Isi Makalah Puasa
-
Upload
hikari-ilmi -
Category
Documents
-
view
6 -
download
1
description
Transcript of Isi Makalah Puasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua umat islam,
dalam agama islam banyak berbagai jenis ibadah salah satunya adalah puasa. Puasa
adalah salah satu rukun Islam yang ketiga, yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam.
Banyak jenis puasa yang ada di dalam ajaran agama Islam, ada yang wajib dilaksanakan
dan ada yang sunah untuk dilaksanakan. Salah satu puasa wajib bagi umat Islam adalah
puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan wajib dikerjakan oleh semua umat Islam, kecuali
orang-orang yang dibolehkan untuk tidak berpuasa, tapi itu juga harus dibayar pada hari
lain, selain bulan Ramadhan. Puasa sunah boleh dikerjakan dan boleh juga tidak. Apabila
dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa.
Contoh puasa sunah adalah puasa hari senin dan kamis atau puasa arafah.
Pengertian puasa adalah komitmen bahwa kita akan bersikap jujur pada diri
sendiri, andai kita berbuat curang, dengan sendirinya kita telah berada di luar komitmen
tersebut. Otomatis puasa yang kita jalani akan jadi kehilangan makna dan pahalanya
tidak ada. Bagaimana orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa, tapi
melakukan tindakan yang tidak jujur, seperti mencuri. Hal tersebut dikembalikan lagi
kepada pribadinya sendiri, apakah dia memahami arti puasa itu sendiri. Jangan
mencontoh pada yang buruk, tapi contohlah yang baik. Laksanakanlah puasa dengan
kejujuran dan hasil yang kita dapat pun akan terasa ketika waktu berbuka puasa tiba.
Dalam agama islam tidak ada rasa paksaan dan siksaan, dalam melakukan ibadah
puasa umat islam diajarkan rasa keikhlasan dan kesadaran untuk menjalankannya dengan
hati nurani. Bila dalam menjalankan ibadah puasa ada yang tidak dapat menjalankannya
dengan alasan ada sebab-sebab tertentu sehingga tidak dapat menjalankannya, maka
ajaran islam memberikan keringanan kepada mereka dengan mengganti puasanya pada
hari lain atau cukup dengan membayar fidyah.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari berpuasa. Seperti mengurangi
kegemukan, baik bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah, Mendidik kedisiplinan,
Mendidik kejujuran, dapat mengendalikan hawa nafsu, memdidik rasa belas kasihan
terhadap sesama, membentuk manusia yang bertaqwa, dan lain-lain.
1.2 Perumusan masalah
1. Pengertian puasa dalam islam
2. Hukum puasa dalam islam
3. Macam-macam puasa dalam islam
4. Rukun puasa dalam islam
5. Syarat wajib puasa dalam islam
6. Waktu puasa dalam islam
7. Sunah-sunah puasa dalam islam
8. Hal-hal yang membatalkan puasa dalam islam
9. Hal-hal yang dimakruhkan dalam puasa
10. Hal-hal yang diperbolehkan tidak puasa dalam islam
11. Manfaat puasa dalam islam
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Tentang Puasa
2.1.1 Pengertian Puasa
Puasa menurut bahasa artinya menahan diri dari sesuatu. Sedangkan menurut
istilah / syari’at adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman,
hubungan suami istri dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari. Dikatakan, shama ‘an al kalam artinya tidak mau bicara. Allah
berfirman menceritakan Maryam. “Aku sungguh telah bernazar kepada Allah untuk
tidak bicara.” (QS.Maryam (19):26). Artinya menahan bicara. Sedangkan menurut
syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa
dengan niat dari dasarnya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Artinya, puasa
adalah menahan perbuatan dari dua syahwat, perut dan kemaluan, dan dari segala
sesuatu yang akan masuk ke rongga mulut, baik berupa obat dan yang lain dalam
waktu tertentu, yaitu dari terbit fajar kedua, yaitu fajar sidiq sampai terbenam
matahari, dari orang tertentu yang memang berhak melakukannya, yaitu muslim,
berakal, tidah haid dan nifas, dengan niat, yaitu keinginan hati untuk melakukan
pekerjaan tanpa keraguan untuk membedakan ibadah dengan kebiasaan.
2.1.2 Hukum Puasa
Ditinjau dari hukumnya puasa terbagi menjadi puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Yang merupakan salah satu dari rukun islam dan salah satu fardhu dari sekian banyak fardhu.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”( QS Al Baqarah 183).
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang haq dan yang bathil). Karena itu barang siapa diantara kamu ada di bulan itu , maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa ) maka (wajib menggantinya, sebanyak hari yang di tinggalkannya itu, pada hari – hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang di berikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” ( QS Al Baqarah 184-185).
Hal ini juga dijelaskan oleh hadist berikut, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
ل�م� و�س� ع�ل�يه� الل�ه� ل�ى ص� الل�ه� ول� س� ر� ال� ق� ال� ر� ق� ع�م� ابن� ع�ن ا م� ع�نه� الل�ه� ي� ض� ر�
أ�ن� و� الل�ه� إ�ال� �ل�ه� إ ال� نأ� اد�ة� ه� ش� مس% خ� ع�ل�ى م� ال� �س اإل ب�ن�ي�
الل�ه� ول� س� ر� د+ا م� م�ح�
ان� م�ض� ر� وم� و�ص� ج0 الح� و� ك�اة� الز� �يت�اء� إ و� ة� ال� الص� ام� إ�ق� و�
Dari Ibnu Umar Radhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “ Islam di tegakan diatas lima perkara, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan Shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan.”(HR Bukhari-Muslim).
2.1.3 Macam-macam puasa
1. Puasa Wajib
1.1 Puasa Ramadhan, adalah puasa sebulan penuh yang wajib dilaksanakan
oleh umat islam di bulan ramadhan. Sebagai seorang muslim yang hendak
melaksanakan puasa ramadhan wajib berniat. Jika sudah tiba waktu imsak
dan sudah berniat maka tidak boleh lagi makan dan minum.
1.2 Puasa Nazar, adalah puasa yang dilaksanakan karena seorang berjanji, baik
janjinya itu didengar orang lain maupun tidak, dengan tujuan hanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Puasa nazar wajib hukumnya bagi
orang yang bernazar. Cara melaksanakannya boleh kapan saja, selain hari
yang terlarang (diharamkan).
1.3 Puasa Kifarat, adalah puasa untuk menebus dosa (sebagai denda) karena
melakukan sesuatu yang dilarang agama, seperti orang yang berpuasa
ramadhan melakukan hubungan suami istri di siang hari, maka dendanya
berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka dia harus
memerdekakan budak. Jika keduanya itu masih tidak mampu, maka dia
harus memberi makan 60 orang miskin. Cara melaksanakannya pada
dasarnya sama dengan puasa wajib lainnya, hanya saja niatnya berbeda.
Puasa ini dapat dikerjakan kapan saja, asalkan tidak pada hari-hari yang
diharamkan berpuasa.
2. Puasa Sunah
2.1 Puasa hari senin dan kamis, adalah puasa sunah yang dikerjakan setiap
hari senin dan kamis, jika dilakukan hukumnya sunah.
2.2 Puasa Hari Arafah, adalah Puasa sunah yang dilaksanakan pada tanggal 9
Dzulhijjah (bulan haji) kecuali bagi orang yang sedang melakukan ibadah
haji, maka tidak disunahkan atas mereka untuk berpuasa. Hukum puasa
arafah adalah sunah muakkad. Dasar pelaksanaan puasa syawal adalah hadis
dari Aisyah riwayat Imam Muslim berikut ini :
“Puasa hari arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun yang silam dan
setahun yang akan datang. Dan puasa asyura itu menghapus dosa setahun
sebelumnya.” (HR Muslim).
2.3 Puasa Syawal, adalah puasa sunah yang dilakukan pada bulan syawal
selama enam hari sesudah hari raya Idul Fitri. Hukum puasa syawal adalah
sunah muakkad. Dasar pelaksanaan puasa syawal adalah hadis dari Abu
Ayyub al-Anshari riwayat Muslim berikut ini :
“Rasulullah saw. Bersabda : siapa yang puasa bulan ramadhan, kemudian
diiringi dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka yang demikian itu
seolah-olah ia berpuasa sepanjang masa.” (HR Muslim).
3. Puasa Haram (Waktu-waktu Yang Diharamkan Untuk Puasa)
Waktu haram puasa adalah waktu saat umat Muslim dilarang berpuasa.
Hikmah puasa adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu
turut bersama merayakannya.
3.1 Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)
3.2 Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
3.3 Hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)
2.1.4 Rukun Puasa
Rukun puasa adalah hal-hal yang harus dilakukan, apabila tidak dikerjakan
maka puasannya tidak sah. Sehingga uasa dianggap sah apabila telah memenuhi
rukun-rukun dantara lain :
1) Niat, yang berpuasa tersebut memaksudkan menahan diri dari segala mufthirot
(pembatal puasa) tersebut ibadah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. Dengan
adanya niat terbedakanlah antara amal yang dimaksudkan untuk ibadah dari
selainnya. Dan dengan niat pula terbedakan antara ibadah yang satu dengan
yang lainnya. Niat puasa cukup didalam hati tidak perlu diucapkan dengan
lisan (Sayid Sabiq, 1992).
Dalil rukun ini sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
�و�ى ن م�ا ام�رئ� �ل ك ل �م�ا ن و�إ �ات ي الن ب �ع�م�ال� �أل ا �م�ا ن إ
“Suatu amal tergantung pada niat-niatnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan yang dia niatkan.” (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)
2) Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga
terbenamnya matahari.
Dalil rukun ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ح�ت�ى �وا ب ر� و�اش� �وا �ل و�ك �م� �ك ل �ه� الل �ب� �ت ك م�ا �غ�وا �ت و�اب وه�ن� ر� �اش ب ف�اآلن��م� �ك ل �ن� �ي �ب �ت ي
�ام� الص ي م0وا ت� أ �م� ث �ف�ج�ر ال من� و�د األس� �ط ي �خ� ال من� �ض� �ي األب �ط� ي �خ� ال
�ل �ي الل �ى ل إ
“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (al-Baqarah: 187).
2.1.5 Syarat Wajib Puasa :
1. Beragama Islam
2. Baligh (telah mencapai umur dewasa)
3. Berakal
4. Berupaya untuk mengerakannya
5. Sehat
6. Tidak Musafir
7. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan
2.1.6 Waktu puasa
Waktu puasa dimulai sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Dalilnya
adalah firman Allah :
ر �ف�ج� ال و�دمن� �س� �طاأل �خ�ي ال �ض�من� �ي �ب �ط�األ �خ�ي ال �م� �ك ل �ين� �ب �ت �واح�تىي ب ر��� �ش� �و�او�ا �ل و�ك � �
Maka makan minumlah sehingga terlihat benang putih dari benang hitam yaitu fajar.
(QS.Al-Baqarah (2): 187)
Allah menyampaikan dengan istilah benang sebagai kiasan dari putihnya siang
dari gelapnya malam dan hal ini bisa terjadi dengan terbitnya fajar.
2.1.7 Sunah-sunah puasa :
Orang-orang berpuasa disunnahkan :
1. Menyegarakan berbuka puasa
2. Berbuka dengan kurma atau sesuatu yang manis atau dengan minum air
4. Makan sahur
5. Mengakhirkan waktu makan sahur
6. membaca doa ketika berbuka
2.1.8 Hal-hal yang membatalkan puasa
1. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan
2. Muntah dengan sengaja
3. Makan dan minum dengan sengaja
4. Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja
5. kedatangan haid atau nifas bagi perempuan
6. Melahirkan anak atau keguguran
7. Gila walaupun sebentar
8. Mabuk ataupun pingsan sepanjang hari
9. Murtad atau keluar daripada agama Islam
2.1.9 Hal-hal yang dimakruhkan dalam puasa
1. Menghirup air, membersihkan hidung, dan berkumur-kumur secara berlebih.
Sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kepada seorang sahabat yang
minta nashihat tentang wudlu:
“Sempurnakanlah wudlu, selat-selati diantara jari-jari, dan dalam-dalamlah saat
menghirup air ke hidung kecuali engkau dalam keadaan shaum”. (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, dan An-Nasai).
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda,
ائ�م+ ص� ت�ك�ون� أ�ن إ�ال� اق� ت�نش� اال�س ف�ى ب�ال�غ و�
“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung)
kecuali jika engkau berpuasa.” (HR. Abu Daud no. 142, Tirmidzi no. 788, An Nasa’i
no. 87, Ibnu Majah no. 407, dari Laqith bin Shobroh. At Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut
shahih.)
Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq
(memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa berdasarkan
kesepakatan para ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga
berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa. Akan tetapi, dilarang untuk
berlebih-lebihan ketika itu.” (Majmu’ Al Fatawa, 25/266)
Juga tidak mengapa jika orang yang berpuasa berkumur-kumur meski tidak
karena wudhu dan mandi. (Shahih Fiqh Sunnah, 2/112)
Jika masih ada sesuatu yang basah –yang tersisa sesudah berkumur-kumur- di
dalam mulut lalu tertelan tanpa sengaja, seperti itu tidak membatalkan puasa karena
sulit dihindari. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Jika dikhawatirkan sehabis
bersiwak terdapat sesuatu yang basah di dalam mulut (seperti sesudah berkumur-kumur
dan masih tersisa sesuatu yang basah di dalam mulut), maka itu tidak membatalkan
puasa walaupun sesuatu yang basah tadi ikut tertelan.” (Fathul Bari, 4/159).
2. Menggosok gigi
Seorang sahabat menerangkan bahwa;
“Aku melihat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang menggosok gigi
padahal ketika itu beliau sedang shaum” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
� ال ق� أ�ن ل�و م�ت�ى ع�ل�ى أ�ش�م أ� ت�ه� ر م�
اك� أل� و� ند� ب�الس0 و�ض� ك�ل0 ع�
وء%
“Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka
untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.”
Dalil yang menunjukkan mengenai keutamaan siwak adalah hadits ‘Aisyah. Dari
‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
و�اك� ةD الس0 ر� م� م�طه� اةD ل�لف� ض� ر ب0 م� ل�لر�
“Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhoi oleh Allah.”( HR. An
Nasai no. 5 dan Ahmad 6/47. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
3. Banyak tidur dan melakukan perbuatan yang sia-sia
Ada di antara kaum Muslimin yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan
untuk tidur dan bermalas-malasan atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan sia-sia
seperti main catur, kartu domino, nonton TV, bermain Game, mendengar musik dan
semacamnya, dengan dalih untuk menghilangkan kejenuhan sambil mengisi waktu
luang menunggu waktu berbuka puasa, padahal akan jauh lebih bermanfaat apabila ia
mengisi waktu lowong tersebut dengan membaca al-Qur’an, mendengarkan kajian-
kajian Islam atau membaca buku-buku agama.
Orang yang banyak melakukan tidur di bulan Ramadhan melandaskan perbuatannya
dengan sebuah hadits dha’if yaitu:
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dari Ibnu Umar Radhiyallaahu 'anhudan
al-Baihaqi dari ‘Abdullah bin Abi Aufa Radhiyallaahu 'anhu. Hadist ini adalah dha’if.
2.1.10 Hal-hal yang membolehkan tidak puasa
Semua umat islam yang mukallaf wajib mengerjakan puasa ramadhan, namun
ajaran islam memberikan keringanan kepada orang-orang yang karena sebab
tertentu, boleh tidak berpuasa pada saat itu, namun harus mengganti puasanya pada
hari lain atau cukup dengan membayar fidyah. Mereka yang diperbolehkan tidak
berpuasa adalah :
1. Orang yang dalam perjalanan jauh, Seseorang yang sedang dalam
perjalanan, dibolehkan untuk tidak berpuasa. Keringanan ini didasari oleh
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
�ن� ي ک مس� �م� �ه� فةD ط�عا �ق�و� ن پ �ط �ن� ي �ذ پ ال ىل�و�ع� ...
“Dan siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan maka
menggantinya di hari lain (QS Al-Baqarah : 184).
Sedangkan batasan jarak minimal untuk safar yang dibolehkan berbuka
adalah jarak dibolehkannya qashar dalam shalat, yaitu 47 mil atau 89 km.
Sebagian ulama mensyaratkan bahwa perjalanan itu telah dimulai sebelum
mulai berpuasa (waktu shubuh). Jadi bila melakukan perjalanan mulai
lepas Maghrib hingga keesokan harinya, bolehlah dia tidak puasa pada
esok harinya itu.
2. Orang yang sedang sakit, Orang yang sakit dan khawatir bila berpuasa
akan menyebabkan bertambah sakit atau kesembuhannya akan terhambat,
maka dibolehkan berbuka puasa. Bagi orang yang sakit dan masih punya
harapan sembuh dan sehat, maka puasa yang hilang harus diganti setelah
sembuhnya nanti. Sedangkan bagi orang yang sakit tapi tidak sembuh-
sembuh atau kecil kemungkinannya untuk sembuh, maka cukup dengan
membayar fidyah, yaitu memberi makan fakir miskin sejumlah hari yang
ditinggalkan. Keringanan ini didasari oleh Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :
�ضKا �م�م�ري �ك من �ان� ك �خ�ر��١ف�م�ن� �ام� ا �ي ا ف�ر� ف�عذ�ةDم ن� و�ع�لQس�
“Dan siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan maka
menggantinya di hari lain (QS Al-Baqarah : 184).
3. Orang tua yang sudah sangat lemah dan tidak mampu berpuasa, bagi
orang yang sudah tidak memungkinkan lagi melakukan puasa, maka
kewajiban puasanya dapat diganti dengan membayar fidyah. Firman Allah:
�ن� ي ک مس� �م� �ه� فةD ط�عا �ق�و� ن پ �ط �ن� ي �ذ پ ال ىل�و�ع� ...Artinya : “Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar
fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (Q.S. al-Baqarah/2 : 184)
4. Wanita yang sedang hamil atau menyusui, Wanita yang hamil atau
menyusui di bulan Ramadhan boleh tidak berpuasa, namun wajib
menggantinya di hari lain. Ada beberapa pendapat berkaitan dengan
hukum wanita yang haid dan menyusui dalam kewajiban mengganti puasa
yang ditinggalkan. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ka’ab bahwa
Rasulullah saw. Bersabda :
ن� و�ض�ع�ع�ن١إ و�ج�ل� هللا�ع�ز�ضع١ �م�ر� و�ال �ح�امل ال و�ع�ن �ام� �ةو�الص ي الص�ال ط�ر� افرش� �م�س� ل
Artinya : “sesungguhnya Allah meringkankan sebagian dari kewajiban
salat atau puasa bagi musafir, wanita hamil, dan wanita yang sedang
menyusui.” (H.R. Ahmad)
Pertama, mereka digolongkan kepada orang sakit. Sehingga boleh tidak
puasa dengan kewajiban mengqadha’ (mengganti) di hari lain.
Kedua, mereka digolongkan kepada orang yang tidak kuat/mampu.
Sehingga mereka dibolehkan tidak puasa dengan kewajiban membayar
fidyah.
Ketiga, mereka digolongkan kepada keduanya sekaligus yaitu sebagai
orang sakit dan orang yang tidak mampu, karena itu selain wajib
mengqadha’, mereka wajib membayar fidyah. Pendapat terakhir ini
didukung oleh Imam A s-Syafi’i.
Namun ada juga para ulama yang memilah sesuai dengan motivasi
berbukanya. Bila motivasi tidak puasanya karena khawatir akan
kesesahatan / kekuatan dirinya sendiri, bukan bayinya, maka cukup
mengganti dengan puasa saja. Tetapi bila kekhawatirannya juga berkait
dengan anak yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya, maka selain
mengganti dengan puasa, juga membayar fidyah.
2.1.11 Manfaat Puasa
Keutamaan puasa sangat besar dan pahalanya sangat banyak. Ia bisa
menyiapkan jiwa untuk menjadi taqwa kepada Allah, mendidik keinginan untuk
meninggalkan seluruh syahwat sehingga tubuhnya menjadi kuat, dan jauh dari mudarat.
Cukup sebagai keutamaannya ketika Allah menisbatkan kepada diri-Nya sebagaimana
dalam hadis Rasulullah beliau menceritakan dari Tuhannya, Allah berfirman : “setiap
amal anak adam itu miliknya, kecuali puasa, ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan
mengganjarnya.”
Allah Mengkhususkan puasa bahwa ia milik Allah, walaupun semua ibadah
milik Allah. Hali ini dikarenakan dua alasan yang membedakan :
Pertaman, puasa mencegah seseorang dari semua kelezatan dan syahwat yang tidak ada
pada ibadah lain. Kedua, puasa merupakan rahasia antara seseorag hamba dengan
Tuhannya yang tidak diperlihatkan, kecuali untuk-Nya.
Adapun manfaat puasa pada kesehatan tubuh antara lain :
1. Mengurangi Kegemukan, secara ilmiah berpuasa juga berdampak pada
penurunan berat badan. Dengan berpuasa usus-usus dalam tubuh akan lebih
bersih dari sisa-sisa endapan makanan, Endapan makanan inilah yang bila
kelebihan akan menjadi lemak diperut. Selain itu berpuasa juga
memperbaiki sistem pencernaan kita, sehingga sirkulasi makanan dan
buang air menjadi lebih lancar.
2. Kekebalan Tubuh Yang Meningkat. Ternyata puasa justru meningkatkan
kekebalan tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang bahkan sudah
umum, yaitu mengenai: Ketika seorang berpuasa maka akan terjadi
peningkatan Limfosit sampai dengan 10 kali lipat dalam tubuhnya, hal ini
memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem imunitas tubuh, sehingga
puasa justru menghindarkan kita dari berbagai virus dari lingkungan
luar/makanan yang tidak baik.
3. Penawar Sakit Sendi/Encok. Berpuasa dengan teratur akan meningkatkan
sel penetral alami dalam tubuh kita yang akan membuat sakit encok lambat
laun menuju kesembuhan. Sebuah penelitian menemukan adanya korelasi
antara meningkatnya kemampuan sel penetral (pembasmi bakteri) dengan
membaiknya radang sendi — penyebab encok.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Simpulan
Puasa adalah menahan diri dari niat makanan, minuman, hubungan suami
istri dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari. Adapun manfaat puasa yang luar biasa dalam kehidupan kita, ibadah puasa
Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mu’min adalah ibadah yang ditujukan
untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah: 183.
Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam
menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’
seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran : 146.
ا ل�م� ن�وا و�ه� ا م� ف� Dك�ث�ير ب0يJون� ر� ع�ه� م� ات�ل� ق� Lن�ب�ي م�ن ي0ن� ك�أ و�
الل�ه� و� ت�ك�ان�وا اس ا م� و� وا ع�ف� ض� و�م�ا الل�ه� ب�يل� س� ف�ي م اب�ه� ص� أ�
اب�ر�ين� ( الص� Jب )١٤٦ي�ح�
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar
dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar” (Q.S Ali ‘Imran : 146)
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Syaiful dan Jannah, Miftahul, 2010, Pendidikan Agama Islam; Jakarta
Ningsih. 2013.Puasa,10 Oktober 2013
(http://ningsih.blogspot.com) cetak 07 April 2015
Uswah, 2013. Hal yang membatalkan puasa, 09 Juli 2013,
(http://uswahislam.blogspot.com) cetak 07 April 2015