Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

16
Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra bersama UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang Oleh : Dra. Ismi Wardani Pekerja Sosial Madya UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang alam proses pembangunan nasional, seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai bidang, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penyandang cacat (people with disabilities) adalah salah satu kelompok warga yang merupakan pengguna (user) dan salah satu populasi dalam kelompok yang berkepentingan (stakeholders) yang ikut menentukan keberhasilan pembangunan. D Berdasarkan data perkiraan yang ada pada Departemen Sosial, di Indonesia angka prosentase yang digunakan dalam perhitungan jumlah penyandang cacat adalah 3,11 % dari jumlah penduduk Indonesia, yang diperoleh sebagai hasil penelitian (random sampling) dan kriterianya ditentukan oleh Departemen Sosial. Dari segi prosentase, jumlah ini nampaknya kecil, akan tetapi secara absolut angka 3,11 % ini akan mencapai sekitar 5,5 juta penduduk Indonesia yang menyandang cacat. Di Propinsi Jawa Timur jumlah penyandang cacat pada tahun 2005 adalah 82.389 orang, 16.271 orang diantaranya adalah tunanetra. (Data Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,1995). Sebagai Warga Negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang cacat netra adalah sama dengan warga negara lainnya 1

description

Gambaran tentang UPT RSCN Malang

Transcript of Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Page 1: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra bersama UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang

Oleh : Dra. Ismi WardaniPekerja Sosial Madya UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang

alam proses pembangunan nasional,

seluruh warga negara Indonesia

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk

ikut berpartisipasi dalam berbagai bidang, sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya.

Penyandang cacat (people with disabilities)

adalah salah satu kelompok warga yang merupakan pengguna (user) dan salah satu

populasi dalam kelompok yang berkepentingan (stakeholders) yang ikut menentukan

keberhasilan pembangunan.

D

Berdasarkan data perkiraan yang ada pada Departemen Sosial, di Indonesia angka

prosentase yang digunakan dalam perhitungan jumlah penyandang cacat adalah 3,11 % dari

jumlah penduduk Indonesia, yang diperoleh sebagai hasil penelitian (random sampling) dan

kriterianya ditentukan oleh Departemen Sosial. Dari segi prosentase, jumlah ini nampaknya

kecil, akan tetapi secara absolut angka 3,11 % ini akan mencapai sekitar 5,5 juta penduduk

Indonesia yang menyandang cacat. Di Propinsi Jawa Timur jumlah penyandang cacat pada

tahun 2005 adalah 82.389 orang, 16.271 orang diantaranya adalah tunanetra. (Data Dinas

Sosial Propinsi Jawa Timur,1995).

Sebagai Warga Negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban dan peran

penyandang cacat netra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan

amanah UUD 1945 pasal 27 ayat (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, peningkatan dan penggalian

potensi para penyandang cacat, termasuk penyandang cacat netra merupakan upaya

penting yang wajib dilaksanakan sehingga dapat didayagunakan untuk mendapatkan

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

1

Page 2: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Dalam upayanya untuk meningkatkan kesejahteraan para penyandang cacat yang

disebabkan karena kondisi ketidakberdayaannya untuk menjangkau fasilitas umum, atau

kelangkaan sistem sumber pelayanan khusus bagi penyandang cacat, maka berbagai bentuk

usaha yang bersifat fasilitatif dan advokatif perlu diupayakan bersama baik oleh pemerintah

maupun masyarakat sehingga para penyandang cacat dapat menikmati hidup yang lebih

bermanfaat dan bermartabat.

Sebagai Warga Negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang

cacat netra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan amanah UUD

1945 pasal 27 ayat (2). Oleh karena itu, peningkatan dan penggalian potensi para

penyandang cacat, termasuk penyandang cacat netra merupakan upaya penting yang wajib

dilaksanakan sehingga dapat didayagunakan untuk mendapatkan pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi

Jawa Timur di bidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan, bimbingan, pengembangan dan

resosialisasi penyandang cacat netra.

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang menyelenggarakan berbagai kegiatan

preventif dan protektif (pencegahan dan perlindungan), remedial (penyembuhan), promotif

dan development (pemberdayaan dan pengembangan). Upaya tersebut mencakup berbagai

aspek kehidupan dan penghidupan yang selayaknya diperoleh seorang warga negara.

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang mempunyai fungsi : Pelaksanaan

penyantunan dan rehabilitasi, Pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut, Pelaksanaan

praktek pekerjaan sosial di bidang Rehabilitasi Cacat Netra, Pelaksanaan ketatausahaan dan

pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Dalam hal ini pelayanan

yang diberikan berupa serangkaian bimbingan dan rehabilitasi sosial yang meliputi

pembinaan fisik, mental, sosial, psikososial, advokasi, latihan ketrampilan kerja, resosialisasi

serta pembinaan lanjut sehingga pada akhirnya para penyandang cacat netra mampu

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

2

Page 3: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang, mulai berkiprah di Propinsi Jawa Timur

pada tahun 1954 yang dirintis oleh Inspeksi Sosial Propinsi Jawa Timur dengan nama

Tempat Latihan Kerja dan berlokasi di Kabupaten Sumenep. Pada tahun 1960 telah diubah

namanya menjadi Pusat Pendidikan dan Pengajaran Kegunaan Tuna Netra (P3KT) Budi

Mulyo dan untuk selanjutnya dipindahkan ke Kediri pada tahun 1966.

Oleh karena berbagai keterbatasan yang ada di P3KT Kediri mulai dari lahan, daya

tampung, aksesibilitas, serta semakin berkembangnya permasalahan tuna netra baik secara

kuantitas maupun kualitas, maka sekali lagi lokasi usaha rehabilitasi cacat netra ini

dipindahkan ke Malang pada tahun 1976 dengan jangkauan pelayanan meliputi Jawa Timur

dan Indonesia bagian Timur, kemudian dengan SK MENSOS RI No. 41/HUK/ KEP/XI/1979

namanya diubah menjadi PRPCN (Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra) "Budi Mulyo"

Malang. Untuk selanjutnya pada tahun 1995 mengalami pergantian nama kembali menjadi

PSBN (Panti Sosial Bina Netra) "Budi Mulya" Malang. Pada tahun 2003 diubah untuk yang

kesekian kalinya menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Bina Cacat Netra (PRSBCN) “Budi Mulya”

Malang berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur Nomor 51 Tahun 2003.Terakhir, dengan

berjalannya PP No. 41 Tahun 2007 PRSBCN kembali mengalami perubahan nomenklatur

menjadi UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa

Timur Nomor 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Setelah bergulirnya otonomi daerah melalui Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi,

3

GEDUNG KANTOR

GAMBARAN UMUM

UPT REHABILITASI

SOSIAL CACAT NETRA

MALANG

Page 4: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

terjadi pembaharuan kelembagaan dimana PRSBCN “Budi Mulya” beralih statusnya dari

Panti Sosial milik Departemen Sosial yang semula melayani penyandang cacat netra dari

wilayah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, dan Sulawesi Selatan) menjadi Panti Sosial milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa

Timur dimana dari sisi legalitas organisasi termuat dalam Perda Propinsi Jatim No. 14 Tahun

2002, dengan ruang lingkup pelayanan khusus bagi para penyandang cacat netra yang

berasal dari seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur saja.

Dalam Bab VIII Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 119 Tahun 2008 dijelaskan

bahwa tugas UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra adalah melaksanakan sebagian tugas

Dinas dalam rehabilitasi sosial cacat netra, sedangkan fungsinya meliputi pelaksanaan

program kerja UPT; pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, kegiatan

pelayanan,rehabilitasi dan pembinaan lanjut ; penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial,

bimbingan umum kepada klien, kerjasama dengan instansi/pihak terkait, pengembangan

metodologi pelayanan dan rehabilitasi, penyebarluasan informasi pelayanan,

penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga dan masyarakat, pelayanan masyarakat,

ketatausahaan serta tugas – tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Potensi Panti

Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan tugas tersebut, UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang

memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari : Kepala UPT, Kepala Sub Bagian Tata

Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Sosial, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Pembinaan Lanjut, 26

orang staf (13 orang merangkap instruktur), 17 orang Pekerja Sosial merangkap instruktur,

15 orang tenaga harian lepas dan Satpol PP.

Disamping pegawai , tenaga harian lepas yang bertugas melayani permakanan klien,

dan tenaga Satpol PP, UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang juga menjalin kerjasama

dengan beberapa instruktur dari luar seperti guru agama Islam dan guru agama Kristen, guru

ketrampilan karawitan, serta guru kesenian.

4

Page 5: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Lahan dan gedung :

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang berdiri diatas lahan seluas 4000 M2, yang

dimanfaatkan untuk sarana dan fasilitas pelayanan seperti Gd. kantor, Gd. Pamer hasil

karya, Gd. Konsultasi, Gd. Orientasi dan Mobilitas, Gd. ADL, Gd. Aula, Gd. Ketrampilan, Gd.

Home Industri, Gd. Pendidikan (Kelas Persiapan A, Kelas Persiapan B, Kelas Dasar, Kelas

Kejuruan, Kelas Praktis) Gd. Shiatsu, Gd. Massase, Gd. Refleksi, Gd. Masjid, Gd. Dapur (2

bh), Gd. R. Makan (2 bh), Gd. Poliklinik, Gd. Perpustakaan, Gd. Asrama (9 wisma), Rumah

Petugas (13 rumah), Wisma Tamu, Gudang, Halaman, Jalan dalam Panti.

Proses Rehabilitasi Sosial

Dalam PP no 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Penyandang Cacat disebutkan bahwa

Rehabilitasi Sosial dilakukan dengan

pemberian pelayanan sosial secara utuh

dan terpadu (dalam satu lembaga

rehabilitasi) melalui kegiatan pendekatan

fisik, mental dan sosial yang berupa : motivasi dan diagnosa psikososial, bimbingan mental,

bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan ketrampilan, terapi penunjang, bimbingan

resosialisasi, bimbingan dan pembinaan usaha, serta bimbingan lanjut.

Sesuai dengan PP No 43 tersebut, tahap rehabilitasi sosial yang diselenggarakan di

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dikemas dalam sistem bimbingan di kelas

sebagai berikut:

1. Kelas Persiapan A

Diperuntukkan bagi klien pemula, belum pernah bersekolah dan mereka yang belum

mengetahui dan memahami ketrampilan sosial dasar tuna netra seperti Activity of Daily

Living Skill (ADL), Orientasi Mobilitas (OM) dan baca tulis Braille.

5

Page 6: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

2. Kelas Persiapan B

Diperuntukkan bagi calon klien yang sudah mengetahui dan

memahami dan dapat melaksanakan sebagian dari

ketrampilan sosial dasar seperti Activity of Daily Living Skill

(ADL), Orientasi Mobilitas (OM) dan baca tulis Braille.

Disamping itu, kelas ini juga diperuntukkan bagi calon klien

yang mempunyai latar belakang pendidikan SDLB, SMPLB

maupun SLTALB.

3. Kelas Dasar

Merupakan lanjutan dari kelas sebelumnya dimana klien mulai mempelajari teori-teori dan

praktek ketrampilan kerja seperti pijat massage, pijat shiatsu, pijat refleksi, home industri

dan kerajinan tangan seperti pembuatan keset, sapu dan sulak.

4. Kelas Kejuruan

Merupakan lanjutan dari kelas sebelumnya yang berorientasi

pada peningkatan pemahaman dan pematangan ketrampilan

kerja baik berupa teori dan praktek bimbingan ketrampilan

kerja. Pada kelas ini, klien juga mulai dipersiapkan /

diresosialisasikan untuk hidup bermasyarakat dan

mengembangkan ketrampilan yang mereka miliki setelah

mereka dinyatakan lulus. Pada akhir semester, klien

diwajibkan untuk melaksanakan Praktek Belajar Kerja (PBK) di masyarakat selama 2

bulan penuh. Setelah PBK diadakan evaluasi kelayakan apakah mereka sudah siap untuk

dikembalikan kepada masyarakat atau masih perlu pemantapan kembali.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, Program Rehabilitasi Sosial ini dilaksanakan

melalui beberapa tahapan yang meliputi Tahap Pendekatan Awal untuk pengenalan dan

pemahaman (assasmen) permasalahan klien; Tahap Penerimaan untuk registrasi,

penelaahan dan pengungkapan masalah, memahami kondisi obyektif permasalahan, tingkat

6

Page 7: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

kecacatan, minat dan bakat klien; Tahap Penempatan Dalam Program; Tahap

Pengasramaan ; Tahap Bimbingan Sosial dan Ketrampilan Kerja ; serta Tahap

Penempatan dalam Masyarakat. Tahapan ini pada dasarnya tidak bersifat kaku tetapi

fleksibel dan luwes. Proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakanpun juga tidak selalu bersifat

linier tetapi dapat pula bersifat spiral apabila klien tidak mengalami kemajuan yang berarti,

dengan demikian kelulusan klien pun juga tidak dapat dipastikan dapat lulus secara normal

dalam waktu 4 tahun. Keberhasilan klien seluruhnya sangat bergantung pada situasi dan

kondisi klien, khususnya motivasi, kesadaran, partisipasi, kematangan dan tingkat kognisi

klien.

Pelayanan apa saja yang diperoleh klien di Panti ?

Klien yang diterima mendapatkan fasilitas pengasramaan antara lain : kamar tidur,

pakaian seragam dan baju olah raga, sepatu, sarana asrama, makan 3 kali sehari, sarana

pendidikan berupa petak braille, reglet , pen, dan kertas braille, mendapatkan tongkat putih

sebagai sarana mobilitas, alat-alat kebersihan diri berupa sabun cuci, sabun mandi,

shampo, sikat gigi dan pasta gigi serta alat – alat kebersihan wisma dan pemeriksaan/

perawatan kesehatan.

Dalam pengasramaan, Klien ditempatkan pada 3

wisma putri (wisma anggrek, melati dan mawar), dan

6 wisma putra (flamboyan, kenanga, kemuning,

wijaya kusuma, seruni dan cempaka). Masing –

masing wisma ditempati oleh 12 – 14 orang klien,

terdiri dari 2 orang klien / kamar.

7

Page 8: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Bagaimana kemandirian klien terbentuk ?

Tujuan akhir yang merupakan visi UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang yaitu

terwujudnya klien penyandang cacat netra yang mandiri dan mampu bekerja untuk

meningkatkan kesejahteraannya, dapat terbentuk melalui serangkaian bimbingan yang

diberikan secara terintegrasi dan saling mendukung. Beberapa bimbingan yang mendukung

terbentuknya kemandirian klien adalah :

1. Bimbingan fisik dapat diperoleh dari pengasramaan, pemenuhan gizi seimbang,

pelayanan kesehatan, penerapan pola hidup sehat dan bimbingan olah raga.

2. Bimbingan mental / psikososial dapat berupa pemberian materi keagamaan,

penanaman budi pekerti, penerapan kegiatan ibadah sehari-hari, pemberian motivasi,

pemahaman dan penyelesaian masalah psikososial

klien, penguatan bakat dan minat, penghargaan atas

prestasi klien dan pengisian waktu luang melalui

membaca di perpustakaan, kesenian karawitan, seni

musik dan hadrah.

3. Bimbingan sosial untuk melatih kemampuan klien beradaptasi dan menjalin relasi

yang normatif dengan teman, instruktur, pegawai, dan bersosialisasi masyarakat

sekitar, kerja bakti, rekreasi, dan latihan keberanian melalui berbagai macam lomba.

bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok, pemecahan kasus,

8

Bimbingan fisik

RESOSIALISASI

7. Bimbingan Ketrampilan

KERJA 6. Bimbingan Ketrampilan BTB

5. Bimbingan Ketrampilan OM

4. Bimbingan Ketrampilan ADL

3. Bimb. Sosial

2. Bimb. Mental/ Psikososial

TUNA NETRA MANDIRI

Page 9: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

membentuk sikap sosial yang berdasarkan pada kesetiakawanan social,

kebersamaan serta tanggungjawab sosial.

4. Bimbingan ketrampilan ADL melatih klien untuk menguasai berbagai ketrampilan

kehidupan sehari-hari sehingga tunanetra dapat trampil melakukan kebersihan diri,

perawatan pakaian, perawatan rumah, berkebun, menjahit sederhana, memasak,

perawatan bayi dan anak, serta berbagai ketrampilan lain untuk mempertahankan

hidup secara normatif dengan mandiri.

5. Bimbingan ketrampilan Orientasi dan Mobilitas untuk melatih penguasaan konsep

ruang, jalan, transportasi, benda, melatih kepekaan dan penguasaan berbagai

medan.

6. Bimbingan ketrampilan BTB sebagai

ketrampilan dasar untuk mengembangkan

pengetahuan dan wawasan klien baik melalui

media cetak dan elektronik. Tidak tertinggal

dalam hal tehnologi komputer braille dan

internet karena dengan menguasai BTB, klien akan dapat memanfaatkan Book-

reader for the Visually handicapped, dapat aktif ikut serta dalam perpustakaan CD

yang sesuai dengan standar internasional DAISY (Digital Audio-Based Information

System) sehingga tuna netra mampu mengembangkan relasi ke seluruh mitra netra

sedunia. Disamping itu, tuna netra juga dapat menjalankan mesin foto copy Braille

yang dilengkapi dengan OBR (Optical Braille Character Reader),

7. Bimbingan ketrampilan kerja untuk memberikan bekal usaha

sebagai modal dasar dalam menghidupi diri sendiri dan

keluarganya kelak. Bimbingan ini terdiri dari teori anatomi,

fisiologi, patologi, ketrampilan pijat massage, pijat refleksi dan

pijat shiatsu, ketrampilan home industri dan ketrampilan

pembuatan kerajinan tangan keset.

8. Resosialisasi berupa Praktek Belajar Kerja (PBK.) di perusahaan, panti-panti pijat,

atau di lingkungan (domisili) asalnya selama 2 bulan dan pemberian modal kerja

sebagai bekal kerja sesuai dengan jenis ketrampilan yang telah dimiliki.

9

Page 10: Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama UPT RSCN Malang

Prestasi

“Menjadi Penyandang Cacat Netra Bukan Halangan untuk Berprestasi” Motto ini

terbukti dengan prestasi klien pada beberapa bidang, misalnya, Klien UPT Rehabilitasi Sosial

Cacat Netra Malang dalam PORDA ke XX/2007 berhasil menyabet 6 medali emas di bidang

lompat jauh,lempar cakram, tolak peluru, lempar lembing putra dan putri, lempar cakram putri

; memperoleh 5 medali perak dan 1 medali perunggu di bidang yang sama, demikian pula

pada Walikota Cup Surabaya juga mendapatkan 3 medali emas dan 2 medali perunggu

untuk lari 100 m, lompat jauh dan tolak peluru.

Di bidang kesenian, grup campursari dan penyanyi dari UPT Rehabilitasi Sosial Cacat

Netra Malang juga selalu tampil dalam berbagai even-even penting seperti pada peringatan

Hipenca, HKSN, HUT RI dan menerima undangan manggung di berbagai tempat. Demikian

juga untuk Hadrah dan Qosidah sering eksis mengisi pengajian dan peringatan hari besar

Islam di berbagai lingkungan se Malang Raya. Sedangkan di bidang keagamaan, UPT

Rehabilitasi Sosial Cacat Netra selalu mengirimkan 2 orang peserta ke arena MTQ Tahun

2008 Tk Jawa Timur dan berhasil menjadi peringkat 7 dan MTQ Tahun 2008 Tk Kabupaten

juga menjadi peringkat 7.

Demikian pokok – pokok kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang

diselenggarakan di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang, jika di

lingkungan anda terdapat penyandang cacat netra yang tidak mengalami

cacat ganda, memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan berusia 14-35

tahun, segera hubungi Dinas Sosial setempat. Untuk informasi lebih lanjut

dapat menghubungi kami di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang,

Jalan Beringin No 13 Malang atau melakukan kontak telephon dengan kami di

nomor 0341-326193. KAMI SENANTIASA SIAP MEMBANTU !!

10