Proposal Skripsi Mike

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan nasional, pajak menjadi salah satu tumpukan sektor penerimaan negara. Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik. Disamping itu, keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keputusan bisnis yang baik jika berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan bisnis yang kurang baik, begitu juga sebaliknya. Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik 1

Transcript of Proposal Skripsi Mike

Page 1: Proposal Skripsi Mike

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan nasional, pajak

menjadi salah satu tumpukan sektor penerimaan negara. Dari segi ekonomi, pajak

merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik.

Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau

kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan

yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus

dikelola dengan baik. Disamping itu, keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi oleh

pajak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keputusan bisnis yang baik jika

berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan bisnis yang kurang baik, begitu juga

sebaliknya.

Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin, maupun pengeluaran

pembangunan (fungsi budgeter/budgetory). Selain itu, pajak sebagai alat kebijakan

moneter serta mengatur kehidupan dengan mendorong atau mengekang suatu cara hidup

(fungsi mengatur/regulatory). Semakin besar pajak yang dibayarkan perusahaan maka

pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak

merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan

akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut untuk mengoptimalkan laba. Dengan

demikian, dalam hal membayar pajak, biasanya perusahaan berupaya agar pengeluaran

1

Page 2: Proposal Skripsi Mike

pajaknya menjadi sekecil mungkin. Dalam rangka meningkatkan efisiensi daya saing,

maka manager wajib menekankan biaya seoptimal mungkin.

Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan berhubungan dengan

pajak. Langkah pertama yaitu mulai dengan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak

untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan terdaftar di salah satu

Kantor Pelayanan Pajak, melaksanakan akuntansi perpajakan,serta membayar dan

menyampaikan SPT masa tahunan sesuai dengan jenis pajaknya pada tanggal yang telah

ditentukan. Langkah kedua adalah merencanakan pajak (tax planning) yaitu dengan

memperhitungkan pengaruh pengambilan keputusan tertentu terhadap kewajiban

pajaknya, misalnya keputusan untuk melakukan investasi.

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak dengan

pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan

membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak,

pemerintah memerlukan dana unruk membiayai penyelenggaraan pemerintah, yang

sebagian besar bersal dari penerimaan pajak.

Perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk mengurangi

jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal. Hal ini dimungkinkan jika ada

peluang yang dapat dimanfaatkan, baik karena kelemahan peraturan pajak maupun

sumber daya manusia (fiskus).

Usaha meminimalisasi (menghemat) beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai

cara, mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan atau

penghindaran pajak (tax avoidance) sampai dengan yang melangar peraturan perpajakan

atau penggelapan pajak (tax evasion). Umumnya perncanaan pajak merujuk pada proses

merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah

2

Page 3: Proposal Skripsi Mike

yang minimal tetapi masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun

perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan

kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, tepat waktu sehingga dapat menghindari

pemborosan sumber daya.

Usaha penghindaran pajak yang dilakukan dengan melanggar ketentuan perpajakan

disebut juga dengan tax evasion. Cara ini disebut dengan penggelapan pajak atau

penyelundupan pajak. Harry Graham Balter (dalam Moh.Zan, 2003 : 49) mengatakan

bahwa ‘penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan wajib

pajak –apakah berhasil atau tidak- untuk mengurangi atau sama sekali menghapus

utang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran

terhadap Undang- undang perpajakan’, seperti meninggikan harga pembelian,

merendahkan penghasilan yang diperoleh, meninggikan beban usaha atau melakukan

pembayaran deviden secara diam-diam. Dalam manajemen pajak cara ini tidak sejalan

dengan prinsip manajemen.

Berlawanan dengan penyelundupan pajak, penghindaran pajak yang masih

berada dalam bingkai ketentuan pajak yang juga disebut dengan tax avoidance

menurut Harry Graham Balter (dalam Moh.Zain, 2003:49) adalah ‘merupakan

usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan peraturan Undang- undang

perpajakan’. Misalnya dilakukan dengan mematuhi ketentuan di bidang perpajakan

dan menggunakan strategi di bidang perpajakan yang digunakan, seperti

memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun

memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku.

Oleh karena itu diperlukan manajemen pajak yang bertujuan menekan pajak serendah

mungkin dan menunda selambat mungkin pembayaran pajak untuk memperoleh laba

3

Page 4: Proposal Skripsi Mike

likuiditas yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan ini, yang perlu dilakukan oleh

perusahaan adalah melakukan perencanaan pajak (tax planning), dan ini hanya

mungkin dilakukan apabila pihak manajemen perusahaan memahami

ketentuan perpajakan serta menyelenggarakan kebijakan-kebijakan akuntansi dan

pembukuan yang memenuhi syarat.

Perencanaan pajak (tax planing) itu sendiri menurut Moh. Zain (2003 : 43)

dalam Manajemen Perpajakan, adalah “ proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau

kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak

penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal,

sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan maupun secara komersial.

CV. BMK merupakan suatu persekutuan komanditer yang berlokasi di Talawi,

kota Sawahlunto. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2007 dengan kegiatan usahanya

perdagangan barang dan atau jasa. Jenis barang/jasa dagangan utama dari persekutuan

komanditr ini meliputi : alat/peralatan/ suku cadang/ jasa : pertambangan, jasa

kontruksi bagunan sipil, jalan, jembatan, bendungan, dan pemukiman, ATK, peralatan

kantor, pegawai/pakaian dinas/sekolah, percetakan, komputer, teknik mekanikal

elektrikal, labotarium, obat-obatan, alat kedokteran, perabot rumah tangga,

furniture/mobiler, bahan kontruksi/ bangunan, pembibitan pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan & peternakan, air conditioner (AC), telekomunikasi, cleaning

service. Namun sebagai perusahaan yang belum lama berdiri ini belum melakukan

perencanaan pajak secara sistematis. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada CV. BMK ini untuk mengetahui berapa penghematan pajak yang bisa

dilakukan jika perencnaan pajak diterapkan pada CV. BMK ini.

Berdasarkan uaraian tersebut di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian

4

Page 5: Proposal Skripsi Mike

dengan judul “Penghematan yang diperoleh dengan Penerapan Tax Planing

Sebagai Upaya Untuk Memaksimalkan Laba dan Meminimalkan Beban Pajak

Penghasilan Pada CV. Bara Mitra Kencana Di Sawahlunto.”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Prinsip-prinsip ketentuan perpajakan secara teoristis telah diterapkan di CV. BMK

ini, tetapi akan lebih baik lagi jika digunakan secara optimal dengan penerapan

perencanaan pajak.

2. Bagi perusahaan sendiri, pajak merupakan beban yang harus diminimalkan, namun di

lain pihak pajak merupakan kewajiban perusahaan kepada negara.

1.3 Perumusan Masalah

1. Apakah penerapan tax planing dalam pengelolaan keuangan CV. Bara Mitra

Kencana dapat menghemat pembayaran pajak penghasilan?

2. Seberapa besar pajak yang dapat dihemat dengan menerapkan perencanaan pajak

metode penyusutan aktiva tetap?

3. Manakah diantara metode penyusutan garis lurus dan saldo menurun yang

menghasilkan penghematan pajak lebih besar?

4. Manakah diantara metode persediaan yang lebih baik digunakan oleh perusahaan?

1.4 Pembatasan Masalah

1. Objek penelitian ini adalah CV. Bara Mitra Kencana di Sawahlunto.

2. Tax Planing dalam penelitian ini hanya meliputi tax planing pada CV. Bara Mitra

Kencana di Sawahlunto dengan metode penyusutan aktiva tetap.

3. Penelitian ini memakai UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.

5

Page 6: Proposal Skripsi Mike

4. Perencanaan pajak (tax planing) yang dilakukan dalam penelitian ini terbatas pada

perencanaan pajak ditinjau dari aspek material.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perencanaan pajak yang dilakukan

perusahaan sebagai upaya untuk mengoptimalkan laba perusahaan dan meminimalkan

beban pajak pada perusahaan.

2. Mengetahui seberapa besar penghematan yang diperoleh perusahaan dengan

menggunakan metode penyusutan aktiva.

3. Mengetahui manakan yang menghasilkan penghematan pajak lebih besar antara

metode penyusutan garis lurus dan saldo menurun.

4. Mengetahui manakah diantara metode persediaan yang lebih baik digunakan oleh

perusahaan.

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengambil

kebijakan manajemen pajak atau strategi perpajakan yang akan digunakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan yang bermanfaat sebagaitambahan informasi dan pengetahuan yang

memberikan nilai guna bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan

keputusan.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan aplikasi dari teori yang diperoleh dari referensi

dengan melihat keadaan senyatanya dan sebagai bahan perbandingan dengan

6

Page 7: Proposal Skripsi Mike

penelitian sebelumnya. Diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan

dapat menambah wawasan dalam bidang akuntansi dan perpajakan dengan

cara penerapan secara langsung teori yang diperoleh di perkuliahan, dalam

memperbanyak kepustakaan ataupun bentuk lainnya, terutama yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk memperluas

wawasan maupun sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang

mungkin akan dilakukan khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

perpajakan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang

bermanfaat dan berguna sebagai bahan referensi, sumber informasi, dan bahan

pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, serta sebagai tambahan nilai guna

bagi yang membutuhkan.

7

Page 8: Proposal Skripsi Mike

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perpajakan

2.1.1 Pengertian Perpajakan

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam

pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri

berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

kepentingan bersama. Pajak sendiri adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang

menyelenggarakan pemerintah (Waluyo, 2005:2).

Hampir seluruh kehidupan manusia dan perkembangan dunia bisnis saat ini,

dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaruh tersebut

seringkali cukup berarti, sehingga para pelaku bisnis, komponen pajak merupakan

komponen yang harus mendapat perhatian serius karena merupakan faktor menentukan

bagi lancarnya suatu bisnis.

Pengertian pajak itu sendiri, menurut Soemitro (1984 :19), seperti yang diuraikan

dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pendapatan 1984, adalah sebagai berikut : “ Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara atau peralihan kekayaan dari sektor swasta ke

sektor pemerintah dengan tiada mendapat imbal jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk

dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Meliala (1990 : 8) dalam Azas dan Dasar Perpajakan, menyatakan bahwa : “ Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negaqra berdasarkan Undang-undang sebagai perwujudan

pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan pembangunan nasional”.

8

Page 9: Proposal Skripsi Mike

Sementara itu, Brotodiharjo, sebagaimana dikutip oleh Adrian (1991 : 2) dalam

Pengantar Ilmu Hukum Pajak, menyebutkan bahwa : “ Pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan

yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan

dengan tugas negara untuk menyelenggarakan tugas pemerintah”. Dari definisi diatas,

dapat diinterpretasikan bahwa pada hakekatnya :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang- undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini ini berarti pelanggaran atas aturan

perpajakan akan berakibat adanya sanksi.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara

langsung oleh pemerintah.

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Selanjutnya, Mardiasmo (2001 : 2) menjelaskan bahwa secara teoristis pajak

mempunyai dua fungsi, yakni :

1. “ Fungsi Budgeter,

Yaitu fungsi dimana pajak sebagai sumber dana pajak sebagai sumber dana

bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya

2. Fungsi Mengatur

Yaitu fungsi dimana pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi”.

Fungsi ini terutama ditujukan terhadap sektor swasta.

Manfaat yang diperoleh dari kebijaksanaan pajak sebagai “pangatur” tidak dapat

segara dilihat dan dinyatakan secara kuantitatif, sehingga kecenderungan untuk

menjadikan pajak sebagai penerimaan negara (budgeter) semata-mata dan melupakan

9

Page 10: Proposal Skripsi Mike

fungsi mengatur menjadi dominan, terutama dalam keadaan penerimaan negara dan

penerimaasn negara dan sumber lain tidak dapat diharapkan.

2.1.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu hasil pembaharuan

perpajakan (tax reform), yakni melalui Undang-undang Republik Indonesia No.7 tahun

1983 yang mulai berlaku di Indonesia sejak 1 Januari 1984, dan kemudian diperbarui

menjadi Undang-undang No.7 tahun 1991 dan selanjutnya diperbarui lagi menjadi

Undang-undang No. 10 tahun 1994 dan kemudian diperbarui lagi menjadi Undang-

undang No.17 tahun 200 dan terakhir diperbarui terakhir menjadi Undang-undang No.36

tahun 2008 yang digunakan sampai saat sekarang ini. Undang-undang pajak penghasilan

ini hanya mengatur tentang ketentuan-ketentuan yang bersifat materil, sedangkan

ketentuan-ketentuan tang bersifat formal diatur tersendiri dalam Undang-undang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Mengacu pada Undang-undang No.36 tahun 2008, dapat dikatakan bahwa pajak

penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan, baik penghasilan yangh

diterima atau diperoleh orang pribadi atau perorangan maupun badan yang berada di

dalam negeri dan/atau di luar negeri, yang terutang selama tahun pajak.

Pajak penghasilan mengatur mengenai pajak atas penghasilan yang diperoleh Wajib

Pajak selama satu tahun pajak, sehingga semua penghasilan yang diterima oleh

perseorangan maupun badan selama satu tahun pajak, akan dikenai pajak penghasilan

sesuai dengan ketentuan Undang—undang Pajak Penghasilan.

Dalam buku Perbandingan Pembaharuan Perpajakan Nasional Moh.Zain (1984 :95)

menyatakan bahwa jenis-jenis pajak penghasilan mencakup :”

1. Pajak Penghasilan dari Pekerjaan (PPh pasal 21)

10

Page 11: Proposal Skripsi Mike

2. Pajak Penghasilan dari usaha (PPh pasal 22)

3. Pajak Penghasilan dari Modal dan Jasa (PPh pasal 23)

4. Pajak Penghasilan dari yang Terutang/dibayar di Luar Negeri (PPh pasal 24)

5. Pajak Penghasilan dari yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (PPh pasal 25)”.

Tahun Pajak (tahun takwim) dimulai dari tanggal 1 Januari sampai tanggal 31

Desember. Pajak Penghasilan dipungut setelah takwim dan paling lambat bulan maret

tahun berikutnta. Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak adalah mengisi

dan menyampaikan SPT (surat Pemberitahuan) tahunan dengan benar dan jujur.

2.1.3 Subjek Pajak Penghasilan

Dalam Undang-undang Np.36 tahun 2008, pasal 2 disebutkan bahwa :

(1) Yang menjadi subjek pajak adalah:

a. 1. orang pribadi;

2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak;

b. badan; dan

c. bentuk usaha tetap.

(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya

dipersamakan dengan subjek pajak badan

(2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak

luar negeri.

(3) Subjek pajak dalam negeri adalah:

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal

11

Page 12: Proposal Skripsi Mike

di Indonesia;

b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang‐undangan;

2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atauAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

PemerintahDaerah; dan

4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

(4) Subjek pajak luar negeri adalah :

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(5) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak

12

Page 13: Proposal Skripsi Mike

lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12

(dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau

menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,

disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk

menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

13

Page 14: Proposal Skripsi Mike

(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan

oleh DirekturJenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

Dalam Undang-undang No.36 tahun 2008 pasal 4, akan dijelaskan mengenai objek

pajak. Pada dasarnya, objek pajak penghasilan adalah setiap penghasilan yang

diperoleh/diterima wajib pajak, dari penghasilan tersedbut akan ditentukan berapa

besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang sebelumnya dikurangi terlebih dahulu

dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang dikenakan bagi wajib pajak yang

bersangkutan. Sebagaimana terutang dalam Keputusan Dirgen Pajak Kep-545/PJ/2000

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak PPh

Pasal 21 dan Pasal 26. Selanjutnya, pada Undang-undang pajak yang sama, pasal 5 ayat

(1)akan dijelaskan mengenai :

(1) Yang menjadi Objek Pajak bentuk usaha tetap adalah:

a. penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari

harta yang dimiliki atau dikuasai;

b. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau

pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang

dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia;

c. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh

kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap

dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

2.2 Tax Planing

2.2.1 Defenisi Tax Planing

Defenisi teoristik tax planing merupakan bagian dari manajemen pajak. Tax planing

disini tidak sama dengan perencanaan yang merugikan penerimaan negara, tujuannya

14

Page 15: Proposal Skripsi Mike

adalah mengatur pajak harus yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.

Untuk itu perusahaan perlu untuk melakukan penelitian dan pengumpulan peraturan

perpajakan yang ada sehingga bisa ditentukan usaha penghematan pajak apa yang akan

dilakukan.

Dalam kamus Istilah Akuntansi, Siegel and Shim (1994 : 461) memberikan

pengertian bahwa : “perencanaan pajak merupakan analisis sistematis yang ditujukan

untuk memimalkan kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak dapat

ditekankan serendah mungkin guna memperoleh laba likuiditas yang diharapkan”.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perencanaan pajak

adalah suatu usaha pengurangan beban pajak dengan tetap mematuhi ketentuan-

ketentuan peraturan perpajakan, seperti memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam

peraturan perpajakan yang berlaku, usaha penghematan pajak berdasarkan the least and

latest rule, yaitu wajib pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin akan

menunda pembayaran pajak selambat mungkin sebatas masih diperkenankan oleh

peraturan perpajakan.

Menekan pajak sekecil mungkin dilakukan dengan menahan penghasilan-

penghasilan atau memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan daripenghasilan

sehingga Penghasilan atau Laba Kena Pajak menurun, atau memanfaatkan hal-hal yang

belum diatur dalam peraturan perpajakan. Usaha penundaan pembayran pajak selambat

mungkin dilakukan dengan memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti

ketentuan yang berkaitan dengan penyusutan. Penundaan pembayaran pajak selambat

mungkin yang berkaitan dengan konsep time value for money. Dengan menunda

pembayaran pajak sampai batas waktu yang diperbolehkan oleh Undang-undang dan

Peraturan Perpajakn, perusahaan bisa mendapatkan penghematan aliran kas konsep time

15

Page 16: Proposal Skripsi Mike

value for money itu sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Husnan (1992 :29) dalam

Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan adalah sebagai berikut :

“Setiap individu berpendapat nilai uang saat ini lebih berharga daripadananti.

Dengan demikian mereka akan lebih menyukai untuk menerima jumlah yang sama saat

ini daripada nanti, dan lebih suka membayar jumlah yang sama pada waktu nanti

daripada saat ini.

2.2.2 Strategi Dalam Perencanaa Pajak

Dalam melaksanakan perencanaan pajak, ada empat strategi yang harus

diperhatikan, yaitu :

1. Memahami masalah perpajakan. Permasalahn ini tidak terbatass pada

pemahaman Undang-undang Perpajakan saja, tetapi juga meliputi Peraturan

Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (KepPres), Surat Keputusan Menteri

Keuangan dan Surat Keputusan/Surat Edaran Dirjen Pajak, agar tidak kehilangan

jejak mengenai segala ketentuan peraturan Undang-undang Perpajakan. Lebih-

lebih Perpajakan dan Petunjuk Pelaksanaannya. Oleh karena itu, yang terpenting

bagi perencanaan pajak adalah memilik kemampuan menerapkan ketentuan

Undang-undang Perpajakan dalam situasi nyata (life situasions) dan bukan hanya

memiliki bakat mengungkapkan ketentuan Undang-undang Perpajakan sampai

ke akar-akarnya, serta melihat implikasinya terhadap pengambilan keputusan.

2. Menyadari bahwa masalah perpajakan adlah masalah perundang-undagan,

sehingga hanya otoritas loyal yang berwenang untuk memutuskan apa yang

benar sesuai dengan yang dimaksud oleh ketentuan Undang-undang Perpajakan.

Apabila terjadi aplikasi yang benar (correct application) menurut ketentuan

Undang-undang Perpajakan dan hasilnya menyimpang dari standar teori

16

Page 17: Proposal Skripsi Mike

akuntansi, ekonomi dan sosial, maka yang harus diikuti adalah ketentuan

Undang-undang Perpajakan. Dalam praktek sebagai perselisihan perpajakan

terjadi karena ketidaksamaan pendapat mengenai correct application dari suatu

ketentuan Undang-undang Perpajakan untuk situasi yang spesifik, misalnya

perlakuan akuntansi komersial dan perpajakan dan pajak dalam hal; pembayaran

kenikamatan kepada karyawan. Mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan

(SAK), pembayaran kenikmatan kepada karyawan diakui sebagai pengurang

pajak. Akan tetapi, menurut Undang-undang PPh pasal 9 ayat (1) bagian (e),

pembayaran kenikmatan tersebut di atas tidak diakui sebagai pengurang pajak.

Dalam kasus di atas, perusahaan harus mengikuti ketentuan Undang-undang

Perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang mengacu pada SAK

direkonsiliasi menjadi laporan keuangan fiskal.

3. Memahami bahasa yang digunakan Undang-Undang Perpajakan. Pengungkapan

verbal merupakan hal yang kritis. Suatu pengertian yang sama dalam

pembicaraan sehari-hari dapat didefinisikan berbeda dengan ketentuan ketentuan

Undang-undang Perpajakan. Misalnya pengertian “penghasilan” menurut

Undang-undang Perpajakan berbeda dengan pengertian pajak dalam bahasa

sehari-hari. Menurut Undang-undang No.36 tahun2008, pengertian penghasilan

adalah sebagai berikut :

“setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib

Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun”.

(Pasal 4 ayat 1 Undang-undang No.36 tahun 2008)

17

Page 18: Proposal Skripsi Mike

4. Menyadari bahwa perencanaan pajak mepunyai keterbatasan strategi

penghindaran pajak yang mempunyai kobinasi antara kepentingan bisnis dan

strategi menghindari pajak yang menguntungkan kedua belah pihak,

keberhasilan perencanaan pajak ini sangat bergantung pada sistem akuntansi

yang ada di dalam perusahaan. Dalam perencanaan pajak ini harus diketahui

terlebih dahulu jumlah pajak yang akan dihindarkan dan bagaimana cara

menghindarinya. Semua ini hanya dapat dilakukan jika perusahaan

menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

2.2.3 Aspek-aspek Perncanaan Pajak

Dalam buku Perncanaan Pajak sebagai Langkah Peningkatan Kepatuhan dan

Efesiensi Pajak (1997 : 18), dijelaskan beberapa alternatif untuk mengolah variable-

variable kritis tersebut, yakni melalui aspek-aspek :

“1. Proyeksi Pajak

2. Bentuk Usaha

3. Bidang Usaha

4. Pengawasan/Pemeriksaan Pajak

5. Kebijakan Akuntansi

Selanjutnya, aspek-aspek di atas akan dijelaskan secra singkat dalam uraian di bawah

ini.

2.2.3.1 Proyeksi Pajak

Perencanaan perpajakan dapat dilakukan melalui suatu proyeksi. Proyeksi ini dapat

berupa proyeksi arus kas, laba-rugi atau proyeksi atas rencana-rencana perusahaan.

Proyeksi itu sendiri menurut Badudu dan Zain (2001 : 1094), dalam Kamus Bahasa

18

Page 19: Proposal Skripsi Mike

Indonesia adalah: “ suatu perkiraan atau perhitungan untuk masa yang akan datang

berdasarkan data yang ada sekarang”.

Dalam proyeksi-proyeksi tersebut, perusahaan dapat memiliki laba yang tinggi

dengan pajak penghasilan yang tinggi serta cash flow bersaldo kecil, atau mementingkan

saldo yang lebih kecil, pembayaran pajak yang kecil, serta saldo kas yang besar. Saldo

kas yang lebih besar berarti membawa keuntungan bagi perusahaan.

Melalui perencanaan budget (proyeksi) tersebut, perusahaan dapat memilih beban

karyawan, apakah tunjangan-tunjangan untuk karyawan (seperti tunjangan kendaraan,

transportasi, tunjangan perumahan, tunjangan makan dan minu, dan lain-lain) diberikan

dalam bentuk natura dan kenikmatan (benefit in kind) atau dibayarkan dalam bentuk

uang. Jika perudahaan dalam kondisi menderita kerugian maka akan lebih

menguntungkan apabila tunjangan tersebut diberikan dalam bentuk natura/atau

kenikmatan. Hal ini diatur dalam pasal 4 ayat (3) huruf d Undang-undang No.36 tahun

2008, bahwa :” penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib

Pajak atau Pemerintah”.

Atas beban karyawan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan tersebut,

manajemen dapat melakukan koreksi fiskal di dalam SPT PPh Wajib Pajak Badan.

Tujuan dilakukannya koreksi fiskal adalah agar beban karyawan berupa natura/atau

kenikmatan tersebut di dalam laporan keuangan dikurangkan/dikeluarkan dari

biaya/beban atau pengurang/penghasilan.

Dengan dilakukannya koreksi fiskal, PPh karyawan tidak diperhitungkan, sedangkan

di dalam SPT PPh Wajib Pajak Badan masih tidak membayar pajak penghasil;an karena

perusahaan masih menderita kerugian. Dari segi pajak, koreksi fiskal tersebut

diperkenankan karena membayar beban karyawan akan berakibat memperkecil saldo

19

Page 20: Proposal Skripsi Mike

rugi, sehingga apabila berlaku surut, koreksi fiskal tersebut menimbulkan konsekuensi

kompensasi akan lebih kecil.

Non deductible expense tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang laba kena

pajak. Dalam keadaan perusahaan memperoleh laba maka koreksi fiskal tersebut akan

memperbesar laba kena pajak dan dalam keadaan perusahaan menderita rugi akan lebih

kecil. Sebaliknya, apabila perusahaan memperoleh laba tinggi, maka dapat dilakukan

peninjauan kembali mengenai masalah pembayaran natura dan/atau kenikmatan terhadap

karyawan tersebut. Dengan mengalihkannya ke dalam bentuk tunjangan akan lebih

menguntungkan, sebab akan menjadi penghasilan karyawan tersebut yang mungkin

terkena tarif pajak yang lebih rendah.

2.2.3.2 Bentuk Usaha

Bentuk usaha juga berpengaruh terhadap pemajakan, bentuk usaha misalnya PT,

Koperasi, CV dengan modal yang terdiri dari saham, firma, persekutuan atau perorangan

a. Perseran Terbatas

Bentuk uasaha yang berbentuk PT., para pemegang sahamnya terdiri dari badan atau

perorangan berakibat lain dari segi pemajakannya. Penghasilan dividen atau bagian laba

yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai pemegang saham, bukan

merupakan objek pajak penghasilan begitu pula dengan dividen atau bagian laba yasng

diterima koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, badan usaha milik negara, atau badan

usaha milik daerah, anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas

saham-saham, serta persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, bukan merupakan objek

pajak penghasilan. Demikian juga dengan bunga obligasi yang diterima atau diperoleh

perusahaan modal ventura. Sebaliknya, jika dividen atau pembagian laba tersebut

diterima oleh perorangan sebagai pemegang saham, maka akan merupakan objek pajak

penghasilan.

20

Page 21: Proposal Skripsi Mike

b. Yayasan

Yayasan yang tujuannya nirlaba dan kegiatannya semata-mata menyelenggarakan

pendidikan dan sosial, penghasilannya bukan objek pajak

c. Dana Pensiun

Penghasilan dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan dari

modal yang ditanamkan di bidang tertentu berdasarkan keputusan Menteri Keuangan,

bukan merupakan objek pajak penghasilan. Penanaman di bidan tertentu tersebut,

antara lain :

a. Bunga deposito, diskonto deposito, sertifikat deposito, dan tabungan Bank

Indonesia;

b. Bunga obligasi di Pasar Modal;

c. Deviden dari saham

d. Penghasilan Ventura

Atas penghasilan dari transaksi penjualan saham kepada perusahaan pasangannya,

dikenakan PPh final sebesar 0,1% dari jumlah bruto yang bersifat final.

e. Perusahaan Pusat dan Cabang

Perusahaan pusat dan cabang akan lebih efektif bila diajukan permohonan

sentralisasi faktur PPN. Dengan sentralisasi ini, transaksi pemindahan atau pengiriman

barang antar pusat ke cabang dan sebaliknya atau pengiriman antar cabang, tidak perlu

terkena PPN, jadi tidak perlu mengeluarkan faktur PPJ.

f. Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional berbentuk Permanent Establishment (Bentuk Usaha

Tetap) dapat menghindari pengenaan pajak Witholding Tax (PPh pasal 26) atas

21

Page 22: Proposal Skripsi Mike

penghasilan setelah pajak, apabila penghasilan tersebut ditanamkan kembali di

Indonesia, dengan syarat :

a) Penanaman kembali dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan

yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta atau

pendiri; dan

b) Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berikutnya dari tahun pajak

diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut.

c) Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-

kurangnya dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat

penanaman dilakukan, berproduksi komersial.

2.2.3.3 Bidang Usaha

Bidanmg usaha tertentu memperoleh perlakuan perpajakan yang berbeda, misalnya

untuk perusahaan konstruksi, dikenakan pajak penghasilan sebagai berikut :

2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang berkualifikasi

usaha kecil

4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang tidak memiliki

berkualifikasi usaha

3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa yang berkualifikasi

usaha menengah dan besar

4% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa

yang berkualifikasi usaha

6% untuk perencanaan atau pengawasan konstruksi yang dilakukan penyedia jasa

yang tidak berkualifikasi usaha

22

Page 23: Proposal Skripsi Mike

Ketentuan di atas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi yang berlaku sejak

tanggal 1 Januari 2008. Peraturan Pemerintah ini adalah pengganti dari Peraturan

Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 tentang hal yang sama.

Bidang usaha pengecer (retail) juga memperoleh perlakuan khusus di bidang PPN,

yaitu dengan tarif 2%, baik dari penjualan Barang Kena Pajak (BKP), maupun Barang

Tidak Kena Pajak (BPKP), dengan catatan bahwa PPN Masukan tidak dapat dikreditkan.

Oleh karena itu, bila komposisi dari penjualan BKP lebih besar dari Non BPKP, maka

akan lebih menguntungkan bila dikenakan tarif 2% dibandingkan dengan tarif biasa 10%.

Juga untuk perusahaan yang mempunyai pelanggan yang cukup banyak, dapat

menggunakan permohonan untuk menggunakan faktur gabungan untuk PPN.

2.2.3.4 Pengawasan/Pemeriksaan Perpajakan

Direktorat Jendral Pajak akan melakukan pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk :

a. Menetepkan pajak-pajak negara yang terutang;

b. Menetapkan besarnya kerugian yang dapat dikompensasikan dengan saldo

laba tahun-tahun berikutnya.

Pemeriksaan dilakukan melalui Kantor Pealayanan Pajak berdasarkan : (a) sampling

pemeriksaan; (b) SPT lebih bayar; (c) SPT rugi; dan (d) adanya pengaduan masyarakat.

Dengan memperhatikan tidak hanya dilakukan untuk mengurangi beban pajak saja,

karena terdapat aspek yang tidak dapat diabaikan yaitu pemeriksaan. Apabila dalam

pemeriksaan ternyata, penerapan perencanaan pajak tersebut dinyatakan tidak benar, hal

ini berarti bahwa perencanaan pajak tersebut justru membebani perusahaan

23

Page 24: Proposal Skripsi Mike

2.2.3.5 Kebijakan Akuntansi

a. Penilaian Persediaan

Kebijakan akuntansi mengenai persediaan mensyaratkan penggunaan metode FIFO

atau Average Methode, sedangkan LIFO tidak diperkenankan dalam ketentuan

perpajakan. Sesuai dengan Undang-undang No.36 tahun2008 pasal 10 ayat (6), adalah :”

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok

dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata‐rata atau

dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama”. Dalam keadaan harga

barang cenderung naik, maka Average Methode akan lebih menguntungkan, karena

harga poko penjualan akan lebih besar bila dibandingkan dengan metode FIFO.

Sebaliknya, apabila harga barang cenderung turun, penggunaan metode FIFO akan

lebih menguntungkan, karena persediaan akan lebih kecil dan harga pokok persediaan

akan lebih besar. Dengan demikian, saldo laba kecil dan pajak penghasilan juga

menjadi lebih kecil. Dengan pertimbangan bahwa, setiap perusahaan memiliki metode

penghitungan persediaan yang konstan tiap tahunnya, apabila akan melakukan

perubahan wajib melaporkan perubahan tersebut kepada KPP atau Direktorat Jendral

Pajak dan apabila disetujui dapat menggunakan metode yang baru, kecuali untuk

perusahaan yang baru.

b. Metode Penyusutan

Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam peraturan perpajakan adalah metode

garis dan/atau saldo menurun. Berdasarkan pasal pasal 11 dan 11A Undang-undang

No.36 tahun 2008. Dengan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan setiap tahun

akan sama, sedangkan degan metode saldo menurun beban penyusutan yang semakin

menurun dari tahun ke tahun. Dengan beban penyusutan yang semakin menurun, berarti

24

Page 25: Proposal Skripsi Mike

pada tahun-tahun awal beban penyusutan lebih besar, akibatnya saldo laba kecil, dan

pajak penghasilan lebih kecil dibandingkan dengan metode garis lurus.

Dengan pembayaran pajak penghasilan yang lebih kecil di awal-awal tahun,

memungkinkan tersedianya cash flow tyang lebih besar dan kondisi saat ini sangat

berguna bagi operasional perusahaan yag baru mulai berjalan. Manfaat yang sama yang

dapat diperoleh oleh perusahaan yang sudah mapan, apabila menerapkan saldo

menurun, memungkinkan perusahaan untuk menunda pembayaran pajak dan

penundaan ini sangat menguntungkan sesuai dengan konsep time value of money.

c. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha (leasing) aktiva tetap juga menguntungkan dari segi beban

pembayran angsuran. Dari segi pemajakan, aktiva tetap sewa guna usaha tidak boleh

disusutkan, tetapi beban angsuran lebih besar dari beban penyusutan, maka pembebanan

pajaknya dapat menjadi lebih kecil.

d. Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Dengan mengadopsi model revaluasian sesuai PSAK 16 (2007) maka revaluasi aset

tetap dalam rangka penyajian laporan keuangan tidak lagi harus mengikuti ketentuan

perpajakan. Suatu entitas yang memilih model revaluasian mempunyai pilihan untuk

melaporkan atau tidak atas hasil revaluasi untuk tujuan perpajakan. Apabila entitas

bermaksud tidak melaporkan hasil revaluasian tersebut untuk tujuan perpajakan maka

akan terjadi beda temporer antara laporan keuangan dengan laporan fiskalnya sehingga

pengaruh pajak tangguhan atas revaluasi tersebut perlu dihitung. Dalam hal ini akan

muncul pertanyaan, kapan suatu perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi?, apakah

akan dilakukan revaluasi total atau revaluasi parsial?. Untuk yang berkaitan dengan

masalah pajak, pertimbangan yang harus diperhatikan adalah kondisi perusahaan yang

bersangkutan, seperti :

25

Page 26: Proposal Skripsi Mike

a. Kondisi perusahaan dalam kondisi laba atau rugi?

b. Kalu laba, berapa labanya?

c. Jika rugi, kapan rugi terjadi? Tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya? Kapan

batas akhir kompensasi kerugian?

d. Bagaimana dampak revaluasi terhadap beban pajak tahun berjalan dan tahun-tahun

yang akan datang?

Jika perusahaan tidak memiliki rugi fiskal, yang harus dilakukan adalah menghitung

nilai tunai dari jumlah penyusutan aset yang berasal dari selisih lebih, baru kemudian

dibandingkan dengan PPh final yang harus dibayar.

Jika perusahaan mempunyai rugi fiskal dan memiliki laba tahun berjalan, misalnya

rugi fiskal tahun 2010 adalah Rp. 500.000.000 dan laba tahun berjalan diprediksi adalah

Rp.200.000.000, maka akan ada kompensasi kerugian yang akan hangus sebesar

Rp.300.000.000 (karena sudah 5 tahun). Daripada kompensasi tersebut hangus,

perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi pada tahun2010. Hal ini karena, misalkan

saja terdapat selisih revaluasi sebesar Rp.350.000.000, maka selisih tersebut

dikompensasikan terlebih dahulu dengan rugi fiskal, sehingga tidak dikenakan PPh final.

Dengan demikian, rugi fiskal pada tahun 2010 tinggaL sebesar Rp.150.000.000, dan

apabila laba tahun berjalan Rp.2000.000.000, maka perusahaan tinggal membayar pajak

untuk laba setelah dikompensasi sebesar Rp.50.000.000. Di samping itu, perusahaan juga

akan mendapat tambahan beban penyusutan dari revaluasi, yang juga akan mengurangi

laba fiskal.

2.3 Beberapa Cara dalam menyusun Perncanaan Pajak

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk tujuan meminimalkan beban

perusahaan, diantaranya adalah :

1. Perencanaan perpajakan untuk penyusutan aktiva tetap perusahaan.

26

Page 27: Proposal Skripsi Mike

2. Perencanaan perpajakan melalui penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap

perusahaan.

3. Perencanaan perpajakan berdasarkan penentuan harga transfer (transfer

pricing) perusahaan.

4. Perencanaan perpajakan melalui manajemen persediaan,

5. Perencanaan perpajakan dengan mendefenisikan revenue dan expense

perusahaan.

6. Perencanaan perpajakan melalui pembelian aktiva.

7. Perencanaan perpajakan melalui pemberian imbalan berupa uang atau berupa

ventura.

8. Perencanaan perpajakan melalui pemberian tunjangan berupa uang makan

atau berupa makan.

9. Perencanaan perpajakan melalui pembiayaan berupa obligasi.

10. Perencanaan perpajakan dengan menangguhkan pendapatan

11. Perencanaan perpajakan dengan mempercepat atau segera mebiayakan

pengeluaran.

Perencanaan pajak merupakan penghindaran pajak yang sukses dan perlu dibedakan

dengan penyelundupan pajak. Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk

kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada

dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun

demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan

kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara

optimal menghindari pemborosan sumber daya. Sedangkan penyelundupan pajak

27

Page 28: Proposal Skripsi Mike

merupakan suatu tindakan penghindaran pajak dengan menggunakan cara-cara yang

ilegal.

2.4 Depresiasi Aktiva Tetap

2.4.1 Pengertian Depresiasi Aktiva Tetap

Menurut Baridwan (2004:304), depresiasi adalah sebagian dari harga

perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya

setiap periode akuntansi.

Berdasarkan PSAK No.17, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset

yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan

dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu:

a. Keadilan pajak (tax equity)

Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak,

apakah perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur

modalnya, padat modal atau padat karyanya. Dengan adanya penyusutan

maka kegiatan usaha manufaktur dan jenis usaha yang padat modal akan

lebih diuntungkan dibanding den gan yang lainnya.

b. Kebijakan ekonomi

Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal

(capital growth). Jika penyusutan besar laba setelah pajak juga besar,

pengembalian atas investasi (ROI) besar, sehingga arus kas menjadi tinggi.

Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada

tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu

28

Page 29: Proposal Skripsi Mike

secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu peningkatan

modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :

1) Penyusutan untuk barang baru atau barang beka

2) Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu

3) Penyusutan berdasarkan jenis aset.

4) Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)

3. Administrasi

Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sedxerhana

dan kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun

kompleks, tergantung pada beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi,

sumber daya manusia, dan kepatuhan dari Wajib Pajak.

2.4.2 Karekteristik Dari Aset yang Dapat Disusutkan

a. Digunakan dalam kegiatan usaha

Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam usaha atau

menjalankanm usaha. Aset ini dapat dibedakan menjadi aset bisnis, aset

campuran, dan aset pribadi. Untuk aset bisnis dapat disusutkan semuanya,

sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan sebagian sesuai dengan

yang digunakan dalam kegiatan usaha.

b. Nilainya menurun secara bertahap

Nilai aset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik

karena semakin buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya

tidak menurun secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi

langsung dibiayakan. Adapun aset yang tidak dapat disusutkan adalah

tanah, aset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

c. Aset berwujud dan aset tidak berwujud

29

Page 30: Proposal Skripsi Mike

Aset berwujud maupun aset tidak berwujud yang mempunyai manfaat

lebih dari satu periode dapat disusutkan. Untuk aset tidak berwujud

penyusutannya disebut dengan amortisasi

d. Pihak yang berhak melakukan penyusutan

Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah :

1) Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha

2) Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner

e. Saat dilakukan penyusutan

Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi

adakalanya pada tahun perolehan

f. Dasar untuk melakukan penyusutan

g. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga :

1) Harga perolehan (historical cost)

2) Harga penggantian (replacement cost)

3) Revaluasi (revaluation)

Sebagaimana telah diatur dalam pasal 9 ayat 2 UU PPh bahwa

pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagihb dan memelihara

penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu yahun tidak

boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan.

Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan aktiva

tetap dilakukan secara individula per aset, tidak lagi secara gabungan

(berdasarkan golonghan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk

alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis masih boleh

menggunakan penyusutan secara golongan.

30

Page 31: Proposal Skripsi Mike

2.4.3 Perbedaan Penyusutan Aktiva Tetap Antara Akuntansi komersial dan

Ketentuan Fiskal

a. Sudut pandang akuntansi komersial

Diperbolehkan untuk menggunakan nilai sisa

Masa manfaat ditentukan berdasarkan nilai taksiran dengan

berpedoman pada kewajaran dan kelayakan

Menggunakan metode garis lurus, saldo menurun. Jumlah angka

tahun dan metode lainnya sesuai SAK untuk aktiva tetap

b. Sudut pandang ketentuan fiskal

Tidak adanya nilai sisa

Sudah ditentukan masa manfaat dari masing-masing aktiva tetap

dan tidak boleh menyimpang dari masa mafaat yang sudah

ditentukan (Alim.2005:109)

Menggunakan metopde garis lurus hanya untuk aktiva tetap berupa

bangunan dan metode garis lurus ataupun saldo menurun ganda

untuk aktiva tetap selain bangunan dengan nilai sisa diamortisasi

seluruhnya di akhir tahun (Faisal.2009:308)

2.4.4 Pengelompokan Harta Berwujud

Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh nomor 36 tahun 2008, semua

aktiva tetap berwujud yang memenuhi syarat penyusutan fiskal

dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan :

a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan

Harta berwujud kelompok bangunan dikelompokkan menurut masa

manfaatnya sebagai berikut :

31

Page 32: Proposal Skripsi Mike

Kelompok Bukan Bangunan Masa manfaat

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

4 Tahun

8 Tahun

16 Tahun

20 Tahun

b. Harta berwujud kelompok bangunan

Harta berwujud bangunan menurut masa manfaatnya sebagai berikut :

Kelompok Bangunan Masa manfaat

Bangunan Permanen

Bangunan Bukan Permanen

20 tahun

10 tahun

2.4.5 Tarif Penyusutan Untuk Aktiva Bukan Bangunan

Kelompok Bukan

Bangunan

Tarif Penyusutan

Metode garis lurus Metode Saldo

Menurun

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

25%

12,5%

6,5%

5%

50%

25%

12,5%

10%

2.4.6 Tarif Penyusutan Untuk Aktiva bangunan

Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan ( Metode Garis

32

Page 33: Proposal Skripsi Mike

Lurus)

Bangunan Permanen

Bangunan Bukan Permanen

5%

10%

2.4.7 Kelompok Aktiva Bukan Bangunan

a. Kelompok I (4 tahun)

1. Membel dan peralatan dari kayu atau rotan

Contoh ; Meja, kursi, lemari

2. Mesin kantor

Contoh : komputer, mesin tik, printer, dsb.

3. Perlengkapan lain

Contoh : tape recorder, amply, televisi

4. Sepeda motor, sepeda becak

5. Alat perlengkapan khusus bagi industri jasa yang bersangkutan

6. Alat dapat untuk memasak makanan dan minuman

b. Kelompok II (8 tahun)

1. Mebel yang terbuat dri logam

Contoh : meja, kursi, lemari dari logam, kipas angin

2. Mobil, bus, spitbot, truk

3. Kontener dan sejenisnya

c. Kelompok III (16 tahun)

1. Contoh untuk industry yang berhubungan dengn telekomunikasi :

Kapal barang

Kapal penumpang

Kapal pendingin

33

Page 34: Proposal Skripsi Mike

Kapal tangki

Kapal khusus yang dibuat untuk mengangkut barang-barang tertentu

termasuk juga kapal

Kapal penangkap ikan yang beratnya 100-1000 dwt

2. Dok terapung

3. Perahu layar pakai/tanpa motor yang beratnya diatas 250 dwt

4. Pesawat, Helikopter

d. Kelompok IV (16 Tahun)

1. Lokomotif uang dan tender atas rel

2. Lokomotif listrik atas rel

3. Lokomotif atas rel lainnya

4. Kereta, gerbang penumpang dan barang termasuk kontainer yang ditarik

5. Kapal khusus yang dibuat untuk menghela termasuk juga kapal suar, kapal

pemandam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung yang beratnya diatas

1000 dwt

6. Dok-dok terapung

2.5 Metode Penilaian Persediaan

Manajemen persediaan berhubungan degan metode perhitungan persediaan. Metode

perhitungan persediaan yang diperkenankan dalam perpajakn hanya metode rata-rata

(average) atau FIFO (First In Firs Out).

Pada metode penilaian persediaan rata-rata, harga yang digunakan untuk menilai

persediaan yang terpakai adalah nilai rata-rata perolehan persediaan dalam satu periode

34

Page 35: Proposal Skripsi Mike

sedangkan pada metode FIFO persediaan yang dipakai dinilai seharga nilai persediaan

yang pertama masuk.

Tinggi rendahnya perhitungan pemakaian bahan sangat tergantung pada fluktuasi

harga. Namun dengan mengasumsikan kondisi harga bahan cenderung mengalami

kenaikan maka kondisi inilah yang lebih relevan untuk menjadi dasar pertimbangan

dalam penentuan metode persediaan.

2.6 Pajak Terutang Wajib Pajak Badan

2.6.1 Pajak Terutang Wajib Pajak Badan menurut Standar Akuntansi Keuangan

Tujuan penyajian laporan keuangan seperti yang termuat dalam Kerangka Dasar dan

Penyajian Laporan Keuangan adalah mentediakan informasi menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurt Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan, seperti yang termuat dalam

2.6.2 Penghitungan Pajak Terutang Wajib Pajak Badan menurut Undang-undang

Perpajakan.

Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim, demikian

juga halnya dengan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi, namun

disesuaikan dahulu dengan keputusan-keputusan peraturan perpajakan. Menurut Peraturan

Perpajakan, penyesuaian dilakukan pada biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan terhadap

pendapatan. Dengan demikian, penghitungan pajak terutang wajib pajak badan adlaah :

a. Menentukan laba bruto yang diperoleh perusahaan dalam suatu tahun pajak;

b. Menentukan laba bruto dengan biaya-biaya yang menurut Peraturan Perpajakan dapat

dikurangkan;

c. Mengkoreksi kemungkinan pembebanan biaya yang bersifat menambah/mengurangi

penghasilan kotor;

35

Page 36: Proposal Skripsi Mike

d. Hasil pengurangan biaya-biaya tersebut mempunyai laba netto sebelum pajak atau

disebut juga dengan laba kena pajak atau Penghasilan Kena pajak (PKP). PKP ini

mempunyai dasar penghitungan besarnya pajak terutang.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perencanaan pajak mencakup hal-hal seperti

meminimalkan tarif pajak dan memaksimalkan biaya fiskal yang dapat dikurangkan serta

memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan atau dikecualikan dari penghematan pajak.

Dengan mengacu pada buku petunjuk pengisian SPT PPh yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jendral Pajak, Skema Penghitungan PPh Wajib Pajak Badan, yang mencakup pula Laba Kena

Pajak atau PKP menurut Undang-undang Perpajakan No.36 vtahun 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Skema Penghitngan PPh Wajib Pajak

1

2 (-)

Jumlah seluruh penghasilan

Penghasilan yang tidak objek Pajak Penghasilan

3

4

(=)

(-)

(+/-)

Penghasilan Bruto

Biaya fiskal yang dapat dikurangkan

(Koreksi Biaya Fiskal tidak dapat dikurangkan)

5

6

7

(=)

(-)

(-)

Penghasilan Netto

Kompensasi Kerugian (bila ada)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (WP Perseorangan)

8

9

(=)

(x)

Penghasilan Kena Pajak

Tarif pasal 17

10

11

(=)

(-)

Pajak Penghasilan Tertang

Kredit Pajak

12 (=) Pajak Penghasilan Lebih Bayar/Kurang Bayar/Nihil

Sumber : DJP, Petunjuk Pengisian SPT PPh 2000

Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan, item-item di ata dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jumlah seluruh Penghasilan

36

Page 37: Proposal Skripsi Mike

Yang dimaksud dengan penghasilan, sesuai dengan pasal 4 Undang-undang No.36 tahun

2008 adalah :

1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,

bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang‐ undang ini;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau

anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apa pun;

4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau

sumbangan,kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,

badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

37

Page 38: Proposal Skripsi Mike

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di

antara pihakpihak yang bersangkutan; dan

5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau

seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,

atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

e. penerimaan kembali pembaqyaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri

dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

38

Page 39: Proposal Skripsi Mike

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang yang mengatur

mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi

dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau

pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh

perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,

usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan;

dan

e. penghasilan tertentu lainnya,

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2. Penghasilan yang ditangguhkan/dikecualikan pengenaan pajaknya tercantum pada

pasal 4 ayat (3) Undang-undang No.36 tahun 2008, yaitu :

3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. 1) Bantuan sumabangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat

39

Page 40: Proposal Skripsi Mike

yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang

berhak;

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus 1 (satu) derajat, dan oleh badan keagamaan atau bagian pendidikan atau

badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetaokan oleh

Menteri Keuangan;

b. Warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib

Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib

Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan

norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau

badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang

ditahan; dan

40

Page 41: Proposal Skripsi Mike

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari

jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun

pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang‐bidang tertentu yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham‐saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit

penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor‐sektor usaha yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

41

Page 42: Proposal Skripsi Mike

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang

ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

3. Penghasilan (laba) Bruto

Penghasiolan bruto adalah jumlah seluruh penghasilan sedbelum dikurangi biaya-

biaya

4. Biaya fiskal dapat dikurangkan

Biaya fuskal dapat dikurangkan adalah biaya-biaya sesuai pasal 6 ayat (1) Undang-

undang No.36 tahun 2008, yaitu sebagai berikut :

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha, antara lain:

12. biaya pembelian bahan;

13. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,

honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk

uang;

14. bunga, sewa, dan royalti;

15. biaya perjalanan;

42

Page 43: Proposal Skripsi Mike

16. biaya pengolahan limbah;

17. premi asuransi;

18. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan

PeraturanMenteri Keuangan;

19. biaya administrasi; dan

20. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata‐nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri

atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan

43

Page 44: Proposal Skripsi Mike

utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah

dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya

pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah

utang tertentu;

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk

penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1) huruf k;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan

PeraturanPemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

5. Penghasilan (laba) Netto

Penghasilan netto adalah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang

diperkenankan oleh Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan.

6. Kompensasi Kerugian dan/atau Penghasilan Tidak Kena Pajak (bagi Wajib Pajak

Perseorangan)

Kompensasi kerugian adalah rugi tahu n sebelumnya samapai dengan 5 tahun ke

44

Page 45: Proposal Skripsi Mike

belakang berturut-turut dapat diperhitungkan sebagai pengurang laba netto sesuai pasal

6 ayat (2) Undang-undang No.36 tahun 2008 adalahLapisan Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP). Berdasarkan Undang-undang No.36 tahun 2008 pasal 7, lapisan Tarif

Pengasilan Tidak Kena Pajak adalah sebagai berikut :

a. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)

untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib

Pajak yang kawin;

c. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)

tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan

d. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk

setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)

orang untuk setiap keluarga.

7. Penghasilan (laba) Kena Pajak

Penghasilan atau laba kena pajak adalah penghasilan netto dikurangi kompensasi

kerugian bagi Badan Usaha dan Orang Pribadi dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak.

8. Tarif

Tarif adalah presentase untuk menetapkan Jumlah Pajak Terutang, yaitu sesuai Pasal

17 Undang-undang No.36 tahun 2008, yaitu sebagai berikut :

(1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:

a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

45

Page 46: Proposal Skripsi Mike

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah)

5%

(lima persen)

di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) s.d. Rp 250.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

di atas Rp25.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah)

s.d. Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah)

25%

(dua puluh lima persen)

di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah)

30%

b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%

(dua puluh delapan persen).

(2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat

diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

(2a)Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh

lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

9. Pajak (PPh) Terutang

Sesuai pasal 1 angka (9) Undnag-undang No.16 tahun 2000, pajak terutang adalah

pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau

46

Page 47: Proposal Skripsi Mike

Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Pajak.

10. Kredit Pajak

Sesuai Pasal 1 angka (22) Undang-undang No.16 tahun 2000, kredit pajak untuk

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan

pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam

tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah denga pajak yang dipotong atau

dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terhutang di luar

negeri, dikurangi pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, dikurangkan dari pajak

yang terutang.

11. Pajak Penghasilan Kurang/Lebih Bayar/Nihil

Adalah pajak yang harus dibayar oleh Wajib pajak, apabila pajak yang terutang

untuk satu tahun pajak ternyata lebih besar restitusi yang dapat diminta kemali, apabila

lebih kecil daripada jumlah kredit pajak atau apabila pajak yang terutang besarnya sama

dengan jumlah kredit pajak.

47

Page 48: Proposal Skripsi Mike

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit PT. BA UPO Ombilin yang berlokasi di Sawahlunto.

3.2 Variabel Penelitian

pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu datu variabel independent dan satu

variabel dependent, adapun variabel yang dimaksud yaitu :

1. Variabel Independent

Perencanaan pajak

2. Variable Dependent

a. Memaksimalkan laba

b. Meminimalkan beban pajak

3.3 Defenisi Oprasional

Dari variable penelitian, akan dijelaskan mengenai defenisi operasional variabel

penelitian, yaitu :

1. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak merupakan suatu upaya atau strategi-strategi legal yang dapat

48

Page 49: Proposal Skripsi Mike

dilakukan perusahaan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan

meminimalkan beban pajak seperti mengetahui bagaimana perhitungan pajak

berdasarkan undang-undang yang berlaku dan pematuhan terhadap pembayaran

pajak sehingga terhindar dari sanksi pajak.

2. Pengoptimalan Laba

Pengoptimalan laba merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan perusahaan

dalam meningkatkan laba perusahaan dengan berbagai usaha dan kinerja dalam

perusahaan salah satunya dengan membayar pajak tepat pada waktunya sehingga

tidak terkena sanksi pajak.

3. Meminimalkan Beban Pajak

Peminimalan beban pajak merupakan suatu upaya perusahaan dalam melakukan

perencanaan pajak sehingga dapat memperbesar beban atau biaya perusahaan.

3.4 Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil data pada CV. Bara Mitra

Kencana di Sawahlunto dan sumber datanya terdiri dari :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung pada objek penelitian (tidak

melalui media perantara) yaitu pada Unit PT. BA UPO Sawahlunto, berupa

laporan keuangan perusahaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari berbagai

literatur yang berkaitan dengan Perencanaan Pajak serta dokumen tentang objek

penelitian yang datanya dipublikasikan secara umum. Data ini digunakan untuk

mengetahui bagaiman profil PT. BA UPO Sawahlunto.

49

Page 50: Proposal Skripsi Mike

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang akan

digunakan dalam analisa kasus. Dasar-dasar teoristis dapat diperoleh dari

berbagai literatur-literatur, artikel-artikel, makalah, jurnal, buku-buku dan

catatan kuliah serta sumber-sumber lainnya yang relevan yang ada kaitannya

dengan masalah yang dibahas dan digunakan sebagai pembahasan penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung

pada perusahaan untuk mendapatkan data dan keterangan lainnya yang

dibutuhkan dalam pembahasan.

3.6 Teknik Analisa Yang Digunakan

Dalam melakukan penelitian penulis menganalisa data dengan cara :

1. Metode Deskriptif Kualitatif

Yaitu metode analisa yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab

pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu sedang berjalan dari pokok suatu

penelitian atau membandingkan antara teori-teori dan praktek yang telah dilaksanakan

oleh perusahaan. Metode ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pajak dapat

diminimalkan dengan menggunakan perencanaan pajak.

2. Metode Kuantitatif

Melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan dengan tahapan :

a. Mengidentifikasi aktiva tetap bukan bangunan yang dimiliki perusahaan.

b. Mengelompokkan aktiva tetap bukan bangunan tersebut ke dalam empat kelompok

50

Page 51: Proposal Skripsi Mike

berdasarkan masa manfaatnya

c. Menggunakan metode garis lurus untuk menghitung penyusutan aktiva tetap bukan

bangunan :

Menghitung penyusutan tiap tahun masing-masing jenis aktiva tetap bukan

bangunan

Untuk Menghitung Besarnya Biaya Penyusutan :

Kemudian menghitung nilai tunai penyusutan tersebut dengan menggunakan

discount factor tertinggi 20%

Menjumlahkan keseluruhan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan pertahun

d. Menggunakan metode saldo menurun untuk menghitung penyusutan aktiva tetap

bukan bangunan :

Menghitung penyusutan tiap tahun masing-masing jenis aktiva tetap bukan

bangunan

Untuk Menghitung Besarnya Biaya Penyusutan

Kemudian menghitung nilai tunai penyusutan tersebut dengan menggunakan

discount factor tertinggi 20%

Menjumlahkan keseluruhan penyusutan aktiva tetap bukan bangunan pertahun

e. Membandingkan besarnya penyusutan aktiva tetap bukan bangunan antara metode

garis lurus dengan saldo menurun

f. Membandingkan besarnya penghematan pajak per tahun dengan menggunakan

metode penyusutan garis lurus dan saldo menurun

51

Biaya Penyusutan = Persentase (%) Penyusutan X harga Perolehan

Biaya Penyusutan = Persentase (%) Penyusutan X harga Perolehan

Page 52: Proposal Skripsi Mike

g. Menenentukan metode penyusutan yang menghasilkan penghematan pajak paling

besar.

Melakukan perhitungan nilai persediaan dengan menggunakan metode rata-rata dan

FIFO. Kemudian menentukan metode penilaian persediaan yang paling menguntungkan

dalam pembayaran pajak.

52