PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA PADA … · seperti yang terdapat pada ISO 9001 dan sebagian...
Transcript of PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA PADA … · seperti yang terdapat pada ISO 9001 dan sebagian...
PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA
PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI
PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR CASTING PLANT INDONESIA
Oleh :
NOVI ASTININGTIAS
H24054233
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ii
ABSTRAK
Novi Astiningtias. H24054233. Prospek Penerapan Strategi Six Sigma Pada
Pengendalian Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia. Di
bawah bimbingan H. Musa Hubeis.
Konsep mutu bukan saja berfokus pada keinginan konsumen, tetapi juga
menitikberatkan pada efisiensi produksi. Dengan demikian, tuntutan perbaikan mutu
bukan hanya terletak pada produk, tetapi juga pada proses produksi, sehingga
perusahaan memiliki daya saing tinggi. Persaingan dalam industri menuntut
perusahaan mampu selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya dalam hal
perhatian terhadap mutu. Rencana jangka panjang PT. ADM adalah menjadikan PT.
ADM sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di Asia Tenggara, dengan
demikian tuntutan perbaikan mutu PT. ADM untuk mencapai mutu dunia mutlak
harus dilakukan. Perspektif Six Sigma adalah salah satu pendekatan yang dapat
diupayakan oleh PT. Astra Daihatsu Motor (PT. ADM) untuk melakukan perbaikan
mutu.
Tujuan penelitian ini (1) Mengetahui proses produksi PT. ADM Casting Plant
(2) Mengetahui dan mempelajari sistem pengendalian mutu produksi PT. ADM
Casting Plant (3) Menyusun hirarki pengendalian mutu pada PT. ADM Casting
Plant dengan mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat,
tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian serta (4) Merekomendasikan strategi
penerapan Six Sigma yang sesuai pada PT. ADM Casting Plant.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dari
studi pustaka, internet, literatur dan dokumen perusahaan. Proses Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan Expert Choice 2002.
Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa pengendalian mutu pada PT.
ADM dilakukan dengan pengawasan terhadap setiap bagian terhadap proses produksi
seperti yang terdapat pada ISO 9001 dan sebagian prinsip Toyota Way yang
diimplementasikan. PT. ADM juga mengimplementasikan sistem mutu Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), dan mendapatkan berbagai sertifikasi mutu seperti
ISO/TS 16949:2002, ISO 14001, OHSAS 18001 dan Green Company.
Faktor, aktor dan tujuan berpengaruh pada pengambilan keputusan
pengendalian mutu yang dilakukan untuk menentukan hirarki analitik demi
mendapatkan pemilihan strategi penerapan six sigma pada PT. ADM. Identifikasi
dilakukan dengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) bersama Divisi
Pengembangan SDM PT. ADM, Tim Pengendali Mutu dan Divisi Produksi.
Berdasarkan pengolahan data vertikal, faktor paling berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan penerapan strategi Six Sigma adalah faktor aplikasi (bobot
0,422); Aktor yang paling mempengaruhi pengambilan keputusan adalah Kepala
Bagian Raw Material (bobot 0,375); Tujuan yang menjadi prioritas adalah Sistem
yang mudah diaplikasikan (bobot 0,287). Hasil akhir pengolahan data vertikal
menunjukkan alternatif prioritas penerapan Strategi Six Sigma secara penuh (bobot
0,627).
iii
PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA
PADA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI
PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR CASTING PLANT INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NOVI ASTININGTIAS
H24054233
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
iv
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROSPEK PENERAPAN STRATEGI SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN
MUTU PRODUKSI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR CASTING PLANT
INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NOVI ASTININGTIAS
H24054233
Menyetujui, Mei 2009
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing,DEA
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Semarang, 24 November 1986 sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Sutiyanto dan Ibu Rusmini dengan nama lengkap Novi
Astiningtias. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 02
Gayamsari Semarang dan lulus tahun 1992, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 9
Semarang sampai dengan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama dilanjutkan ke
SMU Negeri 3 Semarang sampai dengan lulus tahun 2005. Penulis diterima sebagai
mahasiswa (TPB) Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui
SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2005. Setelah selesai
melalui program TPB, Penulis melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Minor Komunikasi pada
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan
internal dan eksternal kampus, antara lain Centre of Management 2006-2007 sebagai
Staff Public Relation dan menjadi Vice President Director Centre of Management 2007-
2008. Penulis sempat mendapat amanah sebagai Sekretaris Koordinator Regional
Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ) 2007-2008. Dalam kegiatan
kampus, penulis memiliki kesempatan menjadi Tim Pameran Pekan Ilmiah Nasional
(PIMNAS) XX di Lampung dan PIMNAS XXI di Semarang. Selain itu, penulis
berkesempatan membuat tulisan ilmiah untuk mengikuti kegiatan Program Kreatifitas
Mahasiswa dan kandidat peserta International Student Summit di Ibaraki University
Jepang. Selain itu, penulis juga sempat menjadi pengajar Mata Kuliah Ekonomi Umum
bagi Mahasiswa asing di Tingkat Persiapan Bersama selama tahun 2007.
KATA PENGANTAR
vi
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan anugerah, sehingga mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Six Sigma Pada Pengendalian
Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant Indonesia” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Proses penelitian ini banyak pelajaran yang penulis dapatkan (pengalaman,
ilmu, dan pengembangan diri), sehingga sadar bahwa seluruh proses penulisan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, saran, dukungan dan kritik dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Keluarga tercinta : Ayah, Ibu, Dik Krish, Dik Nindy dan Mbah Putri yang
senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, serta makna dalam hidup
penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing, DEA selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan sabar, penuh ide-
ide baru dan terus memberi semangat yang dituangkannya menjadi saran untuk
penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Wita Juwita, S.TP, M.M dan Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen
penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan
memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak. Ir. Pramono Djoko Fewidarto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik
yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah.
5. Bapak. Ir. R. Dikky Indrawan, M.M dan Bapak Dedy Cahyadi Sutarman, S.TP,
M.M yang telah memberi insiprasi, pencerahan dan banyak bantuan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Staff tata usaha Departemen Manajemen yang telah memfasilitasi keperluan
kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan penulis.
7. Seluruh teman-teman Manajemen 42 yang selama empat tahun ini sudah
bersama dan membantu penulis dalam banyak hal.
vii
8. Teman-teman Centre of Management 2006-2007, Centre of Management 2007-
2008, Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek, Tim PIMNAS XX dan
PIMNAS XXI, khususnya yang dengan rasa kekeluargaan, saling mendukung
dan membantu dalam setiap hal atau kegiatan yang dilalui bersama.
9. Tidar dan Ira, untuk selalu ada dan menjadi penenang dikala gundah, ketika kita
melalui setiap langkah membagi suka, duka dan cinta kita bersama.
10. Kamila, Hapsari, Riva, Hari, Dondon, Ucup dan teman-teman PATRA ATLAS
yang selalu membuat penulis merasa selalu dirumah.
11. Teman-teman satu bimbingan : Utie, Nda, Nina, Indri, Lonik, Fury, Yeyen, Epe,
Faris dan Luthfan yang selalu memberi semangat untuk berjuang bersama.
12. Malia, Allen, Tyas, Ika dan Iyha untuk persahabatan yang terbukti tidak dapat
dipisahkan oleh apapun.
13. Selvina Bahar, Depdika Sevanu Rismawan dan teman-teman ALSTE 2005 yang
selalu ada untuk penulis.
14. Putie, Mbak Wul, Utie, Nceq dan Ade yang selalu memberi inspirasi dan
menyemangati penulis.
15. Mbak Lia dan Mbak Dikun untuk persaudaraan yang sangat indah.
16. Okie, atas setiap inspirasi, semangat dan apapun yang pernah kita lalui. Kau
adalah seseorang yang diberkahi Allah dengan Ilmu Pengetahuan yang tinggi
dalam QS : 31, percayalah kamu bisa melakukan segalanya, seperti Arjuna
percaya kepada Kresna sebagai pendamping dan pelindungnya, yang membuat
Arjuna menjadi sosok yang lebih baik.
Semoga penulisan hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada semua
pihak yang membacanya.
Bogor, Mei 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK RIWAYAT HIDUP…………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR………….………………………………………. v
DAFTAR TABEL……………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xi
I. PENDAHULUAN…………………...…………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………….…………………...... 4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 6
2.1 Mutu………………………………………………………...… 6
2.2 Pentingnya Mutu……………………………………………… 8
2.3 Dimensi Mutu………………………………………………… 9
2.4 Biaya Mutu…………………………………………………… 10
2.5 Perspektif Mutu………………………………………….…… 14
2.6 Six Sigma……………………………………………………... 15
2.7 Fase Six Sigma………………………………………….…….. 18
2.8 Keunggulan Six Sigma………………………………………… 20
2.9 Analisis Sistem ………………………………………………. 23
2.10 Proses Hirarki Analitik …………………………………… 23
2.11 Penelitian Terdahulu yang Relevan…………..……………. 25
III. METODE PENELITIAN………………………………………. 27
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………… 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….…… 28
3.3 Pengumpulan Data…..……………………………….………... 29
3.4 Pengolahan dan Analisis Data…………………………….…... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 35
4.1 Gambaran Perusahaan PT. ADM Casting Plant………………… 35
4.1.1 Sejarah Singkat PT. ADM……………………………… 36
4.1.2 Visi dan Misi PT. ADM………………………………… 37
4.2 Proses Produksi pada PT. ADM Casting Plant………………….. 38
4.3 Sistem Pengendalian Mutu pada ADM Casting Plant……......... 38
4.4 Analisis Identifikasi Faktor, Aktor dan Tujuan yang
Berpengaruh dalam Strategi Penerapan Six Sigma pada
Sistem Pengendalian Mutu…………………………….………. 40
4.4.1 Faktor-faktor Penyusun Strategi Penerapan Six Sigma dalam
Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM…………………….. 41
4.4.2 Aktor yang Terlibat dalam Strategi Penerapan Six Sigma dalam
Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM……….........………… 42
ix
4.4.3 Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Penerapan Six Sigma pada
Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM Casting Plant……….. 43
4.4.4Alternatif Strategi Penerapan Six Sigma dalam
Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM……………..…..… 44
4.5 Analisis Pemilihan Strategi Penerapan Six Sigma dalam
Pengendalian Mutu PT. ADM……………………………….. 45
4.5.1 Pengolahan Horisontal…………………………………. 45
4.5.2 Pengolahan Vertikal…………………………………..... 51
4.6 Strategi Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Six Sigma pada
Pengendalian Mutu ADM…………….……………….………. 53
4.7 Implikasi Manajerial…………………………………………... 53
KESIMPULAN DAN SARAN………..……………………………… 55
1. Kesimpulan…………………………..……………………………….. 55
2. Saran………………………………..………………………………… 56
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………. 57
LAMPIRAN…..…………………..…………………………………… 59
x
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Konversi DPMO terhadap nilai sigma………………………… 3
2. Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC…..…. 19
3. Metodologi DMAIC Six Sigma…………………...………….. 19
4. Rataan konsistensi untuk matriks…………………..…………. 31
5. Bobot faktor pada pengolahan horizontal……..……………… 46
6. Bobot masing-masing aktor terhadap faktor………………….. 47
7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor………..………… 49
8. Bobot tiap-tiap alternatif terhadap tujuan…………..………… 40
9. Implementasi Manajerial yang Dapat Dilakukan ……………. 54
xi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka analisis sistem………….…...………..………….…... 22
2. PHA…………………………….………………………….…… 23
3. Kerangka pemikiran penelitian.................................................... 28
4. Diagram kepemilikan saham PT. Astra Daihatsu Motor……… 37
5. Bobot faktor pada Expert Choice 2000………………………... 46
6. Bobot tiap aktor terhadap faktor dalam Expert Choice 2000…. 48
7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor dalam
Expert Choice 2000………………………………………………. 49
8. Bobot aktor, faktor, tujuan dan alternatif pada AHP…………….. 51
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Pertanyaan wawancara…………………………………………... 61
2. Bagan PHA………………………………………………………. 62
3. Kuesioner penelitian……………………………………………… 64
4. Proses produksi dan pengendalian mutu…………………………. 76
5. Tugas dan tanggung jawab Departemen dan Section……………. 77
6. Perhitungan horizontal untuk bobot aktor dan bobot tujuan….….. 78
7. Hasil pembobotan pada hirarki dalam Expert Choice 2000…….... 79
8. Hasil akhir pembobotan alternatif pada Expert Choice 2000……... 79
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada masa lalu, perusahaan hanya bersaing secara regional dan nasional.
Saat ini ketika globalisasi membuat jarak bukan lagi sebagai hambatan bisnis,
perusahaan bersaing secara internasional dan hanya perusahaan yang dapat
membuat produk sesuai dengan keinginan konsumen yang dapat memenangkan
persaingan. Kondisi perekonomian global telah memaksa pelaku bisnis untuk
berhati-hati dalam melakukan investasi. Dalam hal ini, setiap apa yang
dilakukan perusahaan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi produksi.
Pola produksi bukan hanya berfokus pada menciptakan produk dengan biaya
produksi semurah-murahnya, tetapi juga menciptakan produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika trend bisnis masa lalu
berfokus pada menciptakan produk, maka trend bisnis saat ini berfokus
menciptakan produk yang dibutuhkan konsumen.
Kondisi perekonomian global yang penuh persaingan telah memaksa
produsen meningkatkan mutu produknya agar mampu bersaing dalam industri.
Produsen dituntut untuk menciptakan produk yang memiliki karakteristik sesuai
keinginan konsumen. Karakteristik produk yang sesuai dengan harapan akan
mampu meningkatkan loyalitas pelanggan dan barang yang mutunya tidak sama
dengan harapan konsumen dengan mudah ditinggalkan konsumennya. Konsep
mutu bukan saja berfokus pada apa yang konsumen inginkan, tetapi juga
menitikberatkan pada efisiensi produksi. Dengan demikian, tuntutan perbaikan
mutu bukan hanya terletak pada produk, tetapi juga pada proses produksi,
sehingga perusahaan memiliki daya saing tinggi. Persaingan dalam industri
menuntut perusahaan mampu selangkah lebih maju dibandingkan pesaingnya
dalam hal perhatian terhadap mutu.
Setiap keputusan untuk perbaikan mutu yang baik didasarkan pada fakta
dan data yang ada, serta dianalisis melalui analisis ragam untuk menguji
nyata/tidaknya data. Perbaikan mutu secara terus menerus dapat mengurangi
2
biaya mutu yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengurangan biaya mutu
tersebut akan memperkecil pengeluaran perusahaan, sehingga kinerjanya lebih
efisien. Sistem mutu modern dibagi dalam tiga bagian, yaitu mutu desain, mutu
konformitas, mutu pemasaran dan layanan purna jual (Nasution, 2005). Dalam
bisnis produk (tangible product) dan jasa (intangible product), perusahaan
dituntut untuk melakukan manajemen proses yang diupayakan untuk
memperbaiki proses secara terus menerus agar dapat memuaskan pelanggan.
PT. ASTRA Daihatsu Motor (PT. ADM) adalah salah satu bagian dari
PT. ASTRA International yang bergerak di bidang produksi komponen otomotif
dengan merek Daihatsu. PT ADM berhasil membukukan produksi sebesar 114
ribu unit mesin mobil tahun 2005 dan saat ini kapasitas produksi lebih dari 150
ribu unit (www.astraworld.com, 2009). Sebagai produsen di pasar otomotif
Indonesia yang cukup diperhitungkan di Indonesia dengan peringkat ke lima
dunia, maka PT. ADM dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif
dibanding pesaingnya.
Proses pengendalian merupakan suatu proses dalam manajemen dimana
perusahaan membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditetapkan, kemudian perusahaan dapat melakukan tindakan manajerial untuk
memperbaiki kekurangan dalam proses maupun hasil produksi. Proses
pengendalian mutu dan peningkatan kinerja perusahaan memungkinkan PT.
ADM mencapai tuntutan konsumen Indonesia. Dengan proses pengendalian
mutu, produk cacat yang sampai kepada konsumen akan berkurang sampai nol
cacat dan biaya mutu dapat ditekan. Biaya mutu akibat dari cacat yang terjadi
dapat dikurangi, sehingga memperbesar laba perusahaan dan mengurangi biaya
produksi. Rencana jangka panjang PT. ADM adalah menjadikan PT. ADM
sebagai pusat produksi utama mobil Daihatsu di Asia Tenggara, dengan
demikian tuntutan perbaikan mutu PT. ADM untuk mencapai mutu dunia
mutlak harus dilakukan.
Beberapa cara pendekatan manajemen mutu dapat dilakukan perusahaan
untuk menjaga mutu produk. Salah satu filosofi peningkatan mutu yang banyak
3
diterapkan industri maju adalah filosofi Six Sigma. Filosofi ini merupakan
peningkatan mutu dramatis dan kontinu untuk mencapai mutu tingkat dunia,
sehingga hanya terjadi 3,4 kegagalan dari satu juta kemungkinan (Raharjo, dkk,
2008). Berdasarkan data produksi PT. ADM Casting Plant setelah dilakukan
pengolahan perhitungan sigma terhadap cacat produksi, diperoleh hasil bahwa
PT. ADM Casting Plant masih berada pada posisi tiga sampai dua sigma.
Angka sigma memang menunjukan bahwa rataan produk cacat PT. ADM
Casting Plant Indonesia jauh lebih baik daripada rataan DPMO industri
Indonesia (Tabel 1.), tetapi sebagai perusahaan yang mengadopsi budaya
Jepang, PT. ADM Casting Plant Indonesia masih jauh dari posisi sigma
berdasarkan tabel DPMO pada rataan industry Jepang. Dibawah ini adalah
tabel konversi DPMO (Defect Per Million Opportunities) terhadap nilai sigma
yang dapat menjadi perbandingan untuk melihat posisi sigma PT. ADM Casting
Plant Indonesia.
Tabel 1. Konversi DPMO tehadap nilai sigma
Tingkat
Pencapaian
Sigma
DPMO
COPQ sebagai
persentase dari sales
value
1-sigma 691.462 (sangat tidak
kompetitif)
Tidak dapat dihitung
2-sigma 301.538 (rataan industri indonesia)
Tidak dapat dihitung
3-sigma 66.807 25-40% dari penjualan
4-sigma 6.210 (rataan industri USA) 15-25% dari penjualan
5-sigma 233 (rataan industri Jepang) 5-15% dari penjualan
6-sigma 3,4 (industri kelas dunia) < 1% dari penjualan
Sumber : Gaspersz , 2007
Perpektif Six Sigma adalah salah satu pendekatan yang dapat diupayakan
oleh PT. ADM untuk melakukan perbaikan mutu. Six Sigma memiliki
keunggulan dibanding Total Quality Management (TQM) yang telah banyak
diterapkan oleh perusahaan. Perspektif ini memungkinkan perusahaan mencari
akar permasalahan dari penyebab cacat mutu produk dan mencari solusi yang
tepat bagi peningkatan kinerja untuk mencapai tingkat enam sigma yang
4
memungkinkan terjadinya tingkat cacat nol persen. Selain itu, Six Sigma
memberikan solusi penyelesaian masalah mutu dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif, bahkan dapat memberikan gambaran peningkatan mutu
perusahaan secara terukur, bukan hanya pemberian solusi kualitatif bagi
peningkatan mutu produk.
Keinginan perusahaan untuk selalu meningkatkan mutu dan kinerja
memerlukan adanya penerapan strategi pengendalian dan peningkatan mutu
yang sesuai untuk mencapai tujuan perusahaan. Mengingat rencana jangka
panjang PT. ADM yang ingin menjadikan PT. ADM sebagai pusat produksi
utama mobil Daihatsu di kawasan Asia Tenggara (www.kapanlagi.com, 2009)
peningkatan kinerja perusahaan dan mutu produk perlu terus ditingkatkan.
Perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat mengenai pendekatan
perbaikan mutu seperti apa yang sesuai dan dapat diimplementasikan oleh
perusahaan sehingga meningkatkan daya saing.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam proses bisnis, pengendalian mutu produk adalah hal mutlak yang
harus dilakukan oleh perusahaan. Pada produksi PT. ADM Casting Plant,
pengendalian mutu produksi membutuhkan perhatian penuh, karena dalam
menghadapi krisis global diperlukan strategi peningkatan mutu secara terus
menerus untuk mencapai mutu tingkat dunia.
Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses produksi pada PT. ADM Casting Plant ?
2. Bagaimana sistem pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant ?
3. Bagaimana hirarki sistem pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant
yang mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat,
tujuan dari pelaku dan alternatif penyelesaian ?
4. Alternatif penerapan strategi Six Sigma apakah yang seharusnya dilakukan
PT. ADM Casting Plant ?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses produksi PT. ADM Casting Plant
2. Mengetahui sistem pengendalian mutu produksi PT. ADM Casting Plant.
3. Menyusun hirarki pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant dengan
mempertimbangkan faktor yang berpengaruh, pelaku yang terlibat, tujuan
dari pelaku dan alternatif penyelesaian.
4. Merekomendasikan penerapan strategi Six Sigma yang sesuai pada PT.
ADM Casting Plant.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mutu
Mutu diputuskan konsumen berdasarkan pengalaman mengenai
kesesuaikan harapan konsumen terhadap produk dengan aktualisasi produk yang
diterima konsumen. Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa mutu berdasarkan
sifat produk dapat ditinjau dari dua sisi konsumen dan sisi produsen. Konsumen
mendefinisikan mutu dengan sangat subyektif dan abstrak, akibatnya penilaian
mutu antara satu konsumen dengan konsumen lain berbeda. Penilain mutu dari
segi produsen diamati berdasarkan klasifikasi produk secara fisik maupun kimia
berdasarkan standar mutu produk tertentu.
Crosby dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa mutu adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan. Suatu produk memiliki mutu, apabila sesuai dengan standar mutu
yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan
bahan jadi. Menurut Juran dalam Nasution (2005), mutu produk adalah
kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasari atas lima ciri utama, yaitu :
1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.
2. Psikologi, yaitu cita rasa atau selera.
3. Waktu, yaitu keandalan.
4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.
5. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur.
Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai
daya tahan dengan penggunaan yang lama, produk yang digunakan akan
meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak
mudah rusak, adanya jaminan mutu (quality assurance) dan sesuai etika bila
digunakan.
7
Kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan Nasution (2005)
memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan
pelanggan dan tidak memiliki kelemahan. Rinciannya sebagai berikut :
1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan
Ciri-ciri produk bermutu tinggi, apabila memiliki ciri-ciri produk yang
khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi
harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Mutu yang
lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan,
membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan
pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga lebih
tinggi.
2. Bebas dari kelemahan
Suatu produk bermutu tinggi, apabila di dalam produk tidak terdapat
kelemahan dan tidak ada yang cacat sedikitpun. Mutu yang tinggi
menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan serta
mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi biaya
garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan
pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar. Meningkatkan
hasil (yield) dan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi, serta
memperbaiki kinerja penyampaian barang atau jasa.
Deming dalam Nasution (2005) menyatakan bahwa mutu adalah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Untuk itu, perusahaan harus benar-benar
dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang
dihasilkan. Feigenbaum dalam Nasution (2005) menyatakan mutu sebagai
bentuk kepuasan pelanggan sepenuhnya. Suatu produk dikatakan bermutu,
apabila produk tersebut dapat memberikan kepuasan sepenuhnya terhadap
konsumen dan sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen.
American Society for Quality Control dalam Heizer dan Render (2001)
mengungkapkan mutu sebagai totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
8
yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. American Heritage Dictionary
dalam Hidayat (2007) memberi arti mutu sebagai sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari karakteristik atau derajat atau nilai-nilai dari suatu keunggulan.
Walaupun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, tetapi
dari beberapa definisi terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam unsur-unsur
berikut :
1. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.
2.2. Pentingnya Mutu
Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut
manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut
manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijaksanaan
penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan
kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk dari
pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan
salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu produk,
harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume
penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Nasution, 2005).
Heizer dan Render (2001) mengemukakan bahwa produk dan jasa yang
bermutu secara strategik penting bagi perusahaan dan negara yang diwakilinya.
Mutu dan produk suatu perusahaan, harga yang ditetapkan oleh perusahaan dan
pemasok barang yang membuat produk itu tersedia bagi konsumen merupakan
faktor yang menentukan permintaan. Mutu mempengaruhi perusahaan dalam
empat cara :
1. Biaya dan Pangsa Pasar
Peningkatan mutu dapat mengarah pada penghematan biaya dan
peningkatan pangsa pasar, pada akhirnya mempengaruhi laba yang
9
diterima perusahaan. Perbaikan mutu dan standar berarti menjadi
penurunan produk cacat dan biaya kerusakan suatu produk.
2. Reputasi Perusahaan
Mutu sebuah produk baik atau buruk muncul seiring dengan persepsi
konsumen mengenai produk dan perusahaan, praktik penanganan pegawai,
dan hubungan dengan pemasok. Hal tersebut tidak dapat digantikan oleh
promosi.
3. Pertanggungjawaban Produk
Mutu produk mempengaruhi kinerja produk yang dirasakan konsumen.
Setiap kinerja produk mengandung tanggung jawab perusahaan terhadap
konsumen. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap mutu dan mutu
produk yang diterima konsumen adalah perusahaan dan seluruh pihak yang
tercakup dalam rantai distribusi. Perusahaan yang merancang dan
memproduksi barang atau jasa yang cacat dapat dianggap
bertanggungjawab atas kerusakan dan kecelakaan yang diakibatkan
pemakaian barang tersebut.
4. Implikasi Internasional
Perkembangan bisnis dan globalisasi, perusahaan dengan mutu baik yang
dapat memenangkan persaingan global. Produk dengan mutu rendah dapat
berimplikasi pada citra buruk perusahaan, bahkan negara asal produk di
mata internasional.
2.3. Dimensi Mutu
Garvin dalam Hidayat (2007) memberikan beberapa dimensi mutu dalam
industri manufaktur, yaitu :
1. Performance adalah kesesuaian produk dengan fungsi utama atau
karakteristik utama produk, misal gambar jernih pada televisi.
2. Feature adalah karakteristik tambahan, fasilitas atau fitur pelengkap suatu
produk yang membedakan dengan produk lain. Contohnya menu remote
control pada televisi.
10
3. Reliability konsistensi kinerja suatu produk dan keandalan produk yang
memungkinkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
4. Conformance adalah spesifikasi dan standar industri, serta sejauhmana
karakteristik selain operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.
5. Durability adalah masa daya guna atau ketahanan produk, mencakup masa
garansi dan perbaikan.
6. Serviceability adalah pertanggungjawaban atas permasalahan-permasalahan
produk dan keluhan konsumen terhadap produk, serta kemudahan
memperoleh perbaikan dan komponen pengganti.
7. Aesthetic adalah berbagai karakteristik yang berhubungan dengan psikologis
produsen, penyalur dan konsumen sebagai daya tarik produk.
8. Perception adalah kinerja yang telah dicapai dan kesuksesan yang diraih
seperti pencapaian target penjualan, oplah, kepuasan konsumen, dan lain-lain
yang menyebabkan reputasi perusahaan yang baik dan menghasilkan
fanatisme konsumen terhadap merek.
2.4. Biaya Mutu
Biaya mutu adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena
mutu yang buruk. Ini berarti biaya mutu adalah biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan (Nasution,
2005). Ross dalam Nasution (2005) menjelaskan bahwa biaya mutu
dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
2. Biaya deteksi/penilaian (detection cost/appraisal cost)
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost)
1. Biaya Pencegahan
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk
yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan
11
perancangan pelaksanaan dan pemeliharaan sistem mutu. Biaya yang
termasuk kedalam kelompok biaya pencegahan adalah :
a. Biaya perencanaan mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
aktivitas berkaitan dengan patokan rencana mutu produk yang dihasilkan,
rencana tentang keandalan, rencana pemeriksaan, sistem data dan rencana
khusus dari jaminan mutu.
b. Biaya tinjauan produk baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menyiapkan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi mutu,
penyiapan program percobaan dan pengujian untuk menilai penampilan
produk baru, serta aktivitas-aktivitas mutu lainnya selama tahap
pengembangan dan pra produksi dari rancangan produk baru.
c. Biaya rancangan proses atau produk adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang
dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan mutu produk tersebut.
d. Biaya pengendalian proses adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
teknik pengendalian proses, seperti diagram pengendalian yang memantau
proses pembuatan dalam usaha mencapai mutu produksi yang dikehendaki.
e. Biaya pelatihan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan,
penyiapan, pelaksanaan, penyelenggaraan dan pemeliharaan program
latihan formal masalah mutu.
f. Biaya audit mutu adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana mutu keseluruhan.
2. Biaya Deteksi / Penilaian
Biaya deteksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan, apakah produk
dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutu. Tujuan utama fungsi
deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan
sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah pengiriman barang yang
tidak sesuai dengan persyaratan kepada para pelangan. Beberapa biaya yang
termasuk kedalam biaya deteksi adalah :
12
a. Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dibeli merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan
baku yang dibeli dengan kualifikasi yang tercantum dalam pesanan.
b. Biaya pemeriksaan dan pengujian produk adalah biaya yang terjadi untuk
meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standar perusahaan, termasuk
meneliti pengepakan dan pengiriman.
c. Biaya pemeriksaan mutu produk, meliputi biaya untuk melaksanakan
pemeriksaan mutu produk dalam proses maupun produk jadi
d. Biaya evaluasi persediaan adalah biaya yang terjadi untuk menguji produk
di gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan mutu
produk selama di gudang.
3. Biaya Kegagalan Internal
Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada
ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa
dikirimkan ke pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan
dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan perusahaan.
Biaya kegagalan internal terdiri atas beberapa jenis biaya, yaitu :
a. Biaya sisa bahan (scrap) adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa
bahan baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat mutu
yang dikehendaki. Bahan baku yang tersisa karena alasan lain (misalnya,
keusangan, overrun dan perubahan desain produk) tidak termasuk dalam
kategori biaya ini.
b. Biaya pengerjaan ulang. Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan
untuk melakukan pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar mutu
yang diisyaratkan.
c. Biaya untuk memperoleh bahan baku, meliputi biaya-biaya tambahan
yang timbul akibat aktivitas menangani penolakan (rejection) dan
pengaduan (complaints) terhadap bahan baku yang telah dibeli.
d. Factory contact engineering cost. Biaya ini merupakan biaya yang
berhubungan dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk yang
13
terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut mutu.
Misalnya, bila komponen atau bahan baku suatu produk tidak memenuhi
spesifikasi mutu, maka ahli produk atau produksi akan diminta untuk
menilai kelayakan perubahan spesifikasi produk tersebut.
4. Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk atau
jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk
tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Biaya ini merupakan biaya yang
paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi perusahaan buruk,
kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar. Biaya kegagalan
eksternal meliputi :
a. Biaya penanganan keseluruhan selama masih garansi. Biaya ini meliputi
semua biaya yang terjadi karena adanya keluhan-keluhan tertentu,
sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian/penukaran
produk.
b. Biaya penanganan keluhan diluar masa garansi. Biaya ini merupakan
biaya yang berkaitan dengan keluhan-keluhan yang timbul setelah
berlalunya masa garansi.
c. Pelayanan produk adalah keseluruhan biaya pelayanan produk yang
diakibatkan oleh usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk
pengujian khusus, atau untuk memperbaiki cacat yang bukan disebabkan
oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya jasa instalasi atau kontrak
pemeliharaan tidak termasuk dalam kategori biaya ini.
d. Liability Product, yaitu biaya yang timbul sehubungan dengan jaminan
atau pertanggungjawaban atas kegagalan pemenuhan standar mutu
(quality failures).
e. Biaya penarikan kembali produk. Biaya ini timbul karena adanya
penarikan kembali suatu produk atau komponen produk tertentu.
Ross dalam Nasution (2005) menjelaskan bahwa informasi biaya mutu dapat
memberikan berbagi macam manfaat, antara lain :
14
a. Mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba).
b. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya.
c. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok.
d. Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para
pelanggan.
e. Mengidentifikasi sistem yang berlebihan.
f. Menentukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara tepat.
g. Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba.
h. Mengidentifikasi masalah-masalah mutu.
i. Sebagai alat manajemen untuk ukuran perbandingan tentang hubungan
masukan-keluaran.
j. Sebagai salah satu alat analisis pareto.
k. Sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya dalam
perumusan dan pelaksanaan strategi.
l. Sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
2.5. Perspektif Mutu
Perspektif mutu adalah pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan
mutu suatu produk. Garvin dalam Nasution (2005) mengidentifikasi adanya lima
alternatif perspektif mutu yang biasa digunakan, yaitu transcendental-approach,
product-based approach, user-based approach, manufacturing-based approach
dan value-based approach. Rinciannya sebagai berikut :
1. Transcendental Approach
Menurut pendekatan ini, mutu dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit
dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni musik,
drama, tari dan seni rupa. Selain itu, perusahaan dapat mempromosikan
produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja yang
menyenangkan (supermarket), elegan (mobil), kecantikan wajah (kosmetik),
kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lain-lain. Dengan
demikian, fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit
15
sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen mutu,
karena sulitnya mendesain produk secara tepat yang mengakibatkan
implementasinya sulit.
2. Product-based Approach
Pendekatan ini menganggap mutu sebagai karakteristik atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam mutu mencerminkan
perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki produk. Pandangan
ini sangat obyektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera,
kebutuhan dan preferensi individu.
3. User-based Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa mutu tergantung pada orang
yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang (misal, perceived quality) merupakan produk yang bermutu paling
tinggi. Perspektif yang subyektif dan demand-oriented ini menyatakan bahwa
pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan berbeda pula,
sehingga mutu bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang
dirasakan.
4. Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat utama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan
pabrikasi, serta mendefinisikan mutu sebagai sama dengan persyaratannya
(conformance to requirement). Dalam sektor jasa dapat dikatakan, bahwa
mutu bersifat operation-driven. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian
spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang sering kali didorong oleh
tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang
menentukan mutu adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan
konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Pendekatan ini memandang mutu dari segi nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan trade-off antara kinerja produk dan harga, mutu
didefinisikan sebagai affordable excellence. Mutu dalam perspektif ini
16
bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki mutu paling tinggi belum
tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai adalah
produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy) (Nasution, 2005).
2.6. Six Sigma
Ada banyak pengertian mengenai Six Sigma, yaitu Six Sigma diartikan
sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan
statistikawan dalam memperbaiki/mengembangkan proses atau produk. Six
Sigma diartikan demikian, karena kunci utama perbaikan Six Sigma
menggunakan metode-metode statistik, meskipun tidak secara keseluruhan
membicarakan tentang statistik.
Pengertian Six Sigma yang lain adalah tujuan yang mendekati
kesempurnaan dalam pencapaian kebutuhan pelanggan. Ada juga yang
mengartikan Six Sigma sebagai usaha mengubah budaya perusahaan untuk
mencapai kepuasan pelanggan, keuntungan dan persaingan yang jauh lebih baik.
Kunci utama pengertian di atas adalah pengukuran, tujuan dan perubahan budaya
perusahaan.
Miranda dan Tunggal (2006) mengungkapkan Six Sigma sebagai suatu
sistem komperhensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan
memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman kebutuhan
pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisa statistik, serta terus
menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses
usaha.
Six Sigma adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan meningkatkan
kapabilitas dari aktivitas proses bisnis. Proses adalah sesuatu yang dimulai dari
perencanaan, desain produksi sampai dengan fungsi-fungsi konsumen
(kebutuhan, keinginan dan harapan). Dalam konsep Six Sigma dikenal dua
proses kerja yang disebut proses kerja internal dan eksternal. Proses internal
meliputi seluruh aspek fungsi dan kegiatan yang ada didalam perusahaan,
sedangkan proses eksternal adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari
17
pengelolaan produk hingga distribusi ke konsumen. Tujuan Six Sigma adalah
meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses yang
merugikan, mereduksi kegagalan-kegagalan produk/proses, menekan cacat-cacat
produk, meningkatkan keuntungan, mendongkrak moral personil/karyawan dan
meningkatkan mutu produk pada tingkat yang maksimal.
Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh Motorola pada pertengahan
tahun 1980 dan dipublikasikan oleh Jack Welch (General Electric) dalam forum
strategi bisnis di tahun 1995. Istilah Six Sigma diambil dari terminologi statistik
dimana sigma (σ) adalah simpangan baku dalam distribusi normal dengan
probabilitas (a) ± 6 (enam) atau sama dengan Pvalue = 0,999996 atau efektivitas
sebesar 99,9996%.
Standar Six Sigma dalam proses produksi dikenal dengan istilah
defectively rate of process dengan nilai sebesar 3,4 defektif di setiap juta
unit/proses. Artinya, dalam satu juta unit/proses hanya diperkenankan
mengalami kegagalan/cacat produk sebanyak 3,4 unit/proses. Dengan demikian,
derajat konsistensi Six Sigma adalah sangat tinggi dengan simpangan baku yang
sangat rendah.
Dibanding dengan metode pengendalian mutu lain, Six Sigma memiliki
keunggulan pada fungsi-fungsi proses. Six Sigma tidak sekedar berorientasi pada
mutu produk/jasa, tetapi juga pada seluruh aspek operasional bisnis dengan
penekanan dalam fungsi-fungsi proses (Hidayat, 2007). Hidayat menjelaskan
bahwa Six Sigma adalah sebuah konsep dan metodologi yang terfokus pada
upaya penciptaan nilai produk dan jasa yang bertaraf world class, yang bergerak
seiring dengan upaya pengembangan dan peningkatan kinerja di dalam aktivitas
bisnis, pembangunan struktur organisasional kerja yang terlibat didalamnya, serta
penyusunan peta proses kerja bisnis korporasi secara aktual dan nyata. Prinsip
dasar implementasi Six Sigma adalah on a project-by-project team, dengan
pemanfaatan personil atau tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
Gaspersz (2007) menjelaskan bahwa Six Sigma Motorola merupakan
suatu metode atau teknik pengendalian yang merupakan terobosan baru dalam
18
bidang manajemen mutu. Six Sigma yang diterapkan oleh Motorola ini diterima
secara luas oleh dunia industri, karena sistem-sistem manajemen mutu yang ada
tidak mampu melakukan peningkatan mutu secara dramatik menuju tingkat
kegagalan nol (zero defect). Banyak sistem manajemen mutu seperti Malcom
Baldrige National Quality Award (MBNQA), ISO 9000 dan lain-lain hanya
menekankan pada upaya peningkatan mutu terus-menerus berdasarkan kesadaran
mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana terobosan
harus dilakukan untuk meningkatkan mutu secara dramatik menuju tingkat
kegagalan nol.
Prinsip pengendalian dan peningkatan mutu Six Sigma Motorola mampu
menjawab tantangan ini, dan terbukti Motorola selama kurang lebih sepuluh
tahun setelah implementasi konsep Six Sigma telah mampu mencapai 3,4 DPMO
(defect per million opportunities-kegagalan per satu juta kesempatan). Beberapa
keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi program Six Sigma adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan produktivitas rataan 12,3% pertahun.
2. Penurunan Cost of Poor Quality (COPQ) lebih daripada 84%.
3. Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%.
4. Penghematan biaya manufacturing lebih dari $11 milyar.
5. Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rataan 17% dalam penerimaan
keuntungan dan harga saham Motorola.
2.7. Fase Six Sigma
Gasperz (2007) secara umum menyebutkan bahwa, Six Sigma lebih
menonjolkan pendekatan DMAIC (define, mesure, analyze, improve dan
control). DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada
sedemikian rupa, sehingga mencapai zero defect. DMAIC terdiri dari lima tahap
berikut :
19
a. Define adalah mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses
yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi
perusahaan.
b. Measure adalah mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline
measurement) agar dapat dibandingkan dengan target yang diterapkan.
Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan
indikator kinerja kunci (KPIs).
c. Analyze adalah menganalisa hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang
dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.
d. Improve adalah mengoptimalisasikan proses menggunakan analisis-analisis
seperti Design of Experiments (DOE) dan lain-lain, untuk mengetahui dan
mengendalikan kondisi optimum proses.
e. Control adalah melakukan pengendalian terhadap proses secara terus
menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six Sigma.
Pengimplementasian Six Sigma dalam pengendalian cacat produk dapat
dilakukan dengan pendekatan DMAIC sebagai tahapan pelaksanaannya.
Contoh penggunaan pendekatan DMAIC dalam pengendalian mutu produk
dapat ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel. 2 Tinjauan strategi perbaikan proses pada model DMAIC
Define Identifikasi masalah
Definisi kebutuhan
Tetapkan tujuan
Measure Pertegas permasalahan / proses
Membenarkan pengetahuan tujuan
Ukur langkah-langkah inti
Analyze Kembangkan hipotesis
Identifikasi akar penyebab utama
Validasi hipotesis
Improve Kembangkan ide untuk menghilangkan akar penyebab
permasalahan
Uji solusi
Tetapkan solusi / hasil pengukuran
Control Buat standar pengukuran untuk memelihara kinerja
Bereskan permasalahan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan
20
Sumber : Miranda dan Tunggal, 2006
Implementasi Six Sigma dengan pendekatan DMAIC dapat menggunakan
beberapa alat pengumpulan data, metodologi dan alat analisis pengambilan
keputusan yang akan membantu implementasi Six Sigma. Gaspersz (2007)
menyebutkan pengunaan tools dalam DMAIC sebagai define, measure, analyze,
improve dan control seperti dimuat pada Tabel 3.
Tabel 3. Metodologi DMAIC Six Sigma
Define Mendefinisikan permasalahan dengan bantuan
Quality Function Deployment (QFD)
Measure Pengumpulan data
Mapping Proses
COPQ
Analyze Analisa data yang terkumpul
Control Chart
Pareto
Diagram Korelasi
Improve Solusi yang direkomendasikan
Implementasi solusi
Pengujian hipotesis
Pengkajian ulang hasil
21
Lanjutan Tabel 3.
Control Melanjutkan peningkatan
Secara terus-menerus memonitor kinerja
Diagram control
Process sigma value
COPQ
Sumber : Gaspersz, 2007
Pande, et al (2000) menyatakan bahwa penggunaan DMAIC tidak dapat
digunakan secara sembarangan, karena ada tiga kualifikasi yang mendasari,
yaitu :
1. Ada celah antara kinerja sekarang dengan kinerja yang diharapkan. “Kenali
dulu bagian dari proses yang bermasalah”. Pertama-tama harus menentukan
permasalahan apa yang dipecahkan, atau kesempatan apa untuk diraih.
2. Penyebab masalah tidak dapat dipahami secara benar. Perusahaan mungkin
hanya mengerti secara teori, tetapi tidak mengetahui akar penyebab
masalah, atau solusi perusahaan untuk mengatasi masalah tidak berjalan
efektif.
3. Solusi belum ditetapkan, apalagi yang optimal. Bila perusahaan sudah
merencanakan perubahan jangka pendek, masih ada kesempatan untuk
menerapkan Six Sigma, “Penetapan secara cepat” dapat menghemat waktu
untuk menetapkan analisis yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara nyata
telah dijalankan untuk menjembatani “celah” tersebut, maka penerapan Six
Sigma tidak akan berguna. Kinerja perusahaan dapat “melampaui” DMAIC
bila penetapan tepat atau solusinya benar-benar tepat. Tidak ada kebijakan
Six Sigma yang melarang melakukan sesuatu selama pendekatan dalam
pencapaian perbaikan terjamin.
2.8. Keunggulan Six Sigma
Miranda dan Tunggal (2006) menyebutkan kebaikan dan keunggulan Six
Sigma dibandingkan manajemen pengendalian mutu yang lain seperti Malcolm
Baldrige Criteria dan Total Quality Management, yaitu :
22
1. Dimulai dari pihak pelanggan. Six Sigma mengukur permintaan dalam arti
sebenarnya dari apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal ini menguntungkan
kedua belah pihak dalam memikirkan apa-apa yang benar-benar penting.
2. Menyediakan pengukuran yang sifatnya konsisten. Dengan berfokus pada
cacat atau kemungkinan terjadinya cacat, pengukuran Six Sigma dapat
digunakan untuk mengukur dan membandingkan proses-proses yang benar-
benar berbeda di dalam organisasi atau antar organisasi. Begitu anda
mendefinisikan kebutuhan secara jelas, anda akan dapat mendefinisikan
“cacat” dan mengukur hampir tiap aktivitas atau proses usaha.
3. Menyatukan tujuan yang penuh ambisi. Dengan memusatkan perhatian
seluruh organisasi pada tujuan kinerja 99,9996% dapat membuat perbaikan
yang cukup nyata.
Six Sigma memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Sistem
Manajemen Mutu yang lain seperti ertifikasi ISO 9000 dan Total Quality
Management. Keunggulan Six Sigma dibanding sistem manajemen mutu lain adalah :
1. Menggunakan isu biaya, siklus waktu dan isu bisnis lainnya sebagai bagian
yang harus diperbaiki.
2. Six Sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria
tetapi fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yang terukur.
3. Six Sigma memadukan semua tujuan, organisasi dalam satu kesatuan.
Mutu hanyalah salah satu tujuan dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari
tujuan bisnis lainnya.
4. Six Sigma menciptakan change agent yang bukan bekerja di Quality
Departement. Green Belt adalah para operator yang bekerja pada proyek
Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya.
(www.wikipedia.org/wiki/PerbedaanSixSigmadanTotalQualityManagement,
2008)
Selain keunggulan yang telah diungkapkan beberapa tokoh Six Sigma
diatas, terdapat keunggulan lain Six Sigma yang diungkapkan oleh Miranda dan
23
Tunggal. Miranda dan Tunggal (2006) mengungkapkan keunggulan-keunggulan
lain Six Sigma, yaitu :
1. Six Sigma memungkinkan adanya integrasi dan penyatuan bagian bawah
sampai atas manajemen.
2. Tujuan yang ditetapkan pada Six Sigma perspective jelas.
3. Six Sigma tidak hanya diterapkan pada bidang jasa dan proses transaksional,
tetapi juga di bagian manufacturing.
Selain memiliki banyak kelebihan, Six Sigma tetap memiliki kekurangan dan
kelemahan dalam implementasinya. Beberapa kelemahan Six Sigma menurut
Chandra (2002) adalah :
a. Phobia terhadap statistik . Butuh waktu dan kemauan untuk mempelajari
statistik yang menjadi dasar Six Sigma. Banyak orang langsung „alergi‟
mendengar kata statistik.
b. Biaya pelatihan sumber daya untuk memberi pelatihan kepada sejumlah
orang, bukan hanya biaya pelatihan tapi juga kegiatan yang terganggu atau
harus digantikan orang lain. Dengan biaya puluhan bahkan ribuan dollar
hanya perusahaan besar yang mempunyai modal awal cukup untuk memulai
program Six Sigma ini.
c. Pengukuran CTQ
Selain subjektivitas, CTQ juga terkadang tidak dapat mencerminkan kondisi
yang sebenarnya. Misalnya CTQ = jumlah pesawat yang tinggal landas tepat
waktu atau jumlah kecelakaan di suatu lokasi konstruksi. Ukuran ini tidak
mengukur seberapa terlambat pesawat tersebut atau seberapa serius
kecelakaan yang terjadi.
d. Ketidakmampuan melihat secara sistem
Penentuan tujuan per proyek menimbulkan resiko pemikiran pelaku Six
Sigma terkotak-kotak hanya pada proyek yang sedang dijalankan. Ini
menyebabkan tidak tercapainya peningkatan yang optimal. Dengan kata lain,
yang tercapai adalah optimum lokal, bukan global.
24
2.9. Analisis Sistem
Menurut definisi Manetsch dan Park dalam Eriyatno (1999), Sistem adalah suatu
gugus dari unsur yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu
tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan.
Analisa suatu sistem didasarkan pada penentuan informasi yang terperinci yang
dihasilkan selama tahap demi tahap proses. Bila memungkingkan, hal ini
dikembangkan menjadi suatu pertanyaan tentang bagaimana sistem harus bekerja
agar memenuhi kebutuhan yang ditentukan, serta kriteria jalannya sistem yang
spesifik agar mengalami optimal. Pernyataan analisa sistem didefinisikan secara
terperinci, yaitu sebagai semua hal relevan terhadap peubah-peubah yang ditetapkan
dan peubah rancangan yang dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi kelakuan
system dan lingkungan dimana sistem itu berjalan, sehingga output yang tidak
diharapkan dapat dihindari. Analisa tersebut kemudian ditulis dalam diagram alir
diskriptif (Eriyatno,
1999).
Gambar 1. Kerangka analisis system
2.10. Proses Hirarki Analitik
Proses hirarki analitik (PHA) adalah metode atau alat yang dapat
digunakan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu melakukan
Input Eksternal
Output Yang Dikehendaki Input Lingkungan
Input Terkontrol Output Tidak Dikehendaki
Sistem
Tim Pengendali
25
prediksi dan pengambilan keputusan. PHA merupakan suatu model yang
luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk
membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya.
Prinsip dasar penyusunan hirarki analitik adalah penyusunan hirarki
yang memecah persoalan menjadi unsur-unsur terpisah, penetapan prioritas
yang menentukan peringkat unsur-unsur menurut kepentingannya dan
konsistensi logis yang menjamin bahwa semua unsur dikelompokkan secara
logis dan diperingkatkan. Cara yang paling umum untuk menyusun sebuah
hirarki adalah dengan mempelajari literatur mengenai sistem yang dipelajari
atau melakukan diskusi dengan pihak atau orang yang berhubungan dengan
sistem. Hirarki dalam metode ini terdiri dari fokus, faktor, aktor, tujuan dan
alternatif (Saaty, 1991).
Saaty (1991) juga menyebutkan bahwa hirarki merupakan abstraksi
hubungan antara unsur-unsur dalam struktur pada keseluruhan sistem yang
dipelajari. Abstraksi merupakan bentuk hubungan antara unsur yang
menggambarkan sistem secara keseluruhan.
Gambar 2. PHA (Saaty,1991)
Sasaran utama
Faktor yang berpengaruh
Pelaku yang terlibat
Tujuan dari pelaku
Alternatif penyelesaian
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
26
Keuntungan pemanfaatan hirarki dalam pemecahan masalah menurut
Saaty (1991) adalah :
1. Hirarki mewakili suatu sistem yang dapat menerangkan bagaimana prioritas
pada level yang lebih tinggi dapat mempengaruhi prioritas pada level yang
lebih rendah.
2. Hirarki memberikan informasi rinci mengenai struktur dan fungsi dari sistem
pada level yang jauh lebih rendah dan memberikan gambaran mengenai aktor
dan tujuan pada level yang lebih tinggi.
3. Sistem akan menjadi lebih efisien, jika disusun dalam bentuk hirarki
dibandingkan dalam bentuk lain.
4. Bersifat stabil dan fleksibel dalam arti penambahan unsur pada strktur yang
telah tersusun baik tidak akan mengganggu penampilannya.
PHA memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis.
Proses ini tergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk
menyusun hirarki suatu masalah dan tergantung pada logika, intuisi dan
pengalaman untuk memberi pertimbangan. PHA menunjukkan bagaimana
menghubungkan unsur-unsur dari suatu bagian masalah dengan unsur-unsur dari
bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan skala pengukuran yang dapat membedakan setiap pendapat dan
mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan transformasi dalam bentuk
pendapat kedalam nilai angka (Saaty, 1991).
2.11. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen mutu dengan metode
Six Sigma adalah :
Dilana (2005) meneliti permasalahan Perum PPS cabang Jakarta khususnya
Subdivisi Es Balok dalam proses produksi. Terbukti dari kecacatan yang masih
tinggi, pemborosan yang terjadi di divisi es balok dan perbekalan, jika
dikonversikan dalam tingkat sigma adalah 2,58. Hal ini dapat diartikan bahwa
nilai tersebut masih memiliki kapabilitas proses rendah. Perum memiliki
delapan titik kritis permasalahan atau Critical to Quality (CTQ) yang menjadi
27
penyebab es menjadi cacat. Proses perbaikan pada sistem produksi es balok dan
CTQ harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga kekurangan yang terjadi
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan mendatang. Target
yang dijadikan sasaran perbaikan perlu diformulasikan, sehingga tepat sasaran.
Solichin (2006) meneliti kinerja Divisi Produksi PT. Dharma Samudra
Fishing Industries Tbk. Komoditi fish fillet berdasarkan perspektif Six Sigma
berada pada tingkat 4,53 sigma untuk periode Januari 2004 hingga Juni 2005.
Ini berarti kinerja produksi fish fillet dapat dikatakan cukup tinggi, terbukti dari
perolehan nilai DPMO yang rendah sebesar 1.227,60 DPMO. Dengan metode
DMAIC terdapat 17 CTQ pada proses pembuatan fish fillet yang dapat
mempengaruhi mutu dan kuantitas fish fillet. Proses perbaikan dilakukan dengan
17 CTQ yang telah ditentukan. Perbaikan berupa target kinerja yang dijadikan
sasaran perbaikan, sehingga apa yang dilakukan tepat pada sasaran. Target
kinerja tersebut merupakan upaya perbaikan yang sedang dilakukan perusahaan,
terutama pada divisi produksi, karena pada umumnya kesalahan yang terjadi
lebih bersifat teknis atau human error. Oleh karena itu, proses perbaikan bersifat
berkelanjutan, sehingga setiap kekurangan yang ada dapat dipahami dan
dipelajari untuk perbaikan di masa mendatang.
III. METODE PENELITIAN
3.1 . Kerangka Pemikiran Penelitian
Seiring dengan perkembangan jaman yang meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), persaingan dunia usaha bukan saja menjadi
persaingan industri di tingkat regional dan nasional, tetapi menjadi persaingan
bisnis tingkat global. Meluasnya cakupan bisnis ini menuntut perusahaan untuk
senantiasa meningkatkan mutu produknya. Hanya perusahaan yang mampu
menjaga mutu produknya yang mampu bertahan di pasar. Dalam hal ini
pengendalian mutu bukan saja menjaga mutu produk perusahaan, tetapi juga
menghemat biaya mutu yang harus dikeluarkan perusahaan akibat produk cacat.
Pada industri mobil, PT. ASTRA Daihatsu Motor (PT. ADM) yang
merupakan bagian dari PT. ASTRA Internasional adalah pemain yang cukup
diperhitungkan dalam persaingan industri otomotif Indonesia. PT. ADM
memiliki pabrik manufaktur yang mengerjakan beberapa proses seperti
stamping, assy, engine dan casting. Proses pengerjaan tersebut memerlukan
pengawasan mutu yang baik, sehingga visi perusahaan untuk menjadi bagian dari
pasar otomotif kelas dunia dapat tercapai.
Berdasarkan beberapa referensi yang diperoleh dan dikuatkan melalui
wawancara dengan pihak terkait, ditemui kesenjangan antara keadaan saat ini
dengan tujuan atau keadaan yang diinginkan perusahaan mengenai mutu.
Sebagai perusahaan berkelas dunia, PT. ADM dituntut melakukan perbaikan
berkelanjutan. Kondisi ini melatarbelakangi perlunya analisis sistem untuk
mengidentifikasi permasalahan dalam manajemen mutu PT. ADM. Dengan
menggunakan PHA, akan diusulkan pengendalian mutu menggunakan perspektif
Six Sigma. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
29
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. ASTRA Daihatsu Motor Casting Plant
Karawang guna mengetahui permasalahan mutu di PT. ADM Casting Plant.
PT. ASTRA Daihatsu Motor
Divisi Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Divisi
Keuangan Divisi
Pemasaran
Kondisi yang diinginkan Kondisi saat ini
Analisis Sistem dengan Wawancara
Pembuatan Kerangka AHP
Penggunaan Metode AHP untuk
Pengambilan Keputusan
Divisi
Produksi
Prospek Penerapan Strategi Six Sigma pada
Pengendalian Mutu Produksi PT. ADM
Casting Plant
Bagian yang tidak diamati
Bagian yang diamati
30
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan otomotif besar di
Indonesia yang sukses dan melakukan pengendalian mutu produksi. Waktu
penelitian dari bulan Februari sampai dengan April 2009.
3.3.Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan berikut :
a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Hal ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak
manajemen perusahaan yang terkait untuk memperoleh data awal guna analisis
sistem (Lampiran 1). Wawancara dilakukan pada kepala divisi produksi, bagian
pengendali mutu, bagian bahan baku dan operator produksi. Selanjutnya
dilakukan penyebaran kuesioner kepada pakar/aktor dalam Hirarki analitik.
Bentuk Hirarki analitik dapat dilihat pada Lampiran 2.
b. Pengamatan Langsung (Observasi)
Hal ini dilakukan melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung ke
perusahaan, bagaimana proses produksi dilaksanakan untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan tentang kegiatan produksi dan quality control (QC) guna
melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara.
Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti, yaitu sumber dari kumpulan data yang
dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, fasilitas internet
dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data diperoleh dengan menggunakan metode survei, wawancara dan studi
pustaka yang selanjutnya diolah guna memecahkan masalah yang sedang diteliti.
Dalam pelaksanaan pengolahan data, diusahakan agar kesalahan yang terjadi
dalam penelitian dapat diminimalisir. Teknik pengambilan contoh pada penelitian
menggunakan metode purposive sampling. Metode ini memungkinkan
31
pengambilan contoh berdasarkan pengetahuan responden terhadap pekerjaan pada
divisinya dan aktor dalam PHA. Pertanyaan-pertanyaan diberikan kepada
responden untuk mengetahui kinerja produksi perusahaan.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode AHP
(Analytical Hierarchy Process) berdasarkan data dari kuesioner (Lampiran 3)
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan komponen-komponen tersebut
berpasangan dengan nilai yang merupakan skala komparasi yang dikeluarkan
oleh Saaty (1991) sesuai dengan penilaian, sehingga membentuk matriks persegi
(n x n). Dengan menggunakan rumus matematika dalam PHA, data hasil
penelitian diolah untuk mengetahui konsistensi indeks dan konsistensi rasio
matriks pendapat individu. Jika matriks pendapat individu tersebut tidak
konsisten, maka dilakukan revisi pendapat. Selanjutnya dilakukan kembali
pengolahan data hingga menghasilkan vektor prioritas sistem untuk masing-
masing alternatif.
a. Formulasi Matematika
Jika C1,C2,C3,...Cn merupakan unsur-unsur suatu level dalam Hirarki, maka
w1, w2, w3,..., wn didefinisikan sebagai bobot dari setiap unsur terhadap suatu
unsur pada tingkat diatasnya. Jika C1 dibandingkan dengan Cj, maka
didefinisikan sebagi nilai yang mengidentifikasikan besarnya kepentingan
(kekuatan) C1 terhadap Cj. Nilai aij = 1/aij merupakan perbandingan kebalikannya.
Nilai-nilai di atas akan membentuk matriks segi n (A) untuk i,j = 1,2,3,...,n.
Matriks tersebut adalah :
C1 C2 C3 ... Cn
C1 a11 a12 a13 ... a1n
A=(a1ij)= C2 1/a21 a22 a23 ... a2n
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
Cn 1/a1n 1/a2n 1/a3n ... ann
32
Jika vektor tersebut dikalikan dengan vektor w, maka hasil perkaliannya
menjadi nw, yaitu Aw = nw. Dalam teori matrik, formula ini menggambarkan
bahwa w adalah vektor eigen dari A dengan nilai eigen n. Secara lengkap
persamaan ini dituliskan :
A1 A2 ... An
A1 w1/w1 w1/w2 ... w1/wn w1 w1
A2 w2/w1 w2/w2 ... w2/wn w2 w2
A = ... ... ... ... ... X ... =n ...
... ... ... ... ... ... ...
An wn/w1 wn/w2 ... wn/wn wn wn
Persamaan matriks di atas diubah menjadi (A-nI)w = 0 untuk mendapatkan
nilai w, dengan nilai I adalah matriks identitas. Persamaan ini akan mempunyai
solusi tak nol dan hanya jika n adalah nilai eigen dari A, dan w adalah vektor
eigen. Unsur matriks aij tidak berdasarkan pada suatu pengukuran eksak, tetapi
berdasarkan pendapat yang bersifat subyektif, dimana aij menyimpang dari rasio
ideal wi/wj. Jika λ1, λ2, ..., λn adalah nilai nilai eigen dari A, dan berdasarkan
matriks A yang mempunyai keunikan, yaitu aij = i (i=1, 2, ..., n), maka :
∑nt=1 λi = tr (A) (penjumlahan seluruh unsur diagonal A) = n
Semua nilai eigen pada persamaan ini nol kecuali satu yang bernilai n, yaitu nilai
eigen maksimal. Jika penilaian konsisten, maka nilai eigen maksimal A akan
ditemukan. Untuk mendapatkan nilai w, maka nilai eigen disubstitusikan
kedalam matriks A. Kemudian dengan perkalian A dan w didapat persamaan,
dengan bobot total sama dengan satu. Beberapa persamaan dapat diuraikan
sampai mendapat nilai w1,w2, ...,wn. Harga w1 merupakan vektor eigen yang
bersesuaian dengan nilai eigen maksimal. Berdasarkan teori matriks, diketahui
bahwa kesalahan kecil pada koefisien menyebabkan penyimpangan kecil pula
pada eigen. Jika diagonal matriks A semua bernilai satu, yaitu aij = 1 dan jika A
33
konsisten, maka penyimpangan kecil dari aij tetap akan menunjukkan bahwa nilai
eigen terbesar (λmaks) akan mendekati n, dan nilai eigen lainnya mendekati nol.
Jika A adalah matriks komparasi berpasangan, maka vektor prioritas
diselesaikan dengan persamaan :
Aw = λmaks w
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi, yaitu
dengan persamaan :
......................................................................(1)
Indeks konsistensi matriks acak (random) dengan skala penilaian sembilan (1-
9) beserta kebalikannya, disebut dengan indeks acak. Jika pendapat numerik
diambil secara acak dari skala 1/9,1/8,1/7,..., 1, 2, ..., 9, maka akan didapatkan
rataan konsistensi untuk matriks yang berbeda.
Tabel 4. Rataan konsistensi untuk matriks
n 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,41 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Sumber : Fewidarto,1996
Perbandingan antar CI dan RI didefinisikan sebagai rasio konsistensi atau
dalam bentuk persamaan berikut :
.................................................................................(2)
Nilai CR ≤ 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan
ukuran bagi konsisten atau tidaknya suatu komparasi berpasangan dalam matriks
pendapat (Saaty, 1991).
b. Pengolahan Horisontal
Pengolahan horisontal dilakukan untuk menyusun prioritas unsur pada satu
tingkat. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :
CR = CI
RI
λmaks - n n-1
CI =
34
1) Perkalian baris (z) dengan rumus :
..................................................................................(3)
Untuk I = 1, 2, ..., n
2) Penghitungan vektor prioritas (VP) dengan rumus :
...............................................................................(4)
3) Penghitungan nilai eigen maksimum (λmaks) dengan rumus :
VA = (A12) x VP ...............................................................................(5)
Dengan VA = (Vai)
VB = VA/VP ...............................................................................(6)
Dengan VB = (VBi), dan
Maks = VB...........................................................................(7)
Untuk i = 1, 2, ..., n
4) Perhitungan indeks konsistensi CI dengan rumus :
................................................................................(8)
5) Perhitungan rasio konsistensi dengan rasio :
.................................................................................(9)
c. Pengolahan Vertikal
Pengelolaan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap unsur
tingkat tertentu terhadap sasaran utama (fokus). Jika Cvpg didefinisikan sebagai
nilai prioritas pengaruh setiap unsur ke p pada tingkat ke q t.
........................................................(10)
Untuk p = 1, 2, ..., r
35
T = 1, 2, ..., s
Dimana :
= nilai prioritas pengaruh unsur ke p tingkat ke q terhadap unsur ke
t pada tingkat dia atasnya (q-1), nilai diperoleh dari
pengolahan horisontal.
= nilai prioritas pengaruh unsur ke t pada tingkat ke q-1 terhadap
sasaran utama.
R = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke q
S = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke q-1
Q = tingkat (level) dalam hirarki
d. Revisi Pendapat
Revisi pendapat dilakukan bila konsistensi pendapat cukup tinggi, dengan
mencari revisi RMS (Rock Mean Square) dari batas-batas kaki (aij) dan wi/wj, dan
merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar. Penggunaan revisi
pendapat ini sangat terbatas, mengingat terjadinya distorsi pada jawaban
sebenarnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Perusahaan PT. ADM Casting Plant
PT ADM Casting Plant adalah salah satu bagian dari direktorat manufaktur
PT. ADM selain Stamping, Engine dan Assembly Plant. Sebagai perusahaan
produsen komponen mobil dengan kapasitas sangat besar, PT. ADM memiliki
berbagai kebijakan mutu untuk menjaga mutu produk dan pelayanannya yang
baik.
Kepuasan pelanggan Daihatsu merupakan perhatian utama perusahaan.
Dukungan jaringan penjualan dan purna jual Daihatsu merupakan kunci sukses
Daihatsu untuk menjadi pemain utama di industri otomotif Indonesia. Di bawah
naungan PT. Astra Internasional, Tbk. dan Daihatsu Sales Operation, terdapat
lebih dari 150 outlet penjualan, 160 bengkel resmi dan 2.600 partshop.
Daihatsu memiliki Part Centre Daihatsu yang baru dan modern berlokasi di
Cibitung , Jawa Barat dengan luas gedung 19.543 m2. Demi menjaga mutu
pelayanan Daihatsu tetap baik, Daihatsu selalu meningkatkan keterampilan semua
teknisi melalui program-program pelatihan yang berkesinambungan di Training
Centre Sunter, Jakarta Utara, termasuk untuk para teknisi dari dealer dan
bengkel resmi lainnya.
Beberapa produk PT. ADM, Toyota Avanza dan Daihatsu Terios telah
diekspor melalui PT. Toyota Manufacturing Indonesia (TMI) ke mancanegara
dalam bentuk unit mobil dan komponen terurai. Nilai ekspor PT. ADM ini terus
meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi bukti hasil produksi PT. ADM
Casting Plant memenuhi standar mutu global.
Sebagai basis produksi mobil kompak untuk Grup Daihatsu dan Toyota di
luar Jepang, PT ADM senantiasa meningkatkan produksi dari tahun ke tahun.
Hasil produksi perusahaan telah menggunakan komponen lokal dengan rasio
75%. Produk-produk Daihatsu semakin mendapatkan tanggapan positif. Hal ini
ditunjukkan dari pangsa pasar yang meningkat setiap tahun.
37
4.1.1. Sejarah singkat PT. ADM
PT. ADM Casting Plant adalah perusahan produsen komponen perakitan
mobil dari berbagai merek. Perusahaan ini berawal dari PT. Astra
Internasional yang mendapatkan hak untuk mengimpor kendaraan Daihatsu
dari Jepang pada tahun 1973. Tiga tahun kemudian PT. Astra International
ditunjuk sebagai agen tunggal, importir dan distributor tunggal kendaraan
Daihatsu di Indonesia. Tahun 1978 adalah pendirian pabrik pengepresan plat
baja patungan PT. Astra International dengan Daihatsu Motor Co. Ltd. dan
Nichimen Cooperation.
Pendirian pabrik pengepresan plat baja pada tahun 1978 membawa sejarah
pembentukan pabrik mesin PT. Daihatsu Engine Manufacturing Indonesia
(DEMI) pada tahun 1983, selanjutnya, PT. Nasional Astra Motor (NAM)
didirikan sebagai agen tunggal dan pengimpor kendaraan Daihatsu
menggantikan posisi PT. Astra Internasional (1987). Tahun 1992, PT. ADM
didirikan melalui penggabungan tiga perusahaan, yaitu PT. Daihatsu Indonesia,
PT. DEMI dan PT. NAM. Selanjutnya PT. ADM mulai mendirikan pabrik
Casting Plant KIIC Karawang, Jawa Barat pada tahun 1996.
Setelah mendirikan pabrik Casting di KIIC, PT. ADM membeli pabrik
perakitan PT. Gaya Motor, sejak tahun 1998 PT. ADM memiliki empat
pabrik, yaitu pabrik pengepresan plat baja (stamping plant), mesin (engine
plant), pengecoran alumunium (casting plant) dan perakitan (assembly plant).
Pada tahun 2004, Daihatsu melakukan strategi kolaborasi bersama Toyota
dengan meluncurkan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Sejak saat itu,
penjualan produk Daihatsu terus meningkat dan kapasitas produksi terus
ditingkatkan hingga mencapai 211.000 unit per tahun.
Saat ini terdapat tiga perusahaan besar yang merupakan pemegang saham
PT. ADM. Persentase saham yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan
dapat dilihat pada Gambar 4.
38
Gambar 4. Diagram kepemilikan saham PT. ADM
4.1.2. Visi dan Misi PT. ADM
Visi PT ADM adalah Menjadi nomor satu di pasar mobil compact
Indonesia dan sebagai basis utama produksi global untuk Grup Daihatsu/Toyota
yang sama dengan standar mutu pabrik Jepang. Misi PT. ADM adalah :
a. Memproduksi mobil dengan nilai terbaik dan menyediakan layanan terkait
yang penting untuk meningkatkan nilai stakeholder dan ramah lingkungan.
b. Mengembangkan dan memberikan inspirasi kepada karyawan untuk
mencapai kinerja tingkat dunia.
Sebagai bagian dari PT. ADM, bagian Casting Plant memiliki visi dan misi
yang sejalan dengan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan induk PT.
ADM. Visi PT ADM Casting Plant adalah Menjadi perusahaan produsen
komponen mobil dipasar dalam negeri dan pasar global berdasarkan Daihatsu
atau Toyota Grup. Misi yang ingin dicapai oleh PT. ADM Casting Plant adalah
:
1. Membangun sumber daya potensial dan peningkatan berkelanjutan dalam
teknologi Aluminium Casting.
2. Melakukan kegiatan operasional melalui budaya ADM berdasarkan rasa
hormat, kepercayaan dan keterbukaan diantara bagian dalam ADM.
3. Melayani demi kehidupan lebih baik melalui perhatian terus menerus
terhadap keamanan dan lingkungan melalui kegiatan dan produk ADM.
39
4.2. Proses Produksi pada PT. ADM Casting Plant
PT. ADM Casting Plant adalah perusahaan manufaktur yang
memproduksi komponen mesin yang digunakan pada mobil-mobil jenis Toyota
dan Daihatsu. Saat ini, PT. ADM Casting Plant memproduksi 11 jenis produk
yang terdiri dari Cylinder Block, Oil Pan Daihatsu, Oil Pan Toyota, DHC
D16D, DHC, D38A, DHC D40D, Cylinder Head 1TR, Cylinder Head 2TR,
Cylinder Head 2SZ. PT. ADM Casting Plant dapat berproduksi dengan rataan
kapasitas dari 400 unit produk/hari untuk masing-masing jenis produk. Secara
garis besar, proses produksi pada PT. ADM Casting Plant dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Proses produksi pada PT. ADM dikerjakan oleh mesin yang dikendalikan
oleh operator. Proses produksi dalam ruang produksi terdiri dari dua jenis,
yaitu High Presure Process (HPP) dan Low Presure Process (LPP). Bahan
utama proses produksi merupakan alumunium batangan yang dicetak menjadi
komponen mobil. Perbedaan mendasar antara HPP dan LPP adalah
penggunaan pasir silika dalam proses produksi.
Tujuan dari sistem produksi yang digunakan oleh PT. ADM Casting Plant
menekankan pada :
1. Fokus pada pelanggan
2. Meningkatkan produktivitas dan minimalisasi biaya
3. Pengelolaan partisipasi karyawan berjalan dengan maksimal
4. Pengelolaan keselamatan kerja dan lingkungan terhadap seluruh karyawan
4.3. Sistem Pengendalian Mutu pada ADM Casting Plant.
Telah menjadi kebijakan dan komitmen PT Astra Daihatsu Motor Casting
Plant untuk menyerahkan produk Aluminium Casting kepada pelanggan dengan
mutu yang sesuai persyaratan, biaya bersaing dan waktu penyerahan tepat
waktu, serta mengikuti ketentuan persyaratan yang ditetapkan pemerintah.
Seluruh karyawan harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) yang memenuhi persyaratan standar ISO/TS
40
16949:2002 secara konsisten, sesuai tanggungjawab dan wewenang masing-
masing, serta melakukan perbaikan secara terus menerus untuk mencapai
sasaran perusahaan dan berusaha memenuhi kepuasan pelanggan.
SMM ditinjau dan dievaluasi secara berkala untuk dapat memenuhi tujuan
perusahaan dan harapan pelanggan yang terus berkembang. Seiring dengan
kemajuan teknologi dan kebutuhan produk yang ramah lingkungan, Daihatsu
telah melengkapi semua mobilnya dengan mesin yang menggunakan catalytic
converter, agar gas buang hasil pembakarannya memenuhi peraturan
pemerintah dan standart EURO II.
Daihatsu sangat memperhatikan proses produksi, kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pabrik dengan menerapkan Sistem Mutu Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang sesuai dengan ISO 14001, OHSAS 18001 dan Green
Company. Dengan fasilitas produksi yang lengkap, PT. ADM senantiasa
berusaha menghasilkan produk dengan mutu global agar mampu diterima oleh
konsumen domestik dan mancanegara. Saat ini, Daihatsu telah memenuhi
standar mutu global dengan menerapkan sistem produksi Toyota (TPS) di setiap
lini proses. Secara rutin, mutu proses produksi Daihatsu selalu ditinjau seperti
yang diisyaratkan ISO : 9001 yang telah diterapkan di semua pabrik Daihatsu.
PT. ADM menerapkan beberapa cara pengendalian mutu yang
berlandaskan nilai-nilai budaya Jepang seperti Keizen berupa peningkatan
berkesinambungan dan Genchi Genbutsu, yaitu penanganan permasalahan
dengan cara memahami permasalahan secara langsung (Liker, 2006). PT. ADM
belum pernah menggunakan Six Sigma dalam pengendalian mutu. Proses
pengendalian mutu dan manajerial dalam PT ADM lebih banyak menggunakan
Toyota Way dengan 14 prinsip manajerial yang mencakup produksi,
pengendalian mutu hingga penanganan SDM.
Keberhasilan pengendalian mutu perusahaan tidak lepas dari struktur
organisasi dan pola birokrasi yang baik pada PT. ADM. Organisasi perusahaan
disusun sebagaimana layaknya suatu badan usaha yang membagi-bagi unit
41
dalam organisasi secara fungsional. PT. ADM Casting Plant, posisi Director
Manufacturing berada pada posisi tertinggi yang membawahi :
1. Casting Plant Division
2. Administration
3. Management Representative
4. Committee
PT. ADM Casting Plant sebagai bagian dari PT. ADM pusat terbagi dalam
beberapa departemen, yaitu :
1. PPC Logistic
2. Production
3. Maintenance
4. Production Engineering
Selain beberapa departemen di atas, terdapat juga beberapa section yang
berhubungan langsung dengan departemen-departemen yang berada di kantor
pusat PT. ADM, yaitu :
1. Environment Health and Savety (EHS)
2. GSM
3. Quality Inspection
4. Quality Engineering
5. Human Resources Division and Personel Services
6. Finnance and Accounting
7. Purchasing
Untuk rincian dari tiap-tiap departemen, tugas dan pekerjaan, serta perbedaan
dari tiap-tiap departemen dalam PT. ADM Casting Plant dapat dilihat pada
Lampiran 5. Tugas dan wewenang masing-masing Departemen dan Section
pada PT. ADM Casting Plant.
4.4. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor dan Tujuan yang berpengaruh dalam
Penerapan Strategi Six Sigma pada Sistem Pengendalian Mutu.
42
Identifikasi terhadap faktor, aktor dan tujuan yang berpengaruh pada
pengambilan keputusan pengendalian mutu dilakukan untuk menentukan hirarki
analitik demi mendapatkan pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada PT.
ADM. Identifikasi dilakukan dengan wawancara dan Focus Group Discussion
(FGD) bersama Divisi Pengembangan SDM PT. ADM, Tim Pengendali Mutu
dan Divisi Produksi. Dari wawancara dan diskusi tersebut diperoleh faktor,
aktor dan tujuan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penerapan
Six Sigma pada PT. ADM.
FGD dipimpin oleh Divisi Pengembangan SDM yang bertindak sebagai
moderator forum. Setiap peserta diminta menjelaskan dan menuliskan job
description masing-masing untuk mengetahui pertimbangan apa yang penting
dalam perumusan model penerapan Six Sigma. Peserta diminta menentukan
faktor yang akan menjadi pertimbangan tiap aktor dalam pengambilan keputusan
pengendalian mutu. Kemudian, setiap aktor akan menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai oleh masing-masing departemen yang akan menunjang tujuan utama
perusahaan. Tahap selanjutnya pada FGD ini adalah pemilihan bersama faktor,
aktor dan tujuan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penerapan
Six Sigma pada PT. ADM. Tahap terakhir adalah penetuan alternatif dan
penyusunan hirarki analitik
4.4.1. Faktor-faktor penyusun Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem
Pengendalian Mutu ADM
Sebagai pertimbangan dalam pemilihan strategi pengendalian mutu, PT
ADM memilih beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi. Faktor-
faktor tersebut adalah efisiensi, kontrol, aplikasi dan keterlibatan. Faktor-
faktor inilah yang memiliki peran penting dalam pemilihan strategi
pengendalian mutu dan menyususn hirarki analitik dalam pemilihan strategi.
Rinciannya sebagai berikut :
a. Efisiensi
43
Efisiensi adalah pertimbangan utama dari hampir setiap keputusan bisnis.
Efisiensi dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan
menjaga penggunaan sumber daya secara tepat. Tetapi efisiensi yang
berlebihan dapat mengurangi mutu produk dan meningkatkan cacat
dengan kata lain faktor efisiensi perlu memperhatikan pertimbangan mutu
produk yang dihasilkan, apakah efisiensi yang dilakukan mengancam
mutu produk atau tidak.
b. Kontrol
Kontrol atau pengendalian adalah faktor yang dipilih PT. ADM sebagai
pertimbangan lain dalam pemilihan strategi pengendalian mutu. Pengendalian
yang dimaksud dalam strategi ini adalah pengendalian terhadap sistem.
Sistem yang akan diterapkan diharapkan mudah untuk diawasi dan
dikendalikan pelaksanaannya oleh sumber daya yang dimiliki PT. ADM.
c. Aplikasi
Faktor aplikasi menjadi pertimbangan dalam pemilihan strategi Six Sigma
pada pengendalian mutu PT. ADM adalah kemudahan dalam aplikasi sistem
pengendalian mutu. Aplikasi sistem yang tidak berbelit-belit dan mudah
menjadi salah satu perhatian PT. ADM dalam mengambil keputusan sistem
pengendalian mutu yang digunakan.
d. Keterlibatan
Keterlibatan dalam sebuah sistem pengendalian mutu menjadi penting
mengingat mutu sebuah produk adalah tanggung jawab seluruh pihak dalam
perusahaan. Sistem yang melibatkan banyak pihak dalam pengendalian mutu
dapat meningkatkan tanggung jawab karyawan terhadap mutu produk yang
dimiliki perusahaan. Tanggungjawab karyawan terhadap mutu produk dapat
mempengaruhi peningkatan mutu produk secara berkelanjutan.
4.4.2. Aktor yang terlibat dalam Strategi Penerapan Six Sigma dalam Sistem
Pengendalian Mutu ADM
a. Manajer Produksi (Production)
44
Manajer Produksi pada PT. ADM Casting Plant adalah salah satu aktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemilihan penerapan strategi
Six Sigma pada pengendalian mutu perusahaan. Bagian produksi yang
terdiri dari bagian HPP, LPP dan Improvement mengambil peran utama
dalam pelaksanaan produksi untuk menghasilkan produk bermutu. Bagian
produksi yang dipimpin oleh Manajer Produksi merupakan aktor
berhubungan langsung pada proses perubahan input menjadi output, maka
Manajer Produksi menjadi aktor penting yang mempengaruhi pengambilan
keputusan.
b. Kepala Tim Pengendalian Mutu (Maintenance)
Kepala Tim Pengendali Mutu pada PT. ADM mengepalai dua bagian, yaitu
Quality Engineering dan Quality Inspection. Tim Pengendali Mutu
mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap sistem yang digunakan
perusahaan dalam melakukan pengendalian mutu produk. Tim Pengendali
Mutu membuat rancangan dan mengkaji sistem apa yang akan digunakan,
sertifikasi apa yang akan diambil perusahaan dan rencana pengembangan
mutu perusahaan.
c. Kepala Bagian Raw Material (PPT Logistic)
Kepala Bagian Raw Material adalah bagian dari departemen yang ada pada
PT. ADM Casting Plant yang disebut PPC & Logistic. Seksi pada
departemen PPC & Logistic ini memiliki deskripsi pekerjaan utama adalah
menjaga mutu material input produk dan hal-hal yang berkaitan dengan
pengendalian material input produksi. Input yang baik dalam sebuah proses
produksi dapat menunjang terciptanya produk yang baik. Dalam penentuan
mutu produk, bagian Raw Material memiliki peran penting menjaga mutu
produk dari bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
d. Operator (Production Engineering)
Operator pada PT. ADM adalah bagian dari Departemen Production
Engeneering yang memiliki tugas utama mendukung produksi. Pada PT.
ADM Casting Plant, hampir keseluruhan proses produksi dilakukan
45
dengan mesin, maka peran operator sangat penting dalam hal pengendalian
proses produksi secara langsung.
4.4.3. Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Strategi Penerapan Six Sigma dalam
Sistem Pengendalian Mutu PT. ADM Casting Plant
a. Efisiensi Biaya dan Waktu
Efisiensi dapat memberikan tambahan keuntungan pada perusahaan.
Dengan proses produksi yang efisen, biaya dan penggunaan yang diperlukan
dalam proses produksi lebih sedikit dan meningkatkan margin dari
penjualan produk. Agar produk memilik daya saing tinggi, PT. ADM
sebagai perusahaan bertaraf Internasional, bertujuan melakukan
pengendalian mutu dengan mengaplikasikan sistem yang efisien dan efektif.
b. Sistem yang Mudah Dikendalikan
Sistem yang mudah dikendalikan oleh sumber daya yang ada pada
perusahaan adalah sistem yang diharapkan PT. ADM dapat diaplikasikan
pada perusahaan. Dengan adanya kemudahan pengendalian, PT ADM
Casting Plant dapat meningkatkan mutu produk dengan mengawasi
sejauhmana sistem tersebut berhasil meningkatkan mutu produk.
c. Sistem yang Mudah Diaplikasikan
Sistem yang mudah diaplikasikan memudahkan perusahaan melakukan
pengawasan, menghemat biaya pelatihan dan mengurangi lead time pada
proses produksi. Kemudahan aplikasi sistem menjadi perhatian pada
pengambilan keputusan pengendalian mutu, sehingga dapat mendukung
efisiensi perusahaan.
d. Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
Sistem yang melibatkan berbagai pihak dalam perusahaan berarti
mendayagunakan SDM secara maksimal. Dengan adanya keterlibatan
berbagai pihak dalam perusahaan, pengendalian mutu produksi bukan hanya
menjadi tanggung jawab tim pengendali mutu, tetapi menciptakan rasa
tanggung jawab pada setiap karyawan yang terlibat.
46
4.4.4. Penerapan Alternatif Strategi Six Sigma dalam Sistem Pengendalian Mutu
ADM
PT. ADM Casting Plant memiliki nilai-nilai budaya perusahaan yang
dianut dalam setiap kegiatan perusahaan. Nilai-nilai tersebut sangat melekat
pada setiap kegiatan, sehingga jika sistem pengendalian mutu dengan
pendekatan Six Sigma yang benar-benar berbeda dengan nilai-nilai yang ada
pada PT. ADM Casting Plant akan diterapkan, maka diperlukan penilaian,
apakah sistem cocok yang diterapkan secara penuh dalam perusahaan ataukan
harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan sistem pengendalian mutu yang
sudah ada. PT. ADM Casting Plant menghindari adanya sistem yang tidak
mendukung sistem lain, sehingga menghambat tercapainya tujuan perusahaan.
Terdapat dua alternatif, yaitu :
a. Penerapan Six Sigma Secara Penuh
Penerapan Six Sigma Secara Penuh dalam alternatif yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah penerapan Six Sigma seperti penerapan sistem
pengendalian mutu Six Sigma pada perusahan kelas dunia lain yang telah
terlebih dulu mengaplikasikannya. Penerapan Six Sigma secara penuh ini
berarti menjadikan Six Sigma sebagai pendekatan utama dalam mengurangi
cacat produk dan meningkatkan mutu produk PT. ADM Casting Plant.
b. Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi
Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi yang dimaksud adalah penerapan
Six Sigma yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan
memperhatikan sistem yang telah terlebih dahulu diaplikasikan perusahaan.
Pada Alternatif ini nantinya akan dilakukan piloting dan penerapan Six Sigma
pada lini produk tertentu.
4.5. Analisis Penerapan Strategi Six Sigma dalam Pengendalian Mutu ADM
Pemilihan strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu PT. ADM
Casting Plant dimulai dengan melakukan FDG dengan pihak perusahaan dalam
menyusun hirarki. Dalam penusunan hirarki tersebut dipilih aktor, faktor dan
47
tujuan yang mempengaruhi pemilihan penerapan strategi Six Sigma dalam
pengendalian mutu perusahaan. Selain faktor, aktor, dan tujuan yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, ditentukan alternatif penerapan Six
Sigma dalam pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant.
4.5.1. Pengolahan Horisontal
Pengolahan data secara Horisontal memperlihatkan pengaruh antara satu
unsur pada satu tingkat terhadap tingkat di atasnya. Pengolahan data
horisontal ini dibagi menjadi empat bagian yaitu pengolahan horisontal
terhadap faktor yang mempengaruhi Ultimate Goal, pengolahan data
horisontal terhadap aktor yang mempengaruhi masing-masing faktor,
pengolahan data horisontal terhadap tujuan yang mempengaruhi masing-
masing aktor dan analisis alternatif terhadap setiap tujuan yang ingin dicapai.
Proses pengolahan data horisontal menggunakan bantuan Software Expert
Choice 2000 Microsoft Excel 2007.
a. Faktor pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
Berdasarkan pengolahan data horisontal didapatkan bobot pada setiap unsur
faktor seperti pada Tabel 5 dan Gambar 5.
Tabel 5. Bobot faktor pada pengolahan horisontal
Unsur Faktor Bobot
Efisiensi 0,059
Kontrol 0,277
Aplikasi 0,422
Keterlibatan 0,241
48
Gambar 5. Bobot faktor pada Expert Choice 2000
Dari bobot yang diperoleh dalam analisis horisontal, dapat dilihat bahwa faktor
yang menjadi prioritas dalam pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada PT.
ADM adalah aplikasi yang memiliki bobot 0,422. Faktor selanjutnya yang
menjadi prioritas adalah kontrol dengan bobot 0,277, kemudian keterlibatan
dengan bobot 0,241 dan yang terakhir adalah faktor efisiensi dengan bobot 0,059.
Faktor Aplikasi menjadi prioritas, karena dalam pengendalian mutu dianggap
sebagai faktor yang menentukan keberhasilan peningkatan mutu dibanding faktor
lainnya. Dengan kemudahan dan keberhasilan aplikasi, umumnya pengendalian
sistem dapat dilakukan dan penilaian keberhasilan didasarkan tolak ukur
keberhasilan sistem yang diterapkan.
b. Aktor pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
49
Hasil pengolahan data pada aktor yang berpengaruh terhadap masing-
masing faktor dalam pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian
mutu PT. ADM Casting Plant yang dimuat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot masing-masing aktor terhadap faktor
E Ko A Ke
MP 0,200 0,142 0,101 0,087
TQC 0,223 0,289 0,163 0,272
RM 0,403 0,360 0,383 0,376
OPR 0,174 0,209 0,353 0,265
Keterangan :
MP = Manajer Produksi
TQC = Kepala Tim Pengendali Mutu
RM = Kepala Bagian Raw Material
OPR = Operator
E = Efisiensi
Ko = Kontrol
A =Aplikasi
K = Keterlibatan
50
Gambar 6. Bobot tiap aktor terhadap faktor dalam Expert Choice 2000
Tabel 6 tampak bobot masing-masing aktor terhadap konteks faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu
PT. ADM Casting Plant. Aktor yang menjadi prioritas pada faktor efisiensi
adalah bagian Raw Material (0,403) yang mengendalikan input produksi dan
menangani logistik yang berhubungan erat dengan efisiensi biaya. Pada faktor
kontrol, aktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan strategi adalah Kepala
Bagian Raw Material (0,360). Pada faktor aplikasi, aktor yang memliki bobot
terbesar adalah bagian Raw Material (0,383), demikian juga pada faktor
keterlibatan dengan bobot 0,376.
c. Tujuan pada penerapan strategi Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
51
Pengolahan data Horisontal pada tingkatan ini menilai besarnya bobot dari
tiap-tiap unsur tujuan terhadap masing-masing aktor yang terlibat dalam pemilihan
strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant.
Hasil pengolahan data horisontal pada tingkatan ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Gambar 7.
Tabel 7. Bobot tujuan terhadap masing-masing aktor
MP TQC RM OPR
EB 0,159 0,216 0,181 0,181
SMC 0,238 0,252 0,227 0,272
SMA 0,255 0,221 0,322 0,309
SK 0,348 0,311 0,270 0,238
Keterangan :
MP = Manajer Produksi
TQC = Kepala Tim Pengendali Mutu
RM = Kepala Bagian Raw Material
OPR = Operator
EB = Efisiensi Biaya dan Waktu
SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan
SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan
SK =Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
52
Gambar 7. Bobot masing-masing tujuan terhadap masing-masing aktor dalam Expert
Choice 2000.
Pengolahan data horisontal di atas didapati bahwa efisiensi biaya dan waktu
bukanlah prioritas utama dalam pemilihan strategi oleh aktor-aktor dalam
hirarki. Sistem yang mudah diaplikasikan dan Sistem yang melibatkan berbagai
pihak adalah tujuan yang ingin dicapai dengan bobot-bobot terbesar. Menurut
Manajer Produksi, tujuan prioritas yang ingin dicapai adalah Sistem yang
melibatkan berbagai pihak dengan bobot 0,348. Pendapat yang sama diberikan
oleh Kepala Tim Pengendali Mutu dengan bobot tujuan 0,311. Kepala Bagian
Raw Material dan Operator memiliki tujuan prioritas sistem yang mudah
diaplikasikan dengan bobot masing-masing 0,322 dan 0,329.
d. Alternatif pada penerapan strategi Six Sigma dalam Pengendalian mutu
produk PT. ADM Casting Plant
Pengolahan data Horisontal pada tingkatan ini menilai besarnya bobot pada
tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing tujuan yang ingin dicapai dalam
pemilihan strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM
Casting Plant. Hasil pengolahan data horisontal pada tingkatan ini dapat dilihat
pada Tabel 8.
53
Tabel 8. Bobot tiap-tiap alternatif terhadap tujuan
EB SMC SMA SK
P 0,435 0,632 0,775 0,632
M 0,565 0,368 0,225 0,368
Keterangan :
EB = Efisiensi Biaya dan Waktu
SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan
SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan
SK Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
P = Penerapan Six Sigma Secara Penuh
M = Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi
Tabel 4 diketahui bahwa untuk tujuan efisiensi biaya dan waktu, alternatif prioritas
adalah penerapan Six Sigma dengan Modifikasi. Penerapan Six Sigma secara
penuh memang memerlukan waktu yang tidak singkat dan proses yang panjang.
Penerapan Six Sigma secara penuh, diperlukan pelatihan terhadap sumber daya
terlebih dahulu.
Pada tujuan sistem yang mudah dikendalikan, sistem yang mudah
Diaplikasikan dan sistem yang melibatkan berbagai pihak, alternatif prioritasnya
adalah penerapan Six Sigma secara penuh. Penerapan Six Sigma memberdayakan
banyak pihak dan mudah dikendalikan.
4.5.2. Pengolahan Vertikal
Pengolahan data secara vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap
unsur pada tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama. Pengolahan ini
akan menunjukkan alternatif yang dapat dipilih berdasarkan bobot yang
dikandung setiap unsur pada hirarki.
54
Gambar 8. Bobot Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif pada AHP
Keterangan :
E = Efisiensi
Ko = Kontrol
A =Aplikasi
Ke = Keterlibatan
MP = Manajer Produksi
TQC = Kepala Tim Pengendali Mutu
RM = Kepala Bagian Raw Material
OPR = Operator
EB = Efisiensi Biaya dan Waktu
SMC = Sistem yang Mudah Dikendalikan
Strategi Pengendalian Mutu
dengan Perspektif Six Sigma
pada Sistem Pengendalian
Mutu PT. Astra Daihatsu
Motor Casting Plant
E
0,059 Ko
0,277
Ke
0,241
A
0,422
MP
0,115
TQC
0,228
RM
0,376
OPR
0,281
EB
0,186
SMC
0,247 SMA
0,287
SK
0,280
P
0,627
MDF
0,373
55
SMA = Sistem yang Mudah Diaplikasikan
SK = Sistem yang Melibatkan Berbagai Pihak
P = Penerapan Six Sigma Secara Penuh
M = Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi
a. Aktor pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
Hasil pengolahan Vertikal menunjukkan bahwa aktor yang paling
berpengaruh dalam strategi penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT.
ADM Casting Plant adalah `Bagian Raw Material dengan bobot 0,376. Kepala
Bagian Raw Material memiliki kewenangan memilih logistik dan input produksi
yang akan mengendalikan mutu produk dari awal proses produksi. Sistem apa
yang akan digunakan dalam pengendalian mutu merupakan kewenangan tim
pengendali mutu, tetapi pada raalitas operasional, bagian Raw Material
menentukan secara langsung keputusan yang berhubungan pengendalian mutu
produk berdasarkan input produksi. Oleh karena itu memiliki tanggungjawab
besar terhadap mutu produk. Aktor selanjutnya yang paling berperan dalam
penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant adalah
operator dengan bobot 0,281 dan kepala Tim Pengendali Mutu dengan bobot
0,228. Manajer Produksi adalah aktor dengan bobot terendah (0,115).
b. Tujuan pada strategi Penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu produk
PT. ADM Casting Plant
Dalam pengolahan data secara vertikal, didapatkan hasil bahwa tujuan prioritas
yang ingin dicapai dalam penerapan Six Sigma pada pengendalian mutu PT. ADM
Casting Plant adalah sistem yang mudah diaplikasikan dengan bobot 0,287.
Tujuan yang menjadi prioritas selanjutnya adalah Sistem yang melibatkan berbagai
pihak dengan bobot 0,280. Tujuan yang menjadi prioritas lain adalah sistem yang
mudah dikendalikan dan yang terakhir menjadi prioritas adalah efisiensi biaya.
Hal ini mengindikasikan bahwa, meskipun efisiensi dianggap penting bagi
56
perusahaan dengan budaya Jepang, tetapi pengendalian mutu yang baik tetap
merupakan prioritas utama dalam proses produksi perusahaan.
c. Alternatif pada strategi penerapan Six Sigma dalam pengendalian mutu
produk PT. ADM Casting Plant
Berdasarkan pengolahan data vertikal, didapatkan hasil alternatif yang
menjadi prioritas utama dalam penerapan Six Sigma pada PT. ADM Casting
Plant. Alternatif dengan penerapan secara modifikasi memiliki bobot 0,373 dan
penerapan Six Sigma penuh memiliki bobot 0,627. Dengan demikian, penerapan
Six Sigma secara penuh menjadi alternatif unggulan yang dapat
diimplementasikan pada PT. ADM Casting Plant
4.6. Strategi Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Six Sigma pada
Pengendalian Mutu ADM
Selama ini PT ADM Casting Plant telah melakukan berbagai upaya
pengendalian mutu yang dapat membawa Daihatsu bertahan di pasar persaingan
industri mobil dunia. Dalam menyikapinya, dibutuhkan perbaikan berkelanjutan
terhadap mutu produk yang sesuai dengan budaya perusahaan. Sistem yang telah
lebih dulu diaplikasikan pada proses pengendalian mutu PT. ADM dapat
dikatakan baik. Saat ini, dibutuhkan sistem pendukung yang dapat mengurangi
cacat produk dengan lebih baik dan akurat menggunakan Six Sigma secara penuh.
4.7. Implikasi Manajerial
Hasil analisis terhadap unsur-unsur yang terkait dalam strategi penerapan
Six Sigma pada pengendalian mutu PT ADM Casting Plant menghasilkan
keputusan bahwa alternatif Penerapan Six Sigma secara penuh adalah alternatif
terbaik menurut pakar. Dalam implikasinya, Six Sigma akan mendukung dan
memperbaiki apa yang telah dilakukan oleh sistem sebelumnya dan menghasilkan
data yang lebih akurat.
57
Pada prakteknya, penerapan Six Sigma diawali dengan persiapan sumber
daya manusia handal dalam bidang Six Sigma yang akan menjadi pemimpin
proyek Six Sigma, tokoh ini umumnya disebut Green Belt atau Black Belt.
Kemudian identifikasi permasalahan cacat produk dengan memperhatikan
keluhan pelanggan (tahapan define), pengukuran tingkat sigma perusahaan
(proses measure), menganalisis sebab-sebab terjadinya cacat produk, mencari
solusi real perbaikan mutu dan pengendalian sistem.
Tabel 9. Implementasi Manajerial yang Dapat Dilakukan
Sistem Pengendalian Mutu
Saat ini
1. Fokus pada setiap aspek manajerial
2. Lebih bersifat wacana filosofis
3. Tidak dapat mengukur tingkat pengurangan cacat secara akurat dan
belum dapat mengukur efektifitas implementasi strategi terhadap
pengurangan cacat produk.
Six Sigma 1. Menitikberatkan pada pengurangan cacat
2. Berupa Implikasi parktis yang dapat dirumuskan perusahaan sesuai
kebutuhan
Implikasi Manajerial 1. Dengan menggunakan pendekatan DMAIC dan mengetahui
kebutuhan perusahaan akan tindakan pengurangan cacat yang sesuai.
2. Persiapan SDM internal untuk pelaksanaan Six Sigma dengan
pertimbangan kerahasiaan perusahaan.
3. Proses control dan perbaikan berkelanjutan dalam pelaksanaan
Implementasi Six Sigma
58
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Proses produksi pada PT. ADM Casting Plant Indonesia menggunakan bahan
utama, yaitu batang alumunium dan pasir silika. Kedua bahan tersebut
diproses dengan dua macam cara, yaitu dengan HPP dan LPP. Perbedaan
kedua proses tersebut ada pada bahan dasar dan suhu, serta mesin pemrosesan
untuk menghasilkan komponen mobil yang biasanya digunakan pada mobil-
mobil Daihatsu dan Toyota.
b. PT. ADM menerapkan cara pengendalian mutu yang disesuaikan dengan
budaya Jepang, yaitu The Toyota Way dengan 14 konsep manajerial yang
menangani permasalahan, baik produksi, efisiensi, pengendalian mutu hingga
SDM. Selain menerapkan The Toyota Way dalam proses produksinya, PT.
ADM memiliki berbagai sertifikasi mutu bertaraf internasional seperti ISO
:9001, ISO/TS 16949:2002 dan memenuhi standar EURO II.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerapan Six Sigma pada
pengendalian mutu PT. ADM Casting Plant adalah Efisiensi, Kontrol,
Aplikasi dan Keterlibatan. Aktor yang berperan dalam penerapan Six Sigma
pada PT. ADM Casting Plant adalah Manajer Produksi, Kepala Tim
Pengendali Mutu, Kepala Bagian Raw Material dan Operator. Alternatif yang
dipilih dapat dirumuskan adalah Penerapan Six Sigma secara penuh dan
Penerapan Six Sigma dengan Modifikasi.
d. Faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan
pendekatan manajemen mutu Six Sigma adalah faktor aplikasi dengan bobot
faktor 0,422. Aktor yang dianggap paling berpengaruh dalam pengambilan
keputusan pengendalian mutu adalah bagian Raw Material (PPT dan Logistik)
dengan bobot aktor 0,376. Tujuan yang dianggap paling penting
dilaksanakana dalam pengambilan keputusan pengendalian mutu adalah
Kemudahan Aplikasi Sistem dengan bobot tujuan 0,287.
59
e. Alternatif penerapan Six Sigma secara penuh adalah alternatif prioritas yang
dipilih PT. ADM Casting Plant dalam pengendalian mutu produk, yaitu
melaksanakan Six Sigma sebagai sistem yang diaplikasikan secara penuh
dalam mengurangi cacat produk secara akurat.
2. Saran
a. Penerapan Six Sigma harus memperhatikan kondisi-kondisi seperti
pelaksanaan pekerjaan tiap divisi, pengendalian bahan baku dan persiapan
proses produksi, sehingga tercipta efektifitas sistem pengendalian mutu yang
diharapkan.
b. Perusahaan perlu menyiapkan tim yang akan mempelajari penerapan Six
Sigma pada setiap lini produk (contohnya Oil Pan Toyota) dan setiap proses
produksi perusahaan (contohnya pada HPP), dalam mengurangi cacat secara
efektif.
c. Sebaiknya sumber daya manusia yang disiapkan untuk proses penerapan Six
Sigma dalam pengendalian mutu produk ini menggunakan sumberdaya
internal perusahaan untuk menghindari ketidaksesuaian penerapan dengan
budaya yang digunakan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. http//www.wikipedia.org/wiki/Perbedaan Six Sigma dan Total
Quality Management/2008 (diakses 26 Desember 2008)
Anonim.2009. http//www.astraworld.com/?act=news&id/2009 (diakses 8 Januari
2009)
Anonim. 2009.http//www.kapanlagi.com/news&id/astra/2009 (diakses 11 Mei 2009)
Chandra, W. 2002. Analisis Swot Terhadap Six Sigma Untuk Penentuan Strategi
Masa Depan. Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha.
Halaman 5.
Dilana, A. 2005. Analisis Manajemen Kualitas Perpektif Six Sigma pada Sub Divisi
Es Balok dan Perbekalan Divisi Usaha Pelayanan Kapal Perum Prasarana
Perikanan Samudra Cabang Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB
Press, Bogor.
Fewidarto, P. D. 1996. Proses Hirarki Analitik (Analitical Hierarchi Process).
Materi Kursus Singkat. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gaspersz, V. 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries
(Terjemahan). PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Heizer dan Render. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi . Salemba Empat,
Jakarta.
Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja
Bisnis. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ibrahim. 2000. Total Quality Management. Djambatan, Jakarta.
61
Liker, J. K. 2004. The Toyota Way (Terjemahan). McGraw Hill, New York.
Miranda dan A.W. Tunggal. 2006. Six Sigma Gambaran Umum, Penerapan Proses
dan Metode-metode yang Digunakan untuk Perbaikan GE dan Motorola.
Harvarindo, Jakarta.
Muhandri, T. dan D, Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB
Press, Bogor.
Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pande, P.S, R.P. Neuman, R.R dan Cavanagh. 2000. The Six Sigma Way
(Terjemahan). McGraw.Hill, New York.
Raharjo, J, Aysia, D.A.Y, dan Anitasari, S. 2008. Peningkatan Kualitas Melalui
Implementasi Filosofi Six Sigma (Studi Kasus di sebuah Perusahaan
Speaker). Jurnal Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra.
Halaman 101.
Saaty, Thomas. L. 1991. Pengambilan Keputusan untuk Para Pemimpin Proses
Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks . Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Solichin, I. 2006. Analisi Manajemen Kualitas Perspektif Six Sigma pada Divisi
Produksi Bagian Fish Fillet PT. Dharma Samudra Fishing Industries, Tbk
Tanjung Priok Jakarta Utara. Skripsi pada departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara
1. Produk apakah yang dihasilkan oleh PT. Astra Daihatsu Motor divisi Casting
Plant ?
2. Bahan baku apakah yang digunakan dalam proses produksi divisi Casting
Plant ?
3. Bagaimanakah proses produksi pada divisi Casting Plant ?
4. Bagaimanakah standar mutu yang diterapkan pada divisi Casting Plant ?
5. Apakah kendala dalam proses pengendalian mutu pada PT. Astra Daihatsu
Motor Casting Plant saat ini ?
6. Bagaimanakah struktur tim pengendali mutu pada PT. Astra Daihatsu Motor
Casting Plant ?
7. Komentar : ………………….
64
Lampiran 3. Kuesioner penelitian
PEMILIHAN STRATEGI PENERAPAN SIX SIGMA PADA
PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI PT. ASTRA DAIHATSU
MOTOR CASTING PLANT INDONESIA
Kuesioner ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan untuk
melakukan pengumpulan data pada penelitian tugas akhir mahasiswa Program
Sarjana Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan oleh Novi Astiningtias (H24054233)
dengan judul ”Pemilihan Strategi Penerapan Six Sigma Pada Pengendalian
Mutu Produksi PT. Astra Daihatsu Motor Casting Plant”.
Kuesioner ini dibagikan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif strategi
pengendalian mutu yang lebih sesuai dengan kondisi yang ada dan mampu
mengatasi masalah mutu yang dialami PT. Astra Daihatsu Casting Plant.
RESPONDEN :
JABATAN :
WAKTU PELAKSANAAN :
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
200
65
Lanjutan Lampiran 3.
1. Terdapat faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengendalian
mutu di PT. ADM Casting Plant, yaitu efisiensi, kontrol, aplikasi dan
keterlibatan.
Kolom
kiri
Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Efisiensi Kontrol
Efisiensi Aplikasi
Efisiensi Keterlibatan
Kolom
kiri
Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih penting
dibandingkan tujuan kolom
sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol Aplikasi
Kontrol Keterlibatan
Kolom
kiri
Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih penting
dibandingkan tujuan kolom
sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Aplikasi Keterlibatan
2. Terdapat empat aktor yang berperan dalam pelaksanaan sistem
pengendalian mutu pada PT. ADM Casting Plant, yaitu Tim Pengendali
Mutu, Operator, Bagian Bahan Baku dan Manajer Produksi.
66
a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks efisiensi.
Kolom
kiri
Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Manajer
Produksi
Pengendali
Mutu
Manajer
Produksi
Operator
Manajer
Produksi
Bagian
Bahan
Baku
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih penting
dibandingkan tujuan kolom
sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengendali
Mutu
Bagian
Bahan
Baku
Pengendali
Mutu
Operator
67
Kolom
kiri
Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih penting
dibandingkan tujuan kolom
sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagian
Bahan
Baku
Operator
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks kontrol.
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Manajer
Produksi
Pengendali
Mutu
Manajer
Produksi
Operator
Manajer
Produksi
Bagian
Bahan Baku
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengendali
Mutu
Bagian
Bahan Baku
Pengendali
Mutu
Operator
68
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagian
Bahan
Baku
Operator
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks aplikasi
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Manajer
Produksi
Pengendali
Mutu
Manajer
Produksi
Operator
Manajer
Produksi
Bagian
Bahan Baku
69
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengendali
Mutu
Bagian
Bahan Baku
Pengendali
Mutu
Operator
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagian
Bahan
Baku
Operator
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu aktor dengan aktor
lainnya dalam konteks kemudahan keterlibatan
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Manajer
Produksi
Pengendali
Mutu
Manajer
Produksi
Operator
Manajer
Produksi
Bagian
Bahan Baku
70
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengendali
Mutu
Bagian
Bahan Baku
Pengendali
Mutu
Operator
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagian
Bahan
Baku
Operator
3. Terdapat lima obyektif yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pengendalian
mutu PT. ADM Casting Plant, yaitu sistem manajemen mutu yang
mengedepankan efisiensi biaya, pengurangan cacat secara cepat,
kemudahan aplikasi, kemudahan pengendalian dan sistem manajemen
mutu yang memberdayakan semua pihak.
a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara obyektif yang satu dengan
obyektif yang lainnya untuk Manajer Produksi
71
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
Mudah
dikendalikan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
mudah
diterapkan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
perusahaan
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
melibatkan
berbagai pihak
72
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah
kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem
yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara obyektif yang satu dengan
obyektif yang lainnya untuk Tim Pengendali Mutu
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
Mudah
dikendalikan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
mudah
diterapkan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
perusahaan
73
Kolom kiri Diisi
bila
sama
pentin
g
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih
penting dibandingkan
tujuan di kolom sebelah
kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah
kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
melibatkan
berbagai pihak
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara obyektif yang satu dengan
obyektif yang lainnya untuk Bagian Bahan Baku
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Efisiensi
Biaya
dan
Sistem yang
Mudah
dikendalikan
74
waktu
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
mudah
diterapkan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
perusahaan
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah
kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
melibatkan
berbagai pihak
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem
yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
75
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara obyektif yang satu dengan
obyektif yang lainnya untuk Operator
Kolom
kiri
Diisi bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
Mudah
dikendalikan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
mudah
diterapkan
Efisiensi
Biaya
dan
waktu
Sistem yang
melibatkan
berbagai
pihak
perusahaan
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah
kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
dikendalikan
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
mudah
Sistem yang
melibatkan
76
dikendalikan berbagai pihak
Lanjutan Lampiran 3.
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Sistem yang
mudah
diterapkan
Sistem yang
melibatkan
berbagai
77
pihak
4. Terdapat dua alternatif strategi yang dapat dikembangkan sehubungan
dengan tujuan di atas, yaitu penerapan Six Sigma secara penuh dan
Penerapan six Sigma yang dimodifiksai.
a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara dua alternatif dalam
konteks efisiensi
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Penerapan
Penuh
Modifikasi
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara dua alternatif dalam
konteks kemudahan kontrol
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Penerapan
Penuh
Modifikasi
78
Lanjutan Lampiran 3
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara dua alternatif dalam
konteks kemudahan aplikasi
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom
kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Penerapan
Penuh
Modifikasi
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara dua alternatif dalam
konteks keterlibatan semua pihak dalam perusahaan
Kolom kiri Diisi
bila
sama
penting
Diisi jika sektor kolom
sebelah kiri lebih penting
dibandingkan tujuan di
kolom sebelah kanan
Diisi jika sektor kolom
sebelah kanan lebih
penting dibandingkan
tujuan kolom sebelah kiri
Kolom kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Penerapan
Penuh
Modifikasi
79
Lampiran 4. Diagram alir proses produksi dan pengendalian mutu PT. ADM Casting
Plant.
PENGUJIAN KELAYAKAN PELANGGANPEMBUATAN PERENCANAAN
DAN PENGENDALIAN PRODUKSIDIBUAT PERENCANAAN MUTU
DAN CONTROL PLAN
PENGADAAN RAW MATERIAL
DAN ALAT PEMERIKSAAN BAHAN BAKU PROSES PRODUKSI
PEMERIKSAAN HASIL PRODUKSI
DISIMPAN DALAM GUDANG
PENGEPAKAN
PENGIRIMAN
80
Lampiran 5. Tugas dan wewenang masing-masing Departemen dan Section
pada PT. ADM Casting Plant.
PT. ADM Casting
Plant
PPC LOGISTIK
PRODUCTION
MAINTENANCE
ENVIRONMENT
HEALTH AND
SAFETY
GSM
QUALITY
INSPECTION
QUALITY
ENGINEERING
HUMAN
RESOURCES
DIVISION
FINANCE AND
ACCOUNTING
PURCHASING
PRODUCTION
ENGINEERING
1.Smooth
Production&Good
Quality
2.Production
Control
1.Keep Readiness
tools
2 Spare part
control
.3.Inspection Tools
Room
1. Safety device
2.Periodical
Training
3.Latihan
penanggulangan
bencana
1.Building and
Environment
maintenance
2.External
Relationship
3.Internal Security
1.Qualit Check
2.Quality Contol at
process
1. QC Standart
2.Quality
Improvement
3.Claim Report,
QA
1Personal
Administration
2.Recruitment
3.People
Development &
training
1.Finance actual
expance
2.Asset audit
3.Monthly finance
report
1.Purchase Order
2.Purchase
Record
1.Production
suport
2.Support
Production Trial
3.Special
Inspection Tools
1.Production Plan
Capacity
2.Product Control
3.Operation Cost
Control
81
Lampiran 6. Pengolahan Vertikal dan Horizontal
Bobot Faktor / Vektor Prioritas
Bobot Aktor
E C A K VP BOBOT AKTOR
MP 0.2 0.142 0.101 0.087 0.059 0.114723
TQC 0.223 0.289 0.163 0.272 0.277 0.227548
RM 0.403 0.36 0.383 0.376 0.422 0.375739
OPR 0.174 0.209 0.353 0.265 0.241 0.28099
Bobot Tujuan
MP TQC RM OPR BA
BOBOT
TUJUAN
EB 0.159 0.216 0.181 0.181 0.114723 0.186259274
SMC 0.238 0.252 0.227 0.272 0.227548 0.246368203
SMA 0.255 0.221 0.322 0.309 0.375739 0.287356341
SK 0.348 0.311 0.27 0.238 0.28099 0.279016182