PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah...

33
PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH SETELAH VAKSINASI IRADIASI Streptococcus agalactiae UNTUK PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS KUKUH SYIROTOL ICHSAN DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah...

Page 1: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH

SETELAH VAKSINASI IRADIASI Streptococcus agalactiae

UNTUK PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS

KUKUH SYIROTOL ICHSAN

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 3: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Berjudul Profil Leukosit Kambing

Peranakan Etawah setelah Vaksinasi Iradiasi Streptococcus agalactiae untuk

Pencegahan Mastitis Subklinis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya tulis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Kukuh Syirotol Ichsan

NIM B04100087

Page 4: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

ABSTRAK

KUKUH SYIROTOL ICHSAN. Profil Leukosit Kambing Peranakan Etawah

setelah Vaksinasi Iradiasi Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Mastitis

Subklinis. Dibimbing oleh SRI ESTUNINGSIH dan BOKY JEANNE TUASIKAL.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing yang dipelihara untuk

memenuhi kebutuhan susu dan daging. Sebagai ternak penghasil susu, kambing PE

juga rentan terhadap mastitis subklinis. Di peternakan sapi perah Pulau Jawa,

mastitis subklinis biasanya disebabkan oleh Streptococcus agalactiae. Banyak

metode yang dikembangkan untuk mencegah mastitis subklinis antara lain

meningkatkan higiene sanitasi, teat dipping, dan vaksinasi. Tujuan penelitian ini

adalah mengidentifikasi keefektifan vaksin untuk mencegah mastitis subklinis yang

disebabkan oleh S. agalactiae melalui pengamatan profil leukosit. Kambing yang

digunakan adalah kambing sehat dengan usia kebuntingan empat sampai lima bulan

yang divaksin dua sampai tiga kali dengan interval 2 minggu. Volume vaksin yang

digunakan adalah 2 mL yang mengandung 108 cfu/mL S. agalactiae. Sampel darah

yang digunakan diambil satu minggu setelah vaksinasi. Sampel darah yang

diperoleh dibuat menjadi preparat ulas darah yang diwarnai dengan Giemsa dan

diamati profil leukosit (nilai relatif dan jumlah) di bawah mikroskop. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada posvaksinasi I nilai relatif dan jumlah limfosit

dari kambing perlakuan lebih tinggi dari kontrol dan berbeda nyata pada

(73.67±2.05% dan 5230±87 sel/µL) begitupun pada posvaksinasi III (66.00±4.08%

dan 5676±1520 sel/µL). Hal ini menunjukkan telah terbentuk imun sekunder

terhadap S. agalctiae penyebab mastitis subklinis.

Kata kunci: kambing Peranakan Etawah (PE), profil leukosit, Streptococcus

agalactiae, vaksin iradiasi.

ABSTRACT

KUKUH SYIROTOL ICHSAN. Leucocytes Profile of Etawah Cross Breed Goat

as a Response to Irradiated Vaccine Streptococcus agalactiae to Prevent Subclinical

Mastitis Supervised by SRI ESTUNINGSIH and BOKY JEANNE TUASIKAL.

Etawah cross breed goat was domesticated to fulfill human need on meat and

milk. As a dairy milk producer etawah cross breed goat is susceptible to subclinical

mastitis. Subclinical mastitis is often caused by Streptococcus agalactiae. Several

methods had been developed to prevent subclinical mastitis, i.e., promoting

sanitation and higiene, teat dipping, and vaccination. The objective of this reseach

was to identify the efectiveness of irradiated vaccine S. agalactiae to prevent

subclinical mastitis caused by S. agalactiae through observation of leucocytes

profile. This research used pregnant healthy goats with four until five months

gestation that were vaccinated three times with interval of 2 weeks. The vaccine

volume used was 2 mL and contain 108 cfu/mL S. agalactiae administerated by

subcutaneous route. The blood samples of 9 pregnant Etawah cross breed goats (5

vaccinated goats and 4 control goats) were taken out every one week post

vaccinated. Samples were prepared to be blood smear preparation and stained with

Page 5: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

Giemsa and examined on leucocytes profile (relative value and total value). This

study showed that limphocytes from treated etawah cross breed goats were higher

than control. Relative and total value of lymphocytes in prevactination were

significantly different (P<0.05) (73.67±2.05% and 5230±87 cell/µL) also

postvactination 3rd (66.00±4.08% and 5676±1520 cell/µL). The study concluded

that the secondary immune response from vaccination program already formed to

prevent subclinical mastitis in etawah cross breed goat caused by S. agalactiae.

Keywords: etawah cross breed goat, irradiation vaccine, leucocytes profile,

Streptococcus agalactiae.

Page 6: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 7: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH

SETELAH VAKSINASI IRADIASI Streptococcus agalactiae

UNTUK PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

KUKUH SYIROTOL ICHSAN

Page 8: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 9: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 10: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 11: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala

rahmat-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam

penelitian ini ialah Profil Leukosit Kambing Peranakan Etawah setelah Vaksinasi

Iradiasi Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Mastitis Subklinis.

Dengan segala syukur dan berbahagia, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Ibu Dr Drh Sri Estuningsih, MSi APVet dan Dr Drh Boky Jeanne

Tuasikal, MSi selaku pembimbing yang selalu mengarahkan penulis dengan penuh

kesabaran sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. Demikian pula ucapan terima

kasih kepada Bapak Drh Candra yang membantu dan membimbing dalam

pengambilan sampel di lapang. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi

dukungan dan nasihat selama penulis melalui jenjang sarjana. Ibu Dr Drh Eva

Harlina sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu menyediakan waktu

untuk berbagi keluh kesah selama jenjang sarjana. Ibu Dr Drh Anita Esfandiari,

MSi selaku dosen penilai dalam seminar skripsi. Bapak Dr med vet Drh Denny

Widaya Lukman, MSi dan Dr Drh I Ketut Murdite Adyane, MSi, PAVet sebagai

dosen penguji skripsi. Sahabat-sahabat terbaik Acromion FKH 47 Mohammad

Zaenal Abidin Mursyid, Intan Pandini Restu Mukti, Hidayati, Fitri Aprian Harjo,

Novan Eko Kurniawan, Denny Putra Romadhon, Fahmi Khairi, Tri Handoko

Lasrianto, Mariska Ramdhianti, Rahmad Arsy, Tri Apriyadi Hidayat, I Nengah

Donny Artika, Fredi Praja Himawan, Eling Purwanto, Irene Soteriani Uren, Risti

Laily, dan teman-teman lain yang selalu memberikan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Januari 2015

Kukuh Syirotol Ichsan

Page 12: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kambing Peranakan Etawah 2

Mastitis 3

Streptococcus agalactiae 4

Vaksin Iradiasi Sinar Gamma 4

Leukosit 5

METODE 7

Waktu dan Tempat Penelitian 7

Bahan dan Alat 8

Prosedur Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

Riwayat Hidup 19

Page 13: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan komposisi susu kambing dan susu sapi 3

2 Jadwal pengambilan darah dan vaksinasi iradiasi S. agalactiae

kambing PE perlakuan dan pengambilan darah kambing kontrol 9

3 Hasil pengamatan jumlah leukosit kambing PE perlakuan

vaksinasi iradiasi S. agalactiae dan kontrol 10

4 Hasil pengamatan neutrofil kambing PE perlakuan vaksinasi

iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol 11

5 Hasil pengamatan monosit kambing PE perlakuan vaksinasi

iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol 12

6 Hasil pengamatan limfosit kambing PE perlakuan vaksinasi

iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol 13

7 Hasil pengamatan eosinofil kambing PE perlakuan vaksinasi

iradiasi S. agalactiae dan kambing PE kontrol 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kambing PE jantan 2

2 Kambing PE betina 3

3 Ambing mastitis pada kambing PE 4

4 Neutrofil 5

5 Eosinofil 6

6 Basofil 6

7 Limfosit 7

8 Monosit 7

9 Pengambilan darah dari Vena jugularis 11

10 Morfologi neutrofil kambing PE perlakuan 12

11 Morfologi monosit kambing PE perlakuan 13

12 Morfologi limfosit kambing PE perlakuan 14

13 Morfologi eosinofil kambing PE perlakuan 15

Page 14: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi
Page 15: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing peranakan etawah (PE) adalah salah satu jenis kambing yang dapat

dimanfaatkan daging dan susunya. Kambing PE merupakan persilangan antara

kambing kacang dengan Kambing Etawah (Sudono dan Abdulgani 2002). Produksi

susu kambing PE berkisar 1.5–3.5 L per ekor per hari. Karakteristiknya berwarna

putih, globul lemak kecil, protein lunak, kandungan kalsium, fosfor, vitamin A, E,

B kompleks yang tinggi, dan proporsi asam lemak rantai pendek dalam jumlah yang

relatif tinggi sehingga mudah dicerna (Ceballos et al. 2009).

Mastitis subklinis pada sapi perah di Pulau Jawa sering disebabkan oleh

Streptococcus agalactiae atau Staphylococcus aureus (Sugiri dan Anri 2010).

Seperti halnya sapi perah, kambing PE juga rentan terhadap kejadian mastitis.

Mastitis dapat terjadi karena sanitasi kandang yang buruk atau pemerahan yang

tidak higienis. Mastitis pada kambing mengakibatkan penurunan produksi susu

sekitar 10–25%, kematian anak karena tidak mendapatkan kolostrum, peningkatan

biaya pengobatan, meningkatnya jumlah hewan yang harus dikeluarkan, dan susu

ditolak di pasaran karena jumlah sel somatik (JSS) lebih tinggi dari normal dan

mengandung patogen (Leitner et al. 2004). Hasil penelitian Mc Dougall et al.

(2002) menyatakan bahwa kambing penderita mastitis subklinis apabila JSS

mencapai jumlah 1x106 sel/mL. Berdasarkan JSS dalam susu, maka kejadian

mastitis subklinis pada kambing berkisar 9–50% (Sanchez et al. 2007).

Mastitis dapat dicegah melalui penerapan manajemen pemeliharaan yang

baik, pemerahan yang baik dan higienis, melakukan teat dipping, dan penggunaan

antibiotik. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksin yang berasal dari

bakteri penyebab mastitis tersebut (Lindahl et al. 2005). Saat ini sedang

dikembangkan vaksin untuk mencegah mastitis subklinis yakni vaksin iradiasi

menggunakan sinar gamma. Radiasi adalah emisi (pancaran) dan perambatan

energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau

partikel. Sedangkan iradiasi merupakan istilah yang digunakan untuk aplikasi

radiasi (BATAN 2008). Vaksin iradiasi mampu melemahkan agen patogen tanpa

menghilangkan daya imunogeniknya dan mampu meningkatkan kekebalan pada

hewan coba (Smith 1992). Sebelumnya pernah dikembangkan vaksin dengan

iradisasi yakni Venezuelan equine ensephalitis, Lysteria monocytogenes, dan

influenza (Tuasikal et al. 2012).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, rumusan masalah yang

mendasari penelitian ini adalah:

1. Apakah vaksin iradiasi S. agalactiae dapat menjadi solusi untuk mencegah

mastitis subklinis pada kambing PE?

2. Apakah dosis yang digunakan efektif untuk membentuk antibodi terhadap S.

agalactiae pada kambing PE?

Page 16: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil leukosit (nilai total leukosit

diferensiasi jenis leukosit, dan jumlah masing-masing jenis leukosit) kambing PE

setelah vaksinasi iradiasi Streptococcus agalactiae untuk pencegahan mastitis

subklinis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang profil leukosit

sebagai respon terhadap vaksin iradiasi S. agalctiae pada kambing PE dan

mengetahui keefektifan vaksin tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Peranakan Etawah

Kambing peranakan etawah (PE) merupakan persilangan kambing kacang

dan kambing etawah (Sudono dan Abdulgani 2002). Kambing jantan berbadan

besar, tinggi gumba 90–127 cm, bobot dapat mencapai 91 kg sedangkan betina

tinggi gumbanya dapat mencapai 92 cm serta memiliki berat tubuh di bawah jantan

±63 kg, dan kambing jantan maupun betina memiliki telinga panjang 18–30 cm.

Masa kebuntingan antara 150–154 hari, dewasa kelamin usia empat bulan

(Kartinaty dan Gufroni 2010). Kambing PE dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Subfamili : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Capra aegagrus

Subspecies : Capra aegagrus hircus

Gambar 1 Kambing PE jantan (Sutama 2011)

Page 17: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

3

Gambar 2 Kambing PE betina (Sutama 2011)

Produksi susu kambing PE 1.5–3.5 L per ekor/ hari. Globul lemak lebih kecil,

protein lebih lunak, kandungan kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks yang

tinggi. Susu kambing perah dapat dikonsumsi oleh orang yang alergi susu sapi

(Blakely dan Bade 1991).

Tabel 1 Perbandingan komposisi susu kambing dan susu sapi

Sumber: Blakely dan Bade (1991).

Mastitis

Mastitis merupakan penyakit yang banyak dialami oleh ternak penghasil susu.

Mastitis dibedakan menjadi dua yakni mastitis klinis dan subklinis. Gejala dari

mastitis klinis adalah ambing menjadi panas, bengkak, mengeras, dan dihasilkan

susu yang yang mengandung darah. Penyebab mastitis subklinis pada sapi di pulau

Jawa sering disebabkan oleh Streptococcus agalactiae atau Staphylococcus aureus

(Sugiri dan Anri 2010). Kejadian mastitis klinis pada kambing perah sebesar 25.5%

terjadi setelah melahirkan atau 40 hari pasca melahirkan (Mc Dougall et al. 2002).

Mastitis pada kambing mengakibatkan penurunan produksi susu sekitar 10–

25%, kematian anak karena tidak mendapatkan kolostrum, peningkatan biaya

pengobatan, meningkatnya jumlah hewan yang harus dikeluarkan, dan susu ditolak

di pasaran karena jumlah sel somatik (JSS) lebih tinggi dari normal dan

mengandung patogen (Leitner et al. 2004). Hasil penelitian Mc Dougall et al.

(2002) menyatakan bahwa kambing penderita mastitis subklinis apabila JSS

mencapai jumlah 1x106 sel/mL dan tidak menunjukkan gejala klinis. Berdasarkan

JSS dalam susu, maka kejadian mastitis subklinis pada kambing berkisar 9–50%

(Sanchez et al. 2007).

Pencegahan penyebaran mastitis dapat dilakukan dengan penerapan

manajemen pemeliharaan yang baik, pemerahan yang higienis, melakukan teat

dipping dengan menggunakan Sodium hipoklorat setelah pemerahan, dan

Hewan Air

(%)

Lemak

(%)

Protein

(%)

Laktosa

(%)

Mineral

(%)

Bahan

Padat

Tanpa

Lemak

(%)

Total

Bahan

Padat

(%)

Kambing 87.0 4.25 3.52 4.27 0.86 8.75 13.00

Sapi 87.2 3.70 3.50 4.90 0.70 9.10 12.80

Page 18: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

4

pemeriksaan jumlah sel somatik pada periode laktasi normal. Pencegahan juga

dapat dilakukan dengan vaksin yang berasal dari bakteri penyebab mastitis tersebut,

misalnya S. agalactiae (Lindahl 2005).

Gambar 3 Ambing mastitis pada kambing PE (Suwito dan Indrajulianto 2013)

Streptococcus agalactiae

Menurut Lehmann and Neumann (1896) S. agalactiae diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus agalactiae

Karakteristik Streptococcus agalactiae adalah diplococcal, gram positif,

nonmotil, tidak membentuk spora, memproduksi kapsul polisakarida, dan mampu

bertahan pada temperatur tinggi. Bakteri ini dikelompokkan dalam grup B

Streptococcus (GBS), yang merupakan satu dari empat beta-hemolityc streptococci.

Faktor virulensi S. agalactiae berasal dari produk ekstraseluler yakni kapsul

polisakarida, protein permukaan, dan protein yang disekresikannya. Komponen

lainnya adalah hemaglutinin yang berperan sebagai adhesin (Wahyuni et al. 2006).

Kemampuan menempel pada permukaan epitel mamae, lebih penting daripada

invasi hal ini menyebabkan tidak ada perubahan yang kasat mata (Wibawan et al.

1998).

Vaksin Iradiasi Sinar Gamma

Vaksin adalah suatu suspensi atau substansi mikroorganisme yang digunakan

untuk menginduksi terbentuknya sistem imun. Vaksinasi merupakan suatu usaha

meningkatkan imunitas orang atau hewan terhadap invasi mikroorganisme patogen

atau toksinnya. Jenis vaksin yang tersedia di pasaran yakni live vaccine, killed

vaccine, vaksin toksoid, vaksin rekombinan, dan vaksin DNA (Radji 2010).

Radiasi adalah emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau

ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Sedangkan iradiasi

merupakan istilah yang digunakan untuk aplikasi radiasi. Ada tiga jenis radiasi yang

Page 19: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

5

ada yakni radisai partikel bermuatan (alfa, beta, proton, dan elektron), radiasi

partikel tidak bermuatan (neutron), dan radiasi gelombang elektromagnetik (sinar

X dan sinar gamma) (BATAN 2008). Sinar gamma merupakan radiasi

elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek, dipancarkan oleh isotop

radioaktif sebagai inti bentuk tidak stabil, dan meluruh untuk mencapai bentuk

stabil. Vaksin iradisai sinar gamma merupakan vaksin yang dibuat dengan

memanfaatkan radiasi untuk melemahkan agen patogen tanpa merusak dinding

selnya, target utama adalah bagian DNA yang merupakan sumber informasi genetik

sel. Perubahan genetik sel akan berakibat pada terganggunya kinerja atau kematian

sel, sehingga antigen tetap memiliki daya imunogenik dan mampu meningkatkan

kekebalan pada hewan coba (Smith 1992). Keunggulan vaksin jenis ini adalah dapat

mengaktifkan seluruh fase sistem imun, meningkatkan respon imun terhadap

seluruh antigen, durasi imunisitas lebih panjang, biaya lebih murah, lebih cepat

menimbulkan respon imunitas, mudah dibawa ke lapangan, dapat mengurangi wild

type (Tatriana dan Sugoro 2007). Saat ini sudah ada beberapa vaksin yang dibuat

dengan metode ini yakni vaksin Venezuelan eqiune enchepahalitis, Lysteria

monocytogenes, dan vaksin influenza (Tuasikal et al. 2012).

Leukosit

Leukosit terdiri dari lima jenis yakni neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan

monosit. Jumlah leukosit normal kambing adalah 4000–13000 sel/µL (Lawhead

dan James 2007).

Neutrofil

Neutrofil berfungsi sebagai fagosit dan penghancur mikroorganisme oleh

enzim fagosom atau oleh organel peroksisom. Neutrofil dewasa memiliki inti

bergelambir 3–5, sitoplasma kelabu pucat dan mengandung butir halus. Masa hidup

neutrofil yang tidak aktif pada sistem sirkulasi sekitar 4–10 jam sedangkan yang

telah bermigrasi bertahan selama 1–2 hari (Guyton dan Hall 2006). Jumlah neutrofil

pada kambing normal adalah 1200–7200 sel/µL (Lawhead dan James 2007),

sedangkan nilai relatifnya adalah 30–48% (Latimer et al. 2003).

Gambar 6 Neutrofil (Harvey 2001)

Eosinofil

Page 20: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

6

Eosinofil memiliki granul merah dan bergelambir dua. Eosinofil berperan

mengatur peradangan, melawan parasit, dan reaksi alergi. Eosinofil membunuh

parasit dengan melepaskan enzim hidrolitik dan lisosom, melepaskan oksigen

reaktif, serta melepaskan polipeptida bersifat larvasidal. Jumlah eosinofil normal

kambing adalah 50–650 sel/µL (Lawhead dan James 2007), sedangkan nilai

relatifnya adalah 1–8% (Latimer et al. 2003).

Gambar 7 Eosinofil (Harvey 2001)

Basofil

Basofil bersitoplasma biru gelap, dipenuhi granul dengan inti bersegmen.

Basofil jumlahnya tinggi pada keadaan alergi. Basofil melepaskan heparin ke dalam

sirkulasi darah seperti halnya sel mast. Hal ini terjadi karena antibodi yang berperan

dalam reaksi alergi (IgE) memiliki kemampuan untuk menempel pada sel mast dan

basofil, kemudian melepaskan histamin, bradikinin, serotonin, heparin, slow-

reacting substance of anaphylaxis, dan enzim lisosomal (Guyton dan Hall 2006).

Jumlah basofil normal kambing adalah 0–120 sel/µL (Lawhead dan James 2007),

sedangkan nilai relatifnya adalah 0–1% (Latimer et al. 2003).

Gambar 8 Basofil (Harvei 2001)

Limfosit

Limfosit memiliki dua bentuk yakni limfosit besar dan kecil. Limfosit besar

merupakan bentuk muda dan limfosit kecil merupakan bentuk dewasa. Limfosit

banyak ditemukan pada organ limfoid yakni tonsil, limfonodus, limpa, dan timus.

Masa hidup limfosit berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-

tahun (Guyton dan Hall 2006). Dalam sistem pertahanan limfosit dibedakan

menjadi dua yakni limfosit B dan limfosit T. Limfosit B berkembang dan dewasa

di bone marrow berperan sebagai pertahanan humoral sedangkan limfost T

Page 21: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

7

bertindak sebagai pertahan seluler. Jumlah normal limfosit pada kambing adalah

2000–9000 sel/µL (Lawhead dan James 2007), sedangkan nilai relatifnya adalah

50–70% (Latimer et al. 2003).

Gambar 9 Limfosit (Harvei 2001)

Monosit

Monosit diproduksi oleh sumsum tulang kemudian menuju aliran darah

akhirnya menuju ke jaringan menjadi makrofag. Fungsi utama monosit dalam

sistem imun yaitu merespon adanya tanda-tanda inflamasi dengan cara bergerak

cepat (kira-kira 8–12 jam) ke tempat yang terinfeksi, membentuk protein dari suatu

komplemen, dan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi proses peradangan

kronik (Guyton and Hall 2006). Diameter monosit 15–20 μm, inti berbentuk tapal

kuda atau oval. Jumlah normal monosit kambing adalah 0–550 sel/µL (Lawhead

dan James 2007), sedangkan nilai relatifnya adalah 0–4% (Latimer et al. 2003).

Gambar 10 Monosit (Harvey 2001)

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Vaksin dibuat di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Pengambilan

darah kambing dilakukan tanggal 14 November 2012 sampai 21 Maret 2013

sedangkan vaksinansi tanggal 20 November, 4 dan 21 Desember 2012 di

peternakan kambing PE Bangun Dioro Farm, Desa Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Interval pengambilan darah satu minggu setelah vaksinasi. Pengamatan diferensiasi

leukosit tanggal 29 Agustus 2013 sampai 3 Juli 2014 di Bagian Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan perhitungan jumlah

leukosit dilakukan di BATAN.

Page 22: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

8

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 9 ekor kambing PE yang sehat secara klinis

usia kurang lebih 2 tahun (5 ekor perlakuan dan 4 ekor kontrol) usia kebuntingan

empat sampai lima bulan (pemeriksaan kebuntingan dengan ultrasonografi (USG)),

obat cacing, antibiotik, vaksin iradiasi S. agalactiae, pakan kambing, pewarna

Giemsa, larutan turk, reagen California Mastitis Test (CMT), IPB 1 Mastitis Test,

alkohol 70%, minyak imersi, xylol, metanol, dan vitamin B kompleks. Alat yang

digunakan adalah tabung penampung darah dengan heparin, jarum 22 G, syringe 3

mL, USG, distrene plasticiser xylene (DPX) mountant®, counting chamber

Neubauer, cover glass, object glass, boks preparat, kapas, tisu, pipet tetes, kamera

digital, komputer, mikroskop Olympus®, kamera digital electronic eyepiece MD-

130®, dan software SPSS 16.

Persiapan Bahan

Vaksin dibuat oleh BATAN. Bahan dasar vaksin adalah bakteri S. agalactiae

108 cfu/mL yang diiradiasi dengan sinar gamma 112.504 krad/jam. Vaksin yang

digunakan sebanyak 2 mL/ekor secara subkutan di regio gumba (Tuasikal et al.

2012). Vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali pada usia kebuntingan 4 sampai 5

bulan.

Persiapan Hewan Percobaan

Jumlah kambing PE yang digunakan dalam penelitian sebanyak 9 ekor

kambing betina bunting usia empat sampai lima bulan (5 ekor perlakuan dan 4 ekor

kontrol) sebelumnya dilakukan USG, uji CMT, pretreatment menggunakan

antibiotik, obat cacing (albendazole), dan vitamin B kompleks. Penomoran

kambing perlakuan (20, 22, 35, 68, dan 69) sedangkan untuk kontrol (1, 3, 6, dan

32). Bobot kambing antara ±25.5 kg. Vaksinasi pertama dilakukan pada minggu ke-

tiga usia kebuntingan 4 bulan dan dilakukan booster dengan interval setiap 2

minggu sekali (minggu pertama dan minggu ke tiga kebuntingan 5 bulan).

Vaksinasi dihentikan jika kambing sudah melahirkan.

Page 23: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

9

Tabel 2 Jadwal pengambilan darah dan vaksinasi iradiasi S. agalactiae kambing

PE perlakuan dan pengambilan darah kambing kontrol

Nomor

Kambing

Kebuntingan 4

Bulan

Minggu ke-

Kebuntingan 5

Bulan

Minggu ke-

Laktasi Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9

20 X X

22 X X

35 X X

68 X X X

69 X X X

1

3

6

32

Keterangan : = Pengambilan darah X= Vaksinasi

Kambing no. 20 melahirkan 10 Desember 2012, no. 22 melahirkan 9 Desember 2012,

no. 35 melahirkan 18 Desember 2012, no. 68 melahirkan 30 Desember 2012, no.69

melahirkan 25 Desember 2012, Kambing kontrol (1, 3, 6, dan 32) mengalami

keguguran.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan dari Vena jugularis 1 minggu setelah vaksinasi.

Setelah Vena jugularis ditemukan, bagian yang akan ditusuk disucihamakan

dengan alkohol 70%. Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung penampung

dengan antikoagulan heparin.

Gambar 11 Pengambilan darah dari Vena jugularis

Pembuatan Sediaan Ulas Darah dan Diferensiasi Leukosit

Darah diteteskan pada ujung object glass kemudian diulas dengan object

glass lain. Setelah kering dilanjutkan fiksasi selama 5 menit dalam metanol. Setelah

difiksasi, object glass direndam dalam zat warna Giemsa selama 30 menit,

Page 24: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

10

kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu

dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah

tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan sampai kering. Sediaan ulas

darah yang telah diwarnai kemudian diamati di bawah mikroskop perbesaran

obyektif 100X dan okuler 10X untuk menghitung diferensiasi leukosit hingga

jumlah total yang teramati mencapai jumlah 100. Jumlah masing-masing jenis

leukosit ditentukan dengan cara mengalikan persentase tersebut dengan jumlah total

leukosit (Eggen et al. 2001). Selama proses diferensiasi leukosit difoto

menggunakan kamera digital electronic eyepiece MD-130® yang terhubung secara

langsung dengan komputer.

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku masing-

masing kelompok diolah dengan Microsoft Excel 2013 dilanjutkan analisis of

varriance (ANOVA) one way menggunakan SPSS 16, dan uji post hoc Duncan

untuk mengetahui perbedaan setiap perlakuan pada P<0.05 (Singgih 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Leukosit

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh jumlah leukosit pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengamatan jumlah leukosit kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi

S. agalactiae dan kambing PE kontrol

*Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (p<0.05).

Jumlah leukosit prevaksinasi kambing perlakuan adalah 8966±946 sel/µL

lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yakni 8633±879 sel/µL. Hal yang

berbeda ditunjukkan pada posvaksinasi I, jumlah leukosit kambing perlakuan

mengalami penurunan dan lebih rendah dari nilai kontrol. Penurunan jumlah

leukosit kambing perlakuan terjadi karena limfosit dimobilisasi ke jaringan limfoid

untuk pembentukkan antibodi yang memerlukan waktu 3–14 hari selain itu

neutrofil dimobilisasi ke jaringan tempat penyuntikan vaksin (Lawhead dan James

2007). Peningkatan jumlah leukosit kambing perlakuan terjadi secara berturut-turut

dari posvaksinasi II, III, dan dua minggu posvaksinasi III. Hal ini terjadi karena

Pengambilan

darah

Jumlah Leukosit (sel/µL)

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Prevaksinasi 8966±946a 8633±879a

Posvaksinasi I 7100±244a 7366±339a

Posvaksinasi II 7666±736a 8466±899a

Posvaksinasi III 8600±1557a 8266±2015a

Dua minggu

posvaksinasi III 9066±262a 9333±618a

Nilai normal 4000–13000 sel/µL ( Lawhead dan James 2007)

Page 25: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

11

telah dilakukan booster, sehingga terbentuk imun sekunder terhadap antigen (Radji

2010). Selain itu pengambilan darah posvaksinasi III merupakan akhir kebuntingan,

yang menyebabkan terjadinya stres. Stres mengakibatkan meningkatnya kadar

kortisol sehingga jumlah neutrofil meningkat yang menyebabkan jumlah leukosit

meningkat pula. Keadaan ini disebut sebagai leukositosis kortikosteroid (Stocham

dan Scott 2008).

Neutrofil

Penyuntikan vaksin akan memicu sel-sel pertahanan tubuh yakni neutrofil

dan makrofag untuk memfagosit agen. Neutrofil merupakan leukosit yang pertama

berperan dalam melawan infeksi (Radji 2010). Hasil pengamatan tertera pada Tabel

4.

Tabel 4 Hasil pengamatan neutrofil kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S.

agalactiae dan kambing PE kontrol

Pengambilan

Darah

Nilai Relatif (%) Jumlah Neutrofil (sel/µL)

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Prevaksinasi 26.67±0.57b 36.33±18.23b 2331±350b 3136±948b

Posvaksinasi I 18.67±2.08b 42.00±17.69c 1325±190b 3094±949c

Posvaksinasi II 19.00±1.15a 32.33±7.09a 1456±228a 2737±607a

Posvaksinasi

III 25.67±6.02c 47.33±5.50d 2207±168c 3912±1630 d

Dua minggu

posvaksinasi

III

38.33±12.74c 34.00±12.49c 3475±1012c 3173±1033 c

Nilai normal 30–48%

(Latimer et al. 2003)

1200–7200 sel/µL

(Lawhead dan James 2007)

*Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (p<0.05)

Nilai relatif neutrofil kambing perlakuan prevaksinasi adalah 26.67±0.57%

lebih rendah dari kontrol dan di bawah nilai normal. Namun, jumlahnya masih

dalam kisaran nilai normal (2331±350 sel/µL). Meningkatnya jumlah neutrofil

dapat dipengaruhi faktor stres saat handling (Nwiyi et al. 2000). Nilai relatif

neutrofil kambing perlakuan posvaksinasi I 18.67±2.08% lebih rendah

dibandingkan dengan prevaksinasi dan berbeda nyata dengan kontrol (p<0.05). Hal

ini terjadi karena neutrofil banyak dimobilisasi ke jaringan tempat disuntikkan

vaksin. Neutrofil memiliki kemampuan untuk berpindah ke jaringan yang diserang

oleh mikroorganisme (Lawhead dan James 2007). Nilai relatif neutrofil kambing

perlakuan posvaksinasi II mengalami peningkatan yakni 19.00±1.15%, namun

tidak berbeada nyata dengan kontrol (P>0.05). Nilai relatif neutrofil posvaksinasi

III juga mengalami peningkatan yakni 25.67±6.02%. Hal ini dapat terjadi karena

saat itu merupakan masa akhir kebuntingan yang memicu stres. Stres

mengakibatkan tingginya kadar kortisol dalam darah sehingga jumlah leukosit

Page 26: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

12

utamanya neutrofil meningkat melalui pelepasan neutrofil dari sumsum tulang

masuk ke dalam aliran darah dan menghambat migrasi neutrofil dari sirkulasi darah

menuju jaringan (Colville dan Bassert 2008). Nilai relatif neutrofil kambing

perlakuan kembali meningkat pada dua minggu posvaksinasi III yakni

38.33±12.74% namun masih normal.

Gambar 12 Morfologi neutrofil kambing PE perlakuan, bar= 5 µm

Monosit

Selain neutrofil, leukosit yang mampu memfagosit adalah makrofag.

Makrofag adalah monosit yang telah bermigarasi ke jaringan (Guyton dan Hall

2006). Hasil pengamatan tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengamatan monosit kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S.

agalactiae dan kambing PE kontrol

Pengambilan

Darah

Nilai Relatif Monosit (%) Jumlah Monosit (sel/µL)

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Prevaksinasi 8.00±3.46a 4.33±1.15a 717±418 a 373±118a

Posvaksinasi I 6.67±4.51a 5.67±3.05a 473±36 a 417±199a

Posvaksinasi II 6.00±1.73a 3.33±1.15a 460±173a 281±94a

Posvaksinasi

III 7.00±0.00a 5.67±2.31a 602±90 a 468±317a

Dua minggu

posvaksinasi

III

3.67±3.05a 6.00±3.46a 332±237 a 559±343a

Nilai normal 0–4%

(Latimer et al. 2003)

0–550 sel/µL

( Lawhead dan James 2007)

*Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (p<0.05)

Nilai relatif monosit kambing perlakuan prevaksinasi adalah 8.00±3.46%

lebih tinggi dari kontrol. Monosit tinggi pada keadaan peradangan, neoplastik, dan

serangan agen infesksius (leishmaniasis, histoplasmosis, dan Eehrlichiosis)

(Harvey dan John 2001). Nilai relatif monosit mengalami penurunan pada

posvaksinasi I menjadi 7.67±4.51% begitupun posvaksinasi II menjadi

6.00±1.73%, karena monosit dimobilisasi ke subkutan di daerah gumba untuk

memfagosit agen yang disuntikkan menjadi makrofag. Makrofag yang banyak

Page 27: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

13

terkonsentari di jaringan menyebabkan jumlah monosit yang ada di sirkulasi

berkurang (Radji 2010).

Mekanisme terbentuknya antibodi pada vaksinasi diawali dengan antigen

yang disuntikkan ke jaringan. Makrofag berubah menjadi antigen presenting cell

(APC) setelah memfagosit antigen. Nilai relatif monosit kembali mengalami

kenaikan saat posvaksinasi III yakni 7.00±0.00%. Hal ini menunjukkan telah

terbentuk imun sekunder. Makrofag merupakan salah satu bentuk dari respon imun

selular, dimana aktivitas makrofag sangat dipengaruhi oleh interferon dan

interleukin yang dihasilkan oleh sel T. Umumnya antingen mikroba maupun

antigen yang terlarut disajikan oleh makrofag kepada sel T-helper, sehingga,

monosit diproduksi dalam jumlah banyak dan cepat untuk dimobilisasi ke jaringan

menjadi makrofag (Radji 2010). Nilai relatif monosit kembali mengalami

penurunan pada dua minggu posvaksinasi III yakni 3.67±3.05%, namun masih

normal 0–4% (Latimer et al. 2003).

Gambar 13 Morfologi monosit kambing PE perlakuan, bar= 5 µm

Limfosit

Limfosit merupakan leukosit yang berperan dalam pembentukan antibodi

(Radji 2010). Hasil pengamatan tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil pengamatan limfosit kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S.

agalactiae dan kambing PE kontrol

Pengambilan

Darah

Nilai Relatif Limfosit (%) Jumlah Limfosit (sel/µL)

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Prevaksinasi 64.00±2.16b 58.00±15.76b 5738±411b 5007±757b

Posvaksinasi I 73.67±2.05c 49.00±12.32b 5230±87c 3609±451a

Posvaksinasi

II 76.00±2.16d 61.6 ±6.94d 5801±427b 5221±1143b

Posvaksinasi

III 66.00±4.08b 40.33±4.02a 5676±1520b 3333±954a

Dua minggu

posvaksinasi

III

57.67±8.73a 58.33±7.84a 5228±924a 5444±1268a

Nilai normal 50–70%

(Latimer et al. 2003)

2000–9000 sel/µL

(Lawhead dan James 2007) *Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (p<0.05)

Page 28: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

14

Nilai relatif limfosit pada prevaksinasi 64.00±2.16% lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol 58.00±15.76%. Nilai relatif limfosit meningkat pada

posvaksinasi I yakni 73.67±2.05% dan berbeda nyata dengan kontrol (p<0.05),

peningkatan nilai tersebut tidak diikuti oleh peningkatan jumlah. Jumlah limfosit

justru mengalami penurunan dari 5738±411 sel/µL menjadi 5230±87 sel/µL,

namun lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penurunan tersebut terjadi karena

jumlah leukosit posvaksinasi I menurun dan tubuh masih dalam proses merespon

pembentukan antibodi setelah paparan antigen yang pertama, normalnya tubuh

memerlukan waktu 3–14 hari untuk mencapai puncak terbentuknya antibodi

dimana pembentukan antibodi terjadi di dalam organ-organ limfoid sekunder

(Lawhead dan James 2007).

Nilai relatif limfosit posvaksinasi II mengalami peningkatan menjadi

76.00±2.16% lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukan

telah terbentuk imun sekunder. Respon imun sekunder berlangsung lebih cepat

dibandingkan dengan imun primer karena adanya sel B dan sel T memori yang telah

mengenali antigen pada paparan pertama (Radji 2010). Selanjutnya, nilai relatif

limfosit menurun pada posvaksinasi III yakni 66.00±4.08%, namun lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol dan berebeda nyata (p<0.05), karena saat itu

merupakan akhir kebuntingan yang memicu terjadinya stres. Stres menyebabkan

peningkatan sekresi ACTH yang mengakibatkan peningkatan kortisol di dalam

darah. Efek kortisol terhadap limfosit adalah limfolisis dan limfosit diasingkan ke

dalam jaringan limfoid (Colville dan Bassert 2008). Dua minggu pos vaksinasi III,

nilai relatif limfosit menurun menjadi 57.67±8.73% namun masih normal.

Gambar 14 Morfologi limfosit kambing PE perlakuan, bar= 5 µm

Eosinofil

Eosinofil memiliki peran melawan infeksi parasit, mengatur peradangan

dan reaksi alergi (Lawhead dan James 2007). Hasil pengamatan tertera pada Tabel

7.

Page 29: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

15

Tabel 7 Hasil pengamatan eosinofil kambing PE perlakuan vaksinasi iradiasi S.

agalactiae dan kambing PE kontrol

*Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (p<0.05).

Nilai relatif eosinofil dan jumlah eosinofil secara keseluruhan menunjukkan

pola yang fluktuatif dalam kisaran normal dan tidak ada perbedaan nyata antara

perlakuan dengan kontrol. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa vaksin tidak

memicu reaksi alergi. Eosinofil akan meningkat melebihi nilai normal pada keadaan

hipersensitif (alergi), infeksi parasit (endoparasit atau ektoparasit),

hypoadenokortism, dan eosinofilik leukimia. Eosinofil menurun pada keadaan

stres, toksimia, dan peradangan akut (Stocham dan Scott 2008).

Gambar 15 Morfologi Eosinofil kambing PE perlakuan, bar= 5 µm

Basofil

Selain eosinofil, basofil merupakan indikator reaksi alergi. Jumlah normal

basofil kambing adalah 0–120 sel/µL (Lawhead dan James 2007) sedangkan nilai

relatifnya 0–1% (Latimer et al. 2003). Pengamatan kali ini tidak ditemukan basofil

pada kambing perlakuan dan kontrol.

Pengambilan

Darah

Nilai Relatif Eosinofil (%) Jumlah Eosinofil (sel/µL)

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol

Prevaksinasi 1.33±1.15a 1.33±2.31a 119 ±96a 114±0a

Posvaksinasi I 1.00±1.00a 3.33±0.57a 71±71a 245±12a

Posvaksinasi II 0.67±0.58a 2.67±3.05a 51±47a 226±274a

Posvaksinasi III 1.33±1.15a 6.67±9.86a 114±112a 551±59a

Dua minggu

posvaksinasi III 0.33±0.58a 1.66±0.57a 29±53a 154±43a

Nilai normal 1–8%

(Latimer et al. 2003)

50–650 sel/µL

( Lawhead dan James 2007)

Page 30: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Vaksin iradiasi S. agalactiae dapat dikatakan efektif untuk membentuk sistem

imun sekunder melalui pengamatan profil leukosit. Hal ini dapat dilihat dari nilai

relatif dan jumlah limfosit yang lebih tinggi dan berbeda nyata antara perlakuan dan

kontrol pada pengambilan darah posvaksinasi I dan posvaksinasi III. Selain itu,

vaksin iradiasi S. agalactiae tidak memicu reaksi alergi, dilihat dari rendahnya

eosinofil dan tidak ditemukan basofil pada kambing perlakuan.

Saran

Perlu dilakukan pengkajian tentang dosis optimum vaksin iradiasi S.

agalactiae, titer antibodi terhadap S. agalactiae, dan kadar kortisol darah.

DAFTAR PUSTAKA

[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2008. Dasar–dasar Fisika Radiasi.

Jakarta (ID): Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Blakely J, Bade D. 1991. The Science of Animal Husbandary. New Jersey (US):

Prantice-Hall.

Ceballos LS, Morales ER, Adarve GDLT, Castro JD, Martinez LP, Sampelayo

MRS. 2009. Composition of goat and cow milk produced under similar

conditions and analyzed by identical methodology. J Food Comp Anal.

22:322–329.

Colville TP, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy and Physiology Laboratory

Manual for Veterinary Technicians. St. Louis (US): Elsevier.

Eggen DW, Schrijver JG, Bins M. 2001. WBC content of platelet concentrates

prepared by the buffy coat method using different processing procedures and

storage solutions. Tranfusion. 41(11): 1378–1383.

Guyton A, Hall E. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadhelpia

(US): Elsevier Saunder.

Harvey, John W. 2001. Atlas of Veterinary Hematology: Blood and Bonemarrow

of Domestic Animals. Philadhelpia (US): Elsevier Saunder.

Kartinaty T, Gufroni LM. 2010. Budidaya Kambing Peranakan Etawah.

Kalimantan Barat (ID): Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Kalimantan

Barat.

Kuby Thomas JK, Richard AG, Barbara AO. 2007. Immunology 6th Edition. New

York (US): W.H. Freeman.

Latimer KS, Mahaffey EA, Prasse KW. 2003. Duncan and Prasse's Veterinary

Laboratory Medicine: Clinical Pathology ed–4. Lowa state (US) Wiley-

Blackwell.

Lawhead B, James MB. 2007. Introduction to Veterinary Science. New York (US):

Thomson Delmar Learning.

Page 31: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

17

Leitner G, Merin U, Silanikove N. 2004. Changes in milk composition as affected

by subclinical mastitis in goats. J Dairy Sci. 87:1719–1726.

Lindahl GM, Stalhammar C, T Areschoug. 2005. Surface protein of Streptococcus

agalactiae and related protein in other bacterial pathogen. Clinical

microbiologi reviews. [Internet]. [diunduh 15 Februari 2014]. Tersedia pada:

http://www.microbewiki.kenyon.edu.

Mc Dougall S, Pankey W, Delaney C, Barlow J, Patricia AM, Scruton D. 2002.

Prevalence and incidence of subclinical mastitis in goats and dairy ewes in

Vermont USA. Small Ruminant Res. 46(2):115–121.

Nwiyi TN, Egbe, Nwaosu SC, Salami. 2000. Hematological values of apparently

healthy sheep and goats as influenced by age and sex in arid zone of Nigeria.

Afr J Biomed Res. 3(2): 109–115.

Radji M. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta (ID): Isfi Penerbitan.

Sanchez J, Montes P, Jimenez A, Andres S. 2007. Prevention of clinical mastitis

with barium selenate in dairy goats from a selenium deficient area. J Dairy

Sci. 90: 2350–2354. Singgih S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta (ID): Alex Media

Komputinda. Smith NC. 1992. Concepts and strategies for antiparasite immunoprophylaxis and

therapy. Int J Parasitol. 22: 1047–1082.

Sudono A, Abdulgani I K. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Jurusan

Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Sugiri YD, Anri A. 2010. Prevalensi Patogen Penyebab Mastitis Subklinis

(Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae) dan Patogen

Penyebab Mastitis Subklinis lainnya pada Peternak Skala Kecil dan

Menengah di Beberapa Sentra Peternakan Sapi Perah di Pulau Jawa.

Bandung (ID): Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan

Kesmavet (BP3HK).

Stocham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology 2nd

edition. Lowa State (US): Blacwell.

Sutama KI. 2011. Kambing Peranakan Etawah Sumberdaya Ternak Penuh Berkah.

Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.

Suwito W, Indarjulianto S. 2013. Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis pada

Kambing Peranakan Etawah: Epidemiologi, Sifat Klinis, Patogenesis,

Diagnosis Dan Pengendalian. Wartazoa. 23(1): 1-7.

Tetriana D, Sugoro I. 2007. Aplikasi teknik nuklir dalam bidang vaksin. Buletin

Alara. 9(1): 1–4. [Internet]. [diunduh 13 Januari 2015]. Tersedia pada:

http://www.scribd.com/doc/237374931/DT-BAlara-Vol-9-1-2Des07#scribd

Tuasikal BJ, Estuningsih S, Pasaribu FH, Wibawan I W T 2012. Orientasi dosis

iradiasi Streptococcus agalactiae untuk bahan vaksin mastitis subklinis pada

sapi perah. Sci J App Isot Radiat 8(2): 83–88

Wahyuni AETH, Wibawan IWT, Pasaribu FH, Priosoeryanto BP. 2006. Distribusi

serotipe Streptococcus agalactiae penyebab mastitis subklinis pada sapi

perah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. J Vet. 7(1): 1–8

Wibawan IWT. 1998. The possibilty of using vaccine to control bovine subclinical

mastitis and human neonatal infection caused by group B Sterptococci. Media

Veteriner 5: 1–6.

Page 32: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

18

Page 33: PROFIL LEUKOSIT KAMBING PERANAKAN ETAWAH … · maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan ... Sampel darah yang digunakan ... proporsi

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama Kukuh Syirotol Ichsan ini lahir di Rembang, 2 Juni

1992. Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Rembang dilanjutkan di

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada

tahun 2010. Penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di dalam kampus

maupun luar kampus di antaranya menjabat sebagai ketua Organisasi Mahasiswa

Daerah Rembang di Bogor angkatan 47 (2010), anggota divisi pendidikan

Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia FKH-IPB (2012-2013), Pengurus Unit

Kegiatan Mahasiswa Taekwondo IPB (2011-2012), Wakil ketua Unit Kegiatan

Mahasiswa Taekwondo IPB (2013), Instruktur Taekwondo di SD Insan Cendekia

(2014) dan Asisten Pelatih Taekwondo Candradimuka Club (2014). Penulis juga

pernah ikut serta sebagai panitia kegiatan yang berbentuk event organizer antara

lain Wakil Ketua IPB Goes to Field dengan tema “Peran Mahasiswa Kedokteran

Hewan IPB dalam Membantu Mewujudkan Swasembada Daging 2014” di

Bondowoso (2013), Wakil Ketua IPB Goes to Field di Kabupaten Bogor dengan

tema “Manajemen Penanganan Zoonosis: Rabies di Kabupaten Bogor” (2014).

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Ilmu Histologi veterner 1 dan 2

(2013), asisten Praktikum Embriologi (2014), dan asisten Patologi Sistemik 2

(2014).