PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN...

143
KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) DAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN (DISPERINDAG) DALAM MEMBERDAYAKAN PENGRAJIN DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK DI KECAMATAN TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Disusun Oleh: Nurul Fitri Sugiharto NIM. 66611109 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016

Transcript of PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN...

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

1

KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) DAN

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN (DISPERINDAG)

DALAM MEMBERDAYAKAN PENGRAJIN DAUR ULANG

SAMPAH PLASTIK DI KECAMATAN TIGARAKSA

KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi

Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:

Nurul Fitri Sugiharto

NIM. 66611109

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2016

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

2

ABSTRAK

Nurul Fitri Sugiharto. NIM. 6661110940. Skripsi. Koordinasi Badan Lingkungan Hidup

Daerah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam Memberdayakan Pengrajin

Daur Ulang Sampah Plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Pembimbing I : Dr.Agus Sjafari, M.Si. Pembimbing II : Rahmawati, S.Sos, M.Si

Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat dan

erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu akibat

yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya pusat – pusat industri yang tanpa

disadari dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan tepat.

Untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya guna, peran pemerintah sangat diperlukan,

dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

untuk memberikan pelatihan, penyuluhan, pembinaan serta memfasilitasi para pengrajin agar

dapat berdaya guna dan dapat bersaing di pasar global. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisis bagaimana koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah

(BLHD) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam memberdayakan

pengrajin daur sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Teori yang

digunakan adalah Teori Koodinasi dari Dann Sugandha (1991). Metode Penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Informan penelitian ditentukan dengan teknik

purposive. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Hasil

penelitian ini bahwa koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dirasa belum optimal, karena kurangnya komunikasi dan

kerjasama antar dua instansi tersebut dan kurangnya komunikasi dengan para pengrajin.

Sarannya adalah kedua instansi yaitu Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan segara menindak lanjuti permasalahan pemasaran dan

promosi hasil barang kerajinan dan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah segara

membentuk forum untuk para pengrajin agar mendapatkan pembinaan dari Dinas erindustrian

dan Perdagangan.

Kata Kunci : Koordinasi, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Memberdayakan.

i

Page 3: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

3

ABSTRACT

Nurul Fitri Sugiharto. NIM. 6661110940. Thesis. Coordination of the Regional

Environmental Agency and Department of Industry and Trade in Empowering Craftsmen

Waste Recycling Plastics in District Tigaraksa Tangerang Regency. Preceptor I: Dr.Agus

Sjafari, M.Si. Preceptor II: Rahmawati, S.Sos, M.Si

Globalization of economic, political and social bring closer relations between the state and

closely and bring positive and negative impacts for a country. One of the most obvious

consequences of globalization is the central development - industrial centers that unwittingly

may adversely affect the environment if not handled properly. To realize efficient society, the

role of government is indispensable, in this case the Regional Environmental Agency and the

Department of Industry and Trade to provide training, counseling, coaching and facilitating

the craftsmen to be efficient and able to compete in the global market. The purpose of this

study was to determine and analyze how the coordination of the Regional Environmental

Agency (BLHD) and the Department of Industry and Trade (Industry and Trade) in

empowering artisans recycling of plastic waste in the Tigaraksa district of Tangerang

Regency. The theory used is the theory Coordination of Dann Sugandha (1991). The research

method used is descriptive qualitative method. The informants were determined by using

purposive. The location of this research is in the Tigaraksa district of Tangerang Regency.

Results of this study that the coordination between the Regional Environmental Agency with

the Department of Industry and Trade is felt not optimal, due to the lack of communication

and cooperation between the two agencies and lack of communication with the craftsmen.

The suggestion is that the two agencies Regional Environmental Agency and the Department

of Industry and Trade of immediately following up the problems of marketing and promotion

of handicrafts and the Regional Environmental Agency immediately establish a forum for the

craftsmen in order to get guidance from the Department of Industry and Trade.

Keywords: Coordination, Regional Environmental Agency, Department of Industry and

Trade, Empower.

ii

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

4

iii

Page 5: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

5

iv

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

6

v

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

7

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL.......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................1

1.2 Identifikasi Masalah............................................................... 13

1.3 Rumusan Masalah.................................................................. 14

1.4 Tujuan Penelitian.................................................................... 14

1.5 Manfaat Penelitian................................................................. 15

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

2.1 Koordinasi

2.1.1 Definisi Koordinasi.................................................... 16

2.1.2 Ciri – ciri Koordinasi................................................. 19

2.1.3 Tipe – tipe Koordinasi............................................... 20

2.1.4 Prinsip – prinsip Koordinasi...................................... 21

2.1.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Koordinasi. 21

2.1.6 Sifat – sifat Koordinasi.............................................. 26

2.1.7 Mekanisme dan Proses Koordinasi............................ 26

2.1.8 Tujuan Koordinasi..................................................... 27

2.1.9 Hambatan dalam Pengkoordinasian.......................... 28

2.2 Pemberdayaan

2.2.1 Definisi Pemberdayaan.............................................. 29

vi

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

8

2.2.2 Strategi Pemberdayaan.............................................. 33

2.2.3 Indikator Keberdayaan.............................................. 34

2.3 Kelompok

2.3.1 Definisi Kelompok..................................................... 34

2.3.2 Pengembangan Kelompok dan Tahapannya.............. 36

2.3.3 Pendekatan Kelompok............................................... 38

2.3.4 Komunikasi Antar Kelompok.................................... 39

2.4 Daur Ulang Sampah

2.4.1 Definisi Daur Ulang................................................... 39

2.4.2 Konsep Daur Ulang 4R

(Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).......................... 40

2.4.3 Tujuan Daur Ulang Sampah.......................................41

2.5 Definisi Sampah

2.5.1 Jenis – jenis Sampah.................................................. 42

2.5.2 Sumber – sumber Sampah......................................... 44

2.6 Penelitian Terdahulu.............................................................. 44

2.7 Kerangka Berpikir Penelitian................................................. 50

2.8 Asumsi Dasar......................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian....................................... 52

3.2 Fokus Penelitian..................................................................... 53

3.3 Lokasi Penelitian.................................................................... 54

3.4 Variabel Penelitian................................................................. 54

3.4.1 Definisi Konsep......................................................... 54

3.4.2 Definisi Operasional.................................................. 55

3.5 Instrumen Penelitian.............................................................. 56

3.6 Informan Penelitian................................................................ 58

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.................................. 59

3.8 Jadwal Penelitian................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian.................................................... 66

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa.................. 66

4.1.2 Gambaran Umum Bdan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten

Tangerang............................................................................. 71

vii

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

9

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Tangerang................................................................................ 73

4.2 Deskripsi Data.......................................................................... 75

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian............................................. 75

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian...................................... 76

4.3 Penyajian Data.......................................................................... 77

4.3.1 Unit – Unit atau Organisasi – Organisasi..................... 77

4.3.2 Sumber – sumber (potensi)........................................... 81

4.3.3 Gerak Kegiatan............................................................. 84

4.3.4 Kesatupaduan............................................................... 87

4.3.5 Keserasian..................................................................... 91

4.3.6 Arah Yang Sama (Sasaran)........................................... 97

4.4 Pembahasan............................................................................. 101

4.4.1 Pola Koordinasi........................................................... 101

4.4.2 Bentuk Pelatihan.......................................................... 113

4.4.3 Bentuk Promosi dan Pemasaran.................................. 118

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................... 126

5.2 Saran......................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA

viii

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

10

DAFTAR TABEL

3.5 Kisi – kisi Wawancara...................................................................... 58

3.6 Daftar Kategorisasi Informan Penelitian......................................... 57

3.8 Jadwal Penelitian.............................................................................. 65

4.1 Tabel Data Penduduk Kecamatan Tigaraksa Tahun 2015........... 67

4.4 Tabel Hasil Penelitian..................................................................... 121

ix

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

11

DAFTAR GAMBAR

2.5 Kerangka Berpikir Penelitian............................................................. 50

x

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara

semakin dekat dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi

suatu negara. Salah satu akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah

berkembangnya pusat – pusat industri yang tanpa disadari dapat memberikan dampak

negatif bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan sosial dan ekonomi

juga harus berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan

adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumberdaya secara

bijaksana dalam pembangunn yang terencana berkesinambungan untuk meningkatkan

mutu hidup.(Manik, 2009:32)

Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi sorotan

masyarakat saat ini ialah mengenai masalah sampah. Permasalahan sampah yang

terlihat hingga saat ini yaitu sampah masih menjadi sumber polusi udara karena

baunya dan polusi air yang dikarenakan pengelolaan air lindinya yang kurang tepat.

Permasalahan sampah dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertambahan dan arus

urbanisasi yang pesat menyebabkan timbulan sampah yang semakin tinggi. Hal ini

bukan saja diakibatkan karena pertumbuhan penduduk tetapi juga karena

meningkatnya timbunan sampah per kapita yang disebabkan oleh perbaikan tingkat

ekonomi dan kesejahteraan. (World Healty Organization, 2001:299). Selain itu

permasalahan sampah juga disebabkan oleh kendaraan pengangkut yang jumlah

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

2

maupun kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang kurang tepat dan tidak

ramah lingkungan.(Sari, 2012:2)

Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan ialah besarnya

populasi manusia. Pertumbuhan populasi ini telah mengakibatkan perubahan yang

besar dalam lingkungan hidup. Pada dasarnya sampah memiliki hubungan yang

„abadi‟ dengan manusia, karena sampah merupakan zat sisa dari pemenuhan

kebutuhan manusia baik itu berupa organik, non organik, maupun pabrik. Dengan

pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, bahan bakar,

tempat pemukiman dan kebutuhan lain serta limbah domestik juga bertambah dengan

cepat. (Soemarwoto, 2001:9).

Dengan adanya pertumbuhan kota yang pesat dan tingkat sosial yang berubah

serta teknologi kemajuan manusia berkembang, sampah menjadi masalah yang serius

dan diperlukan penanganan secara seksama secara terintegrasi dengan inovasi-inovasi

baru yang lebih memadai ditinjau dari segala aspek, baik itu aspek sosial, aspek

ekonomi maupun aspek teknis. Dalam kondisi sekarang ini penanganan menjadi

masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, sebab pertumbuhan kota di

Indonesia akan terus berlangsung dengan percepatan yang tidak juga berkurang

bahkan ada kecenderungan terus meningkat. Sampah adalah satu benda yang tidak

digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang di hasilkan oleh manusia

(Notoadmodjo,2003:48).

Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akan menambah beban yang tidak

ringan bagi suatu kota dalam penyiapan infrastruktur baru, seperti pendidikan,

kesehatan, serta pelayanan - pelayanan perkotaan lainnya, sehingga keadaan ini juga

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

3

akan lebih menambah beban bagi pemerintah kota. Salah satu beban yang timbul

adalah limbah padat atau sering disebut dengan sampah, sampah sebagai barang sisa

yang tidak terpakai baik padat maupun cair dari manusia, sehingga dengan demikian

apabila masalah sampah ini tidak dapat dikelola dengan baik maka otomatis akan

menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang selanjutnya akan mengancam

kehidupan manusia itu sendiri. Dimana mayoritas kota-kota di Indonesia sampai

sejauh ini belum mampu menangani sampah ini dengan baik. Seperti halnya di

Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai belum optimal dalam mengimplementasikan

peraturan daerah No 12/2012 tentang pengelolaan sampah. Kabid Sampah Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta mengakui bahwa untuk saat ini masih banyak

warga yang membuang sampah sembarang, termasuk di tempat yang sudah menjadi

larangan. Namun bukan berarti membiarkan adanya pelanggaran itu. Untuk

menanggani persoalan sampah ini, tidak hanya berhenti pada pengawasan dan

pemberian sanksi, tetapi yang penting lagi, adalah pembinaan dan kesadaran dari

warga dalam mengelola sampah. (Sosialisasi Pengolahan Sampah DIY Belum

Optimal, Sindonews, Senin 18 Maret 2013)

Kondisi yang demikian dapat diprediksikan bahwa kedepan kota – kota besar

di Indonesia juga akan memproduksi sampah lebih banyak dan lebih bervariatif, oleh

karenanya apabila tidak dilakukan penanganan yang baik sejak sekarang ini akan

mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau

tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan

udara, yang pada giliranya kehidupan perkotaan dihadapkan kepada kehidupan yang

tidak sehat lagi. Selama ini sampah dianggap sesuatu yang tidak berguna sehingga

harus dibuang. Padahal sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan

menghasilkan rupiah apabila masyarakat mahir dalam memilahnya.(Prakoso, 2014: 3)

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

4

Di Kabupaten Tangerang sendiri, masalah sampah sudah sejak lama terjadi

tetapi baru pada awal tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Tangerang mencanangkan

pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Hal ini dilakukan

Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengurai sampah dan agar tidak terjadi

penumpukkan sampah di Tempat Pembungan Akhir (TPA) Jatiwaringin Kecamatan

Mauk Kabupaten Tangerang. Krisis sampah kini mengancam Kabupaten Tangerang

seiring tingginya volume sampah. Volume sampah untuk 29 Kecamatan di Kabupaten

Tangerang sekitar 7.250 m3/hari (asumsi 2,5 liter/hari/orang). Kemudian, volume

sampah yang terangkut ke TPA Jatiwaringin hanya mencapai sekitar 432 m3/hari.

Sampah – sampah yang terangkat ini terdiri dari jenis organik dan anorganik yang

berasal dari berbagai sumber. Adapun komposisi sampahnya yaitu dari jenis non

organik yang bersumber dari kertas sebesar 10,11%; kayu 3,12%; kain 2,45%;

karpet/kulit 0,56%; plastik 11,08%; metal/logam 1,90%; kaca 1,03%; tulang 1,09%;

lain – lain 2,74%. Sedangkan sampah yang berasal dari sampah organik dan

bersumber dari rumah tangga sebesar 23,92%; pasar 10%; kegiatan komersil 15%;

kegiatan industri 15%; taman, jalan dan sungai sebesar 2%.(DKPP

Kab.Tangerang,2011)

Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa presentase sumber sampah di

Kabupaten Tangerang tertinggi berasal dari jenis non organik yaitu bersumber dari

plastik. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari – hari bahwa plastik paling

sering digunakan oleh masyarakat karena selain mudah didapatkan, juga merupakan

salah satu bentuk barang yang paling sederhana dan banyak memberikan manfaat.

Sedangkan presentase sumber sampah tertinggi yang berasal dari jenis organik yaitu

bersumber dari rumah tangga. Hal ini juga dapat kita lihat dalam kehidupan sehari –

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

5

hari bahwa sampah pada umumnya bersumber dari sisa – sisa pemakaian suatu

produk rumah tangga.

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang tak

berdaya dalam mengatasi krisis sampah yang saat ini melanda pesisir utara Kabupaten

Tangerang. Selain sebaran sampah yang terlalu luas karena berasal dari laut dan

sungai, terbatasnya petugas dan armada pengangkut sampah menjadi salah satu

pemicunya. Dinas Kebersihan hanya memiliki 109 armada pengangkut sampah untuk

melayani pembuangan sampah di 29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. Ironisnya,

dari 109 truk yang ada, tidak semuanya dalam kondisi laik jalan. Karena terbatasnya

fasilitas tersebut, layanan pengangkut sampah di Kabupaten Tangerang pun belum

maksimal. Armada yang minim dijadikan alasan tidak mampu melayani wilayah

Kabupaten Tangerang yang begitu luas. Sehingga dari 1500-1800 kubik sampah

Kabupaten Tangerang setiap harinya, hanya 40 persennya yang terangkut.(Kabupaten

Tangerang Kekurangan Pengangkut Sampah, Tempo, Kamis 4 April 2013).

Hasil Sensus Penduduk 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Tangerang mencapai 3,05 juta orang, terdiri dari 1,56 juta laki-laki dan

1,48 juta perempuan dengan total jumlah penduduk Banten yang berjumlah 11,24

juta orang. Bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Tangerang adalah kabupaten

dengan populasi tertinggi pertama di Banten sebesar (28%), diikuti Kota Tangerang

(18%), Kabupaten Serang (13%), Kota Tangerang Selatan (13%), Kabupaten Lebak

(11%), Kabupateng Pandeglang (11%), Kota Serang (6%) dan terendah Kota Cilegon

(4%). (BPS Provinsi Banten)

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

6

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2012 sebesar 3

persen. Dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang sekitar 1.011,86 kilo meter

persegi dengan tingkat kepadatan penduduk Tangerang adalah sebanyak 3,015 orang

per kilo meter persegi sebesar 10,47 persen dari luas wilayah provinsi Banten.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan

– kerusakan lingkungan yang terjadi secara perlahan. Manusia tidak bisa dipisahkan

dari lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Untuk

bernapas, manusia dan makhluk hidup lainnya memerlukan udara dari lingkungan

sekitar. Untuk makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan

lingkungan. Oleh sebab itu untuk rnenjaga kelestarian lingkungan hidup, harus

menjaga lingkungan dengan baik. Salah satunya dengan cara membuang sampah pada

tempatnya.

Dengan adanya kenyataan seperti itu, diperlukan adanya penanganan yang

serius untuk menangani permasalah sampah ini. Hal ini mengingat bahwa sampah

merupakan barang yang dapat menjadi masalah apabila tidak dikelola dengan baik,

karena dalam segala aspek kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari

hubungannya dengan sampah.

Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan lingkungan akibat sampah,

maka perlu adanya pengelolaan sampah yang terprogram dengan baik. Upaya untuk

mencegah dan atau mengurangi timbulnya limbah, dimulai sejak pemilihan bahan,

teknologi proses, penggunaan materi dan energi dan pemanfaatan produk

sampingan pada suatu sistem produksi. Minimisasi limbah dapat dilakukan dengan

cara reduce, reuse, recycle, recovery. Reduce merupakan upaya untuk mengurangi

pemakaian/penggunaan bahan baku seefisien mungkin di dalam suatu proses

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

7

produksi. Juga meperhatikan agar limbah yang terbuang menjadi sedikit. Reuse

merupakan upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami

proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan di dalam atau di

luar daerah proses produksi yang bersangkutan. Recycle merupakan upaya

pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui pengolahan fisik atau

kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang

berlainan. Daur ulang dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses

produksi yang bersangkutan. Recovery merupakan upaya pemanfaatan limbah

dengan jalan memproses untuk memperoleh kembali materi/energi yang terkandung

di dalamnya. (Schempf, 1999 dan Curran, 1996).

Selain dengan cara mengoptimalkan siklus hidup sampah 4R tersebut,

Kabupaten Tangerang khususnya Badan Lingkungan Hidup Daerah memiliki cara

tersendiri untuk mengatasi masalah sampah yang ada saat ini, yaitu dengan

mengadakan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup ini

dilaksanakan sejak tahun 2011, didalam Program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup tersebut ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

Badan Lingkungan Hidup Daerah, salah satunya dengan melakukan kegiatan

pelatihan pembuatan kerajinan dari daur ulang sampah plastik yang dilakukan oleh

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang kepada ibu – ibu pengrajin.

Sampah yang digunakan adalah sampah dari bungkus kopi, bungkus minuman –

minuman instant dan botol – botol minuman plastik. Kegiatan pelatihan pembuatan

kerajinan dari daur ulang sampah plastik ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

8

dari Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup yang

dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.

Selain kegiatan pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah plastik, kegiatan

lain yang termasuk dalam rangkaian Program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup adalah pembinaan kampung hijau, pelatihan pembuatan

lubang biopori dan penanganan sampah skala rumah tangga. Kegiatan ini

dilaksanakan sejak tahun 2011, sampai pada tahun 2014 ini sudah ada 4 (empat)

lokasi yang menjadi sasaran untuk kegiatan ini yaitu di Kelurahan Kelapa Dua,

Kelurahan Paku Haji, Perumahan Puri Permai dan yang terakhir adalah Perumahan

Panca Wiratama Sakti (PWS). Dalam melaksanakan kegiatan ini tentu saja pihak

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang membutuhkan kerjasama dan

koordinasi antar instansi terkait dan juga masyarakat khususnya ibu – ibu pengrajin.

Hal ini dilakukan bertujuan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sampah

pada skala rumah tangga dapat berkurang.

Produk – produk yang dihasilkan dari kerajinan bungkus kopi dan minuman

instant adalah berupa tas, dompet, tempat pensil, tempat tissue, sarung galon, taplak

meja, alas untuk sajadah dan tiker. Sedangakan kerajinan yang dihasilkan dari botol –

botol minuman plastik adalah berupa pajangan bunga plastik dan vas bunga.

Sebenarnya, apabila masyarakat khususnya ibu – ibu pengrajin dapat memanfaatkan

sampah dengan baik dan dapat mengembangkan kerajinan ini, kegiatan ini dapat

meningkatkan kesejahteraan ibu – ibu pengrajin. Karena, kerajinan ini akan memiliki

nilai jual yang cukup tinggi. Tetapi ada beberapa kendala yang dihadapi oleh ibu – ibu

pengrajin dalam mengembangkan kerajinan dari daur ulang sampah plastik ini.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

9

Menurut observasi awal peneliti, ada beberapa masalah yang terjadi setelah

pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari daur ulang sampah

plastik ini. Permasalahan yang pertama adalah kurangnya kerjasama antara Badan

Lingkungan Hidup dengan Dinas Perindustrin dan Perdaganggan terkait penanganan

masalah promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh ibu – ibu

pengrajin. Hal ini terjadi karena kesibukkan dari tiap – tiap instansi dalam

menjalankan program dari pemerintah setiap tahunnya. Padahal, sebenarnya barang

kerajinan ini bisa menjadi potensi bagi Kabupaten Tangerang apabila kegiatannya

dapat terlaksana dengan baik.

Permasalahan yang kedua adalah kurangnya informasi para ibu – ibu pengrajin

dalam mempromosikan dan memasarkan hasil kerajinan yang telah dibuat. Hal ini

terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kabupaten Tangerang para ibu – ibu pengrajin yang telah diberikan pelatihan. Jadi,

apabila pemerintah daerah sedang mengadakan acara seperti pameran atau bazar,

hanya beberapa ibu – ibu saja yang di infokan untuk mengikuti acara tersebut. Hal

inilah yang menjadi salah satu penyebab antusiasme para ibu - ibu juga berkurang

akibat tertutupnya peluang untuk mempromosikan dan memasarkan barang kerajinan

yang telah mereka buat. Karena koordinasi yang dilakukan oleh pihak Badan

Lingkungan Hidup Daerah terhadap ibu – ibu pengrajin hanya pada saat Badan

Lingkungan Hidup Daerah mendapatkan undangan oleh instansi lain untuk mengikuti

acara bazar. Dalam hal ini, hanya beberapa ibu – ibu pengrajin saja yang memang

telah memiliki beberapa koleksi barang kerajinan yang dapat diikutsertakan untuk

mengikuti kegiatan bazar ataupun pameran.

Permasalahan ketiga adalah belum adanya forum atau komunitas oleh pihak

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang untuk mengkoordinir para ibu – ibu

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

10

pengrajin dari 4 (empat) tempat yang sudah diberikan pelatihan yang masih membuat

kerajinan dari daur ulang sampah plastik, agar jika pemerintah daerah mengadakan

acara atau bazar terkait dengan program daerah pihak Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Tangerang dan Dinas Perindustrian Perdagangan, pihak dinas tidak

perlu repot lagi untuk menghubungi atau mendatangi para ibu - ibu satu per satu dari

rumah ke rumah.

Selain itu, permasalahan yang terakhir adalah sulitnya klasifikasi yang

diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang dalam

mempromosikan barang kerajinan dari daur ulang sampah plastik yang telah dibuat

oleh para ibu – ibu pengrajin. Karena pihak Disperindag menginginkan barang dengan

kualitas yang baik dari segi bahan maupun pengerjaannya, agar dapat dipromosikan di

setiap event yang diadakan di dalam kota maupun luar kota. Hal ini sudah pasti hal ini

menyulitkan para pengrajin, karena barang kerajinan dari sampah plastik yang dibuat

harus benar – benar bagus dan rapih agar lolos dari klasifikasi. Hal ini diperparah

dengan tidak dimilikinya mesin jahit dari setiap ibu – ibu pengrajin, jadi apabila ibu -

ibu ingin membuat tas dari sampah plastik tersebut pengrajin harus membayar

penjahit untuk menyelesaikan tas tersebut.(Sumber : Observasi Awal Peneliti)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan dalam latar belakang masalah,

peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang menyangkut Koordinasi

Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam

Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di Kecamatan Tigaraksa

Kabupaten Tangerang, antara lain :

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

11

1. Kurangnya kerjasama antar instansi terkait dalam penanganan masalah

promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh ibu – ibu

pengrajin.

2. Kurangnya informasi para ibu – ibu pengrajin dalam mempromosikan dan

memasarkan hasil kerajinan yang telah dibuat.

3. Belum adanya pembentukkan forum atau komunitas oleh pihak Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang untuk mengkoordinir para ibu – ibu

pengrajin yang telah diberikan pelatihan.

4. Sulitnya klasifikasi yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Tangerang dalam mempromosikan barang kerajinan dari daur

ulang sampah plastik yang telah dibuat oleh ibu – ibu pengrajin.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah peneliti buat, maka ada beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pola koordinasi antar instansi dalam pemberdayaan

kerajinan tangan dari daur ulang sampah plastik di Kecamatan

Tigaraksa Kabupaten Tangerang?

2. Bagaimana bentuk pelatihan yang diberikan oleh Badan Lingkungan

Hidup Daerah Kabupaten Tangerang pada ibu – ibu pengrajin?

3. Bagaimana bentuk promosi dan pemasaran dari hasil kerajinan dari

daur ulang sampah plastik yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian

dan Perdagangan?

1.4 Tujuan Penelitian

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

12

Berdasarkan perumusan masalah diatas, peneliti mempunyai tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Koordinasi

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan Dinas Perisdustrian dan Perdagangan

(DISPERINDAG) dalam Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di

Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dapat

memberikan kemanfaatan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan pengalaman penelitian dalam pengembangan Ilmu Administrasi Negara

khususnya Manajenen Publik tentang koordinasi. Sehingga penelitian ini dapat

memberikan masukan kepada instansi dan seluruh stakholder terkait.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

dan pengetahuan peneliti dalam mengamati fenomena sosial, dan khasanah ilmu

pengetahuan lain selama mengikuti program studi Ilmu Administrasi Negara.

Manfaat penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi atau referensi

tambahan untuk Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang, Dinas

Perindustrian Perdagangan Kabupaten Tangerang dan seluruh lapisan masyarakat

sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi seluruh pembaca pada

penelitian selanjutnya.

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

13

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

Untuk menghasilkan sebuah penelitiam yang komprehensif dan

berkolerasi, maka penelitian ini mencoba mengambil beberapa teori sebagai bahan

rujukan yang memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini. Diharapkan

dengan rujukan tersebut dapat membentuk kerangka dasar berpikir dalam

melakukan kajian. Berikut ini teori yang di jadikan bahan rujukan penelitian :

2.1 Koordinasi

2.1.1 Definisi Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk

mengkoordinasikan kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan

dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya penyampaian informasi yang

jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para

bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan

pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya

koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan maka tujuan

perusahaan tidak akan tercapai.

Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa : “Koordinasi adalah

kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-

unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai

tujuan organisasi”.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

14

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan

kegiatankegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen -

departemen atau bidang – bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk

mencapai tujuan secara efisien dan efektif.(Handoko 2003 : 195).

Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and

Practice of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:54)

Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan

memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing

dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang

semestinya di antara para anggota itu sendiri.

Sugandha (1991:11) mendefinisikan koordinasi sebagai

penyatupaduan gerak dari seluruh potensi unit – unit atau organisasi –

organisasi yang berbeda fungsi agar secara benar – benar mengarah

kepada sasaran yang sama, guna memudahkan pencapaiannya yang

efisien. Dalam teorinya, Sugandha menyimpulkan bahwa dalam

koordinasi terkandung enam unsur utama, yaitu :

1. Unit – unit atau organisasi – organisasi

2. Sumber – sumber (potensi)

3. Gerak kegiatan

4. Kesatupaduan

5. Keserasian

6. Arah yang sama (sasaran)

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of

Management yang dikutip Handayaningrat (2002:55) koordinasi adalah

suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk menyediakan jumlah dan

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

15

waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu

tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :

1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif

2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut

3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi

memiliki syarat – syarat yakni :

1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat

perbagian.

2. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar

bagian, agar saling berlomba

3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.

4. Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin

bersemangat.

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa koordinasi adalah

tindakan seorang pimpinan untuk mengusahakan terjadinya keselarasan,

antara tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau bagian

yang satu dengan bagian yang lain. Dengan koordinasi ini diartikan

sebagai suatu usaha ke arah keselarasan kerja antara anggota organisasi

sehingga tidak terjadi kesimpang siuran, tumpang tindih. Hal ini berarti

pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan proses

pengintegrasian tujuan dan aktivitas di dalam suatu perusahaan atau

organisasi agar mempunyai keselarasan di dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan, pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer

mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

16

organisasi tersebut. Kekuatan suatu organisasi tergantung pada

kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam

mencapai suatu tujuan.

2.1.2 Ciri – ciri Koordinasi

Berdasarkan definisi Mc.Farland dalam bukunya Managemen

Principles and Practice yang dikutip oleh Handayaningrat (1996:89) ,

maka koordinasi menpunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Bahwa tanggung jawab daripada koordinasi adalah terletak

pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi adalah merupakan

tugas dari pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan

dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang

berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin

mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan

kerjasama (cooperation). Oleh karena itu maka kerjasama

(cooperation) merupakan suatu syarat yang sangat penting

dalam membantu pelaksaan daripada koordasi. Jelaslah

bahwa koordinasi berbeda dengan koperasi.

2. Adanya proses (continues process). Sebab koordinasi

pekerjaan daripada pimpinan yang bersifat kesinambungan

dan harus dikembangkan sehinga tujuan dapat tercapai

dengan baik.

3. Pengaturan secara teratur daripada usaha kelompok. Oleh

karena itu koordinasi adalah konsep yang ditetapkan didalm

kelompok, bukan terhadap usaha individu, melainkan

sejumlah individu yang bekerjasama, dengan koordinasi akan

menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat pnting

untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan.

4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti

daripada koordinasi. Kesatuan daripada usaha, berarti bahwa

pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha – usaha

daripada kegiatan individu sehingga terdapat keserasian

didalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah

merupakan suatu kewajiban pemimpin untuk memperoleh

suatu koordinasi yang baik. Dengan mengatur jadwal waktu

dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai

dengan waktu yang telah direncanakan.

5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose),

kesatuan daripada usaha meminta pengertian kepada semua

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

17

individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai

kelompok, dimana mereka bekerja.

2.1.3 Tipe – tipe Koordinasi

Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan

disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai

dengan baik. Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa tipe koordinasi di

bagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi

horizontal. Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna

kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:

1. Koordinasi vertikal (Vertical Coordination) adalah kegiatan-

kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan

terhadap kegiatan unitunit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di

bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan

mengkoordinasi semua aparat yang ada dibawah tanggung

jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif

mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi

kepada aparat yang sulit diatur.

2. Koordinasi horizontal (Horizontal Coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-

kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan

interrelated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam

rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan,

mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu

dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-

unit yang sama tugasnya.

3. Interrelated adalah koordinasi antar badan (instansi) beserta

unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu

dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan

secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi

horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak

dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab

kedudukannya setingkat.

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

18

2.1.4 Prinsip – prinsip Koordinasi

Menurut Sugandha (1991:47), beberapa prinsip yang perlu

diterapkan dalam menciptakan koordinasi antara lain :

1. Adanya kesepakatan dan keastuan pengertian mengenai sasaran

yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama.

2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh masingmasing pihak, termasuk target dan

jadwalnya.

3. Adanya kataatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian

tugas masing-masing serta jadwal yang telah diterapkan.

4. Adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerjasama

mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk

masalahmasalah yang dihadapi masing-masing.

5. Didukung dengan adanya koordinator yang dapat memimpin dan

menggerakkan serta memonitor kerjasama tersebut,serta memimpin

pemecahan masalah bersama.

6. Adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada

koordinator sehingga koordinator dapat memonitor seluruh

pelaksanaan kerjasama dan mengerti masalah-masalah yang sedang

dihadapi oleh semua pihak.

7. Serta dilengkapi dengan adanya saling hormati terhadap wewenang

fungsional masing-masing pihak sehingga tercipta semangat untuk

saling membantu.

Dari pendapat Sugandha di atas, dapat dipahami bahwa prinsip-

prinsip koordinasi adalah adanya tindakan dalam menyatukan informasi

yang disetai dengan ketaatan terhadap pertauran dan kepemimpinan.

2.1.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi Koordinasi

Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi koordinasi sebagai berikut:

1. Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota

organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau

tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

19

satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu

konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari

pada usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa

usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya

keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah

merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu

koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa

kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah

dirncanakan.

2. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena

komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan

berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya

komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak

kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. “Perkataan

komunikasi berasal dari perkataan communicare, yaitu yang dalam bahasa

latin mempunyai arti berpartisipasi ataupun memberitahukan”. Dalam

organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi

partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan

tugas kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian

komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan

dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

20

Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat

bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan

merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu

komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara

tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi

serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan

suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang

disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

Sehingga dari uraian tersebut terlihat fungsi komunikasi sebagai

berikut :

1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam

suatu lingkungan.

2. Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai lingkungan

3. Kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma sosial dari

generasi yang satu ke generasi yang lain.

Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain

dengan melalui informasi atau pendapat atau pesan atau idea yang

disampaikannya kepada orang tersebut.

3. Pembagian Kerja

Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk

mencapai tujuan bersama dimana individu tidak dapat mencapainya

sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja bersama secara

kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

21

dilakukan perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah

prinsip pembagian kerja (Division of labor).

Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu

organisasi diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik dalam usaha

mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan pembagian kerja. Dengan

pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan

tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah perincian tugas dan

pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk

melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.

Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas

secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik mampu

melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas–tugas yang paling rumit

dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang diperlukan

untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan

pemilahan bagian–bagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah

orang. Pembagian pekerjaan yang dispesialisasikan seperti itu

memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada

fungsi pekerjaan tertentu.

4. Disiplin

Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja

secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang

diharapkan. Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang

berbeda - beda agar kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

22

waktunya, sehingga masing – masing dapat memberikan sumbangan

usahanya secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk

itu diperlukan disiplin.

Rivai (2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja adalah

suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan

karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta

sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan

seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan normanorma sosial

yang berlaku. Jadi jelasnya bahwa disiplin menyangkut pada suatu sikap

dan tingkah laku, apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk

dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi.

Dalam suatu organisasi penerapan peraturan kepada seseorang atau

anggota organisasi dikelola oleh pimpinan. Pimpinan diharapkan mampu

menerapkan konsep disiplin positif yakni penerapan peraturan melalui

kesadaran bawahannya. Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu

menerapkan konsep disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga

tidak mungkin mampu menerapkannya pada orang lain termasuk kepada

bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu sangat penting artinya dalam

proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat

menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

23

2.1.6 Sifat – sifat Koordinasi

Hasibuan (2006:87), bependapat bahwa sifat-sifat koordinasi

adalah :

1 Koordinasi bersifat dinamis bukan statis.

2 Koordinasi menekankan Pandangan menyeluruh oleh seorang

koordinator dalam rangka mencapai sasaran.

3 Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas Koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki)

artinya koordinasi dilakuakan menurut jenjang – jenjang kekuasaan dan

tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang – jenjang yang berbeda

satu sama lain. Asas hierarki ini merupakan setiap atasan (koordinator)

harus mengkoordinasi bawahan secara langsung. Scalar principle

merupakan kekuasaan mengkoordinasi yang harus bekerja melalui suatu

proses formal.

2.1.7 Mekanisme dan Proses Koordinasi

Menurut Sugandha (1991:27-46) , mekanisme koordinasi yaitu

antara lain :

1. Adanya kesadaran dan kesediaan sukarela dari semua anggota

organisasi atau pemimpin-pemimpin organisasi (untuk kerjasama

antarinstansi.

2. Adanya komunikasi yang efektif, tujuan kerjasamanya dan peranan

dari tiap pihak yang terlibat, harus dapat menciptakan organisasinya

sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi suatu organisasi yang

mampu memimpin organisasi-organisasi lainnya, meminta ketaatan,

kesetiaan, dan disiplin kerja tiap pihak yang terlibat.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

24

3. Terciptanya koordinasi di dalam suatu organisasi akan menunjukkan

bahwa organisasi tersebut benar-benar bergerak sebagai suatu system,

dan pemimpin akan bertindak sebagai fasilitator dan tenaga pendorong.

Siagian (2005:74) berpendapat mengenai cara-cara yang dapat

dilakukan dalam mengkoordinasi, yaitu dengan melakukan briefing staf

untuk memberitahukan kebijaksanaan pimpinan organisasi kepada staf

yang dalam waktu sesingkat mungkin harus diketahui dan mendapat

perumusan. Setelah itu diadakan rapat staf untuk mengadakan pengecekan

terhadap kegiatan yang telah dan sedang dilakukan oleh staf serta

mengadakan integrasi daripada pkok-pokok hasil pekerjaan staf. Lalu

mengumpulkan laporan-laporan mengenai pelaksanaan keputusan

pimpinan organisasi. Selanjutnya mengadakan kunjungan serta inspeksi

mengenai pelaksanaan keputusan pimpinan organisasi serta memberikan

petunjuk-petunjuk sesuai dengan pedoman atau ketentuan yang telah

ditetapkan oleh pimpinan organisasi. Dapat disimpulkan bahwa

mekanisme dan proses koordinasi bertujuan untuk menjaga komunikasi

dan hubungan antara pimpinan dengan bawahannya dalam kegiatan

koordinasi.

2.1.8 Tujuan Koordinasi

Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara efektif maka

ada beberapa manfaat yang didapatkan. Handoko (2003:197) berpendapat

bahwa manfaat koordinasi antara lain:

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

25

1. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan terlepas satu sama

lain, antara satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang ada

dalam organisasi.

2. Menghindari suatu pendapat atau perasaan bahwa satuan organisasi

atau pejabat merupakan yang paling penting.

3. Menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan antara bagian

dalam organisasi.

4. Menghindari terjadinya kekosongan pekerjaan terhadap suatu

aktifitas dalam organisasi.

5. Menimbulkan kesadaran diantara para pegawai untuk saling

membantu.

Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa koordinasi penting dalam

suatu organisasi, yakni:

1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan

kekembaran atau kekosongan pekerjaan.

2. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan

untuk pencapaian tujuan perusahaan.

3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

4. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing

individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi.

5. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada

sasaran yang diinginkan.

2.1.9 Hambatan dalam Pengkoordinasian

Menurut Handayaningrat (1986:129), yang menjadi hambatan

hambatan dalam mengkoordinasi adalah sebagai berikut, yaitu hambatan-

hambatan dalam koordinasi vertical (struktural). Dalam koordinasi vertical

(struktural) sering terjadi hambatan-hambatan, disebabkan perumusan

tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap satuan kerja (unit) kurang

jelas. Di samping itu adanya hubungan dan tata kerja yang kurang

dipahami oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan kadang-kadang timbul

keragu-raguan di antara yang mengkoordinasi dan yang dikoordinasi ada

hubungan dalam susunan organisasi yang bersifat hierarki.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

26

Dan ada pula hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional.

Hambatan-hambatan yang timbul pada koordinasi fungsional, baik yang

horizontal maupun diagonal, disebabkan karena antara yang

mengkoordinasi keduanya tidak dapat hubungan hierarki (garis komando).

2.2 Pemberdayaan

2.2.1 Definisi Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan

daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan

mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu

berkuasa (powerful) sehingga terjadi keseimbangan (Djohani, 2003 dalam

M. Anwas, 2013:49).

Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam

bahasa indonesia Menjadi Pemberdayaan dan Memberdayakan, Menurut

Merriam Webster Dan Oxfort English Dictionery (dalam prijono dan

pranarka, 1996 : 3) mengandung dua pengertian yaitu : pengertian pertama

adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give

ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi

kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak

lain. Sedang dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk

memberikan kemampuan atau keberdayaan.

Menurut Rapport (1987), pemberdayaan diartikan sebagai

pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan

sosial, kekuatan politik, dan hak – haknya menurut undang – undang.

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

27

Sementara itu, menurut Mc.Ardle (1989) mengartikan pemberdayaan

sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang – orang secara

konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang – orang yang telah

mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan

merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka

sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya

dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan

dari hubungan eksternal. Namun demikian, McArdle mengimplikasikan

hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya

proses dalam pengambilan keputusan. (Harry Hikmat, 2010: 3)

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau

kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka

memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas kelaparan, bebas dari

kebodohan, bebas dari kesakitan, (b) menjangkau sumber – sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang – barang dan jasa – jasa yang

mereka perlukan, dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan – keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli di

bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,

proses dan cara – cara pemberdayaan:

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

28

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang –

orang yang lemah atau tidak beruntung. (Ife, 1995)

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolam atas,

dan mempengaruhi terhadap, kejadian – kejadian serta lembaga –

lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. (Parsons,et.al.,1994)

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui pengubahan struktur social (Swift dan Levin, 1987)

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya. (Rappaport, 1984). (Suharto, 1997:210-224 dalam Edi

Suharto,2005:58-59)

Menurut Ife (1995:61-64), pemberdayaan memuat dua pengertian

kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan

bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan

kekuasaan atau penguasaan klien atas:

1. Pilihan – pilihan personal dan kesempatan – kesempatan hidup:

kemampuan dalam membuat keputusan – keputusan mengenai

gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan

2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan

selaras dengan aspirasi dan keinginannya

3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbang

gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa

tekanan

4. Lembaga – lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata – pranata masyarakat, seperti lembaga

kesejahteraan social, pendidikan, kesehatan

5. Sumber – sumber: kemampuan memobilisasi sumber – sumber

formal, informal dan kemasyarakatan

6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola

mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,

perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi. (Edi Suharto, 2005:59)

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

29

Menurut Bedger dan Nenhaus dan Nisbet (Suharto,1997),

„struktur- struktur penghubung‟ (mediating structures) yang

memungkinkan kelompok – kelompok lemah mengekspresikan aspirasi

dan menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih

luas, kini cenderung melemah. Munculnya industrialisasi yang melahirkan

spesialisasi kerja dan pekerjaan mobile telah melemahkan lembaga –

lembaga yang dapat berperan sebagai struktur penghubung antara

kelompok masyarakat lemah dan masyarakat luas. Organisasi – organisasi

social, lembaga – lembaga keagamaan (masjid, gereja), dan lembaga

keluarga yang secara tradisional merupakan lembaga alamiah yang dapat

memberi dukungan dan bantuan informal, pemecahan masalah dan

pemenuhan kebutuhan para anggotanya, cenderung semakin melemah

peranannya. Oleh karena itu, seringkali sistem ekonomi yang diwujudkan

dalam berbagai bentuk pembangunan proyek – proyek fisik, selain di satu

pihak mampu meningkatkan kualitas hidup sekelompok orang, juga tidak

jarang malah semakin meminggirkan kelompok – kelompok tertentu

dalam masyarakat. (Edi Suharto, 2005:61)

Sennet dan Cabb (1972) dan Conway (1979) menyatakan bahwa

ketidakberdayaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti : ketiadaan

jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan

akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan

pelatihan – pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional

(Suharto,1997 dalam Edi Suharto, 2005:61)

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

30

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, harus dilakukan melalui

beberapa kegiatan : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua,

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering). ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi

(Protecting), disinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap

manusia, setiap anggota masyarakat, memiliki suatu potensi yang selalu

dapat terus dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama

sekali tidak berdaya, karena kalau demikian akan mudah punah

(Kartasasmita:1996:159).

2.2.2 Strategi Pemberdayaan

Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui

berbagai pendekatan, menurut Suharto (2005), penerapan pendekatan

pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5P yaitu: Pemungkinan,

Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan, dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.

Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari

sekarat – sekarat kultural dan struktur yang menghambat.

2. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi

kebutuhan – kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu

menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri

masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok –

kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,

menhindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi

tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

31

eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Pemberdayaan harus diarahkan kepada penghapusan segala jenis

diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan; memberi bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan perannya dan tugas – tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak

terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan

terpinggirkan.

5. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok

dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin

keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang

memperoleh kesempatan berusaha. (M. Anwas, 2013 : 87)

2.2.3 Indikator Kebedayaan

Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi

yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan

kompetensi partisipatif (Suharto,1997:215). Parsons et.al. (1994:106) juga

mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada :

1. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan

individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan

sosial yang lebih besar.

2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri,

berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain

3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang

dimulai dari pendidikan dan politisasi orang – orang lemah dan

kemudian melibatkan upaya – upaya kolektif dari orang – orang

lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah

struktur – struktur yang masih menekan (Parsons et.al., 1994:106).

(Edi Suharto, 2005:63)

2.3 Kelompok

2.3.1 Definisi Kelompok

Keberadaan kelompok dalam setiap komunikasi merupakan

sesuatu yang dibutuhkan didalam mengorganisir dan memecahkan

masalah yang dihadapi oleh komunikasi tersebut. Kelompok merupakan

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

32

kumpulan manusia yang berinteraksi satu sama lain untuk suatu tujuan

tertent. Haiman (1950:76) mendeinisikan kelompok sebagai “dua orang

atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis eksplisit satu dengan

yang lain.” Carwright dan Zander (1968 : 46) mengartikan kelompok

sebagai “kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang

lain yang membuat mereka saling bergantung (interdependent) pada

tingkat yang nyata.”

Schermenhorn, Hunt, dan Osborn (1997:174) menyebut kelompok

adalah “kumpulan dua orang atau lebih yang berkerja bersama satu dengan

yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan

bersama.” Pada kelompok yang sebenarnya, anggota bergantung satu sama

lain untuk menejar tujuan itu untuk suatu periode waktu.

Lau dan Shai (1992:121) mengaitkan kelompok denga

identitasnya. Keduanya menyebut kelompok sebagai sebuah “himpunan

tiga orang atau lebih yang dapat mengidentifikasikan diri atau

diidentifikasikanoleh yang lain sebagai kelompok.” Dari perspektif

perilaku keorganisasian, kelompok mereka didefinisikan sebagai

kumpulan individu yang (1) mempunyai hubungan saling bergantung yang

nyata satu sama lain, (2) memendang dirinya sebagai sebuah kelompok

dan membedakan anggota denga bukan anggota, (3) identitas kelompok

diakui oleh bukan anggota, (4) sebagai anggota kelompok bertindak

sendiri atau bersama mempunyai hubungan saling bergantung dengan

kelompok yang lain, dan (5) peran – peran dalam kelompok merupakan

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

33

fungsi harapan mereka sendiri, orang lain dalam kelompok, serta bukan

anggota kelompok.

Beberapa pandangan mengatakan bahwa tidak semua kumpulan

manusia adalah kelompok. Cartwright dan Zander (1968) mengemukakan

: “adalah tidak benar bahwa setiap kumpulan manusia merupakan suatu

kelompok.” Suatu kumpulan orang hanya layak disebut kelompok bila

mereka berhubungan satu dengan yang lainnya dengan pola yang jelas.

Mardikanto (1993:185) menyebut kelompok berbeda dengan kerumunan.

Anggota kelompok memiliki interaksi kuat satu sama lain. Pada

kerumunan, orang – orang secara fisik tampak bersatu, namun sebenarnya

tidak ada hubungan atau interaksi antar individu yang ada di tempat itu.

2.3.2 Pengembangan Kelompok dan Tahapannya

Keberadaan kelompok terkait dengan keberadaan orang untuk

memenuhi kebutuhan tak dapat dilakukan sendiri. (Haiman, 1950:79 dan

Ruben, 1988:338). Haiman menyebutkan alasan utama keberadaan

kelompok adalah bahwa setiap anggota percaya bahwa dia akan dapat

memenuhi sebagian kebutuhannya yang tak dapat ia penuhi sendiri dengan

cara berkolaborasi dengan orang lain. Seseorang akan tetap berada dalam

kelompok sepanjang ia masih percaya bahwa menjadi bagian dari

kelompok tetap lebih menguntungkan dibanding meninggalkannya.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

34

Kelompok akan berkembang melalui tahapan tertentu. Pada

kelompok yang berorientasi tugas, tahapan tersebut adalah : (1) fase

orientasi, (2) fase konflik, (3) fase kebangkitan (emergence), serta (4) fase

reinforcement. Fase pertama ditandai denga kenyataan awal perundang –

undangan, serta pembentukkan keterkaitan (linkage) berhubungan dengan

tugas. Begitu kelompok berlanjut, pernyataan dengan sudut pandang

berbeda akan mengalami polarisasi. Secara berangsur individu dan sub-

kelompok yang berbeda pandangan tersebut akan menyelesaikan tugas,

kerjasama antar individu dalam jaringan akan meningkat. Setiap orang

akan dituntut untuk aktif dalam tim, dalam hal tersebut dapat memberi

akibat positif maupun negatif bagi individu serta kelompok (Ruben,

1988:343)

Tahapan pengembangan kelompok juga dikemukakan Schmerhorn

et al. (1997:178 – 179). Tahapan tersebut adalah pembentukkan,

pembadaian (storming), penormaan, penyelenggaraan (performing), dan

istirahat (adjourning), perhatian awal tertuju pada masuknya anggota

kedalam kelompok. Kebutuhan individu dan kemampuan kelompok untuk

lampaui, kelompok akan masuk pada tekanan dan emosi tinggi diantara

anggotanya. Pada tahap ini, setiap individu mulai mengenal karakter

individu lain. Konflik acap terjadi pada tahap ini.

Pada tahap selanjutnya kelompok mengalami integrasi. Harmoni

dikedepankan, pandangan minoritas akan tersisih. Keadaan ini menjadi

pondasi bagi tahap kematangan kelompok. Pada tahap ini, kelompok akan

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

35

terorganisasi dan mampu menangani tugas – tugas yang kompleks. Setelah

menyelesaikan tugasnya, maka kelompokpun memasuki fase istirahat.

(Schemerhorn, Hunt, dan Osborn, 1997:178-179)

Ruben (1988:343) menyebut bahwa proses perkembangan tersebut

relatif sama dalam setiap kelompok tugas. Namun kelompok tidak hanya

berorientasi tugas. Kelompok dapat dikatagorikan melalui berbagai

pendekatan. Diantaranya adalah kelompok sosial dan tugas; formal dan

informal; interaksim koaksi; dan cointeraction; primer dan sekunder; serta

paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (geselschaft). (Mardikanto,

1993:186 – 188)

2.3.3 Pendekatan Kelompok

Keberadaan kelompok – kelompok tersebut pada dasarnya sangat

potensial untuk dikembangakan dan dikelola. Pengembangan dan

pengelolaan tersebut didasarkan manajemen kelompok dan spirit

kebersamaan untuk membesarkan kelompok tersebut. Kekuatan yang ada

pada kelompok tersebut, pada dasarnya merupakan modal sosial yang

perlu dikembangkan dalam kelompok – kelompok. Melalui kerjasama,

interaksi, kebersamaan serta dinamika kelompok yang ada dalam

kelompok tersebut akan semakin memudahkan bagi anggota kelompok

untuk mengembangkan rencana, perluasan jaringan, serta perluasan

kesempatan, untuk meningkatkan usaha memperoleh keuntungan yang

lebih banyak.

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

36

Melalui pendekatan kelompok, pada dasarnya didalamnya terdapat

pendidikan, pemberdayaan dan kemandirian anggota kelompok sesuai

dengan substansi yang ada dalam disiplin penyuluhan. Penekanan dalam

pendekatan kelompok tersebut adalah bagaimana kelompok yang ada

didalamnya mampu mengorganisir dirinya untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi selama ini.

2.3.4 Komunikasi Antar Kelompok

Komunikasi mutlak harus terjadi, yang utama sekali adalah

komunikasi antar kelompok di dalam sistem sosial. Menurut Slamet

(2006), Sesuai denga teori kelompok, orang berkelompok untuk bisa

berkerjasama mencapai tujuan yang dibutuhkan, baik internal dalam

kelompok maupun antar kelompok. Jadi, terdapat suatu kerjasama dan

kerjasama sebacam itu memerlukan prasyarat berupa komunikasi.

Komunikasi dalam hal ini bisa berupa kata – kata, isyarat, tertulis. Kalau

tidak ada komunikasi, maka tidak akan terjadi interaksi. Di dalam usaha

pembinaan kelompok, sistem komunikasi antar kelompok harus senantiasa

diperhatikan dan diperbaiki. Apabila terputus, kehidupan kelompok akan

terganggu.

2.4 Daur Ulang Sampah

2.4.1 Definisi Daur Ulang

Daur Ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran,

pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Pada

pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

37

yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya

kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa

polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama.

Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan

proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses

penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain

dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti

emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi

material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.

2.4.2 Konsep Daur Ulang 4R ( Reduce, Reuse, Recycle, Recovery)

Sektor industri saat ini dituntut untuk lebih serius dalam

memperhatikan dampak lingkungan akibat aktivitasnya. Hal ini seiring

bertambah buruknya kualitas lingkungan baik itu udara, air, tanah, dan

sebagainya. LCA (Life Cycle Analysis) merupakan sebuah metode yang

digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang

disebabkan pada tahap daur hidup mulai dari pada saat pengambilan

material sampai dengan produk itu selesai digunakan oleh konsumen.

Upaya untuk mencegah dan atau mengurangi timbulnya limbah,

dimulai sejak pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan

energi dan pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi.

Minimisasi limbah dapat dilakukan dengan cara reduce, reuse, recycle,

recovery.

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

38

1. Reduce

Upaya untuk mengurangi pemakaian/penggunaan bahan baku seefisien

mungkin di dalam suatu proses produksi. Juga meperhatikan agar limbah

yang terbuang menjadi sedikit.

2. Reuse

Upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami

proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan di dalam

atau di luar daerah proses produksi yang bersangkutan.

3. Recycle

Upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui

pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama

maupun produk yang berlainan. Daur ulang dapat dilakukan di dalam atau

di luar daerah proses produksi yang bersangkutan.

4. Recovery

Upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memproses untuk

memperoleh kembali materi/energi yang terkandung di dalamnya.

System “Life Cycle Anaysis”, atau LCA merupakan evaluasi dari dampak

teknologi, ekonomi dan lingkungan yang relevan dari proses, produk atau

sektor perekonomian sepanjang siklus hidup. (Schempf, 1999 dan Curran,

1996).

2.4.3 Tujuan Daur Ulang Sampah

Daur ulang mempunyai beberapa tujuan, antara lain :

1) mengurangi jumlah sampah untuk mengurangi pencemaran,

2) mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,

3) mengurangi penggunaan energi atau sumber daya alam,

4) mengurani polusi,

5) mengurangi kerusakan lahan,

6) mengurangi emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses

pembuatan barang baru.

7) Mendapatkan penghasilan karena dijual kembali

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

39

2.5 Definisi Sampah

Definisi sampah. Sebagaimana yang tertulis dalam Undang – Undang

No.18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan atau proses

alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalh sampah rumah

tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal

dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,

fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini

adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang

timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi

belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.

2.5.1 Jenis – jenis Sampah

1. Pembagian sampah atas dasar zat pembentuk

a. Sampah organik

b. Sampah non-organik

2. Pembagian sampah atas dasar sifat yang dimiliki

a. Sampah yang muda membusuk

b. Sampah yang tidak mudah membusuk

c. Sampah yang mudah terbakar

d. Sampah yang tidak mudah terbakar

3. Dalam ilmu keshatan lingkungan, pembagian macam sampah

yang juga sering dilakukan ialah gabungan dari cara pembaian

atas. Sampah dibedakan atas :

1) Garbage, ialah sisa pengelolaan atau sisa makana yang

mudah membusuk. Misalnya kotoran dari dapur rumah

tangga, restoran , hotel , dan lain sebagainya.

2) Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yang tidak

mudah membusuk, yang dibedakan atas : yang mudah

terbakat seperti kayu, kertas dan yang tidak mudah

terbakar seperti kaleng, kaca.

3) Ashes, ialah segala jenis bau, misalnya yang terjadi

sebagai hasil pembakaran kayu, batubara di rumah –

rumah ataupun industri.

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

40

4) Dead animal, ialah segala jenis bangkai terutama yang

besar, seperti kuda, sapi, kucing, tikus. Bangkai binatan

kecil seperti cicak, lipas, tidak termasuk didalamnya.

5) Street Sweeping, Ialah segala jenis sampah atau kotoran

yang berserakan di jalan, karena dibuang oleh

pengendara mobil ataupun oleh masyarakat yang tidak

bertanggung jawab.

6) Industrial Waste, Ialah benda – benda padat sisa yang

merupakan sampah hasil industri. Misalnya industri

kaleng dengan potongan – potongan sisa kaleng yang

tidak dipergunakan.

Tahun 1970, America public works Association (APWA) telah

mendefinisikan sampah. Selain menanggap sampah sebagai barang tak

berguna, APWA menerangkan pula mengenai bentuk dari sampah, yaitu :

“waste refer to useless, unused, unwanted or discarded materials.

Waste include solids, liquid and gases. The term refuse refer to

solid waste and two are used more or less synonymous”

(sampah merujuk pada sesuatu yang tidak bermanfaat, tidak

digunakan, tidak di inginkan atau barang yang dibuang. Sampah

meliputi padat, liquid, dan gas. Istilah refuse merujuk pada sampah

padat dan keduanya digunakan kurang lebih searti).

Berdasarkan definisi tersebut, sampah merupakan benda yang tidak

bermanfaat, tidak digunakan, tidak diinginkan/dibuang. Sampah dapat

berbentuk padat, cair, dan gas. Sampah yang tidak dikelola dengan baik

tentunya akan memberika dampak negatif, baik secara langsung maupun

tidak langsung pada masyarakat. Beberapa dampak tersebut ialah

banyaknya serangga yang muncul di timbunan sampah dan bau yang tidak

sedap yang di timbulkan dari timbunan sampah tersebut, sehingga

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan (menumbulkan penyakit).

Sampah juga dapat mengakibatkan kebakaran jika ada kegiatan

pembakaran sampah yang tidak diawasi dengan baik, selain menyebabkan

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

41

polusi udara, air (jika dibuang ke kali atau sungai) yang akan berdampak

pada penurunan kualitas lingkungan.

2.5.2 Sumber – sumber Sampah

Sampah dapat berasal dari berbagai macam sumber, Azwar

(1990:54) mengelompokkan sumber – sumber sampah, diantaranya :

1. Dari rumah tangga;

2. Dari daerah pemukiman;

3. Dari daerah perdagangan;

4. Dari daerah industri;

5. Dari daerah perternakan;

6. Dari daerah pertanian;

7. Dari daerah pertambangan;

8. Dari jalan dan sebagainya.

Tergantung dari sumber – sumber diatas, maka jumlah yang

dihasilkan juga berbeda. Pada umumnya, jumlah sampah ditentukan

berdasarkan kebiasaan hidup, musim atau waktu, standar hidup, dan

macam masyarakat. Sampah merupakan barang yang sangat merisaukan

tetapi dapat pula sebaliknya, bila sampah dapat dikelola dengan baik,

maka akan memberikan manfaat bagi manusia. Untuk mencapai adanya

pemanfaatan sampah tidak memberikan efek merugikan untuk masyarakat.

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

42

2.6 Penelitian Terdahulu

Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komprehensif dan

berkolerasi, maka penelitian ini mencoba mengambil beberapa penelitian awal

sebagai bahan rujukan yang bahasan penelitiannya memiliki relevansi yang sama

dengan penelitian ini. Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat membentuk

kerangka dasar berpikir dalam melakukan kajian. Berikut ini bahan rujukan

penelitian tersebut :

Penelitian pertama adalah skripsi yang berjudul “Analisis Koordinasi

Satuam Kerja Pemerintah Daerah dalam Penataan Ruang Kota Cilegon” ditulis

oleh Dewi Octavia. Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa program studi

Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tentang bagaimana koordinasi satuan kerja pemerintah daerah dalam

penataan ruang di kota Cilegon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara,

observasi dan studi dokumentasi dan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan analisis data Prasetya Irawan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah konsep

koordinasi yang dijadikan sebagai panduan kerangka pemikiran dalam melakukan

analisis. Namun, objek dan fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian

ini. Dewi Octavia dalam skripsinya berfokus pada analisi koordinasi satuan kerja

pemerintah daerah dalam penataan ruang kota Cilegon. Sedangakan penelitian ini

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

43

mencoba melakukan kajian terhadap Koordinasi Badan Lingkungan Hidup

Daerah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam memberdayakan

pengrajin daur ulang sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten

Tangerang.

Penelitian yang kedua adalah jurnal yang berjudul “Kontribusi Industri

Kerajinan Kulit Bagi Pendapatan Tenaga Kerja di Kabupaten Magetan” ditulis

oleh Riadila Vita Erawati mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Surabaya pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah mewujudkan peningkatan

produksi dan nilai tambah, serta pemanfaatan hasil potensi daerah yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dan mewujudkan peningkatan

investasi, kemantapan kelembagaan dan kesejahteraan agar dapat tercapai

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan. Pada penelitian

ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam rangka memberikan

gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau

objek penelitian.

Penelitian yang ketiga adalah skripsi yang berjudul “Implementasi

Peraturah Daerah Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan

Persampahan/Kebersihan di TPA Jatiwaringin Oleh Dinas Kebersihan,

Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang” ditulis oleh Iin Indah Sari

mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada

tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi

peraturan daerah nomor 12 tahun 2002 tentang pengelolaan/kebersihan di TPA

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

44

Jatiwaringin oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten

Tangerang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode

kualitatif dengan desain penelitian eksploratif karena peneliti tidak hanya sekedar

menggambarkan objek penelitian saja. Melalui pendekatan eksploratif-kualitatif

ini, peneliti berusaha untuk menggali, mengembangkan dan menganalisis

informasi – informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Keterkaitan antara penelitian ini dengan jurnal dan skripsi diatas adalah,

pertama pada konsep kerajinan yang dibahas pada jurnal yang berjudul

“Kontribusi Industri Kerajinan Kulit Bagi Pendapatan Tenaga Kerja di Kabupaten

Magetan”. Namun, fokus penelitian tersebut berbeda dengan fokus penelitian

yang akan peneliti bahas, pada jurnal ini lebih kepada seberapa besar kontribusi

industri kerajinan yang ada di Kabuaten Magetan, cangkupan pada jurnal ini juga

berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Karena, pada pada jurnal

diatas cangkupannya sudah lebih luas, yaitu industri. Sedangkan dalam penelitian

ini, peneliti hanya berfokus pada kelompok ibu – ibu pengrajin. Sedangkan,

persamaan skripsi dengan judul “Implementasi Peraturah Daerah Nomor 12

Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan di TPA Jatiwaringin

Oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang”

hanya pada konsep sampah yang di bahas oleh peneliti.

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

45

2.7 Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, 2004:65). Kerangka berpikir menggambarkan konsep

penelitian mengenai “Koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dalam Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang

Sampah Plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang” yang ditujukan

untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan mencapai tujuan dari penelitian

yang akan dilakukan. Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam

menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berfikir sebagai

berikut :

Setiap dinas dan lembaga teknis yang menjadi bagian dari satuan kerja

pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi supaya penccapaian tujuan

penataan ruang supaya lebih efektif dan efisien. Koordinasi merupakan

penyatupaduan gerak dari seluruh potensi unit – unit atau organisasi – organisasi

yang berbeda fungsi agar secara benar – benar menarah kepada sasaran yang

sama, guna memudahkan pencapaiannya yang efisien. (Sugandha, 1991:11).

Adapun indikator – indikator yang terdapt dalam teori ini terbagi menjadi enam

hal, yaitu :

1. Unit – unit atau Organisai – organisasi, yaitu kelompok kerja didalam suatu

organisasi yang tentunya memiliki fungsi yang berbeda (spesialisasi).

Organisasi ini dapat berupa instansi pemerintah, organisasi swasta, ataupun

badan usaha.

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

46

2. Sumber – sumber (Potensi), yaitu mengenai potensi yang ada pada unit – unit

suatu organisasi berupa tenaga kerja, keterampilan, dan pengetahuan personil,

teknologi, anggaran serta fasilitas kerja lainnya.

3. Gerak kegiatan, adalah segala daya upaya, segala suatu tindakan yang

dikerjakan oleh suatu kelompok kerja dalam melaksanakan tugasnya.

4. Kesatupadanan, artinya terdapat kaitan atau hubungan di antara sesama unit

organisasi sehingga mewujudkan suatu intergritas atau suatu kesatuan yang

kompak dalam penyelenggaraan program.

5. Keserasian, berarti adanya urutan – urutan pengerjaan sesuatu yang tersusun

secara logis, sistematis, atau dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan

tetapi tidak menimbulkan duplikasi tugas maupun pertentangan dalam

koordinasi.

6. Arah yang sama (sasaran), yaitu pengerahan segala potensi unit organisasi

pada satu sasaran yang sama sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaan fungsi organisasi.

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

47

Sumber : Peneliti, 2015

1.5. Gambar Kerangka Berpikir Penelitian

INPUT : PERMASALAHAN

1. Belum adanya kerjasama antar instansi terkait, dalam penanganan masalah

promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh para ibu –

ibu pengrajin.

2. Kurangnya informasi para ibu – ibu pengrajin dalam mempromosikan dan

memasarkan hasil kerajinan yang telah dibuat.

3. Belum adanya pembentukkan forum atau komunitas oleh pihak BLHD

Kabupaten Tangerang untuk mengkoordinir para pengrajin yang telah

diberikan pelatihan.

4. Sulitnya klasifikasi yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Tangerang dalam mempromosikan barang kerajinan

dari daur ulang sampah plastik yang telah dibuat oleh para ibu – ibu

pengrajin..

PROSES :

Koordinasi :

1. Unit – unit atau Organisasi – organisasi

2. Sumber – sumber (potensi)

3. Gerak Kegiatan

4. Kesatupaduan

5. Keserasian

6. Arah yang sama (sasaran)

Sugandha (1991:11)

OUTPUT :

Terciptanya koordinasi yang efektif dan efisien antara Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dengan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan maupun koordinasi dengan

kelompok ibu – ibu rumah tangga dan kelompok ibu – ibu

PKK.

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

48

2.8 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian

pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasat argumentasi. Pada

penelitian yang dilakukan mengenai koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah

dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik di Desa Margasari

Kabupaten Tangerang, dilakukan untuk menganalisis mengenai fenomena secara

umum. Terdapat beberapa kendala yang ditemukan oleh peneliti dalam hal ini,

antara lain yaitu, belum adanya kerjasama antar instansi terkait, dalam

penanganan masalah promosi dan pemasaran hasil kerajinan tangan yang dibuat

oleh para ibu – ibu pengrajin.

Selain itu, kurangnya informasi para ibu – ibu pengrajin dalam

mempromosikan dan memasarkan hasil kerajinan yang telah dibuat. Belum

adanya pembentukkan forum atau komunitas oleh pihak Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Tangerang untuk mengkoordinir para pengrajin yang telah

diberikan pelatihan. Sulitnya klasifikasi yang diberikan oleh Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Tangerang dalam mempromosikan barang kerajinan

dari daur ulang sampah plastik yang telah dibuat oleh ibu – ibu pengrajin. Dari

berbagai permasalahan yang sudah dijelaskan oleh peneliti, sehingga peneliti

berasumsi bahwa belum adanya proses kerjasama atau koordinasi antara Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan maupun dengan para ibu – ibu pengrajin.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

49

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode peneiltian merupkan tahapan yang penting dalam sebuah proses

dan kegiatan penelitian. Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek

atau subjek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,

subjek yang menjadi tujuan dapat dipahami lebih mendalam sehingga data yang

dikumpulkan adalah data yang akurat, objektif, valid, dan realiable.

Metode penelitian merupakan totalitas cara untuk meneliti dan

menemukan kebenaran. Karena metode penelitian memiliki standar – standar

yang objektif dan ilmiah sebagai suatu dasar bagi penelitian yang digunakan

penliti untuk menginterpretasikan data dan membuat kesimpulan sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian sebagai keseluruhan proses dari kajian atau

penelitian.

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975), dalam Moloeng (2004:3)

penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau

lisan dari orang – orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana Koordinasi Badan Lingkunag

Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian Perdagangan dalam membedayakan

kerajinan dari daur ulang sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

50

Tangerang. Berdasarkan penjelasan tentang pendekatan kualitatif maka nantinya

akan didapat kebenaran yang bersifat intersubjektif yaitu kebenaran yang

dipersepsikan sebagai bangunan (kontruksi) yang disusun oleh peneliti dengan

cara mencatat dan memahami apa yang terjadi di dalam interaksi soaial

kemasyarakatan.

Pertimbangan peneliti menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Moleong :

1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan

dengan kenyataan ganda

2) Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti

dan responden

3) Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang

berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena.

3.2 Fokus Penelitan

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pada koordinasi Badan

Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian Perdagangan dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik, yang ruang lingkupnya

adalah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

51

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dan

Dinas Perindustrian Perdagangan dalam memberdayakan pengrajin daur ulang

sampah plastik adalah di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang digunakan. Adapun definisi konsep dalam penelitian

tentang koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas

Perindustrian Perdagangan dalam memberdayakan pengrajin daur ulang

sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah :

1. Koordinasi

Kordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan

harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

2. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan

(power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi

kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa

(powerful) sehingga terjadi keseimbangan.

3. Daur Ulang

Daur Ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran,

pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.

Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus

menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan

material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas

dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi

polistirena dengan kualitas yang sama.

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

52

3.4.2 Definisi Operasional

Adapun variabel dalam penelitian ini tentang Koordinasi Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dan Dinas Perindustrian

Perdaganganan Tangerang, pada observasi awal ditemukan bahwa

permasalahan mendasar dalam pengembangan kerajinan daur ulang

sampah plastik ini adalah masalah koordinasi. Oleh karena itu, untuk

menciptakan koordinasi yang baik, serta efektif dan efisien diperlukan

penelitian lebih jauh dengan cara melihat unsur – unsur koordinasi

menurut Sugandha (1991:11), yaitu :

1) Unit – unit atau Organisai – organisasi, yaitu kelompok kerja

didalam suatu organisasi yang tentunya memiliki fungsi yang

berbeda (spesialisasi). Organisasi ini dapat berupa instansi

pemerintah, organisasi swasta, ataupun badan usaha.

2) Sumber – sumber (Potensi), yaitu mengenai potensi yang ada pada

unit – unit suatu organisasi berupa tenaga kerja, keterampilan, dan

pengetahuan personil, teknologi, anggaran serta fasilitas kerja

lainnya.

3) Gerak kegiatan, adalah segala daya upaya, segala suatu tindakan

yang dikerjakan oleh suatu kelompok kerja dalam melaksanakan

tugasnya.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

53

4) Kesatupadanan, artinya terdapat kaitan atau hubungan di antara sesama

unit organisasi sehingga mewujudkan suatu intergritas atau suatu

kesatuan yang kompak dalam penyelenggaraan program.

5) Keserasian, berarti adanya urutan – urutan pengerjaan sesuatu yang

tersusun secara logis, sistematis, atau dilakukan dalam waktu yang

bersamaan akan tetapi tidak menimbulkan duplikasi tugas maupun

pertentangan dalam koordinasi.

6) Arah yang sama (sasaran), yaitu pengerahan segala potensi unit

organisasi pada satu sasaran yang sama sehingga tidak terjadi

penyimpangan dalam pelaksanaan fungsi organisasi.

3.5 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Oleh karenanya, dalam melakukan pengukuran

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).

Metode penelitian yang akan digunakan peneliti adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan konteks

masalah yang dikaji yaitu, Koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dan

Dinas Perindustrian Perdagangan dalam memberdayakan pengrajin daur ulang

sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Dalam hal ini

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

54

peneliti merupakan instrumen penelitian yang akan berinteraksi secara langsung

dengan responden penelitian, bahkan untuk penggalian data yang menuntut

partisipasi Inspeneliti secara terbatas, keterlibatan peneliti menjadi suatu

keharusan. Untuk itu teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data

adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Pengertian lebih lanjut

adalah :

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data atau keterangan

untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan dengan melalui kegiatan

komunikasi verbal berupa percakapan, pada penelitian ini wawancara yang

dilakukan tidak terstruktur dengan tujuan untuk menggali lebih jauh informasi

yang ada dari sumber data.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh sumber penelitian di lapangan, yang

bertujuan memperoleh informasi dan gambaran secara jelas mengenai Koordinasi

Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian Perdagangan dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa

Kabupaten Tangerang.

3. Dokumentasi

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis, baik

berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta

berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

55

Tabel 3.5

Kisi – kisi Wawancara

Teori Dimensi Sub Dimensi Informan

Unsur – unsur

Koordinasi

menurut

Sugandha

(1991)

Unit – unit atau

Organisasi – organisasi

a. Jumlah unit – unit

atau organisasi –

organisasi dalam

satuan kerja perintah

daerah terkait.

b. Spesialisasi tugas

I1 I2

Sumber – sumber

(potensi)

a. Kecukupan

anggaran

b. Penggunaan

teknologi

I1 I3 I4

Gerak kegiatan

a. Program yang

dijalani

b. Realisasi program

I1 I2

Kesatupaduan

a. Kekompakkan

b. Pengintegrasian

c. Upaya peningkatan

koordinasi

I1 I2 I3 I4

Keserasian

a. Urutan pengerjaan

dalam perencanaan

b. Waktu pengerjaan

I1 I2 I3 I4

Arah yang sama

(sasaran)

a. Sasaran program

b. Sosialisasi

c. Kontrol pimpinan

I1 I2

Sumber : Peneliti, 2015

3.6 Informan Penelitian

Dalam metode penelitian kualitatif, informan menjadi salah satu hal

penting karena informan berperan sebagai sumber informasi atas data kualitatif

untuk penelitian. Untuk mempersempit fokus penelitian maka peneliti melakukan

batasan penelitian dan menggunakan sampel penelitian. Informan adalah

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

56

seseorang atau kelompok orang yang menjadi sumber data dalam penelitian atau

orang yang memberikan keterangan kepada peneliti.(Sugiyono, 2007: 91)

Adapun yang menjadi infroman dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 3.6 Daftar Kategorisasi Informan

No Informan Kode Informan

1. Kepala Sub Bidang Informasi Lingkungan (BLHD

Kab.Tangerang)

I1

2. Kepala Seksi Promosi dan Informasi (Disperindag

Kab.Tangerang)

I2

3. Ibu – Ibu Pengrajin I3

Sumber : Peneliti, 2015

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penetian adalah

menapatkan data. Tanpa mengetahiu teknik pengumpulan data, maka

penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapka.(Sugiyono, 2012:63)

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai dilapanan. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah degan menggunakan

teknik analisa dan kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles

dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

57

berlangsung secara terus – menerus pada setiap tahapan penelitian

sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya,

pengumpulan data dilakukan tiga kepentingan diantaranya : Reduksi data

(data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi

(verification) yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya

akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama

peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin

kompleks dan rumit sehingga, apabila tidak segera diolah akan dapat

menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses anlisis data pada tahap ini juga

harus di lakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data, selanjutnya maka

dilakukan reduksi data.

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk

melaukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.

2) Penyajian Data (Data Display)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif

adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

58

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, tabel, grafik, flow chart, bagan, pictogram, dan sejenisnya.

Namun pada penelitian ini, penyajian data yang peneliti lakukan

adalah bentuk narasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Miles dan

Hubberman, “the most frequent from display data for qualitative research

data in the past has been narrative test”, yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 95).

3) Verifikasi (Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan,

mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar

dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan terus berubah selama proses, pengumpulan data masih terus

berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan

tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

59

3.7.2 Pengujian Keabsahan Data

Penelitian kualitatif secara intern merupakan fokus perhatian

dengan beragam metode. Harus disadari bahwa penggunaan metode

triangulasi mencerminkan upaya untuk memperoleh pemahaman yang

mendalam mengenai suatu fenomena yang sedang dikaji. Realita objektif

tidak akan pernah dapat dipahami. Triangulasi bukanlah alat atau strategi

validasi, namun merupakan alternative bagi validasi. Dengan demikian

gabungan beragam metode, data – data empiris, sudut pandang dan

peneliti/pengamat dalam satu kajian tunggal sebaiknya dipahami sebagai

strategi yang menambahkan keketatan, keluasan dan kedalaman ke dalam

jenis penyelidikan apa saja (Denzim dan Lincoln, 2009: 3)

Neuman (1997), menjelaskan bahwa validitas dalam penelitian

kualitatif bias dilakukan dengan cara :

1. Ecological Validity, fenomena yang hendak diteliti muncul tanpa

kehadiran peneliti, sehingga tidak ada intervensi atau pengaruh

keberadaan peneliti,

2. Natural History, penilaian dari orang luar,

3. Member Validation, yang diteliti menyatakan benar (informan),

4. Competent Insider, kemampuan peneliti.

Muhadjir (1998: 37) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif

mengejar kebenaran lewat ditemukannya sumber terpercaya sehingga hal

yang hakiki, intrinsic, dan esensial dapat ditemukan”. Sedangkan Moleong

(1999: 188) mengemukakan bahwa “pengujian keabsahan data didasarkan

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

60

atas kriteria: derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan,

ketergantungan dan kepastian”. Menurut Sugiyono (2005: 127) setidaknya

ada 3 bentuk triangulasi, yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek data yang

sudah diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut

kemudian dipilah dan dipilih dalam bentuk tabel matriks. Data dari sumber

yang berbeda dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana pandangan yang

sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari

berbagai macam teknik pengumpulan data. Misal dengan menggunakan

teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dari

ketiga teknik tersebut dibandingkan adakah konsistensi, jika berbeda

dijadikan catatan dan dilakukan pengecekan selanjutnya mengapa data

bisa berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi data dalam waktu tertentu juga memiliki pengaruh yang

besar terhadap kredibilitas data. Oleh Karena itu memperoleh data dalam

waktu dan situasi yang berbeda perlu dilakukan. Triangulasi dapat

dilakukan pada pagi, siang, dan malam hari dari sumber yang sama. Atau

dari satu hari ke hari yang lain, dari minggu ke minggu yang berbeda atau

bahkan dari bulan ke bulan yang lain. Dari waktu ke waktu tersebut

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

61

apakah data tersebut berubah – ubah atau menuju konsistensi. Maka

konsistensi data merupkan hal yang dituju dalam triangulasi ini.

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam menguji keabsahan data,

peneliti menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan. Dengan

menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber, peneliti

memperoleh data dari kategori yang berbeda, yaitu dari sudut pandang

pemerintah dan masyarakat. Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti

melakukan cek data dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi dan

studi dokumentasi. Hal ini dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui

apakah data yang didapatkan terdapat perbedaan atau tidak. Dan jika

terdapat perbedaan, maka selanjutnya peneliti dapat melakukan

pengecekan ulang di lapangan, mengapa data yang diterima berbeda dan

digunakan sebagai catatan penelitian.(Sugiyono,2009)

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

62

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian tentang Koordinasi Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Tangerang dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik di Kecamatan Tigaraksa

KabupatenTangerang :

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

63

Tabel 3.8 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Okt

2014

Nov

2014

Des

2014

Jan

2015

Feb

2015

Mar

2015

Apr

2015

Mei

2015

Jun

2015

Jul

2015

Ags

2015

Sep

2015

Okt

2015

Nov

2015

Jan

2016

1. Observasi Awal dan

Pengajuan Judul

2. Penyusunan BAB I

(Pendahuluan)

3. Penyusunan BAB II

(Deskripsi Teori)

4. Penyusunan BAB III

(Metode Penelitian)

5. Sidang Proposal

Skripsi

6. Revisi dan

Pengumpulan Data

7. Pengolahan dan

Analisis Data

8. Penyusunan BAB IV

(Pembahasan)

9. Penyusunan BAB V

(Penutup)

10. Sidang Skripsi

Sumber : Peneliti, 2015

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti yaitu di Kecamatan Tigaraksa

Kabupaten Tangerang, serta memberikan gambaran umum tentang Kecamatan

Tigaraksa sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Tangerang.

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa

Kecamatan Tigaraksa berada di Pusat Pusat Pemerintahan

Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah 5.107 Ha dengan letak dari

permukaan laut sekitar 44 m dengan curah hujan rata – rata 2000 – 3000

ml/tahun. Luas wilayah Kecamatan Tigaraksa 5.107 Ha terditi dari Tanah

Sawah 1.727 Ha dan Tanah Kering 1.277,9 Ha tanah yang digunakan

bangunan atau pekarangan 1.890,5 Ha dan tanah lain – lain 696,6 Ha.

Jarak dari pusat Ibu Kota Kabupaten Tangerang ± 3 Km yang

dihubungkan oleh jalan kabupaten dengan batas – batas wilayah

Kecamatan sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisoka,

Solear dan Kecamatan Balaraja.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan

Kecamatan Panongan.

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

65

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan

Kecamatan Balaraja.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambe dan

Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor.

4.1.Tabel Data Penduduk Kecamatan Tigaraksa Tahun 2015

Jumlah

Penduduk

Kpemepala

Keluarga Laki –laki Perempuan

Usia

0 - 19

Usia

20 - 39

Usia

40 - 59

Usia

60>

131.483

Jiwa

36.690

Keluarga

68.195

Orang

63.288

orang

49.757

orang

51.442

orang

25.434

orang

4.850

orang

Sumber : Rekapitulasi Laporan Kependudukan Bulan Maret 2015, Kecatatan Tigaraksa

Berdasarkan tabel data penduduk diatas, bahwa jumlah penduduk

keseluruhan di Kecamatan Tigaraksa mencapai 131.483 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga 36.690 keluarga. Dari tabel diatas, dapat kita lihat

bahwa jumlah penduduk di usia produktif yaitu dari usia 20 – 39 tahun

sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu,

penduduk di Kecamatan Tigaraksa memiliki sumber daya manusia yang

sangat tinggi.

A. Potensi Wilayah Kecamatan Tigaraksa

a. Potensi Alam

Posisi Wilayah Kecamatan Tigaraksa berada pada sebelah

Tenggara dibatasi oleh 2 (dua) sungai, yaitu :

- Sungai Cimanceri sebelah Timur – Utara

- Sungai Cipayaeun sebelah Barat – Timur

Dihubungkan oleh 6 (enam) jalan, yaitu :

- Jalan Cibadak – Tigaraksa (Pemda)

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

66

- Jalan Cibadak – Tigaraksa

- Jalan Cisoka – Tigaraksa

- Jalan Jambe – Tigaraksa

- Jalan Kutruk – Tiagaraksa

- Jalan Cisasungka – Tigaraksa

Sebagaimana stuktur tanah di Wilayah Kecamatan

Tigaraksa merupakan dataran tanah yang tidak berbukit

dipengaruhi oleh curah hujan sehingga tanah sawah ditanami pada

waktu musim hujan atau disebutnya sawah tadah hujan serta

tanaman yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Tigaraksa

adalah tanaman tahunan/keras seperti : rambutan, mangga, durian,

melinjo, kukuh, kelapa, bambu, jambu, dan tanaman primadona

Kecamatan Tigaraksa adalah tanaman rambutan parakan. Selain

tanaman keras juga berkembang tanaman yaitu tanaman ubi jalar,

jagung, kacang – kacangan, talas, dan pepaya.

b. Dasar Potensi

Pada tahun 1996 resmi Kecamatan Tigaraksa menjadi Ibu Kota

Kabupaten Tangerang, sesuai dengan telah ditetapkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996, hal ini merupakan

potensi dasar dalam pengembangan pembangunan di Wilayah

Kecamatan Tigaraksa.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

67

Posisi Kantor Kabupaten Tangerang sebagai pusat

Pemerintahan ada di Kelurahan Kaduagung dan Desa Margasari,

adapun Kantor Dinas/Instansi/Lembaga/Kabupaten Tangerang

yang berada di Tigaraksa terdiri dari :

- Kantor Bupati Kabupaten Tangerang

- Kantor DPRD Kabupaten Tangerang

- Kantor Dinas Lingkup PU Kabupaten Tangerang

- Kantor BAPPEDA Kabupaten Tangerang

- Kantor Inspektorat Kabupaten Tangerang

- Kantor Pertahanan Kabupaten Tangerang

- Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Tangerang

- Kantor BKPMD Kabupaten Tangerang

- Kantor Dinas Trantip Kabupaten Tangerang

- Kantor Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten

Tangerang

Untuk mengatur arah pembangunan di Wilayah Kecamatan

Tigaraksa sebagai Ibu Kota Kabupaten Tangerang sesuai dengan

Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Tangerang dialokasikan

untuk :

- Sektor Pembangunan Industri terletak :

1. Desa Cisereh

2. Desa Pasirbolang

3. Desa Pematang

4. Desa Pasirnangka

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

68

5. Desa Tegalsari

- Sektor Pembangunan Pemukiman / Perumahan

1. Desa Pasirnangka

2. Kelurahan Tigaraksa

3. Desa Pete

4. Desa Cileles

5. Desa Bantarpanjang

6. Desa Tapos

7. Desa Sodong

8. Desa Margasari

9. Kelurahan Kaduagung

10. Desa Pematang

11. Desa Matagara

Dan terdapat pengembang yang sudah mendirikan

perumahan antara lain :

1. Perumahan PWS (Panca Wiratama Sakti) di Desa

Margasari, Sodong dan Kaduagung

2. Perumahan Puri Permai di Desa Pete, Pasir Nangka

dan Pematang

3. Perumahan Budi Mustika di Desa Pasirnangka dan

Matagara

4. Perumahan Tatira di Desa Bantarpanjang

5. Perumahan Duta Graha di Desa Cileles

6. Perumahan Asabri di Desa Tapos

7. Perumahan Laguna Alam Abadi di Desa Tegalsari

8. Perumahan Sudirman Sudirman di Kelurahan

Tigaraksa

9. Perumahan Puri Widara Permai di desa Pematang

10. Merumahan Sodong Village di Desa Sodong

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

69

11. Perumahan Villa Pasirnangka di Desa Pasirnangka

- Sektor Pengembangan Perkantoran, Perdagangan dan Jasa

terdapat :

1. Kelurahan Kaduagung

2. Desa Matagara

3. Desa Margasari

4. Desa Sodong

4.1.2 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kabupaten Tangerang

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang. Struktur Organisasi

Badan Lingkungan Hidup Tangerang terdiri dari 4 (empat) bidang dengan

masing – masing bidang terdiri dari 2 (dua) sub bidang, 1 (satu) sekretariat

dan 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang

mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, menawasi

dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Lingkungan

Hidup, sedangkan fungsinya adalah :

1. Perencanaan dan perumusan bahan kebijakan program kerja Badan

Lingkungan Hidup;

2. Pelakasanaan persiapan fasilitasi program kerja Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah;

3. Pelaksanaan kegiatan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

Daerah;

4. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup;

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

70

5. Pengelolaan dan tindak lanjut laporan/pengaduan masyarakat

akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan;

6. Pengembangan sistem informasi lingkungan hidup;

7. Pelaksanaan penyidikkan tindak pidana lingkungan hidup sesuai

dengan peraturan perundang – undangan

8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kebijakan program

kerja Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah;

9. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lainnya terkait

dengan kegiatan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

Daerah;

10. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan

Badan Lingkungan Hidup.

Secara lengkap susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah

Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat

2.1. Sub. Bagian Perencanaan dan Keuangan

2.2. Subag Umum dan Kepegawaian

3. Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan

3.1. Sub Bidang Bina Hukum dan Lingkungan

3.2. Sub Bidang Informasi Lingkungan

4. Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan

4.1. Sub. Bidang Penilaian Lingkungan

4.2. Sub. Bidang Evaluasi Dampak Lingkungan

5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah

5.1. Sub Bidang Pengawasan dan Limbah Cair

5.2. Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah Padat,

Gas, Kebisingan, Getaran dan Kebauan

6. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian

Kerusakan Lingkungan

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

71

6.1. Sub Bidang Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan

Keanekaragaman Hayati

6.2. Sub Bidang Pengelolaan Sumberdaya Air dan Air Bersih

7. Unit Pelaksana Teknis

8. Kelompok Jabatan Fungsional

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Tangerang

Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan

tugas pembantuan di bidang Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan

kewenangan dan kebijakan Pemerintah Daerah.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud. Dinas

Perindustrian dan Perdagangan mempunyai fungsi :

1. Perumusan Kebijakan teknis Bidang Perindustrian dan

Perdagangan ;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

bidang perindustrian dan perdagangan ;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perindustrian dan

perdagangan ;

4. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, bidang

Industri, Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar Negeri,

Energi Sumber Daya Mineral ;

5. Penyusunan rencana dan program dibidang pengelolaan

pertambangan, energi, pemanfaatan listrik, industri, perdagangan,

jasa serta pengawasan dan promosi usaha;

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

72

6. Pembinaan dan pembangunan industri, perdagangan dan jasa,

pengelolaan pertambangan, energi dan pemanfaatan listrik

disesuaikan dengan perkembangan daerah serta pengawasan dan

promosi usaha ;

7. Pelaksanaan kegiatan penyusunan program sektor pengelolaan

pertambangan, energi, pemanfaatan listrik, industri, perdagangan,

jasa serta pengawasan dan promosi usaha;

8. Pelaksanaan pengawasan dan bimbingan dalam usaha perbaikan

dan peningkatan mutu dan standar barang, dan jasa sesuai dengan

ketentuan dalam rangka pemasaran dalam negeri dan ekspor ;

9. Pemberian perijinan yang berkaitan dengan kegiatan dibidang

industri pergdagangan pengelolaan pertambangan, energi, dan

pemanfaatan listrik ;

10. Pemberian fasilitas kerjasama degan pihak yang terkait untuk

melancarkan kegiatan industri, perdagangan dan jasa pengelolaan

pertambangan, energi dan pemanfaatan listrik ;

11. Pengawasan dan pengendalian serta evaluasi seluruh kegiatan

bidang – bidang dan skretariat sebagai bahan pengukuran kinerja

dinas.

Secara lengkap sususan organisasi Dinas Perindusrian dan Pergadangan

Kabupaten Tangerang :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat

2.1. Sub Bagian Perencanaan;

2.2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2.3. Sub Bagian Keuangan;

3. Bidang Industri

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

73

3.1. Seksi Industri Hasil Hutan, Argo dan Aneka;

3.2. Seksi Industri Logam, Mesin, Alektronika dan Telematika;

3.3. Seksi Industri Kimia dan Tekstil

4. Bidang Perdagangan Dalam Negeri

4.1. Seksi Bina Usaha;

4.2. Seksi Bina Pasar dan Distributor;

4.3. Seksi Pengawasan dan Perlindungan Konsumen

5. Bidang Perdagangan Luar Negeri

5.1. Seksi Ekspor dan Impor;

5.2. Seksi Promosi dan Informasi

6. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

6.1. Seksi Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral;

6.2. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Mineral

7. Unit Pelaksana Teknis

8. Kelompok Jabatan Fungsional

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskrisi Data Penelitian

Data yang disajikan di dalam deskripsi data telah melalui proses

reduksi. Deskripsi dalam penelitian kualitatif merupakan data mentah yang

diolah melalui teknik analisis data yang relevan. Penelitian kualitatif

deskriptif ini menggunakan Teori Koordinasi yang dikemukakan oleh

Sugandha.

Berdasarkan teknis analisis data kualitatif dengan konsep yang

diberikan oleh Miles dan Huberman, data – data tersebut dianalisis selama

proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh melalui : wawancara,

dokumentasi maupun observasi dilakukan reduksi untuk mencari tema dan

polanya dan diberikan kode – kode pada aspek tertentu berdasarkan

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

74

jawaban – jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah

penelitian. Dalam penyusunan jawaban penelitian, peneliti memberikan

kode pada beberapa aspek yaitu :

1. Kode Q untuk menandakan pertanyaan

2. Kode A untuk menandakan jawaban

3. Kode I1 – I3 menandakan daftar urutan informan

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini merupakan seluruh stakeholder yang

terkait dengan Koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam

Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di Kecamatan

Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Tabel 4.5 Daftar Informan Penelitian

No Kode Nama Informan Status Informan

1. I1.1 Ibu Ati Staff Pelaksana Sub Bidang Informasi

Lingkungan BLHD Kab.Tangerang 2. I1.2 Ibu Suryani

3. I1.3 Bapak Yatna

4.

I2 Ibu Andri Kepala Seksi Promosi dan Informasi

Perdagangan Luar Negeri Disperindag

Kab.Tangerang

5. I3.1 Ibu Intan RW 02

Ibu – ibu Pengrajin

6. I3.2 Ibu Kamidi RW 05

7. I3.3 Ibu Rima

8. I3.4 Ibu Purwaningsih

9. I3.5 Ibu Isnu Martini

10. I3.6 Ibu Susi

11. I3.7 Ibu Wati

Sumber : Peneliti, 2015

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

75

4.3 Penyajian Data

Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan Teori Koordinasi yang

menjadi bahan peneliti di lapangan dalam melakukan penelitian yang berjudul

Koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Dalam Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di

Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

4.3.1 Unit – Unit atau Organisasi – Organisasi

Unit – unit atau organisasi – organisasi yaitu kelompok kerja

didalam suatu organisasi yang tentunya memiliki fungsi yang berbeda

(spesialisasi). Organisasi ini dapat berupa instansi pemerintah, organisasi

swasta, ataupun badan usaha.

Dalam menjalankan suatu program atau kegiatan dibutuhkan

koordinasi lebih dari satu instansi sebagaimana yang telah tertera dalam

tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Daerah. Pelaksanna koordinasi

dengan Instansi/lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang

pengendalian dampak lingkungan daerah, seperti yang disampaikan oleh

Ibu Ati (I1.1) sebagai Staff Pelaksana bidang Informasi dan Lingkungan

BLHD Kabupaten Tangerang :

“..dalam menjalankan program kerja yang berhubungan dengan

dampak lingkungan pastinya cangkupannya luas, tidak hanya

kegiatan pembinaan kampung hijau saja, misalnya saja kegiatan

P2WKSS yang diberikan oleh pak Bupati didalam kegiatan itu ada

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

76

juga kegiatan seperti pengelolaan sampah skala rumah tangga.

Ada lagi kegiatan Kabupaten Tangerang Sehat yang digagas oleh

Bappeda didalamnya juga ada kegiatan seperti pengeloaan

sampah, pemberian pelatihan dari limbah, pelatihan pembutan

lubang biopori. Selain itu juga ada kegiatan sekolah adiwiyata

yaitu sekolah yang berwawasan lingkungan dan juga kegiatan

adipura. Jadi bukan hanya BLHD saja, tetapi juga ada instansi

dan SKPD terkait yang berkerjasama dengan kita, misalnya kaya

kegiatan sekolah adiwiyata, sekolah yang berwawasan lingkungan

sudah pasti berkerjasama dengan dinas pendidikan, dinas

pertanian dan DKPP..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati,

2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal ini juga dikatan oleh Bapak Yatna (I1.3), yaitu :

“...bahkan setelah kita melakukan kegiatan seperti kegiatan

pembinaan kampung hijau, ada penggiat lingkungan semacam

aktivis peduli lingkungan gitu..yang berasal dari desa atau

kampung tersebut ikut serta dan membantu kita dalam

menjalankan kegitan pembinaan kampung hijau ini.” (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Yatna, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Dari pernyataan yang diberikan oleh Ibu Ati (I1.1) dan Bapak Yatna

(I1.3) ada beberapa SKPD yang memang berkerjasama dalam

melaksanakan kegitan yang berhubungan dengan pengendalian dampak

lingkungan daerah. Tetapi yang disayangakan disini adalah belum

optimalnya koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam memberdayakan pengrajin

daur ulang sampah platik di Kecamatan Tigaraksa. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Ati (I1.1) sebagai Staff pelaksana di bidang informasi

lingkungan, beliau mengatakan :

“sebenernya sih saya sudah beberapa kali ngomong kepihak

disperindag, tapi ya belum ada kelanjutannya karena saya cuma

ngomong langsung aja sesama pegawai, secara non formal lah.

Jadi belum ada rapat koordinasi secara formal untuk menindak

lanjuti ini. Kadang saya juga suka ngerasa kasian ya kalau nanti

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

77

saya masukkan ke disperindag, karena kalau dikasih kesana pasti

dipilah lagi neng..diseleksi lagi mana yang bagus dan mana yang

engga. Kan ada yaa orang yang udah sepuh..tapi dia semangat

untuk membuat kerajinan tapi hasilnya kurang bagus, saya juga

kan ga mungkin kalau bilang hasilnya punya ibu itu jelek.”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga dikatan oleh Ibu Andri (I2) selaku Kepala Seksi

Bidang Promosi dan Informasi, Disperindag Kabupaten Tangerang :

“..kalo ibu sendiri disini kan lebih banyak berkoordinasi dengan

bidang sebelah, itu ada bidang industri. Mereka itukan yang

membinanya. Nah..setelah dibina itu larinya ke bidang ibu

dipromosikan. Tapi dalam artian promosi itu bukan berarti barang

yang sudah jadi langsung diberikan ke ibu, tidak seperti itu. Tapi

mari kita sama – sama mempromosikan. Misalnya seperti ini,

dibidang promosi dan informasi kan biasanya setiap tahun ada

acara pameran keluar kota, disitu IKM yang sudah dibina oleh

bidang industri boleh ikut dalam acara pameran tersebut. Tapi

dalam satu tahun itu gantian, misalnya dalam satu tahun itu

bidang ibu mengadakan 5 kali event atau pameran ke luar kota. Di

Kabupaten Tangerang sendiri kan banyak produk unggulan seperti

rotan, topi bambu, sepatu, dll.Misal, pameran pertama ibu bawa

IKM sepatu, nanti pameran selanjutnya ibu bawa IKM makanan

dan minuman. Disini kita memiliki gerai yang disediakan oleh

pemda, disitu para IKM boleh memasarkan barangnya. Kalo ibu

kerjasama dengan koperasi sudah jalan untuk menangani soal

permodalan, tetapi kalo dengan SKPD lain seperti BLDH itu

belum jalan.” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Andri, 2015 di

Kantor Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Kabupaten

Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

informan yaitu Ibu Ati dan Ibu Andri diatas berkaitan dengan koordinasi

antara pihak Disperindag dengan BLHD, bahwa untuk saat ini memang

koordinasi antara BLHD dengan Disperindag belum berjalan, karena

selama ini sub bidang promosi dan informasi pada bidang perdagangan

luar negeri yang mengadakan pameran ataupun bazar setiap 5 kali dalam

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

78

setahun, baru berkerjasama dengan bidang industri yang memang telah

memiliki IKM yang dibinanya, sedangkan pada bidang koperasi

berkerjasama untuk urusan permodalan.

Untuk spesialisasi tugas sendiri, sebenarnya tugas BLHD hanya

pada sampai kepada penyuluhan, pelatihan dan pembinaan. Tapi atas dasar

tanggung jawab atas yang telah diberikan kepada masyarakat, pihak

BLHD berusaha untuk memberikan peluang kepada masyarakat yang

memang berminat pada kegiatan itu. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Yani

(I1.2) selaku staff pelaksana sub bidang informasi dan lingkungan :

“..sebenarnya sih spesialisasi tugas kita, tupoksi kita hanya pada

sampai pelatihan dan pembinaan..” (Sumber : Wawancara dengan

Ibu Suryani, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Lebih lanjut, hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Ati (I1.1) yang juga

sebagai staff pelaksana di sub bidang informasi dan lingkungan :

“Tupoksi kita mah sebenernya cuma sampai ke pelatihan dan

pembinaan aja yaa..ga sampai pada pemasarannya juga, tapi

namanya tanggung jawab ya neng mau ga mau kita juga harus

cari solusinya juga. Bagaimana caranya supaya ibu – ibu yang

telah kita berikan pelatihan tetap menjalani kegiatan yang sudah

kita berikan..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di

Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti kepada informan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pihak BLDH terutama pada

sub bidang informasi dan lingkungan tupoksinya adalah hanya sampai

pada penyuluhan, pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat agar

masyarakat mengerti dan paham dalam menangani masalah sampah skala

rumah tangga. Tetapi, dikarenakan pihak BLHD merasa

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

79

bertanggungjawab atas apa yang telah diberikan oleh masyarakat, pihak

BLHD mencoba untuk mencari solusi agar ibu – ibu yang telah diberikan

pelatihan oleh BLHD memiliki wadah atau tempat untuk memasarkan

hasil kerajinan yang telah dibuat.

4.3.2 Sumber – Sumber (potensi)

Dalam melaksanakan program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup oleh pihak BLHD yang melibatkan

koordinasi beberapa SKPD, sangat bergantung kepada sumber – sumber

potensi yang dimiliki masing – masing organisasi. Potensi yang dapat

dinilai dari organisasi – organisasi atau unit – unit adalah keterampilan dan

pengetahuan personil, penggunaan teknologi, anggaran serta fasilitas kerja

lainnya yang mempengaruhi jalannya suatu kegiatan.

Kecukupan anggaran hal yang relatif dimaklumi sebagai hambatan

suatu pekerjaan. Namun baik Badan Lingkungan Hidup Daerah maupun

Dinas Perindustrian dan Perdagangan berusaha untuk lebih efisien dalam

pemakaian anggaran. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Yatna (I1.3)

mengenai kecukupan anggaran disetiap kegiatan :

“yaa..kalo dibilang cukup ga cukup sih pasti ga cukup. Kaya

misalnya kita mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan lubang

biopori disetiap kampung atau desa kan pasti kita membutuhkan

alatnya, sedangkan kita ga mungkin mengajukan pengadaan

barang sebanyak itu kan neng..” (Sumber : Wawancara dengan

Bapak Yatna, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Ati (I1.1) selaku staff pelaksana,

ketika peneliti menanyakan persoalan anggaran :

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

80

“..cukup ga cukup yaa dicukup – cukupin lah neng, karena kita

juga punya kewajiban yaa..kalo bukan dari kitanya yang pinter –

pinter mengelola uangnya nanti malah berimbas ke program dan

kegiatan yang lagi kita dilaksanain. Kaya BLHD sendiri ini ga

boleh mengajukan pengadaan barang yang sampe ratusan juta..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada

informan Bapak Yatna (I1.3) dan Ibu Ati (I1.1) dapat disimpulkan bahwa

pada dasarnya dalam soal anggaran yang sudah dianggarkan oleh pihak

BLDH belum mencukupi untuk memenuhi semua program atau kegiatan

yang dilakukan. Tetapi dari pihak BLHD sendiri sebisa mungkin

meminimalisir anggaran yang digunakan agar semua program atau

kegiatan dapat berjalan. Karena BLHD tidak diperbolehkan melakukan

pengadaan barang yang harganya sampai ratusan juta rupiah.

Dalam menjalankan suatu program atau kegiatan yang berasal dari

pemerintah, kecanggihan teknologi juga sangat dibutuhkan dalam

memudahkan pekerjaan. Tetapi tidak selamanya teknologi bisa dipakai

untuk mempermudah suatu pekerjaan, karena untuk menggunakan satu

teknologi saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu

dalam menjalankan kegiatan atau program pemerintah, Badan Lingkungan

Hidup Daerah belum menggunakan ternologi mutakhir untuk

mempermudah pekerjaannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ati (I1.1) :

“Karena kita inginnya sesederhana mungkin sehingga masyarakat

dengan sendirinya peka. Waktu itu pernah kita coba menggunakan

teknologi mesin jahit, tapi yaa gitu, yang pake mesin jahit mah

pake. Tapi kalo dengan cara dijahit menggunakan tangan mereka

sendiri dan bisa dijual menghasilkan uang, mereka pasti mau. Kita

kan menghasilkan barang dari limbah, limbah itu ga usah pake

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

81

yang mahal – mahal..kalo mahal masyarakat ga bakal mau.”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Intan (I3.1) selaku Ibu RW 02 yang

juga ikut tergabung dalam ibu – ibu pengrajin :

“..kalo kita bikin kerajinan ini sih masih manual aja pake tangan,

paling kalo mau pake mesin jahit, kita bayar ke orang..ke tukang

jahit.”(Sumber : Wawancara dengan Ibu Intan, 2015 di kediaman

Ibu Intan,Tigaraksa)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Isnu (I3.5) ketika peneliti

menanyakan pembuatan kerajinan ini sudah menggunakan teknologi atau

belum, beliau mengatakan :

“engga pake tangan aja, manual pake tangan. Ya emang ada

sebagian ibu – ibu yang ngejaitin ke tukang jahit untuk bikin

puring buat tas itu, tapi saya belum pernah ke tukang jahit, jadi

yaa manual pake tangan aja..”(Sumber : Wawancara dengan Ibu

Isnu, 2015 di kediaman Ibu Isnu, Tigaraksa)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Ibu

Ati (I1.1) sebagai pihak dari BLHD dan Ibu Intan (I3.1) selaku ibu RW 02

yang juga tegabung dalam ibu – ibu pengrajin dan Ibu Isnu (13.5) yang juga

mengikuti kegiatan pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah plastik.

Informan tersebut mengatakan bahwa memang sampai saat ini ibu – ibu

pengrajin hanya mengandalkan tangan mereka masing – masing untuk

membuat suatu produk. Tetapi, terkadang mereka juga menggunakan jasa

tukang jahit untuk membuat tas agar tas yang dihasilkan menjadi lebih

rapih, karena harus mengeluarkan biaya lagi untuk menjahit puring ibu –

ibu pengrajin memilih untuk menjahit menggunakan tangan mereka

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

82

masing – masing. Pihak BLHD sendiri juga mengatakan bahwa pada

awalnya mereka mencoba menggunakan mesin jahit saat memberikan

pelatihan kepada ibu – ibu, dikarenakan banyak ibu – ibu yang tidak

memiliki mesin jahit pihak BLHD menggunakan sistem manual yaitu

menggunakan tangan dan menyiapkan beberapa perlengkapan untuk

menjahit, seperti benang, jarum, gunting, dan sebagainya.

4.3.3 Gerak Kegiatan

Gerak kegiatan merupakan segala daya upaya, segala suatu

tindakan yang dikerjakan oleh dinas dan badan terkait dalm melaksanakan

tugas. Gerak kegiatan ini mencakup program apa saja yang dilaksanakan

masing – masing dinas atau badan selama menjalankan fungsi koordinasi

dan sejauh apa realisasi yang sudah tercapai. Seperti yang diungkapkan

oleh Ibu Ati (I1.1) selaku staff pelaksana ketika peneliti menanyakan

kegiatan apa yang sedang dijalankan pada tahun ini :

“selain pembinaan kampung hijau, ada juga kegiatan pemanfaatan

limbah rumah tangga, trus pembuatan kompos, trus pembuatan

lubang biopori. Karena sampah kan sudah banyak banget yaa..

paling mensosialisasikan masyarakata agar memilah sampah

plastik dan sampah organik..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu

Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal ini juga dikatakan oleh Ibu Suryani (I1.2) selaku staff pelaksana

di sub bidang informasi dan lingkungan, ketika peneliti menanyakan

kegiatan atau program apa saja yang sedang dilaksanakan :

“..yaa ada, seperti kegiatan adiwiyata, adipura.. trus pemanfaatan

limbah rumah tangga, pelatihan pembuatan lubang biopori..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Suryani, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

83

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada informan

Ibu Ati (I1.1) dan Ibu Suryani (I1.2) mereka mengatakan bahwa memang

ada beberapa kegiatan yang sedang dilakukan selain kegiatan pembinaan

kampung hijau dan pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah plastik.

Ada beberapa kegiatan seperti kegiatan adipura dan sekolah adiwiyata

yaitu sekolah yang berwawasan lingkungan. Berbeda denga pihak

Disperindag, ketika peneliti menanyakan terkait dengan program atau

kegiatan apa saja yang sedang dilakukan oleh Disperindag, khususnya

pada sub bidang promosi dan infomasi. Ibu Andri (I2) selaku kepala seksi

promosi dan informasi mengatakan :

“..kalau di bidang ibu disini cuma ada kegiatan itu aja sih..paling

ngadain pameran – pameran didalam ataupn luar kota, atau bazar

– bazar, itu yang utama. Yang lainnya paling ibu mengontrol dan

mendatangai para IKM – IKM, apakah masih berproduksi sampai

sekarang atau sudah bangkrut. Sama mengontrol gerai yang ada

di Citra Raya sana, itu ibu langsung yang bertanggung jawab jadi

harus dikontrol terus..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Andri,

2015 di Kantor Perdagangan Luar Negeri, Disperindag

Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh kepala

seksi promosi dan informasi, pada bidang tersebut hanya fokus pada

kegiatan promosi seperti mengadakan pameran – pameran didalam

maupun luar kota, ataupun bazar – bazar. Selebihnya hanya pada

mengontrol secara berkala kepada IKM – IKM yang telah dibina oleh

bidang industri dan mengontrol gerai yang dimiliki oleh sub bidang

promosi dan informasi.

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

84

Dalam melaksanakan sebuah program ataupun kegiatan, tentunya

ada rencana kerja dan capaian kerja yang harus dicapai oleh subuah SKPD

ataupun instansi. Dalam hal ini peneliti mencoba menanyakan sejauh mana

Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Perindustrian dan

perdagangan dalam melaksanakan capaian kerja dalam satu tahun terakhir.

Ibu Suryani (I1.2) selaku staff pelaksana pada sub bidang Informasi

Lingkungan mengatakan bahwa :

“..kalo dari rencana awal mungkin udah setengahnya kali yaa

kegiatan yang sudah terealisasi, kan kita udah setengah tahun

yaa.. jadi udah ada 50% mah..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu

Suryani, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga dikatan oleh Ibu Ati (I1.1), terkait dengan

presentase kegiatan yang sudah terealisasi selama satu tahun terakhir :

“yaa kalo liat kabupaten tangerang yg segini luasnya yaa mungkin

belum ada apanya – apanya, tapi yaa dari rencana awal mah

kemungkinan sudah 50% lah yang sudah terealisasi..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten

Tangerang)

Sedangkan Ibu Andri (I2) mengatakan bahwa :

“Kalau untuk tahun sekarang yaa paling baru 60%, belum bisa

kita katakan berhasil 100% karena kan belum akhir tahun..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Andri, 2015 di Kantor

Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Kabupaten Tangerang)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada tiga

informan diatas, yaitu Ibu Ati (I1.1) dan Ibu Suryani (I1.2) sebagai staff

pelaksana pada sub bidang informasi lingkungan Badan Lingkungan

Hidup Daerah dan Ibu Andri (I2) sebagai kepala seksi promosi dan

informasi pada bidang perdagangan luar negeri, mengatakan bahwa

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

85

presentase kegiatan yang sudah terealisasi mencapai 50% dari rencana

awal, bahkan pada sub bidang promosi dan informasi presentase kegiatan

yang sudah dilaksanakan mencapai 60%. Berdasarkan presentase yang

diberikan oleh para informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sudah

sebagian besar program atau kegiatan masing – masing SKPD atau

instansi sudah terlaksana.

4.3.4 Kesatupaduan

Suatu unit organisasi dengan satu sama lain dapat dikatakan

kompak apabila terdapat kesatupaduan yang terintegritas. Kesatupaduan

ini dapat dilihat dari adanya kaitan atau hubungan antara sesama unit

organisasi selama berkoordinasi melakukan tugas. Pengintegrasian unit –

unit organiasasi juga merupakan bentuk dari peningkatan koordinasi

SKPD dengan cara menjalin hubungan erat sesama unit organiasasi dalam

tujuan yang sama. Bentuk kesatupaduan antar SKPD ini dapat terjalin

dalam berbagai macam interaksi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu

Ati (I1.1) :

“Seperti yang sudah saya bilang, lokasinya kita jadiin satu. Seperti

di Perumahan Puri Permai, disana tempat pembinaan kampung

hijau oleh BLHD, dan tahun berikutnya dijadikan tempat

Kabupaten Tangerang Sehat (KTS) programnya ada di Bappeda.

Tapi dalam program KTS itu tidak hanya Bappeda saja, tetapi

juga ada BLHD, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian. Jadi, antar

SKDP terkait saling berkoordinasi. Tetapi memang kalo dengan

disperindag kita belum ada rapat koordinasi khusus untuk

membahas kegiatan kerajinan dari limbah ini..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten

Tangerang)

Sedangakan Ibu Andri (I2) menjelaskan :

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

86

“kita sudah berkerja sama dengan dinas pariwisata, biasanya kalo

dinas pariwisata itu kan promosi dalam hal kebuadayaannya atau

adatnya atau tari – tariannya, tetapi untuk memeriahkan lagi kita

sering diajak sama mereka untuk mempromosikan produk kita.

Jadi masyarakat disana sambil nonton, sambil ngeliat – liat

produk kita. Selain dinas pariwisata juga kita sudah bekerjasama

dengan koperasi, koperasi kan bagian permodalan yah..apabila

IKM itu memerlukan modal, jadi kita langsung arahkan ke koprasi.

Tapi, untuk BLHD sendiri masih belum berjalan yaa, karena dari

pihak BLHD nya juga belum ada omongan secara resmi untuk

mengajak kita berkerjasama, belum ada rapat koordinasi..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Andri, 2015 di Kantor

Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Kabupaten Tangerang)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan

bagaimana koordinasi antara instansi dalam melaksanakan kegiatan

ataupun program dijelaskan bahwa BLHD sudah melakukan koordinasi ke

beberapa SKDP ataupun instansi dalam melaksanakan kegiatannya,

misalnya saja dengan BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan

Dinas Pertanian. Sedangkan Disperindag, khususnya pada sub bidang

promosi dan informasi sudah berkoordinasi dengan dinas pariwisata dan

juga dinas koperasi. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belum adanya koordinasi

secara resmi dan formal antara BLHD dan Disperindag dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik di Kecamatan

Tigaraksa. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi pihak BLHD

dalam mencari jaringan atau link untuk menyalurkan barang atau produk

yang telah dihasilkan dari para pengrajin yang sudah diberikan pelatihan

oleh pihak BLHD. Hal ini sangat disayangakan karena ini bisa menjadi

potensi bagi Kabupaten Tangerang untuk berdaya saing dengan daerah

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

87

lain, dengan memanfaatkan limbah plastik masyarakat bisa mendapatkan

keuntungan.

Dalam melaksanan koordinasi, tentu ada upaya yang dilakukan

oleh tiap – tiap SKPD ataupun instansi terkait, agar SKPD ataupun instansi

terkait dapat terintregasi dengan baik. Ibu Ati (I1.1) menjelaskan upaya apa

saja yang harus dilakukan agar tiap – tiap SKPD ataupun instansi dapat

terintegrasi dengan baik.

“Yaa salah satunya dengan cara kerjasama, kan ada rapat

koordinasi yaa. Paling tidak setiap instansi atau SKPD terkait itu

dibikin team..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di

Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak Yatna (I1.3) terkait dengan

upaya apa yang dilakukan agar tiap – tiap SKPD ataupun instansi dapat

terintegrasi dengan baik.

“Lagi lagi koordinasi neng, rapat koordinasi. Tidak hanya

koordinasi dengan DKPP aja, sama Dinas Pendidikan, Dinas

Kesehatan dan dinas – dinas terkait lainnya..” (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Yatna, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Dalam menjalankan suatu program ataupun kegiatan tentunya

partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu,

kekompakkan yang terjalin antara ibu – ibu yang sudah diberikan

pelatihan oleh BLHD juga perlu dujaga, supaya apa yang telah diberikan

oleh BLHD tidak berhenti ditengah jalan dan kegiatan ini bisa

berkelanjutan. Peneliti mencoba menanyakan bagaimana cara yang

dilakukan oleh ibu – ibu yang sudah diberikan pelatihan agar tetap

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

88

kompak. Ibu Intan (I3.1) selaku ibu RW 02 yang juga tergabung dalam ibu

– ibu pengrajin, mengatakan :

“Kalo saya pribadi yaa, cara menjaga kekompakkan dengan cara

memberikan pelatihan – pelatihan ke setiap RT, misalnya ada RT

mana yang ingin belajar dan ingin diberikan pelatihan, saya

datang kesana untuk memberikan pelatihan. Tapi untuk sekarang

ini lagi pada vacum, jadi mereka masing – masing aja buat sendiri

dirumah dikumpulin sendiri, nanti biasanya suka ada pameran

atau bazar dari BLHD, baru nanti di kontekin lagi ibu – ibunya.. ”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Intan, 2015 di kediaman Ibu

Isnu, Tigaraksa)

Hal ini juga dikatan oleh Ibu Purwaningsih (I3.4) yang juga

tergabung sebagai ibu – ibu pengrajin, beliau mengatakan bahwa :

“Kayanya sekarang ini ibu – ibunya udah pada mulai males yaa..

kaya saya juga sekarang udah jarang bikin, jadi pada masing –

masing aja bikinnya. Tapi yaa kalo emang biar bisa menjaga

kekompakkan seharusnya diadakan pertemuan lagi..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Purwaningsih, 2015 di kediaman Ibu

Purwaningsih, Tigaraksa)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Susi (I3.6) sebagai ibu rumah

tangga yang sempat mengikuti pelatihan yang diberikan oleh BLHD dan

juga ibu – ibu pengrajin, mengatakan bahwa :

“Dari ibu – ibu pengrajinnya nya juga sekarang kayanya vakum,

jadi begitu mereka udah bisa yaa masing – masing aja. Kaya saya,

ngumpulin sendiri, bikin sendiri..” (Sumber : Wawancara dengan

Ibu Susi, 2015 di kediaman Ibu Susi, Tigaraksa)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilkukan oleh peneliti terkait

dengan cara apa yang dilakukan oleh para ibu – ibu yang telah berikan

agar dapat berkoordinasi. Peneliti menyimpulkan bahwa antusiasme para

ibu – ibu yang sudah diberikan pelatihan saat ini memang terlihat sedikit

berkurang, dikarenakan kesibukkan dari ibu – ibu itu sendiri, selain itu

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

89

sampai saat ini belum ada lagi pertemuan yang dilakukan oleh ibu – ibu

pengrajin untuk memantau apakah kegiatan yang dilakukan ibu – ibu

dalam membuat kerajinan dari daur ulang sampah plstik ini masih berjalan

atau tidak. Selain itu, komunikasi yang terjalin antara pihak BLHD dan

beberapa ibu – ibu yang diberikan pelatihan dirasa kurang baik. Hal ini

dapat kita lihat dari pernyataan yang diberikan ibu Intan yang menyatakan

bahwa untuk saat ini pihak BLHD hanya menghubungi para pengrajin

yang masih aktif membuat kerajianan dari daur ulang sampah plastik ini

hanya pada saat akan diadakannya bazar.

4.3.5 Keserasian

Keserasian berarti adanya urutan – urutan pengerjaan sesuatu yang

tersusun secara logis, sistematis, atau dilakukan dalam waktu yang

bersamaan akan tetapi tidak menimbulkan duplikasi tugas. Keserasian

merupakan hal penting dalam koordinasi, karena denan terciptanya

keserasian maka kesamaan arah dalam koordinasi akan tercipta. Peneliti

mencoba menanyakan terkait dengan urutan pengerjaan yang dilakukan

oleh pihak BLHD, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa memang ada

beberapa kegitan yang sedang dijalankan oleh pihak BLHD selain

kegiataan pembinaan kampun hijau, ada kegiatan seperti adipura dan juga

sekolah adiwiyata yaitu sekolah yang berwawasan lingkungan. Kegiatan

ini sudah pasti membutuhkan proses perencanaan, monitoring dan sampai

kepada proses evaluasi. Ibu Suryani (I1.2) mengatakan bahwa :

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

90

“Alhamdulillah sih udah yaa..kegiatan sudah berjalan semua..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Suryani, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Ati (I1.1) selaku staff pelaksana,

beliau menjelaskan bahwa :

“Dari tahun ke tahun begini aja yaa..jadi sudah dikatakan

berhasil. Mulai dari pembinaan, pelatihan dan monitoring. Sudah

sesuai dengan urutannya, yang terpenting adalah sering – sering

mengontrol..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di

Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

kedua informan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada

dasarnya semua kegiatan sudah sesuai dengan urutan pengerjaannya,

mulai dari proses peprencanaan sampai kepada proses evaluasi. Keserasian

berikutnya dapat diukur melalui ketepatan waktu pengerjaan masing –

masing dinas. Dalam rencana program yang dibuat, telah ditentukan kapan

suatu kegiatan akan dimulai dan diselesaikan. Seperti yang dikatakan oleh

Ibu Ati (I1.1) sebagai staff pelaksana pada sub bidang Informasi

Lingkungan :

“Kalo untuk pembinaannya sih.. kita membina selama satu tahun

yaa.. tapi untuk pelatihan ke tempatnya paling 3 kali, jadi tiga

hari. Itu juga kita bagi – bagi, misalnya hari pertama pelatihan

kerajinan dari limbah, trus hari kedua pelatihan pembuatan

lubang biopori dan hari ketiga kita berikan pelatihan cara

pembuatan kompos skala rumah tangga. Nah..nanti kita

monitoring apa yang sudah kita berikan oleh masyarakat itu

dipakai apa tidak, dilanjutkan atau tidak..” (Sumber : Wawancara

dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Sedangan dari pihak Disperindag, Ibu Andri (12) menjelaskan

tentang waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan bazar - bazar dan

pameran – pameran yang setiap tahunya dilaksanakan. Beliau mengatakan:

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

91

“kalo untuk acara bazar gitu paling kita membutuhkan waktu dua

hari, sehari untuk persiapan dan sehari untuk pelaksanaannya.

Kalo bazar – bazar gitu kita ga lama. Berbedadengan pameran

yah.. kalau pameran kan biasanya kita mengadakan di luar kota,

kalau event pameran itu maksimal 5 hari..” (Sumber : Wawancara

dengan Ibu Andri, 2015 di Kantor Perdagangan Luar Negeri,

Disperindag Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

kedua instansi yaitu BLHD dan juga Disperindag. Peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pada dasarnya instansi tidak pernah membutuhkan

waktu yang lama dalam melaksanakan sebuah kegiatan, misalnya saja

BLHD yang hanya membutuhkan waktu 3 hari untuk melaksanaan

pelatihan dan selebihnya hanyalah monitoring secara berkala. Begitu juga

dari pihak Disperindag khususnya pada bidang promosi dan informasi,

dalam melaksanakan kegiatan seperti bazar ataupu pameran hanya

membutuhkan waktu 2 hari dan maksimal adalah 5 hari.

Didalam menjalankan suatu kegiatan, tentu ada kendala yang

dihadapi oleh instansi terkait. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ati (I1.1)

ketika peneliti menanyakan kendala apa yang dihadapi oleh pihak BLHD

selama menjalankan kegiatan, beliau mengungkapkan bahwa :

“kendala..mungkin kalo untuk kendala dari masyarakatnya sendiri

yaa..namanya masyarakat kan beda – beda yaa ga bisa kita sekali

ngomong langsung dilaksanain, apalagi yang namanya ibu – ibu

kalo udah pulan kerumah udah nyuci, ngepel dan segala macem

pasti udah lupa lagi sama apa yang kita omongin. Kita sih cuma

pengen masyarakat tuh paham bahwa sampah tuh jangan dibuang

sembarang, dan masyarakat mau memilah antara sampah plastik

dan sampah organik. Saya juga memberikan arahan kepada

mereka bahwa sampah plastik seperti bungkus kopi atau botol –

botol minuman itu bisa dipakai dan dijadikan sebuah produk.

Belum lagi saat ini kendala yang kita rasain saat ini adalah ibu –

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

92

ibu yang sudah kita berikan pelatihan itu menanyakan ke kita,

kemana mereka harus menjual produk yang sudah mereka buat.

Yaa walaupun sebenarnya tupoksi kita tidak sampai pada

pemasaran, tapi yaa kan kita harus tanggung jawab yaa neng..”

(Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Hal ini dibenarkan oleh ibu RW Kamidi sebagai ibu RW 05 (I3.2) ,

ketika peneliti menanyakan kendala apa yang dihadapi setelah

diadakannya pelatihan yang diberikan oleh pihak BLHD, beliau

mengatakan :

“yaa kendala yang pertama itu ketidak tersediannya mesin jahit

itu, kan itu juga termasuk kendala yang besar yaa.. yang kedua itu

masalah pemasaran. Kalo sampe saat ini paling saya sama ibu –

ibu disini ngejualin ke pabrik – pabrik, sama kalo ada yang pesen

sambil kita jelasin ini loh kerajinan dari limbah, trus mereka

tetarik, trus mereka beli. Udah gitu aja.. jadi pemasaran menjadi

kendala yang besar juga..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu RW

Kamidi, 2015 di Kediaman Ibu Kamidi, Tigaraksa)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Intan (I3.1) sebagai ibu

RW.02 yang juga diberikan pelatihan oleh phak BLHD :

“Dulu waktu orang – orang belum pada bisa bikin kerajinan itu

saya sempet kendala di bahan bakunya, bungkus kopinya susah

dicari karena banyak orang yang pesen ke saya. Tapi sekarang

karena udah pada bisa masing – masing jadinya yaa mereka pada

bikin masing – masing. Nah..setelah mereka bisa bikin kerajinan

masing – masinng, kendala yang muncul adalah masalah

penjualan, promosinya..mereka kan udah pada bisa semua,

akhirnya mereka bingung harus menjual kemana. Ya akhirnya

mereka bagi – bagiin ke saudara – saudara mereka..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu RW Intan, 2015 di kediaman Ibu Intan,

Tigaraksa)

Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Purwaningsih (13.4) yang juga

tergabung dalam ibu – ibu pengrajin :

“Kendalanya sih lebih kepemasarannya sih.. ibarat kita nih ibu –

ibu disini udah bikin banyak – banyak tapi yang mau nampung tuh

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

93

siapa gitu loh.. belum ada yang koordinir, jadi kesininya juga kita

mikir mendingan di stop dulu sementara, lagian kalo buat sendiri

juga ngapain banyak – banyak. Akhirnya saya bawa aja ke

kampung dikasih ke mertua..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu

Purwaningsih, 2015 di kediaman Ibu Purwaningsih, Tigaraksa)

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Ibu Susi (I3.6) sebagai ibu – ibu

pengrajin yang pernah mengikuti pelatihan kerajinan dari daur ulang

sampah plastik, beliau mengatakan :

“..setelah mereka diberikan pelatihan dan bisa membuat kerajinan

itu, otomatis mereka semua semanagat dong yaa..nah untuk

mereka yang menang ingin menjadikan ini sebagai bisnis memang

kendalanya pada pemasaran..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu

Susi, 2015 di kediaman Ibu Susi, Tigaraksa)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tekait

dengan kendala apa saja yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan

pelatihan oleh BLHD dan juga kendala apa saja yang dihadapi oleh para

ibu – ibu pengrajin setelah diberikan pelatihan oleh BLHD, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa permasalah yang utama adalah terkait dengan

pemasaran atau penjualan, belum tersedianya mesin jahit pada setiap RW

yang dijadikan tempat pelatihan oleh BLHD, selain itu kendala yang

dihadapi oleh ibu – ibu pengrajin yang telah diberikan pelatihan oleh

BLHD adalah belum ada wadah atau tempat untuk menampung hasil yang

mereka buat untuk dipasarkan, belum terbentuknya forum ibu – ibu untuk

menkoordinir barang kerajinan yang telah mereka buat. Karena selain

permasalahan pada pemasaran dan juga bahan baku, forum juga sangat

penting dibuat agar ibu – ibu pengrajin yang telah diberikan pelatihan bisa

tetap melakukan kegitan pembuatan kerajinan daur ulang sampah plastik

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

94

tersebut, selain itu juga bisa saling bertukar pikiran dan menambah

wawasan antara ibu – ibu pengrajin. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Rima (I3.3) ketika peneliti menanyakan perlu atau tidak dibentuk suatu

komunitas atau forum untuk ibu – ibu yang telah diberikan pelatihan oleh

BLHD, beliau mengatakan :

“Perlu banget, jadi perlu untuk memajukan ibu – ibu juga yaa..

kan jadi ga monoton ga cuma kerajinan dari bungkus kopi juga,

tapi kan ada kerajinan yang dari sedotan, dari botol – botol plastik

bekas minuman itu. Ya sangat setuju kalau memang ada forum,

biar tambah berkembang ibu – ibunya juga..”(Sumber:

Wawancara dengan Ibu Rima, 2015 di kediaman Ibu Rima,

Tigaraksa)

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Wati (I3.7) sebagai ibu rumah

tangga yang juga diberikan pelatihan, beliau mengatakan :

“Perlu..kan kadang kita suka ngeliat ibu – ibu yang motif tas atau

dompetnya bagus, karena kita udah bisa paling nanti tanya pake

bungkus apa dan gimana cara ngelipetnya. Kalo ada forum gitu

kan dan ada pertemuan seminggu sekali misalnya, jadi kita bisa

tanya – tanya..” (Sumber: Wawancara dengan Ibu Wati, 2015 di

kediaman Ibu Wati, Tigaraksa)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Purwaningsih (I3.4) yang

juga ikut dalam ibu – ibu pengrajin :

“Sebenernya sih kalo ada yaa bagus juga..biar ada yang

mengkoordinir juga. Yang terpenting sih ada bagian

pemasarannya aja, kan jadi hasil kerajinan yang dibikin ibu – ibu

ada yang nampung ibu – ibunya juga jadi semangat bikinnya, kalo

sekarang ini kan ga jelas penjualannya kemana..” (Sumber:

Wawancara dengan Ibu Purwaningsih, 2015 di kediaman Ibu

Purwaningsih, Tigaraksa)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

tiga informan yaitu Ibu Rima (I3.3), Ibu Wati (I3.7), dan Ibu Purwaningsih

(I3.4). Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembentukkan forum sangat

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

95

diperlukan untuk mengembangkan kegiatan ini, bukan hanya untuk saling

bertukar pikiran tetapi juga bisa menambah wawasan ibu – ibu yang telah

diberikan pelatihan dan sampai sekarang masih membuat kerajinan

tersebut. Karena, setiap hasil kerajinan ibu – ibu yang telah diberikan

pelatihan terkadang berbeda – beda kreatifitasnya. Selain itu,

pemebentukkan forum ini juga bertujuan agar ibu – ibu pengrajin yang

telah mendapatkan pelatihan, dapat menyamakan harga apabila barang

atau produk yang mereka hasilkan akan dijual kepada orang lain. Sehingga

tidak ada perbedaan harga yang terlalu jauh antara kerajianan yang

dihasilkan ibu satu dengan ibu lainnya.

4.3.6 Arah yang sama (sasaran)

Arah (sasaran) merupakan pedoman utama koordinasi. Segala

potensi yang ada perlu dikerahkan pada satu sasaran yang sama sehingga

tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan fungsi organisasi. Dalam

memberdayakan ibu – ibu pengrajin daur ulang sampah plastik, ada dua

dinas atau instansi yang berkaitan yaitu Badan Lingkungan Hidup Daerah

dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya mereka pasti memiliki sasaran kegiatan. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Andri (I2) sebagai kepala seksi promosi dan

informasi ketika peneliti menanyakan siapa saja yang menjadi sasaran

kegiatan mereka. Beliau mengungkapkan :

“Yaa masyarakat luas lah..kita kan mengadakan bazar dan

pameran ini bertujuan agar masyarakat tau produk – produk yang

dihasilkan di Kabupaten Tangerang”(Sumber : Wawancara

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

96

dengan Ibu Andri, 2015 di Kantor Perdagangan Luar Negeri,

Disperindag Kabupaten Tangerang)

Pada dasarnya memang setiap program ataupun kegiatan yang

diadakan oleh pemerintah yang menjadi sasarannya adalah masyarakat.

Karena masyarakat itu sendiri yang nantinya akan mengembangkan

wilayag atau daerahnya sendiri. Dari hasil wawancara yang dilakukan

peneliti oleh kepala seksi promosi dan informasi Ibu Andri (I2) juga

mengatakan bahwa masyarakatlah yang menjadi sasaran kegiatan mereka.

Sal serupa juga dikatakan oleh Ibu Ati (I1.1) sebagai staff pelaksana di sub

bidang informasi lingkungan. Beliau mengatakan :

“Sasarannya yaa masyarakat, ibu – ibu. Karena ibu – ibu yang

banyak menghasilkan sampah..” (Sumber : Wawancara dengan

Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Suryani (I1.2) :

“Iyaa kegiatan ini sasarannya kepada masyarakat, khususnya

masyarakat Kabupaten Tangerang dan juga ibu – ibu..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Suryani, 2015 di Kantor BLHD

Kabupaten Tangerang)

Dari hasil wawancara kedua informan dari pihak Badan

Lingkungan Hidup Daerah yaitu Ibu Ati (I1.1) dan Ibu Suryani (I1.2),

peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi sasaran kegiatan

pembinaan kampung hijau ini umumnya masyarakat luas yang berada di

Kabupaten Tangerang, tetapi karena kegitaan pembinaan kampung hijau

ini ada beberapa kegiatan yang banyak melibatkan ibu – ibu, jadi untuk

sasaran kegiatan ini adalah lebih kepada ibu – ibu. Seperti yang sudah

dikatakan oleh Ibu Ati (I1.2) ibu – ibu rumah tangga yang sering

menghasilkan banyak sampah dari sisa – siasa kegiatan rumah tangga

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

97

mereka,seperti memasak dan lain – lain, jadi yang menjadi sasaran utama

dalam kegiatan ini adalah ibu – ibu rumah tangga.

Sebelum dilaksanakannya kegiatan tentunya diperlukan persiapan

dan juga sosialisasi, hal ini bertujuan agar seluruh masyarakat yang

menjadi sasaran dalam kegiatan ini bisa ikut serta dan berpartisipasi.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Suryani (I1.2) ketika peneliti menanyakan

bagaimana proses sosialisasi yang dilkukan oleh pihak Badan Lingkungan

Hidup Daerah, apakah sudah sesuai atau belum. Beliau mengatakan :

“Untuk sosialisasi sih kita ikutin prosedur, bikin surat trus kita

hubungi RT dan RW setempat yang nantinya akan kita berikan

pelatihan..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Suryani, 2015 di

Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Ati (I1.1) :

“sudah sesuai prosedur, yaa dengan cara mereka mengirim surat

ke kami, ataupun sebaliknya..kalo udah di acc sama pak kabid,

baru nanti kita hubungi RT dan RW setempat..” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Ati, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten

Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terkait

dengan sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Daerah sudah sesuai pada prosedur, mulai dari

undangan resmi yang dibuat oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah

ataupun dari masyarakat yang memang menginginkan tempat atau

wilayahnya diberikan pelatihan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah.

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

98

Dalam melaksanakan suatu kegiatan,kontrol pimpinan juga sangat

penting. Hal ini bertujuan agar terciptanya kerjasama secara vertikal antara

atasan dengan bawahan.Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yatna (I1.3):

“Ooohh.. kalo untuk kontol pimpinan sendiri sudah baik, karena

pimpinan saya sudah terjun langsung dalam kegiatan yang kita

laksanankan, mengontrol langsung..” (Sumber : Wawancara

dengan Bapak Yatna, 2015 di Kantor BLHD Kabupaten

Tangerang)

Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Ati (I1.1) ketika peneliti

menanyakan baaimana kontrol pimpinan selama melaksanakan kegiatan.

Beliau mengatakan :

“Terjun langsung ke lapangan.. tugas dari seorang pimpinan juga

kan melihat langsung bagaimana kegiatan kita berlangsung. Yaa

selama ini sih baik..” (Sumber : Wawancara dengan Ibu Ati, 2015

di Kantor BLHD Kabupaten Tangerang)

Sedangkan Ibu Andri (I2) mengatakan :

“Belum..untuk kontrol pimpinan masih belum berjalan baik,

mereka hanya mengontrol dalam bentuk laporan aja..dan kalo

ngadain pertemuan gitu jarang, paling sebulan sekali” (Sumber :

Wawancara dengan Ibu Andri, 2015 di Kantor Perdagangan Luar

Negeri, Disperindag Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

kedua informan yaitu Ibu Ati (I1.1) dan juga Bapak Yatna (I1.3) terkait

dengan kontrol pimpinan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kontrol

pimpinan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup daerah

sudah berjalan dengan baik, pimpinan mereka menjalankan tugas sesuai

dengan tupoksinya, meninjau dan mengontrol langsung kegiatan yang

sedang dilaksanakan. Berbeda dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Ibu Andri (I2) menjelaskan bahwa selama ini kontrol

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

99

pimpinan mereka hanya melihat dari laporanh kegiatan dan

dokumentasinya saja, informan dari pihak disperindag juga mengatakan

bahwa selama ini pimpinan mereka mengadakan jarang mengadakan

pertemuan dengan bawahannya. Dari pernyataan yang diberikan oleh Ibu

Andri (I2) sebagai kepala seksi promosi dan informasi, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kontrol pimpinan yang ada di Dinas Perindustrian

dan Perdagangan dikatakan masih belum optimal.

4.4 Pembahasan

Pembahasana merupakan isi dari analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkankan di lapangan dan sesuai dengan teori yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian yang berjudul Koordinasi Badan Lingkungan

Hidup Daerah dalam Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di

Kecamayan Tigaraksa Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan teori unsur –

unsur koordinasi menurut Dann Sugandha yaitu Unit – unit atau Organisasi –

organisasi, Sumber – sumber (potensi), Gerak kegiatan, Kesatupaduan,

Keserasian, Arah yang sama (sasaran).

4.4.1 Pola Koordinasi

Tipe- tipe koordinasi adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi vertical (Vertical Coordination) adalah kegiatan - kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-

unit, kesatuan- kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung

jawabnya. Tegasnya atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada

dibawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertical ini

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

100

secara relative mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi

kepada aparat yang sulit diatur.

2. Koordinasi Horizontal (Horizontal Coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan - tindakan atau kegiatan -

kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan

kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat/selevel.

Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.

Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan,

menyatukan tindakan – tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin

antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara

ekstern pada unit- unit yang sama tugasnya. Interrelated adalah koordinasi

antarbadan (instansi); unit- unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi

yang satu dengan instansi yang lain saling bergantungan atau mempunyai

kaitan baik.Kordinasi ini relatif sulit dilakukan karena koordinator tidak

dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab

kedudukannya setingkat.

4.4.1.1 Unit – unit atau Organisasi - Organisasi

Unit – unit atau Organisasi – organisasi merupakan

kelompok kerja didalam suatu organisasi yang tentunya memiliki

fungsi yang berbeda (spesialisasi). Organisasi ini dapat berupa

instansi pemerintah, organisasi swasta, ataupun badan usaha.

Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti, ada beberapa instansi pemerintah yang sudah

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

101

berkoordinasi dengan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah

dalam menjalankan Program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup antara lain BAPPEDA, Dinas

Pendidikan, dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman.

Namun, yang disayangakan adalah belum adanya koordinasi atau

kerjasama secara resmi yang dilakukan oleh pihak BLHD kepada

Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menangani masalah

yang timbul setelah diadakannya pelatihan kerajinan dari daur

ulang sampah plastik yaitu masalah promosi dan pemasaran.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, Struktur

Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten

Tangerang, dijelaskan bahwa salah satu tugas pada Sub Bidang

Informasi Lingkungan adalah pelaksanaan koordinasi dengan

Instansi/lembaga lainnya yang terkait. Namun pada kenyataannya

hal ini belum terealisasi.

Dalam Peraturan Bupati Tangerang Nomor 49 Tahun 2010

tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Tangerang, dijelaskan bahwa salah

satu tugas dari Seksi Promosi dan Informasi adalah melaksanakan

koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait pembinaan dan

pengembangan promosi, penyuluhan pada dunia usaha berkaitan

dengan promosi usaha dan pelayanan informasi usaha. Dalam

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

102

penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti adalah bahwasanya sampai saat ini pihak Dinas

Perindustrian dan Perdagangan khususnya pada Seksi Promosi dan

Informasi belum berkerjasama atau berkoordinasi dengan pihak

Badan Lingkungan Hidup Daerah, hanya dalam bentuk

pembicaraan non formal yang dilakukan oleh sesama pegawai. Hal

ini sangat disayangakan karena ini bisa menjadi peluang untuk

kedepannya apabila koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup

Daerah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sudah berjalan

secara optimal..

Saat ini, Bidang Perdagangan Luar Negeri khususnya pada

Seksi Promosi dan Informasi baru berkoordinasi dengan Bidang

Industri yang memang sudah memiliki IKM binaan. Selain Bidang

Industri, Bidang Perdagangan Luar Negeri khususnya pada Seksi

Promosi dan Informasi sudah berkerjasama dengan Dinas Koperasi

untuk permasalah permodalan yang sering dialami oleh para pelaku

IKM. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

pola koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup Daerah

khususnya pada sub bidang Informasi Lingkungan dengan Dinas

Perindustrian dan Perdagangan khususnya pada Seksi Promosi dan

Informasi adalah pola koordinasi horizontal interrelated yaitu

koordinasi antar badan/instansi beserta unit – unit yang fungsinya

berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

103

bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang

levelnya setaraf. Namun pada kenyataan dilapangan, koordinasi ini

belum berjalan secara optimal disebabkan karena ada beberapa

masalah yang terjadi salah satunya adalah belum terbentuknya

forum.

4.4.1.2 Sumber – sumber (potensi)

Pelaksanaan Program Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup yang salah satu kegiatannya adalah

pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah plastik membutuhkan

potensi yang baik dari masing – masing unit organisasi pelaksana.

Baik dari segi sumber daya manusia, peralatan, teknologi dan

kecukupan anggaran. Keempat hal tersebut mampu menunjang

koordinasi agar menjadi lebih baik. Dalam melaksanan kegiatan

kerajinan dari daur ulang sampah tentunya membutuhkan orang –

orang yang memiliki keinginan dan daya kreativitas yang cukup

tinggi, itulah sebabnya Badan Lingkungan Hidup Daerah memilih

ibu – ibu yang dijadikan sasaran dalam peltihan ini. Selain itu,

pelatihan yang dilkukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah

dapat memberdayakan masyarakat khususnya para ibu – ibu yang

telah diberikan pelatihan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup

Daerah apabila kegiatan ini berlangsung secara terus menerus.

Selain potensi sumber daya manusia, kecukupan anggaran

dan penerapan teknologi yang digunakan pun dapat menunjang

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

104

penyelenggaraan kegiatan pelatihan kerjinan daur ulang sampah

plastik ini. Dari segi anggaran untuk Program Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dikatakan sudah

cukup, karena pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah dapat

meminimalisir biaya yang dikelurkan dengan cara melakukan

kegiatan sederhana yang tidak membutuhkan biaya yang besar

seperti pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik dan

pembuatan kompos skala rumah tangga.

Jika dilihat dari segi penerapan teknologi, berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti pihak Badan Lingkungan

Hidup Daerah sudah menerapkan teknologi untuk kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik ini dengan

menggunakan mesin jahit. Namun pada kenyataan dilapangan, hal

ini tidak berjalan dengan baik dan menjadi salah satu kendala yang

dialami oleh para ibu – ibu pengrajin. Oleh karena itu, ibu – ibu

pengrajin yang sudah diberikan pelatihan oleh pihak Badan

Lingkungan Hidup Daerah lebih memilih dengan sistem manual

yaitu menggunakan tangan mereka masing – masing dan apabila

para ibu – ibu pengrajin menginginkan hasil barang yang lebih

rapih, mereka lebih memilih membayar tukang jahit untuk

merapikan satu buah barang kerajinan mereka.

Hal serupa juga dilakukan oleh Bidang Perdagangan Luar

Negeri pada Seksi Promosi dan Informasi. Selama ini, mereka

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

105

melakukan promosi masih dengan sistem manual dengan cara

mengadakan acara pameran atau bazar didalam maupun diluar

kota. Seksi Promosi dan Informasi sendiri belum menggunakan

teknologi untuk mempromosikan produk – produk yang dihasilkan

dengan cara promosi online. Hal ini dilakukan dikarenakan Bidang

Perdangan Luar Negeri khususnya pada Seksi Promosi dan

Informasi sudah memiliki gerai sendiri yang terletak di Mardi

Grass, Citra Raya. Didalam gerai tersebut, ada beberapa produk –

produk IKM binaan yang dipasarkan. Namun, yang sangat

disayangakan adalah belum adanya produk kerajinan yang

dihasilkan dari daur ulang sampah plastik, hal ini dikarenakan

belum adanya tindak lanjut dari pihak Badan Lingkungan Hidup

Daerah dan Pihak Perdagangan Luar Negeri dalam mengatasi

permasalahan ini.

4.4.1.3 Gerak Kegiatan

Gerak kegitan merupakan segala daya upaya, segala suatu

tindakan yang dikerjakan oleh suatu kelompok kerja dalam

melaksanakan tugasnya. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan

Lingkungan Hidup Daerah terkait dengan Program Pengendalian

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup salah satunya

adalah pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik, kegiatan ini

bertujuan agar masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang dan

khususnya di Kecamatan Tigaraksa dapat berdaya dan dapat

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

106

mensejahterakan kehidupan mereka. Sedangakan kegiatan yang

dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan khususnya

pada sub bidang promosi dan informasi yang berkaitan dengan

kegitan ini adalah melakukan pameran dan bazar yang diadakan

secara rutin. Namun, yang disayangkan adalah sampai saat ini

belum ada tindak lanjut dari sub bidang promosi dan informasi

dalam mengatasi masalah promosi dan pemasaran.

Cara Badan Lingkungan Hidup Daerah untuk

memberdayakan para ibu – ibu pengrajin adalah dengan cara

mengundang ibu – ibu pengrajin untuk diberikan pelatihan

beberapa kali di kantor Badan Lingkungan Hidup Daerah. Selain

itu, Badan Lingkungan Hidup Daerah juga mengajak ibu – ibu

pengrajin yang memang sudah mahir dalam membuat kerajinan

untuk ikut serta dalam kegiatan studi banding di kota lain.

Sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan belum berupaya

untuk mengajak atau mengundang para ibu – ibu pengrajin untuk

ikut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan seperti bazar ataupun

pameran yang diadakan rutin oleh pihak Dinas Perindustrian dan

Perdagangan.

Hal ini terjadi karena ibu – ibu pengrajin belum membentuk

forum yang memiliki payung hukum seperti IKM. Apabila para ibu

– ibu pengrajin sudah membetuk forum dan sudah memiliki

payung hukum seperti IKM, maka Dinas Perindustrian dan

Page 118: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

107

Perdagangan akanmemberikan pembinaan kepada forum atau

kelompok ibu – ibu pengrajin daur ulang sampah plastik. Hal ini

sangat disayangankan karena seharusnya Dinas Perindustrian dan

Perdagangan melahirkan binaan baru. Hal ini pula lah yang

menjadi alasan mengapa pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah

belum melakukan rapat koordinasi secara resmi kepada Dinas

Perindustriandan Perdagangan untuk membahas permasalahan

promosi dan juga pemasaran barang kerajinan yang telah dibuat

oleh para ibu – ibu pengrajin.

4.4.1.4 Kesatupadanan

Kesatupaduan organisasi ataupun kelompok yang menjalani

fungsi koordinasi dalam menjalankan suatu program dapat dilihat

dari kekompakkan organisasi ataupun kelompok tersebut dalam

melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan kegiatan yang

berkaitan langsung dengan masyarakat, sudah pasti kekompakkan

antara instansi/dinas dengan instansi/dinas lain yg terkait, antara

instansi/dinas dengan kelompok masyarakat maupun kelompok

masyarakat dengan kelompok masyarakat lain harus terjalin

dengan baik.

Dalam melaksanakan kegiatan pelatihan kerajinan daur

ulang sampah plastik yang juga bertujuan untuk memberdayakan

masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya para ibu – ibu

pengrajin, kekompakkan yang terjalin antara Badan Lingkungan

Page 119: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

108

Hidup Daerah dengan ibu – ibu pengrajin dikatakan menurun. Hal

ini terjadi karena saat ini antusiasme para ibu – ibu yang telah

diberikan pelatihan telah menurun. Begitu pula kekompakkan antar

ibu –ibu pengrajin saat ini menurun, karena saat ini hanya ada

beberapa ibu – ibu yang masih membuat kerajinan tersebut sampai

sekarang.

Upaya peningkatan koordinasi yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Daerah para ibu – ibu pengrajin yang telah

diberikan pelatihan adalah dengan cara berkomunikasi melalui

telepon seluler. Badan Lingkungan Hidup Daerah sendiri saat ini

hanya menghubungi para ibu – ibu pengrajin yang telah diberikan

pelatihan apabila dari daerah ingin mengadakan bazar, pameran

ataupun studi banding ke tempat lain. Hal ini dirasa kurang efektif

dan sangat disayangakan karena ibu – ibu pengrajin yang telah

mahir membuat kerajinan daur ulang sampah plastik oleh Badan

Lingkungan Hidup tidak termonitoring dengan baik.

4.4.1.5 Keserasian

Koordinasi antar instansi/dinas dalam memberdayakan

masyarakat khususnya para ibu – ibu pengrajin kerajinan daur

ulang sampah plastik, dapat dilihat dari urutan pekerjaan dan

ketepatan waktu pengerjaan. Jika dilihat dari urutan pengerjaan

Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam menjalankan kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik sudah sesuai dengan

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

109

urutan pengerjaan dan juga ketepatan waktu pengerjaan yaitu 2 – 3

hari untuk melakukan persiapan, sosialisasi dan juga pelatihan.

Pelatihan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah

pada sub bidang informasi lingkungan adalah dengan cara terjun

langsung kelapangan, dalam hal ini pihak Badan Lingkungan

Hidup Daerah mendatangi langsung ketempat yang menjadi

sasaran mereka.

Begitupun dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

pada sub bidang promosi dan informasi dalam menjalankan tugas

mereka dengan mengadakan promosi dengan cara melakukan bazar

dan pameran keluar kota sudah sesuai dengan urutan pengerjaan

masing – masing. Ketepatan waktu pelaksanaan bazar dan pameran

pun sudah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, biasanya

sub bidang promosi dan informasi mengadakan bazar

membutuhkan waktu 2 hari dan untuk pameran ke luar kota, sub

bidang promosi dan informasi membutuhkan waktu maksimal 5

hari.

4.4.1.6 Arah yang sama (sasaran)

Sasaran kegiatan dari 2 (dua) instansi terkait sebenarnya

memiliki tujuan yang sama yaitu mensejahterahkan masyarakat

pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Tangerang pada

khususnya. Untuk mewujudkan tujuan yang sama, Badan

Lingkungan Hidup Daerah pada sub bidang informasi lingkungan

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

110

memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan tujuan tersebut yaitu

dengan cara mengadakan kegiatan pelatihan kerajinan daur ulang

sampah platik dan Dinas Perindustian dan Perdagangan pada sub

bidang promosi dan informasi dengan cara membantu para IKM –

IKM yang telah dibina. Namun dalam hal ini pihak Badan

Lingkugan Hidup Daerah dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan belum melakukan koordinasi secara langsung dan

resmi, hal ini terjadi karena belum adanya perhatian khusus dari

Badan Lingkungan Hidup Daerah pada sub bidang informasi

lingkungan dalam memberdayakan para ibu – ibu pengrajin yang

telah diberikan pelatihan.

Dalam malakukan suatu kegiatan,sosialiasi sangat

dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir ketidaktahuan

dan kesalahpahaman masyarakat dalam melaksanakan kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik ini. Badan

Lingkungan Hidup Daerah pada sub bidang informasi lingkungan

memberikan sosialisasi langsung kepada masyarakat dengan cara

menjemput bola yaitu mendatangi langsung masyarakat yang akan

diberikan pelatihan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah.

Selain sosialisasi kegiatan, kontrol pimpinan juga

dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan kegiatan. Dalam

memberdayakan pengrajin daur ulang sampah plastik pimpnan dari

pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah dikatakan sudah cukup

Page 122: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

111

baik, karena pimpinan mereka terjun langsung ke lapangan dan

mengontrol langsung berjalannya suatu kegiataan. Berbeda dengan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, kontrol pimpinan pada

Dinas Perindustrian dan Perdagangan dikatakan belum cukup baik,

karena pimpinan mereka hanya mengontol suatu kegiatan dari

laporan dan dokumentasi saja, tidak secara langsung mengontrol

jalannya suatu kegiatan. Selain itu, pada Dinas Perindustrian dan

Perdagangan hanya sebulan sekali atau bahkan 2 (dua) bulan sekali

mengadakan pertemuan dengan bawahan – bawahannya.

4.4.2 Bentuk Pelatihan

4.4.2.1 Unit – unit atau Organisasi – organisasi

Unit – unit atau Organisasi – organisasi merupakan

kelompok kerja didalam suatu organisasi yang tentunya memiliki

fungsi yang berbeda (spesialisasi). Organisasi ini dapat berupa

instansi pemerintah, organisasi swasta, ataupun badan usaha.

Dalam poin ini, yang memberikan pelatihan dan melakukan

pembinaan adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah pada Sub

Bidang Informasi Lingkungan dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan pada Bidang Industri.

Badan Lingkungan Hidup Daerah khususnya pada Sub

Bidang Informasi Lingkungan memberikan pelatihan dengan cara

memberikan penyuluhan, melakukan pembinaan, sosialisasi dan

juga pelatihan langsung menggunakan alat peraga. Dalam pelatihan

Page 123: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

112

pembuatan kerajinan dari daur ulang sampah plastik ini hanya

dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah, tidak ada

instansi pemerintah ataupun organisasi swasta yang tergabung

didalam pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik ini.

Sedangkan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada

Bidang Industri hanya melakukan penyuluhan dan pembinaan

kepada para pengrajin yang sudah berbentuk industri kecil

menengah (IKM).

Produk unggulan yang dihasilkan oleh para ibu – ibu

pengrajin adalah kerajinan tas dan dompet dari bungkus kopi,

karena tas dan dompet dari bungkus kopi ini terlihat unik dan

banyak di gemari oleh para ibu – ibu. Kelemahan dari para ibu –

ibu pengrajin kerajinan daur ulang sampah plastik yang diberikan

pelatihan dan binaan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah adalah

belum terbentuknya forum ataupun IKM sehingga ibu – ibu

pengrajin tidak mendapatkan binaan dari Bidang Industri dan tidak

bisa menaruh barang hasil kerajinan mereka di gerai yang

disediakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

4.4.2.2 Sumber – sumber (Potensi)

Pelaksanaan pelatihan kerajinan dari daur ulang sampah

plastik ini memiliki potensi yang cukup besar apabila dikelola

dengan baik. Karena, kerajinan yang berasal dari limbah plastik ini

tidak membutuhkan biaya yang cukup besar namun bisa

Page 124: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

113

menghasilkan keuntungan yang cukup besar apabila para pengrajin

dapat berinovasi dengan hasil barang kerajinan yang telah dibuat.

Jika dilihan dari sumber material yang digunakan untuk pembuatan

kerajinan ini, cukup mudah ditemukan karena bahan utama yang

digunakan untuk pembuatan barang kerajinan ini hanyalah limbah

plastik seperti bungkus kopi, bungkus detergent, botol minuman

plastik dan masih banyak yang lainnya.

4.4.2.3 Gerak Kegiatan

Gerak kegiatan merupakan segala daya upaya, segala suatu

tindakan yang dikerjakan oleh dinas dan badan terkait dalam

melaksanakan tugas. Dalam point ini, Badan Lingkungan Hidup

Daerah telah berupaya untuk melaksanakan tugas dengan cara

melakukan kegiatan yang salah satunya adalah pelatihan kerajinan

dari daur ulang sampah plastik. Hal ini bertujuan untuk

memberdayakan sumber – sumber dan juga potensi yang terdapat

di wilayah Kabupaten Tangerang khususnya di Kecamatan

Tigaraksa. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Badan Linkungan

Hidup Daerah bukan hanya memberikan pelatihan kerajinan

limbah plastik kepada ibu – ibu pengrajin, tetapi ada kegiatan lain

seperti pembinaan kampung hijau. Kegiatan ini bertujuan agar

masyarakat Kabupaten Tangerang khususnya di Kecamatan

Tigaraksa terbiasa dengan lingkungan yang bersih dan juga sehat.

Page 125: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

114

Di Kecamatan Tigaraksa sendiri memiliki potensi sumber

daya manusia yang cukup tinggi,hal ini dibuktikan dengan usia

produktif yang ada di Kecamatan Tigaraksa. Apabila kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik, pembinaan

kampung hijau, penyuluhan serta sosialisasi Kabupaten Tangerang

Sehat yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Darah, maka

tidak menutup kemungkinan masyarakat di Kabupaten Tangerang

khususnya di Kecamatan Tigaraksa yang mulanya tidak produktif

menjadi produktif kembali, mulanya tidak berdaya dapat

diberdayakan secara efektif dan efisien.

Cara Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan

pelatihan kepada para ibu – ibu pengrajin adalah dengan cara

mendatangi langsung tempat yang akan menjadi sasaran Badan

Lingkungan Hidup Daerah. Tempat – tempat yang dijadikan

tempat untuk memberikan latihan kepada para ibu – ibu pengrajin

seperti balai desa, aula, sekretariat Rt/RW lapangan, atau tempat

kediaman RT/RW setempat.

Selain memberikan pelatihan dengan cara mendatangi

langsung ke tempat yang akan diberikan pelatihan, Badan

Lingkungan Hidup Daerah juga mengundang beberapa ibu – ibu

pengrajin yang sudah mahir dalam pembuatan kerajinan daur ulang

sampah plastik dan yang memang memiliki ketertarikan dalam

pembuatan kerajinan daur ulang sampah plastik ini. Badan

Page 126: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

115

Lingkungan Hidup Daerah akan mengajak beberapa ibu – ibu

pengrajin ke kantor untuk diberikan pelatihan lebih jauh lagi.

Nantinya, ibu – ibu penrajin dari beberapa tempat ini yang telah

mengikuti pelatihan lebih jauh, akan diajak oleh pihak Badan

Lingkungan Hidup Daerah untuk mengikuti studi banding di

tempat lain seperti di Kota Tangerang yang memang lebih dulu

memiliki program kerajinan daur ulang sampah plastik ini. Hal ini

bertujuan agar nantinya para ibu – ibu pengrajin yang sudah mahir

dalam membuat kerajinan daur ulang sampah plastik ini bisa

mengajarkan kepada ibu – ibu yang lainnya yang berada di sekitar

lingkungan mereka.

4.4.2.4 Arah yang sama (Sasaran)

Sasaran dari kegiatan seluruh kegiatan yang diadakan oleh

Badan Lingkungan Hidup Daerah adalah seluruh masyarakat

Kabupaten Tangerang pada umumnya, tetapi pada kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang sampah plastik ini dikhususkan

kepada ibu – ibu yang memang kesehariannya dirumah dan

menghasilkan sampah platik setiap harinya. Badan Lingkungan

Hidup Daerah juga beberapa kali mencoba melakukan pelatihan ini

beberapa tempat tetapi dengan sasaran para remaja yang

pengangguran. Namun, sampai saat ini pelatihan kerajinan daur

ulang sampah plastik ini belum berjalan dikalangan para remaja.

Hal ini terjadi karena sebagian besar para remaja masih

Page 127: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

116

beranggapan bahwa sampah atau limbah plastik hanyalah barang

yang tidak berguna dan tidak memiliki nilai ekonomis.

4.4.3 Bentuk Promosi dan Pemasaran

4.4.3.1 Unit – unit atau Organisasi – Organisasi

Unit – unit atau Organisasi – organisasi merupakan

kelompok kerja didalam suatu organisasi yang tentunya memiliki

fungsi yang berbeda (spesialisasi). Organisasi ini dapat berupa

instansi pemerintah, organisasi swasta, ataupun badan usaha.

Dalam kegiatan promosi ini, yang melakukan promosi barang atau

produk – produk unggulan di Kabupaten Tangerang adalah Sub

Bidang Promosi dan Informasi pada Bidang Perdagangan Luar

Negeri Dinas Perinsustrian dan Perdagangan. Sub Bidang Promosi

dan Informasi melakukan promosi dan pemasaran secara langsung,

yaitu dengan cara mengadakan bazar ataupun pameran yang

diadakan rutin pertahun.

Dalam melaksanakan bazar ataupun pameran, Sub Bidang

Promosi dan Informasi menjalankan kegiatan promosi sendiri,

dalam arti tidak ada instansi lain yang bergabung dalam

menjalankan kegiatan promosi. Hanya saja, apabila diminta

bantuan dari dinas terkait untuk melakukan kerjasama, misalnya

saja dari Dinas Pariwisata yang meminta bantuan untuk

mempromosikan hasil kerajinan dari tempat wisata yang akan

Page 128: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

117

dipromosikan kepada masyarakat, maka Sub Bidang Promosi dan

Informasi bisa melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata.

4.4.3.2 Sumber – sumber (Potensi)

Kegiatan promosi seperti bazar taupun pameran ini

memiliki potensi yang cukup besar apabila seluruh masyarakat

khususnya para anggota IKM dapat berperan aktif dan dapat

berkoordinasi secara optimal dengan Dinas Perindustrian dan

Pergadangan. Karena, dari kegiatan seperti bazar ataupun pameran

yang diadakan rutin ini bisa berpengaruh pada pendapatan asli

daerah kabupaten tangerang. Seperti yang kita ketahui bahwa di

Kabupaten Tangerang sendiri home industry yang tersebar di

beberapa kecamatan di Kabupaten Tangerang. Namun yang

disayangkan adalah belum terbentuknya IKM yang khusus

memproduksi barang kerajinan dari daur ulang sampah plastik ini.

Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum ada lagi tindak lanjut

dari Badan Lingkungan Hidup Daerah untuk menangani

permasalahan promosi dan pemasaran. Selain itu, belum

optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh Badan Lingkungan

Hidup Daerah dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

4.4.3.3 Gerak Kegiatan

Page 129: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

118

Gerak kegiatan merupakan segala daya upaya, segala suatu

tindakan yang dikerjakan oleh dinas dan badan terkait dalam

melaksanakan tugas. Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

khususnya Bidang Perdagangan Luar Negeri pada Sub Bidang

Promosi dan Informasi telah berupaya untuk menjalankan tugas

pokok dan fungsinya, salah satuna yaitu dengan melakukan

promosi langsung seperti bazar dan pameran hingga keluar kota.

Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia produk – produk unggulan apa saja yang dihasilkan oleh

masyarakat Kabupaten Tangerang, mulai dari makanan, pakaian,

sepatu, dan masih banyak yang lainnya.

4.4.3.4 Arah yang sama (Sasaran)

Pada kegiatan promosi seperti bazar dan pameran ini,

sasarannya adalah seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya

dan masyarakat Kabupaten Tangerang pada khususnya. Sub

Bidang Promosi dan Informasi setiap tahunnya rutin mengadakan

bazar ataupun pameran keluar kota, biasanya dalam setahun

mengadakan bazar ataupun pameran hingga 5 (lima) kali. Hal ini

bertujuan untuk memperkenalkan produk – produk unggulan yang

dihasilkan oleh para IKM di Kabupaten Tangerang. Namun sampai

saat ini, peneliti belum menemukan barang kerajinan daur ulang

sampah plastik yang diikutsertakan dalam acara bazar ataupun

pameran diluar kota.

Page 130: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

119

TABEL HASIL PENELITIAN

Teori

Koordinasi Indikator Hasil dan Temuan Penelitian

Unit – Unit atau

Organisasi –

organisasi :

Kelompok kerja

didalam suatu

organisasi yang

tentunya

memiliki fungsi

yang berbeda

(spesialisasi).

Organisasi ini

dapat berupa

instansi

pemerintah,

organisasi swasta,

ataupun badan

usaha.

1. Unit atau Organisasi

yang berkoordinasi

dalam memberdayakan

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa.

2. Spesialisasi tugas yang

dimiliki oleh Badan

Lingkunan Hidup

Daerah dan Dinas

Perindustrian dan

Pedaganan

1. Organisasi yang berkoordinasi

dengan BLHD dalam

menjalankan kegiatan

pembinaan dan pelatihan

kepada para pengrajin adalah

Bappeda, DKPP, Dinas

Pertanian dan Disperindag.

Koordinasi yang dilakukan

oleh BLHD kepada

Disperindag belum berjalan

secara optimal.

2. Spesialisasi tugas yang

dimiliki oleh BLHD

sebenarnya hanya pada

melakukan pembinaan,

pelatihan dan juga sosialisasi

agar masyarakat dapat berdaya

guna. Disperindaglah yang

memiliki kewenangan untuk

memasarkan dan

mempromosikan hasil produk

yang dihasilkan oleh para

pengrajin.

Sumber – sumber

(potensi) :

Mengenai potensi

yang ada pada

unit – unit suatu

organisasi berupa

tenaga kerja,

keterampilan, dan

pengetahuan

personil,

teknologi,

1. Kecukupan biaya yang

telah dianggarkan

untuk melaksanakan

kegiatan pemberdayaan

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa.

2. Teknologi yang sudah

digunakan dalam

melaksanakan kegiatan

pemberdayaan

1. Anggaran yang telah

dianggarkan oleh BLHD dan

Disperindag telah mencukupi

semua kegiatan dan program

kerja yang bertujuan untuk

memberdayakan dan

mensejahterahkan masyarakat

Kabupaten Tangerang.

2. Teknologi yang digunakan

oleh BLHD dalam melakukan

pembinaan dan pelatihan

Page 131: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

120

anggaran serta

fasilitas kerja

lainnya.

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa

kerajinan dari daur ulang

sampah plastik adalah mesin

jahit. Sedangan untuk kegiatan

promosi dan pemasaran seperti

bazar ataupun pameran,

Disperindag tidak

menggunakan teknologi

apapun untuk melakukan

kegiatan promosi.

Gerak Kegiatan :

Segala daya

upaya, segala

suatu tindakan

yang dikerjakan

oleh suatu

kelompok kerja

dalam

melaksanakan

tugasnya.

1. Kegiatan/Program apa

yang sudah dilakukan

untuk memberdayakan

para pengrajin daur

ulang sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa.

2. Berapa persen capaian

hasil kerja yang sudah

terealisasi.

1. Kegiatan yang dilakukan oleh

BLHD adalah pembinaan

kampung hijau, pelatihan

kerajinan dari daur ulang

sampah plastik, pelatihan

pembuatan lubang biopri,

pelatihan pembuatan pupuk

kompos skala rumah tangga,

sosialisasi dan penyuluhan.

Sedangkan kegiatan yang

dilakukan oleh Disperindag

adalah dengan mengadakan

bazar ataupun pameran yang

diagendakan rutin setahun lima

kali, memfasilitasi gerai yang

telah disediakan oleh

Disperindag dan melakukan

monitoring kepada para IKM.

2. Capaian hasil kerja yang sudah

dicapai oleh BLHD sudah

mencapai 50% dari rencana

awal kegiatan, sedangkan

capaian kerja yang sudah

terealisasi oleh Disperindag

mencapai 60% dari rencana

awal kegiatan.

Kesatupaduan :

Kaitan atau

hubungan di

antara sesama

unit organisasi

1. Hubungan antara

instansi terkait satu

dengan yang lainnya

dalam melaksanakan

koordinasi untuk

1. Hubungan antara BLHD

dengan Disperindag dirasa

belum baik, hal ini dibuktikan

dengan belum optimalnya

koordinasi yang dilakukan

Page 132: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

121

sehingga

mewujudkan

suatu intergritas

atau suatu

kesatuan yang

kompak dalam

penyelenggaraan

program.

memberdayakan para

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa

2. Upaya yang dilakukan

antar instansi terkait

untuk meningkatkan

koordinasi dalam

memberdayakan

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa

3. Upaya yang telah

dilakukan agar kegitan

tetap terintegrasi

dengan baik.

oleh BLDH kepada

Disperindag dan begitu pula

sebaliknya.

2. Upaya yang dilakukan oleh

BLHD kepada Disperindag

adalah dengan mengajak

kerjasama dalam masalah

pemasaran dan promosi

barang. Namun, sampai saat

ini belum ada kelanjutan dari

pihak BLHD ataupun

Disperindag terkait

permasalahan promosi daan

pemasaran ini.

3. Upaya yang dilakukan agar

setiap kegiatan dapat

terintegrasi dengan baik tentu

saja membutuhkan komunikasi

dan juga rapat koordinasi,

Tetapi sampai pada saat ini,

pihak BLHD dan juga

Disperindag belum melakukan

rapat koordinasi secara khusus

untuk membahas

permasalahan pemasaran dan

juga promosi produk kerajinan

dari daur ulang sampah plastik.

Keserasian :

Adanya urutan –

urutan pengerjaan

sesuatu yang

tersusun secara

logis, sistematis,

atau dilakukan

dalam waktu

yang bersamaan

akan tetapi tidak

menimbulkan

duplikasi tugas

maupun

1. Kesesuaian rencana

kegiatan dengan urutan

pengerjaan.

2. Duplikasi tugas atau

tumpang tindih tugas.

3. Waktu pengerjaan

dalam menyelesaikan

satu kegiatan.

1. Sudah sesuai dengan apa yang

direncanakan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan juga evaluasi.

2. Dalam melaksanakan

tugasnya, BLHD dan juga

Disperindag belum pernah

mengalami kejadian seperti

duplikasi atau tumpang tindih

tugas. Hanya saja dalam

melaksanakan suatu kegiatan

yang memang berkaitan

dengan instansi/lembaga

Page 133: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

122

pertentangan

dalam koordinasi.

terkait, mereka melakukan

kerjasama dengan cara

membuat team.

3. Waktu yang diperlukan BLHD

untuk menyelesaikan suatu

kegiatan seperti memberikan

pelatihan, pembinaan,

penyuluhan ataupun sosialisasi

hanya membutuhkan waktu 2

hari - 3 hari. Sedangkan untuk

Disperindag sendiri

membutuhkan waktu 2 hari

untuk melaksanakan bazar dan

untuk pameran keluar kota

membutuhkan waktu

maksimal 5 hari.

Arah yang sama

(Sasaran) :

Pengerahan

segala potensi

unit organisasi

pada satu sasaran

yang sama

sehingga tidak

terjadi

penyimpangan

dalam

pelaksanaan

fungsi organisasi.

1. Sasaran kegitaan

pelatihan kerajinan

daur ulang sampah

plastik dan kegiatan

promosi.

2. Cara BLHD dalam

melakukan

pemberdayaan terhadap

para pengrajin dan cara

Disperindag dalam

melaksanakan kegiatan

promosi.

3. Kontrol pimpinan

selama melaksanakan

kegiatan/program kerja

dalam memberdayakan

pengrajin daur ulang

sampah plastik di

Kecamatan Tigaraksa.

1. Sasaran pada kegiatan

pelatihan kerajinan daur ulang

sampah plastik dan kegiatan

promosi seperti bazar ataupun

pameran adalah seluruh

lapisan masyarakat khususnya

masyarakat Kabupaten

Tangerang, karena pada

dasarnya setiap kegiatan

pemerintah bertujuan untuk

memajukan wilayahnya dan

mensejahterakan

masyarakatnya.

2. BLHD melakukan pelatihan,

penyuluhan pembinaan dan

juga sosialisasi kepada

masyarakat khususnya kepada

para ibu – ibu pengrajin yang

bertujuan untuk

memberdayakan sumber daya

manusia dan sumber daya

alam yang telah tersedia.

Sedangankan cara yang

dilakukan oleh Disperindag

Page 134: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

123

untuk mensejahterakan para

pengrajin adalah dengan

mengadakan acara bazar

ataupun pameran yang

dilaksanakan 5 kali dalam

setahun.

3. Kontrol pimpinan di BLHD

dirasa sudah baik karena

pimpinan seperti Kepala

Bidang ataupun Kepala Sub

Bidang terjun langsung dalam

melaksanakan kegiatan seperti

kegiatan pelatihan ataupun

penyuluhan. Sedangkan

kontrol pimpinan yang ada di

Disperindag sendiri dirasa

belum baik, karena kurangnya

komunikasi antara atasan dan

bawahan, kurangnya intensitas

diadakannya rapat/pertemuan

intern yang dilakukan oleh

pihak Disperindag.

Page 135: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

124

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan – temuan di lapangan, maka

penyimpulan akhir tentang Koordinasi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)

dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) dalam

Memberdayakan Pengrajin Daur Ulang Sampah Plastik di Kecamatan Tigaraksa

Kabupaten Tangerang dapat dikatakan belum optimal. Karena, bentuk koordinasi

yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan adalah koordinasi horizontal interrelated yaitu koordinasi antar

badan/instansi beserta unit – unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu

dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau

ekstern yang levelnya setaraf. Dari hasil penelitian ini, maka peneliti

menyimpulkan bahwa :

1. Pola koordinasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah

kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah pola koordinasi

horizontal interrelated yaitu koordinasi antar badan/instansi beserta unit –

unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain

saling bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang

levelnya setaraf. Namun pada kenyataan dilapangan, koordinasi ini belum

berjalan secara optimal. Dinas Perindustrian dan Perdagangan belum

sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang No.49 Tahun 2010 tentang

Page 136: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

125

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, khususnya pada bidang Promosi dan informasi dijelaskan

bahwa bidang Promosi dan Informasi wajib melaksanakan koordinasi

dengan instansi/lembaga lainnya terkait pembinaan dan pengembangan

promosi, penyuluhan pada dunia usaha berkaitan dengan promosi usaha

dan pelayanan informasi usaha. Sama halnya dengan Badan Lingkungan

Hidup Daerah sudah melakukan koordinasi kepada pihak Dinas

Perindustrian dan Perdaganan tetapi belum berjalan secara optimal.

Begitupun koordinasi antara Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan

para ibu – ibu pengrajin, saat ini komunikasi yang dilakukan oleh pihak

Badan Lingkungan Hidup Daerah dengan ibu – ibu pengrajin tidak

berjalan baik. Hal ini dikarenakan, sudah menurunnya antusiasme ibu –

ibu pengrajin untuk membuat kerajinan daur ulang sampah plastik ini.

2. Bentuk Pelatihan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah

adalah dengan cara memberikan penyuluhan, melakukan pembinaan,

sosialisasi dan juga pelatihan langsung menggunakan alat peraga seperti

alat untuk pembuatan lubang biopori, gunting, jarum, benang dan juga

beberapa bungkus kopi dan botol minuman bekas yang telah disediakan

oleh pihak Badan Lingkungan Hidup untuk memberikan pelatihan.

Pelatihan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah kepada

Ibu – ibu pengrajin, dikatakan sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan

manfaat dan juga ilmu yang didapatkan oleh ibu – ibu pengrajin yang telah

diberikan pelatihan. Proses pelatihan yang diberikan oleh pihak Badan

Page 137: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

126

Lingkungan Hidup Daerah juga dikatakan sudah sesuai dengan prosedur,

yaitu dengan cara meminta izin pada RT dan RW setempat, setelah itu

pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah mendatangi langsung ke lokasi

yang akan diberikan pelatihan dan mengajak beberapa ibu – ibu pengrajin

yang sudah mahir dalam membuat kerajinan untuk mengikuti studi

banding di kota lain yang sudah lebih dulu melaksanakan kegiatan

pembuatan kerajinan daur ulang sampah plastik ini seperti di Kota

Tangerang.

3. Bentuk promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian

dan Perdagangan khususnya pada Sub Bidang Promosi dan Informasi

dengan cara promosi dan pemasaran secara langsung, misalnya saja

dengan mengadakan bazar dan pameran yang diselenggarakan setiap

tahun. Selain itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga telah memiliki

gerai yang dipergunakan untuk memasarkan hasil barang yang diproduksi

oleh para IKM binaan Bidang Industri. Namun pada hal ini, yang sangat

disayangkan adalah belum adanya pengrajin daur ulang sampah plastik

yang mengikuti acara bazar ataupun pameran yang sering diadakan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, belum adanya pengrajin yang

menaruh barang kerajinannya di gerai yang disediakan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, hal ini dikarenakan belum terbentuknya

forum dari ibu – ibu pengrajin yang telah diberikan pelatihan agar dapat

dibentuk menjadi IKM, dan dapat dibina oleh bidang industri. Jika hanya

Page 138: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

127

dalam bentuk perorangan saja, pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan

sedikit kesulitan untuk mengkoordinirnya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi yaitu :

1. Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan khususnya pada Sub Bidang

Promosi dan Informasi secepatnya menindak lanjuti masalah promosi dan

pemasaran dengan segera melakukan koordinasi secara resmi dengan cara

melakukan pertemuan ataupun rapat koordinasi dengan pihak Badan

Lingkungan Hidup Daerah.

2. Badan Lingkungan Hidup Daerah, untuk melakukan pembentukkan forum

yang memiliki payung hukum kepada para ibu – ibu pengrajin yang telah

diberikan pelatihan agar dapat dibina oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan pada bidang industri dan dapat melakukan penjualan hasil

kerajinan yang telah dibuat dengan cara mengikuti bazar ataupun pameran,

selain itu juga dengan cara menjual barang di gerai yang telah disediakan

oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang berlolasi di Mardigrass

Citra Raya, Kabupaten Tangerang.

3. Para ibu – ibu pengrajin, diharapkan untuk tetap melanjutkan kegiatan

pembuatan kerajinan daur ulang sampah plastik karena kegiatan

pembuatan kerajinan daur ulang sampah plastik ini sangat bermanfaat dan

menguntungkan, bukan hanya menguntungkan para ibu – ibu pengrajin

Page 139: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

128

karena dari kegitan ini mereka bisa menghasilkan rupiah, tetapi juga

bermanfaat untuk lingkungan sekitar, karena dengan cara mengumpulkan

sampah plastik seperti bungkus kopi ataupun bekas minuman plastik,

secara tidak langsung ibu - ibu pengrajin sudah berupaya mengurangi

limbah plastik yang saat ini jumlahnya sangat mengkhawatirkan.

Page 140: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

129

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Catwright, Dorwin, dan Alvin Zender. 1968. Group Dynamic : Research and

Theory. New York. Harper & Row Publisher.

Djamin, Awaloedin. 1974. Masalah Organisasi dalam Pembangunan. Jakarta :

Prisma.

Haiman, Franklin. 2006. Group Leadership and Gemocratic Action. Boston :

Hougton Mifflin Company.

Handayaningrat, Soewarno. 1986. Administrasi Pemerintahan dalam

Pembangunan Nasional Jakarta : Gunung Agung.

Handayaningrat, Soewarno. 1996. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara dan

Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.

Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Personalian dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : PBFE

Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen, Dasar, pengertian, dan Masalah.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, Melayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan

Kunci Keberhasilan. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, Melayu S.P. 2009. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Jakarta : Bumi Aksara.

Lau, James B., dan A.B. Shani. 1992. Behavior in Organisations : An Experiental

Approach. Boston : Irwin

Manik, Karden E. Sontang. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta :

Djamban.

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta :

Sebelas Maret University Press.

Mc.Farland, D.E. 1959. Management Principles and Practices. New York :

Mc.Millan Co

Moleong, J. Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 141: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

130

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Rivai. Veithzal. 2004. Manajemen Manusia Untuk Perusahaan.Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya

Ruben, Brent D. 1988. Communication and Human Behavior. New York :

Macmillan Publishing Company.

Schemerhorn, J.R., Hunt J.G, Osborn R.N. 1997. Organizational Behavior. New

York : Jhon Wiley and Sons inc.

Siagian, Sondang P. 2005.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sjafari, Agus Dr. 2014. Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Slamet, Margono. 1995. Sumbang Saran Mengenai Pola, Strategi dan Pendekatan

Penyelenggaraan, Penyuluhan Pertanian pada PJP II, Makalah Lokarya

tanggal 4-5 Juli 1995, Ciawi Bogor.

Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta :

Djambatan.

Sugandha, Dann.1991. Koordinasi, Alat Pemersatu Gerakan Administrasi. Jakarta

: Intermedia.

Terry, G.R. 1978. Principles of Management. Homewood Illnois : Richard

D.Irwin Inc.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1981. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:

LP3ES (Lembaga Penelitia, pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan

Sosial)

KARYA ILMIAH

Dewi Octavia. 2014. Analisis Satuan Kerja Pemerintah Daerah dalam Penataan

Ruang Kota Cilegon. Skripsi, Program Studi Ilmu Administarasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.

Hafiudding, Toni. 2014. Pemanfaatan Ulang san Daur Ulang Limbah. Jurnal

Lingkungan Hidup.

Iin Indah Sari. 2002. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002

Tentang Pengelolaan Persampahan/Kebersihan di TPA Jatiwaringin oleh

Dinas Kebersihan, Pemakaman dan Pertamanan Kabupaten Tangerang.

Page 142: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

131

Skripsi, Program Studi Ilmu Administarasi Negara Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa, Serang.

Moya. 2011. Life Cycle Analysis (Analisis Daur Hidup). Jurnal Lingkungan

Hidup.

Riadila Vita Erawati. 2012. Kontribusi Industri Kerajinan Kulit Bagi Pendapatan

Tenaga Kerja di Kabupaten Magetan. Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Surabaya.

Yeni Damayanti, S.H. 2006. Koordinasi Antar Instansi dalam Perolehan Ijin

Lokasi untuk Perolehan Hak Atas Tanah Bagi Pembangunan Perumahan

Mega Residence di Kota Semarang. Tesis, Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro, Semarang.

PERATURAN

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah.

Peraturan Bupati Tangerang Nomor 49 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi

dan Tata Kerja Dinas perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Tangerang.

Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Tangerang, Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Tangerang.

LAINNYA

Sindonews. 18 Maret 2013. Sosialisasi Pengolahan Sampah DIY Belum Optimal.

Tempo. 4 April 2013. Kabupaten Tangerang Kekurangan Pengangkut Sampah.

Tempo. 11 Juli 2012. Tangerang Siapkan Lahan Baru Pengolahan Sampah.

Page 143: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA …repository.fisip-untirta.ac.id/459/1/KOORDINASI BADAN LINGKUNGAN... · 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigaraksa ... sistem pengelolaan Tempat

132

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Fitri Sugiharto

Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 4 Maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perum Tigaraksa Jl. Apel 1 Blok AJ1 F6 No.4 RT

04/02

Desa Margasari, Kecamatan Tigaraksa –

Kabupaten Tangerang

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi Badan : 160 cm

Berat Badan : 69 kg

Golongan Darah : O

E-mail : [email protected]

No. HP : 089677564949

Riwayat Pendidikan

Sekolah Dasar : SD Negeri Nagrak 1999 - 2005

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Cikupa 2005 - 2009

Sekolah Menengah Atas : SMK Mandiri 02 Balaraja 2009 - 2011

Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2011 -

sekarang

Fakultas / Jurusan : Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik / Ilmu

Administrasi Negara

Konsentrasi : Manajemen Publik