PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total...

19
1 PROPOSAL PENELITIAN I. Nama Peneliti : Hepy Hardiyanti Kusumaningtyas NIM / Semester : G0013112/ VI II. Judul Penelitian : Hubungan Sensitivitas Etika Kedokteran Mahasiswa Program Studi Profesi Dokter dengan Kepuasan Pasien di RSUD Dr.Moewardi III. Bidang Ilmu : Medical Education IV. Latar Belakang Masalah Profil kesehatan di negara berkembang didominasi oleh masalah kesehatan karena penyakit yang berhubungan dengan kemiskinan, seperti penyakit infeksi, kematian ibu, dan malnutrisi (Coovadia, 2009). Masalah kesehatan tersebut juga terjadi di Indonesia (Riskesdas, 2013). Di provinsi Jawa Tengah pelayanan kesehatan bertujuan untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang salah satunya dilaksanakan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkeadilan (Dinkes Jateng, 2014). Beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, antara lain proses pelayanan pasien dan cara interaksi pemberi layanan kesehatan (Mosadeghrad, 2012). Pada dasarnya pelayanan kesehatan yang berkualitas harus didukung dengan adanya tenaga kesehatan yang berkualitas (Haryanto, 2009). Pendidikan kedokteran dibentuk untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang berkualitas (Kemenkes RI, 2011). Hal ini telah dijelaskan pada UU RI No. 20 Tahun 2013 pada pasal 25 yang menyatakan bahwa adanya pendidikan kedokteran adalah bentuk usaha pemenuhan kompetensi lulusan kedokteran untuk melakukan pelayanan kesehatan. Mayoritas Fakultas Kedokteran di Asia Tenggara menerapkan sistem pembelajaran problem based learning (PBL)

Transcript of PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total...

Page 1: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

1

PROPOSAL PENELITIAN

I. Nama Peneliti : Hepy Hardiyanti Kusumaningtyas

NIM / Semester : G0013112/ VI

II. Judul Penelitian :

Hubungan Sensitivitas Etika Kedokteran Mahasiswa Program Studi Profesi

Dokter dengan Kepuasan Pasien di RSUD Dr.Moewardi

III. Bidang Ilmu : Medical Education

IV. Latar Belakang Masalah

Profil kesehatan di negara berkembang didominasi oleh masalah kesehatan

karena penyakit yang berhubungan dengan kemiskinan, seperti penyakit

infeksi, kematian ibu, dan malnutrisi (Coovadia, 2009). Masalah kesehatan

tersebut juga terjadi di Indonesia (Riskesdas, 2013). Di provinsi Jawa Tengah

pelayanan kesehatan bertujuan untuk menyelenggarakan pembangunan

kesehatan yang salah satunya dilaksanakan dengan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan berkeadilan (Dinkes Jateng, 2014).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya pelayanan kesehatan

yang berkualitas, antara lain proses pelayanan pasien dan cara interaksi

pemberi layanan kesehatan (Mosadeghrad, 2012). Pada dasarnya pelayanan

kesehatan yang berkualitas harus didukung dengan adanya tenaga kesehatan

yang berkualitas (Haryanto, 2009).

Pendidikan kedokteran dibentuk untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang

berkualitas (Kemenkes RI, 2011). Hal ini telah dijelaskan pada UU RI No. 20

Tahun 2013 pada pasal 25 yang menyatakan bahwa adanya pendidikan

kedokteran adalah bentuk usaha pemenuhan kompetensi lulusan kedokteran

untuk melakukan pelayanan kesehatan. Mayoritas Fakultas Kedokteran di Asia

Tenggara menerapkan sistem pembelajaran problem based learning (PBL)

Page 2: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

2

untuk mahasiswa preklinik dan mahasiswa program studi profesi dokter,

termasuk di Indonesia (Amin, 2005).

Dalam sistem pembelajaran PBL mahasiswa harus aktif mengembangkan

diri agar memiliki kompetensi yang memadai dan dapat mengaplikasikan

ilmunya di lingkungan yang seharusnya dihadapi (Muhson, 2009). Salah

satunya dengan pembelajaran dengan pola workplace-based learning. Hal ini

memberikan gambaran nyata tentang situasi yang akan dihadapi dokter saat

berhadapan dengan pasien (Ryan et. Al, 2010).

Pada praktik klinik nantinya, area etika, moral, dan profesionalisme akan

mendukung keselamatan pasien yang menjadi sentral dalam pelayanan

kedokteran yang lebih baik (Istadi, 2013). Usaha ini sebagai solusi atas

masalah keselamatan pasien yang berhasil dilaporkan World Health

Organization (WHO) yang memperkirakan bahwa satu juta orang di dunia

menderita kecacatan bahkan kematian setiap tahunnya akibat praktik pelayanan

kesehatan yang tidak aman (Kieny, 2010).

Sejauh ini penelitian tentang etika kedokteran masih terfokus pada metode

pembelajaran ideal, tetapi masih jarang penelitian yang menghubungkan antara

etika kedokteran dengan kualitas pelayanan kesehatan yang digambarkan

dengan tingkat kepuasan pasien. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan antara sensitivitas etika kedokteran

mahasiswa program studi profesi dokter dengan kepuasan pasien di RSUD Dr.

Moewardi.

V. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah yaitu apakah ada hubungan antara sensitivitas etika kedokteran

mahasiswa progam studi profesi dokter dengan kepuasan pasien di RSUD Dr.

Moewardi ?

VI. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara sensitivitas etika kedokteran mahasiswa

progam studi profesi dokter dengan kepuasan pasien di RSUD Dr. Moewardi.

Page 3: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

3

VII. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan

antara sensitivitas etika kedokteran mahasiswa pogram studi profesi dokter

dengan kepuasan pasien di RSUD Dr. Moewardi.

2. Manfaat praktis

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat

mengetahui gambaran hasil penelitian yang dicapai dan dapat dijadikan

dasar untuk pengembangan kurikulum dan kebijakan yang sesuai di

program studi profesi dokter.

VIII. Tinjauan Pustaka

A. Etika Kedokteran

1. Pengertian

Etika kedokteran merupakan konsep etika yang ada pada anggota

profesi kedokteran yang menyangkut hubungan dengan pasien, rekan

sejawat, dan masyarakat umum serta merupakan bagian dari pengambilan

keputusan medis yang sesuai dengan norma yang berlaku (Yuwono,

2003). Beuchamp dan Childress (2001) menguraikan bahwa untuk

mencapai suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan

beberapa aturan di bawahnya.

Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah: a) Prinsip Autonomy

adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan adanya

informed concent. b) Prinsip Beneficence adalah prinsip moral yang

mengutamakan tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam

beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,

melainkan juga harus mendatangkan manfaat yang lebih besar

dibandingkan keburukannya. c) Prinsip non-maleficience yang berarti

tidak berbuat merugikan. Dalam praktik kedokteran yang terpenting

adalah memperkecil risiko dari tindakan yang dilakukan. Pernyataan

klasik first, do no harm masih tetap berlaku dan diikuti hingga saat ini d)

Page 4: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

4

Prinsip Justice yang berarti keadilan. Perbedaan kedudukan sosial, status

ekonomi, pekerjaan, ras, budaya, agama, status pernikahan, dan gender

tidak boleh mengubah keputusan dokter terhadap pasiennya. Kesehatan

pasien harus menjadi pertimbangan utama bagi seorang dokter.

Etika telah menjadi bagian penting dalam dunia kedokteran.

Keterlibatan tersebut dimulai sejak masa Hippocrates, seorang ahli

pengobatan Yunani yang dianggap sebagai pelopor etika kedokteran pada

abad ke-5 SM,. Dari Hippocrates muncul konsep pengobatan sebagai

profesi, dimana ahli pengobatan membuat janji di depan masyarakat

bahwa mereka akan menempatkan kepentingan pasien mereka di atas

kepentingannya sendiri (Williams, 2005).

Seperti yang telah dijelaskan oleh Beuchamp dan Childress (2001)

bahwa keputusan etik harus mempertimbangkan keempat prinsip etika

kedokteran. Dalam mencapai keputusan etik yang tepat diperlukan suatu

sensitivitas etika yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk

mengidentifikasi konten etis dari setiap kondisi tertentu (Sidani et. al

2009).

Sensitivitas etika merupakan faktor penting dalam pengambilan

keputusan medis yang tepat, dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana

keputusan tersebut akan dipengaruhi oleh faktor individual (Sidani et. al,

2009) dan lingkungan yang berkaitan dengan lamanya seseorang tersebut

mempunyai pengalaman dalam menghadapi dilema etika kedokteran

(Afandi, 2011).

2. Instrumen Penilaian Etika Kedokteran

Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai

sensitivitas etika. Instrumen pertama yang dikembangkan oleh

Departemen of Intensive Care, Free University of Brussels, Belgium

pada tahun 1989. Pada penelitian tersebut menghasilkan suatu kuesioner

yang dapat digunakan untuk menilai sensitivitas etika seseorang

(Vincent, 1990). Dalam kuesioner tersebut dipaparkan 15 pertanyaan

terkait masalah-masalah etik yang biasa terjadi di rumah sakit.

Page 5: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

5

Namun, kuesioner yang dikembangkan oleh Vincent tersebut tidak

memiliki gold standard penilaian sehingga cukup sulit untuk digunakan

sebagai instrumen penelitian kuantitatif. Kemudian Hebert et. al (1992)

melakukan penelitian serupa dalam menilai sensitivitas etika dan

menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam penelitian tersebut

menggunakan empat sketsa masalah etika kedokteran yang mencakup

prinsip autonomy, beneficience, dan justice. Sketsa-sketsa yang

digunakan sudah mempunyai gold standard penilaian sehingga dapat

dimodifikasi dalam penelitian selanjutnya.

Studi selanjutnya yang dilakukan oleh Page (2012) memeroleh hasil

bahwa dalam mengukur sensitivitas etika berdasarkan empat prinsip etika

kedokteran yang pertama kali dipaparkan oleh Beauchamp dan Childress

dapat menggunakan metodologi AHP (Analytic Hierarchy Process).

Metode AHP yang dirancang untuk mengukur sensitivitas dari prinsip-

prinsip etika medis tersebut menggunakan skenario-skenario yang telah

disiapkan sesuai dengan empat prinsip standar yang diusulkan oleh

Beauchamp dan Childress serta menambahkan dua prinsip lainnya yaitu

kerahasiaan dan pengungkapan kebenaran yang sebenarnya sudah

tertanam dalam prinsip autonomy (Beauchamp and Childress, 2001).

Metode AHP dalam penilaian sensitivitas etika lebih dikaitkan

dengan proses pengambilan keputusan seorang dokter. Penyajian

skenario dan penilaian gold standard juga tidak dijelaskan. Oleh karena

itu, metode AHP kurang sesuai dalam penelitian yang ingin dilakukan.

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan Hebert

et.al (1992) yang pernah melakukan penelitian mengenai sensitivitas

etika dengan metode penalaran kasus/sketsa. Dalam penelitian tersebut

diuraikan bahwa terdapat empat kasus yang digunakan. Keempat kasus

tersebut sudah mencakup tiga prinsip etika kedokteran, yaitu autonomy,

beneficience, dan justice. Prinsip keempat yaitu non-maleficience tidak

masuk dalam penilaian dalam kuesioner karena dianggap sudah terwakili

dalam prinsip beneficience.

Page 6: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

6

Setelah semua kasus etik diuraikan, mahasiswa diminta menjelaskan

sikap seorang dokter yang sesuai dengan etika kedokteran dalam

mengahdapi dilemma etik tersebut. Selanjutnya dari jawaban-jawaban

mahasiswa yang merupakan data kualitatif akan dikonversikan menjadi

skor-skor tertentu yang telah ditetapkan. Pemilihan instrumen penelitian

berdasarkan pada gold standard penilaian kuesioner yang sudah

ditetapkan pada penelitian sebelumnya.

Berikut adalah gold standard di masing-masing kasus etika yang

akan menjadi daftar pertanyaan dalam kuesioner.

Tabel 2.1 Gold standard penilaian kuesioner sensitivitas etika

Autonomy Beneficience Justice Total

Kasus 1 3 2 2 7

Kasus 2 4 3 2 9

Kasus 3 2 2 2 6

Kasus 4 5 2 0 7

Total 14 9 6 29

B. Pelayanan Prima Kesehatan

1. Pengertian

Dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat,

perlu adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM), termasuk pelayanan

yang diberikan di Rumah Sakit. SPM yang dimaksud adalah

penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit yang meliputi

pelayanan medik, pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang minimal

harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Sesuai dengan standar yang

ditetapkan di dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang SPM yang harus

diterapkan di Rumah Sakit seluruh Indonesia.

Page 7: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

7

Dengan adanya peraturan tersebut, pihak rumah sakit harus memiliki

tenaga kesehatan yang terdidik untuk menerapkan standar kinerja yang

sudah disepakati dan ditetapkan oleh instansi termasuk peran mereka

untuk melayani pasien. Tenaga kesehatan yang terdidik dapat diperoleh

dari pendidikan kedokteran yang juga telah distandardisasi sesuai dengan

Standar Profesi Dokter yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran

Indonesia Tahun 2006.

Di sisi lain, kualitas pelayanan kesehatan juga dapat dievaluasi

(Nieva et. Al, 2003). Tolok ukur untuk mengevaluasi keberjalanan

pelayanan kesehatan salah satunya adalah dengan menilai tingkat

kepuasan pasien (Aharony, 1993). Menurut Bartlett dalam Aharony

(1993), kepuasan pasien adalah komponen penting dalam suatu

pembangunan kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan

kepuasan pasien dapat mempengaruhi partisipasi pasien dalam

tatalaksana penyakitnya hingga kepatuhan pasien dalam pengobatannya.

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan senang yang dialami

pasien karena merasakan kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan

kinerja layanan kesehatan yang diperoleh (Imbalo, 2006). Sejalan dengan

Oliver dalam Irawan (2003) mengungkapkan kepuasan pasien sebagai

respon pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai

hasil dari penilaian pasien bahwa pelayanan yang didapatkan sudah

memberikan tingkat pemenuhan kebutuhan.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pasien

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kepuasan pasien. Hal

paling mendasar adalah kualitas dari produk atau jasa yang diberikan

(Nooria, 2008).

Dalam dunia kesehatan produk dapat berupa pengobatan dan jasa

yang diberikan dalam bentuk pelayanan dari tenaga kesehatan. Selain itu,

faktor emosional juga akan menentukan tingkat kepuasan pasien. Pasien

akan merasa puas jika mendapatkan perawatan di rumah sakit yang

Page 8: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

8

memiliki tampilan yang diyakini masyarakat sudah member pelayanan

yang berkualitas (Powell, 2001).

Selain kedua aspek tersebut, biaya dan komunikasi juga menjadi

faktor yang memengaruhi kepuasan pasien. Dari segi biaya yang

terjangkau dan pelayanan yang optimal, maka pasien cenderung puas

terhadap jasa pelayanan tersebut. Terakhir adalah aspek komunikasi.

Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara dokter dan pasien.

Adanya komunikasi yang baik dan didukung dengan empati dokter, maka

pasien akan lebih memahami tentang edukasi yang diberikan sehingga

akan meningkatkan kepatuhannya dalam menjadi pengobatan

(Daldiyono, 2006).

Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka ada salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien

adalah terkait pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pada

proses pembelajaran mahasiswa program studi profesi dokter, lingkungan

klinis menjadi lingkungan belajar dalam aplikasi teori yang telah

didapatkan (Dornan et.al, 2007). Oleh karena itu, dalam hal ini ahasiswa

profesi dokter juga merupakan tenaga kesehatan yang memiliki andil

dalam penyediaan layanan kesehatan.

3. Instrumen Penilaian Kepuasan Pasien

Kualitas pelayanan dikatakan memuaskan jika jasa yang diterima

sesuai dengan persepsi awal atau melebihi dari yang diharapkan. Kualitas

pelayanan dikatakan tidak memuaskan jika pelayanan yang diterima

lebih rendah dari yang diharapkan. Tingkat kepuasan pasien tersebut

dapat diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai

alat ukurnya (Almasdy, 2015).

Terdapat beberapa kuesioner yang telah dikembangkan untuk menilai

tingkat kepuasan pasien. Secara umum kuesioner tersebut dikenal dengan

Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ). Kuesioner tersebut terdiri dari

dua jenis, yaitu jenis long-form dan short-form. Jenis long-form terdiri

Page 9: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

9

dari 51 daftar pertanyaan, sedangkan jenis short-form hanya dengan 11

pertanyaan (Powell, 2001).

Pada tahun 2012 dikembangkan kembali sebuah instrument penilaian

tingkat kepuasan pasien yang diberi nama The Core questionnaire for the

assessment of Patient Satisfaction (COPS). Kuesioner tersebut adalah

sebuah kuesioner singkat yang digunakan untuk mengukur kepuasan

pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan (Kleefstra et. al, 2012).

Validitas dan reliabilitas COPS telah diuji pada penelitian terdahulu.

Uji korelasi Spearman item total untuk instrumen COPS bahasa Inggris

menunjukkan validitas ρ-value ≥ 0,5 dan hasil uji reliabilitas dengan

menggunakan Chronbach’s Alpha sebesar 0,70. COPS terdiri dari enam

dimensi, masing-masing dimensi terdiri dari dua hingga empat

pertanyaan. Keenam dimensi tersebut meliputi prosedur pendaftaran,

pelayanan keperawatan, perawatan medis, informasi, otonomi dan

pemulihan setelah keperawatan (Kleefstra et. al, 2012). COPS

menggunakan model skala Likert yang dimodifikasi menjadi 5 pilihan

jawaban, yaitu: skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk tidak

setuju (TS), skor 3 untuk kurang setuju (TS), dan skor 4 untuk setuju (S),

dan skor 5 untuk sangat setuju (SS) (Kleefstra et. al, 2010).

C. Keterkaitan Sensitivitas Etika Kedokteran terhadap Kepuasan Pasien

Prinsip etika kedokteran terdiri dari 4 komponen yaitu justice, non-

maleficince, beneficience dan autonomy. Empat prinsip tersebut harus

dipahami seorang dokter. Hal ini berkaitan dengan peran dokter sebagai

suatu profesi yang elemen intinya didasarkan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang kompleks yang ditujukan untuk

pelayanan umum dengan kode etik dalam menjalankannya (Cruess,

2009).

Pelayanan yang diberikan seorang dokter berdasar pada etika

kedokteran yang diimplementasikan pada interaksi antara dokter dengan

pasien (Sujudi, 2002). Dengan demikian, sensitivitas etika kedokteran

Page 10: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

10

merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang dokter dan pada

dasarnya sensitivitas tersebut harus mulai dimiliki mahasiswa

kedokteran, terutama yang sedang menjalani pendidikan profesi.

Perlunya sensitivitas etika erat kaitannya dengan penilaian sejauh

mana seseorang memahami etika tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini

mahasiswa profesi dokter sudah harus memiliki sensitivitas etika

kedokteran yang baik untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan. Kemudian dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan dapat dievaluasi dengan penilaian tingkat kepuasan pasien

(Daldiyono, 2006).

IX. Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Bagan 2.1. Kerangka Konsep

Etika Kedokteran

Kepuasan Pasien

Prinsip Etika

Autonomy

Beneficience

Non-maleficience

Justice

Penilaian Aplikasi

Sensitivitas

Etika

Komunikasi

dokter-pasien

Pengambilan

keputusan medik

Kepatuhan

Pasien

Faktor yang

memengaruhi:

Pelayanan

Emosional pasien

Biaya

Komunikasi

Page 11: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

11

X. Hipotesis

Ada hubungan antara sensitivitas etika kedokteran pada mahasiswa program

studi profesi dokter dengan tingkat kepuasan pasien di RSUD Dr.Moewardi

XI. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

pendekatan potong lintang yaitu dilakukan dengan pengamatan sesaat atau

dalam suatu periode tertentu yang variabel bebas dan variabel tergantung

diukur satu kali dalam kesempatan yang sama (Sastroasmoro dan Ismael,

2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada

bulan September – November 2016.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Penelitian ini mempunyai dua kelompok populasi, yaitu pasien dan

mahasiswa program studi profesi dokter. Berikut adalah kriteria eksklusi

dan inklusi yang telah ditetapkan, yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa

a) Mahasiswa program studi profesi dokter FK UNS yang masih

aktif.

b) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangai

informed consent

2) Pasien

a) Pasien berusia 20-55 tahun yang sedang dirawat inap di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta.

Page 12: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

12

b) Pernah mendapat pelayanan oleh mahasiswa program studi

profesi dokter.

b. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiswa

a) Mengundurkan diri sebagai responden dalam penelitian

b) Tidak melengkapi jawaban pada kuesioner yang diberikan.

2) Pasien

a) Mengundurkan diri sebagai responden dalam penelitian

b) Tidak melengkapi jawaban pada kuesioner yang diberikan.

2. Sampel

a. Besar sampel

Dalam penelitian ini terdiri dari dua sampel yaitu sampel pasien

dan sampel mahasiswa. Burhan Bungin (2005), memiliki pendapat

bahwa ukuran sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

1N.d

N n

2

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

d = nilai presisi/ketepatan meramalkan.

Sampel pasien yang dibutuhkan apabila setiap bulan pasien rawat

inap di RSUD Dr. Moewardi mencapai 8.000 orang, dengan presisi

sebesar 10% (0,1) maka ukuran sampel dapat diperoleh sebesar

98,76, dibulatkan menjadi 99 orang.

Sedangkan jumlah populasi mahasiswa program studi profesi dokter

sebanyak 488 orang. Dengan presisi 10% (0,1) maka ukuran sampel

dapat diperoleh sebesar 87,92 dibulatkan menjadi 88 mahasiswa.

b. Teknik sampling

Page 13: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

13

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel pasien

menggunakan teknik stratified random sampling atau pengambilan

sampel secara acak stratifikasi. Proses pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik proportional stratified random sampling agar

perimbangan sampel dari masing-masing kelompok memadai

(Notoatmojo, 2003). Teknik ini digunakan dalam penentuan sampel

pasien agar masing-masing pasien bangsal terwakili.

Setelah diketahui jumlah pasien yang akan dijadikan sampel di

setiap bangsal, dilakukan secara acak sederhana dengan sistem undian

untuk masing-masing strata. Langkah-langkah yang digunakan dalam

pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mendaftar semua anggota populasi.

b. Nomor yang tertera di bed rawat inap ditulis dalam suatu kertas

undian.

c. Kertas undian tersebut lalu digulung dan dimasukkan ke wadah

kemudian dilakukan pengadukan.

d. Peneliti mengambil gulungan kertas satu per satu sampai diperoleh

sejumlah sampel yang diperlukan.

Sedangkan dalam menentukan sampel mahasiswa adalah dengan

menggunakan teknik convenience sampling. Mahasiswa yang

bersedia dan sedang tidak sedang melakukan pelayanan akan

dijadikan sampel.

Page 14: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

14

D. Rancangan Penelitian

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

Pasien rawat inap di RSUD

Dr.Moewardi Mahasiswa Program Studi

Profesi Dokter FK UNS

Convenience

sampling

Informed

consent Stratified

random

sampling Sampel

Mahasiswa

Sampel Pasien

Medical Ethics

Vignettes

The Core questionnaire for the

assessment of Patient Satisfaction

(COPS)

Analisis Data

Simpulan

Page 15: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

15

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sensitivitas etika kedokteran.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien.

3. Variabel Luar

Variabel luar penelitian ini adalah angkatan, kondisi emosional, sikap,

minat, pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a. Definisi: sensitivitas etika kedokteran yang merupakan hasil dari

jawaban-jawaban mahasiswa terhadap contoh sketsa/kasus etika

yang diberikan lalu dikonversikan menjadi sebuah nilai.

b. Alat ukur : sketsa penilaian sensitivitas etika kedokteran yang

dikembangkan oleh Hebert et.al pada tahun 1992 dan telah

dimodifikasi.

c. Skala pengukuran variabel: rasio

2. Variabel terikat

a. Definisi: tingkat kepuasan pasien yang merupakan hasil dari

b. Alat ukur : The Core questionnaire for the assessment of Patient

Satisfaction (COPS) yang telah dimodifikasi.

c. Skala pengukuran variabel: rasio

G. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Formulir biodata

2. Informed consent

3. Modifikasi sketsa penilaian sensitivitas etika kedokteran hasil penelitian

Hebert et. Al (1992)

4. COPS yang telah dimodifikasi

Page 16: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

16

H. Cara Kerja

1. Peneliti menentukan dua kelompok populasi yaitu mahasiswa Program

Studi Profesi Dokter FK UNS Surakarta dan pasien rawat inap di

RSUD D.Moewardi

2. Peneliti melakukan sampling terhadap populasi target, sehingga

diperoleh kelompok responden.

3. Responden yang bertindak sebagai sampel diberikan kuesioner, lembar

informed consent, dan formulir biodata.

4. Responden mengisi kuesioner, lembar informed consent, dan formulir

biodata.

5. Menghitung total skor kuesioner sensitivitas etika kedokteran (untuk

mahasiswa) sebagai data untuk variabel bebas.

6. Menghitung total skor kuesioner patient satisfaction sebagai data untuk

variabel terikat.

7. Analisis statistik data yang diperoleh.

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan

uji korelasi Pearson. Syarat penggunaan uji korelasi pearson adalah distribusi

data normal, maka harus dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji

normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dikarenakan jumlah sampel yang akan dianalisis lebih dari 50. Jika pada hasil

uji normalitas data tidak terdistribusi normal, maka peneliti akan

menggunakan uji korelasi Spearman.

Page 17: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

17

J. Jadwal Penelitian

XII. Daftar Pustaka

Afandi D, Ismail RI, Purwadianto A (2011). Refleksi Dokter terhadap Kode

Etik Kedokteran Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, volume 61

No.3, pp: 107-110.

Aharony L, Strasser S (1993). Patient Satisfaction: What We Know about and

What We Still Need to Explore, Medical Care Review 50:1.

Almasdy D, Yulihasri, Putri DD (2015). Pengembangan Instrumen Penilaian

Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jurnal

Sains Farmasi dan Klinis Vol. 1 No.2, pp: 170-175.

Keterangan

Bulan di tahun 2016

Maret April Mei Juni September Oktober

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan

proposal

Pembimbingan dan

usulan proposal

Proposal siap

Ujian proposal

Pengumpulan data

Analisis data

Penyelesaian hasil

penelitian

Ujian skripsi

Page 18: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

18

Amin Z, Eng KH, Gwee M, Rhoon KD, Hoon TC (2005). Medical Education

in South East Asia: Emerging Issues, Challenges and Opportunities,

Blackwell Science Ltd. Medical Education, 33: 829-832.

Beauchamp TL, Childress J (2001). Principles of Biomedical Ethics 5th

ed,

Oxford University Press, pp:1-2.

Bungin, Burhan, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Edisi

Pertama, Cetakan Pertama, Prenada Media, Jakarta.

Coovadia H, jewkes R, Sanders D, Mclntyre D (2009). The Health and Health

System of South Afrika: Historical Roots of Current Public Health

Challenges, www.thelancet.com, 374: 817-832.

Daldiyono (2006). Menuju seni ilmu kedokteran. Bagaimana dokter berpikir,

bekerja, dan menampilkan diri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

p.238.

Dornan T, Boshuizen H, King N, Scherpbier A (2007). Experience-based

learning: a model linking the processes and outcomes of medical students

workplace learning. Blackwell Publishing Ltd 2007. Medical Education

Journal 2007; 41. pp: 84–91

Haryanto OH, Ollivia (2009). Pengaruh Faktor Pelayanan Rumah Sakit,

Tenaga Medis, dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit terhadap Intensi

Pasien Indonesia untuk Berobat di Singapura. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

No.2 Vol. 14, pp: 144-145.

Haynes RB (2002). What Kind of Evidence-Based Medicine Advocates Want

Health Care Providers and Costumer to Pay Attention to? BMC Health

Services, 2(3): 1-7.

Hebert PC, Meslin EM, Dunn EV (1992). Measuring the Ethical sensitivity of

Medical Students: a Study at the University of Toronto, Journal of Medical

Ethics, 18: 142-147.

Imbalo S (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian

dan Penerapan, Jakarta: EGC.

Page 19: PROPOSAL PENELITIAN I. II. - · PDF fileKasus 2 4 3 2 9 Kasus 3 2 2 2 6 Kasus 4 5 2 0 7 Total 14 9 6 29 B. Pelayanan Prima Kesehatan 1. Pengertian Dalam ... (SPM), termasuk pelayanan

19

Irawan (2003). Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan

Kesehatan. Thesis UNHASS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Rencana Pengembangan

Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025. Jakarta: Kemenkes RI

Kleefstra et al. (2012). An instrument assessing patient satisfaction with day

care in hospitals. BMC Healthcare Service Research 12:125, pp: 2-8.

Mosadeghrad AM (2012). A conceptual framework for quality of care. Mat

Soc Med 24: 251–61. doi: 10.5455/msm.2012.24.251-261

Muhson, Ali (2009). Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa

Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan Vol. 39

No. 2, pp:171-182.

Nieva VF, Sorra J (2003). Safety culture assessment: a tool for improving

patient safety in healthcare organizations, pp:17-23Diakses 26 Mei 2016

dari http://qualitysafety.bmj.com/12(2).

Nursalam (2011). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Saleba Medika, pp: 328-

329.

Powell, Linda (2001). Patient Satisfaction Surveys for Critical Access

Hospitals. Mountain States Group, Inc, pp: 5-7.

Sastroasmoro S dan Ismael S (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian

klinis. Edisi ke 4. Jakarta: Sagung Seto.

Sujudi A, Sulaiman A, Ismael S (2002). 150 tahun pendidikan dokter di

Indonesia, menuju persaingan global. Jakarta: Temu Ilmiah Akbar,

KPPIK, FKUI.

Surat Keputusan MENKES Nomor 228/MENKES/SK/III/2002 tentang

pelayanan minimal (SPM).

Vincent JL (1990). European Attitudes Towards Ethical Problems in Intensive

Care Medicine: Result of An Ethical Questionnaire. Springer 16: 256-264

William JR (2005). Medical Ethics Manual 1st Edition. Ethics Unit of the

World Medical Association, pp: 4-6.

Yuwono, Ismantoro Dwi (2011). Memahai Berbagai Etika Profesi dan

Pekerjaan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.