Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI...

18

Transcript of Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI...

Page 1: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata
Page 2: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata
Page 3: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

Prosiding

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011 Hotel Sahid Jaya

Makassar

25 – 27 September 2011

Ketua Tim Editor:

Bisman Nababan

Tim Editor:

Agus Hartoko, Augy Syahailatua, Bambang Yulianto, Bisman Nababan,

Dwi Djoko Setyono, Eddy A. Subroto, Eka Djunarsyah, Feliatra, Inneke

Rumengan, Iskaq Iskandar, Iqbal Djawad, Johnson L. Gaol, John

Pariwono, Joko Santoso, Mulia Purba, Munasik, Neviaty Putri Zamani, Sri

Yudawati Cahyarini, Suhartati M. Natsir, Tri Prartono, Wahyu Pandoe

2012 Diterbikan oleh:

Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI)

Sekretariat

d/a. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI

Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430

Nababan et al. (Editor). 2012. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI

2011, Hotel Sahid Jaya, Makassar 25-27 September 2011, 283hal.

Foto kulit muka: Pulau Samalona, SEAWIFS, Topografi perairan Indonesia, Kapal

Riset, Kapal Selam Riset, Sampling, Anemon & Clown Fish, Keramba Jaring.

Keterangan foto: Foto memperlihatkan sebagian dari bidang ilmu yang diseminarkan.

Tata letak: Mukhammad Subkhan

ISBN: 978-979-98802-8-4

Page 4: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga Prosiding

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011, Makassar, 25-27 September 2011

dapat terbit. Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011 ini merupakan bagian dari

salah satu kegiatan rutin tahunan ISOI dengan tema ”Laut untuk Kesejahteraan Rakyat”.

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan ini merupakan semi-international event mengingat

pertemuan in dihadiri oleh beberapa pembicara kunci terkait pengembangan ilmu dan

teknologi kelautan serta perikanan dari berbagai negara asing seperti Amerika Serikat,

Jepang, China, dan Taiwan.

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ini dihadiri oleh berbagai pemangku

kepentingan seperti instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, pendidikan menengah,

lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat dan industri dari berbagai daerah

Indonesia dan luar negeri. Makalah yang dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional

Tahunan VIII ini terdiri dari dua belas bidang yaitu Interaksi daratan, lautan, dan atmosfer,

Sumberdaya hayati laut, Kebijakan kelautan (Ocean Policy), Mitigasi bencana kelautan dan

perubahan iklim, Coral reef, Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, Marine

pollution, Ekosistem laut Arafura dan laut Timor, Infrastruktur dan kelembagaan iptek

kelautan nasional, Survei dan pemetaan kelautan, Geosains kelautan dan Hidro-oseanografi,

dan Teknik pantai dan lepas pantai.

Seperti tahun sebelumnya, saya sebagai Ketua Umum ISOI sangat senang dan

bangga pada penerbitan Prosiding ini karena paper yang diterbitkan disini telah melalui

seleksi peer review oleh Tim Editor yang telah bekerja keras disela-sela kesibukannya

untuk mereview paper yang masuk.

Ucapan terima kasih disampaikan secara khusus kepada Gubernur Sulawesi Selatan

Bapak Dr. Syahrul Yasin Limpo, Walikota Makassar Bapak Ir. Ilham A. Sirajuddin, MM,

Bupati Wakatobi Bapak Ir. Hugua, Bupati Bantaeng Bapak Prof. Dr. Ir. Nurdin Abdullah,

Komda ISOI Makassar, Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Dinas Perikanan dan

Kelautan, Sulawesi Selatan yang telah membantu pelaksanaan PIT ISOI VIII ini. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah

menyediakan dana untuk penerbitan Prosiding ini. Penghargaan sebesar-besarnya juga saya

sampaikan kepada Ketua and Anggota Tim Editor beserta staf pendukungnya yang telah

bekerja keras untuk dapat menyelesaikan proses penerbitan Prosiding ini. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih kepada instansi pemerintah dan swasta yang telah turut serta

membantu dalam penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ini seperti

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Lingkungan Hidup, Bappenas,

Ditjen Dikti-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Riset Kelautan dan

Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAKOSURTANAL, COREMAP II-

Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPPT, LIPI, UNDIP, ITB, IOC, Yayasan KEHATI,

Dishidros, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, dan SeaWorld Indonesia.

Jakarta, January 2012

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.

Ketua Umum ISOI

Page 5: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

KATA PENGANTAR

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011 ini merupakan salah satu

hasil dari Pertemuan Ilmiah Nasioanl Tahunan VIII ISOI 2011 yang diselenggarakan di

Makassar, tanggal 25-27 September 2011.

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011 bertema ”Laut untuk

Kesejahteraan Rakyat” dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan baik dari

pihak swasta maupun dari pemerintah.

Panitia pelaksana seminar menerima sebanyak 192 abstrak yang semuanya

dipresentasikan secara oral dalam pertemuan ini. Dari 192 abstrak yang dipresentasikan,

sebanyak 80 makalah lengkap diterima oleh Tim Editor sampai batas waktu yang

ditentukan. Melalui peer group review, makalah tersebut di review dan diseleksi untuk

dapat diterbitkan dalam Prosiding maupun Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.

Setelah melalui proses review dan seleksi, dari 80 makalah lengkap yang direview oleh

Tim Editor maka makalah yang layak diterbitkan melalui perbaikan dan saran dari para

reviewer untuk Prosiding sebanyak 48 judul dan untuk Jurnal sebanyak 22 judul. Dari

sejumlah 48 judul untuk Prosiding, sejumlah 21 judul tidak memasukkan perbaikan

sampai batas waktu yang ditentukan.

Selaku Ketua Tim Editor, saya mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada anggota Tim Editor yang sudah bekerja keras untuk mereview

makalah dibidangnya dan memberikan masukan atau komentar untuk perbaikan paper

yang layak maupun tidak layak untuk diterbitkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih

kepada panitia seminar yang telah membantu dan bekerja keras dalam proses

pengumpulan makalah, proses editing, sampai proses penerbitan Prosiding PIT VIII

ISOI ini khususnya kepada Jafar Elly, Muhammad Subhan, Ratih Deswati, dan Sahat

Tampubolon.

Semoga Prosiding Pertemuan Tahunan ISOI VIII 2011 ini dapat menambah,

melengkapi, dan memajukan ilmu dan teknologi di bidang perikanan dan kelautan.

Bogor, January 2012

Bisman Nababan, Ph.D.

Ketua Tim Editor

Page 6: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

DAFTAR ISI

Kata Sambutan ............................................................................................................. iii

Kata Pengantar ............................................................................................................. iv

Daftar Isi ...................................................................................................................... v

SUMBERDAYA HAYATI, EKOSISTEM LAUT, DAN CORAL REEF

Aktivitas Antibakteri Dan Identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak

Metanol Beberapa Jenis Teripang. Abdullah Rasyid ................................................. 1

Asosiasi Makroalga pada Berbagai Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde,

Sulawesi Selatan. Rohani Ambo-Rappe .................................................................... 8

Kajian Komunitas Foraminifera Bentik Sebagai Indikator Kalayakan Lingkungan

Untuk Pertumbuhan Terumbu Karang Di Kepulauan. Suhartati M. Natsir, M.

Subkhan, dan Ricoh M. Siringoringo ...................................................................... 17

Daya Grazing Dan Preferensi Makanan Bulu Babi Terhadap Berbagai Jenis

Lamun Di Perairan Pulau Barrang Lompo, Makassa. Andi Haerul, Inayah Yasir,

dan Supriadi ............................................................................................................... 26

Struktur Komunitas Makrobentos Di Ekosistem Pantai Berbatu Dan Ekosistem

Lamun, Pantai Bama, Taman Nasional Baluran. Idham Sumarto Pratama,

Puteri Hapsan, dan Septi Reza Fahlewi .................................................................. 37

Hubungan Diversitas Dan Kerapatan Mangrove Dengan Kelimpahan Dan

Komposisi Jenis Gastropoda Di Estuari Perancak, Bali. Nita Rukminasari,

Syamsu Alam, dan Susiana ....................................................................................... 45

Pengamatan pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) dan siput gonggong

(Strombus turturella) di luar habitat aslinya. Safar Dody ........................................... 61

Monitoring Dan Status Terkini Terumbu Karang Di Perairan Kecamatan Selat

Nasik Kabupaten Belitung. Yatin Suwarno, Suzi Mardia Syarif, dan Yoniar

Hufan Ramadhani ..................................................................................................... 69

Pengembangan Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Spasial Dengan Sistem

Informasi Geografi Dan Metode Benefit Transfer (Studi Kasus Terumbu Karang

di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah). Irmadi Nahib, Yatin Suwarno, M.

Khifni Soleman, dan Syahrul Arief ......................................................................... 81

SURVEI DAN PEMETAAN KELAUTAN

Kajian Kondisi Lamun Dan Biota Asosiasinya Dengan Menggunakan Sistem

Informasi Geografi Di Kepulauan Kei, Tual-Maluku Tenggara. Indarto Happy

Supriyadi .................................................................................................................... 92

Page 7: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

GEOSAINS KELAUTAN DAN HIDRO-OSEANOGRAFI

Perbandingan Suhu Permukaan Laut Dari Beberapa Metode Pengukuran Di Teluk

Cederawasih, Papua. Gandi Y.S. Purba, Thomas Pattiassina, Amelius

Mansawan, Mark Erdmann, Cristovel Rotinsulu, dan Marwoto ......................... 107

Kandungan Nutrien Di Perairan Selat Makassar. Marojahan Simanjuntak ............. 117

Dinoflagellata Toksik Penyebab Ciguatera Fish Poisoning Di Perairan Kepulauan

Seribu, Jakarta Utara: Studi Awal Mengenai Distribusi. Riani Widiarti ................. 130

Kondisi Biologi dan Oseanografi Perairan Leti-Maluku Tenggara Berdasarkan

Hasil Ekspedisi Widya Nusantara (Ewin). Muswery Muchtar ................................. 140

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Analisis Kesesuaian Dan Pengembangan Ekowisata Penyu Di Desa Runduma,

Taman Nasional Wakatobi. Amran Saru, Andi Iqbal Burhanuddin, dan La

Ode Maaruf ................................................................................................................ 153

Penilaian Kerentanan Pesisir Terhadap Sea Level Rise Dengan Menggunakan

Indek Kerentanan Komposit Di Wilayah Pesisir Semarang. Ifan Ridho Suhelmi ... 165

Pengelolaan Wilayah Pesisir Pulau Senoa Sebagai Pulau Terdepan Wilayah Nkri

Melalui Data Lingkungan Geologi Kelautan. Yani Permanawati dan Nineu

Yayu Geurhaneu ........................................................................................................ 177

MARINE POLLUTION DAN KONSERVASI

Studi Perubahan Morfologi Dasar Laut Dan Kandungan Endapan Logam Berat

Dalam Sedimen, Di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Delyuzar Ilahude ..................... 186

Distribusi Konsentrasi Total Minyak Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan

Kepulauan Leti. Khozanah ......................................................................................... 197

Distribusi dan Geokimia Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Pesisir

Semarang, Jawa Tengah. Lestari ................................................................................ 204

Distribusi dan Geokimia Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Pesisir

Semarang, Jawa Tengah. Lestari dan Rachma Puspitasari ...................................... 218

TEKNIK PANTAI DAN LEPAS PANTAI

Karakteristik Pantai Pulau Senoa (Salah Satu Pulau Terdepan NKRI). Nineu

Yayu Geurhaneu., Kris Budiono, dan Purnomo Raharjo ..................................... 228

Aplikasi Teknologi Eksplorasi Laut Dalam: Pembelajaran Dari Index Satal 2010.

Penny Dyah Kusumaningrum dan Luh Putu Ayu Savitri Chitra Kusuma ......... 238

BIOTEKNOLOGI DAN PERIKANAN LAUT

Peran Hormon Lhrh Dalam Pemijahan Induk Kerapu Macan (Epinephelus

fuscogutatus). Ketut Suwirya, Agus Prijono, dan Bejo Slamet ............................. 251

Pemantauan Kinerja Proses Produksi Ikan Konsumsi Dengan Pendekatan Sistem

Management Dashboard Berdasarkan Key Performance Indicator (KPI).

Muhammad Jafar Eli dan Ester Lumadi ................................................................ 257

Page 8: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27September 2011

Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis Sp. pada Kultivasi

Heterotropik Menggunakan Media Hidrolisat Singkong. Mujizat Kawaroe, Tri

Prartono, dan Ganjar Saefurahman ............................................................................. 269

Pengaruh Kadar Protein Dan Rasio Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan

Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Muslimin ............................................. 276

Page 9: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011

Hotel Sahid Jaya, Makassar, 25-27 September 2011

SUMBERDAYA HAYATI, EKOSISTEM LAUT, DAN

CORAL REEF

Page 10: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun...

8

ASOSIASI MAKROALGA EPIFIT PADA BERBAGAI JENIS LAMUN DI

KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI SELATAN

ASSOCIATION OF EPIPHYTIC MACROALGAE ON DIFFERENT SEAGRASS

SPECIES IN SPERMONDE ARCHIPELAGO, SOUTH SULAWESI

Rohani Ambo-Rappe

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

E-mail: [email protected]

Abstract

Seagrasses are a major functioning element which maintains the high productivities of marine regions. The epiphytic macroalgae of seagrasses are important primary producers in seagrass

ecosystems and make a significant contribution to the food webs. However, the contribution of the epiphytic macroalgae to the primary production of seagrass bed might be determined by the

seagrass species which compose one bed and environmental conditions where the seagrass bed is located. In this study, eight locations/islands in Spermonde Archipelago, South Sulawesi, were selected. The aim of this study was to investigate epiphytic macroalgae associated with different

seagrass species, and to analyze whether the associated macroalgae at certain seagrass species would be different if the seagrass are located in different locations. Ten seagrass leaves for each

species were collected from each study site. The leaf was selected based on the high epiphytic coverage. Epiphytic macroalgae were then removed from the leaf surface, preserved in alcohol solution 70%, and identified to the species level. Overall, it was found 31 epiphytic macroalgae

taxa associated with seagrass leaves. Similarity level of associated macroalgal epiphytes at different seagrass species was very low (< 40%), as well as the level of similarity on the

macroalgae on certain seagrass species located at different locations (< 15%). Keywords: seagrass, macroalgal epiphytes, Spermonde Archipelago

Abstrak

Padang lamun adalah elemen yang penting dalam mempertahankan tingkat produktivitas laut yang

tinggi. Makroalga yang hidup sebagai epifit pada daun lamun adalah produser primer yang

berperanan penting dalam rantai makanan pada ekosistem padang lamun. Akan tetapi, kontribusi

makroalga tersebut sangat ditentukan oleh jenis lamun yang menyusun suatu padang lamun dan

kondisi lingkungan dimana padang lamun tersebut berada. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

pada daerah padang lamun di delapan pulau pada Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis makroalga epifit yang berasosiasi pada berbagai

jenis lamun serta mengevaluasi apakah asosiasi makrolga pada suatu jenis lamun akan berbeda jika

lamun tersebut berada pada lokasi yang berbeda. Sepuluh helai daun lamun untuk setiap jenis

dikumpulkan dari setiap lokasi penelitian. Daun yang dipilih adalah yang banyak dilekati oleh

epifit. Makroalga epifit kemudian diserut dari permukaan daun lamun, diawetkan dengan larutan

alkohol 70%, kemudian diidentifikasi sampai tingkatan species. Hasil penelitian secara keseluruhan

menemukan 31 species makroalga epifit yang berasosiasi pada daun lamun. Tingkat kemiripan

jenis makroalga epifit yang melekat pada jenis lamun yang berbeda sangat rendah (< 40%),

demikian pula tingkat kemiripan jenis epifit yang berasosiasi pada jenis lamun yang sama akan

tetapi menghuni lokasi perairan yang berbeda (< 15%).

Kata Kunci: padang lamun, makroalga epifit, Kepulauan Spermonde

Page 11: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Ambo-Rappe

9

I. PENDAHULUAN

Epifit pada lamun merujuk pada semua organisme autotropik yang secara

permanen melekat pada rhizoma, akar, dan daun lamun (Russel, 1990). Epifit merupakan

produsen primer yang penting dalam ekosistem padang lamun dan memberikan konstribusi

yang signifikan dalam rantai makanan. Konstribusi epifit bisa mencapai lebih dari 50%

dalam rantai makanan di padang lamun (Borowitzka & Lethbridge, 1989; Kendrik &

Lavery, 2001). Keberadaan ikan di padang lamun sangat ditentukan pula oleh kelimpahan

epifit sebagai sumber makanannya (Ambo Rappe, 2010). Klumpp et al. (1992)

menunjukkan bahwa organisme epifit memberikan kontribusi nilai nutrisi yang lebih utama

dari pada lamun.

Epifit yang paling dominan pada lamun dalam hal jumlah dan keragaman adalah

alga. Mikroepifitik alga dapat berupa diatom uniseluler dan dinoflagellata, sedangkan

makroepifitik alga yang umum ditemukan pada tumbuhan lamun seperti Laurencia spp.,

Metagoniolithon stelliferum, dan Hypnea (Borowitzka et al., 2006).

Setiap jenis lamun memiliki bentuk morfologi yang berbeda, mulai dari bentuk

daun silindris pada Syringodium, sampai pada daun-daun berbentuk pita pada Enhalus,

Cymodocea, Posidonia, Thalassia, dan Zostera. Perbedaan bentuk morfologi pada

tumbuhan lamun, dapat memberikan efek yang berbeda pula bagi komunitas epifit

penyusunnya, hal ini terkait dengan luas permukaan yang berbeda yang disediakan oleh

masing-masing tumbuhan lamun tersebut bagi perlekatan organisme epifit. Borowitzka et

al. (2006) menemukan komunitas epifit yang berbeda antara dua jenis lamun Posidonia

sinuosa dan P. australis. Morfologi kedua lamun ini hampir serupa, yakni sama-sama

berbentuk pita, namun terdapat cekungan dangkal pada daun P. Sinuosa yang

membedakannya dengan P. australis yang daunnya lebih lebar dan rata (tidak terdapat

cekungan pada permukaan daun). Keragaman jenis dan biomassa epifit lebih besar pada P.

australis yang daunnya lebih rata.

Berdasarkan morfologi umum dari lamun, Borowitzka & Lethbridge (1989)

membagi lamun dalam lima kelompok berdasarkan kemampuan menyediakan lingkungan

bagi organisme epifit dan epifauna, yaitu sebagai berikut: (a) spesies dengan panjang 5-200

cm lebar 2-18 mm daun berbentuk pita sering membentuk kanopi atas, contohnya Enhalus

acoroides, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Thalassia hemprichii, (b) spesies dengan

panjang 10-75 cm bagian atas batang berkayu (mengandung lignin) dengan daun yang

terpasang secara distichous dan membentuk kanopi rapat pada padang lamun

monospesifik, contohnya Thalassodendron ciliatum, (c) spesies dengan panjang daun 10-

35 cm daun subulate, contohnya Syringodium isoetifolium, (d) spesies dengan lebar 1-3

mm, terkadang panjang 10-18 cm, daun linier, contohnya Halodule pinifolia, H. uninervis,

(e) spesies dengan bentuk daun pendek elips, lanceolatus oval atau linier, sering

membentuk understore pada asosiasi campuran, contohnya Halophila ovalis, H. ovata, H.

spinulosa, H. decipiens.

Selain morfologi lamun, masa hidup suatu jenis lamun juga mempengaruhi

kelimpahan dan keragaman epifit yang melekat pada lamun tersebut, hal ini tekait dengan

lamanya periode waktu yang dibutuhkan untuk epifit dapat tinggal pada suatu jenis lamun.

Butler & Jernakoff (1999) menguraikan lama hidup berbagai jenis lamun dengan urutan

sebagai berikut: Halophila < Halodule < Ruppia < Zostera/Heterozostera < Phyllospadix <

Cymodocea < Syringodium < Amphibolis < Thalassodendron < Thalassia < Enhalus <

Posidonia.

Distribusi alga epifit juga ditemukan dapat terbatas atau terspesifikasi pada bagian-

bagian tertentu pada lamun. Pada Amphibolis misalnya, umumnya hanya sedikit spesies

Page 12: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun...

10

epifit yang ditemukan pada daun, dengan kebanyakan epifit terdapat pada batang.

Umumnya keanekaragaman dan biomassa epifit ditemukan paling tinggi pada daun lamun,

terutama pada bagian daun yang paling tua yakni bagian pangkal daun dan sekitarnya. Hal

ini umumnya didapati pada lamun dengan daun yang berbentuk seperti pita, contohnya

Zostera marina, Posidonia sinulosa, P. australis, P. oceanica, Cymodocea rotundata,

Thalassodendron ciliatum, Thalassia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Hal ini

berbeda dengan Amphibolis, dimana mayoritas alga epifit penyusunnya ditemukan pada

batang, dengan biomassa epifit yang rendah pada daun. Jika dibandingkan pada daun

lamun, keberadaan epifit pada rhizoma umumnya sedikit. Jenis lamun yang pernah

ditemukan memiliki tingkat keragaman dan biomassa lamun yang tinggi pada rhizoma

hanya pada Posidonia oceanica. Rendahnya kelimpahan epifit pada rhizoma kemungkinan

berkaitan dengan fakta bahwa hampir semua rhizoma lamun terkubur didalam substrat

(Borowitzka et al., 2006).

Penelitian mengenai asosiasi makroalgae epifit pada lamun di Indonesia masih

sangat terbatas. Informasi yang berhasil didapatkan adalah hasil penelitian makroalga epifit

yang berasosiasi pada berbagai habitat padang lamun di perairan Sulawesi Selatan yang

dilakukan oleh Verheij & Erftemeijer (1993). Peneliti tersebut melaporkan 18 jenis

makroalga epifit yang berasosiasi pada daun dan rhizoma lamun. Akan tetapi, penelitian

tersebut tidak secara spesifik membedakan asosiasi makroalga dan jenis lamun yang

dilekatinya, demikian pula tidak didapatkan informasi mengenai perbedaan lingkungan

tempat hidup lamun yang dapat mempengaruhi asosiasi makroalga epifit pada lamun

tersebut. Hal ini dianggap penting karena beberapa hasil penelitian terdahulu

menunjukkan adanya perbedaan jenis epifit yang beasosiasi pada suatu jenis lamun jika

lamun tersebut hidup pada lokasi yang berbeda (Lavery & Vanderklift, 2002; Saunders et

al., 2003).

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis-

jenis makroalga yang hidup melekat sebagai epifit pada berbagai jenis lamun, dan

mengelaborasi lebih lanjut apakah makroalga epifit yang berasosiasi pada jenis lamun

tertentu akan sama jika lamun tersebut mendiami perairan yang berbeda.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan April sampai

Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat pada delapan pulau di Kepulauan Spermonde,

Sulawesi Selatan. Pulau-pulau tersebut adalah Gusung Tallang, Lae-Lae, Kodingareng

Lompo, Bone Tambung, Barrang Caddi, Barrang Lompo, Bone Batang, dan Kapopposang

(Gambar 1). Padang lamun pada Pulau Gusung Tallang dan Pulau Lae-Lae tergolong

monospesific yaitu tersusun oleh satu jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, sedangkan

padang lamun pada pulau-pulau lainnya tergolong multispesific yaitu tersusun oleh lebih

dari satu jenis lamun.

2.2. Pengambilan sampel lamun

Pengambilan sampel lamun dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin

jenis lamun yang berbeda pada setiap pulau. Helaian daun lamun yang dipilih adalah yang

telah dilekati epifit. Sebanyak sepuluh helaian daun diambil untuk tiap jenis lamun.

Helaian daun lamun diambil dengan cara menggunting tiap pangkal daun lamun.

Guntingan tersebut disimpan dalam kantong sampel dan selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk diamati.

Page 13: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Ambo-Rappe

11

2.3. Pengambilan dan identifikasi sampel makroalga

Sampel daun yang disimpan dalam kantong sampel dikeluarkan. Panjang dan lebar

daun lamun kemudian diukur dengan menggunakan penggaris. Makroalgal epifit yang

terdapat di permukaan daun lamun diambil dengan cara diserut permukaan daunnya

dengan menggunakan pisau. Makroalga yang telah diserut difiksasi didalam botol berisi

alkohol 70%.

Pengamatan sampel makroalgal epifit dilakukan menggunakan stereo-microscope untuk

mengamati sampel makroalgal epifit yang berukuran makroskopik dan compound-

microscope untuk mengamati sampel makroalgal epifit yang berukuran mikroskopik.

Identifikasi makroalgal epifit dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi algae

(Cribb, 1983; Jha et al., 2009; Verheij and Erftemejer, 1993; Cerpenter and Niem, 1998).

Jumlah jenis yang didapatkan dari hasil pengamatan untuk setiap helaian daun dicatat.

2.4. Analisis Data

Keterkaitan jenis makroalgal epifit dengan stasiun dan jenis lamun dianalisis

menggunakan analisis kemiripan (similarity analysis). Analisis ini merupakan metode

statistik deskriptif yang dipresentasikan dalam bentuk grafik yang memuat informasi

maksimum dari suatu struktur data.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian pada delapan pulau di Kepulauan Spermonde.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi makroalgal epifit pada daun lamun yang dikumpulkan dari

delapan perairan Kepulauan Spermonde menemukan 31 spesies yang berasal dari divisio

Rhodophyta (8 famili) dan Chlorophyta (2 famili) (Tabel 1). Sebanyak 27 spesies yang

ditemukan berasal dari divisio Rhodophyta dan hanya 4 spesies yang berasal dari divisio

Chlorophyta. Banyaknya spesies dari divisio Rhodophyta yang ditemukan dalam penelitian

ini semakin menguatkan pernyataan Cribb (1983) bahwa sebagian besar anggota dari

Page 14: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun...

12

Tabel 1. Jenis makroalgal epifit yang ditemukan pada daun lamun di perairan Kepulauan

Spermonde, Sulawesi Selatan.

Jenis Lamun

Enhalus

acoroides

Thalassia

hemprichi

i

Cymodocea

rotundata

Halodule

uninervis

Halodul

e

pinifolia

Halophila

ovalis

Syringodiu

m

isoetifolium Jenis Makroalga

Acantophora

muscoidea + + + + - - -

Amphiroa

anastomosans + - - - - - -

Bodlea composita + - - - - - -

Caulacanthus

indicus + + - + + + +

Centroceras

clavulatum - + - - - + +

Centroceras sp.1 - - - - + - -

Centroceras sp.2 + - - - - - -

Centroceras sp.3 + - - + - - -

Ceramium

clarionense + + - + - - +

Ceramium

falccidum + - - - + + -

Ceramium

mazatlanense + + + + - + +

Champia parvula + - - - - - -

Champia

vieillardii + - - - - - -

Enteromorpha

intestinalis - - - - + - -

Foliella sp. + - - - - - -

Gracilaria sp.1 + - - - - - -

Gracilaria sp.2 + - - - - - -

Herposiphonia sp. + - - - - - -

Herposiphonia

tenella + - - - - - -

Hypnea pannosa + - - - - - -

Hypnea spinella + - - - - - -

Laurencia flexilis + - - - + - -

Laurencia humilis + + - - + + +

Laurencia

intricata - - - - + - -

Laurencia

ptychodes - - - - + - -

Laurencia sp.1 + + + + - + +

Laurencia sp.2 + + + - - - +

Polysiphonia

aphaerocarpa + - + - - + -

Spyridia

filamentosa + - + - - - +

Ulva retivulata + - + - - - -

Codium edule + + - + + - -

Catatan: Tanda + = ada, - = tidak ada

divisio ini hidup sebagai epifit. Rhodophyta juga merupakan penyusun komunitas

makroalga epifit terbesar (83 %) pada padang lamun di Pulau Zanzibar, Tanzania (Leliaert

et al., 2001). Jenis-jenis makroalga epifit yang ditemukan pada penelitian ini sebagian

besar juga ditemukan pada penelitian sebelumnya di tempat yang sama oleh Verheij &

Erftemeijer (1993).

Ditemukan sebanyak 26 spesies makroalga pada daun lamun Enhalus acoroides,

masing-masing 9 spesies pada Thalassia hemprichii dan Halodule pinifolia, 8 spesies pada

Page 15: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Ambo-Rappe

13

Syringodium isoetifolium, dan masing-masing 7 spesies pada Cymodocea rotundata,

Halodule uninervis, dan Halophila ovalis. Adanya variasi jumlah spesies makroalga yang

melekat pada daun dari berbagai jenis lamun disebabkan oleh perbedaan ukuran dan lama

hidup dari jenis lamun tersebut.

Hasil pengukuran panjang dan lebar daun lamun menunjukkan bahwa E. acoroides

memiliki permukaan daun yang lebih luas dengan panjang daun berkisar antara 40 – 150

cm dengan lebar daun antara 1,2 – 1,5 cm. Sedangkan C. rotundata, H. uninervis, H.

pinifolia, S. isoetifolium, dan Halophila ovalis memiliki luas permukaan daun yang lebih

kecil yaitu panjang daun berkisar antara 6 – 20 cm dengan lebar daun antara 0,1 – 0,5 cm.

Perbedaan luas permukaan daun memberikan perbedaan luas area yang dapat dilekati oleh

makroalgal epifit, dimana semakin luas areal perlekatan maka akan semakin banyak pula

makroalga yang melekat. Selain penyediaan tempat perlekatan yang berbeda berdasarkan

ukuran daun lamun, Buttler and Jernakoff (1988) menemukan bahwa lama hidup suatu

jenis lamun juga menentukan kelimpahan jenis makroalga yang melekat. Pada lamun yang

berukuran kecil, umur daun juga singkat, contoh daun H.ovalis hanya dapat bertahan 1-3

bulan, sedangkan daun lamun yang berukuran besar seperti E acoroides dapat bertahan

sampai 6 bulan. Daun lamun yang dapat bertahan lebih lama akan memberikan waktu yang

cukup untuk perlekatan jenis makroalga yang lebih beragam. Hasil serupa juga ditemukan

oleh Leliaert et al. (2001) dimana banyaknya jenis makroalga epifit yang berasosiasi

ditentukan oleh ukuran dan lama hidup jenis lamun dengan urutan sebagai berikut:

Halophila ovalis < Halodule uninervis < Cymodocea rotundata < Thalassia hemprichii <

Enhalus acoroides < Thalassodendron ciliatum.

Dalam penelitian ini, jenis makroalga epifit yang dominan ditemukan pada hampir

semua jenis lamun yaitu Caulacanthus indicus, Ceramium mazatlanense dan Laurencia sp.

(lihat Tabel 1). Jenis epifit ini ditemukan pada enam dari tujuh jenis lamun yang diteliti.

Hal ini disebabkan area penelitian yang berada pada daerah intertidal dimana jenis

makroalga ini dominan, hal yang sama ditemukan oleh Leliaert et al. (2001). Sedangkan

yang paling jarang ditemukan yaitu Enteromorpha intestinalis dan Centroceras sp. Hal ini

kemungkinan terkait dengan keberadaan kedua jenis makroalga ini yang hanya ditemukan

pada Halodule pinifolia yang penyebarannya sangat terbatas, dimana dalam penelitian ini

hanya ditemukan pada satu lokasi penelitian yaitu Pulau Kapopposang.

Adapun tingkat kemiripan jenis makroalga yang terdapat pada berbagai jenis lamun

sangat rendah (Gambar 2). Hal ini memperlihatkan bahwa setiap jenis lamun mempunyai

asosiasi makroalgal epifit yang spesifik. Rendahnya kemiripan jenis-jenis makroalga epifit

pada jenis lamun yang berbeda pada penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu

yang mendapatkan hasil yang sama (Borowitzka et al., 2006)..

Pola kemiripan yang rendah juga didapatkan pada jenis makroalga yang

berasosiasi pada jenis lamun yang sama (E. acoroides) di perairan yang berbeda (Gambar

3). Lavery & Vanderklift (2001) juga menemukan tingkat dissimilaritas yang semakin

besar pada jenis-jenis makroalga epifit yang berasosiasi pada Amphibolis griffithii dan

Posidonia coriacea antar lokasi dengan semakin jauhnya jarak lokasi-lokasi tersebut. Hasil

ini menunjukkan bahwa perairan yang berbeda akan memiliki epifit yang khas yang tentu

saja dipengaruhi oleh kondisi perairan setempat.

Pulau Kapopposang adalah pulau terjauh dibandingkan lokasi lain pada penelitian

ini, sehingga jarak yang sangat besar ditambah lagi dengan kondisi ligkungan perairan

yang kemungkinan berbeda, membuat padang lamun di pulau ini memiliki asosiasi

makroalga epifit dengan tingkat kemiripan paling rendah dibandingkan dengan pulau-

pulau yang lain. Asosiasi epifit pada lamun memang sudah mulai digunakan sebagai

petunjuk (bioindikator) kualitas lingkungan perairan. Sebagai contoh, Piazzi et al. (2004)

Page 16: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun...

14

Jenis Lamun

Sim

ilari

ty

Halodu

le p

inifo

lia

Cymo

doce

a ro

tund

ata

Haloph

ila o

valis

Halodu

le u

nine

rvis

Syrin

godium

isoe

tifolium

Thalas

sia hem

prich

ii

Enha

lus ac

oroid

es

12,82

41,88

70,94

100,00

Gambar 2. Kemiripan jenis epifit pada berbagai jenis lamun.

Stasiun Penelitian

Sim

ilari

ty

Kapo

ppos

ang

Barran

g Ca

ddi

Barran

g Lo

mpo

Bone

Bat

ang

Kodin

gare

ng Lo

mpo

Lae-

Lae

Bone

Tam

bung

Gusu

ng Ta llan

g

15,48

43,66

71,83

100,00

Epifit yang beasosiasi pada Enhalus acoroides

Gambar 3. Kemiripan jenis epifit yang berasosiasi pada daun lamun Enhalus acoroides

yang didapatkan pada berbagai perairan di Kepulauan Spermonde.

dan Martìnez-Crego et al. (2010) menemukan bahwa perubahan komposisi species epifit

pada Posidonia oceanica menunjukkan adanya gangguan pada lingkungan perairan. Epifit

yang berasosiasi pada lamun juga telah digunakan sebagai bioindikator pengayaan nutrien

(eutrofikasi) pada perairan (Cambridge et al., 2007; Frankovich et al., 2009).

IV. KESIMPULAN

Jenis lamun dari spesies yang berbeda akan berbeda dalam hal ukuran dan lama

hidup. Hal ini mempengaruhi keragaman makroalga yang melekat pada daunnya. Jenis

Page 17: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Ambo-Rappe

15

lamun yang berukuran besar dan berumur panjang seperti Enhalus acoroides dihuni oleh

makroalga yang lebih beragam dibandingkan dengan jenis lamun yang berukuran kecil dan

berumur lebih singkat seperti Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Analisis kemiripan

menunjukkan adanya perbedaan yang sangat jelas dalam hal asosiasi makroalga pada jenis

lamun yang berbeda. Jenis makroalga yang berasosiasi pada lamun juga akan berbeda jika

lamun tersebut hidup pada perairan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ambo-Rappe, R. 2010. Struktur komunitas ikan pada padang lamun yang berbeda di Pulau

Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(2):62-73.

Borowitzka M.A. and R.C. Lethbridge. 1989. Seagrass epiphytes. In: Seagrasses: with

special reference to the Australian region. A.W.D. Larkum, A.J. McComb, and

S.A. Shepherd (Eds.), Elsevier, Amsterdam. p 458-499.

Borowitzka M. A., P.S. Lavery, M. van Keulen. 2006. Epiphytes of seagrasses. In:

Seagrasses: biology, ecology, and conservation. A.W.D. Larkum, R.J. Orth, C.M.

Duarte (Eds.), The Springer, Netherland. p 441-461.

Butler, A. and P. Jernakoff. 1999. Seagrass in Australia. Strategic Review and

Development of An R & D Plan.

Cambridge, M.L., J.R. How, P.S. Lavery, M.A. Vanderklift. (2007) Retrospective analysis

of epiphyte assemblages in relation to seagrass loss in a eutrophic coastal

embayment. Mar. Ecol. Prog. Ser., 346: 97-107.

Cerpenter, K.E. and V.H. Niem. 1998. FAO species identification guide for fishery

purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 1,

Seaweeds, corals, bivalves and gastropods. Food and Agriculture Organization of

the United Nations. Rome. 686 p.

Cribb, A.B. 1983. Marine algae of the Southern Great Barrier Reef. Part 1-Rhodophyta.

Australian Coral Reef Society.

Frankovich, T.A., A.R. Armitage, A.H. Wachnicka, E.E. Gaiser, J.W. Fourqurean. 2009.

Nutrient effects on seagrass epiphyte community structure in Florida Bay. J.

Phycol., 45: 1010-1020.

Jha, B., C.R.K. Reddy, M.C. Thakur, M.U. Rao. 2009. Seaweeds of India. The diversity

and distribution of seaweeds of the Gujarat Coast. Springer Dordrecht

Heidelberg. London, 215 p.

Kendrik, A. dan Lavery, 2001. Assessing biomass, assemblage structure and productivity

of algal epiphytes on seagrass. In: Global seagrass research methods. F.T. Short

& R.G. Coles (Eds). Elsevier, Amsterdam. p 199-222.

Klumpp, DW., J.S. Salita-Espinosa, M.D. Fortes. 1992. The role of epiphytic periphyton

and macroinvertebrate grazers in the trophic flux of a tropical seagrass

community. Aquat. Bot., 43:327-349.

Lavery, P.S. dan M.A. Vanderklift. 2002. A comparison of spatial and temporal patterns in

epiphytic macroalgal assemblages of the seagrass Amphibolis griffithii and

Posidonia coriacea. Mar. Ecol. Prog. Ser., 236: 99-132.

Leliaert, F., W. Vanreusel, O. De Clerck, E. Coppejans. 2001. Epiphytes on the seagrasses

of Zanzibar Island (Tanzania), floristic and ecological aspects. Belg. Journ. Bot.,

134(1): 3-20.

Page 18: Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII ISOI 2011repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1967/Prosiding... · Makalah yang dipresentasikan dalam ... Dinoflagellata

Asosiasi Makroalga Epifit Pada Berbagai Jenis Lamun...

16

Martìnez-Crego, B., P. Prado, T. Alcoverro, J. Romero. 2010. Composition of epiphytic

leaf community of Posidonia oceanica as a tool for environmental biomonitoring.

Estuar. Coast. Shelf Sci., 88: 199-208.

Piazzi, L., D. Balata, F. Cinelli, L. Benedetti-Cecchi. (2004) Patterns of spatial variability

in epiphyte of Posidonia oceanica differences between a disturbed and two

reference locations. Aquat. Bot., 79: 345-356.

Russell, D.J. 1990. Epiphytes: biomass and abundance. In: Seagrass research methods.

R.C. Phillips & C.P. McRoy (Eds.) Monographs on Oceanographic Methodology.

UNESCO, Paris, p 113-114.

Saunders, JE., M.J. Atrill, S.M. Shaw, A.A. Rowden. 2003. Spatial variability in the

epiphytic algal assemblages of Zostera marina seagrass beds. Mar. Ecol. Prog.

Ser., 249: 107-115.

Verheij, E. dan P.L.A. Erftemeijer, 1993. Distribution of seagrass and associated

macroalgae in South Sulawesi, Indonesia. In: Marine plants on the reefs of the

Spermonde Archipelago, SW Sulawesi, Indonesia: Aspects of taxonomy,

floristics, and ecology. E. Verheij (Ed.) Rikjherbarium-Hortus Botanicus, Lerden,

Netherlands.