain sebagaimana tercermin laju

pertumbuhan impor sebesar 2,16% (y.o.y). Sementara itu, kinerja ekspor luar negeri s.d.

November 2007 mencapai nilai USD506,91 juta dengan volume 815,2 ribu ton. Pencapaian

nilai ekspor tersebut telah melampaui posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar

USD273,36 juta dengan volume 620,59 ribu ton.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

24

Grafik 1.7.

Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*

Nilai (Juta USD) - y kiri

Volume (Ribu Ton) - y kanan

-

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4*-07

Nilai (Juta USD) - y kiri

Vo lume (Ribu Ton) - y kanan

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007

Menurut jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok

bahan makanan (baik nabati maupun hewani) dan kelompok minyak nabati dan hewani

(animal or vegetable fats and oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil

(VCO) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Belanda, USA dan China. Dengan

demikian, kegiatan perdagangan luar negeri Sulawesi Utara terutama bertumpu pada

kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya atau berupa bahan mentah/baku. Oleh karena

itu perkembangan industri pengolahan harus mendapat dukungan pemerintah daerah agar

komoditi yang diekspor tidak semata-mata mengandalkan bahan mentah/baku namun juga

bahan setengah jadi/barang jadi sehingga nilai tambahnya menjadi lebih tinggi, serta

menambah penyediaan lapangan kerja baru.

Tabel 1.3. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

(dalam ribu USD)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007

KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007*)

F 59,ood and Live Animals 488 95,367 112,762 68,547 112,913Beverages and Tobacco 0 39 0 6 - Crude Materials, Ineble 4,757 7,624 13,127 4,280 2,105 Mineral Fuels, Lubricants etc 0 0 0 - - Animal & Vegetable Oil & Fats 69,520 142,611 245,181 186,296 387,108 Chemical 420 165 2,436 2,492 3,900 Manufactured Goods 500 1,999 1,094 1,611 566 Machinery & Transport Eqp 56 125 25 87 145 Misc. Manufactured Articles 253 225 378 234 182 Commodities & Transaction Nes 0 0 7,290 9,810 -

TOTAL 134,995 248,155 382,294 273,363 506,919 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. November 2007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

25

Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara

(dalam ribu USD)

No. Negara Tujuan Nilai Perdagangan

Tahun 2006Share No. Negara Tujuan

Nilai Perdagangan Tahun 2007*)

Share

1 China 78,203 28.61 1 Belanda 214,070 42.23 2 Amerika Serikat 46,976 17.18 2 Amerika Serikat 62,135 12.26 3 Belanda 43,670 15.98 3 China 57,397 11.32 4 India 14,998 5.49 4 Korea Selatan 51,636 10.19 5 Korea Selatan 12,806 4.68 5 India 24,821 4.90 6 Filipina 11,618 4.25 6 Jerman 19,663 3.88 7 Negara Lainnya 65,093 23.81 7 Negara Lainnya 77,197 15.23

273,363 100.00 506,919 100.00 TotalTotal Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. November 2007

Membaiknya kinerja ekspor luar negeri diiringi pula dengan masih tingginya nilai realisasi

impor non migas. Sampai dengan November 2007, nilai impor dari luar negeri tercatat

USD61,22 juta dengan volume 25,48 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan pencapaian akhir

tahun sebelumnya. Di satu sisi, besarnya nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat

ketergantungan terhadap barang/jasa yang berasal dari negara lain namun berdasarkan

strukturnya, sebagian besar barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal.

Grafik 1.8.

Nilai dan Volume Im or Sulawesi Utara p

-

5

10

15

20

25

30

35

40

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*(10)

10

30

50

70

90Nilai (Juta USD) - y kiri

Volume (Ribu Ton) - y kanan

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. November 2007

Berdasarkan komposisinya, struktur impor Sulawesi Utara sejak Tahun 2006 hingga

November 2007 sedikit berbeda bila dibandingkan Tahun 2005. Bila sebelum Tahun 2005

kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan

produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) maka sejak Tahun 2006 hingga

November lebih didominasi oleh barang-barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi,

dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan

material ini mengindikasikan meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

26

Tabel 1.5. Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)

KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007*)

Food and Live Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 Beverages and Tobacco 0 - - - 1 Crude Materials, Ineble 26 114 0 6 575 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 1,194 15 160 717 - Chemical 445 340 166 975 1,000 Manufactured Goods 1,842 297 101 7,678 349 Machinery & Transport Eqp 1,475 803 715 21,833 52,472 Misc. Manufactured Articles 179 185 65 643 418 Commodities & Transaction Nes - - - - -

TOTAL 11,363 4,165 6,242 36,912 61,216 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. November 2007

Berdasarkan negara asal barangnya, impor Sulawesi Utara sepanjang Tahun 2007 terutama

berasal dari negara USA, Perancis dan Vietnam. Sedikit berbeda dibandingkan tahun

sebelumnya dimana impor lebih banyak berasal dari negara Filipina, Malaysia dan Vietnam.

Tabel 1.6.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara (dalam ribu USD)

No. Negara AsalNilai Impor Tahun 2006

Share No. Negara AsalNilai Impor

Tahun 2007*)Share

1 Filipina 11,448 31.01 1 Amerika Serikat 42,260 69.03 2 Malaysia 5,108 13.84 2 Perancis 8,040 13.13 3 Vietnam 1,691 4.58 3 Vietnam 3,979 6.50 4 Australia 1,273 3.45 4 Thailand 2,408 3.93 5 Jerman 635 1.72 5 Singapore 1,464 2.39 6 Negara Lainnya 16,757 45.40 6 Negara Lainnya 3,064 5.00

36,912 100.00 61,216 100.00 Total Total

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. November 2007

Secara netto, nilai perdagangan luar negeri Sulawesi Utara berada pada kondisi surplus

perdagangan yang berarti nilai ekspor masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor.

Sejak Januari s.d. November 2007, surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar

USD343,46 ribu, melampaui pencapaian tahun sebelumnya sebesar USD236,45 ribu.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

27

Grafik 1.9.Nilai Perdagangan Ekspor dan Impor Sulawesi Utara

-

100

200

300

400

500

600

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*)

Nilai Ekspor Nilai Impor Net Ekspor

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d.November 2007

Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas

bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang menunjukkan peningkatan baik untuk

perdagangan luar negeri maupun perdagangan dalam negeri. Berdasarkan strukturnya,

terrlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi oleh kegiatan ekspor

sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk perdagangan dalam

negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan muat yang

berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan

barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat ketergantungan

Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.

Tabel 1.7.

Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

Perdagangan Luar Negeri

a. Impor Ton 31,933 57,180 9,978 28,807 553 5,674 45,012

b. Ekspor Ton 122,968 447,500 122,517 144,217 83,247 134,118 484,099

Jumlah Ton 154,901 504,680 132,495 173,024 83,800 139,792 529,111

a. Bongkar Ton 697,064 2,310,395 549,669 730,104 672,918 608,128 2,560,819

b. Muat Ton 212,791 803,014 220,222 216,884 261,877 205,159 904,142

Jumlah Ton 909,855 3,113,409 769,891 946,988 934,795 813,287 3,464,961

Total 1,064,756 3,618,089 902,386 1,120,012 1,018,595 953,079 3,994,072

Perdagangan Dalam Negeri

1

2

No.20072006

Total 2007Total 2006JENIS KEGIATAN

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) s.d. 12 Desember 2007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

28

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Q4-2007 disumbangkan oleh seluruh

sektor yang ada. Hampir seluruh sektor mencatat perkembangan positif yang melebihi

kinerja pada triwulan sebelumnya. Menurut kontribusinya, sektor pertanian, bangunan dan

PHR (perdagangan, hotel dan restoran) merupakan lokomotif pertumbuhan.

Tabel 1.8.

Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara 2006

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertanian 6.15 4.71 4.67 4.28 8.29 6.09 7.48 6.62Pertambangan & Penggalian -0.72 7.84 7.27 7.27 7.36 7.65 7.94 7.58

Industri Pengolahan 2.23 7.62 6.86 4.24 5.18 6.32 7.46 5.86

Listrik, Gas & Air Bersih 13.82 5.85 5.28 6.23 5.95 6.43 6.58 6.31

Bangunan 5.06 7.65 6.97 6.52 6.89 7.53 8.76 7.51

PHR 7.41 9.72 7.78 6.31 6.39 8.10 8.21 7.37

Pengangkutan & Komunikasi 5.83 6.46 5.56 6.78 6.50 6.90 7.22 6.88

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5.64 10.80 10.03 6.25 7.84 8.05 8.03 7.58

Jasa-Jasa 2.79 3.81 4.21 3.76 2.95 3.15 3.37 3.30

PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42

200720072006SEKTORAL 2005

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.9.

Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertanian 1.32 0.97 1.02 0.91 1.85 1.35 1.52 1.42

Pertambangan & Penggalian -0.04 0.41 0.38 0.37 0.39 0.41 0.42 0.40

Industri Pengolahan 0.18 0.55 0.53 0.34 0.39 0.51 0.54 0.45

Listrik, Gas & Air Bersih 0.10 0.04 0.04 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05

Bangunan 0.79 1.19 1.08 1.03 1.04 1.23 1.37 1.18

PHR 1.06 1.58 1.13 0.83 0.93 1.16 1.37 1.09

Pengangkutan & Komunikasi 0.68 0.85 0.65 0.80 0.73 0.70 0.95 0.80

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 0.36 0.65 0.64 0.42 0.52 0.55 0.50 0.50

Jasa-Jasa 0.46 0.58 0.69 0.64 0.49 0.50 0.50 0.53

PDRB 4.90 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42

200720072006

20062005LAPANGAN USAHA

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

1. Pertanian

Sektor pertanian tumbuh 7,48% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan andil sebesar 1,52%

terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektornya, laju pertumbuhan

sektor pertanian disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan laju pertumbuhan

tertinggi dialami oleh sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan

masing-masing sebesar 12,46% dan 10,17%. Perkembangan sub sektor tanaman bahan

makanan sepanjang Tahun 2007 tak terlepas dari dukungan program revitalisasi pertanian

yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi tercermin dari meningkatnya jumlah realisasi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

29

kredit jagung dimana s.d. posisi November 2007 telah mencapai jumlah ± Rp11,50 milliar

untuk membiayai 3.065 petani dan 198 kelompok tani.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan

kehutanan mencatat laju yang lebih tinggi sedangkan sub sektor perkebunan dan perikanan

sedikit lebih rendah. Perkembangan sub sektor tanaman bahan makanan antara lain dapat

dikonfirmasi dengan data perkembangan komoditi beras dan jagung yang walaupun

berdasarkan data sementara (bersumber dari Dinas Pertanian) relatif sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya namun secara keseluruhan hingga akhir Tahun 2007

diperkirakan jumlah produksi beras akan mencapai 282.910 ton, lebih tinggi dibandingkan

jumlah produksi tahun sebelumnya yang hanya 282.038 ton. Demikian pula halnya dengan

perkembangan jumlah produksi tanaman jagung yang diperkirakan sepanjang Tahun 2007

akan mengalami peningkatan sebesar 24,06% dibandingkan tahun sebelumnya atau

mencapai jumlah 301.131 ton.

Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi merasa optimis bahwa

pencapaian produksi beras dan jagung di Tahun 2007 akan lebih baik dibandingkan Tahun

2006 sehingga target produksi beras sebesar 305,71 ribu ton dan target produksi jagung

sebesar 407,96 ribu ton akan dapat tercapai. Hal ini hanya akan mungkin tercapai apabila

petani dengan dibantu oleh pemerintah daerah dan pihak perbankan (dari sisi pembiayaan)

secara kontinu dan bersama-sama berusaha meningkatkan produktifitasnya melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.

Tabel 1.10.

Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras

Q1 Q2 Q3 Q4*)

Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 28,861 24,299 27,702 23,343 104,205

Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 117,747 97,993 127,429 116,169 459,338

Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 70,648 58,796 80,280 73,186 282,910

20072007*)20062005

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulut, diolah

Tabel 1.11. Luas Panen dan Produksi Jagung

Q1 Q2 Q3 Q4*)

Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 29,085 25,899 38,112 28,748 93,096

Produksi Pipilan Kering (Ton) 195,305 242,711 86,653 80,208 134,270 103,463 301,131

20072007*)2005 2006

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaikan Provinsi Sulut, diolah

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

30

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian khususnya sub

sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan sedikit menunjukkan perkembangan yang

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat, penyaluran kredit pada sektor

pertanian tumbuh sangat significant sebesar 62,93% bila dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Namun demikian, pangsa kredit pertanian masih relatif kecil

dibandingkan jumlah keseluruhan total kredit yang berhasil disalurkan atau hanya sebesar

4,45%. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain

disebabkan belum maksimalnya dukungan perbankan dalam membiayai program revitalisasi

pertanian yaitu masih terbatas pada BPD Sulut (karena sudah memiliki skim penjaminan

kredit dengan Askrindo) dan Bank Mandiri (khusus membiayai pedagang pengumpul).

Selain itu, perbankan masih mengangap bahwa penyaluran kredit pada sektor pertanian

memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya karena sangat

bergantung pada iklim/cuaca.

Grafik 1.10.Pertumbuhan Kredit Pertanian

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

J F MAM J J A S O N D J F M AM J J A S O N D J F MAM J J A S O N

(%)

20062005 2007

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

2. Sektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Selama Q4-2007, sektor bangunan tumbuh 8,76% (y.o.y) dengan

kontribusi sebesar 1,37% terhadap laju pertumbuhan secara umum. Andil sektor ini

merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor pertanian bersama-sama dengan sektor PHR

yang memberikan kontribusi sebesar 1,37%. Perkembangan sektor ini antara lain tercermin

dari meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town

Square, Mal Boulevard, ITC (Elektronik Centre), perhotelan, ruko dan komplek perumahan.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

31

Perkembangan sektor bangunan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan

bahan bangunan melalui Survei Penjualan Eceran (SPE) dan data penjualan semen oleh 3

(tiga) distributor utama. Berdasarkan tren yang ada, terlihat bahwa indeks penjualan bahan

bangunan terus mengalami kenaikan hingga ke level 207,99 pada akhir triwulan laporan.

Hal ini diperkuat lagi dengan data penjualan semen oleh 3 (tiga) distributor utama yang

volume penjualannya terus meningkat hingga mencapai 134,7 ribu ton di akhir Q4-2007.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan sampai akhir Q4-2007 mencapai

Rp284,75 milliar atau meningkat 29,48% dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila

dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara

sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada

diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.

Grafik 1.12.

Perkembangan Penjualan Semen di 3 (tiga) Distributor Utama (Ton)

Grafik 1.11.

Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)

-

50

100

150

200

250

J F M A M J J A S ON D J F M A M J J A S O N D J F M AM J J A S O N D

Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)Indeks Bangunan

20062005 2007

134,

700

126,

150

118,

000

112,

600

98,6

00

82,0

00

73,8

00

72,5

00

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07*)

Sumber : Survei Penjualan Eceran dan LBU Bank Umum Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) merupakan salah satu sektor yang konsisten

mencatat laju pertumbuhan yang cukup tinggi, tercermin dari laju pertumbuhan sebesar

8,21% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,37% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara

umum. Meningkatnya kegiatan sektor ini selama triwulan laporan antara lain didorong oleh

meningkatnya permintaan masyarakat selama bulan puasa, hari raya keagamaan (lebaran

dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan

sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub perdagangan besar dan

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

32

eceran, sub sektor restoran serta sub sektor hotel dengan kontribusi tertinggi

disumbangkan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran.

Tabel 1.12. Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

Wisman (Orang) 11,934 16,778 14,528 15,902 3,983 3,186 3,984 5,175 4,890 17,235

Pertumbuhan (y.o.y) 6.62 40.59 -13.41 9.46 4.82 9.82 -4.37 6.66 22.77 8.38

20062003 2004 2006 2007*)

20072005

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Wisatawan

Grafik 1.14. Tingkat Hunian Hotel Berbintang

Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran seiring pula dengan meningkatnya

jumlah kunjungan wisatawan asing, tingkat hunian hotel berbintang serta lama menginap

para wisatawan selama triwulan laporan. Tercatat jumlah kunjungan wisatawan asing

selama triwulan laporan berjumlah 4.890 orang atau naik 22,77% dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tingkat hunian hotel

berbintang yang mengalami kenaikan dari 42,96% pada Q4-2006 menjadi 44,76% pada

Q4-2007 serta rata-rata lama menginap tamu dalam negeri dari 1,73 hari pada Q4-2006

menjadi 2,76 hari pada Q4-2007.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

2003 2004 2005 2006 2007

-6

-3

0

30

60

90

120Jumlah Wisman (Orang)Pertumbuhan Tahunan (%)

0

0

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006 2006 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 2007*)

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

33

Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit di Sektor Perdagangan,

Hotel & Restoran Grafik 1.15.

Rata-Rata Lama Menginap Wisatawan

-

1.0

Perkembangan sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran sejalan dengan

bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal di Kota Manado. Dari segi

pembiayaan, sektor PHR merupakan terbesar kedua (setelah sektor konsumsi) yang

mendapat dukungan dari perbankan sebesar Rp1.894 milliar atau meningkat 35,90%

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup berperan bagi

perkembangan ekonomi Sulawesi Utara. Pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan

restoran juga dapat dikonfirmasi dari Indeks Penjualan Eceran yang memperlihatkan

kenaikan nilai indeks dari 143,96 di akhir Q3-2007 menjadi 167,71 pada akhir Q4-2007.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi selama Q4-2007 tumbuh 7,22% (y.o.y) dengan

kontribusi sebesar 0,95% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Kinerja sektor

ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelum yang hanya tumbuh 6,90% (y.o.y). Menurut

sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub

sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-masing tumbuh 7,25%

(y.o.y) dan 6,93% (y.o.y). Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat

dikonfirmasikan dengan indeks penjualan kendaraan dari Survey Penjualan Eceran (SPE)

dimana terjadi kenaikan indeks (walaupun dalam kondisi pesimis) dari 42,66 di akhir Q3-

2007 naik menjadi 49,38 pada akhir Q4-2007. Peningkatan indeks penjualan kendaraan

seiring pula dengan data perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Utara

yang dari waktu ke waktu menunjukkan tren peningkatan hingga mencapai jumlah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

2.0

0

0

05.

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N

(%)

2005 2006 2007

Tamu Asing Tamu Dalam Negeri

4.

3.

2003 2004 2005 2006 2007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

34

105.845 unit pada Juli 2007 dengan rincian : 32.267 unit kendaraan roda 4 (empat) dan

73.758 unit kendaraan roda 2 (dua).

Grafik 1.17.Indeks Penjualan Kendaraan

Sumber : Survei Penjualan Eceran -

20

40

60

80

100

120

J F M A M J J A S O N D J F M AM J J A S O N D J F M AM J J A S O N D2005 2006 2007

Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian

bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama Q3-2007 (sampai dengan

Agutus 2007), tercatat penggunaan BBM non industri sebanyak 78 ribu Kilo Liter dan

diperkirakan akan melampaui jumlah yang digunakan pada triwulan sebelumnya sebesar

129 ribu Kilo Liter.

Tabel 1.13.

Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Sulawesi Utara

No Rincian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Total*)

A RODA 41 Milik Instansi Pemerintah 112 89 133 185 126 184 136 965 2 Milik Pribadi/Perorangan 3,630 3,951 3,522 3,445 3,983 3,527 3,802 25,860 3 Milik Perusahaan Swasta 688 745 821 801 839 723 825 5,442

Jumlah Roda 4 4,430 4,785 4,476 4,431 4,948 4,434 4,763 32,267

B RODA 21 Milik Instansi Pemerintah 196 196 230 258 270 349 328 1,827 2 Milik Pribadi/Perorangan 9,686 8,966 10,009 10,386 11,097 10,554 11,049 71,747 3 Milik Perusahaan Swasta - 4

Jumlah Roda 2 9,882 18,732 19,191 19,506 21,266 19,771 20,904 73,578

Total 14,312 23,517 23,667 23,937 26,214 24,205 25,667 105,845 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara *) s.d. Juli 2007

Tabel 1.14. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara

(dalam KL)

Industri Non Industri Industri Non Industri Industri Non Industri1 Premium 93 43,741 92 46,261 73 33,011 2 Minyak Tanah 35 26,979 35 28,013 185 19,987 3 Solar 27,965 38,273 11,839 54,729 19,200 25,091

28,093 108,993 11,966 129,003 19,458 78,089

Q3*-2007

TOTAL

Q2-2007JENIS BBM

Q1-2007

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara *) s.d Agustus 2007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

35

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh

masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain

terbukti pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di

beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan

pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan

fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa

telekomunikasi.

Grafik 1.18.Pertumbuhan Kredit Sektor Transportasi

-40

-20

0

20

40

60

80

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N

(%)

2005 20072006

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi didukung pula oleh

penyaluran kredit di sektor ini yang tercatat secara tahunan mengalami pertumbuhan

sebesar 61,13% mencapai jumlah Rp68,49 milliar.

5. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa dengan pangsa sebesar 14,28% pada Q4-2007 merupakan salah satu

sektor dengan pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara. Sektor ini

tumbuh relatif lambat yaitu sebesar 3,137% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 0,50%

terhadap laju pertumbuhan secara umum. Berdasarkan sub sektor pembentuknya, seluruh

sub sektor mengalami pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub

sektor jasa swasta sebesar 7,20% (y.o.y) sehubungan terdapatnya libur panjang selama

triwulan laporan di mulai dari libur lebaran, natal dan tahun baru khususnya untuk jasa

hiburan dan rekreasi. Sementara itu, sub sektor jasa pemerintahan tumbuh 1,65% (y.o.y)

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,57% (y.o.y).

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

36

6. Sektor Lainnya

Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama Tahun 2007 secara perlahan menunjukkan

peningkatan. Sektor yang sebagian besar berupa industri pengolahan kayu dan ikan

tumbuh 7,46% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 6,32% (y.o.y). Namun demikian ke depan diperkirakan

perkembangan sektor ini akan mengalami tantangan sehubungan dengan terus merangkak

naiknya harga minyak dunia yang berdampak pada naiknya biaya produksi.

Di tengah-tengah keterbatasan pasokan listrik selama ini, sektor listrik, gas dan air bersih

tumbuh 6,58% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada

pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini

disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih masing-masing

sebesar 6,82% (y.o.y) dan 5,67% (y.o.y). Namun demikian, berdasarkan data yang

bersumber dari PLN Cab. Sulawesi Utara, sampai dengan November 2007, kinerja

kelistrikan justru mengalami penurunan tercermin dari menurunnya konsumsi listrik sebagai

dampak dari seringnya pemadaman akibat terbatasnya daya listrik PLN.

Grafik 1.20

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Grafik 1.19.

Konsumsi Listrik di Sulawesi Utara

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N

Ribu

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

15,000

16,000

17,000

Social, Household dan Public (Left Axis)

Bussiness and Industry (Right Axis)

2006 2007

40

45

50

55

60

65

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N2006 2007

Sumber : PT. PLN Kanwil Sultenggo Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan listrik oleh masyarakat dan

berbagai perusahaan/unit bisnis di wilayah Sulut belumlah mampu dipenuhi seluruhnya oleh

PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu

penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007

masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan

masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

37

kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain,

rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006)

atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini

menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di

sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak yang mampu dilayani oleh PLN untuk

wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah

tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat.

Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan

mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,94% (y.o.y) selama triwulan laporan

dengan kontribusi sebesar 0,42% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor

yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.

Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian

ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala

besar.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan perkembangan yang

sangat significant selama triwulan laporan dengan pencapaian sebesar 8,03% (y.o.y)

dengan kontribusi sebesar 0,50%. Berdasarkan sub sektornya, seluruh sektor mencatat

pertumbuhan positif dengan sub sektor bank merupakan penyumbang terbesar. Hal ini

tercermin pula dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara

lain : pembukaan kantor cabang baru dan penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri)

yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat

dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur

perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur

perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara

penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) dan Shift-

Share merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

38

sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur

perekonomian suatu wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan

dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor

yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.

Pendekatan sektor unggulan sebagai pemicu laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi

Utara dengan demikian didahului oleh seleksi kontribusi sektor tersebut sebelum rasio LQ.

Data yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua

(SULAMPUA) menunjukkan bahwa dalam periode 2 (dua) tahun terakhir yaitu Tahun 2005

dan 2006, komponen dominan pembentuk PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian

(28,94%), diikuti sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor jasa-jasa dan sektor-sektor lainnya. Kondisi yang tidak berbeda terjadi di

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara dimana sektor pertanian tetap menjadi lokomotif

pertumbuhan.

Tabel 1.15. Share Rata-Rata Sektor-Sektor Pada PDRB Sulampua, Sulsel dan Sulut

Periode Tahun 2005 s.d. 2006

No Sektor Sulampua Sulsel Sulut

1 Pertanian 28.94 30.58 21.87

2 Pertambangan dan Penggalian 17.59 10.03 5.23

3 Industri Pengolahan 9.19 14.12 7.64

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.69 0.96 0.76

5 Bangunan 6.46 4.66 15.61

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.98 14.85 14.38

7 Pengangkutan dan Komunikasi 7.64 7.55 11.73

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.66 5.92 6.61

9 Jasa-Jasa 11.85 11.33 16.17

Total 100.00 100.00 100.00

Hasil perhitungan koefisien LQ terhadap lima sektor yang menjadi kontributor utama

terhadap PDRB Sulawesi Utara, tercatat bahwa terdapat dua sektor yang merupakan sektor

basis (rasio LQ>1) di Sulawesi Utara dibandingkan dengan di Sulawesi Selatan yaitu sektor

jasa-jasa dan sektor angkutan dan telekomunikasi. Sedangkan sektor lainnya yaitu sektor

pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan

merupakan sektor non basis (rasio LQ≤1). Selanjutnya, bila dibandingkan dengan potensi di

SULAMPUA yang meliputi gabungan provinsi-provinsi di Sulawesi, Maluku dan Papua, dari

lima sektor dominan di Sulawesi Utara, tercatat sebanyak tiga sektor yang merupakan

sektor basis yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan sektor

angkutan dan telekomunikasi (Tabel 1.17). Hasil ini, bila dibandingkan tahun sebelumnya,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

39

terjadi penurunan kompetitiveness Sulawesi Utara dibandingkan SULAMPUA khususnya

pada sektor industri pengolahan karena bila di Tahun 2005, sektor industri pengolahan

masih menjadi sektor basis namun di Tahun 2006 ini tidak lagi bersama-sama dengan

sektor pertanian.

Tabel 1.16. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara

Terhadap Provinsi Sulawesi Selatan dan SULAMPUA (Basis Tahun 2006)

Share Tahun 2006 LQ SULUT terhadap

SULSEL SULAMPUA No. Sektor-Sektor

Dominan SULUT SULSEL SULAMPUA 2005 2006 2005 2006

1 Pertanian 21.94 30.24 29.55 0.89 0.73 0.95 0.74

2 PHR 14.44 14.84 13.38 0.71 0.97 1.00 1.08

3 Jasa-Jasa 15.99 11.62 12.32 1.20 1.38 1.25 1.30

4 Angkut dan Komunikasi 11.74 7.54 7.89 1.83 1.56 1.88 1.49

5 Industri Pengolahan 7.61 14.16 9.42 0.75 0.54 1.15 0.81

D. Analisis Shift Share Provinsi Sulawesi Utara

Analisis shift share merupakan salah satu metode yang lazim digunakan untuk menganalisis

pertumbuhan wilayah. Dengan menggunakan metode ini, akan dapat diketahui penyebab

utama pertumbuhan dan potensi peningkatan pertumbuhan pada masa mendatang. Pada

dasarnya, analisis Shift Share membagi pertumbuhan wilayah dalam tiga komponen antara

lain pertama, komponen potensi (share) yang menjelaskan bahwa share wilayah yang diteliti

dibandingkan dengan share wilayah referensi. Kedua, bauran komponen (component mix)

yang menjelaskan kecepatan relatif pertumbuhan wilayah dibandingkan wilayah referensi.

Dalam bauran komponen akan ditampilkan sektor-sektor dalam wilayah yang memiliki

pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama pada wilayah referensi. Ketiga,

component competitive menjelaskan relatifitas keunggulan kompetitif suatu sektor dalam

wilayah dibandingkan wilayah referensi. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif berarti

memiliki keunggulan bagi perkembangan sektor bersangkutan.

Tabel 1.17.

Laju Pertumbuhan Tahun 2006 Sektor-Sektor Dominan di Sulut, Sulsel dan Sulampua

Laju Pertumbuhan 2006 No. Sektor Ekonomi

SULUT SULSEL SULAMPUA

1 Pertanian 6.58 4.73 5.79

2 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.68 6.83 7.97

3 Jasa-Jasa 3.57 12.63 9.84

4 Angkutan dan Telekomunikasi 6.05 6.99 8.25

5 Industri Pengolahan 5.18 7.70 6.68

Laju Pertumbuhan Total 5.87 7.08 1.46

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

40

Laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara di Tahun 2006 tercatat 5,87%, relatif lebih

rendah bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan Provinsi Sulawesi Selatan (7,08%)

namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan SULAMPUA yang tercatat

sebesar 1,46%. Relatif rendahnya laju pertumbuhan SULAMPUA disebabkan kontraksi yang

terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian hingga mencapai 22,14% dibandingkan

Tahun 2005 (menurunnya jumlah hasil produksi Freeport di Timika – Papua, antara lain

akibat cukup tingginya frekuensi demo yang telah mengganggu produksi pertambangan).

Di sisi lain, dengan melakukan pengamatan yang lebih dalam terhadap struktur komponen

pembentuk PDRB SULAMPUA, terlihat bahwa pangsa/share sektor pertambangan dan

pengggalian ini sangat dominan di wilayah Sulampua yaitu mencapai 17,59% (tabel 1.16)

atau kedua terbesar setelah sektor pertanian dengan pangsa sebesar 28,94%.

Guna melakukan penghitungan shiftshare, terlebih dahulu dilakukan identifikasi sektor-

sektor dominan yang kurang lebih memiliki pangsa sama/mirip antara wilayah yang hendak

dibandingkan dengan daerah referensinya. Selanjutnya, dengan melakukan perbandingan

terhadap lima sektor dominan di Sulawesi Utara dengan sektor yang sama di Sulawesi

Selatan dan SULAMPUA, menggunakan analisa shift share, diperoleh kesimpulan bahwa

pada Tahun 2006, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor di Sulawesi Utara yang

relatif lebih prospektif bila dibandingkan dengan Sulawesi Selatan dan SULAMPUA,

tercermin dari rasio RPs yang lebih besar dari 1 (Tabel 1.19 dan Tabel 1.20). Keadaan ini

berbeda bila dibandingkan dengan periode Tahun 2005 dimana hampir seluruh sektor

dominan di Sulawesi Utara tidak ada yang lebih prospektif bila dibandingkan dengan

Sulawesi Selatan dan SULAMPUA kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel 1.18.

Perkembangan Rasio RPs, RPr dan RPr/RPs Sulawesi Utara Terhadap Sulawesi Selatan

RPs RPr RPr/RPs No. SULUT vs SULSEL

2005 2006 2005 2006 2005 2006

1 Pertanian 0.84 1.39 0.84 0.67 1.00 0.48

2 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.85 0.98 1.20 0.96 1.42 0.99

3 Jasa-Jasa 0.54 0.28 0.77 1.78 1.43 6.31

4 Angkutan dan Telekomunikasi 0.91 0.87 1.25 0.99 1.38 1.14

5

Sekt

or

Industri Pengolahan 0.69 0.67 1.06 1.09 1.54 1.62

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

41

Tabel 1.19. Rasio RPs, RPr dan RPr/RPs

Sulawesi Utara Terhadap SULAMPUA RPs RPr RPr/RPs

No. SULUT vs SULSEL 2005 2006 2005 2006 2005 2006

1 Pertanian 0.93 1.14 0.57 3.97 0.62 3.49

2 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.30 0.84 0.60 5.46 0.47 6.51

3 Jasa-Jasa 0.68 0.36 0.47 6.74 0.70 18.58

4 Angkutan dan Telekomunikasi 0.75 0.73 1.16 5.65 1.55 7.71

5

Sekt

or

Industri Pengolahan 0.82 0.78 0.68 4.58 0.83 5.90

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

42

BOX 1. GELIAT KBI MANADO UNTUK MENYELARASKAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL DI SULAWESI UTARA

Sektor riil perlu selalu menjadi perhatian bank sentral, terutama karena perkembangan yang

kurang sehat dapat mengganggu kestabilan ekonomi yang menjadi fokus dari bank sentral.

Gubernur Bank Indonesia dalam acara Banker’s Dinner 2008 : “ Bank Indonesia telah mengambil

langkah-langkah yang secara langsung terkait dengan pemberdayaan sektor riil tanpa keluar dari

khittahnya sebagai penjaga gawang stabilitas, baik dalam bentuk peningkatan peran Bank Indonesia

dalam policy advisory maupun dalam fasilitasi pengembangan perekonomian rakyat”.

Terkait dengan pemberdayaan sektor riil dengan kebijakan fasilitasi, Bank Indonesia telah

menggulirkan program pilot project Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah

(TFPPED) sebagai upaya untuk mengembangkan perekonomian daerah. KBI Manado sebagai salah 1

dari 8 KBI program pilot project telah berhasil mengimplementasikan percepatan pemberdayaan

ekonomi daerah melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan.

Suatu teladan baik bercermin dari geliat KBI Manado untuk menyelaraskan program

pemberdayaan sektor riil di daerah dengan kegiatan Revitalisasi Pertanian di Sulawesi Utara Tahun

2007. TFPPED Sulut berupaya mengsukseskan program Revitalisasi Pertanian Komoditi Jagung dan

Rumput Laut, yang merupakan bagian dari Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Sulawesi Utara Tahun 2005-2010. Tujuan kegiatan untuk meningkatkan

produktivitas Jagung dan Rumput Laut, meningkatkan Lapangan Kerja, Pengentasan Kemiskinan dan

Bergeraknya Sektor Riil. Tim ini mendapat Legalitas dengan SP Gubernur No.500/1191/Sekr.

tertanggal 4 Mei 2007 tentang Pembentukan Task Force Pemberdayaan Percepatan Ekonomi Daerah

(TFPPED) di SULUT. Surat penunjukan ini mempercayakan Pemimpin BI Manado sebagai Ketua

Pelaksana Harian Program Revitalisasi Pertanian di Sulawesi Utara.

Kegiatan ini diawali dengan koordinasi antara Bank Indonesia, Pejabat Pemda

Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas-Dinas Terkait, Bank dan Non Bank, Akademisi serta Stakeholder

lainnya, untuk menentukan skim pembiayaan dan indikator program. Upaya yang dilakukan untuk

skim pembiayaan diarahkan pada skim penjaminan dari Bank Sulut dan Skim kredit Pelayanan

Pembiayaan Pertanian (SP3) Departemen Pertanian tahun 2007, kemudian PT. Bank Sulut ditunjuk

sebagai Bank Pelaksana. Selain itu disepakati Indikator keberhasilan program revitalisasi pertanian

diukur dari Produktivitas komoditas jagung, penyaluran kredit dan % NPL. Langkah bijak ini

tentunya tidak lepas dari niat BI untuk menggerakkan sektor Riil di daerah Sulawesi Utara yang masih

terkendala.

Hasil Implementasi Program revitalisasi pertanian untuk komoditi Jagung posisi Desember

tahun 2007 ternyata dapat melampaui target yang disepakati dalam indikator keberhasilan program.

Hasil capaian produktivitas Jagung sebesar 3,577 ton/ha dari target 3,5 ton/ha. Indikator

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

43

pembiayaan Bank Sulut dari target Rp.3 milliar ternyata Realisasi Kredit dapat mencapai Rp. 10,4

milliar dengan luas lahan yang dibiayai seluas 3.9 ribu ha untuk 2.853 petani/UKM yang terdiri dari

2.032 anggota UKM dalam 170 kelompok dan 818 anggota UKM perorangan serta 3 anggota UKM

pedagang/pengumpul. Sedangkan Bank Syariah Mandiri dengan kejeliannya membaca peluang

mampu memanfaatkan kondisi ini, sehingga mampu merealisasikan kredit komoditas Jagung di

Kab. Minahasa Tenggara sebanyak Rp. 442 juta, untuk luasan lahan sebesar 114 ha.

Sementara itu, untuk komoditi rumput laut sampai posisi Desember tahun 2007 ternyata

target produktifitas sebesar 2 ton/ha tercapai. Namun untuk realisasi kredit baru terkait program

revitalisasi Rumput Laut dengan target ekspansi kredit sebesar Rp.3 milliar belum dapat

termanfaatkan. Realisasi kredit Bank Sulut hanya mencapai Rp.420 juta untuk 84 anggota UKM

dalam 15 kelompok dengan luas lahan 46 ha. Peranan Bank Indonesia berhasil menfasilitali

pembiayaan sektor riil, namun pada komoditi Rumput Laut masih terkendala, sehingga Business Plan

Perbankan (ekspansi kredit) belum terserap seluruhnya.

Non performing loan (NPL) kegiatan revitalisasi pertanian nampaknya melampaui target,

posisi bulan Desember dari Laporan Bank Sulut untuk komoditas Jagung sebesar Rp. 3,2 milliar

sedangkan Rumput Laut sebesar Rp. 49 juta - sehingga total NPL untuk revitalisasi Pertanian sebesar

Rp. 3,3 milliar.- Nilai nominal NPL untuk program revitalisasi Pertanian ini sangat kecil kontribusinya

terhadap total NPL 2007 yang mencapai 248 M. Secara sektoral (y.o.y) NPL sektor Pertanian

mengalami perbaikan, dari 13,62 persen turun menjadi 9,31 persen jauh dibawah jika dibandingkan

dengan NPL. Turunnya NPL dari sektor Pertanian tahun 2007 di propinsi Sulawesi Utara, tidak lepas

dari geliat KBI Manado untuk mengerakan sektor pertanian karena lebih dari 90 persen kehidupan

masyarakat Sulut bergantung pada sektor pertanian.

Suksesnya KBI Manado menfasilitasi dan mengimplementasikan program revitalisasi

pertanian lewat kegiatan TFPPED Sulut, diharapkan menjadi dasar berpijak untuk “Meretas Jalan

Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi di daerah Nyiur Melambai”. Semoga, pengabdian

mulia dari KBI Manado untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani di pedesaan akan sukses

selalu dan mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

44

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)

Laju perubahan harga atau yang lebih umum dikenal dengan inflasi Kota Manado

menunjukkan tren peningkatan. Hingga Desember 2007, inflasi tahunan (y.o.y) Kota

Manado tercatat 10,13% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan

periode yang yang sama tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 7,82%

(y.o.y) dan 5,09% (y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan laju inflasi Zona Sulampua dan

Nasional yang masing-masing sebesar 7,40% (y.o.y) dan 6,59% (y.o.y), maka laju inflasi

Kota Manado relatif lebih tinggi yang mencerminkan tekanan harga di Kota Manado dari

permintaan maupun penawaran relatif lebih besar dibandingkan kota-kota lainnya.

Grafik 2.1.

Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Y.o.Y)

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Manado

Sulampua

Nasional

2006 2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber-sumber tekanan inflasi Kota Manado berasal dari sisi permintaan, penawaran dan

impor. Dari sisi permintaan, faktor seasonal berupa perayaan hari besar keagamaan (lebaran

dan natal) serta Tahun Baru 2008 menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat

khususnya untuk kelompok bahan makanan. Dari sisi penawaran, tekanan harga bersumber

dari terganggunya pasokan beberapa komoditi antara lain beras, ikan dan bumbu-bumbuan

serta belum berjalan baiknya proses konversi minyak tanah ke elpiji. Terganggunya pasokan

beras antara lain disebabkan oleh pergeseran masa tanam dan panen yang mengakibatkan

berkurangnya stock sedangkan terganggunya pasokan ikan dan bumbu-bumbuan, lebih

disebabkan oleh kurang bersahabatnya iklim/cuaca selama triwulan laporan dimana

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

45

cenderung hujan dengan disertai angin kencang. Akibatnya para petani dan nelayan

mengalami kesulitan untuk bercocok tanam dan melakukan kegiatan melaut. Selain itu,

dampak kenaikan harga minyak internasional yang terus menunjukkan tren hingga hampir

menyentuh level psikologis sebesar USD 100 per barel menyebabkan meningkatnya harga

barang khususnya yang banyak mengandung komponen impor. Sementara itu, tekanan

inflasi selama triwulan laporan bersumber pula dari administered prices. Kebijakan

pemerintah untuk menaikan tarif angkutan kapal penyeberangan antar provinsi rata-rata

sebesar 18-20 persen per tanggal 1 Desember 2007 menyebabkan biaya transportasi laut

meningkat selama triwulan laporan.

Inflasi Menurut K

Mar JunBahan Makanan 23.25 22.43Makanan Jadi 8.12 7.25Perumahan 9.18 11.25Sandang 8.82 10.15Kesehatan 6.75 3.67Pendidikan 11.08 11.02Transportasi 30.72 30.31

Umum 16.08 15.98

Kelompok2006

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumbangan Inflasi Me

Mar JunBahan Makanan 8.26 6.85Makanan Jadi 1.67 2.07Perumahan 4.58 4.56Sandang 0.18 0.23Kesehatan 0.29 0.22Pendidikan 0.23 0.22Transportasi 2.57 2.44

Umum 17.78 16.59

Kelompok2006

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Menurut kelompoknya, penyumbang utam

bahan makanan dengan andil sebesar 7,0

yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) atau

andil sebesar 4,67% . Kelompok bahan m

harga tertinggi yaitu sebesar 21,14% (y.o

disumbangkan oleh sub kelompok padi-pa

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Tabel 2.1.

elompok Barang/Jasa (Y.o.Y)

Sep Des Mar Jun Sep Des23.31 13.52 13.33 12.89 14.05 21.14

5.28 5.23 7.9 6.62 7.75 4.52 9.95 -1.6 2.94 2.38 4.78 5.34 8.55 4.06 3.59 2.19 3.92 7.39 3.74 1.41 7.39 8.87 10.13 12.12 3.64 1.38 1.56 1.70 1.61 3.15

30.47 0.12 0.9 1.16 1.17 1.18 15.15 5.09 6.98 6.47 7.82 10.13

2007

n

.

Tabel 2.2.urut Kelompok Barang/Jasa (Y.o.Y)

Sep Des Mar Jun Sep Des7.23 4.17 4.33 4.11 4.67 7.04 0.95 0.87 1.30 1.11 1.27 0.75 2.17 -0.35 0.62 0.51 1.00 1.11 0.59 0.26 0.23 0.15 0.25 0.48 0.16 0.06 0.29 0.34 0.38 0.46 0.20 0.07 0.08 0.08 0.08 0.15 3.86 0.02 0.13 0.17 0.17 0.17

15.15 5.09 6.98 6.47 7.82 10.13

2007

a inflasi pada Desember 2007 adalah kelompok

4% terhadap laju inflasi tahunan Kota Manado

naik dibandingkan triwulan sebelumnya dengan

akanan tercatat pula mengalami laju perubahan

y). Berdasarkan sub kelompoknya, andil terbesar

dian, umbi-umbian dan hasilnya dengan komoditi

46

utama yang mengalami kenaikan harga cukup significant sekaligus berandil cukup besar

yaitu beras, minyak goreng dan susu cair kemasan.

Penyumbang berikutnya adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

dengan andil sebesar 1,11% dengan laju sebesar 5,43% (y.o.y) atau naik dibandingkan

triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 1,00%. Berdasarkan sub kelompoknya,

sumbangan tertinggi dialami oleh sub kelompok biaya tempat tinggal antara lain semen,

sewa rumah, kontrak rumah dengan laju inflasi sebesar 7,17% (y.o.y), lebih tingi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,48%. Kecenderung naiknya harga pada

kelompok perumahan tersebut khususnya bahan bangunan dipicu oleh terus naiknya harga

minyak dunia secara umum yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi dan

sulitnya mendapatkan kapal untuk transportasi akibatnya banyak yang telah dijual ke China.

Selain itu tingginya permintaan yang tercermin dari maraknya pembangunan pusat

perbelanjaan, hotel, ruko dan mal serta meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur

milik pemerintah menjelang even World Ocean Conference Tahun 2009 menyebabkan

harga-harga komoditi pada kelompok perumahan terus bergerak naik.

Tekanan harga pada kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar juga disebabkan

oleh sempat terganggunya pasokan gas elpiji ke wilayah Sulawesi Utara. Akibatnya, harga

eceran tabung gas elpiji mengalami kenaikan yang cukup significant yaitu rata-rata sebesar

50%. Untuk tabung 12 kg naik dari Rp90.000,- menjadi Rp135.000,- sedangkan tabung 50

kg naik dari Rp460.000,- menjadi Rp600.000,- per tabung. Harga ini jauh lebih tinggi

dibandingkan harga eceran tabung gas elpji di jawa yang hanya berkisar pada harga

Rp60.000,- s.d. Rp70.000,- untuk ukuran tabung 12 kg. Tingginya harga tersebut

disebabkan belum ada depot elpiji di wilayah Sulawesi Utara sehingga kebutuhan tabung

gas elpiji harus dipasok dari Makassar – Sulsel sehingga komponen biaya transpor dari

Makassar ke Manado menjadi mahal yaitu sekitar Rp80.000,- per tabung ukuran 12 kg. Hal

ini masih ditambah lagi dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pertamina

Makassar terkait pembatasan pengangkutan gas elpiji ke Manado khususnya untuk

memenuhi unsur keamanan sehingga pasokan relatif terbatas akhir-akhir ini. Terkait dengan

hal tersebut, Pertamina Manado berencana menggandeng pihak swasta untuk membangun

depot elpiji di Wangurer Bitung. Diharapkan pada Januari 2008 depot tersebut telah selesai

sehingga biaya angkut menjadi murah.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

47

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan sebesar

0,75% terhadap laju inflasi Kota Manado secara umum yang tercatat sebesar 10,13%

(y.o.y). Berdasarkan sub kelompoknya, kenaikan harga yang terjadi pada kelompok ini

terutama disumbangkan oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta

sub kelompok ikan segar. Di antara komoditi yang termasuk dalam sub kelompok padi-

padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, beras merupakan penyumbang inflasi tertinggi

dimana lebih dari 30% inflasi Kota Manado disumbangkan oleh komoditi ini. Salah satu

faktor penyebab meningkatnya harga beras adalah akibat musim penghujan selama

triwulan laporan yang menyebabkan kesulitan pengeringan padi. Dampak selanjutnya

adalah turunya produksi penggilingan yang mengakibatkan berkurangnya pasokan beras.

Sedangkan kenaikan harga pada sub kelompok ikan segar lebih disebabkan oleh

terganggunya kegiatan melaut para nelayan sehubungan dengan perubahan iklim dan

cuaca.

Kelompok penyumbang inflasi berikutnya adalah kelompok sandang yang memberikan

andil sebesar 0,48% dengan laju inflasi sebesar 7,39% (y.o.y). Berdasarkan sub kelompok

pembentuknya, sumbangan inflasi pada kelompok ini disumbangkan baik oleh sub

kelompok sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak serta barang pribadi dan sandang

lainnya. Salah satu komoditi yang tercatat mengalami kenaikan harga significant dan

memberikan sumbangan yang cukup besar adalah emas perhiasan. Kenaikan harga emas ini

lebih disebabkan oleh kekhawatiran penguatan harga minyak yang akan mendorong inflasi

dan sebagai perlindungan dari melemahnya pasar kredit AS.

Selanjutnya adalah kelompok kesehatan dengan sumbangan sebesar 0,46% dan laju inflasi

sebesar 12,12% (y.o.y). Kenaikan harga pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh

sub kelompok jasa kesehatan dan perawatan jasmani dan kosmetik. Kecenderungan terus

meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan semakin meningkatnya beban hidup

khususnya bagi masyarakat kecil. Kenaikan tarif dokter umum, dokter specialis dan tarif

laboratorium merupakan beberapa bentuk pelayanan kesehatan yang sering mengalami

kenaikan harga.

Kelompok lainnya, yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dan

kelompok pendidikan pada triwulan laporan merupakan kelompok barang/jasa dengan

sumbangan inflasi relatif rendah yaitu masing-masing sebesar 0,17% dan 0,15% dengan

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

48

laju inflasi masing-masing sebesar 1,18% (y.o.y); dan 3,15% (y.o.y). Berdasarkan

komoditinya, kenaikan harga yang terjadi pada sub kelompok transport diantaranya adalah

tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga hingga 25%. Kenaikan tarif tersebut

terjadi karena tingginya animo masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara saat

berlangsungnya hari libur nasional yang cukup panjang. Faktor lainnya adalah dampak

kenaikan fuel surcharge secara bertahap oleh maskapai penerbangan sehingga

menyebabkan naiknya harga tiket pesawat. Sedangkan pada kelompok pendidikan,

kenaikan harga pada umumnya terjadi pada sub kelompok peralatan dan perlengkapan

pendidikan sedangkan sub kelompok jasa pendidikan relatif tidak terjadi kenaikan harga.

Selanjutnya dengan melakukan disagregasi inflasi, andil volatile food terhadap

pembentukan harga Kota Manado secara umum menunjukkan peningkatan. Bila di akhir

Tahun 2006, share volatile food tercatat hanya sebesar 14,32% dari laju inflasi sebesar

7,54% maka di akhir tahun ini meningkat hingga mencapai pangsa sebesar 62,19%

terhadap laju perubahan harga secara umum yang ter`catat sebesar 10,13%. Dengan

demikian terdapat perbedaan struktur inflasi dimana bila pada akhir Tahun 2006 dampak

kebijakan pemerintah berupa kenaikan harga BBM masih dirasakan oleh sebagian besar

masyarakat maka di akhir tahun 2007, kenaikan harga yang terjadi lebih disebabkan oleh

terus bergerak naiknya harga bahan makanan akibat terganggunya pasokan dan jalur

distribusi disamping cenderung meningkatnya permintaan masyarakat akibat meningkatnya

daya beli masyarakat sehubungan dengan membaiknya harga komoditi pertanian di pasar

dunia.

Berbeda dengan akhir triwulan sebelumnya dimana inflasi inti lebih mendominasi inflasi

Kota Manado maka pada akhir triwulan laporan, laju inflasi Kota Manado lebih didominasi

oleh inflasi volatile food. Secara tahunan, andil inflasi volatile food pada Desember 2007

sebesar 6,30% dengan laju sebesar 23,01% (y.o.y), meningkat dibandingkan akhir triwulan

sebelumnya yang hanya menyumbang 3,46% dengan laju sebesar 12,56% (y.o.y).

Sedangkan andil inflasi inti tercatat sebesar 3,40% dengan laju 6,78% (y.o.y), sedikit lebih

rendah dibandingkan akhir triwulan lalu dengan andil sebesar 3,81% dan laju 7,65%

(y.o.y). Sementara itu, berkenaan dengan tidak adanya kebijakan harga yang diambil oleh

pemerintah menyebabkan andil inflasi untuk kelompok administered prices cenderung tidak

banyak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,42% dengan laju 1,89% (y.o.y). Adapun

tekanan harga yang terjadi pada kelompok administered prices terutama terjadi di tingkat

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

49

pengecer antara lain untuk komoditi rokok kretek (3,23%), rokok kretek filter (4,83%),

rokok putih (3,03%), angkutan laut (0,00%) dan tarif telepon (5,80%).

Tabel 2.3.

Disagregasi Inflasi (Y.o.Y)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1 Inflasi Inti 2.77 1.46 5.78 2.92 5.61 2.84 7.65 3.81 6.78 3.402 Inflasi Administered 18.53 5.00 2.82 0.65 2.36 0.54 2.40 0.54 1.89 0.423 Inflasi Volatile Food 5.33 1.08 12.83 3.42 11.71 3.08 12.56 3.46 23.01 6.30

7.54 7.54 6.98 6.98 6.47 6.47 7.82 7.82 10.13 10.13Inflasi IHK

No. Disagregasi InflasiDes-06 Mar-07 Jun-07 Sep-07 Des-07

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Menurut komoditinya, penyumbang tertinggi inflasi tahunan Kota Manado pada Desember

2007 adalah beras, cakalang, bawang merah, malalugis dan minyak goreng. Sementara

komoditi dengan sumbangan deflasi tertinggi diantaranya adalah cabe rawit, daun bawang,

kangkung, bawang putih dan cabe merah.

No. Kelompok Komoditi Bobot Laju Inflasi

Y.o.Y Sumbangan

Y.o.Y

1 Beras 0.096 35.37 3.38

2 Cakalang 0.018 66.49 1.20

3 Bawang Merah 0.006 102.73 0.66

4 Malalugis 0.010 49.84 0.50

5 Minyak Goreng 0.014 32.34 0.45

6 Deho 0.010 27.25 0.28

7 Sewa Rumah 0.028 9.30 0.26

8 Tude 0.016 13.32 0.22

9 Tomat Buah 0.002 137.96 0.22

10 Jeruk Nipis/Limau 0.003 59.56 0.19

7.36

10.13

Sumbangan 10 komoditi dengan andil inflasi tertinggi

Laju Inflasi Umum

Tabel 2.4.Komoditi Penyumbang Inflasi Tertinggi

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.5.

Komoditi Penyumbang Deflasi Tertinggi

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

No. Kelompok Komoditi Bobot Laju Deflasi

Y.o.Y Sumbangan

Y.o.Y

1 Cabe Rawit 0.012 -66.64 -0.82

2 Daun Bawang 0.009 -17.93 -0.16

3 Kangkung 0.006 -24.23 -0.16

4 Bawang Putih 0.004 -31.98 -0.13

5 Cabe Merah 0.005 -25.73 -0.13

6 Mujair 0.006 -14.55 -0.09

7 Daging Ayam Ras 0.009 -4.69 -0.04

8 Pisang 0.008 -5.59 -0.04

9 Cumi-Cumi 0.001 -31.23 -0.04

10 Sprey 0.002 -10.53 -0.03

-1.64

10.13

Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesar

Laju Inflasi Umum

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

50

B. INFLASI TRIWULANAN (Q.t.Q)

Laju inflasi triwulanan Kota Manado kembali mengalami peningkatan selama triwulan

laporan. Tercatat laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 3,46% (q.t.q), sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya yang masing-

masing tercatat 3,45% (q.t.q) dan 1,29% (q.t.q). Laju perubahan harga ini juga lebih tinggi

dibandingkan laju inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua)

yang tercatat masing-masing sebesar 2,09% (q.t.q) dan 1,83% (q.t.q).

Berdasarkan faktor penyebabnya, sumber tekanan inflasi selama triwulan laporan berasal

baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, hampir bersamaannya

perayaan hari lebaran dan natal dilanjutkan dengan berbagai persiapan masyarakat terkait

dengan perayaan tahun baru 2008 menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan

masyarakat khususnya pada kelompok bahan makanan yang pada tahap lanjut

menyebabkan kenaikan harga akibat stock yang cenderung terbatas. Sedangkan dari sisi

penawaran, datangnya musim penghujan yang disertai angin kencang menyebabkan para

petani dan nelayan mengalami kesulitan untuk bercocok tanam dan melaut. Hal ini telah

memicu naiknya harga komoditi padi, bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran (antara lain

beras, bawang merah, tomat sayur, tomat buah, cabe rawit dan jeruk nipis/limau) dan

komoditi ikan (antara lain ikan malalugis dan cakalang) . Selain itu, kenaikan harga minyak

internasional telah membawa pengaruh bagi peningkatan harga komoditi lainnya

diantaranya adalah emas dan semen.

Grafik 2.2.

Inflasi Manado, Zona Sulampua dan Nasional (Q.t.Q)

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Manado

Sulampua

Nasional

2006 2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

51

Dengan melakukan disagregasi inflasi, sumber tekanan inflasi pada triwulan laporan

terutama berasal dari kelompok volatile food dengan andil sebesar 2,84% dengan laju

perubahan harga sebesar 9,86% (q.t.q), meningkat dibandingkan akhir triwulan

sebelumnya tercatat 7,88% (q.t.q) dengan andil 2,17%. Penyumbang inflasi berikutnya

adalah kelompok barang dan jasa yang termasuk dalam inflasi inti (core inflation) dengan

andil 0,62% dan laju perubahan harga sebesar 1,25% (q.t.q). Sedangkan kelompok barang

dan jasa yang termasuk dalam inflasi administered cenderung tidak banyak mengalami

perubahan harga sehubungan tidak adanya kebijakan tata niaga yang dikeluarkan

pemerintah selama triwulan laporan khususnya yang berkaitan dengan harga komoditi,

adapun kenaikan harga yang terjadi pada kelompok administered lebih banyak terjadi di

tingkat pengecer.

Disagr

Inflasi Andil Inflasi1 Inflasi Inti 2.08 1.04 2.642 Inflasi Administered 0.48 0.11 1.633 Inflasi Volatile Food 0.52 0.14 6.02

1.29 1.29 3.34Inflasi IHK

Des-06 MarNo. Disagregasi Inflasi

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Menurut kelompok barang/jasa, meningka

terutama terjadi pada kelompok bahan mak

dan andil 2,77%, meningkat dibandingka

7,44% (q.t.q). Penyumbang inflasi berikutn

0,29% dan laju inflasi sebesar 1,44% (q.t.

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,61%. B

harga lebih tinggi pada triwulan laporan

kelompok bahan makanan, sandang, k

mengalami laju perubahan harga lebih rend

dan transportasi.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Tabel 2.6.egasi Inflasi (Q.t.Q)

Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil1.33 0.23 0.11 2.52 1.26 1.25 0.620.37 0.21 0.05 0.06 0.01 -0.01 0.001.65 -2.10 -0.59 7.88 2.17 9.86 2.843.34 -0.43 -0.43 3.45 3.45 3.46 3.46

Des-07-07 Jun-07 Sep-07

tnya tekanan harga selama triwulan laporan

anan dengan laju inflasi sebesar 7,94% (q.t.q)

n triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

ya adalah kelompok perumahan dengan andil

q), sedkit lebih rendah dibandingkan triwulan

eberapa kelompok yang mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan sebelumnya adalah

esehatan dan pendidikan sedangkan yang

ah adalah kelompok makanan jadi, perumahan

52

Inflasi Menurut K

Mar Jun

Bahan Makanan 6.97 -1.8

Makanan Jadi 0.48 1.7

Perumahan -3.61 0.9Sandang 1.17 1.9

Kesehatan -0.17 -0.1

Pendidikan 0.62 0.3

Transportasi -0.07 0.1

Umum 1.52 0.0

Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diola

Sumbangan Inflasi Men

Mar Jun

Bahan Makanan 2.15 -0.5

Makanan Jadi 0.08 0.2

Perumahan -0.80 0.1

Sandang 0.08 0.1

Kesehatan -0.01 0.0

Pendidikan 0.03 0.0

Transportasi -0.01 0.0

Umum 1.52 0.0

Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Berdasarkan komoditinya, penyumbang

laporan terutama berasal dari kelompo

adalah beras, bawang merah, ikan m

deflasi tertinggi juga berasal dari kel

kankung, daun bawang, ikan bubara dan

No.Kelompok Komoditi

1 Bawang Merah 2 Malalugis 3 Cakalang 4 Beras 5 Tomat Sayur 6 Tomat Buah 7 Cabe Rawit 8 Emas Perhiasan 9 Jeruk Nipis/Limau

10 Semen

Sumbangan 10 komoditi deLaju Inflasi Umum

Sepuluh Komoditi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA)Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utar

Tabel 2.7.

elompok Barang/Jasa (Q.t.Q)

Sep Des Mar Jun Sep Des

0 6.34 1.62 6.79 -2.18 7.44 7.94

3 0.12 2.84 3.02 0.52 1.18 -0.24

0 0.26 0.91 0.83 0.36 2.61 1.446 0.24 0.64 0.71 0.59 1.94 3.99

0 0.44 1.23 5.72 1.27 1.61 3.06

2 0.32 0.12 0.80 0.44 0.23 1.63

4 0.04 0.01 0.71 0.40 0.04 0.02

5 2.15 1.29 3.34 -0.43 3.45 3.46

2006 2007

h

Tabel 2.8.urut Kelompok Barang/Jasa (Q.t.Q)

Sep Des Mar Jun Sep Des

8 2.02 0.54 2.26 -0.75 2.78 2.77

8 0.02 0.47 0.50 0.09 -0.04 -0.04

9 0.06 0.19 0.17 0.07 0.29 0.29

3 0.02 0.04 0.05 0.04 0.25 0.25

0 0.02 0.05 0.22 0.05 0.12 0.12

2 0.02 0.01 0.04 0.02 0.08 0.07

2 0.01 0.00 0.10 0.06 0.00 0.00

5 2.15 1.29 3.34 -0.43 3.45 3.46

2006 2007

inflasi tertinggi Kota Manado selama triwulan

k bahan makanan dan perumahan diantaranya

alalugis, ikan cakalang. Sedangkan penyumbang

ompok bahan makanan diantaranya ikan tude,

ikan mujair.

Bobot Laju Inflasi

Q.t.Q Sumbangan

Q.t.Q

0.007 86.54 0.5640.009 50.21 0.4750.024 16.80 0.4060.118 3.04 0.3590.002 146.27 0.2990.001 233.33 0.2440.002 56.91 0.1400.006 15.20 0.0890.004 20.00 0.0780.007 9.58 0.067

2.723.46

ngan andil inflasi tertinggi

Tabel 2.9. Penyumbang Inflasi Tertinggi

53

a, diolah

Tabel 2.10.

Sepuluh Komoditi Penyu bang Deflasi Tertinggi m

No.Kelompok Komoditi

Bobot Laju Inflasi

Q.t.Q Sumbangan

Q.t.Q

1 Tude 0.020 -12.04 -0.242 Kangkung 0.005 -15.69 -0.093 Daun Bawang 0.007 -9.42 -0.074 Bubara 0.005 -12.48 -0.065 Mujair 0.005 -7.47 -0.046 Bawang Putih 0.003 -11.11 -0.037 Gula Pasir 0.017 -1.74 -0.038 Minuman Ringan 0.005 -4.63 -0.029 Kopi Bubuk 0.004 -3.51 -0.01

10 Pisang 0.007 -1.94 -0.01

-0.613.46

Sumbangan 10 komoditi dengan andil deflasi terbesarLaju Inflasi Umum

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

C. INFLASI ZONA SULAMPUA (SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA)

Laju perubahan harga Zona Sulampua sampai akhir triwulan laporan menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai akhir triwulan laporan, laju inflasi

tahunan zona tercatat sebesar 7,40% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan

sebelumnya sebesar 7,07% (y.o.y). Dibandingkan dengan angka inflasi nasional sebesar

6,59% (y.oy), laju perubahan harga zona ini juga relatif masih lebih tinggi.

Tabel 2.11.

Perkembangan Harga di Zona Sulampua dan Nasional

Q3-07 Q4-07

1 Manado 5.10 6.98 6.50 7.85 10.16 1.77

2 Palu 8.68 6.63 5.55 5.94 8.13 0.76

3 Makassar 7.21 6.67 5.10 6.98 5.71 2.40

4 Kendari 10.57 10.72 9.73 7.43 7.53 0.52

5 Gorontalo 7.53 3.54 5.06 5.97 7.02 0.44

6 Ambon 4.79 5.62 3.07 6.03 5.84 0.47

7 Ternate 5.12 4.97 7.17 6.77 10.43 0.46

8 Jayapura 9.51 11.74 9.20 8.08 10.34 0.57

7.07 6.93 5.86 6.98 7.40 7.40

No. SumbanganQ2-07Q1-07Q4-06KOTA

SULAMPUA

Sumber : Direktorat Statistik Moneter, Bank Indonesia

Sementara itu, berdasarkan kota-kota pembentuknya, sebagian kota di wilayah zona

mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi zona maupun nasional. Kota

Ternate tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,43% (y.o.y) disusul berikutnya Kota

Jayapura dan Kota Manado masing-masing sebesar 10,34% (y.o.y) dan 10,16% (y.o.y).

Inflasi terendah dialami Kota Makassar sebesar 5,71 (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

54

Kota Makassar dan Kota Manado memberikan sumbangan yang tertinggi yaitu masing-

masing sebesar 2,40% dan 1,77% terhadap laju inflasi zona yang tercatat sebesar 7,40%

(y.o.y), sedangkan kota penyumbang inflasi terendah adalah Kota Gorontalo dengan andil

sebesar 0,44%.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

55

BOX 2. PEMBENTUKAN FORUM DISKUSI INFLASI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2008

A. Latar Belakang

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan

Inflasi daerah memegang peran yang penting mengingat kontribusinya yang relatif

besar bagi inflasi nasional

Sumber tekanan inflasi di daerah dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi masing-

masing

Upaya pengendalian inflasi tidak saja menjadi kebutuhan Bank Indonesia, tetapi

juga Pemerintah Daerah dan Institusi terkait di daerah

Ruang penurunan suku bunga kebijakan moneter (BI rate) semakin terbatas.

B. Tujuan

Sasaran pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) yang tinggi perlu di topang dengan

kestabilan dan rendahnya inflasi daerah

Mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional

Meningkatkan kerjasama dan komitmen kelembagaan di daerah dalam

mengendalikan inflasi di daerah

C. Tugas

Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi baik dari sisi

penawaran, permintaan maupun nilai tukar

Mengambil tindakan dan mengeluarkan kebijakan yang diperlukan sebagai tindak

lanjut dari upaya pengendalian harga disesuaikan dengan faktor penyebabnya

Melakukan antisipasi terhadap kemungkinan meningkatnya ekspektasi inflasi yang

disebabkan oleh berbagai faktor baik lokal maupun yang berasal dari luar daerah.

D. Kelembagaan dan Struktur Tim

Forum Diskusi Inflasi Daerah (High Level)

Forum Diskusi Inflasi Daerah (High Level) terbentuk dilatarbelakangi oleh

kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa serta diperlukannya kondisi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

56

ekonomi yang stabil dan kondusif dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara.

Anggota :

1. Gubernur Provinsi (Pembina)

2. Sekretaris Daerah c.q. Asisten II (Ketua)

3. Pemimpin Bank Indonesia (Wakil Ketua)

4. Kepala Bappeda (Anggota)

5. Kepala Biro Perekonomian (Anggota)

6. Kepala Dinas (Anggota)

- Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Dinas Pertanian

- Dinas Perikanan dan Kelautan - Dinas Perkebunan

7. Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tugas :

1. Menerima laporan tentang evaluasi sumber dan potensi tekanan inflasi daerah

2. Mengambil keputusan kebijakan yang akan ditempuh terkait pengendalian

inflasi daerah

3. Mengevaluasi efektivitas kebijakan terkait pengendalian inflasi daerah

4. Mengusulkan kepada pemerintah pusat terkait upaya pengendalian inflasi

Tim Teknis

Anggota :

1. Pejabat di Bidang Ekonomi Moneter KBI Manado

2. Pejabat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas

Perikanan dan Kelautan, Dolog, Badang Ketahanan Pangan.

3. Pejabat dari BPS Provinsi Sulawesi Utara

4. Instansi Terkait dan Asosiasi

Tugas :

1. Memonitor dan melaporkan sumber/potensi tekanan inflasi daerah

2. Mengusulkan rekomendasi kebijakan yang akan ditempuh

3. Melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh TPI daerah

Sekretariat : KBI

Anggota :

a. Staf di Bidang Ekonomi Moneter KBI Manado

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

57

b. PTU/sekretaris

Tugas :

1. Melakukan administrasi umum dan keuangan

2. Memonitor pergerakan harga di daerah

3. Menyiapkan sarana pendukung dan kelengkapan rapat

E. Waktu Pelaksanaan :

Forum diskusi inflasi daerah dilaksanakan secara terjadwal setiap dua bulan sekali

yaitu pada tanggal 15 Februari 2008, 14 April 2008, 15 Juni 2008, 15 Agustus 2008, 15

Oktober 2008 dan 14 Desember 2008, dimana sehari sebelumnya tim teknis telah

mengadakan pertemuan awal untuk selanjutnya berbagai keputusan/rekomendasi

dibawa pada Forum Diskusi Inflasi pada tanggal-tanggal yang telah ditetapkan di

atas. Selain itu, forum diskusi inflasi dapat pula diselenggarakan secara adhoc sesuai

dengan perkembangan dan situasi yang ada pada saat itu.

F. Monitoring, Pelaporan dan Anggaran

Forum Diskusi Inflasi Daerah

Tim Teknis Sekretariat

Kegiatan a. Pertemuan Triwulanan

(sehari setelah tim teknis

mengadakan rapat)

b. Pertemuan ad hoc

a. Komunikasi antar anggota Tim

b. Diskusi triwulanan (minggu I

setiap awal triwulan)

c. Mendiskusikan sumber inflasi

daerah dan merekomendasikan

kebijakan

d. Pertemuan Adhoc

a. Memonitor pergerakan harga barang

dan menganalisis sumber serta faktor

penyebabnya

b. Menyiapkan administrasi

pertemuan/diskusi

c. Menyusun laporan

Laporan a. Isi laporan : kegiatan dan

kebijakan yang telah

dilaksanakan, usulan

kebijakan dan evaluasi

pencapaian hasil

b. Periode triwulanan

c. Ditujukan kepada Gubernur

Prov dan DG Bidang Moneter

cc. DKM

a. Menyiapkan laporan diskusi Tim

Teknis

b. Laporan Diskusi triwulanan

c. Ditujukan kepada TPID High Level

a. Laporan hasil monitoring harga dan

faktor penyebab kenaikan harga

b. Laporan untuk rekomendasi langkah-

langkah yang perlu ditempuh

c. Laporan penggunaan anggaran

Anggaran Diusulkan dibebankan kepada :

BI dan Pemda melalui APBD

Diusulakn dibebankan kepada : BI

dan Pemda melalui APBD

a. Dibebankan kepada BI

b. Sekretariat di KBI

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

58

G. Uraian Tugas Tim Teknis

Dinas/Instansi Fungsi Tugas

Asisten II Koordinator Melakukan koordinasi terhadap dinas-dinas dibawahnya khususnya berkaitan dengan implementasi/tindak lanjut dari rekomendasi hasil Forum Diskusi

Bank Indonesia Wakil Koordinator/Anggota Fasilitator sekaligus sebagai pemateri tetap dalam mempresentasikan perkembangan harga-harga barang dan jasa dan perkembangannya ke depan. Mengendalikan terbentuknya ekspektasi inflasi di masyarakat

Dinas Pertanian Anggota Melakukan identifikasi terhadap kemungkinan terjadinya pengurangan produktivitas akibat pengaruh musim/iklim, kurangnya insentif bagi petani, hama, dan pengurangan lahan, kebijakan baru, dll sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif dan preventif ya

Dinas Perikanan dan Kelautan Anggota Melakukan identifikasi terhadap kemungkinan terganggunya pasokan ikan dan hasil laut lainnya akibat pengaruh musim/iklim, kurangnya insentif bagi nelayan, kejahatan di laut, kebijakan baru, dll sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif dan preventif

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Anggota Memantau perkembangan harga di pasar dan melakukan Operasi Pasar terhadap komoditi-komoditi tertentu yang mengalami kenaikan harga berdasarkan hasil keputusan Forum Diskusi Inflasi. Meminimalisir terjadinya spekulasi dan penimbunan barang dengan memberikan sangsi hukum yang tegas

Bulog Divre II Anggota Memastikan ketersediaan stock beras di pasaran sekaligus melihat pola permintaan masyarakat Sulawesi Utara

BPS Anggota Melakukan penghitungan angka inflasiBadan Ketahanan Pangan Anggota Memastikan ketersediaan stock pangan di pasaran sekaligus melihat

pola permintaan masyarakat Sulawesi UtaraAsosiasi Usaha Bidang Kepomas Anggota Memberikan informasi mengenai berbagai kendala yang dihadapi

dan informasi lainnyaKepolisian Anggota Melakukan penindakan berdasarkan informasi berkaitan dengan

kegiatan illegal/penyalahgunaanDinas Perhubungan Anggota Memberikan informasi berkaitan dengan kendala dan kemajuan

pembangunan infrastruktur baik di darat, laut dan udara

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

59

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada Q4-2007 (posisi November 2007) cukup

baik tercermin dari meningkatnya total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan

kualitas kredit (NPL). Meningkatnya rasio LDR disebabkan oleh pertumbuhan kredit lebih

significant dibandingkan pertumbuhan dana. Faktor penyebab meningkatnya permintaan

kredit selama triwulan laporan antara lain adalah tingginya kebutuhan dana oleh

masyarakat menjelang perayaan hari raya lebaran, natal dan tahun baru. Meningkatnya

fungsi intermediasi perbankan diiringi pula oleh membaiknya kualitas kredit walaupun hal

ini lebih disebabkan oleh meningkatnya jumlah realisasi kredit baru tercermin dari nilai

nominal NPL (Non Performing Loan) yang relatif tidak ada perubahan namun secara

persentase menurun. Sementara itu, relatif lambatnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh

meningkatnya realisasi penggunaan anggaran pemerintah daerah khususnya untuk

membiayai pembangunan proyek-proyek yang telah direncanakan menjelang berakhirnya

tahun anggaran 2007. Hal ini paling tidak tercermin dari penurunan jumlah giro di sistem

perbankan. Belum lagi ditambah dengan kecenderungan menurunnya tingkat suku bunga

acuan Bank Indonesia (BI rate) hingga ke level 8% yang sedikit banyak mempengaruhi

preferensi masyarakat untuk memanfaatkan perbankan sebagai sarana berinvestasi

khususnya tercermin dari penurunan jumlah deposito. Namun demikian, preferensi

masyarakat untuk menabung tidak mengalami perubahan yang berarti bahkan cenderung

meningkat tercermin dari kenaikan jumlah tabungan. Hal ini menunjukkan meningkatnya

motif berjaga-jaga masyarakat khususnya menjelang dan selama perayaan hari besar

keagamaan (lebaran, natal dan Tahun Baru 2008)

Tabel 3.1.

Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

Total Aset 7,418 7,914 8,141 8,820 8,958 9,319 9,905 10,016

Tumbuh Y.o.Y (%) 23.96 25.92 22.96 16.35 20.76 17.76 21.67 13.56

DPK (Rp Miliar) 5,066 5,324 5,450 6,018 5,985 6,436 6,504 6,555 Tumbuh Y.o.Y (%) 16.01 18.58 12.46 14.94 18.14 20.88 19.34 8.92Kredit (Rp Miliar) 4,307 4,620 4,792 5,071 5,179 5,638 6,079 6,334 Tumbuh Y.o.Y (%) 24.39 25.10 22.84 22.99 20.25 22.04 26.85 24.90 LDR (%) 85.02 86.78 87.93 84.26 86.53 87.61 93.46 96.63 NPL (%) 5.78 5.71 6.08 4.84 5.12 4.91 6.29 4.56 Share UMKM 63.01 62.84 62.17 59.69 62.19 64.42 63.86 61.87 NPL UMKM (%) 8.22 10.11 8.8 7.91 8.23 7.62 7.11 6.92

2007Komponen

2006

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

60

A. FUNGSI INTERMEDIASI

1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Secara umum respon perbankan di Sulawesi Utara terhadap kebijakan moneter yang

diambil Bank Indonesia cukup baik. Kontinuitas penurunan BI Rate hingga ke level 8,0% per

tanggal 6 Desember 2007 ternyata diikuti oleh pergerakan penurunan suku bunga deposito

1 Bulan dan kredit yang masing-masing tercatat sebesar 7,03% dan 15,23%. Tingkat

bunga ini relatif lebih rendah bila dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya, dimana

suku bunga deposito 1 Bulan dan kredit masing-masing tercatat sebesar 7,13% dan

15,33%. Sepanjang kurun waktu Januari s.d. Desember 2007, rata-rata suku bunga

deposito 1 Bulan berada pada posisi 7,62% sedangkan suku bunga tertimbang kredit

berada pada besaran 15,87% atau turun dibandingkan rata-rata tingkat suku bunga tahun

lalu. Namun demikian secara umum terlihat bahwa penurunan suku bunga dana ternyata

lebih sensitif terhadap BI Rate dibandingkan dengan penurunan suku bunga pinjaman.

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga

6

8

10

12

14

16

18

20

2006 2007

BI Rate KreditDeposito 1 B ln Penjaminan Dep. 1 Bulan

Sumber : Laporan LBU

2. Penyerapan Dana Masyarakat

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan terus

menunjukkan peningkatan. Terus menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate)

hingga ke level 8,0% per 6 Desember 2007 (turun 25 bps dibandingkan posisi Bulan

November 2007) serta menurunnya plapond simpanan yang dijamin oleh Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) tidak serta merta menurunkan minat masyarakat untuk tetap

mempercayakan penempatan dananya baik untuk kepentingan transaksi maupun investasi.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

61

Sampai dengan November 2007, total DPK yang dihimpun perbankan mencapai Rp6,55

triliun atau naik sebesar 0,78% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.

Grafik 3.2.

Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Sulawesi Utara (Rp. Milliar)

997

1,02

4

1,01

1

1,10

2

1,31

1

1,36

5

1,35

82,01

7

2,08

5

2,05

2

2,21

5

2,25

6

1,25

7 2,12

0

2,14

1

2,13

0

2,14

5

2,07

4

2,18

3

3,07

7

2,99

8

2,99

4

2,73

9

2,68

7

6,55

5

6,01

8

5,45

0

5,98

5 6,50

4

6,43

6

5,32

4

5,06

6

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Giro Deposito

Tabungan DPK

Berdasarkan jenisnya, penempatan dana dalam sistem perbankan didominasi oleh jenis

tabungan dengan pangsa 46,94%, mencapai jumlah Rp3.077 miliar, berikutnya deposito

32,34% atau Rp2.120 milliar dan giro 20,72% atau sebesar Rp1.358 milliar. Dibandingkan

triwulan sebelumnya, tabungan mencatat pertumbuhan positif sebesar 2,63%, berbeda

dibandingkan jenis giro dan deposito yang justru mengalami penurunan 0,48% dan 1,02%.

Secara umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem

perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat

menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil

dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya. Adapun penyebab menurunnya giro

diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya realisasi pembangunan proyek-proyek

pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran.

Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah menyerap hampir

63,95% dari seluruh DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta. Pangsa DPK yang

dimiliki bank pemerintah ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 63,88%. Hal ini tak terlepas pula dari gencarnya promosi yang dilakukan

bank-bank pemerintah dalam menjaring nasabahnya. Berdasarkan laju pertumbuhannya,

bank pemerintah mengalami pertumbuhan sebesar 0,88% demikian pula dengan bank

swata yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,59%. Berdasarkan kepemilikannya, dana

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

62

yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp914 milliar

atau turun sebesar 2,45% dibandingkan triwulan sebelumnya sedangkan dana milik swasta

justru mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp5.640 milliar atau naik sebesar 1,32%.

Grafik 3.3. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun

(Rp. Milliar)

Grafik 3.4. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan

(Rp. Milliar)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Pemerintah Swasta Total DPK

-

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan jumlah DPK, sebesar

75,10% atau Rp4.923 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado,

sedangkan Kota Bitung sebesar 7,57%. Lainnya adalah Kabupaten Minahasa dengan

pangsa 6,96%, Kabupaten Bolaang Mongondow (5,40%) dan Kabupaten Sangihe –

Talaud (4,97%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan

jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu

sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas

pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.

Grafik 3.5. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota s.d. November 2007 (%)

Grafik 3.6. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (%)

1,000

000

3,000

4,000

000

000

000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

7,

6,

5,

2,

2006 2007Bank Pemerintah Bank Swasta Total DPK

7.57%

75.10%

6.96%5.40%

4.97%

Minahasa Bolmong Sangihe Talaud

Manado Bitung

-14.

42

34.8

2

-0.3

0

11.3

5 14.5

5

10.4

1

9.7

-3.5

-5.4

1.1

1.0

1.12.1

-3.4

4.5

0.8

0.0 0.8

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Minahasa Bolmong Sangihe

Talaud

Manado Bitung Total

Q4-06 Q3-07 Q4*-07

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

63

Berdasarkan laju pertumbuhan dana secara triwulanan, tercatat beberapa kabupaten dan

kota mencatat pertumbuhan positif sedangkan lainnya mengalami penurunan.

Kabupaten/kota yang mengalami pertumbuhan dana adalah kabupaten Minahasa (2,09%)

dengan jumlah DPK sebesar Rp456 milliar, Kabupaten Sangihe Talaud (4,48%) dengan

jumlah DPK sebesar Rp326 milliar, dan Kota Manado (0,82%) dengan jumlah DPK sebesar

4.923 milliar. Sedangkan daerah yang mengalami penurunan adalah Kabuparen Bolaang

Mongondow (-3,41%) dengan jumlah DPK Rp354 milliar dan Kota Bitung (-0,04%) dengan

jumlah DPK Rp496 milliar.

3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan berjalan cukup baik. Dibandingkan

triwulan sebelumnya, ekspansi kredit mencapai 4,19% yaitu mencapai jumlah Rp6.334

milliar. Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan kredit dalam triwulan ini hampir

merata dialami baik oleh kredit modal kerja, investasi dan konsumsi masing-masing tumbuh

pada kisaran 3,5% – 5,5%. Secara umum perkembangan kredit selama triwulan laporan

tidak berbeda jauh dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonominya,

peningkatan kredit paling significant terjadi pada sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang

tumbuh 14,21% dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar Rp257 milliar.

Namun demikian menurut pangsanya penyaluran kredit pada sektor pertanian masih relatif

kecil yaitu hanya sebesar 4,35% dari total keseluruhan kredit yang berhasil disalurkan.

Grafik 3.7.Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara

(Rp. Milliar)

1,53

3

1,63

1

1,64

7

1,76

0

1,88

3

2,01

4

2,24

5

2,35

3

380

451

512

549

554

601

619

651

2,39

4

2,53

8

2,63

3

2,76

3

2,74

2

3,02

4

3,21

5

3,33

0

6,079

4,3074,620 4,792

5,0715,179

5,638

6,334

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

64

Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar

ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), mencapai 29,18% dari total

kredit sebesar Rp5.903. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kredit yang disalurkan pada

sektor PHR meningkat 4,07%. Hal ini berkenaan dengan meningkatnya aktivitas

perdagangan pada saat puasa, jelang persiapan hari raya lebaran. Selain itu masih

berlangsungnya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru pada awal triwulan laporan

turut pula mendorong peningkatan kredit pada sektor ini. Sementara itu, sektor lainnya

yang cukup besar menyerap kredit adalah sektor jasa dunia usaha, sektor pertanian dan

sektor konstruksi yang masing-masing menyerap sebesar 4,85%; 4,35% dan 4,29% dari

total kredit yang disalurkan.

Dilihat dari pertumbuhannya, kredit sektor pertanian mengalami kenaikan tertinggi yaitu

sebesar 29,35% dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai jumlah Rp257 milliar.

Peningkatan kredit di sektor pertanian ini (Baca Box 1 : Revitalisasi Pertanian) mencerminkan

keberhasilan program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah daerah

berupa pengembangan komoditi jagung dan rumput laut yang turut pula mendapat

dukungan pembiayaan dari perbankan. Sektor lainnya yang mengalami peningkatan

pembiayaan adalah sektor konstruksi yang naik tipis sebesar 1,51% mencapai jumlah

Rp254 milliar. Lainnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa dunia

usaha yang tumbuh masing-masing sebesar 8,77% dan 3,46%.

Grafik 3.9.

Pangsa Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Q4-2007 (%)

Grafik 3.8. Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

(Rp Milliar)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Pertanian Konstruksi PHR Lainnya (Konsumsi)

Pertanian4.86%

Lainnya (Konsumsi)

57.59%

Konstruksi4.91%

PHR32.64%

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

65

Berdasarkan kelompok bank, hingga saat ini bank umum milik pemerintah masih terus

mendominasi penyaluran kredit di Sulawesi Utara dibandingkan dengan bank umum swasta

nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan kredit hingga triwulan laporan

mencapai Rp4.552 milliar dengan pangsa mencapai 71,87% sedangkan selebihnya

disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp1.782 milliar. Meskipun bank swasta

mencatat pangsa yang lebih kecil dibandingkan bank pemerintah, namun dilihat dari sisi

pertumbuhan bank swasta justru mengalami pertumbuhan yang lebih significant

dibandingkan triwulan lalu yaitu sebesar 5,61%, sedangkan bank pemerintah hanya

tumbuh sebesar 3,65%.

Grafik 3.10.Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

(Rp. Milliar)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Bank Pemerintah Bank Swasta

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari jumlah kredit yang berhasil disalurkan sebesar

Rp5.903 milliar, 64,53% atau sebesar Rp3.809 milliar diserap oleh kota Manado hal ini

tidak lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai

sentra pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa

sebesar 12,05% atau sebesar Rp711 milliar, Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar

9,31% atau Rp549 milliar, Kota Bitung 7,92% atau sebesar Rp467 milliar dan yang

terendah adalah di Kabupaten Sangihe – Talaud 6,19% atau sebesar Rp365 milliar.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

66

Grafik 3.11. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota

Q4*-2007 (%) Grafik 3.12.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

12.01%

9.14%

6.20%

64.80%

7.85%

Minahasa Bolaang Mongondow

Sangihe Talaud Manado

Bitung

5.33

3.44

4.87

6.33

6.39

5.83

5.67 6.

30 6.82

8.15

11.0

0

7.81

4.89

1.76 2.

50

4.70

3.26

4.19

-

2

4

6

8

10

12

Minahasa Bolmong SangiheTalaud

Manado Bitung Total

Q4-06 Q3-07 Q4*-07

Berdasarkan pertumbuhannya, seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Utara selama

triwulan laporan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Daerah yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah Kota Minahasa sebesar

4,89% diikuti Kota Manado (4,70%) sedangkan Kabupaten Bolaang Mongindow mencatat

pertumbuhan terendah sebesar 1,78%.

Fungsi intermediasi perbankan selama triwulan laporan telah berjalan baik tercermin dari

rasio Loan To Deposit (LDR) yang meningkat dari 93,46% di akhir triwulan sebelumnya

menjadi 96,63% pada triwulan laporan. Terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan

diperkirakan akan terus berlanjut mengingat program kredit revitalisasi pertanian masih

akan berjalan guna mendukung program pemerintah daerah. Berdasarkan wilayah

administrasinya, hampir seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan rasio LDR

dibandingkan triwulan laporan sebelumnya terkecuali Kabupaten Minahasa. Sampai akhir

triwulan laporan, LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 164,68% atau

turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 168,39%, sedangkan

terendah adalah kota Manado sebesar 76,85% atau naik sedikit dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat 75,09%.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

67

Grafik 3.13.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

50

100

150

200

Minahasa Bolmong SangiheTalaud

Manado Bitung

Q4-06 Q3-07 Q4*-07

Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya

terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan

konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko

yang cukup tinggi di beberapa sektor. Guna lebih mendorong perkembangan

perekonomian secara nasional maupun regional didukung oleh relatif membaiknya kondisi

makro ekonomi, Bank Indonesia sejak September 2007 ini telah menurunkan suku bunga

(BI rate) sebesar 25 bps menjadi 8,0% yang bertahan hingga akhir triwulan laporan.

Kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadi stimulus dan insentif bagi perekonomian

meskipun kebijakan tersebut perlu juga didukung dengan kebijakan di bidang fiskal,

investasi dan sektor riil.

4. Kredit UMKM

Sampai dengan akhir triwulan laporan, pangsa kredit UMKM (usaha mikro, kecil dan

menengah) mengalami penurunan sebesar 2,83% menjadi 61,59% terhadap total kredit

yang disalurkan atau berjumlah Rp3.636 milliar. Tercatat kredit UMKM meningkat 0,09%

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebagian besar dalam bentuk kredit kecil dan

menengah masing-masing sebesar 8,21% dan 2,32%. Sedangkan penyaluran kredit mikro

justru mengalami penurunan cukup significant sebesar 37,15% menjadi hanya Rp234

milliar.

Menurut pangsanya, penyaluran kredit UMKM masih didominasi pada kredit menengah

dengan porsi sebesar 60,33% sedangkan pangsa kredit mikro dan kecil hanya sebesar

6,43% dan 33,23%. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

68

tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing

sebesar 22,12% dan 9,66%, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia sebesar 5%.

Sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 4,91%.

Grafik 3.14. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Rp. Milliar)

Grafik 3.15. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Mikro 165 185 190 190 216 372 237 246

cil 808 852 877 892 1,026 1,116 1,355 1,309 Ke

Menengah 1,741 1,866 1,911 1,945 1,979 2,144 2,289 2,364

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

-

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

Mikro 39 55 44 41 47 49 50 51

Kecil 104 137 111 99 112 114 222 110

Menengah 80 102 106 99 106 114 105 110

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih

banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,95%

dari total kredit UMKM yang disalurkan di wilayah Sulawesi Utara, diikuti kota dan

kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki pangsa pada kisaran kurang dari 9%.

Distribusi Kredit UMK )

70.54%

MinahasaManado

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDAProvinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Grafik 3.16.M Berdasarkan Kabupaten/Kota (%

0.23% 10.49%

11.72%

7.02%

Bolmong Sangihe-TalaudBitung

) 69

Berdasarkan laju pertumbuhannya, penyaluran kredit UMKM di Kabupaten Sangihe Talaud

merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 39,42% jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang justru mengalami penurunan, disusul Kabupaten Minahasa (7,93%) dan

kota serta kabupaten lainnya yang rata-rata hanya tumbuh tidak lebih dari 1,8%. Satu-

satunya daerah administrasi yang mengalami penurunan kredit UMKM adalah Kota Manado

yang turun 3,05% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.

Grafik 3.17.Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

5.38

4.10

46.36

8.03

1.56

5.80

5.14

1.91

0.42

8.501.87

19.62

0.33

3.30

3.92

-2.17

36.84

3.11

-10 0 10 20 30 40 50

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Total

Q4-06 Q3-07 Q4*-07

(%)

B. RISIKO KREDIT

1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), perkembangan rasio kelonggaran tarik

kredit bank umum November 2007 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari 6,70% menjadi 6,85%. Hal ini menunjukkan perbankan sudah

menjalankan fungsi intermediasi perbankannnya dengan baik namun terkendala oleh

kondisi sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya

beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

70

Grafik 3.18.Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

(Persen)

6.96%

7.39%

6.66%

6.92%

7.64%

6.96%

6.70%

6.85%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%Plafond Outstanding Ratio

*) s.d. November 2007

2. Net Interest Margin (NIM)

Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah

dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) dari waktu ke

waktu sepanjang Tahun 2007 menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti bahwa pendapatan

bunga (antara lain dalam bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar

dibandingkan dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito).

Jumlah NIM (Net Interet Margin) sampai dengan November 2007 sebesar Rp636 milliar,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp508 milliar. Hal ini seiring dengan

peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga

berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan

suku bunga acuan (BI rate) ternyata lebih cepat diikuti oleh pergerakan suku bunga

simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga yang ditanggung bank

relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan moneter lebih dinikmati

oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga kredit relatif lambat.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

71

-

200

400

600

800

1,000

Rp. M

iliar

Pend.Bunga 209 435

Biaya Bunga 83 166

NIM 126 269

Q1 Q2

2

Net Inter

3. Rasio BOPO

Tingkat efisiensi perbankan yang an

peningkatan dibandingkan triwulan seb

biaya operasional dengan pendapatan o

efisiensi operasional perbankan relatif

yang turun menjadi 70,83% dibandi

72,83%.

Rasio BPendapatan

121.81

87.2879.97

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Q1 Q2 Q3

2006

Rp Miliar

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDAProvinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Grafik 3.19. est Margin Bank Umum

625 872 236 476 731 907

254 337 83 151 224 271

371 535 154 325 508 636

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

006 2007

tara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami

elumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara

perasional. Sampai dengan November 2007, tingkat

meningkat tercermin dari rasio BOPO bank umum

ngkan triwulan sebelumnya yang tecatat sebesar

Grafik 3.20. iaya Operasional dan Operasional Bank Umum

79.90

74.81

76.60 72.83

70.83

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2007

-

20

40

60

80

100

120

140

Rasio

BO PO

Rasio

) 72

4. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan asset

yang dimilikinya. Sampai dengan akhir triwulan laporan, rasio ROA bank umum tercatat

3,23% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar

2,46%. Peningkatan ini disebabkan beberapa hal antara lain meningkatnya asset yang

dimiliki diimbangi dengan kemampuan menghasilkan laba yang antara lain dengan memacu

fee based income serta penawaran berbagai produk inovatif perbankan. Tercatat asset bank

umum mencapai Rp10,01 triliun atau naik sebesar 1,12% dibandingkan triwulan

sebelumnya, demikian pula dengan laba yang dihasilkan meningkat hingga 32,65%,

menjadi sebesar Rp323 milliar.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*Aset (Rp Juta) 7,417 7,915 8,141 8,820 8,958 9,319 9,905 10,016 L/R (Rp Juta) 58 133 183 205 72 132 244 323 ROA 0.78 1.68 2.25 2.32 0.81 1.41 2.46 3.23

20072006

Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum

5. Sensitivitas Resiko Pasar

Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti

ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset

dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan

suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain :

jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang

tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga

dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas

tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu

mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat

digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit

dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko

pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan

untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.

Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening

administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional

tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap

position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

73

maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap

yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga

(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud

(degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite).

Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan

suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat

sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada

karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain

jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).

Portofolio Inte

di

Q1 Q21 Penempatan pada Bank Indonesia 552,916 767,138 2 Penempatan pada Bank Lain 281,119 141,849 3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,976 9,976 4 Kredit yang Diberikan 4,306,993 4,620,068 5 Tagihan Lainnya 3,626 1,245

5,154,630 5,540,276

Q1 Q21 Giro 997,277 1,023,568 2 Tabungan 2,050,409 2,214,895 3 Simpanan Berjangka 2,017,265 2,085,151 4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 5,102 5,955 5 Kewajiban kepada Bank Lain 79,648 100,648 6 Surat Berharga yang Diterbitkan 212,106 211,303 7 Pinjaman yang Diterima 15,892 15,248 8 Kewajiban Lainnya 41,527 44,503 9 Setoran Jaminan 6,919 9,158

5,426,145 5,710,429-271,515 -170,153

No. Passiva20

20

RSA

RSLGAP (Total Aktiva-Total Passiva)

No. Aktiva

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Perilaku bank sejak Tahun 2006 s.d. Q2

berarti RSA < RSL. Dengan demikian, ban

biaya bunga akan lebih besar dibandingk

suku bunga acuan / BI rate berada pada le

berubah menjadi positif gap yang berarti R

Memperhatikan kondisi assets dan liabil

laporan menunjukkan kebijakan RSA > RS

terjadi penurunan suku bunga (BI Rate) ma

Sebaliknya, apabila suku bunga naik maka

interest expense lebih besar dari pada peni

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Tabel 3.3. rest Instrument Perbankan Sulawesi Utara

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 611,100 564,726 875,527 695,867 594,361 445,865 261,055 405,220 218,982 179,788 325,513 406,647

9,976 9,976 9,995 21,515 20,964 45,000 4,791,660 5,071,246 5,178,783 5,638,381 6,078,692 6,333,681 1,249 2,766 2,829 2,777 2,823 2,784

5,675,040 6,053,934 6,286,116 6,538,328 7,022,353 7,233,977

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*1,010,842 1,256,987 2,144,720 1,311,101 1,364,753 1,358,267 2,256,146 2,686,854 2,738,769 2,994,238 2,998,019 3,076,877 2,183,205 2,074,072 2,144,720 2,130,479 2,141,467 2,119,527

5,526 4,458 4,991 5,091 5,102 5,129 135,217 248,739 118,066 176,283 217,312 312,703 211,851 211,498 208,094 208,732 211,454 210,269

13,084 12,565 11,621 12,265 12,062 11,546 47,161 52,047 66,914 62,041 54,701 86,369 10,190 13,232 11,871 9,950 10,368 10,710

5,873,222 6,560,452 7,449,766 6,910,180 7,015,238 7,191,397-198,182 -506,518 -1,163,650 -371,852 7,115 42,580

06 2007

06 2007

-2007 menumpuk kebijakan negatif gap yang

k akan merugi bila SBI turun karena penurunan

an penurunan pendapatan bunga. Namun saat

vel 8,25% di awal Q3-2007 maka kebijakan bank

SA > RSL.

ities perbankan Sulawesi Utara selama triwulan

L. Apabila diasumsikan pada triwulan mendatang

ka diperkirakan pendapatan bank akan menurun.

pendapatan akan meningkat karena peningkatan

ngkatan interest income.

74

C. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Secara umum, kiprah perbankan syariah di Sulawesi Utara masih relatif sangat kecil, antara

lain tercermin dari total aset perbankan syariah yang kurang dari 5% total asset perbankan

secara keseluruhan. Adapun jumlah perbankan syariah di wilayah Sulawesi Utara baru 2

(dua) bank yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat.

Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4*-07

Aset 58,764 61,670 63,291 68,815 73,559 79,172 79,295 77,700

DPK 28,161 26,653 27,372 39,442 46,454 48,115 48,542 50,837

Pembiayaan 6,664 7,174 6,437 6,224 6,694 8,881 9,449 11,458

FDR (%) 23.66 26.92 23.52 15.78 14.41 18.46 19.47 22.54

Tabel 3.4. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah

(Rp Milliar)

Dibandingkan triwulan sebelumnya, total aset perbankan syariah sedikit mengalami

penurunan (2,01%) menjadi Rp77,70 milliar. Namun, dana yang berhasil dihimpun (DPK)

mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp50,83 milliar atau naik 4,73%. Dari jumlah

dana sebesar Rp50,83 milliar, baru sebagain kecil yang disalurkan kembali kepada

masyarakat tercermin dari rendahnya rasio FDR (Finance to Deposit Ratio) yang hanya

sebesar 22,54% atau hanya sebesar Rp11,45 milliar.

Secara sektoral, sebagian besar pembiayaan pada triwulan laporan diberikan kepada sektor

produktif yaitu investasi dan modal kerja yang masing-masing memiliki share 53,9% dan

31,76% sedangkan sisanya di sektor konsumsi. Namun demikian, dari ketiga sektor

tersebut justru pembiayaan di sektor konsumsi mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu

2,79% dibandingkan pembiayaan modal kerja dan investasi yang hanya tumbuh sebesar

2,02% dan 1,11% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, berdasarkan jenisnya, sebagian besar dana pihak ketiga disimpan dalam

bentuk dana investasi terikat sebesar 96,45% sedangkan sisanya dalam bentuk dana

simpan wadiah. Berdasarkan komponen pembentuknya, dana investasi terikat ini meliputi

tabungan deposito mudarabah yang selama triwulan laporan meningkat hingga lebih dari

100% mencapai jumlah Rp13,41 milliar dan tabungan mudharabah yang juga mengalami

kenaikan sebesar 6,85% mencapai jumlah Rp14,99 milliar.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

75

D. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja

Bank Indonesia Manado tercatat sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank

konvensional dengan rincian sebanyak 16 BPR dengan jumlah kantor 34 unit beroperasi di

Sulawesi Utara sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.

Indikator Utama B

Di Sulaw

Q1

Total Aset 112

Dana Pihak Ketiga 77

Deposito 54

Tabungan 23

Kredit Jenis Penggunaan 84

Modal Kerja 24

Investasi 7

Konsumsi 54

Kredit Sektor 84

Pertanian 2

Perindustrian 1

Perdagangan, Hotel & Restoran 20

Jasa-jasa 9

Lain-lain 53

Loan to Deposit Ratio (LDR) 91.56

Non Performing Loan (NPL)

Nominal 5

Rasio (Persen) 5.57

Komponen

Sumber : Bank Indonesia Manado, LBPR

Selama triwulan laporan, kinerja BPR di

tercermin dari peningkatan total asset, D

asset BPR hingga November 2007 tercata

Ketiga) sebesar Rp120 milliar dan jumlah

sebagian besar DPK disimpan dalam bent

sebesar Rp87 milliar, sedangkan sisanya

kredit yang disalurkan sebagian besar m

selanjutnya kredit modal kerja denga

Dibandingkan dengan akhir triwulan

pertumbuhan tertinggi mencapai 3,43%

kerja yang tumbuh sebesar 2,89% dan 1,

pertumbuhan ekonomi daerah yang masi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

Tabel 3.5. ank Perkreditan Rakyat (BPR) esi Utara (Rp Milliar)

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

123 126 137 145 149 156 160

74 74 97 102 111 118 120

52 52 66 76 81 33 87

22 22 31 26 30 83 33

90 94 106 111 122 127 131

25 25 25 26 26 29 29

9 9 11 11 12 12 12

56 60 70 74 84 86 89

90 94 106 111 122 127 131

2 2 2 2 2 3 3

1 1 1 1 1 1 1

19 19 19 19 19 20 21

11 11 13 13 12 13 12

58 62 72 76 87 90 94

82.44 78.58 90.92 92.57 91.41 93.36 91.73

5 5 5 5 5 5 5

5.61 5.41 4.45 4.27 4.52 4.10 3.89

2006 2007

Sulawesi Utara cukup menggembirakan, hal ini

PK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total

t Rp160 milliar, dengan jumlah DPK (Dana Pihak

kredit sebesar Rp131 milliar. Berdasarkan jenisnya,

uk deposito dengan pangsa sebesar 72,62% atau

dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya,

erupakan kredit konsumsi dengan pangsa 68%,

n pangsa 22% dan sisanya kredit investasi.

sebelumnya, jenis kredit konsumsi mencatat

berikutnya kredit investasi investasi dan modal

43%. Peningkatan kredit konsumsi seiring dengan

h bertumpu pada sektor konsumsi serta berbagai

76

kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank umum

walaupun bunga yang diberikan relatif lebih tinggi.

Fungsi intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio)

BPR yang mencapai 91,73%. Baiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula

dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing

Loan) dari 4,10% pada akhir triwulan lalu menjadi 3,89% sampai akhir triwulan laporan.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

77

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Dari waktu ke waktu, alokasi dana pembangunan bagi masyarakat di seluruh wilayah

Sulawesi Utara baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

mengalami kecenderungan meningkat. Hampir seluruh kabupaten/kota bahkan provinsi di

Tahun 2007 ini mengalami kenaikan anggaran dalam APBD bila dibandingkan Tahun 2006.

Dari sisi nominal, persentase kenaikan APBD tertinggi dialami oleh Kab. Talaud dan Kab.

Minahasa, sedangkan kenaikan terendah dialami di tingkat provinsi dan Kab. Bolmong (dari

penerimaan) dan Kab. Sangihe dan Kab. Bolmong (dari sisi pengeluaran). Secara gabungan

(seluruh kab/kota/provinsi), besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun

2007 mencapai Rp4,38 Triliun dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan

demikian terdapat selisih kekurangan sebesar Rp110 milliar yang nantinya akan dibiayai

melalui pos pembiayaan daerah.

A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI

Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD-P di Tahun 2007 ditetapkan sebesar

Rp791,77 milliar atau meningkat sebesar 21,18% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan dari sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp821,06 milliar atau meningkat

25,66% dibandingkan Tahun 2006 lalu. Kinerja keuangan daerah selama triwulan laporan

mengalami perkembangan yang sangat significant bila dibandingkan triwulan sebelumnya.

Bila sampai akhir triwulan sebelumnya jumlah realisasi penerimaan baru mencapai 80,04%

dari jumlah Rp791,77 milliar maka hingga 31 Desember 2007, diperkirakan jumlah realisasi

mencapai 97,69%, atau mencapai jumlah Rp773,47 milliar. Demikian pula dengan kinerja

pengeluaran pemerintah yang mencatat kenaikan realisasi dari 58,93% menjadi 92,61%

atau berjumlah Rp760,36 milliar. Secara umum kinerja keuangan daerah selama triwulan

laporan relatif cukup baik.

1. Penerimaan Daerah

Realisasi penerimaan daerah hingga akhir triwulan laporan diperkirakan mencapai Rp773,49

milliar dengan rasio pencapaian sebesar 97,69% terhadap target awal tahun sebesar

Rp791,77 milliar. Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama

berasal dari dana perimbangan pusat dan daerah dengan pangsa 61,70% diikuti

Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa 30,33% dan sisanya penerimaan lain-lain.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

78

Sementara itu, kinerja pemerintah provinsi dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-

aset yang dimiliki daerah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hal ini antara lain

tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 96,04%

sebesar Rp230,68 milliar. Namun demikian, pencapaian PAD tersebut masih relatif kecil bila

dibandingkan kebutuhan dana pembangunan tercermin dari rasio kemandirian fiskal daerah

(perbandingan PAD terhadap total belanja) yang hanya sebesar 30,33% yang berarti

kegiatan ekonomi dan sosial di Sulawesi Utara sebagian besar digerakkan oleh dana

perimbangan pusat.

2. Belanja Daerah

Menurut komponennya, belanja daerah meliputi belanja tidak langsung dan belanja

langsung. Hingga akhir triwulan laporan, jumlah realisasi belanja daerah telah mencapai

Rp760,36 milliar dengan pencapaian sebesar 92,61%, khusus belanja modal realisasi baru

mencapai 85,40% dari target sebesar Rp151,80 milliar. Belum optimalnya pencapaian

belanja daerah ini terutama disebabkan belum seluruhnya proyek-proyek pembangunan

yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Selain

itu, terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan

penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan

proyek berjalan lambat. Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah masih relatif

kecilnya pangsa belanja modal terhadap komponen belanja daerah yang tidak lebih dari

15%. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih diperuntukkan bagi belanja

pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.

3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi

terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel

PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa

2,83% terhadap nilai tambah kegiatan pengeluaran pemerintah sedangkan terhadap

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya memberikan pangsa 0,31%. Relatif

rendahnya dampak stimulus fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data

APBD secara detail dan lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di

tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

79

pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD

provinsi hanya memberikan kontribusi sebesar 3,28% terhadap PDRB Sulawesi Utara.

Tabel 4.1.

Stimulus Fiskal APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil Perkiraan s.d. 31 Desember 2007

(Dalam Milliar Rp)

Nominal % Realisasi % PDRB

a. Konsumsi Pemerintah 631.26 669.27 630.73 94.24 2.67 742.18 1. Belanja Pegawai 314.75 311.99 286.33 91.78 1.21 377.62 2. Belanja Barang dan Jasa 181.86 205.33 194.50 94.73 0.82 191.56 2. Belanja Bantuan Sosial 55.70 64.98 64.98 100.00 0.28 54.00 3. Belanja Bagi Hasil 65.95 70.95 70.95 100.00 0.30 90.00 4. Belanja Bantuan Keuangan 7.00 11.00 11.00 100.00 0.05 20.00

5. Belanja Tidak Terduga 6.00 5.02 2.97 59.20 0.01 9.00 b. Pembentukan Modal Tetap Bruto 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.463

Belanja Modal 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.463c. Jumlah I + II 778.84 821.06 760.36 92.61 3.22 865.64

APBD T.A. 2008

Perkiraan Realisasi APBD 31-12-2007 APBD-P 2007 Uraian APBD 2007

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 s.d. Q4 2007 (Harga Berlaku)

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar

sampai dengan 31 Desember 2007 diperkirakan berada pada kondisi kontraksi yang berarti

jumlah penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan pengeluarannya.

Tabel 4.2.

Dampak APBD Provinsi Terhadap Uang Beredar Perkiraan s.d. 31 Desember 2007

(Dalam Milliar Rp)

Nominal % Realisasi % thd PDRB

A. PENERIMAAN RUPIAH 733.08 791.77 773.47 97.69 3.28 847.37 Pendapatan Asli Daerah 217.85 240.20 230.68 96.04 0.98 239.05 1. Pajak Daerah 178.33 199.79 191.78 95.99 0.81 199.60 2. Retrebusi 4.92 5.31 4.91 92.50 0.02 5.09 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 26.70 26.87 26.91 100.16 0.11 27.00 4. Lain-lain 7.91 8.23 7.08 86.03 0.03 7.35 Dana Perimbangan 488.23 488.57 486.28 99.53 2.06 608.33 1. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 41.23 41.57 39.24 94.40 0.17 47.33 2. Dana Alokasi Umum 447.00 447.00 447.04 100.01 1.90 532.92 3. Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 0.00 - 0.00 28.08 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 27.00 63.00 56.50 89.68 0.24

B. PENGELUARAN RUPIAH 778.84 821.06 760.36 92.61 3.22 865.638Konsumsi Pemerintah 631.26 669.27 630.73 94.24 2.67 742.18 1. Belanja Pegawai 314.75 311.99 286.33 91.78 1.21 377.62 2. Belanja Barang dan Jasa 181.86 205.33 194.50 94.73 0.82 191.56 2. Belanja Bantuan Sosial 55.70 64.98 64.98 100.00 0.28 54.00 3. Belanja Bagi Hasil 65.95 70.95 70.95 100.00 0.30 90.00 4. Belanja Bantuan Keuangan 7.00 11.00 11.00 100.00 0.05 20.00 5. Belanja Tidak Terduga 6.00 5.02 2.97 59.20 0.01 9.00 Pembentukan Modal Tetap Bruto 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.46 Belanja Modal 147.58 151.80 129.63 85.40 0.55 123.46

C. SURPLUS/ (DEFISIT) -45.75 -29.29 13.10

APBD 2007URAIANAPBD-P

T.A. 2007APBD

T.A. 2008

Perkiraan Realisasi APBD 31-12-2007

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara *) PDRB Q1 s.d Q4 2007 (Harga Berlaku)

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

80

B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI

DI SULAWESI UTARA

Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi

Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota

Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab.

Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.

1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006

Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah

mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan

sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan

daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang

terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.

Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi

penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa

yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab.

Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya

sebesar 88,85%.

Grafik 4.1. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006

Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

-100200300400500600700800

Prov

. Sul

ut

Kot

a M

anad

o

Kot

a Bi

tung

*)

Kot

a To

moh

on *

)

Kab

. Min

ahas

a

Kab

. Min

sel *

)

Kab

. Min

ut

Kab

. Bol

mon

g

Kab

. Tal

aud

*)

Kab

. San

gihe

*)

Miliar Rp

80

85

90

95

100

105

110%Target Realisasi %

*) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%

Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh

kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau

92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

81

milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,

belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi

Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan

yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar.

Grafik 4.2. Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006

Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

-100200

300400

500600700

800

Prov

. Sul

ut

Kot

a M

anad

o

Kot

a Bi

tung

*)

Kot

a To

moh

on *

)

Kab

. Min

ahas

a

Kab

. Min

sel *

)

Kab

. Min

ut

Kab

. Bol

mon

g

Kab

. Tal

aud

*)

Kab

. San

gihe

*)

Miliar Rp

-

20

40

60

80

100

120%Target Realisasi %

*) Diasumsikan Seluruh Target Penerimaan Tercapai 100%

2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007

Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi

mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat

maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain

menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab

dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara,

dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun

2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%.

Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi

dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02%

dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan

Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran

belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing

sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

82

dan Kabupaten Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan

membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi

untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat

sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh

besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan

belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi),

besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun

dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan

sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.

Tabel 4.3.

Rekapitulasi Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam Milliar Rp)

Penerimaan APBD

2006 2007 % Kenaikan

1 Prov. Sulut 644.08 733.08 13.82

2 Kota Manado 468.69 546.52 16.61

3 Kota Bitung 270.42 322.29 19.18

4 Kota Tomohon 221.81 267.79 20.73

5 Kab. Minahasa 358.98 444.71 23.88

6 Kab. Minsel 339.60 407.17 19.90

7 Kab. Minut 290.47 342.70 17.98

8 Kab. Bolmong 481.59 540.35 12.20

9 Kab. Talaud 249.59 351.97 41.02

10 Kab. Sangihe 350.37 427.56 22.03

Total 3,675.58 4,384.14 19.28

Tabel 4.4. Rekapitulasi Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara

(dalam milliar Rp)

Belanja APBD

2006 2007 % Kenaikan

1 Prov. Sulut 677.21 778.84 15.01

2 Kota Manado 470.11 546.52 16.26

3 Kota Bitung 264.77 321.23 21.33

4 Kota Tomohon 224.98 269.82 19.93

5 Kab. Minahasa 360.18 458.76 27.37

6 Kab. Minsel 340.26 407.17 19.67

7 Kab. Minut 299.37 354.96 18.57

8 Kab. Bolmong 496.98 567.33 14.15

9 Kab. Talaud 276.97 355.31 28.28

10 Kab. Sangihe 375.07 430.10 14.67

Total 3,785.89 4,490.04 18.60

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

83

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

A. Perkembangan Aliran Uang Kartal

Perkembangan aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama

triwulan laporan berada dalam kondisi net outflow yang berarti aliran uang keluar (outflow)

lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (inflow). Hal ini merupakan pola musiman

dimana selama triwulan laporan berlangsung beberapa even yang mendorong peningkatan

penggunaan uang kartal di masyarakat antara lain terdapatnya hari raya keagamaan (natal

dan tahun baru) serta perayaan menyambut tahun baru 2008. Selain itu meningkatnya

realisasi belanja perusahaan dan belanja pemerintah dalam membiayai berbagai kegiatan

dan proyek yang ada menjelang berakhirnya tutup tahun anggaran 2007, turut

memberikan andil bagi peningkatan penggunaan uang kartal di masyarakat.

Secara umum, sama seperti periode-periode sebelumnya sepanjang Tahun 2007, aliran

uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia Manado jumlahnya relatif lebih

rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.. Hal ini dikarenakan sejak Desember Tahun

2006, Bank Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya

uang lusuh dan tidak layak edar saja yang masuk ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang

masih layak edar dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan

akan terjadi interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas

manajemen pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.

Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

84

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2005 2006 2007

Inf lowOutf lowNet Flow

Grafik 5.1.

(Rp Milliar)

Aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Aliran uang masuk naik lebih dari 140% menjadi Rp225,51 milliar

sedangkan aliran uang keluar naik lebih dari 552% menjadi Rp928,43 milliar. Secara netto,

aliran uang kartal di khasanah Bank Indonesia Manado dalam keadaan net outflow sebesar

Rp675,92 milliar meningkat cukup significant dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp62,86 milliar. Selama triwulan laporan, net outflow tertinggi terjadi di

Bulan Desember 2007 sebesar Rp603,14 milliar, sedangkan di Bulan Oktober 2007 hanya

sebesar Rp90,32 milliar. Kondisi berbeda terjadi pada di Bulan November 2007 yang justru

mengalami net inflow sebesar Rp17,54 millar. Besarnya net flow yang terjadi pada Bulan

Desember 2007 disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat untuk

bertransaksi berkenaan dengan terdapatnya hari raya keagamaan (lebaran dan natal) serta

perayaan Tahun Baru 2008 selama triwulan laporan.

Sementara itu, Bank Indonesia juga berupaya memelihara kualitas uang kartal yang

diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk

pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, rasio PTTB terhadap aliran uang kartal yang masuk mengalami penurunan

sangat besar menjadi sebesar 1,48% dengan jumlah nominal 4 milliar dari sebelumnya

sebesar 69,02% dengan jumlah nominal Rp63 milliar. Menurunnya jumlah PTTB terhadap

inflow ini terjadi sehubungan dengan kebijakan pembukaan kegiatan setoran yang lebih

diperuntukkan untuk menyerap kelebihan stock uang di khasanah bank-bank yang ada

dibandingkan upaya pemberian tanda tidak berharga (PTTB). Sebagaimana diketahui,

penerapan Focus Group (FG) oleh Bank Indonesia bertujuan agar uang yang disetorkan

kembali ke Bank Indonesia merupakan uang yang benar-benar sudah tidak layak lagi untuk

diedarkan atau digunakan. Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan

kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to transaction) yang

lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara berkala melaksanakan

kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan salah satu bank umum

di wilayah tersebut.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

85

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

(Persen) 2005

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Inflow 1,294 1,087 1,000 1,234 1,048 428 129 105 253

PTTB 106 107 365 168 106 255 118 63 4

Rasio 8.15 9.87 36.50 13.63 10.07 59.56 91.75 60.02 1.48

20072006

Kegiatan kas titipan di Gorontalo selama triwulan laporan berada pada kondisi net outflow

sebesar Rp7,98 milliar yang berarti aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan

lebih besar dibandingkan aliran masuk. Kondisi ini tidak berbeda dibandingkan triwulan

sebelumnya yang juga mengalami net outflow sebesar Rp28,30 milliar. Outflow yang terjadi

selama triwulan laporan terjadi berkenaan dengan meningkatnya kebutuhan uang kartal

sehubungan dengan terdapatnya perayaan hari raya keagamaan (lebaran dan natal) serta

Tahun Baru 2008.

Grafik 5.3.

Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp Milliar)

307.

09

258.

04 303.

15

111.

56

522.

47

365.

74 413.

10

437.

31

548.

97

329.

62

261.

81

293.

17

103.

67

526.

97

283.

74

404.

00 465.

60

556.

96

22.5

3

3.77

-9.9

7

-7.8

9

4.50

-82.

01

-9.1

0

28.3

0

7.98

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2005 2006 2007

Inflow

Outflow

Netflow

Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (terkecuali di

awal tahun). Demikian pula yang terjadi selama triwulan laporan dimana posisi kas titipan

Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp7,98 milliar. Keadaan ini sama dengan yang

dialami pada triwulan yang sama tahun sebelumnya dimana pada saat itu kas titipan

Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp4,50 milliar. Tinggginya angka outflow selama

triwulan laporan antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) Perayaan hari raya

keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2008 (2) Pemekaran wilayah

dimana sebelumnya kegiatan kas titipan sebagian besar hanya melayani 2 (dua) wilayah

yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Talaud maka saat ini telah terbentuk

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

86

kabupaten baru yaitu Kabupaten Sitaro (Siau, Tagulandang dan Biaro) yang telah

menyebabkan meningkatnya kebutuhan anggaran di wilayah tersebut.

Grafik 5.4.

Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp Milliar)

33

.03

28.1

7

13.7

3 22.8

2

54.2

8

47.8

2

12.2

1

27.8

3 37.2

9

54.6

5

30.7

0 41.4

5 55.2

7

94.2

7

33.5

5

73.9

6

62.0

1

106.

66

21.6

2

2.53

27.7

1

32.4

6

39.9

9

-14.

27

61.7

6

34.1

7

69.3

7

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007

Inflow

Outflow

Netflow

Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan

tercatat sebesar Rp882 milliar turun dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,75 triliun. Menurunnya posisi kas gabungan

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat khususnya selama

liburan panjang dalam rangka perayaan hari besar keagamaan dan Tahun Baru 2008.

Berdasarkan perhitungan rata-rata outflow dan kegiatan PTTB selama tahun 2006 dan

dengan mengambil asumsi tidak ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado,

posisi kas gabungan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 2

sampai 3 bulan mendatang.

B. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia pada triwulan laporan

sebanyak 15 lembar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak

29 lembar. Berdasarkan jumlah lembarannya, jenis pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,-

merupakan jenis pecahan yang paling banyak dipalsukan yaitu masing-masing sebesar

33,33% dari total keseluruhan lembar uang palsu yang ditemukan. Berkurangnya jumlah

penemuan uang palsu disebabkan pelaku pemalsuan uang sudah semakin sempit

pergerakannya sehubungan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-

ciri keaslian uang rupiah yang secara intensif disosialisasikan oleh KBI Manado. Selain itu,

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

87

peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar

sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri

keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado telah secara berkala melaksanakan kegiatan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan,

instansi pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang

Rupiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah

asli dan yang dipalsukan. Melalui kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun

mendatang, diharapkan tingkat peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan

dengan proses penanganan hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama

dengan instansi penegak hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

(Lembar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

- Rp100.000,- 3 3 16 529 44 13 9 10 12 22 2 7 5

- Rp50.000,- 4 9 73 480 87 18 14 33 22 105 38 14 5

- Rp20.000,- 1 4 6 10 74 6 8 19 41 23 1 4 3

- Rp10.000,- - - - 4 13 2 - 2 9 7 3 4 1

- Rp5.000,- - - - 1 2 - - 2 - - - - 1

- Rp1.000,- - - - - - - - - - - - - -

Total 8 16 95 1,024 220 39 31 66 84 157 44 29 15

200720052004Pecahan 2002

20062003 2006

Sumber : Bank Indonesia Manado

C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)

Selama triwulan laporan, jumlah lembar warkat kliring maupun jumlah nominal warkat

kliring mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari rata-rata

nominal kliring penyerahan secara harian selama triwulan laporan yang mengalami

kenaikan tipis sebesar 0,26% menjadi Rp25,45 milliar, walaupun dari segi rata-rata lembar

warkat yang dikliringkan justru mengalami penurunan sebesar 4,63% menjadi 1.347

lembar per hari.

Meningkatnya rata-rata nominal kliring penyerahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya

aktivitas masyarakat saat perayaan hari besar keagamaan dan persiapan tahun baru dan

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

88

terdapatnya hari libur bersama selama triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata penolakan

lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong tercatat sebesar 0,49% dari total lembar

warkat yang dikliringkan atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya

0,29%. Demikian pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,38% menjadi

0,54% dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.

Tabel 5.2.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Lembar 104,810 84,463 93,075 88,942 73,802 75,010 84,817 90,390 75,426 Nominal (Rp Milliar) 1,552 1,185 1,287 1,339 1,221 1,354 1,428 1,625 1,425

Lembar 1,773 1,361 1,502 1,412 1,407 1,209 1,368 1,412 1,347

Nominal (Rp Milliar) 26.26 19.13 20.73 21.26 23.15 21.88 23.02 25.39 25.45

Lembar (%) 0.44 0.40 0.43 0.12 0.50 0.37 0.29 0.29 0.49

Nominal (%) 0.54 0.35 0.50 0.27 0.74 0.35 0.28 0.38 0.54

Perputaran Kliring

Rata-Rata Harian

Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong

KETERANGAN2005 2006 2007

Sumber : Bank Indonesia Manado

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

89

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara di Tahun 2007

menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya tercermin

dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Namun, membaiknya angka

ketenagakerjaan tersebut, masih terus dibayang-bayangi oleh menurunnya tingkat

kesejahteraan masyarakat tercermin dari tingginya angka kemiskinan dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya, paling tidak kondisi ini berlangsung hingga Maret 2007. Salah satu

program kerja pemerintah daerah yang diperkirakan cukup memberikan dampak positif

bagi berkurangnya TPT adalah Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh

pemerintah provinsi yang mendapat dukungan dari masyarakat perbankan khususnya dari

sisi pembiayaan.

Tahun 2006 lalu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang

kurang berkualitas. Kondisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya angka kemiskinan dan

pengangguran di tengah-tengah laju pertumbuhan yang terjadi (Paradoc of Growth).

Keadaan ini dapat terjadi akibat percepatan pertumbuhan angkatan kerja yang jauh

melebihi tingkat penyerapannya di dunia kerja serta masih belum seluruhnya masyarakat

menikmati keberhasilan pembangunan khususnya bagi masyarakat yang berada di bawah

batas garis kemiskinan. Kondisi ini masih diperparah lagi dengan dampak kebijakan

pemerintah untuk menaikkan harga BBM di akhir Tahun 2005 lalu yang berdampak sangat

besar terhadap masyarakat dan juga pelaku usaha sehingga terpaksa melakukan

pengurangan jumlah tenaga kerja (downsizing). Bahkan tak jarang ada beberapa

perusahaan yang terpaksa menghentikan usahanya karena tidak lagi mampu menanggung

tingginya biaya operasional yang tinggi.

Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah daerah Sulawesi Utara di awal Tahun 2007

telah mencanangkan kembali program revitalisasi pertanian. Pada tahap awal program ini

lebih difokuskan pada pengembangan tanaman jagung dan rumput laut. Berbagai

kemudahan diberikan oleh pemda antara lain dalam bentuk pemberian bantuan pupuk dan

benih secara gratis kepada petani/kelompok tani yang prospektif. Program revitalisasi

pertanian ini ternyata mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan di Sulawesi

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

90

Utara dengan fasilitasi Bank Indonesia Manado. Wujud dari peran serta perbankan antara

lain adalah pembentukkan skim kredit jagung dan rumput laut dengan bunga yang relatif

rendah. Selain itu dibentuk pula pola penjaminan bagi usaha kecil (UMKM) yang melibatkan

Askrindo, BPD Sulut dan Pemda Sulut. Seluruh usaha ini sedikit banyak ternyata telah

menampakkan hasil, paling tidak tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dari 14,62% di akhir Tahun 2006 menjadi 12,35% pada Agustus 2007.

A. PENGANGGURAN

Perkembangan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara memperlihatkan perkembangan

yang menurun, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi

12,35% di Tahun 2007 dari sebelumnya sebesar 14,62% di Tahun 2006. Beberapa

sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja di Sulawesi

Utara diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan jasa. Namun demikian, dari

segi jumlah, angka pengangguran dirasakan masih cukup tinggi yaitu sebanyak 127 ribu

orang dari jumlah sebesar 1,03 juta penduduk Sulawesi Utara yang termasuk dalam

kelompok angkatan kerja. Berdasarkan definisinya, seluruh penduduk berusia 15 tahun ke

atas yang telah bekerja atau sedang mencari kerja digolongkan ke dalam angkatan kerja

sedangkan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang masih sekolah dan ibu rumah tangga

masuk dalam kelompok bukan angkatan kerja.

Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (rasio angkatan kerja dibandingkan

dengan jumlah penduduk 15 tahun ke atas) di Tahun 2007 tercatat sebesar 61,97% atau

naik dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59,20%. Meningkatnya

TPAK ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang memperoleh pekerjaan yang

lebih cepat dibandingkan pertambahan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas.

Tabel 6.1.

Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Utara

2004 2005 2006 2007 *)

Penduduk 15 Thn ke atas 1,756,509 1,601,686 1,639,268 1,672,655

Angkatan Kerja 984,152 998,398 970,415 1,036,499

Mencari Kerja 107,410 140,275 141,865 127,996

Bekerja 797,347 858,093 828,550 908,503

Bukan Angkatan Kerja 782,357 603,288 668,853 636,156

TPAK 56.03 62.33 59.20 61.97

TPT 10.91 14.05 14.62 12.35 *) Agustus 2007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

91

Berdasarkan persebarannya, dari jumlah sebanyak 13 kabupaten dan kota di Sulawesi

Utara, tercatat jumlah angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak

206.622 orang, diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebesar 154.204 orang dan Kabupaten

Bolmong sebesar 89.623 orang. Demikian pula berdasarkan jumlah pekerjanya, Kota

Manado tercatat memiliki jumlah pekerja terbanyak sebesar 166.262 orang diikuti Kota

Manado (181.833 orang) dan Kabupaten Minahasa (132.261 orang). Namun demikian,

walaupun berdasarkan jumlah angkatan kerja dan pekerjanya Kabupaten Bolmong memiliki

jumlah terbanyak, berdasarkan rasio TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Kabupaten

Bolmong justru berada di urutan ke 3 terendah dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Utara setelah Kota Bitung dan Kabupaten Kepulauan Talaud masing-masing

dengan rasio 61,83% dan 62,73%.

Grafik 6.1.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Tabel 6.2. Angkatan Kerja di Kab/Kota

Se – Sulawesi Utara Tahun 2007

7.33

11.4

6 15.1

6

9.17

9.37

13.6

8

7.39

7.71 9.

30

19.5

3

13.8

5

9.84

9.55 12

.35

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Bolm

ong

Min

ahas

a

Sang

ihe

Kep

. Tal

aud

Min

sel

Min

ut

Bolm

ong

Uta

ra

Kep

. Sita

ro

Mitr

a

Man

ado

Bitu

ng

Tom

ohon

Kot

aK

otam

obag

uSu

law

esi

Uta

ra

(%)TPT TPAKKabupaten/Kota Bekerja Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja

Bolmong 83,050 6,573 89,623 Minahasa 136,535 17,669 154,204 angihe 43,045 7,691 50,736

Kep. Talaud 37,791 3,815 41,606 insel 70,067 7,244 77,311 inut 69,620 11,030 80,650 mong Utara 50,636 4,039 54,675

ep. Sitaro 31,532 2,633 34,165 itra 53,165 5,449 58,614 anado 166,262 40,360 206,622 tung 67,847 10,911 78,758 omohon 37,088 4,049 41,137 ota Kotamobagu 61,865 6,533 68,398

Sulawesi Utara 908,503 127,996 1,036,499

S

MMBolKMMBiTK

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

92

Sementara itu, jumlah pengangguran terbanyak terdapat di Kota Manado sebanyak 40.360

orang, disusul Kabupaten Minahasa sebanyak 17.669 orang dan Kabupaten Minahasa

Utara sebanyak 11.030 orang, sedangkan terendah tercatat di Kabupaten Kep. Talaud

sebanyak 3.815 orang. Namun demikian, berdasarkan rasio Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT), Kota Manado tercatat yang tertinggi yaitu sebesar 19,53% diikuti Kota Bitung

sebesar 13,85% dan Kabupaten Minahasa Utara sebesar 13,68%. Adapun wilayah yang

memiliki rasio TPT terendah adalah Kabupaten Bolmong sebesar 7,33%. Hal ini berarti

kemampuan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bolmong lebih besar dibandingkan

daerah lainnya di Sulawesi Utara. Rasio TPT adalah perbandingan jumlah pengangguran di

suatu wilayah terhadap jumlah angkatan kerjanya.

Tabel 6.3. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Pencari Kerja

No. Rincian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Keterangan

1 Tenaga Kerja Indonesia 63 69 39 28 43 38 54 48 35 12 54 59 542 2 Jumlah Kasus PHK 92 115 126 132 111 91 105 87 118 123 96 130 1,326 3 Jumlah Pegawai yang di PHK 58 43 39 28 77 63 59 62 44 28 17 35 553 4 Jumlah Pencari Kerja yang

Terdaftar (Ribu)78 63 77 71 79 82 83 81 78 81 73 68 912

1 Tenaga Kerja Indonesia 17 26 17 29 41 79 84 293 2 Jumlah Kasus PHK 136 158 196 167 132 144 156 1,089 3 Jumlah Pegawai yang di PHK 56 68 58 83 64 72 68 469 4 Jumlah Pencari Kerja yang

Terdaftar (Ribu)81 99 107 121 140 144 164 855

Tahun 2006

Tahun 2007

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara

Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang berasal dari Sulawesi Utara dan bekerja di Luar

Negeri (LN) s.d. posisi Juli 2007 cenderung tidak banyak mengalami perubahan

dibandingkan tahun sebelumnya. Bila pada akhir Tahun 2006 sebanyak 542 orang tenaga

kerja asal Sulawesi Utara yang bekerja di LN maka hingga pertengahan Tahun 2007 hanya

sebanyak 293 orang atau kurang dari 50% pencapaian tahun sebelumnya. Selain itu, citra

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga semakin menurun dengan meningkatnya kasus PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja) dan jumlah pegawai yang di PHK. Bila hingga akhir Tahun

2006, jumlah kasus PHK sebanyak 1.326 kasus dengan jumlah pegawai yang mengalami

PHK sebanyak 553 orang maka hingga pertengahan Tahun 2007, jumlah tersebut telah

melebihi 50% pencapaian Tahun 2006 yaitu sebanyak 1.089 kasus dengan jumlah pegawai

yang mengalami PHK sebanyak 469 orang.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

93

B. KEMISKINAN

Hingga Maret 2007, angka kemiskinan di Sulawesi Utara belum menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan bahkan cenderung meningkat dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Bila pada Februari 2004, angka kemiskinan baru tercatat sebesar 192,2

ribu orang dengan persentase 8,93% terhadap total penduduk Sulawesi Utara maka pada

Maret 2007, angka tersebut sudah jauh bertambah menjadi 250 ribu orang dengan rasio

11,42%. Berdasarkan wilayahnya, sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di

daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan. Struktur kemiskinan ini sedikit

demi sedikit mulai mengalami pergeseran dimana bila pada Februari 2004 hampir 81,32%

penduduk miskin Sulawesi Utara merupakan orang-orang yang tinggal di desa maka pada

Maret 2007 prosentase tersebut terus berkurang hingga hanya 68,40%. Dengan demikian,

peningkatan jumlah penduduk miskin secara significant lebih banyak terjadi di wilayah

perkotaan dibandingkan di wilayah pedesaan.

Dibandingkan angka kemiskinan nasional, persentase penduduk miskin di Sulawesi Utara

relatif masih jauh lebih rendah baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sebagai

ilustrasi, persentase angka kemiskinan di Sulawesi Utara pada Maret 2007 tercatat 11,42%

sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 16,58%. Namun demikian, angka

kemiskinan secara nasional cenderung tidak banyak mengalami perubahan yaitu berada

pada kisaran 16% dari total penduduk Indonesia, sedangkan angka kemiskinan di Sulawesi

Utara terus meningkat dari 8,93% pada Februari 2004 naik hingga 11,42% pada Maret

2007. Namun demikian, implementasi program revitalisasi pertanian oleh pemerintah

daerah di awal Tahun 2007 yang mendapat dukungan pula dari masyarakat perbankan

diharapkan akan mampu menurunkan angka kemiskinan Sulawesi Utara pada akhir Tahun

2007 ini.

Tabel 6.4.

Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa

Kota Desa Kota & Desa Kota Desa Kota & DesaSulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.93 Indonesia 11,369.0 24,777.9 36,146.9 12.13 20.11 16.66

Sulawesi Utara 46.4 155.0 201.4 4.96 12.70 9.34 ▲Indonesia 13,297.4 23,504.7 36,802.1 12.48 20.63 16.69 ▲Sulawesi Utara 61.2 171.4 232.6 6.52 14.01 10.76 ▲Indonesia 13,568.4 23,820.9 37,389.3 12.68 20.84 16.90 ▲Sulawesi Utara 79.0 171.0 250.0 8.31 13.80 11.42 ▲Indonesia 13,559.3 23,609.0 37,168.3 12.52 20.37 16.58

Ket

2006

2005

eb 2004

Persentase Penduduk MiskinPeriode

Jumlah Penduduk Miskin (000 Orang)

Jul

Jul

Mar 2007▼

F

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

94

C. Rasio Gini

Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan

membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis

diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka

tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan

apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.

Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.

Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya,

persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi

menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi

peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan

kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah

terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah

dan 20% teratas.

Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara

40% populasi dengan pendapatan terendah

40% populasi dengan pendapatan moderat

20% populasi dengan pendapatan tertinggi

Rasio Gini 40% populasi dengan pendapatan terendah

40% populasi dengan pendapatan moderat

20% populasi dengan pendapatan tertinggi

Rasio Gini

Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32

Provinsi 2005 2007

D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah

sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini

ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan rata-

rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen

penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah

dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

95

Tabel 6.6. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Sulawesi Utara

Komponen IPM 2002 2004 2005 2006

Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8 Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3 Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8 Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9 IPM 71.3 73.4 74.2 74.4 Peringkat Nasional 2 2 2 2

Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di

Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan

terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.

Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata

99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di

bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan

Talaud.

Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun

sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.

Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623

ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.

Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara

kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi

Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.

Tabel 6.7. Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005

2004 2005 2004 2005Bolaang Mongondow 70.7 71.6 121 105 Minahasa 73.5 74.0 47 46 Minahasa Selatan 71.2 71.5 96 113 Minahasa Utara 72.7 73.7 69 57 Kepulauan Sangihe 72.8 73.4 67 64 Kepulauan Talaud 71.8 72.3 80 87 Manado 75.9 76.3 8 12 Bitung 73.2 73.6 56 59 Tomohon 72.9 73.3 63 67 Sulawesi Utara 73.4 74.2 2 2 Indonesia 68.7 69.6

KAB/KOTAIPM Ranking Nasional

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

96

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

A. PERKIRAAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami

perlambatan dibandingkan Q4 - 2007. Hal ini merupakan siklus musiman dimana laju

pertumbuhan ekonomi akan mencapai puncaknya di akhir tahun dan kembali menurun di

awal tahun. Beberapa faktor penyebab hal tersebut adalah : kembali normalnya tingkat

konsumsi masyarakat setelah sebelumnya meningkat berkenaan dengan perayaan hari-hari

besar keagamaan dan tahun baru 2008, belum optimalnya operasional perusahaan

sehubungan dengan kembali normalnya permintaan dan masih kecilnya realisasi belanja

pemerintah daerah akibat sebagian besar proyek masih dalam tahap perencanaan dan

tender. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi pada Q1-2008 diperkirakan akan

tetap tumbuh positif sebesar 6,2% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,41% (y.o.y). Secara tahunan, laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008 diperkirakan sebesar 6,60% (y.o.y),

lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 lalu yang diperkirakan berada pada kisaran 6,42%

(y.o.y).

Beberapa asumsi dan faktor yang mendasari perkiraan tersebut diantaranya adalah (1) tetap

tingginya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi, tingkat penghasilan dan

ketersediaan lapangan kerja pada 3-6 bulan mendatang sebagaimana tercermin dari hasil

Survey Ekspekyasi Konsumen (SEK) Kota Manado (2) meningkatnya konsumsi dan investasi

sejalan dengan membaiknya tingkat penghasilan dan berjalannya fungsi intermediasi

perbankan (3) dari sisi fiskal, meningkatnya jumlah dana yang dialokasikan dari pusat ke

daerah sebagaimana tercermin dari jumlah dana perimbangan Tahun 2008 yang mencapai

jumlah Rp4,33 triliun atau naik 16,54% dibandingkan Tahun 2007 lalu (3) meningkatnya

kinerja ekspor luar negeri khususnya komoditi primer seiring dengan kelanjutan program

revitalisasi pertanian yang dicanangkan pemerintah daerah 4) pembangunan berbagai

proyek berkaitan dengan persiapan pelaksanaan WOC (World Ocean Conference) pada

Tahun 2009 diperkirakan akan turut memberikan andil bagi percepatan pembangunan.

Di samping berbagai faktor pendorong tersebut, terdapat pula beberapa faktor yang

beresiko akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi di triwulan-triwulan mendatang

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

97

diantaranya adalah ketidakpastian harga minyak mentah dunia, rencana kenaikan

administered price seperti harga BBM yang berpotensi memperburuk ekspektasi inflasi

masyarakat, serta kurang berjalan baiknya transisi penggunaan LPG menggantikan minyak

tanah yang akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa.

1. Prospek Permintaan Agregat

Tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Utara pada triwulan mendatang diperkirakan akan

mengalami tekanan sebagai dampak meningkatnya harga minyak internasional yang diiringi

oleh kenaikan harga dan ongkos produksi di dalam negeri. Namun demikian, laju

pertumbuhan konsumsi diperkirakan masih tetap positif sebagaimana tercermin dari indeks

ekspektasi konsumen yang menunjukkan tren peningkatan walaupun sempat mengalami

koreksi sedikit pada akhir tahun. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 200

kepala keluarga di Kota Manado terungkap bahwa masyarakat Kota Manado memandang

bahwa kondisi perekonomian Sulawesi Utara pada 3-6 bulan mendatang masih tetap cukup

baik. Berdasarkan komponen pembentuknya, ekspektasi peningkatan pendapatan berada

pada level optimisme tertinggi yaitu sebesar 152 (indeks > 100 berarti optimis) berikutnya

adalah ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi ekonomi masing-masing

berada pada level 131 dan 129. Sementara itu, salah satu even yang diperkirakan akan

mendorong laju konsumsi pada triwulan mendatang adalah berlangsungnya pesta tahun

baru China yang perayaannya diperkirakan akan lebih semarak dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya.

Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber : Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado

60

80

100

120

140

160

180

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Lapangan Kerja

20072006

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

98

Dari sisi belanja fiskal, meningkatnya alokasi DIPA ke Sulawesi Utara dari Pemerintah Pusat

yang mencapai jumlah Rp 4,33 triliun di Tahun 2008 atau naik 16,54% diperkirakan akan

meningkatkan sumbangan belanja pemerintah daerah dalam PDRB Sulawesi Utara.

Berdasarkan komponen penyusunannya, DIPA sebagian besar disalurkan dalam bentuk DAU

(Dana Alokasi Umum) dengan pangsa sebesar 79,2% sedangkan sisanya dalam bentuk DAK

(Dana Alokasi Khusus) dan DBH (Dana Bagi Hasil) masing-masing dengan pangsa 15,6%

dan 15,2%.

Tabel 7.2. Infrastruktur Penunjang WOC

Jenis Kegiatan TargetRencana Biaya (dlm Milliar Rp)

Pekerjaan Umum

Pembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0

Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0

Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0

Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0

Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5

Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Tondano 1 km 7.5

Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4

Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5

Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0

Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0

Total 701.9

Perhubungan

Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0

Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4

Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7

Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0

Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0

Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0

Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0

Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0

Total 158.1

Grand Total 859.99

Di tengah-tengah terbatasnya sarana infrastruktur khususnya listrik, jalan dan jembatan,

kegiatan investasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh lebih baik dengan

magnitude yang masih tetap terbatas. Rencana pembangunan Grand Kawanua

International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya

direncanakan pada awal Tahun 2008 diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang

cukup besar bagi kegiatan investasi. Pembangunan Grand Kawanua International City

tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana

dan prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

99

convention centre yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole,

pusat bisnis serta Hotel Accord (berbintang 5). Selain itu, berbagai bentuk kegiatan

pembangunan dalam rangka penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) Tahun

2008 juga akan memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah

pembangunan jalan, perluasan bandara, pembangunan drainase, dll yang keseluruhan

dananya mencapai Rp859,9 milliar baik yang bersumber dari APBD maupun APBN.

Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana pribadi juga

berasal dari pemerintah baik APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non

bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang

disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang

dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah

Rp673 milliar atau meningkat 15,56% dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara

itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang

rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup

memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik. Hal

ini antara lain didukung oleh terus bergerak turunnya tingkat suku bunga.

Tabel 7.3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008

No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share

1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06 2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00 3 Kependudukan 11.03 1.64 4 Jalan 93.92 128.97 19.15 5 Irigasi 43.05 65.88 9.78 6 Air Minum & Penyehatan Lingkungan 27.28 32.18 4.78 7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57 8 Pertanian 46.94 46.94 6.97 9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17 10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28 11 Kehutanan 4.08 0.61

Total 501.63 673.50 100.00

Sumber : DPJPKPD, Depkeu

2. Prospek Penawaran Agregat

Berdasarkan sektornya, diperkirakan sebagian besar sektor pada triwulan mendatang akan

mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan Tahun 2007 lalu. Tercatat, sektor

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

100

pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) masih

menjadi lokomotif pertumbuhan Sulawesi Utara.

Tabel 7.4. Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menggunakan Metode Dekomposisi

Berdarsarkan Sektor Ekonomi

*) Angka Perkiraan Bank Indonesia Manado (Metode Smoothing dan Arima)

Q1 Q2 Q3 Q4*) Total Q1 TotalPertanian 6.15 4.67 4.28 8.29 6.09 7.48 6.62 6.41 6.36 Pertambangan dan Penggalian -0.72 7.27 7.27 7.36 7.65 7.94 7.58 7.71 7.30 Industri Pengolahan 2.23 6.86 4.24 5.18 6.32 7.46 5.86 3.95 2.74 Listrik, Gas dan Air Bersih 13.82 5.28 6.23 5.95 6.43 6.58 6.31 4.62 6.66 Bangunan 5.06 6.97 6.52 6.89 7.53 8.76 7.51 6.36 6.45 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.41 7.78 6.31 6.39 8.10 8.21 7.37 5.70 7.72 Pengangkutan dan Komunikasi 5.83 5.56 6.78 6.50 6.90 7.22 6.88 6.10 7.01 Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.64 10.03 6.25 7.84 8.05 8.03 7.58 6.49 9.46 Jasa-Jasa 2.79 4.21 3.76 2.95 3.15 3.37 3.30 6.80 6.15

PDRB 4.90 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42 6.20 6.60

20052007 2008**)

2006LAPANGAN USAHA

Sektor pertanian pada Q1-2008 diprediksikan tumbuh 6,41% (y.o.y) seiring dengan

keberhasilan panen dan meningkatnya jumlah produksi hasil pertanian. Selain itu,

meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008 tercermin

pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana irigasi yang

mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Secara

rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan dengan alokasi

dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan sebanyak 6 lokasi

dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD kabupaten, kota

dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

101

Tabel 7.5. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum) 2008

1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94 3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650 4 Ranombolay 1157 Tombatu 430 5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400 6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190 7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170 8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250 9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150

10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250

1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342 3,564

LokasiLuas (Ha) Volume (Ha)No.

Total

Rehabilitasi

Peningkatan

Kegiatan

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I

Tabel 7.6.

Proyek Irigasi di Sulawesi Utara Sumber Dana APBN 2008

No. Kegiatan Lokasi Alokasi (Milliar)

1 Bakan (lanjutan) Bolmong 2.25 2 Torosik (lanjutan) Bolmong 2.00 3 Lolak (lanjutan) Bolmong 2.00 4 Otam (lanjutan) Bolmong 1.75 5 Nunuk (bendung & jaringan) Talaud 8.25 6 Pinaingan Talaud 1.75 7 Halabolu Bolmong 1.85 8 Bontane (lanjutan) Talaud 4.00 9 Bowonbaru (lanjutan) Talaud 2.00

10 Lalue (lanjutan) Talaud 2.50 28.35

1 Maelang Bolmong 1.50 2 Ayong Bolmong 2.00 3 Pusian Bolmong 1.84 4 Salongo Bolmong 0.80 5 Moayat Bolmong 1.37 6 Noongan Minahasa 1.00

8.51

Pembangunan

Total

Total

Rehabilitasi Jaringan

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Q1-2008 diperkirakan tumbuh 5,70%

(y.o.y). Selain didorong oleh perbaikan permintaan, bisnis ritel pada periode-periode

mendatang juga diperkirakan semakin prospektif seiring dengan kecenderung menurunya

tingkat suku bunga hingga le level 8%. Sementara itu, sub sektor hotel dan restoran juga

diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikan citra pariwisata dan

berbagai promosi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah Sulawesi Utara khususnya

berkenaan dengan telah ditetapkannya Kota Manado sebagai tempat penyelenggaraan

World Ocean Conference Tahun 2009 dan visi Kota Manado sebagai Kota Pariwisata Tahun

2010. Berdasarkan informasi, di Tahun 2008 paling tidak rencananya akan dibangun

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

102

sebanyak 7 (tujuh) hotel baru sebagai bentuk persiapan menjelang pelaksanaan WOC

Tahun 2009.

Optimisme perkembangan sektor PHR pada triwulan mendatang juga tercermin dari indeks

ekspektasi penjualan dalam 3-6 bulan y.a.d berdasarkan Survei Penjualan Eceran Kota

Manado. Dari awal tahun hingga akhir Tahun 2007, indeks ekspektasi penjualan

menunjukkan tren peningkatan walaupun sedikit mengalami penurunan pada Desember

2007. Namun, secara umum pedagang menilai bahwa prospek penjualan dan bisnis pada 3-

6 bulan mendatang masih cukup baik ter`cermin dari nilai indeks di atas 100 (level optimis).

Grafik 7.3 Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

J F M A M J J A S O N D

3 bln yad

6 bln yad

2007

Sumber : Survei Penjualan Eceran Kota Manado

Sektor bangunan pada Q1-2008 diperkirakan tumbuh 6,36% (y.o.y) tercermin dari terus

berlangsungnya pembangunan mal, hotel, apartemen, IT center dan kompleks perumahan..

Selain di dukung oleh meningkatnya permintaan, tumbuhnya sektor bangunan juga

disebabkan oleh kecenderungan menurunnya suku bunga yang terjadi sejak pertengahan

tahun hingga akhir Tahun 2007 hingga menyentuh level 8%. Namun demikian ke depan

diperkirakan penurunan tingkat suku bunga sedikit tertahan sehubungan dengan tingginya

angka inflasi dan tekanan harga minyak yang terus merangkak naik. Kondisi ini dipertegas

lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado yang menunjukkan pesimisme

bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

103

Grafik 7.4. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

3 bulan yad

6 bulan yad

2006 2007

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen Kota Manado

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh 6,10% (y.o.y) dalam triwulan

mendatang. Peningkatan sub sektor komunikasi antara lain ditandai dengan terus

berlangsungnya pembangunan menara BTS (Base Tranceiver System) oleh provider

telekomunikasi yang ada di Sulawesi Utara hingga mampu memberikan kenyamanan

pelanggan dalam berkomunikasi khususnya di daerah-daerah yang selama ini terisolir.

Selain itu, penawaran berbagai produk dan tarif yang semakin kompetitif serta hadirnya

provider telekomunikasi baru diperkirakan akan meramaikan persaingan jasa telekomunikasi

yang telah ada selama ini. Sedangkan kinerja sub sektor pengangkutan diperkirakan akan

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pada saat itu intensitas

dan frekuensi masyarakat yang melakukan perjalan meningkat sehubungan dengan

terdapatnya berbagai even perayaan hari raya keagamaan dan perayaan Tahun Baru 2008.

Sementara itu, perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar

3,95% (y.o.y), lebih rendah dibandinkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun

sebelumnya. Terus merangkak naiknya harga minyak dunia hingga ke level yang belum

pernah dicapai sebelumnya yaitu sebesar USD 100 diperkirakan akan menjadi salah satu

faktor penghambat pertumbuhan sektor ini. Berdasarkan jenisya, pangsa utama sektor

industri pengolahan di Sulawesi Utara adalah industri pengolah ikan dan industri

pengolahan hasil bumi (pertanian).

Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh

sebesar 4,62% (y.o.y). Krisis listrik yang sempat terjadi selama Tahun 2007 sudah mulai

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

104

teratasi (khususnya di akhir Tahun 2007) setelah terselesaikannya pengerjaan proyek

pipanisasi panas bumi dalam pembangunan PLP Lahendong III dengan kapasitas 20 MW.

Tabel 7.5. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik di

Provinsi Sulawesi Utara

No. Nama Kapasitas (MW)Tahun

Pembangunan

1 PLTP Lahendong III 20 MW 2008

2 Fuel Cell Tahap I 50 MW 2008

3 PLTM Mobuya 3 MW 2008

4 PLTA Poigar II 50 MW 2009

5 Fuelcell Tahap II 50 MW 2009

6 Solar Cell 1 MW 2009

7 PLTU Amurang 110 MW 2010

8 PLTP Lahendong IV 20 MW 2010 Sumber : Kanwil PLN Sulutenggo

Sektor keuangan diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,49% (y.o.y) pada triwulan

mendatang. Salah satu sub sektor yang memberikan kontribusi cukup besar adalah

perbankan. Kemungkinan kebijakan Bank Indonesia berupa penurunan perhitungan Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) bagi kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 50% menjadi 30%

diharapkan akan mendorong pertumbuhan kredit khususnya pada kelompok UMKM.

Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) diperkirakan meningkat, didorong oleh tren

penurunan suku bunga simpanan yang lebih cepat daripada suku bunga kredit.

B. OUTLOOK INFLASI

Tekanan harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan cukup tinggi. Sumber

tekanan inflasi diperkirakan berasal dari sisi penawaran, sedangkan dari sisi permintaan

relatif stabil karena tidak adanya even hari raya/kegiatan lainnya yang significant. Kondisi

iklim yang cenderung hujan disertai angin kencang diperkirakan akan menyebabkan

terganggunya distribusi dan pasokan barang baik yang melewati jalur darat, laut dan udara.

Kondisi demikian, diperkirakan akan berdampak pula baik bagi para nelayan dan petani

khususnya kesulitan dalam melaut dan mencari ikan dan kemungkinan kegagalan panen

akibat banjir dan tanah longsor. Sementara itu, dampak kenaikan harga minyak dunia yang

telah melebihi level psikologis sebesar USD 100 per barel diperkirakan akan berdampak bagi

perekonomian nasional dan regional Sulawesi Utara. Kenaikan harga minyak dunia ini akan

menyebabkan meningkatnya harga barang khususnya yang memiliki kandungan bahan

impor yang tinggi. Selain itu, kelangkaan minyak tanah akibat tidak berjalan baiknya

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

105

kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke LPG diperkirakan akan menyebabkan

lonjakan harga khususnya terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok.

Dengan memperhatikan besaran inflasi selama tahun 2007 serta sumber-sumber tekanan

inflasi pada triwulan mendatang maka diperkirakan laju inflasi Kota Manado pada triwulan

mendatang akan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

sejalan dengan hasil survei yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado,

diantaranya Survei Penjualan Eceran (SPE) dimana sebagian besar responden optimis bahwa

harga barang/jasa pada 3-6 bulan mendatang akan mengalami kenaikan bahkan dengan

level yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin

dari meningkatnya indeks ekspektasi harga untuk 3 bulan y.a.d dari level 154 di akhir Tahun

2006 naik ke level 156 pada Desember 2007. Demikian pula indeks ekspektasi harga untuk

6 bulan y.a.d yang naik dari level 156 di akhir Tahun 2006 naik ke level 160 pada

Desember 2007.

Grafik 7.5.

Perkembangan Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

3 bulan yad

6 bulan yad

2006 2007

Sumber : Survei Penjualan Eceran Kota Manado

Selain berbagai faktor eksternal, meningkatnya tekanan harga pada triwulan mendatang

juga dipengaruhi oleh masih terdapatnya kebutuhan pokok yang harus sepenuhnya

didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa komoditi tersebut diantaranya

adalah gula pasir, mentega, susu kental manis, dan terigu.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

106

LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

MAKRO EKONOMIIndeks Harga Konsumen Kota Manado 141.48 146.21 145.58 150.61 155.82 Laju Inflasi Kota 5.10 6.98 6.47 7.82 10.13PDRB - harga konstan (milliar Rp) 3,868,494 13,529,641 3,185,696 3,505,500 3,559,655 4,147,362 14,398,214 - Pertanian 783,925 2,907,713 673,982 794,135 789,431 842,561 3,100,110 - Pertambangan & Penggalian 203,453 711,538 166,577 187,860 191,426 219,602 765,466 - Industri Pengolahan 279,688 1,043,744 256,273 262,846 285,263 300,553 1,104,935 - Listrik, Gas, & Air Bersih 27,456 101,997 25,854 26,247 27,067 29,263 108,431 - Bangunan 604,149 2,121,243 507,146 529,264 586,962 657,073 2,280,445 - Perdagangan, Hotel & Restoran 644,976 2,002,518 423,756 510,778 517,630 697,918 2,150,083 - Pengangkutan & Komunikasi 509,450 1,576,976 381,957 392,552 364,742 546,220 1,685,471 - Keuangan, Persewaan & Jasa 242,478 893,374 216,960 236,250 245,942 261,938 961,091 - Jasa 572,919 2,170,537 533,190 565,569 551,191 592,233 2,242,183 Pertumbuhan PDRB (y.o.y %) 6.82 6.16 5.41 6.38 6.46 7.21 6.42 Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 9.31 273.36 9.23 16.06 16.06 388.98 92.64 Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 18.80 620.59 13.61 22.46 22.46 703.56 127.38 Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 0.00 36.91 0.03 52.13 4.43 4.62 61.22 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 0.01 11.90 0.00 0.15 11.30 14.02 25.48

2007INDIKATOR2006

20062007

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

107

LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)

PERBANKANBank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 8,820 8,958 9,319 9,905 10015.954DPK (Rp Triliun) 6,018 5,985 6,436 6,504 6554.671- Tabungan (Rp Triliun) 2,687 2,739 2,994 2,998 3076.877- Giro (Rp Triliun) 1,257 1,102 1,311 1,365 1358.267- Deposito (Rp Triliun) 2,074 2,145 2,130 2,141 2119.527Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelap 5,071 5,179 5,638 6,079 6,334 - Modal Kerja 1,760 1,883 2,014 2,245 2352.95- Konsumsi 2,763 2,742 3,024 3,215 3329.714- Investasi 549 554 601 619 651.017- LDR 84.27 86.52 87.61 87.61 87.61 NPL Gross (%) 4.84 5.12 4.91 6.29 4.56 Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,027 3,221 3,632 3,882 4,064 Kredit Mikro ( < Rp50 juta) (Rp Triliun) 190 216 372 237 248 Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) (R 892 1,026 1,116 1,355 1,344 Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 m 1,945 1,979 2,144 2,289 2,471 NPL UMKM Gross (%) 7.91 8.23 7.62 9.70 5.67

BPR :Total Aset (Rp Triliun) 137 145 149 156 160 DPK (Rp Triliun) 97 102 111 118 120 - Tabungan (Rp Triliun) 31 26 30 33 33 - Deposito (Rp Triliun) 66 76 81 83 87 Kredit (Rp Trilun) 106 111 122 127 131 - Modal Kerja 25 26 26 29 29 - Konsumsi 70 74 84 86 89 - Investasi 11 11 12 12 12 Kredit UMKM (Rp Triliun) 106 111 122 127 131 Rasio NPL Gross (%) 4.45 4.27 4.52 4.10 3.89 LDR 109.99 108.03 109.39 93.36 91.73

Bank SyariahTotal Aset (Rp Milliar) 68,815 73,559 79,172 79,295 77,700 DPK (Rp Milliar) 39,442 46,454 48,115 48,542 50,837 Pembiayaan 6,224 6,694 8,881 9,449 11,458 FDR 15.78 14.41 18.46 19.47 22.54

2007INDIKATOR

2006

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

108

LAMPIRAN III LAPORAN SURVEI KANTOR BANK INDONESIA MANADO

SURVEI KONSUMEN (SK)

Survey Konsumen merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia Manado dengan Lembaga Penelitian Universitas Klabat (UNKLAB) dengan jumlah responden sebanyak 200 orang. Ruang lingkup SK meliputi ekspektasi konsumen sektor rumah tangga mengenai kondisi perekonomian perkembangan harga, kondisi keuangan konsumen, dan rencana konsumsi (pembelanjaan) konsumen. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan sebagai prompt indicator mengenai tendensi/arah permintaan konsumen. Hasil Survey Konsumen (SK) pada Desember2007 secara umum memperlihatkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Jika pada September 2007 angka indeks berada pada level 112,67 maka pada Desmeber 2007 tercatat sebesar 124,50. Berdasarkan variabel penyusunya, kenaikan indeks tersebut terutama tercermin dari peningkatan indeks penghasilan dari level 103 ke level 148,5 di akhir triwulan laporan serta indeks ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dari level 103,5 naik ke level 115,5 di akhir triwulan laporan (indeks > 100 berarti optimis). Satu-satunya variabel penyusun indeks kondisi ekonomi yang mengalami penurunan adalah indeks pembelian bahan tahan lama (durable goods) yang mengalami penurunan dari level 113,5 menjadi 109,50.

SURVEI PENJUALAN ECERAN (SPE)

Survey Penjualan Eceran merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia Manado dengan Universitas De La Salle Manado dengan jumlah responden sebanyak 50 pedagang/penjual eceran. Ruang lingkup SPE meliputi penjualan di tingkat eceran dan seluruh barang, yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sesuai Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), dan ekspektasi terhadap tingkat harga dan suku bunga kredit. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan untuk melihat pergerakan dan kecenderungan pengeluaran masayarakat (consumption spending) serta sebagai salah satu indikator dini perkembangan perekonomian, khususnya dari sisi permintaan. Hasil SPE pada Desember 2007 secara umum menunjukkan kenaikan indeks bila dibandingkan posisi akhir September 2007. Bila pada September 2007, nilai indeks riil penjualan eceran Kota Manado berada pada level 143,96 maka pada Desember 2007 meningkat hingga ke level 167,71. Berdasarkan kategorinya (KLUI), hampir seluruh kelompok komoditi mengalami peningkatan indeks dibandingkan triwulan sebelumnya dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga dan textile sedangkan yang kenaikan terendah terjadi pada kelompok peralatan tulis.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

109

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (SHPR)

Ruang lingkup SHPR meliputi harga jual rumah, harga jual tanah, jumlah rumah yang dibangun dan jumlah rumah yang dijual oleh perusahaan pengembang perumahan (primary market) yang melakukan transaksi penjualan. Informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan untuk melihat perkembangan harga dan kuantitas properti residensial, baik yang terjadi pada triwulanan berjalan maupun harganya untuk triwulan mendatang. Pengolahan data hasil survei dilakukan dengan membandingkan harga dari kuantitas properti triwulan berjalan dengan periode sebelumnya yang disajikan dalam bentuk indeks harga properti residensial. Perkembangan indeks harga properti residensial ini juga digunakan sebagai salah satu komponen penghitung dalam penelitian inflasi harga aset. Kegiatan pengembang rumah mengalami perkembangan yang cukup berarti selama periode survei tahun 2007, terutama kegiatan pengembang rumah tipe sedang, dimana share masing-masing tipe rumah terhadap seluruh bangunan rumah yang dibangun oleh pengembang didominasi rumah tipe kecil hingga 54% diikuti rumah tipe sedang 30% dan rumah tipe besar 16%. Sementara itu, harga jual rumah naik antara 3% sd. 5%. Faktor-faktor yang memicu penyebab kenaikan harga disebabkan oleh mahalnya harga bahan bangunan serta adanya penambahan fasilitas umum dan khusus, sementara pengembang harus menaikkan upah pekerja. Faktor lain yang cukup signifikan memicu kenaikan harga jual rumah adaldh pengurusan perizinan yang mahal dan harga BBM yang tinggi, serta dipicu tingginya harga tanah.

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA (SKDU) Ruang lingkup SKDU meliputi kegiatan dunia usaha seperti produksi, investasi, penyerapan tenaga kerja, termasuk ekspektasi mengenai hal tersebut di setiap sektor ekonomi (sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa). Pengolahan data hasil survei menggunakan metode saldo bersih dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun”. Hasil net balance setiap sektor kemudian dikalikan dengan bobot sektor yang dihitung dari pangsa sektor tersebut, sehingga diperoleh saldo bersih tertimbang (SBT). Perkembangan kegiatan dunia usaha pada Q4-2007 mengalami peningkatan yang significant dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari kenaikan nilai SBT dari 33,92 di Q3-2007 menjadi 42,16 di Q4-2007. Sementara itu, pada triwulan mendatang diperkirakan kegiatan usaha masih akan mengalami perkembangan yang cukup baik tercermin dari nilai SBT sebesar 7,11. Dari 9 (sembilan) sektor, hampir sebagian besar sektor akan mengalami perkembangan usaha yang positif dengan nilai SBT tertinggi dialami oleh sektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun sektor yang diperkirakan akan mengalami kontraksi pada triwulan mendatang adalah sektor PHR dan jasa-jasa.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

110

SURVEI PERSEPSI PASAR (SPP)

Ruang lingkup SPP meliputi perkiraan responden terhadap perkembangan beberapa indikator ekonomi dan perkiraan perkembangan ekonomi secara umum yang diperoleh berdasarkan perkiraan perkembangan beberapa indikator ekonomi. SPP bertujuan untuk mendapatkan informasi dini dari responden tentang perkiraan kondisi ekonomi dan indikator-indikator ekonomi pada triwulan maupun tahun yang akan datang. Persepsi responden mengenai kondisi ekonomi makro pada tahun 2007 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2006. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi, stabilnya nilai tukar rupiah dan berkurangnya jumlah pengangguran. Namun, tingkat kemiskinan belum menunjukkan perbaikan yang berarti.

SURVEI PRODUKSI (SP)

Ruang lingkup SP Survei Produksi dilaksanakan secara bulanan (dimulai pada bulan Januari 1998). Populasi adalah perusahaan besar dan menengah yang beroperasi di wilayah Indonesia. Sampel sebesar 10 responden dipilih secara purposive sampling. Pengkategorian skala usaha didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Survei Produksi dilaksanakan hanya pada sektor industri pengolahan, meliputi subsektor makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), tekstil, pakaian jadi dan kulit (ISIC 32), kayu, rotan dan rumput-rumputan (ISIC 33), kertas, percetakan dan penerbitan (ISIC 34), kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastic (ISIC 35), barang galian bukan logam (ISIC 36), logam dasar (ISIC 37), alat angkutan, mesin dan peralatannya (ISIC 38) dan subsektor industri pengolahan lainnya (ISIC 39).

Kapasitas produksi terpakai untuk sektor industri pengolahan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan ini memang masih berada dibawah kapasitas produksi terpasang. Meski begitu ada responden yang meningkatkan kapasitas terpasang dengan menambah mesin baru untuk memenuhi permintaan atau keperluan menambah stock sehingga mempengaruhi penggunaan kapasitas produksi terpakai. Ada pula responden yang beralasan adanya kinerja mesin yang tidak optimal, bahan baku yang langka, waktu produksi yang terbuangt akibat banyak hari libur, menyebabkan penggunaan kapasitas produksi pada triwulan laporan kali ini tidak maksimal.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

111

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan

bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan

melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan

indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya,

inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari

permintaan.

Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-

barang makanan.

Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok barang

yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah, seperti: BBM,

Tarif listrik, telpon, dll.

Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang

yang dapat diperdagangkan secara international.

Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan yang

diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan

sering disingkat (m-t-m)

Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisba) perubahan harga indeks konsumen bulan

bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya,

sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d)

Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan

bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun

sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)

Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisbah)/perubahan indeks harga konsumen pada akhir

triwulan yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q)

PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah

(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto)

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit),

terdiri dari uang kartal dan uang giral

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

112

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan

indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal,

uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata

uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas

moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada

bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank

umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas

pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo

yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah

pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan

bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus

dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah,

dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5)

menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar

debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain

dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi

kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang

mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada

dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang

dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai

bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk

menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang

disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan

segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

113

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah (PEKDA) Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV Tahun 2007

114