PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA...

237
64 PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL DAN NON-DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010

Transcript of PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA...

Page 1: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

64

PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL

SISWA DIFABEL DAN NON-DIFABEL

DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA

Joko Teguh Prasetyo

D 0306004

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010

Page 2: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

65

PERSETUJUAN

Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Drs. Argyo Demartoto, M, Si

NIP. 19650825 199203 1 003

Page 3: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

66

PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan oleh panitia penguji skripsi

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas sebelas maret

Surakarta

Hari :

Tanggal :

Panitia penguji skripsi :

1. Drs. Muflich Nurhadi, SU ( )

NIP. 19510116 198103 1 002 Ketua

2. Drs. Bambang Santosa ( )

NIP. 19560721 198303 1 002 Sekretaris

3. Drs. Argyo Demartoto, M.Si ( )

NIP. 19650825 199203 1 003 Penguji

Mengetahui,

Dekan FISIP UNS

Drs. H. Supriyadi, SN, SU

NIP.195301 28 198103 1 001

Page 4: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

67

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga

perlu bermimpi ; jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya.

To accomplish great things, we must not only act, but also dream; not

only plan, but also believe.

~ Anatole France

Di balik kesuksesan seorang pria selalu ada wanita yang luar biasa di

belakangnya

~ Paul I. Wellman

Page 5: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

68

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

Orang tua

Keluarga

Kekasih

Page 6: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

69

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

kewajiban untuk menyusun penelitian skripsi dengan Judul : “Pola dan Proses

Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota

Surakarta”.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap

pendidikan inklusif. Sehingga timbul kesadaran pentingnya membagi pengalaman

yang didapatkan selama penelitian, agar mendapatkan kepuasan pada diri sendiri

dan dapat membaginya lewat penyusunan skripsi ini. Banyak sekali yang penulis

bisa dapatkan dari penelitian ini terutama sikap dan perilaku siswa difabel dalam

berinteraksi dengan teman-temannya yang merupakan siswa non-difabel.

Sehingga membuat kita lebih bersyukur lagi atas karunia yang diberikan Tuhan

selama ini.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan penelitian

skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan FISIP UNS

2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS

3. Drs. Argyo Demartoto, M, Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan,

petunjuk serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD) AL

Firdaus Kota Surakarta.

5. Ibu Rizka Amalia, S.Psi, selaku konselor Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang telah memberikan banyak bantuan

dalam penyusunan skripsi ini di lokasi penelitian.

Page 7: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

70

6. Ibu Ida, Isna, Bapak Joko, Ibu Uswahyu, Pak Agus, selaku guru di

Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus.

7. Orang tua siswa yang telah berbagi pengalaman tentang pendidikan

inklusif di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus bagi perkembangan anak-anak

mereka.

8. Sahabat, teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat

kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu penulis membuka diri terhadap segala kritik

maupun saran yang bersifat membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat

bagi pembaca yang budiman.

Wassalau’alaikum wr. Wb.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 8: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

71

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….. iii

HALAMAN MOTTO ………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………….. v

KATA PENGANTAR ………………………………….. vi

DAFTAR ISI ………………………………….. viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………….. xi

DAFTAR TABEL ………………………………….. xii

DAFTAR BAGAN ………………………………….. xiii

DAFTAR MATRIKS ………………………………….. xiv

ABSTRAK ………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………….. 9

C. Tujuan Penelitian ………………………………….. 9

D. Manfaat Penelitian ………………………………….. 10

E. Landasan Teori ………………………………….. 10

F. Definisi Konseptual ...................................................... 22

G. Metodologi Penelitian ...................................................... 47

1. Lokasi ………………………………….. 47

2. Bentuk dan Jenis penelitian ………………………………... 48

3. Sumber Data ..................................................... 49

4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 50

5. Teknik Sampling ………………………………….. 54

6. Validitas Data ………………………………….. 55

7. Teknik Analisa Data ...................................................... 58

H. Kerangka Berpikir ………………………………………….. 61

Page 9: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

72

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Profil Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus Kota Surakarta

1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Al Firdaus

Kota Surakarta ………………………………… 64

2. Visi Misi dan tujuan ………………………………… 66

3. Kurikulum dan Pembelajaran ....................................... 67

4. Sumber Daya Manusia ....................................... 67

5. Unit-unit Pendidikan ....................................... 68

6. Unit-unit Pendukung ....................................... 92

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Informan ………………………………….. 120

2. Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dengan Non-

Difabel dan Siswa Difabel dengan Guru ……....………….. 146

B. Aksesibilitas Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta

bagi Siswa Difabel ..................................................... 181

C. Pembahasan ………………………………….. 196

BAB IV PENUTUP ………………………………….. 207

A. Kesimpulan ………………………………….. 207

1. Kesimpulan Empiris ………………………………….. 138

2. Kesimpulan Teoritis ………………………………….. 139

3. Kesimpulan Metodologis ………………………………….. 143

B. Saran ………………………………….. 144

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….. 221

LAMPIRAN ………………………………….. 226

Page 10: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

73

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Skema Alur Penelitian ........................................ 58

Gambar 1.2 : Skema Kerangka Pikir ………………………… 63

Page 11: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

74

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Banyaknya Penyandang Cacat Menurut Jenis & Kecamatan

di Kota Surakarta Tahun 2008 ...................................... 5

Tabel 1.2 : Daftar Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Di Kota Surakarta Tahun 2006 ....................................... 6

Tabel 1.3 : Daftar Penyandang Cacat Menurut Jenis Kelamin di Kota

Surakarta Tahun 2006 ................................................... 7

Tabel 1.4 : Daftar Sekolah Inklusif di Kota Surakarta ............... 8

Tabel 2.1 : Daftar Siswa Yayasan Al Firdaus Kota Surakarta .............. 69

Tabel 2.2 : Penggolongan Siswa Difabel Sekolah Dasar (SD)

Al Firdaus Kota Surakarta Menurut Jenis Kecacatan …… 52

Tabel 2.3 : Data Siswa Difabel di Yayasan Al Firdaus Kota Surakarta

Menurut Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

(PUSPA) …………………………………………………… 53

Page 12: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

75

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 : Struktur organisasi pada Taman Pendidikan Pra Sekolah

(TPP) Al Firdaus Tahun Pelajaran 2009/20101 ............ 74

Bagan 2.2 : Struktur Organisasi Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota

Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ........................ 79

Bagan 2.3 : Struktur organisasi Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus

Kota Surakarta ............................................................ 89

Bagan 2.4 : Struktur organisasi Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Al Firdaus Kota Surakarta ..................................... 90

Bagan 2.5 : Struktur organisasi Sekolah Menengah Atas (SMA)

Al Firdaus Kota Surakarta ..................................... 91

Bagan 2.6 : Struktur organisasi Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA) Al Firdaus .................................... 100

Bagan 2.7 : Prosedur Standar Intervensi Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus ................. 101

Page 13: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

76

DAFTAR MATRIKS

Matriks 3.1 : Profil Informan ………………………………….. 136

Matriks 3.2 : Keterbatasan Siswa Difabel dalam Berinteraksi Sosial …. 150

Matriks 3.3 : Gangguan Interaksi dan Sosialisasi pada Siswa Difabel

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta ………… 159

Matriks 3.4 : Proses Interaksi Sosial Siswa Difabel ………………….. 166

Matriks 3.5 : Pola Interaksi Sosial ………........…………………….. 178

Matriks 3.6 : Aksesibilitas Seklah Dasar (SD) Al Firdaus Bagi Siswa

Difabel ………........…………………….......................... 196

Page 14: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

77

ABSTRAK

Joko Teguh Prasetyo. D0306004. Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa

Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta. Skripsi.

Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas

Maret Surakarta. 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif tentang Pola dan

Proses Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota

Surakarta. Penelitian telah dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Al Firdaus

khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta. Pengumpulan data

dilakukan dengan metode interaktif melalui wawancara dan dengan metode non

interaktif melalui catatan dokumen observasi tak berperan. Pengambilan sampel

dilakukan purposive sampling. Analisa data menggunakan model analisa

interaktif, sedangkan validitas data menggunakan triangulasi data/ sumber.

Kemudahan dalam penelitian skripsi ini adalah sikap yang terbuka dari

para stakeholder terkait, yaitu : guru dan orang tua siswa difabel, serta

keterbukaan dari informan (siswa difabel), yaitu : Abdul (bukan nama

sebenarnya), Rahman (bukan nama sebenarnya), Tian (bukan nama sebenarnya),

Nanda (bukan nama sebenarnya), Putra (bukan nama sebenarnya), Ian (bukan

nama sebenarnya), dan Iman (bukan nama sebenarnya). Sedangkan kesulitannya

adalah terbatasnya siswa difabel autis sebagai responden penelitian, karena sulit

untuk beradaptasi dengan orang baru.

Penelitian ini membuktikan bahwa tidak adanya kesulitan interaksi sosial

pada siswa difabel yang bersekolah di sekolah inklusif khususnya di Sekolah

Dasar (SD) AL Firdaus. Aksesibilitas Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus sebagai

sekolah inklusif memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi

dalam hal manajerial telah memiliki program unggulan dalam pelayanan khusus

bagi siswa difabel, yaitu melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

(PUSPA). Output siswa difabel yang bersekolah di sekolah inklusif khususnya di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yaitu mewujudkan generasi yang beriman dan

bertakwa berwawasan iptek serta mampu menuju kearah kemandirian.

Page 15: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

78

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Difabel yang merupakan kepanjangan dari "different ability" merupakan

salah satu masalah sosial yang masih dihadapi oleh Negara Indonesia saat ini.

Banyaknya kaum difabel yang mendapatkan stigma negatif dari masyarakat

Indonesia, membuat kaum ini merasa terdiskriminasi di segala bidang kehidupan.

Di bidang pendidikan anak difabel juga mengalami pendiskriminasian, dimana

pendidikan yang diperoleh anak difabel dibedakan dengan anak non-difabel pada

umumnya.

Kesamaan hak anak atas pendidikan dijamin sepenuhnya didalam

instrumen hukum (baik internasional maupun nasional). Pendidikan bertujuan

memperkuat Hak Asasi Manusia. Walaupun tujuan dan sasarannya berbeda-beda

menurut konteks nasional budaya, politik, agama serta sejarah masing-masing.

Hak anak difabel atas pendidikan diperjelas kembali dalam Konvensi Hak Anak

(1989), Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua (1989), Peraturan

Standar PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat (1993),

Deklarasi Salamanca dan Kerangka Aksi Unesco (1994), Undang-undang

Penyandang Cacat (1997), dan Kerangka Aksi Dakar (2000). Dalam Deklarasi

Salamanca dipesankan untuk menerima setiap orang dan menghargai perbedaan.

Page 16: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

79

Selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama tanpa

memandang kesulitan atau perbedaan yang ada.

Kongres Internasional ke-8 tentang Mengikutsertakan Anak Penyandang

Cacat ke Dalam Masyarakat : Menuju Kewarganegaraan yang Penuh, yang

dilaksanakan pada Juni 2004 di Stavanger, menegaskan adanya hak yang sama

bagi yang berkebutuhan khusus maupun bagi yang tidak berkebutuhan khusus.

Kewarganegaraan yang penuh memberi konsekuensi bahwa setiap anak memiliki

kesempatan yang sama dalam semua aspek kehidupan, seperti layanan kesehatan,

pendidikan, program perawatan, maupun rekreasi. Hal ini berarti, anak difabel

juga memiliki hak untuk berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan,

kesejahteraan dan kesehatan, serta mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh

sebagai warga negara. (European Journal of Psychology of Education Vol. XXI,

2006 : 231-238).

Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara

mempunyai setiap kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini

berarti tidak terkecuali bagi anak difabel. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997

tentang Penyandang Cacat menyebutkan adanya kesempatan yang sama untuk

mendapatkan pendidikan pada satuan, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan

jenis dan derajat kecacatannya. Sebaliknya, setiap lembaga pendidikan haruslah

memberi kesempatan tersebut.

Hak anak yang berkebutuhan khusus juga menjadi bagian yang diatur

dalam Konvensi Hak Anak (diratifikasi melalui Keppres Nomor 20 Tahun 1990)

Page 17: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

80

dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ragam hak

untuk :

1. Mendapat kesempatan yang sama dan aksesibilitas bagi pendidikan biasa

dan pendidikan luar biasa.

2. Menerima pendidikan, pelatihan dengan cara yang memungkinkan demi

tercapainya integrasi sosial.

3. Dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan guru pengelola sekolah,

atau teman-temannya.

Mengenai sistem pendidikan, dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan (dapat diartikan

siswa difabel) diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus. Hal ini

berarti, tidak ada keharusan dilaksanakan melalui berbagai sekolah luar biasa,

melainkan juga dapat diselenggarakan melalui sekolah umum. Hal yang

terpenting. Pendidikan haruslah diselenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,

nilai keagamaan, nilai kultur, dan kemajemukan bangsa.

Pada dasarnya anak difabel memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan

peran yang sama dengan anak non-difabel dalam mewujudkan kesejahteraan

hidupnya. (Undang-Undang.No4/ 1997 tentang Penyandang Cacat; PP No 72/

1991 tentang Pendidikan Luar Biasa; PP No.13/ 1988 tentang Usaha

Page 18: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

81

Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat; Undang-Undang.No.25/ 1997 tentang

Ketenagakerjaan, UUSPN No.20/ 2003).

Pendidikan sangat diperlukan dalam upaya mencapai kesejahteraan sosial.

Hak atas pendidikan merupakan bagian esensial dalam hak asasi manusia

seseorang. Bahkan dapat dikatakan, pendidikan merupakan prasyarat bagi

terlaksananya hak-hak dasar yang lain bagi seseorang. Dalam lingkup hak

ekonomi, sosial dan budaya, hak seseorang untuk mendapatkan pekerjaan,

untuk memperoleh pembayaran yang setara dengan pekerjaan yang dilakukan,

untuk membentuk serikat buruh, atau untuk mengambil bagian dalam

kehidupan kebudayaan, untuk menikmati manfaat kemajuan ilmu pengetahuan

dan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi berdasarkan

kemampuannya, hanya dapat dilaksanakan secara berarti setelah seseorang

memperoleh tingkat pendidikan minimum.

Fenomena yang ada dalam pendidikan sekolah umum Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU),

selalu dijumpai siswa difabel tingkat ringan, seperti : anak berkesulitan belajar,

lamban belajar/ tunagrahita ringan, low vision, penyimpangan perilaku dan emosi,

dan sebagainya. Mereka membutuhkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

masing-masing individu, namun tidak didapatkan dari sekolah. Sementara itu

siswa difabel yang termasuk gradasi sedang dan berat tidak diijinkan sekolah di

sekolah umum.

Page 19: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

82

Sistem pendidikan inklusif diharapkan mampu menjadi jawabannya

karena dianggap dapat memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak

difabel, namun dalam pelaksanaannya bentuk pendidikan ini belum berjalan

sebagaimana diharapkan karena beberapa hal, seperti: masalah terbatasnya jumlah

sekolah berpendidikan inklusif, keterbatasan sumber daya pengajarnya, sikap dan

perlakuan yang diskriminatif, dan penolakan sebagian orang tua murid.

Sejak lahirnya Direktorat Pendidikan Luar Biasa di Lingkungan Ditjen.

Dikdasmen Depdiknas telah diciptakan suatu model atau sistem pendidikan yang

disebut pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif pada dasarnya adalah pendidikan

yang mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (anak difabel)

untuk belajar bersama-sama dengan anak sebayanya di sekolah umum. Menurut

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, saat ini di Indonesia terdapat

sekitar 1.450 sekolah luar biasa (SLB) dan hanya 400 yang negeri. Selain itu,

sebanyak 800 sekolah sudah menjadi sekolah inklusif. (Kompas, 17 November

2009).

Kota Surakarta merupakan salah satu tempat berdomisilinya kaum difabel

baik sebagai tempat tinggal permanen maupun pelatihan-pelatihan. Banyaknya

difabel di kota ini dapat dilihat dari jumlah kaum difabel dengan berbagai jenis

kecacatan dari tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Banyaknya Penyandang Cacat Menurut Jenis & Kecamatan di Kota Surakarta

Tahun 2008

Page 20: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

83

KecamatanCacat Tubuh

Tuna Netra

Tuna Mental

Tuna Rungu/Wicara

(1) (2) (3) (4) (5)

Laweyan 114 43 91 51

Serengan 41 23 130 16

Pasar Kliwon 86 59 72 38

jebres 81 62 44 47

Banjarsari 176 91 152 47

Jumlah 498 278 489 199

2007 773 307 729 364

2006 528 267 444 190

2005 157 103 12 59

2004 157 103 12 59 Sumber : BPMPPPA dan KB Kota Surakarta 2008

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Di Kota Surakarta terdapat 498

orang penyandang cacat tubuh, 278 tunanetra, 489 orang tuna mental dan 199

orang tuna rungu/ wicara. Sedangkan daftar anak Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Surakarta pada tahun 2006 dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2

Daftar Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Surakarta Tahun 2006

No

Kriteria Cacat Tahun 2006

L P JUMLAH 1 Anak Balita Terlantar 199 167 366

2 Anak Terlantar 378 304 682

3 Anak yang menjadi KTK 20 17 37

4 Anak Nakal 75 4 79

5 Anak Jalanan 92 7 99

6 Anak cacat (difabel.) 464 348 812

JUMLAH 1228 847 2075

Sumber : Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Kota Surakarta Tahun 2006

Page 21: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

84

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah terbanyak anak Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Surakarta yaitu dengan kriteria

anak cacat (difabel) pada tahun 2006 berjumlah 812 jiwa yang terdiri dari

jenis kelamin laki-laki berjumlah 464 jiwa dan perempuan berjumlah 348

jiwa. Dari tabel diatas, tampak bahwa jumlah anak cacat (difabel) memiliki

angka tertinggi diantara jumlah anak penyandang masalaha kesejahteraan

sosial lainnya.

Keadaan anak yang mempunyai cacat fisik, mental, maupun mental dan

fisik (ganda) pada usia 0-18 tahun di Kota Surakarta dapat dilihat melalui tabel

dibawah ini :

Tabel 1.3

Daftar Penyandang Cacat Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2006

No

Kriteria Cacat

Tahun 2006

L P JUMLAH

1 Cacat tubuh 122 86 208

2 Cacat Rungu Wicara 80 66 146

3 Cacat Netra 21 20 41

4 Cacat Mental Reterdasi 139 93 232

5 Cacat Mental Eks Psikotik 27 24 51

6 Cacat Ganda 56 45 101

7 Cacat Bibir Sumbing 17 15 31

Page 22: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

85

JUMLAH 462 348 810

Sumber : Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Kota Surakarta Tahun 2006

Kota Surakarta dijadikan program kota layak anak, didalam program kota

layak anak ini Kota Surakarta dituntut untuk memenuhi segala fasilitas

menyangkut kesejahteraan anak baik di bidang kesehatan, hukum maupun

pendidikan. Dibidang pendidikan Kota Surakarta diharuskan memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan didalam Konvensi Hak Anak, termasuk

menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak baik non-difabel dan

difabel. Salah satunya dengan menyediakan sekolah inklusif.

Di Kota Surakarta terdapat beberapa sekolah inklusif untuk memenuhi

kebutuhan hak anak difabel untuk memperoleh pendidikan. Adapun daftar sekolah

inklusif di Kota Surakarta menurut LPPM UNS adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4

Daftar Sekolah Inklusif di Kota Surakarta

No Nama Sekolah

1 SDN Bromontakan

2 SDN Pajang I

3 SDN Petoran

4 SDN Manahan

5 SD Al Firdaus Surakarta

6 SMPN 12

Page 23: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

86

7 SMP SMU Al Firdaus Surakarta

8 SMAN 8 Surakarta

9 SMU Muhammadiyah 6 Surakarta

10 SMKN 9 Surakarta

Sumber : LPPM UNS 2009

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak permasalahan yang melekat

pada difabel dan terutama pada siswa difabel yang sama sekali tidak pernah

menjadi perhatian baik oleh masyarakat difabel itu sendiri maupun non-difabel.

Berdasarkan realitas sosial diatas maka kegiatan penelitian ini lebih difokuskan

pada Proses dan Pola interaksi sosial siswa difabel dan non-difabel di sekolah

inklusif di Kota Surakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah proses dan pola interaksi siswa difabel dengan siswa

non-difabel di Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta sebagai salah satu

sekolah inklusif di Kota Surakarta?

2. Bagaimanakah aksesibilitas bagi siswa difabel yang diberikan oleh

Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta sebagai salah satu sekolah inklusif

di Kota Surakarta, demi menghasilkan output atau hasil sumber daya

manusia yang berkualitas?

Page 24: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

87

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui proses dan pola interaksi siswa difabel dengan siswa non-difabel

di sekolah inklusif di Kota Surakarta.

2. Mengetahui aksesibilitas bagi siswa difabel yang diberikan oleh Sekolah

Dasar Al Firdaus Surakarta sebagai salah satu sekolah inklusif di Kota

Surakarta, demi menghasilkan output atau hasil sumber daya manusia yang

berkualitas?

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan untuk

penelitian sejenis dan dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melaksanakan

penelitian serupa dalam lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota Surakarta

dan Dinas Pendidikan dan Olah Raga (DISDIKPORA) Kota Surakarta

untuk lebih memperhatikan pendidikan kaum difabel terkait dengan

sekolah inklusif dan aksesibilitasnya terhadap kaum difabel di Kota

Surakarta.

b. Dapat digunakan sebagai salah satu contoh bagi Lembaga Pendidikan

yang lain bahwa Yayasan Al Firdaus khususnya Sekolah Dasar Al Fidaus

merupakan salah satu Sekolah Inklusif terbaik di Kota Surakarta.

Page 25: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

88

E. LANDASAN TEORI

Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan

sosiologi. Roucek dan Waren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang

mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok sosial.

Menurut WF.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah

penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi

atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-

proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Menurut Pitirim A Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu

yang diharapkan untuk mempelajari :

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial.

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial. (Soekanto, 1990 : 19-20)

Sedangkan Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemarji menyatakan bahwa:

“Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.” (Soekanto, 1987 : 15)

Dalam beberapa hal sosiologi dikatakan mirip dengan psikologi, terutama

dalam teori interaksi simbolik yang banyak dipengaruhi oleh psikoanalisa. Untuk

membedakan kedua ilmu tersebut Soeprapto menyatakan bahwa:

“Sosiologi adalah induk ilmu sosial yang mengkaji secara ilmiah mengenai kehidupan manusia. Sosiologi merupakan suatu ilmu dimana di dalamnya dipelajari haikat dan sebab-sebab dari berbagai pola dan perilaku manusia yang terjadi secara teratur dan bisa berulang-ulang. Hal inilah yang membedakannya dengan psikologi yang dikenal sebagai ilmu yang memusatkan perhatian pada karakterstik individu per individu.

Page 26: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

89

Sedangkan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari individu dalam kapasitasnya sebagai masyarakat.” (Soeprapto, 2002 : 1)

Menurut Max Weber yang dikenal sebagai pendukung paradigma definisi

sosial yang menjadi sudut pandang dari penelitian ini:

“Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami tindakan sosial secara interpretatif agar diperoleh kejelasan mengenai sebab-sebab, proses, dan konsekuensinya. Dengan kata lain sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa diperoleh penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi dari tindakan itu.” (Raho, 2004 : 3)

Setiap ilmu memiliki teori-teori sendiri. Tapi kepastian dari teori-teori itu

berbeda dari satu ilmu ke ilmu yang lainnya. Derajat kepastian di dalam ilmu

alam, fisika, atau kimia biasanya lebih tinggi dari pada derajat kepastian di dalam

teori-teori ilmu sosial. Teori-teori di dalam ilmu sosial, tidak lebih dari suatu

perspektif atau cara pandang dalam meneropong kehidupan masyarakat. Sebuah

teori dalam ilmu sosial bertahan selama belum ada penjelasan lain yang

mengatakan sebaliknya.

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana dasar kehidupan bersama

adalah komunikasi, terutama lambang-lambang sebagai kunci untuk memahami

kehidupan sosial manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda atau gerakan

yang secara sosial dianggap mempunyai arti-arti tertentu.

Mead mengatakan tentang kehidupan bersama manusia, bahwa manusia

mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain dengan

perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama. Dengan

Page 27: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

90

perantaraan lambang-lambang tersebut, maka manusia memberikan arti pada

kegiatan-kegiatannya. Mereka dapat menafsirkan keadaan dan perilaku dengan

mempergunakan lambang-lambang tersebut. Manusia membentuk perspektif-

perspektif tertentu melalui suatu proses sosial dimana mereka memberi rumusan

hal-hal tertentu, bagi pihak-pihak lainnya. Selanjutnya mereka berperilaku

menurut hal-hal yang diartikan secara sosial (Soekanto, 1990 : 7).

Dari definisi tersebut tampak bahwa sebagaimana halnya dengan ilmu-

ilmu sosial lainnya obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut

hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam

masyarakat. Masyarakat mempunyai batasan yang cukup luas yang memcakup

berbagai faktor termasuk didalamnya juga mencakup tentang pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat tersebut. (Soekanto, 1990 : 23).

Salah satu cara untuk mengelompokkan teori-teori sosiologi adalah yang

dianjurkan George Ritzer dalam bukunya ‘Sosiologi: Ilmu Berparadigma Ganda’.

Pengelompokkan yang dilakukan oleh George Ritzer itu didasarkan pada

paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Paradigma adalah pandangan

yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan

semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu

merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang

mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang

harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam

rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. (Ritzer, 2002 : 6-7).

Page 28: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

91

Menurut Ritzer, didalam sosiologi, ada tiga paradigma utama, yaitu

paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial.

Pertama paradigma fakta sosial, paradigma yang dipelopori oleh Emile Durkheim

ini menekankan pokok persoalan sosiologi adalah fakta sosial. Fakta sosial adalah

sesuatu (thing) yang berada diluar individu dan berbeda dari ide-ide tetapi bisa

mempengaruhi individu didalam bertingkah laku. Secara garis besar, fakta sosial

kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, sistem sosial, keluarga, pemerintah,

institusi politik, kebiasaan, hukum, undang-undang, nilai-nilai dan sebagainya.

Teori yang berada dalam naungan paradigma fakta sosial adalah teori

fungsionalisme struktural dan teori konflik.

Yang kedua adalah paradigma perilaku sosial yang menyatakan bahwa

obyek studi sosiologi yang kongkrit dan realistis ialah perilaku manuisa yang

tampak dan kemungkinan perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatian

pada hubungan antar pribadi dan hubungan pribadi dengan lingkungan. Menurut

penganut paradigma ini tingkah laku seorang individu memiliki hubungan dengan

lingkungan yang mempengaruhi dia dalam bertingkah laku. Jadi ada hubungan

antara perubahan tingkah laku individu dengan perubahan lingkungan sosial yang

dialami individu. Teori yang searah dengan paradigma ini adalah teori pertukaran.

Terakhir adalah paradigma definisi sosial, paradigma yang digunakan

dalam penelitian ini, yang menekankan kenyataan sosial yang subyektif. Model

pemersatu dari paradigma ini adalah karya-karya Max Weber dan juga Talcott

Parsons. Karya Weber membantu mengarahkan perhatian sosiologi sebagai studi

atau ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative

Page 29: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

92

understanding) tentang tindakan sosial. Bagi Weber perbuatan manusia baru

menjadi tindakan sosial sepanjang tindakan itu mempunyai arti bagi dirinya dan

diarahkan kepada orang lain. Sebaliknya tindakan yang diarahkan kepada benda

mati bukanlah sebagai suatu tindakan sosial, kecuali tindakan yang diarahkan

kepada benda mati dilakukan untuk memancing reaksi dari orang lain. Jadi pokok

persoalan yang perlu diselidiki oleh sosiologi ini adalah tindakan sosial, yakni

tindakan yang penuh arti dari seorang individu.

Perbedaannya dengan paradigma perilaku sosial adalah bahwa aktor dalam

paradigma definisi sosial bersifat dinamis dan kreatif, karena mereka memberikan

interpretasi sebelum mereka memberikan reaksi atas tindakan sosial. Sedangkan

pada paradigma perilaku sosial, aktor kurang kurang sekali memiliki kebebasan.

Tanggapan yang diberikannya lebih ditentukan oleh stimulus yang berasal dari

luar dirinya seperti norma, nilai-nilai, atau struktur sosial.

Paradigma yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

definisi sosial. Ada tiga teori yang mencakup dalam paradigma definisi sosial

yaitu Teori Aksi, Teori Interaksionisme Simbolik, dan Teori Fenomenologi.

Paradigma definisi sosial lebih menekankan pada tindakan manusia yang penuh

arti. Weber sebagai pengemuka eksemplar dari paradigma ini mengartikan

sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Yang

dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang

tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan

kepada tindakan orang lain.

Page 30: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

93

Tindakan sosial seperti yang dikemukakan oleh Weber, juga dapat berupa

tindakan-tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain, juga dapat

berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang mungkin

terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan

perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang berbeda.

Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. (Ritzer, 2002: 38).

Secara definitif Weber berusaha untuk menafsirkan dan memahami

(interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk

sampai kepada penjelasan kausal. Di dalam definisi ini terkandung dua konsep

dasar, yaitu pertama konsep tindakan sosial. Kedua konsep tentang penafsiran dan

pemahaman. Konsep terakhir ini menyangkut metode untuk menerangkan yang

pertama. Dalam mempelajari tindakan sosial, Weber menganjurkan melalui

penafsiran dan pemahaman (interpretative understanding). Peneliti mencoba

menginterpretasikan tindakan dan memahami motif serta tindakan si aktor. Dalam

hal ini Weber menyarankan dua cara, dengan melalui kesungguhan dan dengan

mencoba mengenangkan dan menyelami pengalaman si aktor.

Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakannya ke dalam

empat tipe, yang mana semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah

dipahami. Keempat tipe tersebut yaitu :

1. Zwerk rational Yakni tindakan murni. Dalam hal ini maka aktor tidak hanya sekedar menilai cara terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.

2. Werktrational action Dalam tindakan ini aktor tidak dapat menentukan apakah cara-cara yang dipakai merupakan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan ataukah

Page 31: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

94

merupakan tujuan itu sendiri. Namun demikian ini rasional dapat dipertanggungjawabkan karena dapat dipahami.

3. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh emosi dan kepura-puraan si aktor, tindakan ini sukar dipahami dan tidak rasional.

4. Traditional action Tindakan yang didasarkan akan kebiasaan-kebiasaan melakukan sesuatu di masa lain. (Johnson, 1994: 220-222). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui interaksi siswa difabel

dengan siswa non-difabel di sekolah inklusif di Kota Surakarta dan aksesibilitas

apa saja yang diberikan oleh sekolah kepada siswa difabel di Kota Surakarta demi

menghasilkan output sumber daya manusia yang berkualitas. Pendekatan teori

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik.

Substansi dasar dari teori tersebut adalah bahwa kehidupan bermasyarakat

terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individual dan antar

kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui

proses belajar.

Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia

bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi

manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara

seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap

namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses

penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut

disebut juga dengan interpretative process.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok

terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama

Page 32: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

95

dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu

informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang

disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi

sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber

Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik,

adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi

jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik,

bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.

Jadi tindakan seseorang dalam proses interaksi itu bukan semata-mata

merupakan suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang

dari lingkungannya atau dari luar dirinya. Tetapi tindakan itu merupakan hasil

daripada proses interprestasi terhadap stimulus. Jadi merupakan proses dari

belajar, dalam arti memahami simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma, nilai-

nilai sosial dan makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap

tindakannya, namun dengan kemampuan berfikir yang dimilikinya manusia

mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan-tujuan yang

hendak dicapainya.

Bagian lainnya yang penting adalah konstruksi tentang diri “self”. Diri itu

tidak dilihat sebagai yang berada dalam individu seperti “aku” atau kebutuhan

teratur, motivasi dan norma serta nilai dari dalam. Diri adalah definisi yang

diciptakan orang (melalui interaksi dengan yang lainnya) di tempat ia berada.

Dalam mendefinisikan “aku”, manusia menafsirkan tindakan dan isyarat yang

diarahkan kepada mereka dengan jalan menempatkan dirinya dalam peranan

Page 33: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

96

orang lain. Diri merupakan bagian dari orang lain dan persepsi seseorang terhadap

dirinya dan kemudian mengembangkan definisi melalui proses interaksi sosial

(Ritzer, 2002 : 50-53).

Jadi dalam teori tersebut terkandung pengertian bahwa manusia bukan

dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi obyektif, tetapi

paling tidak sebagian, merupakan aktor-aktor yang bebas. Bukannya melihat aksi

sebagai tanggapan langsung terhadap stimulus sosial. Dengan demikian orang

tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga

berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis dilakukan dengan

menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting dan melalui

isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada

dalam proses yang kontinyu.

Selain teori interaksionisme simbolik dan teori aksi diatas, penelitian

Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah

Inklusif di Kota Surakarta ini juga menggunakan teori kritis dari Max Horkheimer

dan juga Jurgen Habermas.

Di dalam gagasan kritis Horkheimer menitik beratkan pada peran psikologis

sosial dalam menjembatani kesenjangan antara individu dan masyarakat. Teori

kritis bertujuan memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari

masyarakat irasional dan sekaligus memberikan kesadaran pembangunan

masyarakat yang rasional. Dalam bahasa yang lebih terperinci, bisa disingkat

dalam pokok-pokok sebagai berikut :

a. Sebagai tipe arah khusus, teori kritis menyelamatkan hasil tindakan.

Page 34: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

97

b. Teori kritis berorientasi nilai, sekaligus mengajarkan bagaimana seharusnya kita hidup.

c. Teori kritis berorientasi pada ilmu yang bebarengan dengan sisi kematian, adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi.

d. Teori kritis bersifat holistik dan tidak reduksionistik. e. Teori kritis memulai dengan sebuah kepentingan dalam menafsirkan

makna tindakan, dengan maksud meningkatkan hubungan komunikasi dan mereproduksi hubungan sosial.

f. Teori kritis mengasumsikan bahwa adalah mungkin merefleksikan penggunaan bahasa sehingga bisa menuju pemahaman yang lebih lengkap pada cara dimana realitas dekonstruksi secara sosial.

g. Teori kritis mengasumsikan bahwa orang tidak selau menyadari aturan-aturan tempat ia tinggal dan mengorganisasikan pengalaman mereka dalam hidup.

h. Teori kritis selalu berbentuk sebuah kritik atas cara, dimana individu dibatasi untuk bertindak dan selalu mengidentifikasi diri mereka dalam kerangka lembaga sosial khusus

(Susilo, 2008 : 140).

Teori kritis mendasarkan pada kritik atas banyak hal, seperti ilmu

positifis,rasionalitas, teknologi, ilmu hukum, kesatuan keluarga, pola-pola

birokrasi, bahasa, seni, musik, sastra, kepribadian otoriter, dan psikoanalisa. Teori

kritis mempunyai beberapa ciri khas:

1. Kritis terhdap masyarakat. Marx menjalankan kritis terhadap politik dan ekonomi pada zamannya. Mazhab Frankfurt juga mempertanyakan sebab-sebab yang mengakibatkan peyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur masyarakat rapuh, karena itu harus dirubah.

2. Teori kritis berfikir secara historis dengan berpijak pada proses masyarakat yang historis. Teori kritis meneruskan posisi dasar Hegel dan Marx. Dengan demikian, teori tersebut selalu berakar pada suatu situasi pemikiran dan situasi sosial yang tertentu misalnya material-ekonomis.

3. Teori kritis menyadari resiko setiap teori untuk jatuh dalam suatu bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Itulah yang terjadi dengan pemikiran filsafat modern. Menurut Mazhab Frankfurt, pemikiran tersebut telah berubah menjadi ideologi kaum kapitalis. Teori harus memiliki kekuatan, nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi ideologi.

Page 35: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

98

4. Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktik, pengetahuan dari tindakan, rasio teoretis dari rasio praktis. Perlu dicatat bahwa rasio praktis tidak boleh dicampuradukan dengan rasio instrumental yang yang hanya memperhitungkan alat atau sarana saja. Frankfurt menunjukan bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Teori kritis selalu harus melayani transformasi praktis masyarakat. (Santoso, 2007 : 97).

Menurut Habermas setidaknya ada enam tema dalam program teori kritis,

yaitu: bentuk-bentuk integrasi sosial masyarakat post-liberal, sosialis dan

perkembangan ego, media massa dan kebudayaan massa, psikologi sosial protes,

teori seni dan kritik atas positivis. Habermas, mengatakan bahwa segala bentuk

ilmu harus dialamatkan kepada kepentingan kognitif, sehingga itu tidak bebas

nilai. Setiap ilmu dan teori apapun haarus memiliki pertautan dengan nilai dan

kepentingan (Santoso, 2007 : 224).

Ilmu-ilmu kritis berusaha menunjukkan bahwa keajegan-keajegan tertentu

yang merupakan pola hubungan ketergantungan ideologis pada dasarnya dapat

diubah. Habermas menyebut “refleksi diri” (substreflexion). Melalui refleksi ini

orang harus dibebaskan dari segala sesuatu yang mendominasi, yang

membelenggu dan mengarah pada kemungkinan adanya hubungan-hubungan

ketergantungan tersebut. Dalam hubungannya dengan sekolah inklusif difabel di

Sekolah Dasar Al Firdaus, baik siswa difabel maupun siswa non-difabel, tidak ada

yang saling mendominasi satu sama lain. Walaupun mayoritas siswa adalah siswa

non-difabel, tetapi interaksi sosial yang terjalin sangat baik, bahkan dalam hal

prestasi, siswa difabel mampu bersaing dengan siswa non-difabel. (Santoso, 2007

: 233).

Proses belajar masyarakat tergantung pada kompetensi individu-individu

yang menjadi anggotanya. Individu-individulah yang memiliki peranan penting

Page 36: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

99

dalam perubahan masyarakat. Tanpa adanya kemauan individu untuk berubah,

maka masyarakat tidak akan berubah. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan,

bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan

usaha seseorang untuk mencapai tujuan. (Santoso, 2007 : 237).

Menurut Richard Dewey dan W.J Humber, kemauan merupakan :

a. Hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan.

b. Berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

c. Dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

d. Pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan. (Rakhmat, 2007 : 43).

Siswa difabel merupakan salah satu individu yang memiliki peranan

penting dalam masyarakat, jika dari dalam diri difabel itu sendiri tidak memiliki

kemauan untuk berubah, maka proses belajar tidak akan terjadi, dan sekolah

inklusif tidak akan terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya. Siswa difabel

memiliki kemauan untuk mendapatkan kesetaraan dalam bidang pendidikan

dengan siswa non-difabel dan ikut bersaing dalam pendidikan. Untuk

mewujudkan cita-cita dalam mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah

melaksanakan program sekolah inklusif, dan salah satunya yaitu di Yayasan Al

Firdaus Kota Surakarta.

F. DEFINISI KONSEPTUAL

1. Difabel

Page 37: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

100

Kecacatan yang oleh masyarakat kita masih dimaknai sebagai sifat

abnormal, ketidak sempurnaan, dan keadaan yang rusak sehingga perlu

untuk disempurnakan. Pemaknaan kata cacat sebagai ketidak sempurnaan ini

menjadi sangat kontroversial jika dikaitkan dengan hakikat penciptaan

manusia. Jika entitas manusia dipandang sebagai hasil dari sebuah proses

maka kecacatan atau ketidaksempurnaan yang dilekatkan pada para

penyandang cacat dapat juga dimaknai sebagai ketidaksempurnaan dari

sebuah proses penciptaan manusia yang dilakukan oleh Allah SWT.

Dihadapan Allah, dimensi spiritual melalui keimanan dan amal sholeh lebih

utama dibanding fisik. Dari sini dilihat bahwa tidak ada alasan untuk

bersikap diskriminatif terhadap difabel.

Dalam teori bahasa dan kekuasaan yang perkenalkan oleh Michael

Fucoult penyandang cacat sebagai salah satu kelompok minoritas tak

berdaya serta tak punya pilihan sehingga menerima begitu saja istilah yang

dilekatkan pada dirinya selama berabad-abad dan dipahami sebagai sebuah

“budaya” yang tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat kita. Cara

berfikir diatas telah dikontruksikan oleh masyarakat kita selama berabad-

abad menjadi bagian dari kehidupan mereka hingga tidak disadari hal

tersebut sebagai sebuah kesalahan (ketidakadilan). Bahkan sebagian dari

masyarakat awam kita masih meyakini bahwa kecacatan adalah kutukan

atau dosa. Hanya karena istilah yang “kebetulan” disandangnya para

penyandang cacat harus hidup menjadi kelompok marginal tersingkir

dipojok hiruk pikuk kehidupan di bumi ini.

Page 38: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

101

(http://www.scribd.com/doc/23956444/Difabel-Dan-Usaha-Dekonstruksi-

Kesempurnaan).

Berdasarkan Hak Asasi Manusia, pada tanggal 9 Desember 1975,

PBB mendeklarasikan Hak-Hak Penyandang Cacat melalui resolusi no.

3447(XXX) untuk meningkatkan kualitas hidup kaum difabel yang harus

diikuti oleh seluruh negara anggotanya. Resolusi ini menjamin persamaan

hak sebagai warga negara tanpa melihat kecacatan, menjamin hak untuk

bekerja secara produktif dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial serta

pelarangan perlakuan diskriminatif dan kekerasan terhadap kaum difabel.

Konstruksi dan sikap atas kaum difabel dilukiskan sangat indah oleh

Michael Foucault dalam Madness and Civilization : A history of insanity and

age of reason (1988). Yakni bagaimana sebuah diskursus yang lahir dari

rahim misi pencerahan: modernitas, melegitimasi proses pengekslusian

orang-orang gila. Paska abad pertengahan, orang-orang penderita lepra

lenyap begitu saja, kemudian posisinya digantikan oleh keberadaan orang-

orang gila. Muncul berbagai barak dan tempat-tempat yang digunakan untuk

memenjarakan orang gila. Proses ini, sebagaimana dikatakan oleh Foucault

merupakan proses yang didahului oleh sebuah kuasa diskursus: rasionalitas,

yang berwujud legitimasi klinis/ medis atas orang-orang gila tersebut.

Dengan demikian cacat merupakan konstruksi sosial.

Bukan persoalan mudah untuk membahas diskriminasi disini.

Membahas diskriminasi dalam hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan

dua pandangan yang berbeda antara sudut pandang teori dan realitas

Page 39: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

102

pengalaman kehidupan. Secara leksikal, diskriminasi di definisikan

perlakuan terhadap orang atau kelompok yang didasarkan pada golongan

atau kategori tertentu. Dapat juga diartikan sebagai sebuah perlakuan

terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras,

agama, umur atau karakteristik yang lain. Dari dua definisi tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa diskriminasi adalah bentuk perlakuan yang

berbeda. Terhadap difabel, perlakuan tersebut didasarkan pada kondisi fisik

mereka yang berbeda.

Perlakuan diskriminatif masyarakat didasarkan pada asumsi bahwa

dengan difabilitas yang dimiliki, difabel dianggap tidak mampu melakukan

aktifitas sebagaimana orang lain pada umumnya. Fakta yang ada

menunjukkan bahwa diskriminasi bukan hanya perasaan difabel, melainkan

sebuah realitas yang ada di hadapan kita. Belajar dari pengalaman bahwa

perlakuan diskriminatif, baik secara struktural (kebijakan negara) maupun

kultural (penerimaan masyarakat) terhadap penyandang cacat hanya

menciptakan masalah baru, yakni ketidakberdayaan mereka dalam

kehidupan individu dan bermasyarakat.

Kaum Difabel semakin sulit mengembangkan sumber daya

manusianya, dan selalu tergantung pada uluran tangan pihak lain. Yang

dibutuhkan saat ini adalah dekonstruksi terhadap paham cacat-normal yang

selama ini tanpa disadari dilanggengkan juga oleh sistem sosial di Indonesia.

Perjuangan penyandang cacat untuk bebas dari diskriminasi dan

ketidakadilan tidak saja menyangkut aksesibilitas dalam sistem sosial,

Page 40: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

103

politik, ekonomi, budaya, serta lingkungan infrastruktur yang ada, namun

justru yang lebih berat adalah peluang mengubah asumsi dan ideologi cacat-

normal yang telah mengakar di masyarakat. Dalam konteks itulah perubahan

ideologi negara dan masyarakat menuju ‘sensitif terhadap penyandang

cacat’ menduduki posisi penting.

Istilah difabel muncul dan digunakan di Indonesia mulai akhir

millennium kedua atau mulai pada tahun 1998 sebagai istilah yang

digunakan untuk menyebut individu yang mengalami kelainan fisik. Bukan

sejarah singkat untuk sampai penggunaan istilah difabel. Pada dekade 70-

80an masyarakat dan pemerintah menyebut individu yang mengalami

kelainan fisik sebagai penderita cacat. Namun dalam pandangan umum,

penggunaan kata penderita dianggap tidak menggambarkan secara obyektif

realitas yang dialami individu yang disebut. Individu yang mengalami

kelainan fisik tidak selalu hidup dalam penderitaan. Mereka juga bisa

bertawa tanpa merasakan penderitaan karena kondisi yang mereka alami.

Penderitaan yang diasumsikan oleh masyarakat pada umumnya lebih

disebabkan oleh persepsi orang diluar individu yang mengalami kelainan

fisik. Istilah berikutnya yang digunakan adalah penyandang cacat. Namun

pada perkembangannya istilah ini juga mengalami penolakan karena masih

terdapat istilah cacat di dalamnya. Penolakan tersebut bukan tanpa alasan.

Kata cacat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pada dasarnya lebih tepat

jika dilekatkan pada barang atau benda mati.

Page 41: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

104

Oleh karena alasan diatas, mereka yang disandangi dengan istilah

tersebut berusaha untuk menemukan istilah yang lebih tepat dan netral

dalam menggambarkan kondisi mereka. Sekitar tahun 1998, beberapa

aktivis gerakan penyandang cacat memperkenalkan istilah baru untuk

mengganti sebutan penyandang cacat. Maka dipakailah istilah difable yang

merupakan akronim dari kalimat Different Ability People (manusia yang

memiliki kemampuan berbeda). Didasarkan pada realita bahwa setiap

manusia diciptakan berbeda dan memiliki potensi diri yang dapat

dikembangkan termasuk mereka yang selama ini disebut cacat. Sehingga

yang ada sebenarnya hanyalah sebuah perbedaan bukan kecacatan. Para

difabel pada dasarnya dan dalam kenyataannya dapat melakukan apa saja

sebagaimana orang lain melakukan namun hanya caranya saja yang berbeda.

Macam-macam kecacatan terdiri dari :

1. Cacat Fisik

Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan

pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan,

pengendengaran, dan kemampuan berbicara. Yang termasuk dalam

kriteria ini adalah :

a. Cacat kaki.

b. Cacat punggung.

c. Cacat tangan.

d. Cacat jari.

Page 42: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

105

e. Cacat leher.

f. Cacat netra.

g. Cacat rungu.

h. Cacat wicara.

i. Cacat raba.

j. Cacat pembawaan sejak lahir.

2. Cacat Mental

Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku,

baik cacat bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain :

a. Retardasi mental.

b. Gangguan psikiatrik fungsional.

c. Alkoholisme.

d. Gangguan mental organic dan epilepsy.

3. Cacat Fisik dan Cacat Mental

Cacat fisik dan mental adalah keadaan seseorang yang

menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Apabila yang cacat

adalah keduanya maka akan sangat mengganggu penyandang

cacatnya. (Demartoto, 2007: 9-12).

2. Sekolah Inklusif

Sekolah atau pendidikan menjadi suatu lingkungan belajar yang ramah

anak-anak. Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang

memungkinkan setiap anak penuh berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler

Page 43: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

106

tanpa mempertimbangkan kecacatan atau karakteristik lainnya. Disamping itu

pendidikan inklusif juga melibatkan orang tua dalam cara yang berarti dalam

berbagi kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaaan, sedang

dalam belajar mengajar, pendekatan guru berpusat pada anak.

Sekolah inklusif adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan

mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program

yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak

penyandang cacat adalah pentingnya pendidikan inklusif, tidak hanya

memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun, akan

tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi

manusia dan hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak,

karena pendidikan Inklusif mulai dengan merealisasikan perubahan

keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan menjadi bagian dari

keseluruhan, dengan demikian penyandang cacat anak akan merasa tenang,

percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung

jawab. (http://bk3sjatim.org/?p=148).

Inklusif terjadi pada semua lingkungan sosial anak, pada keluarga,

pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, pada institusi-institusi

kemasyarakatan lainnya. Sebuah masyarakat yang melaksanakan pendidikan

inklusif berkeyakinan bahwa hidup dan belajar bersama adalah cara hidup

(way of life) yang terbaik, yang menguntungkan semua orang, karena tipe

pendidikan ini dapat menerima dan merespon setiap kebutuhan individual

anak.

Page 44: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

107

Pendidikan inklusif menurut Stainback dan Anin Back adalah sekolah

yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah inklusi

menyediakan program yang layak, menantang tetapi sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang

dapat diberikan para guru agar anak-anak berhasil. (Sunardi, 1996 : 28).

Staub dan Peck mengemukakan bahwa pendidikan inklusi adalah

penempatan anak luar biasa tingkat ringan, sedang dan berat secara penuh

dikelas reguler. hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat

belajar yang relevan bagi anak luar biasa apapun jenis kelainannya dan

bagaimanapun gradasinya. (Sunardi,1996 : 29).

Sapon Seven ONeil menyebutkan inklusif didefinisikan sebagai

sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak luar biasa

ditempatkan di sekolah terdekat di kelas biasa, bersama teman-teman

seusianya. (Bintoro, 2002 : 7).

Pengertian lain juga diungkapkan oleh Subagyo Brotosedjati

menyebutkan bahwa pendidikan inklusif adalah model penyelenggaraan

program pendidikan bagi anak cacat (berkebutuhan khusus) yang

diselenggarakan bersama-sama dengan anak normal di lembaga pendidikan

umum, dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga yang

bersangkutan. (Brotosedjati, 2003 : 3).

Penjelasan mengenai sekolah inklusif juga terdapat pada Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Page 45: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

108

Nasional yang memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi

anak berkelainan. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus

disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar

biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan

khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah yang

memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak

berkelainan berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara lebih

operasional, hal ini diperkuat dengan SK Mendiknas No. 002/U/1986 tentang

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

Melalui pendidikan inklusif, siswa difabel dididik bersama-sama

siswa non-difabel untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini

dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak difabel

dan anak non-difabel yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.

Oleh karena itu, anak difabel perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama

dengan anak non-difabel untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di

sekolah (SD). Pendidikan inklusif diharapkan dapat memecahkan salah satu

persoalan dalam penanganan pendidikan bagi siswa selama ini.

Dalam implementasi di lapangan, Indonesia Menuju Pendidikan

Inklusif secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 Agustus 2004 di

Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk

mempersiapkan pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat

Page 46: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

109

anak. Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh

kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi

penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Pasal 6

ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat).

Ciri-ciri sekolah inklusif menurut Cornelia Schneider dalam

“International Journal of Education Vol I. Equal is not Enough – Current

Issues in Inclusive Education in the Eyes of Children”, yaitu adalah sebagai

berikut :

1. Hidup dan belajar bersama semua anak (difabel dan non-difabel) di sekolah adalah tujuan dari pendidikan inklusif.

2. Sistem inklusif untuk semua orang (difabel dan non-difabel). 3. Dalam metode pembelajarannya, menggunakan teori-teori yang sama

dengan yang diberikan pada siswa non-difabel. 4. Memiliki perubahan-perubahan ide dan pengetahuan dalam

pendidikan. 5. Mempertimbangkan dari semua tingkat pendidikan, sosial, dan

emosional. 6. Sumber daya berasal dari seluruh sekolah, tidak hanya Sekolah Luar

Biasa saja. 7. Memiliki system pembelajaran secara umum dan individual khusus

bagi siswa difabel. 8. Satu kurikulum untuk seluruh siswa. 9. Seluruh siswa terlibat terlibatan dalam perencanaan pembelajaran. 10. Masing-masing siswa difabel, khusus memiliki guru pendamping,

dan meiliki ruang khusus. 11. Perubahan dalam mata pelajaran praktek pendidikan. 12. Kerjasama.

(International Journal of Education Vol I,. 2009 : 4).

Melihat kondisi dan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia,

model pendidikan inklusif yang lebih sesuai untuk diterapkan adalah model

yang mengasumsikan bahwa inklusif sama dengan pendidikan reguler, seperti

Page 47: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

110

pendapat Vaughn, Bos & Schumn, Penempatan anak berkelainan di sekolah

inklusif dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut :

1) Kelas reguler (inklusif penuh) Anak berkelainan belajar bersama anak lain (non-difabel) sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama

2) Kelas reguler dengan cluster Anak berkelainan belajar bersama anak lain (non-difabel) di kelas reguler dalam kelompok khusus.

3) Kelas reguler dengan pull out Anak berkelainan belajar bersama anak lain (non-difabel) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

4) Kelas reguler dengan cluster dan pull out Anak berkelainan belajar bersama anak lain (non-difabel) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

5) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (non-difabel) di kelas reguler.

6) Kelas khusus penuh Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler. (Vaughn, Bos & Schumn, 2000: 30).

Dengan demikian, pendidikan inklusif tidak mengharuskan semua

anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata

pelajarannya (inklusif penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat berada

di kelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi kelainannya yang cukup

berat. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi kelainannya berat,

mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus pada sekolah

reguler (inklusif lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat

berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat

disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).

Page 48: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

111

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, penerapan pendidikan

inklusif mempunyai landasan filosofis, yuridis, pedagogis dan empiris yang

kuat, yaitu :

1. Landasan Filosofis Penerapan Pendidikan Inklusif

Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di

Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus

cita-cita yang didirikan atas pondasi yang lebih mendasar lagi,

yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Filsafat ini sebagai wujud

pengakuan kebhinekaan manusia, baik kebhinekaan vertikal

maupun horisontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat

Tuhan di bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan

kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan,

kemampuan pengendalian diri, dan sebagainya. Sedangkan

kebhinekaan horisontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa,

ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik,

dan sebagainya. Karena berbagai keberagaman namun dengan

kesamaan misi yang diemban di bumi ini, misi, menjadi kewajiban

untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi dengan

saling membutuhkan.

Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan

(kecacatan) dan keberbakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan

seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa budaya, atau agama. Di

dalam diri individu berkelainan pastilah dapat ditemukan

Page 49: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

112

keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu

berbakat pasti terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak hanya

makhluk di bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan

keunggulan tidak memisahkan peserta didik satu dengan lainnya,

seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama.Hal ini

harus diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan

harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar

siswa yang beragam, sehingga mendorong sikap silih asah, silih

asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi seperti halnya yang

dijumpai atau dicita-citakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Landasan yuridis

Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan

inklusif adalah Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para

menteri pendidikan se dunia. Deklarasi ini sebenarnya penegasan

kembali atas Deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan

berbagai deklarasi lajutan yang berujung pada Peraturan Standar

PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu

berkelainan memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari

sistem pendidikan yang ada. Deklarasi Salamanca menekankan

bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar

bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan

yang mungkin ada pada mereka. Sebagai bagian dari umat manusia

Page 50: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

113

yang mempunyai tata pergaulan internasional, Indonesia tidak

dapat begitu saja mengabaikan deklarasi UNESCO tersebut di atas.

Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusif dijamin oleh

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau

memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif

atau berupa sekolah khusus. Teknis penyelenggaraannya tentunya

akan diatur dalam bentuk peraturan operasional.

3. Landasan pedagogis

Pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003,

disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, nerilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.Jadi, melalui

pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk menjadi

warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, yaitu

individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi

dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal

mereka diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah

Page 51: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

114

khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus diberi kesempatan

bersama teman sebayanya.

4. Landasan empiris

Penelitian tentang inklusif telah banyak dilakukan di

negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala

besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika

Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan

anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif

dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar pendidikan

khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil

identifikasi yang tepat. Beberapa pakar bahkan mengemukakan

bahwa sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan

anak berkelainan secara tepat, karena karakteristik mereka yang

sangat heterogen. (http://www.scribd.com/doc/23956444/Difabel-

Dan-Usaha-Dekonstruksi-Kesempurnaan).

Beberapa peneliti kemudian melakukan metaanalisis

(analisis lanjut) atas hasil banyak penelitian sejenis. Hasil analisis

yang dilakukan oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 buah

penelitian, Wang dan Baker (1985/ 1986) terhadap 11 buah

penelitian, dan Baker (1994) terhadap 13 buah penelitian

menunjukkan bahwa pendidikan inklusif berdampak positif, baik

Page 52: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

115

terhadap perkembangan akademik maupun sosial anak berkelainan

dan teman sebayanya.

3. Aksesibilitas

Pemaknaan ‘aksesibilitas’ dalam UU No. 4 tahun 1998 adalah

kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan

kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Dalam aspek bidang pendidikan, siswa difabel, yang memiliki

keterbatasan dan ketidaksempurnaan fisik maupun mental, berhak

mendapatkan kurikulum dan materi pendidikan yang sama dengan siswa non-

difabel, tetapi berhak pula mendapatkan aksesibilitas sarana dan prasarana

yang lebih, guna menunjang kesetaraan pendidikan dan kualitas individu di

sekolah tersebut.

Aksesibilitas sarana dan prasarana dapat berupa guiding block bagi

difabel tunanetra, tangga ramp (tangga yang lurus tanpa anak tangga), hand

rail, alat bantu dengar bagi tunarungu, dan lain sebagainya. Aksesibilitas yang

disediakan oleh Sekolah Dasar Al Firdaus adalah penyediaan ruangan khusus

bagi siswa difabel yang mengalami depresi hebat disaat mengikuti program

belajar mengajar, penyediaan guru khusus yang menangani siswa difabel

sehingga satu siswa difabel didampingi oleh satu guru khusus, disediakan pula

tenaga profesional teraphist orthopedi.

Siswa difabel di Sekolah Dasar Al Firdaus juga mendapatkan akses

terhadap informasi yang leluasa tentang diagnosa, hak-hak, dan pelayanan

Page 53: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

116

yang mereka terima pada semua tingkatan. Informasi-informasi tersebut

dihadirkan dalam format yang dapat diakses oleh siswa difabel, seperti

misalnya dalam format huruf braille, pengeras suara, huruf dicetak besar,

penggunaan sinyal dan bahasa tubuh (sign language) ataupun dalam bentuk

lainnya yang ramah terhadap penyandang tuna netra, tuna rungu, tuna wicara,

ataupun penyandang cacat lainnya.

Declaration on the Rights of Disabled Persons (1975) menegaskan

bahwa penyandang cacat berhak untuk memperoleh upaya-upaya (dari pihak

lain) yang memudahkan mereka untuk menjadi mandiri/ tidak tergantung

pada pihak lain. Mereka juga berhak mendapatkan pelayanan medis,

psikologis dan fungsional, rehabilitasi medis dan sosial, pendidikan, pelatihan

ketrampilan, konsultasi, penempatan kerja, dan semua jenis pelayanan yang

memungkinkan mereka untuk mengembangkan kapasitas dan ketrampilannya

secara maksimal sehingga dapat mempercepat proses reintegrasi dan integrasi

sosial mereka.

Selanjutnya, pasal 5 Standard Rules on the Equalization of

Opportunities for Persons with Disabilities 1993 menjelaskan bahwa Negara

harus mengakui dan menjamin aksesibilitas para penyandang cacat melalui :

1. Menetapkan program-program aksi untuk mewujudkan

aksesibilitas fisik penyandang cacat.

2. Melakukan upaya-upaya untuk memberikan akses terhadap

informasi dan komunikasi para penyandang cacat.

Page 54: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

117

4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial

yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara

individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu

dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam

interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang

nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang

menggunakannya.

Dalam penelitian ini, interaksi sosial yang diteliti oleh penulis yaitu

interaksi sosial antara siswa non-difabel dan siswa difabel serta interaksi

antara guru dan siswa difabel di Yayasan Al Firdaus Kota Surakarta

khususnya di Sekolah Dasar Al Firdaus Kota Surakarta. Sehingga tampak

output atau hasil, yakni sumber daya manusia di Sekolah Dasar Al Firdaus

khususnya siswa difabel yang berkualitas dan mampu untuk menghadapi

kelanjutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Serta interaksi sosial dalam

masyarakatpun tidak mengalami tingkat kecenderungan diskriminasi yang

tinggi lagi.

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di

dalam masyarakat di berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

pendidikan. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi proses belajar

mengajar, ketika ada kompetensi siswa difabel dan non-difabel, serta disaat

menghabiskan waktu istirahat bersama teman-teman lainnya. Interaksi sosial

Page 55: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

118

dalam penelitian ini difokuskan kepada interaksi antara siswa difabel dan

siswa non-difabel, serta siswa difabel dengan guru. Berlangsungnya suatu

proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor :

1. Imitasi Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku

2. Sugesti Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

3. Identifikasi Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

4. Proses simpati Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

(http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut

hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan

kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu :

1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan antarkelompok.. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

(Waluya, 2007 : 48).

Page 56: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

119

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),

persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau

pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu

penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk

sementara waktu, yang dinamakan akomodasi.

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujuk pada suatu

keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada

keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan

atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma

sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu

proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan

suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang

digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan sebagai suatu proses

dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan,

mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa

menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

(Waluyo, 2007 : 47).

Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses di mana

orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling

bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk

Page 57: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

120

menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga

lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Tidak selamanya suatu akomodasi sebagai proses akan berhasil

sepenuhnya. Di samping terciptanya stabilitas dalam beberapa bidang,

mungkin sekali benih-benih pertentangan dalam bidang-bidang lainnya masih

tertinggal, yang luput diperhitungkan oleh usaha-usaha akomodasi terdahulu.

Benih-benih pertentangan yang bersifat laten tadi (seperti prasangka) sewaktu-

waktu akan menimbulkan pertentangan baru. Dalam keadaan demikian,

memperkuat cita-cita, sikap dan kebiasaan-kebiasaan masa-masa lalu yang

telah terbukti mampu meredam bibit-bibit pertentangan merupakan hal

penting dalam proses akomodasi, yang dapat melokalisasi sentimen-sentimen

yang akan melahirkan pertentangan baru. Dengan demikian, akomodasi bagi

pihak-pihak tertentu dirasakan menguntungkan, namun agak menekankan bagi

pihak lain, karena adanya campur tangan kekuasaan-kekuasaan tertentu dalam

masyarakat.

Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang

dihadapinya, yaitu :

1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.

2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.

3. Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

4. Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah. (Waluyo, 2007 : 47).

Bentuk-bentuk akomodasi menurut Gillin and Gillin, adalah sebagai berikut :

Page 58: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

121

1. Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Berarti terjadi penguasaan (dominasi) suatu kelompok atas kelompok yang lemah.

2. Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika piha-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melakukan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya

3. Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri sehingga dilakukan melalui pihak ketiga disini dapat ditunjuk dari kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berwenang.

4. Mediasi (mediation), yaitu suatu bentuk akomodasi yang hamper sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah bersikap netral dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.

5. Konsiliasi (conciliation), yaitu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bertikai untuk tercapainya kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi.

6. Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.

7. Stalemate, yaitu bentuk akomodasi ketika kelompok yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang, lalu keduanya sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur sehingga pertentangan atau ketegangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya.

8. Ajudikasi (ajudication), yaitu penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum

9. Displacement, yaitu bentuk akomodasi yang merupakan cara untuk mengakhiri suatu pertentangan dengan cara mengalihkan perhatian pada objek bersama.

10. Konversi (convertion), yaitu bentuk akomodasi dalam menyelesaikan konflik yang menjadikan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.

(Waluya, 2007 : 48-49).

Kerja sama yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yaitu

suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

Page 59: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

122

mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut

berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan

bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari

mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan

dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam

perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka

yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan

baik.

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap

kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan

out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang

menyinggung anggota/ perorangan lainnya.

Fungsi Kerja sama digambarkan oleh Charles H.Cooley :

”Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.” (http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/) Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama

yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerja sama tersebut lebih

lanjut dibedakan lagi dengan :

1. Kerja sama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta.

Page 60: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

123

2. Kerja sama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa.

3. Kerja sama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu.

4. Kerja sama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. (http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

Adapun bentuk-bentuk kerja sama adalah sebagai berikut :

1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong. 2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran

barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih. 3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur

baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.

5. Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. (http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/)

G. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem, mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi

atau berdasarkan perspektif teoritis yang digunakan untuk melakukan penelitian,

sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau

Page 61: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

124

interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data menghubungkan data

yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Al Firdaus

Surakarta, khususnya di Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta. Adapun alasan

penulis memilih Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta sebagai lokasi penelitian

yang berjudul “PROSES DAN POLA INTERAKSI SISWA DIFABEL

DAN DIFABEL DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA”,

yaitu adalah sebagai berikut :

a. Lembaga Pendidikan Al Firdaus Kota Surakarta merupakan salah satu

Sekolah yang pertama kali menyelenggarakan pendidikan inklusif di

Kota Surakarta.

b. Aksesibilitas yang dimiliki oleh Lembaga Pendidikan Al Firdaus Kota

Surakarta terhadap siswa baik siswa difabel maupun non-difabel

sangat beragam, memiliki kelebihan dibandingkan Sekolah Umum

lainnya, salah satunya yaitu memiliki unit khusus Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang khusus menangani siswa

difabel.

Dengan pertimbangan alasan-alasan tersebut, maka penulis

menganggap bahwa Lembaga Pendidikan Al Firdaus Surakarta, khususnya

Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta ini cukup tepat untuk penulis, dan

Page 62: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

125

dijadikan lokasi penelitian untuk melihat proses interaksi dan aksesibilitas

dalam Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta.

2. Bentuk dan Jenis Penelitian

Penelitian ini nantinya akan menggunakan metode penelitan kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian

yang “multimethod in focus involving an interpretative naturalistic approach

to its subjek matter” (Denzin & Lincoln, 2006 : 4).

Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep penelitian kualitatif

maka dirumuskankarakteristik penelitian kualitatif. Berikut, karakteristik

penelitian kualitatif :

a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi alamiah subyek

c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi yang alamiah. (Denzin & Lincoln, 2006 : 4).

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial

tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat tergantung

pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu kepadanya.

Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik yang salah satu

temanya adalah mempelajari apa yang berlangsung di dalam benak manusia.

Untuk itu menurut Blumer Sosiolog perlu menggunakan pendekatan

introspeksi simpatetik (sympathetic instropection) untuk meneliti dunia sosial.

Dengan kata lain, dalam penelitian mereka, interaksionisme simbolik harus

Page 63: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

126

menempatkan diri dalam posisi pelaku yang sedang mereka teliti dengan

tujuan untuk memahami situasi dari sudut pandang pelaku. (Moleong, 2001 :

105).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana

penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial tidak

mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat tergantung pada

interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu kepadanya

3. Sumber Data

a. Responden, yaitu seseorang yang diminta untuk memberikan respon

(jawaban) terhadap pertanyaan-pertanyaan (langsung atau tidak langsung,

lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan) yang diajukan oleh peneliti.

Responden dalam penelitian ini yaitu siswa non-difabel, guru, dan Komite

Sekolah Yayasan Al Firdaus Program Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang khusus menangani siswa difabel .

b. Informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini, informan adalah siswa difabel di Sekolah Dasar Al Firdaus

Kota Surakarta, berjumlah 7 orang siswa, dimana 2 orang siswa

merupakan siswa difabel fisik, 4 orang siswa merupakan siswa difabel

mental, dan 1 orang siswa memiliki gangguan belajar.

c. Kepustakaan, untuk memperoleh data sekunder yang dapat menunjang

kepada kepentingan penelitian dan penemuan masalah. Kepustakaan yang

Page 64: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

127

digunakan oleh peneliti untuk menunjang penelitian dan penemuan

masalah adalah buku-buku, penelitian terdahulu, koran, internet dan jurnal

internasional.

4. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, bentuk semua teknik pengumpulan data dan

kualitas pelaksanaannya, serta hasilnya sangat tergantung pada penelitiannya

sebagai alat pengumpul data utamanya. Oleh karena itu sikap kritis dan

terbuka sangat penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan selalu

yang bersifat terbuka dengan kelenturan yang luas, seperti teknik wawancara

mendalam, (in-depth interviewing), observasi berperan (participant

observation), dan bila diperlukan data awal yang bersifat umum, dapat juga

menggunakan kuesioner terbuka (open-ended questionaire), analisis dokumen

atau arsip (content analysis), serta diskusi kelompok terarah (Focus Group

Discussion). Posisi peneliti sebagai alat utama pengumpulan data ini menuntut

kualitas peneliti yang benar-benar memahami metodologi penelitiannya,

didukung dengan pengalaman yang cukup dalam melakukan penelitian, agar

mampu menghasilkan penelitian yang bermutu.

Dalam penelitian ”Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan

Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini sesuai dengan bentuk

penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka

teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Page 65: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

128

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif

adalah berupa manusia yang dalam posisinya sebagai narasumber atau

informan. Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini

diperlukan teknik wawancara mendalam (in-depth interviewing).

Tujuan penulis menggunakan teknik ini dalam penelitiannya adalah

karena peneliti mampu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang

dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas,

organisai, perasaan, motivasi,

tanggapan, atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan lain

sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal merupakan bagian dari

pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal tersebut

dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bebas

dan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan

mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara

tidak formal terstruktur, kepada informan yang dipilih berdasarkan

keterlibatan dan pengetahuannya dengan peristiwa atau hal-hal yang

berkaitan dengan data yang diperlukan, guna menggali pandangan

subyek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat yang menjadi

dasar bagi penggalian informasinya lebih jauh, lengkap, dan

mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan guru pengajar dan

pendamping, staf dan karyawan sekolah, siswa difabel dan non difabel.

Page 66: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

129

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber

data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan

benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat

dilakukan oleh pengumpul data dengan mengambil peran atau tidak

berperan.

Menurut Kartono, pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan observasi dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah : “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kultural tertentu”. Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Diabdikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.

2) Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, dan tidak secara kebetulan (accidental) saja.

3) Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yang lebih umum, dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu belaka.

4) Validitas, reliabilitas dan ketelitiannya dicek dan dikontrol seperti pada data ilmiah lainnya.

(Kartono 1980: 142).

Untuk menguji kebenaran suatu observasi, peneliti dapat

mengulang observasinya kemudian membandingkan dengan hasil

observasi pertama. Walaupun hal ini tidak selalu dapat dilakukan

karena ada peristiwa yang hanya sekali terjadi, sehingga tidak dapat

diamati lagi. Untuk membandingkan hasil observasi dari seorang

peneliti dengan peneliti lain adalah sangat sulit karena belum tentu

mendapatkan peneliti dalam masalah yang sama dengan subjek yang

sama. Oleh karena itu peneliti wajib membandingkan wajib

Page 67: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

130

penelitiannya dengan hasil observasi significant others yaitu individu

yang dinilai berwibawa, dipercaya, disegani oleh subjek yang diteliti

sehingga persepsinya terhadap subjek yang diteliti dianggap benar atau

sesuai dengan kenyataannya. (Koentjaraningrat, 1977: 139).

Penelitian pada “Proses dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel

dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini

menggunakan metode observasi berperan pasif, karena peneliti bukan

merupakan salah satu siswa maupun staff atau karyawan di Sekolah

Inklusif tersebut. Peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana Proses

dan Pola interaksi sosial siswa difabel dan non-difabel di sekolah

inklusif di Kota Surakarta.

5. Teknik Sampling

Sesuai dengan tujuan penelitian maka yang menjadi unit analisis

adalah Guru Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta dan Siswa difabel di

Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta yaitu anak yang memiliki

keterbatasan fisik dan mental (gangguan belajar). Dimana jumlah anak

yang memiliki keterbatasan fisik yaitu ada 2 orang siswa dan yang

memiliki keterbatasan gangguan belajar ada 12 siswa dan diberikan

pendampingan khusus.

Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling, yakni

pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan apa yang sesuai

dengan tujuan penelitian, dan jumlah sampel dianggap telah cukup

Page 68: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

131

representatif bila dirasa telah mendapatkan kebulatan analisa yang

dikehendaki (Slamet, 2001: 2).

Langkah awal pengambilan sampel dilakukan dengan

menghubungi key person, yaitu orang yang dianggap cukup banyak tahu

tentang situasi sekolah. Dalam hal ini adalah Pimpinan atau Kepala

Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta yang pertama dihubungi. Dari hasil

informasi kemudian dikembangkan kriteria-kriteria informasi yang perlu

dicari sesuai dengan tujuan penelitian melalui beberapa responden yang

cukup tahu.

6. Validitas Data

Dalam pengujian validitas data, dapat dilakukan dengan 4 cara,

yaitu :

1. Trianggulasi Data

Dengan teknik trianggulasi, teknik ini merupakan

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data. Pengembangan validitas data

menggunakan teknik trianggulasi, trianggulasi merupakan teknik

yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif,

artinya untuk dapat menarik kesimpulan yang mantap dan valid,

diperlukan berbagai macam cara pandang yang berbeda, kemudian

disimpulkan dalam satu kesimpulan yang benar dan dapat

Page 69: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

132

dipertanggungjawabkan. Untuk menyelesaikan masalah dengan

berbagai cara pandang yang berbeda tersebut, maka diharapkan

peneliti memperoleh dan memiliki data yang lebih lengkap, mantap,

dan mendalam, serta mampu memadukan untuk membuat

kesimpulan secara keseluruhan, dan kesimpulan tersebut dapat lebih

mudah dipahami. Peneliti menggunakan teknik trianggulasi karena

penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif.

2. Review informan kunci (key informant review)

Cara ini juga merupakan salah satu usaha pengembangan

validitas penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitatif.

Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap

dan berusaha menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih

belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah telah

disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya

yang dipandang sebagai informan pokok (key informant). Hal ini

perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis

tersebut merupakan pernyatan atau diskripsi sajian yang bisa

disetujui mereka.

3. Penyusunan data base

Data base merupakan merupakan bukti data yang telah

dikumpulkan dalam segala bentuk : deskripsi, gambar, skema,

Page 70: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

133

rekaman wawancara, matriks, dan sebagainya, guna memudahkan

review serta usaha penelusuran kembali proses penelitian bilamana

diperlukan.

4. Penyusunan mata rantai semua bukti penelitian

Mata rantai semua bukti penelitian disusun dan dirumuskan

secara teratur untuk meningkatkan reliabilitas informasi penelitian.

Tujuan penyusunan ini adalah agar pengamat atau pembaca dapat

memahami asal dan penemuan setiap bukti data, dari awal

pertanyaan penelitian sampai dengan pembuatan simpulan akhir.

Demikian pula pembaca dapat meneliti mundur untuk mengetahui

asal mula mengenai simpulan yang telah disusun.

Kejelasan kaitan bukti ini memudahkan usaha melakukan

penelusuran kembali untuk memeriksa ada atau tidaknya bias dan

juga kekeliruan dalam menyusun suatu simpulan penelitian yang

telah selesai dilaporkan. Peneliti dalam penelitian ini selalu hadir

dalam lokasi penelitiannya, dan selalu mengamati segala aktivitas

dalam sekolah guna memperoleh data sebanyak-banyaknya dan

sebagai cara yang terbaik untuk bisa lebih memahami konteks

dengan beragam peristiwa yang terjadi di dalamnya.

Dalam penelitian ini validitas data menggunakan trianggulasi

sumber yang berarti dalam penelitian ini membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

Page 71: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

134

melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan membandingkan

data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa interaktif, yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya berbentuk

interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses siklus. Dalam

bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis, yaitu

data reduction (reduksi data), data display (sajian data) dan data

conclusion drawing (penarikan kesimpulan). Seperti dalam skema di

bawah ini :

Gambar 1.1

Skema Alur Penelitian

Sumber : (HB. Sutopo, 1988 : 120)

Pengumpulan Data

Reduksi Data (Data Reduction)

Sajian Data (Data Display)

Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Page 72: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

135

Keterangan :

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi dari semua jenis informasi yang ada di fieldnote. Proses ini

berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya

bisa dinyatakan sudah diawali sebelum pengumpulan data di lapangan.

Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil

keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya), melakukan

pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian yang menekankan fokus

tertentu, tentang kerangka kerja konseptual, dan bahkan juga waktu

pengumpulan data tergantung jenis data yang akan digali, dan jenis data

ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan yang terdapat

dalam rumusan masalah penelitiannya.

Suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek,

membuat fokus, membuang ha-hal yang tidak penting dan mengatur data

sedemikian rupa. Pada saat pengumpulan data yang ada pada fieldnote,

memusatkan, membuat batas-batas permasalahan. Proses ini berlangsung

sampai laporan akhir selesai.

b. Sajian Data (Data Display)

Page 73: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

136

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi, informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan

simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini disusun berdasar

pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan

menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat

yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan

mudah dipahami.

Sajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi

atau ditemukan di lapangan, sehingga peneliti dapat berbuat sesuatu pada

analisis atau tindakan lain berdasarkan atas pemahamannya tersebut.

Sajian data ini unit-unitnya harus mengacu pada rumusan masalah sebagai

pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi

mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan

menjawab setiap permasalahan yang ada.

Sajian data selain dalam bentuk narasi, juga dapat meliputi matriks,

gambar/ skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan tabel sebagai

pendukung narasinya. Semuanya itu dirancang guna merakit informasi

secara teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam

bentuk yang lebih kompak.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Page 74: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

137

Dari awal pengumpulan data, peneliti memahami apa arti dari

berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-

peraturan, pola-

pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab

akibat, dan berbagai proposisi. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup

mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu

perlu dilakukan verifikasi yang merupakan aktivitas pengulangan untuk

tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin

sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas kembali sebentar pada

fieldnote.

H. KERANGKA BERPIKIR

Setiap warganegara berhak memperoleh pendidikan. Hal ini tidak menutup

kemungkinan, bagi anak difabel untuk memperoleh pendidikan yang sama

seperti anak non-difabel. Sekolah Luar Biasa yang khusus diperuntukkan bagi

siswa difabel, menyebabkan eksklusivitas dan diskriminasi siswa difabel

dalam bidang pendidikan. Sehingga pemerintah berupaya untuk tidak

mendiskriminasikan kaum difabel dengan cara menyetarakan pendidikan

melalui pendidikan inklusif.

Dalam pendidikan inklusif, siswa difabel dididik bersama-sama siswa non-

difabel untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh

Page 75: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

138

kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak non-difabel dan anak difabel

yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak

difabel perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak non-difabel

untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah.

Di sekolah inklusif terdapat kurikulum yang menyetarakan kemampuan

siswa difabel dan non-difabel. Demi untuk menunjang kelancaran belajar

mengajar di sekolah inklusif, sekolah harus dapat memberikan aksesibilitas yang

berupa fasilitas-fasilitas, sarana dan prasarana, baik itu akses informasi, akses

komunikasi, maupun akses fisik. Sehingga memudahkan siswa difabel dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar serta berinteraksi dengan siswa non-difabel

dan guru. Setiap siswa baik siswa difabel maupun non-difabel saling berinteraksi

satu sama lain. Sehingga sekolah inklusif ini menghasilkan output yaitu siswa

difabel dan non-difabel yang berkualitas.

Page 76: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

139

Gambar 1.2

Skema Kerangka Berpikir

MENDAPATKAN KESETARAAN PENDIDIKAN

INPUT

INTERAKSI

1. Siswa Difabel dan Non-Difabel

2. Siswa Difabel dan Guru sebagai

AKSESIBILITAS SEKOLAH INKLUSIF

1. Akses Fisik (sarana dan prasarana penunjang)

2. akses informasi 3. Akses Komunikasi

OUTPUT

1. Perkembangan Siswa Difabel Meningkat

2. Siswa Difabel Berprestasi

3. Siswa Difabel Mandiri dan Percaya Diri

4. Sumber Daya Manusia yang berkualitas

HAK DIFABEL

SEKOLAH INKLUSIF

Page 77: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

140

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian yang berjudul “Proses dan Pola Interaksi Siswa Difabel dan Non-

Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Al

Firdaus Surakarta khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta. Adapun

alasan penulis memilih Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta sebagai lokasi penelitian,

yaitu karena Lembaga Pendidikan Al Firdaus Kota Surakarta merupakan salah satu

Sekolah yang pertama kali menyelenggarakan pendidikan inklusi di Kota Surakarta dan

memiliki aksesibilitas yang sangat beragam bagi siswa difabel, salah satunya yaitu

memiliki unit khusus Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang

khusus menangani siswa difabel.

A. PROFIL YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN AL FIRDAUS KOTA

SURAKARTA

1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pendidikan Al Firdaus Kota Surakarta

Keberadaan Lembaga Pendidikan Al Firdaus diawali dengan berdirinya Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al Firdaus pada tanggal 17 Maret 1997 untuk jenjang pendidikan Play Group dan Taman Kanak-kanak yang secara kelembagaan dibawah naungan Yayasan Majelis Pengajian Islam (MPI) Surakarta. TPP Al Firdaus merupakan taman bermain dan belajar bagi anak-anak usia prasekolah, usia 1,11 s/d 5,11 tahun dalam nuansa Islami.

Berdirinya TPP Al Firdaus tidak bisa dilepaskan dari andil dua sosok Ibu dan

anak, Ibu Hj. Siti Aminah Abdullah yang juga pendiri PT Tiga Serangkai dan

Ibu Hj. Eny Rahma Zaenah, SE, MM yang sama-sama merasakan

keprihatinan terhadap dunia pendidikan Islam saat itu. Di masa itu, sulit

ditemukan lembaga pendidikan Islam usia dini yang memiliki kualitas unggul,

Page 78: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

141

baik dari sisi kurikulum dan program pembelajaran, metode, proses KBM,

sarana dan prasarana, sumber daya manusia maupun sistem pengelolaannya.

Berangkat dari fenomena inilah, keduanya sepakat untuk mendirikan TPP Al

Firdaus dengan dukungan beberapa orang yang peduli terhadap dunia

pendidikan anak di Surakarta, seperti H. Syamsul Hidayat, Drs. Achyadi dan

Drs. Hasto Daryanto,M.Pd.

Dalam perjalanannya, TPP Al Firdaus mendapatkan respon positif dari

masyarakat Surakarta dan sekitarnya, terbukti dengan meningkatnya jumlah

peminat atau pendaftar dari tahun ke tahun. Jika sebelumnya Lembaga

Pendidikan Al Firdaus semula hanya berfikir untuk menyelenggarakan Taman

Pendidikan Prasekolah, namun atas desakan para orang tua peserta didik dan

masyarakat waktu itu, maka tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 26

Februari 1999 berdirilah Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dengan program

pendidikan dasar 6 (enam) tahun.

Seiring perkembangan zaman dan dinamika dunia pendidikan, pada tahun

pelajaran 2005/2006, terjadi reorganisasi dan restrukturisasi di tubuh Lembaga

Pendidikan Al Firdaus. Jika sebelumnya masih di bawah yayasan MPI, kini

berubah statusnya menjadi yayasan, yaitu Yayasan Lembaga Pendidikan Al

Firdaus berdasarkan Akta Notaris No.46 tanggal 9 September 2005.

Kemudian, pada tahun ini juga mendirikan Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA. Kedepan Insya Allah didirikan Universitas atau perguruan tinggi sebagai kesinambungan dari jenjang pendidikan sebelumnya. Sehingga profil output Al Firdaus yang di bentuk mulai dari TPP, SD, SM dan Insya Allah Universitas memiliki 4 (empat) fondasi pendidikan yang tangguh, yaitu iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi, life skill dan kewirausahaan.

2. Visi Misi dan Tujuan

Page 79: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

142

a. Visi :

"Terwujudnya lembaga pendidikan Islam yang unggul, inovatif, dan

adaptif berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah".

b. Misi :

1. Memenuhi dan meningkatkan standar mutu Lembaga Pendidikan Al

Firdaus sesuai dengan tuntutan perkembangan.

2. Menjadikan Lembaga Pendidikan Al Firdaus sebagai inovator dalam

pendidikan Islam yang adaptif terhadap perkembangan zaman dengan

kemanfaatan yang tinggi bagi masyarakat.

c. Tujuan :

Mewujudkan lembaga pendidikan yang bermutu dan profesional Islami.

Menyiapkan generasi yang beriman dan bertakwa berwawasan iptek.

Menyiapkan generasi yang mampu beradaptasi terhadap tuntutan dan

perkembangan zaman.

3. Kurikulum dan Pembelajaran

Page 80: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

143

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Al Firdaus

yang mengembangkan empat fondasi pendidikan, yaitu keimanan

dan ketaqwaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, life skill dan

kewirausahaan berlandaskan nilai-nilai Islam (Islamic Core).

Kurikulum Al Firdaus dirancang secara sistem unit mulai dari

Taman Pendidikan Pra Sekolah (TPP) hingga Sekolah Menengah

(SM) Al Firdaus.

Dalam pembelajaran menerapkan pendekatan individual, dimana

memperhatikan perbedaan setiap anak dalam hal minat, bakat dan potensi

masing-masing. Adapun sebagai bahan acuan dalam memodifikasi kurikulum

adalah kurikulum Diknas dan kurikulum Departemen Agama.

4. Sumber Daya Manusia

Ketua Pembina : Hj.Siti Aminah Abdullah Anggota Dewan Pembina : Drs.H.Ahmad Syamuri, MM.

Pengawas : Elly Damaiwati, M.Pd.

Ketua Pengurus : Hj.Eny Rahma Zaenah, SE,MM.

Sekretaris : Drs.H.Munawir Yusuf, M.Psi.

Bendahara : Hj.Puti Rozanti Agustina

Konsultan Pendidikan : 1. Prof.Dr.H.Usman Abu Bakar, MA.

2. Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

3. Prof.Dr. Sunardi, M.Sc.

4. Drs.K.H Anwar Sholeh, M.Hum.

5. Bambang Kuncoro, M.Ot.

Page 81: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

144

6. Dra.Niken Iriani Lnh, M.Si.

Kabag Pendidikan : Drs.Hasto Daryanto, M.Pd.

Staf Ahli Pendidikan : 1. Drs.Muryanto

2. Siti Rohimah S.Pd.I.

Kabag SDM : Plt. Nia Hanifa, SE

Kabag Humas : Imam Subkhan, S.Pd.

Kabag Litbang : Anggoro Wulansari, S.Sos.

Kabag Administrasi : Nia Hanifa, SE.

Kepala Unit Pendidikan

Kepala TPP : Mudhofir, S.Pd.

Kepala SD : Drs. Joko Purwoko

Kepala SM : Supardi, S.Pd.I.

Kepala PUSPA : Muh. Adhari, Psi.

Tenaga Pendidik

5. Unit-unit Pendidikan

Yayasan Al Firdaus memiliki unit-unit pendidikan, yaitu : Taman Pendidikan Pra Sekolah (TPP) Al Firdaus yang terdiri dari Play Group dan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, serta Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Firdaus dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Firdaus. Adapun jumlah siswa dalam setiap unitnya dalam jangka waktu 3 tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 82: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

145

TABEL 2.1

DATA SISWA YAYASAN AL FIRDAUS KOTA SURAKARTA TAHUN 2009/2010

NO

TAHUN

AJARAN

TPP

SD

SM

PLAYGROUP TK SMP SMU

DIFABEL

NON-

DIFABEL

DIFABEL

NON-

DIFABEL

DIFABEL

NON-

DIFABEL

DIFABEL

NON-

DIFABEL

DIFABEL

NON-

DIFABEL

1. 2007/2008 0 97 6 198 19 430 0 105 0 0

2. 2008/2009 0 91 6 186 42 441 0 148 0 8

3. 2009/2010 0 85 4 179 51 481 0 134 1 40

Sumber : Litbang Al Firdaus 2010

Page 83: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

146

Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al Firdaus

Taman Pendidikan Prasekolah Al Firdaus, terakreditasi A, merupakan institusi

pendidikan yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia pra sekolah

(Play Group dan TK). Adapun kategori usia di tiap unit sebagai berikut:

Play Group A untuk anak usia 1, 11 s.d. 2,11 tahun.

Play group B untuk anak usia 3,0 s.d 3,11 tahun.

TK A untuk anak usia 4,0 s.d. 4,11 tahun.

TK B untuk usia 5,0 s.d 5,11 tahun.

Taman Pendidikan Prasekolah Al Firdaus memiliki dimensi keunggulan

sebagai berikut:

1) Rasio guru dengan anak 1:8 (play group) dan 1:6 (TK).

2) Setiap materi pelajaran terinternalisasi dalam nilai-nilai Islam

(Islamic Core).

3) Mengembangkan ketrampilan bahasa Inggris dan komputer.

4) Pembelajaran menggunakan pendekatan individual untuk

mengoptimalkan pengembangan bakat, minat, dan potensi anak.

5) Diselenggarakan program sekolah lapang sebagai aplikasi keilmuan

yang sedang dipelajari dan yang sudah dicapai.

6) Mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional

(EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara seimbang.

7) Penyelenggara kegiatan Ceria Anak Indonesia (CAI) setiap 2 (dua)

tahun sekali dengan berbagai lomba-lomba sebagai media aktivitas

dan kreativitas anak.

Page 84: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

147

8) Menerapkan program pendidikan inklusi yang menangani anak-anak

berkebutuhan khusus (ABK).

Output Taman Pendidikan Prasekolah Al Firdaus adalah anak yang

mempunyai kompetensi sebagai berikut :

1) Tertib dalam shalat.

2) Tertib dalam mengaji.

3) Hafal surat pendek dalam Al-Qur'an.

4) Santun, mandiri dan kreatif.

5) Siap membaca, menulis dan berhitung.

6) Siap melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.

Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al Firdaus memiliki program-program

unggulan, antara lain :

1) Program Intrakurikuler

Program Intrakurikuler di Taman Pendidikan Prasekolah (TPP)

Al Firdaus, yaitu : Tahajji, hafalan bacaan shalat, hafalan surat-surat

pendek, latihan shalat, doa dan adab harian, tahsinul kitabah, bahasa,

daya pikir, daya cipta, ketrampilan dan jasmani.

2) Program Ekstrakurikuler

Program Ekstrakurikuler di Taman Pendidikan Prasekolah

(TPP) Al Firdaus, yaitu : Jendela pustaka, pengenalan komputer,

bahasa Inggris, bina vokalia, melukis, bina sensomotorik, dan

drumband.

3) Program Pembiasaan

Page 85: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

148

Program pembiasaan di Taman Pendidikan Prasekolah (TPP)

Al Firdaus, yaitu terdiri dari pembiasaan diri pada : Aspek

kesopanan, aspek kerajinan dan ketekunan, aspek kerapian dan

kebersihan, aspek tanggung jawab, aspek kedisiplinan, aspek

kemandirian, aspek kebiasaan berdo’a dan mengucapkan kalimat

thoyyibah.

Fasilitas yang dimiliki oleh Taman Pendidikan Prasekolah (TPP) Al

Firdaus, adalah sebagai berikut :

1. Ruang kelas ber AC dengan loker pribadi

2. Ruang bermain Indoor dan Out door

3. Ruang Pusat Layanan Anak Berkebutuhan Khusus

4. Lab. Komputer

5. Ruang Kreatif

6. Perpustakaan

7. Mobil Antar Jemput

8. Rumah Pohon

9. Ruang Makan

10. Mini Market

11. Mushola

12. Satpam

Waktu belajar yang diterapkan di Taman Pendidikan

Prasekolah (TPP) Al Firdaus, antara lain :

1. Play Group A, pukul 07.30–10.15 WIB (3 hari seminggu)

Page 86: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

149

2. Play Group B, pukul 07.30–10.30 WIB (3 hari seminggu)

3. TK A, pukul 07.00–11.50 (Senin–Jumat)

4. TK B, pukul 07.00–12.00 (Senin–Jumat)

Adapun bagan struktur organisasi pada Taman Pendidikan Pra Sekolah

(TPP) Al Firdaus Surakarta, adalah sebagai berikut :

Page 87: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

150

Page 88: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

151

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki program

pembelajaran, yaitu meliputi :

1. Program Intrakurikuler

Al Quran, hadist dan Tahajji, aqidah-akhlak-tarikh, fiqih,

kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, sains,

pengetahuan sosial, kertangkes, penjaskes, bahasa Jawa dan seni

suatu daerah

2. Program Ekstrakurikuler

Pramuka dan kepemimpinan, bahasa Arab, bahasa Inggris,

komputer, eksplorasi perpustakaan dan pelatihan penulisan karya

ilmiah sederhana, bulu tangkis, taekwondo, catur, bola voli,

qiro’ah, bina vokalia, lukis, ensambel musik dan teater.

3. Program Pembiasaan

Aspek kesopanan, aspek kerajinan dan ketekunan, aspek

kerapihan dan kebersihan, aspek tanggung jawab, aspek

kedisiplinan, aspek kemandirian, aspek kebiasaan berdoa dan

mengucapkan kalimat thoyyibah.

Waktu Belajar yang ditetapkan di Sekolah Dasar Al Firdaus untuk

pembelajaran di sekolah, yaitu :

Kelas 1 dan 2, pukul 07.00 – 13.15 WIB (Senin – Jumat).

Kelas 3 dan 6, pukul 07.00 – 15.30 WIB (Senin – Jumat).

Page 89: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

152

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, terakreditasi A, merupakan unit pendidikan

bagi anak usia 6 – 12 tahun. Berbagai prestasi dan penghargaan telah diraih

SD Al Firdaus baik di tingkat lokal maupun nasional. SD Al Firdaus memiliki

dimensi keunggulan sebagai berikut:

1. Rasio guru dengan siswa 1:18.

2. Setiap materi pelajaran terinternalisasi dalam nilai-nilai Islam

(Islamic Core).

3. Mengembangkan ketrampilan bahasa Inggris, bahasa Arab dan

komputer.

4. Menerapkan bilingual (Bahasa Indonesia - Inggris) secara bertahap

dalam pembelajaran.

5. Pembelajaran menggunakan pendekatan individual untuk

mengoptimalkan pengembangan bakat, minat dan potensi anak.

6. Diselenggarakan program sekolah lapang sebagai aplikasi

keilmuan yang sedang dipelajari dan yang sudah dicapai.

7. Mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan

emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara seimbang.

8. Penyelenggara kegiatan Student Science Expo dan Gelar Karya

Eksplorasi Perpustakaan (dua tahun sekali) sebagai ajang

pengalikasian ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan

sehari-hari.

9. Menerapkan program pendidikan inklusi yang menangani anak-

anak berkebutuhan khusus (ABK).

Page 90: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

153

Output SD Al Firdaus adalah siswa yang mempunyai kompetensi sebagai

berikut:

1. Tertib dalam sholat

2. Fasih mengaji Al Qur’an

3. Lancar menyampaikan asbabun nuzul surat pendek

4. Hafal juz’amma

5. Santun, mandiri dan kreatif

6. Dapat berkomunikasi bahasa inggris dengan lingkungan sekitar

7. Prestasi akademik tinggi

8. Tuntas dalam menugasai dasar-dasar pengetahuan akademik

(PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) sebagai bekal

studi lanjut.

Fasilitas yang dimiliki oleh Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, adalah

sebagai berikut :

1. Ruang kelas dilengkapi loker pribadi

2. Ruang pusat pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

3. Perpustakaan

4. Laboratorium IPA/ sains

5. Laboratorium Bahasa

6. Laboratorium Komputer

7. Ruang bengkel karya

8. Ruang Unit Pelayanan Kesehatan Terpadu

9. Ruang audio visual

Page 91: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

154

10. Green Garden

11. Mini market Ass Gross Al Firdaus

12. Masjid

13. Aula

14. Lapangan Olah Raga

15. Mobil Antar Jemput

16. Satpam

SD Al Firdaus memiliki struktur organisasi tersendiri, dimana struktur

tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan Sekolah

Dasar (SD) Al Firdaus, yaitu dapat digambarkan pada bagan dibawah ini :

Page 92: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

155

Page 93: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

120

Jumlah siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus berdasarkan penggolongan kecacatannya pada

tahun tahun ajaran 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 2.2

PENGGOLONGAN SISWA DIFABEL SEKOLAH DASAR AL FIRDAUS

KOTA SURAKARTA MENURUT JENIS KECACATAN

NO JENIS KECACATAN TAHUN AJARAN

2007/2008 2008/2009 2009/2010

1. Kesulitan Belajar Ringan 12 27 28

2. Kesulitan Belajar Kompleks 2 3 9

3. Retardasi Mental Ringan 1 1 1

4. Cerebral Palsy 2 2 2

5. Asperger Syndrome 1 1 3

6. Lamban Belajar 1 1 1

7. Gangguan Sensori Integrasi 0 0 2

8. Gangguan Motivasi 0 7 5

TOTAL 19 42 51

Sumber : Litbang Al Firdaus 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa difabel terbanyak yang

bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dari tahun ajaran 2007/2008,

Page 94: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

121

2008/2009, dan 2009/2010 yaitu memiliki kondisi kesulitan belajar ringan.

Dimana siswa yang memiliki kesulitan belajar ringan ini juga memiliki

keterbatasan terhadap interaksi dengan guru dan teman-temannya. Sedangkan

difabel secara fisik hanya dimiliki oleh 2 siswa saja, yang tidak berpengaruh

pada proses pembelajaran dan interaksi siswa terhadap guru dan teman-

temannya.

Jumlah siswa difabel di Yayasan Al Firdaus berdasarkan penggolongan kecacatannya pada tahun tahun

ajaran 2005/2006, 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 2.3

DATA SISWA DIFABEL DI YAYASAN AL FIRDAUS MENURUT

PUSAT PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (PUSPA)

NO

TAHUN

AJARAN

SEMESTER

TOTAL I II

1. 2005/2006 22 30 52

2. 2006/2007 31 35 66

3. 2007/2008 35 52 87

4. 2008/2009 37 62 99

5. 2009/2010 71 96 167

Sumber : Litbang Al Firdaus 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa difabel terbanyak yang

terdapat di Yayasan Al Firdaus yang masuk ikut pelayanan di Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) dari tahun ajaran 2005/2006,

Page 95: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

122

2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010 adalah pada tahun terakhir

yaitu pada tahun 2009/2010 mencapai 167 siswa, dan dapat dilihat dari tabel

di atas perkembangan tiap tahun mengalami jumlah peningkatan siswa difabel

di Yayasan Al Firdaus. Ini merupakan perkembangan yang cukup baik,

dikarenakan mutu dari pelayanan sekolah dan unit Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) sendiri yang sudah dapat memuaskan para

orang tua murid. Selain itu lulusan dari sekolah Al Firdaus khususnya yang

difabel yang dapat mandiri dan bekerja sama setelah tamat sekolah dan juga

kepercayaan masyarakat atau orang tua murid untuk menyekolahkan anak-

anaknya di Yayasan Al firdaus yang cukup tinggi.

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki Komite Sekolah (KOSAF), yang didirikan pada tahun 2007.

Pada tahun 1999, awal pembentukan Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki Ikatan Keluarga Al Firdaus (IKAF),

yaitu sebuah lembaga sekolah yang membantu pelaksanaan kegiatan sekolah. Pengurus Ikatan Keluarga Al Firdaus

(IKAF) semuanya terdiri dari guru-guru Al Firdaus. Tetapi setelah adanya Peraturan Pemerintah tentang

pembentukan Komite Sekolah pada tahun 2007, maka Ikatan Keluarga Al Firdaus (IKAF) berubah namanya menjadi

Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF). Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) merupakan sebuah lembaga sekolah

yang membantu pelaksanaan kegiatan sekolah. Pengurus Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) tidak seluruhnya

berasal dari guru-guru Al Firdaus, melainkan 70% orang tua murid dan 30% guru-guru Al Firdaus.

Tujuan dibentuknya Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) yaitu untuk menjembatani informasi dan

kegiatan yang berhubungan dengan putra putri/ siswa di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dari guru kepada orang tua

murid (Supporting Program Pembelajaran di SD Al Firdaus). Sehingga hubungan kerjasama antara guru dan orang

tua murid dapat terjalin dengan baik melalui Komite Sekolah (KOSAF) ini.

Setiap satu bulan sekali Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) mengadakan pertemuan kelas atau rapat

kelas dan tiga bulan sekali mengadakan rapat besar yang terbentuk dalam Forum Silaturahmi Orang Tua (FORMIL)

demi perkembangan putra putri mereka. Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) juga mengadakan kegiatan-kegiatan

sekolah, diantaranya adalah :

1. Outing (Sekolah Lapangan) yang dilakukan tiga atau empat bulan sekali.

2. Outbond yang dilakukan 1 tahun sekali pada akhir tahun.

3. Persiapan Ujian (UAN) dengan mengadakan seminar-seminar.

Page 96: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

123

Dalam kepengurusannya, Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) melakukan pergantian kepengurusan

setiap dua tahun sekali, bersamaan dengan pergantian kepala sekolah yang juga dilakukan dua tahun sekali. Dimana

orang tua murid yang aktif di sekolah, dapat ditunjuk sebagai pengurus Komite Sekolah Al Firdaus (KOSAF) oleh

Koordinator Kelas. Orang tua murid yang sebagai Koordinator Kelas, secara otomatis adalah pengurus inti Komite

Sekolah Al Firdaus (KOSAF), dan 30% yaitu guru-guru di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus.

Adapun susunan pengurus Komite Sekolah (KOSAF) Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta,

adalah sebagai berikut :

SUSUNAN PENGURUS KOMITE SEKOLAH SD AL FIRDAUS

SURAKARTA (KOSAF) PERIODE 2008/2009 – 2009/2010

Pembina : Kepala Sekolah SD Plus Al Firdaus

Ketua : Yulia Rosa Santi Wardhani

Wakil : drh. Haris Raihan

Sekretaris : Erni & Farida Isnawati, S.Pd

Bendahara : Sri Hartati & Rina Istiana, A.Md

Koordinator Departemen

1. Departemen Kurikulum dan Pengajaran

Koordinator : Siti Imsyawati

Anggota : 1. Darmawan Budianto, S.Pd

2. Riani

3. Asih

4. Nurbaiti

5. Ekowati Listyorini

6. Dewi Yuli S

2. Departemen Kesiswaan dan Kehumasan

Page 97: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

124

Koordinator : Suhartati Banowati

Anggota : 1. Wahyudi, S.Pd

2. Sukadi

3. Agus Darmojo

4. Helvi

5. Novi Wulandari

6. Arhatin

3. Departemen Sarana dan Prasarana

Koordinator : Dotty Harmida

Anggota : 1. Drs. Joko Purwoko

2. Muna

3. Suryaningsih

4. Yusniar Martati

Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus

Sekolah Menengah Al Firdaus (SM) memiliki program pembelajaran,

adalah sebagai berikut :

1. Program Intrakurikuler

Aqidah, fiqih, al Qur’an hadist, sirah Nabawi dan sejarah

peradaban Islam, kewarganegaraan, bahasa dan sastra Indonesia,

bahasa Inggris, bahasa Arab, matematika, fisika, kimia, biologi,

teknologi informasi dan komunikasi, geografi, sejarah, ekonomi,

kesenian, pendidikan jasmani, bahasa Jawa.

Page 98: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

125

2. Program Ekstrakurikuler

Desain grafis dan multimedia, eksplorasi perpustakaan dan

karya ilmiah remaja, leadership dan Palang Merah Remaja (PMR),

enterpreneurship, taekwondo, bulu tangkis, seni lukis kaligrafi,

jurnalistik, teater, bina musika dan vokalia, elektonika.

3. Program Pembiasaan

Aspek kesopanan, aspek kerajinan dan ketekunan, aspek

kerapihan dan kebersihan, aspek tanggung jawab, aspek

kedisiplinan, aspek kemandirian, aspek kebiasaan berdoa dan

mengucapkan kalimat thoyyibah.

Jadwal pembelajaran di Sekolah Menengah Al Firdaus, yaitu : masuk

pukul 07.30 – 16.00 WIB dari hari Senin sampai dengan Jumat, hari Sabtu

sebagai extra day untuk mengoptimalkan penggalian dan pengembangan

potensi siswa

Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus merupakan paket program

pendidikan untuk jenjang SMP dan SMA yang memberikan kesempatan bagi

para siswa untuk menyelesaikan studi selama 5 (lima) tahun.

Walaupun dengan masa studi lebih cepat 1 tahun untuk jenjang SMP dan

SMA, namun berbeda dengan konsep akselerasi yang diselenggarakan oleh

pemerintah, dimana memberikan syarat-syarat tertentu bagi profil inputnya.

Dengan melakukan modifikasi kurikulum, meode pembelajaran yang efektif

dan penambahan waktu belajar, maka setiap siswa SM Al Firdaus dapat

menyelesaikan masa studi 5 (lima) tahun untuk jenjang SMP dan SMA.

Page 99: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

126

Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus memiliki dimensi keunggulan

sebagai berikut :

1. Percepatan masa studi.

2. Setiap materi pembelajaran terinternalisasi dalam nilai-nilai Islam

(Islam Core).

3. Menerapkan multilingual (Bahasa Indonesia, Inggris dan Arab)

secara bertahap dalam pembelajaran.

4. Pembelajaran menggunakan pendekatan individual untuk

mengoptimalkan pengembangan bakat, minat dan potensi anak.

5. Mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional

(EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan nilai (EQ) secara

seimbang.

6. Menerapkan sistem sentra dalam pembelajaran dan wali asuh.

7. Menyelenggarakan Students Expo (dua tahun sekali) sebagai ajang

eksplorasi kreativitas siswa.

8. Memanfaatkan unit-unit bisnis sebagai sumber pembelajaran

(laboratorium besar).

Output SM AL Firdaus adalah siswa yang memiliki kompetensi sebagai

berikut:

1. Aqidah Islamiyah yang kuat

2. Akhlakul karimah

Hafalan Al qur’an 3 juz dan Al hadits 40

Berwawasan kebangsaan global

Page 100: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

127

Terampil beberapa bahasa internasional disamping bahasa Inggris

Kemandirian dan berjiwa sosial

Dasar-dasar jiwa entrepreneurship (berwirausaha).

Prestasi akademik tinggi

Kesiapan melanjutkan ke jenjang berikutnya baik skala nasional

maupun internasional.

Fasilitas yang dimiliki oleh Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus, adalah

sebagai berikut :

1. Perpustakaan

2. Laboratorium Sains

3. Laboratorium Bahasa

4. Laboratorium Komputer

5. Laboratorium Skill

6. Ruang UKS

7. Ruang Organisasi Siswa

8. Ruang makan

9. Mushola

10. Lapangan Olah Raga

11. Bus Sekolah

12. Satpam

13. Unit Bisnis Tiga Serangkai Group sebagai Laboratorium besar

Adapun struktur organisasi Sekolah Menengah (SM) Al Firdaus, yaitu

dapat digambarkan pada bagan dibawah ini :

Page 101: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

128

Page 102: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

129

Page 103: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

130

Page 104: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

131

6. Unit-unit Pendukung

Pusat Pendampingan Al Firdaus : Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA) Al Firdaus

Sebagai unit pendukung di yayasan, Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus juga membuka pelayanan

institusi lain dan masyarakat dalam penanganan ABK.

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus

menyelenggarakan program kelas pendampingan yaitu program intervensi

bagi anak berkebutuhan khusus. PUSPA Al Firdaus sebagai pusat layanan

anak berkebutuhan khusus (ABK) berfungsi memberikan intervensi

(layanan) terhadap siswa didik di Al Firdaus (TPP, SD dan SM) yang

memiliki kebutuhan khusus berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dan kuota

di tiap kelas, dimana ABK dapat belajar bersama anak-anak lain di kelas

regular.

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus

ditangani oleh tenaga Guru Pendidikan Luar Biasa, Terapis Okupasi,

Psikolog. Selain itu, tenaga referal meliputi dokter anak, dokter spesialis

jiwa, konsultan ahli pendidikan ABK, konsultan ahli terapi okupasi.

Kategori siswa ABK adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)

Siswa dengan intelegensi normal atau diatas normal

yang mengalami kesenjangan antara potensi intelektual yang

Page 105: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

132

mereka miliki dengan pencapaian hasil belajar. Kesulitan

belajar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Development Learning Disabilities. Kesulitan

belajar jenis ini adalah penyimpangan yang terjadi

dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa.

b) Academic Learning Disabilities. Kesulitan belajar

dalam bidang akademik merujuk pada suatu

keadaan yang menghambat proses belajar dalam

bidang akademik.

2. Lamban Belajar (Slow Learning)

Siswa yang memiliki kapasitas intelektual dibawah rata-

rata tetapi masih diatas tunagrahita atau retardasi mental.

Mereka memili IQ sekitar 80-90. Siswa tersebut memiliki

kecepatan belajar di bawah siswa pada umumnya.

3. Berbakat Intelektual

Siswa yang memiliki kecerdasan umum (logis

matematis), kreativitas dan komitmen terhadap tugas cukup

tinggi. Mereka akan mendapatkan program pengayaan untuk

mengoptimalkan potensinya dengan menggunakan kurikulum

Non Gradasi dibawah pengawasan Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.

(Guru Besar/ Ahli Kependidikan dari Universitas Sebelas

Maret)

Page 106: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

133

Allah menciptakan semua manusia dalam keadaan sempurna (QS Al

Hijr 29). Islam sangat menghargai perbedaan setiap individu dengan

keunikan dan kekhasan masing-masing. Demikian halnya dengan siswa,

mereka mempunyai perbedaan dalam hal potensi, minat dan bakat.

Perbedaan tersebut akan mempengaruhi daya tangkap dan pola belajar yang

dikembangkannya. Berpijak dari hal tersebut, Al Firdaus menerapkan

program pendidikan inklusi yang menerima dan mengelola anak

berkebutuhan khusus (ABK).

ABK adalah anak yang dalam proses perkembangannya secara

signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-

intelektual, sosial dan emosional) dibandingkan dengan anak-anak lain.

ABK yang dikelola oleh Al Firdaus antara lain jenis kesulitan belajar,

lamban belajar, autism, low vision, dan lain-lain.

Di dalam Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA)

terdapat Program Penanganan (Intervensi) Anak Berkebutuhan Khusus.

Istilah intervensi menunjuk pada adanya bimbingan, treatment dan atau

terapi yang diatur melalui pendekatan individual secara terpadu dalam

rangka membantu individu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal. Ada 7 area dalam individu yang saat ini menjadi wilayah intervensi

di Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus.

Ketujuh area tersebut yaitu kognitif, emosi, komunikasi & bahasa, interaksi

sosial, bina diri dan sensomotorik.

Page 107: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

134

Program penanganan (intervensi) dilaksanakan berdasarkan suatu

prosedur standar, yaitu di mulai dari identifikasi, perencanaan intervensi,

pelaksanaan intervensi, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut. Program ini

dilaksanakan dengan melakukan:

Pemetaan dan identifikasi kemampuan pra akademik/akademik

dan non akademik.

Penyusunan program pembelajaran individual dengan modifikasi

kurikulum.

Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan individual.

Penyediaan guru pembimbing khusus dan tenaga professional

lainnya seperti psikolog, ortopaedagog, okupasi terapis,

psikiater, dan lain-lain.

Penanganan terpadu yang melibatkan pihak sekolah dan orang tua

secara bermakna.

Penyediaan sarana dan prasarana berupa ruang terapi, ruang

belajar khusus, alat assessment, media pembelajaran khusus,

alat terapi, dan lain-lain.

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus

dipimpin oleh seorang Kepala, dibawah Kepala seorang Koordinator

Pelayanan Umum dan Kepala Bagian administrasi, Sarana dan Prasarana.

Koordinator Pelayanan Umum membawahi seorang Konselor, Terapis

Okupasi dan Guru Pembimbing Khusus. Selengkapnya struktur dan tugas

masing-masing jabatan dibawah ini :

Page 108: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

135

a) Kepala.

Kepala bertugas menyusun rencana, mendistribusikan,

memonitor dalam bentuk memberi petunjuk dan menilai

pelaksanaan kegiatan staf di lingkungan SD Al Firdaus sesuai

dengan ketentuan demi kelancaran tugas.

b) Koordinator Pelayanan Umum.

Koordinator Pelayanan Umum bertugas melaksanakan

koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan

assessment dan intervensi. Saat ini dijabat Muhammad Adhari,

Psi. c) Bagian Administrasi dan Sarana Prasarana.

Bagian Administrasi dan Sarana Prasarana bertugas menyusun rencana, membagi tugas, memberi petunjuk dan menilai pelaksanaan kegiatan bawahan di lingkungan urusan tata usaha serta mengatur urusan persuratan, kerumahtanggaan dan keuangan di lingkungan unit pendidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas. Saat ini belum ada personel definitif. Tugas-tugasnya masih dijalankan oleh bagian-bagian lain secara tersendiri.

d) Okupasi Terapis.

Saat ini okupasi terapis dijabat oleh Ibu Anna Wahyu Budiarti,

Amd.OT. Okupasi terapis memiliki tugas adalah sebagai berikut :

1) Menerima laporan klien baru

2) Melakukan assessment lanjutan

3) Menyusun program terapi okupasi

4) Melaksanakan terapi okupasi

5) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut

6) Menyusun laporan dan mengkomunikasikan perkembangan

terapi okupasi kepada pihak-pihak terkait.

e) Guru Pembimbing Khusus.

Guru pembimbing khusus saat ini dijabat oleh Ibu Yusriatin,

S,Pd. Tugas guru pembimbing khusus adalah sebagai berikut :

Page 109: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

136

1) Menerima laporan klien baru,

2) Melakukan assessment lanjutan,

3) Menyusun program pembelajaran individual (PPI),

4) Melaksanakan program pembelajaran individual (PPI),

5) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut,

6) Menyusun laporan dan mengkomunikasikan perkembangan

program pembelajaran individual (PPI) kepada pihak-pihak

terkait.

f) Konselor.

Tugas-tugas seorang konselor dijalankan oleh Koordinator

Pelayanan Umum. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut :

1) Menerima laporan klien baru,

2) Melakukan assessment lanjutan,

3) Menyusun program konseling/ psikoterapi,

4) Melaksanakan konseling/ psikoterapi,

5) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut,

6) Menyusun laporan dan mengkomunikasikan perkembangan

konseling/ psikoterapi kepada pihak-pihak terkait.

g) Guru Pendamping Khusus.

Ada siswa didik di SD Plus Al Firdaus yang memiliki

kebutuhan khusus dan membutuhkan guru pendamping tersendiri

selanjutnya mereka dimasukkan ke dalam program khusus. Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus saat

Page 110: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

137

ini tercatat memiliki dua orang guru pendamping khusus. Tugasnya

membantu melakukan identifikasi, merencanakan pembelajaran,

melakukan pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran dan

melaporkan hasil-hasilnya.

Secara umum profil ketenagaan di Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus adalah sebagai berikut :

Koordinator Pelayanan Umum dijabat oleh Muhammad Adhari. Beliau

adalah lulusan dari Program Profesi Psikolog Universitas Muhammadiyah

Surakarta pada tahun 2002. Pengalaman organisasi adalah anggota senat

Fakultas Psikologi UMS, Asisten Biro Pengembangan SDM Fakultas

Psikologi UMS, Anggota Organisasi Alumni Fakultas Psikologi UMS.

Adhari memang mengkonsentrasikan ilmu psikologi di bidang pendidikan

dan industri/ organisasi. Setelah lulus Adhari langsung bekerja di Lembaga

Pendidikan Al Firdaus. Selama di Lembaga Pendidikan Al Firdaus, Adhari

telah mengikuti pelatihan di bidang bimbingan dan konseling.

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus

memiliki seorang Guru Pembimbing Khusus. Beliau adalah ibu Yusriatin.

Yusriatin adalah lulusan Program Studi Pendidkan Anak Berkesulitan

Belajar Jurusan PLB IKIP Jakarta, atau sekarang menjadi Universitas

Negeri Jakarta. Selama kuliah Yusriatin aktif dalam organisasi di

kampusnya. Lulus pada tahun 1997 dan pernah menjadi staf pengajar di

beberapa sekolah di Palembang. Saat ini Yusriatin mengkonsentrasikan

Page 111: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

138

keahlian dan keterampilannya dalam menangani anak-anak berkesulitan

belajar. Tenaga Okupasi Terapis sekarang dijabat oleh Ibu Anna Wahyu

Budiarti. Anna adalah lulusan dari Akademi Okupasi Terapi Surakarta

pada tahun 1997. Setelah lulus beliau bekerja sebagai staf OT PRA YPAC

Surakarta. Anna juga pernah menjadi dosen tidak tetap AOT Surakarta.

Saat ini Anna menjadi staf ahli OT Special Need Center Permata Bunda.

Selama ini Anna telah mengikuti berbagai seminar, workshop dan

pelatihan tentang Sensory Integration, suatu teknik terapi untuk

menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Adapun struktur organisasi

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus, adalah

sebagai berikut :

Page 112: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

139

Page 113: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

140

FATAHA, Education & Training Center

Al Firdaus, sebagai sebuah lembaga yang mengedepankan inovasi

pendidikan, tentu saja diperlukan program–program pendukung seperti

halnya penelitian dan pengembangan (research and development)

keilmuan serta diimbangi oleh kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM)

secara kontinyu dan konsisten. FATAHA, Education dan Training Center

(FATAHA ETC) adalah sebuah lembaga pengembangan potensi sumber

daya manusia yang berkonsentrasi di bidang pendidikan sebagai upaya Al

Page 114: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

141

Firdaus mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM pendidik) yang

berkualitas.

FATAHA Education dan Training Center merupakan lembaga

sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidik, baik pendidik di

sekolah maupun pendidik di keluarga dan masyarakat. Fataha sebagai

pusat dalam menumbuhkan kreativitas dan mengasah keterampilan para

pendidik dalam mengasuh anak.

Sasaran lembaga ini adalah guru–guru sebagai pendidik di sekolah

dan para orang tua sebagai pendidik di rumah. Selain mengembangkan

SDM secara internal di lingkungan Yayasan Lembaga Pendidikan Al

Firdaus, lembaga ini juga memberikan jasa pelayanan pengembangan

SDM bagi institusi-institusi pendidikan di luar Al Firdaus serta masyarakat

pada umumnya. Adapun program–program pendidikan yang dikelola

adalah sebagai berikut :

a) Program Reguler, yaitu program pendidikan dan pelatihan bagi

para pendidik selama periode tertentu.

b) Program non Reguler, yaitu program pengembangan SDM yang

dilaksanakan secara insidental, meliputi :

Perekrutan SDM

Training SDM

Konsultasi Pendidikan

Parenting

Event Organizer untuk pendidikan

Page 115: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

142

Penyedia media pembelajaran

Prestasi dan Penghargaan

Dalam perjalanannya Al Firdaus cukup banyak mendapatkan penghargaan dan

prestasi di tingkat lokal dan nasional baik secara kelembagaan maupun secara

personal. Beberapa catatan prestasi terakhir periode 2005/ 2006 yang diraih Al

Firdaus:

1) TPP dan SD Al Firdaus mendapatkan akreditasi A tahun 2005 dan

2006.

2) SD Al Firdaus ditunjuk sebagai penyelenggara program pendidikan

inklusi oleh Depdiknas Pusat sekaligus sebagai anggota Tim

Nasional Orientasi Pendidikan Inklusi di seluruh Indonesia tahun

2006.

3) SD Al Firdaus ditunjuk Dikpora Kota Surakarta sebagai

penyelenggara program life skill mata pelajaran Eksplorasi

Perpustakaan pada program Broad Base Education (BBE).

4) Al Firdaus menjadi tempat rujukan dan studi banding bagi lembaga–

lembaga pendidikan di Indonesia.

5) Bina Vokalia Al Firdaus beberapa kali menjadi bintang tamu di

event nasional seperti pada peluncuran buku “SD, Pergulatan

Mengejar Ketertinggalan” Depdiknas Pusat Jakarta dan bintang

tamu konser Anak Indonesia "Berkarya sebagai backing vocal Nia

dan Adit AFI Indosiar".

Page 116: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

143

6) Juara I Lomba Gugus TK Tingkat Nasional tahun 2007.

7) Peringkat I Merk Terbaik (best brand) kategori lembaga pendidikan

prasekolah di kawasan Soloraya dalam penganugrahan Solo Best

Brand Index 2007 – SOLOPOS.

8) Juara I Lomba Penulisan Buku Pengayaan Sains untuk SD yang

diselenggarakan Pusat Perbukuan Nasional.

9) Juara IV Lomba KID WITNESS NEWS Tingkat Nasional berupa

pembuatan film dokumenter oleh siswa SD tentang lingkungan

hidup oleh PT. Panasonic Gobel.

10) Juara II Lomba Penulisan Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru

Tingkat Jawa Tengah.

11) Juara Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kota Surakarta.

12) Juara Lomba Guru Mengajar Tingkat Kota Surakarta

13) Para siswa dari TPP sampai SM Al Fidaus banyak mendapatkan

kejuaraan dalam berbagai lomba, seperti lomba pendidikan Agama

Islam, sains, komputer, bahasa, life skill, olahraga serta kesenian dan

kebudayaan.

B. SEKOLAH INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR (SD) AL FIRDAUS

Pendidikan terpadu menuju inklusi adalah pelayanan pendidikan

bagi peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Peserta didik

tersebut adalah mereka yang tergolong memerlukan layanan khusus, baik

dalam arti berkelainan, lamban belajar maupun yang berkesulitan belajar

Page 117: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

144

lainnya. Sekolah terpadu adalah sekolah reguler, negeri maupun swasta

yang melaksanakan pendidikan terpadu.

Pada tahun 2000 hingga 2004, banyak sekali pertimbangan-pertimbangan

yang dilakukan oleh Dewan Lembaga Pendidikan Al Firdaus, khususnya

SD Al Firdaus berkaitan dengan pembentukan sekolah inklusif di SD Al

Firdaus, yaitu semakin banyaknya anak-anak difabel yang memerlukan

pendidikan setara dengan pendidikan reguler di Sekolah Dasar. Atas

pertimbangan tersebut, maka SD Al Firdaus memantapkan langkah untuk

menyelenggarakan program sekolah inklusif di Kota Surakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah, dalam hal ini Direktorat Pendidikan Luar Biasa membuat

proyek pendidikan terpadu tersebut. Proyek tersebut direalisasikan dalam

bentuk bantuan dana untuk sosialisasi, pendukung pembelajaran dan

beasiswa bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus.

SD Plus Al Firdaus sebagai sekolah penyelenggara program pendidikan

terpadu (inklusi) menyambutnya dengan baik. Sebagai sekolah

penyelenggara Program Pendidikan Terpadu menuju Inklusi SD Al Firdaus

juga memiliki struktur organisasi dan job desk sendiri. Sarana dan prasarana

juga mengalami peningkatan. Antara lain ruang okupasi terapi dan

peralatan terapinya. Selain itu untuk mendukung terapi okupasi dan

remedial ada penambahan alat permainan edukatif. Untuk ruang belajar

pada bulan Februari 2005 SD Al Firdaus mendapatkan satu ruangan lagi

untuk belajar dan konseling.

Page 118: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

145

Bersamaan berkembangnya kompleksitas permasalahan selama

tahun pelajaran 2004/ 2005, SD Al Firdaus mengadakan telaah program

pembelajaran untuk anak berkesulitan dan lamban belajar dengan tenaga

ahli eksternal, antara lain dengan Bapak Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.

Selanjutnya memunculkan kurikulum non gradasi. Selain itu PUSPA Al

Firdaus melaksanakan kunjungan ke Sekolah Khusus Autis Fredofios di

Yogyakarka. Hal ini untuk mempersiapkan program pembelajaran bagi

anak autisme, karena pada bulan April 2005 SD Plus Al Firdaus menerima

siswa didik yang mengalami autisme.

1. PENGGOLONGAN SISWA DIFABEL YANG DITANGANI OLEH

SEKOLAH DASAR (SD) AL FIRDAUS

Siswa difabel adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau

perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau

penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional) dibandingkan

dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan

pendidikan khusus. Adapun penggolongan siswa difabel di lembaga

Pendidikan Al Firdaus saat ini dibagai menjadi beberapa golongan yaitu :

1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)

Siswa yang memiliki kesulitan belajar adalah siswa yang memiliki intelligensi normal atau di atas normal yang mengalami kesenjangan antara potensi intelektual yang mereka miliki dengan pencapaian hasil belajar. Faktor penyebabnya adalah dugaan adanya gangguan seperti

Page 119: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

146

disfungsi otak minimal, gangguan neurologis, faktor genetik. Gangguan tersebut dapat menyebabkan keterbatasan dalam proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa lisan/ tulisan. Gangguan tersebut menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. Secara umum kesulitan belajar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

a) Development Learning Disabilities. Kesulitan belajar jenis ini adalah penyimpangan yang terjadi dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa. Meliputi : attention disorder, memory disorder, visual perceptual and perceptual motor disorder, thingking disorder dan language disorder.

2. Academic Learning Disabilities. Kesulitan belajar dalam

bidang akademik merujuk pada suatu keadaan yang

menghambat proses belajar dalam bidang akademik

seperti kesulitan belajar membaca, belajar menulis,

belajar matematika, dan dalam bidang akademik lainnya.

b. Lamban Belajar (Slow Learning)

Siswa yang mengalami lamban belajar adalah siswa yang memiliki kapasitas intelektual rata-rata bagian bawah tetapi masih di atas tunagrahita atau retardasi mental. Mereka memiliki IQ sekitar 70-90. Siswa tersebut memiliki kecepatan belajar di bawah siswa pada umumnya.

c. Hambatan Belajar (Learning Problem)

Siswa yang memiliki hambatan belajar adalah mereka yang

sebenarnya memiliki potensi yang cukup (IQ 90 ke atas) tetapi mereka

memiliki masalah-masalah eksternal yang mempengaruhi aspek

kognitif, afeksi dan psikomotor. Hambatan tersebut akan

mengakibatkan gangguan emosi dan perilaku yang pada akhirnya

menghambat proses belajar secara maksimal. Faktor penyebab

hambatan belajar seperti : lingkungan belajar yang tidak menunjang,

Page 120: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

147

sistem di dalam PBM yang tidak memadahi, pola didik yang tidak

tepat, pengaruh negatif dari lingkungan, masalah sosial ekonomi dan

sebagainya. Manivestasi dari hal ini dapat nampak pada merosotnya

motivasi belajar, agresivitas, dan perilaku mal adaptif lainnya.

d. Berbakat Intelektual

Anak berbakat intelektual atau anak yang memiliki kemampuan

dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi

kecerdasan (intelligensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap

tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal),

sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi yang nyata,

memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berbakat sering juga

disebut sebagai gifted dan talented

MODEL PENEMPATAN SISWA DIFABEL

Penempatan siswa difabel di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai

model, antara lain:

Kelas reguler

ABK belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di

kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.

Kelas reguler dengan cluster

ABK belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam

kelompok tertentu.

Kelas reguler dengan pull out

Page 121: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

148

ABK belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler

namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke

ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Di

Sekolah Dasar Al Firdaus, hanya ada 1 siswa yang menggunakan

model kelas reguler dengan pull out, yaitu Firmansyah Adrian, yang

sekarang telah menduduki kelas VI, dimana pada awal masuk

Sekolah Dasar Al Firdua, guru menerapkan sistem ini dikarenakan

siswa difabel tersebut memiliki pronlem pembelajaran yang berat.

Sehingga setiap saat siswa harus dikeluarkan dari kelas dan

dibimbing secara khusus di ruang PUSPA oleh guru pendamping.

Kelas Khusus dengan berbagai pengintegrasian

ABK di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun

dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain

(normal) di kelas reguler.

Kelas khusus Penuh

ABK berada di dalam kelas khusus pada sekolah regular.

Sekolah Dasar Al Firdaus menerapkan model ini pada saat Ujian

Nasional Saja, dimana siswa difabel dijadikan satu pada satu kelas

tertentu untuk dapat mengikuti Ujian Nasional.

PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI

3.1. Identifikasi

1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)

Page 122: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

149

Siswa yang memiliki kesulitan belajar adalah siswa yang

memiliki intelligensi normal atau di atas normal yang mengalami

kesenjangan antara potensi intelektual yang mereka miliki dengan

pencapaian hasil belajar. Gangguan tersebut menampakkan diri dalam

bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis,

mengeja dan berhitung. Identifikasi dilakukan dengan tes formal

maupun informal. Secara umum kesulitan belajar diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu :

a. Development Learning Disabilities.

Kesulitan belajar jenis ini adalah penyimpangan yang

terjadi dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa. Meliputi ;

attention disorder, memory disorder, visual perceptual and

perceptual motor disorder, thingking disorder dan language

disorder.

b. Academic Learning disabilities.

Kesulitan belajar dalam bidang akademik merujuk pada

suatu keadaan yang menghambat proses belajar dalam bidang

akademik seperti kesulitan belajar membaca, belajar menulis,

belajar matematika, dan dalam bidang akademik lainnya.

b. Lamban Belajar (Slow Learner)

Siswa yang mengalami lamban belajar adalah siswa yang

memiliki kapasitas intelektual rata-rata bagian bawah tetapi masih di

atas tunagrahita atau retardasi mental. Mereka memiliki IQ sekitar 90

- 100. Siswa tersebut memiliki kecepatan belajar di bawah siswa pada

Page 123: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

150

umumnya. Identifikasi dilakukan dengan tes IQ. Sampai saat ini

tercatat seorang siswa di UP SD yang mendapatkan intervensi atas

kategori tersebut. Mereka belajar dengan menggunakan kurikulum

non gradasi

3.2. Laporan Kasus

Selama tahun pelajaran 2009/ 2010 PUSPA Al Firdaus telah menerima

laporan kasus sebanyak 42. Dua puluh tiga kasus dari Unit Pendampingan

Taman Pra Sekolah (UP TPP) dan 19 kasus dari Unit Pendampingan Sekolah

Dasar (UP SD)

3.3. Pelaksanaan Program Intervensi

a. Assessment

Suatu proses pengumpulan data tentang anak-anak yang diduga

mengalami kesulitan belajar dan hambatan belajar. Kegiatan ini untuk

mengungkap kekuatan dan kelemahan seorang anak. Pengumpulan data

ini dilakukan oleh tenaga psikolog, okupasi terapis dan guru

pembimbing khusus. Pengumpulan data dilakukan dengan tes formal, tes

informal, wawancara dan observasi.

b. Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil assessment maka akan diperoleh diagnosis atau

kesimpulan dari identifikasi jesis gangguan/ hambatan. Hal ini menjadi

dasar penyusunan program terapi atau pembelajaran yang dibutuhkan.

Page 124: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

151

c. Program Pembelajaran Individual

Program ini meliputi modifikasi proses tanpa mengganggu

kelancaran pembelajaran di dalam kelas. Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus dengan program Kelas

Pendampingannya selama tahun pelajaran 2009/2010 telah menyusun

Program Pengajaran Individual (PPI) untuk siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan lamban belajar di UP SD. Penyusunan Program

Pengajaran Individual (PPI). Program ini memuat tentang :

Permasalahan atau kesulitan siswa

Rumusan jangka panjang dan jangka pendek

Materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa

Metode dan media yang digunakan

Waktu pelaksanaan

Evaluasi

3.4. Model Pelaksanaan

Pelaksanaan program pengajaran individual berdasarkan pertemuan

antara guru kelas reguler, guru kelas pendampingan, orang tua, siswa didik

yang berkepentingan dan Supervisor Pelayanan Umum Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus, untuk menentukan program

layanan/ terapeutik yang tepat dan disetujui beberapa pihak di atas. Jadwal

pelaksanaannya berdasarkan beberapa alternatif, yaitu :

a. Program Layanan Langsung

Page 125: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

152

Kasus-kasus tertentu yang membutuhkan penanganan langsung,

tenaga ahli seperti okupasi terapis, guru pembimbing khusus, konselor,

dan tenaga ahli lainnya secara langsung memberikan intervensi pada

siswa yang mengalami kesulitan/ hambatan/ gangguan.

b. Program Asistensi

Pada program ini dibentuk tim terpadu yang berkolaborasi

mendampingi orang tua dan guru reguler dalam menyelesaikan kesulitan

belajar seorang siswa. Tim terpadu tersebut membuat program intervensi

yang kemudian pelaksanaannya didelegasikan pada guru umum (reguler)

atau guru pendamping khusus.

c. Program Konsultatif

Pada program ini guru kelas reguler sepenuhnya menyusun PPI dan

melaksanakannya. Hanya saja guru reguler melakukan konsultasi dengan

tenaga ahli dalam menentukan materi, metode dan media yang digunakan.

Tenaga ahli tersebut seperti okupasi terapis, guru khusus PLB, psikolog.

d. Program Referal

Kasus-kasus yang tidak memungkinkan ditangani oleh tenaga di

Lembaga Pendidikan Al Firdaus akan dialihtangankan pada tenaga ahli/

lembaga eksternal. Jika gejala-gejala kesulitan/hambatan/gangguan yang

dialami seorang siswa sudah memungkinkan untuk dicampurkan dengan

siswa-siswa reguler maka program ini akan dialihkan ke program yang

lebih ringan oleh tenaga di lingkungan Lembaga Pendidikan Al Firdaus.

Page 126: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

153

3.5.Evaluasi

Evaluasi dilakukan tiap semester. Hasil evaluasi tersebut bersifat narasi

dan individual sebagai laporan hasil pembelajaran di Unit Pendampingan

Sekolah Dasar (UP SD). Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan dari 45

siswa di Unit Pendampingan Sekolah Dasar (UP SD) tercatat 35 anak

mengalami kemajuan sesuai target pembelajaran dengan program lanjutan, 10

anak belum mengalami kemajuan sesuai target pembelajaran dan 2 anak telah

lepas tangan kasus.

3.6. Alih Tangan Kasus

Berdasarkan evaluasi tingkat pencapaian target (keberhasilan) program

pembelajaran/ terapi, dimungkinkan ada kasus-kasus yang tidak dapat

ditangani oleh Lembaga Pendidikan Al Firdaus. Selama tahun pelajaran 2009/

2010 Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Al Firdaus

pernah satu kali melakukan alih tangan kasus di Unit Pendampingan Sekolah

Dasar (UP SD).

3.7. Lepas Tangan Kasus

Beberapa kasus telah dinyatakan selesai mengikuti program layanan di

PUSPA Al Firdaus berdasarkan parameter tertentu.

a. Pelatihan Team Building

Pelatihan Team Building dilakasanakan dalam upaya membentuk

team di unit Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dapat bekerja dengan baik.

Page 127: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

154

Acara ini juga di isi dengan senam otak untuk para guru dan karyawan.

Kepentingan team building ini adalah secara khusus agar guru dapat

bekerja dengan optimal, untuk karyawan agar lebih paham dengan

tugasnya. Pelatihan team building ini dilaksanakn di luar ruangan dan

dalam ruangan, puncak acara team building disi oleh team dari

Primagama Wahyu Setiawan S.Si. bertindak sebagai team motivasi di

lembaga tersebut.

b. Pengembangan program dan sarana prasarana

Pengembangan ini meliputi beberapa unsur yaitu :

1. Pengembangan kurikulum : dengan kegiatan AMT.

2. Pengembangan life skill : untuk membantu siswa agar lebih

mampu mandiri perlu adanya kegiatan life skill siswa dengan

menjahit dan beberapa alat ketrampilan untuk membuat karya

seperti boneka, dan lain-lain.

3. Media Pembelajaran khusus : beberapa alat khusus diperlukan

untuk membantu meningkatkan kemampuan anak seperti alat-alat

lukis, VCD dan beberapa alat pemacu ketrampilan siswa.

MODEL UJIAN AKHIR NASIONAL (UASBN) BAGI SISWA DIFABEL

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus sebagai penyelenggara Sekolah Inklusi

mengalami beberapa tantangan diantaranya adalah masalah UASBN tetapi

dengan kerja keras akhirnya Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus mampu

Page 128: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

155

memantapkan diri untuk menyelenggarakan sekolah inklusi. Oleh sebab itu

diperlukan bantuan dari pihak-pihak terkait untuk menyelenggarakan sekolah

inklusi.

Dengan diberlakukannya pendidikan inklusif di Sekolah Dasar (SD)

Al Firdaus sejak angkatan 2004/ 2005 maka siswa difabel dapat memperoleh

hak pendidikan di sekolah tersebut. Namun demikian keberhasilan tersebut

menyisakan permasalahan di antaranya adalah ketika anak berkebutuhan

khusus yang berada di sekolah reguler harus mengikuti UASBN. Bagi anak

berkebutuhan khusus yang high functioning atau tidak mengalami hambatan

mental/ kecerdasan seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan tunalaras

dapat mengikuti UASBN sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lain halnya

bagi anak berkebutuhan khusus yang low functioning atau yang mengalami

hambatan mental/ kecerdasan dan mereka sudah terdaftar sebagai peserta

UASBN. Bagi mereka ini tentunya akan menjadi persoalan ketika harus

mengikuti UASBN dengan soal yang sama seperti anak-anak lain pada

umumnya, sedangkan kemampuan mereka tidak memadai untuk itu. Kondisi

ini merupakan permasalahan yang perlu dicarikan solusinya oleh kita

bersama.

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk

mengatasi UASBN bagi anak berkebutuhan khusus low functioning, yaitu :

1. Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memberikan keterangan peserta

UASBN yang tergolong pada anak berkebutuhan khusus. Keterangan

ini berguna untuk menentukan soal mana yang akan digunakan.

Page 129: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

156

2. Sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah

Raga Provinsi Jawa Tengah melakukan identifikasi dan asessment.

Identifikasi dan asessment ini penting dilakukan agar diperoleh data

yang akurat mengenai kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh

anak berkebutuhan khusus sehingga dapat menjadi dasar dalam

pembuatan soal. Setelah data diperoleh melalui identifikasi dan

asessment kemudian soal dibuat oleh guru/ sekolah masing-masing

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Selanjutnya pihak

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Jawa Tengah

melakukan validasi terhadap soal yang telah dibuat oleh guru/ sekolah

itu.

3. Soal yang telah divalidasi itu dapat digunakan dalam UASBN bagi

siswa difabel. Soal yang dikerjakan oleh siswa difabel akan berbeda

dengan anak pada umumnya, bahkan bisa berbeda pula antar sesama

siswa difabel.

Dalam pelaksanaan UASBN, siswa difabel mental yang tidak mampu

bergabung dengan siswa non-difabel dalam pengerjaan soal di kelas, maka di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus disediakan ruangan khusus bagi mereka yaitu

di ruangan PUSPA dan disediakan guru pendamping untuk memandu dalam

setiap pengerjaan soal, serta pengawas ujian dari pihak Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga, agar dalam pengerjaan soal benar-benar murni.

Dalam pemilihan pengawas ujian peserta difabel, tidak sembarangan,

Page 130: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

157

dimana pengawas tersebut harus mampu dan mengerti benar tentang program

inklusif, tentang sikap dan perilaku siswa difabel, serta penampilan pengawas

tidak membuat takut para siswa difabel, karena hal ini akan sangat

mempengaruhi dalam pengerjaan soal UASBN.

Dalam hasil penilaian hasil UASBN bagi siswa difabel, nilai yang

diperoleh harus disajikan dalam dua bentuk, yaitu bentuk angka dan bentuk

deskriptif. Dua bentuk sajian ini diperlukan agar diperoleh kejelasan dan

pertanggungjawaban mengenai nilai-nilai yang diperoleh siswa difabel.

Misalnya, nilai matematika 7 bagi siswa difabel berbeda dengan nilai

matematika 7 yang diperoleh anak pada umumnya karena dari bentuk,

kualitas, dan kuantitas pertanyaan berbeda. Bagi siswa difabel memperoleh

nilai 7 harus ada penjelasan mengapa nilainya 7.

Dalam penjelasannya, kurang lebih berisi standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan indikator-indikator yang telah dicapainya sehingga

dapat diwakili dengan nilai 7. Begitu pula di dalam ijazah/ STTB bagi siswa

difabel, dimana terdiri dari dua lembar, lembar pertama ijazah yang di

dalamnya tercantum nilai berbentuk angka-angka dan lembar kedua

berbentuk deskriptif.

Page 131: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

158

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab III ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan interpretasi data yang diperoleh

dari penelitian yang telah dilakukan di lokasi penelitian.

A. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian berikut ini merupakan data yang diperoleh dari penelitian

yang telah dilakukan di lokasi penelitian, yaitu di Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus

Kota Surakarta. Adapun hasil penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam

terhadap para informan yang terdiri beberapa siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus Kota Surakarta guru dan orang tua siswa difabel. Adapun hasil penelitiannya

adalah sebagai berikut:

PROFIL INFORMAN

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus merupakan salah satu sekolah inklusif di

Kota Surakarta. Di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus terdapat siswa difabel yang

belajar bersama dengan siswa non-difabel yang ditempatkan pada ruang dan

waktu serta kurikulum pembelajaran yang sama tanpa suatu pembedaan. Tetapi

pada saat-saat tertentu ada kebutuhan khusus yang wajib diikuti oleh siswa difabel

di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA).

Program inklusif di Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus telah digalakkan sejak

tahun ajaran 2004/ 2005 dan hingga kini memiliki siswa difabel sebanyak 51

siswa dan non-difabel sebanyak 481 siswa. Adapun 7 orang informan yang

Page 132: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

159

mewakili populasi telah dipilih oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini

yakni:

1.1 Siswa difabel yang mempunyai gangguan fisik (Celebral Palsy)

Siswa difabel yang mempunyai gangguan fisik di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus sebanyak 2 siswa, yaitu : Nanda (gangguan pada kedua kaki) dan Tian

(gangguan pada tangan kanan), keduanya mempunyai gangguan fisik yang

disebabkan karena fungsi otak saraf yang tidak baik sejak lahir. Adapun profil

kedua siswa tersebut adalah sebagai berikut :

Nanda (Bukan Nama Sebenarnya)

Nanda siswa kelas 3C, merupakan penyandang Celebral Palsy atau

istilah lainnya yaitu kelainan saraf otak yang meyebabkan pertumbuhan

tulang kaki khususnya pada telapak kaki. Sejak lahir, Nanda telah

memiliki kekurangan ini. Ketika menginjak kelas 2 kaki Nanda dioperasi.

Dalam proses interaksi sosial Nanda tidak mengalami kesulitan sama

sekali justru Nanda mempunyai mental yang kuat. Pada awal masuk

sekolah justru yang merasa malu adalah orang tua Nanda. Mereka malu

karena teman-teman Nanda sering menanyakan : “Tante kakinya Nanda

kenapa? Kok kayak bebek?”. Banyak teman laki-lakinya suka menirukan

cara jalan Nanda dibelakangnya.

Rasa malu orang tua Nanda menimbulkan motivasi untuk melakukan

operasi pada kedua kaki Nanda di salah satu rumah sakit di Jakarta. Pasca

operasi satu bulan penuh Nanda memakai kursi roda yang disediakan oleh

sekolah dan selama satu bulan itu Nanda ditunggui ibunya di sekolah

Page 133: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

160

karena masih dalam proses pemulihan dan kesulitan untuk aktifitas ke

kamar mandi. Pada saat operasi hingga pasca operasi Nanda sering tidak

masuk sekolah dikarenakan untuk keperluan kontrol, sehingga mengalami

ketertinggalan beberapa mata pelajaran khususnya pelajaran Matematika.

Setelah kondisi Nanda benar-benar pulih, tetap saja kakinya masih

belum normal, akhirnya para guru dan tenaga terapis memberikan solusi

bahwa Nanda harus memakai sepatu terbalik yakni sepatu kaki kanan

dipakai di kaki kiri dan sepatu kaki kiri dipakai untuk kaki kanan selama

proses pemulihan, agar bentuk kaki kembali normal. Setelah naik di kelas

tiga sekarang Nanda sudah kembali normal seperti anak lainnya dan juga

pemakaian sepatunya pun juga sudah sama dengan anak lainnya.

Dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar kepada Nanda

digunakan kurikulum yang sama dengan siswa non-difabel tetapi Nanda

tetap mengikuti jam tambahan untuk pelajaran Matematika yang

dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA).

Hal ini disebabkan karena seringnya siswa tidak masuk sekolah pra

operasi dan pasca operasi. Program intervensi diberikan pada Nanda agar

siswa mampu mengikuti seluruh pelajaran kurikulum reguler. Nanda

mempunyai kelebihan pada bidang seni tarik suara, Nanda pernah meraih

juara tiga lomba menyanyi yang diselenggarakan oleh Yayasan Raka

Perkasa.

Tian (Bukan Nama Sebenarnya)

Page 134: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

161

Tian siswa kelas 4C, merupakan penyandang Celebral Palsy. Yang

menyebabkan kecacatan pada Tian adalah karena ada gangguan pada

semua saraf di bagian tubuh sebelah kanan dan juga menyebabkan

pertumbuhan tulang di bagian tangan dan kaki sebelah kanan tidak

sempurna.

Ketika awal masuk sekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus ini

Tian malu dengan kondisi yang ada pada dirinya, karena sering diejek

teman-temannya “gak punya tangan”. Hal ini menyebabkan Tian kurang

bersosialisasi dan sedikit pendiam. Akan tetapi menginjak di kelas 4 Tian

sudah terbiasa dengan kondisinya dan begitu juga teman-temannya bisa

menerima Tian apa adanya bahkan saling tolong menolong jika Tian

mengalami kesulitan dalam hal pelajaran atau hal lainnya. Dari segi

interaksi sosial Tian tidak mengalami kesulitan sama sekali hanya sering

malu akan keadaan dirinya, tetapi sekarang sudah memiliki rasa percaya

diri yang kuat.

Dalam segi akademis secara umum Tian tidak mengalami kesulitan

atau gangguan karena kecacatan yang dialaminya dan tidak

mempengaruhinya dalam proses belajar, bahkan prestasi Tian dapat

bersaing dengan anak non-difabel dikelasnya. Dalam penyaluran bakat

Tian mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga Tae Kwondo yang

memerlukan fisik dan mental yang kuat, saat ini Tian sudah mencapai

tingkatan sabuk hijau garis dua.

Page 135: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

162

Orang tua Tian sangat peduli dengan keadaan Tian. Setiap satu

minggu sekali orang tua Tian membawanya untuk melakukan terapi di

Orthopedi Rehabilitasi Centrum demi perbaikan saraf dan tulang serta

akan dibuatkan alat bantu penyandang cacat yang bernama split guna

penyembuhan pada tangan kanannya.

1.2 Penyandang Autis dan Gangguan Sosialisasi serta Interaksi

Siswa difabel yang merupakan penyanang autis dan mempunyai gangguan

fisik di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus sebanyak 5 siswa, yaitu : Rahman,

Abdul, Putra, Iman, dan Ian. Adapun profil kelima siswa tersebut adalah

sebagai berikut :

Rahman (Bukan Nama Sebenarnya)

Rahman siswa kelas 1A yang menurut ahli terapis diindikasikan

sebagai penyandang autis. Ibu Rahman merupakan seorang bidan,

sehingga tahu tentang penanganan Rahman sejak dini. Rahman

sebelumnya juga merupakan siswa di Yayasan Al Firdaus yaitu dari

Taman Pendidikan Pra Sekolah (TPP) dan Taman Kanak-kanak (TK) AL

Firdaus, sehingga pemantauan pendidikan dan perkembangan anak

menjadi lebih mudah karena dari awal sudah mempunyai riwayat

pendidikan di Yayasan Al Firdaus.

Ibu Uswahyu sebagai wali kelas Rahman mengatakan bahwa

Rahman mengalami kesulitan pembelajaran di kelas karena sistem

motoriknya tidak jalan dan tampak pasif. Apabila diajari menulis atau

Page 136: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

163

diberi tugas untuk mengerjakan sesuatu di kelas harus ada instruksi ganda

atau berulang. Pada saat diterangkan tidak bisa langsung tanggap dan

harus diterangkan atau dijelaskan dengan istilah lain atau memberi

penjelasan dengan buku cerita dan gambar. Cara menulis Rahman juga

masih mengalami kesulitan, harus dengan bantuan atau arahan dari guru

khususnya untuk penempatan huruf yang benar.

Rahman juga cenderung pasif dalam hal berinteraksi sosial dengan

temannya, pendiam tidak mau bertanya sebelum ditanya dan juga jarang

mengajak temannya bermain. Dari pihak siswa non-difabel memiliki rasa

toleransi yang cukup tinggi terhadap Rahman. Teman-temannya selalu

berusaha mengajak Rahman untuk bermain bersama namun, saat bermain

dia tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Rahman sangat

pasif dan hanya ikut-ikut saja tanpa ada tujuan, bahkan Rahman tidak

menyadari bahwa dia sedang bermain bersama teman-temannya.

Kurikulum pembelajaran untuk Rahman sama dengan murid-murid

yang lain, karena masih kelas satu jadi targetnya untuk sementara hanya

bisa membaca, menulis dan berhitung. Mata pelajaran yang digemari oleh

Rahman adalah menggambar dan mewarnai. Ketika duduk di Taman

Pendidikan Pra Sekolah (TPP) dan Taman Kanak-kanak (TK) AL Firdaus

Rahman pernah juara satu menggambar.

Untuk perawatan terapi terhadap Rahman dilakukan disekolah

melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) dengan

pengenalan gambar dan istilah, selain itu pihak orang tua Rahman juga

Page 137: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

164

kooperatif untuk perkembangan anaknya sendiri maka setiap libur atau

waktu luang Rahman juga diterapi di Natura Medika.

Abdul (Bukan Nama Sebenarnya)

Abdul adalah siswa kelas 2 SD Al Firdaus yang memiliki

keterbatasan yaitu autis taraf ringan. Dalam interaksi sosial dengan teman-

temannya satu kelas Abdul cenderung pendiam dan jarang bermain

bersama. Apabila ada temannya yang meledek dan membuatnya emosi dia

cenderung memukul atau melempar sesuatu. Apabila bermain Abdul

hanya mengikuti permainan temannya atau hanya ikut-ikutan saja tanpa

mengerti maksud dan tujuan teman-temannya itu. Apabila ada sesuatu

yang tidak sesuai dengan perasaan Abdul atau sedang sedih yang

berlebihan Abdul biasanya menangis sambil berteriak.

Sementara itu untuk masalah akademik Abdul mengikuti kurikulum

pembelajaran yang ada. Dalam kaitanya dengan kemampuan membaca

dan menulis Abdul sudah bisa membaca dengan lancar tetapi untuk

menulis belum terlalu Abdul jarang bertanya apabila tidak tahu atau belum

paham karena kesulitan untuk mengungkapkan apa yang akan ditanyakan

kepada guru. Sementara itu untuk kemampuan lainnya Abdul sudah dapat

mengikuti mata pelajaran Matematika dan mempunyai nilai di atas rata-

rata.

Selama ini Abdul sudah mampu mengikuti pelajaran dan tugas yang

diberikan oleh guru, bahkan apabila tugasnya belum selesai tetapi jam

Page 138: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

165

pelajaranya sudah selesai Abdul tidak mau berhenti. Abdul terus

melanjutkan untuk menyelesaikan tugasnya sampai selesai walaupun jam

pelajarannya sudah ganti dengan pelajaran yang lain. Oleh karena itu Guru

pendamping dan wali kelas Abdul selalu memberikan pemahaman dan

pengertian mengenai batas waktu disetiap tugas dan jam pelajaran apabila

jam pelajarannya sudah habis.

Untuk terapi di Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

(PUSPA) Abdul diberi intervensi lebih mengenai kerapian menggambar

dan mewarnai untuk melatih kerapiannya serta dilatih untuk berinteraksi

sosial dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu juga diberi

terapi-terapi lainnya untuk menambah kemampuan Abdul.

Putra (Bukan Nama Sebenarnya)

Putra siswa kelas 3C ini merupakan salah satu murid berkebutuhan

khusus atau difabel penyandang autis taraf ringan akan tetapi walaupun

sama-sama penyandang autis tetapi Putra berbeda dengan Ian kakak

kelasnya yang berada di kelas 6. Di dalam perilaku sosial anak-anak autis

seperti Putra selalu tergantung situasi dan dari keadaan perasaan hati atau

mood dan keinginan si anak tersebut. Seperti misalnya: apabila Putra

marah atau tidak suka dengan apa yang dilakukan teman karena

mengejeknya maka Putra cenderung berteriak dan bahkan pernah sampai

mengangkat kursi untuk dilempar ke teman yang mengejeknya. Dari pihak

sekolah juga memberikan bimbingan konseling apabila terjadi konflik

Page 139: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

166

seperti itu, dan biasanya anak dipanggil satu persatu lalu diberi pengertian

tentang yang seharusnya tidak dilakukan dan yang seharusnya dilakukan.

Komunikasi Putra dengan guru tidak berbeda dengan anak lain,

tetapi untuk anak autis seperti Putra ini kadang-kadang suka berteriak-

teriak, suka menceritakan apa yang dialaminya namun terkadang tidak

sesuai dengan topik yang sedang dibahas atau dibicarakan. Untuk rutinitas

atau kegiatan Putra sama dengan murid lain tetapi Putra lebih suka

menyendiri dan jarang mengajak temannya untuk bermain, seperti

misalnya pada saat jam istirahat. Berkaitan dengan masalah kurikulum,

Putra memperoleh kurikulum pembelajaran yang sama dengan murid-

murid lain tetapi apabila terlihat mengalami kesulitan sekolah memberikan

guru pendamping. Selain guru pendamping sekolah SD Al Firdaus ini

selaku sekolah inklusif memberikan terapi khusus untuk siswa difabel

seperti Putra diberi terapi melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA) melalui program intervensi tiga kali satu minggu dan

juga kegiatan outing untuk anak berkebutuhan khusus yang bertujuan agar

anak-anak berkebutuhan khusus ini mampu mandiri dan yang diberikan

berguna untuk kehidupan siswa difabel tersebut.

Kegiatan outing adalah kegiatan dimana anak diajak belajar diluar

sekolah bersama-sama dengan murid-murid berkebutuhan khusus lain

yang dilakukan minimal dua kali dalam satu semester. Kegiatan ini

merupakan kegiatan rutinitas yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah

Page 140: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

167

bekerjasama dengan guru kelas. Minat dan bakat Putra sudah terlihat sejak

dini yaitu di bidang ilmu pengetahuan atau sains dan juga di mata

pelajaran Matematika Putra mempunyai nilai yang bagus tidak kalah

dibandingkan dengan sisiwa non-difabel yang lain. Selain itu Putra suka

membaca sesuatu tentang ilmu pengetahuan atau sains, walaupun suka

membaca tapi Putra ini malah tidak suka kalau disuruh menulis terlalu

banyak.

Orang tua Putra menjalin kerjasama yang baik dengan guru sehingga

kekurangan Putra ini tertangani dengan baik. Antara orang tua dan guru

memberikan informasi yang sama agar dapat diaplikasikan di rumah

dengan baik, sehingga perkembangan Putra juga baik. Jadi antara pihak

orang tua dan pihak sekolah khususnya wali kelas terdapat sebuah

komunikasi yang baik dan program yang seimbang antara di rumah dan di

sekolah.

Iman (Bukan Nama Sebenarnya)

Iman siswa kelas 4C mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran

atau gangguan belajar yang sering disebut LD (Learning Disability). Jika

dilihat dari penampilan fisik Iman memang tidak terlihat kekurangan sama

sekali, akan tetapi terlihat kekurangan ketika adanya kegiatan belajar

mengajar, yaitu kurang bisa fokus dan kurang bisa memahami perintah

atau tugas yang harus dilakukan atau dikerjakan. Untuk memahami dan

menghafalkan dalam bentuk kalimat yang panjang masih susah, selain itu

Page 141: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

168

kemampuan menulisnya juga masih kurang terutama belum bisa

menggunakan huruf kapital dengan benar.

Pada mata pelajaran Matematika Iman masih susah atau kesulitan

menghitung dengan perkalian yang besar dan belum paham dengan konsep

pembagian. Oleh karena itu khusus untuk Iman maka kurikulumnya juga

di modifikasi, misalnya: apabila murid yang lain diberi 20 soal maka untuk

Iman hanya 15 soal, dan untuk waktu mengerjakan tugas yang lain

misalnya 2 jam untuk Iman hanya 1 jam. Apabila dibanding dengan nilai

akademis Tian teman satu kelas yang juga mengalami keterbatasan fisik,

Iman masih jauh di bawah anak yang berkemampuan normal di akademis

dan oleh sebab itu Iman dikategorikan sebagai Anak Berkebutuhan

Khusus dan harus diberi terapi dan pendampingan dari Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA).

Kemampuan interaksi sosial Iman pada awalnya memang sedikit

terganggu tetapi kemudian lama kelamaan setelah mendapatkan

bimbingan dan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, Iman dapat

berinteraksi sosial dengan anak-anak lain dengan baik, berbicara lancar

dan bergaul dengan murid lain tanpa ada batasan. Hanya saja hingga saat

ini kemampuan belajarnya yang mengalami gangguan dan ketertinggalan.

Untuk kemampuan lainnya Iman memiliki bakat di dunia seni khususnya

di bidang seni tari dan pernah juara tingkat propinsi. Untuk minat mata

pelajaran Iman lebih minat dengan mata pelajaran Bahasa Jawa bahkan

hafal tokoh-tokoh pewayangan.

Page 142: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

169

Ian (Bukan Nama Sebenarnya)

Ian adalah salah satu penyandang autis taraf ringan di Sekolah Dasar

(SD) Al Firdaus. Saat ini Ian duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus. Usia Ian yaitu 15 tahun, setara dengan usia siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) pada umumnya, tetapi hingga saat ini Ian hanya

mampu menguasai pelajaran kelas 2 Sekolah Dasar dan diperkirakan akan

mampu menguasai pelajaran-pelajaran kelas 6 Sekolah Dasar pada saat

umur 20 tahun nanti. Ian masuk di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus pada

kelas 2, sebelumnya Ian merupakan siswa pindahan dari SD Negeri Non

Inklusif. Penanganan Ian dari Taman Kanak-kanak hingga kelas 1 Sekolah

Dasar kurang baik dan tidak diarahkan sebagai Anak Berkebutuhan

Khusus, karena Sekolah Dasar Negeri Non Inklusif tidak tahu tentang tata

cara penanganan untuk Anak Berkebutuhan Khusus seperti Ian.

Pada awal masuk sampai di kelas 4 lebih banyak digunakan sistem

pull out untuk Ian, setelah masuk kelas 5 sampai sekarang kelas 6, sudah

jarang menggunakan sistem pull out. Sistem pull out ini diterapkan kepada

Ian karena interaksi dan sosialisasi Ian terhadap teman-temannya

cenderung ke arah negatif dengan perilaku yang membahayakan. Misalnya

dengan mengambil pisau di ruang makan untuk membunuh temannya

yang mengejek dia, kemudian marah sambil berteriak-teriak dan melempar

serta memukul barang-barang milik sekolah untuk membalas perlakuan

teman-temannya yang sering mengganggu Ian.

Page 143: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

170

Ian suka mengasingkan diri di ruang Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA), karena situasi dan kondisi ruang Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) sangat tenang yang

memungkinkan untuk dapat menenangkan pikiran disana serta didampingi

oleh guru pendamping dan konselor dalam menangani kasus Ian.

Untuk menangani Ian harus ada cara khusus misalnya: apabila Ian

tidak mau disuruh atau tidak menuruti perintah dari guru, khususnya guru

wali kelas tidak akan memutarkan lagu kesukaan Ian dan apabila mau

menuruti perintah guru maka Ian akan diberi hadiah kesukaannya yaitu

akan di putarkan lagu “My Heart Will Go On”. Jadi guru akan memberi

reward bila Ian menuruti guru dan punishmen bila tidak mau menurut

dengan guru.

Ian memiliki tingkat imajinasi yang tinggi, dia menyukai hal-hal

yang berhubungan dengan dinosaurus. Setiap mata pelajaranpun selalu

dihubungkan dengan dinosaurus, sehingga para guru juga harus pandai

dalam mengkaitkan atau tidak mengkaitkan antara pelajaran yang diterima

oleh Ian dengan kehidupan dinosaurus

Ian cenderung mengulang pertanyaan yang sudah pernah ditanyakan,

maka dari pihak guru pengajar khususnya wali kelas biasanya apabila Ian

bertanya tentang kesukaannya yaitu dinosaurus di luar pelajaran tersebut

contohnya ketika Ian bertanya mengenai dinosaurus di mata pelajaran

yang sedang diterangkan maka guru juga menerangkan kalau dinosurus ini

sudah punah dan sudah tidak ada di jaman sekarang ini.

Page 144: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

171

Selain imajinasi tinggi, anak autis seperti Ian cenderung emosinya

tidak terkontrol dan hanya tergantung mood atau perasaan. Pernah pada

saat jam istirahat Ian pergi ke dapur untuk mengambil pisau, kemudian

ditanya oleh guru, “Buat apa ambil pisau? Ian menjawab buat bunuh

temannya karena menjengkelkan.” Selain itu juga pernah terjadi sebuah

kejadian yakni Ian ke luar kelas mengambil batu untuk dilempar ke

temannya yang ada di kelas karena suka menggodanya. Perkembangan

jiwa Ian lebih ke arah yang negatif dibandingkan dengan Putra yang

menuju ke arah positif. Walaupun sama-sama penderita autis, tetapi Ian

dan Putra tidak bisa akur, bahkan jika bertemu saling bertengkar satu sama

lain.

Ian memiliki daya seksualitas yang tinggi suatu ketika pernah pada

saat istirahat Ian mengejar-ngejar teman perempuan satu kelasnya dan bila

ditanya “Kenapa mengejar-ngejar temanya?” Ian menjawab bahwa ia suka

dan mau menikah dengan teman perempuan satu kelasnya. Setiap bertemu

dengan orang tua teman perempuan satu kelas tersebut ketika menjemput

Ian bilang “Tante aku mau menikah dengan anaknya”. Selain itu ketika

pada masa awal duduk di kelas 6 setiap pagi atau mau pulang sekolah Ian

selalu meminta peluk dari ibu gurunya dan ketika dipeluk Ian tersenyum

ketawa kemudian Ibu gurunya bertanya, “Kenapa kok ketika dipeluk Ian

ketawa? Ian menjawab payudara ibu guru seperti milik mama” Ternyata

setiap pagi mau berangkat sekolah Ian dipeluk mamanya dan menjadi

kebiasaan dan berpikiran ke arah seksual. Semenjak itu apabila Ian

Page 145: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

172

meminta peluk ke ibu gurunya, ibu gurunya selalu menolak dan juga orang

tua Ian di beri pengertian supaya untuk tidak membiasakan Ian dipeluk.

Selain itu terhadap teman-teman perempuan satu kelas Ian diberi

pengertian oleh ibu guru supaya ada batasan dikarenakan Ian anak autis

yang secara fisik seharusnya sudah SMP tetapi pola pikirnya masih setaraf

dengan siswa Sekolah Dasar kelas 6.

Dalam kaitanya dengan kerjasama apabila ada pekerjaan kelompok

atau pekerjaan keterampilan bersama, Ian cenderung mondar-mandir

melihat pekerjaan teman-temannya yang lain, hanya membawa bahan

untuk pekerjaan kelompoknya saja tetapi tidak mau untuk bekerja sama.

Ian paling tidak suka diskusi, apabila sedang diskusi teman-temannya

harus ikut jalan pikirannya. Apabila sedang istirahat Ian lebih suka

menyendiri, biasanya jajan kemudian menyendiri makan di Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA). Untuk berinteraksi

sosial dengan teman-temannya seperti ketika istirahat Ian sangat jarang

berinteraksi sosial bahkan apabila istirahat atau pelajaran Ian bertemu

Putra murid kelas 3 maka selalu terjadi konflik karena Putra selalu

menggoda, padahal mereka sama-sama penyandang autis. Ketika Ian

sedang menyanyi Putra pasti mengejek kalau suara Ian jelek begitu juga

sebaliknya apabila Putra sedang pidato atau bercerita Ian juga selalu

mengejeknya, karena reaksi yang berlebihan ini yang mengundang Putra

dan kadang teman yang lainnya untuk menggoda si Ian. Ian menyukai

pelajaran science atau pengetahuan alam dan IT, dunia maya atau internet.

Page 146: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

173

Apabila ada pelajaran yang dia tidak suka khususnya seperti

Kewarganegaraan, dan pelajaran sosial dia selalu keluar kelas atau ke

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA). Oleh karena itu

Ian diberi metode khusus karena apabila temannya diterangkan sekali

maka Ian harus diterangkan berulang-ulang dan harus ada guru

pendamping yang selalu mendampingi lalu menjelaskan. Ian paling tidak

suka pelajaran membaca dan menulis.

Ian mendapat program terapis atau intervensi dari Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) tiga kali dalam satu minggu. Dalam

kurikulumnya untuk Ian ada modifikasi, misalnya: apabila anak lain atau

non-difabel jenjang nilai 1-100 kalau Ian 1-70. Khusus untuk UASBN

karena Ian sudah kelas 6. Maka menurut wali kelasnya tidak ada masalah

karena materi dan pengisian jawaban untuk Ian hanya melingkari tetapi

untuk membacanya harus ada bantuan atau pendamping yang membantu

membacakan soal tetapi tidak mengarahkan ke jawaban hal ini disebabkan

karena Ian tidak suka membaca bila kalimatnya panjang.

Berdasarkan data dan informasi yang peneliti peroleh di lapangan maka

berikut ini peneliti menyajikan matriks profil informan yaitu siswa difabel

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta :

Page 147: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

174

Matriks 3.1

Profil Informan (Siswa Difabel Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta)

NO

NAMA

KELAS

PROFIL SISWA

1. Rahman

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IA

1. Jenis Kecacatan : Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

2. Perilaku di Sekolah : Menyendiri dan pasif. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain.

3. Kekuatan : Memahami instruksi. Mau berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan motorik kasar dan halus sudah cukup bagus. Mampu

membaca suku kata hidup. Mampu menulis kata dengan dengan didektekan persuku kata. Sudah mampu menulis di buku kotak kecil.

Mampu membilang benda sampai dengan 20. Anak selalu membawa alat tulis. Tidak mempunyai hambatan sosialisasi, anak yang

terbuka. Ada kemauan bercerita dan menjawab pertanyaan tentang peristiwa yang dialaminya. Suka melukis. Anak sudah mampu

membaca iqro 2 hal 27 dan belum mampu menghafal surat Al falaq, An Nas, Al Maun, Al Kafirun, doa masuk dan keluar kamar mandi.

4. Kelemahan : Sulit untuk memahami instruksi bertingkat2.Cenderung mengulang pertanyaan. Muncul gerakan tremor ketika memegang

benda kecil dan ringan. Belum mampu membaca suku kata berakhiran kosonan. Kesulitan mencontoh tulisan dari papan tulis. Masih

diarahkan dalam menempatkan huruf sesuai aturan. Belum mampu mengurutkan bilangan dari yang terkecil ke bilangan yang terbesar.

Belum mampu mempersiapkan perlengkapan alat tulis. Tidak mampu mengungkapkan perasaannya. Melukis masih belum rapi. Anak

belum mampu membaca iqro 4 hal 18 dan sudah mampu menghafal surat Al Fatihah, An Nas, Al Falaq, Al Ikhas, Al Lahab, Al-Kafirun,

Al Kautsar, Al FIL, Al Nasr, doa makan, doa tidur dan doa masuk kamar mandi.

5. Kebutuhan : Pengulangan instruksi dan memahami instruksi. Memperkaya kosa kata dengan memberi penjelasan dalam buku cerita.

Mengurangi gerakan tremor. Latihan membaca. Kemampuan visual persepsi. pemahaman aturan melukis di kotak kecil. latihan

mengurutkan bilangan dari yang terkecil ke bilangan yang terbesar. Persiapan alat tulis dan buku sebelum pelajaran. Anak mampu

Page 148: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

175

mengungkapkan perasaanya. Anak mampu melukis dengan rapi. Latihan membaca dan menghafal surat-surat pendek.

6. Langkah Bantuan : Mengulangi instruksi dan penyederhanaan instruksi. Mengajak bercerita dengan memperbanyak kosakata.

Mengkondisikan beraktifitas menggunakan benda yang kecil dan ringan dengan memposisikan tangan tidak menggantung tetapi berada

di atas meja. Menggunakan CCB2, latihan visual persepsi, latihan menulisa sesuai aturan di buku kotak kecil. Latihan untuk

meningkatkan kemampuan pengurutan ke samping. Latihan untuk meningkatkan kemampuan pengurutan bersusun kebawah. Membantu

persiapan dengan memberi pengarahan sebelum pelajaran di mulai. Membantu persiapan dengan menggunakan check list atau gambar.

Jeli terhadap permasalahan anak. Sharing bersama keluarga. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan

permasalahannya. Menceritakan gambar-gambar sebagai inspirasi anak. Membantu melukis denggan baik dan rapi. Memberikan contoh

gambar-gambar sebagai acuan anak. Membantu membaca dan menghafal surat-surat pendek.

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Reguler

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Menggambar

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

2. Abdul

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IIC

1. Jenis Kecacatan : Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

2. Perilaku di Sekolah : Menyendiri dan pasif. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain.

3. Kekuatan : Anak mampu mengikuti tugas yang diberikan dikelas dengan cepat, bahasa reseptif: mampu mengerti makna bahasa

sederhana yang sering dipakai sehari-hari, bahasa ekspresif: anak mampu mengungkapkan bahasa ekspresif misalnya saat anak senang

dan tidak senang dengan sesuatu, menginginkan sesuatu, saat marah dan lainnya, bila diajak komunikasi dua arah anak mampu

menangapi dan menjawab, motorik kasar: anak mampu melompat, melempar, berlari, berputar meskipun gerakan masih kaku, motorik

halus: anak mampu menulis dengan pola pegang pensil three pod pinch, menggambar mewarnai mandiri tetapi masih seering keluar

garis, kemampuan menulis: mampu menulis dengan mengcopy tulisan yang ada dipapan tulis, mampu menulis dengan dikte suku

kata,kata konsonan mati dan konsonan rangkap, kemampuan membaca: mampu membaca suku kata hidup, suku kata berkonsonan mati

Page 149: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

176

dan konsonan rangkap, kemampuan matematika: mampu membilang sampai dengan 10000, ma,pu menjumlah dengan teknik meyimpan

dan mengurang dengan teknik meminjam, anak mau bersosialisasi dengan teman-teman saat jam istirahat dengan bergabung bersama-

sama anak lainnya, untuk toilet training mampu mandiri, berpakaian, makanan, minuman, mandi mandiri, mau berbagi makanan,

mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, mampu menyelesaikan aktifitas berhitung dan menulis dalam waktu yang cepat.

4. Kelemahan : Anak sulit dihentikan atau diganti dengan pelajaran yang lain bila tugas pada pelajaran yang sebelumnya belum selesai,

bahasa reseptif: anak sering menanyakan makna bahasa-bahasa yang jarang didengar dalam keseharian seperti: syahid, tumbas, boros

dan lainya, bahasa ekspresif yang dikeluarkan jika anak sedih terlalu berlebihan yaitu menaggis sambil berteriak, anak lebih sering

menjawab pertanyaan jika ditanya, tetapi anak jarang memulai pembicaraan serta sering mengalamikesulitan mengungkapkan pertanyaan

yang ingin ditanyakan, belum mampu surving dan memukul satelkok dengan baik ketika bulu tangkis, mewaarnai belum rapi, tulisan

anak kurang rapi dan terlalu besar, hanya mengikuti pola permainan teman-temanya, anak belum mampu melakukan sholat lima waktu,

belum mampu menata jadwal sendiri, masih kaku dalam melaksanakan aktifitas, anak lebih cenderung memukul jika ada seseorang yang

keterlaluanmemancing emosinya.

5. Kebutuhan : Memahami batas waktu menyelesaikan tiap tugas, membutuhkan lebih banyak kosa kata dan penjelasan kata-kata yang

jarang didengar dalam keseharian, membutuhkan latihan untuk mengendalikan emosi, membutuhkan banyak latihan untuk memulai

pembicaraan, mampu bermain bulu tangkis dengan baik, mewarnai dengan rapi, menulis dengan rapi dan sesuai dengan garis dan kotak,

mengetahui cara bermain, mampu melaksanakan sholat lima waktu, mampu menata jadwal sendiri, mengetahui durasi waktu tiap tugas,

membutuhkan latihan untuk mengendalikan emosi.

6. Langkah Bantuan : Memberikan pemahaan durasi waktu tiap tugas, memakai media gambar untuk bercerita, meminta anak mengulangi

bercerita, menjelaskan kata-kata yang ditanyakan, sosial story, berlaatih bulu tangkis setiap hari jumat, berlatih mewarnai, sosial story

mengenai perlunya menulis rapi dan mengarahkan anak untuk menulis sesuai dengan kotak yang ada, melatih anak bertukar bekal

dengan teman, latihan bermain kelompok, strategi fisual, memberikan pemahaman dan mengingatkan anak tentang waktu mengerjakan

tugas, memperbanyak latihan soal yang berkaitan dengan latihan berhitung, dan menulis.

Page 150: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

177

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Reguler

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Menggambar dan berhitung

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

3. Putra

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IIIC

1. Jenis Kecacatan : Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

2. Perilaku di Sekolah : Menyendiri dan pasif. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain dan masih tergantung keadaan hati atau

keinginan.

3. Kekuatan : Mampu menghafal pelajaran ilmu pengetahuan alam (science) dengan cepat dan secara spontan berlagak seperti guru

menerangkan di depan kelas dengan percaya diri.

4. Kelemahan : Anak tidak mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman. Bahkan disaat ada kegiatan makan siang bersama,

anak tidak dapat mengambil makanannya sendiri. Jika ada yang mengganggu cenderung marah, menangis, dan melempar. Jika diajak

komunkasi dua arah, anak mampu menanggapi, tetapi memerlukan waktu yang lama. Anak tidak peka terhadap keadaan dan kejadian

disekitarnya. Tidak bisa mengikuti pelajaran yang bersifat sosial, seperti ilmu pengetahuan sosial dan kewarganegaran, dimana dalam

mata pelajaran tersebut berisikan norma-norma sosial dan aplikasinya dilakukan dalam masyarakat.

5. Kebutuhan : Pengulangan instruksi dan memahami instruksi. Memberi penjelasan setiap kalimat yang diterangkan. membutuhkan latihan

untuk mengendalikan emosi, membutuhkan banyak latihan untuk memulai pembicaraan, mampu bermain bulu tangkis dengan baik,

mewarnai dengan rapi, menulis dengan rapi dan sesuai dengan garis dan kotak, mengetahui cara bermain, mampu melaksanakan sholat

lima waktu, mampu menata jadwal sendiri, mengetahui durasi waktu tiap tugas, membutuhkan latihan untuk mengendalikan emosi.

6. Langkah Bantuan : Setiap mata pelajaran sosial, guru pendamping harus mendampingi untuk mendefinisikan ulang setiap kalimatnya

disertai dengan contohnya. Agar ana mengerti akan maksud dari mata pelajaran tersebut dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Modifikasi dengan penambahan jam pelajaran sosial dan kewarganegaraan

Page 151: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

178

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Menerangkan tentang science

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

4. Nanda

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IIIC

1. Jenis Kecacatan : Celebral Palsy

2. Perilaku di Sekolah : Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan siswa non-difabel

3. Kekuatan : Menonjol di mata pelajaran seni, khususnya menyanyi

4. Kelemahan : Pada mata pelajaran matematika memiliki ketertinggalan, dikarenakan setelah operasi kaki, sering tidak masuk, sehingga

membutuhkan guru pendamping khusus pada mata pelajaran matematika

5. Kebutuhan : Memberikan tambahan pembelajaran berhitung

6. Langkah Bantuan : Pada mata pelajaran matematika, avisa menggunakan sistem pull out, dimana dia ditarik dari kelas untuk ditempatkan

diruang khusus dengan guru pendamping dan guru lainnya yang khusus mata pelajaran matemtika. Dalam ruangan tersebut anak

diberikan pelajaran lebih detail daripada teman-temannya.

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Modifikasi dengan menambah jam pelajaran matematika

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Baik

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Tidak Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : baik

5. Iman

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IVA

1. Jenis Kecacatan : Learning Disability (Gangguan Belajar)

2. Perilaku di Sekolah : Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan siswa non-difabel

3. Kekuatan : Anak mau menyelesaikan tugas yang diberikan guru kelas. Anak tidak cepat putus asa apabila tidak bisa, anak semangat

dalam mengerjakan tugas sampai selesai. Motorik kasar : anak dapat menari dengan lincah, pandai mengolah tubuh. Tulisan anak bagus.

Suka dipelajaran bahasa jawa, khususnya tokoh-tokoh pewayangan. Paham konsep perkalian meskipun masih menghitung secara

penambahan dengan jari. Bagus dalam bersosialisasi. Tidak nudah tersinggung walaupun diejek teman saat dia tidak bisa. Disiplin

Page 152: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

179

terhadap peralatan sekolah (berusaha menghubungi rumah saat buku paket/ peralatan sekolah tertinggal dirumah, berusaha meminjam

alat ke kelas lain sementara anak belum membeli). Pandai menari. Mudah dalam menghafal ayat Al-Quran.

4. Kelemahan : Kurang memahami instruksi tugas dalam buku. Kurang konsentrasi. Motorik halus: anak lama dalam menulis, menulis

sangat pelan karena posisi menulis anak terlalu ditekan sehingga anak gampang capek. Pemahaman dalam menerima materi kurang. Sulit

menghafal dalam kalimat yang panjang. Penggunaan huruf kapital dalam menulis belum sesuai (imam, jL. Merapi). Anak kesulitan

menghitung perkalian yang lebih besar. Belum memahami konsep pembagian. Manja(meminta sesuatu harus terpenuhi saat itu juga,

keinginan yidak bisa ditunda). Hampir setiap mata pelajaran selalu ijin ke kamar mandi sehingga mengakibatkan ketertinggalan materi

yang disampaikan guru. Sering keliru dalam membaca huruf hijayah. Panjang dan pendek membaca belum benar.

5. Kebutuhan : Pengulangan instruksi. Tugas cepat selesai. Latihan senso motorik. Peyederhanaan materi. Pengulangan materi. Mudah

menghafal. Latihan menulis sesuai kapital. Menghafal perkalian. Memahami konsep pembagian. Menahan diri. Tidak terlalu sering

kekamar mandi. Selalu mengasah keterampilan dalam menarinya. Benar dalam membaca huruf Al-Quran beserta panjang pendeknya.

6. Langkah Bantuan : Pengulangan instruksi. Peyederhanaan instruksi. Mengingatkan anak untuk konsentrasi. Melatih konsenntrasi dengan

permainan jumbopas/logika. Terapi okupasi. Belajar dengan mind maping. Merangkum dan mengemas materi. Pelajaran dengan

permainan. Mengemas hafalan dengan permainan (cth: komponen peta:judul, skala menjadi jusuf kala). Memberikan pemakaian huruf

kapital, praktik saat mencatat, memberi reward saat penggunaan huruf kapital benar. Memberi hafalan perkalian. Memberi teknik

perkalian dengan jari secara bertahap. Mengajarkan konsep pembagian adalah kebalikan dari perkalian. Tidak memberikan apa yang

diinginkannya. Dibolehkan ijin kekamar mandi saat pergantian jam pelajaran. Mengikut sertakan dalam sanggar tari. Mencari info

lomba-lomba. Latihan membaca iqro minimal 2lembar per hari.

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Modifikasi dengan menambah jam pelajaran matematika

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Menari

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Tidak Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

Page 153: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

180

6. Tian

(Bukan Nama

Sebenarnya)

IVA

1. Jenis Kecacatan : Celebral Palsy dan Gangguan sosialisasi

2. Perilaku di Sekolah : Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi.

3. Kekuatan : Mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Mampu berinteraksi dan bersosialisasi.

4. Kelemahan : Malu ketika bersalaman dengan guru maupun teman non-difabel, karena keadaan tangan kanan kecil. Dalam mata pelajaran

ketrampilan, mengalami kesulitan, karena tangan susah untuk digunakan menggunting, menempel, dan melipat. Dalam kesehariannya

yang aktif adalah tangan kirinya.

5. Kebutuhan : Memberikan pendampingan pada mata pelajaran matematika

6. Langkah Bantuan : Pada mata pelajaran matematika, anak tetap berada diruang kelas bersama teman-temannya, hanya didampingi oleh

guru pendamping.

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan : Kurikulum Reguler

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi : Taekwondo

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Tidak Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

7. Ian

VI

1. Jenis Kecacatan : Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

2. Perilaku di Sekolah : Menyendiri dan pasif. Hanya mampu berinteraksi dengan orang-orang yang disukainya.

3. Kekuatan : Anak mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan instruksi secara lisan baik dari guru kelas maupun guru

pendamping. Pemahaman instruksi baik. Bahasa reseptil: penggunaan bahasa sederhana anak akan mengerti maknanya. Bahasa

ekspresif: anak mampu mengungkapkan bahasa ekspresif misalnya saat perasaan anak sedang senang dan sedih, anak menginginkan

sesuatu, anak marah; baik dengan ucapan atau sikap. Apabila anak diajak berkomunikasi dua arah, anak mampu menanggapi dan

menjawab dengan benar. Motorik halus: anak mampu menulis dengan rapi tanpa keluar garis, mampu membuat table dengan garis yang

lurus serta ukuran yang benar, mampu menggambar, mewarnai mandiri tanpa keluar garis. Motorik kasar: anak mampu melompat,

menggerakan tangan dan kepala secara bergantian dalam 1x hitungan, menekuk lutut untuk menjaga keseimbangan, melempar, berputar

Page 154: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

181

berlari; meskipun gerakan masih kaku. Secara umum kemampuan akademis sama dengan anak lainnya kecuali pada pelajaran

matematika. Anak hafal perkalian 1dan 2. jika anak diajak komunikasi dua arah anak mampu menanggapi dan menjawab dengan lancar

dan benar. Anak mau berteman dengan anak yang bisa menanggapi ceritanya (anak mudah akrab dengan orang lain meskipun belum

kenal). Anak sudah mampu mencuci peralatan makan yang kotor dan membersihkan bagian yang kotor pada pakaian. Anak mau

mengakui kesalahan secara jelas ketika bersalah dan patuh terhadap konsekuensi yanga telah disepakatinya. Anak sangat pandai

menghafal lyric lagu dalam waktu yang relatif singkat dan mampu menyanyikan nya dengan nada yang tepat. Anak banyak hafal surat-

surat pendek.

4. Kelemahan : Anak masih menolak jika mengerjakan soal dan catatan dalam jumlah yang terlalu banyak (lebih dari 10 soal). Anak masih

malas jika harus menulis dengan waktu yang cepat. Anak selalu menulis catatan dalam bentuk yang lebih ringkas dan yang ditulis oleh

guru. Anak belum mengerti tahapan mengerjakan soal UASBN. Bahasa reseptif: penggunaan kata dalam penulisan naskah drama, pidato

maupun laporan pengamatan belum mengrti maknanya seperti(kronologis, tenaga medis, penghijauan, antagonis, prolog, berkenaan,

intonasi, lafal). Bahasa ekspresif yang diucapkan terkadang tidak tepat. Anak lebih sering menjawab pertanyaan ketika ditanya, tetapi

anak jarang untuk memulai pertanyaan. Anak masih membutuhkan waktu yang lama untuk menulis. Anak belum bisa mengikuti irama

kecepatan gerakan kelompok. Anak belum hafal perkalian 3dan 4. anak belum tahu konsep pembagian 2 secara tepat. Anak belum

mampu menulis dengan menggunakan kaidah EYD terutama dalampenulisan naskah drama, pidato, dan laporan pengamatan. Anak

hanya mau berteman dengan anak yang memiliki sesuatu yang menarik inatnya dan bisa menanggapi cerita dan khayalannya. Anak silit

menerima perubahan. Anak belum mengerti cara mencuci baju dengan benar. Anak masih mengulang kesalahan yang sama meskipun

anak sudah meminta maaf dan mengaku jera. Anak belum mau langsung kekelas bila telah tiba di sekolah.

5. Kebutuhan : Modifikasi soal terutama soal matematika. Membutuhkan waktu lama untuk menulis. Membutuhkan point penting dari

catatan guru dipapan tulis. Pemahaman tahapan (langkah-langkah ) mengerjakan soal UASBN. Membutuhkan lebih banyak kosa kata

dan kata-kata kiasan, ungkapan dan istilah dalam penulisan naskah drama, pidato dan laporan pengamatan. Membutuhkan latihan untuk

menggunakan bahasa ekspresif yang tepat. Membuthkan banyak latihan intuk memulai bertanya. Banyak latihan motorik halus.

Page 155: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

182

Membutuhkan lebih banyak olahraga brkelompok dengan irama gerakan mengikuti kelompok secara bersama-sama. Membutuhkan

banyak latihan perkalian 3 dan 4. Membutuhkan banyak latihan menghafal pembagian 2. Anak masih membutuhkan waktu yang lama

dalam pembagian. Latihan menulisa menggunakan penulisan kalimat pada naskah pidato, drama, dan laporan pengamatan menggunakan

EYD. Membutuhkan latihan bersosialisasi dengan teman antar kels. Butuh lebih fleksibel dalam menerima perubahan. Latihan mencuci

baju dengan benar melipiti penggunaan air, sabun, sampai tatacara yang benar untuk mengucek. Anak masih membutuhkan pemahaman

perilaku yang baik dan buruk. Anak membutuhkan motivasi untuk mau langsung ke kelas bila telah tiba di sekolah. Penyaluran potensi

atau bakat yang sesuai. Hafalan surat pendek Al-Qur’an.

6. Langkah Bantuan : Memberikan tugas secara bertahap. Tidak perlu menulis soal dan membuat / mempunyai catatan hanya jika pada

kondisi anak benar-benar tidak mau menulis. Sesekali guru pendamping menuliskan jawaban maupun catatan dari anak. Guru

pendamping membacakan poin penting dari catatan guru kelas. Social story mengenai tahapan mengerjakan soal UASBN. Lebih banyak

menambah kosa kata dan kata-kata kiasan, ungkapan dan, istilah dalam kalimat terutama dalam naskah drama, pidato, dan laporan

pengamatan. Latihan bermain peran dengan berbagai eatak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk memulai bertanya dengan

media tulis, missal: melakukan wawancara sederhana dengan guru (menanyakan hobby, alamat, dan lainya). Memberikan latihan

motorik halus (meremas kertas, permainan boneka tangan atau boneka jari, bermsin lempsr tsngkap bola, latihan menjimpit kelerang satu

per satu di lantai, dan lainya). Memberikan reward pada saat anak mau berolah raga berkelompok. Memberi latihan lari haling rintang.

Latihan menghafal perkalian dengan bantuan media audio(missal: mendengarkan rekaman hafalan perkalian dari suaranya sendiri).

Latihan belajar menghafal pembagian dengan bantuan media visual (misal: kartu table pembagian secara acak bertahap dan kartu

pembagian seperti domino) dan media audio seperti perkalian. Memberikan latihan menulis kalimat naskah pidato, drama, dan laporan

pengamatan sesuai dengan aturan EYD. Latihan bersosialisasi yang baik dengan teman. Sosialisasi awal (memberikan penjelasan)

sebelum adanya perubahan bagi dirinya. Membimbing anak ketika memperaktikan mencuci baju. Pemberian reward dari konsekuensi

pelanggaran. Pembiasaan dan pemberian pemahaman etika siswa yang disiplin ketika tiba disekolah. Mengikutsertakan anak dalam

kompetisi / perlombaan yang mengembangkan bakatnya (pada waktu-waktu tertentu) membuat rekaman lagu-lagu dengan bahasa

Page 156: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

183

daerah, nasional, maupun asing. Mengulang hafalan surat-surat pendek dalam juz30 agar terjaga hafalanya. Iqra 3 mulai halaman 36

sampai tamat.

7. Kurikulum Pembelajaran yang diberikan :

8. Minat/ Bakat Siswa/ Hobi :

9. Komunikasi Guru terhadap Siswa : Berulang-ulang

10. Interaksi antar siswa : Baik

Sumber : Data Primer, April 2010

Page 157: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

184

2. PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL

DENGAN SISWA NON DIFABEL DAN SISWA DIFABEL

DENGAN GURU

Siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki berbagai macam

keterbatasan, antara lain yaitu keterbatasan fisik (Celebral Palsy), autisme, serta

gangguan bersosialisasi dan berinteraksi. Siswa difabel pada umumnya dan

apapun jenis gangguan yang dimilikinya, mereka memiliki keterbatasan dalam

berinteraksi dan bersosialisasi, terutama bagi siswa difabel autisme. Pada

umumnya mereka merasa minder, tidak percaya diri dan terbelakang.

Siswa difabel penyandang autis sering dikira tuli oleh orangtuanya karena

tidak bereaksi apabila dipanggil. Sejalan dengan pertambahan usia, anak lebih

senang sendiri, tidak tertarik pada anak lain atau anggota keluarga yang lain, tidak

responsif terhadap isyarat sosial seperti kontak mata atau senyuman. Sering tidak

ada perilaku melekat dan kegagalan yang relatif awal pada pertalian dengan orang

tertentu. Anak sering tidak mampu membedakan orang yang paling penting dalam

kehidupannya, seperti orangtua, saudara dan guru bahkan hampir tidak

menunjukkan rasa cemas saat perpisahan bila ditinggal dalam lingkungan yang

asing dengan orang asing, juga lemah dalam respon timbal balik.

2.1 Keterbatasan dalam berinteraksi sosial, antara lain sebagai berikut :

a. Penyandang autistik lebih suka menyendiri

Anak penyandang autis hanya akan asyik dengan dirinya

sendirinya dan mainannya tanpa merespon keberadaan orang lain di

sekitarnya. Tetapi akan marah apabila mainannya diambil atau diganti

Page 158: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

185

dengan benda lain dan berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan

miliknya. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Karmita selaku orang tua murid

Putra, seperti berikut ini:

“Anak saya Putra lebih suka menyendiri dirumah dan saat diterapi diberikan bunyi-bunyian kerincingan di belakang kepalanya dia tidak langsung menengok, tetapi tangannya yang langsung meyambar tanpa harus melihat, dia juga asyik memegang mainannya tanpa menengok kesana kemari dan tidak memperdulikan keadaan sekitar.” (Minggu, 11 April 2010).

b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk

bertatapan

Kontak mata (eye contact) adalah kejadian ketika dua orang

melihat mata satu sama lain pada saat yang sama. Kontak mata

merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal yang disebut

okulesik dan memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku sosial.

Frekuensi dan arti kontak mata sering bervariasi dalam berbagai

budaya manusia. Kontak mata dan ekspresi wajah memiliki peran

penting dalam menyampaikan pesan sosial dan perasaan, orang-orang

tanpa sengaja sering memperhatikan mata orang lain untuk menduga

perasaan orang tersebut. Melalui kontak mata, seseorang juga dapat

memeriksa apakah lawan bicara memperhatikannya, dan apakah lawan

bicara setuju dengan pembicaraannya. Dalam beberapa konteks,

pertemuan mata sering membangkitkan perasaan yang kuat. Kontak

mata juga penting dalam mendekati lawan jenis, karena dapat

mengukur ketertarikan satu sama lain.

Page 159: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

186

Selain itu anak penyandang autisme mempunyai gangguan

kemampuan bersosialisasi terutama ditandai oleh minimal atau tidak

adanya kontak mata. Atau pandangan matanya ada tetapi kualitasnya

tidak lekat. Sekilas sepertinya pandangan dia menembus mata kita,

tetapi dia seakan-akan melihat ke arah sesuatu yang berada antara kita

dan dia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Isna selaku guru

pendamping Putra adalah sebagai berikut :

“Putra kalau diajak ngobrol atau bersalaman selalu tidak mau menatap orangnya, pasti wajahnya berpaling kesana kemari tidak fokus. Begitupula disaat pelajaran berlangsung, kurang memperhatikan ketika guru memberikan materi pembelajaran. Tatapan matanya sering kosong dan seperti orang melamun, serta selalu berimajinasi. Ekspresi wajahnya juga tidak dapat ditebak apakah dia sedang sedih atau senang, kesannya datar dan tidak berekspresi. Kadang ketawa-ketawa sendiri, kadang menangis sendiri, tapi hal itu belum bisa menandakan bahwa dia tersenyum karena senang atau menangis karena sedih.” (Selasa, 23 Maret 2010).

c. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman

Dia cenderung bermain sendiri dan tidak tertarik untuk bermain

dengan taman-teman lainnya, atau seandainya kita masukkan dalam

kelompok teman sebaya dia akan asyik bermain sendiri dan tidak mau

bermain bersama. Sehingga kalau dibiarkan dia akan menikmati dan

asyik bermain sendiri. Kadang-kadang ada yang menangis dan tertawa

tanpa sebab. Anak penyandang autisme biasanya tidak bisa bermain

yang sifatnya resiprokal (timbal balik) dengan teman-teman

sebayanya, jadi bentuk permainan yang dilakukannya hanya searah.

Misalnya hanya mengejar terus dan tidak paham apa yang harus

Page 160: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

187

dilakukan kalau dikejar, sering hanya menjadi pengikut karena mereka

tidak mampu memulai suatu permainan. Mereka sering tidak paham

dengan permainan yang bersifat giliran. Anak minimal harus memiliki

satu gejala dari kelompok ini untuk dapat di diagnosis penyandang

autisme. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Putra, seperti berikut ini :

“Dimana saat teman-temannya bermain sepakbola, dia hanya diam saja disudut lapangan sambil asyik makan semangka, dan ketika ada bola didekatnya, maka didiamkan saja, acuh terhadap teman yang menghampirinya, dan tidak perduli dengan teman-teman yang sedang bermain sepakbola.” (Observasi, Jumat, 5 Maret 2010 ).

d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh, seperti yang

dilakukan oleh Ian berikut ini :

“Ketika jam istirahat, Ian suka menyendiri ke ruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), padahal teman-teman yang lain asyik bermain, tetapi Ian tidak mau bermain bersama, bahkan Ian lebih nyaman sendirian di ruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) dan makan dengan tenang.” (Observasi, Jumat, 5 Maret 2010 ).

e. Ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik sangat kaku, tidak

ada timbal balik sosial atau emosional, tidak memiliki ekspresi

emosional. Hal ini terlihat pada ekspresi wajah yang biasa saja ketika

bertemu ibunya ataupun ketika digendong oleh bapaknya, seperti yang

dilakukan oleh Ian berikut ini

“Saat menghadiri acara lomba bagi siswa difabel pada hari Minggu, 11 April 2010 di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, yang dilaksanakan oleh PT. Raka Perkasa, Ian dari awal ia datang pukul 08.00 WIB hingga gilirannya maju pentas ke panggung pada pukul 12.00 WIB, ia hanya duduk diam saja, dan dibelai oleh ayahnya, sama sekali tidak ada reaksi, hanya diam saja. Ian mengobrol juga tidak sering hanya sepatah atau dua patah kata saja. Ian selalu didampingi oleh kedua orang tuanya ketika menghadiri acara-acara perlombaan bagi siswa difabel di Kota Surakarta.” (Observasi, Minggu, 11 April 2010).

Page 161: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

188

Pada masyarakat tertentu, sosialisasi terjadi hampir selama masa bayi

dan anak-anak saja. Misalnya pada masyarakat yang primitif dan

mempunyai sistem sosial yang tertutup dan tidak banyak perubahan dalam

teknologi. Dalam masyarakat modern, sosialisasi terus berlangsung selama

proses sosialisasi keluarga. Unsur penting lainnya yang berpengaruh

terhadap perilaku sosial adalah termasuk teman, televisi, film dan berbagai

macam bahan bacaan.

Dalam kelangsungan hidupnya manusia tidak dapat hidup secara

sendiri, tetapi dia memerlukan hidup bersama dengan orang lain. Hidup

bermasyarakat adalah syarat mutlak bagi manusia supaya ia dapat menjadi

manusia dalam arti yang sesungguhnya.

Dalam bersosialisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara

singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sifat dasar

Sifat dasar adalah keseluruhan potensi yang diwarisi oleh orangtuanya atau lebih cenderung disebut sebagai sifat keturunan.

2. Lingkungan prenatal

Lingkungan prenatal adalah lingkungan sebelum dilahirkan yaitu sejak dalam kandungan. Lingkungan prenatal itu embrio mendapat pengaruh dari ibu secara tidak langsung.

3. Perbedaan individu

Perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan yang ada pada individu, meliputi ciri-ciri fisik, mental dan emosional, personal dan sosial.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah kondisi yang mengelilingi individu yang mempengaruhi proses sosialisasi.

5. Motivasi

Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu yang didorong oleh keinginan baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.

Page 162: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

189

Walaupun bukan satu-satunya gejala utama pada difabel, tetapi pada

kenyataannya gangguan interaksi dan sosialisasi ini terdapat pada hampir

seluruh penyandang autis, termasuk pada siswa difabel di Sekolah Dasar

(SD) AL Firdaus Kota Surakarta, yaitu pada Putra dan Ian, yang merupakan

informan penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka peneliti

menyajikan matriks tentang keterbatasan, gangguan interaksi dan sosialisasi

pada siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus Kota Surakarta :

Page 163: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

190

Matriks 3.2

Keterbatasan Siswa Difabel dalam Berinteraksi Sosial

No

Nama Siswa Jenis Gangguan Keterbatasan Siswa dalam Berinteraksi Sosial

Gangguan Interaksi dan Sosialisasi Siswa Difabel

1. Rahman (Bukan Nama Sebenarnya)

Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

Siswa jarang memberikan respon atau tanggapan.

Cenderung menyendiri dan pasif dalam berinteraksi. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain.

2. Abdul (Bukan Nama Sebenarnya)

Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

Siswa jarang memberikan respon atau tanggapan.

Cenderung menyendiri dan pasif dalam berinteraksi. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain.

3. Putra (Bukan Nama Sebenarnya)

Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

Siswa jarang memberikan respon atau tanggapan.

Cenderung menyendiri dan pasif dalam berinteraksi. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain dan masih tergantung keadaan hati atau keinginan.

4. Nanda (Bukan Nama Sebenarnya)

Celebral Palsy Siswa tidak mengalami masalah dalam berinteraksi

Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan siswa non-difabel

5. Iman (Bukan Nama Sebenarnya)

Gangguan Belajar Siswa tidak mengalami masalah dalam berinteraksi

Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan siswa non-difabel, hanya saja mengalami gangguan belajar pada mata pelajaran tertentu sehingga disaat kegiatan belajar berlangsung, siswa tidak fokus terhadap pelajaran yang ada.

6. Tian (Bukan Nama Sebenarnya)

Celebral Palsy dan Gangguan sosialisasi

Siswa tidak percaya diri Normal dan mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan siswa non-difabel

Page 164: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

191

7. Ian (Bukan Nama Sebenarnya)

Autism Spectrum Disorder dan Gangguan Interaksi dan Sosialisasi

Siswa jarang memberikan respon atau tanggapan.

Cenderung menyendiri dan pasif dalam berinteraksi. Baru aktif bila ada teman yang mengajak bermain. Hanya mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang-orang tertentu. Hanya memiliki rasa takut dengan Kepala Sekolah, wali kelas, ketua PUSPA dan ibunya.

Sumber : Data Diolah, Mei 2010

Page 165: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

192

2.2 Perilaku yang mencerminkan gangguan interaksi dan sosialisasi, antara lain :

a. Stereotipik

Gerakan stereotipik adalah gerakan motorik kasar tidak wajar yang

dilakukan berulang-ulang. Para ahli menyebutkan bahwa gerakan

stereotipik merupakan gejala utama dari anak difabel. Hampir seluruh

penyandang autis memiliki gerak stereotipik. Biasanya anak penyandang

autis memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,

mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata

ke pesawat TV, lari/ berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang

diulang-ulang. Keadaan ini dapat berkurang pada situasi yang lebih

terstruktur (tetap). Karena anak penyandang autis tidak tahan dalam

situasi transisi atau perubahan. Pindah ke rumah baru, memindahkan

perabotan rumah tangga dalam ruangan dan makan pagi sebelum mandi

apabila merupakan kebalikan dari rutinitas, dapat menyebabkan

penyandang autis menjadi cemas, tegang, panik atau temper tantrum

(ngadat, marah, menangis sambil berguling-guling). Seperti yang

dilakukan oleh Putra, yaitu ketika dia berjalan kaki, suka bertepuk

tangan sendiri, bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung,

berputar-putar, dan melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang.

Juga yang dilakukan oleh Ian yaitu ketika dia berjalan, gerakannya

sangat kaku, mata hanya memandang kedepan kesatu arah saja dengan

berbicara sendiri.

Page 166: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

193

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karmita selaku orang tua

Putra, berikut ini :

“Dulu waktu sebelum saya tahu bahwa anak saya memiliki gangguan autis, pada umur 2 tahun setelah dia bisa berjalan, dia selalu aktif berjalan kesana kemari hingga keliling perumahan. Saya punya pembantu selalu tidak krasan, slalu ganti pembantu hanya karena mereka tidak sanggup mengurus Putra. Putra sangat aktif tidak bisa diam. Dinasehati marah, anaknya semaunya sendiri. Dia suka jalan-jalan berkeliling perumahan berkali-kali sambil menyanyi sendiri, bertepuk tangan sendiri, berputar-putar kayak burung ditengah jalan. Yang saya tau ya hal itu wajar karena anak saya senang melakukan hal tersebut setiap harinya.” (Wawancara, Minggu, 11 April 2010).

b. Hiperaktif atau Hipoaktifitas

Hiperaktif atau sering disebut juga sebagai Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) adalah gangguan perilaku yang

sering terjadi pada anak ditandai dengan perilaku motorik yang berlebihan,

sehingga rentang perhatiannya pada sesuatu sangat buruk.

Penyebabnya adalah gangguan di otak bagian depan yang disebut

lobus frontalis dan sekitarnya, yang mengontrol proses berpikir dan yang

mempengaruhi perilaku anak. Faktor genetika juga diduga berpengaruh

kuat, karena 90% dari saudara kembar anak GPPH juga menyandang

kelainan yang sama. Disamping faktor genetika, juga ada faktor pemicu

lainnya, yaitu berat badan lahir yang kurang, gangguan pernapasan bayi

pada saat lahir, keracunan dalam rahim dan trauma kepala.

Page 167: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

194

Pengobatan GPPH adalah pengobatan jangka panjang. Beberapa

anak memerlukan obat-obatan untuk memperbaiki gangguan neuro-

transmitternya. Tetapi bisa juga dengan terapi perilaku yang berbeda-beda

dan terapi musik yang dapat membantu menenangkan hiperaktivitas dan

impulsivitas anak. Pengobatan ini pernah dilakukan oleh Ibu Karmita

selaku orang tua siswa di AFIS Colomadu. Ibu karmita menyatakan

bahwa:

“Saya pernah mengajak Putra untuk melakukan terapi pertama kali di AFIS Colomadu oleh dokter Prasetyo. Disana Alif diterapi diberikan bunyi-bunyian kerincingan di belakang kepalanya, dia tidak langsung menengok arah suara, tetapi tangannya langsung menyambar kerincingan tersebut tanpa menengok ke arah belakang.” (Wawancara, 11 April 2010).

Siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus tidak ada yang

hiperaktif, perilaku siswa di sekolah biasa saja dan mampu berinteraksi

sosial dengan teman-teman non-difabel. Ada beberapa siswa autis yang

lebih bersikap hipoaktif, yaitu memiliki tingkat aktivitas yang rendah.

Hipoaktifitas sering diartikan dimana seorang anak yang dalam

melakukan kegiatan yang sangat minim atau kurang. Bahkan ada yang

tidak melakukan kegiatan sama sekali. Anak difabel khususnya

penyandang autis lebih banyak mengalami gangguan perilaku

hiperaktifitas dibanding hipoaktifitas. Hipoaktifitas terjadi pada Rahman,

hal ini sesuai pernyataan Ibu Uswahyu berikut ini :

“Ketika dia tidak diajak bermain dahulu, maka dia akan tetap diam dikelas, tetapi jika dia diajak bermain, dia hanya mengikuti teman-temannya saja, tidak memiliki respon yang bagus dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.” (Wawancara, Selasa 23 Maret 2010).

Page 168: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

195

c. Temperamental dan Menyakiti diri sendiri

Beberapa difabel menunjukkan perubahan emosional yang tiba-

tiba, tanpa sebab yang jelas mendadak tertawa atau terjadi ledakan tangis.

Kadang-kadang anak selain agresif terhadap orang lain juga menyakiti

dirinya sendiri. Anak sering menyerang orang lain, membentur-benturkan

kepalanya ke tembok, memukul-mukulkan tangannya ke kepala,

membanting kursi, mengambil pisau, seperti yang dilakukan oleh Ian yang

memiliki kecenderungan emosi tidak terkontrol dan hanya tergantung

mood atau perasaan.

“Pernah pada saat jam istirahat Ian pergi ke dapur untuk mengambil pisau, kemudian ditanya oleh guru, “buat apa ambil pisau? Ian menjawab buat bunuh temannya karena jengkelin.” Selain itu juga pernah terjadi kejadian Ian ke luar kelas mengambil batu buat melempar temannya yang ada di kelas karena suka menggodanya.” (Wawancara, Selasa, 23 Maret 2010).

Adapun sikap membanting kursi yang dilakukan oleh Putra,

menurut penuturan Ibu Karmita selaku orang tua murid, seperti berikut ini:

“Waktu Taman Kanak-kanak (TK) saya pernah dipanggil oleh Kepala Sekolah Putra, karena Putra pernah melempar kursi ke temannya, karena teman-temannya Putra mengejek dia. Tetapi Putra sendiri tidak pernah mau menceritakan segala kegiatannya di sekolah kepada saya. Putra sifatnya sangat tertutup bahkan dengan saya sekalipun. Dia lebih suka menceritakan hal-hal yang bisa menyenangkan hati saya, tetapi pintar menyembunyikan hal-hal yang tidak saya sukai.” (Wawancara, Minggu, 11 April 2010).

d. Gangguan koordinasi motorik

Gangguan koordinasi motorik mengakibatkan anak difabel

mempunyai kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyelaraskan

gerakan-gerakan motorik dalam tubuhnya. Elisabeth B. Hurlock

mengungkapkan bahwa hal ini mungkin timbul dari kerusakan otak pada

Page 169: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

196

waktu lahir atau kondisi pra lahir yang tidak menguntungkan. (Hurlock,

1991 : 164).

Gangguan koordinasi motorik ini terjadi pada Tian seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Trisno, selaku orang tua murid, yang menyatakan

bahwa :

“Pada Tian, kerusakan otak saraf pada waktu kondisi pra lahir menyebabkan tangan kanannya kecil sebelah, atau tidak seimbangnya fisik tangan kanan dan tangan kiri, sehingga dalam mengerjakan pekerjaan yang menggunakan tangan kanan, Tian mengalami kesulitan.” (Wawancara, Minggu, 11 April 2010).

Berdasarkan data dan informasi yang peneliti peroleh dilapangan maka berikut ini peneliti menyajikan matriks tentang gangguan interaksi sosial siswa difabel yang penjelasannya telah diuraikan diatas :

Page 170: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

197

Matriks 3.3

Gangguan Interaksi dan Sosialisasi pada Siswa Difabel Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta

Macam Gangguan Interaksi dan Sosialisasi Rahman Abdul Putra Nanda Iman Tian Ian 1. Stereotipik V V V X V X V 2. Hiperaktif atau Hipoaktif PASIF PASIF PASIF X PASIF X PASIF

3. Tidak suka pada perubahan V V V X V X V 4. Duduk bengong dengan tatapan kosong V V V X V X V 5. Minat dan aktivitas yang terbatas X X X X X X X 6. Temperamental X V V X X X V 7. Menyakiti diri sendiri X X X X X X X 8. Gangguan koordinasi motorik V V V V V V V 9. Seperti tidak mengenal takut X X X X X X X 10. Lebih suka menyendiri V V V X V X V 11. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan

V V V X V X V

12. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman V V V X V X V 13. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh V V V X V X V 14. Ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak - gerik sangat kaku

V V V X V X V Sumber : Data Diolah, Mei 2010

Page 171: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

198

2.3 Proses interaksi sosial.

Menurut Herbert Blumer proses interaksi sosial adalah pada saat

manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu

tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal

dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah

makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna

dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika

menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative

process.

Proses interaksi sosial seperti yang diungkapkan oleh Herbert

Blumer tidak serta merta terjadi pada siswa Ian, Putra, Rahman

Miftahurrahman, Abdul Abdul KhPutraatulloh, dan Iman, melainkan

melalui proses yang cukup panjang dimana mereka dapat berinteraksi dan

bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Proses yang cukup panjang tersebut salah satunya dilakukan melalui bidang

pendidikan, yaitu pembelajaran ke arah kemandirian di Sekolah Dasar (SD)

Al Firdaus Kota Surakarta, dengan peran guru, orang tua dan teman-

temannya yaitu siswa non-difabel yang sangat dibutuhkan.

Konstruksi tentang interaksionisme simbolik dan aksi bagi siswa

difabel autisme sangat melekat pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa

memiliki karakter yang berbeda-beda dan mereka memiliki sifat individual

yang kemudian sulit untuk dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam

Page 172: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

199

sebuah interaksi. Seperti yang terjadi pada Ian, hal ini diungkapkan oleh Ibu

Ida selaku wali kelas Ian bahwa:

”Ian itu kalo ada mata pelajaran yang tidak dia sukai, dia akan keluar sekolah. Ketika ada pelajaran praktek yang membutuhkan kerjasama kelompok, Ian tidak bisa mengambil peran di dalam sebuah kelompok. Ian hanya membawakan bahan praktikum saja, kemudian saat kerja kelompok, Ian hanya jalan mondar-mandir dan bertindak sesukanya, tanpa memperdulikan pekerjaan kelompoknya. Ketika istirahat pun Ian hanya senang jajan kemudian dibawa ke ruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA). Sifat semau gue yang hingga sekarang ada pada diri Ian, bahkan sangat jarang Ian mau mengobrol dengan teman-temannya. Seperti kebanyakan penderita autis, bahwa Ian lebih suka mengobrol dengan dirinya sendiri dan memaksa orang lain yang ikut mengobrol dengannya harus mengikuti kearah mana obrolan Ian mengarah. Ian lebih memiliki imajinasinya sendiri dan orang lain bahkan tidak mampu mengikuti arah imajinasinya itu”

Adapun penuturan Bapak Joko selaku guru matematika Putra

berkaitan dengan proses interaksi sosial Putra menyebutkan bahwa :

”Jika ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kemauan dirinya, Putra cenderung berteriak dan lari keluar kelas tanpa memperdulikan teman-teman bahkan guru yang ada di kelas tersebut. Putra juga sering menari-nari sendiri, menyanyi sendiri, tertawa sendiri, atau tiba-tiba menangis sendiri. Teman-teman yang semula tidak menyadarinya sering mengejek, tetapi lama kelamaan siswa non-difabel harus mampu untuk memberikan toleransi kepada Putra dalam seluruh tindakannya. Putra lebih suka berinteraksi dengan dirinya sendiri melalui gerakan-gerakan yang dia mainkan.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Berbeda pada kasus yang dialami oleh Rahman dan Abdul, yaitu

bahwa mereka bersikap pasif, dimana saat pembelajaran dimulai, mereka

hanya diam dan tidak mampu untuk bertanya meskipun mereka ingin

bertanya, tetapi tidak tahu apa yang akan ditanyakan. Jika disuruh menjawab

mereka bisa tetapi untuk merespon atau memulai pertanyaan kembali

Page 173: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

200

mereka tidak bisa. Sehingga tidak terjadi interaksi karena komunikasi hanya

terjadi satu arah saja, yaitu dari guru ke siswa difabel maupun dari siswa

non-difabel ke siswa difabel saja.

Di sekolah inklusif Sekolah Dasar Al Firdaus, baik siswa difabel

maupun siswa non-difabel, tidak ada yang saling mendominasi satu sama

lain. Walaupun mayoritas siswa adalah siswa non-difabel, tetapi interaksi

sosial yang terjalin sangat baik, bahkan dalam hal prestasi, siswa difabel

mampu bersaing dengan siswa non-difabel.

Berlangsungnya proses interaksi sosial didasarkan pada berbagai

faktor antara lain :

5. Imitasi

Salah satu segi positif dari faktor imitasi adalah bahwa

imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-

kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Bentuk imitasi yang

diterapkan oleh para guru yaitu selalu memberikan contoh yang

konkrit dalam setiap kegiatan belajar mengajar melalui masing-

masing guru pendamping. Contoh konkrit tersebut bisa berupa

guiding block, gambar, lukisan, puzzle, maupun contoh yang

langsung diberikan oleh guru pendamping. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), sebagai berikut :

“Imitasi yaitu memberikan contoh konkrit ini berlaku pada ke lima siswa difabel yaitu : Ian, Putra, Rahman, dan Abdul, dimana masing-masing siswa ini diberikan bentuk-bentuk imitasi yang berbeda. Jika Abdul dan Rahman lebih

Page 174: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

201

ditekankan pada pemberian gambar-gambar maupun guiding block dan puzzle, untuk dapat lebih memperjelas pemahaman mereka terhadap mata pelajaran sosial dan science. Serta diberikan contoh sikap dan perilaku yang nyata, contohnya guru mempraktekan cara membeli maka harus memberikan uang. Dan jika pada Putra dan Ian yaitu memberikan contoh nyata sikap dan perilaku positif dalam bermasyarakat atau berperilaku sosial, karena Putra dan Ian kurang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Dimana sikap mereka sangat kaku dan hanya bisa melakukan sesuai dengan patokan-patokan pada aturan-aturan yang ada.” (Selasa, 23 Maret 2010).

6. Sugesti

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi

suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang

kemudian diterima oleh pihak lain. Sugesti dilakukan untuk

mensugesti kegiatan yang positif dalam setiap kegiatan

pembelajaran agar siswa mau melakukan kegiatan positif

tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida selaku

wali kelas Ian terkait faktor sugesti sebagai berikut :

“Sugesti yang diberikan pada Ian contohnya setiap pembelajaran yang ada selalu sedikit dikaitkan dengan masalah dinosaurus, karena Ian menyukai dinosaurus. Tetapi pada mata pelajaran yang tidak dapat dihubungkan dengan dinosaurus, guru memberikan penjelasan yang menerangkan tentang dinosaurus tetapi dijauhkan dari mata pelajaran tersebut. Siswa Putra juga sering bertanya pada tema yang diluar mata pelajaran, maka guru memberikan sugesti-sugesti mengenai kebenaran dan realita yang ada tanpa menghilangkan imajinasi mereka.“ (Selasa, 23 Maret 2010).

Page 175: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

202

7. Identifikasi

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau

keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan

pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi,

karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses

ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rizka selaku konselor

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) sebagai

berikut :

“Rahman dalam mengidentifikasi permasalahan hanya dapat dilakukan dengan cara menunjukkan gambar, cerita, maupun simbol-simbol yang lain. Sama juga halnya dengan Ian, Putra, Nanda, Iman, Abdul, dan Seeptian. Dimana tingkat identifikasi masing-masing siswa berbeda-beda. Jika Nanda, Iman, dan Tian kurang dapat mengidentifikasi permasalahan pada mata pelajaran matematika, berbeda halnya dengan Putra, Ian, dan Abdul, kurang mampu mengidentifikasi permasalahan pada mata pelajaran sosial yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Itulah manfaat dari seorang guru pendamping yaitu membantu siswa difabel dalam memahami mengidentifikasi setiap mata pelajaran yang ada.” (Selasa, 9 Maret 2010).

8. Proses simpati

Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa

tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang

peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada

simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk

bekerja sama dengannya. Proses simpati ini dilakukan oleh guru

agar mampu mengambil hati para siswa difabel, agar menyenangi

diri mereka sehingga mempermudah proses pembelajaran.

Page 176: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

203

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida selaku wali kelas Ian,

dimana beliau harus mampu memiliki rasa simpati kepada Ian

agar Ian mau mendengarkan nasehat-nasehatnya. Seperti

penuturan Ibu Ida berikut ini :

“Rasa simpati saya ini bisa berupa punishment dan reward, ketika Ian tidak menuruti nasehat ibu Ida, maka Ian tidak akan mendapatkan hadian berupa lagu ”My Hearth Will Go On” yang disenangi oleh Ian. sehingga proses simpati sangat diperlukan oleh guru yang diperuntukkan siswa difabel agar mereka mampu berinteraksi dengan baik.” (Selasa, 23 Maret 2010).

Dari data yang diperoleh di lapangan dan penjelasan tersebut diatas

maka berikut ini peneliti menyajikan data matriks tentang proses interaksi

sosial siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta :

Page 177: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

204

Matriks 3.4

Proses Interaksi Sosial Siswa Difabel

No Nama Siswa Proses Interaksi Siswa Difabel Imitasi Sugesti Identifikasi Simpati

1. Rahman (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru memberikan contoh yang konkrit dalam kegiatan belajar mengajar melalui masing-masing guru pendamping, misalnya menggambar lukisan, puzzle, dan guiding block.

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

Rahman dalam mengidentifikasi permasalahan hanya dapat dilakukan dengan cara menunjukkan gambar, cerita, maupun simbol-simbol yang lain. Maka Rahman memiliki seorang guru pendamping untuk membantu dalam memahami mengidentifikasi setiap mata pelajaran yang ada agar siswa mampu menerapkannya di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Guru dan teman-teman memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Rahman, dimana ketika berada di sekolah, guru memperlakukan Rahman lebih khusus daripada perlakuan terhadap siswa non-difabel. Teman-teman non-difabel pun juga memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Rahman, sehingga teman-temannya memiliki sikap tolong-menolong yang tinggi terhadap Rahman.

2. Abdul (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Abdul pada pelajaran matematika. Dan

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa

Abdul kurang mampu mengidentifikasi permasalahan pada mata

Guru dan teman-teman memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Abdul,

Page 178: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

205

menerangkan serta memberi contoh dengan gambar lukisan, puzzle, dan guiding block

segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

pelajaran sosial yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Maka Abdul memiliki seorang guru pendamping untuk membantu dalam memahami mengidentifikasi setiap mata pelajaran yang ada agar siswa mampu menerapkannya di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

dimana ketika berada di sekolah, guru memperlakukan Abdul lebih khusus daripada perlakuan terhadap siswa non-difabel. Teman-teman non-difabel pun juga memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Abdul, sehingga teman-temannya memiliki sikap tolong-menolong yang tinggi terhadap Abdul.

3. Putra (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Putra pada pelajaran sosial dan kewarganegaraan. Dan menerangkan serta memberi contoh dengan sikap dan gerakan tubuh (gesture) lebih dari satu kali dalam setiap bahasan

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

Putra kurang mampu mengidentifikasi permasalahan pada mata pelajaran sosial yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Maka Putra memiliki seorang guru pendamping untuk membantu dalam memahami mengidentifikasi setiap mata pelajaran yang ada agar siswa mampu menerapkannya di

Guru dan teman-teman memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Putra, dimana ketika berada di sekolah, guru memperlakukan Putra lebih khusus daripada perlakuan terhadap siswa non-difabel. Teman-teman non-difabel pun juga memiliki rasa simpati yang tinggi terhadap Putra, sehingga teman-temannya memiliki sikap tolong-menolong yang

Page 179: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

206

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

tinggi terhadap Putra.

4. Nanda (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Nanda pada pelajaran matematika. Dan menerangkan lebih dari satu kali dalam setiap bahasan.

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

Nanda dapat mengidentifikasi sendiri dalam berbagai hal tanpa adanya bantuan dari guru maupun teman. Karena dalam hal berinteraksi, Nanda tidak bermasalah. Tetapi Nanda tetap diberikan guru pendamping, karena pada mata pelajaran tertentu Nanda kurang mampu mengidentifikasikan mata pelajaran tersebut.

Rasa simpati yang dimiliki oleh guru dan teman-teman pada Nanda biasa saja, karena memang Nanda merupakan murid yang biasa saja, walaupun difabel, tapi tidak ada perlakuan khusus bagi Nanda.

5. Iman (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Iman pada pelajaran matematika. Dan menerangkan lebih dari satu kali dalam setiap bahasan.

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

Iman dapat mengidentifikasi sendiri dalam berbagai hal tanpa adanya bantuan dari guru maupun teman. Karena dalam hal berinteraksi, Iman tidak bermasalah. Tetapi Iman tetap diberikan guru pendamping, karena pada mata pelajaran tertentu Iman kurang mampu mengidentifikasikan mata pelajaran tersebut.

Rasa simpati yang dimiliki oleh guru dan teman-teman pada Iman biasa saja, karena memang Iman merupakan murid yang biasa saja, walaupun difabel, tapi tidak ada perlakuan khusus bagi Iman.

Page 180: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

207

6. Tian (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Tian pada pelajaran ketrampilan. Karena tangannya sulit digunakan untuk menggunting, menempel, dan merangkai

Guru memberikan sugesti atau proses mempengaruhi yang bersifat positif bahwa segala nasehat yang diberikan oleh guru adalah untuk kebaikan siswa itu sendiri.

Tian dapat mengidentifikasi sendiri dalam berbagai hal tanpa adanya bantuan dari guru maupun teman. Karena dalam hal berinteraksi, Tian tidak bermasalah. Tetapi Tian tetap diberikan guru pendamping, karena pada mata pelajaran tertentu Tian kurang mampu mengidentifikasikan mata pelajaran tersebut.

Rasa simpati yang dimiliki oleh guru dan teman-teman pada Tian biasa saja, karena memang Tian merupakan murid yang biasa saja, walaupun difabel, tapi tidak ada perlakuan khusus bagi Tian.

7. Ian (Bukan Nama Sebenarnya)

Guru pendamping mendampingi Ian pada pelajaran sosial dan kewarganegaraan. Dan menerangkan serta memebri contoh dengan sikap dan gerakan tubuh (gesture) lebih dari satu kali dalam setiap bahasan

Sugesti yang diberikan pada Ian contohnya setiap pembelajaran yang ada selalu sedikit dikaitkan dengan masalah dinosaurus, karena Ian menyukai dinosaurus. Tetapi pada mata pelajaran yang tidak dapat dihubungkan dengan dinosaurus, guru memberikan penjelasan yang menerangkan tentang dinosaurus tetapi dijauhkan dari mata pelajaran tersebut. Siswa Putra juga sering bertanya pada tema yang

Ian kurang mampu mengidentifikasi permasalahan pada mata pelajaran sosial yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Maka Ian memiliki seorang guru pendamping untuk membantu Ian dalam memahami mengidentifikasi setiap mata pelajaran yang ada agar siswa mampu menerapkannya di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Rasa simpati Ian bisa berupa punishment dan reward, ketika Ian tidak menuruti nasehat ibu Ida, maka Ian tidak akan mendapatkan hadian berupa lagu ”My Hearth Will Go On” yang disenangi oleh Ian. sehingga proses simpati sangat diperlukan oleh guru yang diperuntukkan siswa difabel agar mereka mampu berinteraksi dengan baik

Page 181: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

208

diluar mata pelajaran, maka guru memberikan sugesti-sugesti mengenai kebenaran dan realita yang ada tanpa menghilangkan imajinasi mereka

Sumber : Data Diolah, Mei 2010

Page 182: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

209

2.4 Pola Interaksi Sosial

a) Kerja sama

Kerja sama yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial

yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok

manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk

kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk

mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan

tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus

ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa

yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-

keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya

rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.

Kerja sama belum seluruhnya dapat berjalan dengan baik pada

siswa difabel. Siswa difabel khususnya difabel autis sangat sulit untuk

aktif dalam sebuah kerjasama, dikarenakan sifat dari autis sendiri yang

lebih bersifat individu. Hal ini tampak pada sikap siswa difabel di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus berikut ini :

“Menurut penuturan Ibu Ida selaku wali kelas Ian, dalam masalah kerjasama apabila ada pekerjaan kelompok atau pekerjaan keterampilan bersama, Ian cenderung mondar-mandir melihat kerjaan teman-temannya yang lain, hanya membawa bahan untuk pekerjaan kelompoknya saja tetapi tidak mau untuk bekerja sama. Apalagi untuk diskusi dan interaksi Ian paling tidak suka diskusi, apabila sedang diskusi teman-temannya harus ikut jalan pikirannya. Untuk berkomunikasi dengan jalan pikiran teman-temannya apabila sedang berdiskusi sulit, teman-temannya harus mengikuti jalan pikiran Ian.” (Selasa, 23 Maret 2010)

Page 183: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

210

Ada beberapa bentuk kerja sama (cooperation). Kerja sama

dibedakan lagi menjadi : Kerja sama Spontan (Spontaneous

Cooperation), Kerja sama Langsung (Directed Cooperation), Kerja

sama Kontrak (Contractual Cooperation), dan Kerja sama Tradisional

(Traditional Cooperation.

Kerjasama yang ada antara siswa di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus hanya Kerjasama Langsung (Directed Cooperation), yaitu

kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa. Dimana

guru memerintahkan siswa difabel untuk mengerjakan soal di papan tulis

dengan maju ke depan ataupun dengan melakukan pembelajaran secara

kelompok, tetapi hal ini tidak berhasil diterapkan pada Ian.

“Bapak Joko selaku guru matematika Nanda dan Putra menuturkan : Nanda jika disuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis langsung bisa, tetapi berbeda dengan Putra yang satu kelas juga dengan Nanda, kalau Putra itu harus diajarin oleh guru pendampingnya dulu, baru mau maju ke depan, itupun prosesnya lama sekali untuk mau maju ke depan, harus dirayu-rayu dulu. Ibu Ida selaku wali kelas Ian dalam menangani Ian harus ada cara tersendiri diantaranya yaitu apabila Ian tidak mau disuruh atau tidak menuruti perintah dari guru, khususnya guru wali kelas tidak akan memutarkan lagu kesukaan Ian dan apabila mau menuruti perintah guru maka Ian akan diberi hadiah kesukaannya yaitu akan di putarkan lagu “My Heart Will Go On”. Jadi guru membiasakan memberikan reward bila menuruti guru dan punishme bila tidak mau menurut dengan guru. (Selasa, 23 Maret 2010).”

b) Persaingan

Persaingan merupakan sikap bersaing, ingin saling mengalahkan.

Persaingan dapat berarti kearah positif dan negatif, dimana persaingan

positif yaitu persaingan yang saling bekerjasama tetapi tidak saling

Page 184: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

211

menjatuhkan,sedangkan persaingan negatif yaitu persaingan yang saling

menjatuhkan. Persaingan diantara siswa difabel maupun non-difabel di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus adalah persaingan yang positif, dimana

setiap siswa baik itu siswa difabel maupun non-difabel bersaing untuk

meraih prestasi nilai terbaik atau rangking. Seperti yang diungkapkan

oleh Iman salah satu siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus,

berikut ini :

“Apabila nilai saya jelek dibawah 7 saya harus rajin belajar dan harus didampingi oleh ibu Indi guru pendamping saya, pokoknya biar nilainya bagus biar bisa pinter. Saya dirumah juga belajar ditemani ibu, dan ikut les privat dirumah.” (Selasa, 24 Mei 2010).

c) Pertikaian

Pertiakaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun

penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu,

yang dinamakan akomodasi. Pertikaian yang terjadi diantara siswa baik

itu siswa difabel maupun non-difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

sangat jarang, tetapi ada salah satu kejadian Pertikaian yang menarik dan

sangat membuat para guru heran, yaitu pertikaian sesama siswa difabel

autis, yaitu Ian dan Putra, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rizka

selaku konselor Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA),

sebagai berikut :

“Salah satu yang membuat para guru heran adalah antara Ian dan Putra ini jika ketemu saling berantem. Mereka sepertinya tidak mau diganggu dan dimasuki dunia imajinasinya dengan anak autis yang lain. Bahkan itu selalu seperti itu, jika bertemu jika bertemu si Putra mengganggu dengan tertawa-tawa atau bernyanyi didepannya atau mengejek, kemudian si Ian mengacung-acungkan tangannya dengan menggenngam serasa mau memukul dan berteriak-teriak.” (Selasa, 23 Maret 2010).

Page 185: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

212

Ketika peneliti mewawancarai Putra yang didampingi oleh Ibu

Rizka, maka:

“Saat ditanya oleh peneliti dan Ibu Rizka dengan pertanyaan : Kenapa kamu senang mengganggu Ian? Dijawab oleh Putra bahwa saya senang mengganggu Ian karena saya merasa senang, bisa terhibur hatinya melihat Ina marah-marah. Suatu ketika pernah saya dikejar-kejar Ian, ya saya terus lari aja. Ibu Rizka menyampaikan bahwa pertentangan seperti ini hal yang wajar yang dilakukan oleh kedua siswa tersebut dan tidak berakibat fatal.” (Selasa, 24 Mei 2010).

d) Akomodasi

Bentuk-bentuk akomodasi menurut Gillin dan Gillin, adalah

sebagai berikut : Koersi (coercion), Kompromi (compromise), Arbitrasi

(arbitration), Mediasi (mediation), Konsiliasi (conciliation), Toleransi

(toleration), Stalemate, Ajudikasi (ajudication), Displacement, dan

Konversi (convertion). Bentuk-bentuk akomodasi tersebut tidak

seluruhnya digunakan dalam penyelesaian masalah antara guru, siswa

non-difabel dan siswa difabel namun hanya beberapa bentuk saja antara

lain :

11. Koersi (coercion)

Koersi yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui

pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang

lebih lemah. Berarti terjadi penguasaan (dominasi) suatu

kelompok atas kelompok yang lemah. Di Sekolah Dasar (SD)

Al Firdaus, bentuk dari akomodasi koersi yaitu yang guru

berkuasa atas siswa difabel. Hal ini dilakukan oleh guru ketika

memberikan stimulus kepada siswa apabila siswa kurang atau

tidak bisa memahami suatu materi di dalam pembelajaran.

Page 186: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

213

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida selaku guru wali kelas

Ian, berikut ini :

” Ketika Ian tidak mampu memahami pelajaran, maka guru pendamping memberikan contoh-contoh yang konkret yang bisa dicontohkan kepada Ian khususnya pada mata pelajaran sosial yang berhubungan dengan masyarakat. Karena Ian merupakan anak yang pasif dan hanya dapat bergerak seperti robot, jika tidak diberikan contoh yang konkret, dia tidak bisa melakukan apapun. Sedikit memaksa dan pemaksaan tersebut terjadi berulang-ulang agar siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru.” (Selasa, 9 Maret 2010).

12. Kompromi (compromise)

Kompromi yaitu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak

yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar

tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melakukan

kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan

memahami keadaan pihak lainnya. Dalam hal ini guru

memberikan bentuk punishment dan reward kepada siswa

ketika siswa tidak mau mendengarkan nasehat-nasehatnya.

“Untuk menangani Ian harus ada cara tersendiri diantaranya yaitu dengan berkompromi, dengan adanya bentuk punisment dan reward. Apabila Ian tidak mau disuruh atau tidak menuruti perintah dari guru, khususnya guru wali kelas tidak akan memutarkan lagu kesukaan Ian dan apabila mau menuruti perintah guru maka Ian akan diberi hadiah kesukaannya yaitu akan di putarkan lagu “My Heart Will Go On”. Jadi guru membiasakan memberikan reward bila menuruti guru dan punishme bila tidak mau menurut dengan guru.” (Selasa, 9 Maret 2010).

13. Toleransi (tolerance)

Page 187: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

214

Toleransi yaitu bentuk akomodasi yang terjadi tanpa

persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara

tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya keinginan-

keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari

perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.

Toleransi dalam hal ini dapat berbentuk sikap saling

menghargai antara guru, siswa difabel, dan siswa non-difabel.

Guru harus mampu memberikan toleransi pada saat siswa

difabel mengerjakan tugas-tugasnya. Siswa non-difabel lebih

aktif mengajak berinteraksi siswa difabel.

Sikap toleransi ini dimiliki oleh seluruh siswa non-

difabel dan guru dalam memahmi sikap siswa non-difabel.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida selaku guru wali kelas

Ian, berikut ini :

“Guru-guru dan teman-teman non-difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap teman-temannya yang difabel, contohnya saja saat ada belajar kelompok, Ian cenderung mondar-mandir melihat kerjaan teman-temannya yang lain. Ia hanya membawa bahan untuk pekerjaan kelompoknya saja tetapi tidak mau untuk bekerja sama. Apalagi untuk diskusi dan interaksi Ian paling tidak suka diskusi, maka dari itu teman-temannya membiarkan Ian melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginannya itu, yang penting Ian tidak mengganggu saat belajar kelompok berlangsung.” (Selasa, 9 Maret 2010).

Menurut data yang diperoleh di lapangan serta penjelasan

tersebut diatas maka peneliti menyajikan matriks mengenai bentuk-

Page 188: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

215

bentuk interaksi sosial yang ada pada siswa difabel di Sekolah Dasar

(SD) AL Firdaus Kota Surakarta :

Page 189: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

216

Matriks 3.5

Pola Interaksi Sosial

No Nama Siswa Bentuk Interaksi Sosial

Kerjasama Persaingan Pertentangan Akomodasi 1. Rahman

(Bukan Nama Sebenarnya)

Dapat melakukan kerjasama secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

Belum memiliki rasa bersaing dengan teman, baik persaingan yang bersifat positif maupun negatif

Tidak pernah mengalami pertentangan baik dengan teman maupun dengan guru.

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Rahman, dimana memberikan peluang waktu lebih terhadap setiap kegiatan yang ada di sekolah.

2. Abdul (Bukan Nama Sebenarnya)

Dapat melakukan kerjasama secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

Belum memiliki rasa bersaing dengan teman, baik persaingan yang bersifat positif maupun negatif

Tidak pernah mengalami pertentangan baik dengan teman maupun dengan guru.

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Abdul, dimana memberikan peluang waktu lebih terhadap setiap kegiatan yang ada di sekolah.

3. Putra (Bukan Nama Sebenarnya)

Dapat melakukan kerjasama secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta

Tidak memiliki rasa bersaing dengan teman, baik persaingan yang bersifat

Alif memiliki sifat bertentangan dengan Ian, sehingga saat mereka

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong

Page 190: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

217

adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

positif maupun negatif bertemu satu sama lain selalu bertengkar

menolong yang tinggi terhadap Putra, dimana memberikan peluang waktu lebih terhadap setiap kegiatan yang ada di sekolah.

4. Nanda (Bukan Nama Sebenarnya)

Dapat melakukan kerjasama secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

Ada rasa bersaing yang positif, yaitu tidak mau mendapatkan nilai jelek dan ingin mendapatkan rangking

Tidak pernah mengalami pertentangan baik dengan teman maupun dengan guru.

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Nanda, dimana memberikan waktu belajar di sekolah lebih terhadap setiap mata pelajaran yang ada.

5. Iman (Bukan Nama Sebenarnya)

Dapat melakukan kerjasama secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

Ada rasa bersaing yang positif, yaitu tidak mau mendapatkan nilai jelek dan ingin mendapatkan rangking

Memiliki pertentangan terhadap mata pelajaran yang tidak disenanginya. Contohnya pada mata pelajaran matematika, dimana ketika mata pelajaran tersebut berlangsung, Iman selalu minta ijin keluar sebagai alasan menghindari pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Iman, dimana memberikan waktu belajar di sekolah lebih terhadap setiap mata pelajaran yang ada.

6. Tian Dapat melakukan kerjasama Ada rasa bersaing yang Memiliki pertentangan Toleransi. Siswa non-

Page 191: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

218

(Bukan Nama Sebenarnya)

secara langsung (setelah diperintah oleh guru) serta adanya Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

positif, yaitu tidak mau mendapatkan nilai jelek dan ingin mendapatkan rangking

terhadap mata pelajaran ketrampilan, karena banyak beraktivitas menggunakan tangan. Dimana tangan kanan Tian tidak dapat digunakan secara maksimal untuk menggunting, menempel, dan menggambar.

difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Tian, dimana memberikan waktu belajar di sekolah lebih terhadap setiap mata pelajaran yang ada.

7. Ian (Bukan Nama Sebenarnya)

Tidak dapat melakukan kerjasama serta sikap gotong-royong dan tolong menolong hanya dapat dilakukan ketika diberi perintah

Tidak memiliki rasa bersaing dengan teman, baik persaingan yang bersifat positif maupun negatif

Firmansyah Adrian memiliki sifat bertentangan dengan Alif, sehingga saat mereka bertemu satu sama lain selalu bertengkar

Toleransi. Siswa non-difabel dan guru memiliki sikap toleransi dan tolong menolong yang tinggi terhadap Rahman, dimana memberikan ijin kepada Ian untuk tidak mengikuti beberapa kegiatan yang tidak disenangi oleh Ian. Guru memberikan ganti kegiatan positif lainnya di ruang PUSPA, sedangkan teman-temannya bersikap wajar terhadap keadaan Ian.

Sumber : Data Diolah, Mei 2010

Page 192: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

219

B. AKSESIBILITAS BAGI SISWA DIFABEL YANG DIBERIKAN OLEH

SEKOLAH DASAR (SD) AL FIRDAUS KOTA SURAKARTA

4.1 Aksesibilitas Sarana dan Prasarana

Pemaknaan ‘aksesibilitas’ dalam UU No. 4 tahun 1998 adalah

kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan

kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Dalam aspek bidang pendidikan, siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus Kota Surakarta mendapatkan berbagai macam aksesibilitas

sarana dan prasarana berupa alat bantu dengar bagi tunarungu, kursi roda,

alat-alat bantu untuk pembelajaran. Aksesibilitas yang disediakan oleh

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus adalah penyediaan ruangan khusus bagi

siswa difabel yang mengalami depresi berat disaat mengikuti program

belajar mengajar, yaitu ruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA) serta penyediaan guru khusus yang menangani siswa

difabel sehingga satu siswa difabel didampingi oleh satu guru khusus,

disediakan pula tenaga profesional teraphist orthopedi.

4.2 Pelayanan dan Informasi Medis

Siswa difabel di Sekolah Dasar Al Firdaus juga mendapatkan

pelayanan medis dan akses terhadap informasi yang leluasa tentang

diagnosa, pelayanan psikologis dan fungsional, rehabilitasi medis yang

mereka terima pada semua tingkatan. Ibu Rizka selaku konselor Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), memberikan informasi

Page 193: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

220

tentang aksesibilitas yang dimiliki oleh Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

sebagai berikut :

“Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus tidak sepenuhnya memiliki akses-akses yang lengkap bagi siswa difabel. Akses yang dimiliki oleh Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus seperti kursi roda, alat-alat wirausaha, alat-alat peraga, alat-alat olahraga, alat pendengar, dan yang utama yaitu Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) itu sendiri. Dimana Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) merupakan satu-satunya tempat bagi siswa difabel mendapatkan pelayanan khusus jika mengalami kesulitan dalam hal pembelajaran serta mengalami gangguan interaksi dan sosialisasi. Saya sebagai seorang konselor pada saat ada pendaftaran siswa telah memberikan informasi kepada masing-masing orang tua siswa difabel bahwa akses yang dimiliki oleh Sekolah (SD) Al Firdaus tidak sebanyak yang dimiliki oleh Sekolah Luar Biasa (SLB). Seperti siswa yang menggunakan kursi roda, tidak dapat bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, dikarenakan tidak ada fasilitas trailer. Tetapi Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki kursi roda, yang pernah digunakan oleh Nanda, siswa yang berkebutuhan khusus dengan jenis Celebral Palsy, pada saat kelas 2 melakukan operasi pada kedua kakinya, dan setelah operasi menggunakan kursi roda saat sekolah. Tetapi karena kebetulan kelasnya dilantai bawah, maka kursi roda tersebut dapat digunakan sementara. Jika sudah menduduki kelas 4, 5, dan 6, maka kursi roda tidak dapat digunakan lagi karena kelasnya berada dilantai 2, dimana tidak ada trailler dan diharuskan bisa naik atau turun melalui anak tangga.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Satu-satunya layanan yang paling unggul di Yayasan Al Firdaus

khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yaitu Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA). Banyak orang tua murid yang memiliki

putra/ putri difabel memilih Yayasan Al Firdaus khususnya Sekolah

Dasar (SD) Al Firdaus sebagai tempat pendidikan putra/ putri mereka,

dengan alasan adanya layanan Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA) ini. Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

Page 194: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

221

(PUSPA) memiliki program-program khusus bagi siswa difabel, salah

satunya adalah menjadikan siswa difabel mandiri dan mampu

berinteraksi, bersosialisasi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal

ini dapat diketahui dari pernyataan ibu Trisno salah satu orang tua murid

Anak Berkebutuhan Khusus, anaknya yang bernama Tian, tentang pilihan

menyekolahkan putra/ putri mereka di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

yaitu :

“Anak saya itu pertama ada gangguan pada saraf bagian kanan dari

tubuh. Selama masuk pertama kali di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus ini pertama kali minder, mentalnya down, karena pada awal

masuk sekolah sering diejek tidak punya tangan. Saya mengetahui

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dari mencari-mencari informasi,

terus saya ke Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus agar landasan agama

anak saya kuat dan juga di sana terdapat Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang cukup bagus umtuk

menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam problem

komunikasi yang dialami anak saya ini, tidak ada masalah, ya pada

awal sekolah tadi minder karena sering diejek temannya, kemudian

setelah lama-kelamaan menjadi terbiasa dan tidak minder lagi. Di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus ini anak saya mengikuti

keterampilan atau ekstra kurikuler taekwondo dan ini sudah sabuk

hijau garis dua. Harapan saya setelah anak saya sekolah di Sekolah

Dasar (SD) AL Firdaus, anak saya supaya lebih bisa beradaptasi dan

Page 195: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

222

berinteraksi dengan orang lain dan tidak minderan.” (Minggu, 11

April 2010).

Hal ini sama seperti apa yang diutarakan ibu Karmita seorang single parent, dan juga salah satu orangtua murid yang memiliki anak Anak Berkebutuhan Khusus yang bernama Putra menceritakan mengenai kondisi anaknya.

“Pada awal mulanya tidak tahu Putra ini kalau autis, awalnya Putra ini dimasukan di Play Goup Budi Mulia karena dekat dengan tempat saya bekerja dan juga dikarenakan dirumah hanya dengan pembantu saja. Saya sering ganti pembantu karena mereka tidak kuat untuk mengasuh Putra. Putra ini dirumah sering aktif sukanya jalan-jalan keliling komplek perumahan dan si pembantu tidak kuat bila harus mengikuti dan menjaga Putra keliling komplek dan juga harus masih mengerjakan pekerjaan rumah.

Setelah selesai dari Play Group Putra ini di masukan di salah satu Taman Kanak-kanak di tempat tinggalnya di daerah Mojosongo, di Taman Kanak-kanak ini Putra sudah bisa lancar membaca tetapi belum bisa mengucapkan kata maupun kalimat, seperti anak bisu, kemudian guru TK menyuruh agar Putra di terapi. Pertamanya di terapi di dokter Prasetyo di Akademi Fisioterapi Colomadu, disana saat Putra diterapi apabila diberikan bunyi-bunyian kerincingan di belakang kepalanya dia tidak langsung menengok tetapi tangannya yang langsung meyambar tanpa harus melihat. Kemudian dari dokter Prasetyo dirujuk supaya ke Yayasan Penyandang Anak Cacat Kota Barat untuk melakukan terapi.

Dikarenakan di Kota Barat antrian panjang dan pelayanannya lama Putra mulai bosan dan selalu marah-marah. Saat tiba giliran Putra diperiksa oleh dokter, pemeriksaannya cuma sebentar, dan diajak pulang tidak mau sampai marah. Putra tidak mau diajak pulang karena merasa senang dan nyaman berada di Yayasan Penyandang Anak Cacat karena mainan disana banyak. Karena pelayanannya lama dan antrinya banyak, kemudian saya pindah terapi ke Natura Medika dengan rujukan dari dokter Budi.hingga satu setengah bulan.

Saya selalu berpikir bahwa setelah jenjang Taman kanak-kanak, Putra harus saya masukkan ke Sekolah Dasar, tetapi saya tidak ingin anak saya dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa, sehingga saya selalu mencari-cari informasi mengenai sekolah umum untuk Putra. Pada awalnya saya tidak tahu tentang sekolah inklusif, setelah banyak membaca brosur dan informasi lainnya serta bertanya

Page 196: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

223

kepada temannya, seorang pengacara dan juga kebetulan mempunyai seorang Anak Berkebutuhan Khusus, kemudian disarankan untuk menyekolahkan Putra di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus.

Dari situlah saya jadi tahu tentang sekolah inklusif khususnya di Sekolah Dasar Al Firdaus. Selain itu dikarenakan di SD Al Firdaus terdapat Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang bagus dan jam sekolah yang agak padat menjadikan saya dengan mudah bisa menyamakan jadwal kerjanya sama dengan jam sekolah anaknya. Sehingga setelah selesai kerja anaknya juga selesai sekolah dan bisa langsung dijemput. Waktu kelas satu Putra ini setiap makan bersama teman-temannya belum bisa mengambil sendiri harus ada yang membantu mengambilkan, dan juga tidak ada respon ketika melihat teman-temanya, selain itu yang terjadi sampai sekarang tidak pernah mau bercerita kepada saya tentang segala hal yang dialaminya di sekolah. Putra apabila diejek temannya marah dan bila ada sesuatu halyang tidak sesuai dengan keinginanya Putra berteriak dan juga pernah sampai membanting kursi untuk dilempar keteman yang mengejeknya.

Tetapi setelah tiga tahun bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus dan diterapi di Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), Putra sudah mengalami perubahan yang semula diam saja ketika melihat temannya, menjadi ada respon walaupun hanya sedikit. Kemampuan anak saya yang sangat menonjol ada di bidang pelajaran science atau ilmu pengetahuan alam dan matematika. Harapan saya setelah Putra bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yaitu supaya menjadi anak yang bisa mandiri dan memiliki dasar agama yang kuat.” (Minggu, 11 April 2010).

4.3 Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial di SD Al Firdaus terutama dalam bidang sosial,

pendidikan dan pelatihan ketrampilan komputer dan internet diberikan

kepada siswa difabel, konsultasi, penempatan kerja, dan semua jenis

pelayanan yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kapasitas

dan ketrampilannya secara maksimal sehingga dapat mempercepat proses

reintegrasi dan integrasi sosial mereka.

Page 197: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

224

Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus memiliki program khusus bagi

siswa difabel, yaitu program ketrampilan kewirausahaan. Program ini

adalah program belajar yang difasilitasi oleh Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) diperuntukkan bagi seluruh siswa

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus pada umumnya dan siswa difabel pada

khususnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rizka selaku

konselor Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), berikut

ini :

“Setiap satu semester sekali, sekolah mengadakan latihan kewirausahaan bagi seluruh siswa khususnya siswa difabel. Kewirausahaan tersebut berupa masak memasak dan kemudian menjual hasil masakannya tersebut. Program ini diadakan untuk melatih kemandirian siswa dalam berwiraswasta, sehingga diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri nantinya. Adapun setiap hari jumat diadakan ekstrakurikuler, dimana seluruh siswa termasuk siswa difabel diharuskan mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler ini diikuti salah satunya oleh Tian dan Iman yang mengikuti taekwondo dan catur.” (Selasa, 23 Maret 2010).

4.4 Akses Pendidikan (kurikulum)

Kurikulum yang diberikan oleh Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

kepada siswa difabel merupakan kurikulum modifikasi. Kurikulum

modifikasi merupakan kurikulum yang diterapkan pada sekolah reguler

sesuai dengan Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional ditambah

dengan kurikulum individu siswa difabel. Kurikulum individu siswa

difabel ini sifatnya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa difabel.

Dalam mata pelajaran yang kurang disenangi atau memiliki nilai paling

rendah, biasanya mata pelajaran inilah yang ditambahkan dalam

Page 198: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

225

kurikulum modifikasi, seperti yang diterapkan pada Nanda. Menurut wali

kelas Nanda, yaitu Ibu Isna bahwa :

“Nanda itu lemah di mata pelajaran matematika. Lemahnya mata pelajaran matematika dikarenakan tidak pernah masuk sekolah setelah operasi kaki (Cerebral Palsy) pada saat kelas 2. Karena mata pelajaran matematika sifatnya bertahap harus mulai dari dasar, maka Nanda mendapatkan kurikulum modifikasi khusus pada mata pelajaran matematika. Karena dasar dari mata pelajaran matematika, Nanda tidak dapat mengikuti dengan lancar. Ada waktu khusus dimana Nanda harus mengikuti program intervensi yang diselenggarakan oleh Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), bertempat diruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Kurikulum modifikasi hanya dibuat oleh Konselor Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) dan dikonsultasikan oleh guru

pendamping serta wali kelas masing-masing siswa difabel sebelumnya.

Adapun pihak-pihak terkait yang terdapat di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus adalah : Wali kelas, guru pendamping, terapis, konselor, dan

orang tua yang saling bekerjasama demi perkembangan siswa Sekolah

Dasar (SD) Al Firdaus pada umumnya dan siswa difabel pada khususnya.

Kurikulum modifikasi mayoritas diterapkan pada siswa difabel jenis autis

dan gangguan kesulitan belajar, tetapi tidak menutup kemungkinan

bahwa siswa difabel Celebral Palsy juga diberikan kurikulum tambahan

seperti pada kasus Nanda diatas. Kurikulum modifikasi lainnya

diterapkan pada Ian difabel autisme, Iman difabel gangguan sosialisasi,

dan Putra difabel autisme. Menurut penuturan Ibu Ida selaku guru wali

kelas Ian, tentang kurikulum pembelajaran Ian, bahwa :

Page 199: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

226

“Dalam kurikulumnya sendiri untuk Ian di modifikasi seluruh mata pelajaran. Karena Ian tidak dapat mengikuti seluruh mata pelajaran, dikarenakan mengalami autisme atau keterlambatan berfikir. Apabila anak lain atau non-difabel jenjang nilai 1-100 maka Ian 1-70. Khususnya untuk ujian UASBN karena Ian sudah kelas 6, menurut wali kelasnya tidak ada masalah karena Ian untuk materi dan pengisian jawaban hanya melingkari tetapi untuk membacanya nanti harus ada bantuan atau pendamping yang membantu membacakan soal tetapi tidak mengarahkan kejawaban karena Ian hanya tidak terlalu suka membaca bila kalimatnya banyak atau panjang. Ian memiliki fisik kelas 6, tetapi kemampuan akademisnya kelas 2. Dan menurut ahli terapis diperkirakan bahwa Ian mampu untuk memiliki kemampuan kelas 6 pada umur 20 tahun nanti.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Ibu Wahyu selaku guru wali kelas Rahman Miftakhur Rahman

terkait dengan kurikulum Rahman, menuturkan bahwa:

“Untuk kurikulum Rahman masih disamakan dengan murid-murid non-difabel yang lain, karena masih duduk dikelas satu, jadi target yang harus dicapai Rahman untuk sementara hanya bisa membaca, menulis, dan berhitung. Belum ada kurikulum khusus bagi anak kelas satu, dua, dan tiga serta belum ada penjurusan bakat, yaitu seluruh siswa diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler guna mengembangkan bakatnya. Mata pelajaran yang menonjol dan prestasi Rahman pada mata pelajaran seni khususnya menggambar, karena Rahman lebih suka menggambar dan mewarnai. Kebetulan Rahman sebelumnya telah bersekolah di Play Group dan Taman kanak-kanak Al Firdaus, sehingga guru dan orang tua sudah saling mengetahui sebelumnya dan memiliki ikatan kerjasama yang kuat demi perkembangan Rahman. Saat di Play Group dan Taman kanak-kanak Al Firdaus Rahman pernah menjuarai lomba menggambar, yaitu sebagai juara I.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Page 200: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

227

Di dalam kurikulum di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus terdapat

penyaluran bakat dan minat siswa, tetapi di kelas 1 sampai kelas 3 belum

ada pengarahan bakat dan minat. Mulai kelas 4 baru bakat dan minat

siswa diarahkan seperti olah raga contohnya: taekwondo, bulu tangkis,

voli, dan futsal. Kesenian: menggambar, seni musik, menari dan lainya.

Selain Rahman ada juga murid di kelas 2 yaitu Abdul yang juga salah

satu siswa autis. Menurut penuturan ibu Rizka yang selaku konselor di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus ini, terkait dengan kurikulum Abdul

bahwa:

“Untuk kurikulum Abdul masih disamakan dengan murid-murid non-difabel yang lain, karena masih duduk dikelas dua tapi sudah ada guru pendamping sendiri, jadi target yang harus dicapai untuk anak masih standar yang sama yaitu baca, tulis, dan berhitung tapi masih di arahkan atau dibantu dengan guru pendamping. Dan untuk bakat yang menonjol Abdul ini memiliki bakat berhitung atau bakat di pelajaran matematika, Abdul kemampuan matematikanya sudah mampu membilang sampai dengan 10 000, dan juga sudah mampu menjumlah dengan cara meyimpan dan mengurang dengan teknik meminjam dan sudah dapat menyelesaikan tugas berhitung dengan cepat.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Di kelas tiga juga terdapat siswa penyandang autis yang memiliki

kemampuan di bidang pelajaran sains atau pengetahuan alam, siswa ini

bernama Putra. Menurut pernyataan ibu Isna selaku wali kelas dan juga

bapak Joko selaku guru matematika bahwa:

“Untuk kurikulum Putra diberikan kurikulum yang sama dengan murui-murid lain tetapi apabila terlihat mengalami kesuliatan sekolah memberikan guru pendamping dan diberi program intervensi di Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA). Untuk Putra ini dalam minat dan bakatnya sudah terlihat tetapi baru

Page 201: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

228

dikelas empat nanti baru dapat diarahkan minat khususnya dan juga ada program prengembangan diri. Tapi untuk minat dan bakatnya Putra ini sudah terlihat sejak dini yaitu di bidang ilmu pengetahuan atau sains dan juga di mata pelajaran matematika Putra ini mempunyai nilai yang lumayan bagus, tidak kalah dibandingkan dengan sisiwa non-difabel yang lain. Selain itu Putra ini suka membaca sesuatu tentang ilmu pengetahuan atau sains apalagi mengenai tata surya dan susunannya, Putra ini sudah bisa menjelaskan atau mempersentasikan di hadapan para siswa kelas dua bagaimana terjadinya tata surya dan penjelasannya dengan lancar. Walaupun suka membaca tapi Putra ini malah tidak suka kalau disuruh menulis terlalu banyak.” (Selasa, 2 Maret 2010)

Sementara itu di kelas empat terdapat dua siswa difabel yang memiliki

kecacatan yang berbeda yaitu Tian yang secara kasat mata kecacatannya

itu sudah tampak karena Tian ini penderita Celebral Palsy yaitu

kerusakan otak saraf khususnya pada Tian otak bagian kanan, yang

menyebabkan pertumbuhan tulang Tian menjadi lain dan terhambat.

Selain Tian ada siswa yang bernama Iman yang menderita kesulitan

belajar. Menurut penuturan wali kelas bahwa:

“Tian untuk secara umum tidak ada masalah mengenai kurikulim

belajar, secara umum baik dan dapat mengikuti pelajaran dengan

lancar tanpa ada hambatan walaupun kondisi fisik Tian sendiri

seperti itu (terbatas karena kecacatan pada tanganya), untuk menulis

Tian menggunakan tangan kiri dan untuk penyaluran bakatnya

sendiri Tian justru memilih mengikuti kegiatan olahraga taekwondo

walaupun secara fisiknya atau tangan kanannya yang kurang

sempurna namun Tian dapat mengikutinya dengan baik.” (Selasa, 9

Maret 2010).

Page 202: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

229

Berbeda dengan Iman apabila dilihat dari penampilan fisik Iman

memang tidak terlihat kekurangan sama sekali tetapi untuk akademik

baru terlihat kekurangan Iman. Hal ini sesuai dengan penuturan bapak

Agus :

“Iman di dalam kurikulum sendiri mengikuti kurikulum modifikasi

dikarenakan Iman masih mengalami kesulitan mengikuti kurikulum

umum yang diberikan kepada teman-teman satu kelasnya

kesulitannya antaranya, kurang bisa fokus dan kurang bisa

memahami perintah atau tugas yang harus dilakukan atau

dikerjakan. Untuk memahami dan menghafalkan dalam bentuk

kalimat yang panjang masih susah, selain itu kemampuan

menulisnya juga masih kurang belum bisa menggunakan huruf

kapital dengan benar. Dan untuk di pelajaran matematika Iman

masih susah atau kesulitan menghitung dengan perkalian yang besar

dan belum paham dengan konsep pembagian. Maka dari itu untuk

Iman kurikulumnya masih harus ikut di modifikasi apabila murid

yang lain 20 soal untuk Iman hanya 15 soal, dan untuk waktu

mengerjakan tugas yang lain 2 jam untuk Iman hanya 1jam, Iman

untuk masalah akademis masih jauh dibawah anak yang

berkemampuan normal dan oleh sebab itu Iman dikategorikan

sebagai Anak Berkebutuhan Khusus dan harus diberi terapi dan guru

pendamping dari Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

Page 203: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

230

(PUSPA). Untuk penyaluran bakat khususnya sendiri Iman lebih

suka ke seni, khususnya pada seni tari dan selain itu prestasi di bakat

khususnya ini sudah sampai di tingkat provinsi yaitu menjuarai

lomba tari se Jawa Tengah. Dan untuk pelajaran yang paling

menonjol sendiri Iman memiliki nilai lebih pada bahasa jawa.”

(Selasa, 9 Maret 2010).

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus memiliki target output bagi siswa difabel yang berbeda, sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Selain itu juga melihat bakat dan minat siswa yang satu dengan yang lainnya. Pada umumnya setiap siswa harus dapat menguasai materi atau kurikulum yang sudah diberikan sekolah agar dapat melanjutkan ke jenjang yang selanjutnya. Hal ini seperti yang telah disampaikan salah seorang orang tua murid yaitu ibu Karmita orang tua Putra yang mengatakan bahwa:

“Harapan saya setelah Putra ini bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus supaya menjadi anak yang bisa mandiri dan kelak bisa hidup sendiri mandiri tanpa harus menggantungkan ke orang lain.” (Minggu, 11 April 2010).

Selain ibu Karmita orang tua Putra ada juga orang tua siswa yang anaknya juga salah satu siswa difabel atau berkebutuhan khusus yang mempunyai harapan lain seperti yang diutarakan ibu Siska orang tua dari Abdul yaitu:

“Setelah anak saya bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus supaya lebih bisa tergali bakat-bakatnya dibidang yang menonjol seperti pada matematikanya.” (Minggu, 11 April 2010).

Hal ini seperti yang diutarakan ibu Trisno orang tua Tian siswa Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yang mempunyai keterbatasan Celebral Palsy mengatakan harapannya seperti berikut ini:

Page 204: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

231

“Harapan saya setelah anak saya sekolah di Sekolah Dasar AL Firdaus ini, anak saya supaya lebih bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain dan tidak minderan.” (Minggu, 11 April 2010).

Selain out put yang diinginkan atau diharapkan dari orang tua, sekolah sendiri juga memberikan target dan tujuan out put yang harus dicapai seperti yang diutarakan guru wali kelas Ian ibu Ida berikut ini:

“Saya mendidik Ian supaya menjadi anak yang lebih mandiri dan bisa hidup tanpa bantuan oaring lain sampai saya memaksa orangtua Ian apa yang harus dilakukan dirumah dan di sekolah harus sama, jadi program atau tindakan yang dilakukan Ian harus diselaraskan baik di rumah maupun disekolah ini perlunya kerjasama antara kami dari pihak sekolah dan orang tua Ian yang mengawasinya di rumah.” (Selasa, 9 Maret 2010)

Alumni siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus baru 1

orang siswa yang lulus dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah

Menengah (SM) Al Firdaus, sehingga perkembangan anak tersebut

hingga kini tetap dipantau oleh guru-guru dari Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus. Siswa tersebut penderita IQ rendah atau gangguan belajar

ringan, dimana dia sudah dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan

baik.

Semua orang tua yang memiliki anak difabel tentunya merasakan

kesulitan yang tidak terbayangkan sebelumnya dengan kehadiran anak

tersebut. Sebagai orang tua, umumnya ingin selalu memberikan sesuatu

yang terbaik bagi semua anak-anak kita baik anak yang difabel maupun

non-difabel. Orang tua melalui Yayasan Al Firdaus khususnya Sekolah

Dasar (SD) Al Firdaus telah mempercayakan pendidikan anaknya mulai

dari melatih kemandirian, menanamkan nilai-nilai sosial, sampai dengan

Page 205: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

232

mempersiapkan masa depannya. Kurikulum yang disusun oleh SD Al

Firdaus adalah untuk :

3.4.1 Melatih Kemandirian

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Karmita selaku

orang tua Putra, sebagai berikut :

“Saya sekolahkan Putra di sekolah inklusif Sekolah dasar (SD) Al Firdaus, agar Putra bisa mandiri. Kalau saya sekolahkan di Sekolah Luar Biasa, tentu saja dia hanya bergaul dengan anak-anak autis lainnya, malah akan tidak mandiri nantinya. Beda kalau saya sekolahkan di sekolah inklusif kan mau tidak mau dia harus berinteraksi dan bersosialisasi dengan anak-anak non-difabel pada umumnya, yang akan dapat membantu Putra ke arah kemandirian. Dari pihak pengajar juga diberikan guru pendamping khusus dalam menangani Putra. Saya percayakan Putra pada Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus agar Putra bisa hidup mandiri saat dewasa nanti” (Minggu, 11 April 2010).

3.4.2 Penanaman Nilai-nilai Sosial

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida selaku wali

kelas Ian, sebagai berikut :

“Ian sekarang jika bertengkar atau berbuat salah kepada orang lain, dia tidak segan-segan untuk langsung meminta maaf, itulah yang saya tanamkan dari dasar Ian masuk sekolah. Walaupun pada kenyataannya Ian sering berbuat salah dan sering meminta maaf. Ian juga tidak pernah menyentuh barang yang bukan miliknya, sekalipun sebuah koran yang disediakan untuk umum, karena Ian merasa koran itu tidak ada yang memilikinya dan bukan miliknya. Jika Ian ingin meminjam selalu meminta ijin terlebih dahulu, sehingga jika ingin ijin membaca koran, dia bingung, mau ijin kepada siapa.” (Selasa, 23 Maret 2010).

Page 206: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

233

3.4.3 Mempersiapkan Masa Depan

Setelah anak mulai terlepas dari “ketidakberdayaannya”,

maka perlu untuk mengembangkan minat anak pada dunia.

Orangtua harus memperhatikan arah minat anak karena akan

membantu masa depan anak kelak. Berbagai alternatif kegiatan

bisa diperkenalkan kepada anak, seperti menggambar,

menyanyi, memasak, komputer, olahraga, dan lain-lain.

Pengembangan minat tersebut dapat mengupayakan penggunaan

kelebihan anak untuk mengatasi kekurangannya.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Retno selaku

orang tua murid, sebagai berikut :

“Anak saya Tian saya ikutkan berbagai macam kegiatan di sekolah dan dirumah, biar tidak minder dan memiliki rasa percaya diri. Di sekolah Ian ikut ekstrakurikuler taekwondo dan catur, kegiatan ini positif bagi perkembangan anak saya. Setiap ada perlombaan juga saya ikutkan, biasanya dia ikut lomba gambar. Saya sering mengikutkan berbagai macam perlombaan agar dia mampu berinteraksi bertemu banyak orang asing dan rasa percaya diri itu muncul. (Minggu, 11 April 2010).

Menurut penuturan Ibu Rizka selaku konselor Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), bahwa :

“Nanda baik dirumah maupun disekolah diikutkan dengan kegiatan menyanyi. Sedangkan Ian ditajamkan lagi dengan berbagai macam hafalan-hafalan surat Al-Qur`an, dan Putra ditajamkan lagi pada hal science, karena Putra sangat berbakat dalam bidang science. Untuk Abdul dan Rahman belum diikutkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah karena masih kelas I dan kelas II. Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan pengembangan bakat anak diperuntukkan bagi siswa yang sudah kelas III, IV, V, dan VI.” (Selasa, 9 Maret 2010).

Page 207: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

234

Lembaga pendidikan Al Firdaus khususnya Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus menyediakan aksesibilitas dan fasilitas bagi perkembangan siswa difabel. Berdasarkan data dan informasi yang peneliti peroleh dilapangan maka berikut ini peneliti menyajikan matriks tentang Aksesibilitas Sekolah Dasar Al Firdaus :

Page 208: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

235

Matriks 3.6

Aksesibilitas Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus bagi Siswa Difabel

No BENTUK AKSESIBILITAS

SARANA DAN PRASARANA

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

SOSIAL PENDIDIKAN

1. Kursi Roda Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA)

Mendapatkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan komputer dan internet

Mendapatkan kurikulum yang sama dengan siswa non-difabel

2. Ayunan Layanan Internet dan Komputer Konsultasi dan penempatan kerja

3. Trampolin Mendapatkan pelayanan kesehatan Mendapatkan latihan kewirausahaan

4. Alat memasak Mendapatkan Pelayanan Sosial 5. Alat bantu praktikum Mendapatkan guru pendamping 6. Alat musik 7. Bola dan guiding block 8. Puzzle 9. Gambar-gambar dan balok 10. Alat bantu dengar Sumber : Data Diolah, Mei 2010

Page 209: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

i

C. PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan suatu kegiatan (formal/ nonformal) yang

diselenggarakan oleh orang dewasa (orang yang matang dalam pemikiran) kepada anak-anak dalam rangka membuka, mengembangkan, dan meningkatkan pengembangan psikologis, mental, dan akademis dengan pengertian untuk membuat mereka menjadi mandiri secara individu. Proses yang dimaksud mencakup setiap anak terlepas dari suku, jenis kelamin, status sosial, kecacatan, bahasa, kebangsaan (pendidikan untuk semua). Dua hal terpenting yang berperan dalam mempercepat kesuksesan pelaksanaan pendidikan inklusi adalah kebijakan yang berfokus untuk memfasilitasi dan memberi akses bagi mereka yang berkebutuhan khusus, dan bagaimana sikap atau opini masyarakat yang menyangkut interaksi dengan anak-anak atau mereka yang berkebutuhan khusus.

Fenomena yang ada saat ini bahwa anak–anak difabel mulai mendapatkan

haknya dalam bidang pendidikan, yaitu pendidikan yang setara dengan anak-anak

non-difabel, melalui adanya sekolah inklusif, khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus Kota Surakarta. Siswa difabel merupakan salah satu individu yang memiliki

peranan penting dalam masyarakat, jika dari dalam diri difabel itu sendiri tidak

memiliki kemauan untuk berubah, maka proses belajar tidak akan terjadi, dan sekolah

inklusif tidak akan terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya.

Siswa difabel memiliki kemauan untuk mendapatkan kesetaraan dalam bidang

pendidikan dengan siswa non-difabel dan ikut bersaing dalam pendidikan. Untuk

mewujudkan cita-cita dalam mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah

melaksanakan program sekolah inklusif, dan salah satunya yaitu di Yayasan Al

Firdaus Kota Surakarta.

Dalam sekolah inklusif, secara tidak langsung siswa difabel harus mampu

berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa non-difabel demi perkembangannya.

Interaksi sosial siswa difabel, siswa non-difabel, serta guru di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus Kota Surakarta dapat dianalisis dengan teori “Interaksionisme Simbolik”.

Page 210: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

ii

Interaksionisme simbolik menunjuk kepada jenis interaksi yang sangat khusus antara

individu-individu, yaitu antara siswa difabel, siswa non-difabel, dan guru.

Kekhususan interaksi itu nampak dalam kenyataan bahwa dalam berinteraksi,

manusia tidak hanya memberikan reaksi terhadap tingkah laku atau perbuatan

sesamanya melainkan terlebih dahulu menafsirkan atau memberikan interpretasi

sebelum bertindak.

Menurut teori interaksionisme simbolik, tindakan tidak selalu diarahkan pada

diri sendiri, namun juga ada alternatif-alternatif lain, seperti emosi, luapan perasaan

dan kebiasaan-kebiasaan lain. Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas

yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang

diberi makna. Kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan

menggunakan simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol yang

merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan

sesamanya, dan juga pengaruh pihak-pihak yang terlibat atas interaksi sosial.

Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, frase atau

kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non

verbal meliputi isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur dan gerakan tubuh,

sentuhan, artefak, diam, temporalitas dan ciri poralinguistik.

Istilah “interaksionisme simbolik” tentu saja menunjuk pada sifat khusus dan

khas dari interaksi yang berlangsung antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam

fakta bahwa manusia menginterpretasikan atau ‘mendefinsikan’ tindakan satu sama

lain dan tidak semata-mata bereaksi atas tindakan satu sama lain. Jadi, interaksi

Page 211: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

iii

manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh

penetapan makna dari tindakan orang lain.

Seperti yang terjadi pada siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus

Kota Surakarta, menurut pengungkapan Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), bahwa :

“Ian menepukkan tangan, hal tersebut menunjukkan bahwa sedang senang. Ian sedang berteriak-teriak menggambarkan kalau dirinya tidak suka. Putra tertawa dan menari-nari menunjukkan bahwa dirinya sedang bahagia. Putra berteriak serta mengangkat kursi itu menggambarkan kalau dirinya sedang marah dan ketidaksetujuannya terhadap kehadiran atau perlakuan orang lain padanya.” (Selasa, 23 Maret 2010)

Adakalanya senyuman merupakan simbol dari ketidaksukaannya terhadap

perilaku siswa difabe. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu Ida selaku guru wali kelas

Ian, sebagai berikut :

“Ketika ada diskusi kelompok, Ian tidak pernah suka dengan hal tersebut, sehingga Ian suka mengganggu dan mengacaukan kelas. Tetapi ketika Ian melihat saya tersenyum dan saya merangkulnya, dia langsung tahu apa yang saya maksud dengan senyuman saya itu. Saya tersenyum tandanya menyuruh Ian untuk duduk dan diam jika ia tidak ingin ikut belajar kelompok dengan temannya.” (Selasa, 9 Maret 2010).

Perilaku manusia merupakan suatu rangkaian yang diantaranya terdiri dari

sikap dan tindakan. Sikap merupakan sebuah konsep yang dianggap paling penting

dalam ilmu-ilmu sosial. Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk

pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku

kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan diri kita sendiri.

Page 212: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

iv

Tindakan sosial diartikan sebagai tindakan yang mempunyai makna atau arti

subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Dalam kaitanya

dengan rasionalitas Marx Weber membagi tindakan sosial ke dalam empat tipe, yang

mana semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami. Keempat tipe

tersebut yaitu : zwerk rational, werktrational action, affectual action, dan traditional

action. Berdasarkan ke empat tipe rasionalitas tersebut. Maka tindakan sehari-hari

yang dilakukan oleh siswa difabel di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta

dapat dikategorikan kedalam tindakan traditional action yaitu dimana tindakan yang

dilakukan para siswa difabel khususnya para penyandang autis adalah atas dasar

kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu, jadi para guru di

Sekolah Dasar Al Firdaus ini memberikan beberapa metode kepada siswa difabel

untuk membiasakan apa yang dianggapnya lemah. Hal ini seperti yang diungkapkan

oleh Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

(PUSPA), sebagai berikut :

“Ketika guru pendamping iman merasa nilai iman dibawah standar siswa pada umumnya, guru pendamping iman ibu Indi yang mendampingi iman melakukan metode intervensi kepada iman untuk mengulang dan membiasakan agar iman ini untuk diberikan tambahan pelajaran khususnya untuk materi yang mendapatkan nilai buruk, seperti pada pelajaran Matematika, Bahasa Arab dan Bahasa inggris.” (Selasa, 6 April 2010). Adapula tindakan yang mencerminkan kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu

yang menjadi ciri tersendiri bagi para siswa difabel khususnya siswa autis. Secara

umum anak autis sulit untuk menerima perubahan secara langsung dan harus ada

pemahaman yang bisa meyakinkan anak tersebut ketika mengalami perubahan dalam

kebiasaan sehari-hari, misalnya yang terjadi pada Putra.

“Pada awal kelas 3 Putra ini sulit sekali beradaptasi dengan waktu ketika pada kelas 2 jadwal pulang sekolah adalah pukul 13.05 kemudian pada kelas 3

Page 213: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

v

menjadi pukul 15.15. Pada awal sekolah di kelas 3 saat jam 13.05 Putra menagis dan ingin pulang dikarenakan kebiasaanya di kelas 2 adalah jam pulang, kemudian dari wali kelasnya dan guru pendamping diberi pengertian dan dibebaskan untuk sementara asal tidak pulang. Setelah lama-kelamaan sudah terbiasa di kelas 3 Putra tidak lagi meminta pulang dan sudah mau mengikuti pelajaran sampai jadwal jam pulang pada pukul 15.15” (Selasa, 6 April 2010).

Hal ini berbeda dengan kasus Ian, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ida

selaku guru wali kelas Ian, sebagai berikut :

“Ian pada awal masuk sekolah di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, dia tidak mau mengikuti sholat, kemudian guru memberikan penjelasan berulang kali tentang makna dan cara sholat kepada Ian. Ibu Ida memberikan penjelasan bahwa saat adzan, Ian harus mengambil air wudhlu, kemudian saat menunggu qomat, Ian boleh berada di kelas, tetapi setelah qomat harus segera ke masjid untuk mendirikan sholat. Setelah beberapa bulan proses tersebut berlangsung, Ian mengikuti aturan sholat yang telah dijelaskan Ibu Ida. Tetapi aturan tersebut ternyata tidak dapat diterapkan pada sholat Jumat. Karena dalam sholat Jumat setelah adzan ada dakwah kemudian qomat setelah itu sholat. Sedangkan Ian sudah terlanjur paham tentang penjelasan pertama dimana tidak ada dakwah dalam sholat biasanya, sehingga sampai saat ini Ian tidak bisa mengikuti Sholat Jumat sebagaimana mestinya. Untuk merubah sikap dan aturan yang seperti ini sangat sulit diterapkan pada Ian, harus mulai dari awal lagi dan butuh proses yang semakin lama lagi” (Selasa, 23 Maret 2010).

Berkaitan dengan hal diatas manusia sebagai aktor mempunyai kemampuan

untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai Voluntarisme, yaitu

kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari

sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Hal ini sesuai

dengan salah satu asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle yaitu

sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu,

tindakan manusia tanpa ada tujuan dan maksud tertentu.

Page 214: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

vi

Selain teori interaksionisme simbolik dan teori aksi diatas, penelitian Proses

dan Pola Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota

Surakarta ini juga menggunakan teori kritis dari Max Horkheimer dan Jurgen

Habermas. Di dalam gagasan kritis Horkheimer menitikberatkan pada peran

psikologis sosial dalam menjembatani kesenjangan antara individu dan masyarakat.

Teori kritis bertujuan memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari

masyarakat rasional dan sekaligus memberikan kesadaran pembangunan masyarakat

yang rasional. Teori kritis yang tampak pada penelitian ini adalah bahwa siswa

difabel mengalami perkembangan psikologis dan ego. Salah satunya yang terjadi

antara lain semangat siswa difabel yang tidak mau kalah dan semangat dalam

memperoleh nilai yang bagus seperti yang di utarakan Iman bahwa:

“Apabila nilai saya jelek dibawah 7 saya harus rajin belajar dan harus didampingi oleh ibu Indi guru pendamping saya, pokoknya biar nilainya bagus biar bisa pinter.” (Selasa, 24 Mei 2010).

Selain untuk menunjukkan identitas dan keaktifannya dilingkungan baik

lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal, siswa difabel juga harus

mendapatkan hak yang sama setara dengan siswa non-difabel. Hal ini seperti yang

diungkapkan ibu Ida wali kelas Ian sebagai berikut:

“Materi dan soal yang diujikan di UASBN untuk Ian sama dengan siswa non-difabel hanya cuma masalah membaca soalnya saja yang harus dibantu, karena Ian ini tidak suka membaca soal-soal yang panjang. Walaupun Ian ini autis kemampuan akademiknya sama dengan siswa non-difabel jadinya tidak ada pembedaan atau diskriminasi disekolah ini.” (Selasa, 23 Maret 2010).

Page 215: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

vii

Adapun penuturan Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan Anak

Berkebutuhan Khusus (PUSPA) mengenai materi, kurikulum, dan soal ujian siswa

difabel, bahwa :

“Untuk siswa dengan gangguan Cerebral Palsy, yaitu pada Nanda dan Tian, serta pada siswa yang nengalami gangguan belajar yaitu pada Iman, bahwa kurikulum, mata pelajaran, dan soal-soal ujiannya adalah sama dengan siswa non-difabel. Hanya saja ada tambahan pelajaran bagi mata pelajaran yang dirasa siswa mengalami ketertinggalan atau nilainya buruk. Bimbingan pelajaran tambahan dilakukan di ruang Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), diluar jam mata pelajaran. Kemudian untuk Abdul dan Rahman, kurikulum, materi dan soal-soalnya sama dengan siswa non-difabel. Karena mereka masih menduduki kelas I dan kelas II, maka target pembelajaran adalah bisa membaca, menulis, dan berhitung, maka seluruh kurikulum masih sama dengan siswa non-difabel. Berbeda pada siswa autis, yaitu Ian dan Putra, walaupun mereka juga memiliki kurikulum, mata pelajaran, dan soal-soal yang sama, tetapi tetap saja ada beberapa faktor yang dibedakan oleh konselor Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) disesuaikan dengan kemampuan anak. Dimana contohnya jika Ian, yaitu target nilainya diturunkan, jika siswa non-difabel yaitu memiliki target nilai antara 0-100, maka Ian ditargetkan antara 0-70 saja. Pada dasarnya seluruh kurikulum, materi dan soal yaitu disesuakikan dengan kemampuan anak.” (Selasa, 9 Maret 2010).

Selain masalah akademis atau kurikulum di sekolah inklusif seperti Sekolah

Dasar Al Firdaus ini juga ada beberapa kendala antara lain dari sisi aksesibilitas

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus Kota Surakarta sebagai salah satu Sekolah Inklusif di

Kota Surakarta, yaitu : fasilitas fisik atau sarana prasarana penunjang. Hal ini seperti

yang diutarakan oleh Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan

Khusus (PUSPA), sebagai berikut :

Page 216: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

viii

“Untuk penerimaan siswa baru khususnya untuk siswa berkebutuhan khusus atau siswa difabel kami dari pihak sekolah akan memberikan tes dan wawancara terlebih dahulu. Kami juga memberikan penawaran dan penjelasan kepada orang tua calon siswa mengenai masalah fasilitas penunjang belajar siswa dikarenakan fasilitas yang dimiliki oleh Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus saat ini terbatas untuk jenis difabel tertentu saja, jadi untuk siswa seperti contohnya tuna netra kami belum bisa menerima dikarenakan kami belum memiliki fasilitas bagi tunanetra, seperti huruf braile. Dan untuk siswa yang memakai kursi roda kami juga belum bisa menerima, karena sekolah kami tidak memiliki trailler, dimana lokasi ruang kelas kami ada yang dilantai 2, dan siswa diharuskan mampu untuk menaiki atau menuruni anak tangga. Kami tidak memiliki fasilitas trailler untuk menaiki dan menuruni tangga menggunakan kursi roda. Untuk akses komunikasi dan informasi kami memang sudah memberikan seperti sekolah lainnya, yaitu berupa komputer dan internet, dimana seluruh siswa baik difabel maupun non-difabel mendapatkan fasilitas tersebut. Khusus bagi siswa difabel mendapatkan fasilitas cek kesehatan, serta bagi siswa autisme kami memiliki berbagai macam alat bantu seperti trampolin, ayunan, guiding block, bola, dan alat-alat wiraswasta, untuk membantu mengembangkan ketrampilan dan daya pikir bagi siswa autis, sehingga diharapkan dengan adanya fasilitas seperti itu siswa difabel dapat hidup mandiri nantinya.” (Selasa, 9 Maret 2010). Kritik merupakan refleksi diri atas rintangan-rintangan, tekanan-tekanan dan

kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri, rasio dalam sejarah serta

bersifat emansipatoris dan untuk melakukan transformasi sosial. Kritik juga

merupakan refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi tentang asal-usul tentang

kesadaran, tidak berpihak kepada kemanusiaan dan melakukan pemberdayaan

sehingga tercipta masyarakat yang berkeadilan.

Ilmu-ilmu kritis berusaha menunjukkan bahwa keajegan-keajegan tertentu

yang merupakan pola hubungan ketergantungan ideologis pada dasarnya dapat

diubah. Habermas menyebut “refleksi diri” (self reflexion). Melalui refleksi ini orang

harus dibebaskan dari segala sesuatu yang mendominasi, yang membelenggu dan

mengarah pada kemungkinan adanya hubungan-hubungan ketergantungan tersebut.

Page 217: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

ix

Dalam hubungannya dengan sekolah inklusif di Sekolah Dasar Al Firdaus, baik siswa

difabel maupun siswa non-difabel, tidak ada yang saling mendominasi satu sama lain.

Walaupun mayoritas siswa adalah siswa non-difabel, tetapi interaksi sosial

yang terjalin sangat baik, bahkan dalam hal prestasi, siswa difabel mampu bersaing

dengan siswa non-difabel. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Nanda tentang

interaksi sosial dengan teman-temannya yang non-difabel, sebagai berikut :

”Teman-teman saya baik kok, kalau saya butuh bantuan, mereka mau membantu, bahkan ada yang mau berteman akrab dengan saya. Dulu pas kelas 2 saya sering diejek ama teman-teman laki-laki saya karena katanya jalannya seperti bebek, dan mereka mengikut cara jalan saya, tapi ya sudah itu kan hal biasa, sekarang sudah tidak lagi soalnya sudah dioperasi. Sekarang mereka semua baik sama saya dan saling menolong. Saat saya bertanya atau belajar kelompok, teman-teman juga asyik, tidak menjauhi saya, malah selalu mendekati.” (Selasa, 24 Mei 2010).

Interaksi sosial siswa difabel autis berbeda dengan difabel Celebral Palsy,

dimana para penyandang autis jarang berinteraksi sosial dengan teman-teman non-

difabel. tetapi pada umumnya tidak ada hambatan komunikasi dan interaksi sosial

diantara siswa difabel autis dan siswa non-difabel. Hanya saja untuk memulai

komunikasi harus dilakukan berulang kali dan dengan pendekatan yang tidak biasa,

dimana pendekatan tersebut dilakukan berulang-ulang dan secara teratur. Mereka

memiliki dunianya sendiri atau memiliki imajinasi yang tinggi, sehingga jika kita

ingin berkomunikasi harus mampu memasuki dunia imajinasi mereka.

Hanya beberapa orang saja yang ditakuti dan ditaati oleh siswa difabel,

contohnya adalah bahwa Ian hanya takut dan menurut pada 4 orang saja, yaitu :

Kepala Sekolah, Kepala Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), guru

walikelas, dan orang tuanya saja.

Page 218: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

x

Di lingkungan masyarakat anak difabel hingga saat ini masih terkesan harus

“dikasihani” padahal hal tersebut salah, dimana anak difabel harus diajarkan lebih

keras untuk dapat hidup mandiri melalui pendidikan pada umumnya dan pendidikan

inklusif pada khususnya. Masyarakat saat ini harus lebih peka terhadap hak yang

dimiliki oleh anak difabel, salah satunya adalah hak mendapatkan pendidikan dan

pengajaran yang sama dengan anak non-difabel. Melalui pendidikan inklusif inilah

hak anak-anak difabel tersebut didapatkan.

Pendidikan inklusif sebaiknya terus ditingkatkan oleh Pemerintah, tidak hanya

Pendidikan di Sekolah Luar Biasa saja. Sehingga siswa difabel memiliki hak yang

sama dalam bidang pendidikan seperti siswa non-difabel pada umumnya. Memiliki

kurikulum pendidikan yang sama tanpa membedakan kurikulum yang satu dengan

yang lainnya. Bahkan untuk perkembangan interaksi kearah kemandirian siswa

difabel yang bersekolah di sekolah inklusif dan siswa difabel yang bersekolah di

Sekolah Luar Biasa memiliki perbedaan tingkat perkembangannya. Hal ini telah

terbukti seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rizka selaku konselor Pusat Pelayanan

Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), sebagai berikut :

“Kurikulum di Sekolah Luar Biasa lain dengan kurikulum di sekolah inklusif, selain itu interaksi siswanya juga lebih berkembang, karena mereka berteman dengan siswa non-difabel. Jika di Sekolah Luar Biasa kan teman-temannya ya siswa difabel semua, maka tidak akan berkembang nantinya. Memang di sekolah inklusif khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus ini menekankan pada Interaksi siswa agar dapat mandiri.” (Selasa, 23 Maret 2010). Namun demikian, sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif tidak serta

merta mau menerima anak difabel pada umumnya, tetapi melalui seleksi tes dan

wawancara, sehingga persaingan untuk mendapatkan hak yang sama dalam

pendidikan dan pengajaran bagi anak difabel juga sangat ketat seperti pada anak non-

Page 219: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xi

difabel pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan aksesibilitas yang dimiliki oleh

sekolah inklusif belum selengkap yang dimiliki oleh Sekolah Luar Biasa (SLB) yang

memang dikhususkan bagi siswa difabel. Anak difabel adalah anak yang mampu

berhasil dengan keterbatasannya jika pihak-pihak terkait seperti : keluarga,

masyarakat, dan kalangan pendidik mampu lebih peka terhadap kebutuhan, hak, dan

kewajiban anak-anak difabel, agar di masa mendatang dapat berguna bagi dirinya

sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Page 220: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xii

BAB IV

PENUTUP

Pada bagian penutup ini, penulis akan memaparkan secara singkat kesimpulan dan

memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang

berjudul “Pola dan Proses Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah

Inklusif di Kota Surakarta”.

Difabel merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi di telinga

masyarakat. Walaupun sudah lama muncul, tapi masih banyak juga orang tua yang belum

mengerti tentang difabel ini, bahkan mengartikannya dengan anak idiot/ aneh, padahal

difabel adalah semacam keterlambatan perkembangan. Di dalam skripsi ini penulis telah

membahas mengenai aksesibilitas dan interaksi sosial siswa difabel dan non-difabel di

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yang merupakan salah satu sekolah inklusif di Kota

Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah inklusif sangat diperlukan demi

perkembangan interaksi sosial siswa difabel dan mempersiapkan masa depannya kelak.

Dengan keterbatasan aksesibilitas yang dimiliki oleh sekolah inklusif, diharapkan

kedepannya mampu menambah aksesibilitas yang diperlukan bagi siswa difabel, karena

pendidikan inklusif sangat dibutuhkan oleh siswa difabel terutama dalam membina

kemandirian, rasa percaya diri, dan interaksi sosial yang nantinya dapat digunakan dalam

masyarakat.

Page 221: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xiii

KESIMPULAN

Fenomena yang ada dalam masyarakat sekarang ini adalah semakin

kompleksnya permasalahan yang berkaitan dengan penyandang cacat atau difabel.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama

dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut

mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya

mempengaruhi sistem tersebut. Sehingga masyarakat sebagai sistem sosial

berusaha agar fenomena ini tidak lagi menjadi hal yang menakutkan, dan perlu

adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk memecahkan persoalan ini.

Gangguan komunikasi pada siswa difabel ditandai tiga gejala utama yaitu

gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi dan perilaku yang stereotipik. Di

antara ketiga hal tersebut, yang paling penting diperbaiki lebih dahulu adalah

interaksi sosial. apabila interaksi sosial membaik, maka seringkali gangguan

komunikasi berkurang dan perilaku akan membaik secara otomatis.

1. Kesimpulan Empiris

Setiap orangtua pasti tidak berharap dan ditakdirkan untuk memiliki

anak difabel, yang mengalami kesulitan dalam hal : bahasa, perilaku, dan

interaksi sosial. Maka yang dapat dilakukan orangtua adalah bertanggung

jawab atas kelangsungan hidup maupun kesejahteraan mereka di kemudian

hari, salah satunya bertanggungjawab dalam hal pendidikan.

Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan.

Melalui pendidikan inklusif, setiap siswa baik itu siswa difabel dan non-

difabel mendapatkan materi, kurikulum, tempat, dan waktu pembelajaran yang

Page 222: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xiv

sama tanpa adanya pembedaan. Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus merupakan

salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif di Kota Surakarta

yang memberikan pelayanan bagi siswa difabel melalui program intervensi

dari Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA), dimana program

intervensi tersebut merupakan program tambahan bagi siswa difabel selain

mereka mengikuti pelajaran di ruang kelas.

Anak difabel memerlukan penanganan secara menyeluruh, yang

tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, khususnya di bidang

pendidikan. Melalui pendidikan inklusif khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al

Firdaus ini siswa difabel telah banyak mengalami perubahan sikap yang

terkait dengan masalah gangguan interaksi sosial dan sosialisasi. Saat pertama

kali masuk di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, siswa sangat tidak percaya diri,

sulit untuk berinteraksi sosial dan bersosialisasi bersama teman-teman, serta

mempunyai nilai pelajaran yang rendah. Tetapi setelah melalui proses

pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus, siswa difabel kini mampu

berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman non-difabel serta memiliki

rasa percaya diri dan mandiri. Sikap-sikap inilah yang nantinya akan

dibutuhkan oleh para siswa difabel ketika mereka memasuki dunia kerja

maupun untuk bekal hidup di masa mendatang.

2. Kesimpulan Teoritis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teori sebagai alat untuk menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu : Teori Interaksionisme Simbolik, Teori Aksi dan Teori Kritis.

Teori Interaksionisme Simbolik menurut George Herbert Mead

menekankan pada tindakan Sosial dari Max Weber. Teori Interaksionisme

Page 223: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xv

Simbolik menyatakan bahwa perilaku dijelaskan menurut gerak-gerak refleks

yang dipelajari atau yang sudah menjadi kebiasaan, rangsangan-rangsangan

lingkungan, atau proses-proses psikologis yang pada prinsipnya semua itu

dapat diukur secara empiris. Perkembangan kemampuan berkomunikasi

dengan bahasa verbal maupun non verbal bagi anak penyandang autis sangat

lambat, maka segala keinginannya akan diungkapkan secara simbolik sebagai

bentuk komunikasi. Begitu pula bentuk komunikasi orang tua kepada anaknya

yang walaupun verbal, tetapi hanya satu-dua kata saja, karena pemahaman

yang minim dari sang anak.

Istilah “interaksi simbolik” menunjuk pada sifat khusus dan khas dari

interaksi yang berlangsung antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam

fakta bahwa manusia menginterpretasikan atau ‘mendefinsikan’ tindakan satu

sama lain dan tidak semata-mata bereaksi atas tindakan satu sama lain. Jadi,

interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol dalam

menginterpretasikan makna. Hal ini sangat dibutuhkan oleh Sekolah Dasar

(SD) AL Firdaus ketika menangani siswa difabel dalam hal memahami

seluruh mata pelajaran yang ada, yaitu dengan adanya guru pendamping yang

selalu mendampingi siswa difabel ketika menerima pelajaran di kelas,

kemudian menerangkannya kembali kepada siswa, karena siswa difabel

membutuhkan pemahaman yang berulang kali agar dapat mengerti maksud

dari pelajaran yang didapatkan. Adapula simbol-simbol berupa alat bantu yang

digunakan oleh guru untuk mempermudah menerangkan kepada siswa difabel,

yaitu berupa puzzle, guiding block, dan gambar-gambar. Hal ini dilakukan

Page 224: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xvi

oleh para guru pendamping karena siswa difabel khususnya autis hanya dapat

mencerna pelajaran dengan cara memberikan contoh yang konkrit, jika tidak

diberikan contoh yang konkrit, mereka sangat sulit mencerna pelajaran yang

ada. Khususnya pada mata pelajaran sosial dan kewarganegaraan, dimana

mata pelajaran tersebut sebagian besar menerangkan tentang kehidupan

manusia, sehingga guru pendamping selalu memberikan contoh dalam

pelaksanaannya di lingkungan masyarakat.

Selanjutnya teori aksi yang terdapat dalam paradikma definisi sosial yang menekankan pada tindakan sosial karya Max Weber. Secara definitive Max Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal. Dalam definisi sosial ini terkandung dua konsep dasarnya, yaitu tindakan sosial dan konsep tentang penafsiran serta pemahamannya.

Menurut teori aksi, tindakan yang dilakukan siswa difabel dengan berinteraksi dengan siswa non difabel dan guru, muncul dari kesadaran pribadi sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Dalam hal ini berlaku pada siswa difabel untuk berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar sebagai upaya bersama untuk mewujudkan hak-hak difabel dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan setara dengan non difabel pada umumnya. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu sehingga apa yang dilakukan siswa-siswa difabel tersebut bukan tanpa tujuan yang jelas, akan tetapi dengan melihat tindakan mereka mengikuti program tambahan atau intervensi dan terapi merupakan langkah yang diambil dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan dengan tujuan kesetaraan hak dan kemampuan mereka dengan siswa non difabel lainnya. Teori Kritis dalam gagasan kritis Horkheimer menitikberatkan pada peran psikologis sosial dalam menjembatani kesenjangan antara individu dan masyarakat. Teori kritis bertujuan memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari masyarakat irasional dan sekaligus memberikan kesadaran pembangunan masyarakat yang rasional. Anak difabel di masyarakat masih dikesampingkan, dimana mereka masih dikasihani dan tidak diberikan ruang lebih untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka. Anak difabel seharusnya tidak boleh dikasihani, tetapi harus diberikan pendidikan yang lebih agar dapat bertahan dan bersaing dalam kehidupan masa mendatang. Pendidikan untuk anak difabel dapat dilakukan melalui pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) serta melalui pendidikan inklusif khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus.

Pendidikan inklusif adalah program dari pemerintah dimana siswa difabel dan non-difabel dapat belajar bersama di tempat dan di ruangan yang sama serta mendapatkan kurikulum yang sama, sedangkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) pada dasarnya teman-teman mereka juga merupakan siswa difabel, sehingga dalam pengembangan interaksi sosial sangat kurang, karena mereka ada pada situasi dimana seluruh teman-temannya difabel semua. Pemerintah telah memberikan program sekolah inklusif ini dengan merujuk kepada hak-hak difabel, dimana mereka juga berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sama.

Perkembangan psikologis siswa difabel yang bersekolah di sekolah inklusif terbukti lebih baik, karena lingkungan di sekolah inklusif memberikan pengaruh yang sangat baik bagi siswa difabel. Mereka harus dapat berinteraksi dan

Page 225: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xvii

bersosialisasi dengan siswa non-difabel serta harus mampu bersaing dengan siswa non-difabel. Sekolah inklusif selain menekankan pada bidang pendidikan dimana ruang dan kurikulum yang diberikan oleh siswa difabel sama dengan siswa non-difabel, juga memberikan pelayanan bagi perkembangan psikologis siswa difabel melalui program terapi yang khususnya di Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) . Sehingga output yang ditargetkan oleh sekolah inklusif khususnya Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus yaitu bagi siswa difabel dapat hidup mandiri di kehidupan mendatang.

3. Kesimpulan Metodologis

Berdasarkan masalah yang telah dibahas maka penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.

Dengan demikian data-data yang telah terkumpulkan dari hasil penelitian

dideskripsikan kemudian disimpulkan sebagai informasi aktual tentang peran

orang dalam penanaman nilai-nilai sosial terhadap anak difabel.

Dalam teknik pengumpulan data, penulis berperan sebagai Human

instrument yang turun ke lapangan untuk mencari, mengumpulkan, dan

mengolah data. Pengumpulan data dilakukan baik interaktif maupun non

interaktif. Metode wawancara mendalam digunakan untuk metode interaktif

dan catatan dokumen dan observasi tak berperan digunakan untuk metode

noninteraktif..

Pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data yang mantap. Dengan demikian, penulis dapat

memperoleh data-data dari informan yang selain tahu permasalahan penelitian

juga sanggup untuk memberikan data yang penulis butuhkan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis interaktif.

Reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan sejak atau

Page 226: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xviii

bersamaan dengan proses pengumpulan data, sehingga pada akhirnya

mengarah pada kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

mantap.

SARAN

Sebagai penutup dalam penelitian untuk penyusunan skripsi yang berjudul “Pola dan Proses Interaksi Sosial Siswa Difabel dan Non-Difabel di Sekolah Inklusif di Kota Surakarta” ini penulis mengajukan beberapa saran yang bisa dipertimbangkan dan ditindaklanjuti.

Untuk masyarakat

Apabila menjumpai anak dengan difabel di sekitar kita, jangan

menghina keterbatasan yang mereka miliki. Karena dukungan semacam

itu dapat meningkatkan semangat anak difabel itu sendiri beserta orang-

orang disekelilingnya. Apabila mengetahui informasi yang tepat mengenai

difabel itu sendiri khususnya mengenai sekolah inklusif hendaknya dapat

memberikan informasi kepada para orangtua yang belum mengetahui,

untuk selanjutnya dilakukan penanganan secara dini, khususnya di bidang

pendidikan. Di tangan orang yang tepat anak akan mendapatkan intervensi

yang tepat pula.

Bagi orangtua

Diharapkan para orangtua anak penyandang difabel jangan

berhenti untuk selalu mencari informasi dan ikut menyebarluaskan

pengalamannya kepada masyarakat umum melalui seminar ataupun

kegiatan positif lainnya. Seperti yang telah dilaksanakan Komite Sekolah

Page 227: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xix

Al Firdaus, bahwa organisasi yang terdiri dari orang tua murid dan guru

ini pernah mengadakan seminar pendidikan dengan Kak Seto, kemudian

kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah kegiatan outting, dimana siswa

difabel dan non-difabel diberikan kesempatan untuk belajar diluar,

dirumah teman-temannya secara bergantian. Hal ini dilakukan untuk

mengembangkan interaksi sosial bagi siswa non-difabel pada umumnya

dan siswa difabel pada khususnya. Apabila istilah Difabel sudah tidak

asing di telinga masyarakat umum, maka tidak akan ada yang namanya

rasa malu dan ketakutan akan dikucilkan.

Bagi Yayasan Al Firdaus khususnya Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus

Berupaya tetap bekerjasama dengan sekolah-sekolah baik itu

sekolah umum maupun Sekolah Luar Biasa demi perkembangan

pendidikan siswa difabel. Tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi

siswa difabel melalui program khusus yang diberikan melalui Pusat

Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA).

Menambah sarana dan prasarana termasuk perbaikan ruangan

Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (PUSPA) yang dijadikan

sebagai tempat menyendirinya siswa difabel serta perbaikan ruang terapi,

agar siswa difabel yang melakukan terapi maupun konsultasi di ruang

tersebut merasa nyaman serta merubah struktur bangunan sekolah dengan

menambah trailer, sehingga siswa difabel yang menggunakan kursi roda

juga dapat bersekolah di Sekolah Dasar (SD) AL Firdaus.

Page 228: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xx

Saran yang lain walaupun sarana dan prasarana yang ada sudah

cukup memadai, tetapi seharusnya sarana yang ada tidak hanya untuk

siswa autis, celebral palsy, dan hambatan belajar saja, melainkan juga bagi

untuk difabel tuna rungu, tuna netra, tuna daksa, dan lainnya karena pada

hakekatnya sekolah inklusif adalah sekolah umum yang dapat menerima

siswa difabel dari berbagai jenis difabel.

Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus telah menjadi sekolah rujukan bagi

pendidikan inklusif lainnya untuk memberikan layanan bagi siswa difabel

di sekolah lain melalui Pusat Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus

(PUSPA). Hal ini perlu ditingkatkan lagi khususnya dari segi pelayanan

dan manajemennya terkait dengan kepercayaan pemerintah Kota Surakarta

menjadikan satu-satunya Sekolah Dasar (SD) Al Firdaus sebagai sekolah

percontohan pendidikan inklusif untuk sekolah yang lainnya.

Bagi pemerintah

Agar menyediakan sekolah-sekolah umum yang mau dan mampu

menampung anak penyandang difabel (sekolah inklusif) dan lebih

memberikan fasilitas kepada sekolah inklusif guna menunjang pendidikan

bagi siswa difabel, karena saat ini sekolah inklusif yang telah berjalan

dengan baik ternyata belum memiliki fasilitas yang menyeluruh dengan

adanya keterbatasan dana. Selain itu juga pemerintah juga harus

memperhatikan hak-hak anak difabel, apa yang dibutuhkan dan yang

Page 229: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxi

dirasa kurang untuk fasilitas-fasilitas umum untuk para difabel juga harus

ditambah. Seperti kita ketahui bahwa hak-hak dan aksessibilitas difabel

sudah diatur didalam beberapa landasan hukum tentang kesejahteraan

penyandang cacat dan penyediaan aksesibilitas di Indonesia yaitu UU No.

4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Peraturan Pemerintah RI No.43

tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang

Cacat, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998

tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan

Lingkungan, dan beberapa peraturan lainya.

Dalam UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat berkaitan

dengan aksesibilitas disebutkan pada pasal 2 bahwa penyediaan

aksesibilitas dimaksudkan baik untuk menciptakan keadaan dan

lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat dapat hidup

bermasyarakat sedangkan pada pasal 3 disebutkan peyediaan aksesibilitas

yang dimaksud pada pasal (1) dan pasal (2) diselenggarakan oleh

pemerintah dan atau masyarakat dan dilakukan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan.

Jelas sekali amanat dari undang-undang tersebut bahwa pemerintah

dan atau masyarakat wajib menyelenggarakan aksesibilitas terhadap

difabel. Hal tersebut juga diperkuat oleh Peraturan Pemerintah bahkan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umun. Selain itu juga pada tahun 2009,

Menteri Pendidikan berhasil menggulirkan peraturan tentang Pendidikan

Inklusi dalam bentuk Surat Keputusan Menteri No. 70 tentang Pendidikan

Page 230: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxii

Inklusi Untuk Anak-anak Penyandang Cacat dan Anak-anak Berbakat.

Pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan pendidikan

inklusif. Mereka mewajibkan pengelolaan sekolah di masing-masing

Kabupaten dan Kota sementara pemerintah Nasional dan Propinsi akan

berperan sebagai pendukung yang efektif untuk memastikan bahwa

sekolah inklusif mendapatkan dana yang memadai. Oleh karena itu

diperlukan koordinasi yang baik antar bagian (divisi) di Depdiknas. Ini

semua adalah upaya pemerintah untuk terciptanya hak-hak difabel, untuk

memenuhi kebutuhan dan haknya di berbagai bidang khususnya

pendidikan. Di beberapa Negara maju seperti Amerika dan Eropa sudah

terdapat banyak program penempatan kerja bagi para penyandang difabel

dewasa. Hendaknya di Indonesia, dengan keahlian (skill) khusus ini,

mereka diharapkan bisa memperoleh pekerjaan yang layak dalam

masyarakat. Walaupun kesempatan untuk bekerja memang lebih terbatas

pada keahlian (skill) khusus yang harus diberikan dan dikembangkan pada

diri mereka.

Masih banyak hal yang patut kita ketahui dan kita kaji tentang dunia anak

difabel, baik di lingkungan rumah, sekolah dan di masyarakat. Penulis berharap

akan semakin banyak penelitian yang berkaitan dengan difabel dan sekolah

inklusif. Dengan harapan dapat memperbanyak wacana tentang difabel dan

pendidikan bagi siswa difabel selain di Sekolah Luar Biasa itu sendiri. Yang

menjadikan fenomena interaksi sosial siswa difabel di sekolah inklusif ini menarik

Page 231: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxiii

adalah interaksi sosial siswa difabel dan siswa non-difabel, dimana siswa difabel

memiliki gangguan interaksi sedangkan siswa non-difabel memiliki sikap

toleransi yang tinggi terhadap kondisi teman difabel mereka. Sehingga

diantaranya terjalin hubungan interaksi yang baik khususnya bagi siswa difabel itu

sendiri.

Yang menjadikan penelitian difabel ini sulit adalah mencari informasi

langsung dari siswa difabelnya, karena mereka sulit menerima orang baru dan

berbagai bentuk perubahan yang ada, sehingga penulis mendapatkan banyak

informasi dari siswa non-difabel, guru, dan orang tua siswa difabel. Peneliti hanya

mengamati perilaku siswa difabel selama penelitian berlangsung dan mencari

informasi melalui siswa non-difabel, guru, dan orang tua.

Sebagai akhir kata, mudah-mudahan skripsi dapat bermanfaat dan bila ada

saran dan kritik dengan senang hati penulis akan menerimanya sebagai bahan

untuk lebih menyempurnakan skripsi ini.

Page 232: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxiv

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salim Choiri. 1999. Pendidikan Inklusif : Teori dan Implementasinya.

Surakarta : PPRR LEMLIT UNS.

Attwood, Tony. 2005. Sindrom Asperge. Panduan Bagi Orangtua dan

Profesional. Jakarta.: PT Serambi Ilmu Semesta.

Brotosedjati, Soebagyo. 2003. Rintisan Pendidikan Inklusi di Jawa Tengah.

Makalah Seminar Dies-Natalis XXVII. Surakarta : UNS.

Demartoto, Argyo. 2007. Menyibak Sensitivitas Gender Dalam Keluarga Difabel.

Surakarta : UNS Press.

Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metode Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju.

Koentjoroningrat. 1990. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy. J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. 2007. Bandung ; PT. Remaja

Rosdakarya.

Raho, Bernard. 2004. Sosiologi – Sebuah Pengantar. Maumere : Ledalero.

Ritzer, George. 1982. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta : Rajawali

Pers.

Page 233: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxv

Ryadi Soeprapto,. 2000. Interaksionisme Simbolik, Perspektiof Sosiologi Modern.

Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar.

Salim, Agus. 2006, Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara

Wacana.

Santoso, Listiyono. 2007. Epistemologi Kiri. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.

Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi dalam Praktek. Jakarta : Restu Agung.

Slamet, Y. 2002. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : UNS Press.

Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik; Perspektif Sosiologi Modern.

Malang : Averroes Press.

Soekanto, Soerjono. 1970. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Sunardi. 1996. Kecenderungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Proyek

PTG.

Susilo, Dwi, Rachmat. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta : Ar Ruzz

Media.

Sutopo, H. B. 2002. “Metodologi Penelitian Kulitatif, Dasar Teori dan

Penerapannya”. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Totok, Bintoro. 2002. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Yang Memerlukan

Pelayanan Khusus di Indonesia Dari Waktu ke Waktu. Makalah

disampaikan dalam Seminar Pendidikan Terpadu dan Layanan Anak

Berkebutuhan Khusus. Jakarta.

Vaugn, S, Bos,C.S.& Schuman. 2000. Teaching Exeptional, Diverse, And At Risk

Student in the General Education Classroom. Boston. Allyn Bacon.

Page 234: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxvi

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat

Kelas X. Jakarta : PT. Grafindo Media Pratama.

JURNAL INTERNASIONAL

1. Ainscow, Mel. 2006. European Journal of Psychology of Education Vol.

XXI. Inclusive Education Ten Years After Salamanca : Setting The

Agenda.. United Kingdom : University of Manchester.

2. Schneider, Cornelia. 2009. International Journal of Education Vol I.

Equal is not Enough – Current Issues in Inclusive Education in the Eyes of

Children. Canada : Mount Saint – Vincent University Faculty of

Education.

PENELITIAN TERDAHULU :

1. Annisa, Rizky Aulia. 2005. Peranan Orangtua dalam Membentuk Minat

dan Perilaku Membaca pada Anak Usia Sekolah Dasar. Surakarta : UNS

2. Salim, Abdul. 2005. Uji Model Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkelainan

di Sekolah Umum. Surakarta : UNS.

3. Wijayanti, Paramitha Esti. 2008. Peran Orangtua dalam Penanaman

Nilai-Nilai Sosial terhadap Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif tentang

Peran Tiga Orangtua Anak Penyandang Autis dalam Penanaman Nilai-

nilai Sosial di Mitra Ananda, PPRBM Prof. Dr. Soeharso, Kecamatan

Colomadu, Kabupaten Karanganyar). Surakarta : UNS.

Page 235: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxvii

4. Listyaningrum, Winda Tri. 2009. Konstruksi dan Model Pendidikan

Inklusif (Studi Atas Pola Pembelajaran Inklusif di Madrasah Aliya Negeri

Maguwoharjo). Yogyakarta : UGM.

5. Widyamurti, Indah. 2007. Model komunikasi Proses Belajar Mengajar

Antara Guru dengan Siswa Penyandang Tunagrahita (StudiKasus di

Sekolah Luar Biasa C1 AKW "Kumara I" Surabaya). Surabaya :

Universitas Kristen Petra.

INTERNET

1. http://priyadi.net/archives/2006/10/04/penggunaan-istilah-difable-atau-

difabel/

2. http://ronawajah.wordpress.com/2008/10/24/mengapa-menjadi-pengemis/

3. http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp2_1_sonhaji.pdf

4. http://puspasca.ugm.ac.id/files/(0512-H-2004).pdf

5. http://www.acehinstitute.org/opini_badruzzaman_mengemis_dalam_buda

ya.htm

6. http://d.scribd.com/docs/c9m3g3utnun0e4590q.pdf

7. http://www.kalbarinfo.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&

id=106

8. http://www.autisme.or.id/berita/article.php?article_id=71

9. http://www.autisme.or.id/welcome/

10. http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial

11. http://mahardika.wordpress.com/2007/05/23/autisme/

Page 236: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxviii

12. harry.sufehmi.com/archives/2006-10-17-1302/ - 72k

13. http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

14. http://id.wikipedia.org/wiki/Kontak_mata

15. http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-

komunikasi-proses-sosial-dan-interaksi-sosial/

16. http://dahlanforum.wordpress.com/2009/04/20/proses-akomodasi-baru-

dan-kesinambungan-masyarakat-di-tengah-arus-perubahan-sosial-

makalah-sosiologi/

17. http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-responden-dan-

informan-

18. penelitian/http://www.forumsdm.org/index.php?option=com_content&tas

k=view&id=807&Itemid=182

19. http://www.scribd.com/doc/20296342/SKRIPSI-Konstruksi-dan-Model-

Pendidikan-Inklusif-Studi-Atas-Pola-Pembelajaran-Inklusif-di-Madrasah-

Aliyah-Negeri-Maguwoharjo.

Page 237: PROSES DAN POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA DIFABEL …/Proses... · DI SEKOLAH INKLUSIF DI KOTA SURAKARTA Joko Teguh Prasetyo D 0306004 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

xxix