Proposal Fina
-
Upload
nur-arifin -
Category
Documents
-
view
183 -
download
0
description
Transcript of Proposal Fina
1
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MATERI PRISMA
DAN LIMAS PADA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK PESERTA
DIDIK KELAS VIII SMPN 2 KAMANG MAGEK
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Disusun oleh:
ALFINA
NIM.2411.032
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013 M/ 1434 H
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi dilandasi oleh
perkembangan matematika. Matematika adalah salah satu mata pelajaran
yang dipelajari mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ketingkat
perguruan tinggi. Matematika mempunyai peranan penting, yaitu untuk
membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif dan kemampuan berdiskusi. Penguasaan ilmu ini sangat dibutuhkan
oleh siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-
hari, karena banyak aktivitas mereka yang melibatkan matematika.
Mengingat begitu besarnya peranan matematika dalam kehidupan dan
perkembangan ilmu pendidikan, maka pemerintah telah berupaya untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran matematika. Salah satu upaya
nyata yang telah dilakukan pemerintah terletak pada penyempurnaan
kurikulum yaitu penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata pelajaran matematika
mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep
matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sikap, mampu
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, serta
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, untuk memperjelas
3
keadaan atau masalah. Pembelajaran matematika juga bertujuan agar siswa
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat tercapai dengan baik
bila setiap unsur yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran
matematika di sekolah memahami maknanya. Untuk memahami makna dari
tujuan mata pelajaran tersebut, maka diperlukan pemahaman tentang
karakteristik materi matematika. Karakteristik matematika tersebut menuntut
pemahaman guru mata pelajaran matematika. Dengan pemahaman tersebut,
guru mata pelajaran dapat menghubungkan karakteristik matematika dengan
tujuan pelajaran matematika yang akan dicapai dan implikasikan supaya hasil
belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Umumnya hasil belajar siswa tidak tercapai secara optimal di duga
penyebabnya adalah rencana pembelajaran yang dirancang guru kurang
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan kurang memperlihatkan
keterkaitan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa yang dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika.
Selain itu, pelaksanaan pembelajaran yang masih monoton dan soal-
soal yang diberikan guru matematika yang terlalu kaku, yaitu siswa lebih
banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol
matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realita. Akibatnya siswa
kurang tertarik pada pembelajaran matematika dan tidak mampu menerapkan
teori yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
4
hari. Sehingga tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan tidak
tercapai secara optimal.
Permasalahan dalam pembelajaran matematika juga terlihat pada
daerah yang ada di Kabupaten agam, yaitu pada SMPN 2 Kamang Magek.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, terlihat bahwa guru mata pelajaran
matematika kelas VIII di sekolah tersebut telah memiliki perangkat
pembelajaran. Salah satu perangkat pembelajaran yang telah di rancang
adalah perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP), namun RPP yang telah
dirancang guru matematika kelas VIII belum sesuai dengan kurikulum KTSP
yang ditetapkan pemerintah. Karena masih banyak bagian dari pengembangan
RPP berdasarkan KTSP yang tidak terlihat pada RPP yang dirancang oleh
guru matematika kelas VIII. Diantaranya terlihat dari kegiatan pembelajaran
yang belum di kelompokkan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. RPP yang dirancang oleh guru matematika kelas VIII pada materi
bangun ruang tidak menggunakan pendekatan ataupun strategi pembelajaran.
Sehingga, perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dimiliki guru, belum
mampu mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, di peroleh
informasi bahwa waktu yang tersedia untuk pembelajaran bangun ruang
tersebut sangat minim sekali. Karena pelajaran bangun ruang adalah pelajaran
terakhir pada kelas VIII semester dua. Maka pelaksanaan pembelajaran
banyak mendapatkan gangguan yang menyebabkan jam pelajaran untuk
5
materi bangun ruang tersebut banyak terpakai untuk kegiatan lain. Sehingga,
diperlukan kemampuan guru untuk merancang suatu kegiatan pembelajaran,
yang menuntut siswa mengidentifikasi sendiri bangun ruang yang berbentuk
prisma dan limas yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, sebelum
melaksanakan proses pembelajaran.
Selain itu, fasilitas pendukung untuk mempelajari matematika di
SMPN 2 Kamang Magek juga terlihat masih kurang, yaitu terlihat dari buku
yang digunakan guru maupun siswa sebagai buku pegangan dalam
pembelajaran masih kurang bervariasi. Sehingga siswa hanya terpaku pada
soal-soal yang ada pada buku pegangan saja. Buku yang digunakan guru
maupun siswa tersebut juga belum memberikan langkah-langkah kerja untuk
membantu siswa menemukan dan mengkonstruksi sendiri konsep materi
pembelajaran. Akibatnya, siswa merasa malas untuk membaca dan
memahami buku pegangan yang mereka miliki, sehingga siswa lebih
cenderung menerima informasi dari guru saja tanpa memahami buku
pegangan yang mereka miliki.
Melihat permasalahan yang ada di SMPN 2 Kamang Magek
diperlukan suatu terobosan baru yang menuntut kemampuan guru untuk dapat
menciptakan suatu perangkat pembelajaran yang mampu memotivasi sikap
positif siswa terhadap pembelajaran matematika, dan mampu mendorong
siswa untuk mengidentifikasi sendiri materi pelajaran tanpa harus
mengandalkan penjelasan dari guru. Selain itu, guru juga dituntut untuk dapat
menggunakan suatu pendekatan atau strategi yang mampu menciptakan
6
lingkungan belajar yang berpusat pada siswa dan strategi yang dapat
meningkatkan kemampuan visual siswa dengan belajar dari lingkungan
sehari-hari siswa yang lebih nyata, sehingga hasil pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa. Salah satu pendekatan yang mampu menciptakan
lingkungan belajar yang berpusat pada siswa dan dapat membantu siswa
menemukan hubungan pembelajaran dengan kehidupan sehari adalah
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dalam pendekatan CTL pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Dimana, Contextual Teaching and Learning ini
merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata siswa yang
mampu mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna
bagi siswa.
Pelaksanaan pendekatan kontekstual menuntut guru untuk menyusun
perangkat pembelajaran yang memuat prinsip-prinsip CTL. Dimana,
perangkat pembelajaran merupakan salah satu wujud persiapan yang
dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Perencanaan
dan persiapan yang matang sebelum melakukan proses pembelajaran akan
mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan dalam pembelajaran. Selain
menuntut guru untuk merancang dan menyusun perangkat pembelajaran,
7
pendekatan kontekstual juga menuntut guru untuk dapat membuat bahan ajar
berupa buku pegangan siswa yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran, mendorong siswa untuk memahami sendiri materi pelajaran
dan memotivasi sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika, serta
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika,
yaitu dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang memuat
komponen-komponen CTL. Maka dilakukan penelitan dengan judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching
and Learning (CTL) Materi Prisma dan Limas pada Pelajaran
Matematika untuk siswa kelas VIII SMPN 2 Kamang Magek”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah validitas dari perangkat pembelajaran berbasis CTL pada
materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 Kamang Magek?
2. Bagaimanakah praktikalitas dari perangkat pembelajaran berbasis CTL
pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMP 2 Kamang Magek?
8
C. Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)
Materi Prisma dan Limas pada Pelajaran Matematika untuk siswa kelas
VIII SMPN 2 Kamang Magek”. Untuk lebih memperjelas dan menghindari
kesalahan dalam memahami variabel ini maka peneliti mencoba menjelaskan
istilah-istilah berikut:
1. Pengembangan adalah penyempurnaan yang menghasilkan suatu produk
tertentu, yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah menghasilkan
produk berupa perangkat pembelajaran matematika
2. Perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang
dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Adapun
perangkat pembelajaran yang peneliti maksud adalah RPP dan Buku
Siswa.
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru menghubungkan antara materi pembelajaran yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Perangkat pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning
merupakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan prinsip
CTL dan memuat komponen-komponen CTL dalam pengembangannya.
Adapun perangkat pembelajaran berbasis CTL yang peneliti maksud
9
adalah RPP yang memuat komponen-komponen CTL dan buku siswa
yang memiliki komponen-komponen CTL. Dimana buku siswa ini adalah
buku yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan,
yang mana buku siswa yang penulis maksud adalah pengembangan
materi ajar yang akan dipelajari, yang mana tidak sama dengan
pembuatan buku teks yang ada dipasaran.
5. Pembelajaran matematika adalah proses pembentukan dan perubahan
tingkah laku yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam
berpikir dan bernalar untuk memecahkan suatu permasalahan
matematika.
D. Tujuan Pengembangan
Secara umum penelitian pengembangan ini bertujuan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis CTL yang dapat
menumbuhkan sikap positf siswa terhadap pembelajaran matematika dan
membuat siswa menjadi tahu akan hubungan pembelajaran matematika dalam
kehidupan nyata mereka. Adapun tujuan khusus dari penelitian
pengembangan ini adalah:
1. Untuk menentukan validitas dari perangkat pembelajaran berbasis CTL
pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 Kamang Magek.
2. Untuk mengetahui praktikalitas dari perangkat pembelajaran berbasis
CTL pada materi prisma dan limas di kelas VIII SMPN 2 Kamang
Magek.
10
E. Pentingnya Pengembangan
Pentingnya pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan perangkat pembelajaran ini dapat memecahkan masalah
keterbatasan pengetahuan siswa tentang keterkaitan pembelajaran
matematika dalam kehidupan sehari-hari siswa
2. Perangkat pembelajaran berbasis CTL yang dikembangkan dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru matematika untuk
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan membuat siswa
menjadi tertarik dan termotivasi untuk mempelajari pembelajaran
matematika
F. Asumsi dan Fokus Pengembangan
1. Asumsi
Beberapa asumsi yang melandasi pengembangan perangkat
pembelajaran berbasis CTL, yaitu:
1) Pembelajaran matematika materi prisma dan limas menjadi lebih
baik dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis CTL
2) Siswa lebih termotivasi dalam belajar matematika, jika siswa
mengetahui kaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
siswa.
11
2. Fokus Pengembangan
1) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Buku Siswa
2) Materi pelajaran yang dikembangkan pada perangkat pembelajaran
adalah materi prisma dan limas
G. Spesifikasi Produk
Perangkat pembelajaran matematika berbasis Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada materi prisma dan limas untuk siswa kelas VIII
SMP memiliki spesifikasi yaitu:
1. RPP berbasis Contextual Teaching and Learning
RPP berbasis Contextual Teaching and Learning memiliki ciri-
ciri:
a. Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran, kelas /
semester, tahun pelajaran dan alokasi waktu.
b. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di ambil dari
kurikulum matematika SMP.
c. Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang telah
ditentukan pada kurikulum matematika SMP materi prisma dan
limas. Kemudian peneliti menguraikannya menjadi 8 indikator
pembelajaran.
12
d. Tujuan pembelajaran yang dirancang menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa sesuai kompetensi yang
ada.
e. Materi pokok berisi uraian materi yang akan dipelajari pada
pertemuan tersebut
f. Strategi pembelajaran berisi pendekatan dan metode yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran. Adapun pendekatan yang
digunakan pada RPP ini adalah pendekatan CTL dengan metode
diskusi dan penemuan.
g. Kegiatan pembelajaran di awali dengan masalah-masalah yang
kontekstual yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
h. Bagian inti dari kegiatan pembelajaran menuntun siswa untuk
menkonstruksi sendiri pengetahuan yang di milikinya
i. Selanjutnya siswa berkelompok dan bekerjasama dalam pemahaman
materi
j. Kegiatan pembelajaran di akhiri dengan siswa menyimpulkan sendiri
materi pembelajaran yang baru selesai di pelajari.
k. Alat / Sumber Belajar berisi nama-nama alat dan nama buku yang
digunakan dalam menunjang proses pembelajaran
l. Penilaian pada RPP yang dirancang berisi jenis tagihan, bentuk
tagihan dan ada beberapa pertemuan yang dilengkapi dengan soal
dan penskoran.
13
2. Buku siswa berbasis Contextual Teaching and Learning
Buku siswa berbasis Contextual Teaching and Learning memiliki
ciri-ciri:
a. Setiap sub bab dirancang untuk satu kali pertemuan. Setiap sub bab
pada buku siswa diawali dengan gambar-gambar kontekstual yang
sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Setiap gambar pada buku siswa diletakkan dalam kolom yang
memiliki garis pinggir dengan warna yang berbeda dan dilengkapi
dengan pemberitahuan gambar yang ke berapa di dalam kolom
dengan warna yang disesuaikan dengan warna garis kolom. Agar
gambar-gambar yang terdapat pada buku siswa terlihat lebih menarik
bagi siswa.
c. Buku siswa dituliskan dengan huruf Comic Sans MS dengan ukuran
14 agar jelas dan menarik bagi siswa SMP kelas VIII
d. Materi ditulis secara tidak lengkap pada buku siswa, dengan diberi
bagian kosong (diberi titik-titik) untuk dilengkapi siswa dengan
tujuan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan
menuntun siswa untuk menemukan sendiri konsep materi yang
dipelajari.
e. Materi disajikan dalam bentuk pertanyaan dan ilustrasi-ilustrasi yang
menuntun siwa untuk menkonstruksi sendiri materi pelajaran yang
dipelajari. Hasil konstruksi tersebut ditulis pada kolom kesimpulan
yang terdapat pada buku siswa berbasis CTL, dimana kolom tersebut
14
berbentuk surat kerajaan dengan garis yang bewarna agar terlihat
indah dan menarik bagi siswa SMP kelas VIII.
f. Untuk pengertian prisma, pengertian limas, rumus luas permukaan
prisma dan limas, serta rumus volume prisma dan limas ditulis dalam
kolom yang berbentuk awan yang diberi warna agar terlihat indah
dan menarik bagi siswa SMP kelas VIII.
g. Sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya, maka siswa diberi tugas kelompok yang
sudah ada pada buku siwa berbasis CTL, pada setiap bagian atas dari
tugas kelompok pada buku siswa diberi gambar siswa yang sedang
bekerja bersama kelompoknya yang di ikuti dengan materi
pembelajaran.
h. Untuk tugas mandiri yang terdapat pada buku siswa memiliki bentuk
bagian atas yang berbeda dari tugas kelompok. Dimana gambarnya
berbentuk siswa yang sedang belajar dan memanfaatkan banyak
buku untuk menyelesaikannya, serta gambarnya memiliki warna
yang menarik bagi siswa.
i. Soal-soal yang terdapat pada tugas kelompok dan tugas mandiri
siswa dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik yang sering
ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Serta dengan ilustrasi
yang sesuai dengan gambar yang ada.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Secara umum belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Belajar juga dapat
dikatakan sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengalami,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya1.
Sedangkan menurut Good dan Brophy, belajar merupakan suatu
proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh
sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman itu sendiri. Selain itu, Galloway menyatakan belajar sebagai
suatu perubahan perilaku seseorang yang relatif cenderung tetap sebagai
akibat adanya penguatan2.
Maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh hal baru yang didapat dari
pengalaman, yang berpengaruh pada perubahan perilaku seseorang yang
bersifat relatif menetap, sebagai akibat adanya proses interaksi belajar
1 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 20
2 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukuran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 15
16
terhadap suatu objek, atau melalui suatu penguatan dalam bentuk
pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.
Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis,
berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman siswa.
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki siswa, maka akan semakin
kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka3. Adapun menurut
sisdiknas, pembelajaran adalah pross interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar4. Dalam
konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan
siswa. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak
diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan
tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar5.
Jadi pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan,
keterampilan atau sikap seorang individu berinteraksi dengan informasi
dan lingkungan. Dalam pembelajaran siswa dipandang sebagai titik
sentral atau menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Guru
harus dapat mengusahakan sistem pembelajaran sedemikian rupa seperti
pemilihan pendekatan yang tepat, metode yang sesuai, media yang
menarik dan lain sebagainya sehingga dalam pembelajaran siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal dengan hasil yang maksimal .
3 Wina San jaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008), h.195 4 Sisdknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, (Bandung: Fokusmedia,2006), h. 4 5 Wina Sanjaya, Ibid, h.78-79
17
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar. Sedangkan James dalam kamus matematikanya
menyatakan bahwa, matematika adalah suatu ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya, dengan jumlah yang banyak
yang terbagi dalam ketiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Matematika juga dikenal dengan ilmu tentang struktur yang bersifat
deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, dan ketat6.
Adapun tujuan dari pembelajaran matematika adalah
pembentukan sikap, yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Dari tujuan
pembelajaran matematika tersebut, dapat dinyatakan kalau pembelajaran
matematika merupakan proses pembentukan dan perubahan tingkah laku
yang dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir dan
bernalar untuk memecahkan suatu permasalahan matematika.
2. Perangkat Pembelajaran
Dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
perangkat pembelajaran menjadi bagian yang penting di dalam proses
pembelajaran. Dimana, perangkat pembelajaran merupakan salah satu
wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan proses
pembelajaran. Selain itu, perangkat pembelajaran juga dapat
memberikan bantuan kepada guru dalam pelaksanaan proses
6 Erman Suherman , Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h.16
18
pembelajaran serta dapat memberikan kontribusi dalam pemberian
motivasi kepada peserta didik. Dengan demikian, perangkat
pembelajaran adalah suatu unit alat atau paket pembelajaran yang
berkenaan dengan satu pokok bahasan dari suatu mata pelajaran yang di
dalamnya memuat panduan dalam mengajarkan suatu materi pelajaran.
Perangkat pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam proses
pembelajaran terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
buku siswa. Dimana, buku siswa memuat tentang uraian materi dan
latihan-latihan.
a. Silabus
Silabus merupakan rancangan program pembelajaran pada
suatu kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa,
pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa, serta bagaimana cara
mempelajarinya dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian
kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Silabus dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, pada setiap kali melaksanakan
pembelajaran. Sebagai rancangan program pembelajaran silabus
memuat berbagai macam hal yang berkaitan dengan pengembangan
kurikulum, yaitu menjawab persoalan tentang:
19
1) Tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa melalui proses
pembelajaran?
2) Materi apa yang harus dipelajari siswa sehubungan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dicapai?
3) Bagaiman cara yang dapat dilakukan agar standar
kompetensi dan kompetensi dasar itu dapat tercapai?
4) Bagaimana menentukan keberhasilan siswa dalam
pencapaian kompetensi?7
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan
rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan
pengambangan sistem penilaian. Di dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), pengembangan silabus diserahkan
sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing. Dalam mengembangkan silabus ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan
7 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , (Jakarta: Pernada Media Group, 2009), h. 167
20
2) Relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam sialbus sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik
3) Sistematis, yaitu komponenkomponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi
4) Konsisten, yaitu adanya hubungan yang konsisten antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
5) Memadai, yaitu cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
6) Aktual dan kontekstual, yaitu cakupan indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa
yang terjad
7) Fleksibel, yaitu keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, dan
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat
21
8) Menyeluruh, yaitu komponen silabus mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotor)8
Pengembangan silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1) Mengisi kolom identitas
2) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi mata
pelajaran dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a) Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada
dalam stadar isi, melainkan berdasarkan hirarki
konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan.
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan
kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan
kompetensi dasar antar mata pelajaran
3) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
Hal yang diperhatikan dalam mengkaji dan menentukan
kompetensi dasar mata pelajaran sama dengan hal yang
diperhatikan dalam mengkaji dan menganalisis standar
kompetensi mata pelajaran
8 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 245-246
22
4) Mengidentifikasi materi standar
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
mengidentifikasi materi standar, yaitu:
a) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik
b) Kebermanfaatan bagi peserta didik
c) Struktur keilmuan
d) Kedalaman dan keluasan materi
e) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan
f) Alokasi waktu
5) Mengembangkan pengalaman (standar proses)
6) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan indikator yaitu:
a) Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi
dasar yang menunjang tanda-tanda, perbuatan dan
respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta
didik
b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan,potensi daerah dan peserta didik
c) Indikator dirumuskan dalam kata kerja yang
operasional yang dapat di ukur dan diobservasi ,
23
sehingga dapat digunakan sebagai dasar menyusun
alat penilaian.
7) Menentukan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator.
8) Alokasi waktu
9) Menentukan sumber belajar9
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran atau
persiapan yang dilakukan guru sebelum mengajar.
Rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan
bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan
pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan
efisien. Agar RPP yang kita buat dapat berfungsi sesuai yang
diharapkan, maka ada unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
9E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendididikan, (Bandung: PT Remaja Doskarya,
2009), h. 203
24
1) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang
harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri
pembelajaran, pengalaman belajar yang telah
dikembangkan di dalam silabus
2) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan
materi yang memberikan kecakapan hidup (life skills)
sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari
3) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang
mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung
4) Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan
berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang
dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus10
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus
memperhatikan karakteristik peserta didik terhadap materi standar
yang dijadikan bahan kajian. Oleh karenan itu, ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP, yaitu:
1) Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran harus jelas
2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan
fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan
10
Kunandar, Op.Cit, h. 264
25
pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta
didik
3) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan
4) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan
harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya
5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan
program di sekolah, agar tidak menganggu jam-jam
pelajaran yang lain11
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran memiliki
langkah-langkah dalam penyusunan sebagai berikut:
1) Identitas mata pelajaran berisi nama mata pelajaran,
kelas, semester, dan alokasi waktu.
2) Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar di tulis sesuai
dengan standar isi yang ada.
3) Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa
pertimbangan yaitu:
d) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator
11
E.Mulyasa, Op.Cit, h. 219
26
e) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang
dapat di ukur
f) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau
setara dengan kata kerja dalam KD maupun SK.
g) Prinsip pengembangan indikator adalah urgensi,
kontinuitas, relevansi dan kontekstual.
h) Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan
tanda-tanda dan perilaku untuk pencapaian
kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berfikir, dan bertindak secara konsisten
4) Tujuan pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran di
jelaskan akan apa tujuan dari pembelajaran. Tujuan
pembelajaran diambil dari indikator.
5) Materi pelajaran. Dalam menetapkan dan
mengembangkan materi perlu diperhatikan hasil dari
pengembangan slabus, pengalaman belajar.
6) Strategi dan skenario pembelajaran memuat rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara beruntun
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7) Sarana dan sumber pembelajaran. Saran ini lebih
ditekankan pada media atau alat peraga.
8) Penilaian dan tindakan lanjut12
12
Kunandar, Op.Cit, h. 265-271
27
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
pengembangn rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari
beberapa langkah, yaitu:
1) Mengisi kolom identitas mata pelajaran
2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
pertemuan yang telah ditetapkan
3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
silabus yang telah disusun
4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar
kompetensi dan kopetensi dasar, serta indikator yang
telah ditentukan
5) Mengidentifikasi materi standar atau uraian dari materi
pokok / pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
6) Menentukan metode pembelajaran yanga akan digunakan
7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri
dari kegiatan awal, inti, dan akhir
8) Menentukan sumber belajar yang digunakan
28
9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh
soal, dan teknik penskoran13
c. Buku siswa
Buku merupakan rangkaian dari perangkat pembelajaran
yang mampu memberi manfaat kepada guru maupun siswa. Buku
adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan dan buah
fikiran dari pengarangnya. Buku yang baik adalah buku yang di tulis
dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah di mengerti,
disajikan secara menarik, dilengkapi dengan gambar-gambar dan
keterangan keterangan.
Pusat perbukuan nasional menentukan standar penilaian buku
pelajaran matematika berlandasan pada pendekatan komunikatif
yang dijabarkan kedalam empat aspek penilaian yaitu aspek materi,
aspek penyajian, aspek bahasa dan keterbacaan serta aspek grafik
atau fisik buku
Untuk pengembangan buku siswa berbasis kontekstual, aspek
yang digunakan sebagai indikator penilaian buku siswa adalah aspek
materi, aspek penyajian, serta aspek bahasa dan keterbacaan.
Adapun indikator-indikator penilaian pada setiap aspek adalah
13
E.Mulyasa, Op.Cit, h. 223
29
1) Aspek materi
a) Materi memuat penjelasan, contoh dan soal-soal untuk
menunjang konsep
b) Materi memunculkan aspek keterkaitan
c) Konsep-konsep dipertegas dengan gambar, tabel, grafik,
skema dan cerita atau ilustrasi
d) Materi memunculkan masalah kontekstual
2) Aspek penyajian
a) Memuat indikator pembelajaran dan urutan penyajian materi
b) Menyajikan materi dan kemampuan prasyarat yang telah
dimiliki siswa
c) Penyajian memunculkan proses pembentukan pengetahuan
matematika
d) Penyajian materi melibatkan siswa secara aktif menemukan
konsep matematika
e) Memotivasi siswa untuk bertanya dan membentuk
masyarakat belajar
f) Penyajian materi dapat membahasakan gagasan yang ingin
disampaikan
g) Penyajian memungkinkan untuk mengetahui perkembangan
belajar siswa melalui penilaian sebenarnya
h) Penyajian gambar jelas dan menarik
i) Gambar yang disajikan adalah gambar yang dikenal siswa
30
3) Aspek bahasa dan keterbacaan
a) Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
indonesia
b) Kalimat-kalimat melibatkan kemampuan berfikir logis
c) Struktur kalimat sesuai dengan intelektual siswa
d) Kalimat yang digunakan komunikatif
e) Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa
3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang di
negara-negara maju dengan berbagai nama. Di negara Belanda disebut
dengan istilah Realistic Mathematics Education (RME) yang
menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik. Di Amerika disebut dengan istilah
Contextual Teaching and learning (CTL) yang intinya membantu guru
untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan
memotivasi peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang
dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari mereka14
.
Adapun beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
Contextual Teaching and learning yaitu:
14
Kunandar, Op.Cit, h. 295
31
1) Johnson (2002) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah
suatu peroses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
2) The Washington State Consortium for Contextual Teaching
and learning (2001) mengartikan pembelajaran kontektual
adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan diluar sekolah
untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia
nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa
menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan
mengacu pada masalah riil
3) Center on Education and Work at the University of
Wisconsin Madison (2002) mengartikan pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang
membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-
hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan siswa15
.
15
Kunandar, Ibid, h. 295-296
32
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru menghubungkan dan mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Adapun karakteristik pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL,
yaitu:
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge)
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajara dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge)
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
diyakini
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebutdalam
kehidupan nyata siswa.
33
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan16
Pembelajaran kontekstual memilki 7 komponen utama yang
mendasar, yaitu:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan
berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan
yang dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahan
kepada siswa. Atas dasar itu pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 256
34
belajar dan mengajar. Jadi siswalah yang menjadi pusat
kegiatan, bukan guru.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh
lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru
adalah memfasilitasi proses tersebut, yaitu:
a) Dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa.
b) Memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar17
.
2) Bertanya (Questioning)
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual. Dalam
proses pembelajaran CTL, guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, akan tetapi memancing siswa agar dapat
menemukan sendiri. Oleh karena itu peran bertanya sangat
penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat
17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 88
35
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap
materi yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk:
a) menggali informasi, baik administrasi maupun
akademis
b) mengecek pemahaman siswa
c) membangkitkan respon pada siswa
d) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa
e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru
g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari siswa
h) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa18
kegiatan bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan
siswa, dan antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya dapat
ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagianya.
3) Menemukan (Inqury)
18
Syaiful Sagala, Ibid, h. 88-89
36
Menemukan (Inqury) merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hanya sekedar dari hasil mengingat
seperangkat fakta-faka saja, tetapi diperoleh dari hasil penemuan
mereka sendiri.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:
a) Merumuskan masalah
b) Mengumpulkan data melalui observasi dan
pengamatan
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan lain sebagainya
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens
yang lain
e) Mengevaluasi hasil temuan bersama19
Penerapan langkah-langkah ini dalam proses
pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan
masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Oleh karena itu,
dalam proses perencanaan guru bukanlah mempersiapkan
19
Kunandar, Op.Cit, h. 309
37
sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahami.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam
CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui
kerjasama20
. kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan
yang terjadi secara alamiah.
Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan
orang lain, antara teman, antara kelompok dimana kelompok ini
anggotanya bersifat heterogen sehingga, yang sudah tahu dapat
memberi tahu teman yang belum tahu, yang cepat menangkap
mendorong temannya yang lambat dan lain sebagainya.
5) Pemodelan (Modeling)
Modeling merupakan asa yang sangat penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat
terhindar dari pembelajaran yang teoritis atau abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme. Adapun yang dimaksud
dengan asa modeling adalah proses pembelajaran dengan
20
Wina Sanjaya, Op.Cit, h. 267
38
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa21
. Proses modeling tidak terbatas pada guru saja,
akan tetapi guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap
memiliki kemampuan.
6) Refleksi (Refelction)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang, tentang apa-apa yang sudah
dipelajari dimasa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap
kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar akan dimasukkan dalam
struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian
dari pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL,
setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat
kembali apa yang telah dipelajari. Guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk menafsirkan pengalamannya sendiri,
sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman
belajarnya.
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
21
Wina Sanjaya, Ibid, h. 267-268
39
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa22
.
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh
guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assesment) adalah kegiatan menilai siswa yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrumen pengetahuan.
4. Materi Prisma dan Limas
a. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
berhadapan yang sama dan sebangun atau (kongruen) dan sejajar,
serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk
yang sejajar. Adapun bidang-bidang diagonal pada suatu prisma
adalah berbentuk persegi panjang23
.
b. Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah
segitiga ataupun segibanyak sebagai alas dan beberapa buah bidang
berbentuk segitiga sebagai bidang tegak yang bertemu pada satu titik
22
Kunandar, Op.Cit, h. 315 23
Cholik Adinawan, Matematika SMP Jilid 2B Kelas VIII Berdasarkan Standar Isi
2006, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 119 & 121
40
puncak. Adapun bidang-bidang diagonal pada suatu limas adalah
berbentuk segitiga24
.
24
Cholik Adinawan, Ibid, h. 120 &122
41
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini tergolong pada penelitian pengembangan (development
research). Dalam hal ini penelitian pengembangan digunakan untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning Materi Prisma dan Limas pada SMPN 2 Kamang Magek. Adapaun
perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari panduan guru berupa
RPP dan buku siswa yang terdiri dari materi pelajaran dan latihan.
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut25
. Selain itu, penelitian pengembangan
juga merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan26
.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 407 26
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 164
42
C. Rancangan dan Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1. Analisis muka-belakang (front-end analysis)
2. Tahap prototipe (prototype)
Rancangan penelitian di atas digambarkan dalam prosedur yang dapat
dilihat pada bagan berikut:
43
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Hasil Studi Pendahuluan
Proses pembelajaran masih
berlangsung satu arah
Buku paket belum
bervariasi dan belum dapat
membantu siswa dalam
memahami pelajaran
matematika
Belum ada perangkat
pembelajaran berbasis
CTL di SMPN 1 Junjung
Sirih
Analisis Kebutuhan
Wawancara dengan
guru
Analisis perangkat
pembelajaran
Analisis literatur
tentang CTL
Merancang prototipe perangkat
pembelajaran berbasis CTL
Validasi Experts
pendidikan matematika
Revisi Valid
Implementasi terbatas di SMPN 1 Junjung
Sirih
Praktikal Revisi
Perangkat pembelajaran berbasis CTL
yang valid, dan praktis
44
Berikut uraian prosedur di atas:
1. Tahap Analisis Muka-Belakang
Tahap analisis muka-belakang dilakukan untuk mendapatkan
gambaran kondisi di lapangan. Tahap ini bisa disebut sebagai tahap
analisis kebutuhan (need assesment). Pada tahap ini dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan guru
Wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMPN 2
Kamang Magek bertujuan untuk mengetahui masalah dan
hambatan apa saja yang dihadapi di lapangan yang berkaitan
dengan pembelajaran matematika.
b. Menganalisis perangkat pembelajaran matematika
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat
yang biasa digunakan oleh guru telah menurut KTSP atau
tidak. Selain itu juga melihat kegiatan pembelajaran yang
telah direncanakan, apakah bersifat teacher centered atau
student centered.
c. Analisis literatur tentang CTL
Proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran berbasis CTL yang dirancang hendaknya
membuat siswa dapat memahami pelajaran matematika
dengan mudah dan bisa mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata mereka.
45
2. Tahap Prototipe
Hasil dari analisis muka-belakang digunakan untuk merancang
prototipe perangkat pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning pada pembelajaran matematika materi prisma dan limas.
Perangkat pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning
terdiri atas 2 macam, yaitu: (1) buku panduan guru berupa RPP dan (2)
buku siswa yang terdiri dari materi pelajaran dan latihan.
Setelah prototipe selesai dirancang kemudian dilakukan tahap
validasi dan tahap praktikalitas. Berikut uraian masing-masing tahap:
a. Tahap validasi
Ada 2 macam validasi yag digunakan pada perangkat
pembelajaran, yaitu:
1) Validasi isi yaitu apakah perangkat pembelajaran
berbasis CTL yang telah dirancang sesuai dengan KTSP.
2) Validasi konstruk yaitu kesesuaian komponen-komponen
perangkat pembelajaran dengan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.
Perangkat pembelajaran yang sudah dirancang
dikonsultasikan dan didiskusikan dengan pakar pendidikan
matematika. Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk
mengisi lembar validasi perangkat pembelajaran dan diskusi
sampai diperoleh perangkat pembelajaran berbasis
Contextual Teaching and Learning yang valid dan layak
46
untuk digunakan. Aspek-aspek yang divalidasi dapat dilihat
dari Tabel 1.
Tabel 1. Validasi Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL
No Aspek
Metode
Pengumpulan Data
Instrumen
1 Materi Diskusi dengan
pakar pendidikan
matematika
Lembar
validasi 2 Penyajian
3 Bahasa dan
Keterbacaan
b. Tahap praktikalitas
Pada tahap ini dilakukan ujicoba terbatas di satu kelas
yaitu kelas VIII SMPN 2 Kamang Magek. Uji coba dilakukan
untuk melihat praktikalitas atau keterpakaian perangkat
pembelajaran yang telah dirancang. Adapun komponen yang
diteliti dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL
No Aspek
Metode
Pengumpulan Data
Instrumen
1 Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
Observasi Lembar
observasi
47
perangkat
pembelajaran
berbasis CTL
2 Kemudahan
dalam
penggunaan
perangkat
pembelajaran
berbasis CTL
Angket respon Angket
praktikalis
asi
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis27
. Dalam
penelitian ini observasi bertujuan untuk mengetahui praktikalitas
penggunaan perangkat pembelajaran berbasis CTL. Alat pengumpul data
yang digunakan untuk mengobservasi adalah lembar observasi.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
27
Sugiyono, Op.Cit, h. 203
48
responden untuk dijawab28
. Dalam penelitian ini angket yang akan
diberikan ada 2 yaitu: 1) angket tanggapan guru yang bertujuan untuk
mengetahui kepraktisan RPP berbasis CTL, 2) angket tangaapan siswa
yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kepraktisan
perangkat pembelajaran berupa buku siswa berbasis CTL
D. Pengembangan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
validasi, lembar observasi, dan angket.
1. Lembar validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah perangkat
pembelajaran yang telah dirancang valid atau tidak. Lembar validasi pada
penelitian ini terdiri atas 2 macam yaitu:
a. Lembar validasi perangkat pembelajaran
Lembar validasi perangkat pembelajaran berisi aspek-
aspek yang telah dirumuskan pada Tabel 1. Skala penilaian
untuk lembar validasi perangkat pembelajaran menggunakan
skala likert yaitu: untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial29
.
b. Lembar validasi angket respon
Lembar validasi angket respon bertujuan untuk
mengetahui apakah angket yang telah dirancang valid atau
28
Sugiyono, Ibid, h. 199 29
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda,
(Bandung: Alfabeta, 2005), h. 87
49
tidak. Aspek penilaian meliputi format angket, bahasa yang
digunakan dan butir pernyataan angket. Skala penilaian untuk
angket respon adalah skala Likert
2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat praktikalitas
perangkat pembelajaran berbasis CTL dalam pembelajaran. Lembar
observasi berisi pernyataan tentang keterlaksanaan pembelajaran
dengan perangkat pembelajaran berbasis CTL. Observer memberikan
pengamatan dari hasil pengamatan yang dilakukan ketika pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis CTL.
3. Angket
Angket disusun untuk meminta tanggapan guru terhadap RPP
berbasis CTL dan tanggapan siswa tentang kepraktisan perangkat
pembelajaran berupa buku siswa berbasis CTL.
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian ini adalah :
a. Merancang tujuan dari masing-masing instrumen penelitian
b. Membuat kisi-kisi dari lembar validasi dan angket
Tabel 3. Kisi-kisi lembar validasi RPP berbasis CTL
No Aspek Indikator
1. Format RPP Memenuhi tahap-tahap pembelajaran
Memenuhi bentuk baku Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
2. Isi RPP Kesesuaian dengan standar kompetensi
50
Kebenaran isi materi
Indikator mengacu kepada kompetensi dasar
Kesesuaian urutan materi
Kesesuaian alokasi waktu
Indikator mudah diukur
Indikator mengandung kata-kata operasional
Kegiatan guru dan siswa dirumuskan dengan
jelas
3 Bahasa yang
digunakan
Kebenaran tata bahasa
Kesederhanaan struktur kalimat
Tabel 4. Kisi-kisi angket tanggapan guru terhadap RPP berbasis CTL
No Indikator Nomor Butir Pernyataan
1. Isi 1,2,3 dan 4
Tabel 5. Kisi-kisi lembar validasi buku siswa berbasis CTL
No Aspek Indikator
1. Materi Materi memuat penjelasan, contoh dan soal-
soal untuk menunjang konsep
Materi memunculkan aspek keterkaitan
Konsep-konsep dipertegas dengan gambar dan
cerita atau ilustrasi
51
Materi memunculkan masalah kontekstual
2. Penyajian Memuat indikator pembelajaran dan urutan
penyajian materi
Menyajikan materi dan kemampuan prasyarat
yang telah dimiliki siswa
Penyajian memunculkan proses pembentukan
pengetahuan matematika
Penyajian materi melibatkan siswa secara aktif
menemukan konsep matematika
Memotivasi siswa untuk bertanya dan
membentuk masyarakat belajar
Penyajian materi dapat membahasakan gagasan
yang ingin disampaikan
Penyajian memungkinkan untuk mengetahui
perkembangan belajar siswa melalui penilaian
sebenarnya
Penyajian gambar jelas dan menarik
Gambar yang disajikan adalah gambar yang
dikenal siswa
3. Bahasa dan
Keterbacaan
Kalimat yang dipergunakan sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia
Kalimat-kalimat melibatkan kemampuan
berfikir logis
52
Struktur kalimat sesuai dengan intelektual
siswa
Kalimat yang digunakan komunikatif
Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
Tabel 6. Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap buku siswa berbasis
CTL
No Indikator Nomor Butir Pernyataan
1. Petunjuk 1
2. Isi 2,3,4,5,6,7,8 dan 9
3. Bahasa 10
c. Memvalidasi instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang divalidasi untuk lembar validasi
perangkat pembelajaran berbasis CTL terdiri dari validasi isi dan
validasi konstruk. Validasi isi adalah kesesuaian antara perangkat
pembelajaran berbasis CTL yang telah dirancang dengan
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang telah
ditetapkan, sedangkan validasi konstruk adalah kesesuaian antara
perangkat pembelajaran berbasis CTL yang telah dirancang dengan
unsur-unsur pengembangan yang telah ditetapkan.
53
Instrumen penelitian untuk lembar validasi dan lembar
observasi tidak mempunyai lembar validasi yang akan divalidasi
oleh pakar dibidang pendidikan matematika, tetapi hanya
didiskusikan dengan pembimbing. Untuk instrumen penelitian
berupa angket tanggapan guru terhadap RPP berbasis CTL dan
tanggapan siswa terhadap buku siswa berbasis CTL mempunyai
lembar validasi yang divalidasi oleh pakar di bidang pendidikan
matematika.
Lembar validasi angket tanggapan guru terhadap RPP
berbasis CTL dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan untuk
hasil validasi angket tanggapan guru terhadap RPP berbasis CTL
dapat dilihat pada Lampiran 8. Rekapitulasinya terdapat pada tabel
7 berikut:
Tabel 7. Data hasil validasi angket tanggapan guru terhadap RPP
berbasis CTL
N
o
Aspek yang
divalidasi
Validator
Jml
Skor
Mak
s
kes
1 2 3
1 Format Angket 4 4 3
11 15 73.
33
Valid
2 Bahasa yang
digunakan
8 8 8 24 30 80 Valid
54
3 Butir
pernyataan
angket
8 8 7 23 30 76.
66
Valid
Jumlah
20 20 18 58 75 73.
33
Valid
Berdasarkan Tabel 7 dapat dikatakan bahwa format angket,
bahasa yang digunakan dalam angket dan butir pernyataan angket
respon guru telah valid, dan secara keseluruhan angket respon guru
telah valid. Sesuai dengan saran validator, dilakukan revisi
terhadap angket respon guru. Secara umum perubahan yang
dilakukan adalah:
1) Membuat kisi-kisi angket
2) Memperbaiki bahasa di dalam angket
3) Memperbaiki dan mengganti pertanyaan yang kurang tepat
yang terdapat dalam angket
Adapun lembar validasi angket tanggapan siswa terhadap
buku siswa berbasis CTL dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil
validasi angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Lampiran 9.
Rekapitulasinya terdapat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Data Hasil Validasi Angket Respon Siswa
No
Aspek yang
divalidasi
Validator
Jml Skor
Mak
kes
1 2 3
55
s
1 Format
Angket
4 4 4 12 15 80 Valid
2 Bahasa yang
digunakan
8 8 6 22 30 73,
33
Valid
3 Butir
pernyataan
angket
8 8 6 22 30 73,
33
Valid
Jumlah
20 20 16 56 75 74,
66
Valid
Berdasarkan Tabel 8 dapat dikatakan bahwa secara
keseluruhan angket respon siswa telah valid. Format angket, bahasa
yang digunakan dan butir pernyataan angket respon siswa telah
valid. Sesuai dengan saran validator, dilakukan revisi terhadap
angket respon siswa. Secara umum perubahan yang dilakukan
adalah:
1) Membuat kisi-kisi angket respon siswa
2) Memperbaiki bahasa yang kurang tepat di dalam angket
E. Teknik Analisis Data
1. Lembar Validasi
Data hasil validasi yang terkumpul kemudian ditabulasi. Hasil
tabulasi tiap tagihan dicari persentasenya dengan rumus:
56
∑
Berdasarkan hasil presentase, setiap tagihan dikategorikan pada:
Tabel 9. Kategori validasi perangkat pembelajaran berbasis CTL30
(%) Kategori
0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
41-60 Cukup valid
61-80 Valid
81-100 Sangat valid
2. Lembar Observasi
Data yang diperoleh dari observer dianalisis secara deskriptif.
Dimana analisa dilakukan untuk menggambarkan data hasil observer
mengenai praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis CTL.
3. Angket
Data hasil tanggapan siswa melalui angket yang terkumpul,
kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi tiap tagihan dicari persentasenya
dengan rumus
∑
Berdasarkan hasil presentase, setiap tagihan dikategorikan pada:
30
Riduwan, Ibid, h. 89
57
Tabel 10. Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berbasis CTL31
(%) Kategori
0-20 Tidak praktis
21-40 Kurang praktis
41-60 Cukup praktis
61-80 Praktis
81-100 Sangat praktis
31
Riduwan, Ibid, h. 89
58
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cholik Adinawan. 2007. Matematika SMP Jilid 2B Kelas VIII Berdasarkan
Standar Isi 2006. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2010. Pengembangan Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajara. BSNP
Erman Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
E.Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan. Bandung : PT Remaja
Doskarya
Hamzah B. Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta : Bumi Aksara
Isra Nurmai Yenti. 2008. Pengembangan Buku Kerja Berbasis Konstruktivis pada
Perkuliahan Kalkulus I di STAIN Batusangkar, Tesis tidak diterbitkan. Padang :
Pascasarjana UNP
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajagrafindo
Persada
Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Muda. Bandung : Alfabeta
59
Salmiah. 2008. Analisis Buku Teks Matematika SD Kelas IV Semester I di Kota
Padang. Tesis tidak diterbitkan, Padang: Paskasarjana UNP
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta
Wina Sanjaya. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Pernada
Media Group
Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Kencana
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sisdknas. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS. Bandung: Fokusmedia
60