Proposal Diagnosis Komunitas

37
PROPOSAL PENELITIAN KESEHATAN LINGKUNGAN “Diagnosis Komunitas Dukuh Persen RT 02/ RW 06 Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah” Disusun Guna Memenuhi Tugas Epidemiologi Lingkungan Dosen Pengampu: Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes Disusun Oleh : Faruqol Murtadla 6411412039 Anis Ratna Sari 6411412064 Lia Ristiyanti 6411412184 Ganies Pradhitya S 6411412231 Sulistiyono 6411411030

description

tugas epidemiologi lingkungan

Transcript of Proposal Diagnosis Komunitas

PROPOSAL PENELITIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Diagnosis Komunitas Dukuh Persen RT 02/ RW 06 Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Epidemiologi LingkunganDosen Pengampu: Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh :

Faruqol Murtadla6411412039Anis Ratna Sari6411412064Lia Ristiyanti6411412184Ganies Pradhitya S6411412231Sulistiyono6411411030

ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangISPA adalah infeksi pernapasan saluran akut. ISPA adalah penyakit terbanyak yang dilaporkan kepada pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007).Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang rawan infeksi, salah satunya adalah Penyakit Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebagai penyebab utama kematian bayi dan anak balita. ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita (Depkes RI, 2007). Beberapa penyakit yang termasuk dalam klasifikasi ISPA dibagi menjadi dua yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas dan infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Di Indonesia rata-rata setiap bayi dan anak akan mengalami sakit ISPA sebesar 3-6 kali per tahun. Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Sedangkan period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah sebesar 25,0%. Angka ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2007 (25,5%). Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4% ( Depkes, 2012).Prevalensi ISPA Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah sebesar 26,6% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011, penyakit ISPA menduduki peringkat pertama di tingkat puskesmas yaitu sebesar 3.139 kasus ISPA pneumonia pada balita. Bahkan berdasarkan profil kesehatan kota Semarang tahun 2013 penyakit ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak dengan 85125 kasus.Salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan terjadinya ISPA yaitu faktor kondisi fisik rumah yang meliputi pencahayaan alami ruangan, luas ventilasi, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, atap rumah, kepadatan hunian, dan kelembaban ruangan rumah. Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan digunakan untuk tempat berlindung dari gangguan iklim dan gangguan makhluk lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, dan teratur sangat diperlukan untuk fungsi rumah dapat dipenuhi dengan baik. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Masalah kesehatan lingkungan perumahan menyangkut kenyamanan penghuninya. Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup, ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang memenuhi syarat, terhindar dari penularan penyakit, terlindung dari kemungkinan pengotoran makanan dan tidak menjadi tempat bersarangnya vector penyakit. Hal tersebut wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Dirjen PPM & PPL, 2002).Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit. Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan akut.Dukuh Persen termasuk wilayah administrasi RW. 06 dengan 2 RT yang terletak di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Dukuh Persen terdiri atas 150 kepala keluarga, dengan kelompok umur yang terbagi atas anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh pabrik, tenaga kebersihan, petani, dan buruh bangunan.Kondisi fisik RT.02 RW.06 Dukuh Persen sangat asri dan alami, namun akses jalan menuju daerah tersebut masih rawan untuk dilalui. Kontur jalan yang bergelombang serta tepi jalan yang berbatasan dengan jurang mengakibatkan tanah sering terjadi longsor. Kondisi fisik rumah penduduk dukuh persen juga kurang memenuhi persyaratan rumah sehat sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang peraturan rumah sehat. Jarak antara rumah warga yang masih berhimpitan dan sistem pengelolaan sampah yang dibakar serta dibuang disungai merupakan beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit ISPA. Lingkungan Dukuh Persen yang masih penuh pepohonan dan tidak adanya tempat pengelolaan sampah yang baik mendukung terjadinya resiko penyakit tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian Diagnosis komunitas terhadap masyarakat di dukuh persen RT 02/ RW 06 mengenai survei rumah sehat terhadap kejadian penyakit ISPA.

1.2 PermasalahanBerdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:Apakah Ada Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada Balita melalui penelitian Diagnosis Komunitas di RT 02/ RW 06 Dukuh Persen ?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui hubungan luas ventilasi ruangan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.2. Untuk mengetahui hubungan pencahayaan alami ruangan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.3. Untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.4. Untuk mengetahui hubungan jenis dinding rumah rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 5. Untuk mengetahui hubungan jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.6. Untuk mengetahui hubungan kelembaban ruangan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.7. Untuk mengetahui hubungan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi MasyarakatMemberikan informasi tentang hubungan pencahayaan alami ruangan, luas ventilasi, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, atap rumah, kepadatan hunian, kelembaban ruangan rumah, dan kebiasaan membakar smapah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.4.2 Bagi PenelitiUntuk menambah pengetahuan tentang hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Persen RT.02 RW.06 Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ISPAISPA adalah infeksi pernapasan akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung sampai dengan alveoli atau kantong paru termasuk jaringan adneksanya seperti sinus atau rongga di sekitar hidung atau sinus para nasal, rongga telinga tengah dan pleura. Menurut Kemenkes RI (2010).Sedangkan pengertian ISPA menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2002 (dalam Triska Susila dan Lilis, 2005:46) adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Ada tiga istilah dalam ISPA yaitu infeksi, saluran pernapasan dan infeksi akut. Infeksi adalah terjadinya gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman dan mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang biak. Sedangkan saluran pernapasan adalah orang tubuh yang menunjang kegiatan bernapas meliputi alveoli beserta aneksanya yaitu sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah kejadian atau gangguan kesehatan yang berlangsung 60 kali/menit) dengan atau tanpa tarikan dada bagian bawah ke dalam yang kuat. Selain itu ada beberapa tanda klinis yang dapat dikelompokan sebagai tanda bahaya seperti kurang mampu minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing dan demam.b. Bukan pneumonia, jika batuk pilek tanpa disertai nafas cepat (50 kali/menit untuk umur 2-12 bulan, dan >40kali/menit untuk umur 12 bulan sampai 5 tahun).c. Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.2.5 Cara penularan ISPAISPA dapat terjadi karena transmisi organism melalui AC, droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman manginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan bakteri pathogen masuk kedalam rongga-rongga sinus (WHO, 2008).2.6 Gejala ISPAMenurut Mudehir (2002), faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernafasan :1. BatukTimbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernafasan. Sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi reflex saluran pernafasan terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk pengeluaran udara(dan lender) secara mendadak disertai bunyi khas.

2. DahakDahak terbentuk secara berlebihan dai kelenjar lendir dan sel gablet oleh adanya stimuli, missal yang berasal dari gas, partikulat, allergen dan mikroorganisme infeksius. 3. Sesak NafasSesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernafasan menguncup karena secret yang menghalangi arus udara. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu menit.4. MengiBunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang turut diobservasi dalamm penanganan infeksi akut saluran pernafasan.2.7 Cara Pencegahan ISPAMenurut Departemen Kesehatan RI (2008) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA, antara lain:1. Imunisasi lengkap pada balita di Posyandu2. Menghindarkan diri dari penderita ISPA3. Membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal4. Hindari asap, debu dan bahan lain yang mengganggu pernafasan5. Rumah harus mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup serta memiliki lubang angin dan jendela6. Tidak meludah sembarangan2.8 Faktor risiko ISPA2.8.1 Luas Ventilasi Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Menyuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan.2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.3. Menyuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.4. Menyuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.5. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.Ada dua macam ventilasi, yaitu:a. Ventilasi alamiah yang dapat mengalirkan udara ke dalam ruangan secara alamiah misalnya jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding.b. Ventilasi buatan yang menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara ke dalam rumah, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:150). Luas ventilasi penting untuk suatu rumah karena berfungsi sebagai sarana untuk menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan masuk dalam ruangan. Luas ventilasi yang kurang dapat menyebabkan suplai udara segar yang masuk ke dalam rumah tidak tercukupi dan pengeluaran udara kotor ke luar rumah juga tidak maksimal. Dengan demikian, akan menyebabkan kualitas udara dalam rumah menjadi buruk (Retno Widyaningtyas dkk, 2004:35). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang peraturan rumah sehat menetapkan bahwa luas ventilasi alamiah yang permanen minimal adalah 10% dari luas lantai. Ventilasi yang memenuhi syarat dapat menghasilkan udara yang nyaman dengan temperatur 220C dan kelembaban 50-70% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:4). 2.8.2 Pencahayaan Pencahayaan matahari sangat penting karena dapat membunuh bakteri pathogen dalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahayaluasnya sekurang-kurangnya 15-20% dari luas lantai. Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. (WHO)

2.8.3 Kualitas udaraKualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut.1. Suhu udara nyaman berkisar 180-300 Celcius.2. Kelembaban udara berkisar antara 40%-70%.3. Konsentrasi gas CO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.4. Pertukaran udara=5 kaki kubik per menit per penghuni.5. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3.2.8.4Kepadatan hunian rumahKepadatan hunian dalam rumah menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan hunian ruang tidur minimal luasnya 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.2.8.5Jenis dindingDinding merupakan salah satu komponen penyangga rumah yang sangat menentukan kualitas fisik rumah. Dinding berfungsi sebagai pelindung rumah yang terbuat dari berbagai bahan seperti bamboo, triplek, kayu, dan batu bata. Rumah dengan dinding terbuat dari kayu dan juga bamboo lebih memudahkan udara keluar masuk rumah dan juga memperbesar masuknya debu dari luar rumah masuk ke dalam rumah. Sedangkan dinding yang terbuat dari batu bata tapi tidak dihaluskan juga berpotensi terjadinya butiran debu.2.8.6Jenis lantaiLantai merupakan bagian dari rumah yang menentukan kualitas fisik rumah. Perkembangbiakan bakteri banyak terjadi di lantai. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam kondisi kering dan tidak lembab dan harus kedap air sehingga mudah untuk dibersihkan. Jadi lantai harus diplester atau diberi ubin/keramik supaya kedap air. Rumah yang mempunyai lantai yang terbuat dari tanah cenderug menimbulkan lembab dan pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuni rumah.(Ditjen PPM dan PL, 2002). Rumah sehat memiliki lantai yang terbuat dari marmer, ubin, keramik, sudah diplester semen (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011).2.8.7KelembabanKelebmbaban merupakan presentase kandungan uap air pada atmosfir. Jumlah uap yang terkandung di udara bervariasi tergantung cuaca dan suhu (Gertrudis, 2010). Persyaratan kesehatan untuk kelembaban di rumah adalah berkisar antara 40-60% (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: No. 1077/MENKES/PER/V/2011)

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan rancangan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei rumah sehat dan survei sanitasi di dukuh persen yaitu menghubungkan antara kondisi rumah dengan kejadian ISPA.3.2 Lokasi PenelitianPenelitian dilakukan di dukuh persen RT 02/RW 06. Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Jawa Tengah3.3 VariabelVariabel independent pada penelitian ini adalah kejadian ISPA dan variabel dependent pada penelitian ini adalah kondisi rumah yang meliputi kondisi fisik, kondisi biologi, kondisi sosial dan sanitasi.3.4 Populasi dan SampelPopulasi penelitian adalah setiap rumah penduduk di dukuh persen RT 02/ RW 06 yang memiliki kesempatan sama untuk menjadi sampel dengan unit sampling adalah masyarakat atau penduduk di dukuh persen RT 02/ RW 06 yang memiliki balita dan kriteria kondisi fisik rumah yang ditentukan..3.5 Jumlah sampel dan Teknik SampelJumlah sampel dapat dihitung dengan mempergunakan proporsi populasi atau penduduk yang diduga mempunyai masalah dengan kesehatan. Jumlah sampel yang kita ambil yaitu 19 rumah penduduk di RT 02/ RW 06 dukuh persen.Teknik sampling yang dipakai adalah stratified purposive cluster sampling, yaitu dengan menentukan dukuh persen RW 06 yang menjadi populasi. RW 06 terdiri dari RT 01 dan RT 02, dari kedua RT tersebut kemudian kita memilih 1 RT yang akan menjadi sampling. Sampel kita ambil di RT 02/ RW 06 dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan, diantaranya ada atau tidaknya balita, konstruksi bangunan rumah dan jumlah hunian anggota keluarga.

3.5 Cara Pengumpulan DataData berasal dari data primer di lapangan yang dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada masyarakat dukuh persen dengan teknik door to door dan observasi sanitasi lingkungan.3.6 Pegolahan Data dan Analisis DataPengolahan data menggunakan tabel 2 x 2, subyek penelitian dikelompokkan menjadi sakit (ya) dan tidak sakit (tidak). Tabel Pengolahan Data Hasil PenelitianEfek

YaTidakJumlah

Variabel bebasYaABA+B

TidakCDC+D

Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional, dengan keterangan :Sel A = subyek dengan variabel bebas yang mengalami efekSel B = subyek dengan variabel bebas yang tidak mengalami efekSel C = subyek tanpa variabel bebas yang mengalami efekSel D = subyek tanpa variabel bebas yang tidak mengalami efekResiko Relatif (RR) = A/(A+B) : C/(C + D)a. Diskripsi variabel penelitian.Diskripsi variabel penelitian dilakukan dengan menyajikan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.b. Analisis Univariate.Untuk mengetahui peranan setiap variabel bebas terhadap risiko terjadinya kesakitan (variabel tergantung) dilakukan analisis dua variabel dengan perhitungan Risiko Relatif (RR) menggunakan program komputer perangkat lunak SPSS versi 17c. Analisis MultivariateAnalisis multivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian kesakitan pneumonia (variabel tergantung) dengan menguji sekaligus variabel yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis univariate, melalui analisis regresi logistik. Untuk melakukan analisis regresi logistik ini dipergunakan program komputer perangkat lunak SPSS 17 for windows.

3.7 Jadwal PenelitianJadwal penelitian kesehatan lingkungan mengenai pengaruh kondisi rumah terhadap kejadian ISPA di dukuh persen, Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Jawa Tengah.NOKegiatan PenelitianMingguKeterangan

IIIIIIIVVVIVIIVIII

1.Survei lokasi pendahuluan

2Penentuan lokasi penelitian

3Pengumpulan literatur

4Penyusunan ceklist dan kuesioner

5Pengamatan dan wawancara

6.Analisis data

7.Penyusunan laporan

3.8 Organisasi penelitianTerdiri atas 5 orang personil dengan komposisi sebagai berikut: Ketua Tim: Ganies Pradhitya Suryani Bendahara: Anis Ratna Sari Tenaga lapangan: M. Faruq M Tenaga administrasi: Lia Ristiyanti Tenaga Dokumentasi: Sulistiyono

3.9 BiayaJumlah total biaya yang diperlukan dalam penelitian ini dan perinciannya dapat diliht seperti berikut : Cetak kuesioner 200 lembar 200 X Rp 150,- =Rp 30.000 Cetak lembar Ceklist 200 lembar200 X Rp 150,- =Rp 30.000 Biaya Sewa Kamera2 bulan x Rp 30.000 =Rp 60.000 Biaya ATKRp 50.000 Biaya lain tidak terdugaRp 100.000Total Rp 270.000

BAB IVHASIL

Kejadian penyakit di RT 02/RW 06 Dukuh persen Selama Bulan Februari April 2015 pada BalitaNoJenis PenyakitKategoriJumlahJumlahpersentase

1.ISPABatuk51157 %

Pilek3

Sakit tenggorokan3

2.DBD2210%

3.Thypus115 %

4.Gatal-gatal3315 %

5.Desentri 2210 %

Tabel 1.1 kejadian penyakit selama bulan februari april

Grafik 1.1 kejadian penyakit selama bulan februari april

Keterangan:a. Penduduk RT 02/RW 06 dukuh persen yang berjumlah 60 KK, didapatkan hasil bahwa penduduk yang mengalami gangguan penyakit ISPA berjumlah 11 orang atau sejumlah 57% dari sampel. penyakit ini merupakan jumlah penyakit terbanyak yang ditemukan di RT 02/ RW 06 setelah dilakukan wawancara terhadap 39 responden.b. Penduduk RT 02/ RW 06 dukuh persen yang berjumlah 60 KK, didapatkan hasil bahwa sebanyak 2 orang atau 10% dari sampel mengalami gangguan kesehatan berupa penyakit DBDc. Penduduk RT 02/ RW 06 dukuh persen yang berjumlah 60 KK, didapatkan hasil bahwa sebanyak 1 orang atau 5% dari sampel mengalami gangguan kesehatan berupa penyakit thypusd. Penduduk RT 02/ RW 06 dukuh persen yang berjumlah 60 KK, didapatkan hasil bahwa sebanyak 3 orang atau 15% dari sampel mengalami gangguan kesehatan berupa gatal-gatal.e. Penduduk RT 02/ RW 06 dukuh persen yang berjumlah 60 KK, didapatkan hasil bahwa sebanyak 2 orang atau 10% dari sampel mengalami gangguan kesehatan berupa penyakit Desentri.

BAB VPENUTUP4.1 KesimpulanDari hasil diagnosis komunitas, didapatkan hasil bahwa kejadian penyakit yang sering dialami oleh masyarakat dukuh persen RT 02/ RW 06 yaitu kejadian penyakit ISPA, kejadian tersebut diduga karena adanya faktor risiko dari sanitasi kondisi fisik rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2002. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita dalam Pelita VI. Jakarta: Depkes RI.Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta.Ditjen P2PLP. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RIDepkes RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes RIDepkes RI. 2011. Kualitas Udara dalam Rumah terhadap ISPA pada Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Indonesia tahun 2007. Jakarta: Depkes RIDepkes RI. 2008. Surveilans Penyakit dan Masalah Kesehatan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.Cissy B. Kartassasma. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010.Mudehir, Muridi. 2002. Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Kecamatan Jambi Selatan Tahun 2002 (Tesis). Depok: Program Pasca Sarjana FKM UI.Widyaningtyas, Retno, dkk. 2004. Survei Cepat Gambaran Kondisi Fisik Rumah Kaitannya dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas KEbumen 2 Kabupaten Kebumen. Vol.III/No.02/Oktober 2004, hal 33. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Wattimeta, Calvin. 2004. Faktor Lingkungan Rumah yang Mempengaruhi Hubungan Kadar PM10 dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang Tahun 2004 (Tesis). Depok: program Pasca Sarjana FKM UI.Gertudis T, 2010. Hubungan Antara Kadar Partikulat (PM10) Udara Rumah Tinggal dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Sekitar Pabrik Semen PT Indocement, Citeurep tahun 2010. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok.

Lampiran Dokumentasi

Dokumentasi pengambilan data dan wawancara

Kondisi Lingkungan dan Sumber air bersih Dukuh Persen

Rumah Tampak Depan

Atap Rumah

Kondisi Kamar Tidur

Kondisi Dapur

Lantai Rumah

Jendela RumahKondisi Pintu