PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN...

78
PERILAKU MENCERAI-BERAI AGAMA DALAM TAFSIR AN-NUUR Tafsir Surat al An’âm ayat 159 dan al Rûm 30 sampai 32 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh : Budi Utomo NIM: 208034000003 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.

Transcript of PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN...

Page 1: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

PERILAKU MENCERAI-BERAI AGAMA DALAM TAFSIR AN-NUUR

Tafsir Surat al An’âm ayat 159 dan al Rûm 30 sampai 32

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh : Budi Utomo

NIM: 208034000003

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H./2010 M.

Page 2: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat 8 Juni 2010

Budi Utomo

Page 3: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,
Page 4: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,
Page 5: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

ABSTRAK

Masalah disintegrasi bukan hanya terjadi pada masalah kenegaraan tetapi juga merambah wilayah beragama dan berkeyakinan. Disintegrasi dalam satu kawasan negara biasanya membicarakan masalah state atau pembagian wilayah yang diklaim oleh pihak separatis sebagai hak mereka yang diambil oleh pemerintahan yang sah. Jadi yang dibicarakan adalah peta wilayah. Disintegrasi di dalam agama dan keyakinan adalah terjadi karena adanya orientasi baru baik dalam masalah ibadah ritual, pemahaman dan kelembagaan secara parsial atau keseluruhan. Pada awalnya yang dibicarakan adalah peta pemikiran tetapi pada akhirnya bisa sampai pada pembicaraan peta wilayah, pemberontakan kepada otoritas kekuasaan yang sah. Yang seluruhnya keluar dari pakem yang ada dalam tuntunan Allah dan Rasul-Nya sebagai pemilik otoritas Islam. Kemudian Islam yang sudah tidak original itu masih memakai nama gen awalnya sehingga timbulah banyak varian yang saling berbenturan karena persaingan seolah mengharuskan adanya satu juara saja, yang paling benar, yang paling original. Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan perang dingin tetapi juga kerap memicu bentrokan fisik bahkan pertumpahan darah dan perang senjata dalam waktu yang panjang dan melelahkan. Bahkan memicu dendam sejarah yang terus diwariskan. Tulisan dalam penelitian ini berbicara tentang perpecahan dalam Islam seputar tataran definisi, sebab awal, bahaya dan solusinya dalam persfektif tafsir al Qur’an. Dibingkai dalam analisa tafsir atas tafsir Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam wilayah ke-Indonesiaan.

Page 6: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

i

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdu li Allâh rabb al ‘alamîn.

Allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad.

Terima kasih yang tulus kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Zaenun Kamal F.,

MA., Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Bustamin Msi., Ketua Jurusan

Tafsir Hadis, Dr. Edwin Syarif MA., Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis. Tak

lupa pula kepada pembimbing skripsi bapak Drs. A. Rifqi Muchtar, MA.,

atas kesabaran, bimbingan dan arahannya dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada seluruh dosen pembimbing mata kuliah di

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, semoga Allah memberikan keberkahan

atas ilmu yang diajarkan. Tak lupa pula kepada segenap karyawan

Perpustakaan Utama, Perpustakaan FU UIN dan Perpustakaan Umum

IMan Jama.

Permohonan maaf dan terima kasih yang tiada terhingga kepada

Orang Tua tercinta Ibu Hajjah Janatun dan Bapak Haji Tambak bin

Ranyan yang sekian lama menunggu dengan sabar dan ikhlas atas

keterlambatan penyelesaian tugas ini karena kesalahan dan keterbatasan

penulis. Juga atas dukungan moril, materil dan do’a yang tiada putus-

putusnya. Semoga rida dunia sampai akhirat. Allah berikan keberkahan

pada umur dan ‘amal shalih keduanya.

Terima kasih juga kepada rekan-rekan asâtîdz pendukung

berdirinya Pesantren Syi’ar al Islam terutama kepada Tuan Guru dan

Orang Tua kami tercinta K.H. Muhammad Suharliansyah al Banjari atas

nasehat dan bimbingannya. Semoga Allah mengangkat derajat beliau

setinggi-tingginya.

Page 7: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

iii

Terima kasih selanjutnya untuk isteri tercinta Fitria Kadam dan

Pasukan Kecilku; Zhafira La Zanba, Zakia Nurul ‘Aini dan Zou Zein yang

selalu membawa keceriaan dan menjadi semangat hidup. Semoga Romo

(penulis) bisa memberikan sejarah yang baik untuk kebahagiaan dan

kebanggaan keluarga “ La Zanba” kecil kita. Juga kepada Keluarga besar

lain di Kampung Gedong; Bapak Rudi Trikurniawan sekeluarga dan Ibu

Tuti beserta suami dan anak-anak. Keluarga besar cucu Mbah Tesbeh alias

Mbah Salbani.

Penulis dedikasikan tulisan ini untuk keluarga besar “698 ghairu”

semoga menjadi inspirasi bagi kemajuan kita bersama. “ Kita boleh

terlambat dalam hal-hal yang bisa kita kejar, tetapi kita tak bisa menunda

keputusan atas perkara yang harus kita kerjakan, jangan bunuh

idealisme...”

Selesainya tulisan ini adalah keberkahan luar biasa bagi penulis

dan keluarga besar dan ini adalah hadiah luar biasa dan hiburan yang

sangat menggembirakan sekaligus mengharukan.

Hanya Allah yang bisa membalas seluruh kebaikan atas inspirasi

dan motivasi dari Ibu-Bapak, para guru, orang tua, dosen pembimbing dan

seluruh keluarga besar. Jazâkumullâhu khairan katsîran.

Wassalâmu ‘alaikum wa rahmah Allah wa barakâtuh.

Kelapa Dua Wetan, 03 Juni 2010

Budi Utomo

Page 8: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………….. ..... i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………… 6

C. Tujuan Penelitian………………………………………. 8

D. Metodologi Penelitian…………………………………. 8

E. Sistematika Penulisan…………………………………. 10

BAB II BIOGRAFI PROF. DR. TEUNGKU MUHAMMAD HASBI

ASH SHIDDIEQY DAN TAFSIR AN NUUR

A. Riwayat Hidup……………………………………………. 12

B. Pemikiran dan Karya……………………………………… 15

C. Sejarah Penulisan Tafsir An-Nuur……………………….. 17

D. Karakteristik Tafsir An-Nuur…………………………….. 19

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG AGAMA DAN PERILAKU

MENCERAI-BERAI

A. Pengertian Agama .......................................................... 21

B. Fungsi Agama ................................................................ 24

C. Agama dan Perilaku Memecah Belah .............................. 26

Page 9: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

v

BAB IV ANALISIS TENTANG MASALAH PERILAKU MENCERAI-

BERAI AGAMA DAN BAHAYANYA DALAM TAFSIR AN

NUUR KAJIAN SURAH AL AN’ÂM AYAT 159 DAN AL RÛM

30 SAMPAI 32

A. Sûrah al-An’âm/6: 159 Sûrah al-Rûm/30: 30-32 ............ 31

B. Pengertian Memecah Belah Agama ................................. 33

C. Perpecahan dalam Islam.................................................. 35

D. Penyebab Perpecahan...................................................... 41

E. Bahaya Perpecahan dalam Agama................................... 45

F. Klaim Syirik atas Perilaku Memecah Belah Agama ........ 47

G. Solusi untuk Menghindari Perpecahan ............................ 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................... 57

B. Saran-saran ..................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 59

LAMPIRAN ........................................................................................ 63

Page 10: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini media sering membicarakan penyerangan yang dilakukan

oleh sekelompok umat Islam atas kelompok umat Islam lainnya. Mulai dari

serangan argumentasi dalam berbagai tulisan, intimidasi sampai kekerasan fisik

yang terkadang menimbulkan bentrokan fisik massa yang berseteru. Bisa saja

perseteruan itu dipicu oleh adanya perbedaan konsep esensial dalam agama, yaitu

masalah teologi1. Mungkin juga disebabkan pilihan politik dengan latar belakang

pemahaman politik yang didasarkan pada partai berasas Islam yang berbeda2.

Ataupun organisasi non politik yang menggunakan atribut Islam3.

Ini menunjukkan adanya disintegrasi umat Islam. Perbedaan dalam satu

kesatuan agama. Satu sembahan dan sumber pengambilan hukum namun berbeda

pandangan dalam banyak hal.

Sangat berbeda dengan para shahabah Rasulullah saw. yang pada awalnya

mereka berasal dari berbagai latar belakang keyakinan, strata sosial dan suku

bangsa bahkan fanatisme yang sering memicu peperangan. Maka Islam merangkul

mereka dalam sebuah semangat persaudaraan Islam sehingga bisa meretas batas-

batas pembeda dan mampu bersatu dalam keberagaman. Sebut saja term ‘Arab

1ANTARA Diserang,” artikel diakses pada senin, 23 Pebruari 2009 dari

.http://www.ANTARA.com 2 Rival Fahmi, -Okezone, “Pulang-Kampanye-Massa-PKS-PPP-Bentrok,” artikel diakses

pada Minggu, 3 Maret 2009 dari http://news.okezone.com 3 detikSurabaya, >> News Jatim, 11/04/2008, “ Rebutan Lahan, anggota FPI Nyaris

.http://m.detik.comBentrok dengan Warga,” artikel diakses Jum’at, 12 Juni 2009 dari

Page 11: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

2

dan ‘Ajam, orang merdeka dan budak, muhâjirîn dan anshâr, bangsawan dan

rakyat biasa, itu semua adalah setting latar belakang sosio cultural ketika itu.

Sebuah contoh adalah kehidupan umat Islam di masa dahulu, mereka

hidup berdampingan dengan orang-orang non muslim, bahkan al-Qur’an dengan

tegas menyatakan dalam Sûrah al Kâfirûn /109:6

لكم دينكم ولي دين

“Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”

Tetapi sesuai dengan latar belakang turunnya ayat tersebut, pemisahan antara

muslim dengan non muslim tersebut adalah dalam masalah akidah dan ibadah

saja. Ketika orang-orang musyrik mencoba mengajak Nabi saw. untuk melakukan

kompromi dalam bidang agama. Tentu saja hal tersebut tidak dapat dijalankan.

Karena kompromi atau toleransi kerjasama dengan orang non muslim

diperbolehkan ketika urusannya bukan permasalahan aqidah dan atau ibadah.4

Memang membicarakan masa itu merupakan sebuah hayalan tentang

kondisi ideal umat Islam. Hayalan itu dipertegas lagi dengan adanya hadis yang

menyebutkan bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi beliau bersama para

shahabah kemudian tâbi’ în kemudian tâbi’ al tâbi’în5. Namun tetap saja ada

rambu-rambu bagi umat yang menginginkan berada dalam kelompok Nabi dan

shahabah. Nabi pulalah yang memberi informasi akan terpecahnya umat Islam ke

dalam tujuh puluh tiga golongan yang semuanya masuk neraka kecuali satu ahlu

4 Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalm Perspektif al-Qur’an & Hadis (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999), h. 68-69. 5 Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari

(Beirut: Dar al Fikr, 1981),vol.3, h.3650-3651.

Page 12: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

3

al sunnah wa al jamâ’ah. Menurut Nabi mereka adalah orang-orang yang

mengikutinya dan para sahabatnya.

ول اللهسا فقال أال إن رينف قام هان أنفين أبى سة باويعم نصلى اهللا عليه -ع

إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعني أال « قام فينا فقال -وسلم

ملة وإن هذه الملة ستفترق على ثالث وسبعني ثنتان وسبعون فى النار وواحدة فى

ةنة. »الجاعمالج ىه6و

“Dari mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya terdapat seseorang di antara kami yang berdiri, kemudian dia berkata, “ketahuilah, bahwasanya Rasulullah saw. Telah bersabda, ‘ketahuilah bahwasanya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahli kitab telah bercerai-berai menjadi 72 millah, dan sesungguhnya, millah ini (agama Islam) akan tercerai-berai menjadi 73 golongan. 72 golongan berada di neraka, dan satu golongan lagi berada di surga.’ Segolongan itu adalah al jamâ’ah.”

Dalam riwayat lain, terdapat perbedaan redaksi dengan maksud yang

sama, yakni penjelasan tentang satu kelompok yang selamat dengan redaksi

sebagai berikut:

نمة قالوا وداحلة وار إال مى النف ملة كلهم نيعبسو لى ثالثى عتأم رقفتتو

7الله قال ما أنا عليه وأصحابى هى يا رسول

“Ummatku akan tercerai-berai menjadi 73 millah, semuanya masuk

neraka, kecuali satu millah. Para sahabat bertanya, siapa (yang berada dalam)

6 Abu Dawud Sulaiman bin al Asy’ats al Sijistani al Azdî, Sunan Abi Dawud, vol.4

(Cairo: Darul Hadis, 1999), h.324.

7 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surat al Turmuzî, Sunan al Turmuzi, vol. 5 (Beirut: Dar al Fikr, 1980), h. 2641.

Page 13: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

4

millah itu ya Rasulallah? Beliau bersabda, “yaitu orang-orang yang mengikuti apa

yang ada padaku dan para sahabatku.”

Keterangan inilah yang kemudian menjadi senjata bagi setiap kelompok

yang mengaku sebagai salah satu golongan yang selamat untuk mempertahankan

diri sekaligus menyerang balik. Dan dari sini juga istilah salaf diperdebatkan8.

Sebuah ironi yang terjadi adalah ketika larangan untuk berkelompok-

kelompok dan bergolong-golong itu secara tegas tertera dalam al-Qur’an, bahkan

kelompok dan golongan itu semakin hari semakin terlihat lebih banyak.

Dalam al-Qur’an Sûrah Ali 'Imran /3:103 disebutkan:

نعمة إذ كنتم أعداء الله عليكم واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا واذكروا

ى شفا حفرة من النار فأنقذكم منها فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا وكنتم عل

كذلك يبين الله لكم آياته لعلكم تهتدون

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”9. QS. Ali 'Imran /3:103

Dalam ayat lain Allah swt. Berfirman:

إنيا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا

بريخ يملع إن الله قاكمأت الله دنع كممأكر

8 Muhammad al Ghazali, Islam yang Diterlantarkan, Penerjemah Muhammad Jamaluddin (Bandung : Karisma, 1994), h. 13-22.

9 Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd, 1426H), h. 93.

Page 14: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

5

“Hai manusia, sesungguhnya Kami meciptakan kamu dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang wanita (Hawa) dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat/49:13)10 Ketika kota Mekkah dibebaskan dari kaum musyrikin (fathu Makkah)

pada bulan Ramadlan 8 H, Bilal seorang Sahabat nabi yang berkulit hitam naik ke

atas ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Melihat kejadian ini, ada seoang

berkomentar, “mengapa budak hitam seperti itu yang mengumandangkan adzan?”.

Dari peristiwa tersebut, Allah kemudian menurunkan ayat 13 surah al Hujurat ini.

Dalam ayat ini sekurang-kurangnya terdapat dua buah teori. Pertama, teori

persamaan hak bagi manusia (Nazhariyyah al Musâwah). Persamaan ini berlaku

untuk seluruh manusia tanpa melihat etnis, warna kulit, kedudukan, keturunan,

dan lain sebagainya11. Ketika ayat ini diturunkan kepada Nabi saw Beliau hidup

dalam suatu masyarakat yang sendi-sendi kehidupannya adalah berpijak di atas

prinsip-prinsip perbedaan. Perbedaan dalam keyakinan, harta, pangkat, keturunan,

dan warna kulit. Masyarakat pada masa itu membanggakan keturunan dan

kabilah-kabilah (suku-suku) mereka.

Kedua, teori pengakuan atas eksistensi bangsa-bangsa (syu’ûb, bentuk

tunggalnya: sya’b) dan suku-suku bangsa (qabâil, bentuk tunggalnya: qabilah).

Eksistensi bangsa-bangsa dan suku bangsa ini diakui dan dikehendaki oleh Allah.

Keberadaannya bukan untuk berbangga-banggaan apalagi melecehkan pihak lain.

10 Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalm Perspektif al-Qur’an & Hadis (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999) h. 29. 11 Abd al-Qadir Audah, al-Tasyri’ al Jina’i al Islami, vol.1 (Bairut : Dar al-Katib al

‘Arabi, tth), h. 26.

Page 15: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

6

Melainkan untuk saling mengenali satu sama lain, termasuk mengenali

kekurangan dan kelebihan pihak lain.12

Setiap kelompok selalu saja merasa bahwa ajaran mereka yang paling

benar dan biasanya adanya perseteruan ini terjadi karena masing-masing ingin

menjaga kemurnian agama agar tidak bercampur dengan ajaran yang bukan

berasal dari al-Qur’an dan Hadis Nabi13.

Orang-orang yang mengatas namakan memberantas bid’ah dan kekolotan

kadang tanpa sadar sedang berjuang dalam masalah khilafiyah. Kelompok yang

mempertahankan sebuah masalah khilafiyah dan yang berupaya memberantas

perkara itu juga sama-sama dalam rangka memurnikan ajaran Islam14.

Teori yang akan penulis bahas dalam tulisan ini adalah bahwa umat Islam

akan terpecah kedalam tujuh puluh tiga golongan yang semuanya masuk neraka

kecuali satu ahlu al sunnah wa al jama’ah. Masalah ini sangat penting untuk

dibahas karena banyaknya kesalahpahaman umat dalam memaknai ahlu al sunnah

wa al jama’ah sehingga menimbulkan perpecahan dan pertikaian.

1. Pembatasan Masalah

Dalam al-Qur’an setidaknya ada dua tempat yang secara jelas

menyebutkan idiom farraqû dînahum15 yang secara terjemah harfiah bahasa

12 Yaqub, Kerukunan Umat, h. 31. 13 Zamihan Mat Zin al Ghari, Salafiyah Wahabiyah Suatu Penilain (Selangor: Tera Jaya

Enterprise, 2001), h. 148-149. 14 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern

(Ponorogo: Gontor Press), h. 460. 15 Faidu Allah al Hasanî al Maqdisî, Fathu al Rahmân li Talibi al Qur-ân (Indonesia:

Maktabah Dahlân, t.t.), h.341.

Page 16: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

7

Indonesia berarti “mencerai-berai16 agama mereka” yaitu pada Sûrah al

An’âm/6: 159 dan Sûrah al Rûm/30: 32. 17 Dua ayat inilah yang akan dibahas

selain karena di dalamnya secara apa adanya menyebut kata yang secara

terjemah harfiah bahasa Indonesia akar katanya berarti memecah belah

agama dan secara munasabah memiliki kesamaan topik, yaitu larangan untuk

memecah belah agama tetapi juga memiliki beberapa poin yang menarik

untuk dibahas dan dibicarakan dalam sub-sub judul. Mengingat terlalu

luasnya pembahasan dan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan

perpecahan dalam Islam termasuk sudut pandang pembahasannya maka

penelitian ini dibatasi sebatas lingkup penafsiran Hasbi ash Shiddieqy dalam

Tafsir an-Nuur.

Pemilihan Tafsir an-Nuur sebagai rujukan awal tulisan ini dengan

alasan karena ini adalah tafsir berbahasa Indonesia yang ditulis lengkap.

Cakupan wilayah pembahasan ini menggunakan dua skala yaitu lokal

ke-Indonesiaan dan internasional. Dalam penelitian ini pembicaraan akan

menggunakan skala nasional meski terkadang membawa wacana pemikiran

internasional karena pada hakekatnya keduanya memiliki hubungan sangat

erat.

16 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),

h. 1050. 17 Muhammad Fuad ‘Abd al Baqi, al Mu’jam al Mufahras li Alfâz al Qur ân al Karîm

(Beirut: Dar al Fikr,t.t.), h. 656.

Page 17: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

8

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah maka penulis merumuskan

permasalahan dalam bingkai pertanyaan “ Bagaimana Penafsiran Hasbi ash

Shiddieqy mengenai farraqû dînahum yang tertera dalam Sûrah al

An’âm/6: 159 dan Sûrah al Rûm/30: 32.

B. Tujuan Penelitian

Selain untuk memenuhi persyaratan akademis dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mendalami makna mencerai-berai agama yang terdapat dalam Sûrah al

An’âm/6: 159 dan Sûrah al Rûm/30: 32.

2. Mengetahui secara umum pokok-pokok pemikiran Hasbi ash Shiddieqy yang

terkait dengan makna farraqû dînahum.

3. Menelaah dan menelusuri penafsiran Hasbi ash Shiddieqy serta pendapatnya

diantara beberapa pendapat lain.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sepenuhnya menggunakan metode

kepustakaan (library reseach) dari berbagai buku yang berkaitan dengan

masalah ini.

Page 18: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

9

Adapun sumber primer dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada

Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur karya Prof. DR. Teungku Muhammad

Hasbi ash Shiddieqy. Sedangkan sumber sekunder penulis merujuk kepada

tafsir berbahasa Indonesia lainnya yaitu Tafsir al Azhar, sebuah tafsir

berbahasa Arab yaitu Tafsîr ibn al Katsîr dan buku-buku lain yang berkaitan

dengan skripsi ini.

2. Metode Pembahasan

Adapun metode yang digunakan dalam membahas penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Yaitu dengan

menerangkan tinjauan teoritis seputar definisi agama, fungsi agama, perilaku

memecah belah agama dan hubungan antara agama dan perilaku memecah

belah. Masalah-masalah tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan

sudut pandang penafsiran Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi ash

Shiddieqy dalam Tafsir an Nuur pada Sûrah al An’âm/6: 159 dan Sûrah al

Rûm/30: 32. Hasil analisa itulah yang akhirnya dirangkum dalam kesimpulan

dan saran.

Page 19: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

10

3. Tehnik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku: “

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”, yang

diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

Pengecualian terdapat pada penulisan Tafsir an Nuur kependekan

dari Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur menggunakan cara penulisan judul

pada buku aslinya yaitu buku cetakan Pustaka Rizki Putra Semarang tahun

1995 dan tahun 2000. Ungkapan shallallahu ‘alaihi wasallam disingkat

menjadi saw., berdasarkan penulisan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

edisi ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, yang diterbitkan oleh Balai

Pustaka.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis membagi tulisan menjadi lima bab dan

masing-masing terdiri dari sub-sub bab:

Bab I merupakan pendahuluan yang menjadi acuan dan landasan

pembasan skripsi ini. Memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

Bab II berisi biografi Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash

Shiddieqy dan keterangan tentang Tafsir an Nuur berupa riwayat hidup,

pemikiran dan karya, sejarah penulisan dan karakteristik Tafsir an-Nuur.

Bab III berisi pengertian mengenai agama, fungsi agama dan kaitan antara

agama dengan perilaku memecah belah agama.

Page 20: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

11

Bab IV analisis tentang masalah perilaku mencerai-berai agama dan

bahayanya dari Tafsir an Nuur , kajian Surah al An’âm/6: 159 dan al Rûm/30: 32.

Bab V penutup, yaitu berupa kesimpulan dan saran-saran.

Page 21: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

12

BAB II

BIOGRAFI PROF. DR. TEUNGKU MUHAMMAD HASBI ASH

SHIDDIEQY DAN TAFSIR AN NUUR

A. Riwayat Hidup1

Mengenai tempat lahir dan asal keturunan maka Hasbi ash-Shiddieqy

lahir di Loukseumawe, Aceh Utara di tengah keluarga berstrata sosial ulama-

umara, tepatnya pada 10 Maret 1904. Ayahnya, Tengku Muhammad Husein ibn

Muhammad Su’ud, adalah salah seorang loyalis rumpun Tengku Chik Di

Simeuluk Samalanga. Sementara Ibunya, Tengku Amrah adalah putri Tengku

Abdul Aziz, seorang pemangku jabatan Qadli Chik Maharaja Mangkubumi.

Berdarah campuran Arab-Aceh Hasbi berasal dari lingkungan keluarga

ulama, pendidik dan pejuang. Ash-Shiddieqy dibelakang nama beliau adalah

nama keluarga yang dihubungkan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq khalifah

pertama dari kalangan shahabah pada tingkatan yang ke tigapuluh tujuh.

Ditinggal ibunya pada usia enam tahun setelah itu, Hasbi diasuh oleh

Tengku Syamsiyah, saudara wanita ibunya yang tidak dikaruniai putra.2 Dalam

keterangan lain, Tengku Syamsiyah adalah paman dari pihak ibu Hasbi. Ia khatam

al-Qur’an pada usia delapan tahun. Setahun berikutnya ia belajar qirâ’at dan

1Hasan Shadily, Ensiklopedi Islam 2, vol. 5 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),

h.94. 2Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu: Ilmu Pokok dalam Menafsirkan

al-Qur’an (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h.323.

Page 22: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

13

tajwîd serta dasar-dasar tafsir dan fiqih dari ayahnya yang menghendakinya

menjadi seorang ulama. Ayahnya pula yang mengirim Hasbi ke salah satu dayah

di kota kelahirannya. Dayah berarti orang perempuan (ibu) yang diserahi

mengasuh atau menyusui anak orang lain; inang pengasuh; ibu susu. Tetapi dalam

kebiasaan masyarakat Aceh, dayah berarti tempat pendidikan agama, layaknya

pesantren di Jawa. 3

Delapan tahun lamanya Hasbi belajar dari satu dayah ke dayah lainnya.

Tahun 1912 ia belajar bahasa Arab di dayah Tengku Chik Di Piyeung dan

seterusnya berpindah-pindah tempat.

Pada tahun 1916 Hasbi merantau ke dayah Tengku Chik Idris di

Tanjungan Barat, Samalanga, dayah terbesar dan terkemuka di Aceh Utara untuk

belajar ilmu fiqih. Dua tahun kemudian pindah ke dayah Tengku Chik Hasan di

Kruengkale sampai tahun 1920 hingga mendapat syahâdah yaitu legalitas sang

guru untuk membuka dayah sendiri.

Kegemarannya membaca didukung kemahirannya dalam mengusai

bahasa-bahasa lain selain Melayu. Bahasa asing selain bahasa Arab yang

dimilikinya adalah bahasa Latin dan bahasa Belanda.

Al Irsyad Surabaya adalah tempat studi bahasa Arab Hasbi yang berangkat

kesana bersama al Kalali pada tahun 1926. tahun 1928 memimpin sekolah al

Irsyad di Lhokseumawe. Tahun1930 menjadi kepala sekolah al Huda di

Kruengmane Aceh utara. Pada tahun 1940-1942 menjadi direktur Darul

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), h. 1335.

Page 23: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

14

Mu’allimin Muhammadiyah Kutaraja. Masih sempat juga membuka Akademi

Bahasa Arab.

Pada era demokrasi liberal, ia terlibat secara aktif mewakili Partai

Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dalam perdebatan-perdebatan

panjang yang membahas masalah ideologi di Konstituante yaitu lembaga yang

mewakili rakyat ketika itu. Karir politik ini dimulai dari tahun 1930 ketika

diangkat menjadi ketua Jong Islamieten Bond cabang Aceh utara di

Lhokseumawe. Dan masuk sebagai anggaota konstituante pada tahun 1955.

Namun akhirnya lebih memilih dunia akademis daripada berpolitik praktis. Tahun

1958 menjadi utusan Indonesia dalam Seminar Islm Internasional di Lahore.

Karir akademiknya dimulai dari menjadi staf pengajar sekolah persiapan

PTAIN sampai akhirnya menjadi direkturnya. Mata kuliah Hadits menjadi

spesialisasinya di IAIN. Tahun 1960 mendapat promosi sebagai Guru Besar

dengan pidato pengukuhan berjudul Syariat Islam Menjawab Tantangan Jaman

yang disampaikan pada acara peringatan setengah tahun peralihan nama PTAIN

menjadi IAIN tahun1961.

Sewaktu pembukaan Fakultas Syariah di Darussalam, Banda Aceh yang

berinduk pada IAIN Yogyakarta beliau menjadi Dekannya sejak September 1960

hingga Januari 1962. Lepas dari jabatan ini, tahun 1963-1966 Hasbi merangkap

lagi sebagai Pembantu Rektor III dengan tetap menjadi Dekan Fakultas Syariah di

IAIN Yogyakarta.

Ada beberapa jabatan struktural di berbagai Perguruan Tinggi Swasta.

Tahun 1961-1971 ia menjabat sebagai Rektor Universitas al-Irsyad Surakarta dan

Page 24: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

15

Universitas Cokroaminoto di kota yang sama. Mengajar di Universitas Islam

Indonesia (UII) Yogyakarta tahun 1964. Mengajar dan menjadi Dekan pada

Fakultas Syariah Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang sejak

tahun 1967 hingga wafatnya.

Meskipun tidak pernah belajar di luar negeri beliau mampu menelurkan

lebih dari seratus judul karya intelektual dari beragam disiplin keilmuan dan

berbagai artikel lainnya. Ia mendapat anugerah Doctor Honoris Causa dari

Unisba dan IAIN Sunan Kalijaga sekaligus pada tahun 1975. Pada tanggal 9

Desember 1975, setelah beberapa hari memasuki karantina haji, dalam rangka

menunaikan ibadah haji, beliau berpulang ke rahmatullah, dan jasad beliau

dimakamkan di pemakaman keluarga IAIN Ciputat Jakarta. Pada upacara

pelepasan jenazah dihadiri Buya Hamka dan Mr. Moh. Rum. Naskah terakhir

yang sempat diselesaikan adalah Pedoman Haji.

Keppres Nomor 067/TK/Tahun 2007 menetapkan pemberian gelar

pahlawan nasional dan Bintang Mahaputra Utama kepada Prof Dr Teungku

Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.4

B. Pemikiran dan Karya

Dari segi pemikiran Hasbi adalah pelajar tekun yang memiliki kemampuan

otodidak yang baik. Terbukti dengan penyampaian makalahnya dalam

4 Margawati Rahayu Simarmata,” Sembilan Putra Terbaik Terima Gelar Pahlawan

Nasional,” artikel diakses pada Minggu, 3 Maret 2009 dari http://inilah.com.

Page 25: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

16

Internasional Islamic Colloquium yang diselenggarakan di Lahore Pakistan tahun

1958. Bahkan sebelum berhaji atau belajar di Timur Tengah Hasbi sudah jauh-

jauh menyerukan pembaharuan. Sejak awal Hasbi sudah berani menentang arus

bahkan di lingkungan yang sangat fanatik sekalipun. Terkenal sangat moderat

tetapi juga tegas dalam mengambil sikap. Dan beliau adalah penggagas awal fiqh

yang berkepribadian Indonesia.

Hasbi sebagaimana kebanyakan ulama memandang bahwa syariat Islam

bersifat lentur sehingga dinamikanya bisa disesuaikan dengan masa dan wilayah

hadirnya. Beliau memandang bahwa fiqh merupakan produk ijtihad yang belum

final sehingga memungkinkan umat Islam Indonesia untuk memiliki coraknya

sendiri. Beliau mengkritik praktek penggunaan fiqh yang dilaksanakan

masyarakat Indonesia yang dinilai tidak berkepribadian Indonesia. Pintu ijtihad

masih terus terbuka lebar. Beliau menyarankan tinjauan ulang atas hukum-hukum

produk ulama mazhab, mencari hukum yang timbul dari adat kebiasaan dan

meninjau masalah kontemporer dengan tinjauan proporsional. Kemudian semua

itu diramu untuk menjadi mazhab fiqh baru Indonesia.

Pandangan modern Hasbi tentang zakat dan sarannya kepada pemerintah

untuk membuat bait al mâl adalah bukti kepahaman atas maqâsid al syarî’ah atau

tujuan pemberlakuan syariah sekaligus bentuk kepedulian beliau atas

kesejahteraan umat Islam dan tanggung jawab ilmiah sebagai seorang pengemban

ilmu Allah.

Karya ilmiah Hasbi adalah buah dari ketekunan membaca di perpustakaan

pribadinya setelah habis isya disela-sela kesibukannya. Bahkan sekitar tahun

Page 26: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

17

1957-1958 beliau mendapat penghargaan sebagai salah seorang dari sepuluh

penulis Islam terkemuka.

Cukup banyak karya tulis yang telah dihasilkannya. Karya tulisnya

mencakup berbagai disiplin ilmu keislaman. Menurut catatan, buku yang

ditulisnya berjumlah 73 judul (142 jilid) dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. Bidang fiqh terdiri dari 36 judul.

2. Bidang hadis terdiri dari 8 judul.

3. Bidang tafsir terdiri dari 6 judul.

4. Bidang tauhid; ilmu kalam terdiri dari 5 judul.

5. Yang lainnya adalah tema-tema umum.

C. Sejarah Penulisan Tafsir An-Nuur

Hasbi menulis tafsirnya sejak tahun 1952 hingga tahun 1961 di sela-sela

kesibukannya mengajar, menjadi dekan fakultas Syari’ah IAIN dan menjadi

anggota konstituente dari partai Masyumi. Karena kesibukannya itu, ia tidak

menuliskan sendiri tafsirnya, tapi hanya mendiktekan kemudian dituliskan oleh

seorang pengetik, sementara di mejanya bertebaran berbagai buku rujukan5.

Latar belakang penulian tafsir ini, sebagaimana yang ia tulis di pengantar

tafsirnya, karena ia melihat banyak umat Islam Indonesia yang mulai tertarik

untuk mendalami ajaran Islam, termasuk tafsir al-Qur’an. Tapi sayang,

5 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur, vol. 1

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1995), h. iv.

Page 27: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

18

kebanyakan diantara mereka tidak menguasai bahasa Arab, padahal kitab-kitab

tafsir umumnya berbahasa Arab. Maka ia tulis tafsir ini untuk memudahkan

mereka yang tertarik mendalami tafsir al-Qur’an itu.

Di bidang tafsir al-Qur’an, Hasbi menulis dua tafsir, yaitu Tafsir an-Nuur

(1956) dan Tafsir al-Bayan (1966). Tafsir an-Nuur ditulis di tengah perdebatan

tentang boleh-tidaknya menerjemah sekaligus menulis al-Qur’an dengan bahasa

selain bahasa Arab. Bagi Hasbi, al-Qur’an bersifat universal. Karena itu, demi

suksesnya misi transformasi maka penggunaan bahasa pembaca yang terkotak-

kotak dalam suku dan bangsa masing-masing untuk menafsirkan al-Qur’an

menjadi sebuah kebutuhan mendesak, tidak terkecuali menggunakan bahasa

Indonesia.

Hasbi sepenuhnya menyadari bahwa pendapatnya ini berseberangan

dengan pendapat majelis ulama-ulama besar Saudi Arabia dalam keputusan No.

67, 21 Syawal 1399 H/1978 M. Keputusan itu berisi fatwa haramnya menulis

(menafsirkan) al-Qur’an dengan menggunakan selain bahasa Arab. Namun ia

jalan terus dengan menulis Tafsir an-Nuur.

Dalam menyusun kitab tafsirnya, Hasbi banyak menggunakan sumber-

sumber seperti ayat al-Qur’an, riwayat Nabi, riwayat sahabat dan tabi’in, teori-

teori ilmu pengetahuan, pengalaman dan juga pendapat para mufasir. Ia menyusun

Tafsir an-Nuur dengan sistematika pembahasan tertentu yang diharapkan mampu

menggugah minat pembaca sekaligus memudahkannya dalam memahami dan

mendapat penjelasan yang relatif lengkap. Tafsir an-Nuur bahkan menjadi salah

Page 28: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

19

satu kitab tafsir rujukan Lembaga Penyelenggara Penerjemahan Kitab Suci al-

Qur’an dalam tugasnya menerjemahkan al-Qur’an.

D. Karakteristik Tafsir An-Nuur

Sistem penulisan tafsir ini pertama-tama menyajikan pengantar umum

bagi setiap surat. Dengan menghubungkan hal-hal yang memiliki korelasi dengan

surat sebelumnya, atau biasa disebut munasabah. Kemudian menyebutkan satu,

dua atau tiga ayat al-Qur’an yang mengandung satu pembahasan. Kemudian ayat

tersebut diterjemahkan maknanya dengan cara yang mudah difahami. Setelah itu

barulah Hasbi menafsirkan inti dari ayat-ayat terebut. Selanjutnya ia menyebutkan

ayat-ayat lain yang mengandung pembahasan yang sama. Terakhir untuk lebih

memudahkan memahami maksud ayat-ayat itu ia menyebutkan asbabun-

nuzulnya, jika memang ada.

Materi tafsir yang terdapat dalam an-Nuur Hasbi sarikan dari tafsir-tafsir

mu’tabar, terutama dari al-Maraghî. Ayat dan hadits yang dinukil dalam tafsir ini

terdapat pula dalam tafsir-tafsir induk dan tafsir-tafsir yang mengambil dari tafsir-

tafsir induk itu. Sementara dalam menerangkan ayat-ayat yang semakna dengan

ayat-ayat yang sedang ditafsirkan, Hasbi berpedoman pada Tafsîr Ibnu Katsir,

karena banyak menafsirkan ayat dengan ayat.

Tahun 1995 Tafsir an-Nuur diterbitkan oleh Pustaka Rizki Putra Semarang

dalam 5 jilid.

Dari maksud penulisan tafsir ini yaitu untuk memudahkan mereka yang

tertarik mendalami tafsir al Qur’an dan kesungguhan Hasbi dalam menekankan

Page 29: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

20

segi-segi kemasyarakatan dan hukum-hukum sosial maka jelas terlihat bahwa

corak tafsir ini adalah al adabî al ijtim’î, sastra budaya kemasyarakatan.6

Begitu seriusnya Hasbi dalam menyampaikan ide-idenya sampai dalam

penulisan tafsir ini disertakan transliterasi ayat-ayat al-Qur’an pada bagian tafsir

hal ini selain untuk mempermudah para peminat tafsir yang belum bisa membaca

al-Qur’an dalam tulisan aslinya sekaligus mendorong umat untuk tidak minder

menghadapi tafsir al-Qur’an karena memang dia ditujukan bagi seluruh umat baik

kalangan terpelajar ataupun masyarakat awam. Apabila diperhatikan dengan

seksama maka akan didapati bahwa terjemahan dalam tafsir ini memiki ruh yang

sama dengan terjemah Departemen Agama hanya terdapat penyesuaian kata

seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia modern. Karena memang tafsir

Hasbi merupakan salah satu diantara rujukan tim penerjemah al-Qur’an yang

dibentuk Departemen Agama disamping Hasbi juga terlibat secara aktif dalam

proses lahirnya al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Dartemen Agama.

6 Didin Saefuddin Buchari, Pedoman Memahami al Qur’an (Bogor: Granada Sarana

Pustaka, 2005), h.188.

Page 30: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

21

BAB III

TINJAUAN TEORITIS TENTANG AGAMA DAN PERILAKU

MENCERAI-BERAI

A. Pengertian Agama

Kata agama dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti:

Segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dan lain sebagainya) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.1

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, agama disetarakan dengan

religion dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin: religio yang berarti

kekhawatiran, keseganan, atau berasal dari kata relegere yang berarti membaca

kembali atau dari kata religare yang berarti mengikat kembali. Dalam definisi

agama adalah segala kepercayaan kepada Tuhan atau Dewa berikut ajaran

kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu; sangat

mementingkan konsep mengenai asal-usul (Tuhan) serta tujuan akhir perjalanan

hidup manusia; digunakan manusia sebagai wahana untuk berjuang memenuhi

dorongan-dorongan moralnya yang luhur dan mencapai kesempurnaan yang

paling tinggi melalui penghayatan dan melibatkan seluruh kemampuan ruhaniah

dan sikap pasrah diri.2

1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai

Pustaka, 2006), h. 10. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 13.

Page 31: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

22

Selain dikenal sebagai religi, agama disetarakan dengan dîn dalam bahasa

Arab. Dalam Al Munjid kata dîn diartikan sebagai: al dîn (jama’ :adyân): (1) al

jazâu wa al mukâfaah; (2) al qadâ; (3) al mâlik/ al muluk wa al sultân;(4) al

tadbîr;(5) al hisâb.3(Artinya: (1) pahala, (2) ketentuan, (3) kekuasaan, (4)

pengelolaan, (5) perhitungan).

Al Jurjani dalam al Ta’rîfât memadankan al dîn dengan al millah yang

disebut sebagai satu dalam zat atau materinya tetapi berbeda di dalam

penggambaran. Ketika sebagai syariat yang dipatuhi maka disebut al Dîn. Ketika

berfungsi mengumpulkan seluruh makna agama maka disebut al millah.

Ditambah dengan al Madzhab ketika difungsikan sebagai tempat kembali atau

referensi. Secara gampang dibedakan antara ketiganya kepada sandarannya, al dîn

disandarkan kepada Allah, al millah kepada nabi dan al millah kepada mujtahid.4

Harun Nasution mencantumkan empat unsur penting yang ada dalam

agama secara umum, yaitu:

1. Kekuatan gaib.

2. Keyakinan bahwa kebaikan di dunia dan akhirat bergantung kepada hubungan

baik dengan sesuatu yang gaib tersebut.

3. Respons emosional seperti rasa takut dan cinta.

4. Paham akan adanya yang suci dalam bentuk kekuatan gaib, kitab suci atau

tempat-tempat tertentu.5

3Louis Ma’luf,Munjid; fi al lughah, (Beirut: al Matba’ah al Kâtûlîkiyyah 1960; reprint,

Beirut: Dar el- Machreq Sarl, 1986), h. 231. 4‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Ali al Jurjani, al Ta’rîfât,, (Beirut: Dar al Kitab al

‘Arabiy,1996), h. 141-142. 5Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, vol.1 (Jakarta: UI-Press,1986),

h. 11.

Page 32: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

23

Muhammad Rasyid Rida dalam al Manâr meyebutkan bahwa:

Sesungguhnya agama adalah aturan yang ditentukan oleh Tuhan karena akal manusia secara mandiri tidak bisa mencapai kecuali harus adanya pertolongan wahyu. Meskipun demikian agama ini sesuai dengan tuntutan fitrah (jati diri) manusia untuk membersihkan jiwanya dan mempersiapkan manusia untuk sesuatu kehidupan yang abadi di hari akhirat nanti.6 Endang Saifuddin Anshari dalam Ilmu Filsafat dan Agama membagi

agama berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu:

1. Agama budaya.

2. Agama wahyu.

Agama budaya adalah agama yang lahir dari kebudayaan manusia atau

ciptaan manusia. Sedangkan agama wahyu adalah agama yang diwahyukan

Allah.7

Sedangkan agama yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Islam

yang berasal dari bahasa Arab yang berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada

Allah. Dalam istilah teologi berarti agama monotheis yang diwahyukan Allah

kemudian diterima dan disiarkan Nabi Muhammad saw.. Berpedoman pada kitab

suci al Qur’an dan Hadis Rasulullah.8

Agama Islam adalah agama yang datang dengan terutusnya seorang mulia

Nabi Muhammad saw. sebagai penutup Nabi dan Rasul Allah, yang diberi wahyu

dengan dipenuhi mukjizat berupa al-Qur’an, yang di dalamnya terdapat ayat-ayat

6 Abd. Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyyah Pengantar Ilmu Tauhid dan Pemikiran Islam

(Surabaya: Anika Bahagia, 1985), h.15. 7 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h.

142. 8Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, h. 412.

Page 33: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

24

penjelas yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan juga sebagai petunjuk bagi

orang-orang yang bertakwa sekaligus sebagai pengingat bagi orang-orang yang

lupa.9

B. Fungsi Agama

Sang pencipta telah menciptakan berbagai macam hewan di muka bumi

ini. Bila dibandingkan dengan populasi hewan lunak, maka jumlah hewan buas

lebih banyak. Oleh karena itu, akan ditemukan senjata utama pada masing-masing

hewan tersebut, demi menghindari serangan dari hewan yang lain.

Manusia adalah termasuk bagian dari hewan. Manusia mempunyai tangan,

lisan, pedang, alat-alat perang, kendaraan, dan banyak lagi peralatan lain yang

dapat berfungsi sebagai alat pertahanannya. Bahkan jika dibandingkan dengan

hewan lainnya, manusia mempunyai alat yang lebih variatif. Karena manusia

mempunyai sesuatu yang membedakan dari hewan yaitu akal yang cenderung

berkembang, maka manusia membutuhkan peraturan. Peraturan yang dimaksud

adalah adanya perintah dan larangan, yang dengannya, manusia dapat hidup

teratur dan terjaga keamanan dan kelestariannya.10

Tujuan hidup beragama adalah membersihkan diri dan mensucikan jiwa

dan ruh. Tujuan agama lainnya adalah membina manusia agar menjadi baik dan

jauh dari kejahatan. Maka ajaran moral seperti kebersihan jiwa, tidak

mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran

jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya merupakan hal-hal yang ditekankan.

9 ‘Alî Ahmad al Jûrjâwî, Hikmah al Tasyrî’ wa falsafatihi (Beirut: Dar al Fikr, 1997), h. 29.

10 Idem, h. 53 - 55.

Page 34: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

25

Karenanya agama menjadi sangat penting bagi hidup kemasyarakatan manusia

sebab dari individu-individu yang berjiwa bersih dengan akhlak yang baik itulah

masyarakat yang baik dapat dibina.11

Sebuah kutipan tentang fungsi agama dalam masyarakat modern berbunyi:

“Agama bukanlah pengganti politik-ekonomi, sastra, maupun hukum. Tapi ia dapat memperluas horizon dan visi manusia, menciptakan konteks transendental bagi pemecahan persoalan-persoalan yang saling terkait dari kehidupan manusia sekarang yang sedang mengalami frustasi baik secara individual maupun kolektif.” 12 Agama selain sebagai pembuka jalan pikiran juga diyakini sebagai solusi

yang dapat menyelesaikan problem kemanusiaan bukan hanya sebagai individu

tetapi juga sebagai masyarakat manusia. Dengan agama manusia bisa mengatur

seluruh persoalan hidup dengan baik sehingga terbebas dari segala macam

tekanan yang kadang membuat frustasi. Maka sikap keberagamaan yang malah

selalu menimbulkan konflik dan polemik berarti telah menyalahi fungsi agama.

Demikian fungsi agama secara umum. Secara khusus dalam menerangkan

fungsi Islam sebagai agama Maulana Muhammad Ali dalam mukadimah

Islamologi13 menyebutkan :

1. Agama adalah kekuatan untuk mengembangkan akhlak manusia..

2. Islam sebagai landasan peradaban abadi.

3. Islam adalah kekuatan pemersatu yang paling besar di dunia.

4. Islam adalah kekuatan ruhani terbesar di dunia.

5. Islam memecahkan masalah dunia yang besar-besar.

11 Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya., vol. 1, h.18-19. 12 William McInner,”Agama di Abad Duapuluh Satu,” dalam Jurnal Ulumul Qur’an, v

.II, no.5(1990) h.79. 13 Ali , Islamologi. Penerjemah R. Kaelan danH.M. Bachrun (Jakarta: Darul Kutubil

Islamiyah, t.t.), h.10-18.

Page 35: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

26

C. Agama dan Perilaku Memecah Belah

Agama-agama besar secara umum memiliki dua ekstrim pada pola

kepercayaan penganutnya yaitu: sekularis dan fundamentalis. Kaum

fundamentalis terikat dengan dogma yang menutup peluang perubahan atau

sekedar adaptasi. Prinsip moral yang absolut dan ketat dari pemahaman yang

tekstual apa adanya menjadikan seluruh realitas hanya sebatas baik dan buruk

tanpa toleransi sedikitpun. Bahkan pendidikan dalam rumah tangga dengan aturan

yang sangat ketat membuat mereka sulit untuk menerima kenyataan bahwa

masyarakat sangat heterogen dan pluralistik. Tidak mau mendengar dan melihat

untuk perubahan. Tetapi pada saat yang sama mereka lebih memilih banyak sibuk

menciptakan koloni yang bisa dikuasai dan menghabiskan waktu dan energi untuk

merintangi dan memerangi lawan mereka dari pada membuka jalan kedekatan

kepada “Tuhan”. Sebaliknya kaum sekularis malah berupaya untuk lepas dari

formalitas agama.14

Konflik sosial yang bersumber dari agama biasanya timbul karena

perbedaan yang terjadi dalam empat hal, yaitu: doktrin dan sikap, suku dan ras

umat beragama, tingkat kebudayaan dan masalah prosentase kwantitas pemeluk

agama dalam satu lingkup tertentu. Masalah doktrin dan sikap adalah masalah

cara pemberian informasi agama seperti apa yang diterangkan tentang fatwa. Suku

dan ras adalah strata yang terjadi baik secara sistemik atau terjadi diluar kesadaran

masyarakat beragama. Tingkat kebudayaan menunjukkan kwalitas masyarakat

14William McInner,”Agama di Abad Duapuluh Satu,”, h. 79-80.

Page 36: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

27

beragama secara general. Sedangkan masalah mayoritas dan minoritas adalah

masalah hegemoni pemahaman dan dominasi peran politik, ekonomi dan sosial.15

Dari definisi agama yang telah dipaparkan di atas tidak terdapat

keterangan yang menyatakan bahwa agama adalah sebuah lembaga formal atau

institusi yang memiliki struktur organisasi. Ketika ada keterangan bahwa “agama

digunakan manusia sebagai wahana untuk berjuang memenuhi dorongan-

dorongan moralnya…” maka kata wahana tidak bisa diartikan sebagai organisasi

agama. Agama dalam hal ini adalah sesuatu yang abstrak, kesadaran dalam hati

dan keyakinan yang dalam. Ketika masyarakat beragama berkumpul sebagai satu

komunitas secara tidak sadar kemudian timbul rasa kebersamaan dan sebagian

kemudian mengira bahwa rasa kebersamaan itu adalah agama. Formalisasi agama

inilah yang kemudian menyulut adanya konflik, karena muatan lokal yang masuk

kepada komponen asli agama berbeda disetiap tempat16.

Agama sendiri, dalam hal ini Islam, melarang segala jenis pemutusan

hubungan, pemboikotan, propokasi kebencian, tetapi menganjurkan kepada

persatuan dan persaudaraan.

نعة أبي وريرول قال :قال هسر وا لا - - وسلم عليه اهللا صلى - اللهداسحلا تو

الله عباد وكونوا ,بعض بيع على بعضكم يبع ولا ,تدابروا ولا ,تباغضوا ولا ,تناجشوا

إلى ويشري ,هنا ها التقوى ,يحقره ولا ,يخذله ولا ,يظلمه لا ,المسلم أخو المسلم ,إخوانا

15 D. Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta, Kanisius, 1989), h. 151. 16 Muhammad Syamsu As., Ulama Pembawa Islam di Indonesia (Jakarta: Penerbit

Lentera, 1996), h. 53-54.

Page 37: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

28

رهدار ثلاث صرب ,مسرئ بحما نم رأن الش رقحي اهأخ ملسم كل ,الملسلى المم علسالم

امرح, همد, الهمو, هضرع17و

“Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw. Telah bersabda,

“Janganlah kalian saling membenci, saling mengintai, saling memarahi, saling

memboikot, dan janganlah kalian bertransaksi diatas transaksi orang lain. Jadilah

kalian sebagai bamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah

saudara bagai muslim yang lain. Tidak boleh menzaliminya, merendahkannya,

atau meremehkannya. Taqwa berada di sini (Nabi Muhammad menunjuk dadanya

tiga kali) yaitu menurut seberapa besar perbuatan buruknya dalam penghinaan

terhadap saudara semuslimnya. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram

darahnya, hartanya, dan harga dirinya”

Bahkan Islam mengharamkan permusuhan dengan cara saling

mendiamkan lebih dari tiga hari, apalagi lebih dari sekedar mendiamkan dan

diatas tiga hari.

نعاألنصاري أبي و وبول أن - عنه اهللا رضي - أيسر وسلم عليه اهللا صلى - الله

,هذا ويعرض هذا فيعرض يلتقيان .ليال ثلاث فوق أخاه يهجر أن لمسلم يحل لا - :قال -

18عليه متفق - بالسلام يبدأ الذي وخيرهما

صلى اهللا عليه -قال رسول الله : قال -رضي اهللا عنه -وعن جبير بن مطعم

.19متفق عليه. قاطع رحم: يعني - لا يدخل الجنة قاطع - -سلم و

17 Abu al Husain. Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar al Fikr, 1992), vol. 8, h.10.

18 Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Bukhari, al Jami’ al Shahih al

Bukhari (Beirut: Dar al Fikr, 1981), vol. 5, h. 2256. 19 al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari, vol. 5, h. 2231.

Page 38: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

29

“Dari Abi Ayyub ra, bahwasanya Rasulullah saw. Telah bersabda, “Tidak

halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam, yaitu ketika keduanya bertemu, yang satu berpaling ke arah sini dan yang satu lagi ke arah sini, dan yang lebih baik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu memberi salam,” muttafaq ‘alaih.

“Dari Jubair bin Mut’im ra, ia berkata, “Rasulullah saw. Telah bersabda, ‘Tidak akan masuk surga seseorang yang memutus tali persaudaraan,” muttafaq ‘alaih.

Perlu dipahami bahwa dalam pembahasan ini kata kunci permasalahan

terletak pada kata “mencerai-berai” yang dalam bahasa Arab terambil dari kata

farraqa yang merupakan kata kerja masa lampau sedangkan bentuk kata bendanya

adalah tafriqah atau tafrîq. Kata ini dibedakan dari kata ikhtilâf sebuah kata

benda yang berasal dari kata kerja bentuk lampau ikhtalafa dengan arti berselisih

atau berbeda pendapat. Ikhtilâf biasanya dikaitkan dengan hasil ijtihâd dalam

masalah cabang yang bukan masalah prinsipil. Sedangkan tafrîq merupakan

perpecahan umat yang kadang muncul salah satunya dari ikhtilâf yang

berkepanjangan. Setiap tafrîq adalah ikhtilâf tetapi tiadak semua ikhtilâf berakhir

dengan tafrîq.

Walaupun perbedaan pendapat adalah bagian dari sunnah Allah bahkan

Allah menciptakan manusia untuk hal tersebut namun tentu perpecahan di

kalangnan umat Islam bukanlah sesuatu yang baik20. Ikhtilâf selagi tidak

menimbulkan perpecahan merupakan satu bentuk keluwesan syari’ah sedangkan

tafrîq merupakan satu bencana yang menghancurkan sendi-sendi persatuan umat.

20 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya

(Jakarta: Pustaka al Riyadl, 2007), h.2-4.

Page 39: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

30

Memerlukan kebijaksanaan yang lebih dan sportifitas yang tinggi untuk menjadi

umat Islam yang tidak terjebak dalam ranjau-ranjau perpecahan dan permusuhan.

Page 40: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

31

BAB IV

ANALISIS TENTANG MASALAH PERILAKU MENCERAI-BERAI

AGAMA DAN BAHAYANYA DALAM TAFSIR AN NUUR

KAJIAN SURAH AL AN’ÂM AYAT 159 DAN AL RÛM 30 SAMPAI 32

A. Sûrah al-An’âm/6: 159 Sûrah al-Rûm/30: 30-32

Surah al An’âm ayat 1591

Ayat dan Terjemah

ثم الله إلى أمرهم إنما شيء في منهم لست شيعا وكانوا دينهم فرقوا ينالذ إن

مبئهنا يوا بملون كانفعي

“Sesungguhnya mereka yang memecah-belah agama sehingga menjadilah

mereka bergolong-golongan (mazhab, sekte), dan kamu tidak masuk ke salah satu

golongan itu. Sesungguhnya urusan mereka adalah dengan Allah, dan kemudian

Allah memberitahukan tentang apa yang telah mereka kerjakan.”

Surat al Rûm 30 sampai 322

Ayat dan Terjemah

Ayat 30:

مفأق كهجل وينلنيفا دة حطرف ي اللهالت فطر اسا النهلييل ال عدبلق تخل الله كذل

ينالد القيم نلكو اس أكثرون ال النلمعي

1 ash Shiddieqy,Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur vol.2 (Semarang: Pustaka Rizki Putra,

2000), h. 1343 2 Idem, vol. 4, h.3175-3178.

Page 41: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

32

“Luruskanlah pandanganmu terhadp agama Allah dengan sepenuh hati,

dan berpegang eratlah kepada fitrah Allah, yang dengan fitrah itu manusia

diciptakan. Tidak ada perubahan terhadap tabiatnya yang diciptakan oleh Allah

(agama Allah), itulah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”.

Ayat 31:

نيبنيم هإلي قوهاتوا ويمأقالة وال الصوا وكونت نم نيركشالم

“Kamu kembali kepada-Nya dan berbaktilah kepada Allah dan dirikanlah

sembahyang dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang mempersekutukan

Allah.”

Ayat 32:

نم ينقوا الذفر مهينك دواوا انعيب كل شزا حبم هميون لدفرح

“Yaitu orang-orang yang mencerai-beraikan agama mereka, lalu mereka

menjadi beberapa golongan; tiap golongan merelakan apa yang ada di sisi

mereka.”

Terjemahan Departemen Agama:

Surat al An’âm ayat 159

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang mereka perbuat.

Page 42: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

33

Terjemahan Departemen Agama:

Surat al Rûm 30 sampai 32

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,”

“Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” Di sini terlihat jelas pengaruh terjemahan Tafsir an Nuur atas terjemahan

Departemen Agama dalam al-Qur’an dan Terjemahnya. Hal itu adalah wajar

karena memang Hasbi ash Shiddieqy adalah satu diantara sepuluh anggota

“Dewan Penterjemah” yang bertugas untuk menerjemahkan al-Qur’an ke dalam

bahasa Indonesia versi Departemen Agama selama delapan tahun sejak tahun

1967 dan satu-satunya anggota yang sudah memiliki tafsir berbahasa Indonesia

dalam edisi lengkap tigapuluh juz.3

B. Pengertian Memecah Belah Agama

Dari penafsiran Hasbi ash Shiddieqy dapatlah diketahui bahwa memecah-

belah agama dan berselisih berarti mengakui sebagian ajaran agama dan

mengingkari sebagian yang lain serta mentakwilkan nash-nash agama menurut

hawa nafsu dan dorongan hati.

3 Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya, h.

ix.

Page 43: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

34

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini turun mengenai ahlu al

kitâb yang memecah-belah agama Ibrahim, Musa dan agama Isa, serta menjadikan

agama-agama itu bermazhab-mazhab. Masing-masing pengikut mazhab fanatik

terhadap mazhabnya dan memusuhi mazhab lain.

Sebagian ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa ayat ini turun mengenai

ahli bid’ah dan partai-partai (firqah) yang telah tumbuh dalam Islam yang

memecah persatuan umat.

Hasbi menggabungkan dua pendapat ini, yaitu dengan menetapkan bahwa

ayat ini menerangkan keadaan ahlu al kitab yang terkotak-kotak dalam berbagai

mazhab sekaligus menyuruh umat Islam untuk bersatu-padu serta menjauhkan diri

dari perpecahan.

Dari pilihan sikap ini terlihat bahwa Hasbi memandang bahwa dengan

memilih makna umum lafaz akan lebih mendatangkan maslahat. Seandainya

dipilih pendapat yang pertama saja maka selamatlah umat ini dari kritik Allah

yang terdapat di dalamnya. Tidak ada manfaat yang bisa dipetik bagi umat

Muhammad di belakang hari dan keterangan ini tak ubahnya berita biasa saja

yang tidak ada hubungannya dengan kondisi kekinian. Dari sini terlihat

pendekatan kritik kontekstual yang dibangun sebagai sebuah komunikasi yang

relevan guna memproduksi atau menyempurnakan diskursus yang ada.

Ketika masyarakat Islam sudah terpecah dalam berbagai kelompok dan

sekte maka berbagai kelompok dan sekte itu seolah mewakili agama di luar Islam

dan Islam di sisi yang lain adalah agama tersendiri.

Page 44: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

35

C. Perpecahan dalam Islam

Hasbi ash Shiddieqy memandang bahwa ahli bid’ah dan partai-partai

(firqah) yang telah tumbuh dalam Islam adalah sebuah indikasi perpecahan umat

Islam. Bid’ah yang dimaksud adalah membuat perkara-perkara baru dalam agama

yang tidak ada keterangannya baik di dalam al-Qur’an maupun hadis Nabi

Muhammad. Termasuk perkara-perkara yang menyelisihi keduanya.

Beberapa kalangan yang semangat memerangi bid’ah menganggapnya

sebagai masalah terbesar umat, memiliki pandangan yang tidak bisa ditawar lagi.

Dalam definisi kalangan ini, bid’ah diartikan sebagai sesuatu yang menyelisihi

atau menyimpang dari kitab dan ijma’ salaf al ummah baik berkaitan dengan

keyakinan ataupun ibadah ritual yang diamalkan. Kadang diartikan sebagai

ungkapan yang dibuat-buat dalam perkara agama ataupun membuat sesuatu yang

menyerupai syariat. Singkatnya berlelih-lebihan dalam beribadah kepada Allah.

Bid’ah dibagi dalam dua perkara. Pertama, pada adat atau kebiasaan, biasanya

dikaitkan dengan penemuan dan penciptaan baru. Bid’ah semacam ini masih

dibolehkan. Kedua, bid’ah yang terjadi pada agama. Bid’ah macam inilah yang

diharamkan karena perkara agama sifatnya adalah tawqîfî yaitu harus ditetapkan

dengan dalil baik dari al-Qur’an maupun dari Hadis Nabi. Bid’ah dalam agama

dikategorikan lagi dalam dua hal, yaitu dalam hal keyakinan, berupa ucapan yang

bersifat keyakinan dan dalam perkara ibadah, berupa peribadatan dengan cara

yang tidak disyariatkan. Ditinjau dari segi dalil bid’ah dikelompokkan dalam

bid’ah haqîqiyyah dan bid’ah idâfiyyahi. Yang pertama berarti sesuatu yang sama

Page 45: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

36

sekali tidak memiliki dasar hukum dalam al-Qur’an maupun Hadis. Yang kedua

adalah sesuatu yang memiliki dasar hukum dalam ajaran Islam tetapi dilakukan

dengan cara yang menyelisihi ajaran tersebut. Untuk menguatkan peringatakan

atas bahaya bid’ah ini dicantumkan pula pendapat mazhab Hanbali yang

membolehkan membunuh orang yang mengajak kepada bid’ah karena

kekhawatiran akan rusaknya jamaah umat Islam karena bid’ah tersebut. Hadis-

hadis yang biasa dikemukakan sebagai dalil pembuka diantaranya:

1. Hadis man ahdatsa fî amrinâ… riwayat al Bukhari.

در وفه يهف سا ليذا ما هرنى أمث فدأح ن4م

Hadis ini berbicara tentang tetolaknya amalan-amalan yang diada-adakan.

2. Hadis man ‘amila ‘amalan….riwayat Muslim.

در وا ، فهنرأم هليع سال ليمل عمع ن5م

Hadis ini berbicara tentang tertolaknya amalan yang tidak bersumber dari

Nabi.

3. Hadis wa iyyakum wa muhdatsâti al umûr riwayat Abu Dawud.

كمنم شعي نم ها فإنيشبا حدبإن عو ةالطاعع ومالسو ى اللهقوبت يكمأوص

اشالر نييدهلفاء المالخ ةنسى وتنبس كمليا فعريالفا كثتى اخريى فسدعكوا بسمت يند

4 al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari, vol. 3, h. 222.

5 Muslim, Shahih Muslim , vol. 8, h.132.

Page 46: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

37

عكل بدة وعبد ثةدحور فإن كل ماألم ثاتدحمو اكمإيو اجذوا بالنهليوا عضعا وبه ة

6ضاللة

Hadis ini berbicara mengenai peringatan Nabi untuk menjauhi bid’ah karena

semua bid’ah sesat.7

Golongan moderat memandang bahwa perjuangan memurnikan ajaran

Islam dengan cara memberantas bid’ah dan kekolotan berarti masuk ke dalam

lingkup masalah khilafiyah. Karena kelompok yang mempertahankan dan

memberantas kedunya sama-sama berdalih untuk memurnikan ajaran Islam.8

Sejarah mengatakan bahwa persoalan politik yang kemudian merembet

kepada masalah teologi adalah pemicu adanya perpecahan dalam Islam. Yang

akhirnya memunculkan tiga aliran teologi yaitu: Khawârij, Murji’ah dan

Mu’tazilah. Bersamaan dengan itu muncul pula dua aliran teologi lainnya al

Qadariyyah dan al Jabaryyiah.9

Di alam modern kini terjadi juga perdebatan tentang wajibnya mendirikan

negara Islam10 di pihak lain ada yang menganggap bahwa yang demikian adalah

paham keagamaan yang rancu dan merupakan legitimasi tindak kebrutalan seperti

teror, pembunuhan atau pengkafiran hanya dengan sebab sepele11.

6 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol.4, h.329. 7 Hartono Ahmad Jaiz, Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan (Solo: Wacana Ilmiah

Press,2006), h.11-22. 8 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi, h. 460. 9Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta:

UI-Press,1986), h. 1-10. 10Abdul Qadir Baraja, Gambaran Global Pemerintahan Islam (Surabaya: Penerbit RAP,

2001), h. 73-88. 11Miftahuzzaman, Solusi Krisis Islam Politik atau Jamaah Islam (Solo: CV. Aneka,

2000) h.35-37.

Page 47: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

38

Sementara Joesoef Sou’yb ketika menyebutkan sekte dalam Islam

membagi dalam tiga sekte besar yaitu: Syi’ah, Sunni dan Khawârij.12

Dalam lapangan hukum setidaknya terdapat delapan pemuka mazhab yang

dibangun pada periode tâbi’in yaitu: Abu Hanifah atau an Nu’man ibn Tsabit,

Malik ibn Anas, al Laits ibn Sa’ad di Mesir, ‘Abdu ar Rahman al ‘Auza’iy di

Syam, Muhammad ibn Idris al Syafi’i, Ahmad ibn Hanbal, Daud ibn ‘Ali di

Kufah dan ibn Jarir al Thabari. Belum lagi mazhab dalam Syi’ah seumpama

Zaidiyyah dan Imâmiyyah.13

Secara sederhana Harun Nasution memetakan kelompok Islam dalam dua

hal: ajaran dan non ajaran. Kelompok ajaran dikategorikan kembali menjadi

ajaran dasar dan bukan dasar. Ajaran bukan dasar adalah interpretasi para ulama

dan ahli Islam terhadap ajaran dasar yaitu al-Qur’an dan Hadis. Pemikiran dalam

bidang hukum dan teologi yang melahirkan banyak mazhab dan aliran bahkan

bidang politik, filsafat, mistisisme dan politik bermula dari sini, yaitu dari ajaran

bukan dasar.14

Kembali memakai sudut pandang Harun Nasution bahwa biang keladi

awal dari segala masalah perpecahan dalam Islam adalah politik yang kemudian

merembet kepada masalah teologi. Kekuasaan berarti berhubungan dengan

politik. Sejarah lampau umat Islam mencatat bahwa konflik antar kelompok-

12 Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), h.440-

444 13 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Jakarta: bulan

Bintang, 1994), h. 78-79. 14Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, vol. 2 (Jakarta: UI-

Press,1986), h. 113.

Page 48: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

39

kelompok besar dalam perebutan kekuasaan kerap menimbulkan pertumpahan

darah.15

Dalam hal fanatisme kebangsaan istilah dalam bahasa Arab ‘ibâd dan

muwalladûn yang berarti budak dan peranakan, dianggap merendahkan pernah

digunakan untuk para muallaf di Spanyol pada pemerintahan Bani Umayyah

setidaknya sampai adad ke-10 M. ini disinyalir sebagai faktor kemunduran dan

kehancuran Islam di Spanyol pada waktu itu.16

Masalah perbedaan mazhab kalam telah menjadikan ulama sekelas Imam

Ahmad ibn Hanbal harus merasakan kekejaman penguasa yang berseberangan

paham dalam menyikapi al-Qur’an sebagai Kalamullah.17

Masalah pemberian fatwa dari yang bukan ahlinya dapat dijelaskan

melalui hadits Nabi yang menyatakan tentang dicabutnya ilmu dengan wafatnya

ulama sehingga yang tersisa hanya orang jahil, orang jahil ini ketika ditanya akan

berfatwa tanpa ilmu yang pasti sesat dan menyesatkan. Apabila kebodohan telah

merajalela dan agama tidak memiliki patokan yang jelas maka siapa saja bisa

berfatwa dengan tanpa dasar. Apabila terjadi di banyak tempat tentu akan

menimbulkan perbedaan yang berujung kepada perpecahan.

تعماص قال سن العرو بمن عب الله دبع نع ول اللهسصلى اهللا عليه - رإن الله ال يقبض العلم انتزاعا ، ينتزعه من العباد ، ولكن يقبض « يقول -وسلم

15 Lajnah Ilmiah HASMI, Syi’ah Bukan Islam ? (Bogor: Pustaka Marwah Indo Media,

2010), h.175-182. 16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h.107. 17 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Sejarah Perkembanagn Hadits (Jakarta:

Bulan Bintang,, 1973), h. 193.

Page 49: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

40

فسئلوا ، العلم بقبض العلماء ، حتى إذا لم يبق عالما ، اتخذ الناس رءوسا جهاال 18» فأفتوا بغير علم ، فضلوا وأضلوا

Dari ‘Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, ia berkata, “Aku telah

mendengar dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Sungguh Allah tidak akan mencabut ilmu dengan serta merta dari hamba-hambanya, tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Sehingga ketika tidak tersisa seorang alim, maka orang-orang akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai tempat bertanya. Selanjutnya, orang-orang bodoh itu berfatwa dengan tanpa ilmu. maka mereka sesat dan menyesatkan.”” Masalah perbedaan pendapat memang sudah ada sejak zaman sahabat

Nabi saw., Pada zaman Nabi, perbedaan ini juga sudah ada hanya saja pada waktu

itu semua permasalahan yang ada diselesaikan langsung oleh Nabi dengan

bimbingan wahyu. Permasalahan beda pendapat ini tidak akan pernah selesai dan

umat Islam tidak akan pernah memiliki satu paham. Namun demikian perbedaan

paham antara umat Islam dalam hukum fiqh di Indonesia sangat kecil. Perbedaan

yang terjadi adalah dalam masalah hukum-hukum dalam mazhab fiqh dan berbeda

dengan adanya sekte-sekte dalam agama Kristen. Umat Islam masih shalat dalam

satu masjid dengan satu imam sebagaimana ketika di Masjid al Haram. Satu imam

yang diikuti makmum yang bermacam-macam mazhab.19

Al-Qur’an sendiri telah menerangkan sejak awal dan mensinyalir pluralitas

dan kemajemukan sebagai “ciptaan Ilahi” serta “sunnah yang azali dan abadi”. Al-

Qur’an memiliki koleksi ayat tentang hal demikian.20 Diantaranya:

Sûrah Hûd /11:118 - 119

18 al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari,vol.1 (Beirut: Dar al Fikr, 1981), h.183. 19 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi, h. 454-455. 20 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas. Penerjemah Abdul Hayyie Al Kattanie

(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 31-38.

Page 50: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

41

ش لوونيفلتخالون مزلا ية وداحة وأم اسل النعلج كباء ر كبر محر نإلا منيعماس أجالنو ةالجن نم منهلأن جلأم كبة رمكل تمتو ملقهخ كذللو

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat) kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” Sûrah al Baqarah /2: 213

مهعل مزأنو رينذنمو رينشبم نيبيالن ث اللهعة فبداحة وأم اسكان الننم وهأوت ينإلا الذ يهف لفتا اخمو يهلفوا فتا اخيماس فالن نيب كمحيل قبالح ابتالك

اءتا جم دعب قالح نم يهلفوا فتا اخموا لنآم ينالذ ى اللهدفه مهنيا بيغب اتنيالب مه بإذنه والله يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم

“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para

nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”

D. Penyebab Perpecahan

Dari komentar tafsir Surat al An’âm ayat 159 dapat disimpulkan bahwa

esensi penyebab perpecahan adalah:

a. Mengakui sebagian ajaran agama dan mengingkari sebagian yang lain.

b. Mentakwilkan nash-nash agama menurut hawa nafsu.

c. Fanatik kepada pendapat pemimpin.

Page 51: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

42

Dalam penafsiran ini Hasbi tidak membahas terlalu lebar atau

mengembangkan persoalan dalam bentuk permisalan yang terjadi pada masa kini.

Berbeda dengan HAMKA yang mementingkan untuk memuat banyak hadis

terutama yang berkenaan dengan hadis-hadis perpecahan umat. HAMKA bahkan

menerangkan tempat para mujtahid fiqh yang dikecualikan dari perkara ini.

Memberikan contoh dari kerajaan-kerajaan Islam masa lampau, kasus perselisihan

lokal nusantara, perselisihan dalam balutan politik internasional bahkan membuat

judul khusus di akhir pembahasan dengan judul “Memecah-belah Agama di

Zaman Modern.”21

Tambahan dari Surat al Rûm: 32 yaitu bersikeras dengan pemahaman

tertentu dengan klaim kebenaran sepihak. Sejalan dengan penafsiran ini HAMKA

membahasakan dengan:

“Merasa benar sendiri dan orang lain salah belaka, dan tidak ada yang ingin mencari atau kembali kepada titik pertemuan, yaitu Iman kepada Keesaan Allah!”22 Ibn Katsîr juga tidak menafsirkan ini dengan panjang lebar. Hanya

menjelaskan kepada siapa ayat ini diturunkan dengan memaparkan hadis-hadis

tentang hal tersebut kemudian ditarjih berdasarkan perbandingan sanadnya.

Akhirnya memilih makna umum yang terdapat pada ayat yaitu siapa saja yang

mencerai-berai agama dan membebaskan tanggung jawab Rasul akan perlakuan

mencerai-berai dari umatnya.23

21 HAMKA, Tafsir al Azhar, vol. 8 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), h.142-151 22 Idem, v. 21, h. 82. 23 ‘Imâd al Dîn Isma’il ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr Qur-ân al ‘Azim, vol. 2 (Riyad: Dâr

‘Âlam al Kutub, 1997), h.249.

Page 52: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

43

Sedangkan sebab turunan sebagaimana secara persis dicantumkan dalam

Tafsir al Azhar ketika membahas tafsir Surat al An’âm ayat 159 yang disebutkan

oleh HAMKA terambil dari penafsiran Muhammad Rasyid Rida24 adalah:

1. Perebutan kekuasaan pemerintahan.

2. Fanatik kebangsaan (nasionalisme sempit).

3. Fanatik mazhab (aliran, golongan, partai).

4. Memberi fatwa agama tidak didasarkan dalil-dalil yang kuat.

5. Infiltrasi musuh.

Mengenai fanatik, HAMKA beranggapan bahwa yang demikian timbul

bukan lantaran kekuatan iman, malah disebut bahwa sikap tersebut tidak

beralasan. Sebaliknya fanatik adalah produk dari lemahnya iman. Karena tidak

berani berbanding dengan pikiran orang lain atau tidak sanggup untuk melihat

yang dimiliki orang lain.25

Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa dua bahaya besar bagi masyarakat

Islam yaitu statis pada perkara yang harus dinamis dan berkembang juga kreatif

mengadakan perubahan pada sesuatu yang seharusnya tidak boleh berubah.

Padahal, apabila fleksibelitas ada pada bidang pemikiran, prinsip hidup dan moral,

maka akan melahirkan banyak kelompok yang mengatasnamakan Islam tetapi

antara yang satu dengan lainnya berbeda, saling bermusuhan dan bertentangan.

Hal demikian diistilahkan dengan memisahkan umat dari agama dan nilai

luhurnya mengatasnamakan kemajuan, membuka pintu atheisme dengan

24 Idem, v. 8, h. 145 25 HAMKA, Prinsip dan Kebijaksanaan Da’wah Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1984), h. 8.

Page 53: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

44

mengatasnamakan berhala baru yaitu “kemajuan”. Seharusnya masyarakat Islam

bisa tawazun, menimbang dengan benar sehingga dapat menyatu dalam hal-hal

yang bertentangan tetapi juga bisa menempati proporsinya dengan baik. 26

Sufyan Raji Abdullah menyebutkan latar belakang timbulnya firqah dalam

tujuh poin , yaitu:

1. Adanya kepentingan kelompok atau golongan.

2. Adanya pengaruh dari luar Islam.

3. Mengedepankan akal.

4. Pengaruh buku terjemahan filsafat Yunani.

5. Terpengaruh oleh paham-paham sesat.

6. Mendewakan pemikiran tokoh tertentu.27

Apabila diteliti, poin-poin ini bisa disederhanakan lagi karena nomor 3,4

dan 5 ada pada tataran yang sama yaitu pemikiran.

Imam Zarkasyi menyebutkan bahwa orang-orang yang senang

memperbesar dan mempertajam masalah khilafiyah adalah karena dua sebab,

yaitu:

1. Terlalu bodoh.

2. Menjadi alat musuh yang hendak memecah belah.28

Pendapat ini bisa diterima karena semua yang menjerumuskan manusia

pada kesesatan adalah kebodohon yang sangat, baik bodoh karena tidak memiliki

26 Yusuf Qardhawi, Karakteristik Islam:Kajian Analitik, Penerjemah Rofi’ Munawar

(Surabaya: Risalah Gusti,1995), h. 288-291. 27 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam,h. 6-9. 28 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi, h. 454.

Page 54: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

45

keilmuan ataupun berilmu tetapi tertipu oleh kebodohan orang lain ataupun hal-

hal yang menjadikan akal tertutup seperti fanatisme dan hawa nafsu.

E. Bahaya Perpecahan dalam Agama

Setidaknya ada tiga bahaya kemanusiaan atas terjadinya perpecahan dalam

tubuh umat Islam, yaitu: lenyapnya kebenaran, hancurnya rasa persatuan, dan

hilangnya rasa persaudaraan (ukhuwwah). 29

Apabila pintu kompromi sudah tertutup maka tidak ada celah bagi

perbedaan sekecil apapun padahal kadang sesuatu yang diasumsikan berbeda di

awal setelah diteliti adalah sesuatu yang sama secara subtansi, berbeda bahasa

satu makna. Kalau sudah demikian yang benar pun tidak memiliki waktu untuk

menjelaskan kebenarannya atau bahkan malah menjadi salah karena analoginya

adalah: pendapat saya yang benar atau yang ekstrim mengatakan: yang paling

benar, lawan dari benar adalah salah maka selain pendapat yang benar adalah

salah. Analogi semacam itu menghalangi umat untuk bisa bersatu. Yang ada

adalah perlombaan untuk menjadi paling benar dan mengeluarkan siapa saja yang

berbeda pendapat dari komunitasnya. Sikap yang kadang menjadi sifat semacam

ini menimbulkan permusuhan dan menghancurkan tali silaturahim, padahal umat

Islam satu dengan lainnya adalah bersaudara.

Dari aspek spiritual berarti telah terlepas dari tanggung jawab Allah dan

Rasul. Allah terangkan bahwa Rasul terlepas atas perpecahan yang terjadi pada

umatnya. Hal ini seharusnya menjadikan setiap muslim selalu mawas diri dan

29 ash Shiddieqy,Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur, vol. 2 h. 1343

Page 55: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

46

tidak terlibat dalam perbuatan tersebut. Sebanyak apapun kelompok yang bertikai

untuk memenangkan klaim sebagai yang terbaik dan yang paling benar maka

Rasul, tidak termasuk dalam salah satu golongan itu, dan jauh dari mazhab-

mazhab yang mereka anut. Karena tugas seorang Rasul hanyalah sebatas

menyampaikan risalah dan melahirkan syiar-syiar agama yang benar.

Sedangkan dari sudut ajaran tauhid dalam Islam hal tersebut sangat

berbahaya bagi kehidupan dunia dan akhirat. Karena Allah sendirilah yang akan

memberikan pembalasan kepada mereka atas amal perbuatannya. Sesudah

memperoleh azab di dunia, Allah akan membangkitkan mereka di akhirat dan

diberi pembalasan setimpal atas perbuatan memecah belah tersebut.

Dari tinjauan sosiologi atau ilmu sosial kemasyarakatan perilaku memecah

belah adalah termasuk satu bentuk deviasi atau penyimpangan sosial karena

kodrat manusia adalah makhluk sosial yang selalu bergantung kepada manusia

lainnya. Rusaknya hubungan harmonis yang terjalin dalam masyarakat sangat

berbahaya bagi persatuan dan mengurangi rasa nyaman dalam pergaulan

bermasyarakat. Karena hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia maka

menghindar dan keluar dari kehidupan bermasyarakat berarti perlawanan terhadap

sifat kemanusiaan. Sejalan dengan anggapan Aristoteles bahwa manusia seperti

itu berarti sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri dan mungkin dia bukan

manusia tetapi malaikat atau binatang. Maka manusia yang sehat selalu berupaya

untuk menciptakan suasana yang harmonis dan memberi manfaat bagi kehidupan

bersama30.

30 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi, h. 294.

Page 56: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

47

Dari segi politik maka perpecahan dalam agama telah mewariskan satu

rangkaian sejarah umat Islam yang penuh dengan peperangan bahkan

pertumpahan darah yang mengiringi pergantian kekuasaan dari satu dinasti

kekuasaan ke dinasti lainnya. Bahkan puncak kehancuran kebudayaaan klasik

Islam juga merupakan peristiwa yang terjadi karena persoalan ini seperti telah

dibahas sebelumnya dalam perpecahan dalam Islam. Perpecahan dalam agama

dapat dengan mudah menyulut sebuah konflik yang kompleks. Bisa merembet ke

ranah politik, ekonomi, kesukuan, kedaerahan atau teritorial dan sebagainya.

Karena agama adalah ideologi yang melibatkan emosi kejiwaan yang kadang

tanpa menggunakan nalar dan akal sehat.

Pada prinsipnya penafsiran Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy

memiliki cara pandang yang sama dengan HAMKA. Hanya saja keterangan

HAMKA lebih lebar dan detail dengan analogi yang cerdas dan disertai dengan

pemberian permisalan.31 Begitu juga keterangan ibn Katsîr yang memang

merupakan sumber diantara sumber-sumber utama dari keduanya.

F. Klaim Syirik atas Perilaku Memecah Belah Agama32

Syirik artinya adalah mengambil sesembahan di samping penyembahan

kepada Allah. Bisa berupa kegiatan menyembah, meminta ataupun berupa

pengorbanan. Seperti apa yang dilakukan sebagian manusia semasa Rasul yang

mereka mengetahui ketuhanan Allah tetapi mereka memilih sesembahan selain

31 HAMKA, Tafsir al Azhar, vol. 8 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), h. 139-151. 32 ash Shiddieqy,Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur,vol. 4, h. 1343

Page 57: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

48

Allah. Mengenal Allah dalam hakekat tetapi tidak mau tunduk patuh dalam

penyembahan dan memurnikan penyembahan semata-mata hanya kepada-Nya.

Ketika seseorang terjebak dalam perilaku memecah belah agama hal

tersebut disejajarkan dengan mempersekutukan sesuatu dengan Allah dan keluar

dari keikhlasan ibadah karena tidak memelihara semua perintah Allah dan

menjauhi semua larangan-Nya sebaik-baiknya.

Perbuatan itu dianggap sebagai mengganti agama fitrah dengan agama

sesat dan karena menjadikan agama fitrah menjadi beberapa agama dan mazhab,

sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, para

penyembah berhala, dan para pemeluk agama yang salah.

Karena mengaku sebagai bagian dari umat Islam tetapi berbuat seperti apa

yang diperbuat kaum muyrikin maka para pemilik perilaku memecah belah agama

ini dimasukkan dalam golongan mereka. Disejajarkan dengan para penyembah

tuhan-tuhan selain Allah. Menyembah Allah tetapi meminta kepada selain Allah

atau sebaliknya meminta kepada Allah tetapi menyembah selain Allah.

Yang menjadikan klaim ini menjadi mengerikan adalah konsekwensi yang

harus diterima para pelaku dosa syirik. Beberapa hukuman atas dosa syirik

adalah:33

1. Dosa syirik tidak diampuni oleh Allah.

2. Syirik menghapuskan pahala kebaikan sebesar apapun.

3. Diharamkan masuk surga.

33 Muhammad bin Jamil Zainu, Jalan Golongan yang Selamat, Penerjemah Ainul Haris

Umar Arifin Thayib (Jakarta: Yayasan al Sofwa, 2003), h.73-103.

Page 58: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

49

4. Tempat kembalinya adalah neraka.

5. Mendapat predikat zalim.

6. Tidak memiliki penolong.

Allah akan menerima pertaubatan dan menghapuskan segala dosa seorang

hamba yang bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya. Tetapi tidak ada remisi

atau penghapusan dosa apabila menyangkut perbuatan syirik. Kalaupun taubatnya

diterima tetapi dosanya masih tercatat dalam catatan perbuatan manusia. Tidak

memiliki poin pahala dan kebajikan sementara memiliki surplus dosa syirik yang

merupakan dosa terbesar.

Pengharaman masuk surga adalah sebuah hak preogatif Allah sebagai

penguasa tunggal di hari kiamat. Karena surga berisi segala macam kenikmatan

sebagai balasan bagi orang-orang yang Allah ridai maka pelaku dosa syirik yang

merupakan sebab terbesar kemurkaan Allah terhalang untuk bisa memasukinya.

Sedangkan kewajiban masuk neraka adalah sesuatu yang bisa dipahami melalui

sebuah logika sederhana, karena Allah hanya menyediakan dua tempat setelah

hari pengadilan yaitu surga dan neraka, maka tidak ada tempat selain dari

keduanya dan tidak ada tempat yang terletak diantara dua tempat tesebut.

Perbuatan syirik menghapuskan pahala sebesar apapun juga. Tauhid yang

murni adalah syarat mutlak agar ibadah diterima. Apabila terdapat cacat dalam

berkeyakinan kepada Allah maka terjadi salah orientasi. Ketika itu terjadi maka

tidak ada kebaikan lagi yang akan dilihat oleh Allah bahkan deposit kebaikan

yang sudah ada dianggap hangus dan tidak pernah dihitung kembali.

Page 59: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

50

Predikat zalim merupakan obyek pelaku dari kata zalama yang akar

katanya dalam bahasa Arab berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.34

Ini adalah istilah yang sangat tepat karena ketika seorang hamba menempatkan

sesuatu yang bukan Allah sebagai sesembahan atau memberikan teman kepada

Allah dalam hal menyembah dan meminta padahal hanya Dia sajalah satu-satunya

tempat menyembah dan meminta maka itu adalah sebuah salah penempatan yang

sangat besar.

Begitu amat berbahayanya perilaku ini sehingga pelakunya mendapatkan

predikat sebagai pembangkang besar, atau paling tidak diklasifikasikan dalam

jajaran para pelaku dosa besar.

Sedangkan tidak memiliki penolong berarti tidak dapat menerima

keberkahan do’a manusia yang beriman. Diakhirat nanti akan menghadapi

pengadilan Allah dan siksaan yang luar biasa tanpa sesuatupun bisa membantunya

termasuk sesembahan selain Allah.

G. Solusi untuk Menghindari Perpecahan

Membaca Sûrah al Rûm/30:32 saja tanpa menyertakan dua ayat

sebelumnya tidak akan mengantarkan pada pemahaman yang utuh karena tiga

ayat ini merupakan satu kesatuan topik yang saling berkaitan. Dalam hal ini Hasbi

juga membahas ayat-ayat tersebut dalam pembahasan yang integral dan

ditafsirkan dalam satu rangkaian analogi yang utuh. Dari Sûrah al Rûm/30:30-32

34 al Jurjani, al Ta’rîfât, h. 140

Page 60: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

51

beberapa hal bisa dijadikan pegangan untuk menjadi solusi agar terhindar dari

perpecahan.

1. Berpegang teguh pada fitrah Allah yang menjadi tabiat manusia.

Kebenaran dapat mengalahkan syirik maka ketika wajah sudah

dihadapkan kepada agama yang lurus pasti terhindar dari semua macam

kesesatan. Karena kebenaran yang hakiki hanya ada satu maka yang dimakud

kebenaran di sini adalah kebenaran yang mutlak, yaitu yang datang dari Allah

saja dan belum bercampur dengan hal-hal lainnya. Apabila kebenaran hakiki

disandingkan dengan kebenaran relatif seperti sudut pandang atau pendapat

seseorang, kebenaran politik, kebenaran analogi dan lebih-lebih kebenaran

menurut perasaan maka sama saja dengan menyandingkan yang haq dengan

yang bâtil, menyandingkan apa yang dari Allah dengan apa yang dari makhluk

yang pada akhirnya berarti menyandingkan Allah dengan yang bukan Allah.

Perintah ini pada mulanya ditujukan kepada Nabi saw., yang dengan

sendirinya merupakan peringatan yang harus ditaati oleh umat Islam

seluruhnya.

2. Bertobat kepada-Nya (kembali kepada hukum-hukum-Nya) dan memelihara

diri dari semua perbuatan yang menimbulkan kemarahan-Nya.

Kecenderungan manusia adalah selalu menyimpang dari ajaran yang

lurus. Perilaku dan sikap mental memecah belah dan selalu menyalahkan

orang lain adalah bagian dari penyimpangan itu. Maka seluruh manusia yang

telah salah jalan diperintahkan oleh Allah untuk kembali meniti jalan Islam,

keselamatan, kedamaian

Page 61: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

52

3. Mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya.

Shalat yang baik akan membuat pelakunya selalu ingat kepada Allah

dan mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Shalat yang baik selain

dilaksanakan tepat waktu adalah juga yang dilaksanakan dalam sebuah

komunitas atau jamaah di sebuah tempat yang telah disepakati bersama,

seperti masjid. Kwalitas shalat yang baik memiliki pengaruh psikologis, selain

menumbuhkan kesadaran akan konsep pengawasan Allah, sehingga dapat

mengurangi kwalitas dan kwantitas kejahatan dan keburukan pada diri

seseorang tetapi juga menambah daya apropriasi, kedewasaan dalam

pergaulan karena terbiasa berada dalam lingkup jamaah shalat yang memiliki

latar belakang yang berbeda-beda. Komponen “shalat sebaik-baiknya”

termasuk juga pilihan tempat yang disepakati bersama yaitu masjid atau

semacamnya, ketika masyarakat sudah memiliki sebuah sentral kegiatan

keislaman maka segala sesuatunya secara otomatis akan terpusatkan kesatu

titik sehingga semua konflik yang ada akan mudah diantisipasi dan

diselesaikan sebaik-baiknya.

HAMKA dalam menutup tafsir ayat yang sama mengutip sebuah hadis

yang menyebutkan tiga perkara yang menjadi penguat Islam35. Tiga perkara

tersebut adalah:

1. Ikhlash sebagai fitrah dari Allah.

2. Shalat sebagai tiang agama.

3. Taat sebagai pegangan yang teguh.

35 HAMKA, Tafsir al Azhar, v. 21, h. 82

Page 62: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

53

Didapati korelasi yang sangat tepat antara keterangan al-Qur’an dan

Hadis. Ikhlas disejajarkan berpegang teguh pada fitrah Allah. Shalat sebagai tiang

agama sejajar dengan shalat sebaik-baiknya dan taat dengan bertaubat.

Pertikaian antar kelompok Islam di Indonesia adalah satu bentuk

kegagalan dalam melihat sebuah kompleksitas. Penyelesaian konflik-konflik

secara damai semakin sulit dicapai karena tiap kelompok memiliki tafsir yang

berbeda dalam banyak hal. Islam tidak lagi menjadi satu resolusi yang bisa

diterima bahkan dalam kalangan masyarakat Islam itu sendiri.

Ketika kondisi psikososial umat Islam belum dewasa maka biasanya lebih

senang mengambil jalan pintas yaitu dengan menutup diri dari ideologi dan ajaran

asing dan pada saat yang sama memberi label sesat dan bahaya kepada sesuatu

yang tidak atau belum dikenal. Hal ini dilakukan karena tidak memiliki

kemampuan apropriasi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain tanpa ikut

terbawa hanyut di dalamnya. Ciri-ciri masyarakat seperti ini adalah:

1. Terobsesi dengan simbol formalisme-legalistik.

2. Pemahaman keagamaan yang tidak utuh dan tekstual.

3. Mudah terpesona retorika dan orasi emosional tanpa penalaran

4. Gamang menghadapi tantangan realitas modern.

Setelah terlihat jelas sebab-sebab perpecahan, diperlukan upaya

pendewasaan umat yaitu dengan membuka wawasan berpikir umat untuk

menyadari fenomena perkembangan wacana keagamaan kontemporer yang

menyuarakan nilai-nilai keterbukaan, pluralitas dan inklusivitas. Pembelajaran

Islam secara filosofis diyakini dapat membongkar formalisme dan kekakuan

Page 63: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

54

pemahaman agama. Pembelajaran yang menyatukan visi ke-Tuhanan dan visi

kemanusiaaan. Maka ini adalah sebuah tawaran solusi.36

Solusi lain adalah dengan mengadakan dialog setiap kali ada permasalahan

yang harus diselesaikan. Hal ini sejalan dengan konsep tabâyun dalam al Qur’an.

Tasâmuh atau toleransi, lapang dada, bermurah hati adalah sesuatu yang

dianjurkan pemerintah dan agama dengan orang yang berlainan agama maka akan

menjadi lebih ditekankan lagi bagi sesama umat Islam. Bukan memilih untuk

termakan hasutan “Dajjal” dan musuh yang menjadikan umat Islam lebih memilih

bermusuhan dengan sesama Islam daripada dengan orang kafir37.

Alternatif lainnya adalah adanya pengawasan dan pembinaan dari

pemerintah agar kelompok-kelompok berbasis keagamaan dalam hal ini Islam

tidak berkembang liar tanpa pengawasan yang pada akhirnya menjadi sumber

keresahan. Sebagaimana bunyi Penetapan Presiden Republik Indonesia tentang

pencegahan, penyalahgunaan dan/atau penodaan agama tertanggal 27 Januari

1965. Pada pasal 1 terdapat pelarangan terhadap penafsiran yang menyimpang

dari pokok ajaran agama dan melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai

agama yang sudah ada. Pasal 2 nomor 1 tentang peringatan penghentian atas

keputusan bersama antara Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri dalam

Negeri. Pasal: 2 nomor: 2 tentang pembubaran dan pelarangan aliran sesat oleh

36 Oliver Leaman,Pengantar Filsafat Islam : Sebuah Pendekatan Tematis. Penerjemah

Musa Kazim dan Arif Mulyadi (Bandung: Mizan Media Utama,1999), h. xi-xvi. 37 Tim Penulis, Biografi K.H. Imam Zarkasyi, h. 461.

Page 64: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

55

Presiden. Pasal 3 tentang pemberlakuan pidana bagi yang terus mengikuti aliran

sesat.38

Sebagaimana Instruksi Menteri Agama Nomor 8 Tahun 1979 tentang

pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap organisasi dan aliran dalam

Islam yang bertentangan dengan ajaran Islam. Instruksi dialamatkan kepada

Ditjen Bimas Islam, Kepala Badan Litbang Agama, Inspektur Jenderal dan

Kepala Kantor Wilayah Departeman Agama. Berisi perintah untuk meningkatkan

pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan organisasi dan aliran

dalam Islam yang bertentangan dengan ajaran Islam.39

Kementrian agama memegang peranan penting dalam hal ini. Maka

menteri agama meminta kepada Ditjen Bimas Islam untuk lebih meningkatkan

profesionalismenya mengingat tugas dan tantangannya yang semakin berat.

Kemunculan aliran-aliran sempalan yang disertai berbagai tindakan kriminal

adalah masalah serius seluruh jajaran Bimas Islam. Bimas Islam sebagai instansi

yang terkait dalam bimbingan kemasyarakatan Islam, dituntut segera mengambil

langkah cepat dan tepat, sehingga permasalahan ini tidak melebar kepermasalahan

lain.40

Ada juga usulan untuk membuat satu sistem organisasi profesi dakwah.

Selain sebagai kontrol terhadap kinerja kerja dakwah organisasi ini diharap bakal

menjadi penghalang tindakan manipulasi identitas dan penyusupan yang bertujuan

38 Majelis Ulama Indonesia, Petunjuk bagi Kerukunan Ummat Islam tentang Kerukunan

Hidup antar Umat Beragama (Solo: CV. Ramadhani, 1987), h.10-13. 39 Ibid, h.32-35. 40Blog Bimas Islam,“Menag Instruksikan Bangun Sinergi Pusat dan Daerah,” artikel

diakses pada 8 Juni 2010 dari bimasislam.com.

Page 65: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

56

mengeksploitasi umat Islam secara negatif juga sebagai antisipasi dini atas tindak

kecurangan propaganda dakwah di luar Islam.41

41 A. Wahab Suneth dan Syarifuddin Djosan, Problematika Dakwah dalam Era Indonesia

Baru (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2000), h.146-152.

Page 66: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penafsiran ash Shiddieqy mengenai farraqû dînahum yang tertera dalam

Sûrah al An’âm/6: 159 dan Sûrah al Rûm/30: 32 adalah menggabungkan dua

pendapat, yaitu yang menetapkan ayat ini turun mengenai ahlu al kitâb yang

memecah-belah agama menjadi bermazhab-mazhab dan yang menetapkan ayat ini

turun mengenai ahli bid’ah dan partai-partai (firqah) yang telah tumbuh dalam

Islam. Hasbi menetapkan bahwa ayat ini menerangkan keadaan ahlu al kitab yang

terkotak-kotak dalam berbagai mazhab sekaligus menyuruh umat Islam untuk

bersatu-padu serta menjauhkan diri dari perpecahan. Hal ini berarti memilih

makna umum lafazh sebagaimana pendekatan kritik kontekstual.

B. Saran-saran

Di era ketika agama dan ajarannya tidak difahami secara subtansial tetapi

malah diambil sebagian-sebagian, perlu ditemukan secepatnya solusi untuk

menjadikan agama dapat kembali dipahami secara utuh. Meningkatnya jumlah

sekte, pemahaman dan varian baru dari komunitas umat Islam, seperti komunitas

“dzikir”, komunitas politik, komunitas seni dan budaya, komunitas ekonomi,

komunitas “tentara”, komunitas pembela kesukuan dan seterusnya adalah sebuah

tantangan atas konsep ukhuwwah atau persaudaraan Islam. Terlalu sering berita

pertikaian antar kelompok dalam Islam menjadi sorotan media.

Page 67: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

58

Sebagian umat yang tidak sabar cenderung lebih memilih kekerasan

sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah perbedaan. Jika potensi

perpecahan ini dibiarkan tanpa adanya upaya untuk mengkompromikannya secara

maksimal maka perselisihan antar kelompok dalam Islam akan terus berlanjut,

bahkan dengan kwalitas konflik yang lebih kompleks dan lebih sulit diatasi.

Keterangan dalam tulisan ini adalah tinjauan dari segi tafsir. Akan lebih

baik lagi bila ada pembahasan masalah ini melalui kajian hadis.

Perlu kearifan yang lebih untuk bisa terbebas dari bahaya memecah belah

agama. Akhirnya dari tulisan ini diharapkan adanya kesadaran akan bahaya

perilaku memecah-belah sehingga selalu diwaspadai dan dihindarkan.

Page 68: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Sufyan Raji. Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya. Jakarta: Pustaka al Riyadl, 2007.

Ali ,Maulana Muhammad. Islamologi. Penerjemah R. Kaelan danH.M. Bachrun. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, t.t..

al ‘Asqalânî, Ibnu Hajar. Bulûgh al Marâm min ‘Adillati al Ahkam. Surabaya: Syirkah Bungkul Indah, t.t..

Anshari,Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.

al Azdî, Abu Dawud Sulaiman bin al Asy’ats al Sijistani. Sunan Abi Dawud. Cairo: Darul Hadis, 1999.

Baraja,Abdul Qadir. Gambaran Global Pemerintahan Islam. Surabaya: Penerbit RAP, 2001.

Blog Bimas Islam.“Menag Instruksikan Bangun Sinergi Pusat dan Daerah.” Artikel diakses pada 8 Juni 2010 dari bimasislam.com.

Buchari,Didin Saefuddin. Pedoman Memahami al Qur’an. Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005.

al Bukhari, Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim. al Jami’ al Shahih al Bukhari. Beirut: Dar al Fikr, 1981.

Dagun, Save M.. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka, 2007.

Fahmi, Rival-Okezone. “Pulang-Kampanye-Massa-PKS-PPP-Bentrok.” Artikel diakses pada Minggu, 3 Maret 2009 dari http://news.okezone.com

al Fauzan, Sholeh bin Fauzan ‘ Abd Allah. Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Penerjemah Abu Aasia. Jakarta: Megatama, t.t.

al Ghari, Zamihan Mat Zin. Salafiyah Wahabiyah Suatu Penilain. Selangor: Tera Jaya Enterprise, 2001.

al Ghazali, Muhammad. Islam yang Diterlantarkan. Penerjemah Muhammad Jamaluddin. Bandung : Karisma, 1994.

Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al-Qur’an. Yogyakarta: Insan Madani, 2007.

HAMKA. Prinsip dan Kebijaksanaan Da’wah Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

− − − −. Tafsir al Azhar, v. 8. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998.

Page 69: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

60

− − − −. Tafsir al Azhar, v. 21. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998.

Hashem, O. Syiah Ditolak Syi’ah Dicari. Jakarta: al Huda, 2000.

Hassan, A. Tafsir Qur’an al Furqan Edisi Bahasa Indonesia Mutakhir. Jakarta: Pustaka Mantiq, 2006.

Hendropuspito,D. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

ibn Katsîr,Imâd al Dîn Isma’il ibn ‘Umar. Tafsîr Qur-ân al ‘Azim. Riyad: Dâr ‘Âlam al Kutub, 1997.

Imarah,Muhammad. Islam dan Pluralitas. PenerjemahAbdul Hayyie Al Kattanie. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Jaiz,Hartono Ahmad. Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan. Solo: Wacana Ilmiah Press,2006.

al Jurjânî, ‘Alî ibn Muhammad ibn ‘Alî. al Ta’rîfât. Beirut: Dar al Kitab al ‘Arabî, 1996.

al Jûrjâwî, ‘Alî Ahmad. Hikmah al Tasyrî’ wa falsafatihi. Beirut: Dar al Fikr, 1997.

Lajnah Ilmiah HASMI. Syi’ah Bukan Islam ?. Bogor: Pustaka Marwah Indo Media, 2010.

Leaman,Oliver. Pengantar Filsafat Islam : Sebuah Pendekatan Tematis. Penerjemah Musa Kazim dan Arif Mulyadi. Bandung: Mizan Media Utama,1999.

Majelis Ulama Indonesia. Petunjuk bagi Kerukunan Ummat Islam tentang Kerukunan Hidup antar Umat Beragama. Solo: CV. Ramadhani, 1987.

McInner,William. ”Agama di Abad Duapuluh Satu.” Jurnal Ulumul Qur’an, v. II, no.5(1990), h.79-80.

Majelis Ulama Indonesia. Petunjuk bagi Kerukunan Ummat Islam tentang Kerukunan Hidup antar Umat Beragama. Solo: CV. Ramadhani, 1987.

Ma’luf,Louis. Munjid; fi al lughah. Beirut: al Matba’ah al Kâtûlîkiyyah 1960. Beirut: Reprint, Dar el- Machreq Sarl, 1986.

Miftahuzzaman. Solusi Krisis Islam Politik atau Jamaah Islam. Solo: CV. Aneka, 2000.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

al Maqdisî, Faidu Allah al Hasanî. Fathu al Rahmân li Talibi al Qur-ân. Indonesia: Maktabah Dahlân, t.t..

Muslim, Abu al Husain.Shahih Muslim. Beirut: Dar al Fikr, 1992.

Page 70: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

61

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I-II. Jakarta: UI-Press,1986.

− − − −. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI-Press, 1986.

News, ANTARA. “ Rumah Jamaah Salafi Diserang.” Artikel diakse pada senin, 23 Pebruari 2009 dari http://www.ANTARA.com.

Poerwadarminta,W.J.S.. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2006

Qardhawi, Yusuf. Karakteristik Islam:Kajian Analitik. Penerjemah Rofi’ Munawar. Surabaya: Risalah Gusti,1995.

− − − −. Yusuf. Membedah Islam “Ekstrem”. Penerjemah Alwi A.M.. Bandung: Mizan,2001.

ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu: Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.

− − − −. Pengantar Hukum Islam.Jakarta: bulan Bintang, 1994.

− − − −. Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1995.

− − − −. Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.

− − − −. Sejarah Perkembanagn Hadits. Jakarta: Bulan Bintang,, 1973.

Simarmata,Margawati Rahayu.” Sembilan Putra Terbaik Terima Gelar Pahlawan Nasional.” Artikel diakses pada Minggu, 3 Maret 2009 dari http://inilah.com

Sou’yb, Joesoef. Agama-Agama Besar di Dunia. Jakarta: Al Husna Zikra, 1996.

Suneth, A. Wahab dan Syarifuddin Djosan. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia Baru .Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2000.

Surabaya, detik>> News Jatim. “ Rebutan Lahan, anggota FPI Nyaris Bentrok dengan Warga.” Artikel diakses Jum’at, 12 Juni dari http://m.detik.com.

al Syahrastani, Abu al Fath Muhammad ‘Abdu al Karim, al Milal wa Al Nihal. Beirut: Dar al Fikr,t.t.

Syamsu, As. Muhammad. Ulama Pembawa Islam di Indonesia. Jakarta: Penerbit Lentera, 1996.

Thaha, Idris, ed. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Tim Penulis. Biografi K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern. Ponorogo: Gontor Press, 1996.

Page 71: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

62

al Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surat, Sunan al Turmuzi. Beirut: Dar al Fikr,1980.

Yatim,Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al Qur’an. Al Qur’an dan Terjemahnya. Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd, 1426 H.

Zainu, Muhammad bin Jamil. Jalan Golongan yang Selamat. Penerjemah Ainul Haris Umar Arifin Thayib. Jakarta: Yayasan al Sofwa, 2003.

Page 72: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

63

LAMPIRAN

Page 73: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

64

Page 74: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

65

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 27 Januari 1965

SEKRETARIS NEGARA,

MOHD. ICHSAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1965 NOMOR 3

Page 75: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

66

Page 76: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

67

Page 77: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

68

Page 78: PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1176/1/98463...Persaingan yang tak pernah usai, tidak hanya menyebabkan ... MA.,

69

PASAL 5

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2726