Proposal PTK
-
Upload
astriprihatiningrum -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of Proposal PTK
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“PENGARUH KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU
TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUTANSI
SISWA KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK PUTRA BANGSA
DEPOK”
Dosen Pembimbing :
Drs. Bambang Dharma Putra, M.Pd
Oleh :
Astri Prihatiningrum
5215111713
Pendidikan Teknik Elektronika
Universitas Negeri Jakarta
Sem. 099
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. (Ahmad
Sabri, 2007:65).
Dalam proses belajar mengajar siswa akan berhasil dalam belajar kalau dalam
dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, keinginan atau dorongan inilah yang
disebut motivasi. Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah
energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 1-14). Motivasi sangat penting
untuk mendorong siswa dalam belajar baik itu motivasi intrinsik maupun
ekstrinsik.
Faktor kemampuan berkomunikasi guru sangatlah penting karena secara luas
komunikasi didefinisikan sebagai “berbagai pengalaman”. Sampai batas tertentu,
setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian
berbagai pengalaman yang didapatkan baik dilingkungan maupun dunia
pendidikan. (Deddy Mulyana. 2005: 4-5).
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara
sipengirim dengan sipenerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Proses
komunikasi yang terjadi merupakan proses yang timbal balik karena sipengirim
dan sipenerima saling mempengaruhi satu sama lain.
Mata pelajaran akutansi khususnya di SMK yang meyediakan jurusan
tersebut merupakan mata pelajaran yang membutuhkan kecermatan dan ketelitian
bagi siswa. Dalam pengerjaan soal-soal pun membutuhkan waktu yang panjang
dan terkadang membuat siswa jenuh. Disinilah peran guru untuk menciptakan
pelajaran akutansi sebagai sesuatu yang menarik sehingga siswa terangsang
untuk melibatkan diri secara aktif dan kritis dalam mendiskusikan permasalahan
dalam pelajaran akutansi. Sehingga hal ini erat hubungannya dengan hasil
belajar.
Situasi yang terjadi khususnya di SMK Putra Bangsa, dilihat dari guru
sebagai seorang komunikator guru biasanya merupakan subyek dalam proses
pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sikap guru yang membina kerjasama
dengan para siswanya. Artinya ia bisa mempengaruhi, membimbing dan
mengarahkan sepenuhnya untuk menerima apa yang disampaikannya sehingga
siswa bisa aktif tidak hanya diam saja. Pada perkembangan sekarang ini
menuntut adanya kedinamisan baik dari guru ataupun murid. Sedangkan di luar
kelas guru harus mampu lewat sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola
panutan dan ikutan bagi para siswanya.
Selain itu kemampuan berkomunikasi guru merupakan salah satu kemampuan
seorang guru untuk memimpin dengan baik sehingga guru bisa tampil bergairah
dan bersungguh-sungguh dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun pada
kenyataanya yang sering dijumpai bahwa guru kurang memandang semua
personel secara keseluruhan untuk ikut aktif sehingga ada siswa yang terabaikan.
Karena guru hanya melibatkan siswa yang pandai-pandai saja. Dengan keadaan
tersebut mengakibatkan kecenderungan sebagian besar siswa dalam hasil
belajarnya pun menjadi rendah.
Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mengambil judul “Pengaruh
Kemampuan Berkomunikasi Guru Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Akutansi Siswa Kelas XI Jurusan Akutansi SMK Putra Bangsa Depok”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian diatas timbul suatu permasalahan yang menarik
untuk diteliti yaitu: Adakah pengaruh kemampuan berkomunikasi guru terhadap
hasil belajar mata pelajaran akutansi siswa kelas XI Jurusan Akutansi SMK Putra
Bangsa Depok ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai
dengan dilakukan peneliti ini adalah Untuk mengetahui besarnya hubungan
antara kemampuan berkomunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran
akutansi siswa kelas XI jurusan akutansi SMK Putra Bangsa Depok.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada pengaruh kemampuan
berkomunikasi guru tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akutansi.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI jurusan akutansi di SMK Putra
Bangsa Depok.
1.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan awal yang diambil
peneliti untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka hipotesis yang akan
dikemukakan oleh peneliti adalah “Adanya pengaruh positif antara kemampuan
berkomunikasi guru terhadap hasil belajar mata pelajaran akutansi pada siswa
kelas XI jurusan akutansi SMK Putra Bangsa, Depok”.
1.6 Definisi Oprasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, perlu ditegaskan istilah-istilah
dalam penelitian ini sebagia berikut:
1. Berkomunikasi
Berkomunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal
antara sipengirim dengan sipenerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Proses komunikasi yang terjadi merupakan proses yang timbal balik karena
sipengirim dan sipenerima saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Hasil Blajar
Hasil belajar adalah hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar
dapat berupa pengajaran dan dampak pengiring.
3. Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali yang baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kemampuan Berkomunikasi
Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa
orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung denganlingkungan dan orang lain". Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
Raka Joni mengemukakan tentang kemampuan komunikasi guru antara lain: (a)
kemampuan guru mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran,
(b) kemampuan guru untuk bersikap terbuka dalam kegiatan pembelajaran, (c)
kemampuan guru untuk tampil secra bergairah dan bersungguh – sungguh dalam
kegiatan pembelajaran, (d) kemampuan guru untuk mampu mengelola interaksi
siswa dalam kegiatan pembelajaran;. (dalam karti soeharto,2003;24)
Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan guru dalam menciptakan ikim
komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran (Soeharto, 1995 :22).
2.1.1 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi ada 5, yaitu :
1. Pengirim pesan
Pengirim pesan adalah indifidu atau orang yang mengirim pesan-pesan atau
informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.
2. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima pesan. Ini
dapat berupa verbal maupun non verbal.
3. Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari sipengirim dengan sipenerima.
4. Penerima pesan
Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi
pesan yang diterimanya.
Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak
pernah lepas dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya
akan menciptakan hubungan yang baik pula. Untuk menghasilkan
hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur
yang ada dalam komunikasi. unsur-unsur yang mempengaruhi suatu
komunikasi terdiri dari lima, yaitu pengirim pesan (komunikator), penerima
pesan (komunikan), pesan, media, dan umpan balik, dimana kelima unsur
tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi.
2.1.2 Proses Komunikasi
Sudjana (2001:11-17) mengatakan proses komunikasi terbagi menjadi dua
tahap, yaitu :
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna yang secara langsung
mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Bahwa bahasa adalah yang paling banyak digunakan dalam
proses komunikasi secara primer karena hanya bahasalah yang mampu
menterjemahkan pikiran dan perasaan orang lain baik berupa ide, informasi
dan opini. Sedangkan isyarat, gambar dan warna digunakan dalam keadaan
tertentu untuk mendukung media bahasa dalam penyampaian pesan atau
pikiran.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai medi pertama. Seorang
komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkanKomunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada
ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media kedua yang
sering digunakan dalam komunikasi adalah surat, telepon, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film dan lain-lain. Keefektifan dan efesien dalam
menyampaikan pesan adalah komunikasi tatap muka karena kerangka
acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, dan dalam umpan
balik berlangsung seketika dalam arti komunikator mengetahui tanggapan
atau reaksi komunikan pada saat itu juga.
2.1.3 Manfaat Berkomunikasi
Manfaat berkomunikasi dibagi dalam beberapa unsur:
1. Pemahaman
Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan
seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
2. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu.
Sebernarnya tujuan mazhab analisis transaksional adalah sekedar
berkomunikasi dengan orang lain untuk menimbulkan kesejahteraan
bersama.
3. Mempengaruhi Sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap
orang lain, dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.
4. Tindakan
Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai denagn yangkita
inginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.
Tampaknya lebih mudah mengusahakan agar pesan kita dipahami daripada
mengusahakannya agar pesan kita di setujui.
2.2 Tinjauan Tentang Hasil Belajar
Sudjana (1990:56), mengatakan melalui proses belajar mengajar yang optimal
ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik
pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan
berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan
apa yang telah dicapai.
Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan
dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang
lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajaranya.
2.2.1 Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang banyak sekali yang baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah
tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar.
Menurut Sardiman (2003:20) “Belajar adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan, denagan serangkaian kegiatan dengan membaca, mengamati,
mendengar, meniru, dan lain-lain sebagainya.
2.2.2 Tujuan belajar
Sardiaman (2003:26-28) Menurut “Ditinjau secara umum, maka tujuan belajar
itu ada tiga jenis.
1. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain
tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan
inilah yang memiliki kecenerungan lebih besar perkembangannya dalam
kegiatan belajar.
2. Penanaman konsep dan ketrampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
3. Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk itu perlu
kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa
mengunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
A. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang meliputi :
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar.
2. Intelegensi / bakat
Intelegensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan atau psikis yang besar
sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar
3. Minat dan motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya
terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik
dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Sedangkan motivasi adalah
daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa
berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
4. Cara belajar
Belajar tanpa memperhatikan tehnik dan faktor fisiologis, psikologis, dan
ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Seseorang harus tahu cara dan strategi belajar yang baik agar belajarnya
dapat berhasil dan memberikan hasil yang baik sehingga tidak sia-sia yang
telah dilakukan.
B. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri subyek belajar.
1. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi
penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar.
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan lain
sebagainya turut mempengaruhi keberhasilan anak.
3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar
tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan hal ini akan mendorong lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya,
apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah hal
ini akan mengurangi semangat atau dapat dikatakan tidak menunjang
sehingga motivasi belajar kurang.
4. Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar, misalnya bangunan rumah, suasana sekitar,
keadaan lalu lintas, iklim dan lain sebagainya.
2.3 Mata Pelajaran Akutansi
Mata pelajaran fisika adalah suatu mata pelajaran produktif pada SMK yang
menyediakan jurusan akutansi. Mata pelajaran ini meletih ketelitian siswa dalam
menghitung dan menghadapi setiap kasus yang ada dengan langsung
memprektekannya.
Berdasarkan definisi diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa akutansi
adalah ilmu yang mempelajrai tentang pengukuran, penjabaran, atau pemberian
kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,
otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya
keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.
Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat
agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Putra
Bangsa Depok yang tediri dari 2 kelas, yaitu kelas AK 1 dan AK 2 yang
berjumlah sebanyak 70 siswa.
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah Siswa
1. XI AK 1 35
2. XI AK 2 35
Jumlah 70
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional,
penjelasan macam ini tergantung pula pada jenis penelitian yang dilakukan
(Bugin, 2005:60). Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu
variabel bebas dan variabel terikatnya.
A. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan
tertentu pada variabel terikat, yang disebut dengan variabel X. Dalam
penelitian ini yang akan menjadi variabel bebas adalah:
Variabel bebas (X) Kemampuan berkomunikasi guru.
Indikatornya adalah :
1. Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran
2. Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran
3. Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan
pembelajaran
4. Mampu mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
B. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
yang biasa disebut dengan variabel (Y) (Arikunto, 2002:97). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar.
3.3 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang. Tehnik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Proporsional Random
Sampling, ukuran sampel dari populasi penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus seperti berikut :
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir atau diinginkan yaitu 10 %.
Dari perhitungan diperoleh sampel sebanyak 41,17 yang kemudian dibulatkan ke
puluhan menjadi 41 siswa kemudian disebarkan ke dua kelas yang ada dengan
proporsi yang sama untuk tiap kelas. Pengambilan sampel siswa dari tiap kelas
dilakukan dengan teknik undian yaitu dengan memberikan kesempatan yang
sama kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian.
Pengambilan sampel proporsional :
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang baik harus digunakan metode dan alat
pengumpul data yang tepat, agar kesimpulan yang diambil nantinya tidak
menyimpang. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah :
a. Metode Angket atau Kuesioner
Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang
ia ketahui (Arikunto, 2007:151). Dalam penelitian ini mengunakan metode
kuisioner langsung dengan harapan responden akan dapat langsung
memberikan langsung jawabannya kedalam item-item kuesioner sesuai
dengan keadaan yang sesenguhnya.
b. Observasi
Metode observasi yaitu peneliti datang ke obyek yang mau diteliti, metode
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan guru dan
kemampuan berkomunikasi guru terhadap motifasi belajar siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Gambaran dari masing-masing variabel dalam penelitian ini kemampuan
berkomunikasi (X) dan Hasil belajar akutansi (Y) siswa kelas XI jurusan
akutansi SMK Putra Bangsa Depok tahun pelajaran 2012/2013 dapat diketahui
dari analisis deskriptif persentase sebagai berikut:
4.1.1.1 Kemampuan Berkomunikasi
Gambaran tentang kemampuan berkomunikasi guru mata pelajaran fisika
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Samalang Kabupaten Bireuen tahun pelajaran
2011/2012 berdasarkan lampiran jawaban angket dari masing-masing siswa
diperoleh hasil seperti terangkum pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Kemampuan Berkomunikasi
NO Rentang % Skor Katagori Frekuensi % Siswa
1
2
3
4
85 %< skor ≤ 100 %
70 %< skor ≤ 84 %
50 %< skor ≤ 69 %
35 % < skor ≤ 49 %
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
14
20
5
2
25 %
63 %
9 %
3 %
Jumlah 41 100 %
Lebih rinci gambaran tentang kepemimpinan guru mata pelajaran akutansi kelas XII
jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok tersebut dapat dilihat dari deskripsi
tiap-tiap indikator yang terdiri dari mengembangkan sikap positif dalam kegiatan
pembelajaran, bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran, tampil
secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran, dan mampu
mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut ini:
1. Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran
Pengembangan sikap positif dalam pembelajaran oleh guru mata
pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok
berdasarkan jawaban angket dari siswa diperoleh rata-rata skor sebesar
Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu (41%)
menyatakan guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK
Putra Bangsa Depok telah mengembangkan sikap positif dalam kegiatan
pembelajaran dalam kategori baik, selebihnya yaitu (40%) menyatakan dalam
katagori sangat baik, 14% menyatakan dalam katagri cukup baik dan 5%
menyatakan dalam katagori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru
telah mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dan
mempu memberikan penegasan kepada jawaban-jawaban siswa secara lisan
maupun terlulis. Selain itu guru juga selalu memberikan pujian kepada siswa
yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.
2. Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran
Keluwesan dan keterbukaan guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA
di SMA Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan dalam kegiatan pembelajaran
ditinjau dari jawaban masing-masing siswa tentang keluwesan dan
keterbukaan guru saat pembelajaran diperoleh hasil seperti disajikan pada
gambar berikut ini:
Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan
keluwesan dan terbuka guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi
di SMK Putra Bangsa Depok saat pembelajaran masuk dalam kategori baik
(45%), selebihnya yaitu 35% menunjukan telah masuk dalam katagori sangat
baik, 15% menyatakan telah masuk kedalam katagori cukup baik dan 6%
menyatakan dalam kagori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam
mengajar dapat bersikap terbuka dan bersedia menghargai setiap pendapat siswa.
3. Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh
Berdasarkan jawaban angket siswa tentang penampilan guru saat
pembelajaran ditinjau dari jawaban masing-masing siswa diperoleh hasil
seperti yang di tujukan pada gambar dibawah ini:
Grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yaitu (45%)
menyatakan guru mata pelajaran akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK
Putra Bangsa Depok memiliki penampilan saat pembelajaran yang baik,
selebihnya yaitu 29% menunjukan sangat baik, 25% menyatakan telah masuk
dalam katagori cukup baik, dan 3% menyatakan katgori kurang baik. Hal ini
menunjukkan bahwa guru dalam mengajar selalu bersungguh-sungguh
dengan melibatkan seluruh siswa dan selalu memberikan penekanan-
penekanan pada bagian yang penting.
4. Mampu mengelola interaksi kelas
Kemampuan guru mata akutansi kelas XI jurusan Akutansi di SMK
Putra Bangsa Depok dalam mengelola interaksi kelas berdasarkan dari
jawaban masing-masing siswa tentang kemampuan guru dalam mengelola
interaksi kelas saat pembelajaran diperoleh hasil seperti disajikan pada
gambar berikut:
Grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru
mata pelajaran akutansi memiliki kemampuan mengelola interaksi kelas saat
pembelajaran secara baik (38%), selebihnya yaitu 27% menyatakan
kemampuan guru mengelola interaksi kelas sangat baik, 25% menyatakan
cukup baik dan 10% menyatakan kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
guru telah mampu mengarahkan anak didik dengan baik.
4.1.1.2 Hasil belajar
Gambaran tentang hasil belajar siswa kelas akutansi kelas XI jurusan
Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok tahun pelajaran 2012/2013 dalam
pembelajaran akutansi berdasarkan hasil diperoleh dari nilai rapor semester 1
seperti terangkum pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Hasil Belajar Siswa
NO Rentang % Skor Katagori Frekuensi % Siswa
1 85 %< skor ≤ 100 % Sangat Baik 5 10 %
2 70 %< skor ≤ 84 % Baik 30 79 %
3 50 %< skor ≤ 69 % Cukup Baik 6 11 %
4 35 % < skor ≤ 49 % Kurang Baik 0 0 %
Jumlah 55 100%
4.2 Pembahasan
Hasil belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang
berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa
(ekstern). Pada penelitian ini dikaji mengenai pengaruh faktor eksteren yaitu
kemampuan berkomunikasi guru terhadap hasil belajar akutansi kelas XI jurusan
Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terhadap variabel kemampuan
berkomunikasi guru secara keseluruhan, menunjukan bahwa kemampuan
berkomunikasi guru di kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok
dalam kategori Baik dengan persentase sebesar 63 %.
Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel
kemampuan berkomunikasi gur per indikator menujukan bahwa indicator
Mengembangkan sikap positif dalam kegiatan pembelajaran dalam katagori Baik
dengan persentase sebesar 41%.
Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel
kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator
Bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran dalam katgori Baik
dengan persentase 45%.
Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase untuk variabel
kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator
Tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam katagori Baik dengan
persentase 45%.
Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase untuk variabel
kemampuan berkomunikasi guru per indikator menunjukan bahwa indikator
Mampu mengelola interaksi kelas dalam katgori Baik dengan persentase 38%.
Berdasarkan perhitungan dan analisis deskriptif persentase variabel hasil
belajar secara keseluruhan menunjukan bahwa hasil belajar akutansi kelas XI
jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa Depok dalam kategori Baik dengan
persentase sebesar 79 %.
Dengan demikian bahwa kemampuan berkomunikasi guru sangat diperlukan
dalam mencapai hasil belajar yang baik. Sesuai dengan pernyataan Soeharto
(1995 :22) mengatakan Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan guru
dalam menciptakan ikim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi guru
berpengaruh terhadap hasil belajar akutansi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk kemampuan berkomunikasi guru kelas XI jurusan Akutansi di SMK
Putra Bangsa Depok masuk dalam kategori baik (63 %), sedangkan hasil
belajarnya pun masuk dalam kategori baik (79 %).
2. Kemampuan berkomunikasi guru berpengaruh terhadap hasil belajar mata
pelajaran Fisika pada siswa kelas XI jurusan Akutansi di SMK Putra Bangsa
Depok
3. Guru akutansi di SMK Putra Bangsa Depok sudah menerapkan
berkomunikasi yang baik dengan siswa-siawanya.
4. Sarana dan prasarana sudah mendukung proses pembelajaran diruangan
kelas XI AK SMK Putra Bangsa Depok sehinga guru dapat dengan mudah
dalam menyampaikan materi fisika.