Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

12
PROFIL KELOMPOK DAMPINGAN & DESA TARUTUNG PANJANG. KABUPATEN MANDAILING NATAL PROFIL KELOMPOK. 1. Kabupaten : Mandailing natal ( Madina ) 2. Kecamatan : Naga Juang. 3. Desa : Tarutung Panjang. 4. Nama kelompok : 5. Jumlah anggota : 25 orang. 6. Kegiatan : Peningakatan usaha Ekonomi melalaui inisisatif pemasaran bersama hasil karet Rakyat. 7. Tujuan : Memperkuat usaha Ekonomi Konservasi melalui hasil kebun karet konservasi 8. Keluaran : Kelompok Dampingan menjadi pioner pelaksana pemasaran bersama, hasil karet dari Desa. : Adanya kesadaran kolektif masyarakat desa untuk melindungi sumber penghidupan dari kawasan hutan desa dan Hutan TNBG 9. Mitra Kerjasama : Dinas Perekebunan, Koperasi, Kabupaten Madina. : Eksportir/ Pengolahan Remiling Karet. PROFIL DESA TARUTUNG PANJANG 1. SEJARAH DESA Gambaran Umum Desa Lokasi dan Keadaan Alam Tarutung Panjang adalah salah satu dari 7desa yang ada di Kecamatan Naga Juang yang merupakan pemekaran dari kecamatan Bukit Malintang Desa ini terletak di Lembah Tor Sihayo yang menjulang tinggi di bagian barat desa. Tor Sihayo adalah bukit terbesar dikawassan ini dan dari bukit tersebut mengalir sungai yang oleh penduduk dinamakan Aek Tarutung dan menjadi sumber air untuk keperluan minum, mandi maupun irigasi dengan hulu sungai bersumber dari Tor Sibacal. Luas desa Tarutung Panjang menirut data BPS Kecamatan (2003) adalah seluas 23,00 km² dengan topografi dataran yang berada di kawasan hutan lindung dan Taman Nasional Batang Gadis. Desa ini berbatasan dengan Desa Banua Rakyat di sebelah Utara, Desa Tarutung Panjang dan Desa Tambiski di sebelah Selatan, Sungai Batang Gadis di sebelah Timur dan Bukit Sihayo di sebelah Barat. Pemukiman penduduk berada di sisi kiri kanan jalan desa dan dibelakang perumahan terdapat lahan pekarangan dan lahan pertanian yang ditumbuhi berbagai jenis pohon, yang palin banyak adalah pohon kemiri. Desa ini dibuka sekitar tahun 1940, dan penduduknya merupakan pindahan dari Desa Simanondang yang terletak dipinggir

Transcript of Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Page 1: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

PROFIL KELOMPOK DAMPINGAN & DESA TARUTUNG PANJANG.

KABUPATEN MANDAILING NATAL

PROFIL KELOMPOK.

1. Kabupaten : Mandailing natal ( Madina )

2. Kecamatan : Naga Juang.

3. Desa : Tarutung Panjang.

4. Nama kelompok :

5. Jumlah anggota : 25 orang.

6. Kegiatan : Peningakatan usaha Ekonomi melalaui inisisatif

pemasaran bersama hasil karet Rakyat.

7. Tujuan : Memperkuat usaha Ekonomi Konservasi melalui hasil

kebun karet konservasi

8. Keluaran : Kelompok Dampingan menjadi pioner pelaksana

pemasaran bersama, hasil karet dari Desa.

: Adanya kesadaran kolektif masyarakat desa untuk

melindungi sumber penghidupan dari kawasan hutan

desa dan Hutan TNBG

9. Mitra Kerjasama : Dinas Perekebunan, Koperasi, Kabupaten Madina.

: Eksportir/ Pengolahan Remiling Karet.

PROFIL DESA TARUTUNG PANJANG

1. SEJARAH DESA

Gambaran Umum Desa

Lokasi dan Keadaan Alam

Tarutung Panjang adalah salah satu dari 7desa yang ada di Kecamatan Naga Juang yang

merupakan pemekaran dari kecamatan Bukit Malintang Desa ini terletak di Lembah Tor

Sihayo yang menjulang tinggi di bagian barat desa. Tor Sihayo adalah bukit terbesar

dikawassan ini dan dari bukit tersebut mengalir sungai yang oleh penduduk dinamakan

Aek Tarutung dan menjadi sumber air untuk keperluan minum, mandi maupun irigasi

dengan hulu sungai bersumber dari Tor Sibacal. Luas desa Tarutung Panjang menirut

data BPS Kecamatan (2003) adalah seluas 23,00 km² dengan topografi dataran yang

berada di kawasan hutan lindung dan Taman Nasional Batang Gadis. Desa ini berbatasan

dengan Desa Banua Rakyat di sebelah Utara, Desa Tarutung Panjang dan Desa Tambiski

di sebelah Selatan, Sungai Batang Gadis di sebelah Timur dan Bukit Sihayo di sebelah

Barat.

Pemukiman penduduk berada di sisi kiri kanan jalan desa dan dibelakang perumahan

terdapat lahan pekarangan dan lahan pertanian yang ditumbuhi berbagai jenis pohon,

yang palin banyak adalah pohon kemiri. Desa ini dibuka sekitar tahun 1940, dan

penduduknya merupakan pindahan dari Desa Simanondang yang terletak dipinggir

Page 2: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Sungai Batang Gadis. Mereka pindah dan membangun perkampungan baru di tempat ini

karena sebagian kampong Simanondang waktu itu dihanyutkan banjir.

Selain Tarutung Panjang masih ada beberapa desa di seberang Sungai Batang Gadis yang

dihuni oleh orang-orang migran Toba, diantaranya Tomuan, Gareja, Simanondang. Desa-

desa mayoritas berpenduduk Batak Toba tersebut muncul ketika dahulu ada pembukaan

areal persawahan di seberang Batang Gadis di antara wilayah Panyabungan dan Siabu.

Pembukaan desa Tarutung Panjang terjadi sekitar tahun 1940-an, setelah terjadi banjir di

daerah Simanondang sehingga penduduknya mencari tempat hunian baru. Mereka yang

pindah ke daerah Tarutung Panjang kemudian membangun pemukiman baru dengan

nama Tarutung Panjang, bersebelahan dengan Desa Tambiski yang dihuni oleh etnis

Mandailing. Konon orang Tambiski merasa keberatan dengan kehadiran orang-orang

Batak Toba tersebut di daerah mereka, namun tetap mendapat persetujuan dari wali

negeri daerah itu,yaitu dari Panyabungan Tonga. Desa Huta Godang Muda sangat dekat dengan muara Sungai Batang Angkola dan berbatasan dengan kawasan hutan lindung/Taman Nasional Batang Gadis sebelah barat ibu kota kecamatan Siabu. Secara umum desa Huta Godang Muda memiliki kemiringan lahan rata-rata 0,5 derajat yang dikategorikan lahan dataran sebanyak 47% lahan desa yang mencakup lahan permukiman penduduk dan lahan persawahan dengan ketinggian lahan permukiman dan persawahan penduduk berada pada 1500 m dpl untuk lahan perladangan dan perkebunan. Secara administrasi luas desa Huta Godang Muda mencapai lebih kurang 4000 Ha yang meliputi lahan permukiman lebih kurang 12 Ha,persawahan lebih kurang 80 Ha, lahan perladangan dan perkebunan mencapai 1200 Ha dan kawasan hutan desa seluas 2708 Ha. Titik koordinat desa Huta Godang Muda Garis lintang : Bujur : Ketinggian desa : 80-1500 m dpl. Batas desa Utara : Desa Saba Rondang Selatan : Desa Naga Juang Barat : Desa Muara Batang Angkola dan hutan lindung Timur : Desa Tangga Bosi Pengunaan Lahan Lahan permukiman penduduk desa : 12Ha Luas persawahan : 80 Ha Luas perladangan dan Perkebunan : 1200 Ha Hutan desa : 2708 Ha II. SEJARAH DESA Desa Huta Godang Muda awalnya merupakan tanah dataran luas dan subur yang berada di muara sungai Batang Angkola yang ditumbuhi oleh semak belukar yang lebat dengan letak dataran tersebut berada dimuara sungai sehingga dimusim hujan dataran tersebut sering mengalami banjir namun pada siang atau sore harinya air yang meluap dari sungai Batang Angkola yang mengenangi lahan dataran yang luas cepat kering. Melihat peristiwa yang berulang kali terjadi di dataran luas maka sekelompok masyarakat menamakan dataran tersebut dengan nama “Tano Tiris”. Melihat dataran yang luas dan subur beberapa penduduk desa Mandailing Julu (Huta Nagodang) yang di pimpin oleh tokoh masyarakat yang bernama Joitum Lubis berinisatif untuk membuka lahan permukiman untuk tinggal sementara di dataran tersebut. Pada mulanya masyarakat desa masih mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan sungai di sekitar muara Batang Angkola. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang cukup tinggi pergeseran pola berpikir terhadap peningkatan pendapatan maka

Page 3: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

beberapa penduduk desa mencoba membuka lahan persawahan yang berada di didekat sungai dan pembukaan lahan hutan untuk perladangan dan perkebunan. Tano Tiris merupakan daerah terpencil dan sangat berdekatan dengan kawasan hutan Lindung di daerah Rodang Tinapon yang berjarak 10 km kearah barat dari Kecamatan Siabu. Pada awalnya tokoh masyarakat bernama Joitum Lubis mantan dewan negeri Panyabungan bersama masyarakat desa dataran Tano Tiris berjumlah lebih kurang 50 KK bermufakat pada tahun 1974 untuk mendirikan Tano Tiris menjadi sebuah desa yang di beri nama “Huta Godang Muda”. Pemberian nama desa di karenakan pada awalnya masyarakat penghuni Tano Tiris berasal dari desa Huta Nagodang di Mandailing Julu. III. SISTEM PEMERINTAHAN DESA Desa Huta Godang Muda memiliki 5 (lima) dusun yakni dusun 1 (satu) hingga 5 (lima) dan tiap dusun di kepalai oleh seorang kepala dusun. Sistem pemerintahan desa Huta Godang Muda mengadopsi sistem pemerintahan formal namun tokoh ada (tokoh hatobangon desa) masih di perhitungkan dalam pengambil segala kebijakan yang strategis di dalam pelaksanaan pemerintahan desa. Peran Hatobangan di desa untuk menjaga nilai-nilai adat di lingkungan desa yang merupakan kebiasaan desa-desa di kabupaten Mandailing Natal. Bentuk pemerintahan desa bersumber hukum formal tetapi semangat dan jiwa pemerintahan di dasarkan hukum adat dalian Na tolu yang telah hidup dan berkembang sejak zaman dulu. Semangat hukum adat Dalian na Tolu bersumber dari rasa kekeluargaan dan mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada di masyarakat. Desa Huta Godang Muda juga memiliki beberapa organisasi informal yang di pergunakan masyarakat desa sebagai wadah dalam berinteraksi untuk melakukan kegiatan sosial,keagamaan dan olah raga. Organisasi desa yang masih aktif dalam kegiatan adalah organisasi karang taruna,STM,PKK dan Wiritan. Tabel 1. Nama-nama kepala desa Huta Godang Muda

NO PERIODE NAMA KEPALA DESA STATUS

1. 1947-1950 RAISIN LUBIS MENINGGAL

2. 1951-1952 JANAGORI DAULAY MENINGGAL

3. 1953-1954 MANANTI TUA BTR MENINGGAL

4. 1955-1959 JALUBIS LUBIS MENINGGAL

5. 1959-1962 JAMANGEPAS LUBIS MENINGGAL

6. 1963-1967 JALAUT LUBIS MENINGGAL

7. 1968-1980 JASUMODUNG LUBIS MENINGGAL

8. 1981-1983 NAJAMUDDIN MENINGGAL

9. 1984-1994 HUSIN HIDUP

10. 1995-2005 USULUDDIN LUBIS HIDUP

11. 2006-2010 ROIL DALIMUNTHE HIDUP

12. 2011-2016 ZULKARNAIN LUBIS MENJABAT

IV. MONOGRAFI DESA Masyarakat desa Huta Godang Muda memiliki jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan Lansia dimana data statistik jumlah Penduduk telah mencapai 670 KK/2705 jiwa (1.387 jiwa laki-laki dan 1.318 jiwa perempuan);Sumber data BPS,2009. Jika di persentasekan perbandingan usia anak-anak,produktif dan lansia memiliki ratio perbandingan 60% : 40 % dari total jumlah jumlah penduduk desa sehingga sumberdaya manusia desa dapat dikategorikan pada usia produktif laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir sama (Seimbang). Usia Produktif berumur 16-55 tahun : 1500 jiwa (800 jiwa laki-laki dan 700 jiwa perempuan) Usia Sekolah

- Sekolah dasar : 500 jiwa - SLTP : 900 jiwa - SLTA : 800 jiwa

Page 4: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

- Diploma/Sarjana : 200 jiwa Tingkat pendapatan penduduk/Kesejahteraan (KK) Masyarakat desa Huta Godang Muda memiliki jumlah keluarga tergolong sejahtera mencapai angka 50 %,keluarga miskin 48 % dan keluarga kaya 2 % maka secara umum masyarakat desa huta Godang Muda tergolong keluarga sejahtera. Tingkat kesejahteraan sosial masyarakat desa.

- Jumlah keluarga miskin : 300 KK - Jumlah keluarga sejahtera: 385 KK - Jumlah keluarga kaya : 20 KK

Agama a. Islam : 2221 jiwa b.Protestan : 144 jiwa c. Katolik : 60 jiwa d.Hindu : - Jiwa e. Budha : - Jiwa

AKSESIBILITAS

Untuk mencapai desa ini dari ibukota kabupaten dibutuhkan waktu sekitar 80 menit dan

harus pula menyeberangi Sungai Batang Gadis menggunakan getek dengan biaya Rp.

3000,- sekali penyeberangan. Untuk mencapai tempat penyeberangan dari desa Jambur

Padang Matinggi (dipinggir jalan lintas propinsi) dengan menaiki becak mesin

dibutuhkan biaya Rp. 1.500,- dan diseberang naik becak lagi dengan ongkos Rp. 2.000,-.

Jalur jalan inilah yang digunakan oleh warga Tarutung Panjang dan beberapa desa lain

disekitarnya untuk mengangkut hasil produksi mereka ke ibukota kabupaten.

SARANA PUBLIK

Sebagai desa yang mayoritas penduduknya mayoritas orang batak Toba yang beragama

Kristen, gereja merupakan sarana ibadah yang banyak ditemui di desa ini. Ada 6 buah

gereja yang tersebar disekitar Desa Tarutung Panjang yang tiap-tiap gereja memiliki

jemaat masing-masing. Jemaat yang paling banyak adalah jemaat HKBP. Selain gereja

HKBP di desa ini juga terdapat gereja Katolik, Pentakosta, Bethani, GKPA dan GPDI.

Selain sarana ibadah, posyando menjadi satu-satunya sarana kesehatan yang yang

fungsinya kurang optimal di desa ini yang mana operasionalnya ditangani oleh satu orang

bidan. Untuk keperluan berobat, warga lebih memilih pergi ke Penyabungan khususnya

untuk sakit yang lumayan parah. Akan tetapi untuk sakit ringan seperti sakit kepala,

mereka berobat kepada Bidan.

Pekan Mompang merupakan pecan terdekat selain Penyabungan tempat dimana warga

Tarutung Panjang membeli kebutuhan harian ataupun menjual hasil produksi mereka.

Selain itu, terdapat pula 6 warung kelontong yang menjual kebutuhan warga. Ada pula 2

unit penggilingan padi yang masih aktif, dimana sebelumnya ada 3 tetapi salah satunya

milik Bapak Usdek Simangunsong yang mengalami kebangkrutan.

Sarana pendidikan yang terdapat di desa Tarutung Panjang adalah 2 unit skolah Dasar

(SD) yang letaknya berada diantara Desa Tarutung Panjang dan Desa Tambiski dan

sekaligus menjadi pembatas wilayah desa. Dalam menopang dinamika pertumbuhan ekonomi dan pastisipasi masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan desa Huta Godang Muda memiliki beberapa fasilitas desa yang dibangun dari program pemerintah dan dana keswadayaan masyarakat. Pada umumnya desa telah memiliki fasilitas

Page 5: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

air bersih dan MCK yang dibangun dari bantuan bank dunia dengan membangun jalur pipa air dengan sumber air dari sungai aek garut yang berada di kawasana perkebunan karet masyarakat dan berbatasan dengan hutan lindung. Pembangunan pipa air berukuran 3 inci sepanjang 1500 meter yang mensuplai kebutuhan air desa yang didistribusi ke 4 buah MCK desa,fasilitas air untuk kebutuhan mesjid. Selain fasilitas air bersih desa huta Godang Muda juga memiliki beberapa faslitas pendukung lainya yang hingga saat ini masih di perguanakan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan desa antara lain : Tabel . Data fasilitas umum desa Huta Godang Muda.

No Fasilitas desa Jlh Luas lahan kondisiKondisi

1 MCK 4 unit - Bagus

2 Mesjid desa 1 unit - Bagus

3 Sekolah dasar 1 unit - Bagus

4 Play group 1 unit - Bagus

5 Kuburan 1 unit - Bagus

6 Lumbung desa 1 unit - Bagus

7 Jalan desa 1900 m - Bagus

8 Jembatan 1 unit - Bagus

9 Jalan ke sawah - - Bagus

10 Fasilitas pipa air bersih Ls - Berfungsi

11 Drainasi desa - Berfungsi

12 Lapangan 1 unit - Bagus

13 TPA/Madrasah 1 Unit - Bagus

14 Jalan rabat beton untuk jalan dusun 1 Unit - Bagus

MONOGRAFI

Penduduk

Desa Tarutung Panjang dihuni oleh mayoritas warga migrant Batak Toba. Jumlah

penduduk pada tahun 2003 adalah 1063 jiwa, terbagi atas 540 orang laki-laki dan 523

perempuan yang terdiri atas 188 KK. Kelompok marga yang dipercaya sebagai pembuka

huta ini adalah marga Simanjuntak, namun penduduk terbanyak saat ini adalah marga

Hutagalung sebagai kelompok marga yang dating belakangan. Hal ini dikarenakan

banyaknya marga Simanjuntak yang pergi merantau walupun merekalah yang menjadi

pembuka desa. Umumnya daerah tujuan perantauan mereka adalah Jakarta dan Medan,

dan biasanya mereka mudik pada saat Hari Natal dan Tahun Baru. VII. SOSIAL BUDAYA vii.1. Konsep penguasaan sumber daya alam Kehidupan masyarakat desa Huta Godang Muda tidak jauh berbeda dengan pola kehidupan pada umumnya masyarakat desa yang berada di kawasan hutan yang mengedepankan nilai kebersamaan (kolektif) dalam penguasaan kawasan hutan yang menyangkut pemanfaatan bersama. Desa Huta Godang Muda tidak terlepas dari fungsi dan manfaat dari kawasan hutan sebagai sumber resapan air untuk kebutuhan persawahan dan kebutuhan sehari-hari. Kepedulian atas penguasaan kawasan hutan desa,hutan lindung dan kawasan taman nasional batang gadis dibuktikan masyarakat dalam bentuk kerja nyata dengan melakukan pencegahan kerusakan hutan lindung dan taman nasional atas

Page 6: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

keberadaan aktivitas PT. Sorikmas Minning yang melakukan kegiatan pertambangan emas dan mineral pengikatnya. Kesadaran masyarakat desa huta godang muda akan bahaya aktivitas tambang akan berdampak pada kurangnya fungsi hutan dalam menjaga keseimbangan ekologi khususnya menurun resapan air/tangkapan air yang diterima kawasan hutan akibat luasan hutan yang berkurang akibat aktivitas PT. Sorikmas Mining. Hamparan kebun dan perladangan yang berbatasanHutan desa juga menyediakan pasokan air bersih yang menjadi sumber air untuk sungai aek garut yang dijadikan masyarakat sebagai pasokan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan air sehari-hari dan fasilitas umum lainnya yang ada dilahan permukiman penduduk. Penguasaan sumber daya air desa di kelola secara bersama-sama dengan menjaga pasokan air yang mengalir di dalam pipa berukuran 3 inci dengan panjang 1500 meter. Dalam menjaga pasokan air untuk kepentingan bersama masyarakat menunjuk salah seorang masyarakat desa untuk melakukan pemeriksaan secara berkala atas jalur pipa air dan waduk penampungan air yang di bangun di atas bukit. vii.2. Kearifan Lokal Kebiasaan dan pola hidup masyarakat desa masih menganut nilai-nilai kearifan lokal, hal ini dapat dilihat dari setiap aktifitas atau kegiatan masyarakat dalam bersosialisasi. Nilai budaya dan nilai sosial masih di jaga dengan baik dan lebih mengikat di banding dengan aturan desa yang formal. Nilai-nilai adat masih kental dan seiring dengan nilai-nilai yang ada di ajaran agama islam. Nilai budaya ini dapat di lihat dengan beberapa aktifitas kemasyarakatan yang bernuansa adat.seperti melakukan kegiatan menanam padi yang dilakukan secara bergotong royong dan bergiliran ”Marsialap ari”. Selain kegiatan gotong royong masyarakat juga mengenal konsep pelestarian kawasan sungai dan hutan yang telah dilakukan sejak dulu secara turun temurun dengan sistem zonasi kawasan aliran sungai dan

hutan yang lebih di kenal dengan konsep ” Lubuk Larangan”. Dalam kehidupan masyarakat desa untuk saat ini, tradisi kerja sama kelompok meliputi urusan-urusan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Bentuk-bentuk kerjasama tersebut terlihat misalnya ketika warga memobilisasi partisipasi masyarakat dalam membangun rumah ibadah, pelaksanaan hari-hari besar dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya. Juga dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatan adat seperti pesta, kemalangan, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti membersihkan sarana- sarana publik yang ada di Dusun. Serta kelompok

Tani yang terbentuk untuk menerima bantuan-bantuan dari pemerintah Gambar : Sungai aek garut yang menjadi sumber pasokan air untuk kebutuhan masyarakat desa Huta Godang Muda.

vii.3. Kelembagaan lokal

Page 7: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Pemerintahan desa Pola pemerintahan desa Huta Godang Muda pada umumnya menganut pola pemerintahan formal yang dikombinasikan dengan sistem pemerintahan adat dimana lembaga adat masuk dalam struktur kelembagaan desa. Desa Huta Godang Muda mempunyai lembaga- lembaga informal seperti lembaga agama, dan sosial kemasyarakatan. Diantaranya : Fungsi pemerintahan desa yang bertugas menjalankan roda pemerintahan dalam pembangunan masyarakat desa dan menjalankan administrasi pemerintah di tingkat desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa.

Lembaga hatobangon Kelembagaan adat desa memiliki fungsi untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat yang ada didesa sehingga berjalan sesuai dengan kebiasaan dan tradisi masyarakat desa. Fungsi tokoh hatobangon desa hanya melakukan pengawasan terhadap perilaku dan pelaksanaan norma yang ada di desa. Na Poso Bulung Nauli Lembaga muda mudi ini hampir dapat ditemukan di setiap desa yang ada di kabupaten Mandailing Natal yang memiliki peran sebagai wadah silaturahmi untuk kalangan pemuda dalam melestarikan nilai-nilai adat setempat. Selain itu lembaga ini juga memiliki fungsi sebagai pelaksanaan pembangunan dan motivator terhadap gerakan gotong royong di desa.

2. Sosial Ekonomi

Mata Pencaharian Penduduk

Jenis mata pencaharian penduduk adalah petani kemiri, karet, palawija, padi, pedagang,

nilam, pengambil nira dan beberapa orang pemburu babi hutan. Kemiri dan padi

merupakan hasil utama dari desa ini. Umumnya setiap keluarga memiliki tanaman kemiri

sendiri yang letaknya dibelakang rumah maupun dikebun-kebun. Untuk setiap panennya

yaitu sekitar bulan 4 – 7 sebanyak 4-5 ton kemiri dihasilkan dari desa ini. Sedangkan

untuk tanaman palawija seperti cabai dan sayur-sayuran mereka tanam diladang dikaki

bukit Sihayo yanh hasilnya untuk konsumsi sendiri dan dijual.

Untuk mata pencaharian sampingan, beberapa penduduk memelihara hewan peliharaan

seperti babi dan ayam. Adapula beberapa orang yang berprofesi sebagai pemburu babi

hutan. Babi hutan yang berhasil mereka tangkap dijual dengan harga berkisar antara Rp.

5.000 – 6.000/ kg dan dijual didesa tersebut.. Daerah perburuan mereka adalah kearah

Bukit Sihayo. Para pemburu ini sering juga diminta dating untuk berburu ke Sopotinjak

dan Aek Nangali.

Rata-rata penduduk memiliki lahan sendiri dan tidak ada kelompok/ individu yang

menguasai lahan dalam skala luas. Sedangkan para warga pendatang di desa Tarutung

Panjang yang merupakan warga pindahan dari Aek Bingke/ Aek Garut pada umumnya

tidak memiliki lahan untuk diolah, biasanya mereka merupakan pekerja harian ataupun

buruh tani.

Luas lahan perkebunan/ lading yang berada di wilayah Tarutung Panjang seluas ± 1.000

ha, sedangkan lahan persawahan seluas ±10 ha dilingkungan desa dan hanya dimiliki

oleh sekitar 25 % warga yang letaknya berada disebelah Barat persisnya di lereng Bukit

Sihayo. Penduduk Tarutung Panjang memiliki lahan persawahan di desa-desa lain karena

areal sawah yang ada didaerah ini boleh diaktakan campur baur pemiliknya dari beberapa

desa. Lahan persawahan mendapatkan pengairan dari Aek gajah yang mengalir dari Bukit

Sihayo. Peran Aek Gajah dirasa sangatlah penting oleh warga desa Tarutung Panjang dan

juga desa-desa tetangga. Hal ini dikarenakan kurang berfungsinya proyek irigasi Batang

Page 8: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Gadis untuk mengairi persawahan mereka. Malah, mereka merasakan adanya penurunan

debit air dikarenakan proyek irigasi tersebut.

Yang paling berpengaruh pada sektor ekonomi di desa Tarutung Panjang adalah toke

(kesemuanya adalah pemilik kilang padi). Hal ini dikarenakan penguasaan modal dan

monopoli penjualan yang dilakukan para toke. Hampir semua hasil produksi seperti

kemiri, padi dan karet dijual kepada para toke. Perbedaan harga pasar dengan harga toke

adalah berkisar antara Rp. 200 – 500. Toke-toke yang ada didesa ini adalah bapak

Simangunsong dan Bapak Simamora.

Tingkat pendapatan penduduk Tarutung Panjang per minggunya menurut taksiran

seorang informan kurang dari Rp. 100.000,-/KK. Sedangkan pengeluaran perharinya

adalah Rp. 20.000/ rumah tangga untuk kebutuhan pokok dan biaya pendidikan. Tidak

ada kesempatan untuk menabung dikarenakan tidak adanya lembaga keuangan seperti

bank ataupun koperasi.

Jika menghadapi kesulitan keuangan umumnya warga meminta bantuan ke toke. Para

toke menerapkan syarat-syarat kepada setiap warga yang ingin meminjam uang ke toke

yang antara lain adalah setiap peminjam harus memiliki lahan sebagai jaminan pinjaman,

hasil produksi yang diperoleh harus dijual kepadanya, pinjaman minimal Rp. 100.000 dan

untuk pinjaman yang penggunaannya untuk keperluan pesta adat (perkawinan/ kematian)

minimal Rp. 1.000.000.

Penguasaan Sumber-sumber Ekonomi

Luas lahan perkebunan da perladangan serta kawasan hutan di Desa Tarutung Panjang

ditaksir seluas ± 1000 Ha. Tanaman karet dan kemiri berada di sebelah barat seluas 70 ha

yang diolah oleh 30 KK, persisnya dilereng Bukit Sihayo.

Sedangkan luas lahan persawahan sekitar ± 10 Ha yang terletak di sebelah timur desa.

Setiap keluarga rata-rata memiliki lahan seluas 2 bun-bun yang hasilnya 80

kaleng/lungguk/panen. Harga penjualan per kalengnya adalah Rp. 20.000/ kaleng (12 kg).

Tanaman kemiri sebagai komoditi unggulan dari desa ini menghasilkan ± 40 ton setiap

panennya (bulan 4 – 7) dan dijual dengan harga Rp. 1.300/ kg (kulit), sehingga

diperkirakan penghasilan per panennya adalah sebesar Rp. 40 juta. Sedangkan bila dijual

tanpa kulit dengan harga Rp. 6.000/ kg akan menghasilkan sekitar Rp. 240 juta/

panennya. Tetapi penduduk Tarutung Panjang pada umumnya menjual kemiri dengan

kulit sehingga mereka tidak mendapatkan nilai tambah dari produk pertaniannya.

Tidak ada orang/ kelompok yang benar-benar menggantungkan kehidupannya dari

sumber daya alam khususnya hutan untuk produk-produk ekstraktif. Paling ada hanya

sebagai penghasilan sambilan seperti penyadap nira yang dijadikan tuak. Setiap harinya

dapat terjual sebanyak 50 gelas dengan harga Rp. 700/ gelas. Umumnya nira tersebut

diambil di hutan yang masih masuk dalam kawasan desa yang jaraknya memakan waktu

1 jam perjalanan. Tuak tersebut umumnya habis untuk dijual di desa tersebut.

Pemasaran Hasil

Hampir semua hasil produksi seperti kemiri, padi dan karet dijual langsung kepada para

toke. Toke-toke tersebut semuanya adalah warga desa Tarutung Panjang. Hasil-hasil

produksi yang ditampung toke tersebut nantinya dipasarkan oleh toke ke pecan Mompang

ataupun ke pecan di Panyabungan. Harga untuk setiap jenis hasil produksi hanya

berbanding Rp. 300 -500/ kg.

Page 9: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Pekan Mompang merupakan pasar utama bagi masyarakat desa Tarutung Panjang selain

pecan Panyabungan. Hanya ada beberapa orang warga yang berdagang ke pecan tersebut

dan umumnya yang dijual adalah berupa sayur-sayuran.

Lembaga Keuangan

Tidak adanya lembaga keuangan seperti bank ataupun koperasi mengakibatkan tidak

adanya kesempatan menabung para warga Tarutung Panjang pada lembaga keuangan

formal. Selain itu mereka didorong pula oleh sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akibat tidak adanya lembaga keuangan formal, warga menggantungkan harapannya

kepada toke-toke di desa tersebut untuk memberikan mereka pinjaman. Pandangan

mereka terhadap toke beragam dan umumnya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :

merupakan satu-satunya orang yang dapat memberi pinjaman disaat yang dibutuhkan dan

merupakan orang yang menjengkelkan karena ia akan langsung mematokkan harga

penjualan hasil produksi.

Potensi-potensi Pengembangan Ekonomi Desa

Salah satu upaya yang bias dilakukan untuk meningkatkan ekonomi warga Tarutung

Panjang adalah optialisasi pengelolaan hasil produksi kemiri. Kalau selama ini mereka

menjual buah kemiri dengan kulitnya, untuk masa yang akan dating mereka sebaiknya

diarahkan untuk menjual kemiri tanpa kulit karena harga jualnya jauh lebih mahal. Untuk

keperluan ini dapat dilakukan dengan mengenalkan tekhnik pengolahan kemiri. Hal ini

dikarenakan kemiri m,erupakan komoditi utama dari desa ini, tetapi masyarakat masih

menjual dengan kulit dikarenakan mereka belum mengetahui tekhnik pengulitan kemiri.

Padahal bila dijual tanpa kulit, kemiri tersebut dihargai hamper 2 kali lipat.

Selain itu, warga desa ini umumnya mengharapkan ada bantuan modal bagi mereka untuk

menanam tanaman lain selain kemiri, terutama tanaman coklat. Produksi kemiri menurut

pandangan warga sudah mulai mengalami penurunan meskipun jumlah pohon semakin

bertambah. Sekarang ini warga mengalami kesulitan karena tidak berani mengkonversi

tanaman kemiri ke tanaman lain sebab tidak ada lahan lain yang bias menjadi substitusi

selama tanaman baru belum menghasilkan. Keinginan mereka untuk mengkonversi

tanaman kemiri menjadi coklat antara lain karena faktor harga. Karena harga kemiri jauh

lebih disbanding dengan harga coklat per kg nya.

3. Sosial Budaya

Konsepsi Lokal Tentang Penguasaan Sumber Daya Alam

Konsepsi lokal tentang penguasaan tanah adalah penguasaan individual. Tidak ada

konsep tanah adat bagi penduduk Tarutung Panjang karena mereka tergolong penduduk

pendatang di daerah ini. Secara tradisional daerah ini adalah wilayah kerajaan

Panyabungan Tonga yang diberikan kepada penduduk pendatang untuk membuka

persawahan diseberang sungai Batang Gadis pada tahun 1930-an. Lahan-lahan luas

diseberang Batang Gadis ketika itu masih kosong, tidak diolah, sehingga ketika dating

perantau-perantau dari Tapanuli Utara ke wilayah ini mereka diberikan hak untuk

mengelolan kawassan yang masih kosong.

Tidak dikenal lagi pengaturan-pengaturan adapt mengenai pengelolaan sumber daya alam

yang ada di hutan. Hampir seluruh wilayah desa sudah berubah menjadi lahan-lahan

pertanian, meskipun sebagian besar diantaranya sekarang berstatus terlantar. Pada tahun

Page 10: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

1970-an banyak banyak penduduk pendatang dari daerah Dolok Sanggul membuka areal

hutan di daerah ini untuk penanaman nilam. Setelah nilam habis lahan-lahan yang mereka

buka ditinggalkan dan mereka juga kembali ke daerah asalnya. Itulah salah satu sebab

mengapa di daerah ini tidak ada lagi kawasasn hutan yang menjadi milik bersama warga

desa.

Kearifan Lokal

Sebenarnya masih ada kesadaran warga desa Tarutung Panjang tentang bahaya yang akan

mereka alami jika hutan habis. Mereka sadar bahwa sumber-sumber mata air yang ada di

bukit-bukit termasuk Aek Gajah sangat tergantung kepada kelestarian hutan disekitarnya.

Tetapi mereka mengatakan sudah sulit untuk membuat pengaturan mengenai

pemeliharaan hutan di dekat-dekat mata air tersebut karena tempat-tempat seperti itu

sudah menjadi bagian dari lahan pertanian milik individu.

Tradisi Kerjasama Kelompok

Kebiasaan saling membantu dalam berbagai urusan kemasyarakatan masih kental

mewarnai kehidupan masyarakat Tarutung Panjang. Beberapa diantaranya yang masih

berlaku hingga sekarang adalah seperti diuraikan berikut ini :

Memberikan santunan pada peristiwa kemalangan dan bantuan pada peristiwa

sukacita melalui lembaga STM

Ada kas desa yang diambil dari sebagian santunan-santunan melalui STM, yang

setelah terkumpul digunakan untuk membiayai sarana-sarana public

Ada peraturan desa yang mengatur mengenai tindakan pencurian dengan menetapkan

denda lima kali lipat dari nilai barang yang dicuri

Ada keputusan desa Tarutung Panjang tahun 1992 mengenai kegiatan gotong royong

dikampung

Ada gagasan untuk membuat Perdes mengenai pelarangan anak-anak sekolah

berkeliaran pada malam hari

Ada pengaturan mengenai ternak babi yang mengharuskan pemiliknya mengurung

ternak dikandang

4. Kelembagaan Lokal

Lembaga Sosial

Lembaga pemerintahan desa, LPM dan BPD. BPD baru dibentuk dan dipilih

anggotanya pada tahun 2004

Lembaga sosial informal seperti STM yang berfungsi membantu anggotanya pada

peristiwa dukacita maupun sukacita

Ada pengurus ranting partai politik salah satunya adalah Golkar

Tokoh Berpengaruh

Perantau yang berasal desa Tarutung Panjang yang selalu membantu peningkatan

ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat di desanya seperti sumbangan

pembangunan fasilitas air bersih dan rumah-rumah ibadah khususnya gereja yang

terdapat ditengah-tengah desa.

Ada tokoh dari desa lain yang dihormati oleh warga Tarutung Panjang yaitu Abdul

Hakim Ritonga dari desa Banua Rakyat, seorang pejabat di Depdagri. Tokoh ini

Page 11: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

dianggap berjasa mengusahakan proyek pembangunan jembatan yang

menghubungkan Banua Rakyat dengan Jambur Padang Matinggi sehingga

memudahkan perhubungan dari daerah seberang Batang Gadis.

Toke tidak otomatis dianggap sebagai tokoh berpengaruh meskipun mau membantu

kesulitan ekonomi warga karena bantuan yang diberikan biasanya selalu

dikompensasikan dengan kelanggengan bisnisnya

5. Illegal Logging

Masyarakat desa Tarutung Panjang memang memiliki tingkat interaksi yang tinggi

dengan kawasan hutan lindung dan kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Nilai

interaksi masyarakat banyak berhubungan dengan aktivitas berkebun karet,mencari jamur

khusus,kayu bakar dan berburu babi hutan sebagai mata pencaharian beberapa

masyarakat di luar kegiatan bersawah. Aktivitas beberapa masyarakat desa memiliki

karakteristik yang sama dengan desa-desa lain pada umumnya di kabupaten Mandailing

Natal khususnya kecamatan Naga Juang yang seberang Sungai Batang Gadis dan Sungai

Batang Angkola, Di Tarutung Panjang juga beberapa tahun lalu terdapat aktifitas

pembalakan kayu di Tor Sihayo. Penduduk Tarutung Panjang banyak yang ikut bekerja

sebagai pengangkut kayu balok. Aktifitas penebangan liar berhenti sejak empat tahun lalu

seiring dengan di tetapkannya kawasan pelestarian alam dengan fungsi Taman Nasional

bernama Taman Nasional Batang Gadis dan adanya program peningkatan kapasitas

masyarakat di lingkar hutan lindung dan TNBG yang dilakukan oleh lembaga swadaya

masyarakat dan kantor balai TNBG.

6. Respon Terhadap TNBG

Pelestarian kawasan hutan memberikan tanggapan yang positif dari perangkat desa,tokoh

hatobangon dan masyarakat Tarutung Panjang terutama kegiatan konservasi hutan yang

melibatkan masyarakat desa secara partisipatif Rehabilitasi dan pelestarian nilai-nilai

lingkungan di lingkar kawasan hutan akan memberi dampak dan peningkatan fungsi

hidrologi hutan untuk menjaga pasokan air bagi kebutuhan masyarakat desa dan

persawahan. Dengan terjaminnya air yang di pasok dari hutan lindung di kawasan tor

Sibacal yang dialirkan melalui sungai aek Tarutung Panjang akan memberikan tingkatn

produksi pangan masyarakat yang mendorong pertumbuhan ekonomi bagi petani.

Rencana rehabilitasi kawasan hutan dengan pendekatan pembangunan ekonomi

masyarakat lokal yang akan di implementasikan perkumpulan PETRA di desa Tarutung

Panjang. Pembangunan ekonomi masyarakat desa yang berada di kawasan hutan

khususnya desa Tarutung panjang dapat digambarkan dengan pernyataan salah seorang

masyarakat desa yang mengatakan “kami mendukung program konservasi hutan terlebih

lagi dilakukan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat desa khususnya perkebunan

karet lokal namun kegiatan ini harus benar-benar diawasi sehingga keberhasilan program

dapat dilihat secara fisik dan dinikamti langsung oleh petani karet. Mereka mengatakan

bahwa petani karet merupakan masih menjadi sumber pendapatan pokok di samping

bertani padi sehingga tidak mungkin tak mendukung program konservasi karena itu

sudah menjadi kesepakatan bersama [pemerintah melalui departemen kehutanan dengan

lembaga donor, termasuk pemerintah pusat, karena kalau tidak mendukung berarti

melawan kemauan pemerintah yang sesungguhnya bertujuan baik.

Page 12: Profil Desa Tarutung Panjang (Komoditi Karet)

Tetapi masyarakat desa Tarutung Panjang tidak bisa menjamin penghentian

pengerusakan kawasan hutan lindung dan TNBG dari kegiatan penebangan kayu untuk

kebutuhan pembangunan rumah masyarakat secara paksa tetapi dapat dilakukan kegiatan

penyadaran secara rutin bagi masyarakat yang memiliki mata pencaharian dengan

melakukan kegiatan penebangan kayu secara tidak resmi (illegal logging)perusakan

sepanjang kehidupan ekonomi warga tetap miskin. Untuk itu masyarakat desa Tarutung

Panjang mengharapkan mereka bisa dibantu dalam kegiatan keterampilan budidaya

tanaman yang bisa dikembangkan di kawasan hutan tanpa merusak kelestarian kawasan

hutan guna memperbaiki dan peningkatan pendapatan ekonomi selain kebun karet dan

pertanian. Salah satu harapan masyarakat dengan adanya program konservasi untuk

bentang alam di kawasan hutan lindung dan keberadaan TNBG adalah berkaitan dengan

penetapan tapal batas kawasan TNBG dengan hutan desa nantinya bisa di perjelas

sehingga masyarakat dapat dengan tenang melakukan kegiatan ekonomi di sekitar hutan

tanpa harus merusak kawasan hutan Taman Nasional Batang Gadis. Mereka

mengharapkan agar lahan-lahan pertanian yang sudah ada selama ini, meskipun oleh

pemerintah sudah dianggap melampaui batas hutan lindung, dapat tetap mereka

pertahankan. Dengan kata lain, patok batas hendaknya dibuat diluar wilayah kelola

masyarakat.

X. SKET PETA DESA TARTUNG PANJANG