Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

13
PROPAGANDA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI Oleh: Muhammad Mukhlis A. Pendahuluan Komunikasi ada dimanan-mana : di rumah, ketika anggota-anggota keluarga berbincang dimeja makan; dikampus, ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil tentamen; dikantor, ketika kepala seksi membagi- bagi tugas; di mesjid, ketika muballigh berkhotbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat memutuskan nasib bangsa; juga ditaman-taman ketika seorang pecinta mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70 % waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita 1 . Berbicara tentang tentang proganda, dalam hal ini yang merupakan salah satu dari tiga perspektif komunikasi internasional yaitu diplomatik, jurnalistik dan propagandistik. 2 Perspektik propagandistik ini, bidang komunikasi internasional lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan. 1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. vii 2 Dedy Djamaluddin Malik dkk (ed), Komunikasi Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993) h. v. 1

Transcript of Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

Page 1: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

PROPAGANDA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASIOleh: Muhammad Mukhlis

A. Pendahuluan

Komunikasi ada dimanan-mana : di rumah, ketika anggota-anggota

keluarga berbincang dimeja makan; dikampus, ketika mahasiswa-mahasiswa

mendiskusikan hasil tentamen; dikantor, ketika kepala seksi membagi-bagi tugas;

di mesjid, ketika muballigh berkhotbah; di DPR, ketika wakil-wakil rakyat

memutuskan nasib bangsa; juga ditaman-taman ketika seorang pecinta

mengungkapkan rindu dendamnya. Komunikasi menyentuh segala aspek

kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70 % waktu bangun

kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup

kita1.

Berbicara tentang tentang proganda, dalam hal ini yang merupakan salah

satu dari tiga perspektif komunikasi internasional yaitu diplomatik, jurnalistik dan

propagandistik.2 Perspektik propagandistik ini, bidang komunikasi internasional

lebih ditujukan untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara

lain dan dipacu demikian kuat agar mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta

tindakan.

Propaganda memiliki peran penting dalam komunikasi internasional. fakta

dilapangan propaganda mengkolaborasikan pesan guna mendapatkan pengaruh

secara persuasif. Umumnya digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang

terorganisir yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan

individu-individu masyarakat yang dipersatukan melalui manipulasi psikologis.

Dalam makalah mungil ini akan mencoba membahas tentang propaganda

sebagai sarana komunikasi. Dalam makalah ini akan mencoba membahas

mengapa propaganda dikatakan sebagai sarana komunikasi.

1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. vii 2 Dedy Djamaluddin Malik dkk (ed), Komunikasi Internasional (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1993) h. v.

1

Page 2: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

B. Pembahasan

Sebelum membahas lebih lanjut tentang propaganda sebagai media

komunikasi ada baiknya secara sekilas kita mencoba memahami apa yang

dimaksud dengan propaganda itu sendiri. Propaganda berasal dari bahasa Latin

propagare artinya tukang kebun menyemai tunas suatu tanaman ke sebuah lahan

untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri.3 Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia propaganda adalah penerangan (paham, pendapat,

dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang

agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu, biasanya disertai

dengan janji yang muluk-muluk.4

Nurudin mengutip berbagai definisi propaganda secara istilah

diantaranya:5

1. Dalam Encylopedia International dikatakan propaganda adalah, “Suatu

jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi,

tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang

disampaikan.

2. Everyman’s Encylopedia diungkapkan bahwa propaganda adalah suatu

seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya

suatu kepercayaan agama atau politik.

3. Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan

secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk membentuk,

mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan

menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi

yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang

diinginkan propagandis.

4. Leonard. W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha sistematia yang

dilakukan oleh individu masing-masing berkepentingan untuk mengontrol

3 Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 9.4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 898.5 Nurudin, Komunikasi.... h. 9-10

2

Page 3: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

sikap kelompok individu lainnya dengan menggunakan sugesti dan

sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut.

Melihat berbagai definisi yang telah dikemukakan diatas agaknya penulis

lebih cenderung kepada pendapat pertama yang walaupun memberikan definisi

propaganda secara umum, akan tetapi memiliki makna yang jelas dan mudah

untuk dipahami, jika kita melihat kepada pendapat yang lainnya misalnnya

pendapat ke 2 lebih menekankan kepada seni yang berarti menekankan kepada

retorikanya.

Dalam perspektif komunikasi internasional propaganda lebih ditujukan

untuk menanamkan gagasan ke dalam benak masyarakat negara lain atau

masyarakat internasional secara keseluruhan. Upaya propaganda dipicu

sedemikian kuat bukan sekedar untuk mengarahkan opini publik internasional,

menalinkan untuk memengaruhi pikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan

khalayak (publik) di negara lain, baik negara lawan atau negara kawan.6

Dalam dunia internasional kita ketahui propaganda selalu ada, setiap

negara memerlukan propaganda dalam memengaruhi negara lainnya demi

kepentingan negaranya. Baik itu negara lawan atau negara kawan, misalnya saja

kita lihat bagaimana perkembangan di Timur Tengah. Israel melakukan berbagai

propaganda agar negara-negara lainnya tidak mengakui kedaulatan Palestina,

walaupun pada akhirnya kita ketahui melalui media massa bahwa sebagian besar

negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengakui/menyetujui

kemerdekaan terhadap negara Palestina.

Begitu juga ketika perang Irak dan Amerika, Amerika mengangkat isu

adanya nuklir di Irak, akan tetapi faktanya itu tidak ada, Amerika berhasil

mempropaganda negara-negara sahabatnya, seperti Inggris, Itali mereka berhasil

memporakporandakan negara Irak dan menurunkan Presiden Irak Saddam Husein

dari kekuasaannya.

Begitu pula dengan negara Libya akibat propaganda yang dilakukan

Amerika berhasil meluluhlantakkan Kekuasaan Muammar Khadafi, begitu pula

6 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009) h. 33.

3

Page 4: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

ketika mereka melakukan propagandis terhadap kelompok-kelompok yang kontra

terhadap Muammar Khadafi.

Pada dasarnya propaganda terklasifikasikan kepada tiga bagian, yaitu7: 1)

White proganda atau propaganda putih adalah propaganda yang diketahui

sumbernya. Propaganda yang dilakukan secara terang-terangan itu dapat diketahui

dengan mudah, terutama dari media massa, baik dalam ajang kemiliteran, poitik

maupun ekonomi. 2) Black propaganda, propaganda hitam sebagai terjemahan

dari black propaganda adalah propaganda yang menunjukkan sumbernya, tetapi

bukan sumber sebenarnya. 3) Gray propaganda, yang melancarkan propaganda

jenis ini menghindari indentifikasi, baik sebagai sumber yang bersahabat, maupun

sebagai sumber yang mempunyai sikap permusuhan. Ada ahli lain yang

menganggap propaganda jenis ini tidak lebih dari propaganda hitam atau

propaganda terselubung yang kurang mantap.

Propaganda Perspektif Islam

Melihat berbagai propaganda yang telah dilancarkan oleh Amerika pada

negara-negara Timur Tengah maka, pada dasarnya Amerika menggunakan

propaganda hitam, yaitu propaganda yang merupakan kebohongan belakang,

Amerika sebagai negara maju membutuhkan bahan pokok seperti minyak bumi,

sehingga terjadi serangan terhadap Irak dengan dalih adanya nuklir di negara

tersebut.

Melihat berbagai fenomena di dunia Internasional tentang propaganda,

maka umumnya dilapangan yang terjadi seseorang, negara menggunakan

propaganda demi kepentingan negaranya dan hanya berupa alasan padahal itu

semua tidak benar.

Melihat keadaan yang demikian ada baiknya kita melihat propaganda

dalam perspektif Islam. Jika kita melihat makna dari propaganda itu maka dapat

dilihat dan dipahami bahwasannya propaganda merupakan sebuah komunikasi.

Sehingga jika kita melihat propaganda dari perspektif Islam maka kita harus

melihat melalui etika komunikasi perspektif Islam itu sendiri.

7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2011) h. 164

4

Page 5: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

prinsip dan tata komunikasi al-Qur’an juga mengetengahkan etika

berkomunikasi dari sejumlah aspek moral dan etika komunikasi, paling tidak

terdapat empat prinsip etika komunikasi dalam al-Qur’an yang meliputi fairness

(kejujuran), accuracy (ketepatan/ketelitian), tanggungjawab dan kritik

konstruktif.8

Di antara prinsip dalam etika komunikasi juga sudah dilukiskan dalam al-

Qur’an dan hadis hal ini juga disinggung oleh Syukur Kholil dalam buku Antologi

Kajian Islam dengan judul pembahasan; Komunikasi dalam Perspektif Islam

diantaranya adalah sebagai berikut :9

1. Memulai Pembicaraan dengan Salam.

Komunikator sangat dianjurkan untuk memulai pembicaraan dengan

mengucapkan salam, yaitu ucapan “Assalamu ‘alaikum”. Hal ini digambarkan

oleh Rasulullah saw. dalam sebuah Hadisnya:

لى الل�ه� و ل الل�ه� ص� ل ر س�� أ � س� ج�ال ن ر ر�وا ن� عم� د� الله� ب عن عبم ال � الس�� أ ر ق�� ام وت �ط ع�م� الطع�� ل ت ر* قا ي � خ م ال �س ى. اال م ا ل ه� وس ي عل

ع ر�ف م ت ف ت ومن ل على من عرArtinya: Dari Abdullah bin Amr bahwasanya ada seseorang bertanya kepada

Rasulullah saw, “Amal perbuatan apakah di dalam Islam yang baik?” Beliau

menjawab: “Memberi makan (orang lapar) dan mengucapkan salam kepada orang

yang telah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal.10

2. Berbicara dengan Lemah Lembut

Komunikator dalam komunikasi Islam ditekankan agar berbicara secara

lemah lembut, sekalipun dengan orang yang terang-terangan memusuhinya. Hal

ini antara lain ditegaskan dalam Q.S.Thaha,20:34-44.

8 Maarif Amir, Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam (Jakarta: Logos, 1999), h. 139 Hasan Asari & Amroeni Drajat (ed), Antologi Kajian Islam. (Bandung: CitaPustaka

Media, 2004) h. 253 -359.10 Achmad Sunarto dkk, Tarjamah Shahih Bukhari Jilid I, (Semarang: Asy Syifa’, 1992)

h. 30 – 31.

5

Page 6: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

3. Menggunakan Perkataan yang Baik.

Disamping berbicara dengan lemah lembut, komunikator Islam juga harus

menggunakan perkataan yang baik-baik yang dapat menyenangkan hati

komunikan. Prinsip ini didasarkan kepada Firman Allah dalam Q.S.al-Isra’/17:

53:

4. Menyebut hal-hal yang baik tentang Komunikan.

Komunikan akan merasa senang apabila disebut hal-hal yang baik tentang

dirinya. Keadaan ini dapat mendorong komunikan untuk melaksanakan pesan-

pesan komunikasi sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

5. Nasehat yang Baik

Nasehat yang baik antara lain disebutkan dalam Q.S.an-Nahl/16: 125

6. Adil

Berlaku adil dalam berkomunikasi dinyatakan dalam

Q.S.Al-An’am/6:152. Komunikasi yang adil, akan menempatkan kita

(komunikator dan komunikan) untuk tidak menimbulkan keberpihakan. Karena

kata adil juga berarti sama dan seimbang dalam memberi balasan. Adapun yang

dimaksudkan adil dengan tidak keberpihakan disini adalah tidak mengabaikan

status sosial seseorang atau kelompok ketika kita harus menyampaikan sebuah

informasi.

7. Menggunakan Bahasa dan Isi Pembicaraan yang Sesuai.

Perlu dalam hal ini menyesuaikan bahasa dan isi pembicaraan dengan

keadaan komunikan. Adapun dalam hal ini dinyatakan dalam Q.S.An-Nahl/16:

125 Ayat ini mengisyaratkan adanya tiga tingkatan manusia, yaitu kaum

intelektual, masyarakat menengah dan masyarakat awam yang harus diajak

berkomunikasi sesuai dengan keadaan mereka.

8. Lebih Dahulu Melakukan Apa yang Dikomunikasikan.

6

Page 7: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

Dalam komunikasi Islam, komunikator dituntut untuk melakukan lebih

dahulu apa yang disuruhnya untuk dillakukan orang lain. Allah amat membenci

orang-orang yang mengkomunikasikan sesuatu pekerjaan yang baik kepada orang

lain yang ia sendiri belum melakukannya. Hal ini dikemukakan dalam Q.S.al-

Saff/61: 2-3

9. Bersikap Jujur.

Dalam al-Qur’an, jujur itu identik dengan amanah, tidak menyampaikan

hal-hal yang tidak diketahui, adil atau tidak memihak, tidak bertentangan antara

ucapan dan perbuatan, serta mempertimbangkan kewajaran dan kelayakan suatu

informasi untuk disiarkan.

Kejujuran dalam berkomunikasi, yakni menyampaikan pesannya secara

benar dan berdasarkan fakta dan data tidak memutar balikkannya merupakan hal

yang utama untuk diperhatikan bagi seorang muslim. Komunikasi yang tidak jujur

(bohong) sangat begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, bahkan dalam

pragmentasi sejarah rasul begitu juga dalam tradisi hadis rasul.

Disamping itu, seorang komunikator Islam tidak boleh menyampaikan hal-

hal yang tidak diketahui secara pasti kebenarannya, samar-samar, atau kabar angin

yang tidak jelas sumbernya. Karena informasi tersebut juga dapat menyesatkan

orang lain, dan dapat menimbulkan fitnah serta menghukum orang yang tidak

bersalah.

10. Pesan Akurat.

Penyampaian informasi yang tidak jelas sumbernya dan valid datanya

adalah sangat potensial untuk menimbulkan fitnah. Maka dengan itu al-Qur’an

secara tegas telah mengingatkan kepada kita agar sangat berhati-hati dan tidak

terjebak kepada informasi bohong, hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan

orang lain. Seperti firman Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49: 6.

11. Bebas dan Tanggung Jawab.

Dalam kegiatan komunikasi Islam, komunikator mempunyai kebebasan

dalam menerima dan menyampaikan informasi, baik secara lisan, tulisan ataupun

7

Page 8: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

isyarat. Komunikator juga tidak dapat memaksakan kehendaknya agar pesan-

pesan yang disampaikannya, dapat diterima orang lain (komunikan). Pesan-pesan

yang mengandung nilai-nilai kebenaran sekalipun tidak dapat dipaksakan kepada

orang lain, termasuk nilai-nilai agama.

Namun kebebasan yang diberikan untuk menerima dan menyebarkan

informasi tersebut, harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Dalam arti,

informasi yang disampaikan haruslah benar, cara penyampaiannya juga benar

serta dapat mewujudkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.

12. Kritik Membangun.

Pesan-pesan komunikasi yang bersifat membangun sangat ditekankan

dalam komunikasi Islam. Kritik membangun yang disampaikan oleh komunikator

ataupun komunikan, dapat menjadi bahan untuk perbaikan pada masa depan, dan

dapat menghindari pengulangan kesalahan. Keadaan ini diisyaratkan Q.S.

al-‘Asr/103: 1-3.

Penutup

Melihat berbagai pengertian dari propaganda yang telah disebutkan diatas

makan tidak dapat dipungkiri bahwasannya propaganda merupakan sesuatu yang

diperbolehkan dan bukan sesuatu yang dipermasalahkan asalkan sesuai dengan

etika-etika komunikasi menurut perspektif Islam.

8

Page 9: Propaganda Sebagai Sarana Komunikasi

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amir, Maarif. Etika Komunikasi dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos, 1999.

Asari, Hasan & Amroeni Drajat (ed). Antologi Kajian Islam. Bandung: CitaPustaka Media, 2004.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: Rosdakarya, 2011.

Malik, Dedy Djamaluddin dkk (ed). Komunikasi Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008.

Shoelhi, Mohammad. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2009.

Sunarto, Achmad dkk. Tarjamah Shahih Bukhari Jilid I. Semarang: Asy Syifa’, 1992.

9