Proposal ptk

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan kepada peningkatan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara optimal, pembelajaran bahasa Indonesia dikemas dalam empat komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan( menyimak ), berbicara , membaca, dan menulis. Aspek menyimak dan membaca termasuk kemampuan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk kemampuan produktif. Bagi pembelajar bahasa Indonesia, khususnya peserta didik ( siswa ) SMP untuk menguasai kompetensi menyimak dan membaca saja tidak mudah, apalagi kemampuan berbicara dan menulis. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII, aspek kebahasaan, ada enam Kompetensi Dasar ( KD) menulis, yaitu: Kelas VIII semester 1; Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar ( KD 4.1 ), Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan menggunakan bahasa baku ( KD 4.2 ) . Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif ( KD 4.3 ). Kelas VIII semester 2; Menulis rangkuman isi buku pengetahuan populer (KD 12.1 ) . Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas ( KD 12.2 ) . Menulis slogan / poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasif ( KD 12.3 ). Menilik KD-KD tentang keterampilan menulis tersebut, idealnya keterampilan menulis siswa kelas VIII itu sudah tinggi, termasuk KD tentang menulis teks berita. Masalahnya, sampai saat ini keterampilan menulis siswa kelas VIII SMP negeri 11 Surakarta khususnya KD Menulis teks berita masih rendah. Rendahnya keterampilan menulis teks berita tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Kegiatan pembelajaran menulis di sekolah belum menunjukkan pembelajaran yang optimal. Ketidakoptimalan tersebut antara lain disebabkan strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat. Guru masih mendominasi kelas karena kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara bebas. Ketika pembelajaran menulis teks berita, topik/tema menulis ditentukan oleh guru. Hak otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan, melukiskan jati dirinya atau lingkungan sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang. Siswa mengalami kesulitan ketika harus menulis teks berita. Siswa tidak tahu tentang apa yang harus ia lakukan untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka kesulitan menemuka data yang aktual dan faktual serta menarik untuk bahan menulis teks berita.Mereka juga tidak tahu 1 1

Transcript of Proposal ptk

Page 1: Proposal ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan kepada peningkatan kemampuan peserta didik

untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun

tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara

optimal, pembelajaran bahasa Indonesia dikemas dalam empat komponen kemampuan berbahasa

dan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan( menyimak ), berbicara , membaca, dan

menulis.

Aspek menyimak dan membaca termasuk kemampuan reseptif, sedangkan berbicara dan

menulis termasuk kemampuan produktif. Bagi pembelajar bahasa Indonesia, khususnya peserta

didik ( siswa ) SMP untuk menguasai kompetensi menyimak dan membaca saja tidak mudah,

apalagi kemampuan berbicara dan menulis.

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran bahasa Indonesia untuk

SMP kelas VIII, aspek kebahasaan, ada enam Kompetensi Dasar ( KD) menulis, yaitu: Kelas

VIII semester 1; Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar ( KD 4.1 ),

Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan

menggunakan bahasa baku ( KD 4.2 ) . Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang

tepat dan menggunakan bahasa yang efektif ( KD 4.3 ). Kelas VIII semester 2; Menulis

rangkuman isi buku pengetahuan populer (KD 12.1 ) . Menulis teks berita secara singkat, padat,

dan jelas ( KD 12.2 ) . Menulis slogan / poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan

kalimat yang bervariasi, serta persuasif ( KD 12.3 ).

Menilik KD-KD tentang keterampilan menulis tersebut, idealnya keterampilan menulis

siswa kelas VIII itu sudah tinggi, termasuk KD tentang menulis teks berita. Masalahnya, sampai

saat ini keterampilan menulis siswa kelas VIII SMP negeri 11 Surakarta khususnya KD

Menulis teks berita masih rendah.

Rendahnya keterampilan menulis teks berita tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain : Kegiatan pembelajaran menulis di sekolah belum menunjukkan pembelajaran yang

optimal. Ketidakoptimalan tersebut antara lain disebabkan strategi yang digunakan oleh guru

kurang tepat. Guru masih mendominasi kelas karena kurang memberi kesempatan kepada siswa

untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara bebas. Ketika pembelajaran menulis teks berita,

topik/tema menulis ditentukan oleh guru. Hak otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan,

melukiskan jati dirinya atau lingkungan sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang.

Siswa mengalami kesulitan ketika harus menulis teks berita. Siswa tidak tahu tentang apa

yang harus ia lakukan untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka kesulitan menemuka data yang

aktual dan faktual serta menarik untuk bahan menulis teks berita.Mereka juga tidak tahu

1

1

Page 2: Proposal ptk

bagaimana dan dari mana harus memulai menulis teks berita. Belum lagi, perasaan takut salah,

takut berbeda dengan apa yang diinstrusikan oleh gurunya.

Pola pembelajaran menulis yang dikembangkan sangat berstruktur dan mekanis, mulai dari

penentuan topik, penentuan kerangka karangan, pengembangan kerangka karangan, semuanya

sama ( seragam ). Dengan adanya penyeragaman topik, penyeragaman pola tulisan,

menyebabkan kreativitas siswa menjadi kurang berkembang. Peserta didik kadang - kadang ada

yang merasa materi tersebut asing karena skemata/informasi awal tentang tema/topik yang akan

ditulis tersebut kurang memadai. Akibatnya, pembelajaran menulis teks berita menjadi kering,

tidak menarik, tidak alamiah, dan tidak bermakna. Siswa akan kehilangan gairah dalam

mengikuti pembelajaran menulis sehingga keterampilan menulis siswa khususnya dalam

menulis teks berita rendah. Tompkins (1994: 105), menyatakan terlalu menuntut kesempurnaan

hasil tulisan dari peserta didik justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis.

Dalam kondisi awal, melalui pengamatan dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia

dan dengan siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta, pembelajaran menulis teks berita kurang

memaksimalkan kemampuan siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada: (1) siswa kesulitan dalam

menemukan topik yang menarik dalam menulis berita; (2) siswa kurang mempunyai data yang

aktual dan faktual sebagai bahan untuk mengorganisasikan isi berita: (3) rumusan teras berita

kurang lengkap, belum mampu menjawab 5 W + 1 H; (4) tubuh berita kurang menginformasikan

data-data yang aktual dan faktual; (5) isi berita cenderung berupa cerita bahkan mengarah ke

opini.

Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dihadapi para peserta didik adalah kesulitan

memperoleh data yang aktual, faktual, dan menarik sebagai bahan menulis berita. Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan dan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk

mengalami langsung dalam proses menulis teks berita. Eanes (1997:484) berpendapat bahwa

pembelajaran menulis yang baik haruslah memberi model proses dan praktik yang terarah dan

sistematis.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu strategi pembelajaran alternatif. Strategi

yang dipilih adalah strategi 5 M yang merupakan kependekan dari mengamati, menanyakan,

mendata, mengonsep, dan mempublikasikan. Strategi 5 M adalah suatu strategi membimbing

menulis teks berita yang berlangsung alamiah, sebagaimana wartawan, mulai dari

mengamati/memilih topik sampai merealisasikannya menjadi teks berita yang layak. Dalam

aplikasinya di kelas, srtategi 5 M sejalan dengan CTL karena pembelajaran menulis teks berita

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami secara langsung dalam proses menulis.

Penerapan strategi 5 M dalam pembelajaran menulis teks berita memberi manfaat: (1)

siswa mempunyai kebebasan dalam memilih dan menuangkan ide dan gagasan, (2) siswa

mempunyai kepastian langkah dalam proses menulis teks berita, (3) antara siswa dan guru

terjalin interaksi yang leluasa.

Page 3: Proposal ptk

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan kolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia

kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta untuk melakukan penelitian tindakan kelas, untuk

meningkaktan kompetensi menulis teks berita dengan menerapkan Strategi 5 M .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah penerapan Strategi 5 M untuk meningkatkan kompetensi menulis teks

berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran

2010 /2011?

2. Apakah penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

menulis teks berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II

tahun pelajaran 2010/ 2011 ?

3. Apakah penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kompetensi menulis teks berita

pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran 2010/

2011 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Mendiskripsikan dan menjelaskan penerapan Strategi 5 M untuk meningkatkan

kompetensi menulis teks berita pada siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta

Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.

b. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita melalui penerapan

strategi 5 M pada siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta Semester II Tahun

Pelajaran 2010/2011.

c. Meningkatkan kompetensi menulis teks berita melalui penerapan Strategi 5 M pada

siswa kelas VIII A SMPN 11 Surakarta Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan dan laporan hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

a. Bagi guru bahasa Indonesia SMP, hasil penelitian ini dapat memberi masukan untuk

meningkatkan kualitas praktik pembelajaran menulis teks berita di SMP agar menjadi

lebih efektif. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru mata pelajaran

bahasa Indonesia untuk lebih mengembangkan kemampuan memilih dan menerapkan

strategi mengajar yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan menulis teks berita.

b. Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pemikiran dalam

rangka perbaikan kualitas pembelajaran sekaligus juga kualitas sekolah. Dapat

dijadikan referensi dan bahan pertimbangan dalam merancang perangkat pembelajaran,

dan proses penilaian pembelajaran yang lebih baik.

Page 4: Proposal ptk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kompetensi

Kata kompetensi berhubungan erat dengan kata kompeten.Berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia kata kompeten a berarti : (1) cakap (mengetahui),(2)

berwenang,berkuasa,(memutuskan, menentukan) sesuatu (Depdikbud,1993:453). Sedangkan kata

kompetensi n (Depdikbud,1993:453), berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (

memutuskan ) sesuatu.

Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan

Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab

yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari Kompetensi yaitu:

Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence

integrates knowledge, skills, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and

skills and is acquired through work experience and learning by doing “ Kompetensi dapat

digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan

mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan

kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada

pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumberdaya Manusia

(PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku,

dan sikap yang ditampilkan oleh orang-orang yang sukses/berhasil dalam mengerjakan suatu

tugas dengan prestasi kerja yang optimal.

Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003:106) competency merupakan kombinasi dari

keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan di-

terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi

pribadi karyawan terhadap organisasinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kompetensi adalah sebuah pernyataan terhadap apa yang

seseorang harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya

dan sikap sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.(

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/definisi-kompetensi-2/)

2. Hakikat Menulis

Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang

grafik sebagai medianya. Pesan itu adalah isi atau makna yang terkandung dalam lambang grafik

tersebut. Makna yang dikembangkan oleh lambang-lambang grafik itu ialah makna suatu bahasa

yang dapat dipahami oleh orang lain apabila orang lain tersebut membaca lambang-lambang

Page 5: Proposal ptk

grafik itu. Menulis bersifat ekspresif karena menulis menjadi sarana untuk mengekspresikan diri

melalui komunikasi tidak langsung, secara tertulis, yang menggambarkan suatu bahasa yang

dapat dipahami seseorang (Tarigan, 1982:21). Sejalan dengan pendapat itu, Pappas (1994:215)

mengemukakan bahwa menulis merupakan sebuah proses aktivitas yang bersifat aktif,

konstruktif, dan membuat pengertian.

Berdasarkan pendapat Tarigan dan Pappas tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan aktivitas menghasilkan lambang-lambang grafis bunyi bahasa yang dipahami, yang

disebut dengan tulisan. Tulisan itu kemudian digunakan untuk mengekspresikan diri, untuk

mengkomunikasikan berbagai informasi kepada orang lain secara tidak langsung.

Menulis merupakan aktivitas berpikir, Syafi’ie (1988:43). Menulis harus mampu

mengembangkan cara-cara berpikir yang rasional dan kritis. Tanpa melibatkan proses berpikir

yang rasional dan kritis akan sulit menghasilkan karangan yang baik. Senada dengan itu,

menurut Cox (1999:309) menulis merupakan suatu cara untuk mengetahui dan menemukan apa

yang diketahui oleh seseorang yang terekam dalam pikirannya. Menulis merupakan proses

berpikir yang mencakup bagaimana ide-ide dimunculkan dan difokuskan pada ide-ide yang

relevan dan saling terkait. Ide-ide tersebut dituangkan ke dalam teks yang koheren dan kohesif.

Berdasarkan pendapat Syafi’ie dan Cox tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menulis,

seseorang mengarahkan pikirannya untuk menata, merangkai berbagai pengetahuan yang

dimiliki, baik pengetahuan tentang informasi dikemukakan, maupun pengetahuan kebahasaan

yang dimilikinya. Keterampilan menulis berkaitan dengan aspek kognitif, maksudnya adalah

ketika seseorang menulis, maka aspek kognitifnya menjadi aktif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, secara umum dapatlah disimpulkan bahwa

menulis adalah proses berbahasa bersifat aktif, produktif, dan ekspresif dengan menggunakan

bahasa yang efektif agar dapat dipahami oleh pembaca. Menulis juga merupakan suatu

keterampilan, untuk menguasai keterampilan tersebut perlu dipelajari dan dimahirkan melalui

latihan-latihan menulis secara berkesinambungan sehingga menulis menjadi suatu kebiasaan.

3. Proses Menulis

Telah dikemukakan bahwa menulis merupakan proses penyampaian gagasan kepada

pembaca dengan menggunakan tulisan. Sebagai proses, kegiatan menulis memerlukan tahapan-

tahapan tertentu. Mc Crimon (1972:3) membagi tahapan proses menulis menjadi:

a. Tahap pramenulis adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis sebelum memulai

penulisan konsep awal tulisannya. Pada tahap pramenulis, penulis mencoba memahami

secara jelas apa yang ingin ia kerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Pada tahap

menulis konsep, penulis mengembangkan apa yang telah diputuskan pada tahap

pramenulis dengan menggunakan rincian yang lebih jelas. Tahap pramenulis mencakup

kegiatan mengumpulkan gagasan dan informasi, penelitian dengan ide-ide baru, dan

akhirnya memilih cara yang tepat atau peta yang menggambarkan kerangka tulisan.

b. Tahap saat menulis, perhatian utama penulis lebih terfokuskan pada isi, sedangkan

aspek mekanik dan ejaan merupakan prioritas kedua. Tahap saat menulis juga

Page 6: Proposal ptk

memperhatikan tujuan menulis dan siapa pembaca yang cenderung mengkomsumsi

tulisan tersebut.

c. Tahap pascamenulis mengacu kepada kegiatan pemeriksaan/perbaikan hasil tulisan.

Penulis membaca kembali dan mengevaluasi tulisannya. Mempublikasikan merupakan

tahapan akhir dari proses menulis, yang menyangkut kegitan sharing tulisan dengan

orang lain.

Salah satu bentuk mempublikasikan adalah membaca dengan suara keras kepada kelompok

pembaca, menempelkan pada tempat yang disediakan, dimuat dalam majalah, jurnal, atau media

lain.

Lebih rinci dari pendapat di atas, Tomkins (1994:10) mengemukakan bahwa proses

menulis meliputi kegiatan pramenulis, pengkonsepan, merevisi, menyunting, dan publikasi. Pada

tahap pramenulis, kegiatan yang dilakukan adalah memilih topik, mempertimbangkan tujuan,

bentuk, dan pembaca. Pada tahap pengkonsepan penulis menyusun konsep secara kasar dan lebih

menekankan perhatian pada isi dibanding aspek mekanik. Pada tahap revisi kegiatan yang

dilakukan yaitu memeriksa dan memperbaiki tulisan secara komprehensip yang menekankan

pada isi tulisan. Pada tahap menyunting aktivitas yang dilakukan meliputi memberikan koreksi

pada komposisis tulisan, mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan mekanik, serta menulis

konsep berikutnya hingga menjadi konsep final. Pada tahap publikasi aktivitas yang dilakukan

adalah membaca dan memajangkan tulisan pada tempat yang disediakan.

Jika dicermati, ternyata kegiatan menulis merupakan suatu proses yang dilakukan secara

berulang dan berkelanjutan. Kegiatan ini dimulai dari upaya penemuan dan pengorganisasian

gagasan, dilanjutkan dengan pembuatan konsep, perbaikan isi dan kebahasaan, serta

mempublikasikan baik secara lisan maupun secara tertulis.

4. Hakikat Berita

Berita adalah laporan tertulis tentang peristiwa, tindakan, atau masalah aktual, faktual, dan

menarik, disajikan mengikuti formula apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana, serta

diaktualisasikan dalam bentuk judul berita, teras berita, dan tubuh berita.

Membicarakan berita berati juga membicarakan pers. Pers atau press berarti menekan atau

mengepres. Pada awalnya mencetak berita belum menggunakan alat mesin cetak modern,

melainkan hanya menggunakan tangan manusia. Kertas-kertas di pres dengan huruf-huruf timbul

satu demi satu. Naskah yang akan diterbitkan dalam media massa dipres terlebih dahulu. Itulah

sebabnya mengapa pekerja dimedia cetak yang dikenal sekarang dalam dunia jurnalistik disebut

pers (Widodo, 1997:6; Djuroto, 2000:10)

Berita adalah suatu penyampaian mengenai keadaan, kejadian, atau peristiwa antarmanusia

dengan tujuan memberitahukanan. Berita pers adalah berita yang disampaikan atau

mengemukakan suatu keadaan/kejadian seluas-luasnya dan sejelas-jelasnya. Pemberitaan yang

lengkap harus mampu memenuhi syarat 5 W dan 1 H (Ensiklopedi Indonesia, 1980:452). Berita

harus benar-benar objektif, berdasarkan fakta, dan dalam penyampaiannya harus menghindari

dari opini, analisisn yang dicampuradukkan dengan fakta /peristiwa.

Page 7: Proposal ptk

Berita disebut juga NEWS singkatan dari Nort= utara, East= timur, West= barat, dan South=

selatan. Dengan demikian berita, berita adalah segala sesuatu yang ada di utara, terjadi di timur,

terjadi di barat, dan terjadi di Selatan, yang mampu menarik perhatian pembaca (Widodo,

1997:18). Senada dengan itu, Romli (2003:5) mengatakan bahwa berita adalah laporan tercepat

dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar

pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.

Berdasarkan pengertian di atas, berita merupakan peristiwa yang dilaporkan oleh wartawan

yang mengandung unsur peristiwa yang aktual, penting, lengkap, dan menarik. Dikatakan

demikian, karena tidak semua peristiwa layak diberitakan. Seorang penulis berita hendaknya

mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita dan mana peristiwa yang

biasa-biasa saja.

5. Syarat-Syarat Berita

Syarat-syarat dalam menulis berita yaitu:

a. Fakta (fact), berita yang ditulis harus merupakan fakta. Dalam dunia

jurnalisik/kewartawanan, fakta terdiri menjadi tiga hal, yaitu: (i) kejadian nyata (real

event), (ii) pendapat (opinium), dan (iii) pernyaan sumber berita.

b. Obyektif (objektive), berita yang ditulis harus sesuai dengan keadaannya. Dalam

menulis berita, tidak boleh dibumbui apalagi menyimpang dari keadaan yang

sebenarnya. Dengan demikian, tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.

c. Berimbang (balance), berita-berita yang ditulis harus adil atau berimbang. Hal ini perlu

karena wartawan mengabdi pada kebenaran ilmu, atau kebenaran berita itu sendiri,

bukan mengabdi pada sumber berita. Apalagi dalam menulis berita yang bersifat

konflik, prinsip ini harus benar-benar dilaksanakan.

d. Lengkap (complete), berita yang ditulis harus lengkap. Jika berita yang ditulis oleh

wartawan sudah lengkap, pembaca tidak akan bertanya. Suatu berita dikatakan lengkap

bila mengandung unsur 5W + 1 H, yaitu: a. What (apa) = peristiwa apa yang terjadi; b.

Where (di mana) = di mana peristiwa a terjadi; c. When ( kapan) = kapan peristiwa itu

terjadi; d. Who ( siapa) = siapa yang terlibat dalam peristiwa/kejadian; e. Why

(mengapa) = mengapa peristiwa itu terjadi; f. How (bagaimana) = bagaimana peristiwa

itu terjadi.

e. Akurat (accurate), yakni berita yang ditulis harus tepat dan akurat. Berita itu benar,

tidak terdapat kesalahan. Segala sesuatu yang tepat, benar, dan akurat akan tersaji

dengan mantap. Selain itu, berita-berita yang tepat akan mendatangkan wibawa dari

para pembaca baik terhadap media maupun terhadap penulis/wartawan (Widodo,

1997:36-39).s

6. Susunan Berita

Disamping berbeda dari segi isi, berita pun memiliki susunan tersendiri, unik dan berbeda

dengan susunan tulisan lain. Susunan tulisan berita dikenal dengan istilah ’piramida terbalik’.

Page 8: Proposal ptk

Piramida terbalik menggambarkan bangunan-bangunan informasi dimulai dari yang paling

penting, diikuti oleh hal-hal yang dianggap kurang begitu penting.

Bentuk susunan piramida terbalik mempunyai beberapa keuntungan, yakni: (1) menarik

perhatian pembaca karena dimulai dari hal yang paling penting, (2) efesiensi waktu membaca

karena dengan hanya membaca bagian teras berita, pembaca sudah dapat mendapat gambaran

tentang isi berita, (3) praktis bagi redaktur, terutama dalam pengaturan tata letak dan

pemotongan teks berita (Widodo, 1997:40)

1. Judul berita (head)

2. Teras berita (lead)

3. Tubuh berita (body)

4. Ekor (tail)

Gambar 2.1 Bangun penulisan berita piramida terbalik (sumber: Widodo, 1997:4)

Unsur-unsur yang membangun piramida terbalik dijelaskan sebagai berikut:

1. Judul Berita

Judul berita itu penting. Kendatipun demikian tidak boleh bombastis atau sensasi.

Judul berita harus mencerminkan isi. Menyusun kepala berita tugas redaksi walaupun

berita-berita yang ditulis wartawan boleh diberi judul/kepala berita, namun penentuan akhir

tetap ada pada tangan editor.

Judul berita mempunyai fungsi menarik perhatian pembaca. Gagal menulis judul,

berarti gagal pula menarik perhatian pembaca. Judul yang kurang menarik cenderung

dilewatkan oleh pembaca walaupun news value nya tinggi. Selain itu, judul juga berfungsi :

1. Sebagai identitas berita. Judul berita dapat dijadikan pembeda/pemisah antara berita

yang satu dengan berita yang lain. Para surat kabar dengan sadar tidak akan memuat

berita yang sama dalam satu edisi atau terbitannya.

2. Pencerminan isi berita. Kepala /judul berita merupakan pencerminan isi, oleh karena itu

judul berita sebaiknya merupakan bagian terpenting atau intisari dari sebuah berita.

Mengintisarikan beritaberati sekaligus mencerminkan isi berita. Isi berita tidak harus

mengutip kalimat dalam berita (Widodo, 1997:52)

2. Teras Berita

Teras berita disebut juga lead yang terdiri dari satu paragraf. Pada bagian ini disajikan

pengantar berita yang memberikan inti substansi berita dan gambaran umum situasi berita.

Teras berita dianggap bagian yang paling penting karena sifatnya yang ingin menonjolkan

Page 9: Proposal ptk

semua unsur pokok dari peristiwa yang dilaporkan, namun secara singkat. Pada bagian ini

idealnya memuat komponen 5 W + 1 H.

3. Tubuh Berita

Tubuh berita yang disebut juga body, merupakan rincian atau memuat semua unsur

berita yang sudah dikemukakan dalam teras berita. Selain itu, tubuh berita sebagai tempat

mengungkapkan secara lengkap dan bertahap unsur-unsur bagaimana dan mengapa yang

tidak mungkin secara tuntas dibicarakan dalam teras berita. Sebagai ilustrasi, jika lead

merupakan janji, maka body merupakan pemenuhan akan janji itu. Lebih lanjut, apabila

dalam lead para pembaca mendapatkan informasi mendasar tentang realitas yang

menimbulkan sejumlah pertanyaan baru dalam benak pembaca, maka dalam body harus

memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan itu.

4. Ekor Berita

Ekor berita merupakan struktur paling bawah dari sebuah berita. Struktur piramida

terbalik mempunyai makna bahwa dalam struktur teratas merupakan unsur terpenting, dan

semakin ke bawah nilainya semakin kurang penting. Pola ini dimaksudkan jika sebuah

wacana berita dipandang oleh editor terlalu panjang, keterbatasan kolom, dan terpaksa

harus diperpendek, maka pemotongan berjenjang dilakukan dari lapisan yag paling

bawah/ekor berita. Meskipun demikian, pemotongan tersebut tidak sampai merusak

susunan informasi yang perlu diberitakan (Widodo, 1997:41).

7. Karakteristik Bahasa Berita

Bahasa berita merupakan ragam bahasa jurnalistik yang menyajikan suatu informasi faktual

yang ditujukan kepada masyarakat pembaca yang heterogen baik dari segi tingkat pendidikan,

disiplin ilmu, maupun motif dan minat dalam membaca tulisan berita tersebut. Bagi pembaca

yang terpenting adalah mendapat informasi yang lengkap dan utuh. Oleh karena itu bahasa berita

haruslah sederhana, mudah dipahami, singkat, padat, dan komunikatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi menulis

teks berita adalah kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-

keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun

pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang

dilakukan dalam kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan lambang-lambang grafik

dalam bentuk laporan tertulis tentang peristiwa, tindakan, atau masalah aktual, faktual, dan

menarik, disajikan mengikuti formula apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana, serta

diaktualisasikan dalam bentuk judul berita, teras berita, tubuh berita, dan ekor berita.

8. Landasan Pemgembangan Strategi 5 M

Profil strategi pembelajaran menulis yang akan digunakan sebagai treatment menghasilkan

sebuah berita, yaitu strategi 5 M. Model pembelajaran dengan strategi 5 M berangkat dari

Metode Pembelajaran Kontekstual / Contextual Teaching and Learning ( CTL ) ,sebuah

pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang merupakan konstruksi kognitif melalui kegiatan

manusia. Pembelajaran lebih bermakna jika peserta didik mampu mengembangkan

Page 10: Proposal ptk

intelektualnya dan memahami prinsip kerja ilmu pengetahuan, yaitu: faktual, analitis, sistematis,

dan objektif. Filsafat pengetahuan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan itu adalah

konstruksi manusia itu sendiri (Battencourt, dalam Suparno, 1997:7). Pengetahuan bukan

gambaran dunia nyata, melainkan pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif

melalui kegiatan-kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan

struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Proses pembentukan ini berjalan terus

menerus, berubah setiap kali mengadakan reorganisasi karena ada pemahaman yang baru.

Prinsip-prinsip konstruktivisme adalah: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik

secara personal, maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke murid,

kecuali dari proses keaktifan murid itu sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengkonstruksi

terus menerus, selalu mencari perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap,

serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi

agar konstruksi siswa dapat berjalan mulus (Suparno, 1997:49).

Model pembelajaran dengan strategi 5 M juga bertolak dari srtategi pembelajaran inkuiri

model Suchman. Pembelajaran yang dikembangkan oleh Suchman ini bersandar pada premis

bahwa strategi inkuiri digunakan untuk memecahkan masalah dari tidak tahu menjadi mengerti

melalui tahap-tahap tertentu (Gunter,1990:136). Pembelajaran dengan strategi inkuiri merupakan

proses membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya. Guru merupakan mitra

belajar yang aktif sebagai tempat bertanya, merangsang pemikiran, menciptakan persoalan,

memberi kesempatan pada siswa, mengungkapkan ide-ide dan konsepnya secara kritis.

Berkaitan dengan hal di atas Bruner (dalam Dahar, 1988:122) juga menjelaskan bahwa

tindakan dalam belajar meliputi tiga tahap, yakni: (1) pemerolehan informasi baru, yakni proses

dimana siswa memperoleh pengetahuan baru sebagai pengganti atau penyempurnaan

pengetahuan sebelumnya. (2) transformasi/mengolah, yakni terjadinya proses manipulasi

pengetahuan sesuai dengan kebutuhan melalui tahap menganalisa informasi dan menyusunnya

sedemikian rupa atau mentransformasi ke dalam bentuk yang lebih umum atau koseptual. (3)

evaluasi adalah menilai untuk melihat lebih jauh manakah pengetahuan yang sudah diperoleh

dan ditransformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Strategi 5 M, jika dihubungkan dengan proses menulis, kegiatan-kegiatan mengamati ,

menanyakan dan mengumpulkan data merupakan kegiatan pramenulis. Sedangkan penyusunan

konsep, perevisian, dan penyuntingan merupakan rangkaian menulis proses berikutnya, dan pada

akhirnnya sampailah pada tahap mempublikasikan. Proses menulis tersebut diikuti secara ketat

pada praktik pembelajaran menulis berita.

Pembelajaran menulis dengan Strategi 5 M juga mempunyai esensi yang sama dengan

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontektual merupakan konsep belajar dimana guru berusaha

menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan anggota masyarakat. (Nurhadi, 2003:4)

Page 11: Proposal ptk

Modifikasi sratategi 5 M berawal dari proses mengamati, bertanya, dan mengumpulkan

data yang diadopsi dari strategi belajar inkuiri (Suchman, 1968;dan pembelajaran kontekstual

Jhon Dewey, 1916) Kemudian dihubungkan dengan belajar penemuan (learning discovery) yang

dikembagkan Bruner (1966). Pengembangan konstruksi pengetahuan itu menurut Ausubel selalu

dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain, pengetahuan baru terbentuk dari

asimilasi antara pengetahuan lama berupa skemata dengan informasi baru. Pengonsepan

merupakan langkah berikutnya dalam proses menulis yang meliputi pengonsepan awal, revisi,

dan penyuntingan. Proses terakhir strategi 5 M adalah mempublikasikan. Pada tahap

mempublikasikan dan pengonsepan diadopsi dari menulis proses (Tomkins, 1994). Dalam

implementasinya di kelas strategi 5 M sejalan dengan cooperatif learning.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi 5 M merupakan modifikasi

dari strategi inkuiri model Suchman kemudian dikaitkan dengan menulis proses Tomkins.

Srtategi 5 M juga didukung oleh teori belajar penemuan model Bruner, dan teori belajar

bermakna model Ausubel. Langkah-langkah pembelajaran srtategi 5 M dijiwai oleh

pembelajaran kontekstual, dan berinduk pada teori belajar konstruktivisme.

9. Karakteristik Strategi 5 M

Strategi 5 M adalah sebuah srtategi pembelajaran menulis teks berita yang mengarahkan

siswa bekerja secara alamiah sebagaimana seorang wartawan, mulai dari kegiatan mengamati,

memburu data hingga merealisasikannya menjadi teks berita. Strategi 5 M menggambarkan

proses menulis teks berita yang terdiri atas: (1) Mengamati, yaitu mengamati dan memilih

peristiwa yang layak dijadikan berita, (2) Menanyakan, yaitu membuat pertanyaan untuk

menggali rincian topik dan sebagai dasar untuk melakukan wawancara, (3) Mendata, yakni

proses mengumpulkan data sebagai bahan untuk menulis teks berita, (4) Mengkonsep, yakni

menulis konsep awal dan konsep akhir teks berita, dan (5) Mempublikasikan, yakni

mempublikasikan teks berita dengan cara membacakan teks berita dan memajang teks berita

pada tempat yang sudah disediakan.

Sebagai sebuah strategi belajar, 5 M memiliki ciri sebagai berikut:

a. Siswa belajar secara ilmiah dan belajar dalam konteks kehidupan nyata.

b. Siswa mencari, menemukan, dan memilih sendiri topik yang akan ditulis sesuai dengan

minat, pengetahuan, dan pengalamannya.

c. Siswa mengembangkan, menggali rincian topik berita dengan cara bertanya dan

bertanya. Pertanyaan yang dikembangkan menggunakan kata ”bantu tanya”.

d. Pelaksanaan pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas yang dibatasi oleh

dinding dan tembok, serta lebih memberdayakan potensi siswa dengan kegiatan bekerja

kelompok.

e. Siswa berkesempatan memburu data pada sumber berita secara langsung.

f. Siswa berkesempatan menulis secara langsung mengikuti proses menulis, mulai dari

menyusun konsep awal kemudian merevisi, menyunting, dan akhirnya menulis menjadi

konsep final.

Page 12: Proposal ptk

g. Siswa berkesempatan membaca dan mengoreksi tulisan teman lebih banyak dan

berkesempatan merefleksi diri, sehingga pada akhirnya peserta didik menyadari

kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan pada proses menulis.

h. Siswa berkesempatan untuk tampil dan berkomentar di depan kelas.

i. Siswa berkesempatan untuk ikut melakukan penilaian, baik pada penilaian proses

maupun pada penilaian hasil.

j. Siswa berkesempatan belajar mulai dari menemukan topik berita, mengembangkan

rincian topik dengan bertanya, menulis dan mengklasifikasikan data tentang rincian

topik, dan mengaktualisasikan data tersebut ke dalam bentuk teks berita.

B. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal Kegiatan pembelajaran menulis belum menunjukkan pembelajaran

yang optimal. Strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat. Guru masih mendominasi kelas

dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara

bebas. Ketika pembelajaran menulis teks berita, topik/tema menulis ditentukan oleh guru. Hak

otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan, melukiskan jati dirinya atau lingkungan

sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang.Akibatnya nilai kompetensi menulis teks

berita rendah.

Pada kondisi awal, kegiatan pembelajaran menulis teks berita tidak melibatkan siswa

secara langsung dalam memilih topik. Siswa duduk dalam kelas sambil merenung,

mengkhayalkan peristiwa apa yang pernah dialami/dilihat. Guru mengarahkan siswa

menuangkan pengalaman tersebut dalam teras berita dan tubuh berita. Teks berita yang

dihasilkan siswa kurang menarik, kurang komunikatif dan cenderung berupa cerita bahkan opini.

Pada siklus I guru mengambil tindakan dengan menerapkan Strategi pembelajaran 5 M

.Guru menjelaskan konsep menulis berita dengan media surat kabar dan teknik pengamatan

langsung ( mengamati ).Siswa disuruh mengamati topik- topik di surat kabar,untuk dijadikan

topik yang dapat diamati di luar kelas. Topik yang dimaksud misalnya pelajaran komputer, guru

komputer, pelajaran kesenian, berbagai peristiwa/kegiatan UKS, koperasi sekolah, kedisiplinan,

olimpiade seni budaya dan MIPA tingkat nasional, PPDB offline dan sebagainya.Setelah

mendapatkan topik yang akan ditulis, siswa dapat bertanya( menanyakan ) dengan cara

wawancara kepada nara sumber. Selanjutnya para siswa mendata hasil wawancara dan

mengonsepnya menjadi berita yang terdiri dari judul bertita, teras berita, tubuh berita dan ekor

berita. Tahap terakhir dari kegiatan ini adalah mempublikasikan. Berita yang sudah ditulis

siswa dipajang di papan tulis depan kelas.Selama proses penulisan diadakan pengamatan dan

penilaian.Hasilnya dianlisis dan dilakukan refleksi.

Berdasarkan refleksi di siklus pertama,lalu merencanakan kegiatan di siklus kedua, dengan

memperbaiki kekurangan- kekurangan pada siklus pertama.Perbaikan ini dilakukan baik pada

tahap pramenulis, tahap menulis maupun pascamenulis.

Page 13: Proposal ptk

Kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut.

KONDISI

AWAL

KONDISI

AKHIR

TINDAKAN

GURU:

- Guru belum menggunakan

strategi 5M

- Guru masih mendominasi

kelas dengan metode

ceramah dan penugasan

Peserta Didik:

Hasil kompetensi menulis

berita masih rendah

Dalam pembelajaran, guru

menggunakan strategi 5M

yang mengacu pada

pendekatan kontekstual

Siklus I:

Dalam pembelajaran

kompetensi menulis

berita, guru menggunakan

strategi 5M

Siklus II:

Dalam pembelajaran

kompetensi menulis berita,

guru menggunakan strategi

5M dengan memperbaiki

kekurangan di siklus I

Melalui penerapan strategi

5M, kompetensi menulis

berita akan meningkat

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

4. Penerapan Strategi 5 M dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks

berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran

2010/ 2011 .

5. 2. Penerapan Strategi Pembelajaran 5 M dapat meningkatkan kompetensi menulis

teks berita pada siswa kelas VIII A SMP N 11 Surakarta Semester II tahun pelajaran

2010/ 2011 .

Page 14: Proposal ptk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama enam bulan dimulai pada bulan

Februari 2011 dan berakhir pada akhir bulan Agustus 2011. Rincian kegiatan penelitian

tersebut meliputi persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan

(perencanaan, tindakan, monitoring, evaluasi, dan refleksi) penyusunan laporan penelitian,

seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan, penggandaan dan pengiriman laporan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 11 Surakarta, pada siswa kelas VIII A tahun

pelajaran 2010/2011 . Adapun alasan peneliti memilih kelas VIII A sebagai sasaran

penelitian adalah sebagai berikut:

Kelas VIII A merupakan kelas yang kemampuan menulis beritanya masih perlu

ditingkatkan. Kelas penelitian terdiri atas 36 orang siswa (20 laki-laki dan 16 perempuan).

Kondisi siswa di kelas ini cenderung homogen baik dari sisi kemampuan maupun latar

belakang sosial ekonomi. Kelas penelitian adalah kelas reguler yang secara umum

kemampuan akademisnya sedang. (KKM untuk mata pelajaran bahasa Indonesia = 70)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 11

Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A .Siswa kelas VIII

A dijadikan setting kelas, sedangkan guru bahasa Indonesia yang dijadikan subjek penelitian

adalah Bapak SS.

C. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran menulis teks berita,

kompetensi siswa dalam menulis teks berita, serta kemampuan guru dalam menyusun Rencana

Pembelajaran Pembelajaran ( RPP ) dan melaksanakan pembelajaran ( termasuk penggunaan

strategi pembelajaran ) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang

meliputi :

a. Informan atau narasumber, yaitu siswa dan guru,

b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran menulis teks berita,dan

aktivitas lain yang bertalian dengan pembelajaran menulis teks berita, dan

c. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, ( RPP ) ,hasil tulisan siswa dan buku penilaian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan

pengamatan, wawancara atau diskusi,kajian dokumen dan tes, yang masing-masing secara

singkat akan dijelaskan secara singkat di bawah ini.

Page 15: Proposal ptk

a. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Pengamatan yang dilakukan peneliti difokuskan pada kegiatan guru

dalam melaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan strategi 5

M. Sementara pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran menulis teks berita dengan strategi 5 M tersebut.

b. Wawancara atau diskusi

Wawancara atau diskusi dilakukan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun

kajian dokumen.Wawancara atau diskusi dilakukan antara peneliti dan

guru.Wawancara dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama

terhadap kegiatan belajar mengajar ( KBM ) dimaksudkan untuk memperoleh informasi

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis teks berita. Dari

hasil wawancara serta pengamatan dan kajian dokumen, dilakukan identifikasi

permasalahan-permasalahan yang ada kaitannya dengan pembelajaran menulis teks

berita serta faktor-faktor penyebabnya.

Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara juga dilakukan setelah

pengamatan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, juga atas dasar

pengkajian dokumen, dalam setiap siklus yang ada. Pada akhir setiap kegiatan diskusi

disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan

keefektivan penerapan Strategi 5 M dan peningkatan kompetensi menulis teks berita.

c. Kajian Dokumen

Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip atau dokumen yang ada,

seperti kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang dibuat guru, buku

atau materi pelajaran, hasil tulisan siswa, dan nilai yang diberikan guru.

d. Tes

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh

siswa setelah pemberian tindakan.Tes menulis teks berita yang diberikan pada awal

penelitian ( kondisi awal ) berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan atau

kelemahan siswa dalam menulis teks berita.Tes menulis teks berita di setiap akhir

siklus berfungsi untuk mengetahui peningkatan mutu kompetensi menulis teks berita.

Dengan demikian tes berfungsi untuk mengetahui tingkat perkembangan kompetensi

menulis teks berita sesuai dengan siklus yang ada.

E. Validitas Data

Data yang telah terkumpul perlu diperiksa validitasnya. Teknik yang digunakan untuk

memeriksa validitas data adalah triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan validitas data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu ( Lexy J.

Moleong, 1995: 178 ).

Teknik triangulasi antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode

pengumpulan data.Teknik ini berfungsi untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dihadapi

Page 16: Proposal ptk

siswa dalam kegiatan menulis teks berita dan faktor –faktor penyebabnya. Hal – hal yang

dilakukan peneliti adalah:

1. Mendokumentasi hasil tulisan siswa tentang teks berita dan selanjutnya menganalisis

hasil tulisan untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih dilakukan siswa.

2. Melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang

hambatan – hambatan yang dialami siswa dalam menulis teks berita, fasilitas

pembelejaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran menulis

teks berita, dan penilaian yang dilakukan oleh guru.

Review informan kunci dilakukan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dengan guru

bahasa Indonesia.

F. Teknik Analisis Data

Ada dua teknik dalam menganalisis data, yaitu :

1. Teknik statistik diskriptif komparatif.

Teknik ini digunakan untuk menganalisis data kuantitatif berupa nilai kompetensi

menulis teks berita baik pada tahap awal maupun akhir setiap siklus. Misalnya

membandingkan rerata nilai kompetensi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah

siklus II dan seterusnya.

2. Teknik analisis kritis

Teknik ini digunakan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan

guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria yang telah disepakati dalam

penerapan strategi 5 M.

G. Indikator Kinerja

Peningkatan kompetensi menulis teks berita peserta didik kelas VIII A dari nilai rata-rata

65 menjadi 75 dan tidak ada peserta didik yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan

minimal.

H. Prosedur Penelitian

Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc

Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart ini terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2)

tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. (Soedarsono, 1997:16). Dengan demikian prosedur penelitian

ini memiliki siklus, rencana – tindakan – observasi – refleksi dan revisi dan seterusnya sehingga

tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif.

Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini, digunakan model

Kemmis dan Mc Taggart, yang terdiri dari kegiatan 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4)

refleksi.

Page 17: Proposal ptk

Alur tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model proses dan

terdiri atas dua siklus. Kegiatan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) rencana,

2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Jadi kegiatan penelitian tindakan kelas ini mengikuti

prosedur sebagai berikut:

1. Proses Penelitian Siklus I

Siklus ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran kompetensi menulis teks

berita agar lebih meningkat.

a. Perencanaan

Kondisi awal dijumpai masalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam

kompetensi menulis teks berita. Peneliti merencanakan pelaksanaan pembelajaran

dengan strategi 5 M.

b. Tindakan

Tindakan dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran5 M. Peserta didik

berkelompok laki-laki dan perempuan dengan anggota 5-6 peserta didik. Siswa

berdiskusi secara berkelompok untuk menyusun teks berita bedasarkan pengamatan

( mengamati ) topik berita di surat kabar yang disediakan guru.Setelah menentukan

topik berita, mereka keluar kelas untuk menemui narasumber dan melakukan

wawancara ( menanyakan ).Tahap selanjutnya adalah mendata hasil wawancara,

yang selanjutnya disusun dalam draf teks berita dengan sistematika : judul berita,

teras berita, tubuh berita dan ekor berita ( Widodo, 1997:4).Kegiatan ini

termasuk tahap mengonsep berita.Setelah konsep selesai. Maka tahap terakhir

adalah mempublikasikan.Berita yang sudah selesai ditulis dipajang di papan tulis

depan kelas.

Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pengamatan

Siklus I

Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pengamatan

Siklus II

Page 18: Proposal ptk

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap tindakan dan hasil unjuk kerja siswa dan

mencatat kendala yang dijumpai dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengevaluasi, dan mencari solusi untuk

memecahkan kendala tersebut.

2. Proses Penelitian Siklus II

Siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi menulis teks berita dengan

menerapkan strategi 5 M, dengan meyempurnakan kekurangan di siklus I. Alur kegiatan

juga mengikuti prosedur penelitian di siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

Page 19: Proposal ptk

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti., dkk. 2001. Materi Pokok Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka

Anonim. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta. Pustaka Yustisa.

Definisi Kompetensi. 2009. Diunduh pada 20 Maret 2011. : http://wartawarga.gunadarma.ac.id

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bagian Proyek

Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program

Djuhari, O. Setiawan & Suherli.2001. Panduan Membuat Karya Tulis: Resensi, Laporan Buku,

Skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei, dll. Bandung: Yrama Widya.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC

Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contekxtual Teaching and Learning/CTL). Malang:

Universitas Negeri Malang.

Porter, Bobbi De & Mike Hernanacki. 1994. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.

Sudjana S, H. Djuju.2000. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Bandung: Falah

Suparno, Paul.1997. Filsafat dalam Pendidikan . Yogyakarta: Kanisus

Suparno.2001. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan Kontekstual. Makalah

disajikan dalam symposium Guru di Wisma Raya, Bogor, 2 – 6 November

Tibbets, A. M. & Tibbets Charlene.1991. Rhetoric Strategis Of Hanbbook. New York:

Harpercollins Publisher, Inc

Tompkins, G.E. Horkison. .1991. Teaching Writing: Balancing Procces and Product. New York:

Macmillan College Publishing Company

Yamin, Martinis.2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.

Page 20: Proposal ptk

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI MENULIS TEKS BERITA

DENGAN STRATEGI 5M

SISWA KELAS VIII A SMP N 11 SURAKARTA

Proposal Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Penelitian Tindakan Kelas

Oleh :

Sriyati

S 841102014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011