Proses Perijinan 3

5
Proses Perijinan 3: Proposal Studi Kelayakan Televisi Swasta Proposal Studi Kelayakan dalam proses pendirian Televisi Swasta mencakup nama, visi, misi, dan aspek-aspek kelayakan yang meliputi: aspek badan usaha, aspek program siaran, aspek teknis, aspek keuangan dan aspek manajemen. Aspek Badan Usaha Kepemilikan Perusahaan Permodalan Perusahaan Penjelasan ada tidaknya media cetak dan elektronik yang sudah dimiliki Aspek Program Segmentasi target pendengar atau penonton dan Proyeksi Pertumbuhan 5 tahun ke depan Format Siaran Komposisi Siaran Jadwal Program Siaran / Pola Acara Siaran Materi Siaran Daya saing ( keunggulan dan perbedaan terhadap pesaing ). Aspek Teknis Usulan saluran frekuensi/kanal yang diinginkan Gambar tata ruang dan peta lokasi studio, gambar tata ruang dan peta lokasi stasiun pemancar, Daftar inventaris sarana dan prasarana yang akan digunakan, termasuk peralatan studio dan pemancar, jumlah dan jenis studio serta perhitungan biaya investasinya, Spesifikasi teknik dan sistem peralatan yang akan digunakan beserta diagram blok sistem konfigurasinya, Peta wilayah jangkauan dan peta wilayah layanan siaran

Transcript of Proses Perijinan 3

Page 1: Proses Perijinan 3

Proses Perijinan 3: Proposal Studi Kelayakan Televisi Swasta

Proposal Studi Kelayakan dalam proses pendirian Televisi Swasta mencakup nama, visi, misi, dan aspek-aspek kelayakan yang meliputi: aspek badan usaha, aspek program siaran, aspek teknis, aspek keuangan dan aspek manajemen.

Aspek Badan Usaha

Kepemilikan Perusahaan Permodalan Perusahaan Penjelasan ada tidaknya media cetak dan elektronik yang sudah dimiliki

Aspek Program

Segmentasi target pendengar atau penonton dan Proyeksi Pertumbuhan 5 tahun ke depan Format Siaran Komposisi Siaran Jadwal Program Siaran / Pola Acara Siaran Materi Siaran Daya saing ( keunggulan dan perbedaan terhadap pesaing ).

Aspek Teknis

Usulan saluran frekuensi/kanal yang diinginkan Gambar tata ruang dan peta lokasi studio, gambar tata ruang dan peta lokasi stasiun

pemancar, Daftar inventaris sarana dan prasarana yang akan digunakan, termasuk peralatan studio

dan pemancar, jumlah dan jenis studio serta perhitungan biaya investasinya, Spesifikasi teknik dan sistem peralatan yang akan digunakan beserta diagram blok sistem

konfigurasinya, Peta wilayah jangkauan dan peta wilayah layanan siaran

Aspek Keuangan

Rencana kinerja arus keuangan 5 (lima) tahun ke depan (cash flow dan rugilaba), Proyeksi pendapatan iklan dan pendapatan lain yang sah, Analisis Rasio Keuangan

Aspek Manajemen

Struktur organisasi, mulai dari unit kerja tertinggi sampai unit kerja terendah, termasuk uraian tata kerja yang melekat pada setiap unit kerja,

Page 2: Proses Perijinan 3

Penjelasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keahliannya, Susunan dan nama para pengurus penyelenggara penyiaran, Daftar Riwayat Hidup Penanggung Jawab Siaran dan fotokopi KTP yang bersangkutan, Penjelasan sistem penggajian, bonus, lembur, insentif dan tunjangan lainnya, Analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman)

Mendorong Televisi Kampus ===> Oleh : Ki Supriyoko

29/01/2008 05:36:20

Ada sesuatu yang menarik disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Muhammad Nuh ketika menyampaikan keynote speak dalam sebuah seminar pendidikan, "Gerakan Melek Media Membangun Keluarga Sakinah" di Malang baru-baru ini. Pada kesempatan ini secara tegas beliau menyarankan agar pengelola perguruan tinggi segera membuat televisi kampus untuk menambah informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya mahasiswa.

Persyaratan membuat televisi kampus antara lain adalah informasi yang disajikan ke ranah publik harus ada fungsi edukasinya. Di samping itu program-program tayangannya pun memiliki fungsi pemberdayaan dan fungsi pencerahan kepada masyarakat. Sudah barang tentu semua itu harus dikemas dalam rangka memperkokoh nasionalisme kita.

Apabila sebuah perguruan tinggi mampu membuat televisi kampus maka masyarakat sekitar, tentu saja juga warga kampus itu sendiri, akan semakin banyak memiliki pilihan. Dan, kalau televisi kampus memiliki program-program tayangan yang kompetitif, bukan tidak mungkin televisi kampus justru akan menjadi pilihan masyarakat; television of choice. Itulah sebabnya pengelola televisi kampus sebagaimana dengan televisi publik harus siap bertarung dalam soal content.

Kompetisi Ketat

Di dalam dunia pertelevisian di Indonesia ada yang menggolongkan televisi menjadi tiga kategori; yaitu televisi nasional (national television), televisi lokal (local television), dan televisi berbayar (paying television). TVRI, RCTI, Indosiar, Lativi, dan Global TV adalah contoh televisi nasio-nal. Aceh TV (NAD), Riau Channel (Riau), Bandung TV (Jawa Barat), Cakra TV (Jawa Tengah), Jogja TV (DIY) dan Televisi Manado (Sulawesi Utara) adalah contoh televisi lokal. Sementara itu yang termasuk di dalam kategori televisi berbayar antara lain ialah Indovision, Telkomvision, Home Cable dan Astro Nusantara.

Dalam penggolongan tersebut televisi kampus termasuk dalam kategori televisi lokal. Sebagai televisi lokal maka televisi kampus praktis memiliki berbagai keterbatasan, antara lain menyangkut daya pancarnya yang sangat terbatas; apalagi tidak sebagaimana dengan televisi lokal "biasa" maka daya pancar televisi kampus dibatasi dalam radius tertentu.

Keterbatasan daya pancar mempengaruhi daya saing siaran. Hampir semua televisi lokal harus bersaing dengan sesama televisi lokal (yang dekat); misalnya saja Jogja TV (Yogyakarta) yang harus bersaing

Page 3: Proses Perijinan 3

dengan RBTV (Yogyakarta), TV Borobudur (Magelang), Semarang TV (Semarang), Cakra TV (Semarang), dan Pro TV (Semarang). Sekarang ini Televisi Kampus Udinus (TVKU), sebuah televisi kampus yang didirikan PTS Dian Nuswantoro di Semarang harus bersaing dengan sejumlah televisi lokal tersebut. Seandainya UGM Yogyakarta atau UNDIP Semarang mendirikan televisi kampus maka pengelolanya pun harus bersiap untuk berkompetisi dengan berbagai stasiun televisi lokal tersebut.

Di samping harus berkompetisi dengan sesama televisi lokal, maka pengelola televisi lokal pun harus bersaing dengan televisi nasional yang secara keseluruhan acaranya lebih "menggigit" karena didukung oleh dana dan manajemen yang lebih mapan.

Bukan itu saja; berbagai televisi lokal di sekitar perbatasan bahkan harus bersaing dengan siaran televisi asing. Batam TV di Riau misalnya; di samping harus bersaing dengan TVRI, RCTI, dsb, ia harus bersaing dengan siaran televisi dari Singapura dan Malaysia. Begitu pula halnya dengan Borneo TV yang di samping harus bersaing dengan TVRI, RCTI, dsb, harus bersaing pula dengan siaran televisi dari Malaysia.

Pengelola televisi kampus di daerah tertentu seperti Jakarta misalnya, kompetitornya lebih banyak lagi. Universitas Gunadarma TV, sebuah televisi kampus yang didirikan oleh PTS Gunadarma di Jakarta, di samping harus bersaing dengan televisi lokal dan televisi nasional juga harus berkompetisi dengan televisi berbayar seperti Indovision.

Siaran Unggulan

Sebenarnya televisi kampus di Indonesia bukanlah hal baru; setidaknya sekitar lima tahun lalu atau tepatnya pertengahan Juni 2003 ITB Bandung sudah memulai siaran televisi kampusnya, Ganesha Televisi (GTV).

Beberapa perguruan tinggi di Indonesia, PTN maupun PTS, sekarang sudah mendirikan dan mengelola televisi kampus. Permasalahannya kenapa televisi kampus kurang populer di masyarakat, termasuk di kalangan para mahasiswa itu sendiri? Faktor penyebabnya adalah tidak adanya program siaran unggulan yang diminati pemirsanya.

Memang sulit bagi televisi lokal dapat "mengalahkan" televisi nasional; namun bukan berarti bahwa televisi lokal tidak bisa berkembang. Dengan program siaran unggulan yang dikelola maka televisi lokal dapat berkembang dengan baik; misalnya Aceh TV di NAD yang di samping memiliki acara reguler seperti Aceh Membangun, Aceh Terakhir, Dakwah Interaktif, dan Musik Zone juga memiliki siaran unggulan seperti Aceh Uroe Nyoe dan Seputar Aceh yang sangat digemari oleh pemirsanya.

Sebagaimana dengan televisi lokal pada umumnya, televisi kampus pun harus memiliki siaran unggulan yang menarik minat pemirsanya. Di Tokyo Jepang, tepatnya di University of Showa dikembangkan televisi kampus dengan mengembangkan program siaran unggulan seperti Student Aspiration dan Our Culture yang diminati masyarakat sekitar dan para mahasiswa setempat. Melalui acara ini mahasiswa dapat bebas beraspirasi; di samping pemirsa dapat menikmati sajian budaya tradisional Jepang yang penyajiannya dikemas secara menarik seperti Ikebana, awa odori, dsb. Di samping itu televisi ini juga menyiarkan aktivitas kampus yang diminati mahasiswa.

Page 4: Proses Perijinan 3

Kalau kita perhatikan televisi kampus GTV ITB Bandung juga pernah mengedepankan program siaran unggulan seperti Jalan-jalan Kampus, Parijs van Java dan Infotechnotainment. Siaran unggulan ini sebenarnya bagus hanya masih perlu sentuhan profesionalisme yang lebih tinggi.

Jadi, banyak bukti menunjukkan televisi lokal dan televisi kampus ber-kembang dan memberi manfaat bagi pemirsanya. Kalau dalam realitasnya eksistensi dan perkembangan televisi kampus di Indonesia relatif masih "seret", kiranya perlu ekstra power untuk mendorongnya. Dalam hal ini Pak Bambang Sudibjo selaku Mendiknas serta Pak Muhammad Nuh selaku Menkominfo bisa menjadi pendorong utama. q - c. (2942-2008).

*) Prof Dr Ki Supriyoko MPd, Wakil Presiden PAPE di Tokyo, Jepang serta pernah membantu Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom) Jakarta