Proposal Ptk
-
Upload
dewi-fitriani-wahyu-putranto -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
Transcript of Proposal Ptk
JUDUL PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA SISWA KELAS
7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO SEMESTER GANJIL
TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan SDM
yang terampil dan berpengetahuan. Keinginan ini dapat terwujud jika tugas
pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Pendidikan dapat terlaksana dengan
baik manakala guru sebagai ujung tombak dapat berperan dengan baik pula.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Sebuah proses pentrasferan ilmu
sekaligus keterampilan dari seorang guru kepada siswanya. Dalam sebuah proses
pembelajaran, tidak hanya dibutuhkan kepandaian memilih model dan metode
pembelajaran, namun dibutuhkan juga keterampilan memanfaatkan segala yang
ada sebagai media.
Kehadiran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat
penting. Dengan media pembelajaran yang tepat akan berhasillah pentransferan
ilmu dan keterampilan kepada siswa. Sehingga tujuan akhir pendidikan akan
tercapai pula.
Media pembelajaran cukup banyak ragamnya, namun dalam
penggunaannya dituntut suatu ketelitian dan kecermatan seorang guru. Sebaik
apapun media pembelajaran, jika penggunaannya tidak disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran itu sendiri maka tidak akan mendatangkan hasil yang baik.
Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 2006
(KTSP) tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan
berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah keterampilan
menyimak, menulis, membaca, dan berbicara.Belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa siapa pun yang
mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi.
Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi merupakan fitur mendasar
dari kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan
1
tersebut menyuratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan
dengan kegiatan berbahasa.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif karena dalam
perwujudannya keterampilan berbicara menghasilkan berbagai gagasan yang
dapat digunakan untuk kegiatan berbahasa (berkomunikasi), yakni dalam bentuk
lisan. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya.
Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara efektif jika ia
terampil berbicara. Dalam kaitan kreativitas, keterampilan berbicara merupakan
salah satu keterampilan yang perlu mendapat perhatian karena gagasan-gagasan
kreatif dapat dihasilkan melalui keterampilan tersebut.
Keterampilan berbicara, sebagai salah satu keterampilan yang harus
diajarkan, mempunyai peranan yang sangat penting. Setiap kegiatan tidak akan
terlepas dari keterampilan tersebut. Siswa dituntut terampil mengekspresikan
pikiran dan perasaannya melalui bahasa lisan. Namun kenyataan di lapangan,
secara umum tidak semua siswa mempunyai keterampilan berbicara. Begitu juga
dengan siswa SMP Negeri 2
Balongbendo, terutama kelas 7C. Siswa akan mengalami kesulitan jika kepadanya
diberikan tugas menyampaikan ide dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
Ketidakmampuan berbicara ini disebabkan dua faktor, yaitu faktor dari
dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal).
Faktor dari dalam siswa ( internal), antara lain :
1. adanya rasa malu, grogi, serta merasa rendah diri
2. siswa tidak yakin akan kemampuannya, menganggap orang lain lebih
mampu daripada dirinya
3. siswa sulit merangkai kata-kata menjadi kalimat dan kalimat-kalimat
menjadi rangkaian cerita yang menarik
4. siswa takut tidak diperhatikan orang saat berbicara kemampuan komunikatif
siswa rendah.
Faktor dari luar (eksternal), antara lain :
1. saat mengajar, guru kurang mampu merumuskan indikator dan tujuan
2. guru kurang mampu mengorganisasikan bahan
3. guru kurang mengontruk alat evaluasi
2
4. guru kurang mampu mengemas kegiatan belajar mengajar
5. guru kurang mampu memilih metode dan teknik yang sesuai
6. media dan metode pembelajaran yang dipilih kurang variatif
7. guru kurang memberi motivasi
Dari kenyataan di lapangan tersebut, maka sebagai guru saya mencoba
memberi motivasi terhadap siswa kelas 7C agar mampu berbicara di depan umum.
Saya yakinkan kepada mereka bahwa berbicara di depan umum itu mudah dan
dapat dipelajari. Tak ada kata sulit untuk mengawalinya.
Bercerita, sebagai salah satu kegiatan berbicara di depan umum, dapat kita
lakukan dengan mudah asal mau berlatih. Dengan seringnya kita berlatih maka
kita akan mampu berbicara di depan umum. Kemampuan berbicara siswa
dipengaruhi oleh kemampuan komunikatif.
Menurut Utari dan Nababan (1993) kemampuan komunikatif adalah
pengetahuan mengenai bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut,
dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa.
Pengertian ini dilengkapi oleh Ibrahim (2001) bahwa kemampuan komunikatif
adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi,
situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.
Boneka merupakan tiruan orang atau hewan untuk permainan ( KBBI )
dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Boneka sebagai media
pembelajaran memang cukup menarik. Untuk ukuran siswa kelas tujuh, yang baru
saja meninggalkan masa kanak-kanak, boneka akan sangat efektif digunakan
untuk menyampaikan materi cerita. Dengan boneka, kemampuan siswa
mengekspresikan pikiran dan pendapatnya melalui bahasa lisan akan meningkat,
sehingga secara langsung keterampilan berbicara siswa juga akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
Penulisan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ini menggunakan rumusan masalah
sebagai berikut :
Bagaimanakah Cara Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan
Menggunakan Alat Peraga Boneka Siswa Kelas 7C SMP Negeri 2
Balongbendo Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 – 2010 ?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini mempunyai tujuan umum meningkatkan kemampuan
berbicara dengan menggunakan alat peraga boneka siswa kelas 7C SMP
Negeri 2 Balongbendo
2. Tujuan Khusus
Bagi siswa, penelitian ini akan meningkatkan kemampuan bercerita yang
pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan berbicara.
Bagi guru, penelitian ini untuk mengatasi salah satu masalah yang timbul
dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada masa yang akan datang
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian yang sejenis
4. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
peningkatan kualitas pengajar
5. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah
pengetahuan tentang PTK yang diperuntukkan bagi semua elemen
pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional
khususnya di SMP Negeri 2 Balongbendo
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, salah satunya adalah
Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sependapat dengan Tarigan,
Anton M. Moeliono dkk (1988:14) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata,
bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan. Begitu juga dengan
Djago Tarigan (1998:34) mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari ketiga pendapat para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar
atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau
tidak baik bahan pembicaraannya ataupun para penyimaknya, apakah dia bersikap
tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan
gagasan-gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave
dalam Tarigan 1981:15)
2. Tujuan Berbicara
Tarigan (1998:49) berpendapat bahwa tujuan pembicaraan biasanya dapat
dibedakan atas lima golongan, yakni:
1. Berbicara untuk menghibur
Berbicara untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik
perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas,
kisah-kisah jenaka, dan sebagainya.
5
2. Berbicara untuk menginformasikan
Dilaksanakan untuk menerangkan atau menjelaskan sesuatu, memberi
pengetahuan, menginterpretasikan sesuatu hal, atau menjelaskan
hubungan sesuatu.
3. Berbicara untuk menstimulasi
Berbicara ubtuk tujuan menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks
dari berbicara untuk menghibur atau berbicara untuk
menginformasikan, sebab pembicara harus pinter merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya.
4. Berbicara untuk meyakinkan
Tujuan berbicara untuk meyakinkan ialah meyakinkan pendengar akan
sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar
dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi menerima.
5. Berbicara untuk menggerakkan
Contoh berbicara untuk menggerakkan massa adalah berpidato. Dalam
berbicara untuk menggerakkan ini, pembicara harus berwibawa,
panutan, atau tokoh idola masyarakat.
3. Jenis - jenis Berbicara
Dalam interaksi berbicara sehari-hari, sering kita melihat ada diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, bertelepon,
dan sebagainya. Adanya berbagai macam berbicara ini disebabkan adanya
perbedaan :
1. Tujuan
2. Situasi
3. Metode penyampaian
4. Jumlah pendengar, dan
5. Peristiwa khusus.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa berbicara dapat
dilihat dari tiga aspek, yakni : fungsional, memperhatikan jumlah
pembicaraannya, serta konsep dasar berbicara, maka jenis - jenis berbicara dapat
dilihat sebagai berikut :
6
1. Berbicara berdasarkan tujuaannya
a. Berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan
b. Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan
c. Berbicara menghibur
2. Berbicara berdasarkan situasinya
a. Berbicara formal
b. Berbicara informal
3. Berbicara berdasarkan cara penyampainnya
a. Berbicara mendadak
b. Berbicara berdasarkan catatan
c. Berbicara berdasarkan hafalan
d. Berbicara berdasarkan naskah
4. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
a. Berbicara antar pribadi
b. Berbicara dalam kelompok kecil
c. Berbicara dalam kelompok besar
5. Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus
a. Pidato Presentasi
b. Pidato Penyambutan
c. Pidato Perpisahan
d. Pidato Jamuan (makan malam)
e. Pidato Perkenalan
f Pidato Nominasi (mengunggulkan) (Logan dalam Djago Tarigan,
1998:56)
4. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan
demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Beberapa definisi tentang media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
7
Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang
dapat dipakai untuk media pendidikan antara lain radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966:3) Scram (1977) menyampaikan
bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Nea (1969) mengemukakan bahwa media merupakan
sarana berkomunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk
teknologi perangkat kerasnya. Briggs (1970) berpendapat media adalah alat bantu
untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Lain lagi dengan pendapat Miarso (1989) bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan media merupakan suatu
alat atau sejenisnya yang dapat digunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Pesan tersebut adalah materi pelajaran, di mana
keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami
dan dimengerti oleh peserta didik. Bila media adalah sumber belajar, maka secara
luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Teori komunikasi mulai masuk mempengaruhi penggunaan alat bantu
audio visual dalam kegiatan pembelajaran pada akhir tahun 1950-an. Menurut
teori tersebut ada tiga komponen penting dalam proses penyampaian pesan yaitu
sumber pesan, media penyalur pesan dan penerima pesan.
5. Jenis – jenis Media
Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka pendidik perlu
mengetahui jenis-jenis media, sehingga bisa menentukan media yang tepat
digunakan sesuai materi. Jenis media menurut para ahli: Sanjaya (2006:170),
media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi
bergantung dari sudut mana memandangnya.
a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi atas:
1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang
hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
8
2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara, misalnya film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan
berbagai bentuk bahan cetak.
3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, misalnya rekaman vidio,
berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi dalam :
1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan
televisi.
2. Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti
film slide, film, video, dan sebagainya.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakainnya, media dapat dibagi menjadi:
1. Media yang diproyeksikan
2. Media yang tidak diproyeksikan
d. Rudy Brett (2004:44) mengklasifikasikan media menjadi tujuh, yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti film bersuara, pita vidio, film pada
televisi, televisi, dan animasi.
2. Media audio visual diam, seperti film rangkai suara, halaman suara, dan
sound slide.
3. Audio semi gerak, seperti tulisan jauh bersuara.
4. Media visual bergerak, seperti film bisu.
5. Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, slide bisu.
6. Media audio, seperti radio, telepon, dan pita audio.
7. Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri.
e. Menurut Anderson (1976) media dikelompokkan menjadi sembilan, yaitu:
No KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1 Audio Pita audio, piringan audio, radio
2 Cetak Buku teks terprogam, buku pegangan, buku
tugas
3 Audio Cetak Buku latihan dilengkapi kaset, gambar / poster
4 Proyek visual diam Film bingkai, film rangkai
5 Proyek visual diam Film bingkai, film rangkai suara
9
dengan audio
6 Visual gerak Film bisu dengan judul
7 Visual gerak dengan
audio
Film suara, vidio / VCD / DVD
8 Benda Benda nyata, model tiruan (mock up)
9 Komputer Media berbasis komputer
Klasifikasi dan Jenis Media
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan OHT, slide, opaque
Media audio Audio kaset, audio vission, active audio
vission
Media video Video
Media berbasis komputer Computer Assisted Instructional
(Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Media yang tidak diproyeksikan
1. Realita :Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
2. Model :Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda
sesungguhnya
3. Grafis :Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan
6. Alat Peraga Boneka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, boneka diartikan sebagai tiruan
hewan atau manusia untuk permainan. Boneka biasanya dibuat dengan berbagai
macam bentuk dan rupa serta warna-warna yang menarik. Boneka biasanya
digunakan dalam permainan anak-anak. Boneka adalah benda tiga dimensi yang
merupakan representasi dari benda yang sesungguhnya.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran boneka sangat besar
manfaatnya. Boneka dapat dijadikan sebagai media penyampai ilmu pengetahuan
10
dan keterampilan dari seorang guru kepada peserta didiknya. Menurut Anderson
(1976), boneka dimasukkan dalam jenis media benda tirual (mock up).
7. Alasan Penggunaan Boneka Sebagai Media Pembelajaran
Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa,
bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran
berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat dan mendorong siswa
mampu mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi,
bertanya jawab, dan berpidato.
Metode pengajaran yang selama ini kita ketahui adalah ceramah, tanya
jawab, demonstrasi, penugasan, diskusi, karyawisata, dan sosiodrama. Namun ,
untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa, diperlukan metode
pembelajaran berbicara yang sesuai, yang menekankan pada siswa aktif atau
berpusat pada siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
harus banyak kegiatan siswa berlatih atau praktik berbicara sehingga diketahui
kemajuan kemampuan berbicaranya.
Begitu juga untuk menentukan media yang cocok dalam mengembangkan
kemampuan berbicara, guru harus mengacu pada kurikulum (Standar Isi). Semua
kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus dilihat, dicocokkan dengan
media dan model pembelajarannya. Jika media yang dipilih sesuai dan benar-
benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap siswa, maka
pembelajaran berbicara akan disukai siswa. Apalagi jika guru dapat
memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan kelas, diharapkan
siswa lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara.
Berangkat dari masalah tersebut, saya sebagai peneliti memilih
menggunakan boneka dalam proses pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan.
Boneka sebagai media pembelajaran sangat tepat untuk peserta didik setingkat
SLTP, mengingat usia mereka yang masih anak-anak ini lebih suka berfantasi.
Penggunaan boneka telah sesuai karakteristik siswa. Selain itu, boneka dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.
Kelebihan lain yang dimiliki boneka adalah warna – warna yang mencolok dan
tampilan yang lucu.
11
Dengan demikian pengaruh boneka terhadap peningkatan keterampilan
berbicara siswa sangat besar. Kemampuan siswa untuk mengeluarkan pikiran dan
perasaannya secara lisan melalui kegiatan bercerita akan meningkat, begitu juga
perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar meningkat pula. Dalam
menentukan media pembelajaran tersebut, peneliti telah berpedoman pada kriteria
yang ada, antara lain :
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran
2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran
3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses
4. Dapat mewujudkan keterampilan belajar yang telah dirancang
5. Merangsang siswa untuk belajar
6. Mengembangkan penampilan siswa, kreativitas siswa
7. Tidak menuntut peralatan yang rumit
8. Mudah dilaksanakan
9. Menciptakan sikon Proses Belajar Mengajar yang menyenangkan
Itulah alasan – alasan mengapa peneliti menggunakan boneka sebagai
media dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Balongbendo, khususnya kelas 7C
pada KD Bercerita dengan Alat Peraga.
B. Hipotesis Tindakan
Jika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga boneka maka
kemampuan berbicara siswa kelas 7C SMP Negeri 2 Balongbendo akan
meningkat yang berarti juga keterampilan berbicara siswa juga meningkat.
12
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Esensi
dari penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan dalam situasi alami untuk
memecahkan permasalahan praktis atau untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Dengan demikian tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
akan memberikan solusi atau jalan keluar untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran yang dihadapi oleh guru. Penelitian ini difokuskan pada pemakaian
alat peraga boneka untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 7C
SMP Negeri 2 Balongbendo, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo
Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 – 2010.
B. Subjek Penelitian
Pada penelitian kali ini, saya memilih siswa kelas 7C SMP Negeri 2
Balongbendo Kabupaten Sidoarjo Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2009 –
2010 dengan jumlah peserta didik sebanyak 36 orang. Pemilihan ini beralasan
karena perolehan nilai pada KD Bercerita dengan Alat Peraga siswa 7C secara
umum masih di bawah KKM.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian tindakan kelas ini adalah tes dan non tes.
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara observasi langsung yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik observasi yang dilakukan
menggunakan alat yaitu pedoman observasi dan cacatan lapangan yang meliputi:
a. Peristiwa, proses belajar mengajar bahasa Indonesia di dalam kelas dan
saat tutorial
b. Informan, guru sebanyak dua orang yaitu Dra. Sri Astutik dan Dra. Fifa
Musmulyati yang juga sebagai observer (Terlampir)
c. Dokumen, informasi tertulis yang berkenaan dengan pelaksaan
pembelajaran di dalam kelas 7C SMP Negeri 2 Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo (Terlampir)
13
2. Tes
Tes yang dilakukan terhadap siswa pada penelitian tindakan kelas ini
adalah bercerita dengan alat peraga di depan kelas dengan memperhatikan kaidah-
kaidah penyampaian cerita secara lisan. Kaidah - kaidah tersebut antara lain
seperti pada tabel penskoran berikut ini.
No. Aspek – aspek yang dinilai Skor
1 Kelancaran dalam bercerita 1 – 5
2 Kejelasan suara, lafal, dan intonasi 1 – 5
3 Kesesuaian pemilihan alat peraga 1 – 5
4 Kemampuan menggunakan alat peraga 1 – 5
5 Gaya penceritaan (ekspresi) 1 – 5
Skor maksimal 25
Penilaian = Perolehan skor (100) Skor maksimal
E. Teknik Analisis Data
Data yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan berbicara pada
KD bercerita dengan menggunakan alat peraga boneka bagi peserta didik adalah
data dari hasil tampilan siswa pada siklus pertama dan siklus kedua. Karena data
tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan data yang digunakan adalah
Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam
pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti
membandingkan prosentase ketercapaian setiap indikator pada siklus kesatu
dengan kedua. Kedua, hasil perbandingan keduanya dirumuskan untuk
mendapatkan simpulan.
Selisih hasil tes siklus kedua dan siklus pertama merupakan hasil belajar,
(Arikunto,1998:84). Hasil belajar tersebut merupakan peningkatan keterampilan
berbicara dengan alat peraga boneka. Apabila terjadi peningkatan keterampilan
berbicara siswa, berarti hipotesis terbukti. Atau sebaliknya, jika tidak terjadi
peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara berarti hipotesis tidak terbukti.
14
Kegiatan refleksi dilakukan pada setiap satu tindakan berakhir. Pada tahap
ini, hasil pengamatan langsung maupun data yang berkaitan dengan penerapan
metode dalam proses belajar mengajar dibahas bersama dengan kolaborator. Hasil
diskusi guru digunakan untuk menetapkan tindakan selanjutnya yaitu untuk
menentukan perlu atau tidaknya siklus berikutnya. Pelaksanaan tindakan dianggap
berhasil jika berada pada kategori baik dan telah mencapai KKM.
F. Lain – lain
1. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan antara bulan Nopember 2009 sampai dengan bulan
Januari 2010. (Jadwal Terlampir)
2. Rencana Biaya
Biaya Penelitian Tindakan Kelas ini berasal dari Dana Bantuan Langsung
(DBL) yang diperuntukkan bagi guru – guru yang tergabung dalam MGMP
Cluster Kabupaten Sidoarjo dengan pengawasan langsung LPMP Jawa Timur.
3. Personalia Penelitian
Penelitian ini melibatkan beberapa rekan kerja guru di SMP Negeri 2
Balongbendo, antara lain Drs. Qodim sebagai pemandu kegiatan sekaligus ketua
MGMP Cluster Krian I, Dra. Fifa Musmulyati dan Dra. Sri Astutik sebagai
observer pada lesson study.
15
16
PROPOSAL PTKPROPOSAL PTK
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BONEKA
SISWA KELAS 7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO SISWA KELAS 7C SMP NEGERI 2 BALONGBENDO
SEMESTER GANJILSEMESTER GANJIL
TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010TAHUN PEMBELAJARAN 2009 - 2010
NUR FADHILAH, A. Md.NUR FADHILAH, A. Md.NIP. 19651202 200801 2 004NIP. 19651202 200801 2 004
SMP NEGERI 2SMP NEGERI 2BALONGBENDOBALONGBENDO
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menuntun hamba-Nya untuk menyusuri jalan yang diridloi. Berkat bimbingan - Nyalah, saya berhasil menyelesaikan tagihan akhir MGMP Cluster Bahasa Indonesia Kabupaten Sidoarjo berupa PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Keterampilan berbicara, sebagai salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah belajar bahasa, merupakan keterampilan yang paling banyak menimbulkan masalah. Karena memang sebagian besar pelajar kita kesulitan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui bahasa lisan.
Berbekal dari masalah dalam keterampilan berbicara tersebut, terutama KD Bercerita dengan Alat Peraga, maka saya tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah PTK. Dengan PTK ini diharapkan akan terjadi peningkatan yang segnifikan kemampuan bercerita siswa dengan menggunakan alat peraga boneka, sehingga pada akhirnya meningkat juga keterampilan berbicara siswa.
Dalam kesempatan ini, saya tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :1. LPMP yang telah memberi kesempatan penulisan PTK dan DBL untuk
kegiatan MGMP Cluster Kabupaten Sidoarjo2. Ir. Agoes Boedi Tjahjono, MT sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Sidoarjo3. Soegiyanto, S.Pd. sebagai Kepala SMP Negeri 2 Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo4. Drs. Qodim sebagai Ketua Cluster Krian I Kab. Sidoarjo sekaligus Pemandu5. Dra. Fifa Musmulyati dan Dra. Sri Astutik sebagai observer6. Semua rekan kerja yang telah membantu kelancaran penulisan Proposal
PTK ini.
Demikian sekedar pengantar dari saya, tiada kata yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah. Kritik dan saran sangat saya nantikan demi perbaikan Proposal PTK ini.
Sidoarjo, 13 Pebruari 2010
Peneliti
17
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARANModel Belajar BERMUTU
Mata Pelajaran/ KD: Bahasa Indonesia / Bercerita dengan Alat Peraga
Kelas/Sekolah: VII C / SMP Negeri 2 Balongbendo
Nama Pengajar: Nur Fadhilah, A.Md.
TAHAP/ASPEK
INDIKATOR HASIL OBSERVASI
KEGIATAN AWAL
Apersepsi dan motivasi
1. Apa yang dilakukan guru untuk menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa?
2. Bagaimana respons siswa? Apakah siswa bertanya tentang sesuatu masalah terkait dengan apa yang disajikan guru pada kegiatan awal?
...........................................
...........................................
.........................
...........................................
...........................................
...........................................
...................
KEGIATAN INTI
Materi ajar:
3. Apakah guru memberikan penjelasan umum tentang bahan ajar atau prosedur kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa?
4. Bagaimana keterkaitan antara pembelajaran dengan realita kehidupan, lingkungan dan pengetahuan lainnya?
...........................................
...........................................
...........................................
...................
...........................................
...........................................
...........................................
...................
Pengelolaan sumber belajar/ media
5. Apakah guru terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanipulasi media pembelajaran?
6. Bagaimana interaksi siswa dengan sumber belajar/media?
...........................................
...........................................
.........................
...........................................
...............................
Strategi pembelajaran
7. Apakah proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai secara lancar?
8. Apakah siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar?
...........................................
...........................................
.........................
...........................................
...............................
18
TAHAP/ASPEK
INDIKATOR HASIL OBSERVASI
9. Bagaimana cara guru memberikan arahan yang mendorong siswa untuk bertanya, berpikir dan berkegiatan?
10. Apakah siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir)? Berapa banyak siswa yang aktif belajar?
...........................................
...........................................
.........................
...........................................
...........................................
...........................................
...................
KEGIATAN PENUTUP
Penguatan/ konsolidasi
11. Bagaimana cara guru memberikan penguatan, dengan mereviu, merangkum atau menyimpulkan?
12. Apakah guru memberi tugas rumah untuk remidi atau penguatan?
...........................................
...........................................
.........................
...........................................
...............................
Evaluasi 13. Bagaimana cara guru melakukan evaluasi pembelajaran?
14. Bagaimana ketuntasan belajar siswa?
...........................................
...............................
.....................................
KOMENTAR PENGAMAT
Keterlaksanaan skenario pembelajaran (berdasarkan RPP): Kegiatan pembelajaran telah sesuai / belum sesuai / tidak sesuai dengan RPP *)
Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat: ........................................................................................................................................................................................
Lain-lain: ........................................................................................................................................................................................
*) Coret yang tidak perlu
.....,....................
Observer,
19
PERSIAPAN OBSERVASI
No Persiapan Ada Tidak Keterangan
1.Kesiapan kelas dan pengaturannya
2.RPP dan Perangkat Pembelajaran (LKS)
3.Media dan peralatan pembelajaran yang diperlukan
4.Instrumen observasi/pengambilan data
5. Denah tempat duduk siswa
20