protap 2(hal.65-102)

73
MANUAL PLASENTA Definisi : Manual plasenta adalah tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya dan menariknya keluar dari jalan lahir ibu secara manual. Indikasi : 1. Retensio plasentae 2. Perdarahan yang banyak pada kala uri. 3. Persalinan dengan narkose 4. Tali pusat putus pada pangkalnya Syarat : Pembukaan serviks uteri masih dapat dilalui oleh tangan penolong (obstetric hand). Teknik pelaksanaan : 1. Tangan kanan penolong masuk ke dalam kanalis servikalis uteri (obstetric hand) menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka dengan tujuan untuk melebarkan kanalis servikalis uteri tersebut. 2. Setelah sampai pada kavum uteri, jari-jari tangan diluruskan dan dirapatkan. Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan, plsenta dilepaskan dari dasarnya, kemudian dicekam dan ditarik keluar dari jalan lahir. Selama memasukkan tangan dan pelepasan plasenta, fundus uteri ditahan oleh tangan kiri penolong.

description

ABOUT PTOTAP

Transcript of protap 2(hal.65-102)

MANUAL PLASENTA

Definisi :

Manual plasenta adalah tindakan melepaskan plasenta dari dasarnya dan

menariknya keluar dari jalan lahir ibu secara manual.

Indikasi :

1. Retensio plasentae

2. Perdarahan yang banyak pada kala uri.

3. Persalinan dengan narkose

4. Tali pusat putus pada pangkalnya

Syarat :

Pembukaan serviks uteri masih dapat dilalui oleh tangan penolong (obstetric

hand).

Teknik pelaksanaan :

1. Tangan kanan penolong masuk ke dalam kanalis servikalis uteri (obstetric hand)

menelusuri tali pusat. Kemudian jari-jari tangan dibuka dengan tujuan untuk

melebarkan kanalis servikalis uteri tersebut.

2. Setelah sampai pada kavum uteri, jari-jari tangan diluruskan dan dirapatkan.

Dengan menggunakan sisi dan ujung tangan, plsenta dilepaskan dari dasarnya,

kemudian dicekam dan ditarik keluar dari jalan lahir. Selama memasukkan tangan

dan pelepasan plasenta, fundus uteri ditahan oleh tangan kiri penolong.

3. Segera setelah plasenta dilepaskan dari dasarnya, uterotonika diberikan secara

intravena.

Komplikasi yang dapat terjadi :

1. Atonia uteri

2. Ruptura uteri

3. Sisa plasenta

4. Infeksi jalan lahir

EKSTRAKSI FORSEPS

Definisi :

Ekstraksi forseps adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi,

ekstraksi atau kombinasi keduanya dengan alat forseps yang dipasang pada kepala

janin sehingga janin lahir.

Alat forseps terdiri atas sepasang forseps yang setelangkap (kiri dan kanan).

Forseps kiri adalah yang dipegang oleh tangan kiri operator dan ditempatkan dalam

panggul kiri ibu. Demikian juga sebaliknya, forseps kanan adalah forseps yang

dipegang oleh tangan kanan operator dan ditempatkan dalam panggul kanan ibu.

Bagian forseps :

1. Daun forseps

Bagian in merupakan bagian yang mencekam kepala janin dan mempunyai 2

lengkungan, yaitu : lengkung kepala dan lengkung panggul. Bagian ini umumnya

mempunyai lubang, kecuali pada forseps Tucker – McLane.

2. Tungkai forseps

Tungkai forseps adalah bagian yang terdapat di antara daun dan kunci forseps.

Tungkai forseps yang terbuka adalah yang pangkalnya jauh satu dengan lain

(misalnya : forseps Simpson), sedangkan yang tertutup, misalnya seperti yang

terdapat pada forseps Naegele dan forseps Tucker – McLane.

3. Kunci Forseps

Terdapat beberapa jenis kunci forseps, yaitu :

a. Kunci Inggris, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara saling dikaitkan.

b. Kunci Perancis, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara disekrup setelah

kedua tungkai disilangkan.

c. Kunci Jerman, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara mengaitkan pasak

yang terdapat pada satu tungkai forseps dengan cekungan pada tungkai forseps

pasangannya.

d. Kunci Norwegia, yaitu kedua tungkai dikunci dengan cara saling

menggeserkan (sliding) kedua tungkainy.

4. Pemegang forseps

Adalah bagian yang dipegang operator saat melakukan ekstraksi forseps.

Umumnya bagian ini mempunyai lekukan tempat jari operator berada.

Tipe forseps :

Berdasarkan bentuknya, dikenal beberapa tipe forseps. Dibawah ini adalah tipe

forseps yang sering didapati :

1. Tipe Elliot

Tipe ini ditandai dengan tungkai tertutup sehingga lengkung kepala forseps

mencakup kepala janin lebih luas. Forseps tipe Elliot ini sebaiknya dipergunakan

pada kepala janin yang belum didapati adanya kaput suksedaneum atau yang

belum mengalami moulase hebat.

Contoh forseps tipe Elliot adalah forseps Naegele.

2. Tipe Simpson

Tipe ini ditandai dengan tungkai yang terbuka sehingga memberi kemungkinan

untuk dipasang pada kepala janin yang sudah mengalami moulase atau yang

mempunyai kaput suksedaneum.

3. Tipe Khusus

Tipe ini dipergunakan untuk keadaan serta tujuan khusus. Misalnya : forseps piper

digunakan untuk melahirkan kepala yang tertinggal pada persalinan sungsang,

forseps Kjielland digunakan bila kepala janin masih tinggi (mengambang) dan

forseps Barton digunakan terutama untuk melakukan rotasi.

Penggunaan forseps dewasa ini :

1. Forseps tinggi :

Sekarang ini forseps tinggi (ekstraksi forseps pada kepala janin yang masih berada

di atas pintu atas panggul) pada umumnya sudah tidak dilakukan lagi karena

komplikasi berat yang sering terjadi pada ibu maupun pada janinnya.

2. Forseps tengah :

Forseps tengah dilakukan bila lingkaran kepala janin sudah melewati pintu atas

panggul (engaged). Pada pelaksanaan forseps tengah ini operator harus benar-

benar mengetahui anatomi panggul serta presentasi kepala janin agar dapat

melakukan rotasi dan ekstraksi yang sesuai dengan gerakan kardinal kepala janin

waktu melalui panggul. Hal ini penting ditekankan karena bila rotasi dan ekstraksi

tidak sesuai dengan gerakan kardinal kepala janin maka ekstraksi forseps akan

mengalami kegagalan atau akan terjadi trauma baik pda ibu maupun janinnya.

3. Forseps rendah :

Forseps rendah dilakukan pada kepala janin yang sudah mencapai pintu bawah

panggul dengan sutura sagitalis dalam posisi antero-posterior. Forseps rendah ini

merupakan ekstraksi forseps yang paling sedikit memberikan resiko bahkan

dikatakan bahwa forseps rendah dapat melindungi janin dari trauma waktu melalui

jalan lahir (misalnya pada persalinan premateur).

Indikasi :

A. Dari Ibu :

1. Eklampsia, pre-eklampsia berat

2. Ruptura uteri membakat

3. Penyakit jantung, paru-paru dan penyakit sistemik yang berat

4. Bekas perlukaan dinding rahim (bedah Caesar, miomektomi, histerotomi, dan

lain-lain).

5. Edema vulva

6. Ibu dalam keadaan lemah untuk mengejan.

B. Dari Janin :

1. Gawat Janin

2. Tangan/kaki menumbung

3. Presentasi ganda

4. Tali pusat menumbung

C. Obstetri :

1. Indikasi Pinard ; Deep Transverse Arrest, Persistent Occiput Posterior Position

2. Kala II lebih dari 5 jam.

Indikasi kontra :

Indikasi kontra ekstraksi forseps adalah adanya disproporsi janin panggul.

Syarat :

1. Pembukaan serviks lengkap

2. Kepala janin sudah cakap (engaged), sedikitnya HIII+

3. Kepala janin harus dapat dipegang dengan forseps

4. Kulit ketuban sudah pecah atau dipecah

Pelaksanaan ekstraksi forseps :

Pelaksanaan ekstraksi forseps meliputi tahap :

1. Persiapan

2. Teknik ekstraksi forseps

3. Pebenahan kembali

Ad. 1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi mempersiapkan ibu yang akan menjalani

pembedahan obstetri, persiapan janin (resusitasi dan pemeliharaan) dan

persiapan alat-alat (alat forseps yang sesuai dengan tujuan ekstraksi dan

keadaan setempat seperti peralatan dan bahan jahit, peralatan resusitasi dan

anestesi ; alat dan obat premedikasi serta anestesi).

Ad. 2. Teknik ekstraksi forseps

Terdapat 7 langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya, yaitu :

a. Operator merencanakan pemasangan ekstraksi forseps berdasarkan bagian

presentasi janin serta merencanakan bagaimana pelaksanaan ekstraksi

forseps akan dilakukan.

b. Penempatan daun forseps

c. Mengunci forseps

d. Evaluasi penempatan forseps

e. Ekstraksi forseps percobaan

f. Pelaksanaan rotasi dan ekstraksi

g. Melepas forseps

Contoh ekstraksi forseps pada presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun

kecil di kanan depan, kepala janin mencapai HIV-. Pada keadaan ini dapat

dipergunakan forseps Simpson, Naegele atau Tucker-McLane.

a. Menggambarkan / membayangkan pemasangan.

Operator menggambarkan/membayangkan letak kepala janin pada pintu

bawah panggul dilihat dair kaudal ibu. Oleh karena ubun-ubun kecil

berada di kanan depan, maka forseps kiri dipasang terlebih dahulu (berada

pada ruang panggul bagian depan), kemudian baru forseps kanan

ditempatkan di kanan belakang (miring terhadap panggul dan melintang

terhadap kepala janin). Setelah itu kepala janin diputar sehingga ubun-

ubun kecil berada dibawah simfisis (forseps kiri menjadi berada di kiri

belakang panggul dan forseps kanan berada di kanan depan panggul ibu).

b. Penempatan daun forseps

Forseps kiri dipegang oleh tangan kiri operator seperti memegang pensil

dengan tangkai forseps berada dilipat paha kanan ibu. Empat jari tangan

kanan operator dimasukkan ke dalam vagina bagian kiri, antara dinding

vagina kiri dengan kepala janin. Daun forseps kiri kemudian dimasukkan

ke dalam vagina dengan pertolongan keempat jari tangan serta dorongan

ibu jari tangan kanan operator sampai daun forseps mencekam kepala

janin, daun forseps digeser ke panggul bagian depan, tangkai forseps

menyesuaikan agar daun forseps berada melintang terhadap kepala janin,

Tungkai forseps kanan dipegang oleh tangan kanan operator seperti

memegang pensil, diletakkan diatas lipat paha kiri ibu. Daun forseps kanan

kemduain dimasukkan ke dalam vagina diantara 4 jari tangan operator

yang melindungi dinding kanan vagina dan kepala janin sehingga daun

forseps berada pada sagital ibu. Setelah itu daun forseps kanan ini digeser

ke belakang (tungkai forseps mengikuti) sehingga terletak melintang

terhdap kepala janin dan miring terhadap panggul ibu.

c. Mengunci forseps

Karena tangkai forseps berada di atas tungkai forseps kiri, maka kedua

tungkai dipersilangkan agar dapat dikunci dengan tepat. Apabila

penguncian forseps tidak dapat dilkaukna dengan tepat, maka forseps

terpaksa dikeluarkan lagi dan diadakan re-evaluasi karena ada

kemungkinan kesalahan penentuan presentasi kepala janin atau kesalahan

dalam penempatan daun forseps.

d. Evaluasi Penempatan daun forseps

Untuk evaluasi penempatan daun forseps, perlu dilakukan periksa dalam

vagina guna menentukan apakah ada jaringan (kulit ketuban atau serviks

uteri) yang terjepit diantara daun forseps dan kepala janin. Jika dari

evaluasi ini tidak didapatkan adanya jaringan yang terjepit, maka ekstraksi

forseps dapat dilanjutkan pada langkah berikutnya.

e. Ekstraksi forseps percobaan

Ekstraksi forseps percobaan dilakukan dengan cara kedua tangan operator

menggenggam tungkai forseps dengan jari telunjuk dan jari tengha kanan

diluruskan diatas kunci agar dapat mencapai bagian terbawah kepala janin,

kemudian dilakukan ekstraksi percobaan dengan kedua tangan operator.

Bila ujung-ujung jari telunjuk dan jari tengah tersebut menjauhi bagian

terbawah kepala janin, berarti ekstraksi percobaan tidak berhasil atau

dengan perkataan lain bahwa forseps tidak mencekam kepala bayi dengan

baik. Tetapi bila saat dilakukan ekstraksi ujung-ujung jari tersebut tetap

menyentuh bagian terbawah kepala janin, berarti ekstrkasi percobaan

berhasil dan ekstraksi forseps dapat dilanjutkan.

f. Pelaksanaan rotasi dan ekstraksi

Gerakan kardinal kepala janin pada dasar panggul merupakan putaran aksi

dalam dimana ubun-ubun kecil yang berada pada kanan depan akan

bergerak ke bawah simfisis. Berdasarkan hal tersebut, maka operator harus

menyesuaikan diri dengan memutar forseps sedemikian rupa sehingga

ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis, yaitu dengan cara mengayun

tungkai forseps agar daun forseps bergerak ke kiri depan sambil mengikuti

sumbu panggul. Setelah itu baru dilakukan ekstraksi forseps dengan arah

tarikan sesuai dengan sumbu panggul ibu (mula-mula ditarik curam ke

bawah, kemudian mendatar dan saat kepala janin membuka pintu forseps

ditarik ke atas, yaitu pada waktu kepala janin keluar pintu dengan

suboksiput sebagai hiponoklion).

Episotomi pada umumnya dilakukan waktu permulaan langkah ini dan saat

kepala janin keluar pintu, tangan kiri operator menahan perineum.

g. Melepas forseps

Setelah kepala janin lahir, forseps dilepas dan kepala dibiarkan melakukan

putaran paksi luar. Bahu depan dilahirkan terlebih dahulu baru kemudian

bahu belakang dan menyusul kemudian badan seluruhnya.

Tali pusat diklem dan dipotong. Bila bayi lahir dalam keadaan sfiksia,

maka hendaknya pemotongan tali pusat agak panjang lebar agar lebih

memudahkan pemasangan infus umbilikal guna pemberian cairan

parenteral.

Ad. 3. Pembenahan kembali

Bila ibu berada dibawah narkose maka umumnya operator terpaksa

melakukan pengambilan plasenta secara manual. Tetapi bila ibu hanya

mendapat analgetika dan anestesi lokal, maka operator sebaiknya melakukan

pengelolaan aktif kala III, yaitu dengan memberikan uterotonika (IV) pada

waktu kepala janin lahir dan melakukan perasat Brandt-Andrew guna

melahirkan plasenta.

Episiotomi perineum dijahit lapis demi lapis, yaitu dengan cara badan

perineum dijahit terlebih dahulu baru kemudian dinding vagina dan kulit

perineum.

Seperti pada persalinan buatan lainnya, pasca ekstraksi forseps ibu harus

senantiasa diawasi karena kemungkinan terjadinya perdarahan pasca

persalinan.

Beberapa macam ekstraksi forseps :

Apabila ubun-ubun kecil sudah berada di bawah simfisis, maka pelaksanaan

ekstraksi forseps tidak perlu didahului dengan rotasi kepala janin. Bila ubun-ubun

kecil tidak berada di bawah simfisis, maka terdapat beberapa macam cara ekstraksi

forseps, yaitu :

1. Ekstraksi forseps cara Lange

Ekstraksi forseps Lange ini dilakukan di ubun-ubun kecil melintang di dalam

panggul. Pada keadaan ini forseps dipasang miring terhadap kepala dan miring

terhadap panggul. Forseps depan dipasang terlebih dahulu, mula-mula melintang

terhadap panggul baru kemudian digeser ke depan sehingga miring terhadap

panggul tetapi melintang/hampir melintang terhadap kepala. Forseps belakang

dipasang berlawanan dengan forseps depan. Forseps kemudian diputar dengan

tujuan agar ubun-ubun kecil dibawah simfisis, setelah itu baru dilakukan ekstraksi

(seperti contoh diatas).

2. Ekstraksi forseps cara Moher

Ekstraksi forseps cara Mohrer dilakukan bila ubun-ubun kecil berada di belakang

(dorsal). Forseps yang berada pada panggul bagian depan dipasang terlebih dahulu

(seperti cara Lange), kemudian disusul dengan pemasangan forseps pada panggul

bagian belakang, yaitu melintang/hampir melintang terhadap kepala. Prinsip

ekstraksi cara Mohrer ini adalah dengan cara memutar kepala janin sehingga

ubun-ubun kecil ke belakang (anak lahir pada posisi oksiput posterior).

3. Ekstraksi forseps cara Smellie & Scanzoni

Cara ini juga dilakukan bila ubun-ubun kecil berada dibelakang. Ekstraksi forseps

cara Smellie & Scanzoni ini terdiri dari 2 tahap tindakan :

a. Memutar kepala janin ke depan sehingga ubun-ubun kecil menjadi melintang.

b. Memutar kepala janin sehingga ubun-ubun kecil yang sudah dalam posisi

melintang tersebut menjadi berada di bawah simfisis (seperti cara Lange).

4. Rotasi dengan forseps Barton

Rotasi dengan forseps Barton ini adalah memutar kepala janin sehingga ubun-

ubun kecil yang semula melintang menjadi berada dibawah simfisis. Daun forseps

Barton yang berengsel dipasang di panggul bagian depan sedangkan daun forseps

yang tidak bergerak dipasang dipanggul bagian belakang. Setelah forseps

terpasang, kemudian dilakukan rotasi dengan mengingat sumbu dan lengkung

panggul.

5. Rotasi dengan forseps Kjielland

Secara teoritis, forseps Kjielland dapat dengan mudah memutar kepala janin,

tetapi ternyata rotasi dengan forseps Kjielland ini banyak menyebabkan janin

menderita bahkan sampai menyebabkan kematian janin, sehingga forseps ini tidak

lagi dipergunakan untuk tujuan rotasi.

Forseps percobaan dan forseps gagal

Forseps percobaan adalah ekstraksi forseps tengah yang dilakukan untuk mengatasi

kesulitan persalinan pada panggul tengah, tetap forseps percobaan ini sekarang

sudah tidak dilakukan lagi (karena bedah Caesar memberi hasil yang lebih baik).

Forseps gagal adalah bila usaha persalinan dengan forseps tidak berhasil walaupun

teknik yang telah dilakukan sudah memenuhi syarat. Beberapa penyebab forseps

gagal diantaranya adalah :

a. Adanya disproporsi kepala panggul yang tidak diketahui sebelumnya.

b. Pembukaan serviks yang belum sempurna

c. Kesalahan menentukan titik penunjuk kepala janin

d. Adanya lingkaran konstriksi uterus

e. Operator belum menguasai penggunaan forseps.

Komplikasi yang dapat terjadi :

Lihat pada ekstraksi vakum

EKSTRAKSI VAKUM

Definisi

Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tekanan negatif pada kepala dengan menggunakan ekstrakstor vakum

(ventouse) dari Malmstorm.

Bagian ekstraktor vakum :

1. Mangkuk (cup)

Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga

mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat 2 macam mangkuk,

yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan

menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatik dibanding dengan

mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4-6 cm. Pada punggung

mangkuk terdapat :

a. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

b. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa

penghubung

c. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik penunjuk kepala janin (point of

direction).

Pada mangkuk bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk

menghisap cairan/udara.

2. Rantai penghubung

Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk

dengan pemegang.

3. Pipa penghubung

Terbuat dari karet atau plastik yang lentur, tidak akan berkerut oleh tekanan

negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan negatif mangkuk

dengan botol.

4. Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan

yang mungkin ikut tersedot (air ketuban, lendir serviks, verniks kaseosa, darah,

dan lain-lain).

Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai 3 saluran, yaitu :

- Saluran manometer

- Saluran menuju ke mangkuk

- Saluran menuju ke pompa penghisap

5. Pompa penghisap

Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

6. Pemegang

Indikasi :

Sama dengan indikasi ekstraksi forseps

Indikasi kontra :

Sama dengan indikasi kontra ekstraksi forseps ditambah dengan janin letak muka dan

janin pretern.

Syarat :

Sama dengan ekstraksi forseps, tetapi pada ekstraksi vakum ini terdapat sedikit

kelonggaran, yaitu dalam hal pembukaan serviks dan penurunan kepala janin.

Disamping itu harus ada kontraksi rahim yang adekuat dan tenaga pengejanan ibu

yang terkoordinasi.

Teknik pelaksanaan :

1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia (vulva toilet).

Sekitar vulva ditutup dengan kain steril.

2. setelah semua peralatan ekstrakstor vakum terpasang, dilakukan pemasangan

mangkuk dengan tonjolan penunjuk dipasang diatas titik penunjuk kepala janin.

Pada umumnya dipakai mangkuk dengna diameter terbesar yang dapat dipasang.

3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2, kemudian dinaikkan

-0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud pembuatan

tekanan negatif yang bertahap ini adalah supaya kaput suksedaneum buatan dapat

terbentuk dengan baik.

4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menentukan apakah ada bagian jalah lahir

atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.

5. bila perlu dapat dilakkan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok

pudendal untuk kemudian diadakan episiotomi.

6. bersamaand engan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan

dengan cara menarik pemegang sesuai dengna sumbu panggul. Ibu jari dan jari

telunjuk serta jari tengah tangan kiri operator menahan mangkuk agar tetap

melekat pad akepala janin (drei finger griff). Selama ekstraksi ini jari-jari tangan

kiri operator tersebut memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran

paksi dalma. Bila ubun-ubun kecil sudah berada dibawah simfisis, arah tarikan

berangsur-angsur dinaikkan (ke atas) sehingga kepala lahir.

Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil

udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan

normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

Ekstraksi vakum dianggap gagal bila :

Mangkuk terlepas 3 kali atau lebih

Terlepasnya mangkuk dapat disebabkan oleh karena :

1. Kaput suksedaneum buatan tidak terbentuk sempurna

2. Ekstraksi terlalu kuat dan atau salah arah

3. Adanya jaringan yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin

4. Kerjasama antar dua tangan operator tidak baik, meliputi : arah ekstraksi, arah

putaran paksi dalam dan koordinasi dengan pengejanan ibu.

5. Sebab-sebab obstetri, misalnya : disproporsi kepala panggul yang tidak

diketahui sebelumnya, lilitan tali pusat yang erat dan adanya cincin konstriksi

lokal.

Perhatian : bila mangkuk lepas waktu ekstraksi dilakukan, harus diteliti satu persatu

kemungkinan diatas dan diusahakan melakukan koreksi.

Dalam waktu 15 menit dilakukan ekstraksi janin belum lahir

Hal ini berhubungan dengan adanya bukti terjadinya kelainan neurologik janin

akibat ekstraksi vakum yang berlangsung terlalu lama.

Komplikasi yang dapat terjadi :

A. Ibu :

1. Perdarahan pasca persalinan

2. Laserasi jalan lahir

3. Infeksi

B. Janin

1. Laserasi kulit kepala janin

2. Sefalhematom sampai hematom subdural

3. Nekrosis kulit kepal ayang dapat menyebabkan alopesia

4. Fraktura tulang tengkorak

5. Cedera pada muka janin

6. Paresis nervus fasialis

(5 dan 6 lebih banyak terjadi pada ekstraksi forseps).

Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps :

Tidak memerlukan narkose

Pemasangan lebih mudah

Lesi jalan lahir ibu tidak banyak terjadi

Kerugian ekstraksi vakum dibanding ekstraksi forseps :

Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologik).

Tidak dapat digunakna untuk melindungi kepala janin preterm

Memerlukan waktu lebih lama untuk mengakhiri persalinan sehingga pada

umumnya tidak dilakukan untuk menolong gawat janin.

Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin.

LETAK SUNGSANG

Angka kejadian persalinan sungsang kurang lebih 2-4% dari seluruh

persalinan. Pada persalinan sungsang morbiditas dan mortalitas bayi lebih besar bila

dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Hal ini disebabkan karena pada

persalinan sungsang leibh sering terjadi prematuritas, asfiksia dan atau trauma

(perdarahan intrakranial, paresis dan fraktura). Angka morbiditas ibu juga meningkat

yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan atau trauma jalan lahir.

Penyebab morbiditas dan mortalitas persalinan sungsang terutama diakibatkan oleh

persiapan jalan lahir yang tidak sempurna dikarenakan padaletak sungsang bagian

presentasi adalah bagian yang lunak (bokong), serta bokong dan kaki janin lebih

mudah terangsang di luar badan ibu.

Dikenal beberapa macam letak sungsang, yaitu :

1. Letak bokong (Frank breech)

2. Letak sungsang sempurna (Complete breech)

3. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete breech)

Persalinan sungsang dapat berlangsung secara :

1. Pervaginam :

a. Spontan : Bayi dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri (spontan penuh dan

cara Bracht)

b. Persalinan yang dibantu (Assisted breech delivery, Partial breech

extraction).

c. Ekstraksi sungsang (Total breech extraction)

Bayi dilahirkan dengan proses memakai tenaga penolong seluruhnya.

2. Per-abdominam (bedah Caesar).

Persalinan sungsang pervaginam

Syarat :

1. Pembukaan benar-benar lengkap

2. Kulit ketuban sudah pecah

3. His adekuat

Indikasi kontra :

a. Terdapat disproporsi janin-panggul

b. Kepala janin defleksi (star gazing fetus)

c. Bayi pertama pada persalinan ganda

A. Persalinan sungsang spontan

Seperti halnya persalinan letak kepala, pada persalinan sungsang juga dikenal

adanya mekanisme persalinan sungsang. Mekanisme tersebut adalah sebagai

berikut : bokong janin masuk pintu atas panggul dengan diameter bitrokanter

miring/melintang. Karena kontraksi uterus dan pengejanan ibu, bokong turun

sampai dengan mencapai dasar panggul. Di dasar panggul ini terjadi putaran paksi

dalam sehingga garis pangkal paha (bitrokanter) menempati posisi antero –

posterior pada pintu bawah panggul. Saat trokanter depan berada di bawah

simfisis, terjadi fleksi badan janin sehingga trokatner belakang melewati

perineum. Lahirnya bokong diikuti kedua kaki dan kemudia terjadi putaran paksi

luar, yaitu badan janin berputar serhingga perut ke belakang dan punggung ke

depan.

Bahu masuk ppintu atas panggul dengan diamter biakromial miring/melintang,

meisalnya bahu depan berada pada kuadran kanan depan. Di dasar panggul bahu

mengadakan putaran paksi dalam sehingga diameter biakromial terletak antero-

posteriro. Pada waktu bahu depan berada di bawah simfisis, bahu belakang

melewati perineum diikuti dengna fleksi laterla badan janin sehingga bahu depan

dan lengan depan lepas dari bawah simfisi. Segera ssetelah bahu lahir, bahu

mengadakan putaran paksi luar dengan demikian diameter biakromial menjadi

melintang.

Kepala masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan oksiput, misalnya

berada pada kuadran kiri depan, dagu berada pada kuadran kanan belakang

dengan diameter suboksipito-bregmatika dalam keadaan miring/melintang. Kepala

uturun ke dasar panggul dalam keadaan fleksi. Di dasar panggul ini terjadi putaran

paksi dalam, yaitu daerah suboksiput berputar sehingga sutura sagitalis dalam

posisi antero-posterior. Saat oksiput berada di bawah simfisis, kepala lahir dalam

keadaan fleksi dengan dagu, muka, kening dan verteks melewati perineum.

Persalinan sungsang spontan dapat berlangsung secara :

a. Persalinan sungsang spontan penuh (tidak memerlukan bantuan penolong

sama sekali).

b. Persalinan sungsang cara Bracht

Prinsip persalinan sungsang cara Bracht ini adalah membantu agar sumbu

janin sesuai dengan sumbu panggul ibu sehingga kekuatan his dan pengejanan

ibu menjadi efektif.

Persalinan sungsang cara Bracht

Syarat :

1. Jalan lahir luas dan bayi tidak besar

2. Faktor kekuatan ibu cukup (adekuat)

Sebelum melakukan pimpinan persalinan sungsang dengan cara Bracht ini, haruslah

dilakukan persiapan yang meliputi persiapan :

a. Ibu :

- Desinfeksi daerah genitalia (vulva toilet)

- Kalau perlu pasang infus

b. Bayi :

- Peralatan resusitasi

- Alat-alat perawatan tali pusat

c. Penolong :

- Memakai jas, topi dan masker

- Cuci tangan dan memakai sarung tangan steril

d. Alat-alat :

- Peralatan partus (termasuk peralatan jahit dan kain/duk steril)

- Forseps Piper / Naegele steril

Teknik pelaksanaan :

1. Ibu dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva. Saat ada his ibu

dipimpin mengejan.

2. Saat bokong membuka vulva, lakukan episiotomi (dengan anestesi lokal

sebelumnya).

3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram dengan cara kedua ibu jari

penolong sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari lain memegang belakang

panggul.

4. Pada waktu tali pusat lahir dan teregang, segera kendorkan tali pusat tersebut.

5. Kaki, bokong dan badan janin diangkat dengan kedua tangan penolong dan

disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventro-kranial ke arah perut

ibu) sehingga berturut-turut lahir pusat, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan

akhirnya seluruh kepala.

Prosedur bantuan pada persalinan sugnsang cara Bracht ini adalah episiotomi (seperti

disebut diatas) dan kalau perlu boleh dilakukan dorongan Kristeller.

Keterangan :

Pemilihan kasus yang akan ditolong dengan cara Bracht ini harus cermat sesuai

dengan syarat tersebut diatas. Kegagalan menolong dengan cara Bracht,

mengharuskan kita menolong dengan cara lain, misalnya cara Klasik. Pada

persalinan sungsang cara Bracht ini , manipulasi terhadap janin hanya sedikit

sehingga komplikasi pada janin maupun ibu juga tidak banyak didapatkan.

B. Persalinan Sungsang yang dibantu (Assisted Breech delivery/Partial breech

extraction).

Cara ini merupakan cara yang paling sering dilakukan. Sebelum melakukan

pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian keberhasilan persalinan

sungsang. Banyak metode untuk keperluan penilaian ini diantaranya metode

penilaian dari Zatuchni dan Andros :

Zatuchni Andros Breech Scoring Index

Variabel yang dinilaiNilai

0 1 2Paritas Primigravida MultigravidaUmur kehamilan ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 mingguTaksiran berat janin (gram) > 3,630 3,629 – 3,176 <3,175Persalinan sungsang sebe lumnya (BBL>2,500 gram)

0 1 ≥ 2

Pembukaan (cm) 2 3 ≥ 4Penurunan (station – cm) ≤ -3 -2 ≥ -1

Bila skor :

≤ 3 : persalinan dianjurkan dengan bedah Caesar

4 : dilakukan re-evaluasi. Pengawasan persalinan yang

ketat. Dapat lahir pervaginam tetapi masih mungkin tindakan operatif.

≥ 5 : persalinan diharapkan dapat pervaginam

Cara penilaian lain adalah menurut Gimosvsky yang menyatakan bahwa persalinan

sungsang pervaginaman cukup aman jika :

1. Pada setiap persalinan sungsang pervaginaman harus tetap dipersiapkan operasi

setiap saat bila diperlukan.

2. Taksiran berat janin antara 2,000 – 4,000 gram.

3. Umur kehamilan antara 36-42 minggu.

4. Ukuran dan bentuk panggul baik.

5. Pengawasan ketat keadaan janin selama persalinan

6. Perjalanan kala I harus sesuai dengan kurve Friedman. Pada primigravida 1

cm/jam, sedangkan pada multigravida 1.3 cm/jam.

7. Kepala janin tidak dalam keadaan defleksi.

Bila persyaratan seperti tersebut diatas tidak terpenuhi, maka persalinan dengan bedah

Caesar lebih dipilih.

Terdapat 3 tahap prinsip persalinan sungsang dengan bantuan, yaitu :

1. Tahap I, pertolongan bokong sampai tulang belikat terdapat pada vulva (disini

pertolongan sesuai dengan cara Bracht).

2. Tahap II, mengeluarhkan bahu dan lengan sesuai dengan letak bahu dan lengan

janin.

3. Tahap III, mengeluarkan kepala sesuai dengan posisi kepala janin.

Ad. 1 Seperti pada persalinan sungsang cara Bracht

Ad. 2 Mengeluarkan bahu dan lengan janin.

a. Cara Muller :

Apabila kedua lengan berada didepan badan janin maka persalinan cara Muller

dapat dilakukan. Prinsip cara Muller adalah mengeluarkan lenagna depan terlebih

dahulu dengan badan janin ditarik ke arah yang berlawanan. Jika lengan belum

keluar, keluarkan lengan dengan cara mengusap lengan atas janin dengan dua jari

tangan penolong berfungsi sebagai spalk. Setelah lengan keluar, angkat kedua

kaki bayi ke depan berlawanan dengan letak bahu belakang sehingga lengan

belakang keluar.

b. Cara Klasik :

Cara Klasik terutama dilakukan bila kedua lengan tidak berada di depan janin,

misalnya pada keadaan lengan menjungkit/lengan tengkuk. Prinsip mengeluarkan

lengan secara Klasik adalah bahwa lengan janin diletakkan pada panggul bagian

belakang karena daerah ini lebih luas dibandingkan dengan panggul bagian depan.

Angkat kedua kaki janin sesuai dengan posisi bahu depan. Dengan dua jari

telusuri lengan atas yang berlawanan (belakang) dan usap lengan atas tersebut

dengan tujuan mengeluarkan lengan belakang. Setelah keluar, pegang kedua kaki

dengan tangan yang lain dan ayun (ke bawah kemudian ke atas lagi) sehingga

bahu depan menjadi bahu belakang, dengan demikian kedua kaki berada pada

daerah yang berlawanan dengan bahu. Cara ini dilakukan bila lengan janin dalam

keadaan menjungkit. Pada keadaan lengan tengkuk, diupayakan agar lengan janin

menjadi lengan menjungkit (keluar dari daerah tengkuk) dengan car memutar

badan janin menjauhi lengan tengkuk.

c. Cara Korslet :

Karena memutar bahu janin dengan car Klasik pada umumnya sukar dan berat,

maka Lovset mengajukan cara untuk memutar bahu yang lebih mudah, yaitu

dengan cara kedua tangan penolong mencekam dada dengan kedua ibu jari sejajar

dan berdekatan dengan punggung janin kemudian diputar sesuai dengan tujuan

tindakan yang dikehendaki.

Ad. 3 Melahirkan kepala yang tertinggal (after coming head).

Sebelum melakukan tindakan ini, lakukan periksa dalam vagina untuk mengetahui

posisi dagu janin sebagai titik petunjuk (point of direction).

a. Cara Mauriceau (Vet-Smelie) :

Pada cara Mauriceau (Vet-Smelie) ini kepala janin diupayakan agar tetap

dalam keadaan fleksiserta pemutaran kepala janin tersebut seusia dengan

putaran paksi dalam.

Teknik pelaksanaan :

- Tangan operator yang berhadapan dengan muka janin ditempatkan dibawah

janin (untuk menopang badan janin) dengan kedua kaki janin berada di kiri

dan kanan lengan operator tersebut. Jari tengah operator dimasukkan ke

dalam mulut atau ditempatkan di atas maksila janin, sedang jari telunjuk dan

jari manis mencekam fossa kanina. Posisi tangan operator ini berugna untuk

memastikan agar kepala janin tetap dalam keadaan fleksi (kalau perlu

operator jongkok). Selain itu tangan operator ini juga dapat mengadakan

putaran paksi dalam kepala janin sesuai dengan penurunan janin dalam

panggul.

- Tangan operator yang lain mencekam bahu janin dari arah punggung dan

digunakan terutama untuk mengadakan traksi.

- Setelah putaran paksi selesai, dilakukan traksi sampai oksiput lahir di bawah

simfisis. Badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke atas dengan

suboksiput sebagai hiponoklion.

- Seringkali diperlukan tekanan diatas simfisis langsung pada kepala janin

(deSnoo) untuk membantu pengeluaran kepala janin tersebut.

b. Cara pengeluaran kepala dengan forseps :

Forseps yang dipergunakna sebaiknya forseps Piper yang mempunyai tangkai

melengkung (lihat gambar pada bab ekstraksi forseps) namun bila tidak ada,

dapat digunakan forseps Naegele atau Kjielland.

Teknik pelaksanaan :

- Sebelumnya, lakukan periksa dalam vagina untuk mengetahui posisi dagu

sebagai titik petunjuk.

- Setelah itu masukkan forseps diantara janin dan jalan lahir. Yang pertama

adalah yang berada di depan kepala lebih dahulu kemudian masukkan

forseps untuk yang berada di ruang panggul belakang.

- Kunci tangkai forseps di depan badan janin

- Ulangi lagi periksa dalam vagina untuk mengetahui apakah ada jaringan

yang terjepit.

- Adakan tarikan percobaan. Bila berhasil, forseps diputar sesuai dengn sumbu

panggul dimana daun forseps berada sesuai dengan tujuan agar dagu berada

di belakang, kemudian tangkai forseps ditarik sesuai dengan sumbu panggul.

Pada waktu suboksiput berada di bawah simfisis, dilakukan tarikan dengan

suboksiput sebagai hiponoklion sambil menahan perineum.

c. Cara Prague (Praha) terbalik :

Cara ini khusus dilakukan bila dagu janin berada di depan dan sukar untuk

diputar ke belakang.

Teknik pelaksanaan :

- Satu tangan operator berada di bawah punggung janin dengna jari tangan

men cekam bahu dari belakang. Tangan operator yang lain memegang kedua

kaki janin dan mengangkatnya ke atas.

- Dilakukan traksi kebawah sehingga submentum berada di bawah simfisis.

Kedua kaki janin kemudian diangkat ke atas dan ke depan perut ibu sehingga

kepala janin lahir dengan submentum sebagai hiponoklion.

d. Cara Naujoks :

Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi (diatas pintu atas pangugl). Cara

Naujoks sedapat mungkin dihindari oleh karena sering menyebabkan

komplikasi berat pada janin.

Teknik pelaksanaan :

- Kepala janin dimasukkan ke dalam panggul dengan posisi dagu di samping,

yaitu dengan cara kedua tangan operator mencekam bahu ke arah depan dan

belakang, kemudian badan janin ditarik ke bawah (operator jongkok).

- Dilakukan bantuan tekanan pada keplaa janin di atas simfisis agar kepala

janin dapat masuk panggul. Selanjutnya proses pengeluaran kepala adalah

seperti cara Mauriceau diatas.

C. Ekstraksi sungsang (total breech extraction)

1. Ekstraksi kaki :

Ekstraksi kaki dilakukan bila ada indikasi untuk mengakhiri persalinan dengan

bagian terbawah janin adalah kaki dan memenuhi syarat untuk persalinan

sungsang serta tidak ada indikasi kontra.

Indikasi ekstraksi sungsang :

a. Ibu : (sama dengan forseps)

b. Janin : Gawat janin

Tali pusat menumbung

c. Obstetri : kala II lebih dari 5 jam

Persalinan macet

Teknik pelaksanaan :

a. Bila kaki janin masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang

berada pada posisi yang sama dengan os sakrum dimasukka ke dalam

vagina untuk menelusuri bokong, paha janin sampai lutut guna

mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama

melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang

lain.

b. Bila satu atau dua kaki janin sudah berada di luar vulva, maka kaki

tersebut dipegang dengan 2 tangan operator pada betis dengan kedua ibu

jari berada pada punggung betis. Kemudian dilakukan traksi ke bawah

(sesuai dengan arah sumbu panggul). Setelah lutut dan sebagian paha

kelaur, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada

punggung paha,

c. Dilakukan traksi ke arah bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan

untuk menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu. Putaran kaki

menyesuaikan dengan putaran paksi dalam bokong dan badan janin, yang

berarti bahwa untuk pengeluarna bokong janin, sakrum akan berada

disamping, trokanter depan akan lahir terlebih dahulu baru disusul oleh

trokanter belakang serta kemudian punggung janin akan bergerak ke arah

depan.

Bila tali pusat sudah berada diluar vulva, tali pusat dikendorkan. Ekstraksi

kemudian diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada

bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sakrum dan jari-jari

kedua tangan berada di atas lipat paha janin. Ekstraksi dilakukan dengan

punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran paksi dalma bahu,

salahs atu bahu akan ke depan. Setelah ujung tulang belikiat terlihat

dilakukan periksa dalam vagina untuk menentukan letak lengan janin,

yaitu apakah tetap berada di depan dada, menjungkin atau di belakang

tengkuk (nuchal arm).

Pada ekstraksi, bokong sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan

dorongan cara Kristeller. Pengeluaran janin selanjutnya adalah sesuai

dengan persalinan sungsang yang dibantu.

Catatan :

Tindakan profilaksis Pinard adalah tindakan untuk menurunkan satu atau dua

kaki janin pada letak bokong (Frank Breech) dengan tujuan agar bila perlu

dapat dilakukan ekstraksi kaki.

Cara ini sudah jarang dilakukan karena sering menyebabkan komplikasi berat

pda janin.

2. Ekstraksi bokong :

Ekstraksi bokong adalah mengakhiri persalinan dengan menarik bokong janin

yang sudah berada di dasar panggul dengan indikasi kontra dan syarat sesuai

dengan persalinan ekstraksi sungsang pada umumnya.

Teknik pelaksanaan :

a. Dilakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik petunjuk (os

sakrum). Sebagaimana pertolongan persalinan sungsang yang lain,

hendaknya dipastikan pula bahwa serviks sudah tidakl teraba lagi pada

jalan lahir.

Jari telunjuk tangan operator yang berhadap dengan os sakrum dikaitkan

pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke

bawah (bila perlu tangan operator yang lain memegang pergelangan tangan

yang mengait tadi untuk memberikan tambahan kekuatan ekstraksi).

Sebelum itu, sebaiknya sudah dilakukan episiotomi yang cukup lebar.

b. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan

operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang janin untuk membatu

ekstraksi hingga bokong berada di luar vulva.

c. Arah ekstraksi berubah ke atas (ventral ibu) untuk mengeluarkan trokanter

belakang.

d. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam sesuai dengan

ekstraksi kaki seperti tersebut di atas.

Komplikasi yang dapat terjadi :

a. Ibu :

Perdarahan pasca persalinan (atonia uteri, robekan jalan lahir)

Trauma jalan lahir

Infeksi

b. Janin :

Asfiksia

Aspirasi cairan amnion

Trauma otot (betis, paha, perut, bahu dan m. sternokleido-

mastoideus).

Dislokasi sendi (lutut, paha, siku dan bahu)

Fraktura (paha, lengan atas dan bawah, tulang belakang dan

klavikula).

Kerusakan jaringan saraf (susunan saraf pusat, terutama terjadinya

perdarahan intra-kranial, paresis pleksus brakialis dan n. fasialis).

VERSI DAN EKSTRAKSI

Definisi :

Versi dan ekstraksi adalah versi (pemutaran badan janin) yang dilakukan

dengan cara satu tangan penolong di dinding perut ibu dan tangan yang lain di dalam

kavum uteri, yang segera disusul dengna ekstraski kaki untuk melahirkan janin.

Indikasi :

1. Letak lintang, khususnya pada gemelli anak ke-2

2. Letak kepala dengan prolapsus tali pusat

3. Presentasi ganda

Indikasi kontra :

1. Ruptura uteri imminens

2. Cacat rahim

3. Disproporsi janin-panggul

4. kepala janin defleksi

5. Bayi pertama pada persalinan ganda

Syarat :

1. Pembukaan lengkap

2. Bagian terendah janin dapat didorong ke atas

3. Kulit ketuban baru pecah/dipecah

Teknik pelaksanaan :

1. Persiapan ibu, janin dan penolong sama dengan persiapan persalinan dengan

bantuan pada umumnya.

2. Ibu diberi narkose yang dapat merelaksasikan dinding uterus (Ether, Halothan,

Fluothane).

3. Tangan penolong yang berdekatan dengan bagian kecil janin dimasukkan ke

dalam jalan lahir secara obstetrik, sedang tangan yang lain diletakkan di funsud

uteri untuk mendekatkan bagian kecil janin tersebut.

4. Tangan penolong yagn berada di dalam jalan lahir bertugas mencari kakijanin

untuk dibawa keluar. Upaya untuk mendapatkan kedua kaki ini dapat dilakukan

dengan cara langsung :

a. Langsung

Memegang kaki janin (pada pergelangan kaki) dengan jari telunjuk dan jari

tengah

b. Tidak langsung

Tangan penolong yang berada di dalam jalan lahir menyelusuri punggung,

bokong, paha, tungkai bawah dan akhirnya pergelangan kaki janin.

5. Setelah pergelangan kaki janin terpegang, kemudian ditarik keluar sampai sebatas

lutut dan bersamaan dengan itu tangan penolong yang berada di laur

mendorong/memutar kepala janin ke arah fundus uteri. Diusahakan agar badan

janin dalam keadaan fleksi.

6. Segera periksa apakah versi telah berhasil, dengan cara :

a. Melihat apakah kaki janin tidak masuk ekmbali ke dalam jalan lahir

b. Dengan palpasi kepala janin sudah berada di fundus uteri.

7. Bila dari evaluasi ini ditentukan versi telah berhasil, maka janin dilahirkan seperti

pada ekstraksi sungsang.

Komplikasi yang dapat terjadi :

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari tindakan versi ekstraksi ini sama

dengan penyulit yang dapat terjadi pada persalinan sungsang, yaitu :

1. Ibu :

a. Perdarahan post-partum (atonia uteri, robekan jalan lahir)

b. Trauma jalan lahir

c. Infeksi

2. Janin :

a. Tercekik

b. Asfiksia

c. Kerusakan jaringan saraf pada otak, sumsum tulang belakang dan saraf

tepi.

d. Fraktur dan dislokasi sendi.

e. Trauma otot (hematom m, sternokleidomastoideus)

BEDAH CAESAR, HISTEREKTOMI CAESAREAN

DAN HISTEROTOMI

Definisi :

Bedah Caesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin melalui dinding

perut dan dinding uterus.

Jenis :

1. Bedah Caesar klasik/korporal

2. Bedah Caesar transperitoneal profunda

3. Bedah Caesar ekstraperitoneal

4. Histerektomi Caesarean (Caesarean hyseterectomy)

Indikasi :

A. Indikasi Ibu :

1. Panggul sempit

2. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

3. Stenosis serviks uteri atau vagina

4. Plasenta previa

5. Disproporsi janin-panggul

6. Ruptura uteri membakat

7. Partus tak maju

8. Incoordinate uterine action

B. Indikasi janin :

1. Kelainan letak :

a. Letak lintang

b. Letak sungsang (janin besar, kepala defleksi)

c. Letak dahi dan letak muka dengan dagu di belakang

d. Presentasi ganda

e. Kelainan letak pada gemelli anak pertama

2. Gawat Janin

Indikasi kontra (relatif) :

1. Infeksi intrauterin

2. Janin mati

3. Syok/anemia berat yang belum teratasi

4. Kelainan kongenital berat

Teknik pelaksanaan :

1. Bedah Caesar Klasik/Korporal

a. Buat insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus

uteri di atas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai

sepanjang kurang lebih 12 cm. Saat menggunting, lindungi janin dengan 2

jari operator.

b. Setelah kavum uteri terbuka, kuit ketuban dipecah. Janin dilahirkand enga

nmeluncurkan kepala janin ke luar melalui irisan tersebut.

c. Setelah janin lahir seluruhnya, tali pusat diklem (2 tempat) dan dipotong

diantaranya

d. Plasenta dilahirkan secar manual, kemudian segera disuntikkan uterotonika

ke dalam miometrium dan intravena.

e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :

- Lapisan I : Miomterium tepat di ats endometrium dijahit

secara silang dengan menggunakan benang

chromic catgut no. 1 atau 2.

- Lapisan II : Lapisan miometrium di atasnya dijahit secara

kasur horizontal (Lambert) dengan benang

yang sama.

- Lapisan III : dilakukan reperitonealisasi dengan cara

peritoneum dijahit secara jelujur

menggunakan benang plain catgut no. 1 dan

2

f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah

dan air ketuban.

g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

2. Bedah Caesar Transperitoneal profunda

a. Plika vesiko-uterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara

melintang, kemudian secara tumpul disisihkan ke arah bawah dan

samping.

b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang

lebih 1 cm dibawah irisan plika vesik-uterina. Irisan kemudian perlebar

dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm. Saat menggunting

lindungi janin dengan 2 jari operator.

c. Setelah kavum uteri terbuka, kuit ketuban dipecah dan janin dilahirkan

dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut

d. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya

e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat diklem (2 tempat) dan

dipotong diantaranya.

f. Plasenta dilahirkan secara manual, kemudian segera disuntikkan

uterotonika ke dalam miometrium dan intravena.

g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :

- Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit

secara silang dengan menggunakan benang

chromic catgut no. 1 atau 2.

- Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya dijahit secara

kasur horizontal (Lambert) dengan benang

yang sama.

- Lapisan III : peritoneum plika vesiko-uterina dijahit secara

jelujur menggunakan benang plain catgut no.

0 atau 1

h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah

dan air ketuban.

i. Dinding abdomen dijahti lapis demi lapis.

3. Bedah Caesar ekstraperitoneal

a. Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudian

digeser ke kranial agar terbebas dari dinding kranial vesika urinaria.

b. Segmen bawah rahim diiris melintang sepertri pada bedah Caesar

transperitoneal profunda, demikian jgau cara menutupnya.

Bedah caesar ekstraperitoneal ini terutama dilakukan pada kasus infeksi intra-

uterin tetapi sekarang sudah sangat jarang dilakukan sehubungan dengan

makin efektifnya antibiotika yang kita gunakan.

4. Histerektomi Caesarean

a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/korporal demikian

juga cara melahirkan janinnya.

b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikand engan

menggunakan klem secukupnya.

c. Kedua adneksa dan ligamen rotunda dilepaskan dari uterus.

d. Kedua cabang arteria uterina yang menuju korpus uteri diklem (2) pada

tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan di atas kedua klem

tersebut.

e. Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan

pada tunggul serviks uteri diatasi.

f. Jahit cabang arteria uterina yagn diklem dengan menggunakan benang

sutera no. 2

g. Tungguls erviks uteri ditutup dengna jahitan (menggunakan chromic

catgut no. 1 atau 2) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptik

h. Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tungguk serviks

uteri

i. Dilakukan reperitonealisasi serta eksplorasi daerah panggul dan visera

abdominis.

j. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

HISTEROTOMI

Definisi :

Suatu pembedahan untuk melahirkan isi uterus melalui dinding perut dan

dinding uterus tanpa mengharapkan hasil konsepsi hidup.

Indikasi :

A. Indikasi ibu :

1. Dekompensasio kordis

2. Hipertensi essensial yang berat

3. Penyakit ginjal menahun dengan kemunduran fungsi ginjal

4. Psikosis yang berat

5. Mola hidatidosa.

B. Indikasi janin :

1. Cacat bawaan yang berat

2. Janin mati

Teknik pelaksanaan :

Tentukan apakah sudah terbentuk segmen bawah rahim. Bila sudah, maka

dilakukan tindakan seperti teknik beda Caesar tranperitoneal profunda, sedang bila

segmen bawah rahim belum terbentuk maka dilakukan tindakan seperti bedah Caesar

klasik.

Catatan :

Pertimbangkan ketentuan Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992

untuk indikasinya.

EMBRIOTOMI

(Operasi Destruksi)

Definisi :

Embriotomi adalah persalinan buatan dengan cara merusak atau memotong

bagian tubuh janin agar dapat dilahirkan pervaginam.

Jenis :

1. Pungsi

2. Kleidotomi

3. Perforasi kranioklasti

4. Eviserasi/Eksenterasi

5. Spondilotomi

6. Dekapitasi

Indikasi :

Indikasi embriotomi sama dengan indikasi ibu dan indikasi obstetri pada

ekstraksi forseps.

Indikasi kontra :

1. Konyugata vera <7 cm

2. Adanya tumor jalan lahir

3. Letak lintang dengan ruptura uteri imminens atau bekas perlukaan dinding

rahim (Bedah Caesar, miomektomi, dan lain-lain).

Syarat :

1. Janin mati

2. Pembukaan lebih atau sama dengan 7 cm

3. Kulit ketuban pecah atau dipecah

Persiapan :

Sebelum dilakukan tindakan embriotomi haruslah dilakukan persiapan yang meliputi

persiapan ibu, bayi, penolong dan peralatan (lihat persalinan sungsang) dengan

memperhatikan alat-alat khusus tyang digunakanpada masing-masing jenis tindakan

embriotomi.

1. Pungsi

Pungsi adalah tindakan mengeluarkan cairan dari tubuh janin guna memperkecil

volumenya.

A. Indikasi (khusus) :

a. Hidrosefalus

b. Asites

B. Indikasi kontra (khusus) :

Hidrosefalus akut pada janin hidup

C. Alat :

Jarum pungsi

D. Teknik :

a. Jarum pungsi ditusukkan pada fontanela/sutura/foramen magnum (pada

hidrosefalus) atau abdomen (pada asites). Untuk memastikan tempat

penusukan dapat dipergunakan spekulum vagina.

b. Cairan dibiarkan keluar sebanyak mungkin dan kemudian janin dilahirkan

sebagaimana lazimnya.

2. Kleidotomi

Kleidotomi adalah tindakan memotong satu atau dua os klavikula guna

mengecilkan lingkaran bahu. Tindakan ini dapat juga dikerjakan pada janin yang

masih hidup karena daya penyembuhan os klavikula baik.

A. Indikasi (khusus) :

Distosia bahu, misalnya pada makrosomia

B. Alat :

Gunting Dubois atau Siebold

C. Teknik pelaksanaan :

Teknik kleidotomi meliputi beberapa tahap untuk :

a. Penolong membayangkan os klavikula mana yang akan dipotong

(umumnya os klavikula bagian depan).

Penolong harus mengetahui secara pasti posisi os klavikula pada pintu

bawah panggul serta diusahakan agar memotong os klavikula pada bagian

tengahnya. Pada janin yang masih hidup, hal ini perlu diperhatikan karena

terdapat arteria subklavia dibawah os klavikula sebelah lateral.

b. Pemotongan os klavikula

Os klavikula dipotong dengan menggunakan gunting Dubois atau Siebold.

Untuk mencapai os klavikula kadang-kadang diperlukan pemasangan

spekulum vagina.

c. Melahirkan bahu

Ekstraksi anak dilakukan dengan menyesuaikan putaran paksi dalam dan

sumbu panggul ibu. Pada saat melakukan ekstraksi ini perlu dilakukan

episiotomi.

3. Perforasi Kranioklasti

Perforasi kranioklasti adalah tindakan merusak kepala janin guna memperkecil

volumenya dan kemudian menariknya dengan kranioklast.

A. Alat :

a. Skalpel

b. Perforator Naegele

c. Kranioklast Braun

d. Tang Braun

e. Cunam Muzeaux

f. Spekulum vagina

B. Teknik pelaksanaan :

Perforasi kranioklasti terdiri atas beberapa tahapan tindakan, yaitu :

a. Penolong membayangkan bagaimana perforator menembus kepala janin

dan bagaimana kranioklast akan dipasang. Setelah semua persiapan

selesai, penolong berdiri di depan vulva sambil memegang perforator

dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana posisi perforator

akan ditusukkan (umumnya pada sutura sagitalis / fontanella).

b. Proses perforasi kepala janin dengan perforator

Perforator ditusukkan pada sutura sagitalis/fontanella dalam keadaan

tertutup. Bila sudah sampai pada jaringan otak, perforator dibuka

(dilebarkan) dan diputar agar jaringan otak dapat keluar. Kadang-kadang

diperlukan pemasangan spekulum vagina guna melihat langsung daerah

sutura yang akan ditusuk serta untuk mempermudah proses perforasi,

kadang-kadang diperlukan pula irisan pada kuit kepala janin sebelumnya.

Diperlukan bantuan untuk menahan fundus uteri guna mencegah terjadinya

ruptura uteri.

Tempat penusukan dapat dilkaukan pada foramen magnum jika janin letak

sungsang atau pada hidung jika janin letak muka.

c. Memasang kranioklast

Kranioklast betina dipasang dengan pilihan pada muka janin dan pada

panggul bagian belakang. Kranioklast jantan kemudian dipasang sesuai

dengan kranioklast betina melalui lubang perforasi.

d. Menilai hasil pemasangan kranioklast

Setelah kranioklast terpasang, dilakukan periksa dalam vagina untuk

menilai apakah ada bagian jalan lahir ibu yang terjepit diantara kedua

kranioklast tersebut. Bila hasil periksa dalam vagina menunjukkan bahwa

tidak ada bagian jalan lahir ibu yang terjepit, maka kranioklast kemudian

dikunci.

e. Rotasi (kalau perlu) dan ekstraksi kranioklast

Rotasi dan ekstraksi dilakukan menyesuaikan dengan putaran paksi dalam

dan arah sumbu panggul ibu. Pada saat ini episiotomi dapat dilakukan.

Setelah suboksiput berada dibawah simfisis, kranioklast dipegang hanya

dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan perineum, kemudian

dilakukan tarikan ke atas sehingga kepala defleksi dan lahir sebagaimana

mestinya.

f. Membuka dan melepaskan kranioklast

Setelah seluruh kepala lahir, kranioklast dilepas dan kepala dibiarkan

melakukan putaran paksi luar, kemudian badan dilahirkan sebagaimana

mestinya.

4. Eviserasi atau eksenterasi

Eviserasi atau eksenterasi adalah mengeluarkan isi rongga perut atau rongga dada

janin mati agar janin dapat dilahirkan pervaginaan.

A. Indikasi (khusus) :

a. Persalinan letak lintang macet yang diperkirakan dengan eviserasi /

eksenterasi saja janin dapat dilahirkan.

b. Kelainan kongenital janin (rogga dada dan atau rongga perutnya sangat

besar) sehingga menyebabkan distosia.

B. Alat :

a. Skalpel

b. Gunting Dubois atau Siebold

c. Cunam Muzeaux

d. Spekulum Vagina

e. Tang Boer

C. Teknik Pelaksanaan

a. Penolong membayangkan posisi janin di dalam rahim dan memastikan

bagian terbawah janin serta tempat/bagian tubuh janin yang akan

dilubangi.

b. Apabila terdapat tangan menumbung, maka tangan tersebut diikat dengan

ikatan Budin-Siegemundin agar tidak masuk lagi ke dalam rahim. Dengan

pertolongan spekulum vagina, dinding perut atau dinding dada dilubangi

dengan menggunakan skalpel atau gunting Dubois/Siebold sampai

mencapai rongga perut/dada. Tepi lubang dipegang dengan cunam

Muzeaux dan kemudian tang Boer dimasukkan melalui lubang tersebut

untuk mengambil/mengeluarkan visera perut/dada sebanyak mungkin.

Dalam proses ini diperlukan upaya menahan fundus uteri guna mencegah

ruptura uteri.

c. Janin kemudian diusahakan lahir seolah-olah seperti pada persalinan letak

lintang spontan, yaitu secara konduplikasio korpore atau evolusio

spontanea (Denman-Douglas).

d. Apabila eviserasi atau eksenterasi tidak berhasil, maka dilanjutkan dengan

spondilotomi atau dekapitasi.

5. Spondilotomi

Spondilotomi adalah pemotongan tulang belakang janin mati agar janind apat

dilahirkan pervaginam. Pada umumnya tindakan ini dilakukan jika tindakan

eviserasi/eksenterasi saja tidak berhasil.

A. Alat :

Sama dengan yang digunakan pada eviserasi/eksenterasi ditambah dengan

pengait Braun.

B. Teknik Pelaksanaan :

a. Penolong terlebih dahulu memastikan posisi tulang belakang janin yang

paling bawah, yang akan dipotong.

b. Dengan pertolongan spekulum vagina dan periksa dalam vagina, dinding

perut/dada tulang belakang yang dimaksud dibuka/dipotong. Kemudian

tulang belakang tersebut dikati dengan pantit braun dan dipotong dengan

menggunakan guntin Siebold atau dipatahkan dengan cara memuntir

pengait Braun.

c. Janin kemudian dilahirkan dengan cara konduplikasio korpore atau janin

bagian bawah di;lahirkan terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan

pengeluaran janin bagian atas sperti pada persalinan sungsang. Potongan

tulang belakang dapat dipegang dengan cunam Muzeaux.

6. Dekapitasi

Dekapitasi adalah tindakan memotong kepala janin mati pada letak lintang agar

janin dapat dilahirkan pervaginam.

A. Indikasi (khusus)

Persalinan letak lintang macet dengan posisi leher janin dapat dijangkau dari

jalan lahir.

B. Alat

Sama dengan yang digunakan pada sponditolomi.

C. Teknik pelaksanan

a. Penolong memastikan posisi janin terutama leher rahim yang akan dicapai.

b. Apabila terdapat tangan menumbung, maka tangan tersebut diikat dengan

ikatan Budin_Sigemudin agar tidak masuk lagi ke dalam jalan lahir.

Dengan pertolongan spekulum vagina atau periksa dalam vagina, pengait

Braun dipasang pada leher yang akan dipotong. Dalam proses ini kadang-

kadang diperlukan pengguntingan jaringan lemak leher agar pengait Braun

dapat mencakup tulang leher.

c. Tulang leher kemudian dipotong baik dengan cara menggunting maupun

dengan cara memuntir leher dengan pengait Braun.

d. Badan janin dilahirkan terllebih dahulu dengan menarik tangan yang

menumbung atau dengan menarik tulang belakang yang terpotong denaan

cunam Muzeaux. Kepala dilahirkan seperti pada persalinan sungsang

bantu, yaitu dengan cara cunam Muzeaux dipegangkan pada leher janin.

D. Komplikasi yang dapat terjadi :

a. Perdarahan pasca persalinan.

b. Ruptura uteri.

c. Jejas jalan lahir.

Oleh karena bahaya jejas jalan lahir banyak, maka dianjurkan agar pada

setiap pasca persalinan buatan, jalan lahir dieksplorasi terlebih dahulu

untuk mengetahui ada tidaknya jejasa dan bila ditemukan sebaiknya segera

ditangani.

d. Infeksi jalan lahir

Tambahan :

1. Pada bedah destruksi, setiap kali operator memasukan alat ke dalam jalan lahir,

dilakukan upaya melindungi jalan lahir tersebut baik dengan tangan penolong

maupun dengan spekulum vagina.

2. Agar tidak terjadi gejolak perasaan keluarga, maka janin yang dilahirkan dengan

bedah destruksi diusahakan dijahit kembali seperti keadaan semula.

SIMFISIOTOMI

Definisi:

Simfisiotomi adalah tindakan mengiris simfisis untuk memisahkan lingkar

panggul kiri denag lingkar panggul kanan dengan tujuan memperluas panggul dalam

persalinan. Tindakan ini sudah jarang dilakukan karena umum sudah digantikan

dengan bedah caesar, hanya pada daerah yang terisolasi saja tindakan ini masih

diperlukan.

Indikasi : persalinan dengan panggul sempit.

Indikasi Kontra (relatif) :

Syok/anemia berat yang belum teratasi.

Janin mati.

Syarat : pembukaan servis lengkap / hampir lengkap.

Alat : Skalpel.

Teknis pelaksanaan:

1. Jari telunjuk tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan mendorong

urtera ke arah samping. Kalau perlu dipasang kateter nelaton(karet atau

plastik) pada urtera.

2. Iris kulit diatas simfisis secara membujur sepanjang 3 cm, kemudian iris

simfisis dari tepi kranial menuju ke badan simfisis sampai padaligamentum

arkuatus.

Selama pelaksanaan ini, jari telunjuk tangan kiri penolong menjadi pedoman

arah kedua paha ibu yang sebelumnya sudah dalam posisi litotomi.

3. setelah pembukaan lengkap, ibu dimpimpin megnejan seperti biasa. Tindakan

simfisiotomi ini dapat dilakukan bersama dengan ekstraksi forseps, ekstraksi

vakum atau tindakan pengakhiran persalinan lainnya.

4. pasca tindakan, kulit dijahit kembali, pada ibu dipasang kateter menetap

selama 3-5 hari dan diberi kemoterapi/antibiotika untuk mencegah infeksi

saluran air seni. Juga dipasang korset/setagen (pengikat perut) untuk

mempertahankan keutuhan panggul dan beristirahat di tempat tidur selama 7

hari.

Komplikasi :

a. Penyembuhan simfisis kurang baik, sehingga simfisiolisis dapat menetap.

b. Nyeri artikulasio sakroiliaka.

c. Fistula saluran air seni, baik oleh karena saluran air seni (vasika urinaria atau

uretra) teriris atau mengalami nekrosis.

d. Infeksi saluran air seni dan atau infeksi lokal simfisis.

PEDOMAN PEMERIKSAAN ANTENATAL

KUNJUNGAN BARU

IDENTITAS PESERTA

Nama kecil ibu hamil dan nama suami, umur, alamat, pekerjaan ibu/suami.

ANAMNESIS

Keluhan utama : alasan datang ke klinik

Riwayat haid : HPHT, siklus, perkiraan persalinan (Rumus Naegele : Hari +7,

bulan -3, tahun +1)

Riwayat perkawinan : berapa kali perkawinan dan lama

Riwayat obstetri : mengenai kehamilan, persalinan dan nifas

Gravida ……… Paritas ……… Abortus ……. Anak hidup ………

Umur anak terkecil

Macam persalinan terhdaulu, penyulit

Riwayat keluarga/penyakit keturunan : kembar, MDM.

Riwayat penyakit berat/operasi yang pernah diderita

Riwayat imunisasi yang pernah diterima

Riwayat KB yang pernah dan akan dilakukan, berapa anak yang diinginkan

Riwayat lain : sosial ekonomi, pendidikan.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum, sesak, pucat, gizi.

Tanda vital tekanan darah, BB, suhu, pernafasan.

Kelainan badan dan anggota badan, oedem, pincang, kejang.

PEMERIKSAAN OBSTETRI

(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)

Abdomen : bentuk dan arah pembesaran (membujur, melintang), tinggi

pembesaran, tegang, mengkilat, venektasi, tanda cairan bebas, tumor.

Pemeriksaan kehamilan dengan Leopold I-IV.

Gerak anak dan denyut jantung janin.

Adanya tanda-tanda inpartu.

His : lama, frekuensi, kuat, cincin Band’l

Pengeluaran tali pusat, tangan dan kaki.

Pemeriksaan dalam : bila ada indikasi, mengetahui pembukaan, penipisan,

keutuhan kulit ketuban, bagian bawah janin dan ketinggian sesuai bidang

Hodge I-IV.

PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

Pemeriksaan Laboratorium :

Test kadar HCG untuk menentukan kehamilan, kadar hemoglobin (Hb), kadar

protein dalam urine, kadar gula darah dan lekosit, waktu pendarahan dan

pembekuan.

Pemeriksaan radiologi :

Foto polos abdomen pada umur kehamilan lebih 36 minggu pada kehamilan

ganda, sungsang dan lintang.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) :

Ancaman abortus, kehamilan ekstra uterin, tumor abdomen, Mola hidatidosa,

kematian intra rahim, hidrosefalus, hidramnion, pertumbuhan intra uterin yang

lambat (IUGR).

PENENTUAN DIAGNOSIS :

1. IBU = G P A.. USIA IBU..USIA KEHAMILAN....MINGGU

2. JANIN = JUMLAH/HIDUP-MATI/ PRESENTASI/ PUKA-I

3. PERJALAN KEHAMILAN/PERSALINAN/NIFAS

4. CATATAN PENTING/PHATOLOGI IBU - JANIN

PEDOMAN PEMERIKSAAN ANTENATAL

KUNJUNGAN ULANG

Kunjungan ulang pelayanan antenatal dianjurkan minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan interval sebagai berikut :

Sebelum 27 minggu sekali sebulan

Kehamilan 28 minggu sampai 35 minggu 2 kali sebulan

Sesudah kehamilan > 36 minggu sekali seminggu.

PEMERIKSAAN

Anamnesa : keluhan utama

Pemeriksaan fisik : BB, tekanan darah, tinggi fundus uteri, DJJ dan

pemeriksaan yang dikaitkan dengan keluhan yang ada.

PEMBERIAN MEDIKAMENTOSA

Pemberian roborantia dan tablet besi : bagi setiap ibu hamil

Vitamin B Compleks

Vitamin C

Sulfas Ferrosus

Pemberian obat penyulit kehamilan :

Obat muntah : Perfenasin, Metoclopramid

Obat pusing : Parasetamol, Antalgin

Obat untuk Pre Eklamsia : Diazepam

Obat untuk kontraksi (Braxton Hicks) : Papaverin

Obat oedem : Furosemide, HCT.

Obat untuk penyulit lain : Antibiotika, dan lain-lain.

PEMBERIAN IMUNISASI

Vaksinasi dasar dengan Tetanus Toksoid ½ cc im, diberikan 2 kali

dengan selang waktu 4 minggu, pada kedatangan yang pertama kali.

Vaksinasi penguat (“Booster”) : diberikan sekali pada kehamilan

berikutnya bila telah lebih 3 tahun dari vaksinasi dasar.

Suntikan dapat diberikan pada kunjungan pertama atau paling lambat 2

minggu sebelum saat perkiraan persalinan.

PENYULUHAN KESEHATAN IBU HAMIL :

Cara hidup sehat

Pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali

Makanan sehat ibu hamil dan bayi

Proses laktasi dan manfaat ASI

Pemeliharaan payudara dan persiapan menyusui (Breast Care).

Pengenalan kehamilan risiko tinggi

Proses persalinan risiko tinggi

Proses persalinan dan rawat gabung dirawat inap

Manfaat KB bagi kesejahteraan keluarga

INDIKASI RAWAT INAP :

Ibu hamil dengan tanda-tanda ancaman keguguran (abortus imminens),

keguguran (abortus inkompletus), ancaman persalinan immaturus dan

prematurus.

Ibu hamil dengan kehamilan diluar kandungan.

Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ditandai dengan muntah

hebat dan dehidrasi.

Ibu hamil dengan kasus patologik dirawat pada umur kehamilan 38

minggu

Ibu hamil yang datang dengan tanda inpartu

Ibu hamil dengan Pre Eklamsi berat / Eklamsia

Ibu hamil dengan Hidramnion disertai sesak

Ibu hamil dengan pendarahan apapun penyebabnya

Ibu hamil dengan anemia gravis

Ibu hamil dengan kematian janin intra uterin (IUFD).

PEDOMAN

PERAWATAN PAYUDARA

Agar proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna, maka salah satu faktor yang

perlu diperhatikan adalah perawatan payudara, yaitu mempersiapkan payudara ibu

sebaik-baiknya agar dapat berproduksi secara optimal dan dapat menyusui dengan

baik dan lancar. Untuk hal itu diperlukan perawatan payudara baik bagi ibu sebelum

melahirkan maupun bagi ibu sesudah melahirkan.

PERAWATAN PAYUDARA SEBELUM MELAHIRKAN

(Prenatal Breast Care)

TUJUANNYA :

Memelihara kebersihan payudara

Menguatkan dan melenturkan putting susu

Mengeluarkan putting susu, apabila terdapat puting mendalam

(inverted/retracted nipple).

SYARAT PELAKSANAAN :

Dikerjakan dengan sistematis dan teratur

Memelihara kebersihan sehari-hari.

Nutrisi ibu hamil harus lebih baik dan lebih banyak dibanding sebelumnya.

Memakai BH/kutang yang bersih dengan desain menopang payudara.

TEKNIK PERAWATAN :

Pengurutan / massage pada payudara dilakukan dengan kedua telapak tangan

dilicinkan dengan minyak.

Gambar 1 : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak

Putting susu dan sekitarnya (areola) dikompres dengan kapas/lap yang lebih dahulu

dibasahi dengan minyak, maksudnya agar kotoran / kerak didaerah tersebut menjadi

lunak dan mudah dibersihkan.

Gambar 2 : Kompres puting susu dengan kapas / lap berminyak

Setelah bersih pengurutan mulai dilaksanakan dengan cara pegang kedua puting susu

lalu tarik keluar dan putar ke arah dalam 20 kali, ke luar 20 kali.

Gambar 3 : Kedua putting susu dipegang lalu ditarik bersama-sama dan diputar ke

dalam kemudian ke luar 20 kali.

Pangkal payudara dipegang kedua tangan dan diurut dari pangkal menuju putting

susu, sebanyak 30 kali.

Gambar 4 : Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu diurut ke arah putting susu.

Banyaknya 10 kali.

Pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran tidak

tersumbat

Gambar 5 : Pijat daerah aerola mammae hingga keluar 1-2 tetes.

Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk kering bersih.

Gambar 6 : Bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk bersih dan kering

dan kasar.

Jangan memakai BH yang menekan payudara.

Gambar 7 : Bentuk BH/kutang yang salah karena menekan payudara.

Pakailah BH yang menyanggah payudara.

Gambar 8 : BH/kutang yang baik dengan desain dan bentuk menopang/menyangga

payudara.