Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

29
PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH AKTIVITAS ANTIKETOMBE EKSTRAK ETANOL 70 % PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP FLORA NORMAL DI KULIT KEPALA Diajukan oleh : MELINDA ARINI NPM 2009212232 UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI JAKARTA DESEMBER 2011

Transcript of Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Page 1: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH AKTIVITAS ANTIKETOMBE EKSTRAK

ETANOL 70 % PANDAN WANGI (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) TERHADAP FLORA NORMAL DI

KULIT KEPALA

Diajukan oleh :

MELINDA ARINI

NPM 2009212232

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

DESEMBER 2011

Page 2: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan yang

merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Selain

itu, rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh

buruk; misalnya alis mata melindungi mata agar keringat tidak mengalir ke

mata, sedangkan bulu hidung menyaring udara. Rambut juga berfungsi

sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan keringat, dan sebagai indera

peraba yang sensitif (1).

Bagi manusia yang mempunyai sifat suka dengan keindahan,

menjadikan rambut ini sebagai penunjang penampilan seseorang. Bahkan ada

ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya rambut bagi penampilan

seseorang, yaitu : rambut adalah mahkota kecantikan seseorang (2). Namun

tidak mudah memiliki rambut indah dan sehat karena seringkali rambut

bermasalah. Dengan adanya masalah pada rambut mengakibatkan

terganggunya berbagai aktivitas dan penampilan, karena kepala akan terasa

pusing. Salah satu masalah pada rambut adalah ketombe dan kerontokan.

Ketombe atau dandruff adalah kelainan pada kulit kepala dimana terjadi

pelepasan (deskuamasi) sel-sel epidermis kulit kepala secara berlebihan (3).

Ketombe ada dua jenis yaitu ketombe kering dan ketombe basah.

Ketombe kering yaitu deskuamasi sel-sel epidermis kulit kepala yang

berlebihan dan bersifat kering sehingga kulit kepala tampak bertepung atau

bersisik kering. Sedangkan ketombe basah yaitu jika ketombe yang disertai

produksi minyak yang berlebihan sehingga sisik-sisik epidermis itu

menumpuk dan saling melekat satu sama lain. Ketombe basah sering disertai

atau disebabkan oleh infeksi jamur Pityrosporum ovale. Pityrosporum ovale

Page 3: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

sebenarnya adalah flora normal kulit, akan tetapi Pityrosporum ovale lebih

sering ditemukan pada ketombe bersamaan dengan flora normal kulit lainnya

seperti : Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis (3,9).

Umumnya penderita ketombe merasakan gatal-gatal pada kulit kepala

dan mengalami kerontokan. Sampai saat ini ketombe menjadi masalah

dermatitis seroboika yang belum jelas apa saja penyebabnya, hanya saja pada

ketombe yang lebih sering ditemukan adalah jamur Pityrosporum ovale. Oleh

karena itu penanggulangan ketombe lebih difokuskan untuk membunuh

jamur Pityrosporum ovale. Pada era modern preparat penanggulan ketombe

umumnya dalam bentuk sampo berisi bahan-bahan aktif yang disebut

dandruff shampoo. Bahan-bahan aktif yang umumnya dimasukkan ke dalam

sampo antara lain adalah selenium sulfide 1-2,5%, zinc pyrithione 2%, sulfur

dan asam salisilat sebagai keratolitik (3,9).

Akan tetapi masyarakat indonesia sangat menyenangi pengobatan

secara tradisional yang telah diturunkan turun-temurun berdasarkan

pengalaman empiris. Dimana pengobatan secara tradisional sebagian besar

menggunakan ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar,

kulit batang, kayu, daun, bunga atau bijinya. Salah satu tumbuhan tradisional

yang digunakan sebagai penghilang ketombe adalah daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb). Pandan wangi mengandung alkaloid,

saponin, tanin, polifenol, dan zat warna(4,5). Sebelumnya telah dilakukan

penelitian dengan berbagai konsentrasi infus pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) terhadap Pityrosporum ovale secara in vitro, hasil

penelitian menunjukkan bahwa infus pandan wangi dapat mempengaruhi

diameter zona hambat Pityrosporum ovale dengan konsentrasi 20% (6).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

kemampuan dari daun pandan wangi dalam mengatasi ketombe yang

mungkin disebabkan karena jumlah flora normal di kulit kepala yang terlalu

banyak. Ketombe di kulit kepala merupakan masalah kesehatan yang

berkaitan dengan terganggunya penampilan seseorang yang dapat

menurunkan kepercayaan diri dalam melakukan aktivitas.

Page 4: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

B. Perumusan masalah

Penggunaan daun pandan wangi secara tradisional sebagai

antiketombe harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, agar dapat

dipertanggungjawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah lebih lanjut. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitan tentang aktivitas

antiketombe dari ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap Pityrosporum

ovale dan mikroba lain yang ada pada ketombe. Sehingga permasalahan yang

timbul adalah Apakah pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi dapat

menghambat pertumbuhan jamur/flora normal pada kulit kepala.

C. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai khasiat dari ekstrak daun pandan wangi sebagai antiketombe.

D. Tujuan penelitian

Menguji aktivitas antiketombe dari ekstrak etanol pandan wangi terhadap

jamur dan bakteri penyebab ketombe.

Page 5: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Pandan Wangi

1. Klasifikasi Tanaman Asal

Gambar 1. Pandan Wangi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb. (5).

2. Sinonim

P. odorus Ridl., P. latifolius Hassk., P. hasskarlii Merr.

3. Nama Daerah

Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara

lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau,

Page 6: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda,

Pondago (Sulawesi);Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni,

Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa

Tenggara).

4. Nama Asing

Screw Ine (inggris); Lu Eou Su, Ban Lan Ye (Cina)

5. Morfologi Tanaman

Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di

halaman atau di kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi

rawa dan di tempat-tempat yang agak lembab, tumbuh subur dari daerah

pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan

laut. Batang bulat, dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar

tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal,

duduk, dengan pangkal memeluk batang tersusun berbaris tiga dalam

garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi

rata, bertulang sejajar, berduri tempel pada ibu tulang daun, panjang 40-

80 cm, lebar 3-5 cm, warna hijau dan baunya wangi. Beberapa varietas

memiliki tepi daun yang bergerigi. Bunga majemuk, bentuk bongkol,

warnanya putih. Berakar gantung, dengan akar tinggal dan akar

gantungnya, tumbuh menjalar, hingga dalam waktu singkat akan

merupakan rumpun yang lebat. Perdu tahunan, tinggi 1-2 m. Batang bulat

dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di

sekitar pangkal batang dan cabang. Buahnya buah batu, menggantung,

bentuk bola, diameter 4-7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga.

Perbanyakan dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara

akar-akarnya.

6. Kandungan Kimia

Page 7: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Pandan wangi mengandung alkaloid, saponin, tanin, polifenol, dan zat

warna

7. Kegunaan

Menguatkan syaraf (tonikum), menambah nafsu makan , penenang

(sedatif), lemah syaraf (neurastenia), pegal linu, menghitamkan rambut,

rambut rontok dan ketombe (4,5).

B. Simplisia

Simplisia adalah bahan yang belum mengalami perubahan apapun kecuali

bahan alam yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,

hewani dan pelikan atau mineral. Simplisia nabati dapat berupa tanaman

utuh, bagian dari tanaman (akar, batang, daun, dan sebagainya) atau eksudat

tanaman, yaitu isi sel yang secara spontan dikeluarkan dari tanaman atau

dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel atau zat-zat lain dengan dengan cara

tertentu dipisahkan dari tanaman. Beberapa faktor akan mempengaruhi

kualitas/spesifikasi simplisia, seperti :

1. Bahan-bahan simplisisa dan cara penanganan/penyimpanannya.

2. Proses pembuatan/pengolahan simplisia.

3. Cara pengemasan dan penyimpanan simplisia

Tumbuhan liar umumnya kurang baik dijadikan sumber simplisia

dibandingkan budi daya (kultivasi) karena simplisia yang berasal dari tanaman

liar mutunya tidak tetap bervariasi disebabkan :

1. Usia atau bagian tumbuhan yang diproses tidak tepat, sering sangat

berbeda. Kedua faktor ini mempengaruhi kandungan senyawa aktif.

2. Jenis/spesies tumbuhan yang dipanen sering kurang di[erhatikan secara

saksama sehingga simplisia yang diperoleh tidak sama. Apalagi jika yang

memanen orang awam, bentuk yang berdekatan kemungkinan akan sulit

dibedakan.

Page 8: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

3. Tempat tumbuh yang berbeda (kualitas tanah, kadar air, sinar matahari,

dan sebagainya akan mengakibatkan perbedaan kandungan senyawa aktif)

(18).

C. Ekstraksi dan Ekstrak

Ekstraksi adalah isolasi senyawa yang terdapat dalam larutan

campuran atau campuran padatan dengan menggunakan pelarut yang cocok.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut organik terhadap bahan segar atau

bahan kering. Pada dasarnya prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen

yang berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai.

Pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan

senyawa semipolar, pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.

Pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa penyari yang ikut tersari

disebut ampas. Proses ekstraksi tergantung dari kestabilan senyawa yang

diisolasi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.

Ekstraksi dengan cara dingin :

1. Maserasi adalah suatu proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

dan dilakukan pada suhu kamar.

2. Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan sejumlah pelarut sampai

diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan dan dilakukan pada suhu

kamar.

Ekstraksi dengan cara panas dapat dilakukan dengan cara :

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

2. Soxlet adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru

umumnya dilakukan dengan alat khusus, sehingga terjadi ekstraksi yang

Page 9: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

kontinu dengan pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

3. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50ºC

4. Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur

penangas (pada suhu 96-98ºC) air selama waktu tertentu yaitu selama 15-

20 menit.

5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air (7,8).

Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian

hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Dalam pembuatan ekstrak ada

beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini akan

digunakan untuk perhitungan dosis obat.

2. Derajat kehalusan simplisia. Hal ini penting agar penarikan dapat

berlangsung semaksimal mungkin. Kehalusan menyangkut luas

permukaan yang akan berkontak dengan pelarut untuk ekstraksi.

3. Jenis pelarut yang akan digunakan. Hal ini menyangkut keamanan

karena pelarut yang digunakan untuk keperluan farmasi sangat

terbatas jumlahnya. Selain itu, pelarut akan menentukan efisiensi

proses penarikan zat berkhasiat dari tanaman obat.

4. Temperatur/suhu penyari akan menentukan jumlah dan kecepatan

penyaringan.

5. Lama waktu penyarian. Hal ini penting sekali untuk menentukan

jumlah bahan yang tersari (18,8,7).

Page 10: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

D. Kulit

1. Definisi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh

dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang

terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan

luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm)

terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat

di penis.

2. Pembagian Kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau

korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.

1. Epidermis

Epidermis terbagi atas empat lapisan, yaitu :

a. Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal

merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas

dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat melanosit.

Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin.

Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.

b. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi

merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal.

Terdiri dari sel-sel poligonal yang di lapisan atas menjadi lebih

gepeng.

c. Lapisan granular atau stratum granulosum. Lapisan granular

terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel berbentuk intan,

berisi butir-butir (granul) keratohialin yang basofilik.

d. Lapisan tanduk atau stratum korneum. Lapisan tanduk terdiri

dari 20-25 lapis sel-sel tanduk tanpa inti, gepeng, tipis dan

mati. Pada permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus

mengelupas tanpa terlihat.

Page 11: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Epidermis mengandung juga : kelenjar keringat, kelenjar

sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu

: kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin. Fungsi dari kelenjar keringat

meliputi mengatur suhu. Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah

di kulit, tetapi tidak terdapat di selaput lendir. Sedangkan kelenjar

apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel

rambut.

2. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan

di atas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di

lapisan atas terjalin rapat (pars papillaris) sedangkan di bagian

bawah terjalin lebih longgar (pars reticulularis). Lapisan

reticularis mengandung pembuluh darah, syaraf, rambut, kelenjar

keringat, dan kelenjar sebaseus.

3. Jaringan subkutan merupakan lapisan langsung di bawah dermis.

Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel

yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak.

Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan

limfe, kantung rambut, dan di lapisan atas jaringan subkutan

terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah

penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat

penumpukan energi.

3. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Fungsi kulit antara lain :

1. Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis membatasi masuknya benda-

benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh.

2. Pengatur suhu

Page 12: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna

mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran

darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari

kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu

panas.

3. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat

yang larut lemak. Zat yang larut dalam lemak lebih mudah

masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah. Akan tetapi

masuknya zat-zat lemak dari kulit dihalangi oleh folikel rambut.

a. Indera perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap syaraf

sensoris dalam kulit.

b. Faal pergetahan (faal sekretoris)

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan yaitu sebum dan keringat.

Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat

dihasilkan oleh kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis zat lemak

yang membuat kulit menjadi lentur.

4. Mikroba Pada Kulit

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari

benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit

karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya. Adapun mikroba

yang sering dijumpai pada pemeriksaan penyakit di kulit(1), yaitu :

1. Staphylococcus aureus

2. Staphylococcus epidermidis

3. Propionilbacterium acnes

4. Jamur (Pityrosporum ovale dan Pityrosporum orbiculare)

E. Rambut

1. Definisi Rambut

Page 13: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Rambut merupakan hal yang terdiri dari akar dan batang rambut.

Rambut tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis

kulit dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit (9).

2. Anatomi Rambut

Batang rambut adalah Bagian rambut yang ada di luar kulit. Jika

batang rambut kita potong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari

luar kedalam, yaitu :

a. Kutikula yang terdiri dari sel-sel saling keratin yang datar (pipih)

dan saling bertumpuk, seperti sisik ikan atau genteng rumah.

Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi dari kekeringan dan

masuknya senyawa-senyawa asing ke dalam rambut.

b. Korteks rambut adalah lapisan yang lebih dalam, terdiri dari sel-

sel yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini sebagian besar

terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara. Struktur

korteks menentukan tipe rambut : lurus, berombak, atau keriting.

c. Medulla rambut dapat disamakan dengan sumsum rambut. Ia

terdiri dari tiga atau empat lapisan yang berbentuk kubus, berisi

keratohyalin, butir-butir lemak, dan rongga udara. Rambut yang

lurus tidak memiliki medulla

d. Akar rambut atau folikel rambut terletak di dalam lapisan dermis

kulit. Folikel rambut dikelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah

yang memberikan makanan. Akar rambut terdiri dari dua bagian,

yaitu :

1) Umbi rambut adalah bagian rambut yang akan terbawa jika

rambut kita cabut.

2) Papil rambut adalah baigan yang akan tertinggal di dalam

kulit meskipun rambut dicabut sampai ke akar-akarnya,

sehingga akan terjadi pertumbuhan rambut baru kecuali

jika papil rambut itu dirusak, misalnya dengan bahan kimia

atau arus listrik (elektrolisis).

Page 14: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

3. Pertumbuhan Rambut

Kecepatan pertumbuhan rambut di kulit kepala tidak seragam di

sepanjang usia. Rambut akan tumbuh sekitar ⅓ milimeter setiap hari

atau 1 cm per bulan. Rambut baru akan tumbuh terus secara aktif,

tetapi pada suatu saat pertumbuhan itu akan berhenti, istirahat

sebentar, dan rambut lama akan rontok, digantikan rambut baru yang

telah disiapkan oleh papil rambut yang sama. Fase rambut tumbuh

disebut anagen, lamanya antara 2-5 tahun dengan rata-rata 3,5 tahun

(1.000 hari). Tetapi pada keadaan-keadaan tertentu atau dengan

perawatan yang baik, fase anagen dapat diperpanjang.

Fase istirahat disebut fase katagen, lamanya hanya beberapa minggu.

Sedangkan fase kerontokan atau fase telogen berlangsung selama

kurang lebih 100 hari. Selama fase istirahat (katagen), rambut berhenti

tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil

rambut, membentuk bonggol rambut atau rambut gada (club hair),

tetapi rambut belum rontok. Sementara itu, papil mulai membentuk

rambut baru. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan

keluar dari kulit, rambut lama terdesak dan rontok.

4. Jumlah Rambut di Kepala

Jumlah rambut pada kulit kepala orang dewasa kurang lebih 100.000

helai, sementara jumlah papil rambut di kulit kepala tetap sejak bayi

sampai tua. Tetapi semakin usia bertambah, jumlah rambut di kulit

kepala semakin berkurang karena jumlah rambut dalam fase rontok

(telogen) lebih banyak dibandingkan rambut dalam fase tumbuh.

Jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari rata-rata 40 sampai

100 helai. Jadi kalau setiap hari rambut kita rontok sekitar 50 helai, itu

masih normal. Apabila jumlah rambut yang rontok setiap hari

melebihi 100 helai, maka kerontokan itu sudah tidak normal, hal ini

Page 15: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

mungkin disebabkan oleh faktor patologis dan dapat menyebabkan

kebotakan (3,9).

F. Penyakit pada Kulit Kepala

Ada banyak penyakit yang terjadi di kulit kepala. Akan tetapi dalam hal ini

penyakit kulit kepala yang berkaitan dengan skripsi ini adalah dermatitis

seboroik pada kepala.

1. Definisi Dermatitis Seboroik dan Dermatitis Seboroik Kepala (1)

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada

daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka,

kronik dan superfisial. Dermatitis seboroik mempunyai predileksi pada

daerah berambut karena pada daerah banyak mengandung kelenjar

sebasea seperti pada kulit kepala, retroaurikula, alis mata, bulu mata,

sulkus nasolabialis, telinga, leher, dada, daerah lipatan, aksila, inguinal,

glutea, di bawah buah dada.

Seboroik kepala terjadi pada daerah berambut, dijumpai skuama yang

berminyak dengan warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling

melengket, kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut Pityriasis

Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan

berlapis-lapis dan sering lepas sendiri yang disebut pitiriasis sika

(ketombe). Seboroik jenis ini menyebabkan rambut rontok sehingga

terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga

(retro aurikularis). Bila meluas lesinya dapat sampai ke dahi.

2. Etiologi

Penyebabnya belum diketahui pasti. Hanya didapati aktivitas kelenjar

sebasea yang berlebihan. Dermatitis seboroik dijumpai pada bayi dan

usia setelah pubertas. Penyebab dermatitis seboroik kemungkinan ada

pengaruh hormon. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta meninggi

beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar

hormon ini menurun. Penelitian lain menunjukkan bahwa Pityrosporum

Page 16: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

ovale (Malassezia ovale), jamur lipofilik, banyak jumlahnya pada

penderita dermatitis seboroik (1).

3. Pembagian Dermatitis Seboroik

Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik ini dibagi tiga, yaitu :

a. Seboroik kepala

b. Seboroik muka

c. Seboroik badan dan sela-sela (1)

G. Ketombe

1. Definisi Ketombe

Ketombe berasal dari bahasa Latin yaitu Pitiriasis simpleks capillitii.

Ketombe adalah penumpahan sel-sel kulit mati dari kulit kepala (bukan

berasal dari kulit kepala yang kering). Ketombe dapat disebabkan oleh

paparan terhadap panas ekstrim yang sering dan dingin di kulit kepala

(3,9).

2. Gejala Ketombe

Gejala umum ketombe biasanya munculnya serpihan putih pada rambut.

Serpihan tampak berminyak serpihan kulit mati di rambut dan pada bahu

dan kulit kepala. Kulit kepala dapat terlalu kering atau berminyak(3,9).

3. Penyebab Ketombe

Salah satu jamur penyebab ketombe adalah jamur Pityrosporum ovale.

a. Klasifikasi Pityrosporum ovale

Gambar 2. Jamur Pityrosporum ovale

Page 17: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Sub divisi : Ustilaginomycotina

Kelas : Exobasidiomycetes

Ordo : Malasseziales

Famili : Cryptococcaceae

Sub Famili : Cryptococcoidae

Genus : Pityrosporum atau Malassezia

Spesies : Pityrosporum ovale

b. Morfologi dan identifikasi Pityrosporum ovale

Genus Pityrosporum ovale terdiri dari sejumlah spesies yang

mudah dikenali dari bentuk selnya yaitu bentuk botol atau oval.

Bentuk botol terjadi apabila sel induk yang berbentuk oval tumbuh

tunas, sehingga gabungan sel induk dan tunas ini berbentuk botol.

Sel tunas yang sudah masak akan memisahkan dirinya dari induknya

untuk membentuk sel baru yang berbentuk oval yang independen. P.

ovale umumnya berkembang biak dengan baik dalam media yang

mengandung lemak sebagai sumber energinya.

P. ovale memiliki bentuk yang kecil, asporogenus, tidak

membentuk misel, dan tidak berfementasi. Selnya berbentuk oval

seperti telur atau bulat memanjang dengan ukuran 0,8-1,5 x 2-3 µm

pada sisik kulit dan kadang-kadang ukurannya dapat mencapai 2-3 x

4-5 µm di dalam kultur. Sel ini bereproduksi dengan mengeluarkan

tunas yang menempel pada sel induknya sehingga sel yang sedang

bereproduksi akan berbentuk seperti botol. Ketika tunasnya masak,

maka tunas tersebut akan melepaskan diri dari induknya dengan cara

membelah.

P. ovale bersifat lipofilik, tumbuh baik pada media Sabouraud

yang ditambahi minyak zaitun atau minyak kelapa. Pertumbuhan P.

ovale pada media lebih baik pada suhu 37°C, dan koloni berbentuk

yeast (10,11,12).

Page 18: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

H. Flora Normal

1. Definisi Flora Normal

Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah

tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat

paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar

dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas,

saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit normal biasanya

ditempati bakteria sekitar 102–10

6 CFU/cm

2.

2. Pembagian Flora Normal

Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora

normal atau mikroorganisme sementara (transient microorganism)

dan mikroorganisme tetap (resident microorganism).

a. Flora transien terdiri atas mikroorganisme non patogen atau

potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun

waktu tertentu (jam, hari atau minggu), berasal dari lingkungan yang

terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak

menimbulkan penyakit (mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora tetap. Pada kondisi

terjadi perubahan keseimbangan, flora transien dapat menimbulkan

penyakit. Mikroorganisme transien, yang terdiri atas bakteri, jamur,

ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai bentuk, dari berbagai

sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak dengan kulit.

b. Flora tetap adalah flora yang menetap di kulit pada sebagian besar

orang sehat yang ditemukan di lapisan epidermis dan di celah kulit.

Flora tetap terdiri atas mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya

dijumpai pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu pula, jika

terjadi perubahan lingkungan, mereka akan segera kembali seperti

semula. Flora tetap yang paling sering dijumpai adalah

Staphylococcus epidermidis dan stafilokokkus koagulase negatif

lainnya dengan densitas populasi antara 102-10

3 CFU/cm

2. Flora

tetap tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus aureus. Bakteri

Page 19: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

ini dapat menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah

1.000.000 atau 106 per gram, suatu jumlah yang cukup untuk

memproduksi toksin. Sedikit populasi jamur (Pityrosporum) juga

ditemukan sebagai mikroorganisme tetap. Jenis dan jumlah

mikroorganisme tetap bervariasi dari satu individu ke individu

lainnya dan berbeda di antara regio tubuh (13,17).

I. Landasan Teori

Ekstraksi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengisolasi senyawa

yang terdapat dalam larutan campuran atau campuran padatan dengan

menggunakan pelarut yang cocok. Senyawa yang terdapat dalam daun

pandan wangi diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut

organik yang bersifat universal. Oleh karena itu, daun pandan wangi akan

dimaserasi dengan pelarut polar yaitu etanol. Daun pandan wangi mempunyai

khasiat antiketombe berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Penelitian sebelumnya menguji aktivitas antiketombe infus daun pandan

wangi dan didapatkan hasil bahwa infus pandan wangi dapat mempengaruhi

diameter zona hambat Pityrosporum ovale dengan konsentrasi 20%. Dalam

penelitian ini diuji aktivitas antiketombe ekstrak etanol daun pandan wangi

terhadap flora normal kulit yang dalam jumlah banyak dapat menyebabkan

ketombe dilakukan dengan metode difusi agar.

J. Hipotesis

Ekstrak etanol daun pandan wangi diduga memiliki aktivitas antiketombe

yaitu menghambat pertumbuhan jamur/flora yang terdapat pada kulit kepala.

Page 20: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

A. Prinsip Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan meliputi determinasi tanaman, pengumpulan

dan penyediaan bahan penelitian, pembuatan suspensi mikroba dari ketombe

dengan berbagai konsentrasi, penapisan fitokimia dan pembuatan ekstrak

secara maserasi, ekstrak etanol pandan wangi yang telah dibuat diuji potensi

antiketombe terhadap suspensi mikroba ketombe yang telah dibiakkan.

Aktivitas antiketombe dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium skripsi Fakultas Farmasi Universitas

Pancasila, Jakarta dan di Labotarium mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Pancasila, Jakarta.

C. Determinasi Tanaman

Untuk memastikan kebenaran simplisa yang akan digunakan dalam penelitian

ini maka dilakukan determinasi terhadap daun pandan wangi dideterminasi di

Hebarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor .

D. Tahapan Penelitian

1. Pembuatan serbuk simplisia

Pembuatan serbuk simplisia merupakan proses awal pembuatan

ekstrak. Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-

potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan melalui proses

pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa menyebabkan kerusakan

atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan.

Page 21: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

2. Pembuatan ekstrak

Pembuatan ekstrak dengan mengekstraksi serbuk simplisia secara

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% sampai terekstraksi

sempurna. Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan alat

rotavapor sampai didapat ekstrak kental. Ekstrak kental etanol

kemudian diuji aktivitas antiketombe terhadap flora normal kulit di

kepala dalam bentuk suspensi mikroba dari ketombe.

3. Penapisan fitokimia ekstrak

Penapisan fitokimia ekstrak meliputi identifikasi alkaloid, flavonoid,

saponin, tanin, steroid/triterpenoid, kuinon, kumarin, minyak atsiri.

4. Isolasi Jamur/Flora Normal dari Ketombe

Isolasi jamur/flora normal dari ketombe meliputi isolasi mikroba dari

ketombe, pembuatan suspensi mikroba, pengukuran transmittan

suspensi mikroba, persiapan inokulum.

5. Pengujian aktivitas antiketombe

Terhadap ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan uji aktivitas

antiketombe dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram

terhadap flora normal kulit di kepala yang mungkin dapat

menyebabkan ketombe.

Page 22: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

BAB IV

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

A. BAHAN

Simplisia daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb), media PDA,

media PDB, media NA, media NB, Pityrosporum ovale murni, cotton bud

steril, kapas steril, kain kassa, kertas timah, kertas cakram whatman, etanol

70% P, aqua destilata, spiritus, asam klorida 2N, ammonia 25%, P, asam klorida 1 :

10, magnesium P, asam klorida pekat, amil alkohol P, pereaksi stiasny (campuran

formaldehida LP dan asam klorida pekat 2 : 1), natrium hidroksida 1N, eter, asam

asetat glasial P, asam sulfat pekat, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff LP, besi

(III) klorida (1%) P.

B. ALAT

Maserator, oven, lemari asam, pipet volumetrik, cawan petri, tabung reaksi,

inkubator, autoklaf, alat-alat gelas (pyrex), timbangan analitik, cawan penguap,

kompor, kain flanel, pembakar bunsen, masker, sarung tangan, spatula, tabung

reaksi.

C. METODE PENELITIAN

1. Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah simplisia daun pandan

wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) yang diperoleh dari Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Rempah Aromatik (BALITTRO), Bogor

dan dideterminasi di Hebarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat

Penelitian Biologi-LIPI Bogor.

Page 23: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

2. Pembuatan Ekstrak

Sejumlah 250 gram campuran serbuk simplisia diekstraksi secara

maserasi dengan pelarut etanol 70%, kemudian disaring dan dikumpulkan

dalam suatu wadah. Lakukan remaserasi hingga semua senyawa metabolit

sekunder terekstraksi secara sempurna. Filtrat yang terkumpul dipekatkan

dengan vakum ratovapor hingga konsistensi kental, kemudian dilanjutkan

dengan penguapan di atas penangas air pada suhu 40ºC hingga diperoleh

ekstrak kental.

3. Penapisan Fitokimia Ekstrak (20)

a. Identifikasi alkaloid

Sejumlah 0,25 gram ekstrak dilembabkan dengan 5 ml amonia (25%)

P digerus dalam mortir. Tambahkan 20 ml kloroform P, gerus dan

saring. Filtrat berupa larutan organik digunakan untuk percobaan

selanjutnya. Sebagian besar larutan ini diteteskan pada kertas cakram

yang telah ditetesi pereksi Dragendroff LP, terbentuknya warna merah

atau jingga menunjukkan adanya alkaloid. Sisa larutan organik

diekstraksi dua kali dengan asam klorida (1:10 v/v) P. ke dalam dua

tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 ml larutan organik tersebut

ditambahkan beberapa tetes larutan pereaksi Dragendorff LP dan

Mayer Lp. Terbentuknya warna merah bata dengan Dragendorff LP

atau endapan putih dengan Mayer LP menunjukkan adanya alkaloid.

b. Identifikasi flavonoid

Sejumlah lebih kurang 1,25 gram ekstrak didihkan dalam 100 ml air

panas selama 5 menit, saring (larutan A). Terhadap 5 ml filtrat

ditambahkan serbuk magnesium P, 1 ml asam klorida P, dan 2 ml

amil alkohol P, kocok kuat dan biarkan memisah. Adanya flavonoid

ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga

pada lapisan amil alkohol.

Page 24: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

c. Identifikasi saponin

Sejumlah lebih kurang 10 ml larutan percobaan pada pemeriksaan

flavonoid (larutan A) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kocok kuat

secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa setinggi 1 sampai

10 cm yang stabil lebih kurang 10 menit dan tidak hilang dengan

penambahan asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin.

d. Identifikasi tanin

Sejumlah lebih kurang 10 ml larutan A dibagi menjadi dua bagian, 5

ml filtrat pertama ditambahkan larutan besi (III) klorida (1%) p,

timbul warna hijau-biru atau hitam menujukkan adanya tanin. Ke

dalam 5 ml filtrat kedua ditambahkan pereaksi Stiasny (campuran

formaldehid LP dan asam klorida pekat 2:1), kemudian dipanaskan

dalam tangas air. Terbentuk endapan merah muda menunjukkan

adanya tanin katekuat. Endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan

natrium asetat P dan ditambah larutan besi (III) klorida (1%) P.

terbentuknya warna biru menunjukkan adanya tanin galat.

e. Identifikasi kuinon

Sejumlah lebih kurang 10 ml larutan A, ditambahkan dengan natrium

hidroksida 1N. Terbentuknya warna merah menunjukka adanya

kuinon.

f. Identifikasi steroid/triterpenoid

Sejumlah lebih kurang 0,25 gram ekstrak dimaserasi dengan 20 ml

eter P selama 2 jam, saring. Uapkan dalam cawan penguap sampai

kering. Ke dalam residu tambahkan 2 tetes asam asetat glasial P dan 1

tetes asam sulfat pekat. Terbentukya warna merah, hijau, ungu, dan

akhirnya biru menunjukkan adanya steroid atau triterpenoid.

g. Identifikasi kumarin

Sejumlah lebih kurang 0,25 gram ekstrak ditambahkan 10 ml

kloroform P kemudian panaskan selama 10 menit, dinginkan, saring.

Filtrat diuapkan, kemudian tambahkan 10 ml air panas, tambahkan 0,5

Page 25: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

ml ammonia (10%) P. adanya fluoresensi hijau atau biru pada sinar

ultaviolet (366 nm) menunjukkan adanya kumarin.

h. Identifikasi minyak atsiri

Sejumlah lebih kurang 0,25 gram ekstrak dimasukkan ke dalam

tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum

eter dan pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi

dengan air) pada mulut tabung, panaskan selama 10 menit di atas

penangas air dan dinginkan, saring dengan kertas cakram. Filtrat yang

diperoleh diuapkan pada cawan penguap, kemudian residunya

dilarutkan dengan pelarut etanol sebanyak 5 ml, lalu saring dengan

kertas cakram. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap.

Residu yang berbau aromatik, menunjukkan adanya senyawa

golongan minyak atsiri.

4. Sterilisasi

Sebelum melakukan uji aktivitas biologi, semua alat dan media yang akan

digunakan disterilisasi terlebih dahulu.

Sterilisasi yang dilakukan terdiri dari :

a. Sterilisasi media

Dilakukan dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

b. Sterilisasi alat

Dilakukan dalam oven pada suhu 150ºC selama 60 menit. Semua

peralatan gelas yang disterilkan sebelumnya dibungkus dengan

aluminium foil.

c. Sterilisasi dengan api bunsen

Untuk sterilisasi peralatan deteksi (pinset, jarum ose) dan mulut

tabung dilakukan dengan cara memanaskan alat tersebut pada api

bunsen langsung selama beberapa saat. Biarkan sebentar sebelum

digunakan.

Page 26: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

d. Sterilisasi laminar air flow cabinet

Sebelum digunakan disterilkan dengan menyemprotkan alkohol 70%

kemudian dibersihkan, lampu UV dinyalakan sekurang-kurangnya

selama 30 menit sebelum pemakaian.

5. Pengujian aktivitas antiketombe ekstrak daun pandan wangi

terhadap jamur di kulit kepala

a. Penyiapan media

Media perbiakan untuk jamur digunakan media potato dextrose broth

(PDB) dan media potato dextrose agar (PDA).

b. Isolasi mikroba dari ketombe

Isolasi mikroba dilakukan dengan mengambil sampel ketombe dari

probandus. Isolat diperoleh dengan cara mengoleskan cotton bud

yang telah dibasahi NaCl fisiologis steril ke abses tersebut, kemudian

segera dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl

fisiologis steril (±1 jam). Sampel di dalam tabung di bagi menjadi

dua yaitu untuk perbenihan bakteri dalam media Nutrient Broth,

kapang dan khamir dalam media Potato Dextrose Broth. Kemudian

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam untuk perbenihan bakteri

dan pada suhu 24ºC selama 2-5 hari untuk perbenihan kapang dan

khamir. Pertumbuhan mikroba ditandai dengan adanya kekeruhan

pada tabung. Kemudian isolasi dilanjutkan dengan metode gores

sampai didapatkan isolat murni.

c. Persiapan inokulum

Ambil satu sengkelit mikroba uji kemudian masukkan 5 ml kaldu

pepton untuk membuat suspensi bakteri dan PDB untuk membuat

suspensi fungi. Bakteri diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24 jam,

sedangkan fungi diinkubasi pada suhu 24ºC atau suhu kamar selama

5 hari. Kemudian diukur dengan spektrofotometer sehingga diperoleh

transmittan 0%T, 10%T, 25%T dan 50%T. Panjang gelombang yang

digunakan untuk bakteri adalah 580 nm sedangkan untuk fungi 530

nm.

Page 27: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

d. Penentuan aktivitas metode difusi agar dengan menggunakan cakram

kertas

Inokulasi pada lempeng uji

1) Ose yang telah disterilkan, dicelupkan ke dalam suspensi mikroba

lalu ditiriskan dengan menempatkan ose pada dinding tabung.

Selanjutnya ose digunakan untuk inokulasi pada media agar

lempeng.

2) Inokulasi dilakukan dengan menggunakan ose pada seluruh

permukaan agar yang steril. Tahap ini diulang dua kali sambil

memutar lempeng kira-kira 60⁰ untuk memastikan inokulum

terdistribusi merata.

3) Agar didiamkan dahulu selama 3-5 menit supaya permukaannya

kering, sebelum meletakkan cakram ekstrak etanol pandan wangi.

e. Penempatan cakram uji

1) Siapkan ekstrak etanol daun pandan wangi

2) Cakram kertas dijenuhkan dengan ekstrak etanol daun pandan

wangi.

3) Cawan petri dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian cakram

ekstrak etanol pandan wangi diletakkan sedemikian rupa pada

permukaan agar, sehingga seluruh permukaannya melekat

sempurna. Jarak antara cakram 20-25 mm.

4) Cawan petri diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37⁰C

selama 24 untuk bakteri dan pada suhu 24ºC untuk kapang dan

khamir. Inkubasi harus sudah dilakukan paling lama 15 menit

setelah cakram uji diletakkan pada agar.

5) Pembacaan lempeng uji dan interpretasi hasil

Cawan petri yang sudah diinkubasi dihitung daerah daya

hambatnya secara manual dengan jangka sorong dalam satuan

millimeter.

Page 28: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

6. Pengujian aktivitas antiketombe ekstrak daun pandan wangi

terhadap Pityrosporum ovale

Penentuan uji aktivitas antiketombe menggunakan metode diameter daya

hambat dengan menggunakan kertas cakram yang telah dijenuhkan

dengan larutan uji.

a. Persiapan inokulum Pityrosporum ovale

1) Jamur Pityrosporum ovale murni dibiakkan didalam media

PDA yang dibuat membentuk agar miring dengan cara

menggoreskan Pityrosporum ovale

2) Setelah dilakukan peremajaan dan perbanyakan biakan, maka

dilakukan pembuatan inokulum

3) Koloni Pityrosporum ovale yang berumur 24 jam pada PDA

disuspensikan kedalam 5 ml larutan salin

4) Homogenisasi dengan vortex selama 30 detik

5) Konsentrasi suspensi Pityrosporum ovale disesuaikan sampai

mencapai konsentrasi final 25%T.

Suspensi inilah yang nantinya digunakan untuk uji aktivitas

antijamur terhadap jamur Pityrosporum ovale.

6) Penentuan aktivitas metode difusi agar dengan menggunakan

cakram kertas.

b. Inokulasi pada lempeng uji

1) Ose steril dicelupkan ke dalam suspensi Pityrosporum ovale

lalu ditiriskan dengan menempatkan ose pada dinding tabung.

Selanjutnya ose digunakan untuk inokulasi pada media PDA.

Media PDA dibuat sebagai lempeng agar pada cawan petri

berdiameter 100 mm.

2) Inokulasi dilakukan dengan menggunakan ose pada seluruh

permukaan agar yang steril. Tahap ini diulang dua kali sambil

memutar lempeng kira-kira 60⁰ untuk memastikan inokulum

terdistribusi merata.

Page 29: Proposal Skripsi-pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol Pandan Wangi

3) Agar didiamkan dahulu selama 3-5 menit supaya

permukaannya kering, sebelum meletakkan cakram uji ekstrak

etanol pandan wangi.

c. Penempatan cakram uji

1) Siapkan ekstrak etanol pandan wangi

2) Cakram kertas dijenuhkan dengan ekstrak etanol pandan

wangi

3) Cawan petri dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian

cakram uji ekstrak etanol pandan wangi diletakkan sedemikian

rupa pada permukaan agar, sehingga seluruh permukaannya

melekat sempurna. Jarak antara cakram 20-25 mm.

4) Cawan petri diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 24⁰C

selama 24-48 jam. Inkubasi harus sudah dilakukan paling lama

15 menit setelah cakram uji diletakkan pada agar.

d. Pembacaan lempeng uji dan interpretasi hasil

Cawan petri yang sudah diinkubasi selama 24-48 jam dihitung daerah

daya hambatnya secara manual dalam satuan millimeter.