Proposal Metopen Pengaruh EVA terhadap Return Saham JII
-
Upload
bayu-prasetya-putra -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
description
Transcript of Proposal Metopen Pengaruh EVA terhadap Return Saham JII
PROPOSAL
ANALISIS PENILAIAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN ROI DAN EVA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM
YANG TERGABUNG DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
PERIODE 2009-2011
A. Latar Belakang
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Salah
satu investasi di pasar modal yang cukup menguntungkan namun mengandung
risiko ialah saham. Investor tertarik untuk berinvestasi saham karena saham
memiliki daya tarik berupa keuntungna yaitu dividen dan capital gain. Dividen
yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut
atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan hal ini merupakan salah satu
daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Sedangkan
capital gain merupakan selisih antara harga beli dengan harga jual dan umumnya
investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntngan melalui capital
gain tersebut.
Guna menemukan risiko dan membuat suatu harapan keuntungan dari
investasi, kita harus menggali informasi dari hal yang fundamental seperti
laporan keuangan. Dari laporan keuangan kita mengetahui kinerja perusahaan
1
yang pada akhirnya dapat menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan
keputusan investasi. Informasi fluktuasi kinerja penting dalam hubungan ini.
Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan arus kas dan sumber daya yang ada, Disamping itu, informasi
tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya.
Dari laporan keuangan kita bisa menilai kinerja perusahaan, laba
akuntansi selalu menjadi focus utama yang diperhatikan. Alat ukur finansial yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat laba ialah Return On Investment
(ROI). Namun, penggunaan alat ukur terhadap laba akuntansi seperti ROI
memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan
dengan mengabaikan adanya biaya modal dan hanya memperhatikan hasilnya
(laba perusahaan) sehingga sullit untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut
telah menciptakan nilai perusahaan atau tidak1. Nilai perusahaan itu sendiri
merupakan acuan bagi para investor dalam mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil dalam berinvestasi.
Tujuan perusahaan menghasilkan laba yang sebesar-besarnya saat ini
sudah tidak relevan. Hal ini disebabkan rasio keuangan yang disajikan
berdasarkan pada sistem akuntansi dinilai kurang mampu mewakili ukuran
1 Harjono Sunardi, “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Vol. II, No. 1 (Mei, 2010 : 70-92), hlm. 73
2
kesuksesan terhadap pencapaian yang telah dilakukan perusahaan2. Sistem
akuntansi laporan keuangan yang baik belum tentu mencerminkan kinerja
perusahaan yang baik pula, demikian juga sebaliknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, selama beberapa tahun terakhir, telah
berkembang suatu pendekatan baru dalam mengukir kinerja keuangan suatu
perusahaan, yang dikenal dengan nama Economic Value Added (EVA). Suatu
pendekatan yang dapat menjadi indikator internal yang mengukur kekayaan
pemegang saham suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA mengukur
seberapa efisien perusaaan menggunakan modalnya untuk menciptakan nilai
tambah ekonomis3.
Pendekatan EVA dicetuskan pertama kali oleh G.Bennert Steward pada
tahun 1990. Dasar pengukuran pendekatan EVA lebih memfokuskan pada
penciptaan nilai perusahaan (creating firm’s value) yaitu menghasilkan
menghasilkan return on total capital yang lebih besar dari cost of capital (nilai
modalnya). EVA merupakan pengukuran kinerja keuangan yang dianggap sesuai
dengan harapan para penyandnag dana, karena EVA memperhitungkan tingkat
risiko. Semakin tinggi beban biaya modal atau Cost Of Capital (COC) yang
ditanggung perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian (return)
2 Lisa Linawati Utomo, “Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. I, (Mei, 1999: 28-42), hlm. 29
3 Haris Hansa Wijaya dan Lauw Tjun Tjun, “Pengaruh Economic Value Added Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”, Jurnal Akuntansi Vol. I, No. 2 (November, 2009 : 180-200), hlm. 182
3
yang harus diberikan perusahaan kepada para penyandang dana4. Hal itu
dikarenakan Cost Of Capital (COC) yang tinggi menandakan tingkat risiko yang
tinggi pula, sesuai hukum investasi, high risk high return Jika tingkat
pengembalian investasi perusahaan tidak mampu menutupi cost of capital nya,
maka EVA perusahaan itu negatif, yang mana berarti perusahaan telah gagal
menciptakan nilai bagi pemilik modal, begitu juga sebaliknya.
Dunia usaha menjadi semakin kompetitif menuntut perusaaan mampu
beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul dalam persaingan.
Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, perusahaan harus mempertahankan
dan meningkatkan kinerja sebagai upaya menjaga kelangsungan usahanya.
Upaya yang dapat dilakukan antara lain menerapkan kebijakan strategis yang
mengahasilkan efisiensi dan efektifitas bagi perusahaan. Usaha tersebut
memerlukan modal yang banyak, yang meliputi usaha memperoleh dan
mengalokasikan modal tersebut secara optimal. Salah satu tempat untuk
memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.
Pasar modal sendiri merupakan pasar yang menjual berbagai macam
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah atau juga swasta. Pasar modal
bisa menjadi sarana untuk melakukan investasi bagi para pemodal (investor)
untuk diversifikasi investasi, membentuk portofolio sesuai risiko yang bersedia
4 Ibid., hlm. 181
4
mereka tanggung dengan tingkat return yang diharapkan. Namun, guna
mengetahui tingkat resiko serta keuntungan yang diharapkan, maka calon
investor terlebih dahulu mencari informasi keungan perusahaan melalui laporan
keuangannya perusahaan tersebut.
Di Indonesia sendiri untuk pasar saham terdapat Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang lahir sejak jaman Hindia Belanda dahulu dengan pasang surutnya
hingga akhirnya muncul Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 1997. Jakarta
Islamic Index (JII) didirikan oleh BEI berkejasama dengan PT Danareksa
Investment Management. Dengan berdirinya JII maka pilihan dalam berinvestasi
semakin luas. Calon investor saat ini akan lebih selektif dalam berinvestasi,
terutama bagi investor yang menginginkan modalnya digunakan oleh perusahaan
yang menjalankan seluruh aktivitasnya berbasis syariah maka JII dapat menjadi
pilihan utama. Sesuai dengan tujuan didirikannya JII yaitu sebagai wadah atau
indeks saham syariah yang mampu memberikan pilihan perusahaan dalam
berinvestasi berbasis syariah.
Jakarta Islamic Index (JII) dapat juga digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Saham syariah
yang menjadi anggota di Jakarta Islamic Index (JII) saat ini berjumlah 30 saham
5
yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi
pasar besar.
Perkembangan produk-produk investasi syariah diharapkan bisa
mewujudkan BEI menjadi suatu market (pasar) yang bisa menarik para investor
yang ingin berinvestasi dengan memperhatikan kesesuain produk dan atau
instrument yang sejalan dengan kaidah-kaidah ajaran Islam. Hal ini tidak hanya
terhadap para investor local, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah hal ini
diharapkan pula bisa memberikan daya tarik tersendiri terhadap minat investor
dari mancanegara.
Perkembangan harga saham di Jakarta Islamic Index (JII) dalam beberapa
tahun terakhir setelah terjadi krisis global tahun 2008 mengalami kenaikan5
Tabel 1.1
Pergerakan Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
Tahun 2008-2009
Tahun 2008 2009 2010 2011
Harga 216.19 417.18 532.90 537.03
Tabel di atas menunjukkan jika JII masih diminati oleh para investor..
Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi terjadi hingga mempengaruhi pasar
modal kita. Namun, secara perlahan harga saham mulai naik lagi dari tahun 2009
5 www.ojk.go.id, diakses 23 Mei 2015, pukul 13.00
6
hingga 2011. JII mengalami kenaikan tertinggi sebanyak 201 poin pada tahun
2009 dengan posisi harga 417, kemudian selalu beranjak naik hingga akhirnya
menembus harga 537 pada tahun 2011.
Christian Budi Santoso dan Elma Muncar Aditya menyimpulkan jika
Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham food and beverage yang terdaftar di BEI periode 2007-2009. Dia
menuturkan jika hal ini disebabkan investor belum tertarik menggunakan EVA
sebagai salah satu alat analisis kinerja keuangan6.
Harjono Sunardi juga melakukan penelitian serupa dengan dengan
variabel independen Economic Value Added (EVA) dan tambahan variabel
Return On Investment (ROI) menyimpulkan return saham pada perusahaan yang
tergabung dalam Indeks LQ-45 periode 2006-2008 tidak terpengaruh oleh EVA
dan ROI. Mennurut Harjono, hal ini disebabkan oleh krisis global pada tahun
2008 yang melanda Indonesia menyebabkan kepanikan dan menjatuhkan harga
saham. Ditambah karena minimnya minat investor terhadap analisis EVA7.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Ribka dan Candra Sinuraya
menyimpulkan hal yang sama, yaitu Economic Value Added (EVA) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham pada perusaaan yang
6 Christian Budi Santoso dan Elma Muncar Aditya, “Analisis Pengaruh EPS, EVA dan Cash Flow terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. X, No. 1 (Maret, 2012 : 62-70), hlm. 68
7 Harjono Sunardi, “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Vol. II, No. 1 (Mei, 2010 : 70-92), hlm. 90
7
tergabung dalam indeks LQ45 periode tahun 2007-2009. Hal ini disebabkan oleh
EVA masih jarang digunakan oleh perusahaan maupun para investor di Indonesia
sebagai alat ukur kinerja keuangan8.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Haris Hansa Wijaya dan Lauw
Tjun Tjun menyimpulkan jika Economic Value Added (EVA) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan LQ45
tahun 2007. Hal ini disebabkan karena investor dalam menentukan required rate
of return (tingkat keuntungan) selalu mempertimbangkan risiko yang dihadapi
perusahaan berupa cost of capital (biaya modal). Sehingga investor akan memilih
perusahaan yang rate of return lebih besar dari cost of capital nya9.
Dari beberapa penelitian di atas, terlihat penelitian tersebut masih
menggunakan periode tahun yang relatif sama. Contohnya tahun 2007-2009 yang
berarti periode tersebut masih masa krisis global. Maka dari itu penulis ingin
melakukan penelitian pada tahun yang berbeda ketika perekonomian mengalami
peningkatan yang berjudul “Analisis Penilaian Kinerja dengan Pendekatan
ROI dan EVA dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham yang Tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2011”
B. Rumusan Masalah
8 Ribka dan Candra Sinuraya, “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode ROA, ROE, dan EVA dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Bisnis Mahajemen dan Ekonomi Vol. X, No. 3 (Agustus, 2011 : 2771-2782), hlm. 2781
9 Harris Hansa Wijaya dan Lauw Tjun Tjun, “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”, Jurnal Akuntansi Vol. I, No. 2 (November, 2009 : 180-200), hlm. 198
8
1. Apakah faktor Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan
terhadap tingkat return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)?
2. Apakah faktor Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap
tingkat return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)?
3. Apakah faktor Economic Value Added (EVA) dan Return On Investment
(ROI) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat return
saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini untuk menguji faktor-faktor apa saja
yang memengaruhi return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
Secara rinci, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji faktor Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan
terhadap tingkat return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
2. faktor Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap tingkat
return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
3. Menguji faktor Economic Value Added (EVA) dan Return On Investment
(ROI) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat return
saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
D. Manfaat Penelitian
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat return
saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
2. Bagi pihak investor, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tolak ukur serta
pengambilan langkah strategis dalam memperkirakan tingkat return saham
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan EVA dan ROI.
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam
penelitian selanjutnya.
E. Telaah Pustaka
Guna mendukung penelitian ini, penulis mengacu pada beberapa
penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut digunakan sebagai landasan dan
pembanding dalam menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi tingkat
return saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
Penelitian yang dilakukan oleh Christian Budi Santoso dan Elma Muncar
Aditya dengan variabel independen Earning Per Share (EPS), Economic Value
Added (EVA), Cash Flow dan dan variabel dependen harga saham perusahaan
food and beverage yang terdaftar di BEI.10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 Christian Budi Santoso dan Elma Muncar Aditya, “Analisis Pengaruh EPS, EVA dan Cash
Flow terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. X, No. 1 (Maret, 2012 : 62-70), hlm. 68
10
Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa EVA bisa jadi kurang diminati oleh
sebagian investor sebagai alat analisis kinerja keuangan. Kinerja keuangan yang
dinilai dengan analisis EVA tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap besarnya harga saham. Akan tetapi, hanya Earning Per Share (EPS)
saja yang memiliki pengaruh signifikan dari semua variabel independen yang
digunakan. Lebih lanjut lagi, secara simultan Earning Per Share (EPS),
Economic Value Added (EVA) dan Cash Flow memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham food and beverage11.
Penelitian yang dilakukan oleh Harjono Sunardi dengan dengan variabel
independen Return On Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA) dan
variabel dependen return saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks
LQ-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable Return On Investment
(ROI) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini
kemungkinan dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah kondisi
perekonomian dalam periode 2007-2008 sedang terjadi krisis global yang
memberikan imbas terhadap pasar modal. Kemudian, variabel Economic Value
Added (EVA) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini
menurut peniliti lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan investor di
Indonesia mengenai perhitungan dan manfaat EVA dalam pengambilan
11 Ibid, hlm.69
11
keputusan investasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Christian Budi Santoso dan Elma Muncar Aditya. Lebih lanjut lagi, secara
simultan Return On Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA)
ternyata juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada perusahaan yang
tergabung dalam Indeks LQ-4512.
Nampaknya hasil berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Haris Hansa Wijaya dan Lauw Tjun Tjun dengan variable independen Economic
Value Added (EVA) dan variable dependennya ialah tingkat pengenmablian
saham pada perusahaan yang tergabung dalam LQ-45. Hasil penelitian mereka
menyatakan jika EVA memiliki pengaruh yang signifikan dengan tingkat
pengembalian saham periode tahun 2007. Hal ini disebabkan karena alat analisis
keuangan menggunakan EVA yang dipertimbangkan oleh investor dan para
penganalisisnya dalam mengambil keputusan investasi. Dalam pengambilan
keputusan investasi, investor selalu mempertimbangkan risiko yang dihadapi
perusahaan, yang secara teoritis tercermin dari biaya modalnya13.
F. Landasan Teori
1. Return On Investment (ROI)
12 Harjono Sunardi, “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Vol. II, No. 1 (Mei, 2010 : 70-92), hlm. 89
13 Harris Hansa Wijaya dan Lauw Tjun Tjun, “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”, Jurnal Akuntansi Vol. I, No. 2 (November, 2009 : 180-200), hlm. 197
12
Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat
pengembalian) yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang
dikeluarkan. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan
dalam nilai desimal14. Atau bahasa sederhananya ROI merupakan
pengembalian keuntungan atas investasi. ROI dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut15:
Return On Investment (ROI) =Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
Kebaikan Return On Investment (ROI) sendiri yaitu: ROI mendorong
manajer untuk memberi perhatian yang lebih luas terhadap hubungan antara
penjualan, biaya dan investasi yang seharusnya merupakan fokus bagi
manajer pusat investigasi, ROI mendorong efisiensi biaya dan ROI bisa
mengurangi investasi berlebihan pada aktiva operasi16. Sedangkan kelemahan
Return On Investment (ROI) sendiri yaitu: ROI tidak mendorong manajer
untuk menerima investasi proyek-proyek yang akan mnurunkan ROI
walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusaaan secara keseluruhan,
14 Harjono Sunardi, “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Vol. II, No. 1 (Mei, 2010 : 70-92), hlm. 76
15 Dr. R. Agus Sartono, MBA, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm. 123
16 Abdul Halim, Achmad Tjahjono dan Muh Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hlm. 123
13
dan ROI mendorong manajer divisi untuk memfokuskan diri hanya pada
jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang17.
2. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah konsep Residual Income (RI)
dengan sejumlah modifikasi yang diperkenalkan oleh Stern & Steward. Ide
dasar EVA adalah mendapatkan surplus dengan mengurangkan biaya
operasional dan biaya keuangan terhadap pendapatan. Syarat dapat dihitung
EVA adalah diketahuinya WACC (Weighted Average Costo of Capital).
WACC merupakan biaya modal rata-rata tertimbang, biaya modal merupakan
biaya sumber dana 18. Atau, EVA adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakanperusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu.
Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu
kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan19. Kemudian,
secara garis besar EVA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut20:
EVA =Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah
Pajak Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
17 Ibid, hlm. 143-144
18 Toto Prihadi, Analisis Laporan Keuangan Lanjutan (Jakarta: Penerbit PPM, 2013), hlm. 141-142
19 Lisa Linawati Utomo, “Economic Value Added sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. I, No. 1 (Mei, 1999 : 28-42), hlm. 36
20 Dr. R. Agus Sartono, MBA, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm. 103
14
=EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Modal Operasi)(Biaya Modal Setelah
Pajak)
EVA sendiri juga memiliki keunggulan sebagai pengukuran kinerja
keuangan perusahaan meliputi: Pertama, dengan EVA seluruh unit usaha
memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang sama. Kedua,
dengan meningkatnya EVA maka investasi akan manghasilkan laba diatas
biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi
dalam perusahaan tsb. Ketiga, adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapa
digunakan untuk jenis asset yang berbeda pula. Dan keempat, EVA memiliki
korelais positif yang kuat terhadap perubahan nilai-nilai pasar perusahaan21.
3. Return Saham
Return biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode
t+1 dengan periode t terrtentu. Atau mudahnya return ialah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya22. Secara sistematis, perhitungan return saham adalah sebagai
berikut23:
Return Saham =1
x 100%
21 Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen (Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group), hlm. 427-428
22 Suhartono, S.E. M.Si. dan Falilah Qudsi S.E, Portofolio Investasi dan Bursa Efek: Pendekatan Teori dan Praktik. (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), hlm. 82
23 Dr. Mahmudah M Hanafi dan Dr Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2012), hlm. 297
15
Pt-1
Keterrangan:
Pt = Harga saham akhir periode
Pt-1 = Harga saham awal periode
G. Hipotesis
Return On Investment (ROI) merupakan alat ukur finansial yang lazim
digunakan untuk mengukur tingkat laba perusaaan atau dengan kata lain ROI
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengahsilkan keuntungan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harjono
Sunardi, ROI tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini
berarti Return On Investment (ROI) tidak mempengaruhi besaran return saham,
namun peneliti dalam hal ini beralasan jika disebabkan oleh periode tahun yang
digunakan sebagai sampel penelitian bertepatan dengan krisis global24.
H1: Return On Investment (ROI) berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index
(JII) periode 2009-2011
Economic Value Added (EVA) adalah indikator internal yang mengukur
kekayaan pemegang saham suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA
mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan modalnya untuk
24 Harjono Sunardi, “Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Vol. II, No. 1 (Mei, 2010 : 70-92), hlm. 78
16
menciptakan nilai tambah ekonomis. Besarnya EVA menunjukkan nilai tambah
ekonomis yang tercipta saat perusahaan dapat mengahsilkan return on total
capital yang melebihi cost of capital. Menurut penelitian Haris Hansa Wijaya
dan Lauw Tjun Tjun, EVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham. EVA yang tinggi juga menggambarkan ekspetasi masa
depan perusahaan yang baik, sehingga menimbulkan reaksi investor untuk
berinvestasi. Ekspetasi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar ini
berpengaruh positif terhadap harga dan return saham.25.
H2: Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan terhadap
return saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode
2009-2011
Dari kedua variabel independen diatas, peneliti akan menguji pengaruh
kedua variabel tersebut secara simultan terhadap tingkat return saham yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2011. Oleh karena itu,
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H3: Return On Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2011
H. Teknik Analisis Data25 Harris Hansa Wijaya dan Lauw Tjun Tjun, “Pengaruh Economic Value Added (EVA)
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45”, Jurnal Akuntansi Vol. I, No. 2 (November, 2009 : 180-200), hlm. 186
17
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah uji yang harus dilalui agar data yang akan
dianalisis lebih lanjut terhindar oleh pelanggaran-pelanggaran terhadap asumsi
kasik. Hal tersebut sangat krusial untuk mendapatkan analisis yang akurat atas
faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis dan untuk mendapatkan
data yang tidak bias.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.26
Uji normalitas ini menggunakan histogram sebagai salah satu alat yang
membandingkan antara data hasil observasi dengan distribusi yang
mendekati normal. Selain itu dilakukan dengan melihat probability plot
yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya
dengan distribusi normal. Garis lurus diagonal akan dibentuk oleh
distribusi normal dan plotting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data normal. maka garis yang menunjukkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terdapat korelasi antarvariabel bebas. Pada model yang baik tidak
26 Imam Ghazali, Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hlm. 91
18
boleh terjadi korelasi diantara variabel bebas.27 Untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari
tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar dapat
disimpulkan bahwa:
a) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIH < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antarvariabel
independen dalam model regresi.
b) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIH > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antarvariabel independen
dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Disebut homokedastisitas apabila variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Sebaliknya akan
disebut heteroskedastisitas apabila variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain mengalami perbedaan. Model regresi yang baik
adalah model yang homokedastisitas atau tidak tejadi
heteroskedastisitas.28 Heteroskedastisitas dapat diuji dengan
menggunakan glejser, uji park, dan uji white untuk mengetahui adanya
27 ? Ibid., hlm. 9228 ? Ibid., hlm. 93
19
tingkat signifikansi. Tidak adanya gejala heterokedastisitas ditunjukkan
dengan tingkat signifikansi berada di atas 5 persen. Apabila berada di
bawah 5 persen berarti terdapat gejala heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam satu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi,
maka disimpulkan terjadi problem autokorelasi. Autokorelasi ini muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Uji Durbin Watson (DW) mampu mendeteksi adanya autokorelasi.
Uji DW ini dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran
faktor gangguan yang berurutan. Suatu data dapat disimpulkan bahwa
dalam data tersebut tidak terjadi autokorelasi apabila nilai DW terletak
diantara du dan 4-du.
5. Regresi Linear Berganda
Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh hubungan
antara variabel independen yaitu (DPK, NPF, CAR, dan profit margin)
dan variabel independen (pertumbuhan pembiayaan murabahah,
musyarakah, dan mudharabah yang diproksikan dengan laba perbankan
syariah). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda
(multiple regression analysis) dengan persamaan kuadrat terkecil
20
(ordinary least square). Metode ini adalah metode yang mengestimasi
suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat
kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut.29 Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y = Variabel dependen (return saham JII)
a = Koefisien konstanta
b1 = Koefisien regresi untuk Return On Investment (ROI)
b2 = Koefisien regresi untuk Economic Value Added (EVA)
X1 = ROI perusahaan di JII periode 2011-2013
X2 = EVA perusahaan di JII periode 2011-2013
e = error term
6. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Y). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang berarti kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
(X) dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Y) amat terbatas.
29 ? Ibid., hlm. 95
21
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen (X)
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel Y.
b. Uji F-Statistik
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama atau simultan memengaruhi variabel dependen.30
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang
memengaruhi variabilitas variabel dependen.
c. Uji t-Statistik (Uji signifikan parameter individual)
Uji t-statistik ini pada intinya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara
individual dalam menerangkan variabel dependen.31 Uji tersebut dapat
dilakukan dengan melihat besarnya nilai probabilitas signifikansinya.
Apabila nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari lima persen
(t < 5 %), maka hipotesis yang menjelaskan bahwa suatu variabel
independen secara individual memengaruhi variabel dependen dapat
diterima atau dengan kata lain apabila nilai signifikansi t < 5% maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Sebelum digunakan uji F dan uji t terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
30 ? Ibid., hlm. 9831 ? Ibid., hlm. 99
22
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk menggambarkan alur
pemikiran penulis dari awal hingga kesimpulan akhir. Adapun rencana
sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I = Pendahuluan
Bab ini berisi pendahuluan untuk mengantarkan skripsi ini
secara keseluruhan. Pada bab ini menjelaskan latar belakang
masalah mengapa penelitian ini diadakan, pokok masalah yang
akan dianalis dan dijawab dari penelitian ini, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab II = Landasan Teori
Bab dua merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan
hipotesis. Bab ini berisi tentang tinjauan teoritis, variabel-variabel
yang diteliti, telaah pustaka, dan perumusan hipotesis.
Bab III = Metode Penelitian
Bab tiga berisi metode penelitian yang terdiri dari variabel
penelitian dan definisi operasional variabel, penentuan populasi dan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data.
Bab IV = Analisis Data dan Pembahasan
23
Bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasannya.
Bab ini juga memuat analisis data yang tersedia, perangkat
penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran, jawaban,
serta hasil dari masalah yang diteliti yaitu mengenai faktor yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan pembiayaan murabahah,
musyarakah, dan mudharabah perbankan syariah di Indonesia tahun
2008-2013.
Bab V = Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis penelitian ini,
keterbatasan penelitian serta saran mengenai tindakan-tindakan
yang seharusnya dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi, Harjono. 2010. Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap
Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol. II, No. 1, Mei, hlm 70-92
Utomo, Lisa Linawati. 1999. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan
Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. I,
Mei, hlm 28-42.
Hansa Wijaya, Hrais dan Tjun, Lauw Tjun. Pengaruh Economic Value Added
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan yang Tergabung
dalam LQ-45. Jurnal Akuntansi. Vol. I, No. 2, November, hlm 180-200
Budi Santoso, Christian dan Muncar Aditya, Elma. Analisis Pengaruh EPS, EVA dan
Cash Flow terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. X, No. 1, Maret, hlm 62-70
Ribka dan Sinuraya, Candra. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan
Metode ROA, ROE, dan EVA dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada
Perusahaan yang Tergabung dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis Mahajemen dan Ekonomi. Vol. X, No. 3, Agustus, hlm 2771-2782
www.ojk.go.id
25
Imam Ghazali. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Prihadi, Toto. 2013. Analisis Laporan Keuangan Lanjutan. Jakarta: Penerbit PPM
Dr. R. Agus Sartono, MBA. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPFE
M Hanafi, Mahmudah dan Halim, Abdul. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Halim, Abdul. Tjahjono, Achmad dan Husein, Muh Fakhri. 2003. Sistem
Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Anthony, R, N., dan V. Govindarajan. 2011. Sistem Pentendalian Manajemen.
Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group
Suhartono dan Qudsi, Fadlilah. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
26