Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI...

24
1 Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI, PERDAGANGAN DAN KONSUMSI UBI JALAR UNTUK MENINGKATKAN 30% PARTISIPASI KONSUMSI MENDUKUNG PROGRAM PENGANEKARAGAMAN PANGAN DAN GIZI Abstrak Peraturan Presiden No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal menekankan pentingnya pengembangan produk pangan yang lebih beranekaragam baik dari sisi produksi dan penyediaan maupun konsumsinya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program diversifikasi baik dari aspek produksi komoditas, pengembangan produk, konsumsi, dan kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan petani. Ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Terkait hal tersebut, penelitian bertujuan untuk mengkaji keterkaitan produksi, perdagangan dan konsumsi untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia. Secara rinci tujuan penelitian adalah untuk: (1) Menganalisis peta produksi ubi jalar di kawasan sentra produksi, (2) Menganalisis peta perdagangan ubi jalar antara wilayah sentra produksi dan konsumsi, (3) Menganalisis peta konsumsi komoditas ubi jalar berdasar karakteristik rumah tangga, (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi paritisipasi konsumsi ubi jalar, dan (5) Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan partisipasi konsumsi ubi jalar mendukung kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Metoda pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data sekunder, survei dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik dengan menggunakan tabel analisis. Data yang digunakan meliputi data sekunder (tingkat nasional, provinsi dan kabupaten contoh) dan data primer (tingkat rumah tangga, kelompok, dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten contoh dengan melakukan pendalaman di empat provinsi sentra produksi ubi jalar yaitu Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Transcript of Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI...

Page 1: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

1

Proposal Penelitian

KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI, PERDAGANGAN DAN KONSUMSI UBI JALAR UNTUK MENINGKATKAN 30% PARTISIPASI KONSUMSI MENDUKUNG PROGRAM

PENGANEKARAGAMAN PANGAN DAN GIZI

Abstrak Peraturan Presiden No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal menekankan pentingnya pengembangan produk pangan yang lebih beranekaragam baik dari sisi produksi dan penyediaan maupun konsumsinya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program diversifikasi baik dari aspek produksi komoditas, pengembangan produk, konsumsi, dan kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan petani. Ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Terkait hal tersebut, penelitian bertujuan untuk mengkaji keterkaitan produksi, perdagangan dan konsumsi untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia. Secara rinci tujuan penelitian adalah untuk: (1) Menganalisis peta produksi ubi jalar di kawasan sentra produksi, (2) Menganalisis peta perdagangan ubi jalar antara wilayah sentra produksi dan konsumsi, (3) Menganalisis peta konsumsi komoditas ubi jalar berdasar karakteristik rumah tangga, (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi paritisipasi konsumsi ubi jalar, dan (5) Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan partisipasi konsumsi ubi jalar mendukung kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Metoda pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data sekunder, survei dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik dengan menggunakan tabel analisis. Data yang digunakan meliputi data sekunder (tingkat nasional, provinsi dan kabupaten contoh) dan data primer (tingkat rumah tangga, kelompok, dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten contoh dengan melakukan pendalaman di empat provinsi sentra produksi ubi jalar yaitu Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Page 2: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

2

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Setelah berhasil dalam peningkatan produksi dan swasembada beras serta jagung,

pembangunan pertanian Indonesia di arahkan ke struktur produksi komoditas yang lebih

beragam. Melalui program diversifikasi dari aspek produksi komoditas, pengembangan produk,

dan diversifikasi konsumsi, serta kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah dan

pendapatan petani diharapkan peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

dapat ditingkatkan.

Program diversifikasi pertanian sejatinya telah diluncurkan sejak dua dekade lalu,

namun dalam perkembangannya belum menunjukkan kinerja seperti yang diharapkan. Dari sisi

konsumsi, diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi belum menunjukkan kinerja yang

baik, khusus untuk kelompok pangan sumber karbohidrat, beras masih dominan dalam pola

konsumsi rata-rata rumah tangga di Indonesia. Dengan indikator Pola Pangan Harapan (PPH),

kontribusi energi dari padi-padian (beras termasuk di dalamnya) melebihi standar yang ideal,

sementara itu kontribusi energi dari umbi-umbian masih kurang dari rekomendasi ideal (Badan

Ketahanan Pangan, 2008). Oleh karenanya, pada tahun 2009 pemerintah mengeluarkan

instrumen kebijakan untuk mempercepat terlaksananya diversifikasi pertanian di Indonesia,

khususnya terkait dengan aspek konsumsi. Instrumen kebijakan tersebut tertuang dalam

Peraturan Presiden (Perpres) No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Operasionalisasi dari

Perpres tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi

Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Badan Ketahanan Pangan, 2009).

Dalam upaya mendukung program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

berbasis sumber daya lokal, pengembangan kelompok pangan sumber karbohidrat khususnya

umbi-umbian perlu mendapat perhatian. Di antara kelompok umbi-umbian, ubi jalar merupakan

salah satu bahan pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang. Hal

tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa ubi jalar: (1) merupakan sumber karbohidrat ke

empat setelah padi, jagung, dan ubikayu; (2) mempunyai potensi produktivitas yang tinggi; (3)

memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam; (4) memiliki kandungan zat gizi yang

beragam, dan (5) memiliki potensi permintaan pasar baik lokal, regional, maupun ekspor yang

terus meningkat.

Namun demikian, pemasaran ubi jalar di Indonesia masih menghadapi masalah yaitu

sistem pemasaran belum efisien dan harga produk lebih banyak ditentukan oleh pedagang

Page 3: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

3

yang berakibat pada lemahnya posisi tawar (bargaining position) dan pendapatan petani.

Selain itu, masalah lain terkait dengan ubi jalar adalah produktivitas dan produksi belum

optimal, bersifat musiman, harga cenderung fluktuatif, dan rendahnya kualitas produk ubi jalar

dalam bentuk segar maupun olahan. Kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil yang belum

optimal juga berakibat pada rendahnya kualitas produk, dan nilai tambah yang diterima petani

serta terbatasnya pilihan bentuk produk olahan sesuai preferensi konsumen. Performa tersebut

mengindikasikan belum terciptanya sinergi yang harmonis antar pelaku usaha dalam sistem

jaringan rantai pasok ubi jalar yang bermuara pada relatif rendahnya tingkat partisipasi dan

konsumsi ubi jalar di Indonesia. Oleh karena itu, upaya meningkatkan partisipasi konsumsi

pangan berbasis sumberdaya lokal khususnya ubi jalar terkait dengan program percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi penting untuk dikaji.

Perumusan masalah

Fakta yang ada menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dan konsumsi ubi jalar di

Indonesia masih rendah, padahal secara geografis dan agronomis Indonesia memiliki

kemampuan untuk menghasilkan ubi jalar. Bahkan semua wilayah provinsi di Indonesia

merupakan produsen ubi jalar. Dikaitkan dengan program percepatan penganeka-ragaman

konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, pengembangan kelompok pangan sumber

karbohidrat khususnya umbi-umbian perlu mendapat perhatian. Diantara kelompok umbi-

umbian, ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan lokal yang berpotensi untuk

dikembangkan di masa mendatang.

Permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah mengapa tingkat

partisipasi dan konsumsi ubi jalar di Indonesia masih rendah. Dalam rangka mendukung

program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, upaya-

upaya apa yang diperlukan untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia.

Untuk menjawab permasalahan tersebut diperlukan kajian yang komprehensif dari aspek

produksi, penanganan panen dan pasca panen/pengolahan, dan perdagangan/pemasaran ubi

jalar yang ada selama ini dan bagaimana keterkaitan antar aspek tersebut dalam kerangka

jaringan rantai pasok. Selain itu juga perlu diidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi

tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi di sisi produksi khususnya di sentra-sentra produksi ubi

jalar Indonesia terutama adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan,

dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar atau preferensi konsumen, terutama

apabila ditujukan untuk industri pengolahan atau pasar ekspor. Hal tersebut berkaitan dengan

Page 4: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

4

beberapa permasalahan dan kendala pokok berikut : (1) Pola pemilikan lahan yang sempit dan

tersebar, tidak adanya sistem pewilayahan pengembangan, dan sistem usahatani yang bersifat

sporadis; (2) Lemahnya permodalan petani, meskipun usahatani ubi jalar bukan tergolong padat

modal; (3) Rendahnya penguasaan teknologi yang dikuasai petani baik dari aspek pembibitan,

budidaya, maupun kegiatan penanganan pasca panen menyebabkan produktivitas dan mutu

produk yang dihasilkan rendah; (4) Tidak adanya keseimbangan dan kesamaan standar

kualitas antara produksi ubi jalar di daerah sentra produksi dengan permintaan di pusat-pusat

konsumsi; (5) Harga produk umbi-umbian relatif berfluktuasi baik akibat panen yang bersifat

musiman, penanganan pasca panen yang belum prima, diversifikasi pengolahan hasil yang

masih terbatas, serta terbatasnya perluasan pasar; (6) Pemasaran produk yang belum efisien

dan bagian keuntungan yang diterima petani relatif rendah; dan (7) Kebijakan dan strategi

pemerintah yang kurang kondusif dan bias pada komoditas padi, dan palawija utama yaitu

jagung dan kedelai sehingga petani dan para pelaku tataniaga ubi jalar mengalami dis-insentif

dalam memproduksi, melakukan kegiatan pasca panen, pengolahan hasil, serta dalam kegiatan

distribusi dan perdagangan produk ubi jalar.

Justifikasi

Dalam kerangka pengembangan agribisnis suatu komoditas termasuk ubi jalar, setiap

kegiatan dimulai dari kegiatan pengadaan sarana produksi, kegiatan produksi, hingga kegiatan

pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan oleh

pelaku agribisnis yang berbeda. Simatupang (1995) mengemukakan bahwa struktur agribisnis

yang berkembang saat ini dapat digolongkan sebagai tipe dispersal atau tersekat-sekat.

Struktur agribisnis demikian menurut Simatupang (1995) kurang memiliki dayasaing, karena

tiga faktor utama: (1) tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan

agribisnis dengan kegiatan lainnya karena masing-masing pelaku agribisnis mengambil

keputusan sendiri-sendiri dalam menjalankan usahanya, konsekuensinya adalah dinamika

pasar tidak selalu dapat direspon secara efektif karena tidak adanya koordinasi; (2)

terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil yang

harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal; dan (3) tidak adanya kesetaraan posisi tawar

antara petani dengan pelaku agribisnis lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar

yang wajar dan sebagian besar nilai tambah tidak dapat dinikmati oleh petani.

Apabila konsep agribisnis tersebut dikaitkan dengan keragaan pengembangan ubi jalar

di Indonesia, relatif rendahnya partisipasi konsumsi ubi jalar diduga terkait dengan kinerja dan

jejaring rantai pasok mulai dari sisi produksi, penanganan panen dan pasca panen/pengolahan

Page 5: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

5

serta pemasaran/perdagangan ubi jalar. Oleh karena itu kajian tentang ”Keterkaitan Produksi,

Perdagangan dan Konsumsi Ubi jalar untuk Meningkatkan 30% Partisipasi Konsumsi

Mendukung Program Penganekaragaman Pangan dan Gizi”, sangat relevan untuk dilakukan.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengkaji keterkaitan produksi, perdagangan

dan konsumsi untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar di Indonesia. Secara rinci

tujuan penelitian adalah untuk:

1. Menganalisis peta produksi ubi jalar di kawasan sentra produksi,

2. Menganalisis peta perdagangan ubi jalar antara wilayah sentra produksi dan konsumsi,

3. Menganalisis peta konsumsi komoditas ubi jalar berdasar karakteristik rumah tangga,

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi paritisipasi konsumsi ubi jalar, dan

5. Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan partisipasi konsumsi ubi jalar

mendukung program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber

daya lokal.

Keluaran Penelitian 1. Hasil pemetaan wilayah produksi ubi jalar di kawasan sentra produksi,

2. Hasil pemetaan perdagangan ubi jalar antara wilayah sentra produksi dan konsumsi,

3. Hasil pemetaan konsumsi komoditas ubi jalar berdasar karakteristik rumah tangga,

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi konsumsi ubi jalar, dan

5. Rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan partisipasi konsumsi ubi jalar mendukung

program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

II. TINJAUAN PUSTAKA Aspek Produksi

Dalam peta produksi ubi jalar dunia, Indonesia merupakan negara produsen ubi jalar ke

tiga di dunia setelah RRC dan Vietnam (Woolfe, 1992 dalam Van de Fliert, et. al., 2000).

Produksi ubi jalar Indonesia tersebar di seluruh provinsi dengan wilayah sentra produksi utama

adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, NTT, dan Papua

(BPS, 2008). Potensi pengembangan komoditas ubi jalar masih dapat ditingkatkan baik dari sisi

ketersediaan lahan maupun produktivitas. Dalam hal ini, ubi jalar dapat dibudidayakan pada

lahan sawah maupun lahan kering atau tegalan, di dataran tinggi maupun rendah dengan

Page 6: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

6

pengembangan teknologi budidaya, pasca panen, dan pengolahannya (Rahayuningsih, et al.

2000; Rahayuningsih, et al. 1999).

Karakteristik sistem produksi ubi jalar di Indonesia saat ini dicirikan oleh: (1) Skala

usaha dan penggunaan modal kecil, (2) Penerapan teknologi usahatani belum optimal, (3) Sifat

usahatani bersifat sporadis dan cenderung ditempatkan sebagai tanaman sampingan atau

penyela, (4) Kurang tersedianya bibit bermutu menurut agroekosistem, sehingga

mempengaruhi mutu bahan baku dan produk olahan, dan (5) Belum adanya sistem

pewilayahan produksi komoditas ubi jalar.

Aspek Permintaan dan Konsumsi

Ditinjau dari sisi permintaan, permintaan ubi jalar di pasar domestik terus meningkat baik

dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk

dan berkembangnya teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan berbahan baku ubi

jalar. Di masa datang, permintaan industri pangan terhadap ubi jalar diperkirakan meningkat

seiring dengan upaya pengembangan pangan lokal. Dalam hal ini tepung serealia dan umbi-

umbian lokal dapat mensubstitusi terigu dan tepung beras sampai 20 – 50 persen untuk

pembuatan aneka kue, cake, mie dan roti tawar (Richana dan Damardjati dalam Widowati dan

Damardjati, 2001).

Sementara itu permintaan ubi jalar untuk pasar ekspor Malaysia meningkat dari 0.839

juta RM tahun 1997 meningkat menjadi 1.442 juta RM tahun 2000 (Wan Ibrahim Wan Daud,

2002). Sedangkan permintaan untuk pasar Singapura lebih besar lagi, dengan volume impor

gabungan kentang dan ubi jalar mencapai 16,34 ribu ton (Lee Siew Moi, 2002).

Terkait dengan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat, Suryani dan Rachman

(2009) menunjukkan bahwa berbagai jenis pangan sumber karbohidrat yang umum dikonsumsi

rumah tangga di perdesaan adalah beras, jagung, terigu, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, dan

umbi-umbian lainnya. Di antara berbagai jenis pangan tersebut, partisipasi konsumsi yang

dominan adalah beras, jagung, terigu, dan ubi kayu. Sedangkan partisipasi konsumsi ubi jalar

di hampar semua provinsi di Indonesia relatif rendah (1.39% - 17.83%), kecuali di Papua Barat

sekitar 42% (BPS, Susenas 2007).

Hasil analisis Suryani dan Rachman (2008) menunjukkan bahwa dalam selang waktu

2002 – 2007 di Indonesia telah terjadi pergeseran pola konsumsi pangan pokok rata-rata rumah

tangga di perdesaan yang mengarah pada pangan berbahan terigu (mie). Diversifikasi pola

konsumsi pangan pokok yang bertumpu pada pangan lokal (beras, jagung, ubi kayu, dan ubi

jalar) di perdesaan hanya terjadi pada kelompok pendapatan rendah dan sedang, sementara

Page 7: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

7

kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi justru mengarah pada pola tunggal beras dan

atau beras+terigu. Hal ini perlu diwaspadai mengingat terigu berasal dari gandum yang tidak

diproduksi dalam negeri, ketergantungan pada pangan impor akan mempersulit upaya

mewujudkan kemandirian bahkan kedaulatan pangan nasional.

Penanganan Panen, Pasca Panen/Pengolahan dan Kandungan Nutrisi

Sebagai bahan pangan, ubi jalar dapat dikonsumsi secara langsung dalam bentuk

segar, diolah melalui perebusan/oven dan penggorengan atau diolah menjadi tepung kemudian

dijadikan bahan baku berbagai jenis pangan. peningkatan nilai tambah ubi jalar, antara lain

dapat dilakukan melalui pengolahan menjadi bentuk setengah jadi, seperti tepung ubi jalar yang

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu (20 persen sampai 100 persen)

pada produk roti, kue, dan mi (Anonimous, 2008). Penduduk AS lazim membuat sajian

eksklusif dari ubi jalar karena khasiat dan rasanya. Sajian eksklusif tersebut berbentuk cake,

kue kering, pure pelengkap steak atau salad, es krim, puding, muffin, souffle, pancake, kroket,

sup krim, maupun sebagai taburan hidangan panggang.

Damardjati dan Widowati, (1994) menunjukkan bahwa keragaman produk ubi jalar

meliputi: menu produk segar (ubi jalar rebus, obi, timus), pembuatan produk setengah jadi siap

santap (produk ekstrusi, manisan, saus), dan produk olah setengah jadi siap masak (bihun,

snack food, makanan bayi). Bahkan di beberapa negara seperti Cina, Korea, Jepang, Taiwan,

dan Amerika Serikat ubi jalar dimanfaatkan untuk bahan baku industri pasta, produk kalengan,

dan makanan bentuk instan (Kumalaningsih, 1994).

Keunggulan ubi jalar adalah memiliki indeks glisemik 54 yang tergolong rendah yang

berarti karbohidratnya tidak mudah diubah menjadi gula sehingga sangat baik untuk dikonsumsi

penderita diabetes, tidak seperti beras atau jagung (Kunia, 2009). Selain itu pada ubi jalar

berwarna ungu mengandung antosianin yang tinggi bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena

dapat berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati

(Anonimous 2008). Di Jepang, ubi jalar warna ungu banyak digunakan sebagai zat pawarna

alami untuk makanan, penawar racun, mencegah sembelit, dan membantu menyerap kelebihan

lemak dalam darah. Pigmen antosianin pada ubi jalar lebih tinggi konsentrasinya dan lebih

stabil bila dibandingkan antosianin dari kubis dan jagung merah.

Menurut Kunia (2009) ubi jalar berwarna merah (kuning) memiliki kandungan serat tinggi

dan sangat baik sebagai penangkal kanker. Kandungan serat oligosakarida yang bertipe larut

pada ubi merah berperan menyedot kolesterol “jahat” di dalam darah, mencegah sembelit,

memudahkan buang angin, menjaga keseimbangan flora usus dan prebiotik serta merangsang

Page 8: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

8

pertumbuhan bakteri “baik” pada usus sehingga penyerapan zat gizi lebih efektif. Hanya pada

orang yang sangat sensitif oligosakarida, konsumsi ubi jalar dapat mengakibatkan kembung.

Kandungan betakaroten pada ubi jalar merah (kuning) jauh lebih tinggi (2900 mkg)

dibandingkan ubi jalar putih (260 mkg). Betakaroten pada ubi jalar merah berkhasiat sebagai

"obat mata", pengendali produksi hormon melatonin yang merupakan antioksidan bagi sel dan

sistem saraf otak. Kekurangan zat ini mengakibatkan gangguan tidur dan berkurangnya daya

ingat. Kombinasi betakaroten dan Vitamin E dalam ubi jalar dapat menghalau stroke dan

serangan jantung. Secara rinci, kandungan nutrisi ubi jalar segar dan olahan dapat dilihat pada

Tabel 1.

Hal penting pada aspek pasca panen antara lain adalah seberapa besar kerusakan

khasiat zat yang terkandung dalam ubi jalar setelah mengalami proses pengolahan. Satu buah

ubi jalar merah mentah ukuran sedang sudah memenuhi 42 % anjuran kecukupan vitamin C

sehari. Dibanding dengan havermut (oatmeal), ubi jalar merah lebih kaya serat, khususnya

oligosakarida. Menyantap ubi jalar merah 2 - 3 kali seminggu membantu kecukupan serat.

Apabila dimakan bersama kulitnya menyumbang serat lebih banyak lagi. Ubi jalar rebus hanya

merusak 10% kadar betakaroten. Sedangkan penggorengan atau pemanggangan merusak

20% betakaroten. Penjemuran malah menghilangkan separuh kandungan betakaroten.

Tabel 1. Analisis Kandungan Nutrisi Ubi Jalar dan Tepung Ubi Jalar di China, 1995

Kandungan Nutrisi Ubi Jalar Segar Tepung Ubi Jalar Murni1)

Tepung Ubi Jalar Kompleks (tepung instan)2)

1. Gula Larut (%) 4,95 39,50 2. Air (%) 72,50 7,06 2,75 3. Protein (%) 1,50 5,56 13,40 4. Lemak (%) 0,17 0,85 8,87 5. Karbohidrat (%) 60,98 6. Serat Kasar 0,62 1,58 2,90 7. Abu (%) 0,62 1,94 3,62 8. Kalsium (%) 268,02 0,13 294,51 9. Pospor (%) 0,043 0,164 118,69 10. Besi (mg/kg) 17,98 74,5 11,66 11. Betacaroten (mg/kg) 14,74 27,58 0,093 12. Vitamin B1 (mg/100 g) 0,132 0,498 0,853 13. Vitamin B2 (mg/100 g) 0,027 0,164 0,32 14. Vitamin C (mg/100 g) 27,00 1,20 29,91 15. Vitamin B5 (mg/100 g) 15,00 20,00 16. Asam amino (%) 9,07

Keterangan 1) berasal dari ubi jalar yang sama; 2) berasal dari tepung dan tambahan beberapa material Sumber: Jiang, et al. 2001.

Page 9: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

9

Pengolahan ubi jalar dapat dijadikan: (1) tepung ubi jalar yang mengandung Kadar Air 7

persen, protein 3 persen, lemak 0,54 persen, Serat Kasar 2 persen, abu 2 persen dan pati 60

persen dan (2) tepung instan ubi jalar dengan mutu bervariasi dipengaruhi oleh teknik

pengolahan dan jenis varitas ubi jalar yang digunakan (Suryana, 2006). Kualitas pati yang

dihasilkan dalam proses pembuatan tepung umbi-umbian termasuk ubi jalar dipengaruhi oleh

kegiatan pasca panen, yang meliputi kegiatan panen, penyimpanan, dan pengolahan menjadi

pati, hingga ke penangan pati dan penyimpanannya (Fuglie dan Oates, 2001).

Permasalahan yang dihadapi dalam aspek pasca panen dan pengolahan hasil produk

pertanian, termasuk ubi jalar adalah: (1) skala usaha pasca panen dan pengolahan kecil karena

terbatas modal dan lahan usahatani yang menyebar sehingga butuh biaya untuk

mengumpulkan produk berakibat pada in-efisiensi; (2) masih belum memenuhi standar Good

manufacturing Practices sehingga produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasar

domestik dan internasional; ( 3) teknologi pengolahan masih tradisional sehingga produk yang

dihasilkan belum memenuhi standar produk yang memiliki daya jual tinggi; (4) mutu produk

yang dihasilkan umumnya rendah dengan jumlah terbatas sehingga tidak mampu berproduksi

secara kontinu (Damardjati, 2006). Oleh karenanya, Budijanto (2009) menyarankan agar

kegiatan penelitian dan pengembangan menyangkut tepung dan pati berbahan baku lokal

termasuk ubi jalar perlu ditekankan pada upaya memperbaiki karakteristinya sehingga dapat

memperluas aplikasi penggunaannya.

Pengolahan ubi jalar dapat dijadikan keripik, chips, tepung, mie, permen, gula, bahan es

krim dan nasi. Pengembangan olahan nasi beras dilapisi (coating) dengan 30 persen ubi jalar

rasanya tidak berbeda nyata dengan 100 persen nasi beras (Damardjati, 2006). Di Kabupaten

Kuningan, Jawa Barat sudah berkembang 36 industri kecil yang mengolah ubi jalar menjadi

tepung ubi jalar, chip ubi jalar, kue basah, kue kering, kremes, keripik, dan ice cream (Deperin,

2009).

Aspek Perdagangan/Pemasaran

Jaringan perdagangan komoditas antara lain dipengaruhi oleh sifat komoditas dan

kegunaannya. Makin cepat rusak/busuk suatu produk makin terbatas jaringan perdagangannya.

Demikian juga makin terbatas penggunaannya makin terbatas pula jaringan perdagangannya.

Sebagai komoditas pertanian, ubi jalar termasuk komoditas yang cepat rusak dibandingkan

komoditas secara umum, namun tidak demikian jika dibandingkan sesama komoditas pertanian.

Pada dasarnya ubi jalar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti konsumsi

langsung, diolah sebagai makanan ringan, dan bahan baku pada berbagai industri. Di Indonesia

Page 10: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

10

sekitar 86 persen ubi jalar digunakan untuk konsumsi sebagai pangan substitusi dan/atau

komplemen pangan pokok atau bahkan sebagai pangan pokok (Anonimous, 2008). Selama ini

pencitraan di masyarakat memperlihatkan bahwa ubi jalar merupakan produk inferior. Dengan

status sebagai produk inferior ubi jalar diproduksi hanya untuk kebutuhan subsisten sehingga

perdagangannya terbatas.

Di Papua, masyarakat kota sudah beranggapan bahwa ubi jalar merupakan bahan

pangan masyarakat desa dan ekonomi lemah, sebaliknya masyarakat desa beranggapan ubi

jalar merupakan bahan pangan bernilai sosial tingggi (Limbongan dan Soplanit, 2007).

Terbatasnya sarana transportasi dan industri pengolahan ubi jalar di Papua membatasi usaha

budidaya ubi jalar dan perdagangannnya. Hanya 25 persen dari hasil produksi yang dipasarkan,

75 persen untuk konsumsi manusia dan ternak. Hal yang sama masih berlaku pada

masyarakat di Magelang, namun persepsi tersebut dipengaruhi bentuk produk. Sekitar 40

persen responden di Magelang mengatakan bahwa ubi jalar merupakan makanan kelas dua

atau ekonomi lemah. Namun hanya 12,5 persen responden yang mengatakan tepung ubi jalar

merupakan makanan ekonomi lemah (Sasongko et al. Tanpa tahun). Dari kasus pada dua

lokasi tersebut dapat dipetik pelajaran bahwa informasi dan sosialisasi tentang manfaat ubi jalar

masih belum optimal.

Di Papua, petani ubi jalar yang berusaha di sekitar kota langsung memasarkankan hasil

produksi ke konsumen di pasar kota, sedangkan petani di pedesaan memasarkan ke konsumen

dan pedagang pengumpul di pasar kecamatan. Pedagang pengumpul kemudian memasarkan

ke pedagang di pasar kota. Sementara itu di Magelang, Jawa Tengah, petani ubi jalar menjual

hasilnya langsung ke pedagang besar atau pengecer di sawah atau di rumah. Secara umum

pelaku pasar yang terlibat dalam tataniaga/ pemasaran ubi jalar terdiri dari petani, pedagang

besar, grosir, pengecer dan konsumen (Sasongko et al. Tanpa tahun).

Variasi penggunaan ubi jalar menjadi makanan ringan memperluas jaringan

perdagangannya. Paling tidak dari sentra produksi ke sentra industri makanan ringan. Namun

jika sudah menjadi makanan ringan hasil olahan, jaringan perdagangannya akan makin meluas

lagi. Berkembangnya pola makan yang mengedepankan faktor kesehatan, memberikan

prospek pada ubi jalar untuk diperdagangkan pada tingkat yang lebih luas hingga ke pasar

ekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ubi jalar mengandung zat antioksidan yang sangat

berguna bagi kesehatan. Hal tersebut dapat dijadikan instrumen untuk meningkatkan citra ubi

jalar dari status inferior menjadi komoditas yang superior.

Kasus di Kabupaten Kuningan, berbagai produk olahan ubi jalar sudah dipasarkan

hingga ke berbagai kota di Jawa Barat dan bahkan ke luar Provinsi Jawa Barat (Deperin, 2009).

Page 11: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

11

Diharapkan ke depan pemasaran tepung ubi jalar Kuningan akan dikembangkan ke berbagai

lembaga seperti industri besar, catering, restoran dan hotel bahkan akan dijajaki pasar ekspor

untuk produk tepung dan pasta ubi jalar.

Tepung ubi jalar mengandung 60 persen pati. Pengolahan bahan baku umbi-umbian

seperti ubi jalar menjadi pati akan mengubah status dari barang inferior menjadi barang

superior. Menurut Fuglie dan Oates (2001), nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan

pati dari umbian dan butiran termasuk ubi jalar bernilai positif. Untuk negara berpendapatan

rendah seperti India dan Vietnam nilai elastisitasnya 4,0; untuk negara berpendapatan sedang

seperti seperti China dan Indonesia nilainya 1,5 dan 2,0; untuk negara industri baru seperti

Malaysia dan Thailand nilainya 1,2 dan 0,8; demikian juga untuk negara-negara maju seperti

Korea, Taiwan dan Jepang nilainya 0,8. Nilai elastisitas pendapatan tersebut diduga akan

semakin meningkat dengan makin diketahuinya manfaat zat-zat yang terkandung pada ubi jalar

dan manfaatnya bagi kesehatan.

Ubi jalar merupakan sumber pati penting bagi penduduk di negara China, Jepang dan

Korea (Fuglie dan Oates, 2001). Karena itu Indonesia banyak mengekspor ubi jalar ke negara

tersebut, khususnya Jepang dan Korea. Di negara Asia tropis seperti Indonesia, lebih banyak

digunakan pati ubi kayu karena harganya lebih murah. Untuk sebagian besar konsumen

Indonesia yang masih mengutamakan gengsi dalam mengkonsumsi pangan. ubi jalar dianggap

sebagai pangan orang desa dan orang miskin. Sikap tersebut merupakan tantangan untuk

mengatasinya agar permintaan terhadap ubi jalar dan produknya meningkat.

Menurut Winarto, et al. (1994), mengatasi sikap masyarakat yang menganggap ubi jalar

sebagai komoditas inferior dapat dilakukan dengan mengangkat citra ubi jalar. Hal itu dapat

dilakukan dengan cara mengolah ubi jalar menjadi bahan pangan dalam bentuk lain yang sudah

biasa di konsumsi masyarakat seperti roti, kue basah, kue kering, cake, bihun, mie dan nasi.

Untuk lebih meningkatkan citra, untuk ubi jalar putih dapat dilakukan dengan pewarnaan alami

dengan wortel, bayam dan tomat sehingga meningkatkan nilai gizi; melakukan pengemasan

dengan merek yang menarik sehingga menjadi lebih praktis, higienis dan mudah diingat; dan

mengganti nama bahan baku ubi jalar dengan nama “bija”.

III. METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji keterkaitan produksi, perdagangan

dan konsumsi untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar mendukung program

percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (dan gizi); maka kerangka pikir yang

Page 12: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

12

digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. Hipotesis yang digunakan adalah

bahwa keragaan sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi ubi jalar baik secara parsial

maupun bersama (keterkaitan) merupakan faktor penentu tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar.

Oleh karenanya, keragaan partisipasi konsumsi ubi jalar saat ini (data terakhir yang tersedia)

digunakan sebagai dasar pijakan penelitian ini.

Untuk meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar (dari kondisi saat ini) dilakukan

dengan mengkaji keterkaitan sisi produksi - perdagangan (termasuk didalamnya penanganan

panen, pasca penen dan pengolahan)–konsumsi, dengan pendekatan analisis rantai pasok

sistem komoditas ubi jalar. Untuk merumuskan rekomendasi kebijakan terkait upaya

meningkatkan 30% partisipasi konsumsi ubi jalar, hasil telaahan terhadap jaringan rantai pasok

akan dilengkapi dengan telahaan terhadap sarana pendukung dan instrumen kebijakan yang

ada di sisi produksi, panen, pasca panen/pengolahan dan konsumsi.

Di sisi produksi akan dilakukan pemetaan wilayah produksi di daerah/provinsi sentra

produksi yang mencakup keragaan pola tanam, teknologi produksi, skala usaha, tingkat

produksi dan produktivitas. Selain itu juga akan diidentifikasi permasalahan dan kendala yang

dihadapi petani dan atau pemerintah daerah terkait dengan upaya untuk meningkatkan

kapasitas produksi ubi jalar di wilayah-wilayah sentra produksi.

Di sisi panen/pasca panen/pengolahan akan dilakukan penelaahan dan pemetaan

terhadap keragaan teknologi panen, pasca panen/pengolahan yang tersedia, teknologi yang

diadopsi petani/rumah tangga, keberadaan dan kinerja industri pengolahan di lokasi penelitian,

skala pengusahaan, sumber permodalan, bentuk produk yang dihasilkan dan permasalahan

serta kendala yang dihadapi. Untuk mencermati keterkaitan sisi produksi, penanganan panen,

dan pasca panen/pengolahan akan diidentifikasi kesesuaian dan kontinutas pasokan bahan

baku baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Dari aspek pemasaran dan perdagangan, akan dikaji keragaan rantai pemasaran, tujuan

pasar (lokal, antar pulau, ekspor), volume yang dipasarkan, jenis/bentuk produk yang

dipasarkan, biaya pemasaran dan permasalahan serta kendala yang dihadapi pelaku pasar

dalam pemasaran/perdagangan ubi jalar.

Pemetaan pola konsumsi ubi jalar dilakukan dengan menelaah tingkat dan partisipasi

konsumsi ubi jalar menurut karakteristik rumah tangga. Tingkat konsumsi diukur dalam satuan

kg/kapita/tahun dan Kkal/kapita/hari. Sedangkan tingkat partisipasi konsumsi dipetakan dalam

ukuran: (1) proporsi rumah tangga/individu yang mengkonsumsi terhadap total rumah

tangga/individu di wilayah tertentu; (2) proporsi energi yang bersumber dari konsumsi ubi jalar

Page 13: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

13

terhadap total konsumsi energi rumah tangga/individu; dan (3) proporsi pengeluaran yang

digunakan untuk konsumsi ubi jalar terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga.

Pemetaan tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar juga akan dipetakan menurut: (1) bentuk

yang dikonsumsi (segar, olahan); (2) sumber perolehan (produksi sendiri, membeli, lainnya); (3)

pola pemanfaatan (pangan pokok, makanan selingan, frekuensi makan); dan (4) karakteristik

rumah tangga (kelas pendapatan, jumlah anggota rumah tangga). Sementara itu, faktor-faktor

yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar adalah tingkat pendapatan,

harga ubi jalar maupun harga-harga komoditas/produk substitusi maupun komplemen dari ubi

jalar, bentuk produk yang dikonsumsi, karakteristik rumah tangga, dan peubah sosial budaya

seperti kebiasaan makan, adat-istiadat, dll.

Selain keragaan rantai pasok yaitu keterkaitan produksi–penanganan panen/pasca

panen/pengolahan–perdagangan–konsumsi; telahaan terhadap sarana pendudkung/instrumen

kebijakan yang terkait dengan aspek produksi, industri/pasca panen, pasar dan perdagangan

serta infrastruktur juga akan dilakukan. Secara diagram, kerangka pikir yang digunakan dalam

penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Kerangka Analisis

Tujuan (1) Menganalisis peta produksi ubi jalar di kawasan sentra produksi

Pemetaan produksi di wilayah-wilayah sentra produksi ubi jalar dilakukan dengan

analisis deskriptif analitik mencakup keragaan pola tanam, teknologi produksi, skala usaha,

tingkat produksi dan produktivitas. Pemetaan menggunakan basis data sekunder yaitu luas

areal tanam, luas areal panen, produktivitas, dan produksi ubi jalar menurut jenis pada masing-

masing wilayah. Dari data tingkat konsentrasi luas areal tanam, luas areal panen, dan produksi

bulanan dapat diketahui pola distribusi luas tanam, luas panen, dan jumlah produksi menurut

waktu dan jenis komoditas ubi jalar. Pola distribusi menurut waktu terhadap luas tanam, luas

panen, dan produksi dapat ditampilkan melalui grafik dan sebaran sentra produksi dengan

menggunakan peta. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran kapan saat produksi puncak,

sedang, dan kurang menurut jenis komoditas ubi jalar dan waktu. Alat analisis yang digunakan

adalah model Location Quotient (LQ).

Selain itu juga akan diidentifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi petani dan

atau pemerintah daerah terkait dengan upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi ubi jalar

di wilayah-wilayah sentra produksi.

Page 14: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

1

Gambar 1. Kerangka Pikir Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan, dan Konsumsi Ubi Jalar Untuk Meningkatkan 30%

Partisipasi Konsumsi Mendukung Program Penganekaragaman Pangan dan Gizi

INSTRUMEN KEBIJAKAN (Sistem perbenihan, Penyediaan Teknologi Produksi, panen/pasca panen/pengolahan,

Fasilitas pemasaran, infrastruktur, permodalan)

PRODUKSI :

Skala Usaha Adopsi Teknologi Produksi Produktivitas

PENANGANAN PANEN/PASCA PANEN/PENGOLAHAN :

Skala Usaha Bentuk Produk Kesesuaian dan Kontinuitas Pasokan Ketersediaan dan Adopsi Teknologi

PEMASARAN/PERDA-GANGAN :

Rantai Pemasaran Tujuan dan Volume

Pasar Biaya Pemasaran

Bentuk Produk

BENTUK PRODUK

(Segar, Olahan)

SUMBER PEROLEHAN

(Sendiri, Beli ,Trans) Olahan)

PEMANFAATAN

(Pokok,

KARAKTER RT

(Income, Jml ART)

SOSIAL BUDAYA

(Kebiasaan,adat,dll)

PARTISIPASI KONSUMSI UBI JALAR SAAT INI (%tase konsumen yang mengkonsumsi, %tase kontribusi energi, %tase

pengeluaran)

PARTISIPASI KONSUMSI UBI JALAR MENINGKAT 30% (%tase konsumen yang mengkonsumsi, %tase kontribusi energi, %tase Pengeluaran)

PERPRES NO.22/2009

REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI KONSUMSI

Page 15: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

1

Tujuan (2) Menganalisis peta perdagangan ubi jalar antara wilayah sentra produksi dan konsumsi

Pemetaan perdagangan ubi jalar diawali dengan menganalis secara deskriptif keragaan

teknologi panen, pasca panen/pengolahan yang tersedia, teknologi yang diadopsi petani/rumah

tangga, keberadaan dan kinerja industri pengolahan di lokasi penelitian, skala pengusahaan,

sumber permodalan, bentuk produk yang dihasilkan dan permasalahan serta kendala yang

dihadapi. Untuk mencermati keterkaitan sisi produksi dan penanganan panen, pasca

panen/pengolahan akan diidentifikasi kesesuaian dan kontinutas pasokan bahan baku baik dari

sisi kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya pemetaan pemasaran dan perdagangan dilakukan

dengan mengkaji keragaan rantai pemasaran, tujuan pasar (lokal, antar pulau, ekspor), volume

yang dipasarkan, jenis/bentuk produk yang dipasarkan, biaya pemasaran dan permasalahan

serta kendala yang dihadapi pelaku pasar dalam pemasaran dan perdagangan ubi jalar.

Tujuan (3) Menganalisis peta konsumsi ubi jalar menurut karakteristik rumah tangga Pemetaan pola konsumsi ubi jalar dilakukan dengan menelaah tingkat dan partisipasi

konsumsi ubi jalar menurut karakteristik rumah tangga. Tingkat konsumsi diukur dalam satuan

kg/kapita/tahun dan Kkal/kapita/hari. Sedangkan tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar

dipetakan dalam ukuran: (1) proporsi rumah tangga/individu yang mengkonsumsi terhadap total

rumah tangga/individu di wilayah tertentu; (2) proporsi energi yang bersumber dari konsumsi ubi

jalar terhadap total konsumsi energi rumah tangga/individu; dan (3) proporsi pengeluaran yang

digunakan untuk konsumsi ubi jalar terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga. Untuk

kebutuhan tersebut data yang akan dianalsiis adalah data Susenas tahun 2002, 2005, 2007

(atau 2008 apabila data telah tersedia).

Tingkat partisipasi konsumsi ubi jalar juga akan dipetakan menurut: (1) bentuk produk

yang dikonsumsi (segar, olahan); (2) sumber perolehan (produksi sendiri, membeli, lainnya); (3)

pola pemanfaatan (pangan pokok, makanan selingan, frekuensi makan); dan (4) karakteristik

rumah tangga (kelas pendapatan, jumlah anggota rumah tangga).

Tujuan (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi paritisipasi konsumsi ubi jalar

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi partisipasi konsumsi ubi jlar adalah tingkat

pendapatan, harga ubi jalar maupun harga-harga komoditas/produk substitusi maupun

komplemen dari ubi jalar, bentuk produk, karakteristik rumah tangga, dan sosial budaya seperti

kebiasaan makan serta adat istiadat setempat. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

Page 16: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

2

mempengaruhi partisipasi konsumsi ubi jalar akan digunakan alat analisis statistik regresi

dengan bentuk fungsi logistik.

Tujuan (5) Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan partisipasi konsumsi ubi jalar mendukung program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal

Rekomendasi kebijakan disusun setelah diperoleh data dan informasi tentang keragaan

rantai pasok yaitu keterkaitan produksi–penanganan panen/pasca panen/pengolahan –

perdagangan–konsumsi dipadukan dengan hasil telahaan terhadap sarana pendukung/

instrumen kebijakan yang terkait dengan aspek produksi, industri/pasca panen, pasar dan

perdagangan serta infrastruktur.

Perencanaan Sampling

Penelitian terutama diarahkan untuk menganalisis peta produksi, perdagangan, dan

peta konsumsi produk ubi jalar di kawasan daerah-daerah sentra produksi dan konsumsi,

sehingga lokasi contoh dipilih secara purposive pada daerah-daerah sentra produksi dengan

menggunakan pendekatan produksi/kapita ubi jalar, tingkat partisipasi konsumsi, keberadaan

industri pengolahan. Dengan pertimbangan tersebut terpilih provinsi Papua, Jawa Barat, Jawa

Timur, dan Bali.

Cakupan penelitian adalah tingkat nasioanl dengan unit analisis seluruh provinsi dengan

pendalaman di beberapa provinsi terpilh. Di provinsi terpilih dilakukan survei di satu kabupaten,

dan dalam satu kabupaten dipilih dua kecamatan dan desa yang dianggap representatif.

Jumlah responden di setiap provinsi sebanyak 30 rumah tangga. Selain rumah tangga,

wawancara juga dilakukan terhadap pelaku tataniaga pemasaran ubi jalar, rumah tangga dan

atau industri pengolah, serta informan kunci di masing-masing lokasi penelitian. Sebaran

jumlah responden menurut kategori responden di masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2. Tabel 2. Cakupan dan Jumlah Responden Penelitian

Tingkat/Jenis Responden Papua Jabar Jatim Bali Pusat Total Tingkat Pusat - Instansi (aparat/informan) - - - -

5

5 Tingkat Provinsi/kabupaten - Instansi (aparat/informan) - Pedagang ubi jalar - Industri Pengolah ubi jalar - BPP/PPL - Kelompok tani

5 2 2 2 2

5 2 2 2 2

5 2 2 2 2

5 2 2 2 2

- - - - -

20 8 8 8 8

Page 17: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

3

- Rumah tangga petani 30 30 30

30 - 120

Total 43 43 43 43 5 177 Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini mencakup data sekunder dan data primer.

Data sekunder bersumber dari dukumen, arsip, dan file dari instansi terkait utamanya dari BPS,

Kementrian Pertanian dan aparat di tingat pusat dan daerah, Kementrian Perindustrian,

Kementrian Perdagangan, Lembaga Penelitian, dan Pelaku Usaha. Sedangkan data primer

bersumber dari hasil wawancara dengan responden di lokasi penelitian.

Susunan Tim Pelaksana

No. N a m a Gol. Jabatan Fungsional/ Bidang Keahlian

Kedudukan dalam Tim

1. Dr. Handewi P. S. Rachman IV/d Peneliti Utama

/Ekonomi Pangan-Konsumsi

Penanggung Jawab/

Anggota 2. Prof. Dr, Pantjar Simatupang IV/e Peneliti Utama

/Ekonomi Pertanian Anggota

3. Dr. Ir. Nyak Ilham IV/a Peneliti Muda /Ekonomi Pertanian

Anggota

4. Ir. Supena Friyatno, MSi III/d Peneliti Muda /Ekonomi Pertanian

Anggota

5. Ir. Erma Suryani, MSi III/d Peneliti Pertama/ Ekonomi Pertanian

Anggota

6. Maulana, SP III/c Peneliti Muda /Ekonomi Pertanian

Anggota

JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian direncanakan dapat dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun atau 12 bulan, dengan

rincian kegiatan seperti dapat disimak pada Tabel 3.

Tabel 3. Rincian Jadwal Kegiatan Penelitian

B u l a n k e Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan : - Studi Pustaka - Penyempurnaan proposal - Penyusunan quesioner 2. Pengumpulan data 3. Pengolahan/Analisa data 4. Penulisan Laporan 5. Seminar 6. Perbaikan laporan

Page 18: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

4

7. Laporan akhir 8. Penggandaan

Page 19: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

5

DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2008. Peluang Pasar dan Khasiat Ubi Jalar. http://fapertaumy.wordpress.com/ Badan Ketahanan Pangan. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. BKP, Jakarta

Badan Ketahanan Pangan. 2008. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Departemen

Pertanian. Jakarta . BPS. 2007. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik, Buku

I. Jakarta. BPS. 2008. Statistik Indonesia. Budijanto, S. 2009. Dukungan Iptek Bahan Pangan pada Pengembangan Tepung Lokal.

Majalah Pangan 54 (XVIII): 55-67. Bulog, Jakarta. Damardjati, D. S., dan S. Widowati.1994. Pemanfaatan Ubi jalar Dalam Program

Diversifikasi Guna Mensukseskan Swasembada Pangan. Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi jalar Mendukung Agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor.

Damardjati, D. S. 2006. Kebijakan dan Program nasional Pengembangan Agribisnis Palawija. CAPSA Monograph No 49, Pengembangan Agribisis Berbasis Palawija di Indonesia: Perannya dalam Peningkatan Ketahanan pangan dan Pengentasan kemiskinan. ESCAP, Bogor.

Deperin. 2009. Program dan Rencana Aksi Pengembangan IKM Pangan Pengolahan Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan melalui Pendekatan OVOP (One Village One Product). Direktorat Industri Pangan, Ditjen Industri Kecil Menengah, Departemen Perindustrian, Jakarta.

Fuglie, K.O. and C.G. Oates. 2001. Starch Markets in Asia. Sweet-potato Post-Harvest Research and Development in China. Edited by: K.O. Fuglie anf M. Hermann. Proceedings of an International Workshop, held in Chengdu, Sichuan-People’s Republic of China.

Jiang, X., H. Jianjun and W. Yi. 2001. Sweet-potato Processing and Product Research and Development at the Sichuan Academy of Agricultural Sciences. Edited by: K.O. Fuglie anf M. Hermann. Proceedings of an International Workshop, held in Chengdu, Sichuan-People’s Republic of China.

Kumalaningsih, S., 1994. Peluang Pengembangan Agroindustri Dari Bahan Baku Ubi jalar. Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi jalar Menukung Agro-industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor.

Kunia, K. 2009. Yuk Makan Kudapan Sehat. Pusat Penelitian Bioteknologi Institut Teknologi Bandung, Bandung

Limbongan, J. dan A. Soplanit. 2007. Ketersediaan Teknologi dan Potensi Pengembangan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Papua. Jurnal Litbang Pertanian, 26c(4): 131-138.

Peraturan Presiden (Perpres) No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Page 20: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

6

Rahayuningsih, Sutrisno, dan S.S. Antarlina. 1999. Klon Harapan Ubi jalar Terpilih Untuk

Dataran Tinggi Kawi dalam Rahmania, A.A. et al (Penyunting). Edisi Khusus Balitkabi No 15-1999. Pemberdayaan Tepung Ubi jalar Sebagai Substitusi Terigu dan Potensi Kacang-kacangan untuk Pengayaan Kualitas Pangan. Balitkabi. Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian

Rahayuningsih, Y. Widodo, dan T.S. Wahyuni. 2000. Evaluasi Daya Hasil Klon Harapan Ubi

jalar Dalam Kondisi Terdera Kekeringan di Muneng dalam Soedarjo, M. Et al (penyunting) Edisi Khusus Balitkabi No 16-2000. Komponen Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian

Sasongko, L. A., H. Purwanto, dan R. Subantoro. (Tanpa tahun). Penumbuhan Industri

Tepung Lokal melalui Pemberdayaan Kelompok Tani untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Jawa Tengah (Studi Kasus Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah). LP3M Universitas Wahid Hasyim Semarang, Semarang.

Siew Moi, Lee, 2002. Peluang Pasar Sayur Sumatera di Singapura. Dalam Prosiding

Pertemuan Regional Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS). Hal 27-32. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Dengan Dinas Pertanian Provinsi Riau.

Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi Agribinis dan

Pembangunan Pertanian Dalam Era Globalisasi. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Suryana, A. 2006. Strategi Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Palawija. CAPSA

Monograph No 49, Pengembangan Agribisis Berbasis Palawija di Indonesia: Perannya dalam Peningkatan Ketahanan pangan dan Pengentasan kemiskinan. ESCAP, Bogor.

Suryani, E, dan Handewi P.S. Rachman. 2008. Perubahan Pola Konsumsi Pangan Sumber

Karbohidrat di Perdesaan. Majalah Pangan 52(XVII): 13-25. Bulog, Jakarta. Wan Ibrahim Wan Daud, Dato’, 2002. Peluang Pasar Sayur Sumatera di Malaysia. Dalam

Prosiding Pertemuan Regional Kawasan Agribisnis Sayuran Sumatera (KASS). Hal 34-48. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Dengan Dinas Pertanian Provinsi Riau.

Widowati, S. dan D.S. Damardjati. 2001. Menggali Sumberdaya Pangan Lokal dan Peran

Teknologi Pangan Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. Majalah Pangan 36 (X) : 3-11. Bulog. Jakarta.

Winarto, A., H. Subagio, dan K.H. Hendroatmodjo. 1994. Potensi dan Tantangan Usaha

Meningkatkan Permintaan Ubi Jalar: Tinjauan dari Kecenderungan Sikap dan Perilaku Konsumen. Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agroindustri. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tamaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Malang.

Page 21: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

7

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

Partisipasi Komsumsi Ubi Jalar Meningkat 30% (% tase konsumen yang mengonsumsi; %t ase kontribusi energi; % ase pengeluaran)

Partisipasi Komsumsi Ubi Jalar Saat ini (% tase konsumen yang mengonsumsi; % tase kontribusi energi; % tase pengeluaran)

Bentuk produk Sumber perolehan Pemanfaatan Karakteritik rumah tangga (segar, olahan) (produksi sendiri, pembelian, transfer) (pangan pokok, selingan) (tingkat pendapatan, Jml. ART) Produksi Penanganan panen/pasca panen/pengolahan Pemasaran/perdagangan - Skala usaha - Skala usaha - Rantai pemasaran - Adopsi teknologi - Bentuk produk - Tujuan pasar dan volume - Tingkat produksi - Kesesuaian dan kontinuitas pasokan - Biaya pemasaran - Produktivitas - Ketersediaan dan adopsi teknologi - Bentuk produk

Instrumen kebijakan (sistem perbenihan, penyediaan teknologi produksi, panen/pasca panen/pengolahan, fasilitasi pemasaran, infrstruktur, permodalan)

Gambar 1. Kerangka Pikir Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan Konsumsi Ubi Jalar untuk Meningkatkan 30%

Partisipasi Konsumsi Mendukung Program Penganekaragaman Pangan dan Gizi

Page 22: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

8

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya

lokal

Partisipasi konsumsi meningkat 30%

Produksi

Skala usaha Adopsi teknologi

Penanganan panen/pasca panen/pengolahan

Pemasaran dan perdagangan

Page 23: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

9

Page 24: Proposal Penelitian KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_HPS.pdf · ... dan pelaku usaha). Analisis dilakukan dengan cakupan ... provinsi

10