PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11...

26
PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER DESKRIPSI DAN ANALISIS MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN Penelitian ini dibiayai dari dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2020 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2020

Transcript of PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11...

Page 1: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

PROPOSALPENELITIAN

PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER

DESKRIPSI DAN ANALISIS

MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN

Penelitian ini dibiayai dari dana Bantuan Operasional

Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2020

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2020

Page 2: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

DESKRIPSI DAN ANALISIS

MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN

A. LATAR BELAKANG

Paradigma baru pendidikan nasional1 telah menekankan bahwa lembaga-lembaga

pendidikan Islam merupakan pendidikan berbasis kemasyarakatan (community based

education)2. Begitu juga Madrasah Diniyah, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam

di Indonesia selama berabad-abad telah tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan

eksistensinya, Madrasah Diniyah berupaya konsisten untuk memberikan pelajaran khusus

mengenai ajaran dan ilmu-ilmu keislaman. Madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan

non formal yang telah tumbuh dan berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam di

Indonesia.3 Madrasah diniyah adalah bentuk wadah pendidikan keagamaan pada jalur luar

sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar dan pelajarannya

secara klasikal dan nonklasikal.4

Istilah Madrasah Diniyah dikenal juga dengan diksi dan bentuk lain, yaitu pengajian

anak-anak, sekolah agama, sekolah kitab, sekolah sore, dan lain-lain5 dan bentuk legal

penamaan Madrasah Diniyah secara formal tertuang dalam Peraturan Menteri Agama RI

No. 13 tahun 1964 tentang pengertian, fungsi, dan tujuan Madarash Diniyah dan

disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama No. 03 tahun 1983 tentang kurikulum

Madrasah Diniyah dan juga munculnya kurikulum Madrasah diniyah Wustho tahun 1994.6

Selanjutnya pada tahun 2007 muncul peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 55

Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang berisi rincian

1 H.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 1; lihat juga

pada Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta:

Kompas, 2002), h. 4 2 David Sobel, Place-based education: Connecting classrooms & communities, (Barrington: Orion

Society, 2004), h. 61 https://fokt.pw/419.pdf dapat juga dilihat pada Gregory A. Smith dan David Sobel,

Pace-And Community-Based Education in Schools, (New York: Routledge Taylor & Francis Group, 2014),

h. 21. 3Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin,

(Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari, 2011), h. 1. 4 A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,

2(1), 2013 h. 8 http://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430 5 Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

h. 1 6 Ibid., h. 1.

Page 3: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

dari pertimbangan pelaksanaan ketentuan pasal 12 ayat (4) pasal 30 ayat (5) dan pasal 37

ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Hal

ini dalam rangka menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan. Adapun dalam PP RI No. 55 tahun 2007 terdapat pada pasal 25

tentang Madrasah Diniyah, dan secara konkret disebutkan juga dalam PP tersebut bahwa

pendidikan Diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua

jalur dan jenjang pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal.

Revisi konkret tentang Madrasah Diniyah diafirmasi dalam Peraturan Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagaman Islam. Dalam

PMA ini dijelaskan bentuk pendidikan diniyah yang terbagi menjadi pendidikan diniyah

formal, pendidikan diniyah non formal, dan pendidikan diniyah informal. Hal ini menjadi

affirmatif action bahwa Madrasah diniyah dalam eksistensinya menunjukkan

perkembangan yang signifikan.

Sebagai bagian dari lembaga Pendidikan Islam, Madarash Diniyah merupakan salah

satu alternatif wadah arahan kepada pertumbuhan dan perkembangan generasi muslim

kepada titik optimal ablility untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan

kebahagiaan hidup di akhirat, apalagi di dalam era reformasi dan arus globalisasi7 di mana

masyarakat bersifat dinamis yang juga tak luput dari terpaan materialis dan hedonis.8

Sangat perlu adanya vehicle belajar agama yang di sini adalah Madrasah diniyah dengan

kekhasannya untuk menjadi konstruksi idea mencukupi pemahaman Islam karena memang

pendidikan di Madrasah Diniyah bagi orang tua merupakan salah satu bentuk manifestasi

kebutuhan akan adanya pendidikan agama yang di sekolah umum dirasa belum cukup.9

Madrasah Diniyah adalah sebagai penyempurna dalam meningkatkan keimanan,

ketaqwaan dan akhlak mulia peserta didik pada jenjang pendidikan dasar yang secara

fungsional maupun substansial berada di bawah pengendalian Kementerian Agama dari

pusat hingga ke daerah10

dan Madarasah Diniyah secara khittahnya adalah bentuk nyata

7M. Ihsan Dacholfany, Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.

AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 20(1), 2015, h. 185 bisa juga dilihat pada Afiful ikhwan, Kajian

Sosio-Historis Pendidikan Islam Indonesia Era Reformasi.EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), Juni

2017, h. 16. 8 Iskandar, Dakwah Dan Individualisme, Materialisme Dan Hedonisme. Jurnal Dakwah Tabligh, 13(1),

Juni 2012, h. 20-22. 9 Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

h. 2 10

A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah..., h. 5

Page 4: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

pendidikan Islam yang memiliki cita-cita11

tentang hidup Islam untuk melestarikan,

mengalihkan, menanamkan dan menstransformasikan nilai-nilai Islam kepada generasi

penerus (anak-anak), sehingga keilmuan dan nilai-nilai Islam yang menjadi idea tetap

berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari masa ke masa, dari generasi ke generasi.

Pertumbuhan yang pesat akan eksistensi Madrasah Diniyah ini terlihat dari banyaknya

jumlah Madrasah Diniyah di Indonesia. Untuk wilayah Kalimantan Selatan saja terdapat

469 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 50.900 santri, yang tersebar di

Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan. Secara konkret berdasarkan data dokumen dari

Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam tahun 2017 disebutkan bahwa untuk kota

Banjarmasin memiliki 14 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 1.804 orang, Kabupaten

Batola memiliki 120 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 8.206 orang, kota Banjar

Baru memiliki 14 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 621 orang, Kabupaten Banjar

memiliki 33 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri terbanyak se-provinsi kalsel yaitu

21.853 orang santri, Kabupaten Tapin memiliki 52 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri

338 orang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki 21 Madrasah Diniyah dengan jumlah

santri 2.203 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki 48 Madrasah Diniyah dengan

jumlah santri 3.512 orang, Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki 21 Madrasah Diniyah

dengan jumlah santri 1.502 orang, Kabuptaen Balangan memiliki 16 Madrasah Diniyah

dengan jumlah santri 696 orang, Kabupaten Tabalong memiliki 12 Madrasah Diniyah

dengan jumlah santri 843 orang, Kabupaten Tanah Laut memiliki 61 Madrasah Diniyah

dengan jumlah santri 5.427 orang, Kabupaten Tanah Bumbu memiliki 10 Madrasah

Diniyah dengan jumlah santri 914 orang, dan Kabupaten Kotabaru memiliki 47 Madrasah

Diniyah dengan jumlah santri 2.981 orang.12

11

Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 1

lihat juga pada Muhaimin, Sutiah, dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2012) pada Jumal Ahmad & Manusia,

A. P. K. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 3, 320. 2018, h. 9 12

Dokumen Bidang Pakis Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan Th. 2017

Page 5: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Kenyataan eksistensi Madrasah Diniyah yang menjamur ini tidak bisa dilihat sebelah

mata. Transformasi paradigma pendidikan Islam harus mampu memperkuat

penyelenggaraan Madrasah Diniyah, baik dalam aspek perencanaan, implementasi, dan

evaluasi kurikulum. Namun, prinsip pengembangan kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah ini

belum optimal dalam praksisnya.13

Fokus pendidikan pada kemampuan ritual dan

keyakinan tauhid harus didukung dengan anggaran dan intensitas pembinaan yang

dilakukan maupun profesionalsime ketenagaan dan kelembagaan, dan tentu perubahan

birokrasi kelembagaan Kementerian Agama Republik Indonesia sudah seharusnya

mendukung terhadap pembinaan Madrasah Diniyah. Kegiatan perencanaa, implementasi

dan evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang harus lebih banyak lagi disosialisasikan

dan dipopulerkan dalam lingkup Madrasah Diniyah, terlebih Madrasah Diniyah yang

berada di pedesaan ataupun daerah terpencil. Realitas sumber daya pendidikan14

yang

minim juga sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah karena jika belum

terakomodir maka realitas rendahnya kualitas hasil pendidikan dan jaminan kelangsungan

hidup menjadi momok persoalan selanjutnya dalam lingkup Madrasah Diniyah.

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pemetaan deskripsi bagaimana Madrasah

Diniyah itu sesungguhnya, sehingga bisa menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah

dan pemerhati Pendidikan Islam dalam memberikan kontribusi nyata untuk Madrasah

Diniyah. Selain itu juga, diskursus tentang Madrasah ataupun Madrasah Diniyah

khususnya dalam lingkup Kalimantan Selatan belum banyak yang mengkaji.15

Pembahasan mengenai pertumbuhan dan narasi lembaga pendidikan Islam di kalangan

muslim masih sedikit, sehingga perlu dideskripsikan sebagai bentuk argumentasi

konstruktif persoalan Madrasah Diniyah di masa yang akan datang.

13

Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

h. 2 lihat juga pada A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah

Daerah..., h. 5 dan pada Nuriyatun Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia:

Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1), Februari 2016, h. 193. 14

Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto, Transformasi Pendidikan Abad 21

Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. In Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 26, 2016, h. 271. 15

Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

h. 3-4 lihat juga pada Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Nusantara Abad XVII-XVIII, (Bandung: Mizan,

1995), h. 251 dan pada Imam Solihin, Madrasah dan Pertumbuhan Keilmuan Dunia Islam: Sebuah

Kajian Sosio-Historis. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 2018, h. 102

Page 6: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Berdasarkan hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian guna

mendeskripsikan dan menganalisis Madrasah Diniyah di Kalimantan secara komprehensif

dan mendalam sehingga dari hasil penelitian akan melihat secara konkret dan menyeluruh

tentang potret Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan. Selanjutnya, dari hasil penelitian

ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi rekomendasi dalam upaya

pembinaan dan pengembangan pendidikan Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan pada

khususnya, dan lembaga pendidikan Islam secara general. Oleh karena itu, penelitian ini

diberi judul: “Deskripisi dan Analisis Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan”.

Madrasah Diniyah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Madrasah Diniyah

Takmiliyah, yaitu lembaga pendidikan keagamaan Islam pada jalur pendidikan non

formal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pesantren, sebagai

pelengkap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan Dasar dan

Menengah.16

B. FOKUS MASALAH

Fokus masalah dari penelitian ini menyoroti bagaimana kebijakan program Madrasah

Diniyah di Kalimantan Selatan, bagaimana kurikulum dan pembelajarannya serta

bagaimana pengelolaannya.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara komprehensif dan mendalam

tentang Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan dengan menganalisis secara kritis baik

inward dan outward looking, meliputi: kebijakan, kurikulum dan pembelajaran, serta

pengelolaannya yang meliputi personalia, sarana dan prasarana, keuangan, serta

hubungan Madrasah Diniyah dengan masyarakat.

D. KAJIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Selama ini kajian atau studi terhadap Madrasah Diniyah yang dikaitkan dengan

manajemen pendidikan, supervisi pendidikan ataupun unsur penting dalam pendidikan

belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Adapun penelitian yang membahas tentang

16

Peraturan Menteri Agma Ri No 13 Tahun 2014, Bab I pasal 1 ayat 8 dan10.

Page 7: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Madarsah Diniyah secara umum dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti.

Pertama, oleh Nuriyatun Nizah17

tentang Dinamika Madraash diniyah: Suatu tinjauan

historis (2016) yang dari penelitiannya terkait dengan perkembangan Madrasah Diniyah

secara umum, disebutkan bahwa dalam PP 73, Pasal 22 ayat 3 disebutkan bahwa

Madrasah Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang

dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan

agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama. Sepanjang perjalanan sejarah madrasah

diniyah mengalami dinamika, sehingga terjadi pasang surut dalam perkembangannya.Ada

beberapa kelemahan dalam penerapan kurikulum yang selama ini masih diberlakukan di

madrasah diniyah, dan kurang sesuai, diantaranya: 1) belum ada kurikulum tertulis, 2)

tidak adanya standar kompetensi maupun kompetensi dasar. 3) fokus pada menamatkan

buku secara berjenjang, dan 4) SDM yang belum optimal dan minim. Dari hasil

penelitiannya memberikan rekomendasi bahwa untuk mempertahankan eksistensi

Madrasah Diniyah agar tetap diminati masyarakat maka perlu ada strategi di antaranya: 1)

Penyelenggaraan dan pembekalan bagi guru-guru/ustadz-ustadzah di Madrasah Diniyah;

2) Distribusi buku-buku pelajaran yang berstandar; 3) Adanya pengawasan pembinaan,

dan pendampingan 4) Menjalin kerjasama dengan pemerintahan khususnya dalam

pendanaan.

Kedua, penelitian yang lain, yaitu penelitian kelompok yang dilakukan oleh A.

Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin dan Affandi Muchtar18

tentang Kebijakan Pemerintah

Daerah tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di kabupaten Pandeglang.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peraturan perundang-undangan yang dijadikan

instrumen sebagai dasar kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang tentang

Wajib Belajar MDA di Kabupeten Pandeglang yaitu:Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2007

tentang Wajib Belajar MDA;Peraturan Bupati No. 01 Tahun 2008 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Program Wajib Belajar MDA; dan Peraturan Teknis lainnya yang diterbitkan

oleh Kantor Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang. Latar

17

Nuriyatun Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia: Jurnal Penelitian

Pendidikan Islam, 11(1), Februari 2016. 18

A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,

2(1), 2013 h. 8 http://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430

Page 8: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

belakang kebijakan ini memunculkan fakta adanya peningkatan warga dalam belajar di

Madrasah Diniyah, dan guru/ustadz-ustadzah di Madarash Diniyah juga meningkat;

Standar kurikulum MDA beracuan pada standar kurikulum nasional yang diterbitkan oleh

Direktorat Pendidikan Diniyah dan pondok Pesantren Ditjen Pendais Kementerian

Agama, Perda dan Perpub Kab. Pandeglang; selain itu dari kebijakan yang ada, juga

muncul peningkatan drastis dalam jumlah Madrasah Diniyah di Pandeglang yang semula

501 MDA pada tahun 2007 menjadi 824 MDA pada tahun 2009.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki

Mubarak19

pada tahun 2011 tentang Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin. Dari

hasil penelitian didapatkan temuan bahwa Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin pada

umumnya terletak di pinggir kota dan berstatus swasta, tercatat di Kementerian Agama

Kota Banjarmasin dan mendapat Nomor Statistik Diniyah (NSD) dan juga lembaga ini

didirikan dengan sistem perorangan/ yayasan.

Kurikulum di Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin adalah dibuat sendiri oleh

pihak madrasah; fokus bagian kesiswaan adalah hanya pada rekrutmen/ sosialisasi

penerimaan siswa baru;sedangkan manajemen personalianya adalah dengan sistem

tim/kolektif; sarana dan prasarana kebanyakan dari waqaf dan fasilitas bersifat

konvensional. Adapun untuk keuangan Madrasah Diniyah di kota Banjarmasin diperoleh

dari SPP, uang pendaftaran, sumbangan donatur tetap/pengusaha, masyarakat, zakat,

infak, dan sadaqah. Adapun kerjasama yang dilakukan Madrasah Diniyah di Kota

Banjarmasin adalah dengan masyarakat setempat dan pemerintah dalam bentuk dukungan

moril, fisik, material dan imaterial (pemikiran).

Keempat, penelitian yang dilakuakn oleh A. Basid20

pada tahun 2015 tentang

Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam perspektif Standar Pelayanan Minimal di kabupaten

Cirebon. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah

Awaliyah dikelola secara „tradisional,‟ sesuai dengan pemahaman para pengelola dan

guru, dan dalam realitasnya Madarash diniyah di Cirebon belum sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) yang ditentukan oleh SK Dirjen Pendis Nomor 3201 Tahun

19

Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin,

(Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari, 2011) 20

Basid, A, Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten

Cirebon. Penamas, 28(3), 445-462.

Page 9: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

2013. Adapun terkait dukungan dan hambatan dalam penyelenggaraan MDA di Cirebon

adalah terjadi pada unsur internal sendiri.

Kelima, penelitian tentang Peran Madrasah Diniyah Takmiliyah yang dipublikasikan

dalam jurnal „Anil Islam Vol. 9 Momor 1, Juni 2016 dengan tema Madrasah Diniyah

Takmiliyah (MDT) Sebagai Pusat Pengetahuan Agama Masyarakat Pedesaan (Studi

tentang Peran MDT di Desa Gapura Tumur Gapura Sumenap).

Penelitian ini menggambarkan bahwa keberadaan MDT merupakan kebutuhan dasar

bagi masyarakat terutama di pedesaan dalam rangka memberikan pendidikan berupa

ajaran-ajaran agama yang mendasari anak tentang keimanan, peribadatan dan akhlakul

karimah di tengah-tengah merosotnya moral bangsa ini. Oleh karena itu, MDT sebagai

wadah pendidikan non formal keagamaan perlu diperhatikan pengembangan dan

pengelolaannya.

Keenam, kajian madrasah diniyah yang dipublikasikan oleh Ismail dengan tema

Madrasah Diniyah dalam Multi Perspektif dalam jurnal Kabilah vol. 2 No. 2 Desember

2017. Menurut Ismail selama ini kajian dan penelitian terhadap MDT dilakukan secara

parsial hanya pada satu perspektif, tidak menyeluruh. Ismail mengarahkan kajiannya

terhadap MDT dalam beberapa perspektif, idiologis filosofis, historis, politik, manajemen

dan metodologis. Penelitian menunjukkan bahwa: 1) penyelenggaraan pendidikan MDT

sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki landasan ideologis filosofis yang bersumber

dari Al-Qur‟an dan Hadits; 2) MDT memiliki akar sejarahnya sendiri yang sejalan dengan

sejarah Islam dan muslim Indonesia; 3) MDT memiliki posisi strategis secara politik; 4)

untuk meningkatkan kualitas, secara manajemen madrasah diniyah perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari stakeholders pendidikan agar MDT semakin fungsional bagi

bangsa; dan 5) peningkatan sumber daya manusua MDT sangat dibutuhkan guna

meningkatkan mutu pendidikan madrasah, utamanya dalam pembelajaran, sehingga

terlaksana dengan pembelajaran yang kontekstual.

Ketujuh, penelitian yang dilaksanakan oleh Agus Supian dan Najib Amrullah yang

dipublikasikan dalam jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah pada edisi 1 No 1 2018,

dengan judul Keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah Ushuluddin dalam Pembinaan

Anak-Anak di Jl. Kuranji Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru

Penelitian ini menggambarkan tentang keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah

Ushuluddin dalam upayanya untuk pembinaan agama Islam anak-anak di daerah ini

Page 10: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

sangat penting dan berperan dengan baik. Ini misalnya membekali anak membaca Al-

Qur‟an dengan tajwid yang baik, menulis huruf Al-Qur‟an, menulis Arab Melayu,

mempelajari hukum dan cara ibadah, dan lain-lain. Keberadaan Madrasah ini diperlukan

oleh masyarakat dalam mempelajari dasar ajaran Islam. Namun demikian, keberadaan

madrasah ini dipengaruhi oleh faktor-faktor guru, lingkungan, santri, dan alolasi waktu

yang tersedia.

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut disimpulkan bahwa belum ada kajian dan

penelitian tentang Madrasah Diniyah secara komprehensif khususnya di wilayah

Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini urgen untuk dilaksanakan dan menjadi

distingsi sendiri karena lingkup Kalimantan Selatan.

E. KONSEP ATAU TEORI

1. Madrasah Diniyah

Dalam modernitas dewasa ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting

untuk menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut. Oleh karena itu

pendidikan Islam21

merupakan usaha guna melestarikan dan mengalihkan serta

mentransformasikan nilai-nilai dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi

selanjutnya. Untuk mendapatakan capture pelaksanaan pendidikan Islam bisa melihat

salah satu lembaga pendidikan Islam itu sendiri.

Salah satu lembaga pendidikan Islam adalah Madraash Diniyah. Madrasah Diniyah

adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam jalur luar sekolah.22

Sistem

belajar di madrasah Diniyah merupakan evolusi dari sistem belajar yang dilaksanakan di

pesantren salafyah, karena pada awalnya dalam penyelenggaraan pendidikannya

dilakukan dengan cara tradisonal. Adapun ciri khas untuk mempertahankan tradisi

pesantren adalah mempertahankan paradigma penguasaan “kitab kuning”.23

21

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Jakarta:Kencana, 2012), h. 141. 22

Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota

Banjarmasin....h. 9. 23

Headari Amin, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva

Pustaka, 2006), h. 18. Lihat juga pada N. Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.

Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1), 2016, h. 187, dan pada Abdurrahman, Pemikiran

tentang Pendidikan Pesantren, Jurnal Pusaka Media Kajian dan Pemikiran Islam, Vol. 5 Nomor 2 Tahun

2018, h. 52.

Page 11: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 tahun

1964 dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan Agama Islam kepada

pelajar bersama-sama sedikitnya berjumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih diantara anak-

anak yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun; Pendidikan dan

pengajaran (pada madrasah Diniyah) selain bertujuan untuk memberi tambahan

pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran

agama di sekolah-sekolah umum; Madrasah diniyah ada tiga tingkatan yakni; diniyah

awaliyah, diniyah wustho, dan diniyah ulya24

2. Kurikulum Madrasah Diniyah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar di suatu lembaga pendidikan.25

Kurikulum dalam kajian khazanah dasar

Pendidikan Islam dibagi ke dalam dua bagian, peringkat dasar, dan peringkat menengah.

Pada peringkat Dasar (Usia Baligh/ 6 tahun – 14 tahun), yaitu kurikulum peringkat

dasar ini meletakkan pengajian al-Qur‟an sebagai azasnya. Mata pelajaran yang

seharusnya diajarkan meliputi: Belajar mengenal huruf dan membaca, belajar membaca

al-Qur‟an, menulis beberapa ayat setiap hari dan menghafalannya, mempelajari hadits

Rasulullah, dan mempelajari kata-kata, ucapan dan cerita-cerita Nabi dan cerita-cerita

yang berkaitan dengan keagungan Islam yang menekankan aspek akhlak, kemasyarakatan

dan kejiwaan.26

Tujuan dari penyusunan kurikulum untuk peringkat dasar dalam perspektif Islam

adalah untuk melahirkan rasa cinta terhadap kemuliaan di dalam pikiran kanak-kanak,

untuk menanamkan di hati mereka dengan kepribadian yang murni, mulia, akhlak yang

baik (Uswah Hasanah, keperwiraan, kejujuran, keadilan, persaudaraan, dan perasaan

persamaan.

24

N. Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.... h. 187-188, lihat juga pada

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta;

Kencana, 2018), h. 9 25

Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga

Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2011). h 168 lihat juga pada Syamsul Bahri, Pengembangan

Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 11(1), 2017, h. 17-21. 26

Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga

Kontemporer... h. 169.

Page 12: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

Kurikulum Madrasah Diniyah Peringkat Menengah dan Tinggi (umur 15 tahun dan ke

atas) lebih menekankan pada pencapaian suatu mata pelajaran tertentu secara tuntas,

bukan kelulusannya. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi mata pelajaran wajib (fardhu

‘ain) dan mata pelajaran pilihan (fardhu kifayah).

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang saling berkaitan dalam

memacu atau menghasilkan perubahan pada proses pembelajaran. Belajar dimaknai

sebagai aktivitas yang dilakukan baik sengaja atau tidak sengaja yang menghasilkan

perubahan.27

Teori Belajar Gagne, yaitu teori belajar yang merupakan perpaduan antara

behaviorisme dan kognitivisme: belajar merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah,

akan tetapi hanya terjadi dengan kondisi tertantu. Yaitu kondisi internal yang merupakan

kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, kemudian kondisi eksternal yang

merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan

memperlancar proses belajar.28

Dalam teori Islam tentang Fitrah, pada dasarnya peserta

didik lahir telah membawa bakat dan potensi-potensi yang cenderung kepada kebaikan

dan kebenaran, yang digambarkan dalam QS. Ar-Ruum: 30. Potensi-potensi ini tidak

begitu saja berkembang , namun demikian perlu proses belajar mengajar yang sungguh-

sungguh.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan

peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.29

Mengingat aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang berproses, maka

pembelajaran tentu saja harus dilaksanakan secara sistematis dan terprogram dalam

lembaga yang memiliki aturan. Kemudian didukung dengan adanya komponen-komponen

pendidikan yang selalu saling keterkaitan.

Komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi: pendidik/ustadz, pelajar/santri,

sarana prasarana pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi serta pelaksana/personalia

atau yayasan yang menaungi program pendidikakan ini dapat terlaksana.30

Selain

27

Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 36. 28

Ainurrahman, Belajar …, h. 13:47. 29

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung:

Rosda, 2013), Cet. XI, h. 173-174 16. 30

Hamalik D., Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 2011, 5-25.

Page 13: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

komponen tersebut juga ada faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya program

pendidikan MDT dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tujuan Pembelajaran

Komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran adalah tujuan dan

standar kompetensi yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam

pelaksanaan pembelajaran diperlukan rumusan tujuan pembelajaran yang merupakan

aspek fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik dan materi

pembelajaran.31

b. Guru/Ustadz/Ustadzah

Istilah pendidik, dalam perspektif Islam menggunakan istilah al-mu’allim (guru),

al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), al-walid (orang tua).32

Secara umum

pendidik/ guru/ustadz33

adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab atas

pendidikan dan pengajaran yakni orang yang membimbing, meningkatkan,

menyempurnakan dan mensucikan hati sehingga dekat dengan Allah swt. Tugas ini

didasarkan pada ungkapan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan kesempurnaan

manusia terletak pada kesucian hatinya. Mengajar dan mendidik merupakan hal yang

sangat mulia, dan secara naluriah, orang yang berilmu akan dimuliakan oleh orang lain,

karena ilmu adalah mulia dan mengajarkannya adalah memberikan kemuliaan.34

Akan

tetapi, posisi pengajar dalam masa modern dewasa ini35

telah dipandang sebagai petugas

semata yang mendapat gaji dan tanggung jawab tertentu, serta tugas yang dilimitasi dalam

dinding sekolah yang merupakan dampak dari komersialisme pendidikan, matrialisme dan

modernisasi, sehingga terciptalah jarak antara pendidik dan peserta didik. Dalam

pandangan Islam, tugas mengajarkan ilmu menduduki posisi terhormat dan mulia. Dengan

31

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013,

(Jakarta: Kencana, 2014), Cet. III, h. 80-81. 32

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), h. 50. 33

Saragih, A. H, Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar. Jurnal Tabularasa, 5(1), tahun

2008, h. 27. 34

Muhammad Muchlis Solichin, Belajar dan Mengajar Dalam Pandangan Al-Ghazâlî. TADRIS:Jurnal

Pendidikan Islam, 1(2) tahun 2006, h. 151. 35

Sakti, B. P. Etika dan Profesi Guru SD Di Tengah Perkembangan Zaman. Proceeding PGSD

Universitas Kuningan 2016, 1(1), tahun 2016, h. 100. Dikases pada

https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd2016/article/view/10

Page 14: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

kemuliaannya tersebut, maka tugas seorang guru tidak hanya diorientasikan pada gaji

semata, melainkan perlu adanya keteladanan bagi peserta didik dan penanaman nilai-nilai

moral islam.

Seorang guru merupakan orang yang termulia yang mendidik hati, jiwa, akal dan

roh manusia. Tugas seorang guru sangatlah penting, ia bertugas untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan serta memperbaiki masyarakat. Segala amal perbuatan, perilaku, akhlak

dan kepribadian seorang pendidik sangatlah penting, bahkan lebih penting dari pada ilmu

penetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian seorang pendidik menjadi teladan dan

akan ditiru oleh anak didiknya.36

Yang paling rumit dari tugas seorang guru adalah

pendidikan akhlak bagi para muridnya.37

Perlu adanya penanaman nilai-nilai ajaran Islam

dan membentuk kepribadian baik muridnya sehingga tujuan dan kepribadian peserta didik

dapat terarahkan sesuai jalan yang diridhoi oleh Allah.

Seorang guru harus konsekuen dan mampu menjaga keharmonisan antara

perkataan, ucapan, perintah dan larangan dengan amal perbuatan guru, karena yang

terpenting adalah amal perbuatannya, bukan ucapannya.38

Karena kepribadian seorang

pendidik menjadi teladan dan akan ditiru oleh anak didiknya.

36

Rahendra Maya, Esensi Guru dalam Visi-Misi Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal

Pendidikan Islam, 2(03), tahun 2017, h. 281. 37

Abdul Halim Tamuri, Muhammad Faiz Ismail, dan Kamarul Azmi Jasmi, Komponen Asas untuk

Latihan Guru Pendidikan Islam [Basic Components for Islamic Education Teacher Training]. Global

Journal Al-Thaqafah, 2(2), 53-63 tahun 2012, h. 57. 38

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali... h. 50.

Page 15: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

c. Peserta Didik/Santri

Peserta didik yaitu orang yang mempunyai potensi dalam dirinya untuk dibimbing,

didik dan diajar agar dapat mencapai tujuan pendidikan dan hasil yang baik.39

Peserta didik40

merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam

proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai

pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan

edukatif/pedagogis.41

d. Strategi/Metode Pembelajaran

Metode atau strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai cara pembelajaran yang

dilaksanakan oleh pendidik agar pembelajaran dapat diserap dan dicapai peserta didik dalam

kegiatan belajar mengajar. Abdul Majid menyoroti pentingnya metode atau cara mengajar

harus digunakan oleh guru agar dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar42

.

e. Media Pembelajaran

Media adalah segala alat untuk menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Gagne mendefinisikan media belajar sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsangnya untuk belajar.43

Media pembelajaran tersebut dapat berupa gambar,

model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta

mempertinggi daya serap dan retensi belajar.44

Kemudian seiring perkembangan informasi

dan teknologi, media pembelajaran pun semakin berkembang dan lebih luas dan memberikan

kesan belajar yang sangat tajam.

39

Keke T. Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal pendidikan

penabur, 7(10), 11-21, tahun 2008, h. 11 40

Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.

27 41

Peserta Didik https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik 42

Abdul Majid. Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 135. 43

Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. (Jakarta:

Rajawali Press, 2009), h. 6. 44

Ibid., h. 6.

Page 16: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

1

f. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi,

pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil

belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.45

Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Memberikan informasi

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan- tujuan belajar melalui berbagai

kegiatan belajar 2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-

kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu 3)

Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa,

menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan)

4) Memberi informasi yang digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa

dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsannya untuk melakukan upaya

perbaikan 5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru

dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas 6)

Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan

yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.46

4. Pengelolaan Program Pendidikan Diniyah

Selain proses pembelajaran yang harus terlaksana dengan baik, keberhasilan program

pendidikan tidak terlepas dari pengelolaan program dan lembaga pendidikan tersebut dengan

baik. Hal ini tentu saja harus dilaksanakan oleh pengelola, personalia lembaga pendidikan

tersebut, serta didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti pendanaan, hubungan dengan

masyarakat, dan lain-lain.

45

Oemar.Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 159. 46

Ibid., h. 161.

Page 17: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

2

a. Personalia

Personalia pendidikan47

adalah semua orang yang memberikan pelayanan dalam

dunia pendidikan, dan ini dimaksudkan sebagai semua orang yang terlibat dalam tugas-tugas

pendidikan, yaitu para guru sebagai pemegang peranan utama, manajer/administrator, para

supervisor, dan para pegawai. Diharapkan dengan adanya personalia, maka sistem pelayanan

pendidikan bisa terlaksana, karena yang melaksanakan pelayanan adalah manusia. Personalia

disini adalah semua orang yang terlibat, artinya di dalam organisasi dibutuhkan beberapa

tenaga yang sesuai dalam bidangnya, sehingga menimbulkan hubungan timbal balik dalam

organisasi tersebut baik antara kepala, wakil, tenaga pengajar, pegawai, dan lainnya.

b. Sarana dan Prasarana

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42

menyebutkan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran

yang teratur dan berkelanjutan; (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata

usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,

ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain,

tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.48

c. Keuangan

Menurut Depdiknas49

bahwa pengelolaan keuangan merupakan tindakan

pengurusan dan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,

pertanggung jawaban dan pelaporan. Dengan demikian, pengelolaan keuangan sekolah dapat

47

M. Nazar Almasri, Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi dalam Pendidikan Islam.

Kutubkhanah, 19(2), tahun 2017, h. 133. 48

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA, P. R.

(2006) dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 49

Depdiknas. Manajemen Sekolah. (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2000)

Page 18: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

3

diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,

pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan sekolah.

d. Hubungan dengan Masyarakat

Hubungan masyarakat dengan Madrasah diniyah adalah sebagai mediasi untuk

menyampaikan informasi tentang pendidikan dan juga untuk melayani masyarakat dalam

memahami dunia pendidikan.50

Hubungan yang dijalin antara sekolah dan masyarakat yaitu

antara orangtua dan juga masyarakat sekitar lembaga pendidikan ataupun masyarakat yang

masih ada hubungan dengan sekolah.

F. METODE DAN TEKNIK PENGGALIAN DATA

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan (Field Research),

yaitu dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, di mana data tidak

berbentuk angka yang diperoleh melalui rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan

tertulis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara

kuantifikasi. Penelitian kualitatif menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang

atau jasa, berupa kejadian, fenomena, dan gejala sosial di mana makna di balik kejadian

tersebut dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori.51

Penelitian

lapangan yang akan dilaksanakan ini diarahakan pada penelitian terhadap Madrasah Diniyah

di Kalimantan Selatan

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif. Menurut Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir metode deskriptif adalah pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat. Mempelajari masalah-masalah dalam masayarakat, serta

tata cara yang berlaku di masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

50

Munirwan Umar, Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat Dalam Pendidikan. JURNAL

EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), tahun 2016, h. 28. 51

M. Djunaidi Ghony & F. Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2012), h. 25.

Page 19: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

4

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung

dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.52

Penelitian ini akan menganalisis secara kritis

Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan.

3. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Secara keseluruhan terdapat 469 lembaga Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan

dengan rincian: Banjarmasin 14 buah, Barito Kuala 120 buah, Banjarbaru 14 buah, Banjar 33

buah, Tapin 52 buah, HSS 21 buah, HST 48 buah, HSU21 buah, Balangan 16 buah,

Tabalong 12 buah,Tanah Laut 61 buah, Tanah Bumbu 10 buah, dan Kotabaru 47 buah. Dari

keseluruhan total Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan tersebut, penelitian ini akan

dilaksanakan berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efesiensi waktu, tenaga, dan biaya.

Oleh karena itu, dari jumlah tersebut diambil sampel dengan menggunakan porpusive

sampling.

b) Sampel Penelitian

berdasarkan populasi tersebut ditentukan sampel dengan indikator mengambil Madrasah

Diniyah dalam sistem zona Hulu Sungai (Tapin, HSS, HST, HSU, Balangan, Tabalong)

diambil 1, kemudian kabupaten Zona Pelaihari (Pelaihari, Tanah Bumbu, Kotabaru) diambil

1 kabupaten, Kemudian Zona Batola (Barito Kuala) diambil 1 kabupaten, dan Zona Banjar

(Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru) diambil 1 kabupaten. Dari tiap zona diambil 2

Madrasah Diniyah secara random dengan dasar kabupaten/kota tersebut memiliki banyak

jumlah santri. Berikut adalah sampel yang mengambil objek penelitian sebagaimana tabel

berikut:

52

Moh. Nazir, Metedologi Penelitian, Cetakan Ketujuh, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h.55.

Page 20: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

5

Tabel 1. Madrasah Diniyah yang dijadikan lokasi penelitian

NO NSDT NAMA MADRASAH

DINIYAH

ALAMAT

ZONA HULU SUNGAI

1 311263070026 Nurul Islam Jl. H. Hasan Baseri RT 06

RW 02 Kelurahan Barabai

Barat, Barabai, Hulu Sungai

Tengah

2 311263070041 Al Amanah Hulu Sungai Tengah Desa

Pamangkih Labuan Amas Utara

ZONA PELAIHARI

3 311263010058 Aunul Mubtadi‟in Jl. Ahmad Yani RT 01/01

Gg. Keluarga Tanah Merah,

Tanah Laut.

4 211263010034 Raudhatul Jannah Jl. A. Yani Km.30 Desa

Liang Anggang Bati-Bati

ZONA BATOLA

1 311263040110 Majalisus Saniyah

(Awwaliyah)

Jl. Panglima Batur RT 04

Marabahan

2 311263040113 Al Ma‟arif Baiturrahim

(Awwaliyah) Jl. Aes Nasution Marabahan

3 311263040070 Raudlatul Ulum

(Awwaliyah)

Desa Belawang RT. 07 No. 1

Belawang Kab. Barito Kuala

4 311263040007 Subulussalam

(Awwaliyah)

Sei. Telan Kecil Tabunganen

Kab. Barito Kuala

ZONA BANJAR

1 311263030102 Nurul Hikmah

(Awwaliyah)

Jl. Mentari Empat Keraton

Martapura

2 311263030301 Darul Aman

(Awwaliyah)

Jl. A. Yani Km. 43,5 Tambak

Anyar Ilir Martapura Timur Kab.

Banjar

3 311263030002 Al Khairiah

(Awwaliyah)

Jl. Mesjid Jami Da‟watul Haq

Pinggiran Ilir Astambul Kab.

Banjar

4 321263030195 Miftahul Huda

(Awwaliyah)

Jl. Barakat RT. 01 Ds. Pulau

Nyiur Karang Intan Kab. Banjar

5 321263030005 Izharussalam

(Wustha)

Keliling Benteng Ulu Martapura

Barat Martapura

6 321263030169 Darul Aman

(Wustha)

Jl. A. Yani Km. 43,5 Tambak

Anyar Ilir Martapura Timur Kab.

Banjar

7 321263030008 Fita‟limissibyan

(Wustha)

Desa Lokbaintan Kec. Sungai

Tabuk Kab. Banjar

8 321263030175 Thoriqul Ma‟arif Jl. A. Yani Km. 52.700 Danau

Page 21: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

6

(Wustha) Salak Astambul Kab. Banjar

4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan dengan fokus

sebagai berikut:

a. Kebijakan tentang Madrasah Diniyah seperti dasar hukum pelaksanaan program

pendidikan, tujuan serta visi dan misi Madrasah Diniyah Takmiliyah)

b. Kurikulum yang meliputi tujuan kurikulum, silabus dan mata pelajaran yang

dilaksanakan di MDT, dan referensi yang digunakan.

c. Pembelajaran dengan komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari: 1) Tujuan

pembelajaran, 2) strategi serta metode; 3) media pembelajaran; 4) evaluasi

pembelajaran. Hal ini disoroti dengan pertanyaan bagaimana perencanaan, pelaksanaan

dan monitoringnnya).

d. Pengelolaan MDT yang meliputi:

1) Kesiswaan, yaitu: a) input santri; b) pembinaan input.

2) Personalia, yaitu: a) kepala Madrasah Diniyah; b) dewan guru/ustadz/ustadzah.

3) Sarana dan Prasarana (Gedung dan sarana/fasilitas penunjang pembelajaran)

4) Keuangan, yaitu: a) SPP; 2b) Infaq; c) Sadaqah; d) sumber bantuan dana lainnya

baik dari masyarakat/pemerintah.

5) Keterlibatan masyarakat, yaitu: keterlibatan masyarakat terhadap kelangsungan

Madrasah Diniyah.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh yaitu

kepala Madrasah Diniyah, dewan guru/ustadz/ustadzah, personalia, dan masyarakat di sekitar

Madrasah Diniyah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Dokumentasi dipakai untuk menggali data

tentang gambaran umum Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan, yaitu kurikulum, jumlah

siswa, dan kondisi personalia. Wawancara digunakan untuk menggali data yang terkait

dengan pengembangan kurikulum pengajaran, pengembangan kesiswaan/santri, personalia,

sarana dan prasarana, keuangan dan keterlibatan masyarakat terhadap Madarash Diniyah.

Page 22: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

7

Observasi digunakan untuk menggali data yang terkait dengan proses pembelajaran, kondisi

siswa/santri, personalia, dan sarana prasarana. Semua data yang terkumpul nantinya akan

dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara triangulasi.

G. RENCANA PEMBAHASAN

Peneliti akan membagi lima bagian utama pembahasan di dalam laporan hasil penelitian

nantinya. Di bab pertama, peneliti akan memaparkan latar belakang, fokus penelitian, tujuan

penelitian, kajian riset terhdahulu yang relevan (kajian pustaka), signifikansi penelitian, dan

sistematikan pembahasan. Di bab dua, peneliti akan memaparkan konsep ataupun landasan

teori yang digunakan, yakni berupa Madrasah Diniyah secara umum, kurikulum,

pembelajaran, dan pengelolaan program pendidikan. Sedangkan di bab tiga, peneliti akan

memaparkan dan mengilustrasikan metodologi penelitian secara komprehensif, meliputi jenis

dan pendekatan penelitian yang digunakan, subjek dan instrumen data penelitian, objek

penelitian, sumber data penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan

cara/prosedur penelitian yang dilakukan. Di bagian bab empat peneliti akan memaparkan

hasil temuan penelitian dan melakukan pembahasan atau analisis mendalam. Adapun rencana

pembahasana dalam bab ini peneliti akan memaparkan deskripsi profil lokasi penelitian,

memaparkan secara komprehensif dan mendalam disertai analisis kritis terkait kurikulum dan

pembelajaran, kesiswaan/ santri, personalia, sarana prasarana, keuangan, dan keterlibatan

masyarakat terhadap Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan yang secara keseluruhan

merupakan bagian manajemen pengelolaan. Selanjutnya peneliti juga akan merumuskan

idealitas Madrasah Diniyah sebagai temuan utama penelitian tersebut. Di bab terakhir adalahg

penutup. Di sini peneliti akan menarik sebuah kesimpulan dari penelitian besar ini dan

memberikan rekomendasi terkait Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan. Semua yang

peneliti tulis dalam laporan akan mengacu pada referensi yang dipilih peneliti untuk

mendukung argumen, afirmasi dan pendapat yang diutarakan dalam penelitian ini.

H. BIBLIOGRAFI

Abdurrahman. (2018). Pemikiran tentang Pendidikan Pesantren, Jurnal Pusaka Media Kajian

dan Pemikiran Islam, Vol. 5 Nomor 2, 48-70.

Page 23: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

8

Aisyah, S. (2015). Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Yogyakarta:

Deepublish.

Ahmad, J., & Manusia, A. P. K. (2002). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya

Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Almasri, M. N. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi dalam Pendidikan

Islam. Kutubkhanah, 19(2), 133-151.

Amin, Headri. (2006). Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.

Jakarta: Diva Pustaka.

Arifin, H. M. (1991). Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Aritonang, K. T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur, 7(10), 11-21.

Azra, A. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi.

Jakarta: Kompas.

_____. (1995). Jaringan Ulama Nusantara Abad XVII-XVIII. Bandung: Mizan

Alia, Nur. (2015). Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan

Minimal di Kabupaten Cirebon. Penamas, 28(3), 445-462.

Bahri, S. (2017). Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah Islam

Futura, 11(1), 15-34.

Dacholfany, M. I. (2015). Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.

AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 20(1), 173-194.

Daulay, Haidar Putra. (2018). Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta; Kencana.

Depdiknas. (2000). Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

Departemen Agama, R.I. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan

dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI.

Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Ikhwan, A. (2017). Kajian Sosio-Historis Pendidikan Islam Indonesia Era Reformasi.

EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 14-32.

Iskandar, I. (2012). Dakwah dan Individualisme, Materialisme dan Hedonisme. Jurnal

Dakwah Tabligh, 13(1), 17-30.

Majid, Abdul (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Maya, R. (2017). Esensi Guru dalam Visi-Misi Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal

Pendidikan Islam, 2(03).

Nata, Abuddin (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia. Kencana.

Page 24: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

9

Nazir, Moh. (2011). Metedologi Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bogor : Ghalia Indonesia

Nizah, N. (2016). Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia: Jurnal

Penelitian Pendidikan Islam, 11(1).

Rosyadi, A. R., Mujahidin, E., & Muchtar, A. (2013). Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna:

Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 1-16.

Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal

Tabularasa, 5(1), 23-34.

Sakti, B. P. (2016). Etika dan Profesi Guru SD Di Tengah Perkembangan Zaman.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Proceeding PGSD Universitas Kuningan 2016,

1(1), 99–107. https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd2016/article/view/10

Solichin, M. M. (2006). Belajar dan Mengajar Dalam Pandangan Al-Ghazâlî.

TADRIS:Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).

Sobel, D. (2004). Place-Based Education: Connecting Classroom and Communities,

Barrington, Orion Society.

Smith, G. A., & Sobel, D. (2014). Place-and Community-Based Education in Schools. New

York: Routledge Taylor and Francis Group.

Solihin, I. (2018). Madrasah dan Pertumbuhan Keilmuan Dunia Islam: Sebuah Kajian

Sosio-Historis. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 97-106.

Tamuri, A. H., Ismail, M. F., & Jasmi, K. A. (2012). Komponen Asas untuk Latihan Guru

Pendidikan Islam [Basic Components for Islamic Education Teacher Training].

Global Journal Al-Thaqafah, 2(2), 53-63.

Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim. (2011). Pendidikan Islam dari Paradigma

Klasik hingga Kontemporer, Malang: UIN Malang Press.

Tilaar, H. A. R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Umar, M. (2016). Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat Dalam Pendidikan.

JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 18-29.

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi pendidikan abad 21

sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. In Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp. 263-278).

Yaqin, Husnul, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak. (2011). Profil Madrasah Diniyah di

Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari

Zainuddin. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta:Bumi Aksara

Peraturan Menteri Agama RI No. 13 tahun 1964 tentang Pengertian, Fungsi, dan Tujuan

Madarash Diniyah

Peraturan Menteri Agama No. 03 tahun 1983 tentang Kurikulum Madrasah Diniyah

Page 25: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

10

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan Keagamaan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagaman Islam

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Page 26: PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR ...idr.uin-antasari.ac.id/14331/1/PROPOSALPENELITIAN.pdf11 Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

11

I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilakukan selama 8 bulan, yakni dari bulan Januari

2020 sampai dengan bulan Agustus 2020. Berikut jadwal rencana pelaksanaan penelitian:

No Kegiatan Bulan/Tanggal Minggu ke

1

Penyusunan Proposal

Juli 2019 I, II, III, !V

2 Agustus 2019 I, II, III, !V

3 Revisi Proposal Januari 2020 I, II, III, !V

4 Seminar Proposal Februari 2020 I, II, III, !V

5 Persiapan bahan Penelitian Maret 2020 I dan II

6

Tahap Pengumpulan Data

Maret 2020 III dan IV

7 April 2020 I, II, III, !V

8 Mei I, II, III, !V

9 Juni 2020 I, II, III, !V

10 Juli 2020 I, II, III, !V

11 Penyusunan LAporan Agustus 2020 I dan II

12 Seminar Akhir Agustus 2020 III

13 Revisi Laporan Agustus 2020 IV

14 Penyusunan Laporan dan

Penggandaan Data

September 2020 I, II, III