PROGRAM STRATEGIS PENATAAN AGRARIA DAN PERANAN...
Transcript of PROGRAM STRATEGIS PENATAAN AGRARIA DAN PERANAN...
1
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM STRATEGIS PENATAAN AGRARIA DAN PERANAN SKMPP ATR SEBAGAI SUPPORTING
SYSTEM MONITORING DAN EVALUASI
KONSULTASI TEKNIS SISTEM KENDALI MUTU PROGRAM KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
TAHUN 2015
DIREKTORAT PENATAGUNAAN TANAH
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015
2
Perusahaan (Penanaman Modal/ UU N0.
25 Thn 2007)
Perlu Izin Lokasi
(Bupati/Walikota/Gubernur)
Izin Prinsip dari Bupati/ Walikota
(PP 15/2010) Pasal 163
Pe
rmo
ho
nan
PTP
(3) Risalah PTP ATR/ BPN
PTP dari BPN
1 4
Izin Lokasi SK IZIN LOKASI PETA (Lampiran)
Dalam Rangka ONE MAP POLICY
Lampiran Peta Skala : Bupati/wk = 1 : 10.000 Gubernur = 1 : 50.000
Tata Cara pemberian Izin Lokasi dari Bupati/ Walikota
(PERMEN ATR 5/2015) Pasal 15
SERTIPIKAT HAT : HGU HGB
Tidak Perlu Izin Lokasi
(Psl 2 (3))
Pemohon (Pasal 10): - Sosialisasi - membebaskan tanah dalam
areal IL - Tidak menutup atau mengurangi
aksesibilitas dan melindungi kepentingan umum
- Melaporkan ke Kakantah setiap 3 bulan mengenai perolehan tanah & penggunaannya
(7) MONEV (Pasal 14)
Mengontrol : - perolehan tanah - penggunaan & pemanfaatan tanah dan ruang - pengamanan terhadap tanah yang sudah
diperoleh - pengawasan & pengendalian terhadap batas
tanah yang telah diperoleh - Izin Lokasi dan PTP sebagai syarat permohonan
Hak atas Tanah
(Pasal 14 ayat (5))
Bila TIDAK SESUAI dengan SK
IL dapat dijadikan bahan
PEMBATALAN IZIN LOKASI
Permen ATR / BPN No. 5 Tahun 2015 IZIN LOKASI
(5)
(6 a)
Wajib Didaftarkan HAT (Lampiran PTP, IL) (8)
Perpanjangan IL (Pasal 5)
(6 b)
(9) (2)
(Pasal 9, ayat (6))
Tem
bu
san
Keterangan:
Produk Pemda
Produk ATR
Kegiatan Pemohon
3
Luasan (1) Pasal 4 ayat (1) Permen ATR/BPN No. 5/2015
Jenis Usaha Untuk
1 (satu) Provinsi* Untuk
Seluruh Indonesia
a. Pengembangan perumahan dan permukiman
1) Kaw. perumahan permukiman
400 Ha 4.000 Ha
2) Kaw. resort perhotelan 200 Ha 4.000 Ha
b. Kawasan Industri 400 Ha 4.000 Ha
c. Perkebunan besar dengan HGU 1) Komoditas tebu 60.000 Ha 150.000 Ha
2) Komoditas pangan lainnya*
20.000 Ha 100.000 Ha
d. Tambak 1) Di Pulau Jawa 100 Ha 1.000 Ha
2) Di luar Pulau Jawa 200 Ha 2.000 Ha
*Khusus untuk Provinsi Papua dan Papua Barat maksimum luas penguasaan tanah adalah dua kali maksimum luas penguasaan tanah untuk satu Propinsi 4
Luasan (2) Pasal 4 ayat (4) dan (5) Permen ATR/BPN No. 5/2015
Ketentuan tentang luasan sebelumnya tidak berlaku untuk:
a) Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (PERUM) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
b) Badan Usaha yang seluruh atau sebagaian besar sahamnya dimiliki oleh Negara, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;
c) Badan Usaha yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka “go Public”.
Catatan : Untuk ketiga Badan Hukum tersebut diatas tidak dibatasi luasannya
Ayat (5) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas usaha kawasan industri diperlukan tanah dengan luasan lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, maka dapat dilakukan setelah Kakantah dan Kakanwil BPN Provinsi setempat mendapat persetujuan dari Menteri ATR/Kepala BPN*.
Ayat (4)
5
Jangka Waktu Izin Lokasi Pasal 5 Permen ATR/BPN No. 5/2015
Ketentuan
Ayat (1)
Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu 3 tahun
Ayat (3)
Apabila dalam jangka waktu Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perolehan tanah belum selesai, maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya selama 1 tahun apabila tanah yg sudah diperoleh mencapai 50 % atau lebih dari luas tanah yang ditunjuk dalam Izin Lokasi
Ayat (5)
Apabila dalam jangka waktu Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perolehan tanah kurang dari 50 % dari luas tanah yg ditunjuk dalam Izin Lokasi, maka Izin Lokasi tidak dapat diperpanjang
Dalam hal perolehan tanah kurang dari 50 % dari luas tanah yg ditunjuk dlm Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tanah yg telah diperoleh dilepaskan kepada perusahaan atau pihak lain yg memenuhi syarat
6
Tata Cara Pemberian Izin Lokasi Pasal 9 Permen ATR/BPN No. 5/2015
Pasal 10 Ayat :
(1) Bahan-bahan utk keperluan PTP dan Rapat Koordinasi dipersiapkan oleh Kakantah
(2) Rapat koordinasi disertai konsultasi dgn masyarakat pemegang HAT dlm lokasi yg dimohon
(3) Konsultasi meliputi 4 aspek : Penyebarluasan informasi; Pemberian kesempatan kepada pemegang HAT;
Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat; Peran serta masyarakat.
Pertimbangan Teknis Pertanahan
(PTP)
(Pasal 9 ayat (1))
Rapat Koordinasi instansi terkait, disertai
Konsultasi dengan Masyarakat
(Pasal 10)
Pemberian Izin Lokasi
oleh Bupati/Walikota atau Gubernur (untuk DKI Jakarta)
(Pasal 9 ayat (3), (4), (5))
Catatan:
1. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian Izin Lokasi ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya atau untuk DKI Jakarta oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
7
Monev Pasal 14 Permen ATR/BPN No. 5/2015
Monev
1) Monev meliputi :
- Monitoring kegiatan perolehan tanah; penggunaan & pemanfaatan tanah dan ruang; pengamanan yg dilakukan oleh Badan Usaha terhadap tanah yg diperoleh; pengawasan dan pengendalian batas tanah yg diperoleh
2) Monev diselenggarakan oleh Menteri ATR/Kepala BPN (Tk. Nasional); Kakanwil BPN Prov (Tk .Prov) dan Kakantah (Tk. Kab/Kota)
3) Penyelenggaraan monev memperhatikan SK Izin Lokasi*
4) Hasil monev menjadi bahan pertimbangan dlm pembatalan Izin Lokasi
5) Pembatalan Izin Lokasi oleh Menteri ATR/Kepala BPN atas usulan : Kakanwil BPN Prov. dan Kakantah Kab/Kota
8
IP4T KAWASAN HUTAN
9
MONITORING SK TIM IP4T DALAM KAWASAN HUTAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN TAHUN 2015
No. SATUAN KERJA SK TIM
KETERANGAN ADA TDK ADA
1 KANTAH KAB. SUKABUMI √
2 KANTAH KAB. SLEMAN √
3 KANTAH KAB. BINTAN Pilot Project
4 KANTAH KAB. MUARA JAMBI √
5 KANTAH KAB. LAHAT √
6 KANTAH KAB. LAMPUNG TENGAH √
7 KANTAH KAB. BARITO SELATAN Pilot Project
8 KANTAH KAB. MURUNG RAYA √
9 KANTAH KAB. KATINGAN √
10 KANTAH KAB. TANAH BUMBU √
11 KANTAH KAB. NUNUKAN √ DALAM PROSES
12 KANTAH KAB. HALMAHERA TENGAH √
13 KANTAH KABUPATEN BANGKA BARAT √
Sumber: Laporan Satuan Kerja ke Direktorat Penatagunaan Tanah 10
DIREKTORAT Penataan Wilayah Pesisir Pulau Pulau Kecil Perbatasan dan Wilayah Tertentu (PWP3WT)
11
PERBATASAN DARAT
a. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Percepatan
Pembangunan 7 (Tujuh) Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang
di Kawasan Perbatasan kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional, untuk mempercepat proses legalisasi aset pada lokasi pembangunan Pos Lintas
Batas Negara Terpadu dan lokasi sekitarnya sesuai tata ruang dan peraturan perundang-
undangan.
b. Lokasi 7 (tujuh) Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di
Kawasan Perbatasan :
1. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Aruk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 2. Pos Pos Lintas Batas Negara Terpadu Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat 3. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat 4. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motaain, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara
Timur 5. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motamasin, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa
Tenggara Timur 6. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Timur 7. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Skouw, Kota Jayapura, Provinsi Papua
12
Kawaluso
Sebatik
Pulau-Pulau Kecil Terluar
Terdapat 47 pulau yang didalamnya ada bidang tanah yang sudah bersertipikat, sedangkan pada 45 pulau lainnya belum ada bidang tanahnya yang disertipikatkan (program 2015).
13
92 PULAU TERLUAR (47 sudah bersertipikat dan 45
belum bersertipikat) 1. P. Nipa 2. P. Nongsa 3. P. Pelampong 4. P. Batu Berhanti 5. P. Berhala 6. P. Batu Mandi 7. P. Iyu Kecil 8. P. Karimun Kecil 9. P. Sentut 10. P. Tokong Malang Biru 11. P. Damar 12. P. Mangkai 13. P. Tokong Nanas 14. P. Tokong Berlayar 15. P. Tokong Boro 16. P. Semiun 17. P. Senua 18. P. Subi Kecil 19. P. Kepala 20. P. Sebatik
21. P. Karabggosungan 22. P. Maratua 23. P. Sambit 24. P. Lingian 25. P. Salado 26. P. Dolangan 27. P. Sebetul 28. P. Sekatung 29. P. Bangkit 30. P. Manterawu 31. P. Makalehi 32. P. Kawalusu 33. P. Kawio 34. P. Marore 35. P. Batubawaikang 36. P. Miangas 37. P. Marampit 38. P. Intata 39. P. Kakarutan 40. P. Bepondi
41. P. Bras 42. P. Budd 43. P. Fani 44. P. Fanildo 45. P. Jiew 46. P. Miossu 47. P. Liki 48. P. Kolepon 49. P. Kultubai Selatan 50. P. Kultubai Utara 51. P. Laag 52. P. Penambulai 53. P. Sophialouisa 54. P. Larat 55. P. Ararkula 56. P. Barung 57. P. Batugoyang 58. P. Dana 59. P. Deli 60. P. Enu
61. P. Karang 62. P. Karaweira 63. P. Mangudu 64. P. Manuk 65. P. Ndana 66. P. Nusakambangan 67. P. Panehan 68. P. Sekel 69 . P. Selaru 70. P. Batek 71. P. Alor 72. P. Liran 73. P. Wetar 74. P. Kisar 75. P. Leti 76. P. Meatimiarang 77. P. Masela 78. P. Batarkusu 79. P. Asutubun 80. P. Batukecil
81. P. Enggano 82. P. Mega 83. P. Sibarubaru 84. P. Sinyaunyau 85. P. Simuk 86. P. Wunga 87. P. Simeulucut 88. P. SelautBesar 89. P. Raya 90. P. Rusa 91. P. Benggala 92. P. Rondo
14
PULAU KECIL TERLUAR
Dibawah ini merupakan data Pulau Kecil Terluar yang belum pernah terjadi sertipikasi tanah. Data diambil berdasarkan pendataan tahun 2011.
15
KONSOLIDASI TANAH
16
Penyediaan tanah untuk
kepentingan umum
(Infrastruktur)
Penataan Wilayah
(Lingkungan, Sosial,
Ekonomi, Budaya)
Pemberdayaan Masyarakat
Penyediaan Tanah dan Penataan Wilayah
Konsolidasi Tanah
17
1. Pengadaan Tanah
2. Pengembangan Perumahan
3. Pertanian Pangan Berkelanjutan
4. Peremajaan Kota
5. Pengembangan Wilayah
6. Perolehan Tanah dalam rangka Tindak lanjut Izin Lokasi
KONSOLIDASI TANAH DAPAT DILAKUKAN DALAM
RANGKA:
18
I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN
1. Akan dilaksanakan Pembangunan outer ring road sisi Lintas Timur Kota Pekanbaru
yang menghubungkan Kecamatan Tenayan Raya dan dengan Kecamatan Rumbai.
Outer ring road terdiri 5 trase tahapan pembangunan yaitu:
Trase 1 sepanjang ± 4,5 km;
Trase 2 sepanjang ± 3,6 km;
Trase 3 sepanjang ± 7,2 km;
Trase 4 sepanjang ± 6,5 km;dan
Trase 5 sepanjang ± 8 km.
2. Selain melalui pengadaan tanah, pelaksanaan rencana pembangunan outer ring road akan dilaksanakan melalui konsolidasi tanah, khususnya untuk penataan disekitar outer ring road.
3. Konsolidasi Tanah direncanakan akan dilaksanakan pada ± 3.100 bidang tanah.
4. Rencana penyelenggaraan konsolidasi tanah ini merupakan kelanjutan rencana pada tahun 2014 yang terhambat pelaksanaannya karena dimulai pada akhir tahun anggaran.
5. Konsolidasi Tanah akan dimulai pada trase outer ring road yang telah mencapai kesepakatan masyarakat 85% atau lebih. Pada saat ini yaitu pada trase 1 dan 2.
6. Anggaran yang digunakan untuk Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah adalah APBD Pemerintah Kota Pekanbaru.
CONTOH PELAKSANAAN KOSOLIDASI TANAH
PEMBANGUNAN OUTER RING ROAD KOTA PEKAN BARU
19
Trase I :Titik 1 – 2 ± 4,5 Km
Trase 2 :Titik 2 – 3 ± 3,6 Km
Trase 3 :Titik 4 – 5 ± 6 Km
Trase 4 :Titik 6 – 8 ± 14,5 Km
• Titik 6 – 7 ± 6,5 Km bisa di KT kan
• Titik 7 – 8 ± 8 Km tidak bisa di KT kan karena berdasarkan RTRW
Provinsi Riau (Perda 10/1994) termasuk kedalam wilayah
kehutanan
Simpang
Badak
± 7,2 Km
Rencana Konsolidasi Tanah Outer Ring Road
Kota Pekanbaru
20
II. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Masih perlu kejelasan mekanisme pengalihan
anggaran APBD kepada BPN, apakah melaui
mekanisme hibah atau PNBP.
Masih belum jelas mekanisme pemberian ganti rugi
tanaman keras dan bangunan milik masyarakat
kaitannya dengan letak anggaran.
Pada trase 5 terkendala pembangunannya karena
RTRW Provinsi Riau (Perda No. 10 Tahun 1994)
menegaskan kawasan tersebut peruntukannya adalah
kawasan pengembangan hutan.
Masih banyaknya masyarakat yang belum setuju
dengan rencana konsolidasi tanah.
21
III. ALTERNATIF PENYELESAIAN
Mekanisme pengalihan anggaran APBD kepada BPN untuk
Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah akan dikoordinasikan dengan Biro Keuangan Dan Pelaksanaan Anggaran dan Biro Perencanaan dan Kerjasama BPN RI.
Pemerintah Kota Pekanbaru akan mengusahakan anggaran untuk pemberian ganti rugi dengan terlebih dahulu melalui proses penilaian pertanahan dan berkoordinasi dahulu dengan Kementerian Dalam Negeri.
Terkait terhambatnya pelaksanaan pembangunan di Trase 5 Pemerintah Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa dalam pemabahasan RTRW yang baru akan merubah peruntukan pengembangan kehutanan di lokasi tersebut karena tanah di wilayah tersebut bukan milik kehutanan atau merupakan kawasan hutan tetapi merupakan tanah Pemerintah Kota Pekanbaru yang diperuntukkan untuk pengembangan kehutanan.
Terkait masyarakat yang belum setuju Pemerintah Kota Pekanbaru dan Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru serta dibantu oleh Kanwil BPN Provinsi Riau akan terus mengupayakan agar tercapai kesepakatan untuk pelaksanaan konsolidasi tanah .
22
Tersedia
Tanah untuk
Prasarana dan
Sarana
Meningkatka
n Nilai
Tanah
Bidang-
bidang Tanah
Tertata
Bidang-bidang
Tanah
Tersertipikat
Masyarakat
Menikmati Hasil
yang Dibangun
Implementasi
RTRW
Meningkatkan
Kualitas
Lingkungan dan
SDA Terpelihara
MANFAAT
Efisiensi
Anggaran
(KONSOLIDASI TANAH)
IV. Manfaat
23
DIREKTORAT LANDREFORM 24
TARGET REDISTRIBUSI TOL DALAM RPJMN (2015-2019)
107.150 1.098.213 1.098.213 1.098.212 1.098.212
2015 2016 2017 2018 2019
Pelaksanaan Redis
Identifikasi untuk 2016
Pelepasan Kawan dan
Pendayagunaan TT
Identifikasi untuk 2017
Pelepasan Kawan dan
Pendayagunaan TT
Pelaksanaan Redis 2016
Identifikasi untuk 2018
Pelepasan Kawan dan
Pendayagunaan TT
Pelaksanaan Redis 2017
Identifikasi untuk 2019
Pelepasan Kawan dan
Pendayagunaan TT
Pelaksanaan Redis 2018
Pelaksanaan Redis 2019
25
26 26
TARGET REDISTRIBUSI TOL TAHUN 2015
Capaian B09 Tahun
(per 19 Okt 2015):
75,08%
Capaian B12?
27
• Pelaporan untuk SKMPP tahun 2015 untuk dilanjutkan
sesuai aplikasi yang telah ada, dengan penambahan
data dan evidence:
– B03: Penetapan lokasi dan pelaksana (SK Penetapan lokasi
dan SK Pelaksana)
– B06: Pelaksanaan Penyuluhan (Berita Acara dan daftar
hadir Penyuluhan )
– B09: Penegasan Tanah Negara menjadi TOL (SK Penegasan)
– B12: SK Redistribusi TOL, contoh sertipikat, laporan
rekapitulasi sertipikat yang sudah diserahkan
• Pelaporan harus dilampiri dengan bukti/evidence
28 28
TARGET REDISTRIBUSI TOL TAHUN 2016
No. PROVINSI Target Anggaran Total Anggaran
(Bidang) (Rp) (Rp)
1 Aceh 5.000 668.000 3.340.000.000
2 Sumatera Utara 19.000 668.000 12.692.000.000
3 Sumatera Barat 2.000 668.000 1.336.000.000
4 Sumatera Selatan 8.200 530.000 4.346.000.000
5 Bangka Belitung 2.000 827.000 1.654.000.000
6 Riau 4.500 530.000 2.385.000.000
7 Kepulauan Riau 3.500 827.000 2.894.500.000
8 Jambi 2.500 530.000 1.325.000.000
9 Bengkulu 25.000 530.000 13.250.000.000
10 Lampung 4.500 530.000 2.385.000.000
11 Banten 3.600 530.000 1.908.000.000
12 DKI Jakarta 0
13 Jawa Barat 20.000 530.000 10.600.000.000
14 Jawa Tengah 1.750 530.000 927.500.000
15 DIY 150 530.000 79.500.000
16 Jawa Timur 6.000 530.000 3.180.000.000
29 29
TARGET REDISTRIBUSI TOL TAHUN 2016
No. PROVINSI Target Anggaran Total Anggaran
(Bidang) (Rp) (Rp)
17 Kalimantan Barat 2.500 668.000 1.670.000.000
18 Kalimantan Tengah 6.850 668.000 4.575.800.000
19 Kalimantan Selatan 7.500 668.000 5.010.000.000
20 Kalimantan Timur 6.000 530.000 3.180.000.000
21 Bali 530.000 0
22 Nusa Tenggara Barat 8.000 827.000 6.616.000.000
23 Nusa Tenggara Timur 22.000 1.018.000 22.396.000.000
24 Sulawesi Utara 3.500 827.000 2.894.500.000
25 Gorontalo 1.000 668.000 668.000.000
26 Sulawesi Tengah 13.275 827.000 10.978.425.000
27 Sulawesi Selatan 10.250 668.000 6.847.000.000
28 Sulawesi Tenggara 6.000 827.000 4.962.000.000
29 Sulawesi Barat 4.500 668.000 3.006.000.000
30 Maluku 4.450 1.018.000 4.530.100.000
31 Maluku Utara 5.000 1.018.000 5.090.000.000
32 Papua 1.018.000 0
33 Papua Barat 4.000 1.018.000 4.072.000.000
TOTAL 212.525 148.798.325.000
IP4T NON KAWASAN HUTAN
30
144.900 BIDANG
2.464.400 Ha 2.464.400 Ha 2.464.400 Ha 2.464.400 Ha
2015 2016 2017 2018 2019
TARGET IP4T DALAM PERENCANAAN TAHUN 2016: 483.380 Bidang
MASIH UTANG TARGET RPJM
TARGET KEGIATAN IP4T (NON-HUTAN)
DALAM RPJMN (2015-2019)
31
TARGET KEGIATAN IP4T 2015
NO PROVINSI TARGET
KEGIATAN
1 Aceh -
2 Sumatera Utara 7.000
3 Sumatera Barat 5.000
4 Sumatera Selatan 7.000
5 Bangka Belitung 2.500
6 Riau 9.300
7 Kepulauan Riau 9.300
8 Jambi 5.000
9 Bengkulu -
10 Lampung 5.000
11 Banten 5.000
12 DKI Jakarta 1.500
13 Jawa Barat 5.000
14 Jawa Tengah 5.000
15 DIY 4.500
16 Jawa Timur 5.000
17 Kalimantan Barat 5.000
NO PROVINSI TARGET
KEGIATAN
18 Kalimantan Tengah 9.300
19 Kalimantan Selatan 7.000
20 Kalimantan Timur 5.000
21 Bali 1.000
22 Nusa Tenggara Barat 5.000
23 Nusa Tenggara Timur 5.000
24 Sulawesi Utara 5.000
25 Gorontalo 3.000
26 Sulawesi Tengah 5.000
27 Sulawesi Selatan 2.000
28 Sulawesi Tenggara 5.000
29 Sulawesi Barat 4.500
30 Maluku 4.000
31 Maluku Utara -
32 Papua 1.500
33 Papua Barat 1.500
Jumlah 144.900
TARGET IP4T TAHUN 2016 Sebesar 483.380 Bidang di 33 Provinsi 32
TARGET IP4T NON KAWASAN HUTAN TAHUN 2016
No Provinsi Target
Harga
SatuanAnggaran
1 DKI JAKARTA 4.000 95.919 383.676.000
2 JAWA BARAT 50.000 95.919 4.795.950.000
3 JAWA TENGAH 50.000 95.919 4.795.950.000
4 DI. YOGYAKARTA 20.000 95.919 1.918.380.000
5 JAWA TIMUR 50.000 95.919 4.795.950.000
6 ACEH 1.000 96.404 96.404.000
7 SUMATERA UTARA 56.250 96.404 5.422.725.000
8 SUMATRA BARAT 3.000 96.404 289.212.000
9 RIAU 24.792 96.404 2.390.047.968
10 JAMBI 7.688 96.404 741.153.952
11 SUMATRA SELATAN 4.000 96.404 385.616.000
12 LAMPUNG 2.000 95.919 191.838.000
13 KALIMANTAN BARAT 13.000 112.705 1.465.165.000
14 KALIMANTAN TENGAH 12.500 112.705 1.408.812.500
15 KALIMANTAN SELATAN 2.000 96.404 192.808.000
16 KALIMANTAN TIMUR 6.500 112.705 732.582.500
17 SULAWESI UTARA 8.800 112.705 991.804.000
IP4T NON KAWASAN 2016KEGIATAN
33
TARGET IP4T NON KAWASAN HUTAN TAHUN 2016
18 SULAWESI TENGAH 20.000 96.404 1.928.080.000
19 SULAWESI SELATAN 8.200 96.404 790.512.800
20 SULAWESI TENGGARA 2.000 112.705 225.410.000
21 MALUKU 3.000 155.803 467.409.000
22 BALI 1.000 95.919 95.919.000
23 NUSA TENGGARA BARAT 7.500 112.705 845.287.500
24 NUSA TENGGARA TIMUR 25.000 155.803 3.895.075.000
25 PAPUA 1.000 155.803 155.803.000
26 BENGKULU 50.000 96.404 4.820.200.000
27 BANTEN 10.000 95.919 959.190.000
28 GORONTALO 5.000 96.404 482.020.000
29 BANGKA BELITUNG 1.500 112.705 169.057.500
30 MALUKU UTARA 2.500 155.803 389.507.500
31 SULAWESI BARAT 8.500 96.404 819.434.000
32 KEPULAUAN RIAU 17.650 112.705 1.989.243.250
33 PAPUA BARAT 5.000 155.803 779.015.000
JUMLAH 483.380 49.809.238.470
34
T E R I M A K A S I H
35