Proses Penuaan Jarinagn Lunak Rongga Mulut

7
Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut 1. Pada Gingiva a) Epithelium Gingiva. Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva terjadi seiring bertambahnya usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran) atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel. Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada periodonsium. b) Jaringan Ikat Gingiva. Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan pada jaringan ikat gingival. Perubahan

description

proses penuaan

Transcript of Proses Penuaan Jarinagn Lunak Rongga Mulut

Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut1. Pada Gingivaa) Epithelium Gingiva.Penipisandan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva terjadi seiring bertambahnya usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran) atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada periodonsium.b) Jaringan Ikat Gingiva.Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.c) Ligamentum Periodontal.Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua (penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan hilang.d) Cementum.Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi. Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.1. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinisGambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu terjadi penipisan epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada mukosa. Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku. Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel epitel akan memburuk. Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat, tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.Karakteristik penuaan mukosa mulut :1. Terlihat pucat dan kering1. Hilangnya stippling1. Terjadinya Oedema1. Elastisitas jaringan berkurang1. Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh1. Kemunduran lamina propria1. Epitel mengalami penipisan1. Keratinisasi berkurang1. Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi1. Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

GINGIVATerjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang. Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel JunctionMigrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang terlalu keras).

LIDAHPada lidah, proses penuaan akan berakibat berkurangnya tonus lidahh. Hal ini disebabkan karena serabut serabut otot mulai digantikan oleh jaringan kolagen dan lemak, sehingga kekuatan dan kelenturan otot menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

KELENJAR SALIVAPada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan terjadinya karies gigi.

Sumber :Amar, Nazrul. 2011. Analisa Perubahan Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 69 tahun di Medan Denai (Skripsi). Medan : USU.Ian E.B ; Angus W. 1995. Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia. Jakarta : EGC.Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia/ Richard E , Walton : Mahmoud Torabinejad: alih bahasa, Narlina Sumawinata. Ed 3. Jakarta : EGC