Prosa Sastra Islam Makalah

download Prosa Sastra Islam Makalah

of 13

description

sastra islam

Transcript of Prosa Sastra Islam Makalah

Prosa dalam Sastra Islam

Dosen Pengampu : Rizqa Ahmadi, Lc., M.A.

Oleh:

Astri Fahmilia (C1011008)

Lukluk Rahmawati (C1011025)Muflihana Dwi Faiqoh (C1011031)JURUSAN SASTRA ARAB

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014PENDAHULUANGenre sastra Islam secara umum dibagi atas dua macam, yaitu; syair (puisi) dan natsr (prosa). Pembahasan mengenai genre sastra tidak terlepas dari pembahasan periodesasi sastra. Hal ini dikarenakan pada setiap periode dalam perkembangannya jenis karya sastra juga mengalami perubahan. Begitu pula dengan tema-tema yang diusung dari setiap periodenya akan mempengaruhi jenis karya sastra yang berkembang pada masa itu.

Terlepas dari pembahasan mengenai polemik adanya sastra Islam -yang pendapat sebagian orang mengatakan bahwa sastra Islam itu memang ada- maka bagaimanapun, dengan berbagai kesulitan, bahkan kekurangan dan kelemahan yang ada, mengetahui periodesasi sastra Islam juga diperlukan untuk melihat perkembangan sastra dari zaman ke zaman termasuk juga jenis karya sastra yang berkembang sesuai dengan masanya. Sebagaimana pendapatnya Harun Nasution, Ia menjelaskan bahwa sastra Islam (ia menyebutnya sastra muslim) dengan periodesasinya yang seiring dengan perkembangannya. Hal yang umumnya dilakukan untuk pembabakan sastra di dunia Islam ini adalah mengekor pada peristiwa peralihan politik yang terjadi dalam sejarah politik Muslim (Islam). Harun Nasution dalam Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, membagi sejarah Islam, berdasar sejarah kekuasaan politik dominan- di dunia Islam, ke dalam tiga periode, yakni masa klasik [611-1258 M], masa pertengahan [1258-1800 M], dan masa modern [1800 sampai masa sekarang].

PEMBAHASANProsa dalam Sastra Islam

Secara garis besar, karya sastra dibedakan atas dua genre yaitu puisi dan prosa. Secara kategoris, puisi bisa dibedakan atas puisi perasaan, puisi cerita, puisi perumpamaan dan puisi pengajaran. Prosa bisa dibedakan atas prosa tertulis dan prosa tak tertulis.

An-natsr atau yang lebih kita kenal dengan prosa adalah sebuah sastra yang menjadi bagian dari kesenian. Beberapa sumber literatur memberikan definisi prosa sebagai berikut:

a. Jenis karya sastra yang dibedakan puisi karena tidak terikat oleh kaidah puitika.

b. Karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas yang tidak terikat oleh rima dan irama.

c. Perkataan yang tidak diatur oleh wazan-wazan dan qofiah.

d. Karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh irama dan rima.Prosa tertulis meliputi prosa naratif (qishah) dan prosa non naratif . Prosa naratif meliputi biografi, kisah, cerita pendek, dan novel. Adapun prosa non naratif bisa dibedakan atas prosa subyektif (argumentasi/persuasi) dan prosa obyektif (deskripsi/eksposisi). Prosa tak tertulis meliputi pidato, ceramah (baik ceramah audiovisual (muhadhoroh), maupun ceramah auditorial, dan drama (). Di antara berbagai genre sastra di atas, novel dan drama merupakan genre yang tidak asli Arab, akan tetapi datang dari Eropa (supriyadie, 2008).Prosa dalam sastra Islam adalah prosa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai ajaran Islam, mengajak kepada maruf dan menjauhi yang munkar. Selain itu, sebagaimana tujuan sastra Islam adalah untuk berdakwah, mengajarkan Islam dan menanamkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, maka dalam karya sastra Islam jenis prosa juga demikian.

Perkembangan sastra prosa dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Hal ini dikarenakan bentuk prosa yang beragam. Jika dahulu prosa merupakan bagian dari seni, maka pandangan demikian sedikit berbeda dengan sekarang. Hal ini terlihat beberapa bentuk prosa tidak nampak sebagai seni. Seperti khithabah (retorika) dan tarassul (korespondensi) meskipun ada beberapa prosa yang memang berbentuk seperti dua tersebut. Oleh karenanya, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, perkembangan genre sastra Islam tidak lepas dari periodesasi dan perkembangan sejarah Islam.

Berdasarkan periodesasi yang diajukan Harun Nasution di atas, maka penjelasan mengenai genre prosa dalam sastra Islam juga akan disesuaikan dengan periodesasi perkembangan sastra Islam. Pembabakan Sastra Islam atau Sastra Muslim dapat dipetakan menjadi beberapa periode, yakni klasik (611-1258 M), pertengahan (1258-1800 M), dan modern (1800 M-sekarang).A. Prosa pada Periode Pertama / Periode KlasikPeriode klasik terjadi pada masa Rasulullah hingga masa hancurnya Bani Abbasiyah. Periode ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa masa lagi, yakni:1. Prosa pada Masa Shadr Islam

Masa atau fase munculnya sastra Islam yaitu sejak Islam datang ke Jazirah Arab hingga berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah, yaitu sekitar tahun 610-661 M. Fase ini juga dikenal sebagai fase kepemimpinan Rasulullah (23 tahun, yakni 611-632 M) dan masa khulafa al rasyidin (30 tahun, yakni 632-661 M). Pada periode ini, kedudukan puisi mulai tergantikan oleh khutbah dikarenakan beberapa hal berikut: Semangat untuk menyebarkan cahaya Islam dengan dakwah dan jihad

Pengaruh al-Quran dan hadis terhadap kefasihan sastra Arab

Berkembangnya diskusi antara masyarakat dalam berbagai pembahasan baik sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya Penjelasan kebijakan politik dan hukum khalifah.

Macam-Macam Prosa Masa Shadr Islama. Khutbah

Khutbah (pidato), adalah ungkapan atau wacana yang ditujukan untuk orang banyak dan khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting yang dipergunakan untuk mempengaruhi, memotivasi, mempertahankan pendapat sendiri atau reaksi terhadap pendapat yang lain dan mempetahankan mazhabnya.Dengan datangnya Islam, maka dimulailah dakwah baru yang otomatis membutuhkan para ahli pidato (khuthaba) yang mendukung dakwah Islamiyyah, menganjurkan untuk berjihad dan mendiskusikan persoalan-persoalan yang terjadi dalam era kehidupan baru. Pidato pada masa ini merupakan sarana bagi kelancaran roda kepemimpinan dan pemerintahan. Untuk itu, diperlukan kelihaian berbahasa Arab, penguasaan terhadap fashahah dan bayan, serta peniruan mereka pada gaya bahasa al-Quran dan juga luasnya pengetahuan mereka.Khutbah Abu Bakar saat diangkat menjadi khalifah , , , , , , , , . . . , Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku sekarang telah memimpin kalian, namun aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Jika kalian melihatku berjalan di atas kebenaran, maka bantulah aku, sedangkan jika kalian melihatku di atas kebatilan maka luruskanlah langkahku, taatilah aku selama aku mentaati Allah, dan apabila aku melakukan sebuah, kemaksiatan maka kalian tidak boleh taat terhadapku akan hal itu, ketahuilah Bahwasanya orang yang paling kuat diantara kalian di mataku adalah orang yang lemah hingga ia memperoleh haknya, sebaliknya orang yang terlemah di mataku adalah orang yang kalian anggap paling kuat hingga ia mengembalikan hak-hak orang lain. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah menjadikan hidup mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan zina menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatlah kalian kepadaku selama aku masih taat kepada Allah dan RasulNya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan RasulNya, maka bagi kalian tidak ada ketaatan kepadaku. Dirikanlah shalat kalian, semoga Allah merahmati kalian. Demikianlah apa yang saya sampaikan kepada kalian seraya memohon ampun atas diriku dan kalian semua kepada Allah.

b. Kitabah (Tulisan)

Tulisan yang dipergunakan oleh bangsa Arab pada permulaan Islam adalah tulisan al-amabari dan al-hiri yang selanjutnya diganti denagan nama al-Hijazi. Al-Hijazi ini merupakan tulisan Arab asli. Tulisan ini dipakai oleh sebagian kecil orang Arab dan khususnya orang Quraisy, serta beberapa orang penduduk Madinah dan sekitarnya.Ada dua bentuk penulisan pada masa ini, yaitu:

1) Penulisan surat-menyurat (administrasi)

Penulisan surat pada masa ini sering dilakukan untuk perluasan-perluasan daerah islam dan peperangan serta banyaknya perjanjian-perjanjian. Keistimewaan penulisan surat pada masa ini yaitu:a. Diawali dengan basmalah dan hamdalah, memuji Nabi, kemudian berpindah pada alasan penulisan surat dengan kata amma badu. Diakhiri dengan doa dan salam bagi orang yang dikirimi suratb. Tidak menggunakan ungkapan-ungkapan yang sulitc. Jauh dari lafadz-lafadz asingd. Gaya bahasanya mudahe. Maknanya dekatf. Maksudnya mulia 2) Penulisan catatan dan karangan-karangan

Pada masa khulafaur rasyidin, belum ada penulisan catatan dan karangan-karangan, kecuali perintah untuk menulis mushaf. Berikut contoh kitabah:Surat Rasulullah kepada Khalid bin Walid : , , . : , , , , , , Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad sang Nabi utusan Allah, semoga keselamatan selalu bersamamu, Aku panjatkan puji kepada Allah untukmu. Amma badu : Telah sampai kepadaku surat yang engkau kirimkan bersama utusanmu, menjelaskan bahwa kabilah Bani Al-Harits bin Kab telah masuk islam dengan damai tanpai terjadi pertempuran, mereka telah mengikuti apa-apa yang engkau dakwahkan dari Agama ini, mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, maka berilah kabar gembira atas keislaman mereka dan berilah mereka peringatan, dan kembalilah engkau wahai Khalid bersama utusan dari kabilah tersebut. Semoga keselamatan, rahmat, serta barakah senantiasa Allah limpahkan kepadamu.c. Matsal

Pada masa ini, selain dikenal Khithobah dan Kitabah, ada bentuk prosa lain yang juga berkembang pesat saat itu, yaitu peribahasa (matsal). Prosa ini berkembang seiring dengan bermunculnya al-Quran dan Hadits Rasulullah. Isi dari peribahasa atau matsal itu adalah tentang akhlaq, tingkah laku, kehidupan dan kematian, manusia, agama, aturan kehidupan, hubungan manusia antara satu dengan sama lain, sosial, politik, dan sebagainya.2. Prosa pada Masa Daulah Umayyah (92 tahun, 661-750 M)Pada periode ini, prosa berkembang sangat pesat, terutama pidato. Pidato di depan publik dalam berbagai bentuknya telah berkembang dan mencapai puncaknya selama masa Dinasti Umayyah. Walau begitu, ada beberapa macam prosa pada Masa Umayyah, di antaranya :

a. Khutbah

Di antara ahli pidato Masa Umayyah yang terkenal adalah Ziad Ibnu Abihi dan Hajjaj Ibnu Yusuf Al-Tsaqafi. Keistimewaan khutbah pada Masa Umayyah, yaitu;a. Diawali dengan hamdalah dan shalawat atas Nabib. Bersandar pada makna-makna al-Quran dan gambarannyac. Menggunakan pengutipan dari al-Quran dan perumpamaan puisid. Menggunakan sebagian kata-kata hikmah dan perumpamaane. Ringkas dengan gaya bahasa langsung dan tidak langsungContoh Khutbah pada Masa Umayyah : Aku adalah anak orang besar dan cahaya yang bersinar terang benderang. Ketika aku lepas sorbanku, maka kalian akan mengenaliku. Wahai penduduk Kufah, sungguh aku melihat kepala-kepala kalian bagaikan buah-buahan masak yang sudah waktunya untuk diambil dan akulah pemiliknya dan seakan-akan aku melihat di antara penutup kepala dan jenggot-jenggot itu sesuatu berupa darah. Ini adalah waktu yang sempit, maka sempitlah unta-unta itu, dan malam itu juga unta-unta itu telah berkumpul tak satupun yang tertinggal di perjalanan. (Hajjaj)b. Rasail- Surat

Menurut Ibnu Khalikan, Abd al-Hamid al-Katib (750), sekretaris khalifah Umayyah terakhir, adalah orang yang memperkenalkan gaya tulisan yang bersayap dan panjang, dilengkapi dengan pilihan ungkapan yang konvensional dan santun, tidak seperti gaya penulisan orang Persia. Gaya penulisan ini menjadi model bagi para penulis sesudahnya.c. Kitabah

Menurut Al-Qalqasyandi, penulisan di bawah Umawi mengikuti gaya kuno sampai masa al-Walid. Al-Walid membawa perbaikan besar pada sekretariat pemerintah, tulisan dan korespondensi resmi dan kaligrafi. Gaya baru al-Walid tetap berlaku sampai 360/972 kecuali untuk suatu waktu kembalinya ke gaya kuno di bawah Umar bin Abdul Azis dan Yazid bin Al-Walid yang pemerintahannya berlansung kurang dari setahun. Dengan semangat sastra al-Walid itulah Marwan bin Muhammad, khalifah Umawi terakhir, mengutus Abdul Hamid bin Yahya, ahli esai terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya penulisan yang lebih penuh bunga bahasa yang membuat dirinya terkenal.

Gaya baru Abdul Hamid ini disebut tawazun (simetri sastra) dan diperkenalkan dengan tiruan gaya Al-Quran. Tawazun berisi tulisan berupa ungkapan-ungkapan dengan jumlah suku katanya, panjangnya, dan susunannya sama. Itulah bentuk tertingginya. Tidak disangsikan, tawazun membawa ciri prosa al-Quran. Bahkan Al-Quran adalah contoh tawazun yang paling baik.3. Prosa pada Masa Daulah Abbasiyah (518 tahun, yakni 750-1258 M)Prosa (natsr) yang berkembang pada masa abbasiyah, yaitu:

a. Khitobah

Khitobah berkembang pada masa pertama pemerintahan Abbasiyah, yakni tahun 132-232 yang memiliki peranan dalam memperkuat daulah, karena mejadi lidah Abbasy dalam menenangkan masyarakat dan menjelaskan bahwa merekalah yang paling berhak memegang khilafah dan juga lidah untuk mengajak masyarakat mentaati Allah, Rasulullah & Ulil Amri (Abbasy). Ghordlu atau tujuan dari Khitobah anatara lain, yaitu : syukr, taziah tahniah, istithof, mengancam musuh, menengahi perbedaan & perselisihan, dan melembutkan hati.Pada masa Abbasiyah, khitobah mempunyai sarana penting dan mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini karena banyaknya Udaba dan Fushoha yang mahir berpidato, kuatnya perhatian khalifah kepada agama Islam, dan banyaknya perbedaan dan perpecahan.Khitobah zaman Abbasy memiliki keistimewaan tersendiri, di antaranya adalah uslub yang mudah, kata-katanya umum, penggunaan kalimat yang sama panjang-pendeknya, kalimat yang menggunakan saja (rima), banyaknya penggunaan dalil-dalil al-Quran atau nukilan syair arab yang bagus. Dari segi makna, khitobah mengajak masyarakat untuk berpegang teguh kepada Agama, dawah, menyemangati tentara, menyambut utusan, juga untuk menyampaikan janji dan ancaman.b. KitabahKitabah yang berkembang pada masa Abbasiyah adalah risalah (surat), tauqiat, qishah, dan maqomat, yaitu sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya. Kitabah sebenarnya sudah ada sebelum Abbasy, namun para kritikus sepakat bahwa keduanya muncul & berkembang pada zaman Abbasy. Namun, Kitabah mulai melemah dengan lemahnya pemerintahan hingga berubah menjadi shinaah lafdhiyyah.Kuttab, para penulis, memiliki peranan penting. Seperti, sebagai syarat utama untuk menjadi menteri. Para Kuttab pada masa Abbasiyah antara lain: Ahmad Bin Yusuf, Sahlu Bin Harun, Amru bin Masadah, Al-Jachidz, Ibnul-Amid, al-Qodhi, dan lain-lain. Berkembangnya kitabah ini dikarenakan adanya dorongan para Khalifah dan Amir. Selain itu juga karena adanya gerakan penyusunan ilmu dan penerjemahan buku serta perhatian dan keinginan masyarakat untuk mengetahui peninggalan peradaban Persia.B. Prosa pada Periode Kedua, Periode Pertengahan (1258-1800)

Setelah keruntuhan Baghdad, sebagai pusat utama kekhalifahan (kekuasaan politik) muslim, wilayah-wilayah muslim dikuasai oleh penguasa-penguasa lokal, yang kemudian dikenal sebagai "lima kerajaan muslim besar", yakni Turki Utsmani [Eropa], Safawiah-Persia, Mughal-India [Asia Selatan], Aceh Darussalam (Melayu) dan Mataran Islam (Jawa) [Keduanya berada di Asia Tenggara]. Semua kerajaan ini tumbuh berkembang di daerah-daerah periferal [penyangga] dunia Islam, atau tidak muncul di wilayah pusat [Timur Tengah]. Karenanya, sebagian ahli menganggap masa ini sebagai abad kegelapan bagi Islam di Timur Tengah. Anggapan ini tidak terlalu salah jika sudut pandangnya adalah politik. Tetapi jika ditelisik dari aktivitas lainnya, Islam di Timur Tengah tidaklah sesuram yang disajikan dalam bidang politik.Pada periode ini, kehidupan aktivitas sastra muslim berada pada beberapa wilayah besar, yakni: Sastra muslim pada wilayah Turki Utsmani,

Sastra muslim di wilayah Safawiyah-Persia,

Sastra muslim di wilayah Mughal-India,

Sastra muslim di Melayu-Nusantara, Sastra muslim di Jawa (Cirebon, Banten, Demak,Mataran Islam), dan Sastra muslim di Sulawesi (Bone dan Tidore)

C. Prosa pada Periode Ketiga, Periode Modern (1800 M hingga sekarang) Titik tonggak peralihannya adalah ketika dunia Muslim dikuasai oleh kolonial dan imperialis Eropa, terutama wilayah-wilayah di Timur Tengah. Misalnya, Mesir jatuh pada kekuasaan Napoleon Bonaparte pada tahun 1789. Pada sisi lain, imperialisme Eropa atas dunia Islam ini telah memunculkan berbagai gerakan pembaharuan dan modernisasi di berbagai wilayah Muslim. Karenanya, periode ini dijadikan tonggak masa modern dalam periodesasi sejarah Muslim.Periode ini dapat juga dipetakan menjadi beberapa masa:

Sastra muslim pada masa intensif persentuhan Barat terhadap dunia timur [untuk tujuan perdagangan dan koloni]

Sastra muslim pada masa kolonialisme dan imperialisme Barat atas dunia Timur

Sastra muslim pada masa pembaharuan pemikiran dan pergerakan menuju kemerdekaan

Sastra muslim pada masa revolusi fisik kemerdekaan dunia Islam

Sastra muslim pada masa pasca kemerdekaanPerkembangan prosa dalam sastra Islam masa modern sendiri juga tak lepas dari perkembangan sastra Arab. Dalam sejarah kesusastraan Arab modern, sastra prosa telah berhasil mengekspresikan suasana yang kontemporer dan menyebarkan isu-isu individu, keluarga, dan masyarakat. Ciri-ciri kebangkitan sastra prosa pada masa ini dapat dilihat dengan adanya perhatian yang besar terhadap bangkitnya kembali karya-karya Arab klasik, baik dalam bentuk kesusastraan, filsafat, dan disiplin ilmu lainnya. Hal ini juga membuka jalan munculnya para penulis yang sangat setia terhadap peninggalan-peninggalan klasik mereka. Bentuk dan model klasik ini diikuti oleh sejumlah penulis masa ini. Misalnya, di Mesir, Sayyid Ali Darwish yang menulis maqamat seperti maqamat Hariri yang ada pada abad 12 Masehi. Di Irak, Shihabudin al-Alusi yang hidup pada tahun antara 1802-1854, ia menulis lima buah maqamat dan diterbitkan di Kerbala pada tahun 1856.Ciri yang lain adalah munculnya pertentangan antara kaum tradisionalis, kaum modernis, dan mereka yang berada antara keduanya (tradisionalis dan modernis), munculnya pertentangan antara kebudayaan Islam tradisional dan kebudayaan Eropa Modern. Munculnya kecenderungan baru dalam kesusastraan Arab dan munculnya para pengikut berbagai sekolah aliran sastra. Kecenderungan ini diperoleh lewat buku-buku bacaan atau kontak langsung melalui perjalanan atau studi di universitas-universitas luar negeri, munculnya sejumlah genre sastra sebagai hasil perkembangan baru, khususnya melalui kontak dengan sastra Barat, seperti novel, cerpen, esai, dan drama.Perkembangan prosa dalam kesusastraan Arab dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:

Prosa pada Tahap Permulaan Pembaharuan

Pada masa ini, para penulis masih mengikuti para pengarang masa sebelumnya, yaitu masa Turki. Mereka tidak saja meniru gayanya, tapi juga isinya. Mereka masih tetap memperhatikan saja' (prosa lirik), jinas (asonansi), dan tibaq (antitesis). Mereka lebih mementingkan permainan kata-kata daripada isi dan idenya. Gaya dan isi seperti ini muncul di berbagai negara di Arab. Akan tetapi, setelah itu, muncul unsur-unsur pembaharuan seperti yang tampak pada pengarang terkenal seperti: Adurrahman Jabarti (1754-1822), Ismail Khasab (w. 1815), dan Abdullah Fikri (1834-1889).Unsur-unsur pembaharuan dalam prosa Arab ini berkembang secara bertahap dalam masyarakat Arab. Para pengarang sudah mulai memperhatikan aspek pemikiran dan makna tulisannya, kebiasaan mengarang sudah mulai tumbuh dalam masyarakat Arab. Di antara para pengarang masa ini adalah Rifa'at Tahtawi (1801-1873), Ibrahim al-Muwailihi (1846-1906), dan Nasif al-Jazili (1800-1871).

Prosa pada Tahap Pembaharuan

Terjadinya pembaharuan di bidang prosa pada masa ini disebabkan oleh munculnya para reformis dan pemikir yang menyebabkan terjadinya pembaharuan dalam masyarakat Arab dan Islam, seperti Muhammad Abdul Wahab (1703-1792) di Saudi Arabia, Jamaludin al-Afgani (1838-1897) di Afganistan, dan Muhammad Abduh (1839-1905) di Mesir, serta Abdurrahman Kawakibi (1849-1902) di Syiria, serta munculnya sarana-sarana kebudayaan, terutama bidang penerbitan dan surat kabar. Surat kabar mempunyai peran besar dalam pembaharuan prosa di negara-negara Arab, juga munculnya kesadaran politik dan sosial di negara-negara Arab.

Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memperhatikan pemikiran daripada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti saja' dan tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya runtun dan sistematis, penulis tidak keluar dari satu gagasan ke gagasan yang lain, kecuali gagasan yang satu telah selesai, pendahuluannya tidak terlalu panjang, dan temanya cenderung pada tema yang sedang terjadi pada masyarakat, seperti masalah politik, sosial, dan agama.

Perkembangan prosa Arab pada tahap ini tidak berjalan pada satu garis, melainkan berjalan pada dua kecenderungan. Kecenderungan pertama, mereka yang menyerukan agar berpegang teguh pada kebudayaan Arab dan Islam yang asli dengan mengambil manfaat dari kebudayaan Barat. Di antara para pengarang yang mempunyai kecenderungan seperti ini adalah: Mustafa Luthfi al-Manfaluti, Mustafa Shadiq ar-Rafi'i (1881-1937), Abdul Aziz Bisyri (1886-1943), Syarkib Arsalan (1869-1946), Ahmad Hasan az-Ziyat (1885-1968), dan Mahmud Abbas al-Aqqad.

Kecenderungan kedua, mereka yang sama sekali menjauhkan diri dari pengaruh kebudayaan Barat. Di antara pengarang yang masuk ke dalam kecenderungan ini adalah: Amin Rihani (1876-1940), Ibrahim Abdul Qadir al-Mazini (1890-1949), Muhamad Husein Haekal (1869-1946), Ahmad Amin (1878-1954), dan Taha Husein.KESIMPULANBerdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

Genre sastra Islam sebagaimana satra secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu puisi (syair) dan prosa (natsr).

Prosa (natsr) Sastra Islam secara periodisasi dibagi menjadi tiga, yakni prosa pada masa klasik, pertengahan, dan modern. Prosa itu sendiri adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh irama dan rima. Prosa pada masa klasik dibagi lagi menjadi tiga, yaitu prosa pada masa shadr Islam, Umayyah, dan Abbasiyyah. Secara umum, jenis prosa yang paling banyak diminati pada ketiga masa ini adalah khitobah, karena pada masa-masa itu, jiwa para penyair muslim penuh dengan keinginan untuk berdakwah demi tersiarnya agama Islam. Namun walaupun begitu, jenis-jenis prosa lain yang tidak kalah terkenalnya juga ada banyak, di antaranya qishah, maqamat, kitabah, rasaail, dan matsal. Daftar PustakaAchmad. Bahrudin. 2011. Sejarah & Tokoh Kesusastraan Arab.

Nadwi, Muhammad Hasani. 1985. Al-Adab al-Islamiy washilatihi bil-hayat. BeirutWargadinata,Wildana. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN Malang Pers

Supriyadie. 2008. http://sastra-muslim.blogspot.com/2011/04/tidaklah-mudah-untuk-membuat pembabakan.html#more. Diunduh pada 24 Mei 2014 14.11