Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si. Penelitian Kuantitatif.pdf · pengabdian penulis...

450
i

Transcript of Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si. Penelitian Kuantitatif.pdf · pengabdian penulis...

i

ii

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Katalog dalam terbitan (KDT)Prof. Ma’ruf AbdullahMETODE PENELITIAN KUANTITATIF

Cetakan I: September 2015

xxxv + 422 hlm. ; 15,5 x 23cm.ISBN 979-8726-46-4

Penerbit:Aswaja PressindoAnggota IKAPI No. 071/DIY/2011Jl. Plosokuning V No. 73 Minomartani,Ngaglik, Sleman YogyakartaTelp.: (0274) 4462377e-mail: [email protected]@yahoo.comWebsite: www.aswajapressindo.co.id

Cover : Agung IstiadiLayout : Igbal

Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnyadalam bentuk apapun juga, baik secara mekanis maupunelektronis, termasuk fotokopi, rekaman dan lain-laintanpa izin dari penerbit

iii

PENGANTAR PENULIS

Puji syukur kepada Allah, shalawat dan salam semoga selaludisampaikan kepada Muhammad SAW, Nabi dan Rasul akhir zaman,manusia teladan yang selalu menginspirasi pengikutnya untuk berbuatyang terbaik kepada sesama manusia. Aamin. Alhamdulillah denganmenghayati semangat pengabdian Rasul dan Nabi Akhir zamanMuhammad SAW untuk kemaslahatan umatnya, untuk yangkesembilan penulis dapat menyelesaikan penulisan buku dengan judul“Metodologi Penelitian Kuantitatif” (untuk: Ekonomi, Manajemen,Komunikasi, dan Ilmu Sosial lainnya).

Mudah-mudahan buku ini diterima Allah SWT sebagai bentukpengabdian penulis kepada dunia akademik yang menjadi pilihan hiduppenulis sebagai dosen tetap di Institut Agama Islam Negeri AntasariBanjarmasin, dan dosen tidak tetap di Universitas Islam KalimantanMuhammad Arsyad Al-Banjary (UNISKA) Banjarmasin, Sekolah TinggiIImu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia) Kayu Tangi Banjarmasin.

Penulisan buku Metodologi Penelitian Kuantitatif ini sepertihalnya buku-buku penulis sebelum ini, lebih termotivasi oleh keinginanpenulis membantu mahasiswa untuk lebih memahami metodologipenelitian kuantitatif secara komprehensif, karena selama ini penulisselalu kebagian bimbingan skripsi dan tesis mahasiswa yang berminatmelakukan penelitian dengan metode kuantitatif sebagai metodealternatif yang disamping metode kualitatif bagi ilmu-ilmu sosial, baikdi Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam InstitutAgama Islam Negeri Antasari Banjarmasin, maupupun di Pascasarjana

iv

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Ilmu Komunikasi UNISKA, lebih-lebih lagi di Pascasarjana IlmuManajemen STIE Indonesia.

Disatu sisi semakin banyak mahasiswa yang berminat memilihmetode penelitian kuantitatif, sementara disisi lain pengetahuan danpenguasaan mahasiswa terhadap metode penelitian kuantitatif masihbanyak yang perlu ditingkatkan, sehingga perlu diberikan lagitambahan literatur agar pemahaman mahasiswa menjadikomprehensif. Dengan penguasaan mahasiswa yang komprehensif itu,mahasiswa akan merasakan manfaat menggunakan metode penelitiankuantitatif itu, khususnya untuk jurusan/prodi ekonomi dan yangsejenisnya yang banyak didalam analisis datanya memerlukanperhitungan dengan menggunakan angka dan statistik.

Dengan terbitnya buku Metodologi Penelitian Kuantitatif iniperkenankan penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaankepada :

1. Rektor IAIN Antasari Banjarmasin

2. Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN AntasariBanjarmasin

3. Direktut Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin4. Direktur Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNISKA Banajarmasin

5. Direktur Pascasarjana Magister Manajemen STIE Indonesia KayuTangi Banjarmasin.

6. Rekan sejawat dosen: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAINAntasari Banjarmasin, Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin,Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNISKA Banjarmasin, PascasarjanaMagister Manajemen STIE Indonesia Kayu Tangi Banjarmasin

Yang terus memotivasi penulis untuk terus berkarya menulis buku-buku yang diperlukan untuk pembelajaran mahasiswa.

7. Terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada saudariElida Mahriani, SEI, MM Assisten penulis dalam melaksanakanperkuliahan di Jurusan/prodi Ekonomi Syariah Fakultas Syariah danEkonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin yang berkenan mengeditdan menyusun format naskah buku ini.

8. Terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada DirekturPenerbit Aswaja Press Yogyakarta yang selalu siap dan bersedia

v

membantu penulis mencetak, menerbitkan, dan mengurusperedaran buku-buku karya penulis ke seluruh Indonesia.

Semoga semua partisipasi dan dukungan yang Bapak/Ibu/Saudaraberikan kepada penulis, oleh Allah SWT diterima dan dicatat sebagaiamal kebajikan yang akan diberikan ganjaran yang berlipat ganda.Aamin ya rabbal alamin.

Banjarmasin, 7 Juli 2015

Penulis

H.M.Ma’ruf Abdullah

vi

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

vii

SAMBUTANDEKAN FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI

ISLAMIAIN ANTASARI BANJARMASIN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadirat Allah Swt, atassegala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua,utamanya kepada penulis buku ini, semoga tetap dalam hidayah-Nya.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi MuhammadSaw, beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hinggaakhir zaman.

Alhamdulillah, satu lagi dosen Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Is-lam IAIN Antasari Banjarmasin menghasilkan karya ilmiah berupa bukuyang berjudul Metodologi Penelitian Kuantitatif (Untuk: Ekonomi,Manajemen, Komunikasi, dan Ilmu Sosial lainnya). Penulisan kayailmiah adalah merupakan salah satu dari Tri dharma dosen disampingpengajaran dan pengabdian masyarakat. Diharapkan karya ini salahsatu upaya menghadirkan pemikiran dalam bidang metodologipenelitian di kalangan masyarakat akademisi.

Buku karya Prof. Dr. H. M. Ma’ruf Abdullah, SH., MM., M.Si inisangat menarik untuk dibaca, dikaji, dan didiskusikan. Menurut sayabuku ini adalah buku terlengkap pertama yang lahir dari dosen FakultasSyari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin. Diakui masihsangat sedikit buku yang secara komprehensif membahas tentangmetodologi penelitian yang berbasis Ekonomi Islam, khususnyamahasiswa yang sedang mempelajari metodologi penelitian dan yangsedang melaksanakan penelitian untuk menulis skripsi, tesis, dandisertasi, serta para peminat metodolgi penelitian.

viii

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Pada akhirnya untuk yang kesekian kalinya saya sebagai pemimpinFakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari merasa bangga atassegala upaya yang dilakukan oleh Bapak Prof. Dr. H. M. Ma’ruf Abdullah,SH., MM., M.Si Oleh karenanya apa yang dilakukan oleh penulis patutdiapresiasi. Semoga apa yang dilakukan merupakan amal jariyah yangakan diterima beliau kelak. Amin.

ix

PENGANTAR EDITOR

Metodologi Penelitian Kuantitatif merupakan jenis penelitianmenurut paradigmanya. pendekatan kuantitatif berdasarkan atasparadigma yang berpandangan bahwa peneliti dapat dengan sengajamengadakan perubahan terhadap dunia sekitar dengan melakukanberbagai eksperimen. Peneliti percaya bahwa manusia dapatmenemukan aturan-aturan, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip umumtentang dunia nyata baik dalam ilmu-ilmu alam maupun dalam ilmu-ilmu sosial termasuk pendidikan. Hukum-hukum itu dapat ditemukandari data empiris dengan menggunakan sampel yang representatifdalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitiankuantitatif memperhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalambentuk numerik dan bersifat obyektif. Variabel-variabel penelitiankuantitatif dapat diidentifikasi dan interkorelasi variabel dapat diukur.

Penelitian kuantitatif memiliki tujuan mengeneralisasi temuanpenelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yangsama pada populasi lain. Penelitian kuantitatif juga digunakan untukmenjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti.Penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Penelitimenggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melaluiinstrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Peneliti mencobamereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya ia melakukananalisis terhadap komponen penelitian (variabel). Penarikankesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensusdan bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan. Penelitian

x

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

kuantitatif khususnya eksperimen, dapat menggambarkan sebab-akibat.

Buku Metodologi Penelitian Kuantitatif yang ditulis oleh Prof.Dr.H.M.Ma’ruf Abdullah,SH.MM.M.Si, ini memberikan wacana barudalam menjawab kebutuhan para mahasiswa dan para peneliti baikdibidang Ekonomi, Manajemen, Komunikasi, maupun Ilmu Sosiallainnya mengenai metode-metode analisis data dalam penelitiankuantitatif ini. Buku ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswamaupun para peneliti yang melakukan penelitian dibidang Ekonomi,Manajemen, Komunikasi, dan Ilmu Sosial lainnya.

Semangat dan ketekunan penulis untuk senantiasa berkontribusidalam dunia ilmiah memberikan spirit dan kebanggaan kepada sayauntuk turut terlibat dalam proses editing buku ini. Terimakasih takterhingga atas amanah yang dipercayakan penulis kepada saya untukmenyunting tulisan beliau, semoga buku ini memberikan manfaat danmenjadi amal jariyah di sisi Allah Swt.

Banjarmasin, 25 Agustus 2015 Editor,

Elida Mahriani

xi

DAFTAR ISI

Pengantar Penulis ....................................................................... iiiSambutan Dekan Fakultas Syariah dan Ekonmi IslamIAIN Antasari ............................................................................... viiPengantar Editor ......................................................................... ixDaftar Isi ................................................................................... xiDaftar Gambar ............................................................................Daftar Tabel ................................................................................

BAB IPENDAHULUAN ........................................................................... 1

1. Manusia mempunyai sifat ingin tahu ............................... 12. Upaya manusia mencari kebenaran ................................. 33. Penelitian dan ilmu pengetahuan .................................... 104. Sikap peneliti dalam penelitian ilmiah ............................. 125. Langkah-langkah esensial dalam penelitian ..................... 156. Tujuan penelitian ............................................................. 167. Jenis penelitian ................................................................ 19

BAB IIPROPOSAL DAN DESAIN PENELITIAN ......................................... 21

1. Pengertian proposal ......................................................... 212. Jenis proposal .................................................................. 233. Pengertian desain penelitian ........................................... 274. Jenis desain penelitian ..................................................... 295. Ciri-ciri penelitian ilmiah .................................................. 376. Penelitian yang berkualitas .............................................. 38

xii

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

BAB IIIETIKA PENELITIAN ...................................................................... 41

1. Belajar etika dari Arestoteles ........................................... 412. Kajian tentang etika ......................................................... 423. Mengapa kita memerlukan etika ..................................... 444. Etika dalam perspektif Al-Qur’an ..................................... 455. Definisi etika .................................................................... 466. Sikap ilmiah dalam etika penelitian ................................. 487. Etika penelitian ................................................................ 51

BAB IVKARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF ................................ 73

1. Paradigma penelitian kuantitatif ...................................... 732. Ruang lingkup penelitian kuantitatif ................................ 743. Format penelitian kuantitatif ........................................... 784. Penggolongan dan jenis penelitian kuantitatif ................. 805. Sistematika penulisan laporan penelitian kuantitatif ....... 92

BAB VMEMILIH DAN MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN ............. 99

1. Memilih masalah ............................................................. 992. Judul penelitian ................................................................ 1103. Identifikasi masalah ......................................................... 1124. Merumuskan masalah ...................................................... 1135. Tujuan penelitian ............................................................. 1186. Jenis penelitian ................................................................ 121

BAB VIDESAIN PENELITIAN KUANTITATIF .............................................. 127

1. Latar belakang masalah ................................................... 1272. Merumuskan masalah dan ruang lingkup penelitian ....... 1353. Merumuskan pertanyaan penelitian ................................ 1364. Kriteria permasalahan penelitian ..................................... 1385. Tujuan penelitian ............................................................. 1426. Kegunaan penelitian ........................................................ 147

BAB VIIKAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 149

1. Arti kajian pustaka ........................................................... 149

xiii

2. Manfaat kajian pustaka .................................................... 1503. Tujuan kajian pustaka....................................................... 1524. Sumber-sumber kajian pustaka........................................ 1525. Langkah-langkah kajian pustaka....................................... 1576. Strategi menulis kajian pustaka ....................................... 162

BAB VIIIKONSEP, VARIABEL, DAN PENGUKURAN .................................... 165

1. Konsep penelitian ............................................................ 1652. Konseptualisasi ................................................................ 1683. Kerangka konseptual ........................................................ 1714. Variabel penelitian kuantitatif ......................................... 1745. Jenis variabel dan pengukurannya ................................... 1776. Variabel menurut ragamnya ............................................ 1927. Hubungan variabel ........................................................... 195

BAB IXHIPOTESIS PENELITIAN ............................................................... 205

1. Pengertian hipotesis ........................................................ 2052. Dasar-dasar penyusunan hipotesis .................................. 2073. Kegunaan hipotesis .......................................................... 2104. Kriteria hipotesis yang baik .............................................. 2105. Syarat-syarat hipotesis ..................................................... 2116. Bentuk hipotesis .............................................................. 2127. Merumuskan hipotesis..................................................... 2148. Pengujian hipotesis .......................................................... 2159. Penggunaan hipotesis ...................................................... 217

BAB XMETODE PENELITIAN, POPULASI, SAMPEL, DATA,DAN INSTRUMEN PENELITIAN .................................................... 219

1. Macam-macam metode penelitian .................................. 2192. Populasi ............................................................................ 2263. Sampel ............................................................................. 2274. Teknik sampling ................................................................ 2345. Penelitian kasus ............................................................... 2436. Unit analisis ...................................................................... 2437. Data penelitian................................................................. 244

xiv

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

8. Instrumen pengumpulan data ......................................... 2479. Uji instrumen ................................................................... 25710. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data .................. 272

BAB XIUJI HIPOTESIS PENELITIAN ......................................................... 297

1. Hipotesis .......................................................................... 2972. Membuat rumusan hipotesis yang akan di uji ................. 2993. Kesalahan yang mungkin terjadi ...................................... 3004. Uji satu arah dan dua arah ............................................... 3025. Pengujian hipotesis dengan sampel besar ....................... 3046. Pengujian hipotesis dengan sampel kecil ......................... 315

BAB XIIMETODE-METODE ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF ... 321

1. Metode korelasional ........................................................ 3212. Metode regresi ................................................................. 3353. Metode analisis jalur (Path analysis) ................................ 3474. Metode analisis jalur dengan pengukuran SEM ............... 3525. Metode analisis jalur dengan pengukuran

Partial Least Square (PLS) ................................................. 362

BAB XIIIPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN, KESIMPULAN, DAN SARAN . 381

1. Pembahasan hasil penelitian ........................................... 3812. Prinsip-prinsip pembahasan ............................................ 3833. Hasil penelitian ................................................................ 3874. Contoh pembahasan ........................................................ 3885. Kesimpulan ...................................................................... 3946. Saran ................................................................................ 395

BAB XIVPROPOSAL PENELITIAN DAN LAPORAN PENELITIAN ................. 397

1. Pengertian proposal ......................................................... 3972. Macam-macam proposal di Perguruan Tinggi ................. 3983. Laporan hasil penelitian ................................................... 409

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 419TENTANG PENULIS ...................................................................... 421

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar: 1.1 Berpikir analisis ................................................. 92. Gambar: 1.2 Berpikir sentetis ................................................ 93. Gambar: 2.1 Beberapa kemungkinan scatter diagran ........... 334. Gambar: 2.2 Hubungan antar variabel dalam analisis

Korelasi .................................................................................. 345. Gambar: 3.1 Grafik tren pengetahuan konsumen Tentang

iklan yang menghilangkan data Kritis Tahun 2000-2010 ....... 686. Gambar: 3.2 Grafik tren pengetahuan konsumen Tentang

iklan yang menyajikan data Lengkap Tahun 2000-2010 ........ 687. Gambar :4.1 Ruang lingkup penelitian kuantitatif Pada

Ilmu-Ilmu Sosial ..................................................................... 758. Gambar :4.2 Format penelitian kuantitatif ............................ 789. Gambar :5.1 Hubungan topik, masalah, dan judul ................ 10610. Gambar :6.1 Hubungan permasalahan penelitian tujuan

penelitian dan kesimpulan .................................................... 14611. Gambar :6.2 Hubungan (problematik) permasalahan

penelitian, tujuan Penelitian, hipotesis dan kesimpulan ....... 14712. Gambar:8.1 Hubungan antara teori, konseptualisasi, dan

Metodologi ............................................................................ 16713. Gambar:8.2 Proses dasar berpikir yang ilmiah ...................... 16914. Gambar:8.3 Prooses membangun kerangka Konseptual

penelitian .............................................................................. 17015. Gambar:8.4 Proses konseptualisasi ....................................... 17116. Gambar: 8.5 Pilar kerangka konseptual ................................. 17317. Gambar: 8.6 Keterkaitan hubungan antara konsep variabel,

pengukuran dan data ............................................................ 17618. Gambar : 8.7 Pengaruh variabel bebas terhadap Variabel

terikat ................................................................................... 19219. Gambar : 8.8 Pengaruh variabel bebas dan variabel Penyela

terhadap variabel terikat ....................................................... 19320. Gambar : 8.9 Pengaruh variabel bebas, variabel penyela,

Variabel terikat, dan variabel yang mengikuti (komposit)yang Menimbulkan kompleksitas dalam pengambilanKeputusan pemerintah .......................................................... 194

xvi

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

21. Gambar: 8.10 Hubungan tingkat kecerdasan dengan Nilairata-rata mahasiswa .............................................................. 196

22. Gambar: 8.11 Hubungan dua variabel dalam analisisBivariat .................................................................................. 200

23. Gambar: 8.12 Hubungan variabel bebas yang didukungSub-sub variable dengan variabel terikat Dalam analisismultivariat ............................................................................. 200

24. Gambar: 8.13 Hubungan dua variabel atau lebih dalamanalisis multivariat ................................................................. 201

25. Gambar:8.14 Hubungan variabel laten dengan variabelManifest ................................................................................ 203

26. Gambar:8.15 Hubungan antara variabel endogen denganVariabel eksogen ................................................................... 204

27. Gambar: 9.1 Konsep dasar rumusan hipotesis ...................... 20928. Gambar:9.2 Kurva normal dalam pengujian hipotesis........... 21629. Gambar: 10.1 Penarikan sampel yang refresentatif .............. 23130. Gambar: 10.2 Pergerakan besar kecilnya sampel Dalam

penelitian kuantitatif ............................................................. 23331. Gambar:10.3 Grafik penjualan mobil Toyota Avanza ............. 28232. Gambar:10.4 Grafik foligon kelahiran bayi di Kota

Banjarmasin Tahun 2008-2012 .............................................. 28333. Gambar: 10.5 Grafik serabi kelahiran bayi di Kota

Banjarmasin Tahun 2008-2012 .............................................. 28334. Gambar: 10.6 Desil ................................................................ ?35. Gambar: 10.7 Standar deviasi ................................................ ?36. Gambar: 10.8. ........................................................................ ?37. Gambar: 10.9. Daftar Koreksi Instrumen ............................... 24736. Gambar: 11.1 Uji satu arah untuk H1 : θ < θ0 .......................... 30237. Gambar: 11.2 Uji satu arah untuk H1 : θ > θ0 .......................... 30238. Gambar: 11.3 Uji dua arah H1 : θ ≠ θ0 ..................................... 30339. Gambar: 11.4 Daerah penolakan dan penerimaan H0

Uji parameter μ – μ0 .............................................................. 30640. Gambar: 11.5 Daerah penolakan dan penerimaan H0

Uji dua arah ........................................................................... 30741. Gambar:11.6 Daerah penolakan dan penerimaan H0

Uji satu arah H0 : p = p0 .......................................................... 310

xvii

42. Gambar: 11.7 Daerah penolakan dan penerimaan Ujihipotesis dua arah rata-rata (ì1 – ì2) Dari dua populasi .......... 312

43. Gambar: 11.8 Daerah penolakan dan penerimaan H0

Uji satu arah .......................................................................... 31744. Gambar: 12.1 Model diagram korelasi dengan tiga Variabel . 32445. Gambar: 12.2 Kerangka analisis korelasi ................................ 32646. Gambar: 12.3 Beberapa kemungkinan scatter diagram ........ 33747. Gambar: 12.4 Setiap nilai X dimana ada sub populasi Dan

nilai Y yang didistribusikan secara normal ............................. 33848. Gambar: 12.5 Scatter diagram hubungan volume Penjualan

dan biaya iklan ....................................................................... 34249. Gambar: 12.6 Model diagram jalur dengan dua Variabel ...... 35050. Gambar: 12.7 Model diagram jalur dengan empat Variabel . 35151. Gambar: 12.8 Model pengukuran variabel laten Eksogen ..... 35452. Gambar: 12.9. Model pengukuran variabel laten Eksogen

dengan notasi statistik ........................................................... 35453. Gambar: 12.10. Model pengukuran variabel laten Endogen . 35554. Gambar: 12.11. Model pengukuarn variabel laten Eksogen

dengan notasi statistik ........................................................... 35555. Gambar: 12.12. Model analisis jalur dengan pengukuran ..... 35956. Gambar: 12.13. Model indikator refleksif .............................. 36357. Gambar: 12.14. Model indikator formatif ............................. 36358. Gambar: 12.15. Diagram jalur dengan menggunakan PLS ..... 36559. Gambar: 12.16. Diagram model smart PLS ............................ 37160. Gambar: 12.17. Model standar loading ................................. 37761. Gambar: 12.18. Model signifikan .......................................... 37862. Gambar: 13.1. Alur proses Pembahasan penelitian .............. 38463. Gambar: 13.2. Kerangka pikir pembahasan hasil Penelitian .. 385

xviii

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

xix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1. Pelaporan yang tidak lengkap................................ 682. Tabel 3.2 Pelaporan yang lengkap ......................................... 683. Tabel 4.1 Format Penelitian deskriptif ................................... 804. Tabel 4.2 Penggolongan dan jenis penelitian kuantitatif ....... 815. Tabel 7.1 Ringkasan tinjauan pustaka ................................... 1636. Tabel 8.1 Operasionalisasi konsep status sosial ekonomi ...... 1777. Tabel 8.2 Dimensi varabel nominal ........................................ 1788. Tabel 8.3 Pendapatan berbagai profesi perhari .................... 1819. Tabel 8.4. Dimensi status sosial ekonomi keluarga dengan

menggunakan skala kumulatif ............................................... 18510. Tabel 8.5. Scoring variabel partisipasi .................................... 18911. Tabel 8.6. Interval scoring variabel partisipasi ....................... 19012. Tabel 8.7. Perubahan scoring variabel partisipasi .................. 19113. Tabel 8.8. Penyesuaian interval skor scoring variabel

partisipasi .............................................................................. 19114. Tabel 10.1. Pelatihan yang pernah diikuti karyawan dalam

5 tahun terakhir ..................................................................... 24815. Tabel 10.2. Jenis pekerjaan dan unit yang bertanggung

jawab ................................................................................... 24916. Tabel 10.3. Checklist skala kinerja ......................................... 24917. Tabel 10.4. Hasil pengukuran pertama dan kedua persepsi

responden terhadap fenomena yang diteliti ......................... 26218. Tabal 10.5. Jawaban butir-butir pertanyaan .......................... 26519. Tabel 10.6. Skor ganjil, genap, awal, akhir ............................. 26620. Tabel 10.7. Format data jawaban responden ........................ 27021. Tabel 10.8. Data jawaban responden .................................... 27022. Tabel 10.9. Daftar koreksi instrumen ..................................... 27423. Tabel 10.10. Angket penelitian .............................................. 27624. Tabel 10.7. Contoh tabel data (1) .......................................... 27625. Tabel 10.8. Contoh tabel data (2) .......................................... 27726. Tabel 10.9. Jawaban responden terhadap Kuesioner

penelitian .............................................................................. 27827. Tabel 10.10. Persiapan perhitungan korelasi ......................... 27828. Tabel 10.11. Nilai koefisien korelasi ....................................... 296

xx

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

29. Tabel 11.1. Jenis kesalahan dalam menolak dan menerimahipotesis nol .......................................................................... 300

30. Tabel 12. 1. Data penelitian berdasarkan kuesioner yangdiisi oleh responden .............................................................. 328

31. Tabel 12.2. One sample Kolmogrov Smirnov test .................. 32932. Tabel 12.3. Anova Tabel (1) .................................................... 33133. Tabel 12.4. Anova Tabel (2) .................................................... 33134. Tabel 12.5. Test of homogeniety of variance ......................... 33235. Tabel 12.6. Correlation (X1 dengan Y) ................................... 33336. Tabel 12.7. Correlation (X2 dengan Y) ................................... 33437. Tabel 12.8. Hubungan volume penjualan dengan biaya iklan 34138. Tabel 12.9. Estimasi regresi ................................................... 34339. Tabel 12.10. Pembantu estimasi regresi ................................ 244

1

BAB IPENDAHULUAN

1. Manusia mempunyai sifat ingin tahuSalah satu sifat yang melekat pada diri manusia itu adalah sifatnya

“ingin tahu sesuatu tentang segala dan ingin tahu segala tentangsesuatu”. Sifat ingin tahu yang dimiliki manusia ini merupakananugerah tertinggi dari Tuhan Yang Maha Esa yang memberinya akalpikiran. Dari sinilah kemudian manusia itu disebut sebagai mahlukyang berpikir (homo sapiens). Manusia kemudian oleh Tuhan yangMaha Esa diamanahi menjadi khalifah dimuka bumi ini.

Sebelum Tuhan Yang Maha Esa memberikan akal pikiran kepadamanusia memang pada awal kelahirannya manusia itu tidak tahu apa-apa, dan itu dapat ditelusuri melalui cerita dalam Al-Quran bagimanaAllah mengajari Adam As tentang nama-nama benda dan makhlukyang ada dibumi. Juga bagaimana Qabil yang membunuh saudaranyaHabil sempat kebingungan bagaimana caranya mengubur jasadsaudaranya yang dibunuhnya itu. Qabil kemudian belajar dari burunggagak yang menggali tanah kemudian menyeret temannya yang matikedalam lubang tanah yang digalinya dengan paruh dan kakinya, dankemudian ditutupnya kembali dengan tanah galian tadi, melalui prosesbelajar itulah manusia mempunyai pengetahuan yang berguna untukkehidupannya dimuka bumi.

Jadi pada dasarnya manusia itu memperoleh pengetahuanmelalui: a) jalur pemberitahuan sebagaimana Tuhan memberitahuAdam tentang nama-nama mahluk hidup dan benda-benda yang adadimuka bumi ini, dan b) jalur pengalaman sebagaimana Qabil melihatburung gagak mengubur temannya yang mati. Rasa ingin tahu manusia

2

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

itu tidak pernah berhenti, dan terus saja berkembang sesuai dengantuntutan zaman dan keperluan hidupnya. Bila manusia sudah mene-mukan jawabannya maka tuntutan rasa ingin tahunya terus berkem-bang melaui proses belajar dalam kehidupan baik melalui diajarimaupun yang didapatkannya melalui pengalamannya, sehingga semuaini membentuk pengetahuan-pengetahuan yang diperlukannya dansekaligus memberikan manfaat dalam kehidupannya, namun demikianmanusia tidak pernah merasa puas dengan jawaban-jawaban penge-tahuan, karena masih banyak kompleksitas dalam kehidupan yangdialaminya yang belum terjawab oleh ilmu pengetahuan. Disinilahmanusia merasakan kenisbian pengetahuan itu, dan terus bertanyadalam benaknya tentu ada sumber-sumber kebenaran lain yang belumbisa diungkap oleh kemampuan nalarnya melalui ilmu pengetahuan.

Dari hasil olah pikirnya manusia semakin mengerti tentang diridan dunianya. Ini berarti bahwa pengetahuan tidak saja meningkatkanapresiasi manusia tentang apa yang dimauinya, tetapi juga denganserempak membuka mata manusia lebar-lebar terhadap kekurangan-nya, karena ternyata ilmu pengetahuan bukan jawaban satu-satunyaterhadap dorongan keingintahuan manusia. Inilah sebuah sifatkehausan manusia terhadap pengetahuan dan dorongan membunuhpikirannya melalui penemuan-penemuannya, walaupun hal tersebuttak kunjung berhasil.

Dalam kondisi obyektif karena keterbatasannya manusia memangbelum bisa mengerti sepenuhnya tentang hakikat ilmu pengetahuandisatu sisi, sedangkan sebagai khalifah dimuka bumi manusia harustampil sebagai orang bijak yang bisa menyikapi keterbatasan pe-nguasaan pengetahuannya, dan menyadari sepenuhnya kekuasaanTuhan yang tak terbatas yang memberikan jalan lain untuk manusiadalam menemukan kebenaran seperti misalnya melalui: filsafat, seni,agama, dan sebagainya yang merupakan sejawat ilmu pengetahuandalam menuju dan memahami kebenaran.

Manusia yang kemudian juga mempelajari filsafat, seni, danagama, lebih mudah menemukan kebenaran, dan itu telah dibuktikanoleh ilmuan terkenal penemu “teori relativitas” Albert Einstein (1879– 1917) yang mengatakan bahwa ilmu bukan satu-satunya cara untukmencapai apa yang dinamakan kebenaran itu, ia juga mengatakan

3

bahwa Ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalahlumpuh.1

2. Upaya manusia mencari kebenaranSepanjang sejarah kehidupan umat manusia dimasa lalu, sebelum

manusia menemukan cara yang disebut penelitian (scientific research),telah terjadi upaya manusia mencari kebenaran melalui pendekatanunscientific, padapendekatan unscientific ini orang berusaha mene-mukan kebenaran melalui berbagai cara,2 antara lain:

a) Secara kebetulan

Pada awalnya manusia selalu kebingungan untuk memecah-kan persoalan baik yang dihadapinya langsung maupun yang adadi alam sekitarnya. Orang pada umumnya tidak tahu harus berbuatapa untuk menjawab dorongan keingintahuannya, karena tingkatpengetahuan manusia pada waktu itu masih rendah, sehinggasemua pengetahuan (kebenaran) didapat secara kebetulan.

Bungin (2013) menceritakan bagaimana terjadinya penemuanobat malaria yang dapat menyelamatkan umat manusia daribahaya penyakit malaria yang terjadi secara kebetulan. Mulanyaorang tidak dapat berbuat apa-apa terhadap wabah malariadimana-mana, namun setelah seorang Indian yang menderitademam dengan panas yang amat tinggi, secara tidak sengaja jatuhkedalam sebuah sungai kecil yang airnya telah berwarna hitam,tanpa disengaja orang Indian itu terminum air sungai tersebut.Setelah kejadian ini berangsur-angsur orang Indian itu sembuh.Ternyata diketahui bahwa air sungai berwarna hitam itu disebabkankarena sebatang pohon Kina yang tumbang di sungai itu, darikejadian itu kemudian orang baru mengetahui bahwa pohon Kinadapat dapat dijadikan obat penyakit malaria.

Penemuan yang terjadi secara kebetulan ini tentu mengan-dung kelemahan karena dalam prosesnya orang bersikap pasifterhadap dorongan keingintahuannya, dan oleh karenanya kalau

1 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta, 2013: 2.

2 Burhan Bungin, ibid, hal 9.

Pendahuluan

4

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

orang hanya berharap pada kejadian yang bersifat kebetulan tentuperkembangan ilmu pengetahuan menjadi lambat sekali.

b) Secara trial and error

Trial and error (coba dan coba lagi) ini merupakan caramanusia menjawab keingintahuannya yang sudah melangkah lebihmaju, karena orang berusaha mencoba dan terus mencoba walau-pun belum tentu berhasil. Masih dalam contoh yang diberikan olehBungin (2013) adalah apa yang pernah dilakukan oleh Robert Kockyang mengasah kaca dengan maksud mencoba-coba apa yang akanterjadi dengan hasil asahan kacanya itu. Kock terus saja mengasahkaca, akhirnya kaca asahannya itu berbentuk lensa yang mampumemperbesar benda-benda yang tidak dapat dilihat oleh matatelanjang. Kemudian apa yang dihasilkan oleh Kock ini ternyatamendasari pembuatan mikroskop yang sangat diperlukan manusiadalam pekerjaan manusia di laboratorium. Upaya melalui trial anderor ini juga masih mengandung kelemahan karena banyakmenghabiskan waktu, sementara hasilnya belum pasti ada.

c) Melalui otoritas seseorang

Pendekatan melalui otoritas ini terbilang jalan pintas danpelaksanaannya memerlukan orang lain yang dapat dijadikanotorisasi. Banyak contoh yang dikemukakan Bungin (2005). Sepertimisalnya dahulu kaum Skolastik sangat fanatic dengan Ariestoteles,sehingga sedikitpun mereka tidak menaruh curiga akan kelemahanpernyataannya. Sampai-sampai mereka mengiyakan saja apa yangdikatakan Ariestoteles bahwa gigi wanita lebih banyak dari gigi laki-laki, pada hal secara obyektif jumlah gigi itu dapat dihitung sendiri.

Kemudian juga pada kesempatan lain kaum Skolastik menolakundangan Galileo untuk melihat bulan-bulan dari Yupiter melaluitropong (kaca pembesar). Hal itu karena dalam ilmu astronomiArestoteles tidak pernah menyebut bulan-bulan itu dapat dilihat.Cerita-cerita ini merupakan contoh pendekatan otoritas dalammenemukan kebenaran, namun sangat terbuka kemungkinanterjadi kesalahan, pendekatan otoritas ini sebetulnya secara tidaklangsung mengakui sejak awal ketidakmampuan rasio seseoranguntuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.

5

Pendekatan otoritas ini juga membuat seseorang menjaditaklid dan jumud, serta tanpa disadari membuat seseorang mem-bekukan kreativitas dan usahanya untuk berikhtiar. Otoritas inimenempatkan manusia dan budaya tertentu seperti misalnya raja,pemerintah, undang-undang, pengadilan, guru, pendeta, imam,dukun, dan sebagainya pada posisi yang amat penting dalam pem-bentukan sikap masyarakat proposisi tentang suatu kebenaran.3

Selain melalui tiga cara diatas, masih dalam mencari kebe-naran juga ada cara orang menemukan kebenaran melalui caraberpikir analitis dan berpikir sentetis.

d) Berpikir analitis

Berpikir analitis disebut juga berpikir deduktif, yaitu pola pikiryang bertolak dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-halyang bersifat khusus. Dari pengetahuan, teori-teori, hukum-hukum,dalil-dalil kemudian membentuk proposisi-proposisi dalam silogis-me tertentu. Dengan cara ini orang menemukan kebenaran hanyadengan duduk dibelakang meja, kemudian menemukan kebenaranyaitu kebenaran deduktif.

Sedangkan proposisi dalam bahasa Latin berarti stattementyang berarti menolak ataupun menerima, membenarkan suatukondisi. Sedangkan silogisme adalah suatu premis minor, sedang-kan proposisi terakhir disebut konklusi atau simpulan. Konklusidibentuk dari dua proposisi sebelumnya, ada empat macamsilogisme yang digunakan dalam berpikir analitis.

(i) Silogisme kategoris

Silogisme ini dapat diberi contoh sebagai berikut:

• Semua manusia berkulit hitam memiliki kekuatan menahanpanas matahari (premis mayor)

• Anton berkulit hitam (premis minor)• Jadi Anton memiliki kekuatan menahan panas matahari

(konklusi)

3 Burhan Bungin, Ibid, 2013, 12.

Pendahuluan

6

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(ii) Silogisme bersyarat (kondisional) atau hipotesis

Silogisme ini dapat diberi contoh sebagai berikut:• Alkoholic cenderung melakukan berbagai aktivitas yang

melanggar norma (premis mayor)

• Munir adalah alkoholic (premis minor)

• Jadi Munir cenderung melakukan aktivitas melanggarnorma (konklusi)

(iii) Silogisme pilihan atau alternatif

Silogisme ini dapat diberi contoh sebagai berikut:

• Saya harus menikah atau melanjutkan kuliah (premis mayor)• Munir meneruskan kuliah (premis minor)

• Jadi Munir tidak menikah (konklusi)

(iv) Silogisme melerai atau disjungtif

Silogisme ini dapat diberi contoh sebagai berikut:

• Tidak mungkin Bupati menyelewengkan dan bantuan banjirdi kabupatennya (premis mayor)

• Munir seorang Bupati (premis minor)

• Jadi tidak mungkin Munir menyelewengkan dana bantuanbanjar di kabupatennya (konklusi)

e) Berpikir sintetis

Berpikir sintetis berangkat dari fakta-fakta, data-data, kasus-kasus individual atau pengetahuan yang bersifat khusus menujukonklusi yang bersifat umum. Oleh karena itu berpikir sintetis inijuga disamakan dengan berpikir induktif. Ada tiga jenis induksi :induksi komplit, induksi tidak komplit, dan induksi sistem Bacon.4

(i) Induksi komplit

Induksi komplit menggunakan cara berpikir sintetis kon-klusi yang diperoleh dari berpikir induksi komplit seperti yangdicontohkan berikut ini akan menghasilkan tingkat kepercayaan

4 Van Dalen 1962, Dikutip Burhan Bungin 2013, hal. 15.

7

yang tinggi. Akan tetapi bukan mustahil kalau cara seperti inihanya dapat efektif dan efisien kalau digunakan untukmemecahkan permasalahan kecil, yaitu permasalahan denganpopulasi yang terbatas. Karena dengan populasi yang kecil or-ang akan mampu mengecek satu persatu obyek berpikir merekadengan baik.

Sedangkan pada populasi yang besar cara semacam iniperlu dipertimbangkan pengunaannya. Contoh kalau kitameneliti satu kelas mungkin tidak akan mengalami kesulitan,tetapi kalau kita meneliti satu kota akan banyak mengalamikesulitan, paling tidak masalah waktu dan biaya, oleh karenaitu dalam menggunakan cara berpikir induksi komplit perludipertimbangkan:• Seberapa luas cakupan analisis seseorang

• Bagaimana kompleksitas masalah yang dipertanyakan akandijawab

• Bagaimana kredibilitas orang yang melakukan analisis

• Seberapa besar dana yang mendukung aktivitas ini• Apakah waktu yang tersedia cukup memadai

Kalau semua pertanyaan diatas dapat dijawabbarulah kitadapat memutuskan digunakan atau tidak induksi model ini.Induksi komplit ini dicontohkan sebagai berikut:

- Komaruddin, alumni Perguruan Tinggi A angkatan VIberprestasi baik dimasyarakatnya.

- Haryono, alumni Perguruan Tinggi A angkatan VI berprestasibaik dimasyarakatnya.

- Taslam, alumni Perguruan Tinggi A angkatan VI berprestasibaik di masyarakatnya.

- Bagito, alumni Perguruan Tinggi A angkatan VI berprestasibaik di masyarakatnya

- Ahmadi, alumni Perguruan Tinggu Aangkatan VI berprestasibaik di masyarakatnya.

- Ranala, alumni Perguruan Tinggi A angkatan VI berprestasibaik di masyarakatnya.

Pendahuluan

8

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

- Jadi semua alumni Perguruan Tinggi A angkatan VI dariKomaruddin sampai dengan Ramala berprestasi baikdimasyarakatnya.

- Pendidikan baik.

(ii) Induksi tidak komplit

Pada induksi komplit, semua unsur dalam cakupan analisismendapat cakupan analisis tidak seluruhnya diobservasi. Katatidak yang membedakan kedua induksi diatas semata-matamenunjukan bahwa pada induksi tidak komplit, tidak semuacakupan analisis diobservasi, diwawamcarai, dan sebagainya.Karena tidak semua mendapat kesempatan diobservasi dandiwawancarai. Cara bekerjanya adalah menggunakan sampel,yaitu bagian tertentu yang dianggap representative untukdigunakan sebagai obyek analisis dengan menggunakan hukumprobabilitas (hukum kemungkinan).

Dengan demikian konklusinya kemungkinan mengandungkesalahan tertentu (tidak mutlak benar). Walaupun demikiansepanjang pengambilan sampelnya tepat dalam arti mengenaldengan pasti sifat-sifat cakupannya, maka tingkat kesalahannyaakan dapat dikurangi menjadi seminimal mungkin.

(iii) Induksi Bacon

Induksi ini dianjurkan oleh Francis Bacon (1561-1626), iaseorang empirisme terkemuka yang menolak secara terang-terangan jalan pikiran deduktif. Bacon adalah pendiri metodeinduktif modern dan pioner dalam upaya mensistematisasikanprosedur ilmiah secara logis (Russel, 2002: 711). Bacon mengan-jurkan pada semua orang yang menginginkan kebenaran agarmengobsevasi sendiri variabel-variabel yang dijadikan alat ukurkebenaran yang diinginkan.

Untuk mencapai kebenaran Bacon mengukur variabel-variabel dengan tiga macam tabulasi (pencatatan), sepertiberikut:

a) Tabulasi ciri-ciri positif, yaitu variabel X selalu berubah padasaat berada dalam kondisi Y.

9

b) Tabulasi ciri-ciri negatif, yaitu variabel X tidak berubahkendatipun berada dalam kondisi Y.

c) Tabulasi variabel kondisi, yaitu apakah X berubah apabilaberada dalam kondisi yang berubah-rubah.

Induksi Bacon ini sangat teliti dan tidak hanya bermaksudmencari hubungan simetris dari dua variabel, tetapi juga untukmencari hubungan kausalitas antara satu atau lebih variabel.5

Dua cara berpikir untuk menemukan kebenaran ini (berpikiranalitis dan berpikir sintetis) secara skematis dapat digambarkansebagai berikut:

Gambar: 1.1 BerpikirAnalitis

(Sumber Bungin: 2013: 18)

Gambar: 1.2.Berpikir sintetis

(Sumber: Bungin 2013: 18)

5 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES Jakarta1989.

Pendahuluan

10

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dua pendekatan pola pikir ini kemudian dipadukan oleh JohnDewey menjadi reflective thinking (berpikir reflektif) yangmengikuti langkah-langkah sebagai berikut:6

a) The felt need (adanya suatu kebutuhan)b) The problem (menetapkan masalah)

c) The hypothesis (menyusun hipotesis)

d) Collection of Data as avidance (mengumpulkan data untukpembuktian)

e) Concluding Belief (membuat kesimpulan yang diyakinikebenarannya)

f) General value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulansecara umum)

Aturan dan urutan langkah-langkah berpikir reflektif ini dalamperkembangan selanjutnya oleh para ilmuan dan peneliti terusdiikuti secara ketat dan menjadi persyaratan (kriteria) dalammenentukan bobot ilmiah dari proses reflective thinking tersebut.

3. Penelitian dan ilmu pengetahuanMengawali kegiatan penelitian dalam konteks pengembangan

ilmu pengetahuan ini, ada dua proses yang digunakan manusia untukmenemukan kebenaran. Proses pertama disebut berpikir kritis rasionaldan yang kedua disebut penelitian ilmiah (scientific research), Caraberpikir kritis rasional merupakan cara manusia untuk menemukankebenaran melalui pendekatan-pendekatan ilmiah sadar atau tidaksadar, inilah asal muasal gagasan penelitian ilmiah (penelitianberdasarkan ilmu pengetahuan).

Antara berpikir kritis rasional dengan penelitian ilmiah sebetulnyaberbeda hanya dalam graduasi saja. Proses dan prosedurnya sama,yang berbeda itu hanya bobot keilmiahannya. Kemudian dua caraberpikir itu disempurnakan lagi oleh reflect thinking yang diperke-

6 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Gajah Mada Universisity PressYogyakarta 1983, hal 14.

11

nalkan oleh John Dewey, Jadi berpikir kritis rasional, scientific. Rerearchdan reflective thinking, ini cikal bakal penelitian ilmiah.

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang berhubungan denganilmu pengetahuan, yang biasa dilakukan untuk mengetahui, mem-buktikan, atau menguji kebenaran tentang sesuatu. Penelitian danilmu pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisah-kan satu sama lain. Penelitian ilmiah digunakan untuk kebutuhan ilmupengetahuan. Sebaliknya ilmu pengetahuan tidak akan berkembangapabila meninggalkan tradisi penelitian ilmiah, posisi simbiosemutualistis ini memberikan konsekuensi bahwa penelitian dan ilmupengetahuan berada dalam satu sistem ilmiah, dan keduanya sama-sama membesarkan sistem tersebut sampai pada tingkat tidakterbatas.7

Penelitian adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris researchyang merupakan gabungan dari kata re dan search yang artinya mengu-langi kembali atau mencari berulang kali.8 Apapun pengertiannya yanglebih penting lagi kita harus memahami hakikat dari penelitian itu,banyak para pakar yang memberikan definisi (pengertian) daripenelitian (research) ini, diantaranya :

a) Penelitian adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secarasistematis, logis, dan berencana untuk mengumpulkan, mengolah,menganalisis data, serta menyimpulkan dengan menggunakan me-tode atau teknik tertentu untuk mencari jawaban atas permasa-lahan yang timbul.9

b) Research (penelitian), khususnya dalam ilmu-ilmu pengetahuanempirik, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengem-bangkan,atau menguji kebenaran suatu pengetahuan.10

7 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 3.8 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif, UIN Maliki Perss,

2010, 36.9 Moh Kasiram, Ibid, hal 37.10 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Penerbit Andi Yogyakarta, 2001, 3.

Pendahuluan

12

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

c) Riset (penelitian) dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yangsistematik untuk mencari kebenaran yang belum diketahui melaluimetode ilmiah.11

d) Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan suatu halmenurut metode yang ilmiah. Sehingga riset (penelitian) memilikitiga unsur penting, yaitu: sasaran, usaha untuk mencapai sasaran,serta metode ilmiah.12

Dari definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli tersebut diataskita dapat menyimpulkan bahwa “penelitian (riset) adalah upayasistematis untuk menemukan kebenaran atau untuk mengetahuisesuatu yang baru dengan cara mengumpulkan, mengolah, danmenganalisis data dengan menggunakan metode analisis data yangsesuai dengan jenis penelitiannya, serta menarik kesimpulan”.

4. Sikap peneliti dalam penelitian ilmiahHal-hal yang harus dimiliki oleh seorang peneliti antara lain

adalah:

a) Sikap ilmiah

Sikap ilmiah ini sangat diperlukan oleh seorang peneliti untukmemudahkan dalam pekerjaan penelitian, untuk maksud tersebutseorang peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut:13

(i) Selalu berpikir kritis dan skiptis(ii) Bersikap obyektif dan tidak memihak

(iii) Faktual, selalu mendasari tindakan dengan fakta

(iv) Berpikir sistematis.

b) Memahami ilmu-ilmu terkait

Untuk dapat melaksanakan tahapan-tahapan penelitiandengan baik dan benar, maka seorang peneliti perlu memahami

11 Supriyanto dan Djohan, Metodologi Riset Bisnis dan Kesehatan, PT Grafika WangiBanjarmasin, 2011, hal 1

12 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen, Gramedia Pustaka UtamaJakarta, 2000, hal 2.

13 Moh Kasiram, Loc Cit, hal 47 (dikutip dari Arief Furqon, 2982)

13

dan menguasai metodologi penelitian dan ilmu pengetahuan yangterkait dengan masalah yang diteliti, sehingga ia bisa :

(i) merumuskan masalah penelitian(ii) menetapkan ruang lingkup penelitian

(iii) menetapkan batasan masalah

(iv) menyusun kerangka/konsep penelitian

(v) mengemukakan hipotesis(vi) menentukan populasi dan menetapkan sampel penelitian

(vii) menentukan sumber data dan jenis data yang diperlukan

(viii) menetapkan metode pengumpulan, pengolahan, dan analisisdata

(ix) menetapkan instrument pengumpulan data yang diperlukan(x) menentukan jenis alat bantu (modelstatistik) yang diperlukan

untukmemudahkan menganalisis data

(xi) menguji hipotesis

(xii) menarik kesimpulan dan membuat saran

(xiii) Menyusun Laporan Penelitian.

Selain itu seorang peneliti juga dituntut untuk memiliki sikapdan dedikasi yang merupakan ciri khas bagi seorang ilmuan sebagaiberikut: 14

(i) Obyektif dan faktual, maksudnya peneliti harus memiliki sikapobyektif dan melakukan dan melakukan pembicaraanberdasarkan fakta.

(ii) Open, fair, responsible, maksudnya peneliti harus bersikapterbuka terhadap berbagai saran, kritik dan perbaikan dariberbagai kalangan,peneliti juga harus bersikap wajar, jujur,dan dapat mempertanggung jawabkan semua pekerjaannyasecara ilmiah.

(iii) Curious, wanting to know, maksudnya peneliti mempunyaisikap ingin tahu terutama kepada apa yang diteliti, dansenantiasa haus akan pengetahuan-pengetahuan baru.

14 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 21.

Pendahuluan

14

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Berarti peneliti itu adalah orang yang peka terhadap informasidan data.

(iv) Invective always, maksudnya peneliti memiliki daya cipta,kreatif, dan senang terhadap inovasi.

Kemudian peneliti sebagai seorang ilmuan juga dituntutmemiliki kemampuan:

(i) Think, critically, and sistematicaly, maksud peneliti adalah or-ang yang memiliki wawasan, kemampuan kritik, dan berpikirsistematik.

(ii) Able to creat, Innovative, maksudnya peneliti harus memilikikemampuan mencipta, karena harus selalu menemukan ataumembuat penemuan-penemuan baru.

(iii) Communicate effectivity, maksudnya peneliti mempunyaikemampuan untuk berkomunikasi dan mempengaruhi pihaklain dengan komunikasi itu.

(iv) Able to identify and formulate problem clearly,maksudnyamampu mengenal dan merumuskan masalah dengan jelas.

(v) View a problem in wider context, maksudnya peneliti mampumelihat suatu masalah dalam konteks yang luas karenamasalah biasanya tidak berdiri sendiri.

Selain sikap, dedikasi, dan kemampuan tersebut diatas penelitijuga dituntut menguasai cabang ilmu pengetahuan yang adahubungannya dengan permasalahan penelitian yang diteliti,terutama bagi peneliti yang bekerja di lembaga-lembaga penelitianyang melayani keperluan penelitian dari berbagai kalangan dandisiplin ilmu. Dan menurut Koentjaraningrat dan Donald K.Emmerson (1982) sebagaimana dikutip oleh Bungin,15 kebutuhansikap dan dedikasi sebagai peneliti tidak hanya memenuhikebutuhan diatas, tetapi juga masih ada kebutuhan lain yangsemestinya diperhatikan dalam penelitian. Seperti misalnya:(i) Sikap, pengetahuan, dan pandangan peneliti terhadap

lingkungan masyarakat, para informan, responden, dan wargamasyarakat lainnya.

15 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 22.

15

(ii) Memperhatikan sikap dan pandangan informan, respondenserta warga masyarakat lain terhadap diri peneliti, termasuksikap dan pandangan peneliti asing dan peneliti berjeniskelamin lain.

(iii) Memperhatikan masalah keuntungan dan kesulitan pene-litian tunggal jika dibandingkan dengan penelitian bersamadalam satu tim.

(iv) Memperhatikan masalah pengembangan rapor yang wajardalam wawancara serta kemampuan peneliti untuk mengenaldirinya.

(v) Memperhatikan sikap para pegawai pusat dan daerahterhadap peneliti maupun proyek penelitiannya.

(vi) Memperhatikan penyesuaian pandangan etik dari parainforman, responden, warga masyarakat, dengan pandanganetik dari peneliti terhadap persoalan yang sedang diteliti.

5. Langkah-langkah esensial dalam penelitianSesuai dengan langkah-langkah berpikir ilmiah ada sejumlah

langkah essensial yang harus dikuasai oleh seorang peneliti. Langkah-langkah tersebut meliputi:16

a) Menetapkan obyek atau pokok penelitian

b) Membatasi obyek penelitian

c) Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukand) Mengolah dan menganalis data, serta menarik kesimpulan

e) Merumuskan dan melaporkan hasilnya

f) Menentukan implikasi-implikasi penyelidikan

Dalam perspektif yang lain V.C.Schulter sebagaimana dikutipKasiram, menyebutkan langkah-langkah essensial yang harus dilakukanoleh seorang peneliti adalah sebagai berikut:

a) Memilih bidang topik atau obyek penelitian

b) Menyurvei bidang tersebut untuk memahami permasalahan

16 Sutrisno Hadi, Loc Cit, hal 8.

Pendahuluan

16

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

c) Mengembangkan sebuah bibliografi

d) Perumusan masalah yang dihadapie) Membuat outline elemen-elemen masalah

f) Mengklasifikasikan elemen-elemen tersebut

g) Menentukan bukti yang diperlukan

h) Menguji apakah masalah tersebut dapat dipecahkan atau tidaki) Menetapkan tersedianya atau tidak data yang diperlukan

j) Mengumpulkan data serta keterangan

k) Mensistematisasikan dan menyusun data sebelum melaksanakananalisis

l) Menganalisis dan menafsirkan data serta bukti yang adam) Menyusun data yang akan disajikan

n) Menggunakan referensi yang relevan

m) Mengembangkan bentuk serta gaya penyajian hasil research.

Meski banyak macam petunjuk dari para ahli, namun dalampelaksanaannya setiappeneliti bisa saja menetapkan langkah-langkahsendiri sesuai kebutuhan penelitian yang dilaksanakan.

6. Tujuan PenelitianSetiap kegiatan tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Dengan

demikian berarti tujuan itu memegang peran penting didalam setiapkegiatan, sehingga harus dirumuskan dengan jelas dan rinci, karenapencapaian tujuan ini merupakan jawaban dari permasalahan yangditeliti, secara umum tujuan penelitianituadalah sebagai berikut:17

a) Untuk menemukan/mencari sesuatu yang lain dan aktual

b) Untuk mengembangkan/memperluas dan menggali lebih jauhtentang apa yang ada

c) Untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan apabila dirasa masihada sesuatu yang diragukan

17 Moh Kasiram, Loc Cit, hal 52.

17

d) Untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima ataumenolakserta mengubah dalil-dalil dengan suatu aplikasi baru daridalil tersebut.

Dalam perspektif lain tujuan penelitian (riset) menurut Suliyanto(2006: 6) pada hakikatnya adalah sebagai berikut:18

a) Pemecahan masalah

Penelitian (riset) bertujuan memecahkan masalah-masalah yangdihadapi dalam suatu kegiatan, seperti misalnya persaingandibidang bisnis semakin ketat sehingga permasalahan bisnis jugasemakin kompleks. Permasalahan tersebut perlu dipecahkanmelalui kegiatan penelitian, sehingga hasil penelitian itu bisamembantu dalam pengambilan keputusan.

b) Pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian (riset) untuk pengembangan ilmu pengetahuanbertujuan untukmenemukan teori-teori baru, menguji hasilpenelitian sebelumnya atau untuk mengembangkan hasilpenelitian sebelumnya, dengan demikian ada:

Penelitian yang bertujuan untuk penemuan, seperti misalnyamencari teori-teori baru yang sebelmnya belum pernah ada.(i) Penelitian yang bertujuan pembuktian (verifikasi),yang

bertujuan membuktikan keraguan atas temuan atau hasilpenelitian sebelumnya.

(ii) Penelitian yang bertujuan pengembangan, adalah penelitianyang mengembangkan hasil penelitian atau teori sebelumnyayang telah ada sehingga semakin maju.

Selain rumusan tujuan penelitian tersebut diatas masih ada lagipendapat yangjuga memberikan rumusan tujuan penelitian yangdikelompokan sebagai berikut:19

18 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 6-7.19 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, hal 45.

Pendahuluan

18

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Pernyataan permasalahan (rumusan masalah) yang dikemukakan.

b) Pemanfaatan hasil penelitianc) Sejauhmana analisis atau penyajian analisis hasil disajikan

Masih menurut Supriyanto dan Djohan, tujuan penelitian ituterbagi menjadi:a) Eksplorasi (penjajakan)

b) Deskriptif

c) Asosiasi-korelasi atau sebab akibat

d) Inferensiatau generalisasi

Didalam suatu penelitian tujuan penelitian umumnya jugadibedakan atas:a) Tujuan umum

b) Tujuan khusus

c) Tujuan harus jelas dan tegas

Tujuan umum merupakan pernyataan umum tentang kegiatanyang akan dilaksanakan dan hasil yang diharapkan yang didapatkandari suatu penelitian. Tujuan umum diharapkan memberikan sumba-ngan pemikiran terhadap masalah (problem stattement) yang diteliti,pernyataan tujuan umum hendaknya mengacu pada judul penelitian,tetapi tidak harus identik, tujuan umum sebaiknya merupakan satupernyataan.

Tujuan khusus merupakan penjabaran, pernyataan ataupentahapan tujuan umum. Tujuan khusus berisi pernyataan penelititentang variabel-variabel yang akan diukur dan diuji untuk menunjangpernyataan yang dinyatakan dalam tujuan umum. Dalam tujuan khususini peneliti harus menggunakan istilah mengidentifikasi, menilai,menganalisis, membandingkan, mempelajari, mengukur, melaksa-nakan atau melakukan evaluasi. Istilah yang dipilih ditentukan denganlevel dari kemampuan berpikir atau taksonomi kedalaman berpikir,bila semua tujuan khusus tercapai maka tujuan umum juga tercapai.

Selanjutnya tujuan penelitianjuga dirumuskan untuk melakukankajian secara ilmiah (misalnya dengan suatu analisis, sintetis, atauevaluasi dalam rangka mengetahui tentang apa, mendiskripsikan

19

tentang siapa, dimana, kapan, dan mengapa, atau bagaimana me-ngukur sesuatu sebagai jawaban atas hal-hal yang dipermasalahkan.20

7. Jenis penelitianBelum ada kesepakatan dikalangan para ahli penelitian berkenaan

dengan jenispenelitian ini, sebab perbedaan sudut pandangmenyebabkan berbeda jenis penelitian. Diantara pengelompokan danjenis penelitian yang sudah ada adalah:

a) Menurut bidannya jenis penelitian terbagi atas: penelitianpendidikan, penelitian sejarah, penelitian bahasa, dan sebagainya.

b) Menurut tempatnya: penelitian labolatorium, penelitianperpustakaan, penelitiankancah.

c) Berdasarkan penggunaannya: penelitian murni dan penelitianterapan.

d) Menuruttujuan umumnya:penelitian eksploratif, penelitian devel-opment, dan penelitian verifikatif.

e) Menurut pendekatannya : penelitian longitudinal, dan penelitiancross sectional.

f) Menurut tarafnya : penelitian deskriptif dan inferensial.

g) Menurut paradigmanya : penelitian kuantitatif dan penelitiankualitatif.

20 Husein Umar, Loc Cit, hal 32

Pendahuluan

20

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

21

BAB IIPROPOSAL DAN DESAIN PENELITIAN

Proposal penelitian dan desain penelitian secara umum tidak jauhberbeda. letak perbedaannya hanya pada penggunaannya. Kata pro-posal semestinya digunakan untuk usulan penelitian yang masihmemerlukan persetujuan pembiayaan dari sponsor yang bersediamembiayai. Sedangkan untuk usulan penelitian mandiri seperti: skripsi,tesis, dan disertasi di Perguruan Tinggi mestinya langsung saja disebutusulan desain penelitian. Jadi perbedaannya memang tak begitu tajam,hanya berifat gradual. Yang terjadi selama ini seperti ada salah kaprah,dimana keduanya itu baik yang memerlukan dukungan biaya dari spon-sor, maupun yang mandiri keduanya menggunakan kata proposal.21

1. Pengertian proposalPada dasarnya proposal penelitian itu berisi tiga hal: a) per-

masalan apa yang diteliti, b) berapa biayanya, dan c) siapa/lembagaapa penelitinya. Dengan mengemukakan tiga hal itu sebenarnya pihaksponsor yang diharapkan bersedia membiayai sudah dapatmempertimbangkan menyetujui atau tidaknya. Oleh karena itu pro-posal harus dibuat dengan suatu kemampuan yang dapat meyakinkansponsor, baik menyangkut urgensi masalah yang akan diteliti,rasionalitas biaya yang diperlukan, dan kredibilitas peneliti/lembagayang akan melakukan penelitian.

21 Burhan Bungin, Metodologi Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group Jakarta,2013, hal 95.

22

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Untuk pembuatan proposal tidak hanya dibatasi pada tiga halyang pokok seperti disebutkan diatas, tetapi dapat pula dilengkapidengan menjelaskan hal-hal seperti:

a) Motivasi pemilihan masalahDisini perlu dijelaskan mengapa masalah tersebut diteliti dan untukapa penelitian itu, dapatkah penelitian itu dilaksanakan, apapertimbangan yang menjadi pertimbangan empiris, teknis, danlainnya.

b) Daerah penelitian

Sebutkan secara jelas dan lengkap dimana daerah penelitian itudilaksanakan.

c) Waktu penelitianJelaskan pula disini kapan penelitian akan dilaksanakan dan kapanakan berakhir.

d) Metode penelitian

Jelaskan juga metode penelitian yang akan digunakan agar prosespenelitian itu berjalan efektif dan efisien.

e) Lembaga konsultanJelaskan pula apakah penelitian yang akan dilaksanakan itumemerlukan tenaga konsultan,terutama kalau penelitian inimemerlukan pengetahuan-pengetahuan teknis yang diluarkemampuan peneliti.

f) Anggaran penelitian

Jelaskan juga rincian pendanaan (budget) yang diperlukan danpenggunaannya.

g) Teori yang akan digunakanJelaskan juga teori apa yang akan digunakan dalam penelitian itu,sehingga jelas bagaimana penelitian itu dilaksanakan dan dapatdipertanggung jawabkan. Dengan kata lain secara akademik pro-posal itu dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkanpelaksanaannya.

23

2. Jenis Proposal penelitianProposal penelitian merupakan awal yang menyeluruh tentang

apa, bagaimana, dan oleh siapa penelitian itu akan dilakukan. Menge-nai jenis (macam) proposal tentu sesuai keperluan, untuk memu-dahkan mendapat gambaran berikut ini kita bisa melihat contoh pro-posal seperti berikut ini:22

a) Proposal penelitian hibah bersaing

Proposal ini untuk memperebutkan kesempatan penelitian yangdibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat (DP2M) Ditjen Dikti. Penelitian ini tergolong penelitiankompetitif dalam kelompok penelitian mandiri multi tahun (2 – 3tahun), penelitian ini lebih diarahkan pada penciptaan inovasi danpengembangan IPTEK, format proposalnya sebagai berikut:

(i) Abstrak

Menguraikan secara cermat dan singkat tentang rencanakegiatan penelitian yang diusulkan.Jumlah kata dalam abstraktidak lebih dari 200 kata.

(ii) Bab I Pendahuluan

Bagian pendahuluan ini terdiri atas: (1) latar belakang penelitianyang menjelaskan secara singkat mengapa permasalahan iniperlu dilakukan penelitian. (2) tujuan khusus penelitian, ditulistidak lebih dari satu halaman, (3) keutamaan penelitian yangditulis tidak lebih dari tiga halaman.

(iii) Bab II Studi Pustaka

Bab II ini menjelaskan state of the art dalam bidang yang diteliti,hasil yangsudah dicapai, dan studi pendahuluan yang sudahdilaksanakan, bagian studi pustaka ini ditulis tidak lebih daridelapan halaman.

22 AnwarSanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta, 2011, hal202.

Proposal dan Desain Penelitian

24

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iv) Bab III Metode penelitian

Ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, dilengkapidengan alur penelitian yang menggambarkan apa yang sudahdilaksanakan dan apa yang akan dikerjakan secara multi tahun.Bagan alur penelitian harus dibuat secara utuh dengan tahapanyang jelas, mulai dari mana, bagaimana outputnya, danindikator capaian yang terukur.

(v) Bab IV Pembiayaan

Bagian ini menjelaskan tentang biaya yang diperlukan untukkegiatan penelitian. Biaya tersebut harus logis dan terperinciberdasarkan tahun dan jenis pengeluaran meliputi gaji danupah, peralatan, bahan habis pakai, perjalanan, pemeliharaan,pertemuan lokakarya, seminar, penggandaan bahan, sertapelaporan dan publikasi.

(vi) LampiranBerisi tentang semua bahan pendukung yang relevan denganproposal penelitian, dapat berupa tabel, gambar, dan lain-lain.

b) Proposal untuk penelitian program pendidikan S1 (Sarjana)

Pada umumnya proposal penelitian program pendidikansarjana (S1) dipolakan sebagaiberikut:

(i) Bab I Pendahuluan

Bagian ini terdiri dari:

(a) Latar belakang masalah(b) Rumusan masalah penelitian

(c) Tujuan penelitian

(d) Kegunaan penelitian

(ii) Bab II Kajian pustaka

(a) Landasan teori

(b) Hipotesis (jika ada)

25

(iii) Bab III Metode penelitian

(a) Identifikasi dan definisi konseptual variabel(b) Definisi operasional variabel

(c) Ruang lingkup penelitian

(d) Lokasi penelitian

(e) Populasi dan teknik penarikan sampel(f) Sumber data

(g) Teknik pengumpulan data

(h) Teknik analisis data

(i) Jadwal penelitian

(iv) Daftar pustaka

(v) Lampiran (jika ada)

C) Proposal Penelitian Program Pendidikan Magister (S2)

Proposal penelitian pada pendidikan tingkat magister ini padaumumnya sebagai berikut:

(i) Bab I Pendahuluan

(a) Latar belakang masalah

(b) Identifikasi dan perumusan masalah(c) Tujuan penelitian

(d) Kegunaan penelitian

(ii) Bab II Kajian pustaka

(a) Landasan teori

(b) Penelitian terdahulu

(c) Kerangka konseptual variabel(d) Hipotesis (jika ada)

(iii) Bab III Metode penelitian(a) Rancangan penelitin

(b) Ruang lingkup penelitian

(c) Lokasi penelitian

Proposal dan Desain Penelitian

26

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(d) Variabel penelitian

- Klasifikasi variabel- Definisi konseptual variabel

- Definisi operasional variabel

(e) Jenis dan sumber data

(f) Instrumen penelitian(g) Populasi dan teknik pengambilan sampel

(h) Teknik pengumpulan data

(i) Teknik analisis data

(j) Jadwal penelitian

(iv) Daftar pustaka

(v) Lampiran

d) Proposal Program Pendidikan Doktor (S3)

(i) Bab I Pendahuluan

(a) Latar belakang masalah

(b) Rumusan masalah(c) Tujuan penelitian

(d) Manfaat penelitian

(ii) Bab II Kajian pustaka

(a) Tinjauan teori

(b) Tinjauan penelitian terdahulu

(iii) Bab III Kerangka konseptual dan hipotesis

(a) Kerangka konseptual(b) Hipotesis

(iv) Bab IV Metode penelitian(a) Rancangan penelitian

(b) Ruang lingkup penelitin

(c) Variabel penelitian

27

- Klasifikasi variabel

- Definisi konseptual variabel- Definisi operasional variabel

(d) Populasi dan teknik pengambilan sampel

(e) Instrumen penelitian

- Uji validitas instrument- Uji reliabilitas instrument

(f) Prosedur pengumpualn data

(g) Teknik analisis data

(h) Jadwal penelitian

(v) Daftar pustaka

(vi) Lampiran

3. Pengertian desain penelitianSelanjutnya berkenaan dengan pengertian desain, khususnya

desain penelitian kuantitatif untuk ilmu sosial yang banyak ragamnyaperlu disesuaikan dengan model penelitian dan masalah yang akanditeliti. Walaupun dalam ilmu-ilmu sosial itu beragam purpose danperspektif, tetapi secara garis besar suatu desain penelitian kuantitatifumumnya memuat beberapa jawaban mengenai pertanyaan berikutini.23

a) Mengapa studi (penelitian) harus dilakukan

b) Apa yang diteliti dan data apa yang dibutuhkanc) Dimana data yang dibutuhkan itu dapat diperoleh

d) Dimana dan yang mana populasi penlitian

e) Kapan dan sampai kapan penelitian itu dilakukan

f) Alat ukur apa yang akan digunakang) Teknik pengumpulan data apa yang dipakai

h) Rancangan dan alat analis data apa yang akan digunakan.

23 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 97.

Proposal dan Desain Penelitian

28

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Didalam membuat desain penelitian kita mengenal beberapamodel desain, yaitu:

a) Desain historis (sejarah), desain ini digunakan jika peneliti inginmenjawab masalah-masalah yang berhubungan dengan peristiwaatau perkembangan yang terjadidimasa lalu.

b) Desain deskriptif, desain ini digunakan jika peneliti ingin menjawabpermasalahan tentang fenomena yang ada, dengan pola survey,case study, causal comparative, corelational, and development.

c) Desain eksperimental,desain ini digunakan untuk mengkaji sebabakibat dari suatu peristiwa, biasanya pola yang digunakan adalahpola one-group, dan pola control group. Oleh karena itu desainpenelitian ditentukan oleh ontology, paradigma, logika dan strategipenelitiannya, maka macam desain akan mengikutinya.24 (Kasiram,2010: 53)

Desain penelitian juga memberikan pengertian sebagai berikut:25

a) Desain penelitian merupakan rencana kerja yang terstruktur dalamhal hubungan-hubungan antar variabel secara komprehensip,sedemikian rupa agar hasil penelitiannya memberikan jawabanatas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam rencana tersebutmencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuathipotesis dan implikasinya, serta operasional sampai pada analisisakhir.

b) Desain penelitian merupakan suatu cetak biru (blue print) dalamhal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis, melaluidesain inilah peneliti dapat mengkaji alokasi sumberdaya yangdibutuhkan.

Dari dua rumusan tersebut kita dapat mengambil inti pengertiandesain penelitian itu sebagai berikut:

i. Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sum-ber daya dan datayang akan dipakai untuk diolah guna menjawabpertanyaan-pertanyaan penelitian.

24 Moh Kasiram,Loc Cit, hal 53.25 Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Stratejik, Raja Grapindo Persada

Jakarta, 2010, hal 5.

29

ii. Desain merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan-hubungan antara variabel yang terkait dalam kajian tersebut.

iii. Desain juga merupakan metode, yaitu cetak biru yang berupaprosedur-prosedur secara garis besar mulai dari hipotesis sampaikepada analisis data.Metode memberi jawaban atas pertanyaanseperti:• Teknik apa yang akan dipakai untuk mengumpulkan data?

• Metode penarikan sampel apa yang akan dipakai?

• Bagaimana melakukan pengolahan dan analisis data?

Dalam pengertian yang lebih singkat dan jelas desain penelitianmengandung arti sebagai pedoman kerja agar penelitian dapatberjalan efektif dan efisien.26

Desain penelitian tidak hanya berguna bagi pemimpin penelitian,tetapi juga berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitiantersebut. Sebagai ilustrasi, Suliyanto (2006) memberi perumpamaansejumlah tukang batu bekerja membangun rumah pada bagian yangberbeda-beda secara terpisah. Akan tetapi karena Mandor memegangdesain rumah yang sudah dibuat oleh arsitek, maka semua bagianrumah akan sesuai dengan harapan pemesan.

Dalam menyusun desain penelitian, harus tetap berpedomankepada rumusan masalah serta hipotesis yang akan diuji. Mengingatrumusan masalah merupakan pangkal tolak dari penelitian, makarancangan penelitian harus mencakup: tujuan penelitian, pembatasanmasalah, obyek penelitian, penentuan jumlah sampel dan teknikpengambilan sampel, analisis data, laporan dan evaluasi keseluruhan,sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses penelitiansecara keseluruhan.

4. Jenis desain penelitianBerdasarkan pendapat para pakar penelitian maka desain

penelitian dapat dikelompokan sebagai berikut:

26 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 65.

Proposal dan Desain Penelitian

30

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(a) Desain penelitian deskriptif

Desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yangdisusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematistentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyekpenelitian.27 Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasansistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan,sebagai contoh misalnya:i) survey mengenai pendapat umum untuk menilai sikap

masyarakat terhadap kenaikan BBM

ii) suvey disuatu daerah mengenai kebutuhan akan pendidikankewirausahaan

iii) studi mengenai kebutuhan tenaga kerja terampil bidangkomputer

iv) studi tentang sikap karyawan terhadap kebijakan atasanv) studi harga-harga pokok bahan makanan untuk menentukan

indeks harga konsumen (IHK), dan lain-lain.

Pada penelitian deskriptif ini peneliti tidak berupaya untukmenguji hubungan antar fakta, baik hubungan korelasionalmaupun hubungan kausalitas. Oleh karena itu rumusan hipotesisjarang ditemukan dalam penelitian deskriptif. Disini penelitimenjelaskan fakta tersebut dengan menggunakan hasil olahan databerupa persentase, rata-rata, kecenderungan (trend), median, danmodus.

Langkah-langkah dalam penelitian deskriptif biasanyamegikuti langkah-langkah penelitian pada umumnya, yaitu:

i) Merumuskan masalah penelitian

ii) Merumuskan tujuan penelitianiii) Mengkaji pustaka, yaitu menelaah teori yang relevan

iv) Menetapkan populasi dan sampel yang representatif

v) Menyusun instrumen penelitian

vi) Mengumpulkan data

27 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 13.

31

Vii) Mengolah dan menganalisis data

viii) Menarik kesimpulan

(b) Desain penelitian korelasi

Desain penelitian korelasi adalah desain penelitian yang dibuatuntuk meneliti bagaimana kemungkinan hubungan terjadi antarvariabel dengan memperhatikan besaran koefisien korelasi. Olehkarena itu hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalahkeeratan hubungan antar variabel penelitian, bukan pada sebabdan penyebab terjadinya hubungan tersebut.

Sebagai contoh misalnya, penelitian tentang “Korelasi antaralingkungan kerja, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerjakaryawan”. Dalam desain penelitian korelasi ini ada upaya daripeneliti untuk menentukan tingkat hubungan antar variabel yangberbeda antara satu variabel dengan variabel yang lain. Jadi dalamdesain penelitian korelasi ini ada upaya dari peneliti untuk menaksirseberapa besar tingkat korelasinya, dan bukan hanya sekedarmendeskripsikan.28 Dengan demikian peneliti dapat mengetahuiberapa besarnya kontribusi variabel-variabel bebas terhadapvariabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

Lebih jauh lagi hubungan korelasi itu adalah hubungan duavariabel atau lebih sebagaimana adanya tanpa perlakuan,29 dalamdesain penelitian korelasi ini peneliti akan dapat:i) Melihat apakah perubahan satu variabel berhubungan dengan

perubahan variabel lainnya.

ii) Menentukan indeks kuantitatif yang menentukan prediksiarahhubungan antara dua variabel atau lebih.

iii) Menentukan koefisien korelasi (dalam hal ini nilai r) yangdiperoleh, apakah nilai r nya negatif atau positif.

Jika koefisien korelasi yang diperoleh negatif (nila r nya -),maka korelasi yang diperoleh adalah korelasi negatif. Artinya

28 Husein Umar, Loc Cit, hal 45.29 Juliansyah Noor, Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen, Grasindo

Jakarta, 2014, hal. 46.

Proposal dan Desain Penelitian

32

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

peningkatan pada variabel X akan diikuti dengan penurunan padavariabel Y. Begitu pula sebaliknya bila korelasi yang diperoleh Positif(nilai r nya plus), maka korelasi yang diperoleh adalah korelasipositif. Artinya penurunan pada variabel X akan diikuti denganpeningkatan pada variabel Y. Kemudian lihat pula berapa harga p(probabilitas)nya apakah memenuhi taraf signifikansi yangditetapkan atau tidak, biasanya taraf signifikansi itu ditetapkan 1%atau 5%), jika harga p signifikan berarti terdapat hubungan antaravariabel bebas dengan variabel terikat.

Langkah selanjutnya adalah melihat nilai r2 (kuadrat) yangbiasa ditulis dengan huruf besar R2. Misalnya R2 = 0,75 artinyavariabel X memberikan sumbangan efektif sebesar 75% kepadavariabel Y.

Selanjutnya Iswardono (2001: 17) antara lain menjelaskantentang analisa regresi dan korelasi saling berhubungan tetapimempunyai tujuan yang berbeda. Dalam analisis regresi sederhana,yang dicari hubungan antara variabel-variabel yang bersangkutandan bagaimana bentuk hubungan tersebut, dengan menggunakanrandom variabel untuk variabel bergantung (independent) yangberdistribusi normal, sedangkan untuk variabel bebasnya tak perlurandom.

Untuk lebih memudahkan memahami mari kita coba melihatkemungkinan hubungan hubungan 2 variabel X dan Y. Misalnyaapakah biaya iklan yang besar (X) akan menyebabkan volumepenjualan (Y) yang melimpah?. Atau apakah nilai uji bakat yangtinggi (X) cenderung menunjukan tingkat kemampuan kerja yangtinggi pula (Y)?. Untuk mempelajari kemungkinan hubungan antaravariabel X dan Y, langkah pertama yang harus dilakukan adalahmengumpulkan data, kemudian langkah kedua menggambarkan-nya pada sumbu-sumbu X – Y. Gambar ini dikenal dengan ScatterDiagram, dimana akan ada tiga kemungkinan yang menyatakanhubungan antara variabel X dan Y, tiga kemungkinan tersebutadalah:

a) Hubungan yang lurus, jika scatter diagramnya menunjukansepertipada gambar a.

33

b) Hubungan kuadratik, jika scatter diagramnya menunjukanseperti pada gambar b.

Hubungan eksponential atau logaritmik, jika scatterdiagramnya menunjukan seperti pada gambar c.

Gambar: 2.1

Beberapa Kemungkinan Scatter Diagram

(Sumber: Iswardono, 2001: 4)

Sedangkan korelasi sederhana meneliti hubungan dan bagaimanaeratnya hubungan itu, tanpa melihat bentuk hubungan, dalam analisakorelasi sederhana variabel yang digunakan semua random dankeduanya bivariate normal.

Jika kenaikan suatu variabel diikuti oleh kenaikan pada variabelyang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebutmempunyai korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan didalam satuvariabel diikuti oleh penurunan didalam variabel yang lain, maka dapatdikatakan kedua variabel tersebut mempunyai korealasi yang negatif,dan jika tidak ada perubahan pada satu variabel walaupun variabelyang lainnya berubah, maka dikatakan kedua variabel tersebut tidakmempunyai hubungan (uncorelated), hubungan-hubungan tersebutdapat digambarkan sebagai berikut

Proposal dan Desain Penelitian

34

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 2.2

Hubungan antara variabel dalam Analisis Korelasi

(Sumber: Iswardono, 2001: 18)

(c) Desain penelitian kausalitas

Desain penelitian kausalitas adalah desain penelitian yangdisusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebabakibat antar variabel. Dalam desain ini umumnya hubungan sebabakibat tersebut sudah dapat diprediksi oleh peneliti, sehinggapeneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabelantara, dan terikat atau tergantung.30

Sebagai contoh misalnya: Penelitian tentang pengaruhlingkungan kerja, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerjakaryawan. Dengan contoh tersebut peneliti akan menganalisismana yang menjadi variabel penyebab, mana yang menjadivariabel antara, dan mana yang menjadi variabel terikat atautergantung.

Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam penelitiankausalitas adalah sebagai berikut:

i) Menetapkan masalah penelitian

ii) Merumuskan tujuan penelitian

iii) Mengkaji teori dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahuluyang relevan

iv) Merumuskan hipotesis penelitian

v) Menetapkan ukuran sampel jika populasinya besar jumlah-nya, dan memilih metode penarikan sampel yang tepat

30 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 14.

35

vi) Mengklasifikasi dan mendefinisikan secara konseptual danoperasional variabel penelitian

vii) Menyusun instrumen penelitian dengan mengacu padavariabel yang sudah didefinisikan

viii) Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen

ix) Menentukan metode pengumpulan data

x) Melakukan pengujian hipotesis

xi) Menarik kesimpulan

(d) Desain penelitian tindakan

Desain penelitian tindakan adalah desain penelitian yangdisusun dengan tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegia-tan yang sudah dilakukan sebelumnya. Istilah lain dari penelitiantindakan ini disebut juga action research. Penelitian tindakan inipada umumnya mengevaluasi pendekatan atau metode yangsudah diterapkan sebelumnya, kemudian mengemangkan ataumemperbaikinya menjadi pendekatan atau metode yang lebih baik.

Contoh misalnya dalam pelaksanaan kurikulum berbasiskompetensi ada penelitian tindakan untuk memperbaiki prosesbelajar mengajar didalam kelas yang disebut “Penelitian TindakanKelas” (PTK) yang harus dilakukan oleh setiap guru yang mengajardidalam kelas.

Penelitian tindakan ini menurut memiliki ciri-ciri sebagaiberikut:31

i. Praktis dan relevan dengan untuk situasi aktual dalam duniakerja

ii. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk pemecahanmasalah dan perkembangan-perkembangan baru

iii. Dilaksanakan berdasarkan observasi aktual dan data mengenaitingkah laku

iv. Tidak berdasar pada pendapat subyektif dari pengalaman masalalu

v. Fleksibel dan adaptif

31 Anwar Sanusi, Ibid, hal 15 dikutip dari Suryabrata 1998.

Proposal dan Desain Penelitian

36

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Walaupun desain penelitian tindakan ini sistematis, namundari sisi bobot ilmiahnya dinilai kurang, karena validitas internaldan eksternalnya lemah, Tujuannya sangat situasional,sampelnyaterbatas dan tidak representatif, serta kontrolnya terhadap variabelbebas sangat kurang. Oleh karena itu walaupun hasilnya sangatberguna untuk keperluan praktis, namun sumbangan penelitianini untuk pengembangan penelitian tindakan ini terhadap ilmunyasendiri relatif kurang.

(e) Desain penelitian eksperimenDesain penelitian eksperimen adalah desain penelitian yang

disusun dengan tujuan untuk meneliti adanya hubungan kausalitasmengenai sifat tertentu antara kelompok yang diberi perlakuandengan kelompok lainnya yang tidak diberi perlakuan.32 Sebagaicontoh misalnya penelitian tentang peningkatan kinerja 150 or-ang karyawan disuatu perusahaan dengan membagi karyawan itudalam dua kelompok masing-masing beranggota 75 orang. Satukelompok diberi perlakuan berupa pengikutsertaan mereka dalamworkshop tentang budaya kerja, sedang kelompok lainnya tidakdiikutsertakan.

Selang beberapa waktu kemudian katakanlah dalam 1 tahundilakukan pengukuran kinerja, ternyata kelompok yang yang me-ngikuti workshop budaya kerja prestasi kerja mereka lebih baik darikelompok yang tidak diikut sertakan dalam workshop budaya kerja.

Langka-langkah dalam penelitian eksperimen yang biasadilakukan adalah sebagai berikut:

i. Melakukan identifikasi dan merumuskan masalah penelitianii. Merumuskan tujuan penelitian

iii. Melakukan telaah perpustakaan yang relevan denganmasalah yang sudah dirumuskan

iv. Merumuskan hipotesis

v. Mendefinisikan variabel operasionalvi. Membuat rencana eksperimen

32 Anwar Sanusi, Ibid, hal 14

37

vii. Melakukan pembahasan dan sekaligus menginterpretasikanhasil

viii. Menyusun laporan.

5. Ciri-ciri penelitian ilmiahPenelitian ilmiah itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:33

a) Dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalahtertentu, bisa berupa jawaban terhadap sesuatu masalah ataumenjelaskan hubungan-hubungan antar variabel yang menjadifokus penelitian.

b) Tekanannya pada pengembangan generalisasi, prinsip-prinsipserta teori-teori, sehingga hasilnya mempunyai nilai diskripsi.

c) Berangkat dan bermuara pada masalah/obyek yang dapat diob-servasi, sehingga bangunan ilmu pengetahuan yang dihasilkanbukanlah buah dari ilham atau dogma, tetapi buah dariverifikasi empiris.

d) Penelitian merupakan observasi dan deskripsi akurat.

e) Penelitian berkepentingan dengan penemuan baru, jadi tidaksekedar mensintesa atau mengorganisir hal-hal yang telahdiketahui sebelumnya.

f) Penelitian mesti dirancang secara teliti prosedur-prosedurnyadan rasional.

g) Penelitian menuntut keahlian dari peneliti.

h) Penelitian diwarnai oleh upaya yang obyektif dan logis.

i) Penelitian menuntut kesabaran dan tidak dilakukan secaratergesa-gesa.

j) Penacatatan dan pelaporannya dilakukan secara cermat danhati-hati.

k) Penelitian kadang-kadang menuntut keberanian.

Berdasarkan rumusan yang dikutip dari pendapat John N Besttersebut, maka dapat disimpulkan ciri-ciri penelitian ilmiahtersebut adalah sebagai berikut:

33 Moh Kasiram, Loc Cit, hal 42-44 (Dikutip dari John N. Best 1982)

Proposal dan Desain Penelitian

38

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Upaya pencarian kebenaran terhadap sesuatu berdasarkan datadan faktayang jelas.

b) Dilakukan dengan metode ilmiah yang sudah berstandarsehingga dapat dipertanggung jawabkan.

c) Peneliti yang melakukannyamemahami,mengerti,dan dapatmelaksanakan segala ketentuan dan prosedur yang berlakudalam penelitian.

d) Peneliti yang melakukannya bekerja dengan berpegang teguhpada etika penelitian.

e) Hasil penelitian disimpulkan berdasarkan hasil analisis menurutmetodeanalisis data yang sudah distandarkan,bukanberdasarkan keinginan pribadi atau rekayasa-rekayasa tertentu.

6. Penelitian yang berkualitasSetiap orang bisa melakukan penelitian, tetapi belum tentu

berkualitas. Kalau suatu penelitian itu dilaksanakan asal-asalan, makapraktis hasilnya juga asal-asalan. Penelitian asal-asalan maksudnyaadalah penelitian yang tidak dilakukan menurut standar penelitianyang berlaku, atau dengan istilah lain disebut penelitian kacangan.Kalau yang terjadi demikian maka bukan saja yang terjadi itu pem-borosan tenaga, waktu dan biaya, tetapi hasilnya juga tidak berkualitas,tidak bisa dijadikan rujukan, dan menjadi hasil pekerjaan yang sia-sia.

Oleh karena itu agar supaya penelitian yang dilaksanakan itumerupakan penelitian yang berkualitas, maka peneliti harusmemperhatikan substansi utama penelitian dan substansi umumpenelitian berikut ini:34

Substansi utama:

a) InputYang termasuk dalam input ini adalah: (i) permasalahan yang ditelitiharus benar-benar merupakan permasalahan yang urgen bagipengembangan ilmu pengetahuan, (ii) ada teori yang mendukung(ada Grand Theory yang kemudian oleh peneliti dibuat turunan-nya), (iii) ada penelitian empirik dari peneliti-peneliti terdahulu

34 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakata, 2006, hal 12-15.

39

sehingga bisa memudahkan peneliti membuat premis-premis yangdiperlukan, (iv) menggunakan alat analisis data yang sesuai denganjenis data yang akan dianalisis dan jenis penelitian yang dilakukan,dan (v) menggunakan dukungan sumberdaya yang diperlukanseperti:tenaga (orang-orang) yang dilibatkan dalam pelaksanaanpenelitian, waktu yang cukup, dan dana yang memadai.

b) Proses

Yang termasuk proses ini adalah dimulai dari teknik pengambilansampel, teknik pengolahan dan analisis data, serta pengambilankesimpulan harus sesuai dengan prosedur dan tata cara yangberlaku dalam masing-masing jenis penelitian yang dilaksanakan.

c) Output

Kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan harus memberikanmanfaat untuk menyelesaikan masalah obyek penelitian.

Substansi umum:a) Perumusan masalah yang tepat

b) Tujuan yang jelas

c) Landasan teori yang kuatd) Instrumen penelitian yang valid dan reliabel

e) Teknik pengambilan data yang benar

f) Analisis data yang tepat

g) Teruji tingkat validitas dan reliabilitash) Kesimpulan yang baik

i) Dapat digeneralisasi

j) Laporan yang simple dan jelas

Cara mengukur derajat korelasi

Ukuran yang digunakan untuk mengukur derajat korelasi (hubungan)linier antara dua variabel ini dinamakan “koefisien korelasi” (Correla-tion coefficient), yang dinyatakan dengan r dan secara matematikadirumuskan sebagai berikut:

Proposal dan Desain Penelitian

40

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Nilai r selalu terletak antara -1 dan +1 ( -1 < r < +1)

r = +1, ini berarti ada korelasi positif sempurna antara X dan Y.r = -1, ini berarti ada korelasi negatif sempurna antara X dan Y.

r = 0, ini berarti tidak ada korelasi antara X dan Y.

Parameter yang berkaitan dengan r statistik dinyatakan denganhuruf Romawi.

41

1. Belajar etika dari AriestotelesBertrand Russell dalam bukunya History of Western Philosophy

and is Connection with Political and Social Circumstances from theEarliest Times to the Present Day (George Allen and UNWIN LTD, Lon-don 1946), yang kemudian diterbitkan dalam edisi Bahasa Indonesiadengan judul “Sejarah Filsafat Barat”, kaitannya dengan kondisi sosialpolitik zaman kuno hingga sekarang (Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2002)dalam salah satu Bab nya memuat tentang Etika Ariestoteles.

Dalam salah satu risalahnya yang berjudul Nicomachean Ethics,Ariestoteles mengemukakan pandangannya terhadap etika terutamamewakili kaum terpelajar dan berpengalaman pada zamannya. Dalampandangannya Ariestoteles tidak banyak terpengaruh oleh pelbagaikeyakinan agama mistik, tidak pula pandangannya itu mengemukakanteori-teori yang menyimpang dari adat yang lazimseperti terdapatdalam buku Republic kaitannya dengan hak miliki dan keluarga.

Dalam buku Ethics itu ada satu pembahasan sitematis tentangsejumlah prinsip yang bisa dijadikan dasar untuk meyakini bahwaperilaku orang memang harus diatur. Buku Ethics ini disukai kalanganterhormat waktu itu, yang umumnya mereka itu sudah berusiasetengah baya untuk menekan semangat dan gairah kaum muda yangterlampau menyala-nyala, disebutkan disitu bahwa yang baik adalahkebahagiaan yang merupakan aktivitas jiwa.

Ariestoteles juga mengajarkan tentang keutamaan, yaituintelektual dan moral. Keutamaan intelektual dihasilkan daripengajaran dan keutamaan moral berasal dari kebiasaan, adalah

BAB IIIETIKA PENELITIAN

42

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

menjadi tugas legislator untuk menciptakan warga negara yang baikdengan cara membentuk kebiasaan yang baik. Kita menjadi adildengan menjalankan tindakan-tindakan yang adil, dan demikian pulamengenai keutamaan-keutamaan lainnya. Dengan dipaksa untukmenerima menjalankan kebiasaan yang baik, menurut Ariestoteles,suatu saat kita akan menemukan kenikmatan dalam menjalankantindakan-tindakan yang baik itu.

Menurut Ariestoteles setiap keutamaan adalah suatu perte-ngahan diantara dua sisi ekstrim yang masing-masing buruk. Inidibuktikan dari pengujian terhadap beraneka keutamaan. Keberanianadalah pertengahan antara sikap pengecut dan sikap ugal-ugalan,kebebasan adalah antara sifat boros dan sifat kikir, harga diri adalahantara kecongkakan dan kerendahan diri, kelakar adalah antara sikapmembadut dan sikap kasar, kerendahan hati adalah antara sikap malu-malu dengan sikap tak kenal malu. Beberapa keutamaan tampaknyatak sesuai dengan skema demikian ini, misalnya kejujuran. Ariestotelesmengatakan bahwa kejujuran itu adalah pertengahan kesombongandan kesederhanaan semu, pendapat Ariestoteles tentang persoalan-persoalan moral tak lain adalah pandangan konvensional padazamannya.

Dalam beberapa hal pandangan Ariestoteles itu berbeda denganyang berlaku dizaman kita, terutama bila menyangkut beberapabentuk norma kebangsawanan. Kita berpendapat bahwa semuamanusia, setidaknya dalam teori etika memiliki hak-hak yang setara,dan bahwa keadilan tak terlepas dari kesetaraan ini. Ariestotelesbependapat bahwa keadilan bukanlah kesetaraan, namun pembagianhak, yang tidak selalu berarti kesetaraan.

2. Kajian tentang etikaUntuk melakukan kajian tentang etika, perlu lebih dahulu

memahami arti dari etika itu. Etika berasal dari bahasa Yunani, yaituethosyang memiliki pengertian adat istiadat (kebiasaan), perasaanbatin serta kecenderungan batin untuk melakukan sesuatu.35 (Fautanu,2012: 288)

35 Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi, Referensi Jakarta 2012, hal 289.

43

Adapun moral (mores) juga berarti adat kebiasaan, didalamkamus Istilah Pendidikan Umum dinyatakan bahwa etika adalah bagiandari filsafat yang mengajarkan tentang keluhuran budi (baik danburuk). Sebenarnya ada kesamaan antara etika dan moral, menurutpara ahli filsafat ada perbedaan antara etika dan moral. Etika meman-dang perilaku dan perbuatan manusia secara umum, sedangkan moralmelihatnya secara lokal, etika pada dasarnya merupakan penerapandari nilai tentang baik buruk, yang berfungsi sebagai norma ataukaedah tingkah laku dalam hubungan dengan orang lain, sebagaiekspektasi atau apa yang diharapkan oleh masyarakat terhadapseseorang sesuai dengan status dan peranannya, dan etika dapatberfungsi sebagai penuntun pada setiap orang dalam mengadakankontrol sosial. (Fautanu, 2012: 288)

Obyek formal etika adalah norma-norma kesusilaan, dan etikamempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidakbaik dalam suatu kondisi yang normatif (pelibatan norma). Oleh karenaitu ketika etika bersinggungan dengan norma, maka munculahpemikiran-pemikiran mengenai etika itu. Seperti yang dikatakanSuseno dalam Fautanu (2012: 289), “etika memang tidak dapatmenggantikan agama, tetapi dilain pihak etika juga tidak bertentangandengan agama”. Hal ini juga sejalan dengan apa yang sering kitadengar dalam ceramah-ceramah atau pembicaraan-pembicaraanbahwa manusia bisa saja akan menjadi baik walau dia kurangmenghayati agama apabila ia menghayati tuntunan akal budi dan dayapikirnya untuk memecahkan masalah. Kemampuannya mengasah danmenghayati akal budi dan daya pikir ini menghasilkan kebijaksanaanyang sangat kita perlukan dalam pergaulan sehari-hari, dalam konteksini kita ingat dengan apa yang dikatan Socrates, “aku bukanlah Tuhan,tetapi aku senang dengan kebijaksanaan”. Dari konteks ini kita dpatmemahami bahwa bahwa “etika merupakan ilmu tentang kebijak-sanaan yang diberikan Tuhan kepada manusia”, sehingga dengankebijaksanaan itu kita dapat memilih mana yang baik dan mana yangburuk bagi kita.

Dalam perspektif Devos (1984: 4), “etika merupakan ilmupengetahuan mengenai kesusilaan, ini berarti etika membicarakankesusilaan secara ilmiah”. Dalam rumusan yang lebih lengkapkesusilaan merupakan keseluruhan aturan, kaidah atau hukum dalam

Etika Penelitian

44

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

bentuk perintah atau larangan untuk dilakukan. Sering ditemui dalamberbagai pendapat atau pembahasan para pakar kita temuimempersamakan secara etimologi tentang pengertian etika denganakhlak. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan kata akhlakitu berasal dari bahasa Arab, dan kalau dilihat dari sumbernya dalamperspektif Islam juga berbeda, etika itu sumber utamanya Al-Qur’an,dan akhlak itu sumber utamanya Hadist Nabi Muhammad SAW.

3. Mengapa kita memerlukan etikaDalam konteks penulisan buku ini ada empat hal yang saling

berkaitan, yaitu: etika, penelitian, ilmu, dan penulisnya. Empat halyang berkaitan itu harus dikaji supaya didapat pengertian yang terpadudan sistematis. Penelitian dan penulisan adalah suatu kegiatan atauaktivitas yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan sung-guh-sungguh, etika menunjukan sikap kepribadian peneliti dan ilmumenunjukan kedisiplinan yang akan dibangun oleh peneliti danpenulisnya.

Dalam “Illustrated World Encyclopedia” sebagaimana dikutip olehLubis (2012) ditekankan bahwa etika mengandung ajaran mengenaiapa yang dipandang benar atau salah dalam sikap seseorang dalamhubungan sosial sehari-hari.36

“Ethics is the study of what is right and what is wrong.Philosophersand thinkers have been studying this for years and it is more difficultquestion that it may seem to you. In many cases we know withouteven thinking about it that something seem wrong or right, but thereare other cases in which the question is not easy to answer. When aperson is honest and fair, we say he is an ethical person and when he isdishonest or unfair we say he is unethical”.

Dari rumusan dalam bahasa Inggris tersebut, kita dapatmemahami, bahwa etika itu adalah pelajaran tentang apa yang benardan apa yang salah. Para philosof dan pemikir mempelajarinya ber-tahun-tahun, dan banyak persoalan yang lebih sulit berkenaan denganetika seperti halnya juga yang anda rasakan, dalam banyak kasus kita

36 Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Etika, Sofmedia Jakarta, 2012, hal 39-40

45

mengetahui ada kegiatan yang bisa kita kerjakan tanpa berpikir tentangsesuatu itu benar atau salah, tetapi ada banyak kasus lain yangmempunyai pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Jika seseorangitu tidak suka bohong dan jujur, kita katakan ia orang yang beretika,dan ketika seseorang itu suka berbohong dan tidak jujur, maka kitakatakan ia orang yang tidak beretika.

Etika itu menempati posisi begitu penting dalam setiap aktivitaskehidupan kita dan dalam bidang apapun. Oleh karenanya bagi seorangpeneliti yang akan melaksanakan penelitian perlu membekali diridengan kemampuan beretika karena dalam setiap langkah danaktivitasnya selalu berhubungan dengan berbagai pihak, sepertiresponden, informan, dan subyek-subyek penelitian lainnya. Tidakhanya sampai pada meneliti, ketika ia menuliskan hasil penelitiannyasekali lagi etika, khususnya etika dalam penulisan harus ia kuasai,sehingga ia terhindar dari apa yang disebut orang yang tidak beretika(he is dishonest or he is unethical).

Seperti sudah disinggung diatas bahwa etika itu menyangkutnorma kehidupan dimasyarakat yang harus diikuti dan ditaati olehsemua anggota masyarakat tanpa ada kecuali dan sumber dari etikaitu meliputi aturan tingkah laku bermasyarakat, norma-normakesusilaan, budi pekerti, moral, ajaran agama, dan peraturan hukumyang berlaku.

4. Etika dalam perspektif Al-Qur’anDalam perspektif Al-Qur’an ketetapan boleh atau tidak dalam

kehidupan manusia telah dikenal sejak manusia pertama Adam danHawa diciptakan. Seperti diceritakan dalam kitab suci Al-Qur’an, keduasejoli itu diperkenankan oleh Allah memakan apa saja yang merekainginkan di surga, namun jangan sekali-kali mendekati sebuah pohonyang apabila dilakukan, mereka akan tergolong orang-orang yang zalimsebagaimana firman Allah berikut ini:

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimusurga ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baikdimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)

Etika Penelitian

46

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Prinsip boleh dan tidak tersebut berlanjut dan dilanjutkan olehpara nabi yang diutus Allah kemudian, termasuk Ibrahim, Musa Isa,dan Muhammad SAW. Mereka diutus untuk merealisir ketentuan sangpencipta dalam seperangkat regulasi agar dapat mengarahkan manusiahidup bahagia didunia. Tata nilai itu diletakan sebagai regulatorkehidupan guna mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh tingkahlaku manusia yang cenderung egoistis dan liar, tata nilai itulah yangdisebut dengan etika.37

5. Definisi etikaMenelusuri asal usul kata etika tidak lepas dari kata ethos dalam

bahasa Yunani yang berarti kebiasaan (custom) atau karakter (charac-ter). Dalam kata lain seperti termuat dalam Kamus Webter: “the dis-tinguishing character, sentiment, moral nature, or guiding beliefs of aperson , group, or institution” (karakter istimewa, sentiment, tabiatmoral atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok atauinstitusi).

Sementara itu masih dalam Kamus Webster, kata ethics yangmenjadi padanan dari etika, secara etimologis berarti: “the disiplinedealing with what is good and bad and with moral duty and obliga-tion, a set of moral principles or values, atheory of system of moralvalues”.

Masih menurut Webster, dalam makna yang lebih tegas etikadidefinisikan sebagai “The systematic study of the nature of value con-cepts, good, bad, ought, right, wrong , etc. and of the general principileswhich justify us in applying them to anything, also colled moralphilosophy”.Artinya bahwa etika merupakan studi sistematis tentangtabiat, kosep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainyadan prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikannya atasapa saja, jadi etika juga dapat dimaknai sebagai dasar moralitasseseorang dan disaat yang bersamaan juga sebagai filosofi dalamberperilaku.38

37 Faisal Badrorn, dkk, Kencana Prenada Median Group Jakarta, 2006, hal 2.38 Faisal Badroen,dkk, Ibid, hal 5.

47

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral (moralconsciousness) yang memuat keyakinan “benar dan tidak” nya sesuatuitu dilakukan. Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah bilamelakukan sesuatu yang diyakininya tidak benar berangkat darinorma-norma moral dan perasaan self respect (menghargai diri) bilaia meninggalkannya, apapun pilihan yang diambil seseorang (baik atauburuk) harus ia pertanggung jawabkan pada dirinya sendiri.

Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannyadengan istilah Al-Qur’an “al-khuluq”. Untuk mendeskripsikan kebajikan(perbuatan yang baik) Al-Qur’an menggunakan beberapa terminologiseperti: khair, bir, qist, ‘adl, haqq, ma’ruf, taqwa.Dari uraian tentangetika yang dijelaskan tadi ada persinggungan makna antara etika, moraldan norma yang terkadang digunakan secara tumpang tindih, untukitu perlu diberikan pendefinisian yang jelas tentang moral dan normasehingga jelas perbedaan ketiga istilah tersebut.

Moral berasal dari kata Latin “mos” (bentuk jamaknya “mores”)yang berarti adat dan cara hidup. Mores dalam Inggris adalah moral-ity yang berarti general name for moral judgments, standards, andrule of conduct.39 Dalam makna yang lain morality berarti “ a doctrineor system of moral conduct/particular moral principales or rules ofconduct. Artinya moralitas merupakan sebutan umum bagi keputusanmoral, standar moral, dan aturan-aturan berperilaku yang berangkatdari nilai-nilai etika, hal ini tidak saja dalam format keputusan, standar,dan aturan-aturan aktual yang ada dalam masyarakat, tetapi jugameliputi keputusan-keputusan ideal yang dibenarkan dengan alasanyang rasional.

Norma secara etimologis bermakna “an authoritative standard”atau principle of wright action bidding upon the members of a groupand serving to guide, control or regulate proper and acceptable be-havior” (Webster dalam Badroen, dkk, 2006: 7). Artinya normamerupakan alat ukur dan standar yang punya kekuatan yang dapatmengarahkan anggota kelompok, mengontrol, dan mengatur perilakubaiknya. Jadi norma juga merupakan kaidah dan aturan bagi sebuahpertimbangan dan penilaian. Jadi ringkasnya menurut Zubair (1995)

39 Faisal Baderun dkk, Ibid, hal 6.

Etika Penelitian

48

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dalam Badroen, dkk, (2006: 8) norma adalah nilai yang menjadi milikbersama, tertanam, dan disepakati semua pihak dalam masyarakat,yang berangkat dari nilai yang baik atau berguna yang diwujudkandalam bentuk perbuatan yang kemudian menghadirkan ukuran dannorma.40

6. Sikap ilmiah dalam etika penelitianSeorang yang melaksanakan penelitian (peneliti) tentunya harus

bersikap ilmiah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan penelitian.Hal ini tentunya sudah dapat dipastikan oleh pekerjaan penelitian itusendiri adalah bagian dari kegiatan ilmiah. Bersikap ilmiah dalampekerjaan penelitian ini ditandai oleh beberapa ciri, diantaranyamenurut Umar (2002: 27):41

a) Sikap positif, yaitu sikap untuk tetap berkontribusi walaupun kecildalam situasi apapun.

b) Sikap bertanya, sikap untuk mengetahui sesuatu sehingga hasilnyadapat dimanfaatkan baik pada saat itu atau pada saat mendatang.

c) Sikap sangsi, yaitu sikap yang tidak langsung menerima atas hal-hal yang dirasakan masih ragu, sehingga ia perlu melakukantindakan-tindakan yang mengarah kepada pembuktian.

Aspek etika dalam penelitian telah menjadi substansi yang pal-ing penting, karena menyangkut kejujuran seorang peneliti. Hasilpenelitian yang dilandasi oleh prinsip-prinsip ilmiah bisa dijungkirbalikan oleh seseorang yang berpikiran sempit dan pendek, sehinggatak lagi objektif. Ini tentu akan menjadi bom waktu yang satu saatakan meledak dan akan menghancurkan tidak saja penelitinya, tetapijuga orang-orang yang terkait dengan penelitian itu, termasuk disinibagaimana menindak lanjuti hasil penelitian itu.

Contoh yang terang benderang misalnya bagaimana Lapindomenindak lanjuti hasil penelitian adanya sumber minyak di lokasi yangkini menjadi kawasan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo Jawa Timur.

40 Faisal Baderun dkk, Ibid, hal 8, dikutip dari Zubair 1995.41 Husein Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Gramedia Pustaka Utama

Jakarta, hal 27.

49

Kemudian setelah menjadi kawasan lumpur, mengapa Lapindomenanggulanginya dengan membuat tanggul seperti yang kita lihat.Derasnya kekuatan arus lumpur itu sebetulnya bisa diukur dengan alat-alat modern sekarang ini, dan harus dibandingkan dengan kekuatantanggul penahannya yang terbuat dari tanah, karena derasnya dankuatnya arus lumpur itu secara logika ada dua kemungkinan yangakan terjadi.

Kemungkinan pertama kalau kekuatan tanggulnya melebihi (>)kekuatan arus maka satu saat lumpur yang mengenangi tanggul ituakan penuh dan meluber keluar. Kemungkinan kedua kalau kekuatantanggulnya kurang (<) dari kemuatan arus, maka tanggulnya yang akanjebol. Analisisnya sebetulnya tidak hanya sampai disitu, tetapi mestinyadilanjutkan lagi dengan mempelajari peristiwa yang mirip yang pernahterjadi di Chili (Amerika Latin) yang memilih penanggulangannyadengan membuat saluran (kanal) untuk mengalirkan lumpur itu sampaikelaut, mengalirkan lumpur karena pengeboran di Chili ini baruberhenti setelah menghabiskan waktu 35 tahun.

Pekerjaan pengeboran minyak ini di negara manapun tentudiawali dengan penelitian lebih dahulu, dan dari hasil penelitian itudapat dipelajari teknologi yang bagaimana yang dapat dipakai untukpengeborannya. Kemudian pertanyaan penelitian selanjutnyatersediakah tenaga ahlinya (SDM) di perusahaan atau dinegara sendiriyang bisa dikontrak untuk mengebor. Kalau dalam pencarian tenagaahli yang menguasai teknologi pengeboran dengan tipe seperti hasilpenelitian, maka logikanya (menurut etika penelitian) perusahaantidak boleh memaksakan dengan kemampuan SDM seadanya, apalagikalau alasannya karena pertimbangan biaya.

Itulah yang terjadi dengan kasus lumpur Lapindo yang diawalidengan pengeboran dengan menggunakan tenaga ahli yang tidak pasdengan keperluan yang sesuai dengan spesifikasi hasil penelitian dantentunya dengan pertimbangan biaya yang lebih murah. Kemudiansetelah lumpur Lapindo itu terus mengalir menggenangi kawasanpemukiman disekitarnya, lalu dipilih penanggulangan yang praktisdengan membuat tanggul, namun tanggulnya setiap tahun terus jeboldan sudah 9 tahun lebih penanggulangan itu tidak kunjung selesai,ribuan penduduk disekitar genangan itu menjadi korban Lapindo yangganti ruginya juga belum selesai.

Etika Penelitian

50

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Drama lumpur Lapindo ini semakin hebat setelah masuk kejalurpolitik di parlemen (DPRRI) 2 tahun sebelum berakhirnya masakepresidenan SBY periode kedua, oleh fraksi tertentu di parlemen danpendukungnya berhasil diperjuangkan sebagai korban bencana alamyang ganti ruginya harus dibayar oleh negara. Kalangan yang kurangmemahami boleh jadi membenarkan saja penyelesaian yangdiputuskan oleh parlemen itu. Tetapi bagi kalangan yang mengertitetang jenis pekerjaan yang memerlukan pertimbangan yang lebih telitiberkenaan dengan hasil penelitian dan perlu membandingkan lagipenyelesaian masalah yang mirip (pernah terjadi) dinegara lain sepertimisalnya di Chili, sangat menyayangkan keputusan DPR itu yangmengorbankan uang negara, pada hal masalah itu terjadi bukan bynature, tetapi by design.

Jadi yang terjadi dalam kasus lumpur Lapindo ini ada tiga kalimembuat kesalahan. Kesalahan pertama pengeborannya tidakmemanfaatkan kemampuan SDM yang sesuai dengan klasifikasi atautuntutan standar kemampuan SDM yang pas dengan dengan kondisiobyek yang dibor termasuk disini peralatan teknis yang akan digunakanuntuk mengebor, dan itu dilakukan oleh pengusaha (Lapindo) tentudengan pertimbangan biaya, karena harus mendatangkan tenaga kerjadari negara lain yang lebih menguasai teknologi pengeboran.Kesalahan kedua adalah cara menanggulanginya lebih memilih yangpraktis dengan membuat tanggul, ketimbang melakukan pembuatankanal untuk menyalurkan lumpur itu mengalir kelaut seperti yangpernah dilakukan oleh negara Chili di Amereka Latin. Ini juga patutdiduga karena pertimbangan biaya, dan kesalahan ketiga membawamasalahnya ke jalur politik diparlemen dengan mengkambinghitamkan bencana alam, padahal kalau diruntut kebelakang terjadinyamasalah lumpur Lapindo itu bukan karena bencana alam (by nature),tetapi karena kesalahan yang dibuat manusia (by design).

Disinilah pentingnya etika itu, dimana segala sesuatu yangdikerjakan itu harus lebih dahulu mempetimbangkannya dari sisi etika,apakah keputusan yang dipilih itu sudah sesuai dengan ukuran moral,yaitu memilih yang “baik / sesuai, bukan yang buruk / tidak sesuai”.

51

7. Etika penelitianPerspektif Suliyanto

Penelitian merupakan kegiatan yang banyak melibatkan banyakpihak, baik pihak peneliti sendiri, maupun responden, informan,pemiliki proyek penelitian, sponsor (kalau ada), pemerintah (dalamhal ini instansi terkait), dan masyarakat luas. Agar tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, maka diperlukan adanya etika penelitian,etika merupakan norma atau standar perilaku yang digunakan sebagaipetunjuk berperilaku oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penelitianitu, tujuannya adalah agar tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikansehubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan.42

Etika penelitian itu dapat dikelompokan sesuai dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian yang dilaksanakan. Pihak-pihakyang terlibat dalam penelitian itu umumnya terdiri dari: peneliti,asisten peneliti, responden/informan/klien, dan sponsor, untukmasing-masing pihak yang terlibat dalam penelitian ini ada etika yangharus diikuti dan dipegang teguh:

a) Etika peneliti/asisten peneliti terhadap responden/informan/klien:

(i) Menjelaskanmanfaat penelitian, sehingga calonresponden/informan/klien, tidak ada rasa curiga terhadap apa yangdilakukan peneliti/asisten peneliti.

(ii) Menjelaskan bahwa apa yang disampaikan responden/informan/klien dijaga kerahasiaannya, sehingga responden/informan/klien tidak merasa cemas.

(iii) Meminta izin lebih dahulu atas kesediaan calon responden/informan/klien untuk menjadi responden/informan/klienpenelitian, jika calon responden/informan/klien keberatanpeneliti/asisten peneliti tidak boleh memaksanya.

(iv) Bila penelitian telah selesai hendaknya hasil penelitiandiberitahukan kepada responden/informan/klien, meskipundalam bentuk yang sangat sederhana, sehingga tidakmengesankan habis manis sepah dibuang.

42 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 15.

Etika Penelitian

52

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

b) Etika peneliti terhadap sponsor:

(i) Bila sponsor meminta kerahasiaan terhadap peran merekadalam penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti/asistenpeneliti harus mematuhinya.

(ii) Peneliti harus menjaga kerahasiaan hasil penelitian, bila spon-sor menghendaki hasil penelitian hanya untuk kepentinganmereka.

(iii) Memberikan hasil penelitian yang berkualitas sesuai besarnyabiaya yang diberikan oleh sponsor.

(iv) Menyelesaikan penelitian sesuai kesepakatan yang telahditentukan.

c) Etika sponsor terhadap peneliti/asisten peneliti:

(i) Sponsor harus membayar biaya penelitian sesuai kesepakatanbaik jumlah maupun waktu pembayarannya.

(ii) Sponsor tidak boleh memaksakan hasil penelitian kepadapeneliti/asisten peneliti sesuai kepentingan sponsor.

d) Etika peneliti terhadap asisten:(i) Peneliti harus mendesain penelitiannya sehingga keamanan

semua pewawancara, petugas survey, atau petugas lainnyayang berkaitan dengan penelitian terjamin saat merekamenjalankan tugasnya.

(ii) Peneliti dilarang menugaskan tenaga lapangan ke medan-medan yang berbahaya tanpa memberikan informasi tentangberbagai kemungkinan bahaya yang dapat mengancam.

(iii) Peneliti harus membayar jasa asisten peneliti sesuai dengankesepakatan yang telah ditentukan.

e) Etika asisten peneliti terhadap penliti:

(i) Asisten peneliti yang bertugas dilapangan harus menjaminkebenaran data yang diperoleh kepada peneliti.

(ii) Asisten peneliti tidak boleh memberikan hasil wawancarakepada pihak yang tidak berwenang.

53

f) Etika calon responden kepada peneliti/asisten peneliti:

(i) Calon responden harus memberikan kejelasan tentangkesanggupan untuk menjadi responden.

(ii) Calon responden yang bersedia menjadi responden hendaknyamemberikan jawaban sesuai dengan waktu yang telahdisepakati.

Perspektif Umar:

Umar43 menjelaskan sebagai berikut:

a) Etika peneliti terhadap responden:(i) Dalam pengumpulan data peneliti harus melindungi hak-hak

responden, misalnya responden tidak akan dirugikan baik fisikmaupun mental.

(ii) Menjelaskan secara langsung tujuan dan manfaat hasilpenelitian.

(iii) Peneliti perlu menjelaskan hak atas kebebasan pribadi kepadaresponden, bahwa responden mempunyai hak untuk menolakdiwawancarai oleh peneliti, sehingga peneliti harus memintaizin lebih dahulu.

b) Etika peneliti kepada klien:

(i) Klien mempunyai hak atas penelitian yang dilaksanakan secaraetis.

(ii) Peneliti harus menghargai keinginan klien, misalnyaidentitasnya jangan sampai diketahui oleh orang lain.

(iii) Klien berhak mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas.

c) Etika peneliti kepada asisten:

(i) Peneliti menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukanasistennya untuk melaksanakan tugas dilapangan.

(ii) Peneliti berkewajiban memberitahu asistennya agarberperilaku etis dalam melaksanakan tugas dilapangan.

43 Husein Umar, Loc Cit, hal 28-30.

Etika Penelitian

54

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii) Peneliti perlu memberikan pelatihan, arahan, pelatihansupervisi lapangan dan bekal mental yang kuat agar tangguhdalam melaksanakan tugas dilapangan.

d) Etika klien:(i) Klien tidak boleh berperilaku tidak etis, misalnya meminta hasil

penelitian agar dirubah karena dinilai merugikannya.

(ii) Klien bersama-sama pihak-pihak yang terlibat dalam penelitianhendaknya bersama-sama menjaga aturan main dan etikapenelitian.

Perspektif Herdiansyah:

Dalam perspektif Herdiansyah (2010:30) tentang etika inidijelaskan sebagai berikut:a) Etika merupakan hal yang harus dijunjung tinggi, terlebih lagi bagi

penelitian dalam koridor ilmu-ilmu sosial (seperti psikologi,sosiologi, dan antropologi) yang meneliti manusia sebagai subyek(peneliti) dan manusia sebagai obyek (yang diteliti), haruslahdilandasi dengan etika penelitian yang kuat, karena manusiadibelahan dunia manapun secara kodrati pasti terikat oleh suatuaturan dan tata nilai serta budaya tertentu, dimana setiap budayapasti mengandung unsur etika.

b) Convension scientific research mengemukakan perlunya mem-perhatikan masalah etika dalam penelitian yang melibatkan subyekmanusia. Hal ini menyangkut masalah tata aturan dan nilai bagipeneliti maupun yang diteliti agar tidak terjadi benturan antar nilaiyang dianut oleh kedua belah pihak atau untuk menghindarieksploitas dan manipulasi yang berdampak merugikan bagi salahsatu pihak.

c) Peneliti menjaga konfidensialitas atau kerahasiaan dari subyek yangditeliti. Prinsip konfidensialitas dan privasi diartikan sebagai suatuusaha dari peneliti untuk menjaga kerahasiaan atribut dari subyekyang diteliti untuk tetap dalam domain pribadi subyek dan bukanberubah menjadi domain publik atau umum. Atribut subyek yangdimaksud dapat berupa identitas subyek, tempat tinggal subyek,ucapan atau pernyataan yang dikemukakan subyek, dan lainsebagainya, jadi prinsip konfidensialitas dan privasi merupakan

55

bagian dari etika penelitian.Sebagai contoh, masing-masing kitatentu pernah “curhat” kepada teman kita atau kepada kita tentangmasalah yang dihadapi.Biasanya bila kita ingin curhat atau temankita ingin curhat selalu didahului dengan wanti-wanti, mohon tidakdiceritakan kepada orang lain, hal ini juga bukan mustahil bisa sajaterjadi dalam penelitian, apa yang diungkapkan secara rahasia tadiharus dijaga oleh peneliti sampai kapanpun meskipun penelitiansudah selesai.

d) Tentang berbohong? Pada dasarnya berbohong dalam penelitiantidak dibenarkan, tetapi dalam kasus-kasus tertentu untuk dapatmengungkap apa yang sesungguhnya terjadi masih bisa dilakukan.Misalnya untuk meneliti kasus aborsi atau kasus kekerasan (bully-ing) siswa senior terhadap siswa junior, pada kasus-kasus sepertiini bila subyek yang diteliti mengetahui bahwa dia sedang diwa-wancarai atau sedang diobservasi, maka hampir dapat dipastikanpeneliti tidak dapat mengungkap kasus itu. Jadi dalam kasuspenelitian seperti ini peneliti harus bisa menampilkandiri bukansebagai peneliti, tetapi mungkin sebagian sahabat yang inginberbagi pengalaman.

e) Tentang memberi tips? Memberi tips pada dasarnya juga tidakboleh dilakukan, tetapi dalam kasus-kasus tertentu ada yang tidakbisa dihindari, seperti misalnya: Penelitian yang harus melalui jalurbirokrasi formal yang mewajibkan peneliti untuk membayar biayaadministrasi untuk bisa bertemu dengan subyek penelitian yangpengawasannya super ketat, seperti napi narkoba kelas kakap,napi perampokan, napi pembunuhan sadis, yang karena untukpengawasan ekstra ketat itu memerlukan biaya yang besarsedangkan anggaran yang tersedia ternyata kurang.

f) Peneliti tidak dibenarkan menjanjikan sejumlah uang sebagai syaratkesediaan menjadi subyek penelitian.

Perspektif Davis:

Selanjutnya etika menurut perspektif Davis,44 seorang pakarpenelitian periklanan yang menulis buku Advertising research: Theory

44 Joel J. Davis, Penelitian Periklanan, RajaGrafindo Persada Jakarta, 2013, hal 42-61.

Etika Penelitian

56

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

& Practice 2nd Edition 2012, yang kemudian diterjemahkan kedalamBahasa Indonesia pada tahun 2013 olen Ellys Tjo dengan judulPenelitian Periklanan: Teori dan Praktik menjelaskan tentang etikapenelitian sebagai berikut: “Etika adalah berbagai prinsip moral yangmembantu menentukan apakah langkah tindakan yang dilakukan itubenar atau salah”. Meski definisi ini jelas, adakalanya sulit dipraktikan,karena pengiklan dan juga peneliti bergumul dengan pertanyaan: jikademi keuntungan saya, dan jika tidak ada pelanggaran hukum mengapasaya tidak melakukannya?

Berbagai situasi dan pertanyaan semacam ini umumnya dihadapioleh peneliti. Dalam rangka membantu peneliti mengidentifikasilangkah tindakan yang paling sesuai dalam berbagai situasi lainnya,telah dituliskan kode etik untuk menyediakan panduan pengambilankeputusan. Kode etik ini telah ditulis dari berbagai perspektif, namuntetap mengandung seperangkat keyakinan bersama.

Kode etik penelitian memasukan prinsip otonomi (autonomy).Prinsip non kerugian (nonmaleficence), dan prinsip kebaikan (benefi-cence). Otonomi seringkali dirujuk sebagai prinsip determinasi diri,berarti bahwa semua individu yang melibatkan diri dalam penelitianmempunyai pertimbangan bebas dan kekuatan pengambilan keputu-san mengenai partisipasi dirinya dalam penelitian. Prinsip otonomitentu saja tidak hanya berlaku bagi subyek penelitian, tetapi juga bagipara pihak yang terlibat dalam pemberian dukungan dan persetujuanpenelitian.

Non kerugian menyatakan bahwa merupakan tindakan yang salahbila secara sengaja mengakibatkan kerugian pada indivitu lain.Kebaikan menyatakan bahwa peneliti mempunyai kewajiban positifmenghilangkan kerugian yang ada, memberi manfaat dan meminimal-kan risiko, kapanpun dan dimanapun dimungkinkan. Selanjutnyabagaimana masing-masing prinsip ini menyediakan dasar bagipengambilan keputusan etika penelitian ketika peneliti berinteraksidengan empat kelompok penting berikut:

a) Individu yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut.

b) Pihak manajemen yang menunjang dan menginginkan informasitersebut.

57

c) Perusahaan penelitian (konsultan penelitian) yang menyediakankonsultasi bantuan.

d) Masyarakat secara keseluruhan yang seringkali terpengaruh melaluilaporan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan.

(1) Etika dan responden individual

Prinsip otonomi, prinsip non kerugian, dan prinsip kebaikanberlaku pada interaksi peneliti dengan responden, individu yangmemberikan informasi mentah bagi sebagian besar studi penelitianprimer, tiga prinsip ini tercermin dalam berbagai pedoman berikut:

(a) Keputusan responden apakah “Ya” atau “Tidak” berpartisipasidalam sebuah studi penelitian, harus merupakan sebuahkeputusan yang terinformasikan.

(b) Responden tidak boleh mendapatkan perlakuan menyimpangdengan cara apapun.

(c) Responden mempunyai hak absolute mendapatkan keraha-siaan dan privasi, kecuali ia secara eksplisit menyetujui halsebaliknya.

Keputusan dan peretujuan yang terinformasikan:Keputusan yang terinformasikan menuntut agar kapanpun

peneliti secara eksplisit meminta informasi dari individu, misalnyamelalui pertanyaan pada sebuah survey atau melalui ukuranfisiologis seperti penelusuran mata. Dalam keadaan ini,persetujuan yang terinformasikan diperlukan karena informasipribadi (seperti sikap, pendapat, kayakinan, dan perilaku) sedangdikumpulkan. Media spesifik untuk mengumpulkan informasi(seperti telepon, internet, wawancara tatap muka) tidak mempe-ngaruhi kebutuhan memperoleh persetujuan yang terinformasi-kan, sebelum pengumpulan data. Agar partisipan penelitian yangpotensial mampu mengambil keputusan terinformasikan terkaitpartisipasinya, maka ia harus diberikan informasi mendetilmengenai tiga area umum berikut ini (U.S. Departement of Healthand Human Service, 1998):45

45 Joel J. davis, Ibid, 45.

Etika Penelitian

58

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Area pertama, berkaitan dengan konteks penelitian tersebut,dalam hal ini partisipan penelitian potensial harus secara eksplisitdiberitahukan:

(a) Bahwa dirinya diminta berpartisipasi dalam penelitian tersebut.(b) Pihak yang mengadakan penelitian tersebut.

(c) Alasan mengadakan pengadaan penelitian tersebut.

(d) Pihak yang dihubungi ketika dirinya memiliki pertanyaantentang penelitian tersebut.

Area kedua, dari persetujuan yang terinformasikan berkenaandengan kesukarelaan berpartisipasi:

(a) Responden harus memahami bahwa partisipasi sepenuhnyabersifat sukarela dan bahwa kalauada penolakan berpartisipasitidak akan mengakibatkan finalti ataupun kehilangan manfaat.

(b) Responden harus diinformasikan bahwa ia dapat tidak melan-jutkan partisipasi kapanpun, lagi-lagi tanpa finalti ataupunkehilangan manfaat. Tindakan tidak melanjutkan selalumerupakan masalah bagi peneliti dan itu sudah merupakanrisiko bagi peneliti. Peneliti juga harus memahami bahwaselama berlangsungnya penelitian misalnya dalam wawancara,responden mungkin berubah pikiran berkenaan dengankesediaannya untuk melanjutkan karena berbagai alasanseperti:kehilangan minat, kebingungan, pembangunanhubungan harmonis yang buruk dengan pewawancara,ataukarena peningkatan durasi wawancara.Meskipun pewawancaraatau peneliti dengan pertimbangan sudah menginvestasikanwaktu (dan konsekuensinya, uang) dalam wawancara yangbelum selesai sebagian, dapat dipahamai enggan mengakhirikarena belum selesai. Terlepas dari alasan itu responden selaluberhak mengakhiri wawancara tersebut kapan pun tanpa perlumenjelaskan alasannya atau dipaksa melanjutkan. Kalau kondisiseperti ini yang terjadi boleh jadi juga itu merupakan petunjukada hal-hal perlu diluruskan dalam pendekatan atau dalamteknis pelaksanaan wawancara yang dimainkan olehpewawancara atau peneliti yang dirasakan kurang pas, palingtidak itu merupakan peringatan perlunya kehati-hatian pada

59

langkah-langkah selanjutnya. Tidak etis kalau mendesainsebuah penelitian dengan cara menghalangi responden untukmenggunakan haknya mengundurkan diri ataupun menolakmenjawab saat berlangsungnya wawancara, pada tahapmanapun, Setiap permohonan responden untuk mengakhiriwawancara tersebut harus dipenuhi.

Area ketiga, dari persetujuan yang terinformasikan ituberkaitan dengan karakteristik penelitian itu sendiri, dalam hal inipartisipan potensial harus diberitahu:

a) Hal yang akan harus dilakukannya dalam berpartisipasi(misalnya menjawab berbagai pertanyaan tentang data per-sonal, merasakan produk, atau menonton iklan).

b) Durasi wawancara akan berlangsung.c) Hal yang akan dilakukan terhadap data tersebut (terutama

dengan memperhatikan cara kerahasiaan dan privasi yang akanditangani).

d) Segala komitmen selain wawancara awal tersebut. Sebagaicontoh anda menunjukan iklan sampo kepada responden, lalumemberikan sebuah contoh sampo “gratis” formula baru untukdibawa pulang sebagai ucapan terima kasih atas partisipasinyadalam penelitian itu. Anda bermaksud menghubungi respon-den dalam seminggu kedepan untuk memperoleh untuk mem-peroleh reaksinya terhadap sampo formula baru tersebut. Akanmerupakan suatu pelanggaran terhadap prinsip etis apabilakedua bagian penelitian ini tidak secara eksplisitdijelaskandalam dokumen persetujuan yang terinformasikan.

Sesudah semua informasi ditentukan, seperti dituntut untukdituliskan dalam dokumen persetujuan yang terinformasikan,kemudian dituliskan.Dokumen itu harus secara jelas dituliskan danmudah dipahami dengan mematuhi berbagai pedoman berikut ini(National Cancer Institute, 2006).46

(i) Menggunakan kata-kata yang diketahui oleh pembaca, segalaistilah didefinisikan secara jelas.

46 Joel J. Davis, Ibid, hal 46.

Etika Penelitian

60

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(ii) Kata dan istilah digunakan secara konsisten disepanjangdokumen tersebut.

(iii) Menggunakan kalimat singkat, sederhana dan langsung.(iv) Panjang kalimat dibatasi hingga 30-50 karakter dan spasi.

(v) Menggunakan paragraf singkat, yang mengandung satu ideberparagraf.

(vi) Menggunakan kata kerja aktif.

(vii) Kata ganti orang digunakan untuk menambah identifikasi per-sonal.

(viii) Setiap ide dinyatakan secara jelas, dan diurutkan secara logis.

(ix) Alasan penelitian disebutkan pada awal teks tersebut.

(x) Judul, sub judul, dan bentuk judul lainnya membantumengklarifikasi pengorganisasian teks.

(xi) Menggunakan judul sederhana dan ditempatkan dekatdengan teks berkaitan.

(xii) Margin kiri rata dan margin kanan tidak rata.

(xiii) Menggunakan huruf besar dan huruf kecil.

(xiv) Gaya dan bentuk huruf mudah dibaca.

(xv) Tidak banyak menggunakan kata yang bercetak tebal.

Perlakuan menyimpang

Praktik penelitian yang etis menuntut bahwa partisipan tidakmendapatkan perlakuan menyimpang selama berlangsungnyasetiap tahap penelitian, berbagai bentuk situasi berikut ini harusdihindari:

a) Seringnya usaha berulang oleh pewawancara atau konsultanpenelitian untuk melaksanakan wawancara ataupun berusahauntuk melaksanakan wawancara menurut kemudahan peneliti(panggilan telepon selama berlangsungnya jam makan).

b) Survey yang terlalu panjang tidak secara akurat digambarkandemikian sebelumnya.Tidaklah etis untuk merekrut respondendengan mengelirukan penggamabaran durasi wawancara,peneliti berkewajiban memberikan estimasi durasi wawancarayang cukup akurat.

61

c) Mengajukan pertanyaan personal hanya demi mendapatkaninformasi itu sendiri.

Kerahasiaan dan PrivasiPengharapan responden bahwa responsnya akan dijaga

kerahasiaannya bersifat absolute, kecuali ia secara eksplisit meng-informasikan kerahasiaan tidak perlu dijaga dan menandatanganipengakuan tertulis mengenai keberlakuan ini. Kecuali pada kasusyang disampaikan terakhir ini, segala pelanggaran kerahasiaan,tidak peduli berapa minor anda mempersepsikan pelanggarantersebut, merupakan pelanggaran terbesar standar penelitian yangetis, Kode Etik CASRO (Council of American Survey Research)menyediakan berbagai pedoman spesifik terkait pemeliharaankerahasiaan responden:

a) Staf dan personel di organisasai penelitian survey tidak bolehmenggunakan atau membahas data atau informasi yang dapatmengidentifikasi responden untuk alasan lain diluar alasanpenelitian internal yang sah.

b) Organisasi penelitian survey bertanggung jawab menjaminbahwa para sub kontraktor (misalnya: pewawancara, organisasipengkodean, dan organisasi tabulasi) dan para konsultanmengetahui dan menyetujui pemeliharaan dan penghormatankerahasiaan responden atau informasi yang dapat meng-identifikasikan responden diungkapkan kepada berbagaiidentitas tertentu.

c) Sebelum mengizikan klien dan atau pihak lainnya mengakseskuesioner yang telah dilengkapi nama dan informasi lainnyayang dapat mengidentifikasi responden (misalnya nomortelepon) harus dihilangkan.

d) Pengidentifikasi tidak kasat mata pada kuesioner via surat, yangmengkaitkan jawaban responden dengan responden tertentu,tidak boleh digunakan. Angka pengidentifikasi kasat mata bolehdigunakan namun harus disertai sebuah penjelasan bahwapengidentifikasi tersebut digunakan hanya untuk alasan

Etika Penelitian

62

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

pengontrolan dan bahwa kerahasiaan responden tidak akandikorbankan.47

Selanjutnya yang erat berkaitan dengan kerahasiaan adalahprivasi, responden harus diinformasikan mengenai segala metodepengumpulan data yang mungkin melanggar penghargaanprivasinya. Peralatan elektronik seperti alat perekam, alatpemotret, ruang bercermin satu arah, dan cookie computer hanyaboleh digunakan setelah secara eksplisit menginformasikannyakepada responden.

Tanggung jawab terhadap responden populasi khusus

Penelitian pada anak-anak:Banyak penelitian yang diarahkan pada anak-anak, berbagai

pedoman perilaku etis yang dibahas sebelum ini juga pada anak-anak, namun cara setiap pedoman diaplikasikan berbeda untukmasing-masing kelompok. Sebagai contoh, bagaimana cara andamendapatkan persetujuan yang terinformasikan dari seorang anakatau memastikan bahwa anak itu memahami bahwa boleh meng-hentikan partisipasinya kapan pun (lagi pula ia tidak bisa memberi-tahukan kepada gurunya bahwa ia tidak ingin mengerjakantugasnya di kelas), perhatian khusus harus diberikan untukmelindungi kepentingan partisipasi anak-anak tersebut:

a) Hak anak tersebut menggantikan hak peneliti, hak yang dimilikioleh partisipan penelitian anak lebih penting dari kebutuhaninformasi peneliti. Desain penelitiannyaharus dievaluasi dahuluuntuk mengetahui sejauhmana (seberapa baik) perlindunganhak dan kebutuhan anak tersebut.

b) Tidak boleh ada kerugian fisik dan psikologis.

c) Harus ada persetujuan tertulis yang terinformasikan olehpemelihara (caretaker) primer anak tersebut.Persetujuan yangterinformasikan menuntut agar pemelihara tersebut diberikaninformasi akurat mengenai pelatihan dan kompetensiprofesional peneliti tersebut, alasan diadakannya penelitian

47 Joel J. Davis, Ibid, hal 48 , Dikutip dari Casro 2009.

63

tersebut, karakteristik pemberdayaan yang digunakan dalampenelitian tersebut dan cara informasi yang dikumpulkanmelalui penelitian tersebut akan digunakan.

d) Tidak boleh ada koreksi agar berpartisipasi.Hak orang tua dananak untuk menolak partisipasinya harus dihormati, anak jugaharus diberikan hak menolak partisipasinya.Tidak boleh adapenggunaan argumen perlawanan, insentif, atau koersi sebagaiusaha mengubah pikiran anak tersebut.

e) Tidak boleh ada tawaran diagnosis ataupun informasi lainnyatentang partisipasi anak tersebut, Peneliti bukanlah psikologklinis atau spesialis perkembangan anak, konsekuensinya iatidak boleh menawarkan interpretasi mengenai perilaku anaktersebut berdasarkan respon anak tersebut terhadap stimuluspenelitian.

f) Berbagai prinsip ini berlaku bahkan ketika anak tersebutataupun keluarganya dibayar atas partisipasinya, bayaranberupa uang atau hadiah tidaklah membatalkan setiap prinsipyang telah disampaikan sebelumnya.

Penelitian pada komunitas online

Persetujuan yang terinformasikan merupakan bagian integraldari praktik penelitian etis. Meskipun demikian tidak semua situasipenelitian menuntut persetujuan yang terinformasikan. Tidakdituntut adanya perolehan persetujuan yang terinformasikanketika mengumpulkan/menganalisis informasi atau perilaku yangberada didomain publik atau yang diadakan diruang publik, yakniruang yang tidak mengandung pengharapan privasi.48

Memang tidak ada jawaban yang jelas apakah etis setiaptindakan penelitian yang disampaikan sebelum ini, penentuannyaterletak pada apakah “Ya” atau “Tidak” forum serupa lainnyadianggap sebagai ruang pribadi atau publik,49 menyajikan wawasantentang pengambilan sudut pandang:

48 Joel J. Davis, Ibid, hal 50 dikutip dari American Psychoogical Association 2002.49 Joel J. Davis, Ibid, hal 51. Dikutip dari Prangkel dan Siang 1999.

Etika Penelitian

64

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Beberapa peneliti menginterpretasikan dunia maya sebagaibagian dari domain publik, karena mereka mengamatinewsgroup (forum diskusi minat yang menggunakan perangkatlunak tertentu untuk membacanya), listery (aplikasi pendaftaranpenerima surat elektronik), IRC (Internet Relay Chat-percakapanlewat internet) serta forum dan lokasi serupa lainnyasebagaimana dapat diakses oleh semua individu sepertiwawancara tayangan televisi atau surat kabar. Para peneliti inimeyakini bahwa tanggung jawab menyaring (tidak memasukan)informasi yang mungkin dianggap sebagai informasipengungkapan atau informasi pribadi terletak pada penyebarpesan, jadi mereka mengadopsi pendapat bahwa bentukpenelitian ini harus dikecualikan dari tuntutan perolehanpersetujuan yang terinformasikan.

b) Spesialis lainya tidak menyetujui interpretasi ini, yangmemperdebatkan bahwa peneliti bertanggung jawab etismemahami cara kerja berbagai forum internet dan carapengguna berbagai forum ini membentuk pengharapantentang apa dan dimana mereka berkomunikasi.Para spesialisini menganganggap risiko terbesar partisipan didunia mayaterjadi dalam situasi ketika anggotanya dibiarkan tidakmengetahui bahwa pesan mereka sedang dianalisis hingga hasilpeneliti dipublikasikan. Selain itu ketika hasilnya dipublikasikansedemikian rupa hingga para anggota sebuah komunitas yangtelah dipelajari tanpa sepengetahuan mereka, kerugianpsikologis mungkin muncul.Para sepesialis ini memperdebatkanbahwa meskipun informasi dipublikasikan, para individu yangmengkomunikasikannya mungkin mempersepsikan suatu tarafprivasi terkait komunikasi mereka.

Dengan adanya perspektif yang berbeda ini, tidaklahmengherankan bila Ess menyimpulkan bahwa “melakukan haltepat, untuk alasan tepat, dengan cara tepat, pada waktu yangtepat tetap merupakan sebuah isu penelitian”.15Davis (2013)merekomendasikan pendekatan yang paling konservatif:memperlakukan semua ruang internet sebagai ruang pribadi,kecuali tidak ada pengharapan privasi yang eksplisit seperti pada

65

pesan blog.Pendekatan ini menuntut agar semua individumemberikan persetujuan dan memilih ikut serta sebelumberpartisipasi dalam sebuah penelitian. Brukman memberikandukungan bagi pendekatan ini dengan menyampaikan “kekeliruanyang sering dibuat oleh peneliti minternet adalah ketikaberhadapan dengan pemilihan salah satu diantara kebutuhansubyek dan integritas penelitian menempatkan prioritas padaintegritas penelitiannya, pada pemikiran mendalam lanjutanseharusnya jelas bahwa pertimbangan ini keliru, hak subyekmerupakan prioritas utama.”50

Tanggung jawab terhadap klien

Sebagaimana halnya dengan persetujuan yang terinformasi-kan pada subyek penelitian, partisipasi klien dalam penelitian dandukungan klien bagi penelitian tersebut harus sepenuhnyasukarela, serta kesepakatan adanya penelitian harus dijalankanhanya ketika ia sepenuhnya terinformasikan mengenai biaya,manfaat, prosedur, dan pengharapan keuntungan bisnis daripenelitian yang diajukan tersebut. Selain itu penanganan andaterhadap klien internal dan klien eksternal menuntut kepatuhanterhadap prinsip etis yang diulas sebelumnya, seperti tercermindalam berbagai pedoman berikut ini:a) Rekomendasi penelitian harus sesuai.Penelitian seharusnya

direkomendasikan hanya ketika penelitian merupakan caraterbaik memenuhi kebutuhan informasi klien tersebut. Ketikapenelitian direkomendasikan, maka penting menggunakanteknik penelitian yang paling cocok agar dapat mengumpulkaninformasi berkualitas tertinggi dengan cara yang paling efisien.

b) Semua informasi yang dikumpulkan disepanjang prosespenelitian tersebut haruslah dijaga kerahasiaan dan patennya.

c) Seluruh temuan harus disampaikan secara terbuka, jujur, dantidak mengelirukan.

d) Klien harus tetap terinformasikan tentang semua perubahanataupun penyimpangan dari kesepakatan estimasi metodologiatau estimasi waktu pelaksanaan.

50 Joel J.Davis, Ibid, hal 51, dikutip dari Brukman 2002.

Etika Penelitian

66

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Penelitian yang tepat

Sebagian besar peneliti sangat senang mengerjakanpenelitian, mereka menikmati tantangan pengidentifikasianberbagai masalah dan pengembangan cara kreatif menemukaninformasi yang membantu menyelesaikan berbagai masalahtersebut.Konsekuensinya adakalanya peneliti berkecenderunganmerekomendasikan penelitian secara berlebihan, berbagai standaretis menuntut agar rekomendasi mengadakan penelitian mampuditunjang dengan argument yang valid, yang berkontribusi padaproses pengambilan keputusan yang keliru melebihi biayamengadakan penelitian tersebut.

Aspek kedua dari kesesuaian berkenaan dengan metodologipenelitian. Jarang ada klien yang merupakan peneliti canggih,sehingga mengandalkan keahlian peneliti untuk merekomen-dasikan metodologi yang berpotensi paling besar mengumpulkaninformasi berguna yang reliabel, yang tepat waktu, dan efisien darisegi biaya, anda hidup berbagai kriteria ini. Anda harus memastikanbahwa rekomendasi anda memenuhi berbagai kriteria ini.Sebagicontoh jika cukup mengadakan empat kelompok fokus, maka tidakadil bagi klien, dan tidaklah etis, pada sisi anda merekomendasikandelapan atau duabelas kelompok hanya karena kelompoktambahan akan menarik.Serupa halnya jika sebuah sampelkemudahan berjumlah 200 responden dapat memberikaninformasi yang dibutuhkan, maka tidaklah etis merekomendasikansebuah sampel probabilitas nasional yang berjumlah 1000individu.

Terakhir karena setiap masalah penelitian tertentu dapatdibangun dengan beberapa pendekatan, salah satu tandaprofesionalisme adalahkapan pun sesuai, mengembangkanbeberapa pendekatan logis terhadap sebuah masalah tertentu, lalumendiskusikan keuntungan relatif dari masing-masing pendekatantersebut dengan kliennya. Kemudian mengekspresikan sebuahpendapat tentang pendekatan yang anda anggap paling sesuai,klien mungkin tidak selalu menyetujui rekomendasi anda, namunanda telah bertindak etis dengan (kami asumsikan) secara jujurmenyampaikan berbagai kekuatan dan kelemahan dari dari setiapalternatif yang dimungkinkan berhasil.

67

Kerahasiaan paten

Sangatlah penting memelihara kerahasiaan informasi danmemperlakukan informasi sebagai paten. Tuntutan kerahasiaanberlaku untuk semua perolehan informasi sebagai bagian dariproses penelitian tersebut, yakni informasi yang didapatkan melaluipemeriksaan terhadap dokumen tertulis milik klien, serta informasiyang dikumpulkan melalui proyek penelitian itu sendiri.

Semua informasi yang disediakan oleh klien, dan informasiyang dihasilkan sebagai konsekuensi dari pemeriksaan terhadapinformasi tersebut, tetaplah merupakan kepemilikan paten klientersebut, yang seharusnya tidak akan pernah diungkapkan tanpaseizin klien tersebut.

Presentasi temuan

Penyampaian data dan temuan penelitian harus terbuka dantidak mengelirukan. Kegagalan sepenuhnya melaporkan semuadata relevan atau mencoba memanipulasi data hingga mencipta-kan kekeliruan impresi tentu saja merupakan pelanggaran terhadapberbagai standar etis, kekeliruan pelaporan umumnya salah satudari dua bentuk:51

a) Terjadi ketika ada kegagalan memasukan semua informasi yangdiperlukan untuk mengevaluasi pencapaian data dan temuan.Data dan temuan hanya dapat secara jujur dievaluasi dandiaplikasikan pada proses pengambilan keputusan ketikatersediasemua informasi yang berkaitan untuk diperiksa.Dengan demikian ketika menyampaikan temuan penelitian,penghilangan data yang “buruk” secara etis dilarang, begitupula dengan penyampaian parsial atau rangkuman tanpamenyertakan detail.

Contoh berikut mengilustrasikan prinsip ini:

Dua iklan jadi diujikan, diputuskan bahwa iklan yang berefekpaling positif pada intensi membeli akan menerima jumlah danamedia yang lebih besar melalui rotasi iklan. Pada sebuah skala

51 Joel J.Davis, Ibid hal 54.

Etika Penelitian

68

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

penilaian 5 angka, penelitian ini menunjukan bahwa dua iklantersebut mempunyai skor intensi membeli yang identik, meskipundemikian persentasenya yang menunjukan intensi membeli yangkuat jauh lebih tinggi pada iklan A, dibanding iklan B, seperti yangditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel: 3.1

Pelaporan yang tidak lengkap

Sumber: Davis: 2013: hal. 56

Berdasarkan bentuk penyampaian temuan ini, penelititersebut menyimpulkan bahwa iklan A (yang pada kenyataannyafavorit peneliti) merupakan iklan yang lebih kuat, dan seharusnyamenerima sebagian besar dana media. Sayangnya keputusan initidaklah sesederhana ini, dan mungkin sesungguhnya keliru. Padakenyataannya dua iklan ini berefek sangat berbeda pada intensimembeli, seperti yang ditunjukan pada tabel data yang lengkapberikut:

Tabel: 3.2

Pelaporan yang lengkap

Sumber: Davis, 2013: hal 56

Pada Tabel 3.1. (Pelaporan tidak lengkap) mengenaikeseluruhan temuan menyembunyikan perbedaan pola respon

69

sungguhan dan penting terhadap dua iklan tersebut. Iklan Acenderung membagi sampel ini menjadi dua bagian (terpolarisasi).Mayoritas individu yang mengamati iklan ini memberikan reaksisangat positif ataupun sangat negatif. Di sisi lain melaluipengamatan terhadap iklan B tak ada individu yang memberikanreaksi sangat negatif, Selain itu perihal total persetujuan positif,lebih banyak pengamat iklan B dari pada iklan A (50% berbanding45%) yang menyetujui bahwa dirinya tertarik membeli produktersebut, secara keseluruhan, iklan B mungkin adalah iklan yanglebih baik untuk didanai ketimbang iklan A.

Berikut ini penghilangan data kritis juga bisa teramati melaluigambar grafik yang ditampilkan dalam pelaporan, perhatikan duagambar grafik berikut ini:

Gambar: 3.1

Grafik tren pengetahuan konsumen tentang iklan

Yang menghilangkan data kritis 2000 - 2010

Gambar: 3.2

Grafik tren pengetahuan konsumen tentang iklan

Yang menyajikan data lengkap 2000 – 2010

Etika Penelitian

70

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Pada grafik di gambar: 3.1 terlihat mengilustrasikan efekpengeliruan dengan menghilangkan data kritis pada tahun-tahuntertentu. Penyajian data pada Gambar ini mendukung suatu kesim-pulan bahwa pengetahuan bersifat positif dan terus bertumbuh.Namun ketika semua data menurut tahunnya dipakai untukmenampilkan grafiknya seperti terlihat pada gambar: 3.2 dapatdiamati kesimpulan yang terkandung dalam Gambar: 3.1 samasekali keliru, karena dalam Gambar: 3.1 tersebut ada data kritispada tahun-tahun tertentu yang dihilangkan.

Dengan demikian berarti apa yang terjadi pada Tabel: 3.1 danGambar:3.1 adalah suatu pelanggaran etika dalam penelitiankarena tidak melaporkan apa adanya.

Tanggung jawab terhadap masyarakat

Selaku peneliti, merupakan tanggung jawab sayamendengarkan suara masyarakat dan menjadikannya didengar.Penelitian berfungsi mencapai cita-citanya ketika berbicara bagimasyarakat atau konsumen, ketika memenuhi keinginan, harapan,dan ide masyarakat, bukan untuk dimanipulasi, atau dieksploitasi,melainkan untuk diterjemahkan menjadi berbagai produk, undang-undang, dan layanan yang dibutuhkan (Ikrar American MarketingAssociation).52

Ikrar ini seharusnya berfungsi sebagai prinsip panduan untuksetiap proyek yang anda inisiasikan, dan untuk setiap proyek andalaporkan hasilnya, termasuk disini kegiatan penelitian.Mempraktikan ikrar ini dengan memenuhi prinsip non kerugiandan prinsip kebaikan menuntut hal-hal berikut:

a) Data dan temuan yang dilaporkan untuk penggunaanmasyarakat haruslah lengkap.

b) Data dan temuan untuk penggunaan masyarakat haruslahdiinterpretasikan secara tepat.

c) Data yang dilaporkan untuk penggunaan masyarakat akandidasari penilaian penelitian yang obyektif dan dapat dipercaya.

52 Joel J. Davis, Ibid, hal 60.

71

d) Penelitian tidak digunakan sebagai sebuah sasaran usahapemasaran atau usaha penjualan.

Etika Penelitian

72

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

73

BAB IVKARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF

Masing-masing metodologi penelitian mempunyai karakteristik-nya sendiri-sendiri. Begitu pula dengan penelitian kuantitatif jugapunya karakteristiknya sendiri. Karakteristik dalam penelitian inimerupakan ciri khas dari penelitian itu yang membedakannya daripenelitian yang lain, karakteristik penelitian kuantitatif itu dapat dilihatpada: paradigma, ruang lingkup, format, ragam, dan proses penelitian.

1. ParadigmaPenelitian KuantitatifDalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, politik, ekonomi, hukum,

komunikasi, dan sebagainya mengenal paradigma kuantitatif-positivisme sebagai salah satu paradigma penelitian yang sangatberpengaruh. Dalam paradigma kuantitatif gagasan positivismedianggap sebagai akar paradigma tersebut. Paradigma tersebut adalahtradisi pemikiran yang berkembang di Prancis dan Inggris, yang diilhamioleh pemikiran David Hume, John Locke, dan Berkeley yangmenekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan danmemandang pengetahuan memiliki kesamaan hubungan denganpandangan aliran filsafat yang kita kenal dengan positivisme, sertaseringkali pula disebut dengan label lain seperti: empirisme,behaviorisme, naturalisme, sainsisme.53 Tradisi ini berkembang sebagaiakibat terobsesi dan dipengaruhi oleh ilmu-ilmu alam yang tergolong

53 Burhan Bungin, Metodologi Peneitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta 2013, hal 39.

74

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Aristotelian, yang bertumpu pada pandangan bahwa realitas itu padahakikatnya bersifat materi dan alamiah.

Dalam perkembangan berikutnya positivisme ini mendominasiwacana ilmu pengetahuan mulai pada awal abad ke 20 sampai saatini, dengan menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu tentang manusia maupun alam untuk disebut sebagai ilmupengetahuan yang benar, berdasarkan kriteria-kriteria eksplanatorisdan prediktif, untuk terpenuhinya kriteria tersebut maka semua ilmuharus memiliki pandangan positivistik sebagai berikut:a) Objektif, maksudnya teori-teori bebas nilai.

b) Fenomenalisme, maksudnya ilmu pengetahuan hanya bicaratentang semesta alam yang teramati. Metafisis yang diandaikanada dibelakang gejala-gejala penampakan disingkirkan.

c) Reduksionisme, alam semesta direduksi menjadi fakta-fakta yangdapat diamati.

d) Naturalisme, maksudnya alam semesta itu bergerak secara mekanisseperti bekerjanya jarum jam.

Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan pendekatanparadigma kuantitatif dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, dimana obyekpenelitian dilihat memiliki keteraturan yang naturalistik, empiris,behavioristik, dimana semua obyek penelitian harus dapat direduksimenjadi fakta yang dapat diamati. Tidak mementingkan fakta sebagaimakna, tetapi mementingkan fenomena yang nampak, serta serbabebas nilai (objektif) dengan menentang habis-habisan sikap-sikapsubyektif, tradisi positivistik ini membawa paradigma penelitian inisebagai aliran penelitian yang berlawanan arus dengan paradigmapenelitian kualitatif.54

2. Ruang lingkup Penelitian KuantitatifBesaran ruang lingkup penelitian kuantitatif sama dengan besaran

ruang lingkup ilmu sosial yang meliputi; sosiologi, politik, ekonomi,hukum, administrasi, komunikasi, antropologi, dan lain-lain, obyekyang diamati oleh ilmu-ilmu sosial memiliki variasi gejala majemuk,

54 Burhan Bungin, Ibid, hal 40.

75

dan ini pula yang menjadikan fenomena unik bagi ilmu-ilmu sosialserta diakui sebagai karakteristik yang mempunyai keunggulan lebihdibandingkan dengan ilmu-ilmu alam yang lebih banyak menyajikanperistiwa-peristiwa monoton dan bersifat rutin.

Konsekuensinya maka ilmu-ilmu sosial memiliki kompleksitasdalam metodologi melebihi ilmu-ilmu alam, terutama dalammenentukan konsep, reliabilitas, maupun validitas. Oleh karena itukajian terhadap obyek-obyek perilaku sosial memiliki keunikantersendiri yang tidak didapatkan pada ilmu-ilmu alam pada umumnya,dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku yang mempunyaigejala yang tampak, dapat diamati, dapat dikonsepkan, dan dapatdiukur sebagai variabel-variabel yang muncul dimasyarakat merupakanwilayah penelitian kuantitatif. Dengan demikian besaran ruang lingkuppenelitian kuantitatif sebagaimana juga ruang lingkup ilmu-ilmu sosialdapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 4.1

Ruang lingkup penelitian kuantitatifpada ilmu-ilmu sosial

Bila diteruskan pembahasan ruang lingkup ini akan semakin rinci,setidaknya jika ruang lingkup itu dilihat dari masing-masing aktivitaskegiatan dalam kehidupan dimasyarakat. Sebagai contoh kita lihatmisalnya beberapa bidang kegiatan di masyarakat yang bisa dimasukidengan kegiatan penelitian seperti misalnya: bisnis, manajemen,komunikasi, sosiologi, antropologi dan lain-lain.

a) Ruang lingkup penelitian Bisnis

Penelitian bisnis dapat diartikan sebagai usaha yang bertujuanuntuk memperoleh informasi guna memecahkan masalah bisnis

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

76

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

atau mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan bisnisdengan menggunakan metode ilmiah, logis, runtut, dan dapatdireplikasi.55

Untuk penelitian bisnis maka ruang lingkupnya bisa dirincisebagai berikut:(i) Bidang akuntansi dan keuangan

Dalam bidang akuntasi dan keuangan penelitian bisa diarahkanuntuk mencapai tujuan-tujuan tertentu misalnya:

(a) Bagaimana mendapatkan sumber dana yang murah

(b) Bagaimana menggunakan sumber dana yang optimal(c) Bagaimana cara memberikan informasi keuangan yang

cepat dan tepat dalam rangka pengambilan keputusandibidang keuangan

(d) Dan lain-lain.

(ii) Bidang pemasaran

Dalam bidang pemasaran ini penelitian bisa diarahkan untukmencapai tujuan-tujuan strategis seperti misalnya:(a) Bagaimana mengembangkan promosi yang lebih

komunikatif

(b) Bagaimana menentukan saluran distribusi yang tepat

(c) Bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan

(d) Bagaimana mengembangkan produk(iii) Bidang sumber daya manusia

Dalam bidang pengembangan sumber daya manusia inipenelitian bisa diarahkan pada tujuan-tujuan strategis sepertimisalnya:

(a) Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkansumber daya manusia terampil dan berkualitas

(b) Bagaimana membangun budaya kerja(c) Bagaimana meningkatkan kinerja karyawan

(d) Dan lain-lain.

55 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 4.

77

(iv) Bidang operasional

Dalam bidang operasional penelitian dapat diarahkan padatujuan-tujuan strategis, seperti misalnya:(a) Bagaimana mendapatkan suplay bahan baku yang murah

dan berkualitas

(b) Bagaimana menjaga ketersediaan bahan baku sesuaidengan jadwal produksi

(c) Bagaimana menyusun layout pabrik yang efektif dan efisiendari segi penggunaan waktu

(d) Dan lain-lain.

b) Ruang lingkup penelitian manajemen strategik

Contoh topik penelitian manajemen strategik antara lain:56

(i) Persaingan industri : Kasus Perbankan.

(ii) Efisiensi Usaha : Aplikasi value chains model.

(iii) Analisis Kesenjangan Profil Eksternal dan Internal Perusahaan.

Dalam penelitian manajemen strategik ini tujuannya anataralain untuk:

(i) Mengetahui indikator-indikator yang relevan dengan topikpenelitian yang dilaksanakan.

(ii) Mengetahui hubungan antar indikator.

(iii) Mengetahui kondisi oyektif permasalahan yang diteliti.

(iv) Menganalisis permasalahan dengan mengurai hubunganindikator-indikator dalam permasalahan yang diteliti.

(v) Menyimpulkan.

c) Ruang lingkup penelitian komunikasi

Contoh-contoh penelitian komunikasi antara lain:57

(i) Pengaruh Budaya organisasi dan Kepuasan Kerja terhadapMotivasi Kerja Karyawan Kehumasan di PT XYZ.

56 Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Strateiik, RajaGrapindo PersadaJakarta, 2010, hal 174, 193, 200.

57 Husein Umar, Ibid, hal 202, 237, 245.

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

78

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(ii) Dampak iklan Vegeta dan Fiber terhadap Keputusan PembelianPasar Potensialnya dengan menggunakan Model AIDCA.

Tujuan penelitian komunikasi ini adalah untuk melakukankajian secara ilmiah, dengan melakukan analisis, sintesis, atauevaluasi dalam rangka mengetahui tentang apa, mendiskripsikantentang siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana mengukursesuatu sebagai jawaban atas hal-hal yang dipermasalahkan, baikoleh manajemen komunikasi (Humas) maupun oleh parapekerja.Dengan kata lain proses menetapkan sesuatu tersebut dapatmengikuti model yang disebut model 5W + 1H yang merupakanringkasan dari: What, When, Where, Why, Who, and How.

3. Formatpenelitian kuantitatifFormat penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial tergantung

pada permasalahan dan tujuan penelitiannya. Berdasarkan paradigmayang sering mendominasi penggunaan metodologi penelitiankuantitatif ada dua format yang merupakan arus utama dalam praktikpenelitian kuantitatif, yaitu format deskriptif, dan format eksplanatif,kedua format tersebut dapat divisualisasikan seperti gambar berikutini:

Gambar: 4.2

Format penelitian kuantitatif

a) Format deskriptif

Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuanuntuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai

79

variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi obyek penelitianitu berdasarkan apa yang terjadi. Format deskriptif ini dapatditerapkan pada penelitian studi kasus dan survey. Formatpenelitian deskriptif studi kasus merupakan penelitian eksplorasidan memainkan peran penting dalam menciptakan hipotesis ataupemahaman orang tentang berbagai variabel sosial. Penelitian inihanya menggunakan kasus tertentu sebagai obyek penelitian,sehingga bersifat kasuistik.

Format deskriptif survey mempunyai ciri yang berlainandengan studi kasus, dimana ciri khususnya ada pada sifat menyebardipermukaan, sedangkan pada studi kasus lebih mendalam padasatu permasalahan. Sifat menyebar dipermukaan ini disebabkankarena populasinya yang luas sehingga penelitian survei tidakmampu mencapai jauh kedalam sebagaimana penelitian kasus, dankarena itu juga menyebabkan penelitian survey itu bersifat dangkal,dipermukaan, dan hanya menguliti saja.58 Kendati demikianpenelitian survey mempunyai suatu kelebihan yang memungkinkanpeneliti untuk menggeneralisasi suatu gejala sosial dengan populasiyang lebih besar. Karena populasi yang besar itu pula memung-kinkan peneliti untuk menggunakan sampel dalam penelitiannya.Akibatnya adalah penelitian survey tidak dapat mempertahankankeutuhan dari obyek yang diteliti, karena responden sebagaikesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis, dan yang munculbukannya wajah responden atau kasus per kasus, akan tetapi wajahkeseluruhan populasi.

Meskipun kedua format penelitian deskriptif ini berbeda satusama lain, namun masing-masing memiliki kelebihan dalamkompetensinya. Kemampuan melihat perbedaan itu danmenggunakannya dalam penelitian sangat tergantung padakemampuan dan kejelian peneliti untuk menentukan dalam kondisiyang bagaimana suatu penelitian itu menggunakan survey dandalam kondisi yang bagaimana menggunakan studi kasus, untukmemudahkan peneliti memahami uraian diatas dapat dibantudengan melihat tabel berikut ini:

58 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 44.

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

80

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tabel: 4.1

Format Penelitian Deskriptif

Sumber: Bungin, 2013:45 (diadaptasi)

b) Format eksplanasi

Format eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatugeneralisasi sampel terhadap populasinya, atau menjelaskanhubungannya, perbedaan atau pengaruh suatu variabel terhadapyang lain. Karena itu penelitian dengan format eksplanasimenggunakan sampel dan hipotesis dalam penelitiannya.Penelitian dengan format eksplanasi ini dapat dilakukan denganmelalui survey dan eksperimen. Antara eksplanasi survey dengandeskriptif survey berbeda walaupun sama-sama survey.Perbedaannya terletak pada:

4. Penggolongan dan jenis penelitian kuantitatifPenggolongan dan jenis penelitian kuantitatif oleh para ahli

dilakukan sedemikian rupa dengan maksud menghindari terjadinyatumpang tindih dari satu jenis penelitian kuantitatif dengan penelitiankuantitatif yang lain, sehingga tidak membingungkan para peneliti,khususnya para peneliti muda dan mahasiswa yang sedangmempelajari metodologi penelitian. Pada umumnya penggolongandan pembagian jenis penelitian yang dibuat oleh para ahli adalahseperti tabel berikut ini:

81

Tabel: 4.2

Penggolongan dan jenis penelitian kuantitatif

Eksperimen

Sumber: Bungin, 2013: 49

Penjelasan untuk masing-masing jenis penelitian dalam tabeltersebut diatas secara singkat dapat diberikan sebagai berikut :

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

82

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Penelitian Pengembangan

Penelitian Pengembangan adalah penelitian yang ditujukanuntuk mengkaji atau mengembangkan temuan-temuan penelitiansebelumnya atau teori-teori penelitian yang sudah ada, baik untukkeperluan ilmu pengethuan murni, maupun untuk keperluan ilmupengetahuan terapan. Misalnya pada penelitian terdahulu adatemuan, bahwa variabel politik mempengaruhi variabel moneter(ekonomi), bentuk temuan itu misalnya “kegaduhan politik diSenayan menyebabkan lesunya kegiatan penanaman modal dalamperiode Oktober – Desember 2014.”

Temuan oleh para pakar perlu dikaji apakah benar variabelmoneter (ekonomi) itu rentan terhadap perubahan politik. Apakahkejadian tersebut hanya kebetulan, ataukah selalu terjadi sepertiitu, kemudian perlu juga dilihat keadaan dinegara lain, apakahjuga seperti itu, ataukah dinegara tertentu saja, dan seterusnya.

Bila dalam penelaahan temuan tadi ternyata misalnya hal itubisa terjadi tidak hanya disatu negara, tetapi juga dibeberapanegara, maka temuan itu (kegaduhan politik) bisa berimbas padavariabel moneter (keuangan) sehingga masuk dalam variabel yangdapat mempengaruhi stabilitas perekonomian. Jika masalah inidalam teori-teori moneter belum ada, maka kejadian ini menjadikoreksi atau setidaknya menambah perluasan variabel yang bisamempengaruhi stabilitas perekonomian, dan dari segi ilmuekonomi terapan variabel politik yang dapat mengganggu stabilitasperekonomian ini perlu dikaji dan diteliti bagaimana solusinya.

b) Penelitian Verifikasi

Penelitian verifikasi dalam penelitian kuantitatif adalahpenelitian untuk memverifikasi (mengecek) kebenaran hasil suatupenelitian terdahulu apakah hasil penelitian itu benar atau keliru.Misalnya ada penelitian yang lalu yang hasilnya menyimpulkan “adahubungan antara perilaku sadisme dimasyarakat, denganpenayangan berita ditelevisi yang menyajikan gambar-gambarkekerasan”. Untuk mengecek kebenaran hasil penelitian ini seorangpeneliti bisa melakukan pengecekan melalui penelitian verifikasi.

83

c) Penelitian Longitudinal

Penelitian Longitudinal adalah penelitian yang menelitisebuah gejala yang terus berlangsung. Misalnya penelitian untukmengetahui perkembangan karir seorang dosen dari awal diamasuk menjadi dosen dengan status calon pegawai denganpangkat akademik asisten ahli, diikuti terus perkembangannyasampai dia mendapat pangkat akademik tertinggi yaitu guru besar,atau penelitian terhadap seorang calon PNS disuatu kantorpemerintahan sampai ia menjadi atau memegang jabatan tertinggimisalnya Sekretaris Daerah.

Penelitian ini memerlukan keaktifan peneliti mencatat secararutin kemajuan yang didapat oleh obyek penelitian. Penelitian inimemerlukan waktu yang lama, tenaga dan biaya yang banyak,sehingga kebanyakan peneliti menganggapnya kurang efisien.Dikatakan kurang efisien karena mungkin saja terjadi musibah padaobyek yang diteliti, misalnya meninggal dunia, atau beralih profesi,maka gagalah penelitian itu.

d) Penelitian Cross Sectional

Penelitian Cross Sectional adalah penelitian yang tidakmenggunakan obyek penelitian yang sama tetapi dalam waktu yangbersamaan.Contoh misalnya penelitian tentang karir dosen tadi,tetapi yang diteliti tidak 1 orang saja, melainkan sekaligus beberapaorang dengan ketentuan misalnya dosen yang masa kerjanya 1tahun, 2 tahun, 3 tahun, dan seterusnya sampai yang tertinggijabatan akademiknya. Cara seperti ini dapat dilakukan lebih cepat,data yang dikumpulkan juga lebih banyak, dan dari segi waktu lebihefisien, hanya mungkin lika-liku perjalanan karirnya tidak sempatdicacat secara lengkap dibandingkan dengan penelitian longitudi-nal.

Penelitian Cross Sectional ini boleh dikatakan merupakankompromi antara one-shot method (menembak satu kali terhadapkasus), dan penelitian longitudinal (menembak beberapa kali)terhadap kasus yang sama.59

59 Burhan Bungin, Ibid, hal 52, dikutip dari Suharsimi Arikunto, 2003, hal 13.

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

84

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

e) Penelitian Survey

Penelitin Survey sering kali dipahami sama dengan penelitiankuantitatif survei.Padahal dalam penelitian survey penggunaankuesioner hanya terbatas pada menggali data tentang:60

(i) Ciri-ciri demografis masyarakat

(ii) Lingkungan sosial mereka

(iii) Aktivitas mereka

(iv) Pendapat dan sikap mereka

Sedangkan pada penelitian kuantitatif survey selain memilikisifat survey juga pemairan,dan umumnya digunakan untuk menarikkesimpulan sampel terhadap populasi, sehingga dipastikan meng-gunakan hipotesis, dan alat bantu statistik dalam menganalisisdata. Jadi jelas ada beda antara penelitian survey yang hanyaterbatas pada menggali data yang sangat umum (seperti disebut-kan pada (i) sampai dengan (iv) diatas dengan penelitian kuantitatifsurvey yang sampai pada mengajukan hipotesis dan menganalisisdata dengan alat bantu statistik.

f) Penelitian Assessment

Penelitian Assessment ini berkembang menjadi penelitianyang unik dalam arti bisa menggunakan pendekatan penelitiankualitatif dan bisa menggunakan pendekatan kuantitatif.Salah satucirinya yang menonjol adalah penelitian assessment ini memer-lukan keterlibatan peneliti yang lebih intensif dalam penelitian yandilaksanakan. Kualitas dan kredibilitas seorang peneliti assessmentdituntut seperti yang ada pada penelitian kualitatif.

Namun bedanya dengan penelitian kualitatif ada padamengutamakan “menilai” semua aspek dan proses yang terjadipada proyek yang menjadi obyek penelitian, maka akibatnyapenelitian assessment ini tidak begitu lentur seperti pada penelitiankualitatif. Perbedaan lain juga ada yaitu pada prame of reference(adanya pedoman pelaksanaan proyek yang diteliti). Inilah yanglebih menunjukan bahwa penelitian assessment lebih cenderung

60 Burhan Bungin, Ibid, hal 52, dikutip dari Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi,1998, hal 8.

85

menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena kalau sudahada pedoman pelaksanaan proyek yang diteliti berarti pelaksanaanpenelitian itu memerlukan alat ukur dan metode analisis penelitiankuantitatif.

g) Penelitian Evaluatif

Penelitian Evaluatif ini hampir sama dengan penelian assess-ment karena mempunyai sifat “menilai”. Meskipun demikian antarapenelitian evaluatif dengan assessment ada perbedaan yangprinsipil yaitu pada cara kerjasama dan keterlibatan penelitimasing-masing. Pada penelitian evaluatif keterlibatan peneliti tidakselalu dibutuhkan, tetapi pada penelitian assessment keterlibatanpeneliti sangat diperlukan, dan bahkan keterlibatan itu dituntutsangat runtut, artinya mulai dari awal kegiatan proyek sampai akhir.Sedangkan pada penelitian evaluatif peneliti bisa saja memulaiketerlibatan itu setelah proyek yang diteliti sudah berjalan, artinyatidak mesti dari awal kegiatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitianevaluatif itu ingin menjawab pertanyaan sampai sejauhmanakegiatan proyek itu telah tercapai sesuai perencanaan proyek itu,meskipun peneliti tidak sepenuhnya mengikuti proses pelaksanaanproyek itu. Sedangkan pada penelitian assessment karena sifatnyamenilai maka semua proses dalam kegiatan penelitian itu harusdiikuti oleh peneliti.

h) Penelitian Tindakan (action research)Penelitian Tindakan (action research) lebih mengutamakan

fokus pendekatannya pada hal-hal yang praktis, dan tingkatketerlibatan peneliti lebih intern. Peneliti terus menerus berupayamencari kelemahan-kelemahan untuk maksud memperbaiki ataumenyempurnakan, melalui trial and error sebagai metode utamadalam penelitian tindakan ini, misalnya pada kasus seorang gurumatematika yang ingin mengefektifkan metode pembelajarannya,sehingga ia perlu terlibat langsung dalam penelitian itu.

Penelitian tindakan (action research) juga identik dengan yangdilakukan oleh guru-guru dalam penelitian tindakan kelas (PTK),sebagai cara dipakai untuk mengetahui bagaimana guru

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

86

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

menemukan hasil dari proses belajar yang dilaksanakannyadidalam kelas, bagaimana memperbaikinya bila masih ada kele-mahannya, dan bagaimana pula memelihara serta meningkatkanbila sudah berhasil dengan baik.Penelitian tindakan (action re-search) sebetulnya adalah penelitian yang berskala besar, tetapidalam pelaksanaanya dapat dipecah-pecah menjadi berskala kecil.

Misalnya Dinas Pendidikan Provinsi ingin mengetahui efek-tivitas pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat Sekolah MenegahAtas (SMA). Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini tentubanyak yang harus diteliti, seperti misalnya: kompetensi guru,minat siswa, alat bantu, laboratorium bahasa, buku pelajaran,lingkungan belajar, dan lain-lain. Kalau penelitian itu ingin hasilnyalebih baik tentu memerlukan waktu yang lama supaya semuavariabel itu mendapat kesempatan diteliti dengan sungguh-sungguh.Untuk itu maka tiap semester hanya meneliti satu variabelsaja untuk semua sampel sekolah yang diteliti dalam provinsi itu,jadi bisa saja penelitian untuk enam variabel ini memerlukan waktuenam semester baru selesai.

Penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam tahapan-tahapansesuai jumlah variabel yang harus diteliti ini dapat dipastikan akanlebih berhasil ketimbang dilaksanakan sekaligus untuk enamvariabel ini, karena sifat dari penelitian tindakan ini memerlukanmetode trial and error, yang memerlukan waktu yang banyak untukmengamatinya setiap tindakan yang diambil oleh guru, danperhatian yang intensif dari peneliti, sehingga hasil penelitian dapatdipastikan mampu menjawab semua persoalan yang berkaitandengan variabel-variabel penelitian. Sebaliknya bila dilakukansekaligus untuk enam variabel ini dapat dipastikan hasilnya akandangkal, karena pasti ada diantara enam variabel ini yang kurangintensif diperhatikan oleh peneliti karena waktunya relatif singkatuntuk ukuran penelitian tindakan (action research).

i) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Perpustakaan ini mengambil setting perpustakaansebagai tempat penelitian dan dengan obyek penelitian bahan-bahan kepustakaan. Biasanya penelitian kepustakaan ini meng-hasilkan kesimpulan tentang kecenderungan sebuah teori

87

digunakan dari waktu ke waktu, perkembangan sebuah paradigma,dan pendekatan ilmu pengetahuan tertentu.

Penelitian ini apabila dilaksanakan dengan baik, akan dapatmenghasilkan sebuah penelitian tentang perubahan sebuah obyekpenelitian teoritis sejak beberapa waktu yang lampau sampai saatini. Meskipun demikian penelitian kepustakaan ini mempunyaikelemahan, diantaranya tidak semua obyek penelitian yang sudahditeliti terekam dan tersimpan di perpustakaan, meskipun sekarangini sudah tersedia berbagai macam bentuk media penyimpananbahan pustaka seperti micro film, CD, DVD, Library online, danlail-lain. Kadang-kadang masalah yang dihadapi peneliti itu bukanhanya tersedia atau tidaknya bahan yang diperlukan, tetapi jugayang lebih sering terjadi adalah prosedur untuk dapat meman-faatkan sering menjadi kendala.

j) Penelitian Laboratorium

Penelitian Laboratorium ini umumnya lebih banyak dilakukanoleh ilmu-ilmu alam seperti; biologi, kimia, fisika, dan lainnya, danseiring dengan berkembangnya pendekatan-pendekatan dalamilmu-ilmu sosial maka penelitian ilmu-ilmu sosial pun juga bisadilakukan dilaboratorium ilmu sosial, seperti laboratorium bahasa,persidangan pengadilan untuk menguji masalah-masalah hukum,dan sebagainya.

Penelitian laboratorium dalam ilmu-ilmu sosial memangberbeda dengan ilmu-ilmu alam, dalam laboratorium ilmu-ilmusosial manusia itu tidak hanya dilihat sebagai obyek penelitian,tetapi juga sebagai subyek penelitian.Oleh karena itu rekayasa-rekayasa manusia dalam laboratorium tidak dilihat dari segifisiknya, tetapi pada hubungan-hubungan sosial yang dilakukannya.Dengan demikian penelitian laboratorium ilmu-ilmu sosial itu bisasaja berupa kelas belajar, kelompok sosial di masyarakat, organisasi,keluarga, dan lain-lain.

k) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian Lapangan (Field Research) ini paling sering dilakukandalam penelitian ilmu-ilmu sosial khususnya, karena lapangandalam arti kehidupan dimasyarakat yang begitu luas dan tak

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

88

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

terbatas itu merupakan laboratorium raksasa yang menyediakanberbagai fenomena menarik yang tidak habis-habisnya untukditeliti, istilah lain untuk penelitian lapangan ini disebut jugapenelitian kancah.61

Dalam praktiknya penelitian lapangan ini banyak dilakukanberhubungan dengan pranata, budaya, dan pengalaman hidupmasyarakat, kelompok, dan individu dalam berbagai bidangkehidupan yang digeluti masing-masing.

l) Penelitian Murni (Pure Research)

Penelitian Murni dimaksudkan sebagai penelitian yang untukmengembangkan teori tertentu dalam konteks keilmuan, dan hasilpenelitiannya tidak dimaksudkan untuk diaplikasikan dimasyarakat.Penelitian murni ini biasanya dilakukan pada pada ilmu-ilmu murniseperti: matematika, fisika, kimia, dan biologi.

Penelitian murni atau juga disebut basic research (Suliyanto,2006: 8) dilakukan untuk mengevaluasi dan mengembangkansebuah teori karena peneliti tertarik untuk mengetahui mengapaterjadi seperti temuan itu, dan bagaimana pula untuk mengem-bangkannya.62 Penelitian murni ini berdasarkan latar belakangnyadapat dikelompokan menjadi :

(i) Berlatar belakang Research Gap

Penelitian yang berlatarbelakang Research Gap merupakanpenelitian yang dilakukan karena adanya temuan berdasarkanpenelitian sebelumnya. Misalnya, pada tahun 2000 adapenelitian dari Mautinho dan Smith yang menyatakan bahwafaktor convenience/acces merupakan faktor kunci dari sevicequality.Kemudian pada tahun 2004 Fernando menemukanbahwa tidak ada pengaruh yang berarti antara faktor conve-nience/acces terhadap kepuasan nasabah, oleh karena itu perluriset empirik lebih lanjut dilakukan untuk meneliti kontroversiini. (Suliyanto, 2006: 9)

61 Suharsimi Arikunto, Loc Cit, hal 9, dan Burhan Bungin, Loc cit, hal 56.62 Suliyanto, Loc Cit, hal 8.

89

(ii) Berlatar belakang Theory Gap

Penelitian murni yang berlatar belakang Theory Gap inimerupakan penelitian yang dilakukan karena adanyaperbedaan antara teori dengan kenyataan. Contoh misalnya,tingkat suku bunga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkatsuku bunga maka akan semakin banyak dana yang disimpan(saving). Pada tahun 1998 di Indonesia terjadi peningkatantingkat suku bunga, tetapi dilain pihak terjadi penarikansimpanan secara besar-besaran. Oleh karena itu perlu dilakukanriset empirik lebih lanjut untuk meneliti kontroversi yang terjadiitu, mengapa keadaan itu bisa bertentangan dengan teori yangsudah umum berlaku dalam ekonomi, ada faktor apa yang jugaberpengaruh disana? Ini menarik sekali bagi para ekonomkhususnya praktisi moneter.

m) Penelitian Terapan (Applied Research)

Penelitian Terapan adalah penelitian yang mengaplikasikanteori di masyarakat, dan biasanya digunakan untuk ilmu-ilmuterapan seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, hukum,komunikasi, dan lain-lain. Penelitian terapan ini merupakanpenelitian untuk mendapatkan jawaban atau informasi gunamemecahkan masalah secara praktis, jadi penelitian ini dilakukansebagai respon terhadap fenomena yang terjadi dilapangan.

Contoh misalnya, ada fenomena banyak nasabah suatu bankyang menutup rekeningnya di bank tersebut. Setelah ditelititernyata misalnya selama ini nasabah banyak yang merasa kurangpuas dengan pelayanan di bank tersebut. Oleh karena itu kalaubank tersebut ingin terus bertahan dan maju seperti bank-banklain, maka bank tersebut harus dapat memperbaiki danmeningkatkan pelayanan kepada nasabahnya.

n) Penelitian menurut bidang ilmu

Secara substansial semua bidang ilmu mempunyai ragampenelitian yang sama yaitu menggunakan kaidah penelitian ilmiah.Namun dari segi metodologis masing-masing cabang ilmumempunyai kekhasannya masing-masing, jadi ada sekian banyak

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

90

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

cabang ilmu, berarti ada sekian banyak itu pula metodologi yangkhas untuk penelitian.

Kekhasan masing-masing metodologi ini disebabkan karenaobyek dan ruang lingkup masing-masing cabang ilmu ituberbeda.Dengan demikian maka penggolongan metode penelitianjuga dikhususkan sesuai dengan obyek dan ruang lingkup cabangilmu itu, sesuai dengan penjelasan itu maka sesungguhnyapenelitian ilmu sosial misalnya jumlahnya akan beragam sesuaidengan jumlah cabang ilmu sosial yang berkembang selama ini,seperti misalnya: agama, pendidikan, administrasi, manajemen,komunikasi, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, sosiologi,antropologi, filsafat, dan sebagainya.

o) Penelitian menurut tarafnya

Menurut tarafnya penelitian kuantitatif itu dibedakan menjadidua, yaitu penelitian kuantitatif deskriptif dan penelitian kuantitatifeksplanasi. Penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yanghanya menggambarkan, menjelaskan, berbagai kondisi, situasi,fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadiansebagaimana adanya yang didapat, dipotret, diwawancarai,diobservasi, serta melalui bahan-bahan dokumen yang diteliti.

Sedangkan penelitian kuantitatif eksplanasi adalah penelitianyang dilakukan untuk mencari berbagai variabel yang timbuldimasyarakat yang menjadi obyek penelitian. Semua jenispenelitian kuantitatif biasanya menggunakan hipotesis untuk diujidengan metode statistik, inilah salah satu ciri khasnya, disampingciri khas yang lain yaitu menggunakan sampel penelitian untukdilakukan generalisasi terhadap populasi.

p) Penelitian Historis

Penelitian Historis bertujuan untuk mendeskripsikan hal-halatau kejadian yang terjadi dimasa lalu. Proses penelitian inimenggunakan kaidah dan prosedur penelusuran, pencatatan,analisis, dan menginterprestasikan kejadian masa lalu itu, dalamhubungannya dengan masa kini dan untuk mengantisipasaikemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akandatang.

91

Jadi penelitian historis ini adalah penelitian yang mempelajarikeadaan dimasa lalu, dan menggunakan keadaan (tren-tren) yangterjadi dimasa lalu itu untuk memahami keadaan yang terjadisekarang, serta, memperkirakan kemungkinan yang akan terjadidimasa yang akan datang berdasarkan kecenderungan-kecen-derungan yang terjadi dimasa yang telah lalu itu.

q) Penelitian Ekspos Fakto

Penelitian Ekspos Fakto adalah penelitian yang mengeksposkejadian-kejadian yang sedang berlangsung.Penelitian ini berbedadengan penelitian deskriptif, namun dalam aplikasi (penerapannya)kedua penelitian ini mempunyai kemiripan.

r) Penelitian Eksperimen

Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untukmenjelaskan hal-hal atau variabel-variabel tertentu melalui upayamemanipulasi variabel-variabel tersebut atau hubungan diantaravariabel tersebut, untuk mengetahui hubungan, pengaruh atauperbedaan diantara variabel tersebut. Upaya memanipulasivariabel-variabel yang diteliti ini merupakan ciri khas dalampenelitian eksperimen.

Disamping ciri khas berupa memanipulasi variabel-variabelyang diteliti itu, ciri khas lainnya yang juga harus ada dalampenelitian eksperimen ini adalah adanya unit-unit atau satuanvariabel-variabel penelitian yang juga menjadi bagian daripenelitian yang juga terus diamati yang berjalan alami tanpa adarekayasa dari peneliti, yang berfungsi sebagai kontrol. Jadi dalampenelitian eksperimen ini ada dua desain penelitian, pertamadesain penelitian untuk variabel-variabel yang sengajadimanipulasi, dan yang kedua desain penelitian yang secara alamiberjalan sendiri.

Dari dua desain yang berbeda yang berjalan masing-masingdalam satu pengamatan oleh peneliti akan dapat diketahuibagaimana perbedaan hasilnya. Yang dimanipulasi untukkepentingan eksperimen bagaimana?, dan yang berjalan alamiyang tidak dimanipulasi yang berfungsi sebagai kontrol bagaimana

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

92

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

hasilnya, perbedaan karena perlakuan itulah yang menunjukanhasil penelitian eksperimen itu.

Selanjutnya langkah-langkah yang harus dilakukan olehpeneliti dalam penelitian kuantitatif pada umumnya dapatdisistematikakan sebagai berikut:(i) Melakukan eksplorasi masalah yang akan diteliti

(ii) Menentukan, merumuskan, dan membuat pembatasanmasalah yang akan diteliti

(iii) Menetapkan tujuan penelitian

(iv) Menetapkan kegunaan/manfaat penelitian(v) Melakukan tinjauan pustaka (empirik dan teori)

(vi) Membuat definisi operasional

(vii) Menentukan variabel penelitian

(viii) Mendesain model (kerangka berpikir) penelitian(ix) Membuat hipotesis penelitian

(x) Menentukan populasi dan sampel penelitian

(xi) Menentukan data dan sumber data

(xii) Menentukan instrumen pengumpulan data(xiii) Mengolah data

(xiv) Meganalisis data dengan alat bantu metode statistik

(xv) Menguji hipotesis

(xvi) Menarik Kesimpulan(xvii) Menyusun laporan hasil penelitian.

5. Sistematika penulisan laporan penelitian kuantitatifDalam penulisan laporan penelitian kuantitatif umumnya meng-

gunakan dua model dasar asumsi filosofis, yaitu: positivist paradigmdan non positivist. Non positivist ini misalnya: interpretivist paradigm,critical paradigm, dan post modernist paradigm.63 Adanya perbedaanasumsi ini akan berimplikasi terhadap penulisan bagian utama laporan

63 Tim Penyusun Panduan Tesis STIE Pascasarjana Indonesia Banjarmasin,STIE Indo-nesia Banjarmasin, 2013, hal 10.

93

penelitian kuantitatif, dan yang terbanyak berkembang hingga saatini adalah positivist paradigm.

Sistematika penulisan laporan penelitian kuantitatif denganmodel positivist paradigm ini disistematisaikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab I ini memuat antara lain latar belakang masalah, peru-musan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian,yangmasing-masing mempunyai substansi sebagai berikut:a) Latar belakang masalah, memuat antara lain:

(i) Fakta-fakta yang relevan dengan masalah yang sedangditeliti

(ii) Alasan-alasan empiris dan teknis mengapa masalah yangdikemukakan dalam penelitian itu penting untuk diteliti

(iii) Adakah keterkaitan latar belakang atau disiplin keilmuanpeneliti dengan masalah yang akan diteliti

(iv) Apakah peneliti mempunyai kemampuan penguasaanteoritis yang memadai untuk melaksanakan penelitian itu

(v) Apakah waktu dan dana untuk keperluan penelitian itucukup tersedia.

b) Perumusan masalah, memuat antara lain:

(i) Memuat proses penyederhanaan masalah yang rumit dankompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti(reseachable problems)

(ii) Merumuskan kaitan antara kesenjangan pengetahuanilmiah yang lebih luas

(iii) Ada relevansi yang jelas antara rumusan masalah denganjudul penelitian

(iv) Perumusan masalah disusun dalam bentuk kalimat tanya.

c) Tujuan penelitian, memuat antara lain:

(i) Penyebutan secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalampenelitian

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

94

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(ii) Apa yang menjadi tujuan penelitian itu juga tersirat dalamjudul penelitian.

d) Manfaat penelitian, memuat antara lain:

(i) Keterkaitan antara hasil penelitian yang dicapai(sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan penelitian)dengan masalah kesenjangan yang lebih luas atau dunianyata yang rumit dan kompleks

(ii) Penjelasan manfaat teoritis (ilmiah)(iii) Penjelasan manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Bab II Tinjauan pustaka

Bab II ini memuat antara lain:

a) Telaah atau kajian teori atau unsur-unsur teori (konsep,Proposisi, dan sebagainya), dan hasil penelitian sebelumnyayang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitiansecara sistematis dan analitik. Artinya pada bab ini tidaklahsekedar berisi kutipan atau pencantuman teori-teori, konsep,proposisi, dan paradigma secara berjajar dan runtut yangdiambil dari berbagai sumber, tetapi juga hendaknya meru-pakan hasil ramuan dari proses persandingan, perbandingan,dan dialog antara teori, konsep, proposisi, dan paradigma yangada (mulai dari yang klasik sampai yang mutakhir) yangkemudian peneliti menarik benang merahnya untuk membahaspermasalahan dalam topik penelitian yang telah dilakukan

b) Memuat sumber pustaka yang berasal dari jurnal, kutipan teksbook yang relevan.Bab III Kerangka konseptual penelitian

Bab III ini minimal berisi antara lain:

Konsep yang merupakan pengertian atau pemahaman tentangsuatu fenomena yang merupakan elemen dasar dari prosesberpikir yang meliputi: kerangka pemikiran penelitian, hipotesispenelitian, bagan alur penelitian, dan definisi operasionalvariabel penelitian.

a) Kerangka pemikiran penelitian adalah merupakan konsepjalannya pikiran peneliti dalam melakukan penelitian yang

95

direncanakannya. Dimulai dari mana dan menuju kemana,apa yang harus dilakukan (dalam hal ini menghimpunbahan-bahan yang akan diteliti, dari mana didapat, dandengan cara apa mendapatkannya).

b) Hipotesis penelitian adalah dugaan (jawaban) sementaraterhadap masalah penelitian yang didapat melalui logika,teori-teori ilmu pengetahuan dan dan hasil-hasil penelitianterdahulu yang kebenarannya harus diuji secara empiris

c) Bagan alur penelitian ini adalah kerangka konsep untukmenganalisis masalah penelitian yang memuat variabelyang mempengarui dan variable yang dipengaruhi sebagaijembatan menemukan hasil penelitian

d) Definisi operasional variabel penelitian berisi penjelasantentang suatu tema dengancara menegaskan langkah-langkah pengujian yang harus dilaksanakan atau denganmenggunakan metode pengukuran, serta menunjukanbagaimana hasil yang dapat diamati.

Bab IV Metode penelitian

Bab IV Menjelaskan bagaimana penelitian itu dilakukan olehpeneliti, yang terdiri dari:

a) Metode penelitian dengan teknik analisis datanya, misalnyametode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis regresiatau teknik analisis korelasi.

b) Tempat dan waktu penelitian, dijelaskan disini bagaimana carapeneliti menentukan waktu dan tempat penelitian, dan apayang menjadi alasan tempat penelitian itu dipilih.Waktupenelitian juga harus disebutkan dengan jelas dari tanggal,bulan, dan tahun berapa sampai dengan tanggal, bulan, dantahun berapa penelitian itu dilakukan. Kemudian dilengkapi lagidengan jadwal kegiatan selama waktu penelitian.

c) Metode pengambilan sampel, pada bagian ini penelitimenjelaskan metode pengambilan sampel yang digunakan.Misalnya menggunakan Probability Sampling (pengambilansampel secara acak) atau Stratified Sampling (pengambilan

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

96

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

sampel secara acak berlapis), Kemudian diikuti denganpenjelasan mengapa metode itu yang dipilih.

d) Metode pengumpulan data, pada bagian ini diuraikan secararinci tentang jenis data yang diperlukan, sumber datanya darimana, teknik pengumpulan datanya bagaimana, dan instrumenyang digunakan dalam bentuk apa.

e) Analisis data.Bagaimana analisis datanya bergantung pada jenispenelitian yang dipilih dan tujun penelitiannya.Misalnya analisisdeskriptif biasanya digunakan dalam penelitian non-positivist,tetapi adakalanya juga dipakai dalam penelitian positivist.Analisis deskriptif dapat berupa deskripsi dalam bentuk tabel-tabel, deskripsi tentang fenomena sosial dan sebagainya.Sedangkan analisis inferensial cenderung digunakan dalampenelitian positivist dengan menyajikan model-model analisisstatistik untuk menguji hipotesis, dan data yang dipakaiumumnya data kuantitatif atau dapat juga menggunakan datakualitatitif setelah lebih dahulu dikuantifikasi, misalnya dalambentuk skala ordinal.

Bab V Hasil dan pembahasan

Penyajian hasil penelitian dapat berupa teks, tabel, gambar, grafik,dan foto. Hasil penelitian juga memuat data utama, data penun-jang, dan data pelengkap yang diperlukan untuk memperkuat hasilpenelitian.Narasi didalam hasil penelitian memuat ulasan maknaapa yang terdapat didalam tabel, gambar, grafik, dan foto. Tabel,gambar, grafik, dan foto bukan untuk dibahas, tetapi hanyadibunyikan maknanya saja, pembahasan juga berarti pemberianmakna dan alasan mengapa data yang diperoleh sedemikian rupadan hasil analisisnya seperti yang terlihat ini, bisa jadi hasilanalisisnya:

a) Memperkuat hasil penelitian terdahulu.

b) Berlawanan dengan hasil penelitian terdahulu.c) Bahkan tidak menutup kemungkinan ada temuan baru yang

bisa meningkatkan gengsi hasil penelitian.

Satu hal yang perlu pula menjadi perhatian peneliti dalammembahas hasil penelitian ini adalah komprehensifitasnya

97

pembahasan dan menjaga konsistensi (tidak lepas dari konteksyang tercantum dalam tujuan penelitian yang sudah ditetapkan).

Bab VI Penutup

Bab VI ini merupakan bagian akhir laporan penelitian yang terdiridari kesimpulan dan saran-saran, Kesimpulan berisi:

a) Pernyataan singkat dan akurat yang didasarkan dari hasilpembahasan.

b) Jawaban terhadap permasalahan penelitian dan sedapatmungkin berhubungan langsung dengan tujuan penelitian.

Sedangkan saran merupakan pengalaman dan pertimbanganpenulis yang diperuntukan bagi:

a) Peneliti dalam bidang sejenis yang ingin melakukan penelitianlanjutan.

b) Pemanfaat yang akan menggunakan untuk kebijakan praktis.

c) Perbaikan metode keilmuan.

Laporan penelitian dalam bentuk enam bab ini sudah umumberlaku di Pascsarjana tingkat S3 (Program Doktor), dan sebagiandi Pascasarjana tingkat S2 (Proram Magister). Sedang ditingkat S1(Program Sarjana) umumnya laporan hasil penelitian itu hanyamemuat lima bab saja.

Karakteristik Penelitian Kuantitatif

98

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

99

BAB VMEMILIH DAN MERUMUSKAN MASALAH

PENELITIAN

Substansi yang akan dibicarakan dalam Bab IV ini antara lainadalah: memilih masalah, judul penelitian, identifikasi masalah,merumuskan masalah, tujuan penelitian, dan jenis penelitian.

1. Memilih MasalahAdakalanya mahasiswa atau calon peneliti mengeluh karena

kesulitan dalam menemukan masalah yang akan dijadikan objekpenelitian. Berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan ada sajamahasiswa atau calon peneliti yang mengalami hal seperti itu. Tetapiitu tidak mengapa karena setiap memulai yang baru itu memang seringmengalami atau merasa sulit dari mana menemukan masalahnya. Kataorang-orang bijak “everybegining is deficult”.

Permasalahan suatu penelitian (research) yang dilakukan olehseorang peneliti dapat diperoleh melalui sumber-sumber berikut ini:a) Dari peneliti itu sendiri.

b) Dari suatu daftar proyek penelitian Perguruan Tinggi yang bisadipilih oleh mahasiswa atau peneliti yang berminat.

c) Dari orang lain, misalnya sponsor, konsultan penelitian, dan men-tor yang dapat membimbing calon peneliti yang berminat.

Selain itu masalah penelitian juga dapat ditemukan melaluiberbagai sumber seperti:pengalaman seseorang, bahan kepustakaan,pertemuan ilmiah, dan pernyataan seorang pakar (ahli).64

64 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta 2011, hal 22.

100

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Pengalaman seseorang

Pengalaman seseorang dapat menjadi sumber bagi ditemu-kannya masalah penelitian baik dalam bidang ilmu sosial maupundalam bidang ilmu eksakta. Kita tentu masih ingat pengalamanseorang Newton yang memperhatikan secara seksama peristiwa“jatuhnya buah dari pohonnya” yang dengan pengalamanyamemperhatikan dengan seksama itu kemudian melahirkan “teorigratifikasi”.

Pengalaman seseorang dapat berupa peristiwa-peristiwa yangterkait dengan sejarah hidupnya, dan juga yang berhubungandengan pekerjaan atau profesinya. Seseorang yang sekian lamamenekuni suatu bidang pekerjaan tertentu, katakanlah misalnyadibidang bisnis, maka ia akan mudah menemukan masalah-masalah yang menyangkut bisnis yang ditekuninya,seperti misalnyamasalah pemasaran, persaingan usaha, produksi, dan sebagainya.Dengan kata lain semakin lama seseorang menekuni suatu peker-jaan atau profesi, semakin mudah ia menemukan suatu masalah,dan masalah itu dapat dijadikan masalah penelitian baik oleh or-ang yang menemukan masalah itu maupun oleh orang lain(peneliti) yang berminat untuk menelitinya.

b) Bahan kepustakaan

Bahan kepustakaan seperti buku teks, jurnal ilmiah, danterutama sekali laporan hasil penelitian merupakan sumber yangpaling potensial untuk menemukan masalah penelitian. Pada saatcalon peneliti membaca buku teks, jurnal ilmiah dan laporan hasilpenelitian, koneksi akan terjadi antara teori yang menjelaskantentang suatu fenomena alam atau sosial dengan realitas peristiwayang sesungguhnya terjadi pada waktu tertentu.Dari situ calonpeneliti akan segera menemukan masalah yang bisadijadikanmasalah penelitian, manakala misalnya dalamperkembangan mutakhir koneksi yang dihasilkan itu sudah tidaksejalan lagi dengan kenyataan yang ada sekarang, sehinggamenimbulkan keraguannya. Dengan adanya keraguan itu calonpeneliti bisa saja menjadikan masalah itu sebagai masalahpenelitian, tentu saja penelitian disini adalah penelitian yangmerecek dan berusaha menemukan sebab-sebab inkoniksional

101

yang menyebabkan teori yang dikembangkan oleh penelititerdahulu itu tidak berlaku lagi.

Selain bahan kepustakaan yang banyak kita temukan dalamkehidupan sehari-hari, kitab-kitab suci agama juga bisa menjadiinspirasi untuk menemukan masalah penelitian. Pernyataan-pernyataan dalam kitab suci itu mengandung makna yang dalamdan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti untukmengkajinya lebih lanjut. Sebagai contoh misalnya ditemukannyaserat dari pohon rami sebagai bahan pakaian anti peluru adalahhasil pemikiran mendalam dan penelitian dari seorang dosen ITNMalang (Eko Marsyahyo).65

Dari manapun sumbernya permasalahan penelitian itu, padaakhirnya mahasiswa atau peneliti itulah yang menentukan, karenapada dasarnya, sponsor, konsultan, dan mentor itu hanya sekedarmemberikan pertimbangan.Oleh karena itu sebelum iamenentukan permasalahannya, mahasiswa atau peneliti itu perlumemperhatikan petunjuk-petunjuk praktis berikut ini.66

Permasalahan penelitian itu ada dalam jangkauannya

a) Tersedianya bahan-bahan (data dan informasi) yang diperlukanuntuk membahas permasalan penelitian itu.

b) Permasalahan penelitian itu penting untuk diteliti.c) Permasalahan penelitian itu menarik untuk diteliti dan dibahas.

Masih menurut Hadi (2001), selain memperhatikan petunjuk-petunjuk diatas, seorang mahasiswa atau peneliti, perlu pulamempunyai kemampuan memanage permasalahan penelitian yangakan dipilihnya. Selain jangan melakukan sesuatu yang diluarkemampuannya, juga ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,ketika akan memanaj permasalahan penelitian itu, diantaranya:a) Apakah latar belakang pengetahuan, kecakapan, dan kemampuan

mahasiswa atau peneliti sudah cukup untuk memecahkan

65 Anwar Sanusia, Ibid, hal 23.66 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, 2001, hal 51.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

102

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

persoalan-persoalan dalam hubungan dengan permasalahanpenelitian itu.

b) Apakah pembiayaan untuk melaksanakan penelitian itu sudah adatersedia, terutama untuk penelitian yang memerlukan pembuatandan penyebaran angket (kuesioner).

c) Apakah waktu penelitian yang tersedia untuk menyelesaikanpenelitian itu cukup.

d) Apakah tidak ada kesulitan bagi peneliti untuk mencari sponsor,konsultan, dan mentor yang bersedia berpartisipasi dalampenelitian yang akan dilaksanakan.

e) Apakah permasalahan penelitian itu akan mendapatkan dukungankerjasama dengan stakeholders (pihak-pihak terkait) dalam artisetidaknya dukungan moril.

Suatu penelitian tidak akan berhasil dilakukan oleh seorangmahasiswa (peneliti) jika ia tidak memiliki bekal pengetahuan yangcukup dalam hubungan dengan atau permasalahan penelitian yangditelitinya, karena penelitian tidak dapat dilakukan dengan tangankosong atau mengambil apa saja yang ditemukan ditengah jalan. Selainpengetahuan juga diperlukan kecakapan khusus dalam mengolah danmenganalisis data yang nanti akan dibahas dalam Bab tersendiri.

Kemudian menurut Kasiram (2010), agar tidak mengalamikesulitan dalam membahas permasalahan tersebut maka perlumemperhatikan:67

a) Apakah permasalahan tersebut sesuai dengan bidang keilmuanbagi peneliti pada umumnya atau nama Fakultas dan jurusannyabagi mahasiswa.

b) Apakah permasalahan tersebut cukup menarik minat dan penelitisanggup membahasnya.

c) Apakah tersedia bahan-bahan literatur dan bahan-bahan empirisyang diperlukan.

67 Moh. Kasiram, Metoologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, UIN MALIKI Malang,2010, hal 241.

103

Ada beberapa petunjuk untuk menentukan pilihan permasalahanpenelitian yang bisa dipedomani oleh peneliti, diantaranya:

(i) Permasalahan penelitian yang dipilih hendaknya tidakmenimbulkan kesulitan dalam mendapatkan fasilitas yang terkaitdengan penelitian yang akan dilaksanakan.

(ii) Permasalahan penelitian yang dipilih cukup menarik dan pentinguntuk diteliti.

(iii) Menghindari duplikasi permasalahan penelitian dengan yangdilakukan oleh peneliti lain.

(iv) Permasalahan yang diteliti hendaknya mempunyai kegunaanpraktis.

(v) Data yang diperlukan cukup tersedia, karena data dalam penelitiansangat diperlukan untuk menganalisis masalah dan melakukanverifikasi terhadap teori yang digunakan.

Dalam perspektif yang lain Arikunto (2002) mengatakan memilihmasalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatanpenelitian. Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti,menentukan atau memilih masalah bukan pekerjaan yang mudah, danboleh dikatakan sulit. Dari mana masalah diperoleh?, yang jelasmasalah mesti merupakan bagiankebutuhan seseorang untukdipecahkan.Orang ingin mengadakan penelitian karena ia inginmendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi, masalah-masalahtersebut bisa datang dari berbagai arah:68

a) Seorang guru mempunyai siswa yang selalu melihat keluar ketikasedang diajar. Ketika sedang tidak diajari anak tersebut melihatkesana kemari dalam keadaan tidak tenang. Kemudian diruang guruterdengar keluhan yang sama dari guru lain. Anehnya anak tersebutselalu mendapat nilai baik dari pelajaran apapun. Dari sini timbulkeinginan guru-guru untuk mengadakan penelitian kasus terhadapanak tersebut.

b) Seorang mahasiswa yang rajin mengunjungi perpustakaan,membaca artikel tentang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswadi universitas lain, tentang suatu masalah yang menyangkut cara

68 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta Jakarta, 2002, hal 27.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

104

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

belajar yang efektif. Terdorong oleh keinginnannya untuk mencapaihasil belajar yang efektif dari teman-temannya, ia mencoba danmeneliti seperti yang telah dilakukan oleh mahasiswa di universi-tas lain itu.

Dari dua contoh diatas kita bisa menemukan masalah penelitian,dan bahkan dari kehidupan sehari-hari kita juga bisa menemukanmasalah penelitian. Masalah juga bisa kita dapatkan melalui membacabuku, diberi atau disarankan oleh orang lain, dan paling baik masalahyang dijadikan penelitian itu apabila datang atau timbul dari pikirankita sendiri, sehingga kita akan semakin terdorong untuk menemukanjawabannya. Penelitian yang berangkat dari masalah yang kita rasakansendiri ini akan berjalan baik dan lancar, karena peneliti menghayatidan mendalami masalahnya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktorkondisional suatu masalah itu bersumber dari dua hal, yaitu diripeneliti sendiri dan dari luar, dan apabila disarikan ada empat hal yangharus dipenuhi bagi terpilihnya permasalahan dan judul penelitian,yaitu harus sesuai dengan: minat peneliti, dapat dilaksanakan, tersediafaktor pendukung, dan harus bermanfaat. Dua hal yang pertamabersumber dari peneliti (faktor internal), dan dua hal yang keduabersumber dari luar peneliti (faktor eksternal).69

a) Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti

Melaksanakan penelitian bukan pekerjaan yang mudah,karena harus betul-betul diminati oleh penelitinya. Apabilapermasalahan yang diteliti dan atau judulnya tidak sesuai denganminat peneliti, maka peneliti tidak akan bergairah untukmelaksanakannya. Hasilnya juga tidak akan baik, dan bahkan bisajadi terhenti karenanya.Sebaliknya apabila sesuai dengan minatnyamaka peneliti akan melakukannya dengan tekun dan tidak mudahputus asa apabila menemui hambatan atau kesulitan dalampelaksanaannya.

69 Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 28.

105

b) Penelitian dapat dilaksanakan

Dapat tidaknya penelitian itu dilaksanakan ditinjau dari diripeneliti sangat tergantung pada empat hal berikut ini:(i) Peneliti mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu,

artinya menguasai teori yang melatarbelakangi masalah danmenguasai metode untuk memecahkannya.

(ii) Peneliti mempunyai waktu yang cukup, sehingga tidakmelakukannya asal selesai.

(iii) Peneliti mempunyai tenaga untuk melakasanakan, dalam articukup kuat fisiknya untuk merencanakan,menyusun alat untukpegumpulan data, mengumpul data, menganalisis data,menarik kesimpulan, dan menyusun laporan.

(iv) Peneliti mempunyai dana yang cukup untuk biaya transportasi,alat tulis-menulis, biaya photo copy, dan lain-lain.

c) Tersedia faktor pendukung

Yang dimaksud faktor pendukung yang bersumber dari luarpeneliti, antara lain:(i) Tersedia data sehingga pertanyaan penelitian bisa dijawab.

(ii) Ada izin/persetujuan dari yang berwenang. Banyak hal yangmenarik untuk diteliti, tetapi peneliti sering dibatasi olehperaturan-peraturan, mungkin menyangkut masalah politik,keamanan, ketertiban umum, dan sebagainya.

d) Hasil peneitian bermanfaat

Syarat keempat ini yang terpenting, karena penelitian itumemerlukan tenaga, waktu, dan biaya. Untuk apa kita melakukanpenelitian jika tidak menghasilkan manfaat. Oleh karena itu setiapmahasiswa yang akan meneliti untuk menulis skripsi, tesis, ataudisertasi, harus siap dengan jawaban bila ada yang bertanya apamanfaat penelitian yang anda lakukan?.

Selainpendapat-pendapat tersebut diatas, Bungin (2006) jugamengemukakan pendapatnya yang menarik sekali, bahwa topik danmasalah dalam penelitian kuantitatif sering dibedakan satu samalainnya.Topik dipandang sebagai kerangka besar masalah, sedangkan

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

106

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

masalah adalah bagian-bagian dalam topik itu. Topik yang bagus akanmelahirkan masalah-masalah yang bagus, dan masalah yang bagusakan menghasilkan judul-judul penelitian yang menarik.70 Biladivisualisasikan dalam bentuk bagan (gambar) nampak sebagai berikut:

Gambar: 5.1

Hubungan Topik, Masalah, dan Judul

Sumber: Bungin 2006: hal. 61

Didalam menentukan topik dan permasalahan yang akan ditelitiada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh seorangpeneliti sehingga dapat diketahui apakah topik dan masalah penelItiantertentu dapat diangkat sebagai masalah yang dapat diteliti atautidak,Keputusannya diambil melalui dua pertimbangan yaitupertimbangan obyektif dan pertimbngan subyektif.71Keduapertimbangan itu harus dijawab dengan seksama untuk menghasilkankualitas masalah yang layak diteliti.

a) Pertimbangan obyektifDalam persepsi Bungin (2006) yang dimaksud dengan

pertimbangan obyektif disini adalah pertimbangan berdasarkankondisi masalah itu sendiri, layak atau tidak layak suatu masalahditeliti didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya masalahitu dikonseptualisasikan. Pada dasarnya peneliti melihat dan dapatmempertimbangkan apakah suatu masalah memiliki kualitastertentu atau tidak untuk dapat diteliti. Kemudian apakah masalahtersebut dapat dikonsepsionalkan atau tidak sehinggamemudahkan mendesain instrumen penelitian yang diperlukan.

Suatu masalah dikatakan berkualitas apabila masalah tersebutmemiliki:

70 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta, 2013, 61-66.

71 Burhan Bungin, Ibid, hal 62. dikutip dari Faisal 1981, hal 16-18.

107

(i) Nilai penemuan yang tinggi.

(ii) Masalah tersebut adalah masalah yang saat ini sedangdirasakan oleh kebanyakan orang disuatu masyarakat, palingtidak beberapa kelompok masyarakat tertentu merasakanadanya masalah tersebut.

(iii) Bisa jadi penelitian terhadap suatu masalah merupakanpengulangan terhadap penelitian sebelumnya oleh orang laindalam perspektif yang berbeda.

(iv) Masalah yang akan diteliti memiliki referensi teoritis yang jelas.

Suatu masalah penelitian dikatakan dapat dikonsepsionalkanapabila masalah tersebut dapat menjawab pertanyaan berikut ini:

(i) Apakah masalah ini memiliki batasan-batasan yang jelas.

(ii) Bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu.

(iii) Apakah masalah tersebut dapat dihipotesiskan seandainya akandiuji nanti.

(iv) Apakah masalah itu mempunyai sumber data yang jelasseandainya diteliti.

(v) Apakah masalah itu dapat diukur, sehingga dapat didesain alatukur yang jelas.

(vi) Apakah masalah itu memberi peluang peneliti untukmenggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti.

Pertimbangan subyektifPertimbangan yang bersifat subyektif adalah pertimbangan yang

berkisar tentang kredibilitas peneliti (calon peneliti) terhadap apa yangakan ditelitinya.72 Karena itu suatu masalah dipertanyakan:

(i) Apakah masalah itu benar-benar sesuai dengan minat peneliti atautidak.

(ii) Keahlian dan disiplin ilmu peneliti berkesesuaian dengan masalahtersebut atau tidak.

(iii) Apakah peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoritis yangmemadai atau tidak mengenai masalah tersebut.

72 Burhan Bungin, Ibid, hal 63.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

108

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iv) Apakah sudah cukup banyak atau tidak hasil-hasil penelitiansebelumnya tentang masalah tersebut.

(v) Apakah cukup waktu apabila penelitian terhadap masalahtersebut dilakukan.

(vi) Apakah biaya pendukung untuk meneliti masalah tersebutdapat disediakan oleh peneliti.

(vii)Apakah alasan-alasan politis situasional masyarakat(pemerintah) menyambut baik masalah tersebut atau tidakapabila dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut.

Seperti juga pada pertimbangan obyektif, apabila pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya subyektif itu telah dijawab dengan baikdan jujur maka berarti secara subyektif suatu masalah dapat dipilihsebagai masalah penelitian.Pada suatu persiapan penelitianapabila kedua pertimbangan diatas (obyektif dan subyektif) telahterjawab dengan baik dan sejujurnya, maka peneliti (calon peneliti)telah memiliki alasan dan pertimbangan yang jelas untuk memilihatau menolak masalah tersebut.Apabila kedua pertimbangan itucenderung kearah positif,maka sesungguhnya masalah penelitianitu sudah dapat diterima, dan apabila kedua pertimbangan itumengarah kearah negatif, maka seharusnya masalah itudipertimbangkan untuk tidak dipilih sebagai masalah penelitian.

Untuk memilih masalah yang akan dijadikan masalahpenelitian dari sekian banyak masalah yang bisa dipilih, penelitiharus mempertimbangkan secara matang bahwa masalah yangakan dipilih itu betul-betul layak untuk diteliti, baik ditinjau darisudut masalah itu sendiri, maupun dari sudut peneliti sendiri.73

Dari sudut masalah, peneliti harus:

a) Memastikan apakah masalah yang akan dipilih itu sudah adajawabannya. Dalam hal ini peneliti harus mengikuti perkembanganpenelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain berkaitandengan masalah yang akan dipilih. Masalah penelitian yang sudahpernah atau bahkan sudah berulang kali diteliti dan menghasilkan

73 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta 2011, hal24-25.

109

kesimpulan yang sama, mestinya sudah berkurang bobotkeilmiahannya kalau diteliti lagi, sehingga sebaiknya tidak dipilihuntuk menjadi masalah penelitian.Dalam konteks ini kita seringmenemui penelitian mahasiswa yang hanya merupakanpengulangan dari penelitian sebelumnya, dimana permasalahanpenelitian, tujuan penelitian, teori yang digunakan, hipotesis yangdirumuskan, variabel yang dianalisis semuanya sama, dan yangberbeda hanya lokasi penelitiannya. Penelitian semacam ini hanyamemboroskan sumber daya, dan dari sisi orisinalitasnya perludipertanyakan.

b) Mempertimbangkan relevansinya dengan pembangunan bilamasalah tersebut ditelaah melalui penelitian. Pertimbangan darisegi relevansi ini perlu dilakukan, karena masalah penelitian yangkurang relevan dengan pembangunan juga kurang bobotnya biladinilai dari segi manfaat praktisnya. Suatu penelitian dikatakanmempunyai manfaat praktis apabila hasil penelitian itu dapatdiaplikasikan untuk pembaharuan dalam rangka penataan atauperbaikan sistem yang berkaitan dengan bidang ilmu yangmelatarbelakanginya, misalnya penelitian tentang insentif yangdihubungkan dengan kinerja karyawan. Dari penelitian ini manfaatpraktis yang dapat diharapkan dari hasil penelitian itu adalahperbaikan pada sistem pengupahan yang dapat memperbaiki ataumeningkatkan kinerja karyawan, dalam proposal penelitian danhasil penelitian manfaat praktis ini biasanya dikemukakan secaraeksplisit dalam Sub Bab Kegunaan penelitian.Oleh karena itusebelum masalah penelitian diformulasikan, sisi manfaat praktispenelitian ini hendaknya menjadi acuan peneliti dalam memilihmasalah penelitian.

c) Mempertimbangkan manfaat teoritis. Maksudnya adalah sum-bangan signifikan bagi pengembangan ilmu yang melatarbelakangipenelitian tersebut.Tidak jarang terjadi setelah masalah dipilih,kemudian ditelaah dan ditemukan solusinya. Ini bisa berimplikasipada pengayaan ilmu yang melatarbelakangi penelitian itu. Daricara seperti inilah terjadinya temuan-temuan spektakuler dibidangilmu pengetahuan itu dimulai, dan hasilnya sangat tergantung padaketajaman peneliti dalam menentukan prioritas ketika memilihmasalah penelitian ditinjau dari sisi manfaat teoritis. Pertimbangan

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

110

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

ini diakui memiliki tingkat kesulitan yanglebih dibanding denganpertimbangan lainnya, karena sudah menyangkut ontologis ilmu.Meskipun demikian, tidaklah berlebihan jika pada saat memilihmasalah penelitian mempertimbangkan manfaat teoritis tetapdiacu dengan bobot relatif sesuai dengan kemampuan atau bekalteoritis yang dimiliki peneliti.

d) Mempertimbangkan aspek akuntabilitas masalah. Sedapatmungkin masalah yang akan diteliti adalah masalah yang aktualatau masalah yang sedang hangat dibicarakan pada berbagaikalangan baik akademisi maupun praktisi, masalah yang aktualbiasanya akan banyak menarik perhatian khusus para peneliti.

e) Mempertimbangkan jelajah ilmu. Maksudnya masalah yang dipilihitu harus dapat dijawab melalui penelaahan ilmu dimana tersediadata empiris, atau secara potensial tersedia.

Dari sudut peneliti sendiri, perlu mempertimbangkan kemam-puan peneliti sendiri dalam mengelola masalah yang akan dipilih ituyang berkaitan dengan:a) Sumber dana, waktu, dan tenaga yang perlu dipersiapkan untuk

meneliti masalah yang akan dipilih.

b) Tersedianya peralatan yang diperlukan bila masalah yang dipilihitu memerlukan alat bantu teknis, terutama dalam pengumpulandata.

c) Kemampuan peneliti dalam penguasaan teori yang mendasaripenelitian yang dipilih.

2. Judul penelitianMenentukan judul merupakan pekerjaan kedua dalam penelitian

setelah memilih masalah. Judul merupakan hal penting dalam karyailmiah, sebab tanpa judul karya ilmiah tidak dapat disebut sebagaikarya ilmiah. Judul harus diusahakan semenarik mungkin, untukmaksud tersebut judul harus dirumuskan dengan ciri-ciri sebagaiberikut.74

74 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,RajaGrafindo Persada Jakarta, 2008, hal 52.

111

a) Dirumuskan dari kata-kata kunci keseluruhan uraian.

b) Rumusan diusahakan dapat merangsang pembaca sehingga dapatmembangkitkan perhatian dan minat orang untuk membacanya.

c) Judul harus menggambarkan isi.

d) Judul harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Judul penelitian pada umumnya baru dapat ditetapkan setelahpeneliti mengetahui seluk beluk persoalan penelitian sesudahmengadakan orientasi baik secara literer maupun empiric, terlepasdari mana judul itu dimulai, yang sangat penting bagi peneliti adalah:75

(i) Bahwa judul sesuai dengan keseluruhan isi dari pada kegiatan danlaporan yang dikerjakan, baik kesesuaian dari segi kualitas maupunkuantitas. Kesesuaian dari segi kualitas maksudnya adalahkesesuaian dalam segi corak atau sudut pandang serta kesesuaiandalam segi hakekat persoalannya. Sedangkan kesesuaian kuantitatifadalah kesesuaian dalam keseimbangan antara luasnya wilayahyang dinyatakan dalam judul dengan wilayah kegiatan serta uraiandalam laporan penelitian.

(ii) Bahwa judul harus menggunakan kata-kata yang jelas, tandas,pilah-pilah, literer, singkat deskriptif, dan tidak merupakan perta-nyaan. Dalam membuat judul hendaknya dihindari penggunaankata-kata yang kabur, telalu politis, bombastis, bertele-tele, tidakruntut, dan lebih dari satu kalimat.

Perlu diketahui bahwa fungsi pokok dari judul penelitian adalahuntuk menunjukan kepada pembacanya hakikat dari obyek penelitian,wilayahnya, serta metode yang digunakan. Disamping itu jika akhirnyananti judul itu telah ditetapkan menjadi judul laporan penelitian, makapenggunaan terpenting dari padanya adalah agar dengan cepatpembaca laporan penelitian itu segera mengetahui perlu tidaknyamempelajari laporan penelitian itu. Oleh Karena itu perlu digunakankata-kata kunci yang ekspresif, banyak indeks-indeks laporan penelitianyang dinyatakan dalam kata-kata kunci ini.

75 Sutrisno Hadi, Ibid, hal 62.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

112

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

3. Identifikasi masalahMasalah adalah kesenjangan yang terjadi antara yang seharusnya

dan yang menjadi kenyataan. Jadi didalam masalah itu ada gap (celah)sehingga membuat keadaan yang seharusnya tidak sama dengan yangmenjadi kenyataan. Begitu pula halnya dengan permasalahan yangdijadikan obyek penelitian. Karena terjadi kesenjangan antara yangseharusnya dengan yang menjadi kenyataan, sehingga ada peluanguntuk diteliti, dan hasilnya bisa menjawab pertanyaan penelitianmisalnya mengapa terjadi kesenjangan itu?.

Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istilahproblema atau problematik, secara garis besar permasalahanpenelitian (problematik penelitian) ada tiga jenis:76

a) Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan feno-mena. Dari problema ini terjadilah penelitian deskriptif termasukdidalamnya survey, penelitian historis, dan filosofis.

b) Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih(problema komparasi).

c) Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena ataulebih (problema korelasi). Problema korelasi ini ada 2 macam, yaitu:(i) Korelasi sejajar, misalnya korelasi antara kemampuan

berbahasa Inggris dengan kesetiaan ingatan.

(ii) Korelasi sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya sinarmatahari dengan larisnya es mambo.

Dalam perspektif lain yang disebut dengan masalah itu adalahkesenjangan yang terjadi, antara tujuan organisasi atau apa yang di-inginkan, dibandingkan dengan hasil organisasi atau apa yang menjadikenyataan.77 Masalah itu dapat diidentifikasi (dikenali) dari kenyataanberikut ini:

a) Masalah itu sudah ada sejak lama misalnya pada sistem pelayananmasyarakat, dimana sistem tidak berjalan seperti yang diharapkan.

76 Suharsimi Arikunto, Loc Cit, hal 29.77 Supriyanto dan Djohan, Metode Riset Bisnis dan Kesehatan, Grafika Wangi

Kkalimantan Banjarmasin, 2011, hal 32.

113

b) Masalah timbul karena ada tekanan dari luar dan atau dari dalamorganisasi yang memaksa terjadinya perubahan dalam organisasiatau sistem yang berlaku.

c) Diberlakukannyakebijakan baru (Undang-Undang, PeraturanPemerintah, Surat Keputusan Menteri, dan Peraturan Daerah)sehingga organisasi juga harus merubah dan menyesuaikan tujuandan strateginya.

d) Masalah pada pelayanan yang dijumpai pada tujuan yang tidaktercapai dari suatu implementasi kebijakan atau pelaksanaanoperasional kegiatan yang kurang sesuai dengan rencana.

Selain empat hal tersebut diatas adanya masalah juga dapatdiidentifikasi melalui pengamatan terhadap gejala-gejala berikut ini:a) Masalah kecil tetapi ada kecenderungan meningkat sesuai dengan

berjalannya waktu.

b) Masalah sebenarnya cenderung menurun tetapi masih belumsesuai dengan harapan.

c) Masalah relatif tetap atau berfluktuasi dengan pola tertentu seiringberjalannya waktu, sehingga diperlukan suatu cara baru untukmenyelesaikannya.

4. Merumuskan masalahPada dasarnya suatu penelitian itu adalah mengkaji masalah yang

akan diteliti. Masalah tersebut tersimpul didalam topik atau judulpenelitian yang sudah dibuat. Untuk memudahkan memecahkanmasalah itu perlu lebih dahulu dibuat rumusannya secara operasional.Sebuah topik atau judul penelitian dapat saja berisi beberapa masalahyang semuanya harus dirumuskan secara operasional.78 Sebelummerumuskan masalah, ada beberapa petunjuk berikut ini.79

a) Masalah harus fleksibel, artinya rumusan masalah tersebut harusdapat dijawab melalui sumber yang jelas, tidak banyak meng-habiskan dana, tenaga, dan waktu.

78 Moh Kasiram, Loc Cit, hal 244.79 Moh Kasiran, Ibid, dikutip dari Fraenkel dan Wallen 1990, hal 20.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

114

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

b) Rumusan masalah harus jelas, artinya semua orang yang membacamemberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.

c) Rumusan masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah yangdiberikan harus memberikan kontribusi terhadap pengembanganilmu dan pemecahan masalah kehidupan.

d) Rumusan masalah harus etis, artinya masalah tersebut tidakbertentangan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, dan nilai-nilai keyakinan agama.

Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh seperti berikut:(i) Apakah mengajat dengan metode CBSA lebih berhasil dari pada

mengajar dengan metode ceramah.

(ii) Bagaiman hubungan antara IQ dengan prestasi belajar.

(iii)Apakah mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan IPA berbedaprestasibelajarnya dari mahasiswa jurusan IPS.

Kemudian untuk memudahkan kita membuat rumusan masalah,kita juga perlu lebih dahulu mengetahui dan mengenali (mengi-dentifikasi) model-model masalah itu. Identifikasi masalah itu sepertimisalnya:

i. Model masalah normatif, terjadi bila ada kesenjangan (gap) antarakenyataan dengan yang seharusnya menurut norma yang berlaku.

ii. Model masalah fungsional, terjadi bila kita dihadapkan pada pilihanmana yang lebih baik dari dua alternatif, misalnya metode A danmetode B.

iii. Model masalah analitik atau kausal, terjadi bila kita dihadapkanpada menentukan rangkaian hubungan atau sebab akibat dariperistiwa yang terjadi.

iv. Model masalah deskriptif, terjadi bila kita dihadapkan untukmelukiskan peristiwa seperti apa adanya.

Selain model masalah diatas, ada juga yang mengklasifikasikanbentuk-bentuk masalah penelitian menurut tingkat-tingkat eksplanasisebagai berikut:80

80 Moh Kasiram, Ibid, hal 246, dikutip dari Sugiono 1993, hal 35.

115

i. Masalah deskriptif, yaitu suatu permasalahan yang berkenaandengan variabel mandiri,artinya tanpa membuat perbandingan danmenghubungkan dengan variabel lain.Contoh: Bagaimanakah sikapmasyarakat terhadap KB mandiri.

ii. Masalah komparatif, adalah suatu permasalahan penelitian yangbersifat membandingkan keberadaan suatu variabel pada duasampel atau lebih. Contoh: Adakah perbedaan prestasi belajarantara anak petani dengan anak pegawai negeri.

iii. Masalah asosiatif, adalah suatu permasalahan yang berhubunganantara dua variabel atau lebih.Dalam permasalahan asosiatif initerdapat tiga macam hubungan, yaitu hubungan semitris, kausal,dan interaktif.

iii. Hubungan semistris, yaitu hubungan dua variabel atau lebih yangbersifat kebersamaan.Contoh: Adakah hubungan antara antarabanyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?.

iv. Hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat,jadipada hubungan kausal ini ada variabel dependen dan independen.Contoh: Adakah pengaruh motivasi belajar dengan prestasi hasilbelajar.

v. Hubungan interaktif, yaitu hubungan yang saling mempengaruhi,disini tidak diketahui mana variabel dependen dan mana variabelindependen. Contoh: Adakah hubungan antara kepandaiandengan kekayaan.

Dari bentuk-bentuk masalah tersebut, biasanya dijadikan dasardalam merumuskan judul penelitian . Misalnya:

a) Jika peneliti ingin mengetahui status sesuatu, maka penelitiannyabersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan satuperistiwa saja. Contoh judul misalnya: Pendapat masyarakatterhadap Wajib belajar 12 tahun.

b) Jika peneliti ingin membandingkan status dua fenomena atau lebih,maka penelitiannya bersifat komparatif, Contoh judul misalnya:Perbandingan disiplin kerja antara karyawan dan karyawati.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

116

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

c) Jika peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua fenomena ataulebih, maka penelitiannya bersifat asosiatif. Contoh judul misalnya:Pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anak.

Kemudian juga masih ada rumusan masalah yang baik untukdipertimbangkan dan diikuti seperti berikut ini:81

a) Adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.

b) Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, ataualternatif lain yang mengandung pertanyaan.

c) Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentangmungkinnya mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan tersebut.

d) Rumusan masalah hendaknya padat.

Selanjutnya kita lihat juga pendapat lain agar masalah penelitianitu dapat dijawab secara memadai, maka didalam perumusanmasalahnya harus memperhatikan hal-hal berikut:82

a) Masalah harus dirumuskan secara operasional.

b) Masalah harus singkat, jelas, hanya memuat satu masalah saja atautidak mendua.

c) Masalah tersebut memungkinkan untuk diteliti.

d) Masalah harus memiliki data pendukung.

e) Masalah harus memiliki makna untuk diteliti.

f) Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang dapat membangkitkanperhatian untuk meneliti.

Sebagaimana biasanya dalam praktik, rumusan masalah itu dibuatdalam bentuk kalimat bertanya. Inilah kata kunci dalam membuatrumusan masalah penelitian, selanjutnya rumusan masalah penelitianitu memegang peran kunci dalam proses penelitian, sederhana ataurumitnya penelitian itu ditentukan oleh sederhana atau rumitnyarumusan masalahnya. Oleh karena itu rumusan masalah itu disampingharus benar juga harus memenuhi standar sebuah pertanyaan

81 Moh Kasiram, Ibid, hal 44, dikutip dari Tuctman 1988.82 Muhammad, Loc Cit. hal 60.

117

keilmuan sehingga penting untuk dijawab melalui penelitian, padahakikatnya tidak ada standar baku untuk merumuskan masalahpenelitian yang baik, namun beberapa pedoman berikut dapatdijadikan acuan.83

a) Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat tanya, dansama sekali tidak menggunakan kalimat pernyataan. Kalimat tanyadimaksud bisa dimulai dengan kata-kata: apakah, bagaimana,sejauhmana, dan seterusnya. Misalnya:(i) Sejauh mana pengaruh motivasi dan kemampuan karyawan

terhadap kinerja karyawan?

(ii) Bagaimana pengaruh ekspor non migas dan investasi sektorpublik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

(iii) Apakah ada perbedaan kinerja karyawan yang bertugasdibagian produksi dengan dibagian administrasi?

b) Masalah harus dinyatakan secara jelas, sehingga seorang penelitidapat memberikan jawaban secara tepat terhadap pertanyaanyang diajukan dan secara jelas pula memberikan arah terhadapfakta-fakta yang harus dipilih untuk menjawab pertanyaaantersebut.

c) Masalah harus dirumuskan secara spesifik, sehingga jawabannyapun spesifik pula.Maksudnya peneliti tidak diperkenankanmembuat rumusan masalah yang memungkinkan berbagai macamjawaban yang semuanya memenuhi syarat.

d) Masalah penelitian harus dirumuskan sedemikian rupa sehinggajawabannya dapat diuji oleh orang lain.

e) Rumusan masalah penelitian harus mengandung definsi variabeldan unsur pengukuran. Jika syarat ini tidak dipenuhi akanmengandung dua kelemahan yang menonjol:

(i) Tanpa ada definisi dan ukuran orang lain tidak dapat mengujihasilnya.

(ii) Ilmu tidak mengizinkan definisi dan pengukuran secarasubyektif.

83 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 26.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

118

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Definisi dan ukuran variabel haruslah obyektif, sehingga setiapilmuan yang menggunakannya dalam hubungannya dengan masalahyang sama akan mendapat jawaban yang sama pula. Contoh rumusanmasalah tersebut misalnya: “Sejauhmana pengaruh jumlah pendudukdan pendapatan perkapita terhadap perubahan struktur ekonomi diIndonesia”. Dalam rumusan masalah ini variabel penduduk, penda-patan perkapita, dan perubahan struktur ekonomi secara operasionalmasing-masing dapat didefinisikan dan diukur. Yang dimaksud denganpendapatan perkapita disini adalah jumlah produksi barang dan jasapenduduk suatu Negara dalam satu tahun dibagi dengan jumlahpenduduk negara yang bersangkutan, hasilnya dinyatakan dalamsatuan rupiah.

5. Tujuan Penelitian Penelitian adalah pekerjaan besar dalam bidang keilmuan

yang harus dilaksanakan dengan: sungguh-sungguh, sistematis, danmempunyai tujuan yang jelas. Oleh karenanya maka pelaksanaannyamemerlukan konsentrasi yang penuh dari peneliti. Tujuan penelitianmenurut Supriyanto dan Djohan dapat dikelompokan atas dasar:84

a) Pernyataan permasalahan (rumusan masalah) yang dikemukakanoleh peneliti.

b) Pemanfaatan hasil penelitian.

c) Sejauhmana analisis atau penyajian hasil di kemukakan.

Selain itu ada pula yang mengelompokan tujuan penelitian itumenjadi:

a) Eksplorasi (penjajakan)b) Deskripsi

c) Assosiasi-korelasi atau sebab akibat

d) Inferensi atau generalisasi

Kemudian dalam praktik penulisan laporan penelitian, biasanyatujuan penelitian itu juga dibagi lagi menjadi:

84 Suoriyanto dan Djohan, Loc Cit, hal 45-46

119

a) Tujuan umum

b) Tujuan khusus

Tujuan umum

Tujuan umum merupakan pernyataan umum tentang kegiatanyang akan dilaksanakan dan hasil yang diharapkan atau didapatkandari suatu penelitian. Tujuan umum diharapkan memberikansumbangan pemikiran terhadap masalah (problem stattement) yangditeliti. Pernyataan tujuan umum hendaknya mengacu pada judulpenelitian meskipun tidak harus identik, tujuan umum sebaiknyamerupakan suatu pernyataan.

Tujuan khusus

Tujuan khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum ataupentahapan tujuan umum. Tujuan khusus berisi pernyataan penelititentang variabel-variabel yang akan diteliti, diukur, dan diuji untukmenunjang pernyataan dalam tujuan umum. Didalam tujuan khususini peneliti biasanya menggunakan istilah-istilah: mengidentifikasi,menganalisis, membandingkan, mempelajari, mengukur, menganalisis,dan melakukan evaluasi. Pilihan penggunaan istilah-istilah tersebuttergantung pada level kemampuan berpikir atau taksonomi kedalamanberpikir peneliti, bila tujuan umum terpenuhi maka tujuan khususjuga terpenuhi.

Kemudian tujuan penelitian menurut Suliyanto adalah untukkepentingan:85

a) Pemecahan masalah

Penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah yangdihadapi dalam suatu kegiatan. Misalnya dalam kegiatan bisnis iniantara lain ada masalah persaingan, yang semakin lama semakinkompleks. Masalah lain lagi seperti masalah efisiensi dalamproduksi, ada masalah kinerja karyawan, dan lain-lain.Permasalahan-permasalahan seperti itu perlu dipecahkan melaluipenelitian, sehingga dapat ditemukan penyelesaiannya.

85 Suliyanto, Loc Cit, hal 6-7.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

120

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Misalnya dirasakan dalam 2-3 tahun terakhir ini tingkatpenjualan produksi jamu Perusahaan Jamu Nyonya Menir menuru,ini kan berarti masalah bagi perusahaan. Salah satu sebabnya dapatdiduga adalah kalah bersaing, karena sekarang jumlah perusahaanjamu bertambah banyak. Sebelum melakukan penelitian pihakmanajer perusahaan perlu mendeteksi dahulu faktor-faktor yangberhubungan dengan penjualan (pemasaran).

Ambilah misalnya teori bauran pemasaran dari Kotler yangdikenal dengan 4P yaitu: product (produksi), price (harga), place(tempat menjual), and promotion (promosi).86 Dengan menjadikan4P ini sebagai variabel maka kita bisa meneliti dimana dan dalamhal apa kekurangan PT Jamu Nyonya Menir dalam persainganmenjual jamu, hasil penelitian kita bisa jadi di P pertama (produksi)mungkin produk kita kurang menarik. Mungkin juga P kedua (harga)produk kita lebih mahal, mungkin juga P ketiga (tempat) kitamenjual kurang strategis, dan mungkin juga P keempat (promosi)kita kurang gencar.

Satu saja dari empat variabel pemasaran itu lemah sudah bisamenyebabkan perusahaan kalah dalam bersaing. Apalagi kalausampai dua, tiga, atau keempatnya variabelnya lemah.

b) Pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan bertujuanmenemukan teori-teori baru, menguji penelitian dan mengem-bangkan penelitian sebelumnya. Ada tiga kategori penelitianpengembangan ilmu ini:

(i) Penelitian yang tujuannya untuk penemuan

Penelitian ini bertujuan mencari teori-teori baru yang belumpernah ada.

(ii) Penelitian yang tujuannya pembuktian (verifikasi)

Penelitian yang bertujuan membuktikan keraguan atas temuanatau hasil penelitian sebelumnya.

86 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Rineka Cipta Jakarta, 2004, hal 220-222.

121

(iii) Penelitian yang tujuannya pengembangan

Penelitian yang bertujuan mengembangkan hasil penelitianterdahulu sehingga semakin maju.

Tujuan merupakan arah dan sasaran yang akan dicapai olehsuatu kegiatan. Analog dengan maksud tersebut maka penelitiansebagai sebuah kegiatan ilmiah juga mempunyai tujuannya sendiriyang harus dicapai oleh peneliti, yang harus dirumuskan denganjelas, tegas, dan sedapat mungkin terinci, karena tujuan penelitianitu pada hakikatnya merupakan jawaban dari masalah penelitian.Dalam perspektif ini maka tujuan penelitian itu meliputi hal-halberikut (Kasiram, 2008: 52):

a) Untuk menemukan dan mencari sesuatu yang lain dan aktual.b) Untuk mengembangkan/memperluas dan menggali lebih jauh

tentang apa yang ada.

c) Untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan apabila dirasamasih ada sesuatu yang masih diragukan.

d) Untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang yang telahditerima atau menolak serta mengubah dalil-dalil dengan suatuaplikasi baru dari aplikasi tersebut.

6. Jenis penelitianUntuk memahami penelitian secara menyeluruh maka perlu

diketahui terlebih dahulu jenis-jenis penelitian baik berdasarkan:tujuan, hubungan antar variabel, maupun jenis data lainnya.

a) Penelitian Terapan (Applied Research)

Penelitian Terapan merupakan penelitian yang dilakukanuntuk mendapatkan informasi guna memecahkan masalah secarapraktis. Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap suatufenomena yang terjadi dilapangan.Contoh: penelitian yangdilakukan untuk mengetahui alasan banyaknya nasabah bank yangmenutup rekeningnya disuatu Bank, setelah dilakukan penelitiandiketahui bahwa selama ini nasabah belum puas dengan pelayananBank tersebut. Berdasarkan hasil analisis tersebut, tentunyaidealnya ke depan Bank tersebut berusaha meningkatkanpelayanan kepada nasabah.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

122

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

b) Penelitian Murni (Pure Research)

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untukmengevaluasi atau mengembangkan sebuah teori. Penelitian inidilakukan karena peneliti tertarik untuk mengevaluasi ataumengembangkan temuan yang telah ada, penelitian murniberdasarkan latar belakangnya dapat dikelompokan menjadi:(i) Berlatar belakang gap research

Penelitian yang berlatar belakang gap research merupakanpenelitian yang dilakukan karena adanya perbedaan antaratemuan berdasarkan temuan sebelumnya. Contoh misalnyapenelitian yang dilakukan oleh Mauthinho dan Smith tahun2000 menyatakan bahwa faktorconvenience/access merupakanfaktor kunci dari service quality. Kemudian Fernando tahun 2004menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang berarti antarafaktor convenience/access terhadap kepuasan nasabah. Olehkarena itu penelitian empirik lebih lanjut perlu dilakukan untukmeneliti kontroversi ini.

Selain itu penelitian berlatar belakang gap research ini jugamerupakan penelitian yang dilakukan karena adanya perbe-daan antara teori dengan kenyataan. Contoh misalnya: Teoritingkat suku bunga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkatsuku bunga maka akan semakin banyak jumlah dana yangdisimpan (saving). Pada 1998 di Indonesia terjadi peningkatansuku bunga, tetapi dilain pihak terjadi juga penarikan simpanansecara besar-besaran. Atas dasar kenyataan ini maka penelitianempirik lebih lanjut perlu dilakukan untuk meneliti kontroversikegagalan teori tingkat suku bunga di Indonesia yang terjadipada tahun 1998 itu.

Masih menurut Suliyanto (2006), ada pula penelitian yangmenghubungkan antar variabel secara mandiri. Atas dasar inipenelitian juga dapat dikelompokan menurut hubungan antarvariabel yang terdiri dari:a) Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukanuntuk menganalisis satu atau lebih variabel tanpa membuatperbandingan atau menghubungkan antara variabel yang

123

satu dengan variabel yang lain. Bila menggunakan statistiksebagai alat analisis yang dipakai cukup menggunakananalisis statistik deskriptif (mean, standart deviasi, modus,dan range). Contoh misalnya:

(i) Penelitian untuk mengetahui tingkat penjualan setelahkrisis moneter.

(ii) Penelitian untuk mengetahi kinerja keuangan BankPemerintah.

(iii) Penelitian untuk mengetahui pelayanan Rumah SakitSwasta.

b) Penelitian komparatif

Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkansampel yang satu dengan sampel yang lain, baik sampelindependen (bebas) maupun sampel yang berpasangan. Penelitianyang membandingkan independen disebut penelitian komparatifsampel independen, sedangkan penelitian yang membandingkansampel yang berpasangan disebut penelitian komparatifberpasangan.

Contoh penelitian komparatif:(i) Penelitian untuk membandingkan kinerja keuangan Bank

Pemerintah dengan kinerja keuangan Bank Swasta.

(ii) Penelitian untuk membandingkan tingkat kepuasan pasienantara Rumah Sakit Pemerintah dengan Rumah Sakit Swasta.

Contoh penelitian komparatif sampel berpasangan:

(i) Penelitian untuk membandingkan antara penjualan sebelumkrisis moneter dan sesudah krisis moneter.

(ii) Penelitian untuk membandingkan karyawan yang sudah dilatihdengan yang belum dilatih.

c) Penelitian asosiatif

Penelitian asosiatif merupakan penelitian untuk mengetahuihubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitianyang hanya bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabeldisebut penelitian korelasional, sedangkan penelitian yang

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

124

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

bertujuan mengetahui pengaruh antar variabel disebut penelitiankausal.

Contoh penelitian korelasional:(i) Penelitian untuk mengetahui hubungan daya beli masyarakat

terhadap volume penjualan dimasa krisis moneter.

(ii) Penelitian untuk mengetahuihubungan antara jumlahpengunjung supermarket dengan omzet penjualan.

Contoh penelitian kausal

(i) Penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah nasabah padaBank Swasta.

(ii) Penelitian untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadapkepuasan pasien di Rumah Sakit Swasta

Data yang digunakan pada dalam penelitian dapat berupa datakualitatif, maupun data kuantitatif. Penelitian berdasarkan jenisdata yang digunakan ini dibagi menjadi:

a) Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif adalah penelitian yang didasarkan

pada data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka ataubilangan, tetapi berbentuk pernyataan-pernyataan ataukalimat.

Contoh penelitian kualitatif

(i) Penelitian tentang kesukaan konsumen akan warnakemasan rokok.

(ii) Penelitian tentang minat mahasiswa terhadap kegiatanekstra kurikuler.

b) Penelitian kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menguanakandata kuantitatif yaitu data yang berupa angka atau bilangan.Contoh penelitian kuantitatif

(i) Penelitian untuk mengetahui laju pertumbuhan pendudukdi Pedesaan Provinsi Kalimantan Selatan selama 10 tahun(2005 – 2015).

125

(ii) Penelitian untuk mengetahui laju pertumbuhan industri dikota Banjarmasin selama 5 tahun (2011 – 2015).

c) Penelitian gabungan (kombinasi)

Penelitian gabungan adalah penelitian menggunakan datakualitatif dan data kuantitatif.Penelitian kombinasi inimaksudnya untuk mempertajam analisis, biasanya analisiskuantitatif dilengkapi dengan analisis kualitatif.

Contoh penelitian ini misalnya untuk mengetahuipengaruh promosi terhadap volume penjualan. Setelahdianalisis diketahui hasilnya secara kuantitatif semakin besarpromosi yang dilakukan volume penjualannya semakinmenurun, Kenyataan ini kemudian dianalisis secara kualitatif,ternyata penurunan itu misalnya disebabkan oleh krisismoneter dan perubahan selera konsumen.

Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian

126

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

127

BAB VIDESAIN PENELITIAN KUANTITATIF

1. Latar belakang masalahDalam menyusun desain penelitian kuantitatif, langkah pertama

yang dilakukan adalah menjelaskan apa yang melatarbelakangimasalah penelitian itu. Latar belakang masalah biasanya berisi uraiantentang keadaan umum dan kondisi yang berkaitan dengan masalah,dan alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalahitu harus didukung oleh fakta empiris, sehingga menjadi jelas adamasalahnya dan perlu diteliti.

Teknis penulisannya dapat dimulai dengan uraian kontekspermasalahan yang lebih luas, misalnya tentang kebijakan suatu pro-gram, tata laksana suatu program, karakteristik masyarakat penerimaprogram, serta data yang dapat dikemukakan sebagai titik awalpemikiran yang mengarahkan peneliti pada suatu permasalahan yanglebih spesifik. Untuk memudahkan memahami disini diberi gambaranmisalnya, dari sudut pandang ekonomi atau bisnis, masalah penelitiandapat diangkat dari masalah yang ada pada perusahaan atau masalahyang ada pada konsumen. Jadi apa saja masalah yang ada padaperusahaan dapat diangkat menjadi permasalahan penelitian, begitupula apa saja masalah yang ada konsumen dapat diangkat menjadimasalah penelitian.

Selain itu satu hal pula yang harus disadari bahwa pada hakikatnyasuatu masalah tidak pernah berdiri sendiri.Selalu terdapat berbagaifaktor yang ikut berperan dan merupakan latar belakang dari suatumasalah, diantaranya faktor sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,

128

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

lingkungan, ciri-ciri karakteristik orang per orang, serta kebijakan padasuatu program.87

Latar belakang masalah dalam rancangan penelitian, sebenarnyahendak menjawab pertanyaan mengapa masalah tersebut yang dipilihuntuk diteliti atau menjadi pokok persoalan. Menjawab pertanyaanmengapa ini, pada dasarnya menuntut suatu penjelasan yang logisdan historis mengenai keberadaan masalah tersebut dalam masyarakatatau lingkungan sosial tertentu yang akan menjadi setting penelitian.Dalam rangka ini maka uraian-uraian yang harus dikemukakan adalahmengenai kondisi umum atau kecenderungan-kecenderungan umumdari permasalahan yang sedang dibicarakan, dengan kata lain penelitimencoba mendeskripsikan secara logis dan meyakinkan ditingkatpermukaan fakta-fakta awal yang diketahui, didengar, dilihat, ataudibaca.88

Fakta-fakta itu dalam pengamatan peneliti mengandungkeunikan-keunikan tertentu yang menarik dan penting untuk diangkatsebagai sasaran pokok penelitian, dengan pertanyaan pokok misalnya,apa dan mengapa masalah itu bisa terjadi dalam konteks sosial yangbersangkutan, sehingga hal itu menjadi alasan penjelas yang kuatmengapa pokok masalah itu yang diteliti. Dengan demikian, latarbelakang masalah dalam rancangan penelitian ilmu-ilmu sosial tidaklazim berangkat dari uraian atau penjelasan-penjelasan normatif, yangsecara ideal sudah baik dan tidak mengandung misteri, sehinggakurang menantang untuk dipersoalkan, dilihat dari sisi ilmupengetahuan.

Dalam konteks permasalahan yang menjadi fokus penelitiandalam latar belakang masalah penelitian ilmu-ilmu sosial, menurutKasiram (2010) tidak disarankan berangkat dari Peraturan Perundang-undangan, atau apa yang menurut kata Kitab suci, dan berbagaiketerangan semacam lainnya, akan tetapi harus berangkat dari apayang terjadi, yang bergejolak, mengedepan sebagai fenomena, danyang hangat dibicarakan dalam kenyataan empirik dimasyarakat. Selain

87 Supriyanto dan Djohan, Metodologi Riset Bisnis dan Kesehatan, Grafika wangiKalimantan Banjarmasin, 2011, 32.

88 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, UIN MALIKI PRESSMalang, 2010, hal 218.

129

mendeskripsikan kecendrungan umum atau aspek fakta tersebut,maka perlu pula diiringi dengan penjelasan lain, yaitu menyebutkansejumlah penelitian terdahulu sejauh yang dapat diakses oleh penelitimeskipun tidak sampai menjelaskan temuan dan hasil-hasil penelitianitu, atau paling tidak sampai pada menyebutkan aspek penelitian yangmenjadi fokus penelitiannya.

Penyebutan dan penjelasan ringkas tentang penelitian-penelitianterdahulu ini dimaksudkan disamping mengisyaratkan keluasanwawasan peneliti mengenai permasalahan yang diangkat kepenelitian,juga lebih dari itu sejak awal peneliti menunjukan arah tentang letakdan posisi penelitiannya ditengah penelitian-penelitian terdahuludengan segala perbedaannya, baik pada variabel-variabel yang diteliti,maupun metode dan teknik analisis data, dan dimana gap research(celah atau pintu masuk ke penelitian) yang dipilihnya, sehingga iaterhindar dari duplikasi dengan penelitian-penelitian terdahulu atauyang sudah dilakukan oleh orang lain sebelumnya.

Fungsi utama dari pembahasan latar belakang masalah ini selainmemberikan keyakinan bahwa masalah tersebut memang penting danlayak untuk diteliti, juga berfungsi untuk untuk membedah fenomenayang mengandung masalah tersebut, agar peneliti dapat memilihmetode penelitian yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkansecara ilmiah. Penggunaan teori baik dalam pengungkapan latarbelakang masalah maupun dalam bab kajian teori, pada umumnyabelum mampu membedah fenomena, akan tetapi masih pada tarafmenjelaskan fenomena yang didalamnya ada yang akan diteliti, pem-bedahan fenomena melalui teori sangat penting untuk menentukanmetode penelitian yang akan digunakan secara tepat.

Untuk mencapai maksud tersebut, maka fenomena yang terjadiyaitu: situasi, kejadian, peristiwa, fakta-fakta sosial, dan sebagainyayang menjadi titik perhatian peneliti tidak dibiarkan terpampangbegitu saja sebagai sajian deskriptif, akan tetapi harus dibedah dandianalisis dengan sudut pandang teoritik tertentu (teori yangdigunakan), sehingga peneliti bisa menjelaskan mengapa fenomenaitu terjadi. Suatu fenomena bisa dibedah dari berbagai sudut pandangteoritik yang berbeda, apakah itu pendidikan, ekonomi, politik, hukum,budaya, psikologi, sosiologi, agama dan sebagainya sesuai denganminat dan latar belakang peneliti.

Desain Penelitian Kuantitatif

130

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Teori ilmu apapun dapat digunakan untuk membedah danmenganalisis suatu fenomena, sepanjang teori itu mempunyai objekmateriil yang sama. Misalnya teori-teori sosial digunakan untukmembedah dan menganalisis fenomena sosial, teori eksakta digunakanuntuk membedah dan menganalisis fenomena eksakta. Dengan katalain bila fenomena sosial yang akan diteliti, maka teori yang akandigunakan untuk membedah dan menganalisisnya juga harus teoriilmu sosial. Demikian juga dengan fenomena hukum, maka teori yangdigunakan untuk membedah dan menganalisisnya harus meng-gunakan teori hukum.

Setiap teori mempunyai empat komponen pokok, yaitu:proposisi,klasifikasi, konsep, dan variabel. Keempat komponen tersebut terkaitsebagai suatu sistem dari teori tersebut yang tidak dapat dipisahkansatu sama lain.89

a) Proposisi

Proposisi adalah pernyataan mengenai hubungan satu ataulebih konsep, khususnya hubungan antara variabel-variabel. Dalampernyataan-pernyataan seperti itu peneliti berada pada pada awalsuatu usaha secara tentatif unuk mencoba menjawab pertanyaanmengapa (why).Untuk menjawab pertanyaan mengapa ini diakuimemang cukup sulit, sebab suatu gejala sosial terjadi dengan sebabyang sangat komplek, bukan hanya dari suatu sebab, tetapimungkin banyak sebab yang menyebabkan terjadinya. Peneliti yangcermat harus lebih dahulu mengidentifikasi sebab-sebab yangmenjadikan terjadinya gejala tersebu, dengan bukti empirik dila-pangan dengan menggunakan seperangkat instrumen pengum-pulan data.

Setiap fenomena yang terjadi adalah produk dari suatu prosesyang disebabkan oleh berbagai faktor sebab dan makna sebabdisini bisa diartikan: korelasi, pengaruh, rangsangan, dansemacamnya. Proposisi dapat dirumuskan dalam dua bentuk yaituhipotesis dan tesis. Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskandengan jalan menghubungkan dua atau lebih variabel atau konsepsecara logis, sehingga dapat dijadikan kesimpulan sementara.

89 Moh Kasiram, Ibid, hal 221.

131

Sedangkan tesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan jalanmenghubungkan beberapa variabel atau konsep secara logis yangdihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Ada dua tipe proposisi yaitu:(i) Proposisi yang disebut aksioma, postulat, atau dalil atau hukum,

yaitu proposisi yang sudah dianggap benar secara umum,sehingga tidak perlu diteliti lagi, dan ini biasanya digunakanuntuk pedoman berpikir deduksi.

(ii) Proposisi yang disebut teorem yaitu proposisi yang dibangunberdasarkan aksioma, postulat, atau dalil, yang kebenarannyamasih harus diteliti dan diuji dengan adat empiris. Teorem pal-ing banyak ditemukan dalam penelitian ilmu sosial.90 (Kasiram,2010: 222)

Dengan menganalisis proposisi ini peneliti akan dapatmengenali pola pikir yang digunakan dalam teori tersebut.Berangkat dari sinilah peneliti bisa menentukan strategi penelitianyang akan digunakan, biasanya bila peneliti mengacu padaproposisi, maka strategi yang dipilihnya berkisar pada: korelasi,kausal, atau komparatif, sesuai dengan pola pikir dari rumusanproposisi tersebut. Contoh misalnya bila proposisi mengatakanbahwa ada hubungan antara X dan Y, maka pola pikirnya adalahpola pikir korelasi, dan strategi yang cocok dalam melakukanpenelitiannya juga adalah desain korelasi.

Bila dalam teori tersebut tidak mengemukakan proposisi se-cara tegas, akan tetapi hanya berupa uraian bagaimana suatu pro-ses terjadinya suatu teori, maka secara simultan berbagai variabelterlibat didalamnya, maka pola pikir seperti adalah pola pikirdeskriptif, dan strategi penelitian yang tepat untuk kasus ini adalahstrategi diskriptif, dan desain penelitiannya adalah desainpenelitian deskriptif.

b) Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan gejala atau faktaberdasarkan konsep atau variabel dengan kategori-kategori yang

90 Moh Kasiram, Ibid, hal 222.

Desain Penelitian Kuantitatif

132

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

ditunjuk oleh konsep atau variabel itu. Variabel yang terdapatdalam sistem klasifikasi berbeda menurut apakah variabel itumemperlihatkan kategori-kategori yang bersifat diskrit atau bersifatkontinum.91

Kategori yang bersifat diskrit mengandung arti bahwaperbedaan itu harus secara tegas dan tidak bisa dicampur.Sedangkan kategori yang bersifat kontinum adalah kategori yangmenggambarkan urutan jenjang atau kelanjutan seperti tinggibadan, solidaritas dan sebagainya. Syarat klasifikasi yang baikmengandung mutual eksklusif dan tuntas, mutual eksklusif artinyatiap gejalanya bisa masuk ke satu kategori saja, tuntas artinyakategori itu harus mencakup semua kasus yang sedang diteliti.

Dalam perspektif yang lebih luas klasifikasi juga bisa dilihatsebagai variabel, karena didalamnya mengandung beberapa aspekyang menyusun klasifikasi itu. Klasifikasi ini dapat dianalisis denganmenghubungkan satu klasifikasi dengan klasifikasi yang lain, disiniakan dapat kita temukan juga bentuk proposisi, baik hipotesismaupun tesis.

Dari proposisi itu kita akan mengenali pola pikir yangdigunakan dalam teori, dan dengan mengetahui pola pikir ini kitadapat menetapkan strategi penelitian yang akan kita lakukan.Bilapeneliti tidak bermaksud atau tidak ingin menghubungkan antarklasifikasi itu, tetapi hanya ingin lebih praktis seperti hanya inginmenjelaskan atau melukiskannya saja apa adanya dari masing-masing klasifikasi itu, maka pola pikir yang digunakan adalah polapikir deskriptif. Dengan demikian berarti strategi penelitiannyaadalah strategi deskriptif, dan desain penelitian yang disusun jugaadalah desain penelitian deskrptif.

c) Konsep

Konsep adalah nama yang digunakan untuk menunjuk gejalaatau sekelompok gejala dan mengklasifikasi penyerapan danpengalaman. Disini kita menghubungkan suatu nama dengan suatubenda atau pengalaman, atau kejadian merupakan langkah pentinguntuk menganalisis dan memahami fenomena yang terjadi. Konsep

91 Moh Kasiram, Ibid, hal 223.

133

merupakan abstraksi dari sekelompok gejala dan memungkinkanuntuk membuat generalisasi dari gejala-gejala yang mempunyaiciri-ciri khusus dan diberi nama tertentu.92

Dengan menyebut konsep itu orang akan bisa mengertitentang apa (sekelompok gejala) yang dimaksud, seperti namabenda: meja, kursi, buku, atau sebutan bukan benda sepertikecerdasan, kenakalan bagi remaja, atau kearifan orang tua, dansebagainya. Konsep juga dibedakan menjadi:(i) Konsep yang observable, yaitu konsep yang ciri-cirinya langsung

dapat diamati dengan indera penglihatan kita seperti: benda-benda disekitar kita (meja, kursi, gedung, manusia, binatangdan sebagainya).

(ii) Konsep yang konstruk, yaitu konsep yang ciri-cirinya tidak dapatlangsung diamati, karena konsep tersebut menunjuk padahakikat atau proses, tetapi eksistensinya dapat diamati dengantidak langsung (melalui alat atau cara tertentu), sepertimisalnya bagaimana kita bisa memahami: kecerdasan, kearifan,kenakalan remaja, dan lain sebagainya.

Sebagaimana halnya dengan klasifikasi, konsep ini juga bisadianggap sebagai variabel, dimana dalam setiap konsep mem-punyai beberapa aspek yang menyusun konsep tersebut. Demikianpula dengan menganalisisnya, bisa kita lakukan dengan meng-hubungkan antar konsep yang satu dengan yang lain, sehinggamembentuk proposisi. Dengan mengetahui proposisi, maka bisadikenali pola pikir yang digunakan, dan setelah itu dapat puladitentukan strategi penelitian yang akan digunakan.

Meskipun demikian idealnya, peneliti juga bisa hanyamenjelaskan atau melukiskan saja masing-masing konsep apaadanya (pada level yang sederhana). Bila demikian keputusan yangdiambil peneliti, maka berarti pola pikir yang digunakan adalahpola pikir deskriptif, strategi yang dipilih juga adalah strategideskriptif dan desain penelitiannya juga adalah desain penelitiandeskriptif.

92 Moh Kasiran, Ibid, hal 224.

Desain Penelitian Kuantitatif

134

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

d) Variabel

Variabel adalah variasi dalam tiap komponen teori. Proposisimempunyai variabel yaitu hipotesis dan tesis. Klasifikasi mem-punyai variabel yaitu klasifikasi diskrit dan klasifikasi kontinum,konsep mempunyai variabel yaitu konsep yang observable dankonsep yang konstruk.Variabel juga bervariasi, ada variabeldependen, variabel independen, variabel intervening, variabelmoderator, dan sebagainya.93

Peneliti itu bekerja pada tataran teoritis dan empiris. Padatataran teoritis peneliti mengidentifikasi konstruk-konstruk sertahubungannya dengan proposisi dan teori. Pada tataran ini konstrukitu tidak dapat diamati karena belum ada nilainya Kemudian padatataran empiris peneliti mengidentifikasi, mengklasifikasi, danmengoperasionalkan variabel-variabel, termasuk menemukanhubungan-hubungan antar variabel, pada tataran ini pengamatansudah dapat dilakukan karena variabel sudah mengandung nilai.94

Nilai yang diberikan pada variabel bergantung pada gejalasosial yang kita hadapi. Bila gejala sosial itu berupa gejala nomi-nal, maka nilai variabelnya berupa penggolongan-penggolongansecara terpisah (deskrit). Misalnya jenis kelamin dimensinya hanyasebatas laki-laki dan perempuan. Jika gejala sosial berupa gejalakontinum (kontinuitas) variabelnya mempunyai variasi yangbertingkat dan kontinuitas, kontinuitas dapat pula dibagi-bagimenjadi besarnya derajat, misalnya rendah, sedang, dan tinggi.

Variabel-variabel dimaksud sesungguhnya telah dinyatakansecara eksplisit pada masalah penelitian, dan dipertegas lagi padarumusan hipotesis. Pernyataan hipotesis itu tidak hanyamengandung variabel-variabel yang terlibat, tetapi juga hubunganantara satu variabel dengan variabel lainnya yang sudah diprediksi,apakah hubungan itu berupa hubungan korelasional atau hubungnkausalitas. Bahkan peneliti juga dapat menentukan nilai-nilai yangterkandung dalam variabel itu (deskrit atau kontinu). Dengandemikian maka peneliti benar-benar dapat menjadikan variabel

93 Moh Kasiram, Ibid, hal 225.94 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta, 2011. hal

49.

135

itu benar-benar memiliki makna yang strategis dalam penelitianyang dilakukannya. Dengan kata lain sebuah penelitian tidak akandapat diselesaikan dengan baik tanpa mengenali variabel-variabelnya secara komprehensif.

Seperti kita ketahui peristiwa atau kejadian yang dapatditangkap oleh indera manusia, itu kita sebut dengan istilahfenomena. Fenomena itu kemudian kita urai menjadi konsep danatau konstruk, kemudian kita beri nama menjadi variabel. Variabelitu kemudian kita beri nilai. Semua rentetan itu dapat dijelaskansecara ilmiah melalui suatu proses yang kita sebut penelitian.Selanjutnya variabel itu dapat kita bagi (golongkan) mejadi: (i)variabel terikat (dependent variable) danvariabel bebas (indepen-dent variable), (ii) variabel moderator (moderating variable), (iii)variabel antara (interveining variable), (iv) variabel laten dan mani-fest, (v) variabel indogen dan eksogen.

2. Merumuskan masalah dan ruang lingkup penelitianSetelah fenomena berhasil dibedah dan diidentifikasi komponen-

komponen teori yang terkait, langkah selanjutnya adalah merumuskanmasalah dan ruang lingkup penelitian yang hendak dilakukan, sehinggapeneliti tidak terseret kedalam lautan persoalan atau bidang-bidangtelaah yang begitu luas. Hal ini perlu secara sungguh-sungguhdilakukan, karena bila tidak atau kurang mendapat perhatian, bisasaja seorang peneliti yang sedang bersemangat sekali, secara tidakdisadari justru berhadapan dengan serentetan kesukaran, karenabatasan dan ruang lingkup permasalahan penelitiannya belumdibatasi.95

Setelah menemukan masalah-masalah yang bisa dijadikan objekpenelitian, langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah memilihdan merumuskan salah satu dari masalah-masalah yang ditemukanitu menjadi masalah penelitian. Masalah penelitian yang dirumuskanitu harus fokus dan jelas ruang lingkupnya. Hal itu dapat dilakukanpeneliti dengan membedah permasalahan itu dengan memunculkanvariabel-variabel yang melingkupi. Hal ini perlu dilakukan oleh peneliti

95 Moh Kasiram, Loc Cit, hal 230.

Desain Penelitian Kuantitatif

136

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

agar peneliti tidak terjebak dalam kubangan masalah yang amat luassehingga menyulitkan dalam pembahasannya.

3. Merumuskan pertanyaan penelitianSetelah masalah dipilih dengan menggunakan pertimbangan yang

rasional, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang dipilihtersebut dalam bentuk “pertanyaan penelitian”. Rumusan masalahyang disimpulkan dalam pertanyaan penelitian ini memegang perankunci dalam proses penelitian, karena sederhana atau rumitnya pelak-sanaan penelitian sangat ditentukan oleh sederhana atau rumitnyarumusan masalah yang tersimpul dalam pertanyaan penelitian. Olehkarena itu masalah yang dirumuskan itu disamping harus benar jugaharus memenuhi standar sebuah pertanyaan keilmuan, sehinggapenting untuk dijawab melalui penelitian. Pada dasarnya tidak adastandar baku untuk merumuskan masalah penelitian kedalam bentukpertanyaan penelitian,namun untuk memudahkan merumuskan dapatmenggunakan beberapa pedoman berikut ini.96 Masalah penelitianharus dirumuskan dengan kalimat bertanya, yang bisa dimulai dengankata-kata: apakah, bagaimana, sejauhmana, dan sebagainya, misalnya:

(i) Sejauhmana pengaruh motivasi dan kemampuan karyawanterhadap kinerja karyawan?

(ii) Bagaimana hubungan antara partisipasi karyawan dengan strukturorganisasi perusahaan?

(iii) Apakah ada perbedaan kinerja karyawan yang bertugas dibidangadministrasi dengan yang bertugas dibidang produksi?

(iv) Sejauhmana pengaruh jumlah penduduk danpendapatan perkapitaterhadap perubahan struktur ekonomi di Indonesia?

(v) Apakah ada pengaruh ekspor nonmigas dan investasi sektor publikterhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

a) Masalah harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga seseorangdapat memberikan jawaban secara tepat terhadap pertanyaanpenelitian yang diajukan dan secara jelas memberikan arahterhadap fakta-fakta yang harus dipilih untuk menjawab

96 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 27.

137

pertanyaan tersebut. Contoh misalnya perumusan masalah padahuruf (i) diatas.Seseorang akan akan jelas mengetahui jawabanterhadap pertanyaan itu karena diarahkan pada fakta yang harusdikumpulkan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Fakta-faktatersebut berkenaan dengan tingkat motivasi, tingkat kemampuan,dan menghasilkan kinerja.

b) Masalah harus dirumuskan secara spesifik, sehingga jawabannyapun spesifik pula. Dalam hal ini peneliti tidak boleh merumuskanmasalah yang dengan rumusan itu memberikan kemungkinanberbagai macam jawaban yang semuanya memenuhisyarat,misalnya:Apakah produktivitasnya terlalu rendah?Pertanyaan tersebut tergolong tidak jelas walaupun sepintaskelihatan benar. Produktivtas yang dimaksud disini produktivitasyang mana?Produktivitas tersebut apakan produktivitasperusahaan atau produktivitas karyawannya.Jika produktivitasperusahaan, yang dimaksud perusahaan yang mana? jikaproduktivitas yang dimaksud karyawan, maka yang dimaksud itukaryawan yang mana? Kemudian bisa pula dipertanyakan seberapayang dikatakan terlalu rendah itu? Jadi sebuah pertanyaan yangtidak spesifik menghasilkan jawaban yang tidak spesifik pula, halini harus dihindari dalam menyusun pertanyaan penelitian.

c) Masalah penelitian harus dirumuskan sedemikian rupa, sehinggajawabannya dapat diuji oleh orang lain. Jadi dalam hal ini apabilapertanyaan masalah penelitian itu diajukan, siapapun yangberminat akan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

d) Rumusan masalah penelitian harus mengandung definisi variabeldan unsur pengukurannya. Jika syarat ini tidak dipenuhi makapertanyaan penelitian itu akan mengandung dua kelemahan: (i)tanpa ada definisi dan ukuran maka orang lain tidak dapat mengujihasilnya.(ii) Ilmu pengetahuan tidak membenarkan definisi danpengukuran secara subjektif. Definisi dan pengukuran haruslahobjektif, sehingga setiap ilmuan yang mengunakannya dalamhubungan dengan masalah yang sama dapat menjawab yangserupa pula, misalnya rumusan masalahnya yang dibuat dalambentuk pertanyaan penelitian:

Desain Penelitian Kuantitatif

138

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(i) “ Sejauhmana pengaruh jumlah penduduk dan pendapatanperkapita terhadap perubahan struktur ekonomi diIndonesia?”.Dalam rumusan masalah ini: variabel penduduk,variabel pendapatan perkapita, dan variabel perubahan strukturekonomi, secara operasional masing-masing dapatdidefinisikan dan diukur.

(ii) “ Apakah pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuanekonomi seseorang ?”.Dalam rumusan masalah ini: variabel pendidikan, dan variabelpertumbuhan ekonomi secara operasional dapat didefinisikandan dapat diukur.

(iii) “Apakah ada korelasi antara upaya seseorang meningkatkan

pendidikannya dengan kesejahteraan yang diharapakannya ?”.

Dalam rumusan masalah ini: variabel meningkatkan pendidikan,dan variabel kesejahteraan yang diharapkan secara operasionaldapat didefinisikan dan dapat diukur.

4. Kriteria permasalahan penelitianKriteria permasalahan penelitian sangat berkaitan dengan karak-

teristik permasalahan penelitian. Kuncoro (2003) dalam Muhammad(2008) menyebutkan karakteristik permasalahan penlitian ituditentukan oleh empat hal berikut ini:97

a) Permasalahan penelitiaan harus dapat diselidiki melaluipengumpulan dan analisis data.

b) Permasalahan penelitian memiliki arti penting baik dari latarbelakang teori maupun praktik.

c) Peneliti mempunyai sumber daya yang diperlukan oleh penelitianitu.

d) Peneliti telah mempertimbangkan keadaan waktu, dana, danberbagai kendala yang akan timbul dalam pelaksanaan penelitianyang akan dilakukannya.

97 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Rajawali Press Jakarta, 2008,hal 57 , Dikutip dari Koencoro, 2003.

139

Selanjutnya permasalahan penelitian itu dikatakan baik apabilamemenuhi kriteria berikut ini:

(i) Rumusan masalahnya singkat, jelas ruang lingkup dan batasannya,baik batasan masalah maupun istilah yang digunakan.

(ii) Rumusannya mendiskripsikan dan/atau menghubungkan beberapaubahan.

(iii) Rumusan masalah penelitiannya “researchable” dan manageble”.

(iv) Rumusan masalahnya signifikan untuk diteliti, artinya masalahpenelitian tersebut memiliki: ketepatan waktu, menjawab masalahpraktis, menyangkut populasi yang luas, kritis atau berpengaruhdalam masyarakat, menjembatani penelitian masa lalu dan masadepan, ada kemungkinan untuk digeneralisasi baik prinsip ataupuntemuannya,mempertajam definisi konsep yang ada, dan mem-punyai implikasi yang luas.

(v) Untuk penelitian reflikasi, sebaiknya menghindari repetisi dan/atauduplikasi murni.

Kemudian dalam menyusun rumusan masalah seorang penelitiharus menghindari kesalahan perumusannya. Secara umum penelitisering mengalami dan melakukan kesalahan dalam perumusanmasalah penelitiannya, seperti misalnya:a) Penentuan tujuan terlalu umum dan ambigius.

b) Penentuan permasalahan tanpa didasari kajian literatur danpenelitian terdahulu.

c) Permasalahannya bersifat ad hoc sehingga tidak memungkinkanuntuk digeneralisasi atau ada tindak lanjutnya.

d) Ada kalanya juga ruang lingkup dan kedalaman permasalahannyajauh diluar jangkauan peneliti.

e) Permasalahan yang dipilih tidak dapat dipecahkan melaluipenelitian karena didalam rumusannya tidak jelas apa yangdijadikan variabelnya.

Perumusan permasalahan penelitian seperti ini hendaknyadihindari oleh seorang peneliti, karena bukan saja menyulitkan diasendiri untuk melaksanakan penelitian, tetapi juga dapat menyulitkan

Desain Penelitian Kuantitatif

140

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

orang lain yang turut mempelajari hasil penelitiannya, sehingga bisamenyebabkan hasil penelitian tidak aplicable (tidak bisa diterapkan).

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, masih ada beberapa halyang perlu dipertimbangkan dalam menentukan permasalahanpenelitian.Permasalahan penelitian itu tidak dibuat begitu saja, tetapiharus dilakukan melalu identifikasi yang cermat. Melakukan identifikasiyang cermat hanya bisa dilakukan oleh peneliti bila peneliti memilikipengetahun tentang masalah yang akan diteliti, wawasan yang cukupsesuai perkembangan dibidang ilmu pengetahuan yang ada kaitannyadengan permasalahan yang akan diteliti, dan kemampuan mengem-bangkan kreatifitas.

Masalah-masalah yang teridentifikasi dari hasil penelaahan, tentutidak semua dapat dijadikan permasalahan penelitian. Masalah-masa-lah yang dapat dijadikan permasalahan penelitian sangat tergantungpada beberapa pertimbangan berikut ini:98

a) Kegunaan penelitian

b) Prioritas

c) Kendala waktu dan danad) Seleksi masalah

e) Kemampuan peneliti.

Mahasiswa dan calon peneliti kadang-kadang masih mengalamikesulitan dalam merumuskan masalah penelitian. Meski demikian yangsering terjadi, namun manusia tetap memiliki sifat ingin tahu terhadapsesuatu yang menjadi perhatiannya. Begitu juga halnya denganpermasalahan penelitian ini, disinilah keunggulan makhluk yangbernama manusia itu, dengan sifat ingin tahunya itu ia terus berusahamenemukan jawaban terhadap masalah yang belum diketahuinya.

Salah satu cara untuk mengetahui tentang apa yang menjadimasalah itu, bagaimana terjadinya masalah itu, mengapa masalah ituterjadi, bagaimana mengurai dan memecahkan masalah itu dapatdilakukannya melalui penelitian. Dengan demikian dapat dikatakanpenelitian itu adalah jalan yang dapat ditempuh oleh seorang penelitiuntuk menemukan jawaban terhadap masalah: apa yang terjadi,

98 Muhammad, Ibid, hal 30. dikutip dari Kuncoro 2003.

141

mengapa terjadi, bagaimana terjadinya, apa yang meyebabkanterjadinya, dan bagaimana menyelesaikan masalah itu.

Oleh karena itu agar masalah penelitian yang akan dijawab ataudipecahkannya itu dapat dijawabnya secara memadai, maka ketika iamerumuskan masalahnya, harus memperhatikan hala-hal berikut ini:a) Masalah harus dirumuskan secara operasional.

b) Masalah harus singkat, jelas, serta hanya memuat satu masalah.

c) Masalah itu memungkinkan untuk diteliti.

d) Masalah tersebut memiliki data pendukung.e) Masalah harus memiliki makna untuk diteliti

f) Masalahharus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang dapatmembangkitkan perhatian untuk diteliti.99

Kemudian dalam perspektif lain menurut Azis SR (1998) dalamKasiram (2010: 232), dalam memilih dan menyeleksi masalah yanghendak dijadikan masalah penelitian perlu mempertimbangkanpertanyaan-pertanyaan berikut ini:

a) Apakah fenomena yang akan diteliti mengisyaratkan munculnyanilai temuan yang berarti dan bermanfaat, baik bagi pengemba-ngan ilmu pengetahuan yang relevan dengan masalah penelitian,maupun bagi kepentingan masyarakat dalam arti luas.

b) Apakah fenomena yang dilihat oleh peneliti adalah subuah masalahyang riil dan benar-benar ada dalam kehidupan masyarakat.Artinyabukan sesuatu yang hanya direkayasa oleh peneliti dan kemudiandipaksakan sebagai permasalahan dalam penelitian.

c) Apakah fenomena itu merupakan fenomena yang baru dan riilmuncul ditengah-tengah masyarakatatau sekedar pengulanganmasalah dimasa lalu.

d) Apakah terhadap masalah itu ada kemungkinan tersedia referensiteoritis yang dapat digunakan sebagai perspektif untuk memahamidan menjelaskannya.

e) Apakah fenomena sosial itu, dapat memberi gambaran tentangwaktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian.

99 Muhammad, Ibid, hal 60-61.

Desain Penelitian Kuantitatif

142

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

f) Apakah masalah yang dimunculkan dari fenomena itu tidakbertentangan dengan etika dan moral masyarakat.

g) Apakah masalah yang dimunculkan dari fenomena itu menarik dandiminati oleh peneliti.

h) Apakah masalah yang akan diteliti relevan dengan bidang dsiplinilmu peneliti.

i) Apakah ada akses bagi peneliti dalam upaya pencarian ataupengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian.

Perlu pula diketahui bahwa masalah penelitian kuantitatif yangtelah dirumuskan karena sifat aslinya menjadi sangat rumit dan sulitdiubah. Mengubah perumusan masalah bisa jadi juga harus merubahteori yang akan digunakan dan diuji dilapangan.Jadi berbeda sekalidengan penelitian kuantitatif,dimana kemungkinan berubah itu besarsekali, karena perumusan masalah dalam penelitian kuantitatif lebihlentur dan lebih mengikuti kondisi di lapangan.Inilah bedanya antarapermasalahan dalam penelitian kuantitatif yang rumit dan per-masalahan dalam penelitian kuantitatif yang lentur.

5. Tujuan penelitianSalah satu substansi yang selalu dibahas dalam desain penelitian

adalah tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah sesuatu yangpenting sekali, yang harus dirumuskan dengan jelas dan tegas dandinyatakan secara eksplisit.Tujuan penelitian ini berjalin berkelindandengan judul penelitian, perumusan masalah, pembahasan hasilpenelitian dan kesimpulan, dalam praktik penulisan laporan penelitiankelima subtansi ini ada dalam garis paralel, jadi lima substansi ini salingmerajut dan berkaitan secara logis.

Beberapa pakar penelitian menempatkan tujuan penelitian danjuga hipotesis penelitian sesudah tinjauan pustaka, dengan asumsipeneliti sudah atau lebih memahami permasalahan penelitian, tujuanpenelitian dapat dikelompokan atas dasar:100

a) Pernyataan permasalahan (rumusan masalah) yang dikemukakan

b) Pemanfaatan hasil penelitian

100 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, 45-46.

143

c) Sejauhmana analisis atau penyajian analisis hasil penelitian yangdisajikan.

Selain itu ada pula yang membagi tujuan penelitian menjadi:

a) Eksplorasi (penjajakan)

b) Deskriptifc) Asosiasi, korelasi, dan sebab akibat

d) Inferensi atau generalisasi

Dan sering pula ditemui dalam buku-buku penelitian, tujuanpenelitian itu umumnya dibedakan atas:

a) Tujuan umum

b) Tujuan khuusus

Ad. a) Tujuan umum

Tujuan umum merupakan pernyataan umum tentang kegiatanyang akan dilaksanakan dan hasil yang akan diharapkan dari suatupenelitian. Tujuan umum diharapkan memberikan sumbanganpemikiran terhadap masalah (problem statement) yang diteliti.Pernyataan tujuan umum hendaknya mengacu pada tujuan penelitianmeskipun tidak harus identik, tujuan umum sebaiknya merupakan satupernyataan.

Ad. b) Tujuan khususTujuan khusus merupakan penjabaran dan pentahapan dari

tujuan umum. Tujuan khusus berisi pernyataan-pernyataan tentangvariabel-variabel yang akan diukur dan diuji untuk menunjangpernyataan yang telah dinyatakan dalam tujuan umum. Didalam tujuankhusus ini peneliti perlu menggunakan istilah: mengidentifikasi,menilai, menganalisis, membandingkan, mempelajari, mengukur,melaksanakan, atau melakukan evaluasi. Istilah yang dipilih ditentukandengan level dari kemampuan berpikir atau taksonomi kedalamanberpikir, dalam perspektif yang lain, tujuan penelitian adalah sebagaiberikut:

Desain Penelitian Kuantitatif

144

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Memecahkan masalah

Tujuan penelitian yang umum adalah untuk memecahkanmasalah yang dihadapi, misalnya masalah dalam bidang bisnis.Persaingan bisnis semakin lama semakin ketat, sehingga perma-salahan bisnis pun juga semakin kompleks. Permasalahan-perma-salahan tersebut perlu dipecahkan dengan melakukan penelitiansehingga keputusan yang diambil akan tepat.101

b) Pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan bertujuanuntuk menemukan teori-teori baru, menguji teori-teori yang sudahada atau mengembangkan hasil penelitian terdahulu untukmenguji konsistensinya dalam kondisi kekinian. Dengan demikianpenelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan inimempunyai tujuan:

(i) Penemuan, atau penelitian untuk mencari teori-teori baru yangsebelumnya belum pernah ada.

(ii) Pembuktian (verifikasi), penelitian yang bertujuan membuk-tikan keraguan atas temuan atau hasil penelitian sebelumnya.

(iii) Pengembangan, penelitian yang bertujuan mengembangkanhasil penelitian atau teori sebelumnya yang telah ada, sehinggasemakin maju.

Dalam perspektif yang lain pengembangan ilmu pengetahuanantara lain untuk:102

(i) Untuk memahami, mendapatkan penjelasan (to explain),meramalkan (to predict), mengendalikan (to control), meme-cahkan masalah kejadian alam dan atau sosial.

(ii) Untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaranpengetahuan. Menemukan artinya berusaha untuk menda-patkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekuranganpengetahuan atau menemukan teori baru. Mengembanganartinya berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisikekosongan atau kekurangan pengetahuan atau menemukan

101 Suliyanto, Loc Cit, hal 6.102 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit. 4.

145

teori baru. Mengembangkan artinya berusaha memperluas danmenggali lebih dalam apa yang sudah ada dan mengujikebenaran, artinya berusaha apa yang sudah ada tetapidiragukan kebenarannya untuk diuji.

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukanadanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.Sebenarnya apabila ditilik dari isinya, sesuatu yang ingin dicapai,yang merupakan tujuan penelitian,sama dengan jawaban yangdikehendaki dalam problematik penelitian, yang berbeda adalahrumusannya.103

Contoh*)

Problematik TujuanDisemester berapa praktikum Ingin mengetahui disemesterlaboratorium Perbankan Sya- berapakah praktikum Perbankanriah dilaksanakan oleh maha- Syariah dilaksanakan oleh mahasiswasiswa Prodi Perbankan Syariah. mahasisawa Prodi Perbankan Syariah.

Dengan contoh problematik penelitian yang sederhana ini,maka kita dengan mudah dapat menentukan tujuan penelitianseperti disebutkan dalam contoh diatas terutama bagi paramahasiswa dan peneliti pemula. Sedangkan bagi peneliti lanjut(yang sudah sering melakukan penelitian) dan mahasiswa StrataDua (S2) dan mahasiswa Strata Tiga (S3), tujuan penelitian ini tentulebih luas dari contoh itu. Begitu pula hasil yang diperoleh daripenelitian mahasiswa S2 dan S3 yang merupakan jawabanpertanyaan penelitian yang tercermin dalam pembahasan hasilpenelitian harus lebih luas dari pada sekedar jawaban yang linierdengan pertanyaan penelitian.

Dalam praktik penyusunan skripsi mahasiswa S1 sering terjadikesalahan-kesalahan yang bersifat sistematis, seperti misalnya:

(1) Tujuan penelitian adalah untuk memenuhi tugas dalammencapai gelar sarjana.

(2) Tujuan penelitian adalah untuk mencari data.

103 Suharsini Arikunto, Loc Cit, hal 51.

Desain Penelitian Kuantitatif

146

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tentu saja kedua rumusan ini tidak benar, karena tujuanpertama pada angka (1) bukalah tujuan penelitian, tetapi tujuanpenyusunan skripsi. Begitu pula dengan urusan tujuan (2), yaitumengumpulkan data bukan tujuan penelitian, karena mencari(mengumpulkan) data itu adalah bagian dari kegiatan penelitian.

Apabila pemahaman kita dikaitkan dengan problematik(permasalahan) penelitian, tujuan penelitian, dan kesimpulanpenelitian, maka akan nampak seperti gambar berikut:

Gambar: 6.1

Hubungan antara Permasalahan penelitian,Tujuan penelitian, dan Kesimpulan

Untuk lebih memahami lagi, maka kita perlu sekali lagimemeperhatikan gambar: 6.1 diatas. Dari gambar tersebut kitadapat memahami, bahwa pada contoh dalam gambar tersebuthanya ada 1 problematik (permasalahan) penelitian yangdipertanyakan, maka berarti tujuannya juga hanya 1, dan jawabanhasilnya juga hanya 1, dan ketiga hal yang digambarkan tersebut(problematik atau permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dankesimpulan) harus sinkron atau ada dalam satu garis yang paralel.Demikian pula bila problematik (permasalahannya ada 3 misalnya,maka tujuannya juga 3, dan kesimpulnnya juga ada 3. Begitu pulananti bila dalam penelitian itu ada mencantumkan “hipotesis”,maka hubungannya menjadi: permasalahan penelitian, tujuanpenelitian, hipotesis, dan kesimpulan, bagaimana bentuk hubungantersebut, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

147

Gambar: 6.2

Hubungan problematik (permasalahan) penelitian, tujuanpenelitian,hipotesis, dan kesimpulan

Kalau kita perhatikan sekali lagi gambar: 6.2. diatas, maka kitadapat memahami terdapat hubungan yang sinkron antaraproblematik (permasalahan) penelitian, dengan tujuan penelitian,hipotesis, dan kesimpulan, dan keempat hal tersebut berada dalamgaris yang paralel.

6. Kegunaan hasil penelitianRumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan

dari tujuan penelitian. Apabila seorang peneliti telah selesaimengadakan penelitian dan memperoleh hasil, maka ia diharapkandapat menyumbangkan hasil penelitiannya itu kepada pihak-pihakterkait, khususnya kepada bidang ilmu yang ditelitinya. Pembicaraanmengenai kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting ketika adapeneliti yang kebingunan (sulit merumuskan) apa sebenarnya hasilpenelitian yang diharapkan dan sejauhmana sumbangannya terhadapkemajuan ilmu pengetahuan.104

Contoh rumusan kegunaan hasil penelitian:

Dengan diketahuinya disemester berapa praktikum PerbankanSyariah dilaksanakan di prodi Perbankan Syariah, maka dosen yangmemegang mata kuliah yang relevan dengan praktikum itu dapatmembagi alokasi waktu sehingga materi kuliah yang memerlukan

104 Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 53.

Desain Penelitian Kuantitatif

148

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

praktikum itu sudah harus selesai diberikan diakhir semestersebelumnya, atau paling lambat di bulan pertama semesterberjalan. Dengan adanya rumusan hasil penelitian ini, makapeneliti bisa memberikan sumbangan hasil penelitiannya kepada:

(i) Dosen yang memegang mata kuliah yang relevan denganpraktikum perbangkan syariah agar dapat mengalokasikanwaktu perkuliahannya sesuai dengan keperluan dan tuntutanpraktikum tersebut.

(ii) Pengembangan kurikulum agar dapat menempatkan waktuyang tepat untuk pelaksanaan praktikum dilaboratorium padasemester dimana materi pelajaran yang ada keterkaitan denganpraktikum telah selesai diberikan.

Bila kita perhatikan dengan seksama, maka dapat dikatakankegunaan hasil penelitian merupakan tindak lanjut dari informasiatau jawaban permasalahan penelitian yang tercantum dalamkesimpulan penelitian.

149

BAB VIIKAJIAN PUSTAKA

1. Arti kajian pustakaMelakukan kajian pustaka berarti mendalami, mencermati,

menelaah, dan mengidentifikasi bahan kepustakaan.Melakukan kajianpustaka yang relevan dengan permasalahan penelitian merupakankewajiban yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Kajian pustakaini penting karena akan memberikan jaminan bahwa penelusuranjawaban terhadap masalah penelitian yang diajukan oleh seorangpeneliti telah melalui alur logika yang koheren. Dengan cara ini dapatdihindari adanya pekerjaan yang sia-sia dari peneliti, karena harusmereka-reka jawaban dengan cara mencoba sambil jalan.

Ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini bukan bukan berasaldari halaman yang kosong, tetapi berasal dari penemuan danpenyempunaan yang terus menerus oleh ilmuan sebelumnya. Melaluikajian pustaka ini peneliti paling tidak akan mengetahui sampaisejauhmana tingkat perkembangan ilmu yang telah digunakan olehpara ahli dalam membahas permasalahan yang sedang peneliti kaji,sehingga dapat terhindar dari duplikasi yang tidak perlu.105

Kajian pustaka juga bisa memberikan akses untuk membanding-kan pokok masalah yang kita pilih dengan pokok masalah dan topiklain yang serupa berikut temuannya yang pernah ada. Jadi melauikajian pustaka ini peneliti akan mendapatkan kekayaan informasimengenai penelitian terdahulu dan juga memperkaya wawasan.

105 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta, 2011, hal31.

150

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dengan demikian peneliti dapat memposisikan diri dengan tepatdiantara penelitian-penelitian yang sudah ada. Dengan kata lainpeneliti dapat menemukan gap research (celah untuk masukkepenelitian). Dengan menelusuri kepustakaan yang berkaitan denganpenelitian, maka peneliti akan mendapat kepastian, bahwa konstrukyang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan telahtersedia.106

Tinjauan pustaka dalam penelitian kuantitatif berisi penelusurankonsep dan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori ataukonsep berisi hubungan antar variabel dengan parameter yangdigunakan untuk membuahkan kerangka pikir atau konseptual daripermasalahan penelitian, sebagai jawaban dari pertanyaan penelitianwhat, why, and how, sehingga akhirnya dapat dipahami secara utuhpermasalahan penelitiannya.107

2. Manfaat kajian pustakaDengan melakukan kajian pustaka peneliti akan memetik berbagai

manfaat, antara lain sebagai berikut:108

a) Peneliti akan memperoleh kepastian apakah masalah penelitianyang akan dikaji lebih dalam itu belum memperoleh jawaban secaratuntas. Perlu diingat oleh peneliti bahwa ilmu yang ada sekarangini adalah hasil proses panjang yang bisa jadi telah dikembangkanoleh orang-orang sebelum peneliti tertarik untuk menguji danmengembangkan ilmu yang bersangkutan. Dengan melakukankajian pustaka peneliti akan memiliki pengetahuan yang lebih luastentang masalah penelitian yang akan dikaji lebih dalam.Jikaternyata masalah penelitian yang menarik perhatiannya itu telahdijawab secara tuntas oleh orang lain (peneliti terdahulu),makasebaiknya peneliti tidak meneruskan untuk meneruskan pengkajian

106 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif –Kuantitatif, UIN MALIKI PressMalang 2010, hal 236.

107 Supriyanto dan Djohan, Metode Riset Bisnis dan Kesehatan, Grafika WangiKalimantan Banjarmasin 2011, hal 49.

108 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta, 2013, hal 31-32.

151

ulang, karena yang demikian itu hanya akan memboroskan sumberdaya yang dimiliki.

b) Dengan melakukan kajian pustaka besar kemungkinannya penelitiakan menemukan berbagai masalah penelitian yang sangat poten-sial untuk dikaji lebih lanjut.Peneliti dapat menimbang-nimbangmasalah penelitian yang baru ditemukan dari sisi kebutuhanteoritis dan maupun keperluan praktis.

c) Peneliti yang dengan tekun melakukan kajian pustaka secarateoritis akan merasa dituntun dalam mencari jawaban masalahpenelitian. Hal ini karena disaat peneliti melakukan kajian pustaka,peneliti akan menemukan konsep-konsep, proposisi-proposisi,dalil-dalil, dan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitianyang sedang dicari jawabannya. Dari itu kemudian peneliti dapatmelakukan pemerincian sehingga dihasilkan kesimpulan teoritisyang tinggi tingkat kebenarannya. Demikian pula melalui hasil-hasilpengujian hipotesis yang telah pernah dilakukan oleh ilmuansebelumnya, kesimpulan teoritis yang diperoleh melalui kajianteori. Pada akhirnya peneliti akan mempunyai keteguhan hati untukmenetapkan jawaban sementara (hipotesis) atas masalahpenelitian itu.

d) Dengan melakukan kajian pustaka, peneliti akan merasa mantapdalam mempertanggung jawabkan karya ilmiahnya karena sudahmemenuhi persyaratan metode keilmuan yaitu metode ilmiah.Paling tidak, sampai pada tahap ini peneliti telah memenuhi aspekkoherensi karena jawaban yang diperkirakan mendekati kebenaranitu lahir dari pengkajian teori yang melatar belakangi masalahpenelitian.

Tinjauan pustaka pada penelitian kuantitatif adalah suatu tahapyang harus dilakukan, karena langkah ini merupakan tahap yangpenting untuk :

a) Menentukan “state of the art” (sebuah langkah mutakhir daripenelitian yang akan dilakukan ini), dimana penelitian yang akandilakukan dapat dibedakan dengan penelitian lain dimanapun. Jaditinjauan pustaka itu dilakukan juga untuk melihat dimana posisiteoritis yang akan dikembangkan. Pada langkah ini peneliti dapatmenentukan dimana posisi penelitiannya itu didalam “pohon

Kajian Pustaka

152

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

pengetahuan” yang besar, dia berada diranting atau cabang(paradigma pengetahuan) yang mana, mengapa dan bagaimanaia berada diposisinya itu.

b) Tinjauan pustaka juga digunakan untuk menentukan teori apa yangdigunakan, dan dari teori itu peneliti dapat mmenentukan hipotesispenelitian dan variabel-variabel penelitiannya.Pada penelitiankuantitatif keharusan menggunakan teori untuk menjelaskanvariabel yang digunakan atau dengan kata lain setiap variabel yangdigunakan harus memiliki teori.Variabel yang tidak memiliki teoriharus ditinggalkan sampai ditemukan teorinya, atau menggantivariabel yang sesuai dengan teorinya.

Begitu pentingnya tinjauan pustaka, sehingga didalam tahap iniperlu diperhatikan beberapa hal: (i) bagaimana penelusuran pustakadilakukan, (ii) bagaimana menilai pustaka, (iii) bagaimanamengintegrasikan pustaka kedalam penelitian yang akan dilakukan.Secara teknis dapat kita ajukan pertanyaan, apa yang dimaksud dengantinjauan pustaka? Secara teknis pula dapat dijawab bahwa tinjauanpustaka adalah langkah membahas penerbitan informasi dalam bidangsubjek yang ada kaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukandalam jangka waktu tertentu.

Penyajian tinjauan pustaka bisa saja dilakukan dalam ringkasansederhana dari sumber-sumber yang ada, tetapi tetap dalam polapengorganisasian yang umum berlaku baik dalam ringkasan maupunsintesis.

3. Tujuan kajian pustakaDari telaah yang dilakukan dalam literatur beberapa tujuan

tinjauan pustaka (literatur) dapat di kemukakan sebagi berikut:109

a) Untuk menunjukan kemampuan ilmiah peneliti mengidentifikasiinformasi yang relevan.

b) Untuk mengidentifikasi gap dalam penelitian dan menetapkancelah atau pintu masuk kepenelitian yang akan dilakukan olehpeneliti.

109 Burhan Bungin, Ibid , hal 31.

153

c) Untuk mengevaluasi dan melakukan sintesis informasi sejalandengan konsep-konsep yang diajukan peneliti untuk keperluanpenelitian.

d) Untuk kepentingan justifikasi penelitian yang dilakukan olehpeneliti.

e) Untuk mengidentifikasi kesenjangan yang ditemukan dalamliteratur.

f) Untuk menghindari duplikasi dalam penelitian yang sama yangbelum sempat diverifikasi.

g) Untuk memulai melaksanakan suatu penelitian dimana penelitilain telah mencapai suatu tahap, sehingga kita tidak perlumengulangi.

h) Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti tentang luas wilayahpenelitian yang dilakukannya.

i) Untuk mengidentifikasi kesenjangan literatur dalam khazanahpengetahuan yang ditekuni peneliti

4. Sumber-sumber kajian pustakaAda beberapa sumber yang biasa digunakan dalam penelusuran

literatur (tinjauan pustaka):

a) Sumber primer yaitu sumber langsung, (yang tidak dimbil dari yangsudah diinterpretasi oleh orang (peneliti) lain.

b) Sumber sekunder yaitu buku, artikel, dan tulisan-tulisan lain olehpara sarjana dan peneliti yang melaporkan pekerjaan merekakepada orang lain.

c) Sumber tersier yaitu ensiklopedia, indeks, buku teks (termasuk jugademografi, monografi, laporan BPS, dan semacamnya yang sudahditerbitkan), dan sumber referensi lainnya.

Saat ini sumber-sumber literatur yang dapat dijadikan bahankajian pustaka dibuat dalam berbagai bentuk: cetak, grafis, video-teks,ataupun bersumber dari online.Sumber online diwaktu yang akandatang diprediksi akan semakin berkembang, sehingga bukan tidakmungkin akan terjadi nanti semua jenis literatur akan menggunakanformat elektronik, seperti: e-paper, e-jurnal, e-book, e-magazine, e-

Kajian Pustaka

154

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

mail, e-interview, e-article, dan e-library. Format penyimpanan dataelektronik ini juga semakin berkembang, sehingga orang akan merasalebih aman dan nyaman menyimpan literatur ini didunia maya.110

Agar penelusuran kajian pustaka itu lebih efektif, ada baiknyamahasiswa atau calon peneliti lebih dahulu berupaya memastikan darimana saja sumber-sumber informasi yang bisa digunakan. Untuk ituselain yang ditunjukan oleh Bungin (2002) diatas, ada juga petunjukdari pakar lain yang bisa diikuti, seperti misalnya: Buku-buku teks,Jurnal ilmiah, Referensi statistik, Karya tulis pada akhir tahapan studi(Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Internet.111

a) Buku-buku teks, yang merupakan sumber utama yang harusmenjadi sasaran utama bagi para peneliti untuk memperolehinformasi ilmiah yang relevan dengan permasalahan penelitianyang akan ditelitinya. Buku-buku teks ini biasanya tersimpan diperpustakaan-perputakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Umummilik pemerintah, Perpustakaan milik perorangan, dan tentunyajuga ada di toko-toko buku, terutama di toko buku yang sudahtermasuk toko buku yang lengkap.

b) Jurnal-jurnal ilmiah, jurnal ini juga menjadi sumber yang potensialuntuk mendapatkan informasi ilmiah. Sekarang ini sudah tidak sulitlagi mencari jurnal ilmiah, karena hampir semua perguruan tinggisudah memiliki jurnal ilmiah, minimal untuk kalangan sendiri.Jurnal ilmiah mempunyai klasifikasi, minimal yang kita kenal adatiga klasifikasinya, yaitu: (i) Jurnal Internasional, (ii) Jurnal Nasional(Jurnal yang Terakreditasi oleh (Dikti) Direktorat Perguruan TinggiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan (iii) Jurnal yangditerbitkan oleh suatu Perguruan Tinggi, yang masih belumterakreditasi karena sesuatu dan lain hal belum memenuhi syarat-syarat untuk terakreditasi. Jurnal ini biasanya diterbitkan secaraberkala per semester (6 bulan sekali), per kuartal (4 bulan sekali),dan per triwulan (3 bulan sekali).

Jurnal ini diterbitkan secara berkala baik dalam bentuk tertulisseperti buku atau majalah, maupun dalam bentuk file yang

110 Burhan Bungin, Ibid, hal 32.111 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 32-33.

155

disimpan dalam CD. Dalam bidang ekonomi dan bisnis misalnyakita kenal jurnal : Bulletin of Indonesian Economics Studies, Jour-nal of Asean Economics, Cato Journal, Journal of Finance, Journalof Management, Journal of Political Economy, Prisma, dansebagainya. Selain itu di Indonesia juga terdapat cukup banyakjurnal yang sudah terakreditasi yang diterbitkan oleh berbagaiPerguruan Tinggi.Jurnal-jurnal tersebut memuat berbagai artikelilmiah baik berupa hasil pemikiran, maupun hasil-hasil penelitian.

Informasi ilmiah yang dihasilkan oleh penelitian terdahulumerupakan bahan kajian pustaka yang sangat berharga bagipeneliti untuk melakukan penelaahan terhadap temuan-temuanempiris oleh peneliti terdahulu dalam topik yang sama, sehinggamemudahkan bagi peneliti berikutnya untuk: (i) menemukan gapresearch (pintu masuk kepenelitian), (ii) melihat apa saja variabelpenelitiannya, sehingga peneliti berikutnya dapat menentukanvariabel yang berbeda untuk penelitiannya, (iii) menemukanbenang merah yang bisa dijadikan premis-premis (kecenderungan)yang mendukung perumusan hipotesis penelitian yang sedangdikerjakannya.

c) Referensi statistik,merupakan sumber informasi ilmiah yang dapatdi akses oleh peneliti. Referensi statistik ini sangat penting bagipenelitian kuantitatif, karena segala informasi dan penjelasan yangdibahas dalam penelitian kuantitatif untuk menyakinkan parapembaca harus didukung dengan data berupa angka resmi yangdikeluarkan oleh instansi yang berwenang, dalam hal ini untukIndonesia instansi utama yang berwenang menerbitkan data yangmenyangkut angka resmi itu adalah Badan Pusat Statistik (BPS)yang mempunya perpanjangan tangan sampai ke Provinsi danKabupaten/Kota diseluruh Indonesia. Selain BPS sebagai penyajidata statistik utama, juga data bisa diambil dari instansi yangberwenang dalam bidangnya masing-masing, seperti misalnya:Bank Indonesia untuk data yang menyangkut keuangan (moneter),Badan Perencanaan Pembanguan Nasional (BAPPENAS) untukbidang kegiatan pembangunan,Kemendikbud untuk bidangpendidikan, Kemenag untuk bidang keagamaan, dan lain-lain.

Kajian Pustaka

156

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

d) Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Hasil-hasl penelitian pada jenjang kesarjanaan S1 (Skripsi), S2(Tesis), dan S3 (Disertasi) juga menyimpan informasi ilmiah dandapat dijadikan sumber kajian pustaka dalam penelitian. Denganmenelaah bahan ini paling tidak peneliti akan mendapatkanbeberapa keuntungan berikut ini:(i) Seperti halnya mengkaji jurnal peneliti akan dapat memban-

dingkan dan memposisikan permasalahan yang dikaji, denganpermasalahan yang sudah diteliti oleh orang lain.

(ii) Peneliti dapat bekerja sambil belajar tentang cara-carabagaimana orang lain menjawab permasalahan penelitian, dankemudian menyajikannya dalam bentuk laporan hasil penelitianyang terorganisir dengan baik.

(iii) Peneliti juga dapat belajar bagaimana orang lain (peneliti ter-dahulu) membuka diri untuk konsisten, jujur, dan bertanggungjawab atas temuan-temuan ilmiah yang diperoleh baik berupakeunggulan dan kelemahannya.

Dari manfaat yang diperoleh ini peneliti akan mendapatpengalaman berharga yang kemudian akan memberinya nilaipositif dalam menyelesaikan penelitian yang sedang dilakukannya.

e) Internet

Internet merupakan jaringan internasional dari ribuan jaringankomputer yang menghubungkan jutaan komputer danpenggunanya. Oleh karena itu maka tak heran jika akhir-akhir iniinternet menjadi bahan kajian pustaka terluas, tercepat, termurahdalam peradaban manusia.Hal ini dapat terjadi tidak lepas darikemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologiinformasi (information technology). Hanya saja penulis melihat adakelemahan dalam penyajian internet ini, seperti misalnya sumberinformasi yang disajikan sering tidak disebutkan secara jelas danlengkap (dari siapa, buku, jurnal, tesis, atau sumber lainnya itu,dari siapa, tahun berapa terbitnya, dan pada halaman berapa)sehingga kurang meyakinkan khususnya bagi pengguna yangkritis.Kelemahan ini menyebabkan penggunaan informasi yangbersumber dari internet ini oleh pihak-pihak yang kritis masih

157

sangat dibatasi (hanya digunakan apabila tidak menemukan lagisumber lain yang lebih meyakinkan dan memenuhi syarat).

5. Langkah-langkah menulis kajian pustakaPeneliti perlu memiliki keterampilan dalam mengkaji bahan

pustaka. Keterampilan dalam mengkaji bahan pustaka ini pentingsekali bagi peneliti agar informasi ilmiah yang akan dikumpulkannantinya sesuai dengan keperluan peneliti dan dari segi penggunanwaktu juga efisien dan efektif. Menurut Sanusi (2011: 14-15) adabeberapa langkah yang perlu dilakukan oleh peneliti:

a) Melakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang terungkapsecara eksplisit dalam rumusan masalah penelitian. Hal ini pentingdilakukan agar melakukan kajian pustaka, sehingga informasi ilmiahyang diperoleh benar-benar bermanfaat sebagai dukungan teoritisterhadap masalah penelitian yang sedang anda kerjakan. Pada saatpeneliti merumuskan masalah penelitian, disitu sudah bisa diiden-tifikasi variabel apa saja yang terlibat dalam penelitian. Misalnyarumusan masalah penelitian itu adalah:

“Sejauhmana pengaruh investasi swasta dan kualitas sumber dayamanusia terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia”?.

Dari rumusan masalah itu dapat diidentifikasi ada 3 masalahpenelitian yang teridentifikasi masing-masing: pembangunanekonomi, sebagai variabel terikat (yang dipengaruhi), investasiswasta dan kualitas sumberdaya manusia sebagai variabel bebas(yang mempengaruhi).

b) Siapkan folder-folder dalam komputer peneliti yang akan memuatnama dari masing-masing variabel, dan pada masing-masingfolderakan memuat nama-nama file yang berhubungan perilaku variabelitu. Misalnya folder-1 bernama pembangunan ekonomi, folder-2bernama investasi swasta, dan folder-3 bernama kualitas SDM.Untuk zaman sekarng ini merupakan cara terbaik, lebih praktis daricara-cara tradisional dengan sistem kartu atau tulis tangan sudahmulai ditinggalkan. Apalagi sekarang sudah banyak komputerdengan berbagai ukuran dan harganya juga terjangkau.

c) Mulailah melakukan pengkajian terhadap terhadap bahan pustakayang diperoleh dengan terlebih dahulu fokus pada variabel

Kajian Pustaka

158

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

terikatnya, baru kemudian pada variabel bebasnya.Fokus padavariabel terikat adalah wajar karena variabel inilah yang menjadipusat perhatian peneliti. Amati dengan cermat topik-topik yangada dalam bahan pustaka, kemudian pilih topik yang relevandengan variabel itu. Lakukan pencatatan dengan komputer padafolder yang sudah disiapkan oleh peneliti.

Sebagai contoh pada folder-1 Pembangunan Ekonomi-Filepengertian, peneliti akan mencatat hasil kajian pustaka misalnyasebagai berikut:Contoh membuat folder

Pengertian Pembangunan Ekonomi

(1) Economic development implies not only more output, but alsodifferent kinds of output then were previously produced, aswel as changes in the technical and institutional arrangementsby with output is produced and ditributed.

Bruce Herrick and Charles P. Kindleberger (1984). “EconomicDevelopment”. Fourth Edition Mc Graw Hill Book Co, Singapore,P. 21.

(2) Suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapitapenduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Tigasifat penting dalam pembangunan ekonomi terkait dengandefinisi ini yaitu: a) suatu proses yang berarti merupakan suatuperubahan yang terjadi terus menerus; b) usaha untukmenaikan tingkat pendapatan pendapatan perkapita; c)kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsungdalam jangka panjang.

Setelah semua folder terisi dengan informasi-informasi ilmiahyang dipandang cukup oleh peneliti dalam proses mengkaji bahan-bahan pustaka, maka tuangkan informasi ilmiah itu kedalam bentuktulisan pada Bab Kajian Pustaka atau Bab Kajian Teori. Sebelummenuangkan kedalam tulisan, amati amati dan pelajari lagi secaracermat tentang perilaku masing-masing variabel dan antar variabelmelalui teori yang mendasari variabel hubungan variabel itu.Kecenderungan-kecenderungan dari perilaku baik sendiri-sendiri,maupun dalam interaksinya dengan variabel yang lain akan

159

menuntun peneliti untuk mengenali hubungan antar variabel,apakah berupa hubungan korelatif, komparatif, atau kausalitas(sebab akibat).Pengetahuan tentang hubungan variabel yangdiperkuat dengan informasi hasil-hasil temuan peneliti sebelumnyapada fenomena yang sama akan memberikan keteguhan hatipeneliti untuk membnuat pernyataan ilmiah yang secara logisdapat diterima.

Pada saat menuangkan informasi ilmiah kedalam tulisan seringkali ditemukan peneliti menggunakan pernyataan atau pendapatorang lain yang diambil dari berbagai sumber berupa “kutipan”.Untuk itu peneliti perlu mengemukakannya secara jujur denganmenuliskannya dari siapa dan dari mana sumbernya pendapat yangdikutipnya itu. Untuk ini sekali Sanusi (2011) memberi petunjuksebagai berikut:112

(a) Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagiankalimatnya, maka untuk bagian yang dihilangkan itu diberi titik3 kali pada awal pengetikannya.

(b) Setelah kutipan selesai ditulis, tunjukkan sumber kutipandengan menuliskan nama keluarga penulis (gelar tidak perludicantumkan), tahun buku, kemudian nomor halaman yangdikutip.Penunjukan sumber kutipan dapat dilakukan dengandua cara yaitu didepan atau dibelakang:

(i) Di depan maka penulisannya sebagai berikut: MenurutSukirno (1981: 31), pembangunan ekonomi adalah suatuproses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduksuatu negara meningkat dalamjangka panjang.

(ii) Di belakang maka penulisannya …pembangunan ekonomiadalah suatu proses yang menyebabkan pendapatanperkapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangkapanjang (Sukirno, 1981: 31).

(c) Apabila penunjukan sumber referensi mempunyai namapengarang yang sama dengan buku yang berbeda, makapenulisannya dapat dilakukan dengan memberi indeks angka

112 Anwar Sanusi, Ibid, hal

Kajian Pustaka

160

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

atas huruf dibelakang tanda kurung yang diketik naik satu spasi,misalnya Arikunto (1998: 24).

(d) Penunjukan sumber referensi dengan jumlah pengarang terdiri2 orang atau maksimal 3 orang, maka yang ditulis hanya namayang pertama saja.

(e) Apabila jumlah pengarang dari sumber referensi lebih dari tigaorang, maka yang ditulis hanya nama pengarang yang pertamasaja, kemudian diikuti dengan dengan singkatan et al. Contohmisalnya buku yang ditulis oleh Arikunto, Guritno, MasriSingarimbun, Suparmoko, maka ditulis Arikunto at al, (1998:25).

(f) Apabila sumber referensi diambil dari sejumlah kumpulan atau“bunga rapai” maka cukup diuliskan nama penyunting terakhirdengan ditambahkan ed. dibelakang nama penyuntingtersebut.Contoh misalnya Subiantoro ed. (2000: 15).

(g) Apabila sumber referensi tidak ada nama pengarang makapenunjukan referensi dapat dilakukan dengan menuliskannama lembaga, dan bila terlalu panjang dapat disingkat. Contohmisalnya: IDI (2000: 35).

(h) Atau (bulan) Apabila sumber referensi berasal dari jurnal ataumajalah ilmiah, maka penulisnnya secara berurutan: namajurnal atau majalah ilmiah, edisi atau nomor penerbitan atauperiode penerbitan (tanggal atau bulan) dan diikuti dalamkurung tahun dan halaman. Contoh nya:Indikator, Januari (2000: 25) atau Indikator, Nomor 1 (2000:25).

Dalam perspektif lain menurut Bungin (2005) langkah-langkah menulis tinjauan pustaka itu dapat dilakukan dalambeberapa tahap:

(a) Langkah pertama gerorientasi daftar bacaan. Ketika penelitimembaca artikel, buku, dan lain-lain yang berkaitan dengantopik penelitiannya, peneliti dapat menulis sebuah sinopsissingkat dan kritis untuk masing-masing literatur yang dibaca.Setelah melalui daftar bacaan, peneliti akan memilikiabstrak atau kemungkinan akan menyertakan referensilebih banyak untuk karya lain karena peneliti akan memiliki

161

bacaan-bacaan literatur sebelumnya untuk membanding-kan, tetapi pada saat ini tujuan yang penting adalah untukmendapat ringkasan kritis yang akurat dari setiap tinjauanpustaka.

(b) Langkah kedua organisasi tematik.Cari tema umum dalamkarya-karya yang dibaca oleh peneliti dan mengatur karyakedalam kategori tertentu. Biasanya setiap bacaan penelitimasukan dalam satu kategori atau subsistem dari temautama yang peneliti buat, tetapi kadang-kadang sebuahkarya dapat ditemukan lebih dari satu kategori (jika setiapbacaan yang peneliti baca bisa masuk kesemua kategoriyang dibuat peneliti, mungkin perlu memikirkan kembalibagaimana harus menyiapkan organisasi bacaan tertentusehingga mudah untuk dilacak kembali). Contoh misalnyamenulis beberapa paragraf singkat untuk menguraikankategori bacaan peneliti, bagaimana kaitan dalam setiapkategori dan hubungan satu sama lain, dan bagaimanakategori berhubungan satu sama lain dan dengan temakeseluruhan.

(c) Langkah ketiga membaca lebih banyak. Berdasarkanpengetahuan yang peneliti dapatkan dalam membaca,peneliti harus memiliki pemahaman yang lebih baik daritopik dan literatur yang berkaitan dengannya. Mungkinpeneliti telah menemukan hasil penelitian tertentu yangpenting untuk bidang atau metodologi penelitian tanpapeneliti sadari.

(d) Langkah keempat menulis bagian individu. Untuk setiapbagian tematik, gunakan penjelasan konsep yang dibuatsendiri oleh peneliti untuk menulis bagian yang membahasartikel-artikel yang relevan dengan tema itu.Fokus tulisanpeneliti pada tema bagian tersebut, menunjukkanbagaimana artikel berhubungan satu sama lain dan dengantema, dari pada memfokuskan tulisan peneliti pada setiapartikel individu. Gunakan artikel sebagai bukti untukmendukung tema kritik peneliti dari pada menggunakantema sebagai fokus untuk membahas setiap artikel individu.

Kajian Pustaka

162

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Sebagaimana Sanusi (2011), Bungin (2005) jugamemberikan petunjuk bagaimana menulis tinjauan pustaka,seperti berikut ini:113

(a) Latar belakang. Dalam bagian pertama dapat diringkas,bagaimana mendapatkan kalimat penting didalam tujuantinjauan pustaka, dimana peneliti dengan satu atau duakalimat menjelaskan kebutuhan untuk tinjauan pustakayang akan dilaksanakan.

(b) Naskah. Daftar dokumen termasuk dalam kajian ini, Sebagaicontoh: 31 naskah asli, 1 monograf, 5 review, 4 artikelpopuler, dan 1 naskah.

(c) Temuan.Tulis beberapa kalimat disini untuk menguraikantemuan-temuan utama dari dokumen yang penelititinjau.Berikan data yang ditemukan dan berikan pulainterpretasi terhadap temuan-temuan yang diperolehpeneliti itu, yang ditulis didalam nakah tersebut, termasuksebesar apa efek temuannya. Didalam mengulas temuan-temuan ini, gunakan bahasa sederhana dan tidak adasingkatan.

(d) Kesimpulan. Bagian ini merupakan ringkasan, peneliti hanyaperlu satu atau dua kalimat.Cobalah untuk memasukkansebuah kesimpulan praktis yang signifikan dalamkesimpulan ini.

(e) Penelitian lebih lanjut. Tunjukan apa yang peneliti pikirkansekarang dan perlu dilakukan. Ringkasan tersebut kira-kiraterdiri dari kurang dari 300 kata agar lebih ekonomis.

6. Strategi menulis tinjauan pustakaBeberapa langkah strategis untuk menulis tinjauan pustaka dapat

dilakukan dengan:

(a) Menemukan sebuah fokus.

(b) Suatu tinjauan literatur, seperti makalah biasanya dilakukandisekitar ide-ide penelitian yang diperbincangkan banyak orang,

113 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 33-34.

163

bukan sumber-sumber sendiri sebagai bibliografi yang terkait. Iniberarti peneliti tidak hanya sekedar mencatat daftar sumber-sumber bacaan peneliti dan masuk kedalam detail tentang masing-masing dari mereka satu per satu. Ketika peneliti membaca lebihbanyak literatur maka ia harus semakin selektif dan selalukonsentrasi disekitar topik peneliti, Pertimbangkan pula apakahtema-tema atau isu-isu didalam literatur yang dibaca itu terhubungdengan sumber literatur yang lain secara bersama sama.

Apakah literatur itu hadir dengan satu atau lebih solusi yangberbeda. Apakah ada suatu aspek dari bidang tertentu yang hilang.Seberapa baik gagasan-gagasan didalam literatur itu hadir danmenggambarkan teori sesuai dengan teori yang tepat. Apakahmereka mengungkapkan tren tertentu dilapangan. pilih satu temauntuk fokus pada struktur tinjauan pustaka yang penelitibaca.Untuk lebih memudahkan memahami berikut ini dikutipkancontoh tabel ringkasan tinjauan pustaka :

Tabel: 7.1

Ringkasan Tinjauan Pustaka

Contoh Teori Konstruksi Sosial Media Massa

Kemudian selanjutnya menurut Bungin detail struktur umumtinjauan pustaka itu kerangka garis besarnya adalah sebagaiberikut:114

(a) Abstrak; ringkasan isi artikel.

(b) Pendahuluan; sebuah penjelasan tentang tujuan penelitian,pernyataan dari pertanyaan penelitian.

(c) Dokumen tinjauan; sebuah penilaian kritis yang dilakukanselama ini tentang topik ini, untuk menunjukan bagaimana

114 Burhan Bungin, Ibid, hal 35.

Kajian Pustaka

164

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

penelitian ini berkaitan dengan apa yang telah dilakukan olehpeneliti yang lain.

(d) Metode;bagaimana penelitian dilakukan (misalnya instrumenatau peralatan, prosedur, metode untuk mengumpulkanmenganalisis data.

(e) Hasil; apa yang ditemukan dalam penelitian.

(f) Diskusi; apa arti dan maksud dari hasil temuan penelitian yangdijelaskan pada bagian hasil.

(g) Kesimpulan; kesimpulan dan implikasi hasil, yaitumendiskusikan bagaimana kaitannya dengan studi penelitiditinjau dalam tinjuan pustaka, juga arahkan untuk bekerjalebih lanjut.

Selanjutnya tinjauan pustaka juga bisa memberikan aksesuntuk membandingkan pokok masalah yang kita pilih dengan pokokmasalah dan topik yang serupa berikut temuan-temuannya yangpernah ada. Jadi kita akan mendapat kekayaan informasi mengenaipenelitian terdahulu, juga memperkaya wawasan. Dengandemikian kita dapat memposisikan dengan baik penelitian yanghendak kita lakukan diantara penelitian-penelitian yang dilakukanoleh orang lain sebelumnya.

Dengan melakukan Kajian pustaka dapat memberikankepastian bahwa konstruk yang berhubungan dengan penelitianyang akan dilakukan telah tersedia dan peneliti akan menemukangap research (celah atau pintu masuk ke penelitian) yang bisadimasuki, sehingga tidak akan terjadi duplikasi.

165

BAB VIIIKONSEP, VARIABEL, DAN PENGUKURAN

1. Konsep penelitianSetiap penelitian kuantitatif selalu dimulai dengan menjelaskan

konsep penelitian yang akan digunakan. Konsep penelitian inimerupakan kerangka acuan yang akan digunakan oleh peneliti untukmendesain instrumen penelitian. Konsep penelitian juga dibangundengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiahdan konsumen penelitian memahami apa yang dimaksud denganpengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuranyang digunakan dalam penelitian yang dilaksanakannnya.

Contohnya dalam mengonsepsi perilaku salah prosedur dalambirokrasi sebagai kategori dari fenomena penyalahgunaan wewenang:kebiasaan membolos kerja, sebagai kategori dari fenomena ketidak-disiplinan; kebiasaan melakukan pencatatan terhadap pengeluaranharian keuangan perusahaan sebagai kategori manajamen keuanganperusahaan yang baik.

Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untukmenjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu konsepmemiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya,bila dilihat dari kemungkinan dapat diukur atau tidak. Misalnya konsepkepuasan pegawai, lebih mudah dan dapat diukur dari pada konsepkesejahteraan pegawai, konsep merupkan atribut dari berbagaikesamaan dari fenomena yang berbeda. Misalnya orang berbedapendapat mengenai kegemaran menonton televisi, baik itu mengenai

166

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

pemberitaan, hiburan, iklan, sinetron, film, dan sebagainya, akan tetapimereka sama-sama menggemari televisi.115

Dari penjelasan diatas maka sesungguhnya ada dua desain yangperlu diperhatikan dalam membangun konsep yaitu generalisasi danabstraksi, generalisasi adalah bagaimana memperoleh prinsip dariberbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan kenyataanempiris. Misalnya seorang anak melihat bagaimana pelangi munculdengan beragam warna dan bentuk yang menawan, kemudian anakitu dapat membaca berbagai literatur, mengenai bagaimana pelangiitu muncul, ada, dan kemudian menghilang. Sedangkan yang dimaksuddengan abstraksi mencakup ciri-ciri umum yang khas dari fenomenayang dibicarakan itu. Ciri-ciri itu dihimpun bersama oleh individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkankesadaran intersubjektif yang menempatkan kedasaran itu dalamkategori.

Contohnya positioning dalam konsep media, menunjukan sebuahaktivitas untuk menempatkan sebuah acara atau program agarmendapat perhatian yang banyak dari pemirsa dan pemasang iklan.Juga konsep peran dalam sosiologi, dimana peran menunjukan polaperilaku orang yang ditentukan oleh peran sosial yang didudukinya.Konsep dalam pengertian sehari-hari digunakan untuk menjelaskandan meramalkan, tetapi dalam pengertian ilmiah harus memilikikriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Oleh karenaitu konsep yang bermanfaat adalah konsep yang dibentuk menjadipenjelasan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep yang dibentukdengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yangmasuk akal, serta dapat diuji regularitasnya.116

Selain mendesain variabel dan interaksi variabel-variabelpenelitian, peneliti juga perlu mendesain konsep penelitian dan konsepoperasional atau definisi operasional variabel-variabel penelitian itu.Konsep penelitian didesain untuk memberi batasan pemahamantentang variabel penelitian, sedangkan konsep operasional variabelpenelitian dibuat untuk membatasi parameter atau indikator yang

115 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media UtamaJakarta, 2013, hal 67.

116 Burhan Bungin, Ibid, hal 69.

167

diinginkan peneliti dalam penelitian sehingga apapun variabelpenelitiannya, semuanya hanya muncul dari konsep tersebut.

Kemudian masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan disini,bahwa dalam penelitian kuantitatif konseptualisasi hanya dapatdilakukan setelah peneliti membaca teori yang akan digunakan dalampenelitian, baik itu grand theory, middle theory, atau applicationtheory. Dengan kata lain konsep penelitian dilahirkan dari teori yangdigunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dan teori yangdigunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dan teori yang telahmenghasilkan konsep penelitian itu akan mengarahkan peneliti kepadametode yang digunakan untuk menguji data yang diperolehdilapangan, secara teoritik hubungan antara teori dengan konsep danmetodologi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 8.1

Hubungan antara Teori, Konseptualisasi, dan Metodologi

Dari gambar: 8.1 diatas peneliti dapat memahami bahwa langkahpertama yang ia harus lakukan adalah mempelajari lebih dahulu grandtheory (teori induk) yang sudah ada yang relevan dengan penelitianyang sedang dilakukannya. Kemudian ia meneruskan mempelajarimiddle theory yang sudah ada yang relevan juga dengan penelitianyang sedang dilakukannya. Bila peneliti tidak menemukannya, makaia harus membuat turunan dari grand theori (teori induk), dimanananti setelah dapat diterapkannya akan berkembang menjadi middletheory, setelah dapat diterapkan atau dimodifikasi oleh orang lain(peneliti berikutnya). Proses ini merupakan analogi dari cara kitamembuat rumus turunan dari rumus induk matematika, ketika kitaakan menyelesaikan suatu soal matematika. Dari proses analogi itukita bisa membuat rumus-rumus turunan dari rumus induk yangpertama, sehingga seperti halnya soal-soal matematika pada akhirnyasemua soal itu dapat diselesaikan dan tidak ada soal yang tidak dapatdiselesaikan.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

168

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

2. KonseptualisasiYang dimaksud dengan konseptualisasi adalah sistematika langkah

atau prosedur yang harus diikuti dalam menyusun kerangka konseppenelitian yang baik, bersandarkan kerangka berpikir yang benar danilmiah yang biasa dilakukkan dengan pendekatan berpikir ontologi,epistemologi, dan axiologi. Ontologi yang kita tulis dalam bahasa In-donesia berasal dari kata dalam bahasa Inggris “ontology” yang akarkatanya berasal dari bahasa Yunani on-ontos (yang berarti ada-keberadaan)dan logos yang berati studi, ilmu tentang.117

Ontologi (ontology)adalah logika berpikir untuk mencobamenjelaskan atau mendiskripsikan apa yang menjadi atribut darimasalah, epistemologi (epistemology) adalah menjelaskan bagaimanahubungan masalah dengan variabel yang lain, yang diduga sebagaipenyebab timbulnya masalah. Epistemologi ini bisa didapat daripengalaman, tinjauan teori atau hipotesis yang diajukan orang lain.Sedangkan aksiologi (axiology) mencoba memanfaatkan temuanepistemologi untuk menjelaskan masalah, dari mempelajari masalahitu kita juga bisa meramalkan besarnya masalah itu bila tidak dilakukantindakan penyelesaian.118

Bagaimana proses berpikir dengan menggunakan ontologi,epistemologi, dan aksiologi itu dapat digambarkan sebagai berikut:

117 Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu, Referensi Jakarta, 2012, hal 120.118 Supriyanto dan Djohan, Metodologi Riset Bisnis, Grafika Wangi Kalimantan

Banjarmasin, 2011, hal 81.

169

Gambar 8.2

Proses Dasar Berpikir yang Ilmiah

Dengan berpikir melalui tahapan proses berpikir yang benar(ilmiah) ontologi, epistemologi, dan axiologi sebagaimana diringkaskandalam gambar: 8.2 diatas, maka peneliti akan menemukan fenomenaatau masalah penelitian yang biasa disebut research problem yangakan dipelajari untuk selanjutnya dilakukan penelitian. Masalahpenelitian dapat dinyatakan dalam kalimat (proposisi) yang terdiri darifaktor atau variabel. Ruang lingkup masalah penelitian (research prob-lem), dapat dijelaskan dengan faktor atau variabel yang mempengaruhitimbulnya masalah dan konsekuensi yang ditimbulkannya.

Selanjutnya masalah penelitian ini dapat dipelajari melaluipenelusuran kepustakaan, jurnal, dan hasil penelitian orang lain, danbahkan juga bisa dari pengalaman diri sendiri. Masalah harusdideskripsikan menurut besarnya masalah, tingkat kepentingan,tempat terjadinya masalah, dan waktu terjadinya masalah. Itulah yangkita sebut dengan istilah ontologi tadi, yang biasa kita tanyakan dengan

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

170

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

what is the problem? Kemudian teori, konsep, prinsip, hukum, premis,maupun rumus yang mendahului mencoba menjawab permasalahanatau penyebab masalah yang kita sebut lingkup epistemologi.Epistemologi ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang biasa kitaajukan Why it happen?, yang selanjutnya kita sebut dengan analisis.Analisis adalah kegiatan mengusai dari “what” untuk mendapatkangambaran problematika permasalahan atau penyebab akar masalahdan karakteristik hubungan antar variabel masalah dan penyebabmasalah, dan hasil analisisnya berupa akar penyebab masalahsebagaimana nampak dalam gambar: 8.3. berikut ini:

Gambar: 8.3

Proses Membangun Kerangka Konseptual penelitian

Tahap selanjutnya adalah menelaah hasil pertanyaan “what” danhasil analisis dari pertanyaan “why” sebagaimana nampak dalamgambar: 8.3 diatas. Dari jawaban dua pertanyaan (what dan why itu)kita bisa mengambil variabel yang relevan dengan masalah dan tujuanpenelitian untuk disintesa menjadi konsep. Kemudian bila hasilanalisisnya dipadukan dengan teori, konsep temuan penyelesaianmasalah sebelumnya yang didapatkan dari jawaban pertanyaan “Howto solve the problem”?, maka dapat disusun rencana penyelesaianmasalah yang benar dan tepat, inilah yang disebut dengan axiology.

Melakukan what saja tanpa dianalisis dengan why tentu tidakada gunanya. Begitu pula selanjutnya melakukan what dan why saja

171

tanpa diiringi dengan menyimpulkan (sintesa) sebagai jawaban darihow juga tidak ada artinya. Jadi didalam aktivitas melaksanakanpenelitian itu antara kegiatan what, why, dan how harus seimbangdan diakhiri dengan tersusunnya kerangka konseptual penelitian.119

3. Kerangka konseptualYang dimaksud dengan kerangka konseptual adalah konsep yang

memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual ini memberikanpetunjuk kepada peneliti dalam merumuskan masalah penelitian.Dengan tersedianya kerangka konseptual ini, maka akan memudahkanpeneliti untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harusdijawab oleh penelitian yang sedang dilaksanakannya, dan bagaimanamenggunakan prosedur empiris sebagai alat untuk menemukan jawa-ban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Berikut didalam menen-tukan jenis data yang diperlukan bergantung pada sifat fenomena yangakan dijelaskan dalamn kerangka konseptual penelitian itu.

Kerangka konseptual adalah hasil sintesis dari proses berpikirdeduktif (aplikasi dari teori) dan induktif (fakta yang ada, atau empiris),kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif menghasilkan konsepatau ide baru yang disebut dengan kerangka konseptual. Selanjutnyauntuk memudahkan memahami dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 8.4

Proses konseptualisasi

119 Supriyanto Djohan, Ibid, hal 83.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

172

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dari gambar: 8.4 tersebut diatas kita dapat memahamai bahwayang dimaksud dengan:

(a) Konsepsiadalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentangobjek atau ide terhadap rangsangan (stimulus) objek yangmerupakan proses mental untuk berpikir kreatif. Supriyanto danDjohan (2011) dalam hal ini memberikan contoh yang lugas, yaitupertemuan antara sperma dengan sel telur.Bagaimana supayasperma dan sel telur bertemu (konsepsi) pada tempat yang bisamembuahkan bayi yang sehat, maka proses ini merupakankonseptualisasi, hasil proses ini menghasilkan bayi yang sehat.

(b) Konseptualisasi adalah suatu proses mental dimana seorang ilmuanmenyusun konsep yang didasarkan pengalaman, berpikir deduktifdan induktif.

(c) Konsepadalah hasil akhir dari proses konseptualisasi,Pemilihankerangka konseptual yang tepat pada sebagian besar penelitian,pada umumnya ditentukan oleh:

(i) Berpikir deduktif yang berdasarkan pada: analisis teori, konsep.Premis yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.Sehubungan dengan berpikir deduktif ini, maka peneliti harusmembuat analisis secara hati-hati dan kritis, serta menelaahsemua bahan kepustakaan yang relevan dengan subjekpenelitian secara cermat, sebelum memformulasikan hipotesisyang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yangsedang ditekuni peneliti.

(ii) Berpikir induktif yang berdasarkan penelusuran hasilpenelitianorang lain yang mendahului yang terkait denganmasalah dan tujuan penelitian yang sedang ditekuni olehpeneliti.

(iii) Merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan penelitianatas dasar sintesis dari analisis landasan pertama.

(iv) Berpikirkreatif-inovatif dengan memasukan sintesispengalaman(analisis landasan kedua), teori, fakta, tujuanpenelitian, dan logika berpikirkreatif yang disusun menjadikerangka konseptual penelitian.

173

Selanjutnya kerangka konseptual yang sudah tersusun itu olehSupriyanto dan Djohan dimetaforakannya sebagai sebuah meja dengantiga pilar utama, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8.5

Pilar Kerangka Konseptual

Dari tiga pilar yang mendukung itu maka disusunlah kerangkakonseptual yang merupakan sintesis dari hasil analisis berpikir deduktif,induktif, dan tujuan penelitian itu, sehingga nampak kerangkakonseptual penelitian itu menjadi sinkron dan memudahkanpelaksanaan proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Kerangka konseptual itu akan menjadi lebih operasional biladikembangkan pula ide kreatif-inovatif. Kerangka konseptual ini berisifaktor dan variabel yang lengkap dan menyeluruh yang dapatmenjelaskan terjadinya permasalahan penelitian. Selanjutnya darikerangka konseptual ini dikembangkan turunannya yang disebutkerangka operasional yang berisi variabel penelitian yang akan diukurdan dianalisis dengan berbagai pilihan metode pengukuran dan analisisdata yang sesuai dengan model penelitian yang dikembangkan.

Kemudian dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dankualitas lulusan pendidikan tinggi ada semacam azas yang harusdipegang dalam pembuatan karya tulis (tugas akhir) dimasing-masingjenjang, yaitu:

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

174

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(i) Untuk pendidikan tingkat sarjana (S1), kerangka konsep mengacupada suatu konsep yang telah ada (cukup satu).Variabel yangmembentuk kerangka konsep disesuaikan dengan variabel yangrelevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadimencoba mencocokan teori, konsep, dengan realita permasalahandi lapangan.

(ii) Untuk pendidikan magister (S2),selain berdasarkan kerangkakonsep yang ada (bisa lebih dari satu), juga diminta ada masukanide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi variabel yangdisesuaikan dengan realita dilapangan, tujuan akhir penelitian pro-gram magister lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atauteknologi pemecahan masalah.

(iii) Untuk pendidikan doktor (S3), maka konsep yang ada harusdimodifikasi, artinya seorang yang mengikuti program doktor jugaada ide dan gagasan inovatifdalam mengembangkan konsep. Ideinovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi dimana pene-litian tersebut dilaksanakan sehingga menghasilkan pengetahuanbaru.120

4. Variabel penelitian kuantitatifVariabel berasal dari kata dalam bahasa Inggris variabel yang

berarti faktor tidak tetap atau berubah-rubah. Bahasa Indonesiakontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini denganpengertian bervariasi. Dengan demikian menurut Bungin (2013)variabel dipahami sebagai fenomena yang bervariasi dalam bentuk:kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Dari pengertian ini, maka dapatdipahami variabel adalah sebuah fenomena yang berubah-rubah, adafenomena yang spektrum variasinya sederhana, sementara adafenomena lain dengan spektrum variasi yang sangat kompleks.121

Oleh karena itu penjelasan mengenai variabel amat sangatbervariasi sebagaimana bervariasinya variabel itu sendiri. Dalampengertian yang lebih konkrit dalam konteks penelitian variabel ituadalah konsep dalam bentuk konkrit atau disebut juga konsep

120 Supriyanto dan Djohan, Ibid, hal 90.121 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 70.

175

operasional. Penjelasan dimaksud tergantung pula pada jenispenelitian yang dilaksaakan, konsep biasanya digunakan dalammendeskripsikan segala variabel yang abstrak dan kompleks,sedangkan variabel diartikan sebagai konsep yang lebih konkrit yangacuannya langsung lebih nyata.

Kecerdasan adalah konsep. Tingkat kecerdasan seperti kemam-puan memecahkan masalah yang sulit adalah variabel, karena tingkatkecerdasan memiliki nilai (value) yang berbeda-beda. Kursi adalahkonsep, bentuk kursi adalah variabel. Perkawinan adalah konsep, sta-tus perkawinan adalah variabel, karena ada bermacam-macam bentukperkawinan/status seseorang (kawin, lajang, duda, janda). Kelaminadalah konsep, jenis kelamin adalah variabel karena ada kategori laki-laki dan perempuan. Dari contoh-contoh tersebut maka dapatdirumuskan: “Variable is a concept that has more than one value, state,categore, condition”.

Dalam kaitan dengan pengukuran, menurut Supriyanto danDjohan (2011: 60-61) variabel merupakan:

(i) Besaran tertentu dari sifat suatu objek atau orang (characteristicof objecs or person).

(ii) Besaran tersebut observable (dapat ditangkap oleh panca indera).

(iii) Nilainya berbeda-beda dari satu pengamatan kepengamatanberikutnya (Differs from observation to observation).

Jadi variabel adalah karakteristik individu atau objek yang dapatmempunyai nilai, skor, ukuran yang berbeda untuk individu atau objekyang berbeda. Contoh, harga komputer merupakan fungsi daripermintaan (demand) dan penawaran (supply). Menurut hukumekonomi,apabila demand akan komputer meningkat, maka harga akannaik. Demikian sebaliknya, apabila supply meningkat, maka hargakomputer akan turun. Oleh karena itu variabel harus didefinisikansecara operasional, kemudian apa yang dimaksud dengan definisioperasional itu?, definisi operasional adalah seperangkat instruksi yanglengkap untuk menetapkan apa yang diukur dan bagaimana caramengukur variabel.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat definisioperasional sebuah variabel adalah; (i) nama variabel, (ii) definisi ver-

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

176

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

bal variabel, (iii) kelompok penggolongan variabel, dan (iv)menggolongkannya.122 Contoh: Variabel intelegensia:

(i) Nama variabel : inteligensia(ii) Definisi verbal : capacity for learning.

(iii) Kelompok penggolongan : intelligence test score

(iv) Cara penggolongan dengan: rate, yaitu nilai test scoredibandingkan dengan score standard.

Dengan membaca definisi operasional suatu penelitian, seorangpeneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga diadapat mengetahui tepat tidaknya pengukuran tersebut, dalam artimengukur dengan alat ukur yang sesuai dengan variabel yang diukur.Dengan demikian jelas sekali ada keterkaitan antara konsep, variabel,pengukuran, dan data yang tersedia (yang dapat dikumpulkan) olehpeneliti sebagaimana digambarkan dalam piramida berikut ini:

Gambar: 8.6

Keterkaitan Hubungan antara Konsep, Variabel, Pengukuran, dan Data

Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus dijelaskankedalam konsep operasional dan untuk maksud tersebut harus pula

122 Supriyanto dan Djohan, Ibid, 61.

177

dijelaskan parameter dan indikator-indikatornya. Bilamana penelitidapat mengoperasionalkan konsep dengan baik, maka tidak sukarbaginya dalam mengoperasionalkan variabel, dan selanjutnya memangada juga peneliti yang mengalami kesukaran dalam mengoperasional-kan indikator variabel konsep dan variabel secara tepat dan kongkrit,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel: 8.1

Operasionalisasi Konsep Status Sosial Ekonomi

(Sebaran Konsep Status Sosial Ekonomi)

Sumber: Bungin, 2005: 71

5. Jenis variabel dan pengukurannyaVariabel penelitian kuntitatif dilihat dari jenis pengukurannya

dapat dikelompokan menjadi empat kelompok, masing-masing dapatdijelaskan sebagai berikut.123

(a) Variabel nominal, yaitu variabel yang bersifat diskrit (bijaksana)dan saling pilih (mutually exclusive) antara kategori yang satudengan kategori yang lain. Dengan kata lain variabel nominal iniadalah variabel yang kualitasnya tidak bermakna atau namavariabel itu hanya simbol saja, contohnya: jenis kelamin, statusperkawinan, status perumahan, dan lain-lain. Oleh karena variabelnominal ini tidak mempunyai nilai, maka untuk variabel nominaltidak memerlukan skala ukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel berikut ini:

123 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 72, dikutip dari Suryabrata 1983.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

178

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tabel: 8.2

Dimensi Variabel Nominal

Sumber: Sanusi, 2011: 55

(b) Variabel ordinal, yaitu variabel yang dibentuk atas dasar jenjangdalam atribut tertentu. Seperti misalnya: jenjang tertinggi danterendah sesungguhnya ditetapkan menurut kesepakatan,sehingga angka 1 atau angka 10 dapat berada pada tingkatan pal-ing tinggi atau paling rendah. Variabel ordinal ini diukur denganskala ordinal, yaitu skala pengukuran yang menyatakan sesuatulebih dari yang lain, skala ordinal memberikan nilai peringkatterhadap dimensi konstruk atau variabel yang diukur sehinggamenunjukan suatu urutan penilaian atau tingkat preferensi.Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui preferensi konsumenterhadap merek AC (pendingin ruangan) yang ditawarkanprodusen. Untuk itu responden (konsumen) diminta untukmenyusun urutan pilihan terhadap setiap merek AC yangditawarkan produsen dengan urutan sesuai jumlah produsen yangmenawarkan, misalnya produsen yang menawarkan AC itu ada 5,maka pertanyaannya dapat dibuat sebagai berikut:(1) Sebutkan preferensi (peringkat pilihan) anda terhadap merek-

merek AC berikut ini:

National

Mitsubishi

ShapLG

Politeron

179

(2) Sebutkan preferensi (peringkat pilihan) anda terhadap berbagaibidang usaha jika anda akan membuka usaha pada saatsekarang ini:

MigasBatubara

Perhotelan

Property

Restoran

(c) Variabel interval, yaitu variabel yang dibangun dari pengukuran,dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuanpengukuran yang sama.Misalnya:variabel pendapatan artisdangdut dalam setahun sebagai berikut:

(i) Rp 501.000.000,00 s/d Rp 1.000.000.000,00(ii) Rp 1.001.000.000,00 s/d Rp 1.500.000.000,00

(iii) Rp 1.501.000.000,00 s/d Rp 2.000.000.000,00 dan seterusnya.

Pengukuran variabel interval ini menggunakan skalapengukuran yang menyatakan peringkat dan jarak konstruk dariyang diukur, dengan kata lain skala interval tidak hanya menyatakanurutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yangsatu dengan pilihan yang lain. Skala interval mencakup konsepkesamaan jarak (equality interval), sehingga jarak antara 4 dan 5 =jarak antara 10 dan 11. Skala pengukuran interval tidakmenggunakan angka 0 (nol) sebagai titik awal pengukuran. Dengankata lain titik 0 dalam pengukuran interval dipilih atau ditetapkansecara sembarang, sehingga nilai skala interval bukan angka 0mutlak. Pengukuran dengan skala Likert merupakan pengukurandengan skala interval. Contoh; pernyataan sikap psikologisresponden tentang kepuasan kerja yang ditunjukan dengan angka1 sampai dengan 5, dimana angka 1 menunjukan tingkat kepuasanpaling rendah dan angka 5 menunjukan tingkat kepuasan yangpaling tinggi. Berikut ini diberikan contoh instrumen yang menya-takan kepuasan kerja dengan indikator besarnya insentif yangditerima, sistem pengembangan karir, dan kelengkapan fasilitasnya.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

180

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(1) Saya menganggap besarnya insentif yang saya terima sudahsesuai dengan yang saya harapkan:

Sangat setuju

Setuju

Netral

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

(2) Menurut anda sistem pengembangan karir di perusahaan inisudah sesuai dengan yang anda harapkan:

Sangat setuju

Setuju

Netral

Tidak setuju

Sangat tidak setuju.

(3) Menurut anda fasilitas yang tersedia di perusahaan ini sudahlengkap:

Sangat setuju

Setuju

Netral

Tidak setuju

Sangat tidak setuju.

(d) Variabel rasio,yaitu variabel yang memiliki permulaan angkanol mutlak. Contohnya misalnya variabel umur, ada yangberumur 0, 1, 3, 4 tahun dan setrusnya.Variabel rasio ini

181

pengukurannya menggunakan skala rasio (ratio scale), yaitupengukuran yang menunjukan peringkat, jarak, danperbandingan konstruk yang diukur.124(Sanusi, 2011: 57)

Skala rasio menggunakan nilai absolut, sehingga dapatmemperbaiki kelemahan pada skala interval yang menggunakan ukurarelatif. Nilai-nilai pada variabel kebanyakan menggunakan skala rasio,seperti misalnya variabel pendapatan, variabel investasi, variabeltingkat bunga, variabel jumlah uang yang beredar, variabel jumlahtenaga kerja, variabel laba perusahaan,dan lain-lain.Misalkanpendapatan seorang responden Rp 10 juta perbulan adalah 2 xbesarnya pendapatan responden yang Rp 5 juta. Tingkat bunga 10%,2 x besarnya dari tingkat bunga 5%. Jadi skala rasio menyatakan sesuatusekian kali besarnya dari yang lain, contoh variabel pendapatan perharidari berbagai profesi seperti nampak dalam tabel berikut ini.

Tabel: 8.3

Pendapatan berbagai profesi perhari

Memperhatikan Tabel: 8.3 tersebut diatas kita dapat mengatakanpendapatan menurut profesi tersebut mempunyai dimensi atauindikator dengan skala ukur rasio karena mempunyai titik nol mutlak.Sehingga kita dapat mengatakan pendapatan seorang pengusahaperhari 3 x lebih besar dari pendapatan pegawai negeri. Pendapatanseorang dokter 2 x lebih besar dari pendapatan seorang pegawainegeri, atau pendapatan seorang pengusaha 1,5 kali lebih besar daripendapatan seorang dokter, demikian seterusnya.

124 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta, 2011, hal57.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

182

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Selain skala-skala yang dibicarakan diatas yang inheren denganjenis variabelnya, masih ada lagi skala yang sering digunakan dalampenelitian, yaitu yang biasa disebut “skala sikap”, yaitu skalaberdasarkan respon yang diberikan oleh responden terhadappertanyaan atau pernyataan yang diajukan oleh peneliti, sepertimisalnya: baik-buruk, suka-tidak suka, senang-tidak senang, dan lain-lain yang mencerminkan sikap seorang responden. Ada beberaparancangan skala sikap yang dapat digunakan untuk membuat skalasikap, seperti misalnya: skala arbitrer, skala Thurstone, skala Likert,skala kumulatif, dan skala perbedaan semantik.125

(a) Skala Arbitrer

Skala Arbitrer merupakan skala yang dibuat berdasarkanpertanyaan yang dibuat dari komponen penyusun konstruk ataukonsep yang sedang diukur. Skala Arbitrer ini diberi titik padadengan lima urutan diantara dua ujung sikap ekstrim, misalnyakita akan mengukur proses organisasi dari suatu perusahaansebagai berikut:

Menurut saudara, proses organisasi di perusahaan ini:

(1) Hubungan peran-peran Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(2) Komunikasi Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(3) Pengawasan Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk(4) Koordinasi Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(5) Sosialisasi Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(6) Supervisi Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(7) Penyesuaian diri Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk(8) Mengatasi konflik Baik ….. ….. ….. ….. ….. Buruk

(b) Skala ThurstoneSkala Thyrstone disebut juga skala pembedaan Thurstone

(Thurstoe differential scale), dikembangkan untuk menciptakansuatu penilaian interval bagi pengukuran sikap.Skala Thurstoneterdiri atas 11 titik-titik dan pada kedua ujung berisi pernyataan

125 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta, 2011, hal58.

183

ekstrim, dan pada bagian titik-titik tengahnya berisi pernyataannetral, untuk 8 titik-titik lainnya tidak diberi label untukmenciptakan kesan interval yang tampak sama antara tiga posisiyang diberi label ekstrim dan netral tersebut. Posisi skala bagi suatupernyataan tertentu ditentukan dengan menghitung skormediannya, penempatan jawaban yang paling tidak disukai diberiskor 1, dan penempatan jawaban yang paling disukai diberi skor11. Sedang untuk yang lainnya sesuai dengan tempatnya secaraberurutan, berikut ini diberikan contoh skala Thorstone dalammengukur kematangan emosi seseorang:

Stabil …. …. …. …. Netral …. …. …. …. Labil

Selektif …. …. …. …. Netral …. …. …. …. Tidak selektif

Cepat …. …. …. …. Netral …. …. …. …. Lambat

Realistis …. …. …. …. Netral …. …. …. …. Tidak realistis

Mampu ngontrol …. …. …. Netral …. …. …. Tidak mampu mengontrol

Peduli terhadap sesama …. …. Netral …. …. Tidak peduli terhadap sesama.

(c) Skala Likert

Skala Likert adalah skala yang didasarkan pada penjumlahansikap responden dalam merespon pernyataan berkaitan denganindikator-indikator suatu konsep atau variabel yang sedang diukur.Dalam menggunakan skala Likert ini responden diminta untukmenyatakan sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangattidak setuju terhadap setiap pernyataan, skala Likert biasanyamenggunakan lima titik dengan label netral pada posisi ditengah(tiga). Skala Likert ini paling banyak dipakai karenanya lebih populerdari yang lain, contoh skala Likert seperti berikut ini:

(1) Peralatan kerja yang tersedia sesuai dengan persyaratan tataruangan

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

184

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(2) Karyawan terampil dalam melaksanakan pekerjaan

(d)Skala Kumulatif

Tujuan dari skala kumulatif ini adalah untuk memperolehukuran gabungan yang bersifat unidimensional, artinya satu skalahanya mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang diukuryang mempunyai beberapa dimensi. Asumsi yang mendasarinyaadalah pernyataan atau pertanyaan yang diturunkan dari variabelyang tercakup dalam skala ini mempunyai bobot yang berbeda.

Misalnya kita akan mengukur variabel status sosial-ekonomikeluarga, idealnya status sosial-ekonomi keluarga yang baik ituditentukan oleh tingkat pendapatannya. Bila tingkat pendapatan-nya tinggi, dimensi lain dari status sosial ekonomi keluarga ituseperti tingkat pendidikan anggota keluarga, kepemilikan rumah,kepemilikan harta benda, kepemilikan kendaraan, dan pengeluaranuntuk rekreasi juga sejalan dengan tingkat pendapatan yangdiperoleh keluarga itu. Dengan demikian diajukannya pernyataanatau pertanyaan dalam dimensi tersebut, mestinya responden yangmenjawab “Ya” pada tingkat pendapatan akan menjawab “Ya” jugapada dimensi lainnya yang berhubungan dengan tingkatpendapatan itu. Kalau demikian yang terjadi maka skala tersebutmemenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Guttman yang merancangskala tersebut.

Idealnya seperti itu, tetapi dalam kenyataannya ketikamenjawab pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan denganskala kumulatif ini responden cenderung tidak membentuk polapikir seperti yang disyaratkan oleh skala kumulatif (Guttman) ini.Kalau demikian itu yang terjadi berarti pengisian jawaban kuesioneritu menjadi bias, sehingga aplikasinya dibatasi oleh besarnya tingkatkesalahan yang terjadi, makin banyak kesalahan yang terjadi makinlemah penggunakan skala kumulatif itu. Demikian pula sebaliknya,untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

185

Tabel: 8.4

Dimensi Status Sosial Ekonomi Keluarga

Dengan Menggunakan Skala Kumulatif (Skala Guttman)

Dari tabel: 8.3 tersebut kita bisa memahami semakin tidaksesuai dengan petunjuk Guttman, semakin tidak sesuai skornya.Begitu pula sebaliknya, semakin konsekuen dengan petunjukGuttman semakin sesuai skornya, oleh karena itu peneliti yangmenggunakan skala kumulatif (skala Guttman) ini agar memberikanpetunjuk yang jelas di dalam instrumen yang digunakan.

(e) Skala Perbedaan Semantik

Skala perbedaan Semantik (Semantic differential) membagiantar dua ujung yang paling ekstrim yang berlawanan dalam satukontinum kedalam beberapa bagian. Misalnya responden dimintauntuk memberikan penilaian terhadap kepribadian atasan/pimpinan mereka. Misalnya pertanyaannya dalam kuesioner:

Pemimpin/atasan saya :(1) Sabar —— —— —— —— —— —— —— —— —— Pemarah

9 8 7 6 5 4 3 2 1

(2) Ramah —— —— —— —— —— —— —— —— —— Angkuh

9 8 7 6 5 4 3 2 1

(3) Pemaaf —— —— —— —— —— —— —— —— —— Pendendam

9 8 7 6 5 4 3 2 1

(4) Disiplin —— —— —— —— —— —— —— —— —— Tidak disiplin

9 8 7 6 5 4 3 2 1

(5) Cermat —— —— —— —— —— —— —— —— —— Ceroboh

9 8 7 6 5 4 3 2 1

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

186

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Kalau kita perhatikan skala perbedaan semantik ini, danmembandingkan dengan skala pengukuran yang lain, maka kitadapat mengatakan skala perbedaan semantik ini merupakan skalapengukuran yang memberikan rentang penilaian yang palinglengkap, karena bisa menyediakan perbedaan nilai sampai dengansembilan jenjang (1 sampai dengan 9).

(f) Skala Nominasi

Skala ini biasa digunaan untuk menjawab nama-namaseseorang atau sekumpulan orang, atau situasi dengan merespondalam bentuk kategori. Kita sering menjumpai peneliti yangmenggunakan skala nominasi untuk mencari responden dengankategori sosial tertentu atau memiliki kategori pemahamantertentu pula. Untuk lebih mudah memahami dapat diberikancontoh seperti berikut ini:

(1) Sebutkan nama tiga orang karyawan yang saudara anggapproduktif di perusahaan ini:(a) ……………………… (b) ……………………… (c) ………………………

(2) Sebutkan nama-nama karyawan yang disiplin dalammelaksanakan tugas di perusahaan ini:

(a) ……………………… (b) ……………………… (c) ………………………(3) Sebutkan nama-nama karyawan di perusahaan ini yang suka

berbagi pengalaman dengan teman-teman sesama karyawan:

(a) ……………………… (b) ……………………… (c) ………………………

(d) Checklist

Checklist biasanya digunakan sebagai skala pengukuran untuktingkah laku yang sudah terjadi dengan menggunakan cheklistjudment yang sederhana “Ya” atau “Tidak”. Model ini juga sudahbiasa digunakan untuk mengukur tingkah laku yang spesifikmaupun penampilan keterampilan tertentu, misalnya berikantanda check didepan jawaban yang menurut anda paling tepat,Untuk lebih memudahkan memahami dapat diberikan contohseperti berikut ini:

187

(1) Program pemasaran perusahaan ini memenuhi kriteria 4P dariPhilip Kotler:

( ) memenuhi( ) hanya sebagian

( ) kurang sekali

( ) tidak memenuhi

(2) Karyawan yang dipekerjakan di bagian pemasaran, sebaiknyamemiliki sifat (boleh memilih lebih dari satu):( ) kreatif

( ) cermat

( ) menggugah

( ) malas(3) Kemudahan memasarkan suatu produk sangat tergantung pada

kemampuan manajer pemasaran dalam menetapkan:

( ) produk yang dijual

( ) harga yang lebih murah

( ) jaringan pemasaran( ) segmenting, targeting, dan positioning.

(g) Berdasarkan indikator

Pengukuran variabel (pemberian skor) berdasarkanindikatorbiasanya menggunaka skala ukur yang sama. Misalnyayang terbanyak dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan skalaLikert dengan rentang 5 atau ada kalanya juga menggunakanrentang 7, dan yang paling banyak dalam praktik penelitianmenggunakan pengukuran dengan skala Likert rentang 5. Haltersebut dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan untukkemudahan menganalisis, lebih khusus lagi untuk kemudahanpemanfaatan piranti lunak (softwer komputer), dengan demikianjuga akan sangat membantu peneliti untuk melakukan interpretasihasil penelitiannya.126

126 Anwar Sanusi, Ibid, hal 64.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

188

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Penyamaan skala ukur ini hanya dapat dilakukan dari skalaukur yang paling tinggi ke skala ukur yang paling rendah dalamsatu jenis skala pengukuran, dan hal itu dapat berlaku dari satuskala ukur ke skala ukur yang lain. Misalnya variabel upah, variabelupah ini hanya mempunyai satu dimensi yaitu besarnya upah itu,skala ukur yang dapat digunakan tentu skala ukur rasio, karenaskala ukur rasio mempunyai harga nol mutlak. Nol mutlak dalamhal ini maksudnya jika seseorang skornya nol berarti ia benar-benartidak menerima upah, misalnya sebuah perusahaan memberikanupah (gaji) kepada karyawan A Rp 450.000 per bulan, B Rp 750.000,C Rp 1.250.000, D Rp 1.500.000, E Rp 2.000.000. Dari data ini kitabisa melihat upah yang diterima E besarnya 4,4 kali lebih besardari upah yang diterima A, dan seterusnya perbandingannyadengan yang lain. Jika skala rasio dengan besaran seperti inidicampur aduk dengan skala lain, misalnya skala Likert denganrentang 5 ( 1, 2, 3, 4, 5) dalam satu alat analisis, maka hasilnyatentu akan sulit diberi makna. Oleh karena itu jalan keluarnyaskalanya perlu dirubah lebih dahulu agar seragam (samaintervalnya) dengan titik yang sama, cara merubahnya misalnyasebagai berikut:

Upah (rasio) : Skor

< Rp 500.000 : 1Rp 500.000 - =>Rp 950.000 : 2

Rp 1.000.000 - => Rp 1.450.000 : 3

Rp 1.500.000 – Rp 1.950.000 : 4

>Rp 1.950.000 : 5

Dengan skala yang sudah dirubah tersebut maka kita dapatmemasukkannya kedalam range dan sekaligus dapat memberi nilaidalam skala interval. Misalnya upah E Rp 2.000.000 berarti angkaitu diatas dari Rp 1,950.000, dengan demikian skor untuk E adalah5 demikian seterusnya.

Selain pemberian skor yang sudah dibicarakan diatas, menurutSanusi (2011: 64), masih ada lagi penamaan terhadap variabel yangdisebutnya variabel partisipasi. Partisipasi disini maksudnya adalahkeikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh

189

pihak lain, dimana keikutsertaannya dinyatakan dalam bentukpencurahan pikiran, pemberian material (dana), dan tenaga sesuaidengan harapan kegiatan yang dilaksanakan itu.

Dari penjelasan ini, maka variabel partisipasi mempunyai tigadimensi, yaitu sumbangan pikiran, sumbangan dana, dan sumba-ngan tenaga. Sekilas pemberian skor terhadap variabel patisipasiini dapat dilakukan seperti kita memberikan penskoran denganmenggunakan skala Likert (5, 4, 3, 2, 1) atau kalau dengan kalimatmisalnya: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan rendahsekali. Akan tetapi kita tidak dapat memberikannya begitu saja,akan lebih tepat bila memberikan penskorannya berdasarkan ope-rasionalisasi variabel yang memuat dimensi dan indikator kegia-tannya. Untuk itu dapat diberikan contoh seperti tabel berikut ini:

Tabel: 8.5

Scoring Variabel Partisipasi

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

190

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dari skoring itu, ada kemungkinan seseorang anggota suatuorganisasi berpartisipasi atau tidak berpartisipasi. Jika seseorangtidak ada berpartisipasi baik pikiran, dana, maupun tenaga, makaskornya adalah nol. Dengan demikian kemungkinan berpartispasi-nya seseorang anggota organisasi itu berkisar antar antara 1 sampai9. Angka 9 ini adalah hasil perkalian dari 3 dimensi partisipasianggota x 3 kemungkinan indikator partisipasi seseorang anggotayang diberi bobot dalam rubrik penilaian. Dari sini maka tingkatankuantitatif untuk variabel partipasi anggota suatu organisasi dapatdimasukan kedalam range (skor) Likert: Sangat tinggi, Tinggi, Cukuptinggi, Rendah, dan sangat Sangat rendah, dengan lebih dahulumembuat pembobotan interval skornya seperti tabel berikut ini:

Tabel: 8.6

Interval Scoring Variabel Partisipasi

Pemberian skoring yang telah dilaksanakan seperti contohdiatas beranggapan bahwa bobot dimensi-dimensi variabelpartisipasi anggota suatu organisasi itu dianggap setara sehinggamenghasilan skoring seperti pada tabel: 8.4 dan tabel: 8.5 diatas.Namun kalau kita mau jujur berdasarkan pengalaman berorganisasipenilaian (pemberian) skor terhadap partisipasi anggota suatuorganisasi itu umumnya diurutkan sebagai berikut: Yang mampumemberikan partisipasinya dengan pikiran penilaian skornya lebihtinggi, peringkat selanjutnya anggota yang mampu berpatisipasidengan dana menempati peringkat kedua, dan anggota yang hanyabisa berpartisipasi dengan tenaga menempati peringkat ketiga. Jadikalau dilakukan pembobotan skornya, maka sumbangan pikiranitu bobotnya 3, sumbangan dana bobotnya 2, sumbangan tenagabobotnya 1, jika kita buat penyesuaian pembobotan, penskoranyang berdasarkan kebiasaan penilaian kita diorganisasi maka kitaakan mendapatkan pembobotan dan penskoran yang lebih

191

mendekati penilaian berdasarkan pengalaman di organisasi, sepertinampak dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel: 8.7

Perubahan Scoring Variabel Partisipasi

Dari tabel: 8.7 tersebut diatas kita dapat mengetahui ternyataskor kesempatan berpartisipasi itu skornya antara 1 sampai dengan18. Skor kesempatan berpartisipasi yang jumlahnya 18 ini lebihmendekati kenyataan dalam pengalaman praktik partisipasidiorganisasi, dan interval skornya perlu disesuikan seperti nampakdalam tabel: 8.8 berikut ini:

Tabel: 8.8

Penyesuaian Interval Skor Scoring Variabel Partisipasi

Dengan demikian pembuatan skoring variabel bagi seorangpeneliti tidak semudah yang dikatakan, tetapi memerlukan

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

192

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang luas tentangvariabel, dimensi-dimensi, dan indikator-indikator yangmembentuk dimensi itu.127

6. Variabel menurut ragamnyaSelain pengelompokan menurut pengukurannya, variabel

penelitian kuantitatif juga dapat dibedakan menurut ragamnya yangberbeda-beda seperti misalnya:

(a) Variabel bebas (independen variable), adalah variabel yangmenentukan arah atau perubahan tertentu pada variabeltergantung, sebaliknya variabel bebas berada pada posisi yanglepas dari pengaruh variabel tergantung.

(b) Variabel tergantung (dependend variable) adalah variabel yangdipengaruhi oleh variabel bebas. Misalnya pada suatu penelitiantingkat produksi bergantung pada proses produksi, dengan katalain proses yang baik akan mengakibatkan produksi meningkat,sebaliknya bila proses produksi kurang/tidak baik, maka produk-sinya akan menurun. Atas dasar penjelasan ini maka variabel bebasadalah proses produksi, dan variabel tergantung adalah tingkatproduksi.

(c) Variabel penyela adalah variabel yang dipertimbangkan dalamanalisis, terutama kalau kehadiran variabel penyela itu sudahdimasukan dalam desain penelitian atau desain analisis. Seringterjadi pada penelitian tertentu variabel penyela inilah yang pal-ing besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung melaluipenemuan sebab akibat yang sempurna. Contoh misalnya,Adapenelitian tentang: “Pengaruh Pendidikan terhadap pertumbuhanekonomi seseorang”, yang dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar: 8.7

Pengaruh Variabel bebas tehadap variabel terikat

(Tidak memasukan Variabel penyela)

127 Anwar Sanusi, Ibid, hal 66.

193

Dari gambar 8.7, diatas kita dapat melihat ternyata hasilnyapendidikan tidak terlalu berpegaruh (tidak signifikan pengaruhnya)terhadap pertumbuhan ekonomi seseorang. Hasil penelitian ituternyata banyak kesesuaiannya dengan kenyataan yang terjadi dimasyarakat, betapa banyak orang yang sudah berpendidikansarjana, tetapi penghidupannya (ekonominya) tidak banyakberubah dari sebelum menjadi sarjana. Setelah memperhatikankenyataan ini kemudian dicoba lagi dengan memasukan variabelpenyela, dan yang dipilih sebagai variabel penyelanya adalah “etoskerja”, kemudian diterapkan dalam penelitian, ternyata hasilnyamenjadi signifikan. Jadi disini yang dominan pengaruhnya adalahvariabel penyela, dan hasil penelitian dengan memasukan etoskerja sebagai variabel penyela ini ternyata banyak kesesuaiannyadengan kenyataan dimasyarakat. Betapa banyak orang yangpendidiknnya hanya SLTA tetapi ia memiliki etos kerja yang tinggi,maka pertumbuhan ekonominya lebih baik dari yang berpen-didikan sarjana tapi tidak punya etos kerja. Jadi kesimpulannyapendidikan saja tidak otomatis dapat meningkatkan pertumbuhanekonomi seseorang, tanpa diiringi dengan perubahan ataupeningkatan etos kerja. Istilah lain untuk variabel penyela inidisebut juga variabel intervening, dalam desain penelitian dapatdigambar sebagai berikut:

Gambar: 8.8

Pengaruh Variabel Bebas dan Variabel Penyela Terhadap Variabel Terikat

(d) Variabel yang mengikuti, yaitu variabel yang posisinya bisa adadisekitar variabel bebas dan disekitar variabel tergantung. Variabelini disebut jugakompositvariabel.Dalam penelitian tertentuadakalanya variabel ini dianalisis sebagai bagian dari variabelutamanya, bisa variabel bebasdan bisa juga variabel tergantung,dalam penelitian yang lain variabel komposit ini dianalisis tersendirikarena dianggap sebagai variabel yang berdiri sendiri, dan dalamkemungkinan yang lain lagi bisa juga variabel ini dipertimbangkandalam pembahasan hasil penelitian sebagai faktor yang bisa jadi

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

194

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

mempengaruhi variabel-variabel penelitian.Masalah dalampemerintahan yang selalu terulang tiap ada pergantian kabinetdapat kita jadikan contoh disini, misalnya “menaikan harga bahanbakar minyak (BBM)” yang harus dinaikan oleh pemerintah untukmenutup devisit anggaran dalam tahun berjalan. Variabel-variabelpenelitiannya yang mengandung variabel yang mengikuti (variabelkomposit) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 8.9

Hubungan Variabel Bebas, Variabel Penyela/Intervening, Variabel Terikat, danVariabel yang mengikuti (komposit) yang menimbulkan Kompleksitas dalam

pengambilan Keputusan Pemerintah

Dengan adanya variabel penyela (intervening) dan variabelyang menyertai (variabel komposit), maka persoalan yang dihadapipemerintah tidak lagi biasa (sederhana), tetapi berubah menjadikompleks, karena perubahan variabel terikat tidak lagi semata-mata disebabkan oleh variabel bebas, tetapi juga diwarnai olehkehadiran variabel penyela (intervening) dan variabel yangmenyertai (variabel komposit). Variabel penyela (intervening) iniberada diantara variabel bebas dan variabel terikat, sedangkanvariabel yang menyertai (variabel komosit) berada disekitarvariabel bebas, yang dalam contoh ini terdiri dari: harga minyakinternasional, kepentingan dalam negeri, dan tekanan bebagaipihak. Sedangkan variabel yang menyertai (variabel komposit) yangberada disekitar variabel terikat terdiri dari: perilaku konsumen,perilaku spekulan, dan kondisi pasar.

195

Kehadiran variabel penyela (intervening) ini dipertimbangkandalam analisis hubungan antar variabel, terutama kalau kehadiranvariabel tersebut sudah diketahui dan sudah dimasukan dalamdesain penelitian atau dalam desain analisis penelitian. Dalampenelitian-penelitian tertentu sering ditemui variabel penyela(variabel intervening ini yang lebih besar pengaruhnya terhadapvariabel tergantung, dan itu dapat dianalisis melaui penemuanhubungan sebab akibat.

7. Hubungan variabelDalam penelitian kuantitatif bentuk-bentuk hubungan antara

variabel penelitian tidak saja dipertimbagkan dalam analisis, tetapimalah merupakan sesuatu yang mempunyai arti sangat penting dalammenganalisis masalah penelitian. Pada penelitian kuantitatifhubungan-hubungan yang terjadi antar variabel itu diuji sedemikianrupa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel tergantung(variabel yang dipengaruhi), hubungan-hubungan variabel yang sudahdikenal itu adalah:

(a) Hubungan simetris

Suatu variabel dikatakan sebagai variabel yang mempunyaihubungan simetris, apabila perubahan variabel itu tidakdisebabkan oleh variabel yang lain, contohnya pendapatan seorangabang becak setiap bulannya tidak ada sangkut pautnya dengancurah hujan dalam bulan itu. Begitu juga sebaliknya curah hujantidak ada kaitannya dengan pendapatan abang becak sebulan itu,demikian pula pendapatan seorang nelayan tidak ada sangkutpautnya dengan besar kecilnya gelombang laut. Begitu pulasebaliknya besar kecilnya gelombang laut tidak ada hubungannyadengan pendapatan seorang nelayan. Hubungan simetris itu terjadiantara dua variabel, dan dikenal ada empat kelompok yang dapatdijelaskan sebagai berikut.128

(i) Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.Misalnya pada suatu saat orang bersuara sendu, kemudianmengeluarkan air mata, tandanya ia menangis.Tetapi tidak

128 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 79.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

196

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dapat dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air matamenyebabkan ia bersuara sendu atau sebaliknya.

(ii) Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.Kebijakan pemerintah membebaskan pajak impor barangmewah, berakibat meningkatnya permintaan barang impordalam negeri, kebijakan kemudahan pemberian kreditsepedamotor berakibat terhadap pertumbuhan angkutan ojek dimasyarakat.

(iii) Kedua variabel berkaitan secara fungsional.Bertambahnyaangkutan ojek secara fungsional mematikan fungsi angkutanlain seperti becak. Berkembangnya hypermarket disuatuwilayah, secara fungsional mematikan toko-toko kecil disekitarhypermarket itu. Kebijakan motorisasi perahu angkutan antarpulau, secara fungsional mematikan angkutan tradisional yangmenggunakan tenaga angin atau tenaga manusia.

(iv) Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata.Seorang ibu menumpang pesawat Lion air, kebetulan sebulankemudian ibu itu mendapat hadiah jutaan rupiah yang menja-dikannya seorang millioner. Hubungan antar naik pesawat danhadiah jutaan rupiah hanyalah kebetulan karena maskapai LionAir sedang menyelenggarakan program hadiah jutaan rupiah.

Dalam perspektif lain, hubungan simetris itu terjadi bilasebuah variabel berubah nilainya, maka variabel yang ada asosiasijuga berubah nilainya. Jadi ada kebersamaan perubahan nilai,tetapi bukan penyebab adanya perubahan nilai atau adanyahubungan saling mempengaruhi (interaktif). Hubungan ini jugadikenal sebagai hubungan timbal balik, atau hubungan fungsionalatau korelasi,129 contoh: Hubungan tingkat kecerdasan dengan nilairata-rata mahasiswa, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 8.10

Hubungan Tingkat Kecerdasan dengan Nilai Rata-Rata Mahasiswa

129 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, hal 64.

197

Hubungan ini secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

P = f ( A + M )Dimana : P = Performance

A = Ability

M = Motivation

f = Function

(b) Hubungan timbal balik

Hubungan timbal balik disini maksudnya, suatu variabel dapatmenjadi sebab sekaligus juga dapat menjadi akibat dan bukandimaksud perubahan variabel tertentu diakibatkan oleh variabelyang lain. Hubungan timbal balik dapat diberikan, misalnya:kebiasaan menabung diwaktu muda akan beruntung dihari tua,kebiasaan menabung yang dimulai di waktu muda ini jugamengajarkan kepada generasi muda kita tidak hanya bisa menjadiorang yang hemat, tetapi juga mengajarkan bagaimana bisamenjadi orang yang bisa memikirkan dan menyiapkan masa depanyang lebih baik. Misalnya diusia yang sudah lanjut kita sudahmempunyai cadangan dana untuk persiapan memenuhi kebutuhankita, sehingga kita dalam kondisi yang sudah tua tidak perlu lagiharus bekerja keras.

(c) Hubungan asimetrisPembahasan mengenai berbagai hubungan variabel penelitian

kuantitatif pada umumnya berangkat pada pembicaraan hubunganasimetris, hubungan asimetris ini mendeskripsikan bagaimanasuatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Bunginmenyebutkan ada enam tipe hubungan asimetris, masing-masing:hubungan antara stimulus dengan respon, hubungan antaradisposisi dengan respon, hubungan antara ciri individu denganrespon, hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibattertentu, hubungan yang imanen antara dua variabel, danhubungan antara variabel tujuan dengan variabel cara.130

130 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 80-81.

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

198

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(i) Hubungan antara stimulus dengan responHubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan

pengaruh terhadap variabel respon, dan kemudian variabelrespon memberikan reaksi terhadap stimulus tersebut.Hubungan ini sebenarnya adalah bagian dari hubungan sebabakibat yang biasanya dilakukan oleh para ahli penelitiankuantitatif dari berbagai disiplin ilmu (ilmu alam dan ilmusosial). Contoh misalnya seorang peneliti meneliti hubunganantara tayangan erotis di media-media massa terhadap perilakuseks remaja di perkotaan. Contoh lain misalnya penelitiantentang pertumbuhan ekonomi pedesaan pasca pemberiankredit UKM di desa tersebut.

(ii) Hubungan antara disposisi dengan responYang dimaksudkan dengan disposisi disini adalah kecende-rungan dalam menunjukan respon tertentu dalam posisitertentu dan situasi tertentu pula. Sedangkan respon diukurdengan melihat tingkah laku seseorang. Misalnya menontontelevisi, pemilihan merek kendaraan bermotor, merokok,membolos dan sebagainya. Contoh sederhana dari hubungandisposisi dengan respon ini adalah sikap terhadap sektor infor-mal dan sikap memilih pekerjaan disektor informal. Pada situasitertentu seseorang bersikap sinis terhadap sektor informalkarena selain terkesan sukar diatur juga tidak memberikanjaminan memberi pendapatan yang memadai.Namun padasaat lain ketika orang tersebut tidak memperoleh penghasilandisektor lain yang lebih baik, maka ia akan memilih sektor in-formal sebagai pilihan mencari nafkah.

(iii) Hubungan antar ciri individu dengan disposisiYang dimaksud dengan ciri individu adalah sifat-sifat pribadiatau individu yang kemungkinan tidak berubah walaupundipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri individu inimisalnya: jeniskelamin, suku, ras, kebangsaan, dan sebagainya. Misalnya or-ang dari suku Madura mempunyai ciri-ciri yang terkait denganbudaya mereka: seperti pekerja yang ulet, terkesan keras, danterus terang. Begitu pula orang jawa mempunyai ciri-ciri yangterkait dengan budaya mereka, seperti: selalu ingin memeliharahubungan, sukar memilih, ewoh pakiwoh, dan terkesan lamban

199

karena dalam menghadapi masalah cenderung menggunaknkekuatan batin.

(iv) Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentuSuatu variabel akan ada apabila ada variabel yang lain, suatuvariabel akan muncul bila dengan syarat variabel yang laindimunculkan lebih dahulu. Contoh misalnya masyarakat akanproaktif melaporkan kasus-kasus korupsi yang ditemuidimasyarakat apabila ada sistem yang menjamin keselamatandirinya, dan jaminan bahwa kasus-kasus tersebut ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang. Begitu pula dalammasyarakat demokratis yang sudah matang, masyarakatnyaakan menggunakan hak pilihnya untuk memilih wakil-wakilnyadalam pemilu apa bila ada jaminan pilihannya itu akanmemperjuangkan hak-hak rakyat diparlemen.

(v) Hubungan yang imanen antara dua variabelYang dimaksud dengan hubungan yang imanen adalahperubahan variabel tertentu yang diikuti oleh perubahanvariabel yang lain, misalnya jumlah barang yang beredar dipasar dalam keadaan yang berlebihan (S > D). Kondisi ini akanmenyebabkan menurunnya harga barang tersebut, jumlahlulusan lembaga Pendidikan keguruan yang terus bertambah,tetapi tidak diikuti oleh bertambahnya sekolah-sekolah baru,maka akan mengakibatkan bertambahnya pengangguranterdidik yang berasal dari lembaga pendidikan keguruan itu.

(vi) Hubungan antar variabel tujuan dengan variabel caraPada umumnya tujuan dan cara dapat ditemui pada saatkeinginan seseorang. Tetapi kadang-kadang tidak jarang jugatujuan dan cara berada pada kondisi yang berbeda pula.Misalnya hubungan antara model-model janji menyejahterakanmasyarakat dalam kampanye partai politik dan cara partaipolitik mengendalikan suatu rezim dalam pemerintahan.Hubungan antara jumlah obat yang dimakan dengan tingkatkesembuhan pasien, hubungan antara cinta orang tua terhadapanaknya dan cara orang tua mendidik anaknya.

Tipe hubungan asimetris yang dibicarakan diatas berbedadengan macam hubungan asimetris beberapa variabel dalam

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

200

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

penelitian kuantitatif. Kedua hubungan ini dapat terjadi diantaradua variabel atau juga dapat terjadi pada hubungan tiga atau lebihvariabel. Hubungan asimetris antara dua variabel dapat dilihat padagambar berikut:

Gambar: 8.11

Hubungan dua variabel dalam analisis bivariat

(Sumber: Bungin, 2013: 82)

Bila kita perhatikan gambar 8.11 diatas, maka kita akanmengerti bahwa penelitian yang dijelaskan dengan gambartersebut adalah penelitian yang menguji hubungan bivariat(hubungan dua variabel), yaitu variabel bebas dan variabel terikat,dalam gambar tersebut jelas menunjukan variabel bebasmempengaruhi variabel terikat.

Kemudian ada pula penelitian yang ingin menguji hubunganmultivariat, dimana posisi variabel bebas (yang selanjutnya disebutvariabel induk) terdiri dari beberapa sub variabel secara bersama(multivariat) mempengaruhi variabel terikat, untuk memudahkanmemahami dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 8.12

Hubungan Variabel Bebas (yang didukung oleh sub-sub variabel) DenganVariabel Terikat dalam Analisis Multivariat

201

Kalau kita perhatikan lebih teliti lagi variabel bebas yang ada d

Dalam gambar: 8.12 diatas, sebetulnya tidak lain adalahvariabel bebas yang disertai oleh sub-sub variabel bebas yangsubstansinya jelas, dan dalam penelitian ini berfungsi sebagaivariabel komposit yang secara bersama-sama mempengaruhivariabel terikat.

Selain penelitian yang menggunakan analisis hubunganmultivariat seperti yang digambarkan dalam gambar: 8.12 diatas,masih ada lagi penelitian dengan analisis multivariat yang lain, yangterdiri dari tiga komponen variabel, yaitu: variabel bebas, variabelkontrol, dan variabel terikat. Munculnya variabel kontrol disinikarena dalam kenyataannya dari sejumlah variabel yang menyertaivariabel bebas itu tidak semuanya mempunyai kemampuanmempengaruhi variabel terikat. Dari situ munculah sub-sub varia-bel yang menyertai yang mempunyai kemampuan mempengaruhivariabel terikat ya6ng dapat dijadikan variabel kontrol, untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 8.13

Hubungan dua variabel atau lebih dalam analisis multivariat

Kalau kita perhatikan gambar: 8.13 diatas, ada tiga variabelsaling berinteraksi dalam hubungan multivariat. Ketiga variabelitu adalah variabel bebas, variabel terikat, dan variabel control,variabel bebasnya adalah “kualitas keterampilankaryawan pabriktas merek JJ”. Variabel terikatnya adalah “hasil produksi tas merekJJ”. Sedangkan variabel kontrolnya adalah beberapa sub variabelyang memungkinkan mempengaruhi variabel terikat, yang terdiri

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

202

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dari: pelatihan karyawan, kualitas mesin, kesejahteraan,lingkungan kerja, dan selera pasar.131

Analisis hubungan tiga variabel tersebut dalam kontekshubungan multivariat, menjelaskan bahwa untuk menyiapkanproduksi Tas merek JJ yang berkualitas sangat bergantung padabagaimana tingkat kualitas keterampilan karyawan pabrik Tasmerek JJ. Namun perlu juga diketahui disini kualitas produk Tasmerek JJ ini tidak saja ditentukan oleh kualitas keterampilankaryawan pabrik tas merek JJ, tetapi juga berdasarkan hasil analisismultivariat didukung oleh sub-sub variabel yang tergabung dalamvariabel kontrol yang terdiri dari: pelatihan karyawan, kualitasmesin, kesejahteraan, lingkungan kerja, dan selera pasar. Pengaruhvariabel tetap dan variabel kontrol terhadap variabel terikat dalamanalisis multivariat menunjukan terjadinya pengaruh parsial danpengaruh simultan.

Selain itu masih ada lagi nama-nama lain dari variabel bebasitu dan hubungannya dengan antar variabel terikat dalam suatupenelitian yang perlu juga kita ketahui, yaitu variabel laten (sebagaivariabel bebas) dengan variabel manifest sebagai variabel terikat,dan variabel endogen (sebagai variabel bebas) dengan variabeleksogen (sebagai variabel terikat),132 untuk itu dapat dijelaskansebagai berikut:

(a) Variabel laten dan variabel manifest

Didalam analisis data dengan menggunakan modelpersamaan tertentu seperti “Structural Equation Modeling”(SEM) sering ditemukan istilah variabel laten dan variabel mani-fest ini. Variabel laten adalah variabel tidak dapat diukur secaralangsung karena memerlukan beberapa indikator sebagaiproaksinya (yang menjelaskannya). Sedangkan variabel mani-fest (observed variable) adalah variabel yang dapat diukurlangsung oleh peneliti. Pengukuran ini pada dasarnya adalahpengukuran terhadap indikator-indikator dari variabel laten.Misalnya “keputusan membeli” adalah variabel laten karena

131 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 52.132 Anwar Sanusi, Ibid, hal 52.

203

tidak dapat diukur secara langsung oleh peneliti. Variabelkeputusan membeli itu memerlukan indikator-indikator agardapat diukur, seperti misalnya: jenis produk, spesifikasi produk,merek, distributor, jumlah produk, waktu pembelian, dan carapembayaran. Indikator-indikator inilah yang disebut denganvariabel manifest, untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagambar berikut ini:

Gambar: 8.14

Hubungan Variabel Laten Dengan Variabel Manifest

Dengan memperhatikan gambar: 8.14tersebut diatas,maka kita dapat memahami variabel laten itu baru dapat diukursetelah lebih dahulu ada indikator-pembayarannyabagaimana,jenis produknya bagaimana, mereknya apa, distributornyasiapa, jumlah produk yang dibeli berapa, dan waktupembayarannya kapan.

(b) Variabel endogen dan variabel eksogen

Dalam menggunakan model analisis Structural Equationmodeling (SEM) juga kita mengenal adanya variabel endogendan eksogen, yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatupenelitian. Variabel endogen ini sebenarnya sama denganvariabel terikat, sedangkan variabel eksogen sama denganvariabel yang mempengaruhi variabel lain dalam suatu

Konsep, Variabel, dan Pengukuran

204

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

penelitian, sehingga variabel ini dikenal pula dengan variabelbebas. Dalam analisis SEM variabel eksogen sealalu berfungsisebagai variabel bebas. Misalnya “bauran promosi” adalahvariabel eksogen (variabel bebas) yang mempengaruhikeputusan konsumen sebagai variabel endogen (variabelterikat). Kedua variabel ini endogen dan aksogen sama-samamempunyai indikator sehingga dapat diukur, untuk memu-dahkan memahaminya dapat melihat gambar berikut ini:

Dengan memperhatikan gambar: 8.15 diatas kita dapatmemahami bahwa variabel “Bauran promosi” sebagai variabeleksogen (variabel bebas) yang dipengaruhi oleh sub-subvariabel: hubungan masyarakat, periklanan, penjualan pribadi,dan promosi penjualan. Bauran promosi ini mempunyaihubungan kausalitas (sebab akibat) dengan “Keputusanmembeli” yang befungsi sebagai variabel endogen (variabelterikat) yang didukung oleh sub-sub variabel: spesifikasi produk,jenis produk, merek, distributor, jumlah produksi, waktupembelian, dan cara pembayaran.

205

BAB IXHIPOTESIS PENELITIAN

1. Pengertian hipotesisSecara etimologis kata hipotesis itu terbentuk dari dua kata, yaitu

hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thysis berarti pendapat,kedua kata itu kemudian digunakan secara bersama menjadi hypoth-esis dan penyebutannya dalam dialek bahasa Indonesia menjadihipotesa. Kemudian berubah menjadi hipotesis yang maksudnyaadalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yangmasih belum sempurna, yang perlu disempurnakan denganmembuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian, pembuktianitu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis itu secara empirikatau dengan data dilapangan.133

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitianyang kebenarannya harus diuji secara empiris antara dua variabel.Hipotesis menyatakan hubungan dari apa yang kita inginkan untukdipelajari, variabel tersebut adalah variabel bebas, yaitu variabelpenyebab, serta variabel terikat atau variabel akibat, hipotesismerupakan pernyataan yang diterima untuk sementara sebagai suatukebenaran berdasarkan logika, teori-teori ilmu pengetahuan, danpenelitian-penelitian terdahulu dalam bidang dan masalah yang samayang merupakan dasar kerja serta panduan dan verifikasi.134

133 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta, 2013, hal 85.

134 Supriyanto dan Djohan, Metodologi Riset Binis dan Kesehatan, Grafika WangiKalimantan Banjarmasn, 2011, hal 92.

206

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebena-rannya melalui penelitian, dikatakan sebagai jawaban sementara kare-na hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahanyang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebe-naran yang sesungguhnya dari hipotesis itu perlu diuji secara empirikmelalui analisis data di lapangan, tidak semua penelitian memerlukanhipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidakmemerlukan hipotesis. Hipotesis hanya diperlukan dalam penelitiankuantitatif, sebaliknya penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis,hipotesis dalam penelitian kuantitatif antara lain bertujuan untuk:

a) Menjelaskan masalah penelitianb) Menjelaskan variabel-variabel yang akan diuji

c) Sebagai pedoman untuk memilih alat analisis data

d) Sebagai dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.135

Contoh hipotesis:

Ada pengaruh positif yang signifikan dari pemberian insentif,suasana kerja yang kondusif, dan kepemimpinan terhadap kinerjakaryawan PT Maju bersama di Banjarmasin.

Hipotesis diatas dapat digunakan untuk menjelaskan ataumenunjukkan:

a) Masalah penelitian

Apakah ada pengaruh positif yang signifikan dari pemberianinsentif, suasana kerja yang kondusif, dan kepemimpinan terhadapkinerja karyawan PT Maju Bersama di Banjamasin.

b) Variabel penelitianPemberian insentif, suasana kerja yang kondusif, kepemimpinan,dan kinerja karyawan, dimana yang berfungsi sebagai variabelbebas (mempengaruhi adalah: pemberian insentif, suasana kerjayang kondusif, dan kepemimpinan. Sedangkan variabel terikatnya(yang dipengaruhi) adalah kinerja karyawan.

135 Suliyanto, Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 54.

207

c) Metode analisis data

Oleh karena penelitian ini bertujuan mengukur pengaruh, makapenelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif atau kausal,sehingga alat analisis yang digunakan adalah alat analisis yangsesuai dengan jenis penelitian asosiatif atau kausal yaitu analisisjalur Partial Least Square (PLS) dan analisis regresi.

d) Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis data, kesimpulan yang akan diperolehmemiliki dua kemungkinan, yaitu:

(i) Kemungkinan pertama ada pengaruh positif yang signifikan daripemberian insentif, suasana kerja yang kondusif, dankepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT Maju Bersama.

(ii) Kemungkinan kedua tidak ada pengaruh positif yang signifikandari pemberian insentif, suasan kerja yang kondusif, dankepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT Maju Bersama.

2. Dasar-dasar menyusun hipotesisMeskipun hipotesis itu merupakan dugaan sementara, namun

dalam penyusunannya harus mempunyai dasar yang kuat. Beberapadasar yang dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis adalah:

(i) Teori ilmu pengetahuan

Teori ilmu pengetahuan merupakan dasar yang paling kuat untukdijadikan dasar perumusan hipotesis karena merupakan per-nyataan yang secara umum telah diakui kebenarannya. Misalnya:Teori permintaan dan penawaran menyatakan bahwa “Penurunanharga akan meningkatkan pemintaan”. Jadi, kalau kita melakukanpenelitian untuk mengetahui pengaruh harga terhadap penjualan,maka kita dapat merumuskan hipotesisnya: “Harga berpengaruhnegatif terhadap penjualan” (Dasar teori yang digunakan teoripermintaan dan penawaran).

(ii) Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu dengan tema yang sama atau relatif samadapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis.Misalnya: Dalam penelitian terdahulu diperoleh kesimpulan bahwaupah (gaji) mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap

Hipotesis Penelitian

208

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

produktivitas karyawan dibandingkan dengan lingkungan kerja.Berdasarkan hasil penelitian terdahulu itu dalam melaksanakanpenelitian dengan tema yang sama atau relatif sama, maka kitadapat merumuskan hipotesis yang menyatakan “Upah (gaji) lebihberpengaruh terhadap produktivitas dibandingkan denganlingkungan kerja”.

(iii) Penelitian pendahuluanAntara penelitian terdahulu dengan penelitian pendahuluan ituberbeda. Penelitian terdahulu itu adalah penelitian yang sudahpernah dilaksanakan. Sedangkan penelitian pendahuluan ituadalah penelitian kecil (penelitian yang mengawali) atau seringdisebut small research, seperti misalnya wawancara pendahuluandengan narasumber yang memahami permasalahan yang akan kitateliti. Penelitian pendahuluan ini dapat kita gunakan untuk menjadidasar perumusan hipotesis, apabila kita tidak ada menemukanliteratur (referensi) yang memuat teori-teori tentang masalah yangkita teliti dan juga kita tidak menemukan penelitian terdahulu yangsudah dilakukan orang lain. Misalnya: Kita akan melakukanpenelitian tentang kualitas pelayanan rumah sakit pemerintah disuatu kota, kita sudah berupaya mencari referenai laporanpenelitian terdahulu (jurnal) tentang topik yang akan kita teliti itu,tetapi kita tidak ada menemukan. Begitu pula misalnya kita tidakmenemukan literatur yang berbicara tentang kualitas pelayananrumah sakit pemerintah, karena ketiadaan referensi itu maka kitabisa melakukan penelitian pendahuluan (small research), sepertimisalnya melakukan wawancara dengan sumber-sumber informasiyang kita anggap kridibel seperti misal beberapa orang pasien yangpernah dirawat dirumah sakit pemerintah dikota tempat kitamelakukan penelitian. Berdasarkan tanggapan responden(beberapa orang) yang pernah dirawat dirumah sakit pemerintahyang jumlahnya terbanyak kita dapat merumuskan hipotesis“Pelayanan rumah sakit pemerintah terhadap pasien rawat inapmasih belum memuaskan”.

(iv) Logika (akal sehat)

Bilamana kita tidak menemukan teori yang relevan didalamliteratur, kemudian juga kita tidak menemukan referensi dari hasil

209

penelitian (jurnal) yang ada relevansinya, dan kemudian kita jugatidak dapat melakukan penelitian pendahuluan (small research),maka kita bisa merumuskan hipotesis atas dasar logika (akal sehat).Tetapi jangan lupa perumusan hipotesis yang didasarkan padalogika (akal sehat) adalah rumusan hipotesis “yang paling lemah”,karena bagaimanapun juga rumusan berdasarkan logika (akansehat) ini masih memiliki subyektivitas yang tinggi.136

Dengan demikian 4 alternatif yang bisa kita pilih untukmerumuskan hipotesis itu dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Gambar: 9.1

Konsep dasar Perumusan hipotesis

Dari gambar: 9.1 tersebut, tampak bahwa bahwa permasalahanpenelitian itu dapat kita ambil dari kehidupan sehari-hari atau bisajuga kita ambil dari teori ilmu pengetahuan. Kemudian masalah yangsudah kita temukan itu kita konfirmasikan dengan berbagai teori yang

136 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakata 2006, hal 57.

Hipotesis Penelitian

210

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

relevan, penelitian terdahulu, penelitian pendahuluan (small research),dan logika (akal sehat) yang bisa kita gunakan bersama-sama, atauminimal kita salah satu alternatif dari empat kemungkinan itu, darilangkah-langkah itu kemudian kita merumuskan hipotesis penelitian.

3. Kegunaan hipotesisNazir (2005) sebagaimana dikutip oleh Supriyanto dan Djohan

menyebutkan kegunaan hipotesis itu adalah untuk:137

a) Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian danpekerjaan penelitian.

b) Menyiagakan peneliti pada kondisi fakta dan hubungan antar fakta,yang kadangkala hilang begitu saja tanpa perhatian peneliti.

c) Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi kedalam suatu kesatuan penting danmenyeluruh.

d) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan faktadan antar fakta.

4. Kriteria hipotesis yang baikHipotesis yang baik akan sangat membantu peneliti dalam

melaksanakan penelitian, karena dapat dijadikan pedoman untukmelaksakan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Hipotesis yangbaik itu ditandai oleh kriteria berikut ini:

a) Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkanmulti tafsir atau pengertian yang berbeda diantara para pembaca.Misalnya Peningkatan upah (gaji) berpengaruh positif terhadappeningkatan kinerja. (hipotesis ini jelas), tetapi kalau kalimatnyaPeningkatan upah (gaji) mempunyai pengaruh yang kurang berartiterhadap kinerja karyawan, maka hipotesis ini menjadi tidak jelas,karena bertentangan dengan logika.

b) Dapat diuji secara ilmiah. Maksudnya hipotesis yang dirumuskanitu benar-benar memenuhi prosedur dan syarat-syarat yangditentukan secara keilmuan. Misalnya Peningkatan upah (gaji)

137 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, 92, dikutip dari Nazir 2005.

211

berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja karyawan daripengalaman selama ini hal ini bisa dibuktikan.

c) Dasar yang kuat dalam merumuskan hipotesis, suatu hipotesisdikatakan baik apabila memiliki dasar yang kuat dalammerumuskannya.Dasar yang kuat disini adalah terdiri:teori ilmupengetahuan yang ada dalam buku (literatur), hasil (temuan)penelitian terdahulu yang ada dalam jurnal yang di referensi,penelitian pendahuluan (small research), dan setidaknya kalautidak ada juga tiga jenis yang dijadikan dasar tersebut bisadigunakan logika (akal sehat) meskipun ada kelemahannya karenatidak bisa lepas dari subyektivitas.

5. Syarat-syarat hipotesisHipotesis yang baik itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a) Hipotesis yang dirumuskan itu harus spesifik dan menyatakanhubungan antar variabel, dan variabel-variabel itu harus dapatdiukur, dan hubunganya harus dapat diidentifikasi.

b) Hipotesis harus sesuai dengan fakta, maksudnya hipotesis itu harusjelas konsep dan variabelnya, dapat dimengerti oleh siapa saja yangmembacanya, dan tidak mengandung hal-hal yang bersifatmetafisik.

c) Hipotesis harus mempunyai landasan teori yang sesuai denganbidang keilmuan yang sedang dilaksanakan penelitiannya olehpeneliti.

d) Hipotesis harus dapat diuji secara empirik (dengan menggunakandata lapangan) dengan bantuan alat (metode statistik) untukpengolahan dan analisis datanya.

e) Hipotesis harus spesifik (sederhana dan terbatas).Semakin spesifik(sederhana dan terbatas) suatu hipotesis, maka akan semakin kecilterjadinya kesalahan.

f) Hipotesis harus bisa menerangkan fakta. Maksudnya fakta-faktayang dipaparkan dalam penelitian itu yang tercermin dalam datapenelitian dapat dijelaskan oleh hipotesis melalui pembuktianhipotesis dengan menganalisis data penelitian.

Hipotesis Penelitian

212

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

g) Hipotesis harus logis dan tidak bertentangan dengan hukum alam.Maksudnya hipotesis itu dibuat menurut jalan pikran yang logis,dan hukum alam yang berlaku.

6. Bentuk hipotesisBerdasarkan rumusannya bentuk hipotesis dapat dibagi

menjadi:138

a) Hipotesis tentang hubungan, yaitu pernyataan sementara tentanghubungan dua variabel atau lebih.Hipotesis ini mendasaripenelitian yang bersifat korelasi, misalnya: Semakin tinggi mutulayanan di rumah sakit, maka semakin tinggi tingkat kepuasanpasien.

b) Hipotesis tentang perbedaan, yaitu pernyataan sementara yangmenjelaskan adanya perbedaan antar variabel tertentu disebabkanoleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis inimendasari penelitian yang bersifat komparatif.

c) Hipotesis nol (hipotesis pasif), dalam hipotesis nol (Ho) ada implikasi“tidak ada perbedaan” yang diformulasikan untuk ditolak, Hipotesisini biasanya diuji dengan statistika. Dengan menolak hipotesis nolmaka berarti menerima hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis satu(H1), hipotesis ini biasanya digunakan dalam penelitianeksperimen. Bisa juga digunakan dalam penelitian ilmu sosialseperti: sosiologi, pendidikan, kesehatan, antropologi, komunikasi,ekonomi, politik, dan lain-lain. Hipotesis ini mempunyai bentukdasar atau mempunyai stattement yang menyatakan tidak adahubungan antara variabel X dengan variabel Y yang akan ditelitiatau variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabeldependen (Y).Untuk lebih jelasnya kita bisa memahaminya melaluicontoh stattementnya sebagai berikut ini.139

(i) Tidak ada hubungan antara sikap pemihakan jurnalistik dankepemilikan suatu media dimana jurnalis bekerja.

(ii) Tidak ada hubungan antara tingkat pelanggaran seksual danmeningkatnya kasus penyakit HIV/AIDS di suatu negara.

138 Supriyanto dan Djohan, Ibid, hal 94.139 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 90.

213

(iii) Penegakkan disiplin di jalan raya tidak dipengaruhi olehpemahaman pengendara kendaraan bermotor di jalan raya.

Kemudian selain itu dapat pula kita lihat contoh rumusanhipotesis nol yang lain seperti berikut ini:140

(i) Ho: r = 0 : Tidak ada perbedaan antara masyarakatberpendidikan tinggidengan masyarakat berpendidikan rendah.

(ii) Ho: r = 0 : Tidak terdapat korelasi antara tingkat pedidikandengan tingkat kesejahteraan.

(iii) Ho: β = 0: Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadaptingkat kesejahteraan.

d) Hipotesis alternatif (Ha), hipotesis ini menyatakan adanyaperbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel tidak samadengan nol. Hipotesis ini menyatakan terdapat perbedaan bilapenelitiannya komparatif, dan terdapat hubungan jikapenelitiannya korelasional, terdapat pengaruh jika penelitiannyakausal. Dengan kata lain terdapat perbedaan, hubungan ataupengaruh antar variabel yang merupakan kebalikan dari hipotesisnol.

Contoh rumusan hipotesis alternatif:

Ha: r ≠ 0 : Terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan antaramasyarakatberpendidikan tinggi dengan masyarakatberpendidikan rendah.

Ha: r ≠ 0 : Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan dengantingkat Kesejahteraan.

Ha: r ≠ 0 : Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikanterhadaptingkatKesejahteraan.

e) Hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis aktif yang disingkatdengan (Hk). Hipotesis kerja ini biasanya diuji untuk diterima. Diru-muskan oleh peneliti dalam desain penelitian non eksperimental,contoh rumusan: Jika pekerjaan membuat rumah itu dikerjakanoleh tukang yang sudah terlatih, maka kesalahannya relatif kurang,

140 Suliyanto, Loc Cit, hal 66.

Hipotesis Penelitian

214

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dengan adanya hipotesis kerja maka peneliti dapat bekerja lebihmudah dan terarah.

f) Hipotesis Common sense, hipotesis ini menyatakan hubungankeseragaman kegiatan terapan. Contoh rumusan hipotesis“Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin luasgarapan yang dapat diselesaikan”.

Kemudian berdasarkan arahnya dalam distribusi data, hipotesisdapat dibedakan menjadi:141

a) Hipotesis terarah (directional hypothesis), hipotesis ini mengarahpada satu sudut pada distribusi datanya (one tail test hypothesis).Dengan demikian hipotesis ini diuji dengan one tail hypothesis.Contoh: Diduga pria lebih cepat stres dari pada wanita, jadi waktuyang dibutuhkan untuk stres bagi seorang pria lebih sedikit(singkat) dari pada seorang wanita.

b) Hipotesis tidak terarah (non directional hypothesis), hipotesis inimengarah kemana saja dari distribusi data,Contoh: Diduga waktuuntuk pria menjadi stressberbeda dengan wanita untuk menjadistres, untuk menguji ini digunakan two tail test.

7. Merumuskan hipotesisBagaimana merumuskan hipotesis yang baik?, memang belum

ada aturan yang baku. Meskipun demikian untuk memudahkan penelitimerumuskan hipotesis, ada sejumlah petunjuk yang bisa dijadikanacuan, diantaranya:

a) Hipotesis harus dinyatakan dengan menggunakan kalimatpernyataan.

b) Hipotesis harus dirumuskan atas dasar pikiran-pikiran logis danpengamatan empiris yang bisa dijelaskan secara ilmiah.

c) Hipotesis harus dapat diuji, artinya memungkinkan bagi penelitiatau orang lain untuk menggunakan alat uji tertentu danmengumpulkan datanya untuk menguji kebenaran yangterkandung dalam hipotesis tersebut.

141 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, hal 60.

215

d) Hipotesis harus menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.Hipotesis yang mengandung pernyataan hanya satu variabelmerupakan hipotesis yang tidak penting untuk diuji.

e) Hipotesis yang baik adalah yang sederhana, sedikit asumsi tetapilebih banyak menjelaskan fakta.142

Dalam perspektif lain untuk membuat rumusan hipotesis harusmemperhatikan:143

a) Substansi hipotesisMenyangkut isi hipotesis tersebut, yaitu sampai sejauhmana iadapat menjawab permasalahan penelitian dan berapa lingkupinformasi atau fakta atau fakta empiris yang diperoleh dilapangan,maupun hasil penelitian terdahulu.

b) Formulasi

Yang dimaksud dengan formulasi menyangkut susunan darihipotesis itu sendiri, apakah sudah memenuhi kriteria minimal,yaitu:

(i) Mengekspresikan hubungan kausalitas antar variabel.(ii) Dapat dilakukan pengujian secara empirik.

(iii) Menggunakan susunan kalimat yang dapat menjawabpermasalahan penelitian.

(iv) Mempunyai landasan teori yang memadai, baik secara literaturmaupun hasil penelitian terdahulu.Jika tidak ada landasan teoriyang memadai, hanya berdasarkan logika saja umumnyadisebut sebagai preposisi.

(v) Mempunyai batasan-batasan yang memadai.

(vi) Metodeserta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti yangbersangkutan.

8. Pengujian hipotesisSebagaimana kita ketahui dalam penelitian kuantitatif seperti

disebutkan diatas, bahwa hipotesis yang diuji itu adalah hipotesis nol

142 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salempa Empat Jakarta 2011, hal 47.143 Supriyanto dan Djohan, Loc Cit, hal 97.

Hipotesis Penelitian

216

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(Ho) atau disebut juga hipotesis statistik, dan banyak kalangan penelitiberpendapat bahwa dalam banyak hal penelitian kuantitatif lebihmatematis, lebih sistematik dari pada penelitian kualitatif. Hal itudimungkinkan oleh karena dalam penelitian kuantitatif pengukuran(pengujian) hipotesisnya menggunakan metode statistik yang dikenallebih banyak memiliki alat ukur yang obyektif.

Pengujian hipotesis dalam penelitian kuantitatif dengan metodestatistik yang sudah terstandar, teruji dalam pemakaiannya inilah yangmenyebabkan hasil penelitian kuantitatif relatif lebih mendekatikebenaran yang diharapkan. Dengan demikian orang akan lebih mudahmenerima suatu penjelasan pengujian, sampai sejauhmana hipotesispenelitian itu diterima atau ditolak.144 Misalnya dalam menentukanpenerimaan dan penolakan hipotesis nol, dapat dicontohkan penera-pannya pada data penelitian terdistribusi dalam grafik kurva normalseperti nampak dalam gambar berikut ini:

Gambar: 9.2

Kurva Normal Dalam Pengujian Hipotesis

Dari gambar 9.2. tersebut kita dapat memahami penelitiberasumsi, bahwa kebenaran sebuah hipotesis seperti diperlihatkanoleh kurva normal dalam gambar tersebut. Jika kita misalnya menen-tukan taraf kepercayaan 95%, maka ada 5% taraf penolakannya yangtersebar didua ekor kurva tersebut yang masing-masing memiliki tarafpenolakan 2,5%. Daerah yang berada pada taraf kepercayaan adalahdaerah yang disebut penerimaan hipotesis, sedangkan daerah yangada di ekor kiri dan kanan kurva normal tersebut merupakan daerahpenolakan hipotesis, yang biasa disebut daerah signifikansi.

144 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 92.

217

9. Penggunaan hipotesisPada umumnya para peneliti beranggapan setiap penelitian

kuantitatif menggunakan hipotesis. Pendapat demikian boleh-bolehsaja, namun perlu melihat pada kepentingannya. Misalnya padapenelitian kuantitatif eksplanatif penggunaan hipotesis dianggappenting dan bahkan sangat penting, karena penelitian kuantitatifeksplanatif ini berupaya menjelaskan secara rinci sampai denganpembuktian hipotesisnya. Sedangkan pada penelitian kuantitatifdeskriptif penggunaan hipotesis tidak terlalu penting, karena dalampenelitian kuantitatif deskriptif tidak bertujuan untuk mengujihipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan atau sekedar mengidentifikasidata.

Selain melihat kepada kepentingannya dalam menggunakanhipotesis, penggunaan hipotesis dalam penelitian kuantitatif jugamerupakan ciri khas, karena penelitian kuantitatif itu menggunakansampel. Data sampel ini setelah diolah dan dianalisis dengan metodestatistik inferensil,kemudian hasilnya digunakan untuk membuktikanhipotesis sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh hipotesisitu dapat diterima. Penggunaan statistik inferensial disini memangdipilih sebagai alat pembuktian yang selama ini dinilai akurasinya tidakdiragukan. Hasil pembuktian hipotesis dengan metode statistik ter-hadap data sampel tadi dapat digunakan untuk melakukan generalisasikepada populasi penelitian itu.

Dengan demikian penggunaan hipotesis dalam penelitiankuantitatif yang mutlak menggunakan hipotesis penelitian adalahpenelitian kuantitatif yang mempunyai ciri-ciri :

a) Eksplanatif

b) Menggunakan sampel penelitianc) Menggunakan pengujian statistik inferensial

d) Hasil pembuktian hipotesisnya perlu digeneralisasi, dari sampelke populasi

Sedangkan penelitian kuantitatif yang tidak mempunyai ciri-ciriseperti tersebut diatas tidak dituntut menggunakan hipotesis.

Hipotesis Penelitian

218

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

219

BAB XMETODE PENELITIAN, POPULASI, SAMPEL,

DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam metode penelitian kuantitatif biasanya memiliki substansitentang: macam-macam metode penelitian yang dapat dipilih olehpeneliti sesuai dengan jenis dan sifat penelitian, populasi dan sampel,teknik pengambilan sampel, penentuan besarnya sampel, data dansumber data, instrumen penelitian, pengujian instrumen, pengum-pulan, pengolahan, dan analisis data.

1. Macam-macam metode penelitianPada Bab terdahulu telah dibicarakan tentang metode penelitian.

Pada Bab ini tiba gilirannya membicarakan pilihan metode penelitianyang dapat dipilih oleh peneliti atau mahasiswa yang akan melaksana-kan tugas akhir studinya, sesuai dengan jenis dan sifat penelitiannya.Diantaranya misalnya (a) penelitian literatur, yaitu penelitian denganmenggunakan data dan informasi yang sudah ada dalam literatur. (b)penelitian lapangan, yaitu penelitian yang menggunakan data daninformasi yang langsung ditemukan dilapangan (medan atau lokasipenelitian), dan (c) penelitian laboratorium, yaitu penelitian denganmenggunakan data yang langsung diamati di laboratorium. Pilihanterhadap metode yang akan digunakan oleh peneliti sekali lagidiingatkan tentu harus sesuai dengan jenis dan sifat penelitian,penjelasan tentang jenis-jenis penelitian ini sudah dibicarakan padaBab terdahulu.

Terkait dengan metode penelitian yang sesuai dengan jenis dansifatnya ini, dalam perspektif lain, kita juga mengenal berbagai metodepenelitian yang juga banyak ditulis dalam buku-buku teks dan juga

220

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

menjadi pilihan dalam melaksanaan penelitian antara lain: metodedeskriptif, metode kebijakan, dan metode partisipatoris.145

a) Metode deskriptif

Metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifatsesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan danmemeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode inidapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas darimetode yang lain. Metode deskriptif ini mempunyai beberapapendekatan dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

(i) Pendekatan studi kasusPenelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan studi

kasus ini melakukan penelitian dengan rinci mengenai suatuobyek tertentu selama kurun waktu tertentu, dengan cukupmendalam dan meyeluruh termasuk lingkungan dan kondisimasa lalunya. Kemudian selanjutnya peneliti dalam penelitiandeskriptif dengan pendekatan studi kasus ini berusahamenemukan hubungan antara faktor-faktor yang ditelititersebut.

Kelebihan penelitian dengan pendekatan studi kasus inilebih mendalam sehingga dapat menjawab mengapa keadaanitu terjadi. Meskipun demikian penelitian ini juga mempunyaikelemahan, diantaranya: kajian menjadi kurang luas, sulitdigeneralisasi dengan keadaan yang bersifat umum, dan adakecenderungan mengarah pada subyektifitas yang disebabkanoleh obyek penelitiannya yang dapat mempengaruhi prosedur.

(ii) Pendekatan surveyPenelitian deskriptif dengan pendekatan survey ini digu-

nakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyeli-diki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Juga tidak memper-hitungkan hubungan-hubungan antara variabel-variabel, lebihmenggunakan data yang ada untuk memecahkan masalah yangada dari pada pengujian hipotesis.

145 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka UtamaJakarta, hal 86.

221

Pendekatan survey dapat memberikan manfaat untuktujuan-tujuan deskriptif, membantu dalam perbandingandeskriptif, membantu dalam perbandingan kondisi yang adadengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan jugadalam pelaksanaan evaluasi. Pendekatan survey dapatdilakukan dengan cara sensus maupun sampling terhadap hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

(iii) Pendekatan pengembanganPenelitian deskriptif dengan pendekatan pengembangan

ini berguna untuk memperoleh informasi tentang perkem-bangan suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Misalnyapenelitian tentang metode pelatihan terhadap produktivitaskaryawan. Dalam melakukan penelitian deskriptif denganpendekatan pengembangan ini ada dua cara yang salingmelengkapi:

Pertama metode longitudinal, yaitu mempelajari sampelpeserta pada jangka waktu yang panjang. Misalnya ada 10mahasiswa dilakukan pemantauan sejak semester pertamasampai dengan semseter delapan sebagai obyek penelitianyang memerlukan waktu empat tahun.

Kedua metode cross-sectional, yaitu mempelajari sampeldan berbagai strata pada waktu bersamaan. Misalnya diambilbeberapa orang mahasiswa dari tiap semester, mulai semes-ter satu sampai dengan semester delapan untuk dijadikanbahan penelitian, cara ini dapat membantu metode longitudi-nal.

(iv) Pendekatan lanjutan (Follow-up Study)Secara umum penelitian deskriptif dengan pendekatan

lanjutan ini dilakukan bila peneliti hendak mengetahuiperkembangan lanjutan dari subyek yang telah diberikanperlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Misalnyadipakai dalam menilai kesuksesan program-program tertentuyang dicanangkan, seperti misalnya program pelatihankaryawan.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

222

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(v) Pendekatan dokumen (Content Analysis)

Pada metode penelitian deskriptif dengan pendekatandokumen (Content analysis) ini peneliti melakukanpengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dandokumen. Istilah lain juga disebut analisis dokumen atauanalisis isi, misalnya Peneliti ingin mengetahui seberapa banyakbuku-buku literatur di jurusan Ekonomi Syariah yangmengandung analisis tentang Bisnis dan Etika bisnis.

(vi) Pendekatan kecenderungan (Trend Analysis)

Pendekatan kecenderungan (Trend analysis)dalam metodepenelitian deskriptif bertujuan untuk melihat kondisi yang akandatang dengan melakukan proyeksi (forecast). Metode denganpendekatan kecenderungan ini dianggap paling sesuai dalammelakukan proyeksi masa yang akan datang penggunaanramalan(forecast) dianggap lebih realistis ketimbang ramalanjangka panjang karena banyak keadaan yang berada diluarkontrol atau harapan yang terjadi.

(vii)Pendekatan korelasi (Corelational Study)

Pendekatan korelasi dalam penelitian deskriptif adalahpenelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubunganvariabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.Perbedaan yang utama dengan pendekatan lain adalah adanyausaha untuk menaksir hubungan dan bukan hanya sekedardeskripsi.146 Melalui pendekatan korelasi ini peneliti dapatmengetahui berapa besar kontribusi variabel-variabel bebasterhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubunganyang terjadi. Pendekatan ini sangat digemari oleh kebanyakanmahasiswa pascasarjana karena mudah merancang danmengumpulkan datanya.

b) Metode kebijakanPenelitian dengan metode kebijakan dapat didefinisikan

sebagai penelitian untuk mendukung kebijakan yang menyangkutmasalah fundamental. Oleh karena sifatnya mendukung kebijakan

146 Husein Umar, Ibid, hal 90 dikutip dari Fox 1969.

223

maka penelitian ini bersifat khas, namun tak pula berarti mengada-ada. Penelitian dengan metode kebijakan ini dimaksudkan untukmembantu pengambil kebijakan memecahkan masalah denganjalan memberikan rekomendasi yang berorientasi pada tindakanatau perilaku yang pragmatik yang dirumuskan berdasarkan hasilkajian melalui penelitian deskriptif dengan menggunakan metodekebijakan, yang perlu dihasilkan oleh peneliti dalam menggunakanmetode kebijakan ini bukan terletak pada bobot ilmiahnya sebuahhasil penelitian, tetapi bagaimana hasil penelitian itu punyaaplikabilitas atau dapat diterapkan dalam rangka memecahkanmasalah sosial yang fundamental tadi. Inilah jenis penelitian yangsering disebut orang dengan istilah “penelitian pesanan”, yangdipesan itu bagaimana suatu masalah itu bisa diatasi, penelitiandengan metode kebijakan ini paling tidak harus memenuhiprosedur berikut ini:

(i) Memahami secara inten masalah sosial yang fundamentalyang ingin diatasi,misalnya: masalah kekurangan gizi bagibalita, masalah inflasi yang sangat tinggi, masalahpenyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa,dan lain-lain.

(ii) Peneliti meneliti masalah tersebut secara inten, misalnyamencari apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebabnya,mengapa faktor penyebab itu ada, dan bagaimanamengantisipasinya.

(iii) Hasil penelitian dan analisisnya hendaknya diseminarkanbersama-sama dengan pihak yang berkepentingan (pemakai)hasil penelitian.

(iv) Peneliti merumuskan rancangan (konsep) rekomendasipemecahan masalah untuk disampaikan dan digunakan olehpihak yang berkepentingan dalam menangani masalahtersebut.

(v) Pelaksanaan penanggulangan (pemecahan masalah) harusdimulai dulu dengan uji coba dalam jumlah yang kecil,sehingga mudah diikuti perkembangannya.

(vi) Pada waktu uji coba penerapan hasil penelitian dengan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

224

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

metode kebijakan ini harus diikuti dengan monitoring danevaluasi, sehingga dapat diketahui apa saja masalahnya yangmasih ada, dimana masalah itu ada, dan mengapa masalahitu masih ada, sehingga dapat dicarikan solusinya.

(vii) Kemudian hasil monitoring dan evaluasi uji coba tersebutperlu ditindak lanjuti dengan seminar penyempurnaan hasilpenelitian yang diikuti peneliti (Tim peneliti) dan pihakpemakai yang memerlukan.

(viii) Menyempurnakan rekomendasi yang akan diserahkan kepadapemakai hasil penelitian.

Dengan demikian penelitian dengan metode kebijakan inimemerlukan prosedur yang ketat, proses yang panjang, danpenanganan yang sungguh-sungguh, sehingga memerlukan waktumungkin sampai satu tahun baru ada rumusan yang diharapkandapat diterapkan, itu semua merupakan risiko dari penelitiandengan menggunakan metode kebijakan. Tanpa mengikutiprosedur itu maka peneliti hanya akan melakukan kerja penelitianyang penuh risiko, yang tidak dapat merumuskan rekomendasi yangtepat untuk mengatasi masalah yang diteliti.

c) Metode partisipatorisPenelitian deskriptif dengan pendekatan metode partisi-

patoris ini adalah bentuk penelitian yang melibatkan semua pihakyang seharusnya dilibatkan dalam kegiatan pembangunan.Pendekataan dengan metode partisipatoris ini dimaksudkan untukmengurangi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan program-program pembangunan untuk mengatasi masalah-masalah yangkrusial seperti misalnya pengentasan kemiskinan dan pengang-guran, yang selama ini lebih banyak dilakukan dengan pendekatanklasik (tradisional) yang cenderung melaksanakan konsep gayakepemimpinan “atas-bawah” (top down).

Sebagaimana kita ketahui masih banyak program pemba-ngunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan menggunakanpendekatan “atas bawah”, misalnya kegiatan pembangunan untukmengatasi masalah kemiskinan di pedesaan atau didaerah slum diperkotaan yang menjadi konsentrasi hunian orang-orang miskin.

225

Pendekatan “atas bawah” ini masih sering dipakai dalammenangani pembangunan ternyata kurang berhasil, dimana or-ang-orang kecil umumnya dari kalangan keluarga miskin yangmemerlukan sentuhan pembangunan sering tidak dilibatkan dalampelaksanaan konsep-konsep pembangunan yang diperuntukanbagi mereka.

Jadi disini terjadi kekeliruan metodologis dalam penerapankonsep-konsep pembangunan. Untuk memperbaiki perlakuan itudiperlukan lebih dahulu penelitian deskriptif dengan pendekatanmetode partisipatoris sebagai pilihan yang dianggap lebih tepat.Pendekatan dengan metode partisipatoris ini sesuai dengannamanya dalam praktiknya mengikutsertakan orang-orang yangmenjadi obyek dalam kegiatan tersebut. Misalnya kegiatanpembangunan ekonomi untuk orang-orang kecil yang terdiri darikeluarga miskin, mereka mestinya harus dilibatkan turutberpartisipasi dalam aktivitas pembangunan yang mengurusimasalahnya sendiri yang tadinya hanya sebagai penonton pasif.

Kenapa hanya menjadi penonton pasif? Sudah bukan rahasialagi karena mereka memang tidak pernah diajak bagaimanamengatasi masalahnya itu, dan pihak penguasa (pejabatpemerintah yang bertanggung jawab) terhadap masalah ituberkeyakinan, masalahnya sudah diotak-atik secara benar(setidaknya menurut versi pejabat yang bertanggung jawab).Mereka (orang-orang miskin) itu nanti akan menerima dampak dariaktivitas pembangunan ini, inilah yang sering terjadi dalam persepsipejabat pemerintah yang bertanggung jawab melaksanakanpembangunan. Dengan gaya tradisionalnya itu sering meninggal-kan orang-orang kecil yang semestinya dilibatkan dalam prosespembangunan yang menyangkut diri mereka.

Jadi pendekatan partisipatoris dalam metode penelitian des-kriptif ini dimaksudkan juga untuk mengurangi monopoli penguasadalam mengatur kegiatan pembangunan yang cenderung memo-nopoli peran, dan merasa sudah tepat tanpa mengikutsertakanorang-orang kecil dari kalangan keluarga miskin yang sebenarnyasangat berkepentingan dengan program pembangunan ini. Pilihan-pilihan konsep bagaimana mengatasi masalah yang dihadapi or-ang-orang miskin yang disodorkan dan dilaksanakan dengan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

226

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

konsep yang diotak-atik oleh penguasa tidak selamanya tepat tanpamemberi kesempatan kepada mereka yang berkepentingan untukdidengar dulu pendapatnya apa yang menjadi pilihan danbagaimana melaksanakan pilihan itu.

Konsep pembangunan dengan pendekatan partisipatoris inimemerlukan uji coba dahulu untuk dapat memastikan apa danbagaimana konsep-konsep pembangunan yang bersumberkepentingan dari keluarga miskin itu sendiri, dan terus dimonitorperkembangannya, sehingga dapat diketahui kelemahan dankekurangannya, dan kemudian diperbaiki bersama. Jadi konseppendekatan partisipatoris ini juga memerlukan waktu penelitianyang agak lama, paling tidak satu tahun. Segala kelemahan dankekurangannya direview melalui monitoring dan evaluasi baru bisadilaksanakan dalam jumlah yang lebih besar. Meskipun demikiandapat diyakini akan mengurangi banyak masalah sebagaimana yangterjadi pada pendekatan atas-bawah yang masih sering dilakukan.

2. PopulasiPopulasi adalah kumpulan unit yang akan diteliti ciri-ciri

(karakteristik) nya, dan apabila populasinya terlalu luas, maka penelitiharus mengambil sampel (bagian dari populasi) itu untuk diteliti.Dengan demikian berarti populasi adalah keseluruhan sasaran yangseharusnya diteliti, dan pada populasi itulah nanti hasil penelitiandiberlakukan.

Didalam populasi itulah tempat terjadinya masalah yang akanditeliti. Populasi itu bisa terdiri dari orang, badan, lembaga, institusi,wilayah, kelompok dan sebagainya yang akan dijadikan sumberinformasi dalam penelitian yang dilakukan. Jadi populasi itu adalahkeseluruhan obyek yang dijadikan sasaran penelitian, dan sampelpenelitian diambil dari populasi itu. Dalam proses penelitianpenentuan populasi tidak dapat dilewatkan begitu saja, karenakesimpulan penelitian akan diberlakukan terhadap populasi itu.147

147 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif –Kuantitattif, UIN MALIK Malang,2010, hal 108.

227

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian,148 apabilaseseorang ingin meneliti elemen yang ada dalam wilayah penelitian,maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi ataupenelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus,sebgaimana disebutkan dalam Encyclopedia of Educational Evaluation:A population is a set (or collection) of all elements possessing one ormore attributes of interest.

Dalam perspektif yang lain populasi adalah seluruh kumpulanelemen yang menunjukan ciri-ciri tertentu yang dapat digunakan untukmembuat kesimpulan. Jadi kumpulan elemen itu menunjukan jumlah,sedangkan ciri-ciri tertentu menunjukan karakteristik dari kumpulanitu. Dengan demikian jika kita mengatakan bahwa populasi karyawansuatu perusahaan sebanyak 5000 orang, kita sedang menunjuk padajumlah karyawan, sementara itu karakteristik karyawan bisa meliputi:motivasinya, cara kerjanya, komunikasinya, kinerjanya, tingkatkepuasan kerjanya, dan sebagainya.149

3. SampelDalam praktik penelitian seorang peneliti jarang sekali melakukan

penelitian terhadap keseluruhan kumpulan elemen (populasi). Penelitibiasanya melakukan seleksi terhadap bagian elemen-elemen populasidengan harapan hasil seleksi tersebut dapat merefleksikan seluruhkarakteristik yang ada. Elemen adalah subyek dimana pengukurandilakukan, elemen-elemen populasi yang terpilih ini disebut sampel,cara memilih atau menyeleksinya disebut teknik sampling.

Mengapa hal tersebut dilakukan dalam penelitian?. Hal tersebutkarena ada alasan yang rasional diantaranya tidak semua obyek yangakan diteliti dapat diamati dengan baik karena adanya beberapaketerbatasan yang ada pada peneliti, seperti misalnya keterbatasanwaktu, keterbatasan tenaga, dan keterbatasan biaya. Selain keter-batasan yang ada pada diri peneliti, ada lagi beberapa alasan laindiantaranya:

148 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineca Cipta Jakarta, 2013, hal 102.149 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat 2011, hal 87.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

228

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Efisiensi penelitian

b) Ketelitian penelitianc) Mengurangi kerusakan obyek penelitian.

d) Penelitian populasi sulit bahkan tidak mungkin dilakukan untuksuatu populasi yang jumlahnya besar.

Sampel yang baik adalah sampel yang benar-benar dapatdigunakan untuk menggambarkan karakteristik populasinya. Dalampemilihan sampel biasanya peneliti dihadapkan pada duapermasalahan sampling, yaitu menyangkut:

a) Ukuran sampel yang harus diambil

Dalam hubungan ini perlu diingat besar kecilnya sampel tidak dapatdigunakan sebagai jaminan bahwa jumlah tersebut telah mampumewakili populasi.Besar kecilnya sampel sangat tergantung tingkathomogenitas populasi. Semakin homogen semakin sedikit sampelyang diperlukan, dan semakin heterogen semakin banyak sampelyang diperlukan.

b) Teknik pengambilan sampelTeknik pengambilan sampel sangat bergantung pada strukturpopulasi dan tujuan penelitian. Dalam konteks ini perlu dilihatapakah populasi memiliki tingkatan-tingkatan, dimana antartingkatan memiliki karakteristik yang berbeda atau malahsama.Kemudian selain itu apakah sampel harus memiliki kriteria-kriteria tertentu atau tidak.

Besar kecilnya jumlah sampel minimal tidak hanya didasarkanpada persentase populasi, tetapi juga ada beberapa pertimbanganuntuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan.150

a) Besar keragaman populasi

Semakin besar tingkat keragaman populasi, maka semakinbesar sampel yang diperlukan. Sebaliknya semakin kecil tingkatkeragaman populasi, maka semakin kecil jumlah sampel yangdiperlukan. Jika sampel homogen, maka jumlah sampel yang yang

150 Suliyanto, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 94-95.

229

diperlukan sedikit saja, bahkan cukup 1 saja, karena dalam populasiyang homogen mengambil sampel banyak atau 1 saja hasil sama.Misalnya pengujian golongan darah, cukup mengambil satu tetessaja sebagai sampel, karena darah yang ada dalam tubuh kita relatifhomogen.Untuk mengukur tingkat homogenitas data penelitiankuantitatif dapat menggunakan nilai varian atau standar deviasi,semakin kecil varian atau standar deviasi, maka semakin homogendata tersebut.

b) Besar tingkat keyakinan yang kita perlukanSemakin besar tingkat keyakinan maka sampel yang diperlukan

besar. Sebaliknya semakin kecil tingkat keyakinan, maka sampelyang diperlukan semakin kecil. Untuk lebih jelasnya dapat diberikanilustrasi sebagai berikut: Saat anda mendengar dari salah seorangmahasiswa bahwa salah seorang dosen meninggal dunia. Andabelum tentu mempercayainya karena baru kemaren sore andabertemu dengan dosen yang dimaksud. Kemudian anda bertanyakepada mahasiswa yang lain dan mendapat jawaban bahwa beritaitu benar, sehingga keyakinan anda meningkat, semakin banyakyang anda tanyai untuk dijadikan sampel maka keyakinan andasemakin meningkat.

c) Toleransi tingkat kesalahan yang dapat diterima

Hasil penelitian berdasarkan data sampel dapat memberikanhasil yang berbeda dengan hasil penelitian yang berdasarkanpopulasi.Seberapa besar ini dapat kita terima atau dianggap samadengan hasil pengukuran populasi disebut tingkat toleransikesalahan, maka akan semakin besar jumlah sampel yangdiperlukan.

d) Tujuan dilakukannya penelitianJika pengambilan sampel bertujuan menaksir parameter rata-

rata (µ) maka akan berbeda jika tujuan pengambilan sampel untukmenaksir parameter proporsi (P). Jika penelitian bertujuanmengetahui pengaruh antar variabel, jangan sampai jumlah sampelyang diambil lebih kecil dari derajat kebebasan (df) yang diperlukan.

e) Keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti

Dalam melakukan penelitian seringkali seorang penelitimenghadapi kendala-kendala yang dapat mempengaruhi jumlah

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

230

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

sampel yang diambil. Beberapa keterbatasan yang ikutberpengaruh terhadap kemampuan peneliti dalam mengambilsampel, diantaranya adalah faktor: biaya, tenaga, dan waktu.Apabila peneliti mempunyai keterbatasan tersebut, maka penelitidapat meurunkan derajat kepercayaan (df) atau meningkatkanderajat penyimpangan dalam batas yang dapat ditoleransi (masihdalam batas yang ada dalam tabel).

Satuan sampling dapat berupa orang (individu) yang berdirisendiri, atau kumpulan individu, atau bisa juga dalam bentuk yanglain. Dalam pengukuran populasi nilai yang diperoleh disebut param-eter, sedangkan nilai yang diperoleh dari perhitungan sampel disebutpenaksir (estimator) dari parameter.

Pertanyaannya mengapa parameter atau nilai populasi perluditaksir atau diduga? Itu disebabkan karena nilai parameter jarangdiketahui, dan bahkan seringkali tidak pernah diketahui. Oleh karenaitu parameter perlu diduga dengan menggunakan sampel. Dalamrumus-rumus statistik ukuran populasi biasanya dilambangkan dengan“N” (huruf n besar), dan ukuran sampel dilambangkan dengan “n”(huruf n kecil).

Apabila suatu penelitian menggunakan sampel, maka penelitianitu menganalisis hasil penelitiannya dengan statistik inferensial, danitu berarti pula hasil penelitiannya adalah suatu generalisasi. Untukmencapai generalisasi yang baik, maka disamping megikuti tata carapenarikan kesimpulan yang perlu diperhatikan, juga bobot sampelnyapun harus pula dapat dipertanggung jawabkan. Ini artinya sampelharus benar-benar dapat mewakili populasi. Untuk mendapatkansampel yang mempunyai bobot seperti itu, maka sampai pada tingkatmanapun dari suatu penarikan sampel, setiap unit populasi harusterwakili. Dengan demikian maka sampel adalah wakil semua unitstrata yang ada dalam populasi, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihatdalam gambar berikut ini:

231

Gambar: 10.1

Penarikan sampel yang refresentatif

Dari gambar: 10.1 diatas kita mengetahui seberapa besar sampelyang diambil dari populasinya. Besarnya sampel yang diambiltergantung pada ketentuan (tata cara) pengambilan sampel, ada yangberdasarkan persentasi tertentu, dan ada pula yang berdasarkankelayakan. Dalam penelitian yang populasinya homogen, makapenarikan sampelnya tidak sesulit pada peneltian yang populasinyaheterogen, sebaliknya pada penelitian yang sampelnya heterogenmaka penarikan sampelnya harus lebih hati-hati, karena keseluruhansubstansi populasi yang heterogen itu harus ada (terwakili) dalamsampel yang diambil. Bagaimana cara menarik sampel pada populasiyang heterogen dapat kita lihat pada tata cara penarikan sampel yangdisesuaikan dengan sifat-sifat yang ada pada populasinya.

Selain dari persoalan tersebut diatas, yang masih sering menjadimasalah dalam penelitian adalah persoalan besar kecilnya sampel yangdiambil. Persoalan ini bisa saja menjadi debatable yangberkepanjangan, persoalan ini sebetulnya tidak perlu terjadi, karenabesar kecilnya sampel dalam suatu penelitian tidak selalu dapatmenjamin ketepatan kesimpulan suatu penelitian.151 Sampel yangbenar-benar dapat menjamin ketepatan kesimpulan suatu penelitianadalah sampel yang benar-benar refresentatif (yang mewakili semuaunsur yang ada dalam populasi). Oleh karena itu tidak ada gunanya

151 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta 2013, hal 113.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

232

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

sampel yang besar kalau sampel itu tidak diambil dari populasi yangtidak refresentatif.

Dalam persoalan besar kecilnya sampel ini, orang cenderungmengatasinya dengan menggunakan sampel yang besar, tentu denganharapan dapat mengurangi kesalahan penarikan sampel sekecil mung-kin. Hal ini sering terjadi dalam peramalan kandidat calon presidenyang diprediksi akan muncul sebagai pemenang pada Pemilu yangsecara priodik 5 tahun sekali dilaksanakan di negara kita. Misalnyaada survey yang mengunggulkan calon A setelah melakukan jejakpendapat dimasyarakat dan kemudian menganalisisnya dengan hasilyang pas.

Kemudian dengan bangga dan berbunga-bunga mengumumkanhasilnya bahwa calon yang menjadi favoritnya akan keluar sebagaipemenang pemilu menurut analisis hasil suveynya yang didukung olehsampel yang cukup besar bahkan melebihi dari rumus-rumuspengambilan sampel yang lazim digunakan dalam suatu penelitian.Dalam masa menunggu pengumuman hasil resmi oleh KPUkegembiraan menyelimuti mereka, baik Tim survey maupun kandidatluar biasa berbunga-bunga. Namun apa yang terjadi kemudian,ternyata yang muncul sebagai pemenang adalah kandidat B yangmenjadi saingannya.

Pupuskah sudah harapannya? Belum, ternyata kandidat yangdigadang-gadang oleh lembaga survey dan pendudukungnya malahmengajukan protes atas kekalahannya dengan mengajukan hasilanalisis dari Tim survey yang membantunya sebagai alasan pembenar.Hasil perhitungan suara yang remi moleh KPU ternyata memangberdasarkan data yang resmi, dan itu terbukti kebenarannya setelahdicek ulang tidak ada yang keliru dalam menghitung.

Dalam suasana yang tenang setelah Tim survey tersebutmengecek ulang teknik pengambilan sampelnya diketahui adakekeliruan. Ternyata tim itu tidak memperhatikan strata yang adadalam populasi, yang diambil oleh Tim survey sebagai sampel hanyalapisan masyarakat yang mudah ditemui diperkotaan yang biasa ikutgonjang ganjing rame-rame dalam kegiatan pemilu. Sedang pemilihyang ada dipedesaan yang merupakan strata populasi yang terbesarpersentasinya tidak diambil sampelnya. Inilah contoh kekeliruan besar

233

dalam penelitian yang menggunakan sampel yang “asal banyak saja”tanpa memikirkan ada berapa strata sampel yang ada dalam populasi.

Bagaimana pergerakan besar-kecilnya sampel dalam penelitiankuantitatif dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 10.2

Pergerakan besar kecilnya sampel dalam penelitian kualitatif

Dari gambar: 10.2, diatas kita dapat mengetahui semakinhomogen populasinya, maka semakin kecil jumlah sampel yangdiambil dari populasi itu (lihat arah panah turun). Sebaliknya semakinheterogen populasinya, maka semakin besar jumlah sampel yangdiambil, bagaimana cara mendapatkan sampel yang refresentatif,dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:

a) Derajat keragaman (degree of homogenity) populasi.Semakinhomogen populasi, semakin besar kemungkinan penggunaanjumlah sampel yang kecil.

b) Pada populasi yang heterogen kecenderungan penggunaan sampeldalam jumlah yang besar sulit dihindari.

c) Selain mengetahui sifat-sifat khusus populasi, derajat keberagamanunit-unit yang ada dalam populasi, peneliti juga perlu mengenalciri-ciri khusus populasi yang sedang atau yang akan ditelit, sifat-sifat dan ciri-ciri khusus populasi ini juga mempengaruhi jumlahsampel yang diambil.

d) Penggunaan teknik sampling yang tepat.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

234

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

4. Teknik samplingDalam penelitian dikenal beberapa cara pengambilan (teknik)

sampling, diantaranya yang sering dibicarakan adalah:a) Random sampling

Teknik sampling yang diberi nama random sampling ini diberinama demikian karena didalam pengambilan sampelnya penelitimencampur subyek-subyek didalam populasi sehingga semuasubyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberihak yang sama kepada setiap subyek untuk memeperolehkesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena haksetiap subyek sama, maka penelitian terlepas dari perasaan inginmengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikansampel.

Untuk mudahnya setiap subyek yang terdaftar menjadianggota populasi diberi nomor mulai dari nomor 1 sampai dengannomor yang terakhir. Dalam pengambilan sampel biasanya penelitisudah menentukan lebih dahulu berapa jumlah sampel yangdiperlukan, dalam teknik random sampling peneliti bisamengambilnya secara bebas nomor urut berapa saja sejumlah yangdiperlukan, atau bisa juga dengan jalan melakukan undian. Hanyasaja pengertian sejumlah yang diperlukan ini tidak sesedehana yangdikatakan, untuk menggatasi itu biasanya didalam buku-bukumetodologi penelitian ada petunjuk-petunjuk cara menentukanbesarnya sampel, dan bahkan ada pula rumus-rumus yang bisaditerapkan. Petunjuk-petunjuk yang bisa digunakan anatara lain:

(i) Apabila jumlah subyek yang dijadikan populasi kurang dari 100,lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakanpenelitian populasi.

(ii) Jika jumlah subyek yang dijadikan populasi besar, dapat diambilantara:

(a) 10 – 15 %.

(b) 20 – 25 %.

(c) Atau lebih, tergantung pada:- Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan

dana.

235

- Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek,karena hal itu menyangkut banyak sedikitnya data.

- Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti,untuk penelitian yang risikonya besar tentu saja jikasampelnya besar hasilnya akan lebih baik.152

Masih sering terjadi ada kecenderungan peneliti beranggapanbahwa semakin banyak sampel atau semakin besar persentasesampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapanitu benar, tetapi tidak selalu demikian karena hal ini tergantungpada sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung atau dimiliki olehpopulasi penelitiannya yang berkaitan erat dengan homogenitassubyek dalam populasi penelitian.

Untuk lebih jelasnya Arikunto (2002) memberi contohseabagai berikut: Air teh didalam poci dapat dikatakan homogenbila sudah diaduk. Setiap tetes air teh yang berasal dari pocitersebut akan sama keadaannya. Andai kata air teh tadi manis,maka hanya mengandung dua ciri, yaitu ciri yang berhubungandengan kekentalannya dan kemanisannya. Dalam keadaan yangdemikian maka sampel yang diambil tidak perlu terlalu banyak,boleh menganbil 1 ujung sendok teh saja, dan dapat diambil daribagian mana saja, penambahan dari 1 ujung sendok teh menjadi1 sendok penuh maupun 1 gelas tidak akan memperjelaskesimpulan penelitian.

Lain halnya apabila kita akan menyelidiki tingkat kedisiplinansiswa disuatu sekolah. Sifat atau ciri yang berhubungan denganatau banyak mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa adabermacam-macam, antara lain: tingkatan kelas, jenis kelamin,suasana pendidikan keluarga. Andai kata kita berpikir unsurkeluarga ini dari jenis pekerjaan orang tua dan hubungan antaranggota keluarga sebagai pendukung kedisiplinan, maka sekurang-kurangnya kita mengambil dari berbagai unsur ini. Misalnya: tingkatkelas ada 3 (kelas I, II, dan III), jenis kelamin ada 2 (laki-laki danperempuan), pekerjaan orang tua ada 4 (PNS, Pegawai Swasta, TNI/Polri, dan Buruh Tani), pendidikan orang tua ada 4 (SD kebawah,

152 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta Jakarta, 2002, hal 112.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

236

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

SLTP, SLTA, dan PT), hubungan antar anggota keluarga dikelom-pokan atas 3 (ketat, cukup, dan longgar). Maka akan diperlukanwakil dari setiap jenis gabungan sifat-sifat ini, secara teliti akanterdapat kemungkinan gabungan sebanyak perkalian unsur yangada, yaitu: 3 x 2 x 4 x 4 x 3 = 288. Dengan demikian jika diinginkansampel yang betul-betul mewakili populasi atas dasarpertimbangan ini dan masing-masing kategori diwakili 1 orang saja,sudah diperlukan sebanyak 288 orang, pengambilan sampel yangkurang dari jumlah itu tentu kurang refresentatif.

Penentuan besarnya sampel dengan persentase seperti yangbanyak dilakukan dari dahulu hingga sekarang nampaknya sudahsaatnya ditinggalkan karena ketepatan jumlahnya juga seringkurang tepat. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baikdiperlukan teknik pengambilan sampel yang lebih akurat, yaituyang betul-betul mewakili populasi. Berdasarkan pengalaman paraahli matematika dan statistika pegambilan sampel yang akurat itudapat dilakukan dengan menggunakan rumus matematika danstatistika, beberapa diantara rumus-rumus tersebut antara lain:(i) Rumus Jakob Cohen:

Dimana : N = Ukuran sampel

F2 = Effect sizeU = Banyaknya ubahan yang terkait dengan penelitian

L = Fungsi power dari u, diperoleh dari tabel , t.s. 1 %.

Misalnya: Diketahui L (Power) = 0,95, dan efect size (f2) = 0,1

Harga L labil dengan t.s. 1 % power 0,95 dan u = 5 adalah19,76.

Maka dengan menggunakan rumus tersebut diatas didapatkan:

= 203,6 dibulatkan menjadi 204

(ii) Rumus berdasarkan proporsi.Ada 2 rumus yang bisa digunakan

Pertama yang dikemukakan oleh Issac dan Michael:

237

Dimana: S = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

P = Proporsi dalam populasid = Ketelitian (error)

x2 = Harga tabel Chi-kuadrat untuk oc

Kedua dikemukakan oleh Paul Leedy

Dimana: N = Ukuran sampel

Z = Standar skor untuk oc yang dipilih

E = Sampling errorP = Proporsi harus dalam populasi

Rumus Slovin

Slovin memasukan unsur kelonggaran ketidak telitiankarena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapatditoleransi. Nilai toleransi ini dinyatakannya dalam persentasemisalnya 5 %. Rumus yang digunakan Slovin adalah sebagaiberikut:

Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

α = Toleransi ketidak telitian dalam persen ( % )

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

238

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Misalnya: diketahui jumlah populasi 1200 orang.Sementara itu ketidak telitian yang diperkirakan 5 %. Jadi jumlahukuran sampelnya adalah:

(iii) Jika jumlah N tidak diketahui

Untukmenghitung jumlah sampel dapat dilakukan denganmenggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :Z = nilai z dari tabel distribusi z dengan tingkatsignifikan tertentu

σ = deviasi standar dari populasi

x = kesalahan estimasi atau error of estimate

Oleh karena tidak diketahui, maka yang dapat dilakukanadalah mengestimasi besarnya dan yang diinginkan atau yangberdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Khusus untukdeviasi standar populasi bisa diestimasi dengan menggunakanrumus sebagai berikut:153

range

153 Husin Umar, Metode Riset Komunikasi, Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2002,hal.135.

239

Dimana: range = sama dengan selisih antara nilai yangtertinggi dari data dengan nilai yangterendah dari data.

Selanjutnya,masih ada lagi beberapa cara yang dapatdigunakan untuk menentukan sampel random seperti berikutini:154

(i) Undian (untung-untungan)

Cara lain menentukan sampel random ini adalah denganundian.Caranya dengan memberi nomor untuk setiap anggotapopulasi diselembar kertas kecil untuk setiap anggota populasisatu nomor mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor terakhir,misalnya yang kita perlukan 200. Keatas yang diberi nomor itukemudian digolong satu persatu, setelah itu diundi sejumlahyang dipelukan sebagai sampel, cara ini hanya bisa dilakukanuntuk populasi yang homogen.

(ii) Ordinal (tingkatan sama)Anggota populasi misal 1000, kemudian semua anggota

populasi itu kita beri nomor secara berurutan dari 1 sampaidengan 1000. Sampel yang kita perlukan misalnya 200.Setelahitu kita membuat golongan kertas dengan diberi nomor masing-masing dari 1 sampai dengan 5, kemudian kita gulung, setelahitu kita ambil salah satu. Kebetulan misalnya angka yangterambil 3, oleh karena sampel yang kita perlukan 200, makabesarnya sampel berarti seperlima dari populasi. Seterusnyakita mulai dengan nomor 3 yang terambil tadi, lalu untuk nomorberikutnya kita melakukan lompatan 5 angka, Jadi urutansampel kita selengkap: 3. 8, 13, 18, 23, dan seterusnyamelompati lima nomor sampai mencapai 200 nomor.Nomor-nomor yang terambil itulah yang menjadi nomor subyekpenelitian kita, cara ini hanya dapat dilakukan pada populasiyang homogen.

154 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta Jakarta, 2002, hal. 114-115.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

240

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii) Menggunakan tabel bilangan random

Didalam buku-buku statistik dibagian belakang biasanyaada halaman yang memuat angka-angka yang disusun secaraacak, angka-angka itu dapat dicari letaknya menurut baris dankolom. Agar pengambilan sampel terlepas dari perasaansubyektif maka peneliti sebaiknya menuliskan langkah-langkahyang akan diambil, misalnya:Pertama, menjatuhkan ujung pensil pertama, menemukannomor baris.

Kedua, menjatuhkan ujung pensil kedua, menemukan nomorkolom, pertemuan antara nomor baris dan nomor kolom inilahnomor subyek ke- 1.

Ketiga, Bergerak dari nomor tersebut dua langkah kekanan,menemukan nomor subyek ke- 2.

Keempat, Bergerak kebawah 5 langkah menemukan nomorsubyek ke- 3.Kelima, Bergerak kekiri 2 langkah menemukan nomor subyekke – 4.

Keenam, Dan seterusnya sampai diperoleh jumlah subyak yangdikehendaki.

Jika jumlah subyeknya tidak terlalu banyak dapat dituliskansemua. Tetapi jika jumlah subyeknya banyak, maka langkahnyadapat diulang.

b) Sampel berstrata (Stratified sample)

Apabila populasi penelitian terbagi atas tingkat-tingkat strata,maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random.Adanya strata tidak boleh diabaikan, setiap strata harus diwakilisebagai sampel, misalnya kita ingin meneliti kehadiran mahasiswadalam perkuliahan untuk suatu Perguruan Tinggi, maka kita harusmengambil sampel dari semua Fakultas dan dari semua jurusan(Prodi) dan pada tiap semester yang akan diteliti.

Sampel berstrata digunakan apabila ada perbedaan ciri ataukarakteristik diantarastrata-strata yang ada, dan perbedaan itumempengaruhi variabel penelitian.

241

c) Sampel wilayah (area probability sample)

Pengambilan sampel ini juga dilakukan apabila ada perbedaanantara strata yang satu dengan strata yang lain. Sampel wilayahadalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakildari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Misalnya kitaakan meneliti keberhasilan program KB di seluruh wilayah Indo-nesia. Maka kita harus memgambil sampel dari seluruh wilayahIndonesia yang berjumlah 34 Provinsi. Ke-34 Provinsi itu tentumempunyai ciri-ciri dan karakteristiknya berbeda, sehinggasampelnya heterogen.

d) Sampel proporsi (Proporsional sample) atau sampel imbangan

Teknik pengambilan sampel proporsi atau imbangan inidigunakan untuk menyempurnakan teknik pengambilan sampelberstrata atau juga teknik pengambilan sampel wilayah. Adakalanya banyaknya subyek yang terdapat pada setiap strata atauwilayah tidak sama. Oleh karena itu untuk mengambil sampel yangrefresentatif,pengambilan subyek dari setiap strata atau wilayahditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyekdalam masing-masing strata atau wilayah.

Misalnya penelitian tentang minat belajar mahasiswa dalamsuatu Prodi (jurusan). Maka sampelnya harus diambil menurutjumlah semester yang berjalan dengan jumlah subyek yangseimbang. Hal ini karena jumlah mahasiswa setiap semester atausetiap angkatan itu pada umumnya jumlahnya tidak sama. Jadiuntuk menjamin pemerataan dan keseimbangan sampel yangdiambil dalam penelitian yang menggunakan sampel proporsi(imbangan ini) idealnya memang tidak hanya menggunakan satumetode (teknik) sampling saja.

e) Sampel bertujuan (purposive sample)

Pengambilan sampel bertujuan (purposive sample) tidakdidasarkan atas strata, random, atau wilayah, tetapi didasarkanatas tujuan tertentu. Penggunaan teknik ini biasanya dilakukankarena beberapa pertimbangan, diantaranya karena keterbatasanwaktu, tenaga, dan biaya, sehingga tidak dapat mengambil sampelyang besar dan jauh.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

242

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Meskipun cara ini diperbolehkan, namun untuk meminimal-kan teknik analisis kurangannya peneliti diharuskan memenuhipersyaratan sebagai berikut:

(i) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat,atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokokpopulasi.

(ii) Subyek yang dijadikan sampel benar-benar merupakan subyekyang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapatpopulasi (key subject).

(iii) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermatpada waktu melakukan studi pendahuluan.

Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baikkarena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehinggadatanya dapat dikumpulkan dan memenuhi ketentuan jumlahminimal dalam teknik sampling. Hanya perlu diingat teknik inimengandung kelemahan, yaitu tidak dapat menggunakan statistikparametrik sebagai teknik analisis data, karena tidak memenuhipersyaratan random.

f) Sampel kuota (quota sampel)

Teknik sampling kuota ini juga tidak didasarkan pada strataatau wilayah, tetapi lebih pada jumlah yang sudah ditentukan.Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungi subyek yangmemenuhi persyaratan ciri-ciri populasi tanpa menghiraukan darimana asal subyek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanyayang dihubungi itu adalah subyek yang sudah ditemui, sehinggapengumpulan datanya mudah, yang penting disini terpenuhinyajumlah (quota) yang sudah ditetapkan.

g) Sampel kelompok (cluster sample)

Sampel kelompok adalah sampel penelitian yang diambil darikelompok-kelompok yang ada di masyarakat, seperti misalnyadalam lapangan pekerjaan (profesi) ada PNS, TNI/POLRI, Pegawaisawata, Petani, Nelayan, dan sebagainya. Di lembaga pendidikanada SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi, kalau kita melakukanpenelitian yang berkenaan dengan bidang pekerjaan anggota

243

masyarakat, maka sampelnya adalah subyek-subyek yang adadalam bidang/lapangan pekerjaan di masyarakat tersebut. Begitupula jika kita melakukan penelitian tentang pendidikan makasampelnya diambil dari kelompok-kelompok yang ada dilembagapendidikan. Sampel-sampel yang demikian inilah yang disebutsampel kelompok (cluster). Sebelum memgambil sampel inipeneliti harus lebih dahulu memperhitungkan masak-masak apayang menjadi ciri-ciri yang harus ada pada sampel kelompok.

h) Sampel kembar (double sample)

Sampel kembar adalah sampel yang memang diambil duabuah oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabilaada data yang tidak masuk di sampel pertama atau juga akandigunakan untuk pengecekan terhadap kebenaran dari data padasampel pertama. Biasanya sampel pertama jumlah besar,sedangkan sampel kedua jumlahnya kecil karena hanya untukkeprluan pengecekan saja.

5. Penelitian kasusPenelitian kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,

terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejalatertentu. Kemudian kalau dilihat dari wilayahnya penelitian kasus inihanya meliputi wilayah atau subyek yang sangat sempit, tetapi dilihatdari sifat penelitiannya penelitian kasus ini adalah penelitian yang lebihmendalam(intensif), meskipun penelitian kasus ini lebih intensif (men-dalam) tetapi hasilnya tidak dapat digeneralisir untuk suatu populasi.

6. Unit analisisYang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah

satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Seringkali masih ada peneliti khususnya peneliti pemula yang masihkebingungan membedakan antara pengertian obyek penelitian, subyekpenelitian, dan sumber data. Untuk memudahkan memahaminyadapat diberikan contoh berikut ini:

Misalnya seorang peneliti akan meneliti harga satuan produksisebuah pabrik sepatu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

244

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

obyek penelitian adalah “harga satuan produk” sebuah pabrik sepatu.Sebagai subyek penelitiannya adalah “pabrik sepatu”, dan sebagaisumber data adalah “direktur” pabrik sepatu atau bisa juga manajeryang diserahi tanggung jawab oleh direktur mengurusi perhitunganharga produksi, misalnya “manajer produksi”.

Selain itu kita juga harus bisa membedakan antara subyekpenelitian, responden, dan informan. Informan memang lazimdigunakan dalam penelitian kualitatif, dan dalam penelitian kuantitatiftidak pernah digunakan. Tetapi bagi yang mempelajari penelitiankuantitatif perlu juga untuk mengetahui. Kemudian pengertian subyekpenelitian secara umum adalah “subyek yang dituju untuk diteliti”.Responden adalah “orang yang memberikan respon atau penanggap,yaitu orang yang kita minta memberikan keterangan tentang suatufakta atau pendapat”. Keterangan yang diberikan itu bisa dalam bentuktulisan, misalnya jawaban terhadap pertanyaan kuesioner (angket),atau dalam bentuk lisan ketika memberikan jawaban terhadapwawancara dengan peneliti, itulah beberapa istilah yang termasukdalam unit analisis penelitian.

7. Data PenelitianData adalah sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk

bilangan yang dihasilkan dari pengukuran atau perhitungan.Berdasarkan sifatnya data dibagi menjadi dua, yaitu data diskrit dandata kontinu. Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasilmenghitung atau membilang, dan dinyatakan dalam bentuk bilanganbulat. Contohnya: banyak anak dalam keluarga, data kontinu adalahdata yang diperoleh dari hasil pengukuran, dan dinyatakan dalambentuk bilanhan riil, Contohnya: tinggi badan. Berdasarkan jenisnyadata dibagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif.155

a) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentukbukan bilangan, atau dengan kata lain adalah data yang disajikandalam bentuk kata-kata yang mengandung makna atau berbentuk

155 Juliansyah Noor, Analisis data penelitian ekonomi dan manajemen, GrasindoJakarta, 2014, 13.

245

kategori. Misalnya: jenis kelamin (pria dan wanita), statusperkawinan (belum menikah, menikah, janda, duda), tingkatkepuasan (tidak puas, cukup puas, sangat puas). Data kualitatifmempunyai ciri tidak bisa dilakukan operasi matematika sepertipenambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pangkat.Data kualitatif dibagi menjadi dua bagian, yaitu data berskala nomi-nal, dan data berskala ordinal.

(i) Data berskala nominal adalah data yang diperoleh dengan carakategorisasi atau klasifikasi.Data berskala nominal adalah datayang paling rendah tingkatannya dalam skala pengukuran data,misalnya jenis pekerjaan dikualifikasi menjadi: pegawai negeridiberi nilai 1, pegawai swasta diberi nilai 2, wiraswasta diberinilai 3. Ciri data nominal adalah posisi data setara.Contohpegawai negeri tidak lebih tinggi dari wirausaha, dan sebaliknyawalau angka kodenya berbeda.

(ii) Data berskala ordinal adalah data yang diperoleh dengan carakategorisasi atau klasifikasi. Diantara data tersebut terdapathubungan atau tingkatan.Misalnya tingkat kepuasan,diklasifikasikan menjadi: sangat puas diberi nilai 5, puas diberinilai 4, cukup puasdiberi nilai 3, tidak puasa diberi nilai 2, dansangat tidak puas diberi nilai 1. Ciri data berskala ordinal adalahposisi data tidak setara, seperticontoh diatas tingkat pepuasan“sangat puas” lebih tinggi dari puas, “puas” lebih tinggi daricukup puas, dan seterusnya.

b) Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dapat dinyatakan dalambentuk angka-angka. Contoh data kuantitatif adalah usiaseseorang, tinggi badan, berat badan, jumlah penjualan perbulan,dan lain-lain. Ciri data kuantitatif adalah dapat dilakukan operasimatematika, dan tidak ada kategorisasi atau klasifikasi. Datakuantitatif dapat dibagi menjadi dua, yaitu data berskala intervaldan data berskala rasio.

(i) Data berskala interval, adalah data yang diperoleh dengan carapengukuran dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui.Hal ini berbeda dengan data berskala ordinal, dimana jarak duatitik tidak diperhatikan, misalnya jarang antara puas dan tidak

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

246

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

puas tidak ada ukuran yangh pasti.Contoh data berskala inter-val sistem kalender.Tanggal 1 Januari 2015 adalah sistempenanggalan Masehi, jika dilihat dari sistem penanggalanHijriyah akan berbeda. Namun tetap akan ada jarak yang jelas,seperti misalnya antara 1 Januari dengan 10 Januari ada jarak10 hari.

(ii) Data berskala ratio,adalah data yang diperoleh melaluipengukuran, dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahuidan mempunyai titik nol yang absolut.Hal berbeda dengan databerskala interval, dimana tidak ada titik nol mutlak, seperti titiknol derajat Celsius tentu berbeda dengan nol derajat Fahren-hiet. Contoh data berskala ratio adalah buku yang dimiliki siswa,jika jumlahnya 5 berarti ada mempunyai 5 buah buku. Jika 0berati tidak punya buku sama sekali (absolut, benar-benar 0).

Data adalah komponen penelitian, artinya tanpa data tidak akanada penelitian, data dalam penelitian harus valid atau benar, jika tidakvalid maka akan menghasilkan informasi dan kesimpulan yang keliruatau salah. Oleh karena itu diperlukan pengambilan data yang benar.

Kemudian dalam perspektif lain menurut Leod (1995) dalam Umar(2000: 129) pengertian data dari sudut ilmu sistem informasi adalahsuatu fakta dan angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.Sebagai ilustrasi misalnya jumlah jam kerja karyawan, saat data inidiproses ia dapat berubah menjadi informasi misalnya denganmengalikan jumlah jam kerja dan upah per jam sehingga didapatkanpendapatan kotor. Jika pendapatan kotor ini kemudian dijumlahkanmaka pendapatan ini merupakan total biaya gaji karyawan harian,jumlah biaya gaji ini dapat dijadikan informasi bagi manajemen, jadiinformasi merupakan data yang telah diolah dan memiliki arti bagipemakai.156

a) Data primer dan sekunder

Data primer merupakan data yang didapat dari sumberpertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasilwawancara atau hasil pengisian kuesioner. Misalnya bankmemproduksi suatu produk layanan baru dan ingin mengetahui

156 Husein Umar, Loc Cit, hal 129. dikutip dari Leord, 1995.

247

bagaimana sikap konsumen terhadap produk tersebut, untukmaksud itu diadakanlah wawancara atau pengisian kuesioner padanasabahnya.

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebihlanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau olehpihak lain, data primer disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder ini digunakan olehpeneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerjaperbankan nasional yang dikeluarkan oleh suatu badan riset.

b) Data internal dan eksternal

Data internal adalah data yang didapat dari dalam organisasiatau perusahaan dimana penelitian itu dilakukan. Misalnya penelitiakan meneliti strategi suatu bank, maka peneliti mencari data daridalam bank tersebut, jika data itu didapat dari pihak lain makadata itu disebut data eksternal.

c) Data time series dan cross sectionData time series atau disebut juga data deret waktu

merupakan sekumpulan data dari fenomena tertentu yang didapatdalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktumingguan, bulanan, atau tahunan. Misalnya data kinerja banknasional mulai dari 2005 sampai dengan 2015, sedangkan datacross section adalah sekumpulan data untuk meneliti suatufenomena tertentu dalam suatu kurun waktu saja, misalnya datahasil pengisisn kuesioner tentang perilaku pembelian suatu produkbank oleh sekelompok responden pada bulan tertentu (misalnyaOktober 2014) saja.

8. Instrumen pengumpulan dataDalam suatu penelitian kita memerlukan teknik penumpulan data,

untuk keperluan tersebut ada beberapa instrumen pengumpulan data(khususnya data primer) yang bisa digunakan oleh peneliti. Instrumentersebut diantaranya: kuesioner (angket), wawancara, observasi, dandokumentasi, pengumpulan data tersebut menggunakan perangkatatau instrumen sendiri-sendiri, untuk itu dapat dijelaskan sebagaiberikut:

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

248

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) adalah cara pengumpulan data denganmenyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, denganharapan mereka akan memberikan respons atas daftar pertanyaantersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, jika opsijawaban tidak ditentukan sebelumnya, dan bersifat tertutup jikaopsi jawaban telah disediakan sebelumnya, instrumennya dapatberupa: kuesioner (angket), checklist, atau skala.(a) Contoh kuesioner (angket)

(i) Model terbuka

Misalnya kita menanyakan pelatihan apa saja yang pernahdiikuti responden selama 5 tahun terakhir, terkait denganpeningkatan kinerja karyawan di suatu perusahaan.

Tabel: 10.1

Pelatihan yang pernah diikuti karyawan

Dalam 5 tahun terakhir

*= Isi sesuai yang tertera dalam serifikat pelatihan yang sudahanda miliki.

(ii) Model tertutup

Pernahkan anda bekerja seperti posisi anda sebelum diperusahaan ini ?a. Pernah. b. Tidak pernah.

249

(iii) Model checklist

Beri tanda silang (X) pada kolom penanggung jawabpekerjaan di Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNISKA MABBanjarmasin berikut ini:

Tabel: 10.2

Jenis pekerjaan dan unit kerja

Yang bertanggung jawab

(iv)Contoh Skala

Berikan tanda silang (X) pada kolom yang anda anggappaling tepat mengenai kinerja Perusahaan di PT TunasGemilang Banjarmasin, sebagaimana termuat dalam tabelberikut ini:

Tabel: 10.3

Checklist skala kinerja

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

250

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Keterangan: 1 = Sangat tidak puas

2 = Tidak puas3 = Cukup puas

4 = Puas

5 = Sangat puas

(b) Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan datapenelitian yang dilakukan secara langsung (tatap muka) antarapeneliti dengan responden. Dalam pelaksanaan wawancara inipewawancara perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, diantaranya dengan:

(i) Melakukan pendekatan pendahuluan dengan pihak-pihakyang akan diwawancarai.

(ii) Menyampaikanpermintaan resmi dengansurat yang isinyamemohon berkenan menjadi responden danmenyediakanwaktu untuk diwawancarai.

(iii) Membuat panduan wawancara, panduan wawancara inimemuat catatan (pointer-pointer) data (informasi) yangdiperlukan dalam penelitian.Pembuatan panduanwawancara ini dimaksudkan agar pelaksanaan wawancaralebih terarah, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukandalam wawancara juga runtut sesuai dengan data(informasi) yang diperlukan,dengan tetap memperhatikankelonggaran waktu yang disediakan (disepakati) oleh pihakyang diwawancarai.

(iv) Dengan membuat pedoman wawancara ini dimaksudkanpula agar tidak ada pertanyaan yang ketinggalan, karenadengan adanya pedoman wawancara ini peneliti dapatmengecek kembali hal-hal yang perlu ditanyakan sebelumpelaksanaan wawancara.

(v) Secara garis besar ada dua macam panduan wawancara:157

Pertama,Pedoman wawancara yang tidak terstruktur, yaitupedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang

157 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta Jakarta 2002, hal. 202.

251

akan ditanyakan. Tentu saja disini kreativitas pewawancarasangat diperlukan,bahkan hasil wawancara dengan jenispedoman ini lebih banyak tergantung pada pewawancara.Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden,pedomanwawancara tidak terstruktur ini cocok untukpenelitian kasus.

Kedua, Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedomanwawancara yang disusun secara terperinci sehinggamenyerupai checklist. Dalam pelaksanaannya pewancaratinggal mencantumkan tanda v (check) pada nomor yangsesuai.Selain dengan dua model pedoman wawancara ini dalampraktiknya ada pula pewawancara yang menggunakanpedomanwawancara Semi structured yang merupakanpengembangan (perpaduan) dari dua macam panduanwawancara tersebut (tidak terstruktur dan terstruktur).Dalam model semi structured ini mula-mula pewawancaramenanyakan rentetan pertanyaan yang terstruktur,kemudian satu persatu diperdalam dengan mengorekpertanyaan yang lebih lanjut.Dengan demikian jawabanyang diperoleh bisa meliputi semua variabel denganketerangan yang lebih lengkap dan mendalam.

Kemudian untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimalperlu pula diadakan pelatihan bagi pewawancara, lebih-lebihbagi calon peneliti. Bagi mahasiswa yang akan menyelesaikantugas akhir pelatihan wawancara ini dapat dilakukan ketikamereka menerima kuliah Metodologi penelitian, paling tidakada dua tahap yang harus dilakukan dalam pelatihanwawancara ini:

Tahap pertama, calon pewawancara mempelajaripedoman wawancara dan hal-hal yang berhubungan dengankodisi wawancara, seperti misalnya:

(i) Transportasi menuju ke lokasi tempat wawancara.

(ii) Pengamanan data.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

252

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii) Variabel apa saja yang akan di tanyakan.

(iv) Dan lain-lain yang dianggap perlu.

Pada kesempatan ini perlu pula dipertimbangkan apakahharapan peneliti sebaiknya dikemukakan atau tidak, karenaadakalanya justru membuat pewawancara mempunyaikecenderungan menggiring atau mengarahkan data (informasi)kepada harapannya, dan bisa menjadikan hasil wawancaramenjadi bias.

Tahap kedua, calon pewawancara dilatih bagaimanamenjadi pewawancara yang baik antara lain:(i) Bagaimana sikap dan penampilan ketika datang ketempat

wawancara.

(ii) Bagaimana membuka percakapan.

(iii) Bagaimana mengemukakan maksud dan tujuan wawancara.

(iv) Bagaimana cara mengajukan pertanyaan.(v) Bagaimana memberikan respon.

(vi) Dan bagaimana menutup pembicaraan.

Bila pelaksanaan wawancara untuk jumlah beberapa or-ang responden bisa dilaksanakan sekaligus, sebaiknyasituasinya dibuat sesantai mungkin dengan membuat lingkaran(setengah lingkaran), dimana pewawancara menjadi bagian darilingkaran atau setengah lingkaran itu dan pewawancarabertindak sebagai fasilitator, yang mengatur giliran berbicara.Cara ini biasa disebut sarasehan, dibandingkan dengan carawawancara biasa (one by one), wawancara dalam bentuksarasehan ini mempunyai beberapa keuntungan:

(i) Dapat menghemat waktu.

(ii) Pengumpulan data dapat dilaksanakan dalam suasanasantai, penuh rasa kekeluargaan, dan data (informasi) yangdiperoleh akan lebih obyektif.

(iii) Peneliti dapat mengkait-kaitkan antara satu pertanyaandengan pertanyaan yang lain sehingga ditemukan data(informasi) yang lebih komprehensif.

253

b) Observasi

Cara yang lebih efektif dalam menggunakan observasi adalahdengan melengkapi kegiatan observasi itu dengan menyediakanformat atau blangko pengamatan sebagai instrumen observasi.Format atau blangko pengamatan yang disusun berisi tentang item-item atau kejadian atau tingkah laku yang mungkin (diperkirakan)akan muncul selama proses observasi. Dari para peneliti yangberpengalaman diperoleh suatu petunjuk, bahwa mencatatkejadian selama observasi bukan sekedar mencatat, tetapi jugamelakukan pertimbangan dan kemudian melakukan penilaiankedalam suatu sekala bertingkat (sekali, berulang, sering kali), dansebagainya.

Arikunto memberikan contoh berikut ini: observasi(pengamatan) yang dilakukan seorang peneliti untuk mengetahuiproses belajar mengajar mahasiswa didalam kelas, variabel yangakan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya.

Variabel (substansi kejadian) yang diamati, misalnya:

(i) Dosen mengajukan pertanyan (apersepsi material) diawal jampelajaran:

Substansi pertanyanan dosen:Frekuensi:(a) Bertanya tentang pelajaran yang sudah dijelaskan xxx

(b) Bertanya tentang jawaban mahasiswa xxx

(c) Bertanya tentang tugas yang diberikan xxx

(ii) Setiap kali dosen bertanya bagaimana tingkat kesukarannya

(a) Sangat sukar x(b) Sukar xxx

(c) Cukup xx

(d) Mudah xx

(e) Mudah sekali x

Dalam menentukan variabel yang diamati dan menyusuninstrumen pengamatan ini peneliti harus ingat: semakin banyak

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

254

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

obyek yang diamati, pengamatan semakin sulit, dan hasilnya tidakteliti.158

Melakukan observasi pada dasarnya adalah pekerjaanmengamati, mengamati disini adalah mengamati dalam arti yanginten. Tidak sekedar asal melihat, tetapimengamati kejadian-kejadian yang tidak saja terjadi satu persatu, tetapi bisa juga terjadisecara bersamaan. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah,karena umumnya manusia itu banyak dipengaruhi oleh minat dankecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Kalau adabeberapa orang yang melakukan pengamatan terhadap kejadian-kejadian dalam suatu obyek penelitian hasil pengamatan harusnyasama, atau dengan kata lain hasil pengamatan harus obyektif. Disi-nilah diperlukan ketekunan seseorang yang melakukan observasiuntuk melakukan pengamatan terhadap obyek yang diteliti.

Untuk mendapatkan hasil pengamatan (observasi) yang lebihobyektif ada baiknya juga sambil mengamati perlu dibantu denganalat perekam kejadian seperti kamera, video tape, atau tape re-corder. Semua kejadian itu bisa dianalisis ulang, sehingga terhindardari mispersepsi, yang bisa terjadi karena pengaruh minat dankecenderungan yang ada pada diri masing-masing orang, sehinggakadang-kadang mengabaikan realita yang terjadi sesungguhnya.

Seperti halnya juga dalam melakukan wawancara, dalammelakukan observasi (pengamatan) inipun calon peneliti perlu jugadilatih lebih dahulu bagaimana melakukan observasi (pengamatan)yang baik. Pelatihan ini dapat dilakukan pada waktu mahasiswa(calon peneliti) menerima pelajaran (kuliah) metodologi penelitian,seperti halnya waktu melatih pewawancara, pelatihan observer(pengamat) ini juga dapat dilakukan dalam dua tahap:

Tahap pertama, mendiskusikan format observasi, menjelaskandengan contoh-contoh kejadian, memahami apa yang harusdiamati, dan bagaimana cara membuat catatan hasil pengamatan,yang akan dituliskan diluar format observasi (dilembar catatanmasing-masing para observer).

158 Suharsini Arikunto, Ibid, hal 204.

255

Tahap kedua, latihan mengamati (melakukan observasi) dansekaligus melakukan pencatatan. Caranya bisa dilakukan dengansimulasi (membuat tiruan kejadian), misalnya seorang mahasiswa(calon peneliti) menjadi model orang yang diobservasi, sebagairesepsionis (penerima tamu) disuatu perusahaan atau lembagayang memberikan pelayanan. Katakanlah rumah sakit umumpemerintah misalnya, Sebagian mahasiswa sebagai tamu yangdatang untuk urusannya masing-masing dan sebagiannya lagiditugaskan sebagai observer yang harus mengamati dan membuatcatatan hasil observasi.

Selain dengan bermain peran (simulasi) ini, pelatihanmengamati (observasi) ini bisa juga dilakukan dengan mengamativideo, misalnya video pembelajaran suatu bidang studi, dimanasemua mahasiswa (calon peneliti menjadi observer). Hasilpengamatan mereka kemudian didiskusikan dengan kembalimemutar video itu untuk mengecek kebenaran hasil pengamatanyang telah mereka lakukan.

c) DokumentasiTelaah dokumentasi juga penting untuk menemukan data

(informasi) yang diperlukan dalam penelitian. Meskipun data(informasi) yang didapat dari telaah dokumentasi ini klasifikasinyabukan data primer, tetapi masuk dalam klasifikasi data sekunder,namun masih punya arti penting, setidak-tidaknya untuk data yangdigunakan dalam penelitian manajemen keuangan.

Pertanyaannya “mengapa data penelitian dalam manajemenkeuangan masih bisa menggunakan data sekunder yang ada dalamdokumen-dokumen keuangan, seperti: Laporan Tahunan, Neraca,Buku Kas, Buku Bank, Rekening Koran, Wesel, Kuitansi, dan lain-lain”?, jawabannya adalah karena menurut ICW Hindia Belandadiakui sebagai sumber resmi bukti-bukti dokumen keuangan yangmempunyai kekuatan pembuktian selama 5 tahun. Ketentuan inikemudian setelah kita merdeka diadopsi kedalam Undang-Undangtentang Pertanggung jawaban Keuangan Pemerintah dan bahkandunia usaha juga mengikuti, bukti-bukti penerimaan danpengeluaran serta buku-buku tentang administrasi keuangan ituharus dipelihara sekurang-kurangnya selama lima tahun. Dengan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

256

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

demikian data (informasi) mengenai keuangan yang didapatmelalui penelusuran dokumentasi yang sebenarnya tergolong datasekunder itu, masih bisa dimanfaatkan dalam penelitianmanajemen keuangan dan dihargai sama dengan data primerselama masa waktunya masih berlaku (5 tahun).

Penggunaan metode dokumentasi ini tidak sesulitpenggunaan metode-metode yang sudah dibicarakan terdahulu,karena sumber datanya ada, sehingga masih bisa dicek bila terjadikekeliruan, lagi pula sumber datanya bukan benda hidup yang bisabergerak kesana kemari, tetapi merupakan benda mati yang setiapsaat tetap ada selama masa berlakunya 5 tahun.

d) Kriteria instrumen yang baik

Instrumen pengumpulan data (khususnya kuesioner) yangbaik, paling tidak memenuhi lima kriteria berikut,yaitu:159

(i) Validitas

Yang dimaksud validitas adalah untuk menyatakansejauhmana data yang didapatkan melalui instrumen penelitian(dalam hal ini kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur.Misalkan seorang peneliti akan mengukur mengenai kepuasankerja karyawan, maka semua semua pertanyaan atau pernya-taan dalam kuesioner itu harus berkaitan dengan kepuasankerja karyawan. Tidak ada satupun yang keluar dari topik itu,oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas kuesioner, bagai-mana cara mengujinya dapat dilihat pada sub bab uji instrumen.

(ii) ReliabilitasReliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan

sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabilaalat ukur itu digunakan berulang kali, langkah lain jangandijadikan alat untuk mengukur panjang karena tiap-tiap langkahtidak sama panjangnya. Lain lagi bila menggunakan alat ukuranmeteran, karena alat ukur ini konsisten sehingga dapatdigunakan berulang kali.

159 Husein Umar, Loc Cit, hal 97, dikutip dari Sevilla, 1998.

257

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner hendaknyadibuat sedemikian rupa, sehingga jika diisi atau dijawabberulang kali oleh responden maka juga akan relatif konsisten,oleh karena itu reliabilitas kuesioner juga perlu diuji. Bagaimanamenguji reliabilitas kuesioner dapat dilihat di sub bab ujireliabilitas.

(iii) SensitivitasSensitivitas dalam penelitian dimaksudkan sebagai

kemampuan instrumen penelitian untuk melakukandiskriminasi. Bila reliabilitas dan validitas atas instrumen adalahtinggi, tampaknya instrumen tersebut juga sensitif yaitu dapatmempertajam perbedaan tingkat variasi karakteristik yangdiukur.

(iv) Obyektivitas

Yang dimaksud dengan obyektivitas disini adalah bahwadata yang diisikan kedalam kuesioner harus terbebas daripenilaian yang subyektif, misalnya perasaan responden. Ini jelastidak obyektif, karena belum tentu sesuai dengan kenyataanyang sebenarnya.

(v) FisibilitasYang dimaksud dengan fisibilitas adalah berkenaan dengan

teknis pengisian kuesioner serta penggunaan sumber daya danwaktu. Ada pengisian kuesioner yang sederhana, tetapi adajuga memerlukan pemikiran yang lebih rumit, sehingga memer-lukan waktu, tenaga, dan bahkan biaya yang lebih banyak.Masalah ini bisa saja menjadi kendala, oleh karena itu perludipertimbangkan lebih dahulu agar fisibel pelaksanaannya.

9. Uji InstrumenDari lima kriteria instrumen (khususnya kuesioner) yang baik itu

(validitas, reliabilitas, sensivitas, obyektivitas, dan fisibilitas) dalampelaksanaan penelitian minimal dua yang harus diuji, yaitu validitasdan reliabilitas. Pengujian instrumen ini perlu dilakukan karena prosespengumpulan data itu memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yangbesar, sedangkan data yang diperoleh belum tentu berguna karenakuesioner yang digunakan misalnya tidak memiliki validitas dan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

258

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

reliabilitas yang tinggi. Dari sinilah munculnya pertanyaan “apakahinstrumen yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitianitu benar-benar mengukur apa yang ingin diukur?”. Pertanyaan inihanya bisa dijawab setelah dilakuan uji validitas dan reliabilitasinstrumen.

a) Uji validitasSeperti yang sudah dijelaskan bahwa validitas itu menunjukan

sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang akandiukur. Oleh karena itu kalau peneliti menggunakan kuesionerdalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusun olehpeneliti itu harus dapat mengukur apa yang akan diukur, dan untukmemastikan itu sebelum instrumen penelitian itu digunakan perlulebih dahulu diuji validitasnya. Validitas yang akan diuji itu menurutbeberapa ahli penelitian, meliputi: validitas konstruksi, validitasisi, validitas eksternal, dan validitas prediktif.160

(i) Validitas konstruksi

Suatu konsep yang akan diteliti hendaknya dapat diuraisecara jelas konstruksi atau kerangkanya, kerangka dari suatukonsep hendaknya valid. Misalnya seorang peneliti hendakmengukur konsep kepuasan kerja, Petama-tama yang harusdilakukannya adalah mencari apa yang merupakan kerangkadari konsep kepuasan kerja itu. Dengan mengetahui konsepkepuasan kerja itu maka peneliti dapat menyusun tolok ukuroperasional konsep kepuasan kerja tersebut.

Untuk memcari konsep ini ada tiga cara yang dapatdigunakan oleh peneliti:

Pertama: Mencari definisi konsep yang dikemukakan paraahli yang ditulis didalam literatur, biasanya definisi suatu konsepberisi kerangka dari konsep tersebut. Bilamana dalam konseptersebut sudah ada definisi yang jelas dan cukup operasionaluntuk dijadikan dasar penyusunan alat pengukur, maka definisiitu sudah dapat langsung dipakai untuk menyusun daftarpertanyaan penelitian dalam kuesioner. Tetapi apabila definisi

160 Husein Umar, Loc Cit, hal 100-104, dikutip dari Singarimbun dan Effendi 1989,dari Anastasia, 1974.

259

yang akan dikemukakan oleh peneliti dalam literatur itu belumoperasional, maka definisi itu harus dijabarkan lebih dahuluagar lebih operasional. Sehingga dapat dijadikan dasar untukmenyusun daftar pertanyaan kuesioner.

Kedua: Apabila definisi konsep yang ingin diukur itu tidakditemukan dalam literatur, maka peneliti dapat mencarinyadidalam kamus. Didalam kamus yang lengkap biasanya kitatemukan konstruksi suatu istilah yang digunakan (diopera-sionalkan), sehingga kita bisa menggunakan untuk menyusundaftar pertanyaan tentang konsep yang dimaksud itu.

Ketiga: Jika didalam kamus juga tidak ditemukan makapeneliti dapat mengupayakannya dengan dua cara lagi, yaitu:(a) mendiskusikannya dengan para ahli yang dianggapmenguasai masalah itu. Pendapat-pendapat para ahli itukemudian dicari persamaannya dan kemudian dijabarkanbagaimana operasionalnya. Kemudian jika pendapat para ahlijuga tidak ditemukan, maka peneliti dapat menempuh cara (b)menanyakan definisi konsep yang akan diukur itu kepada calonresponden. Misalnya peneliti ingin mengukur konsep kepuasankerja tadi, maka peneliti dapat menanyakan apa ciri-ciri(indikator) kepuasan kerja itu. Dari jawaban calon respondenitu peneliti dapat merumuskan konsep kepuasan kerja itu,kemudian dari konsep yang dibuat dapat dijabarkanpertanyaan-pertanyaan penelitian tentang kepuasan kerjatersebut. Cara ini sudah banyak dipakai dan dianggap baikkarena dapat menghindari bias dari subyektivitas peneliti.

(ii) Validitas isi

Validitas isi adalah suatu pengukur untuk mengetahuisejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspekyang dianggap sebagai aspek konsep kepuasan kerja itumemiliki lima indikator, ternyata misalnya seorang penelitihanya mencantumkan tiga saja dalam kuesionernya, makakuesioner yang disusunnya itu tidak memiliki validitas yangtinggi.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

260

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii)Validitas eksternal

Dalam penelitian ekonomi dan bisnis alat pengukur yangdiciptakan oleh para peneliti untuk mengukur gejala-gejalasosial cukup banyak dan sudah memiliki validitas. Misalnya skalapengukur “motivasi untuk berprestasi” yang diciptakan olehMehrabian (1973). Tidak saja di negara maju seperti di AmerikaSerikat, di Indonesia skala ukur dari Mehrabian ini juga sudahditeliti dan ternyata memiliki validitas yang cukup tinggi.161

Selanjutnya kita tidak perlu terlalu kaku, kalau ada penelitiyang mampu menciptakan alat pengukur baru dibidang yangsama dengan skala yang dibuat oleh Mehrabian dengan tujuanyang sama. Alat ukur yang baru ini kemudian dicoba dahulupada sekolompok responden yang juga diminta mengisijawaban kuesioner itu dan juga mengisi kuesioner dengan skalaMehrabain yang diketahui valid. Bilamana alat pengukur baruitu memberikan hasil yang relatif sama dengan hasil pengu-kuran skala Mehrabain, maka dapat dikatakan alat pengukurbaru itu sudah memiliki validitas yang memadai.

Pertanyaan kita “bagaimana mengetahui hasil pengukurankedua alat pengukur itu memberikan hasil yang sama”? Caranyaadalah hasil pengukuran itu dikorelasikan dengan mengguna-kan metode statistika, apabila hasilnya korelasinya tinggi dansignifikan berarti alat ukur yang baru itu memiliki validitas yangmemadai. Berdasarkan itu dapat disimpulkan bahwa validitaseksternal adalah validitas yang diperoleh dengan caramengkorelasikan alat pengukur yang baru dengan tolok ukureksternal, berupa alat ukur yang sudah valid. Bagaimana caramelakukan uji validitas ini dapat dilihat pada contoh yangdiberikan pada sub bab berikut ini.

b) Uji reliabilitas

Bila alat ukur itu sudah dinyatakan valid, maka alat ukur ituuji pula reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yangmenunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukurgejala yang sama, setiap alat pengukurseharusnya memiliki

161 Husein Umar, Ibid, hal 103, dikutip Singarimbun 1989, dari Mehrabian 1973.

261

kemampuan membertikan hasil pengukuran yang konsisten.Padaalat pengukur untuk fenomena fisik seperti berat dan panjangbadan konsistensi pengukurannya bukan hal yang sulit dicapai, akantetapi untuk mengukur permasalahan ekonomi atau bisnis yangmencakup fenomena sosial seperti sikap, opini, dan persepsi,pengukuran yang konsisten sering sulit dicapai.

Hal ini berhubungan dengan gejala sosial yang tidak semantapgejala fisik, maka dalam mengukur gejala sosial harus selaludiperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error).Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial kesalahan pengukuran ini cukupbesar, oleh karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yangsebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan.162

Hasil pengukuran gejala sosial merupakan kombinasi antara hasilpengukuran yang sesungguhnya (true score) dan penambahankesalahan pengukuran, secara matematis keadaan tersebutdigambarkan (dituliskan) dalam persamaan berikut ini:

X0 = Xt + Xe

Dimana X0 = Angka yang diperoleh (obtained score)

Xt = Angka yang sebenarnya (True score)X

e= Kesalahan pengukuran (measurement error))

Semakin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alatpengukur tersebut, sebaliknya semakin besar kesalahanpengukuran semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut, besarkecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari nilaikorelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Bila nilaikorelasi (r) dikuadratkan, maka hasilnya disebut koefisienditerminasi (coefficient of determination) yang merupakanpetunjuk besar kecil hasil pengukuran yang sebenarnya.

Semakin tinggi angka korelasi, semakin besar nilai koefisienditerminasi, dan semain rendah kesalahan pengukuran, misalnyaditemukan korelasi antara pengukuran pertama dan kedua sebesarr = 0,90. Hasil pengukuran yang sesungguhnya adalah 0,90 x 0,90

162 Husein Umar, Ibid, hal 108.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

262

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

= 81 %. Apabila angka korelasi (r) yang ditemukan hanya 0,50,maka koefisien diterminasinya hanya 0,25. Berarti hanya 25 % sajayang merupakan hasil pengukuran yang sebenarnya.

Teknik-teknik pegukuran reliabilitas untuk penelitian ilmu-ilmusosial seperti misalnya ekonomi dan bisnis ada beberapa macamyang dapat digunakan, masing-masing: Test and retest, SpearmanBrown, K-R 20, K-R 21, Cronbacb, dan Oservasi.(i) Teknik Test and Retest

Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur engganpengukuran ulang (test and retest), peneliti meminta yang samaagar menjawab pertanyaan atau pernyataan dalam alatpengukur sebanyak dua kali, dengan selang waktu yangmemadai antara 15 – 30 hari (tidak terlalu dekat dan tidakterlalu jauh jaraknya). Kalau selang waktu itu terlalu dekatresponden masih ingat dengan jawabannya pada pengukuranpertama dan kalau terlalu lama dikhawatirkan fenomenasosialnya yang diukur sudah berubah.

Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan teknikkorelasi product moment seperti yang dijelaskan dalammenghitung validitas. Juga dapat digunakan teknik korelasi yanglain, pilihan teknik korelasi tentu disesuaikan dengan jenis datayang dikumpulkan, sebagai contoh data pengukuran suatupersepsi hasil penilaian pertama dan kedua distribusinyaseperti dalam tabel dibawah ini. Nilai hasil pengukuran didapatdari jumlah rata-rata tertimbang dari data tiap responden.

Tabel: 10.4

Hasil pengukuran pertama dan Kedua

Persepsi responden terhadap fenomena yang diteliti

263

Sumber: Umar, 2002: 110

Langkah selanjutnya adalah hasil pengukuran Idikorelasikan dengan hasil pengukuran II. Pengukuran I disebutX, dan pengukuran IIdisebut Y, cara menghitung sama denganmenguji validitas. Bila angka korelasi yang diperoleh signifikanberarti hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran II relatifsignifikan, dengan demikian berarti skala pengukur yangdisusun adalah reliabel begitu pula sebaliknya.

(ii) Teknik Spearman Brown

Penggunaan teknik Spearman Brown ini memerlukansyarat-syarat berikut dalam penggunaannya:(a) Bentuk pertanyaan hanya terdiri dari dua pilihan jawaban,

misalnya Ya atau Tidak. Ya diisi 1 dan Tidak diisi dengan 0.

(b) Jumlah butir pertanyaan harus genap agar dapat dibelah.

(c) Belahan pertama dan belahan kedua harus seimbang.

Belahan instrumen dikatakan seimbang bila jumlah butirpertanyaannya sama dan pertanyaan tersebut mengungkapaspek yang sama, untuk memperoleh belahan yang seimbangpeneliti harus sudah memperhitungkan sejak menyususninstrumen tersebut sebagai upaya hati-hati membuatpertanyaan dalam jumlah genap untuk setiap aspek dan faktor.Dengan demikian letak butir dapat disebar sedemikian rupaagar dalam analisis data pada waktu diadakan pembelahansudah diketahui dengan pasti manakah pasangan-pasanganbutir pertanyaannya.

Oleh karena itu perencanaan penelitian harus terpadudalam arti memperhatikan variabel, pembuatan instrumen, ujicoba, pengujian reliabilitas, analisis data dan sebagainya.Peneliti hendaknya membuat tabel analisis butir soalpertanyaan penelitian dari analisis ini skor-skor dikelompokanmanjadi dua berdasarkan belahan bagian awal. Ada dua cara

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

264

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

untuk membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir,oleh karena itu teknik Spearman Brown ini disebut juga teknikbelah dua.

(a) Teknik belah ganjil-genap

Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan skor butirbernomor ganjil sebagai belahan pertama dan butirbernomor genap sebagai belahan kedua, secara tekniscaranya sebagai berikut:

Pertama, hitunglah jumlah jawaban bernilai 1 atau Yayang berada pada butir-butir pertanyaan ganjil itulah jumlahskor ganjil sedangkan jumlah skor genap didapatkan denganmengurangi skor total dengan nomor ganjil.

Kedua, mengkorelasikan skor belahan skor belahanpertama dengan skor belahan kedua, dan dari sini akandiperoleh harga r

xy. Oleh karena indeks korelasi yang

diperoleh baru menunjukan hubungan antara belahaninstrumen, maka untuk memperoleh indeks reliabilitasditeruskan dengan menggunakan rumus Spearman Brown,yaitu sebagai berikut:

Dimana : = realiabilitas instrumen

= indeks korelasi antara dua buah intrumen

Contoh : Misalnya: rxy

adalah 0,576,

maka =

Bila telah diperoleh angka reliabilitas, selanjutnyalakukan uji korelasi, jika pengujiannya menggunakan r prod-uct moment dengan n 10, maka untuk r

t 5% didapat r tabel =

0,632 dan untuk rt 1%

didapat r tabel = 0,765. Dengan

265

demikian instrumen itu reliabel bila dilihat dari teknik belahdua ganjil-genap untuk 5%.

(b) Teknik Belah awal-akhir

Yang dimaksud dengan belah awal-akhir adalah skorbutir dari butir nomor 1 sampai dengan nomor ke ½ n, danbelahan kedua skor butir setengan nomor terakhir. Secarateknis caranya adalah sebagai berikut:

Pertama, jumlah pertanyaan dibagi dua, misalnyadidapat masing-masing 14 pertanyaan. Dari 14 pertanyaanbelah awal hitunglah yang menjawab 1, kemudianjumlahnya diisikan untuk nilai skor awal, skor akhir didapatdengan mengurangi skor total dengan skor awal.

Kedua, skor belahan pertama dikorelasikan denganskoir belahan kedua, lalu dihitung reliabilitas instrumendengan menggunakan rumus Spearman Brown.

Bagaimana perhitungan-perhitungan serta besaran-besaran yang diperlukan dalam analisis dapat dilihat padacontoh tabel berikut ini:

Tabel: 10.5

Jawaban butir-butir pertanyaan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

266

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Keterangan: P = Proporsi subyek yang menjawab betul(max. 100 )

Q= Proporsi subyek yang menjawab tidakbetul (max. 100 %)

NP = P dikali dengan jumlah responden

PQ = Proporsi P dikali Proporsi Q

Tabel: 10.6

Skor ganjil genap awal akhir

267

Dari pengolahan lebih lanjut angka-angka yang adadalam tabel tersebut didapat angka-angka besaran lain yangberhubungan dengan menghitung korelasi.

Dari angka-angka besaran ini dapat dihitung korekasiantara belahan ganjil-genap dengan menggunakan rumus:

Selanjutnya kita dapat menghitung nilai reliabilitasinstrumen sebagai berikut:

c) Teknik K.R. 20

Teknik ini berasal dari Kuder dan Richardson, teknik ini dapatdigunakan untuk instrumen yang:(i) Bentuk pertanyaannya hanya terdiri dari dua pilihan jawaban,

misalnya Ya diberi nilai 1, dan tidak diberi nilai 0.

(ii) Jumlah butir pertanyaannya ganji, oleh karenanya tidak dapatdibelah.

Bentuk rumusnya sebagai berikut:

Di mana : rll = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaanv

t= varian total

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

268

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

p = Proporsi subyek yang menjawab betul pada suatubutir (proporsi subyek yang mendapat skor 1),ditulis:

banyak subyek yang skornya 1p = ————————————————————

Banyak subyek

Q = 1 – p

Contoh:Berdasarkan data yang dipakai untuk menjelaskan contoh

pemakaian teknik Spearman Brown diatas, besaran-besaran yangdibutuhkan diperoleh yaitu:

Σpq = 3,20Total skor = 86

Varian dari total skor Vt = 6, 7111

Varian dari total skor Vt dihitung dengan menggunakan rumus:

Untuk kasus diatas, data X1 berturut-turut adalah: 7, 7, 10, …10, dengan rata-rata 86/10 = 8,6. Besaran-besaran diatas setelahdimasukan kedalam rumus maka didapat :

Dengan uji seperti dibagian terdahulu maka dapat disimpulkaninstrumen tidak reliabel.

d) Teknik K-R 21

Teknik ini juga dari Kuder dan Richardson, sama sperti TeknikK-R 20, hanya varian yang diperlukan bukan variabel p dan q sepertipada rumus K-R 20. Bentuk rumus yang digunakan:

Bentuk rumus yang digunakan:

269

Di mana : rll = reliabilitas instrumen

K = banyak butir pertanyaanM = skor rata-rata

Vt = varian total

Dengan menggunakan tabel analisis butir yang sudah ada,maka dapat diketahui:

K = 14

Bila dimasukkan kedalam rumus maka perhitungannya adalah:

Dengan uji seperti pada bagian terdahulu, dapat disimpulkanbahwa instrumen tidak reliabel.

e) Teknik Cronbach

Teknik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yangskornya bukan 0 – 1, tetapi merupakan rentangan antara beberapanilai, misalnya 0 – 10 atau 0 – 100, atau bentuk skala 1 – 3, atau 1– 5 atau 1 - 7 dan seterusnya dapat dilakukan koefisien alpha (á)dari Cronbach. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

270

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dimana: rll = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaanσ2= varian total

Σob2 = jumlah varian butir

Contoh:

Berikut ini disajikan tabel yang data dari 10 responden yangtelah mengisi kuesioner yang terdiri dari 6 butir pertanyaan dansetiap pertanyaan mempunyai opsi 5 jawaban dari nilai palingrendah (1) sampai dengan yang tertinggi (5):

Tabel: 10.7

Format Data jawaban responden

Tabel: 10.8

Data jawaban rseponden

271

Keterangan: A = Jumlah data tiap butir

B = Jumlah data tiap butir dikuadratkan

Jumlah varian butir dicari dulu dengan cara mencari nilaivarian tiap butir, kemudian jumlahkan seperti yang dijelaskanberikut ini.

Rumus varian yang digunakan:

Dimana : n = Jumlahresponden

X = Nilai skor yang dipilih (total nilai nomor-nomor butir pertanyaan

Σσ2b = 0,84 + 0,6 + 0,96 + 0,61 + 1, 49 +0,69 = 3,19

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

272

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Kemudian masukan kedalam rumus Cronbach

Dengan uji seperti ini sebagaimana dibagian terdahulu, dapatdisimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan reliabel.

10. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis dataa) Pengumpulan data

Dalam penelitian kuantitatif data-data yang diperlukan dapatdikumpulkan melalui instrumen-instrumen yang sudah dicarakanpada sub bab terdahulu. Instrumen yang dipakai tentu sesuaidengan jenis dan sifat penelitiannya. Biasanya tidak tunggal tetapiada beberapa instrumen yang digunakan, penggunaan beberapainstrumen ini maksudnya untuk saling melengkapi dan dijamintidak akan tumpang tindih. Misalnya dalam penelitian kuantitatifbiasanya menggunakan instrumen kuesioner sebagai instrumenyang utama, kemudian dilengkapi lagi dengan wawancara.

Tujuan wawancara disini adalah untuk mengecek kembali data(informasi) yang sudah terekam melalui kuesioner kalau-kalau adakekurangan atau kekeliruan memberikan jawaban. Dalampenelitian kuantitatif pada umumnya data yang digunakan adalahdata sampel sebagaimana sudah dibicarakan pada sub babterdahulu kecuali kalau populasinya kurang dari 100, maka seluruhanggota populasinya menjadi sampel (sampel jenuh).

b) Pengolahan data

Data yang baru didapat melalui kuesioner masih merupakandata mentah (raw data), yang memerlukan tahapan pengolahan

273

dahulu baru bisa dianalisis. Dalam penelitian pada umumnya(termasuk penelitian kuantitatif) pengolahan data secara umumdilaksanakan dengan melalui tahapan memeriksa (coding) danproses pembeberan (tabulating).

(i) EditingEditing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti

selesai mengumpulkan data dilapangan. Kegiatan ini terjadikarena dalam kenyataannya, data yang terkumpul itu seringbelum memenuhi harapan peneliti, seperti misalnya adadiantaranya yang kurang atau terlewati, tumpang tindih,berlebihan atau bisa juga terlupakan. Oleh karena itu perlu di-lakukan editing untuk memperbaiki atau menyempurnakannya.

Proses editing yang baik adalah dengan teknik silang, yaituseorang peneliti memeriksa hasil pengumpulan data penelitilain dan sebaliknya peneliti yang lain memeriksa hasilpengumpulan data yang dilakukan peneliti rekannya tadi. Iniberarti ada dua orang atau lebih yang melakukan penelitianbersama. Persoalannya bagaimana kalau penelitian itudilakukan hanya oleh satu orang saja. Tentu editing silang inisecara murni sulit dilakukan, namun bisa saja peneliti itumeminta batuan orang lain atau asistennya untuk melakukantugas editing ini, dan dengan cara ini hasilnya akan lebihobyektif dibandingkan kalau hanya dikerjakan sendiri olehpeneliti tunggal yang bersangkutan.

Proses editing dimulai dengan memberikan identitas padainstrumen penelitian yang telah dijawab oleh responden.Kemudian dilanjutkan dengan memeriksa satu persatu poin-poin atau jawaban yang tersedia, bilamana terjadi kejanggalaninstrumen tersebut berilah identitas tertentu pada instrumendan poin yang janggal tersebut. Keadaan akan lebih mengun-tungkan apabila editing dilakukan secara bersama-samadiantara peneliti, sehingga diskusi dan pengecekan dapatberjalan secara langsung, tanpa harus menunggu kehadiranpeneliti lain.

Apabila editing harus dilakukan secara terpisah, makasebaiknya peneliti memiliki daftar koreksi yang dapat

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

274

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

mempermudah pencarian instrumen yang harus mendapatpemeriksaan ulang.163 Daftar koreksi yang dimaksud adalahdapat dibuat seperti bentuk tabel berikut ini:

Tabel: 10. 9

Daftar koreksi Instrumen

…………………………., ………………… 2015Editor,

( ………………………….. )

Apabila pada tahap editing ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, ada kekurangan, atau ada kesalahan yang sangatmengganggu, maka peneliti yang bersangkutan perlumelakukan tindakan-tindakan berikut ini:

(i) Kembali kelapangan untuk menemui sumber data yangbersangkutan, apabila kejanggalan, kekurangan, ataukesalahan itu secarametodologis akan mengurangi validitasdata yang dikumpulkan itu.

163 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta, 2013, hal 175.

275

(ii) Menyisihkan instrumen itu sebagai instrumen yangtidakdapat dipakai karena rusak, kalau kesalahan itu hanya padasatu instrumen saja dan mungkin saja kekurangan satuinstrumen itu tidak begitu berarti.Oleh karena itu untukmenghindari hal ini, maka sebaiknya dalam setiappengumpulan data peneliti melebihkan beberapa persenjumlah responden.

(iii) Melakukan cek silang atau berkonsultasi dengan denganpenelitian lain untuk mengetahui kebenaran data yangterkumpul. (Bungin, 2013: 176)

Diakhir editing pun peneliti masih harus bertanya kembaliterhadap hasil pengumpulan data yang sudah terkumpul dandiedit itu. Apakah data yang terkumpul itu sudah betul-betullengkap dan cukup jumlahnya. Apakah data yang satu denganyang lainnya sinkron bila pertanyaan itu sudah terjawab,barulah meneruskan kepekerjaan berikutnya.

(ii) PengkodeanLangkah selanjutnya adalah pengkodean atau melakukan

pengklasifikasian data (melakukan tahapan koding). Dengankata lain data yang sudah diedit tersebut diberi identitassehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis nanti,pengkodean ini dilakukan dalam dalam dua cara, yaitupengkodean frekuensi dan pengkodean lambang.

Pengkodean frekuensi digunakan apabila jawaban padapoin tertentu mempunyai bobot atau arti tertentu. Sedangkanpengkodean lambang digunakan pada poin yang tidak memilikibobot tertentu, contoh pengkodean dapat dilihat pada tabelberikut ini:

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

276

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tabel: 10.10

Angket Penelitian

c) Tabulasi (Proses pembeberan)

Tabulasi adalah kegiatan terakhir dari pengolahan data,maksud tabulasi adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentudan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Ada beberapajenis tabel yang biasa dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial,diantaranya tabel data dan tabel kerja. Tabel data adalah tabelyang dipakai untuk mendeskripsikan data sehingga mudah penelitiuntuk memahami struktur dari sebuah data. Sedangkan tabel kerjaadalah tabel yang dipakai untuk menganalisis data yang tertuangdalam tabel data, contoh tabel data adalah sebagai berikut:

Tabel: 10.7

Contoh Tabel Data (1)

277

Bilamana kita hanya mendeskripsikan data dalam bentuknominal atau merupakan lanjutan dari tabel: 10.7 agar nampaklebih lebih praktis dan efisien, maka kita dapat menggunakan Tabel:10.8 berikut ini:

Tabel: 10.8

Contoh Tabel Data (2)

Tujuan dari tabulasi (pembeberan) data sebagaimana termuatdalam Tabel: 10.8ini adalahagar data penelitian itu dapatdidiskripsikan secara lebih jelas dan mudah dipahami pembacalaporan penelitian. Oleh karena itu maka bentuk bangun dari tabelyang akan menyajikan data hasil penelitian itu harus memuatantara lain:(i) Identitas tabel (judul tabel)

(ii) Kepala tabel (nama-nama kolom dalam tabel)

(iii) Badan tabel (substansi tabel)(iv) Total tabel (jumlah atau kumulatif substansi tabel)

d) Contoh mengukur validitasSedangkan untuk contoh tabel kerja dapat diberikan

contohnya ketika kita melakukan uji validitas instrumen penelitianyang kita gunakan. Seperti yang sudah kita ketahui “validitas”menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apayang akan diukur. Misalnya kita akan mengukur validitas instrumenpenelitian, langkah-langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:

(i) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

(ii) Melakukan uji coba alat pengukur tersebut kepada sejumlahresponden, dimana responden diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian yang akan kitalaksanakan, disarankan responden untuk uji coba instrumenini minimal 30 orang.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

278

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii) Menyiapkan tabel tabulasi jawaban responden, untuk sekedarilustrasi dalam contoh ini misalnya dalam kuesioner yangjawabannya diisi oleh 9 orang responden seperti yang terteradalam tabel dibawah ini.

(iv) Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masingpernyataan dan skor total dengan memakai rumus teknikkorelasi product moment seperti berikut ini:

Tabel: 10.9

Jawaban responden terhadap kuesioner penelitian

Dari Tabel: 10.13diatas dilanjutkan dengan membuat tabelpersiapan perhitungan korelasi antara pertanyaan nomor satu danskor nilai, sebagaimana nampak dalam tabel berikut:

Tabel: 10.10

Tabel persiapan perhitungan korelasi

279

Keterangan : X adalah skor pertanyaan nomor 1

Y adalah skor total

Kemudian masukan semua angka yang ada dalam Tabel: 10.10diatas kedalam rumus korelasi product moment yang sudah dikutipdiatas, maka hasilnya adalah:

r = 0, 9608

Karena didalam kuesioner adan 10 pertanyaan, maka akanterdapat 10 nilai korelasi, yang ringkasan hasil perhitungannyaadalah sebagai berikut:

Pertanyaan nomor 1 = 0,9608

Pertanyaan nomor 2 = 0,8907

Pertanyaan nomor 3 = 0,9662Pertanyaan nomor 4 = 0,8475

Pertanyaan nomor 5 = 0,8923

Pertanyaan nomor 6 = 0,7082Pertanyaan nomor 7 = 0,5722

Pertanyaan nomor 8 = 0,7053

Pertanyaan nomor 9 = 0,8705

Pertanyaan nomor 10 = 0.8541

Selanjutnya secara metode statistika, nilai korelasi yang sudahdiperoleh tadi harus diuji dahulu memastikan apakah nilainyasignifikan atau tidak, cara mengkajinya adalah dengan uji korelasi.Setelah dilakukan uji korelasi ternyata nilai korelasi yang adasignifikan, kecuali hanya satu yaitu pertanyaan nomor 7 yang hanyamempunyai nilai r=0,5722 yang tidak signifikan. Dengan demikiansembilan dari 10 pertanyaan memiliki validitas konstruk, yangberarti terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan-pertanyaan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

280

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

tersebut, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut memangmengukur pertanyaan yang sama.

Sedangkan pertanyaan nomor 7 dalam contoh ini tidaksignifikan, karena angka korelasi yang diperoleh rendah. Sementaraitu jika ada angka korelasi yang negatif, maka hal ini menunjukanpertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan yanglainnya. Kemudian apabila dalam perhitungan ditemukanpertanyaan yang tidak valid, ada kemungkinan pertanyaan tersebutpenyajiannya kurang baik, susunan kata-kata atau isi kalimatnyamenimbulkan penafsiran yang berbeda, sehingga pertanyaan ituperlu dirubah.164

c) Analisis data penelitian

Dalam penelitian kuantitatif atau sering pula disebutkuantitatif deskriptif yang diterapkan dalam penelitian ilmu-ilmusosial, untuk menganalisis datanya biasanya menggunakan alatbantu yang disebut statistik dan statistika. Statistik dan statistikamerupakan dua hal yang sangat berbeda. Dalam pengertian yangsederhana statistik artinya data. Dalam pengertian yang luasstatistik artinya kumpulan data dalam bentuk angka yang disusundalam bentuk tabel dan atau diagram yang berkaitan denganmasalah tertentu.

Sedangkan statistika adalah pengetahuan yang berkaitandengan metode, teknik, atau cara untuk mengumpulkan data,mengolah data, menganalisis data, menarik kesimpulan ataumenginterpretasikan data.165 Dalam kontes penelitian ini statistikayang dimaksud mempunyai dua model: yaitu statistika yangberfungsi sebagai alat bantu dalam menganalisis data penelitianyang disebut statistika deskriptif dan statistika deferensial.Menganalisis data dengan statistik deferensial bertujuan untukmenggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihathubungan-hubungan yang ada.

164 Husein Umar, Loc Cit, hal 108.165 Boediono dan I Wayan Koster, Statistika & Probabilitas, Remaja Rosda Karya

Yogyakarta 2001, hal 4-5.

281

Sedangkan menganalisis data penelitian kuantitatif denganstatistika inferensial bertujuan tidak saja mendeskripsikan keadaangejala sosial yang tampak, tetapi lebih jauh lagi ingin melihathubungan-hubungan kausalitas antara gejala-gejala tersebut.166

(i) Statistika deskriptif

Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dikenal beberapa teknikstatistik deskriptif, diantaranya yang banyak dibahas adalah:distribusi frekuensi, tendensi sentral, standar deviasi, dan lain-lain.

(a) Distribusi frekuensiUntuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi pada

suatu data, peneliti dapat menganalisis data penelitiannyadengan menggunakan teknik ini. Penghitungan data dengandistribusi frekuensi dapat dilakukan dengan menghitungfrekuensi data tersebut kemudian dipersentasikan,frekuensi tersebut juga dapat dilihat penyebaranpersentasenya yang oleh kebanyakan orang dikenal dengansebutan frekuensi relatif. Untuk menghitung sebaranpersentase dari frekuensi tersebut dapat digunakan rumus:

Dimana: N = Jumlah kejadian

Fx = frekuensi individu

Untuk lebih jelasnya data frekuensi tersebut dapat jugadideskripsikan dalam bentuk grafik. Grafik ini dapat dibuatdalama bentuk: histogram, poligon, dan serabi.167

i) HistogramMisalnya data tentang distribusi frekuensi dan

perkiraan tentang penjualan mobil Toyota selama 5tahun berturut-turut di kota Banjarmasin, sepertitermuat dalam gambar berikut ini:

166 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 181.167 Burhan Bungin, Ibid, hal 182-184.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

282

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 10.3

Grafik Penjualan Mobil Toyota “Avanza”

Tahun 2000-2005

ii) Poligon

Misalnya diketahui perkembangan frekuensi danperkiraan angka kelahiran bayi di Kota Banjarmasinselama 5 tahun berturut-turut sebagai berikut:

2008 300

2009 3502010 450

2011 400

2012 460

Dengan data tersebut diatas, dapat digambarkan grafikpoligonnya sebagai berikut:

283

Gambar: 10.4

Grafik Poligon Kelahiran Bayi di Kota Banjarmasin Tahun 2008 –2012

iii) SerabiDiketahui jumlah anak yang lahir di kota Banjarmasin:2008 = 300

2009 = 350 (meningkat 50 atau 50/300 x 100 % =16,67 %)

2010 = 450 (meningkat 100 atau 100/300 x 100 % = 33,33 %)

2011 = 400 (menurun 50 atau 50/300 x 100 % = 16, 67 %)

2012 = 460 (meningkat 60 atau 60/300 x 100 % = 20 %)

Dengan data kenaikan dan penurunan tersebit dapatdibuatkan grafik serabinya sebagai berikut:

Gambar: 10. 5

Grafik Serabi Kelahiran Bayi di Kota Banjarmasin Tahun 2008 – 2012

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

284

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(1) Tendensi sentral

Data yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensiseperti dijelaskan diatas, mampu menampilkan deskripsiumum tentang data dengan menghadirkan seluruh satuanyang ada. Tetapi untuk menunjukan ciri tertentu yangmerupakan kekhasan data tersebut, distribusi frekuensibukan cara yang tepat. Untuk mendapatkan ciri khastertentu dalam bentuk sebuah nilai bilanggan, penelitidapat menggunakan teknik kecendrungan memusat(tendensi sentral). Ada tiga ukuran tendensi sentral yangbiasanya dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, yaitu:rata-rata, median dan modus.

(a) Tendensi sentral rata-rata

Rata-rata adalah nilai tengah dari suatu jumlahkeseluruhan bilangan yang lebih dahulu dibagi denganjumlah unit bilangan tersebut. Rata-rata juga disebutdengan distribusi rata-rata (distribution of tha means).Menghitung rata-rata dapat dilakukan dengan menggu-nakan rumus berikut ini:

Dimana : M = Tendensi sentral rata-rata

Σfx = Jumlah keseruhan nilai

N = Jumlah subyek

Contoh : Misalnya data varian nilai mahasiswauntuk mata kuliah “manajemen bisnis” dari enam or-ang mahasiswa yang menikuti ujian susulan. Setelahdimasukkan kedalam rumus tersebut, maka didapatkanhasilnya sebagai berikut:

285

• Tendensi Median

Median untuk sekelompok nilai adalah nilai yangberada ditengah dari kelompok tersebut pada saatsemua nilai dalam kelompok tersebut disusun dalamurutan yang semakin meningkat. Urutan dari sekelom-pok nilai-nilai seperti itu disebut array atau susunanberurutan.168 Jika tidak ada data kembar, setengah dariobservasi akan lebih kecil, dan setengah lain akan lebihbesar dari median, median tidak terpengaruh oleh nilai-nilai ekstrim dari observasi data.

Maka ketika data menunjukan adanya nilai berbedasecara ekstrim dari yang lain, median akan lebih baikuntuk digunakan dari pada mean sebagai ukuran tensisentral. Untuk menghitung median dari sekelompokdata yang dikoleksi yang dikoleksi dalam bentuk kasar,kita harus membuatnya menjadi susunan berurutanterlebih dahulu. Baru kemudian kita menggunakanrumus penentuan posisi median ( n I 1 ) /2 untukmendapatkan tempat dalam susunan berurutan yangberhubungan dengan nilai median (catatan n = jumlahobservasi data). Setelah kita dapatkan posisinya,kemudian kita akan menggunakan satu dari dua hukumberikut ini untuk mencari median dari sebuah kelompokdata.

(i) jika sampelnya berurutan ganjil, posisi mediandiwakili oleh nilai nomerik pada titik posisi ( n + 1 ) /2 dari observasi berurutan.

(ii) Jika sampelnya berukuran genap, posisi median akanberada diantara dua nilai observasi dalam susuanberurutan.Nilai mediannya adalah mean aritmetikdari dua nilai numerik yang terdekat denganobservasi tengah tersebut.

168 Abdul Hakim, Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonesia Yogyakarta2001, hal 126.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

286

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

• Median frekuensi genap

Apabila N nya genap, maka untuk mencari medianfrekuensi genap ini tidak semudah seperti mencari me-dian frekuensi ganjil. Caranya dapat dilakukan denganmenjumlahkan dua angka yang menduduki posisi me-dian, kemudian dibagi 2, dan hasilnya adalah median.Misalnya ada angka-angka 2, 3, 4, 2, ini artinya dua angkayang menduduki posisi median itu adalah angka 3 dan4, jadi mediannya adalah :

Median = 3 + 4 = 7 : 2 = 3,5 Contoh lain misalnya,untuk sampel dari analisis tentang nilai ujian statistik 1smester I tahun 2013/2014 di Jurusan Ekonomi SyariahFakultas Syariah dan Ekonomi Islam data mentahnyaadalah :

Untuk data tersebut titik posisi median adalah (n+1) / 2 = 3,5. Maka median diperoleh dengan cara mencarimean aritmetik dari nilai observasi ketiga dan keempat:

Seperti biasa dilihat dari susunan berurutantersebut, nilai median tak terpengaruh oleh nilai ekstrimnya.Tidak peduli apakah nilai ekstrim tertingginya 12 ataukah99.

287

• Median frekuensi ganjil

Jika observasi data berjumlah ganjil, median akandiwakili oleh nilai numerik yang ditentukan olehobservasi kr (n + 2) / 2 dalam susunan berurutan.Misalkan dalam susunan berurutan untuk data nilaiTOEFEL dari 5 mahasiswa berikut ini. Mediannya adalahnilai dari observasi pada posisi ketiga (n + 1) / 2 , yaituobservasi dengan nilai 590.

• Data yang punya nilai kembarKetika menghitung median, kita mengabaikan fakta

nilai-nilai kembar mungkin muncul dalam data.Misalkan sebagai contoh sebuah kelompok observasidata tentang usia karyawan (dalam tahun) disebuahperusahaan adalah sebagai berikut:

24,1 22,6 27,0 19,8 21,5 23,7 22,6

Untuk data tersebut titik posisi median adalah (n+ 1) / 2) = (t + 1) / 2 = 4. Median yang dihasilkan adalah22,6 yaitu nilai observasi yang terletak ditengah susunan

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

288

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

berurutan, meskipun nilai observasi ketiga juga bernilai22,6.

• Karakteristik dari median

Perhitungan nilai median dipengaruhi oleh jumlahobservasi, tidak boleh besarnya nilai ekstrim.

(c) Tendensi Modus (Mode)Modus (mode) didefinisikan sebagai sebagai nilai

yang paling sering terjadi dalam perhatikan suatukelompok nilai. Akan tetapi mode digunakan tidak lebihsebagai alat untuk tujuan penggambaran. Untukkelompok nilai yang kecil bisa terjadi bahwa tidak adanilai yang terulang dan dengan demikian tidak ada modesebagai ukuran rata-rata (average). Sebagai contohmisalnya sampel nilai ujian statistik pada semeter ganjil2013/2014 jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Syariah danEkonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin:

89 51 65 75 67 73

Kita perhatikan tiap observasi hanya muncul sekali,sehingga tidak ada satupun dan observasi yang frekuensiyang lebih dari yang lain, sehingga tidak ada modus(mode). Perlu dicatat disini bahwa ada perbedaan antaratidak ada mode dengan mode bernilai nol. Perhatikancontoh data suhu udara pada pukul 07 pagi selama 6hari di kota Seoul pada musim dingin berikut ini:

-4o -2o -1o -1o 0o 0o

Mode = 0o

Sebuah kelompok data bisa saja terjadi mempunyailebih dari satu mode seperti misalnya digambarkandalam data suhu udara pagi di kota London selama 7hari dimusim dingin berikut ini:

289

-210 -280 -280 -350 -410 -430 -430

Mode = -280 dan -430

(2) Distribusi kuartil, desil, dan persentil

(a) Kuartil

Kuatil merupakan teknik distribusi data yang dianggaprefresentatif dan sering digunakan dalam analisis penelitianilmu-ilmu sosial. Kuartil dilambangkan K1, K2, K3, yaitu titikyang membagi keseluruhan data menjadi empat bagianyang sama besarnya. Konsep kerjanya sama dengan me-dian, tetapi kalau median membagi seluruh data menjadidua bagian sedangkan kuartil membagi data menjadiempat.

Jarak antara frekuensi terendah sampai denganfrekuensi tertinggi terdapat 100 % kasus. Oleh karena itusampai pada titik kuartil 1 (K1) terdapat 25 persentil atau25 % kasus, titik kuartil 2 (K2) terdapat 50 persentil atau 50% kasus Sedangkan sampai pada titik kuartil 3 (K3) terdapat75 persentil atau 75 % kasus. Persoalan sekarang adalahbagaimana kita mencari deviasi setiap rentangan atau antarkuartil (quartil deviation) dari frekuensi terendah sampaifrekuensi tertinggi.

Untuk mencari rentangan tersebut kita dapatmenggunakn rumus:

Untuk mencari K3 dan K1, masing-masing menggunakanrumus:

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

290

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dimana:

Bb = Batas bawah interval yang mengandung kuartiltersebutN = Jumlah kasus pada distribusi kuartil

K3 = Kuartil atas

K1 = Kuatil bawah

fkb = frekuensi kumulatif dibawah interval yangmengandung K1Fkb = frekuensi kasus interval yang mengandung K1

(b) Desil dan Persentil

Desel dan persentil memiliki persamaan dengan me-dian dan kuartil. Median mendistribusi frekuensi menjadidua, kuartil membagi menjadi empat, sedangkan desilmembagi menjadi sepuluh, dan persentil membagi menjadiseratus, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 10.6berikut ini:

Gambar: 10.6

Desil

Dengan demikian desil memiliki 10 titik yangdilambangkan dengan D. Perhitungan desil menggunakanrumus yang hampir sama dengan kuartir, yaitu:

Dan seterusnya D2 ……… D9

D2 dan seterusnya sama dengan rumus 1, bedanyahanya pada 1/10 N. Pada D2 menggunakan 2/10 N, D3menggunakan 3/10 N, demikian seterusnya. Kalau pada

291

desil distribusi frekuensi dibagi menjadi 10, maka persentildistribusi.

frekuensi dibagi menjadi 100. Dengan demikian titikpersentil juga disebut titik P ada sebanyak 99. Caraperhitungan persentil sama dengan desil, kuartil, dan me-dian. Oleh karena itu rumus yang digunakan dalammenghitung persentil juga menggunakan rumus yang samayaitu :

Rumus ini kemudian dimodifikasi menjadi:

Demikian seterusnya untuk P2, P3. ….dan seterusnyasampai P99.

(c). Rata-rata deviasi

Rata-rata deviasi adalah alat statistik yang digunakanuntuk menganalisis variabilitas suatu gejala denganmenghitung rata-rata dari deviasi yang terjadi dalam suatudistribusi dengan mengambil nilai-nilai yang positif. Untukmendapatkan deviasi tertentu, maka langkah pertama yangharus dilakukan adalah menentukan nilai rata-rata (mean).Setelah itu baru dapat menentukan sebaran penyimpangantiap-tiap frekuensi dari mean tersebut. Rumus yang bisadigunakan untuk rata-rata deviasi adalah sebagai berikut:

Dimana: RD = Rata-rata deviasi

ΣX = Jumlah deviasi dalam harga mutlaknyaN = Jumlah subyek.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

292

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(d) Standar deviasi dan rata-rata deviasi

Standar deviasi adalah alat statistik yang digunakanuntuk mendeskripsikan variabelitas dalam suatu distribusimaupun variabelitas beberapa distribusi. Dasar pemikirandalam standar deviasi adalah bahwa dalam menghitungvariabelitas, tanda-tanda positif atau negatif tidak bolehdihilangkan. Hal tersebut karena menurut prinsip matema-tika bahwa bilangan negatif atau positif bila dikuadratkan.

Standar deviasi lebih mempunyai arti apabiladigunakan untuk menjadi alat analisis frekuensi sebaranpenyimpangan dari titik rata-rata, baik sebaran kearahpositif maupun keadar negatif. Untuk menghitung standardeviasi digunakan rumus sebagai berikut:

Standar deviasi dapat juga dilihat sebagai satuanpengukuran sepanjang garis absis dari suatu poligon, seperticontoh berikut:

Dari titik ujung absis sebelah kiri sampai titik ujungabsis sebelah kanan terdapat deretan nilai dari palingrendah sampai paling tinggi. Jarak antar kedua ujung absistersebut disebut range. Dalam suatu standar deviasi kitaakan menemukan kurang lebih enam standar deviasi, inimerupakan kebiasaan dalam pada ilmu-ilmu sosial.Diluarenam standar deviasi ini kita hanya menemukan frekuensipersentase yang sangat kecil, yaitu kurang dari 0,3 %, maka

293

praktis tidak dapat dihitung,169 sebagai ilustrasi kita dapatmelihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 10.7

Standar Deviasi

c) Statistika Inferensial

Sekali lagi perlu ditegaskan pengertian dari statistikainferensial adalah statistika yang berkenaan dengan cara penarikankesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untukuntuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi.170

Dalam konteks metodologi penelitian ini statistika inferensial padaumumnya membicarakan tentang: teori probabilitas, tingkatsignifikansi, koefisien korelasi, dan uji hipotesis.

(i) Teori probabilitas

Penggunaan statistika inferensial dalam penelitian ilmu-ilmu sosial seperti: kebijakan publik, komunikasi, ekonomi, dansebagainya didasari oleh logika-logika teori probabilitas. Teoriprobabilitas itu berangkat dari asumsi adanya kesamaankeberaturan pada ilmu-ilmu alam yang juga terdapat dalamilmu-ilmu sosial.171

Dalam suatu gejala sosial terdapat kemungkinan gejalayang sama apabila kejadian tersebut diulangi dalam intensitas

169 Burham Bungin, Loc Cit, hal 190.170 Budiono dan I.Wayan Koster, Loc Cithal 8.171 Burhan Bungin, Loc Cit, hal 191.

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

294

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

yang sama pula. Contoh klasik yang sering diulang-ulang dalampelajaran, apabila kita melempar mata uang logam ke udara,maka kemungkinan akan muncul salah satu dari dua sisi matauang itu dalam jumlah yang sama banyaknya. Apabila satu sisikita namakan X dan sisi lainya kita namakan Y, maka dalam 100kali lemparan mata uang tersebut, kita akan memperolehkemungkinan yang sama dalam hal ini X 50 kali yang munculdan Y 50 kali yang muncul. Pemikiran inilah yang disebut denganprobabilitas.

Metode statistika inferensial adalah semata-mata teknikatau alat yang dipakai dalam membuktikan kebenaran teoriprobabilitas yang umumnya digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, untuk tujuan eksplanasi, dan melakukan gene-ralisasi sampel terhadap populasi. Biasanya masalah penelitianyang dihadapi untuk dianalisis dengan statistika inferensial iniadalah masalah perbedaan, masalah hubungan, dan masalah-masalah korelasional.

(ii) Tingkat signifikansiTingkat signifikansi atau sering pula pula disebut taraf

signifikansi adalah kesediaan dan keberanian peneliti untuksecara maksimal mengambil risiko kesalahan dalam mengujihipotesis. Peneliti berkesimpulan menolak hipotesis, padahalsesungguhnya hipotesis itu benar, sehingga kesimpulantersebut adalah kesimpulan yang ditolak.

Keberanian atau kesediaan peneliti untuk mengambil risikoberagam tingkatnya. Besarnya tingkat signifikansi dinyatakandalam suatu bilangan persentase, misalnya: 10 %, 5 %, atau 1%. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial kelaziman menggunakantingkat signikansi adalah 5 % sampai dengan 1 %. Maksudnyaapabila ada 100 kali peristiwa, maka kemungkinan penolakanterhadap hipotesis atau kemungkinan kita menerima 95 %.Kalau kita menentukan tingkat signifikansinya 1 %, makakemungkinan penolakan tersebut adalah 1 %, sedangkan kalaukita menentukan 5 %, maka kemungkinan penolakannyaadalah 5 %,

295

Sebagai contoh kasus dalam bidang komunikasi terhadap100 orang suatu desa diputarkan film tentang kekerasansebanyak dua kali dengan judul yang berbeda. Kemudiansetelah itu ditanyakan kepada mereka tentang sikap merekaterhadap kekerasan dalam film tersebut. Ternyata misalnya ada5 orang diantara pemirsa itu yang mengatakan kekerasansebagai tindakan yang salah. Dalam praktik penelitianpenggunaan tingkat signifikansi 5 % dan 1 % ini digunakansekaligus. Tingkat signifikansi 5 % biasanya ditetapkan lebihdahulu, artinya apabila ditentukan tingkat signifikansi 5 %, makalogikanya dari 100 kasus itu peneliti berspekulasi kesalahanterjadi pada 5 kejadian, sedangkan apabila ditentukan tingkatsignifikansi 1 % maka peneliti berspekulasi kesalahan terjadipada 1 kejadian.

Tingkat signifikansi ini biasanya dilengkapi dengan tingkatkepercayaan (confidence level). Tingkat kepercayaan inimerupakan sisi balik dari sisi signifikansi, Dengan demikianberarti apabila ditetapkan tingkat singnifikansi 5 %, makatingkat kepercayaannya 95 %, apabila tingkat signifikansinyaditetapkan 1 % berarti tingkat kepercayaannya 99 %. Dalampraktik penelitian pengujian signifikasi sajalah yang dilakukan,sedangkan pengujian tingkat kepercayaan tidak diuji, denganalasan secara logika kalau hasil uji singnifikansi sudahditemukan, maka uji tingkat kepercayaan tidak perlu lagidilakukan, karena hasilnya sudah dapat diketahui, yaitu 100 %- sekian % tingkat signifikansi, hasilnya adalah sekian % tingkatkepercayaan.

(iii) Koefisien korelasiKoefisien korelasi dipahami sebagai nilai hubungan

(korelasi) antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilaikoefisien korelasi sebagaimana juga tingkat signifikansidigunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatuhipotesis penelitian dapat diterima atau ditolak. Nilai koefisienkorelasi bergerak diantara dari 0 ≥ 1 atau 0 ≤ 1. Biladideskripsikan maka nilai koefisien koralasi itu nampak sepertipada tabel berikut ini:

Metode Penelitian, Populasi, Sampel, Data dan Instrumen Penelitian

296

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tabel: 10.11

Nilai koefisien korelasi

Sumber: Bungin: 2013, 194

297

BAB XIUJI HIPOTESIS PENELITIAN

1. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu asumsi atau anggapan yang bisa

benar atau bisa salah mengenai sesuatu hal dan dibuat untuk menjelaskan sesuatu hal tersebut sehingga memerlukan pengecekan lebih lanjut.172 Hipotesis penelitian yang sudah teruji bisa dipakai dalam memutuskan atau menetapkan sesuatu dalam rangka penyusun perencanaan atau kepentingan lainnya baik dalam bidang ekonomi, bisnis, pendidikan, pembangunan, dan lain-lain.

Bila hipotesis yang dibuat itu secara khusus berkaitan dengan parameter populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesa statistik, yang dapat didefinisikan sebagai berikut: hipotesis statistik adalah suatu asumsi atau anggapan atau pernyataan yang mungkin benar atau mungkin salah mengenai parameter satu populasi atau lebih. Untuk mengetahui apakah asumsi yang telah kita buat mengenai parameter populasi itu benar atau salah sehingga kita akan memutuskan menerima atau menolaknya diperlukan pengujian dengan memakai data dari sampel.

Langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan apakah kita menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi disebut pengujian hipotesis. Jelasnya pada pengujian hipotesis kita ingin mengetahui atau menguji apakah parameter satu populasi, yaitu θ sama dengan nilai masing-masing

172 Boediono dan I Wayan Koster, Statistika dan Probabilitas. Rosda Karya Bandung 2001, hal 433.

298

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dengan parameter θ1 dan θ2, kita ingin menguji apakah θ1 = θ2dan sebagainya.

Misalnya, percobaan pelemparan uang logam dalam jumlah yang tak berhingga atau tak terbatas dapat dipandang sebagai suatu populasi. Dalam hal ini kita ingin menguji hipotesis bahwa uang logam itu setimbang (simetri), artinya sisi muka = sisi belakang =⅟2 atau θ = ⅟2. Pernyataan ini kita uji dengan sampel, yaitu dengan cara melemparkan uang logam sebanyak yang diinginkan, misalnya 100 kali. Selanjutnya apa yang terjadi?

(a) Bila muncul sisi muka misalnya 47 kali, maka P (muka) = 0,47, dan kita berani menyimpulkan bahwa uang logam itu setimbang. Artinya kita menerima bahwa P (muka) = P (belakang) = ⅟2.

(b) Bila muncul sisi muka 45 kali, maka P (muka) = 0,45 kita masih berani menyimpulkan bahwa uang logam itu setimbang, artinya kita menerima bahwa P (muka) = P (belakang) = ⅟2.

(c) Tetapi bila muncul sisi muka 30 kali, maka P (muka) = 0,30, sehingga kita tidak lagi berani menyimpulkan bahwa uang logam itu setimbang. Artinya tidak cukup alasan untuk menerima bahwa P (muka) = P (belakang) = ⅟2.

Oleh karena hipotesis statistik dilakukan dengan memakai sampel, maka kebenaran atau ketidakbenaran suatu hipotesis statistik tidak pernah diketahui dengan pasti. Jadi sekali lagi hipotesis itu bisa benar, atau bisa juga salah.173

Untuk suatu hipotesis yang telah dibuat hanya dua kemungkinan yang akan kita putuskan, yaitu kita akan menerima hipotesis atau akan menolak hipotesis setelah kita menghitung statistik dari sampel.

(i) Menolak hipotesis artinya kita menyimpulkan hipotesis itu tidak benar.

(ix) Menerima hipotesis artinya tidak cukup informasi dari sampel untuk menyimpulkan bahwa hipotesis harus kita tolak, artinya walaupun hipotesis itu kita terima tidak berarti bahwa hipotesis itu benar.

173 Budiono dan I Wayan Koster, Ibid, hal 434.

299

Oleh karena itu dalam membuat rumusan pengujian hipotesis hendaknya kita selalu membuat pernyataan hipotesis yang diharapkan akan diputuskan untuk ditolak. Hipotesis yang rumuskan dengan harapan untuk ditolak disebut hipotesis nol yang biasa ditulis dengan singkatan H0. Penolakan terhadap hipotesis nol akan menjurus pada penerimaan hipotesis alternatif atau hipotesis tandingan yang biasa ditulis dengan singakatan H1 atau Ha.

2. Membuat rumusan hipotesis yang akan diujiBerikut ini diberikan beberapa contoh membuat rumusan

hipotesis penelitian yang akan diuji dalam pelaksanaan penelitian, diantaranya misalnya:

(1) Suatu jenis obat baru lebih efektif untuk menurunkan berat badan. Maka rumusan hipotesisnya adalah:

Hipotesis nol, H0 : Obat baru = Obat lama

Hipotesis alternatif Ha : Obat baru lebih baik dari obat lama

(2) Seorang dokter menyatakan, bahwa lebih dari 60% pasien yang menderita sakit paru-paru disuatu rumah sakit adalah karena merokok.Maka rumusan hipotesisnya:

Hipotesis nol H0 : P = 60% = 0,6

Hipotesis alternatif Ha : P ≠ 0,6

(3) Teknologi baru dibidang perkebunan dapat meningkatkan kualitas buah-buahan. Maka rumusan hipotesisnya adalah:

Hipotesis nol H0 : Teknologi baru = teknologi lama

Hipotesis alternatif Ha : Teknologi baru π teknologi lama

Dalam hubungan dengan pembuatan hipotesis yang akan diuji ini ada beberapa dasar yang dapat dipakai untuk merumuskan hipotesis, diantaranya:

(i) Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari teori.

(ii) Berdasarkan hasil penelitian.

(iii) Berdasarkan pengalaman.

(iv) Berdasarkan ketajaman berpikir.

Uji Hipotesis Penelitian

300

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

3. Kesalahan yang mungkin terjadiSeperti sudah dijelaskan bahwa untuk menguji hipotesis, kita

menghitung statistik atau besaran berdasarkan data yang diperoleh dari sampel. Apapun yang kita peroleh dari sampel merupakan perkiraan yang dipakai sebagai dasar untuk memutuskan kita menerima atau menolak hipotesis nol mengenai parameter suatu populasi. Dengan demikian keputusan kita menolak atau menerima hipotesis nol mengandung suatu ketidakpastian, artinya keputusan yang kita ambil itu bisa benar atau bisa juga salah.

Adanya faktor ketidak pastian ini mengakibatkan timbulnya suatu risiko yang harus ditanggung oleh pembuat keputusan itu sendiri. Dalam pengujian hipotesis dikenal dua jenis kesalahan, yaitu:

(i) Kesalahan jenis 1, adalah kesalahan akibat menolak hipotesis nol, pada hipotesis nol benar, sehingga seharusnya diterima.

(ii) Kesalahan jenis 2, adalah kesalahan akibat menerima hipotesis nol, pada hal hipotesis nol salah, sehingga seharusnya ditolak.

Probabilitas melakukan kesalahan jenis 1 disebut taraf nyata, atau taraf keberartianatau taraf signifikansi yang biasa ditulis dengan α (alfa) yaitu:α = P (kesalahan jenis 1) = P (menolak H0 / H0 benar). Probabilitas melakukan kesalahan jenis 2 disebut β (beta), yaitu β = P (kesalahan jenis 2) = P (menerima H0 / H0 salah).

Hubungan hipotesis nol, keputusan yang diambil, jenis kesalahan, dan probabilitas melakukan jenis kesalahan dapat diringkaskan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 11.1

Jenis kesalahan dalam menolak dan menerimahipotesis nol

Keputusan Keadaan yang sesungguhnya

Hipotesis Nol (H0) Benar

Keadaan yang sesungguhnya

Hipotesis Nol (H0) Salah

Menolak H0 Keputusan salah (jenis 1)α = P (Kesaahan jenis 1)

Keputusan tepatK = 1 – β

Menerima H0 Keputusan tepat1 – α

Keputusan salah jenis 2)β = P (kesalahan jenis 2)

Sumber: Boediono dan Koster, 2001: 437

301

Oleh karena α menyatakan probabilitas menolak H0, padahal sesungguhnya Ho benar, maka kita mengharapkan nilai α ini sekecil mungkin. Dengan kata lain kejadian melakukan kesalahan jenis 1 sangat jarang terjadi, sebab tidaklah pantas sesuatu yang sesungguhnya benar kita tolak. Begitu juga dengan β yang menyatakan probabilitas menerima Ho padahal sesungguhnya Ho salah, maka kita menginginkan nilai β ini sekecil mungkin. Dengan kata lain kejadian melakukan kesalahan jenis 2 sangat jarang terjadi, sebab tidak pantas juga sesuatu yang salah kita anggap benar.

Meskipun demikian dalam kenyataannya membuat α dan β sekecil mungkin sekaligus tidaklah mungkin. Karena ternyata ada hubungan antara α dan β, yaitu bahwa memperkecil nila α akan mengakibatkan memperbesar nilai β. Demikian pula sebaliknya, bila nilai β akan mengakibatkan membesarnya nilai α. Usaha yang dapat dilakukan untuk memperkecil nila α dan β hanya dengan menambah jumlah sampel.

Dalam praktik pengujian hipotesis nilai α yang biasa dipakai adalah α = 0,05, α = 0,02, dan α = 0,01. Bila dipakai taraf signifikansi α = 0,05 misalnya, maka berarti sebanyak 5 dari 100 kasus akan menolak hipotesis nol, padahal H0 benar, sehingga seharusnya diterima. Dengan kata lain ada keyakinan sebesar 95 % bahwa kita telah membuat keputusan atau kesimpulan yang benar.

Setelah memperhatikan semua penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa pengujian hipotesis mempunyai sifat-sifat seperti berikut ini:

Ada hubungan antara nilai sesungguhnya kesalahan jenis 1 dan jenis 2. Memperkecil probabilitas melakukan kesalahan jenis 1 akan memperbesar probabilitas kesalahan jenis 2.

(i) Probabilitas melakukan kesalahan jenis 1 dapat diperkecil dengan menyesuaikan nilai kritis.

(ii) Makin besar ukuran sampel, maka nilai α dan β akan makin kecil.

(iii) Bila nilai hipotesis nol salah, maka nilai β akan mencapai maksi-mum, bilamana nilai parameter yang sesungguhnya dekat de ngan nilai yang dihipotesiskan,Makin besar jarak antara nilai sesung-guhnya dengan nilai yang dihipotesiskan, makin kecil nilai β.

Uji Hipotesis Penelitian

302

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

4. Uji satu arah dan dua arah Seperti pada pendugaan parameter θ dari suatu populasi, bila

nilai parameter θ diasumsikan sama dengan suatu suatu bilangan tertentu (θ0), sehingga θ = θ0 , maka hipotesis nolnya ditulis dengan cara: H0 = θ = θ0. Ada dua cara untuk untuk menguji hipotesis nol ter sebut yang tergantung dari hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu hipotesis yang dipakai untuk melawan hipotesis nol (H0). Berdasarkan hipotesis alternatif (Ha) dikenal dikenal dua jenis pengujian, yaitu uji satu arah dan uji dua arah.

a) Bila hipotesis nol, H0 : θ = θ = θo dilawan dengan hipotesis alternatif Ha : θ> θ0 atau H1 : θ < θ0, maka pengujian hipotesis ini disebut pengujian satu arah.

b) Bila hipotesis ini dilawankan dengan hipotesis alternatif: Ha : θ ≠ θ0, maka pengujian hipotesis ini disebut pengujian dua arah. Dengan ringkas dapat disimpulkan uji satu arah itu bentuk umumnya adalah sebagai berikut:

Uji satu arah ditandai dengan adanya satu daerah penolakan hipotesis nol (H0) yang bergantung pada nilai kritis tertentu, dimana nilai kritis ini diperoleh dari tabel untuk nilai α yang telah dipilih sebelumnya. Berdasarkan nilai kritis tersebut, daerah penolakan hipotesis nol (H0) ditujukan pada gambar berikut:

Gambar: 11.1 Uji satu arah untuk H1 : θ < θ0

Gambar: 11.2 Uji satu arah untuk H1: θ > θ0

Pada gambar 11.1 dan 11.2 daerah penolakan H0 adalah luas daerah yang diarsir, yang ditunjukkan oleh α. Sedangkan daerah penerimaan H0 ditunjukkan oleh 1 – α. Nilai yang membatasi daerah penolakan dan daerah penerimaan H0 adalah Zα yang disebut nilai

303

kritis, dimana nilai Zα ini diperoleh dari tabel untuk α yang telah ditentukan lebih dahulu. Daerah penolakan H0 sering kali juga disebut daerah kritis.

Sedangkan uji dua arah mempunyai bentuk seperti berikut: H0 : θ = θ0 dan Ha : θ≠ θ0

Uji dua arah ini ditandai dengan adanya dua daerah penolakkan

hipotesis nol (H0) yang juga bergantung pada nilai kritis tertentu. Daerah penolakan dan daerah penerimaan H0 ditunjukan pada gambar berikut ini:

Gambar: 11.3

Uji dua arah untuk H1 : θ ≠ θ0

Pada uji dua arah sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 10.3 daerah penolakan H0 ada dua, yaitu pada bagian paling kiri dan paling kanan yang diarsir. Masing-masing besarnya adalah α/2, dimana α sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan daerah penerimaan H0

ditunjukan oleh luas daerah 1 –α. Nilai kritisnya ada dua yaitu: -Zα/2 dan Zα/2 yang diperoleh dari tabel untuk nilai α yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam pengujian hipotesis penentuan jenis pengujian yang akan dipakai, apakah uji satu arah atau uji dua arah sangat bergantung pada informasi atau data awal yang tersedia mengenai parameter populasi. Langkah penentuan jenis pengujian ini merupakan langkah awal yang sangat strategis karena akan menentukan langkah atau prosedur berikutnya.

Selanjutnya untuk memudahkan mahasiswa yang akan menulis tugas akhir studinya, maupun para calon peneliti dapat pula diberikan

Uji Hipotesis Penelitian

304

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

petunjuk bahwa langkah-langkah yang diperlukan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

(i) Tetapkan dahulu rumusan hipotesis dengan tepat, baik hipotesis nol (H0)) dan hipotesis alternatif (Ha), dan apakah termasuk uji satu arah atau uji dua arah.

(ii) Tetapkan taraf nyata α yang diinginkan, sehingga dengan memakai nilai α tersebut dapat diperoleh nilai kritis dari tabel.Dengan demikian dapat digambarkan daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan H0.

(iii) Tetapkanlah statistik uji (Zh) yang cocok untuk menguji hipotesia nol. Rumus statistik uji ini sangat bergantung pada parameter populasi yang diuji apakah θ = u, θ = p, atau karakteristik populasi yang lain.

(iv) Hitunglah nilai statistik uji (Zh) berdasarkan data dan informasi yang diketahui baik dari populasi maupun dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.

(v) Simpulkan, tolak H0 jika nilai statistik uji (Zh) jatuh atau terletak didaerah penolakan H0, yaitu bilamana nilai Zh> Zα, atau Zh< - Zα

untuk uji satu arah, dan nilai Zh < - Zα/2 untuk uji dua arah, dan terima H0 bila nilai statistik uji (Zh) terletak didaerah penerimaan H0 yaitu Zh < - Zα atau Zh> Zα untuk uji satu arah, dan - Zα/2 < Zh < Zα/2 untuk uji dua arah.174

5. Pengujian hipotesis dengan sampel besar Perhitungan dan prosedur yang dilakukan dalam pengujian dan

hipotesis ditentukan oleh beberapa hal, seperti juga dengan prosedur pendugaan parameter populasi, yaitu :

(i) Ukuran populasi

(ii) Ukuran sampel dan data

(iii) Informasi lain yang tersedia pada populasi dan sampel.

Ukuran populasi apakah itu ukuran, apakah itu populasi terba atau tak terbatas, bersama-sama dengan ukuran sampel apakah sampel besar atau sampel kecil akan membedakan bagaimana pengujian

174 Budiono dan I Wayan Koster, Ibid, hal 440.

305

hipotesis itu dilakukan. Berkenaan dengan parameter populasi, kita mengenal parameter rata-rata, yaitu θ= μ, parameter proporsiθ=p, parameter beda rata-rata, yaitu θ= μ, para meter proporsi θ=p, parameter beda dua rata-rata, yaitu θ = μ1- μ2, dan parameter beda dua proporsi, yaitu θ = p1 – p2 , akan menentukan bagaimana pengujian hipotesis itu dilakukan. Oleh karena itu yang pertama dilakukan adalah pengujian hipotesis dengan memakai sampel besar untuk menguji parameter populasi tersebut, dan pada bagian berikutnya akan dilakukan pengujian hipotesis dengan memakai sampel kecil.

a) Pengujian parameter rata-rata (μ) populasi

Dalam masalah pengujian hipotesis bahwa rata-rata (μ) suatu populasi sama dengan suatu nilai μ0 yang dilawan dengan hipotesis alternatif bahwa rata-rata populasi tersebut tidak sama dengan μ0, yaitu sebagai berikut:

H0 : μ = μ0 dan Ha : μ ≠ μ0

Bila simpangan baku (σx) dari populasi itu diketahui dan sampel yang dipakai adalah sebanyak n, maka statistik uji yang dipakai untuk menguji hipotesis rata-rata populasi tersebut adalah:

=

Dimana: , bila populasi tak terbatas

, bila populasi terbatas

Sedangkan bila σx dari populasi tidak diketahuimaka nilai σ dapat ditaksir (didekati) dengan nila Sx, yang dihitung dari sampel. Untuk taraf nyata σ, maka nilai kritis dari nilai kritis uji Z diatas adalahZσ/2 yang diperoleh dari tabel kurva normal standar kumulatif Z. Dengan nilai kritis Zσ/2 itu dapat dibuat daerah penolakan dan daerah penerimaan hipotesis nol (H0) sebagai berikut:

Uji Hipotesis Penelitian

306

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 11.4

Daerah penolakan dan penerimaan H0

uji parameter μ = μ0 Dengan memakai daerah penolakan H0 dan daerah

penerimaan H0 pada gambar: 11.4 , maka :

(i) Hipotesis nol (H0) akan ditolak jika nilai statistik uji Zh> Zα/2 atau Zh < - Zα/2, yaitu apabila nilai Zh berada di daerah penolakan hipotesis nol (H0).

(ii) Sedangkan hipotesis nol (H0) akan diterima jika, jika nilai statistik uji berada pada daerah penerimaan H0 , yaitu bila –Zα/2 < Zh < Zα/2.

Contoh soal:

Sebuah populasi berupa kumpulan plat baja yang diproduksi oleh sebuah perusahaan memiliki rata-rata panjang 80 cm dengan simpangan baku 7 cm. Sesudah berjalan 3 tahun teknisi perusahaan meragukan hipotesis mengenai rata-rata panjang plat baja tersebut. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis ini diambilah sampel acak sebanyak 100 unit plat baja tersebut, dan diperoleh hasil perhitungan bahwa rata-rata panjang plat baja tersebut 83 cm, standar deviasinya tetap. Pertanyaan apakah ada alasan untuk meragukan bahwa rata-rata panjang plat baja yang dihasilkan oleh perusahaan itu sama dengan 80 cm pada taraf signifikansi α = 5 % ?

Jawab:

Populasinya dianggap tak terbatas, sebab ukurannya tidak diketahui. Informasi dari populasi diperoleh adalah rata-rata μ =

307

80 cm dan simpangan baku σ = 7 cm. Sampel berukuran besar,

yaitu n = 100 dengan rata-rata = 83 m. Taraf nyata yang di inginkan adalah σ = 5 %. Langkah-langkah penyelesaian untuk contoh ini adalah sebagai berikut:

(i) Hipotesis yang diuji adalah hipotesis dua arah, yaitu H0 : μ = 80 dan Ha : μ≠ 80

(ii) Taraf nyata yang dipakai adalah α 5%, untuk uji dua arah, nilai kritisnya adalah Zα/2 = Z0,025, dan dari tabel distribusi normal standarkomulatif diperoleh nilai Z0,025 = 1,96.

(iii) Statistik uji yang cocok digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah:

= ,dimana untuk populasi tak terbatas

(iv) Selanjutnya hitung dahulu

(v) Maka diperoleh nilai statistik uji Zh adalah:

(vi) Gambar daerah penolakan dan penerimaan H0 adalah seperti berikut:

Gambar: 11.5

Daerah penolakan dan penerimaan

H0 Uji dua arah

Uji Hipotesis Penelitian

308

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Kesimpulan:

Dari hasil pengujian dan gambar: 11. 5 tersebut diatas kita dapat menyimpulkan, karena nilai statistik uji Zh = 4,29 jatuh didaerah penolakan hipotesis nol (H0), yaitu Zh =4,29 > 1,96, maka hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan kata lain kita menolak H0 : μ = 80 dan menerima Ha : μ≠ 80. Artinya pada α = 50 % ada perbedaan yang

nyata atau signifikan dari rata-rata = 83 cm yang dihitung dari sampel dengan nilai rata-rata μ = 80 cm yang dihipotesiskan.

Dengan demikian perbedaan antara = 83 cm dan μ = 80 cm adalah signifikan adanya, bukan karena kebetulan.

b) Pengujian parameter proporsi (p) Populasi

Misalkan kita mempunyai populasi yang mengandung jenis tertentu dengan proporsi p = p/N. Dengan memakai sampel berukuran n yang mengandung jenis tertentu, yaitu = X/n, kita ingin menguji hipotesis parameter proporsi p yang diasumsikan nilainya sama dengan p0, maka rumusan hipotesis untuk pengujian hipotesis tersebut adalah adalah :

Statistik uji yang dipakai adalah:

Dimana:

, bila populasi tak terhingga

. , bila populasi

terbatas

Contoh:

Perusahaan A yang bergerak dibidang suku cadang komputer akan memperkenalkan produk terbarunya kepasar.Untuk maksud tersebut bagian pengendalian kualitas perusahaan mengambil sampel secara acak sebanyak 170 buah suku cadang, dan ditemukan ada 16 suku cadang yang cacat. Dari data tersebut

309

apakah benar produksi yang ditemukan cacat kurang dari 10 % ? gunakan taraf signifikan 2 %.

Jawab:

Populasi dianggap tak terbatas karena ukrannya tidak diketahui. Populasi suku cadang yang cacat dalam sampel adalah:

(i) Hipotesis statistik : H0 : p = 10 % = 0,1 dan Ha : p < 0,1, yang merupakan uji satu arah.

(ii) Pada α = 2 %, nilai kritisnya adalah Zα = Z0, 02 , dan dari tabel distribusi normal Standar kumulatif diperoleh : Z0,02 = -2054 (dikiri).

(iii) Statistik uji adalah:

dengan = 0,094 = 0,1 dan

= 0,023, sehingga diperoleh

(iv) Karena nilai statistik uji Zh= 0,26 > -2054 = Z0,02, maka hipotesis nol (H0) diterima. Artinya pada taraf signifikan α = 2 %, data yang diperoleh dari sampel tidak mendukung hipotesis alternatif (Ha) bahwa produksi yang cacat kurang dari 10 %.Untuk lenih jelasnya lihat daerah penolakan dan daerah penerimaan hipotesis ini pada gambar 11. 6 berikut ini:

Uji Hipotesis Penelitian

310

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 11.6

Daerah penolakan dan penerimaan H0 Uji satu arah

H0 : p = p0

c) Pengujian parameter beda dua rata-rata (μ1 - μ2) dari dua populasi

Misalnya kita mempunyai dua populasi berdistribusi normal, masing-masing mempunyai rata-rata μ1 dan μ2 dengan simpangan baku σ1 dan σ2. Pada populasi sebagai pertama itu kita ambil sampel acak berukuran n1 , dan dari perhitungan misalkan diperoleh rata-

rata 1 dan simpangan baku S1.Begitu juga dari populasi kedua diambil sampel acak berukuran n2, kemudian dihitung rata-rata

2 dan simpangan baku S2, dimana sampel pertama dan sampel kedua saling bebas. Selanjutnya pengujian hipotesis untuk parameter beda dua rata-rata (μ1 – μ2) dari dua populasi tersebut adalah sebagai berikut:

Uji dua arah Uji satu arah Uji satu arah

H0 : μ = μ2 H0 : μ + μ2 H0 : μ = μ2

Atau

Ha : μ = μ2 Ha : μ > μ2 Ha : μ < μ2

Statistik uji yang dipakai untuk menguji hipotesis menguji hipotesis adalah :

311

Dimana:

, bila dua populasi tak

terbatas

=

, bila dua populasi terbatas

Contoh soal:

Sebuah perusahaan Real Estate sedang menyiapkan brosur yang menurut perusahaan tersebut mungkin menarik perhatian calon pembeli rumah di daerah A dan B dalam suatu kota. Suatu hal yang dianggap menarik lama waktu pembeli tinggal dalam rumah yang bersangkutan. Sebuah sampel yang terdiri dari 40 buah rumah didaerah A memperlihatkan rata-rata kepemilikan 7,6 tahun dengan simpangan baku 2,3 tahun. Sedangkan sampel lain didaerah B yang terdiri dari 55 buah rumah tahun. Pada taraf signikansi 5 % apakah kita dapat menarik kesimpulan bahwa penduduk di daerah A memiliki rumah dalam waktu yang lebih singkat dari di daerah B ?

Jawab:

Data yang diperoleh dari sampel di daerah A dan daerah B adalah sebagai berikut:

didaerah A : n1 : 40, 1 = 7,6, S1 = 2,3

didaerah B : n2 : 55, 2 = 8,1, S2 = 2,9

1 - 2 = 7,6 – 8,1 = -0,5

Karena σ1 dan σ2 tidak diketahui dari populasi, maka ditaksir dengan S1 dan S2 sehingga diperoleh:

Uji Hipotesis Penelitian

312

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

= =0,53

Dengan menganggap kedua populasitersebut berdistribusi normal:Hipotesis yang diuji adalah bahwa penduduk di daerah A waktu kepemilikannya lebih singkat dari pada penduduk daerah B:

(i) Hipotesis nol (H0) : μ1 = μ2 ; Ha : μ1 >μ2, uji satu arah(ii) Nilai kritis untuk uji satu arah dengan α = 5 % adalah:

Z0,05 = -1, 645 (dikiri)

Statistik uji :

= 0,94

Kesimpulan :

Karena Zh = -0,94 > - 1,645, maka pada α = 5 %, hipotesis nol (H0) diterima. Artinya pada taraf signifikansi α – 5 %, waktu kepemilikan rumah di daerah A dan daerah B perbedaannya tidak signifikan. Dengan kata lain data dari sampel tidak mendukung pendapat bahwa waktu kepemilikan rumah penduduk didaerah A lebih singkat dari di daerah B.

Untuk lebih jelasnya perhatikan daerah penolakan dan daerah penerimaan pada gambar berikut ini:

Gambar: 11. 7

Daerah penolakan dan penerimaan

Uji hipotesis dua arah rata-rata (μ1- μ2) dari dua populasi

313

d) Pengujian parameter beda dua proporsi dari dua populasi

Misalnya kita mempunyai dua populasi, populasi pertama terdiri dari unsur X1 dengan proporsi p1 = X1/N1, dan populasi kedua terdiri dari unsur X2 dengan sampel acak sebanyak n1, yang

terdiri dari unsur X1 dengan proporsi , dan populasi

kedua kita ambil sampel acak sebesar . Selanjutnya pengujian hipotesis untuk parameter beda dua proporsi (p₁-p₂) adalah sebagai berikut:

Dengan proporsi Uji dua arah Uji satu arah Uji satu arah

H0 : p1 = p2 H0 = p1 – p2 H0 = p1 – p2

atau

Ha : p1 ≠ p2 Ha = p1 > p2 Ha = p1 < p2

Statistik uji yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah :

Dimana:

,

bila dua populasi tak terbatas

, bila dua populasi terbatas.

Uji Hipotesis Penelitian

314

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Sesungguhnya

,

tetapi karena pada

Umumnya p1 dan p2 tidak diketahui, maka harus ditaksir dengan rumus seperti disebutkan diatas.

Contoh:

Sebuah survey dilakukan didua daerah yang berdekatan, yaitu daerah A dan B untuk mengetahui pendapat masyarakat yang sesungguhnya, apakah suatu rencana pembangunan pabrik obat nyamuk diperbatasan dua daerah itu bisa diteruskan atau tidak. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan proporsi penduduk yang menyetujui antara penduduk daerah A dan daerah B, lalu dilakukan suatu polling pendapat. Hasil polling ternyata dari 200 penduduk didaerah A yang menyetuji 120 orang, dan dari 500 penduduk didaerah B yang menyetujui 250 orang. Pertanyaannya apakah beralasan untuk menerima bahwa proporsi penduduk didaerah A lebih besar dari proporsi di daerah B? Gunakan taraf nyata α = 1 %.

Jawab:

Misalkan:

P1 = proporsi sesungguhnya penduduk daerah A yang setuju dengan rencana tersebut.

P2 = proporsi sesungguhnya penduduk daerah B yang settuju dengan rencana tersebut

Sampel di daerah A : n1 = 200, x1 = 120, dan = 120/200 = 0,6

Sampel di daerah B : n2 = 500, x2 = 250, dan = 250/500 = 0,5

315

(i) Hipotesis nol (H0) = p1 = p2 dan Ha : p1 > p2

(ii) Taraf α = 1 % , umtuk uji satu arah, diperoleh nilai kritis Z0,01 = 2,326

(iii)

= ,

dimana dua populasi dianggap tak terbatas.Statistik uji adalah adalah :

=

Kesimpulan:

Tolak H0 , karena nilai Zh = 2,5 > 2,326 (Z0,01). Artinya dapat diterima bahwa proporsi penduduk didaerah A yang menyetujui rencana pembangunan pabrik tersebut lebih besar dari pada proporsi penduduk didaerah B yang menyetujuinya.

6. Pengujian hipotesis dengan sampel kecilSesuai dengan statistik t yang dipakai untuk menduga parameter

rata-rata (μ1 – μ2) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu dan dengan mengikuti prosedur yang sama pada pengujian hipotesis dengan memakai sampel besar, kiranya dapat dengan mudah dimengerti cara pengujian hipotesis dengan sampel kecil. Kecuali rumus statistik yang dipakai untuk menguji dan menentukan nilai kritis, semua langkah pengujian hipotesis dengan sampel besar dapat dipakai untuk pengujian hipotesis dengan sampel kecil, karena semuanya sama, seperti perumusan hipotesis, penentuan taraf signifikansi, membuat daerah penolakan dan penerimaan H0 dan cara menyimpulkannya.

Uji Hipotesis Penelitian

316

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Pengujian parameter rata-rata (μ) dari populasi dimana σ2 tidak diketahui

Statistik uji untuk menguji hipotesis: H0 : μ1 = μ2 H0 : μ1 = μ2 H0 : μ1 = μ2

atau atau

Ha : μ1 ≠ μ2 Ha : μ1 > μ2 Ha : μ1< μ2

Adalah statistik t , yaitu: X – μ0

Rumus: t = ----------- Σx

Dimana: , bila populasi tak terbatas

. ,bila populasi terbatas

Akan tetapi karena simpangan baku σx tidak diketahui maka nilai σx ditaksir dengan nilai Sx yang dihitung dari sampel.

Contoh:

Diketahui data dari populasi rata-rata μo = 45 menit dan simpangan baku σ = 8 menit, populasi dianggap tak terbatas. Diketahui data dari sampel n = 10. X = 35 menit dan simpangan baku S = 9,5 menit. Untuk menghitung σx, karena σx dan S diketahui, maka kita pakai saja simpangan baku yang dihitung dari sampel, yaitu :

Hipotesis : H0 : μ = 45 dan Ha : μ < 45, sebab dengan cara baru rata-rata waktu yang diperlukan untuk mendaftar lebih kecil dari 45 menit.

317

(i) Taraf signifikansi α = 1 % uji satu arah, dengan derajat kebebasan θ = n – 1 = 10 -1 = 9, maka diperoleh nilai kritis : t (α, θ) = t (0,01:9) = 2,821.

Sedangkan untuk α = 5 % : t (0,05:9) = - 1, 833.

(ii) Statistik uji yang dipakai adalah:

X – μ0 35 - 45 th = ------------ = ---------- = - 3,3 σx 3,0

Karena nilai th = - 3,3 (negatif), kita pakai nilai kritis t yang negatifnya, yaitu t(0.01:9) = -2,821 dan t(0,05;9) = - 1, 833.

(iii) Untuk α = 1 % , th = - 3,3 < - 1, 833 = t(0,05;9), yaitu nilai th = - 3,3 berada di daerah penolakan H0. Begitu juga untuk α = 5 % th = - 3,3 < - 1,833 = t(0,05;9) , yaitu nilai th = - 3,3 berarti didaerah penolakan H0.

(iv) Gambar daerah penolakan dan penerimaan H0 adalah sebagai berikut:

Gambar: 11. 8

Daerah penolakan dan penerimaan H0Uji satu arah

Kesimpulan:

Kita tolak H0 pada α = 1 dan pada α = 5 %. Artinya cara pendaftaran baru itu terbukti memerlukan waktu lebih singkat dari pada cara lama, karena perbedaan waktunya signifikan.

Uji Hipotesis Penelitian

318

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

b) Pengujian parameter beda dua rata-rata (μ1 – μ2) dari dua populasi

Statistik yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah: H0 : μ1 = μ2 H0 : μ1 = μ2 H0 : μ1 = μ2

atau atau

Ha : μ1 ≠ H2 Ha : μ1 < μ2 H0 : μ1 > μ2

rumus statistik yang dignakan adalah: (X1 – X2) – (μ1 – μ2)

Th = ----------------------------- Σx1 – x2

(i) Bilaσ21 = σ2

2 = σ2 tidak diketahui pada populasi, maka:

,

untuk populasi tak terbatas, dimana:

,

dengan derajat kebebasan?

σ21 ≠ σ2

2 dan tidak diketahui pada populasi, maka

= ,

untuk populasi terbatas

Derajat Kebebasan:

(ii) Bila populasi terbatas maka simpangan baku σx1 – x2 harus dikalikan dengan faktor koreksi

319

Contoh:

Mata kuliah Akuntansi Komputer diberikan pada kelas mahasiswa yang berbeda. Kelas A yang terdiri atas 12 mahasiswa diajar dengan metode pelajaran yang sudah biasa digunakan, sedangkan mahasiswa di kelas B yang terdiri dari 10 mahasiswa diajar dengan metode pengajaran baru. Diakhir semester mahasiswa yang ada di kelas A dan di Kelas B diberi materi ujian yang sama. Dikelas A nilai rata-rata mahasiswa 85 dengan simpangan baku 4, sedangkan dikelas B nilai rata-rata mahasiswa 81, dengan simpangan baku 5. Pertanyaannya yakinkah anda bahwa metode pengajaran yang sudah biasa dilaksanakan lebih baik dari metode pengajaran yang baru dengan memakai taraf signifikansi α = 0,01. Diasumsikan bahwa dua populasi mendekati distribusi normal dengan variansi yang sama. Jawab:

Dua populasi yang dianggap tak terbatas.

Dua populasi dianggap mendekati distribusi normal

Dari sampel A : n1 = 12, X1 = 85, S1 = 4

Dari sampel B : n2 = 10, X2 = 81, S2 = 5

(i) Hipotesis : H0 : μ1 = μ2, dan Ha : μ1> μ2

(ii) Taraf signifikansi α = 0,01, dan derajat kebebasan adalah:

t (α,0) = t 0,01: 20), Uji satu arah , adalah t (0,01: 20) = 2,528 atau t (0,01:20)

= -2,528

(iii) Simpangan baku gabungan

= 4,478

Simpangan baku distribusi sampel beda dua rata-rata adalah:

= (4,478)

Uji Hipotesis Penelitian

320

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

= = 1,917

Maka diperoleh nilai statistik uji th, yaitu : (X1 - X2) - (μ1 – μ2) (85 – 81) - 0

th = ------------------------------ = --------------------- = 2,09 σx1 - x2 1,917

Kesimpulan:

Terima H0 , karena nila th = 2,09 < 2, 528 = t(0,01:20) atau nilai th = 2,09 berada didaerah penerimaan H0 (sebelah kanan), artinya hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan metode yang sudah biasa dan metode baru perbedaannya tidak signifikan. Dengan kata lain data dari sampel tidak mendukung pernyataan bahwa metode pengajaran bisa tetap lebih baik dari metode pengajaran baru. Jadi informasi yang diperoleh dari sampel membuktikan bahwa dua metode mengajar (yang lama dan yang baru) ternyata sama saja.

321

BAB XIIMETODE-METODE ANALISIS DATA

PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif kita mengenal berbagai metodeanalisis data penelitian yang biasa digunakan sesuai dengan jenispenelitiannya. Diantara metode-metode analisis data tersebut antaralain adalah: metode korelasional, metode regresi, metode analisis jalur,metode analisis jalur dengan pengukuran structure equation model-ing (SEM), dan metode analisis jalur dengan pengukuran Partial LeastSquare (PLS).175

1. Metode korelasionalHubungan korelasional adalah hubungan antara dua variabel atau

lebih sebagaimana adanya tanpa perlakuan. Hal-hal yang adaketerkaitan dengan metode korelasi ini antara lain adalah:

• Apakah mungkin perubahan satu variabel berhubungan denganperubahan variabel lainnya.

• Indeks kuantitatif yang menentukan prediksi arah hubungan antaradua variabel atau lebih.

• Koefisien korelasi adalah nilai r yang diperoleh, apakah nilai r nyanegatif atau positif. Jika r nya negatif maka korelasi yang diperolehadalah korelasi negatif, (dimana peningkatan pada variabel X akandiikuti penurunan pada variabel Y, dan sebaliknya penurunan padavariabel X akan diikuti peningkatan pada variabel Y).

175 Juliansyah Noor, Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen, GrasindoJakarta, 2014, hal vii.

322

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

• Berapa p nya, apakah harga p (probabilitas) yang diperoleh meme-nuhi taraf signikansi yang digunakan (biasanya yang digunakan tarafsignifikansi 1% dan 5%). Jika harga p signifikan berarti terdapathubungan antara antara variabel bebas dengan variabel terikat.

• Selanjutnya adalah melihat nilai R2 untuk mengetahu sumbanganefektif.Misalnya R2=0,75, artinya variabel X memberikansumbangan efektif sebesar 75% kepada variabel Y.

Kemudian penamaan variabel dalam penelitian korelasional adadua macam: (i) variabel prediksi, yaitu variabel yang digunakan untukmemprediksi perubahan pada variabel yang lain. (ii) variabel kriteria,yaitu variabel yang berubah sesuai dengan perubahan pada variabelprediksi.

a. Asumsi dalam analisis korelasionalDalam penelitian kuantitatif khususnya dalam analisis

korelasional dikenal adanya asumsi-asumsi berikut ini: normalitas,linieritas, dan homogenitas.

(i) Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah datayang digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normalbaik secara multivariat maupun univariat, uji normalitasdilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skwenessvalue sebesar 2,58 pada tingkat signifikansi 99%. Datamempunyai distribusi normal jika nilai critical ratioskwenessdibawah harga mutlak + (kurang lebih) 2,58. Uji normalitasmenggunakan metode univariate (kecondongan) dan indekskurtosis univariat tinggi-datar). Data dikatakan memenuhisyarat normalitas data jika koefisien indeks skew univariatdanindeks kurtosis multivariat berada diantara 0 sampai dengan+ 2,58.

Uji normalitas dimaksudkan juga untuk memperlihatkanbahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusinormal, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untukmenguji normalitas data, diantaranya: dengan kertas peluangnormal, uji chi-kuadrat, uji Liliefors, dengan teknik kolmogrov-smirnov, dan dengan SPSS.

323

(ii) Linieritas

Linieritas adalah suatu keadaan dimana hubungan antaravariabel dependen dengan variabel independen bersifat linier(garis lurus) dalam range variabel independen tertentu. Sebagaicontoh misalnya hubungan antara kecepatan lari seseorang(variabel dependen) yang tergantung pada usia orang tersebut(variabel bebas atau independen), secara umum dapatdikatakan makin tinggi usia seseorang, maka lari orang itusemakin cepat, yang jika direpresikan pada grafik akan terdapatgaris ke kanan atas. Namun itu sebenarnya hanya pada rangeusia tertentu, misalnya diantara 17 sampai dengan 40 tahun,diatas 40 tahun mungkin kecepatan lari seseorang berbandingterbalik dengan usianya, semakin tinggi usia seseorang semakinlambat larinya.

(iii) Homogenitas

Uji homogenitasadalah uji kesamaan dua varians apakahsebaran data tersebut homogen atau tidak, yang dilakukandengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompokdata atau lebih mempunyai varian yang sama besarnya, makauji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudahdapat dianggap homogen. Uji homogenitas hanya dapatdlakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi nor-mal.

b. Diagram korelasi

Berangkat dari hipotesis penelitian, langkah pertama yangdilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data penelitian adalahmenerjemahkan kedalam bentuk diagram atau model kerangkaberpikir penelitian. Fungsi dari model kerangka berpikir penelitianini adalah untuk memudahkan peneliti melakukan analisis terhadapsubstansi atau faktor-faktor atau variabel-variabel yang digunakandalam penelitian tersebut.

Untuk menyederhanakan bentuk diagram (model kerangkaberpikir penelitian) tersebut biasanya digunakan tiga lambang yaituX, Y, dan e: dengan penjelasan sebagai berikut:

X, dinyatakan dengan X1, X2, …Xn yang terdiri dari variabel prediktor(independent variable) yang merupakan variabel prediksi.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

324

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Y, dinyatakan dengan Y1, Y2, … Ynyang terdiri dari variabel kriteria(variable dependent)sebagai variabel terikat.

e, dinyatakan dengan e1, e2, … en merupakan faktor lain yang tidaksengaja diukur, yang disebut implisit variabel (implisite vari-able), yang selanjutnya disebut variabel galat.

Dalam pembuatan diagram (kerangka berpikir penelitian) inidigunakan dua macam anak panah, masing-masing:

(i) Anak panah satu arah (single beaded arrow) yang menyata-kan hubungan dari sebuah variabel pediktor ke variabel kiteria,misalnya X1ke Y1.

(ii) Anak panah yang melengkung ( ) menyatakan hubungankorelasional antar variabel bebas, misalnya hubungan korelasidisini tidak diteliti tetapi dihitung, untuk lebih jelasnya dapatdilihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 12.1

Model diagram korelasi dengan 3 variabel

Pada gambar: 12.1. Diatas menggambarkan diagram korelasidengan tiga variabel, dimana diagram korelasi tersebut menyatakanhubungan dari X1, X2 ke Y yang didefinisikan sebagai berikut:

X1, X2: menyatakan variabel prediktor (Independent variable).

Y : menyatakan variabel kriteria (dependent variable)e : menyatakan galat (error) yang merupakan gabungan dari:

a) Variabel lain diluar X1 dan X2 yang mungkin berhubungandengan Y yang telah teridentifikasi oleh teori, tetapi tidakdimasukan dalam model.

325

b) Variabel lain diluar X1 dan X2 yang mungkin berhubungandengan Y tetapi belum teridentifikasi oleh teori.

c) Kekeliruan pengukuran (error of measurement)d) Komponen yang sifatnya tidak menentu (random compo-

nent)

ρ (rho) : Menyatakan besarnya hubungan (biasa disebut)koefisien korelasi.

ρrxi : Menyatakan besarnya hubungan X1 dengan Y.

RyX1X2 : Menyatakan besarnya hubungan secara bersama-sama X1 dan X2 dengan Y.

ρ y2

e : Menyatakan besarnya hubungan yang sedangdilakukan tidak diukur (e) yang berhubungan denganY.

c. Analisis data model korelasi

Untuk lebih memahami analisis model korelasi seperti sudahdijelaskan sebelumnya dapat diambil contoh sebagai berikut:Seorang Peneliti mempunyai data sampel dari 34 pegawai padaDinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencakupvariabel-variabel berikut: Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2), dankinerja (Y). Dari variabel-variabel penelitian ini maka peneliti dapatmenyusun: judul penelitian, rumusan masalah, dan kerangkaberpikir (kerangka analisis) peneitian.

a) Judul penelitian:“Hubungan kepemimpinan, motivasi, dengan kinerja; Studi

korelasional pada pegawai Dinas Pendidikan ProvinsiKalimantan Selatan”.

b) Rumusan masalah:

Dari judul penelitian itu maka kita dapat menyusunrumusan masalahnya sebagai berikut:

(i) Apakah kepemimpinan secara parsial berhubungan dengankinerja?

(ii) Apakah motivasi secara parsial berhubungan dengankinerja?

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

326

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iii) Apakahkepemimpinan dan motivasi secara simultanberhubungan dengan kinerja?

c) Kerangka berpikir (kerangka analisis) penelitian Pembuatan kerangka berpikir (kerangka analisis)

penelitian ini dengan mudah dapat dilakukan denganmengadopsi model diagram korelasi yang sudah dibuatsebelumnya,yaitu sebagai berikut:

Gambar: 12.2

Kerangka Analisis Korelasi

Untuk kerangka analisis korelasi ini dapat menggunakangambar yang sama dengan gambar diagram korelasi. Darihubungan-hubungan variabel yang nampak dalam kerangkaberpikir (kerangka analisis korelasi) pada gambar: 12.2.tersebut, kita dapat menyusun persamaan-persamaan korelasiyang menyatakan hubungan antar variabel sebagai berikut:(i) Y = ρ

yx1.Pernyataan ini menyatakan hubungan langsungdari variabel prediktor (X

1) kriteria (Y).

(ii) Hubungan korelasi antar X2 dengan Y, apabila X1 tetap, yaitu:

Y = ρ yx2. Persamaan ini menyatakan hubungan dari variabelprediktor (X2) dengan variabel kriteria (Y).

(iii) Hubungan korelasi antara X1 dengan X2, apabila Y tetap,yaitu:X

1.2. = r X

1.2.

(iv) Hubungan korelasi antara X1 dan X2 secara simultan(bersama-sama) dengan Y,

327

Y = Ryx1x2. Persamaan ini menyatakan hubungan darivariabel prediktor (X1 dan X2) secara simultan(bersama-sama) dengan variabel kriteria (Y)

(v) Persamaan model korelasiDengan demikian maka persamaan model korelasinya

adalah sebagai berikut:

Y = ρyx1 X1 + ρyx2X2 + Ryx1x2 + ρye

d) Tujuan penelitian

Dengan memperhatikan kembali judul penelitian yangsudah dirumuskan diatas, maka kita dapat merumuskan tujuanpenelitian yang akan kita laksanakan itu misalnya sebagaiberikut:

(i) Memperoleh informasi empiris bahwa kepemimpinanmempunyai hubungan parsial yang positif dengan kinerja.

(ii) Memperoleh informasi empiris bahwa motivasi mempunyaihubungan parsial yang positif dengan kinerja.

(iii) Memperoleh informasi empiris bahwa kepemimpinan danmotivasi secara simultan mempunyai hubungan dengankinerja.

e) Hipotesis penelitian

Selanjutnya peneliti dapat merumuskan hipotesispenelitiannya sebagai berikut:

(i) Terdapat hubungan positif kepemimpinan dengan kinerja

(ii) Terdapat hubungan positif motivasi dengan kinerja(iii) Terdapat hubungan positif kepemimpinan dan motivasi

secara simultan dengan kinerja.

f) Hipotesis statistik Kemudian dari hipotesis penelitian tersebut diatas peneliti

dapat memodifikasi menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:

(i) H0: ρyx1 0

Ha: ρyx1 0

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

328

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(ii) H0: ρyx2 0

Ha: ρyyz2 0(iii) H

0: ρ

yx1x2 0

Ha: ρyx1x2 0

Dimana:

ρyx1 = Koefisien korelasi pada populasi yang menyatakanhubungan variabel X1 dan Y.

ρyx2 = Koefisien korelasi pada populasi yang menyatakanhubungan X2 dengan Y.

Ryx1x2 = Koefisien korelasi pada polulasi yang menyatakanhubungan variabel X1 dan X2 dengan Y.

g) Membuat tabel data penelitianLangkah berikutnya adalah membuat tabel data penelitian

yang bersumber (diambil) dari kuesioner yang sudah diisi olehresponden dengan bentuk sebagai berikut:

Tabel12: 1Data penelitian berdasarkan kuesioner

Yang di isi oleh responden

Kolom X1, X2, dan Y, diisi dengan jumlah skor yang diberikanoleh masing-masing responden.

h) Gunakan alat bantu statistik software

Misalnya kita gunakan program software SPSS seri 20, kitabuka program tersebut dengan urutan langkah-langkah sebagaiberikut:

329

(i) Klik variabel view, masukan variabel gaya kepemimpinan,motivasi kerja dan kinerja. Hasilnya tampak dilayar moni-tor

(ii) Klik data view, masukan data yang ada dalam tabel tadi (yangberasal dari responden), dan hasilnya akan tampakdimonitor.(a) Menguji normalitas data

Buka lagi program SPSS 20, pilih menu:

• Analyze

• Nonparametrik test• Legacy dialogs

• Simple K-S

Maka hasilnya akan tampak dilayar.

Setelah muncul kotak dialog selanjutnya pindahkansemua variabel ke kolom test variabel list, maka hasilnyatampak dimonitor. Kemudian klik OK maka tampak hasiloutput sebagai berikut:

Tabel: 12. 2

One sample Kolmogorov Smirnov test

a. Test distribution is normalb. Caculated from data

Memperhatikan hasil perhitungan pada tabel diatas:(i) Uji normalitas kepemimpinan (X

1)

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

330

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Nilai penyimpangan masimum hasil perhitungan adalahX1 = 0,104, dan Asy,p sig (2 tailed) menunjukan harga 0,856.Olehkarena pengujian uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov (KS) pada á = 0,05. Terlihat harga Asymp sig. (0,856) >nilai á yang dipersyaratkan yaitu 0,05. Dengan demikian dapatdisimpulkan data variabel X1 berasal dari data yang terdistribusinormal.

(ii) Uji normalitas motivasi (X2)

Nilai penyimpangan maksimum hasil perhitungan adalahX1= 0,067, dan Asy, p. Sig. (2-tailed) menunjukan harga (0,888).Oleh karena itu pengujian uji normalitas dengan uji kolmogorov-Smirnov (KS) pada á = 0,05, terlihat bahwa harga Symp sig.(0,888) > nilai á yang dipersyaratkan yaitu 0,05berdistribusinormal.

(iii) Uji normalitas Y

Nilai penyimpangan maksimum hasil perhitungan adalahX1 = 0,143, dan Asy, p. Sig. (2 tailed) menunjukan harga 0,489.Oleh karena itu pengujian uji normalitas dengan uji kolmogrov-Smirnov (KS) pada á = 0,05, terlihat bahwa harga Asymp Sig.(0,489) > nilai á yang dipersyaratkan yaitu 0,05. Dengandemikian dapat disimpulkan data variabel X1 berasal dari databerdistribusi normal.

(b) Menguji linieritas data

(i) Linieritas data: Y terhadap X1

Lanjutkan lagi mengerjakan dengan alat bantu statistikprogram SPSS Seri 20.Pilih data view, klik analize, pilih com-pare mean dan klik mean pindahkanvariabel kinerja kekolomdependent dan variabel kepemimpinan ke kolom independent,maka hasilnya tampak dimonitor.Kamudian klik options, tandaianova table and eta dan test for liniearitymaka hasilnya tampakdimonitor.Setelah itu klik continuedan klik OK, maka tampakhasil outputnya dimonitor sebagai berikut:

331

Tabel: 12.3

Anova Tabel (1)

Pada hasil output dalam tabel diatas menunjukan bahwaF tuna cocok (deviation from limiearity) sebesar 0,409 dengansignifikansi 0,962 (diatas dari 0,05), berarti model regresi linier.

(ii) Linieritas data Y terhadap X2

Lakukan lagi hal yang sama padadengan (i) diatas makahasilnya akan nampak dimonitor seperti berikut ini:

Tabel: 12.4

Anova Tabel (2)

Hasil output padaAnova tablemenunjukan F tuna cocok(deviation from linierity)sebesar 1, 002 dengan signifikansi 0,512 (diatas dari 0,05), berarti model regresi linier.

(c) Menguji homogenitas data

(i) Homogenitasa data Y terhadap X1

Lakukan dengan bantuan SPSS seri 20. Klik Analyze, pilihcompare mean dan klik one way Anova pindahkan variabel

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

332

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

kinerja kekolom dependent dan variabel gaya kepemimpinankekolom independent, maka hasilnya akan nampak dilayarmonitor. Lanjutkan dengan mengklik option tandai homoge-neity of variance maka hasilnya akan nampak dilayar monitor.Kemudian teruskan dengan mengklik continue dan klik OK,maka tampilan outputnya akan nampak sebagai berikut:

Tabel: 12.5Test of Homogeniety of Variance

Kinerja

a Test ofhomogeniety of variances can not be performed for kinerja be-cause the sum of caseweights is less then the number of group.

Meski terlihat hasil output diatas signifikan tidak dapatditampilkan secara keseluruhan, peneliti dapat mengasumsikandata homogen.

(ii) Homogenitas data Y terhadap X2

Lakukan hal yang sama dengan (i) maka hasil outputnyaakan nampak dalam layar monitor seberti berikut:

Tabel: 12.5

Test of Homogeniety of variances

Kinerja

Hasil output diatas signifikan dapat ditampilkan.Datahomogen bila Sig (p) < 0,05. Sig 0,056 >0,05 artinya datahomogen.

333

(d) Menguji hipotesis

(i) X1 dengan Y Lakukan lagi dengan alat bantu statistik SPSS Seri 20, Klik

Analize pilih correlate, klik partial, pindahkan variabel gayakepemimpinan dan kinerja ke kolom variables dan variabelmotivasi kerja ke kolom controlling for, maka akan tampakhasilnya dimonitor. Kemudian klik OK, maka akan tampak hasilperhitungannya sebagai berikut:

Tabel: 12.6

Correlations (X1 dengan Y)

Hasil output diatas memperlihatkan kepemimpinanmemiliki koefisien korelasi sebesar 0,632. Ini menunjukanbahwa sig 0,00 > 0,05, berarti H

0 ditolak dan H

a diterima. Artinya

koefisien korelasi inisignifikan, temuan ini dapatdiinterpretasikan bahwa kepemimpinan (X

1) berhubungan

positif dengan kinerja, artinya semakin efektif kepemimpinan(X

1) maka kinerja akan semakin tinggi.

(ii) X2 dengan Y

Lakukan lagi menggunakan alat bantu statistik SPSS seri20. Klik correlate, klik partial, pindahkan variabel motivasi kerjadan kinerja ke kolom variables dan variabel gaya kepemimpinankekolom controlling for, maka hasilnya akan tampak dimonitor.Kemudian klik OK, maka tampak hasil outputnya sebagaiberikut:

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

334

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Tabel: 12.7

Correlation (X2 dengan Y)

Hasil output diatas memperlihatkan bahwa motivasimemiliki koefisien korelasi sebesar 0,651, ini menunjukanbahwa sig 0,00 > 0,05, berarti H0 ditolak, dan Ha diterima. Artinyakoefisien korelasi ini signifikan, temuan ini dapatdiinterpretasikan bahwa motivasi (X2)berhubungan positifdengan kinerja (Y), artinya semakin tinggi motivasi kerjasemakin tinggi kinerja.

(iii) X1 dan X2 terhadap Y Untuk menghitung ini dapat juga dilakukan dengan

menggunakan korelasi ganda secara manual denganmenggunakan rumus sebagai berikut:

Hasilnya sebesar: 0, 583

Hasil t hitung

sebesar 46.9978

Dari hasil koefisien korelasi sebesar 0,583 dengan t hitung

sebesar 46.9978 > t tabel 2,037 berarti H0 ditolak dan Ha diterima,

335

artinya koefisien korelasi ini signifikan. Dari hasil analisis inidapat diinterpretasikan, bahwa kepemimpinan (X1) danmotivasi kerja (X2) mempunyai hubungan positif dengan kinerja(Y), artinya semakin baik kepemimpinan (X1) dan semakin tinggimotivasi (X2), maka akan semakin efektif kinerja (Y).

2. Metode RegresiAnalisis regresi adalah analisis yang berkenaan dengan

ketergantungan satu variabel (variabel terikat) terhadap variabellain (variabel bebas), yang merupakan variabel yang menjelaskan(explanatory variables), dengan maksud menaksir dan ataumeramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi)variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atautetap.176 (Gujarati, 1999 dalam Noor, 2014: 62)

Semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan ini baik itupolitik, ekonomi, sosial dan lain-lain saling berhubungan dan salingmempengaruhi satu sama lain. Kejadian-kejadian tersebut dapatdapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel, misalnyavariabel bebas (independent) dilambangkan dengan X, dan variabelyang terikat (dependent) dilambangkan dengan Y.

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuatnya hubung-an antara variabel X dengan variabel Y, sedangkan analisis regresibertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatifdari perubahan nilai X terhadap perubahan nilai Y. Dengan katalain nilai variabel X dapat memperkirakan (memprediksi) nilaivariabel Y.

Sebelum melakukan analisis regresi hendaknya lebih dahuludilakukan analisis korelasi untuk meyakinkan apakah ada hubungan(korelasi) antara variabel X dengan variabel Y. Kalau antara variabelX dan variabel Y tidak ada korelasi, maka analisis regresi tidak perludilanjutkan, karena secara teknis kalau tidak ada korelasi antaravariabel X dengan variabel Y maka variabel X tidak bisa memprediksivariabel Y, dengan demikian variabel X tidak memiliki pengaruhterhadap variabel Y.

176 Juliansyah Noor, Ibid, hal 62, dikutip dari Gujarati 1999.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

336

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan persamaanregresi sebagai berikut: = a + bX. Dimana (dibaca Y topi) adalahuntuk memprediksi nilai variabel Y. Persamaan ini dapat terjadijika variabel X mempunyai korelasi dengan variabel Y.

Contoh:Variabel Y = Hasil penjualan

Variabel X = Iklan

+ a = bX = 0,25 + 0,4X, artinya jika variabel X naik satu satuan,maka variabel Y naik 0,65 satu satuan.

Dalam kondisi yang umum faktor yang mempengaruhi variabelY (hasil penjualan tidak hanya iklan, tetapi bayak faktor-faktor lain,diantaranya selain iklan juga dipengaruhi oleh daya beli dan harga.Untuk itu maka persamaan regresinya harus diperluas menjadi:

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana:

X1 = IklanX

2 = Daya beli

X3 = Harga

a) Regresi linier sederhana

Dalam regresi linier sederhana ini kita perlu menemukankemungkinan hubungan antara dua variabel X dan Y, misalnya:

(i) Apakah biaya iklan yang tinggi (X) akan mengakibatkan vol-ume penjualan (Y) meningkat?

(ii) Apakah nilai uji bakat yang tinggi (X) cenderung menunjukantingkat pekerjaan yang tinggi (Y)?

Untuk mengetahui kemungkinan adanya hubunganantara nilai X dan Y, langkah pertama yang harus dilakukanadalah mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalahmenggambarkannya pada sumbu-sumbu X dan Y. Gambarini dikenal sebagai scatter diagram. Diagram tersebutmenyatakan hubungan antara variabel X dan variabel Y.Beberapa kemungkinan dari scatter diagram tersebut dapatdilihat pada gambar berikut ini:

337

Gambar: 12.3

Beberapa Kemungkinan Scatter Diagram(Sumber: Iswardono, 2001: 4)

Bila hubungan variabel X dan Y itu digambarkan: sepertigambar (a) maka hubungannya adalah hubungan garis lurus. Jikaseperti gambar (b) maka hubungannya adalah hubungan kuadratik,dan jika seperti gambar (c) maka hubungannya adalah hubunganeksponensial atau logaritmik. Dalam konteks bab yang sedang kitabicarakan ini kita fokus pada hubungan garis lurus yang ditujukandengan garis yang lurus sebagaimana nampak pada gambar 12.3(a).

Yi = α + β X1 + E1: I = 1, 2, … n.

Dimana:Y

1= banyaknya nilai observasi dari variabel acak Y

X1 = banyaknya nilai observasi dari variabel acak X

α = konstanta regresi - Y intercept

β = koefisien regresi.E

1= kesalahan acak yang dikaitkan dengan Y

1 untuk untuk setiap

Xi

Model statistik adalah penyajian secara matematik darihubungan antara dua variabel atau lebih. Dua variabel, X dan Ymempunyai hubungan linier jika hubungannya dapat ditunjukandengan model statistika garis lurus,177 (Iswardono, 2001: 4) yangdapat dilihat dari persamaan berikut ini:

177 Iswardono, Analisis Regresi dan Korelasi, BPFE Yogyakarta 2001, hal 4.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

338

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Model ini juga dikenal sebagai model regresi garis sederhana.Persamaan tersebut untuk mengukur kenaikan Y perunit akibatkenaikan dalam X.

b) Anggapan-anggapan yang mendasari model garis lurus sederhana

(i) Nilai-nilai dari variabel bebas X mungkin ditentukan atau acak,misalnya nilai-nilai dari X diseleksi dahulu (ditentukan) denganpenyelidikan, atau nilai X mungkin/didapat tanpa adanyabatasan/ketentuan, dalam hal ini X adalah variabel acak.

(ii) Nilai-nilai X dihitung tanpa ada kesalahan(iii) Untuk setiap nilai X, ada sub populasi dari nilai Y yang didistri-

busi secara normal.

(iv) Variasi dari sub populasi Y adalah sama.

(v) Nilai rata-rata dari sub populasi Y semuanya akan terletak padagaris lurus yang sama.Ini dikenal dengan anggapan kelurusan(linierity), dengan simbol yang dinyatakan sebagai berikut:

Dimana: = mean dari sub populasi Y dengan Ydiketahui.

(vi) Nilai-nilai Y adalah bergantung secara statistik.

Untuk memudahkan memahaminya dapat dilihat padagambar berikut ini:

Gambar: 12.4Setiap nilai X dimana ada sub populasi dari nilai Y

Yang didistribusi secara normal

339

c) Estimasi parameter dalam model

Nilai α dan β dalam model diatas dikenal sebagai parameterdari model, nilai-nilainya hanya dapat ditentukan jika keeluruhannilai populasi dari X, Y, diketahui dalam kebanyakan kenyataanhanya nilai sampel (contoh nilai dari X dan Y saja yang dapatdiketahui sehingga estimasi dari α dan β yang dapat dihitung).Misalnya a menunjukan estimasi untuk α dan b menunjukanestimasi untuk β, a dan b dapat ditentukan dengan 1 (satu) atau 2(dua) metode, yaitu:(i) Metode Freehand

Dari scatter diagram, gambar garis lurus melewati data,titik dimana menunjukan berpotongan antara Y dengan garislurus tersebut merupakan nilai a, dan arah garis lurus adalahnilai b. Ini dapat dilihat bahwa cara ini bukan cara yang terbaikkarena ada beberapa garis Freehand yang digambarberdasarkan subyektivitas.Tetapi apabila estimasi untuk a danb secara tepat maka dengan metode ini sudah cukup.

(ii) Metode kuadrat terkecil (Least square method)

Metode kuadrat terkecil ini merupakan metode yangobyektif,dan estimasi untuk α dan β dapat dicapai denganmeminimumkan jumlah kuadrat dari kesalahan (the error sumof squares).Minimumkan:

Hasil dari meminimumkan persolan ini: dua persamaanuntuk a dan b yang dikenal dengan persamaan normal (thenormal equation), yaitu:

Untuk mendapatkan nilai a dan b secara simultan, kitadapatkan estimasi kuadrat terkecil dari α dan β:

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

340

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dimana

Nilai dari a dan b menentukan persamaan dari garis regresisampel:

= a + bX

Persamaan ini digunakan untuk memprediksi nilai Y yangdinyatakan dengan , jika nilai X diketahui meramalkan nilai rata-rata dari sub populasi Y, μy/x, karena a dan b meramalkan nilai αdan β, selain itu ada besaran lain yang perlu diramalkan, yaituvariasi umum dari sub populasi Y, σ2. Menghitung deviasi nilai Yyang diobservasi dari nilai Y yang diprediksikan untuk setiap X yangdiketahui, beberapa penyimpangan merupakan estimasi darikesalahan acak Ei.

Persamaan prediksi (the prediction equation), garis regresisampel yang didapat mempunyai sifat bahwa ia merupakan garisyang digambar terbaik. Terbaik dalam arti bahwa penyimpangandari titik-titik yang diobservasi dari garis tersebut adalah dari subpopulasi Y, μY/X, karena a dan b meramalkan nilai σ dan β.

Selain itu ada besaran lain yang perlu diramalkan, yaitu variasiumum dari sub populasi Y, σ2. Menghitung deviasi nilai Y yangdiobservasi dari nilai Y yang diprediksi untuk setiap X yangdiketahui, beberapa penyimpangan merupakan estimasi darikesalahan acak E

i, Misalnya e

i adalah estimasi untuk E

i. Maka ei = Y

i

- i.

341

Kemudian bila kita kuadratkan penyimpangan penyimpangandari I = 1 sampai ke n dan menjumlahkannya kita dapatkan jumlahkuadrat kesalahan yang dinyatakan dengan SSE, yaitu:

Dimana SSE = Sum Squares Error

Dengan membagi SSE dengan (n – 2), kita dapatkan estimasiuntuk ó2 yang kita nyatakan dengan s2 Y/X yaitu:

Dan dengan mengambil nilai akar dari s2 Y/X, kita dapatkanstandar penyimpangan dari sub populasi Y,yaitu:

Ini menggambarkan penyimpangan rata-rata dari setiapnilaiYyang diobservasi dari setiap nilai Y yang diprediksi.

Contoh:

Departemen Penelitian Pasar dari Perusahaan A inginmempelajari hubungan antara volume penjualan dengan biayaiklan dengan data yang tersedia seperti pada tabel berikut:

Tabel: 12.8

Hubungan Volume Penjualan Dengan Biaya Iklan

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

342

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Penyelesaian:

Langkah pertama dalam analisis ini adalah membuatgambarscatter diagramuntuk melihat dan menentukankemungkinan hubungannya.

Gambar: 12.5Scatter Diagram

Hubungan Volume Penjualan dan Biaya Iklan

Langkah selanjutnya adalah membuat model persamaan:

Yi = α + βXi + Ei, i = 1, 2, 3, …. 8 untuk mengestimasi α dan β.

Perhitungannya seperti termuat dalam tabel berikut:

343

Tabel: 12.9

Estimasi Regresi

a = - b = 69.625 + 2283 (15, 5) = 34, 2385

Persamaan prediksinya:

= 34, 2385 + 2,283 X

Interpretasi dari a dan b:b = 2, 283 berarti bahwa jika biaya iklan dinaikan dengan RP

1.000,00 maka rata-rata volume penjualan akan naiksebesar Rp 2. 283, 00

a = 34, 2385 berarti jika tidak ada pengeluaran biaya iklan, makarata-rata volume penjualan akan sama dengan Rp34.2385,00

Selanjutnya untuk menentukan seberapa besar volumepenjualan yang sebenarnya akan menyimpang dari volumepenjualan yang diramalkan, maka kita dapat menghitungsebagai berikut:

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

344

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Ini berarti bahwa rata-rata volume penjualan yang sebenarnyaakan menyimpang dari yang diharapkan atau diramalkan sebesarRp. 3218,60,00. Untuk itu kita bisa memahaminya melalui telaahanalisis tabel berikut ini:

Tabel: 12.10

Pembantu estimasi regresi

Apabila kita ingin meramalkan volume penjualan pada biayapengeluaran sebesar Rp 40.000,00 maka kita akan menggunakanpersamaan peramalan dengan X = 40, didapat:

= 34, 2385 + 2,283 (40) = 125. 558,50

Ini berarti bahwa volume penjualan yang diharapkan sebesarRp 125.558,50

Catatan untuk diingat: Persamaan regresi sampel tidak dapatdigunakan untuk meramalkan nilai-nilai X yang berada diluar nilai-nilai yang disajikan dalam sampel. Dengan kata lain bahwapersamaan diatas tidak dapat (tidak boleh) digunakan untukekstrapolasi karena mungkin hubungan antara X dan Y tidak sepertidiatas jika untuk interval yang lebih luas.

345

d) Pengujian hipotesis untuk ααααα dan βββββUntuk ini ada dua pengujian yang daat dipakai, yaitu “uji t”

dan “uji F”.(i) Uji t (t test)

Untuk α: H0: α = α0, dimana α0 adalah sembarang nilai hipotesa

Di mana nilai t dengan bintang (*), misalnya t0,05, didapat dalamtabel “t” dengan (n-2) derajat bebas pada tingkat kepercayaan α*.

Untuk βH

0: β = β

0, dimana β

0 sembarang nilai hipotesis.

b - β0

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

346

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dengan menggunakan data diatas, kita gunakan á = 5% untukmenguji “t”.

(a) H0: α = 30

Ha: α 30

Penyelesaian: Dari contoh diatas a = 34, 2385

b = 2, 283s

Y/X = 3, 2186

Test statistik: untuk menghitung Sa, maka:

Sa = 2, 4193

Dengan demikian keputusan yang diambil menolak H0, jika “t”> 2,447. Sebaliknya jika “t” < 2, 447 maka H0 diterima.

Kesimpulan:

Oleh karena Itu, t = 1, 752 < 2, 447 maka H0 diterima. Ini berartibesarnya α = 30.(b) H

0: α = 0, volume penjualan tidak tergantung pada biaya iklan

(c) Ha: α 0, volume penjualan ditentukan oleh biaya iklan.

A* = 5%

347

H0 ditolak jika “ t “ > 2, 447, sebaliknya H0 diterima jika “ t “ < 2,447.

Kesimpulan:

Karena “ t “ ‘ 16, 5795 > 2, 447 maka H0 ditolak, ini berarti bahwavolume penjualan ditentukan oleh biaya iklan.

3. Metode analisis jalur (Path analysis)Analisis jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright

pada tahun 1930. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisisregresi linier berganda, analisis jalur merupakan suatu teknik untukmenganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi linierberganda jika variabel eksogen mempengaruhi variabel endogentidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung.178

Analisis jalur menggunakan diagram jalur untuk mempresen-tasikan permasalahan dalam bentuk gambar dan menentukanpersamaan struktural yang menyatakan hubungan antar variabelpada diagram jalur tersebut. Diagram jalur dapat digunakan untukmenghitung pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabeleksogen terhadap suatu variabel endogen, pengaruh-pengaruh itutercermin dalam apa yang disebut koefisien jalur, dimana secaramatematik analis jalur ini mengikuti model struktural.

178 Juliansyah Noor, Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen, GrasindoJakarta 2014, hal 81.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

348

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a. Penamaan variabel

Penamaan variabel dalam model analis jalur berbeda denganpenamaan dalam analisis korelasional, dalam analisis jalurmenggunakan variabel exogenous (dalam analisis korelasidinamakan variabel bebas) dan variabel endogenous (dalamanalisis korelasi dinamakan variabel terikat). Variabel exogenousdalam model analisis jalur ialah semua variabel yang tidak adapenyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak adaanak-anak panah yang menuju kearahnya, selain pada bagiankesalahan pengukuran.

Kalau antara variabel exogenous dikorelasikan, maka korelasitersebut ditunjukan dengan anak panah dengan kepala dua yangmenghubungkan variabel-variabel tersebut, variabel yangtermasuk didalamnya mencakupi semua variabel perantara danterikat.

b. Asumsi analisis jalur

Asumsi adanya satu arah jalur didalam model mengindikasikanbahwa arah jalur yang mengandung arti hubungan timbal balikdalam suatu model analisis jalur menjadi diabaikan. Satu arah jalurdidalam model analisis jalur dikenal dengan sebutan model rekursif(recursive model), dalam waktu yang bersamaan suatu variabeltidak dapat menjadi eksogen sekaligus menjadi variabel endogenterhadap variabel yang lain.

Variabel yang diperlakukan sekaligus menjadi variabel eksogendan endogen dalam suatu model analis jalur disebut sebagai modeltimbal balik (nonrecursive model) yang tidak bisa dianalisis denganbaik oleh software SPSS, namun dapat dianalisis dengan softwareLisrel (Linier structure relation) yang dikembangkan olehJoreskog.179

Dalam analisis jalur ini hubungan kausalitas yang menunjukanpengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel itu dapatdiukur besarannya, dalam penerapannya ada beberapa asumsiyang perlu diperhatikan:

(i) hubungan antar variabel haruslah linier dan aditif

179 Juliansyah Noor, Ibid, hal 82, dikutip dari Loehlin 2004.

349

(ii) semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain

(iii) pola hubungan antar variabel adalah rekursif(iv) skala pengukuran semua variabel minimal interval.180

c. DiagramjalurdanpersamaanstrukturalDalam analisis jalur sebelum peneliti melakukan analisis

penelitian hubungan sebab akibat, terlebih dahulu penelitimembuat diagram jalur yang digunakan untuk merepresentasikanpermasalahan dalam bentuk gambar dan menentukan persamaanstruktural yang menyatakan hubungan antar variabel pada diagramjalur tersebut.

(1) Diagram jalur

Langkah pertama dalam analisis jalur adalah menterje-mahkan hipotesis penelitian yang bentuknya proposisi kedalambentuk diagram. Diagram yang digunakan dalam analisis jalurdisebut diagram jalur (Path diagram)dan bentuknya ditentukanoleh proposisi teoritik yang berasal dari berpikir tertentu, untukmenyederhanakan lambing dalam diagram tersebut, hanyadigunakan simbol X dan yang selanjutnya dinyatakan denganX1, X2, dan Xn terdiri dari variabel eksogen yang merupakanvariabel penyebab dan variabel endogen sebagai variabelakibat.

Sedangkan faktor-faktor lain yang merupakan variabelyang tidak sengaja diukur variabel galat, dalam diagram jalurdigunakan dua macam anak panah, yaitu:

(i) Anak panah satu arah (single beaded arrow)yangmenyatakan pengaruh langsung dari sebuah variabeleksogen kesebuah variabel endogen. Misalnya: X

1 X

2, ini

berati X1

sebagai variabel eksogen mempengaruhi secaralangsung X

2 sebagai variabel endogennya, seperti pada

gambar berikut ini:

180 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Jakarta, 2011, hal 156.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

350

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 12.6

Model diagram jalur dengan dua variabel

Untuk model yang digambarkan diatas juga disebut “DiagramJalur Sederhana” yang menggambarkan dua sub struktur ataumenyatakan dua kejadian sebab akibat, yang menyatakanhubungan kausal dari X

1 ke X

2 yang didefinisikan sebagai berikut:

X1

: Sebagai variabel eksogen

X2 : Sebagai variabel endogen

δ : Menyatakan galat (error) yang merupakan gabungan dari:(i) Variabel lain diluar X

1 yang mungkin mempengaruhi X

2 yang

telahteridentifikasi tetapi belum dimasukan kedalam model.

(ii) Variabel lain diluar X1 yang mungkin mempengaruhi X2 tetapibelum teridentifikasi oleh teori.

(iii) Kekeliruan dalam pengukuran.

(iv) Komponen yang sifatnya tidak menentu.ρ : Menyatakan besarnya hubungan pengaruh langsung atau

biasa disebut koefisien jalur.

ρx2x1:Menyatakan besarnya koefisien pengaruh langsung X2

terhadap X1.

ρ x2: Menyatakan besarnya koefisien pengaruh langsungpenyebab yang sedang dilakukan tidak diukur (δ) yangmempengaruhi X2.

(ii) Anak panah dua arah (double beaded arrow).Ini menyatakanhubungan korelasi antar variabel eksogen seperti nampakdalam gambar berikut ini:

351

Gambar:12.7

Model diagram jalur dengan empat variabel

Model diagram pada gambar: 12.7. Diatas menunjukan bahwaX1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh secara langsungterhadap X3 dan X3 berpengaruh terhadap X4. Model inimeggambarkan dua substruktur yang menyatakan ada duakejadian sebab akibat yang akhirnya mengakibatkan satu kejadianyaitu X4.

(2) Persamaan strukturalPersamaan struktural menyatakan hubungan antar variabel

pada diagram jalur yang ada. Berdasarkan model diagram padagambar:12.7, terdapat dua persamaan struktural,yaitu: Modelstruktural 1; Yang merupakan hubungan kausal dari X

1, dan X

2 ke

X3 yang dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

X3 = ρ

X3X1X

1 + ρx

3x

2 X

2 + ε

(i) Model substruktural 1 ini menyatakan pengaruh langsung darivariabel eksogen (X1 dan X2) terhadap variabel endogen (X3)dengan galat ε1.

(ii) Model struktural 2; menyatakan hubungan kausal dari X3 ke X

4

yang dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

X4 = ρ

x4x3 + ε

2

(iii) Model subtruktur 2 diatas menyatakan pengaruh langsung darivariabel X3 terhadap variabel X4 dengan galat ε2. Semakinkompleks sebuah hubungan struktural akan semakin kompleks

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

352

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

diagram jalurnya, dan semakin Banyak pula substruktur sertamodel struktur yang membangun diagram jalur tersebut.

(3) Persyaratan menggunakan analisis jalur:

(i) Hubungan antar variabel dalam model analisis jalur harus linier.

(ii) Melakukan uji normalitas data, uji linieritas dan signifikansiregresi, dan uji homogenitas.

(iii) Melakukan analisis regresi.

4. Metode analisis jalur dengan pengukuran SEMPersamaan permodelan Structural Equation Modeling

(SEM)adalah teknik statistik untuk menguji dan memperkirakanhubungan kausal dengan menggunakan kombinasi data statistikdan asumsi kausal kualitatif. SEM telah disosialisasikan pada tahun1921 oleh ahli genetika Sewall Wright, tahun 1943 oleh ahliekonomi Trygve Havelmo, tahun 1953 oleh ilmuan kognitif HerbetA. Simon, dan tahun 2000 secara resmi didefinisikan oleh YudeaPearl dengan menggunakan kalkulus.181

SEM merupakan pengembangan lebih lanjut dari Path analy-sis, Pada metode SEM hubungan kausalitas antar variabel eksogendan variabel endogen dapat ditentukan secara lebih lengkap.Dengan menggunakan SEM tidak hanya hubungan kausalitas(langsung dan tidak langsung) pada variabel atau konstruk yangdiamati bisa terdeteksi, tetapi juga komponen-komponen yangberkontribusi terhadap pembentukan konstruksi itu dapatditentukan besarnya. Dengan demikian hubungan kausalitasdiantara variabel atau konstruk yang sedang kita pelajari menjadilebih informatif, lengkap, dan akurat.182

SEM merupakan teknik statistik yang digunakan untukmembangun dan menguji model statistik yang biasanya dalambentuk model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakanteknik “hibrida” yang meliputi aspek-aspek penegasan (konfirmasi)dari analisis faktor, analisi jalur, dan regresi yang dapat dianggapsebagai kasus khusus dalam SEM.

181 Juliansyah Noor, Loc Cit, hal 108.182 Anwar Sanusi, Loc Cit, hal 167.

353

Secara sederhana SEM mengestimasi secara simultansekelompok persamaan regresi berganda, yang memiliki hubungansaling ketergantungan melalui model struktural dengan bantuanprogram statistik.

a. Penamaan variabel SEM Dalam SEM dikenal dua nama variabel, yaitu:

(i) Variabel manifes (manifest variable), merupakan variabel-variabel yang diobservasi, Sering juga disebut variabelindikator. Jika peneliti akan menggunakan analisis jalursebaiknya peneliti menggunakan paling tidak tiga variabel,karena kalau hanya menggunakan dua variabel makaanalisisnya akan bermasalah. Jika hanya menggunakan satupengukuran, maka kesalahan (error) tidak dapat dibuatmodel, juga model-model yang hanya menggunakan duaindikator per-variabel laten akan sulit diidentifikasi danestimasi kesalahan akan tidak reliabel.

(ii) Variabel laten,adalah variabel-variabel yang tidak terobser-vasi (unobserved variable). Variabel laten ini mencakupvariabel bebas, variabel perantara,dan variabel tergantung,variabel-variabel “exogenious” merupakan variabel dengantanpa variabel penyebab sebelumnya. Sedangkan variabel-variabel “endogenious” merupakan variabel-variabel peran-tara yang dapat sebagai efek dari variabel exogenioussebelumnya atau variabel-variabel perantara,danmerupakan penyebab terhadap variabel perantara lainnyadan variabel tergantung, serta dapat berfungsi sebagaivariabel tergantung sebenarnya. Keberadaan variabel-variabel laten tergantung pada hubungan mereka terhadapvariabel-variabel indikator yang diobservasi, dan inimerupakan salah satu karakteristik SEM.

b. Permodelan dalam SEMPermodelan SEM dikenal ada beberapa model yang umum

digunakan, diantaranya:

(i) Model pengukuran

Model pengukuran ini merupakan bagian dari suatu modelSEM yang berhubungan dengan variabel-variabel laten dan

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

354

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

indikator-indikatornya. Dalam model pengukuran ini terdapatanak panah lurus dari dari variabel-variabel laten kearahindikator-indikator masing. Juga terdapat anak panah lurus darifaktor kesalahan dan gangguan (error and -disturbanceterm)kearah variabel masing-masing, model pengukuran inidievaluasi dengan menggunakan pengukuran uji keselarasan,proses analisis hanya dilakukan jika pengukurannya valid, modelpengukuran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 12.8

Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen

Gambar: 12.9Model pengukuran Variabel Laten Eksogen

Dengan Notasi Statistik

355

Gambar: 12.10

Model Pengukuran Variabel Laten Endogen

Gambar: 12.11

Model Pengukuran Variabel Laten Eksogen Dengan Notasi Statistik

(ii) Model struktural

Model strukturalini adalah seperangkat variabel exog-enous dan endogenous dalam suatu model, bersamaan denganefek langsung atau arah anak panah langsung yangmenghubungkannya, dan faktor gangguan untuk semuavariabel tersebut.

(iii) Analisis faktor konfirmatory(Confirmatory factor analysis = CFA)

Analisis faktor konfirmatory bisa digunakan untukmenegaskan bahwa semua indikator mengelompokan sendirikedalam faktor-faktor yang berkaitan dengan bagaimanapeneliti telah menghubungkan indikator-indikator denganvariabel laten.CFA dalam SEM digunakan untuk menilai peranan

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

356

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

kesalahan pengukuran dalam model,untuk validasi modelmultifaktoral, dan untuk menentukan efek-efek kelompok padafaktor.

(iv) Spesifikasi model yang akan selalu sesuai

Spesifikasi model adalah proses dimana penelitimeyakinkan bahwa efek-efeknya tidak ada, yang sesuai dengannilai konstan biasanya sebesar 1.0, dan kadang jugabervariasi.Efek-efek variabel berhubungan dengan anak panah-anak panah dalam model tersebut, dan tidak adanya efekberhubungan dengan ketidakadanya anak panah. Efek-efekyang sudah pasti biasanya merefleksikan efek-efek yangparameternya sudah ada dalam teori atau yang biasaditentukan sebesar 1.0 untuk menetapkan suatu metrik untuksatu variabel laten, model spesifikasi ini ada dua:

(a) Model parsimony(model yang dibuat sesederhanamungkin), yaitu model tidak adanya efek dibatasi sampaidengan data yang ada, sekalipun model tersebut tidakmempunyai makna.

(b) Model faktor-faktor interaksi dan power polynomials.Modeltersebut ditambahkan terhadap model strukturalsebagaimana biasanya ditambahkan kedalam regresiberganda.

(v) Underidentified, adalah model yang jumlah parameternya yangsedang diestimasi lebih besar dari data yang sudah diketahui,atau dengan kata lain adalah jika terdapat lebih parameter yangharus diestimasidari pada elemen-elemen dalam matrikskovarian.Karakteristik matematis model-model yang sedangdiidentifikasi mengahalangi penyelesaian parameter yangdiestimasi dan dilakukan pengujian keselarasan dalam model.Jalan keluarnya adalah dengan menambah lagi variabel-variabeleksogenous, dan harus dilakukan sebelum mengumpulkandata, jika suatu model ditemukan underidentified atau barusaja diidentifikasi maka harus dilakukan langkah-langkahberikut:

357

(i) Sederhanakan model dengan cara mengurangi jumlah anakpanah yang sama dengan mengendalikan estimasi koefisienjalur sampai 0.

(ii) Sederhanakan model denganestimasi jalur (anak panah)dengan cara-cara lain, yaitu:kesejajaran (equality), artinyasama dengan estimasi yang lain,atau ketidak sejajaran (in-equality), artinya proporsional dengan estimasi yanglain,atau ketidak sejajaran (inequality), artinya lebih besaratau lebih kecil dari pada estimasi yang lain.

(iii) Pertimbangkan untuk menyederhanakan model dengancara menghilangkan beberapa variabel.

(iv) Hilangkanberapa variabel yang nampaknya mempunyaimulticolinier dengan variabel-variabel yang kain.

(v) Tambahkanvariabel-variabelexogenous dan sebaiknyadilakukan sebelum pengambilan data.

(vi) Miliki setidaknya tiga indikator untuk satu variabel laten.(vii) Pertimbangkanuntuk menggunakan bentuk estimasi yang

berbeda, misalnya GLS, atau ULS sebagai pengganti MLE.

C. Asumsi analisis SEM

Untuk menggunakan SEM peneliti memerlukan pengetahuantentangasumsi-asumsi SEM yang mendasari penggunaannya,diantara asumsi-asumsi tersebut adalah:

(i) Distribusi normal indikator-indikator multivariat.Normalitasmultivariat diperlukan untuk estimasi kemiripan maksimum(maximum likelihood estimation) atau MLE, yang merupakanmetode dominan dalam SEM yang akan digunakan untukmembuat estimasi koefisien-koefisien (jalur) struktur.

(ii) Distribusi normal multivariat variabel-variabel tergantung,masing- masing variabel tergantung laten dalam model harusdidistribusikan secara normal untuk masing-masing nilai darivariabel laten lainnya.

(iii) Linieritas, SEM mempunyai asumsi adanya hubungan linierantara variabel-variabel indikator dan variabel-variabel laten,serta antara variabel-variabel laten sendiri.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

358

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iv) Pengukuran tidak lansung.Secara tipikal semua variabel dalammodel merupakan variabel laten.

(v) Multiple indicators.Beberapa indikator harus digunakan untukmengukur masing-masing variabel laten dalam model, regresidapat dikatakan merupakan sebagai kasus khusus dalam SEMdimana hanya ada satu indikator per variabel laten.

(vi) Secara teoritis tidak sedang atau baru saja diidentifikasi, Suatumodel baru saja teridentifikasi jika ada banyak parameter yangharus diestimasi sebanyak adanya elemen-elemen dalammatrik kovarian.Contoh dalam satu model dimana variabel 1mempengaruhi variabel 2, dan juga mempengaruhi variabel 3,dan variabel 2 juga mempengaruhi variabel 3. Dengan demikianmaka akan ada tiga parameter (anak panah) dalam model danada tiga unsur kovarian(1,2; 1,3; dan 2,3).

(vii)Rekursivitas, model-model rekusive merupakan model-modeldimana semua anak panah mempunyai satu arah tanpa putaranumpan balik dan peneliti dapat membuat asumsi kovarian-kovarian gangguan kesalahan semua 0, yang berarti bahwasemua variabel yang tidak diukur yang merupakan diterminandari variabel-variabel endogenous tidak dikorelasikan satudengan lainnya sehingga tidak membentuk putaran umpanbalik.Model-model dengan gangguan kesalahan yangberkorelasi dapat diperlakukan sebagai model recursive hanyajika tidak ada pengaruh langsung diantara variabel-variabelendogenous.

(viii) Ukuran sampel tidak boleh kecil karena SEM bergantung padapengujian-pengujianyang sensitif terhadap ukuran sampel danmagnetudo perbedaan-perbedaan matrik kovarian. Secarateori untuk ukuran sampel berkisar antara 200-400 untukmodel-model yang mempunyai indikator antara 10 – 15, parapakar penelitian yang sering menggunakan metode SEM seringmengatakan sampel yang dibawah dari 100 hasilnya kurangbaik, dengan kata lain bila kita menggunakan metode SEM makasampelnya minimal 100.

359

d). Analisis data SEM

Untuk lebih memahami konsep analisis Structural EquationModeling (SEM)dapat dilakukan dengan mengambil contohmisalnya seorang peneliti mempunyai data sampel dari 240karyawan pada suatu perusahaan real estate yang mempunyaivariabel-variabel sebagai berikut: Variabel laten eksogen adalahcitra (X) dengan variabel manifest eksogen (indikator) adalah citra1 (X1), citra 2 (X2), citra 3 (X3), citra 4 (X4), dan citra 5 (X5), dan variabelendogennya adalah Parsell (Y) dengan variabel manifest endogen(indikator) adalah Parsell 1 (Y1), Parsell 2 (Y2), parsell 3 (Y3), Parsell4 (Y4), Parsell 5 (Y5), Parsell 6 (Y6) dan Parsell 7 (Y7).

Judulpenelitian

“Pengaruh citra terhadap personalselling:Studi kausal denganpengukuran pada karyawan PT Bunyamin Real Estate diBanjarmasin.”

Rumusan masalahApakah citra berpengaruh langsung terhadap Personal Selling?

Kerangka berpikirCitra memiliki pengaruh langsung terhadap personal selling,

dan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar: 12.12

Model Analisis Jalur dengan Pengukuran

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

360

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Keterangan:

a) Variabel-variabel yang diobservasi secara langsung diletakan dalamempat persegi panjang.

b) Variabel-variabelyang tidak diobservasi diletakan dalam lingkaran,umumnya bentuknya elips. Dalam model ini variabel-variabel yangtidak diobservasi hanya merupakan variabel gangguan (distur-bances).

c) Variabel-variabel eksogenous diwakili oleh X,variabel-variabel en-dogenous diwakili oleh Y, dan gangguan diwakili oleh .

d) Variabel-variabel endogeous mempunyai anak panah satu arahmenuju variabel tersebut, sedangkan variabel-variabel exogenoushanya nampak pada ekor anak panah satu arah.

e) Anak panah dengan dua arah mewakili kovarian-kovarian,bukanpenyebab, secara potensial tidak bernilai nol (0).

f) Y digunakan parameter-parameter struktural yang menghubung-kan antara satu variabel endogenous, sedangkan â digunakansebagai parameter-parameter struktural yang menghubungkansatu variabel endogenous dengan variabel endogenous lainnya.

g) Dalam hal tertentu, urutan variabel-variabel dalam bentuk hori-zontal berhubungan dngan urutan sebab akibat,Dengandemikian“penyebab” nampak disebelah kiri dari “akibat”, seperti nampakdalam gambar tersebut diatas.

Persamaan model struktur

η = β +

Persamaan model pengukuran

X1 = λx1ξ + δ

1

X2 = λx2ξ + δ2

X3 = λx3ξ + δ3

X4 = λx4ξ + δ4

X5 = λx5ξ + δ

5

Y1 = λy1η + ε1

361

Y2 = λy2η + ε2

Y3 = λy3η + ε3

Y4 = λy4η + ε

4

Y5 = λy5η + ε5

Y6 = λy6η + ε6

Y7 = λy7η + ε7

Keterangan:

ξ (KSI) = Variabel laten eksogen

η (ETA) = Variabel laten endogen

β (Beta) = Pengaruh langsung variabel laten eksogen terhadapvariabel laten endogen

λ (Lamda) = Refleksi variabel eksogen ataupun endogen terhadapindikator-indikatornya (variabel-variabel manifest)

δ (Delta) = Kesalahan pengukuran (measurement error) dariindikator-indikator endogen.

ε (Epsilon) = Kesalahan pengukuran (measurement error) dariindikator variabel endogen.

ζ (Zeta) = Kesalahan dalam struktural antara variabel eksogen/endogen dengan variabel endogen.

Tujuan penelitian

Untuk memperoleh informasi empiris bahwa citra memilikipengaruh langsung positif terhadap personal selling.

Hipotesis penelitianTerdapat pengaruh lansung positif citra terhadap personal selling.

Hipotesis statistik

H0 : βηζ 0

Ha : βηζ 0

Dimana βηζ = Adalah koefisien jalur pada populasi yangmenyatakan pengaruh langsung variabel X terhadap Y.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

362

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Penyelesaian selanjutnya

Dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan programLISREL 8.3 sesuai dengan panduan langkah-langkah operasionalnya.

5. Metode analisis jalur dengan Pengukuran Partial LeastSquare (PLS)

Partial Least Square(PLS), merupakan metode analisis yangpowerfull karena tidak didasarkan atas banyak asumsi. PLS dapatdigunakan sebagai teknik analisis data dengan menggunakan soft-ware SmartPLS versi 2.0.M3, metode PLS ini mempunyaikeunggulan tersendiri, diantaranya:

a) Data tidak harus berdistribusi normal multivariat

b) Ukuran sampel tidak harus besarc) PLS tidak saja bisa digunakan untuk mengkonfirmasi teori,

tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atautidaknya hubungan antara variabel laten

d) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentukdengan indikator reflektif dan indikator formatif, dan hal initidak mungkin digunakan dalam SEM karena akan terjadiunirentifiede model.

PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambaran-nya, yaitu:

(i) Model indikator reflektif

Model indikator reflektif ini sering pula disebut principalfactor model, dengan ciri covariance pengukuran indikatordipengaruhi oleh variabel laten atau mencerminkan variasi darivariabel laten.Pada model reflektif ini konstruk unidimensionaldigambarkan dalam bentuk elips dengan beberapa anak panahdari konstruk ke indikator,seperti nampak dalam gambarberikut ini:

363

Gambar: 12.13

Model Indikator Refleksif

Model indikator refleksif ini menghipotesiskan perubahanpada variabel laten akan mempengaruhi perubahan padaindikator. Model ini juga harus memiliki internal konsistensioleh karena semua ukuran indikator diasumsikan semuanyavalid.

(ii) Model indikator formatifModel indikator formatif tidak mengasumsikan indikator

dipenggaruhi oleh konstruk, tetapi mengasumsikan semuaindikator mempengaruhi konstruk tunggal (single construct).Arah hubungan kausalitas mengalir dari indikator ke variabellaten dan indikator sebagai group secara bersama-samamenentukan konsep atau makna empiris dari variabel laten,model indikator formatif ini tidak adanya hubungan korelasiantar indikator. Oleh karena itu ukuran internal konsistensireliabilitas (Cronbach alpha) tidak diperlukan untuk mengujireliabilitas konstruk format ini, model ini digambarkan sebagaiberikut:

Gambar: 12.14

Model Indikator Formatif

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

364

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dalam model ini kausalitas hubungan antar indikator tidakmenjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internalkonsistensi yang rendah (Cronbach alpha), karena untuk menilaivaliditas konstruk yang perlu dilihat dalam model ini adalah variabellain yang mempengaruhi konstruk laten, jadi untuk mengujivaliditas dari konstruk laten peneliti harus menekankan pada no-mological atau criterion-related validity.183

a) Langkah-langkah analisis data PLSAnalisis data dan permodalan persamaan dengan

menggunakan software SmartPLS, dilakukan dengan urutanlangkah-langkah sebagai berikut:

· Merancang model struktural (inner model).

· Merancang model pengukuran (outer model).

· Mengkonstruksi diagram jalur.· Konversi diagram jalur ke sistem persamaan.

· Estimasi koefisien jalur, loading, dan weight.

· Evaluasi goodness of fit.

· Pengujian hipotesis (resampling bootstraping).

(i) Merancang model strukturalModel struktural menggambarkan hubungan antara

variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Dalammerencanakan model struktural hubungan antara variabel latendidasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian,yang terdiri dari:

(a) Teori

(b) Hasil penelitian terdahulu (empiris)

(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yanglain

(d) Normatif, misalnya: undang-undang, peraturan pemerintah,dan lain-lain.

(e) Rasional.

183 Juliansyah Noor, Loc Cit, hal 146.

365

(ii) Merancang model pengukuran

Model pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap blokindikator berhubungandengan variabel latennya.Perancanganmodel pengukuran menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif, dilihat daridefinisi operasional variabel yang didasarkan pada: teori,penelitian terdahulu (empiris), atau rasional.

(iii) Merancang konstruksi diagram jalur

Bagaimana peneliti mengkonstruksi diagram jalur denganmenggunakan metode pengukuran Partial Least Square (PLS)yang memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut dapat dilihatdalam gambar berikut ini:

Gambar: 12.15Diagram Jalur dengan menggunakan PLS

Notasi (penjelasan) PLS:ξ = Ksi, variabel laten eksogen

η = Eta, variabel laten endogen

λx = Lamda (kecil), loading faktor variabel laten endogen

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

366

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

λx = Lamda (besar), matriks loading faktor variabel laten exogen

λy = Lamda (besar), matriks loading faktor variabel laten endogenβ = Beta (kecil), koefisien pengaruh variabel endogen terhadap

variabel exogen

γ = Gamma (kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen terhadapvariabel endogen

ζ = Zeta (kecil), galat model

δ = Delta (kecil), galat pengukuran pada variabel laten eksogenε = Epsilon (kecil), galat pengukuran pada variabel laten endogen

(iv) Konversi diagram jalur ke sistem persamaan1) Model persamaan dasar outer model dapat dituliis sebagai

berikut:

Untuk variabel laten exogen 1 (refleksif):

(a) X1 = λx1 ζ1 + ε1

(b) X2 = λx2 ζ1 + ε2

(c) X3 = λx

3 ζ

1 + ε

3

Z2 = λx

4 + X

4 + λ

x5 X

5 + ζ

x6 X

6 + ε

4

Untuk variabel laten endogen 1 (refleksif)Y

1 = λ

y1η

1 + ε

1

Y2 = λy2η2 + ε2

Untuk variabel laten endogen 2 (refleksif)

Y3 = λy3η3 + ε3

Y4 = λy4η4 + ε4

2) Model persamaan dasar dari inner modeldapat ditulissebagai berikut:

η1 = γ1 ζ1 + γ2 ε2 ζ1

η2 = β

1 + γ

3 ε

1 γ

4 ε

2 + ζ

2

3) Parameter estimasi: Eeight, koefisien jalur, dan loading

367

Estimasi (pendugaan) parameter didalam metode PLSadalah metode kuadrat terkecil (least square method).Proses perhitungannya dilakukan dengan cara iterasi, daniterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen,Pendugaan parameter dalam PLS meliputi tiga hal berikutini:

(i) Weight estimatedigunakan untuk menghitung datavariabel laten.

(ii) Path estimate (estimasi jalur) yang menghubungkanantara variabel laten dan estimasi loading antaravariabel dengan indikatornya.

(iii) Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi,intersep) untuk indikator dan variabel laten.

4) Evaluasi goodness of fit

Goodness of fitmodel diukur dengan menggunakan R2

variabel laten dependen dengan interpretasi yang samadengan regresi. Q2 predictive relevance untuk modelstruktural mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkanoleh model dan juga estimasi parameternya, denganmenggunakan rumus:

Q2 = 1 – (1 - R12) (1 – R2

2) … (1 – Rp2)

Besaran memiliki nilai dengan rentang 0 <> 2 padaanalisis jalur (path analysis), dimana:(i) R

12, R

22 … R

p2 adalah R square variabel endogen dalam

model.

(ii) Interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi to-tal pada analisis jalur (kurang lebih sama) dengan R2

pada regresi.

5) Outer model refleksif

Convergent dan discriminant validity;nilai loading 0,5sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator darivariabel laten berkisar antar 3 sampai 7, sedangkan untuk

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

368

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

discriminant validitydirekomendasikan nilai AVE lebih besardari,0,50, dengan rumus sebagai berikut:

(ii) Composite realibility: nilai batas yang diterima untuk tingkatuntuk tingkat reliabilitas komposit (pc) adalah e” 0,7 walaupunbukan merupakan standar absolut dengan rumus berikut:

6) Outer model formatif

Outer model formatif dievaluasi berdasarkan pada substan-tive contennt- nya dengan memperhatikan signifikansi dari weight.

7) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis (β, γ, dan λ) dilakukan dengan metodesampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser and Stone.Statistik uji yang digunakan adalah statisti t atau uji t, penerapanmetode resampling memungkinkan berlakunya data terdistribusinormal, serta tidak memerlukan sampel yang besar, untuk inidirekomendasikan sampel minimum 30 (Noor, 2014: 150),pengujian dilakukan dengan t – test, bilamana diperoleh p-valued” 0,05.

(i) Hipotesis statistik untuk outer modelH

a: λ

i ≠ 0

(ii) Hipotesis statistik untuk struktural model, variabel laten exogenterhadap variabel endogen:

H0: βi = 0

Ha: βi ≠ 0(iii) Hipotesis statistik untuk stuktural model: variabel laten eksogen

terhadap endogen:

369

H0: βi = 0

Ha: βi ≠ 0(iv) Statistik uji: t- test, p. value d” 0,05 (alpha 5%); signifikan

(v) Outer model signifikan; indikator bersifat valid

(vi) Inner models signifikan; terdapatpengaruh signifikan

(vii)PLS tidak mengasumsikan data berdistribusi normal; meng-gunakan teknik resampling dengan metode Bootstrap.Asumsidalam PLS hanya berkaitan dengan permodelan persamaanstruktural

(viii) Hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linierdan aditif

(ix) Model struktural bersifat rekursif

8) Ukuran sampel dalam PLS, dapat ditentukan dengan perkiraansebagai berikut:

(i) 10 kali jumlah indikator formatif (mengabaikan indikatorrefleksif)

(ii) 10 kali jumlah jalur (paths) yang mengarah pada modelstruktural

(iii) Sample size 30 sampai 50 atau besar > 200

9) Analisis data SEM menggunakan program Smart PLS

Analisis data SEM menggunakan program PLS ini dapatdilakukan dengan bantuan software yang dapat diunduh secaragratis di alamat situs http: www. smartpls.de. Sebagai contoh kitadapat menggunkan data yang ada pada waktu kita melakukananalisis data SEM yang sudah dibicarakan diatas dengan judulpenelitian: “Pengaruh citra terhadap personal selling: Studi kausaldengan pengukuran pada karyawan PT Bunyamin Real Estate diBanjarmasin”. Selanjutnya ikuti petunjuk-petunjuk sebagai berikut:

(i) Langkah awal membuat data terlebih dahulu kemudianmenginputnya kedalam program excel.

(ii) Langkah berikutnya setelah data diinput kemudian diklik sesuaiperintah komputer akan tampil dimonitor diagram model yangmerupakan windows tempat kita bekerja untuk mendesain

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

370

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

model baru yang kita kehendaki dengan merubah model yangdicontohkan dalam program smartpls tersebut.Pemodelandalam smartpls memiliki tiga jenis modelling yang dapatdigunakan untuk mendesain dan merubah model yaitu: selec-tion mode, drawing mode, dan conection mode.

(a) Selection modeObyek pada drawing board dapat dipilih dan

dipindahkan sebagai selection mode, tekan SHIFT keymemungkinkan pilihan pilihan multipleselection objects.Obyek yang adapada drawing board dapat diedit dengandouble click tombol mouse sebelah kiri.

(b) Drawing mode

Variabel laten dapat ditambahkan pada rawing mode,Klik dengan tombol mouse kiri pada drawing area untukmembuat variabel baru dengan standar label. Namavariabel laten dapat dirubah dengan double click mousepada variabel laten dan isi nama variabel laten tersebut,lalu kemudian diklik enter.

(c) Connection modeHubungan antar variabel laten dapat dibuat dengan

connection mode. Bila connection modedipilih dan diklikmaka connection point (port) muncul ditengah semuavariabel laten. Hubungkan antar port itu dengan menekantombol kiri dan tarik ke target variabel laten, sesuai denganyang diinginkan, maka terdapat tiga variabel latennya,kemudian klik drawing mode di working area, dan denganconnection mode digambarkan hubungan antar variabellaten.

Untuk memasukan data ke variabel indikator dengancara mendrag dan drop dengan mouse ke variabel latenyang dikehendaki. Lakukan terus sampai selesai diagramjalurnya dibuat sehingga tampak tampilan dimonitorsempurna.

371

10)Analisis model smartpls

Setelah selesai memodelkan diagram jalurnya, kemudian diklikpada PLS Calculat Model, maka tampilah diagram model smatplsyang dikehendaki tadi seperti pada gambar berikut:

Gambar: 12.16

Diagram Model Smart PLS

11) Interpretasi output

Dengan menganalisis diagram smartpls ini kita dapatmelakukan interprestasi outputnya:

(i) Convergent validity dari measurement model dengan indikatorreflektif dapat dilihat dari korelasi antara score item/indikatordengan score konstruknya.

(ii) Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasidiatar (>) 0,70.Meskipun demikian pada penelitian tahap awalloading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima.

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

372

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Dengan memperhatikan hasil output korelasi antara indikatordengan konstruknya, maka hasilnya seperti terlihat pada output outerloading berikut:

Outer Loadings

Berdasarkan pada outer loading diatas, maka dapat disimpulkansemua indikator atau variabel yang diobservasi sudah signifikan, karenanilai outer loading sudah sesuai dengan asumsi awal.Discriminantvalidity indikator refleksif dapat dilihat pada cross load-ing antara indikator dengankonstruknya berikut ini:

Cross Loadings

Cara lain untuk menilai discriminant validity adalah denganmembandingkan akar kuadrat dari avarage variance extracted untuksetiap konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Modelmempunyai discriminant validity yang cukup jika akar AVE untuk setiapkonstruk lebih besar (>) dari korelasi antara konstruk dan konstruklainnya dalam model seperti terlihat pada output laten variable cor-relation berikut ini:

373

Laten variable Correlation

Kemudian berdasarkan output overview didapatkan hasil AVEsebagai berikut:

PLS Quality Criteria Overdiew

Model dikatakan baik apabila AVE menujukan nilai lebih besar(>) dari 0,50. Pada output diatas terlihat semua konstruk memilikireliabilitas yang baik, sehingga model tersebut dapat dikatakan fitdengan data yang ada.

1) Analisis Struktur

Analisis struktur dilakukan terhadap: validitas indikator,reliabilitas indikator, korelasi antar variabel laten, modelpengukuran, dan model struktur.

(i) Validitas indikator

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

374

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Outer loading (Mean, STDEV, T.Value)

(ii) Reliabilitas indicator

Composite Reliability

(iii) Korelasi antar variabel laten

Laten Variable Correlation

(iv) Model pengukuran

Outer Model (Weight or Loading)

375

Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Model struktur

Path Coefficients (Mean, STDEV, T. Values)

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

376

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

2) Pengujian hipotesis

(i) Uji t model pengukuran

Outer Model T- Statistic

(ii) Uji t model struktur

Inner Model T-Statistic

(iii) Uji kesesuaian model(Uji Goodness of fit)

Menguji kesesuaian model juga dapat dilakukan denganmenggunakan persamaan Q Square seperti berikut ini:

Q2 = 1 - (1 – motivasi) (1 – Kinerja)

= 1 - (1 – 0,391) – (1 – 0,267)

= 1 - (0,609) (0,733)

= 0,446. Q2 = 0,446 > 0. Berarti model memiliki kesesuaian.

377

(iv) Model Standard Loading yang dihasilkan dalam pengolahan dananalisis data dari contoh penelitian diatas adalah sebagaiberikut:

Gambar: 12.17Model Standart Loading

(v) Model signifikan

Model signifikan yang dihasilkan dari pengolahan dananalisis data contoh penelitian ini adalah sebagai berikut:

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

378

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Gambar: 12.18

Model Signifikan

Dari gambar model signifikan tersebut dapat dibuatpersamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

Motivasi = 0,625 Pengawasan + æ2

Kinerja = 0,625 Pengawasan + 0,308 motivasi + æ1

(i) Pengaruh langsung (direct effect atau DE)

(a) Pengaruh variabel pengawasan terhadap kinerja = 0,625

(b) Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja = 0,308(c) Pengaruh variabel pengawasan terhadap motivasi = 0,625

(d) Pengaruhvariabel pengawasan terhadap kinerja melaluimotivasi = 0,625 x 0,308 = 0,193.

(ii) Rangkuman dari koefisien korelasi, pengaruh langsung,pengaruh tidak langsung, dan total dari pengaruh pengawasandan motivasi terhadap kinerja seperti tabel berikut ini:

379

Metode-Metode Analisis Data Penelitian

380

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

381

BAB XIIIPEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pembahasan hasil penelitianBagian ini membahas hasil penelitian sebagai hasil empiris yang

dikaitkan dengan teori yang mendasari permasalahan penelitian daninformasi lain yang digali dari obyek penelitian. Indikator-indikatorvariabel yang terurai menjadi instrumen penelitian (misalnyakuesioner) dicermati perilakunya secara deskriptif denganmengaitkannya pada uji hipotesis.184

Pada umumnya pembahasan hasil penelitian itu dalam laporanpenelitian ditempatkan di Bab IV, dengan susunan sub babnyamengikuti/menyesuaikan dengan judul penelitian dan perumusanmasalah penelitian. Dengan kata lain penulisan pembahasan hasilpenelitian itu adalah penulisan yang bersifat ilmiah yang berpegangpada ketentuan yang berlaku untuk suatu penulisan ilmiah.Diantaranya yang penting sekali menjaga konsistensi (kesesuaian)dengan judul penelitian dan rumusan masalah penelitian yangdiangkat. Jangan sampai terjadi pembahasan hasil penelitian itumelantur kesana kemari lepas dari judul penelitian dan perumusanmasalah penelitian.

Konsistensi dalam penulisan hasil penelitian ini harus dijaga betul-betul oleh peneliti yang menulis laporan hasil penelitiannya, agarjangan sampai laporan penelitian itu menjadi tulisan yang terkesanberkonotasi gado-gado (serba ada) sehingga lepas dari kaidah

184 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat Jakarta, 2011, hal198.

382

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

penulisan yang bersifat ilmiah yang mempunyai batasan-batasan yangjelas. Mungkin saja peneliti yang menulis laporan itu didorong olehkeinginannya untuk memenuhi target halaman yang ditentukan,karena memang ada Perguruan Tinggi yang menentukan jumlahhalaman yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam menulis skripsi(S1) dan Tesis (S2), baik ditentukan secara tertulis didalam pedomanpenulisan skripsi dan dalam pedoman penulisan tesis, maupun yangdisampaikan secara lisan oleh para dosen pembimbing yang ditugaskanoleh Dekan atau Direktur Pascasarjana.

Begitu penjelasan yang pernah penulis dapatkan dari beberapamahasiswa bimbingan ketika mahasiswa bimbingan itumengkonsultasikan konsep tulisan laporan hasil penelitian yangditulisnya baik dalam bentuk Skripsi untuk S1, maupun Tesis untukS2. Ketika saya sebagai pembimbingnya menyarankan bagian-bagianyang yang lepas dari judul dan perumusan masalah agar dihilangkan,mahasiswa itu nampak kebingungan, dan berkata “waduh pa kalaudipangkas bisa jadi terget halaman yang ditentukan itu tidak tercapai”.

Apa yang ditentukan oleh Perguruan Tinggi masing-masing itutentu tidak salah, karena itu sebenarnya bertujuan untuk memotivasimahasiswanya agar dapat menulis laporan dalam jumlah halaman yangmemadai sesuai dengan tingkatan jenjang Perguruan Tinggi yangditempuhnya. Jadi persoalannya itu terletak pada bagaimanamahasiswa bimbingan itu bisa mengembangkan tulisannya sehinggatetap dalam koridor ada konsistensi secara keseluruan yang dimulaidari: Judul penelitian, Perumusan masalah, Pembahasan hasilpenelitian, Kesimpulan, dan Saran. Dengan kata lain dari: Judulpenelitian, Perumusan masalah, Pembahasan hasil penelitian,Kesimpulan, dan Saran harus ditulis paralel artinya tidak lari kesanakemari.

Sebagai perbandingan untuk melengkapi argumen ini penulis sukabertanya pada rekan sejawat yang berkesempatan belajar di PerguruanTinggi yang dikenal baik di luar negeri seperti misalnya di Inggris, diNeederland, di Australia, dan lain-lain. Semua teman sejawat yangpenulis tanyai itu menjawab jumlah halaman itu relatif, yang pentingitu masalahnya aktual, pembahasannya sesuai dengan ketentuanpenulisan ilmiah dan penulisannya fokus, artinya tidak melantur kesanakemari.

383

Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan agar penelitimengkonstruksi sebuah pengetahuan melalui cara-cara berpikirdeduktif dan induktif. Cara seperti ini lebih tepat disebut melakukananalisis dialektika dengan dasar metode reflectif thinking, kadangtahap ini sering pula dikatakan sebagai daerah otonomi peneliti,dimana peneliti boleh berspekulasi secara ilmiah, menjelaskan asumsi-asumsi dasarnya. Bahkan ada yang menyebut bagian ini sebagaipetualangan ilmiah sang peneliti, karena itu sesungguhnya bagian inipaling menarik bagi peneliti karena dia diberi kesempatan untukmengemukakan pikiran-pikirannya, gagasan-gagasan yang menurutnyabenar berdasarkan apa yang ia yakini, ia alami selama penelitian, danberdasarkan apa yang ia pelajari dari teori sebelumnya.185

2. Prinsip-prinsip pembahasanTemuan hasil penelitian harus dilanjutkan dengan teleologi ilmu,

yaitu axiologi, dimana hasil pengetahuan digunakan untukmenjustifikasi.186

a) Pengetahuan (knowledge)

b) Kebenaran (truth)

c) Pemahaman (understanding, comprehension, Insight)d) Penjelasan (explanation)

e) Peramalan (Prediction)

f) Pengendalian (control)

g) Penerapan (application, invention, production)

Hasil penelitian didapatkan melalui pembahasan data lapanganyang diubah menjadi informasi, maka dalam pembahasan itu penelitiharus menjawab epistemologi, axiologi atau teleologi ilmu, dari daftaraxiologi ilmu dapat dipilih beberapa yang sesuai dengan informasi yangdidapatkan. Pembahasan minimal berisi:

185 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media GroupJakarta 2013, hal 239.

186 Supriyanto dan Djohan, Metode Riset Bisnis dan Kesehatan, Grafika WangiKalimantan, Banjarmasin 2011. hal 181.

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

384

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(i) Penjelasan (to explain) dengan menjawab epistemologi ilmu darilogika peneliti dan teori yang relevan kemudian dari penjelasanlanjutan.

(ii) Analisis penyebab temuan dan konsekuensi (deduksi dan induksi).(iii) Dilanjutkan dengan peramalan, pengendalian, penerapan bagi

kehidupan manusia.

Alur proses pembasan hasil penelitian dimaksud dapatdigambarkan sebagai berikut:

Gambar: 13.1

Alur Proses Pembahasan Hasil penelitian

Hal penting yang harus disampaikan dalam pembahasanpenelitian itu antara lain:

a) Temuan hasil penelitian (bila ada temuan yang berarti)

b) Teori yang digunakan dalam penelitianc) Hasil penelitian orang lain yang bisa berfungsi sebagai penguat

atau juga sebagai pembanding.

385

d) Gagasan-gagasanorang lain dalam penelitian terdahulu yangada relevansinya.

e) Pendapat-pendapat pribadi peneliti.f) Bahan-bahan sekunder lainnya.

Pembahasan hasil penelitian yang penting seperti temuandalam penelitian perlu direview untuk memperoleh penjelasanempiris dan metodelogis, kemudian temuan-temuan penting itudibahas berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.Pembahasan ini penting sekali dilakukan untuk pengembanganteori-teori yang digunakan dalam penelitian itu kedepan, apakahteori-teori yang digunakan itu dapat diterima, dikritik, atau bahkanbisa saja ditolak.

Pembahasan ini akan semakin kaya dan terasa berarti apabilapeneliti melengkapinya dengan berbagai dokumen pembantuuntuk memperkaya pembahasan, seperti misalnya dalam bentukbagan atau model kerangka pikir tertentu, seperti misalnya yangnampak dalam gambar berikut:

Gambar: 13.2

Kerangka pikir pembahasan hasil penelitian

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

386

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Bab tentang pembahasan hasil penelitian ini seharusnyamerupakan bagian yang paling banyak menyita halaman laporanpenelitian, karena di bab ini peneliti bisa dengan leluasamenuangkan apa yang ditemui dan dirasakannya penting untukdiungkapkan dalam laporan penelitian, berkenaan misalnya denganhuruf a) sampai e) diatas. Dari pengalaman penulis membimbingmahasiswa dalam menulis skripsi dan tesis justru yang terjadiadalah sebaliknya. Bab tetang pembahasan hasil penelitian inimenjadi bagian tulisan yang paling sedikit jumlah halamannya,pertanyaan kita mengapa jadi demikian?.

Diduga ada sejumlah kendala yang menjadi penyebabnya,sehingga peneliti hanya mampu menuangkan sekitar 3 atau 4halaman saja. Dari telaahan penulis terhadap kondisi yangdemikian ini, diduga mahasiswa yang menulis skripsi dan tesis ituterkendala dengan hal-hal berikut ini:a) Mahasiswa sebagai calon peneliti belum benar-benar paham

bahwa pembahasan hasil penelitian adalah bagian terpentingdari suatu laporan hasil penelitian.

b) Mahasiswa sebagai calon peneliti enggan atau bahkan ada rasatakut untuk menuliskan simpulan-simpulan yang terbilangberani dan spektakuler.Takut disini dalam arti akanmenyulitkannya menghadapi dosen pengujinya yang bukanmustahil bisa saja nanti akan bertanya macam-macam danbahkan diluar dugaannya.

c) Mahasiswa sebagai calon peneliti belum terbiasa membuatsebuah tulisan yang dapat mengkonstruksi sebuahpengetahuan baru atau bahkan mengkritik sebuahpengetahuan yang sudah ada.

d) Mahasiswa sebagai calon peneliti kurang memiliki persepsimaterial tentang materi yang menjadi fokus penelitiannya,kekurangan literatur, dan bahkan kurang rajin mencari danmembaca literatur yang sudah ditunjuk oleh dosen untuk matakuliah yang ada sangkut pautnya dengan judul penelitiannya.

Mahasiswa yang dapat mengatasi empat kendala ini dan rajinberkonsultasi dengan senior atau mentornya Inshaa Allah akan

387

tumbuh mejadi calon ilmuan dan peneliti yang handal pada bidangilmu pengetahuan yang menjadi spesialisasai (konsentrasikeilmuan) yang digelutinya.

Setiap penelitian mempunyai pola yang baku atau sebaliknyamempunyai pola yang fleksibel dalam pembahasan hasil penelitianini. Penelitian kualitatif memisahkan hasil dan pembahasan, danpada penelitian kuantitatif pada ilmu eksakta menyatukan hasildan pembahasan dalam satu bab. Keuntungan cara ini adalahpembahasan bisa lebih terarah dan menyeluruh karena bisamembahas variabel dan parameter yang saling berhubungansekaligus.

Keburukannya adalah bahwa dalam melakukan pembahasankita cenderung memulai lagi sedikit dengan hasil, sehingga akanmengulangi lagi apa yang sudah disajikan dalam hasil. Jika hasildigabung dengan pembahasan, maka pembahasan bisa langsungmengikuti penyajian hasil.

Keuntungan cara ini adalah setiap hasil langsung dibahas,sehingga tidak perlu menunggu dulu baru membahasnya.Keburukannya kita cenderung mengulang pembahasan yang salingberkaitan, namun untuk menulis pada salah satu cara diatas kitabisa menggunakan teknik yang baik sehingga penyajian hasil danpembahasan bisa lebih menarik.

3. Sistematika pembahasan hasil penelitianGambaran umum sistematika pembahasan hasil penelitian pal-

ing tidak memuat hal-hal berikut ini:187

a) Susunan sistematika pembahasan hasil penelitian minimalmengacu pada tujuan dan hipotesis penelitian.

b) Gambaran sampel perlu disajikan secara singkat, terutamainformasi yang diperlukan nantinya untuk keabsahan hasilpembahasan dengan kondisi riil sampel penelitian.

c) Temuan pada Bab Hasil dan Pembahasan, yang perlu diselesaikanatau isu strategis (ontology), perlu dijelaskan untuk menjawab whydan How (episteme) dari temuan.Untuk itu mulailah dengan

187 Supriyanto dan Djohan, Ibid, hal 182-183.

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

388

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

mengemukakan ide/gagasan peneliti melalui aktivitas logikainduktif (hasil temuan dengan pengalaman lapangan, baca jurnal/majalah penelitian), kemudian bahas dengan teori, prinsip, hukum,asumsi yang lain melalui aktivitas logika deduktif.

d) Pada akhir setiap bahasansajikan ide peneliti sebagai ramalan ataurekomendasi agar temuan dapat berguna bagi perkembangan ilmupengetahuan dan bagi kehidupan manusia (axiology).

Dalam bagian pembahasan hasil penelitian ini yang perlu kitabahas itu apakah kita menerima atau menolak konsep kesimpulan atauhipotesis yang kita ajukan. Menurut Supriyanto dan Djohan agarpembahasan menarik untuk dibaca mulailah dengan kata-kata kunci.188

Mungkin yang dimaksudnya itu adalah kata kunci yang sudah sangatkita kenal khususnya dalam ilmu komunikasi, yaitu 5W dan 1H (what,where, when, who, why, and how). Memang dengan bantuan bertanyadengan rumus 5W + 1H menurut teori ilmu komunikasi akan membuatkita semakin asyik untuk ingin tahu, dan membuat kita semakinbersemangat mencari penyebabnya, dan menemukan jalan keluar daripersoalan itu. Cara inilah yang disebut “alur pikir yang logis” (dapatditerima oleh akal yang sehat).

4. Contoh pembahasanKatakan misalnya permasalahan yang menjadi topik penelitian

kita adalah “Kenaikan Harga BBM di Negeri Antah Berantah” (bukannama sebenarnya). Sebagai contoh harga BBM naik lagi dalam 2 tahunterakhir ini. Kata “lagi” disini mengandung makna bahwa sebelum 2tahun ini juga terjadi kenaikan. Jadi ada indikasi masalahnya terulanglagi. Dalam pembahasan penelitian ini kita bisa mempelajaripermasalahannya sekarang dengan menelusuri kembali permasalahanyang terjadi 2 tahun yang lalu, dan bahkan juga permasalahan tahun-tahun sebelumnya, hingga misalnya kita menemukan data 3-4 kalikenaikan harga BBM dalam satu periode pemerintahan.

Datanya tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan. Kita datang sajake BPS (Badan Pusat Statistik) secara resmi membawa surat dari dariDekan atau Direktur Pascasarjana bahwa kita perlu meneliti masalah

188 Supriyanto dan Djohan, Ibid, 180.

389

ini untuk kepentingan ilmiah sebagai persyaratan menyelesaikn studi.Berdasarkan pengalaman penulis buku ini, BPS sebagai pusat data tahukalau untuk kepentingan ilmiah, mereka memberi pelayanan sesuaidengan data yang kita perlukan.

Dari data utama yang kita dapatkan di BPS, dapat kita lengkapidengan data penunjang dari berita nasional tentang kenaikan BBMyang diterbitkan oleh Surat Kabar (Harian) terkemuka tingkat nasional,Majalah Mingguan terkemuka tingkat nasional dan rekaman berita-berita TV terkemuka. Dengan bahan-bahan itu sebenarnya kita sudahdapat menganalisisnya, apalagi kalau kita juga bisa mendapatkan datadari PT Pertamina yang diberi wewenang oleh pemerintah mengurusiBBM ini. Tetapi data dari PT Pertamina ini mungkin sulit baru bisadidapat, karena mereka perlu pertimbangan bermacam-macam dulubaru bisa memberikan persetujuannya, sementara waktu penelitiankita bisa habis menunggu persetujuan siap memberikan data.

Dengan tiga sumber data itu (data utama dari BPS sebagai institusipemerintah yang mempunyai tugas merekam data kejadian pentingdalam hal apa saja bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, plusdata penunjang dari berita-berita nasional baik media cetak, maupunelektronik kita sudah bisa menganalisisnya. Katakanlah dari penelitianini peneliti sudah berhasil mengumpulan data utama dari BPS dandata penunjang dari Berita Nasional, kini peneliti mulai melakukanpembahasan dengan menggunakan kata kunci atau lebih konkrit lagidengan metode 5W + 1H (menurut Ilmu Komunikasi), yang seringpenulis terapkan ketika membimbing mahasiswa Pascasarjana IlmuKomunikasi di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary (UNISKA) Banjarmasin.

Analisis pembahasan kita mulai dengan bertanya menggunakankata kunci 5W + 1H. Proses penemuan jawaban keingintahuan kita inisebenarnya merupakan teknik inquery yang sudah lama dikembangkansejak zaman Socrates beberapa abad sebelum masehi yang sudah terujikehandalannya hingga sekarang.

a) What (apa) yang terjadi?

Jawabannya: Terjadi “lagi” kenaikan harga BBM, kata lagi kitaberi tanda petik (“....”).Ini menunjukan bahwa masalah penting danterulang. Kita cek data BPS yang sudah kita miliki, memang benar

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

390

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

terjadi lagi. Kemudian kita cek data di Berita Nasional juga benarterjadi lagi. Dan yang menjadi catatan penting kita, kata “lagi” kitatulis dalam tanda petik (“....”) sebagai tanda terulang untuk diingatkarena akan kita kejar lagi mengapa sampai terjadi terus?Bahkanuntuk lebih menguatkan lagi kita juga bisa mencek data kenaikanitu langsung ke SPBU, dan pedagang eceran.

b) Where (dimana) terjadinya?Jawabannya: diseluruh Indonesia, dan itu bisa kita cek dari

data BPS dan data Berita Nasional baik media cetak maupun me-dia elektronik.

c) When (kapan) terjadinya?

Jawabannya: sejak 1 Januari 2015. Ini juga bisa kita jawabberdasarkan pengecekan data yang bersumber dari BPS, BeritaNasional, SPBU, dan pedagang eceran.

d) Who (siapa) yang mengumumkan kenaikan BBM itu?Jawaban: pemerintah (dalam hal ini Presiden Republik Indo-

nesia). Ini sesuai dengan data BPS dan data Berita Nasional.

Sampai dengan pertanyaan ke 4 ini masih biasa belummenggelitik. Pada dua pertanyaan terakhir yaitu pertanyaan ke 5dan ke 6 dapat dipastikan menggelitik kita.

e) Why (mengapa) kenaikan harga BBM ini bisa terjadi lagi?

Jawabannya: tentu ada dan sudah pasti lebih panjang darijawaban pertanyaan nomor 1 sampai dengan nomor 4. Untukmenjawabnya kita perlu:(i) Membangkitkan dan membuka kembali persepsi material

persoalan kenaikan harga BBM itu yang sudah kita ketahui dankita rekam dalam ingatan kita.

(ii) Kita perlu menelaah kembali data yang sudah kita kumpulkanpada waktu memulai penelitian ini. Data tersebut seperti sudahdisebutkan diatas bersumberdari: BPS, PT Pertamina, dan BeritaNasional cetak dan elektronik, SPBU, pedagang pengecer, dankalau ada juga bisa kita tambah dengan data berupa materi“Siaran Pers dari Pemetintah”, sehubungan dengan kenaikanharga BBM. Data yang sudah kita himpun tadi diawal memulaipenelitian, kita buka lagi dan kita pelajari ulang. Dari data itu

391

kita akan menemukan beberapa jawaban terhadap permasa-lahan mengapa harga BBM naik lagi.

(1) Pemerintah berargumen karena harga minyak internasionalmengalami kenaikan lagi. Oke kita terima dulu, seberapabesar tingkat kebenarannya, nanti kita adakan crosscheckdengan sumber data yang lain.

(2) Dari data berita nasional yang terekam dalam file rekamanwawancara beberapa TV terkemuka dan sekian banyak suratkabar nasional yang selalu aktif melakukan wawancara bilaterjadi peristiwa-peristiwa yang bersifat nasional yangsangat berpengaruh terhadap daya beli rakyat terungkapbahwa PT Pertamina itu memiliki kilang yang hanya mampumemproduksi BBM 40% dari keperluan BBM secara nasio-nal. Kekurangannya sebesar 60% harus diimpor. Informasiini bukan kali ini saja, tetapi juga sudah sering disampaikansetiap kali terjadi kenaikan harga BBM. Jawaban ini akanmengundang tanda tanya, ada apa dengan PT Pertamina?Kalau sudah tahu kemampuan kilang hanya mampumemproduksi 40% dari keperluan BBM, kenapa belum jugamenambah kilang baru, agar bisa mengurang impor.

(3) Kemudian dari Berita Nasional itu terungkap pula BBM yangdiimpor itu juga ternyata jenis BBM yang tidak lagidiproduksi untuk keperluan negara pengekspor dan negaralain. Ini juga memunculkanspekulasi terjadinya biaya tinggi,keadaan ini memunculkan pertanyaan baru, ada apa lagi diPT Pertamina?.

(4) Kemudian dari penelusuran data di Berita Nasional itu jugakita mengetahui dari kalangan pengamat dan para pakarmigas ada dugaan, ada semacam kongkalingkong didalamunit kerja SKK Migas yang beraroma tidak sedap yangmenjadi penentu produksi migas, yang seharusnya menjadikewenangan PT Pertamina yang didirikan dengan Undang-Undang, ketimbang SKK Migas yang hanya didirikan denganperaturan dibawah Undang-Undang. Mana ada Peraturanmengalahkan Undang-Undang dalam melaksanakan perandan fungsi suatu unit kerja, sepertinya baru ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

392

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

hanya di negara negara kita saja. Dugaan itu semakin kuatlagi ketika KPK menggeledah ruang kerja Ketua SKK Migasdan Sekjen Kementerian ESDM yang membawahi SKKMigas. Ini semakin memperkuat tanda tanya kita,ada apapula dengan SKK Migas?

(5) Kemudian situasinya semakin runyam dan sekaligussemakin terang setelah pemerintah membubarkan SKKMigas.

(6) Dan terakhir kerunyaman itu terjawab dengan munculnyaberita nasional beberapa orang dalam pusaran SKK Migasoleh KPK dinyatakan sebagai tersangka dalam kasusgratifikasi SKK Migas.

Akhirnya dari kronologis masalah itu kita dapat menarikbeberapa benang merah yang akan kita rajut menjadisimpulanuntuk contoh kasus kita diatas:(i) Kenaikan harga BBM yang terus terulang itu bukan karena

kenaikan harga BBM di pasar dunia, tetapi lebih dipicu olehmis management dalam pengelolan BBM didalam negeri.

(ii) PT Pertaminaseharusnya diberikan keleluasaan untukmembuat kilang baru, sehingga dapat meningkatkan jumlahproduksi BBM dari 40 % yang ada secara bertahap dapatmendekati 100 % keperluan BBM secara nasional, ternyatasudah sekian tahun tidak juga dilaksanakan.

(iii) Yang terjadi justru PT Pertamina dikorbankan denganmenghadirkan institusi SKK Migas yang tidak mempunyaidasar hukum yang kuat yang berpraktikmenggerogotikewenangan PT Pertamina, yang menyebabkan ekonomibiaya tinggi karena ternyata menjadi sarang mafia migasdan itu terbukti dengan adanya penetapan beberapa or-ang tersangkadalam pusaran SKK Migas oleh KPK.

f) How (bagaimana) seharusnya mengatasi masalah kenaikanharga BBM yang terus terulang lagi itu agar tidak terjadilagi?Inilah pertanyaan besar dan terakhir dalam berpikir logisyang harus kita jawab dengan jujur.

393

Akhirnya kita dapat membuat simpulan dari contohpembahasan hasil penelitian diatas sebagai berikut:

(i) Dengan berdalih karena pengaruh kenaikan harga BBMinternasional, ternyata kenaikan harga BBM yang dibilang adaitu tidak ada datanya (sumber beritanya tidak ada), baik beritanasional maupun berita internasional.Di negara-negara lainternyata harga BBM masih stabil. Jadi kalau ini yang dijadikandasar pertimbangan menaikan lagi harga BBM per 1 Januari2015 itu, tentu tidak benar karena mengada-ada.Oleh karenatidak didukung oleh data yang valid maka menurut logikakeputusan itu harus ditolak.

(ii) Kalau begitu apa yang sesungguhnya terjadi?, yang terjadiadalah:

(a) Pengkerdilan peran dan fungsi PT Pertamina yangkeberadaannya diatur dalam Undang-Undang tentang PTPertamina. PT Pertamina dikerdilkan dengan menghadirkanSKK Migas atau nama lain sebelum itu yang dasar hukumpendiriannya hanya Peraturan Menteri/Keputusan Menteriyang kalau dilihat dari terminologi hukum itu tidak sahkarena jauh dua tingkat dibawah Undang-Undang. Dengankeberadaan SKK Migas atau nama lain sebelum itumenyebabkan PT Pertamina terhalang untuk menambahkilang baru sehingga tidak dapat memproduksi sendiritambahan produksi BBM untuk mengurangi impor.

(b) Para penggagas dan pembentuk SKK Migas dan mereka yangbekerja untuk SKK Migas atau nama lain sebelum itu telahmelakukan perbuatan melawan hukum, karena membentuksuatu badan yang mengkoptasi peran dan fungsi PTPertamina yang sah (dibentuk dengan Undang-Undang)dengan suatu badan yang dasar hukumnya jauh dua tingkatdibawah Undang-Undang,sehingga tidak dibatalkan olehPresiden pun sebenarnya sudah batal demi hukum.

(c) SKK Migas atau nama lain sebelum itu bersama-sama parapendukungnya telah melakukan kebohongan publik karenameyebarkan isu “adanya kenaikan harga BBM internasional”yang tidak didukung oleh data yang valid (tidak ada

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

394

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

sedikitpun berita baik nasional maupun internasional) padaperiode itu terjadinya kenaikan harga BBM diluar negeri.Jadi jelas isu itu hanya dalih untuk memuluskan niat busukmereka.

Itulah sesungguhnya yang terjadi, maka jalan keluar yang tepatdari kemelut yang beraroma busuk ini adalah:

(i) Pemerintah Republik Indonesia perlu membubarkan SKKMigasatau nama lain sebelum itu, dan Alhamdulillah hal inisudah dilakukan oleh Presiden.

(ii) Pemerintah perlu mengembalikan harga BBM keharga sebelumkenaikan, karena kenaikan harga per 1 Januari 2015 itu tidakdidukung oleh data yang valid.

(iii) Pemerintah segera menata ulang dan memulihkan peran danfungsi PT Pertamina dan mendukung PT Pertamina denganpendanaan yang jelas dalam APBN untuk secara bertahapmenambah kilang sendiri sehingga tidak lagi tergantung padaimpor yang rawan menjadi bajakan para pemburu rentseeking(pencari keuntungan pribadi) yang piawai menggunakanberbagai dalih, sampai-sampai dengan dalih yang busuk jugatidak merasa malu.

5. KesimpulanTahap akhir dari suatu penelitian adalah menarik kesimpulan,

disini digunakan kata menarik bukan membuat, kata membuatmengandung makna dari belum ada dibuat menjadi ada. Sedangkankata menarik mengandung makna memindahkan dari bagian lain yangtelah ada. Apa yang disimpulkan sesungguhnya telah ada pada bagianpembahasan, sedangkan bagian kesimpulan hanya bersifatmempertegas dan mengambil intisari pembahasan berupa hasilanalisis data.189

Kesimpulan pada dasarnya merupakan jawaban akhir atas apayang telah dirumuskan dalam perumusan masalah penelitian atauterhadap apa yang dihipotesiskan dalam penelitian kuantitatif.

189 Suliyanto, Metodologi Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta 2006, hal 215.

395

Jawaban akhir dalam kesimpulan harus memiliki dasar yang kuat yangmendasari argumen-argumen yang dijadikan dasar penarikankesimpulan itu. Seringkali pembaca laporan penelitian tidak membacasecara lengkap isi atau substansi pokok permasalahan penelitian,proses analisis dan penarikan kesimpulannya karena keterebatasanwaktu. Oleh karena itu peneliti dituntut kemampuannya menyajikankesimpulan yang benar dan akurat agar tidak menimbulkan penafsiranyang keliru oleh pembaca.

Secara teknis disini dapat diberikan petunjuk untuk menarikkesimpulan suatu hasil penelitian sebagai berikut:a) Kesimpulan harus merupakan jawaban dari perumusan masalah

penelitian atau merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.

b) Kesimpulan harus dibuat secara jelas dan tegas, maksudnya tidakmenimbulkan tafsiran yang meragukan.

c) Kesimpulan harus dinyatakan secara singkat dan padat, maksudnyabukan merupakan pengulangan dari uraian yang panjang lebar

d) Kesimpulan harus didasarkan pada data yang ada, maksudnyabukan berdasarkan pendapat pribadi (subyektivitas) peneliti.

e) Hindarkan angka-angka statistik dalam kesimpulan, karena angka-angka itu telah dibahas dan diinterpretasikandalam bagian analisisdan pembahasan hasil penelitian. Jadi tidak perlu lagi diulangididalam kesimpulan.

Selain secara teknis seperti disebutkan pada a) sampai dengane) diatas, secara metodelogis penulisan kesimpulan juga harus ditulissecara paralel, atau dengan kalimat lain ada benang merah yangmenghubungkan kesimpulan itudengan judul penelitian, perumusanmasalah dan atau hipotesis penelitian, serta pembahasan hasilpenelitian, sehingga benar-benar sinkron, tidak lari kesana kemari.

6. SaranSaran atau ada juga yang menyebutnya dengan rekomendasi

berisi pernyataan tentang apa yang harus dilakukan atau ditindaklanjuti berkenaan dengan kesimpulan penelitian ini. Secara teknisbeberapa petunjuk yang dapat dipedomani dalam menyusun saranantara lain adalah:

Pembahasan Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran

396

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

a) Saran hendaknya merupakan langkah nyata yang harus dilakukanberdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisispenelitian. Jadi saran itu merupakan pedoman tindak lanjut daripenyelesaian masalah yang tersaji dalam perumusan masalahpenelitian.

b) Saran hendaknya dinyatakan dengan rinci,jelas,kongkrit, dandengan bahasa yang mudah untuk dilaksanakan (operasional),sehingga membumi, bukan dengan bahasa yang masih dilangit.

c) Saran juga berfungsi sebagai perbaikan untuk penelitianselanjutnya, hal ini perlu untuk mengantisipasi ataumengembangkan penelitian selanjutnya sehingga memungkinkandiperolehnya hasil penelitian yang lebih baik lagi.

Selain secara teknis sebagaimana dimaksudkan pada huruf a)sampai dengan c) tersebut pemberian saran juga harus paralel ataumempunyai benang merah yang menghubungkannya dengan Judulpenelitian, perumusan masalah atau hipotesis penelitian, pembahasanhasil penelitian, dan kesimpulan penelitian, sehingga sinkron dan tidaklari kesana kemari.

397

BAB XIVPROPOSAL PENELITIAN DAN LAPORAN

PENELITIAN

1. Pengertian proposalProposal merupakan cetak biru dari keseluruhan proses penelitian

yang akan dilaksanakan, oleh karena itu keberadaan proposalpenelitian sangat menentukan apakah penelitian yang akandilaksanakan itu layak atau tidak. Sehubungan dengan itu makapenyusunan suatu proposal penelitian harus dilakukan secara cermatserta memenuhi kaidah ilmiah dan administratif yang dipersyaratkandalam proposal itu.

Persyaratan kaidah ilmiah dalam penyusunan proposal penelitianpada hakikatnya bergantung pada kedalaman penelitian yang akandilaksanakan, sedangkan persyaratan administratif ditentukan olehlembaga atau institusi yang berkepentingan dengan penelitian itu. Duahal inilah yang menyebabkan proposal penelitian itu berbeda antarasatu dengan yang lain.

Dalam penanganan penelitian di Perguruan Tinggi misalnya kitamengenal ada paling tidak lima jenis proposal penelitian, masing-masing: penelitian hibah bersaing, penelitian fundamental, penelitiantim pascasarjana, penelitian kerjasama antar perguruan tinggi, danpenelitian penyelesaian studi di perguruan tinggi.190

190 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba Empat Jakarta 2011, hal202-209.

398

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

2. Macam-macam proposal di Perguruan Tinggia) Proposal penelitian di Perguruan Tinggi pada umumnya:(1) Proposal Penelitian Hibah Bersaing

Penelitian hibah bersaing adalah penelitian yang pendaannyadibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat(DP2M) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dulu posisinya adadi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan sekarang sejakPresiden/Wakil Presiden Joko Widodo/H.M.Yusuf Kalla dilantikmenjadi Presiden/Wakil Presiden pada bulan September 2014,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi posisinya ada Di KementrianRiset dan Pendidikan Tinggi.

Penelitian hibah bersaing ini merupakan salah satu kegiatanpenelitian yang tergolong mandiri multi tahun (2–3 tahun),penelitian ini lebih diarahkan pada menciptakan inovasi danpengembangan IPTEK. Format Proposal Penelitian Hibah Bersaingini terdiri atas beberapa bagian berikut ini:

(i) AbstrakBagian abstrak ini menjelaskan tentang tujuan jangka

panjang dan target khusus yang ingin dicapai beserta metodeyang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Abstrak harusmampu menguraikan dan menjelaskan secara cermat dansingkat tentang rencana kegiatan yang diusulkan, jumlah katatidak lebih dari 200 dan diketik dengan spasi tunggal.

(ii) Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari:

a) Latar belakang penelitian, yang menjelaskan secara singkattentang duduk perkara permasalahan penelitian: mengapaperlu dilakukan dan ditulis kurang lebih 1 halaman.

b) Tujuan khusus penelitian, ditulis tidak lebih dari 1 halaman.

c) Keutamaan penelitian, ditulis tidak lebih dari 3 halaman.

(iii) Bab II Studi Pustaka

Bab ini menjelaskan:

a) State of art dalam bidang yang diteliti.b) Hasil yang dicapai.

399

c) Dan studi pendahuluan yang sudah dilaksanakan.

Bagian studi pustaka ini ditulis tidak lebih dari 8 halaman.

(iv) Bab III Metode Penelitian

Bagian ini mengemukakan metode penelitian yangdigunakan dilengkapi dengan bagan alur penelitian yang sudahdilaksanakan dan apa yang akan dikerjakan secara multi tahun.Bagan alur penelitian harus dibuat secara utuh dengan tahapanyang jelas, mulai dari mana, bagaimana keluarannya(outputnya), dan indikator capaian yang terukur.

(v) Bab IV PembiayaanBagian ini menjelaskan biaya yang diperlukan untuk

kegiatan penelitian, biaya tersebut harus logis dan dirinciberdasarkan tahun dan jenis pengeluaran yang meliputi:

a) Gaji dan upah

b) Peralatan

c) Bahan habis pakaid) Perjalanan

e) Pemeliharaan

f) Pertemuan lokakarya

g) Seminarh) Penggandaan bahan

i) Pelaporan dan publikasi

(vi) Daftar pustaka

Daftar pustaka disusun berdasarkan sistem nama dantahun dengan urutan abjad: nama pengarang, tahun, judultulisan, dan sumber. Hanya pustaka yang dikutip saja yangdimasukan dalam daftar pustaka.

(vii)Lampiran

Bagian ini berisi tentang semua bahan pendukung yangada hubungannya dengan proposal penelitian, dapat berupa:tabel, foto, gambar dan lain-lain yang relevan.

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

400

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(2) PenelitianFundamental

Penelitian fundamental ditujukan sebagai salah satu jenispembinaan penelitian yang mengarahkan peneliti untukmemperoleh modal ilmiah yang mungkin tidak berdampakekonomi dalam jangka pendek. Modal ilmiah ini diharapkan dapatditumbuh kembangkan oleh peneliti sendiri atau oleh peneliti laindalam kegiatan penelitian terapan yang berdampak pada ekonomijangka panjang. Penelitian ini dapat didekati secara lintas disiplindan berorientasi pada mutu dalam kurun waktu pelaksanaanhingga dua tahun. Penelitian fundamental ini mensyaratkangagasan dan kreativitas orginalitas tinggi dan idealnya menjadiacuan pada tingkat nasional dan internasional, format proposalfundamental ini terdiri dari:(i) Abstrak

Bagian ini mengemukakan secara singkat tentang rencanapenelitian meliputi:

a) Tujuan yang ingin dicapai

b) Metode yang akan digunakanc) Jumlah kata dalam abstrak maksimum 400 kata dengan

spasi tunggal

(ii) Bab I Masalah penelitian

Bagian ini mengemukakan permasalahan penelitiandengan menggunakan kalimat tanya.

(iii) Bab II Kajian pustaka yang sudah dilakukan

Dalam bagian ini dikemukakan bagaimana kelemahan dankekurangan teori, kaidah, postulat, hipotesis, metode, danmodel yang ada.Kemukakan pula sejauhmana calon penelititelah melakukan pengkajian terhadap hal-hal tersebut.Calonpeneliti tidak diperkenankan mengutip teori-teori yang sudahada, tetapi juga diminta untuk menganalisisnya hingga yakinbahwa teori dan model yang dikaji masih mengandungkelemahan-kelemahan dan kekurangan hingga perludisempurnakan melalui penelitian ini.

401

(iv) Bab III Desain penelitian

Dalam bagian ini hendaknya dikemukakan desainpenelitian yang akan digunakan, apakah menggunakan:a) penelitian eksplanatif

b) penelitian eksperimental

c) atau desain penelitian lainnya

(v) Bab IV Luaran penelitian

Bagian ini menjelaskan luaran penelitian (outputpenelitian) yang diharapkan.Bisaberupa temuan-temuan baruyang sifatnya fundamental terkait dengan teori dan model yangsudah ada. Bagaimana luaran itu memberikan sumbanganteoritis terhadap pengayaan atau pengembangan ilmu yangmelatarbelakangi penelitian.

(vi) Bab V Perincian Biaya

Padabagian ini dikemukakan biaya yang diperlukan untukmelakukan penelitian, seperti:a) Gaji dan upah

b) Bahan habis pakai

c) Biaya perjalanan

d) Dan pengeluaran lainnya.

(vii)Daftar pustaka

Pada bagian ini masukan pustaka yang dikutip dan disusunmenurut abjad nama penulisnya dan tahun terbit.

(3) Penelitian Tim PascasarjanaPenelitian ini merupakan hibah penelitian pascasarjana yang

bertujuan untuk:

(i) Menghasilkanterobosan baru dalam ilmu pengetahuandasar,teknologi, ilmu sosial, dan budaya bagi masa depan.

(ii) Meningkatkan kemampuan dan mutu pendidikan pascasarjana.

(iii) Meningkatkanmutu penelitian diberbagai perguruan tinggi In-donesia agar dapat sejajar dengan tingkat internasional.

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

402

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Adapun luaran yang diharapkan adalah:

(i) Tesis atau Disertasi(ii) Publikasi nasional/internasional

(iii) Peningkatan jumlah lulusan pascasarjana

(iv) HAKI

Penelitian Tim Pascasarjana dapat mencakup semua bidangilmu asalkan multi disiplin dan memenuhi syarat yang ditentukan.

Format penelitian Tim Pascasarjana ini terdiri dari:

Daftar isi

Ringkasan

I Pendahuluan, yang terdiri dari:(i) Latar belakang

(ii) Tujuan penelitian

(iii) Sistematika penelitian

II Tinjauan pustaka, yang memuat:(i) Hasil yang sudah dicapai

(ii) Studi pendahuluan yang sudah dilakukan/relevan denganstate of the art bidang yang ditekuni.

III Metode penelitian, yang memuat:

(i) Pendekatan teoritis(ii) Percobaan

IV Organisasi Tim Peneliti

V Jadwal penelitian (selama 3 tahun)

VI Anggaran biaya (selama 3 tahun)Daftar Pustaka

Lampiran:

a) Justifikasi Anggaran

b) Susunan organisasi, tugas serta pembagian waktu ketua dananggota

c) Tim peneliti serta mahasiswa pascasarjana

d) Biodata dan pernyataan kesediaan ikut serta penelitian dariketua

403

e) Anggota dan mahasiswa Pascasarjana

f) Surat keterangan Direktur Program Pascasarjanag) Daftar peralatan utama yang diperlukan

h) Dukungan bagi pelaksanaan penelitian

(4) Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi

Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi ini bertujuanuntuk memberikan wadah kepada dosen atau kelompok penelitiyang relatif baru berkembang dalam kemampuan meneliti agardapat memanfaatkan sarana keahlian, serta mengadopsi sertamencontoh peneliti yang lebih maju diperguruan tinggi lain dalammelaksanakan penelitian yang bermutu, disamping itu penelitianini juga merupakan kerjasama penelitian antar perguruan tinggidi Indonesia, format proposalnya adalah sebagai berikut:

Daftar isi

1. Halaman endorsementBerisi tentang tanda tangan dari Ketua Tim Peneliti Mitra

(Ka.TPM) yang menyatakan persetujuan menjadi mitra dalampelaksanaan penelitian yang diusulkan, serta pernyataan bahwakondisi serta kapasitas laboratorium TPM dapat menerima TimPeneliti Pengusul (TPP) selama melakukan penelitian.

2. Pernyataan dari atasan langsung TPP

Berisi surat keterangan dari atasan langsung dari TimPeneliti Pengusul (TPP) yang bersangkutan tidak sedangmenjalani pendidikan pascasarjana.

3. Pernyataan Tim Peneliti Pengusul

Surat pernyataan oleh Tim Peneliti Pengusul (TPP) yangmenyatakan bahwa selama berada di TPM, TPP akanmelaksanakan penelitian secara penuh waktu, dan suratdimaksud ditandatangani atau disetujui oleh Dekan yangbersangkutan.Tanda tangan dekan ini sekaligus sebagaipersetujuan oleh Dekan kepada TPP bahwa TPP di izinkanmeninggalkan semua tugas di institusi TPP selama TPPmelaksanakan penelitian di TPM.

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

404

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

4. Ringkasan

Satu halaman ringkasan tentang usul penelitian yangdiajukan, ringkasan mencakup penjelasan tentang:a) Tujuan umum dan tujuan khusus penelitian

b) Metode yang akan digunakan

c) Kegiatan penelitian yang akan dilakukan

d) Manfaat yang diharapkan dari penelitian dalam halpengetahuan baru

e) Kemungkinan inovasi teknologi

f) Hak paten dan HAKI

g) Kemungkinan penerapan hasil penelitian.

5. Konteks

Ruang lingkup dan tujuan penelitian harus dinyatakandenganjelas,hubungan antar penelitian yang diusulkan danpenelitian yang sedang berjalan atau yang sudah dihasilkan olehTPP dan/TPM.Jika penelitian yang diusulkan berbeda denganpenelitian yang sudah dilaksanakan, maka berikan penjelasanbagaiamana pengalaman dan hasil penelitian yang telah lalumemberikan kontribusi pada penelitian yang sedang diusulkan.Keutamaan originalitas, antisipasi kontribusi pada ilmupengetahuan atau pada pembangunan nasional, sertapendekatan kritis dan konseptual yang digunakan dalampelaksanaan penelitian harus diuraikan dan dijelaskan.

6. Metode

Rencana penelitian yang terperinci mencakup:a) Garis besar pendekatan penelitian

b) Metode dan prosedur pengumpulan data

c) Analisis dan induksi yang akan digunakan dalam mencapaipenelitian

d) Metode dan prosedur penelitian harus sejalan denganusulan dana yang diajukan.

405

7. Target atau indikator keberhasilan

Sebutkan target atau indikator keberhasilan yang akandicapai dalam penelitian itu, target atau indikator keberhasilanharus terukur.

8. Jadwal penelitian

Jadwal penelitian harus jelas, bagaimana tahapanpenelitian yang akan dilaksanakan.Jelaskan bagaimana TPP danTPM akan dilibatkan dalam tahapan penelitian tersebut, sertalama waktunya di laboratorium masing-masing.

9. Pelaksanaan kerjasamaUraikan pertimbangan dalam menentukan mitra,

perencanaan kerja sama dalam melaksanakan penelitian sertahak dan tanggung jawab setiap pihak baik TPP maupun TPM.

10. Daftar pustakaKemukakan pustaka yang digunakan dalam menulis pro-

posal penelitian yang diajukan.Pustaka hendaknyabersumberdari artikel dan jurnal, paten, dan sumber primer lainnyadengan memperhatikan aspek relevansi dan kemutakhirannya.

11. Anggaran

Usulan dana penelitian untuk dua tahun bagi hibahpenelitian pekerti. Usulan dana dibuat terperinci, sedapatmungkin dengan justifikasi yang diperlukan.

12. Rencanan penelitian selanjutnya

Uraikan secara singkat rencana kelanjutan penelitian tahunke-3 sampai tahun ke-5, yaitu 3 tahun stelah penelitian hibahpekerti selesai dilakukan, dan kemudian pendanaannya akandiusulkan.

13. Deskripsi Tim Peneliti Mitra

Kemukakan nama Ketua dan anggota TPM, bidangkeahlian, institusi, fakultas, jurusan, dan laboratorium. Trackrecord TPM dalam penelitian bermutu yang terkait dengan

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

406

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

topik yang diusulkan harus disajikan termasuk didalamnyadaftar publikasi TPM yang relevan juga harus disertakan.

14. Lampiran

Kemukakan semua lampiran yang terkait dengan proposalpenelitian yang diusulkan baik dalam bentuk gambar, tabel,grafik, maupun hal-hal lain yang relevan.

b) Proposal untuk menyelesaikan program pendidikan tinggi

Format proposal untuk menyelesaikan pendidikan tinggisangat bergantung pada strata pendidikan tinggi tersebut. Adastrata satu (S1), ada strata dua (S2), dan ada strata tiga (S3).Selainstrata pendidikan tinggi tersebut juga sedikit banyaknya ada hal-hal khusus yang ditentukan ataudiwarnai oleh program pendidikantinggi masing-masing, format usulan penelitian programpendidikan tinggi tersebut sesuai persyaratannya masing-masingsebagai berikut:(1) Format proposal (usulan) penelitian programPendidikan

Sarjana (S1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

B. Rumusan Masalah PenelitianC. Tujuan penelitian

D. Kegunaan penlitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan teori

B. Hipotesis (bila ada)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi dan definisi konseptual penelitianB. Definsi operasional variabel penelitian

C. Ruang lingkup penelitian

D. Lokasi penelitian

E. Populasi dan teknik penarikan sampel

407

F. Sumber data

G. Teknik pengumpulan dataH. Teknik analisis data

I. Jadwal penelitian

Daftar pustaka

Lampiran (bila ada)

(2) Format proposal (usulan) penelitian programPendidikanMagister (S2)

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang masalah

B. Identifikasi dan perumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Kegunaan penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Landasan teori

B. Kajian empirik

C. Kerangka konseptual variabel

D. Hipotesis (bila ada)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitianB. Ruang lingkup penelitian

C. Lokasi Penelitian

D. Variabel penelitian

1. Klasifikasi variabel2. Definisi konseptual variabel

3. Definisi operasional variabel

E. Jenis dan sumber data

F. Instrumen penelitianG. Populasi dan teknik pengambilan sampel

H. Teknik pengumpulan data

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

408

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

I. Teknik analisis data

J. Jadwal penelitianDaftar pustaka

Lampiran

(3) Format proposal (usulan) penelitian program Pendidikan Doktor(S3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

B. Rumusan masalahC. Tujuan penelitian

D. Manfaat penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

B. Tinjauan penelitian terdahulu

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konseptualB. Hipotesis penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

B. Ruang lingkup penelitian

C. Variabel penelitian1. Klasifikasi variabel

2. Definisi konseptual variabel

3. Definisi operasional variabel

D. Populasi dan teknik pengambilan sampelE. Instrumen penelitian

1. Uji validitas instrumen

2. Uji reliabilitas instrumen

F. Prosedur pengumpulan data

409

G. Teknik analisis data

H. Jadwal penelitianDAFTAR PUSTAKA

Lampiran

3. Laporan hasil penelitiana) Kriteria laporan penelitian

Langkah akhir dalam kegiatan penelitian adalah membuatlaporan hasil penelitian, format laporan hasil penelitian memangsering berbeda-beda sesuai dengan persepsi pihak-pihak yangberkepentingan yang akan menerima laporan tersebut. Meskipundemikian substansi yang prinsip (pokok) tetap sama, secara umum(dalam garis besarnya) laporan penelitian terdiri dari:

(i) Bagian awal

(ii) Bagian utama

(iii) Bagian akhir

Secara teknis substansial laporan penelitian itu mempunyaibeberapa kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut.191

(i) Laporan penelitian harus sistematis, artinya laporan yangdibuat itu harus runtut, dari langkah awal kegiatan penelitiansampai akhir kegiatan (tidak melompat-lompat, belok kesana-kemari).

(ii) Laporan penelitian harus efisien dan efektif,artinya apa yangdicantumkan dalam laporan itu adalah hal-hal yang memangurgen dan perlu diketahui oleh pihak yang menerima laporan,sehingga mereka tidak jenuh membacanya.

(iii) Laporan penelitian harus menggunakan kaidah bahasa yangbaku, sehingga mudah dimengerti oleh pembacanya.Jika adakalimat yang harus menggunakan kata dalam bahasa asingharus dicetak miring, sehingga menarik perhatian pembacauntuk menafsirkannya.

191 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, hal 222.

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

410

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(iv) Laporan penelitian harus rapi, baik menyangkut tata letak,sistematika, juga penggunaan kertas yang standar dan seragamsampai pada penjilidan yang serapi mungkin, sehingga tidaksaja enak dilihat tetapi juga enak dibaca.

(v) Kondisi laporan sedapat mungkin membangkitkan minat or-ang untuk membaca (human entries), dimana pemilihan kata,gambar, warna, dan desain perlu mendapat perhatian, sehinggatidak terkesan formalitas saja.

b) Bagian-bagian laporan penelitian

Sesuai dengan kriteria yang disebutkan diatas, pada umumnyapara penulis metodologi penelitian membagi bagian-bagian utamalaporan menjadi tiga bagian, masing-masing:(i) Bagian awal laporan, yang terdiri dari:

(1) Sampul

Sebaiknya halaman sampul dibuat dua, yaitu halamansampul luar yang terbuat dari karton atau biasa disebut hardcover, dan halaman cover dalam yang terbuat dari kertastik yang sama ukuran dan jenisnya dengan halaman-halaman isi laporan.

(2) Ringkasan

Ringkasan (summary)yang berisi masalah penelitian,tujuan penelitian, metode penelitian, hasil-hasil penelitianyang penting (menunjuk) dinyatakan dalam bahasa yangpadat dan jelas, dalam istilah yang lebih populer ringkasanini sering disebut abstrak.

(3) Halaman prakata

Halaman prakata biasanya berisi uraian singkat prosespenulisan laporan penelitian, kemudian dilanjutkan denganucapan terima kasih kepada semua pihak yang turutmembantu kelancaran penyusunan laporan tersebut, tanpamemasukan uraian yang bersifat ilmiah.

411

(4) Halaman daftar isi

Daftar isi berisi petunjuk letak bagian-bagian yang adadalam laporan penelitian yang ditunjukan oleh nomorhalaman, sehingga pembaca akan mudah mencari dengantepat bagian-bagian yang ingin dibacanya. Daftar isi jugadilengkapi dengan daftar tabel, daftar gambar,daftarpustaka, dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.

(5) Halaman daftar tabel

Laporan penelitian seringkali memuat beberapa tabelyang digunakan untuk menjelaskan pembahasan tentangsesuatu. Daftar tabel ini dibuat untuk memudahkanpembaca laporan mencari tabel-tabel yang diperlukannyauntuk dipelajari kesesuaiannya. Jika tabel dalampembahasan laporan hanya ada satu tidak perlu dibuatdaftar nya, beberapa petunjuk untuk membuat daftar tabelantara lain:(a) Halaman daftar tabel diketik pada halaman baru

(b) Judul halaman tabel diketik dengan huruf kapital tanpadiakhiri titik dan diletakan persis ditengah bagian ataskertas.

(c) Daftar tabel memuat semua tabel yang disajikan dalamteks dan lampiran.Nomor tabel ditulis dengan angkayangdiurutkan mulai dari nomor bab kemudiandilanjutan nomor urut tabel.

(d) Judul tabel yang ada dalam daftar tabel harus samadengan judul yang ada dalam teks.

(6) Halaman daftar gambarGambarseringkali lebih efisien digunakan untuk

menjelaskan sesuatu,lebih-lebih untuk menjelaskan alurlogika baik mengenai keadaan sebuah obyek maupunlangkah-langkah dalam sebuah kegiatan.Karena itu kitakadang-kadang mendengar ucapan kalangan cendekiabahwa sebuah gambar itu mampu berbicara seribu kata,jadi begitu penting arti sebuah gambar karena gambar

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

412

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

dapat menggantikan seribu kata.Beberapa petunjuk untukmenyusun daftar gambar adalah sebagai berikut:

(a) Halaman daftar gambar diketik pada halaman baru(b) Halaman daftar gambar memuat daftar gambar, nomor

gambar, judul gambar, dan nomor halaman.

(c) Cara pengetikan dan pemberian nomor gambar samadengan cara pengetikan dan pemberian nomor tabel,diawali dengan nomor bab, kemudian diikuti dengannomor urut gambar.

(ii) Bagian utama laporan

Bagian utama laporan terdiri dari beberapa bab, jumlahbab tidak ditentukan jumlah, tergantung pada penulis laporanmau dibuat berapa. Namun petunjuk secara umum jumlah babdisesuaikan dengan ruang lingkupnya. Bagian utama laporanpenelitian ini umumnya terdiri atas: pendahuluan, tinjauanpustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulandan saran, serta daftar pustaka.

(1) PendahuluanPendahuluan merupakan bab pertama laporan yang

mengantar pembaca untuk dapat menjawab mengenai apayang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian inidilakukan, bab pendahuluan ini memuat:

(a) Latar belakang masalah

Bagian ini berisi fakta-fakta yang relevan sehinggadapat memberikan argumentasi mengapa penelitian itupenting dan menarik untuk dilaksanakan.Jadi latarbelakang ini harus dapat meyakinkan bahwa penelitianini benar-benar perlu dilakukan.

(b) Perumusan masalah

Perumusanmasalah pada umumnya merupakanpenyederhanaan masalah yang telah dituangkan dalamlatar belakang agar lebih mudah dipahami.Perumusanmasalah sebenarnya tidak selalu dirumuskan dalamkalimat tanya.Hanya saja penggunaan kalimat tanya

413

akan lebih menunjukan bahwa itulah yang menjadimasalah penelitian.

(c) Tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingindicapai dalam penelitian.Tujuan dibuat memgacu padarumusan masalah penelitian, perbedaannya terletakpada cara merumuskannya,tujuan penelitian dibuatdalam bentuk kalimat pernyataan.Dengan demikianantara latar belakang, rumusan masalah, dan tujuanpenelitian harus sesuai (ada dalam hubungan kalimatyang paralel), atau ada benang merah yangmenghubungkannya.

(d) Manfaat penelitian

Pada bagian ini dijelaskan apa saja manfaatpenelitian apabila dilaksanakan, dan siapa/pihak manasaja yang akan memperoleh manfaat itu.Manfaat inijugaakan memperkuat argumen perlunya penelitian itudilaksanakan.

(e) Ruang lingkup penelitian

Pada bagian ini dijelaskan ruang lingkup dancakupan penelitian serta batasan-batasannya,sehinggapenelitian yang akan dilaksanakan akan semakin terarah,yang dikemukakan dalam ruang lingkup ini adalahvariabel-variabel yang akan diteliti, populasi atau subyekpenelitian dan waktu pengambilan data.Keterbatasanpenelitian juga perlu dijelaskan karena adanya kondisi-kondisi yang tidak dapat dihindari, seperti misalnyamasalah prosudural, teknik/metode yang digunakan,dan faktor lainnya yang diluar jangkauan peneliti.

(2) Tinjauan pustakaTinjauan pustaka digunakan untuk mempertajam

masalah penelitian,mencari pendekatan-pendekatan yangtelah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

414

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

menghindari pengulangan yang tidak perlu dan yang lebihpenting lagi untuk menghindari duplikasi.Tinjauan pustakadimulai dari yang bersifat umum baru kemudian mengarahpada hal-hal yang sepesifik.Lebih substantif lagi tinjauanpustaka digunakan untuk membahas teori yang digunakanoleh peneliti terdahulu sebagai perbandingan dengan teoriyang akan digunakan oleh peneliti. Juga untuk menjelaskanvariabel-variabel yang akan diteliti serta keterkaitan antarvariabel tersebut.

(3) Metode penelitian

Hal-hal yang dibahas dalam metode penelitian ataralain metode penelitian yang digunakan, data dan sumberdata, serta jenis data, cara mendapatkan data, populasi dansampel,serta metode penarikan sampel, pengolahan dancara menganalisis data.

(4) Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan ini merupakan bagian inti daridari laporan penelitian. Hal-hal yang menjadi subtansi hasildan pembahasan adalah:(a) Karakteristik responden, menggambarkankeadaan

responden dengan ciri-ciri yang melekat padaresponden itu, seperti: umur, pendidikan, pekerjaan,dan sebagainya.

(b) Hasil,menyajikan temuan-temuan yang didapat selamapenelitian dilaksanakan.Juga hasil-hasil berupa angkadari analisis data yang digunakan untuk menghitunghasil regresi, korelasi,maupun kausalitas,yangdidapatdenganmenggunakan alat bantu program statistikseperti: SPSS, SEM, LESRIL, DAN PLS baik berupa tabel,grafik, maupun gambar.

(c) Pembahasan hasil penelitian

Dalam pembahasan ini dijelaskan alasan dari hasilpengolahan data penelitian tersebut melalui uraianpembahasan hasil penelitian,yang mungkin saja

415

memperkuat dan mendukung teori yang digunakandalam penelitian itu, atau juga mungkin akan terjadisebaliknya berlawanan dengan teori yang digunakanatau dengan kata lain menolak teori yang sudah ada.

(5) Kesimpulan dan saran

Kesimpulan di sajikan secara terpisah tetapi berurutan,akan tetapi tetap merupakan kelanjutan benang merahyang menghubungkan antara judul penelitian, rumusanmasalah penelitian, pembahasan hasil penelitian,kesimpulan dan saran.Dengan demikian makasemuanyaakan sinkron (paralel), Kemudian dalam teknispembuatannya kesimpulan itu:

(a) Dibuat dalam kalimat yang singkat, padat, dan jelasberdasarkan hasil pembahasan.

(b) Bagian akhir laporan penelitian ini berisi/dibuat pointper point sesuai hasil pembahasan.

(c) Demikian juga dengan saran, dibuat dalam kalimat yangsingkat, padat, dan jelas sesuai hasil pemahasan.

(d) Begitu pulasaran harus dibuat berdasarkan hasilpembahasan.

(e) Jumlah point-point saran sama banyaknya denganjumlah point-point kesimpulan.

(iii) Bagian akhir laporanBagian akhir laporan penelitian ini berisi hal-hal yang perlu

dicantumkan yang mendukung atau terkait erat degan bagianinti. Bagian akhir ini biasanya terdiri dari: daftar pustaka, daftarlampiran, dan riwayat hidup (Biodata) penulis.

(1) Daftar pustakaBahan pustaka yang dimasukan kedalam daftar pustaka

hanya yang benar-benar yang dijadikan sumber kutipan ataurujukan dalam pembuatan laporan penelitian,sumber-sumber yang dapat dijadikan kutipan atau rujukan masing-masing:

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

416

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

(a) Buku-buku literatur, referensi, jurnal,laporan penelitiansebelumnya yang relevan dengan judul penelitian yangsedang dilaporkan.Setelah itu boleh menyusul suratkabardan internet.

(b) Lampiran

Lampiran terdiri dari data atau keterangan yangberfungsi melengkapi uraian yang bisa berbentukgambar, tabel dan sejenisnya.

(c) Daftar riwayat hidup atau Biodata penelitiBerisi keterangan/informasi jati diri peneliti yang

biasanya terdiri dari:

(i) Nama lengkap

(ii) Tempat dan tanggal lahir

(iii) Pendidikan(iv) Pekerjaan

(v) Jabatan

(vi) Pengalaman melaksanakan penelitian(vii) Alamat

(viii) Dan lain-lain yang dianggap perlu.

Contoh format laporan penelitian:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalahC. Pembatasan masalah

D. Tujuan penelitian

E. Kegunaan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teoritis

B. Tinjauan empirikC. Kerangka pemikiran

D. Hipotesis

417

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode penelitianB. Metode analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran umum responden

B. Analisis data dan pembahasan

C. Keterbatasan penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanB. Saran

Proposal Penelitian dan Laporan Penelitian

418

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

419

LAMPIRAN

420

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

421

422

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

423

424

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

425

426

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

427

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian – Teori dan Aplikasi,Rineka Cipta Jakarta.

Badroen Faisal, dkk, 2006, Etika Bisnis Dalam Islam, Kencana PrenadaMedia utama Jakarta.

Boediono dan I. Wayan Koster, 2001, Teori dan Aplikasi Statistika danProbabilitas, Remaja Rosda Karya Bandung.

Bungin Burhan, 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif, KencanaPrenada Media Group Jakarta.

Davis Joel J, 2013, Penelitian Periklanan Teori dan Praktik, Raja GrafindoJakarta.

Fautanu Idzam, 2012, Filsafat Ilmu Teori dan Aflikasi, Referensi Jakarta.

Fauroni R. Lukman, 2006, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, LKIS PelangiAksara Yogyakarta.

Hadi Sutrisno, 2001, Metodologi Research, Andi Offsit Yogyakarta.

Hakim Abdul, 2001, Statistik Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis,Ekonesia Yogyakarta.

Husein Umar, 2002, Metode Riset Komunikasi Organisasi, GramediaPustaka Utama Jakarta.

————————, 2002, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

428

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

————————, 2010, Desain Penelitian Manajemen Stratejik. RajaGrafindo Persada Jakarta.

Iswardono, 2001, Analisis Regresi dan Korelasi, BPFE GajahmadaYogyakarta.

Juliansyah Noor, 2013, Penelitian Ilmu Manajemen, Kencana PrenadaMedia Utama, Jakarta.

———————, 2014, Analisis Data Penelitian Ekonomi danManajemen, Grasindo Jakarta.

Kasiram Moh. H, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif,UIN MALIKI Malang.

Lubis Solly, 2012, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Sof Media Jakarta.

Muhammad, 2008, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, RajaGrafindo Jakarta.

Sanusi Anwar, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Salemba EmpatJakarta.

Suliyanto, 2006, Metode Riset Bisnis, Andi Yogyakarta.

Supriyanto dan Djohan, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis danKesehatan, Grafika Wangi Kalimantan Banjarmasin.

429

TENTANG PENULIS

M. Ma’ruf Abdullah lahir di Barabai (Kab.HST) 30Agustus 1949, menyelesaikan SRN 1961, SMPN 1964,SMEAN 1967, KPPM (Diploma II PendidikanMasyarakat dengan Ikatan Dinas Dep P dan K) 1969,S1 Hukum 1983, S2 Manajemen 1999, S2 IlmuKomunikasi 2003, dan S3 Ilmu Ekonomi 2007.

Pernah mendapat kesempatan mengikutiberbagai kegiatan keluar negeri seperti kunjungan kerja, studi band-ing, seminar, workshop, dan konfrensi Internasional, antara lain: keMalaysia, Thailand, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia,Swizerland, Australia, dan terakhir pada minggu ke empat Agustus2014 yang lalu ke Seoul Korea Selatan menjadi anggota delegasi Indo-nesia ke Asia Conference of Relegions for Peace (ACAP) 8 th.

Penulis juga aktif menulis di berbagai jurnal terakreditasi seperti:Khazanah IAIN Antasari, Syariah Fakultas Syariah IAIN Antasari, AgritekInstitut Pertanian Malang, Ekonomi dan Manajemen UniversitasGajayana Malang, dan Millah UII Yogyakarta, serta di jurnal lokalmasing-masing: Jepma Fakultas Ekonomi Universitas LambungMangkurat, Penelitian Puslit IAIN Antasari, Fikrah Fakultas TarbiyahIAIN Antasari, Keislaman dan Kemasyarakatan STAI Al-Falah, dan At-Taradhi Studi Ekonomi Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAINAntasari.

Penulis juga aktif menulis buku-buku ber-”ISBN” yang dapatdigunakan untuk literatur perkuliahan, masing-masing: HukumPerbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, Manajemen

430

Prof. Dr. H.M.Ma’ruf Abdullah, S.H., M.M., M.Si.

Sumber Daya Manusia Perspektif Makro dan Mikro, MembangunKinerja BMT (LKM) Syariah, Manajemen Berbasis Syariah, ManajemenBisnis Syariah, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan, ManajemenKomunikasi Korporasi, dan yang sekarang beru terbit MetodologiPenelitian Kuantitatif.

Aktivitas keseharian penulis memberikan perkuliahan di FakultasSyariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin, PascasarjanaHukum Ekonomi Syariah IAIN Antasari Banjarmasin, PascasarjanaMagister Manajemen STIE Indonesia Banjarmasin, Pascasarjana IlmuKomunikasi Universitas Islam Muhammad Arsyad Al-BanjariBanjarmasin.

Selain itu penulis juga aktif sebagai Ketua Pimpinan DaerahMuhammadiyah (PDM) Kota Banjarmasin, salah seorang Ketua MajelisUlama Indonesia (MUI) Kota Banjarmasin, Ketua Kerukunan UmatBeragama (FKUB) Kota Banjarmasin, Wakil Ketua Badan PertimbanganPendidikan Daerah (BPPD) Provinsi Kalimantan Selatan, dan KetuaPokja Akreditasi BAN PNF Provinsi Kalimantan Selatan.