PROGRES 2015 - loreal.co.id · komunitas serta lingkungan. ... peduli sejak dini karena merekalah...

36
BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA KOMITMEN BERKELANJUTAN L’ORÉAL PROGRES 2015

Transcript of PROGRES 2015 - loreal.co.id · komunitas serta lingkungan. ... peduli sejak dini karena merekalah...

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

KOMITMEN BERKELANJUTAN L’ORÉAL

PROGRES 2015

www.loreal.co.idwww.sharingbeautywithall.com

DAFTAR ISIWAWANCARA DENGAN PRESIDEN DIREKTUR,

L’ORÉAL INDONESIA HAL 03 /

FAKTAL’ORÉAL INDONESIA HAL 07 /

TANGGUNG JAWAB SOSIALINISIATIF KORPORAT HAL 29 /

INISIATIF BRAND HAL 31 /

INOVASI BERKELANJUTAN

HAL 09 / Data & Fakta

HAL 10 /Program Inovasi Berkelanjutan

HAL 11 /

KEHIDUPANBERKELANJUTAN

HAL 20 / Data & Fakta

HAL 21 /Program Kehidupan Berkelanjutan

HAL 22 /

PRODUKSIBERKELANJUTANHAL 12 / Data & Fakta HAL 13 /Program Produksi BerkelanjutanHAL 14 /

PENGEMBANGANBERKELANJUTANHAL 23 / Data & Fakta HAL 24 /Program Pengembangan BerkelanjutanHAL 25 /

2020KOMITMEN KAMI

HAL 05 /

PERJALANAN SHARING BEAUTY WITH ALL

DI INDONESIAHAL 06 /

KATAMEREKA

HAL 33

DAFTAR ISIWAWANCARA DENGAN PRESIDEN DIREKTUR,

L’ORÉAL INDONESIA HAL 03 /

FAKTAL’ORÉAL INDONESIA HAL 07 /

TANGGUNG JAWAB SOSIALINISIATIF KORPORAT HAL 29 /

INISIATIF BRAND HAL 31 /

INOVASI BERKELANJUTAN

HAL 09 / Data & Fakta

HAL 10 /Program Inovasi Berkelanjutan

HAL 11 /

KEHIDUPANBERKELANJUTAN

HAL 20 / Data & Fakta

HAL 21 /Program Kehidupan Berkelanjutan

HAL 22 /

PRODUKSIBERKELANJUTANHAL 12 / Data & Fakta HAL 13 /Program Produksi BerkelanjutanHAL 14 /

PENGEMBANGANBERKELANJUTANHAL 23 / Data & Fakta HAL 24 /Program Pengembangan BerkelanjutanHAL 25 /

2020KOMITMEN KAMI

HAL 05 /

PERJALANAN SHARING BEAUTY WITH ALL

DI INDONESIAHAL 06 /

KATAMEREKA

HAL 33

WAWANCARA

Vismay SharmaPresident Director, L’ORÉAL Indonesia

KECANTIKAN SEBAGAI SARANA UNTUK

MENYEBARKAN KEBAIKAN DAN MANFAAT BAGI

KEHIDUPAN

L’Oréal selalu optimistis dengan perkembangan dan kesempatan di

Indonesia sebagai negara demokratis yang terus bergerak dan pertumbuhan

ekonomi yang menjanjikan

“Komitmen terhadap lingkungan dan

masyarakat harus ditanamkan sejak dini melalui cara-cara yang

positif”

Pada bulan Oktober 2013, L’Oréal meluncurkan komitmen penting untuk tahun 2020 yang bernama Sharing Beauty With All. Apakah inti dari komitmen ini?

Pada dasarnya, Sharing Beauty With All adalah komitmen berkelanjutan yang diluncurkan L’Oréal untuk mewujudkan visinya yaitu menjadikan kecantikan sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi kehidupan dan lingkungan. Sebagai perusahaan kecantikan dengan komitmen berkelanjutan, L’Oréal percaya bahwa sangatlah penting untuk menyelaraskan tujuan perusahaan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Tidak bisa ditampik lagi bahwa kondisi saat ini menuntut perubahan. Grup L’Oréal memutuskan dengan hati-hati dan matang bahwa perubahan menuju perkembangan berkelanjutan merupakan konsekuensi yang harus dijalani. Lewat komitmen berbagi keindahan dengan sesama ini, jelas tergambar bagaimana visi L’Oréal berupaya meraih target ambisius satu milyar konsumen baru di tahun 2020 yaitu dengan memastikan berjalannya program berkelanjutan di seluruh mata rantai perusahaan.

Apa saja target dan komitmen yang terangkum di dalam visi Sharing Beauty With All?

L’Oréal memiliki empat pilar untuk mendukung dan memperkuat visi dan komitmen berkelanjutan ini. Pilar pertama adalah Inovasi Berkelanjutan (Innovating Sustainably). L’Oréal akan berinovasi sehingga 100% produk yang dihasilkan dan dikembangkan memiliki manfaat lingkungan dan sosial. Pilar yang kedua adalah Produksi Berkelanjutan (Producing Sustainably). Lewat pilar ini, L’Oréal mencanangkan untuk mengurangi dampak lingkungan hingga 60% dari target tahun 2005, yaitu mengurangi emisi karbon dioksida, mengurangi konsumsi air, mengurangi limbah dari hasil produksi hingga 60%, dan bebas atau nol % pembuangan dan penguburan limbah ke dalam tanah. Sedangkan pilar ketiga adalah Kehidupan Berkelanjutan (Living Sustainably) yang mendorong konsumen L’Oréal untuk memilih produk yang memiliki nilai berkelanjutan seraya mengambil manfaat terbaik dari produk tersebut. Pilar yang keempat adalah Pengembangan Berkelanjutan (Developing Sustainably), yang ditandai dengan memberi manfaat berkelanjutan yang lebih baik bagi karyawan, pemasok, dan komunitas serta lingkungan.

Setelah diluncurkan secara global dua tahun lalu, bagaimana pelaksanaan komitmen Sharing Beauty With All di Indonesia?

L’Oréal selalu optimistis dengan perkembangan dan kesempatan di Indonesia sebagai negara demokratis yang terus bergerak dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Apalagi, L’Oréal juga sudah membangun pabrik terbesar di Asia Pasifik dengan konsep ramah lingkungan di kawasan Jababeka, Karawang, Jawa Barat. Peran pabrik ini sangat signifikan dalam menjalankan komitmen produksi berkelanjutan. L’Oréal merancang sistem sedemikian rupa sehingga proses produksi dan operasional pabrik berjalan sesuai dengan konsep pelestarian lingkungan. Hal ini mencakup listrik dari energi terbarukan, reduksi emisi CO2, konsumsi air, pengelolaan limbah, pembuangan nol % ke dalam tanah, serta emisi dari transportasi produk. Di kantor pusat, L’Oréal juga menerapkan konsep hijau dengan pemilihan bahan yang ramah lingkungan, penataan ruang yang hemat listrik dan penggunaan air yang diatur agar tetap hemat, juga pemanfaatan kertas untuk operasional sehari-hari. Konsep yang diterapkan L’Oréal ini juga sudah mendapat pengakuan dengan diperolehnya Green Certification kategori Silver.

Apa saja manfaat yang diberikan Sharing Beauty With All bagi karyawan, pendukung bisnis, dan konsumen L’Oréal?

Melalui komitmen ini utamanya pada pilar Pengembangan Berkelanjutan jelas memberikan keuntungan bagi karyawan karena mereka diberikan manfaat lebih dalam hal perlindungan kesehatan, finansial serta pelatihan sehingga dapat merasa lebih nyaman saat bekerja dan mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan dalam bekerja. Sebagai contoh, di L’Oreal Indonesia

karyawan mendapatkan waktu cuti melahirkan yang lebih lama dan besaran asuransi jiwa yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan pemerintah maupun mayoritas perusahaan lain. Bagi para mitra pemasok, kami juga membantu memberikan pelatihan berkelanjutan agar mereka dapat meningkatkan standar kualitas produk dan kinerja usaha yang lebih baik. Dan bagi masyarakat kurang beruntung, kami berikan pelatihan tata rambut cuma-cuma melalui program Beauty For A Better Life yang tersebar di 6 pusat pelatihan di Indonesia agar mereka dapat mengembangkan skill dan pendapatan hidupnya. Hal ini sesuai dengan misi Grup L’Oreal

untuk membuka lapangan kerja bagi 100.000 masyarakat sekitar yang kurang mampu di seluruh dunia di tahun 2020.

Apa tantangan terbesar dalam menerapkan komitmen Sharing Beauty With All di Indonesia?

Banyak sekali tantangan yang dihadapi saat menerapkan konsep Sharing Beauty with All karena visi ini benar-benar ingin mengubah

persepsi publik tentang bagaimana sebuah perusahaan kecantikan dapat turut mendukung pelestarian lingkungan dan pembangunan manusianya. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana kita bisa secara lebih efektif ikut mendorong generasi muda untuk turut peduli sejak dini karena merekalah generasi yang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan. Karena itu, untuk aktivitas yang bersifat tanggungjawab sosial dari perusahaan, L’Oréal banyak melibatkan dan membidik anak muda dalam kegiatannya. Komitmen terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak awal dengan cara yang positif sehingga banyak pihak yang akan mendukung.

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMABERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA3 4

WAWANCARA

Vismay SharmaPresident Director, L’ORÉAL Indonesia

KECANTIKAN SEBAGAI SARANA UNTUK

MENYEBARKAN KEBAIKAN DAN MANFAAT BAGI

KEHIDUPAN

L’Oréal selalu optimistis dengan perkembangan dan kesempatan di

Indonesia sebagai negara demokratis yang terus bergerak dan pertumbuhan

ekonomi yang menjanjikan

“Komitmen terhadap lingkungan dan

masyarakat harus ditanamkan sejak dini melalui cara-cara yang

positif”

Pada bulan Oktober 2013, L’Oréal meluncurkan komitmen penting untuk tahun 2020 yang bernama Sharing Beauty With All. Apakah inti dari komitmen ini?

Pada dasarnya, Sharing Beauty With All adalah komitmen berkelanjutan yang diluncurkan L’Oréal untuk mewujudkan visinya yaitu menjadikan kecantikan sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi kehidupan dan lingkungan. Sebagai perusahaan kecantikan dengan komitmen berkelanjutan, L’Oréal percaya bahwa sangatlah penting untuk menyelaraskan tujuan perusahaan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Tidak bisa ditampik lagi bahwa kondisi saat ini menuntut perubahan. Grup L’Oréal memutuskan dengan hati-hati dan matang bahwa perubahan menuju perkembangan berkelanjutan merupakan konsekuensi yang harus dijalani. Lewat komitmen berbagi keindahan dengan sesama ini, jelas tergambar bagaimana visi L’Oréal berupaya meraih target ambisius satu milyar konsumen baru di tahun 2020 yaitu dengan memastikan berjalannya program berkelanjutan di seluruh mata rantai perusahaan.

Apa saja target dan komitmen yang terangkum di dalam visi Sharing Beauty With All?

L’Oréal memiliki empat pilar untuk mendukung dan memperkuat visi dan komitmen berkelanjutan ini. Pilar pertama adalah Inovasi Berkelanjutan (Innovating Sustainably). L’Oréal akan berinovasi sehingga 100% produk yang dihasilkan dan dikembangkan memiliki manfaat lingkungan dan sosial. Pilar yang kedua adalah Produksi Berkelanjutan (Producing Sustainably). Lewat pilar ini, L’Oréal mencanangkan untuk mengurangi dampak lingkungan hingga 60% dari target tahun 2005, yaitu mengurangi emisi karbon dioksida, mengurangi konsumsi air, mengurangi limbah dari hasil produksi hingga 60%, dan bebas atau nol % pembuangan dan penguburan limbah ke dalam tanah. Sedangkan pilar ketiga adalah Kehidupan Berkelanjutan (Living Sustainably) yang mendorong konsumen L’Oréal untuk memilih produk yang memiliki nilai berkelanjutan seraya mengambil manfaat terbaik dari produk tersebut. Pilar yang keempat adalah Pengembangan Berkelanjutan (Developing Sustainably), yang ditandai dengan memberi manfaat berkelanjutan yang lebih baik bagi karyawan, pemasok, dan komunitas serta lingkungan.

Setelah diluncurkan secara global dua tahun lalu, bagaimana pelaksanaan komitmen Sharing Beauty With All di Indonesia?

L’Oréal selalu optimistis dengan perkembangan dan kesempatan di Indonesia sebagai negara demokratis yang terus bergerak dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Apalagi, L’Oréal juga sudah membangun pabrik terbesar di Asia Pasifik dengan konsep ramah lingkungan di kawasan Jababeka, Karawang, Jawa Barat. Peran pabrik ini sangat signifikan dalam menjalankan komitmen produksi berkelanjutan. L’Oréal merancang sistem sedemikian rupa sehingga proses produksi dan operasional pabrik berjalan sesuai dengan konsep pelestarian lingkungan. Hal ini mencakup listrik dari energi terbarukan, reduksi emisi CO2, konsumsi air, pengelolaan limbah, pembuangan nol % ke dalam tanah, serta emisi dari transportasi produk. Di kantor pusat, L’Oréal juga menerapkan konsep hijau dengan pemilihan bahan yang ramah lingkungan, penataan ruang yang hemat listrik dan penggunaan air yang diatur agar tetap hemat, juga pemanfaatan kertas untuk operasional sehari-hari. Konsep yang diterapkan L’Oréal ini juga sudah mendapat pengakuan dengan diperolehnya Green Certification kategori Silver.

Apa saja manfaat yang diberikan Sharing Beauty With All bagi karyawan, pendukung bisnis, dan konsumen L’Oréal?

Melalui komitmen ini utamanya pada pilar Pengembangan Berkelanjutan jelas memberikan keuntungan bagi karyawan karena mereka diberikan manfaat lebih dalam hal perlindungan kesehatan, finansial serta pelatihan sehingga dapat merasa lebih nyaman saat bekerja dan mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan dalam bekerja. Sebagai contoh, di L’Oreal Indonesia

karyawan mendapatkan waktu cuti melahirkan yang lebih lama dan besaran asuransi jiwa yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan pemerintah maupun mayoritas perusahaan lain. Bagi para mitra pemasok, kami juga membantu memberikan pelatihan berkelanjutan agar mereka dapat meningkatkan standar kualitas produk dan kinerja usaha yang lebih baik. Dan bagi masyarakat kurang beruntung, kami berikan pelatihan tata rambut cuma-cuma melalui program Beauty For A Better Life yang tersebar di 6 pusat pelatihan di Indonesia agar mereka dapat mengembangkan skill dan pendapatan hidupnya. Hal ini sesuai dengan misi Grup L’Oreal

untuk membuka lapangan kerja bagi 100.000 masyarakat sekitar yang kurang mampu di seluruh dunia di tahun 2020.

Apa tantangan terbesar dalam menerapkan komitmen Sharing Beauty With All di Indonesia?

Banyak sekali tantangan yang dihadapi saat menerapkan konsep Sharing Beauty with All karena visi ini benar-benar ingin mengubah

persepsi publik tentang bagaimana sebuah perusahaan kecantikan dapat turut mendukung pelestarian lingkungan dan pembangunan manusianya. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana kita bisa secara lebih efektif ikut mendorong generasi muda untuk turut peduli sejak dini karena merekalah generasi yang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan. Karena itu, untuk aktivitas yang bersifat tanggungjawab sosial dari perusahaan, L’Oréal banyak melibatkan dan membidik anak muda dalam kegiatannya. Komitmen terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak awal dengan cara yang positif sehingga banyak pihak yang akan mendukung.

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMABERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA3 4

EMPAT PILAR KOMITMEN BERKELANJUTAN L’ORÉAL Bagi L’Oréal, kecantikan memiliki makna yang dalam dan luas. L’Oréal memiliki mimpi untuk mempersembahkan kecantikan bagi semua orang. Sharing Beauty With All, demikian L’Oréal meyakini konsep itu. Tidak hanya kecantikan yang berwujud dalam bentuk lahiriah, namun kecantikan yang menjelma dalam berbagai bentuk. L’Oréal percaya pada keindahan perlindungan dan pelestarian lingkungan dan keragaman hayati, keindahan dukungan terhadap komunitas dan perlindungan terhadap para karyawannya, keindahan kerja keras untuk mempersembahkan produk terbaik bagi para konsumennya, dan keindahan saling berbagi pada sebanyak mungkin lingkungan sosial.

Untuk mendukung visi Sharing Beauty With All, L’Oréal dengan bersungguh-sungguh menetapkan dan menjalankan komitmen yang telah digariskan. L’Oréal menetapkan 2020 sebagai waktu tinggal landas menuju 100% implementasi visi. Untuk itu,L’Oréal telah menetapkan empat pilar utama yang mendukung konsep Sharing Beauty With All.

INOVASI BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk memastikan setiap inovasi produknya memiliki 100% manfaat bagi pelestarian lingkungan ataupun secara sosial kemasyarakatan.

Setiap produk yang diciptakan dan dikembangkan L’Oréal, setidaknya harus memiliki salah satu kriteria di bawah ini:• formula baru yang dapat mengurangi dampak

terhadap lingkungan; • formula baru yang menggunakan bahan dasar

terbarukan yang diproduki secara berkelanjutan atau berasal dari bahan dasar yang dihasilkan dengan konsep green chemistry;

• kemasan baru yang memiliki profil pengurangan dampak terhadap lingkungan;

• setiap produk baru memiliki dampak sosial yang positif.

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk turut andil dalam pengembangan berkelanjutan atas setiap karyawan, pemasok strategis, serta masyarakat sekitar.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi karyawan dilakukan dengan memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi program kesehatan, perlindungan sosial dan pelatihan di manapun mereka berada.• perlindungan kesehatan diberikan bagi setiap karyawan sesuai dengan

praktek terbaik di setiap Negara;• perlindungan finansial bagi setiap karyawan dalam situasi tak terduga

termasuk dalam kondisi disabilitas permanen; dan• memastikan setiap karyawan mendapatkan setidaknya satu sesi pelatihan

setiap tahunnya.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi pemasok strategis dilakukan dengan cara memastikan partisipasi mereka dalam program supplier sustainability.• Setiap pemasok strategis akan dievaluasi dan diseleksi berdasarkan kinerja

sosial dan lingkungan. • Setiap pemasok strategis akan dibantu untuk dapat memenuhi standar

kebijakan berkelanjutan L’Oréal. • Setiap pemasok akan diberikan akses terhadap perangkat pelatihan L’Oréal

agar dapat menyempurnakan standar berkelanjutannya. • Sebanyak 20% dari pemasok strategis akan dipastikan tergabung dalam

program Solidarity Sourcing L’Oréal.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar diterapkan dengan menargetkan 100.000 orang yang membutuhkan untuk memiliki penghidupan yang lebih layak.• Target ini akan diraih secara global melalui program-program Solidarity

Sourcing, distribusi inklusif, profesionalisasi pekerja di bidang kecantikan, edukasi dan mentoring masyarakat, serta dengan mempekerjakan kaum difabel dan kelompok masyarakat yang kondisi sosial-ekonominya kurang beruntung.

Visi Sharing Beauty With All di Indonesia mencatat torehan prestasi tersendiri di tengah tantangan yang dihadapi. Dibangunnya pabrik terbesar se-Asia Pasifik di kawasan industri Jababeka di Karawang, Jawa Barat pada akhir 2012 yang beroperasi sepenuhnya dengan konsep hijau, menjadi catatan yang membanggakan. Pabrik di Jababeka menjadi satu-satunya pabrik di kawasan ini yang meraih penghargaan Silver sertifikasi LEED (Leadership in Energy & Environmental Design) yang diberikan badan independen (US Green Building Council) yang menilai kinerja pabrik dalam penerapan konsep hijau pada bangunan dan dalam kegiatan operasionalnya.

Untuk mendukung program ini, L’Oréal Manufacturing Indonesia berinisiatif menjalankan konsep listrik bersumber daya terbarukan dan proyek sludge drying untuk mengatasi masalah limbah produksi. Proyek ini secara resmi diluncurkan pada 8 September 2014 dan menjadi proyek pertama yang dilaksanakan oleh Grup L’Oréal maupun di Indonesia. Dengan sistem ini, limbah yang dihasilkan tidak lagi dibuang dalam bentuk cair atau lumpur, namun diproses sedemikian rupa sehingga menyerupai material kering yang disalurkan kepada perusahan semen terkemuka untuk dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembuat semen.

Terobosan L’Oréal Indonesia lainnya adalah diberlakukan konsep listrik hijau Mini Hydro Green Electricity. Konsep ini merupakan model business green energy purchased pertama di Indonesia. Listrik mini hydro milik PLN yang tersambung ke pabrik L’Oréal sejak Agustus 2014 ini menggunakan tenaga listrik dari sumber energi terbarukan yang bebas dari emisi gas rumah kaca

PERJALANAN SHARING BEAUTY WIH ALL DI INDONESIA

KEHIDUPAN BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk memberdayakan setiap konsumennya agar dapat menerapkan konsumsi produk secara berkelanjutan untuk turut melestarikan planet bumi.

Target ini akan diraih dengan cara:• menerapkan sistem penilaian produk yang dapat

100% mengevaluasi fungsi sosial dan lingkungan setiap produk baru yang diciptakan, dan setiap brand akan memastikan informasi ini dapat diakses konsumen untuk memilih gaya hidup berkelanjutan;

• mengevaluasi setiap brand L’Oréal akan dampak terbesar yang dapat diberikannya terhadap lingkungan dan masyarakat, untuk kemudian melakukan perubahan. Setiap brand akan melaporkan perkembangan pencapaian aksi mereka dan berupaya meningkatkan kepedulian konsumennya terhadap gaya hidup berkelanjutan; dan

• memastikan setiap konsumen memiliki akses untuk berkontribusi terhadap aksi berkelanjutan melalui diskusi panel yang dibentuk L’Oréal.

PRODUKSI BERKELANJUTAN Di tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan atas proses produksinya hingga 60% dibandingkan dengan data tahun 2005, seiring dengan ambisinya untuk meraih satu milyar konsumen baru.

Target ini akan diraih dengan cara:• mengurangi emisi CO2 di seluruh pabrik dan pusat distribusi, sebesar 60%

(dibandingkan data 2005); • mengurangi penggunaan air per unit produksi, sebesar 60% (dibandingkan

data 2005); • mengurangi limbah per unit produksi, sebesar 60% (dibandingkan data

2005);• menghasilkan nol % limbah yang dibuang ke tanah; dan • mengurangi emisi CO2 dari transportasi produk per unit produksi, sebesar

20% (dibandingkan data 2011).

5 6BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

EMPAT PILAR KOMITMEN BERKELANJUTAN L’ORÉAL Bagi L’Oréal, kecantikan memiliki makna yang dalam dan luas. L’Oréal memiliki mimpi untuk mempersembahkan kecantikan bagi semua orang. Sharing Beauty With All, demikian L’Oréal meyakini konsep itu. Tidak hanya kecantikan yang berwujud dalam bentuk lahiriah, namun kecantikan yang menjelma dalam berbagai bentuk. L’Oréal percaya pada keindahan perlindungan dan pelestarian lingkungan dan keragaman hayati, keindahan dukungan terhadap komunitas dan perlindungan terhadap para karyawannya, keindahan kerja keras untuk mempersembahkan produk terbaik bagi para konsumennya, dan keindahan saling berbagi pada sebanyak mungkin lingkungan sosial.

Untuk mendukung visi Sharing Beauty With All, L’Oréal dengan bersungguh-sungguh menetapkan dan menjalankan komitmen yang telah digariskan. L’Oréal menetapkan 2020 sebagai waktu tinggal landas menuju 100% implementasi visi. Untuk itu,L’Oréal telah menetapkan empat pilar utama yang mendukung konsep Sharing Beauty With All.

INOVASI BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk memastikan setiap inovasi produknya memiliki 100% manfaat bagi pelestarian lingkungan ataupun secara sosial kemasyarakatan.

Setiap produk yang diciptakan dan dikembangkan L’Oréal, setidaknya harus memiliki salah satu kriteria di bawah ini:• formula baru yang dapat mengurangi dampak

terhadap lingkungan; • formula baru yang menggunakan bahan dasar

terbarukan yang diproduki secara berkelanjutan atau berasal dari bahan dasar yang dihasilkan dengan konsep green chemistry;

• kemasan baru yang memiliki profil pengurangan dampak terhadap lingkungan;

• setiap produk baru memiliki dampak sosial yang positif.

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk turut andil dalam pengembangan berkelanjutan atas setiap karyawan, pemasok strategis, serta masyarakat sekitar.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi karyawan dilakukan dengan memberikan manfaat sebaik-baiknya bagi program kesehatan, perlindungan sosial dan pelatihan di manapun mereka berada.• perlindungan kesehatan diberikan bagi setiap karyawan sesuai dengan

praktek terbaik di setiap Negara;• perlindungan finansial bagi setiap karyawan dalam situasi tak terduga

termasuk dalam kondisi disabilitas permanen; dan• memastikan setiap karyawan mendapatkan setidaknya satu sesi pelatihan

setiap tahunnya.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi pemasok strategis dilakukan dengan cara memastikan partisipasi mereka dalam program supplier sustainability.• Setiap pemasok strategis akan dievaluasi dan diseleksi berdasarkan kinerja

sosial dan lingkungan. • Setiap pemasok strategis akan dibantu untuk dapat memenuhi standar

kebijakan berkelanjutan L’Oréal. • Setiap pemasok akan diberikan akses terhadap perangkat pelatihan L’Oréal

agar dapat menyempurnakan standar berkelanjutannya. • Sebanyak 20% dari pemasok strategis akan dipastikan tergabung dalam

program Solidarity Sourcing L’Oréal.

Komitmen Pengembangan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar diterapkan dengan menargetkan 100.000 orang yang membutuhkan untuk memiliki penghidupan yang lebih layak.• Target ini akan diraih secara global melalui program-program Solidarity

Sourcing, distribusi inklusif, profesionalisasi pekerja di bidang kecantikan, edukasi dan mentoring masyarakat, serta dengan mempekerjakan kaum difabel dan kelompok masyarakat yang kondisi sosial-ekonominya kurang beruntung.

Visi Sharing Beauty With All di Indonesia mencatat torehan prestasi tersendiri di tengah tantangan yang dihadapi. Dibangunnya pabrik terbesar se-Asia Pasifik di kawasan industri Jababeka di Karawang, Jawa Barat pada akhir 2012 yang beroperasi sepenuhnya dengan konsep hijau, menjadi catatan yang membanggakan. Pabrik di Jababeka menjadi satu-satunya pabrik di kawasan ini yang meraih penghargaan Silver sertifikasi LEED (Leadership in Energy & Environmental Design) yang diberikan badan independen (US Green Building Council) yang menilai kinerja pabrik dalam penerapan konsep hijau pada bangunan dan dalam kegiatan operasionalnya.

Untuk mendukung program ini, L’Oréal Manufacturing Indonesia berinisiatif menjalankan konsep listrik bersumber daya terbarukan dan proyek sludge drying untuk mengatasi masalah limbah produksi. Proyek ini secara resmi diluncurkan pada 8 September 2014 dan menjadi proyek pertama yang dilaksanakan oleh Grup L’Oréal maupun di Indonesia. Dengan sistem ini, limbah yang dihasilkan tidak lagi dibuang dalam bentuk cair atau lumpur, namun diproses sedemikian rupa sehingga menyerupai material kering yang disalurkan kepada perusahan semen terkemuka untuk dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembuat semen.

Terobosan L’Oréal Indonesia lainnya adalah diberlakukan konsep listrik hijau Mini Hydro Green Electricity. Konsep ini merupakan model business green energy purchased pertama di Indonesia. Listrik mini hydro milik PLN yang tersambung ke pabrik L’Oréal sejak Agustus 2014 ini menggunakan tenaga listrik dari sumber energi terbarukan yang bebas dari emisi gas rumah kaca

PERJALANAN SHARING BEAUTY WIH ALL DI INDONESIA

KEHIDUPAN BERKELANJUTANDi tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk memberdayakan setiap konsumennya agar dapat menerapkan konsumsi produk secara berkelanjutan untuk turut melestarikan planet bumi.

Target ini akan diraih dengan cara:• menerapkan sistem penilaian produk yang dapat

100% mengevaluasi fungsi sosial dan lingkungan setiap produk baru yang diciptakan, dan setiap brand akan memastikan informasi ini dapat diakses konsumen untuk memilih gaya hidup berkelanjutan;

• mengevaluasi setiap brand L’Oréal akan dampak terbesar yang dapat diberikannya terhadap lingkungan dan masyarakat, untuk kemudian melakukan perubahan. Setiap brand akan melaporkan perkembangan pencapaian aksi mereka dan berupaya meningkatkan kepedulian konsumennya terhadap gaya hidup berkelanjutan; dan

• memastikan setiap konsumen memiliki akses untuk berkontribusi terhadap aksi berkelanjutan melalui diskusi panel yang dibentuk L’Oréal.

PRODUKSI BERKELANJUTAN Di tahun 2020, L’Oréal secaral global berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan atas proses produksinya hingga 60% dibandingkan dengan data tahun 2005, seiring dengan ambisinya untuk meraih satu milyar konsumen baru.

Target ini akan diraih dengan cara:• mengurangi emisi CO2 di seluruh pabrik dan pusat distribusi, sebesar 60%

(dibandingkan data 2005); • mengurangi penggunaan air per unit produksi, sebesar 60% (dibandingkan

data 2005); • mengurangi limbah per unit produksi, sebesar 60% (dibandingkan data

2005);• menghasilkan nol % limbah yang dibuang ke tanah; dan • mengurangi emisi CO2 dari transportasi produk per unit produksi, sebesar

20% (dibandingkan data 2011).

5 6BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

1979 Lancome mulai dipasarkan di Indonesia.

1985 L’Oréal Paris masuk ke Indonesia melalui program kemitraan perusahaan lokal

Karyawan 884 orang (407 di PT L’Oréal Indonesia, 477 di PT Yasulor Indonesia)

Mayoritas karyawan 99% IndonesiaProsentase manajer perempuan 51%

Data Agustus 2015

Luas Tanah 200,000 M2Luas Bangunan 66,000 M2Nilai Investasi 100 juta Euro atau 1.25 trilyun RupiahSegmen Produksi Perawatan kulit dan rambut merek L’Oréal Paris dan GarnierPasar Produksi 40% domestik, 60% eksport ke negara-negara ASEAN

2009 Indonesian Asia Responsible Entrepreneurship Award pada kategori Best Community Engagement oleh organisasi Asia Responsible Entrepreneurship.2010 Anugerah Peduli Pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2012 Penghargaan IPTEK kepada 4 orang penerima International Fellowships For Women in Science dari Kementerian Riset dan Teknologi RI.2012 Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI).2012 Sertifikat LEED (Leadership in Enery and Environmental Design) pada kategori New Construction kepada pabrik L’Oreal Indonesia dari U.S. Green Building Council.2013 ISO 9001 (mengenai Mutu) dari SGS (ISO 9001 System Certification).2013 OHSAS 18001:2007 (mengenai Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan Kerja) dari OHSAS 18001 System Certification.2013 ISO 14001:2004 (mengenai lingkungan) dari SGS (ISO 14001 System Certification).2014 CSR Global Awards Penghargaan Perunggu pada kategori Women Empowerment dari the 6th Global CSR Summit and Awards.2014 Green Industry Award, Sertifikat Level 4 Kementerian Perindustrian RI.2014 Greenship Interior Space Cetificate kepada kantor pusat L’Oreal Indonesia dari Green Building Council Indonesia.2015 CSR Global Awards Penghargaan Emas pada kategori Women Empowerment dan Best Workplace Practices dari the 7th Global CSR Summit and Awards.

PENGHARGAAN & SERTIFIKASI

MEREK-MEREK L’ORÉAL DI INDONESIA

1986PT Yasulor Indonesia dibangun pertama kali berlokasi di Ciracas sebagai perusahaan gabungan antara L’Oréal dan perusahaan lokal.

1987L’Oréal Professionnel mulai diluncurkan

1994Kérastase mulai diluncurkan

1996Maybelline New York mulai diluncurkan

2004Garnier mulai diluncurkan

2006Matrix dan Shu Uemura mulai diluncurkan

2008Diesel mulai diluncurkan

2009Yves Saint Laurent dan Kiehl’s mulai diluncurkan

2011L’Oréal Paris rangkaian perawatan rambut diluncurkan

2012Pabrik Jababeka diresmikan sebagai pabrik L’Oréal Group terbesar di dunia

2013Viktor & Rolf mulai diluncurkanRelokasi kantor pusat ke Ciputra WorldPusat Evaluasi didirikan

2014Pusat Distribusilokasi baru

2000PT L’Oréal Indonesia dibentuk sebagai 100% anak perusahaan dari L’Oréal Group sebagai distributor L’Oréal Professionnel, Kérastase, L’Oréal Paris, Maybelline New York, Lancôme, Giorgio Armani dan Ralph Lauren.

FAKTA L’Oréal

SUMBER DAYA MANUSIA

INFORMASI INDUSTRIAL

PASAR MODERN

Departement store

SupermarketHiper marketMini market

SALON

PASAR TRADISIONAL

PRODUK MASSAL PRODUK MEWAHPRODUK MENENGAH

Kegiatan L’Oréal di Indonesia dijalankan melalui dua entitas yaitu: PT L’Oréal Indonesia sebagai pusat pemasaran dan distribusi, serta PT Yasulor Indonesia (L’Oréal Manufacturing Indonesia) sebagai pusat produksi. 14 merek internasional L’Oreal yang yang hadir di Indonesia adalah: L’Oréal Professionnel; Kerastase Paris; Matrix; L’Oréal Paris; Maybelline New York; Garnier; Lancôme; Shu Uemura; Yves Saint Laurent; Kiehl’s; parfum Giorgio Armani, Ralph Lauren, Viktor & Rolf; serta The Body Shop yang didistribusikan melalui pihak ketiga.

7 8BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

1979 Lancome mulai dipasarkan di Indonesia.

1985 L’Oréal Paris masuk ke Indonesia melalui program kemitraan perusahaan lokal

Karyawan 884 orang (407 di PT L’Oréal Indonesia, 477 di PT Yasulor Indonesia)

Mayoritas karyawan 99% IndonesiaProsentase manajer perempuan 51%

Data Agustus 2015

Luas Tanah 200,000 M2Luas Bangunan 66,000 M2Nilai Investasi 100 juta Euro atau 1.25 trilyun RupiahSegmen Produksi Perawatan kulit dan rambut merek L’Oréal Paris dan GarnierPasar Produksi 40% domestik, 60% eksport ke negara-negara ASEAN

2009 Indonesian Asia Responsible Entrepreneurship Award pada kategori Best Community Engagement oleh organisasi Asia Responsible Entrepreneurship.2010 Anugerah Peduli Pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2012 Penghargaan IPTEK kepada 4 orang penerima International Fellowships For Women in Science dari Kementerian Riset dan Teknologi RI.2012 Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI).2012 Sertifikat LEED (Leadership in Enery and Environmental Design) pada kategori New Construction kepada pabrik L’Oreal Indonesia dari U.S. Green Building Council.2013 ISO 9001 (mengenai Mutu) dari SGS (ISO 9001 System Certification).2013 OHSAS 18001:2007 (mengenai Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan Kerja) dari OHSAS 18001 System Certification.2013 ISO 14001:2004 (mengenai lingkungan) dari SGS (ISO 14001 System Certification).2014 CSR Global Awards Penghargaan Perunggu pada kategori Women Empowerment dari the 6th Global CSR Summit and Awards.2014 Green Industry Award, Sertifikat Level 4 Kementerian Perindustrian RI.2014 Greenship Interior Space Cetificate kepada kantor pusat L’Oreal Indonesia dari Green Building Council Indonesia.2015 CSR Global Awards Penghargaan Emas pada kategori Women Empowerment dan Best Workplace Practices dari the 7th Global CSR Summit and Awards.

PENGHARGAAN & SERTIFIKASI

MEREK-MEREK L’ORÉAL DI INDONESIA

1986PT Yasulor Indonesia dibangun pertama kali berlokasi di Ciracas sebagai perusahaan gabungan antara L’Oréal dan perusahaan lokal.

1987L’Oréal Professionnel mulai diluncurkan

1994Kérastase mulai diluncurkan

1996Maybelline New York mulai diluncurkan

2004Garnier mulai diluncurkan

2006Matrix dan Shu Uemura mulai diluncurkan

2008Diesel mulai diluncurkan

2009Yves Saint Laurent dan Kiehl’s mulai diluncurkan

2011L’Oréal Paris rangkaian perawatan rambut diluncurkan

2012Pabrik Jababeka diresmikan sebagai pabrik L’Oréal Group terbesar di dunia

2013Viktor & Rolf mulai diluncurkanRelokasi kantor pusat ke Ciputra WorldPusat Evaluasi didirikan

2014Pusat Distribusilokasi baru

2000PT L’Oréal Indonesia dibentuk sebagai 100% anak perusahaan dari L’Oréal Group sebagai distributor L’Oréal Professionnel, Kérastase, L’Oréal Paris, Maybelline New York, Lancôme, Giorgio Armani dan Ralph Lauren.

FAKTA L’Oréal

SUMBER DAYA MANUSIA

INFORMASI INDUSTRIAL

PASAR MODERN

Departement store

SupermarketHiper marketMini market

SALON

PASAR TRADISIONAL

PRODUK MASSAL PRODUK MEWAHPRODUK MENENGAH

Kegiatan L’Oréal di Indonesia dijalankan melalui dua entitas yaitu: PT L’Oréal Indonesia sebagai pusat pemasaran dan distribusi, serta PT Yasulor Indonesia (L’Oréal Manufacturing Indonesia) sebagai pusat produksi. 14 merek internasional L’Oreal yang yang hadir di Indonesia adalah: L’Oréal Professionnel; Kerastase Paris; Matrix; L’Oréal Paris; Maybelline New York; Garnier; Lancôme; Shu Uemura; Yves Saint Laurent; Kiehl’s; parfum Giorgio Armani, Ralph Lauren, Viktor & Rolf; serta The Body Shop yang didistribusikan melalui pihak ketiga.

7 8BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

INOVASI BERKELANJUTAN

DATA & FAKTA

Inovasi berkelanjutan adalah pilar pertama komitmen berkelanjutan Sharing Beauty With All. Sejak lama, L’Oréal telah berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dari

produk yang dihasilkan. Tim Riset dan Inovasi L’Oréal bekerja dengan memusatkan pada dua prioritas: pemanfaatan keragaman hayati yang bertanggungjawab dan pengurangan dampak lingkungan. L’Oréal memilih bahan baku secara selektif dari sumber yang bertanggungjawab,

mempertimbangkan dampak kerusakan pada lingkungan dan kemampuannya untuk diserap oleh alam. Di L’Oréal Indonesia, inovasi berkelanjutan diterapkan lewat pemanfaatan bahan ramah

lingkungan untuk keperluan bisnis dan promosi. Bahan-bahan dari akrilik mulai digantikan oleh kertas dan bahan display promosi yang sukar didaur-ulang dimanfaatkan lebih lanjut dalam bentuk

merchandise.

MENGGANTI AKRILIK DENGAN

CORRUGATED CARTON DISPLAY (CCD)

TAHAN LAMA

TIDAK RAMAH LINGKUNGAN

TIDAK TAHAN LAMA

RAMAH LINGKUNGAN BISA DIDAUR ULANG 60 % DARI BAHAN DAUR

ULANG

AKRILIK CCD

46%27%

54%73%

YTDJUNI 2014

YTD JUNI 2015

Salah satu terobosan L’Oréal Indonesia untuk mendukung pilar Inovasi Berkelanjutan adalah pemakaian bahan yang ramah lingkungan untuk keperluan promosi bisnis atau display produk. Jika selama ini bahan yang digunakan sukar didaur ulang dan tidak ramah lingkungan seperti akrilik, untuk mendukung visi Sharing Beauty With All, L’Oréal mengganti bahan yang tidak bisa didaur-ulang menjadi bahan kertas yaitu dalam format corrugated carton display (CCD). Kertas jenis ini berasal dari sumber hutan yang terbarukan dan 60%nya berasal dari kertas hasil daur-ulang. Corrugated carton yang terdiri dari kombinasi tiga lapisan kertas kraft dan medium coklat bergelombang, walaupun lebih ringan tetapi cukup kuat sehingga dapat menggantikan akrilik dari segi fungsi. Corrugated carton dikembangkan pertama kali pada tahun 1884 oleh ahli kimia Swedia, Carl F. Dahl. Ia memasukkan potongan bubur kayu ke dalam kertas untuk menjadikan kertas tahan robek, belah dan hancur. Belakangan, industri daur ulang

memperbaiki kualitas dan fungsi corrugated carton sehingga bisa dimanfaatkan kembali. Bahan bakunya tidak lagi dari kayu, namun dari penghancuran kertas daur ulang yang dimasukkan ke dalam mesin penghancur khusus, kemudian dilunakkan dan diproses kembali. Pada tahun 2014, kontribusi penggunaan corrugated carton dibandingkan akrilik mencapai 55% untuk kebutuhan display produk-produk CPD. Tahun ini, komposisi produksi kertas corrugated sudah melebihi 70%, dengan total melebihi 18000 unit. Pemakaian kertas untuk display produk menurut Filipus N. Triwiyoso, Purchasing Manager L’Oréal Indonesia, memang memiliki kekurangan tersendiri. Antara lain tidak tahan lama seperti akrilik yang terbuat dari bahan plastik keras sehingga berisiko diganti jika kertas robek dan rusak . “Tapi ini keputusan penting yang kami ambil, demi menyelamatkan lingkungan”.

CORRUGATED CARTON UNTUK MENDUKUNG INOVASI BERKELANJUTAN

9 10BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

INOVASI BERKELANJUTAN

DATA & FAKTA

Inovasi berkelanjutan adalah pilar pertama komitmen berkelanjutan Sharing Beauty With All. Sejak lama, L’Oréal telah berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dari

produk yang dihasilkan. Tim Riset dan Inovasi L’Oréal bekerja dengan memusatkan pada dua prioritas: pemanfaatan keragaman hayati yang bertanggungjawab dan pengurangan dampak lingkungan. L’Oréal memilih bahan baku secara selektif dari sumber yang bertanggungjawab,

mempertimbangkan dampak kerusakan pada lingkungan dan kemampuannya untuk diserap oleh alam. Di L’Oréal Indonesia, inovasi berkelanjutan diterapkan lewat pemanfaatan bahan ramah

lingkungan untuk keperluan bisnis dan promosi. Bahan-bahan dari akrilik mulai digantikan oleh kertas dan bahan display promosi yang sukar didaur-ulang dimanfaatkan lebih lanjut dalam bentuk

merchandise.

MENGGANTI AKRILIK DENGAN

CORRUGATED CARTON DISPLAY (CCD)

TAHAN LAMA

TIDAK RAMAH LINGKUNGAN

TIDAK TAHAN LAMA

RAMAH LINGKUNGAN BISA DIDAUR ULANG 60 % DARI BAHAN DAUR

ULANG

AKRILIK CCD

46%27%

54%73%

YTDJUNI 2014

YTD JUNI 2015

Salah satu terobosan L’Oréal Indonesia untuk mendukung pilar Inovasi Berkelanjutan adalah pemakaian bahan yang ramah lingkungan untuk keperluan promosi bisnis atau display produk. Jika selama ini bahan yang digunakan sukar didaur ulang dan tidak ramah lingkungan seperti akrilik, untuk mendukung visi Sharing Beauty With All, L’Oréal mengganti bahan yang tidak bisa didaur-ulang menjadi bahan kertas yaitu dalam format corrugated carton display (CCD). Kertas jenis ini berasal dari sumber hutan yang terbarukan dan 60%nya berasal dari kertas hasil daur-ulang. Corrugated carton yang terdiri dari kombinasi tiga lapisan kertas kraft dan medium coklat bergelombang, walaupun lebih ringan tetapi cukup kuat sehingga dapat menggantikan akrilik dari segi fungsi. Corrugated carton dikembangkan pertama kali pada tahun 1884 oleh ahli kimia Swedia, Carl F. Dahl. Ia memasukkan potongan bubur kayu ke dalam kertas untuk menjadikan kertas tahan robek, belah dan hancur. Belakangan, industri daur ulang

memperbaiki kualitas dan fungsi corrugated carton sehingga bisa dimanfaatkan kembali. Bahan bakunya tidak lagi dari kayu, namun dari penghancuran kertas daur ulang yang dimasukkan ke dalam mesin penghancur khusus, kemudian dilunakkan dan diproses kembali. Pada tahun 2014, kontribusi penggunaan corrugated carton dibandingkan akrilik mencapai 55% untuk kebutuhan display produk-produk CPD. Tahun ini, komposisi produksi kertas corrugated sudah melebihi 70%, dengan total melebihi 18000 unit. Pemakaian kertas untuk display produk menurut Filipus N. Triwiyoso, Purchasing Manager L’Oréal Indonesia, memang memiliki kekurangan tersendiri. Antara lain tidak tahan lama seperti akrilik yang terbuat dari bahan plastik keras sehingga berisiko diganti jika kertas robek dan rusak . “Tapi ini keputusan penting yang kami ambil, demi menyelamatkan lingkungan”.

CORRUGATED CARTON UNTUK MENDUKUNG INOVASI BERKELANJUTAN

9 10BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

INOVASI BERKELANJUTAN

Kertas Forest Stewardship Council (FSC) adalah kertas khusus bersertifikasi internasional yang proses produksinya sudah memenuhi persyaratan ramah lingkungan, tanggung jawab sosial dan transparansi bisnis. L’Oréal memutuskan menggunakan kertas FSC untuk bahan baku flat printing seperti brosur, buku-buku dan masih banyak lagi barang promosi lainnya. Dari segi harga, kertas FSC lebih tinggi hingga 15% daripada kertas biasa. Namun, untuk mendukung pilar Inovasi Berkelanjutan, L’Oréal memilih kertas FSC dalam pembuatan produk cetak dua dimensi.

Inovasi lain yang dilakukan L’Oréal untuk mendukung program berkelanjutan adalah pemanfaatan flexi (frontlite/backlite) yang bersifat lentur menjadi bahan merchandise bagi brand. Bahan visual yang digunakan untuk mendukung promosi produk di area padat pengunjung biasanya akan terbuang setelah promosi berakhir. Bahan ini umumnya sukar didaur-ulang sehingga untuk menambah manfaat bagi material yang sebagian besar bahannya berupa vinyl ini, L’Oréal berinovasi menciptakan merchandise berupa dompet, tas dan kantong. Diharapkan, merchandise tersebut dapat digunakan kembali sebagai barang-barang promosi brand.

“Ini keputusan penting yang

kami ambil, demi menyelamatkan

lingkungan”

Filipus N. TriwiyosoPurchasing Manager L’Oréal Indonesia

PENGGUNAAN KERTAS FSC UNTUK FLAT PRINTING

BARANG-BARANG PENDUKUNG PEMASARAN (POS) YANG BERUMUR PANJANG

PRODUKSIBERKELANJUTAN

Pada tahun 2005, L’Oréal membuat komitmen penting untuk mengurangi dampak lingkungan produksi dan distribusi yaitu pengurangan 60% emisi gas rumah kaca, konsumsi air per produk jadi, dan limbah produksi per produk jadi. Sementara bisnis terus berkembang, Grup membuat kemajuan

signifikan dengan menerapkan pelestarian sumberdaya dan menggunakan teknologi inovatif. Ini merupakan tantangan yang berkelanjutan, yang dipilih tim manufaktur L’Oréal demi mendukung

pilar produksi berkelanjutan.Di Indonesia, L’Oréal mendukung pilar ini dengan menerapkan konsep energi hijau, pengelolaan

emisi gas CO2 pada proses produksi dan distribusi, pengaturan konsumsi air, dan pengelolaan limbah hasil produksi di pabrik L’Oréal di kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Sementara di kantor pusat L’Oréal Indonesia di pusat bisnis Jakarta, telah diterapkan pula tata kelola kantor

ramah lingkungan yang mengusung konsep Beauty for A greener Living.

11 12BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

INOVASI BERKELANJUTAN

Kertas Forest Stewardship Council (FSC) adalah kertas khusus bersertifikasi internasional yang proses produksinya sudah memenuhi persyaratan ramah lingkungan, tanggung jawab sosial dan transparansi bisnis. L’Oréal memutuskan menggunakan kertas FSC untuk bahan baku flat printing seperti brosur, buku-buku dan masih banyak lagi barang promosi lainnya. Dari segi harga, kertas FSC lebih tinggi hingga 15% daripada kertas biasa. Namun, untuk mendukung pilar Inovasi Berkelanjutan, L’Oréal memilih kertas FSC dalam pembuatan produk cetak dua dimensi.

Inovasi lain yang dilakukan L’Oréal untuk mendukung program berkelanjutan adalah pemanfaatan flexi (frontlite/backlite) yang bersifat lentur menjadi bahan merchandise bagi brand. Bahan visual yang digunakan untuk mendukung promosi produk di area padat pengunjung biasanya akan terbuang setelah promosi berakhir. Bahan ini umumnya sukar didaur-ulang sehingga untuk menambah manfaat bagi material yang sebagian besar bahannya berupa vinyl ini, L’Oréal berinovasi menciptakan merchandise berupa dompet, tas dan kantong. Diharapkan, merchandise tersebut dapat digunakan kembali sebagai barang-barang promosi brand.

“Ini keputusan penting yang

kami ambil, demi menyelamatkan

lingkungan”

Filipus N. TriwiyosoPurchasing Manager L’Oréal Indonesia

PENGGUNAAN KERTAS FSC UNTUK FLAT PRINTING

BARANG-BARANG PENDUKUNG PEMASARAN (POS) YANG BERUMUR PANJANG

PRODUKSIBERKELANJUTAN

Pada tahun 2005, L’Oréal membuat komitmen penting untuk mengurangi dampak lingkungan produksi dan distribusi yaitu pengurangan 60% emisi gas rumah kaca, konsumsi air per produk jadi, dan limbah produksi per produk jadi. Sementara bisnis terus berkembang, Grup membuat kemajuan

signifikan dengan menerapkan pelestarian sumberdaya dan menggunakan teknologi inovatif. Ini merupakan tantangan yang berkelanjutan, yang dipilih tim manufaktur L’Oréal demi mendukung

pilar produksi berkelanjutan.Di Indonesia, L’Oréal mendukung pilar ini dengan menerapkan konsep energi hijau, pengelolaan

emisi gas CO2 pada proses produksi dan distribusi, pengaturan konsumsi air, dan pengelolaan limbah hasil produksi di pabrik L’Oréal di kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Sementara di kantor pusat L’Oréal Indonesia di pusat bisnis Jakarta, telah diterapkan pula tata kelola kantor

ramah lingkungan yang mengusung konsep Beauty for A greener Living.

11 12BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

DATA & FAKTA

PENGURANGAN EMISI CO2

PENGURANGANKOMSUMSI AIR

PENGURANGANLIMBAH

YTD JUNI 2015 VS 2005 YTD JUNI 2015 VS 2005

TOTAL KOMSUMSI TON / TAHUN

TOTAL KOMSUMSI GRAM / UNIT JADI

2005 20052010 20102012 20122013 20132014 2014YTD JUNI 2015

YTD JUNI 2015

2012 201320102005 2005

TANPA SLUDGE

2010 2012 2013 2014 YTD JUNI 2015

YTD JUNI 2015

1,12

12,72 12,109,37 10,50

6,305,80

0,76 0,67 0,62 0,532035

57,944441

38,62

5488

41,45

5990

33,30

4123

23,60723 8,10

TOTAL KOMSUMSI LITER / UNIT JADI

TOTAL LIMBAH GRAM / UNIT JADI

YTD JUNI 2015 VS 2005 YTD JUNI 2015 VS 2005

-28% -86%-53% -50%

PRODUKSI BERKELANJUTAN

Pembangunan pabrik L’Oréal dengan konsep hijau di kawasan industri Jababeka, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merupakan terobosan penting untuk mendukung pilar produksi yang berkelanjutan. Adrianne Chinetti, Plant Director L’Oréal Manufacturing Indonesia menjelaskan bahwa pendirian pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia sejalan dengan ambisi L’Oréal group dalam menambah satu milyar konsumen baru pada tahun 2020 serta untuk merespon permintaan pasar yang kian tumbuh di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain itu, President Director L’Oréal Indonesia, Vismay Sharma mengungkapkan, pembangunan pabrik besar di Indonesia juga akan menciptakan transfer technology untuk bisa dipraktikkan pada industri lokal. “Dengan pembangunan pabrik ini, L’Oréal mampu memanfaatkan teknologi inovasi yang ramah lingkungan, hemat energi, dan canggih untuk meningkatkan produksi hingga empat kali lipat,” ungkap Vismay. Pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia merefleksikan keyakinan kita akan pertumbuhan yang berkelanjutan dan komitmen kuat perusahaan terhadap Indonesia.

Pabrik dengan luas bangunan sebesar 66.000 ini didesain secara khusus dengan mempertimbangkan efisiensi dan penggunaan teknologi terbaik serta memastikan penerapan standar tertinggi pada lingkungan, mutu serta keamanan dan keselamatan kerja. Seluruh kegiatan operasional produksi dilaksanakan dengan mengacu pada sistem yang ramah lingkungan.

Pabrik dirancang dengan mempertimbangkan dan memastikan penerapan praktik-praktik terbaik pada lingkungan, higienitas serta kesehatan dan keselamatan Kerja:

1. Pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia dirancang sesuai dengan standard LEED (Leadership in Energy & Environmental

Design) bagi pembangunan pabrik hijau dan merupakan pabrik yang pertama memperoleh LEED Silver Certification di Indonesia.

2. Sertifikasi ini adalah untuk program berkelanjutan dalam hal ini ruang lingkup yang menjadi penilaian sertifikasi termasuk diantaranya adalah aspek keberlanjutan ‘sustainability’ seperti penerapan efisiensi air, limbah dan energi, manajemen atmosfir, penggunaan material dan sumber daya serta kualitas lingkungan.

3. 100% pengolahan limbah cair di dalam pabrik (WWTP).4. 100% penggunaan kemasan bersertifikat FSC (Forest

Stewardship Council).

Penggunaan teknologi termutakhir dan memastikan standar mutu terbaik:

1. Penggunaan mesin-mesin produksi yang otomatis .2. Pemprosesan produk dengan penggunaan air ultra murni

(reverse osmosis membrane dan microbiology control).3. Tes mikrobiologi dilaksanakan sesuai dengan standar ISO. Pabrik telah memperoleh ISO 9001 (tentang mutu), OHSAS 18001 (tentang Keselamatan Kesehatan dan Keamanan Kerja – K3), ISO 14001 (tentang Manajemen Lingkungan).

UPAYA L’ORÉAL MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENCAPAI PRODUKSI BERKELANJUTAN

• PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI DALAM PABRIK• PENGGUNAAN KEMASAN BERSERTIFIKAT FSC

100%

13 14BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

DATA & FAKTA

PENGURANGAN EMISI CO2

PENGURANGANKOMSUMSI AIR

PENGURANGANLIMBAH

YTD JUNI 2015 VS 2005 YTD JUNI 2015 VS 2005

TOTAL KOMSUMSI TON / TAHUN

TOTAL KOMSUMSI GRAM / UNIT JADI

2005 20052010 20102012 20122013 20132014 2014YTD JUNI 2015

YTD JUNI 2015

2012 201320102005 2005

TANPA SLUDGE

2010 2012 2013 2014 YTD JUNI 2015

YTD JUNI 2015

1,12

12,72 12,109,37 10,50

6,305,80

0,76 0,67 0,62 0,532035

57,944441

38,62

5488

41,45

5990

33,30

4123

23,60723 8,10

TOTAL KOMSUMSI LITER / UNIT JADI

TOTAL LIMBAH GRAM / UNIT JADI

YTD JUNI 2015 VS 2005 YTD JUNI 2015 VS 2005

-28% -86%-53% -50%

PRODUKSI BERKELANJUTAN

Pembangunan pabrik L’Oréal dengan konsep hijau di kawasan industri Jababeka, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merupakan terobosan penting untuk mendukung pilar produksi yang berkelanjutan. Adrianne Chinetti, Plant Director L’Oréal Manufacturing Indonesia menjelaskan bahwa pendirian pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia sejalan dengan ambisi L’Oréal group dalam menambah satu milyar konsumen baru pada tahun 2020 serta untuk merespon permintaan pasar yang kian tumbuh di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain itu, President Director L’Oréal Indonesia, Vismay Sharma mengungkapkan, pembangunan pabrik besar di Indonesia juga akan menciptakan transfer technology untuk bisa dipraktikkan pada industri lokal. “Dengan pembangunan pabrik ini, L’Oréal mampu memanfaatkan teknologi inovasi yang ramah lingkungan, hemat energi, dan canggih untuk meningkatkan produksi hingga empat kali lipat,” ungkap Vismay. Pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia merefleksikan keyakinan kita akan pertumbuhan yang berkelanjutan dan komitmen kuat perusahaan terhadap Indonesia.

Pabrik dengan luas bangunan sebesar 66.000 ini didesain secara khusus dengan mempertimbangkan efisiensi dan penggunaan teknologi terbaik serta memastikan penerapan standar tertinggi pada lingkungan, mutu serta keamanan dan keselamatan kerja. Seluruh kegiatan operasional produksi dilaksanakan dengan mengacu pada sistem yang ramah lingkungan.

Pabrik dirancang dengan mempertimbangkan dan memastikan penerapan praktik-praktik terbaik pada lingkungan, higienitas serta kesehatan dan keselamatan Kerja:

1. Pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia dirancang sesuai dengan standard LEED (Leadership in Energy & Environmental

Design) bagi pembangunan pabrik hijau dan merupakan pabrik yang pertama memperoleh LEED Silver Certification di Indonesia.

2. Sertifikasi ini adalah untuk program berkelanjutan dalam hal ini ruang lingkup yang menjadi penilaian sertifikasi termasuk diantaranya adalah aspek keberlanjutan ‘sustainability’ seperti penerapan efisiensi air, limbah dan energi, manajemen atmosfir, penggunaan material dan sumber daya serta kualitas lingkungan.

3. 100% pengolahan limbah cair di dalam pabrik (WWTP).4. 100% penggunaan kemasan bersertifikat FSC (Forest

Stewardship Council).

Penggunaan teknologi termutakhir dan memastikan standar mutu terbaik:

1. Penggunaan mesin-mesin produksi yang otomatis .2. Pemprosesan produk dengan penggunaan air ultra murni

(reverse osmosis membrane dan microbiology control).3. Tes mikrobiologi dilaksanakan sesuai dengan standar ISO. Pabrik telah memperoleh ISO 9001 (tentang mutu), OHSAS 18001 (tentang Keselamatan Kesehatan dan Keamanan Kerja – K3), ISO 14001 (tentang Manajemen Lingkungan).

UPAYA L’ORÉAL MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENCAPAI PRODUKSI BERKELANJUTAN

• PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI DALAM PABRIK• PENGGUNAAN KEMASAN BERSERTIFIKAT FSC

100%

13 14BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTAN

L’Oréal Manufacturing Indonesia melakukan terobosan dalam pengurangan emisi CO2 melalui program ‘green electricity’ penggunaan tenaga listrik terbarukan yakni mini hydro tenaga listrik hijau yang terkoneksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kracak, Jawa Barat bekerjasama dengan PLN dan Cikarang Listrindo (pengelola tenaga listrik di kawasan Industri Jababeka). Pemanfaatan Green Electricity tersebut telah dilaksanakan oleh L’Oréal Manufacturing Indonesia sejak bulan Agustus 2014 dan merupakan bebas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target pengurangan emisi dapat mencapai di bawah 5000-6000 ton CO2/ tahun atau mencapai faktor emisi 0%, berapa pun konsumsi energi yang digunakan pabrik.

Ari Cahyo Saputro, Maintenance, New Building, Environment Safety and Health Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia menyatakan bahwa sistem listrik hijau ini merupakan model bisnis dengan pemanfaatan listrik ramah lingkungan pertama di Indonesia.

L’Oréal Manufacturing Indonesia menerapkan proses pengangkutan limbah dimana seluruh komponen atau material yang keluar dari pabrik yang bukan merupakan barang jadi atau semi-jadi diangkut dan dimanfaatkan kembali.

Limbah yang dapat diangkut tersebut diantarannya adalah cardboard (kardus), limbah sludge atau limbah lumpur yang dihasilkan dari WWTP, bulk, palet kayu rusak dan limbah lainnya. Berikut ini adalah beberapa program efisiensi pengurangan limbah yang telah dilaksanakan oleh L’Oréal Manufacturing Indonesia :

PROGRAM PEMANFAATAN KARDUS BEKAS

Program ini dilaksanakan guna mengurangi limbah padat yakni kardus yang digunakan oleh pemasok pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia untuk mengirimkan kemasan bagi produk-produk L’Oréal. Total limbah padat berupa kardus yang dihasilkan perusahaan atas pengiriman tersebut sebesar kurang lebih 30 – 50 ton/bulan. Melalui program pemanfaatan kardus bekas ini, tim melakukan identifikasi termasuk diantaranya terkait dengan kualitas produk. Kemudian tim mengoptimalkan seluruh pemasok kemasan lokal menggunakan polypropilane dalam ini bersifat returnable atau dapat digunakan berkali-kali tanpa mempengaruhi kualitas atau mutu produk. Proyek yang dilaksanakan secara berkesinambungan ini telah melakukan efisiensi sebesar 50% atau efisiensi pada konsumsi limbah kardus dari 30 -50 ton/bulan menjadi 15-20 ton/bulan.

ENERGI HIJAU

PENGURANGAN LIMBAH

FAKTOR EMISI CO2 DENGAN PENGGUNAAN

ENERGI HIJAU

EFISIENSI LIMBAH KARDUS

0%

50%

PRODUKSI BERKELANJUTAN

“Pengolahan limbah lumpur di L’Oréal

Manufacturing Indonesia ini

merupakan program pertama yang pernah

dilakukan di Indonesia dan di L’Oréal Grup.”

Adrianne ChinettiPlant Director L’Oréal Manufacturing Indonesia

PROGRAM SLUDGE DRYING

Program Sludge Drying atau pengolahan limbah lumpur di pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia ini adalah program unggulan yang pertama dilaksanakan di Indonesia dan Grup L’Oréal. Program ini secara resmi mulai dilaksanakan pada bulan September 2014. Sebelum program ini dijalankan, pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia memproduksi limbah lumpur sebesar 52,6 ton/bulan atau 600 ton/tahun pada tahun 2013, sementara pada 2014 semenjak operasional program ini di bulan September berkurang sehingga menurunkan jumlah produksi lumpur menjadi 41,14 ton/bulan atau 500 ton/tahun hingga semester I 2015 berkat program sludge drying ini pabrik hanya mengeluarkan 25 ton/kuartal atau 100 ton/tahun. Dengan berjalannya program sludge drying ini, pabrik tidak lagi menghasilkan lumpur limbah namun lumpur kering dengan tingkat kekeringan hingga di atas 80%. Dengan demikian, perubahan yang ada berkat program ini pabrik mengubah jumlah produksi limbah lumpur tahun 2013 dari 52 ton/bulan menjadi 55 ton/semester (total efisiensi sebesar diatas 80%).

Cara kerja sludge drying adalah dengan mengirim air yang sudah diproses di Waste Water Treatment Plant (WWTP) ke rumah kaca untuk proses pengeringan menggunakan energi sinar matahari. Udara akan disaturasi di rumah kaca dan disirkulasi menggunakan unit biofilter untuk kemudian dialirkan ke atmosfer. Hasilnya adalah lumpur kering solid hingga 70%. Rumah kaca tempat memproses lumpur dibangun dengan teknologi tinggi untuk memastikan efisiensi energi dan konsumsi air.

15 16BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTAN

L’Oréal Manufacturing Indonesia melakukan terobosan dalam pengurangan emisi CO2 melalui program ‘green electricity’ penggunaan tenaga listrik terbarukan yakni mini hydro tenaga listrik hijau yang terkoneksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kracak, Jawa Barat bekerjasama dengan PLN dan Cikarang Listrindo (pengelola tenaga listrik di kawasan Industri Jababeka). Pemanfaatan Green Electricity tersebut telah dilaksanakan oleh L’Oréal Manufacturing Indonesia sejak bulan Agustus 2014 dan merupakan bebas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target pengurangan emisi dapat mencapai di bawah 5000-6000 ton CO2/ tahun atau mencapai faktor emisi 0%, berapa pun konsumsi energi yang digunakan pabrik.

Ari Cahyo Saputro, Maintenance, New Building, Environment Safety and Health Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia menyatakan bahwa sistem listrik hijau ini merupakan model bisnis dengan pemanfaatan listrik ramah lingkungan pertama di Indonesia.

L’Oréal Manufacturing Indonesia menerapkan proses pengangkutan limbah dimana seluruh komponen atau material yang keluar dari pabrik yang bukan merupakan barang jadi atau semi-jadi diangkut dan dimanfaatkan kembali.

Limbah yang dapat diangkut tersebut diantarannya adalah cardboard (kardus), limbah sludge atau limbah lumpur yang dihasilkan dari WWTP, bulk, palet kayu rusak dan limbah lainnya. Berikut ini adalah beberapa program efisiensi pengurangan limbah yang telah dilaksanakan oleh L’Oréal Manufacturing Indonesia :

PROGRAM PEMANFAATAN KARDUS BEKAS

Program ini dilaksanakan guna mengurangi limbah padat yakni kardus yang digunakan oleh pemasok pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia untuk mengirimkan kemasan bagi produk-produk L’Oréal. Total limbah padat berupa kardus yang dihasilkan perusahaan atas pengiriman tersebut sebesar kurang lebih 30 – 50 ton/bulan. Melalui program pemanfaatan kardus bekas ini, tim melakukan identifikasi termasuk diantaranya terkait dengan kualitas produk. Kemudian tim mengoptimalkan seluruh pemasok kemasan lokal menggunakan polypropilane dalam ini bersifat returnable atau dapat digunakan berkali-kali tanpa mempengaruhi kualitas atau mutu produk. Proyek yang dilaksanakan secara berkesinambungan ini telah melakukan efisiensi sebesar 50% atau efisiensi pada konsumsi limbah kardus dari 30 -50 ton/bulan menjadi 15-20 ton/bulan.

ENERGI HIJAU

PENGURANGAN LIMBAH

FAKTOR EMISI CO2 DENGAN PENGGUNAAN

ENERGI HIJAU

EFISIENSI LIMBAH KARDUS

0%

50%

PRODUKSI BERKELANJUTAN

“Pengolahan limbah lumpur di L’Oréal

Manufacturing Indonesia ini

merupakan program pertama yang pernah

dilakukan di Indonesia dan di L’Oréal Grup.”

Adrianne ChinettiPlant Director L’Oréal Manufacturing Indonesia

PROGRAM SLUDGE DRYING

Program Sludge Drying atau pengolahan limbah lumpur di pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia ini adalah program unggulan yang pertama dilaksanakan di Indonesia dan Grup L’Oréal. Program ini secara resmi mulai dilaksanakan pada bulan September 2014. Sebelum program ini dijalankan, pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia memproduksi limbah lumpur sebesar 52,6 ton/bulan atau 600 ton/tahun pada tahun 2013, sementara pada 2014 semenjak operasional program ini di bulan September berkurang sehingga menurunkan jumlah produksi lumpur menjadi 41,14 ton/bulan atau 500 ton/tahun hingga semester I 2015 berkat program sludge drying ini pabrik hanya mengeluarkan 25 ton/kuartal atau 100 ton/tahun. Dengan berjalannya program sludge drying ini, pabrik tidak lagi menghasilkan lumpur limbah namun lumpur kering dengan tingkat kekeringan hingga di atas 80%. Dengan demikian, perubahan yang ada berkat program ini pabrik mengubah jumlah produksi limbah lumpur tahun 2013 dari 52 ton/bulan menjadi 55 ton/semester (total efisiensi sebesar diatas 80%).

Cara kerja sludge drying adalah dengan mengirim air yang sudah diproses di Waste Water Treatment Plant (WWTP) ke rumah kaca untuk proses pengeringan menggunakan energi sinar matahari. Udara akan disaturasi di rumah kaca dan disirkulasi menggunakan unit biofilter untuk kemudian dialirkan ke atmosfer. Hasilnya adalah lumpur kering solid hingga 70%. Rumah kaca tempat memproses lumpur dibangun dengan teknologi tinggi untuk memastikan efisiensi energi dan konsumsi air.

15 16BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTANPRODUKSI BERKELANJUTAN

Penggunaan konsumsi air dipabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Cooling tower atau menara pendingin sebesar 22%,2. Cleaning in Process (CIP) atau kegiatan pencucian tanki

pemrosesan sebesar 21%,3. Kegiatan produksi sebagai bahan pencampur bulk material

sebesar 10% dan4. Sanitasi kantin, penggunaan boiler, proses perawatan Reverse

Osmosis (RO), serta pada Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau sistem pengolahan limbah air.

Guna mencapai target ‘Sharing Beauty with All’ mengenai pengurangan konsumsi air sebesar 60% di tahun 2020 berbanding data tahun 2005 maka pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia telah melaksanakan program sebagai berikut :

1. Efisiensi konsumsi air pada kegiatan pencucian tanki dan mesin melalui program Total Performance Management sebesar 20%,

2. Efisiensi dalam menekan jumlah air yang hilang dalam pemprosesan air bersih (reverse osmosis treatment dan soft water atau air pencucian). Sebagai perbandingan total konsumsi air proses RO pada tahun 2014 sebesar 11,500 m3/tahun, dan setelah melalui berbagai upaya pre-treatment ini pabrik dapat mencapai target efisiensi RO sebesar 7500 m3/tahun,

3. Efisensi konsumsi air pada kegiatan pembersihan Waste Water Treatment Plant (WWTP). WWTP berfungsi sebagai tempat pemrosesan air limbah menjadi kualitas air yang lebih baik guna dikirim ke Jababeka Municipal Plant. Salah satu kegiatan di WWTP yang cukup membutuhkan konsumsi air adalah kegiatan pembersihan yang menggunakan air daur ulang dalam kegiatan operasional WWTP yakni sebesar 500 m3/bulan, oleh karena itu melalui kegiatan efisiensi WWTP for Cleaning Reduction Program saat ini total konsumsi air telah berkurang menjadi 236 m3/bulan dan

4. Efisiensi pada konsumsi air pada penggunaan sanitasi dan mesin pencuci piring otomatis dilakukan guna meminimalisir penggunaan air dan mendeteksi kebocoran air sedini mungkin.

Melalui penerapan kebijakan dan standar perusahaan yang ketat serta penerapan manajemen penggunaan air secara terintegrasi, pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia telah melakukan efisiensi sebesar 53% (YTD Juni 2015).

PENGURANGAN KONSUMSI AIR

Terletak di jantung bisnis terpadu di selatan Jakarta, kantor pusat L’Oréal Indonesia sepenuhnya mengadopsi konsep green office. Hal ini dimulai dengan tata kelola lahan dengan pemilihan gedung Ciputra World yang sedang dalam proses sertifikasi Greenship. Kantor pusat L’Oréal Indonesia juga mudah diakses dengan kendaraan umum untuk mendukung program hemat energi. Pemilihan kantor dan perencanaan tata kelola gedung L’Oréal Indonesia merupakan bagian untuk mendukung program berkelanjutan yang diusung L’Oréal. “Kami memastikan setiap detil interior kantor baru kami sesuai dengan prinsip ramah lingkungan,” jelas Indra Utama, Property & General Affairs Manager L’Oréal Indonesia, yang merupakan Project Manager untuk pembangunan Pabrik Jababeka dan Kantor Pusat.

Ada sejumlah poin yang menjadi fokus pengelolaan kantor ramah lingkungan yang diterapkan kantor pusat L’Oréal. Untuk konservasi dan penghematan energi, L’Oréal melakukan efisiensi lampu dengan menurunkan Lighting power density (densitas daya pencahayaan) menjadi hanya sebesar 7,24 watt/m2 dari standar SNI (Standar Nasional Indonesia) sebesar 12 watt/m2 yang memberikan penghematan sebesar hampir 40% Semua lampu yang terpasang dikontrol secara otomatis dengan menggunakan PLC dan dapat diprogram sesuai dengan kebutuhan, baik timing, intensitas cahaya dan lokasi penyalaan. Dan lampu lampu juga terhubung dengan sensor cahaya matahari yg berfungsi meredupkan dan mematikan lampu bila cahaya matahari mencukupi untuk memberikan penerangan ruangan. L’Oréal juga mendokumentasikan penggunaan listrik bulanan sehingga bisa menjadi data untuk menyusun profil pengadaan listrik. Selain itu, pengadaan peralatan kantor juga memprioritaskan peralatan yang hemat listrik.

Untuk konservasi air, kantor pusat menggunakan sistem pemantauan penggunaan air lewat water flow meter atau meteran kucuran air. Untuk konsumsi air, disediakan fasilitas pemurnian air sehingga penggunaan air kemasan menjadi minim guna mengurangi produksi sampah.

Sumber daya material yang digunakan untuk menunjang operasional kantor juga menjadi perhatian utama. Kayu olahan untuk perabot kantor 50% berasal dari kayu legal yang melalui proses sertifikasi Forest Stewardship Council. Penggunaan kertas pun berasal dari sumber yang diolah secara ramah lingkungan dengan sertifikasi iso 14001.

Penghematan penggunaan kertas diterapkan dengan mengurangi fotokopi dan cetak kertas. Sistem fotokopi dilakukan terpusat untuk menghemat konsumsi kertas.

KANTOR PUSAT DENGAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN

17 18BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTANPRODUKSI BERKELANJUTAN

Penggunaan konsumsi air dipabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Cooling tower atau menara pendingin sebesar 22%,2. Cleaning in Process (CIP) atau kegiatan pencucian tanki

pemrosesan sebesar 21%,3. Kegiatan produksi sebagai bahan pencampur bulk material

sebesar 10% dan4. Sanitasi kantin, penggunaan boiler, proses perawatan Reverse

Osmosis (RO), serta pada Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau sistem pengolahan limbah air.

Guna mencapai target ‘Sharing Beauty with All’ mengenai pengurangan konsumsi air sebesar 60% di tahun 2020 berbanding data tahun 2005 maka pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia telah melaksanakan program sebagai berikut :

1. Efisiensi konsumsi air pada kegiatan pencucian tanki dan mesin melalui program Total Performance Management sebesar 20%,

2. Efisiensi dalam menekan jumlah air yang hilang dalam pemprosesan air bersih (reverse osmosis treatment dan soft water atau air pencucian). Sebagai perbandingan total konsumsi air proses RO pada tahun 2014 sebesar 11,500 m3/tahun, dan setelah melalui berbagai upaya pre-treatment ini pabrik dapat mencapai target efisiensi RO sebesar 7500 m3/tahun,

3. Efisensi konsumsi air pada kegiatan pembersihan Waste Water Treatment Plant (WWTP). WWTP berfungsi sebagai tempat pemrosesan air limbah menjadi kualitas air yang lebih baik guna dikirim ke Jababeka Municipal Plant. Salah satu kegiatan di WWTP yang cukup membutuhkan konsumsi air adalah kegiatan pembersihan yang menggunakan air daur ulang dalam kegiatan operasional WWTP yakni sebesar 500 m3/bulan, oleh karena itu melalui kegiatan efisiensi WWTP for Cleaning Reduction Program saat ini total konsumsi air telah berkurang menjadi 236 m3/bulan dan

4. Efisiensi pada konsumsi air pada penggunaan sanitasi dan mesin pencuci piring otomatis dilakukan guna meminimalisir penggunaan air dan mendeteksi kebocoran air sedini mungkin.

Melalui penerapan kebijakan dan standar perusahaan yang ketat serta penerapan manajemen penggunaan air secara terintegrasi, pabrik L’Oréal Manufacturing Indonesia telah melakukan efisiensi sebesar 53% (YTD Juni 2015).

PENGURANGAN KONSUMSI AIR

Terletak di jantung bisnis terpadu di selatan Jakarta, kantor pusat L’Oréal Indonesia sepenuhnya mengadopsi konsep green office. Hal ini dimulai dengan tata kelola lahan dengan pemilihan gedung Ciputra World yang sedang dalam proses sertifikasi Greenship. Kantor pusat L’Oréal Indonesia juga mudah diakses dengan kendaraan umum untuk mendukung program hemat energi. Pemilihan kantor dan perencanaan tata kelola gedung L’Oréal Indonesia merupakan bagian untuk mendukung program berkelanjutan yang diusung L’Oréal. “Kami memastikan setiap detil interior kantor baru kami sesuai dengan prinsip ramah lingkungan,” jelas Indra Utama, Property & General Affairs Manager L’Oréal Indonesia, yang merupakan Project Manager untuk pembangunan Pabrik Jababeka dan Kantor Pusat.

Ada sejumlah poin yang menjadi fokus pengelolaan kantor ramah lingkungan yang diterapkan kantor pusat L’Oréal. Untuk konservasi dan penghematan energi, L’Oréal melakukan efisiensi lampu dengan menurunkan Lighting power density (densitas daya pencahayaan) menjadi hanya sebesar 7,24 watt/m2 dari standar SNI (Standar Nasional Indonesia) sebesar 12 watt/m2 yang memberikan penghematan sebesar hampir 40% Semua lampu yang terpasang dikontrol secara otomatis dengan menggunakan PLC dan dapat diprogram sesuai dengan kebutuhan, baik timing, intensitas cahaya dan lokasi penyalaan. Dan lampu lampu juga terhubung dengan sensor cahaya matahari yg berfungsi meredupkan dan mematikan lampu bila cahaya matahari mencukupi untuk memberikan penerangan ruangan. L’Oréal juga mendokumentasikan penggunaan listrik bulanan sehingga bisa menjadi data untuk menyusun profil pengadaan listrik. Selain itu, pengadaan peralatan kantor juga memprioritaskan peralatan yang hemat listrik.

Untuk konservasi air, kantor pusat menggunakan sistem pemantauan penggunaan air lewat water flow meter atau meteran kucuran air. Untuk konsumsi air, disediakan fasilitas pemurnian air sehingga penggunaan air kemasan menjadi minim guna mengurangi produksi sampah.

Sumber daya material yang digunakan untuk menunjang operasional kantor juga menjadi perhatian utama. Kayu olahan untuk perabot kantor 50% berasal dari kayu legal yang melalui proses sertifikasi Forest Stewardship Council. Penggunaan kertas pun berasal dari sumber yang diolah secara ramah lingkungan dengan sertifikasi iso 14001.

Penghematan penggunaan kertas diterapkan dengan mengurangi fotokopi dan cetak kertas. Sistem fotokopi dilakukan terpusat untuk menghemat konsumsi kertas.

KANTOR PUSAT DENGAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN

17 18BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTAN

Dengan konsep ramah lingkungan ini, kantor pusat L’Oréal Indonesia menjadi kantor pertama yang meraih sertifikasi tingkat platinum ‘Greenship Interior Space’ dari Green Building Council Indonesia pada tahun 2014. L’Oréal Indonesia berhasil memenuhi persyaratan dalam sistem rating ramah lingkungan yang membuktikan komitmen perusahaan dalam penerapan konsep penghijauan. Ada beberapa kriteria penilaian utama untuk meraih sertifikasi Greenship Interior Space. Kriteria tersebut yaitu: kesesuaian pengembangan area, efisiensi dan konservasi penggunaan energi dan air, penggunaan bahan dan pengelolaan ramah lingkungan, manajemen prinsip ramah lingkungan, serta kesehatan dan kenyamanan dalam ruang.

Berdasarkan kesepakatan Grup L’Oréal, untuk mendukung pilar Produksi Berkelanjutan, pengurangan emisi CO2 tidak saja diterapkan dalam proses produksi yang memerlukan energi, namun juga dalam proses distribusi dengan alat transportasi. Baik itu dari pabrik atau dari gudang penyimpanan produk.

Dalam pilar Produksi Berkelanjutan, pada 2011 Grup sudah menetapkan angka 20% reduksi CO2 dari proses transportasi produk, yang dihitung dengan menggunakan rumus per gram CO2 per unit produk jadi dan per kilometer jarak yang ditempuh.

Di Indonesia, emisi CO2 diukur berdasarkan perhitungan alat transportasi apa yang digunakan. “Jika L’Oréal menggunakan truk jenis A misalnya, dengan tujuan Bandung, berapa emisi CO2-nya,”

kata Sindu Sirat, Supply Chain Manager L’Oréal Indonesia. Emisi CO2 terbesar dimiliki oleh alat transportasi pesawat udara.

Yang sudah dilakukan L’Oréal tahun lalu adalah dengan mengubah proses pengiriman barang, yang diubah pengirimannya dari transportasi udara menjadi transportasi darat ke wilayah Jawa. “Ini sekaligus juga menjadi cost-saving,” kata Sindu.

Jika barang yang dikirim kurang dari muatan satu truk (less-truck load), misalnya di bawah 10 karton, maka proses pengiriman yang biasanya menggunakan kargo pesawat, diganti dengan jasa transportasi darat yang bisa melayani pengiriman barang dalam volume kecil.

Langkah lain yang dilakukan oleh L’Oréal untuk mengurangi emisi CO2 adalah melihat peluang menggunakan bahan bakar gas. Apalagi, lokasi gudang penyimpanan produk L’Oréal Indonesia di kawasan Bekasi berdekatan dengan stasiun BBG (Bahan Bakar Gas). Namun program ini masih menunggu realisasi lebih jauh karena berdasarkan peraturan perhubungan, belum ada truk yang menggunakan BBG di Indonesia. “Walaupun sebenarnya kita sudah mengekplorasi kemungkinan pemakaian truk yang menggunakan BBG,” kata Sindu. “Kita masih menunggu peraturan dan perizinan operasi supaya truk dengan BBG bisa jalan,” jelas Sindu. Dengan demikian, L’Oréal Indonesia bisa semakin memacu reduksi emisi CO2 dibandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak.

PENGURANGAN EMISI CO2 DARI TRANSPORTASI DALAM NEGERI

“Kami memastikan setiap detil interior kantor baru kami sesuai dengan prinsip ramah lingkungan.”

Indra Utama - Property & General Affairs Manager

REDUKSI CO2 DARI PROSES TRANSPORTASI

PRODUK

20%

KEHIDUPANBERKELANJUTAN

L’Oréal memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan bisnis kecantikan, bagi para konsumennya yaitu mendorong konsumsi yang bertanggungjawab. Fokus utama dari pilar Kehidupan

Berkelanjutan (Living Sustainably)adalah membekali konsumen dengan kesadaran dan kepedulian akan produk yang mereka gunakan dan dampak berkelanjutan dari setiap produk L’Oréal terhadap

kelestarian lingkungan. L’Oréal juga membekali konsumen dengan informasi yang dibutuhkan seputar produk dan membuka akses komunikasi bagi konsumen. Di Indonesia, L’Oréal mendukung

pilar Living Sustainably ini dengan meluncurkan program L’Oréal Unveils, yaitu edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap dampak sinar ultra violet terhadap

kulit yang dipancarkan oleh cahaya matahari.

19 20BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PRODUKSI BERKELANJUTAN

Dengan konsep ramah lingkungan ini, kantor pusat L’Oréal Indonesia menjadi kantor pertama yang meraih sertifikasi tingkat platinum ‘Greenship Interior Space’ dari Green Building Council Indonesia pada tahun 2014. L’Oréal Indonesia berhasil memenuhi persyaratan dalam sistem rating ramah lingkungan yang membuktikan komitmen perusahaan dalam penerapan konsep penghijauan. Ada beberapa kriteria penilaian utama untuk meraih sertifikasi Greenship Interior Space. Kriteria tersebut yaitu: kesesuaian pengembangan area, efisiensi dan konservasi penggunaan energi dan air, penggunaan bahan dan pengelolaan ramah lingkungan, manajemen prinsip ramah lingkungan, serta kesehatan dan kenyamanan dalam ruang.

Berdasarkan kesepakatan Grup L’Oréal, untuk mendukung pilar Produksi Berkelanjutan, pengurangan emisi CO2 tidak saja diterapkan dalam proses produksi yang memerlukan energi, namun juga dalam proses distribusi dengan alat transportasi. Baik itu dari pabrik atau dari gudang penyimpanan produk.

Dalam pilar Produksi Berkelanjutan, pada 2011 Grup sudah menetapkan angka 20% reduksi CO2 dari proses transportasi produk, yang dihitung dengan menggunakan rumus per gram CO2 per unit produk jadi dan per kilometer jarak yang ditempuh.

Di Indonesia, emisi CO2 diukur berdasarkan perhitungan alat transportasi apa yang digunakan. “Jika L’Oréal menggunakan truk jenis A misalnya, dengan tujuan Bandung, berapa emisi CO2-nya,”

kata Sindu Sirat, Supply Chain Manager L’Oréal Indonesia. Emisi CO2 terbesar dimiliki oleh alat transportasi pesawat udara.

Yang sudah dilakukan L’Oréal tahun lalu adalah dengan mengubah proses pengiriman barang, yang diubah pengirimannya dari transportasi udara menjadi transportasi darat ke wilayah Jawa. “Ini sekaligus juga menjadi cost-saving,” kata Sindu.

Jika barang yang dikirim kurang dari muatan satu truk (less-truck load), misalnya di bawah 10 karton, maka proses pengiriman yang biasanya menggunakan kargo pesawat, diganti dengan jasa transportasi darat yang bisa melayani pengiriman barang dalam volume kecil.

Langkah lain yang dilakukan oleh L’Oréal untuk mengurangi emisi CO2 adalah melihat peluang menggunakan bahan bakar gas. Apalagi, lokasi gudang penyimpanan produk L’Oréal Indonesia di kawasan Bekasi berdekatan dengan stasiun BBG (Bahan Bakar Gas). Namun program ini masih menunggu realisasi lebih jauh karena berdasarkan peraturan perhubungan, belum ada truk yang menggunakan BBG di Indonesia. “Walaupun sebenarnya kita sudah mengekplorasi kemungkinan pemakaian truk yang menggunakan BBG,” kata Sindu. “Kita masih menunggu peraturan dan perizinan operasi supaya truk dengan BBG bisa jalan,” jelas Sindu. Dengan demikian, L’Oréal Indonesia bisa semakin memacu reduksi emisi CO2 dibandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak.

PENGURANGAN EMISI CO2 DARI TRANSPORTASI DALAM NEGERI

“Kami memastikan setiap detil interior kantor baru kami sesuai dengan prinsip ramah lingkungan.”

Indra Utama - Property & General Affairs Manager

REDUKSI CO2 DARI PROSES TRANSPORTASI

PRODUK

20%

KEHIDUPANBERKELANJUTAN

L’Oréal memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan bisnis kecantikan, bagi para konsumennya yaitu mendorong konsumsi yang bertanggungjawab. Fokus utama dari pilar Kehidupan

Berkelanjutan (Living Sustainably)adalah membekali konsumen dengan kesadaran dan kepedulian akan produk yang mereka gunakan dan dampak berkelanjutan dari setiap produk L’Oréal terhadap

kelestarian lingkungan. L’Oréal juga membekali konsumen dengan informasi yang dibutuhkan seputar produk dan membuka akses komunikasi bagi konsumen. Di Indonesia, L’Oréal mendukung

pilar Living Sustainably ini dengan meluncurkan program L’Oréal Unveils, yaitu edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap dampak sinar ultra violet terhadap

kulit yang dipancarkan oleh cahaya matahari.

19 20BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

DATA & FAKTA

11+

11+

11+

11+

11+

11+

11+

11+11+

11+11+

11+

Kekuatan sinar matahari Hampir tidak ada Sedang Kuat Sangat KuatLemah

INDEKS UV 1 - 2 5 - 6 7 - 8 9 - 11+3 - 4

Tingkat kulit terbakar Tidak ada Mudah Cepat

Sumber: UV Index, INTERSUN Programme, WHO, 2014

Sangat cepatHampir tidak ada

INDEKS UV DI INDONESIA

0o

Khatulistiwa

KEKUATAN SINAR UV DI INDONESIA

UVA, UVB & DAMPAKNYA TERHADAP KULITINTENSITAS SINAR UV PENETRASI KE KULIT

UVB

Panjang

Pada lapisan kulit bagian luar (epidermis)

Warna kulit lebih gelap, karena efek terbakar

Munculnya tanda-tanda penuaan pada kulit, seperti : kerut, noda hitam, dll

JENIS SINAR GELOMBANG PENETRASI KE KULIT DAMPAK KE KULIT

UVA

Menengah

Sampai ke lapisan kulit yang lebih dalam (dermis)

5% dari UV

UVA UVA

UVB

UVBUVC

terserap di lapisan ozon

Epidermis

Dermis

Hypodermis

LA

PI

SA

N

OZ

ON

95% dari UV

tertahan kaca

Sumber: Understanding of UVA & UVB | Skin Cancer Foundation, 2014

KEHIDUPAN BERKELANJUTAN

Dalam menciptakan setiap produk, L’Oréal tidak saja memiliki misi untuk memberi nilai keindahan, namun juga berkomitmen untuk memberi nilai tambah dengan mengedukasi para konsumennya agar dapat hidup secara berkelanjutan (Living Sustainably). Berdasarkan komitmen ini, sejak tahun lalu L’Oréal Indonesia bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat-Obatan & Makanan Indonesia (BPOM) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia (PERDOSKI) untuk meluncurkan program “L’Oréal Unveils” yang merupakan kampanye edukasi masyarakat seputar sinar Ultra Violet (UV) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para konsumen mengenai sinar UV yang dipancarkan oleh matahari, potensi risiko yang dapat disebabkannya serta cara paling efektif untuk melindungi kulit dari potensi resiko tersebut.

Bagi L’Oréal, sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perlindungan dari paparan sinar UV di Indonesia karena secara geografis, Indonesia terbentang di

sepanjang garis khatulistiwa sehingga menjadi salah satu negara yang memiliki indeks radiasi sinar UV yang tertinggi di dunia.

Selain itu, Melanie Masriel, Head of Corporate Communications PT L’Oréal Indonesia menyebutkan, “Berdasarkan survei kualitatif yang kami lakukan terhadap konsumen di tahun 2014, didapati kebanyakan masyarakat ternyata belum memahami betul apa itu sinar UVA & UVB serta potensi dampaknya terhadap kulit. Sebagian besar masyarakat Indonesia menghindari sinar matahari karena takut hitam, hanya menggunakan tabir surya jika pergi ke pantai, dan tidak mengerti indikator SPF & PA yang tertera pada produk tabir surya.”

Sinar UVA memberikan potensi risiko yang lebih besar dibandingkan UVB, karena UVA merupakan gelombang panjang yang dapat menembus kaca, bahkan dalam cuaca mendung dan hujan sekalipun dan bisa mempenetrasi jauh ke lapisan dermis (dalam) kulit. Sinar UVA dapat

menyebabkan Aging (penuaan dini) dan sinar UVB dapat menyebabkan Burning (kulit terbakar). Dan paparan kedua sinar UV secara berlebihan dan dalan jangka waktu yang lama dapat pula menimbulkan risiko penyakit kanker kulit.

L’ORÉAL UNVEILS

BERANI MATAHARITahun lalu, program ini membidik media untuk menyampaikan edukasi perlindungan dan kesehatan kulit ini pada masyarakat. Sedangkan di tahun 2015 ini, L’Oréal Indonesia memfokuskan program pada kampanye digital yang membidik konsumen secara lebih luas termasuk kalangan generasi muda. Kampanye digital ini mengusung tema “Berani Matahari”, dengan harapan masyarakat lebih peduli dengan kondisi kesehatan kulit melalui pemilihan produk pelindung kulit yang tepat sehingga tidak perlu takut terpapar cahaya matahari.Kampanye digital ini dikemas dalam format yang menyenangkan, interaktif

serta informatif yang dipusatkan pada website www.beranimatahari.com. Kampanye dimulai dengan viralisasi video edukasi pentingnya penggunaan tabir surya dan kemudian publik diharapkan bisa mengakses secara lengkap informasi seputar pengetahuan tentang sinar UV dari matahari, dampak positif dan risikonya bagi kulit, tips seputar perlindungan kulit terhadap sinar matahari, indeks radiasi sinar UV di setiap kota di Indonesia, serta fun application mengenai Skin Age Test. Ke depannya, masyarakat Indonesia diharapkan dapat melindungi kulitnya dengan lebih baik dan dapat memilih produk tabir surya secara lebih cermat.

“Berdasarkan survei kualitatif terhadap

konsumen yang dilakukan L’Oréal Indonesia di

tahun 2014, kebanyakan masyarakat ternyata belum

memahami betul apa itu sinar UVA & UVB

serta potensi dampaknya terhadap kulit.”

Melanie Masriel - Head of Corporate Communications

21 22BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

DATA & FAKTA

11+

11+

11+

11+

11+

11+

11+

11+11+

11+11+

11+

Kekuatan sinar matahari Hampir tidak ada Sedang Kuat Sangat KuatLemah

INDEKS UV 1 - 2 5 - 6 7 - 8 9 - 11+3 - 4

Tingkat kulit terbakar Tidak ada Mudah Cepat

Sumber: UV Index, INTERSUN Programme, WHO, 2014

Sangat cepatHampir tidak ada

INDEKS UV DI INDONESIA

0o

Khatulistiwa

KEKUATAN SINAR UV DI INDONESIA

UVA, UVB & DAMPAKNYA TERHADAP KULITINTENSITAS SINAR UV PENETRASI KE KULIT

UVB

Panjang

Pada lapisan kulit bagian luar (epidermis)

Warna kulit lebih gelap, karena efek terbakar

Munculnya tanda-tanda penuaan pada kulit, seperti : kerut, noda hitam, dll

JENIS SINAR GELOMBANG PENETRASI KE KULIT DAMPAK KE KULIT

UVA

Menengah

Sampai ke lapisan kulit yang lebih dalam (dermis)

5% dari UV

UVA UVA

UVB

UVBUVC

terserap di lapisan ozon

Epidermis

Dermis

Hypodermis

LA

PI

SA

N

OZ

ON

95% dari UV

tertahan kaca

Sumber: Understanding of UVA & UVB | Skin Cancer Foundation, 2014

KEHIDUPAN BERKELANJUTAN

Dalam menciptakan setiap produk, L’Oréal tidak saja memiliki misi untuk memberi nilai keindahan, namun juga berkomitmen untuk memberi nilai tambah dengan mengedukasi para konsumennya agar dapat hidup secara berkelanjutan (Living Sustainably). Berdasarkan komitmen ini, sejak tahun lalu L’Oréal Indonesia bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat-Obatan & Makanan Indonesia (BPOM) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin Indonesia (PERDOSKI) untuk meluncurkan program “L’Oréal Unveils” yang merupakan kampanye edukasi masyarakat seputar sinar Ultra Violet (UV) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para konsumen mengenai sinar UV yang dipancarkan oleh matahari, potensi risiko yang dapat disebabkannya serta cara paling efektif untuk melindungi kulit dari potensi resiko tersebut.

Bagi L’Oréal, sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perlindungan dari paparan sinar UV di Indonesia karena secara geografis, Indonesia terbentang di

sepanjang garis khatulistiwa sehingga menjadi salah satu negara yang memiliki indeks radiasi sinar UV yang tertinggi di dunia.

Selain itu, Melanie Masriel, Head of Corporate Communications PT L’Oréal Indonesia menyebutkan, “Berdasarkan survei kualitatif yang kami lakukan terhadap konsumen di tahun 2014, didapati kebanyakan masyarakat ternyata belum memahami betul apa itu sinar UVA & UVB serta potensi dampaknya terhadap kulit. Sebagian besar masyarakat Indonesia menghindari sinar matahari karena takut hitam, hanya menggunakan tabir surya jika pergi ke pantai, dan tidak mengerti indikator SPF & PA yang tertera pada produk tabir surya.”

Sinar UVA memberikan potensi risiko yang lebih besar dibandingkan UVB, karena UVA merupakan gelombang panjang yang dapat menembus kaca, bahkan dalam cuaca mendung dan hujan sekalipun dan bisa mempenetrasi jauh ke lapisan dermis (dalam) kulit. Sinar UVA dapat

menyebabkan Aging (penuaan dini) dan sinar UVB dapat menyebabkan Burning (kulit terbakar). Dan paparan kedua sinar UV secara berlebihan dan dalan jangka waktu yang lama dapat pula menimbulkan risiko penyakit kanker kulit.

L’ORÉAL UNVEILS

BERANI MATAHARITahun lalu, program ini membidik media untuk menyampaikan edukasi perlindungan dan kesehatan kulit ini pada masyarakat. Sedangkan di tahun 2015 ini, L’Oréal Indonesia memfokuskan program pada kampanye digital yang membidik konsumen secara lebih luas termasuk kalangan generasi muda. Kampanye digital ini mengusung tema “Berani Matahari”, dengan harapan masyarakat lebih peduli dengan kondisi kesehatan kulit melalui pemilihan produk pelindung kulit yang tepat sehingga tidak perlu takut terpapar cahaya matahari.Kampanye digital ini dikemas dalam format yang menyenangkan, interaktif

serta informatif yang dipusatkan pada website www.beranimatahari.com. Kampanye dimulai dengan viralisasi video edukasi pentingnya penggunaan tabir surya dan kemudian publik diharapkan bisa mengakses secara lengkap informasi seputar pengetahuan tentang sinar UV dari matahari, dampak positif dan risikonya bagi kulit, tips seputar perlindungan kulit terhadap sinar matahari, indeks radiasi sinar UV di setiap kota di Indonesia, serta fun application mengenai Skin Age Test. Ke depannya, masyarakat Indonesia diharapkan dapat melindungi kulitnya dengan lebih baik dan dapat memilih produk tabir surya secara lebih cermat.

“Berdasarkan survei kualitatif terhadap

konsumen yang dilakukan L’Oréal Indonesia di

tahun 2014, kebanyakan masyarakat ternyata belum

memahami betul apa itu sinar UVA & UVB

serta potensi dampaknya terhadap kulit.”

Melanie Masriel - Head of Corporate Communications

21 22BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PENGEMBANGANBERKELANJUTAN

Bagi L’Oréal, mendukung pengembangan para stakeholdernya merupakan salah satu prioritas utama. Itulah alasan L’Oréal mengembangkan program dan gagasan yang menunjukkan

tanggungjawab perusahaan terhadap para karyawan, pemasok, dan masyarakat sekitar. Semua program ini untuk menunjukkan bahwa bagi L’Oréal, kenyamanan dan kepedulian dalam bermitra

adalah salah satu fondasi penting dalam menjalankan bisnis.

DATA & FAKTA

KARYAWAN

PEMASOK

MASYARAKAT

PROGRAMPENGEMBANGANBERKELANJUTAN

KARYAWANLI + LMI

MANAGER PEREMPUAN PUSAT PELATIHAN DI PULAU JAWA, KALIMANTAN &

SULAWESI

TARGET TOTAL PESERTA PELATIHAN BFBL 2015

TENAGA KERJA HARIAN DI PUSAT DISTRIBUSI MENJADI

BAGIAN PROGRAM SOLIDARITY SOURCING

* Data YTD Juni 2015

884ORANG

51%TOTAL

SHARE &CARE

BEAUTY FOR A BETTER LIFE

SOCIAL AUDIT & SOLIDARITY SOURCING 6

LOKASI

447ORANG

34PEMASOK TELAH MENGIKUTI

AUDIT SOSIAL (KHUSUS PEMASOK BARANG-BARANG POS)

80

23 24BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PENGEMBANGANBERKELANJUTAN

Bagi L’Oréal, mendukung pengembangan para stakeholdernya merupakan salah satu prioritas utama. Itulah alasan L’Oréal mengembangkan program dan gagasan yang menunjukkan

tanggungjawab perusahaan terhadap para karyawan, pemasok, dan masyarakat sekitar. Semua program ini untuk menunjukkan bahwa bagi L’Oréal, kenyamanan dan kepedulian dalam bermitra

adalah salah satu fondasi penting dalam menjalankan bisnis.

DATA & FAKTA

KARYAWAN

PEMASOK

MASYARAKAT

PROGRAMPENGEMBANGANBERKELANJUTAN

KARYAWANLI + LMI

MANAGER PEREMPUAN PUSAT PELATIHAN DI PULAU JAWA, KALIMANTAN &

SULAWESI

TARGET TOTAL PESERTA PELATIHAN BFBL 2015

TENAGA KERJA HARIAN DI PUSAT DISTRIBUSI MENJADI

BAGIAN PROGRAM SOLIDARITY SOURCING

* Data YTD Juni 2015

884ORANG

51%TOTAL

SHARE &CARE

BEAUTY FOR A BETTER LIFE

SOCIAL AUDIT & SOLIDARITY SOURCING 6

LOKASI

447ORANG

34PEMASOK TELAH MENGIKUTI

AUDIT SOSIAL (KHUSUS PEMASOK BARANG-BARANG POS)

80

23 24BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANPENGEMBANGAN BERKELANJUTANBERSAMA KARYAWAN BAGI PEMASOK

Sejak awal, L’Oréal berkomitmen untuk membuat para karyawannya merasa nyaman dan terlindungi. Melalui program Share and Care yang digagas sejak tahun 2013, Grup L’Oréal ingin memastikan bahwa perlindungan sosial dan kesehatan yang diperoleh karyawan adalah aset sumber daya yang tidak ternilai harganya.

Program Share and Care ini diwujudkan dalam empat pilar utama, yaitu Protect: karyawan terlindungi apabila terjadi hal yang tidak diinginkan (kematian dan cacat tetap), Care: karyawan terlindungi dari segi layanan kesehatan, Balance: karyawan memiliki keseimbangan hidup antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dan Enjoy: menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan.

Berdasarkan empat pilar tersebut, di Indonesia para karyawan beserta anggota keluarganya dapat menikmati jaminan kesehatan dengan fasilitas dan layanan terbaik di seluruh dunia. Selain itu, L’Oréal juga memberikan perlindungan sosial bagi karyawan yang mengalami musibah dan cedera, sehingga tidak memungkinkan dia untuk menjalankan tugasnya. L’Oréal juga memberikan jaminan bagi para karyawan agar mereka dapat menjalankan kehidupan yang seimbang antara tugas pekerjaan dan keluarga. Termasuk di dalamnya memberikan hak cuti melebihi yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah, yaitu cuti untuk melahirkan selama 14 minggu dan cuti 3 hari bagi karyawan pria sebagai ayah untuk mendampingi anaknya yang baru lahir.

Secara global, program Share and Care ini mengalami perkembangan yang menggembirakan di 68 negara yang dinaungi grup L’Oréal. Target yang ingin dicapai L’Oréal hingga akhir tahun ini adalah 100% implementasi pilar Share and Care. Selain itu, pada 2020 nanti, 100% karyawan L’Oréal akan memiliki akses untuk mendapatkan pelatihan untuk menunjang karir dan keahliannya.

Di Indonesia, menurut Head of Human Resources L’Oréal Indonesia, Restu Widiati, program ini merupakan perwujudan dari visi kemanusiaan yang dimiliki L’Oréal. “L’Oréal memiliki prinsip bahwa kesuksesan secara bisnis harus diiringi pula dengan kesuksesan

secara sosial, bagi eksternal mau pun terhadap karyawannya “ kata Restu. Menurut Restu”jika perusahaan tidak bisa memberikan yang terbaik bagi karyawan nya, maka akan sulit pula untuk dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen”.

Penerapan empat pilar Share and Care di Indonesia ini juga diharapkan dapat menjaring talenta terbaik untuk bergabung dengan L’Oréal. Adanya program yang fokus dan terarah ini membuat karyawan L’Oréal merasa aman dan memiliki payung peraturan yang jelas mengenai perlindungan bagi karyawan. L’Oréal Indonesia optimis bahwa pada akhir 2015, karyawan akan memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan jaminan perlindungan.

Sebagai bagian dari pilar Pengembangan Berkelanjutan, Grup L’Oréal telah menetapkan fondasi bisnis dengan mengacu pada perspektif etika, sosial, dan lingkungan. Hal ini juga diterapkan dalam menjalin kerjasama dengan para pemasok. Untuk lebih menekankan aspek transparansi dalam menjalankan bisnis dan kerjasama, pada tahun 2008 Grup L’Oréal menetapkan standar audit sosial bagi seluruh supplier yang bekerjasama dengan L’Oréal. Sebelumnya standar kerjasama ini diatur dalam Program Buy and Care yang diluncurkan pada 2002.

Prosedur ini menekankan tansparansi dalam menjalankan bisnis bagi para supplier, sehingga memenuhi standar etika yang sudah ditetapkan oleh L’Oréal. Standar tersebut adalah audit dan evaluasi mengenai usia minimum tenaga kerja, jam kerja, perlindungan terhadap lingkungan, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, hubungan dengan subkontraktor, dan etika bisnis.

Menurut Yasmine Sagita Rafiq, External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia, L’Oréal menerapkan standar yang tinggi bagi para mitra kerja perusahaan dalam hal ini audit sosial berguna untuk memastikan keterlacakan (tracebility) pemasok baik dalam praktik ketenagakerjaan, perlindungan terhadap lingkungan serta memastikan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat penting guna membangun hubungan kerjasama yang berkelanjutan serta meningkatkan performa pemasok dalam mengembangkan bisnis mereka.

Menurut Filipus N. Triwiyoso, Purchasing Manager L’Oréal Indonesia, seluruh pemasok yang harus menjalani audit ini adalah semua supplier yang melakukan produksi barang-barang kebutuhan pabrik dan kantor pusat. “Mereka harus taat pada peraturan lokal, mengacu pada peraturan pusat L’Oréal dan memenuhi persyaratan minimal ketenagakerjaan.”

L’Oréal sendiri sudah menandatangani peraturan PBB mengenai ketenagakerjaan dan etika bisnis dan kerjasama pada 2003 yang tertuang dalam United Nation’s Global Compact. Adapun kondisi lulus audit yang diberlakukan pada supplier terdiri dari tiga bagian: need major improvement, need continuous improvement, dan satisfactory.

Sampai dengan bulan Juni tahun ini, dari 34 supplier yang bekerjasama dengan L’Oréal Indonesia head office, 32 di antaranya sudah lulus audit. Masalah utama yang dihadapi para supplier dalam memenuhi standar social audit adalah ketidaktahuan mereka soal peraturan jam kerja, kesehatan dan keselamatan kerja. Agar para pemasok bisa memenuhi standar yang ditetapkan L’Oréal, perusahaan memberikan pendampingan dan metode pelatihan bagi mereka.

Subkontraktor, di mana pun mereka berada di seluruh dunia, pemasok bahan baku, kemasan, peralatan produksi dan item promosi, wajib tunduk pada standar L’Oréal Group yakni ikut serta dalam program social audit.

Grup L’Oréal juga memandang hubungan jangka panjang dengan pemasok yang berdasarkan prinsip transparansi dan saling menghargai, sebagai nilai penting. L’Oréal secara aktif mencari dan memilih mitra bisnis yang mengemban komitmen dan nilai etik yang sejalan dengan L’Oréal. Karena itu, dalam mencapai tujuan tersebut, L’Oréal menekankan pada seluruh supplier strategis untuk menandatangani perjanjian komitmen etik dan mengikuti social audit yang dilakukan oleh auditor independen. L’Oréal bersungguh-sungguh mendukung para pemasok agar bisa memenuhi standar tanggung jawab sosial yang ditetapkan L’Oréal dan memenuhi peraturan yang berlaku di Indonesia.

BERBAGI DAN PEDULI TANGGUNG JAWAB SOSIAL BERSAMA PEMASOK

SHARE & CARE SOCIAL AUDIT

“L’Oréal memiliki prinsip bahwa kesuksesan secara bisnis harus pula diiringi dengan kesuksesan secara

sosial”Restu Widiati - Human Resources Director

“Harapannya para mitra kerja perusahaan juga dapat menerapkan standar kerja dan kepedulian

yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat”Yasmine Sagita Rafiq - External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia

MINGGU CUTI MELAHIRKAN

KALI GAJI SANTUNANKEMATIAN DAN KECELAKAAN

14 36

25 26BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANPENGEMBANGAN BERKELANJUTANBERSAMA KARYAWAN BAGI PEMASOK

Sejak awal, L’Oréal berkomitmen untuk membuat para karyawannya merasa nyaman dan terlindungi. Melalui program Share and Care yang digagas sejak tahun 2013, Grup L’Oréal ingin memastikan bahwa perlindungan sosial dan kesehatan yang diperoleh karyawan adalah aset sumber daya yang tidak ternilai harganya.

Program Share and Care ini diwujudkan dalam empat pilar utama, yaitu Protect: karyawan terlindungi apabila terjadi hal yang tidak diinginkan (kematian dan cacat tetap), Care: karyawan terlindungi dari segi layanan kesehatan, Balance: karyawan memiliki keseimbangan hidup antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dan Enjoy: menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan.

Berdasarkan empat pilar tersebut, di Indonesia para karyawan beserta anggota keluarganya dapat menikmati jaminan kesehatan dengan fasilitas dan layanan terbaik di seluruh dunia. Selain itu, L’Oréal juga memberikan perlindungan sosial bagi karyawan yang mengalami musibah dan cedera, sehingga tidak memungkinkan dia untuk menjalankan tugasnya. L’Oréal juga memberikan jaminan bagi para karyawan agar mereka dapat menjalankan kehidupan yang seimbang antara tugas pekerjaan dan keluarga. Termasuk di dalamnya memberikan hak cuti melebihi yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah, yaitu cuti untuk melahirkan selama 14 minggu dan cuti 3 hari bagi karyawan pria sebagai ayah untuk mendampingi anaknya yang baru lahir.

Secara global, program Share and Care ini mengalami perkembangan yang menggembirakan di 68 negara yang dinaungi grup L’Oréal. Target yang ingin dicapai L’Oréal hingga akhir tahun ini adalah 100% implementasi pilar Share and Care. Selain itu, pada 2020 nanti, 100% karyawan L’Oréal akan memiliki akses untuk mendapatkan pelatihan untuk menunjang karir dan keahliannya.

Di Indonesia, menurut Head of Human Resources L’Oréal Indonesia, Restu Widiati, program ini merupakan perwujudan dari visi kemanusiaan yang dimiliki L’Oréal. “L’Oréal memiliki prinsip bahwa kesuksesan secara bisnis harus diiringi pula dengan kesuksesan

secara sosial, bagi eksternal mau pun terhadap karyawannya “ kata Restu. Menurut Restu”jika perusahaan tidak bisa memberikan yang terbaik bagi karyawan nya, maka akan sulit pula untuk dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen”.

Penerapan empat pilar Share and Care di Indonesia ini juga diharapkan dapat menjaring talenta terbaik untuk bergabung dengan L’Oréal. Adanya program yang fokus dan terarah ini membuat karyawan L’Oréal merasa aman dan memiliki payung peraturan yang jelas mengenai perlindungan bagi karyawan. L’Oréal Indonesia optimis bahwa pada akhir 2015, karyawan akan memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan jaminan perlindungan.

Sebagai bagian dari pilar Pengembangan Berkelanjutan, Grup L’Oréal telah menetapkan fondasi bisnis dengan mengacu pada perspektif etika, sosial, dan lingkungan. Hal ini juga diterapkan dalam menjalin kerjasama dengan para pemasok. Untuk lebih menekankan aspek transparansi dalam menjalankan bisnis dan kerjasama, pada tahun 2008 Grup L’Oréal menetapkan standar audit sosial bagi seluruh supplier yang bekerjasama dengan L’Oréal. Sebelumnya standar kerjasama ini diatur dalam Program Buy and Care yang diluncurkan pada 2002.

Prosedur ini menekankan tansparansi dalam menjalankan bisnis bagi para supplier, sehingga memenuhi standar etika yang sudah ditetapkan oleh L’Oréal. Standar tersebut adalah audit dan evaluasi mengenai usia minimum tenaga kerja, jam kerja, perlindungan terhadap lingkungan, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, hubungan dengan subkontraktor, dan etika bisnis.

Menurut Yasmine Sagita Rafiq, External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia, L’Oréal menerapkan standar yang tinggi bagi para mitra kerja perusahaan dalam hal ini audit sosial berguna untuk memastikan keterlacakan (tracebility) pemasok baik dalam praktik ketenagakerjaan, perlindungan terhadap lingkungan serta memastikan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat penting guna membangun hubungan kerjasama yang berkelanjutan serta meningkatkan performa pemasok dalam mengembangkan bisnis mereka.

Menurut Filipus N. Triwiyoso, Purchasing Manager L’Oréal Indonesia, seluruh pemasok yang harus menjalani audit ini adalah semua supplier yang melakukan produksi barang-barang kebutuhan pabrik dan kantor pusat. “Mereka harus taat pada peraturan lokal, mengacu pada peraturan pusat L’Oréal dan memenuhi persyaratan minimal ketenagakerjaan.”

L’Oréal sendiri sudah menandatangani peraturan PBB mengenai ketenagakerjaan dan etika bisnis dan kerjasama pada 2003 yang tertuang dalam United Nation’s Global Compact. Adapun kondisi lulus audit yang diberlakukan pada supplier terdiri dari tiga bagian: need major improvement, need continuous improvement, dan satisfactory.

Sampai dengan bulan Juni tahun ini, dari 34 supplier yang bekerjasama dengan L’Oréal Indonesia head office, 32 di antaranya sudah lulus audit. Masalah utama yang dihadapi para supplier dalam memenuhi standar social audit adalah ketidaktahuan mereka soal peraturan jam kerja, kesehatan dan keselamatan kerja. Agar para pemasok bisa memenuhi standar yang ditetapkan L’Oréal, perusahaan memberikan pendampingan dan metode pelatihan bagi mereka.

Subkontraktor, di mana pun mereka berada di seluruh dunia, pemasok bahan baku, kemasan, peralatan produksi dan item promosi, wajib tunduk pada standar L’Oréal Group yakni ikut serta dalam program social audit.

Grup L’Oréal juga memandang hubungan jangka panjang dengan pemasok yang berdasarkan prinsip transparansi dan saling menghargai, sebagai nilai penting. L’Oréal secara aktif mencari dan memilih mitra bisnis yang mengemban komitmen dan nilai etik yang sejalan dengan L’Oréal. Karena itu, dalam mencapai tujuan tersebut, L’Oréal menekankan pada seluruh supplier strategis untuk menandatangani perjanjian komitmen etik dan mengikuti social audit yang dilakukan oleh auditor independen. L’Oréal bersungguh-sungguh mendukung para pemasok agar bisa memenuhi standar tanggung jawab sosial yang ditetapkan L’Oréal dan memenuhi peraturan yang berlaku di Indonesia.

BERBAGI DAN PEDULI TANGGUNG JAWAB SOSIAL BERSAMA PEMASOK

SHARE & CARE SOCIAL AUDIT

“L’Oréal memiliki prinsip bahwa kesuksesan secara bisnis harus pula diiringi dengan kesuksesan secara

sosial”Restu Widiati - Human Resources Director

“Harapannya para mitra kerja perusahaan juga dapat menerapkan standar kerja dan kepedulian

yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat”Yasmine Sagita Rafiq - External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia

MINGGU CUTI MELAHIRKAN

KALI GAJI SANTUNANKEMATIAN DAN KECELAKAAN

14 36

25 26BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BAGI PEMASOK BERSAMA MASYARAKAT

SOLIDARITY SOURCING BEAUTY FOR A BETTER LIFE

Pada tahun 2010, Grup L’Oréal menciptakan program khusus untuk mendukung pilar Pengembangan Berkelanjutan (Developing Sustainably) yang diberi nama Solidarity Sourcing. Program ini dirancang untuk memberi kesempatan pada masyarakat yang rentan secara ekonomi untuk bisa terlibat dalam proses manufaktur di pabrik dan gudang L’Oréal. Fokus dari program ini adalah sebanyak mungkin bisa membantu kalangan tidak mampu namun secara fisik masih memiliki kemampuan bekerja.

Untuk L’Oréal Indonesia, program Solidarity Sourcing ini berlangsung di pabrik Jababeka dan gudang penyimpanan di Distribution Center di Pondok Ungu, Bekasi. Menurut Yasmine Sagita Rafiq, Communication & External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia, program Solidarity Sourcing di bagian manufaktur diterapkan pada supplier yang sudah lolos audit sosial. Ada yang mempekerjakan pengangguran untuk proses produksi palet, ada pula ibu-ibu janda dan kepala rumahtangga untuk menjahit seragam. “L’Oréal memang menekankan target program Solidarity Sourcing ini pada single parent, masyarakat berpendidikan rendah, dan kaum difabel,” kata Yasmine.

Sementara untuk proses pekerjaan yang berlangsung di Distribution Center, Solidarity Sourcing dijalankan dengan merekrut masyarakat

yang ada di sekitar gudang untuk melakukan pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Contohnya, memasang label pada produk, membungkus produk, dan mengelem karton.

Menurut Sindu Sirat, Supply Chain Manager L’Oréal Indonesia, aktivitas di gudang sebagian besar adalah pekerjaan yang berhubungan dengan value added service. Mereka direkrut oleh pihak Third Party Logistics Provider, CEVA Logistics, berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan. “Proses rekrutmen dilakukan oleh CEVA Logistics lewat koordinator yang bertugas di gudang,” kata Sindu.

Syarat yang harus dipenuhi oleh para pekerja yang masuk lewat program Solidarity Sourcing ini adalah kondisi mereka tidak menghambat operasional dan tidak mengurangi produktivitas. Total jumlah pekerja harian lewat program Solidarity Sourcing ini adalah 80 orang.

Salah satu pekerja di gudang CEVA Logistics yang masuk lewat program ini adalah Moh. Ardiansyah. Pekerja berusia 20 tahun dan memiliki latar belakang pendidikan SMK otomotif ini mengalami keterbatasan fisik setelah kecelakaan motor yang ia alami. Ardiansyah kehilangan satu jari tangannya. Ketika diterima bekerja, Ardiansyah tidak menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas di gudang. “Pekerjaan saya berhubungan dengan packing kardus, termasuk memasang perekat dan menghitung barang,” katanya. Ardiansyah bekerja berdasarkan shift yang dibagi tiga bagian; pagi, siang, dan malam. “Tidak ada masalah yang saya hadapi yang berhubungan dengan kondisi fisik saya,” kata Ardiansyah.

Pekerja lain yang direkrut lewat program ini adalah Dewi Ratnasari. Ia ditawari ikut bekerja oleh salah seorang koordinator di gudang, yang kebetulan bertetangga dengannya. Perempuan berusia 24 tahun ini bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga karena suaminya bekerja serabutan sebagai tukang parkir. “Kalau tidak bekerja, tidak bisa kasih makan anak dan orang tua,” kata Dewi. Dewi bertugas memasang label produk. “Alhamdulillah sering memenuhi target,” kata Dewi. Setiap hari Dewi memasang tidak kurang 1000 stiker produk perawatan wajah di kemasannya.

Satu lagi pekerja yang masuk lewat ini adalah Yuni Herawati. Perempuan berusia 38 tahun ini harus menghidupi keluarganya sebagai orangtua tunggal setelah suaminya meninggal dunia. Ia bekerja di gudang sejak tahun 2013 untuk menghidupi tiga orang anaknya. Seperti Dewi, Yuni juga diajak oleh salah satu koordinator gudang untuk bekerja. Yuni termasuk cepat belajar dan memiliki lingkup tugas yang beragam. Mulai dari menempel label hingga membantu pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, seperti mesin inkjet dan mesin plastic shrink wrap untuk pemasangan plastik produk.

Ketiganya mengaku betah bekerja dan merasa terbantu ekonomi keluarganya lewat program Solidarity Sourcing.

Beauty for A Better Life adalah program corporate social responsibility yang digagas Grup L’Oréal untuk memberdayakan perempuan dengan latarbelakang ekonomi yang kurang beruntung dan perempuan kepala keluarga. “Fokus dari program ini adalah target global L’Oréal untuk memberi akses bagi satu juta pekerja dari kalangan masyarakat kurang mampu pada 2020,” kata Ovidia Nomia, Corporate Social Responsibility Manager L’Oréal Indonesia. Di Indonesia, program BFBL ini dijalankan dengan memberdayakan para perempuan di bidang tata rias rambut dan kecantikan. “L’Oréal memberikan pelatihan gratis bagi perempuan yang menjadi orangtua tunggal dan tulang punggung keluarga,” kata Ovidia. Diharapkan, lewat pelatihan selama 4,5 bulan ini, para perempuan kepala keluarga ini dapat memiliki penghasilan dengan bekerja di salon kecantikan atau membuka salon kecantikan sendiri.

Perempuan yang mendapatkan pelatihan ini usia maksimalnya berkisar antara 40-45 tahun. “Pembatasan usia maksimal ini karena pelatihan memerlukan tenaga dan keterampilan,” kata Ovidia. Syarat yang ditetapkan L’Oréal hanyalah peserta memiliki motivasi untuk maju dan bisa baca tulis. Dimulai pertama kali pada Januari 2014, BFBL awalnya membuka pusat pelatihan di Karawang, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun ini, sejumlah pusat pelatihan lain sudah dibuka di Pontianak, dan menyusul Mataram dan kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Sampai dengan akhir tahun ini, peserta pelatihan diharapkan dapat mencapai 432 orang.

Para peserta pelatihan direkrut dan dibina melalui kemitraan dengan PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga), sebuah organisasi non-profit yang mengkhususkan diri dalam memberdayakan sosial-ekonomi wanita di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Nani Zulminarni, Pendiri PEKKA dan aktivis kesetaraan jender, BFBL merupakan inisiatif pertama kerja PEKKA dengan CSR dengan pendekatan yang lebih strategis. Program ini memberikan kesempatan dan pilihan pada komunitas PEKKA untuk mengembangkan usaha yang mereka senangi dan dekat dengan kehidupannya. Dengan keterampilan yang diperoleh memungkinkan mereka lebih mandiri dan percaya diri. Sebagian mereka bahkan dapat mengajarkan keterampilan tersebut kepada anggota lainnya, paling tidak untuk merawat dan menjaga bagian tubuh mereka agar lebih sehat dan berkualitas.

“PEKKA berfokus pada upaya dalam pemberdayaan perempuan kepala rumah tangga yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga, wanita dengan latar belakang pendidikan yang terbatas dan dalam beberapa kasus, juga orang-orang yang telah secara fisik atau mental dilecehkan,” kata Nani. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan umumnya miskin dan dalam banyak kasus bahkan yang paling miskin dalam strata ekonomi Indonesia. “Kemitraan kami dengan L’Oréal membantu untuk membuka jalan bagi kita untuk memperkaya kemampuan para

anggota dalam membangun kembali status sosial mereka di masyarakat dan menemukan kembali diri mereka untuk menghadapi masa depan,” kata Nani.

Selama periode 18 minggu, setiap penerima akan dilatih dengan semua keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penata rambut yang sukses, termasuk dasar-dasar keramas dan creambath, styling, curling, texturing, pewarnaan, dan memotong dengan teori di kelas dan praktek melalui magang langsung di salon sekitarnya. Modul pelatihan BFBL ini sejalan dengan kurikulum Matrix, yaitu standar pelatihan profesional tata rias rambut yang diterapkan L’Oréal internasional.

Modul pelatihan juga dirancang untuk beradaptasi budaya dan keindahan adat istiadat setempat. Misalnya di Kota Karawang tersedia kelas kreatif tutorial hijab untuk mengatasi permintaan dari masyarakat setempat, kata Melanie Masriel, Head of Communications L’Oréal Indonesia.

Karena pasar kecantikan yang sangat berkembang di Indonesia, peserta pelatihan BFBL ini sebagian besar langsung bisa bekerja. “Tidak kurang 60% peserta langsung bekerja di salon dan membuka salon sendiri,” kata Ovidia.

Menurut Ovidia, BFBL merupakan program CSR L’Oréal yang tidak saja memberi dampak positif bagi perusahaan, namun juga menguntungkan bagi masyarakat.

BERBAGI MANFAAT DENGAN MASYARAKAT KEINDAHAN UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

“Saya bermimpi dapat membuka salon saya sendiri suatu hari nanti“

Muhayani - Peserta BFBL Karawang

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANPENGEMBANGAN BERKELANJUTAN

27 28BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BAGI PEMASOK BERSAMA MASYARAKAT

SOLIDARITY SOURCING BEAUTY FOR A BETTER LIFE

Pada tahun 2010, Grup L’Oréal menciptakan program khusus untuk mendukung pilar Pengembangan Berkelanjutan (Developing Sustainably) yang diberi nama Solidarity Sourcing. Program ini dirancang untuk memberi kesempatan pada masyarakat yang rentan secara ekonomi untuk bisa terlibat dalam proses manufaktur di pabrik dan gudang L’Oréal. Fokus dari program ini adalah sebanyak mungkin bisa membantu kalangan tidak mampu namun secara fisik masih memiliki kemampuan bekerja.

Untuk L’Oréal Indonesia, program Solidarity Sourcing ini berlangsung di pabrik Jababeka dan gudang penyimpanan di Distribution Center di Pondok Ungu, Bekasi. Menurut Yasmine Sagita Rafiq, Communication & External Relations Manager L’Oréal Manufacturing Indonesia, program Solidarity Sourcing di bagian manufaktur diterapkan pada supplier yang sudah lolos audit sosial. Ada yang mempekerjakan pengangguran untuk proses produksi palet, ada pula ibu-ibu janda dan kepala rumahtangga untuk menjahit seragam. “L’Oréal memang menekankan target program Solidarity Sourcing ini pada single parent, masyarakat berpendidikan rendah, dan kaum difabel,” kata Yasmine.

Sementara untuk proses pekerjaan yang berlangsung di Distribution Center, Solidarity Sourcing dijalankan dengan merekrut masyarakat

yang ada di sekitar gudang untuk melakukan pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Contohnya, memasang label pada produk, membungkus produk, dan mengelem karton.

Menurut Sindu Sirat, Supply Chain Manager L’Oréal Indonesia, aktivitas di gudang sebagian besar adalah pekerjaan yang berhubungan dengan value added service. Mereka direkrut oleh pihak Third Party Logistics Provider, CEVA Logistics, berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan. “Proses rekrutmen dilakukan oleh CEVA Logistics lewat koordinator yang bertugas di gudang,” kata Sindu.

Syarat yang harus dipenuhi oleh para pekerja yang masuk lewat program Solidarity Sourcing ini adalah kondisi mereka tidak menghambat operasional dan tidak mengurangi produktivitas. Total jumlah pekerja harian lewat program Solidarity Sourcing ini adalah 80 orang.

Salah satu pekerja di gudang CEVA Logistics yang masuk lewat program ini adalah Moh. Ardiansyah. Pekerja berusia 20 tahun dan memiliki latar belakang pendidikan SMK otomotif ini mengalami keterbatasan fisik setelah kecelakaan motor yang ia alami. Ardiansyah kehilangan satu jari tangannya. Ketika diterima bekerja, Ardiansyah tidak menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas di gudang. “Pekerjaan saya berhubungan dengan packing kardus, termasuk memasang perekat dan menghitung barang,” katanya. Ardiansyah bekerja berdasarkan shift yang dibagi tiga bagian; pagi, siang, dan malam. “Tidak ada masalah yang saya hadapi yang berhubungan dengan kondisi fisik saya,” kata Ardiansyah.

Pekerja lain yang direkrut lewat program ini adalah Dewi Ratnasari. Ia ditawari ikut bekerja oleh salah seorang koordinator di gudang, yang kebetulan bertetangga dengannya. Perempuan berusia 24 tahun ini bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga karena suaminya bekerja serabutan sebagai tukang parkir. “Kalau tidak bekerja, tidak bisa kasih makan anak dan orang tua,” kata Dewi. Dewi bertugas memasang label produk. “Alhamdulillah sering memenuhi target,” kata Dewi. Setiap hari Dewi memasang tidak kurang 1000 stiker produk perawatan wajah di kemasannya.

Satu lagi pekerja yang masuk lewat ini adalah Yuni Herawati. Perempuan berusia 38 tahun ini harus menghidupi keluarganya sebagai orangtua tunggal setelah suaminya meninggal dunia. Ia bekerja di gudang sejak tahun 2013 untuk menghidupi tiga orang anaknya. Seperti Dewi, Yuni juga diajak oleh salah satu koordinator gudang untuk bekerja. Yuni termasuk cepat belajar dan memiliki lingkup tugas yang beragam. Mulai dari menempel label hingga membantu pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, seperti mesin inkjet dan mesin plastic shrink wrap untuk pemasangan plastik produk.

Ketiganya mengaku betah bekerja dan merasa terbantu ekonomi keluarganya lewat program Solidarity Sourcing.

Beauty for A Better Life adalah program corporate social responsibility yang digagas Grup L’Oréal untuk memberdayakan perempuan dengan latarbelakang ekonomi yang kurang beruntung dan perempuan kepala keluarga. “Fokus dari program ini adalah target global L’Oréal untuk memberi akses bagi satu juta pekerja dari kalangan masyarakat kurang mampu pada 2020,” kata Ovidia Nomia, Corporate Social Responsibility Manager L’Oréal Indonesia. Di Indonesia, program BFBL ini dijalankan dengan memberdayakan para perempuan di bidang tata rias rambut dan kecantikan. “L’Oréal memberikan pelatihan gratis bagi perempuan yang menjadi orangtua tunggal dan tulang punggung keluarga,” kata Ovidia. Diharapkan, lewat pelatihan selama 4,5 bulan ini, para perempuan kepala keluarga ini dapat memiliki penghasilan dengan bekerja di salon kecantikan atau membuka salon kecantikan sendiri.

Perempuan yang mendapatkan pelatihan ini usia maksimalnya berkisar antara 40-45 tahun. “Pembatasan usia maksimal ini karena pelatihan memerlukan tenaga dan keterampilan,” kata Ovidia. Syarat yang ditetapkan L’Oréal hanyalah peserta memiliki motivasi untuk maju dan bisa baca tulis. Dimulai pertama kali pada Januari 2014, BFBL awalnya membuka pusat pelatihan di Karawang, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun ini, sejumlah pusat pelatihan lain sudah dibuka di Pontianak, dan menyusul Mataram dan kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Sampai dengan akhir tahun ini, peserta pelatihan diharapkan dapat mencapai 432 orang.

Para peserta pelatihan direkrut dan dibina melalui kemitraan dengan PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga), sebuah organisasi non-profit yang mengkhususkan diri dalam memberdayakan sosial-ekonomi wanita di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Nani Zulminarni, Pendiri PEKKA dan aktivis kesetaraan jender, BFBL merupakan inisiatif pertama kerja PEKKA dengan CSR dengan pendekatan yang lebih strategis. Program ini memberikan kesempatan dan pilihan pada komunitas PEKKA untuk mengembangkan usaha yang mereka senangi dan dekat dengan kehidupannya. Dengan keterampilan yang diperoleh memungkinkan mereka lebih mandiri dan percaya diri. Sebagian mereka bahkan dapat mengajarkan keterampilan tersebut kepada anggota lainnya, paling tidak untuk merawat dan menjaga bagian tubuh mereka agar lebih sehat dan berkualitas.

“PEKKA berfokus pada upaya dalam pemberdayaan perempuan kepala rumah tangga yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga, wanita dengan latar belakang pendidikan yang terbatas dan dalam beberapa kasus, juga orang-orang yang telah secara fisik atau mental dilecehkan,” kata Nani. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan umumnya miskin dan dalam banyak kasus bahkan yang paling miskin dalam strata ekonomi Indonesia. “Kemitraan kami dengan L’Oréal membantu untuk membuka jalan bagi kita untuk memperkaya kemampuan para

anggota dalam membangun kembali status sosial mereka di masyarakat dan menemukan kembali diri mereka untuk menghadapi masa depan,” kata Nani.

Selama periode 18 minggu, setiap penerima akan dilatih dengan semua keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang penata rambut yang sukses, termasuk dasar-dasar keramas dan creambath, styling, curling, texturing, pewarnaan, dan memotong dengan teori di kelas dan praktek melalui magang langsung di salon sekitarnya. Modul pelatihan BFBL ini sejalan dengan kurikulum Matrix, yaitu standar pelatihan profesional tata rias rambut yang diterapkan L’Oréal internasional.

Modul pelatihan juga dirancang untuk beradaptasi budaya dan keindahan adat istiadat setempat. Misalnya di Kota Karawang tersedia kelas kreatif tutorial hijab untuk mengatasi permintaan dari masyarakat setempat, kata Melanie Masriel, Head of Communications L’Oréal Indonesia.

Karena pasar kecantikan yang sangat berkembang di Indonesia, peserta pelatihan BFBL ini sebagian besar langsung bisa bekerja. “Tidak kurang 60% peserta langsung bekerja di salon dan membuka salon sendiri,” kata Ovidia.

Menurut Ovidia, BFBL merupakan program CSR L’Oréal yang tidak saja memberi dampak positif bagi perusahaan, namun juga menguntungkan bagi masyarakat.

BERBAGI MANFAAT DENGAN MASYARAKAT KEINDAHAN UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

“Saya bermimpi dapat membuka salon saya sendiri suatu hari nanti“

Muhayani - Peserta BFBL Karawang

PENGEMBANGAN BERKELANJUTANPENGEMBANGAN BERKELANJUTAN

27 28BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF KORPORAT TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF KORPORAT

PEREMPUAN DAN SAINS

Program ini pertama kali digagas pada tahun 1998 secara global antara L’Oréal Foundation dengan UNESCO, kemitraan yang terus berlangsung sampai saait ini. Peradaban global menuntut tiap bangsa untuk saling berkompetisi. Sains dan inovasi teknologi merupakan kunci utama yang harus dipacu perkembangannya. Salah satu cara pengembangan sains adalah melalui penelitian. Kaum perempuan pun dapat memiliki andil yang besar dalam perubahan peradaban dunia ini. Bahkan tak sedikit perempuan yang telah membuktikan mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam perkembangan sains. Program ini pertama kali digagas pada tahun 1998 secara internasional antara L’Oreal Foundation dengan UNESCO, kemitraan yang terus berlangsung sampai saat ini. Sejak dibentuk, program ini telah memberi pengakuan kepada lebih dari 1000 perempuan peneliti berbakat dari 103 negara di seluruh dunia.

Di Indonesia L’Oréal bekerjasama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberikan penghargaan kepada para perempuan peneliti sebagai wujud pengakuan, dukungan, dan penghormatan terhadap kiprah dan pengabdiannya terhadap dunia penelitian.

Program L’Oréal-UNESCO For Women In Science, difokuskan pada tiga kegiatan utama:

L’Oréal-UNESCO Laureate Awards: Memberikan penghargaan pada peneliti wanita mapan yang telah mengkontribusikan sebagian besar dari hidup dan karir mereka di bidang life science dan material sciences. Penghargaan tahunan senilai 100.000 Euro untuk tiap pemenang, diberikan pada lima wanita peneliti atau Laureate, satu orang untuk tiap benua, sebagai figur untuk generasi baru.

L’Oréal-UNESCO Fellowship – Internasional Rising Talents: Diadakan tiap tahun sejak 2000 dan diberikan kepada 15 perempuan peneliti muda – 3 dari tiap benua - baik tingkat doktoral atau post-doktoral, menekankan pada kerjasama sains di tingkat internasional serta mengembangkan jaringan antar kultur. Masing-masing pemenang Internasional Rising Talents, diberikan pendanaan senilai 15.000 Euro guna mendukung proyek penelitian yang mereka ajukan untuk jangka waktu satu tahun.

L’Oréal-UNESCO For Women In Science National Fellowship: program ini telah dimulai sejak tahun 2004 di Indonesia, yang telah menghasilkan 37 fellows perempuan peneliti. Lima orang di antaranya bahkan sudah menerima penghargaan di tingkat internasional. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mempromosikan

sains sebagai salah satu pilihan bidang karir bagi perempuan peneliti muda di Indonesia. Setiap tahunnya L’Oréal – UNESCO For Women In Science National Fellowship menganugerahi perempuan peneliti muda Indonesia, yang terdiri dari 2 orang dengan penelitian di bidang Life Sciences dan 2 orang di bidang Material Sciences. Tahun 2015 ini, masing-masing fellows menerima bantuan pendanaan penelitian senilai delapan puluh juta rupiah.

“L’Oréal-UNESCO For Women in Science adalah program penting dari L’Oréal baik secara global maupun nasional karena mendorong para perempuan untuk mencintai dunia penelitian dan memupuk semangat belajar yang tinggi,” kata Ovidia Nomia, Corporate Social Responsibility Manager L’Oréal Indonesia. “L’Oréal ikut prihatin karena banyak data yang menyebutkan bahwa makin sedikit perempuan yang bersekolah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.” Survei di banyak negara, termasuk Amerika dan sejumlah negara di Eropa menunjukkan penurunan jumlah perempuan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seusai tamat sekolah menengah.

Hambatan lain yang dirasakan para peneliti ini antara lain pendanaan dan akses, mengingat profesi peneliti bukan pekerjaan populer yang digemari banyak orang. Itu pula yang dirasakan Fenny Martha Dwivany, peneliti dari ITB yang memenangkan penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women In Science.

“Sebetulnya ada keraguan saat kembali ke Indonesia, apakah bisa melakukan penelitian mengingat mahalnya biaya penelitian di bidang biologi molekuler yang saya geluti. Namun setelah dijalani keraguan tersebut sirna sebagaimana dikatakan oleh Nelson Mandela “Nothing impossible until it’s done,” kata Fenny. Dimulai dari tim kecil beranggotakan tiga mahasiswa S1, dirintislah Banana Group dengan fokus penelitian tentang perilaku gen pematangan buah dan faktor yang dapat mengendalikannya. Permintaan dari industri makanan untuk membantu memecahkan masalah penyimpanan buah pisang dan apresiasi dari berbagai pihak terhadap penelitian ini merupakan dukungan yang luar biasa bagi Fenny dan timnya. Salah satu apresiasi yang mendorongnya untuk berkarya sebagai peneliti adalah terpilih sebagai salah satu fellow L’Oréal-UNESCO For Women in Science Internasional 2007. “Ritme penelitian seakan-akan diajak berlari kencang untuk segera menghasilkan solusi yang sesuai dengan kondisi Indonesia, dimana tidak semua tempat memiliki akses listrik, sehingga sangat diperlukan teknologi yang canggih namun mudah diaplikasikan,” kata Fenny. Ia memiliki cita-cita menghasilkan tempat penyimpanan buah yang disebut dengan Fruit Storage Chamber (FSC) untuk petani dan penjual buah di Indonesia.

Selain For Women In Science yang memfokuskan pada perempuan peneliti, L’Oréal juga menunjukkan kepedulian dan dorongan terhadap para perempuan yang masih duduk di bangku kuliah. Program yang diberi judul Sorority in Science ini memberikan beasiswa bagi mahasiswi strata satu yang menuntut ilmu di bidang sains dan ingin merintis karir sebagai peneliti dalam bentuk dana tabungan pendidikan senilai masing-masing 20 juta rupiah yang diberikan kepada 10 mahasiswi terpilih. Tidak kurang 5 universitas di Tanah Air yang brpartisipasi dalam program ini. “L’Oréal berharap program ini bisa mendorong lahirnya para perempuan muda peneliti dari kampus,” kata Ovidia.

Program yang tidak kalah pentingnya dalam rangkaian perempuan dan sains ini adalah L’Oréal Girls in Science. Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 dan tahun ini telah memasuki tahun ke 11. Setiap tahunnya program ini menjangkau lebih dari 100 sekolah di seluruh Indonesia dengan total 1100 siswi yang telah ikut serta.

Sebagai sebuah program kompetisi sains yang membidik siswi sekolah menengah atas. Setiap tahunnya L’Oreal menggandeng institusi sains yang berbeda dan menentukan tema kompetisi yang berbeda-beda pula sesuai dengan bidang penelitian lembaga mitranya. Di antaranya, program L’Oreal Girls in Science pernah bekerjasama dengan Lembaga Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bidang Oseanografi serta Badan Tenaga Atom dan Nuklir.Setiap tahunnya 30 siswi dari 10 sekolah terpilih menjadi finalis, diundang langsung ke Jakarta untuk bertanding bersama.

“L’Oréal ingin memberi gambaran pada para siswi ini bahwa sains itu bisa menjadi sesuatu yang fun dan menarik,” kata Ovidia.

“Dengan memperkenalkan program ini kepada masyarakat luas, kami berharap program ini dapat membuka jalan bagi generasi muda dan menginspirasi para perempuan muda Indonesia lainnya untuk menjadi peneliti di masa depan,” ungkap Prof. Dr. Arief Rachman MPd, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemdikbud).

Dalam mensukseskan program ini para pemenang penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women In Science (Fellows) juga turut serta membantu dalam pemilihan mitra lembaga sains, sebagai mentor dan juga juri kompetisi.

L’ORÉAL - UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE L’ORÉAL SORORITY IN SCIENCE

L’ORÉAL GIRLS IN SCIENCE

29 30BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF KORPORAT TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF KORPORAT

PEREMPUAN DAN SAINS

Program ini pertama kali digagas pada tahun 1998 secara global antara L’Oréal Foundation dengan UNESCO, kemitraan yang terus berlangsung sampai saait ini. Peradaban global menuntut tiap bangsa untuk saling berkompetisi. Sains dan inovasi teknologi merupakan kunci utama yang harus dipacu perkembangannya. Salah satu cara pengembangan sains adalah melalui penelitian. Kaum perempuan pun dapat memiliki andil yang besar dalam perubahan peradaban dunia ini. Bahkan tak sedikit perempuan yang telah membuktikan mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam perkembangan sains. Program ini pertama kali digagas pada tahun 1998 secara internasional antara L’Oreal Foundation dengan UNESCO, kemitraan yang terus berlangsung sampai saat ini. Sejak dibentuk, program ini telah memberi pengakuan kepada lebih dari 1000 perempuan peneliti berbakat dari 103 negara di seluruh dunia.

Di Indonesia L’Oréal bekerjasama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberikan penghargaan kepada para perempuan peneliti sebagai wujud pengakuan, dukungan, dan penghormatan terhadap kiprah dan pengabdiannya terhadap dunia penelitian.

Program L’Oréal-UNESCO For Women In Science, difokuskan pada tiga kegiatan utama:

L’Oréal-UNESCO Laureate Awards: Memberikan penghargaan pada peneliti wanita mapan yang telah mengkontribusikan sebagian besar dari hidup dan karir mereka di bidang life science dan material sciences. Penghargaan tahunan senilai 100.000 Euro untuk tiap pemenang, diberikan pada lima wanita peneliti atau Laureate, satu orang untuk tiap benua, sebagai figur untuk generasi baru.

L’Oréal-UNESCO Fellowship – Internasional Rising Talents: Diadakan tiap tahun sejak 2000 dan diberikan kepada 15 perempuan peneliti muda – 3 dari tiap benua - baik tingkat doktoral atau post-doktoral, menekankan pada kerjasama sains di tingkat internasional serta mengembangkan jaringan antar kultur. Masing-masing pemenang Internasional Rising Talents, diberikan pendanaan senilai 15.000 Euro guna mendukung proyek penelitian yang mereka ajukan untuk jangka waktu satu tahun.

L’Oréal-UNESCO For Women In Science National Fellowship: program ini telah dimulai sejak tahun 2004 di Indonesia, yang telah menghasilkan 37 fellows perempuan peneliti. Lima orang di antaranya bahkan sudah menerima penghargaan di tingkat internasional. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mempromosikan

sains sebagai salah satu pilihan bidang karir bagi perempuan peneliti muda di Indonesia. Setiap tahunnya L’Oréal – UNESCO For Women In Science National Fellowship menganugerahi perempuan peneliti muda Indonesia, yang terdiri dari 2 orang dengan penelitian di bidang Life Sciences dan 2 orang di bidang Material Sciences. Tahun 2015 ini, masing-masing fellows menerima bantuan pendanaan penelitian senilai delapan puluh juta rupiah.

“L’Oréal-UNESCO For Women in Science adalah program penting dari L’Oréal baik secara global maupun nasional karena mendorong para perempuan untuk mencintai dunia penelitian dan memupuk semangat belajar yang tinggi,” kata Ovidia Nomia, Corporate Social Responsibility Manager L’Oréal Indonesia. “L’Oréal ikut prihatin karena banyak data yang menyebutkan bahwa makin sedikit perempuan yang bersekolah di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.” Survei di banyak negara, termasuk Amerika dan sejumlah negara di Eropa menunjukkan penurunan jumlah perempuan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seusai tamat sekolah menengah.

Hambatan lain yang dirasakan para peneliti ini antara lain pendanaan dan akses, mengingat profesi peneliti bukan pekerjaan populer yang digemari banyak orang. Itu pula yang dirasakan Fenny Martha Dwivany, peneliti dari ITB yang memenangkan penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women In Science.

“Sebetulnya ada keraguan saat kembali ke Indonesia, apakah bisa melakukan penelitian mengingat mahalnya biaya penelitian di bidang biologi molekuler yang saya geluti. Namun setelah dijalani keraguan tersebut sirna sebagaimana dikatakan oleh Nelson Mandela “Nothing impossible until it’s done,” kata Fenny. Dimulai dari tim kecil beranggotakan tiga mahasiswa S1, dirintislah Banana Group dengan fokus penelitian tentang perilaku gen pematangan buah dan faktor yang dapat mengendalikannya. Permintaan dari industri makanan untuk membantu memecahkan masalah penyimpanan buah pisang dan apresiasi dari berbagai pihak terhadap penelitian ini merupakan dukungan yang luar biasa bagi Fenny dan timnya. Salah satu apresiasi yang mendorongnya untuk berkarya sebagai peneliti adalah terpilih sebagai salah satu fellow L’Oréal-UNESCO For Women in Science Internasional 2007. “Ritme penelitian seakan-akan diajak berlari kencang untuk segera menghasilkan solusi yang sesuai dengan kondisi Indonesia, dimana tidak semua tempat memiliki akses listrik, sehingga sangat diperlukan teknologi yang canggih namun mudah diaplikasikan,” kata Fenny. Ia memiliki cita-cita menghasilkan tempat penyimpanan buah yang disebut dengan Fruit Storage Chamber (FSC) untuk petani dan penjual buah di Indonesia.

Selain For Women In Science yang memfokuskan pada perempuan peneliti, L’Oréal juga menunjukkan kepedulian dan dorongan terhadap para perempuan yang masih duduk di bangku kuliah. Program yang diberi judul Sorority in Science ini memberikan beasiswa bagi mahasiswi strata satu yang menuntut ilmu di bidang sains dan ingin merintis karir sebagai peneliti dalam bentuk dana tabungan pendidikan senilai masing-masing 20 juta rupiah yang diberikan kepada 10 mahasiswi terpilih. Tidak kurang 5 universitas di Tanah Air yang brpartisipasi dalam program ini. “L’Oréal berharap program ini bisa mendorong lahirnya para perempuan muda peneliti dari kampus,” kata Ovidia.

Program yang tidak kalah pentingnya dalam rangkaian perempuan dan sains ini adalah L’Oréal Girls in Science. Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 dan tahun ini telah memasuki tahun ke 11. Setiap tahunnya program ini menjangkau lebih dari 100 sekolah di seluruh Indonesia dengan total 1100 siswi yang telah ikut serta.

Sebagai sebuah program kompetisi sains yang membidik siswi sekolah menengah atas. Setiap tahunnya L’Oreal menggandeng institusi sains yang berbeda dan menentukan tema kompetisi yang berbeda-beda pula sesuai dengan bidang penelitian lembaga mitranya. Di antaranya, program L’Oreal Girls in Science pernah bekerjasama dengan Lembaga Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bidang Oseanografi serta Badan Tenaga Atom dan Nuklir.Setiap tahunnya 30 siswi dari 10 sekolah terpilih menjadi finalis, diundang langsung ke Jakarta untuk bertanding bersama.

“L’Oréal ingin memberi gambaran pada para siswi ini bahwa sains itu bisa menjadi sesuatu yang fun dan menarik,” kata Ovidia.

“Dengan memperkenalkan program ini kepada masyarakat luas, kami berharap program ini dapat membuka jalan bagi generasi muda dan menginspirasi para perempuan muda Indonesia lainnya untuk menjadi peneliti di masa depan,” ungkap Prof. Dr. Arief Rachman MPd, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemdikbud).

Dalam mensukseskan program ini para pemenang penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women In Science (Fellows) juga turut serta membantu dalam pemilihan mitra lembaga sains, sebagai mentor dan juga juri kompetisi.

L’ORÉAL - UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE L’ORÉAL SORORITY IN SCIENCE

L’ORÉAL GIRLS IN SCIENCE

29 30BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

Satu lagi program CSR L’Oréal yang dipersembahkan bagi perempuan adalah Women of Worth. Program ini menyorot pemberdayaan perempuan di manapun dia berada. Program ini diharapkan dapat mendorong wanita di seluruh penjuru dunia, khususnya di Indonesia, untuk dapat mengenali besarnya kontribusi mereka dalam keluarga, lingkungan sekitar maupun masyarakat luas.

Program ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada wanita-wanita perkasa dalam kehidupan sehari-hari. Wanita tersebut bisa siapa saja, ibu, kakak, kolega, teman, bahkan diri sendiri. Wanita yang dalam kerendahan hatinya dapat membawa perubahan positif terhadap dirinya, keluarganya, lingkungannya, atau bahkan seluruh wanita di Indonesia.

Program yang dijalankan secara digital ini mencari 20 nominasi terbaik, sosok perempuan berusia minimal 21 tahun dan maksimal berusia 60 tahun. Para perempuan ini diseleksi menjadi 3 finalis untuk mendapatkan 1 orang juara dengan hadiah uang tunai Rp 25 juta.

Yannis Rodocanachi, General Manager Consumer Product Division L’Oréal Indonesia, mengatakan program acara ini merupakan wujud nyata komitmennya mendukung kaum perempuan sebagaimana yang tercermin dalam semangat Because We’re Worth It yang selalu disampaikan L’Oréal Paris melalui para brand ambassador-nya.

Menurut Yannis, L’Oréal Paris telah hadir menemani keseharian para perempuan selama lebih dari satu abad ini dan terus mewujudkan visi-misi dalam mendukung kemajuan kaum perempuan dunia, termasuk Indonesia.

Tahun 2014, selain brand ambassador, Dian Sastrowardoyo, L’Oréal Paris juga menggandeng sejumlah tokoh perempuan Indonesia sebagai dewan juri, mereka adalah DR. Dewi Motik Pramono Msc, Ketua Umum Kowani, Melanie Masriel (Head of Communications L’Oréal Indonesia), Hanifa Ambadar (pemilik perusahaan media online), dan Fenny M. Dwivany PhD (tokoh perempuan peneliti, pemenang L’Oréal-

UNESCO For Women in Science International 2007).

Dalam memilih 20 besar, dewan juri akan menilai berdasarkan kelengkapan data yang diberikan serta latar belakang mengapa sosok tersebut dinominasikan.

Setelah terpilih 20 besar, peserta akan diseleksi lagi menjadi 3 besar yang ditentukan berdasarkan 3 faktor, yaitu: kontribusi yang dilakukan (40%), data yang tervalidasi (20%), serta voting yang dilakukan oleh publik (40%) di situs resmi www.womenofworth.co.id. Sosok Women of Worth Indonesia terbaik diumumkan pada acara khusus.

Brand ambassador L’Oréal Indonesia dan aktris berbakat, Dian Sastro, mengatakan bahwa Women of Worth adalah salah satu kampanye yang diturunkan dari esensi brand itu sendiri, yaitu ‘karena Anda begitu berharga’. Women of Worth mengajak perempuan Indonesia untuk menyadari keberhargaannya dan mengajak perempuan Indonesia untuk menghargai satu sama lain, sehingga mereka bisa saling memberdayakan satu sama lain.

“Menurut saya kampanye ini jenius. Kampanye ini sejalan dengan filosofi perusahaan yang ingin memberdayakan perempuan sebagai kaum marjinal di masyarakat dan mengajak kita untuk mencari siapa sebenarnya perempuan yang berharga bagi kita,” kata Dian Sastro. “Perempuan ini bisa saja ibu kita, tidak perlu seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar. Menurut saya, ini merupakan suatu hal yang baik dan L’Oréal perlu merayakannya,” kata Dian. “Sekali lagi

saya merasa bangga untuk menjadi bagian dari Women of Worth, karena kampanye ini mengajarkan saya banyak hal mengenai leadership dan role-modelling”.

Untuk mengenal lebih jauh berikut adalah profil pemenang Women Of Worth tahun 2015:

1. Lisa VirgianoKecintaan Lisa Virgiano akan Indonesia, mendorong dirinya membuat Underground Secret Dining, dimana konsep makanan tradisional dijaga dan disosialisasikan seluas-seluasnya kepada masyarakat. Ia percaya menjaga budaya bukan hanya dari gaya hidup saja tapi, juga dengan menghargai rasa dan harga makanan khas negara sendiri. Hatinya yang mulia ini membuat ia memilih untuk membantu petani kopi di lereng Merapi daripada bekerja kantoran.

2. Valencia Mieke RhandaPerempuan ini memiliki hati seperti emas, semangat dan jiwa sosialnya patut diteladani dan diacungi jempol. Valencia rela untuk karir yang begitu cemerlang demi mendedikasikan dirinya sebagai pekerja sosial. Peduli dan berbuat baik untuk yang membutuhkan (tapi cenderung terlupakan).

3. Megarini PuspasariMegarini Puspasari, perempuan asal Yogyakarta ini melihat pentingnya pendidikan dalam fondasi pembangunan bangsa. Ia rela melepas karir cemerlangnya di Jepang untuk kembali membangun negerinya dengan membantu anak-anak jalanan. Akrab dipanggil Mega, ia merupakan salah satu pendiri dari Yayasan HoshiZora yang ia dirikan saat masih kuliah di Jepang

4. Dian KarraenMenyadari kondisi jumlah anak-anak jalanan yang terus meningkat, Dian dan seorang temannya memulai rencana mulia mereka dengan membuat Rumah Kreatif NARA. Rumah ini menjadi penumpu anak-anak jalanan untuk belajar dan memperbaiki nasib mereka menggapai masa depan cerah. Tidak hanya belajar, anak-anak ini juga mengasah kreatifitas mereka dengan menghasilkan kertas daur ulang yang kemudian dijual untuk menjadi ongkos modal hidup di rumah tersebut.

Sesuai dengan misi dan identitas brand-nya yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, Kiehl’s secara global berkomitmen untuk menggelar kampanye kepedulian masyarakat setiap tahunnya. Dengan menyisihkan sebagian dari penjualan produk-produknya, dana yang terkumpul kemudian disumbangkan melalui kemitraan dengan berbagai organisasi nirlaba upaya mendukung berbagai program sosial bertajuk “Kiehl’s Gives” (Kiehl’s Memberi).

Tahun ini secara global Kiehl’s Gives mengusung tema “Heritage” (warisan), melalui kampanye digital di situs www.lestarikanwarisanindonesia.com upaya penggalangan dana bagi pelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya Indonesia paling berharga. Ari Wibowo, pengusaha muda Keenan Pearce, aktris Prisia Nasution dan penyanyi muda berbakat Lala Karmela merupakan sederet figur publik yang turut mendukung kampanye tahun ini melalui hasil desain kreasi mereka yang kemudian dituangkan dalam sampul Kiehl’s Limited Edition Notebook. Notebook ini dihadiahkan bagi para konsumen yang telah memberikan donasinya melalui pembelian setiap produk dalam rangkaian Iconic Heritage Kiehl’s. Setiap pembelian mewakili donasi sebesar Rp 10.000,-.

Selain itu, program amal ini bertujuan pula untuk dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar Candi Borobudur melalui dukungan nyata terhadap industri kreatif seperti pengembangan potensi keramik lokal, batik dengan motif relief candi, wisata kuliner dan kesenian daerah. Dukungan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui wadah Galeri Komunitas yang bergerak di bawah naungan UNESCO.

Sebagai penutup rangkaian kampanye Kiehl’s ini, L’Oréal juga menggandeng UNESCO dan Mabua Harley-Davidson. Telah terkumpul 20 pecinta Harley-Davidson cabang Jakarta untuk berkendara bersama dari Jakarta menuju Jogjakarta pada tanggal 31 Juli 2015 yang lalu. Touring bersama ini kemudian berlanjut pada tanggal 1 Agustus 2015, berangkat dari kota Jogjakarta ke Candi Borobudur yang diramaikan pula dengan tambahan 30 pecinta Harley dari cabang Jogjakarta.

Regina Widjaja, Brand Manager Kiehl’s, menjelaskan, bahwa brand yang didirikan lebih dari 160 tahun lalu ini bekomitmen untuk menjalankan program-program sosial di bidang Seni Budaya, Sains, HIV/AIDS, Lingkungan, ataupun Anak-anak di bawah bendera kampanye Kiehl’s Gives. “Kegiatan yang kami gelar tahun ini dibangun atas kerjasama dengan UNESCO, dimana seluruh dana yang tergalang digunakan untuk upaya pelestarian Candi Borobudur,” tambah Regina.

Aktor Ari Wibowo yang terlibat dalam kampanye sosial Kiehl’s mengatakan kebanggaannya sebagai bangsa Indonesia karena ikut membantu pelestarian budaya Indonesia, khususnya sejarah Jawa. “Saya bangga sebagai orang Indonesia, dan sebagai turunan Jawa, tentunya saya ingin membantu dalam pelestarian sejarah Jawa apalagi Candi ataupun monumen bersejarah seperti Borobudur dan juga orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Itulah sebabnya saya mendukung Kiehl’s Heritage Campaign,” kata Ari.

Lewat kampanye ini, Ari Wibowo berharap agar rakyat dan pemerintah Indonesia menyadari betapa pentingnya peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah dan keanekaragaman kebudayaan dan kepercayaan sebagai suatu kekayaan bangsa yang patut dipelihara dan dilindungi.

PEREMPUAN SUMBER INSPIRASI KOMITMEN UNTUK MEMBERI

L’ORÉAL PARIS WOMEN OF WORTH KIEHL’S GIVES

TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF BRAND TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF BRAND

31 32BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

Satu lagi program CSR L’Oréal yang dipersembahkan bagi perempuan adalah Women of Worth. Program ini menyorot pemberdayaan perempuan di manapun dia berada. Program ini diharapkan dapat mendorong wanita di seluruh penjuru dunia, khususnya di Indonesia, untuk dapat mengenali besarnya kontribusi mereka dalam keluarga, lingkungan sekitar maupun masyarakat luas.

Program ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada wanita-wanita perkasa dalam kehidupan sehari-hari. Wanita tersebut bisa siapa saja, ibu, kakak, kolega, teman, bahkan diri sendiri. Wanita yang dalam kerendahan hatinya dapat membawa perubahan positif terhadap dirinya, keluarganya, lingkungannya, atau bahkan seluruh wanita di Indonesia.

Program yang dijalankan secara digital ini mencari 20 nominasi terbaik, sosok perempuan berusia minimal 21 tahun dan maksimal berusia 60 tahun. Para perempuan ini diseleksi menjadi 3 finalis untuk mendapatkan 1 orang juara dengan hadiah uang tunai Rp 25 juta.

Yannis Rodocanachi, General Manager Consumer Product Division L’Oréal Indonesia, mengatakan program acara ini merupakan wujud nyata komitmennya mendukung kaum perempuan sebagaimana yang tercermin dalam semangat Because We’re Worth It yang selalu disampaikan L’Oréal Paris melalui para brand ambassador-nya.

Menurut Yannis, L’Oréal Paris telah hadir menemani keseharian para perempuan selama lebih dari satu abad ini dan terus mewujudkan visi-misi dalam mendukung kemajuan kaum perempuan dunia, termasuk Indonesia.

Tahun 2014, selain brand ambassador, Dian Sastrowardoyo, L’Oréal Paris juga menggandeng sejumlah tokoh perempuan Indonesia sebagai dewan juri, mereka adalah DR. Dewi Motik Pramono Msc, Ketua Umum Kowani, Melanie Masriel (Head of Communications L’Oréal Indonesia), Hanifa Ambadar (pemilik perusahaan media online), dan Fenny M. Dwivany PhD (tokoh perempuan peneliti, pemenang L’Oréal-

UNESCO For Women in Science International 2007).

Dalam memilih 20 besar, dewan juri akan menilai berdasarkan kelengkapan data yang diberikan serta latar belakang mengapa sosok tersebut dinominasikan.

Setelah terpilih 20 besar, peserta akan diseleksi lagi menjadi 3 besar yang ditentukan berdasarkan 3 faktor, yaitu: kontribusi yang dilakukan (40%), data yang tervalidasi (20%), serta voting yang dilakukan oleh publik (40%) di situs resmi www.womenofworth.co.id. Sosok Women of Worth Indonesia terbaik diumumkan pada acara khusus.

Brand ambassador L’Oréal Indonesia dan aktris berbakat, Dian Sastro, mengatakan bahwa Women of Worth adalah salah satu kampanye yang diturunkan dari esensi brand itu sendiri, yaitu ‘karena Anda begitu berharga’. Women of Worth mengajak perempuan Indonesia untuk menyadari keberhargaannya dan mengajak perempuan Indonesia untuk menghargai satu sama lain, sehingga mereka bisa saling memberdayakan satu sama lain.

“Menurut saya kampanye ini jenius. Kampanye ini sejalan dengan filosofi perusahaan yang ingin memberdayakan perempuan sebagai kaum marjinal di masyarakat dan mengajak kita untuk mencari siapa sebenarnya perempuan yang berharga bagi kita,” kata Dian Sastro. “Perempuan ini bisa saja ibu kita, tidak perlu seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar. Menurut saya, ini merupakan suatu hal yang baik dan L’Oréal perlu merayakannya,” kata Dian. “Sekali lagi

saya merasa bangga untuk menjadi bagian dari Women of Worth, karena kampanye ini mengajarkan saya banyak hal mengenai leadership dan role-modelling”.

Untuk mengenal lebih jauh berikut adalah profil pemenang Women Of Worth tahun 2015:

1. Lisa VirgianoKecintaan Lisa Virgiano akan Indonesia, mendorong dirinya membuat Underground Secret Dining, dimana konsep makanan tradisional dijaga dan disosialisasikan seluas-seluasnya kepada masyarakat. Ia percaya menjaga budaya bukan hanya dari gaya hidup saja tapi, juga dengan menghargai rasa dan harga makanan khas negara sendiri. Hatinya yang mulia ini membuat ia memilih untuk membantu petani kopi di lereng Merapi daripada bekerja kantoran.

2. Valencia Mieke RhandaPerempuan ini memiliki hati seperti emas, semangat dan jiwa sosialnya patut diteladani dan diacungi jempol. Valencia rela untuk karir yang begitu cemerlang demi mendedikasikan dirinya sebagai pekerja sosial. Peduli dan berbuat baik untuk yang membutuhkan (tapi cenderung terlupakan).

3. Megarini PuspasariMegarini Puspasari, perempuan asal Yogyakarta ini melihat pentingnya pendidikan dalam fondasi pembangunan bangsa. Ia rela melepas karir cemerlangnya di Jepang untuk kembali membangun negerinya dengan membantu anak-anak jalanan. Akrab dipanggil Mega, ia merupakan salah satu pendiri dari Yayasan HoshiZora yang ia dirikan saat masih kuliah di Jepang

4. Dian KarraenMenyadari kondisi jumlah anak-anak jalanan yang terus meningkat, Dian dan seorang temannya memulai rencana mulia mereka dengan membuat Rumah Kreatif NARA. Rumah ini menjadi penumpu anak-anak jalanan untuk belajar dan memperbaiki nasib mereka menggapai masa depan cerah. Tidak hanya belajar, anak-anak ini juga mengasah kreatifitas mereka dengan menghasilkan kertas daur ulang yang kemudian dijual untuk menjadi ongkos modal hidup di rumah tersebut.

Sesuai dengan misi dan identitas brand-nya yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, Kiehl’s secara global berkomitmen untuk menggelar kampanye kepedulian masyarakat setiap tahunnya. Dengan menyisihkan sebagian dari penjualan produk-produknya, dana yang terkumpul kemudian disumbangkan melalui kemitraan dengan berbagai organisasi nirlaba upaya mendukung berbagai program sosial bertajuk “Kiehl’s Gives” (Kiehl’s Memberi).

Tahun ini secara global Kiehl’s Gives mengusung tema “Heritage” (warisan), melalui kampanye digital di situs www.lestarikanwarisanindonesia.com upaya penggalangan dana bagi pelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya Indonesia paling berharga. Ari Wibowo, pengusaha muda Keenan Pearce, aktris Prisia Nasution dan penyanyi muda berbakat Lala Karmela merupakan sederet figur publik yang turut mendukung kampanye tahun ini melalui hasil desain kreasi mereka yang kemudian dituangkan dalam sampul Kiehl’s Limited Edition Notebook. Notebook ini dihadiahkan bagi para konsumen yang telah memberikan donasinya melalui pembelian setiap produk dalam rangkaian Iconic Heritage Kiehl’s. Setiap pembelian mewakili donasi sebesar Rp 10.000,-.

Selain itu, program amal ini bertujuan pula untuk dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat di sekitar Candi Borobudur melalui dukungan nyata terhadap industri kreatif seperti pengembangan potensi keramik lokal, batik dengan motif relief candi, wisata kuliner dan kesenian daerah. Dukungan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui wadah Galeri Komunitas yang bergerak di bawah naungan UNESCO.

Sebagai penutup rangkaian kampanye Kiehl’s ini, L’Oréal juga menggandeng UNESCO dan Mabua Harley-Davidson. Telah terkumpul 20 pecinta Harley-Davidson cabang Jakarta untuk berkendara bersama dari Jakarta menuju Jogjakarta pada tanggal 31 Juli 2015 yang lalu. Touring bersama ini kemudian berlanjut pada tanggal 1 Agustus 2015, berangkat dari kota Jogjakarta ke Candi Borobudur yang diramaikan pula dengan tambahan 30 pecinta Harley dari cabang Jogjakarta.

Regina Widjaja, Brand Manager Kiehl’s, menjelaskan, bahwa brand yang didirikan lebih dari 160 tahun lalu ini bekomitmen untuk menjalankan program-program sosial di bidang Seni Budaya, Sains, HIV/AIDS, Lingkungan, ataupun Anak-anak di bawah bendera kampanye Kiehl’s Gives. “Kegiatan yang kami gelar tahun ini dibangun atas kerjasama dengan UNESCO, dimana seluruh dana yang tergalang digunakan untuk upaya pelestarian Candi Borobudur,” tambah Regina.

Aktor Ari Wibowo yang terlibat dalam kampanye sosial Kiehl’s mengatakan kebanggaannya sebagai bangsa Indonesia karena ikut membantu pelestarian budaya Indonesia, khususnya sejarah Jawa. “Saya bangga sebagai orang Indonesia, dan sebagai turunan Jawa, tentunya saya ingin membantu dalam pelestarian sejarah Jawa apalagi Candi ataupun monumen bersejarah seperti Borobudur dan juga orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Itulah sebabnya saya mendukung Kiehl’s Heritage Campaign,” kata Ari.

Lewat kampanye ini, Ari Wibowo berharap agar rakyat dan pemerintah Indonesia menyadari betapa pentingnya peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah dan keanekaragaman kebudayaan dan kepercayaan sebagai suatu kekayaan bangsa yang patut dipelihara dan dilindungi.

PEREMPUAN SUMBER INSPIRASI KOMITMEN UNTUK MEMBERI

L’ORÉAL PARIS WOMEN OF WORTH KIEHL’S GIVES

TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF BRAND TANGGUNG JAWAB SOSIAL INISIATIF BRAND

31 32BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

KATA MEREKA

“Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kemdikbud yang telah bekerjasama dengan L’Oréal Indonesia sejak tahun 2004 sampai saat ini, menyambut baik prakarsa L’Oréal Indonesia untuk memberikan penghargaan fellowship tingkat nasional dan internasional yang ditujukan untuk perempuan peneliti di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan program Fellowship For Women In Science ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai forum yang membangun jejaring perempuan peneliti di Indonesia dalam bidang sains sehingga dapat bersaing dengan negara lainnya untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.”

Prof. Dr. Arief Rachman MPD, Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

“L’Oréal sebagai sebuah perusahaan, sudah melakukan begitu banyak kontribusi untuk memberdayakan masyarakat Indonesia. Untuk memiliki komitmen sebesar itu kepada masyarakat, menurut saya hal tersebut sangat mulia. Saya sangat bangga menjadi duta dari perusahaan yang begitu mulia dan peduli, serta memberdayakan masyarakat. Saya bangga dengan apa yang L’Oréal telah lakukan dan saya pikir perusahaan lain perlu melakukan hal sama.”

Dian Sastro, Brand Ambassador L’Oréal PARIS

“Kami memberikan penghargaan tinggi pada L’Oréal Indonesia yang telah mendukung PEKKA, dan menjadi pionir dalam upaya CSR dengan secara sadar mendukung upaya pemberdayaan perempuan, khususnya perempuan miskin di Indonesia, dengan program yang strategis. Semoga langkah L’Oréal Indonesia menjadi inspirasi bagi corporate lainnya.”

Nani Zulminarni, Pendiri Gerakan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

“Profesi sebagai perempuan peneliti bukanlah profesi yang popular di negeri ini, apresiasi dari berbagai pihak merupakan dukungan yang luar biasa. Salah satu apresiasi yang menjadi tonggak penting dalam hidup saya adalah fellowship L’Oréal For Women in Science di tingkat nasional 2006 maupun internasional 2007. Selain bangga dapat menjadi wakil Indonesia di tingkat dunia, ajang fellowship prestisius ini memberikan energi yang luar biasa untuk terus berkarya sebagai peneliti. Program ini sangat unik karena membuka kesempatan untuk dikenal di masyarakat luas, menjadikan alumninya sebagai keluarga besar dengan ikatan yang kuat untuk bekerja sama di bidang penelitian dan berkontribusi dalam mempopulerkan sains dan teknologi kepada generasi muda Indonesia. Kesempatan untuk berkontribusi mempopulerkan profesi perempuan peneliti di Indoensia seperti menjadi dewan juri program For Women in Science, L’Oréal Girls in Science dan juga L’OréalParis Women of Worth merupakan pengalaman luar biasa yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh saya.”

Fenny Martha Dwivany, Peneliti ITB dan Pemenang Penghargaan For Women In Science 2007

PT. L’Oréal IndonesiaDBS Bank Tower 29th FL - Ciputra World 1

Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5 Jakarta 12940, IndonesiaTel. (62-21) 29886666 Fax. (62-21) 29886886

33 BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMABERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

KATA MEREKA

“Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kemdikbud yang telah bekerjasama dengan L’Oréal Indonesia sejak tahun 2004 sampai saat ini, menyambut baik prakarsa L’Oréal Indonesia untuk memberikan penghargaan fellowship tingkat nasional dan internasional yang ditujukan untuk perempuan peneliti di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan program Fellowship For Women In Science ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai forum yang membangun jejaring perempuan peneliti di Indonesia dalam bidang sains sehingga dapat bersaing dengan negara lainnya untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.”

Prof. Dr. Arief Rachman MPD, Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

“L’Oréal sebagai sebuah perusahaan, sudah melakukan begitu banyak kontribusi untuk memberdayakan masyarakat Indonesia. Untuk memiliki komitmen sebesar itu kepada masyarakat, menurut saya hal tersebut sangat mulia. Saya sangat bangga menjadi duta dari perusahaan yang begitu mulia dan peduli, serta memberdayakan masyarakat. Saya bangga dengan apa yang L’Oréal telah lakukan dan saya pikir perusahaan lain perlu melakukan hal sama.”

Dian Sastro, Brand Ambassador L’Oréal PARIS

“Kami memberikan penghargaan tinggi pada L’Oréal Indonesia yang telah mendukung PEKKA, dan menjadi pionir dalam upaya CSR dengan secara sadar mendukung upaya pemberdayaan perempuan, khususnya perempuan miskin di Indonesia, dengan program yang strategis. Semoga langkah L’Oréal Indonesia menjadi inspirasi bagi corporate lainnya.”

Nani Zulminarni, Pendiri Gerakan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

“Profesi sebagai perempuan peneliti bukanlah profesi yang popular di negeri ini, apresiasi dari berbagai pihak merupakan dukungan yang luar biasa. Salah satu apresiasi yang menjadi tonggak penting dalam hidup saya adalah fellowship L’Oréal For Women in Science di tingkat nasional 2006 maupun internasional 2007. Selain bangga dapat menjadi wakil Indonesia di tingkat dunia, ajang fellowship prestisius ini memberikan energi yang luar biasa untuk terus berkarya sebagai peneliti. Program ini sangat unik karena membuka kesempatan untuk dikenal di masyarakat luas, menjadikan alumninya sebagai keluarga besar dengan ikatan yang kuat untuk bekerja sama di bidang penelitian dan berkontribusi dalam mempopulerkan sains dan teknologi kepada generasi muda Indonesia. Kesempatan untuk berkontribusi mempopulerkan profesi perempuan peneliti di Indoensia seperti menjadi dewan juri program For Women in Science, L’Oréal Girls in Science dan juga L’OréalParis Women of Worth merupakan pengalaman luar biasa yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh saya.”

Fenny Martha Dwivany, Peneliti ITB dan Pemenang Penghargaan For Women In Science 2007

PT. L’Oréal IndonesiaDBS Bank Tower 29th FL - Ciputra World 1

Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5 Jakarta 12940, IndonesiaTel. (62-21) 29886666 Fax. (62-21) 29886886

33 BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMABERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

BERBAGI KEINDAHAN DENGAN SESAMA

KOMITMEN BERKELANJUTAN L’ORÉAL

PROGRES 2015

www.loreal.co.idwww.sharingbeautywithall.com