Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

43

Transcript of Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Page 1: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M
Page 2: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

l HubunganPengetahuan Ibu tentangPengelolaanMakananPendampingASIdenganKejadianDiarepadaBayiUsia6–12Bulan(DiPolindesAnggrekDesa.Rengel)

(Mother About Knowledge Management Relations Complementary feeding with Genesis Diarrhea In Baby Ages 6-12 Months In Polindes Orchid Village Rengel)

l InformedConsentpadaPasiendenganKondisiGawatDarurat (Informed Consent in Emergency Patient)l PengaruhPendidikanKesehatantentangPijatBayiterhadapPraktikPijatBayidiPosyanduJalak

DesaAdan-adanGurah

l PerbedaanPersepsiMasyarakattentangKesehatanIbudanAnakyangDilaksanakanolehDukunBayidanBidan

(The Difference Perceive of Society About Health of The Mother and Child was did by Medicine Women and Midwaife)

l PelaksanaanKegiatanIntegrasiProgramPMTCTibuHamilRisikoTinggiHIVolehBidandiPuskesmasWilayahKota

(Implementation of Integrated Activities of PMTCT Programs for HIV High Risk Pregnant Women by The Midwives at Health Centers in Surabaya City)

l AnalisisPengaruhPersepsiKualitasPelayananAntenatal CarediPuskesmasterhadapKepuasanIbuHamil(StudiKasusdiPuskesmasTanjungKabupatenSampang)

l PengaruhPemberianPenyuluhanCaraMemandikanNeonatusDiniterhadapSikapIbuNifasFaseTakingHolddiBPSASRITubanKabupatenTuban

(The Influence of Giving Counseling on the Way to Bath an Early Neonatus and the Behavior of Taking-hold Phase Post-partum Mothers at ASRI Delivery Clinic (BPS ASRI), In Tuban District)

Kopertis 7

J. Sain Med Vol. 6 No. 1 Hal. 1–35 SurabayaJuni 2014

ISSN 2085-3602

Volume 6, Nomor 1, Juni 2014

Page 3: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Vol. 6, No. 1, Juni 2014 ISSN 2085-3602

Sain MedJURNAL KESEHATAN

DiterbitkanolehKopertisWilayahVIIsebagaiterbitanberkalayangmenyajikaninformasidananalisispersoalanilmuKesehatan.

Kajianinibersifatilmiahpopulersebagaihasilpemikiranteoritikmaupunpenelitianempirik.Redaksimenerimakaryailmiah/hasilpenelitianatauartikel,termasukide-idepengembangandibidangilmuKesehatan.

Untuk itu JURNAL SAIN MED mengundang para intelektual, ekspertis, praktisi, mahasiswa serta siapa sajaberdialog dengan penuangan pemikiran secara bebas, kritis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Redaksiberhak menyingkat dan memperbaiki karangan itu sejauh tidak mengubah tujuan isinya.Tulisan-tulisan dalamartikel JURNAL SAIN MED tidak selalumencerminkanpandangan redaksi.Dilarangmengutip,menerjemahkanataumemperbanyakkecualidenganizinredaksi.

Alamat Redaksi: KantorKopertisWilayahVII(SeksiSistemInformasi) Jl.Dr.Ir.H.SoekarnoNo.177Surabaya Telp.(031)5925418-19,5947473psw.120Fax.(031)5947479 SitusWeb:http//www.kopertis7.go.id,E-mail:[email protected]

pengarah

Prof.Dr.H.Sugijanto,M.S.,Apt.

penanggung jawab

Prof.Dr.AliMaksum

pemimpin redaksi

Drs.Ec.PurwoBekti,M.Si.

wakil pemimpin redaksi

Drs.Supradono,MM.

sekretaris redaksi

Suyono,S.Sos.,M.Si.

penyunting

Dr.DianMulawarmanti,drg.,M.S.SihningE.J.T.,dr.,M.S.

Sudarso,Dr.,M.Sc.

redaksi pelaksana

InderaZainulMuttaqien,ST.;MuhammadMachmud,S.Kom;DhaniKusumaWardhana,A.Md.;Sutipah

tata usaha

TriPujiRahayu,S.Sos.;CindyCharismaSatriyo,S.Sos.;Soetjahyono

Page 4: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M
Page 5: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Dicetakoleh (printed by): Airlangga University Press.(135/08.14/AUP-115E).KampusCUnair,MulyorejoSurabaya60115,Indonesia.Telp.(031)5992246,5992247,Fax.(031)5992248.E-mail:[email protected]

Kesalahanpenulisan(isi)diluartanggungjawabAUP

DAFTAR ISI (CONTENTS)

Halaman (Page)

1. HubunganPengetahuanIbutentangPengelolaanMakananPendampingASIdenganKejadianDiarepadaBayiUsia6–12Bulan(DiPolindesAnggrekDesa.Rengel)

(Mother About Knowledge Management Relations Complementary feeding with Genesis Diarrhea In Baby Ages 6–12 Months In Polindes Orchid Village Rengel)

Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M............................................................................................ 1–5

2. InformedConsentpadaPasiendenganKondisiGawatDarurat (Informed Consent in Emergency Patient) Riza Fikriana.............................................................................................................................. 6–10

3. PengaruhPendidikanKesehatantentangPijatBayiterhadapPraktikPijatBayidiPosyanduJalakDesaAdan-adanGurah

Sulistyo Dewi W.R dan Erna Nurochim................................................................................... 11–14

4. PerbedaanPersepsiMasyarakattentangKesehatanIbudanAnakyangDilaksanakanolehDukunBayidanBidan

(The Difference Perceive of Society About Health of The Mother and Child was did by Medicine Women and Midwaife)

Siti Maryam dan Widya Lusi Arisona..................................................................................... 15–19

5. PelaksanaanKegiatanIntegrasiProgramPMTCTibuHamilRisikoTinggiHIVolehBidandiPuskesmasWilayahKota

(Implementation of Integrated Activities of PMTCT Programs for HIV High Risk Pregnant Women by The Midwives at Health Centers in Surabaya City)

Eny Widiyasari........................................................................................................................... 20–25

6. AnalisisPengaruhPersepsiKualitasPelayananAntenatal CarediPuskesmasterhadapKepuasanIbuHamil(StudiKasusdiPuskesmasTanjungKabupatenSampang)

Rikhly Faradisy Mursyida........................................................................................................ 26–30

7. PengaruhPemberianPenyuluhanCaraMemandikanNeonatusDiniterhadapSikapIbuNifasFaseTakingHolddiBPSASRITubanKabupatenTuban

(The Influence of Giving Counseling on the Way to Bath an Early Neonatus and the Behavior of Taking-hold Phase Post-partum Mothers at ASRI Delivery Clinic (BPS ASRI), In Tuban District)

Eva Silviana Rahmawati........................................................................................................... 31–35

Vol. 6, No. 1, Juni 2014 ISSN 2085-3602

Sain MedJURNAL KESEHATAN

Page 6: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M
Page 7: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

PANDUAN UNTUK PENULISAN NASKAH

Jurnal ilmiah SAINMED adalah publikasi ilmiahenam bulanan yang diterbitkan oleh Kopertis WilayahVII. Untuk mendukung penerbitan selanjutnya redaksimenerima artikel ilmiah yang berupa hasil penelitianempiris dan artikel konseptual dalam bidang IlmuKesehatan.

Naskah yang diterima hanya naskah asli yang belumpernah diterbitkan di media cetak dengan gaya bahasaakademisdanefektif.Naskahterdiriatas:1. Judulnaskahmaksimum15kata,ditulisdalambahasa

Indonesia atau bahasa Inggris tergantung bahasayang digunakan untuk penulisan naskah lengkapnya.Jika ditulis dalam bahasa Indonesia, disertakan pulaterjemahanjudulnyadalambahasaInggris.

2. Nama penulis, ditulis di bawah judul tanpa disertaigelar akademik maupun jabatan. Di bawah namapenulisdicantumkaninstansitempatpenulisbekerja.

3. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasaInggristidaklebihdari200katadiketik1(satu)spasi.Abstrak harus meliputi intisari seluruh tulisan yangterdiri atas: latar belakang, permasalahan, tujuan,metode, hasil analisis statistik, dan kesimpulan,disertakanpulakatakunci.

4. Artikel hasil penelitian berisi: judul, nama penulis,abstrak, pendahuluan, materi, metode penelitian,hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftarpustaka.

5. Artikelkonseptualberisi:judul,namapenulis,abstrak,pendahuluan, analisis (kupasan, asumsi, komparasi),kesimpulandandaftarpustaka.

6. Tabeldangambarharusdiberinomorsecaraberurutansesuai dengan urutan pemunculannya. Setiap gambardan tabel perlu diberi penjelasan singkat yangdiletakkan di bawah untuk gambar. Gambar berupafoto (kalau ada), disertakan dalam bentuk mengkilap(gloss).

7. Pembahasan berisi tentang uraian hasil penelitian,bagaimana penelitian yang dihasilkan dapatmemecahkan masalah, faktor-faktor apa saja yangmemengaruhi hasil penelitian dan disertai pustakayangmenunjang.

8. Daftar pustaka, ditulis sesuai aturan penulisanVancouver,disusunberdasarkanurutankemunculannya

bukan berdasarkan abjad. Untuk rujukan bukuurutannya sebagai berikut: nama penulis, editor(bila ada), judul buku, kota penerbit, tahun penerbit,volume, edisi, dan nomor halaman. Untuk terbitanberkalaurutannyasebagaiberikut:namapenulis,judultulisan, judul terbitan, tahun penerbitan, volume, dannomorhalaman.

Contoh penulisan Daftar Pustaka:1. Grimes EW, A use of freeze-dried bone in

Endodontic,J.Endod,1994:20:355–62. CohenS,BurnRC,Pathways of the pulp. 5thed.,St.

Louis;MosbyCo1994:127–473. Morse SS, Factors in the emergence of infectious

disease. Emerg Infect Dis (serial online), 1995Jan–Mar,1(1):(14screen).Availablefrom:

URL: http//www/cdc/gov/ncidod/EID/eid.htm.AccessedDesember25,1999.

Naskahdiketik2(dua)spasi12pitchdalamprogramMSWorddengan susur (margin) kiri 4 cm, susur kanan2,5cm,susuratas3,5cm,dansusurbawah2cm,diataskertasA4.

Setiap halaman diberi nomor halaman, maksimal12halaman(termasukdaftarpustaka,tabel,dangambar),naskahdikirimsebanyak2rangkapdan1disketatauCD.

Redaksi berhak memperbaiki penulisan naskah tanpamengubah isi naskah tersebut. Semua data, pendapatatau pernyataan yang terdapat pada naskah merupakantanggungjawabpenulis.Naskahyangtidaksesuaidenganketentuan redaksi akan dikembalikan apabila disertaiperangko.

Naskahdapatdikirimkealamat:Redaksi/Penerbit:KopertisWilayahVIId/aSeksiSistemInformasiJl.Dr.Ir.H.SoekarnoNo.177SurabayaTelp.(031)5925418-19,5947473psw.120Fax.(031)5947479E-mail:[email protected]:www.kopertis7.go.id.

Page 8: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M
Page 9: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6–�2 Bulan (Di Polindes Anggrek Desa. Rengel)

(Mother About Knowledge Management Relations Complementary feeding with Genesis Diarrhea In Baby Ages 6-12 Months In Polindes Orchid Village Rengel)

Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.MSTIKESNUTuban

abstrak

Angka kejadian diare pada bayi terjadi peningkatan di Polindes Anggrek desa Rengel, terbukti yaitu pada tahun 2009 terdapat 50 bayi yang terkena diare, dan pada tahun 2010 terdapat 55 bayi yang terkena diare. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang pengelolaan makanan pendamping ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pengelolaan makanan pendamping ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan. Jenis penelitian ini yaitu analitik dengan desain “Cross Sectional”. Populasinya adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang memeriksakan bayinya di Polindes Anggrek Desa Rengel pada bulan April-Juni 2011 yaitu sebesar 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Consecutif Sampling dengan sampel sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 35 responden. Analisa data dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 65% ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan MP-ASI dan 65,71% bayi yang terkena diare. Setelah dilakukan uji chi square didapatkan x2 hitung = 8,464, dan x2 tabel 5,591 sehingga x2 hitung < x2 tabel, jadi H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengelolaan makanan pendamping ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan, setelah dilakukan uji Chi square namun tidak memenuhi syarat didapatkan hasil tabel tidak layak ada 3 sel (50%) yang nilai harapannya < 5, sehingga dilanjutkan dengan uji exact fisher didapatkan p = 0,0019 sehingga p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengelolaan makanan pendamping ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan kejadian diare dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang pengelolaan makanan pendamping ASI bayi. Agar kejadian diare dapat berkurang atau tidak terjadi, maka peran orang tua terutama ibu sangat menentukan dan perlu kiranya petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai cara pengelolaan makanan pendamping ASI.

Kata Kunci: Makanan pendamping ASI, diare.

abstract

The incidence of diarrhea in infants there was an increase in Orchid village Polindes Rengel, proved that in 2009 there were 50 infants with diarrhea, and in 2010 there were 55 infants with diarrhea. This is due to one factor: the lack of knowledge of mothers about complementary feeding management. This study aims to determine the relationship of maternal knowledge about the management of complementary feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 6-12 months. This type of research that is analytic by design “Cross Sectional”. Population was all mothers with infants aged 6-12 months who examined the baby at Orchid Village Polindes Rengel in April-June 2011 amounting to 40 people. Sampling technique used is Consecutif sampling with a sample portion of the population who met the inclusion criteria as many as 35 respondents. Analyze data using chi square tests. Results from the study showed that 65% of mothers have enough knowledge about the management of MP-ASI and 65.71% of infants with diarrhea. After doing the chi square test count obtained x2 = 8.464, 5.591 and x2 tables so that the calculated x2 <x2 table, so H0 is rejected and H1 accepted which means there is a relationship between maternal knowledge about the management of complementary feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 6-12 months , after the Chi-square test but did not qualify the table is not worth the results obtained there are 3 cells (50%) the expectation value <5, so proceed with fisher exact test p = 0.0019 thus obtained p <0.05 then H0 is rejected and H1 accepted, meaning that there is a relationship between maternal knowledge about the management of complementary feeding with the incidence of diarrhea in infants aged 6-12 months. From this study it can be concluded the incidence of diarrhea is influenced by the mother on the management pengetahaun complementary feeding babies. So that the incidence of diarrhea can be reduced or not occur, then the role of parents, especially mothers and it is necessary to determine the health workers to provide counseling on how the management of complementary feeding.

Key words: Infants complementary food, diarrhea

Page 10: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 1–52

pendahuluan

Kejadiandiaredari tahunketahunselalumengalamipeningkatan, sedangkan kita tahu bahwa penyakit diaremerupakanpenyebabkematianpadagolonganumurbayidanbalita.Sampaisaatinidiaremasihmenjadimasalahkesehatandanmerupakansalahsatupenyakitutamayangmenyerang bayi dan anak di Indonesia.1 Diare seringterjadipadaanak,terutamaantarausia6bulansampai2tahun.2

Setiaptahundiperkirakanlebihdarisatumilyarkasusdiare didunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagaiakibatnya. UNICEF memperkirakan bahwa, setiap30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karenadiare. Data Departemen RI, menyebutkan bahwa angkakesakitandiaredi Indonesiasaat iniadalah230-300per1000pendudukuntuk semuagolonganumurdan1,6–2,episodediaresetiaptahunnyauntuksemuabalitaadalah4 per 1000 balita. Tahun 2007 di Jawa Timur diaremerupakan penyakit dengan frekuensi KLB terbanyakkelima.3 Di Tuban pada tahun 2010 terdapat 16.972penderitaDiare.Datatersebutadalahdatayangterkumpuldari33kecamatanyangadadiTuban.4BerdasarkandatakunjungandiPolindesAnggrekdesaRengelpadabulanJanuari sampai Desember 2009 insiden kejadian diarepadabayiusia6-12bulansebanyak50bayiyangterkenadiare. Pada tahun 2010, insiden diare sebagian padapasienbayiusia6-12bulansebanyak55bayi.Daridatatersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatanangkakejadiandiarepadabayiusia6-12bulan.

Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengankonsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapatpula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.5Penyebabdiaredapatdibagidalambeberapafaktoryaitufaktor infeksi, faktor psikologis, faktor malabsorbsi,faktor makanan atau alergi.6 Selain hal tersebut,ada berbagai faktor yang mempengaruhi kejadiandiare diantaranya adalah faktor lingkungan , gizi,kependudukan, sosial ekonomi.1 Diare dapat menyebarmelaluipraktik-praktikyangtidakbersihsepertipadasaatibu melakukan pengelolaan dan menyiapkan makanandengan tidak mencuci tangan, tidak memperhatikan airyang digunakan untuk mengolah makanan tambahandan susu, kebiasaan ibu yang tidak menutup makanantambahanbayi.Perilakuibudalampengelolaanmakananpendamping ASI sangat dipengaruhi oleh pengetahuanibu tentang carapengelolaanmakananpendampingASIbayi.

Menurut Soharyono “akibat dari diare yang tidakditangani dengan baik dapat menimbulkan dehidrasi,hipoglikemi, gangguan gizi dan gangguan sirkulasikomplikasi”.7 Sedangkan menurut keperawatanyang perlu diperhatikan adalah kehilangan air danelektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkangangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,hipoglikemia),gangguangiziakibatkelaparan(masukan

kurang, pengeluaran bertambah), gangguan sirkulasidarah.5

Karenaitudalamupayapencegahandanpengobatan,peran orang tua terutama ibu sangat menentukan.Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematiandiare, pemerintah melalui Dinas Kesehatan melakukanbeberapaupaya:1)MeningkatkankualitasdankuantitastatalaksanadiaremelaluipendekatanMenejemenTerpaduBalita Sakit (MTBS) dan perkembangan Pojok Oralit,2) Mengupayakan tatalaksana penderita diare di rumahtangga secara tepat dan benar, 3) Meningkatkan upayapencegahan melalui KIE, 4) Meningkatkan kegiatansanitasi lingkungan, 5) Meningkatkan kewaspadaandini dan penanggulangan kejadian luar biasa diare. 12

Upaya pencegahan diare meliputi: memberikan ASI,memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakanair bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakanjamban,membuangtinjabayidenganbenar.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambiljudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang PengelolaanMakananPendampingASIDenganKejadianDiarePadaBayiUsia6-12BulanDiPolindesAnggrekDesaRengel.

Berdasarkanuraianlatarbelakangdiatas,makadapatdirumuskan permasalahan sebagai berikut :“Apakah adahubunganpengetahuanibutentangpengelolaanmakananpendampingASIdengankejadiandiarepadabayiusia6-12bulandiPolindesAnggrekDesaRengel?”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubunganpengetahuan ibu tentang pengelolaan makananpendampingASIdengankejadiandiarepadabayiusia6-12bulandiPolindesAnggrekDesaRengel

metodologi penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabelindependendalampenelitian iniadalahpengetahuan ibutentangpengelolaanmakanantambahanbayi,sedangkanyangmenjadivariabeldependendaripenelitianiniadalahkejadiandiare.

Penelitian ini menggunakan metode analitikdengan desain “Cross sectional” yaitu penelitian yangmenekankanpadawaktupengukuranatauobservasidatavariabel independen dan dependen hanya satu kali padasatusaat.7

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruhibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan yangmemeriksakan bayinya di Polindes Anggrek DesaRengel pada bulan April sampai bulan Juni 2011 yaitusebanyak40orang.Sampelyangdipakaiadalahsebagianibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di PolindesAnggrek Desa Rengel pada bulan April s/d bulan Juniyangmemenuhikriteriainklusiyaitusebanyak35orang,dengan cara menggunakan teknik sampling “Consekutif Sampling” yaitu suatu teknik penetapan sampeldengan cara memilih sampel di antara populasi sesuaidengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah

Page 11: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Ferianto: Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI �

penelitian),sehinggasampeltersebutapadapatmewakilikarakteristik, populasi yang telah dikenal sebelumnya.8Analisa data menggunakan uji Teknik yang digunakanuntukmengeloladataadalahChi Square dengan tingkatkemaknaana0,05artinyaH0ditolakbilac2tabel.

hasil penelitian

Data Umum

1. Pendidikan

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35respondenhampirsetengahnyarespondenberpendidikanSMPyaitusebanyak15orang(42,86%)

2. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 35respondensetengahnyarespondenbekerjasebagaipetaniyaitusebanyak14orang(40%).

Data Khusus

1. Pengetahuan Ibu Tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagianbesar responden yang memiliki pengetahuan tentangpengelolaanmakananpendampingASIbayiyangcukupsebanyak20orang(57,14%).

2. Kejadian Diare Pada Bayi Usia 6-12 Bulan

Berdasarkan tabel4menunjukkanbahwadidapatkansebagian besar responden bayinya terkena diare yaitusebanyak23bayi(65,71%)

3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI Bayi dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Polindes Anggrek Desa Rengel Bulan April s/d Bulan Juni 2011

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa ibu yangmempunyai pengetahuan baik bayinya terkena diaresebanyak 2 responden (28,57%) dan bayinya yangtidak terkena diare sebanyak 5 responden (71,43%),ibu yang mempunyai pengetahuan cukup bayinya yangterkenadiaresebanyak13responden(65%)danbayinyayang tidak terkena diare sebanyak 7 responden (35%),sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan kurangbayinya yang terkena diare sebanyak 8 responden danbayinya yang tidak terkena diare sebanyak 0 responden(0%).

Tabel 1.Karakteristik Responden BerdasarkanPendidikan di Polindes Anggrek Desa RengelBulanAprils/dJuni2011

No Pendidikan Responden n Prosentase1 SD 10 28,57

2 SMP 15 42,86

3 SMA 6 17,14

4 PerguruanTinggi 4 11,43

Jumlah 35 100%

Tabel 2.KarakteristikRespondenBerdasarkanPekerjaandi Polindes Anggrek Desa Rengel Bulan Aprils/dBulanJuni2011

No Pekerjaan Responden Frekuensi Prosentase1 Tidakbekerja 9 25,71

2 Petani 14 40,00

3 Swasta 4 11,43

4 PegawaiNegeri 3 8,57

5 Wiraswasta 5 14,29

Jumlah 35 100%

Tabel 3.DistribusiPengetahuanIbutentangPengelolaanMakanan Pendamping ASI Bayi di PolindesAnggrek Desa Rengel Bulan April s/d BulanJuni2011

NoPengetahuan Ibu tentang

Pengelolaan Makanan Pendamping ASI

N Prosentase

1 Baik 7 20

2 Cukup 20 57,14

3 Kurang 8 22,86

Jumlah 35 100%

Tabel 4.Distribusi Kejadian Diare pada Bayi Usia6-12 Bulan di Polindes Anggrek Desa RengelTubanBulanAprils/dBulanJuni2011

No Kejadian Diare n Prosentase1 Diare 23 65,71

2 TidakDiare 12 34,29

Jumlah 35 100%

Tabel 5.HubunganPengetahuanIbutentangPengelolaanMakanan Pendamping ASI dengan KejadianDiare pada Bayi Usia 6-12 Bulan di PolindesAnggrek Desa Rengel Bulan April s/d BulanJuni2011

No

Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan

Makanan Pendamping ASI

KejadianJumlah

DiareTidak Diare

N % n % n %

1 Baik 2 28,57 5 71,43 7 100

2 Cukup 13 65 7 35 20 100

3 Kurang 8 100 0 0 8 100

Jumlah 23 62,86 12 37,14 35 100X2hitung=8,464 p=<0,05

Page 12: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 1–5�

Analisa Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitunganmenggunakan uj statistik chi square, setelah dilakukanujichi squarenamuntidakmemenuhisyaratdidapatkanhasil tabel tidak layak ada 3 sel (50%) yang nilainyaharapannya < 5, sehingga dilanjutkan dengan uji excat fisherdidapatkanp=0,0019sehinggap=<0,05makaH0 ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikanhubunganpengetahuanibutentangpengelolaanmakananpendampingASIdengankejadiandiarepadabayiusia6-12bulandiPolindesAnggrekDesaRengel.

pembahasan

1. Identifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI Bayi

Dari tabel 3 dalam penelitian dapat diketahuibahwa dari 35 responden sebagian besar ibu memilikipengetahuan yang cukup tentang pengelolaan makananpendampingASIsebanyak20orang(57,14%).

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan terjadi setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu objektertentu.Penginderaanterjadimelaluipancaindera,yakniindera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, danraba.9

Faktor-faktoryangmempengaruhipengetahuanyaituumur, pendidikan dan pengalaman. Semakin cukupumur, tingkat pematangan dan kekuatan seseorangakan lebih matang dalam berfikir, belajar dan bekerjasehingga pengetahuan akan bertambah. Semakintinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudahmenerima informasi, sehinggabanyakpulapengetahuanyang dimilikinya. Pengalaman merupakan sumberpengetahuan atau pengalaman merupakan suatu carauntukmemperolehkebenaranpengetahuan.

Menurut Y.B Mantra “Nurssalam dan Pariani”(2001:180)pendidikandapatmempengaruhipengetahuandanperilakuseseorangterutamadalammemotivasiuntuksikapberperanseradalampembangunankesehatan.

Lebih besarnya jumlah ibu di Polindes AnggrekDesaRengelyangmemilikibayiusia6-12bulandenganpengetahuanyangcukup inidisebabkanolehkurangnyainformasi yang diperoleh tentang cara pengelolaanmakananpendampingASIbayi.Pengetahuanibutentangpengelolaan makanan pendamping ASI bayi yangdianggapkurangpentingternyatasangatlahberperanbagikesehatan bayinya sehingga perlu diberikan informasitentangcarapengelolaanmakananpendampingASIbayi.

Informasi yangdiperolehdari beberapa sumber jugamempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Jikaia mendapat banyak informasi maka akan cenderungmemiliki pengetahuan yang luas sehingga mampumempertimbangkan pilihan dalam bersikap danbertindak tentang segala sesuatunya sehingga mampumempertimbangkanpilihandalambersikapdanbertindak

tentang cara pengasuhan bayi yang baik, bagaimanamenjaga kesehatan bayinya dan semakin bijak dalammengambilkeputusan.

2. Kejadian Diare Pada Bayi Usia 6-12 Bulan

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari35 bayi sebagian besar bayi yang terkena diare yaitusebanyak23bayi(62,86%),

Menurut Soegijanto (2002:76) faktor yangmempengaruhi kejadian diare diantaranya adalah faktorlingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaansosial ekonomi (pekerjaan) dan pengetahuan. Faktorpengetahuanyangdimaksudterutamayaitupengetahuanibu tentangpengelolaanmakananpendampingASIbayimisalnya cara penyiapan makanan tambahan, air yangdigunakan untuk mengolah susu, makanan tambahan,cara membersihkan botol susu.1 Sedangkan menurutNursalam (2005 : 160) meliputi kebiasaan ibu yangtidakmencucitangan,kebiasaanibuyangtidakmenutupmakanantambahan.

Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap caraberfikirsertadapatmempengaruhiterhadappengetahuanseseorangkhususnyapengetahuan ibu tentangkesehatanbayinya.Seseorangyangberpendidikanrendahbiasanyakurang bisa mengambil keputusan dalam kesehatanatau keluarga, sehingga akan mempengaruhi kesehatanbayinya.11

Pekerjaanjugamerupakanfaktoryangmempengaruhipengetahuan, terutama pengetahuan ibu tentangpengelolaan makanan pendamping ASI bayi. Ibu-ibuyang sibuk dengan kegiatan sehari-hari akan memilikiwaktuyanglebihsedikituntukmemperolehinformasi.12Dengan adanya pekerjaan seseorang akan memerlukanbanyak waktu dan memerlukan perhatian. Ibu-ibu yangsibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperolehinformasi, sehingga pengetahuan yang mereka perolehkemungkinan juga berkurang sehingga berpengaruhterhadapkesehatanbayinya.13

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukandi Polindes Anggrek Desa Rengel disimpulkan bahwakejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan tersebutdisebabkankarenafaktorlingkungan,gizi,kependudukan,pendidikan, keadaan sosial ekonomi (pekerjaan) danfaktor pengetahuan, terutama pengetahuan ibu tentangpengelolaanmakananpendampingASI.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-12 Bulan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi square namun tidak memenuhi syarat didapatkan hasiltabel tidak layakada3sel (50%)yangnilaiharapannya< 5, sehingga dilanjutkan dengan uji excat fisher didapatkanp=0,0019sehinggap < 0,05makaH0ditolakyangberarti terdapathubunganpengetahuan ibu tentangpengelolaanmakananpendampingASIdengankejadiandiarepadabayiusia6-12bulan.

Page 13: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Ferianto: Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Makanan Pendamping ASI �

Hal ini didukung oleh Soegijanto (2002:76) bahwapengetahuan ibu terutama pengetahuan ibu tentangpengelolaanmakananpendampingASImerupakanfaktoryang berpengaruh dalam penyebab diare karena denganpengetahuan ibu yang kurang terutama pengetahuan ibutentang pengelolaan makanan pendamping ASI bayiyang tidakbaikdanbenarmenyebabkanbakteridenganmudahmasukkedalamtubuhbayimelaluimakananatauminumanyangtercemarolehbakteri tersebutyangpadaakhirnyaakanmenimbulkandiare.

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untukmendapatkan nafkah atau pencaharian. Pekerjaan jugamerupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuankarena dengan pekerjaan ibu-ibu akan sibuk dengankegiatan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebihsedikituntukmemperolehinformasi.12

Hal ini dibuktikan dari 35 responden, 8 responden(100%)yangmemilikipengetahuantentangpengelolaanmakananpendampingASIyangkurangternyatabayinyamengalami diare. Hal ini disebabkan oleh tingkatpengetahuan yang ibu yang kurang sehingga belummampuuntukmengaplikasikanapayangmerekaketahuidalamkehidupannyata.

Dari uraian diatas maka semakin sering seseorangbersosialisasi semakin banyak pula informasiyang diperolehnya. Sehingga dapat meningkatkanpengetahuan dan perilaku seseorang terhadap suatuhal termasuk pengetahuan ibu tentang pengelolaanmakanan pendamping ASI yang baik dan benar.Dengan pengetahuan ibu tentang pengelolaan makananpendamping ASI bayi yang baik dan benar maka akanmengurangikejadiandiarepadabayinya.

Pengetahuan ibu tentang pengelolaan makananpendampingASIbayiterutamatentangcaramembersihkanperalatanmakanbayi,carapenyiapanmakanantambahan,air yang digunakan untuk mengolah makanan-makanantambahan, kebiasaan tidak mencuci tangan serta tidakmenutupmakanan tambahan ternyata sangatlahberperandalam proses pencegahan terjadinya diare. Untuk itu,seorang ibuharusmengerti tentangpengelolaanmakananpendamping ASI bayi yang benar sehingga dapatmenurunkanangkakejadiandiarepadabayi.

kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sertatujuanpenelitiandapatdisimpulkansebagaiberikut:1. SebagianbesaribudiPolindesAnggrekDesaRengel

Tuban memiliki pengetahuan tentang pengelolaanmakananpendampingASIbayiyangcukup.

2. SebagianbesarIbudiPolindesAnggrekDesaRengelTubanbayinyaterkenadiare.

3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang pengelolaanmakananpendampingASIdengankejadiandiarepadabayiusia6-12bulandiPolindesAnggrekDesaRengel.

Saran

Bagi Masyarakat

Agar masyarakat terutama ibu-ibu yang mempunyaibayiusia6-12bulanhendaknyaberusahameningkatkanpengetahuan tentang pengelolaan makanan pendampingASI yang baik dan benar sehingga dapat menurunkanangkakejadiandiarepadabayi.

Bagi Profesi

Hendaknya petugas kesehatan memberikanpenyuluhan pada ibu-ibu yang memiliki bayi padawaktumelakukanpemeriksaanataupadawaktukegiatanposyandusertameningkatkanperansertakaderkesehatandidesa.

Bagi Lahan Praktek

Hasildaripenelitiandiharapkanbisadigunakansebagaialat ukur untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,sehinggadapatmenurunkanangkakejadiandiare.

daftar pustaka

1. Soegijanto,Spegeng.Prof.DR.H.Dr.Sp.A(K),DTM(2002).Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.SalembaMedika.Jakarta

2. WHO(1992).Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut.ECG.Jakarta:1

3. Dinkes(2008).Profil Dinas Kesehatan Jawa Timur.Surabaya4. Dinkes(2010).Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.Tuban5. Ngastiyah(2005).Perawatan Anak Sakit. ECG.Jakarta 6. Ngastiyah(1997).Perawatan Anak Sakit.ECG.Jakarta 7. Nursalam,DR.M.Nurs.(2005).Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.

SalembaMedika.Jakarta:169-1728. Nursalam(2003).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.SalembaMedika.Jakarta 9. Notoadmodjo,Soekidjo.Prof.Dr.(2007).Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. PT.RinekaCipta.Jakarta:10. NursalamdanPariani(2001).Pendekatan Praktis Metodoligi Riset

Keperawata.SagungSeto.Jakarta:17611. Notoadmodjo,Soekidjo.Prof.Dr.(2003).Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. PT.RinekaCipta.Jakarta12. DepkesRI(2003).Pedoman Makanan Pendamping ASI.DepkesRI.

Jakarta13. Notoadmodjo,Soekidjo.Prof.Dr.(2005).Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan. PT.RinekaCipta.Jakarta

Page 14: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

6

Informed Consent pada Pasien dengan Kondisi Gawat Darurat

(Informed Consent in Emergency Patient)

Riza FikrianaSekolahTinggiIlmuKesehatanKepanjenJl.TrunojoyoNo.16KepanjenMalang65163Telp.0341-397644, Fax.0341-397644

abstrak

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, tenaga medis dan pasien masing-masing mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan informed consent. Informed consent merupakan standart dalam prosedur tindakan kepada pasien dan merupakan sarana legitimasi bagi kedua belah pihak di mana pasien berhak untuk mendapatkan informasi terkait dengan tindakan yang akan dilakukan kepada dirinya. Akan tetapi pelaksanaan informed consent yang dilakukan pada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu apakah pasien dalam kondisi non gawat darurat atau pasien dalam kondisi gawat darurat. Dalam kondisi gawat darurat, pasien memerlukan tindakan dengan segera sehingga prioritas utama yaitu segera memberikan tindakan untuk mencegah terjadinya kecacatan serta mempertahankan keberlangsungan hidup pasien. Akan tetapi, pelaksanaan tindakan pada pasien gawat darurat tersebut memerlukan kekuatan hukum untuk melindungi petugas maupun pasien dari tanggung jawab dan tanggung gugat. Beberapa peraturan perundangan telah menetapkan bahwa dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan atau mencegah kecacatan, tidak diperlukan informed consent. Namun setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan diberikan persetujuan.

Kata Kunci: Informed Consent, pasien, gawat darurat

abstract

In the implementation of health services, medical personnel and the patient respectively - each have the right and obligation to make an informed consent. Informed consent is the standard action procedure to the patient and is a means of legitimacy for both sides in which the patient is entitled to obtain information related to the action that will be done to him. However, the implementation of informed consent are performed on patients affected by several factors, one of which is whether patients in non-emergency conditions or patients in emergency conditions. In emergency conditions, the patient requires immediate action so that the first priority is provide immediate action to prevent the occurrence of defects and to maintain the survival of the patient. However, the implementation of measures in the emergency department patients requiring legal force to protect personnel and patients from responsibility and accountability. Some legislation has been established that in an emergency, to save lives or prevent disability and patient, informed consent is not required. But after the patient unconscious or in a state that already allows, immediately given an explanation and given approval.

Key words: informed consent, patients, emergency

pendahuluan

Kesehatanadalah suatukondisidimana tidakhanyabebas dari penyakit. Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) telah merumuskan kampanyekesehatan bagi semua, di mana menyatakan suatutanggung jawab kolektif dari WHO untuk menyediakanakses pelayanan kesehatan kepada setiap orang didunia.1MenurutWHO,dalamkonsepsehatmempunyaikarakteristik yang positif, antara lain memperhatikanindividu sebagai suatu sistem yang menyeluruh,memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkunganinternal dan eksternal serta penghargaan terhadappentingnya peran individu dalam hidup.2 Selain itu,menurutUndang-UndangDasar1945pasal28hurufA,kesehatan merupakan hak asasi manusia, dan manusiaselain mempunyai hak untuk mendapatkan kesehatan

juga mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri.Masyarakat dalam hal ini pasien mempunyai kebebasanuntukmemutuskanapasajayangharusatau tidakharusterjadipadatubuhnyasertamempunyaikebebasandalammengumpulkan informasi sebelum menjalani tindakanpelayanan kesehatan. Orang lain tidak mempunyaihak untuk memaksa pasien bertindak terhadap dirinyadengan cara tertentu. Bahkan tenaga kesehatan hanyadapat bertindak sebagai fasilitator dalam pengambilankeputusanpasien.3

Dalam kondisi kesehatan yang baik, biasanyamasyarakat hanya mempunyai interaksi yang sedikitatau bahkan tidak sama sekali dengan systempelayanan kesehatan. Akan tetapi, jika masyarakatmempunyai kesehatan yang kurang baik, menderitasakit ataupun merasa sakit, maka mereka akandatang ke sistem pelayanan kesehatan untuk mencari

Page 15: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Fikriana: Informed Consent pada Pasien dengan Kondisi Gawat Darurat �

bantuan.1 Pengukuran kualitas system kesehatan dapatdilihat dari segi akses, ketepatan, kualitas pelayanan,ukuran penyaringan (skrining), hasil yang ditemukan,penatalaksanaan penyakit, tindakan pencegahan danstatus kesehatan konsumen. Di Indonesia, untukmencapai tingkat kesehatan yang optimal, kementeriankesehatan Republik Indonesia (2013) berusaha untukmemberikanpelayanankesehatanyangmaksimalkepadamasyarakat melalui pencapaian salah satu misi yaitumelindungi kesehatan masyarakat dengan menjamintersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata,bermutu dan berkeadilan. Hal tersebut dicapai melaluistrategimeningkatkanpelayanankesehatanyangmerata,terjangkau,bermutudanberkeadilan,sertaberbasisbuktidenganpengutamaanpadaupayapromotifdanpreventif.4

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, petugasmedis dan pasien masing-masing mempunyai hakdan kewajiban untuk melakukan persetujuan tindakanmedis (informed consent). Informed consent merupakanstandartdalamprosedurtindakankepadapasiendimanapasien berhak untuk mendapatkan informasi terkaittindakan yang akan dilakukan kepada dirinya.5 Akantetapi, pelaksanaan informed consent ini dipengaruhioleh kondisi yang dialami oleh pasien, apakah pasiendalam kondisi non gawat darurat atau kondisi gawatdarurat.Dalamkondisinongawatdarurat,pasienberhakuntuk melakukan informed consent untuk mendapatkanpersetujuan terhadap apa yang akan dilakukan terhadapdirinya. Akan tetapi, sering kali ditemui di lapangan,pasien dalam kondisi gawat darurat dan mengalamipenurunan kesadaran sehingga sangat tidak mungkinuntukdilakukaninformed consent.

Berdasarkanpadalatarbelakangdiatas,permasalahanyang muncul yaitu bagaimanakah pelaksanaan informed consent pada pasien dengan kondisi gawat darurat?Sehingga tujuan dari penulisan artikel ini adalah untukmengetahui pelaksanaan informed consent pada pasiendengankondisigawatdarurat.

analisis

Dalambanyakkejadian,pasiendatangkerumahsakitdalam kondisi yang pasrah menyerahkan sepenuhnyapengobatandirinyakepadarumahsakityangmerawatnya.Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kesadaranmasyarakat untuk terpenuhinya hak-hak mereka dalammendapatkanperawatan,menyadaribahwamerekaharustahutentangkondisipenyakitnya,makahubunganantarapasien-tenaga kesehatan-rumah sakit menjadi hubunganyang bersifat “partnership” atau kemitraan.6 Dalammemberikanpelayanankesehatan,baiktenagakesehatanmaupun pasien, masing-masing mempunyai hak dankewajibanyangharusdilakukanolehkeduabelahpihak.Salahsatuhakpasienterkaitdengantindakanyangakandilakukanolehtenagakesehatan,pasienmempunyaihakuntuk mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana

tindakan medis yang akan dilakukan serta menolaktindakan medis yang akan dilakukan bila ada keraguan.HalinitelahdiaturdalamUndang-UndangNo.29Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam melakukantindakan medis, harus meminta persetujuan dari pasienataukeluarganya.7MenurutPeraturanMenteriKesehatanRI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 TentangPersetujuanTindakanKedokteran,yangdimaksuddenganpersetujuantindakankedokteranadalahpersetujuanyangdiberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelahmendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakankedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukanterhadap pasien. Sedangkan yang dimaksud keluargaterdekat adalah suamiatau istri, ayahatau ibukandung,anak-anak kandung, saudara-saudara kandung ataupengampunya. Pada pasal 2 disebutkan bahwa semuatindakankedokteranyangakandilakukanterhadappasienharus mendapat persetujuan setelah pasien mendapatpenjelasanyangdiperlukan tentang tindakankedokteranyang akan dilakukan, dan persetujuan tersebut dapatdiberikan secara tertulis ataupun lisan. Penjelasantentang tindakan kedokteran harus diberikan langsungkepada pasien dan/atau keluarga terdekat baik dimintamaupun tidak diminta (sesuai pasal 7). Dan dalamkondisi pasien adalah anak-anak dan orang yang tidaksadar,makapenjelasandiberikanpadakeluarganya atauyangmengantar.Apabila tidak adayangmengantardantidak ada keluarganya sedangkan tindakan medis harusdilakukan maka penjelasan diberikan kepada anak yangbersangkutanataupadakesempatanpertamapasiensudahsadar(Pasal45UURINo.29tahun2004).

Keberhasilan tindakan dalam pelayanan kesehatanditentukan oleh banyak faktor yang berbeda-beda darisatu kasus ke kasus lainnya. Di sini peran dari tugaskesehatan sangat penting sekali. Dalam pasal 1 butir3 Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan disebutkanbahwa“tenagakesehatanadalahsetiaporangyang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan sertamemiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaluipendidikandibidangkesehatanyanguntukjenistertentumemerlukan kewenangan untuk melakukan upayakesehatan”. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwaprofesi kesehatan memerlukan kompetensi tertentu dankewenangan khusus karena tindakan yang dilakukanmengandungrisikoyangtidakkecil.PengaturantindakanmedissecaraumumdalamUndang-UndangNo.23/1992tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat(4) yang menyatakan bahwa “pelaksanaan pengobatandan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran danilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenagakesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenanganuntuk itu”. Ketentuan tersebut dimaksudkan untukmelindungi masyarakat dari tindakan seseorang yangtidak mempunyai keahlian dan kewenangan untukmelakukan pengobatan/perawatan, sehingga akibatyang dapat merugikan atau membahayakan terhadapkesehatan pasien dapat dihindari, khususnya tindakan

Page 16: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

� Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 6–10

medisyangmengandungrisiko.Pengaturankewenangantenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medikdiatur dalam pasal 50 Undang-Undang No. 23/1992tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa “tenagakesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukankegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian danatau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan”.Pengaturantersebutmenyangkutpelayanangawatdaruratpada fase di rumah sakit, di mana pada dasarnya setiapdoktermemiliki kewenanganuntukmelakukanberbagaitindakan medik termasuk tindakan spesifik dalamkeadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebutdilakukanolehtenagakesehatanmakayangbersangkutanharus menerapkan standar profesi sesuai dengan situasi(gawatdarurat)saatitu.

Dewasa ini, pengetahuan dan kesadaran masyarakatsemakin luas tentangbidangkesehatan serta lebih inginberperan dalam pengambilan keputusan perawatanterhadap diri mereka sendiri.8 Budaya di masa lampau,tenaga kesehatan dianggap mempunyai otoritas penuhuntukmengambilkeputusanterhadapperawatanpasien.9Akan tetapi, sesuai perkembangan jaman, kondisitersebut saat ini telah terkikis, di mana pasien menjadilebihmengertitentangkesehatan.10Sehinggapendekatanpartisipasi pasien dalam pengambilan keputusan perludilakukan.Halinilahyangmenyebabkanperlupenegakandari prinsip hukum dan etika bahwa sebelum dilakukanperawatan medis, pemeriksaan fisik, atau tindakanpersonal care,pasienharusmemberikanpersetujuan.11DiInggris,terdapatUndang-Undangyangmengaturmasalahpersetujuantindakan,dimanaorangdewasamempunyaikebebasanpenuhuntukmenentukanperawatankesehatanterhadap diri mereka sendiri, sehingga tenaga kesehatanharusmemberikaninformasisecarapenuhkepadapasiendan memberikan dukungan kepada mereka. Hal inisebagai bentuk penghormatan tenaga kesehatan kepadapasien tentang pemenuhan haknya untuk dihormati.Akan tetapi, dalam kondisi pasien belum atau tidakmampu melakukan pengambilan keputusan, dalamhal ini pasien anak dan lansia, maka persetujuan dapatdiambil alih oleh yang lainnya kecuali dalam kondisigawatdarurat.12Karenaalasantersebut,persetujuanyangdiperoleh dengan baik dapat memfasilitasi keinginanpasien tersebut, serta menjamin bahwa hubunganantara kedua belah pihak adalah berdasarkan keyakinandan kepercayaan. Jadi, proses persetujuan tindakanmerupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungansalingmenghormatidankomunikatifantarakeduabelahpihak, yangbersama-samamenentukanpilihan tindakanyangterbaikbagipasiendemimencapaitujuanpelayanankesehatanyangdisepakati.8

Persetujuan tindakan medik dapat dilakukansecara lisan dan dapat dilakukan secara tertulis yangdituangkan dalam formulir persetujuan tindakanmedik. Informasi yang diberikan dalam PersetujuanTindakan Medik harus informasi yang selengkap-

lengkapnya yaitu informasi yang kuat tentang perlunyatindakan medik yang bersangkutan dan risiko medikyang ditimbulkannya. Informasi yang harus diberikanadalah tentang keuntungan dan kerugian dari tindakanmedik yang akan dilaksanakan, baik diagnostikmaupun terapeutik. Adanya persetujuan tindakan medikdiberikan secara tertulis sangatlah penting baik bagipasien maupun tenaga kesehatan. Apabila terjadi risikomedik maka timbul konflik hukum, tenaga kesehatandapat mengatakan bahwa hal ini sudah dituangkandalam informed consent. Informed consent merupakansarana legitimasi bagi tenaga medik untuk melakukanintervensi medik yang mengandung risiko medic sertaakibat yang tak menyenangkan. Oleh karenanya hanyadapat membebaskan tenaga medik dari tanggungjawab hukum atas risiko medik serta akibat yang tidakmenyenangkan saja.7 Informed consent tidak hanyabergunabagi tenagakesehatansajanamunjugabergunabagi pasien. Bagi pasien, informed consent merupakanpenghargaan terhadap hak-haknya dan dapat digunakansebagaialasangugatanterhadaptenagakesehatanapabilaterjadi penyimpangan praktik dari maksud diberikannyapersetujuan tindakan medik (informed consent).13Informed consent merupakan tanggung jawab petugaskesehatan kepada pasien di mana di dalam informed consent, petugas kesehatan memberikan informasidiagnostik dan prosedur perawatan, risiko, komplikasidanalternativepilihanpengobatandalamkasus-kasusnongawat darurat sehingga akan meningkatkan komunikasiantara petugas kesehatan dengan pasien. Akan tetapiprosedur informed consent dapat berbeda untuk tiap-tiap Negara karena mereka belum menganggap bahwapelaksanaaninformed consentmerupakankewajibanbagitenagakesehatan.14

MenurutPeraturanMenteriKesehatanNo.290Tahun2008 pasal 7, penjelasan tindakan mencakup diagnosedan tata cara tindakan, tujuan tindakan yang dilakukan,alternative tindakan lain dan risikonya, risiko dankomplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadaptindakan yang dilakukan dan perkiraan pembiayaan.Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Redley, M.,H. Keeley, et al. pada tahun 2011, didapatkan empatpendekatan yang digunakan oleh staf rumah sakitsebelum mereka melakukan tindakan ke pasien antaralain yang pertama staf rumah sakit menanyakan kepadapasienapakahpasienmenginginkanuntukmendapatkaninformasi terkait tindakan yang akan dilakukan denganmemberikan dua atau lebih pilihan tindakan yang dapatdilakukanolehpasien.Yangkeduastafmenjelaskanapayangakanmerekalakukanterhadappasiendanmeminta/tidak meminta persetujuan kepada pasien. Yang ketigastaf langsung melakukan tindakan kepada pasien tanpameminta persetujuan dari pasien. Dan yang keempat,staflangsungmemintapasienuntukmelakukantindakansesuai instruksi dari staf tanpa menjelaskan maksudtindakandantanpamemintapersetujuankepadapasien.12

Page 17: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Fikriana: Informed Consent pada Pasien dengan Kondisi Gawat Darurat �

Sedangkan berdasar hasil penelitian Jukic, M., Slavica,et al. pada tahun 2009, didapatkan bahwa sebagianbesar tenaga kesehatan di Kroasia menganggap bahwainformed consenthanyalahsebataspadaprosedurformaldan tidak benar-benar mendalami bahwa ini merupakansuatu bentuk tanggung jawab yang memang harusdilaksanakan antara tenaga kesehatan dengan pasien.Selainitujugadidapatkantentanglemahnyaperlindunganhukum terhadap hak pasien atas informed consent ini.Sehingga berdasarkan kenyataan tersebut, perlu disusunpedoman informed consent yang harus dilakukan olehtenaga kesehatan, di mana informed consent bukanhanyamenekankanpadapengisian formulir, tetapi lebihke arah komunikasi yang baik antara tenaga kesehatandenganpasiendalammenerapkannilai-nilai,prinsipdanstandart.14

Dalam pelaksanaan persetujuan tindakan medik /informed consentyangdilakukanolehpetugaskesehatandengan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salahsatunyaadalahterkaitkondisipasienapakahpasiendalamkeadaannongawatdaruratataukahpasiendalamkondisikegawatdaruratan. Menurut The American Hospital Association (AHA),an emergency is any condition that in the opinion of the patient, his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the hospital-requires immediate medical attention. This condition continues until a determination has been made by a health care professional that the patient’s life or well-being is not threatened.15 Gawat darurat adalahkondisi klinik yang memerlukan pelayanan ekstensifsegeradenganrawatinapdirumahsakitdanmemerlukanpemeriksaan diagnostik atau observasi, yang setelahnyamungkin memerlukan atau mungkin tidak memerlukanrawat inap (The American Hospital Association).Keadaaninidapattimbulpadasiapasaja,kapansajadandi mana saja yang disebabkan oleh penyakit mendadakatau kecelakaan, bencana alam atau karena peperangan.Sehingga membutuhkan penanganan segera yang cepat,tepat,bermutudanterjangkau.16Pelayanangawatdaruratmempunyai aspek khusus karena mempertaruhkankelangsunganhidupseseorang.17DalamUndang-UndangNo. 23/1992 tentang Kesehatan terlihat bahwa upayapenyelenggaraan pelayanan sebenarnya merupakan haksetiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yangoptimal (pasal 4). Selanjutnya pada pasal 7 mengaturbahwa “Pemerintah bertugas menyelenggarakan upayakesehatanyangmeratadan terjangkauolehmasyarakat”termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurangmampu.Tentunyaupayainimenyangkutpulapelayanangawatdarurat,baikyangdiselenggarakanolehpemerintahmaupunmasyarakat(swasta).

Dalam situasi gawat darurat, tantangan informed consent lebih mungkin terjadi. Intervensi seringkalidibenarkan menjadi lebih utama karena bertujuan untukmempertahankan kelangsungan hidup pasien sehinggapersetujuantindakankepadapasienhanyabersifattersirat.

Akan tetapi, untuk melaksanakan informed consentyang tepat membutuhkan waktu karena bertujuan untukmendapatkanpengungkapandanpemahamanpasiendarisemuainformasiyangtelahiadapatkandalammengambilkeputusan. Namun, di unit gawat darurat, waktu seringdianggapsebagaisuatuyangsangatpentingdanberharga.Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa 49% pasienyang datang ke unit gawat darurat bukan dalam kondisiyang membutuhkan penanganan segera dan 51% pasienyangdatangmerupakanpasienyangdalamkondisigawatdaruratdanmembutuhkanpenanganandengansegera.18

Oleh karena itu dari segi yuridis khususnyahukum kesehatan terdapat beberapa pengecualianyang berbeda dengan keadaan biasa. Dipandangdari segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawatdarurat berbeda dengan pelayanan non-gawat daruratkarena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isukhusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkanpengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkanhubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukangawat darurat.17 Pada keadaan gawat darurat medikdidapati beberapa masalah utama yaitu periode waktupengamatan/pelayanan relatif singkat, perubahan klinisyang mendadak dan mobilitas petugas yang tinggi.15Informed consent pada pasien dengan kondisi gawatdarurat merupakan hal yang sulit dalam memberikaninformasi terkait tindakan dan pemeriksaan medis yangdibutuhkan pasien karena kondisi pasien yang tidakmemungkinkan19.

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RINomor290/MENKES/PER/III/2008TentangPersetujuanTindakanKedokteranpasal3,menyebutkanbahwasetiaptindakankedokteranyangmengandungrisikotinggiharusmemperoleh persetujuan tertulis yang ditandatanganiolehyangberhakmemberikanpersetujuan.Yangberhakmenandatangani persetujuan di sini adalah pasien ataukeluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secaralengkapmengenaitindakanyangakandilakukanterhadappasien. Tindakan kedokteran yang mengandung risikotinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkatprobabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematianatau kecacatan. Pada kondisi kegawatdaruratan di manakondisi tersebut merupakan kondisi yang berisikountuk mengalami kematian atau kecacatan fisik, tidakdiperlukanpersetujuandaripasienataukeluargaterdekat.Hal ini sesuai dengan pasal 4 yang menyatakan bahwadalamkeadaangawatdarurat,untukmenyelamatkanjiwapasien dan atau mencegah kecacatan tidak diperlukanpersetujuan tindakankedokteran.Namun, setelahpasiensadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan,segeradiberikanpenjelasandandibuatpersetujuan(Pasal45UURINo.29tahun2004).

Persetujuan tindakan medik dalam kasus emergencytermasuk dalam Implied Emergency Consent, di manabila pasien dalam kondisi gawat darurat yang dapatmengancamjiwanya,tindakanmenyelamatkankehidupan

Page 18: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

�0 Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 6–10

(life saving) tidak memerlukan persetujuan tindakanmedik. Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan segerauntukmenyelamatkan jiwapasien sementarapasiendankeluarganya tidak bisa membuat persetujuan dengansegera.Seperti kasus sesaknafas, henti nafas atauhentijantung maupun akibat kecelakaan.20 Easton et all(2007),menyatakanbahwainformed consentmerupakanhal yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dimanamerekaberhakmendapatkan informasi terkait apayang akan dilakukan serta berhak untuk menerima danmenolak tindakan. Akan tetapi, ini merupakan hal yangsulit untuk dicapai dalam kondisi pasien gawat daruratdi mana pelaksanaan informed consent membutuhkanwaktu.Menurut hasil penelitiannya, bukanhanyawaktuakan habis untuk menjelaskan dari satu prosedur keprosedur yang lain untuk mendapatkan persetujuan,tetapi jugadalammelakukan tindakankegawatdaruratanjuga membutuhkan waktu untuk melaksanakannya.Dilain pihak waktu yang dibutuhkan untuk penangananpasien gawat darurat adalah sangat penting untukmempertahankan kelangsungan hidup pasien. Sehinggapersetujuan/informed consentpadapasiengawatdarurattidak diperlukan.21 Hal ini sejalan dengan Veatch,Robert M. pada tahun 2007, yang menyatakan bahwainformed consent tidak diperlukan pada pasien dengankondisigawatdaruratdanpasienyangtidakmempunyaikemampuandalampengambilankeputusan.22

kesimpulan

Informed consentmerupakanhalyangharusdilakukanoleh tenaga kesehatan untuk memberikan informasidan meminta persetujuan terkait dengan tindakan yangakan dilakukan kepada pasien. Akan tetapi, dalamkondisi pasien yang gawat darurat, maka yang perludiprioritaskan adalah segera memberikan pertolongandan penanganan kepada pasien untuk mempertahankankelangsungan hidup dan mencegah kecacatan, sehinggainformed consenttidakdiperlukan.Namunsetelahpasiensadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan,segeradiberikanpenjelasandandiberikanpersetujuan.

daftar pustaka

1. Perry&Potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.Edisi4.Jakarta:EGC

2. EdelmanCL,MandleCL.Health Promotion Throughout the life span.Ed2.St.Louis.1994.Mosby

3. Rao,K.H.S.(2008).“InformedConsent:AnEthicalObligationorLegalCompulsion?”J Cutan Aesthet SurgI(1):33–35.

4. HealthCareAdvisoryBoard.1994.Next Generation of Outcomes tracking: implications for health plans and systems.Vol2.WashingtonDC.TheAdvisoryBoardCo

5. Derse,ArthurR.2007.IsPatients’TimeTooValuableforInformedConsent?The American Journal of Bioethics.Vol7(12)

6. Yahya,A.2009.Pahami Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit.BadanMutuPelayananKesehatan

7. Cecep Triwibowo & Yulia Fauziyah. 2012. Malpraktik & Etika Perawat-penyelesaian sengketa melalui mediasi. Yogyakarta:NuhaMedika

8. KonsilKedokteranIndonesia.2006.Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran.Jakarta:KonsilKedokteranIndonesia

9. Parsons T. 1952. The Social System . London: TavistockPublications

10. DepartmentofHealth.2006.Our Health Our Care Our Say: A New Direction for Community Services.London:DepartmentofHealth

11. Department of Health. 2001. Reference Guide to Consent for Examination or Treatment.London:StationeryOffice

12. Redley,M.,H.Keeley,etal.(2011).“Respectingpatientautonomy:understandingtheimpactonNHShospitalin-patientsoflegislationandguidance relating topatientcapacityandconsent.”Journal of Health Services Research & Policy16(1):13-20.

13. Chazamawi,A.2007.Malpraktik Kedokteran.Malang:BayuMedia14. Jukic, M., Slavica, et al. (2009). “Knowledge and Practices of

ObtainingInformedConsentforMedicalProceduresamongSpecialistPhysicians:QuestionnaireStudyin6CroatianHospitals.”Croat Med J50:567–74.

15. ManciniMR,GaleAT.1981.Emergency care and the law.Maryland:AspenPublication;

16. Hanafiah, M & Amir, A. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

17. Herkutanto. 2007. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat.MajalahKedokteranIndonesia.Volume57(2)

18. Verheijde,J.L.,M.C.Hospital,etal.(2007).The American Journal of Bioethics7(12):51–52.

19. Iwanowski,P.S.(2007).“InformedConsentProcedureforClinicalTrialsinEmergencySettings:ThePolishPerspective.”Sci Eng Ethics13:333–336.

20. Soewono, Hendrojono, 2007. Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Dokter dalam Transaksi Terapeutik. Surabaya:Srikandi.

21. Eastonetall.2007.DefiningtheScopeofImpliedConsent in theEmergencyDepartment.The American Journal of Bioethics.Vol7(12):35–38

22. Veatch,RobertM.2007.Implied,PresumedandWaivedConsent:TheRelativeMoralWrongsofUnderandOverInforming.The American Journal of Bioethics.Vol&(12):39–54

Page 19: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

��

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Bayi terhadap Praktik Pijat Bayi di Posyandu Jalak Desa Adan-adan Gurah

Sulistyo Dewi W.R dan Erna NurochimSTIKesBhaktiMuliaPareKediriJl.MatahariNo.1PuhrejoTulungrejoPareKediriTelp(0354)395455

abstrak

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha. Pada waktu melakukan penelitian di Posyandu Jalak desa Adan-adan Gurah, masih banyak orang tua bayi yang belum mengetahui manfaat dari pijat bayi dan belum memahami bagaimana memijat bayi yang benar sehingga tidak bisa melakukan pemijatan secara mandiri. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi di Posyandu Jalak desa adan-adan Gurah. Menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan “Purposive Sampling” dengan jumlah sampel 32. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan alat bantu berupa cheklist. Uji analisis pada penelitian ini adalah paired t-test dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan analisis secara keseluruhan didapatkan nilai thitung > ttabel (29,231 > 2,040) atau p-value < a (0,000 < 0,05). Ini berarti terdapat perbedaan bermakna antara praktik ibu dalam melakukan pijat bayi sebelum diberi pendidikan kesehatan dan sesudah diberi pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kemampuan praktik pijat bayi seorang ibu sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi lebih baik dibandingkan dengan kemampuan praktik pijat bayi sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi, dengan demikian disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pijat Bayi, Praktik

abstract

Baby massage is a massage by smooth sweep on baby skins, the objective is generate effect to nerves, muscles, breathing system, blood circulation and lymph. When research started at “Posyandu Jalak” at Village Adan-adan Gurah, almost parents did not well informed regarding on how the correct method of massage their baby. So, they are not competent to do this massage by self. This research to recover the effect of Health Education of baby massage on practical of baby massage at “Posyandu Jalak” at Village Adan-adan, Gurah. Research this method using Quasy Experiment with One Group Pretest – Posttest. Purposive Sampling is used as sampling technic with 32 samples. Data collecting technic is using observation method with checklist as a tool. Analysis test for this research is paired t-test with SPSS. Result of research based on whole analysis data, value tcount > ttable (29,231 > 2,040) atau p-value < a (0,000 < 0,05). This value indicated a significant different value between Practical a Mother on massage their baby before and after the Health Education conducted. This research discover that the ability on practical baby massage of a mother after given health education on how to massage baby is better than before the education conducted. So, the research concluded there was an effect on Health Education of how to massage baby on practical of baby massage.

Key Words: Health Education, Baby Massage, Practical

pendahuluan

Seoranganakmemilikinilaiyangsangattinggiuntukkeluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkananaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimalsehingga dapat menjadi sumber daya manusia yangberkualitas dan tangguh. Tercapainya pertumbuhan danperkembangan yang optimal merupakan hasil interaksiberbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktorgenetik, lingkungan, perilaku, dan rangsangan ataustimulasiyangberguna(Dasuki,2003).

Ikatan batin yang sehat sangat penting bagi anakterutama dalam usia 2 tahun pertama yang akanmenentukanperkembangankepribadiananakselanjutnya.Selain faktor bawaan yang dianugerahkan Tuhan sejak

lahir,stimulusdari luarjugaberperanbagipertumbuhanfisikdanperkembanganemosionalanak(Wibowo,2008).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor369/MENKES/SK/III/2007tentangStandarProfesiBidanmenyebutkanbahwabidanmempunyaikewenanganuntuk melaksanakan pemantauan dan menstimulasitumbuh kembang bayi dan anak. Salah satu bentukstimulasitumbuhkembangyangselamainidilakukanolehmasyarakatadalahdenganmelakukanpijatbayi.

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan denganusapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi,dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuanuntuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem

Page 20: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

�2 Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 11–14

pernafasansertasirkulasidarahdanlimpha(SubaktidanRizky,2008).

Sentuhandanpijatpadabayisetelahkelahirandapatmemberikanjaminanadanyakontaktubuhberkelanjutanyang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatantercatatdiPapyrusEbers,yaitucatatankedokteranzamanMesirKuno.Ayur-Vedabukukedokteran tertuadi India(sekitar 1800 SM) yang menuliskan tentang pijat, diet,dan olah raga sebagai cara penyembuhan utama masaitu.Sekitar5000tahunyanglaluparadokterdiCinadariDinastiTangjugameyakinibahwapijatadalahsalahsatudari4teknikpengobatanpenting(Roesli,2009).

Setelah melakukan studi pendahuluan pada 5responden di Posyandu jalak, masih banyak orang tuabayi yang belum mengetahui manfaat lebih jauh daripijatbayidanbelummemahamibagaimanamemijatbayiyang benar sehingga tidak bisa melakukan pemijatansecara mandiri. Alasan orang tua memijatkan bayinyakarena bayi sedang sakit, batuk, rewel dan terjatuh.Makadari latarbelakang tersebutpenulis inginmenelititentangpengaruhpendidikankesehatantentangpijatbayiterhadappraktikpijatbayidiPosyanduJalakdesaAdan-adanGurah.

jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimentdengan rancangan One Group Pretest-Postest denganpola:

O1 X O2

Gambar 3. RancanganPenelitian

Keterangan:

O1 : PretestO2 : PostestX : Perlakuan(Taufiqurrohman,2008)

Populasiadalahkeseluruhandariobjekpenelitianatauobjekyangakanditeliti(Notoatmodjo,2005).1. Populasitarget Populasi target adalah populasi yang memenuhi

samplingkriteriadanmenjadisasaranakhirpenelitiandanmasihbersifatumum(Nursalam,2003).Populasitargetdalampenelitianiniadalahorangtuabayiyangmempunyaibayiusia1-12bulan.

2. Populasiaktual Populasi aktual adalah populasi yang memenuhi

kriteriadalampenelitiandanbiasanyadapatdijangkauoleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2003).Populasi aktual dalam penelitian ini adalah orangtuabayiyangmempunyaibayiusia1-12bulanyangmelakukan kunjungan imunisasi di Posyandu Jalak

Desa Adan-adan Gurah pada bulan Mei-Juni 2011,yaitusebanyak35responden.

Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu pengambilan sampel dilakukan atasdasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggapunsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggotasampelyangdiambilatausesuaikriterianinklusi,sampeldalampenelitianiniberjumlah32orang(Cahyono,2010).Pertimbangan peneliti yaitu karena keterbatasan waktupenelitian, biaya, dan sumber daya manusia, bahkankadang penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisalebihreliabeldaripadaterhadappopulasi.

hasil penelitian

Perbandinganskorpretestdanpost-testsecarastatistikdapatdilihatberdasarkanukuran-ukuranpadatabel7.

Berdasarkan tabel 7 secara umum skor hasil posteslebihbaikdibandingkanskorhasilpretes.Haliniterlihatdarirata-rataskorhasilpostessebesar26,34danrata-rataskorhasilpretessebesar12,47.

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis tentangperbedaan skor hasil postes dan pretes, dilakukanpengujiansepertipadatabel8.

Perhitunganuji statistikmenghasilkannilai t sebesar29,231 dengan p-value (signifikansi) sebesar 0,000.Adapunnilai ttabeluntukpengujiandengana=0,05danderajat kebebasan df = 31 adalah sebesar 2,040. Olehkarena thitung > ttabel (29,231 > 2,040) atau p-value < a (0,000<0,05)makaHaditerimadanH0ditolak.Dengandemikiandapatdiketahuibahwaterdapatperbedaanskoryang signifikan antara hasil postes dengan hasil pretes,makadapatdisimpulkanbahwaadapengaruhpendidikankesehatantentangpijatbayiterhadappraktikpijatbayi.

Rata-rata selisih skor postes dikurangi pretes adalah13,875 (positif) menunjukkan bahwa skor hasil postes

Tabel 7.Nilai-nilaiStatistikDeskriptifSkorKemampuanPraktikPijatBayi

Tes Mean StandarDeviasi

PostesPretes

26,3412,47

2,9253,724

Sumber:dataprimer,2011

Tabel 8.RekapHasilUjit

Perbandingan Kemampuan

Praktik Pijat Bayi

Rata-rata Selisih Skor

Nilai t df P-value

SkorPostes–SkorPretes

13,875 29,231 31 0,000

Sumber:dataprimer,2011

Page 21: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Dewi dan Nurochim: Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Bayi ��

lebih tinggi dibandingkan skor hasil pretes. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa kemampuanpraktikpijatbayiseorang ibusesudahdiberipendidikankesehatan tentang pijat bayi lebih baik dibandingkandengan kemampuan praktik pijat bayi sebelum diberipendidikankesehatantentangpijatbayi.

pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistikmenghasilkan nilai t sebesar 29,231 dengan p-value(signifikansi) sebesar 0,000. Adapun nilai ttabel untukpengujiandengana=0,05danderajatkebebasandf=31adalahsebesar2,040.Olehkarenathitung>ttabel(29,231>2,040)ataup-value<a(0,000<0,05)makaHaditerimadanH0ditolak.Dengandemikiandapatdiketahuibahwaterdapat perbedaan skor yang signifikan antara hasilpostes dengan hasil pretes, maka dapat disimpulkanbahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijatbayiterhadappraktikpijatbayi.

Hasil dari penelitian didapatkan hasil postes lebihbaik daripada hasil pretes hal ini disebabkan karenaadanyasuatuperlakuanyaitusebelumpostesparaorangtuadiberikanpendidikankesehatan.Halinisesuaidenganteori bahwa setelah seseorang mengalami stimulus atauobjek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian ataupendapatterhadapapayangdiketahui,prosesselanjutnyadiharapkandapatmelaksanakanataumempraktikkanapayang diketahui dan disikapinya (Notoatmodjo, 2003).Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikankesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuanuntuk mengubah individu, kelompok dan masyarakatmenuju hal-hal yang positif secara terencana melaluiproses belajar. Perubahan tersebut mencangkuppengetahuan, sikap dan keterampilan melalui prosespendidikan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupaemosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyatadari individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikankesehatan tentang pijat bayi merupakan aspek pentingdalam meningkatkan keterampilan masyarakatkarena dengan melakukan pijat bayi secara rutin akanmendapatkan manfaat yang cukup besar terutama dapatmengoptimalkan tumbuh kembang anak sehingga dapatmenjadisumberdayamanusiayangberkualitas.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahuibahwakemampuanpraktikpijatbayiseorangibusesudahdiberipendidikankesehatantentangpijatbayilebihbaikdibandingkan dengan kemampuan praktik pijat bayisebelum diberi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi.Hal ini sesuai dengan teori bahwa praktik mempunyaibeberapa tingkatan: 1) Persepsi yaitu mengenal danmemilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil, 2) Respons terpimpin yaitu dapatmelakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benardan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktek tingkat dua, 3) Mekanisme yaitu apabilaseseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benarsecaraotomatis sesuatu itu sudahmerupakankebiasaan,maka iasudahmencapaipraktek tingkat tiga,4)Adopsiyaitusuatupraktikyangsudahberkembangdenganbaik,artinyatindakanitusudahdimodifikasitanpamengurangikebenarantindakantersebut(Notoatmodjo,2003).

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwakemampuanpraktikpijatbayiseorangibusesudahdiberipendidikankesehatantentangpijatbayilebihbaik,halinididukungolehmetodeyangdipakaidalammemberikanpendidikankesehatan inimenggunakanmetodeceramahdan mendemonstrasikan atau mempraktikkan secaralangsung langkah memijat bayi yang baik dan benar.Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhanrespondendandalampenyampaianpendidikankesehatanmenggunakanalatbantuberupa leafletdanaudio visual beruparekamanvideodalambentukcompact disctentangcaramemijatbayiyangbaikdanbenar.

kesimpulan

1. Berdasarkan karakteristik responden menurutdistribusi umur responden yang memiliki umurtermudayaitu21tahundantertua30tahun,menurutdistribusi umur bayi yang memiliki umur terkecilyaitu 1 bulan dan yang terbesar berumur 11 bulan,menurutdistribusipekerjaansebagianbesarrespondenberstatussebagaiiburumahtangga.

2. Sebagian besar kemampuan praktik pijat bayiresponden sebelum diberi pendidikan kesehatantentangpijatbayikurangyaitusebanyak30orang.

3. Sebagian besar kemampuan praktik pijat bayiresponden sesudah diberi pendidikan kesehatantentangpijatbayibaikyaitusebanyak23orang.

4. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa t thitung> ttabel (29,231 > 2,040) atau p-value < a (0,000 <0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengandemikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaanskoryangsignifikanantarahasilpostesdenganhasilpretes,makadapatdisimpulkanbahwaadapengaruhpendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadappraktikpijatbayi.

daftar pustaka

1. Anonim, Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan,Jakarta,1996.

2. Herawati Suliha, Sumiati, Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan,Jakarta,2002.

3. Williams Frances, Babycare-Pedoman Merawat Bayi, Jakarta,2003.

4. DasukiM.Shoim,Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 4 Bulan. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Gizi dan Kesehatan,Yogyakarta,2003.

5. Notoatmodjo,Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,Jakarta,2005.

Page 22: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

�� Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 11–14

6. Notoatmodjo,Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta,2005. 7. BambangAdiSantosoMubarak,KhoirulRozikindanSitiPatonah,

Ilmu Keperawatan Komunitas,Jakarta,2006. 8. Riamelani, Pijat Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Bayi, 22

Desember2006.Tersediadi:http://riamelani.multiply.com/journal/item/6diunduh4Maret2010.

9. Murti Bhisma, Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta,2006.

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor369/MENKES/SK/III/2007TentangStandarProfesiBidan.

11. Sugiyono,Statistik Untuk Penelitian,Bandung,2007.12. Zulaika Desi, Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Berat Badan

Neonatus Dini di RB Sehat Ngargoyoso.KaryaTulisIlmiah,DIVKebidananFakultasKedokteran,Surakarta,2007.

13. HeathdanBainbridge,Baby Massage,Jakarta,2007.

14. Wibowo, Pijat Bayi, 2008. Tersedia di:http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/10/18/pijat-bayi/ diunduh4April2010.

15. Nursalam,Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan,Jakarta,2008.

16. SanjayaWina,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta,2008.

17. SubaktidanDeriRizky,Keajaiban pijat bayi dan Balita,Jakarta,2008.

18. RoesliUtami,Pedoman Pijat Bayi,Jakarta,2009.19. Yudiuksw,Sikap,14Juni2009.Tersediadi:http://yudiuksw.multiply.

com/journal/item/3diunduh19Juni2010.20. LeeNaurah,Cara Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan,Yogyakarta,

2009.21. CahyonoTri,Teknik Sampling Dalam Penelitian Administrasi,

13Februari2010.Tersediadi:http://www.scribd.com/doc/30385769/Teknik-sampling-dalam-penelitian-administrasidiunduhJuli2010.

Page 23: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

��

Perbedaan Persepsi Masyarakat tentang Kesehatan Ibu dan Anak yang Dilaksanakan oleh Dukun Bayi dan Bidan

(The Difference Perceive of Society About Health of The Mother and Child was did by Medicine Women and Midwaife)

Siti Maryam dan Widya Lusi ArisonaProgramStudiDIIIKebidananUniversitasTulungagung

abstrak

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan dan anak, akan tetapi pada saat ini kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih belum menggembirakan dikarenakan banyak faktor salah satunya adalah sosial budaya dan kepercayaan tradisional masih tinggi kepada dukun bayi. Tujuan penelitian Membuktikan Perbedaan Persepsi Masyarakat tentang Kesehatan Ibu dan Anak yang dilaksanakan oleh Dukun Bayi dan Bidan. Jenis penelitian analitik dengan pendekatan observasional dan rancangan komparasi, Pendekatan waktu cross sectional, Teknik sampling purposive random sampling, dan didapatkan jumlah sampel 144 responden. Analisis menggunakan uji statistik uji T test, didapatkan (p>0,605) maka tidak ada perbedaan persepsi tentang kesehatan ibu dan anak antara Kelompok pengguna jasa dukun bayi dan kelompok pengguna jasa bidan. Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pengalaman, tetapi persepsi sendiri mempunyai faktor lain yang memengaruhi yaitu perhatian terhadap sesuatu, jika seseorang tidak ada perhatian terhadap sesuatu maka sama saja persepsinya tidak berpengaruh, di samping itu untuk mempersepsikan segala sesuatu diperlukan daya dukung pengetahuan, kemampuan dan didukung oleh kemauan. Responden yang pernah ke dukun bayi ataupun responden yang pernah ke bidan untuk memperoleh informasi memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan informasi sehingga dengan keadaan tersebut memudahkan responden untuk mempersepsikan tentang kesehatan ibu dan anak.

Kata Kunci: Persepsi masyarakat, dan kesehatan ibu dan anak.

abstract

The health of mother and child is one of the rights women and children, but in this time the health of mother and child in Indonesia are still not enjoying, because many factors of society. One of the factors is social cultural and traditional beliefs are still high of medicine women. Perception research goal proved the difference perceive of society about health of the mother and child was did by medicine women and midwaife. Type of observational analytic study approach and design comparison. Time approach used cross sectional, Technique Sampling used was purposive random sampling, and obtained 144 total sample of respondents. Analysis using statistical test T test, it was found (p > 0.605) then there is no difference in perceptions of maternal and child health between groups of service users and user groups midwives. Perception basically influenced by many factors, one of which was an experience, but the perception it self have other factors that influence the attention to something, if someone not attention to anything the same perception was not affected. Besides that everything needed to perceive the carrying capacity of knowledge, skills and backed by the will. Respondents who have been to traditional birth attendants or midwives person ever to have the opportunity to obtain the same information to obtain information, so that with the situation it, the society easier thoo perceive about the health of mother and child.

Key Word: the perception people about maternal and child health.

pendahuluan

Kesehatanibudananakmerupakansalahsatuwujudhak asasi perempuan dan anak. Akan tetapi pada saatinikesehatanibudananak,khususnyabayibarulahirdiIndonesia masih belum menggembirakan. Hal tersebutterlihat dari masih tingginya angka kematian ibu (AKI)yaitu 334 per seratus ribu kelahiran hidup dan angkakematianbayibarulahir21,8perseribukelahiranhidup(SDKI 1977). Angka kematian ibu (AKI) sebagai salahsatu indikator kesehatan ibu yang sampai sekarangini masih tinggi dibandingkan dengan AKI di negaraASEANlainnya.(MaryamSiti.2012;1-4)

Menurut Poedji 2003 menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kelambananpenurunan AKI di Indonesia adalah 1) letak geografisNegara Indonesia merupakan kepulauan, pegunungan,daratan rendahdengan sungai sertabahayabanjirbesar,mempunyai banyak desa-desa terpencil yang jauh daripelayanan kesehatan; 2) persalinan rumah masih tinggi70%karenamasihbanyakmemilihmelahirkandirumahdi antara keluarga dalam lingkungan dalam suasanayangakrabdanfamiliardankelahiranmasihmerupakanfenomena sosial; 3) sosial budaya dan kepercayaantradisional masih tinggi antara lain kepada dukun;4) sosial ekonomi rendah dengan kemampuan biaya

Page 24: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

�6 Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 15–19

terbatas.BerdasarkanhasilAssessment safe motherhooddi Indonesia pada tahun 1990/1991 menjelaskan bahwakualitas pelayanan antenatal yang diperoleh, dukunbelumsepenuhnyamampumelaksanakandeteksidiniiburisikotinggi.(Poedji.2003;1-3)

Dukunbayiadalahorangyangdianggaptrampildandipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinandanperawatanibudananaksesuaikebutuhanmasyarakat.Keterampilandukunbayipadaumumnyadidapatmelaluisystemmagang.Anggapandankepercayaanmasyarakatterhadap keterampilan dukun bayi berkait pula dengansystem nilai budaya masyarakat, sehingga dukun bayipada umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakatsetempat. Secara tradisional dukun bayi trampil dalamhal pertolongan persalinan dan perawatan kesehatan ibudananak.Namundemikianketerampilan tersebutbukandidasarkanpada ilmupengetahuanyangdidapatkandaripendidikanakantetapidarikebiasaan.(DepkesRI.1993:3-5)

Berdasarkan hasil analisis RISKESDAS, 2010menunjukkan proporsi kelahiran atau persalinan yangterjadipada5tahunsebelumsurvey,didapatkanproporsipersalinanyangditolongtenagakesehatanadalah80,2%dan 19,7 % persalinan ditolong oleh bukan tenagakesehatan, dan tercatat 0,1 % tidak bertanggung jawab.Dan juga didapatkan bahwa masih adanya ibu hamilmemeriksakan kehamilannya ke dukun yaitu 3,2%,dan tidak melakukan pemeriksaan. Hal tersebut dapatdisimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatanolehmasyarakatmasihbelumoptimal.(Riskesdas.2010:40-47)

Persamaan persepsi dan kesatuan strategi sangatdiperlukantenagakesehatansejakdarimasyarakat,dukunbayi, pemerintah dan instansi yang berkaitan denganpelayanan kesehatan, agar tercapai derajat kesehatanibu dan anak secara optimal dengan menurunnya angkakematian ibu dan anak di Indonesia. (Poedji Rochjati.2003:86)

Berdasarkan fenomenadi atas,makapenulis tertarikuntuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul,”Perbedaan Persepsi Masyarakat tentang Kesehatan Ibudan Anak yang dilakasanakan oleh Dukun Bayi danBidan”.

tujuan penelitian

MembuktikanPerbedaanPersepsiMasyarakattentangKesehatanIbudanAnakyangdilaksanakanolehDukunBayidanBidan.

tinjauan pustaka

Persepsi dalam arti umum adalah pandanganseseorang terhadap sesuatu yang akan membuat responbagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.

Persepsiadalahsuatuprosespengenalanatauidentifikasisesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever,dalam Susanti, 2003). Kesan yang diterima individusangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telahdiperoleh melalui proses berpikir dan belajar, sertadipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diriindividu. Persepsi juga merupakan suatu proses yangdimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapanyang terjadidalamdiri individusehingga individusadarakansegalasesuatudalamlingkungannyamelaluiindera-inderayangdimilikinya.(Susanti,2003:40-45)

Dukunbayiadalahorangyangdianggaptrampildandipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinandanperawatanibudananaksesuaikebutuhanmasyarakat.Keterampilandukunbayipadaumumnyadidapatmelaluisystemmagang.Anggapandankepercayaanmasyarakatterhadap keterampilan dukun bayi berkait pula dengansystem nilai budaya masyarakat, sehingga dukun bayipada umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakatsetempat. Secara tradisional dukun bayi trampil dalamhal pertolongan persalinan dan perawatan kesehatan ibudananak.(DepkesRI.1993;4–5)

Sedangkan tugas bidan desa secara khusus adalahbertanggung jawab terhadap program Kesehatan IbuDan Anak (KIA) termasuk keluarga berencana. Tujuanpemanfaatan bidan adalah untuk meningkatkan mutudan pemerataan pelayanan kesehatan KIA (KesehatanIbuDanAnak)yangmeliputi:peningkatankhususnya5program prioritas di desa yang meliputi Kesehatan IbuDanAnak,keluargaberencana,imunisasi,perbaikangizidan penanggulangan diare. (Depkes, R.I. 2001: 20-23),Bidan juga mempunyai tugas melaksanakan supervisiataubimbingandanpembinaankepadadukunbayiyangberada di wilayah kerjanya serta menjalin kerjasamadalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. (Depkes RI.1998:5-8)

Kesehatan ibu dan anak merupakan kesehatan yangmencakupkesehatan ibuhamil, ibubersalin ,menyusui,ibu nifas, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.(DinkesJatim.2002:2-9)

metode penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah metodesurvey analitik yang dilakukan pada tanggal 1 Agustussamapidengan20Oktober2013dengantempatpenelitiandidesaSambijajarKecamatanSumbergempolKabupatenTulungagung, Jenisnya analitik dengan pendekatanobservasional yang bertujuan menggambarkan keadaanserta menggali secara luas hal-hal yang mempengaruhiterjadimya sesuatu, dan juga digunakan untukmenggambarkan dan menggali secara luas persepsimasyarakatpenggunajasadukunbayidanbidantentangkesehatanibudananak.Sedangkanrancanganpenelitianiniadalahrancangankomparasiyaitumembedakanantaravariabel1danvariabel2tentangkesehatanibudananak.

Page 25: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Maryam dan Arisona: Perbedaan Persepsi Masyarakat tentang Kesehatan Ibu dan Anak ��

Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitianini adalah belah lintang atau cross sectional, Populasipenelitianiniadalahseluruhmasyarakatsambijajaryangberjumlah 1437. Dan teknik sampling yang di gunakanadalah porposive random sampling yang sesuai dengankriteriainklusidenganjumlahresponden144responden.Pengumpulan data dengan menggunakan kuesionertertutupyangberjumlah15denganpilihanjawabansetujudantidaksetuju.

hasil penelitian

Pada penelitian ini responden yang terpilih sebagaisampel penelitian ibu yang sudah memiliki anak didesa Sambijajar Kecamatan Sumbergempol KabupatenTulungagung. Sebanyak 144 ibu yang diambil secara

purposive random sampling, yang dilaksanakan padatanggal1Agustuss/d20Oktober2013

Berdasarkan tabel 1 diketahui rata-rata umurresponden pada kelompok pengguna jasa dukun bayiberbeda dengan kelompok pengguna jasa bidan yaitu49,4 tahundan28,9 tahun.Sedangkanberdasarkan latarbelakang pendidikan responden pada tabel 1 diketahuihampir seluruhnya responden (61) berpendidikan SDpadaPenggunaJasaDukundansebagiankecil(15)padaPenggunajasaBidan.

Hasilanalisispengetahuantentangkesehatanibudananak antara kelompok pengguna jasa dukun bayi dankelompok pengguna jasa bidan dapat disajikan dalamgrafikboxplotdibawahini:

Berdasarkan gambar 1 diketahui pada kelompokpengguna jasadukunbayimemilikiskorpersepsihampirsamadengankelompokpenggunajasabidan.

Tabel 1.DistribusiFrekuensiUmurdanpendidikanResponden

No. KelompokUmurUmur(Tahun) Rata-Rata

(Mean)Pendidikan

JumlahTermuda Tertua SD SMP SMA PT1 PenggunaJasaDukun 39 58 49,4 61 11 0 0 722 PenggunajasaBidan 22 35 28,9 15 47 12 2 72

Sumber:datahasilpenelitian2013

Kelompok ke Bidan Kelompok ke Dukun Bayi

Kelompok

16

18

20

22

24

26

28

30

Pers

epsi

Gambar 1. Perbedaanpersepsitentangkesehatanibudananakantarakelompokpenggunajasadukunbayidankelompokpenggunajasabidan

Tabel 2.HasilAnalisisUjiT TetsPerbedaanpersepsitentangkesehatanibudananakantaraKelompokpenggunajasadukunbayidankelompokpenggunajasabidan

Independent Samples Test

1,471 ,227 ,518 142 ,605 ,269 ,520 -,758 1,297

,512 122,831 ,610 ,269 ,527 -,773 1,312

Equal variancesassumedEqual variancesnot assumed

Persepsi F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 26: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

�� Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 15–19

Berdasarkan tabel 2 diketahui tidak ada perbedaanpersepsitentangkesehatanibudananakantaraKelompokpengguna jasadukunbayidankelompokpengguna jasabidan(p>0,605).

pembahasan

Kesehatan ibu dan anak merupakan kesehatan yangmencakupkesehatan ibuhamil, ibubersalin ,menyusui,ibu nifas, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.Kesehatan pada masa tersebut sangat perlu mendapatpemantauan karena jika terdapat penyimpangan danketidaknormalan agar segera dapat ditanggulangiatau dicari penatalaksanaan yang tepat. Peningkatankesejahteraan masyarakat termasuk didalamnyapenurunan kematian ibu dan anak, akan berhasil bilamengikutsertakan masyarakat. Dukun bayi adalah salahsatu warga masyarakat yang sangat berpotensi dalamupaya peningkatan kesehatan tersebut, karena dukunadalah orang yang terdekat dengan masyarakat. Selarasdengan keterampilannya dukun bayi memiliki fungsidalam perawatan kesehatan ibu dan anak diantaranyayaitu memberi perawatan ibu hamil normal, pengenalandan rujukan ibu hamil risiko tinggi dan penyulit dalamkehamilan, perawatan ibu nifas, perawatan bayi barulahir, dan pengenalan dan rujukan masa nifas dan bayiuntuk imunisasi. Agar dukun dapat melaksanakanfungsinyadenganbaikmakaperluadanyapembinaandanpemantauansecaraterusmenerusdanberkesinambungandari petugas kesehatan khususnya bidan. SedangkanTugas pokok bidan adalah memelihara dan melindungimasyarakat di wilayah kerjanya berdasarkan prioritasmasalah yang dihadapi dan yang sesuai dengankewenangan yang diberikan. Sedangkan tugas bidansecara khusus adalah bertanggung jawab terhadapprogram Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) termasukkeluarga berencana. Tujuan pemanfaatan bidan adalahuntuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanankesehatanKIA(KesehatanIbuDanAnak)yangmeliputi:peningkatankhususnya5programprioritasdidesayangmeliputi Kesehatan Ibu Dan Anak, keluarga berencana,imunisasi,perbaikangizidanpenanggulangandiare.

Persepsi adalah pandangan seseorang terhadapsesuatu yang akan membuat respons bagaimana dandengan apa seseorang akan bertindak. Persepsi jugamerupakan suatu proses pengenalan atau identifikasisesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever,dalam Susanti, 2003). Kesan yang diterima individusangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telahdiperoleh melalui proses berpikir dan belajar, sertadipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diriindividu. Persepsi juga merupakan suatu proses yangdimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapanyang terjadi dalam diri individu sehingga individusadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melaluiindera-indera yang dimilikinya. Dipertegas dengan teori

yang menjelaskan bahwa Thoha berpendapat bahwafaktor yang mempengaruhi persepsi pada umumnyaterjadikarenaduafaktor,yaitufaktorinternaldanfaktoreksternal.Faktorinternalberasaldaridalamdiriindividu,misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkanfaktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dariluar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baiksosial maupun fisik. Dijelaskan oleh Robbins (2003)bahwa meskipun individu-individu memandang padasatubendayangsama,merekadapatmempersepsikannyaberbeda-beda(JamesLGibson.2004)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak adaperbedaanpersepsitentangkesehatanibudananakantaraKelompok pengguna jasa dukun bayi dan kelompokpenggunajasabidan(p>0,605),halinidisebabkankarenapada dasarnya persepsi dipengaruhi oleh banyak faktorsalah satunya adalahpengalamanberdasarkandatayangdidapatkan sebagian besar responden berpendidikan SDpada pengguna jasa dukun bayi namun tidak menutupkemungkinan responden mendapatkan pengalaman darilingkunganyangadadisekitarnyadidukungdenganumurresponden yang tergolong sudah tidak muda lagi dalamarti semakin bertambah umur maka proses berfikir punakansemakinmatangdanjugaakanlebihbisamenerimainformasiyangditerimanya,diperkuatlagibahwapersepsisendirimempunyai faktor lainyangmempengaruhiyaituperhatian terhadap sesuatu, jika seseorang tidak adaperhatian terhadap sesuatu maka sama saja persepsinyatidakberpengaruh.Disamping ituuntukmempersepsikansegala sesuatu diperlukan daya dukung pengetahuan,kemampuandandidukungolehkemauan.Respondenyangpernahkedukunbayiataupunrespondenyangpernahkebidanuntukmemperolehinformasimemilikipeluangyangsamauntukmendapatkaninformasitentangkesehatanibudan anak, misalkan responden yang dulunya pada saatpersalinan datang ke dukun untuk proses persalinannyanamunpada saat adapenimbanganbayi responden jugadatangkePosyanduatauketikarespondensakitrespondenakan datang ke tenaga kesehatan yaitu bidan, dan jugasebaliknya responden yang persalinannya di tolongoleh bidan tidak menutup kemungkinan akan datang kedukun bayi untuk memandikan bayi sampai usia bayi36 hari, memijat bayinya ataupun memijat perutnyapada saat hamil, artinya selama proses tersebut sama-sama memperoleh informasi tentang kesehatan ibu dananak sebagai modal untuk meningkatkan pengetahuandan kemampuan sehingga dengan keadaan tersebutmemudahkan responden untuk mempersepsikan tentangkesehatanibudananak.

kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak adaperbedaanpersepsitentangkesehatanibudananakantaraKelompok pengguna jasa dukun bayi dan kelompokpenggunajasabidan(p>0,605).

Page 27: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Maryam dan Arisona: Perbedaan Persepsi Masyarakat tentang Kesehatan Ibu dan Anak ��

saran

1. Dukun bayi hendaknya menjalin kemitraan denganbidan dalam memberikan pelayanan kesehatanpada masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anaksehingga dukun bayi mengetahui dan paham bataskewenangannya.

2. Bidan Hendaknya lebih dekat dengan masyarakatdalam pemberian pelayanan kesehatan terutamadalamKesehatanIbudanAnaksehinggamasyarakatakan lebih percaya dan mau memanfaatkan fasilitaskesehatan, dan menjalin kemitraan dengan dukunsetempat dalam pemberian pelayanan kesehatan ibudananak.

3. Masyarakat diharapkan Lebih meningkatkanpengetahuan dan kepercayaan kepada tenagakesehatan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatanterutama kesehatan ibu dan anak sehingga akanmeningkatkan persepsi masyarakat pada tenaga

kesehatandanberdampakpadaperilakuyangpositifuntukselalumemanfaatkanpelayanankesehatanyangdiberikantenagakesehatan.

daftar pustaka

1. DepkesRI.Pedoman Supervisi Dukun Bayi.Jakarta.Derektoratbinakesehatankeluarga.1993.50:3–5

2. Depkes,R.I,Penyelenggaraan Puskesmas Di Era Desentralisasi.,Jakarta.2001:40;20–23

3. DinkesJatim.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta.JICA.2002.52:2–9

4. Istiarti, T., Pemanfaatan Tenaga Bidan Desa di Kabupaten Semarang.Yogyakarta.1998.45:5–8

5. MaryamSiti.Peran Bidan dalam Menyukseskan MDGS.Jakarta.2012.48:1–4

6. Poedji Rochjati. Rujukan Terencana Dalam Sistem Rujukan Paripurna Kabupaten/ Kota.Surabaya.UNAIR.2003.136:1–3dan86

7. Riskesdas.Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.Jakarta,2010.109:40–47

8. Sugiono,Statistik Untuk Penelitian,Bandung.2009.390:61–689. Susanti. Skala Psikologis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2003:

40–45

Page 28: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

20

Pelaksanaan Kegiatan Integrasi Program PMTCT ibu Hamil Risiko Tinggi HIV oleh Bidan di Puskesmas Wilayah Kota

(Implementation of Integrated Activities of PMTCT Programs for HIV High Risk Pregnant Women by The Midwives at Health Centers in Surabaya City)

Eny WidiyasariSTIKESArthaBodhiIswara

abstrak

Di Kota Surabaya program PMTCT dijalankan di 14 Puskesmas yang dekat dengan lokalisasi. Tingkat keberhasilan integrasi program PMTCT dengan layanan Antenatal tertinggi di Puskesmas Putat Jaya, Banyu Urip dan Sidotopo. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kegiatan integrasi program PMTCT dengan layanan Antenatal di Puskesmas wilayah Kota Surabaya. Jenis penelitian eksploratif yang dilakukan secara kualitatif. Informan utama adalah 4 bidan dari puskesmas terpilih. Informan triangulasi adalah 2 Kepala Puskesmas, 1 orang dari Sie Kesehatan Dasar dan 12 ibu hamil. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan FGD (Focus Group Discussion) pada ibu hamil yang dibagi menjadi 2 kelompok. Analisis data menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan bidan tentang pelaksanaan, tujuan dan pilar integrasi program PMTCT baik. Sikap bidan dalam kegiatan sosialisasi, penjaringan dan rujukan belum baik. Sosialisasi atau pelatihan masih kurang, belum semua bidan mendapatkan pelatihan VCT dan PMTCT. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk meningkatkan kesempatan pelatihan VCT dan PMTCT bagi bidan, melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan kegiatan integrasi program PMTCT dengan layanan ANC.

Kata kunci: Bidan, Puskesmas, kegiatan integrasi PMTCT.

abstract

In Surabaya PMTCT programs were run in 14 health centers close to the localizations. The highest success rate of integrated activities of PMTCT programs with the highest antenatal services were at the health centers in Putat Jaya, Banyu Urip and Sidotopo. The purpose of this study was to describe the integrated activities of PMTCT programs with antenatal services at the health centers area of Surabaya City. The exploratory research type was conducted qualitatively. Key informants were 4 midwives of selected health centers. Informant triangulation was 2 Heads of Health Center, 1 person of the Basic Health Department and 12 pregnant women. Data collection was with in-depth interviews and FGD (Focus Group Discussion) in pregnant women who were divided into 2 groups. Analysis of the data used content analysis. The results showed midwives’ knowledge about the implementation, objectives and pillars of good integrated PMTCT programs. The attitude of midwives in socialization, networking and referrals had not been good. There was still lack of socialization or training, not all midwives were trained in VCT and PMTCT. It is suggested to Surabaya City Health Department to improve VCT and PMTCT training opportunities, supervision and monitoring of the implementation of the integrated PMTCT programs with ANC services for midwifes.

Key words: Midwives, health centers, the integrated activities of PMTCT programs.

pendahuluan

MenurutUNAIDS/WHOpadaDesember2002,jumlahODHA mencapai 42 juta jiwa 19,2 juta diantaranyaadalahperempuan.Kematiandalamtahun2002mencapai3,1 juta jiwa 1,2 juta diantaranya perempuan, meskipuntelah dilakukan berbagai upaya pencegahan primermaupunsekundertransmisiHIVmasihtetapberlangsung.Dalam tahun 2002 tersebut 5 juta jiwa terinfeksi baruHIV, 2 juta jiwa yang tertular adalah perempuan. Salahsatu transmisi HIV terjadi secara vertikal dari ibu keanak,transmisidariibukeanak15-45%terjadipadasaatkehamilan,intrapartum,pascapersalinan.

RisikopenularanHIV tidakhanya terbataspada subpopulasiyangberperilakurisikotinggi,tetapijugadapatmenular pada pasangan atau istrinya bahkan anaknya.

Berdasarkan modelling matematika, diperkirakan dalamrentang waktu tahun 2008-2015, secara kumulatif akanterdapat44.180anakyangdilahirkandariibupositifHIV.

Data PKBI Jatim menunjukkan kasus HIV danAIDS di Propinsi Jawa Timur menunjukkan urutankedua se Indonesia, diperkirakan bila tidak ada upayapenanggulangan kasus HIV dan AIDS pada tahun 2010jumlahkasusAIDSakanmenjadi400.000orangdengankematian 100.000 orang dan pada tahun 2015 menjadi1.000.000orangdengankematian350.000orang.

Surabaya merupakan kota dengan kasus AIDStertinggi di propinsi Jawa Timur yaitu 809 kasus. DataHIV dan AIDS kota Surabaya cenderung meningkatberdasarkan temuankasusyangditemukanmenyebardi31 kecamatan di Surabaya. Tahun 2007 ditemukan 639kasus, tahun 2008 ditemukan 362 kasus, tahun 2009

Page 29: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Widiyasari: Pelaksanaan Kegiatan Integrasi Program PMTCT ibu Hamil Risiko Tinggi HIV 2�

Tabel 1.1 DatakegiatanintegrasiPMTCTdenganlayananANC

PKM

2010 2011

K1Penjaringan/

konselingHIV

%Keberhasilan

Bumildirujuk

keklinikVCT

Bumilyang

tesHIVK1

Penjaringan/konseling

HIV

%Keberhasilan

Bumildirujuk

keklinikVCT

Bumilyang

tesHIV

Jagir 830 432 0,27 0 0 781 381 0.23 0 0

BanyuUrip 956 856 0.80 0 0 768 768 100 1 0

PutatJaya 631 558 0.78 98 98 603 603 100 61 57

Sememi 485 467 0.93 0 0 602 589 0.93 2 2

Dupak 1074 271 0.06 48 48 947 500 0.27 304 304

Tambakrejo 772 124 0.025 0 0 673 337 0.25 0 0

PerakTimur 900 143 0.03 0 0 908 103 0.01 20 0

Pegirian 875 168 0.03 0 0 850 196 0.05 0 0

Sidotopo 657 27 0.01 0 0 557 557 100 4 0

Wonokusumo 716 284 0.15 0 0 764 524 0.47 0 0

KrembanganSelatan

361 32 0.01 0 0 566 143 0.06 6 0

TanahKalikedinding

563 171 0.09 15 15 785 494 0.39 1 1

Pakis 496 435 0.76 0 0 421 349 0.68 0 0

Simolawang 469 201 0.18 0 0 472 272 0.33 0 0Sumber:DinasKesehatankotaSurabaya2012

ditemukan776kasus, tahun2010ditemukan705kasus.Sebanyak 70 ibu rumah tangga di Surabaya tercatatpositifmenderitaHIVdanAIDSselamasembilanbulanterakhir pada tahun 2010 ini. Koordinator UPIPI RSUdr Soetomo dr Erwin Astha Triyono mengatakan, bulanOktober2011lalujumlahpasiensebanyak47orang12diantaranyaadalahpasienperempuandanduadiantaranyawanitasedanghamil.

Berdasarkan SK Walikota Surabaya nomor:188.45/57/436.1.2/2011 tentangKomisiPenanggulanganAIDSKotaSurabayadidalamnyaterdapatPokjaPMTCT.Ujicobapelaksanaanprogramdilakukandi5Puskesmaswilayah lokalisasi, karena trend HIV yang meningkatpada tahun 2010 pelaksanaan program PMTCTditingkatkan dari 5 Puskesmas menjadi 14 Puskesmasdari53PuskesmasyangadadiSurabaya.

Bidan sebagaipemberi layanandiPuskesmas sangatberperan dalam pelaksanaan program integrasi PMTCTdi layanan ANC, dalam program tersebut tujuan pokokdan fungsibidanyaitumenjalankanprongPMTCTataustrategi pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.Bidan yang mendapatkan pelatihan PMTCT sejumlah23 orang dari 116 bidan yang ada di 14 Puskesmasyang menjalankan Integrasi program PMTCT, menurutpemegang program PMTCT Dinas Kesehatan KotaSurabaya hal tersebut dikarenakan dana yang adasehingga belum semua bidan mendapatkan pelatihan.Pengawasan Kepala Puskesmas selain melalui rapatbulanan juga melalui laporan LBD KIA, dari rapatbulananapabiladitemukanmasalahdiselesaikandengan

cara musyawarah dan mencari solusi terbaik daripermasalahanyangada.

GambarankegiatanintegrasiPMTCTdenganlayananANCkotaSurabayadi14PuskesmasdapatdigambarkandalamTabel1.1.

Pelaksanaan IntegrasiPMTCTdengan layananANCdi wilayah Kota Surabaya tahun 2010 dimulai di 14Puskesmas wilayah dekat lokalisasi dari 53 Puskesmasyang ada, target pelaksanaan integrasi PMTCT denganibuhamil adalah100% ibuhamilyangdikonselingdariibu hamil yang datang pertama kali (K1). Tabel 1.1menunjukkan bahwa berdasarkan data yang dipaparkan,dari 14 Puskesmas yang menjalankan integrasi programPMTCT pada tahun 2011 menunjukkan layanan ANCdi Puskesmas wilayah kota Surabaya Puskesmas BanyuUrip, Puskesmas Putat Jaya dan Puskesmas Sidotopoyang baik pelaksanaannya ditinjau dari cakupan ibuhamilbaru(K1)datangperiksadenganyangdikonselingmencapai100%.

Berdasarkanwawancaradengan3bidanpelaksanadilayanan KIA, mereka mengatakan bahwa banyak bidanPuskesmasyangbelummendapatkanpelatihanPMTCT,namunmerekamengetahuiHIVdanAIDSpada saat dibangkusekolahdanmelaluisosialisasidanseminaryangdilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Kota SurabayadanIBI.

Bidan juga menginformasikan adanya kartu ibuhamilbaruyangsudahdimodifikasiuntukmemudahkanbidan melakukan penjaringan Ibu hamil berisiko HIVdan AIDS, menurut bidan ada pertanyaan yang sifatnya

Page 30: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

22 Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 20–25

pribadidantidakmudahuntukibuhamilmenjawabyangsebenarnya misalkan pertanyaan kawin keberapa, sebabmeninggal bila suami dahulu meninggal, dan pasangansekslain,sehinggatidakcukupsatukalikunjunganbidandapatmengisisemuapertanyaandiformkartuibuhamil.

BidanberanggapansosialisasidanpelatihanPMTCTsangat penting untuk pelaksanaan program integrasiPMTCT dengan layanan ANC, demikian juga denganadanya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan.Sarana yang digunakan dalam kegiatan sosialisasibisanya menggunakan leaflet dan lembar balik namunbelumsemuapuskesmasmemilikisaranatersebut,selainitukonselingpadaibutidakdapatdilakukansatupersatukarenaketerbatasantenagabidandiKIA.

Kegiatan dalam integrasi program PMTCT denganlayanan ANC oleh bidan antara lain adalah sosialisasipada kader, WUS dan ibu hamil, penjaringan ibuhamil risiko tinggi melalui kartu ibu hamil, konselingmenggunakan buku KIA dan lembar balik juga rujukanke VCT. Hal tersebut sesuai dengan Standar ProfesiKebidanan di mana bidan berfungsi sebagai pelaksana,pengelola, pendidik dan peneliti. Gambaran diatasmenunjukkanperilakubidandalampelaksanaanintegrasiprogram PMTCT dengan layanan antenatal. Perilakuadalah suatu tindakan atau aktivitas manusia baikyang dapat diamati maupun yang tidak diamati yangmerupakansuatureaksiataujawabandaritubuh.Perilakumerupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi,lamadantujuankhususbaikyangdilakukansecarasadarmaupuntaksadar.

Teori Lawrence Green merupakan salah satu teorimodifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakandalammendiagnosismasalahkesehatanataupunsebagaialat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaankesehatanataumengembangkansuatumodelpendekatanyang dapat digunakan untuk membuat perencanaankesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede dan Proceed.

BerdasarkanlatarbelakangyangtelahpenulisuraikandiatasmakapenulistertarikuntukmelakukanpenelitiantentangpelaksanaankegiatanprogramintegrasiPMTCTdi layanan antenatal oleh bidan dengan melihat aspekdari pengetahuan Bidan, sikap Bidan, persepsi tentangsosialisasi atau pelatihan PMTCT, ketersediaan petugaskesehatandandukunganpimpinan.

metode penelitian

Jenis penelitian eksploratif yang dilakukan secarakualitatif.Informanutamaadalah4bidandaripuskesmasterpilih.Informantriangulasiadalah2KepalaPuskesmas,1 orang dari Sie Kesehatan Dasar dan 12 ibu hamil.Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan

FGD (Focus Group Discussion) pada ibu hamil yangdibagimenjadi2kelompok.Analisisdatamenggunakananalisisisi.

hasil dan pembahasan

Hasil analisis dari wawancara mendalam dan Focus Goup Discussion selanjutnya terangkum dalam hasilpenelitianberikut:

Pengetahuan bidan tentang kegiatan program integrasi PMTCT dengan layanan antenatal

DalampelaksanaanprogramintegrasiPMTCTsemuabidan sudah mengerti tentang pentingnya sosialisasiprogram integrasi PMTCT dengan layanan ANC. Initerlihat dari wawancara mendalam kepada informanutama yang menyatakan bahwa program integrasiPMTCTmerupakanprogrampemerintahyangditujukanuntuk mencegah penularan HIV dan AIDS dari ibu kebayi dengan cara melakukan sosialisasi tentang HIVdan AIDS juga tentang PMTCT pada setiap ibu hamilyang datang pertama kali agar mau dilakukan tes HIVdanAIDS.Adapunhasildariwawancaramendalamyangdilakukankepadabidantentangpengetahuanbidandalampelaksanaan program integrasi PMTCT dengan layananANCsebagaiberikut:

Kotak1

PMTCT itu pemeriksaan untuk ibu hamil untukmengetahuipositiftidaknyaagarbayitidaktertularHIVdanAIDS

IUBU2

secara umum PMTCT yaitu kita harus menyampaikankeibuhamiluntukmelakukantesHIVdanAIDS

IUPJ1

Bidan tahu tentang sosialisasi HIV dan AIDS padaibuhamildaripelatihandansosialisasiyangtelahdiikuti.Bidan yang sudah mendapatkan pelatihan PMTCTwajib melakukan sosialisasi kepada bidan yang belummendapatkan kesempatan untuk pelatihan, hal itu agarsemua bidan terpapar pengetahuan dan semua dapatmelakukan sosialisasi HIV dan AIDS juga PMTCTke setiap ibu hamil yang datang. Adapun wawancaramendalamyangdilakukankepadabidansebagaiberikut:

Page 31: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Widiyasari: Pelaksanaan Kegiatan Integrasi Program PMTCT ibu Hamil Risiko Tinggi HIV 2�

Kotak2

Dari pelatihan yang saya ikuti mbak, tahu bahwa kitaharus melaksanakan sosialisasi pada ibu hamil yangdatang pertama kali agar ibu segera diketahui statusHIVnya.

IUPJ1

“...kitadilatihPMTCT,denganadanyapelatihantersebutbidan tidak boleh takut memberikan layanan pada ibudengan HIV..asalkan bidan benar-benar mematuhiAPD...itu tetep alur-alur yg harus di lakukan...ujung-ujungnya ayo learning by doing...yg belum mendapatpelatihan sama-sama tau..toh ujung-ujung nya cumanmengajakibuuntukmaumelakukanteslab

ITPJ

TujuanprogramPMTCTadalahmencegahpenularanHIV dari ibu ke bayi dan mengurangi dampak epidemiterhadap ibu dan bayi. Adapun hasil wawancaramendalamdenganbidantentangtujuanprogramintegrasiPMTCTdenganlayananANCsebagaiberikut:

Kotak3

“...ya..yang paling utama mungkin menurunkan angkakematian..menurunkanrisikopenularanHIVdanAIDSdari ibu ke bayi...lalu mencegah kehamilan dari ibudenganHIVdanAIDS...”

IUPJ1,IUPJ2

“...ya itu mbak.. menjaring pasien terutama ibu hamilyangadaindikasikesanauntukdilakukanpemeriksaandandirujukkeklinikVCTagarbayidalamkandungantidaktertularHIV...”

IUBU1,IUBU2

Bidan dapat menyebutkan semua pertanyaan tentangpelaksanaan kegiatan PMTCT, tujuan, prong ataustrategi dalam integrasi program PMTCT di layananANC. Bidan mengetahui apa saja bentuk kegiatan yangharus dilakukan dalam kegiatan sosialisasi, penjaringandan rujukan.Bidanmengetahuibahwa semua ibuhamilyangdatangpertamakali harusmendapatkan sosialisasiHIVdanAIDSnamunbidantidakmelakukansosialisasitersebut, ibu hamil harus diketahui faktor risiko tertularHIVmelaluipenjaringandengankartu ibunamunbidantidak melakukan penjaringan secara keseluruhan, danbidanharusmelakukanrujukankeVCTapabilaibuhamiltersebut berisiko namun rujukan yang dilakukan belumdilakukan dengan baik, tidak ada komunikasi secaralangsungdenganklinikVCT.

Sikap bidan tentang sosialisasi program integrasi PMTCT dengan layanan antenatal

Berdasarkan hasil wawancara kepada bidandidapatkan informasi bahwa semua bidan menerimaprogramdanmelaksanakan sosialisasi denganbaik.Halinisesuaidenganwawancaramendalamsebagaiberikut:

Kotak4

“...yasenengbanget..maksudeya inikanmenyangkutkesehatan ibuhamilyaapalagikalaumisalnyadenganPMTCTkankitamengharapkaneegenerasipenerusnyatidak terkena HIV dan AIDS... kalo tdk ada PMTCTkangakngerti...”

IUBU2

SikapyanglaindalampelaksanaanprogramintegrasiPMTCT dengan layanan ANC adalah tanggung jawabpetugas dalam melaksanakan. Ini terlihat dari hasilwawancara mendalam kepada bidan yang menyebutkanbahwa untuk melaksanakan program tersebut sudahmenjadi tugas bidan untuk memberikan konseling atausosialisasi kepada setiap ibu hamil yang datang. Initerlihatdarihasilwawancaramendalamsebagaiberikut:

Kotak5

Ya..kalo kita mikirnya pekerjaan pastinya beratbebannya banyak.. termasuk tanggung jawab kitamenurunkan AKI dan AKB...sembari kita meriksapasien kita bisa sekalian konseling tidak perlu waktukhususuntukmelakukannya...”

IUBU2

Tanggungjawabbidanyamemberikankonselinguntukapa dilakukan tes ini kemudian bidan juga melakukanrujukankelaboratoriummemberikankonselingpostesyangdibukadandibacakanseketikaitu...”

IUPJ2

Persepsi tentang sosialisasi atau pelatihan PMTCT oleh bidan dalam integrasi program PMTCT dengan layanan antenatal

Semuabidanmengatakansenangsudahmendapatkanpelatihan dan langsung dapat dipraktikan, pelatihantentang PMTCT didapat selama seminggu dan bahkanadayangpraktekmelakukankonselinglangsungdenganODHA, selain dari pelatihan mereka juga mendapatkaninformasi tentang HIV dan AIDS juga PMTCT darirefreshment yang diadakan di lingkup Dinas kesehatanKota dan IBI Surabaya. Adapun kutipan wawancaradenganbidantentangsebagaiberikut:

Kotak6

Seneng bisa pelatihan..jadwalnya satu minggu ..sayalupa.adabuku,CD, teoridanpraktek.PrakteknyaaslidenganODHAlangsung

IUPJ1

KadangjugaadarefreshmentyangdiadakanDinasIUPJ2,IUBU2

MenurutteoriLawrence Greenpelatihanadalahsuatukegiatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan

Page 32: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

2� Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 20–25

pengetahuan, keterampilan sehingga dapat terjadipeningkatankinerja.Dengandemikianpelatihandipakaisebagai salah satu cara atau metode pendidikan khususdi dalam meningkatkan atau menambah pengetahuanatau keterampilan petugas, sehingga tujuan dalampelaksanaan program integrasi PMTCT dengan layananANCtentangpencegahanpenularanHIVdariibukebayidanmengurangidampakepidemiHIV terhadap ibudanbayidapattercapai.

Pengetahuan dan sikap yang dimiliki bidan dalamkegiatanpenjaringanataudeteksirisikotinggididapatdarihasilpelatihanyangdidapatsebelumnya.MenurutAzrulAzwar, pelatihan dan pengembangan bertujuan untukmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawansehingga lebih percaya diri dalam menyelenggarakantugasselanjutnya.

Ketersediaan fasilitas PMTCT dalam integrasi program PMTCT dengan layanan antenatal

Dalam melakukan kegiatan integrasi programPMTCT dengan layanan antenatal, fasilitas sarana danprasarana dibutuhkan mulai dari kegiatan sosialisasi,penjaringan dan rujukan. Fasilitas untuk kegiatansosialisasiadalahsaranapenyampaian informasimelaluimediaagarpenyampaianpesanmudahdipahamiolehibudapatberupaleaflet,lembarbalik,banner,posterdanlainsebagainya. Untuk kegiatan penjaringan membutuhkankartu ibu yang terintegrasi PMTCT dan reagenuntuk pemeriksaan HIV, sedangkan kegiatan rujukanmembutuhkan komunikasi dua arah antara KIA denganklinikVCT.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwaketersedian fasilitas masih kurang mendukung dalamkegiatan sosialisasi, penjaringan dan rujukan. LeafletPMTCT dan lembar balik belum semua Puskesmasmemiliki, ketersediaan reagen terbatas sehingga untuksaat ini tidaksemuaibuhamilyangbarudatangperiksadi lakukan tes HIV hanya pada ibu yang benar-benarberisiko saja. Hal tersebut tentu saja menyebabkanpelaksanaan program tidak berhasil karena tidak sesuaidengansasaranataucakupan.

Ketersediaan petugas kesehatan dalam integrasi program PMTCT dengan layanan antenatal

Ketersediaan bidan belum memenuhi untukterlaksananyaprogramintegrasiPMTCTdenganlayananantenatal. Proporsi antara bidan yang bertugas di KIAdengan ibu hamil yang datang tidak sesuai, bidan yangbertugas 2 orang, kunjungan ibu hamil dalam satu kalijadwal pemeriksaan ± 30–50 ibu hamil di mana biladilakukan sosialisasi dan konseling PMTCT satu kalitatap muka membutuhkan waktu 20-30 menit, belumlagi banyaknya kegiatan di Puskesmas. Seperti kutipanwawancaraberikutini:

Kotak7

Tenaga kurang dibanding dengan jumlah pasien yangdatang.. hanya 2 bidan di KIA.. pasien yang datangsekitar30-50ibuhamilbaikbarumaupunulangan...yakitasalingmembantusaja..kalaubersalinlagitidakadapartusyasemuabidanbantudiKIA, tapikalausemualagirameyakitatidakbisamelakukansosialisasimbak

IUBU2

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Green,menyatakan bahwa faktor penguat (reinforcing)merupakanfaktoryangmendorongterjadinyaperubahantingkah laku yang berkaitan dengan kesehatan salahsatunyapetugaskesehatan.

Dukungan pimpinan dalam integrasi program PMTCT dengan layanan antenatal

PimpinanmendukungterlaksananyaprogramintegrasiPMTCT dengan layanan antenatal, namun kegiatansupervisi,monitoringdanevaluasiharusdilakukansecaralangsungtidakberdasarkanlaporanbulananKIAsaja.

Kotak8

Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap bulan lewatlaporan bulanan yang dikirim ke dinas. Ya disitu adabeberapa poin, jumlah ibu hamil, K1, berapa K1yangdikonseling,berapa ibuhamilyangmelakukan tesdanberapaibuhamilyangpositifHIV

ITDK

Monitoringdanevaluasiyangbaikdilakukandenganterjun langsung dalam kegiatan dilapangan, sehinggadenganturunlangsungkitadapatmengetahuifaktayangsebenarnya terjadi di lapangan. Menurut Notoatmojomonitoring dan evaluasi ditujukan untuk meningkatkanhasil kegiatan, terpelihara kelancaran pelaksanaandan dikenalnya masalah oleh petugas. Menurut Greensupervisi dalam hal ini pelaksanaan monitoring danevaluasi merupakan bagian dari manajemen yangmemantaukegiatan-kegiatanuntukmemastikankegiatanitu sedang dicapai dengan yang direncanakan danmengkoreksisetiappenyimpanganyangbermakna.

kesimpulan

Kegiatan sosialisasi belum berjalan dengan baik.Belum semua ibu hamil yang datang pertama kalimendapatkan sosialisasi PMTCT. Kegiatan penjaringanbelum berjalan dengan baik. Bidan hanya menanyakanfaktor risiko pekerjaan saja dari beberapa faktor risikoHIVyangadadikartuibuhamil.Kegiatanrujukanbelumberjalan dengan baik. Kendala rujukan pada biaya dan

Page 33: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Widiyasari: Pelaksanaan Kegiatan Integrasi Program PMTCT ibu Hamil Risiko Tinggi HIV 2�

tidak ada komunikasi dua arah dari bidan dengan VCT.Pengetahuan bidan tentang pelaksanaan, tujuan danpilarintegrasiprogramPMTCTbaik.Sikapbidandalamkegiatansosialisasi,penjaringandanrujukanbelumbaik.Sosialisasi atau pelatihan masih kurang, belum semuabidanmendapatkanpelatihanVCTdanPMTCT.

daftar pustaka

1. DepKesRI.Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.Jakarta;2006.

2. Green L. Health Promotion Planning: An Educational and Environtmental Approach. London: Mayfield Publishing Company;2000

3. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.Jakarta:DepKesRI;2006

4. PanduanPesertaPelatihanKonselingdanTesSukarelaHIV(Voluntary Counseling and Testing = VCT).Jakarta:KementerianKesehatanRI;2011

5. DinKesKotaSurabaya.Data HIV dan AIDS Kota Surabaya 2007-2010.Surabaya;2011.

6. ModulPelatihanPencegahanPenularanHIVdariIbukeBayi.Jakarta:DepKesRI;2008.

7. TejoA.Hari AIDS Sedunia.Okezone.2011. 8. NotoatmodjoPDS.KesehatanMasyarakat IlmudanSeni. Jakarta:

PT.RINEKACIPTA;2007. 9. IBI.Standar Profesi Kebidanan.Jakarta:PPIBI;2006.10. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT.

RinekaCipta;2007.

Page 34: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

26

Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas terhadap Kepuasan Ibu Hamil (Studi Kasus di Puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang)

Rikhly Faradisy MursyidaProgramStudiDiplomaIIIKebidananAkademiKebidananGrahaHusadaSampang

abstrak

AKI di Puskesmas Tanjung tahun 2011 (559/100.000 KH) masih relatif jauh dari target RPJMN tahun 2014 (118/100.000 KH) serta adanya trend penurunan cakupan K1 dan K4 selama 3 tahun terakhir. Pelayanan Antenatal Care belum sesuai harapan dikarenakan masih adanya pernyataan ketidakpuasan ibu hamil tentang kualitas pelayanan (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas pelayanan antenatal care terhadap kepuasan ibu hamil di Puskesmas Tanjung. Jenis penelitian adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional, pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur yang terdiri dari kuesioner persepsi kualitas pelayanan ANC dan persepsi kepuasan ibu hamil, jumlah sampel sebanyak 89 pengambilannya dengan teknik konsekutif sampling. Analisis data menggunakan chi-square untuk menguji hubungan dan regresi logistik untuk menguji pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kualitas pada dimensi reliability baik 56.2%, responsiveness baik 39.3%, assurance baik 48.3%, empathy baik 42.7% dan tangibles baik 56.2%. Persepsi kepuasan ibu hamil puas 50.6%. Hasil analisis hubungan menunjukkan ada hubungan antara persepsi reliability (p = 0.0001), persepsi responsiveness (p = 0.0001), persepsi assurance (p = 0.0001), persepsi empathy (p = 0.0001) dan persepsi tangibles (p = 0.0001) dengan kepuasan ibu hamil. Secara bersamaan variabel yang berpengaruh adalah empathy (p = 0.0001, OR=111.507), reliability (p = 0.008, OR=22.466) dan responsiveness (p = 0.008, OR=15.074). Dapat disimpulkan untuk meningkatkan kepuasan ibu hamil maka perlu perbaikan kualitas empathy, reliability dan responsiveness pada pelayanan ANC. Disarankan kepada Puskesmas Tanjung untuk meningkatkan kualitas kemampuan petugas perlu memperbaiki cara pemeriksaan Hb agar tidak sakit, ketanggapan petugas loket sebaiknya menyediakan kartu nomor urut (antrian), petugas sebaiknya memberikan pelayanan yang ramah dengan dengan komunikasi yang baik.

Kata Kunci: Pelayanan Antenatal Care (ANC), Kualitas, Kepuasan

latar belakang

Sasaran pembangunan kesehatan tahun 2010-2014adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakatmelaluipeningkatanaksesterhadappelayanankesehatanyang mencakup: meningkatnya umur harapan hidup,menurunnya angka kematian bayi (AKB), menurunnyaangkakematianibu(AKI)danmenurunnyaprevalensigizikurangpadabalita1.MasalahAKIdanAKB,DepartemenKesehatan mengeluarkan kebijakan yang mengacukepada intervensi strategi dalam Safe Motherhood yangdinyatakansebagaiempatpilaryaituKeluargaBerencana,Pelayanan Antenatal, Persalinan Bersih dan Aman danPelayanan Obstetri Esensial2. Upaya menerapkan Safe Motherhood memerlukan pelayanan Antenatal Care(ANC)yangberkualitasdansesuaidengankuantitasnya.Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono 1999), penilaianpasien terhadap kualitas ditentukan oleh dua hal, yaitu: harapan pasien terhadap kualitas (expected quality)dan persepsi pasien atas kualitas (perceived quality)3.Kualitaspelayanankesehatanadalahpelayanankesehatanyang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanankesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai denganstandardankodeetikaprofesi.4

Fasilitas yang ada di ruangan KIA PuskesmasTanjungterdiridarisaturuanganperiksayangdilengkapisatu buah tempat tidur obsgyn, satu buah lemari berisiperalatan pelayanan antenatal care (timbang beratbadan,tinggibadan,tensi,pengukurlingkarlenganatas,funduscope, metline, dll) dan obat-obatan yang sepertitablet tambah darah, vitamin A, Imunisasi TT dan obatkalsium (Kalk) berada di tempat lain yaitu di ruangobat/kamar obat, serta tenaga bidan 1 orang denganlatar belakang pendidikan D.I Kebidanan. Tenaga bidantersebutmempunyaimasakerja7tahun,yangdikoordinirolehseorangbidankoordinatoryangbertanggung jawabmengatur manajemen tugas bidan dalam pelayananantenatal care.

Upaya yang telah dilakukan oleh kepala PuskesmasTanjung untuk meningkatkan kualitas pelayanan ANCadalah secara bertahap melakukan penambahan alat-alat medis dan non medis seperti: tempat tidur denganspesifikasi untuk kebidanan, alat tes urine, alat tes guladarah, alat pemeriksaan Hb, tensi dan stetoskope janin.Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia denganupaya penambahan jumlah tenaga pelayanan 1 orangtenaga bidan pada tahun 2005 menjadi 3 orang tenagabidan pada tahun 2011 dengan latar belakang program

Page 35: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Mursyida: Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Antenatal Care 2�

pendidikan D.III Kebidanan serta mengubah jadwalkunjungan di ruang KIA yang biasanya dilakukansetiap hari Selasa diubah menjadi setiap hari. Namundemikian cakupan K1 dan K4 dari tahun 2008-2010terus mengalami penurunan yaitu tahun 2008 cakupanK1 sebanyak 77,4% yang turun menjadi 75,28% ditahun 2009, tahun 2010 turun kembali sebesar 74,08%.Demikian juga untuk cakupan K4 pada tahun 2008sebesar 63,92% yang turun menjadi 63,16% di tahun2009, kembali turun pada tahun 2010 sebesar 58,41%dan pada tahun 2011 menjadi 57,35%5. Penurunan jugaterjadipadasasaranibuhamilyaitutahun2009sebanyak809 ibu hamil yang turun menjadi 791 kunjungan ditahun 2010 dan kembali turun pada tahun 2011 sebesar748kunjungan5.

Hasil studipendahuluanyangdilakukan terhadap22ibuhamildiPuskesmasTanjungyangtelahmendapatkanpelayananantenatal carebulanJanuari2011didapatkan:22 orang (100%) menjawab bidan tidak menjelaskanpemeriksaanyangdilakukan,19orang(86%)menjawabbidan dalam kurang merespons keluhan ibu hamil,15 orang (68%) menjawab bidan tergesa-gesa dalammemberi pelayanan antenatal care, 15 orang (68%)menjawab tidakramahdalammemberipelayananANC,17 orang (77%) menjawab ruangan pemeriksaan tidaknyaman. Kepuasan sesuai pernyataan Kotler merupakantingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelahmembandingkanantarakinerjaatauhasilyangdirasakan(pelayanan yang diterima dan dirasakan) denganyang diharapkan6. Menurut Parasuraman, penilaiankualitas dapat diukur beberapa dimensi yaitu dimensiReliability (keandalan), Responsiveness (ketanggapan),Assurance (jaminan), Empathy (empati) dan Tangibles(bukti langsung)7. Berdasarkan latar belakang tersebutdiatas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untukmenganalisis pengaruh persepsi kualitas pelayananantenatal carediPuskesmasTanjungterhadapkepuasanibuhamil.

metode penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dan kualitatifdengan pendekatan waktu cross sectional dimanapengumpulan data semua variabel dilakukan pada satusaat. Variabel bebas terdiri dari persepsi reliability,persepsi responsiveness, persepsi assurance, persepsi empathy, persepsi tangibles sedangkan variabel terikatadalah Kepuasan ibu hamil pada pelayanan ANC.Sebagaipopulasiadalahseluruhibuhamilyangdiberikanpelayanan ANC di Puskesmas Tanjung didasarkan padasasaranibuhamiltahun2011.Sampelsebesar89dipilihdengan menggunakan teknik consecutive sampling8. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat,multivariat dengan menggunakan Distribusi Frekuensi,

Chi Square dan Regresi Logistik. Pengumpulan datadilakukan dengan cara wawancara terpimpin danobservasi peneliti menggunakan kuesioner yang telahdiujivaliditasdanreliabilitas.PengukuranvariabelbebasdilakukandenganskoringyangterdiridariSangatSetuju= 4, Setuju=3, Tidak Setuju=2, Sangat Tidak Setuju=1.Pada variabel terikat jawaban dikatagorikan SangatSesuai = 4, Sesuai=3, Tidak Sesuai=2, Sangat TidakSesuai=1.

hasil penelitian

Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia responden 25tahun responden yang termuda berusia 17 tahun danyang tertua berusia 40 tahun. Pendidikan yang rendahyaituSDsebesar34.8%danpendidikanterbanyakadalahSMP sebesar 40.5%. Berdasarkan pekerjaan, respondenumumnya tidak bekerja yaitu sebesar 71.9% sedangkanstatus ekonomi, didapatkan bahwa responden denganstatus ekonomi yang < UMR (Rp.800.000,-) terbesardenganjumlahmencapai92.1%.

Tabel 2 persentase responden yang menjawab tidakbaik pada persepsi responsiveness, assurance danempathy persentasenyahampirsamayaitu60,7%,51,7%dan 57,3%, demikian juga untuk persepsi reliability dan tangibles yang menjawab baik persentasenyasama yaitu 56,2%. Hasil tersebut didukung adanyabeberapa pertanyaan yang dijawab sangat tidak setujuoleh responden, yaitu untuk persepsi reliability 47,2%dihasilkan pertanyaan “Petugas laboratorium melakukanpengambilan contoh darah di ujung jari ibu dengantepat”, untuk persepsi responsiveness 27,0% dihasilkanpertanyaan “Bidan segera melakukan pelayanan ketikaibu hamil tiba di ruang pemeriksaan”, untuk persepsiassurance 33,7% dihasilkan pertanyaan “Ibu yakininformasi yang diberikan bidan tentang kehamilanselalubenar”, untukpersepsiempathy 43,8%dihasilkanpertanyaan “Bidan memberikan kesempatan bagi ibuhamil ketika membutuhkan nasihat kehamilan danpertolongan dengan jelas”, untuk persepsi tangibles 43,8% dihasilkan pertanyaan “Bidan mencuci tangansebelum melayani ibu hamil”. Untuk ibu hamil yangmerasa puas terhadap pelayanan ANC (50,6%) lebihbesar daripada yang tidak puas (49,4%), hasil tersebutdidukungadanyapertanyaanyangdijawabsangatsesuaioleh responden (39,3%), yaitu “kemampuan bidandalam memberikan pelayanan ANC” sedangkan padapersepsi dimensi reliability lebih banyak kategori tidakbaik karena item pertanyaannya dibuat terpisah antarakuesionerdimensireliabilitydengankepuasan.

Hubungan antara persepsi responden mengenaibeberapa aspek dimensi kualitas reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles dengankepuasanditunjukkanpadaTabel3.

Page 36: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 26–302�

1. Hubungan Persepsi Reliability Dengan Kepuasan

Persepsi reliability dapat ditinjau dari kemampuanpetugas memberikan pelayanan ANC dengan benar,seperti kemampuan petugas dalam pemeriksaan fisik,obstetri, laboratorium, status gizi dan pemberian tablettambah darah. Berdasarkan nilai p= 0,0001 (<0,05)terdapathubunganyangsangatbermaknaantarapersepsireliability dengan kepuasan ibu hamil. Pola hubunganyang terjadi adalah pada responden dengan persepsireliability baik cenderung puas (82,2%) sebaliknyaresponden dengan persepsi reliability tidak baikcenderungtidakpuas(70,5%).

2. Hubungan Persepsi Responsiveness Dengan Kepuasan

Hubungan antara persepsi responsiveness dengankepuasan memberikan hasil responden dengan persepsiresponsiveness baik cenderung puas (66,7%) sebaliknyaresponden dengan persepsi responsiveness tidak baikcenderung tidak puas (88,6%). Berdasarkan nilaip=0,0001,makaadahubungantersebutsangatbermakna.

3. Hubungan Persepsi Assurance Dengan Kepuasan

Dalam pelayanan ANC jaminan merupakankemampuan para petugas kesehatan dalam memberikanpelayanan ANC di Puskesmas Tanjung sehingga ibuhamil mempunyai keyakinan dalam pemeriksaankehamilan. Berdasarkan nilai p=0,0001 (<0,05), makaada hubungan tersebut sangat bermakna antara persepsiassurance dengan kepuasan ibu hamil. Pola hubunganadalah pada responden dengan persepsi assurance baikcenderung puas (75,6%) sebaliknya responden denganpersepsi assurance tidak baik cenderung tidak puas(79,5%).

Tabel 1.KarakteristikRespondendiPuskesmasTanjung

Karakteristik Kategori f %Umur

Jumlah

≥27tahun<27tahun

503989

56.243.8100.0

Pendidikan

Jumlah

SDSMPSMAPT

313618489

34.840.520.24.5100.0

Pekerjaan

Jumlah

TidakBekerjaPetaniPedagangPNS

64167289

71.918.07.92.2100.0

Penghasilan

Jumlah

<Rp.800.000,-≥Rp.800.000,-

82789

92.17.9100.0

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan VariabelPenelitian

Variabel Penelitian Katagori n %Persepsi Reliability Baik

TidakBaik5039

56.243.8

Persepsi Responsiveness BaikTidakBaik

3554

39.360.7

Persepsi Assurance BaikTidakBaik

4346

48.351.7

Persepsi Empathy BaikTidakBaik

3851

42.757.3

Persepsi Tangibles BaikTidakBaik

5039

56.243.8

Kepuasan PuasTidakPuas

4544

50.649.4

Tabel 3.Hubungan Persepsi Dimensi Kualitas dengan Kepuasan Responden di Puskesmas Tanjung KabupatenSampangTahun2012

Variabel KategoriKepuasan

p-value X2Puas TidakPuasn % n %

PersepsiReliability

BaikTidakBaik

37 8

82.2 17.8

1331

29.5 70.5

0.0001 22.982

Total 45 100 44 100PersepsiResponsiveness

BaikTidakBaik

3015

66.7 33.3

539

11.4 88.6

0.0001 26.246

Total 45 100 44 100

PersepsiAssurance

BaikTidakBaik

3411

75.6 24.4

935

20.5 79.5

0.0001 24.887

Total 45 100 44 100PersepsiEmpathy

BaikTidakBaik

37 8

82.2 17.8

143

2.3 97.7

0.0001 54.889

Total 45 100 44 100PersepsiTangibles

BaikTidakBaik

3411

75.6 24.4

1628

36.4 63.6

0.0001 12.334

Total 45 100 44 100

Page 37: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Mursyida: Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Antenatal Care 2�

4. Hubungan Persepsi Empathy Dengan Kepuasan

Empathy mempunyai hubungan yang sangatbermakna dengan kepuasan (p=0,0001). Pola hubunganyang terjadi adalah responden dengan persepsiempathybaik cenderung puas (82,2%) sebaliknya respondendenganpersepsiempathytidakbaikcenderungtidakpuas(97,7%).

5. Hubungan Persepsi Tangibles Dengan Kepuasan

Berdasarkan nilai p=0,0001 (<0,05), maka adahubungan yang sangat bermakna antara persepsitangibles dengan kepuasan ibu hamil. Pola hubunganyangterjadiadalahrespondendenganpersepsi tangiblesbaik cenderung puas (75,6%) sebaliknya respondendengan persepsi tangibles tidak baik cenderung tidakpuas(63,6%).

Pengaruh Dimensi Kualitas dengan Kepuasan

Uji Regresi Logistik dilakukan dengan tahapanuji bivariat dengan batasan p ≤ 0,25 didapatkan semuavariabeldapatdimasukkanujimultivariat.

Pada tabel 4. diketahui hasil analisis multivariatdiperoleh hasil analisis variabel bebas pada penelitianini yang tidak mempunyai batas signifikansi p-value <0,05yaituvariabelassurance (0.970>0,05)danvariabeltangibles (0.114 > 0,05). Sedangkan variabel reliability, responsiveness dan empathydapatdimasukkankedalamanalisis multivariat. Adapun hasil analisis multivariattersebut setelah variabel assurance dan tangiblesdikeluarkanditunjukkanpadatabel5.

pembahasan

Respondenmempunyaikarakteristikyangbervariasi,yaitu meskipun banyak responden yang berumur ≥27 tahun (56,2%), status ekonominya dibawah UMR

(92,1%) dan tidak bekerja (71,9%), namun cukupbanyak (40,5%) yang mempunyai pendidikan SMP keatas. Sesuai yang disampaikan Kolter, sebuah transaksiantara penyedia produk dengan konsumen dapat terjadikarenaadanyasalingpercaya,dimanarasakepercayaankonsumendapattimbuldalammenilaisebuahproduk.6

Pengamatan peneliti pada persepsi kualitaspelayanan ANC seperti pengukuran fundus uteri,tahapan pengukuran dimulai dari pemeriksaan leopolddan denyut jantung janin. Pemeriksaan Leopold: bidantidak memberi tahu tujuan pemeriksaan leopold dansaat menggoyangkan perut ibu tanpa menanyakanapakah ibumerasakesakitan atau tidak.PeriksaDenyutJantungJanin(DJJ):pemeriksaanDJJ,perut ibuditekandengan alat periksa (funanduscope) dan mungkin akanterasa tertekan. Bidan seharusnya bertanya apakah ibumerasa sakit, tetapi hal tersebut tidak mereka lakukan.SeharusnyasaatmendengarkanDJJ,bidanmenghadapkearah wajah ibu dan funandoskop diletakkan tegak luruspada dinding perut bagian punggung janin. Kenyataanyang terjadi adalah bidan menghadap ke arah bawah,sehinggatidakmengetahuirautmukaibuapakahmerasakesakitan atau tidak. Bidan juga tidak menghitungfrekuensiDJJ.

Hasil pengamatan lain yaitu dimana ibu yangdiperiksa jarang diberikan nasehat tentang menjagakehamilannya, hanya melakukan pemeriksaan dandianjurkan untuk membaca buku Kesehatan Ibu danAnak (KIA). Bidan juga tidak mencuci tangan sebelummelayani ibu hamil padahal di ruang KIA tersediawastafel tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh bidansebelummelayanipemeriksaanibuhamilagarpelayananANCdilakukandenganrelatifcepat.

Hubungan Dimensi Kualitas Pelayanan ANC dengan Kepuasan.

Berdasarkantabel3dilihatbahwapersepsireliability,persepsi responsiveness, persepsi assurance, persepsiempathy dan persepsi tangibles memiliki hubunganterhadapkepuasanibuhamildiPuskesmasTanjung.a. Hubungan Persepsi Reliability dengan Kepuasan Ibu

Hamil Semakintinggi tingkatpengetahuandankemampuan

petugas makin tinggi pula kualitas pelayanankesehatan. Dengan kualitas yang tinggi akanmeningkatkan kepuasan pasien selanjutnya akanberkunjungulangpadapelayananyangsama.9

b. HubunganPersepsiResponsivenessdenganKepuasanIbuHamil

Sejalan dengan gambaran kepuasan yang dijelaskanpada penelitian Adam, bahwa faktor dimensiresponsivenessolehsebagianbesarmasyarakatmenilaikepuasan terhadappelayanankesehatandipuskesmasyang disebabkan oleh faktor ketanggapan petugasmemilikikontribusi2,7kaliterhadapkunjunganulangsebagaikompensasiataskepuasannya.10

Tabel 4.Analisis Multivariat Regresi Logistik MetodeEnterVariabelBebas

Variabel B SE Wald df p-value Exp. BReliability 3.328 1.308 6.475 1 0.011 27.882

Responsiveness 2.589 1.315 3.877 1 0.049 13.315

Assurance -.040.040040 1.058.058058588 .001001 1 0.970970 .961961

Empathy 4.462 1.512 8.732 1 0.003 87.145

Tangibles 1.425 .902 2.497 1 0.114 4.159

Tabel 5.Analisis Multivariat Regresi Logistik MetodeEnterVariabelBebas

Variabel B SE Wald df p-value Exp. B

Reliability 3.112 1.173 7.036 1 0.008 22.46646666

Responsiveness 2.713 1.2744 4.538.538 1 0.033 15.0744

Empathy 4.714.7144 1.3244 12.675 1 0.000 111.507

Constant -6.563 2.027 10.48148181 1 .001 .001

Page 38: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 26–30�0

c. Hubungan Persepsi Assurance dengan Kepuasan IbuHamil

Menurut Parasuraman et al, dalam Tjiptonomenyatakanbahwajaminankepastianyangmerupakanbagian dari dimensi kualitas pelayanan berpengaruhterhadapharapanpelanggan atas jasayangdiberikanolehsuatupelayanankesehatan.3Halinisesuaidenganhasil penelitian Adam, yang menunjukkan bahwajika pelayanan kesehatan di puskesmas tidak dapatmemberikanjaminanmutuyangsesuaidenganharapanibuhamilmakaakanmenurunkanpernyataankepuasanmasyarakathingga2,56kali.10

d. Hubungan Persepsi Empathy dengan Kepuasan IbuHamil

Menurut Yamit, bahwa sikap loyalitas pelangganselalu berbanding lurus dengan kepuasan yangdidapatkan dari adanya rasa perhatian yang baikdaripemberi jasa,yangmenunjukkanbahwadenganadanya rasa kepuasan yang baik pada pelangganmaka pelanggan akan memutuskan untuk kembaliataumembelijasayangpernahdidapatkan.11Dengandemikianadanyaempati (perhatian)yangbaikmakaakanmemberikepuasankepadapelanggan.

e. Hubungan Persepsi Tangibles dengan Kepuasan IbuHamil

MenurutYamit,bahwakepuasankonsumenterhadapsuatu produk tergantung dengan bukti langsungyang didapatkan seperti kelengkapan alat, kapasitaskualitasprodukdandukunganperalatanyangbaik11.Kenyamanan fasilitas berkaitan dengan pelayanankesehatan yang tidak berhubungan langsung denganefektivitas klinis, tetapi dapat mempengaruhikepuasan pasien dan bersedia untuk kembali kefasilitas pelayanan kesehatan untuk memperolehpelayananberikutnya.12

Pengaruh Persepsi Dimensi Kualitas Pelayanan ANC Terhadap Kepuasan

Berpengaruhnya ketiga variabel tersebut disebabkantingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil yangbanyak menempuh pendidikan SMP ke atas yang dapatmempengaruhi kepuasan terhadap pelayanan ANC,meskipun sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMPtetapimerekaterpaparinformasidarikegiatantambahandiposyandusepertikelasibuhamilyangdapatmenambahpengetahuan ibu hamil, di mana sebagian besar ibuhamil tidak bekerja sehingga memiliki waktu yangcukup. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnyapengetahuan dan kesadaran mereka terhadap masalahkesehatan,pengetahuan tentangpemeriksaankehamilan,ketanggapan,keramahandansaranayangmenunjang.

Sejalan dengan diungkapkan oleh Klien et al dalambuku Wijono (2000) tentang faktor keterampilan tenagamedis,ketanggapanpetugaskesehatandalammemenuhikebutuhan pasien, faktor empati, respek, dan keramah-

tamahan dalam melayani pasien dapat mempengaruhikualitas pelayanan kesehatan.12 Kualitas pelayanankesehatan itu sendiri sangat berhubungan erat dengankepuasan, di mana menurut Tjiptono kepuasan mampumemberikan dasar yang baik bagi pembelian ulangdan terciptanya kunjungan ulang pelanggan, sertamembentuk satu rekomendasidarimulutkemulutyangmenguntungkan.3

kesimpulan dan saran

Kesimpulan

1. Hasil analisis hubungan menunjukkan ada hubunganantara persepsi reliability (p = 0.0001), persepsiresponsiveness(p=0.0001),persepsiassurance(p=0.0001),persepsiempathy (p=0.0001)danpersepsitangibles(p=0.0001)dengankepuasanibuhamil.

2. Secara bersamaan variabel yang berpengaruh adalahempathy (p = 0.0001, OR=111.507), reliability (p =0.008, OR=22.466) dan responsiveness (p = 0.008,OR=15.074).

Saran

Disarankan kepada Puskesmas Tanjung untukmeningkatkan kualitas kemampuan petugas perlumemperbaiki cara pemeriksaan Hb agar tidak sakit,ketanggapanpetugasloketsebaiknyamenyediakankartunomor urut (antrian), petugas sebaiknya memberikanpelayananyangramahdengankomunikasiyangbaik.

daftar pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. 2010.Rencana Strategis DepartemenKesehatanTahun2010–2014.Jakarta.

2. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan WilayahSetempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : DirjenBinkesmas.

3. Tjiptono, Fandy. 1999. Prinsip-prinsip Total Quality Service.Yogyakarta:Andi.

4. Satrianegara MF. 2009. Buku Ajar Organisasi dan ManajemenPelayananKesehatanSertaKebidanan.Jakarta:SalembaMedika.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang. 2008-2010. Profil DinasKesehatanKabupatenSampang.Sampang.

6. Rangkuti F. 2009. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: PT.GramediaPustaka.

7. Parasuraman et al. 1990. SERVQUAL: review, critique researchagenda.EuropeanJournalofMarketing,30(January),pp.1-36.

8. BurhanBungin.2008.MetodePenelitianKuantitatif.Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup.

9. Azwar,Azrul.1996.ProgramMenjagaMutuPelayananKesehatan,AplikasiPrinsipLingkaranPemecahanMasalah. Jakarta:YayasanPenerbitIDI.

10. Adam,Arlin.2006.SurveyKepuasanMasyarakatTerhadapPelayananPuskesmasdiWilayahTimurIndonesia,DirekturUpayaKesehatanDasarDirjen,Binkesmas:DepartemenKesehatanRI.

11. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa.Yogyakarta:Ekonisia.

12. Wijono,Djoko.2000.ManajemenMutuPelayananKesehatanTeori,StrategisdanAplikasi.Surabaya:UniversitasAirlanggaPress.

Page 39: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

��

Pengaruh Pemberian Penyuluhan Cara Memandikan Neonatus Dini terhadap Sikap Ibu Nifas Fase Taking Hold di BPS ASRI Tuban Kabupaten Tuban

(The Influence of Giving Counseling on the Way to Bath an Early Neonatus and the Behavior of Taking-hold Phase Post-partum Mothers at ASRI Delivery Clinic (BPS ASRI), In Tuban District )

Eva Silviana RahmawatiSTIKESNUTubanProdiDIIIKebidanan

abstrak

Latar Belakang: Standar Pelayanan Kebidanan ke 15 menyatakan bahwa Bidan memberikan pelayanan masa nifas melalui kunjungan rumah. Kebanyakan bidan di BPS wilayah Tuban sudah melakukan kunjungan rumah minimal 3 kali. Dalam perawatan bayi baru lahir (BBL) hampir 80% ibu nifas tidak memandikan bayinya sendiri tetapi dikerjakan bidan. Banyak bidan mengatakan ibu nifas menyerahkan kepadanya sampai tali pusat lepas dengan alasan belum berani memandikan bayinya karena takut tali pusat belum lepas, bayi terlalu kecil, kurangnya pengetahuan memandikan bayi. Peran bidan dibutuhkan dalam pemberian penyuluhan kepada ibu nifas tentang perawatan bayi baru lahir (BBL) terutama cara memandikan bayi beserta perawatan tali pusatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian penyuluhan cara memandikan neonatus dini terhadap sikap ibu nifas fase taking hold. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen dengan pra-eksperimen (Static-group comparison design). Populasinya seluruh ibu nifas sebanyak 33 orang. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Besar sampel sebanyak 24 orang yaitu 12 wanita kelompok perlakuan dan 12 wanita kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah Test MC Nemar berdistribusi Chi Kuadrat ( χ2 ). Hasil: Hasil penelitian diperoleh perubahan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan penyuluhan pada kelompok perlakuan yaitu χ2 hitung (4,50) lebih besar dari χ2 tabel (3,481) maka HI ditolak, yang menunjukkan adanya pengaruh antara pemberian penyuluhan cara memandikan neonatus dini dengan sikap ibu nifas fase taking hold. Kesimpulan : Sikap ibu nifas dalam memandikan neonatus dini dapat dipengaruhi oleh penyuluhan. Saran bagi Bidan diharapkan dalam kunjungan nifas juga mengajarkan pada ibu nifas tentang cara memandikan neonatus dini.

Kata kunci: masa nifas, penyuluhan, memandikan neonatus dini

abstract

The 15th Midwifery Service Standard declared that a midwife give service during Post-Partum period by visiting home. Most of the midwives in Tuban has done the home-visit service at least three times. During early neonatus treatment period, almost 80% of Post-Partum mothers do not bath their newly born babies by themselves, but the midwife does it instead. Many midwives say that Post-Partum mothers usually leave their newly born babies up to them until the placenta gets off because the mothers are not tough enough to do so. Post-Partum mothers have various reason for not bathing their babies. They say because the placenta still fits tightly, the baby is too small, also they don’t have enough knowledge of bathing the baby is not enough. In this case, the role of a midwife is really needed especially in giving education to Post-Partum mothers about early neonates treatment, mainly the way of bathing, as well as taking care of placenta. This study is aims to identify the influence of giving counseling on the way to bath an early neonatus and the behavior of taking-hold phase Post-Partum mothers.This study is using an experimental research type with Quasy – experiment. The population is all Post-Partum mothers, precisely 33 people. The Sampling Taking Mothers is consecutive sampling. The number of samples is 24 people, divided into two group. 12 people function as treatment group and the other 12 function as control group. The test being applied ic MC Test Nemar with the distribution of Chi Square (χ2). The research findings show a significant change between the behavior before and after being given the counseling. In treatment group, χ2 calculation (4.50) greater than χ2 table (3.481), therefore H1 was rejected which means that there is a significant influence between giving counseling on the way of bathing an early neonatus and the behavior of taking-hold phase Post-Partum mothers. In other words, the behavior of taking-hold phase Post-Partum mothers in bathing their early neonatus can be influenced by counseling. That way, midwives are hoped to teach the Post-Partum mothers the method of bathing their early neonatus during their Post-Partum home-visit periods.

Key words: peuperial periode, edication, bathing on early neonatus

pendahuluan

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integraldari pelayanan kesehatan berfokus pada pelayanan

kesehatan perempuan, bayi baru lahir, dan anak dalammewujudkan keluarga berkualitas. Upaya peningkatankualitasasuhankebidananmerupakansalah satuupayauntuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan

Page 40: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 31–35�2

angkakematianbayi(AKB),dimanaupayapemerintahpada tahun 2015 menurunkan AKI menjadi 102 per100.000 KH, AKB menjadi 23 per 1000 KH, danAKBALmenjadi32per1000KH(KomitmenIndonesiaberdasarkan kesepakatan global MDGs, 2000). Untukmendapatkan asuhan kebidanan yang berkualitas perludidukungdengantersedianyastandarasuhankebidanandan standar pelayanan kebidanan, tenaga bidan yangprofessional, sarana dan fasilitas yang sesuai dengankebutuhan.1

Di dalam Standar Pelayanan Kebidanan terdapatruang lingkup pelayanan kebidanan yang meliputi duapuluh empat standar. Terkait dalam hal itu, terdapatdalamStandar15yaitupelayananbagiibudanbayipadamasanifas,yangmenyatakanbahwaBidanmemberikanpelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumahpada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenamsetelah persalinan, untuk membantu proses pemulihanibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar;penemuan dini; penanganan atau rujukan komplikasiyangmungkinterjadipadamasanifas;sertamemberikanpenjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihanperorangan, makan bergizi, perawatan bayi baru lahir,pemberianASI,ImunisasidanKB.2

Berdasarkan survey pendahuluan hasil wawancarapada 10 ibu nifas di BPS ASRI Tuban bulan Januari2011,bahwasemuaibunifasbelumberanimemandikanbayinya dengan alasan antara lain: tali pusatnyabelum lepas, bayi masih sangat kecil, belum tahu caramemandikan bayi yang belum lepas tali pusatnyadan belum pernah mendapat penyuluhan tentang caramemandikanneonatusdini.

Bayi baru lahir normal yaitu bayi yang lahir darikehamilan 37–42 minggu & berat lahir berkisar antara2500–4000 gram yang merupakan masa neonataldini dimana tali pusat belum lepas. Dari penjelasantersebut dapat diketahui bahwa keadaan bayi yangmasih kecil dan adanya tali pusat yang belum lepas,banyakdijadikan alasanbagi para ibunifasyang tidakberani untuk memandikan bayinya. Memandikan bayimerupakan satu proses Bounding Attachment yangerat hubungannya dengan proses tumbuh kembangbayi karena bayi dan ibu membentuk ikatan batin satudenganyanglain.3

Peran bidan atau tenaga kesehatan lainnya secaranyata sangat dibutuhkan khususnya dalam bidangpemberian penyuluhan kepada ibu nifas tentangperawatan bayi baru lahir, terutama mengenai caramemandikan bayi dengan benar beserta perawatan talipusatnya.Adapunfaktoryangmempengaruhikurangnyapenyuluhan terhadap ibu nifas, yaitu faktor dari ibusendiri yang memiliki sikap acuh atau ketidakmampuandankurangrasa tanggungjawabterhadapkesehatandiridan bayinya akibat kelelahan setelah proses persalinan.Olehsebabitusebaiknyapenyuluhandiberikanpadaharike 3–10 yaitu pada fase taking hold karena pada fase

ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasatanggungjawabdalammerawatbayi.FaseTakingHold

Pada Fase Taking Hold perlu adanya dukungan dariBidan maupun tenaga kesehatan lainnya karena saatini merupakan kesempatan yang baik untuk menerimaberbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinyasehingga tumbuh rasa percaya diri. Dengan demikianakanmenambahpengetahuanibunifasdalammelakukanperawatanbayibarulahirusia0–7haridimanatalipusatbelumlepas/masihbasah.4

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelititertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruhpemberian penyuluhan cara memandikan neonatus diniterhadap sikap ibu nifas fase taking hold di BPS ASRIKabupatenTuban.

Dari latar belakang di atas maka dirumuskanpermasalahan penelitian sebagai berikut : “Adakahpengaruh pemberian penyuluhan tentang caramemandikanneonatusdini terhadapsikap ibunifas fasetakingholddiBPSASRITuban?”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruhpemberian penyuluhan tentang cara memandikanneonatusdiniterhadapsikapibunifasfasetakingholddiBPSASRITuban.

metodologi penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari: VariabelIndependen: Penyuluhan tentang cara memandikanneonatus dini, dan Variabel Dependen: Sikap ibu nifassebelum & sesudah diberikan penyuluhan tentang caramemandikanneonatusdini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitianeksperimen dengan Quasy-Experiment. Rancangan iniberupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibatdengan cara melibatkan kelompok kontrol disampingkelompokeksperimental.5

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibunifas yang telah bersalin pada bulan Mei-Juli di BPSASRITubanberjumlah33orangibunifas.Besarsampelsebanyak 24 ibu dengan ketentuan yaitu ibu nifas yangtelah memenuhi kriteria inklusi sebesar 12 ibu padakelompokperlakuandan12 ibupadakelompokkontrol,dengan metode pengambilan sampel consecutivesampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioneryang dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengacu padateoridankonsep.TeknikyangdigunakanuntukmengolahdataadalahmenggunakansikapmenurutLinkert,denganmenggunakan kalimat pernyataan favoreble merupakankalimat sikap positif sedangkan un favorable kalimatsikap negative.6 Analisa data dengan tehnik analisisunivariate untuk memperoleh gambaran dari masing-masing variabel dan distribusi frekuensi, sedangkananalisis bivariat menggunakan Uji MC Nemar TestberdistribusiChiKuadrat(χ2).

Page 41: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Rahmawati: Pengaruh Pemberian Penyuluhan Cara Memandikan Neonatus Dini ��

hasil penelitian

Dari tabel 1 didapatkan responden sejumlah 12responden yang diteliti terhadap cara memandikanneonatus dini memiliki sikap diantaranya unfavorabelsebanyak9orang(75%),favorabelsebanyak3responden(25%).

Dari tabel 2 didapatkan responden sejumlah 12responden yang diteliti terhadap cara memandikanneonatus dini memiliki sikap diantaranya favorabelsebanyak 9 orang (75%), unfavorabel sebanyak 3responden(25%).

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 12 respondensebelum penyuluhan yang memiliki sikap unfavorabelsebanyak 9 orang (75%) sedangkan setelah diberikanpenyuluhan pada responden yang sama tentang caramemandikanneonatusdiniyaitusebanyak9orang(75%)bersikapfavorabel.

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 12 respondenpadapre testyangmemilikisikapunfavorabelsebanyak

10 orang (83,3%) sedangkan pada post test sebanyak 9orang(25%).

Hasil Analisa Data

Berdasarkan hasil penyajian data di atas terdapatdua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompokperlakuan.

Dari data pada tabel 5 terdapat perbedaan antarakelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Padakelompokkontrolperubahanyangterjaditidaksignifikansedangkanpadakelompokperlakuansebelumdansetelahdiberikan penyuluhan mengalami perubahan sikap yangsignifikan.

DaridatadiatasdiperolehhasildenganmenggunakanSkor T kemudian untuk menguji signifikasi setiapperubahan digunakan uji MC Nemar Test berdistribusiChiKuadrat(χ2)yaituχ2hitung(4,50)lebihbesardariχ2

tabel(3,481)makaHIditolak,yangmenunjukkanadanyapengaruhantarapemberianpenyuluhancaramemandikanneonatusdinidengansikapibunifasfasetakinghold.

Tabel 1. Distribusi Sikap Ibu Nifas Fase Taking HoldPada Kelompok Perlakuan Sebelum DiberiPenyuluhan Tentang Cara MemandikanNeonatusDiniDiBPSASRITubanBulanMei–Juli2011

No. Sikap Responden Jumlah %12

FavorableUnfavorable

3 9

25 75

Jumlah 12 100

Tabel 2. Distribusi Sikap Ibu Nifas Fase Taking Holdpada Kelompok Perlakuan Setelah DiberiPenyuluhan tentang Cara MemandikanNeonatusDiniDiBPSASRITubanBulanMei–Juli2011

No. Sikap Responden Jumlah %12

FavorableUnfavorable

9 3

75 25

Jumlah 12 100

Tabel 3. Distribusi Silang Pengaruh PemberianPenyuluhan Cara Memandikan Neonatus DiniterhadapSikapIbuNifasFaseTakingHoldpadaKelompokPerlakuandiBPS ASRITubanMei–Juli2011

No. PenyuluhanSikap

JumlahFavorable Un favorableN % N % N %

1 Sebelum 3 25 9 75 12 100

2 Sesudah 9 75 3 25 12 100

Tabel 4. Distribusi Sikap Ibu Nifas Fase Taking HoldterhadapCaraMemandikanNeonatusDinipadaKelompok Kontrol (Pre dan Post Test) di BPSASRITubanBulanMei–Juli2011

No.Sikap Responden

(Pre Test)Jumlah %

12

FavorableUnfavorable

210

16,7 83,3

Jumlah 12 100

No.Sikap Responden

(Post Test )Jumlah %

12

FavorableUnfavorable

3 9

25 75

Jumlah 12 100

Tabel 5.Distribusi Sikap Ibu Nifas Fase Taking HoldTerhadapCaraMemandikanNeonatusDinipadaKelompokKontroldanKelompokPerlakuandiBPSASRITubanBulanMei–Juli2011

Keterangan:+ :Favorable− :Unfavorable

Page 42: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Jurnal Sain Med, Vol. 6. No. 1 Juni 2014: 31–35��

pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 dan 2didapat perubahan sikap yang signifikan yaitu sebelumdiberikanpenyuluhanhanyaterdapat3orang(25%)yangmemilikisikapfavorabel, sedangkansetelahnyamenjadi9orang(75%).

Menurut Azwar Saifuddin bahwa perubahan padasikap seseorang, sangatlah dipengaruhi oleh sebuahstimuli seperti individu, situasi, isyu sosial, kelompoksosial,danobyeklainnya.5

Sikap ibu nifas dalam memandikan neonatus diniakan cenderung favorabel setelah diberikan stimulasiseperti situasi, isyu sosial, kelompok social, ataupunsuatu penyuluhan. Dimana suatu perubahan sikap ibutersebutakanterdapataplikatifjikaibumengertimanfaat&tujuandarimemandikanneonatusdini.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 terdapatperubahansikapyangtidaksignifikanantarapredanposttest atau sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.Dimana pada pre-test didapatkan 2 orang (16,7%)memilikisikapyangfavorabel,sedangkanyangbersikapunfavorabel sebanyak 10 orang (83,3%) dan pada post-test yaitu sebanyak 3 orang (25%) dengan sikap yangbersikapfavorabelsedangkanyangbersikapunfavorablesebanyak9orang(75%).

Sesuai teori Notoatmodjo (2005), yang menyatakanbahwa pengetahuan tersebut dapat diperoleh baik daripengalamanlangsungmaupunmelaluipengalamanoranglain. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkatpengetahuan diantaranya adalah faktor internal sepertipendidikan,umur,pekerjaan,danfaktoreksternalsepertilingkungan / tempat tinggal, sumber informasi, mediamassa,sosialbudaya.7

Pada kelompok yang tidak diberi penyuluhanbanyak yang bersikap unfavorabel terhadap caramemandikan neonatus dini, akan tetapi ada juga yangbersikap favorabel. Hal tersebut kemungkinan dapatpula dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka milikiataupun dari lingkungan sekitarnya seperti orang tua,tetangga,dll.

Dari tabel 5 diperoleh hasil yang signifikan padakelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikanpenyuluhan. Dalam pengolahan data menggunakan ujiMC Nemar Test berdistribusi Chi Kuadrat (χ2) yaituχ2hitung (4,50) lebihbesardariχ2 tabel (3,481)makaHIditolak, yang menunjukkan adanya pengaruh antarapemberian penyuluhan cara memandikan neonatus dinidengansikapibunifasfasetakinghold.

Sesuai dengan tujuan penyuluhan yaitu tercapainyaperubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakatdalam membina, memelihara perilaku dan lingkungansehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkanderajat kesehatan yang optimal. Penyuluhan dikatakanberhasil bila terjadi perubahan pengertian, sikap danperilaku masyarakat yang dikaitkan dengan sasaranprogramkesehatan.8

Penyuluhan akan lebih mudah penerimaannyajika sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada adaptasipsikologis masa nifas dibagi menjadi tiga periode yaitufase taking in, fase taking hold, serta latting go. Fasetakinghold inimerupakanfaseyangberlangsungantara3–10harisetelahmelahirkan.Padafaseiniibumerasakhawatirakanketidakmampuandanrasatanggungjawabdalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangatsensitivsehinggamudahtersinggungjikakomunikasinyakurang hati-hati, sehingga perlu adanya dukungankarena saat ini merupakan kesempatan yang baik untukmenerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri danbayinyasehinggatumbuhrasapercayadiri.4

Terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dankelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol perubahanyang terjadi tidak signifikan sedangkan pada kelompokperlakuan sebelum dan setelah diberikan penyuluhanmengalamiperubahansikapyangsignifikan.

Pemberian penyuluhan dapat mempengaruhipengetahuan ibu nifas, di mana pada pelaksanaanpenyuluhan sebaiknya juga memperhatikan situasi dankondisi karena hal tersebut dapat mempengaruhi responpenerimaan ibu nifas. Situasi yang dimaksud adalahibu dalam kondisi sudah mulai merasa khawatir akanketidakmampuandanrasatanggungjawabdalammerawatbayi, sehingga dalam hal ini merasa membutuhkanadanya dukungan dan bimbingan mengenai perawatanbayisehari–hari.

kesimpulan

Sesuai dengan tujuan, maka dalam penelitianini secara umum dapat disimpulkan bahwa: 1) Ibunifas sebelum atau yang tidak diberi penyuluhan caramemandikan neonatus dini yaitu sebanyak 9 responden(75%) mempunyai sikap yang negative (unfavorable)terhadap cara memandikan neonatus dini. 2) Ibu nifassetelahdiberipenyuluhancaramemandikanneonatusdiniyaitusebanyak9responden(75%)mempunyaisikapyangpositif (favorable) terhadap cara memandikan neonatusdini.3)Adapengaruhdalampemberianpenyuluhancaramemandikanneonatusdini terhadapsikap ibunifas fasetakingholddengannilaiχ2hitung(4,50)lebihbesardariχ2tabel(3,481).

Dari hasil penelitian, saran yang dapat diberikanpenelitiantaralain:BagiIbumampumempraktikkandanmenyampaikankepadaoranglaintentangilmuyangtelahditerima yakni cara memandikan neonatus dini, secaramandiridanberanidikarenakansangaterathubungannyadenganikatanbatinantaraorangtuadananak(BoundingAttachment)

BagiDinasKesehatanmemberimotivasikepadabidanuntuk selalu memberikan penyuluhan kesehatan padamasyarakatkhususnyaibunifasdalamcaramemandikanneonatusdini.

Page 43: Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.M

Rahmawati: Pengaruh Pemberian Penyuluhan Cara Memandikan Neonatus Dini ��

UntukBidanmemberipenyuluhansepintasmengenaiperawatan bayi sehari-hari kepada ibu nifas yang akandiperbolehkan pulang, kemudian dilanjutkan padakunjungannifas.

daftar pustaka

1. PengurusPusatIBI,Standarasuhankebidanan. JawaBarat:20032. PengurusPusatIBI,Standarpelayanankebidanan. JawaBarat:2006

3. Prawirohardjo,Bukupanduanpraktisipelayanankesehatanmaternaldanneonatal.BinaPustaka.Jakarta:2002

4. Retna,Eny,Nifas. EGC.Jakarta:20095. Nursalam, Metodologi riset keperawatan, Jakarta: Infomedika.

20036. Azwar, Saifuddin, Sikap manusia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

20027. Notoatmodjo,Soekidjo,Promosikesehatandanilmuperilaku.Rineka

Cipta.Jakarta:20058. Machfoedz, Ircham, Pendidikan kesehatan promosi kesehatan.

Yogyakarta:2005