makalah puasa

27
 MAKALAH PUASA Disusun Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih I Dosen : Ali Taman Saputra, M.Pd.I Disusun oleh : Agul Susanto 201021065 Ahmad Idris 201021066 Anwar Solihin 201031015 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR 1

Transcript of makalah puasa

Page 1: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 1/27

 

MAKALAH PUASA

Disusun Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih I

Dosen : Ali Taman Saputra, M.Pd.I

Disusun oleh :

Agul Susanto 201021065

Ahmad Idris 201021066

Anwar Solihin 201031015

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH

BOGOR

1

Page 2: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 2/27

 

KATA PENGANTAR 

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat

yang telah diberikan-Nya kepada kita semua termasuk terselesaikannya makalah  Puasa ini.

Makalah ini mengambil tema  Puasa, sebagaimana amanat yang diberikan kepada kami di dalam

memenuhi tugas mata kuliah Fiqih I.

Sebuah penghargaan bagi kami atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita

akan dapat mengkaji kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan  Puasa yang pasti akan

 bermanfaat menambah keilmuan dan pengetahuan akademis kita serta modal dalam beribadah

kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam kesempatan ini perkenankan kami menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga

kepada Bapak Ali Taman Saputra yang telah membimbing kami. Pun begitu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sumbang-saran maupun masukan sangat

kami harapkan. Atas segala kekurangan tersebut, kami mohon dibukakan pintu maaf seluas-

luasnya.

Demikian dari kami, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya makalah ini dapat

tercapai. Amiin.

Bogor, Maret 2011

Penyusun

2

 

i

Page 3: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 3/27

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

A. Pengertian, hukum dan Fardhunya ...................................................... 1

B. Macam-macam puasa sunnah .............................................................. 4

C. Perkara yang diharamkan, makruh dan sunnah bagi yang berpuasa .. . 6

D. Pembatal-pembatal puasa ..................................................................... 15

E. Orang yang dibolehkan meninggalkan puasa wajib ............................ 20

Daftar Pustaka ............................................................................................... 23

1ii

Page 4: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 4/27

 

A. Pengertian, Hukum dan Fardhunya Puasa

1. Definisi

Puasa menurut bahasa adalah menahan. Sedangkan menurut istilah / syari’at

adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan

semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

2. Hukum Puasa

Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan puasa sunnah.

Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Yang merupakan

salah satu dari rukun islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

     

    

     

“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa

 sebagaimana telah diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”

( QS Al Baqarah 183).

     

 

 

 

 

 

       

                                   

     

   

   

               

              

     

1

Page 5: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 5/27

 

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan yang di dalamnya

diturunkan Al Qur’an sebaga’i petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk 

itu dan pembeda ( antara yang haq dan yang bathil). Karena itu barang siapa diantara

kamu ada di bulan itu , maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam

 perjalanan (dia tidak berpuasa ) maka (wajib menggantinya, sebanyak hari yang di

tinggalkannya itu, pada hari – hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu

dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan

mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang di berikan kepadamu, agar kamu

bersyukur.” ( QS Al Baqarah 184-185).

Hal ini juga dijelaskan oleh hadist berikut, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa

Sallam bersabda:

 ما  ه ل ع ن ي   ض    ر  م  ع  ب    ع  س     و    ع ل ى  ص  ل   س     ر    قا  قا

ل   س   د  ر  م  ح     ل  وأ  إ  إ   ة أ    ها    ش  م  ع ى  خ    س ي   ب ن

   ا      ر    ص  ج  و  ح  و  ة  كا  ز ء  ة  وإ تا      قا  وإ

Dari Ibnu Umar  Radhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa

Sallam bersabda: “  Islam di tegakan diatas lima perkara, bersaksi bahwa tiada Tuhan

 selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan Shalat, mengeluarkan

 zakat, mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari-Muslim).

Adapun puasa sunnah adalah puasa yang dilaksanakan di luar bulan ramadhan di

hari-hari yang telah di contohkan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasalam yang insyaAllah

akan dipaparkan di depan.

3. Rukun Puasa

a. Niat

  Niat adalah keinginan dalam hati untuk berpuasa karena ingin menjalankan

 perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendekat kepada-Nya. Hal ini berdasarkan

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

    

2

Page 6: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 6/27

 

     

  

 “Dan tidaklah mereka di perintah kecualii supaya beribadah kepada Allah

dengan memurnikan ketaatan Kepada-Nya (dalam menjalakan) agama yang lurus.” (QS-

Al Bayinah 5).

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “sesungguhnya segala amal 

tergantung pada niat dan sesungguhnya setiap orang hanya akann mendapat apa yang 

tlah diniatkan.” ( HR Bukhari , Muslim, Trmidzi, Ibnu Majah & Nasa’i).

Jika melaksanakan puasa wajib, maka niat wajib dilakukan pada waktu sebelum

fajar. Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam :

“Dari Hafshah, telah Bersabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

 Barang siapa yang nenetapkan niat puasa sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.”

(HR Tirmidzi & Nasa’i)

Adapun jika melaksanakan puasa sunnah, maka sah berniat setelah terbit fajar dan

matahari telah meninggi. Dengan syarat belum memakan apapun. Berdasarkan dalil dari

Aisyah Radhiyallaahu 'anha.“Aisyah   Radhiyallaahu 'anha berkata bahwa suatu hari Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wa Sallam ke rumah, kemudian bersabda : “Apakah engkau mempunyai

makanan?” Aku menjawab “Tidak” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda

“kalau begitu Aku puasa.” ( HR Muslim).

b. Menahan Diri

Yaitu menahan diri dari hal - hal yang membatalkan puasa seperti: makan, minum

dan hubungan suami istri dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

…..     

   

3

Page 7: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 7/27

 

    

       

..…

“…. maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah di tetapkan

 Allah untukmu dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang 

hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam….” (QS

Al-Baqarah 187)

Batas awal waktu menahan diri adalalah setelah fajar, berdasarkan dalil sbb:

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “makan dan minumlah

 sampai Ibnu Umu Maktum menyeru. Sesungguhnya dia tidak menyeru hingga terbit 

 fajar.” (HR Bukhari dan Ibnu Majah)

Adapun bagi mereka yang mengatakan batas imsak adalah sebelum fajar hanya

sebagai tindakan kehati-hatian.

Sedangkan batas akhir waktu menahan diri adalah datangnya waktu malam

(terbenam matahari). Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“… Lalu sempurnakan puasa puasa hingga tiba waktu malam…” (QS Al-Baqarah 187).

 B. Macam-macam Puasa Sunnah

Adapun macam macam puasa yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam berdasarkan dalil yang shahih adalah sebagai berikut:

1. Puasa Hari Arafah

Puasa arafah di sunnahkan bagi selain orang yang berhaji yang dilaksanakan

tanggal 9 Dzulhijjah, karena Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Puasa hari arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun yang silam dan

 setahun yang akan datang. Dan puasa asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya.”

(HR Muslim).

2. Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura

4

Page 8: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 8/27

 

Yaitu puasa yang di laksanakan pada tanggal 9 & 10 muharram. Berdasarkan

hadits:

“… jika sampai pada tahun depan Insya Allah kita puasa Tasu’a

3. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam:

“Barangsiapa berpuasa di bulan ramadhan dan meneruskannya dengan (puasa)

enam hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim)

4. Memperbanyak Puasa di bulan Sya’ban

Berdasarkan dalil dari aisyah .

Dari Aisyah   Radhiyallaahu 'anha, dia berkata. “  Aku tidak pernah melihat 

  Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh

kecuali pada bulan ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Beliau Shallallaahu ‘alaihi

wa Sallam memperbanyak puasa di bulan-bulan lain seperti sya’ban.” (HR Bukhari-

Muslim)

5. Memperbanyak Puasa Dibulan Muharram.

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah  Radhiyallaahu 'anhu  bahwa Rasulullah

Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :“Puasa yang paling utama setelah bulan ramadhan adalah bulan Allah

Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”

(HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi & Nasa’i)

6. Puasa Setiap Hari Senin Dan Kamis

Dari Usamah bin Zaid berkata. Sesungguhnya Nabiyullah Shallallaahu ‘alaihi wa

Sallam puasa pada hari senin dan kamis dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam

 pernah ditanya perihal puasa itu. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan pada hari senin dan kamis.”

(HR. Abu Daud)

7. Puasa Tiga Hari Setiap Pertengahan Bulan

Dari Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam

Bersabda: “Berpuasalah tiga hari pada setiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan di

5

Page 9: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 9/27

 

kalikan sepuluh, sehingga puasa itu (puasa 3 hari) sama dengan puasa satu tahun

 penuh.” (HR Bukhari – Muslim)

Juga hadits dari Abu Dzar, dia berkata. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam

Bersabda : “Wahai Abu Dzar jika engkau berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka

berpuasalah tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

8. Puasa Nabiyullah Dawud

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam 

“Puasa yang paling di sukai di sisi Allah adalah puasa Dawud, yaitu berpuasa

 sehari dan berbuka sehari.” (HR Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majjah)

C. Perkara yang diharamkan, dimakruhkan dan disunnahkan bagi orang yang berpuasa1. Perkara yang diharamkan

a. Berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dengan maksud ihtiyath

(berjaga-jaga).

Hal ini menyelisihi hadist dari Abu Hurairah  Radhiyallaahu 'anhu, ia berkata

 bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari

 sebelum Ramadhan kecuali seorang yang biasa berpuasa dengan suatu puasa sunnat 

maka hendaknyalah ia berpuasa.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ash-Shan’ani rahimahullah berkata: “Ini menunjukkan haramnya berpuasa sehari

atau dua hari sebelum Ramadhan dalam rangka untuk ihtiyath (berjaga-jaga)”.

An-Nawawi rahimahullah berkata: “Hukum berpuasa sehari atau dua hari

sebelum Ramadhan adalah haram apabila bukan karena kebiasaan puasa sunnah”.

Maka disimpulkan haramnya puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan

dalam rangka ihtiyath, adapun kalau ia mempunyai kebiasaan berpuasa seperti puasa

Senin-Kamis, puasa Daud dan lain-lainnya lalu bertepatan dengan sehari atau dua hari

sebelum Ramadhan maka itu tidak apa-apa.

b. Mengkhususkan ziarah kubur menjelang Ramadhan

6

Page 10: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 10/27

 

Tidaklah tepat ada yang menyakini bahwa menjelang bulan Ramadhan adalah

waktu utama untuk menziarahi kubur orang tua atau kerabat (dikenal dengan “nyadran”

atau “nyekar”). Kita boleh setiap saat melakukan ziarah kubur agar hati kita semakin

lembut karena mengingat kematian. Namun kesalahannya adalah jika seseorang

mengkhususkan ziarah kubur pada waktu tertentu dan menyakini bahwa menjelang

Ramadhan adalah waktu utama untuk nyadran atau nyekar. Ini sungguh suatu kekeliruan,

karena sama sekali tidak ada dasarnya dari ajaran Islam yang menuntunkan hal ini.

c. Padusan, mandi besar atau keramasan menyambut Ramadhan

Tidaklah tepat amalan sebagian orang yang menyambut bulan Ramadhan dengan

mandi besar atau keramasan terlebih dahulu. Amalan seperti ini juga tidak ada

tuntunannya sama sekali dari Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam. Lebih

  parahnya lagi mandi semacam ini (dikenal dengan “padusan”) ada juga yangmelakukannya dengan campur baur laki-laki dan perempuan dalam satu tempat

  pemandian umum. Ini sungguh merupakan kesalahan yang besar karena tidak 

mengindahkan aturan Islam. Bagaimana mungkin Ramadhan disambut dengan perbuatan

yang bisa mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Perkara yang dimakruhkan

a. Membersihkan Hidung, Menghirup Air, dan Berkumur-kumur berlebihanSabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kepada seorang sahabat yang

minta nashihat tentang wudlu:

“Sempurnakanlah wudlu, selat-selati diantara jari-jari, dan dalam-dalamlah saat 

menghirup air ke hidung kecuali engkau dalam keadaan shaum”. (HR. Abu Dawud,

Tirmidzi, dan An-Nasai).

 Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda,

 م  ئ  ن  صا  كو  ن  ت ل أ  ق إ  شا    س  ل ى ف   غ   اب  

“  Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung)

kecuali jika engkau berpuasa.” (HR. Abu Daud no. 142, Tirmidzi no. 788, An Nasa’i no.

87, Ibnu Majah no. 407, dari Laqith bin Shobroh. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits

tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih.)

7

Page 11: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 11/27

 

Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq

(memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa berdasarkan

kesepakatan para ulama. Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga

 berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa. Akan tetapi, dilarang untuk berlebih-

lebihan ketika itu.” (Majmu’ Al Fatawa, 25/266)

Juga tidak mengapa jika orang yang berpuasa berkumur-kumur meski tidak 

karena wudhu dan mandi. (Shahih Fiqh Sunnah, 2/112)

Jika masih ada sesuatu yang basah –yang tersisa sesudah berkumur-kumur- di

dalam mulut lalu tertelan tanpa sengaja, seperti itu tidak membatalkan puasa karena sulit

dihindari. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Jika dikhawatirkan sehabis bersiwak 

terdapat sesuatu yang basah di dalam mulut (seperti sesudah berkumur-kumur dan masih

tersisa sesuatu yang basah di dalam mulut), maka itu tidak membatalkan puasa walaupunsesuatu yang basah tadi ikut tertelan.” (Fathul Bari, 4/159)

b. Menggosok gigi atau bersiwak 

Seorang sahabat menerangkan bahwa;

“Aku melihat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang menggosok gigi

 padahal ketika itu beliau sedang shaum” (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ل  و  ن   أ     ىع ىأ  مأ  ه  ر ت     و    ا ب  د     ع  ء  ضو  “Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka

untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.”

Imam Al Bukhari membawakan hadits di atas (tanpa sanad) dalam judul Bab

“Siwak basah dan kering bagi orang yang berpuasa”. Judul bab ini mengisyaratkan bahwa

Imam Al Bukhari ingin menyanggah sebagian ulama (seperti ulama Malikiyah dan Asy

Sya’bi) yang memakruhkan untuk bersiwak ketika berpuasa dengan siwak basah. (Fathul

Bari, 4/158)

Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun siwak (ketika berpuasa) maka itu

dibolehkan tanpa ada perselisihan di antara para ulama. Akan tetapi, para ulama berselisih

  pendapat tentang makruhnya hal itu jika dilakukan setelah waktu zawal (matahari

tergelincir ke barat). Ada dua pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad dalam masalah

ini. Namun yang tepat, tidak ada dalil syari’i yang mengkhususkan bahwa hal tersebut

8

Page 12: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 12/27

 

dimakruhkan. Padahal terdapat dalil-dalil umum yang membolehkan untuk 

 bersiwak.” (Majmu’ Al Fatawa, 25/266.)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Yang benar adalah

siwak dianjurkan bagi orang yang berpuasa mulai dari awal hingga akhir 

siang.”( Majmu’ Fatwa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, 17/259.)

Dalil yang menunjukkan mengenai keutamaan siwak adalah hadits ‘Aisyah. Dari

‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  و    ة  ر  ه  ط  م       ة  ضا  ر     ر  

“ Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.”( HR. An

 Nasai no. 5 dan Ahmad 6/47. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Adapun menggunakan pasta gigi ketika puasa lebih baik tidak digunakan ketika

 berpuasa karena pasta gigi memiliki pengaruh sangat kuat hingga bisa mempengaruhi

 bagian dalam tubuh dan kadang seseorang tidak merasakannya. Waktu untuk menyikat

gigi sebenarnya masih lapang. Jika seseorang mengakhirkan untuk menyikat gigi hingga

waktu berbuka, maka dia berarti telah menjaga diri dari perkara yang dapat merusak 

 puasanya.( Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 17/261-262.)

c. Banyak tidur dan melakukan perbuatan yang sia-sia

Ada di antara kaum Muslimin yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan

untuk tidur dan bermalas-malasan atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan sia-siaseperti main catur, kartu domino, nonton TV, bermain Game, mendengar musik dan

semacamnya, dengan dalih untuk menghilangkan kejenuhan sambil mengisi waktu luang

menunggu waktu berbuka puasa, padahal akan jauh lebih bermanfaat apabila ia mengisi

waktu lowong tersebut dengan membaca al-Qur’an, mendengarkan kajian-kajian Islam

atau membaca buku-buku agama.

Orang yang banyak melakukan tidur di bulan Ramadhan melandaskan

 perbuatannya dengan sebuah hadits dha’if yaitu:

“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dari Ibnu Umar  Radhiyallaahu 'anhu

dan al-Baihaqi dari ‘Abdullah bin Abi Aufa  Radhiyallaahu 'anhu. Hadist ini adalah

dha’if.

d. Shalat tarawih dengan tergesa-gesa dan tidak tuma’ninah (tenang)

9

Page 13: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 13/27

 

Pada pelaksanaan shalat tarawih di masjid-masjid sering kita saksikan imam

shalat melakukan shalat tarawih dengan tergesa-gesa, terlalu cepat dalam melaksanakan

shalat, tidak menyempurnakan sujud, ruku’, dan bacaan shalat lainnya. Padahal

Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Seburuk-buruk pencuri adalah

  pencuri di dalam shalat, di mana ia tidak menyempurnakan ruku, sujud, dan

kekhusyukannya.” (HR. Ahmad)

Dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Tidak sah shalat seseorang 

 yang tulang punggungnya tidak lurus ketika melakukan ruku’ dan sujud.”(HR. An-Nasai

dan At-Tarmidzi)

3. Perkara yang disunnahkan bagi orang yang berpuasa

a. Makan sahur dengan mengakhirkannya.

Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya sahur untuk puasa. Meski demikian,

tanpa sahur pun puasa tetap boleh.

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

 س ن  أ   ع  ل قا  ة ك   ر  ب   حو       يف  إ ف  ر     ح  ت   م        ه       ع   ه     ى  ص  ه     ل و     ل قا  ه    ع   ه     ي  ض   

Dari Anas  Radhiallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah   shallallahu 'alaihi wasallam

 bersabda: "Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung 

barakah." . (HR Bukhari dan Muslim)

Makan sahur itu menjadi barakah karena salah satunya berfungsi untuk 

mempersiapkan tubuh yang tidak akan menerima makan dan minum sehari penuh. Selain

itu, meski secara langsung tidak berkaitan dengan penguatan tubuh, tetapi sahur itu tetap

sunnah dan mengandung keberkahan. Misalnya buat mereka yang terlambat bangun hingga

mendekati waktu subuh. Tidak tersisa waktu kecuali beberapa menit saja. Maka tetapdisunnahkan sahur meski hanya dengan segelas air putih saja. Karena dalam sahur itu ada

 barakah.

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

ل قا    د  خ    د       بي أ   ع   م        ه       ع   ه     ى  ص  ه     ل و    ل قا10

Page 14: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 14/27

 

 ه      إ ف  ء ا      ة ع   ر  ج   م ك   د   أ  ر       أ  و     عو   د ت    ف   ة ك   ر  ب   ه    ك  أ  حو       ج   ع  ز  

   ر    ح          ى  ع   و        ه       ئ       

Dari Abu Sa'id Al Khudri  Radhiyallaahu 'anhu berkata; Rasulullah   shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "makan sahur itu berkah, maka janganlah kalian tinggalkan meskipun

  salah seorang dari kalian hanya minum seteguk air, karena sesungguhnya Allah 'azza

wajalla dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur." (HR.

Ahmad).

b. Menyegerakan berbuka

Disunnahkan dalam berbuka puasa dengan menyegerakan dan tidak menunda-

nundanya setelah terdengar adzan sholat Maghrib. Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam:

 ل  ه  س   ن ع  قا  م    س  و     ي     ع         ى  ص          س ر  أ  

 د    س   ن ب 

    ط   ف       ج  ع  ا    ي   خ  ب   ا   ز   

Dari Sahal bin Sa'ad  Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah   shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka

menyegerakan berbuka" . (HR. Bukhari dan Muslim)

Disunnahkan membaca doa yang matsur dari Rasulullah   shallallahu 'alaihi

wasallam ketika berbuka puasa. Karena doa orang yang berpuasa dan berbuka termasuk 

doa yang tidak tertolak.

    ذ قا    ط    أ ذ إ  م    س  و     ي     ع         ى  ص          س ر          ء شا إ     ت     ث  و   و       ت        ب  و       ظ   

Rasulullah   shallallahu 'alaihi wasallam apabila berbuka beliau mengucapkan:

DZAHABAZH ZHAMAA`U WABTALLATIL 'URUUQU WA TSABATIL AJRU IN

11

Page 15: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 15/27

 

SYAA-ALLAAH (Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah tetap

 pahala insya Allah).(HR. Abu Dawud)

c. Memberi makan orang berbuka

Memberi makan saat berbuka bagi orang yang berpuasa sangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi.

Bahkan meski hanya mampu member sebutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi yang

lebih utama bila dapat memberikan makanan yang cukup dan bisa mengenyangkan perut.

 ن ب   د     ن ع   م    س  و     ي     ع         ى  ص          س ر  قا  

قا       ه   ج    د    ا

              أ    ي  غ       أ  ل          كا  ا ئ  صا    ط     ن     ا  ي  ش   م ئ   ا       أ  ن  

 ح  ي  ص   ن      د         ى عي  ب أ قا

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani  Radhiyallaahu 'anhu  berkata; Rasulullah

 shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi makan orang yang 

berbuka, dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala

orang yang berpuasa sedikitpun" Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih." 

(HR. At Tirmidzi)

d. Menjaga lidah dan anggota tubuh

Disunnahkan untuk meninggalkan semua perkataan kotor dan keji serta perkataan

yang membawa kepada kefasikan dan kejahatan. Termasuk di dalamnya adalah ghibah

(bergunjing), namimah (mengadu domba), dusta dan kebohongan. Meski tidak sampai

membatalkan puasanya, namun pahalanya hilang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sedangkan perbuatan itu sendiri hukumnya haram baik dalam bulan Ramadhan ataupun di

luar Ramadhan. Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

Dari Abu Hurairah  Radhiyallaahu 'anhu berkata, “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam  bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan bohong, melakukan

kebohongan dan perbuatan bodoh, maka Allah tidak memiliki keperluan (tidak akan

12

Page 16: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 16/27

 

menerima) apa yang dilakukan seseorang dari menahan makan dan minum (puasa).” (HR.

Al-Bukhari dan Abu Dawud, dengan lafazh Abu Dawud).

e. Memperbanyak sedekah

Ibnu Rajab al Hambali Rohimahullah juga membawakan sebuah hadits:

…. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling 

dermawan, sedangkan pada bulan Ramadhan, ketika Jibril menemuinya, beliau menjadi

lebih dermawan lagi. Adapun Jibril selalu menemui beliau setiap malam pada bulan

 Ramadhan untuk mengajarinya Al-Qur’an. Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa

Sallam, ketika Jibril menemuinya, lebih dermawan dari angin yang berhembus.”(HR. Al-

Bukhari dan Muslim)

f. Menyibukkan diri dengan ilmu dan tilawah

Hubungan antara Ramadhan dan Al-Qur’an sangat kuat, ikatannya amat erat.

Sebagaimana yang kita ketahui, Al-Qur’an adalah kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan umat ini dari kegelapan menuju

cahaya.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

“Puasa dan Al-Qur’an memberi syafaat kepada hamba pada hari kiamat. Puasaberkata, ‘Wahai Robbku, aku telah menahannya dari makan dan syahwat pada siang hari,

maka berikanlah syafaat kepadaku untuknya.’ Al-Qur’an berkata, ‘Wahai Robbku, aku

telah menahannya dari tidur di malam hari, maka berikanlah syafaat kepadaku untuknya.’ 

 Lantas keduanya memberi syafaat kepada hamba tersebut.”(HR. Ahmad, dishahihkan al-

Abani).

g. Shalat Tarawih

Sudah lazim diketahui bahwa shalat malam pada bulan Ramadhan disebut denganshalat tarawih. Al-Hafizh Ibnu Hajar  Rahimahullah mengatakan , “Tarawih adalah bentuk 

 jamak (plural) dari tarwihah, yaitu bentuk kata yang bermakna satu kali dari kata rahah

(istirahat), seperti kata taslimah yang berasal dari kata salam. Shalat berjamaah pada setiap

13

Page 17: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 17/27

 

  bulan Ramadhan disebut shalat tarawih karena pada permulaannya, mereka berkumpul

untuk mengerjakannya, mereka beristirahat setiap dua kali salam.”

Pada suatu malam bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

 pernah keluar, lalu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat orang-orang mengerjakan

shalat di salah satu sudut masjid. Beliau bertanya, ‘Apa yang mereka lakukan?’, seorang

sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, mereka itu adalah orang-orang yang tidak memiliki

hafalan Al-Qur’an. Ubay bin Ka’ab membacakan kepada mereka dan ia menjadi imam

dalam shalat mereka.” Beliau bersabda, ‘Sungguh baik apa yang mereka lakukan.’ Atau

‘sungguh tepat apa yang mereka lakukan.’ Beliau tidak keberatan terhadap apa yang telah

mereka lakukan itu.” (HR. al-Baihaqi, dishahihkan al-Albani)

Anas bin Malik  Radhiyallaahu 'anhu menuturkan, “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan di masjid. Begitu aku dating,aku pun segera mengerjakan shalat disamping beliau. Kemudian datang orang lain yang

 juga mengerjakan shalat hingga jumlah kami menjadi banyak. Begitu Nabi Shallallaahu

'alaihi wa Sallam menyadari keberadaan kami di belakang beliau, beliau lantas

memperingan shalat. Kemudian, beliau masuk ke dalam rumahnya dan mengerjakan shalat

yang tidak beliau kerjakan bersama kami.”

Anas bin Malik  Radhiyallaahu 'anhu berkata, “Pada pagi harinya, kami bertanya,

‘Apakah Anda menyadari keberadaan kami tadi malam?’ Beliau menjawab: “Ya, Itulah yang menyebabkan aku melakukan apa yang telah aku lakukan.”(HR. Muslim).

g. I’tikaf dan Mencari Lailatul Qadar

I’tikaf Ramadhan adalah kesempatan terbaik bagi orang yang ingin mendapatkan

kebahagiaan sejati. Karena di dalamnya terdapat berbagai macam hadiah yang telah

disimpan untuk para hamba, tepat pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

I’tikaf hukumnya sunnah muakkad. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

melakukannya secara rutin dalam kehidupan beliau setelah hijrah ke Madinah al-

Munawwarah. I’tikaf yang dihidupkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam itu

 pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan dan kurun waktunya terbatas antara Sembilan

sampai sepuluh hari.

Abu Hurairah   Radhiyallaahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wa Sallam bersabda : “(Waktu datangnya) Lailatul Qadar diperlihatkan

14

Page 18: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 18/27

 

kepadaku. Kemudian salah seorang keluargaku telah membuyarkan konsentrasiku,

(sehingga) aku pun lupa darinya, maka carilah ia pada sepuluh (malam) terakhir.” (HR.

Muslim)

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam telah berusaha keras pada sepuluh hari

terakhir ini, sesuatu yang tidak beliau lakukan pada waktu-waktu yang lainnya, dan beliau

melakukan i’tikaf untuk mencari malam itu. Beliau melakukannya secara

 berkesinambungan untuk menggapai malam itu. Oleh sebab itu, marilah kita raih apa

yang terluputkan dari kita selama ini dengan memanfaatkan sebaik mungkin malam

Lailatul Qadar. Malam yang ketika itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat dari

setiap orang yang bertaubat. Pada malam itu ditetapkan apa yang akan terjadi pada

setahun ke depan berupa kematian, hidup, rezeki dan hujan.

D. Pembatal-Pembatal Puasa

1. Makan minum secara sengaja.

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

 م      ه         هع     ى  صي       ه     ع     هع     ي  ض     ر     ر   يب   أ ع   

ا  ه     ه        ط 

أ

 ا   إن   هف     و     مص       ف   ر  ش     ك   

 يف     ذن   ل قا  

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam, “Barangsiapa lupa bahwa ia sedang berpuasa, lalu ia makan dan minum,

hendaklah ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan

minum oleh Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

 ر     ف  أ  ي ف   ر    ش   ا      ا   نا   ف   اء ق   ه       ع    ك ا     

15

Page 19: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 19/27

 

“Siapa yang berbuka di bulan Ramadhan karena lupa, maka tidak ada kewajiban

mengqadha’ dan tidak ada kewajiban kafarat.(HR. Ibnu Hibban , Ad Daraquthni, dan

Ibnu Khuzaimah).

Hadist di atas menunjukkan bahwa seseorang yang lupa lalu ia makan, minumsaat ia berpuasa maka puasanya tidak batal, berdasarkan ungkapan beliau, “…maka

hendaklah ia meneruskan puasanya…” yang berarti ia masih berpuasa, demikianlah

 pendapat jumhur ulama, Zaid bin Ali, Al-Baqir, Ahmad bin Isa, Imam Yahya dan dua

golongan.

Sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa puasanya batal, karena menahan

diri dari segala yang membatalkan merupakan rukun puasa, maka hukumnya seperti

orang yang lupa melakukan salah satu rukun dari rukun-rukun shalat, orang tersebutharus mengulangi shalatnya walaupun hal itu terjadi karena lupa, sedangkan sabda beliau,

“…maka hendaklah orang tersebut meneruskan puasanya…” yakni hendaklah orang

tersebut meneruskan usahanya dalam menahan diri dari segala yang membatalkan.

Pendapat ini dibantah, bahwasanya sabda beliau, “…maka tidak wajib baginya

qadha’ maupun kafarat.” Jelas menyebutkan bahwa puasanya sah dan tidak wajib

diqadha’. Ad-Daruquthni juga telah meriwayatkan tidak wajibnya qadha’ ini dari Abu

Rafi’, Said Al-Maqbari, Al-Walid bin Abdurrahman dan Atha bin Yasar yang semuanya

dari Abu Hurairah. Beberapa orang sahabat juga menfatwakan hal tersebut di antaranya

Ali, Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah dan Ibnu Umar, sebagaimana yang dilansir oleh Ibnu

Al-Mundzir dan Ibnu Hazm.

2. Hubungan Suami Istri

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, ketika kami duduk-duduk 

  bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datanglah seseorang sambil

 berkata: “Wahai, Rasulullah, celaka !” Beliau menjawab  ,”Ada apa denganmu?” Dia

 berkata  ,”Aku berhubungan dengan istriku, padahal aku sedang berpuasa.” (Dalam

riwayat lain berbunyi : aku berhubungan dengan istriku di bulan Ramadhan). Maka

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ,”Apakah kamu mempunyai budak untuk 

16

Page 20: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 20/27

 

dimerdekakan?” Dia menjawab ,”Tidak!” Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam

  berkata lagi  ,”Mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia

menjawab ,”Tidak.” Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam   bertanya lagi :

“Mampukah kamu memberi makan enam puluh orang miskin?” Dia menjawab ,”Tidak.”

Lalu Rasulullah diam sebentar. Dalam keadaan seperti ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa

 sallam diberi satu ‘irq berisi kurma –Al irq adalah alat takaran- (maka) Beliau berkata:

“Mana orang yang bertanya tadi?” Dia menjawab,”Saya orangnya.” Beliau berkata

lagi: “Ambillah ini dan bersedekahlah dengannya!” Kemudian orang tersebut berkata:

“Apakah kepada orang yang lebih fakir dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak 

ada di dua ujung kota Madinah satu keluarga yang lebih fakir dari keluargaku”. Maka

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa sampai tampak gigi taringnya,

kemudian (Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam)  berkata: “Berilah makan keluargamu!”.

(HR. Bukhari)

Hadist ini menunjukkan wajibnya kafarat bagi orang yang berjima’ dengan

sengaja pada siang hari di bulan Ramadhan. An-Nawawi mengatakan bahwa hukum ini

adalah ijma’ ulama, baik orang tersebut kaya atau miskin. Salah satu pendapat Asy-

Syafi’I mengatakan, bahwa jika orang tersebut dalam keadaan miskin maka kewajiban

tersebut berada di dalam tanggungannya –hingga ia mampu-, sedangkan pendapat

keduanya ialah bahwa kewajiban tersebut lepas dari tanggungjawabnya, karena dalamkisah tersebut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menjelaskan kalau orang

tersebut masih menanggung kafarat.

Zhahir hadist ini mengisyaratkan bahwa kafarat tersebut dipilih secara berurutan,

maka tidak diperbolehkan memilih nomor kedua jika mampu melaksanakan nomor 

 pertama, dan tidak boleh memilih nomor ketiga jika mampu melaksanakan nomor kedua,

karena kafarat ini disebutkan berurutan didalam riwayat Ash-Shahihain.

Menurut pendapat Asy-Syafi’I dan didukung oleh Al-Auza’I bahwa hukum diatas adalah hukum yang berkaitan dengan pihak suami, sedangkan pihak istri yang telah

dijima’, berdasarkan hadist di atas tidak wajib atasnya kafarat, karena dari peristiwa

tersebut hanya wajib satu kafarah yang tidak wajib atas istri.

17

Page 21: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 21/27

 

 Namun jumhur ulama berpendapat bahwa kafarat tersebut wajib atas istri juga,

mereka mengatakan bahwa di dalam hadist tersebut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam tidak menyebutkannya karena ia tidak ikut memberikan pengakuan, dan

 pengakuan suami tidak bisa menjatuhkan hukuman kepada istrinya, atau bisa jadi istri

tersebut dalam keadaan tidak puasa karena mungkin saja ia baru saja suci dari haid

setelah terbit fajar, atau karena keterangan hukum untuk suami sudah cukup mewakili

sebagai keterangan hukum untuk istri berdasarkan kebiasaan yang diketahui dalam

 penyamarataan hukum, yang mana kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

mengetahui kesulitan istri tersebut melalui kondisi suaminya.

3. Sengaja Muntah

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

ل و   هكا  ر  أن      ع   هب     د      ع   ع  ف   نا ع   ا  يع  ث     د

ء  ا    ه         سع         يءف    ه  ع     ذ    ء  ا   ه            مف  ئ   و صا      

ء ا        

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari (Nafi’) dari (abdullah bin Umar)

 berkata: “Barangsiapa muntah dengan sengaja saat sedang berpuasa, maka dia harus

mengganti puasanya. Dan barangsiapa tidak sengaja muntah, maka dia tidak wajib

menggantinya”.

Hadist ini menunjukkan bahwa muntah tanpa disengaja tidak membatalkan puasa

 berdasarkan sabda beliau, “… maka dia tidak wajib menggantinya.” Karena ketiadaan

qadha’ merupakan isyarat bahwa ibadah tersebut sah. Sedangkan orang yang berusaha

untuk muntah maka puasanya batal, dan zhahir hadist ini mengisyaratkan bahwa ia wajib

menggantinya/mengqadha’ walaupun tidak berhasil muntah berdasarkan perintah beliau

untuk menggantinya. Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan adanya ijma’ yang mengatakan

 bahwa kesengajaan untuk muntah membatalkan puasa.

4. Keluarnya mani secara sengaja

18

Page 22: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 22/27

 

Melakukan segala sesuatu yang dapat merangsang birahi hingga sampai keluar air 

mani menyebabkan puasa menjadi batal. Seperti melakukan onani/masturbasi, atau

melihat gambar porno baik media cetak maupun film dan internet. Karena itu sebaiknya

 bagi orang yang berpuasa menghindari semua hal yang merangsang birahi karena dapat

membatalkan puasa. Tetapi bila keluar mani dengan sendirinya seperti bermimpi, maka

 puasanya tidak batal, karena bukan disengaja atau bukan kehendaknya. Sabda Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

أ ل و     ه     ى  ص  ه     ه        ع   م       ل قا   ف     م        ع   ة ث    ث   

  ع   ة    ئ  عا

  ى  ظ                 ع     ى            ى   أ  ر         ع       ي      ى              

  ع   م ئ    ا

Dari Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam  bersabda: “ pena

diangkat (tidak terkena dosa) dari tiga hal, orang yang tidur hingga ia bangun dari

orang gila hingga hilang penyakit gilanya, dan seorang anak kecil hingga ia berakal”.

(HR Ahmad) .

5. Mendapat Haidh atau Nifas

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

ل ه صى ه و    ل قا ل: قا  ه    ع   ه   ي   ض   د  خ    د          بي أ   ع     

:عه م

 ه       ع          ،م     ت   م         ت   م   أ  ر         ض  ا ذ  س      أ

Dari Abi Said Al-Khudhri   Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda,  Bukankah bila wanita mendapat haidh, dia

tidak boleh shalat dan puasa?

19

Page 23: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 23/27

 

Wanita yang sedang berpuasa lalu tiba-tiba mendapat haidh, maka dengan

demikian menjadikan puasanya batal. Meski kejadian itu menjelang terbenamnya

matahari. Begitu juga wanita yang mendapat darah nifas, maka puasanya batal. Ini adalah

merupakan ijma’ para ulama Islam atas masalah wanita yang mendapat haidh atau nifas

saat sedang berpuasa.

6. Keluar dari Agama Islam (Murtad)

Seseorang yang sedang berpuasa, lalu keluar dari agama Islam / murtad, maka

dengan demikian puasanya menjadi batal. Dan bila hari itu juga dia kembali lagi masuk 

Islam, puasanya sudah batal. Dia wajib mengqadha puasanya hari itu meski belum

sempat makan atau minum. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

       

   

  

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang

sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan

tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (QS Az-Zumar : 65)

E. Orang yang dibolehkan meninggalkan Puasa Wajib

Dalam keadaan tertentu, syariah membolehkan seseorang tidak berpuasa. Hal ini

adalah bentuk keringanan yang Allah berikan kepada umat Muhammad Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam. Bila salah satu dari keadaan tertentu itu terjadi, maka bolehlah seseorang

meninggalkan kewajiban puasa. Adapun kondisi yang diperbolehkan seseorang

meninggalkan puasa wajib adalah sebagai berikut:

1. Dalam keadaan safar (perjalanan)

Seseorang yang sedang dalam perjalanan, dibolehkan untuk tidak berpuasa.

Keringanan ini didasari oleh Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

20

Page 24: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 24/27

 

    

    

“Dan siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan maka

menggantinya di hari lain (QS Al-Baqarah : 184).

Sedangkan batasan jarak minimal untuk safar yang dibolehkan berbuka adalah

  jarak dibolehkannya qashar dalam shalat, yaitu 47 mil atau 89 km. Sebagian ulama

mensyaratkan bahwa perjalanan itu telah dimulai sebelum mulai berpuasa (waktu

shubuh). Jadi bila melakukan perjalanan mulai lepas Maghrib hingga keesokan harinya,

 bolehlah dia tidak puasa pada esok harinya itu.

 Namun ketentuan ini tidak secara ijma’ disepakati, karena ada sebagian pendapat

lainnya yang tidak mensyaratkan jarak sejauh itu untuk membolehkan berbuka. Misalnya

Abu Hanifah yang mengatakan bahwa jaraknya selama perjalanan tiga hari tiga malam.

Sebagian mengatakan jarak perjalanan dua hari. Bahkan ada yang juga mengatakan tidak 

 perlu jarak minimal seperti yang dikatakan Ibnul Qayyim.

Meski berbuka dibolehkan, tetapi harus dilihat kondisi berat ringannya. Bila

 perjalanan itu tidak memberatkan, maka meneruskan puasa lebih utama. Dan sebaliknya,

 bila perjalanan itu memang sangat berat, maka berbuka lebih utama. Berbeda dengan

keringanan dalam menjama’ dan mengqashar shalat dimana menjama’ dan mengqashar 

lebih utama, maka dalam puasa harus dilihat kondisinya. Meski dibolehkan berbuka,

sesungguhnya seseorang tetap wajib menggantinya di hari lain. Jadi bila tidak terlalu

terpaksa, sebaiknya tidak berbuka. Hal ini dijelaskan dalam hadist Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam,

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya; Hamzah bin Amru Al Aslami

  bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, saya

  seorang laki-laki yang kuat berpuasa dalam perjalanan. Apakah aku harus berpuasa

dalam perjalanan?"  Beliau menjawab: "Berpuasalah jika kamu mau, dan berbukalah

 jika kamu ingin berbuka." (HR. Muslim)

2. Sakit

21

Page 25: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 25/27

 

Orang yang sakit dan khawatir bila berpuasa akan menyebabkan bertambah sakit

atau kesembuhannya akan terhambat, maka dibolehkan berbuka puasa. Bagi orang yang

sakit dan masih punya harapan sembuh dan sehat, maka puasa yang hilang harus diganti

setelah sembuhnya nanti. Sedangkan bagi orang yang sakit tapi tidak sembuh-sembuh

atau kecil kemungkinannya untuk sembuh, maka cukup dengan membayar fidyah, yaitu

memberi makan fakir miskin sejumlah hari yang ditinggalkan.

3. Hamil dan Menyusui

Wanita yang hamil atau menyusui di bulan Ramadhan boleh tidak berpuasa,

namun wajib menggantinya di hari lain. Ada beberapa pendapat berkaitan dengan hukum

wanita yang haidh dan menyusui dalam kewajiban mengganti puasa yang ditinggalkan.

Pertama, mereka digolongkan kepada orang sakit. Sehingga boleh tidak puasa dengankewajiban mengqadha’ (mengganti) di hari lain.

Kedua, mereka digolongkan kepada orang yang tidak kuat/mampu. Sehingga

mereka dibolehkan tidak puasa dengan kewajiban membayar fidyah. Ketiga, mereka

digolongkan kepada keduanya sekaligus yaitu sebagai orang sakit dan orang yang tidak 

mampu, karena itu selain wajib mengqadha’, mereka wajib membayar fidyah. Pendapat

terakhir ini didukung oleh Imam As-Syafi’i.

 Namun ada juga para ulama yang memilah sesuai dengan motivasi berbukanya.Bila motivasi tidak puasanya karena khawatir akan kesesahatan / kekuatan dirinya

sendiri, bukan bayinya, maka cukup mengganti dengan puasa saja. Tetapi bila

kekhawatirannya juga berkait dengan anak yang dikandungnya atau bayi yang

disusuinya, maka selain mengganti dengan puasa, juga membayar fidyah.

4. Lanjut Usia

Orang yang lanjut usia dan tidak kuat lagi untuk berpuasa, maka tidak wajib lagi

 berpuasa. Hanya saja dia wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan fakir miskin

sejumlah hari yang ditinggalkannya itu. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 Dan bagi orang yang tidak kuat/mampu, wajib bagi mereka membayar fidyah

 yaitu memberi makan orang miskin.(QS Al-Baqarah:184).

22

Page 26: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 26/27

 

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an al Karim

Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi. Al Wajiz. Jakarta : Pustaka Assunah, 2008.

Abu Bakr Al Jazairi. Ensiklopedi Muslim. Jakarta : Darul Falah, 2008.

A. Hasan. Terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-’Asqalani. Bandung: CV Penerbit

Diponogoro, 2002.

Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid. Jakarta : Pustaka Amani, 2007.

Muhammad Abduh Tuasikal. Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat . http://www.rumaysho.com/.

2011.

23

Page 27: makalah puasa

5/8/2018 makalah puasa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-puasa-559ac184e718b 27/27

 

Rendyadamf.   Hal-hal yang tidak membatalkan puasa dianggap membatalkan puasa.

https://rendyasylum.wordpress.com/2010/09/28/hal-hal-yang-tidak-membatalkan-puasa-

dianggap-membatalkan-puasa/. September 28, 2010.

Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani. Subul As-Salam Syarah Bulughul Maram.Jakarta : Darus Sunnah Press, 2010.

24