Proposal PTK

23
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 BANTARUJEG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Disusun Oleh : Drs. ASEP IWAN K NIP. 19670806 199903 1 006 PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DINAS PENDIDIKAN 1

description

f

Transcript of Proposal PTK

SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELASMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 BANTARUJEG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Disusun Oleh :Drs. ASEP IWAN K

NIP. 19670806 199903 1 006PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKADINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIHTAHUN 2010LEMBAR PENGESAHANPROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS/CLASSROOM ACTION RESEARCH

Bahwa yang bersangkutan benar-benar telah membuat proposal PTK yang berjudul : MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIH

TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Pembimbing:

SUTISNA. SPd

NIP. 19Menyetujui/MengesahkanKepala SMP Negeri3 Lemahsugih,HUMAEDI. SPdPeneliti,Drs. ASEP IWAN K

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...1

Halaman Pengesahan 2

Daftar Isi .3

A. Judul Penelitian...4

B. Latar Belakang Masalah ...4

C. Rumusan Masalah ..7

D. Hipotesa Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ....7

F. Mamfaat Hasil Penelitian 8

G. Kajian Pustaka 8

H. Rencana dan Prosedur Penelitian 11

I. Daftar Pustaka .15

Lampiran16

PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDULMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPESONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

B. LATAR BELAKANGBahasa adalah sarana yang sangat penting untuk komunikasi manusia. Hal ini digunakan untuk membuat interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan juga digunakan untuk mengekspresikan emosi, perasaan, dan pendapat di dalam bahasa.

Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional yang digunakan oleh banyak orang di dunia dan di banyak bidang kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dengan menggunakan bahasa Inggris adalah cara termudah untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain tentang banyak aspek dalam kehidupan manusia seperti teknologi, ekonomi, sosial, dan politik.

Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaiikan masalah sehari-hari. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP /MTs bertujuam agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional.2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentBngnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat glogal.

3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dan budaya.

Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat SMP tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tentang Standar Isi serta Nomor 23 tentang Standar Kelulusan (SKL)Dalam mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris tersebut, guru masih menghadapi berbagai permasalahan yang berasal baik dari siswa sendiri maupun dari guru serta dari faktor pendukung lainya. Guru masih belum mampu mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dan efektif. Disamping itu saat ini masih banyak ditemui guru yang masih berorientasi pada teori (usage) ketimbang penggunaan (use),serta masih oriented-curriculum. Sebagian besar guru Bahasa Inggris di SMP belum mampu menciptakan kondisi yang dapat menjadi alternative pemecahan masalah yang ditemui.

Permasalahan klasik pembelajaran Bahasa Inggris yang masih ditemui dalam kelas adalah kurangnya motivasi dalam pemakaian Bahasa Inggris. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasi sehari-hari. Maka dengan adanya fenomena pembelajaran Bahasa Inggris ini menyebabkan hingga sampai akhir pendidikan SMP siswa masih belum mampu menggunakan bahasa Inggris tersebut sesuai yang diharapkan.

Pada umumnya para guru bahasa Inggris menyadari bahwa yang menjadi akar masalah dalam pembelajaran adalah kurangnya kesempatan bagi siswa untuk menggunakan bahasa Inggris. Kesempatan berbahasa seharusnya selalu dapat diciptakan karena Bahasa Inggris adalah sebagai bahasa asing dinegara kita. Guru seharusnya mampu mencipatakan atmosfir bahasa Inggris dalam kelas minimal selama kelas berlangsung.Pengajaran Bahasa Inggris di SMP meliputi keempat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan.

Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, pembelajaran keterampilan Bebicara (Speaking) ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kemampuan mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan interpersonal(bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan, serta mengawali,memperpanjang,dan menutup percakapan telpon adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan interpersonal(bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan, serta mengawali,memperpanjang,dan menutup percakapan telpon telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :

1. Bertanya dan menjawab tentang meminta, memberi persetujuan

2. Bertanya dan menjawab tentang merespon pernyataan

3. Bertanya dan menjawab tentang, memberi perhatian terhadap pembicara

4. Bertanya dan menjawab tentang, mengawali, memperpanjang dan menutu percakapan

5. Bertanya dan menjawab tentang, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan telpon

Siswa diperdengarkan teks tentang Meminta, memberi persetujuan, Merespon pernyatan, Memberi perhatian terhadap pembicara, Mengawali memperpanjang dan menutup percakapan, Mengawali memperpanjang dan menutup telpon dan diminta untuk mengumpulkan fakta-fakta dari percakapan yang mereka dengarkan. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat percakapan dan menyajikannya di depan kelas.

Hasil pembelajaran tersebut ternyata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari hasil refleksi penulis diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran siswa sangat pasif dan mengeluh serta munculnya rasa tidak percaya diri. Mereka sangat kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Jelas, pembelajaran ini sangat tidak efektif atau dengan kata lain pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal).

Maka untuk memecahkan masalah pembelajaran Bahasa Inggris diatas, guru diharapkan mampu menemukan berbagai alternative solusi yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pemakaian bahasa Inggris. Alternatif solusi harus mampu memotivasi siswa, dapat menciptakan kondisi alami dalam menggunakan bahasa sehingga disadari bahwa Bahasa Inggris adalah alat komunikasi sebagaimana halnya bahasa lainnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Pemilihan teknik atau strategi mengajar sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Pendekatan kontekstual sebagai staretegi pengajaran., membantu guru mengaitkan antara materi dan kegiatan di kelas dengan dunia nyata siswa. Dengan demikian siswa akan merasa ada manfaat belajar di kelas. Selain itu, siswa juga akan mempunyai waktu untuk mempraktekkan bahasa sasaran dan berfikir tentang apa yang dipelajari sehingga kemampuan bahasa lnggrisnya dapat meningkat apabiladigunakan pendekatan kontekstual. Maka penggunaan metode Role diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan Bahasa Inggris diatas.Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Pada Teks Transaksional Melalui Metoda Role Play Pada Kelas VIII D SMP Negeri 3 LemahsugihPelajaran 2009/2010

C. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah:Apakah penerapan metode Role Play dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris Pada Teks Transaksional dan Interpersonal Di Kelas VIII D SMP Negeri 3 Lemahsugih Tahun Pelajaran 2009/2010?D. HIPOTESA PENELITIANHipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Jika dalam pembelajaran mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan Teknik Role Play, maka kualitas proses dan hasil pembelajaran akan meningkat.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan pecakapan berbentuk transaksional dan Interpersonal

2. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, inovatif, efisien dan menyenangkan

3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis.

F. MAMFAAT HASIL PENELITIAN

a. Bagi Guru

1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, inovatif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi komunikatif mereka.2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.

3. Membantu meningkatakan kualitas profesionalisme guru sebagai pendidik.

4. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IVb ke jenjang berikutnya.

5. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik.

b. Bagi Siswa1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan interpersonal(bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan, serta mengawali,memperpanjang,dan menutup percakapan telpon.2. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar.

3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi.

4. Meningkatkan kompetensi komunikatif dan prestasi Belajar Bahasa Inggris.

5. Meningkatkan keaktifan, kreativitas dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi.

c. Bagi Sekolah

Melalui metode pembelajaran ROLE PLAY membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri3 Lemahsugih.

G. KAJIAN PUSTAKAa. Teks Transaksional dan Interpersonal Teks transaksional (Transactional ) mengacu pada konten atau maksud pembicaraan misalnya: menyuruh, bertanya, memberitahu informasi, berseru, memuji, mengeluh, menyapa, dan lain sebagainya dan interpersonal mengacu pada bagaimana bahasa dapat mempertahankan hubungan social, mempererat hubungan pembicara dengan lawan bicara, serta memunculkan aktualisasi atau status dan keberadaaan masing-masing pembicara. (Otong Setiawan Djuharie. Istilah Dalam Genre < http://bpgdisdik-jabar.net/materi/4_smp_bing_1.pdf>. Teks transaksional bertujuan menyampaikan informasi-informasi yang ada dalam benak peserta didik serta memahami pesan informasi lawan bicaranya dalam pergulatan komunikasi. Sedangkan teks interpersonal bertujuan agar peserta didik memahami dan menghasilkan ungkapan-ungkapan dalam menunaikan fungsi-fungsi komunikasi antar pribadi baik lisan maupun tulisan.

b. Contextual Teaching Learning (CTL)

Hakekat Pembelajaran kontekstual (CTL)Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Pengertian CTL1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya

2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakatKarakteristik Pembelajaran CTL1. Kerjasama.Saling menunjang.

2. Menyenangkan, tidak membosankan.

3. Belajar dengan bergairah.

4. Pembelajaran terintegrasi.

5. Menggunakan berbagai sumber.

6. Siswa aktif.

7. Sharing dengan teman.

8. Siswa kritis guru kreatif.

9. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain. 10. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Berbagai pendekatan, strategi maupun model pembelajaran telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengcover kemampuan berpikir siswa yang berbeda-beda tersebut. Pendekatan yang paling sering digunakan di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan dalam model Cooperative Learning. Pendekatan CTL itu sendiri memiliki 7 elemen penting, yaitu: inkuiri (inquiry), pertanyaan (questioning), kontruktivistik (contruktivism), pemodelan (modeling), masyarakat belajar (learning community), penilaian otentik ( authentic assessment) dan refleksi (reflection). Para ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan di era pendidikan sekarang yang lebih mengarah pada kontekstual, bermakna dan menyenangkan. Blancard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran kontekstual dengan:

1) menekankan pemecahan masalah;

2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan pekerjaan;

3) mengajari siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi siswa mandiri;

4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda;

5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan

6) menerapkan penilaian autentik

Penulis menyetujui bahwa pendekatan CTL sangat cocok untuk digunakandalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar CTL ini dianggap terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN 2 Bantarujeg khususnya di kelas VII D. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari CTL itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pembelajaran Role Play.

c. Metoda Role Play

Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1 986). Dalam Role Play siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, Rote Play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa Inggris (Basri Syamsu, 2000).

Dalam Role Play siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001).

Sementara itu, sesuai dengan pengalaman peneliti manfaat yang dapat diambil dari Role Play adalah: Pertama, Role Play dapat memberikan semacam hidden practise, dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, Role play melibatkan jumlah siswa yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, Role Play dapat memberikan kepada siswa kesenangan karena Role Play pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

a. Rencana Penelitian

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar , 2007 : 7 ).

2. Subyek Penelitian

Penelitian direncanakan dilaksanakan pada semester genap yahun ajaran 2009/2010 di kelas VIII D SMP Negeri 3 Lemahsugih berjumlah 38 orang3. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 3 Lemahsugih Kabupaten Majalengka

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut mulai Pebruari s.d. April 2009 pada semester 2 Tahun pelajaran 2009/2010b. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom ActionResearch) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru SMP Negeri3 Lemahsugih.Proses Pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus, dengan kegiatan sebagai berikut.

SIKLUS ke-1

Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menganalisis dan merumuskan masalah.

3. Merancang model pembelajaran klasikal.

4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif.

5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir).

6. Menyusun kelompok belajar peserta didik.

7. Merencanakan tugas kelompok.

Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.

2. Menerapkan model pembelajaran klasikal.

3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.

4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.

5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Tahap Mengamati (observation), mencakup:1. Melakukan diskusi dengan guru SMPN 3 Lemahsugih dan kepala sekolah untuk rencana observasi.

2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang dilakukan guru kelas VIII.

3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran klasikal.

4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Tahap refleksi (Reflection), mencakup:

1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.

3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal.

4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.

SIKLUS ke-2Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:

1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:

1. Melakukan analisis pemecahan masalah.

2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Role Play.

Tahap Mengamati (observation), mencakup:

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Role Play

2. Mencatat perubahan yang terjadi.

3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:

1. Merefleksikan proses pembelajaran Demonstrasi.

2. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaran Role Play

3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

4. menyusun rekomendasi.Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.Analisis Data

Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan perekaman data dalam bentuk photo. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dari rancangan pembelajaran interaktif dan pemberian tugas kerja kelompok dilakukan validasi oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Untuk kreativitas peserta didik dalam pembelajaran digunakan observasi dan angket dan untuk perolehan hasil belajar peserta didik digunakan deskripsi kuantitatif.I. DAFTAR PUSTAKAArikunto Suharsimi , 2005. Penelitian Tindakan Kelas ,Jakarta ; Dirjen PMPTK

Bachtiar Bima M, Andreas Winardi , 2005. Lets Talk. Bandung. Pakar Raya Pustaka.

David and Roger Johnson. An Overview of Cooperative Learning. [Online] 15

October 2001.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 22

Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: ----------.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 23Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: ----------.Howard Community Colleges Teaching Resources. Ideas on Cooperative Learning

And the use of Small Groups. [online] 15 Oktober 2001

Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin

University.Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan Profesi

Guru. Bandung: LPMP.LAMPIRAN-LAMPIRAN

16