program pemberantasan trikuriasis.docx

download program pemberantasan trikuriasis.docx

of 3

description

epidemiologi

Transcript of program pemberantasan trikuriasis.docx

Program Pemerintah yang dilaksanakan dalam pemberantasan Trichuriasis :

Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut Kementrian Kesehatan 2006 pada Pelita V tahun (19891994) dan Pelita VI tahun (1994-1999) Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan prioritasnya pada anak-anak karena pada periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan menurunkan prevalensi kecacingan dari 78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun 2003).

1. Memutus mata rantai penularan baik dalam tubuh maupun di luar tubuh manusia Dalam memutus rantai penularan ini ada dua program yang dilakukan yaitu : PROGRAM JANGKA PENDEK Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi Cacingan dengan cara pengobatan (oleh sektor kesehatan). PROGRAM JANGKA PANJANG Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan di luar tubuh manusia, yaitu dengan melaksanakan upaya pencegahan yang efektif. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas yaitu program jangka pendek dan jangka panjang ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:a. Penentuan prioritas lokasi sasaran maupun penduduk sasaran.b. Penegakan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung menggunakan metode kato - katz.c. Penanggulangan (pengobatan, pencegahan dan promotif).

2. Melakukan pengobatan massal dan selektifPengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu Blanket Treatment dan Selective Treatment dengan mengunakan obat yang aman dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat membunuh cacing dewasa, larva dan telur. Pada awal pelaksanaan kegiatan pengobatan didahului dengan survei untuk mendapat data dasar. Bila pemeriksaan tinja dilakukan secara sampling dan hasil pemeriksaan tinja menunjukan prevalensi 30% atau lebih, dilakukan pengobatan massal, sebaliknya bila prevalensi kurang dari 30%, maka dilakukan pemeriksaan tinja secara menyeluruh (total screening). Apabila hasil pemeriksaan total screening menunjukkan prevalensi di atas 30%, maka dilakukan pengobatan massal. Apabila prevalensi kurang dari 30%, maka lakukan pengobatan selektif, yaitu yang positif saja.

3. Kegiatan penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid mengenai penyakit cacinganInfeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD, terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki. Dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit cacingan, pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit cacingan, terutama di SD-SD di DKI Jakarta. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid mengenai penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab, pencegahan, dan cara penanggulangan serta pengobatan secara selektif. Selain itu, juga dilakukan upaya edukatif penunjang berupa lomba kebersihan antar sekolah, lomba menggambar dan mengarang dari murid peserta program. Sasaran penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar karena biasanya ibulah yang paling berperan dalam kehidupan seorang anak. Ibu merupakan model atas tingkah laku sosial bagi si anak, juga dalam berperilaku sehat, khususnya dalam pencegahan penyakit cacingan.

4. Penyuluhan terhadap anak-anak sekolah dan guru melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui penyuluhan kepada anak-anak sekolah dan guru yaitu melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Anak-anak sekolah diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dirinya, diantaranya mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun, mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari, memotong dan membersihkan kuku serta memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.

5. Penyuluhan bagi kaum ibuPenyuluhan bagi kaum ibu dapat dilakukan melalui organisasi wanita, seperti PKK atau pada pengajian ibu-ibu di masjid. Penggunaan jalur PKK lebih efektif mengingat jalur ini dapat diterima oleh semua golongan masyarakat sampai tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Saat penyuluhan diberitahukan kepada kaum ibu bahwa anak-anak mereka harus dilatih sejak kecil agar tidak buang air besar di sembarang tempat, menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut dan sayur-sayur yang dipetik atau yang dibeli di pasar dimasak terlebih dahulu serta sering membersihkan halaman rumah dan sebaiknya halaman rumah tidak dibiarkan terlalu teduh, oleh karena tanah lembab yang terlindung dari cahaya matahari merupakan tempat perkembangan Soil Transmitted Helminths. Selain itu kaum ibu senantiasa mengawasi anak mereka agar selalu menggunakan alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan sarung tangan jika harus memegang tanah, seperti berkebun, terutama pada tanah yang lembab.

6. Penyuluhan kepada masyarakatPenyuluhan kepada masyarakat dapat dilakukan penyuluhan secara langsung atau melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Masyarakat harus disadarkan untuk menggunakan jamban sebagai tempat buang air besar.

7. KemitraanPengendalian Penyakit Cacingan bukan semata-mata merupakan tugas Departemen Kesehatan melainkan menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat ataupun sektor lain sebagai mitra. Dalam pelaksanaan program UKS telah diupayakan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, yaitu Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pendidikan Nasional. Untuk itu peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas program dan lintas sektor sangat penting dalam Pengendalian Penyakit Cacingan.Kemitraan dapat digolongkan dalam tiga kelompok :a. Kemitraan antar instansi pemerintah baik lintas program (dalam satu departemen) dan lintas sektor (lebih dari satu departemen). b. Kemitraan di luar instansi pemerintah adalah swasta seperti LSM, Industri, Perkebunan, Pertambangan, dan Perusahaan yang pekerjanya banyak terinfeksi cacing.c. Kemitraan masyarakat mandiri (Peran serta aktif masyarakat sesuai dengan keadaan sosial budaya setempat). Hal ini adalah program jangka panjang (merubah perilaku) yang dapat dimulai dari murid sekolah dasar).

8. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)/petugas kesehatanPeningkatan Sumber Daya Manusia dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal, misalnya melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi petugas kesehatan sangat diperlukan baik pengetahuan mengenai penyakitnya maupun ketrampilan dalam bidang laboratorium, hal ini sangat menunjang pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Cacingan.

Andamsari,Tilda. Prevalensi Infestasi Trichuris Trichiura Pada Murid SDN 23 Pasir Sebelahdan SDN 15 Padang Pasir [Skripsi]. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas;1997,http://repository.unand.ac.id/16490/1/Prevalensi_Infestasi_Trichuris_Trichiura_pada_Murid_SDN_23_Pasir_Sebelah_dan_SDN_15_Padang_Pasir.pdf

Keputusan Menteri Kesehatan, No. 424. 2006. Pedoman Pengendalian Kecacingan (on line), http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMKPedomanPengendalianCacingan.pdf.