Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

34
Proposal Kegiatan Praktikum PHPT Penerapan Metode PHT pada Budidaya Jagung Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu Disusun Oleh Kelompok I Adhitya Juliawan 150110080045 Nanda 150110080046 Tiara Restu Amanda 150110080052 Sekar Laras Rahmannisa 150110080070 Putri Eka Risti 150110080080 Agroteknologi B Fakultas Pertanian

Transcript of Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Page 1: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Penerapan Metode PHT pada Budidaya Jagung

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit

Terpadu

Disusun Oleh

Kelompok I

Adhitya Juliawan 150110080045

Nanda 150110080046

Tiara Restu Amanda 150110080052

Sekar Laras Rahmannisa 150110080070

Putri Eka Risti 150110080080

Agroteknologi B

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

Jatinangor

2010

Page 2: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini. Shalawat

serta salam semoga tercurah limpah ke hadirat Nabi Besar Muhammad saw, para sahabat

dan umatnya sampai akhir zaman.

Proposal ini berisi mengenai deskripsi program kegiatan praktikum pengelolaan

hama dan penyakit terpadu.

Penulis menyadari isi proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya.

Jatinangor, Oktober 2010

Penulis

Page 3: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

1.4 Luaran yang Diharapkan 2

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Deskripsi Tanaman Jagung 3

2.2 Analisis Agroekosistem Lahan 5

2.3 OPT Tanaman Jagung 6

Bab III Rencana dan Program Kegiatan

3.1 Jenis Program Kegiatan 12

3.2 Rencana Anggaran 17

3.3 Jadwal Kegiatan 17

Bab IV Penutup 19

Daftar Pustaka iii

Page 4: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Jagung termasuk komoditas pertanian utama yang memilki manfaat dan kegunaan

yang banyak. Jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok khususnya di

daerah indonesia bagian timur. Selain dimanfaatkan sebagai makanan pokok, jagung juga

dimanfaatkan sebagai makanan olahan lainnya seperti pop corn, perkedel, dan aneka

makanan ringan (snack). Selain itu jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak seperti burung, ayam, bebek, ikan dan ternak lainnya.

Permintaan terhadap pasokan jagung terus meningkat dari tahun ketahun. Tetapi

meningkatnya permintaan tidak diikuti dengan meningkatnya produksi jagung. sehingga

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka pemerintah harus mengimpor dari negara

lain.

Rendahnya produksi jagung dalam negeri disebabkan oleh beberapa faktor seperti

teknik budidaya yang kurang intensif, dan pengendalian OPT yang tidak teratur yang

hanya mengandalkan pengendalian menggunakan pestisida. Yang menjadi permasalahn

utama dalam budidaya jagung adalah pengendalian dan pengelolaan OPT.

Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani selama ini hanya mengandalkan

pengendalian dengan teknik pemanfaatan pestisida. Sehingga banyak terjadi pencemaran

lingkungan dan hasil yang terus menurun dari tahun ketahun, dan munculnya OPT yang

resisten terhadap pestisida.

Melihat kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka muncul teknik Pengendalian

Hama Terpadu sebagai solusi pengendalian OPT pada budidaya jagung. Teknik

pengendalian hama terpadu adalah teknik pengendalian OPT yang berorientasi

lingkungan, dan pengaplikasian pestisida adalah pilihan pengendalian yang terakhir.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan percobaan dalam

bentuk praktikum dengan judul “Penerapan Teknik Pengendalian Hama terpadu pada

Budidaya jagung” di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah:

1. Bagaimana teknik pengendalian hama terpadu pada budidaya jagung?

2. Bagaimana hasil produksi jagung dengan teknik Pengendalian Hama Terpadu?

Page 5: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

3. Bagaimana perbandingan hasil produksi jagung teknik Pengendalian Hama Terpadu

dengan teknik Konvensional.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui teknik pengendalian hama terpadu pada budidaya jagung.

2. Mengetahui hasil produksi jagung dengan teknik Pengendalian Hama Terpadu.

3. Mengetahui perbandingan hasil produksi jagung teknik Pengendalian Hama Terpadu

dengan teknik konvensional.

1.4 Luaran yang diharapkan

Adapun luaran yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang budidaya jagung secara terpadu.

2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik Pengendaliah Hama

Terpadu pada budidaya jagung.

Page 6: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Deskripsi Tanaman Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari famili

rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal

menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan

orang Inggris menamakannya corn.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam

80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh

kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.

Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang

dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas

teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan

(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong

akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada

kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku

batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak

dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.

Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.

Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung

cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna.

Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar

dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada

daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi

sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman

menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman

(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang

disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga

jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari

berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh

dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa

Page 7: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai

varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini

daripada bunga betinanya (protandri).

Klasifikasi jagung

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Monocotyledonae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.

Menurut umur, dapat digolongkan menjadi:

a. Berumur pendek. 75-90 hari. Contoh: Genjah warangan, Genjah kertas, Abimanyu

dan Arjuna.

b. Berumur sedang. 90-120 hari. Contoh: Hibrida C 1, Hibrida Pioneer 2, Hibrida

IPB 4.

c. Berumur panjang. Lebih dari 120 hari. Contoh: Bima dan Harapan, Bastar, Kania

Putih.

Menurut bentuk biji, dapat digolongkan menjadi:

a. Dent corn

b. Flint corn

c. Sweet corn

d. Pop corn

e. Flour corn

f. Pod corn

g. Waxy corn

Varietas unggul mempunyai beberapa sifat, yaitu berproduksi tinggi, berumur genjah,

tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini

dapat dibagai menjadi 2, yaitu jagung hibdirda dan arietas jagung bersari bebas.

Page 8: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung

banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai

macam keperluan seperti:

a. Batang dan daun muda untuk pakan ternak;

b. Batang dan daun tua untuk pupuk hijau atau kompos;

c. Batang dan daun kering untuk kayu bakar;

d. Batang jagung untuk turus, bahan kertas;

e. Buah jagung muda untuk konsumsi;

f. Biji jagung tua untuk pengganti nasi, roti jagung, tepung, industri farmasi,dan lain

sebagainya.

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa

Barat, Jawa Timur, Madura, D.I.Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan

Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan

secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.

2.2 Analisis Agroekosistem Daerah Penanaman

Jatinangor merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pada Peta

Rupabumi Digital Indonesia No. 1209-301 Edisi I tahun 2001 Lembar Cicalengka yang

diterbitkan oleh Bakonsutranal masih dijumpai nama Kecamatan Cikeruh untuk daerah yang

saat ini dikenal sebagai Kecamatan Jatinangor. Pada beberapa dokumen resmi dan setengah

resmi saat ini, masih digunakan nama Kecamatan Cikeruh. Kecamatan ini terletak pada

koordinat 107o 45’ 8,5” – 107o 48’ 11,0” BT dan 6o 53’ 43,3” – 6o 57’ 41,0” LS.

Sebagaimana daerah lain di kawasan Cekungan Bandung, iklim yang berkembang di

Jatinangor adalah iklim tropis pegunungan. Titik terendah di kecamatan ini terletak di daerah

Desa Cintamulya setinggi 675 m di atas permukaan laut, sedangkan titik tertingginya terletak

di puncak Gunung Geulis setinggi 1.281 m di atas permukaan laut. Sungai-sungai penting di

Jatinangor meliputi Ci Keruh, Ci Beusi, Ci Caringin, Ci Leles, dan Ci Keuyeup.

Geomorfologi daerah Jatinangor meliputi tiga satuan geomorfologi, yaitu :

1. Satuan geomorfologi pedataran volkanik, di bagian selatan.

2. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik landai, di bagian utara.

3. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik terjal, di bagian timur.

Geologi daerah Jatinangor terdiri dari tiga satuan batuan (Silitonga, 1972), yaitu :

Page 9: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

1. Satuan hasil gunung api muda. Berumur Kuarter, didominasi oleh batuan

volkaniklastik, tersebar di bagian utara dan tengah daerah Jatinangor. Satuan ini

tersingkap baik di aliran Ci Keruh.

2. Satuan lava gunung api muda. Berumur Kuarter, didominasi oleh lava, merupakan

batuan utama pembentuk Gunung Geulis.

3. Satuan endapan danau. Berumur Kuarter, didominasi oleh batuan sedimen yang

merupakan sisa endapan Danau Bandung, tersebar di bagian baratdaya daerah

Jatinangor.

2.3 OPT Tanaman Jagung

Dibawah ini akan dipaparkan beberapa OPT yang diprediksikan akan menyerang areal

pertanaman jagung, berdasarkan pada agroklimat daerah setempat.

Hama pada tanaman jagung

1. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guen)

Klasifikasi OPT :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Genus : Ostrinia

Species : Ostrinia furnacalis Guen

Bioekologi

Ngengat : aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun,

umur

imago/ngengat dewasa 7-11 hari.

Telur : bentuk telur pipih aga k oval mengkilap, diletakkan berkelompok,

satu kelompok telur beragam antara 30- 50 butir, seekor ngengat betina

mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina

lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di

letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9,

umur telur 3-4 hari,

Page 10: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Larva : larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan

berpindahpindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah

instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.

Pupa : biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah

merahan, umur pupa 6-9 hari.

Gejala Serangan

Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian

tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang,

bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah.

Larva juga merusak buah jagung. Bila tanaman tidak patah, umumnyta jagung

menjadi kecil dan biji yang terbentuk hanya kecildan sedikit.

2. Ulat grayak (Spodoptera Litura)

Klasifikasi OPT

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Genus : Spodoptera

Species : Spodoptera litura

Bioekologi

Ngengat : dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-

perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif malam hari.

Telur : berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada

daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan,

berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti

beludru.

Larva : mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas

berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup

berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari

bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke

tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar

Page 11: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Pupa : Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa

rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6

cm.

Siklus hidup : berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari,

larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).

Gejala serangan :

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak

berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,

transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di

permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Larva instar

awal hanya memakan bagian tepio daun sementara larya yang sudah besar

memakan seluruh daun.

Tanaman inang lainnya :

Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai,

buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk,

pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp.,

Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.

3. Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera)

Klasifikasi OPT :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Genus : Helicoverpa

Species : Helicoverpa armigera

Bioekologi

Imago : betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung.

Rata-rata produksi telur mago betina adalah 730 butir, telur meneta dalam tiga

hari setelah diletakkan .

Larva : spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar .Khususnya

pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2o adalah

12,8 sampai 21,3 hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme . Spesies

ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa

Page 12: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada

kekerasan tanah.

Pupa : pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2, sampai

17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan

limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman.

Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada

suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.

Gejala Serangan :

Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah

menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan

biji yang sedang mengalami perkembangan. Serangga ini akan menurunkan

kualitas dan kuantitas tongkol jagung. Hama ini bersifat kanibal sehingga

hanya dapat ditemukan satu larva per tongkol. Serangan pada tongkol muda

dapat mengakibatkan kerusakan yang tinggi sedangkan pada yang tua hanya

akan mengakibatkan kerusakan pada biji-biji di ujung tongkol.

Penyakit pada tanaman jagung

1. Bulai

Penyakit bulai atau downy mildew pada jagung sejak lama menimbulkan kerugian

yang cukup besar, sehingga banyak dikenal diantara petani.

Klasifikasi OPT

Kingdom : Plantae

Filum : Oomycota

Class : Oomycetes

Ordo : Scelorporales

Family : Scelorosporaceae

Genus : Peronosclerospora

Spesies : Peronosclerospora maydis

Penyebab : disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis.

Miselium P. maydis berkembang dalam ruang antarsel. Terdapat dua macam

miselium, yaitu yang hifanya bercabang dan membentuk kelompokan-

kelompokan diantara tulang-tulang daun, dan yang hifanya kurang bercabang,

menjalar panjang, dan menghubungkan kelompokan-kelompokan tadi. Hifa

membentuk haustorium yang masuk ke dalam rongga sel.

Page 13: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Gejala Serangan

Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih

sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah

pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang

terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Karena adanya benang-benang

jamur dalam ruang antarselnya, daun-daun tampak kaku, agak menutup, dan

lebih tegak dari biasa.

Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang

meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat).

Gejala sistemik terjadi bila infeksi jamur mencapai titik tumbuh sehingga

semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai

pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya

pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya

pertumbuhannya kerdil.

2. Hawar daun

Klasifikasi OPT

Kingdom : Plantae

Filum : Amastigomyceta

Class : Deuteromycetes

Ordo : Hypales

Family : Dematiaceae

Genus : Helminthosporium

Spesies : Helminthosporium turcicum

Penyebab : disebabkan oleh H. turcicum. Jamur membentuk konidiofor

yag keluar dari mulut kulit. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong

atau membentuk gada terbalik.

Gejala serangan

Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak

semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan

disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15

cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang

menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau

mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.

Page 14: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun

atau pada sisa sisa tanaman di lapang.

3. Karat

Penyakit karat pada jagung di Indonesia menarik perhatian pada tahun 1950-an.

Penyakit ini terdapat di seluruh Indonesia.

Klasifikasi OPT

Kingdom : Plantae

Genus : Puccinia

Spesies : Puccinia sorghi

Penyebab : Puccinia sorghi. Jamur mempunyai uredium (urediosorus)

pada kedua sisi daun dan upih daun, tapat atau jarang, tersebar tidak menentu.

Urediospora bulat atau jorong, berdinding coklat atau kemerahan. Jamur

membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan

uredium biasanya pada tanaman masak. P. sorghi diketahui membentuk

piknium dan aesium. Piknium pada kedua sisi daun, mengelompok sampai

lebih kurang 6 pada suatu tempat. Aesium hanya pada sisi bawah daun,

mengelilingi piknium. Aesiospora bulat atau jorong, berdinding hialin.

Gejala serangan :

Puccinia sorghi membentuk urediosorus pada kedua permukaan daun.

Urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian

dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat

atau coklat tua. Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval

terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia

menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting

sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan

sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah

sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau

musim kemarau.

Daur penyakit :

P. sorghi mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup, dan

dipencarkan urediospora yang dapat ternagkut jarak jauh oleh angin dan tetap

hidup.

Page 15: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Bab III

Rencana dan Program Kegiatan

3.1 Jenis Program Kegiatan

Pada kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan, masing-masing kelompok

mahasiswa akan diberi demplot berukuran 3 x 4. Pada lahan tersebut, tiap kelompok

Page 16: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

mahasiswa akan melakukan penanaman sesuai dengan komoditas yang telah ditetapkan

serta dengan metode yang telah ditetapkan pula. Untuk kelompok I, tanaman

komoditasnya adalah jagung. Plot tersebut akan ditanami jagung dengan menggunakan

metode PHT.

3.1.1 Penanaman Tanaman Jagung dengan Metode PHT

a. Penggunaan Benih Berkualitas

Benih dengan kualitas yang prima (daya tumbuh dan vigornya cukup tinggi)

diperlukan untuk memacu keseragaman dan kecepatan pertumbuhan. Benih

dengan kualitas fisiologi yang tinggi juga lebih toleran pada kondisi lingkungan

tumbuh yang kurang optimal dibanding benih dengan kualitas fisiologi yang lebih

rendah, serta lebih efektif memanfaatkan pupuk dan hara lain yang ada di dalam

tanah. Pada lingkungan pertumbuhan yang sama dengan menipulasi hara yang

sama, benih dengan vigor yang tinggi akan tumbuh lebih baik dibanding dengan

pertumbuhan tanaman dari benih yang kurang vigor.

Benih yang digunakan dalam praktukum kali ini adalah benih varietas Bisi II.

Benih tersebut tergolong bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologinya, serta

daya tumbuh benih lebih dari 90%.

Kebutuhan benih dalam areal satu hektar adalah 20-30 kg. Karena luas lahan yang

akan digunakan berukuran 3 x 4 meter, maka benih yang dibutuhkan adalah

sebesar 0.36 kg. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA

(dosis 2-4 cc/lt air semalam). Hal tersebut bertujuan untuk merangsang

pertumbuhan benih, karena POC NASA tersebut berperan sebagai zat pengatur

tumbuh

b. Penyiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari sisa tanaman

sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, kemudian dicangkul.

Tujuan dari pencangkulan ini selain untuk memperbaiki struktur tanah sehingga

memiliki porositas serta aerasi yang bauk, penncangkulan yang dilakukan juga

bertujuan sebagai salah satu tindakan preventif dalam pengendalian OPT. Hal

tersebut dikarenakan dengan membalikan tanah (mencangkulnya) maka dapat

memutus siklus hidup hama yang mengalami stadia pupa didalam tanah, salah

satunya adalah Helicoverpa armigera yang merupakan salah satu hama utama

oada pertanaman jagung.

Page 17: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.

Sebelum tanam, lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk

kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

c. Populasi Tanaman

Populasi tanaman sangat tergantung pada varietas, lingkungan pertumbuhan

tingkat kesuburan tanah dan distribusi curah hujan / ketersediaan air. Dalam hal

ini dilakukan pengaturan jarak tanam yaitu sebesar 75x25 cm. Pada umumnya

jarak tanam yang digunakan adalah sebesar 70x20 cm, namun dalam hal ini, jarak

tanam tersebut lebih diperlebar 5 cm dengan tujuan untuk menjaga keadaan iklim

mikro. Selain itu pelebaran jarak tanam tersebut juga didasarkan pada

pertimbangan penanaman, dimana dalam hal ini penanaman dilakukan pada

musim hujan, biasanya pada keadaan terrsebut kelembaban areal pertanaman

relatif lebih tinggi. Selain jarak tanam, hal lain yang perlu diperhatikan adalah

mengenai lubang tanam. Lubang tanam ini dibuat dengan cara ditugal dengan

kedalaman 2-3 cm, dan tiap lubang hanya diisi 2 butir benih.

d. Pemupukan

Pemupukan ini merupakan suatu usaha untuk membuat tanah menjadi lebih subur

dan tanaman dapat berproduksi sesuai hasil yang diharapkan. Tujuan pemupukan

ini adalah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman, yang akhirnya akan

meningkatkan produktivitas dari tanah yang bersangkutan.

Dalam hal ini pemupukan akan dilaksanakan dengan mengikuti jadwal dan dosis

sebagai berikut:

Waktu Dosis Pupuk Makro Dosis

  Urea TSP KCL POC NASA

Perendaman Benih -  -  -  0.0048 cc/1.2 mL

Pupuk dasar

0.144

Kg

0.096

Kg 0.03 Kg 1/2 tutup per 1/4 tangki

2 Minggu  -  -  - 1/8 tutup per 1/4 tangki

Susulan 1 (3

Minggu)

0.138

Kg - 

0.066

Kg  -

4 Minggu -  -  -  1/8 tutup per 1/4 tangki

Susulan 2 (8

Minggu)

0.138

Kg  -  - 1/8 tutup per 1/4 tangki

Page 18: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Dosis yang digunakan telah disesuaikan dengan luas lahan yang akan digunakan

yaitu sebesar 3 x 4 m. Pupuk POC Nasa yang digunakan merupakan pupuk mikro

sedangkan Urea, TSP dan KCl merupakan jenis pupuk makronya.

Pemberian pupuk mikro pada saat perendaman benih bertujuan untuk merangsang

pertumbuhan benih, hal tersebut dikarenakan beberapa zat yang terkandung

didalam POC berfungsi sebagai zat perangsang tumbuh.

Pupuk dasar diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Pemberian pupuk

dasar ini bertujuan untuk memberikan asupan unsur hara makro pada saat benih

tanaman jagung mulai ditanam, sedangkan pemberian POC Nasa sebagai pupuk

dasar ini berfungsi sebagai penyedia unsur hara mikro tanaman serta memacu

pertumbuhan tanaman dan akar. Pada saat umur 2 minggu setelah tanam (2 MST),

pengaplikasian pupuk POC nasa dilakukan. Sedangkan pada umur 3 MST

diberikan pupuk susulan I dengan pemberian Urea 0.138 Kg dan KCl 0.066 Kg.

Pada umur 4 mst, tanaman hanya diberi pupuk mikro POC Nasa dn pada umur 8

MST diberikan pupuk susulan ke 2, yaitu hanya pupuk urea saja dengan dosis

0.138 Kg.

e. Pemeliharaan

Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau

gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara

langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang

akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang

tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis

benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang

masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil. Penyiangan diusahakan

agar tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih

belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman

berumur 15 hari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh

posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang

Page 19: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat

tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di

sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian

ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang

memanjang.

Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah

telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang

tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air

pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

f. Monitoring berkala setiap dua kali dalam seminggu, untuk mengontrol dan

mengetahui kondisi areal pertanaman jagung. Selain itu, selama monitoring juga

dilakukan sanitasi diareal tanaman jagung.

g. Pengendalian OPT

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, telah dijelaskan berbagai jenis

OPT yang diprediksi dapat menyerang areal pertanaman jagung yang

dibudidayakan. Maka dengan demikian, tindakan yang akan dilakukan baik dalam

rangka pencegahan maupun pengendalian dijelaskan dalam skema berikut,

Page 20: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

3.2 Rencana Anggaran

Page 21: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

No. Kegiatan Volume Biaya

1 Benih Jagung Bisi II 1 Kantong 200.000

2 Pupuk Kandang 6 Kg 15.000

3 Pupuk Urea 1 Kg 50.000

4 Pupuk TSP 0.25 Kg 3.000

5 Pupuk KCl 0.25 Kg  3.000

6 POC Nasa 1 Botol 40.000

7. GLIO 1 Pak 35.000

8 Embrat 1 Buah 25.000

9 Ember 2 Buah 20.000

10 Cangkul 2 Buah 80.000

11 Feromon seks 1 Botol 20.000

12 Parasitoid Telenomus 1 Bungkus 10.000

13 Parasitoid Trichogamma 1 Bungkus 10.000

14 Cendawan Metharhizium 1 Bungkus 30.000

15 Insektisida Decis 1 Botol 50.000

16 Fungisida Mankzoeb 1 Botol 40.000

  Total

3.3 Jadwal Kegiatan

No KegiatanBulan

ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-51 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Persiapan Prasarana dan

sarana       

2Pengolahan Tanah Areal

Pertanaman

3 Pemberian Pupuk

4 Penanaman Jagung

5 Monitoring Lapangan

6 Sanitasi Lahan

7 Pemasangan Perangkap

8 Pengaplikasian Parasitoid

Page 22: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

9Pengaplikasian Agen

Antagonis

10Pengaplikasian Fungisida

Nabati *

11Pengaplikasian Fungisida

Sintetik *

12Pengaplikasian Insektisida

Sintetik*

13 Pengamatan Akhir

14 Penyusunan Laporan Akhir

Keterangan:

Pemberian pupuk pada minggu ke tiga adalah pupuk dasar, kemudian pemberian

pupuk pada minggu ke dua bulan ke dua (2MST), pemberian pupuk pada minggu ke-3

yang merupakan pemberian pupuk susulan II, pemberian pupuk pada 4 MST, dan

pemberian pupuk terakhir yaitu pupuk susulan II pada umur tanaman 8 MST.

pemberian parasitoid Trichogramma sp.

pemberian parasitoid Telenomus sp

Sanitasi dan monitoring lapangan dilakukan setiap dua kali dalam seminggu, selama

masa penanaman.

Untuk pengaplikasian fungisida dan insektisida baik yang bersifat sintetik maupun

buatan, dikondisionalkan dengan intensitas serangan OPT yang menyerang tanaman

budidaya.

Bab IV

Penutup

Page 23: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Demikianlah rancangan proposal budidaya jagung dengan penerapan metode PHT

yang kelompok kami ajukan. Adapun data ataupun informasi yang digunakan berdasar

kepada sumber-sumber terkait. Akhir kata, semoga dapat berfungsi sebagai petunjuk teknis

dalam pelaksanaannya.

Daftar Pustaka

Page 24: Proposal Kegiatan Praktikum PHPT

Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Yogyakarta: Andi

Untung, Kasumbogo. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University

Press

Bakhri, Syamsul. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu.

Departemen Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTPP) Sulawesi Selatan

Jagung Zea mays. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi