Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun...

13
“Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik Peradilan Inklusif” Rabu, 28 Oktober 2020 Ari Hani Saputri, S.H. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Gunungkidul

Transcript of Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun...

Page 1: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

“Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik Peradilan Inklusif”

Rabu, 28 Oktober 2020

Ari Hani Saputri, S.H.

Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Gunungkidul

Page 2: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Hukum dan Tujuan Penegakan Hukum

Pengertian Hukum : • Menurut Borst

Hukum merupakan semua peraturan bagi perbuatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dimana saat pelaksanaan bisa dipaksakan dengan tujuan untuk mendapat keadilan.

• Menurut Drs. E. Utrecht, S.H. Hukum merupakan suatu himpunan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang mengatur tata tertib kehidupan di masyarakat dan harus dipatuhi oleh setiap individu dalam masyarakat karena pelanggaran akan pedoman hidup dapat mendatangkan tindakan dari lembaga pemerintah.

• Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja Hukum merupakan keseluruhan kaidah serta semua asa yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarkat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.

• Menurut Soetandyo Wigjosoebroto Menyatakan bahwa tidak ada konsep tunggal tentang apa itu hukum, karena sebenarnya hukum terdiri dari 3 (tiga) konsep yaitu: • Hukum sebagai asas moralitas. • Hukum sebagai kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu. • Hukum sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam hidup bermasyarakat.

Tujuan Penegakan Hukum • Menurut Gustav Radbruch ada 3 (tiga) tujuan ideal hukum, yaitu :

a. Keadilan; b. Kemanfaatan; dan c. Kepastian hukum.

Page 3: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Pergeseran Paradigma dari Retributif Justice menuju Restoratif Justice

• Beberapa dekade terakhir ini terdapat pergeseran dari retributif justice menuju restoratif justice. Hal ini ditandai dengan berbagai produk peraturan perundang-undangan maupun pembentukan hukum oleh pengadilan yang mengandung orientasi dan paradigma restoratif justice. Misalnya UU SPPA, Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-Undang tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, dan lain-lain.

• Terdapat 2 (dua) konsep keadilan dalam hukum pidana yang mempengaruhi perubahan fundamental dalam sistem hukum pidana, yaitu keadilan retributif (retributif justice) dan keadilan restoratif (restoratif justice). Restoratif justice merupakan suatu model pendekatan baru (meskipun merupakan nilai tradisional) dalam upaya penyelesaian perkara pidana. Berbeda dengan sistem yang sekarang ada, pendekatan ini menitikberatkan pada adanya partisipasi langsung pelaku, Korban dan masyarakat dalam proses penyelesaian perkara pidana. (Eva Achjani Zulva)

• Bagir Manan, dalam tulisannya menguraikan tentang substansi ”restorative justice” yang berisi prinsip-prinsip, antara lain :

1. Membangun partisipasi bersama antara pelaku, korban, dan kelompok masyarakat menyelesaikan suatu peristiwa atau tindak pidana.

2. Menempatkan pelaku, korban, dan masyarakat sebagai ”stakeholders” yang bekerja bersama dan langsung berusaha menemukan penyelesaian yang dipandang adil bagi semua pihak (win-win solutions).

Page 4: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Konvensi Internasional

• Menekankan pada pemenuhan Hak Korban, tidak hanya bersifat pembalasan pelaku kejahatan.

• Kongres PBB VII/1985 di Milan (tentang “The Prevention of Crime and the Treatment of Offenders”) dikemukakan, bahwa hak-hak korban seyogianya terlihat sebagai bagian integral dari keseluruhan sistem peradilan pidana (“victims rights should be perceived as an integral aspect of the total criminal justice system”).

• Kedudukan Korban dalam sistem peradilan pidana maupun dalam praktik peradilan relatif kurang diperhatikan karena ketentuan hukum Indonesia masih bertumpu pada perlindungan bagi pelaku. Padahal, dari pandangan kriminologis dan hukum pidana kejahatan adalah konflik antar individu yang menimbulkan kerugian kepada korban, masyarakat dan pelanggar sendiri dimana dari ketiga kelompok itu kepentingan korban kejahatan adalah bagian utama kejahatan.

• Secara teoretis dan praktik pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia kepentingan korban kejahatan diwakili oleh Jaksa Penuntut Umum sebagai bagian perlindungan masyarakat sesuai teori kontrak sosial (social contract argument) dan teori solidaritas sosial.

Page 5: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Lahirnya UU tentang Penyandang Disabilitas

Perlakuan diskriminatif terhadap penyandang disabilitas masih terus terjadi meskipun UU telah disahkan pada 17 Maret 2016

•Ex : Penumpang berkursi roda yang diturunkan dari pesawat Etihad Airways dengan rute Jakarta–Swiss dalam rangka mengikuti pelatihan Convention on the Rights of Person with Disabilities yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa

Dalam kasus ini staf Etihad Airways memandang penyandang disabilitas sebagai individu yang tidak mandiri dan dalam kondisi sakit sehingga diperlukan pendamping dalam melakukan perjalanan ke luar negeri.

•Peristiwa ini menunjukkan adanya paradigma yang salah mengenai penyandang disabilitas, yang dianggap sebagai manusia yang lemah sehingga tidak mendapatkan perlindungan hak asasi manusia

Pentingnya perubahan paradigma terhadap penyandang disablitas yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai obyek dan bersifat belas kasihan

•Dengan lahirnya UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang disabilitas maka kedudukan penyandang disabilitas sebagai subjek (diakui keberadaannya) yaitu manusia yang bermartabat yang memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya

Page 6: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

• setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak”

Perubahan dapat dilihat dari definisi Penyandang Disabilitas dalam UU No. 8 Tahun 2016

• Penyandang disabilitas didudukkan sebagai subjek yaitu sebagai individu yang memiliki hak dan kewajiban sehingga penyelenggaraan kesejahteraan sosial untuk penyandang disabilitas tidak hanya berupa rehabilitasi sosial dan jaminan sosial namun juga meliputi pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Perubahan paradigma tentang penyandang disabilitas sebagai bagian hak asasi manusia (HAM)

• menempatkan penyandang disabilitas harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam upaya pengembangan dirinya melalui kemandirian sebagai manusia yang bermartabat dalam perspektif hak asasi manusia. Harapannya ke depan tidak ada lagi diskriminasi yang dilakukan terhadap penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan sebagai warga negara

Pergeseran paradigma tentang penyandang disabilitas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016

Page 7: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Sarana dan Prasarana pada Kejaksaan Negeri Gunungkidul yang mendukung bagi Penyandang

Disabilitas

Page 8: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Komitmen Aparatur Kejaksaan Negeri Gunungkidul dalam rangka Fasilitasi Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan

Page 9: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

• SOP penanganan perkara tindak pidana bagi Penyandang Disabilitas berdasarkan atas asas penghomatan terhadap martabat, otonomi individu, tanpa diskriminasi, partisipasi penuh, keragaman manusia dan kemanusiaan, kesamaan kesempatan, kesetaraan, aksesibilitas, kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak, inklusif, dan perlakuan khusus dan perlindungan lebih;

Keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi DIY

Nomor : KEP-042/Q.4/02/2019 Januari

2019 tentang SOP Penanganan Perkara Tindak Pidana Bagi

Penyandang Disabilitas

• Jaksa Peneliti memastikan pemeriksaan terhadap Saksi atau Tersangka oleh Penyidik dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dari Dokter, Psikolog, Psikiater atau Petugas Sosial yang ditunjuk oleh Komite Perlindungan Disabilitas;

• Jaksa Peneliti memastikan bahwa Saksi atau Tersangka pada saat diperiksa didampingi oleh pendamping atau penterjemah yang kompeten di bidangnya;

Prapenuntutan • Pada waktu penyerahan

tersangka Penyandang Disabilitas dari Penyidik kepada Penuntut Umum (Tahap 2) didampingi pendamping atau penterjemeah yang telah ditunjuk ole Komite Penyandang Disabilitas;

• Jaksa Penuntut Umum melakukan koordinasi dengan Komite Penyandang Disabilitas, mengenai waktu dan tanggal persidangan dalam hal saksi atau terdakwa adalah Penyandang Disabilitas;

Penuntutan

Keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi DIY Nomor : KEP-042/Q.4/02/2019 Januari 2019 tentang SOP Penanganan Perkara Tindak Pidana Bagi Penyandang Disabilitas

Page 10: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Saran masukan dalam rangka menuju Peradilan Inklusif

Peningkatan kualitas SDM meliputi Aparatur Penegak Hukum (APH), berikut dengan kelengkapan pranata struktur organisasinya dalam

proses penanganan perkara yang melibatkan disabilitas sehingga dapat menjadi daya dukung dalam mewujudkan peradilan inklusif;

Menyelenggarakan Bimtek/Diklat Terpadu (multisektoral) yang secara khusus dilakukan dalam rangka untuk penanganan perkara yang

melibatkan difabel;

Menyusun Juklak/Juknis yang secara khusus mengatur tentang proses penanganan perkara yang melibatkan difabel;

Melakukan Rapat Koordinasi sekaligus menyamakan persepsi yang melibatkan seluruh stakeholder terkait terutama Pemerintah Daerah

dalam rangka mewujudkan keterpaduan program –program kebijakan pemerintah daerah dengan tujuan peradilan inklusif;

Page 11: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Closing Statement

• Terselenggaranya pelaksanaan peradilan yang inklusif tentunya tidak terlepas dari peranan aparat penegak hukum, pegawai dan organisasi penegak hukum; kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan peran serta masyarakat;

• Tidak hanya masing-masing aparat penegak hukum, organisasi penegak hukum juga memegang peranan besar untuk memastikan perumusan kebijakan terkait perlindungan hak penyandang disabilitas berhadapan dengan hukum dan peradilan inklusif, melaksanakan pembinaan tenaga teknis dan administrasi agar memiliki perspektif dan pemahaman terhadap pemenuhan dan perlindungan bagi disabilitas, termasuk untuk penyediaan pranata dan tatalaksana proses di lingkungan peradilan yang ramah dan mengatasi hambatan aksesibilitas fisik dan non fisik yang kerap dihadapi oleh penyandang disabilitas;

Page 12: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai
Page 13: Menuju Perlindungan Difabel Berhadap Hukum dan Praktik ......yang terdapat di dalam UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang masih menempatkan penyandang disabilitas sebagai

Terima kasih