[Program Kesehatan Ternak Unggas] - …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...
Transcript of [Program Kesehatan Ternak Unggas] - …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
[AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS]
[Program Kesehatan Ternak Unggas]
[Endang Sujana, S.Pt., MP.]
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
a. Kompetensi Inti :
Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu
b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) :
Mengelola Kesehatan Ternak Unggas
c. Materi Pembelajaran :
XIII. Program Kesehatan Ternak Unggas
Masalah penyakit merupakan gangguan & ancaman terbesar dalam usaha
peningkatan produksi ternak Unggas. Maka, perlu dilakukan berbagai usaha untuk
mencegah terjangkitnya penyakit yaitu salah satunya dengan melaksanakan program
biosecurity . Biosekuriti : Manajemen untuk Mencegah Masuknya Penyakit Ke Peternakan.
Biosekuriti Peternakan Unggas diperoleh dengan Sistem Pencegahan Pemasukan,
Perkembangan dan Penyebaran Patogen dalam suatu kelompok ternak unggas.
BIOSEKURITI meliputi langkah-langkah : BIOEKSKLUSI DAN BIOKONTAINMEN.
Bioeksklusi : Untuk Menjaga agar patogen tetap berada diluar peternakan. Biokontainmen :
Untuk mencegah patogen tetap berada didalam peternakan. Lima prinsif Biosekuriti yang
penting untuk dilaksanakan yaitu 1. Kebersihan dan Desinfeksi, 2. Isolasi, 3. Pengaturan
Transportasi, 4. Pengendalian Hama, dan 5. Pembuangan/penanganan Ayam Mati.
Penyakit adalah kondisi Abnormal dimana tubuh hewan atau sebagian dari tubuhnya
mengalami gannguan oleh patogen dan tidak berfungsi secara normal. Infeksi : Kondisi
dimana patogen masuk dan berkembang dalam tubuh atau jaringan.
Ransum yang baik, perkandangan dan genetik yang ideal dari ternak unggas, ternak
bersangkutan tidak akan tumbuh atau bertelur dengan baik apabila terkena penyakit atau
terinfeksi penyakit-penyakit. Sejak sejumlah besar ternak unggas broiler ataupun petelur
dikonsentrasikan dalam suatu area terbatas, potensi terkena penyakit yang hebat sangat
besar. Usaha pencegahan timbulnya penyakit adalah kunci dalam mengurangi kerugian.
Suatu pengecualian perlakuan-perlakuan memperkecil timbulnya penyakit sering
2
menimbulkan biaya-biaya tinggi, terkadang tidak berhasil atau tidak sukses, bahkan ternak
unggas tidak menampakkan performan seperti diharapkan.
Pengelolaan “flock-flock” ayam broiler, penggantian ayam-ayam muda dan
penggantian ayam-ayam petelur harus dikerjakan melalui pengontrolan penyakit yang ketat,
termasuk cara-cara pencegahannya. Penyakit dapat menyebaban kehilangan produksi yang
besar atau tidak efisien. Banyak sedikitnya permintaan ayam-ayam broiler sesuai berat badan
yang dikehendaki konsumen, demikian pula dengan produksi telur dapat menimbulkan
efisiensi yang miskin dalam mengubah ransum menjadi suatu produk sebagai akibat adanya
serangan penyakit atau parasit pada ternak unggas.
13.1. Sumber Penyakit
Setiap hewan yang meninggalkan kondisi tubuhnya sehat, maka disebut suatu penyakit. Hal
di atas dapat diakibatkan oleh:
1. Hewan terkena agen patogenic yang spesifik.
2. Defisiensi nutrisional, atau
3. Kondisi lingkungan yang adiktif bagi ternak bersangkutan.
Penyakit ternak unggas disebabkan oleh:
Bakteria - Virus
Fungi - Protozoa
Keracunan
Ketidaknormalan tingkah laku, dan parasit-parasit eksternal seperti: caplak, tungau
atau cacing.
Bagaimanapun, sebenarnya hewan memiliki suatu mekanisme tubuh dalam mencegah
serangan melalui “disease-producing agents”. Banyak strategi dilakukan dalam pengontrolan
penyakit termasuk dengan penanganan cara-cara alami melalui beberapa metoda seperti
merangsang produksi antibodi ternak dalam melawan penyakit tertentu agar terjadi
imunisasi pada ternak bersangkutan atau melalui sanitasi kandang dan peralatan kandang,
ventilasi kandang yang baik.
3
Penyakit dapat menyebar dari satu ayam ke ternak ayam lainnya, atau ternak
terinfeksi akibat ternak lainnya pula. Kejadian terkena penyakit dapat melalui kontak
langsung antar ternak yang terkena penyakit, melalui atas kandang atau litter, partikel-
partikel udara yang mengandung bibit-bibit penyakit, makanan dan air minum, akibat
serangga-serangga (insects), burung-burung liar atau juga parasit. Penyakit bisa menular dari
induk ke anak melalui telur. Penyakit yang berjangkit akibat satu hewan lainnya disebut
“Horizontal Spread of Disease”. Dan hal ini sering terjadi (most common).
Penyakit dari orang tua ke anak keturunannya disebut “Vertical Spread of Disease”, seperti
penyakit:
a. Pullorum
b. Lymphoid leukosis
c. Mycoplasmosis
Pengontrolan “Horizontal Spread of Disease” dapat dengan cara: isolasi ternak dan karantina
ternak, sedangkan pengontrolan Vertical Spread Disease melalui pencegahan penyakit pada
induk-induk ayam.
13.2. Tanda-Tanda Penyakit
Seorang manajer yang sukses adalah yang mampu mengatasi serangan penyakit pada
flock-flock peternakannya. Bila penyakit bisa diketahui sejak dini, dilakukan imunisasi, isolasi
terhadap ternak-ternak terserang penyakit dan dengan medikasi administrasi yang baik
dapat membuat peternak sukses.
Tanda-tanda ayam terserang penyakit:
1. Kurang aktif
2. Makan sedikit
3. Pertumbuhan lambat
4. Produksi telur sedikit
5. Fertilisasi dan daya tetas telur menurun
Oleh karena itu, dalam usaha peternakan ayam perlu tenaga ahli di bidang
pengendalian penyakit atau dokter hewan pada usaha peternakan skala besar. Bila
4
ditemukan ayam yang mati, segera ditangani atau didiagnostik secara teliti dan cermat.
Selain itu perlu disediakan tempat pembakaran khusus, agar ayam-ayam sehat terhindar dari
kontaminasi penyakit.
Penyakit ternak unggas yang sering ditemukan:
1. Infections agents 3. Nutrional diseases
2. Parasites 4. Mismanagement
Keempat faktor di atas merupakan penyebab timbulnya penyakit yang sering terjadi pada
usaha ternak unggas.
13.3. Penyakit Pada Saluran Pencernaan
Penyakit saluran pencernaan adalah penyakit yang sering ditemukan pada peternakan
ayam. Newcastle disease (ND=tetelo), infectious bronchitis, dan laryngotracheitis disebabkan
oleh virus. Chronic respiratory disease (CRD) atau disebut pula mycoplasmosis, dan infectious
coryza disebabkan oleh bakteri. Aspergillosis disebabkan oleh fungi (fungus). Suatu flock
yang terkena penyakit pernafasan menampakkan respiratory distress atau ayam susah
bernafas, seperti:
Terengah-engah (gasping)
Mendesah (wheezing)
Bersuara sengau (nasal discharge)
Batuk-batuk (coughing).
Airsacculitis adalah karakter klinik yang ditemukan pada infeksi pernafasan, terutama
ditemukan pada ternak ayam broiler kalkun. Infeksi daging ayam broiler atau karkas broiler
adalah sering ditemukannya daging ayam broiler diafkir karena mengalami airsacculitis.
Mycoplasmosis (Chronic Respiratory Disease or CRD):
Penyakit CRD adalah suatu penyakit pernafasan yang kompleks disebabkan oleh
organisme, Micoplasma gallisepticum, bersatu dengan inspeksi bacterial, terutama dari
Escherichia coli dan virus yang menyebabkna terjadinya infectious bronchitis dan newcastle
disease.
6
berbahaya (distress) dan unggas mati pada ayam-ayam muda, produksi telur rendah dan
kualitas telur miskin pada ayam dewasa. Kualitas kerabang (kulit) telur menjadi tipis, sering
terjadi misshapen atau bentuk telur tidak serasi, dengan benjolan-benjolan adanya deposit
atau endapan kalsium (Ca). Penyakit ini menyebabkan kualitas internal telur menurun.
Ilustrasi 29. Dampak terkena penyakit Infectious Bronchitis
Terjadi “Horizontal Spread of Disease” akibat hubungan ayam sakit dengan ayam sehat,
arus udara (air current), dan bentuk atau hubungan dengan karyawan atau pengunjung
yang bergerak ke kandang yang tidak terinfeksi.
Dapat dikatakan tidak ada perlakuan untuk mengatasi penyakit Infectious Disease,
pengontrolan hanya dengan vaksinasi, yaitu pada anak-anak ayam umur 4 hari, 4 minggu
atau umur 4 bulan, serta kemudian dilakukan ulang selama 6 bulan sekali setelah ayam-
ayam bertelur.
Bila induk-induk sistem memiliki imunitas yang baik, terkadang terjadi imunitas anak-anak
ayamnya melalui imunitas telur-telur tetasnya.
Newcastle Disease
Penyakit Newcastle pertama kali ditemukan di Tyne-Newcastle, England (1927) dan
biasa disebut “fowl pest”, adalah penyakit infeksi pernafasan ternak unggas yang tinggi dan
ditandai dengan:
Ayam batuk-batuk (coughing)
Gemeretuk (rattling)
7
Mendesah (wheezing)
Berteriak keras (loud cries)
Laryngotracheitis disebabkan oleh virus yang mengakibatkan terjadinya inflamed atau
peradangan pada larynx dan trachea. Penyebaran penyakit melalui “horizontal spread of
disease”, terjadi hubungan antar unggas atau peralatan maupun material lainnya yang
berkaitan dengan ternak unggas. Produksi telur pada ternak unggas menurun, tetapi apabila
penyakit dapat diatasi maka produksi kembali normal. Unggas-unggas yang telah terkena
penyakit dapat menularkan kepada unggas-unggas lainnya pada kandang-kandang yang lain
pula. Oleh karena itu, diwajibkan pada ternak unggas yang sehat diadakan vaksinasi.
Penyakit laryngotracheitis terjadi secara sporadik atau sekali-sekali, karenanya perlu
dilakukan rutinitas vaksinasi. Penyakit ini sering terjadi pada ayam-ayam betina yang baru
bertelur melalui kontaminasi saat transportasi dengan kendaraan truk atau peti-peti (crates).
Vaksinasi dengan virus hidup dapat mengatasi penyakit laryngotracheitis melalui metode
tetes mata. Bila suatu flock terserang, maka secepatnya flock-flock lainnya divaksinasi.
Infectious Coryza
Penyakit Infectious coryza disebabkan oleh bakteri Hemophilus gallinarum. Infeksi
terjadi pada hidung (nostrils) dan mata (eyes), infeksi atau bengkak pada pial (wattles) dan
lubang hidung (sinuses). Penyebaran secara “Horizontal Spread of Disease” atau kontak
melalui antar ternak secara pelan-pelan melalui air minum. Cara mengatasi, jauhkan anak-
anak ayam atau ayam muda dari ayam-ayam dewasa yang sering bersifat sebagai penyebar
(carriers).
Berikan sulfathiazole ke dalam ransum atau ke dalam air minum, maupun ternak
bersangkutan diinjeksi dengan streptomycin. Akan tetapi, pengobatan bukan solusi yang
efektif pada cara pengontrolan jangka panjang atau waktu lama.
Aspergillosis
Penyakit pernafasan disebabkan oleh fungi (fungus), Aspergillus fumigatus, atau yang
berhubungan dengan fungi. Tanda-tanda ayam diserang:
8
Terengah-engah (gasping)
Bernafas dengan cepat
Ayam cepat merasa haus (thirsty)
Hilang selera makan
Badan kurus, serta
Terkadang nervous atau gelisah
Di kantung-kantung udara (air sacs), syrinx, lungs, dan bronchi terdapat material
berwarna cream.
Fungsi Aspergillus fumigatus terdapat dimana-mana dalam tubuh ternak unggas. Aspergillus
fumigatus ditemukan pada litter atau jejabah ternak unggas, karenanya tidak ada perlakuan
pada penyakit tersebut. Yang penting, perlu dicegah agar konsentrasinya yang hebat dapat
diatasi dengan cara: ransum dan litter jangan lembab.
Avian Tumor Disease
Karakteristik kontrol penyakit tumor ditemukan dalam banyak jaringan tubuh dan
termasuk problem kritis pada industri peternakan ayam.
Komplek “avian leukosis” berupa penyakit marek’s (Marek’s disease) dan lymphoid
leukosis sering berhubungan.
Semenjak penyakit tersebut di atas peran dari tumor disebabkan oleh virus dan virus-virus
tumor dapat menulari spesies-spesies lain, termasuk manusia.
Marek’s Disease
Penyakit ini menyerang ayam-ayam muda dan sedang tumbuh, umumnya terjadi
pada ayam-ayam berumur antara 3-5 bulan, termasuk juga ayam muda dan tua. Kematian
tinggi ditemukan pada ayam-ayam muda. Peraturan pada inspeksi atau pemeriksaan daging
broiler, bila menampakkan ternak tumor Marek’s Disease maka harus dibuang atau tidak
diperkenankan untuk diperjual-belikan. Marek’s Disease menjadi problem utama pada usaha
peternakan ayam petelur, khususnya terhadap produksi telur.
Secara klinik akibat Marek’s disease ditemukan kelumpuhan (paralysis), berefek pada sistem
saraf (the nervous system). Kaki, sayap dan leher dapat terjadi kelumpuhan, otot-otot terjadi
9
atrophy dan kebutaan (blindness). Kelumpuhan alami sering disebut “range paralysis”. Tumor
ditemukan dalam organ dan jaringan dan pada ovary sering terjadi. Luka-luka seinr
ditemukan di sekitar mata ayam. Skin lesion (luka pada kulit) berkaitan dengan follice bulu-
bulu setelah ayam diproses.
Penyebaran penyakit melalui “Horizontal Spread of Disease”, dan sedikit kejadian
transmisi virus melalui telur ayam. Penyebaran secara langsung dapat terjadi melalui udara
yang memasuki kandang, tetapi tidak secara langsung terjadi akibat kontak langsung dengan
unggas. Bahan jejabah atau litter yang terkontaminasi dapat menulari pada ternak unggas.
Ada 2 macam tipe vaksin Marek’s:
Culture virus
Isolasi virus dari kalkun, virus ini bersifat non-patogen baik untuk ayam maupun
untuk kalkun.
Upaya menghindari penyakit Marek’s:
1. Isolasi ayam muda dari ayam tua
2. Ventilasi kandang harus baik
3. Jauhkan kandang dari partikel-partikel kotor yang dapat membawa virus Marek’s.
4. Adakan imunisasi, genetic resistance dan manajemen prosedur usaha yang baik.
Lymphoid Leukosis
Kontras dengan penyakit Marek’s, Lymphoid leukosis terutama merupakan penyakit
pada ayam-ayam dewasa, di atas 18 minggu. Ayam-ayam muda dapat dipengaruhi,
bagaimanapun, beberapa kejadian dari infleksi virus dalam organ ayam-ayam muda
diketahui, akan tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda penyakit. Penyakit lymphoid
leukosis sering menjangkit ternak ayam petelur, terlihat kurus dan cepat mati. Tumor
ditemukan di seluruh jaringan tubuh, terkecuali saraf-saraf.Hati secara cepat terpengaruh
membesar dan sangat pucat.
Istilah “Big Liver Disease” telah digunakan, mengingat penampilan hati dipengaruhi
oleh Lymphoid leukosis. Bursa fabricius, suatu organ terbuat dari jaringan lymphoid, tanpa
terkecuali pengaruh lymphoid leukosis. Penyakit lymphoid leukosis disebabkan oleh virus
10
atau grup virus-virus yang berbeda dari agen penyakit Marek’s. Istilah RIF (Resistance
Inducing Factor) digunakan untuk menjelaskan grup tersebut. “RIF stands for resistance to a
strain of rous sarcoma virus in chick embryo fibroblast cell cultures”.
Virus Lymphoid leukosis dapat menyebar secara “Horizontal Spread of Disease” dan
“Vertical Spread of Disease” dan perpindahan virus ke dalam telur melalui ayam petelur yang
terinfeksi. Penyakit lymphoid leukosis tampaknya memerlukan waktu panjang untuk
berkembang biak sejak tanda-tanda klinik untuk beberapa bulan tidak terlihat. Transmisi
secara “horizontal spread of disease” agar lambat dan tidak efisien. Tidak ada vaksin yang
efektif dalam mengatasi virus lymphosis leukosis. Sejak penyakit menyebar mengalami
transmisi telur, maka sebaiknya perlu dieleminasi atau dikurangi “breeds” (pembibitan)
terhindar. Ayam petelur yang membawa virus dapat diidentifikasi melalui uji virus dan serum
antibody.
Koksidiosis (Coccidiosis)
Kendatipun coccidiosis dapat dikontrol, penyakit coccodiosis merupakan salah satu
penyebab pengeluaran biaya yang cukup tinggi pada industri ternak unggas. Penyakit
coccodiosis disebabkan oleh protozoa dengan genus Eimeria. Ada 9 spesies Eimeria, 6 di
antaranya patogenik dan dapat menimbulkan penyakit.
Coccidia, kehidupannya tidak menetap dalam tubuh ayam, tetapi siklus kehidupannya
di luar tubuh unggas. Anak ayam terinfeksi coccodiosis melalui oocyts. Oocyts kontak dengan
trypsin dan cairan empedu (bile), mengeluarkan sporozoites. Sporozoites menyerang sel-sel
pencernaan (gastrointestinal) di mana sporozoites tumbuh dan terbagi melalui beberapa
tingkatan atau schizogony, yang setiap tingkatan bertambah jumlahnya dan menghasilkan
bentuk yang disebut merozoites. “A process of sexual reproduction then occurs and the
fertilized gametes form oocyts which are discharged in droppings”. Oocyts tersebut non-
efectif hingga mereka telah menjalani suatu sporulation proses dalam litter.
Proses tersebut memerlukan temperatur hangat, lembab dan oksigen. Dalam kondisi
ideal, “sporulation” dapat terjadi dalam 24-28 jam untuk kebanyakan spesies. Sporulasi oocyt
dapat dicerna oleh unggas, dan sirkulasi kehidupan baru dimulai. Beberapa species dari
11
Eimeria menyerang lokasi-lokasi berbeda dalam saluran pencernaan. Eimeria tenella
menyerang lintasan cecal, menghasilkan coccidiosis cecal. Eimeria necatrix menetap di usus
halus (small intestine) seperti halnya dengan Eimeria maxima. Eimeria acervulina berada di
bagian pertama dari usus halus.
Ilustrasi 30. Usus yang terkena koksidiosis
Dalam tiap tempat, coccidia merusak saluran sel-sel usus (intestine), pendarahan
(bleeding), memborok (ulceration) pada usus memudahkan bakteri merusak usus.
Peradangan oleh Eimeria tenella, darah dalam kotoran biasanya diobservasi atau diamati.
Peradangan oleh species yang lain diketahui dengan membengkaknya usus, adanya koloni
coccidia berwarna putih, hewan menderita (shizonts or necrotic lining intestine). Ternak
unggas lemah (weak), terkulai (droopy), menderita kekurangan darah (anemic) dan tingkat
kematian tinggi.
Sejak oocyt menjadi sporulate di litter atau jejabah, agar tidak mudah menjadi
sporulasi maka usahakan agar litter tetap kering artinya tidak dalam kondisi lembab. Sebab
litter yang lembab memudahkan terjadinya penyakit coccodiosis, yam di dalam kandang
jarang terlalu padat, atau ditambahkan litter yang baru.
Kandang dari kawat besi (cages) dapat mengurangi terjadinya oocyts dan efectif
dalam mencegah peradangan pada ternak unggas. Pada ayam broiler yang sedang tumbuh,
kepadatan, kondisi litter atau jejabah sering tidak baik atau ideal. Oleh karena itu, kepada
ternaknya perlu diberi obat dalam ransum untuk membunuh dan mencegah berkembangnya
coccidia.
12
Salmonella (Salmonelloses)
Beberapa penyakit yang menyerang ternak unggas yang menyebabkan kehilangan ternak
oleh akibat organisme dalam genus Salmonella. Pullorum dan fowl-typhoid ada dua
perwujudan dari salmonellosis disebabkan oleh bakteri yang “non-motile”.
Grup dari penyakit salmonellosis yang luas disebut “paratyphois infections” disebabkan
oleh organisme Salmonella yang “motile”.
Pullorum Disease
Penyakit ini disebabkan oleh organisme Salmonella pullorum, bakteria berbentuk
batang (rod shape). Bakteri tersebut menyerang anak-anak ayam yang baru menetas yang
dibawa oleh ayam-ayam dewasa. Penyebaran penyakit melalui “vertical spread of disease”
infeksi dari anak-anak ayam oleh ayam-ayam petelur, dan juga penyebaran melalui telur-
telur tetas.
Anak-anak ayam yang baru menetas berasal dari telur-telur terinfeksi beresiko
kematian tinggi, lemah (weak), susah bernafas (labored breathing) atau ternengah-engah
(gaspring) sewaktu bernafas. Telur-telur tetas yang tidak terinfeksi dapat terinfeksi dalam
incubator melalui “horizontal spread of disease” dari anak-anak ayam yang telur-telurnya
sudah terifeksi. Penyakit pullorum tidak terlihat beberapa hari setelah anak-anak ayam
menetas namun karena anak-anak ayam berada dalam satu kumpulan, mulai kehilangan
nafsu makan, diikuti diarrhea atau mencret, dan tingkat kematian tinggi.
Ilustrasi 31. Saluran reproduksi rusak terkena Pullorum
13
Organisme bakteri Salmonella pullorum menyebabkan terjadinya luka-luka pada
bagian tubuh, termasuk jantung (heart), spleen, hati (liver), ginjal (kidney) dan saluran
pencernaan (digestive tract), seperti halnya pada paru-paru (lungs). Sebaiknya mesin-mesin
tetas sebelum digunakan dicuci hamakan dengan gas formaldehyde, sebelumnya telah dicuci
bersih mesin-mesin tetasnya, dan telur-telur dufumigasi, serta digunakan larutan
desinfectant dan fumigasi setelah penetasan berlangsung. Pada ayam dewasa sering
ditemukan organ-organ yang luka, terutama dalam ovary terjadi bentuk buruk (misshapen)
dan perubahan warna ova (discolored).
Fowl Typhoid
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella gallinarum, dengan gejalanya relatif
sama pada penyakit pullorum:
Diarrhea (mencret)
Anemia (kekurangan darah merah)
Weakness (lemah)
Death (kematian).
Mengingat gejalanya hampir sama dengan gejala Salmonella pullorum maka cara
pengobatannya sama. Lakukan sanitasi mesin tetas dan jauhi “breeding stock” terhindar dari
fowl typhoid. Berikan dalam air minum cairan furazolidone sesuai dosis agar ternak ayam
terhindar dari penyakit ini.
Paratyphoid Infection
Paratyphoid infection merupakan infeksi disebabkan oleh beberapa organisme
Salmonella selain dari Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum. Gejalanya hampir
sama pada penyakit pullorum dan fowl typhoid.
Terjadi droopiness (terkulai)
Bulu-bulu berkerut (ruffled feathers)
Hilang nafsu makan (loss of appetite)
Diarrhea berat (profuse diarrhea).
14
Organisme-organisme Salmonella bertanggung jawab pembawa penyakit dalam
saluran pencernaan. Hal yang perlu diketahui bahwa organisme-organisme Salmonella tidak
harus menyerang hewan, juga pada manusia, yaitu gangguan usus. Hasil produksi berasal dari
hewan, seperti tepung daging (meat meals), poultry by product meal, lemak dan tepung ikan
(fat and meal fish) bisa berpotensi penularan Salmonella, karenanya perlu dilakukan sistem
sanitasi. Kandang yang terserang paratyphoid telur-telurnya jangan ditetaskan. Telur-telur
yang baru saja ditelurkan, harus dalam kondisi:
Bersih, dan
Difumigasi.
Hindari wadah-wadah pembersih telur, litter dan ransum terkontaminasi oleh Salmonella
atau penyakit “paratyphoid infection”. Termasuk dapat juga diberikan furazolidone.
13.4. Penyakit Lain
Terdapat banyak penyakit lainnya, tetapi yang terkenal di antaranya adalah:
Tuberculosis
Fowl plague
Fowl cholera
Epidemic tremor atau blue comb disease.
Fowl Pox (Cacar Unggas)
Penyebabnya adalah virus.
Terdapat luka pada kulit atau bintik-bintik hitam (pocks that are black), muncul kudis
(raised scabs) di kulit membuat penyakit mudah dikenal.
Bintik-bintik ditemukan pada jengger (comb), wajah (face), pial (wattles), lubang telinga
(earlobes), shanks dan kaki (feet) di tempat-tempat yang tidak berbulu.
Kendatipun fowl pox sama dengan small pox atau chicken pox pada manusia, viru fowl pox
tidak akan berdampak pada manusia.
Ayam terkena fowl pox menjadi sangat sakit. Produksi telur, fertilitas dan daya tetas pada
ternak ayam dewasa menurun. Pada ayam muda kecepatan tumbuh melambat.
15
Penularan melalui “horizontal spread of disease” nyamuk sebagai pembawa virus.
Inokulasi dengan vaksin virus hidup dapat mencegah infeksi fowl pox.
Vaksinasi harus sering dilakukan pada unggas-unggas dalam flocks.
Ayam-ayam petelur perlu divaksinasi.
Vaksin pigeon pox lebih ringan dan digunakan pada unggas dalam masa bertelur dan
bersifat “short live”, sedangkan vaksin “fowl pox” bersifat “permanent”.
Infectious Synovitis
Dalam kondisi menderita “encok” atau arthritic pada bagian “joints of chickens” atau
tulang sendi terutama di daerah “hock”. Penyebabnya Mycoplasma synoviae,
berhubungan dengan agen utama penyebab CRD (Chronic Respiratory Disease).
Infectious synovitis menyerang ayam broiler sedang tumbuh umur 4 sampai 12 minggu,
juga bisa pada unggas dewasa.
Pengaruh ayam terkena Infectious synovitis:
Ayam pincang (lame)
Tumbuh lambat (grow slowly)
Jengger pucat (pale combs)
Bulu berkerut (ruffled feathers)
Sendi membengkak (joints swell) terutama di “hock joint” dan “foot pads”
Hati (liver) dan ginjal (kidney) biasanya membengkak dan tidak berwarna.
Mycoplasma synoviae menyebabkan “airsacculitis” pada ayam broiler sedang tumbuh.
Kendatipun demikian anak-anak ayam baru menetas bebas dari Mycoplasma
gallisepticum.
Ayam broiler yang diafkir dari synovitis biasanya sedikit, kurang lebih 2-3 persen dari total.
Usahakan “breeders” bebas dari Mycoplasma synoviae.
Perlakuan pemanasan pada telur-telur tetas dapat membunuh penyakit tersebut.
Antibiotik oxytetracycline dan chlortetracycline sefektif dalam mengontrol synovitis,
dengan dosis 50-100 gram tiap 1 ton ransum.
16
Infectious Bursal Disease
Ditemukan tahun 1962 dekat daerah Gumboro, Delaware dan sering disebut “Gumboro
disease”, sinonim dari Infectious Bursal Disease.
Penyebab virus yang menetap (persitent) pada lingkungan.
Ransum, air dan kotoran yang terkena infeksi dilaporkan menular selama 52 hari.
Mealworms selalu pembawa virus. Gejala :
Diarhe berwarna putih
Bulu-bulu vent kotor
Ayam depresi
Hilang nafsu makan
Lesu, dalam beberapa kasus mati.
Ilustrasi 32. Bursal Fabricius yang terkena gumboro
Mortalitas 20-30 %.
Bursa fabricius membesar, berwarna cream, dengan cairan berwarna kuning.
Ginjal terkena, anak ayam terjadi hidrasi atau kehilangan air dan otot berwarna gelap dan
“muscular hemorrhage”.
Tanda-tanda klinik 5-7 hari.
Anak ayam umur 3-6 minggu sering terserang penyakit.
Perlu dibuat antibodi dari virus untuk mencegah agar anak-anak ayam terhindar.
17
Biasanya digunakan vaksin komersil untuk mencegah anak-anak ayam terserang penyajit
gumboro.
Poultry Parasites
Parasit adalah organisme hidup atau “a host for the purpose of securing food”. Berarti
hampir, hampir setiap bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit dapat dianggap
parasit-parasit.
Bagaimanapun, untuk keseluruhan kegunaan, istilah “parasite” ditujukan bagi bentuk
hewan lebih tinggi yang menggunakan ternak unggas sebagai sumber makanannya.
Parasit-parasit yang perlu untuk diketahui adalah:
Arthropoda atau hewan yang tidak memiliki tulang belakang dengan beruas-ruas.
Kutu, tuma, caplak (the lice)
Tungan (mites)
Kutu (tick)
Termasuk kelas insecta atau arachnida, yang parasit eksternalnya tinggal di permukaan
kulit, dan nematode serta cestode (sejenis cacing) merupakan parasit internal, tinggal di
saluran pencernaan.
Sejak keseluruhan parasit menggunakan induk semangnya sebagai sumber makanan,
maka parasit-parasit dapat membuat iritasi sebab mereka turut makan, induk semang
kehilangan makanan, penyakit ini menular dari satu ternak ke ternak lainnya, dan secara
umum mengurangi kesehatan ternak.
Pesticides
Secara umum, parasit-parasit eksternal harus dikontrol dengan menggunakan insektisida.
Peptisida tersebut sering bersifat toksik yang dapat menimbulkan bahaya baik pada
ayamnya maupun pada manusia apabila diberikan tidak tepat atau dosis berlebihan.
Oleh karena itu jangan sampai terdapat resiu-residu peptisida baik di dalam telur maupun
daging, dan harus memenuhi peraturan atau perundang-undangan yang berlaku agar
kesehatan ternak dan manusia terjamin.
18
Peptisida dapat digunakan langsung kepada ternak unggas atau pada kandang ayam
dengancara disemprot atau berbentuk kabut, tergantung dari bentuk peptisida yang
digunakan.
Perlakuan pemberian peptisida secara individual dapat dilakukan walaupun pada dasarnya
tidak efektif.
Poultry Lice
Lice, tidak bersayap, serangga yang berbadan rata dengan panjang ± 1-6 mm. Ada sekitar
40 species di antaranya ditemukan pada ternak unggas.
Tuma atau kutu rambut yang sering ditemukan pada ternak unggas adalah:
Cuclotogaster heterographus
Menacanthus stramineus di tubuh unggas
Menacanthus carnutus di tubuh unggas
Menacanthus pallidutus di tubuh unggas.
Kutu bertelur dengan telur-telurnya diletakkan di bulu ayam. Setelah menetas, pada umur
2 minggu telah menjadi kutu atau caplak dewasa.
Lice (kutu; caplak) bersifat menusuk dan insekta yang mengunyah pada bagian sisik
(scales), bulu-bulu (feathers), menusuk kulit dan feses atau kotoran (bagian permukaan
dari kotoran).
Ternak unggas yang terkena kutu atau caplak besar dapat menurunkan produksi telur dan
pertumbuhan.
Lice dapat pindah dari satu unggas ke unggas lainnya, oleh karenanya pada unggas yang
bersangkutan diberikan insectisida, baik pada ayam itu sendiri, maupun penyemprotan
pada kandang.
Hal yang sama diperlakukan pada telur-telur tetas yang ada di dalam mesin tetas.
Mites
Tungau atau tengu adalah anggota dari kelas arachnida. Terlihat kasat mata, memiliki 4
pasang kaki.
19
Tungau berwarna merah, Dermanyssus gallinae dan tungau unggas di bagian utara
Amerika, Ornithonyssus sylviarum adalah tungau-tungau yang sering ditemukan pada
ternak unggas.
Tungau merah (red mites) hidup dan menurunkan keturunannya tidak di tubuh unggas,
akan tetapi di celah-celah bangunan kandang.
Tungau adalah parasit penghisap terutama darah dan getah bening (blood and lymph).
Tungau merah biasanya makan hanya pada malam hari, lalu meninggalkan ayam dan
bersembunyi di celah-celah kandang.
Tidak menutup keadaan di Amerika terdapat tungau unggas yang baik hadir pada ternak
itu sendiri maupun di tempat-tempat tersembunyi di dalam kandang setiap saat.
Tungau besar membuat ayam membuat ayam banyak kehilangan darah menyebabkan
anemia. Tungau tersebut senang tinggal di dalam tubuh ayam, membuat karkas ayam
menjadi cacat dan kulitnya mengalami kerusakan.
Penanganan tungau dengan cara menggunakan insektisida.
Ada tungau lainnya yang menyerang kaki ayam bersisik (scaly leg), yaitu Knemidocoptes
gallinae, “depluming mite” atau tungau yang merugikan, Tungau Knemidocoptes laevis
dan “the airsac mite” atau tungau yang merugikan, “the airsac mite”, Cytodites nudus.
Walaupun tidak terjadi problem serius pada unggas modern, namun dapat menyusahkan
dan sukar dikontrol.
Parasit lainnya yaitu kuman (chiggers), kutu (ticks), sejenis kutu lainnya (fleas), dan
beberapa species dari lalat (flies), dan bed bugs.
Adalah sangat diperlukan adanya pengontrolan yang ketat terhadap tungau-tungau
(mites).
Internal Parasites
Cacing-cacing adalah parasit internal utama yang ada pada ternak unggas.
Cacing-cacing internal atau Helminths adalah:
Cacing bundar atau round worm (nematodes), dan
Cacing pita (tape worms = cestodes).
20
Cacing sering ditemukan pada ternak unggas adalah round worms, yaitu Ascarida galli.
Panjang berwarna putih, bundar, tidak beruas (unsegmented) dengan panjang 2-5 inchi (5-
12,5 cm).
Hal tersebut terjadi ketika ayam memakan telur-telur cacing dan telur-telur bersangkutan
menetas di proventriculus dan duodenum. Larvanya memasuki dinding usus dan di situ
mereka hidup dan berkembang untuk beberapa hari, kemudian mereka kembali ke
duodenum dan tinggal di sana hingga dewasa.
Telur-telur cacing yang terdapat di kotoran hewan, berkembang pada tingkat penularan
(infective stage) dalam 10-12 hari pada kondisi temperatur dan kelembaban yang baik
atau memenuhi persyaratan.
Cacing lainnya, Capillaria, suatu grup cacing seperti rambut (a group of hair-like worms),
juga menetap dalam saluran pencernaan ayam. Larva dan cacing-cacing dewasa
keseluruhannya tinggal di dinding usus.
Cacing yang menetap di cecal, Heteracis gallinarum, cacing bundar kecil berwarna putih.
Cacing ini bersifat merugikan, sebab berfungsi sebagai “a carrier” atau pembawa
Histomonas meleagridis (protozoa), yang merupakan agen terdapatnya penyakit
blackhead pada ternak kalkun.
Cacing pita tinggal di usus atau saluran pencernaan usus yang siklus hidupnya memerlukan
tuan rumah sebagai perantara. Umumnya adalah kumbang (beetles), cacing tanah (worm),
siput (snail), udang karang (crayfish) atau lalat (flies). Berarti kontrol pada keseluruhan
intermediate host (induk semang cacing pita) tersebut perlu dilakukan secara cermat dan
berkala.
Parasit-parasit jarang membuat kerusakan pada induk semangnya, hal ini juga dapat
membuat parasit mati atau fatal.
Ayam yang terserang banyak cacing umumnya produksi rendah, kurang sehat, tidak aktif,
bulu-bulu berkerut dan sayap turun.
Infeksi capilaria menghambat penyerapan vitamin A atau pewarna karotin membuat paha
pucat, termasuk kulit atau menurunkan warna kuning telur.
21
Sanitasi, kandang bersih, litter atau jejabah bersih merupakan syarat penting untuk
menghindari serangan cacing-cacing.
Obat “Autihelmeties” dapat digunakan.
Infeksi cacing cecal dapat diatasi dengan phenotiazine.
Piperazine tepat diberikan pada ayam yang terserang cacing bundar besar (the large round
worm).
Hygromycin dapat digunakan untuk mengatasi “cecal worm”, “round worm” dan
“capillaria worm”.
Non-Infectious Disease
Penyakit = ayam infeksi (penular). Penyakit juga dapat menyebabkan agen toksik dalam
ransum, litter atau air.
Mycotoxicoses merupakan penyakit yang dapat dikatakan serius, toxinnya berasal dari
kapang Aspergillus flavus sangat toksik pada ternak unggas.
Kapang Aspergillus flavus ditemukan pada tepung kacang tanah.
Ternak itik dan kalkun dapat mudah tertular toxin dari kapang Aspergillus flavus
dibandingkan ternak ayam. Level 1µg aflatoxin dalam 1 gram ransum mengandung 4µg.
Kapang (mold) dapat diperlambat pertumbuhannya dalam ransum unggas ditambahkan
sodium propionate.
“The Aspergillus flavus is primaryly a storage mold”.
Heminthosporium maydis merusak tanaman jagung, namun bersifat non-toxik.
Biji Crotalaria bersifat toksik pada level 0,05% dalam ransum.
Selenium pada level 5-10 ppm dalam ransum ayam bersifat toksik.
Behavioral Problems
Canibalisme dapat menjadi problem serius dalam usaha peternakan ayam.
Gejala:
Mematuk-matuk kaki pada anak-anak ayam
22
Mencabut ayam
Mematuk-matuk “vent”
Mematuk-matuk kepala
Mematuk-matuk bulu ekor pada ayam dewasa.
Penyebab kanibalisme belum jelas, akan tetapi bila ayam kekurangan makanan, maka
terjadi canibalisme. Hal sama bisa terjadi, bila ayam kekurangan protein dan defisiensi
asam amino.