Profil Desa Tincep

92
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang memiliki corak pola interaksi sosial tertentu. Selain itu sebuah desa juga memiliki karakteristik fisik berupa bentangan geografis yang khas. Oleh karenanya peneliti dalam tulisan ini hendak mencermati dan mengangkat karakteristik fisik serta karekteristik sosial yang melekat pada suatu desa. Setelah mencermati hal-hal itu, peneliti juga hendak memberikan analisa atas hasil deskripsi sosial dan deskripsi geografis itu. Analisis itu dibuat untuk melihat beberapa hubungan kausal antara hal-hal tersebut. B. Bentuk dan Tujuan Penelititan Bentuk penelitian yang diadakan peneliti adalah penelitian sosial yang menggunakan pengetahuan dan prespektif ilmu sosial budaya. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan keadaan sosial suatu desa, dan dengan dengan demikian peneliti mampu memberikan bebrapa kajian sosial untuk mencermati masalah ataupun potensi yang dimiliki suatu desa. C. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian sosial ini dibatasi pada masyarakat yang berdomisili di wilayah hukum desa Tincep 1 | Page

description

tincep

Transcript of Profil Desa Tincep

Page 1: Profil Desa Tincep

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang memiliki corak pola

interaksi sosial tertentu. Selain itu sebuah desa juga memiliki karakteristik fisik

berupa bentangan geografis yang khas. Oleh karenanya peneliti dalam tulisan ini

hendak mencermati dan mengangkat karakteristik fisik serta karekteristik sosial yang

melekat pada suatu desa. Setelah mencermati hal-hal itu, peneliti juga hendak

memberikan analisa atas hasil deskripsi sosial dan deskripsi geografis itu.

Analisis itu dibuat untuk melihat beberapa hubungan kausal antara hal-hal tersebut.

B. Bentuk dan Tujuan Penelititan

Bentuk penelitian yang diadakan peneliti adalah penelitian sosial yang

menggunakan pengetahuan dan prespektif ilmu sosial budaya. Sedangkan tujuan

penelitian ini adalah untuk memetakan keadaan sosial suatu desa, dan dengan dengan

demikian peneliti mampu memberikan bebrapa kajian sosial untuk mencermati

masalah ataupun potensi yang dimiliki suatu desa.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian sosial ini dibatasi pada masyarakat yang berdomisili

di wilayah hukum desa Tincep kecamatan Sonder kabupaten Minahasa Provinsi

Sulawesi utara.

D. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan peneliti adalah metode observasi dan metode

wawancara. Dengan demikian dalam melakukan penelitian, peneliti turun langsung ke

lapangan untuk mencermati kehidupan sosial masyarakat desa (Tincep), serta

menggunakan juga wawancara untuk dapat memeperoleh beberapa informasi yan

diperlukan untuk memperjelas data yang telah didapatkan lewat observasi.

1 | P a g e

Page 2: Profil Desa Tincep

BAB II

PROFIL DESA1

A. Sejarah Desa

1. Sejarah dan asal-usul Nama Desa

Konon sebelum ada ada desa Tincep, wilayah ini masih diliputi hutan yang

lebat.2 Sementara itu, ada suatu wilayah sebelah selatan yang saat ini bernama Kiawa

yang dikenal memiliki populasi penduduk yang padat. Demi mencari wilayah

pemukiman baru sekaligus sebagai tempat untuk bercocok tanam, mereka mendapati di

sebelah utara wilayah yang sesuai dengan keinginan mereka. Akhirnya, sedikit demi

sedikit warga Kiawa ini mulai merombak hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan

menetap di sana dengan menamainya desa Sonder. Asal katanya sering disebut

Simondek, Sondek atau Sondel.

Penuturan para tetua desa, dahulu ada seorang Datuk (Waraney) berasal dari

Sonder (Mawale Talikuran) yang bernama TOALU (nama lengkap Montolalu alias

Toalu). Toalu merupakan seorang pemburu, bekas tentara KNIL Hindia Belanda. Suatu

ketika, Toalu menelusuri hutan di sebelah barat dengan mengikuti aliran sungai Munte.

Memandang lebatnya hutan di sebelah barat pemukimannya, Toalu langsung

memastikan bahwa tempat tersebut merupakan wilayah tak bertuan. Belum habis sang

Waraney ini terkagum-kagum dengan tempat yang baru saja ditemuinya, tiba-tiba dari

kejauhan sayup-sayup terdengar suara teriakan orang yang sepertinya sedang bersukari.

Keingintahuannya pun langsung muncul. Perlahan-lahan, dia mencari tempat

yang tinggi mencoba mengintip apa gerangan yang ada. Ternyata dari tempatnya

berpijak, terdapat sebuah kolam (Wunong) yang sekelilingnya dipenuhi banyak

orang.Tanpa pikir panjang, diapun langsung mendatangi tempat tersebut.

Kendati Toalu belum mengenal betul akan berhadapan dengan siapa, dia

memberanikan diri untuk bertanya. “Siapakah yang memiliki Kolam ini?” tutur Toalu

bertanya dengan sopan pada beberapa warga.“Noma...Sikep Noma...Meimo Sumikep...

ca’mo luminga, sikep Noma!” jelas mereka dengan bahasa Tombulu.

Ada satu ketentuan adat yang tidak tertulis, namun harus dipatuhi dan dihormati

apabila seseoran telah biasa dan menetap dan memasang perangkap dan binatang di

1Sebagian pemaparan ini terdapat di dalam RJPMDES Tincep periode 2011; juga terdapat dalam profil desa Tincep periode 2009 serta berisi data olahan peneliti sendri

2Menurut penuturan seorang sejarahwan kampung; Julius Semet, wilayah desa Tincep ini dulu bernama ‘’Pandosan’’ yang artinya hutan Rotan.

2 | P a g e

Page 3: Profil Desa Tincep

dalam hutan, maka orang lain tidak berani atau enggan untuk mengganggu lokasi

tersebut. Begitu pun halnya dengan menetapnya seorang Pawang yang bernama Toalu

berasal dari Mawale (Talikuran Sonder). Hari berganti hari, Toalu pun semakin sering

mendatangi tempat yang ditemuinya ini. Dia terus mempelajari situasi dan kondisi

tempat ini. Setelah sekian lama, dia mengambil kesimpulan, orang-rang Tombulu ini

ternyata hanya di waktu-waktu tertentu saja mendatangi tempat tersebut. Keadaan ini

terjadi bila sejenis kayu yang bernama Walantakan musim berbunganya tiba. Sebab

anggapan mereka, disaat berbunga akan bersamaan dengan datangnya musim ikan.

Toalu pun di saat musim ikan mengajak teman-temannya untuk pergi

menangkap ikan dan udang di tempat ini. Cara yang mereka gunakan yakni dengan

meraba satu persatu (...sikep..sikop...). Artinya, menangkap satu per satu. Bahkan di

tempat ini juga ditemui populasi unggas seperti burung Sikep (=sejenis Elang).

Berdasarkan sifat mereka yang berpindah-pindah, wilayah hutan yang mereka

tinggalkan menjadi hutan muda. Bagian Utara desa yang bernama Pa’asun atau lebih

dikenal dengan Panikepan diambilah nama TINCEP.

Dalam upacara yang sudah direncanakan, dipilih hari untuk pelaksanaan Tumani.Segala

yang berhubungan dengan upacara Tumani ini di atur oleh Toalu.Diantaranya, seperti

batu Tumotowa dan mengundang beberpa Tonaas dari Sonder dan sekitarnya.

Upacara Tumani di pimpin langsung Toalu sambil memanjatkan doa kepada “Empung

Wangko Si Mae’ma im Baya Waya” (Tuhan Langit dan Bumi). Para Tonaas pun

menyambutinya dengan menyebutkan tempat tersebut ‘Sikep’ atau ‘Sikop’ yang

kemudian berubah sebutan lengkapnya menjadi Tincep oleh penguasa pada saat itu.

Bukti sejarah yang menunjukan asal-usul desa Tincep yakni ditemukannya Batu

Tumotowa dan Puser in Tanah.

2. Proses pembentukan dan perkembangan wilayah pemukiman penduduk

Proses pembentukan pemukiman penduduk di desa Tincep sangat dipengaruhi

oleh salah satu cara hidup suku Minahasa yang suka berpindah-pindah tempat tinggal.

Hal ini disebabakan oleh faktor pencarian sumber makanan dan tanah yang cocok

untuk bertani, ataupun karena kepadatan penduduk dan bencana alam.

Awalnya wailayah Tincep yang adalah Hutan belukar yang kosong penduduk,

dan dijadikan lahan pertanian sambil dibuat tempat penginapan oleh beberapa

keluarga yang berasal dari desa “kiawa” yang terkenal padat penduduknya. Lama-

kelamaan tempat itu dijadikan wilayah pemukiman juga. Awalnya, hanya terdapat

3 | P a g e

Page 4: Profil Desa Tincep

beberapa keluarga dengan seorang pemimpin suku (Tona,as) yang bernama “Toalu” .

Toalu sendiri berasal dari Sonder (mawale-talikurungan).Tona,as inilah yang

dipandang sebagai pemimpin yang patut dihormati. Seorang Tonaas itu harus

mempunyai kualifikasi antara lain:

Tona,as itu WARANEY ,artinya pemberani

Tonaas itu harus Nama tua, artinya mengetahui bunyi burung

Tonaas itu harus Tuama, artinya sanggup mengatasi setiap tantangan

yang menghadang

Adapun kelompok-kelompok keluarga yang pertama mendiami Tincep

bersama tonaas tersebut adalah :

a. Toalu sebagai Tona’as

b. sompotan

c. rumangit

d. mumu

e. walewangko

f. kelung

g. lapian

Mereka ini mebentuk dan membuka lahan pemukiman dibagian utara-timur-laut

desa Tincep yang sekarang adalah lokasi daerah pekuburan desa Tincep.

Kemudian ada beberap kelompok lain di Minahasa yang menggabungkan diri

membentuk pemukiman di deas Tincep ini. Antara lain:

a. Pangkey dari Tumupa

b. Pangalila dari Manado

c. Wajongkere dari Langoan

d. Rumokoy dari suluun

e. Tujuwale dari Koreng

f. Rumangit dari Tondano

g. Karundeng dari Warembungan

h. Palar dari Leilem

i. Supit dari Tomohon

j. Semet dari Manado

k. Kojo dari Suluun

4 | P a g e

Page 5: Profil Desa Tincep

Penduduk terus berkembang dengan adanya beberap penduduk yang berasal juga

dari luar daerah Minahasa seperti Jawa, Sumatera, Ambon dan sanghie-talaud. Hal

ini menyebabkan meluasnya daerah pemukiman. Pemukiman pun berkembang ke arah

selatan hingga ke tempat yang bernama “langsot” yang terletak di tenggaraTincep.

Kemudian penduduk juga menyebar ke arah barat desa hingga berbatasan dengan

objek wisata air terjun.

3. Sejarah pemeritahan desa

Desa Tincep secara hukum adat berdiri sejak tahun 1776 dengan

dilaksanankannya upacara pendirina desa yakni upacara tumani oleh “Toalu.”

Dalam upacara yang sudah direncanakan, dipilih hari untuk pelaksanaan Tumani.

Segala yang berhubungan dengan upacara Tumani ini diatur oleh Toalu. Diantaranya,

seperti batu Tumotowa dan mengundang beberpa Tonaas dari Sonder dan sekitarnya.

Upacara Tumani di pimpin langsung Toalu sambil memanjatkan doa kepada

“Empung Wangko Si Mae’ma im Baya Waya” (Tuhan Langit dan Bumi). Para

Tonaas pun menyambutinya dengan menyebutkan tempat tersebut ‘Sikep’ atau

‘Sikop’ yang kemudian berubah sebutan lengkapnya menjadi Tincep oleh penguasa

pada saat itu. Bukti sejarah yang menunjukan asal-usul desa Tincep yakni

ditemukannya Batu Tumotowa dan Puser in Tanah. Batu tumotowa sendiri

menunjukkan pendirian/pengesahan berdirinya sebuah kampung di Minahasa.

5 | P a g e

Page 6: Profil Desa Tincep

Gambar .1. Monumen puser in tanah yang konon

meupakan titik tengah tanah Minahasa

Sejak saat itu (1776) sampai sekarang (2012) telah tercatat ada 25 periode

kepemimpinan desa. Nama-nama para pemimpin itu adalah sebgai berikut :

NAMA-NAMA PARA PEMIMPIN KAMPUNG / HUKUM TUA

DESA TINCEP (1776-2012)

No Periode Nama Kepala Desa Keterangan

1 1776-1800 Pawang Toalu (Montolalu) Tonaas/Tumani desa

2 1800-1835 Terok I Watak/Pejabat

3 1835-1870 Terok II Watak/Pejabat

4 1870-1899 Karundeng Definitif

5 1899-1943 H. Rumokoy Definitif

6 1943-1943 O. Pangkey Pejabat

7 1943-1946 W. Pangalila Pejabat

8 1946-1950 H. Rumokoy Definitif

9 1950- H. Lumempouw Pejabat

10 1950-1958 F. Karundeng Definitif

11 1958-1962 M.A. Tengor Definitif

12 1962-1966 H.A. Dapu Definitif

13 1966- A. Wilar Pejabat

14 1966-1972 F. Kojo Definitif

15 1972-1973 J. Karundeng Definitif

6 | P a g e

Page 7: Profil Desa Tincep

16 1973-1975 H. Dapu Definitif

17 1975- F.F. Kojo Pejabat

18 1975-1976 J. Karundeng Pejabat

19 1976-1983 J.F. Pangkey Definitif

20 1983-1991 A.F. Rumagit Definitif

21 1991-1997 Leopold Djohar Definitif

22 1997-1999 Yan Karundeng Pejabat

23 1999-2007 Rommy Dapu, S.Sos Definitif

24 Jan-Juli

2007

Moudy Pangkey, SE PLH

25 2007-

ssssSESEK

Rommy Dapu, S.Sos Definitif

Dari daftar orang yang pernah memimpin desa itu, terlihat jelas bahwa

dalam menentukan seorang pemimpin, masyarakat desa Tincep tidak menganut

suatu penerusan kepemimpinan berdasarkan keturunan. Hal ini dapat terlihat dari tidak

adanya satu marga atau klan yang secara khusus memengang tampuk pemerintahan

desa. Memang yang paling banyak memimpin adalah yang bermarga karundeng (5

periode), tetapi itu tidak didasarkan pada kualifikasi keturunan, karena dalam 25 periode

kepemimpinan yang berlangsung sejak Toalu (1776-1800), telah terdapat 19

orang dari marga/klan berbeda, yang memerintah sebagai kepala kampung di

desa Tincep ini.

B. Organisasi Perangkat desa (sekarang : 2012)

No. J A B A T A N N A M AKETERA

NGAN

1. HUKUM TUAROMMY DAPU, S.Sos.

MSi

2. SEKRETARIS DESA CANGLIE RONDONUWU

3.

KEPALA URUSAN

PEMERINTAHANFERDI RUMOKOY

KEPALA URUSAN

PEMBANGUNANANDRIES WAWA

KEPALA URUSAN UMUM JOTJE ROMPAS

4. PAMONG TANI JERRY WAJONGKERE

5. PENGUKUR TANAH BENNY WUISANG

6. KEPALA JAGA POLISI JOPPI LOHO

7 | P a g e

Page 8: Profil Desa Tincep

KEPALA JAGA 1 STENLY PANGALILA

KEPALA JAGA 2 EDIN TUJUWALE

KEPALA JAGA 3 MARTEHN RUMAGIT

KEPALA JAGA 4 LOUSYE MONONGKEY

8.

MEWETENG JAGA 1 JOSEPH WALEWANGKO

MEWETENG JAGA 2 ROBBY PANGKEY

MEWETENG JAGA 3 JOHAN RONDONUWU

MEWETENG JAGA 4 MEFKI ROBOT

9. L I N M A S

YESKIEL WAJONGKERE

MICHAEL SEMET

BENNY KALANGI

BRYAN SUMAKUL

JEMMY MUMU

TEDDY TUJUWALE

ROYKE SEMET

JOIDY RUMOKOY

RUDY RUMAGIT

JOLANS MUMU

STENLY KOALANG

8 | P a g e

Page 9: Profil Desa Tincep

Bagan struktur Pemerintahan Desa

9 | P a g e

Hukum tua

Sekretaris Bendahara

Kepala jaga I

Kepala jaga II

Kepala jaga III

Kepala IV

Kepala urusan pendanaan

Kepala urusan perlengkapan

Kepala jaga Polisi

Kepala urusan pengukuran tanah

Pamong Tani

MASYARAKAT DESA TINCEP

Page 10: Profil Desa Tincep

Struktur pemerintahan desa yang tegambar dalam bagan itu memuat beberapa

komponen penting dalam organisasi pemerintahan desa yaitu :

Hukum Tua : Ini merupakan nama khas Minahasa kepada seorang Pimpinan ini

desa. Jabatan ini setara dengan Kepala Desa pada desa-desa lain di Indonesia.

Fungsinya adalah memimpin dan mengkoordinasi seluruh badan perangkat desa

yang lain. Instruksi dari kepala desa akan diteruskan oleh para Kepala Jaga di tiap

wilayah jaga, dan instruksi itu akan diteruskan oleh para kepala jaga kepada

setiap warga desa di tiap jaga.

Sekertaris : sekertaris desa mempunyai fungsi untuk membantu Hukum Tua

dalam melakukan setiap urusan administrasi desa seperti pencatatan statistik

penduduk, urusan-urusan korespondensi (surat-menyurat) .

Bendahara : bendahara memiliki fugsi sebagai pengurus keuangan dan desa.

Dana yang diperuntukkan bagi desa akan dikumpulkan dan dikelola oleh sang

bendahara. Setiap pemasukan dan pengeluaran uang akan dicatat oleh sang

Bendahara. Pemasukan dan pengeluaran uang itu sendiri akan diputuskan dalam

rapat desa lewat pertimbangan dan input informasi keuangan yang ada pada

Bendahara.

Kepala jaga : kepala jaga merupakan bentuk representasi dari hukum tua di

setiap jaga. Ia berpastisipasi dalam tugas eksekutif hukum tua untuk memimpin

warga di setiap jaga. Tiap kepala jaga dapat berkoordinasi satu sama lain dalam

memobilisasi warga untuk melakukan instruksi Hukum Tua ataupun untuk

melaksanakan keputusan rapat desa.

Meweteng : berlaku sebagai wakil dari kepala jaga. Ia dapat mewakili kepala

jaga jika kepala jaga, atas alasan tertentu tidak dapat menjalankan fungsinya

untuk sementara. Selain itu meweteng juga dapat membantu kepala jaga dalam

urusan desa yang harus ditangani kepala jaga misalnya ikut mengkoordinir warga

jaga dalam melakukan kegiatan sosial desa.

10 | P a g e

Page 11: Profil Desa Tincep

Bebagai kepala urusan : tiap kepala urusan ini merupakan pernagkat khusus

yang membidangi beberapa hal penting yang diperlukan dalam penyelenggaraan

kehidupan dan keberlangsungan setiap desa.

Kepala urusan pendanaan : membantu Bendahara untuk menghimpun

dana bagi desa.

Kepala urusan perlengkapan : mengurus dan mengelola perlengkapan

desa.

Kepala urusan pengukuran tanah : membantu desa dan perangkatnya

untuk memberikan informasi strategis berkaitan dengan data-data

kepemilikan tanah dan data-data pengukuran geometris tanah berdasarkan

kepemilikan itu.

Kepala jaga Polisi : memiliki fungsi untuk menjaga Kamtibmas di desa

Tincep. Kepala jaga polisi secara praktis tak bertugas sendirian tetapi

dibantu oleh Linmas dan warga lain atas koordinasinya.

Pamong Tani : mengkoordinir berbagai kegiatan yang diadakan kelompok

tani yang ada di desa, sekaligus membantu para petani dalam merumuskan

kebijakan agraris desa seperti penentuan penanaman dan pemanenan

tanaman, usaha-usaha komunal desa yang berkaitan dengan

pemeliharanan dan penjualan hasil panen tanaman pangan.

C. Kondisi Geografis desa

11 | P a g e

Page 12: Profil Desa Tincep

1. Keadaan alam

Desa Tincep merupakan daerah yang teletak di dataran tinggi Minahasa,

sekitar 350 meter dpl3. Desa ini memiliki tanah yang subur dan dapat ditanami

berbagai jenis tanaman seperti padi sawah, kelapa dan berbagi jenis pohon berbuah

misalnya Durian dan Mangga.

Sebagaian besar tanah desa Tincep adalah tanah liat yang berwarna cokelat tua

sampai kehitam-hitaman.Di beberapa tempat terdapat juga tanah jenis domatu (teras)

dan tanah liat bercampur pasir hitam.

Selain memiliki bidang datar yang dapat ditinggali penduduk, di bagian utara

desa Tincep yang merupakan daerah sepanjang aliran sungai Munte juga terdapat

bidang-bidang tanah curam yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat. Untungnya

daerah sepanjang tanah ini jarang ditinggali penduduk, lagipula tanahnya ditopang

oleh bebatuan keras ataupun fondasi beton yang kuat.

Tanah bidang miring ini termasuk lahan yang tak dapat dimanfaatkan dengan

baik oleh masyarakat desa. Itu sebabnya lahan curam disekitar sungai ini hanya

ditimbuhi oleh pohon dan umput liar. Masyarakat yang bermukim di sepanjang bibir

tanah curam itu juga biasanya membuang sampah organik (tulang ikan, sisa sayur dan

sisa nasi) kearah tanah curam itu. Tak heran daerah sepanjang tanah curam ini dapat

ditemukan banyak ayam dan kucing liar yang berkeliaran untuk memakan remah-

remah makanan yang dibuang penduduk tersebut.

2. Letak geografis

3 Dpl (dri permukaan laut) : ketinggian suatu tempat dihitung dari permukaan laut

12 | P a g e

Page 13: Profil Desa Tincep

Secara geografis, desa Tincep terletak pada ketinggian kira-kira 350 meter dpl

(dari permukaan laut) dan terletak pada titik koordinat 1 derajat 14’ L.U sampai 1

derajat 15’ L.U dan 124 derajat 43’ B.T sampai 124 derajat 44’ B.T.

Ini berarti desa Tincep berada pada kawasan yang dipengaruhi oelh iklim

Tropis sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, sebab desa tincep berada pada

bagian permukaan bumi yang terletak diantara garis batas hingga lintang 23 derajat

30’ LU maupun LS.4

Gambar 2.

Gambar. 2. Pemandangan desa Tincep bila dipandang dari jalan raya arah

Sonder

3. Luas wilayah dan perkembangannya

4 Bdk, Ensiklopedi Nasional Indonesia : Jilid 16-Ta-Tz (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 2004), hlm. 456

13 | P a g e

Page 14: Profil Desa Tincep

Luas wiayah kepolisian desa Tincep seluruhnya adalah 1120 Ha. Yang terdiri dari

beberapa wilayah sebagai berikut :

a. Daerah pemukiman yang terdiri dari empat jaga (dusun)

b. Daerah persawahan

c. Lahan perkebunan dan kolam ikan

d. Lahan kosong

Dalam perkembangannya luas desa tetap namun terjadi pergeseran luas masing-

masing wilayah itu. Hal ini dapat dilihat dari data tahun 1988 dan data tahun 2011

berikut :

Uraian Tahun 1988 Sekarang (2012)

Luas keseluruhan 1120 Ha 1120 Ha

Luas perkampungan penduduk 13 Ha 16 Ha

Luas sawah 84 Ha 85 Ha

Luas lahan perkebunan dan

kolam ikan

657,6 Ha 653,3 Ha

lahan tidur (lahan kosong) 365,4 349,7

Dari data tersebut dapat disumpulkan bahwa : Telah terjadi perluasan wilayah

pemukiman sebesar 3 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa luas pemukiman penduduk

desa Tincep berkembang dalam jangka waktu 24 tahun ini. Luas daerah persawahan

juga meluas sebesar 1 Ha. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang

kian bertambah. Sebaliknya perluasan wilayah pemukiman dan wilayah persawahan,

mengakibatkan pengurangan lahan kosong. Lahan kosong yang sebelumnya memiliki

luas sebesar 365,4 Ha berkurang menjadi hanya 349,7 Ha.

Semua hal ini menyatakan bahwa desa Tincep adalah desa yang terus

berkembang dalam hal kuantitas penduduk maupun kebutuhannya akan makanan. Hal

tersebut dapat dilihat dari bertambahnya pengguaan lahan kosong untuk tanah untuk

pemukiman dan untuk pertanian.

14 | P a g e

Page 15: Profil Desa Tincep

4. Pembagian wilayah Desa

Desa Tincep terdiri dari empat wilayah jaga, yaitu sebutan bagi wilayah

semacam dusun di Minahasa, yang masing–masing dipimpin oleh seorang kepala

jaga. Empat wilayah itu adlah :

Wailayah Jaga Pemimpin (kepala jaga) Jumlah KK (tahun 2011)

Jaga I Stenly Pangalila 122

Jaga II Edin Tujuwale 109

Jaga III Martehn Rumangit 148

Jaga IV Lousye Monongkey 135

Keempat wilayah jaga ini sebenarnya berkembang dari hanya satu wilayah

jaga (dusun) saja, pada tahun 1776-1830. Kemudian pada kurun waktu 19800-1890,

berkembangan menjadi dua jaga. Pada kurun waktu 1880-1925, perkembangan

penduduk mengakibatkan terjadinya perluasan wilayah pemukiman, yang juga

menjadikan bertambahnya wilayah jaga. Akhirnya pada kurun waktu ini muncul jaga

ke tiga. Pada akhirnya sejak tahun 1925- sekarang (2012) terdapatlah empat jaga.

Sejarah pertambahan jaga itu juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan

penduduk. Pemekaran wilayah jaga ini dapat mengefektifkan urusan administrasi

maupun urusan sosial desa.

5. Batas-batas

Batas – batas Wilayah desa Tincep adalah sebagai berikut:

a. Utara : Desa Tara-Tara dan Desa Pinaras ( Kota Tomohon)

b. Selatan : Talaitat ( Kab. Minsel)

c. Barat : Desa Timbukar

d. Timur : Desa Talikuran, Sawangan, Kauneran

15 | P a g e

Page 16: Profil Desa Tincep

Dari data tentang batas-batas tersebut, desa yang terdekat adalah desa

Timbukar yang terletak hanya sekitar 2 kilometer kearah Barat. Batas desa terjauh

adalah desa Talaitat yang telah bersinggungan dengan kabupaten Minahasa Selatan.

Jarak antar desa ini ikut mempengaruhi intensitas interaksi antara desa Tincep

dengan desa Lainnya. Kedekatan jarak desa Timbukar dengan desa Tincep membuat

hubungannya kedua desa ini berlangsung dengan sangat baik dan kuat.

Hal ini juga diakui oleh seorang warga desa : Bapak Yoppy Kojo, yang

rumahnya terletak di ujung kampung (sebelah barat) yang jalannya menuju ke

Timbukar. Ia berujar “tu ana-ana dari kampong sablah biasa da singgah disini for

minum air ato batunggu ojek. Memang kwa dorang da baskolah disini. Tantu no

torang da kanal bae pa dorang.”5 Ungkapan Ini menunjukkan bahwa intekaksi yang

terjadi antara warga desa Tincep dan warga desa Timbukar telah sampai pada corak

kekeluargaan. Hal ini juga ditunjang oleh akses sekolah di desa Tincep yang gampang

dijangkau oleh warga desa Timbukar itu.

6. Kilmatologi

Suhu rata-rata di desa Tincep adalah 24 – 30 °C, dengan Curah Hujan

2000/3000 mm per tahun. Dan sebagaimana umumnya desa lain di Indonesia, desa

Tincep mengalami tiga musim besar yang menjadi patokan sitem pertanian tanaman

padi sawah yaitu :

Musim Pancaroba : bulan Maret, April, Mei

Musim Kemarau : bulan Juni, Juli, Agustus, September

Musim Hujan : bulan Oktober, November, Desember

Dari data klimatologi yang ada, dapat disimpulkan bahwa daerah desa Tincep

memiliki suhu udara yang kondusif untuk menanam berbagai jenis tanaman yang

penting untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi. Tanaman yang sangat cocok

dibudidayakan disini selain daripada padi sawah yaitu Kelapa yang sangat cocok

untuk diolah menjadi kopra dan minyak kelapa serta bahan baku sabut yang dapat

dijadikan bahan usaha kerajinan rumah tangga.

5 Terjemahan bebasnya adalah : anak-anak dari kampung sebelah (Timbukar) memang biasa singgah disini untuk sekedar minum air ataupun menunggu angkutan ojek. Memang mereka bersekolah disini dan oleh karena itulah kami mengenal mereka dengan baik.

16 | P a g e

Page 17: Profil Desa Tincep

Selain itu tanaman yang cocok dibudidayakan disini (seperti yang telah

dikembangkan selama ini) yaitu Cengkeh dan pohon-pohon yang menghasilkan

buah seperti Durian dan Mangga. Namun peneliti juga melihat bahwa tanaman

yang paling berpotensi mengembangkan ekonomi penduduk adalah tanaman

Cabai. Tanaman itu sangat cocok dengan kondisis iklim yang ada di desa Tincep.

Selain itu tanaman ini sangat dibutuhkan oleh kebanyakan orang Minahasa, karena

umumya menu makan orang Minahasa itu membutuhkan jumlah cabai yang

cukup banyak, Mulai dari lauk-pauk serta beragam makanan ringan lainnya yang

dikembangkan secara lokal. Oleh karenanya jika dijual, tanaman ini memiliki pangsa

pasar yang cukup menjanjikan. Hasil penen tanaman ini juga adapat diekspor keluar

daerah utnuk dijaikan bahan baku pembuat sambal dan obat-obatan.

7. Hutan dan margasatwa

Di desa Tincep, terdapat daerah hutan yang cukup luas dengan kekayaan flora

dan fauna yang beraneka ragam.

a. Beberapa contoh flora yang terdapat antara lain :

Nama flora (tumbuhan) Keterangan

Pohon rumbia Berada dekat aliran sungai

Pohon kayu cempaka Disebut juga Wasian

Pohon kayu lalingupu Disebut juga aras kuning

Pohon enau Bahan baku Sopi (semacam tuak)

Kayu cempaka putih Disebut juga Pepeos

Anggrek hutan

Pohon rotan

b. Beberapa contoh fauna/margasatwa antara lain :

Nama fauna (hewan) Keterangan

17 | P a g e

Page 18: Profil Desa Tincep

Ayam hutan

Babi hutan

Biawak Liwang

Burung sicep Sejenis elang; pemakan ikan

Burung maleo

Burung wera/manguni siang Sejenis cenderawasih : Sudah sangat

jarang kelihatan

Burung wera/manguni malam

Burung kakatua

Burung gagak hitam

Burung bagau hitam

Burung merpati hutan Warnanya Hijau ataupun putih

Sosot Sejenis tikus mirip kucing

Musang

Ker tak berekor

Hewan-hewan di dalam sungai Udang, ikan mas, kepiting, sogili

Dari data tersebut, dapat tergambar bebagai kekayaan yang tersimpan di dalam

alam desa Tincep. Namun keberadaan hewan-hewan tersebut sekarang terancam

punah. Hal ini dapat dilihat dari keterangan yang diberikan tentang bebepara

hewan yang ada, seperti burung wera/manguni siang atau cenderawasih yang

sudah sngat jarang keliahatan. Ada baiknya jika dibuat suatu penangkaran khusus

yang berguna bagi pemeliharaan serta daya tarik wisata.

8. Hewan dan ternak Peliharaan

Nama ternak /

hewan peliharaan Perkiraan jumlah Keterangan

Babi 230 Ada yang diternakan di

dalam kandang dan adapula

yg dibiarkan berkeliaran

18 | P a g e

Page 19: Profil Desa Tincep

Anjing 250 Tidak ada kandang khusus,

dibiarkan berkeliaran

Ayam 220 Ada yang berkeliaran ada

yang diternakan di kandang

bebek 100

Sapi 35

kucing 130

Kuda 7

Dari semua hewan yang disebutkan tersebut, hewan yang paling banyak

terlihat di jalan raya adalah Anjing dan ditempat kedua adalah Ayam. Hal ini

dikarrenankan oleh kebiasaan masyarakat untuk membiarkan ayam untuk mencari

makan sendiri di halaman rumah atau sekitarnya yang memang menyadiakan

makanan alami untuk ayam seperti cacing maupun remah-remah padi dan jagung

yang tersisa. Sedangkan anjing dibiarkan berkeliaran karena anjing juga berperan

sebagai penjaga rumah dan sebagai binatang peliharanaan yang selalu mengikuti

tuannya ke kebun.

Dari data tersebut dapat ditemukan bahwa Babi, Anjing dan Ayam merupakan

hewan yang paling banyak diternakan. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan pesta

masyarakat Minahasa yang banyak menyajikan daging babi ayam dan anjing. Selain

itu, daging ternak tersebut juga dijual keluar desa di pasar sonder dan Tomohon.6

6 Lihat juga pendapatan desa hlm 32

19 | P a g e

Page 20: Profil Desa Tincep

Gambar . 3. Beberapa ekor anjing yang segera terlihat berkeliar

an di jalan raya desa

9. Sarana dan prasarana desa

Untuk mendukung terbentuknya penyelenggaraan desa kearah yang lebih baik

dan menyejahterakan penduduk desa, desa menyediakan beberapa sarana yang

digunakan untuk membantu kehidupan masyarakatnya. Sarana prasarana itu dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Prasarana dan Sarana Desa

No Jenis Prasarana dan Sarana Desa Jumlah Keterangan

1 Kantor Desa 1 Baik

2 Gedung SLTA -

3 Gedung SLTP 1 Baik

4 Gedung SD 2 Baik

5 Gedung TK 1 Baik

6 Gereja 5 Baik

7 Polindes 1 Baik

20 | P a g e

Page 21: Profil Desa Tincep

8 Kran desa 16 Di tambah

9 Jalan Desa 4 Km Baik

10 Jalan Kebun 14Km 70%baru dibuka

11 Lapangan Olahraga (Sepak Bola) - Tidak ada

12 Pekuburan 2

13 Balai Pertemuan 1 Baik

14 Poskamling 1 Tak layak pakai

Dari data tersebut terlihat bahwa umumnya sarana-prasarana desa digunakan

untuk menunjang di berbagai bidang kehiupan masyarakat :

Bidang pemerintahan : kantor desa

Bidang pendidikan : gedung Tk, SD, SLTP

Bidang keagamaan : 4 buah gereja

Bidang kesehatan : Polindes

Bidang sarana umum : Kran desa, pekuburan, jalan kebun dan balai

pertemuan

Gambar.4 . Balai desa Tincep

21 | P a g e

Page 22: Profil Desa Tincep

Hanya saja terapat beberapa hal yang masih harus diperhatikan pula dengan

serius. Hal tersebut menyangkut perampungan 30% jalan kebun, penyediaan sarana

lapangan olahraga (sepak bola). Dan perbaikan serta penambahan Poskamling.

Mengenai keberadaan lapangan sepak-bola, Menurut penuturan seorang

pemuda desa yang benama Ronal Maramis, dulu terdapat lapangan sepak bola di

kampung ini tetapi sudah dialihfungsikan sebagai tempat penjemuran padi. “kalu dulu

itu memang ada lapangan noh, tu di deka sawah mar yah…tu lapagan bola skarang

so nyanda ada lantarang tu tana yang da pake for lapangan bola so dapa ambe pa

depe tuan. Skarang so jadi tampa jumur padi.”7. Ronal menambahkan “dulu kalu

masih ada tu lapangan kasiang, torang biasa main bola sore-sore deng ana-ana

kampung yang laeng mar skarang torang so bingo mo maeng bola ka mana. Ahirnya

ana-ana skarang cuma da bamabo deng bajalang nda jalas. Deng kita rasa le so itu

depe alasan sampe da salah paham deng ana-ana kampung diujung sana. Padahal

dulu kalu ada bakalae ato salah paham so capat itu da mo ilang soalnya da inga to…

kalo besok mo maeng bola lai, yah…tapi skarang so nintao le.”8 Semua penuturan itu

menunjukkan bahwa keberadaan lapangan bola ini sangat penting karena selain

membantu warga desa untuk menyalurkan hobi olehraganya, keberadaan lapangan

juga membantu masyarakat desa terutama para pemudanya untuk meningkatkan

kohesi atau kedekatan sosial. Penulis sendiri juga beranggapan bahwa keberadaan

lapangan bola dapat membentuk prestasi masyarakat desa Tincep sendiri dalam

persaingan olah-raga dengan masyarakat wilayah lain.

Untuk menyelesaikan hal ini pihak desa perlu mencari tanah yang tepat yang

bebas dari kepemilikan pribadi. Desa perlu menyediakan tanah khusus yang

dimaksudkan untuk membangun tempat olahraga masal seperti bola kaki ini ataupun

bola volley.

Sarana lain yang masih harus dibenahi adalah Pos Kamling. Pos kamling di

desa ini hanya ada satu buah dan kondisinya sudah memprihatinkan. Untuk

mneyelesaikan masalah ini, pihak desa perlu memobilisasi warga dan mengeluarkan

7 Arti harafiahnya : kalau dulu memang terdapat lapangan (di desa ini), yang terletak di dekat sawah, tetapi kini lapangan itu tidak ada lagi karena tanah yang digunakan seagai lapangan bola itu telah diambil kembali oleh tuannya. Sekarang tanah bekas lapangan tersebut telah menjadi tempat menjemur padi.8Arti menurut terjemahan bebeas : dulu ketika masih ada lapangan, kami bisa main bola pada sore hari dengan anak-anak kampung yang lain, tetapi sekarang, kami sudah bingung mau main bola ke mana lagi, akhirnya ada pemuda desa sekarang hanya mabuk-mabukan dan berkeliaran tanpa tujuan yang jelas. Dan saya kira itu salah satu alasan mengapa bisa terjadi salah paham antara anak-anak di dalam kampung ini sendiri. Padahal kalau dulu hal itu terjadi, sangat cepat hal itu hilang karena masing-masing dari antara kami tahu bahwa kami akan bertemu lagi saat bermain bola besok harinya.

22 | P a g e

Page 23: Profil Desa Tincep

dana untuk merehab bangunan poskamling yang ada, karena keberadaan pos kamling

membantu warga menjaga Kamtibmas desa Tincep.

Sementara itu, J alan ke kebun yang belum selesai telah ditangani pihak desa

dan sampai sekarang masih terus dikerjakan. Dukungan dari masyarakat terus

mengalir dalam memberi dukungan penyelesaian sarana yang sangat penting ini.

masyarakat menyadari bahwa keberadaaan jalan ke keun ini dapat membantu

meningkatkan efektifitas kerja harian para petani dan dengan demikian membantu

kemajuan perekonomian desa juga.

Gambar .5. Para warga desa berpartisipasi

dalam pengerjaan jalan ke kebun dengan

bantuan alat berat

10. Panorama dan Keindahan alam

23 | P a g e

Page 24: Profil Desa Tincep

Alam desa Tincep yang masih asri mengandung banyak kekayaan berupa

pemandangan alam yang menakjubkan. Pemandangan itu berupa bentangan alami

seperti sungai, pegunungan, hutan lindung, maupun persawahan penduduk.

Dari semua bentuk pemandangan yang ada di desa Tincep, barangkali yang

paling legendaris adalah air terjunnya. Bahkan dalam beberapa literatur budaya

Minahasa berbahasa Belanda, keberadan air terjun ini lebih ditonjolkan daripada

keadaan kampungnya sendiri. Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam catatan

kunjungan dan penelitian yang dilakukan oleh N. Graafland, seorang guru zending

dan direktur sekolah guru untuk pribumi di Tanahwangko. Ia mencatat :9 “kurang

lebih setengah pal diluar negeri ini (desa Tincep), anda berada pada suatu air

terjun yag luar biasa indahnya, salah satu yang tebesar di Minahasa.

Gambar .6. Air terjun yang merupakan salah satu ikon

keindahan desa Tincep

Air terjun ini terbentuk dari tiga sungai kecil, yang lebih ke atas sana telah bertemu

yakni sungai Muntei, sungai Nu-ay, serta sungai Rano raindang. Mari kita turun

9 Lih, N. Graafland. Minahasa masa lalu dan minahasa masa kini ; diterjemahlkan oleh Yoost Kuliit ( Jakarta : Lembaga Perpustakaan, dokumentasi dan informasi : yayasan pengembangan informasi dan pustka Indonesia , 1987), hlm. 231

24 | P a g e

Page 25: Profil Desa Tincep

sebentar dan berjalan-jalan. Hal ini memang tidak mudah, namun bagi wanita juga

mungkin dapat dilakukan, serta sungguh memuaskan usaha. Lihatlah disini

keindahan serta kemuliaan!. Suatu kolom air menurun, jatuh, membuih, serta

bergemuruh kedalam suatu kom batu trakhit, serta membinasa dengan suatu

kekuatan yang meremuk pohon terberat pun. Anda melihat masa air yang tingginya

70 kaki serta lebar 15 kaki itu, maka anda dengan sendirinya teringat akan uraian

mengenai suatu gumplan salju longsor yang hebat………rasa heran akan mencekam

anda, jika anda di dekat situ serta (berada) di bawah jatuhan air melihat batu

karang terpecah keluar oleh kekuatan yang meremukan segala sesuatu dari air

itu……”

Namun sesungguhnya daya Tarik alam Tincep belum habis. Lamanya yang

jauh dari kebisingan polusi kendaraan menampakan jajaran pegunungan dan

hamparan sawah yang menyejukkan mata.

25 | P a g e

Page 26: Profil Desa Tincep

Gambar.7. Panorama pegunungan desa yang asri

dipandang dari dataran tinggi ujung kampung bagian

barat.

Gambar.8. Areal persawahan penduduk yang mebentang

luas di bagian selatan desa. Terlihat indah saat di lingkupi

embun pagi

26 | P a g e

Page 27: Profil Desa Tincep

Gambar .9. Sungai Munte yang membentang di sebelah

utara desa, dengan aliran air yang tidak terlalu deras dan

dalam.

Walaupun keindahan di desa Tincep sangat beragam dan menakjubkan, ada

juga beberapa hal yang menjadi kendala dan tantangan dalam hal ini, contohnya

pengelolaan yang belum begitu baik terhadap objek wisata itu dengan kurangnya

sarana seperti tempat persinggahan atau pendopo, maupun masih banyaknya sampah

yang menggangu.

Dari obeservasi peneliti, ditemukan bahwa sungai bukan saja menjadi tempat

mengalirnya air tetapi juga menjadi tempat untuk membuang sampah. Hal ini selain

dapat menimbulkan pencemaran, juga merusak pemandangan obkek wisata tadi.

Maka perlu dipikirkan suatu tempat pembuangn sampah yang tepat.

27 | P a g e

Page 28: Profil Desa Tincep

Gambar .10. Sampah yang sangat menggangu

pemandangan keindahan air terjun Tincep.

D. Penduduk dan perkembangannya

1. Data jumlah kependudukan desa Tincep tahun 2011

Uraian Jumlah Keterangan

A. Jumlah penduduk 1542

B. Jumlah KK 514

C. Jumlah laki-laki

a. 0-15 tahun

751

138

28 | P a g e

Page 29: Profil Desa Tincep

b. 16-55

c. Diatas 55

tahun

D. Jumlah perempuan

a. 0-15 tahun

b. 16-55 tahun

c. Diatas 55

tahun

216

231

791

164

243

227

Jumlah tersebut dirinci di dalam pembagian wilayah jaga sebagi

berikut sebagai berikut

No Jaga Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Jumlah keluarga

(KK)

1.JAGA

1172 197 369 122

2.JAGA

2162 141 303 109

3.JAGA

3228 241 469 148

4.JAGA

4189 212 401 135

JUMLAH 751 791 1.542 514

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, Jumlah usia produktif

lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Perbandingan usia

anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut: 26% : 57% : 17 %.

29 | P a g e

Page 30: Profil Desa Tincep

Dari 0jumlah penduduk yang berada padakategori usia produktif laki-laki dan

perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang. Hal ini berpengaruh pada

jumlah angkatan kerja di desa Tincep yang sangat potensial dalam

membangun desa.

2. Perkembangan jumlah penduduk

Berikut ini adalah Tabel jumlah dan perkembangan penduduk dari

tahun 1987, 1999, 2011.Dengan demikian data yang disajikan disini adalah

data pendataan penduduk dalam jangka waktu perdua-belas tahunan.

uraian Data tahun 1987 Data tahun 1999 Data tahun 2011

Jumlah

penduduk

1538 1342 1542

Jumlah

laki-laki

777 662 751

Jumlah

perempuan

776 680 791

Jumlah

KK

391 427 514

Dari data kependudukan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

Jumlah penduduk mengalami penurunan pada tahun 1999 dengan jumlah

penduduk hanya 1342 orang, dari 12 tahun sebelumnya yaitu tahun 1987

dengan jumlah penduduk 1538 orang.

Jumlah penduduk kembali mengalami peningkatan 12 tahun berikutnya

yaitu naik menjadi 1542 orang pada tahun 1999.

Jumlah perempuan lebih banyak jika dibangdingkan dengan jumlah laki-

laki dalam kurun waktu 24 tahun terakhir, sejak tahun 1987 dimana laki-

laki mendominasi wanita dengan selisih hanya satu orang.

30 | P a g e

Page 31: Profil Desa Tincep

Jumlah KK yang baru terus meningkat dari tahun ke tahun : dalam kurun

waktu 12 tahun dari tahun 1987-1999, terjadi pertambahan KK sebesar 36

KK. Dalam kurun waktu 12 tahun berikutnya dari tahun 199-2011, terjadi

pertambahan jumlah KK lagi sebesar 87 KK.

3. Tingakat pendidikan yang ditempuh masyarakat

Berikut ini merupakan beberapa data pendidikan desa Tincep yang

diambil tahun 2011.

No Pendidikan

Pendidikan (Orang)

JumlahJaga

1

Jaga

2

Jaga

3

Jaga

4

1. Belum sekolah SD 33 28 37 25 123

2. Masih Sekolah SD 46 38 49 24 157

3. Tidak Tamat SD 34 27 21 24 106

4. Tamat SD 29 21 64 56 170

5. Masih Sekolah SLTP 24 18 27 23 92

6. Tamat SLTP 67 46 74 73 260

7. Masih Sekolah SLTA 48 37 58 38 181

8. Tamat SLTA 99 71 127 114 411

9.Masih Sekolah Akademi /

PT3 - 4 1 8

10. Tamat Akademi / PT 6 2 8 5 21

11. Tidak Pernah Sekolah - - - - -

Jumlah 369 303 469 401 1.542

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Umumnya masyarakat desa Tincep telah dapat memperoleh akses pendidikan

dengan baik. Hal ini terlihat dari tidak adanya masyarakat yang tidak pernah

sekolah. Presentasi terbesar adalah siswa tamat SMA yang siap melanjutkan

kuliah ke perguruan tinggi.

Pendidikan juga mendorong terjadinya migrasi keluar desa. Tabel

sarana-prasarana telah menjelaskan kepada kita bahwa desa Tincep tidak

31 | P a g e

Page 32: Profil Desa Tincep

memiliki sekolah tingkat SMA. Sudah pasti penduduk desa pada usia sekolah

SMA itu mencari sekolah diluar desa. Namun bukan berarti warga yang

mengenyam pendidikan diluar des hanya berasal dari tingkat SMA saja,

karena adapula siswa SMP yang bersekola di kota Tomohon. Memang ada

remaja yang memilih sekolah yang terdekat misalnya ke Sonder tetapi ada

juga remaja desa yang memilih bersekolah di kota Tomohon atau kota

Manado. Untuk menghemat biaya transportasi, biasanya mereka ini memilih

tinggal saja di kota yang bersangkutan dengan memanfaatkan akomodasi

tempat kos yang tersedia di kota tersebut. Biasanya mereka ini kembali ke

desa pada hari Sabtu untuk berakhir pekan. Nantinya mereka kembali pad hari

senin. Itu sebabnya keadaan desa pad hari satu begitu ramai dibandingkan

hari-hari sekolah yang cenderung lebih sepi.

Dari pengembangan SDA, desa Tincep telah melakukannya dengan

sangat baik. Dapat dikatakan bahwa tingkat melek huruf mencapai 99 %,

karena tidk ada seorangpun peduduk desa yang masih hidup kini tak pernah

mengenyam pendidikan. Ini merupakan potensi terbesar dalam membangun

desa.

4. kesejahteraan dan profesi penduduk

Uraian Jumlah Keterangan

Jumlah KK sejahtera 147

Jumlah KK kaya 86

Jumlah KK sedang 54

Jumlah KK miskin 103 Versi Desa

Jumlah KK Miskin

(pra-sejahtera)

124 Versi Pemerintah

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa umumya masyarakat desa

Tincep merupakan penduduk dengan pendapatan menegnah keatas (akumulasi

dari jumlah KK yang sedang, kaya dan sejahtera). Meskipun demikian masih

32 | P a g e

Page 33: Profil Desa Tincep

ada juga jumlah penduduk yang dikategorikan miskin deng jumlah 103 KK

(menurut versi desa) atau 124 KK (menurut versi pemerintah), dari jumlah

seluruh penduduk desa. Namun jumlah itu masih lebih kecil jika dibangung

kan deng jumlah KK yang berpendpatan menengah keatas (287 KK).

Tingkat Kesejahteraan ini memiliki dampak pula terhadp kualitas bangunan10

dan pakaian yan dipakai. Umunya masyarakat desa Tincep memiliki rumah

yang telah tebuat dari beton, termasuk yang semi permanen (65%). Hanya

sedikit (35%) yang memakai rumah kayu, termasuk rumah panggung.

Lagipula dari pengamatan penulis, busana yang digunakan pada hari

Minggu, maupun pakaian yang terdpat di jemuran masyarakata desa Tincep

umunya sudah meggunakan pakaian yang bahannya terbuat dari kain berbahan

tekstil sintetik, dan berwarna beragam yang harganya relatif mahal. Hanya

sedikit yang memakai busana dengan bahan kain linen dengan warna polos

yang harganya lebih murah.

Tingakat kesejahteaan yang cukup baik di desa Tincep ini juga dapat

dilihat lewat kepemilikan Keberadaan bermotor yang memang membutuhkan

banyak uang untuk membelinya. Di desa Tincep sendiri terdapat sepeda motor

(98 unit) dan mobil/truk (22 unit).

Melihat tingkat kesejahteraan yang dicapai olel penduduk desa ini, akan

timbul pertanyaan bagaiman mereka dapt mencapai tingakt kesejahteranan

demikian. Apa mata pencarian mereka ?

Nah, berikut ini adalah jenis-jenis usaha yang dijalankan oleh masing-

masing anggota masyarakat desa Tincep.

10 Lihat peta distribusi jenis dan bentuk rumah pada lampiran

33 | P a g e

No.Jenis

Pekerjaan

Mata Pencaharian (Orang)Jumlah

Jaga 1 Jaga 2 Jaga 3 Jaga 4

1. PNS 4 2 2 4 10

2.Pegawai

Swasta3 4 8 5 20

3. Petani 182 172 284 204 842

4. Pensiunan 3 2 3 3 11

7. Usaha Sendiri 4 6 8 5 23

8. Tidak Bekerja 147 95 122 158 522

9. Lain - lain 28 22 41 22 113

Jumlah 369 303 469 401 1.542

Page 34: Profil Desa Tincep

Dari data tersebut, kita mengetahui bahwa jumlah yang paling menojol

bayaknya adalah jumlah petani yang mencapai 842 orang dari 1542 orang.

Bagaimanakah sampai para petani yang sudah sering dikategorikan sebagai

orang kecil menegah itu mampu membentuk tingkat kesejahteraan yang

lumayan bagus di desa Tincep (keluarga berpendapatan menegah keatas

mencapai 287 KK)?.

Ternyata petani yang berada di desa Tincep dapat digolongkan sebagai

petani yang sejahtera. Hal itu dapat dilihat berdasarkan perhitugan upah

minimum yang dapat diperoleh para petani desa Tincep berikut ini :11

Setahun ada 3 kali penen

untuk para petani padi sawah, dalam satu kali panen, umumya petani

dapat memperoleh minimal 10-15 karung yang berisi 50 liter12 beras.

Maka jumlah beras yang minimal dapat dikumpulkan setiap tahun

adalah 50 liter x 12 karung (median dari 10 -15 karung) = 600 liter x 3

(jumlah panen per tahun) akan didapat jumlah 1800 liter per tahun.

Dari jumlah sebanyak itu, petani biasanya mengambil ¼ bagiannya

untuk dikonsumsi oleh keluarganya sendiri. Berarti jumlah yang akan

dijual dalam setahun adalah adalah sebesar 1660 liter. Harga 1 liter

beras adalah Rp.6000. Berarti jumlah uang yang dapat diterima setiap

petani dalam setahun minimal berjumlah Rp. 9.960.000,

Jika rata-rata pengeluaran normal per hari adalah Rp 25.000 (tidak

termasuk beras karena dapat diperoleh sendri) maka dalam setahun

dapat menghabiskan uang sebesar Rp. 9.000.000.

Dengan demikian terdapat surplus sebesar Rp 960.000. biasanya

jumlah sebesar ini ditabung di bank.

Ini adalah perhitungan minimal. Kalau dilakukan perhitungan normal

dapat lebih tinggi lagi pendapatannya. Namun walaupun dapat memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari selama setahun dan masih menyisahkan uang

11 Perhitugan ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan Hukum tua : Bpk. Romi Dapu S.sos , kepala jaga II- Bpk Edin Tujuwale, dan seorang petani sekaligus tokoh masyarakat katolik, Bapak A. Manengkel.

12 Satu liter setara dengan 1 ¼ kg.

34 | P a g e

Page 35: Profil Desa Tincep

untuk ditabung, para petani umumnya tidak hanya mengandalkan pendapatan

dari sawah ini mengingat :

Panen dapat saja gagal akibat hujan deras terus-menerus yang

menyebabkan banjir dan serangan hama.

Keadaan akan semakin gawat jika persediaan beras yang semula

disisihkan habis sebelum waktunya.

Selalu ada kebutuhan mendadak seperti pesta, sumbangan Gereja maupun

kedukaan

masih ada kebutuhan dana pendidikan untuk anak-anak dan dana

pemeliharanan sawah itu sendiri

Maka jalan keluar yang terbaik adalah mencari pekerjaan sampingan.

Selain tanaman padi sawah, adapula tanaman lain yang sering dibudidayakan

yaitu, tanaman cengkih. Harga cengkih lebih besar daripada harga beras. Satu

karung beras 50 kg, hanya mencapai harga sekitar Rp 350.000, sedangkan 50

kg cengkeh kering sudah mencapai harga sekitar Rp 2,500.000. Keuntungan

ini dapat belipat ganda jika mereka melakukan spekulasi harga. Umumna

mereka menjual 50% dari penghasilan mereka para paruh waktu pertama.

Ketika cengkeh mulai langka di pasaran mereka mulai menjual lagi 50% yang

tersisa dengan harga yang lebih mahal lagi. Hal ini dapat menjelaskan,

mengapa tanaman cengkih ini dapat memberikan kesejahteraan yang lebih

memadai kepada dibandingkan tanaman beras.

Selain padi dan cengkih, tanaman yang juga mendatangkan uang

adalah pohon yang menghasilkan buah-buahan Durian dan Mangga. Jadi dari

semua deskripsi itu dapat dilihat bahwa masyarakat desa Tincep sangat

dimanja oleh sumber daya alamnya. Mereka selalu saja memiliki cara untuk

memperoleh pendapatan.

Lalu mengapa ada pula beberapa warga desa yang miskin ? Yang

menyebabkan kemiskinan sebenarnya adalah mentalitas boros warga sendiri,

maupun kebutuhan yang banyak diantara anggota keluarga. Adakalanya

dengan penghasilan satu juta sebulan, sebuah keluarga kecil mampu

membiayai kebutuhan hidupnya, tetapi ada keluarga yang dengan biaya

sebesar itu tak mampu membiayai hidupnya karena jumlah anggota keluarga

yang terlampau besar. jadi boleh dikatakan pemasukan lebih besar daripada

pengeluaran.

35 | P a g e

Page 36: Profil Desa Tincep

Adapula faktor-faktor lain seperti keengganan untuk menabung di bank

karna dianggap menyusahkan ataupun disebabkan oleh banyakanya pesta yang

menelan biaya besar serta kemabukan yang timbul disamping pesta itu. semua

itu menimbulkan pengeluaran yang terlampau besar.

5. Suku bangsa di desa Tincep

Desa Tincep meupakan tempat domisili bukan saja warga yang

beretnis Minahasa, tetapi juga beberapa etnis lain di luar minahasa.

Suku Jumlah penduduk Keterangan

Minahasa 1532 Semuanya beragama

Krsiten

Ambon 3 Semuanya Beragama Krsiten

Sangir 4 Semuanya bergagma kristen

Makasar 1 beragama islam

Jawa 1 beragama islam

Bali 1 beragama katolik

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah suku Minahasa adalah yang

terbanyak, sedangakan jumlah dari suku Makassar, Jawa dan Bali adalah yang

paling kecil. Keberadaan banyak suku bangsa di desa Tincep menunjukkan

bahwa desa ini telah terbuka pada interaksi yang lebih luas, bukan hanya

perpindahan penduduk dari daerah minahasa yang lain (antar sub-etnis

minahasa), tetapi juga antar suku–suku besar di Indonesia. Walaupun

demikian jumlah orang dari suku Minahasa masih terlampau besar bila

dibandingkan dengan suku bangsa yang lainnya. Hal ini mengakibatkan bahwa

corak kehidupan yang umum dihidupi oleh masyarakat Tincep adalah corak

hidup orang Minahasa.

Sementara itu, kohesi sosial masyarakat yang berlaianan suku ini terjalin

cukup erat dan membaur. Hal ini dapat dilihat dari letak rumah dari masing-

masing suku yang berlainan itu. Rumah mereka menyebar diantara lautan

penduduk yang beretnis minahasa.13

13 Lihat peta distribusi etnis dan agama pada lampiran.

36 | P a g e

Page 37: Profil Desa Tincep

6. Afiliasi pada Golongan agama dan kepercayan

Golongan agama keterangan

1. Agama Kristen

a. Jemaat GMIM 64,67 persen

b. Jemaat GPDI 14, 31 persen

c. Jemaat Advent 11, 41 persen

d. Katolik 7,93 persen

e. Betel 1,35 persen

2. Agama Islam 0,52 persen

Dari data itu, dapat disimpulan bahwa jemaat GMIM adalah jemaat

yang terbesar sedangakan agama Islam merupakan yang terkecil. Hal ini

mengakibatkan corak kehidupan mayoritas desa Tincep sangat dipengaruh

oleh agama Kristen, khususnya oleh Gereja GMIM. Yang terlihat jelas adalah

pengaruh hari ibadah agama ini dengan keberlangsungan aktifitas harian

warga desa.

Hal ini dapat terlihat jelas pada suasana desa di hari Minggu, yang

merupakan hari kebaktian agama Kristen (GMIM dan jemaat Kristen lain

selain Advent). Menurut pengamatan peneliti, umumnya keadaan desa pada

sekitar pukul 8.30-10.00 a.m sangat lengang. Hal ini diakibatkan oleh

banyaknya penduduk Kristen (selain Advent) yang beribadah pada saat itu.

Kelengangan itu tidak hanya terjadi pada jalan-jalan tetapi juga pada kebun

dan areal persawahan yang setiap harinya selalu ramai oleh para petani.

Hal yang sedikit berbeda terjadi pada hari Sabtu yang merupakan hari

ibadah jemaat Advent. karena jumlah mereka bukanlah yang terbesar,

keadaan lengang tak begitu terlihat pada hari ini. Umumnya kita masih dapat

melihat kesibukan warga pada hari sabtu ini. Bahkan boleh dikatakan kegiatan

pada hari ini mencapai puncaknya. Segala pekerjaan berusaha diselesaikan

oleh sebagian besar masyarakat (yang beragama Kristen selain Advent) untuk

menyambut hari Minggu yang akan dijalani dengan ibadah dan istirahat kerja.

37 | P a g e

Page 38: Profil Desa Tincep

Hal yang serupa juga dialami pada hari jumat yan merupakan hari

ibadah warga yang beragama Islam. Karena mereka merupakan pemeluk

agama yang minoritas, maka keadaan hari jumat di desa tidak dipengaruhi

oleh aktifitas ibadah mereka. Warga yang beragama islam ini juga tidak

memiliki masjid di desa ini, karena pemeluknya hanya beberapa orang,

lagipula mereka hanya menjalani masa domisili yang sementara saja.

7. Rumah dan tanah pemukiman penduduk14

a. Bentuk dan bahan rumah

Umumnya rumah warga desa Tincep terbuat dari bahan beton/semen.

Kebanyakan adalah rumah permanen dan sebagian lainnya semi permanen.

Selain itu terdapat pula jenis rumah kayu dan bambu. Rumah yang berbahan

kayu ini sebagai besar memiliki bentuk rumah penggung (bentuk rumah adat

Minahasa). Bahan untuk atap sebagian besar adalah “seng” hanya sebagaian

kecil masih menggunakan atap dari dauh rumbia.

Bahan rumah ini juga berbanding lurus dengn pendapatan masyarakat.

Semakin besar pendaatan masyarakat, semakin mampu juga ia membangun

rumah dari bahan yang lebih mahal, yaitu bahan beton,sedangkan warga yang

memiliki pendapatan menengah kebawah hanya mampu membangun rumah

dari bahan yang lebih murah seperti bahan kayu.

Selain faktor pendapatan, akses untuk mendapat bahan bangunan juga

mempengaruhi bahan yang digunakan untuk membangun rumah. Umumnya

bahan bagnunan seperti genteng tidak tersedia secara meluas di Sulawesi

Utara. Sedangakn “seng” lebih banyak tersedia. Maka dapat dimengerti

mengapa hampir semua rumah di desa Tincep memiliki atap dari “seng.”

b. Halaman rumah

Hampir semua rumah di desa Tincep memiiki halaman rumah. Ada

yang memiliki halaman rumah yang luas dan ada juga yang memiliki

halaman rumah yang sempit.15 Hal ini tidak selalu berbanding lurus dengan

jumlah pendapatan. Ada kalanya sebuah rumah sederhana yang terbuat

14 Lihat peta distribusi bahan rumah pada lampiran.

38 | P a g e

Page 39: Profil Desa Tincep

dari kayu memiliki halaman yang luas sedangkan sebuah rumah

yang besar dan berbahan mahal seperti beton justru memiliki halaman

yang sempit.

Besar kecilnya halaman rumah sangat tergantung dari

pemanfaatan tanah di sekeliling rumah. Adakalanya hampir seluruh

tanah digunakan sebagai landasan bangunan rumah utama, akhirnya

tidak tersisa tanah yang dapat digunakan untuk halaman. Ada kalanya

sebuah rumah hanya memiliki bangunan yang kecil, sedangkan tersedia

sisa tanah yang kosong disekelilingnya yang digunakan sebagai halaman.

Pemanfaatan halman rumah sangat beragam. Ada warga yang

menggunakan halaman rumahnya sebagai media tanaman hias (bunga);

namun tidak sedikit juga yang menggunakannya sebagai tempat menjemur

padi atau cengkeh. Untuk hal ini mereka membuat semacam lapangan

kecil di depan rumah mereka. Lantai lapangan kecil itu terbuat dari

bahan semen. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penjemuran gabah

dan penjemuran biji cengkih saat panen.

c. Pagar rumah

Dari peta distribusi bentuk rumah dan penggunaan pagar pada halaman

lampiran dapat terlihat bahwa tidak semua warga menggunakan pagar. Bahkan

mayoritas penduduk desa Tidak memiliki pagar. Pagar yang dimiliki warga

juga beragam bahannya. Ada yang terbuat dari bahan kayu dan bambu, tetapi

ada juga yang terbuat dari bahan beton dan besi (las). Bahan pagar tergantung

dari kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pagar itu. Bahan pagar

yang termahal adalah yang terbuat dari besi (las), sedangkan yang termurah

adalah yang terbuat dari bahan bambu dan kayu yang bahannya dapat

langsung ditemukan di hutan desa Tincep.

Umumnya pagar dimiliki oleh mereka yang bermukim di sepanjang

jalan raya. Sedangkan mereka yang bermukim di sepanjang jalan kecil,

umumnya tidak memiliki pagar. Hal ini berkaitan dengan pemahaman

penduduk akan keamanan. Di sekitar jalan raya utama banyak kendaraan dan

15 Dalam pengertian ini, halaman rumah tidak sama dengan luas tanah. Rumah yang memiliki halaman luas tidak sama dengan rumah yang memiliki tanah yang luas. Halaman yang dimaksud adalah lahan kosong disekitar rumah.

39 | P a g e

Page 40: Profil Desa Tincep

orang yang lalu-lalang. Oleh sebab itu ketersediaan pagar dapat memberi

perlindungan terhadap penghuni rumah dari bahaya kecelakaan ataupun

pencurian.

Keberadaan pagar ini juga memiliki pengaruh terhadap kohesi sosial

warga Tincep. Dari pengamatan peneliti, daerah sepanjang jalan raya yang

memiliki pagar, umumnya tidak terlihat suatu aktivitas interaksi yang berarti.

Jarang ada orang yang saling bercakap-cakap antar penghuni rumah satu

dengan yang lainnya. Hal ini terutama disebabkan oleh terhalangnya

pandangan dan pertemuan antara mereka. Tentu adanya pagar mempengaruhi

hal ini.

Keadaan ini ini sangat berbeda dengan para penduduk yang tinggal di

sepanjang jalan kecil yang umumnya tidak memiliki pagar. Disini, penulis

justru menemukan banyak terjadi aktivitas interaksi sosial antar warga. Hal ini

dapat terlihat jelas baik siang maupun malam hari. Para warga disini saling

bercakap-cakap bahkan membentuk kumpulan-kumpulan dan kerumunan-

kerumunan orang pada toko-toko kecil yang ada disitu, atau pada tempat

peristirahatan dibawah pohon. Ketiadaan pagar membuat setiap warga di

wilayah sepanjang jalan kecil ini dapat leluasa berinteraksi.

BAB. III. Gambaran Sosial Budaya DesaTincep16

A. Agama dan kepercayaan

1. Agama suku

Sebelum agama besar masuk Tincep, telah terdapat bentuk-bentuk keercayaan

setempat. Hal ini terlihat dalam upacara Tumani yaitu upacara pendirian desa dengan

16Data-data ini sebgian besar diambil dari buku sejarah desa Tincep karangan bapak Pestus Romdonuwu., dkk, yang diterbitkan tahun 1988; disertai dengna analisis penulis sendiri.

40 | P a g e

Page 41: Profil Desa Tincep

menyebutkan puji-pujian dan permohonan kepada “EMPUNG WANGKO AMANG

KASURUAN,” SI MAEMA IMBAYA WAYA dan seterusnya. Dari kalimat ini,

sudah dapat dipastikan bahwa ada yang mereka percaya sebagai :

- Pemberi sesuatu kepada mereka

- Pemimpin mereka

- Pemecah persoalan yang mereka hadapi

Hal ini meunjukkan bahwa masyarakat desa Tincep, sebagaimana masyarakat

Minahasa umumnya pada waktu itu telah mempercayai adanya kekuatan yang

transenden / yang ilahi. Pengakuan akan “yang tansenden itu” tidak hanya terjadi pada

saat pendirian kampung, tetapi juga pada saat melaksanakan upacara syukuran panen

tahunan yang dinamakan upacara “semaka toro.” Pada acara itu juga diadakan syukur

kepada penguasa dunia ini. Hal ini mengakibatkan penerimaan masyarakat terhadapa

agama Kristen begitu mudah, karena agama Krsiten juga mengajarkan bahwa Allah

itu adalah Allah yang menyertai umatnya dalam segala kesusahan hidupnya.

2. Agama Kristen

Agama dengan pemeluk terbesar di desa Tincep sekarang adalah agama Kristen.

Namun agama Kristen yang masuk di desa Tincep, terdiri dari berbagai denominasi.

Antar lain :

a. Jemaat GMIM

Awalnya, masuknya agama Kristen di desa Tincep di dahului dengan

masuknya seorang penginjil yang bernama “SCHWARS.” Pada tahun 1835,

dimulailah babtisan pertama. Agama Kristen yang dibawa oleh SCHWARS ini

beraliran kalvinis. Dan berkembang selanjutnya menjadi jemaat GMIM seperti

sekarang. Bergabungnya jemaat ini dengan sinode GMIM terjadi pada tahun

1934.

Pada perkembangan selanjutnya, pada periode tahun 1940-1945, jemaat ini

dipimpin oleh pendeta kesakay dan dibantu oleh bapak Nicholas Terok sebagai

guru jemaat.Seusai perang dunia II, pelayanan jemaat GMIM semakin baik,

dengan datangnya pendeta muda yaitu bapak Woiling.

Jemaat GMIM terus berkembang sampai menjadi jemaat dengan jumlah

terbesar di desa Tincep. Perkembangan yang pesat ini dibarengi dengan beberapa

41 | P a g e

Page 42: Profil Desa Tincep

pembangunan fisik. Berikut ini adalah beberapa pembangunan fisik yang telah

dilakukan sejak jemaat GMIM terbentuk:

Pembangunan gedung gereja kayu pada tahun 1931

Pembangunan gereja GMIM berbahan dasar semen cor pada tahun 1977;

masih ada sampai sekarang.

Pembangunan gedung Pastori dua lantai pada tahun 1984.

Gambar .8. Gedung gereja jemaat GMIM yang

42 | P a g e

Page 43: Profil Desa Tincep

merupakan gedung gereja yang terbesar di desa

Tincep, yang dapat menampung kira-kira 500

jemaat.

kini, jemaat GMIM desa Tincep dipimpin oleh Pdt. Feki Paat sTh. Jemaat

ini memainkan pengaruh sangat besar terhadap seluruh perikehidupan masyarakat

desa Tincep. Salah satunya lewat keberadaan sekolah Paud dan SD GMIM

Tincep. kemajuan pembinaan iman dari jemaat ini juga sangat mempengaruhi

kemajuan dari keadaan sosial masyarakat desa Tincep, karena sebagian besar

warga desa Tincep termasuk jemaatnya.

b. Jemaat Advent

Pada tahun 1927, masuklah denominasi Kristen yang lain yaitu jemaat

Advent. Warga desa Tincep pertama yang masuk jemaat ini adalah bapak D.

Wuyusan. Kemudian pada tahun 1935, datanglah bapak Wilem Najoan sebagai

guru jemaat untuk melayani jemaat Tincep. Jemaat Advent juga berkembang baik

di desa Tincep bahkan menduduki jumlah terbesar ketiga. Jemaat ini memiliki

kebiasaan dan ajaran yang agak berbeda dengan ajarna dan kebiasaan agama

jemaat Kristen yang lainnya di desa Tincep. Denominasi ini mengajarkan kepada

jemaatnya untuk megikuti ajaran taurat Yahudi denan setia. Itu sebabnya, mereka

tidak mengonsmsi daging babi maupun tidak beribadah pada hari Minggu.

Terhadap penghayatan ajaran yang berbeda dari jemaat Advent ini,

umumnya masyarakat desa yang lain berasal dari jemaat GMIM, Pantekosta dan

Katolik bersikap toleran dan menghargainya. Seorang ibu; N. Tujuwale

menjelaskan “torang kalu ada acara desa bersama, biasa ja kaseh pisah noh tu

makanan for dorang dari Advent”17 ungkapan ini menunjukkan bahwa komunitas

desa Tincep mencoba untuk saling mengakui keberadan masing-masing golongan

yang ada dan saling memberi dukungan. Masyarakat juga mengakui bahwa

keberadaan jemaat Advent memberikan hal positif kepada desa lewat keberaaan

sekolahnya yaitu SD Advent Tincep. Menurut penuturan seorang tokoh agama

katolik di desa Tincep; bapak Anselmus Manengkel, uang Iuran SPP tiap bulan di

sekolah ini sangat terjangkau yakni hanya Rp. 5000.

17 Terjemahan bebasnya : Pada saat acara desa yang melibatkan banyak orang, kami biasanya memisahkan makanan untuk warga yang berasal ari jemaat Advent.

43 | P a g e

Page 44: Profil Desa Tincep

Kemajuan perkembangan jemaat advent ini telah diteguhkan sejak

dibangunnya gedung gereja Advent pad tahun 1955 yang memiliki bahan dasar

semen cor dan marmer. keberadan bangunan ibadah ini, membantu jemaat Adven

untuk melaksanakan kewajiban ibadahnya dengan lebih maksimal. Kini jemaat

Advent desa Tincep dipimpin oelh Pdt. Rohan Solar dengan jumlah umat

mencapai 11,41 persen dari seluruh warga.

Gambar .9. Gedung gereja jemaat Advent yang

khas dengan tiang bendera dan lambang kese

puluh perintah Allah

c. Gereja Katolik

Selama perang dunia kedua berkecamuk, kesempatan itu digunakan oleh

bapak Dionesius Kojo untuk mengadakan pelayanan agama Kristen Katolik. Jadi,

pada tahun 1949 beberapa warga Tincep menyatakan diri bergabung dalam

jemaat katolik dan disahkan/dibabtis pada tahun 1950. Samapai sekarang, jumlah

umat katokil berkisar 33 KK dengan persentase 7,93 persen dari seluruh

penduduk desa.

Walaupun masih merupakan suatu jemaat yang kecil, namun jemaat Katolik

memiliki andil dan partisipasi tersendiri dalam kegiatan-kegiatan yang

44 | P a g e

Page 45: Profil Desa Tincep

memajukan masyarakat desa Tincep secara keseluruhan. Contohnya adalah kerja

bakti dib alai desa atupun tmpat lain yag merupakan sarana umum desa.

Kegiatana itu biasanya dilakukan saat masa Prapaskah. Bapak A. Manengkel

sebagai pemuka jemaat ini (ketua stasi) mengatakan bahwa kegiatan ini adalah

salah satu bentuk penghayatan akan puasa dan matiraga, sekaligus membantu

masyarakat dalam memelihara fasilitas umum.

Gambar .10. Gedung gereja Katolik st. tehresia

Tincep yang berukurang kecil jika dibandingkan

dengan gedung gereja yang lain

d. Jemaat Pantekosta (GPDI)

Selama rentang tahun 1957-1960, terjadi gejolak peperangan permesta di

Minahasa. Walaupun demikian semangat untuk melanjutkan pelayanana Injili

tidak surut. Bahkan pada masa ini, masuklah pula jemaat Pantekosta(GPDI) di

desa Tincep. Sidang jemaat didirikan dari tahun 1928. Dan mulai diasuh oleh

45 | P a g e

Page 46: Profil Desa Tincep

pendeta Pairani dan pendeta Pandelaki. Kini jemaat ini dipimpin oleh pdt. Deli

Senduk.

Jemaat ni juga tela menyumbangkan banyak hal posotif bagi desa diantaranya

lewat traisi “bingkisan natal.” Bingkisan natal ini adalah bentuk bantuan dari

jemaat Pentakosta terhadap keluarga yang kuran mampu desa tincep.

Gambar.11. Gedung gereja GPDI

dengan gaya khas atapnya yang

sangat lancip.

e. Jemaat Betel (GBI)

Jemaat Betel adalah jemaat kristen yang termuda di desa Tincep. Jemaat ini

baru masuk ke desa Tincep pada tahun 2001 dan mulai diasuh dan dikoordinir

oleh pendeta manix mou dan pendeta sekarang (2013) adalah Samuel gampamole

Sesuai dengan perkembangan jemaat yang kian pesat, dibangunlah sebuah gedung

gereja untuk ibadah. Gedung gereja itu dibangun pada tahun 2001.

Kini, walaupun persentase umat GBI di desa masih relatif kecil yaitu hanya

mencapai 1,35 %, namun kehadiran mereka juga sangat memberi warna kepada

46 | P a g e

Page 47: Profil Desa Tincep

warga desa Tincep. sekdes Tincep bapak Canglie Rondonuwu, menuturkan.

“Jemaat betel ini baru bediri, dorang punya kegiatan ibadah sendiri seperti KKR.

Mar memang dorang nyanda ada kegiatan khusus for desa. Mar dorang katu aktif

noh kal ada kerja bakti untuk desa.”

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun dalam usianya yan masih begitu muda,

perlahan-lahan jemaat Betel di desa Tincep mulai membagnun kesatuan dengan

umat disekitanya lewat inisiatif dan keaktifan bekerja sebagai bagian dari warga

desa Tincep.

Gambar .12. Gedung gereja jemaat

Betel (GBI) yang baru dibangun pada

tahun 2001 dan masih dibangun

hingga kini.

B. Adat istiadat

1. Kelahiran

Berikut ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat desa Tincep

ketika tiba kelahiran seorang bayi. Bila seorang ibu hamil tua, maka biasanya ia

diharuskan makan dengan “tartib” artinya tidak meninggalkan sisa makanan di

47 | P a g e

Page 48: Profil Desa Tincep

piring. Sedang sang bapak harus mengumpulkan kayu bakar sebanyak mungkin

untuk persiapan kelahiran sang bayi.

Bila tiba saatnya melahirkan, diundaglah seorang ahli yang membidani

kelahiran yang disebut “Biang” yang kini dikenal sebagai Bidan.

Bila bayi lahir dengan selamat, maka Biang akan bertugas sebagaimana

mestinya. Tetpi bila Bila bayi tersebut meninggal, maka mayat bayi itu harus segera

dibalut kain dan segera dimasukkan didalam periuk tanah. Hal ini dilakukan secara

khusus oleh anggota keluarga terdekat pada waktu hari sudah gelap tanpa upacara

umum. Biasanya saksi penguburan bayi itu adalah Biang.Ia sudah diakui oleh

pemerintah desa maupun masyakakat untuk menjadi saksi atas hal-hal semacam

itu.Namun bila bayi lahir dalam keadaan selamat, sang bapak harus melaporkan

kelahiran itu kepada Hukum Tua ( kepala desa ).

Sementra itu sesudah melahirkan bagaimanapun nasib bayi itu (selamat atupun

meninggal) sang ibu mesti dikurung selama kurang lebih dua minggu untuk

mendapat perawatan khusus seperti mengepal daun turi di kepala, makan bubur

bercampur jahe dan kemiri, dan berdiang di dekat perapian. Hal terakhir yang

dilakukan sebelum meninggalkan perapian ialah Sumosop (mengeluarkan keringat

lewat uap air panas : ukup ).

Pada zaman sekarang umumnya, perihal kelahiran telah diserahkan kepada

seorang bidan puskesdes yang memahami cara-cara membidani kelahiran seorang

bayi secara medis modern.

2. Perkawinan

Sebelum diadakan upacara perkawinan, pihak keluarga pria mengutus orang

yang ikenal dengan istilah “Tumantu.” Kemudian bila ada persetujuan atau lamaran

tidak ditolak, maka dibicarakan pengakuan dari kedua calon pengantin di depan

kedua pihak orang tua denga istilah “Sumominta.”

Pada acara ini, pihak keluarga wanita akan mengajukan mas kawin yaitu

sejumlah tuntutan harta benda seperti uang tunai, perlengkapan pestadan tanah atau

rumah kepada pihak mempelai pria. Hal ini tidak boleh ditawar-tawar.

Jika pihak pria menyanggupinya, maka diadakanlah pesta perkawinan.

Namun segala tuntutan mas kawin pihak kelurga perempuan dapat dibatalkan oleh

pihak keluarga laki-laki, jika pihak kelurga waita tidak dapat membuktikan

48 | P a g e

Page 49: Profil Desa Tincep

kemurnian dan kesetian si wanita yaitu dengan menunjukkan bahwa ia masih

perawan.

Keperawanan itu dapat ditunjukkan pada malam permulaan “sanggama”.Pada

alas tempat tidur diletakan sebuah kain putih.Pada pagi harinya setelah bangun,

pengantin wanita harus segera keluar dari kamar dan ibu mertuaakan masuk

membutktikan keperawanan itu.Tanda keperawanan itu adalah adanya bercak darah

merah cerah yang berceceran di kain putih itu.

Bila hal itu tidak didapatkan, berarti wanita dianggap sudah tidak perawan

lagi. Jika sang pengantin pria merasa ditipu dan dirugikan, tak jarang seluruh

persyratan yang telah diajukan olehpihak keluarga perempuan itu ditarik kembali,

ada kalanya sampai diadakan perceraian. Namun jika sang laki-laki tetap

mempertahankan hubungan dan mengakui istrinya itu, maka masalah ini tidak

dipermasalahkan lagi ,walaupun diterima dengan senyum sinis dari orang tua lelaki.

Kebiasaan seperti ini sudah jarang dilakukan, denga masuknya agama Kristen

yang melarang perceraian. Namun nilai-nilai yang terkandung di dalam upacara ini

masih terus dilestarikan. Nilai yang dimaksud adalah nilai Kesucian, kesetiaan

dalam hidup berumah tangga. Tuntutan tentang hal “keperawanan” seorang wanita

pada adat seperti ini sebenarnya mencerminkan pandangan hidup masyarakat desa

yang sangat menekankan kesucian dan keluhuran martabat perkawian.

3. Kedukaan

Di desa Tincep, setiap berita kematian ditandai dengan bunyi atau tanda

tertentu, seperti bunyi bel/kentungan dengan bunyi tertentu, maka segera penduduk

mencari keterangan dan bergegas ke rumah duka.Bantuan membangun bangsal

segera berdatangan, juga ersedia degan segera beberapa orang yang bertugas untuk

mengumpulkan dana duka yan disebut ‘’Suruk.’’ Berupa uang dan beras yang

dikumpul untuk keluarga yang tengah berduka.

Bila jenazah harus disemayamkan selama satu malam, maka penduduk akan

duduk bersama-sama sambil menyanyikan lagu-lagu rohani untuk menghibur

keluargayang ditinggalkan. Nah ketika menyanyikan lagu ini, ada suatu

perkumpulan yang dussebut perkumpulan antar umat beragama yang disebut sebagai

Setelah itu akan dilaksanankan penguburan. Jenazah akan diarak menuju

kubur oleh keluarga maupun masyarakat yang menikutinya. Umumnya pakaian yang

49 | P a g e

Page 50: Profil Desa Tincep

dikenakan berwarna hitam yang melambangkan kedukaan.Sesampainya di kubur,

diadakan upacara penguburan sesuai dengan aturan agama masing-masing.

Dahulu, upacara ini ditangani oleh tona’as desa bila anak-anak yang

meninggal, maka semua sekam kayu sisa peti jenazah dibawa ke pekuburan, dan bila

orang tua laki-laki atau permpuan diikuti dengan pemecahan periuk tanah dena

istilah ‘’Mapo’ow’’ (kita tidak sebelanga lagi). Bila hal ini tidak dilakukan, maka

orang akan enggan kawin dengan duda atau janda yan ditinggalkan pasangannya itu.

Maksudnya adlah orang akan menganggap bahwa mereka masih memiliki hubungan

yang tak terlihat, jadi degan pemecahan periuk itu, terbukalah jalan bagi duda atau

janda itu untuk kawin lagi.

Selesai penguburan masih ada acara lain lagi yaitu, acara peringatan tiga

malam, yang diisi dengan doa bagi keselamatan jiwa arwah, juga acara makan

bersama antara keluarga dan masyarakat. Dahulu, pada peringatan tiga malam ini

diadakan juga upacara pemanggilan arwah yang baru meninggal oleh sang tona’as.

Setelah acara ini masih ada lagi peringatan mingguan dengan istilah

‘’Sumakey’’ dan acara terakhir dalam rangkaian acara kedukaan itu adalah

peringatan satu tahun.Acara ini jgua dihadiri oleh keluarga atau masyarakat yang

hadir. Sebelum diadakan upacara tahunan itu, diadakan upacara empat puluh hari

kematian sang almarhum / almarhumah.

4. Panen

Panen disebut juga ‘’Tumutul’’. Rangkaian penen ini dimulai dengan upacara

semaka toro. Pemimpin upacara yang disebut tumutul wue wuena mengambil sedikit

dari ladang berupa padi atau jagung yang terbaik, kemudian diberikan suatu

tempatyang telah ditentukan oleh tona’as pad pinggir kebun. Tumutul mengambil

sedikit berkas padi/jagung tersebut dan digantungkan dibagian dalam pondok

dengan harapan, hasil panen ini akan cukup sampai pada masa panen berikutnya,

setidak-tidaknya masih ada sisa degna istilah ‘’kina raan.’’

Setelah upacara itu, diadakanlah Pengucapan, yaitu acara masyarakatumum

untuk menikmati hasil bumi yang baru dipanen. Acara itu dimulai degna Mengelep,

yaitu undangan bagi tetangga ataupun masyarakat untuk mengikuti acara

pengucapan ini.

50 | P a g e

Page 51: Profil Desa Tincep

Sejalan degan masuknya agama Kristen, acara semaka toro dengan

pengucapan ini dijadikan dijadikan syukuran lewat acar yang bercorak gerejani yang

disebut ‘’Pengucapan syukur.’’

Di desa Tincep, pengucapan syukur ini dilakukan dan diundangkan oleh

masing-masing denominasi gereja secara bergiliran.Tak heran sepanjang tahun

terdapat sekitar empat kali pengucapan syukur.Pengucapan syukur ini dibuat sekali

dalam sebulan yaitu pada bulan juni, juli, agustus, september.

Acara Pengucapan Syukur sebenarnya mencerminkan ungkapan syukur yang

menjadi salah satu nilai yang iperjuangkan masyarakat Minahasa pada umumnya.

merupakan salah satu bentuk yang paling baik dari inkulturasi budaya Minahasa

dengan Kekristenan. Dari upacara ini, tercerminlah kesatuan yang terjadi dengan

begitu erat dan mantap antara budaya Minahasa dengan Kekristenan. Hal ini

merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa agama Kristen berhasil

baik dalam memperoleh pengikutnya ataupun mempengaruhi kehidupan masyarakat

di Minahasa.

Gambar.13. Contoh acara pengucapan syukur yang diada

kan oleh gereja katolik stasi Tincep. Tampak hadir pula

pastor rekan paroki Sonder serta calon wakil bupati

Minahasa R.j. Montong.sTh.

51 | P a g e

Page 52: Profil Desa Tincep

5. Pantangan/larangan

Ada beberapa pantngan yang dikenal oleh orang-orang Tincep antara lain

Tidak boleh melempar rumah, merusak dalam bentuk ancaman milik orang

lain

Tidak boleh memindahakan tanda sifat perbatasan kebun dan halaman

Ketika seorang istri sedang hamil, ia tidak boleh menyiksa binatang,

menyembelih binatang, ataupun meyakiti hewan serta tidak boleh mengolok-

olok orang ataupun bertengkar dengan suami, tidak boleh berdiri lama di

depan pintu atau tangga, tidak boleh melayat jenazah yang bukan saudara atau

keluarga, kalau berjalan jangan makan-makan.

Menuding seseorang dengan menggunakan telunjuk sebagai ancaman

Berjalan saat hujan panas.

Pantangan-pantangan tersebut masih diajarkan / disosialisasikan sampai pada

masa kini. Dari daftar pantangan-pantangan tersebut, penulis melihat bahwa

sangat terlihat corak nilai moral yang ingin ditekankan. Beberapa nilai moral yang

terdapat dalam larangan-larangan itu antara lain :

Nilai penghargaan atas milik orang lain lewat larangan Tidak boleh

melempar rumah, merusak dalam bentuk ancaman milik orang lain dan tidak

boleh memindahakan tanda sifat perbatasan kebun dan halaman

Nilai penghargaan atas manusia dan binatang lewat larangan Ketika

kepada seorng istri sedang hamil, yaitu bahwa ia tidak boleh menyiksa

binatang, menyembelih binatang, ataupun meyakiti hewan serta tidak boleh

mengolok-olok orang ataupun bertengkar dengan suami. Selain itu bagi setiap

orang, dilarang juga untuk menuding orang lain dengan menggunakan telunjuk

sebagai ancaman. Ini semua merupakan bentuk ajaran moral tentang

penghargaan kepada manusia dan binatang; pribadi dan alam semesta.

Nilai kehidupan dan keselamatan lewat larangan kepada ibu hamil untuk

tidak boleh berdiri lama di depan pintu atau tangga. Hal ini sebenarnya

merupaka suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan yang mungkin dapat

dialami oleh seorang wanita yang sedang hamil. Seangkan larangan tidak

52 | P a g e

Page 53: Profil Desa Tincep

boleh melayat jenazah yang bukan saudara atau keluarga sebenarnya berkaitan

dengan usaha untuk memelihara seorang ibu hamil untuk tidak melakukan

perjalanan jauh kecuali kalau mendesak. Larangan lain yang berkaitn dengan

keselamatan dan kehidupan adalah larangan untuk tidak berjalan saat hujan

panas. Hujan panas atau gerimis yang disertai panas terik, dapat menyebabkan

orang terserang sakit kepala atau pilek. Maka larangan ini bertujuan untuk

menjamin kesehatan seseorang.

C. Upacara adat

1. Pelantikan pejabat pemerintah

Dalam hal pelantikan Tona’as yang menyiapkan rumah tawaang merah

sebagai lambing yang akan dilantik menjadi satu apart yang harus dihormati dan

diatati. Acara ini dibuat sebelum pelantikan diadkan dengan istilah

“NIkaraian”.Sedangkan setelah dilatik diiku dengan “Nilele’an.”

2. Menolak bala

Adakalanya masyarakat desa Tincep terserang suatu wabah penyakit ataupun

beerapa kecelakaan atau kesialan.Masyarakat menganggap bahwa telah terjadi

serangan oleh bala jahat maka perlu dilakukan upacar penolakan bala.Acara menolak

bala dilakukan dengn cara menyembelih ayam jantan merah oleh Tona’as pada batu

Tumotowa, dengan istilah “Rumages.”

3. Meminta berkah

Dalam melakasanakan upacara meminta berkat, disediakanlah sajian berupa

nasi ketan, lauk pauk seperti daging ayam, babi, atau ikan mas. Hal-hal tersebut

dibawa ke tempat tertentu yangtelah ditunjuk oleh tonaas. Setelah mereka mendapat

tanda dari bunyi burung alamat yang direstui sesuai dengan perminataan tonaas, maka

kemudian diadakannlah jamuan oleh tonaas dan ara tetua kampung. Nasi yang

dimakan oleh mereka itu adlah nasi yang paling istimewa denga istilah ‘’Tumu’ar’’.

53 | P a g e

Page 54: Profil Desa Tincep

4. Pengresmian bangunan/alat

Di desa Tincep biasanya dilakukan pulapengresmian alat-alat kerja.Hal ini

dilakukan dengan upacar ‘’tumani.’’Acara ini dilakukan dengan pertma-tama

mengundang orang-orang tertentu sebagai pembantu tonaas.Kemudian disediakanlah

makanana khusus sebagai sajian selain sajian makanan bersama.acara ini didahului

dengan penyembelihn seekor ayam berwarna merah.

D. Kesenian dan bahasa daerah

Beberapa kesenian yang masih dikembankan dengan baik di desa ini adalah : tari

maengket, seni musik bambu dan kulintang, seni rupa seperti seni membuat mozaik dari

buah cengkih.

Masyarakat desa Tincep bermukim di tempat yang menggunakan bahasa daerah

sub-etnis Tontemboan (etnis Minahasa). Pemakai bahasa Tontemboan di Minahasa

sebenarnya terbagi atas beberpa grup (tou) yakni :18

Tou Wasian. Tou ini berasosiasi dengan kelompok lain lagi yaitu

Tonsawang. Selajutnya sub grup ini terbagi dua menjadi Tou Wasian yang

hidup di kecamatan Tombasian dan TouLangowan yang Tinggal di

kecamatan Langowan.

Tomapasso. Yang menempati kecamatan Tompasso sekarang ini. beberapa

dari mereka sudah berpindah dan menetap di Kyuuwi karena konflik-

konflik internal.

TouKawangkoan. Yang bermukim di kawangkoan. Beberapa dari mereka

telah berpindah ke kayuuwi dan bercampur dengan orang Tompasso.

TouSonder. Merupakan pecahan dari kelompk tou Kawangkoan ini.

kelompok ini sekarnag tinggal di kecamatan Sonder. Nah, masyarkat desa

Tincep umumnya berasal dari kalangan ini.

Dalam perkembanan selanjutnya, terjadi percampuran dialek dan bahasa, antara

sub etnis tontemboan itu dengan sub etnis tombulu dan tonsea karena terjadinya

18Bdk, Paul Richard Renwarin, Matuari wo Tonaas-Jilid I : Mawanua (Jakarta :cahaya Pineleng, 2007), hlm. 85

54 | P a g e

Page 55: Profil Desa Tincep

perpindahan penduduk dan perkawinan. Perkawinan antara warga dari sub etnis

Tontemboan dengna kedua suku tersebut mudah terjadi karena wilayah domisili suku

Tombulu dan Tosea adalah yang terdekat dengan sub-etnis Tontemboan.

Namun secara umum kini, masyarakat menggunakan bahsa melayu –Manado.

Bahasa melayu Manado ini lebih mudah dimengerti oleh kebanyaan orang indonesia

karena kemiripannya dengan bahasa melayu-indonesia sendiri.

Penggunaan bahasa yang beragam ini menunjukkan betapa hubungan/interaksi

antara masyarakat desa Tincep dengan masyarakat lain di Manado terjadi secara lancar

karena terjadi pertemuan bahasa-bahasa .

E. Perekonomian Desa

Perekonomian desa ditopang oleh beberapa usaha yang dilakukan warga sendiri

selain mata pencarian lain yang diperuntukkan bagi konsumsi pribadi. bebrap usaha ini

dilakukan atas prakasa masyarakat sendiri guna mensiasati pengembangan kesejahteraan

masyarakat desa. Usaha-usaha itu antara lain :

Tabel jenis Usaha ekonomi Masyarakat desa TIncep

No. J e n i s U s a h aJumlah Unit /

KK%

1. Warung 18 10,26

2 Usaha Pembuatan Mie 2 1,71

3. Bengkel / Service Kendaraan 3 1,71

4. Meubeler 1 2,56

5. Gilingan Padi 2 2,56

6. Gilingan Jagung 1 2,56

7. Usaha Penjualan Kios Makanan 12 6,84

8. Usaha Ternak Babi 22 46,15

9. Budidaya ikan Air Tawar di kolam ikan 16 4,27

10. Usaha Makanan Kue 8 7,69

11. Usaha Peternakan Sapi 2 2,56

55 | P a g e

Page 56: Profil Desa Tincep

J U M L A H 117 100

Dari data usaha perorangan ini, dapat tercermin bahwa usaha yang paling banyak

dikembangkan adalah usaha yang berkaitan dengan makanan. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah unit usaha yang sedang dikembangkan yaitu : warung (18 unit); Pembuatan Mie

(2 unit); Kios makanan (12 unit); gilingan padi dn jagung (3 unit); usaha ternak babi (22

unit); kolam ikan (16 unit); usaha kue (8 unit); dan uasaha peternakan sapi (2 unit). Jadi

jumlah unit usaha yang dikembangkan berkaitan dengan usaha makanan adalah sebesar

83 unit. Sementara itu, usaha yang bercorak lain selain usaha makanan hanya berupa

bengkel (3 unit); dan meubel (1 unit).

Melihat jumlah unit usaha makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan usaha

lain itu, peneliti pun ingin mencari tahu. Rupanya hal ini berhubugnan dengan kebiasaan

makan dari warga sendiri baik itu kebiasaan makan sehari-hari maupun kebiasaan makan

pada pesta-pesta. Peneliti melihat adanya korelasi antara kebiasaan itu dengn

menjamurnya unit usaha makanan di desa ini. Mengenai kebiasaan makan sehari-hari,

seorang warga desa yang bernama ibu Deitje Rawung mengatakan “satu hari torang nda

Cuma makang tiga kali, “torang kwa ada makang pagi dua kali, minom teh deng

smokol. Waktu minum teh torang biasa da makang deng roti ato kukis. Kalu smokol,

torang makang makanan basar kaya nasi, ubi ato ikang.” Dari ungkapan itu, tersirat

bahwa kebutuhan masyarakat desa akan ketersediaan bahan makanan seperti kue atau

biscuit yang biasanya dijual di toko atau kios begitu besar. Hal ini turut mendukung

menjamurnya took-toko atau kios-kios yang menjual makanan tersebut.

Pantauan peneliti sendiri juga membenarkan hal itu. Biasanya pada pagi hari sekitar

pkl 07.00 Wita, di depan kios-kios atau warung-warung, berkumpulah banyak orang

yang umumnya terdiri dari bapak-bapak yang baru hendak ke kebun. Peneliti melihat

bahwa mereka sedang bercakap-cakap sambil menikmati kopi dan teh serta beberapa

hidangan kue. Hal ini turut menguatkan apa yang telah dikatakan oelh ibu tadi.

Kemudian, penulis menemukan bahwa menjamurnya berbagai jenis usaha makanan

ini berkaitan juga dengan kebiasaan pesta masyarakat yang membutuhkan hidanganyang

berbagai jenis, baik yang berbahan daging ataupun berbahan terigu seperti kue. Biasanya

pesta itu membutuhkan banyak daging terutama daging babi. Oleh karena itu tak heran

jika jenis ternak inilah yang memilki unit usaha ternak terbanyak (22). Selain dibutuhkan

bagi konsumsi di dalam desa sendiri, ternyata ternak seperti babi dan sapi itu juga

dipasarkan ke luar desa, umumnya ke pasar Tomohon.

56 | P a g e

Page 57: Profil Desa Tincep

Dari data ada pula usaha bengkel dan Meubel. Jika data kepemilikian kendaraan

di desa Tincep dicermati, sangat masuk akan bahwa usaha bengkel ini didirikan jumlah

kendaraan di desa tincep cukup banyak. Jika semua jenis kendaraan dikalkulasikan maka

akan terdata sekitar 165 unit kendaraan. Tentu saja jumlah kendaraan yang besar ini

sangat membutuhkan ketersediaan bengkel juga. Hal yang sama terjadi pada usaha

meubel. Perabotan rumah tangga yang dimilki masyarakat umumnya terbuat dari kayu,

sehingga sangat beralasan jika ada Meubel di desa ini.

Usaha-usaha itu mengungkapkan bahwa, bebarapa orang di desa Ticep ini sangat

cermat dalam menangkap peluang kebutuhan warga dan mengartikulasikannya dalam

usaha bermotif ekonomi.

Pendapatan desa Tincep bukan hanya didukung oleh pendapatan perseorangan

melalui pekerjaan dan usaha yang dilakukannya. Pemerintah jug memberikan perhatian

secara finansial kepada desa. Hal ini terlaksana lewat pemberian DPD/K (dana

pembangunan desa/Kecamatan) oleh pihak pemenrintah DATI II Minahasa. Bersamaan

dengan hal tersebut, desa juga menerima kucuran dana pemerintah dalam dana yang

disebut ADD (dana alokasi desa).

Tabel Sumber Penerimaan Desa

NoSumber

Penerimaan Desa

Tahun

2008 2009 2010

1 Pajak - - -

2Pendapatan tanah

Kas-- - -

4 DPDK dan ADDRp50.000.000.-.0

00

Rp50.350.000.-.00

0

Rp.50.850.000

52.500.000

Dari tabel tersebut diatas dapat dan diberi kesimpulan dan keterangan sebagai

beikut:

1. Penerimaan Pajak, mulai tahun 2008 s/d 2009 mengalami peningkatan.

Peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 adalah sebesar 3060%, sedangkan

57 | P a g e

Page 58: Profil Desa Tincep

dari tahun 2009 ke tahun 2010 adalah sebesar 2015.%. Adapun penyebab dari

peningkatan penerimaan pajak selama tahun 2007 s/d 2010 adalah sebagia

berikut:

a. Bangunan baru / rumah bertambah

b. Kenaikan tarif (NJOP)

c. Penetapan dari Pemerintah

2. DPD/K adalah Dana pembangunan Desa yang bersumber dari pemerintah,

besaran Dana tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan PEMKAB.

3. ADD atau Alokasi Dana Desa adalah Dana APBD Kabupaten besaran Dana

tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan PEMKAB.

E. Transportasi dan interaksi desa Tincep dengan wilayah lain

1. Jarak dan waktu tempuh

Desa Tincep adalah sebuah desa yang terletak di dalam kecamatan Sonder,

Kab MInahasa Propinsi Sulawesi Utara. Tentu hubungan interaksinya dengan

kota-kota lain seperti pusat-pusat administrasi dan pusat-pusat kegiatan ekonomi

sangat penting demi kelangsungan hidup warga masyarakatnya. Oleh karena itu

akses transportasi adalah hal yang sanagt penting peranannya.

Jarak dan waktu tempuh antara desa Tincep dengan kota-kota penting lain

adalah sebagai berikut :

Kota tujuan Perkiraan

Jarak tempuh

Perkiraan

Waktu tempuh

Normal

Biaya

transportasi

(dalam Rupiah)

Kota Sonder;

Ibukota

9 Km Ojek : 15 menit

Mobil : 25 menit

Ojek : 4000 atau

Mobil-mikro: 5000

58 | P a g e

Page 59: Profil Desa Tincep

kecamatan Sonder

Kota Tondano;

Ibukota

kabupaten

Minahasa

30 km 60 menit Mobil-mikro ke

Tomohon : 5000 +

bus ke Tondano :

4000

Total : 9000

Kota Tomohon;

pusat

perekonomian

terdekat

20 Km 45 menit Mobil-mikro ke

Sonder : 5000 +

Mobil-mikro ke

Tomohon : 5000

Total : 10.000

Manado; ibukota

Provinsi Sulut 45 Km 90 menit

Mobil-mikro ke

Sonder: 5000 +

Mobil-mikro ke

Tomohon 5000 +

Bus ke Manado :

6000

Total : 16.000

2. Kendaraan yang dimilik masyarakat:

Jenis kendaraan Jumlah Keterangan

Mobil pribadi 7

Mobil angkutan umum 5

Mobil Truk 15 Mayoritas adalah truk

mini bermerek Datsun

Sepeda motor 98

Sepeda kayuh 23

Gerobak sapi 12

Bendi 5

59 | P a g e

Page 60: Profil Desa Tincep

Data-data tersebut menunjukkan bahw desa Tincep bukanlah daerah yang

terpencil. Desa Tincep sesungguhnya dapat terhubung dengan daerah lain di luar

desa bukan hanya melalui transportasi umum, tetapi juga melalui sarana

transportasi milik warga desa sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa desa Tincep

memiliki daya intrinsik untuk terhubung dengan daerah yang lain walau tanpa

perhubungan transportasi umum. Namun mesti diakui, keberadaan angkutan

umum seperti mobil angkot masih sangat minim. Oleh karenanya warga desa

yang kurang mampu (tidak memilik kendaraan pribadi) lebih menganalkan

motor-ojek.

G. Potensi, Masalah dan rekomendasi peneliti

1. Potensi dan masalah yang dihadapi desa.

Dari semua deskripsi tadi, peneliti menemukan beberapa potensi yang

dapat menjadi prospek pengembangan desa Tincep kedepan. Beberapa potensi

yang ada misalnya :

Manusia : jumlah penduduk desa yang besar, didukung oleh jumlah

penduduk produktif yang juga tidak kecil; selain itu keberdaan akses

pendidikan yang sudah dijangkau dengan baik oleh penduduk juga

dapat mengembangkan dan mengelola SDA yang ad di desa Tincep.

Selain itu pola kekerabatan yang terjalin di desa Tincep juga dapat

mempererat

Hewan : desa Tincep memiliki banyak ternak, hewan peliharaan

maupun margastwa yang berkeliaran bebas dI hutan. Hewan-hewan itu

dapat berguna selain sebagai sumber penghasilan (peternakan), juga

dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata (penangkaran hewan).

Tumbuhan : desa Tincep diberkahi dengan kelimpahan kekayaan jenis

tumbuhan. Mulai dari jenis-jenis tumbuhan yang digunakan untuk

kepentingan ekomomi saat ini : padi, cengkih, durian, mangga, jagung.

Namun peneliti juga melihat bahwa tumbuhan yang sangat berpotensi

dikembangkan untuk kesejahteranaa rakyat adalah tanaman Cabai dan

kelapa. Memang tumbuhan ini ada di desa Tincep namun belum

dibudidayakan secara baik. Selain jenis tumbuhan yang ekonomis itu,

60 | P a g e

Page 61: Profil Desa Tincep

ada pula jenis tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan dan

dibudidayakan sebgai bahan hiasan yang dapat memperindah desa,

misalnya tanaman anggrek hutan

Kehidupan sosial budaya : kehidupan sosial budaya dan sifat

kedesaan masyarakat desa Tincep masih belum pudar walaupun telah

mendapat pengaruh dari budaya modern. Hal ini terlihat dari

keramahan penduduk maupun kebiasaan tegur sapa diantara mereka

satu-sama lain. Faktor kohesi sosial yang tinggi ini mengakibatkan

kekeluargaan dapat terus berlangsung diantara para warganya. Semua

ini sangat mendukung suasan desa yang kondusif dan mampu dengan

cepat menyelesaikan konflik internal maupun eksternal. Masyarakat

desa Tincep juga telah menghidupi nilai- nilai moral tertentu lewat

petuah ataupun larangan-larangan yan diturunkan secar lisan. Hal ini

dapat berpeluang untuk membantu warganya menjalani kehidupan

sosial yan terti namun tetap dinamis karena didasari oelh pengharagaan

yang tinggi terhadap martabat sesamanya dan peduli denga

lingkugannya.

Disamping segala potensi tersebut, desa Tincep juga menghadapi

masalah yang harus segera dibenahi. Masalah-masalah tersebut memang tidak

dapat diselesaikan hanya dengan sekali langkah tetapi dengan ketekunan dan

komitmen semua elemen desa misalnya :

kesadaran akan pemeliharanan keindahan dan kebersihan di

daerah sungai : jika seseorng memasuki desa Tincep, segera terlihat

tata desa yang cukup asri dan bersih, namun keadaan di sekitar saluran

got sedikit bermasalah. kesadaran akan pemeliharaan kebersihan desa

khususnya di daerah sungai belum maksimal; buktinya kebersihan

sungai tak dijaga dengan baik. Sugai dijadikan tempat untuk memuang

sampah. Hal ini tentu saja selain menggngu keindahan, juga dapat

menjadi sumber penyakit bagi warga.

Beberapa fasilitas umum yang masih harus dibenahi : contohnya

penyelesaian jalan ke kebun (Penyelesaiana jalan ke kebun masih

makan waktu yang lama karena kurang tersedianya alat berat), dan

61 | P a g e

Page 62: Profil Desa Tincep

penyediaan lapangan sepak bola yang sangat berguna bagi penyaluran

bakat dan minat warga.

Keadaan kamtibmas yang kadang diganggu oleh oknum-oknum

tertentu yang mabuk. Hal ini biasanya trjadi ketika terjadi suatu pesta

maupun acara-acara besar di desa.

2. Rekomendasi Peneliti

Setelah melihat dan menangkap setipa masalah, peluang maupun potensi

yag dimiliki desa, penulis memberikan beberapa rekomendasi atau saran yang

berkaitan dengan perkembangan desa kedepan yaitu :

Mempertahankan sifat kedesaan masyarakat Tincep yang ramah, Sopan

dan mengedepankan nilai penghormatan akan nilai martabat manusia.

Mengembangkan sektor unggulan desa seperti pertanian dengan

menambah farietas tumbuhan yang potensial misalnya perkebunan

cabai, perkebunan kelapa dan berbagai sayur-mayur.

Mengembangkan sektor pariwisata yang merupakan potensi terbesar

desa Tincep. Hal ini dapat dimulai dengan pembangunan sarana

prasarana pendukug serta membersihkan lingkungan sekitar objek

wisata air terjun dan objek wista lainnya.

Mendirikan dan mengembangkan berbagai usaha kerajianan dan

berbagai bentuk industri kecil yang berkaitan dengan kayu. Bahan baku

kayu yagmelimpah di hutan desa Tincep dapat dimanfaatkan untuk

bahan kerajianan rumah tangga.

Tetap melestarikan kekayaan lingkungan biotik desa Tincep, yakni

segala kekayan flora dan faunanya. Warga hendaknya sadar dan

bertnggung-jawab dalam melindungi mereka dari kepunahan.

Kebudayaan lokal sebaiknya ikut disosialisasikan terus menerus lewat

lembaga-lembaga resmi seperti sekolah ataupun dalam pendidikan

informal di rumah. Hal ini dapat mencakup pembelajaran bahasa

daerah bagi kaum muda.

62 | P a g e

Page 63: Profil Desa Tincep

Meningkatkan pengamanan dan pengontrolan Kamtibmas lewat

pengdaan sarana Poskamling serta jadwal penjagaan keamaanan

bergilir, terutama pada saat tertentu yang dirasakan warga rentan

terhadap bahaya.

Pengadaan sarana-sarana yang penting bagi penyaluran bakat dan

pembentukan prestasi seperti lapangan bola kaki, lapangan bola volley.

Sarana ini jgua penting dlam membentuk kohesi sosial warga desa.

Berkaitan dengan hal ini pengadaan sekoah SMA di desa Tincep dalam

tahun-tahun kedepan sangat relevan mengingat jumlah penduduk desa

yang besar dengna kebutuhan penddikan yang juga sama besar.

Keberadaan persekolahan tingkat SMA juga menghambat lajunya

tingkat Urbanisasi (migrasi ke kota), sehingga tenaga-tenaga produktif

desa dapat fokus membangun desa Tincep yang dicintainya.

63 | P a g e

Page 64: Profil Desa Tincep

Daftar Pustaka

Ensiklopedi Nasional Indonesia : Jilid 16-Ta-Tz Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 2004

Graafland, N. Minahasa masa lalu dan minahasa masa kini ; diterjemahlkan oleh Yoost

Kuliit. Jakarta : Lembaga Perpustakaan, dokumentasi dan informasi : yayasan

pengembangan informasi dan pustka Indonesia, 1987

Renwarin, Richard Paul. Matuari wo Tonaas-Jilid I : Mawanua . Jakarta :cahaya

Pineleng, 2007

64 | P a g e