Tugas Metpen Proposal Rev 2 New Revisi Edisi Panduan Tesis Yang Dikumpulkan Ke Bu Erna
Proposal Rev 1-37 100212
-
Upload
ferry-nirwana-ade-saputra -
Category
Documents
-
view
74 -
download
0
Transcript of Proposal Rev 1-37 100212
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat karena insiden dan
angka kematiannya terus merayap naik. Kanker merupakan proses penyakit
yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo
Nucleat Acid (DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai
berproliferasi secara abnormal. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya.
Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses
ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah
tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer & Bare,
2002). Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang
biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak
bentuk dan fungsi tempat tumbuhnya (Sjamsuhidajat, 2005).
Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
komplek di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh,
terpadu,efisien, ekonomis dan manusiawi. Kanker dapat menyerang seluruh
lapisan masyarakat. Bahkan di negara-negara maju sebab kematian kanker
menduduki urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (Sukardja, 2005)
Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan membuat perkiraan, insiden
kanker di Indonesia, 100 per 100.000 orang. Data dari Departemen Kesehatan,
sekitar 3,5% pasien yang dirawat di rumah sakit adalah neoplasma dan
cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif
(Gayatri,2003). Data Departemen Kesehatan menyebutkan kanker merupakan
1
2
penyebab kematian ke-5 di Indonesia, setelah jantung, stroke, saluran pernafasan
dan diare (DepkesRI, 2006).
Berbagai pilihan terapi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker. Pilihan
pengobatan kepada pasien kanker harus berdasarkan pada tujuan yang realistik
dan yang dapat dicapai untuk setiap tipe kanker yang spesifik. Banyak terapi
yang dilakukan terhadap kanker, diantaranya operasi, radioterapi, kemoterapi dan
terapi biologis serta beberapa metode terapi lainnya. Terapi operasi dan
radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal, sedangkan
kemoterapi digunakan untuk terapi sistemik terhadap kanker sistemik dan kanker
dengan metastasis klinis ataupun subklinis. Pengobatan kanker stadium lanjut
lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya metode pilihan yang efektif
(Smeltzer & Bare, 2002)
Kemoterapi adalah penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk
membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistemik dari lesi
setempat. Kemoterapi mungkin dikombinasi dengan pembedahan atau terapi
radiasi, atau kedua-duanya. Tujuan dari kemoterapi (penyembuhan,
pengontrolan, paliatif) harus realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan (Smeltzer
& Bare, 2002).
Data dari ruang tindakan kemoterapi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang,
dari bulan januari 2010 sampai Desember 2010, tindakan kemoterapi yang
telah dilakukan sebanyak 5187 tindakan. Dan data jumlah tindakan
kemoterapi rata-rata pada 3 bulan terakhir (Juli 2010, Agustus 2010, dan
September 2010) adalah sebanyak 388 tindakan tiap bulannya (Catatan Medis
RSUP Dr. Kariadi semarang, 2010)
3
Pasien yang menjalani kemoterapi, biasanya akan mengalami berbagai
ketidaknyamanan seperti mual, muntah, alopecia, kulit kering dan penurunan
daya tahan tubuh. Gangguan psikologis berupa kecemasan yang mana timbul
sebagai efek samping dari pemberian kemoterapi, mulai dari kecemasan
ringan sampai kecemasan yang berskala berat bahkan pasien dapat mengalami
kepanikan. Perubahan fisik akibat efek samping dari kemoterapi cenderung
membuat pasien merasa cemas, sehingga mempengaruhi hubungan
interpersonal dengan oranglain maupun pasangan hidup (Nurachmah,1999)
Kecemasan pasien timbul dari rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya,
serta obyek yang tidak spesifik. Kecemasan tersebut dimanifestasikan secara
langsung melalui perubahan fisiologis seperti (gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat, nyeri abdomen, sesak nafas) dan perubahan perilaku
seperti ( gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut) dan secara tidak langsung
melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart,
2006).
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab dari
gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor sosial dan
lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor biologis (Greene,
2003 ). Pasien dapat mengatasi kecemasannya dengan menggunakan sumber
koping di lingkungan sekitarnya. Sumber koping tersebut adalah aset
ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial keluarga dan
keyakinan budaya dapat membantu individu dalam menggunakan mekanisme
koping yang adaptif. Sumber koping yang penting bagi pasien adalah
dukungan sosial keluarga terutama dari pasangan hidup (Stuart, 2006)
Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta
4
mempertahankan suatu budaya, sehingga fungsi keluarga sangat diperlukan
dalam dukungannya terhadap perawatan pasien. Dukungan keluarga terutama
suami atau istri dapat memberikan rasa senang, rasa aman, rasa nyaman dan
mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa.
(Setiadi, 2008). Karena itu dukungan keluarga sangat diperlukan dalam
perawatan pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan pasien,
meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani
pengobatan kemoterapi.
Dukungan sosial lain yang tak kalah penting bagi pasien kanker adalah
dukungan yang diberikan oleh perawat. Perawat berperan penting dalam
mengendalikan kebutuhan emosi diri pasien terutama pasien kanker yang
sedang menjalani kemoterapi (Ibrahim, 2009). Peran perawat sangat penting
dalam penanggulangan kecemasan dan berupaya agar pasien tidak merasa
cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif secara biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Peran perawat juga sangat penting untuk memberikan
suport atau dukungan dan penyuluhan terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada pasien (Kuntjoro, 2010).
Pengkajian data awal yang dilakukan pada 4 pasien kanker yang menjalani
kemoterapi menunjukkan bahwa 75% Pasien mengalami kecemasan. Pasien
yang mengalami kecemasan merasa penderitaannya bertambah dengan adanya
efek samping obat dan rasa tertekan karena adanya perasaan menambah
beban keluarga dalam hal biaya dan waktu. Hasil wawancara menunjukkan
kecemasan pasien juga bertambah ketika sikap sebagian perawat kurang
mendukung, misalnya ketika pasien bertanya mengapa obatnya belum
diberikan, perawat hanya menjawab obatnya belum ada, dan menunjukkan
sikap yang kurang empati kepada pasien. Pengamatan penulis selama merawat
pasien, kecemasan pasien juga diperburuk dengan lingkungan Rumah Sakit
atau tempat pelayanan kesehatan yang tidak kondusif, perasaan tidak berdaya
5
dan dukungan perawat yang tidak adekuat. Fenomena tersebut menjadikan
dasar perlunya penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Pasien kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengalami berbagai masalah
fisik dan psikologis sebagai efek samping pengobatan kemoterapi. Hal ini
dapat meningkatkan kecemasan pasien dan dapat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan. Perawat perlu mengetahui berbagai hal yang dapat meningkatkan
dan mengurangi timbulnya kecemasan, antara lain faktor dukungan sosial dari
perawat dan keluarga. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Adakah hubungan dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan
tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr
Kariadi Semarang”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan hubungan dukungan kelurga dan dukungan perawat
dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSUP Dr Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien kanker yang menjani
kemoterapi
b. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada pasien kanker yang menjani
kemoterapi
c. Mendeskripsikan dukungan perawat pada pasien kanker yang menjani
kemoterapi
d. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
e. Menganalisis hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat
kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterap
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi rumah sakit
Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan
untuk menyediakan program konseling tentang kanker dan kemoterapi
bagi keluarga pasien sebelum pasien menjalani kemoterapi, sehingga
pasien mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungan pekerjaan
sehingga menambah motivasi pasien dalam menyelesaikan program
kemoterapi.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan referensi serta menambah koleksi pustaka tentang pasien
kanker yang diberikan pengobatan kemoterapi.
3. Bagi praktek keperawatan dan penelitian selanjutnya
a. Sebagai masukan dalam pemberian askep khususnya pada pasien
kanker yang diberikan pengobatan kemoterapi.
b. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian Keperawatan Medikal
Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Keluarga
F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang hampir sama sudah sudah pernah dilakukan, dengan
variabel yang berbeda, tempat yang berbeda atau metode penelitian yang
berbeda. Penelitian yang sudah dilakukan terkait penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian Heristanti (2005) tentang Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Kecemasan terhadap Kemoterapi pada Pasien Kanker di
Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah usia, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan
dan lamanya kemoterapi. Penelitian menggunakan metode korelasional
dengan rancangan cross-sectional, dengan jumlah sampel 34 orang.
7
Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara dua dari lima
faktor yang diteliti dengan tingkat kecemasan terhadap kemoterapi pada
pasien kanker di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang yaitu faktor
tingkat pendidikan (p=0,011) dan faktor lamanya kemoterapi (p=0,001)
sedangkan faktor tingkat pengetahuan, sosial ekonomi, dan faktorusia
secara statistik tidak bermakna (p>0,05).
2. Penelitian Yunitasari (2007) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kecemasan Pasien Pasca Didiagnosa Kanker di Rumah Sakit Dr
Kariadi Semarang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia,
jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi dan tingkat
pendidikan. Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan cross
sectional, dengan jumlah sampel 34 responden. Diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara empat dari lima faktor yang di teliti
dengan tingkat kecemasan pada pasien pasca didiagnosa kanker di Rumah
Sakit Dr Kariadi Semarang yaitu faktor jenis kelamin, tingkat
pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan (p< 0,05) sedangkan
faktor usia secara statistik tidak berhubungan (p>0,05).
3. Penelitian Wulandari (2011) tentang Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker Servix yang Menjalani
Kemoterapi di RSUP Dokter Kariadi Semarang. Penelitian menggunakan
metode diskripstif korelasional, dengan jumlah sampel 58. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga (suami) dengan
tingkat kecemasan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
Didapatkan nilai korelasi (r) sebesar –0,311 menunjukkan bahwa arah
korelasi negatif dengan kekuatan yang sedang dan p value 0,018, arah
hubungan ini terbalik sehingga dapat disimpulkan semakin baik dukungan
keluarga semakin rendah tingkat kecemasan pada pasien kanker cerviks
yang menjalani kemoterapi.
Adapun hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
selanjutnya adalah variabel dan tempat penelitian yang berbeda.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian dan Insiden Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang
menegangkan serta tidak diinginkan (Craig, 2009). Kecemasan juga
merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Greene, 2005).
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya.
Dalam bentuknya yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi
individu sehari-hari (Videbeck, 2008).
Kebanyak kasus wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari pada
pria. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika Serikat menunjukkan
satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun (Videbeck, 2008).
Kecemasan juga banyak ditemui pada pasien yang menjalani
pemeriksaan,investigasi atau perawatan dalam bidang kesehatan seperti
pasien kanker yang menjalani kemoterapi (Ibrahim, 2009).
2. Penyebab dan Presipitasi Terjadinya Kecemasan
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab dari
gangguan kecemasan. Antara lain teori psikodinamik, faktor-faktor sosial
dan lingkungan, faktor-faktor kognitif dan emosional dan faktor biologis
(Greene 2003 ).
8
9
a. Teori psikodinamika menjelaskan bahwa gangguan kecemasan sebagai
usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang
mengancam ke kesadaran. Perasaan kecemasan adalah tanda-tanda
peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke
kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk
mengalihkan impuls-impuls tersebut, yang kemudian mengarah
menjadi gangguan kecemasan lainnya (Greene 2003).
b. Faktor-faktor lingkungan dan sosial yang menyebabkan terjadinya
gangguan kecemasan didapatkan dari pemaparan terhadap peristiwa
yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut pada orang
lain dan kurangnya mendapat dukungan sosial. Termasuk dalam
dukungan sosial adalah dukungan perawat dan dukungan keluarga
(Smeltzer & Bare, 2002).
c. Faktor-faktor kognitif dan emosional menadi penyebab gangguan
kecemasan disebabkan konflik psikologis yang tidak terselesaikan,
prediksi berlebih tentang ketakutan, keyakinan-keyakinan yang tidak
rasional, sensitivitas yang berlebihan tentang ancaman, salah
mengartikan dari sinyal-sinyal tubuh (Greene 2003)..
d. Faktor-faktor biologis menjadi penyebab gangguan kecemasan
diperoleh dari predisposisi genetik, dan ketidakseimbangan biokimia
di otak. Sebagai faktor predisposisi kondisi kesehatan umum seperti
kondisi penderita kanker sangat berhubungan dengan penyebab
kecemasan (Ibrahim, 2003 ).
Kecemasan pada pasien sebagai individu dapat dicetuskan oleh adanya
ancaman. Faktor-faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya
masalah kecemasan dapat berupa ancaman terhadap integritas biologi dan
ancaman terhadap konsep diri dan harga diri (Hawari, 2001). Ancaman
terhadap integritas biologi dapat berupa penyakit trauma fisik. Ancaman
terhadap konsep diri dan harga diri seperti: proses kehilangan, perubahan
peran, perubahan hubungan, lingkungan dan status sosial.
10
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan yaitu:
a. Faktor internal
1) Potensi stressor
Merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
stressor psikososial perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer &
Bare, 2002).
2) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang
matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan.
3) Pendidikan dan status ekonomi
Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir rasional dan menangkap informasi baru
termasuk menguraikan masalah baru (Stuart, 2006).
4) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis,
penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan
fisik,sehingga akan mudah mengalami kecemasan.
5) Tipe kepribadian
Tidak semua orang mengalami stressor psikososial akan menderita
gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau
tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A akan
lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
orang dengan kepribadian B. Ciri-ciri orang berkepribadian A
adalah : tidak sabar ambisius menginginkan kesempurnaan, merasa
teburu-buru waktu, mudah gelisah, mudah gelisah. Sedang orang
11
tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas.
(Stuart, 2001)
6) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada pada lingkungan yang asing akan mudah
mengalami kecemasan dibandingkan bila ia berada di lingkungan
yang biasa dia tempati.
7) Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan kecemasan daripada orang yang lebih tua,
tetapi ada yang berpendapat sebaliknya.
8) Jenis kelamin
Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.
b. Faktor eksternal
Dukungan sosial dapat mempengaruhi kemampuan koping seseorang
dalam mengatasi masalah, termasuk dalam hal kecemasan, selain itu
dukungan sosial juga membuat pasien merasa diperhatikan dan dicintai
oleh orang lain, merasa dirinya dianggap dan dihargai, dan membuat
seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh
anggotanya. termasuk diantara dukungan sosial meliputi dukungan
keluarga dan dukungan orang lain (termasuk perawat) yang bermakna
dalam membantu pasien mengatasi masalah (Smeltzer & Bare, 2002).
1) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit.
2) Dukungan perawat
Selain dukungan keluarga, salah satu dukungan sosial yang penting
bagi pasien adalah dukungan perawat. Peran perawat sangat
penting untuk memberikan suport atau dukungan dan penyuluhan
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien.
12
3. Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan atau ansietas menurut Peplau (1952, dalam
Videbeck, 2008) yaitu ringan , sadang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan
Ansietas ini adalah ansietas normal yang memotivasi individu dari
hari ke hari sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu serta
mempertajam perasaannya. Ansietas tahap ini dipandang penting dan
konstuktif.
b. Ansietas sedang
Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indra
dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatian terhadap
rangsangan dari lingkungan berkurang.
c. Ansietas berat
Lapangan persepsi menyempit, individu berfokus pada hal-hal yang
kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan masahnya, dan
terjadi gangguan fungsional.
d. Panik
Merupakan bentuk ansietas yang ekstrem, terjadi disorganisasi dan
dapat membahayakan diri. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau
hiperaktif, ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi
dikomunikasikan melalui perilaku individu, seperti tekanan darah
meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing, dan
pusing.
4. Gejala Klinis
Gejala klinis cemas tampak pada keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara
lain khawatir, firasat buruk, takut pada perkiraannya sendiri, mudah
tersinggung dan kadang individu yang bersangkutan merasa tegang dan
gelisah. Gejala-gejala lain yang dapat timbul adalah mudah terkejut, takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur,
13
mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat,
serta keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernakan gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari, 2001).
Hawari (2001) menyebutkan bahwa tingkat kecemasan dapat diukur
dengan menggunakan (Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang
sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta ( KPBJ).
Tingkatan kecemasan juga dapat diukur dengan menggunakan Visual
Analog Scale (VAS) dari angka 0 sampai 100. Pengukuran skala
kecemasan menggunakan Visual Analog Scale 0-100 mm lebih mudah
digunakan tidak membutuhkan waktu yang lama (kurang dari 5 menit)
jika dibandingkan dengan HRS-A yang membutuhkan waktu sekitar 10
menit.
5. Kecemasan pada Pasien Kanker dan Kemoterapi
Menurut Nurachmah, (1999) kanker merupakan penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Setiap jenis pengobatan
pada penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisiologis,
psikologis, maupun sosial pada klien. Perubahan citra tubuh yang dialami
klien merupakan pukulan terberat bagi klien itu sendiri. Kondisi ini
membuat para klien mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan,
sehingga cenderung mempengaruhi konsep diri yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain termasuk
dengan pasangan hidup.
B. Dukungan sosial Keluarga dan Perawat
Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada
memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau
menghargainya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Saroson (dalam
Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya
14
transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan
pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang
berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa
pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat
dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa
diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial
mempengaruhi kejadian dan efek dari stress. Dukungan sosial dapat
menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat
mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan
orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada
kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya
stress.
Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan anatara respon individu
pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri,
mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu
memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres
mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek
itu.
Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi
dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan
secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup,
orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta
anggota dalam kelompok kemasyarakatan.
15
1. Dukungan Keluarga
Friedman (1998) bahwa fungsi keluarga antara lain fungsi afektif, fungsi
sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan dan
pemeliharaan kesehatan. Fungsi keluarga yang cukup penting pada
seseorang dengan masalah kesehatan adalah fungsi afektif, fungsi
ekonomi dan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Fungsi
afektif adalah suatu fungsi keluarga yang berkaitan dengan persepsi
keluarga dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosioemosional
para anggota keluarga. Adapun fungsi ekonom adalah fungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial atau materi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan diri dalam meningkatkan penghasilan
keluarga. Sedangkan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehata adalah
fungsi dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktifitas yang tinggi. Fungsi-fungsi tersebut berkaitan
dengan peran keluarga dalam memberikan pada anggota keluarganya
yang sakit.
Dukungan keluarga ialah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan yang diperlukan (Friedman, 1998). Pasien yang mendapat
dukungan keluarga merasa aman, nyaman, perasaan dihargai,
diperhatikan dan dicintai sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan
kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).
Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu dukungan informatif, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.
a. Dukungan informatif
Bantuan informasi yang diberikan agar dapat digunakan seseorang
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Yang
16
dapat menghilangkan kecemasannya oleh salah konsepsi dan
ketidakpastian.
b. Dukungan penilaian
Bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain
berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian yang sangat
membantu penderita adalah penilaian yang positif.
c. Dukungan instrumental
Bantuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya
dalam bentuk praktis dan kongkrit, diantaranya menyediakan
peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-
obatan yang diperlukan dan lain-lain.
d. Dukungan emosional
Dukungan ini berupa bantuan afeksi dari orang lain, meliputi rasa
simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan
demikian orang yang mengalami masalah dalam dirinya, merasa tidak
menanggung beban sendirian tetapi masih ada keluarga, sahabat, dan
orang lain yang mengalami kondisi serupa, yang mau mendengarkan,
memperhatikan, berempati bahkan mau membantu memecahkan
masalah yang dihadapi.
2. Dukungan Perawat
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering
berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien
mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi tindakan medis,
termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan. Seorang perawat
dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien. Termasuk salah
satunya dalam mengendalikan kebutuhan emosi diri pasien (Ibrahim,
2009).
17
Peran perawat dalam upaya penyembuhan klien menjadi sangat penting.
Peran perawat juga diperlukan dalam penanggulangan kecemasan dan
berupaya agar pasien tidak merasa cemas melalui asuhan keperawatan
komprehensif. Perawat memiliki berbagai peran sebagai pemberi
perawatan, sebagai perawat primer, pengambil keputusan klinik, advokat,
peneliti dan pendidik (Perry & Potter, 2005).
Saat melakukan asuhan keperawatan perawat dapat menjalankan peran
tersebut dengan melakukan asuhan keperawatan holistik salah satunya
dengan memperhatikan aspek psikososial dan spiritual pasien. Salah satu
peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pasien adalah
memberi dukungan atau suport mental dengan tujuan untuk membantu
pasien menghilangkan kecemasannya. Dukungan perawat diberikan
sebagai salah satu upaya mengatasi masalah psikososial dan spiritual yang
dialami pasien. Dukungan perawat adalah sikap, tindakan dan penerimaan
perawat terhadap pasien melalui pelayanan keperawatan bio-psiko-sosial-
spriritual yang komprehensif bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis.
Dukungan yang diberikan perawat kepada pasien dalam menghadapi
masalah psikologis dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pasien, meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien. Dukungan yang
diberikan perawat termasuk dalam dukungan sosial. Sarafino (1998)
membagi dukungan sosial kedalam 5 bentuk, yaitu
a. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi.
18
b. Dukungan informasional (informational support)
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan,
petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.
Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali
dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
c. Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati, ada yang selalu
mendampingi, adanya suasana kehangatan, dan rasa diperhatikan akan
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan
dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan lebih baik.
d. Dukungan pada harga diri (esteem support)
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan
perbandingan yang positif dengan individu lain.
e. Dukungan dari kelompok sosial (network support)
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota
dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas
sosial dengan kelompok.
Jenis dukungan perawat yang dapat diberikan adalah dukungan
instrumental, informasional, emosional, dan dukungan harga diri.
C. Kanker dan Kemoterapi
1. Pengertian Kanker
Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di
ubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) selular. Sel
abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif,
dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut
menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe
dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah
19
tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer &
Bare, 2002).
Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang
biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus
merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker tumbuh
secara menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya
(destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan umumnya fatal jika
dibiarkan.
2. Penyebab Kanker
Faktor penyebab kanker yang berperan penting antara lain makanan
( kelebihan kalori, kelebihan zat lemak, kekurangan serat) selain itu
karsinogen melalui makanan, asap rokok dan industri. Kanker juga bisa
timbul karena adanya infeksi seperti hepatitis, sistosomiasis
(Sjamsuhidayat, 2005). Secara umum kanker dapat disebabkab oleh :
a. Kelainan kongenital
Seseorang yany mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara
akan mempunyai resiko lebih besar terkena kanker payudara
dibanding dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor resiko.
b. Bahan Karsinogen
Ada beberapa bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Bahan tersebut
merupakan bahan alami dan sintetis. Bahan alami misalnya
mikotoksin yang mudah tumbuh pada kacang tanah, merupakan
pemicu kuat karsinoma hati. Bahan sintetis misalnya bahan dalam
industri plastik, bahan industri bahan celup dan juga obat-obatan
kemoterapi di dunia kedokteran.
20
c. Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja,
yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh horman seperti
payudara uterus dan prostat.
d. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat hidup
kita baik alamiah maupun biologi, seperti pekerjaan, tempat tinggal
dan gaya hidup.
1) Pekerjaan
Kontak dengan pekerjaan umumnya karena radiasi ionisasi atau
karena karsinogen kimia yang terdapat dalam tempat pekerjaan.
2) Tempat tinggal
Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen atau
zat karsinogennya tinggi dalam tanah, air atau udara.
3) Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya hidup
itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap, dipanggang
dan pengawet makanan), minuman keras, merokok, menginang,
terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan timbulnya kanker
servik), dan sirkumsisi mengurangi kemungkinan mendapat
kanker penis.
3. Tahap dan Derajat atau Stadium Kanker
Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap
dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan
dengan dasar pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem
TNM sering digunakan dalam menggambarkan keganasan kanker. Dalam
sistem ini T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada
keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada keluasan metastasis.
21
Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem penderajatan
digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor
dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan karakteristik histologis dari
jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan nilai numerik dengan
rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang
berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan
asal. Sedangkan tumor yang tidak menyerupai jaringan sal dalam struktu
atau fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa
berdiferensiasi disebut tumor derajat IV. Sel tumor tersebut cenderung
agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan sehingga menambah
tingkat kecemasan pada pasien.
4. Terapi Kanker
Kira-kira 40-50% penderita dapat disembuhkan baik dengan cara bedah,
kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasinya (Syamsuhidayat, 2005).
a. Pembedahan.
Terapi bedah pada kanker dimaksudkan untuk menyembuhkan
(kuratif) atau meringankan penderitaan si sakit (paliatif).
Jika kanker masih terbatas di suatu lakasi, terapi bedah ada
manfaatnya, karena tumor dapat dikeluarkan dengan tindakan radikal
yang kadang disusul oleh radioterapi dan kemoterapi.
b. Radioterapi
Terapi sinar atau radioterapi merupakan terapi setempat menggunakan
radiasi ionisasi, yaitu penyinaran yang menyebabkan ionisasi pada
sasaran juga mengganggu sel-sel normal di sekitarnya.
c. Kemoterapi
Kemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan
obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika.
22
5. Kemoterapi
a. Pengertian dan Tujuan
Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia untuk
melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Namun
dalam maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan sebagai
penggunaan obat untuk pengobatan kanker (Miller, 2008 ). Kemoterapi
adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor dengan
mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.
Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan
paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat
yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme
proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel
normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel
gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal, 2006).
b. Bentuk Kemoterapi
Menurut Ganiswarna (2004) pemberian kemoterapi dapat diberikan
dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga
dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu :
a. Monoterapi (Kemoterapi Tunggal).
Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam
sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi
memberi hasil yang lebih memuaskan.
b. Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi).
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat yang
diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila
diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada
fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel
kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker
23
adalah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas.
Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda
terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini.
c. Kemoterapi Lokal.
Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap efusi
akibat kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor serta
pengobatan intratekal.
c. Cara Pemberian Kemoterapi
Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
1) Oral
Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet
atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan
2) Intramuskuler
Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk pindah
tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah
pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam
penyembuhannya.
3) Intratekal
Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak
atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.
4) Intrakavitas
Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan
atau melalui selang dada ke dal rongga pleura.
5) Intravena
Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara
ini paling banyak digunakan.
d. Efek Samping Kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran cerna,
mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual, muntah, dan diare.
24
Penekanan sumsum tulang belakang memberi pengaruh tehadap sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada kulit dan rambut
pemberian kemoterapi menyebabkan hiperpigmentasi kulit, kering dan
gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada bagian genetalia
biasanya berpengaruh terhadap menstruasi dan kesuburan pada wanita,
dan berpengaruh terhadap spermatogenesis dan menurunkan nafsu
seksual pada pria. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan atau
dampak yang tidak menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka
pasien akan mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga
akan lebih mudah mengalami stres atau kecemasan (Gale & Charette,
2000).
25
D. Kerangka teori
Skema 2.1. Kerangka teori
Sumber: Smeltzer & Bare (2002), Stuart (2001)
Faktor-faktor yangmempengaruhi kecemasan:A. Faktor Internal
1. Umur 2. Lingkungan 3. Tipe kepribadian4. Pendidikan dan status
ekonomi5. Maturitas 6. Keadaan fisik 7. Jenis kelamin 8. Status Pekerjaan 9. Potensi stressor (stadium
kanker)B. Faktor Eksternal
Dukungan Sosial:1. Dukungan keluarga2. Dukungan perawat
Tingkat kecemasan1. Cemas ringan2. Cemas sedang3. Cemas berat4. Panik
Stress
Stressor:Kanker & kemoterapi
Kecemasan
26
E. Kerangka konsep
Skema 2.1
Kerangka konsep penelitian
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain (Nursalam, 2001). Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel
yaitu:
a. Variabel independen yaitu dukungan keluarga dan dukungan perawat.
b. Variabel dependen, yaitu tingkat kecemasan pasien kanker saat
menjalani kemoterapi
G. Hipotesa penelitian
Hipotesa yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien kanker saat menjalani kemoterapi.
b. Ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan
pasien kanker saat menjalani kemoterapi.
Variabel Independen Variabel Dependen
Dukungan keluargaDukungan perawat
Tingkat kecemasan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu waktu (Notoatmojo, 2010).
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek atau data dengan
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker
yang sedang menjalani kemoterapi di ruang Day Surgery Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang, dalam satu bulan rata-rata 144 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2002). Sampel
dalam penilitian ini adalah semua pasien kanker yang sedang menjalani
kemoterapi di Ruang Kemoterapi Day Surgery Rumah Sakit Dokter
Kariadi Semarang. Sampel yang akan peneliti ambil adalah yang memiliki
kriteria inklusi (karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target
dan populasi terjangkau) sebagai berikut :
a. Pasien kanker dewasa yang sedang menjalani kemoterapi yang pertama
maupun lanjutan di ruang Kemoterapi Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang periode bulan Februari 2012
27
28
b. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan terapi kombinasi
(polikemoterapi)
c. Bersedia mengikuti penelitian ini dan mau menandatangani surat
persetujuan sebagai peserta penelitian
d. Mampu membaca dan menulis walau tingkat pendidikan minimal.
Kriteria eksklusi (sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang
harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab) dalam penelitien ini
adalah :
a. Pasien kanker yang mendapat kemoterapi tanpa rawat inap
b. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik karena kesakitan.
c. Pasien dengan penurunan kesadaran.
Besar sampel menurut Snedecor GW & Cochran WG (1967), Lemeshowb
dkk (1997) dalam Suyatno (2004) ditentukan dengan rumus.
n =
n =
Dimana :
n : besar sampel
p : proporsi (Jika tidak diketemukan nilai p dari penelitian atau
literatur lain, maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p
= 0,5)
q : 1 - p
4.p.q
d2
n =
4.0,5.(1-0,5)
0,12
100 responden
29
d : tingkat kesalahan yang diinginkan yaitu sebesar 10 % atau 0,1
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposive
sampling.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Tabel definisi operasional
Variabel
IndependenDefinisi
Operasional
Cara ukur Hasil ukur Skala
Dukungan
Keluarga
Dukungan
Perawat
Segala bentuk
dukungan dari
keluarga baik dalam
bentuk informatif,
penilaian,
instrumental, dan
emosional
Segala bentuk
dukungan dari
perawat baik dalam
bentuk instrumental,
informasional,
emosional, dan
Kuesioner dengan 23
pertanyaan.
Menggunakan skala
likert.
Skor pernyataan
favourable
Skor 4 selalu,skor 3
sering, skor 2 kadang,
skor 1 tidak pernah.
Skor pernyataan
unfavourable: skor 1
selalu, skor 2 sering,
skor 3 kadang,skor 4
tidak pernah.
Kuesioner dengan 24
pertanyaan.
Menggunakan skala
Likert.
Skor pernyataan
favourable.
Skor 4 selalu, skor 3
Nilai dukungan
keluarga dengan
rentang nilai 23-
92
a. Baik bila
skor > mean
b. Kurang bila
skor < mean
Nilai dukungan
perawat dengan
rentang nilai 22-
96
a. Baik skor >
mean
Interval
Interval
30
dukungan harga diri sering, skor 2 kadang,
skor 1 tidak pernah.
Skor pernyataan
unfavourable : skor 1
selalu, skor 2 sering,
skor 3 kadang, skor 4
tidak pernah.
b. Kurang bila
skor < mean
Variabel Dependen
Tingkat
kecemasan
Kecemasan
adalah kebingungan,
kekhawatiran pada
sesuatu hal buruk
yang akan terjadi
Diukur dengan
meminta pasien
menujuk
rentang skala
kecemasan
menggunakan Visual
Analog Scale pada
skala numeric rating
scale (NRS) dari
rentang 0-100.
Nilai 0-100 pada
skala nyeri NRS
Rasio
D. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Ruang Kemoterapi Day Surgery Rumah
Sakit Dokter Kariadi Semarang.
E. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2012
F. Etika penelitian
31
Menurut Notoatmodjo (2010) masalah etika penelitian keperawatan sangat
penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti
agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak-haknya.
2. Tanpa nama (Anomity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan
nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada
pihak yang terkait dengan peneliti.
G. Alat Pengumpul Data
1. Instumen penelitian
a. Data primer
Data primer dalam penelitian tersebut berasal dari kuisioner yang
dibuat peneliti dan diberikan kepada responden. Pembuatan
kuisioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat peneliti
sesuai penelitian yang akan dilakukan. Intrumen yang digunakan
kuisioner terdiri atas tiga bagian yaitu:
1) Kuisioner A untuk mengumpulkan data identitas sampel
penelitian meliputi umur pasien, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, pekerjaan.
2) Kuisioner B untuk mengumpulkan data dukungan keluarga
menggunakan skala Likert, dengan 23 pertanyaan terdiri dari
pernyataan favourable (positif) dengan skor: Selalu=4,
Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak pernah=1. Pernyataan
32
Unfavourable (negatif) dengan skor : Selalu=1, Sering=2,
Kadang-kadang=3, Tidak pernah=4. Pernyataan favorable
terdiri dari 14 pernyataan yaitu pernyataan nomer 1, 3, 4, 6, 8,
9, 11,12, 14, 15, 17, 18, 21 dan 22. Sedangkan pernyataan
unfavorable terdiri dari 9 pernyataan yaitu pernyataan nomer 2,
5, 7, 10, 13, 16, 19, 20 dan 23. Jumlah skor dukungan keluarga
dihitung dengan cara skor maksimum 4 dikalikan jumlah
pernyataan 23 sama dengan 92, dikategorikan baik. Jumlah
skor dukungan keluarga kurang dihitung dengan cara skor
terendah 1 dikalikan jumlah pernyataan 25 sama dengan 25 .
3) Kuisioner C untuk mengumpulkan data dukungan perawat
dengan 22 pertanyaan, dibuat oleh peneliti sendiri. Semua
terdiri dari pernyataan favourable (positif) dengan skor:
Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak pernah=1.
Pernyataan Unfavourable (negatif) dengan skor : Selalu=1,
Sering=2, Kadang-kadang=3, Tidak pernah=4. Pernyataan
favorable terdiri dari 17 pernyataan yaitu pernyataan nomer 1,
2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 17, 19, 20, 21, 22. Pernyataan
unfavorable terdiri dari 7 pernyataan yaitu pernyataan nomer
7, 12, 14, 15, 16, 18. Jumlah skor dukungan perawat baik bila
nilai > nilai mean, jumlah skor dukungan perawat kurang jika
nilai < mean.
4). Instrumen D untuk mengumpulkan data tentang tingkat
kecemasan. Pengukuran skala kecemasan menggunakan Visual
Analog Scale 0-100 dengan rentang 0 (tidak cemas) sampai
dengan 100 (kecemasan berat). Peneliti bertanya tentang skala
kecemasan pasien sambil menunjukkan skala Numeric Rating
Scale (NRS) pada pasien. Pasien diminta menunjuk pada salah
satu angka yang dianggap paling tepat menggambarkan
kecemasan yang dialaminya. Tingkat kecemasan didapatkan
33
melalui lapor diri pasien dengan menyebutkan satu angka skala
nyeri pada NRS dengan rentang skala nyeri 0 sampai 100.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen adalah
Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
catatan atau data di bagian Rekam Medis dengan bantuan formulir
yang telah disediakan untuk pengambilan data. Adapun data
sekunder yang diambil tersebut antara lain data-data umum pasien,
data stadium kanker pasien, serta data tindakan pengobatan kanker.
2. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
a. Uji validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Agar kuisioner yang disusun,
mampu disusun secara tepat maka perlu diuji validitas. Validitas
diukur dengan metode expert validity yaitu dengan mengirimkan
kuisioner dukungan keluarga dan dukungan perawat kepada
ahlinya. Uji validitas instrumen dilakukan dengan uji korelasi
antara skor tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner,
bila tiap item pertanyaan mempunyai korelasi yang signifikan
dengan skor total maka kuisioner dikatakan valid. Uji validitas
dilakukan dengan SPSS menggunakan uji product moment .
Setelah dihitung korelasi masing-masing pertanyaan dengan skor
total maka akan mengetahui apakah nilai korelasi masing-masing
pertanyaan signifikan, perlu dilihat pada tabel nilai product
moment. Jika r hitung lebih dari koefisiensi di tabel nilai kritis r
yaitu pada taraf signifikansi 5% , instrumen tes yang diujicobakan
tersebut dinyatakan valid.
34
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat ukur reliabel
bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang
berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama (Sugiono,
2004). Uji reliabilitas instrumen dukungan keluarga dan perawat
dilakukan dengan menggunakan internal consistency, yaitu
melakukan uji coba instrumen satu kali saja kemudian hasil yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus koefisien
reliabilitas alfa cronbach (Ridwan, 2004). Uji reliabilitas pada
kuisioner dukungan keluarga dan dukungan perawat dikatakan
reliabel apabila nilai alfa cronbach diatas 0,6. Dasar pengambilan
keputusan : semakin mendekati angka 1 maka hasil uji reliabilitas
semakin reliabel. Nilai reliabilitas berkisar antara 0,6 sampai 1.
Pengujian reliabilitas instrumen dukungan keluarga dan perawat
pada penelitian ini akan dilakukan pada 20 pasien kanker yang
menjalani di ruang Kemoterapi ruang Cendrawasih RSUP DR
Kariadi Semarang. Karena ruang tersebut mempunyai karakteristik
yang hampir sama dengan ruang Kemoterapi Day Surgery RSUP
Dr Kariadi Semarang
Instrumen untuk menilai tingkat kecemasan menggunakan
instrumen VAS (Visual Analog Scale) 0 sampai 100, dengan
rentang 0 ( tidak cemas ) sampai dengan 100 ( kecemasan berat)>
Uji validitas dan reliabilitas pada instrumen ini tidak dilakukan
karena instrumen ini sudah baku. Hasil uji validitas pengkajian
kecemasan dengan VAS pada beberapa penelitian menunjukkan
bahwa instrumen valid dan reliabel. Penelitian penggunaan
instrumen VAS dalam mengkaji kecemasan yang dilakukan
McCormack, Horne dan Sheater (2009) menujukkan VAS adalah
instrumen sederhana untuk mengukur pengalaman subjektif
35
seseorang. Instrumen VAS tingkat kecemasan cukup valid dan
reliabel untuk penelitian klinik. Penelitian lain oleh William,
Morlock dan Fletner (2010) menujukkan bahwa GA-VAS
berkorelasi baik dengan instrumen kecemasan lain yaitu r = 0,60
(p <0,0001) bila dibandingkan dengan Hamilton Rating Scale
untuk Kegelisahan dan memiliki r = 0,74 (p <0,0001) dengan the
Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety subscale..
Ujinvaliditas konvergen dan divergen, GA-VAS berkorelasi SF-36
Emotional Role, Social Function, and Mental Health subscales.
Penelitian juga menujukkan bahwa VAS adalah instrumen yang
berguna dan valid untuk mengukur kecemasan pasien pre operasi
(, Kindler, Amsler, Scholl, dan Scheidegger, 1999)
H. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
1. Prosedur administratif
a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Direktur
Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
b. Setelah mendapatkan ijin, Direktur Rumah Sakit Dokter Kariadi,
merekomendasikan kepada Kepala Ruang Kemoterapi, agar pasien
yang sedang menjalani kemoterapi dapat diambil sebagai sampel
dalam penelitian
2. Prosedur teknis
a. Menentukan responden penelitian dengan mengacu pada kriteria
penelitian. Jumlah responden yang akan digunakan sebagai sampel
berjumlah rata-rata 60 orang
b. Memberikan penjelasan pada responden tentang tujuan dan efek
samping penelitian
c. Apabila calon responden bersedia menjadi responden maka peneliti
mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar
36
persetujuan, kemudian peneliti memberikan penjelasan tentang
cara-cara pengisian kuisioner.
d. Responden dipersilahkan mengisi kuisioner yang telah disediakan
oleh peneliti yaitu dengan mengisi kuesioner A tentang data
demografi yang meliputi data umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, berikutnya mengisi kuesioner B tentang dukungan
keluarga berisi 23 pertanyaan, selanjutnya mengisi kuisioner C
tentang dukungan perawat yang berisi 25 pertanyaan, terakhir
diminta menunjuk tingkat kecemasannya pada skala numerik yaitu
angka 0 sampai 100, responden diperintahkan untuk menunjuk skala
0 – 100 (0: Tidak cemas, 100: Cemas berat), dimana skala yang
ditunjuk mewakili tingkat kecemasan responden sekaligus penilaian
tingkat kecemasan itu sendiri.
e. Meneliti kelengkapan jawaban responden
I. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah:
a. Editing
Meneliti kembali kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila
ada kekurangan bisa segera dilengkapi
b. Coding
Mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut jenisnya.
Dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-masing
lawaban dengan kode berupa angka, selanjutnya diolah dan
dianalisis data menggunakan komputer.
c. Entry data
Memasukkan data ke dalam katagori tertentu untuk dilakukan
analisis data dengan bantuan komputer program SPSS.
37
d. Tabullating
Memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai
dengan kriteria.
e. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan
atau tidak.
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel. Analisis univariat
dilakukan untuk melihat tampilan distribusi frekuensi tentang
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama
menderita kanker), variabel tingkat kecemasan, dukungan keluarga
dan dukungan perawat. Analisa data yang berjenis numerik yaitu
umur responden, kecemasan, dukungan keluarga dan perawat
digunakan nilai tendensi sentral meliputi nilai mean, median.
Sedangkan analisis data untuk data yang berjenis kategorik
dilakukan dengan menyajikan presentase untuk masing-masing
kelompok.
b. Analisis Bivariat
Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji kenormalan data
pada variabel dependen dan variabel independen dengan
menggunakan uji kolmogorof Smirnof. Analisis bivariat untuk data
berdistribusi normal menggunakan uji korelasi pearson product
moment. Jika distribusinya tidak normal, maka analisis yang
digunakan adalah korelasi Rank Spearman.