Proposal Rev 1-37 100212

59
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan angka kematiannya terus merayap naik. Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer & Bare, 2002). Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi tempat tumbuhnya (Sjamsuhidajat, 2005).

Transcript of Proposal Rev 1-37 100212

Page 1: Proposal Rev 1-37 100212

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan

angka kematiannya terus merayap naik. Kanker merupakan proses penyakit

yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo

Nucleat Acid (DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai

berproliferasi secara abnormal. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel

mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya.

Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses

ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah

tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk

metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer & Bare,

2002). Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang

biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak

bentuk dan fungsi tempat tumbuhnya (Sjamsuhidajat, 2005).

Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

komplek di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh,

terpadu,efisien, ekonomis dan manusiawi. Kanker dapat menyerang seluruh

lapisan masyarakat. Bahkan di negara-negara maju sebab kematian kanker

menduduki urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (Sukardja, 2005)

Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan membuat perkiraan, insiden

kanker di Indonesia, 100 per 100.000 orang. Data dari Departemen Kesehatan,

sekitar 3,5% pasien yang dirawat di rumah sakit adalah neoplasma dan

cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif

(Gayatri,2003). Data Departemen Kesehatan menyebutkan kanker merupakan

1

Page 2: Proposal Rev 1-37 100212

2

penyebab kematian ke-5 di Indonesia, setelah jantung, stroke, saluran pernafasan

dan diare (DepkesRI, 2006).

Berbagai pilihan terapi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker. Pilihan

pengobatan kepada pasien kanker harus berdasarkan pada tujuan yang realistik

dan yang dapat dicapai untuk setiap tipe kanker yang spesifik. Banyak terapi

yang dilakukan terhadap kanker, diantaranya operasi, radioterapi, kemoterapi dan

terapi biologis serta beberapa metode terapi lainnya. Terapi operasi dan

radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal, sedangkan

kemoterapi digunakan untuk terapi sistemik terhadap kanker sistemik dan kanker

dengan metastasis klinis ataupun subklinis. Pengobatan kanker stadium lanjut

lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya metode pilihan yang efektif

(Smeltzer & Bare, 2002)

Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk

membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular.

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistemik dari lesi

setempat. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau terapi

radiasi, atau kedua-duanya. Tujuan dari kemoterapi (penyembuhan,

pengontrolan, paliatif) harus realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan

medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan (Smeltzer

& Bare, 2002).

Data dari ruang tindakan kemoterapi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang,

dari bulan januari 2010 sampai Desember 2010, tindakan kemoterapi yang

telah dilakukan sebanyak 5187 tindakan. Dan data jumlah tindakan

kemoterapi rata-rata pada 3 bulan terakhir (Juli 2010, Agustus 2010, dan

September 2010) adalah sebanyak 388 tindakan tiap bulannya (Catatan Medis

RSUP Dr. Kariadi semarang, 2010)

Page 3: Proposal Rev 1-37 100212

3

Pasien yang menjalani kemoterapi, biasanya akan mengalami berbagai

ketidaknyamanan seperti mual, muntah, alopecia, kulit kering dan penurunan

daya tahan tubuh. Gangguan psikologis berupa kecemasan yang mana timbul

sebagai efek samping dari pemberian kemoterapi, mulai dari kecemasan

ringan sampai kecemasan yang berskala berat bahkan pasien dapat mengalami

kepanikan. Perubahan fisik akibat efek samping dari kemoterapi cenderung

membuat pasien merasa cemas, sehingga mempengaruhi hubungan

interpersonal dengan oranglain maupun pasangan hidup (Nurachmah,1999)

Kecemasan pasien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya,

serta obyek yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara

langsung melalui perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak

jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas) dan perubahan perilaku

seperti ( gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut) dan secara tidak langsung

melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart,

2006).

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab dari

gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor sosial dan

lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor biologis (Greene,

2003 ). Pasien dapat mengatasi kecemasannya dengan menggunakan sumber

koping di lingkungan sekitarnya. Sumber koping tersebut adalah aset

ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial keluarga dan

keyakinan budaya dapat membantu individu dalam menggunakan mekanisme

koping yang adaptif. Sumber koping yang penting bagi pasien adalah

dukungan sosial keluarga terutama dari pasangan hidup (Stuart, 2006)

Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga

berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta

Page 4: Proposal Rev 1-37 100212

4

mempertahankan suatu budaya, sehingga fungsi keluarga sangat diperlukan

dalam dukungannya terhadap perawatan pasien. Dukungan keluarga terutama

suami atau istri dapat memberikan rasa senang, rasa aman, rasa nyaman dan

mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa.

(Setiadi, 2008). Karena itu dukungan keluarga sangat diperlukan dalam

perawatan pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan pasien,

meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani

pengobatan kemoterapi.

Dukungan sosial lain yang tak kalah penting bagi pasien kanker adalah

dukungan yang diberikan oleh perawat. Perawat berperan penting dalam

mengendalikan kebutuhan emosi diri pasien terutama pasien kanker yang

sedang menjalani kemoterapi (Ibrahim, 2009). Peran perawat sangat penting

dalam penanggulangan kecemasan dan berupaya agar pasien tidak merasa

cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif secara biologis, psikologis,

sosial, dan spiritual. Peran perawat juga sangat penting untuk memberikan

suport atau dukungan dan penyuluhan terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien (Kuntjoro, 2010).

Pengkajian data awal yang dilakukan pada 4 pasien kanker yang menjalani

kemoterapi menunjukkan bahwa 75% Pasien mengalami kecemasan. Pasien

yang mengalami kecemasan merasa penderitaannya bertambah dengan adanya

efek samping obat dan rasa tertekan karena adanya perasaan menambah

beban keluarga dalam hal biaya dan waktu. Hasil wawancara menunjukkan

kecemasan pasien juga bertambah ketika sikap sebagian perawat kurang

mendukung, misalnya ketika pasien bertanya mengapa obatnya belum

diberikan, perawat hanya menjawab obatnya belum ada, dan menunjukkan

sikap yang kurang empati kepada pasien. Pengamatan penulis selama merawat

pasien, kecemasan pasien juga diperburuk dengan lingkungan Rumah Sakit

atau tempat pelayanan kesehatan yang tidak kondusif, perasaan tidak berdaya

Page 5: Proposal Rev 1-37 100212

5

dan dukungan perawat yang tidak adekuat. Fenomena tersebut menjadikan

dasar perlunya penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengalami berbagai masalah

fisik dan psikologis sebagai efek samping pengobatan kemoterapi. Hal ini

dapat meningkatkan kecemasan pasien dan dapat mempengaruhi keberhasilan

pengobatan. Perawat perlu mengetahui berbagai hal yang dapat meningkatkan

dan mengurangi timbulnya kecemasan, antara lain faktor dukungan sosial dari

perawat dan keluarga. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Adakah hubungan dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan

tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr

Kariadi Semarang”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendiskripsikan hubungan dukungan kelurga dan dukungan perawat

dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani

kemoterapi di RSUP Dr Kariadi Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien kanker yang menjani

kemoterapi

b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada pasien kanker yang menjani

kemoterapi

c. Mendeskripsikan dukungan perawat pada pasien kanker yang menjani

kemoterapi

d. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi

e. Menganalisis hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat

kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterap

Page 6: Proposal Rev 1-37 100212

6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi rumah sakit

Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan

untuk menyediakan program konseling tentang kanker dan kemoterapi

bagi keluarga pasien sebelum pasien menjalani kemoterapi, sehingga

pasien mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungan pekerjaan

sehingga menambah motivasi pasien dalam menyelesaikan program

kemoterapi.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan referensi serta menambah koleksi pustaka tentang pasien

kanker yang diberikan pengobatan kemoterapi.

3. Bagi praktek keperawatan dan penelitian selanjutnya

a. Sebagai masukan dalam pemberian askep khususnya pada pasien

kanker yang diberikan pengobatan kemoterapi.

b. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian Keperawatan Medikal

Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Keluarga

F. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang hampir sama sudah sudah pernah dilakukan, dengan

variabel yang berbeda, tempat yang berbeda atau metode penelitian yang

berbeda. Penelitian yang sudah dilakukan terkait penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian Heristanti (2005) tentang Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Tingkat Kecemasan terhadap Kemoterapi pada Pasien Kanker di

Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. Variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah usia, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan

dan lamanya kemoterapi. Penelitian menggunakan metode korelasional

dengan rancangan cross-sectional, dengan jumlah sampel 34 orang.

Page 7: Proposal Rev 1-37 100212

7

Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara dua dari lima

faktor yang diteliti dengan tingkat kecemasan terhadap kemoterapi pada

pasien kanker di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang yaitu faktor

tingkat pendidikan (p=0,011) dan faktor lamanya kemoterapi (p=0,001)

sedangkan faktor tingkat pengetahuan, sosial ekonomi, dan faktorusia

secara statistik tidak bermakna (p>0,05).

2. Penelitian Yunitasari (2007) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Kecemasan Pasien Pasca Didiagnosa Kanker di Rumah Sakit Dr

Kariadi Semarang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia,

jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi dan tingkat

pendidikan. Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan cross

sectional, dengan jumlah sampel 34 responden. Diperoleh kesimpulan

bahwa terdapat hubungan antara empat dari lima faktor yang di teliti

dengan tingkat kecemasan pada pasien pasca didiagnosa kanker di Rumah

Sakit Dr Kariadi Semarang yaitu faktor jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan (p< 0,05) sedangkan

faktor usia secara statistik tidak berhubungan (p>0,05).

3. Penelitian Wulandari (2011) tentang Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker Servix yang Menjalani

Kemoterapi di RSUP Dokter Kariadi Semarang. Penelitian menggunakan

metode diskripstif korelasional, dengan jumlah sampel 58. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga (suami) dengan

tingkat kecemasan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.

Didapatkan nilai korelasi (r) sebesar –0,311 menunjukkan bahwa arah

korelasi negatif dengan kekuatan yang sedang dan p value 0,018, arah

hubungan ini terbalik sehingga dapat disimpulkan semakin baik dukungan

keluarga semakin rendah tingkat kecemasan pada pasien kanker cerviks

yang menjalani kemoterapi.

Adapun hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

selanjutnya adalah variabel dan tempat penelitian yang berbeda.

Page 8: Proposal Rev 1-37 100212

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian dan Insiden Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak

menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang

menegangkan serta tidak diinginkan (Craig, 2009). Kecemasan juga

merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Greene, 2005).

Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan

menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi

ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya.

Dalam bentuknya yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi

individu sehari-hari (Videbeck, 2008).

Kebanyak kasus wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari pada

pria. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika Serikat menunjukkan

satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun (Videbeck, 2008).

Kecemasan juga banyak ditemui pada pasien yang menjalani

pemeriksaan,investigasi atau perawatan dalam bidang kesehatan seperti

pasien kanker yang menjalani kemoterapi (Ibrahim, 2009).

2. Penyebab dan Presipitasi Terjadinya Kecemasan

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab dari

gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor sosial

dan lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor biologis

(Greene 2003 ).

8

Page 9: Proposal Rev 1-37 100212

9

a. Teori psikodinamika menjelaskan bahwa gangguan kecemasan sebagai

usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang

mengancam ke kesadaran. Perasaan kecemasan adalah tanda-tanda

peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke

kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk

mengalihkan impuls-impuls tersebut, yang kemudian mengarah

menjadi gangguan kecemasan lainnya (Greene 2003).

b. Faktor-faktor lingkungan dan sosial yang menyebabkan terjadinya

gangguan kecemasan didapatkan dari pemaparan terhadap peristiwa

yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut pada orang

lain dan kurangnya mendapat dukungan sosial. Termasuk dalam

dukungan sosial adalah dukungan perawat dan dukungan keluarga

(Smeltzer & Bare, 2002).

c. Faktor-faktor kognitif dan emosional menadi penyebab gangguan

kecemasan disebabkan konflik psikologis yang tidak terselesaikan,

prediksi berlebih tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang tidak

rasional, sensitivitas yang berlebihan tentang ancaman, salah

mengartikan dari sinyal-sinyal tubuh (Greene 2003)..

d. Faktor-faktor biologis menjadi penyebab gangguan kecemasan

diperoleh dari predisposisi genetik, dan ketidakseimbangan biokimia

di otak. Sebagai faktor predisposisi kondisi kesehatan umum seperti

kondisi penderita kanker sangat berhubungan dengan penyebab

kecemasan (Ibrahim, 2003 ).

Kecemasan pada pasien sebagai individu dapat dicetuskan oleh adanya

ancaman. Faktor-faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya

masalah kecemasan dapat berupa ancaman terhadap integritas biologi dan

ancaman terhadap konsep diri dan harga diri (Hawari, 2001). Ancaman

terhadap integritas biologi dapat berupa penyakit trauma fisik. Ancaman

terhadap konsep diri dan harga diri seperti: proses kehilangan, perubahan

peran, perubahan hubungan, lingkungan dan status sosial.

Page 10: Proposal Rev 1-37 100212

10

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan yaitu:

a. Faktor internal

1) Potensi stressor

Merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

stressor psikososial perubahan dalam kehidupan seseorang

sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer &

Bare, 2002).

2) Maturitas

Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang

matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap

kecemasan.

3) Pendidikan dan status ekonomi

Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir rasional dan menangkap informasi baru

termasuk menguraikan masalah baru (Stuart, 2006).

4) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis,

penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan

fisik,sehingga akan mudah mengalami kecemasan.

5) Tipe kepribadian

Tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan menderita

gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau

tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan

lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada

orang dengan kepribadian B. Ciri-ciri orang berkepribadian A

adalah : tidak sabar ambisius menginginkan kesempurnaan, merasa

teburu-buru waktu, mudah gelisah, mudah gelisah. Sedang orang

Page 11: Proposal Rev 1-37 100212

11

tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas.

(Stuart, 2001)

6) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada pada lingkungan yang asing akan mudah

mengalami kecemasan dibandingkan bila ia berada di lingkungan

yang biasa dia tempati.

7) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan kecemasan daripada orang yang lebih tua,

tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.

8) Jenis kelamin

Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan

dibandingkan dengan laki-laki.

b. Faktor eksternal

Dukungan sosial dapat mempengaruhi kemampuan koping seseorang

dalam mengatasi masalah, termasuk dalam hal kecemasan, selain itu

dukungan sosial juga membuat pasien merasa diperhatikan dan dicintai

oleh orang lain, merasa dirinya dianggap dan dihargai, dan membuat

seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh

anggotanya. termasuk diantara dukungan sosial meliputi dukungan

keluarga dan dukungan orang lain (termasuk perawat) yang bermakna

dalam membantu pasien mengatasi masalah (Smeltzer & Bare, 2002).

1) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit.

2) Dukungan perawat

Selain dukungan keluarga, salah satu dukungan sosial yang penting

bagi pasien adalah dukungan perawat. Peran perawat sangat

penting untuk memberikan suport atau dukungan dan penyuluhan

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien.

Page 12: Proposal Rev 1-37 100212

12

3. Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan atau ansietas menurut Peplau (1952, dalam

Videbeck, 2008) yaitu ringan , sadang, berat dan panik.

a. Ansietas ringan

Ansietas ini adalah ansietas normal yang memotivasi individu dari

hari ke hari sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu serta

mempertajam perasaannya. Ansietas tahap ini dipandang penting dan

konstuktif.

b. Ansietas sedang

Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indra

dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatian terhadap

rangsangan dari lingkungan berkurang.

c. Ansietas berat

Lapangan persepsi menyempit, individu berfokus pada hal-hal yang

kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan masahnya, dan

terjadi gangguan fungsional.

d. Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrem, terjadi disorganisasi dan

dapat membahayakan diri. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau

hiperaktif, ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi

dikomunikasikan melalui perilaku individu, seperti tekanan darah

meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing, dan

pusing.

4. Gejala Klinis

Gejala klinis cemas tampak pada keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara

lain khawatir, firasat buruk, takut pada perkiraannya sendiri, mudah

tersinggung dan kadang individu yang bersangkutan merasa tegang dan

gelisah. Gejala-gejala lain yang dapat timbul adalah mudah terkejut, takut

sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur,

Page 13: Proposal Rev 1-37 100212

13

mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat,

serta keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernakan gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari, 2001).

Hawari (2001) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan dapat diukur

dengan menggunakan (Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang

sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta ( KPBJ).

Tingkatan kecemasan juga dapat diukur dengan menggunakan Visual

Analog Scale (VAS) dari angka 0 sampai 100. Pengukuran skala

kecemasan menggunakan Visual Analog Scale 0-100 mm lebih mudah

digunakan tidak membutuhkan waktu yang lama (kurang dari 5 menit)

jika dibandingkan dengan HRS-A yang membutuhkan waktu sekitar 10

menit.

5. Kecemasan pada Pasien Kanker dan Kemoterapi

Menurut Nurachmah, (1999) kanker merupakan penyakit yang dapat

mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Setiap jenis pengobatan

pada penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisiologis,

psikologis, maupun sosial pada klien. Perubahan citra tubuh yang dialami

klien merupakan pukulan terberat bagi klien itu sendiri. Kondisi ini

membuat para klien mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan,

sehingga cenderung mempengaruhi konsep diri yang pada akhirnya akan

mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain termasuk

dengan pasangan hidup.

B. Dukungan sosial Keluarga dan Perawat

Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada

memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau

menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Saroson (dalam

Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya

Page 14: Proposal Rev 1-37 100212

14

transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan

pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang

berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa

pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat

dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa

diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

mempengaruhi kejadian dan efek dari stress. Dukungan sosial dapat

menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat

mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan

orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada

kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya

stress.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan anatara respon individu

pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri,

mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu

memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres

mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek

itu.

Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi

dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan

secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup,

orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta

anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

Page 15: Proposal Rev 1-37 100212

15

1. Dukungan Keluarga

Friedman (1998) bahwa fungsi keluarga antara lain fungsi afektif, fungsi

sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan dan

pemeliharaan kesehatan. Fungsi keluarga yang cukup penting pada

seseorang dengan masalah kesehatan adalah fungsi afektif, fungsi

ekonomi dan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Fungsi

afektif adalah suatu fungsi keluarga yang berkaitan dengan persepsi

keluarga dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosioemosional

para anggota keluarga. Adapun fungsi ekonom adalah fungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial atau materi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan diri dalam meningkatkan penghasilan

keluarga. Sedangkan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehata adalah

fungsi dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktifitas yang tinggi. Fungsi-fungsi tersebut berkaitan

dengan peran keluarga dalam memberikan pada anggota keluarganya

yang sakit.

Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan yang diperlukan (Friedman, 1998). Pasien yang mendapat

dukungan keluarga merasa aman, nyaman, perasaan dihargai,

diperhatikan dan dicintai sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan

kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).

Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu dukungan informatif, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.

a. Dukungan informatif

Bantuan informasi yang diberikan agar dapat digunakan seseorang

dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Yang

Page 16: Proposal Rev 1-37 100212

16

dapat menghilangkan kecemasannya oleh salah konsepsi dan

ketidakpastian.

b. Dukungan penilaian

Bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain

berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian yang sangat

membantu penderita adalah penilaian yang positif.

c. Dukungan instrumental

Bantuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan

aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya

dalam bentuk praktis dan kongkrit, diantaranya menyediakan

peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-

obatan yang diperlukan dan lain-lain.

d. Dukungan emosional

Dukungan ini berupa bantuan afeksi dari orang lain, meliputi rasa

simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan

demikian orang yang mengalami masalah dalam dirinya, merasa tidak

menanggung beban sendirian tetapi masih ada keluarga, sahabat, dan

orang lain yang mengalami kondisi serupa, yang mau mendengarkan,

memperhatikan, berempati bahkan mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapi.

2. Dukungan Perawat

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering

berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien

mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi tindakan medis,

termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan. Seorang perawat

dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Termasuk salah

satunya dalam mengendalikan kebutuhan emosi diri pasien (Ibrahim,

2009).

Page 17: Proposal Rev 1-37 100212

17

Peran perawat dalam upaya penyembuhan klien menjadi sangat penting.

Peran perawat juga diperlukan dalam penanggulangan kecemasan dan

berupaya agar pasien tidak merasa cemas melalui asuhan keperawatan

komprehensif. Perawat memiliki berbagai peran sebagai pemberi

perawatan, sebagai perawat primer, pengambil keputusan klinik, advokat,

peneliti dan pendidik (Perry & Potter, 2005).

Saat melakukan asuhan keperawatan perawat dapat menjalankan peran

tersebut dengan melakukan asuhan keperawatan holistik salah satunya

dengan memperhatikan aspek psikososial dan spiritual pasien. Salah satu

peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pasien adalah

memberi dukungan atau suport mental dengan tujuan untuk membantu

pasien menghilangkan kecemasannya. Dukungan perawat diberikan

sebagai salah satu upaya mengatasi masalah psikososial dan spiritual yang

dialami pasien. Dukungan perawat adalah sikap, tindakan dan penerimaan

perawat terhadap pasien melalui pelayanan keperawatan bio-psiko-sosial-

spriritual yang komprehensif bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis.

Dukungan yang diberikan perawat kepada pasien dalam menghadapi

masalah psikologis dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

pasien, meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Dukungan yang

diberikan perawat termasuk dalam dukungan sosial. Sarafino (1998)

membagi dukungan sosial kedalam 5 bentuk, yaitu

a. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan

masalahnya yang berhubungan dengan materi.

Page 18: Proposal Rev 1-37 100212

18

b.    Dukungan informasional (informational support)

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan,

petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.

Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali

dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

c.   Dukungan emosional (emotional support)

Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang selalu

mendampingi, adanya suasana kehangatan, dan rasa diperhatikan akan

membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan

dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat

menghadapi masalah dengan lebih baik.

d. Dukungan pada harga diri (esteem support)

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan

perbandingan yang positif dengan individu lain.

e. Dukungan dari kelompok sosial (network support)

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota

dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas

sosial dengan kelompok.

Jenis dukungan perawat yang dapat diberikan adalah dukungan

instrumental, informasional, emosional, dan dukungan harga diri.

C. Kanker dan Kemoterapi

1. Pengertian Kanker

Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di

ubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) selular. Sel

abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal.

Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif,

dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut

menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe

dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah

Page 19: Proposal Rev 1-37 100212

19

tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk

metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer &

Bare, 2002).

Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang

biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus

merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker tumbuh

secara menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya

(destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan umumnya fatal jika

dibiarkan.

2. Penyebab Kanker

Faktor penyebab kanker yang berperan penting antara lain makanan

( kelebihan kalori, kelebihan zat lemak, kekurangan serat) selain itu

karsinogen melalui makanan, asap rokok dan industri. Kanker juga bisa

timbul karena adanya infeksi seperti hepatitis, sistosomiasis

(Sjamsuhidayat, 2005). Secara umum kanker dapat disebabkab oleh :

a. Kelainan kongenital

Seseorang yany mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara

akan mempunyai resiko lebih besar terkena kanker payudara

dibanding dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor resiko.

b. Bahan Karsinogen

Ada beberapa bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Bahan tersebut

merupakan bahan alami dan sintetis. Bahan alami misalnya

mikotoksin yang mudah tumbuh pada kacang tanah, merupakan

pemicu kuat karsinoma hati. Bahan sintetis misalnya bahan dalam

industri plastik, bahan industri bahan celup dan juga obat-obatan

kemoterapi di dunia kedokteran.

Page 20: Proposal Rev 1-37 100212

20

c. Hormon

Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja,

yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh horman seperti

payudara uterus dan prostat.

d. Lingkungan hidup

Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat hidup

kita baik alamiah maupun biologi, seperti pekerjaan, tempat tinggal

dan gaya hidup.

1) Pekerjaan

Kontak dengan pekerjaan umumnya karena radiasi ionisasi atau

karena karsinogen kimia yang terdapat dalam tempat pekerjaan.

2) Tempat tinggal

Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen atau

zat karsinogennya tinggi dalam tanah, air atau udara.

3) Gaya hidup

Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya hidup

itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap, dipanggang

dan pengawet makanan), minuman keras, merokok, menginang,

terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan timbulnya kanker

servik), dan sirkumsisi mengurangi kemungkinan mendapat

kanker penis.

3. Tahap dan Derajat atau Stadium Kanker

Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap

dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan

dengan dasar pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002).

Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem

TNM sering digunakan dalam menggambarkan keganasan kanker. Dalam

sistem ini T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada

keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada keluasan metastasis.

Page 21: Proposal Rev 1-37 100212

21

Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem penderajatan

digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor

dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan karakteristik histologis dari

jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan nilai numerik dengan

rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang

berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan

asal. Sedangkan tumor yang tidak menyerupai jaringan sal dalam struktu

atau fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa

berdiferensiasi disebut tumor derajat IV. Sel tumor tersebut cenderung

agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan sehingga menambah

tingkat kecemasan pada pasien.

4. Terapi Kanker

Kira-kira 40-50% penderita dapat disembuhkan baik dengan cara bedah,

kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasinya (Syamsuhidayat, 2005).

a. Pembedahan.

Terapi bedah pada kanker dimaksudkan untuk menyembuhkan

(kuratif) atau meringankan penderitaan si sakit (paliatif).

Jika kanker masih terbatas di suatu lakasi, terapi bedah ada

manfaatnya, karena tumor dapat dikeluarkan dengan tindakan radikal

yang kadang disusul oleh radioterapi dan kemoterapi.

b. Radioterapi

Terapi sinar atau radioterapi merupakan terapi setempat menggunakan

radiasi ionisasi, yaitu penyinaran yang menyebabkan ionisasi pada

sasaran juga mengganggu sel-sel normal di sekitarnya.

c. Kemoterapi

Kemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan

obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika.

Page 22: Proposal Rev 1-37 100212

22

5. Kemoterapi

a. Pengertian dan Tujuan

Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia untuk

melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Namun

dalam maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan sebagai

penggunaan obat untuk pengobatan kanker (Miller, 2008 ). Kemoterapi

adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor dengan

mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.

Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan

paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan

medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat

yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme

proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel

normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel

gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal, 2006).

b. Bentuk Kemoterapi

Menurut Ganiswarna (2004) pemberian kemoterapi dapat diberikan

dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga

dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu :

a. Monoterapi (Kemoterapi Tunggal).

Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam

sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi

memberi hasil yang lebih memuaskan.

b. Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi).

Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat yang

diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila

diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada

fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel

kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker

Page 23: Proposal Rev 1-37 100212

23

adalah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas.

Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda

terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini.

c. Kemoterapi Lokal.

Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap efusi

akibat kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor serta

pengobatan intratekal.

c. Cara Pemberian Kemoterapi

Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :

1) Oral

Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet

atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan

2) Intramuskuler

Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk pindah

tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah

pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam

penyembuhannya.

3) Intratekal

Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak

atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.

4) Intrakavitas

Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan

atau melalui selang dada ke dal rongga pleura.

5) Intravena

Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara

ini paling banyak digunakan.

d. Efek Samping Kemoterapi

Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran cerna,

mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual, muntah, dan diare.

Page 24: Proposal Rev 1-37 100212

24

Penekanan sumsum tulang belakang memberi pengaruh tehadap sel

darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada kulit dan rambut

pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering dan

gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada bagian genetalia

biasanya berpengaruh terhadap menstruasi dan kesuburan pada wanita,

dan berpengaruh terhadap spermatogenesis dan menurunkan nafsu

seksual pada pria. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan atau

dampak yang tidak menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka

pasien akan mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga

akan lebih mudah mengalami stres atau kecemasan (Gale & Charette,

2000).

Page 25: Proposal Rev 1-37 100212

25

D. Kerangka teori

Skema 2.1. Kerangka teori

Sumber: Smeltzer & Bare (2002), Stuart (2001)

Faktor-faktor yangmempengaruhi kecemasan:A. Faktor Internal

1. Umur 2. Lingkungan 3. Tipe kepribadian4. Pendidikan dan status

ekonomi5. Maturitas 6. Keadaan fisik 7. Jenis kelamin 8. Status Pekerjaan 9. Potensi stressor (stadium

kanker)B. Faktor Eksternal

Dukungan Sosial:1. Dukungan keluarga2. Dukungan perawat

Tingkat kecemasan1. Cemas ringan2. Cemas sedang3. Cemas berat4. Panik

Stress

Stressor:Kanker & kemoterapi

Kecemasan

Page 26: Proposal Rev 1-37 100212

26

E. Kerangka konsep

Skema 2.1

Kerangka konsep penelitian

F. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang

lain (Nursalam, 2001). Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel

yaitu:

a. Variabel independen yaitu dukungan keluarga dan dukungan perawat.

b. Variabel dependen, yaitu tingkat kecemasan pasien kanker saat

menjalani kemoterapi

G. Hipotesa penelitian

Hipotesa yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

a. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pasien kanker saat menjalani kemoterapi.

b. Ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan

pasien kanker saat menjalani kemoterapi.

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan keluargaDukungan perawat

Tingkat kecemasan

Page 27: Proposal Rev 1-37 100212

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada satu waktu (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek atau data dengan

karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker

yang sedang menjalani kemoterapi di ruang Day Surgery Rumah Sakit

Dokter Kariadi Semarang, dalam satu bulan rata-rata 144 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2002). Sampel

dalam penilitian ini adalah semua pasien kanker yang sedang menjalani

kemoterapi di Ruang Kemoterapi Day Surgery Rumah Sakit Dokter

Kariadi Semarang. Sampel yang akan peneliti ambil adalah yang memiliki

kriteria inklusi (karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target

dan populasi terjangkau) sebagai berikut :

a. Pasien kanker dewasa yang sedang menjalani kemoterapi yang pertama

maupun lanjutan di ruang Kemoterapi Rumah Sakit Dokter Kariadi

Semarang periode bulan Februari 2012

27

Page 28: Proposal Rev 1-37 100212

28

b. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan terapi kombinasi

(polikemoterapi)

c. Bersedia mengikuti penelitian ini dan mau menandatangani surat

persetujuan sebagai peserta penelitian

d. Mampu membaca dan menulis walau tingkat pendidikan minimal.

Kriteria eksklusi (sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang

harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab) dalam penelitien ini

adalah :

a. Pasien kanker yang mendapat kemoterapi tanpa rawat inap

b. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik karena kesakitan.

c. Pasien dengan penurunan kesadaran.

Besar sampel menurut Snedecor GW & Cochran WG (1967), Lemeshowb

dkk (1997) dalam Suyatno (2004) ditentukan dengan rumus.

n =

n =

Dimana :

n : besar sampel

p : proporsi (Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau

literatur lain, maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p

= 0,5)

q : 1 - p

4.p.q

d2

n =

4.0,5.(1-0,5)

0,12

100 responden

Page 29: Proposal Rev 1-37 100212

29

d : tingkat kesalahan yang diinginkan yaitu sebesar 10 % atau 0,1

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposive

sampling.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Tabel definisi operasional

Variabel

IndependenDefinisi

Operasional

Cara ukur Hasil ukur Skala

Dukungan

Keluarga

Dukungan

Perawat

Segala bentuk

dukungan dari

keluarga baik dalam

bentuk informatif,

penilaian,

instrumental, dan

emosional

Segala bentuk

dukungan dari

perawat baik dalam

bentuk instrumental,

informasional,

emosional, dan

Kuesioner dengan 23

pertanyaan.

Menggunakan skala

likert.

Skor pernyataan

favourable

Skor 4 selalu,skor 3

sering, skor 2 kadang,

skor 1 tidak pernah.

Skor pernyataan

unfavourable: skor 1

selalu, skor 2 sering,

skor 3 kadang,skor 4

tidak pernah.

Kuesioner dengan 24

pertanyaan.

Menggunakan skala

Likert.

Skor pernyataan

favourable.

Skor 4 selalu, skor 3

Nilai dukungan

keluarga dengan

rentang nilai 23-

92

a. Baik bila

skor > mean

b. Kurang bila

skor < mean

Nilai dukungan

perawat dengan

rentang nilai 22-

96

a. Baik skor >

mean

Interval

Interval

Page 30: Proposal Rev 1-37 100212

30

dukungan harga diri sering, skor 2 kadang,

skor 1 tidak pernah.

Skor pernyataan

unfavourable : skor 1

selalu, skor 2 sering,

skor 3 kadang, skor 4

tidak pernah.

b. Kurang bila

skor < mean

Variabel Dependen

Tingkat

kecemasan

Kecemasan

adalah kebingungan,

kekhawatiran pada

sesuatu hal buruk

yang akan terjadi

Diukur dengan

meminta pasien

menujuk

rentang skala

kecemasan

menggunakan Visual

Analog Scale pada

skala numeric rating

scale (NRS) dari

rentang 0-100.

Nilai 0-100 pada

skala nyeri NRS

Rasio

D. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Ruang Kemoterapi Day Surgery Rumah

Sakit Dokter Kariadi Semarang.

E. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2012

F. Etika penelitian

Page 31: Proposal Rev 1-37 100212

31

Menurut Notoatmodjo (2010) masalah etika penelitian keperawatan sangat

penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,

sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti

agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak-haknya.

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan

nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada

pihak yang terkait dengan peneliti.

G. Alat Pengumpul Data

1. Instumen penelitian

a. Data primer

Data primer dalam penelitian tersebut berasal dari kuisioner yang

dibuat peneliti dan diberikan kepada responden. Pembuatan

kuisioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat peneliti

sesuai penelitian yang akan dilakukan. Intrumen yang digunakan

kuisioner terdiri atas tiga bagian yaitu:

1) Kuisioner A untuk mengumpulkan data identitas sampel

penelitian meliputi umur pasien, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, pekerjaan.

2) Kuisioner B untuk mengumpulkan data dukungan keluarga

menggunakan skala Likert, dengan 23 pertanyaan terdiri dari

pernyataan favourable (positif) dengan skor: Selalu=4,

Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak pernah=1. Pernyataan

Page 32: Proposal Rev 1-37 100212

32

Unfavourable (negatif) dengan skor : Selalu=1, Sering=2,

Kadang-kadang=3, Tidak pernah=4. Pernyataan favorable

terdiri dari 14 pernyataan yaitu pernyataan nomer 1, 3, 4, 6, 8,

9, 11,12, 14, 15, 17, 18, 21 dan 22. Sedangkan pernyataan

unfavorable terdiri dari 9 pernyataan yaitu pernyataan nomer 2,

5, 7, 10, 13, 16, 19, 20 dan 23. Jumlah skor dukungan keluarga

dihitung dengan cara skor maksimum 4 dikalikan jumlah

pernyataan 23 sama dengan 92, dikategorikan baik. Jumlah

skor dukungan keluarga kurang dihitung dengan cara skor

terendah 1 dikalikan jumlah pernyataan 25 sama dengan 25 .

3) Kuisioner C untuk mengumpulkan data dukungan perawat

dengan 22 pertanyaan, dibuat oleh peneliti sendiri. Semua

terdiri dari pernyataan favourable (positif) dengan skor:

Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak pernah=1.

Pernyataan Unfavourable (negatif) dengan skor : Selalu=1,

Sering=2, Kadang-kadang=3, Tidak pernah=4. Pernyataan

favorable terdiri dari 17 pernyataan yaitu pernyataan nomer 1,

2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 17, 19, 20, 21, 22. Pernyataan

unfavorable terdiri dari 7 pernyataan yaitu pernyataan nomer

7, 12, 14, 15, 16, 18. Jumlah skor dukungan perawat baik bila

nilai > nilai mean, jumlah skor dukungan perawat kurang jika

nilai < mean.

4). Instrumen D untuk mengumpulkan data tentang tingkat

kecemasan. Pengukuran skala kecemasan menggunakan Visual

Analog Scale 0-100 dengan rentang 0 (tidak cemas) sampai

dengan 100 (kecemasan berat). Peneliti bertanya tentang skala

kecemasan pasien sambil menunjukkan skala Numeric Rating

Scale (NRS) pada pasien. Pasien diminta menunjuk pada salah

satu angka yang dianggap paling tepat menggambarkan

kecemasan yang dialaminya. Tingkat kecemasan didapatkan

Page 33: Proposal Rev 1-37 100212

33

melalui lapor diri pasien dengan menyebutkan satu angka skala

nyeri pada NRS dengan rentang skala nyeri 0 sampai 100.

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen adalah

Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

catatan atau data di bagian Rekam Medis dengan bantuan formulir

yang telah disediakan untuk pengambilan data. Adapun data

sekunder yang diambil tersebut antara lain data-data umum pasien,

data stadium kanker pasien, serta data tindakan pengobatan kanker.

2. Uji validitas dan reliabilitas instrumen

a. Uji validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Agar kuisioner yang disusun,

mampu disusun secara tepat maka perlu diuji validitas. Validitas

diukur dengan metode expert validity yaitu dengan mengirimkan

kuisioner dukungan keluarga dan dukungan perawat kepada

ahlinya. Uji validitas instrumen dilakukan dengan uji korelasi

antara skor tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner,

bila tiap item pertanyaan mempunyai korelasi yang signifikan

dengan skor total maka kuisioner dikatakan valid. Uji validitas

dilakukan dengan SPSS menggunakan uji product moment .

Setelah dihitung korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor

total maka akan mengetahui apakah nilai korelasi masing-masing

pertanyaan signifikan, perlu dilihat pada tabel nilai product

moment. Jika r hitung lebih dari koefisiensi di tabel nilai kritis r

yaitu pada taraf signifikansi 5% , instrumen tes yang diujicobakan

tersebut dinyatakan valid.

Page 34: Proposal Rev 1-37 100212

34

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat ukur reliabel

bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang

berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama (Sugiono,

2004). Uji reliabilitas instrumen dukungan keluarga dan perawat

dilakukan dengan menggunakan internal consistency, yaitu

melakukan uji coba instrumen satu kali saja kemudian hasil yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus koefisien

reliabilitas alfa cronbach (Ridwan, 2004). Uji reliabilitas pada

kuisioner dukungan keluarga dan dukungan perawat dikatakan

reliabel apabila nilai alfa cronbach diatas 0,6. Dasar pengambilan

keputusan : semakin mendekati angka 1 maka hasil uji reliabilitas

semakin reliabel. Nilai reliabilitas berkisar antara 0,6 sampai 1.

Pengujian reliabilitas instrumen dukungan keluarga dan perawat

pada penelitian ini akan dilakukan pada 20 pasien kanker yang

menjalani di ruang Kemoterapi ruang Cendrawasih RSUP DR

Kariadi Semarang. Karena ruang tersebut mempunyai karakteristik

yang hampir sama dengan ruang Kemoterapi Day Surgery RSUP

Dr Kariadi Semarang

Instrumen untuk menilai tingkat kecemasan menggunakan

instrumen VAS (Visual Analog Scale) 0 sampai 100, dengan

rentang 0 ( tidak cemas ) sampai dengan 100 ( kecemasan berat)>

Uji validitas dan reliabilitas pada instrumen ini tidak dilakukan

karena instrumen ini sudah baku. Hasil uji validitas pengkajian

kecemasan dengan VAS pada beberapa penelitian menunjukkan

bahwa instrumen valid dan reliabel. Penelitian penggunaan

instrumen VAS dalam mengkaji kecemasan yang dilakukan

McCormack, Horne dan Sheater (2009) menujukkan VAS adalah

instrumen sederhana untuk mengukur pengalaman subjektif

Page 35: Proposal Rev 1-37 100212

35

seseorang. Instrumen VAS tingkat kecemasan cukup valid dan

reliabel untuk penelitian klinik. Penelitian lain oleh William,

Morlock dan Fletner (2010) menujukkan bahwa GA-VAS

berkorelasi baik dengan instrumen kecemasan lain yaitu r = 0,60

(p <0,0001) bila dibandingkan dengan Hamilton Rating Scale

untuk Kegelisahan dan memiliki r = 0,74 (p <0,0001) dengan the

Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety subscale..

Ujinvaliditas konvergen dan divergen, GA-VAS berkorelasi SF-36

Emotional Role, Social Function, and Mental Health subscales.

Penelitian juga menujukkan bahwa VAS adalah instrumen yang

berguna dan valid untuk mengukur kecemasan pasien pre operasi

(, Kindler, Amsler, Scholl, dan Scheidegger, 1999)

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

1. Prosedur administratif

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Direktur

Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang

b. Setelah mendapatkan ijin, Direktur Rumah Sakit Dokter Kariadi,

merekomendasikan kepada Kepala Ruang Kemoterapi, agar pasien

yang sedang menjalani kemoterapi dapat diambil sebagai sampel

dalam penelitian

2. Prosedur teknis

a. Menentukan responden penelitian dengan mengacu pada kriteria

penelitian. Jumlah responden yang akan digunakan sebagai sampel

berjumlah rata-rata 60 orang

b. Memberikan penjelasan pada responden tentang tujuan dan efek

samping penelitian

c. Apabila calon responden bersedia menjadi responden maka peneliti

mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar

Page 36: Proposal Rev 1-37 100212

36

persetujuan, kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang

cara-cara pengisian kuisioner.

d. Responden dipersilahkan mengisi kuisioner yang telah disediakan

oleh peneliti yaitu dengan mengisi kuesioner A tentang data

demografi yang meliputi data umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, berikutnya mengisi kuesioner B tentang dukungan

keluarga berisi 23 pertanyaan, selanjutnya mengisi kuisioner C

tentang dukungan perawat yang berisi 25 pertanyaan, terakhir

diminta menunjuk tingkat kecemasannya pada skala numerik yaitu

angka 0 sampai 100, responden diperintahkan untuk menunjuk skala

0 – 100 (0: Tidak cemas, 100: Cemas berat), dimana skala yang

ditunjuk mewakili tingkat kecemasan responden sekaligus penilaian

tingkat kecemasan itu sendiri.

e. Meneliti kelengkapan jawaban responden

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah:

a. Editing

Meneliti kembali kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila

ada kekurangan bisa segera dilengkapi

b. Coding

Mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut jenisnya.

Dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-masing

lawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya diolah dan

dianalisis data menggunakan komputer.

c. Entry data

Memasukkan data ke dalam katagori tertentu untuk dilakukan

analisis data dengan bantuan komputer program SPSS.

Page 37: Proposal Rev 1-37 100212

37

d. Tabullating

Memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai

dengan kriteria.

e. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan

atau tidak.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel. Analisis univariat

dilakukan untuk melihat tampilan distribusi frekuensi tentang

karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama

menderita kanker), variabel tingkat kecemasan, dukungan keluarga

dan dukungan perawat. Analisa data yang berjenis numerik yaitu

umur responden, kecemasan, dukungan keluarga dan perawat

digunakan nilai tendensi sentral meliputi nilai mean, median.

Sedangkan analisis data untuk data yang berjenis kategorik

dilakukan dengan menyajikan presentase untuk masing-masing

kelompok.

b. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji kenormalan data

pada variabel dependen dan variabel independen dengan

menggunakan uji kolmogorof Smirnof. Analisis bivariat untuk data

berdistribusi normal menggunakan uji korelasi pearson product

moment. Jika distribusinya tidak normal, maka analisis yang

digunakan adalah korelasi Rank Spearman.