PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di...

103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT TETAP AKIBAT GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: Imaduddien Sobri G0106008 Pembimbing: 1. Dra. Salmah Lilik, M. Si 2. Tri Rejeki Andayani, S. Psi, M. Si PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di...

Page 1: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA

DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT

TETAP AKIBAT GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh:

Imaduddien Sobri

G0106008

Pembimbing:

1. Dra. Salmah Lilik, M. Si

2. Tri Rejeki Andayani, S. Psi, M. Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Dukungan Emosional Keluarga dengan

Penerimaan Diri Pada Penyandang Cacat Tetap Akibat

Gempa Bumi Di Kabupaten Bantul

Nama Peneliti : Imaduddien Sobri

NIM : G0106008

Tahun : 2006

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada

Hari: Kamis, tanggal 08 Desember 2010

Pembimbing Utama

Dra. Salmah Lili, M. Si.

NIP. 194904151981032001

Pembimbing Pendamping,

Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si.

NIP. 197401091998022001

Koordinator Skripsi,

Rin Widya Agustin, M. Psi.

NIP. 197608172005012002

Page 3: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:Hubungan antara Dukungan Emosional Keluarga dengan Penerimaan Diri pada

Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul

Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji SkripsiProdi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari :Tanggal :

1. Pembimbing I (________________)Dra. Salmah Lilik, M. Si.NIP. 194904151981032001

2. Pembimbing II (________________)Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si.NIP. 197401091998022001

3. Penguji I (________________)Dra. Machmuroch, M. S.NIP. 195306181980032002

4. Penguji II (________________)Nugraha Arif Karyanta, S. Psi.NIP. 197603232005011002

Surakarta, ________________

Koordinator Skripsi,

Rin Widya Agustin, M. Psi.NIP. 197608172005012002

Ketua Pengelola,

Drs. Hardjono, M. Si.NIP. 195901191989031002

Page 4: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Tidak ada seorangpun yang mampu merubah dunia dengan kekuatannya,

yang dapat dilakukan adalah berdamai dengan kenyataan yang kita dapati.

(Penulis)

“Tuhan, karuniakanlah diriku ketentraman batin

untuk dapat menerima hal-hal yang takkan mungkin kuubah,

keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah,

dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya”

(Barry Spilchuk)

Page 5: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, penulis

persembahkan karya sederhana ini kepada :

Ibu dan Bapak tercinta atas keikhlasan dan

kesabarannya.

Adik-adik penulis, atas motivasinya

Page 6: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan

segala rahmat, hidayah dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan karya sederhana ini. Satu hal yang penulis sadari, bahwa

terselesaikannya penulisan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus,

penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Drs. Hardjono, M. Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Suci Murti Karini, M. Si. selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan selama penulis belajar

3. Dra. Salmah Lilik, M. Si. selaku pembimbing utama yang telah berkenan

memberikan pengarahan, saran serta petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tri Rejeki Andayani, S. Psi., M. Si. selaku pembimbing pendamping yang

telah berkenan memberikan pengarahan, petunjuk dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Machmuroch, M. S. yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan

pengarahan, petunjuk dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Nugraha Arif Karyanta, S. Psi. yang telah bersedia meluangkan waktu

memberikan pengarahan, petunjuk dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Studi Psikologi yang telah

memberikan ilmu dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Drs. Sulistiyo, S.H., CN., M. Si. selaku Kepala Dinas Sosial Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti.

Page 7: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Deabby S. Psi. selaku Kepala Pendampingan Pusat Rehabilitasi Terpadu

Penyandang Cacat Pundong, Bantul, Yogyakarta, atas segala pelayanan dan

bimbingannya.

10. Seluruh klien PRTPC yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan

atas keceriaan yang telah kita ukir bersama.

11. Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

12. Ibunda Dra. Wahyuningsih dan Ayahanda Drs. Umar Sobri yang kusayang

dan hormati atas segala cinta kasih, dukungan, pengorbanan dan doa untuk

penulis sehingga dapat menyelesaikan kuliah hingga selesai.

13. Adik-adikku Izuddien dan Inase yang senantiasa memberi motivasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku Dika, Eli, Candra, Redy, Akbar, Wildan, Burhan, Prehaten,

Gendig dan kawan-kawan Psikologi 2006 yang selalu memberikan keceriaan

di tiap langkah.

15. Kawan-kawan BEM FK UNS 2007, BEM FK UNS 2008 dan Dewan

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS 2009 yang telah berjuang bersama

dalam segala langkah.

16. Kawan-kawan Yayasan Psikologi Bina Asih Yogyakarta yang telah

memberikan dorongan, semangat, dan kelonggaran sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan

sumbangan dan manfaat khususnya bagi perkembangan dunia psikologi serta

tidak terhenti pada penelitian ini saja. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 8: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGADENGAN PENERIMAAN DIRI PADA PENYANDANG CACAT

TETAP AKIBAT GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL

Imaduddien Sobri

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Gempa Bumi tanggal 27 Mei 2006 mengguncang Daerah IstimewaYogyakarta dan sebagian Jawa Tengah dengan pusat di Kabupaten Bantul, DaerahIstimewa Yogyakarta menyisakan duka yang mendalam bagi para korban,sebagian di antaranya mengalami kecacatan tetap. Banyak di antara korban yangkini menyandang kecacatan tetap belum dapat menerima diri. Salah satu faktoryang membantu penyandang cacat tetap menerima diri adalah dukungan sosial,terutama dari keluarga. Aspek yang paling mendasar dari dukungan sosial adalahdukungan emosional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah adahubungan antara dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri padakorban gempa bumi di Kabupaten Bantul yang mengalami kecacatan permanen”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan emosionalkeluarga dengan penerimaan diri penyandang cacat tetap akibat gempa bumi diKabupaten Bantul. Hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara dukunganemosional keluarga dengan penerimaan diri penyandang cacat tetap akibat gempa.

Populasi penelitian ini adalah seluruh penyandang cacat tetap akibatgempa di Kabupaten Bantul yang jumlahnya tidak dicatat secara pasti, namunmenurut data Departemen Sosial Kabupaten Bantul, diperkirakan berjumlah 300orang. Sampel yang digunakan adalah penyandang cacat tetap yang menjalanirehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat, Pundong, Bantul,Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 30 orang. Sampling yang digunakanpurposive insidental sampling. Metode pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat dan Skala DukunganEmosional Keluarga. Analisa data menggunakan analisis regresi sederhana.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisienkorelasi (r) sebesar 0,527; p = 0,003 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yangsignifikan antara dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diripenyandang cacat tetap. Sumbangan efektif dukungan emosional keluargaterhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap sebesar 27,8%. Kesimpulanyang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikanantara dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri penyandang cacattetap. Artinya, semakin tinggi atau banyak dukungan emosional keluarga yangdiperoleh, maka akan semakin tinggi penerimaan diri penyandang cacat tetapakibat gempa bumi di Kabupaten Bantul.

Kata kuci: dukungan emosional keluarga, penerimaan diri penyandang cacat tetap

Page 9: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN FAMILY EMOTIONAL SUPPORT ANDSELF ACCEPTANCE OF PERMANENT DISABLED DUE TO

EARTHQUAKE IN BANTUL

Imaduddien Sobri

PSYCHOLOGY DEPARTEMENT, MEDICAL FACULTYSEBELAS MARET UNIVERSITY, SURAKARTA, INDONESIA

May 27, 2006 an earthquake with epicentrum at Bantul, Yogyakarta hasdevastated Yogyakarta Central Java region. The earthquake leaves great sorrowsfor the victims, much of them become permanent disabled, and until now, any ofthem can’t accept their disabilities. A factor which increase self acceptance wassocial support, especially from their family as their significant other, and the basicaspect of social support is emotional support. Fomulation of the problem in thisresearch is: “Is there any correlation between family emotional support and selfacceptance of permanent disabled?” Our objectives was to examine correlationbetween family emotional support and permanent disabled’s self acceptance of theearthquake victims. Our hypothesis was there are a positive correlation betweenfamily emotional support and permanent disabled’s self acceptance.

This research use every victims of May 27 2006 who was permanentlydisabled and live in Bantul, Yogyakarta (approximately 300 people). Thisresearch use purposive incidental sampling, with 30 attendant of “PusatRehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat” (Integrated Rehabilitation Centrum forDisabled), Pundong, Bantul, Yogyakarta, as sample. Data taken by Disabled’sSelf Acceptance Scale and Family Emotional Support Scale. Data analyzed withsimple regression analysis.

This research result correlation coefficient (r) = 0,527; p = 0,003 (p<0,05),means there are a significant positive correlation between family emotionalsupport and permanent disabled’s self acceptance. Family emotional supportcontribute 27,8% factor of permanent disabled’s self acceptance. The conclusionsis there are a positive correlation between family emotional support and selfacceptance of permanent disabled. That means more family emotional supportaccepted, increase the self acceptance of permanent disabled.

Keyword: family emotional support, self acceptance of permanent disabled

Page 10: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN MOTTO v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian 11

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri Penyandang Cacat 12

1. Pengertian Penerimaan Diri Penyandang Cacat 12

2. Pentingnya Penerimaan Diri pada Penyandang Cacat 18

3. Tahap-Tahap Penerimaan Diri pada Penyandang Cacat 20

4. Ciri-Ciri Individu yang Menerima Diri 27

5. Aspek-Aspek Penerimaan Diri 30

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri 36

B. Dukungan Emosional Keluarga 43

1. Pengertian Dukungan Emosional Keluarga 43

2. Aspek-Aspek dalam Dukungan Emosional 44

Page 11: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Hubungan Antara Dukungan Emosional Keluarga dengan Penerimaan Diri

Penyandang Cacat 47

D. Kerangka Pemikiran 50

E. Hipotesis 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian 53

B. Definisi Operasional Variabel 53

C. Populasi, Sampel dan Sampling 55

D. Teknik Pengumpulan Data 57

E. Metode Analisis Data 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian 63

1. Orientasi Kancah Penelitian 63

2. Persiapan Penelitian 65

3. Uji Validitas dan Reliabilitas 69

B. Pelaksanaan Penelitian 76

C. Hasil Analisis Data Penelitian 77

1. Deskripsi Responden Penelitian 77

2. Deskripsi Statistik 77

3. Uji Asumsi 80

4. Uji Hipotesis 81

D. Pembahasan 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 88

B. Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 90

LAMPIRAN 94

Page 12: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Blue Print Skala Penerimaan Diri 58

Tabel 2: Blue Print Skala Dukungan Emosional 60

Tabel 3: Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penerimaan Diri

Penyandang Cacat 70

Tabel 4: Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat

Setelah Uji Coba 72

Tabel 5: Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Emosional

Keluarga 74

Tabel 6: Distribusi Aitem Skala Dukungan Emosional Keluarga Setelah

Uji Coba 75

Tabel 7: Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Usia 77

Tabel 8: Deskripsi Statistik Data Penelitian 78

Tabel 9: Kriteria Kategorisasi Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap 79

Tabel 10: Kriteria Kategorisasi Dukungan Emosional Keluarga 79

Tabel 11: Hasil Uji Normalitas 80

Tabel 12: Rangkuman Hasil Uji Linearitas 81

Tabel 13: Hasil Regresi Linear Sederhana Dukungan Emosional Keluarga

dan Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap 82

Page 13: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I: Skema Penerimaan Diri Menurut Glaser (1966) 20

Gambar II: Kerangka Konseptual Pemikiran 52

Page 14: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Alat Ukur Penelitian

Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat dan Skala Dukungan

Emosional Keluarga 96

B. Data Uji Coba dan Penelitian Alat Ukur Penelitian

1. Data Hasil Uji Coba Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat 104

2. Data Penelitian Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat 105

3. Data Hasil Uji Coba Skala Dukungan Emosional Keluarga 106

4. Data Penelitian Skala Dukungan Emosional Keluarga 107

C. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

1. Hasil Uji Validitas Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat 109

2. Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Emosional Keluarga 115

3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat 120

4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Emosional Keluarga 122

D. Analisis Data Penelitian

1. Hasil Uji Normalitas 125

2. Hasil Uji Linearitas 126

3. Hasil Deskriptif dan Distribusi Frekuensi 128

4. Hasil Analisis Uji Regresi Linear Sederhana 129

E. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ProdiPsikologi FK UNS 132

2. Surat Pemberitahuan Penelitian Bakesbangpol Linmas Jateng 133

3. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari Bakesbang Linmas DIY 135

4. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Sekretariat Daerah DIY 136

5. Nota Dinas dari Dinas Sosial Propinsi DIY 137

6. Surat Tanda Bukti Penelitian dari Dinas Sosial DIY 138

Page 15: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gempa bumi yang mengguncang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dan Jawa Tengah pada hari Kamis 27 Mei 2006 telah lama berlalu menyisakan

kenangan pahit bagi para korbannya. Gempa bumi berkekuatan 5.9 skala Richter

yang berpusat di Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul ini telah memporak-

porandakan beberapa kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Jawa Tengah. Gempa bumi ini juga memakan banyak korban, terhitung sebanyak

6.234 warga meninggal dunia dan lebih dari 50.000 warga lainnya mengalami

luka-luka, baik luka ringan, sedang, hingga berat (http://www.wikipedia.org).

Banyak di antara korban luka pada gempa bumi Yogyakarta mengalami kecacatan

permanen. Tingkat kecacatan tersebut bermacam-macam, mulai dari kehilangan

anggota gerak, kehilangan anggota badan, infeksi menetap pada anggota badan,

hingga kelumpuhan total. Para korban gempa bumi tersebut sebagian besar juga

kehilangan tempat tinggal, terhitung lebih dari 1,3 juta jiwa kehilangan tempat

tinggal mereka (IOM Indonesia Newsletter, Agustus 2006).

Kabupaten Bantul sebagai kabupaten yang mengalami kerusakan paling

parah dalam bencana gempa bumi tanggal 27 Mei 2006 juga menjadi kabupaten

dengan jumlah korban paling banyak. Data dari Kabupaten Bantul tercatat

sebanyak 3.098 korban meninggal dunia dan 6.437 korban mengalami luka berat

yang diperkirakan akan mengalami kecacatan seumur hidupnya dan lebih banyak

Page 16: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lagi korban yang mengalami luka sedang yang diperkirakan akan mengalami

kecacatan sementara (http://www.atmajaya.ac.id).

Bagi banyak korban yang selamat dari maut pada kejadian tersebut,

menerima kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan banyak hal akibat Gempa

bumi sangatlah menyakitkan dan sulit diterima. Kehilangan rumah, harta benda,

sanak saudara, dan bahkan bagi sebagian orang harus menerima kenyataan bahwa

dirinya harus mengalami kecacatan untuk selamanya merupakan suatu cobaan

yang sangat berat (Akbar dan Afiatin, 2009). Terlebih bagi korban yang

mengalami cacat fisik, selain telah kehilangan sanak saudara dan harta benda,

kecacatan yang dialami juga mengubah keadaan hidup mereka, baik secara fisik

maupun psikologis.

Jumlah penyandang cacat tetap akibat gempa bumi Yogyakarta cukup

banyak. Menurut Harian Suara Merdeka, terdapat 1.500 orang korban gempa

bumi yang harus mengalami kecacatan seumur hidup, dengan jumlah terbesar

adalah korban yang berasal dari Kabupaten Bantul. Data dari Dinas Sosial

Kabupaten Bantul menunjukkan, hingga bulan November 2009 di Kabupaten

Bantul tercatat sekitar 300 warga di Kabupaten Bantul yang masih menjalani

perawatan karena mengalami kecacatan (www.sosial.bantulkab.go.id). Versi lain

menurut data dari Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bantul menyebutkan,

hingga bulan Februari 2010, tercatat 900 warga Kabupaten Bantul yang masih

menjalani fisioterapi di PMI cabang Bantul. Sebagian besar dari jumlah tersebut

mengalami kecacatan permanen, mulai dari tidak sempurnanya keseluruhan atau

sebagian bentuk tubuh, kehilangan sebagian atau keseluruhan organ tubuh,

Page 17: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kehilangan anggota gerak, paraplegia atau kelumpuhan tubuh bagian bawah akibat

terjadi penekanan terhadap sistem saraf pusat akibat fraktur pada tulang belakang,

hingga tetraplegia atau kelumpuhan yang disebabkan cedera pada tulang belakang

yang menyebabkan hilangnya seluruh penggunaan dari semua anggota badan dan

dada yang terutama diakibatkan oleh penekanan terhadap sistem saraf pusat akibat

fraktur pada tulang belakang bagian atas (bagian leher). Sebanyak 20 orang dari

900 orang yang masih menjalani fisioterapi di PMI cabang Bantul rawan depresi.

Hal ini dilihat dari fakta bahwa 20 orang tersebut pernah melakukan percobaan

bunuh diri (http://www.indosiar.com).

Berbagai kecacatan yang dialami oleh korban gempa bumi di Kabupaten

Bantul tersebut mengakibatkan berbagai reaksi. Salah satu kasus yang terjadi

adalah kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kasus bunuh diri atau

percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh penyandang cacat akibat gempa bumi

di Kabupaten Bantul pernah beberapa kali terjadi. Selain kasus bunuh diri atau

percobaan bunuh diri, ada pula penyandang cacat tetap yang berkeinginan kuat

untuk sembuh. Terlalu besarnya keinginan untuk sembuh membuat penyandang

cacat tersebut berusaha mencari jalan untuk sembuh dari kecacatannya dengan

cara-cara tidak ilmiah yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Berikut ini

adalah contoh kasus yang pernah terjadi di Kabupaten Bantul:

Contoh kasus pertama dialami oleh seorang gadis belia berusia 23 tahun

berinisial ”Sum” yang beralamat di Dusun Pandean, Desa Gilangharjo,

Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. ”Sum” yang terpaksa menjalani amputasi

kaki kanan hingga sebatas lutut akibat infeksi patah tulang terbuka yang dia alami

Page 18: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada saat terjadi gempa bumi tanggal 27 Mei 2006. Akibat tidak tahan lagi dengan

kecacatan yang dia derita, pada tanggal 04 Oktober 2006, ”Sum” melakukan

tindakan nekad dengan membakar dirinya sendiri dengan menggunakan bensin.

”Sum” yang ditemukan dalam kondisi luka bakar serius kemudian dilarikan ke

Rumah Sakit Prof. Dr. Sardjito, Yogyakarta (http://www.indosiar.com).

Contoh kasus kedua dialami oleh ”ES”, seorang gadis berusia 26 tahun

yang tinggal di Desa Kranggotan, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Sebelum

terjadi gempa bumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006, “ES” dikenal sebagai

seorang sarjana MIPA yang banyak beraktivitas dan supel dalam pergaulan. “ES”

bahkan bersama dengan kekasihnya telah merencanakan pernikahan yang

sedianya akan segera dilaksanakan. Namun Tuhan berkehendak lain, pada saat

gempa bumi terjadi, “ES” terjatuh dan tertimpa tembok rumahnya sehingga

mengalami patah tulang belakang yang mengakibatkan paraplegia, sehingga “ES”

mengalami kelumpuhan anggota gerak bagian bawah. Kelumpuhan yang dialami

membuat “ES” kehilangan banyak hal yang dahulu dapat dinikmatinya.

Keterbatasan fisik membuat “ES” tidak dapat beraktivitas seperti dahulu,

menganggap dirinya tidak berguna, hingga puncaknya adalah pada saat keluarga

kekasihnya tidak mau menerima keadaan fisiknya sekarang. Merasa kecewa, “ES”

kemudian nekad mencoba untuk bunuh diri dengan cara memotong urat nadi

tangan. Usaha bunuh diri pertama kali gagal karena perawat menemukan “ES”

dalam kondisi bersimbah darah. Tidak puas dengan usaha pertama, “ES” mencoba

melakukan usaha kedua dengan cara yang sama, namun sekali lagi usaha tersebut

gagal karena perawat menemukannya dalam kondisi kritis. Usaha ketiga

Page 19: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan “ES” dengan jalan yang sama, namun mengalami kegagalan karena

diketahui oleh salah seorang kerabatnya.

Contoh kasus yang ketiga dijumpai di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr.

Soeharso, Surakarta, yaitu seorang laki-laki bernama ”S” yang ditinggalkan oleh

istrinya karena ”S” mengalami paraplegia akibat fraktur pada tulang belakangnya.

Istri ”S” menyatakan bahwa akan pergi hingga ”S” bisa berjalan lagi. Keinginan

untuk dapat berkumpul dengan istrinya membuat ”S” melakukan segala cara agar

dapat berjalan kembali. Berbekal informasi dari seorang rekan, ”S” melakukan

terapi bagi dirinya sendiri, yaitu dengan merendam kaki hingga sebatas paha

dengan air hangat. Namun, karena saraf di daerah kaki ”S” sudah tidak dapat

berfungsi lagi, maka ”S” tidak dapat merasakan panas dari air yang digunakannya.

”S” kemudian menambah air panas pada air yang digunakannya. Alhasil, kaki ”S”

mengalami luka bakar grade II dan harus menjalani perawatan di rumah sakit,

sedangkan kelumpuhan yang dialami tidak juga sembuh.

Ketiga kasus yang telah dipaparkan di atas mencerminkan bahwa banyak

di antara penyandang cacat akibat gempa bumi Yogyakarta yang belum dapat

menerima diri. Beberapa penyandang cacat tetap yang belum dapat menerima

kecacatannya ada yang memiliki keinginan yang sangat besar untuk kembali

normal, sehingga melakukan cara-cara yang kurang rasional untuk mencapainya.

Hal ini dapat dilihat dari paparan kasus ketiga. Selain itu, ada pula beberapa

penyandang cacat tetap yang kehilangan harapan hidup, sehingga melakukan

tindakan nekad dengan berusaha mengakhiri hidupnya.

Page 20: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya penerimaan

diri seseorang. Anderson (1959) menyatakan bahwa self acceptance (penerimaan

diri) penting untuk mengintegrasikan tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Menurut

Calhoun dan Acocella (dalam Badaria dan Astuti, 2004), penerimaan diri

merupakan aset pribadi yang berharga karena mempunyai pengaruh terhadap

penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu, sehingga sifat-sifat dalam dirinya

seimbang dan terintegrasi. Orang-orang yang penerimaan dirinya positif, berarti

orang itu mampu memahami dirinya dan menerima kenyataan bahwa dirinya

berbeda dengan orang lain, dalam menerima dirinya sendiri, seseorang harus

dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan kehidupannya. Hal ini sangat

sesuai dengan Hurlock (1974) yang menyatakan bahwa penerimaan diri adalah

faktor utama yang membentuk kepribadian yang sehat.

Penerimaan individu terhadap cacat yang mereka alami berbeda-beda,

dan sering kali tidak sebanding lurus dengan tingkat kecacatannya. Hal ini

dikarenakan sikap-sikap mereka dipengaruhi oleh situasi sosial yang lebih luas.

Setiap individu yang cacat fisik memiliki kebutuhan emosional khusus,

kemampuan bawaan, dan latar belakang pengalamannya sendiri. Jika penyandang

cacat dengan cacat fisiknya diterima oleh orang-orang yang berarti dalam

lingkungannya, maka ini merupakan kesempatan yang baik untuk bisa menerima

cacatnya dan mengatur cara menyesuaikan diri dengan cacatnya. Sebaliknya,

apabila individu tersebut ditolak atau dilindungi secara berlebihan, maka persepsi

terhadap dirinya sendiri berupa kebencian atau perasaan kasihan terhadap diri

sendiri karena kecacatan tersebut (Semiun, 2006). Kepercayaan masyarakat

Page 21: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terhadap kecacatan juga mempengaruhi sikap terhadap penyandang cacat,

misalnya, kecacatan masih dianggap sebagai suatu aib dan memalukan, sehingga

anggota penyandang cacat harus disembunyikan dari penglihatan warga lainnya.

Hal ini menyebabkan penyandang cacat tidak dapat menerima kecacatannya

(Kasim, 2002).

Menurut Semiun (2006), dampak cacat fisik tidak jelas dan langsung,

namun sampai batas tertentu, cacat itu ditentukan oleh hubungan-hubungan

antarpribadi yang dialami oleh orang-orang yang cacat. Dengan kata lain, respon,

sikap, serta perlakuan keluarga dan orang-orang yang penting dalam lingkungan

sangat mempengaruhi reaksi-reaksi tingkah laku individu terhadap cacat fisik

yang dialami.

Reaksi orang-orang di lingkungan penyandang cacat menurut Schuster

dan Ashburn (1992) dapat berupa penolakan (rejection), idealisasi (idealization),

merasa kasihan, dan dapat pula berupa penerimaan secara realistis (realistic

acceptance). Reaksi penolakan terhadap penyandang cacat dapat berupa upaya

menyingkirkan individu penyandang cacat. Cara yang ditempuh seperti

memasukkan penyandang cacat ke yayasan yang mengurusi penyandang cacat,

menitipkan di tempat saudara lain, hingga menelantarkan begitu saja. Reaksi

idealisasi berupa penolakan terhadap kecacatan yang disandang oleh individu

penyandang cacat, dan senantiasa berusaha membuat penyandang cacat tersebut

dapat menjadi normal kembali sesuai dengan keinginan mereka. Reaksi merasa

kasihan termanifestasi dalam memberikan perhatian yang sangat berlebihan

kepada penyandang cacat, hingga mengurangi kewajiban namun menambah hak

Page 22: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang harus diperoleh penyandang cacat. Adapun reaksi penerimaan realistis

termanifestasi dalam sikap memberikan pengarahan menuju kehidupan mandiri

penyandang cacat.

Reaksi penerimaan realistis oleh lingkungan akan berupa sikap-sikap

penerimaan terhadap penyandang cacat. Adapun sikap penerimaan terhadap

penyandang cacat dapat berupa pemberian dukungan sosial yang menurut House

(dalam Smet, 1994) memiliki aspek atau bentuk tertentu. Bentuk atau aspek

tersebut meliputi (1) Dukungan Emosional, mencakup ungkapan empati,

kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; (2) Dukungan

Penghargaan, meliputi ungkapan formal, dorongan untuk maju, serta membantu

seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan

dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri; (3)

Dukungan Instrumental, mencakup bantuan langsung, sesuai dengan yang

dibutuhkan orang lain; (4) Dukungan Informatif, meliputi pemberian nasihat-

nasihat, petunjuk, saran-saran dan umpan balik. House (dalam Corneil, 1998) juga

menilai bahwa dukungan emosional sebagai bentuk yang paling penting dari

dukungan sosial karena merupakan dasar dari ketiga bentuk dukungan yang lain.

Hal ini didapatkan dari kenyataan bahwa aspek-aspek dukungan emosional seperti

perasaan empati, kepedulian, dan kemampuan untuk mendengarkan merupakan

dasar yang nantinya akan menggerakkan orang-orang di lingkungan seorang

individu untuk memberikan aspek-aspek lain dalam dukungan sosial kepada

individu yang bersangkutan.

Page 23: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Reaksi lain yang mungkin ditampilkan oleh orang-orang di lingkungan

penyandang cacat adalah penolakan. Penolakan terhadap penyandang cacat dapat

berupa menyembunyikan penyandang cacat tersebut dari lingkungan,

membedakan hak dan kewajiban penyandang cacat tersebut dengan individu lain

di lingkungannya, hingga membuang penyandang cacat tersebut baik dengan cara

yang halus (menitipkan ke yayasan pembinaan orang cacat) ataupun dengan cara

yang kasar (membiarkan menggelandang, dan lain-lain). Perlakuan orang-orang

tersebut sangat berpengaruh terhadap penerimaan diri sang penyandang

kecacatan, mengingat tidak mungkin seorang penyandang cacat dapat menerima

dirinya dengan kecacatannya jika orang-orang di lingkungannya tidak menerima

kehadirannya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya

dukungan emosional keluarga bagi penyandang cacat tetap. Dukungan emosional

sangat diperlukan untuk mempersiapkan penyandang cacat untuk menghadapi

realita kecacatan yang akan disandang seumur hidupnya. Dukungan emosional

membuat penyadang cacat tetap menjadi lebih mampu menerima diri sehingga

tidak lagi mencari jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya atau mencoba cara-cara

yang irasional yang berbahaya karena keinginan untuk sembuh dari kecacatannya.

Mencermati fenomena yang telah dipaparkan, serta melihat pentingnya dukungan

emosional untuk meningkatkan penerimaan diri penyandang cacat tetap, peneliti

berinisiatif untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara dukungan

emosional keluarga dengan penerimaan diri pada penyandang cacat tetap akibat

gempa bumi di Kabupaten Bantul.

Page 24: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri pada korban gempa bumi di Kabupaten Bantul yang

mengalami kecacatan tetap?

2. Berapakah sumbangan efektif peran dukungan emosional keluarga terhadap

penerimaan diri penyandang cacat tetap akibat gempa bumi di Kabupaten

Bantul?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan emosional keluarga

dengan penerimaan diri penyandang cacat pada korban gempa bumi di

Kabupaten Bantul yang mengalami kecacatan tetap.

2. Untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif dukungan emosional

keluarga terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap akibat gempa bumi

di Kabupaten Bantul.

Page 25: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoritis yang

didapatkan dari peneilitian ini adalah:

1. Manfaat bagi keilmuan Psikologi untuk membuktikan adanya hubungan antara

dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri korban gempa bumi di

Kabupaten Bantul yang mengalami kecacatan permanen.

2. Manfaat bagi dunia penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih pemikiran baru untuk dapat dikembangkan lebih jauh lagi dalam

mengungkap hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri individu penyandang cacat tetap.

Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga seorang penyandang cacat

tetap, agar dapat memberikan perhatian dan perlakuan terutama dari segi

emosional untuk mendukung anggota keluarga yang menyandang kecacatan

tetap dalam mencapai penerimaan diri yang positif.

2. Bagi institusi yang melaksanakan rehabilitasi kepada penyandang cacat agar

dapat merancang berbagai pendekatan khususnya yang berbasis pemberian

dukungan emosional dengan pemberdayaan masyarakat agar dapat membantu

penyandang cacat tetap mencapai penerimaan diri yang positif.

Page 26: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri Penyandang Cacat

1. Pengertian Penerimaan Diri Penyandang Cacat

Penerimaan diri menurut Corsini (1999) adalah pengakuan atas

kemampuan dan prestasi pribadi, bersama dengan pengakuan dan penerimaan

keterbatasan pribadi. Kurangnya penerimaan diri secara umum dianggap sebagai

ciri utama gangguan emosional. Menurut Rubin (1982), penerimaan diri

merupakan sikap merefleksikan perasaan senang sehubungan dengan kenyataan

pada dirinya. Hal ini sejalan dengan Pannes (dalam Hurlock, 1973), yang

menyatakan bahwa penerimaan diri adalah ungkapan rasa penghargaan yang

ditujukan pada kenyataan diri sendiri. Burns (1985) dan Johnson (1993)

menyatakan bahwa penerimaan diri adalah tidak adanya sikap sinis mengenai diri

sendiri. Chaplin (1999) mengatakan penerimaan diri adalah sikap yang pada

dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat

sendiri, serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan-keterbatasan nya

sendiri.

Sartain (1973) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan kemauan

individu untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan untuk mengakui

keadaan dirinya. Hal ini tidak berarti individu tersebut sudah tidak memiliki

ambisi lagi, melainkan mereka masih memiliki keinginan untuk memperbaiki

keadaan dirinya. Maslow (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992) menyatakan bahwa

Page 27: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, orang yang

menerima diri dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala

kelebihan dan kekurangannya. Orang yang menerima diri bebas dari rasa bersalah,

rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari

kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Perls

(dalam Schultz, 1991) mendefinisikan penerimaan diri berkaitan dengan orang

yang sehat secara psikologis yang memiliki kesadaran dan penerimaan penuh

terhadap siapa dan apa diri mereka.

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 1974), individu yang menerima dirinya

sendiri memiliki keyakinan akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya

tanpa terpaku pada pendapat orang lain. Orang yang menerima dirinya memiliki

perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara

irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari potensi diri yang dimiliki,

merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginan, serta menyadari

kekurangan yang dimiliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

Sheerer (dalam Cronbach, 1963) menyatakan bahwa orang yang menerima

diri adalah orang yang memiliki konsep diri positif, sehingga dapat menerima

keadaan-keadaan yang ada pada dirinya. Konsep diri sendiri menurut Burns

(1985) adalah kesan yang ditangkap oleh seseorang mengenai diri sendiri secara

menyeluruh, yang di dalamnya mencakup persepsi tentang diri sendiri, pendapat

tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat tentang hal-hal yang telah

dicapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang dapat menerima diri

adalah orang yang memiliki kesan positif secara menyeluruh dalam

Page 28: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempersepsikan diri, serta dalam menangkap dan mencerna pendapat orang lain

mengenai dirinya sendiri. Menurut Sheerer, orang yang menerima diri percaya

terhadap kemampuan diri, merasa sederajat dengan orang lain, memiliki orientasi

ke luar diri, bertanggungjawab, berpendirian, menyadari keterbatasan, serta

menerima sifat kemanusiaan.

Allport (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992) menjelaskan bahwa penerimaan

diri merupakan sikap yang positif, yang ketika individu menerima diri sebagai

seorang manusia, maka dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah,

takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain. Ryff (dalam Kail dan

Cavanaugh, 2000) mendefinisikan penerimaan diri sebagai pandangan positif

tentang diri sendiri, mengakui dan menerima segi yang berbeda dari dirinya

sendiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 tentang Usaha Kesejahteraan

Sosial Penderita Cacat menyebutkan bahwa penyandang cacat adalah seseorang

yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik atau mental

yang oleh karenanya merupakan suatu rintangan atau hambatan baginya untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan secara layak. Kecacatan terdiri atas cacat tubuh,

cacat netra, cacat mental, cacat rungu-wicara, dan cacat bekas penyandang

penyakit kronis. Definisi penyandang cacat kemudian dipersingkat dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa Penyandang

Cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang

dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

melakukan kegiatan secara selayaknya. Penyandang cacat terdiri atas penyandang

Page 29: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat ganda. Adapun

penyadang cacat yang akan dibahas di sini adalah penyandang cacat fisik.

Coleridge (1997) mengemukakan definisi kecacatan dengan sudut

pandang sosial. Definisi kecacatan yang diungkapkan oleh Coleridge terutama

merujuk pada kecacatan fisik yang dilihat dari sudut pandang sosial. Menurut

Coleridge, kecacatan terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Impairment (kerusakan/kelemahan)

Impairment merujuk pada ketidaklengkapan atau ketidaknormalan yang

disertai akibat-akibatnya terhadap fungsi tertentu. Sebagai contoh adalah

kelumpuhan di bagian bawah tubuh yang disertai ketidakmampuan untuk berjalan

dengan kedua kaki.

b. Disability/Handicap (kecacatan/ketidakmampuan)

Disability merujuk pada kerugian atau keterbatasan dalam aktivitas

tertentu sebagai akibat faktor-faktor sosial yang hanya sedikit atau sama sekali

tidak memperhitungkan orang yang menyandang kerusakan atau kelemahan

tertentu dan karenanya mengeluarkan orang-orang tersebut dari arus aktivitas

sosial.

Supratiknya (1995) membagi sebab-sebab cacat fisik menjadi dua, yaitu

cacat bawaan atau cacat sejak lahir dan cacat non bawaan. Cacat bawaan atau

cacat sejak lahir merupakan kecacatan yang terjadi sejak individu lahir karena

sebelum proses kelahiran individu sudah mengalami kecacatan atau mungkin juga

kecacatan disebabkan oleh proses yang salah pada saat kelahiran. Cacat non

bawaan adalah cacat yang dialami oleh individu bukan sejak lahir tetapi terjadi

Page 30: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada masa pertumbuhan yang disebabkan oleh penyakit atau trauma (kecelakaan

atau peperangan).

Soenaryo (1995) mengklasifikasikan tingkat kecacatan fisik yang

disandang seorang individu menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Cacat fisik ringan

Seorang individu diklasifikasikan sebagai penyandang cacat fisik ringan

apabila menyandang kecacatan, namun masih dapat mengurus dirinya sendiri dan

belum memerlukan alat bantu untuk melakukan aktivitasnya. Contoh penyandang

cacat ringan adalah individu yang satu tangan atau satu kakinya mengalami

kelayuan, tidak dapat digunakan, atau putus. Contoh lain adalah individu yang

cacat pada salah satu kakinya karena terpotong sampai dengan batas lutut.

b. Cacat fisik sedang

Seorang individu diklasifikasikan sebagai penyandang cacat fisik sedang

apabila menyandang kecacatan yang mengharuskan penggunaan alat bantu seperti

kruk, walker, atau kursi roda untuk dapat menjalani aktivitas sehari-harinya.

Contoh individu yang menyandang cacat fisik sedang adalah individu yang

mengalami kelayuhan pada dua kaki dan satu tangan, kedua kaki putus, dan

sebagainya.

c. Cacat fisik berat

Seorang individu diklasifikasikan sebagai penyandang cacat fisik berat

apabila menyandang kecacatan yang menyebabkan ketidakmampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Individu yang menyandang cacat

fisik berat memerlukan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupannya serta

Page 31: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membutuhkan alat bantu untuk aktivitasnya. Contoh individu yang dikategorikan

sebagai penyandang cacat fisik berat adalah penyandang cacat yang mengalami

paraplegia, tetraplegia, dan kehilangan seluruh anggota geraknya.

Meskipun kami membahas mengenai klasifikasi tingkat kecacatan fisik,

namun dalam penelitian ini, kami hanya akan melakukan penelitian mengenai

hubungan antara dukungan emosional dengan penerimaan diri secara umum saja

tanpa memandang mengenai tingkat kecacatan yang disandang oleh para

responden.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas, dapat dinyatakan bahwa

penerimaan diri adalah kesan positif secara menyeluruh dalam mempersepsikan

diri, serta dalam menangkap dan menerima pendapat orang lain mengenai dirinya.

Orang yang menerima diri memiliki sifat percaya terhadap kemampuan diri,

merasa sederajat dengan orang lain, memiliki orientasi ke luar diri,

bertanggungjawab, berpendirian, menyadari akan keterbatasan diri, serta

menerima sifat kemanusiaan yang dimiliki. Adapun penyandang cacat adalah

orang yang mengalami ketidaklengkapan atau ketidaknormalan yang disertai

akibat-akibatnya terhadap fungsi tertentu yang diakibatkan karena faktor bawaan

atau faktor non bawaan. Kecacatan tetap diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu cacat

ringan, cacat sedang dan cacat berat.

Berdasarkan pada paparan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

penerimaan diri pada penyandang cacat adalah kesan positif secara menyeluruh

dalam mempersepsikan diri, serta dalam menangkap dan menerima pendapat

orang lain mengenai keadaan diri sendiri yang dilakukan oleh orang dengan

Page 32: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketidaklengkapan atau ketidaknormalan beserta akibat-akibatnya terhadap

beberapa fungsi tertentu.

2. Pentingnya Penerimaan Diri Pada Penyandang Cacat

Penerimaan diri sangat mempengaruhi tingkat penyesuaian diri seseorang.

Hurlock (1973) menyatakan bahwa semakin seseorang menyukai dirinya, maka

orang tersebut akan semakin menerima dirinya. Semakin tinggi penerimaan diri

seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat penyesuaian dirinya. Hurlock juga

menambahkan bahwa orang yang menerima dirinya akan merasa digunakan,

disukai, dibutuhkan dan secara fundamental merasa berharga. Dalam hal ini

terlihat sekali bahwa penerimaan diri adalah salah satu kunci untuk mencapai

hidup yang bahagia. Hurlock kemudian membagi dampak dari penerimaan diri ke

dalam dua kategori menurut lingkupnya yaitu:

a. Penyesuaian diri

Orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan

kekurangannya. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian

diri yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya, biasanya

memiliki keyakinan diri (self confidence). Selain itu juga lebih dapat menerima

kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang dapat menerima dirinya. Dengan

demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat mengevaluasi dirinya secara

realistis, sehingga dapat menggunakan semua potensinya secara efektif. Hal

tersebut karena individu yang menerima dirinya memiliki anggapan yang realistis

terhadap dirinya, sehingga akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura.

Page 33: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Penyesuaian sosial

Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang

lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk memberikan

perhatiannya pada orang lain, seperti menunjukkan rasa empati. Dengan demikian

orang yang memmiliki penerimaan diri dapat mengadakan penyesuaian sosial

yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri atau merasa

tidak adekuat sehingga mereka itu cenderung untuk bersikap berorientasi pada

dirinya sendiri (self oriented).

Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri karena

penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep diri

dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik

maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu

pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai

dengan realitas.

Berdasarkan pada paparan di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan diri

sangat penting bagi penyandang cacat untuk dapat menyesuaikan diri baik di

dalam dirinya sendiri, maupun di dalam pergaulan di lingkungan sosial. Orang

yang dapat menerima diri niscaya akan berusaha untuk melakukan hal-hal yang

realistis agar dapat menyesuaikan diri di dalam pribadi maupun di lingkungan

sosial.

3. Tahap-Tahap Penerimaan Diri Pada Penyandang Cacat

Tahapan penerimaan diri yang dilalui oleh penyandang cacat bervariasi,

ada yang mengalami seluruh tahapan secara berurutan, ada yang mengalami

Page 34: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seluruh tahapan secara tidak berurutan, bahkan ada pula yang tidak mengalami

sebagian tahapan. Secara garis besar diungkapkan oleh Glaser (1966), tahapan

penyesuaian diri penyandang cacat sesuai dengan skema penerimaan diri sebagai

berikut:

Disclosure (Membuka Diri)

Depression (Depresi)

Acceptance (Menerima) Denial (Menolak)

Active Preparation (Persiapan Aktif) Passive Preparation (Persiapan Pasif)

Gambar I: Skema Penerimaan Diri menurut Glaser (1966)

Menurut Glaser, tahapan penerimaan diri seorang penyandang cacat tetap

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pertama: Disclosure (Membuka Diri)

Tahap pertama dalam penerimaan diri penyandang cacat tetap adalah sang

penyandang cacat mengetahui kondisi fisiknya, yaitu bahwa sekarang sang

penyandang cacat tetap tersebut akan mengalami kecacatan permanen.

Penyandang cacat tetap yang mengetahui keadaan fisiknya, kemudian mencari

informasi-informasi mengenai bagaimana kondisi fisik yang dialami, cara

menyembuhkan dirinya (dari kecacatan yang disandangnya), dan informasi-

informasi lainnya.

Page 35: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah membuka diri, seorang penyandang cacat akan mengetahui kondisi

riil mengenai keadaan yang dialami, salah satunya adalah bahwa kecacatan yang

dialami akan disandang seumur hidup. Kondisi ini tentunya sangat mengejutkan

karena tidak ada lagi harapan untuk memiliki tubuh yang sempurna kembali

seperti sedia kala. Hal ini membuat sebagian besar penyandang cacat tetap akan

menjalani suatu tahap atau fase yang disebut sebagai depresi.

b. Tahap Kedua: Depression (Depresi)

Adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ditemui oleh

penyandang cacat tetap yang mayoritas diakibatkan oleh suatu kecelakaan atau

bencana membuat mereka masih berharap bahwa kondisi fisiknya akan kembali

seperti sedia kala. Harapan para penyandang cacat tetap agar dapat kembali

seperti sedia kala merupakan sesuatu yang wajar. Namun, karena kecacatan yang

disandangnya bersifat permanen, maka harapan untuk dapat kembali seperti

semula adalah hal yang mustahil.

Tidak terpenuhinya harapan untuk kembali seperti sedia kala membuat

penyandang cacat tetap mengalami depresi dan tidak mau menerima kondisi fisik

yang dialami. Masing-masing penyandang cacat memiliki karakteristik yang

berbeda, sehingga antara penyandang cacat yang satu dengan yang lain berbeda-

beda dalam melalui tahap depresi ini. Ada penyandang cacat yang melalui tahap

depresi dalam jangka waktu yang singkat, ada yang melalui tahap ini dalam

jangka waktu yang lama, dan bahkan ada penyandang cacat yang tidak melalui

tahap depresi, namun bisa langsung menerima diri.

Page 36: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Tahap Ketiga: Acceptance or Denial (Menerima atau Menolak)

Tahap ketiga penerimaan diri penyandang cacat adalah menerima atau

menolak kecacatan permanen yang disandangnya. Jika seorang penyandang cacat

menolak kondisi kecacatan fisik yang dialami, maka ada beberapa kemungkinan

hal yang akan dialami. Penyandang cacat mungkin akan mengalami depresi yang

berkepanjangan, atau mungkin akan berusaha dengan cara apapun untuk dapat

kembali seperti semula, bahkan dengan cara-cara yang irrasional, bahkan ada pula

yang karena tidak mampu menerima kondisi fisik yang dialami, seorang

penyandang cacat tetap nekad untuk berusaha mengakhiri hidupnya. Hal ini sesuai

dengan contoh kasus yang telah disajikan di bagian pendahuluan.

Apabila seorang penyandang cacat menerima kondisi fisik yang dialami

sekarang, maka ada dua kemungkinan hal yang akan dilakukan oleh penyandang

cacat tersebut. Dua hal tersebut adalah:

1) Active Preparation (Persiapan Aktif), yaitu bersiap-siap menghadapi

kecacatan yang disandangnya dengan cara aktif dalam melakukan latihan

kemandirian, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, aktif dalam bersosialisasi,

dan lain-lain. Hal yang membedakan antara active preparation dengan passive

preparation penyandang cacat yang melakukan active preparation berusaha

untuk melakukan persiapan (seperti belajar menggunakan kursi roda,

mengikuti fisioterapi, mengikuti terapi okupasi) secara aktif, tidak tergantung

pada orang-orang di lingkungannya.

2) Passive Preparation (Persiapan Pasif), yaitu juga melakukan persiapan untuk

menghadapi kecacatan yang harus disandang seumur hidup namun secara

Page 37: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pasif. Perbedaan yang ada jika dibandingkan dengan penyandang cacat yang

melakukan active preparation adalah penyandang cacat yang melakukan

passive preparation masih sangat tergantung oleh orang-orang yang ada di

lingkungannya untuk mau melakukan persiapan, seperti dalam mengikuti

fisioterapi harus diingatkan oleh keluarganya, kurang inisiatif untuk belajar

menggunakan kursi roda, dan sebagainya.

Ahli lain yang menjabarkan mengenai tahapan emosional penyandang

cacat sejak dari tahap krisis hingga tahap penerimaan diri adalah LeMaistre

(1999). LeMaistre menyatakan ada enam tahap yang harus dilalui oleh seorang

penyandang cacat hingga mampu menerima diri. Tahap-tahap tersebut dijabarkan

sebagai berikut:

a. Tahap Krisis

Pada tahap krisis, penyandang cacat merasa menderita dan sangat

ketakutan. Secara fisik maupun psikologis, penyandang cacat akan mengalami

penurunan kemampuan dalam merespons orang lain, disorientasi, dan mengalami

peningkatan kecemasan. Selama masa krisis, dukungan emosional sangat

dibutuhkan oleh penyandang cacat. Tahap krisis dilalui oleh hampir semua pasien

penyandang cacat dengan energi dan perhatian yang difokuskan pada persiapan

fisik dalam menanggapi sakit yang dideritanya, sehingga bertahan adalah

perhatian utama. Selain itu, pasien penyandang cacat dan keluarganya harus

mengatasi rasa takut yang diakibatkan oleh ketidakjelasan nasib atau masa

depannya.

Page 38: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Tahap Isolasi

Ketika sifat akut penyakit telah berkurang, namun pemulihan total tidak

terjadi dan kecacatan menetap, penyandang cacat menyadari bahwa ada begitu

banyak ketidakpastian mengenai masa depan. Penyandang cacat mengalami

kegelisahan, sehingga pada malam hari mengalami kesulitan tidur. Ketidakpastian

masa depan menjadi salah satu serangan besar dalam diri penyandang cacat.

Kecemasan penyandang cacat sering mengakibatkan kekakuan dalam

berhubungan dengan orang lain dan diri sendiri, sehingga penyandang cacat

cenderung mengisolasi diri. Hal ini diakibatkan oleh kepercayaan pasien bahwa

tidak ada orang yang dapat mengerti mengenai kesedihan dan kehilangan yang

dialaminya.

Keluarga sang penyandang cacat mungkin akan merasa marah, takut,

bahkan jijik dengan situasi yang dialami oleh penyandang cacat tersebut. Pada

saat itu, baik penyandang cacat maupun keluarganya kembali ke dalam pikirannya

masing-masing dan kini dihantui oleh pengetahuan bahwa hidup mereka tidak

akan sama seperti sebelumnya lagi. Pada tahap isolasi komunikasi terbuka sangat

penting. Kedua belah pihak tidak boleh saling menyalahkan. Komunikasi harus

dilakukan dengan intensif untuk memecahkan isolasi.

c. Tahap Anger/Kemarahan

Setelah mengetahui keadaan fisik yang sebenarnya, penyandang cacat

merasa marah, cemas, tidak berdaya, merasa bahwa apa yang terjadi pada dirinya

sangat tidak adil, sehingga secara emosional penyandang cacat akan marah, sering

kali target kemarahan adalah pada dirinya sendiri. Kemungkinan yang paling

Page 39: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berbahaya ketika hal ini terjadi adalah penyandang cacat tersebut akan melakukan

percobaan bunuh diri.

Ada dua alasan yang membuat penyandang cacat menjadikan dirinya

sendiri sebagai target kemarahannya. Pertama, tidak mungkin untuk marah kepada

nasib, karena tidak ada lawan eksternal. Kedua, kecacatan yang disandangnya

melahirkan rasa tidak berdaya. Anggapan bahwa kecacatan yang sekarang

disandangya tidak dapat disembuhkan dan itu semua adalah kesalahan

penyandangnya sendiri.

d. Tahap Rekonstruksi

Tahap ini dialami oleh penyandang cacat yang telah merasa jauh lebih

kuat secara fisik dan telah memiliki cukup waktu untuk memulai suatu

keterampilan hidup baru. Pada tahap ini biasanya rasa aman mulai tumbuh, serta

suasana hati lebih bahagia karena penyandang cacat sudah mulai berusaha untuk

menguasai kemampuan-kemampuan baru untuk kehidupannya.

Hal-hal yang direkonstruksi bukanlah hidup seperti yang sebelumnya,

namun perasaan bahwa diri penyandang cacat tersebut adalah seseorang yang utuh

entitas dan kohesif. Rekonstruksi ini memiliki beberapa aspek, seperti

keterampilan baru, dan yang paling penting adalah kekuatan emosional.

e. Tahap Intermitten Depression / Depresi Berulang

Setelah semua tampak lebih cerah bagi penyandang cacat, maka akan ada

keinginan untuk melakukan jeda dalam melakukan aktivitas-aktivitas baru yang

kini dilakukan. Ketika masa jeda atau masa istirahat dilakukan oleh penyandang

cacat, maka akan muncul bayangan mengenai hal-hal yang dahulu sebelum

Page 40: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyandang kecacatan dilakukannya dengan lebih mudah. Bayangan-bayangan

tersebut dapat menghasilkan kesedihan dan keputusasaan, apalagi jika kecacatan

yang disandangya sekarang telah mengakibatkan banyak hal yang kurang

menyenangkan terjadi dalam kehidupan sang penyandang cacat tersebut.

Depresi berulang menggabungkan dua perasaan, yaitu kesadaran akan

hilangnya fungsi yang biasa dilakukan sebelum menyandang kecacatan, dan hal

yang disebut sebagai phantom psyche, yaitu bayangan-bayangan atau khayalan-

khayalan yang muncul seperti bagaimana kehidupan yang seharusnya dilalui

sekarang jika tidak menyandang cacat, atau bagaimana jika sekarang masih

menjalani hidup sebagai manusia normal. Keinginan-keinginan untuk kembali

normal membuat penyandang cacat mengalami depresi yang berulang-ulang. Hal

ini terjadi karena sering kali pada saat senggang, bayangan-bayangan dan

keinginan-keinginan tersebut muncul kembali dan berulang-ulang.

f. Tahap Renewal/Pembaharuan

Ketika masa kesedihan, kehampaan, penyesalan, dan keinginan yang

sangat kuat untuk sembuh kembali telah hilang, telah menguasa teknik

menggunakan kursi roda, dan telah bangga dengan prestasi yang didapatkan, yaitu

dapat menjalani kehidupan mandiri meski menyandang kecacatan, seorang

penyandang cacat mulai memasuki tahap renewal. Hal yang paling terlihat dalam

tahap ini adalah adanya perubahan gaya hidup dan harus adanya keterampilan-

keterampilan baru.

Penyandang cacat yang telah masuk tahap renewal, mampu menerima

keadaan yang dihadapinya sekarang. Penyandang cacat telah menguasai

Page 41: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keterampilan-keterampilan untuk dapat mandiri dengan kondisinya sekarang,

sehingga tidak lagi merasa cemas dengan masa depannya. Secara emosional,

penyandang cacat juga lebih stabil.

Berdasarkan pada teori-teori yang diungkapakan oleh para ahli mengenai

tahapan-tahapan emosional yang dilalui oleh penyandang cacat sebagaimana

dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan emosional seorang

penyandang cacat untuk menuju kepada penerimaan diri sangat berbeda-beda

pada masing-masing orang. Ada orang yang melalui seluruh tahapan emosional

secara berurutan, ada orang yang melalui seluruh tahapan emosional secara tidak

berurutan, dan ada pula orang yang melalui sebagian saja tahapan emosional

tersebut. Tahapan-tahapan emosional yang secara teoretis dilalui oleh seorang

penyandang cacat terdiri atas enam tahapan, yaitu tahap krisis, tahap isolasi, tahap

kemarahan, tahap rekonstruksi, tahap depresi berulang, dan tahap pembaharuan

(yang di dalamnya, penyandang cacat yang bersangkutan telah mampu menerima

dirinya).

4. Ciri-Ciri Individu yang Menerima Dirinya

Penerimaan diri yang dibentuk oleh seorang individu, menurut Schultz

(1991) merupakan suatu hasil dari tinjauan pada seluruh kemampuan diri pribadi

individu tersebut. Hal ini diperjelas oleh Jersild (1963) yang menyatakan bahwa

terbentuknya pengertian tentang arti positif dari kenyataan mengenai kemampuan-

kemampuan diri sendiri diperoleh dengan cara meninjau kemampuan tersebut

berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang sudah ada.

Page 42: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sheerer (dalam Thompson, Gardiner, dan Di Vesta, 1959) menyebutkan

bahwa orang yang menerima dirinya memiliki sejumlah nilai dan patokan dalam

berperilaku. Nilai-nilai tersebut akan membentuk keutuhan pribadi orang

termasuk dalam menerima keadaan dirinya. Sheerer (dalam Cronbach, 1963)

mengungkapkan delapan ciri orang yang menerima dirinya, yaitu:

a. Memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan.

Yakin akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan di sini dapat

berupa percaya terhadap dirinya sendiri, lebih melihat kelebihan daripada

kekurangan yang ada dalam dirinya, serta puas menjadi diri sendiri. Orang yang

menerima dirinya akan berpandangan optimis terhadap masa depan, sehingga apa

yang ada di depannya akan nampak cerah.

b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan

orang lain.

Orang yang menerima dirinya akan memandang bahwa harga dirinya sama

dengan harga diri orang lain di sekitarnya. Hal ini membuat orang yang menerima

dirinya merasa memiliki kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban dengan

orang lain di sekitarnya.

c. Tidak menganggap dirinya abnormal atau aneh dan tidak mengharapkan orang

lain menolak dirinya.

Menerima diri berarti menganggap dirinya sama dengan orang lain, bukan

merupakan suatu anomali yang harus dijauhkan dari komunitas normal. Orang

dengan penerimaan diri yang baik berarti mampu menempatkan diri sebagai

Page 43: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

manusia seutuhnya tanpa memandang dirinya sebagai suatu hal yang ditolak oleh

orang lain.

d. Tidak malu atau hanya senantiasa memperhatikan dirinya sendiri.

Orang dengan penerimaan diri yang baik akan memiliki orientasi diri lebih

ke luar daripada ke dalam dirinya sendiri. Sikap menolong, ramah kepada orang

lain, dan lain-lain dilakukan oleh orang dengan penerimaan diri yang baik. Hal ini

akan membantu orang tersebut untuk lebih diterima secara sosial oleh orang lain.

e. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.

Orang dengan penerimaan diri yang baik berani memikul tanggung jawab

atas akibat dari apa yang telah dia lakukan. Orang dengan penerimaan diri yang

baik cenderung berani mengakui kesalahan yang diperbuat dan berani mengakui

suatu hal yang memang menjadi haknya.

f. Menggunakan norma dirinya sendiri dalam berperilaku.

Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung untuk lebih mengikuti

standar dirinya sendiri daripada bersikap conform terhadap tekanan sosial. Orang

dengan penerimaan diri yang baik cenderung menganggap dirinya memiliki hak

untuk memiliki ide, aspirasi dan pengharapan sendiri.

g. Menerima pujian dan celaan secara objektif.

Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung mampu melakukan

penilaian yang realistik terhadap kelebihan dan kekurangannya. Hal ini juga

terjadi dalam menerima pujian dan celaan. Orang dengan penerimaan diri yang

baik cenderung akan bersikap asertif.

Page 44: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

h. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya atau

mengingkari kelebihannya.

Orang dengan penerimaan diri yang baik cenderung untuk menerima

dirinya dan tidak menyangkal impuls emosinya. Orang dengan penerimaan diri

yang baik cenderung untuk menganggap wajar kekurangan atau keterbatasan

dirinya daripada orang lain, seperti ketika orang lain juga memiliki keterbatasan.

Berdasarkan pada teori mengenai ciri-ciri individu yang menerima dirinya

seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang dapat

menerima dirinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a). Yakin atas

kemampuannya dalam menghadapi kehidupan; (b). Menganggap dirinya sederajat

dengan orang lain; (c). Menganggap dirinya normal dan tidak mengharapkan

orang lain menolak dirinya; (d). Berorientasi ke luar; (e). Bertanggungjawab

terhadap perbuatan yang telah dilakukan; (f). Menggunakan norma-norma diri

sendiri dalam berperilaku; (g). Menerima celaan dan pujian secara objektif; (h).

Tidak menyalahkan diri sendiri atas keterbatasan dan ketidakberdayaan yang

dimiliki.

5. Aspek-Aspek Penerimaan Diri

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 1974), individu yang menerima dirinya

sendiri memiliki keyakinan akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya

tanpa terpaku pada pendapat orang lain. Orang yang menerima dirinya memiliki

perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara

irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari potensi diri yang dimiliki,

Page 45: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginan, serta menyadari

kekurangan yang dimiliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

Secara rinci, Jersild (1963) mengemukakan beberapa poin mengenai aspek

penerimaan diri sebagai berikut :

a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan realistis.

Individu yang memiliki tingkat penerimaan diri yang baik akan berpikir

lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan

orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna

tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan

berbicara secara objektif mengenai dirinya yang sebenarnya.

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekutan diri sendiri dan orang lain realistis.

Individu yang memiliki tingkat penerimaan diri yang baik akan

memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya dengan lebih baik daripada

individu yang tidak memiliki penerimaan diri. Individu tersebut kurang menyukai

jika harus menyia-nyiakan energinya untuk menjadi hal yang tidak mungkin, atau

berusaha menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Ia

pun tidak berdiam diri dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.

Sebaliknya, akan menggunakan bakat yang dimilikinya dengan lebih leluasa.

Individu yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan kekuatan dirinya akan

bersikap baik pula dalam menilai kelemahan dan kekuatan orang lain.

c. Merasa sejajar dengan orang lain.

Seseorang individu yang terkadang merasakan infeoritas atau disebut

dengan infeority complex adalah seseorang individu yang tidak memiliki sikap

Page 46: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penerimaan diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik atas

dirinya. Adapun orang yang menerima diri akan cenderung untuk merasa sejajar

dengan orang lain dan memandang diri secara realistis.

d. Respon realistis atas penolakan dan kritikan

Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namun

demikian ia mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat

mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia berusaha untuk melakukan koreksi

atas dirinya sendiri, ini merupakan hal yang penting dalam perkembangannya

menjadi seorang individu dewasa dan dalam mempersiapkan diri untuk

menghadapi masa depan individu yang tidak memiliki penerimaan diri justru

menganggap kritikan sebagai wujud penolakan terhadapnya. Yang penting dalam

penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar dari pengalaman dan meninjau

kembali sikapnya yang terdahulu untuk memperbaiki diri.

e. Memiliki keseimbangan antara “real self” dan “ideal self”

Individu yang memiliki penerimaan diri akan mempertahankan harapan

dan tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam batas-batas kemungkinan.

Individu ini mungkin memiliki ambisi yang besar, namun tidak mungkin untuk

mencapainya walaupun dalam jangka waktu yang lama dan menghabiskan

energinya. Oleh karena itu, untuk memastikan ia tidak akan kecewa saat nantinya,

ia menyeimbangkan antara ideal self dengan real self.

f. Menerima orang lain.

Apabila seorang individu menyanyangi dirinya, maka akan lebih

memungkinan baginya untuk menyayangi orang lain. Sebaliknya, apabila seorang

Page 47: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individu merasa benci pada dirinya, maka akan lebih memungkinkan untuk

merasa benci pada orang lain. Terciptanya hubungan timbal balik antara

penerimaan diri dan penerimaan orang lain akan berakibat individu yang memiliki

penerimaan diri merasa percaya diri dalam memasuki lingkungan sosial.

g. Berusaha untuk menuruti kehendak, dan menonjolkan diri.

Menerima diri dan menuruti diri merupakan dua hal yang berbeda.

Apabila seorang individu menerima dirinya, hal tersebut bukan berarti ia

memanjakan dirinya, akan tetapi, ia akan menerima bahkan menuntut kelayakan

dalam kehidupannya dan tidak akan mengambil yang bukan haknya dalam

mendapatkan posisi yang menjadi incaran dalam kelompoknya. Individu yang

menerima dirinya tidak akan membiarkan orang lain selangkah lebih maju darinya

dan menggagu langkahnya. Individu dengan penerimaan diri menghargai harapan

orang lain dan meresponnya dengan bijak, memiliki pendirian yang terbaik dalam

berfikir, merasakan dan membuat pilihan, serta tidak hanya menjadi pengikut setia

inisiatif orang lain.

h. Spontanitas dan menikmati hidup

Individu dengan penerimaan diri yang baik mempunyai lebih banyak

keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya, namun terkadang ia kurang

termotivasi untuk melakukan sesuatu yang rumit. Individu tersebut tidak hanya

leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya, akan tetapi juga leluasa untuk

menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya.

Page 48: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i. Aspek moral penerimaan diri: Jujur dalam menerima diri

Individu dengan penerimaan diri yang baik bukanlah individu yang

berbudi baik dan bukan pula fleksibelitas dalam pengaturan hidupnya. Ia memiliki

kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa ia nantinya, dan ia

tidak menyukai kepura-puraan. Individu ini dapat secara terbuka mengakui

dirinya sebagai individu yang pada suatu waktu dalam masalah, merasa cemas,

ragu, dan bimbang tanpa harus menipu diri dan orang lain.

j. Sikap terhadap penerimaan diri positif

Menerima diri merupakan hal peting dalam kehidupan seseorang. Individu

yang dapat menerima beberapa aspek hidupnya, mungkin mengalami keraguan

dan kesulitan dalam menghormati orang lain. Hal tersebut merupakan arahan agar

dapat menerima dirinya. Individu dengan penerimaan diri membangun

kekuatannya untuk menghadapi kelemahan dan keterbatasaannya. Banyak hal

dalam perkembangan seorang individu yang belum sempurna, bagi seseorang

individu akan lebih baik jika ia dapat menggunakan kemampuannya dalam

perkembangan hidupnya.

Ahli lain, yaitu Sheerer (dalam Cronbach, 1963) mengungkapkan adanya

tujuh aspek penerimaan diri, antara lain:

a. Percaya terhadap kemampuan diri

Individu yang menerima diri cenderung mempunyai kemampuan untuk

menghadapi kehidupan sekarang dan yang akan datang, sehingga individu

tersebut percaya bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat membantu dirinya

menghadapi kehidupannya, baik sekarang maupun yang akan datang.

Page 49: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Perasaan sederajat

Individu yang menerima diri menganggap diri sendiri berharga sebagai

manusia yang sama derajatnya dengan orang lain. Perasaan ini akan mengarahkan

individu tersebut untuk merasa sama seperti orang lain, tidak merasa dirinya

menyimpang ataupun istimewa.

c. Orientasi ke luar diri

Individu yang menerima diri akan merasa tidak malu atau self conscious

dalam berperilaku di lingkungannya. Hal ini akan membuat individu yang

bersangkutan lebih memperhatikan dan toleran terhadap orang lain.

d. Bertanggungjawab

Individu yang menerima diri cenderung berani memikul tanggung jawab

atas perilaku yang dilakukannya.

e. Berpendirian

Individu yang menerima diri akan cenderung lebih suka mengikuti

standarnya sendiri daripada bersikap conform terhadap standard-standard yang

diberlakukan oleh orang lain.

f. Menyadari keterbatasan

Individu yang menerima diri tidak menyalahkan diri atas keterbatasan-

keterbatasan yang dimiliki atau mengingkari kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

g. Menerima sifat kemanusiaan

Individu yang menerima diri tidak menyangkal impuls atau emosinya, atau

merasa bersalah karenanya.

Page 50: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah membandingkan antara dua teori mengenai aspek-aspek

penerimaan diri di atas, penulis lebih cenderung menggunakan aspek-aspek

penerimaan diri menurut Sheerer yang berisi: (a) Percaya terhadap kemampuan

diri; (b) Perasaan sederajat; (c) Orientasi ke luar diri; (d) Bertanggungjawab; (e)

Berpendirian; (f) Menyadari keterbatasan; (g) Menerima sifat kemanusiaan.

Aspek-aspek dari Sheerer ini dipilih karena telah mewakili aspek-aspek yang ada

pada teori yang lain, serta lebih mudah dioperasionalkan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (1974), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

penerimaan diri adalah :

a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri.

Pemahaman tentang diri timbul karena adanya kesempatan seseorang

untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang dapat

memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan

intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri sendiri,

maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat

menerima dirinya.

b. Adanya hal yang realistik

Hal yang realistik dalam hal ini timbul jika individu menentukan sendiri

harapannya dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, dan

bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya dengan memiliki

harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan

Page 51: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting

dalam penerimaan diri.

c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan

Ketika seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, namun jika

lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi,

maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai. Sehingga, agar seseorang

dapat menerima dirinya, maka hambatan-hambatan di dalam lingkungannya harus

dihilangkan.

d. Sikap-sikap anggota masyarakat di lingkungan individu yang bersangkutan

menyenangkan

Sikap-sikap anggota masyarakat di lingkungan individu yang

bersangkutan sangat mempengaruhi penerimaan diri individu yang bersangkutan.

Hal yang harus menjadi perhatian adalah tidak mungkin seorang individu mampu

menerima dirinya apabila sikap-sikap anggota masyarakat di lingkungannya

sangat buruk terhadap individu yang bersangkutan.

Sikap anggota masyarakat di lingkungan individu yang bersangkutan

(dalam hal ini adalah penyandang cacat) yang memberikan dukungan-dukungan

terhadap individu yang bersangkutan memiliki peranan penting dalam

pembentukan sikap penerimaan diri.

e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat

Karakteristik orang yang sehat mental salah satunya adalah tidak

mengalami gangguan emosional berat. Tidak adanya gangguan emosional yang

Page 52: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berat akan menciptakan kondisi individu dapat bekerja sebaik mungkin dan

merasa bahagia.

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Keberhasilan yang dialami seorang individu akan dapat menimbulkan

penerimaan diri. Sebaliknya, jika yang dialami individu adalah kegagalan, maka

individu yang bersangkutan akan menolak dirinya sendiri.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Individu yang mengidentifikasikan dengan individu yang memiliki

penyesuaian diri yang baik akan dapat membangun sikap-sikap yang positif

terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik sehingga menimbulkan

penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik. Identifikasi dengan orang

yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan menambah penerimaan sosial

pula.

h. Adanya perspektif diri yang luas

Memiliki perspektif diri yang luas yaitu memperhatikan pandangan orang

lain tentang diri. Perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan

belajar. Usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang

untuk mengembangkan perspektif dirinya.

i. Pola asuh dimasa kecil yang baik

Pola asuh yang dialami oleh seorang individu pada masa kecilnya akan

sangat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan diri yang dimiliki. Seorang anak

yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai individu yang

dapat menghargai dirinya sendiri.

Page 53: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

j. Konsep diri yang stabil

Individu yang memiliki konsep diri yang stabil akan dapat

mengaktualisasikan diri di hadapan orang lain karena memiliki kepercaan diri

yang tinggi. Sedangkan, individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil,

akan sulit menunjukkan pada orang lain, siapa ia yang sebenarnya, sebab ia

sendiri ambivalen terhadap dirinya.

Ahli lain, Jersild (1963), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan diri seseorang antara lain:

a. Usia

Menurut Jersild (1963), penerimaan diri individu cenderung sejalan

dengan usia individu tersebut. Semakin matang dan dewasa seorang individu,

semakin tinggi pula tingkat penerimaan dirinya.

b. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin besar pula

kesempatan individu tersebut dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, dan

kemampuan diri yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kepuasan diri yang dapat

diraih. Dengan semakin tingginya kepuasan diri yang didapatkan, otomatis tingkat

penerimaan diri akan semakin tinggi.

c. Keadaan Fisik

Menurut Fuhrmann (1990), keadaan fisik seseorang akan mempengaruhi

tingkat penerimaan diri. Remaja cenderung lebih mempertimbangkan keadaan

fisik mereka daripada orang yang lebih tua dalam menerima diri, dan wanita lebih

mempertimbangkan keadaan fisik mereka dalam menerima diri daripada laki-laki.

Page 54: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penelitian yang dilakukan oleh Institute of Child Welfare, University of California

mendapatkan data dari 93 anak laki-laki dan 83 anak perempuan. Hasil penelitian

itu menyebutkan bahwa 29 orang anak laki-laki dari total 93 responden anak laki-

laki merasa terganggu oleh keadaan fisiknya, dan lima orang anak laki-laki

mengalami masalah berkaitan dengan penyesuaian diri yang dikarenakan oleh

kondisi fisiknya. Hasil penelitian dari 83 responden anak perempuan

menyebutkan bahwa 38 orang anak perempuan merasa terganggu oleh keadaan

fisiknya, dan 12 orang responden mengaku mengalami masalah penyesuaian diri

yang dikarenakan oleh keadaan fisik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Okoro dkk. (2009), prevalensi

serious psychological distress/SPD (tekanan psikologis serius) yang dialami oleh

orang dewasa yang menyandang kecacatan hampir tujuh kali lebih banyak

dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak mengalami kecacatan (14,1% pada

orang dewasa penyandang cacat dan 1,8% pada orang dewasa normal).

d. Inteligensi

Faktor inteligensi juga mempengaruhi tingkat penerimaan diri yang

dilakukan oleh seseorang. Orang dengan inteligensi yang lebih tinggi akan

cenderung memiliki lebih banyak kemampuan dibandingkan dengan orang dengan

inteligensi yang lebih rendah. Hal ini akan berimbas pada kepuasan individu yang

lebih tinggi, sehingga akan lebih mudah dalam menerima diri.

e. Pola Asuh Orang Tua

Hurlock (1974) menyebutkan bahwa pola asuh demokratik membuat anak

merasa dihargai sebagai manusia dalam keluarga. Anak yang merasa dihargai

Page 55: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai manusia cenderung akan menghargai dirinya sendiri dan memperkirakan

sendiri tanggung jawab yang harus dipikulnya, sehingga ia akan mengendalikan

perilakunya sendiri dengan kerangka aturan yang ia buat dengan berpedoman

pada norma-norma yang ada di masyarakat.

f. Dukungan Sosial

Salah satu faktor faktor yang paling penting dalam membuat seseorang

meneriman dirinya, menurut Hurlock (1973) adalah dukungan sosial, terutama

dari orang-orang yang berpengaruh bagi individu tersebut. Penerimaan diri juga

lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mendapat perlakuan yang lebih

baik dan menyenangkan. Penelitian Okoro dkk, (2009) menemukan bahwa

kurangnya dukungan sosial membuat orang dewasa penyandang cacat lebih rentan

mengalami serious psychological distress (tekanan psikologis serius) jika

dibandingkan dengan orang dewasa penyandang cacat yang mendapatkan

dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya.

Dukungan sosial memiliki beberapa aspek. House (dalam Smet, 1994)

memaparkan aspek-aspek dukungan sosial sebagai berikut:

1) Dukungan emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional akan nampak

dari kualitas dan kuantitas interaksi yang dilakukan oleh orang-orang di

lingkungan dengan penyandang cacat yang bersangkutan. Semakin baik kualitas

dan semakin banyak kuantitas interaksi antara penyandang cacat yang

bersangkutan dengan orang-orang di lingkungannya, maka semakin besar pula

Page 56: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dukungan emosional yang didapatkan oleh penyandang cacat tersebut. Dukungan

emosional memiliki empat aspek, yaitu empati, simpati, kepedulian, dan

perhatian.

2) Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan meliputi ungkapan formal, dorongan untuk maju,

serta membantu penyandang cacat yang bersangkutan untuk melihat segi-segi

positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain. Hal ini

berfungsi untuk menambah penghargaan diri penyandang cacat tersebut.

3) Dukungan instrumental

dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, sesuai dengan yang

dibutuhkan penyandang cacat yang bersangkutan. orang-orang di lingkungan

penyandang cacat mungkin memberikan dukungan instrumental yang berupa alat-

alat yang dapat meningkatkan kemandirian penyandang cacat yang bersangkutan.

4) Dukungan informatif

Dukungan informatif meliputi pemberian nasihat-nasihat, petunjuk,

saransaran dan umpan balik kepada penyandang cacat yang bersangkutan.

Berdasarkan pada paparan teori mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan diri seorang individu yang telah dijelaskan di atas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan

diri seseorang adalah faktor usia, faktor pendidikan, faktor keadaan fisik, faktor

inteligensi, faktor pola asuh orang tua, dan faktor dukungan sosial.

Page 57: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Dukungan Emosional Keluarga

1. Pengertian Dukungan Emosional Keluarga

Telah diungkapkan sebelumnya, bahwa dukungan emosional merupakan

salah satu aspek dari dukungan sosial. Dukungan sosial sendiri didefinisikan

sebagai bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa,

informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa

disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).

Cohen dan Syme (1985) menentukan bahwa dukungan sosial mengacu

pada sejumlah aspek yang berbeda dari hubungan sosial. Dukungan sosial

kadang-kadang didefinisikan secara konseptual atau operasional dalam hal

keberadaan atau kualitas hubungan sosial secara umum, atau jenis tertentu.

Dukungan sosial biasanya juga didefinisikan sebagai isi fungsional dari relasi

sosial. seperti tingkat yang melibatkan arus hubungan mempengaruhi atau

keprihatinan emosional, instrumental atau bantuan nyata, informasi dan

sejenisnya.

Dukungan sosial menurut House (dalam Smet, 1994) memiliki empat

aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan material, dan

dukungan informasional. Aspek yang memiliki peran terpenting di antara keempat

aspek dukungan sosial tersebut adalah dukungan emosional. Hal ini dikarenakan

dukungan emosional adalah dasar bagi ketiga aspek yang lain (Corneil, 2007).

Thoits (1986) mengungkapkan bahwa dukungan emosional dapat berupa

ungkapan rasa simpati, yaitu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh seseorang;

pemberian perhatian yang dapat pula berupa pengalokasian waktu oleh seseorang

Page 58: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk mendengarkan dan didengarkan; kasih sayang yang merupakan kelanjutan

dari rasa simpatik, penghargaan yang dapat berupa penghargaan verbal maupun

non verbal; dan kebersamaan atau keberadaan seseorang yang diberikan kepada

seseorang yang membutuhkan untuk mempertahankan semangatnya.

Corsini (1999) menyatakan bahwa dukungan emosional adalah

penentraman hati, dorongan dan persetujuan yang diterima dari seorang individu

atau kelompok. Dukungan emosional menjadi faktor utama dalam

mempertahankan semangat, dukungan emosional biasa ditemukan dalam

kelompok inspirasional dan juga dalam kegiatan yang dilakukan sendiri, seperti

meditasi, membaca buku, dan berdoa. Ahli lain, yaitu Basavanna (2000)

mendefinisikan dukungan emosional sebagai peneguhan, dorongan, dan

persetujuan yang diterima dari seorang individu atau kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional keluarga merupakan

ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih sayang, penghargaan dan

kebersamaan yang diterima dari seorang atau beberapa orang dalam keluarga

orang yang bersangkutan, dan ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih

sayang, penghargaan dan kebersamaan tersebut menjadi faktor utama dalam

mempertahankan semangat.

2. Aspek-Aspek dalam Dukungan Emosional

Corsini (1999) menyatakan bahwa dukungan emosional memiliki bentuk

seperti penentraman hati, dorongan dan persetujuan. Sedangkan Thoits (1986)

dalam penelitiannya mengungkapkan ada lima aspek dalam dukungan emosional.

Kelima aspek dalam dukungan emosional tersebut adalah:

Page 59: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Ungkapan Rasa Simpati

Simpati berupa kemampuan untuk ikut merasakan perasaan yang dialami

oleh seseorang (Statt, 1998). Ungkapan rasa simpati dapat berupa ungkapan

verbal dan non verbal.

2) Pemberian Perhatian

Pemberian perhatian yang dilakukan oleh seseorang yang memberikan

dukungan emosional dapat berupa pencurahan waktu untuk mendengarkan

(listening) dan didengarkan (listened). Kemampuan seseorang dalam memberikan

perhatian berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain. Demikian pula

dengan model-model atau cara-cara seseorang dalam mengungkapkan

perhatiannya kepada orang lain juga berbeda-beda. Kemampuan orang dalam

melihat dan mengukur perhatian yang diberikan oleh orang lain pun juga berbeda-

beda.

3) Kasih Sayang

Kasih sayang atau dikenal juga sebagai afeksi secara harfiah adalah

semacam status kejiwaan yang disebabkan oleh pengaruh eksternal. Afeksi atau

kasih sayang menjelaskan hubungan dari sekedar rasa simpati atau persahabatan

antara dua orang yang lebih. Pemberian kasih sayang pada masing-masing orang

berbeda dalam cara pemberian dan intensitasnya.

4) Penghargaan

Dukungan emosional yang berupa penghargaan dapat berupa penghargaan

yang diberikan secara verbal, non verbal, maupun dengan penghargaan material.

Page 60: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Meskipun terdapat tiga macam penghargaan (verbal, non verbal dan material),

namun ketiga macam penghargaan tersebut saling berkaitan.

5) Kebersamaan

Dukungan emosional yang berupa kebersamaan diartikan sebagai

keberadaan seseorang ketika orang lain membutuhkannya. Selain keberadaan

ketika dibutuhkan oleh orang lain, kebersamaan yang dimaksud di sini adalah

kebersamaan secara emosional, yaitu mau bersama dalam suka dan duka.

House (1981, dalam Cohen dan Syme, 1985) mengidentifikasikan bahwa

dukungan emosional mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Ungkapan empati

Orang yang mampu memberikan dukungan emosional kepada orang lain

adalah orang yang mengerti apa yang dirasakan dan apa yang kira-kira sedang

dipikirkan oleh orang lain tersebut. Tanpa mengetahui perasaan dan pikirannya,

seseorang tidak akan mampu untuk memberikan dukungan emosional terhadap

orang yang bersangkutan.

2) Kasih Sayang

Pemberian dukungan emosional berarti juga mencurahkan kasih sayang

bagi individu yang bersangkutan.

3) Penghargaan

Pemberian penghargaan yang dilakukan dapat berupa penghargaan secara

verbal maupun secara non verbal. Penghargaan terhadap seseorang merupakan

suatu dukungan yang penting dalam dukungan emosional, karena dengan adanya

penghargaan, eksistensi individu yang mendapatkannya merasa dihargai.

Page 61: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Kebersamaan

Meluangkan waktu untuk bersama-sama, menjadi pendengar yang baik,

dan memberikan feedback terhadap apa yang didengarkan adalah salah satu

komponen dalam dukungan emosional.

5) Perhatian

Perhatian atau attention dapat berupa kemauan untuk mendengarkan

(listening) dan kesediaan untuk didengarkan (listened). Mendengarkan di sini

diartikan sebagai mendengarkan secara empatik, sehingga kita mendengarkan

perkataan orang yang kita berikan dukungan emosional, dan juga memahami apa

yang dirasakan dan juga dipikirkan oleh orang yang bersangkutan.

Berdasarkan pada teori-teori mengenai aspek-aspek dukungan emosional

yang telah diungkapkan di atas, dapat dilihat bahwa aspek-aspek dukungan

emosional antara lain (a). ungkapan rasa simpati; (b). kasih sayang;

(c) penghargaan; (d) kebersamaan; dan (e). pemberian perhatian. Aspek-aspek ini

dipilih oleh penulis karena merupakan aspek-aspek dukungan emosional yang

lebih mudah dioperasionalkan.

C. Hubungan Antara Dukungan Emosional Keluarga

dengan Penerimaan Diri Penyandang Cacat

Seseorang yang tumbuh dan berkembang dengan kondisi fisik yang

sempurna, kemudian karena suatu kecelakaan atau suatu musibah, mengalami

gangguan medis pada suatu anggota gerak yang mengharuskan kehilangan

sebagian anggota gerak tersebut, atau mengalami gangguan medis pada susunan

Page 62: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sistem saraf, yang mengakibatkan tidak dapat menggunakan sebagian atau seluruh

anggota gerak yang dimiliki pasti akan membuat perubahan yang sangat besar

pada kondisi fisik, psikologis dan sosial. Menghadapi kenyataan harus

menyandang kecacatan seumur hidup karena suatu kecelakaan atau musibah

merupakan suatu hal yang sulit.

Rasa frustrasi karena tidak mampu melakukan hal-hal yang dahulu pada

saat masih normal dapat dilakukan, dan kecemasan akan masa depan membuat

individu penyandang cacat tetap sulit untuk menerima keadaan dirinya sekarang.

Rasa frustrasi dan kecemasan yang berlebihan pada akhirnya nanti akan berakibat

pada penolakan terhadap diri sendiri dan kondisi kecacatannya. Namun apabila

individu penyandang cacat dapat mengatasi rasa frustrasi dan kecemasan-

kecemasan yang muncul, maka akan dapat menerima diri dan kondisi

kecacatannya. Kondisi ini dinamakan sebagai penerimaan diri.

Jersild (1963) membahasakan penerimaan diri sebagai kondisi individu

yang menyadari kekurangan yang dimiliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

Individu yang menerima diri menyadari bahwa dirinya memiliki potensi, sehingga

merasa bebas untuk melakukan keinginan dengan tetap memiliki perhitungan

akan keterbatasan yang dimiliki, sehingga tetap memandang diri secara rasional.

Penerimaan diri sangat penting dimiliki oleh penyandang cacat untuk dapat

melanjutkan kehidupannya dengan baik, karena tanpa penerimaan diri, seorang

individu akan mengalami penurunan kualitas hidup.

Seseorang individu dalam melakukan proses penerimaan diri didukung

oleh banyak faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu faktor yang

Page 63: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

paling penting dalam membuat seseorang dapat menerima diri, menurut Hurlock

(1973) adalah dukungan sosial, terutama dari orang-orang yang berpengaruh

(significant others), yaitu adalah keluarga. Aspek yang paling penting dalam

dukungan sosial, menurut House (dalam Corneil, 1998) adalah dukungan

emosional, karena mendasari aspek-aspek yang lain dalam dukungan sosial.

Dukungan emosional memiliki bentuk-bentuk seperti ungkapan rasa

simpati, pemberian perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan kebersamaan.

Semakin besar ungkapan rasa simpati yang didapatkan oleh seorang individu,

maka akan merasa lebih dihargai oleh orang lain, sehingga dapat lebih

menghargai dirinya sendiri. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan

penerimaan diri individu yang bersangkutan. Sebaliknya, jika seorang individu

hanya mendapatkan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan simpati sama sekali

terutama dari keluarganya, maka akan merasa tidak dihargai, sehingga lebih

kesulitan dalam menghargai dirinya sendiri. Hal ini secara tidak langsung akan

mengakibatkan individu yang bersangkutan menolak dirinya sendiri, sehingga

akan mengalami kesulitan dalam menerima diri.

Perhatian, kebersamaan dan kasih sayang yang diterima ikut

mempengaruhi penerimaan diri seorang individu. Semakin besar perhatian, kasih

sayang dan kebersamaan yang didapatkan oleh seorang individu menandakan

bahwa orang-orang di lingkungan sekitarnya menerima keberadaan individu yang

bersangkutan. Hal ini akan berimbas pada meningkatnya keinginan individu yang

bersangkutan untuk menghargai diri dan menerima diri. Demikian pula

sebaliknya, jika seorang individu tidak diperhatikan, diasingkan (tidak diberi

Page 64: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

waktu dan tempat untuk menjalin kebersamaan) dan tidak diberi kasih sayang

oleh orang-orang yang ada di lingkungannya, maka individu yang bersangkutan

akan merasa tidak diterima oleh lingkungannya. Hal ini akan berakibat pada

penolakan terhadap dirinya.

Penghargaan yang diterima oleh seorang individu akan berpengaruh

terhadap penerimaan diri. Semakin besar penghargaan yang diberikan oleh

lingkungan terhadap seorang individu, maka akan semakin mudah pula bagi

individu yang bersangkutan untuk menerima diri. Sebaliknya, jika seorang

individu kurang diberikan penghargaan oleh orang-orang di lingkungannya, maka

individu yang bersangkutan akan lebih sulit dalam menerima dirinya.

Berdasarkan pada paparan di atas, dapat dilihat bahwa dukungan

emosional yang diberikan keluarga terhadap seorang individu pada akhirnya akan

berimbas pada tingkat penerimaan diri individu tersebut. Semakin besar dukungan

emosional yang didapatkan oleh seorang individu, maka akan semakin tinggi pula

tingkat penerimaan diri yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. demikian

pula sebaliknya, semakin kecil dukungan emosional yang didapatkan oleh seorang

individu, maka akan semakin rendah pula tingkat penerimaan diri yang dimiliki

oleh individu yang bersangkutan.

D. Kerangka Pemikiran

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling berpengaruh terhadap

seorang individu. Dukungan terbesar yang paling mempengaruhi seorang individu

kebanyakan berasal dari keluarganya sendiri. Hal tersebut juga berlaku pada

Page 65: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kebanyakan penyandang cacat. Para penyandang cacat yang mengalami

pengurangan atau bahkan kehilangan fungsi tertentu pastinya akan membutuhkan

dukungan-dukungan tertentu dari orang lain, dan pada saat itu, dukungan yang

paling besar adalah dari keluarganya.

Penyandang cacat yang sedang merasakan kehilangan atas fungsi-

fungsinya yang dulu dapat dilakukan pasti membutuhkan dukungan agar dapat

menerima kenyataan bahwa dirinya kini tidak dapat lagi melakukan hal-hal yang

biasa dilakukannya sebelum menyandang kecacatan. Menerima kenyataan bahwa

dirinya tidak mampu melakukan fungsinya adalah hal yang sangat sulit bagi

sebagian besar penyadang cacat. Proses penerimaan diri tersebut harus dimulai

dari diri sendiri dan didukung oleh orang-orang di lingkungan penyandang cacat

yang bersangkutan, yaitu dengan pemberian dukungan. Dukungan yang paling

penting untuk mencapai penerimaan diri menurut Hurlock (1973) adalah

dukungan sosial, dan aspek yang paling penting dari dukungan sosial tersebut,

menurut Corneil, (2007) adalah dukungan emosional.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dinyatakan bahwa semakin besar

dukungan emosional keluarga yang didapatkan oleh seorang penyandang cacat,

maka akan semakin tinggi pula tingkat penerimaan diri yang dimilikinya.

Demikian pula sebaliknya, semakin kecil dukungan emosional keluarga yang

didapatkan oleh seorang penyandang cacat, maka akan semakin rendah pula

tingkat penerimaan diri yang dimilikinya.

Page 66: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar II: Kerangka Konseptual Pemikiran

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ada hubungan positif antara dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri penyandang cacat tetap. Semakin besar dukungan emosional dari

keluarga, maka semakin besar pula tingkat penerimaan diri yang dimiliki oleh

penyandang cacat tetap tersebut.

Dukungan Emosional Keluarga Penerimaan Diri

Page 67: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Penentuan metode dalam suatu penelitian adalah suatu langkah yang

sangat penting dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data merupakan

cara yang dipakai peneliti untuk memperoleh data yang diselidiki. Benar atau

salahnya suatu kesimpulan hasil penelitian sangat ditentukan oleh tepat atau

tidaknya metode penelitian yang digunakan. Hadi (1987) menyatakan bahwa

kesalahan menentukan metode akan mengakibatkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan, sebaliknya semakin tepat metode yang digunakan

semakin baik pula hasil penelitian yang diperoleh.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam peneilitan ini adalah:

Variabel tergantung : Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap

Variabel bebas : Dukungan Emosional Keluarga

B. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan definisi operasional variabel-variabel

penelitian sebagai berikut:

1. Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap

Penerimaan diri penyandang cacat tetap adalah penilaian positif secara

keseluruhan dan realistis terhadap diri sendiri, serta mampu mencerna pendapat

Page 68: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang lain mengenai dirinya secara objektif yang dilakukan oleh seseorang setelah

mengalami kehilangan sebagian fungsinya yang terjadi bukan karena faktor

bawaan. Orang yang menerima diri menyadari akan kekurangan dan kelebihannya

secara realistis. Kesadaran atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki membuat

orang yang menerima diri memiliki sifat percaya pada kemampuan diri sendiri,

merasa sederajat dengan orang lain, memiliki orientasi ke luar diri,

bertanggungjawab atas perbuatannya, berpendirian, serta menerima sifat-sifat

kemanusiaan yang dimiliki.

Pengukuran penerimaan diri yang dimiliki oleh seorang penyandang cacat

dilakukan dengan Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat yang dibuat

berdasarkan aspek-aspek penerimaan diri dari Sheerer (dalam Cronbach, 1963)

yaitu: percaya terhadap kemampuan diri; perasaan sederajat; orientasi ke luar diri;

bertanggungjawab; berpendirian; menyadari keterbatasan; dan menerima sifat

kemanusiaan.. Semakin tinggi skor yang didapatkan oleh seorang responden,

maka semakin tinggi pula penerimaan dirinya, begitu pula sebaliknya, semakin

rendah skor yang didapatkan, maka semakin rendah pula penerimaan diri

responden yang bersangkutan.

2. Dukungan Emosional Keluarga

Dukungan emosional merupakan pandangan atau penilaian individu

terhadap sikap-sikap yang dilakukan oleh lingkungan keluarga seorang individu

yang dapat membuat individu yang bersangkutan mendapatkan semangat baru.

Sikap-sikap tersebut berupa pemberian ungkapan rasa simpati, pemberian

perhatian dan kasih sayang seperti pencurahan waktu, kemauan untuk

Page 69: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendengarkan individu yang bersangkutan, kemauan untuk mengerti harapan dan

keinginan individu yang bersangkutan, serta penghargaan dan kebersamaan yang

diberikan oleh lingkungan individu yang bersangkutan.

Pengukuran dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga individu

yang bersangkutan dilakukan dengan menggunakan Skala Dukungan Emosional

Keluarga yang disusun berdasarkan aspek-aspek dukungan emosional menurut

Thoits (1986) yaitu: ungkapan rasa simpati; pemberian perhatian; kasih sayang;

penghargaan; dan kebersamaan. Semakin tinggi skor yang didapat oleh seorang

individu, maka semakin besar dukungan emosional keluarga yang didapatkannya,

demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin

kecil pula dukungan emosional yang diperoleh oleh individu yang bersangkutan.

C. Populasi, Sampel dan Sampling.

Populasi yang yang diteliti dalam penelitian ini adalah para penyandang

cacat tetap yang diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei

2006 dan berdomisili di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Populasi penyandang cacat tetap akibat gempa di Kabupaten Bantul jumlahnya

tidak dapat dipastikan, namun menurut data yang tercatat oleh Departemen Sosial

Kabupaten Bantul, diperkirakan ada sebanyak 300 orang warga Kabupaten Bantul

yang menyandang cacat tetap akibat gempa bumi tanggal 27 Mei 2006. Usia

penyandang cacat tetap akibat gempa di Kabupaten Bantul sangat bervariasi,

mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Dilihat dari segi sosial

ekonomi, penyandang cacat akibat gempa di Kabupaten Bantul juga bervariasi,

Page 70: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

namun kebanyakan berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Sebagian besar penyandang cacat tetap yang disebabkan gempa tanggal 27 Mei

2006 tersebut diberikan fasilitas pengembangan diri di Pusat Rehabilitasi

Penyandang Cacat Terpadu yang berlokasi di Kecamatan Pundong, Kabupaten

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Arikunto (2002), jika populasi subjek lebih dari 100 orang, maka

dapat diambil sampel antara 10-11% atau 20-21% dari total populasi. Sampel

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang penyandang

cacat yang mengikuti kegiatan pemberdayaan di Pusat Rehabilitasi Penyandang

Cacat Terpadu yang berlokasi di Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Hal ini disesuaikan dengan perhitungan bahwa 30 orang

adalah 10% dari total populasi, yaitu diperkirakan sebanyak 300 orang.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan teknik purposive incidental sampling, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti pada suatu waktu tertentu dapat digunakan

sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui tersebut sesuai dengan kriteria

yang ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2004). Adapun pengambilan sampel

akan dilaksanakan menyesuaikan dengan jadwal pelatihan kerja yang

dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Terpadu yang berada di

Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Pengambilan data dilaksanakan setelah

pelaksanaan kegiatan pelatihan kerja, sehingga diharapkan semakin banyak subjek

penelitian yang dapat ditemui pada saat tersebut.

Page 71: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data.

Suatu penelitian sangat memerlukan perhatian pada segi pengumpulan

data, terutama dalam pengukuran. Metode pengumpulan data adalah suatu cara

yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan diselidiki. Baik

buruknya hasil penelitian sebagian tergantung pada teknik pengumpulan data atau

sifat pengukurannya (Suryabrata, 1991). Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunkan skala psikologis. Adapun skala yang digunakan

dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala penerimaan diri dan skala dukungan

emosional.

1. Skala Penerimaan Diri

Tujuan penggunaan skala ini adalah untuk mengukur tingkat penerimaan

diri responden penelitian. Aspek-aspek yang diukur dalam skala ini adalah tujuh

aspek penerimaan diri berdasarkan Sheerer (dalam Cronbach, 1963). Skala

penerimaan diri ini menggunakan bentuk skala modifikasi dari tipe Likert

Summated Rating (LSR) dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu (R). sehingga,

masing-masing aitem memiliki empat pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S

(sesuai), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian skala bergerak

dari empat sampai satu untuk butir-butir favorable dan satu sampai dengan empat

untuk butir-butir yang unfavorable. Penentuan taraf penerimaan diri yang dimiliki

subjek dapat dilihat dari jumlah skor skala tersebut. Semakin tinggi jumlah skor

yang diperoleh berarti semakin tinggi taraf penerimaan dirinya.

Selanjutnya, blue-print skala penerimaan diri dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut:

Page 72: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1

Blue Print Skala Penerimaan Diri

No Aspek Indikator Favourable

Unfavourable

Jumlah

1 Percayakemampuandiri

1. Percaya dapat hidup mandiri dengankondisi yang dialami

2. Memiliki rencana ke depan dengankondisi yang dihadapi.

3. Optimis dalam menghadapi masa depan4. Mengetahui kemampuan yang dimiliki

13, 22,35, 45

18, 21,23, 56,

8

2 PerasaanSederajat

1. Menganggap diri sederajat dengan oranglain

2. Tidak menganggap diri menyimpang3. Tidak menganggap diri istimewa4. Tidak mengalami hambatan emosional

ketika berkomunikasi

14, 20,36, 44

12, 17,19, 34

8

3 Orientasikeluar diri

1. Tidak malu dalam mengutarakanpendapat

2. Tidak banyak berpikir mengenaikekurangan diri sendiri ketika berada ditengah orang banyak.

3. Tidak menjadi orang yang paranoid ditengah-tengah orang banyak.

4. Lebih memperhatikan orang lain5. Lebih toleransi terhadap orang lain

15, 24,46, 55

7, 33,43, 47

8

4 Bertanggung-jawab

1. Berani bertanggung jawab atasperbuatan yang dilakukan

2. Berpikir mengenai kemungkinan yangterjadi sebelum melakukan perbuatan.

3. Tidak melakukan mekanisme pertahananego ketika harus menghadapi tanggungjawab.

11, 16,25, 54

8, 32,42, 48

8

5 Berpendirian 1. Lebih suka menggunakan norma-normayang dianut daripada harusmenyesuaikan dengan lingkungan

2. Memiliki prinsip yang selalu dipegangteguh

3. Merasa nyaman dengan standard-standardyang dimiliki.

4, 31,49, 51

10, 26,41, 50

8

6 Menyadariketerbatasan

1. Mengakui keterbatasan yang dimiliki2. Puas terhadap keadaan diri3. Rela atas kondisi yang dihadapi4. Tidak menyalahkan siapapun atas

keterbatasan yang dimiliki5. Menyadari kelebihan yang dimiliki

6, 29,38, 52

9, 27,37, 40

8

Page 73: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

No Aspek Indikator Favourable

Unfavourable

Jumlah

7 Menerimasifatkemanusiaan

1. Menyalurkan impuls emosi2. Tidak menyangkal atau merasa bersalah

karena penyaluran emosi3. Memaklumi sifat lupa

1, 5,30, 53

1, 2,28, 39

8

Jumlah Total Aitem 56

2. Skala Dukungan Emosional

Tujuan penggunaan skala ini adalah untuk mengukur frekuensi dukungan

emosional yang diterima oleh individu dari keluarganya. Aspek-aspek yang

diukur dalam skala ini adalah aspek-aspek dukungan emosional menurut Thoits

(1986). Skala Dukungan Emosional menggunakan skala modifikasi dari tipe

Likert Summated Rating (LSR) yang mengukur intensitas skala dukungan

emosional yang diterima individu dengan menghilangkan jawaban kadang-kadang

(K). sehingga, masing-masing aitem memiliki empat pilihan jawaban, yaitu SS

(sangat sering), S (sering), J (jarang), dan TP (tidak pernah).

Klasifikasi respons TP (tidak pernah) berarti individu yang bersangkutan

tidak pernah mengalami. Respons J (jarang) berarti individu yang bersangkutan

mengalami dengan frekuensi maksimal satu kali dalam satu minggu. Respons S

(sering) berarti individu yang bersangkutan mengalami dengan fekuensi antara

dua kali dalam satu minggu hingga satu kali dalam satu hari. Respons SS (sangat

sering) berarti individu yang bersangkutan mengalami dengan frekuensi lebih dari

satu kali dalam satu hari.

Penilaian skala bergerak dari empat sampai satu untuk butir-butir

favorable dan satu sampai dengan empat untuk butir-butir yang unfavorable.

Page 74: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penentuan taraf penerimaan diri yang dimiliki subjek dapat dilihat dari jumlah

skor skala tersebut. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh berarti semakin

tinggi taraf penerimaan dirinya.

Selanjutnya, blue print skala dukungan emosional dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 2

Blue Print Skala Dukungan Emosional

No Aspek Indikator Favourable

Unfavourable

Jumlah

1 Ungkapan RasaSimpati

1. Ikut merasakan perasaan yang dialami2. Memaklumi kondisi yang dialami3. Peneguhan hati

1, 14,38, 40,

46

5, 26,30, 43,

50

10

2 PemberianPerhatian

1. menjadi pendengar yang baik2. menjadi pencerita yang baik3. memperhatikan kegiatan yang dilakukan4. membantu ketika mengalami kesulitan5. memantau kondisi yang dialami

2, 24,34, 39,

47

11, 13,15, 37,

45

10

3 Kasih Sayang 1. menghibur ketika sedih2. kehangatan dan keakraban3. melayani dengan tulus

3, 10,20, 33,

49

9, 16,23, 36,

44

10

4 Penghargaan 4. verbal: memberikan pujian5. non verbal: bangga terhadap prestasi6. material: memberikan reward

6, 12,17, 19,

28

4, 8,22, 32,

42

10

5 Kebersamaan 3. ada ketika dibutuhkan4. mau berbagi dalam suka dan duka5. tetap berkomunikasi meski terpisah

jarak

21, 25,29, 31,

41

7, 18,27, 35,

48

10

Jumlah Total Aitem 50

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Validitas

Sebelum digunakan dalam sebuah penelitian, skala harus diuji

validitasnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah skala psikologi tersebut

Page 75: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Validitas

menurut Azwar (1999) adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan

fungsi ukurnya. Adapun dalam penelitian ini, validitas alat ukur dipenuhi dengan

content validity (validitas isi).

Cara mencari validitas suatu alat pengukur disebut sebagai validasi

(validation), yang pada prinsipnya adalah membandingkan hasil dari pengukuran

faktor dengan suatu kriterium, yaitu suatu ukuran yang telah dipandang valid

untuk menunjukkan faktor yang dimaksudkan (Hadi, 1986). Pengukuran validitas

menggunakan teknik korelasi Product moment dari Pearson. Guna mempermudah

perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 17.0.

2. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada tingkat kestabilan suatu alat ukur dalam

mengukur suatu angka atau untuk menentukan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten atau tidak berubah bila dilakukan pengukuran

kembali terhadap subjek yang sama. Pengujian reliabilitas juga perlu dilakukan

untuk mengetahui apakah skala yang diuji konsisten, dalam artian sejauh mana

hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1999). Pengujian reliabilitas

menggunakan teknik Alpha untuk mengukur reliabilitas antar aitem yang paling

populer dan menunjukkan indeks konsistensi yang cukup sempurna.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung

koefisien Alpha dari tiap-tiap instrumen suatu variabel. Kuesioner dapat

dinyatakan andal apabila dalam pengujian reliabilitas diperoleh nilai Alpha di atas

Page 76: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

0,60 (Azwar, 2004). Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

3. Uji Hipotesis

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencari hubungan antara satu variabel

bebas dan satu variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

dukungan emosional keluarga, dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah

penerimaan diri penyandang cacat tetap. Pelaksanaan analisis data untuk menguji

hipotesis dilaksanakan dengan menggunakan analisis Regresi Linear Sederhana.

Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Page 77: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri penyandang cacat tetap akibat gempa di Kabupaten Bantul

dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat (selanjutnya

disebut PRTPC) yang berlokasi di Dusun Piring, Kelurahan Srihardono,

Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. PRTPC

berdiri pada tahun 2009 dan bernaung di bawah Dinas Sosial Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Sejarah berdirinya PRTPC dikarenakan gempa bumi berkekuatan 5,9 skala

righter pada tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan menelan korban 6.234 jiwa,

dan lebih dari 50.000 warga mengalami luka-luka, mulai dari luka ringan hingga

kecacatan permanen. Banyaknya korban gempa yang mengalami kecacatan

permanen menggugah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

membentuk Satuan Tugas Penanganan Penyandang Cacat Pasca Gempa di bawah

koordinasi Departemen Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hingga

terbentuknya lembaga PRTPC di Pundong, Bantul. PRTPC merupakan pusat

pelayanan dan rehabilitasi terpadu yang meliputi rehabilitasi medis, sosial,

psikologis dan vokasional.

Page 78: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tujuan berdirinya PRTPC adalah meningkatkan kemampuan penyandang

cacat tetap (terutama korban gempa bumi 27 Mei 2006) di bidang sosial,

vokasional, serta mobilitas, sehingga menumbuhkan kemauan dan kemampuan

dalam melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Adapun pelayanan yang tersedia di PRTPC antara lain:

a. pelayanan akomodasi (asrama) bagi penyandang cacat yang mau tinggal di

asrama PRTPC,

b. layanan konsultasi dan pemeriksaan medis,

c. layanan konsultasi sosial,

d. layanan konsultasi psikologis,

e. layanan fisioterapi,

f. layanan vokasional atau pelatihan kerja, dengan materi pokok keterampilan

menjahit, keterampilan komputer, keterampilan desain grafis, keterampilan

kerajinan kulit, keterampilan elektro, dan keterampilan kerajinan perak.

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey awal untuk

mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek. Berdasarkan hasil survey

awal tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Pusat

Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat. Pemilihan institusi tersebut sebagai

lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Jumlah klien yang dapat ditemui di PRTPC cukup untuk dijadikan subjek

penelitian.

Page 79: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Penelitian mengenai hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan

penerimaan diri penyandang cacat tetap belum pernah dilakukan kepada para

klien PRTPC.

c. Ijin untuk melakukan penelitian di institusi yang bersangkutan dapat

diusahakan.

d. Adanya data baik dari PRTPC maupun dari media massa mengenai beberapa

klien PRTPC yang memiliki variasi tingkatan penerimaan diri serta mengenai

kasus yang terjadi karena klien PRTPC yang belum dapat menerima diri

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah persiapan yang berkaitan dengan

perijinan serta penyusunan alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan yang

diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1) Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada

Gubernur Jawa Tengah dengan nomor 786/H 27.1.17.3/TU/2010 dengan

tembusan kepada Kepala Badan Kesbangpol Linmas Provinsi Jawa Tengah

untuk kemudian dimintakan surat pengantar permohonan ijin penelitian

kepada Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 80: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Peneliti mendapatkan surat pengantar permohonan ijin dari Badan

Kesbangpol Linmas Provinsi Jawa Tengah dengan nomor 070/1348

Kesbangpol/2010 yang ditujukan kepada Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan tembusan kepada Kepala Badan Kesbang Linmas

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3) Peneliti mengurus ijin penelitian di Badan Kesbang Linmas Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan surat pengantar dari Badan Kesbangpol

Linmas Provinsi Jawa Tengah dan mendapatkan surat pengantar dari Badan

Kesbang Linmas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nomor

074/0586 Kesbang/2010 yang ditujukan kepada Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan tembusan kepada Kepala Biro Administrasi

Pembangunan

4) Peneliti mengurus ijin penelitian di Biro Administrasi Pembangunan,

Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan mendapatkan

surat keterangan ijin penelitian dengan nomor 070/5294/V/2010 dengan

tujuan kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

5) Peneliti mengurus ijin penelitian di Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dan mendapatkan nota dinas dari Kepala Dinas Sosial Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditujukan kepada Kepala Bidang

Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial.

6) Peneliti menyerahkan nota dinas dari Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dan proposal penelitian kepada Kepala PRTPC Pundong, Bantul

dan menentukan jadwal pelaksanaan penelitian.

Page 81: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7) Setelah mendapatkan jadwal pelaksanaan penelitian di PRTPC, peneliti baru

dapat melaksanakan penelitian.

b. Penyusunan dan uji coba instrumen

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan

diri penyandang cacat dan skala dukungan emosional keluarga. Skala

penerimaan diri penyandang cacat dibuat berdasarkan aspek-aspek penerimaan

diri menurut Sheerer (dalam Cronbach 1963). Sedangkan skala dukungan

emosional keluarga dibuat berdasarkan aspek-aspek dukungan emosional

keluarga menurut Thoits (1986).

Penyusunan skala diawali dengan pembuatan blue print masing-masing

skala. Skala penerimaan diri penyandang cacat terdiri atas 56 aitem yang

mewakili 7 aspek penerimaan diri. Masing-masing aspek diwakili oleh 8 aitem

dalam skala penerimaan diri penyandang cacat. Skala dukungan emosional

keluarga terdiri atas 50 aitem yang mewakili 5 aspek dukungan emosional

keluarga. Masing-masing aspek diwakili oleh 10 aitem dalam skala dukungan

emosional keluarga.

Uji coba dilaksanakan hari Jumat tanggal 01 Oktober 2010 pada pukul

16.00 WIB. Peneliti melaksanakan penelitian dengan cara memberikan skala

kepada responden, yaitu para klien PRTPC setelah menjalani sesi bimbingan

dan konseling mental oleh tim psikologi PRTPC. Hal yang pertama kali

dilakukan, peneliti meminta para responden untuk berkumpul di ruang makan

PRTPC, kemudian peneliti memperkenalkan diri serta memohon bantuan

kepada para responden untuk bersedia mengisi skala yang digunakan dalam

Page 82: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian ini. Setelah seluruh responden bersedia, sementara tim pendamping

dari PRTPC membagikan lembar skala, snack dan ballpoint, peneliti

menjelaskan mengenai petunjuk pengisian skala. Setelah seluruh responden

mendapatkan lembar skala penelitian, peneliti mempersilakan para responden

untuk mengerjakan.

Hambatan yang dialami oleh peneliti pada saat pengambilan data antara

lain:

a. Ada beberapa responden yang buta huruf, sehingga untuk dapat menjawab

skala harus dibacakan masing-masing aitemnya.

b. Terdapat beberapa responden yang menyandang mental deficit sehingga

untuk menjawab skala harus dibacakan dan dijelaskan lebih lanjut.

Hal yang dilakukan peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut

adalah:

a. Bagi responden yang buta huruf, peneliti bersama-sama dengan tim

pendamping PRTPC membantu dengan cara membacakan masing-masing

aitem kepada responden yang bersangkutan.

b. Bagi responden yang mengalami mental deficit, peneliti bersama-sama

dengan tim pendamping PRTPC membantu dengan cara membacakan dan

menjelaskan kepada responden yang bersangkutan. Namun dalam analisis

data, angket responden yang mengalami mental deficit tidak diikutsertakan

dalam perhitungan karena banyaknya aitem yang tidak direspons oleh

responden yang bersangkutan.

Page 83: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Meskipun ada beberapa hambatan seperti yang telah dikemukakan di atas,

namun secara keseluruhan proses uji coba alat ukur ini lancar. Sambil

memberikan respons kepada skala, para responden dipersilakan untuk

menikmati snack yang diberikan oleh peneliti sebagai ucapan terima kasih.

Setelah seluruh lembar skala dikembalikan kepada peneliti, didapatkan ada 35

lembar skala. Dari 35 lembar skala yang kembali kepada peneliti, hanya

terdapat 30 lembar skala yang dapat dianalisis lebih lanjut.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas alat ukur dilaksanakan dengan menggunakan validitas isi

yaitu dengan melihat apakah aitem-aitem dalam skala telah di uji sesuai dengan

blue print-nya (Azwar, 1999). Kemudian aitem-aitem yang dianggap kurang

mengungkap apa yang seharusnya diungkap akan dibuang untuk memperbesar

validitas dan reliabilitas alat ukur.

a. Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat

Berdasarkan hasil analisis, dari 56 aitem yang digunakan dalam uji coba,

didapatkan 40 aitem valid dan 16 aitem gugur. Aitem yang valid mempunyai nilai

corrected item-total correlation bergerak dari 0,460 sampai 0,883 dan koefisien

reliabilitas alpha () = 0,972. Distribusi aitem Skala Penerimaan Diri Penyandang

Cacat yang valid dan gugur adalah sebagai berikut:

Page 84: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3

Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur1 Percaya

kemampuandiri

Percaya dapat hidupmandiri dengan kondisiyang dialamiMemiliki rencana kedepan dengan kondisiyang dihadapi.Optimis menghadapi masadepanMengetahui kemampuanyang dimiliki

35, 13,22,45

21,23,56

18 4

2 PerasaanSederajat

Menganggap diri sederajatdengan orang lainTidak menganggap dirimenyimpangTidak menganggap diriistimewaTak mengalami hambatanemosional ketika sedangkomunikasi

14,20,44

36 12,17,19,34

- 7

3 Orientasikeluar diri

Tidak malu dalammengutarakan pendapatTidak banyak berpikirmengenai kekurangan dirisendiri ketika berada ditengah orang banyak.Tidak menjadi orang yangparanoid di tengah-tengahorang banyak.Lebih memperhatikanorang lainLebih toleransi terhadaporang lain

24,46

15,55

43,47

7,33

4

4 Bertanggung-jawab

Berani bertanggung jawabatas perbuatan yangdilakukanBerpikir kemungkinanyang terjadi sebelummelakukan perbuatan.Menghindari mekanismepertahanan ego ketikaharus bertanggungjawab

11,16,54

25 8,32,42,48

- 7

Page 85: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur

5 Berpendirian Lebih suka menggunakannorma-norma yang dianutdaripada harusmenyesuaikan denganlingkunganMemiliki prinsip yangselalu dipegang teguhMerasa nyaman denganstandard-standard yangdimiliki.

4,31,51

49 26,50

10,41

5

6 Menyadariketerbatasan

Mengakui keterbatasanyang dimilikiPuas terhadap keadaan diriRela atas kondisi yangdihadapiTidak menyalahkansiapapun atas keterbatasanyang dimilikiMenyadari kelebihan yangdimiliki

6,29,38,52

- 9, 27,37,40

- 8

7 Menerimasifatkemanusiaan

Menyalurkan impulsemosiTidak menyangkal ataumerasa bersalah karenapenyaluran emosiMemaklumi sifat lupa

1, 5 30,53

2, 28,39

1 5

Jumlah Total Aitem 40

Selanjutnya peneliti menggunakan 40 aitem yang valid untuk penelitian.

Berikut ini adalah tabel sebaran aitem dengan penomoran baru yang digunakan

dalam penelitian :

Page 86: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri Penyandang Cacat Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Favourble Unfavourable Jumlah

1 Percayakemampuandiri

Percaya dapat hidupmandiri dengan kondisiyang dialamiMemiliki rencana kedepan dengan kondisiyang dihadapi.Optimis menghadapi masadepanMengetahui kemampuanyang dimiliki

35(25), 21(15),23(16),56(40)

4

2 PerasaanSederajat

Menganggap diri sederajatdengan orang lainTidak menganggap dirimenyimpangTidak menganggap diriistimewaTak mengalami hambatanemosional ketika sedangkomunikasi

14(10),20(14),44(32)

12(9),17(12),19(13),34(24)

7

3 Orientasikeluar diri

Tidak malu dalammengutarakan pendapatTidak banyak berpikirmengenai kekurangan dirisendiri ketika berada ditengah orang banyak.Tidak menjadi orang yangparanoid di tengah-tengahorang banyak.Lebih memperhatikanorang lainLebih toleransi terhadaporang lain

24(17),46(33)

43(31),47(34)

4

4 Bertanggung-jawab

Berani bertanggung jawabatas perbuatan yangdilakukanBerpikir kemungkinanyang terjadi sebelummelakukan perbuatan.Menghindari mekanismepertahanan ego ketikaharus menghadapi

11(8),16(11),54(39)

8(6), 32(23),42(30),48(35)

7

Page 87: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tanggung jawab.No Aspek Indikator Favourble Unfavourable Jumlah5 Berpendirian Lebih suka menggunakan

norma-norma yang dianutdaripada harusmenyesuaikan denganlingkunganMemiliki prinsip yangselalu dipegang teguhMerasa nyaman denganstandard-standard yangdimiliki.

4(3) ,31(22),51(37)

26(18),50(36)

5

6 Menyadariketerbatasan

Mengakui keterbatasanyang dimilikiPuas terhadap keadaan diriRela atas kondisi yangdihadapiTidak menyalahkansiapapun atas keterbatasanyang dimilikiMenyadari kelebihan yangdimiliki

6(5), 29(21),38(27),52(38)

9(7), 27(19),37(26),40(29)

8

7 Menerimasifatkemanusiaan

Menyalurkan impulsemosiTidak menyangkal ataumerasa bersalah karenapenyaluran emosiMemaklumi sifat lupa

1(1) , 5(4) 2(2) ,28(20),39(28)

5

Jumlah total aitem 40keterangan :

angka dalam tanda kurung (...) adalah distribusi sebaran nomor aitem yang baru

dalam skala.

b. Skala Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil analisis, dari 50 aitem yang digunakan dalam uji coba,

didapatkan 38 aitem valid dan 12 aitem gugur. Aitem yang valid mempunyai

nilai corrected item-total correlation bergerak dari 0,467 sampai 0,889 dan

Page 88: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

koefisien reliabilitas alpha () = 0,965. Distribusi aitem Skala Dukungan

Emosional Keluarga yang valid dan gugur adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Emosional Keluarga

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable JumlahValid Gugur Valid Gugur

1 UngkapanRasa Simpati

Ikut merasakan perasaanyang dialamiMemaklumi kondisi yangdialamiPeneguhan hati

1,14,38,40,46,

- 5, 43,50

26,30

8

2 PemberianPerhatian

Menjadi pendengar yangbaikMenjadi pencerita yangbaikMemperhatikan kegiatanyang dilakukanMembantu ketikamengalami kesulitanMemantau kondisi yangdialami

2,24,34,39,47

- 11,13,37,45

15 9

3 Kasih Sayang Menghibur ketika sedihKehangatan dankeakrabanMelayani dengan tulus

20,33,49

3, 10 9, 16,23,44

36 7

4 Penghargaan Verbal: memberikanpujianNon verbal: banggaterhadap prestasiMaterial: memberikanreward

6,12,17,28,

19 4 8, 22,32,42

5

5 Kebersamaan Ada ketika dibutuhkanMau berbagi dalam sukadan dukaTetap berkomunikasimeski terpisah jarak

21,25,29,3141,

- 7, 18,27,35,

48 9

Jumlah Total Aitem 38

Page 89: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selanjutnya peneliti menggunakan 38 aitem yang valid untuk penelitian.

Berikut ini adalah tabel sebaran aitem dengan penomoran baru yang digunakan

dalam penelitian :

Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Dukungan Emosional Keluarga Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Favourable Unfavourable Jumlah

1 UngkapanRasa Simpati

Ikut merasakan perasaanyang dialamiMemaklumi kondisi yangdialamiPeneguhan hati

1(1),14(11),38(28),40(30),46(35),

5(4), 43(32),50(38)

8

2 PemberianPerhatian

Menjadi pendengar yangbaikMenjadi pencerita yangbaikMemperhatikan kegiatanyang dilakukanMembantu ketikamengalami kesulitanMemantau kondisi yangdialami

2(2),24(18),34(25),39(29),47(36)

11(8), 13(10),37(27), 45(34)

9

3 Kasih Sayang Menghibur ketika sedihKehangatan dankeakrabanMelayani dengan tulus

20(15),33(24),49(37)

9(7), 16(12),23(17), 44(33)

7

4 Penghargaan Verbal: memberikanpujianNon verbal: banggaterhadap prestasiMaterial: memberikanreward

6(5), 12(9),17(13),28(21),

4(3) 5

5 Kebersamaan Ada ketika dibutuhkanMau berbagi dalam sukadan dukaTetap berkomunikasimeski terpisah jarak

21(16),25(19),29(22),31(23)41(31),

7(6), 18(14),27(20),35(26),

9

Jumlah total aitem 38keterangan :

angka dalam tanda kurung (...) adalah distribusi sebaran nomor aitem yang baru

dalam skala.

Page 90: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Pelaksanaan Penelitian

Banyaknya kendala dalam penelitian, seperti faktor terbatasnya jumlah

subjek penelitian, subjek penelitian yang tidak dapat dijumpai setiap saat,

sulitnya perijinan untuk penelitian di instansi PRTPC, serta penjadwalan

penelitian yang ketat oleh pengurus instansi PRTPC memaksa peneliti untuk

menggunakan uji coba penggunaan skala langsung digunakan untuk penelitian

tanpa meninggalkan perhitungan validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut.

Perhitungan validitas dan reliabilitas alat ukur serta program yang dipergunakan

dalam pengukuran alat ukur tersebut digunakan program komputer SPSS 17.0 for

windows.

Seperti telah diuraikan di atas bahwa pelaksanaan uji coba juga

merupakan pelaksanaan penelitian mengenai permasalahan yang diajukan oleh

penulis yaitu tentang “Hubungan antara Dukungan Emosional Keluarga dengan

Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap di Kabupaten Bantul” dilakukan pada

tanggal 1 Oktober 2010. Penelitian dilakukan pada responden penyandang cacat

tetap yang mengikuti rehabilitasi terpadu di Pusat Rehabilitasi Terpadu

Penyandang Cacat yang berlokasi di Dusun Piring, Kelurahan Srihardono,

Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan secara klasikal

bagi responden yang dapat membaca-tulis, dan secara individual dengan jalan

membacakan masing-masing aitem bagi responden yang buta huruf.

Page 91: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Hasil Analisis Data Penelitian

1. Deskripsi Responden Penelitian

Berikut ini akan disajikan deskripsi subjek penelitian yang kemudian diikuti

oleh rangkuman data penelitian. Deskripsi subjek penelitian dan deskripsi data

penelitian ini memberikan gambaran pertama dan penting mengenai keadaan

subjek penelitian yang akan memperkuat dan memperkaya hasil analisis interfisial

guna pengujian hipotesis (Azwar, 2004).

Responden penelitian ini total berjumlah 30 orang responden. Rentang usia

responden berkisar antara 17-43 tahun. Adapun berdasarkan jenis kelamin,

responden penelitian ini terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 12 orang.

Untuk gambaran mengenai usia responden penelitian tersaji dalam tabel berikut

ini.

Tabel 7Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

No Usia Responden FasePerkembangan

RespondenJumlah %

1 13 - 17 tahun Remaja 3 10,00%2 18 - 40 tahun Dewasa Muda 26 86,67%3 40 - 60 tahun Dewasa Madya 1 3,33%

Jumlah 30 100%

2. Deskripsi Statistik

Gambaran umum data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data

penelitian yang meliputi variabel Dukungan Emosional Keluarga dan Penerimaan

Diri Penyandang Cacat Tetap berikut ini :

Page 92: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 8Deskripsi Statistik Data Penelitian

Alat Ukur Jumlah

Subjek

Data

Hipotetik

M SD Data

Empiris

M SD

Skor

min

Skor

maks

Skor

min

Skor

maks

Penerimaan Diri

Penyandang Cacat

30 40 160 100 20 87 121 103,20 8,95

Dukungan

Emosional Keluarga

30 38 152 95 19 79 119 101,73 10,28

Deskripsi data penelitian di atas menggambarkan kategorisasi dari masing-

masing variabel yaitu Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap dan Dukungan

Emosional Keluarga. Kategorisasi dibagi menjadi tiga golongan yaitu tinggi,

sedang dan rendah.

Penentuan kategori tersebut didasarkan pada tingkat diferensiasi yang

dikehendaki. Namun untuk memperoleh kategori perlu ditentukan terlebih dahulu

ditentukan batasan yang akan digunakan berdasarkan nilai deviasi standar dengan

memperhitungkan rentangan nilai maksimal dan minimum teoritisnya. Kategori

ini ditentukan berdasarkan sebaran empirik.

Berdasarkan pendapat Azwar (1999), maka peneliti menetapkan tiga kategori,

yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun rumus yang digunakan adalah :

a. Tinggi : X > µ + 1σ

b. Sedang: µ + 1σ ≤ X ≤ µ + 1σ

c. Rendah: X < µ + 1σ

Keterangan :

µ = mean empirik

σ = standar deviasi

1) Penerimaan diri penyandang cacat tetap

Page 93: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala penerimaan diri penyandang

cacat, maka responden penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga, seperti

pada tabel berikut :

Tabel 9Kriteria Kategorisasi Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap

Kategorisasi Norma Jumlah Subjek PersentaseTinggi x > 112,15 3 10%Sedang 94,25 ≤ x ≤ 112,15 21 70%Rendah 94,25 < x 6 20%Jumlah 30 100%

Berdasarkan kategori skala penerimaan diri dari tabel di atas, dapat dilihat

bahwa responden yang memiliki penerimaan diri tinggi sebanyak 3 orang,

sedang sebanyak 21 orang, dan rendah sebanyak 6 orang.

2) Dukungan emosional keluarga

Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala dukungan emosional keluarga,

maka responden penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:

Tabel 10Kriteria Kategorisasi Dukungan Emosional Keluarga

Kategorisasi Norma Jumlah Subjek PersentaseTinggi x > 112,01 5 16,7%Sedang 91,45 ≤ x ≤ 112,01 19 63,3%Rendah 91,45 < x 6 20%Jumlah 30 100%

Berdasarkan kategori skala penerimaan diri dari tabel di atas, dapat dilihat

bahwa responden yang mendapatkan dukungan emosional tinggi sebanyak 5

orang, sedang sebanyak 19 orang dan rendah sebanyak 6 orang.

Page 94: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Uji Asumsi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

normalitas sebaran, dan uji linearitas hubungan, mengingat bahwa syarat untuk

mencari koefisien hubungan antar dua variabel (r) adalah data yang digunakan

memiliki distribusi normal dan hubungannya linear. Perhitungan dalam analisis

ini dilakukan dengan bantuan komputer program statistik SPSS 17.0 for Windows

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebaran data normal atau

tidak. Dalam penelitian ini digunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji

normalitas. Kriteria yang digunakan yaitu dengan membandingkan nilai p yang

diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai

p > 0,05, maka data yang diuji normal.

Tabel 11

Hasil Uji Normalitas

Variabel KS p KesimpulanDukungan emosional keluarga 0,422 0,994 NormalPenerimaan diri penyandang cacat 0,489 0,970 Normal

Berdasarkan uji normalitas diketahui nilai probalilitas untuk variabel

dukungan emosional (0,994) dan penerimaan diri (0,970) > 0,05 sehingga data

berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas Hubungan.

Pengujian linieritas dengan menggunakan analisis compare means.

Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

Pedoman yang digunakan untuk menguji linieritas dilakukan dengan jalan

Page 95: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menguji signifikansi nilai F. Adapun rangkuman hasil uji linieritas hubungan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12

Rangkuman Hasil Uji Linieritas

Hubungan F p keterangan

Dukungan emosional dan

penerimaan diri23,546 0,001 linear

Berdasarkan hasil analisis uji linieritas pada tabel diatas, menunjukan

bahwa nilai probailitas (0,001) atau kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan

bahwa hubungan antara dukungan emosisonal terhadap penerimaan diri adalah

linear.

4. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi diketahui sebaran data dukungan emosional

keluarga dan penerimaan diri penyandang cacat berdistribusi normal dan linear.

Karena syarat untuk melakukan uji hipotesis, yaitu uji asumsi telah terpenuhi,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang diajukan dengan analisis Regresi Linear Sederhana untuk mengetahui

koefisien korelasi (R) antara dua variabel teresebut, serta untuk mengetahui

R Square (R2) yang merupakan besaran sumbangan efektif peran variabel

dukungan emosional keluarga terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS, didapatkan p value sebesar

0,003. Karena p value < 0,05 () maka hipotesis diterima, sehingga dapat

dinyatakan ada hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan

Page 96: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penerimaan diri penyandang cacat tetap. Besarnya koefisien korelasi antara

dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri penyandang cacat tetap

sebesar 0,527. Koefisien korelasi bertanda positif (+) artinya semakin tinggi

dukungan emosional keluarga maka semakin tinggi pula penerimaan diri

penyandang cacat tetap yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya. Tabel

menunjukkan hasil Regresi Linear Sederhana dukungan emosional keluarga

dengan penerimaan diri penyandang cacat tetap.

Tabel 13

Rangkuman Hasil Regresi Linear Sederhana Dukungan Emosional

Keluarga dengan Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tetap

Variabel Bebas => Variabel Tergantung r p R2

Dukungan Emosional Keluarga => Penerimaan DiriPenyandang Cacat Tetap

0,527 0,003 0,278

Adapun untuk mengetahui besarnya sumbangan efektif peran dukungan

emosional keluarga terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap, adalah

menggunakan koefisien determinan, yaitu R2 (R Square), atau kwadrat dari

koefisien korelasi dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS, dapat dilihat bahwa R2 adalah 0,278,

sehingga dikatakan bahwa sumbangan efektif peran dukungan emosional keluarga

terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap adalah 27,8%.

Page 97: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa

ada hubungan positif antara dukungan emoisonal keluarga dengan penerimaan diri

penyandang cacat tetap di Kabupaten Bantul telah terbukti. Hubungan positif

antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa hubungannya searah, artinya

semakin tinggi dukungan emosional keluarga yang didapatkan oleh seorang

penyandang cacat tetap, maka semakin tinggi pula penerimaan dirinya. Kekuatan

hubungan antara kedua variabel ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar

R=0,527; p:0,003 (p<0,05), sedangkan koefisien determinan sebesar R2 = 0,278,

artinya sumbangan efektif yang diberikan oleh dukungan emosional keluarga

terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap adalah sebesar 27,8%,

sedangkan 72,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Realitas ini sejalan dengan pernyataan Hurlock (1974) bahwa dukungan

sosial, terutama dari significant others (orang-orang yang berpengaruh bagi

individu yang bersangkutan) adalah faktor yang paling penting dalam membentuk

penerimaan diri seorang individu. Menurut House (dalam Corneil, 1998),

dukungan emosional merupakan aspek yang mendasari dukungan sosial. Sehingga

dapat dikatakan, jika seseorang telah mendapatkan dukungan emosional dari

keluarganya, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut juga akan mendapatkan

dukungan sosial dari keluarganya.

Penyandang cacat tetap yang lebih banyak mendapatkan dukungan dari

keluarganya, yaitu dukungan sosial secara umum dan dukungan emosional secara

khusus, akan menilai bahwa dirinya tetap dihargai oleh keluarga dan lingkungan

Page 98: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekitarnya selayaknya seorang individu pada umumnya. Bentuk-bentuk dukungan

emosional yang paling signifikan terhadap penerimaan diri penyandang cacat

tetap menurut hasil penelitian ini antara lain keluarga memahami kondisi yang

dialami, keluarga ikut merasakan apa yang dialami, keluarga ada dan menemani

selama responden menjalani pengobatan, keluarga memperhatikan kegiatan yang

dilakukan, serta saudara-saudara memberikan inspirasi seperti menginformasikan

peluang-peluang yang dapat digunakan untuk meraih impiannya, dan memberi

nasehat bahwa banyak orang yang memiliki keterbatasan yang lebih berat

daripada yang dialaminya namun memiliki ketabahan yang luar biasa.

Penyandang cacat tetap yang banyak mendapatkan dukungan emosional dari

keluarganya akan menilai bahwa dirinya memiliki harga diri yang sama dengan

orang lain, serta merasakan bahwa dirinya tetap dianggap sama seperti orang lain

dan tidak dibeda-bedakan. Hal ini membuat penyandang cacat tetap yang

bersangkutan memiliki pandangan positif yang menyeluruh terhadap dirinya,

bahwa dirinya memiliki kekurangan, namun juga masih memiliki kelebihan.

Pandangan positif inilah yang menandakan bahwa individu untuk menerima

dirinya. Hal ini tercermin dalam hasil penelitian ini, yaitu bahwa semakin tinggi

dukungan emosional keluarga yang didapatkan oleh seorang penyandang cacat,

diikuti dengan semakin tinggi pula penerimaan diri penyandang cacat yang

bersangkutan.

Adapun bentuk-bentuk penerimaan diri yang dilakukan oleh para responden

menurut penelitian ini antara lain telah dapat menemukan potensi diri yang dapat

dikembangkan, tidak lagi menangis ketika merasakan kesedihan, lebih

Page 99: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memperhatikan dan peka terhadap orang lain daripada sibuk memperhatikan

dirinya sendiri, tidak menimpakan kesalahan yang diperbuat kepada orang lain,

serta memiliki keyakinan yang teguh ketika berbeda dengan orang lain.

Sebaliknya, individu yang kurang mendapatkan dukungan emosional akan

cenderung sulit menerima realita yang dialami, sehingga akan berimbas pada

kesulitan dalam menerima diri. Sebagaimana diungkap oleh penelitian Okoro dkk,

(2009), yang menemukan bahwa individu penyandang cacat yang kurang

mendapatkan dukungan sosial secara umum dan dukungan emosional secara

khusus, akan lebih rentan mengalami serious psychological distress (tekanan

psikologis serius) jika dibandingkan dengan individu penyandang cacat yang lebih

banyak mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Berikutnya,

individu yang mengalami serious psychological distress akan sulit menerima

realita yang dialami, sehingga akan lebih sulit dalam menerima diri.

Penyandang cacat tetap yang kurang mendapatkan dukungan emosional,

terutama dari keluarganya akan cenderung merasa dirinya berbeda dengan orang

lain, menilai dirinya kurang berharga jika dibandingkan dengan orang lain, dan

juga sering menolak keadaan yang dialami saat ini. Jika hal ini terjadi

berkelanjutan, maka penyandang cacat tetap tersebut akan mengalami serious

psychological distress. Tekanan psikologis yang terus menerus dialami oleh

penyandang cacat tetap tersebut akan mengakibatkan penolakan terhadap dirinya

sendiri.

Meskipun dalam penelitian ini didapatkan bahwa dukungan emosional

keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan diri penyandang

Page 100: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cacat tetap, namun ternyata sumbangan efektif dukungan emosional keluarga

terhadap penerimaan diri penyandang cacat tetap tergolong kecil, yaitu 27,8%.

Hal ini dikarenakan penerimaan diri penyandang cacat tetap dipengaruhi oleh

banyak faktor-faktor lain, seperti pendapat Jersild (1963) bahwa aspek-aspek lain

dari dukungan sosial yang berupa dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dan dukungan informatif juga mempengaruhi tingkatan penerimaan diri

seseorang. Selain itu, ada beberapa faktor lain seperti pola asuh orang tua,

tingkatan inteligensi, keadaan fisik, inteligensi dan usia yang juga berpengaruh

terhadap tingkatan penerimaan diri seseorang.

Hal lain yang mempengaruhi tingkatan penerimaan diri penyandang cacat

tetap yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah faktor budaya, mengingat

sampel penelitian yang hidup dalam lingkungan budaya Jawa yang menekankan

sifat “nrimo” yang menurut Koentjaraningrat (1994) merupakan suatu bentuk

menyerah kepada takdir karena merasa tidak berdaya. Hal ini membuat orang-

orang yang memiliki latar belakang lingkungan budaya Jawa memiliki toleransi

yang lebih tinggi terhadap stress. Sifat “nrimo” ini juga membuat orang-orang dari

lingkungan budaya Jawa lebih mudah dalam melakukan penyesuaian diri dan

penyesuaian sosial (Sya’roni, 2008).

Koentjaraningrat (1994) mengatakan bahwa sifat “nrimo” yang dimiliki oleh

orang yang memiliki latar belakang lingkungan budaya Jawa lebih mampu

menerima perubahan, meskipun penerimaanya sering kali berupa penerimaan

secara pasif. Sifat “nrimo” ini pula yang membuat orang dengan latar belakang

budaya Jawa berpikir bahwa apapun yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya

Page 101: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adalah kehendak Tuhan, sehingga harus dijalani dengan sabar. Hal ini membuat

para penyandang cacat tetap akibat gempa bumi di Kabupaten Bantul merasa

bahwa kelanjutan hidupnya setelah menyandang kecacatan tetap sudah diatur oleh

Tuhan, sehingga mereka tidak terlalu cemas dalam memikirkan hidup mereka

selanjutnya.

Sifat lain yang dimiliki oleh orang dengan latar kebudayaan Jawa adalah

“syukur” atau menurut Koentjaraningrat (1994) adalah selalu bersyukur atas apa

yang telah didapatkan. Sifat syukur ini membuat orang dengan latar kebudayaan

Jawa lebih mudah menerima kenyataan yang terjadi, karena mereka berpikir

bahwa seburuk apapun kondisi yang dialami, masih harus disyukuri, karena masih

banyak orang lain yang mengalami kondisi yang lebih buruk lagi.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian ini hanya

mengungkap hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan penerimaan

diri penyandang cacat tetap secara umum, tanpa memandang tingkat kecacatan,

jenis kelamin, serta faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

penerimaan diri penyandang cacat tetap. Selain itu, jumlah responden yang

digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini juga tergolong sedikit, hal ini

dikarenakan sulitnya menemukan sampel yang sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah rentang usia sampel

yang mayoritas berada pada usia dewasa muda, sehingga kurang mewakili

penyandang cacat tetap akibat gempa bumi di Kabupaten Bantul yang memiliki

rentang usia yang sangat bervariasi.

Page 102: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan emosional keluarga

dengan penerimaan diri pada penyandang cacat tetap akibat gempa bumi di

Kabupaten Bantul, dengan koefisien korelasi sebesar 0.527 dengan p value: 0,003

(p<0,05).

2. Sumbangan efektif peran dukungan emosional keluarga terhadap penerimaan

diri penyandang cacat tetap akibat gempa bumi di Kabupaten Bantul adalah

27,8%.

B. Saran

1. Bagi Keluarga yang Mempunyai Anggota Penyandang Cacat Tetap

Kepada keluarga yang mempunyai anggota yang menyandang kecacatan tetap

disarankan untuk memberikan dukungan emosional yang dapat berupa

memfasilitasi kondisi dan kebutuhan anggota keluarganya yang menyandang

kecacatan tetap, meluangkan waktu untuk menemani anggota keluarganya yang

menyandang kecacatan tetap ketika harus melakukan terapi atau pengobatan,

memberikan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota

keluarganya yang menyandang kecacatan tetap, serta memberikan informasi serta

peluang-peluang yang dapat dilakukan oleh anggota keluraganya yang

Page 103: PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN … · Penyandang Cacat Tetap Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Imaduddien Sobri, G0106008, Tahun 2006 ... Seluruh pihak Pusat Rehabilitasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyandang kecacatan tetap agar dapat berprestasi sesuai dengan kondisinya saat

ini.

2. Bagi Institusi yang Melaksanakan Rehabilitasi Penyandang Cacat Tetap

Kepada institusi yang melakukan rehabiitasi terhadap penyandang cacat tetap,

disarankan agar selain memberikan rehabilitasi medik dan vokasional, juga

memperhatikan kebutuhan para penyandang cacat tetap akan dukungan emosional

keluarga, sehingga dapat dibuat program-program yang menunjang pemberian

dukungan emosional dari keluarga para penyandang cacat tetap yang menjadi

klien institusi yang bersangkutan. Adapun program-program tersebut antara lain

dengan mengadakan rekreasi yang diikuti oleh klien beserta keluarganya,

memberikan terapi keluarga bagi para klien beserta keluarganya, memberikan

logoterapi kepada para klien, serta memberikan training-training psikologis bagi

para kliennya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang berminat untuk mengangkat tema yang sama, disarankan

agar mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan variabel lain yang

mungkin juga mempengaruhi penerimaan diri. Peneliti juga menyarankan kepada

peneliti selanjutnya untuk memperbanyak jumlah responden, serta memperhatikan

tingkatan kecacatan yang dialami oleh responden.