Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah
-
Upload
hendro-martono -
Category
Documents
-
view
604 -
download
0
Transcript of Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah
STUDI EVALUASI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMK
KABUPATEN TEMANGGUNGTAHUN 2009
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
Disiapkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kualitatif Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hj.Markhamah, M.Hum
HENDRO MARTONONIM: S-200070163
Program Studi Pengkajian Bahasa Fakultas PascasarjanaUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN
Proposal tesis dengan judul “Studi Evaluasi Terhadap Kompetensi Profesional
Guru Bahasa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Kabupaten
Temanggung”, telah disetujui oleh pembimbing (untuk dilanjutkan dalam
penyusunan tesis), pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I, Pembimbing II,
............................... .....................................
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
2. Manfaat penelitian
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
B. Kerangka teori
C. Hipotesis
III.METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian (Kepustakaan, lapangan, laboratorium)
B. Pendekatan penelitian (Kualitatif) dan
C. Sumber data
D. Metode penentuan subjek
E. Metode pengumpulan data
F. Analisis data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Permohonan izin penelitian
2. Pernyataan bersedia menjadi responden
3. Lembar kuesioner
4. Lembar soal tes
5. Lembar pengamatan
6. Instrumen Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
7. Tabel 3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Pendidik
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Tuntutan pemerintah agar setiap guru memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi kini tidak terhindarkan. Dalam masa sepuluh tahun
sejak keluarnya undang-undang tentang Guru dan Dosen (2005), setiap guru
harus sudah memiliki sekurang-kurangnya ijazah sarjana (S1) atau diploma
(D4) dan empat kompetensi guru.
Tuntutan itu lebih dirasakan sejak pemerintah mulai melaksanakan
proses sertifikasi profesi guru. Dalam proses sertifikasi melalui penilaian
portofolio, setiap guru harus memenuhi sejumlah nilai tertentu agar dapat
dinyatakan lulus, yakni minimal 850 atau 57% dari perkiraan skor maksimal
1500.
Berdasarkan instrumen penilaian portofolio yang dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007), seorang guru sekurang-
kurangnya harus dapat mencapai skor 300 pada unsur kualifikasi pendidikan
dan tugas pokok, yang mencakupi nilai ijazah, nilai pengalaman mengajar,
serta nilai pada kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Dikaitkan dengan persyaratan standar kompetensi guru, setiap guru
harus menguasai kompetensi inti yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kendati kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berada pada
1
2
ranah kompetensi pedagogik, penguasaan kompetensi profesional merupakan
prasyarat bagi pengembangan kompetensi pedagogik.
Khusus pada penguasaan kompetensi profesional, setiap guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan harus memahami
konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan
pengembangan materi pembelajaran bahasa. Di samping itu, seorang guru
mata pelajaran bahasa Indonesia juga harus memahami hakikat dan
pemerolehan bahasa.
Guru bahasa Indonesia pun dituntut memahami kedudukan, fungsi, dan
ragam bahasa Indonesia; menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang tak kalah penting,
seorang guru bahasa Indonesia harus pula memahami teori dan genre sastra
Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra secara reseptif maupun produktif.
Gambaran tersebut menunjukkan betapa berat syarat penguasaan
kompetensi profesional guru bahasa Indonesia di SMK. Ironisnya, taraf
pemenuhan persyaratan tersebut belum memenuhi harapan. Direktur Jenderal
PMPTK Fasli Djalal mengatakan sejumlah guru mendapatkan nilai nol untuk
materi mata pelajaran yang sesungguhnya mereka ajarkan kepada murid-
muridnya. Fakta itu terungkap berdasarkan ujian kompetensi yang dilakukan
terhadap tenaga kependidikan tahun 2004 lalu.
Ditambahkan, “skor mental yang diperoleh guru untuk semua jenis
pelajaran juga memprihatinkan. Guru PPKN, sejarah, bahasa Indonesia,
bahasa Inggris, matematika, fisika, biologi, kimia, ekonomi, sosiologi,
3
geografi, pendidikan seni hanya mendapatkan skor 20-an dengan rentang
antara 13 hingga 23 dari 40 soal. Artinya, rata-rata nilai yang diperoleh adalah
30 hingga 46 untuk skor nilai tertinggi 100" (http://www.tempo_interaktif.com
5/1/2006).
Laporan yang dirilis Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
menunjukkan hasil tes Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia terhadap 60
orang guru bahasa Indonesia menunjukkan hanya dua orang yang mendapat
nilai unggul (skor 594 – 602), sementara 20 orang berada pada tingkat madya
dan selebihnya (30 orang) pada peringkat semenjana. Bahkan delapan orang
berada pada peringkat semenjana mendekati marginal (Kompas, 14/1/2004).
Laporan yang disampaikan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Provinsi Jawa Tengah (2006) menunjukkan, dari 7 orang guru bahasa
Indonesia SMK Kabupaten Temanggung yang mengikuti Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI), hanya satu orang yang berpredikat madya (skor
antara 466-592), dan selebihnya semenjana (346-465).
Beberapa kemungkinan yang menjadi sebab rendahnya taraf penguasaan
kompetensi profesional ini, antara lain kurangnya kesempatan bagi guru
mengikuti pendidikan dan latihan yang berguna untuk memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Di samping itu,
ketidakterlatihan guru dalam kegiatan membaca dan menulis turut
berkontribusi atas rendahnya kompetensi mereka.
Rendahnya kompetensi profesional ini berdampak kurangnya
produktivitas karya pengembangan profesi maupun karya akademik.
4
Meskipun unsur pengalaman kerja menyumbang nilai cukup besar (maksimal
160), kompetensi profesional guru lebih menentukan keberhasilan dalam
proses sertifikasi karena pemenuhan syarat bersifat wajib.
B. Rumusan masalah
Mengingat luas ruang lingkup persyaratan kompetensi guru,
permasalahan yang diajukan dibatasi pada masalah penguasaan kompetensi
profesional guru bahasa Indonesia, khususnya di SMK. Dengan demikian
pertanyaan pokok yang diajukan, “Bagaimanakah gambaran penguasaan
kompetensi profesional guru bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Kejuruan di Kabupaten Temanggung?”
Berdasarkan pembatasan masalah itu, permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah gambaran pemahaman guru terhadap konsep, teori,
dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan
pengembangan materi pembelajaran bahasa?
2. Sejauh mana guru memahami hakikat bahasa dan pemerolehan
bahasa?
3. Seberapa jauh guru memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
Indonesia?
4. Seberapa banyak guru menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai
rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
5. Seberapa luas guru memahami teori dan genre sastra Indonesia?
5
6. Seberapa mampu guru mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan
produktif?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran akan taraf
penguasaan kompetensi profesional guru bahasa Indonesia SMK di
Kabupaten Temanggung. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui gambaran akan taraf pemahaman guru tentang
konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik.
b. untuk mengetahui gambaran akan tingkat pemahaman guru terhadap
hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.
c. untuk memperoleh gambaran akan pemahaman guru terhadap
kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.
d. untuk mengetahui gambaran akan taraf penguasaan guru terhadap
kaidah bahasa Indonesia.
e. untuk mendapatkan gambaran akan pemahaman guru terhadap teori
dan genre sastra Indonesia.
f. untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengapresiasi karya
sastra secara reseptif dan produktif.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai
berikut.
6
a. Bagi guru
1) guru akan dapat mengetahui taraf penguasaan kompetensi
profesional dalam rangka memenuhi persyaratan proses sertifikasi
guru.
2) guru akan dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan akan
penguasaan kompetensi profesional guru dalam rangka
peningkatan kualitas profesinya.
b. Bagi kepala sekolah
1) kepala sekolah akan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
dalam penguasaan kompetensi profesional guru.
2) kepala sekolah akan dapat membantu merumuskan kebijakan
pengembangan kualitas guru.
c. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung
1) memberikan bahan pemetaan akan kompetensi profesional guru
bahasa Indonesia di SMK.
2) memberikan bahan perumusan kebijakan dalam rangka pembinaan
dan pengembangan profesi guru bahasa Indonesia di SMK.
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 menyatakan, “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan, “Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”, sementara pasal 10 menjelaskan, “Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Pada bagian Penjelasan butir a, ayat 3 pasal 28 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan, “Yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.
Pada bagian butir b dijelaskan, “Yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional, sebagaimana diatur
dalam Bagian Penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, adalah adalah kemampuan
7
8
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi sosial, berdasarkan
Bagian Penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Penjabaran ruang lingkup kompetensi profesional guru bahasa Indonesia
di SMK, sebagaimana dimuat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.
1. Kompetensi inti dan kompetensi guru mata pelajaran
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
1) Memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik
yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
2) Memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa.
3) Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.
4) Menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5) Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
6) Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.
9
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu.
1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
1) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2) Mengolah materi pelajaran yang diampu secra kreatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus.
2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
10
2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Agar dapat menjadi guru profesional, seorang guru harus memenuhi
lima kriteria, yaitu :
a) guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya;
b) guru menguasai secara mendalam materi pelajaran yang diajarkan serta
cara mengajar kepada siswa;
c) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui teknik
evaluasi;
d) guru mampu berpikir secara sistematis tentang apa yang dilakukannya
dan juga belajar dari pengalamannya; serta
e) guru merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya (Supriadi, dalam Harahap, 2005: 188).
Dari kelima kriteria yang dikemukakan oleh Harahap, unsur
kompetensi yang langsung berhubungan dengan kompetensi profesional
adalah unsur kedua, yakni penguasaan secara mendalam materi pelajaran
yang diajarkan serta cara mengajar kepada siswa, yang sesuai dengan
kompetensi inti pertama sebagaimana telah dikutip.
2. Konsep, teori, dan materi aliran-aliran linguistik
a. Konsep linguistik
Kata ”linguistik” berasal dari kata Latin lingua yang berarti ’bahasa’
(Verhaar, 2006:3). Secara populer, linguistik diartikan sebagai ilmu
tentang bahasa (Chaer, 2007:1).
11
Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003) sebagaimana
dikutip Kwary (2008), linguistik didefinisikan sebagai, “The scientific
study of language and its structure, including the study of grammar,
syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include
sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics,
comparative linguistics, and structural linguistics.”
b. Teori-teori atau aliran linguistik
Menurut Ibrahim (2005), pembagian aliran linguistik dapat diakukan
berdasarkan objek kajiannya. Apabila objek kajiannya bahasa umum atau
khusus, terdapat linguistik umum dan linguistik khusus. Berturut-turut
dikenali linguistik sinkronik atau deskriptif (pengkajian pada masa
terbatas), dan linguistik diakronik atau linguistik historis atau linguistik
bandingan (pengkajian bahasa pada masa yang tidak terbatas).
Yang dimaksud dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah
mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya,
mempelajari bahasa Indonesia. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik
adalah telaah bahasa sepanjang masa. Jadi, kalau mempelajari bahasa
Indonesia, harus dimulai sejak zaman Sriwijaya (Chaer, 2007:347)
Apabila yang dikaji adalah struktur dalaman dan atau luaran, dikenal
linguistik mikro (objeknya struktur dan unsur bahasa itu sendiri tanpa
mengaitkan dengan ilmu yang lain, seperti fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan leksikologi, atau gabungan dari subdisiplin itu seperti
morfosintaksis, dan leksikosemantik), dan linguistik makro.
12
Linguistik makro (objeknya bahasa dalam hubungannya dengan
faktor luar bahasa, yakni manusia dalam masyarakat) terbagi ke dalam
linguistik interdisiplin dan linguistik terapan. Linguistik interdisiplin
meliputi: Fonetik Interdisiplin, Sosiolinguistik, Psikolinguistik,
Etnolinguistik, Antropolinguistik, Filologi, Stilistik, Semiotik, Epigrafi,
Paleografi, Etologi, Etimologi, Dialektologi, dan Filsafat Bahasa.
Linguistik terapan meliputi Fonetik Terapan, Perancangan Bahasa,
Pembinaan Bahasa, Pengajaran Bahasa, Penterjemahan, Grafonomi atau
Ortografi, Grafologi, Leksikografi, Mekanolinguistik, Medikolinguistik,
Sosiolinguistik Terapan (Pragmatik).
Berdasarkan keperluan, linguistik dibedakan ke dalam linguistik
teoretis (menyelidiki bahasa di luar bahasa untuk menemukan kaidah
tertentu), dan praktis (menyelidiki bahasa dengan faktor di luar bahasa
untuk memecahkan masalah praktis dalam masyarakat). Yang termasuk ke
dalam linguistik teoretis misalnya: linguistik tradisional, struktural,
transformasional, generatif semantik, relasional, sistemik, fungsional, dan
tagmemik.
c. Materi linguistik
Tatabahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan
semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tatabahasa Tradisional
mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian.
13
Menurut aliran Tagmemik, satuan dasar dari sintaksis adalah
tagmem. Misalnya, dalam kalimat Pena itu berada di atas meja; bentuk
pena itu mengisi fungsi subjek, dan tagmem subjeknya dinyatakan dengan
pena itu. Menurut Pike, satuan dasar sintaksis tidak dapat dinyatakan
dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek+predikat+objek; dan tidak dapat
dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda+frase
kerja+frase benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dalam
rentetan rumus seperti:
S:FN + P:FV + O:FN
Rumus tersebut dibaca: fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti
oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal, dan diikuti pula oleh
fungsi objek yang diisi oleh frase nominal (Chaer, 2007:362).
3. Hakikat Bahasa dan Pemerolehan Bahasa
1. Hakikat bahasa
Bahasa dapat didefinisikan dari pelbagai sudut pandang. Namun
definisi yang banyak dipakai orang adalah: bahasa adalah suatu sistem
simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat
bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesamanya,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama (Dardjowidjojo,
2008:16).
2. Pemerolehan bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya
14
(Dardjowidjojo, 2008:225). Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk
membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena
proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua
(Second Language Learning) dilaksanakan dengan sadar. Pada anak-anak,
error (kegalatan) dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal,
sedangkan pada orang dewasa yang belajar B2, kegalatan diluruskan
dengan cara berlatih ulang (Basuki, 1999).
Pemerolehan bahasa atau language acquisiotion adalah suatu
proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan
serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori
yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi,
dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan
suatu ukuran atau takaran penilaian , tata bahasa yang paling baik serta
yang paling sederhana dari bahasa tersebut.
Kanak-kanak melihat dengan pandangan yang cerah akan kenyataan-
kenyataan bahasa yang dipelajarinya dengan melihat tata bahasa asli orang
tuanya, serta pembaharuan-pembaharuan yang telah mereka perbuat,
sebagai tata bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun
suatu tata bahasa yang baru serta disederhanakan dengan pembaharuan-
pembaharuan yang dibuatnya sendiri. Pemerolehan bahasa sekaligus
merupakan jenis yang seragam, dalam arti bahwa semua manusia
mempelajari satu dan merupakan jenis yang khusus, dalam arti bahwa
hanya manusialah yang mempelajari satu.
15
Peralatan pemerolehan bahasa merupakan perlengkapan hipotesis
yang berdasarkan suatu input data linguistik primer dari suatu bahasa,
menghasilkan suatu output yang terdiri atas suatu tata bahasa adekuat
secara deskriptif buat bahasa tersebut. Peralatan atau perlengkapan
pemerolehan bahasa haruslah merupakan keberdikarian bahasa, yaitu
mampu mempelajari setiap bahasa manusia yang mana sajapun, dan harus
menyediakan serta menetapkan suatu batasan pengertian atau gagasan
‘bahasa manusia’. Yang dimaksud model pemerolehan bahasa adalah
suatu teori siasat yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyusun
suatu tata bahasa yang tepat bagi bahasanya berdasarkan suatu sampel data
linguistik utama yang terbatas.
4. Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia
a. Kedudukan bahasa Indonesia
Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat
kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa
negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa
Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa
ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun
dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu
peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja (Muslich, 2006).
b. Fungsi bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai: (a) lambang kebanggaan kebangsaan; (b) lambang
16
identitas nasional; (c) alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku
bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing
ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia;dan (d) alat perhubungan antar
daerah dan antar budaya (Sufanti, 2006:40).
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai: (a) bahasa resmi kenegaraan; (b) bahasa pengantar di
dalam dunia pendidikan;(c) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintah; dan (d) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi (Sufanti, 2006:40).
c. Ragam bahasa Indonesia
Dalam bagian “Petunjuk Pemakaian Kamus” (Alwi, 2002:xxv-xxvi),
yang disebut ragam bahasa adalah varian bahasa berdasarkan pemakaian
bahasa. Dalam bahasa Indonesia, jumlah ragam bahasa tidak terbatas. Oleh
karena itu, ragam bahasa dibagi atas dasar pokok pembicaraan, media
pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan dibedakan, antara lain,
atas:
1) ragam bahasa undang-undang,
2) ragam bahasa jurnalistik,
3) ragam bahasa ilmiah, dan
4) ragam bahasa sastra
Ragam bahasa menurut media pembicaraan dibedakan atas:
17
1) ragam lisan yang, antara lain, meliputi: ragam bahasa cakapan,
ragam bahasa pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa
panggung;
2) ragam tulis yang, antara lain, meliputi: ragam bahasa teknis, ragam
bahasa undang-undang, ragam bahasa catatan, dan ragam bahasa
surat.
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan
menurut akrab tidaknya pembicara. Jadi, ada ragam bahasa resmi, ragam
bahasa akrab, ragam bahasa agak resmi, ragam bahasa santai, dan
sebagainya. Di dalam bahasa Indonesia hubungan di antara pembicara
terungkap, antara lain, dalam sistem tutur sapa dengan unsur-unsur
persona kedua, seperti engkau, Anda, Bapak, Ibu, dan pembaca.
Dalam kenyataannya, ragam-ragam bahasa itu berpadu dalam
pelbagai jenis pengungkapan bahasa. Karena itu, terdapat ragam bahasa
baku yang tidak dapat dipakai untuk segala keperluan. Ragam bahasa baku
hanya untuk: komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan
umum, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati.
5. Kaidah Bahasa Indonesia
Uraian tentang kaidah bahasa Indonesia yang dijadikan rujukan
dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seluruhnya
diringkas dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, edisi kedua, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
18
dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987, (Tim Pustaka Widyatama, 2008), yang meliputi:
a. Pemenggalan kata
b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
c. Penulisan kata (kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata,
kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim,
angka dan lambang bilangan)
d. Penulisan unsur serapan.
e. Pemakaian tanda baca (tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda
titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda
kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis
miring, dan tanda penyingkat atau apostrof).
6. Teori dan Genre Sastra Indonesia
a. Teori Sastra
Menurut Mahayana (2005:202-203), teori sastra bekerja dalam
bidang teori, misalnya penyelidikan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pengertian sastra, hakikat, jenis, dasar-dasar, kriteria, dan berbagai
hal tentang itu. Jadi, teori sastra merupakan salah satu cabang ilmu sastra
yang berusaha merumuskan pengertian-pengertian tentang sastra, hakikat
dan prinsip-prinsip sastra, melakukan pengklasifikasian terhadap jenis dan
ragam-ragam sastra, serta menyodorkan bagaimana analisis, interpretasi
dan evaluasi terhadap karya sastra konkret dapat dilakukan.
19
Sejalan dengan pengertian tersebut, Pradopo (2003:vi) menunjuk
kritik sastra strukturalisme, sosiologi sastra, semiotika, estetika resepsi,
dekonstruksi, dan kritik feminis sebagai teori sastra. Berdasarkan kedua
pendapat ini, teori sastra meliputi teori strukturalisme beserta variannya
(strukturalisme linguistik, strukturalisme naratif, strukturalisme dinamik,
strukturalisme genetik), sosiologis sastra, semiotika, estetika resepsi,
dekonstruksi, kritik sastra feminisme.
7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
a. Standar Kompetensi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dijabarkan sebagai berikut.
1) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana
2) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madya
3) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Unggul
b. Kompetensi Dasar
1.1. Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda
yang lazim/baku dan yang tidak
1.2. Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks
bermasyarakat
1.3. Membaca cepat untuk memahami informasi tertulis dalam
konteks bermasyarakat
1.4. Memahami informasi tertulis dalam berbagai bentuk teks
20
1.5. Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat
1.6. Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat
1.7. Menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun
1.8. Mengucapkan kalimat dengan jelas, lancar, bernalar, dan wajar
1.9. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata
1.10. Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat
dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat
1.11. Menggunakan kalimat tanya secara tertulis sesuai dengan situasi
komunikasi
1.12. Membuat parafrasa dari teks tertulis
2.1 Menyimak untuk menyimpulkan informasi yang tidak bersifat
perintah dalam konteks bekerja
2.2 Menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan atau
yang tidak dalam konteks bekerja
2.3 Memahami perintah kerja tertulis
2.4 Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan,
dan kalimat dalam konteks bekerja
2.5 Menggunakan secara lisan kalimat tanya/pernyataan dalam
konteks bekerja
2.6 Membuat parafrasa lisan dalam konteks bekerja
2.7 Menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi
2.8 Bercakap-cakap secara sopan dengan mitra bicara dalam konteks
bekerja
21
2.9 Berdiskusi yang bermakna dalam konteks bekerja
2.10 Bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja
2.11 Menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks
bekerja
2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris,
dan argumentatif
2.13 Meringkas teks tertulis dalam konteks bekerja
2.14 Menyimpulkan isi teks tertulis dalam konteks bekerja
3.1 Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa
dan teks ilmiah sederhana
3.2 Mengapresiasi secara lisan teks seni berbahasa dan teks ilmiah
sederhana
3.3 Menulis proposal untuk kegiatan ilmiah sederhana
3.4 Menulis surat dengan memperhatikan jenis surat
3.5 Menulis laporan ilmiah sederhana
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Mengikuti
pendapat Sukmadinata (2007:72), penelitian ini ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, bersifat
alamiah, untuk mengetahui karakteristik fenomena tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan, dilaksanakan di SMK-SMK se-Kabupaten
Temanggung.
A. Subjek penelitian
Mengikuti pendapat Arikunto (1989), sebagaimana dikutip oleh Hajar
(1996:134), penelitian ini termasuk penelitian populasi. Yang menjadi subjek
penelitian adalah semua guru bahasa Indonesia di SMK di Kabupaten
Temanggung berjumlah 27 orang, dengan rincian :
1. SMK Negeri 1 Temanggung = 3 orang
2. SMK Negeri 2 Temanggung = 2 orang
3. SMK Negeri 1 Jumo = 2 orang
4. SMK Negeri 1 Tembarak = 2 orang
5. SMK Dr. Sutomo Temanggung = 3 orang
6. SMK YP 17 1 Parakan = 1 orang
7. SMK YP 17 VI Temanggung = 2 orang
8. SMK Swadaya Temanggung = 3 orang
9. SMK Muhammadiyah 1 Temanggung = 1 orang
10. SMK Jenderal Bambang Sugeng Kranggan = 1 orang
22
23
11. SMK Darul Falach Candiroto = 1 orang
12. SMK Al Mukmin Selopampang = 1 orang
13. SMK PGRI Kedu = 1 orang
14. SMK HKTI Temanggung = 1 orang
15. SMK Bhumi Phala Parakan = 1 orang
16. SMK Muhammadiyah 1 Ngadirejo = 1 orang
17. SMK Ganesa Satria 4 Kedu = 1 orang
= 27 orang
B. Variabel penelitian
Menilik sifatnya, di dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu
kompetensi profesional guru bahasa Indonesia SMK di Kabupaten
Temanggung.
C. Desain penelitian
1. Tahap perencanaan
a. Perencanaan dalam penelitian deskriptif ini meliputi penentuan
masalah;
b. penentuan subjek;
c. penentuan instrumen pengumpul data; dan
d. penentuan instrumen analisis data.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data berdasarkan instrumen yang telah disiapkan
b. Pengecekan data yang telah terkumpul
c. Penganalisisan data
24
3. Tahap pelaporan
D. Instrumen penelitian
1. Soal tes
2. Kuesioner
3. Lembar pengamatan
E. Teknik pengumpulan data
1. Teknik tes untuk mengetahui kompetensi profesional pada saat itu
(Recognized Current Competence).
2. Kuesioner untuk mengetahui data portofolio subjek
3. Lembar pengamatan untuk mengetahui kinerja subjek dalam pembelajaran
F. Teknik Analisis Data
1. Hasil tes dicocokkan dengan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan,
kemudian diberi skor sesuai dengan panduan dalam instrumen. Hasilnya
disajikan ke dalam statistik deskriptif.
2. Data hasil isian kuesioner diberi skor menurut kriteria yang telah
ditentukan. Hasilnya disajikan dalam tabel distribusi.
3. Data hasil pengamatan diberi skor menurut kriteria yang telah ditentukan.
Hasilnya dikonversikan ke dalam data kuantitatif dan disajikan ke dalam
statistik deskriptif.
4. Seluruh data dianalisis, dibandingkan dengan rujukan, kemudian ditarik
simpulan.
DAFTAR PUSTAKA
............ 2006. “Ada Guru Dapat Nilai Nol Ujian Kompetensi”. http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2006. Diunduh 5 Januari 2006.
............ 2006. Laporan Hasil Kegiatan Pendidikan dan Latihan, dan Hasil Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia Guru SMK. Semarang: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
............. 2007. Rubrik Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependdikan Departemen Pendidikan Nasional.
Basuki, Sunaryono, KS. 1999. “Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa untuk Orang Asing: Berbagai Masalah”. http://www.ialf.edu./bipa/july1999 Diunduh 29 Oktober 2008.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum (cetakan ketiga). Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik, cetakan ketiga . Jakarta: Yayasan Obor
Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Harahap, Marlan. 2005. “Profesionalisme dan Kesejahteraan Guru: Antara Harapan dan Kenyataan” dimuat dalam jurnal Isu-Isu Pendidikan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan Balitbang Depdiknas, Nomor 6 Tahun ke-2, halaman 183-203.
Ibrahim bin Haji Salleh, 2005. Linguistik sebagai Ilmu: Konsep, Subdisiplin, Cabang, Analisis dan Manfaat, bahan presentasi kuliah. Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia.
Kompas edisi 14 Januari 2004
Kwary, Deny A. 2007. “Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik)”. http://article-studyenglish.blogspot.com/2007/09/linguistik.html Diunduh 5 Desember 2007
Muslich, Masnur. 2006. “Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi”. http://re-searchengines.com/1006masnur.html Diunduh 3 November 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Pendidik
Sufanti, Main, dkk. 2006. “Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Ruang Pelajar di Radio Republik Indonesia Cabang Muda Surakarta”, dimuat dalam WARTA Vo. 9 No. 1, Maret 2006. Hal. 39 – 44.
25
26
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, cetakan ketiga. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan dan Penerbit Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
LAMPIRAN
1. Permohonan izin penelitian
2. Pernyataan bersedia menjadi responden
3. Lembar kuesioner
4. Lembar soal tes
5. Lembar pengamatan
6. Instrumen Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
7. Tabel 3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Pendidik
27