Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

46
STUDI EVALUASI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMK KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009 PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF Disiapkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kualitatif Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hj.Markhamah, M.Hum HENDRO MARTONO NIM: S-200070163 Program Studi Pengkajian Bahasa Fakultas Pascasarjana UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transcript of Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

Page 1: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

STUDI EVALUASI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMK

KABUPATEN TEMANGGUNGTAHUN 2009

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

Disiapkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kualitatif Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hj.Markhamah, M.Hum

HENDRO MARTONONIM: S-200070163

Program Studi Pengkajian Bahasa Fakultas PascasarjanaUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2008

Page 2: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

PERSETUJUAN

Proposal tesis dengan judul “Studi Evaluasi Terhadap Kompetensi Profesional

Guru Bahasa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Kabupaten

Temanggung”, telah disetujui oleh pembimbing (untuk dilanjutkan dalam

penyusunan tesis), pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

............................... .....................................

ii

Page 3: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

2. Manfaat penelitian

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

B. Kerangka teori

C. Hipotesis

III.METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian (Kepustakaan, lapangan, laboratorium)

B. Pendekatan penelitian (Kualitatif) dan

C. Sumber data

D. Metode penentuan subjek

E. Metode pengumpulan data

F. Analisis data

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Page 4: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan izin penelitian

2. Pernyataan bersedia menjadi responden

3. Lembar kuesioner

4. Lembar soal tes

5. Lembar pengamatan

6. Instrumen Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

7. Tabel 3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun

2007 tentang Standar Pendidik

iv

Page 5: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Tuntutan pemerintah agar setiap guru memenuhi standar kualifikasi

akademik dan kompetensi kini tidak terhindarkan. Dalam masa sepuluh tahun

sejak keluarnya undang-undang tentang Guru dan Dosen (2005), setiap guru

harus sudah memiliki sekurang-kurangnya ijazah sarjana (S1) atau diploma

(D4) dan empat kompetensi guru.

Tuntutan itu lebih dirasakan sejak pemerintah mulai melaksanakan

proses sertifikasi profesi guru. Dalam proses sertifikasi melalui penilaian

portofolio, setiap guru harus memenuhi sejumlah nilai tertentu agar dapat

dinyatakan lulus, yakni minimal 850 atau 57% dari perkiraan skor maksimal

1500.

Berdasarkan instrumen penilaian portofolio yang dikembangkan oleh

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Peningkatan

Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2007), seorang guru sekurang-

kurangnya harus dapat mencapai skor 300 pada unsur kualifikasi pendidikan

dan tugas pokok, yang mencakupi nilai ijazah, nilai pengalaman mengajar,

serta nilai pada kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Dikaitkan dengan persyaratan standar kompetensi guru, setiap guru

harus menguasai kompetensi inti yang meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Kendati kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berada pada

1

Page 6: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

2

ranah kompetensi pedagogik, penguasaan kompetensi profesional merupakan

prasyarat bagi pengembangan kompetensi pedagogik.

Khusus pada penguasaan kompetensi profesional, setiap guru mata

pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan harus memahami

konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan

pengembangan materi pembelajaran bahasa. Di samping itu, seorang guru

mata pelajaran bahasa Indonesia juga harus memahami hakikat dan

pemerolehan bahasa.

Guru bahasa Indonesia pun dituntut memahami kedudukan, fungsi, dan

ragam bahasa Indonesia; menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang tak kalah penting,

seorang guru bahasa Indonesia harus pula memahami teori dan genre sastra

Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra secara reseptif maupun produktif.

Gambaran tersebut menunjukkan betapa berat syarat penguasaan

kompetensi profesional guru bahasa Indonesia di SMK. Ironisnya, taraf

pemenuhan persyaratan tersebut belum memenuhi harapan. Direktur Jenderal

PMPTK Fasli Djalal mengatakan sejumlah guru mendapatkan nilai nol untuk

materi mata pelajaran yang sesungguhnya mereka ajarkan kepada murid-

muridnya. Fakta itu terungkap berdasarkan ujian kompetensi yang dilakukan

terhadap tenaga kependidikan tahun 2004 lalu.

Ditambahkan, “skor mental yang diperoleh guru untuk semua jenis

pelajaran juga memprihatinkan. Guru PPKN, sejarah, bahasa Indonesia,

bahasa Inggris, matematika, fisika, biologi, kimia, ekonomi, sosiologi,

Page 7: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

3

geografi, pendidikan seni hanya mendapatkan skor 20-an dengan rentang

antara 13 hingga 23 dari 40 soal. Artinya, rata-rata nilai yang diperoleh adalah

30 hingga 46 untuk skor nilai tertinggi 100" (http://www.tempo_interaktif.com

5/1/2006).

Laporan yang dirilis Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan

menunjukkan hasil tes Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia terhadap 60

orang guru bahasa Indonesia menunjukkan hanya dua orang yang mendapat

nilai unggul (skor 594 – 602), sementara 20 orang berada pada tingkat madya

dan selebihnya (30 orang) pada peringkat semenjana. Bahkan delapan orang

berada pada peringkat semenjana mendekati marginal (Kompas, 14/1/2004).

Laporan yang disampaikan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

(LPMP) Provinsi Jawa Tengah (2006) menunjukkan, dari 7 orang guru bahasa

Indonesia SMK Kabupaten Temanggung yang mengikuti Uji Kemahiran

Berbahasa Indonesia (UKBI), hanya satu orang yang berpredikat madya (skor

antara 466-592), dan selebihnya semenjana (346-465).

Beberapa kemungkinan yang menjadi sebab rendahnya taraf penguasaan

kompetensi profesional ini, antara lain kurangnya kesempatan bagi guru

mengikuti pendidikan dan latihan yang berguna untuk memutakhirkan

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Di samping itu,

ketidakterlatihan guru dalam kegiatan membaca dan menulis turut

berkontribusi atas rendahnya kompetensi mereka.

Rendahnya kompetensi profesional ini berdampak kurangnya

produktivitas karya pengembangan profesi maupun karya akademik.

Page 8: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

4

Meskipun unsur pengalaman kerja menyumbang nilai cukup besar (maksimal

160), kompetensi profesional guru lebih menentukan keberhasilan dalam

proses sertifikasi karena pemenuhan syarat bersifat wajib.

B. Rumusan masalah

Mengingat luas ruang lingkup persyaratan kompetensi guru,

permasalahan yang diajukan dibatasi pada masalah penguasaan kompetensi

profesional guru bahasa Indonesia, khususnya di SMK. Dengan demikian

pertanyaan pokok yang diajukan, “Bagaimanakah gambaran penguasaan

kompetensi profesional guru bahasa Indonesia di Sekolah Menengah

Kejuruan di Kabupaten Temanggung?”

Berdasarkan pembatasan masalah itu, permasalahan yang akan diteliti

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran pemahaman guru terhadap konsep, teori,

dan materi berbagai aliran linguistik yang terkait dengan

pengembangan materi pembelajaran bahasa?

2. Sejauh mana guru memahami hakikat bahasa dan pemerolehan

bahasa?

3. Seberapa jauh guru memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa

Indonesia?

4. Seberapa banyak guru menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai

rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?

5. Seberapa luas guru memahami teori dan genre sastra Indonesia?

Page 9: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

5

6. Seberapa mampu guru mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan

produktif?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran akan taraf

penguasaan kompetensi profesional guru bahasa Indonesia SMK di

Kabupaten Temanggung. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui gambaran akan taraf pemahaman guru tentang

konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik.

b. untuk mengetahui gambaran akan tingkat pemahaman guru terhadap

hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.

c. untuk memperoleh gambaran akan pemahaman guru terhadap

kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

d. untuk mengetahui gambaran akan taraf penguasaan guru terhadap

kaidah bahasa Indonesia.

e. untuk mendapatkan gambaran akan pemahaman guru terhadap teori

dan genre sastra Indonesia.

f. untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengapresiasi karya

sastra secara reseptif dan produktif.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai

berikut.

Page 10: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

6

a. Bagi guru

1) guru akan dapat mengetahui taraf penguasaan kompetensi

profesional dalam rangka memenuhi persyaratan proses sertifikasi

guru.

2) guru akan dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan akan

penguasaan kompetensi profesional guru dalam rangka

peningkatan kualitas profesinya.

b. Bagi kepala sekolah

1) kepala sekolah akan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan

dalam penguasaan kompetensi profesional guru.

2) kepala sekolah akan dapat membantu merumuskan kebijakan

pengembangan kualitas guru.

c. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung

1) memberikan bahan pemetaan akan kompetensi profesional guru

bahasa Indonesia di SMK.

2) memberikan bahan perumusan kebijakan dalam rangka pembinaan

dan pengembangan profesi guru bahasa Indonesia di SMK.

Page 11: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 menyatakan, “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi

akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan, “Guru

wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional”, sementara pasal 10 menjelaskan, “Kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Pada bagian Penjelasan butir a, ayat 3 pasal 28 Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan, “Yang dimaksud dengan kompetensi

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.

Pada bagian butir b dijelaskan, “Yang dimaksud dengan kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Yang dimaksud dengan kompetensi profesional, sebagaimana diatur

dalam Bagian Penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, adalah adalah kemampuan

7

Page 12: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

8

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi sosial, berdasarkan

Bagian Penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, adalah kemampuan pendidik

sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Penjabaran ruang lingkup kompetensi profesional guru bahasa Indonesia

di SMK, sebagaimana dimuat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

1. Kompetensi inti dan kompetensi guru mata pelajaran

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

1) Memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik

yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.

2) Memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa.

3) Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

4) Menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5) Memahami teori dan genre sastra Indonesia.

6) Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.

Page 13: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

9

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

yang diampu.

1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.

2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

3) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

1) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

2) Mengolah materi pelajaran yang diampu secra kreatif sesuai

dengan tingkat perkembangan peserta didik.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus.

2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan

keprofesionalan.

3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan

keprofesionalan.

4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

berkomunikasi.

Page 14: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

10

2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

pengembangan diri.

Agar dapat menjadi guru profesional, seorang guru harus memenuhi

lima kriteria, yaitu :

a) guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya;

b) guru menguasai secara mendalam materi pelajaran yang diajarkan serta

cara mengajar kepada siswa;

c) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui teknik

evaluasi;

d) guru mampu berpikir secara sistematis tentang apa yang dilakukannya

dan juga belajar dari pengalamannya; serta

e) guru merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

profesinya (Supriadi, dalam Harahap, 2005: 188).

Dari kelima kriteria yang dikemukakan oleh Harahap, unsur

kompetensi yang langsung berhubungan dengan kompetensi profesional

adalah unsur kedua, yakni penguasaan secara mendalam materi pelajaran

yang diajarkan serta cara mengajar kepada siswa, yang sesuai dengan

kompetensi inti pertama sebagaimana telah dikutip.

2. Konsep, teori, dan materi aliran-aliran linguistik

a. Konsep linguistik

Kata ”linguistik” berasal dari kata Latin lingua yang berarti ’bahasa’

(Verhaar, 2006:3). Secara populer, linguistik diartikan sebagai ilmu

tentang bahasa (Chaer, 2007:1).

Page 15: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

11

Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003) sebagaimana

dikutip Kwary (2008), linguistik didefinisikan sebagai, “The scientific

study of language and its structure, including the study of grammar,

syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include

sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics,

comparative linguistics, and structural linguistics.”

b. Teori-teori atau aliran linguistik

Menurut Ibrahim (2005), pembagian aliran linguistik dapat diakukan

berdasarkan objek kajiannya. Apabila objek kajiannya bahasa umum atau

khusus, terdapat linguistik umum dan linguistik khusus. Berturut-turut

dikenali linguistik sinkronik atau deskriptif (pengkajian pada masa

terbatas), dan linguistik diakronik atau linguistik historis atau linguistik

bandingan (pengkajian bahasa pada masa yang tidak terbatas).

Yang dimaksud dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah

mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya,

mempelajari bahasa Indonesia. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik

adalah telaah bahasa sepanjang masa. Jadi, kalau mempelajari bahasa

Indonesia, harus dimulai sejak zaman Sriwijaya (Chaer, 2007:347)

Apabila yang dikaji adalah struktur dalaman dan atau luaran, dikenal

linguistik mikro (objeknya struktur dan unsur bahasa itu sendiri tanpa

mengaitkan dengan ilmu yang lain, seperti fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik, dan leksikologi, atau gabungan dari subdisiplin itu seperti

morfosintaksis, dan leksikosemantik), dan linguistik makro.

Page 16: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

12

Linguistik makro (objeknya bahasa dalam hubungannya dengan

faktor luar bahasa, yakni manusia dalam masyarakat) terbagi ke dalam

linguistik interdisiplin dan linguistik terapan. Linguistik interdisiplin

meliputi: Fonetik Interdisiplin, Sosiolinguistik, Psikolinguistik,

Etnolinguistik, Antropolinguistik, Filologi, Stilistik, Semiotik, Epigrafi,

Paleografi, Etologi, Etimologi, Dialektologi, dan Filsafat Bahasa.

Linguistik terapan meliputi Fonetik Terapan, Perancangan Bahasa,

Pembinaan Bahasa, Pengajaran Bahasa, Penterjemahan, Grafonomi atau

Ortografi, Grafologi, Leksikografi, Mekanolinguistik, Medikolinguistik,

Sosiolinguistik Terapan (Pragmatik).

Berdasarkan keperluan, linguistik dibedakan ke dalam linguistik

teoretis (menyelidiki bahasa di luar bahasa untuk menemukan kaidah

tertentu), dan praktis (menyelidiki bahasa dengan faktor di luar bahasa

untuk memecahkan masalah praktis dalam masyarakat). Yang termasuk ke

dalam linguistik teoretis misalnya: linguistik tradisional, struktural,

transformasional, generatif semantik, relasional, sistemik, fungsional, dan

tagmemik.

c. Materi linguistik

Tatabahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan

semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tatabahasa Tradisional

mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau

kejadian.

Page 17: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

13

Menurut aliran Tagmemik, satuan dasar dari sintaksis adalah

tagmem. Misalnya, dalam kalimat Pena itu berada di atas meja; bentuk

pena itu mengisi fungsi subjek, dan tagmem subjeknya dinyatakan dengan

pena itu. Menurut Pike, satuan dasar sintaksis tidak dapat dinyatakan

dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek+predikat+objek; dan tidak dapat

dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda+frase

kerja+frase benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dalam

rentetan rumus seperti:

S:FN + P:FV + O:FN

Rumus tersebut dibaca: fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti

oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase verbal, dan diikuti pula oleh

fungsi objek yang diisi oleh frase nominal (Chaer, 2007:362).

3. Hakikat Bahasa dan Pemerolehan Bahasa

1. Hakikat bahasa

Bahasa dapat didefinisikan dari pelbagai sudut pandang. Namun

definisi yang banyak dipakai orang adalah: bahasa adalah suatu sistem

simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat

bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesamanya,

berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama (Dardjowidjojo,

2008:16).

2. Pemerolehan bahasa

Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang

dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya

Page 18: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

14

(Dardjowidjojo, 2008:225). Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk

membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena

proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua

(Second Language Learning) dilaksanakan dengan sadar. Pada anak-anak,

error (kegalatan) dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal,

sedangkan pada orang dewasa yang belajar B2, kegalatan diluruskan

dengan cara berlatih ulang (Basuki, 1999).

Pemerolehan bahasa atau language acquisiotion adalah suatu

proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan

serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit, ataupun teori-teori

yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi,

dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih, berdasarkan

suatu ukuran atau takaran penilaian , tata bahasa yang paling baik serta

yang paling sederhana dari bahasa tersebut.

Kanak-kanak melihat dengan pandangan yang cerah akan kenyataan-

kenyataan bahasa yang dipelajarinya dengan melihat tata bahasa asli orang

tuanya, serta pembaharuan-pembaharuan yang telah mereka perbuat,

sebagai tata bahasa tunggal. Kemudian dia menyusun atau membangun

suatu tata bahasa yang baru serta disederhanakan dengan pembaharuan-

pembaharuan yang dibuatnya sendiri. Pemerolehan bahasa sekaligus

merupakan jenis yang seragam, dalam arti bahwa semua manusia

mempelajari satu dan merupakan jenis yang khusus, dalam arti bahwa

hanya manusialah yang mempelajari satu.

Page 19: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

15

Peralatan pemerolehan bahasa merupakan perlengkapan hipotesis

yang berdasarkan suatu input data linguistik primer dari suatu bahasa,

menghasilkan suatu output yang terdiri atas suatu tata bahasa adekuat

secara deskriptif buat bahasa tersebut. Peralatan atau perlengkapan

pemerolehan bahasa haruslah merupakan keberdikarian bahasa, yaitu

mampu mempelajari setiap bahasa manusia yang mana sajapun, dan harus

menyediakan serta menetapkan suatu batasan pengertian atau gagasan

‘bahasa manusia’. Yang dimaksud model pemerolehan bahasa adalah

suatu teori siasat yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyusun

suatu tata bahasa yang tepat bagi bahasanya berdasarkan suatu sampel data

linguistik utama yang terbatas.

4. Kedudukan, Fungsi, dan Ragam Bahasa Indonesia

a. Kedudukan bahasa Indonesia

Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat

kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa

negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa

Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa

ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun

dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu

peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja (Muslich, 2006).

b. Fungsi bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai: (a) lambang kebanggaan kebangsaan; (b) lambang

Page 20: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

16

identitas nasional; (c) alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing

ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia;dan (d) alat perhubungan antar

daerah dan antar budaya (Sufanti, 2006:40).

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai: (a) bahasa resmi kenegaraan; (b) bahasa pengantar di

dalam dunia pendidikan;(c) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta

kepentingan pemerintah; dan (d) alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi (Sufanti, 2006:40).

c. Ragam bahasa Indonesia

Dalam bagian “Petunjuk Pemakaian Kamus” (Alwi, 2002:xxv-xxvi),

yang disebut ragam bahasa adalah varian bahasa berdasarkan pemakaian

bahasa. Dalam bahasa Indonesia, jumlah ragam bahasa tidak terbatas. Oleh

karena itu, ragam bahasa dibagi atas dasar pokok pembicaraan, media

pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.

Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan dibedakan, antara lain,

atas:

1) ragam bahasa undang-undang,

2) ragam bahasa jurnalistik,

3) ragam bahasa ilmiah, dan

4) ragam bahasa sastra

Ragam bahasa menurut media pembicaraan dibedakan atas:

Page 21: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

17

1) ragam lisan yang, antara lain, meliputi: ragam bahasa cakapan,

ragam bahasa pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa

panggung;

2) ragam tulis yang, antara lain, meliputi: ragam bahasa teknis, ragam

bahasa undang-undang, ragam bahasa catatan, dan ragam bahasa

surat.

Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan

menurut akrab tidaknya pembicara. Jadi, ada ragam bahasa resmi, ragam

bahasa akrab, ragam bahasa agak resmi, ragam bahasa santai, dan

sebagainya. Di dalam bahasa Indonesia hubungan di antara pembicara

terungkap, antara lain, dalam sistem tutur sapa dengan unsur-unsur

persona kedua, seperti engkau, Anda, Bapak, Ibu, dan pembaca.

Dalam kenyataannya, ragam-ragam bahasa itu berpadu dalam

pelbagai jenis pengungkapan bahasa. Karena itu, terdapat ragam bahasa

baku yang tidak dapat dipakai untuk segala keperluan. Ragam bahasa baku

hanya untuk: komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan

umum, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati.

5. Kaidah Bahasa Indonesia

Uraian tentang kaidah bahasa Indonesia yang dijadikan rujukan

dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seluruhnya

diringkas dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan, edisi kedua, berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan

Page 22: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

18

dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor 0543a/U/1987, tanggal 9

September 1987, (Tim Pustaka Widyatama, 2008), yang meliputi:

a. Pemenggalan kata

b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring

c. Penulisan kata (kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata,

kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim,

angka dan lambang bilangan)

d. Penulisan unsur serapan.

e. Pemakaian tanda baca (tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda

titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda

kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis

miring, dan tanda penyingkat atau apostrof).

6. Teori dan Genre Sastra Indonesia

a. Teori Sastra

Menurut Mahayana (2005:202-203), teori sastra bekerja dalam

bidang teori, misalnya penyelidikan tentang hal-hal yang berhubungan

dengan pengertian sastra, hakikat, jenis, dasar-dasar, kriteria, dan berbagai

hal tentang itu. Jadi, teori sastra merupakan salah satu cabang ilmu sastra

yang berusaha merumuskan pengertian-pengertian tentang sastra, hakikat

dan prinsip-prinsip sastra, melakukan pengklasifikasian terhadap jenis dan

ragam-ragam sastra, serta menyodorkan bagaimana analisis, interpretasi

dan evaluasi terhadap karya sastra konkret dapat dilakukan.

Page 23: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

19

Sejalan dengan pengertian tersebut, Pradopo (2003:vi) menunjuk

kritik sastra strukturalisme, sosiologi sastra, semiotika, estetika resepsi,

dekonstruksi, dan kritik feminis sebagai teori sastra. Berdasarkan kedua

pendapat ini, teori sastra meliputi teori strukturalisme beserta variannya

(strukturalisme linguistik, strukturalisme naratif, strukturalisme dinamik,

strukturalisme genetik), sosiologis sastra, semiotika, estetika resepsi,

dekonstruksi, kritik sastra feminisme.

7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

a. Standar Kompetensi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi pada mata pelajaran

bahasa Indonesia dijabarkan sebagai berikut.

1) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana

2) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madya

3) Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Unggul

b. Kompetensi Dasar

1.1. Menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda

yang lazim/baku dan yang tidak

1.2. Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks

bermasyarakat

1.3. Membaca cepat untuk memahami informasi tertulis dalam

konteks bermasyarakat

1.4. Memahami informasi tertulis dalam berbagai bentuk teks

Page 24: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

20

1.5. Melafalkan kata dengan artikulasi yang tepat

1.6. Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

1.7. Menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun

1.8. Mengucapkan kalimat dengan jelas, lancar, bernalar, dan wajar

1.9. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata

1.10. Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat

dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

1.11. Menggunakan kalimat tanya secara tertulis sesuai dengan situasi

komunikasi

1.12. Membuat parafrasa dari teks tertulis

2.1 Menyimak untuk menyimpulkan informasi yang tidak bersifat

perintah dalam konteks bekerja

2.2 Menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan atau

yang tidak dalam konteks bekerja

2.3 Memahami perintah kerja tertulis

2.4 Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan,

dan kalimat dalam konteks bekerja

2.5 Menggunakan secara lisan kalimat tanya/pernyataan dalam

konteks bekerja

2.6 Membuat parafrasa lisan dalam konteks bekerja

2.7 Menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi

2.8 Bercakap-cakap secara sopan dengan mitra bicara dalam konteks

bekerja

Page 25: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

21

2.9 Berdiskusi yang bermakna dalam konteks bekerja

2.10 Bernegosiasi yang menghasilkan dalam konteks bekerja

2.11 Menyampaikan laporan atau presentasi lisan dalam konteks

bekerja

2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris,

dan argumentatif

2.13 Meringkas teks tertulis dalam konteks bekerja

2.14 Menyimpulkan isi teks tertulis dalam konteks bekerja

3.1 Menyimak untuk memahami secara kreatif teks seni berbahasa

dan teks ilmiah sederhana

3.2 Mengapresiasi secara lisan teks seni berbahasa dan teks ilmiah

sederhana

3.3 Menulis proposal untuk kegiatan ilmiah sederhana

3.4 Menulis surat dengan memperhatikan jenis surat

3.5 Menulis laporan ilmiah sederhana

Page 26: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Mengikuti

pendapat Sukmadinata (2007:72), penelitian ini ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, bersifat

alamiah, untuk mengetahui karakteristik fenomena tersebut. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan, dilaksanakan di SMK-SMK se-Kabupaten

Temanggung.

A. Subjek penelitian

Mengikuti pendapat Arikunto (1989), sebagaimana dikutip oleh Hajar

(1996:134), penelitian ini termasuk penelitian populasi. Yang menjadi subjek

penelitian adalah semua guru bahasa Indonesia di SMK di Kabupaten

Temanggung berjumlah 27 orang, dengan rincian :

1. SMK Negeri 1 Temanggung = 3 orang

2. SMK Negeri 2 Temanggung = 2 orang

3. SMK Negeri 1 Jumo = 2 orang

4. SMK Negeri 1 Tembarak = 2 orang

5. SMK Dr. Sutomo Temanggung = 3 orang

6. SMK YP 17 1 Parakan = 1 orang

7. SMK YP 17 VI Temanggung = 2 orang

8. SMK Swadaya Temanggung = 3 orang

9. SMK Muhammadiyah 1 Temanggung = 1 orang

10. SMK Jenderal Bambang Sugeng Kranggan = 1 orang

22

Page 27: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

23

11. SMK Darul Falach Candiroto = 1 orang

12. SMK Al Mukmin Selopampang = 1 orang

13. SMK PGRI Kedu = 1 orang

14. SMK HKTI Temanggung = 1 orang

15. SMK Bhumi Phala Parakan = 1 orang

16. SMK Muhammadiyah 1 Ngadirejo = 1 orang

17. SMK Ganesa Satria 4 Kedu = 1 orang

= 27 orang

B. Variabel penelitian

Menilik sifatnya, di dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu

kompetensi profesional guru bahasa Indonesia SMK di Kabupaten

Temanggung.

C. Desain penelitian

1. Tahap perencanaan

a. Perencanaan dalam penelitian deskriptif ini meliputi penentuan

masalah;

b. penentuan subjek;

c. penentuan instrumen pengumpul data; dan

d. penentuan instrumen analisis data.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan data berdasarkan instrumen yang telah disiapkan

b. Pengecekan data yang telah terkumpul

c. Penganalisisan data

Page 28: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

24

3. Tahap pelaporan

D. Instrumen penelitian

1. Soal tes

2. Kuesioner

3. Lembar pengamatan

E. Teknik pengumpulan data

1. Teknik tes untuk mengetahui kompetensi profesional pada saat itu

(Recognized Current Competence).

2. Kuesioner untuk mengetahui data portofolio subjek

3. Lembar pengamatan untuk mengetahui kinerja subjek dalam pembelajaran

F. Teknik Analisis Data

1. Hasil tes dicocokkan dengan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan,

kemudian diberi skor sesuai dengan panduan dalam instrumen. Hasilnya

disajikan ke dalam statistik deskriptif.

2. Data hasil isian kuesioner diberi skor menurut kriteria yang telah

ditentukan. Hasilnya disajikan dalam tabel distribusi.

3. Data hasil pengamatan diberi skor menurut kriteria yang telah ditentukan.

Hasilnya dikonversikan ke dalam data kuantitatif dan disajikan ke dalam

statistik deskriptif.

4. Seluruh data dianalisis, dibandingkan dengan rujukan, kemudian ditarik

simpulan.

Page 29: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

DAFTAR PUSTAKA

............ 2006. “Ada Guru Dapat Nilai Nol Ujian Kompetensi”. http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2006. Diunduh 5 Januari 2006.

............ 2006. Laporan Hasil Kegiatan Pendidikan dan Latihan, dan Hasil Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia Guru SMK. Semarang: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

............. 2007. Rubrik Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependdikan Departemen Pendidikan Nasional.

Basuki, Sunaryono, KS. 1999. “Pengajaran dan Pemerolehan Bahasa untuk Orang Asing: Berbagai Masalah”. http://www.ialf.edu./bipa/july1999 Diunduh 29 Oktober 2008.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum (cetakan ketiga). Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik, cetakan ketiga . Jakarta: Yayasan Obor

Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Harahap, Marlan. 2005. “Profesionalisme dan Kesejahteraan Guru: Antara Harapan dan Kenyataan” dimuat dalam jurnal Isu-Isu Pendidikan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan Balitbang Depdiknas, Nomor 6 Tahun ke-2, halaman 183-203.

Ibrahim bin Haji Salleh, 2005. Linguistik sebagai Ilmu: Konsep, Subdisiplin, Cabang, Analisis dan Manfaat, bahan presentasi kuliah. Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia.

Kompas edisi 14 Januari 2004

Kwary, Deny A. 2007. “Gambaran Umum Ilmu Bahasa (Linguistik)”. http://article-studyenglish.blogspot.com/2007/09/linguistik.html Diunduh 5 Desember 2007

Muslich, Masnur. 2006. “Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi”. http://re-searchengines.com/1006masnur.html Diunduh 3 November 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Pendidik

Sufanti, Main, dkk. 2006. “Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Ruang Pelajar di Radio Republik Indonesia Cabang Muda Surakarta”, dimuat dalam WARTA Vo. 9 No. 1, Maret 2006. Hal. 39 – 44.

25

Page 30: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

26

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, cetakan ketiga. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan dan Penerbit Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Page 31: Proposal Tesis_Penelitian Deskriptif Markhamah

LAMPIRAN

1. Permohonan izin penelitian

2. Pernyataan bersedia menjadi responden

3. Lembar kuesioner

4. Lembar soal tes

5. Lembar pengamatan

6. Instrumen Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

7. Tabel 3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun

2007 tentang Standar Pendidik

27