Proposal PTK

33
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS “PENGARUH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUTANSI SISWA KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK PUTRA BANGSA DEPOK” Dosen Pembimbing : Drs. Bambang Dharma Putra, M.Pd Oleh : Astri Prihatiningrum 5215111713 Pendidikan Teknik Elektronika

Transcript of Proposal PTK

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENGARUH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU

TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUTANSI

SISWA KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK PUTRA BANGSA

DEPOK”

Dosen Pembimbing :

Drs. Bambang Dharma Putra, M.Pd

Oleh :

Astri Prihatiningrum

5215111713

Pendidikan Teknik Elektronika

Universitas Negeri Jakarta

Sem. 099

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. (Ahmad

Sabri, 2007:65).

Dalam proses belajar mengajar siswa akan berhasil dalam belajar kalau dalam

dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, keinginan atau dorongan inilah yang

disebut motivasi. Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah

energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai

tujuan tertentu. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 1-14). Motivasi sangat penting

untuk mendorong siswa dalam belajar baik itu motivasi intrinsik maupun

ekstrinsik.

Faktor kemampuan berkomunikasi guru sangatlah penting karena secara luas

komunikasi didefinisikan sebagai “berbagai pengalaman”. Sampai batas tertentu,

setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian

berbagai pengalaman yang didapatkan baik dilingkungan maupun dunia

pendidikan. (Deddy Mulyana. 2005: 4-5).

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara

sipengirim dengan sipenerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Proses

komunikasi yang terjadi merupakan proses yang timbal balik karena sipengirim

dan sipenerima saling mempengaruhi satu sama lain.

Mata pelajaran akutansi khususnya di SMK yang meyediakan jurusan

tersebut merupakan mata pelajaran yang membutuhkan kecermatan dan ketelitian

bagi siswa. Dalam pengerjaan soal-soal pun membutuhkan waktu yang panjang

dan terkadang membuat siswa jenuh. Disinilah peran guru untuk menciptakan

pelajaran akutansi sebagai sesuatu yang menarik sehingga siswa terangsang

untuk melibatkan diri secara aktif dan kritis dalam mendiskusikan permasalahan

dalam pelajaran akutansi. Sehingga hal ini erat hubungannya dengan hasil

belajar.

Situasi yang terjadi khususnya di SMK Putra Bangsa, dilihat dari guru

sebagai seorang komunikator guru biasanya merupakan subyek dalam proses

pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sikap guru yang membina kerjasama

dengan para siswanya. Artinya ia bisa mempengaruhi, membimbing dan

mengarahkan sepenuhnya untuk menerima apa yang disampaikannya sehingga

siswa bisa aktif tidak hanya diam saja. Pada perkembangan sekarang ini

menuntut adanya kedinamisan baik dari guru ataupun murid. Sedangkan di luar

kelas guru harus mampu lewat sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola

panutan dan ikutan bagi para siswanya.

Selain itu kemampuan berkomunikasi guru merupakan salah satu kemampuan

seorang guru untuk memimpin dengan baik sehingga guru bisa tampil bergairah

dan bersungguh-sungguh dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun pada

kenyataanya yang sering dijumpai bahwa guru kurang memandang semua

personel secara keseluruhan untuk ikut aktif sehingga ada siswa yang terabaikan.

Karena guru hanya melibatkan siswa yang pandai-pandai saja. Dengan keadaan

tersebut mengakibatkan kecenderungan sebagian besar siswa dalam hasil

belajarnya pun menjadi rendah.

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mengambil judul “Pengaruh

Kemampuan Berkomunikasi Guru Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

Akutansi Siswa Kelas XI Jurusan Akutansi SMK Putra Bangsa Depok”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian diatas timbul suatu permasalahan yang menarik

untuk diteliti yaitu: Adakah pengaruh kemampuan berkomunikasi guru terhadap

hasil belajar mata pelajaran akutansi siswa kelas XI Jurusan Akutansi SMK Putra

Bangsa Depok ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai

dengan dilakukan peneliti ini adalah Untuk mengetahui besarnya hubungan

antara kemampuan berkomunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran

akutansi siswa kelas XI jurusan akutansi SMK Putra Bangsa Depok.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada pengaruh kemampuan

berkomunikasi guru tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akutansi.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI jurusan akutansi di SMK Putra

Bangsa Depok.

1.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan awal yang diambil

peneliti untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka hipotesis yang akan

dikemukakan oleh peneliti adalah “Adanya pengaruh positif antara kemampuan

berkomunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran akutansi pada siswa

kelas XI jurusan akutansi SMK Putra Bangsa, Depok”.

1.6 Definisi Oprasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, perlu ditegaskan istilah-istilah

dalam penelitian ini sebagia berikut:

1. Berkomunikasi

Berkomunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal

antara sipengirim dengan sipenerima pesan untuk mengubah tingkah laku.

Proses komunikasi yang terjadi merupakan proses yang timbal balik karena

sipengirim dan sipenerima saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Hasil Blajar

Hasil belajar adalah hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar

dapat berupa pengajaran dan dampak pengiring.

3. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali yang baik sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang

merupakan perubahan dalam arti belajar.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Berkomunikasi

Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa

orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan

menggunakan informasi agar terhubung denganlingkungan dan orang lain". Pada

umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti

oleh kedua belah pihak.

Raka Joni mengemukakan tentang kemampuan komunikasi guru antara lain: (a)

kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran,

(b) kemampuan guru untuk bersikap terbuka dalam kegiatan pembelajaran, (c)

kemampuan guru untuk tampil secra bergairah dan bersungguh – sungguh dalam

kegiatan pembelajaran, (d) kemampuan guru untuk mampu mengelola interaksi

siswa dalam kegiatan pembelajaran;. (dalam karti soeharto,2003;24)

Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan guru dalam menciptakan ikim

komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai

dengan tujuan pembelajaran (Soeharto, 1995 :22).

2.1.1 Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi ada 5, yaitu :

1. Pengirim pesan

Pengirim pesan adalah indifidu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau

informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.

2. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima pesan. Ini

dapat berupa verbal maupun non verbal.

3. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari sipengirim dengan sipenerima.

4. Penerima pesan

Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi

pesan yang diterimanya.

Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak

pernah lepas dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya

akan menciptakan hubungan yang baik pula. Untuk menghasilkan

hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur

yang ada dalam komunikasi. unsur-unsur yang mempengaruhi suatu

komunikasi terdiri dari lima, yaitu pengirim pesan (komunikator), penerima

pesan (komunikan), pesan, media, dan umpan balik, dimana kelima unsur

tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi.

2.1.2 Proses Komunikasi

Sudjana (2001:11-17) mengatakan proses komunikasi terbagi menjadi dua

tahap, yaitu :

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna yang secara langsung

mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Bahwa bahasa adalah yang paling banyak digunakan dalam

proses komunikasi secara primer karena hanya bahasalah yang mampu

menterjemahkan pikiran dan perasaan orang lain baik berupa ide, informasi

dan opini. Sedangkan isyarat, gambar dan warna digunakan dalam keadaan

tertentu untuk mendukung media bahasa dalam penyampaian pesan atau

pikiran.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai medi pertama. Seorang

komunikator menggunakan media kedua dalam

melancarkanKomunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada

ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media kedua yang

sering digunakan dalam komunikasi adalah surat, telepon, surat kabar,

majalah, radio, televisi, film dan lain-lain. Keefektifan dan efesien dalam

menyampaikan pesan adalah komunikasi tatap muka karena kerangka

acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, dan dalam umpan

balik berlangsung seketika dalam arti komunikator mengetahui tanggapan

atau reaksi komunikan pada saat itu juga.

2.1.3 Manfaat Berkomunikasi

Manfaat berkomunikasi dibagi dalam beberapa unsur:

1. Pemahaman

Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan

seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

2. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu.

Sebernarnya tujuan mazhab analisis transaksional adalah sekedar

berkomunikasi dengan orang lain untuk menimbulkan kesejahteraan

bersama.

3. Mempengaruhi Sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan

sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap

orang lain, dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.

4. Tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai denagn yangkita

inginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.

Tampaknya lebih mudah mengusahakan agar pesan kita dipahami daripada

mengusahakannya agar pesan kita di setujui.

2.2 Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Sudjana (1990:56), mengatakan melalui proses belajar mengajar yang optimal

ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik

pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan

berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan

apa yang telah dicapai.

Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan

dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang

lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya.

Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajaranya.

2.2.1 Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Perubahan yang terjadi dalam

diri seseorang banyak sekali yang baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah

tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam

arti belajar.

Menurut Sardiman (2003:20) “Belajar adalah perubahan tingkah laku atau

penampilan, denagan serangkaian kegiatan dengan membaca, mengamati,

mendengar, meniru, dan lain-lain sebagainya.

2.2.2 Tujuan belajar

Sardiaman (2003:26-28) Menurut “Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar

itu ada tiga jenis.

1. Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan

kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain

tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,

sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan

inilah yang memiliki kecenerungan lebih besar perkembangannya dalam

kegiatan belajar.

2. Penanaman konsep dan ketrampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu

ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.

3. Pembentukan sikap.

Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak didik, guru

harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk itu perlu

kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa

mengunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

A. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang meliputi :

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak

bergairah untuk belajar.

2. Intelegensi / bakat

Intelegensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan atau psikis yang besar

sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar

3. Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya

terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik

dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Sedangkan motivasi adalah

daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa

berasal dari dalam diri dan juga dari luar.

4. Cara belajar

Belajar tanpa memperhatikan tehnik dan faktor fisiologis, psikologis, dan

ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Seseorang harus tahu cara dan strategi belajar yang baik agar belajarnya

dapat berhasil dan memberikan hasil yang baik sehingga tidak sia-sia yang

telah dilakukan.

B. Faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri subyek belajar.

1. Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi

penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan anak dalam belajar.

2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan

ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan lain

sebagainya turut mempengaruhi keberhasilan anak.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar

tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang

berpendidikan hal ini akan mendorong lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya,

apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah hal

ini akan mengurangi semangat atau dapat dikatakan tidak menunjang

sehingga motivasi belajar kurang.

4. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi belajar, misalnya bangunan rumah, suasana sekitar,

keadaan lalu lintas, iklim dan lain sebagainya.

2.3 Mata Pelajaran Akutansi

Mata pelajaran fisika adalah suatu mata pelajaran produktif pada SMK yang

menyediakan jurusan akutansi. Mata pelajaran ini meletih ketelitian siswa dalam

menghitung dan menghadapi setiap kasus yang ada dengan langsung

memprektekannya.

Berdasarkan definisi diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa akutansi

adalah ilmu yang mempelajrai tentang pengukuran, penjabaran, atau pemberian

kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,

otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya

keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.

Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat

agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak

berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang

lingkup dan waktu yang kita tentukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Putra

Bangsa Depok yang tediri dari 2 kelas, yaitu kelas AK 1 dan AK 2 yang

berjumlah sebanyak 70 siswa.

Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa

1. XI AK 1 35

2. XI AK 2 35

Jumlah 70

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional,

penjelasan macam ini tergantung pula pada jenis penelitian yang dilakukan

(Bugin, 2005:60). Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu

variabel bebas dan variabel terikatnya.

A. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan

tertentu pada variabel terikat, yang disebut dengan variabel X. Dalam

penelitian ini yang akan menjadi variabel bebas adalah:

Variabel bebas (X) Kemampuan berkomunikasi guru.

Indikatornya adalah :

1. Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran

2. Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran

3. Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan

pembelajaran

4. Mampu mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

B. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

yang biasa disebut dengan variabel (Y) (Arikunto, 2002:97). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar.

3.3 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang. Tehnik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Proporsional Random

Sampling, ukuran sampel dari populasi penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus seperti berikut :

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolelir atau diinginkan yaitu 10 %.

Dari perhitungan diperoleh sampel sebanyak 41,17 yang kemudian dibulatkan ke

puluhan menjadi 41 siswa kemudian disebarkan ke dua kelas yang ada dengan

proporsi yang sama untuk tiap kelas. Pengambilan sampel siswa dari tiap kelas

dilakukan dengan teknik undian yaitu dengan memberikan kesempatan yang

sama kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian.

Pengambilan sampel proporsional :

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang baik harus digunakan metode dan alat

pengumpul data yang tepat, agar kesimpulan yang diambil nantinya tidak

menyimpang. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah :

a. Metode Angket atau Kuesioner

Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang

ia ketahui (Arikunto, 2007:151). Dalam penelitian ini mengunakan metode

kuisioner langsung dengan harapan responden akan dapat langsung

memberikan langsung jawabannya kedalam item-item kuesioner sesuai

dengan keadaan yang sesenguhnya.

b. Observasi

Metode observasi yaitu peneliti datang ke obyek yang mau diteliti, metode

ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan guru dan

kemampuan berkomunikasi guru terhadap motifasi belajar siswa.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Gambaran dari masing-masing variabel dalam penelitian ini kemampuan

berkomunikasi (X) dan Hasil belajar akutansi (Y) siswa kelas XI jurusan

akutansi SMK Putra Bangsa Depok tahun pelajaran 2012/2013 dapat diketahui

dari analisis deskriptif persentase sebagai berikut:

4.1.1.1 Kemampuan Berkomunikasi

Gambaran tentang kemampuan berkomunikasi guru mata pelajaran fisika

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Samalang Kabupaten Bireuen tahun pelajaran

2011/2012 berdasarkan lampiran jawaban angket dari masing-masing siswa

diperoleh hasil seperti terangkum pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Kemampuan Berkomunikasi

NO Rentang % Skor Katagori Frekuensi % Siswa

1

2

3

4

85 %< skor ≤ 100 %

70 %< skor ≤ 84 %

50 %< skor ≤ 69 %

35 % < skor ≤ 49 %

Sangat Baik

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

14

20

5

2

25 %

63 %

9 %

3 %

Jumlah 41 100 %

Lebih rinci gambaran tentang kepemimpinan guru mata pelajaran akutansi kelas XII

jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok tersebut dapat dilihat dari deskripsi

tiap-tiap indikator yang terdiri dari mengembangkan sikap positif dalam kegiatan

pembelajaran, bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran, tampil

secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran, dan mampu

mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut ini:

1. Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran

Pengembangan sikap positif dalam pembelajaran oleh guru mata

pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok

berdasarkan jawaban angket dari siswa diperoleh rata-rata skor sebesar

Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu (41%)

menyatakan guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK

Putra Bangsa Depok telah mengembangkan sikap positif dalam kegiatan

pembelajaran dalam kategori baik, selebihnya yaitu (40%) menyatakan dalam

katagori sangat baik, 14% menyatakan dalam katagri cukup baik dan 5%

menyatakan dalam katagori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru

telah mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dan

mempu memberikan penegasan kepada jawaban-jawaban siswa secara lisan

maupun terlulis. Selain itu guru juga selalu memberikan pujian kepada siswa

yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.

2. Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran

Keluwesan dan keterbukaan guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA

di SMA Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan dalam kegiatan pembelajaran

ditinjau dari jawaban masing-masing siswa tentang keluwesan dan

keterbukaan guru saat pembelajaran diperoleh hasil seperti disajikan pada

gambar berikut ini:

Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan

keluwesan dan terbuka guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi

di SMK Putra Bangsa Depok saat pembelajaran masuk dalam kategori baik

(45%), selebihnya yaitu 35% menunjukan telah masuk dalam katagori sangat

baik, 15% menyatakan telah masuk kedalam katagori cukup baik dan 6%

menyatakan dalam kagori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam

mengajar dapat bersikap terbuka dan bersedia menghargai setiap pendapat siswa.

3. Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh

Berdasarkan jawaban angket siswa tentang penampilan guru saat

pembelajaran ditinjau dari jawaban masing-masing siswa diperoleh hasil

seperti yang di tujukan pada gambar dibawah ini:

Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu (45%)

menyatakan guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK

Putra Bangsa Depok memiliki penampilan saat pembelajaran yang baik,

selebihnya yaitu 29% menunjukan sangat baik, 25% menyatakan telah masuk

dalam katagori cukup baik, dan 3% menyatakan katgori kurang baik. Hal ini

menunjukkan bahwa guru dalam mengajar selalu bersungguh-sungguh

dengan melibatkan seluruh siswa dan selalu memberikan penekanan-

penekanan pada bagian yang penting.

4. Mampu mengelola interaksi kelas

Kemampuan guru mata akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK

Putra Bangsa Depok dalam mengelola interaksi kelas berdasarkan dari

jawaban masing-masing siswa tentang kemampuan guru dalam mengelola

interaksi kelas saat pembelajaran diperoleh hasil seperti disajikan pada

gambar berikut:

Grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru

mata pelajaran akutansi memiliki kemampuan mengelola interaksi kelas saat

pembelajaran secara baik (38%), selebihnya yaitu 27% menyatakan

kemampuan guru mengelola interaksi kelas sangat baik, 25% menyatakan

cukup baik dan 10% menyatakan kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa

guru telah mampu mengarahkan anak didik dengan baik.

4.1.1.2 Hasil belajar

Gambaran tentang hasil belajar siswa kelas akutansi kelas XI jurusan

Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok tahun pelajaran 2012/2013 dalam

pembelajaran akutansi berdasarkan hasil diperoleh dari nilai rapor semester 1

seperti terangkum pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Hasil Belajar Siswa

NO Rentang % Skor Katagori Frekuensi % Siswa

1 85 %< skor ≤ 100 % Sangat Baik 5 10 %

2 70 %< skor ≤ 84 % Baik 30 79 %

3 50 %< skor ≤ 69 % Cukup Baik 6 11 %

4 35 % < skor ≤ 49 % Kurang Baik 0 0 %

Jumlah 55 100%

4.2 Pembahasan

Hasil belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang

berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa

(ekstern). Pada penelitian ini dikaji mengenai pengaruh faktor eksteren yaitu

kemampuan berkomunikasi guru terhadap hasil belajar akutansi kelas XI jurusan

Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terhadap variabel kemampuan

berkomunikasi guru secara keseluruhan, menunjukan bahwa kemampuan

berkomunikasi guru di kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok

dalam kategori Baik dengan persentase sebesar 63 %.

Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel

kemampuan berkomunikasi gur per indikator menujukan bahwa indicator

Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran dalam katagori Baik

dengan persentase sebesar 41%.

Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel

kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator

Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran dalam katgori Baik

dengan persentase 45%.

Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase untuk variabel

kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator

Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam katagori Baik dengan

persentase 45%.

Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase untuk variabel

kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator

Mampu mengelola interaksi kelas dalam katgori Baik dengan persentase 38%.

Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel hasil

belajar secara keseluruhan menunjukan bahwa hasil belajar akutansi kelas XI

jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok dalam kategori Baik dengan

persentase sebesar 79 %.

Dengan demikian bahwa kemampuan berkomunikasi guru sangat diperlukan

dalam mencapai hasil belajar yang baik. Sesuai dengan pernyataan Soeharto

(1995 :22) mengatakan Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan guru

dalam menciptakan ikim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan

pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru

berpengaruh terhadap hasil belajar akutansi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk kemampuan berkomunikasi guru kelas XI jurusan Akutansi di SMK

Putra Bangsa Depok masuk dalam kategori baik (63 %), sedangkan hasil

belajarnya pun masuk dalam kategori baik (79 %).

2. Kemampuan berkomunikasi guru berpengaruh terhadap hasil belajar mata

pelajaran Fisika pada siswa kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa

Depok

3. Guru akutansi di SMK Putra Bangsa Depok sudah menerapkan

berkomunikasi yang baik dengan siswa-siawanya.

4. Sarana dan prasarana sudah mendukung proses pembelajaran diruangan

kelas XI AK SMK Putra Bangsa Depok sehinga guru dapat dengan mudah

dalam menyampaikan materi fisika.