Proposal_Penelitan_Alometrik Biomassa Pohon_Rahmad SA-E14090109.docx

49
PROPOSAL PENELITIAN MODEL PERSAMAAN ALOMETRIK PENDUGA BIOMASSA POHON DI HUTAN ALAM TROPIKA BASAH (STUDI KASUS DI AREAL IUPHHK-HA PT SALAKI MAKMUR SEJAHTERA, JAYAPURA) RAHMAD SUPRI ANGGONO (E14090109) DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Transcript of Proposal_Penelitan_Alometrik Biomassa Pohon_Rahmad SA-E14090109.docx

PROPOSAL PENELITIAN

MODEL PERSAMAAN ALOMETRIK PENDUGA BIOMASSA POHON DI HUTAN ALAM TROPIKA BASAH (STUDI KASUS DI AREAL IUPHHK-HA PT SALAKI MAKMUR SEJAHTERA, JAYAPURA)

RAHMAD SUPRI ANGGONO(E14090109)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTANFAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR20131

Judul Penelitian: Model Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Pohon Hutan Alam Tropika Basah (Studi Kasus di Areal UIPHHK-HA PT Salaki Makmur Sejahtera, Jayapura)Nama: Rahmad Supri AnggonoNRP: E14090109Departemen: Manejemen Hutan

Menyetujui :Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. EliasNIP. 19560902 198103 1 003

Mengetahui :Ketua Departemen Manajemen Hutan,

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.NIP. 19639491 199493 1 001Tanggal :

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Model Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Pohon Hutan Alam Tropika Basah (Studi Kasus di Areal UIPHHK-HA PT Salaki Makmur Sejahtera, Jayapura).Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Elias atas kesediaan dan kesabarannya membimbing penulis menyelesaikan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, kakak dan adik-adik tercinta, serta seluruh keluarga dan teman-teman atas doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi semangat dan dukungan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.Semoga penelitian ini bermanfaat dan terima kasih atas semua saran, dukungan serta nasehat-nasehatnya.Penulis,

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR........................................................................................... iDAFTAR ISI......................................................................................................... iiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Penelitian 21.3 Manfaat Penelitian 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hutan Tropika Basah32.2 Biomassa 32.3 Pendugaan dan Pengukuran Biomassa 42.4 Metode Alometrik 5BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Lokasi dan Waktu 83.2 Alat dan Bahan Penelitian 83.3 Metode Pengumpulan Data di Lapangan83.4 Metode Pengambilan Data Primer93.5 Metode Pengolahan Data 133.6 Analisis Data14BAB IV JADWAL KEGIATAN PENELITIAN19DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

ii

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSektor kehutanan dalam konteks perubahan iklim termasuk kedalam sektor LULUCF (Land use, land use change and forestry) adalah salah satu sektor penting yang berkontribusi terhadap penguapan dan emisi gas rumah kaca (GRK). Berdasarkan laporan Stern (2007) dalam Wibowo, et al (2010) menyebutkan bahwa kontribusi sektor LULUCF sebesar 18% emisi GRK di dunia, yang 75%-nya berasal dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini merupakan ancaman serius bagi sumber penghidupan masyarakat lokal, fungsi daerah-daerah aliran sungai, serta keberadaan keanekaragaman hayati. Dengan demikian, pengurangan jumlah emisi karbon dari sektor kehutanan menjadi penting karena tidak saja mendukung upaya dunia untuk membatasi terjadinya peningkatan suhu bumi tidak lebih dari 20 C, tetapi juga memberikan manfaat lain bagi kepentingan masyarakat, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Dalam menyikapi berbagai studi dan laporan dari Peace (2007) yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan emiter ke 3 di dunia sedangkan apabila tanpa LULUCF dalam laporan WRI (Baumert et al., 2005) menunjukkan Indonesia di peringkat 15, maka pemerintah Indonesia mencanangkan target penurunan emisi sebesar 26% pada tahun 2020, dengan kontribusi sektor kehutanan ditetapkan sebesar 14%. Hal tersebut dinyatakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G-20 di Pittsburgh (USA) pada tanggal 25 September 2009.Upaya penurunan emisi sektor kehutanan dapat dilakukan dengan berbagai cara karena pada prinsipnya pengurangan emisi tidak hanya dengan meningkatkan serapan melalui berbagai program pembangunan hutan tanaman tetapi juga dapat dilakukan dengan menjaga dan mempertahankan stok karbon yang ada. Menurut Brown (1999) kegiatan kehutanan yang dapat mengurangi pemanasan global atau menurunkan emisi karbon dapat dikelompokkan kedalam tiga cara yaitu: (1) Carbon Conservation yaitu pengendalian karbon dengan cara mengkonservasi cadangan/stok karbon yang sudah ada di vegetasi hutan dan tanah; (2) Carbon Sequestration yaitu meningkatkan jumlah penyerapan karbon yaitu dengan cara menambah simpanan karbon di vegetasi, bahan organik mati atau memperpanjang masa penggunaan kayu; dan (3) Carbon Substitution yaitu pengolahan biomassa untuk menggunakan produk yang dapat diperbaharui (energi biomassa).Pada tegakan hutan karbon dapat diduga melalui biomassa. Biomassa hutan memiliki stok karbon yang cukup potensial yaitu hampir 50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon, unsur tersebut dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk CO2 apabila hutan dibakar. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari atmosfer dan mengubah senyawa tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis (Whitmore, 1985).Penelitian ini adalah salah satu penelitian membuat model persamaan alometrik untuk menduga biomassa pada hutan alam tropika yang ada di Indonesia bagian timur, yang terletak di Kabupaten Sarmi Propinsi Irian Jaya. Krisnawati (2010) menyebutkan bahwa ketersediaan informasi biomassa hutan dari wilayah ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan tempat lain (wilayah barat) di Indonesia. Informasi dari wilayah timur Indonesia sangat diperlukan mengingat kondisi vegetasi dan taksonomi di wilayah ini sangat berbeda dengan kondisi vegetasi di wilayah barat Indonesia yang dipisahkan oleh garis Wallace.

1.2 TujuanPenelitian ini bertujuan untuk menyusun model persamaan alometrik penduga biomassa pohon di hutan alam tropika basah di areal UIPHHK-HA PT Salaki Mandiri Sejahtera, Jayapura.1.3Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang model persamaan alometrik pendugaan biomassa pohon untuk hutan alam tropika basah yang terdapat di Indonesia bagian timur sehingga dapat menambah data model persamaan alometrik untuk menghitung stok karbon yang ada di Indonesia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Hutan Tropika BasahHutan hujan tropikamenurut Danielet al.(1979) adalah bentuk hutan yang paling tinggi perkembangannya dan paling kompleks diantara semua formasi hutan. Hutan ini ialah hutan daun lebar yang selalu hijau dengan proporsi yang besar dengan kerapatan yang tinggi dan relatif sempit penyebarannya. Hutan hujan tropikamerupakan suatu komunitas tumbuhan yang bersifat selalu hijau, selalu basah dengan tinggi tajuk sekurang-kurangnya 30 m serta mengandung spesies-spesies epifit berkayu dan herba yang bersifat efifit (Schimper, 1903dalamMabberley, 1992). Richards (1966) juga menjelaskan bahwa salah satu ciri penting darihutan hujan tropikaadalah adanya tumbuhan berkayu, tumbuhan pemanjat dan efifit berkayu dalam berbagai ukuran.Hutan hujan tropis terdapat di sekitar wilayah tropika atau di dekat wilayah tropika di bumi ini, yang menerima curah hujan berlimpah sekitar 2000 4000 mm setahunnya. Suhunya tinggi (sekitar 25 26 C) dan seragam dengan kelembaban rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan itu adalah pohon tinggi dengan tinggi maksimum rata-rata 30 meter (Ewusie 1980).

2.2 BiomassaTanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan umur tanaman akan terjadi, dan merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling sering digunakan. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang berasal dari hasil fotosintesis (Sitompul dan Guritno 1995). Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gram per m2 atau ton per ha (Poole 1974, Chapman 1976, Brown 1997 dalam Onrizal 2004). 2.3 Pendugaan dan Pengukuran BiomassaMenurut Brown (1997) ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon, yaitu pendekatan pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa (ton/ha), sedangkan pendekatan kedua secara langsung dengan menggunakan persamaan regresi biomassa atau lebih dikenal dengan persamaan Alometrik. Pendugaan biomassa pada pendekatan pertama menggunakan persamaan berikut : Biomassa di atas tanah (ton/ha) = VOB x WD x BEF (Brown et al., 1997)Di mana :WOB= Volume batang bebas cabang dengan kulit (m3/ha) ,WD= Kerapatan kayu (Kg/m3)BEF= Biomass Expansion Factor, yaitu perbandingan antara total berat kering tanur setiap bagian pohon (di atas permukaan tanah) terhadap berat kering tanur bagian batang saja.Pendekatan kedua, penentuan kerapatan biomassa menggunakan persamaan regresi biomassa berdasarkan diameter batang pohon. Dasar dari persamaan regresi ini adalah hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon menurut sebaran diameter, dengan menggabungkan sejumlah pohon pada setiap kelas diameter dan menjumlahkan (total) seluruh pohon untuk seluruh kelas diameter.Biomassa di atas tanah (Y) = a DbDimana :Y = berat kering per pohon (kg), danD = diameter setinggi dada (130 cm) ,a dan b merupakan konstanta.Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian- bagian tertentu. Mengukur biomassa vegetasi pohon tidaklah mudah, khususnya pada hutan campuran dan tegakan tidak seumur.Menurut Chapman (1976), diacu dalam Onrizal (2004) metode pendugaan biomassa di atas tanah dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu (1) metode pemanenan yang terdiri atas (a) metode pemanenan individu tanaman, (b) metode pemanenan kuadrat dan (c) metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata, dan (2) metode pendugaan tidak langsung yang terdiri dari (a) metode hubungan Alometrik, yakni dengan mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dan biomassanya, dan (b) crop meter, yaitu dengan cara menggunakan seperangkat alat elektroda yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu. Menurut Hairiah dan Rahayu S (2007), pendugaan biomassa di atas permukaan tanah bisa diukur dengan menggunakan metode langsung (destructive) dan metode tidak langsung (non destructive). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi yang berdiameter 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa vegetasi yang memiliki diameter < 5 cm (vegetasi tumbuhan bawah) menggunakan metode secara langsung.Brown (1997) menyatakan bahwa pada pendugaan cadangan biomassa atau karbon pada vegetasi, pengukuran diameter bervariasi yaitu untuk daerah kering dengan laju pertumbuhan pohon sangat lambat, biasa digunakan batas minimum 2,5 cm dan untuk daerah yang beriklim basah, batas minimum pengukuran diameter yang digunakan 2,5 10 cm, akan tetapi secara umum biasa digunakan ukuran diameter minimum 5 cm.

2.4 Metode AlometrikMetode alometrik merupakan metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan-hubungan eksponensial atau logaritma antar organ tanaman yang terjadi secara harmonis dan perubahan secara proporsional (Parresol 1999). Istilah alometrik (allometry) berasal dari bahasa Yunani, yaitu allos yang berarti lain dan metron yang berarti ukuran (Niklas 1994). Metode alometrik ini pertama kali ditemukan oleh Kittredge (1944) dalam bentuk formulasi logaritmik sebagai berikut:Y = aXbKeterangan :Y = variabel tidak bebas (dalam hal ini biomass)X = variabel bebas (dalam hal ini dapat berupa diameter batang atau tinggi pohon) a, b = konstantaOgino (1977) dan Oohata (1991) telah banyak menggunakan persamaan alometrik diatas. Persamaan tersebut dibentuk dengan cara menebang pohon per pohon terlebih dahulu, selanjutnya persaman yang diperoleh diterapkan pada tegakan pohon yang masih berdiri.Persamaan alometrik dapat digunakan untuk mengestimasi stok biomassa pada vegetasi dengan jenis yang sama. Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan yang membedakan persamaan-persamaan alometrik, antara lain:1. Perbedaan struktur pohon2. Perbedaan ukuran pohon dengan kelas diameter pohon yang dikembangkan dalam persamaan alometriknya.Persamaan alometrik spesifik digunakan untuk jenis pohon yang sama. Kisaran ukuran tercangkup dalam kelas ukuran persamaan yang dikembangkan dan spesifik pada lokasi tempat tumbuhnya. Persamaan alometrik tidak akurat digunakan apabila syarat diatas tidak terpenuhi (Snowdown, 2000). Martin et al. (1998) menyatakan bahwa persamaan alometrik dapat digunakan untuk menghubungkan antara diameter batang pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu, biomassa pohon, dan massa karbon pada tegakan hutan yang masih berdiri (standing stock). Penelitian mengenai persamaan alometrik penduga biomassa telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Umumnya persamaan yang telah disusun tersebut adalah persamaan yang ditujukan untuk pohon-pohon hutan primer di daratan. Brown (1997) mengembangkan model persamaan penduga biomassa yang dikelompokkan berdasarkan curah hujan. Persamaan yang dikembangkan ini menggunakan parameter diameter setinggi dada (1,3 m) dan tinggi total. Persamaan-persamaan ini dapat diamati dalam Tabel 1.Tabel 1 Model alometrik penduga biomassa pohon menurut perbedaan curah hujan lokasiTempat tumbuhCurah hujan mm / tahunPersamaan AlometrikSelang dia-meter Pohon contoh (cm)Jumlah pohon contoh

Kering (< 1500 mm)Y= 0,139D2,325-40 280,89

Lembab (1500-4000 mm)Y=42,69-12,8D + 1,242D2Y= 0,118D2,53 Y= 0,092D2,605-1485-1485-1481701701700,840,97-

Basah (> 4000 mm)Y= 21,3-6,95D+0,74D2Y= 0,037D1,89H5-1125-1121691690,920,9

Sumber: Brown (1997)Keterangan: Y= Biomassa pohon (kg/pohon)D= Diameter setinggi dada (1,3 m)H= Tinggi pohon (m)

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan WaktuPenelitian ini akan dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Salaki Mandiri Sejahtera di Kabupaten Sarmi, Jayapura. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat bulan yang terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pengambilan data di lapangan pada Bulan Maret April 2013 dan tahap pengujian contoh uji laboratorium untuk menganalisis bagian pohon, yaitu : daun, ranting, cabang, dan batang utama yang dilakukan pada bulan Mei Juni 2013 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan BahanAlat yang akan digunakan untuk pengambilan data lapangan adalah Pita ukur (panjang 30 m), Phi Band, tongkat kayu panjang 1,3 m, golok, gergaji mesin (Chainsaw), kompas, GPS (Global Position System), timbangan gantung 100 kg, timbangan duduk 5 kg, tali/tambang (20 m), alat tulis (spidol, pensil, penghapus/tipe-x, staples dan isi ), Tally Sheet, kalkulator, kantong plastik (besar dan sedang), trash bag/karung, terpal, aluminium foil, dan kertas bufallow/koran. Sedangkan alat yang digunakan di laboratorium terdiri dari : oven tanur listrik dan timbangan.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon-pohon dominan yang terdapat di areal IUPHHK-HA PT Salaki Mandiri Sejahtera sebanyak 30 pohon yang terdiri dari diameter 5 sampai lebih dari 60 sentimeter yang dibagi kedalam lima kelas diameter. Dari masing-masing pohon diambil contoh uji tiap-tiap bagian pohon mulai dari batang utama, cabang, ranting dan daun..3.3 Metode Pengumpulan Data di LapanganPada penelitian ini, data lapangan yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lapangan yaitu meliputi data diameter dan panjang setiap batang utama dan cabang serta berat basah dari daun. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari:1. Wawancara dengan warga setempat2. Kantor daerah perusahaan PT Salaki Mandiri SejahteraData sekunder yang dikumpulkan di lapangan adalah data yang diperoleh dari perusahaan IUPHHK-HA PT Salaki Makmur Sejahtera, antara lain berupa :1. Peta Lokasi Penelitian2. Kondisi lapangan yang meliputi topografi, geologi dan iklim3. Keadaan hutan yang meliputi tipe hutan dan potensi hutan4. Data ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan)

3.4 Metode Pengambilan Data Primer3.4.1 Metode Pemilihan Pohon SampelPemilihan sampel pohon dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yakni dengan menentukan pohon yang dipilih adalah pohon jenis-jenis dominan yang sehat dan normal. Jumlah pohon sampel yang diteliti sebanyak 30 pohon dari jenis-jenis dominan dan tersebar secara merata dalam kelas diameter dengan interval 10 cm. 3.4.2 Metode Pengumpulan Data Pohon SampelMetode pengumpulan data pohon sampel melalui tahap sebagai berikut (Elias 2010) :1. Pengukuran Diameter Pohon SampelSetelah pohon sampel terpilih masing-masing pohon sampel diukur diameter setinggi dada (1,30 m diatas permukaan tanah) dengan menggunakan pita keliling dan tongkat setinggi 1,30 m. Hasil pengukuran dicantumkan dalam tally sheet sesuai dengan nomor pohonnya. 2. Persiapan Sebelum Penebangan Pohon SampelPersiapan sebelum penebangan yang dimaksud adalah :a. Menyiapkan peralatan berupa chainsaw untuk pemangkasan cabang, penebangan dan pemotongan batang utama. Parang/golok untuk pemangkasan ranting dan daunb. Menyiapkan wadah dari terpal di atas permukaan tanah di sekitar pohon sampelc. Menyiapkan pita keliling untuk pengukuran diameter batang utama dan cabang serta timbangan untuk menimbang berat basah tunggak, batang, cabang, ranting, dan daun.d. Menyiapkan tali tambang untuk menahan cabang pohon yang dipangkas agar tidak terjatuh langsung ke atas tanah, sehingga tidak terjadi kerusakan dan kehilangan bagian-bagian pohon sampel. 3. Pemangkasan CabangSebelum perebahan batang utama pohon (penebangan) terlebih dahulu dilakukan pemangkasan cabang-cabang pohon. Pemangkasan cabang dilakukan dengan cara memanjat pohon sampel dan dilakukan pemotongan cabang-cabang di atas pohon. Cabang yang telah dipotong diturunkan secara berhati-hati ke atas permukaan tanah dengan menggunakan penahan tali tambang yang telah disiapkan sebelumnya. Cabang, ranting dan daun-daun hasil pemangkasan dikumpulkan dan disimpan di atas wadah terpal yang telah disiapkan.4. Penebangan Batang UtamaPenebangan batang utama pohon sampel dilakukan setelah pemangkasan cabang selesai. Dalam rangka menjaga keselamatan kerja dalam penebangan, perebahan batang utama pohon sampel yang berdiameter besar (>10 cm) dilakukan dengan membuat takik rebah dan takik balas pada tunggak pohon yang diusahakan sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Tunggak di atas permukaan tanah tersebut harus dipotong setelah penggalian tunggak, dan disatukan dengan batang utama pohon.5. Pemisahan Bagian-bagian PohonBagian-bagian pohon dipisahkan kedalam kelompoknya masing-masing, yaitu :a. Kelompok batang utama : dari pangkal (bagian tunggak) sampai ujung batang utama berdiameter 10 cmb. Kelompok cabang : bagian batang cabang yang berdiameter > 5 cmc. Kelompok ranting : bagian cabang dan ranting yang berdiameter 5 cmd. Kelompok daun : bagian tangkai daun dan daun-daun.6. Pengukuran Volume Batang Utama dan CabangBatang utama dan cabang diberi tanda pada tiap-tiap sekmen batangnya dengan interval 2 m, lalu diukur volumenya.Parameter yang diukur adalah :a. Panjang batang dari pangkal sampai cabang pertama (m)b. Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang utama tiap-tiap sekmen batang dari batang utamac. Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang cabang tiap-tiap sekmen cabang.7. Penimbangan Berat Basah Ranting dan DaunRanting dan daun yang telah dipisahkan ditimbang berat basahnya masing-masing dengan alat timbang yang sesuai, yakni alat timbangan skala 25 100 kg. Daun dan ranting berdiameter kecil yang akan ditimbang masing-masing dimasukkan ke dalam karung plastik yang telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg. Sedangkan ranting berdiameter besar diikat dengan tali plastik, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg.

3.4.3 Metode Pengambilan Bahan Uji Laboratorium di LapanganSampel bahan uji di laboratorium diambil dari bagian-bagian pohon masing-masing sampel pohon, yakni dari bagian batang utama, batang cabang, ranting dan daun. Sampel yang diambil dari masing-masing bagian pohon sampel adalah sebanyak 3 kali ulangan. Sehingga jumlah sampel bahan uji di laboratorium sama dengan 30 x 3 x 3 buah dan 30 x 1 x 1 atau berjumlah 300 sampel, yang terdiri dari : 90 buah sampel batang utama 90 buah sampel batang cabang 90 buah sampel ranting 30 buah sampel daunCara pengambilan sampel bahan uji di lapangan adalah sebagai berikut (Elias, 2010)1. Sampel batang utama, diambil dari ujung, pangkal dan bagian tengah batang utama dengan membuat potongan melintang batang setebal 5 cm2. Sampel batang cabang diambil dari cabang yang besar, sedang dan kecil yang diameternya > 5 cm. Sampel diambil dengan cara membuat potongan melintang batang cabang setebal 5 cm 3. Sampel ranting, diambil dari ranting-ranting besar, ranting sedang dan ranting kecil yang panjangnya dipotong-potong menjadi bagian ranting-ranting sepanjang 20-30 cm. Setiap sampel beratnya 1 kg4. Sampel daun diambil dari daun-daun yang telah dicampur sebanyak 1 kg sebagai sampelSampel kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik, diberi kode sampel dan diikat ujung kantong plastiknya. Contoh kode sampel pohon adalah sebagai berikut :Batang utama : 1 BU P (Pohon ke-1-Batang utama-Pangkal)1 BU T (Pohon ke-1-Batang utama-Tengah)1 BU U (Pohon ke-1-Batang utama-Ujung)Cabang :1 C B (Pohon ke-1-Cabang-Besar)1 C S (Pohon ke-1-Cabang-Tengah)1 C K (Pohon ke-1-Cabang-Kecil)Ranting :1 R B (Pohon ke-1-Ranting-Besar)1 R S (Pohon ke-1-Ranting- Sedang)1 R K (Pohon ke-1-Ranting-Kecil)Daun : 1 D (Pohon ke-1-Daun)

3.4.4 Metode Pengujian Bahan Uji Laboratorium1. Berat Jenis KayuContoh uji berat jenis kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengukuran berat jenis kayu dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut :a. Menimbang contoh uji dalam keadaan basah untuk mendapatkan berat awalb. Mengukur volume contoh uji : contoh uji dicelupkan dalam parafin, lalu dimasukkan kedalam tabung erlenmayer yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air. Berdasarkan hukum Archimedes volume sampel adalah besarnya volume air yang dipindahkan oleh contoh ujic. Kemudian contoh uji dikeringkan dalam tanur selama 24 jam dengan suhu 103 2 C dan ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya.2. Kadar Air KayuContoh uji kadar air dari batang utama, cabang dan akar yang berdiameter > 5 cm dibuat dengan ukuran 2cm x 2cm x 2cm. Sedangkan contoh uji dari bagian daun, ranting dan akar kecil (berdiameter < 5 cm) masing-masing 300 g.Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :a. Contoh uji ditimbang berat basahnyab. Contoh uji dikeringkan dalam tanur 103 2 C sampai tercapai berat konstan, kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang berat keringnyac. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur ialah kadar air contoh uji.

3.5 Metode Pengolahan Data1. Volume kayu bulat menggunakan rumus Smalian :

Dimana : V=Volume (cm3)= 3,14 (konstanta)Dp =Diameter Pangkal (cm)Du=Diameter Ujung (cm)L=Panjang (cm)2. Berat Jenis, rumus yang digunakan :

Dimana : BJ=Berat JenisV =Volume dalam keadaan basah

3. Persen Kadar Air, rumus yang digunakan :

Dimana : BBc = Berat Basah Contoh (gr)BKc= Berat Kering Contoh (gr)% KA= Persen Kadar Air4. Berat Kering, rumus yang digunakan :

Dimana : BK = Berat Kering (gr)BB = Berat Basah (gr)% KA= Persen Kadar Air8. Model hubungan antara biomassa dan diameter pohon. Fungsi hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Dimana dari model tersebut akan diketahui tingkat keeratan hubungan antara biomassa pohon dengan diameter pohon.

3.6 Analisis Data 3.6.1 Pembuatan Model PersamaanPembuatan model menggunakan program minitab 14. Data yang digunakan untuk membangun persamaan biomassa total pohon dan bagian-bagian pohon (daun, ranting, cabang dan batang) adalah diameter dalam centimeter dan tinggi pohon dalam meter.Model persamaan yang digunakan adalah : Model penduga biomassa yang hanya terdiri dari satu peubah saja : W = aDb dan W = a + bD Model penduga biomassa yang terdiri dari dua peubah bebas : W = aDb1Hb2 dan W = a + b1D + b2HDimana : W= Biomassa (kg/pohon)D= Diameter Pohon (cm)H= Tinggi Pohon (m)a,b= Konstanta3.6.2 Pemilihan Persamaan Alometrik TerbaikUntuk memperoleh persamaan alometrik (regresi linear) yang baik, kriteria pemilihan model secara statistik harus diperhatikan, yaitu: nilai simpangan baku (s), koefisien determinasi (R2) dan koefisien yang disesuaikan (R2 adjiusted). Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai simpangan baku (s) terkecil dan nilai koefisien determinasi (R2) serta koefisien yang disesuaikan (R2 adjusted) yang terbesar.

3.6.3 Perhitungan simpangan baku (s)Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibandingkan beberapa persamaan sehingga diperoleh nilai simpangan baku terkecil yang menunjukkan bahwa nilai dugaan berdasarkan persamaan yang disusun mendekati nilai aktual. Dengan kata lain, semakin kecil nilai simpangan baku maka semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s ditentukan dengan rumus:

Keterangan:S : Simpangan baku(n-p): Derajat bebas sisaYa: Nilai biomassa sesungguhnyaYi : Nilai biomassa dugaan

3.6.4 Perhitungan koefisien determinasi (R2)Koefisien determinasi adalah nilai yang mencerminkan seberapa besar keragaman tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. Nilai R2 dinyatakan dalam bentuk persen (%) yang berkisar antara 0% hingga 100%. Semakin tinggi nilai R2, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R2 ditentukan dengan rumus:

Keterangan:R2 : Koefisien determinasiJK: Jumlah kuadrat

3.6.5 Perhitungan koefisiensi determinasi yang disesuaikan (R2 adjusted)Koefisiensi determinasi yang disesuaikan adalah nilai koefisien determinasi yang disesuaikan terhadap derajat bebas jumlah kuadrat sisa (JKS) dan jumlah kuadrat total terkoreksi (JKTT). Karena statistik pada R2 adjusted sama dengan R2. Semakin tinggi R2 adjusted, maka semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X. Nilai R2 adjusted ditentukan dengan rumus:

Keterangan: Ra2 : R2 adjusted(n-p): Derajat bebas sisaJKS : Jumlah kuadrat sisa(n-1): Derajat bebas totalJKTT: Jumlah kuadrat total terkoreksi

3.6.6 Analisis ragamAnalisis ragam dilakukan untuk melihat apakah peubah bebas X mempunyai hubungan yang nyata dengan peubah tak bebas Y dan dinyatakan dengan tabel analisis ragam sebagai berikut:Tabel 3 Analisis ragamSumberDerajat bebas (bd)Jumlah kuadrat (JK)Kuadrat tengah (KT)F hitungF Tabel

RegresidbRJKRKTRKTR/KTSF (dbR,dbS)

SisadbSJKSKTS

TotaldbTJKT

Keterangan: F(dbR,dbS): Nilai F table pada taraf nyata n : jumlah dataHipotesis yang diuji adalah:H0: Hubungan regresi tidak nyata (bi = 0);H1: Hubungan regresi nyata (salah satu bi 0)Kriteria penarikan kesimpulan adalah tolak H0 jika nilai Fhitung > Ftabel.Selain kriteria nilai statistik, dilakukan uji validasi persamaan untuk menentukan persamaan alometrik terbaik. Kriteria yang diperhitungkan adalah ketepatan dari suatu penduga dalam menduga nilai yang sebenarnya secara berturut-turut dinyatakan oleh sistematika, besar dan penyebab dari simpangan tersebut. Semakin kecil besarnya simpangan maka penduga tersebut akan semakin tinggi ketepatannya. Semakin sempit sebaran simpangan maka akan semakin tinggi ketelitiannya dan semakin kecil kesalahan sistematikanya, maka penduga tersebut semakin tidak bias (Muhdin, 1999 dalam Wicaksono, 2004).

3.6.7 Perhitungan ketepatan dugaan biomassaIstilah ketepatan berkaitan dengan besarnya simpangan suatu nilai dugaan terhadap nilai yang sebenarnya. Ketepatan adalah kombinasi antara bias dan ketelitian di dalam menggambarkan jauh dekatnya nilai-nilai hasil pengamatan terhadap nilai yang sebenarnya. Untuk membandingkan ketepatan dugaan biomassa antar persamaan, rata-rata bias (error) absolut (MAE) dari dugaan biomassa pada setiap persamaan dihitung dengan menggunakan rumus:atau dinyatakan dalam persen........(Muhdin (1999) dalam Wicaksono, 2004)Keterangan:eij: Simpangan biomassa pohon ke i dan pada persamaan ke jnj : Jumlah data pada rumus ke jBi : Nilai biomassa pohon ke iPersamaan yang memiliki nilai MAE dan MAPE yang lebih kecil (jika dibandingkan dengan persamaan lain), menunjukkan bahwa dugaan biomassa dengan persamaan tersebut lebih tepat (Muhdin, 1999 dalam Wicaksono, 2004).

3.6.8 Perhitungan simpangan rata-rata (SR) dan simpangan agregat (SA)Kriteria terakhir dalam uji validasi persamaan terbaik adalah simpangan rata-rata (SR) dan simpangan agregat (SA). Chapman dan Meyer (1949) dalam Wicaksono (2004) menyatakan bahwa suatu model penduga sebaiknya memiliki simpangan agregat (SA) tidak melebihi 1 (satu) %. Selanjutnya Chapman dan Meyer (1949) dalam Wicaksono (2004), menyatakan bahwa suatu model penduga yang baik mempunyai SR kurang dari 10%. SR dan SA dihitung dengan rumus:

(Chapman dan Meyer (1949) dalam Wicaksono, 2004)

Keterangan: Bai: Biomassa aktual ke-i, N: Jumlah data,Bti: Biomassa dugaan ke i

BAB IVJADWAL KEGIATAN PENELITIANNo.Nama KegiatanBulan

MaretAprilMeiJuni

IIIIIIIVIIIIIIIVIIIIIIIVIIIIIIIV

1.Pengumpulan data Skunder (Peta, ITSP, Profil Perusahaan, Kondisi Umum perusahaan)

2.Pengolahan data ITSP dan Penentuan Pohon Sampel

3.Orientasi Lapangan untuk penentuan pohon sampel

4.Mencari pekerja untuk membantu pengambilan sampel

5.Persiapan peralatan yang dibutuhkan untuk mengambil sampel

6.Pengambilan/penebangan Sampel pohon kelas diameter 5 15, 16 30, 31 45,

7.Pengemasan sampel uji laboratorium

8. Penebangan dan pengambilan pohon sampel kelas diameter 46 60, dan 60 up

9.Pengemasan sampel uji

No.Nama KegiatanBulan

MaretAprilMeiJuni

IIIIIIIVIIIIIIIVIIIIIIIVIIIIIIIV

10.Konsultasi dengan pembimbing skripsi via telepon dan email*

11.Pengecekan semua sampel apakah sudah lengkap, benar dan mewakili

12.Pulang ke Bogor

13.Konsultasi dengan Pembimbing

14.Persiapan sampel uji laboratorium

15.Melakukan Uji Lab dan Pengambilan data uji lab.

16.Konsultasi hasil uji Lab.

17.Pengolahan data Primer lapangan dan skunder lapangan

18.Pengolahan hasil uji laboratorium

19.Konsultasi hasil olahan data

20.Membuat draft skripsi

Keterangan : * Jika memungkinkan20

DAFTAR PUSTAKABaumert, K.A, T. Herzog and J. Pershing. 2005. Navigating the Numbers Greenhouse Gas Data and International Climate Policy. World Resource Institute.Brown, S. 1997. Estimating Biomass Change of Tropical Forest : a primer. Rome : FAO (Food and Agriculture Organization), 55p.Brown, Sandra. 1999. Guidlines for Inventorying and Monitoring Carbon Offsets in Forest-Based Projects. Winrock International 1611 N Kent St, Suite 600 Arlington, VA 22209. World BankDaniel TW, Helm JA, Baker FS. 1979.Principles of Silviculture. New York: McGraw Hill Company, Inc.Draper NR, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka UtamaElias. 2010. Penelitian Inovasi Metodologi dan Estimasi Cadangan Karbon dalam Hutan dalam Rangka Program Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD) Indonesia. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Ewusie JY. 1980.Pengantar Ekologi Tropika. Tanuwidjaya Usman, penerjemah. Terjemahan dari: Elements of Tropical Ecology. Bandung: ITB Press.Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon dari tingkat lahan ke bentang lahan Edisi kedua. Bogor, World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of Brawijaya (UB), Malang, Indonesia xx p.Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Sutjipto A. Hadikusumo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science : An Introduction.Kittredge, J. 1944. Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For. Res. 42:905-912.Krinawati, Haruni. 2010. Status Data Stok Karbon dalam Biomas Hutan di Indonesia. Bogor : Badan Penelitian dan pengembangan kehutanan kemenhut.Mabberley DJ. 1992.Tropical Rain Forest Ecology. New York: Chapman and Hall, Inc.Martin, J.G., Kloeppel, B.D., Schaefer, T.L., Kimbler, D.L and McNutly, S.G., 1998. Aboveground Biomass and Nitrogen Allocation of Ten Deciduous Southern Appalachian Tree Species. J. For. Res. 28: 1648-1659.Niklas, K. (1994). Plant allometry: the scaling of form and process. University of Chicago Press, Chicago.Ogino, K. 1977. A beech forest at Ashiu: biomass, its increment and net production. In Primary productivity of japanese forests: productivity of terrestrial communities. Shidei, T and Kira, T. (eds.), Japanese Committee for the International Biological Program, University of Tokyo Press, Japan. Onrizal. 2004. Model Pendugaan Biomassa dan Karbon Tegakan Hutan Kerangas di Taman Nasional Danau Setarum, Kalimantan Barat [tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.Oohata, S., 1991. A Study to Estimate the Forest Biomass: A Non Cutting Method to Use the Piled up Data. Bulletin of the Kyoto University Forests No. 63: 23-36Oohata, S., 1991. A Study to Estimate the Forest Biomass: A Non Cutting Method to Use the Piled up Data. Bulletin of the Kyoto University Forests No. 63:23-36Parresol, B.R. 1999. Assessing Tree and Stand Biomass: A review With Examples and Critical Comparisons. For. Sci. 45(4): 573-593.Peace. 2007. Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies. DFID, World Bank.Raharjo, Dian Y. 2010. Peran Pemerintah Daerah dalam Isu Pasar Karbon. [artikel]. [terhubung berkala]. http http://blog.ub.ac.id/misbahwes /2010/05 /29/peran-pemerintah-daerah-dalam-isu-pasar-karbon/ (diakses tanggal 3 November 2012) Richard PW. 1966.The Tropical Rain Forest: An Ecological Study. London: The Syndics of The Cambridge University Press.Sitompul, S. M dan B. Guritno.1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press. YogyakartaSNI 7724-2011 tentang Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting) SNI 7725-2011 tentang Penyusunan persamaan alometrik untuk penaksiran cadangan karbon hutan berdasar pengukuran lapangan (ground based forest carbon accounting)Snowdown P, 2000. Synthesis of allometrics, review of root biomass ang design of future woody biomassa sampling strategies. National Carbon Accounting System Technical Report No 17.Wicaksono D. 2004. Penaksiran Potensi Biomassa Pada Hutan Tanaman Mangium (Acacia mangium Willd) (Kasus Hutan Tanaman PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan).[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.Whitmore, T.C. 1985. Topical Rain Forest of The Far East. New York : Oxford University Press

LAMPIRAN

TALLYSHEETPENENTUAN JENIS DAN JUMLAH POHON DARI DATA ITSP

Petak :Tabel 1 Data Frekuensi Jenis dan sebaran berat jenis pohon sampelNo.Nama JenisJumlah(pohon)FrekuensiKeterangan

TOTAL

Tabel 2 Jenis dan Jumlah Pohon SampelNo.Kelas Diameter (cm)Jenis PohonJumlahTotal

1.5 15

2.16 30

3.31 45

4.46 60

560 up

Jumlah Sampel Total

TALLYSHEETPENGUKURAN DATA PRIMER DARI POHON SAMPELNo Pohon :Tinggi Total (Tt) : mNama Jenis :Tinggi Bebas Cabang: mDiameter (Dbh):cmTabel 1 Pengukuran Volume Batang Utama dan CabangNo.KeteranganSegmenPanjang (m)Keliling (cm)Volume(m3)

KpKu

1.Batang Utama1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2.Cabang1

2

3

4

5

TOTAL

Ketengan : Kp = Keliling Pangkal Segmen Batang ; Ku =Keliling Ujung Segmeng Batang

Tabel 2 Penimbangan Berat Basah Ranting dan DaunNo.KeteranganNo PenimbanganBerat (Kg)

1.Ranting

Berat Total Ranting

2.Daun

Berat Total Daun

TOTAL