PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KETIKA HUKUM...
Transcript of PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KETIKA HUKUM...
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
KETIKA HUKUM PUBLIK HARUS “DIPAKSAKAN”
MENGKESAMPINGKAN HUKUM PRIVAT SEBAGAI AKIBAT DARI
TUNTUTAN KEPENTINGAN MASYRAKAT DALAM KAJIAN KASUS
ASET PERUMTEL
BIDANG KEGIATAN :
PKM-AI
Diusulkan oleh :
Azis Nurbela E0010066 / 2010
Mangiliwati Winardi E0010218 / 2010
Nur Fadlilah Yunita Sari E0010259 / 2010
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
1
KETIKA HUKUM PUBLIK HARUS “DIPAKSAKAN”
MENGKESAMPINGKAN HUKUM PRIVAT SEBAGAI AKIBAT DARI
TUNTUTAN KEPENTINGAN MASYRAKAT DALAM KAJIAN KASUS
ASET PERUMTEL
Azis Nurbela, Mangiliwati Winardi, Nur Fadlilah Yunita Sari,
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak :
Hukum publik dan hukum privat memiliki yuridiksi yang mengatur objek hukum yang berbeda. Hukum privat lebih menitikberatkan pada kepentingan seseorang yang mengatur hubungan subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain, di sisi lain, hukum publik lebih menitikberatkan pada hubungan negara dengan subjek hukum sebagai warga negara. Dalam hukum publik tidak saja hanya melibatkan antara subyek hukum saja malainkan sudah melibatklan negara sebagai badan publik yang memiliki kekuasaan terhadap warga negaranya, artinya pemerintah yang menanggung hak dan kewajiban warga negaranya, sehingga dapat digambarkan memiliki kedudukan dan legal standing yang berbeda dengan warga negara nya. Hukum publik dan hukum publik sering berbenturan, tidak sering saling bertentangan satu sama lain. Dalam kasus tidak jarang kompleksitas penerapan hukum akan menyulitkan dalam mengkualifikasi setiap peristiwa hukum tersebut. Lebih diadakan suatu metode dalam mengkaji dan menelaah kasus supaya jelas dasar, alur proses dan kedudukan hukumnya.
Kata Kunci : Kasus, Subjek hukum, Pemerintah, hak dan kewajiban, peristiwa hukum.
Abstract :
Public law and private law has legal jurisdiction governing the different objects . Private law is more focused on the interests of a person who set the legal relationship of the subject to other legal subjects , on the other hand , public law is more focused on the relationship with the subject of state law as citizens . In public law is not only only involves the subjects of law malainkan already melibatklan state as a public agency that has authority over its citizens , it means that the government bear the rights and obligations of citizens , so it can be described as having legal standing position and different with its citizens . Public law and public law often collide , often do not contradict each other . In rare cases it is not the complexity of the application of the law would be difficult in any event qualify the law . More held a method for assessing and reviewing the case so clearly the basis , process flow and its legal status .
Keywords : Case , subject of law , government , rights and obligations , legal events .
2
A. PENDAHULUAN
Sebidang tanah berstatus milik negara yang terletak di jalan Yos
Sudarso Panjang Utara Bandar Lampung, tanah tersebut di kelola oleh PT
Pelindo II Cabang Pelabuhan Panjang sebagai pihak yang berwenang
mengurus tanah tersebut. Pada tanggal 10 September 1984, PT Pelindo II
mengadakan kontrak dalam surat perjanjian nomor 34/AB/SD/1984 dengan
PT Daya Sakti, kontrak tersebut intinya PT Daya Sakti menyewa atau
memakai hak guna tanah negara yang dikelola PT Pelindo II tersebut untuk
kepentingan PT Daya Saksi, intinya perjanjian dimaksud untuk dipakai oleh
PT Daya Sakti dan tidak dialihkan oleh pihak lain.
Pada wilayah daerah sekitar kebutuhan akan telekomunikasi masih
sangat jarang dan masih sulit untuk dijangkau, oleh karena itu atas desakan
masyarakat akan kebutuhan komunikasi, Perumtel (kini telah berdiri sendiri-
sendiri menjadi PT Telkom dan PT POS) sebagai salah satu lembaga yang
membidangi bidang telekomunikasi menerima desakan akan kebutuhan
masyarakat tersebut, sehingga Perumtel mengharapkan bantuan Walikota
(Pemerintah Daerah) agar dapat menyediakan tanah untuk memenuhi fasilitas
Sentral Telepon Otomatis (STO) untuk kebutuhan telekomunikasi. Melalui
Surat Kepala Kantor Wilayah IV Dep. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
Lampung – Bengkulu kepada Walikotamadya Bandar Lampung Nomor :
936/KAB.V/KAS.III/XI/89 yang intinya bahwa Perumtel mengaharapkan
tanah untuk fasilitas sarana telekomunikasi sesuai keinginan dari Perumtel.
Menanggapi surat tersebut maka Pemerintah Daerah Bandar Lampung
menyediakan tanah dengan memberi dua opsi tempat, tetapi menurut
keterangannya bahwa Pemerintah Daerah Bandar Lampung menunjuk lokasi
di Complek PT Daya Sakti sebagai tempat untuk mendirikan fasilitas Sentral
Telepon Otomatis (STO) sarana dan prasarana telekomunikasi.
PT Daya Sakti melalui surat Nomor 014/I/DS/Y/90 menyanggupi atas
tawaran dari Pemerintah Daerah Bandar Lampung yang intinya tidak
keberatan atas penunjukan tanah tersebut oleh Pemerintah tersebut, dengan
syarat bahwa Perumtel memberikan biaya pembebasan/peralihan hak tanah
sebesar Rp. 50.000,-/M2 dan juga perihal penggunaan tanah untuk fasilitas
3
STO Panjang tersebut dengan penetapan harga sebesar Rp.
38.000/M2.Perumtel hanya membutuhakan tanah seluas 1.000 M2 untuk
mendirikan fasilitas STO, pada tanggal 24 April 1990 surat pernyataan hak
dan pelepasan hak atas tanah dan tanam tumbuh untuk keperluan STO dari
PT Daya Sakti ke Perumtel dengan ganti rugi sebesar Rp. 38.000.000,-.
Perumtel mengajukan permohonan izin rencana penggunaan lahan dan
izin mendirikan bangunan untuk PIMB kepada pemerintah daerah Bandar
Lampung, yang kemudian melalui keputusan Walikotamadya Bandar
lampung memutuskan memberikan izin rencana penggunaan lahan semata-
mata menerangkan Rencana Kota bukan menerangkan atas hak tanah, dan
juga memutuskan memberikan IMB. Atas perolehan tanah tersebut, Perumtel
mengajukan IMB dan HGB tersebut demi kepastian hukum hak tanah
tersebut. Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Nomor :
BPN.IV/KW.01/SK/HGB/93 tanggal 2 Januari 1993 memberikan HGB
kepada Perumtel (Persero).
B. TUJUAN
Untuk mengkaji proses suatu kedudukan dua hukum di Indonesia
(hukum privat dan hukum publik) yang eksistensinya jika diimplemetasikan
di kehidupan nyata ketika dibenturkan dengan kepentingan masyarakat secara
luas.
C. METODE
PT Pelindo II
PT Daya Sakti Pemerintah Daerah
Kontrak
Masyrakat Sekitar
4
D. PEMBAHASAN
Kita ketahui bahwa permasalahan kontrak termasuk melalui hukum
privat, ketika terjadi suatu sengketa katakanlah wanprestasi atas kontrak yang
dibuat oleh para pihak tersebut ada baiknya penyelesainnya melalui proses
perdata, karena kontrak mengatur hubungan orang dengan orang atau dengan
badan hukum.
Dalam kasus diatas yang telah diuraikan bahwa terdapat adanya suatu
kontrak perjanjian pemberian hak pakai atas tanah kepada PT Daya Sakti,
tanah yang digunakan oleh PT Daya Sakti tersebut adalah tanah negara.
Terlepas dari permasalahan tersebut, yang kita cermati hanya menyangkut
legal standing Perumtel pada saat itu yang sesuai keterangan menjadi salah
satu pihak atas suatu kontrak perjanjian yang dilakukan antara PT Pelindo
sebagai pengelola tanah negara dan PT Daya Sakti yang mendirikan
bangunan diatas tanah negara.
Kita cermati bahwa sesuai informasi yang kita dapatkan bahwa
Perumtel merupakan salah satu perusahaan BUMN, yang telah mendapat
kedudukan sebagai persero dimana sesuai UU Nomor 19 Tahun 2003 saham
yang dimiliki perusahaan BUMN persero minimal 51% atau lebih dimiliki
oleh negara. Mengenai kekayaan negara, perusahaan BUMN kekayaan negara
Pasal 4 ayat (l) undang-undang yang sama menyatakan bahwa “BUMN
merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”. Jadi jelas
bahwa tujuan suatu negara adalah untuk mengoptimalkan peran BUMN
Perumtel
Perumtel
IMB HGB
5
sebagai salah satu memajukan keuangan negara sebagai pihak yang
membantu pemerintah.
Menurut informasi bahwa pada saat itu (tahun 1989) sarana akses
telekomunikasi masih sangat jarang yang terdapat di daerah terpencil di
bandar Lampung tersebut. Jika layanan yang belum maksimal dan atas
tutntutan masyarakat akan kebutuhan telekomunikasi menjadi prioritas
pemerintah khususnya pemerintah daerah sebagai pelayanan masyarakat
untuk memenuhi dan mempermudah akses layanan komunikasi demi
mewujudkan kemakmuran daerah khususnya dalam mencapai otonomi
daerah.
Terlepas dari tidak memperhitungkan adanya kontrak antara PT Pelindo
dengan PT Daya Sakti yang dimana salah satu kontrak tersebut berisi
klausula PT Daya Sakti tidak diperkenankan mengalihfungsikan tanah negara
yang dikelola oleh PT Pelindo tersebut kepada pihak lain, Perumtel sebagai
pihak lain yang mendapat sebagai tanah yang diperjanjiakan oleh PT Daya
Sakti dengan PT Pelindo tersebut atas saran, izin dan sepengetahuan
pemerintah daerah, PT Perumtel sebgai pihak yang akan memenuhi
kebutuhan komunikasi didaerah tersebut, sebagai Perusahaan BUMN adanya
suatu kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyrakat tersebut.
Perumtel sebagai pihak yang menjadi partner kebutuhan komunikasi
masyarakat tersebut dalam upaya tidak langsung sebagai peran negara yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974
tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah
Untuk Keperluan Perusahaan, dalam peraturan tersebut dijelaskan dalam
Pasal 1 bahwa :
“Kebijaksanaan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan-perusahaan, baik diselenggarakan dengan maupun tanpa fasilitas-fasilitas penanaman modal sebagai yang diatur dalam Undang-undang No.1 tahun 1967 tentang "Penanaman Modal Asing" (L.N. 1967 No.1) dan Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang "Penanaman Modal Dalam Negeri" (L.N. 1968 No.33), ditetapkan dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan pada umumnya dan khususnya PELITA II dan mempunyai sasaran untuk menciptakan suasana dan keadaan yang menguntungkan dan serasi bagi kegiatan-kegiatan pembangunan, dengan tujuan agar pada suatu pihak kebutuhan pengusaha akan tanah dapat dicukupi dengan memuaskan dan pada
6
pihak lain sekaligus terselenggara tertib penguasaan dan penggunaan tanah berdasarkan peraturanperaturan perundangan yang berlaku, hingga tanah yang tersedia benar-benar dapat dimanfatkan sesuai dengan fungsi sosialnya.”
Maksud dari ketentuan pasal tersebut menurut Penulis bahwa untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan, pemerintah terutama masyarakat sekitar
melalui peraturan menteri dalam negeri tersebut membuka peluang
perusahaan Perumtel untuk menjadi pihak partner untuk memenuhi
kebutuhan telekomunikasi sehingga untuk memnuhi kebutuhan akan
telekomunikasi tersebut diperlukan tanah operasional untuk fasilitas
telekomunikasi tersebut, dapat dikatakan bahwa atas dasar peraturan menteri
dalam negeri ini membuka peluang Perumtel memanfaatkan tanah yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah sebagai kegitan operasional sarana
kebutuhan telekomunikasi didaerah tersebut. Sehingga Peulis menyimpulkan
atas dasar ini Perumtel (saat ini PT Telkom) jelas akan status kedudukan PT
Perumtel masuk dalam kegiatan pengoperasian (terlepas adanya PT Pelindo
dan PT Daya Sakti), dan juga pemerintah daerah mempunyai kewajiban
sebagai pihak memberikan layanan penuh kepada masyarakat.
Pada Pasal 2 juga diatur mengenai perusahaan yang memanfaatkan
tanah negara :
1. Dengan mengingat bidang usaha, keperluan dan persyaratannya yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang bersangkutan kepada perusahaan dapat diberikan dengan sesuatu hak atas tanah Negara sebagai berikut : a. Jika perusahaannya berbentuk badan hukum : hak pengelolaan,
hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai; b. Jika perusahaannya merupakan usaha perorangan dan pengusaha
berkewarganegaraan Indonesia : hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.
2. Selain apa yang disebut pada ayat 1 pasal ini, perusahaan dapat pula menggunakan tanah pihak lain atas dasar sewa atau bentuk lainnya menurut peraturan perundangan agraria yang berlaku. Kecuali jika dalam peraturan yang bersangkutan hal itu tidak diperbolehkan.
Dalam peraturan tersebut semakin jelas bahwa kedudukan legal
standingPerumtel mendapat tanah sesuai prosedur dari pemerintah daerah
dimana yang berasal dari tanah negara yang atas kontrak dikelola oleh Daya
Sakti, menjadi semakin terang dengan adanya ketentuan tersebut, artinya
7
Perumtel sebagai perusahaan badan hukum dapat pula menggunakan tanah
pihak lain atas dasar sewa sepanjang tidak menyalahi ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain, adanya unsur merugikan keuangan
negara atau tindak pidana korupsi tidak dapat ditunjukan dengan adanya
peraturan menteri dalam negeri tersebut, karena dugaan-dugaan yang
berkembang mungkin sedikit terelakan dengan adanya keputusan Menteri
Dalam Negeri yang mengatur mengenai penggunaan tanah negara sebagai
pihak perusaahn dari bagian negara untuk memenuhi kebutuhan masyrakat.
Persoalannya adalah ketika satu sisi Perumtel sebagai pihak yang
kegiatan hukumnya dalam ranah hukum privat harus berbenturan dengan
pemerintah yang kegiatan hukumnya lebih banyak ke dalam hukum publik,
bahkan ditambah adanya kontrak antara PT Daya Sakti dengan PT Pelindo.
Timbul pertanyaan apakah hukum publik dapat menabrak kepentingan hukum
publik? Gejala hukum seperti ini banyak sekali ditemukan. Diatas sudah
dijelaskan bahwa pemerintah dapat bertindak sebagai subyek hukum melalui
pejabat fungsionalnya. Sejauh ketika suatu keputusan pemerintah yang
memiliki kepentingan yang melibatkan masyrakat secara luas menurut
Penulis dapat saja kepentingan privat tersebut harus dikesampingkan untuk
kepentingan publik, mengingat kepentingan umum yang harus lebih
diutamakan menyangkut kebutuhan telekomunikasi yang dirasa sangat
diperlukan pada saat itu. Lalu apakah dengan mengkesampingkan
kepentingan privat dapat merugikan pihak lain (Kontrak PT Daya Sakti dan
PT Pelindo) ?
Tentu jika kita melihat secara eksplisit memang kedua perusahaan
tersebut dirugikan dengan adanya penggunaan lahan tersebut, apalagi PT
Pelindo sebagai pihak yang mengelola tanah negara yang sudah diberi
sebagian haknya kepada PT Daya Sakti sebagai pihak yang menyewa dan
mengelola sebagian tanah yang dikelola PT Pelindo tersebut, jika dipandang
secara judgement of law pihak dari PT Daya Sakti telah melakukan
wanprestasi yaitu PT Daya Sakti telah melakukan prestasi tetapi tidak sesuai
dengan yang disepakati, artinya dalam hal ini ada pelanggaran kontrak yang
telah disepakati kedua belah pihak. Kembali ke pertanyaan semula lalu
8
apakah PT Daya Sakti dan PT Pelindo tetap sebagai pihak dirugikan? Lagi-
lagi dalam hukum publik kewenangan pemerintah sebagai pihak yang
berkecimpung dalam produk hukum administrasi negara mempunyai
kewenangan untuk mengatur tentang pertanahan negara dengan adanya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 ini dijelaskan
untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan
undang-undang. Artinya bahwa Perumtel dengan izin dari Pemerintah Daerah
dalam menggunakan tanah dari bagian kontrak PT Daya Sakti dengan PT
Pelindo sepanjang ada penggantian ganti rugi kepada PT Daya Sakti dan PT
Pelindo maka tidak ada pihak yang dirugikan. Sebab dalam Pasal 18 ini
memberi penjelasan bahwa demi kepentingan umum dan kepentingan
masyrakat serta Negara hak-hak atas tanah dapat dicabut, walaupun dalam
Pasal ini tidak memberikan keterangan secara gamblang hak-hak atas tanah
siapa yang dapat dicabut, apakah hak milik, hak guna usaha atau hak sewa
dari pihak lain. Tetapi Penulis menafsirkan secara luas bahwa hak-hak atas
tanah ini memiliki arti bahwa barang siapa yang memiliki hak atas tanah
tersebut baik hak milik, hak guna usaha maupun hak guna bangunan semua
dapat dicabut dengan syarat digunakan untuk kepentingan umum serta
kepentingan Negara. Maka dari itu, jika kita kaji lebih secara luas PT Daya
Sakti dengan PT Pelindo tidak ada yang dirugikan sepanjang ada penggantian
ganti rugi.
Dalam hal pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini diatur secara
khusus dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, pengadaan tanah untuk
kepentingan umum dengan mencabut hak-hak tanah dinilai inkonstitusional,
karena dalam undang-undang ini tidak ditemukan definisi dari kepentinngan
umum tersebut, Mahkamah Konsttitusi menilai bahwa Negara atau pihak
swasta tidak boleh semena-mena mengambil alih tanah milik masyarakat,
tetapi harus melalui tahapan dan proses yang diatur dalam undang-undang.
Mahkamah berpendapat keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
9
kepentingan umum telah diakomodasi Undang-Undang Pengadaan Tanah itu.
Ketentuan proses pembebasan tanah untuk kepentingan umum telah
memberikan perlindungan hukum yang memadai. Prosedurnya, dengan
membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang dirugikan mengajukan
keberatan ke PTUN hingga ke Mahkamah Agung.
E. KESIMPULAN
Dari hasil analisis kajian hukum publik dan hukum privat yang
kepentingannya berbenturan dapat disimpulkan bahwa kepentingan hukum
privat semenjak adanya kepentingan yang lebih luas apalagi adanya tuntutan
dari masyrakat dan campur tangan pemrintah sebagai ranah publik memberi
“keluasaan” untuk pengadaan tanah dengan dalih tidak merugikan salah satu
pihak dengan adanya ganti rugi.
Padahal kontrak adalah ranah hukum privat, yaitu hukum perdata,
karena hanya melibatkan para pihak yang terikat kontrak. Ranah hukum
privat memiliki mekanisme penyelesaian berbeda dengan hukum pidana.
Karena itu, kejaksaan perlu memperbaiki mindset (cara pandang) dalam
menyikapi kasus sengketa kontrak. Masalahnya, pemahaman aparat
kejaksaan, terutama di daerah, masih terbatas pada KUHP dan perundang-
undangan tindak pidana korupsi.
Penyelesaian wanprestasi, kata profesor hukum bisnis Universitas
Gajah Mada ini, adalah ketidaksesuaian pelaksanaan kontrak dengan
kesepakatan yang tertuang. Penyelesaian sengketa biasanya selalu diatur
dalam kontrak yang disepakati para pihak. “Kontrak kan juga mengatur
mekanisme penyelesaian sengketa,” katanya.
Karena itu, KUHP kurang tepat diterapkan untuk masalah ini. Untuk
penerapan pasal korupsi, Nindyo menyatakan ada akibat lanjutan yang
muncul. Ia mencontohkan perusahaan swasta murni yang men-subkontrakkan
pekerjaan konstruksi kepada perusahaan pemerintah (BUMN/BUMD). Jika
terjadi wanprestasi, Kejaksaan cenderung menganggap hal itu memenuhi
unsur merugikan keuangan negara. Padahal, hubungan antara kedua
perusahaan itu murni bersifat keperdataan. Karena itu, Nindyo
10
mengharapkan masalah kontrak konstruksi dapat dijalankan sesuai
mekanisme yang ada dalam kontrak.
Pendapat senada dikemukakan pakar hukum pidana Universitas
Indonesia, Rudy Satrio Mukantardjo. Berbicara pada diskusi yang sama,
Rudy mengatakan sebaiknya permasalahan sengketa kontrak konstruksi
diselesaikan melalui jalur perdata saja. “Hormatilah kontrak yang ada,” harap
Rudy.
F. UCAPAN TERIMA KASIH
1. Terima kasih kepada Bapak Mas’ud yang telah membimbing magang
hingga Penulis mendapatkan fotokopi data kronologis kasus ini sebagai
bahan penulisan Program Kreatifitas Mahasiswa.
2. Terima kasih kepada Pak Kuswiyono yang telah memberi arahan alur
kronologis sehingga memudahkan Penulis dalam menyusun Program
Kreatifitas Mahasiswa ini.
3. Terima kasih kepada Bapak Donny, Bapak Ambar dan Bapak Maju yang
telah memberikan bimbingan selama satu bulan di PT Telkom.
4. Terima kasih kepada seluruh karyawan di Legal and Compliance PT
Telkom yang bersedia menerima kami mahasiswa hukum untuk
menjalankan studi magang selama satu bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Fotokopi Data Kronologis Proses Kasus Mulai dari Awal terjadinya Kontrak.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f4af449cbb9b/prof-dr-nindyo-pramono-sh--ms-brancaman-pidana-dalam-hukum-bisnis (Online). Diakses 20 Februari 2014.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4c32a6f96183f/pasal-pidana-tidak-tepat-dalam-sengketa-kontrak-konstruksi (Online). Diakses 20 Februari 2014.
11
Lampiran 1
Biodata ketua dan anggota
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Azis Nurbela
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Program Studi Ilmu Hukum
4. NIM E0010066
5. Tempat dan Tanggal
Lahir
Surakarta, 18 Desember 1991
6. E-Mail [email protected]
7. Nomor Telepon/HP 085647223461
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Kepatihan Solo SMP Negeri 3
Solo
SMA Negeri 5
Solo
Jurusan IPS
Tahun Masuk-
Lulus
1998-2004 2004-2007 2007-2010
C. Pemakalahan Pendidikan
No Nama Pertemuan Ilmiah /
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Seminar Proposal Skripsi Tinjauan Hak Calon
Ahli Waris Seorang
Istri dalam Pengajuan
Upaya Hukum
Peninjauan Kembali
Terhadap Suaminya
Berstatus Terpidana
yang Melarikan Diri
9 Desember 2013,
Ruang Lab
Hukum Gedung 2
Fakultas Hukum
UNS
12
dalam Kasus Tindak
Pidana Korupsi
(Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung
Nomor
97/PK/Pid.Sus/2012).
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian biodata ini dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
pernyataan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa.
Surakarta, 07 Maret 2014
Pengusul
Azis Nurbela
13
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Mangiliwati Winardi
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Ilmu Hukum
4. NIM E0010218
5. Tempat dan Tanggal
Lahir
Kediri, 13Maret 1992
6. E-Mail [email protected]
7. Nomor Telepon/HP 085655675712
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Mrican 1
Kediri
SMP Negeri 2
Kediri
SMA Negeri 3
Kediri
Jurusan IPS
Tahun Masuk-
Lulus
1998-2004 2004-2007 2007-2010
C. Pemakalahan Pendidikan
No Nama Pertemuan Ilmiah /
Seminar
Judul Artikel
Ilmiah
Waktu dan
Tempat
1
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1
2
14
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian biodata ini dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
pernyataan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa.
Surakarta, 07 Maret 2014
Pengusul
Mangiliwati Winardi
15
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Nur Fadlilah Yunita Sari
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Ilmu Hukum
4. NIM E0010259
5. Tempat dan Tanggal
Lahir
Boyolali, 5 Juni 1992
6. E-Mail [email protected]
7. Nomor Telepon/HP 085728411988
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Negeri
Wonotoro
SMP Negeri 2
Boyolali
SMA Negeri 2
Simo Boyolali
Jurusan IPS
Tahun Masuk-
Lulus
1998-2004 2004-2007 2007-2010
C. Pemakalahan Pendidikan
No Nama Pertemuan Ilmiah /
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Seminar Proposal Skripsi Analisis Yuridis
Putusan Kasasi yang
Tidak Mencantumkan
Perintah Terdakwa
Ditahan atau Tetap
Dalam Tahanan Sebagai
Dasar Permohonan
Peninjauan Kembali
(Studi Putusan
Mahkamah Agung
Nomor :
5 Maret 2014
Ruang 1105
Gedung 1
Fakultas Hukum
UNS
16
157/PK/PID,SUS/2011).
2
3
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian biodata ini dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
pernyataan dalam pengajuan Program Kreatifitas Mahasiswa.
Surakarta, 07 Maret 2014
Pengusul
Nur Fadlilah Yunita Sari
17
Lampiran 2
SusunanOrganisasi Tim KegiatandanPembagianTugas
No. Nama/NIM Program
Studi BidangIlmu
AlokasiWaktu (jam/minggu)
UraianTugas
1. Azis Nurbela Ilmu Hukum
Hukum 30 Jam/minggu Mengontrol, mengkaji dan mengarahkan ide pokok gagasan permasalahan yang sedang dihadaapi
2. Mangiliwati Winardi
Ilmu Hukum
Hukum 30 Jam/minggu Mencatat dan menuangkan dalam bentuk paparan alur cerita permasalahan
3. Nur Fadlilah Yunita Sari
Ilmu Hukum
Hukum 30 Jam/minggu Membuat legal opinon dan menganalisis isu permasalahan